SERANGAN, PENGEPUNGAN, PENDERITAAN, DAN SIKAP YORAM (2 RAJA-RAJA 6:24-33)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
SERANGAN, PENGEPUNGAN, PENDERITAAN, DAN SIKAP YORAM (2 RAJA-RAJA 6:24-33). 2 Raja-Raja 6:24-33 - “(24) Sesudah itu Benhadad, raja Aram, menghimpunkan seluruh tentaranya, lalu maju mengepung Samaria. (25) Maka terjadilah kelaparan hebat di Samaria selama mereka mengepungnya, sehingga sebuah kepala keledai berharga delapan puluh syikal perak dan seperempat kab tahi merpati berharga lima syikal perak. (26) Suatu kali ketika raja Israel berjalan di atas tembok, datanglah seorang perempuan mengadukan halnya kepada raja, sambil berseru: ‘Tolonglah, ya tuanku raja!’ (27) Jawabnya: ‘Jika TUHAN tidak menolong engkau, dengan apakah aku dapat menolong engkau? Dengan hasil pengirikankah atau hasil pemerasan anggur?’ (28) Kemudian bertanyalah raja kepadanya: ‘Ada apa?’ Jawab perempuan itu: ‘Perempuan ini berkata kepadaku: Berilah anakmu laki-laki, supaya kita makan dia pada hari ini, dan besok akan kita makan anakku laki-laki. (29) Jadi kami memasak anakku dan memakan dia. Tetapi ketika aku berkata kepadanya pada hari berikutnya: Berilah anakmu, supaya kita makan dia, maka perempuan ini menyembunyikan anaknya.’ (30) Tatkala raja mendengar perkataan perempuan itu, dikoyakkannyalah pakaiannya; dan sedang ia berjalan di atas tembok, kelihatanlah kepada orang banyak, bahwa ia memakai kain kabung pada kulit tubuhnya. (31) Lalu berkatalah raja: ‘Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu, jika masih tinggal kepala Elisa bin Safat di atas tubuhnya pada hari ini.’ (32) Adapun Elisa, duduk-duduk di rumahnya, dan para tua-tua duduk bersama-sama dia. Raja menyuruh seorang berjalan mendahuluinya, tetapi sebelum suruhan itu sampai kepada Elisa, Elisa sudah berkata kepada para tua-tua itu: ‘Tahukah kamu, bahwa si pembunuh itu menyuruh orang untuk memenggal kepalaku? Awas-awaslah, apabila suruhan itu datang, segeralah tutup pintu dan tahanlah dia supaya orang itu jangan masuk. Bukankah sudah kedengaran bunyi langkah tuannya di belakangnya?’ (33) Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. Berkatalah raja kepadanya: ‘Sesungguhnya, malapetaka ini adalah dari pada TUHAN. Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi?’”.
otomotif, gadget, bisnis |
Catatan: Boleh dikatakan semua penafsir beranggapan bahwa pasal 7 seharusnya dimulai pada 6:24, karena cerita dalam 6:24-7:20 merupakan suatu kesatuan. Tetapi saya tetap memutus kontex sampai akhir pasal 6, karena kalau dibahas terus sampai 7:20, khotbah akan menjadi terlalu panjang.
I) Serangan dan pengepungan.
1) Saat terjadinya penyerangan dan pengepungan.
2 Raja-Raja 6: 24: ‘Sesudah itu ...’.
Beberapa penafsir mengatakan bahwa ini terjadi setelah jangka waktu yang cukup lama setelah 2 Raja-Raja 6: 23, pada waktu Benhadad sudah melupakan kebaikan yang dilakukan oleh Elisa / Yoram terhadap pasukannya.
Penerapan: hati-hati supaya tak melupakan kebaikan orang terhadap saudara seperti yang dilakukan oleh Benhadad di sini. Ini bisa menyebabkan saudara ‘membalas air susu dengan air tuba’.
2) 2 Raja-Raja 6: 24: ini penyerangan besar-besaran dan total, bukan seperti dalam 2Raja-raja 6:8.
3) Matthew Poole menghubungkan serangan dalam 2 Raja-Raja 6: 24 ini dengan peristiwa dimana Ahab membebaskan Benhadad, yang sebetulnya Tuhan inginkan untuk ditumpas (1Raja 20:32-34). Ini menyebabkan seorang nabi memberitakan hukuman Tuhan dalam 1Raja-raja 20:42, dan Poole berpendapat bahwa sekarang hukuman / nubuat itu tergenapi.
1Raja-raja 20:32-34,42 - “(32) Lalu mereka melilitkan kain kabung pada pinggang mereka dan tali pada kepala mereka, kemudian mereka pergi menghadap raja Israel sambil berkata: ‘Hambamu Benhadad berkata: Kiranya tuanku membiarkan aku hidup.’ Jawabnya: ‘Masih hidupkah dia? Dia saudaraku.’ (33) Orang-orang itu menganggap hal itu sebagai tanda yang baik, maka segeralah mereka berpegang pada perkataannya itu, lalu berkata: ‘Memang saudaramu Benhadad!’ Sesudah itu berkatalah Ahab: ‘Pergilah, ambil dia!’ Jadi keluarlah Benhadad mendapatkan dia, lalu diajak naik ke atas kereta. (34) Kata Benhadad kepadanya: ‘Kota-kota yang telah diambil bapaku dari pihak bapamu akan kukembalikan; engkau boleh juga membuat pasar bagimu di Damsyik, seperti yang dibuat bapaku di Samaria.’ ‘Dan aku sendiri,’ kata Ahab, ‘akan membiarkan engkau pergi dengan perjanjian.’ Lalu ia mengadakan perjanjian dengan dia dan membiarkannya pergi. ... (42) Kata nabi itu kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena engkau telah membiarkan lolos orang yang dikhususkan bagiKu untuk ditumpas, maka nyawamu adalah ganti nyawanya dan rakyatmu ganti rakyatnya.’”.
Perhatikan bahwa ada ‘kasih’ yang tak sesuai kehendak Tuhan, dan itu adalah dosa!
II) Penderitaan dalam pengepungan.
1) Mahalnya harga makanan.
a) Kepala keledai harganya 80 syikal perak.
Pulpit Commentary: “The ass, being an unclean animal (Lev. 11:4), would not be eaten at all except in the last extremity, and the head was the worst and so the cheapest part; yet it (was) sold for ‘eighty pieces’ (rather, shekels) of silver, or about £ 5 of our money;” [= Keledai, yang merupakan binatang haram (Imamat 11:4), sama sekali tidak akan dimakan kecuali dalam kebutuhan yang amat sangat, dan kepala adalah bagian yang paling jelek dan karena itu paling murah; tetapi itu dijual dengan harga ‘80 keping’ (lebih tepat, syikal) perak, atau sekitar £ 5 dalam uang kita;] - hal 123.
Imamat 11:3-5 - “(3) setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan. (4) Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu. (5) Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu.”.
Catatan: Sama seperti kuda, keledai tidak berkuku belah, dan karena itu haram untuk dimakan (ini termasuk dalam Ceremonial Law dan hanya berlaku pada jaman Perjanjian Lama). Ingat, secara theologis jaman Perjanjian Baru baru dimulai sejak Yesus mati di kayu salib.
Kalau keledai yang haram, harga kepalanya (bagian terjelek dan termurah) mencapai 80 syikal perak, bisa dibayangkan berapa harganya bagian tubuh lain dari keledai, seperti pahanya, dan sebagainya. Lebih-lebih berapa harga daging sapi atau domba, yang memang merupakan makanan yang halal.
b) ¼ kab tahi merpati harganya 5 syikal perak.
1. Ukuran ‘kab’ (Inggris: ‘cab’).
Barnes’ Notes: “This measure is not mentioned elsewhere in Scripture. According to the Rabbinical writers it was the smallest of all the dry measures in use among the Jews, being the sixth part of a seah, which was the third part of an ephah. It was about equal to two of our quarts, the ‘fourth part of a cab’ would be about a pint.” [= Ukuran ini tidak disebutkan di tempat lain dalam Kitab Suci. Menurut penulis-penulis Yahudi itu merupakan ukuran kering yang terkecil yang digunakan di kalangan orang Yahudi, yang sama dengan 1/6 bagian dari 1 sukat, yang sama dengan 1/3 bagian dari 1 efa. Itu kira-kira sama dengan 2 quart, sehingga 1/4 cab kira-kira sama dengan 1 pint.] - hal 242. ‘seah’ = ‘sukat’ (7:1).
Catatan:
a. 1 quart = ¼ gallon = 0,945 liter; sedangkan 1 pint = ½ quart = 0,4725 liter.
b. Footnote NIV mengatakan bahwa ¼ cab itu sama dengan sekitar ½ pint atau 0,3 liter.
c. Adam Clarke: “The ‘cab’ was about a quart or three pints.” [= Satu ‘kab’ kira-kira sama dengan 1 quart atau 3 pint.] - hal 502.
Kesimpulan: tidak ada keseragaman ataupun kepastian tentang ukuran ‘kab’ ini.
2. ‘Tahi merpati’.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang istilah ‘tahi merpati’ ini dan kegunaannya:
a. Ada yang mengartikan istilah ‘tahi merpati’ sebagai nama suatu tanaman.
b. Ada juga yang menganggapnya sebagai nama dari sejenis kacang polong.
Adam Clarke: “it is probably a sort of pease are meant, which the Arabs to this day call by this name.” [= yang dimaksudkan mungkin adalah sejenis kacang polong, yang sampai hari ini disebut dengan nama ini oleh orang Arab.] - hal 502.
c. Clarke menambahkan bahwa tahi merpati (dalam arti hurufiah) digunakan untuk menumbuhkan mentimun, melon, dan sebagainya. Jadi bukan untuk dimakan.
d. Pulpit dan Barnes menafsirkan istilah ‘tahi merpati’ ini secara hurufiah, dan mengatakan bahwa ini dijual sebagai makanan, dalam keadaan kelaparan.
Pulpit Commentary mengutip kata-kata Josephus yang mengatakan: “Both animal and human excrement have been eaten in sieges, when a city was in the last extremity.” [= Baik kotoran binatang maupun manusia dimakan dalam pengepungan, pada waktu suatu kota ada dalam kebutuhan yang amat sangat.] - hal 123.
Bdk. 2Raja-raja 18:27 - “Tetapi juru minuman agung berkata kepada mereka: ‘Adakah tuanku mengutus aku untuk mengucapkan perkataan-perkataan ini hanya kepada tuanmu dan kepadamu saja? Bukankah juga kepada orang-orang yang duduk di atas tembok, yang memakan tahinya dan meminum air kencingnya bersama-sama dengan kamu?’”. (Bdk. juga dengan ayat paralelnya dalam Yesaya 36:12 yang bunyinya kurang lebih sama).
Saya berpendapat bahwa menafsirkan ini secara hurufiah agak aneh, karena kalau masih ada merpati, bukankah lebih baik merpatinya yang dimakan? Disamping itu merpati itu makan apa kok masih bisa hidup? Atau mungkin, selama pengepungan tahi merpati itu sudah dikumpulkan sebagai persediaan makanan, dan setelah merpatinya dimakan, barulah tahi merpati itu terpaksa dimakan.
e. Keil & Delitzsch: “The expression may be taken literally, since dung has been known to be collected for eating in times of terrible famine (vid. Joseph. Bell. Jud. verse 13,7); but it may also be figuratively employed to signify a very miserable kind of food, as the Arabs call the ‘herba Alcali’ ..., i.e. ‘sparrow’s dung,’” [= Ungkapan ini bisa diartikan secara hurufiah, karena diketahui bahwa kotoran / tahi dikumpulkan sebagai makanan pada masa kelaparan yang hebat (lihat Joseph. Bell. Jud. ayat 13,7); tetapi itu juga bisa digunakan secara kiasan untuk menunjuk pada makanan yang sangat buruk / menyedihkan, seperti orang Arab menyebutnya ‘HERBA ALCALI’ ... yaitu ‘tahi burung pipit’,] - hal 328.
2) Ibu yang membunuh dan memakan anaknya sendiri (2 Raja-Raja 6: 26-29).
a) Seorang ibu datang menghadap raja dan meminta tolong (2 Raja-Raja 6: 26).
2 Raja-Raja 6: 26: “Suatu kali ketika raja Israel berjalan di atas tembok, datanglah seorang perempuan mengadukan halnya kepada raja, sambil berseru: ‘Tolonglah, ya tuanku raja!’”.
b) Yoram, yang mengira bahwa ibu itu minta tolong dalam persoalan makanan, lalu menjawab dalam 2 Raja-Raja 6: 27: “Jika TUHAN tidak menolong engkau, dengan apakah aku dapat menolong engkau? Dengan hasil pengirikankah atau hasil pemerasan anggur?”.
1. Kalimat pertama berarti bahwa hanya Tuhan yang bisa menolong, dia sendiri, sekalipun seorang raja, tidak bisa menolong.
2. Kata-kata ‘Dengan hasil pengirikankah atau hasil pemerasan anggur?’ artinya: ‘apakah kamu kira aku masih punya bahan makanan atau minuman? Aku tidak punya apa-apa dan karena itu tidak bisa menolongmu’.
Bdk. Hosea 9:1-2 - “(1) Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! Sebab engkau telah berzinah dengan meninggalkan Allahmu, engkau telah mencintai upah sundal di segala tempat pengirikan gandum. (2) Tempat pengirikan gandum dan tempat pemerasan anggur tidak akan memberi mereka makan, dan anggur akan mengecewakan mereka.”.
c) Ibu itu lalu menceritakan persoalannya kepada raja (2 Raja-Raja 6: 28-29).
2 Raja-Raja 6: 28-29: “(28) Kemudian bertanyalah raja kepadanya: ‘Ada apa?’ Jawab perempuan itu: ‘Perempuan ini berkata kepadaku: Berilah anakmu laki-laki, supaya kita makan dia pada hari ini, dan besok akan kita makan anakku laki-laki. (29) Jadi kami memasak anakku dan memakan dia. Tetapi ketika aku berkata kepadanya pada hari berikutnya: Berilah anakmu, supaya kita makan dia, maka perempuan ini menyembunyikan anaknya.’”.
1. Apa yang dilakukan oleh kedua ibu di sini terhadap anak mereka?
a. Adam Clarke mengatakan bahwa di sini tidak terjadi pembunuhan terhadap anak. Anak-anak itu sudah mati kelaparan, lalu dimakan oleh ibunya. Saya tidak setuju dengan penafsiran Clarke ini. Saya berpendapat bahwa anak itu dibunuh untuk dimakan.
b. Apa sebabnya ibu pertama itu menyembunyikan anaknya?
Ada yang mengatakan bahwa wanita pertama itu menyembunyikan anaknya untuk memakannya sendirian. Tetapi Pulpit Commentary (hal 124) mengatakan bahwa ia menyembunyikannya untuk menyelamatkannya. Ada juga yang menambahkan bahwa setelah ia memakan anak dari ibu yang kedua itu, sehingga rasa laparnya dipuaskan, maka ia tidak tega untuk membunuh anaknya sendiri dan lalu menyembunyikan anaknya itu.
Sekalipun saya condong untuk berpendapat bahwa ibu itu menyembunyikan anaknya karena ia mau menyelamatkannya, tetapi penafsiran yang pertama bukanlah sesuatu yang mustahil, khususnya kalau kita membandingkan dengan Ulangan 28:54-55. Ini akan kita baca di bawah.
2. Persoalan memakan anak sendiri.
a. Ini sudah diancamkan oleh Tuhan, kalau Israel tidak taat kepada Tuhan.
Ulangan 28:53-57 - “(53) Dan engkau akan memakan buah kandunganmu, yakni daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, - dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu. (54) Dan orang laki-laki yang paling lemah dan paling manja di antaramu akan kesal terhadap saudaranya atau terhadap isterinya sendiri atau terhadap anak-anaknya yang masih tinggal padanya, (55) sehingga kepada salah seorang dari mereka itu ia tidak mau memberikan sedikitpun dari daging anak-anaknya yang dimakannya, karena tidak ada lagi sesuatu yang ditinggalkan baginya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu di segala tempatmu. (56) Perempuan yang lemah dan manja di antaramu, yang tidak pernah mencoba menjejakkan telapak kakinya ke tanah karena sifatnya yang manja dan lemah itu, akan kesal terhadap suaminya sendiri atau terhadap anaknya laki-laki atau anaknya perempuan, (57) karena uri yang keluar dari kandungannya ataupun karena anak-anak yang dilahirkannya; sebab karena kekurangan segala-galanya ia akan memakannya dengan sembunyi-sembunyi, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu di dalam tempatmu.”.
Imamat 26:29 - “dan kamu akan memakan daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan.”.
Catatan: kedua text ini ini ada dalam kontext ‘kutuk yang diberikan oleh Tuhan kalau Israel tidak taat’. Karena itu terjadinya hal itu pada saat ini menunjukkan bahwa Israel sedang dihukum / dikutuk oleh Tuhan karena ketidak-taatannya.
b. Kalau ada orang meragukan apakah manusia sampai bisa melakukan hal yang begitu mengerikan, maka jawabnya adalah bahwa sejarah menunjukkan bahwa hal seperti itu terjadi berulang-ulang!
Pulpit Commentary: “One asks - Could human nature, in its direst extremity, ever descend to such revolting deeds? Alas! the instances in history are not few. We have reason to thank God for his goodness in preserving us from such extremity and such temptation.” [= Seseorang bertanya: ‘Bisakah manusia, dalam keadaan kebutuhan yang amat sangat, turun / merendahkan diri pada suatu tindakan yang menakutkan / menjijikkan seperti itu?’ Contoh-contoh dalam sejarah tidaklah sedikit. Kita punya alasan untuk bersyukur kepada Allah untuk kebaikanNya dalam memelihara kita dari kebutuhan amat sangat seperti itu dan dari pencobaan seperti itu.] - hal 146.
Pulpit Commentary (hal 124) mengatakan bahwa sejarah menunjukkan bahwa nubuat ini digenapi 3 x, yaitu:
(1) Dalam pengepungan terhadap Samaria di sini.
(2) Dalam pengepungan terhadap Yerusalem oleh Nebukadnezar. Bandingkan dengan:
Ratapan 4:10 - “Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak kanak-kanak mereka, untuk makanan mereka tatkala runtuh puteri bangsaku.”.
Yeh 5:10 - “Sebab itu di tengah-tengahmu ayah-ayah akan memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu, sedang semua yang masih tinggal lagi dari padamu akan Kuhamburkan ke semua penjuru angin.”.
(3) Dalam pengepungan terhadap Yerusalem oleh Titus. Ini diceritakan oleh Josephus.
c. Dalam keadaan kelaparan seperti ini barulah kata-kata dalam doa Bapa kami ‘give us this day our daily bread’ [= berikan kepada kami hari ini roti harian kami] terasa penting (Pulpit Commentary, hal 146). Pernahkah / seringkah / selalukah saudara berdoa demikian?
III) Sikap Yoram dalam penderitaan.
1) Mendengar cerita yang mengerikan dari ibu tersebut, Yoram menjadi begitu sedih sehingga mengoyakkan pakaiannya (2 Raja-Raja 6: 30a).
Pengoyakan pakaian ini menyebabkan kain kabung, yang tadinya ia pakai secara tersembunyi di bawah pakaiannya, menjadi terlihat (2 Raja-Raja 6: 30b).
2 Raja-Raja 6: 30: “Tatkala raja mendengar perkataan perempuan itu, dikoyakkannyalah pakaiannya; dan sedang ia berjalan di atas tembok, kelihatanlah kepada orang banyak, bahwa ia memakai kain kabung pada kulit tubuhnya.”.
Ada komentar-komentar yang bertentangan tentang hal ini.
a) Ada yang menilai hal ini secara negatif.
Pulpit Commentary: “We are scarcely entitled to deny him any true penitential feeling, though no doubt he was far from possessing a chastened or humble spirit. Poor weak humanity has at one and the same time good and evil impulses, praiseworthy and culpable feelings, thoughts which come from the Holy Spirit of God, and thoughts which are inspired by the evil one.” [= Kita tidak berhak untuk menganggapnya tidak mempunyai perasaan bertobat yang sungguh-sungguh, sekalipun tidak diragukan bahwa ia tidak mempunyai ketundukan atau kerendahan hati. Manusia yang lemah dan buruk pada saat yang sama mempunyai dorongan hati yang baik dan jahat, perasaan-perasaan yang patut dipuji dan patut dicela, pikiran-pikiran yang datang dari Roh Kudus dari Allah dan pikiran-pikiranyang diilhamkan oleh si jahat.] - hal 124.
b) Tetapi ada yang menganggap bahwa pemakaian kain kabung secara tersembunyi, tidak dipamerkan, ini merupakan sesuatu yang baik.
Pulpit Commentary: “We can at least make Jehoram an example in the unostentatiousness of his exercises of penitence (Matt. 6:16-18).” [= Setidaknya kita bisa menjadikan Yoram suatu teladan dalam tindakan pertobatan yang tidak dipamerkan (Matius 6:16-18).] - hal 146.
Saya berpendapat bahwa baik tidaknya tindakan menyembunyikan kain kabung itu, tergantung pada motivasi tindakan tersebut, dan kita tidak tahu apa motivasi Yoram melakukan hal tersebut.
2) Yoram bersumpah untuk membunuh Elisa (2 Raja-Raja 6: 31).
a) Kata-kata ‘Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih dari pada itu’ jelas menunjukkan suatu sumpah.
Bandingkan dengan sumpah Izebel (ibu Yoram) untuk membunuh Elia dalam 1Raja 19:2 - “maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: ‘Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.’”.
Catatan: baik kata ‘Allah’ dalam sumpahnya Yoram, maupun kata-kata ‘para allah’ dalam sumpahnya Izebel, dalam bahasa Ibraninya menggunakan kata ELOHIM.
Apa yang bisa kita pelajari dari perbandingan kedua sumpah ini?
1. Sumpah serapah orang tua akan ditiru oleh anaknya. Demikian pula caci maki, kata-kata kotor dan sebagainya.
2. Ancaman Yoram ini lebih buruk dari pada ancaman Izebel, karena alasannya sama sekali tidak ada.
Pulpit Commentary: “Even Jezebel’s threat had apparently more reason for it than Jehoram’s. Elijah had undoubtedly slain the prophets of Baal. But in this case Elisha was innocent of any charge.” [= Bahkan ancaman Izebel jelas mempunyai lebih banyak alasan untuk itu dari pada ancaman Yoram. Elia jelas membunuh nabi-nabi Baal. Tetapi dalam kasus ini Elisa tidak bersalah terhadap tuduhan apapun.] - hal 135.
3. Baik Izebel maupun Yoram gagal menepati sumpahnya untuk membunuh Elia / Elisa.
b) Tidak terlalu jelas mengapa Yoram marah kepada Elisa / menyalahkan Elisa, dan ingin membunuhnya. Di bawah ini ada beberapa kemungkinan alasan mengapa ia mau membunuh Elisa:
1. Karena ia beranggapan bahwa Elisa bisa melakukan mujijat, tetapi tetap diam saja melihat hal itu.
2. Karena tadinya Elisa menyuruh dia untuk berharap kepada Tuhan.
Bdk. ay 33b - ‘Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi?’.
NIV: ‘Why should I wait for the LORD any longer?’ [= Mengapa aku harus menunggu TUHAN lebih lama lagi?].
Jadi rupanya Yoram sudah melakukan nasehat Elisa itu, tetapi tidak ada hasilnya dan keadaan bahkan makin memburuk.
3. Karena ia marah kepada Allah, dan ia lalu mau melampiaskan kemarahan tersebut kepada hamba Allah.
4. Ia beranggapan bahwa andaikata Elisa tidak melarangnya membunuh tentara Aram yang tertawan dalam 6:22-23, maka orang Aram tidak akan mempunyai cukup tentara untuk mengepung mereka seperti sekarang ini.
c) Elisa tahu akan hal itu, dan tetap tenang (2 Raja-Raja 6: 32).
1. 2 Raja-Raja 6: 32: ‘si pembunuh’. Ini sama dengan RSV/NIV.
KJV/NASB/ASV/NKJV/YLT: ‘this son of a murderer’ [= anak pembunuh ini].
Rupanya ada manuscript-manuscript yang berbeda sehingga terjemahan-terjemahannya bisa seperti ini.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa Elisa menyebut Yoram seperti itu karena Ahab dan Izebel (orang tua Yoram) memang pembunuh.
2. Sekalipun tenang / tidak takut, tetapi Elisa tetap melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menghindari pembunuhan tersebut.
Ay 32b: “Awas-awaslah, apabila suruhan itu datang, segeralah tutup pintu dan tahanlah dia supaya orang itu jangan masuk. Bukankah sudah kedengaran bunyi langkah tuannya di belakangnya?’”.
Jadi, ‘beriman’ tidak berarti bahwa kita tidak perlu / boleh melakukan apa-apa (kecuali dalam kasus dimana memang tidak ada apapun yang bisa kita lakukan).
3) Yoram menyatakan keputusasaannya / ketidakpercayaannya (2 Raja-Raja 6: 33b).
2 Raja-Raja 6: 33: “Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. Berkatalah raja kepadanya: ‘Sesungguhnya, malapetaka ini adalah dari pada TUHAN. Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi?’”.
Keil & Delitzsch: “the words of a despairing man, in whose soul, however, there was a spark of faith still glimmering. The very utterance of his feelings to the prophet shows that he had still a weak glimmer of hope in the Lord, and wished to be strengthened and sustained by the prophet; and this strengthening he received.” [= kata-kata dari orang yang putus asa, tetapi dalam jiwa siapa masih ada percikan dari iman yang tetap berkelap-kelip / memberikan cahaya redup. Ungkapan perasaannya kepada sang nabi menunjukkan bahwa ia tetap mempunyai cahaya pengharapan yang lemah kepada Tuhan, dan menginginkan untuk dikuatkan dan ditopang oleh sang nabi; dan ia menerima penguatan ini.] - hal 330.
Catatan: Saya sendiri tidak terlalu yakin akan kebenaran kata-kata Keil & Delitzsch ini, bahwa Yoram masih mempunyai sedikit iman.
Pulpit Commentary: “his words show his radical misconception of religion. To wait on the Lord was not a duty to be done from regard to its own rightness and propriety. It was, he thought, a means to an end. If benefits were to be gained from it, it was to be done; if not, it was to be set aside. Service of God which springs from this principle is not true service. It is disguised self-interest. It has no real spring of love, devotion, or worship. The spirit is kindred with that of the fetish-worshipper, who prays to his gods for rain, and beats them if he does not get it. But why blame Jehoram, as if he were specially impious? Does not the same spirit show itself in multitudes among ourselves? While the sun shines on them they are willing enough to be religious. If adversity comes, there is unbelief, murmuring, impatience, rebellion at the Divine ordering. ‘Shall we receive good at the hand of God, and shall we not receive evil?’ (Job 2:10). It is not enough to acknowledge that evil is from the Lord, we must humble ourselves under his hand, submit to him, own the justice of his dealings, and seek to profit by his chastisements. We must not faint, or grow unbelieving, but be assured that, in protracting the hour of deliverance, God is but waiting to make the deliverance more signal and glorious (Heb. 12:5-11).” [= kata-katanya menunjukkan kesalah-mengertian yang radikal / mendasar tentang agama. Melayani Tuhan bukanlah suatu kewajiban yang harus dilakukan dengan melihat pada kebenaran dan kepatutan hal itu. Ia beranggapan bahwa itu adalah suatu cara untuk mencapai suatu tujuan. Jika manfaat didapatkan dari hal itu, maka itu harus dilakukan; jika tidak, maka itu harus disingkirkan. Pelayanan kepada Allah yang timbul dari prinsip ini bukanlah pelayanan yang benar. Itu adalah pementingan diri sendiri yang disamarkan. Itu tidak mempunyai sumber kasih, pembaktian atau penyembahan. Ini adalah roh / semangat yang sama dengan penyembah jimat, yang berdoa kepada allah-allahnya untuk hujan, dan memukuli mereka jika ia tidak mendapatkannya. Tetapi mengapa kita menyalahkan Yoram, seakan-akan ia adalah orang jahat yang khusus / spesial? Bukankah roh / semangat yang sama ada dalam jumlah yang banyak dalam diri kita sendiri? Pada saat matahari bersinar pada mereka, mereka mau untuk menjadi religius. Jika kesengsaraan / kemalangan datang, di sana ada ketidak-percayaan, sungut-sungut, ketidak-sabaran, pemberontakan terhadap pengaturan Ilahi. ‘Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ (Ayub 2:10). Tidak cukup untuk mengakui bahwa bencana datang dari Tuhan, kita harus merendahkan diri kita sendiri di bawah tanganNya, tunduk kepadaNya, mengakui keadilan tindakanNya, dan berusaha untuk mendapatkan manfaat dari hajaranNya. Kita tidak boleh lemah, atau menjadi tidak percaya, tetapi harus yakin bahwa dalam menunda saat pembebasan, Allah sedang menunggu untuk membuat pembebasan itu lebih gemilang dan mulia (Ibrani 12:5-11).] - hal 147.
BACA JUGA: YESUS: NABI DAN MESIAS
Ibrani 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.
Kesimpulan.
Apakah saudara sedang mengalami penderitaan yang hebat dan berlarut-larut? Dan apakah saudara sudah putus asa, kecewa, marah kepada Tuhan, mundur dari Tuhan dsb dalam keadaan tersebut? Tetaplah percaya dan berharap kepada Tuhan, bukan hanya bahwa Ia akan menolong saudara pada waktunya, tetapi juga bahwa semua ini diberikan oleh-Nya bagi kebaikan saudara! SERANGAN, PENGEPUNGAN, PENDERITAAN, DAN SIKAP YORAM (2 RAJA-RAJA 6:24-33).
-AMIN-