MARKUS 16:17-18 (TANDA ORANG PERCAYA)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
MARKUS 16:17-18 (TANDA ORANG PERCAYA). Markus 16:17-18: “(Markus 16:17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.
MARKUS 16:17-18 (TANDA ORANG PERCAYA)
gadget, bisnis, otomotif
1) Text ini jadi masalah, karena rasanya tak ada paralelnya sama sekali dalam ketiga Injil yang lain.

Karena diragukannya / diperdebatkannya Markus 16:9-20, dan karena Markus 16:17-18 ini tidak punya dukungan apapun dari bagian-bagian lain dari Alkitab, maka saya tidak mau menerima ajaran apapun yang hanya didasarkan pada Markus 16:17-18 ini!

2) “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya”.

a) Pro kontra tentang Markus 16:17-18 ini.

J. A. Alexander: “This is one of the grounds, on which the sceptical critics would reject this passage as a spurious addition to the gospel, while to others, free from such dogmatic prepossessions, it is rather a confirmation of its authenticity and genuineness” (= Ini adalah salah satu dasar, pada mana pengkritik yang skeptis menolak text ini sebagai suatu penambahan palsu kepada injil, sementara bagi yang lain, yang bebas dari pra kepemilikan dogma seperti itu, itu malah merupakan suatu konfirmasi dari kebenaran dan keasliannya) - hal 443.

Tanggapan saya

1. Saya tak pernah tahu ada penafsir yang menggunakan Markus 16:17-18 sebagai dasar untuk menyatakan kepalsuan Markus 16:9-20!

2. Saya tidak mengerti bagaimana ayat-ayat ini bisa merupakan suatu konfirmasi tentang kebenaran dan keaslian Markus 16:9-20. Ini kata-kata yang sangat tidak masuk akal!

Pulpit Commentary: “It may be observed of this passage, that no one could have interpolated it after the cessation of the signs to which it refers, which took place very early” (= Bisa diperhatikan tentang text ini, bahwa tak seorangpun bisa telah menyisipkan / menambahkannya setelah penghentian dari tanda-tanda pada mana itu menunjuk, yang terjadi sangat awal).

Catatan: kata-kata itu ia gunakan sebagai bukti kalau Markus 16:9-20 itu asli. Maksudnya adalah, tanda-tanda itu berhenti sangat awal, dan karena itu tidak mungkin ada orang yang bisa menyisipkan Markus 16:9-20 itu. Jadi, itu pasti asli.

Tanggapan saya:

1. Tidak ada orang yang tahu kapan tanda-tanda itu berhenti. Ia hanya mengatakan ‘sangat awal’, tetapi kapan? Sebelum kematian rasul Yohanes? Atau sesudahnya? Kalau sebelumnya, maka memang rasul itu rasanya tidak akan mengijinkan peredaran injil yang sudah diberi tambahan. Tetapi kalau sesudahnya? Itu tetap sangat awal, karena Yohanes mati pada akhir abad pertama. Penambahan bisa terjadi pada awal abad kedua.

2. Orang-orang yang tidak menerima Markus 16:9-20, menganggap bahwa ‘bahasa-bahasa yang baru’ (bahasa Roh) merupakan istilah Kisah Rasul, karena baru ada setelah hari Pentakosta (Kis 2). Jadi, ini rasanya tidak mungkin termasuk pada injil. Karena itu, bagian ini dianggap sebagai penambahan.

b) Kebanyakan penafsir menganggap bahwa janji Yesus di sini bersifat sementara.

Pulpit Commentary: “‘And these signs shall follow them that believe.’ Such evidences were necessary in the first dawn of Christianity, to attract attention to the doctrine; but our Lord’s words do not mean that they were to be in perpetuity, as a continually recurring evidence of the truth of Christianity” (= ‘Dan tanda-tanda ini akan menyertai mereka yang percaya’. Bukti-bukti seperti itu perlu pada permulaan dari kekristenan, untuk menarik perhatian pada doktrin / ajaran; tetapi kata-kata Tuhan kita tidak berarti bahwa hal-hal itu akan ada untuk selama-lamanya, sebagai suatu bukti dari kebenaran kekristenan yang muncul berulang kali terus menerus).

Lenski: “The miraculous gifts were seals that were appended to the gospel preaching in the early days only” (= Karunia-karunia yang bersifat mujijat adalah meterai-meterai yang dibubuhkan / ditambahkan pada pemberitaan injil hanya pada jaman awal / mula-mula) - hal 771.

Pulpit Commentary: “Why they were given. It was to authenticate the message and the messengers. ... Why they were withdrawn. When this exactly was we cannot perhaps decide; but as the purpose of their bestowal was temporary, it is evident that when this purpose was answered, and Christianity was launched upon the waters of the world, it was in accordance with Divine wisdom that miracles should cease” [= Mengapa mereka (tanda-tanda itu) diberikan. Itu adalah untuk membuktikan kebenaran dari berita dan pemberitanya. ... Mengapa mereka (tanda-tanda itu) ditarik kembali. Kapan persisnya ini terjadi kita mungkin tidak bisa menentukan; tetapi karena tujuan dari pemberian tanda-tanda itu adalah sementara, adalah jelas bahwa pada waktu tujuan ini terpenuhi, dan kekristenan sudah diluncurkan di atas lautan dunia, adalah sesuai dengan hikmat ilahi bahwa mujijat-mujijat itu harus berhenti].

Barnes’ Notes: “These signs were shown in the case of the apostles and early Christians. The infidel cannot say that the promise has not been fulfilled unless he can show that this never occurred; the Christian should be satisfied that the promise was fulfilled if these miracles were ever actually wrought, though they do not occur now; and the believer now should not expect a miracle in his case. Miracles were necessary for the establishment of religion in the world; they are not necessary for its continuance now” (= Tanda-tanda ini ditunjukkan dalam kasus dari rasul-rasul dan orang-orang Kristen mula-mula. Orang kafir tidak bisa berkata bahwa janji itu tidak digenapi kecuali ia bisa menunjukkan bahwa ini tidak pernah terjadi; orang Kristen harus puas bahwa janji itu digenapi jika mujijat-mujijat itu betul-betul pernah dibuat, sekalipun tanda-tanda itu tidak terjadi sekarang; dan orang percaya jaman sekarang tidak boleh mengharapkan suatu mujijat dalam kasusnya. Mujijat-mujijat perlu untuk pendirian / penegakan dari agama dalam dunia; mereka tidak perlu untuk kelanjutan agama itu sekarang).

Catatan: saya tidak setuju kalau pada jaman sekarang kita secara mutlak tidak boleh mengharapkan mujijat!

Calvin: “Though Christ does not expressly state whether he intends this gift to be temporary, or to remain perpetually in his Church, yet it is more probable that miracles were promised only for a time, in order to give luster to the gospel, while it was new and in a state of obscurity. ... I think that the true design for which miracles were appointed was, that nothing which was necessary for proving the doctrine of the gospel should be wanting at its commencement. And certainly we see that the use of them ceased not long afterwards, or, at least, that instances of them were so rare as to entitle us to conclude that they would not be equally common in all ages” (= Sekalipun Kristus tidak secara explicit / jelas menyatakan apakah Ia memaksudkan karunia ini hanya untuk sementara, atau untuk tetap ada selama-lamanya dalam GerejaNya, tetapi adalah lebih mungkin bahwa mujijat-mujijat itu dijanjikan hanya untuk sementara waktu, untuk memberikan kilauan / kemasyhuran kepada injil, pada waktu injil itu masih baru dan dalam keadaan tidak dikenal. ... Saya berpikir / menganggap bahwa rancangan yang benar untuk mana mujijat-mujijat ditetapkan adalah, bahwa tak ada apapun yang perlu untuk membuktikan doktrin dari injil harus kekurangan pada permulaannya. Dan pasti kita melihat bahwa penggunaan dari mereka berhenti tidak lama setelahnya, atau sedikitnya, bahwa contoh-contoh dari mereka adalah begitu jarang sehingga memberikan hak kepada kita untuk menyimpulkan bahwa mereka tidak akan sama umumnya dalam semua jaman).

Ada beberapa alasan yang menyebabkan saya sukar menerima bahwa janji Yesus ini bersifat sementara:

1. Di antara tanda-tanda itu terdapat bahasa Roh. Memang tentang bahasa Roh inipun kebanyakan penafsir menganggapnya sebagai sudah tidak ada lagi pada jaman sekarang. Tetapi ini menurut saya rasanya tidak mungkin, karena bahasa Roh disebutkan sebagai salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus (1Kor 12:8-10,28-30), dan juga 1Korintus 13:8-10 kelihatannya menunjukkan bahwa baik nubuat maupun bahasa Roh baru berhenti pada akhir jaman / kedatangan Kristus yang keduakalinya.

1Korintus 12:8-11,28-30 - “(8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. ... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.

1Korintus 13:8-10 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”.

2. Di antara tanda-tanda itu juga ada penyembuhan dan pengusiran setan. Apakah keduanya juga harus berhenti? Ini rasanya tidak masuk akal. Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang Kristen jika ada orang yang kerasukan setan? Dan karunia penyembuhan jelas juga masuk dalam daftar karunia-karunia (1Korintus 12:9).

Tetapi masih mungkin untuk menganggap bahwa janji ini berlaku sementara untuk orang-orang yang memberitakan Injil. Jadi, pada jaman itu, orang-orang Kristen yang memberitakan Injil disertai dengan tanda-tanda itu, tetapi pada jaman sekarang tidak.

Sedangkan 1Korintus 12:8-10 merupakan sesuatu yang bersifat umum, berlaku untuk semua orang Kristen, dan tak ada hubungannya dengan pemberitaan Injil.

c) Selain menafsirkan bahwa hal itu bersifat sementara, J. A. Alexander memberikan alternatif penafsiran-penafsiran yang lain.

J. A. Alexander: “As the miracles here mentioned were to serve as signs or proofs, their end would be attained without their being universal, i.e. by their being bestowed upon many, or even on a few, who may possibly be those represented as ‘believing,’ not with a saving faith merely but a special faith of miracles ... Or the promise may be to believers as a body, though it was to be fulfilled in the experience of only some. And as this whole discourse has reference to the planting and extension of the church in the first ages, the presumption, even from its terms, would be, that these miraculous endowments were a temporary gift, a presumption since confirmed by the experience of the church, although the time cannot be ascertained at which they wholly ceased” (= Karena mujijat-mujijat yang disebutkan di sini berfungsi sebagai tanda atau bukti, tujuan mereka tercapai tanpa harus bersifat universal, yaitu dengan diberikannya mereka kepada banyak orang, atau bahkan kepada sedikit orang, yang mungkin adalah mereka yang digambarkan sebagai ‘orang-orang percaya’, bukan hanya semata-mata dengan ‘iman yang menyelamatkan’, tetapi dengan ‘iman khusus tentang mujijat-mujijat’ ... Atau janji itu bisa bagi orang-orang percaya sebagai suatu tubuh, sekalipun itu harus digenapi dalam pengalaman dari hanya beberapa orang. Dan karena seluruh percakapan ini mempunyai referensi pada penanaman dan perluasan dari gereja pada abad pertama, anggapannya, bahkan dari istilah-istilahnya, adalah bahwa pemberian-pemberian yang bersifat mujijat ini adalah karunia sementara, suatu anggapan yang dianggap benar karena dikonfirmasikan oleh pengalaman dari gereja, sekalipun tak bisa dipastikan saatnya dimana mereka seluruhnya berhenti) - hal 442.

Catatan: bagi saya, bagian yang saya garis-bawahi itu rasanya merupakan penafsiran yang terlalu dipaksakan, dan tak sesuai dengan kontextnya (bdk. Markus 16:20).

d) Siapa ‘orang-orang percaya’, bagi siapa janji Yesus ini berlaku?

James M Gray: “These signs did not follow all even in the apostles’ time, but they did follow some. And if they do not follow now, it is because there are other evidences more suitable for the later periods of Christianity. As a matter of fact, such signs do still follow the preaching of the gospel on foreign mission fields, and doubtless will be practically universal again as the end of the age draws near and the coming of the King” (= Tanda-tanda ini tidak mengikuti mereka semua bahkan pada jaman rasul-rasul, tetapi tanda-tanda itu mengikuti beberapa dari mereka. Dan jika tanda-tanda itu tidak mengikuti sekarang, itu adalah karena ada bukti-bukti lain yang lebih cocok untuk periode-periode belakangan dari kekristenan. Dalam faktanya / sesungguhnya, tanda-tanda seperti itu tetap mengikuti pemberitaan injil di ladang-ladang missi yang asing, dan tak diragukan akan secara praktis menjadi bersifat universal lagi pada waktu akhir jaman dan kedatangan sang Raja mendekat) - AGES vol 15.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu tak berdasar dan saya anggap tidak Alkitabiah. Entah ia mendapatkan itu dari mana. Yang akan menjadi banyak pada akhir jaman adalah mujijat-mujijat palsu.

Calvin: “When he says that believers will receive this gift, we must not understand this as applying to every one of them; for we know that gifts were distributed variously, so that the power of working miracles was possessed by only a few persons” (= Pada waktu Ia berkata bahwa orang-orang percaya akan menerima karunia ini, kita tidak boleh menganggap ini sebagai berlaku bagi setiap orang dari mereka; karena kita tahu bahwa karunia-karunia didistribusikan secara berbeda-beda, sehingga kuasa mengerjakan mujijat-mujijat dimiliki oleh hanya sedikit orang).

Adam Clarke: “‘Them that believe.’ The believers, as we express it; i.e. the apostles, and all those who in those primitive times were endued with miraculous powers, for the confirmation of the doctrines they preached” (= ‘Mereka yang percaya’. Orang-orang percaya, seperti kami menyatakannya, yaitu rasul-rasul, dan semua mereka yang pada jaman kuno / awal itu diperlengkapi dengan kuasa-kuasa yang bersifat mujijat, untuk / sebagai konfirmasi dari doktrin-doktrin yang mereka khotbahkan).

Tentang kata-kata ‘orang-orang yang percaya’, Bible Works 7 memberikan penjelasan: “pisteu,sasin verb participle aorist active dative masculine plural from pisteu,w” (= PISTEUSASIN kata kerja, participle, lampau, aktif, dative, laki-laki, jamak, dari PISTEUO).

NASB: ‘those who have believed’ (= mereka yang telah percaya).

Catatan: setahu saya dari Kitab Suci - Kitab Suci bahasa Inggris hanya NASB yang menterjemahkan dalam bentuk lampau / perfect.

Kalau terjemahan NASB ini memang benar, maka yang dimaksud dengan ‘orang-orang percaya’ di sini adalah ‘orang-orang yang sudah percaya’, bukan orang-orang yang akan percaya’.

Menurut saya lebih baik untuk menafsirkan seperti ini, yaitu bahwa kata-kata ‘orang-orang percaya’ dalam Markus 16:17a menunjuk kepada rasul-rasul (atau kepada rasul-rasul dan orang-orang yang hadir pada saat itu), kepada siapa Yesus saat itu sedang berbicara. Hanya bagi merekalah janji tentang tanda-tanda itu berlaku, pada saat mereka memberitakan Injil. Dan Markus 16:20 kelihatannya mendukung hal ini.

Markus 16:20 - “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.

Memang dengan menafsirkan seperti ini, juga berarti bahwa pada jaman sekarang janji Yesus ini tak ada lagi penggenapannya. Tetapi bukan karena janjiNya bersifat sementara, tetapi karena orang-orang kepada siapa janji itu diberikan, sudah tidak ada lagi.

e) Bahayanya pengejaran mujijat-mujijat.

Mengingat bahwa pada jaman sekarang banyak orang Kristen, khususnya dari kalangan Pentakosta dan Kharismatik, yang begitu tergila-gila dan mengejar mujijat-mujijat, maka saya memberikan kata-kata Calvin di bawah ini, yang memberi peringatan kepada orang-orang seperti itu.

Calvin: “Yet those who came after them, that they might not allow it to be supposed that they were entirely destitute of miracles, were led by foolish avarice or ambition to forge for themselves miracles which had no reality. Thus was the door opened for the impostures of Satan, not only that delusions might be substituted for truth, but that, under the pretense of miracles, the simple might be led aside from the true faith. And certainly it was proper that men of eager curiosity, who, not satisfied with lawful proof, were every day asking new miracles, should be carried away by such impostures. This is the reason why Christ, in another passage, foretold that the reign of Antichrist would be full of ‘lying signs,’ (Matthew 24:24;) and Paul makes a similar declaration, (2 Thessalonians 2:9.)” [= Tetapi mereka yang mengejarnya, sehingga mereka tidak mengijinkan untuk dianggap bahwa mereka miskin / tak mempunyai mujijat-mujijat, dibimbing oleh ketamakan atau ambisi yang tolol untuk memalsukan bagi diri mereka sendiri mujijat-mujijat yang tidak mempunyai kenyataan. Maka pintu terbuka bagi penipuan Iblis, bukan hanya supaya khayalan bisa menggantikan kebenaran, tetapi supaya, di bawah kepura-puraan dari mujijat-mujijat, orang-orang yang sederhana bisa disesatkan dari iman yang benar. Dan pasti merupakan sesuatu yang benar, bahwa orang-orang yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar, yang tidak puas dengan bukti yang sah, setiap hari meminta mujijat-mujijat yang baru, dipengaruhi / dipesonakan oleh penipu-penipu seperti itu. Inilah alasan mengapa Kristus, dalam text yang lain, meramalkan bahwa pemerintahan sang Anti Kristus akan penuh dengan ‘tanda-tanda palsu’ (Mat 24:24); dan Paulus membuat pernyataan yang serupa (2Tes 2:9)].

Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

2Tesalonika 2:9 - “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu”.

3) Lima tanda yang dijanjikan, dan pembahasannya secara individuil.

a) “mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu”.

Barnes’ Notes: “‘In my name.’ By my authority, and using the power that I would in such cases, if bodily present. This was done; and in this they differed essentially from the manner in which Jesus himself wrought miracles. He did it in ‘his own name,’ and as possessing original, underived authority. See the account of his stilling the sea (Matthew 8:26, etc.); of his healing the sick (Matthew 9:5,6); of his raising Lazarus, John 11. The prophets spoke ‘in the name of the Lord.’ The apostles did likewise, Acts 3:6, etc. There was, therefore, an important difference between Jesus and all the other messengers that God has sent into the world. He acted in his own name; they in the name of another. He wielded his own power; they were the instruments by which God put forth the omnipotence of his arm to save. He was therefore God; they were men of like passions as other men, Acts 14:15” [= ‘Dalam / demi namaKu’. Oleh / dengan otoritasKu, dan menggunakan kuasa yang Kugunakan dalam kasus-kasus seperti itu seandainya Aku hadir secara jasmani. Ini dilakukan; dan dalam hal ini mereka berbeda secara hakiki dengan cara dalam mana Yesus sendiri melakukan mujijat-mujijat. Ia melakukan ‘dalam namaNya sendiri’, dan sebagai orang yang mempunyai otoritas yang orisinil, dan tidak didapatkan (dari orang lain). Lihat cerita tentang penenangan laut (Matius 8:26, dst); tentang penyembuhan orang sakit (Matius 9:5,6); tentang pembangkitan Lazarus, Yoh 11. Nabi-nabi berbicara ‘dalam nama Tuhan’. Rasul-rasul juga melakukan hal yang sama, Kisah para rasul 3:6, dst. Karena itu, ada perbedaan penting antara Yesus dan semua utusan-utusan lain yang telah Allah kirimkan ke dalam dunia. Ia bertindak dalam namaNya sendiri; mereka dalam nama orang lain. Ia menggunakan kuasaNya sendiri; mereka adalah alat-alat dengan mana Allah mengeluarkan kemaha-kuasaan dari lenganNya untuk menyelamatkan. Karena itu Ia adalah Allah; mereka (nabi dan rasul) adalah manusia-manusia dengan perasaan-perasaan yang sama seperti orang-orang lain, Kisah Para Rasul 14:15].

Kata-kata di atas ini perlu saudara ingat kalau saudara mau membuktikan keilahian Yesus dengan menunjukkan bahwa Ia maha kuasa, karena bisa melakukan mujijat-mujijat. Saksi-Saksi Yehuwa akan menjawab bahwa para rasul dan nabi juga melakukan mujijat-mujijat. Apakah itu berarti mereka juga maha kuasa, dan karena itu adalah Allah?

b) “mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka”.

Barnes’ Notes: “Shall speak other languages than their native language” (= Akan berbicara bahasa-bahasa lain dari bahasa asli mereka).

UBS New Testament Handbook Series: “‎kainais ‘new’ is omitted by Westcott and Hort, and Taylor, but included by the great majority of editions of the Greek text. ... It is to be presumed, however, that the meaning here is the same as that in Acts 2:4-11, rather than that in 1 Cor 14 (it should be observed, however, that nowhere else is the phrase ‘speak in new tongues’ used: in Acts 2:4 ‘speak in other tongues’ is used, while 1 Cor 14 has simply ‘to speak in tongues’ or, ‘a tongue’). ‎gloossa ‘tongue,’ meaning here ‘language’ (the word is not used in this sense in Mark - cf. Mark 7:33). ‎kainee ‘‎new’: the meaning here is, presumably, ‘new (i.e. strange) ‎to the one speaking it’ ‎not necessarily ‘new’ in the sense of a heretofore unknown language” [= KAINAIS ‘baru’ dihapuskan oleh Westcott dan Hort, dan Taylor, tetapi dimasukkan oleh mayoritas yang besar dari edisi-edisi dari Text Yunani. ... Tetapi harus dianggap bahwa artinya di sini adalah sama dengan kata itu dalam Kis 2:4-11, dan bukannya dengan dalam 1Kor 14 (tetapi harus diperhatikan bahwa tidak ada dimanapun ungkapan ‘berbicara dalam bahasa-bahasa baru’ digunakan: dalam Kisah Para Rasul 2:4 ‘berbicara dalam bahasa-bahasa lain’ digunakan, sedangkan 1Kor 14 sekedar mempunyai ‘berbicara dalam bahasa-bahasa / bahasa Roh’ atau ‘bahasa Roh’). GLOOSSA ‘lidah’, di sini berarti ‘bahasa’ (kata itu tidak digunakan dalam arti ini dalam Markus - bdk. Markus 7:33). KAINEE ‘baru’: artinya di sini rupanya adalah, ‘baru (yaitu, aneh) bagi orang yang mengucapkannya’ tidak harus ‘baru’ dalam arti bahwa sampai sekarang itu merupakan bahasa yang tak dikenal].

Catatan: Ada beberapa hal yang ingin saya soroti / bahas dari kutipan di atas ini:

1. Saya tidak mengerti mengapa penafsir ini membedakan bahasa Roh dalam Kis 2 dan bahasa Roh dalam 1Korintus 14. Menurut saya keduanya adalah sama.

2. Salah satu hal yang saya tekankan tentang kutipan ini adalah bahwa istilah ‘bahasa-bahasa yang baru’ itu memang tidak ada dalam bagian Alkitab yang lain. Biasanya istilah yang digunakan hanyalah ‘bahasa yang lain’, atau sekedar ‘bahasa’. Kata Yunani GLOSSA bisa diartikan ‘lidah’ (Markus 7:33) atau ‘bahasa’ (Wahyu 17:15). Tetapi dalam bagian-bagian tertentu, pada waktu kata itu ditujukan kepada salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus, maka dalam terjemahan bahasa Indonesia kata itu diterjemahkan ‘bahasa Roh’. Dimanapun kata ‘bahasa Roh’ itu muncul dalam Alkitab Indonesia, sebetulnya kata ‘Roh’ itu tidak ada.

3. Penafsir ini mengatakan bahwa kata ‘baru’ tidak berarti bahwa itu betul-betul merupakan suatu bahasa yang baru, yang sampai saat itu tidak dikenal / belum pernah ada, tetapi hanya merupakan suatu bahasa asing. Perlu ditambahkan bahwa bahasa asing itu haruslah bahasa yang tidak pernah dipelajari oleh orang yang mengucapkan. Kalau tidak, itu bukan bahasa Roh.

Vine’s Expository Dictionary (dengan topik ‘new’): “1. kainos (‎kaino/$‎) denotes ‘new,’ of that which is unaccustomed or unused, not ‘new’ in time, recent, but ‘new’ as to form or quality, of different nature from what is contrasted as old. ‘The new tongues,’ kainos, of Markus 16:17 are the ‘other tongues,’ heteros, of Acts 2:4. These languages, however, were ‘new’ and ‘different,’ not in the sense that they had never been heard before, or that they were new to the hearers, for it is plain from v. 8 that this is not the case; they were new languages to the speakers, different from those in which they were accustomed to speak” (= belum diterjemahkan ).

William Hendriksen: “Ability to speak in new tongues is never mentioned in the Gospels” (= Kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru tidak pernah disebutkan dalam Injil-injil) - hal 691.

Saya kira di sini kata-kata William Hendriksen patut diperhatikan. Merupakan sesuatu aneh bahwa dalam kitab Injil dibicarakan tentang bahasa Roh, yang baru ada dalam Kisah Rasul.


c) “mereka akan memegang ular”.

Banyak orang menganggap kasus Paulus digigit ular berbisa tetapi tidak celaka merupakan penggenapan dari bagian ini.

Kis 28:1-6 - “(1) Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa daratan itu adalah pulau Malta. (2) Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin. (3) Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. (4) Ketika orang-orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.’ (5) Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. (6) Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa”.

Terjemahan ‘menggigit’ ( Markus 16: 3b) sebetulnya merupakan terjemahan yang salah.

KJV/RSV: ‘fastened on his hand’ (= melekat pada tangannya).

NIV/NASB: ‘fastened itself on his hand’ (= melekatkan dirinya sendiri pada tangannya).

Kata yang diterjemahkan ‘terpaut’ ( Markus 16: 4a) menurut Bible Works 7 berarti ‘tergantung’. Juga digunakan untuk orang yang tergantung pada salib. Jadi, text ini (Markus 16:  3-4) tidak secara explicit mengatakan bahwa ular itu menggigit Paulus. Tetapi rasanya memang harus diartikan ‘menggigit’, karena:

1. Orang-orang mengira ia akan mati ( Markus 16: 4b,6a), dan pada waktu ternyata ia tidak apa-apa, mereka kira ia adalah seorang dewa ( Markus 16: 6b).

2. Kalau hanya ‘tergantung’, tetapi tidak ‘menggigit’, itu bukan hal aneh, sehingga rasanya tidak perlu dicatat dalam Alkitab.

Sebetulnya saya merasa agak aneh kalau peristiwa ini dianggap sebagai penggenapan dari janji dalam Markus 16:17-18 ini, karena saya berpendapat bahwa janji itu berlaku untuk rasul-rasul dan orang-orang pada saat itu saja. Jadi, jelas tak berlaku untuk Paulus. Saya menganggap bahwa peristiwa yang dialami Paulus ini terjadi bukan sebagai penggenapan dari janji dalam Markus 16:17-18, tetapi sekedar merupakan perlindungan yang bersifat mujijat dari Tuhan bagi dia.

d) “dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka”.

1. Dari lima tanda, yang ke 3 dan ke 4 paling dipermasalahkan, dan paling khusus adalah tanda ke 4 (minum racun tetapi tidak celaka).

A. T. Robertson: “Bruce considers these verses in Mark to be ‘a great lapse from the high level of Matthew’s version of the farewell words of Jesus’ and holds that ‘taking up venomous serpents and drinking deadly poison seem to introduce us into the twilight of apocryphal story.’” (= Bruce menganggap ayat-ayat ini dalam Markus sebagai ‘suatu loncatan besar dari tingkat yang tinggi dari versi Matius tentang kata-kata perpisahan dari Yesus’ dan menganggap bahwa ‘memegang ular berbisa dan meminum racun yang mematikan kelihatannya memperkenalkan kita ke dalam masa / periode dari cerita Apokripa’).

William Hendriksen: “A. B. Bruce, op. cit. 456,457, is probably correct when he states that ‘taking up venomous serpents and drinking deadly poison seem to introduce us into the twilight of apocryphal story.’” (= A. B. Bruce, op. cit. 456,457, mungkin benar ketika ia menyatakan bahwa ‘memegang ular berbisa dan meminum racun yang mematikan kelihatannya memperkenalkan kita ke dalam masa / periode dari cerita Apokripa’) - hal 691.

UBS New Testament Handbook Series: “The bizarre promise of immunity from snakes and poisonous drinks is completely out of character with the Person of Christ as revealed in the Gospel of Mark, the other Gospels, and in the whole of the New Testament. Nowhere did Jesus exempt himself or his followers from the natural laws which govern this life, nor did he ever intimate such exemptions would be given those who believed in him. That such miracles have in fact occasionally taken place is a matter of record; what is to be doubted is that the Lord should have promised them indiscriminately to all believers as part of the blessings which would be bestowed upon them” (= Janji yang aneh tentang kekebalan dari ular-ular dan minuman beracun sama sekali tidak cocok dengan Pribadi Kristus sebagaimana dinyatakan dalam Injil Markus, Injil-injil yang lain, dan dalam seluruh Perjanjian Baru. Tidak ada dimanapun Yesus membebaskan diriNya sendiri atau pengikut-pengikutNya dari hukum-hukum alam yang memerintah kehidupan ini, juga Ia tidak pernah mengisyaratkan bahwa pembebasan seperti itu akan diberikan kepada mereka yang percaya kepadaNya. Bahwa mujijat-mujijat seperti itu dalam faktanya kadang-kadang terjadi merupakan persoalan catatan; apa yang harus diragukan adalah bahwa Tuhan telah menjanjikan mereka tanpa pandang bulu kepada semua orang-orang percaya sebagai bagian dari berkat yang akan diberikan kepada mereka).

2. Kata-kata ‘mereka tidak akan mendapat celaka’ berlaku untuk point c. dan d.

Lenski: “The kai wants us to combine these two miracles: protection from poisonous serpents and from poisonous drink” [= Kata KAI (= dan) meminta kita untuk menggabungkan kedua mujijat ini: perlindungan dari ular berbisa dan dari minuman beracun] - hal 769.

Markus 16:17-18 - “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan (Yunani: KAI) sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.

Memang terlihat bahwa dari kelima tanda yang dijanjikan ini, hanya tanda ke 3 dan ke 4 yang dihubungkan dengan kata penghubung KAI (= dan). Dan ini oleh Lenski dijadikan argumentasi untuk menunjukkan bahwa kata-kata ‘mereka tidak akan mendapat celaka’ berlaku untuk kedua janji tersebut, yang telah digabungkan oleh kata KAI (= dan) itu.

3. Tidak ada catatan dalam Alkitab tentang orang percaya minum racun dan tidak celaka. Tetapi tradisi mengatakan bahwa hal itu pernah terjadi dalam sejarah.

Lenski: “We have no example of the latter in the New Testament. But tradition reports that the apostle John drank poison without harm, likewise Justus Barsabas (Eusebius, 3, 39)” [= Kita tidak mempunyai contoh dari yang terakhir dalam Perjanjian Baru. Tetapi tradisi melaporkan bahwa sang rasul Yohanes meminum racun tanpa mengalami bahaya / kecelakaan, demikian juga Justus Barsabas (Eusebius, 3, 39)] - hal 769.

Pulpit Commentary: “‘And if they drink any deadly thing, it shall in no wise hurt them.’ There are some few traditionary notices of the fulfillment of this promise; as in the case of ‘Justus Barsabas,’ mentioned by Eusebius (‘H.E.,’ 3, 19), and of St. John, mentioned by St. Augustine” (= ‘Dan jika mereka minum sesuatu apapun yang mematikan, itu tidak akan mencelakai mereka’. Ada beberapa pemberitahuan yang bersifat tradisi tentang penggenapan dari janji ini; seperti dalam kasus dari ‘Yustus Barsabas’, disebutkan oleh Eusebius (‘H.E.,’ 3, 19), and tentang Santo Yohanes, disebutkan oleh Santo Augustinus).

J. A. Alexander: “There is no particular fulfilment of this promise upon record in the sacred history, and the later legend of John’s drinking poison may have been directly derived from it. But this is no proof that it was not really fulfilled, as the cases above mentioned were recorded incidentally, for other reasons, not as specimens, much less as an exhaustive list, of such fulfilments” (= Tidak ada penggenapan khusus tentang janji ini pada catatan dalam sejarah suci / sejarah Alkitab, dan dongeng belakangan tentang Yohanes minum racun mungkin / bisa telah diturunkan darinya. Tetapi ini bukan bukti bahwa janji itu tidak sungguh-sungguh digenapi, karena kasus-kasus yang telah disebutkan di atas dicatat secara sambil lalu, untuk alasan-alasan yang lain, bukan sebagai contoh-contoh, apalagi sebagai suatu daftar yang lengkap dari penggenapan-penggenapan seperti itu) - hal 443.

Ini memang masuk akal, karena seperti dalam Mat 10, tidak ada laporan tentang pembangkitan orang mati, padahal Matius 10:8 mengatakan “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma”.

4. Bukti bahwa Muhammad bukan rasul

Adam Clarke mengatakan bahwa Markus 16:17-18 ini menjanjikan bahwa rasul-rasul tidak mungkin bisa mati karena racun. Tetapi Muhammad, yang menganggap diri / dianggap sebagai rasul, ternyata mati karena diracun. Memang matinya tidak langsung, tetapi sekitar 3 tahun setelahnya, tetapi memang disebabkan karena racun itu.

Adam Clarke: “That the apostles of our Lord should not lose their lives by poison is most fully asserted in this verse, and there is neither record nor tradition to disprove this. But it is worthy of remark, that Mohammed, who styled himself THE APOSTLE OF GOD, lost his life by poison; and had he been a true apostle of God, he could not have fallen by it. Al Kodai, Abul Feda, and Al Janabi, give the following account. When Mohammed, in the seventh year of the Hejra, A.D. 628 A.D., had taken the city of Kheebar, from the Arab Jews, he took up his lodgings at the house of Hareth, the father of Marhab the Jewish general, who had been slain at the taking of the city by Alee, the son-in-law of Mohammed. Zeenab the daughter of Hareth, who was appointed to dress the prophet's dinner, to avenge the fall of her people, and the death of her brother, put poison in a roasted lamb which was provided for the occasion. Bashar, one of his companions, falling on too hastily, fell dead on the spot. Mohammed had only chewed one mouthful, but had not swallowed it: though, on perceiving that it was poisoned, he immediately spat it out, yet he had swallowed a sufficiency of the juice to lay the foundation of his death; though this did not take place until about three years after: but that it was the cause of his death then, his dying words related by Al Janabi, and others, sufficiently testify. When the mother of Bashar came to see him in his dying agonies, he thus addressed her: ‘O mother of Bashar, I now feel the veins of my heart bursting through the poison of that morsel which I ate with thy son at Kheebar.’ Abul Feda, Ebnol Athir, and Ebn Phares say, that the prophet acknowledged on his death-bed, that the poison which he had taken at Kheebar had tormented him from that time until then, notwithstanding blisters were applied to his shoulders, and everything done in the beginning to prevent its effects. Al Kodai and Al Janabi relate, that when Zeenab was questioned why she did this, she answered to this effect: ‘I said in my heart, If he be a king, we shall hereby be freed from his tyranny; and if he be a prophet, he will easily perceive it, and consequently receive no injury.’ To support his credit, he pretended that the lamb spoke to him, and said that it was infected with poison! See Elmakin, p. 8. It was therefore policy in him not to put Zeenab to death. It has pleased God that this fact should be acknowledged by the dying breath of this scourge of the earth; and that several of even the most partial Mohammedan historians should relate it! And, thus attested, it stands for the complete and everlasting refutation of his pretensions to the prophetic spirit and mission. Vide Specimen Hist. Arabum, a POCOCKIO, p. 189, 190. Le Coran traduit par SAVARY, vol. 1 p. 135, and 212. See also, The Life of Mohammed by PRIDEAUX, 93, 101” (= ).

Tanggapan saya: Sekalipun saya sebagai orang Kristen tidak mengakui kerasulan Muhammad, tetapi saya berpendapat bahwa merupakan sesuatu yang salah untuk menggunakan ayat seperti ini untuk membuktikan bahwa Muhammad bukan rasul. Pertama, karena ayat ini diragukan keasliannya (dan bagi saya memang tidak asli), dan kedua, karena kalaupun ayat ini mau dianggap asli, tidak semua dari kelima tanda itu berlaku untuk setiap rasul. Ini merupakan pandangan Calvin yang telah saya berikan di atas, tetapi untuk mudahnya saya kutip ulang di bawah ini.

Calvin: “When he says that believers will receive this gift, we must not understand this as applying to every one of them; for we know that gifts were distributed variously, so that the power of working miracles was possessed by only a few persons” (= Pada waktu Ia berkata bahwa orang-orang percaya akan menerima karunia ini, kita tidak boleh menganggap ini sebagai berlaku bagi setiap orang dari mereka; karena kita tahu bahwa karunia-karunia didistribusikan secara berbeda-beda, sehingga kuasa mengerjakan mujijat-mujijat dimiliki oleh hanya sedikit orang).

5. Jelas bahwa tanda ke 3 dan 4 ini tidak boleh digunakan sebagai pameran / sombong-sombongan, karena ini merupakan tindakan ‘mencobai Tuhan’.

Wycliffe Bible Commentary: “The statement concerning casting out demons (devils) and speaking with new tongues (v. 17) could well have reference to occurrences in the early church as recorded in Acts. Even the words about taking up serpents may be an allusion to Paul’s experience in Acts 28:1-6. The NT contains no other passage dealing with drinking poison (any deadly thing). Even if this passage were unquestionably genuine, it could not reasonably be used as a basis for the deliberate and presumptuous handling of snakes and drinking of poison which are practiced by certain extreme religious sects” [= Pernyataan berkenaan dengan pengusiran roh jahat (setan / iblis) dan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru ( Markus 16: 17) bisa berhubungan dengan kejadian-kejadian dalam gereja mula-mula / awal seperti yang dicatat dalam Kisah Rasul. Bahkan kata-kata tentang memegang ular bisa merupakan suatu referensi tidak langsung pada pengalaman Paulus dalam Kis 28:1-6. Perjanjian Baru tidak mempunyai text lain yang berhubungan dengan minum racun (benda / hal apapun yang mematikan). Bahkan jika text ini asli secara tidak dipertanyakan, itu tidak bisa digunakan sebagai suatu dasar untuk memegang ular dengan sengaja dan sombong dan minum racun, yang dipraktekkan oleh sekte-sekte agamawi extrim tertentu].

William Hendriksen: “Taking such a risk is exactly what by implication Jesus condemned both by example (Matt. 4:7) and precept (Matt. 10:23; 24:16-18). Ever so often newspaper report incidents of religious fanatics picking up venomous snakes and / or drinking dealy poison, frequently with sad results. At times those who do this try to justify their strange behavior by appealing to Mark 16:18. It is high time that everybody be told that the ending is binding for faith and practice only to the extent in which its teachings are definitely supported by Scripture in general. In fact, they should be told that the items about picking up serpents and drinking poisons must not be considered Scripture at all! ... The public in general should become informed about the truth with respect to Mark 16:17,18” [= Mengambil resiko seperti itu adalah persis merupakan apa yang secara tidak langsung dikecam oleh Yesus baik dengan teladan (Matius 4:7) maupun ajaran / perintah (Matius 10:23; 24:16-18). Tetapi begitu sering surat kabar melaporkan kejadian tentang orang-orang beragama yang fanatik yang mengambil ular berbisa dan / atau meminum racun yang mematikan, seringkali dengan hasil / akibat yang menyedihkan. Kadang-kadang mereka yang melakukan ini mencoba untuk membenarkan tindakan mereka yang aneh dengan ‘naik banding’ pada Markus 16:18. Sudah waktunya bahwa setiap orang diberitahu bahwa akhiran ini mengikat untuk iman dan praktek hanya pada waktu ajaran-ajarannya secara pasti didukung oleh Kitab Suci secara umum. Dalam faktanya, mereka harus diberitahu bahwa hal-hal tentang memegang ular dan meminum racun tidak boleh dianggap sebagai Kitab Suci sama sekali! ... Masyarakat secara umum harus mengetahui tentang kebenaran berkenaan dengan Markus 16:17-18] - hal 691.

Matius 4:5-7 - “(5) Kemudian Iblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada batu.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!’”.

Matius 10:23 - “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang”.

Matius 24:16-18 - “(16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (17) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, (18) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya”.

Catatan: kedua text yang terakhir ini maksudnya pada waktu ada bahaya, kita harus menghindar, dan bukannya sengaja menantang bahaya.

e) “mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”.

Barclay: “The church has a healing task. Here is a fact we have seen again and again. Christianity is concerned with men’s bodies as well as men’s minds. Jesus wished to bring health to the body and health to the soul. ... The church has a source of power. We need not take everything literally. We need not think that the Christian is literally to have the power to lift venomous snakes and drink poisonous liquids and take no harm. But at the back of this picturesque language is the conviction that the Christian is filled with a power to come with life that others do not possess” (= Gereja mempunyai tugas penyembuhan. Di sini ada suatu fakta yang kita lihat berulang-ulang. Kekristenan memperhatikan tubuh manusia maupun pikiran manusia. Yesus ingin membawa kesehatan kepada tubuh dan kesehatan kepada jiwa. ... Gereja mempunyai sumber kuasa. Kita tidak perlu mengartikan segala sesuatu secara hurufiah. Kita tidak perlu berpikir bahwa orang Kristen secara hurufiah harus mempunyai kuasa untuk mengangkat ular berbisa dan minum cairan beracun dan tidak akan celaka. Tetapi di belakang bahasa yang indah yang seperti lukisan ini ada keyakinan bahwa orang Kristen dipenuhi dengan suatu kuasa untuk datang dengan kehidupan, yang tidak dimiliki orang-orang lain) - hal 370.

Catatan: saya anggap Barclay tidak konsisten. Mengapa dalam kesembuhan ia menghurufiahkan, tetapi dalam hal ular berbisa dan racun tidak?


William Hendriksen mengatakan (hal 690) banyak orang Reformed (Warfield, Shedd, Spurgeon, Dabney, Whitefield, bahkan juga Matthew Henry) menganggap bahwa janji tentang tanda-tanda ini (ia hanya memaksudkan tanda ke 1,2,5) hanya berlaku untuk para rasul. Dengan matinya para rasul, maka janji ini juga tak berlaku lagi.

Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “The special signs described in vv. 17-18 applied primarily to the apostolic age (Heb 2:3-4; 2 Cor 12:12) and are recorded in the Book of Acts: speaking in tongues (Acts 2:1-4; 10:44-46), casting out demons (Acts 8:5-7; 19:12), taking up serpents (Acts 28:3-6), and healing the sick (Acts 3:1-10; 5:15-16). There are no references to people surviving after drinking poison, but not every miracle is mentioned in Acts. These ‘sign’ miracles are given to encourage us to trust God and not to tempt Him with foolish experiments. These signs were the credentials of the apostles (v. 20), but it is not necessary to perform miracles in order to serve the Lord (John 10:39-42)” [= Tanda-tanda khusus yang digambarkan dalam Markus 16:17-18 berlaku terutama pada jaman rasuli (Ibr 2:3-4; 2Korintus 12:12) dan dicatat dalam Kisah Rasul: berbicara dalam bahasa Roh (Kis 2:1-4; 10:44-46), pengusiran roh jahat / setan (Kis 8:5-7; 19:12), memegang ular (Kis 28:3-6), dan penyembuhan orang sakit (Kis 3:1-10; 5:15-16). Tidak ada referensi tentang orang-orang yang tetap hidup setelah minum racun, tetapi tidak setiap mujijat disebutkan dalam Kisah Rasul. Tanda-tanda mujijat ini diberikan untuk mendorong kita untuk mempercayai Allah, dan bukannya untuk mencobai Dia dengan percobaan-percobaan yang tolol. Tanda-tanda ini adalah hal-hal yang menyebabkan rasul-rasul punya hak untuk dipercayai (ay 20), tetapi tidaklah perlu untuk melakukan mujijat-mujijat untuk melayani Tuhan (Yohanes 10:39-42)].

Ibrani 2:3-4 - “(3) bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan (4) Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.

Catatan: boleh dikatakan semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan kata-kata ‘Roh Kudus’ dengan ‘gifts of the Holy Spirit / Ghost’ (= karunia-karunia Roh Kudus).

2Korintus 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”.

Yohanes 10:39-42 - “(39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. (40) Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. (41) Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’ (42) Dan banyak orang di situ percaya kepadaNya”.

KESIMPULAN:

William Hendriksen: “It is possible, in fact, that in connection with four of the five items here mentioned the historical milieu is later than that of Christ’s earthly sojourn. The following facts must be borne in mind: Ability to speak in new tongues is never mentioned in the Gospels. Neither is ability to pick up venomenous snakes or to drink poisons without incurring any harm” (= Dalam faktanya, adalah mungkin bahwa berhubungan dengan empat dari lima hal yang disebutkan di sini lingkungan / suasana historisnya adalah lebih belakangan dari pada lingkungan / suasana sejarah dari tinggal-sementaranya Kristus di bumi. Fakta-fakta berikut ini harus dicamkan: Kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru tidak pernah disebutkan dalam Injil-injil. Juga tidak pernah disebutkan tentang memegang ular berbisa atau minum racun tanpa mendatangkan kecelakaan / bahaya) - hal 691.


Tetapi dalam hal di bawah ini saya menganggap William Hendriksen terlalu mencari-cari kesalahan.

William Hendriksen: “And even as to the gift of performing miraculous healings, though, to be sure, this is definitely mentioned in the Gospels, the possibility that the change from ‘anointing them with oil’ (see on Markus 6:13) to ‘they will place their hands on the sick’ (here in 16:18) is significant deserves consideration” [= Dan bahkan berkenaan dengan karunia melakukan penyembuhan yang bersifat mujijat, sekalipun jelas ini disebutkan dalam Injil-injil, kemungkinan bahwa perubahan dari ‘mengurapi mereka dengan minyak’ (lihat tentang Markus 6:13) kepada ‘mereka akan meletakkan tangan mereka pada orang sakit’ (di sini dalam Markus 16:18) adalah sesuatu yang menyolok yang layak untuk mendapatkan pertimbangan] - hal 691.

Markus 6:13 - “dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”.

Dalam sepanjang pembahasan tentang Markus 16:17-18, saya kira William Hendriksen cukup banyak mencari-cari hal-hal yang bertentangan dengan Kitab Suci. Kita harus mewaspadai hal ini. 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post