EKSPOSISI I Raja-Raja 16:29-17:16(2)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Keuangan |
1Raja-Raja 16:29-34 - “(29) Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda. Dan Ahab bin Omri memerintah dua puluh dua tahun lamanya atas Israel di Samaria. (30) Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya. (31) Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya. (32) Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. (33) Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya. (34) Pada zamannya itu Hiel, orang Betel, membangun kembali Yerikho. Dengan membayarkan nyawa Abiram, anaknya yang sulung, ia meletakkan dasar kota itu, dan dengan membayarkan nyawa Segub, anaknya yang bungsu, ia memasang pintu gerbangnya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Yosua bin Nun.”.
1Raja-Raja 17:1-16 - “(1) Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: ‘Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.’ (2) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya: (3) ‘Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ (5) Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (6) Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu. (7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’ (10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’ (12) Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ (13) Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’ (15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. (16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Elia.”.
III) Pemeliharaan Tuhan terhadap Elia.
1) Di tepi Sungai Kerit (1Raja-Raja 17:2-6).
a) Dalam 1Raja-Raja 17:2-4 Firman Tuhan datang kepada Elia, dan demikian juga dalam 1Raja-Raja 17:8-9. Ketaatan Elia pada Firman Tuhan ini menyebabkan ia terlindung dari Ahab dan terpelihara selama 3,5 tahun kekeringan / kelaparan.
Penerapan: teruslah mendengar Firman Tuhan dan mentaatinya pada masa sukar seperti ini. Itu justru akan menyebabkan saudara dipelihara oleh Tuhan.
b) Tuhan menyuruh Elia pergi ke tepi sungai Kerit (1Raja-Raja 17:3).
Pulpit Commentary: “Cherith. The word means ‘separation’, a name which may possibly indicate that it was extremely secluded,” [= Kerit. Kata ini artinya adalah ‘pemisahan’, suatu nama yang mungkin menunjukkan bahwa itu adalah tempat yang sangat terpencil,] - hal 382.
Ini sebabnya Ahab tidak bisa menemukan Elia sekalipun mencarinya mati-matian (bdk. 18:10).
1Raja-Raja 18:10 - “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana.”.
c) Elia taat kepada Firman Tuhan yang menyuruhnya untuk pergi ke tepi Sungai Kerit (1Raja-Raja 17:5).
Pulpit Commentary: “He that willfully stands still to catch dangers, tempteth God instead of trusting him.” [= Ia yang secara sengaja tetap tinggal di tempat untuk menghadapi bahaya, mencobai Allah dan bukannya mempercayaiNya.] - hal 392.
Bdk. Amsal 22:3 - “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.”.
d) Di tepi Sungai Kerit itu Elia minum air sungai dan diberi makan oleh burung gagak (1Raja-Raja 17:6).
Benarkah ia diberi makan oleh burung gagak? Hal ini banyak diperdebatkan.
Pulpit Commentary: “Despite the practical unanimity of the versions, the interpretation ‘ravens’ has been disputed from very early times. St. Jerome among Christians, Rabbi Judah Hakkodesh and Kimchi amongst Jews - these are but some of those who have repudiated this rendering.” [= Sekalipun ada kebulatan suara dari semua versi Kitab Suci, penafsiran ‘burung gagak’ telah diperdebatkan sejak waktu yang sangat awal. Jerome di antara orang kristen, rabi Judah Hakkodesh dan Kimchi di antara orang Yahudi - ini adalah beberapa dari mereka yang telah menolak terjemahan ini.] - hal 383.
Banyak penafsir menolak ‘burung gagak’ ini, dengan alasan:
1. Burung gagak termasuk dalam daftar binatang haram (Imamat 11:13-15). Masakan Tuhan memerintahkan binatang haram untuk memberi makan nabinya?
2. Dari mana burung gagaknya mendapatkan roti dan daging?
3. Elia mendapat air dari Sungai Kerit dan ini bukan mujijat. Jadi ia mendapat roti dan daging juga dengan cara biasa. Karena itu Elia bukan diberi makan oleh burung gagak.
4. Perjanjian Baru tidak pernah menyebut-nyebut mujijat ini, padahal Perjanjian Baru sering menggunakan cerita tentang Elia (Lukas 4:25-26 Yak 5:17-18 Wah 11:5-6a). Bahkan waktu Yesus mengajarkan Lukas 12:22-dst, yang mestinya merupakan saat yang cocok untuk menggunakan cerita burung gagak ini, Ia tidak berbicara apa-apa tentang burung gagak ini.
5. Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘burung gagak’ adalah OREBIM / OREVIM, yang sekalipun bisa diartikan ‘burung gagak’, tetapi juga bisa berarti:
a. ‘pedagang-pedagang’, seperti dalam Yeh 27:9,27.
b. ‘orang-orang Arab’, seperti dalam 2Taw 21:16 2Taw 22:1 Neh 2:19 Neh 4:7 Yes 13:30 Yer 3:2 (Catatan: memang di sini ada perubahan tanda-tanda yang menunjuk pada vowel / huruf hidup, tetapi ingat bahwa Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani ditulis tanpa tanda-tanda itu).
c. ‘penduduk kota Orbo / Oreb’ (Catatan: dalam Hak 7:25 dan Yesaya 10:26 memang disebutkan adanya kota / tempat yang bernama Oreb).
Adam Clark mengutip Jerome: “The Orbim, inhabitants of a town in the confines of the Arabs, gave nourishment to Elijah.” [= Orbim, penduduk suatu kota di perbatasan Arab, memberikan makanan kepada Elia.] - hal 455.
Perlu diketahui bahwa orang-orang yang menolak ‘burung gagak’ ini bukanlah orang Liberal (sekalipun hampir pasti bahwa orang Liberal akan menerima pandangan mereka). Mereka bukanlah orang yang tidak percaya kepada mujijat.
Pulpit Commentary: “For even if it was not laid at his feet morning and evening by ravens - and we have seen reason to think that it was not - even if it was furnished him by the villagers of Orbo, his tribesmen and friends, or by the loyal and hospitable Arabs who roamed over the adjoining region, still it was supplied by the ordering and special Providence of God. ... If we get rid of the ravens we do not get rid of the miracle.” [= Karena kalaupun itu tidak diletakkan di kakinya pada pagi dan sore oleh burung gagak - dan kita telah melihat alasan untuk berpikir bahwa memang tidaklah demikian - bahkan jika itu disediakan oleh orang-orang desa Orbo, orang-orang sukunya dan teman-temannya, atau oleh orang-orang Arab, yang setia dan suka menerima tamu, yang mengembara di daerah di dekatnya, tetap itu disuplai oleh pengaturan dan Providence Allah yang istimewa. ... Jika kita membuang burung gagaknya, kita tidak membuang mujijatnya.] - hal 393.
Catatan: kutipan ini saya berikan hanya untuk menunjukkan bahwa penafsir ini percaya pada mujijat. Tetapi saya tidak setuju dengan kata-kata ini, karena saya berpendapat bahwa sekalipun pemberian makan oleh orang Arab / penduduk Oreb / Orbo merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi saya berpendapat bahwa itu bukanlah mujijat.
Saya lebih setuju untuk tetap mempertahankan terjemahan ‘burung gagak’, dengan alasan:
1. Alasan menolak ‘burung gagak’ tidak cukup kuat.
a. Sekalipun gagaknya adalah binatang haram, tetapi gagak itu hanya haram kalau dimakan. Elia tidak memakan gagaknya. Roti dan daging yang dibawa oleh burung gagak itu tidak haram. Juga ingat bahwa di Sarfat nanti Elia diberi makan oleh janda yang non Israel (1Raja-Raja 17:8-16 bdk. Lukas 4:25-26)!
b. Burung gagak mendapatkan roti dan daging dari mana? Pertanyaan yang sama bisa dilontarkan kepada orang yang ‘anti burung gagak’. Dari mana orang Arab / pedagang / penduduk Orbo itu mendapatkan roti dan daging setiap hari padahal saat itu ada kekeringan dan kelaparan?
c. Bahwa Elia mendapat air dengan cara biasa, tidak berarti bahwa ia juga harus mendapat roti dan daging dengan cara biasa.
d. Tidak adanya cerita ini dalam Perjanjian Baru tidak membuktikan cerita ini tidak ada. Juga perlu diingat oleh para penafsir yang ‘anti burung gagak’ itu, bahwa serangan mereka ini juga bisa menyerang posisi mereka sendiri, karena Perjanjian Baru juga tidak pernah menceritakan peristiwa Elia diberi makan oleh pedagang / orang Arab / penduduk Orbo!
e. Sekalipun kata OREBIM bisa diartikan ‘orang Arab’, ‘penduduk Orbo’, ‘pedagang’, tetapi juga bisa berarti ‘burung gagak’ seperti dalam Kej 8:7 Im 11:15.
2. Bukankah aneh bahwa pedagang / orang Arab / penduduk Orbo itu bisa datang kepada Elia setiap pagi dan petang (bukan sehari sekali atau bahkan 2 hari sekali)? Dan bagaimana hal itu bisa tidak diketahui oleh Ahab yang mencari Elia habis-habisan (18:10)? Lain halnya kalau yang memberi makan Elia itu adalah burung gagak. Siapa yang akan memperhatikan burung gagak?
3. Dalam 2 peristiwa dalam 1Raja 17 ini, Tuhan memelihara Elia dengan menggunakan 2 hal yang tidak masuk akal (bersifat mujijat), yang pertama menggunakan burung gagak, yang kedua menggunakan janda miskin dengan minyak dan tepung yang tidak habis-habisnya.
2) Di Sarfat.
a) Setelah beberapa waktu Sungai Kerit menjadi kering (1Raja-Raja 17:7), dan Tuhan lalu menyuruh Elia untuk pergi ke Sarfat, dan Tuhan mengatakan bahwa Ia telah ‘memerintahkan’ seorang janda untuk memelihara Elia di sana (17:8-9).
1Raja-Raja 17:7-9 - “(7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Mengapa Tuhan membiarkan Sungai Kerit menjadi kering dan lalu menyuruh Elia pindah dari tepi Sungai Kerit ke Sarfat?
a. Supaya Elia tidak bersandar kepada Sungai Kerit ataupun burung gagak, tetapi kepada Tuhan.
Penerapan: kalau sumber pemeliharaan saudara ditutup, misalnya saudara dipecat dari pekerjaan, atau suami saudara meninggal dunia, tetaplah percaya kepada Tuhan. Ia akan memberikan ‘janda’ menggantikan ‘Sungai Kerit dan burung gagak’.
b. Demi memelihara janda Sarfat itu dengan anaknya, yang rupa-rupanya adalah orang pilihan.
c. Untuk menguji iman Elia (lihat point di bawah ini).
2. Perintah ke Sarfat merupakan ujian iman bagi Elia.
Sarfat terletak di Sidon (1Raja-Raja 17:9)! Ini justru asal dari Izebel dan daerah kekuasaan ayah Izebel (16:31). Jadi ini bisa dikatakan merupakan tempat yang paling berbahaya! Tetapi perlu kita ingat bahwa bagi Tuhan sama mudahnya menjaga Elia di tepi Sungai Kerit yang terpencil, ataupun di Sidon yang merupakan tempat berbahaya!
Pulpit Commentary: “Elijah is perfectly safe under the shield of Divine protection, as safe in the region of Sidon as he was by the brook Cherith.” [= Elia sangat aman di bawah perlindungan Ilahi, sama amannya di daerah Sidon seperti waktu ia ada di tepi Sungai Kerit.] - hal 412.
Tetapi kalau kita berpikir lebih jauh, maka mungkin Sarfat ini justru adalah tempat yang aman, karena Ahab tidak akan pernah menyangka bahwa Elia berani bersembunyi di sana.
Pulpit Commentary: “It might be a safer place of retreat for the prophet than it seemed to be, for Ahab would scarcely dream of following him there.” [= Ini mungkin merupakan tempat yang lebih aman untuk persembunyian sang nabi dari kelihatannya, karena Ahab tidak akan bermimpi untuk mengejarnya ke sana.] - hal 411.
Tetapi bagaimanapun perintah untuk pergi ke Sarfat di Sidon ini jelas merupakan ujian iman bagi Elia.
3. Tuhan ‘memerintahkan’ janda untuk memberi makan kepada Elia (17:9b).
Ini sama seperti tadi terhadap burung gagak, dimana dikatakan bahwa burung gagak itu diperintahkan oleh Tuhan (17:4b).
1Raja-Raja 17:4,8,9 - “(4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.
Ini tentu tidak berarti bahwa Tuhan betul-betul memerintahkan dengan menggunakan kata-kataNya. Buktinya janda itu tidak tahu apa-apa. Jadi arti sebenarnya adalah: Tuhan mengatur sehingga mereka memberi makan Elia. Menggunakan kata ‘memerintahkan’ dengan arti ‘mengatur’ memang sering terjadi. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini.
Yesaya 5:6 - “Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya.”.
Amos 9:3 - “Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mataKu di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana.”.
Mazmur 78:23 - “Maka Ia memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit,”.
Ini penting dimengerti untuk mengerti ayat-ayat seperti 2Sam 16:10b-11b - “(10) Tetapi kata raja: ‘Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?’ (11) Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: ‘Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.”.
b) Elia mentaati perintah Tuhan (17:10a). Dan pada waktu bertemu janda itu, Elia minta air dan lalu minta roti (17:10b-11).
1Raja-Raja 17:10-11 - “(10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’”.
Mungkin ini ia lakukan untuk mengetahui apakah ini memang janda yang Tuhan maksudkan atau bukan (di Sarfat pasti tidak hanya ada satu janda!).
c) Janda itu mau memberi air, tetapi waktu Elia minta roti, janda itu menjawab dalam ay 12: “‘Demi TUHAN (Ibrani: YHWH), Allahmu yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’”.
Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari bagian ini:
1. Dari maunya janda itu memberi air, kelihatannya Sarfat, yang bukan wilayah Israel, tidak ikut terkena kekeringan. Tetapi dari ay 12 ini jelas bahwa daerah ini juga terkena kelaparan. Mengapa? Ada yang mengatakan karena daerah ini mendapat suplai makanan dari Israel, sehingga waktu Israel mengalami kekeringan dan kelaparan, otomatis suplai makanan ke Sidon berhenti / berkurang.
2. Janda itu miskin; Tuhan tidak memberi makan Elia menggunakan seorang konglomerat, tetapi menggunakan seorang janda yang melarat! Tuhan memang senang melakukan hal yang di luar dugaan. Tadi Ia menggunakan burung gagak untuk memberi daging (padahal burung gagak makanannya adalah daging), sekarang Ia memberi makan menggunakan janda yang melarat.
3. Diperdebatkan apakah janda itu beriman atau tidak. Ia memang bersumpah bukan demi Baal atau Asyera, tetapi demi nama YahWEH, tetapi ia berkata ‘Allahmu’. Ada yang berkata bahwa ia berkata begitu karena tahu bahwa Elia adalah nabi Israel. Dan perlu diperhatikan bahwa nanti dalam 1Raja 18:10, Obaja, yang jelas adalah orang Israel yang percaya kepada TUHAN, juga bersumpah dengan menggunakan kata-kata ‘Demi TUHAN, Allahmu yang hidup’, persis seperti kata-kata janda Sarfat ini. Jadi bahwa janda itu mengatakan ‘Allahmu’ tidak membuktikan bahwa ia tidak beriman.
4. Kata-kata janda itu, jelas bukan kata-kata yang menunjukkan iman, tetapi sebaliknya menunjukkan keputus-asaan, karena ia berkata bahwa setelah makan roti itu ia dan anaknya akan mati.
Penerapan: kalau saudara adalah seorang anak Tuhan, sekalipun saudara mengalami krisis ekonomi, jangan mengucapkan kata-kata yang menunjukkan keputus-asaan seperti ini! Tuhan, yang adalah Bapa saudara, tidak akan membiarkan saudara mati kelaparan. Dia berjanji mencukupi kebutuhan hidup saudara! Baca Matius 6:25-34.
d) Elia lalu mengucapkan ay 13-14.
1Raja-Raja 17:13-14 - “(13) Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’”.
Ini jelas adalah ujian iman bagi janda itu. Ia harus mendahulukan Elia / Tuhan. Bdk. Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.
Penerapan:
1. Dalam krisis ekonomi, banyak orang kristen menahan perpuluhan, dengan pemikiran bahwa ia akan menggunakan uangnya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya lebih dulu, dan nanti kalau ada sisanya baru dipersembahkan kepada Tuhan. Tetapi ini adalah tindakan yang mendahulukan diri sendiri dan menomer-duakan Tuhan. Tuhan menginginkan supaya saudara mendahulukan Dia, KerajaanNya dan kebenaranNya, dan kalau saudara taat, Ia berjanji mencukupi kebutuhan hidup saudara. Maukah saudara melakukan hal ini?
2. Krisis ekonomi juga bisa menyebabkan orang kristen mengorbankan kerohaniannya. Ini bisa terjadi kalau saudara menghemat uang dengan cara tidak membeli buku saat teduh / buku rohani, tidak pergi ke kebaktian / Pemahaman Alkitab (untuk menghemat uang transportasi), dsb. Tetapi penghematan uang yang mengorbankan kerohanian seperti ini jelas tidak mendahulukan Tuhan, KerajaanNya dan kebenaranNya. Karena itu jangan melakukan hal-hal seperti ini!
e) Janda itu mentaati kata-kata Elia / Firman Tuhan (1Raja-Raja 17:15a).
1Raja-Raja 17:15 - “Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.”.
Sebetulnya janda itu berpikir: Kalau nabi ini bisa melipat-gandakan tepung / minyak, mengapa mesti minta roti kepadanya? Juga ada terlalu banyak alasan baginya untuk menolak kata-kata Elia. Tetapi ternyata ia mentaati Elia / Firman Tuhan.
Keil & Delitzsch: “She gave up the certain for the uncertain, because she trusted the word of the Lord, and received the reward of her believing confidence in the fact that during the whole time of the drought she suffered from no want of either meal or oil.” [= Ia menyerahkan yang pasti untuk yang tidak pasti, karena ia percaya kepada Firman Tuhan, dan menerima upah / pahala dari keyakinannya yang percaya dalam fakta bahwa selama seluruh waktu kekeringan ia tidak menderita kekurangan baik dalam hal tepung atau minyak.].
Renungkan: dalam kasus ini mana ‘yang pasti’ dan mana ‘yang tidak pasti’?
Bdk. Ibrani 11:1 - “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”.
f) Akibatnya terjadi mujijat yang mencukupi kebutuhan Elia dan janda itu beserta anaknya (1Raja-Raja 17:15b-16). Perintah dalam 17:13-14 tadi memang merupakan perintah yang tidak masuk akal, demikian juga 1Raja-Raja 17:9, tetapi pada waktu Elia dan janda itu mentaati, maka terjadilah mujijat melalui mana mereka dipelihara oleh Tuhan.
The New Bible Commentary: Revised: “Gray suggests that the generosity of the widow touched the conscience of her better provided neighbours.” [= Gray mengusulkan bahwa kemurahan hati janda itu menyentuh hati nurani dari tetangga-tetangganya yang lebih kaya.] - hal 342.
BACA JUGA: EKSPOSISI 1 RAJA-RAJA 16:29-17:16 (1)
Ini jelas merupakan penafsiran liberal. Kita harus menerima hal ini sebagai suatu mujijat dan tidak menafsirkannya sedemikian rupa sehingga bisa diterima akal.
Penerapan: Kalau saudara berani melakukan tindakan iman seperti yang dilakukan janda itu, yaitu mendahulukan Tuhan dan kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka Tuhan bisa melakukan hal-hal yang di luar dugaan, bahkan yang tidak masuk akal, untuk mencukupi kebutuhan saudara!
Penutup / kesimpulan:
Baik dahulu maupun sekarang, kalau Tuhan menghukum, Ia bisa tetap memelihara anak-anakNya / hamba-hambaNya yang hidup dan melayani sesuai kehendakNya. Karena itu dalam masa sukar, janganlah kuatir atau takut, dan jangan menjauh dari Tuhan. Sebaliknya mendekatlah dan taatilah / layanilah Dia sesuai dengan kehendakNya, bahkan dahulukan Dia lebih dari apapun. Maka Ia pasti akan memelihara saudara melalui masa sukar itu!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-