Eksposisi Matius 10:16-36

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Matius10:16-36 - “(Matius 10:16) ‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (17) Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. (19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. (21) Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. (22) Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.“(23) Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang. (24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. (26) Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. (27) Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.’ (34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”
Eksposisi Matius 10:16-36
gadget, bisnis, otomotif
Berbeda dengan dalam Matius 10:1-15, maka Matius 10:16-42 bukan hanya berlaku untuk para rasul pada saat itu.

Calvin: These words did not merely foretell the consequences of that journey which they were now commencing, but gave them warning as to the whole course of their apostleship (= Kata-kata ini tidak semata-mata meramalkan konsekwensi dari perjalanan yang sekarang sedang mulai itu, tetapi memberikan mereka peringatan berkenaan dengan seluruh perjalanan kerasulan mereka).

Knox Chamblin: “Vv 5-15 relate directly to the missionary activity that immediately awaits the apostles; but vv 16-42 embrace their and other Christians’ missionary activity beyond the present period” (= Ay 5-15 berhubungan langsung dengan aktivitas misionaris yang segera menunggu rasul-rasul; tetapi ay 16-42 mencakup aktivitas misionaris mereka dan orang-orang kristen yang lain melampaui periode pada saat itu) - hal 74.

Alasannya:

a)         Dengan melihat keparalelan dari Injil Matius, Markus dan Lukas.
Matius 10:5-15                     Mark 6:8-11               Luk 9:2-5                    pengutusan 12 rasul
-----------------                     Mark 6:12                              Luk 9:6                       rasul-rasul pergi
Matius 10:16-42                   Mark 13                                  Luk 12,21                                                      

Matius 10:5-15 paralel dengan Markus 6:8-11 dan Lukas 9:2-5.
Mark 6:12 dan Luk 9:6 menceritakan kepergian rasul-rasul; ini tidak diceritakan dalam Matius.

Matius 10:16-42 mempunyai bagian-bagian paralel yang dicatat dalam Markus dan Lukas, termasuk Luk 12, Mark 13, dan Lukas 21.

Jadi harus disimpulkan bahwa Matius10: 16-42 tidak diucapkan oleh Yesus untuk perjalanan misionaris dalam Matius10: 5-15.

b)   Matius memang sering menyusun ajaran-ajaran Yesus secara sistimatik, dan di sini ia menggabungkan bermacam-macam ajaran dari Yesus yang berkenaan dengan missi rasul-rasul dan gereja.

c)   Dalam Matius 10: 5 para rasul dilarang memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi dan Samaria, tetapi ay 18 secara jelas menunjukkan penginjilan kepada orang-orang non Yahudi.

Matius 10: 18: “Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.

Bagian yang saya garis-bawahi itu salah terjemahan.
KJV: ‘Gentiles’ (= orang-orang non Yahudi).
Lit: ‘nations’ (= bangsa-bangsa).

Jelas bahwa yang dimaksudkan adalah ‘bangsa-bangsa lain atau ‘bangsa-bangsa non Yahudi’.

Juga penguasa-penguasa dan raja-raja jelas termasuk orang-orang non Yahudi, tetapi toh rasul-rasul menjadi kesaksian bagi mereka.

d)   Selama Yesus masih bersama dengan para murid, mereka tidak menjumpai kesukaran-kesukaran / penderitaan-penderitaan seperti yang Yesus katakan dalam ay 16-42 ini. Misalnya bahwa mereka akan dihadapkan ke Majelis Agama, penguasa dan raja (ay 17-18). Baru setelah kebangkitan dan kenaikan Kristus ke surga mereka mengalami hal-hal tersebut.

Matius10: 16: “‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.

1)         Yesus mengutus kita seperti domba ke tengah-tengah serigala (Matius10: 16).

a)   Domba vs serigala.
Kita digambarkan seperti domba yang tidak punya alat pertahanan apa-apa, sedangkan orang dunia digambarkan seperti serigala. Penggambaran ini jelas menunjukkan ada penderitaan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan, terhadap orang-orang kristen. Karena itu kalau hal seperti itu terjadi, jangan terlalu heran.

Adam Clarke: “He who is called to preach the Gospel is called to embrace a state of constant labour, and frequent suffering. He who gets ease and pleasure, in consequence of embracing the ministerial office, neither preaches the Gospel, nor is sent of God. If he did the work of an evangelist, wicked men and demons would both oppose him” (= Ia yang dipanggil untuk memberitakan Injil dipanggil untuk menerima suatu keadaan bekerja yang terus menerus, dan penderitaan yang sering. Ia yang mendapatkan ketenteraman dan kesenangan, sebagai akibat dari penerimaan kewajiban pelayanan, tidak memberitakan Injil ataupun diutus oleh Allah. Jika ia memang melakukan pekerjaan seorang penginjil, orang-orang jahat dan setan-setan akan menentang dia).

Penerapan: ‘hamba-hamba Tuhan’ yang selalu menceritakan kesuksesan pelayanannya, tanpa ada tantangan / halangan yang berarti, perlu diragukan keasliannya sebagai hamba Tuhan!

b)   Yesuslah yang mengutus kita.
Dalam bahasa Yunaninya, kata ‘Aku’ ditekankan sehingga sebetulnya bisa diterjemahkan: Aku sendiri mengutus kamu....’.
Fakta bahwa Yesuslah yang mengutus kita, merupakan suatu penghiburan bagi kita, sekalipun kita diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala.

c)   Penafsiran yang salah tentang ay 16 ini.
Spurgeon: After all, the mission of sheep to wolves is a hopeful one, since we see in the natural world that the sheep, though so feeble, by far outnumber the wolves who are so fierce. The day will come when persecutors will be as scarce as wolves, and saints as numerous as sheep (= Bagaimanapun juga, missi dari domba kepada serigala merupakan suatu missi yang penuh pengharapan, karena kita melihat dalam dunia / alam bahwa domba-domba, sekalipun begitu lemah, jumlahnya jauh melebihi serigala-serigala yang begitu ganas. Akan datang saatnya dimana penganiaya-penganiaya akan sama jarangnya seperti serigala, dan orang-orang kudus akan sama banyaknya seperti domba).

Ini menarik arti perumpamaan itu terlalu jauh, dan jelas salah. Perumpamaan digunakan hanya untuk menekankan satu / beberapa hal yang sama antara gambaran dan realita / artinya. Karena itu, dalam menafsirkan perumpamaan, kita tidak boleh menyamakan segala sesuatu antara gambaran dan realita / artinya.

Yang dipersoalkan Yesus hanyalah kelemahan dari domba dan kekuatan / keganasan dari serigala, bukan jumlah mereka dalam dunia ini.
Kalau kita mau menarik persamaan-persamaan lain, yang tidak dimaksudkan Yesus, maka akan muncul ajaran-ajaran lucu seperti:
·         serigala larinya lebih cepat dari domba, dan karena itu orang kristen pasti tak akan menang kalau lomba lari dengan orang dunia.
·         serigala lebih besar dari domba, dan karena itu orang dunia pasti lebih besar dari orang Kristen.

2)         Kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (Matius10: 16).

a)   Ular dalam Kitab Suci dikenal karena kecerdikan / kelicikannya.
Kejadian 3:1a - “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah”.

2Korintus 11:3 - “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya”.

b)   Merpati dalam Kitab Suci dikenal karena kebodohannya.
Hosea 7:11 - “Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir, dengan pergi kepada Asyur”.

c)   Kata ‘tulus’ secara hurufiah artinya adalah ‘unmixed’ / ‘unadulterated’ (= tak bercampur), dan menekankan ‘simplicity of character’ (= karakter yang sederhana, bebas dari kelicikan) - Pulpit Commentary, hal 410.

d)   Kita harus menggabungkan ular dan merpati, kecerdikan dan ketulusan.
Knox Chamblin: “without shrewdness, innocence becomes naivete” (= tanpa kecerdikan, ketidak-bersalahan menjadi kenaifan) - hal 77.

Adam Clarke: “The serpent is represented as prudent to excess, being full of cunning, Gen. 3:1; 2Cor. 11:3; and the dove is simple, even to stupidity, Hos. 7:11; but Jesus Christ corrects here the cunning of the serpent, by the simplicity of the dove; and the too great simplicity of the dove, by the cunning of the serpent” (= Ular digambarkan sebagai bijaksana yang berlebihan, karena penuh dengan kecerdikan / kelicikan, Kejadian 3:1; 2Korintus 11:3; dan merpati adalah sederhana, yang bahkan mengarah kepada kebodohan, Hos 7:11; tetapi Yesus Kristus membetulkan di sini kecerdikan / kelicikan dari ular, oleh kesederhanaan dari merpati; dan kesederhanaan yang terlalu besar dari merpati, oleh kecerdikan dari ular).

Jamieson, Fausset & Brown: “how vastly greater would be the influence of Christians upon the world around them if they were more studious to combine the wisdom of the serpent with the harmlessness of the dove! We have Christians and Christian ministers who pride themselves upon their knowledge of the world, and the shrewdness with which they conduct themselves in it; while the simplicity of the dove is almost entirely in abeyance. Even the world can discern this, and, discerning it, despise those who to all appearance are no better than others, and yet pretend to be so. But on the other hand, there are Christians and Christian ministers who have the harmlessness of the dove, but being totally void of the wisdom of the serpent, carry no weight, and even expose themselves and their cause to the contempt of the world” (= betapa sangat besar pengaruh dari orang-orang kristen terhadap dunia di sekitar mereka seandainya mereka lebih berhati-hati untuk menggabungkan hikmat dari ular dengan ketidak-berbahayaan dari merpati! Kita mempunyai orang-orang Kristen dan pelayan-pelayan / pendeta-pendeta Kristen yang membanggakan diri mereka sendiri tentang pengetahuan mereka tentang dunia, dan kecerdikan dengan mana mereka bersikap di dalamnya; sementara kesederhanaan dari merpati hampir seluruhnya diabaikan. Bahkan dunia bisa melihat hal ini, dan karena mereka melihatnya, mereka lalu meremehkan orang-orang ini yang tak terlihat lebih baik dari orang-orang lain, tetapi mengclaim seperti itu. Tetapi di sisi yang lain, ada orang-orang Kristen dan pelayan-pelayan / pendeta-pendeta Kristen yang mempunyai ketidak-berbahayaan dari merpati, tetapi karena sama sekali tidak mempunyai hikmat dari ular, tidak mempunyai pengaruh, dan bahkan membuka diri mereka sendiri dan perkara mereka pada penghinaan / kejijikan dari dunia) - pp 6.

Ada orang yang cerdik tetapi tidak tulus. Apakah saudara seperti itu dalam pekerjaan / study saudara?

Ada orang yang tulus, tetapi bodoh (tidak memakai otak / tidak bijaksana). Ini memberikan penderitaan yang tak ada gunanya!

e)   Perbedaan ajaran Yesus / Kristen dengan ajaran Yudaisme dalam hal ini.
Adam Clarke mengatakan bahwa dalam Yudaisme ada ajaran yang berbunyi: “The holy blessed God said to the Israelites, Ye shall be toward me as upright as the doves; but, toward the Gentiles, as cunning as serpents” (= Allah yang terpuji dan kudus berkata kepada orang-orang Israel: Engkau harus jujur / tulus seperti merpati terhadap Aku; tetapi, terhadap orang-orang non Yahudi, cerdik / licik seperti ular).

Bandingkan dengan kata-kata Dabney di bawah ini, yang merupakan ajaran Kristen.
Robert L. Dabney: “... God, and not the hearer, is the true object on whom any duty of veracity terminates. God always has the right to expect truth from me, however unworthy the person to whom I speak” (= ... Allah, dan bukan pendengarnya, merupakan obyek / tujuan yang benar terhadap siapa kewajiban kejujuran ditujukan. Allah selalu mempunyai hak untuk mengharapkan kebenaran dari aku, tidak peduli betapa tidak berharganya orang kepada siapa aku berbicara) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 425.

Matius10: 17-18: “(17) Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. (18) Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.

1)         ‘Waspadalah’.
Ini tidak berarti bahwa kita harus hati-hati dengan cara terus diam di rumah. Dalam ay 16, kata-kata ‘Aku mengutus kamu’ harus diperhatikan sehingga tidak menafsir seperti ini. Jadi, harus ada keseimbangan antara Matius10: 16 dan Matius10: 17-18. Kita tidak boleh menjadi terlalu takut sehingga tidak memberitakan Injil, dan terus di rumah. Tetapi kita juga tidak boleh maju tanpa berhati-hati terhadap bahaya dari orang-orang yang memusuhi kita.

2)         ‘menyesah kamu’.
Barnes’ Notes: “The instrument formerly used was a ‘rod.’ Afterward they employed thongs or lashes attached to the rod. To make the blows severe and more painful, they sometimes fastened sharp points of iron or pieces of lead in the thongs. These were called ‘scorpions,’ (1 Kings 12:11). The law was express that the number of stripes should not exceed forty. The Jews, to secure greater accuracy in counting, used a scourge with three lashes, which inflicted three stripes at once. With this the criminal was struck thirteen times, making the number of blows thirty-nine. Paul was five times scourged in this way. See 2 Cor. 11:24.” [= Alat yang dulu digunakan adalah sebuah ‘tongkat’. Belakangan mereka menggunakan tali-tali kulit yang dilekatkan pada tongkat itu. Untuk membuat pukulan itu hebat / berat dan lebih menyakitkan, kadang-kadang mereka melekatkan besi dan potongan-potongan timah yang berujung runcing pada tali-tali kulit itu. Ini disebut ‘kalajengking’ / ‘cambuk berduri besi’ (1Raja 12:11). Hukum Taurat adalah jelas / tegas bahwa jumlah dari bilur tidak boleh melebihi 40 (Ul 25:1-3). Orang-orang Yahudi, untuk memastikan keakuratan yang lebih besar dalam menghitung, menggunakan sebuah cambuk dengan 3 tali kulit, yang memberikan 3 bilur sekaligus. Dengan cambuk ini orang kriminal itu dipukul 13 x, membuat jumlah dari pukulan-pukulan itu 39. Paulus dicambuk 5 x dengan cara ini. Lihat 2Kor 11:24].

1Raja-raja 12:11 - “Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi.’”.

KJV: ‘scorpions’ (= kalajengking / cambuk berduri besi).

Ulangan 25:1-3 - “(1) ‘Apabila ada perselisihan di antara beberapa orang, lalu mereka pergi ke pengadilan, dan mereka diadili dengan dinyatakannya siapa yang benar dan siapa yang salah, (2) maka jika orang yang bersalah itu layak dipukul, haruslah hakim menyuruh dia meniarap dan menyuruh orang memukuli dia di depannya dengan sejumlah dera setimpal dengan kesalahannya. (3) Empat puluh kali harus orang itu dipukuli, jangan lebih; supaya jangan saudaramu menjadi rendah di matamu, apabila ia dipukul lebih banyak lagi”.

2Korintus 11:24 - “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan”.

Mengapa hanya 39 x dan bukannya 40 x?

Dalam komentarnya tentang 2Korintus 11:24 ini Adam Clarke berkata: “They also thought it right to stop under forty, lest the person who counted should make a mistake, and the criminal get more than forty stripes, which would be injustice, as the law required only forty” (= Mereka juga menganggapnya benar untuk menghentikan di bawah 40, supaya jangan kalau orang yang menghitung membuat kesalahan, si kriminal itu mendapat lebih dari 40 bilur, yang merupakan sesuatu yang tidak adil, karena hukum Taurat menghendaki hanya 40).

Catatan: sebetulnya saya menganggap ini bertentangan dengan kata-kata Barnes di atas. Kalau pencambukan dengan cambuk yang mempunyai 3 tali kulit itu setiap kalinya dihitung 3, maka kalau ada kesalahan penghitungan, maka perbedaannya langsung adalah 3. Dengan demikian, pengurangan dari 40 menjadi 39 itu tak ada gunanya.

Pulpit Commentary memberikan tradisi yang berbeda dengan yang diberikan oleh Barnes di atas, karena Pulpit Commentary mengatakan (Matthew, p 410) bahwa 13 x pencambukan diberikan pada dada, 13 x pada pundak / bahu kiri, dan 13 x pada pundak / bahu kanan.

Adam Clarke, dalam komentarnya tentang 2Korintus 11:24 juga mengatakan bahwa 1/3 pencambukan diberikan pada dada, 1/3 pada pundak kiri, dan 1/3 pada pundak kanan.
Tetapi Jamieson, Fausset & Brown, dalam komentarnya tentang 2Kor 11:24, memberikan penjelasan seperti Barnes.

3)         ‘di rumah ibadatnya’.
Matthew Henry: “Note, A deal of mischief is often done to good men, under colour of law and justice” (= Perhatikan, Suatu perlakuan jahat sering dilakukan terhadap orang-orang yang baik, di bawah selubung dari hukum dan keadilan).

4)         ‘Majelis agama, ... penguasa-penguasa dan raja-raja’.
Clarke mengutip kata-kata Wakefield: “This affords a striking proof of the pre-science of Christ. Who could have thought, at that time, that these despised and illiterate men could excite so much attention, and be called upon to apologize for the profession of their faith before the tribunals of the most illustrious personages of the earth?” (= Ini memberikan suatu bukti yang menyolok tentang pengetahuan lebih dulu dari Kristus. Siapa yang bisa memikirkan, pada saat itu, bahwa orang-orang yang direndahkan dan tidak berpendidikan ini bisa membangkitkan perhatian yang begitu besar, dan dipanggil untuk memberikan pembelaan untuk pengakuan iman mereka di hadapan pengadilan-pengadilan dari orang-orang yang paling terkenal di bumi?).

5)         ‘sebagai suatu kesaksian bagi mereka’.
KJV: ‘for a testimony against them (= sebagai suatu kesaksian terhadap / menentang mereka).
Seharusnya ‘to them’ (= kepada mereka).
Jadi, mereka akan diadili dengan tujuan supaya bisa bersaksi tentang Kristus kepada orang-orang itu.

Matthew Henry: “Note, God’s people, and especially God’s ministers, are his witnesses (Isa. 43:10), not only in their doing work, but in their suffering work” [= Perhatikan, umat Allah, dan khususnya pelayan-pelayan Allah, adalah saksi-saksiNya (Yes 43:10), bukan hanya dalam melakukan pekerjaan / pelayanan mereka, tetapi dalam penderitaan mereka].

6)         ‘orang-orang yang tidak mengenal Allah’.
TB2-LAI: “bangsa yang tidak mengenal Allah”.
Kedua terjemahan di atas ini salah terjemahan.
KJV: ‘Gentiles’ (= bangsa-bangsa non Yahudi).
Ini merupakan suatu petunjuk bahwa Injil tidak akan selama-lamanya dibatasi 

pemberitaannya kepada ‘domba-domba yang hilang dari umat Israel’ (Matius 10:6), tetapi nanti juga akan diberitakan kepada orang-orang non Yahudi.

Matius10: 19-20: “(19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu”.

Bdk. Lukas 21:12-15 - “(12) Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena namaKu. (13) Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. (14) Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. (15) Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu”.

1)   Roh Kudus akan menyertai dan memberi kata-kata pada waktu kita diadili karena Kristus.
Awas, janji ini tidak berlaku untuk:
·         pengkhotbah yang mau berkhotbah atau untuk guru Sekolah Minggu yang mau mengajar! Karena itu jangan saudara berkhotbah / mengajarkan Firman Tuhan tanpa persiapan, dengan harapan bahwa Roh Kudus akan memberi saudara kata-kata yang akan diajarkan!
·         seadanya orang Kristen yang diadili. Kalau orang Kristen itu diadili karena urusan sekuler, maka tentu saja janji ini tidak berlaku baginya.

Calvin: That they may not be alarmed by their present deficiency, he assures them that assistance will come at the very instant when it is needed. Frequently does it happen that the Lord leaves believers destitute of the gift of eloquence, so long as he does not require that they give him a testimony, but, when the necessity for it arrives, those who formerly appeared to be dumb are endued by him with more than ordinary eloquence. Thus, in our own time, we have seen some martyrs, who seemed to be almost devoid of talent, and yet were no sooner called to make a public profession of their faith, than they exhibited a command of appropriate and graceful language altogether miraculous (= Supaya mereka tidak takut oleh kekurangan mereka pada saat itu, Ia meyakinkan mereka bahwa pertolongan akan datang pada saat itu dibutuhkan. Sering terjadi bahwa Tuhan membiarkan orang-orang percaya tanpa karunia kefasihan bicara sama sekali, selama Ia tidak memerlukan mereka untuk memberikan kesaksian bagiNya, tetapi, pada waktu kebutuhan untuk hal itu tiba, mereka yang tadinya kelihatan bisu diperlengkapi olehNya dengan kefasihan yang luar biasa. Demikianlah, pada jaman kami, kami telah melihat beberapa martir, yang kelihatannya hampir tak mempunyai talenta, tetapi pada waktu dipanggil untuk membuat suatu pengakuan dari iman mereka di depan umum, menunjukkan suatu penguasaan dari bahasa yang tepat dan indah yang sepenuhnya bersifat mujijat).

2)   Dalam versi Matius dikatakan ‘Roh Bapamu’ (= Roh Kudus), tetapi dalam versi Lukas dikatakan ‘Aku sendiri’ (= Yesus). Ini bukan kontradiksi. Sekalipun kalau ditinjau dari sudut pribadi, Yesus bukanlah Roh Kudus, tetapi karena mereka mempunyai hanya 1 hakekat, maka bisa dikatakan Roh Kudus yang memimpin ataupun Yesus yang memimpin.

3)   Orang yang dipimpin Roh Kudus dalam berbicara tak bisa dibantah oleh lawan-lawannya. Ini terlihat dalam kasus Stefanus, Petrus, Paulus dan sebagainya. Anehnya, orang-orang kristen jaman sekarang, yang katanya penuh dengan Roh Kudus, kalau diserang kepercayaan / prakteknya, tidak bisa / tidak mau membela diri, dengan dalih ‘tidak mau gegeran’.

Matius10: 21: “Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka”.

1)         ‘Orang akan menyerahkan saudaranya’.
Seseorang bisa ‘menyerahkan’ saudaranya, pada saat ia memberitahukan tempat persembunyian saudaranya itu kepada orang-orang yang akan menangkap dan membunuhnya.

2)         ‘untuk dibunuh’.

a)   Dalam Perjanjian Lama, Allah sendiri menyuruh bangsa Israel membunuh keluarga yang sesat.
Ul 13:6-9 - “(6) Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8) maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat”.

b)   Karena itu, pada waktu orang Kristen dianggap sesat oleh orang-orang Yahudi, maka mereka membunuh orang-orang kristen, dan menganggapnya sebagai ketaatan kepada Tuhan.

Bdk. Yohanes 16:1-2 - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah”.

c)   Mengapa Kristus mengijinkan pengikutNya dibunuh?
Matthew Henry: “the wisdom of Christ permits it, knowing how to make the blood of the martyrs the seal of the truth, and the seed of the church” (= hikmat Kristus mengijinkannya, karena mengetahui bagaimana untuk membuat darah dari para martir meterai bagi kebenaran, dan benih dari gereja).

Matius10: 22: “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.

1)         ‘Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu’.
Spurgeon: These are heavy words, but true. If we are faithful we shall of necessity make enemies (= Ini adalah kata-kata yang berat, tetapi benar. Jika kita setia kita pasti akan membuat musuh-musuh).

Matthew Henry: “Ye shall be hated for my name’s sake: ... Note, Those whom Christ loves, the world hates” (= Engkau akan dibenci karena namaKu: ... Perhatikan, Mereka yang dikasihi oleh Kristus, dibenci oleh dunia).

Karena itu adalah aneh kalau hamba-hamba Tuhan tertentu bersaksi bahwa dalam pelayanan mereka bisa dikasihi oleh orang-orang yang tidak percaya! Biasanya ini bisa terjadi karena adanya tindakan / sikap berkompromi dari hamba-hamba Tuhan itu! Mereka seharusnya merenungkan kata-kata Yesus dalam Luk 6:26 - “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

2)         ‘tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat’.
Matius10: 22 ini tak bertentangan dengan doktrin Perseverance of the saints (= Ketekunan orang-orang kudus)! Matius10: 22 ini meninjau dari sudut manusia dan menekankan tanggung jawab manusia. Tetapi dari sudut Allah, orang yang sudah selamat, pasti Ia jaga sehingga tidak akan terhilang (Yoh 10:27-30  1Kor 1:8-9).

Matthew Henry: “that he that endures to the end shall be saved, v. 22. Here it is very comfortable to consider, First, that there will be an end of these troubles; they may last long, but will not last always.  ... Secondly, That while they continue, they may be endured; as they are not eternal, so they are not intolerable; they may be borne, and borne to the end, because the sufferers shall be borne up under them, in everlasting arms: The strength shall be according to the day, 1 Cor. 10:13” (= bahwa ia yang bertahan sampai kesudahan akan diselamatkan, ay 22. Di sini merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk memikir / mengingat, Pertama, bahwa akan ada akhir dari kesukaran-kesukaran ini; mereka akan berlangsung lama, tetapi tidak akan selalu berlangsung. ... Kedua, Bahwa sementara mereka berlangsung, mereka bisa ditahan; karena mereka tidak kekal, maka mereka tidak tak tertahankan; mereka bisa ditanggung, dan ditanggung sampai akhir, karena para penderita akan ditunjang / dipikul di bawah mereka, pada lengan-lengan kekal: Kekuatan akan ada sesuai dengan hari, 1Kor 10:13).
Bdk. Ul 33:25b - “selama umurmu kiranya kekuatanmu”.

KJV: as thy days, so shall thy strength be’ (= sebanyak hari-harimu, demikianlah kekuatanmu).

1Korintus 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘But he that endureth to the end shall be saved.’ ... often reiterated by the apostle as a warning against ‘drawing back unto perdition.’ (Heb. 3:6,13; 4-6; 10:23,26-29,38-39; etc.) Since ‘drawing back unto perdition’ is merely the palpable evidence of the lack of ‘root’ from the first in the Christian profession (Luke 7:13), ‘enduring to the end’ is just the proper evidence of its reality and solidity” [= ‘Tetapi ia yang bertahan sampai pada kesudahannya akan diselamatkan’ ... pernyataan ini sering diulangi oleh sang rasul sebagai suatu peringatan terhadap ‘tindakan mengundurkan diri sampai pada kebinasaan’. (Ibr 3:6,13; 4-6; 10:23,26-29,38-39; dsb.) Karena ‘tindakan mengundurkan diri sampai pada kebinasaan’ adalah semata-mata bukti yang jelas dari tidak adanya ‘akar’ dari semula dalam pengakuan Kristen (Luk 7:13), maka ‘bertahan sampai pada kesudahannya’ adalah bukti yang benar dari kenyataan dan keteguhannya].

Catatan:
·         Lukas7:13 itu pasti salah cetak; mungkin seharusnya Lukas 8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad”.
·         Ibrani 4-6 mungkin juga salah cetak; mungkin seharusnya adalah Ibr 4:6.

Matius10: 23: “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang”.

1)         “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu”.

Barclay: “No one can read this passage without being deeply impressed with the honesty of Jesus. He never hesitated to tell men what they might expect, if they followed him. ... Plummer comments: ‘This is not the world’s way to win adherents.’ The world will offer a man roses, roses all the way, comfort, ease, advancement, the fulfilment of his worldly ambitions. Jesus offered his men hardship and death. And yet the proof of history is that Jesus was right” (= Tak seorangpun bisa membaca text ini tanpa terkesan secara mendalam dengan kejujuran Yesus. Ia tidak pernah ragu-ragu untuk memberi tahu manusia apa yang bisa mereka harapkan, jika mereka mengikuti Dia. ... Plummer mengomentari: ‘Ini bukan cara dunia untuk memenangkan pengikut-pengikut’. Dunia akan menawarkan kepada seseorang bunga mawar, bunga-bunga mawar di sepanjang jalan, penghiburan, kenyamanan, kemajuan / kenaikan pangkat, penggenapan dari ambisi-ambisi duniawinya. Yesus menawarkan orang-orangNya kesukaran dan kematian. Tetapi sejarah membuktikan bahwa Yesuslah yang benar) - hal 374.

Memang dalam mengajar Firman Tuhan, jujur tak selalu menguntungkan. Tetapi kita tetap harus jujur / benar dalam melakukan pengajaran Firman Tuhan. Jangan memberikan harapan yang sia-sia dan dusta, yang tidak pernah dijanjikan oleh Kitab Suci / Firman Tuhan.

Bandingkan dengan kata-kata dari ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 42, di bawah ini: “Sesudah itu barulah Perjamuan Kudus dilaksanakan. Hamba-Nya Pdt. Yesaya Pariadji menantang peserta retret untuk maju ke depan untuk didoakan. Doa itu meliputi penyempurnaan kehidupan masa depan. Hamba-Nya menjelaskan melalui Perjamuan Kudus ada kuasa yang tiada taranya. Dengan kuasa-Nya Tuhan mampu menyiapkan anak-anak-Nya bukan hanya dalam tingkatan manager tetapi lebih dari itu yaitu tingkatan direktur keatas. Sebab kalau Allah sudah membuka tidak ada seorangpun yang bisa menutupnya”.

Tanggapan saya:
  • Tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang menunjukkan penggunaan Perjamuan Kudus untuk tujuan seperti itu. Perjamuan Kudus hanyalah untuk memperingati dan memberitakan kematian Kristus. Bukan untuk menyembuhkan penyakit ataupun memberikan kenaikan pangkat!
1Korintus 11:25-26 - “(25) Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!’ (26) Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”.

  • Aneh juga bahwa rasul-rasul yang mengikuti Perjamuan Kudus yang dipimpin Yesus sendiri ternyata tidak menjadi manager ataupun direktur. Demikian juga dengan orang-orang kristen abad pertama yang mengikuti Perjamuan Kudus yang dipimpin oleh rasul-rasul sendiri. Mereka tidak menjadi manager / direktur, bahkan mayoritas orang-orang kristen abad pertama miskin. Kelihatannya Pdt. Yesaya Pariadji ‘lebih sakti’ dari pada Yesus dan rasul-rasul sendiri! Atau, Perjamuan Kudus yang dia lakukan ‘lebih benar’ dari pada Perjamuan Kudus yang dilakukan oleh Yesus maupun oleh rasul-rasul.

2)         “larilah ke kota yang lain”.

a)   ‘larilah’.
Bagian ini menunjukkan bahwa ‘lari’ pada waktu mau dibunuh gara-gara Kristus, tidak selalu merupakan dosa! Kadang-kadang, kita bukan hanya boleh, tetapi harus, lari.
·         Yesus sendiri lari dari bahaya.
Mat 12:14-15a - “(14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (15a) Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana”.
·         Paulus juga demikian.

Kis 9:23-25 - “(23) Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. (24) Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. (25) Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang”.

Matthew Henry: “Note, In case of imminent peril, the disciples of Christ may and must secure themselves by flight, when God, in his providence, opens to them a door of escape. He that flies may fight again. It is no inglorious thing for Christ’s soldiers to quit their ground, provided they do not quit their colours: they may go out of the way of danger, though they must not go out of the way of duty. ... no sinful, unlawful means be used to make the escape; for then it is not a door of God’s opening” (= Perhatikan, dalam kasus bahaya yang dekat, murid-murid Kristus boleh dan harus mengamankan diri mereka sendiri dengan melarikan diri, pada waktu Allah, oleh providensiaNya, membuka bagi mereka pintu untuk lolos. Ia yang lari bisa bertempur lagi. Bukanlah suatu hal yang tidak mulia bagi tentara Kristus untuk meninggalkan tanah mereka, asal mereka tidak meninggalkan warna mereka: mereka boleh keluar dari jalan bahaya, sekalipun mereka tidak boleh keluar dari jalan kewajiban. ... tidak ada cara / jalan yang berdosa, tidak sah, yang boleh digunakan untuk lolos; karena jika demikian itu bukanlah pintu yang dibuka oleh Allah).

Wycliffe Bible Commentary: “Martyrdom was not to be sought; reasonable care for life was to be taken” (= Kematian syahid tidak boleh dicari; pemeliharaan kehidupan yang logis harus diambil).

Tetapi kalau lari karena takut, seperti yang dilakukan murid-murid Yesus waktu Yesus ditangkap, itu jelas adalah dosa.

Perintah ‘lari’ ini kelihatannya bertentangan dengan cerita tentang kematian syahid dari Petrus. Tetapi, perhatikan kata-kata Calvin, sekalipun dalam hal-hal tertentu mengijinkan seorang pendeta untuk lari, tetapi menambahkan bahwa kalau seadanya tindakan lari itu diijinkan, maka kita tidak bisa membedakan antara seorang pendeta / gembala yang baik dari seorang upahan. Calvin menyalahkan pendeta yang lari karena takut (seperti larinya murid-murid Yesus pada saat Yesus ditangkap), dan mengkhianati jemaatnya karena sifat pengecut.

Calvin: If a whole church is attacked, or if a part of them is pursued to death, the pastor, whose duty it is to expose his life in place of any individual among them, would do wrong in withdrawing. But sometimes it may happen, that by his absence he will quell the rage of enemies, and thus promote the advantage of the church (= Jika seluruh gereja diserang, atau jika sebagian dari mereka dikejar untuk dibunuh, sang pendeta / gembala, yang kewajibannya adalah menyerahkan nyawanya sebagai ganti dari setiap individu di antara mereka, bersalah kalau menarik diri / lari. Tetapi kadang-kadang bisa terjadi, bahwa dengan absennya pendeta / gembala tersebut, kemarahan dari musuh-musuh itu akan dipadamkan / diakhiri, dan dengan demikian memberikan keuntungan bagi gereja).

Bdk. Yoh 10:11-12 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; (12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu”.

Catatan: sekalipun secara strict / ketat, kata-kata ‘Gembala yang baik’ dalam text ini menunjuk kepada Yesus, tetapi jelas juga bisa diterapkan kepada pendeta / gembala gereja.

b)   ‘ke kota yang lain’.

1.         Ini bisa menunjukkan bahwa tidak di semua kota ada penganiayaan.
Matthew Henry: “Observe Christ’s care of his disciples, in providing places of retreat and shelter for them; ordering it so, that persecution rages not in all places at the same time; but when one city is made too hot for them, another is reserved for a cooler shade” (= Perhatikan perlindungan / pemeliharaan Kristus terhadap murid-muridNya, dengan menyediakan tempat-tempat pengasingan dan perlindungan untuk mereka; mengaturnya sedemikian rupa, sehingga penganiayaan tidak mengamuk di semua tempat pada saat yang sama; tetapi ketika satu kota dibuat terlalu panas untuk mereka, kota yang lain disediakan untuk suatu bayangan yang lebih dingin).

2.   Kalau dianiaya, mereka tidak boleh bersembunyi dan beristirahat dari pekerjaan pemberitaan Injil, tetapi harus mencari kota lain, dimana mereka bisa tetap memberitakan Injil. Mungkin mereka tidak berhasil di suatu kota tetapi bisa berhasil di kota lain.

Calvin: No permission is granted to them to flee to a retired spot, where they may remain unemployed, but though their labor may have been unsuccessful in one place, the Lord exhorts them to persevere (= Tidak ada ijin yang diberikan kepada mereka untuk lari ke suatu tempat terpencil / peristirahatan, dimana mereka bisa tinggal menganggur, tetapi sekalipun jerih payah mereka tidak sukses di suatu tempat, Tuhan mendesak mereka untuk bertekun).

Karena itu, kalau saudara memberitakan Injil, dan saudara ditolak, pergilah memberitakan Injil kepada orang lain.

3)   “karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang”.

Ini ayat sukar. Apa maksudnya? Para penafsir memberikan tafsiran yang sangat beraneka ragam.

Kata-kata ‘Anak Manusia datang’ ini pasti tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya, karena kalau diartikan demikian, maka itu berarti nubuat tersebut salah! Lalu apa artinya? Ada beberapa kemungkinan:
a)   Saat dimana Yesus memberi pertolongan / penghiburan.
b)   Kebangkitan Yesus.
c)   Pentakosta (bdk. Yoh 14:17-18).
d)   Penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M.
Tentang teori ke 4 ini William Hendriksen mengatakan sangat tidak cocok, karena kalau dilihat kata-kata Yesus dalam ay 23 itu, kata-kata tersebut merupakan penghiburan, sedangkan ‘kedatangan Yesus’ pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M. merupakan sesuatu yang menakutkan.

Matius10: 24-26: “(24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. (26) Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”.

1)         Murid tidak lebih dari gurunya dan hamba tidak lebih dari tuannya (ay 24-25).
Maksudnya, kalau Yesus sendiri sebagai Guru / Tuan kita telah dihina, menderita, dianiaya dsb, maka sebagai murid / hambaNya kitapun pasti juga mengalami hal-hal itu.

2)   Kata ‘Beelzebul’ (ay 25) berasal dari ‘Baal-zebub’ (2Raja-raja 1:2), yang adalah dewa orang Ekron (Adam Clarke). Ini akhirnya menjadi julukan bagi setan. Jadi, pada waktu Yesus disebut demikian, itu merupakan penghinaan yang luar biasa.

3)   Orang-orang yang memaki Yesus dengan makian seperti itu, menunjukkan dirinya sebagai musuh setan, tetapi dalam faktanya mereka justru adalah para pelayan setan dan orang yang paling dekat dengan setan.

Matthew Henry: “Satan’s sworn servants would be thought to be his enemies, and they never more effectually do his work, than when they pretend to be fighting against him. Many times they who themselves are nearest akin to the devil, are most apt to father others upon him; and those that paint him on others’ clothes have him reigning in their own hearts. It is well there is a day coming, when (as it follows here, v. 26) that which is hid will be brought to light” [= Pelayan-pelayan sejati dari setan akan dianggap sebagai musuh-musuhnya, dan mereka tidak pernah melakukan pekerjaannya dengan lebih efektif, dari pada ketika mereka berpura-pura berperang melawan dia. Seringkali mereka yang dirinya sendiri adalah keluarga yang paling dekat dengan setan, adalah yang paling condong / tangkas untuk menyebut setan sebagai bapa dari orang-orang lain; dan mereka yang melukiskan dia pada pakaian orang lain, mempunyai dia bertakhta dalam hati mereka sendiri. Merupakan sesuatu yang baik bahwa akan datang suatu hari, dimana (seperti kata-kata yang mengikutinya, ay 26) bahwa ‘apa yang tersembunyi akan disingkapkan’].

4)   Matius10: 26: “Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”.

a)   “Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka”.
Jangan takut terhadap penganiayaan yang mereka lakukan terhadapmu.

b)   “karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui”.
Ini merupakan alasan mengapa kita tak boleh takut pada penganiayaan, yaitu adanya:
1.         Kemahatahuan Tuhan.
2.         Pengadilan akhir jaman.
Tuhan melihat semua, dan Ia akan mengadili semua perbuatan, baik atau jahat, dan juga yang tersembunyi.

Pkh 12:14 - “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat”.
Karena itu jangan berkata seperti dalam Yesaya 40:27 - “Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: ‘Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?’”.

Matius10: 27: “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.

1)   “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, ... dan apa yang dibisikkan ke telingamu”.

Sekalipun memang ada ajaran Yesus yang diberikan kepada para murid dan orang banyak sekaligus, tetapi juga ada yang diberikan ‘secara tersembunyi’ kepada para muridNya.

Bdk. Mark 4:33-34 - “(33) Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, (34) dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-muridNya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri”.

2)         “katakanlah itu dalam terang; ... beritakanlah itu dari atas atap rumah”.

a)   ‘atap rumah’.
Tasker (Tyndale): “The ‘house-top’ is mentioned because it was a favourite spot for gossip and discussion” (= ‘Atap rumah’ disebutkan karena itu merupakan suatu tempat favorit untuk gosip dan diskusi) - hal 108.

Atap rumah pada saat itu rata / sejajar dengan tanah, dan Fred H. Wight, dalam buku ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 32-33, mengatakan bahwa ‘atap rumah’ mempunyai banyak kegunaan pada jaman itu, yaitu sebagai:
·         tempat untuk tidur (1Samuel 9:26).
·         tempat penyimpanan gandum, buah-buahan untuk dimatangkan atau dikeringkan (Yosua 2:6).
·         tempat berkumpul pada saat ada kegemparan (Yes 22:1-dst).
·         tempat beribadah dan berdoa (2Raja-raja 23:12  Zef 1:5  Kis 10:9).
·         jalan untuk lari dari bahaya (Matius 24:17).
·         tempat untuk mengumumkan sesuatu kepada masyarakat (Mat 10:27).

Dengan demikian, dalam kebudayaan kita yang berbeda, dengan bentuk atap rumah dan penggunaannya yang berbeda, tentu saja bagian ini harus dikontextualisasikan / disesuaikan dengan jaman / kebiasaan kita pada saat ini.

b)   Kata-kata ‘dalam terang’ dan ‘dari atap rumah’ menunjukkan bahwa kita harus memberitakan Injil kepada umum.

Andaikata kita tidak perlu memberitakan Injil, mungkin kita tidak akan menderita, atau setidaknya penderitaan akan berkurang banyak. Mengapa? Karena Pemberitaan Injil merupakan serangan langsung terhadap setan, sehingga ia akan menyerang habis-habisan orang yang memberitakan Injil.

Merupakan sesuatu yang menarik bahwa Matius10: 27 diapit oleh 2 bagian, yaitu:
·         
Matius10: 23-26, yang membicarakan penganiayaan terhadap para murid Yesus / pelayan Yesus
·         
Matius10: 28, yang berbicara tentang pembunuhan terhadap diri kita.
Tetapi Matius10: 27 tetap berbicara tentang keharusan memberitakan Injil / apa yang kita dengar dari Kristus. Jadi, ini menunjukkan bahwa sekalipun diancam oleh bahaya penganiayaan dan pembunuhan, kita tetap tidak boleh takut, dan tidak boleh berhenti dalam memberitakan Injil.

Matthew Henry: “whatever hazards you run, go on with your work, publishing and proclaiming the everlasting gospel to all the world; that is your business, mind that. The design of the enemies is not merely to destroy you, but to suppress that, and, therefore, whatever be the consequence, publish that” (= bahaya / resiko apapun yang engkau alami, teruslah dengan pekerjaan / pelayananmu, mempublikasikan dan memberitakan injil yang kekal kepada seluruh dunia; itu adalah urusanmu, perhatikan / ingatlah itu. Tujuan dari musuh-musuh bukanlah semata-mata menghancurkanmu, tetapi menekan hal itu, dan karena itu, apapun konsekwensinya, publikasikan itu).

Renungkan ini: Kalau hujan atau urusan sedikit saja sudah bisa membuat kita batal ikut Kebaktian / Pemahaman Alkitab / Persekutuan Doa, bagaimana kita bisa terus memberitakan Injil di tengah-tengah penganiayaan dan usaha pembunuhan terhadap diri kita?

3)   Matius 10: 27 ini menunjukkan bahwa hanya orang yang mendengar dari Kristus yang bisa / layak untuk memberitakan Firman Tuhan.

Barclay: “the preacher must listen; he must be in the secret place with Christ, that in the dark hours Christ may speak to him, and that in the loneliness Christ may whisper in his ear. No man can speak for Christ unless Christ has spoken to him; no man can proclaim the truth unless he has listened to the truth; for no man can tell that which he does not know” (= sang pengkhotbah harus mendengar; ia harus berada di tempat tersendiri dengan Kristus, supaya pada saat-saat gelap Kristus bisa berbicara kepadanya, dan supaya dalam kesendirian Kristus bisa berbisik di telinganya. Tidak ada orang yang bisa berbicara bagi Kristus kecuali Kristus telah berbicara kepadanya; tidak ada orang bisa memberitakan kebenaran kecuali ia telah mendengar pada kebenaran; karena tidak ada orang bisa menceritakan apa yang ia tidak ketahui) - hal 385.

Matius 10: 28: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

1)         ‘Dan janganlah kamu takut’.

a)   Sekalipun kontext ini banyak berbicara tentang penganiayaan terhadap orang Kristen, dan bahkan dalam ay 28 ini berbicara mengenai pembunuhan terhadap kita, tetapi pada saat yang sama kontext ini berulang kali memberikan larangan untuk kuatir / takut (ay 19,26,28,31). Nasib kita tidak terletak di tangan orang-orang yang mau menganiaya / membunuh kita, tetapi di tangan Tuhan!

b)   Tidak kuatir / tidak takut tidak berarti bahwa kita boleh bertindak gegabah / sembrono! Tuhan yang mengatakan ‘jangan takut / kuatir’, juga mengatakan bahwa kita harus cerdik seperti ular (ay 16), dan menyuruh kita untuk waspada (ay 17). Tindakan gegabah / sembrono sama sekali bertentangan dengan ‘cerdik’ dan ‘waspada’!

2)   ‘Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, ... takutlah terutama kepada Dia’.

a)   Camkan hal ini: orang yang takut kepada Allah, tidak akan takut kepada manusia, dan sebaliknya, orang yang takut kepada manusia, tidak akan takut kepada Allah!

Matthew Henry: “it is the duty and interest of Christ’s disciples, not to fear the greatest of their adversaries. They who truly fear God, need not fear man; and they who are afraid of the least sin, need not be afraid of the greatest trouble” (= merupakan kewajiban dan hak dari murid-murid Kristus, untuk tidak takut kepada musuh-musuh terbesar mereka. Mereka yang sungguh-sungguh takut kepada Allah, tidak perlu takut kepada manusia; dan mereka yang takut kepada dosa yang terkecil, tidak perlu takut kepada kesukaran yang terbesar).

b)   Banyak contoh dari orang-orang yang takut kepada Allah dan tidak takut kepada manusia.
Ada dari mereka yang diselamatkan oleh Allah, tetapi ada juga yang tidak. Yang diselamatkan, seperti Sadrakh, Mesakh & Abednego, Daniel, dsb; sedangkan yang tidak diselamatkan, seperti 10 rasul yang mati syahid, Polycarp, dsb.

Di bawah ini adalah kutipan komentar dari William Hendriksen dan James B. Ramsey tentang Wah 2:10, dimana mereka menceritakan kematian syahid dari Polycarp, yang menunjukkan ia takut kepada Allah dan tidak takut kepada manusia.

William Hendriksen: “It is possible that Polycarp was bishop of the church at Smyrna at this time. He was a pupil of John. Faithful to death, this venerable leader was burned at the stake in the year AD 155. He had been asked to say, ‘Caesar is Lord’, but refused. Brought to the stadium, the proconsul urged him, saying, ‘Swear, and I will set thee at liberty, reproach Christ.’ Polycarp answered, ‘Eighty and six years have I served him, and he never did me any injury: how then can I blaspheme my King and my Saviour?’ When the proconsul again pressed him, the old man answered, ‘Since thou art vainly urgent that ... I should swear by the fortune of Caesar, and pretendest not to know who and what I am, hear me declare with boldness, I am a Christian ...’ A little later the proconsul answered, ‘I have wild beasts at hand; to these will I cast thee, except thou repent. I will cause thee to be consumed by fire, seeing thou despisest the wild beasts, if thou wilt not repent.’ Polycarp said, ‘Thou threatenest me with fire which burneth for an hour, and after a little is extinguished, but art ignorant of the fire of the coming judgment and of eternal punishment, reserved for the ungodly. But why tarriest thou? Bring forth what thou wilt.’ Soon afterwards the people began to gather wood and faggots; the Jews especially, according to custom, eagerly assisting them. Thus Polycarp was burned at the stake” (= Adalah mungkin bahwa Polycarp adalah uskup dari gereja Smirna pada saat itu. Ia adalah murid dari Yohanes. Setia sampai mati, pemimpin yang layak dihormati ini dibakar di tumpukan kayu pada tahun 155 M. Ia telah diminta untuk berkata: ‘Kaisar adalah Tuhan’, tetapi ia menolak. Pada saat dibawa ke gelanggang / arena ia didesak oleh pejabat Romawi yang berkata: ‘Bersumpahlah / kutukilah, dan aku akan membebaskan engkau, celalah Kristus’. Polycarp menjawab: ‘86 tahun aku telah melayani Dia, dan Ia tidak pernah melakukan hal yang melukai / merugikan aku: lalu bagaimana mungkin aku bisa menghujat Rajaku dan Juruselamatku?’. Pada saat sang pejabat menekannya lagi, orang tua ini menjawab: ‘Karena engkau mendesak dengan sia-sia supaya ... aku bersumpah demi nasib baik kaisar, dan berpura-pura untuk tidak tahu siapa dan apa aku ini, dengarlah aku menyatakan dengan keberanian, aku adalah seorang kristen ...’. Sebentar lagi si pejabat menjawab: ‘Aku mempunyai binatang-binatang buas; kepada mereka aku akan melemparkanmu, kecuali engkau bertobat. Aku akan membuat engkau dibakar oleh api, melihat bahwa engkau meremehkan binatang-binatang buas itu, jika engkau tidak bertobat’. Tetapi Polycarp berkata: ‘Engkau mengancam aku dengan api, yang menyala selama 1 jam dan sebentar lagi padam, tetapi engkau tidak tahu tentang api dari penghakiman yang mendekat dan dari penghukuman kekal, disediakan untuk orang-orang jahat. Tetapi mengapa engkau berlambat-lambat? Wujudkanlah apa yang engkau inginkan’. Segera setelah itu orang banyak mulai mengumpulkan kayu dan kayu bakar; khususnya orang Yahudi, seperti biasa, menolong mereka dengan sungguh-sungguh. Demikianlah Polycarp dibakar pada tumpukan kayu) - hal 64.

James B. Ramsey: “‘Swear, curse Christ, and I will set you free.’ ‘Eighty and six years have I served Him, and I have received only good at His hands. Can I then curse Him, my King and my Saviour?’ ‘I will cast you to the wild beasts, if you do not change your mind,’ said the proconsul. ‘Bring the wild beasts hither,’ said Polycarp, ‘for change my mind from the better to the worse I will not.’ ‘Do you despise the wild beasts? I will subdue your spirit by the flames.’ ‘The flames which you menace endure but for a time, and are soon extinguished,’ calmly rejoined the martyr; ‘but there is a fire reserved for the wicked, whereof you know not; the fire of a judgment to come, and of the punishment everlasting.’ These flames soon did their work” (= ‘Bersumpahlah, kutukilah Kristus, dan aku akan membebaskan engkau’. ‘86 tahun aku telah melayani Dia, dan aku hanya menerima yang baik dari tanganNya. Lalu bisakah aku mengutukNya, Rajaku dan Juruselamatku?’. ‘Aku akan melemparkan engkau kepada binatang-binatang buas, jika engkau tidak mengubah pikiranmu’, kata sang pejabat Romawi. ‘Bawalah binatang-binatang buas itu kemari’, kata Polycarp, ‘karena aku tidak akan mengubah pikiranku dari yang baik kepada yang lebih jelek’. ‘Apakah engkau meremehkan / menghina binatang-binatang buas itu? Aku akan menaklukkan rohmu / semangatmu dengan nyala api’. ‘Nyala api yang engkau ancamkan hanya bertahan untuk sementara waktu, dan segera akan padam’, jawab sang martir dengan tenang; ‘tetapi di sana ada api yang disediakan untuk orang jahat, tentang apa engkau tidak tahu; api dari penghakiman yang akan datang, dan dari penghukuman kekal’. Nyala api dengan segera melakukan tugasnya) - hal 135.

c)   Ada hal-hal yang lebih buruk dari kematian, atau dengan kata lain, ada hal-hal yang lebih penting dari hidup.

Barclay: “this passage tells us that there are three things which are worse than death; and disloyalty is one of them. If a man is guilty of disloyalty, if he buys security at the expense of dishonour, life is no longer tolerable. He cannot face men; he cannot face himself; and ultimately he cannot face God. There are times when comfort, safety, ease, life itself can cost too much” [= text ini memberi tahu kita bahwa ada 3 hal yang lebih buruk dari kematian, dan ketidak-setiaan (kepada Allah) adalah salah satu darinya. Jika seorang manusia bersalah dalam hal ketidak-setiaan, jika ia membeli keamanan dengan mengorbankan kehormatan, hidup tidak lagi bisa dipertahankan. Ia tidak bisa menghadapi manusia; ia tidak bisa menghadapi dirinya sendiri; dan akhirnya ia tidak bisa menghadapi Allah. Ada saat-saat dimana ketenteraman, keamanan, kenyamanan, kehidupan itu sendiri bisa berharga terlalu tinggi] - hal 388.

3)   “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa”.

a)   Pada waktu Yesus mengatakan bahwa manusia bisa membunuh tubuh, Ia sebetulnya berbicara dari sudut pandang manusia. Ditinjau dari sudut pandang Allah, manusia bahkan juga tidak bisa membunuh tubuh kita, kalau hal itu tidak dikehendaki / diijinkan Allah! Bandingkan dengan:
·         Matius10: 29-31: “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
·         Yoh 19:10-11 - “(10) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?’ (11) Yesus menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.’”.

Sebagai tambahan, ingat akan kasus Ayub, yang menunjukkan bahwa setan tidak bisa mengapa-apakan Ayub, kecuali Tuhan mengijinkan dia. Bdk. Ayub 1:10-19  2:3-8.

b)   Manusia hanya bisa membunuh tubuh kita, tetapi tidak bisa membunuh jiwa kita.

1.   Membunuh tubuh dilakukan dengan membunuh orang tersebut, yang menyebabkan terpisahnya tubuh dan jiwa orang tersebut. Ini bisa dilakukan manusia terhadap kita kalau Tuhan mengijinkannya. Tetapi membunuh jiwa berarti memisahkan orang Kristen dari Allah, atau menyebabkan orang Kristen masuk neraka, dan ini tidak mungkin dilakukan oleh manusia.

Matthew Henry: “The soul is killed when it is separated from God and his love, which is its life, and is made a vessel of his wrath; now this is out of the reach of their power. Tribulation, distress, and persecution may separate us from all the world, but cannot part between us and God, cannot make us either not to love him, or not to be loved by him, Rom. 8:35,37” (= Jiwa dibunuh pada waktu jiwa itu dipisahkan dari Allah dan kasihNya, yang adalah kehidupannya, dan dibuat bejana kemurkaanNya; hal ini ada di luar jangkauan kuasa mereka. Kesengsaraan, kesukaran, dan penganiayaan bisa memisahkan kita dari seluruh dunia, tetapi tidak bisa memisahkan kita dari Allah, tidak bisa membuat kita tidak mengasihi Dia atau tidak dikasihi oleh Dia, Roma 8:35,37).

Catatan: istilah ‘bejana kemurkaanNya’ diambil dari Roma 9:22 versi KJV.
Ro 8:35,37-39 - “(35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? ... (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

2.   Ini jelas menunjukkan bahwa pembunuhan / kematian pada tubuh dibedakan dengan pembunuhan / kematian pada jiwa.

Matthew Henry: “By this it appears, that the soul does not (as some dream) fall asleep at death, nor is deprived of thought and perception; for then the killing of the body would be the killing of the soul too” [= Dengan ini kelihatan bahwa jiwa tidak jatuh tertidur pada saat kematian (seperti yang dimimpikan oleh sebagian orang), juga jiwa itu tidak dibuang / dihilangkan pikiran dan daya memahaminya; karena jika demikian maka pembunuhan terhadap tubuh akan merupakan pembunuhan terhadap jiwa juga].

Bandingkan dengan ajaran Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa pada saat seseorang mati, jiwa orang itu juga mati.

4)   ‘takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka’.

a)   Kita harus takut kepada Allahnya, bukan kepada nerakanya.

Adam Clarke: “It is not hell-fire we are to fear, but it is God; without the stroke of whose justice hell itself would be no punishment, and whose frown would render heaven itself insupportable” (= Bukan api neraka yang harus kita takuti, tetapi Allah; karena tanpa pukulan keadilanNya neraka sendiri tidak akan merupakan penghukuman, dan karena wajah merengutNya akan membuat surga sendiri tak tertahankan).

b)   Arti dari kata ‘membinasakan’.

William Hendriksen: “The word ‘destroy’ is used here in the sense not of annihilation but of the infliction of everlasting punishment upon a person (25:46; Mark 9:47,48; 2Thess. 1:9)” [= Kata ‘membinasakan’ / ‘menghancurkan’ digunakan di sini bukan dalam arti pemusnahan tetapi dalam arti pemberian hukuman kekal kepada seseorang (25:46; Mark 9:47-48; 2Tes 1:9)] - hal 471-472.

Lagi-lagi bandingkan dengan ajaran Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa orang-orang jahat nanti dimusnahkan, sehingga tidak mempunyai keberadaan lagi.

c)   Arti dari kata ‘neraka’.

William Hendriksen: “As to the word ‘hell,’ which here in the original is GEHENNA (and so also in 5:22,29,30; 18:9; 23:15,33; Mark 9:43-47; Luke 12:5; James 3:6), it generally refers to the abode of the wicked, body and soul, after the judgment day. When that same abode is called HADES the reference is to the time before the judgment day, though HADES also has other meanings in Scripture” [= Berkenaan dengan kata ‘neraka’, yang di sini dalam bahasa aslinya adalah GEHENNA (dan demikian juga dalam 5:22,29,30; 18:9; 23:15,33; Mark 9:43-47; Luk 12:5; Yak 3:6), itu secara umum menunjuk pada tempat tinggal dari orang-orang jahat, tubuh dan jiwa, setelah hari penghakiman. Pada waktu tempat yang sama disebut HADES, itu menunjuk pada tempat itu sebelum hari penghakiman, sekalipun HADES juga mempunyai arti-arti yang lain dalam Kitab Suci] - hal 471-472.

Catatan: dalam Kitab Suci kata HADES cukup sering diartikan sebagai ‘kuburan’, seperti dalam Kis 2:27,31 - “(27) sebab Engkau tidak menyerahkan [NIV/NASB: ‘abandon’ (= meninggalkan)] aku kepada dunia orang mati (HADES), dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan. ... (31) Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati (HADES), dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan”.

5)   “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Matius10: 28 ini mendukung pandangan Dichotomy, dan sangat tidak cocok untuk Trichotomy.

Trichotomy mengatakan bahwa manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh; sedangkan Dichotomy mengatakan bahwa manusia terdiri hanya dari 2 bagian, yaitu tubuh dan jiwa / roh.

Kalau pandangan Trichotomy yang benar, maka ayat ini akan jadi aneh sekali, karena ayat ini akan berkata: jangan takut kepada manusia yang bisa membunuh tubuh (1/3 dari kamu), takutlah kepada Allah yang bisa membunuh tubuh dan jiwamu (2/3 dari kamu). Bukankah lebih cocok kalau pandangan Dichotomy yang benar, sehingga ayat ini akan berkata: jangan takut kepada manusia yang bisa membunuh tubuh (1/2 dari kamu), takutlah kepada Allah yang bisa membunuh tubuh dan jiwamu (seluruh dirimu)?

Matius10: 29-31: “(29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.

1)   Matius10: 29: ‘burung pipit’ adalah seekor binatang kecil, yang jauh lebih rendah dari manusia, dan juga harganya sangat murah.

Mata uang yang dalam Kitab Suci Indonesia dikatakan ‘duit’ di sini, dalam bahasa Yunani adalah ASSARION, dan bernilai sekitar 1/16 dinar, sedangkan 1 dinar adalah upah seorang buruh kasar dalam 1 hari (bdk. Mat 20:2). ASSARION bukanlah mata uang terkecil. Masih ada yang dalam bahasa Yunani disebut KODRANTES (bdk. 

Matius 5:26  Mark 12:42b), yang bernilai ¼ ASSARION, dan mata uang terkecil adalah LEPTA (Mark 12:42a), yang nilainya ½ KODRANTES.

Catatan: Kitab Suci Indonesia tidak konsisten dalam menterjemahkan mata-mata uang kuno tersebut. Dalam ay 29 ini, yang diterjemahkan dengan ‘duit’ adalah ASSARION, tetapi dalam Mark 12:42b, yang diterjemahkan dengan ‘duit’ adalah KODRANTES.

Matius 20:2 - “Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya”.

Matius 5:26 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas”. Ini salah terjemahan.

NIV: ‘I tell you the truth, you will not get out until you have paid the last penny (= Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Engkau tidak akan keluar, sampai engkau membayar sen yang terakhir).

Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘penny’ (= sen) oleh NIV ini adalah KODRANTES.

Markus 12:42 - “Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser (LEPTA), yaitu satu duit (KODRANTES)”.

2)   Ada 2 pandangan yang menarik tentang ‘burung pipit’ yang dibicarakan oleh Yesus di sini.

a)   Bdk. Imamat 14:4-7 - “(4) maka imam harus memerintahkan, supaya bagi orang yang akan ditahirkan itu diambil dua ekor burung yang hidup dan yang tidak haram, juga kayu aras, kain kirmizi dan hisop. (5) Imam harus memerintahkan supaya burung yang seekor disembelih di atas belanga tanah berisi air mengalir. (6) Tetapi burung yang masih hidup haruslah diambilnya bersama-sama dengan kayu aras, kain kirmizi dan hisop, lalu bersama-sama dengan burung itu semuanya harus dicelupkannya ke dalam darah burung yang sudah disembelih di atas air mengalir itu. (7) Kemudian ia harus memercik tujuh kali kepada orang yang akan ditahirkan dari kusta itu dan dengan demikian mentahirkan dia, lalu burung yang hidup itu haruslah dilepaskannya ke padang”.

Matthew Henry: “Some think that Christ here alludes to the two sparrows that were used in cleansing the leper (Lev. 14:4-6); the two birds in the margin are called sparrows; of these one was killed, and so fell to the ground, the other was let go. Now it seemed a casual thing which of the two was killed; the persons employed took which they pleased, but God’s providence designed, and determined which. Now this God, who has such an eye to the sparrows, because they are his creatures, much more will have an eye to you, who are his children. If a sparrow die not without your Father, surely a man does not, ... Note, There is enough in the doctrine of God’s providence to silence all the fears of God’s people” [= Sebagian orang beranggapan bahwa di sini Kristus menyinggung 2 burung pipit yang digunakan dalam pentahiran orang kusta (Im 14:4-6); kedua burung itu dalam catatan tepi disebut burung-burung pipit; satu dari burung-burung ini dibunuh, dan dengan demikian ‘jatuh ke tanah’, tetapi yang lain dilepaskan. Kelihatannya merupakan suatu hal yang kebetulan / sembarangan yang mana dari 2 burung itu yang dibunuh; orang-orang yang dipekerjakan mengambil yang mana yang mereka ingini, tetapi providensia Allah merencanakan, dan menentukan yang mana. Allah ini, yang mempunyai perhatian sedemikian rupa terhadap burung-burung pipit, karena mereka adalah makhluk-makhluk ciptaanNya, akan lebih lagi memperhatikan kamu, yang adalah anak-anakNya. Jika seekor burung pipit tidak akan mati tanpa Bapamu, pastilah seorang manusia juga tidak, ... Perhatikan, Doktrin tentang providensia Allah cukup untuk mendiamkan / membungkam semua rasa takut dari umat Allah].

b)   Dalam Matius10: 29 ini dikatakan bahwa harga burung pipit itu 2 ekor seduit. Tetapi dalam Luk 12:6 dikatakan 5 ekor dua duit.
Mat 10:29 - “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu”.

Luk 12:6 - “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah”.

Apakah Matius 10:29 bertentangan dengan Lukas 12:6? Tidak! Kalau satu duit dapat 2 ekor burung pipit, tetapi kalau 2 duit, bukan dapat 4 ekor, tetapi 5 ekor, karena ditambahi / diimbuhi satu. Mungkin dalam hal ini berlaku kata-kata ‘Buy four get one free’ (= Beli empat dapat satu gratis)! Ini menunjukkan betapa tidak berharganya burung pipit itu! Yang dibicarakan Yesus adalah burung pipit yang dijadikan tambahan / imbuh itu, yang sama sekali tidak ada harganya. Tetapi burung pipit yang tidak berharga itupun tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Allah! Tidak satupun dari mereka bisa mati karena flu burung atau karena ditembak, atau karena apapun juga, kecuali Allah menghendaki demikian!

‘Streams in the Desert’, vol 2, December 11: “‘Have you ever noted the Master’s mathematics in these two sparrow texts - Matthew 10:29 and Luke 12:6? The sparrow was sold as an article of food in the Palestine markets. So cheap was the little bird that two of them were sold for the paltry pittance of a farthing. ‘Are not two sparrows sold for a farthing?’ ‘Are not five sparrows sold for two farthings?’ Naturally four of them would be sold for two farthings. But so insignificant were they in the sight of the vendor that, when a buyer came along with two farthings, the seller threw in an extra one, giving five for two, instead of four. Yet of this extra sparrow - almost worthless in the sight of the vendor, the Lord utters this wonderful word, ‘Not one of them is forgotten before God.’ ‘We have been missing a wondrous truth. The God of the universe is also the God of the tiny sparrow” (= Pernahkah kamu memperhatikan matematika dari sang Guru / Tuan dalam 2 text tentang burung pipit ini - Mat 10:29 dan Luk 12:6? Burung pipit dijual sebagai makanan di pasar-pasar Palestina. Begitu murah burung kecil ini sehingga 2 dari mereka dijual untuk satu duit yang tak berharga. ‘Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?’ ‘Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit?’ Sebetulnya 4 dari mereka dijual untuk 2 duit. Tetapi begitu remeh / tak berarti mereka dalam pandangan dari si penjual sehingga pada waktu seorang pembeli datang dengan 2 duit, si penjual memberikan seekor tambahan / extra, sehingga ia memberikan 5 ekor untuk 2 duit, dan bukannya 4 ekor. Tetapi tentang burung pipit extra ini - hampir-hampir tak ada harganya dalam pandangan dari si penjual, Tuhan mengucapkan kata-kata yang luar biasa / indah ini, ‘tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah’ ‘Kita telah kehilangan suatu kebenaran yang luar biasa. Allah dari alam semesta ini juga adalah Allah dari burung pipit yang kecil).

2)         Matius10: 29b: ‘jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu’.
Kata ‘kehendak’ seharusnya tak ada!
NASB: ‘will fall to the ground apart from your Father’ (= akan jatuh ke tanah terpisah dari Bapamu).
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

a)   ‘Jatuh ke bumi’ diartikan ‘hinggap di bumi’; dan kata ‘kehendak’ dianggap tidak ada. Jadi arti seluruhnya: burung pipit yang tidak berharga itupun, setiap hinggap di bumi disertai Tuhan! (bdk. Luk 12:6 - “tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah”.).

b)   ‘Jatuh ke bumi’ artinya ‘mati’; dan kata ‘kehendak’ dimengerti secara implicit / dianggap ada secara implicit. Jadi, artinya: burung pipit yang tidak berharga itupun tidak bisa mati, kalau Allah tidak menghendakinya. Arti ini yang sesuai dengan kontext karena ay 28 berbicara soal ‘dibunuh / mati’.

3)   Ay 30: “Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya”.
Dari pembicaraan tentang burung pipit, Yesus beralih kepada ‘kamu’. Tetapi Ia tidak membicarakan ‘seluruh kamu’, tetapi ‘rambut kepalamu’. Penafsiran dari kata-kata ‘rambut kepalamupun terhitung semuanya’ harus sejalan dengan ay 28-29. Jadi, harus diartikan bahwa satu helai rambut kitapun tidak mungkin rontok / jatuh ke bumi di luar kehendak Tuhan!

Ini sesuai dengan ayat paralelnya dalam Lukas 21:18 - “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang”.
KJV: ‘But there shall not an hair of your head perish’ (= Tetapi tidak akan ada satu helai rambutpun dari kepalamu yang binasa).

4)   Matius10: 29-30 ini menunjukkan bahwa hal-hal yang paling kecil dan remehpun ditetapkan dan diatur oleh Allah!

Spurgeon: The very hairs of their head are counted and catalogued; and, to the most minute circumstance, all their lives are under the arrangement of the Lord of love. Chance is not in our creed: the decree of the Eternal Watcher rules our destiny, and love is seen in every line of that decree (= Bahkan rambut dari kepala mereka dihitung dan didaftar; dan, sampai pada keadaan yang paling kecil, seluruh kehidupan mereka ada di bawah pengaturan dari Tuhan yang kasih. ‘Kebetulan’ tidak ada dalam kredo / pengakuan iman kita: ketetapan dari Penjaga yang Kekal memerintah / mengatur nasib kita, dan kasih terlihat dalam setiap baris dari ketetapan itu).

B. B. Warfield: “the minutest occurrences are as directly controlled by Him as the greatest (Matt. 10:29-30, Luke 12:7)” [= Peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terkecil dikontrol secara langsung oleh Dia sama seperti peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terbesar (Matius 10:29-30, Lukas 12:7)] - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 296.

Calvin: I readily acknowledge that, if the nature of things in itself be considered, it will be found that there is some uncertainty: but I maintain that nothing happens through a blind revolution of chance, for all is regulated by the will of God (= Saya dengan mudah / cepat mengakui bahwa, jika keadaan dari hal-hal dipertimbangkan dalam dirinya sendiri, akan didapatkan bahwa ada ketidak-pastian tertentu: tetapi saya berpendapat bahwa tidak ada apapun terjadi melalui suatu perubahan / gerakan buta yang bersifat kebetulan, karena segala sesuatu diatur oleh kehendak Allah) - hal 465 (bdk. dengan footnotenya).

Calvin: “But anyone who has been taught by Christ’s lips that all the hairs of his head are numbered (Matt 10:30) will look farther afield for a cause, and will consider that all events are governed by God’s secret plan [= Tetapi setiap orang yang telah diajar oleh bibir Kristus bahwa semua rambut kepalanya terhitung (Mat 10:30) akan melihat lebih jauh untuk suatu penyebab, dan akan menganggap bahwa semua kejadian diatur oleh rencana rahasia Allah] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 2.

Calvin: “... it is certain that not one drop of rain falls without God’s sure command” (= ... adalah pasti bahwa tidak satu titik hujanpun yang jatuh tanpa perintah yang pasti dari Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVI, no 5.

Bdk. Yeremia 14:22 - “Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”. 

Bdk. Ayub 28:25-26  37:6,10-13  Mazmur 68:10  Mazmur 147:8  Amos 4:7  9:5a,6b.

Siapapun yang mengatakan bahwa saya adalah seorang Hyper-Calvinist, karena saya mempercayai bahwa Allah menentukan segala sesuatu, termasuk dosa, harus memperhatikan kata-kata Calvin ini, yang menunjukkan bahwa saya mempunyai kepercayaan yang sama dengan dia dalam hal ini. Kalau saya adalah seorang Hyper-Calvinist, berarti Calvin sendiri juga adalah seorang Hyper-Calvinist!

5)   Kalau saudara merasa heran mengapa hal-hal yang kecil / remeh itu juga ditetapkan dan diatur oleh Allah, seakan-akan Allah itu kekurangan kerjaan (bahasa Jawa: kengangguren), maka ingatlah bahwa:

a)   Kedaulatan yang mutlak dari Allah tidak memungkinkan adanya hal yang bagaimanapun kecil dan remehnya ada di luar Rencana Allah dan Providence of God.

b)   Semua hal-hal di dunia / alam semesta ini berhubungan satu dengan yang lain, sehingga hal kecil / remeh bisa menimbulkan hal yang besar!

R. C. Sproul: “For want of a nail the shoe was lost; for want of the shoe the horse was lost; for want of the horse the rider was lost; for want of the rider the battle was lost; for want of the battle the war was lost” [= Karena kekurangan sebuah paku maka sebuah sepatu (kuda) hilang; karena kekurangan sebuah sepatu (kuda) maka seekor kuda hilang; karena kekurangan seekor kuda maka seorang penunggang kuda hilang; karena kekurangan seorang penunggang kuda maka sebuah pertempuran hilang (kalah); karena kekurangan sebuah pertempuran maka peperangan hilang (kalah)] - ‘Chosen By God’, hal 155.

Jadi, melalui illustrasi ini terlihat dengan jelas bahwa sebuah paku, yang merupakan hal yang remeh / kecil, ternyata bisa menimbulkan kekalahan dalam peperangan, yang jelas merupakan hal yang sangat besar! Karena itu jangan heran kalau hal-hal yang kecil / remeh juga ditetapkan / direncanakan oleh Allah.

Illustrasi lain: saya pernah menonton film rekonstruksi suatu pembunuhan sebagai berikut: seorang pembunuh melakukan pembunuhan berencana dengan rencana yang begitu matang sehingga hampir-hampir tidak terbongkar. Terbongkarnya pembunuhan itu hanya karena ‘suatu kesalahan remeh’, yaitu dimana setelah membunuh korbannya, si pembunuh menyisir rambut palsu / wignya di kamar tempat ia melakukan pembunuhan, dan lalu meninggalkannya di sana. Ternyata satu helai rambut palsunya rontok, dan tertinggal di kamar, dan gara-gara satu helai rambut itu, akhirnya pembunuhannya terungkap, dan ia tertangkap. Film itu diberi judul ‘Beaten by a Hair’ (= Dikalahkan oleh sehelai Rambut). Saudara masih menganggap bahwa rontoknya sehelai rambut merupakan sesuatu yang remeh, dan karena itu tidak mungkin Allah menentukan hal seperti itu? Ingat bahwa yang remeh bisa menimbulkan akibat yang besar. Jadi, kalau yang remeh bisa terjadi di luar kehendak / pengaturan Allah, maka yang besar juga bisa.

6)   Matius10: 29-31: Penekanan dari seluruh text ini adalah: Kalau burung pipit maupun rambut, yang keduanya begitu remeh, tidak mungkin jatuh ke bumi (mati / rontok) di luar kehendak Tuhan, apalagi kita sebagai manusia, lebih-lebih lagi kalau kita adalah anak-anak Allah. Kita tidak bisa mati dan tidak ada yang bisa membunuh kita, kecuali Tuhan menghendaki / mengijinkan.

Matthew Henry: “that the providence of God is in a special manner conversant about the saints, in their suffering, v. 29-31. It is good to have recourse to our first principles, and particularly to the doctrine of God’s universal providence, extending itself to all the creatures, and all their actions, even the smallest and most minute. The light of nature teaches us this, and it is comfortable to all men, but especially to all good men, who can in faith call this God their Father, and for whom he has a tender concern” (= bahwa providensia Allah dengan cara yang khusus mengenal / akrab dengan orang-orang kudus, dalam penderitaan mereka, ay 29-31. Adalah baik untuk kembali dan berlindung pada doktrin tentang providensia Allah yang universal, yang mencakup semua makhluk ciptaan, dan semua tindakan mereka, bahkan yang paling kecil. Terang dari alam semesta mengajar kita hal ini, dan itu merupakan sesuatu yang menghibur / menyenangkan bagi semua manusia, tetapi khususnya bagi semua orang-orang yang saleh, yang dengan iman bisa memanggil Allah Bapa mereka, dan bagi siapa Ia mempunyai perhatian yang lembut).

Matthew Henry: “‘But the very hairs of your head are all numbered.’ This is a proverbial expression, denoting the account which God takes and keeps of all the concernments of his people, even of those that are most minute, and least regarded. This is not to be made a matter of curious enquiry, but of encouragement to live in a continual dependence upon God’s providential care, which extends itself to all occurrences” (= ‘Tetapi rambut kepalamu semuanya dihitung’. Ini merupakan ungkapan yang bersifat pepatah, yang menunjukkan catatan yang Allah lakukan dan simpan tentang semua perhatian tentang umatNya, bahkan tentang mereka yang paling kecil, dan paling tidak dianggap / diperhatikan. Ini tidak boleh dijadikan suatu persoalan tentang pertanyaan yang tidak perlu, tetapi harus dijadikan suatu dorongan untuk hidup dalam suatu ketergantungan / kebersandaran yang terus menerus pada pemeliharaan dari providensia Allah, yang mencakup segala kejadian).

Matthew Henry: If God numbers their hairs, much more does he number their heads, and take care of their lives, their comforts, their souls. It intimates, that God takes more care of them, than they do of themselves. They who are solicitous to number their money, and goods, and cattle, yet were never careful to number their hairs, which fall and are lost, and they never miss them: but God numbers the hairs of his people, and not a hair of their head shall perish (Lu. 21:18); not the least hurt shall be done them, but upon a valuable consideration: so precious to God are his saints, and their lives and deaths!” [= Jika Allah menghitung rambut mereka, Ia pasti lebih lagi menghitung kepala mereka, dan memelihara nyawa mereka, penghiburan / pertolongan / ketenteraman mereka, jiwa mereka. Ini mengisyaratkan bahwa Allah lebih memperhatikan / memelihara mereka, dari pada mereka memperhatikan / memelihara diri mereka sendiri. Mereka mempunyai perhatian untuk menghitung uang, harta benda, dan ternak mereka, tetapi tidak pernah mempunyai perhatian untuk menghitung rambut mereka, yang jatuh / rontok dan hilang, dan mereka tak pernah merasa kehilangan rambut tersebut: tetapi Allah menghitung rambut dari umatNya, dan tidak selembar rambutpun dari kepala mereka akan binasa (Luk 21:18); dan tak ada rasa sakit / luka / kerugian yang paling kecil yang akan terjadi pada diri mereka, kecuali karena pertimbangan yang berharga: begitu berharga bagi Allah orang-orang kudusNya, dan nyawa dan kematian mereka!].

Lukas 21:18 - “Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang”.
KJV: ‘But there shall not an hair of your head perish’ (= Tetapi tidak akan ada satu helai rambutpun dari kepalamu yang binasa).

Adam Clarke: “The doctrine intended to be inculcated is this: The providence of God extends to the minutest things; everything is continually under the government and care of God, and nothing occurs without his will or permission; if then he regards sparrows, how much more man, and how much more still the soul that trusts in him!” (= Doktrin yang dimaksudkan untuk ditanamkan adalah ini: Providensia Allah menjangkau hal-hal yang terkecil; segala sesuatu terus menerus ada di bawah pemerintahan dan perhatian / pemeliharaan dari Allah, dan tidak ada apapun yang terjadi tanpa kehendakNya atau ijinNya; jika begitu Ia memperhatikan burung pipit, apalagi manusia, dan apalagi jiwa yang percaya kepadaNya!).

Adam Clarke: “All things are ordered by the counsel of God. This is a great consolation to those who are tried and afflicted. The belief of an all-wise, all-directing Providence, is a powerful support under the most grievous accidents of life. Nothing escapes his merciful regards, not even the smallest things of which he may be said to be only the creator and preserver; how much less those of whom he is the Father, Saviour, and endless felicity!” (= Segala sesuatu diatur / diperintah oleh rencana Allah. Ini adalah penghiburan yang besar bagi mereka yang dicobai / diuji dan menderita. Kepercayaan terhadap suatu Providensia yang bijaksana sepenuhnya, dan mengarahkan segala sesuatu, adalah suatu penopang yang kuat di bawah kejadian-kejadian dari kehidupan yang paling menyedihkan. Tidak ada apapun yang lolos dari perhatianNya yang penuh belas kasihan, bahkan tidak hal-hal yang terkecil tentang mana Ia bisa dikatakan hanya sebagai Pencipta dan Pemelihara; lebih-lebih mereka, tentang siapa Ia adalah Bapa, Juruselamat, dan Pemberi kebahagiaan yang kekal!).

Catatan: Adam Clarke adalah seorang Arminian yang sangat keras. Adalah sesuatu yang aneh bahwa ia bisa memberikan ‘komentar Calvinist’ seperti ini tentang text ini! Bagaimana ia bisa menentang doktrin tentang ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yg tidak bersyarat / Predestinasi) dan ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus), dan mengharmoniskannya dengan kata-katanya di sini, merupakan sesuatu yang tidak bisa saya mengerti!

Matius10: 32-33: “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.

1)   Kita bukan hanya tidak boleh menyangkal Kristus (Matius10: 33), tetapi kita juga harus mengakui Kristus di depan manusia (Matius10: 32)!

Bdk. Roma 10:9-10 - “(9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. (10) Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”.

2)         Keharusan mengakui Yesus di depan manusia menyebabkan penderitaan.
Sama seperti keharusan memberitakan Injil, ini lagi-lagi merupakan sesuatu yang menyebabkan kita akan menderita. Andaikata kita boleh menjadi pengikut Yesus tanpa harus mengakui Yesus di depan manusia, maka kita aman!

Contoh:
·         Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea (Yohanes 19:38-39).
·         Petrus (Matius 26:69-75).
·         Pemimpin-pemimpin Yahudi tertentu.
Yohanes 12:42-43 - “(42) Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepadaNya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. (43) Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah”.

Apakah dalam hidup saudara, saudara sering tidak mengakui Yesus di depan manusia?
Misalnya:
¨       malu berdoa pada waktu makan di tengah-tengah orang kafir.
¨       kalau memimpin doa di tengah-tengah orang beragama lain, lalu takut menyebut nama Yesus / Kristus.
¨       takut mengakui diri sebagai orang kristen karena takut hubungan dengan orang lain menjadi rusak.
¨       berdiam diri pada waktu orang berbicara salah tentang Yesus / kekristenan.

Ini semua memang menjadikan saudara ‘aman’. Tetapi Yesus tak pernah menghendaki hal ini! Bdk. ay 38-39 - “(38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu. (39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.

Ia menghendaki saudara mengakui Dia di depan manusia! Ini bisa menyebabkan kita dihina, diejek, dikucilkan, bahkan dianiaya / dibunuh!

3)   Ada macam-macam cara dengan mana kita bisa menyangkal / tidak mengakui Yesus.
William Barclay: “We may deny him with our words. ... We can deny him by our silence. ... We can deny him by our actions” (= Kita bisa menyangkal Dia dengan kata-kata kita. ... Kita bisa menyangkal Dia dengan berdiam diri. ... Kita bisa menyangkal Dia dengan tindakan-tindakan kita) - hal 391,392.

4)   Yang dimaksud dengan ‘menyangkal’ di sini, bukanlah tindakan sesaat, tetapi seluruh kehidupan.

Wycliffe Bible Commentary: “Whosoever shall deny me (cf. 2 Tim 2:12). The Greek tense (aorist, constative) refers not to one moment of denial (e. g., Peter’s), but to the life in its entirety” [= Barangsiapa menyangkal Aku (bdk. 2Tim 2:12). Tensa bahasa Yunani (aorist, constative) tidak menunjuk pada penyangkalan sesaat (misalnya, penyangkalan Petrus), tetapi kepada seluruh kehidupan].

2Timotius 2:12 - “jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita”.

Catatan: saya tidak tahu apakah penafsiran menggunakan gramatika bahasa Yunani ini bisa dibenarkan. Kata ARNESETAI, yang diterjemahkan ‘menyangkal’, adalah suatu aorist subjunctive. Ada 2 tense / tensa untuk subjunctive, yaitu present dan aorist. Dan tentang penggunaannya, lihat kutipan di bawah ini.

Gresham Machen: “The aorist subjunctive refers to the action without saying anything about its continuance or repetition, while the present subjunctive refers to it as continuing or as being repeated” (= Aorist subjunctive menunjuk kepada suatu tindakan tanpa mengatakan apapun tentang keberlanjutan atau pengulangan tindakan tersebut, sedangkan present subjunctive menunjuk kepadanya sebagai berlanjut atau diulangi) - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 131.

Catatan: ada 3 macam mood dalam bahasa Yunani:
subjunctive digunakan untuk menyatakan kemungkinan, anggapan, keinginan, dugaan.
indicative digunakan untuk menyatakan suatu fakta.
imperative digunakan untuk menyatakan perintah.

Tetapi memang tidak mungkin kita menafsirkan bahwa sekali seseorang menyangkal Yesus, maka nanti ia pasti akan disangkal oleh Yesus di depan Bapa di surga, karena kalau demikian maka Petrus pasti masuk neraka.

Ada penafsiran lain tentang hal ini, yang diberikan oleh Word Biblical Commentary.
Word Biblical Commentary: “The verb ἀρνεῖσθαι, ‘deny,’ means strongly to repudiate or disown and thus connotes apostasy (BAGD, 107).” [= Kata kerja ἀρνεῖσθαι / ARNEISTHAI, ‘menyangkal’ berarti menyangkal atau tidak mengakui secara kuat, dan dengan demikian mengandung arti kemurtadan (BAGD, 107).].

5)   Ayat paralelnya dalam Injil Markus dan Lukas menggunakan kata ‘malu’.
Markus 8:38 - “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.

Lukas 9:26 - “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus”.

a)   Malu karena Yesus.
Orang-orang Yahudi pada jaman itu mempunyai pemikiran tentang Mesias yang datang dengan kekuatan dan kemegahan, sehingga Yesus yang sebenarnya, yang datang dengan segala kerendahan, bisa membuat malu mereka.
Tetapi jelas bukan hanya mereka yang bisa malu karena Yesus. Orang-orang jaman sekarangpun juga bisa malu karena Yesus.

Bagian akhir dari Markus 8:38 dan Lukas 9:26 menunjukkan kemuliaan Yesus pada saat datang kembali nanti. Ini sengaja Ia katakan supaya mereka tidak malu berkenaan dengan diriNya. Sekarang Ia memang datang dalam kehinaan, tetapi nanti Ia akan datang keduakalinya dengan segala kemuliaanNya!

Hal lain yang harus diperhatikan adalah: baik dalam Injil Markus maupun Lukas, text ini langsung dilanjutkan dengan cerita tentang pemuliaan Yesus di atas gunung (Markus 9:2-13  Lukas 9:28-36).

b)   Kata-kata ‘karena Aku’ dan ‘karena perkataanKu’ menunjukkan bahwa kita bukan hanya tidak boleh malu berkenaan dengan diri Kristusnya, tetapi juga berkenaan dengan ajaranNya.

Barnes’ Notes: “We must be ashamed neither of the person, the character, the doctrines, nor the requirements of Christ” (= Kita tidak boleh malu baik tentang pribadi / diri, karakter, ajaran, maupun tuntutan-tuntutan Kristus).

Injil / ajaran tentang Kristus, atau tentang salib, merupakan sesuatu yang memalukan, khususnya untuk orang Yahudi.

Bdk. Roma 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”.
Bagian yang saya garis bawahi itu salah terjemahan.
TB2-LAI: “aku tidak malu terhadap Injil”.

KJV: ‘For I am not ashamed of the gospel of Christ: for it is the power of God unto salvation to every one that believeth; to the Jew first, and also to the Greek’ (= Karena aku tidak malu tentang Injil Kristus: karena itu adalah kuasa / kekuatan Allah kepada keselamatan bagi setiap orang yang percaya; pertama-tama orang Yahudi, dan lalu juga orang Yunani).

Ada ajaran-ajaran Kristen yang sering diserang / dipermalukan, seperti Matius 5:39 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”.

Di satu sisi kita tak boleh malu tentang ajaran ini, tetapi di sisi lain kita juga harus memberikan penafsiran yang benar tentang ayat ini kepada mereka yang menyerangnya, yaitu:
Ayat ini bukannya harus ditafsirkan secara hurufiah. Artinya hanya: tidak boleh membalas.
Ayat ini tidak berlaku untuk serangan yang membahayakan jiwa. Yesus mengatakan ‘menampar’ bukan ‘membacok’!

Juga ajaran-ajaran Kitab Suci tentang mujijat-mujijat, sering diolok-olokkan karena dianggap tidak masuk akal. Misalnya:
Yunus yang tetap hidup sekalipun ditelan ikan besar selama 3 hari.
Yesus yang bangkit setelah mati 3 hari.

Kita bukan hanya tidak boleh malu berkenaan dengan ajaran-ajaran Kitab Suci itu, tetapi kita bahkan harus mempertahankannya / membelanya.

c)   Ayat-ayat lain dalam Kitab Suci menambahkan bahwa kita juga:
tidak boleh malu bersaksi tentang Kristus.
tidak boleh malu karena ada hamba Tuhan yang menderita / dipenjara karena Kristus.
tidak boleh malu pada saat kita sendiri menderita karena Kristus.

2Timotius 1:8 - “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah”.
2Timotius 1:12 - “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
2Timotius 1:16 - “Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara”.

2Timotius 2:15 - “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu”.

1Petrus 4:16 - “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu”.

d)   Pada saat kita malu berkenaan dengan Kristus / ajaranNya, kita harus ingat bahwa Yesus / Allah tidak malu karena kita.

Ibrani 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara”.

Ibrani 11:16 - “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka”.

Bahwa Yesus tidak malu menyebut kita saudara, dan Allah tidak malu disebut Allah kita, merupakan sesuatu yang luar biasa, mengingat kita begitu sering memalukan Allah dengan dosa-dosa kita.

6)   Akibat penyangkalan terhadap Kristus: Ia akan menyangkal kita.
Adam Clarke: “Let it be remembered, that to be renounced by Christ is to have him neither for a Mediator nor Saviour. To appear before the tribunal of God without having Christ for our Advocate, and, on the contrary, to have him there as our Judge, and a witness against us, - how can a man think of this and not die with horror!” (= Hendaklah diingat, bahwa tidak diakui oleh Kristus berarti tidak mempunyai Dia sebagai Pengantara ataupun Juruselamat. Menghadap / tampil di hadapan pengadilan Allah tanpa mempunyai Kristus sebagai Advokat kita, dan sebaliknya, mendapatkan Dia di sana sebagai Hakim kita, dan sebagai seorang saksi terhadap / menentang kita, - bagaimana seseorang bisa memikirkan hal ini, dan tidak mati dengan ketakutan!).

Matius10: 34-36: “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.

1)         Dalam arti apa Yesus tidak datang membawa damai tetapi pedang?
Yesus datang bukan membawa damai, tetapi pedang (ay 34-36). Apakah ini bertentangan dengan ayat seperti Yesaya 9:5, yang menyatakan / menubuatkan Dia sebagai ‘Raja damai’? Juga dengan ayat-ayat seperti Yohanes 14:27  Galatia 5:22  Roma 5:1  2Korintus 5:19-21  Efesus 2:14-18? Tidak!

a)   Yesus memang memberikan damai di hati orang yang percaya.

Yoh 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”.

Galatia 5:22 - “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan”.

Orang yang percaya Yesus pasti menerima Roh Kudus, dan Roh Kudus ini memberikan buah, dan salah satunya adalah ‘damai sejahtera’.

b)   Yesus mendamaikan orang yang percaya dengan Allah.

Roma 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.

2Korintus 5:19-21 - “(19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

c)   Yesus mendamaikan orang percaya dengan orang percaya.

Efesus 2:14-18 - “(14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa”.

Kalau begitu, apa yang Yesus maksudkan pada waktu Ia berkata bahwa Ia bukan datang membawa damai tetapi pedang? Artinya adalah sebagai berikut: Pada waktu Yesus / Injil diberitakan kepada suatu kelompok orang / keluarga, selalu ada orang-orang yang percaya dan yang tidak percaya. Antara orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya, bukan terjadi damai, tetapi terjadi perpecahan dan pertentangan karena Yesus, dan inilah pedang yang Ia maksudkan.

Bandingkan dengan ayat paralelnya dalam Injil Lukas yang mengatakan: “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kataKu kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan” (Lukas 12:51).

Hal seperti ini sering terjadi, bahkan dalam Kitab Suci, seperti:
1.   Yohanes 7:40-43 - “(40) Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: ‘Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.’ (41) Yang lain berkata: ‘Ia ini Mesias.’ Tetapi yang lain lagi berkata: ‘Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! (42) Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.’ (43) Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia”.
2.   Kis 14:1-4 - “(1) Di Ikoniumpun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya. (2) Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudara-saudara itu. (3) Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karuniaNya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. (4) Tetapi orang banyak di kota itu terbelah menjadi dua: ada yang memihak kepada orang Yahudi, ada pula yang memihak kepada kedua rasul itu”.

2)   Permusuhan / kebencian karena perbedaan agama adalah yang paling sengit, dan ikatan keluarga seringkali justru memperparah hal itu.

Matthew Henry: “This effect of the preaching of the gospel is not the fault of the gospel, but of those who do not receive it. ... Note, the most violent and implacable feuds have ever been those that have arisen from difference in religion; no enmity like that of the persecutors, no resolution like that of the persecuted” (= Akibat dari pemberitaan Injil bukanlah kesalahan dari Injil, tetapi dari mereka yang tidak menerimanya. ... Perhatikan, permusuhan-permusuhan yang paling sengit dan keras kepala adalah permusuhan-permusuhan yang muncul karena perbedaan agama; tidak ada permusuhan / kebencian seperti permusuhan / kebencian dari penganiaya, tidak ada ketetapan hati seperti ketetapan hati dari orang-orang yang dianiaya).

Matthew Henry: “Note, The strongest bonds of relative love and duty have often been broken through, by an enmity against Christ and his doctrine” (= Perhatikan, ikatan yang terkuat dari kasih dan kewajiban keluarga sering dihancurkan oleh suatu permusuhan / kebencian terhadap Kristus dan ajaranNya).

Spurgeon: Animosities on account of religion often excite the fiercest of enmities, and nearness of kin inflames rather than quenches the hostility (= Kebencian karena agama sering membangkitkan kebencian / permusuhan yang paling sengit, dan kedekatan keluarga makin mengobarkan, dan bukannya memadamkan, permusuhan).

3)         Kita tidak boleh mundur karena adanya ‘pedang’ ini.
Di dalam dunia ini jauh lebih banyak orang yang tidak percaya. Selalu ada pertentangan antara mereka dan kita. Kalau kita betul-betul hidup sesuai dengan Firman Tuhan, kita pasti menderita karena pertentangan / permusuhan ini! Keharmonisan antara mereka dan kita baru bisa ada, kalau kita berkompromi dengan dosa! Tetapi tentu saja kita tidak boleh melakukan tindakan kompromi tersebut.

Spurgeon: The coming of Christ into a house is often the cause of variance between the converted and the unconverted. The more loving the Christian is, the more he may be opposed: love creates a tender zeal for the salvation of friends, and that very zeal frequently calls forth resentment. We are to expect this, and not to be put about by it when it occurs. ... We are to press on in confessing the Lord Jesus, come what may of it. Even if our house becomes a den of lions to us, we must stand up for our Lord. The peace-at-any-price people have no portion in this kingdom (= Kedatangan Kristus ke dalam sebuah rumah sering merupakan penyebab dari perbedaan antara orang-orang yang sudah bertobat dan yang belum bertobat. Makin orang Kristen itu mengasihi, makin ia ditentang: kasih menciptakan suatu semangat yang lembut untuk keselamatan dari sahabat-sahabat, dan semangat itu sering menimbulkan kejengkelan / kebencian. Kita harus mengharapkan hal ini, dan tidak boleh mengubah haluan karena hal itu pada saat hal itu terjadi. ... Kita harus maju terus dalam mengaku Tuhan Yesus, apapun yang diakibatkan olehnya. Bahkan kalau rumah kita menjadi gua / sarang singa bagi kita, kita harus tetap berdiri / bertahan untuk Tuhan kita. Orang-orang yang mengusahakan damai dengan mengorbankan apapun tidak mempunyai bagian dalam kerajaan ini).

Wycliffe Bible Commentary: “Heartbreaking as these divisions are, a disciple must not let his natural affections cause any weakening of his attachment to Christ” (= Sekalipun perpecahan seperti ini sangat menyedihkan, seorang murid tidak boleh membiarkan perasaan alamiahnya menyebabkan melemahnya kasihnya kepada Kristus).
     -o0o-
Next Post Previous Post