Kisah Para Rasul 17:1-14 (Tesalonika dan Berea)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Kisah Para Rasul 17:1-14 (Tesalonika dan Berea). Kisah Para Rasul 17:1-14 - “(Kisah Para Rasul 17:1) Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. (2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (3) Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’ (4) Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka. (5) Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat. (6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’ (8) Ketika orang banyak dan pembesar-pembesar kota mendengar semuanya itu, mereka menjadi gelisah. (9) Tetapi setelah mereka mendapat jaminan dari Yason dan dari saudara-saudara lain, merekapun dilepaskan. (10) Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. (11) Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (12) Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani. (13) Tetapi ketika orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan firman Allah oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak. (14) Tetapi saudara-saudara menyuruh Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea.”.
otomotif, gadget, bisnis |
Apa kriteria yang saudara gunakan dalam menilai apakah seseorang itu lebih baik dari yang lain?
1. Kerajinannya dalam sekolah / belajar?
2. Hormat dan ketaatannya kepada orang tuanya?
3. Semangat dan kesuksesannya dalam pekerjaannya?
4. Kesetiaannya kepada istrinya?
5. Kasih / kesabarannya?
Saya tidak mengatakan bahwa kriteria-kriteria di atas itu adalah salah, tetapi bagaimanapun juga, bagian Kitab Suci yang kita pelajari hari ini memberikan kriteria yang berbeda, yang lebih mendasar.
Untuk mengetahui hal itu, marilah kita mempelajari bacaan hari ini, dan membandingkan 2 kota yang dilayani oleh Paulus, yaitu Tesalonika dan Berea.
I) Tesalonika.
1) Paulus memberitakan Injil di Tesalonika (Kisah Para Rasul 17: 1-4).
Kisah Para Rasul 17: 1-4: “(1) Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. (2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (3) Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’ (4) Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.”.
a) Ia memberitakan Injil di sinagog / rumah ibadat (Kisah Para Rasul 17: 2).
1. Kisah Para Rasul 17: 2: ‘seperti biasa’.
NIV: ‘as his custom was’ [= seperti kebiasaannya].
Jadi, ini menunjukkan bahwa kalau Paulus menginjili suatu kota, ia mempunyai kebiasaan untuk selalu memberitakan Injil di sinagog lebih dulu, karena ia ingin menginjili orang-orang Yahudi lebih dulu.
2. Paulus selalu mendahulukan orang Yahudi, sekalipun mereka selalu tegar tengkuk dan bahkan menganiaya Paulus. Dari sini terlihat bahwa dalam pelayanannya, Paulus tidak terpengaruh oleh ketidak-layakan orang yang ia layani.
Bagaimana dengan saudara? Maukah saudara tetap melayani orang yang menjengkelkan? Ingatlah bahwa Tuhanpun selalu mau melayani dan memimpin saudara sekalipun saudara tidak layak di hadapanNya. Karena itu, saudarapun harus selalu mau melayani orang-orang yang tidak layak untuk dilayani.
Tetapi ingat, bahwa ini harus dibedakan dari ‘anjing dan babi’, yang Yesus sebutkan dalam Mat 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.’”.
Anjing dan babi ini adalah orang-orang yang bukan hanya menolak injil, tetapi mengejek Injil, Yesus, Alkitab, Allah Tritunggal dsb.
Ingat bahwa tujuan kita dalam memberitakan Injil adalah untuk memuliakan Tuhan, sehingga kalau yg terjadi justru adalah pelecehan terhadap Tuhan, maka penginjilan itu harus dihentikan!!
b) 3 hari Sabat berturut-turut (Kisah Para Rasul 17: 2).
Memang kalau saudara hanya mempunyai waktu sedikit untuk memberitakan Injil kepada seseorang (misalnya waktu bertemu di bemo), maka saudara bisa memberitakan Injil dengan cara yang singkat, misalnya dengan berkata: ‘Kalau kamu mau percaya kepada Yesus, semua dosamu akan diampuni!’. Tetapi perlu diingat bahwa sebetulnya Pemberitaan Injil secara singkat seperti itu sebetulnya tidak memadai, karena Injil itu cukup luas dan mencakup banyak hal, seperti:
1. Tentang dosa.
2. Tentang keadilan Allah / hukuman Allah / neraka.
3. Tentang keilahian dan kemanusiaan Kristus.
4. Tentang penderitaan & kematian Kristus untuk kita.
5. Tentang kebangkitan Kristus.
6. Tentang keselamatan karena iman saja.
7. Tentang iman, dan hubungannya dengan perbuatan baik.
8. Tentang keyakinan keselamatan.
9. Tentang Kristus sebagai satu-satunya jalan ke surga.
10. Dll.
Karena itu, kalau memungkinkan, usahakanlah untuk mengada¬kan pertemuan beberapa kali, sehingga saudara bisa menje¬laskan Injil itu secara keseluruhan.
c) Paulus menggunakan otak + Kitab Suci dalam Pemberitaan Injil.
Kisah Para Rasul 17: 2-3: “(2) Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. (3) Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’”.
Kisah Para Rasul 17: 2b-3 (NIV): ‘he reasoned with them from the Scrip¬ture, explaining and proving’ [= ia berargumentasi dengan mereka dari Kitab Suci, menjelaskan dan membuktikan].
Dari kata-kata ‘berargumentasi’, ‘menjelaskan’, dan ‘mem¬buktikan’, terlihat dengan jelas bahwa Paulus menggunakan otaknya dalam memberitakan Injil. Dan dari kata ‘Kitab Suci’, terlihat jelas bahwa ia menggunakan Kitab Suci dalam pemberitaan Injil.
Penerapan:
1. Ada orang yang dalam memberitakan Injil hanya menggunakan kehebatan otaknya dan kemampuannya untuk berdebat. Ia memberikan illus¬trasi-illustrasi dan ia menceritakan berbagai-bagai pengalaman yang telah ia alami. Tetapi ia tidak menggunakan Kitab Suci. Ini salah! Ingat bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan adalah pedang Roh (Efesus 6:17).
2. Sebaliknya, ada orang yang memberitakan Injil dengan menembakkan secara sembarangan ayat-ayat Kitab Suci, tanpa menggunakan otaknya. Ini juga salah! Dalam menggunakan ayat-ayat Kitab Suci, kita perlu menggunakan otak / akal sehat kita!
d) Yang menjadi inti pemberitaan Injil dari Paulus adalah Mesias, kematianNya dan kebangkitanNya,dan bahwa Yesus adalah Mesias (Kisah Para Rasul 17: 3).
Kisah Para Rasul 17: 3: “Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’”.
Penerapan: Jaman sekarang ada banyak orang kristen yang kalau ‘memberitakan Injil’ hanya mengajak orang ke gereja, atau menegur dosa seseorang, atau menceri¬takan mujijat / kesembuhan yang Tuhan lakukan dsb, tetapi tidak menekankan tentang Yesus, kematianNya dan kebangkitanNya. Sebetulnya, itu bukan Pemberitaan Injil! Pemberitaan Injil yang benar harus menekankan inti / hal yang terpenting dari Injil, yaitu Yesus, kematianNya dan kebangkitanNya! Bahwa itu adalah 2 hal terpenting dalam Pemberitaan Injil, terlihat dari kata-kata Paulus sendiri di bawah ini.
1Korintus 15:3-4 - “(3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;”.
2) Tanggapan orang Tesalonika.
a) Beberapa (sedikit) orang Yahudi + banyak orang Yunani + tidak sedikit perempuan terkemuka menjadi percaya dan lalu bergabung dengan Paulus dan Silas (Kisah Para Rasul 17: 4).
Kisah Para Rasul 17: 4: “Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.”.
Mereka bergabung dengan Paulus dan Silas, supaya mereka bisa mendengar dan belajar Firman Tuhan lebih banyak lagi. Ini menunjukkan bahwa orang yang betul-betul bertobat, pasti akan rindu pada Firman Tuhan!
b) Mayoritas orang Yahudi.
Kisah Para Rasul 17: 5: “Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat.”.
1. Menjadi iri hati (Kisah Para Rasul 17: 5a).
Banyak orang menyepelekan dosa iri hati ini, tetapi sebetulnya ini adalah suatu dosa yang jahat sekali, karena selalu membawa kita pada dosa-dosa yang lain. Karena itu, kalau saudara sering iri hati, datanglah kepada Tuhan untuk minta ampun dan untuk minta tolong agar dosa iri hati itu bisa dibereskan!
2. Mereka bergabung dengan para penjahat (Kisah Para Rasul 17: 5b).
Bagaimana mereka, yang mengaku sebagai orang-orang yang religius, bisa bergabung dengan para penjahat, adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti!
3. Mengadakan keributan dan mengacau kota (Kisah Para Rasul 17: 5c).
BACA JUGA: SEPULUH HUKUM TAURAT
Kemanapun Paulus pergi untuk memberitakan Injil, selalu ada keributan dan kekacauan:
a. Di Siprus (Kisah Para Rasul 13:6-11).
b. Di Antiokhia di Pisidia (Kisah Para Rasul 13:44-47).
c. Di Ikonium (Kisah Para Rasul 14:2-5).
d. Di Listra (Kisah Para Rasul 14:11-19).
e. Di Antiokhia dan Yerusalem (Kis 15).
f. Di Filipi (Kisah Para Rasul 16:16-24).
g. Di Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:5).
h. Di Berea (Kisah Para Rasul 17:13).
i. Di Atena (Kisah Para Rasul 17:32).
j. Di Korintus (Kisah Para Rasul 18:6,12-17).
k. Di Efesus (Kisah Para Rasul 19:21-40).
Memang, dimanapun ada seseorang yang betul-betul memberitakan Injil / Firman Tuhan, pasti di sana ada keributan, karena Yesus sendiri berkata bahwa Ia tidak datang membawa damai, tetapi membawa pedang.
Matius 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”.
Karena itu, dimanapun Yesus diberitakan, selalu terjadi pro dan kontra yang menimbulkan keributan! Tetapi perhatikan bahwa keributan itu tidak ditimbul¬kan oleh Paulus / orang yang pro Yesus, tetapi justru ditimbulkan oleh orang-orang yang kontra / anti Yesus!
4. Menyerbu rumah Yason, menyeret Yason dan beberapa saudara (Kisah Para Rasul 17: 5,6). Ini disebabkan karena Yason memberi tumpangan kepada Paulus dan Silas (Kisah Para Rasul 17: 7a).
Kisah Para Rasul 17: 5-7: “(5) Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat. (6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’”.
5. Menuduh dengan fitnahan (Kisah Para Rasul 17: 6-7).
Kisah Para Rasul 17: 6-7: “(6) Tetapi ketika mereka tidak menemukan keduanya, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota, sambil berteriak, katanya: ‘Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang juga ke mari, (7) dan Yason menerima mereka menumpang di rumahnya. Mereka semua bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’”.
Kesimpulan: mayoritas orang Yahudi di Tesalonika tidak menghormati / menghargai Kitab Suci dan tidak meninggikan otoritas Kitab Suci.
Penerapan: saudara juga sama seperti mereka kalau saudara:
a. Menyenangi khotbah yang pendek, gampang, dan menyenang¬kan telinga. Atau saudara menyenangi khotbah yang tidak membahas Kitab Suci, tetapi sebaliknya dipenuhi dengan dongeng, lelucon dan kesaksian.
b. Marah pada waktu mendengar teguran Firman Tuhan.
c. Malas membaca Kitab Suci di rumah (saat teduh).
d. Tidak mau berkorban waktu, tenaga, uang, dsb, demi mendapatkan Firman Tuhan / untuk datang dalam Pemahaman Alkitab.
e. Hanya mengerti tetapi tidak mau mentaati Firman Tuhan.
f. Tetap menolak suatu ajaran sekalipun ajaran itu memberikan dasar Kitab Suci yang tidak bisa dibantah.
g. Tetap memegang suatu ajaran / praktek, sekalipun mendapatkan serangan berdasarkan Kitab Suci yang tidak bisa saudara bantah.
h. Bosan membaca / belajar Firman Tuhan.
II) Berea.
Paulus melakukan hal yang sama seperti di Tesalonika, yaitu ia memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 17: 10).
Kisah Para Rasul 17: 10: “Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi.”.
Tetapi tanggapan yang ia dapatkan betul-betul berbeda! (Kisah Para Rasul 17: 11).
Kisah Para Rasul 17: 11: “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.
1) Mereka terbuka terhadap Firman Tuhan dan mau mendengar Firman Tuhan (Kisah Para Rasul 17: 11).
Mereka tidak seperti banyak orang kristen pada jaman ini yang sekalipun pergi ke gereja, tetapi tidak senang mendengar Firman Tuhan.
2) Mereka menyelidiki Kitab Suci (Kisah Para Rasul 17: 11).
Ini menunjukkan bahwa mereka mau membuang waktu, tenaga dan pikiran untuk belajar Kitab Suci.
3) Mereka menyelidiki Kitab Suci tiap hari (Kisah Para Rasul 17: 11).
Ini menunjukkan suatu ketekunan dalam belajar Kitab Suci! Apakah hal ini ada pada saudara dalam hal belajar Kitab Suci / Firman Tuhan?
4) Mereka mengecheck khotbah Paulus dengan Kitab Suci (Kisah Para Rasul 17: 11).
a) Ini bertentangan dengan 2 sikap yang extrim:
1. Menolak semua ajaran baru / asing.
2. Menerima seadanya ajaran.
Jangan mempunyai sikap extrim seperti ini. Dalam mendengar setiap ajaran dari siapapun, perhatikanlah apakah ajaran itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak. Kalau sesuai, tidak peduli itu bertentangan dengan pendapat saudara selama ini, saudara harus menerimanya. Sebaliknya, kalau tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka sekalipun yang memberitakan adalah ‘orang top’, saudara harus menolaknya!
b) Tindakan mereka ini bukan menghakimi! Kisah Para Rasul 17: 11 ini justru jelas sekali memuji tindakan tersebut!
c) Kalau jemaat wajib mengecheck khotbah dengan Kitab Suci, maka jelas bahwa pengkhotbahnyapun wajib berkhotbah / mengajar dengan menunjukkan dasar Kitab Sucinya!
5) Mereka percaya kepada Yesus / bertobat (Kisah Para Rasul 17: 12).
Kisah Para Rasul 17: 12: “Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.”.
Orang yang betul-betul menghargai otoritas Kitab Suci, sukar untuk tidak menjadi orang kristen!
Kesimpulan: Orang-orang Yahudi di Berea menghargai / menghormati dan meninggikan otoritas Kitab Suci!
Ini sebabnya dalam Kisah Para Rasul 17: 11, Kitab Suci / Tuhan mengatakan bahwa mereka ‘lebih baik hatinya’ dari pada orang Yahudi di Tesaloni¬ka! Kata-kata ‘lebih baik hatinya’ diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris:
KJV/RSV: ‘more noble’ [= lebih mulia].
NIV: ‘more noble character’ [= karakter yang lebih mulia].
NASB: ‘more noble-minded’ [= mempunyai pikiran yang lebih mulia].
Jadi, semua Kitab Suci bahasa Inggris mengandung kata ‘noble’ yang bisa berarti ‘mulia’ atau ‘ningrat’.
Jadi, Kitab Suci / Tuhan menganggap bahwa orang-orang Yahudi di Berea lebih mulia / lebih ningrat (secara rohani) / lebih baik dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika. Karena apa? Karena orang-orang Yahudi di Berea mempunyai sikap dan tanggapan terhadap Firman Tuhan yang jauh lebih baik dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika.
Inilah kriteria yang digunakan oleh Kitab Suci / Tuhan dalam menentukan apakah seseorang itu baik atau tidak! Tuhan menghargai orang yang menghargai FirmanNya!
Wycliffe Bible Commentary (tentang Ezra 9:4): “‘Every one that trembled at the words of the God of Israel.’ Cf. Ezra 10:3; Isa 66:2,5; Ps 119:120,161. A man’s attitude toward God’s Word is one of the ultimate criteria of his spirituality.” [= ‘Semua orang yang gemetar karena firman Allah Israel’. Bdk. Ezra 10:3; Yesaya 66:2,5; Mazmur 119:120,161. Sikap seseorang terhadap Firman Allah merupakan salah satu kriteria yang terutama dari kerohaniannya.].
Penerapan: Kisah Para Rasul 17:1-14 (Tesalonika dan Berea)
a) Maukah saudara menilai orang juga dengan kriteria seperti ini?
b) Apakah saudara sendiri adalah orang yang baik kalau dinilai menurut kriteria ini? Kalau tidak, maukah saudara memper¬baiki sikap dan tanggapan saudara terhadap Kitab Suci / Firman Tuhan? Kisah Para Rasul 17:1-14 (Tesalonika dan Berea).
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-