ARTI DARI PERSEKUTUAN KRISTEN (KISAH PARA RASUL 2:42-45)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

I) Penekanan persekutuan.

Kisah Para Rasul 2:42,44a - “(42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. ... (44a) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu”.

1) Berbeda dengan agama-agama lain, kristen sangat menekankan persekutuan.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘fellowship’ (= persekutuan) adalah KOINONIA, yang bisa berarti:

· fellowship / partnership (= persekutuan).

· a close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).

· participation (= partisipasi).

· sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).

· contribution (= sumbangan).

· gift (= pemberian).

Matthew Henry: “They kept up the communion of saints. They continued in fellowship (v. 42), and continued daily with one accord in the temple, v. 46. They not only had a mutual affection to each other, but a great deal of mutual conversation with each other; they were much together. When they withdrew from the untoward generation, they did not turn hermits, but were very intimate with one another, and took all occasions to meet” [= Mereka memelihara persekutuan orang-orang kudus. Mereka terus dalam persekutuan (Kisah Para Rasul 2: 42), dan setiap hari terus bersatu hati di Bait Allah, Kisah Para Rasul 2: 46. Mereka bukan hanya saling mengasihi satu dengan yang lain, tetapi juga banyak berkomunikasi satu dengan yang lain; mereka menggunakan banyak waktu untuk bersama. Pada waktu mereka menarik diri dari generasi yang tidak baik, mereka bukannya menjadi pertapa, tetapi mereka sangat akrab satu dengan yang lain, dan menggunakan semua kesempatan untuk bertemu].

Karena itu:

a) Segala pertengkaran / keretakan harus dibereskan.

Mat 5:21-25 - “(21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. (23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (25) Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara”.

Filipi 4:2 - “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan”.

b) Kita bukan hanya harus mengusahakan untuk tidak bertengkar, tetapi juga harus mengusahakan hubungan yang baik dengan sesama saudara seiman.

Roma 12:10 - “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”.

Untuk tujuan inilah kita sekarang banyak mengadakan piknik / acara yang tujuannya mengakrabkan. Semua saudara harus berusaha untuk bisa ikut! Dan yang sudah ikut, ajaklah yang belum pernah ikut. Jangan persoalkan saudara senang tempatnya atau tidak. Kalaupun saudara tidak senang dengan tempat kemana kita piknik, tetaplah ikut, dengan tujuan untuk memperbaiki persekutuan gereja ini.

2) Perbedaan ‘togetherness’ (= kebersamaan) dan ‘fellowship’ (= persekutuan).

Kita harus membedakan ‘togetherness’ (= kebersamaan) dan ‘fellowship’ (= persekutuan). Kalau hanya sekedar berkumpul dan bersenang-senang, maka itu adalah ‘togetherness’ (= kebersamaan), bukan ‘fellowship’ (= persekutuan), dan seadanya perkumpulan yang duniawi / sekuler juga bisa melakukannya. Persekutuan Kristen harus melibatkan Allah, dan bersifat rohani.

Matthew Henry: “See how these Christians love one another. They were concerned for one another, sympathized with one another, and heartily espoused one another’s interests. They had fellowship with one another in religious worship. They met in the temple: there was their rendezvous; for joint-fellowship with God is the best fellowship we can have with one another, (1 Jn. 1:3).” [= Lihatlah bagaimana orang-orang kristen ini saling mengasihi. Mereka peduli satu dengan yang lain, bersimpati satu dengan yang lain, dan dengan sungguh-sungguh saling mendukung kepentingan satu dengan yang lain. Mereka mempunyai persekutuan satu dengan yang lain dalam ibadah agamawi. Mereka bertemu di Bait Allah: itu adalah tempat berkumpul mereka; karena persekutuan gabungan dengan Allah adalah persekutuan terbaik yang bisa kita dapatkan dengan yang lain (1Yoh 1:3)].

1Yoh 1:3 - “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus”.

Adam Clarke: “‘And fellowship’ Koinoonia, community; meaning association for religious and spiritual purposes” (= ‘Dan persekutuan’ KOINONIA, komunitas; artinya perkumpulan untuk tujuan agamawi dan rohani).

Tanpa adanya hubungan yang dekat dengan Tuhan, kita tidak mungkin mempunyai hubungan yang dekat satu dengan yang lain.

II) Dalam Persekutuan Yang kaya menolong yang miskin.

Dalam persekutuan gereja mula-mula itu betul-betul ada kasih, yang bukan hanya di hati / di mulut, tetapi dalam tindakan.

1Yoh 3:18 - “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.

Apa wujud kasih mereka?

Kisah Para Rasul 2:44b-45 - “(44b) segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing”.

Kis 4:34-35 - “Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya”.

Wycliffe Bible Commentary: “One of the outstanding characteristics of this Spirit-filled church was unity, a sense of oneness that manifested itself in the sharing of material resources” (= Salah satu ciri yang menyolok dari gereja yang dipenuhi Roh ini adalah kesatuan, suatu perasaan kesatuan yang mewujudkan dirinya sendiri dengan membagikan kekayaan / milik materi).

Ada beberapa hal yang ingin saya tekankan:

1) Ini bukan praktek komunisme, dan kekristenan bukan komunisme, dan bahkan anti komunisme!

Adam Clarke mengatakan bahwa dalam pesta-pesta agama / hari-hari raya Yahudi di Yerusalem ada semacam ‘persekutuan’ / ‘sama-sama memiliki harta benda’. Tidak ada orang yang menyewakan rumah, ranjang, oven, meja dan semua peralatan, di Yerusalem, semua dipinjamkan secara cuma-cuma oleh pemiliknya. Juga disediakan air yang biayanya ditanggung bersama. Jadi ‘persekutuan dalam kepemilikan harta benda’ itu bukan sesuatu yang aneh di Yerusalem pada masa-masa seperti itu. Tetapi dalam gereja mula-mula hal itu dilakukan lebih jauh lagi, karena dikatakan bahwa mereka menjual milik mereka dan membagikannya sesuai dengan kebutuhan setiap orang. Mungkin karena pertobatan dari orang-orang Yahudi yang datang dari tempat-tempat lain, mereka lalu tertahan lebih lama di Yerusalem dari pada yang mereka rencanakan semula, sehingga mereka tidan mempunyai uang. Dan juga jelas bahwa orang-orang Yahudi yang tidak bertobat pasti tidak akan menerima orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen itu. Karena itulah maka orang-orang kristen yang kaya menjual miliknya untuk bisa menolong mereka yang berkekurangan ini.

Barnes mengatakan bahwa pada saat para rasul mengikut Yesus kelihatannya mereka mengumpulkan semua uang / milik mereka untuk kepentingan bersama, dan Yudas Iskariot menjadi bendahara. Tetapi ini tidak berarti bahwa mereka sama sekali mempunyai milik pribadi apapun, dan ini juga tak berarti bahwa Yesus memerintahkan mereka menjual segala sesuatu dan memberikannya kepada kelompok tersebut. Ini terlihat dari:

· Yohanes punya rumah (Yohanes 19:27).

· Kis 5:4 - “Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.’”.

Jadi mereka melakukan semua ini sepenuhnya secara sukarela. Mungkin ini disebabkan oleh sikon pada saat itu.

Barnes’ Notes: “No community where all things were held in common has long prospered. It has been attempted often, by pagans, by infidels, and by fanatical sects of Christians. It ends soon in anarchy, licentiousness, idleness, and profligacy; or the more cunning secure the mass of the property, and control the whole. ... Still, this was a noble instance of Christian generosity, and evinced the power of religion in loosing the hold which people commonly have on the world. It rebukes also those professors of religion, of whom, alas, there are many, who give nothing to benefit either the souls or bodies of their fellow-men” (= Tidak ada masyarakat dimana segala sesuatu dimiliki bersama-sama bisa bertahan lama. Itu telah sering diusahakan, oleh orang-orang kafir dan sekte-sekte Kristen yang fanatik. Itu segera berakhir dalam anarkhi, ketidak-bermoralan, kemalasan, dan keborosan; atau orang-orang yang lebih cerdik / licik mendapatkan dan menguasai seluruhnya. ... Tetap, ini merupakan contoh yang mulia dari kemurahan hati orang kristen, dan menunjukkan secara jelas kuasa dari agama dalam melepaskan pegangan orang-orang pada umumnya terhadap dunia ini. Itu juga menegur para pengaku agama, yang banyak di antaranya yang tidak memberikan apa-apa demi keuntungan jiwa dan tubuh dari sesama manusia mereka).

Barnes’ Notes: “This was an eminent and instructive instance of Christian liberality, and of the power of the gospel in overcoming one of the strongest passions that ever exist in the human bosom - the love of money” (= Ini merupakan contoh yang menyolok dan mengandung pelajaran tentang keroyalan / kedermawanan kristen, dan tentang kuasa dari Injil dalam mengalahkan salah satu nafsu terkuat yang pernah ada dalam dada manusia - cinta uang).

2) Praktek kasih yang menolong orang miskin ini banyak diperintahkan dalam Kitab Suci.

· Kel 23:11 - “tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu”.

· Imamat 19:10 - “Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu”.

· Imamat 23:22 - “Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.’”.

· Ulangan 15:7-8 - “(7) Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu, (8) tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan”.

· Ul 24:14-15 - “(14) Janganlah engkau memeras pekerja harian yang miskin dan menderita, baik ia saudaramu maupun seorang asing yang ada di negerimu, di dalam tempatmu. (15) Pada hari itu juga haruslah engkau membayar upahnya sebelum matahari terbenam; ia mengharapkannya, karena ia orang miskin; supaya ia jangan berseru kepada TUHAN mengenai engkau dan hal itu menjadi dosa bagimu”.

· Amsal 3:27 - “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya”.

Perhatikan kata-kata ‘yang berhak menerimanya’ itu. Ini jelas menunjukkan adanya orang-orang yang tidak berhak menerimanya. Orang-orang yang mengemis karena malas bekerja, tidak perlu dan bahkan tidak boleh ditolong. Bdk. 2Tes 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.

Seseorang mengatakan: “Charity is injurious unless it helps the recipient to become independent of it” (= Amal / kemurahan hati itu merugikan / berbahaya kecuali hal itu menolong si penerima untuk menjadi tak tergantung padanya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 69.

Dari pada memberikan ikan kepada seseorang, lebih baik memberikan pancing, supaya ia bisa bekerja dengannya.

· Amsal 14:31 - “Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia”.

· Amsal 22:9 - “Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin”.

· Amsal 19:17 - “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu”.

· Amsal 28:27 - “Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki”.

· Galatia 2:10 - “hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya”.

· Efesus 4:28 - “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan”.

Matthew Henry: “We must labour in an honest employment, not only that we may be able to live, but that we may be able to give” (= Kita harus bekerja dalam pekerjaan yang jujur, bukan hanya supaya kita bisa hidup, tetapi supaya kita bisa memberi).

· 1Timotius 6:18 - “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi”.

· Ibrani 13:16 - “Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah”.

· Kis 20:35 - “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.’”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘It is more blessed to give than to receive’ (= Adalah lebih diberkati memberi dari pada menerima).

a) Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa ‘menerima’ juga termasuk diberkati, dan karena itu jangan menolak untuk menerima. Kalau semua orang menolak untuk menerima, maka tidak ada orang yang bisa menjadi pemberi, yang merupakan keadaan yang lebih diberkati. Dalam piknik, jangan merasa sungkan untuk menjadi penerima, kalau saudara memang layak untuk itu, dalam arti saudara memang adalah orang yang tidak mampu.

b) ‘Memberi’ lebih diberkati dari pada ‘menerima’.

Ini jelas bertentangan dengan prinsip duniawi / kafir, yang lebih senang menerima dari pada memberi.

J. A. Alexander: “the spirit of heathenism is no doubt much better embodied in the opposite maxim of an old poet, ‘silly the giver, lucky the receiver.’” (= semangat / kecenderungan dari kekafiran tidak diragukan diwujudkan dengan lebih baik dalam pepatah yang berlawanan dari seorang penyair tua, ‘tolollah si pemberi, beruntunglah si penerima’) - hal 256.

Ada beberapa alasan mengapa ‘memberi’ lebih diberkati dari pada ‘menerima’:

¨ Yang memberi biasanya yang lebih kaya. Orang yang senang menerima, sebetulnya senang untuk menjadi miskin.

¨ Memberi merupakan suatu tindakan yang baik, yang bukan hanya memberi damai dan sukacita dalam hidup ini, tetapi juga akan mendapatkan pahala dalam hidup yang akan datang.

Matthew Henry: “It is more blessed to give to others than to receive from others; not only more blessed to be rich, and so on the giving hand, than to be poor, and so on the receiving hand (every one will own this); but more blessed to do good with what we have, be it much or little, than to increase it and make it more” [= Adalah lebih diberkati untuk memberi kepada orang lain dari pada menerima dari orang lain; bukan hanya karena lebih diberkati untuk menjadi kaya, dan dengan demikian menjadi tangan yang memberi, dari pada menjadi miskin, dan dengan demikian menjadi tangan yang menerima (setiap orang mengakui hal ini); tetapi lebih diberkati untuk melakukan hal yang baik dengan apa yang kita punyai, apakah itu banyak atau sedikit, dari pada untuk menambahnya dan membuatnya lebih banyak].

Barnes’ Notes: “‘It is more blessed to give’. It is a higher privilege; it tends more to the happiness of the individual and of the world. The giver is more blessed or happy than the receiver. ... because it tends to promote the happiness of the benefactor himself. There is pleasure in the act of giving when it is done with pure motives. It promotes our own peace; is followed by happiness in the recollection of it; and will be followed by happiness forever. That is the most truly happy man who is most benevolent. He is the most miserable who has never known the luxury of doing good, but who lives to gain all he can, and to hoard all he gains. ... it is blessed in the reward that shall result from it. Those who give from a pure motive God will bless. They will be rewarded, not only in the peace which they shall experience in this life, but in the higher bliss of heaven, Matt. 25:34-36” [= ‘Adalah lebih diberkati untuk memberi’. Itu merupakan hak yang lebih tinggi; itu lebih menghasilkan kebahagiaan dari individu dan dari dunia. Si pemberi lebih diberkati atau berbahagia dari pada si penerima. ... karena itu cenderung untuk memajukan kebahagiaan dari orang yang dermawan itu sendiri. Ada suatu kesenangan dalam tindakan memberi pada waktu hal itu dilakukan dengan motivasi yang murni. Itu memajukan damai kita sendiri; diikuti oleh kebahagiaan dalam mengingatnya; dan akan diikuti oleh kebahagiaan selama-lamanya. Orang yang paling berbahagia adalah orang yang paling dermawan. Orang yang paling tidak bahagia adalah orang yang tidak pernah mengenal kemewahan dari berbuat baik, tetapi yang hidup untuk mendapatkan sebanyak yang ia bisa, dan untuk menimbun semua yang ia dapatkan. ... itu diberkati dalam pahala yang akan dihasilkan olehnya. Mereka yang memberi dari motivasi yang murni akan diberkati oleh Allah. Mereka akan mendapatkan pahala, bukan hanya dalam damai yang akan mereka alami dalam kehidupan ini, tetapi dalam kebahagiaan surga yang lebih tinggi, Mat 25:34-36].

Old Sanskrit Proverb: “All we can hold in our cold dead hands is what we have given away” (= Semua yang bisa kita pegang dalam tangan kita yang dingin dan mati adalah apa yang telah kita berikan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 243.

Billy Graham: “God has given us two hands - one to receive with and the other to give with. We are not cistern made for hoarding; we are channels made for sharing ” (= Allah telah memberi kita dua tangan - satu untuk menerima dan yang lain untuk memberi. Kita bukanlah bak yang dibuat untuk menimbun; kita adalah saluran yang dibuat untuk membagikan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 241.

William Penn: “Do good with what thou hast; or it will do thee no good” (= Lakukanlah hal yang baik dengan apa yang engkau miliki; atau itu tidak akan membawa kebaikan bagimu) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 243.

3) Contoh ketaatan terhadap perintah tersebut.

Matius 25:31-40 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.

Roma 15:26 - “Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem”.

2Korintus 8:1-15 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya. (10) Inilah pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga. (11) Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu. (12) Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. (13) Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. (14) Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. (15) Seperti ada tertulis: ‘Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.’”.

2Korintus 9:13 - “Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang”.

4) Contoh ketidak-taatan terhadap perintah tersebut.

· Banyak orang senang bersahabat dengan orang kaya, tetapi tidak dengan orang miskin.

Amsal 14:20 - “Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak”.

Amsal 19:4 - “Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya”.

Amsal 19:7 - “Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil mereka tetapi mereka tidak ada lagi”.

· Kambing-kambing dalam Matius 25:41-46 - “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

· Orang kaya dalam cerita Lazarus dan orang kaya (Lukas 16:19-31).

· Orang kaya yang bodoh (Lukas 12:16-21).

· Pemuda kaya yang datang kepada Yesus (Matius 19:16-26).

· Ananias dan Safira (Kis 5:1-11) merupakan contoh orang yang memberi dengan motivasi yang salah. Celakanya dalam kasus ini suami-istri ini sepakat untuk melakukan hal yang jahat. Suami istri tidak boleh sepakat dalam hal-hal yang buruk, tetapi sebaliknya harus bisa saling mengkritik / menasehati.

Calvin: “The faithful did at that day give abundantly even of that which was their own, but we are not only content at this day wickedly to suppress that which we have in our hands, but do also rob others. They did simply and faithfully bring forth their own; we invent a thousand subtile shifts to draw all things unto us by hook or by crook. They laid it down at the apostles’ feet, we fear not with sacrilegious boldness to convert that to our own use which was offered to God. They sold in times past their possessions, there reigneth at this day an insatiable desire to buy” (= Orang-orang yang setia / beriman pada saat itu memberi secara berlimpah-limpah bahkan dari apa yang merupakan milik mereka sendiri, tetapi kita pada saat ini bukan hanya puas dengan secara jahat menahan apa yang ada dalam tangan kita, tetapi juga merampok orang-orang lain. Mereka dengan sungguh-sungguh dan setia membawa ke depan milik mereka; kita menemukan seribu cara / rencana yang cerdik / licik untuk menarik segala sesuatu kepada kita dengan pengait atau dengan tipuan. Mereka meletakkannya di kaki rasul-rasul, kita berani dengan keberanian yang berdosa mengubah untuk penggunaan kita sendiri apa yang dipersembahkan kepada Allah. Mereka dahulu kadang-kadang menjual milik mereka, tetapi pada saat ini bertakhta suatu keinginan membeli yang tidak terpuaskan) - hal 192-193.

III) Penerapan Persekutun dalam urusan makan.

Tuhan / Kitab Suci mengecam orang yang tidak mau menolong orang lain dalam persoalan makanan.

1Samuel 25:10-11 - “(10) Tetapi Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya: ‘Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya. (11) Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?’”.

Yehezkiel 16:49 - “Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin”.

Lukas 14:12-14 - “Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: ‘Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.’”.

Kalau kita piknik, dan setiap orang harus membayar yang seharusnya, maka akan ada banyak dari kita yang tidak bisa ikut. Jadi kita menentukan tarif minimum, biasanya Rp 10.000,- / orang, yang hanya mencakup makan siang dan tiket untuk masuk tempat rekreasi. Sedangkan makan malam kita akan minta dari jemaat yang lebih mampu untuk bersama-sama menanggung biayanya. Pada piknik-piknik yang lalu kita ‘menodong’ orang-orang tertentu, untuk urunan membayar makan malam. Tetapi saya lalu memikirkan akan adanya kemungkinan orang-orang tidak senang ‘ditodong’ seperti itu, sehingga sekarang kita sediakan kotak persembahan untuk makan malam. Kalau persembahan yang masuk banyak, maka makan malamnya enak. Kalau persembahan yang masuk sedikit, maka makan malamnya ‘sederhana’ saja.

Kepedulian terhadap orang lain juga harus ada pada waktu acara makan bersama.

Dalam acara makan bersama (khususnya dalam piknik) ada orang-orang yang sungkanan / tahu diri sehingga nyaris tidak makan. Sebetulnya ini juga salah. Jangan terlalu sungkanan, apalagi kalau itu disebabkan karena saudara adalah orang tidak mampu, yang hanya bisa memberi persembahan Rp 10.000,-, sehingga merasa diri sendiri tidak layak untuk makan malam. Ingat bahwa semua yang dipersembahkan ke dalam kotak persembahan itu, berarti dipersembahkan kepada Tuhan / gereja, dan oleh gereja digunakan untuk makan malam. Itu bukan lagi hak dari orang yang memberi banyak, tetapi hak dari semua.

Ada juga orang yang tidak sungkanan / tidak tahu diri sehingga makan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan apakah orang lain kebagian makanan atau tidak. Kalau saudara adalah orang seperti ini, perhatikan text-text di bawah ini:

1Korintus 11:20-22 - “(20) Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. (21) Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk. (22) Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji”.

1Kor 11:33-34: “Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain. Kalau ada orang yang lapar, baiklah ia makan dahulu di rumahnya, supaya jangan kamu berkumpul untuk dihukum. Hal-hal yang lain akan kuatur, kalau aku datang”.

Latar belakang dari semua ini adalah: orang-orang kristen di Korintus itu menggabungkan / mencampur-adukkan Perjamuan Kudus dengan AGAPAE / ‘love feast’ (= perjamuan kasih - bdk. Yudas 12). Perjamuan kasih ini adalah suatu pesta makan dimana tiap-tiap orang harus membawa makanan ke gereja untuk dimakan bersama-sama. Jadi, mula-mula tujuan mereka mengadakan perjamuan kasih itu baik, yaitu supaya si miskin bisa ikut makan. Tetapi akhirnya yang terjadi adalah:

a) Tiap orang makan makanannya sendiri. Karena itu, si kaya yang membawa banyak, menjadi mabuk, dan si miskin yang membawa sedikit / tidak membawa apa-apa, tetap lapar.

b) Mereka tidak mulai makan bersama-sama / yang seorang tidak menunggu yang lain (1Korintus 11:21 bdk. 1Korintus 11:33-34).

Sikap tidak sungkanan / tidak tahu diri dan tidak peduli yang lain ini dikecam secara keras oleh Paulus, dan karena itu, dalam acara makan bersama, selalulah mempedulikan orang lain, khususnya orang yang sungkanan.

Karena itu, kalau makan perhatikan orang-orang yang lain, apakah mereka dapat makan yang cukup atau tidak. Dapat lauk pauknya atau hanya nasi tok. Khususnya kalau makan di meja yang panjang, perhatikan apakah orang yang duduk di ujung dapat makanan atau tidak, karena posisi mereka menyukarkan untuk mengambil lauk pauk yang terletak jauh dari mereka, dan seringkali mereka sungkan untuk minta tolong diambilkan lauk pauk.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Houses’ (1 Cor. 11:34) - ‘at home.’ There satisfy your appetite; not in the house of God” [= ‘Rumah-rumah’ (1Korintus 11:34) - ‘di rumah’. Di sanalah puaskan nafsu makanmu; bukan di rumah Allah].

Kesimpulan:

Marilah kita memperbaiki persekutuan di gereja kita. Dan kalau ada acara persekutuan / pikinik, usahakanlah untuk ikut. Dan dalam acara-acara seperti itu mari kita saling membantu dan saling memperhatikan, supaya betul-betul terjadi suatu persekutuan yang indah. Kiranya Tuhan memberkati saudara semua.
ARTI DARI PERSEKUTUAN KRISTEN (KISAH PARA RASUL 2:42-45)
-AMIN-
Next Post Previous Post