YUSUF: YAKUB, SIASAT DAN MEMPERKENALKAN DIRI (KEJADIAN 43:1-45:8)
Pdt. Budi Asali. M. Div.
YUSUF: YAKUB, SIASAT DAN MEMPERKENALKAN DIRI (KEJADIAN 43:1-45:8). Kejadian 43:1-34 - “(1) Tetapi hebat sekali kelaparan di negeri itu. (2) Dan setelah gandum yang dibawa mereka dari Mesir habis dimakan, berkatalah ayah mereka: ‘Pergilah pula membeli sedikit bahan makanan untuk kita.’ (3) Lalu Yehuda menjawabnya: ‘Orang itu telah memperingatkan kami dengan sungguh-sungguh: Kamu tidak boleh melihat mukaku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu. (4) Jika engkau mau membiarkan adik kami pergi bersama-sama dengan kami, maka kami mau pergi ke sana dan membeli bahan makanan bagimu. (5) Tetapi jika engkau tidak mau membiarkan dia pergi, maka kami tidak akan pergi ke sana, sebab orang itu telah berkata kepada kami: Kamu tidak boleh melihat mukaku, jika adikmu itu tidak ada bersama-sama dengan kamu.’ (6) Lalu berkatalah Israel: ‘Mengapa kamu mendatangkan malapetaka kepadaku dengan memberitahukan kepada orang itu, bahwa masih ada adikmu seorang?’ (7) Jawab mereka: ‘Orang itu telah menanyai kami dengan seksama tentang kami sendiri dan tentang sanak saudara kita: Masih hidupkah ayahmu? Adakah adikmu lagi? Dan kami telah memberitahukan semuanya kepadanya seperti yang sebenarnya. Bagaimana kami dapat menduga bahwa ia akan berkata: Bawalah ke mari adikmu itu.’ (8) Lalu berkatalah Yehuda kepada Israel, ayahnya: ‘Biarkanlah anak itu pergi bersama-sama dengan aku; maka kami akan bersiap dan pergi, supaya kita tetap hidup dan jangan mati, baik kami maupun engkau dan anak-anak kami. (9) Akulah yang menanggung dia; engkau boleh menuntut dia dari padaku; jika aku tidak membawa dia kepadamu dan menempatkan dia di depanmu, maka akulah yang berdosa terhadap engkau untuk selama-lamanya. (10) Jika kita tidak berlambat-lambat, maka tentulah kami sekarang sudah dua kali pulang.’ (11) Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: ‘Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam. (12) Dan bawalah uang dua kali lipat banyaknya: uang yang telah dikembalikan ke dalam mulut karung-karungmu itu haruslah kamu bawa kembali; mungkin itu suatu kekhilafan. (13) Bawalah juga adikmu itu, bersiaplah dan kembalilah pula kepada orang itu. (14) Allah Yang Mahakuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan kepadamu, supaya ia membiarkan saudaramu yang lain itu beserta Benyamin kembali. Mengenai aku ini, jika terpaksa aku kehilangan anak-anakku, biarlah juga kehilangan!’ (15) Lalu orang-orang itu mengambil persembahan itu dan mengambil uang dua kali lipat banyaknya, beserta Benyamin juga; mereka bersiap dan pergi ke Mesir. Kemudian berdirilah mereka di depan Yusuf. (16) Ketika Yusuf melihat Benyamin bersama-sama dengan mereka, berkatalah ia kepada kepala rumahnya: ‘Bawalah orang-orang ini ke dalam rumah, sembelihlah seekor hewan dan siapkanlah itu, sebab orang-orang ini akan makan bersama-sama dengan aku pada tengah hari ini.’ (17) Orang itu melakukan seperti yang dikatakan Yusuf dan dibawanyalah orang-orang itu ke dalam rumah Yusuf. (18) Lalu ketakutanlah orang-orang itu, karena mereka dibawa ke dalam rumah Yusuf. Kata mereka: ‘Yang menjadi sebab kita dibawa ke sini, ialah perkara uang yang dikembalikan ke dalam karung kita pada mulanya itu, supaya kita disergap dan ditangkap dan supaya kita dijadikan budak dan keledai kita diambil.’ (19) Karena itu mereka mendekati kepala rumah Yusuf itu, dan berkata kepadanya di depan pintu rumah: (20) ‘Mohon bicara tuan! Kami dahulu datang ke mari untuk membeli bahan makanan, (21) tetapi ketika kami sampai ke tempat bermalam dan membuka karung kami, tampaklah uang kami masing-masing dengan tidak kurang jumlahnya ada di dalam mulut karung. Tetapi sekarang kami membawanya kembali. (22) Uang lain kami bawa juga ke mari untuk membeli bahan makanan; kami tidak tahu siapa yang menaruh uang kami itu ke dalam karung kami.’ (23) Tetapi jawabnya: ‘Tenang sajalah, jangan takut; Allahmu dan Allah bapamu telah memberikan kepadamu harta terpendam dalam karungmu; uangmu itu telah kuterima.’ Kemudian dikeluarkannyalah Simeon dan dibawanya kepada mereka. (24) Setelah orang itu membawa mereka ke dalam rumah Yusuf, diberikannyalah air, supaya mereka membasuh kaki; juga keledai mereka diberinya makan. (25) Sesudah itu mereka menyiapkan persembahannya menantikan Yusuf datang pada waktu tengah hari, sebab mereka telah mendengar, bahwa mereka akan makan di situ. (26) Ketika Yusuf telah pulang, mereka membawa persembahan yang ada pada mereka itu kepada Yusuf di dalam rumah, lalu sujud kepadanya sampai ke tanah. (27) Sesudah itu ia bertanya kepada mereka apakah mereka selamat; lagi katanya: ‘Apakah ayahmu yang tua yang kamu sebutkan itu selamat? Masih hidupkah ia?’ (28) Jawab mereka: ‘Hambamu, ayah kami, ada selamat; ia masih hidup.’ Sesudah itu berlututlah mereka dan sujud. (29) Ketika Yusuf memandang kepada mereka, dilihatnyalah Benyamin, adiknya, yang seibu dengan dia, lalu katanya: ‘Inikah adikmu yang bungsu itu, yang telah kamu sebut-sebut kepadaku?’ Lagi katanya: ‘Allah kiranya memberikan kasih karunia kepadamu, anakku!’ (30) Lalu segeralah Yusuf pergi dari situ, sebab hatinya sangat terharu merindukan adiknya itu, dan dicarinyalah tempat untuk menangis; ia masuk ke dalam kamar, lalu menangis di situ. (31) Sesudah itu dibasuhnyalah mukanya dan ia tampil ke luar. Ia menahan hatinya dan berkata: ‘Hidangkanlah makanan.’ (32) Lalu dihidangkanlah makanan, bagi Yusuf tersendiri, bagi saudara-saudaranya tersendiri dan bagi orang-orang Mesir yang bersama-sama makan dengan mereka itu tersendiri; sebab orang Mesir tidak boleh makan bersama-sama dengan orang Ibrani, karena hal itu suatu kekejian bagi orang Mesir. (33) Saudara-saudaranya itu duduk di depan Yusuf, dari yang sulung sampai yang bungsu, sehingga mereka berpandang-pandangan dengan heran. (34) Lalu disajikan kepada mereka hidangan dari meja Yusuf, tetapi yang diterima Benyamin adalah lima kali lebih banyak dari pada setiap orang yang lain. Lalu minumlah mereka dan bersukaria bersama-sama dengan dia.”.
Kejadian 44:1-34 - “(1) Sesudah itu diperintahkannyalah kepada kepala rumahnya: ‘Isilah karung orang-orang itu dengan gandum, seberapa yang dapat dibawa mereka, dan letakkanlah uang masing-masing di dalam mulut karungnya. (2) Dan pialaku, piala perak itu, taruhlah di dalam mulut karung anak yang bungsu serta uang pembayar gandumnya juga.’ Maka diperbuatnyalah seperti yang dikatakan Yusuf. (3) Ketika paginya hari terang tanah, orang melepas mereka beserta keledai mereka. (4) Tetapi baru saja mereka keluar dari kota itu, belum lagi jauh jaraknya, berkatalah Yusuf kepada kepala rumahnya: ‘Bersiaplah, kejarlah orang-orang itu, dan apabila engkau sampai kepada mereka, katakanlah kepada mereka: Mengapa kamu membalas yang baik dengan yang jahat? (5) Bukankah ini piala yang dipakai tuanku untuk minum dan yang biasa dipakainya untuk menelaah? Kamu berbuat jahat dengan melakukan yang demikian.’ (6) Ketika sampai kepada mereka, diberitakannyalah kepada mereka perkataan Yusuf itu. (7) Jawab mereka kepadanya: ‘Mengapa tuanku mengatakan perkataan yang demikian? Jauhlah dari pada hamba-hambamu ini untuk berbuat begitu! (8) Bukankah uang yang kami dapati di dalam mulut karung kami telah kami bawa kembali kepadamu dari tanah Kanaan? Masakan kami mencuri emas atau perak dari rumah tuanmu? (9) Pada siapa dari hamba-hambamu ini kedapatan piala itu, biarlah ia mati, juga kami ini akan menjadi budak tuanku.’ (10) Sesudah itu berkatalah ia: ‘Ya, usulmu itu baik; tetapi pada siapa kedapatan piala itu, hanya dialah yang akan menjadi budakku dan kamu yang lain itu akan bebas dari salah.’ (11) Lalu segeralah mereka masing-masing menurunkan karungnya ke tanah dan masing-masing membuka karungnya. (12) Dan kepala rumah itu memeriksanya dengan teliti; ia mulai dengan yang sulung sampai kepada yang bungsu; maka kedapatanlah piala itu dalam karung Benyamin. (13) Lalu mereka mengoyakkan jubahnya dan masing-masing memuati keledainya, dan mereka kembali ke kota. (14) Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai ke dalam rumah Yusuf, Yusuf masih ada di situ, sujudlah mereka sampai ke tanah di depannya. (15) Berkatalah Yusuf kepada mereka: ‘Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini? Tidakkah kamu tahu, bahwa seorang yang seperti aku ini pasti dapat menelaah?’ (16) Sesudah itu berkatalah Yehuda: ‘Apakah yang akan kami katakan kepada tuanku, apakah yang akan kami jawab, dan dengan apakah kami akan membenarkan diri kami? Allah telah memperlihatkan kesalahan hamba-hambamu ini. Maka kami ini, budak tuankulah kami, baik kami maupun orang pada siapa kedapatan piala itu.’ (17) Tetapi jawabnya: ‘Jauhlah dari padaku untuk berbuat demikian! Pada siapa kedapatan piala itu, dialah yang akan menjadi budakku, tetapi kamu ini, pergilah kembali dengan selamat kepada ayahmu.’ (18) Lalu tampillah Yehuda mendekatinya dan berkata: ‘Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku dan janganlah kiranya bangkit amarahmu terhadap hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri. (19) Tuanku telah bertanya kepada hamba-hambanya ini: Masih adakah ayah atau saudara kamu? (20) Dan kami menjawab tuanku: Kami masih mempunyai ayah yang tua dan masih ada anaknya yang muda, yang lahir pada masa tuanya; kakaknya telah mati, hanya dia sendirilah yang tinggal dari mereka yang seibu, sebab itu ayahnya sangat mengasihi dia. (21) Lalu tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Bawalah dia ke mari kepadaku, supaya mataku memandang dia. (22) Tetapi jawab kami kepada tuanku: Anak itu tidak dapat meninggalkan ayahnya, sebab jika ia meninggalkan ayahnya, tentulah ayah ini mati. (23) Kemudian tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Jika adikmu yang bungsu itu tidak datang ke mari bersama-sama dengan kamu, kamu tidak boleh melihat mukaku lagi. (24) Setelah kami kembali kepada hambamu, ayahku, maka kami memberitahukan kepadanya perkataan tuanku itu. (25) Kemudian ayah kami berkata: Kembalilah kamu membeli sedikit bahan makanan bagi kita. (26) Tetapi jawab kami: Kami tidak dapat pergi ke sana. Jika adik kami yang bungsu bersama-sama dengan kami, barulah kami akan pergi ke sana, sebab kami tidak boleh melihat muka orang itu, apabila adik kami yang bungsu tidak bersama-sama dengan kami. (27) Kemudian berkatalah hambamu, ayahku, kepada kami: Kamu tahu, bahwa isteriku telah melahirkan dua orang anak bagiku; (28) yang seorang telah pergi dari padaku, dan aku telah berkata: Tentulah ia diterkam oleh binatang buas, dan sampai sekarang aku tidak melihat dia kembali. (29) Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena nasib celaka. (30) Maka sekarang, apabila aku datang kepada hambamu, ayahku, dan tidak ada bersama-sama dengan kami anak itu, padahal ayahku tidak dapat hidup tanpa dia, (31) tentulah akan terjadi, apabila dilihatnya anak itu tidak ada, bahwa ia akan mati, dan hamba-hambamu ini akan menyebabkan hambamu, ayah kami yang ubanan itu, turun ke dunia orang mati karena dukacita. (32) Tetapi hambamu ini telah menanggung anak itu terhadap ayahku dengan perkataan: Jika aku tidak membawanya kembali kepada bapa, maka akulah yang berdosa kepada bapa untuk selama-lamanya. (33) Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama dengan saudara-saudaranya. (34) Sebab masakan aku pulang kepada ayahku, apabila anak itu tidak bersama-sama dengan aku? Aku tidak akan sanggup melihat nasib celaka yang akan menimpa ayahku.’”.
Kejadian 45:1-8 - “(1) Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia: ‘Suruhlah keluar semua orang dari sini.’ Maka tidak ada seorangpun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya. (2) Setelah itu menangislah ia keras-keras, sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun. (3) Dan Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: ‘Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?’ Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia. (4) Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: ‘Marilah dekat-dekat.’ Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: ‘Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. (5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”.
I) Pergi ke Mesir untuk keduakalinya (Kejadian 43:1-34).
1) Yakub dan keluarganya tetap mengalami kelaparan sampai gandum yang mereka beli dari Mesir habis (Kejadian 43:1-2a).
Calvin mengatakan bahwa ini merupakan pencobaan yang berat bagi Yakub, karena sekalipun Allah berjanji membuat Yakub menjadi bangsa yang besar, yang akan menurunkan Mesias, tetapi saat ini seakan-akan Allah tidak memberkati dan tidak mempedulikan mereka.
Penerapan: orang kristenpun bisa saja mengalami hal seperti ini. Tetapi ingat bahwa kalau Allah kelihatannya tidak peduli dan tidak memberkati saudara, sebetulnya Ia tidak mungkin bersikap seperti itu, karena itu bertentangan dengan janjiNya sendiri.
2) Pergumulan untuk membawa Benyamin ke Mesir (43:2b-15).
a) Yakub lalu menyuruh anak-anaknya untuk pergi ke Mesir lagi untuk membeli gandum (43:2b). Tetapi Yehuda mengingatkan Yakub bahwa penguasa Mesir itu telah memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh untuk tidak kembali tanpa membawa Benyamin (Kejadian 43:3-5).
b) Yakub lalu menyalahkan anak-anaknya karena menceritakan tentang Benyamin kepada penguasa Mesir itu (Kejadian 43:6).
Satu hal yang bisa kita pelajari di sini adalah: dalam menghadapi problem sering ada kecenderungan untuk saling mempersalahkan. Tetapi ini adalah kecenderungan yang salah, yang harus dilawan, bukannya dituruti, karena ini justru akan melemahkan kita dalam memecahkan problem semula, dan bahkan menambah problem semula.
c) Anak-anak Yakub menjawab dalam Kejadian 43:7. Jawaban ini memang logis; dalam hal ini mereka tidak bisa disalahkan.
d) Yehuda menjamin Benyamin (Kejadian 43:8-10).
e) Yakub akhirnya mengijinkan mereka membawa Benyamin ke Mesir (Kejadian 43:13), dan ia juga menyuruh anak-anaknya untuk:
1. Membawa hasil terbaik negeri itu (Kejadian 43:11).
Kata ‘hasil’ terjemahan hurufiahnya adalah seperti terjemahan KJV / RSV yaitu ‘fruit’ (= buah).
Ada yang menganggap bahwa sekalipun saat itu ada kelaparan dan gandum tidak bisa tumbuh, tetapi ada buah-buahan yang tetap bisa dihasilkan. Tetapi saya lebih setuju menafsirkan ‘fruit’ di sini sebagai ‘hasil’ [NIV/NASB: products (= hasil)].
2. Membawa balsam, madu, damar, damar ladan, buah kemiri dan buah badam (43:11b).
3. Membawa uang 2 x lipat banyaknya.
Kesimpulan: Yakub melakukan usaha maximal untuk menyenangkan penguasa Mesir itu.
Tetapi sekarang perhatikan Kejadian 43:14a.
Kejadian 43:14 - “Allah Yang Mahakuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan kepadamu, supaya ia membiarkan saudaramu yang lain itu beserta Benyamin kembali. Mengenai aku ini, jika terpaksa aku kehilangan anak-anakku, biarlah juga kehilangan!’”.
Kata-kata Yakub dalam Kejadian 43:14a itu menunjukkan kepercayaannya bahwa:
a. Usahanya akan sia-sia kalau Tuhan tidak memberkatinya (bdk. Mazmur 127:1).
Mazmur 127:1 - “[Nyanyian ziarah Salomo.] Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”.
b. Hati orang (penguasa Mesir itu) ada dalam tangan Tuhan (bdk. Amsal 21:1).
Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini.”.
Jadi, sekalipun ia sudah berusaha secara maximal, sekarang ia berharap bukan pada usahanya tadi, tetapi kepada Tuhan (Kejadian 43:14a).
Calvin: “And now, having commanded his sons to do what he thought necessary, he has recourse to prayer, that God would give them favour with the governor of Egypt. We must attend to both these points whenever we are perplexed in any business; for we must not omit any of those things which are expedient, or which may seem to be of use; and yet we must place our reliance upon God. For the tranquillity of faith has no affinity with indolence: but he who expects a prosperous issue of his affairs from the Lord, will, at the same time, look closely to the means which are in his power, and will apply them to present use” (= Dan sekarang, setelah memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan apa yang ia anggap perlu, ia kembali berdoa supaya Allah membuat gubernur Mesir baik kepada mereka. Kita harus memperhatikan kedua bagian ini kapanpun kita dibingungkan oleh urusan apapun; karena kita tidak boleh menghapus yang manapun dari hal-hal yang berguna, atau yang kelihatannya berguna; tetapi kita harus bersandar kepada Allah. Karena ketenangan iman tidak mempunyai persamaan dengan kemalasan / tidak bekerja: tetapi ia yang mengharapkan dari Tuhan hasil yang baik dari urusannya, pada saat yang sama akan mengamati cara-cara yang ada dalam kuasanya, dan akan menerapkannya untuk digunakan).
Penerapan: apa yang Yakub lakukan di sini harus kita tiru. Kalau ada problem, kita harus melakukan usaha maximal, tetapi setelah itu kita harus berharap bukan pada usaha kita itu, tetapi kepada Tuhan!
Misalnya:
· kalau kita sakit, maka kita harus melakukan uasaha maximal untuk menyembuhkan diri kita, seperti pergi ke dokter, menggunakan obat, bahkan masuk ke rumah sakit, kalau memang perlu. Tetapi setelah melakukan hal-hal itu, kita tetap harus mengharapkan kesembuhan bukan dari usaha kita itu, tetapi dari Tuhan!
· kalau kita mau ujian, maka kita harus mempersiapkan diri secara maximal, tetapi setelah itu kita harus berharap kepada Tuhan untuk bisa lulus!
Kesalahan banyak orang kristen adalah:
* tanpa melakukan usaha apapun, atau tanpa melakukan usaha maximal, tetapi lalu ‘berserah’ kepada Tuhan.
* berusaha maximal, lalu berharap pada usahanya itu.
Disamping itu Yakub berserah kepada Tuhan tentang nasib dari Benyamin (43:14b). Ada yang menganggap bahwa ini bukan penyerahan tetapi sikap putus asa. Tetapi saya berpendapat ini adalah penyerahan. Kata-kata Yakub di sini mirip dengan kata-kata Ester dalam Ester 4:16b - ‘kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati’ (Lit: If I perish, I perish), yang jelas juga merupakan suatu penyerahan kepada Tuhan.
f) Akhirnya anak-anak Yakub kembali ke Mesir membawa Benyamin (Kejadian 43:15).
3) Sekalipun Yusuf menyambut mereka dengan sangat baik (Kejadian 43:16-17), tetapi saudara-saudara Yusuf ketakutan (Kejadian 43:18).
Kejadian 43:16-18 - “(16) Ketika Yusuf melihat Benyamin bersama-sama dengan mereka, berkatalah ia kepada kepala rumahnya: ‘Bawalah orang-orang ini ke dalam rumah, sembelihlah seekor hewan dan siapkanlah itu, sebab orang-orang ini akan makan bersama-sama dengan aku pada tengah hari ini.’ (17) Orang itu melakukan seperti yang dikatakan Yusuf dan dibawanyalah orang-orang itu ke dalam rumah Yusuf. (18) Lalu ketakutanlah orang-orang itu, karena mereka dibawa ke dalam rumah Yusuf. Kata mereka: ‘Yang menjadi sebab kita dibawa ke sini, ialah perkara uang yang dikembalikan ke dalam karung kita pada mulanya itu, supaya kita disergap dan ditangkap dan supaya kita dijadikan budak dan keledai kita diambil.’”.
Adam Clarke mengomentari hal ini dengan berkata: “A guilty conscience needs no accuser. Every thing alarms them” (= Hati nurani yang bersalah tidak membutuhkan penuduh. Segala sesuatu menakutkan mereka).
Bdk. Amsal 28:1 yang berbunyi: “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda.”.
4) Perjamuan makan (Kejadian 43:32-34).
Dalam 43:32b dikatakan bahwa orang Mesir makan secara terpisah dengan saudara-saudara Yusuf, karena makan bersama dengan orang Ibrani adalah suatu kekejian bagi mereka.
NIV: ‘detestable’ (= menjijikkan).
NASB: ‘loathsome’ (= menjijikkan).
Calvin mengomentari hal ini dengan berkata: “Now, when we see that the church of God was at that time, so proudly despised by profane men, we need not wonder that we also at the present day, are subjected to similar reproach” (= Jika kita lihat bahwa Gereja pada saat itu dihina dengan begitu sombong oleh orang-orang duniawi, kita tidak perlu heran kalau kita pada jaman ini juga menderita hinaan yang serupa).
II) Siasat Yusuf (Kejadian 44:1-34).
1) Yusuf melakukan siasat untuk menjadikan Benyamin sebagai tahanan (Kejadian 44:1-17).
Tujuan Yusuf adalah untuk melihat bagaimana sikap saudara-saudaranya terhadap Benyamin. Dari tidak ikutnya Benyamin dalam kedatangan pertama, Yusuf tentu tahu bahwa setelah ia tidak ada, Benyaminlah yang paling dicintai oleh ayahnya. Sekarang ia ingin tahu apakah saudara-saudaranya iri hati kepada Benyamin atau tidak.
Tetapi dalam menjalankan siasatnya ini ada hal-hal yang salah yang dilakukan Yusuf.
a) Kejadian 44:5 - “Bukankah ini piala yang dipakai tuanku untuk minum dan yang biasa dipakainya untuk menelaah? Kamu berbuat jahat dengan melakukan yang demikian.’”.
Kitab Suci Indonesia: ‘untuk menelaah’.
NIV: ‘and also uses for divination?’ (= dan juga menggunakannya untuk nujum / meramal?).
b) Kejadian 44:15 - “Berkatalah Yusuf kepada mereka: ‘Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini? Tidakkah kamu tahu, bahwa seorang yang seperti aku ini pasti dapat menelaah?’”.
NIV: ‘Don’t you know that a man like me can find things out by divination?’ (= Tidakkah kamu tahu bahwa orang seperti aku bisa mengetahui hal-hal dengan menggunakan nujum / ramalan?).
Banyak penafsir yang berkata bahwa memang ada ilmu ramal / nujum yang menggunakan cawan. Saya memang tidak percaya bahwa Yusuf menggunakan ilmu ramal seperti itu. Semua ini ia katakan hanya demi penyamaran saja. Tetapi bagaimanapun apa yang ia lakukan di sini adalah salah, karena:
1. Itu adalah dusta.
2. Dengan mengatakan demikian, maka Yusuf akan dianggap tinggi oleh orang Mesir. Mereka akan beranggapan bahwa memang Yusuf itu hebat, bisa meramal dsb. Bandingkan dengan sikap / kata-kata Yusuf dalam Kejadian 41:16 dimana ia menyatakan bahwa dirinya tidak bisa apa-apa, hanya Allah yang bisa. Pada saat itu ia bersikap benar, karena ia merendahkan dirinya sendiri, dan hanya meninggikan Allah. Tetapi sekarang dengan kata-kata dustanya itu, ia meninggikan dirinya di hadapan orang Mesir.
Calvin: “Whence we gather, that when any one swerves from the right line, he is prone to fall into various sins” (= Dari mana kita mendapatkan bahwa jika seseorang menyimpang dari garis yang lurus, ia condong untuk jatuh ke dalam bermacam-macam dosa).
2) Ternyata setelah Benyamin ditangkap dan mau dijadikan budak, Yehuda membuktikan kata-katanya kepada ayahnya dalam Kejadian 43:8-10, dan ia membela Benyamin, dan bahkan mau dijadikan budak menggantikan Benyamin (Kejadian 44:33).
Kata-kata Yehuda ini menunjukkan kepedulian dan cintanya baik kepada Benyamin dan terhadap ayahnya.
Pembelaan Yehuda ini membuat mereka ‘lulus testing’, dan karena itu Yusuf tidak merasa perlu untuk terus berpura-pura (Kejadian 45).
III) Yusuf memperkenalkan diri (Kejadian 45:1-8).
1) Mula-mula Yusuf menyuruh semua orang Mesir keluar dari tempat itu (Kejadian 45:1).
Mengapa Yusuf melakukan hal ini? Karena malu kepada mereka kalau ia harus menangis di depan mereka? Rasanya tidak mungkin, karena tangisan Yusuf kedengaran sampai di luar (Kejadian 45:2). Atau karena malu mempunyai keluarga seperti mereka? Ini juga tidak mungkin karena nanti ia mengakui hal itu terang-terangan (45:16-20 47:1-dst). Kalau begitu mengapa? Karena ia tidak mau orang Mesir tahu kejahatan saudara-saudaranya kepadanya! Bdk. 1Korintus 13:7 yang mengatakan bahwa kasih ‘menutupi segala sesuatu’.
Renungkan: apakah saudara berusaha menutupi kesalahan / dosa dari orang lain, atau sebaliknya bahkan menyiarkannya?
2) Yusuf memperkenalkan dirinya sebagai Yusuf yang mereka jual ke Mesir (45:3a,4b).
Bisakah saudara bayangkan bagaimana sikap saudara-saudaranya pada saat itu? Mereka bukan hanya kaget, tetapi pasti takut luar biasa.
3) Yusuf menghibur saudara-saudaranya yang ketakutan ( Kejadian 45:5-8).
Kejadian 45:5-8 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”.
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dari 45:5-8 ini:
a) Kata-kata ‘bukanlah kamu’ dalam Kejadian 45:8 ini merupakan suatu dusta untuk menghibur mereka.
Sekalipun Allahlah yang menetapkan peristiwa penjualan Yusuf itu, dan dengan demikian Ia adalah The First Cause (= Penyebab pertama) dari peristiwa ini, tetapi saudara-saudara Yusuflah yang melaksanakan penjualan itu, sehingga Yusuf seharusnya tidak boleh berkata ‘bukanlah kamu’.
Calvin: “For the consolation of his brethren he seems to draw the veil of oblivion over their fault” (= Untuk penghiburan terhadap saudara-saudaranya kelihatannya ia menggunakan kerudung pengabaian terhadap kesalahan mereka).
Biarpun Yusuf bermaksud baik, tetapi kata-katanya ini tetap dusta dan merupakan dosa.
Penerapan: Jangan menghibur orang dengan menggunakan dusta!
Catatan: belakangan dalam Kejadian 50:20 Yusuf berkata dengan lebih terus terang - ‘memang kamu’.
Kejadian 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”.
b) Dalam 45:5-8 - perhatikan kata-kata ‘Allah menyuruh aku mendahului kamu’ (ay 5,7) dan ‘bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah’ (ay 8).
Bdk. Mazmur 105:17 - ‘diutusNyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual sebagai budak’.
Bdk. juga dengan Kejadian 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud untuk melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”.
Penggunaan kata-kata ‘menyuruh’, ‘diutus’, ‘mereka-rekakannya’, terlalu keras untuk bisa diartikan bahwa Allah sekedar mengijinkan dosa itu terjadi! Kata-kata itu menunjukkan bahwa Allah bukan hanya mengijinkan, tetapi menetapkan / merencanakan dan mengatur terjadinya penjualan Yusuf ke Mesir.
Jadi, penjualan Yusuf ke Mesir, yang jelas adalah suatu dosa, merupakan pekerjaan Allah. Karena itu, jelas bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah tercakup.
Dalam tafsirannya tentang bagian ini, Calvin berkata:
“Good men are ashamed to confess, that what men undertake cannot be accomplished except by the will of God; fearing lest unbridled tongues should cry out immediately, either that God is the author of sin, or that wicked men are not to be accused of crime, seeing they fulfil the counsel of God. But although this sacrilegious fury cannot be effectually rebutted, it may suffice that we hold it in detestation. Meanwhile, it is right to maintain, what is declared by the clear testimonies of Scripture, that whatever men may contrive, yet, amidst all their tumult, God from heaven overrules their counsels and attempts; and, in short, does, by their hands, what he himself decreed” (= Orang-orang saleh malu mengakui, bahwa apa yang manusia lakukan tidak bisa tercapai kecuali oleh kehendak Allah; karena mereka takut bahwa lidah-lidah yang tidak dikekang akan segera berteriak, bahwa Allah adalah pencipta dosa, atau bahwa orang jahat tak boleh dituduh karena kejahatannya, mengingat mereka menggenapi rencana Allah. Tetapi sekalipun kemarahan yang tidak senonoh ini tidak bisa dibantah secara efektif, cukuplah kalau kita menganggapnya sebagai sesuatu yang menjijikkan. Sementara itu, adalah benar untuk mempertahankan, apa yang dinyatakan oleh kesaksian yang jelas dari Kitab Suci, bahwa apapun yang manusia usahakan / rencanakan, di tengah-tengah segala keributan mereka, Allah dari surga menguasai rencana dan usaha mereka, dan, singkatnya, melakukan dengan tangan mereka apa yang Ia sendiri tetapkan).
Dari kutipan ini terlihat dengan jelas bahwa Calvin percaya bahwa sekalipun segala sesuatu, termasuk dosa, hanya bisa terjadi karena penetapan / rencana Allah dan pekerjaanNya (Providence of God), tetapi:
1. Allah bukan pencipta dosa.
2. Pada waktu manusia berbuat dosa ia tetap bertanggung jawab atas dosanya.
Ia melanjutkan dengan berkata:
“Good men, who fear to expose the justice of God to the calumnies of the impious, resort to this distinction, that God wills some things, but permits others to be done. As if, truly, any degree of liberty of action, were he to cease from governing, would be left to men. If he had only permitted Joseph to be carried into Egypt, he had not ordained him to be the minister of deliverance to his father Jacob and his sons; which he is now expressly declared to have done. Away, then, with that vain figment, that, by the permission of God only, and not by his counselor will, those evils are committed which he afterwards turns to a good account” (= Orang-orang saleh, yang takut membuka keadilan Allah terhadap fitnahan dari orang-orang jahat, memutuskan untuk mengadakan pembedaan ini, yaitu bahwa Allah menghendaki beberapa hal, tetapi mengijinkan hal-hal yang lain untuk dilakukan. Seakan-akan Ia berhenti dari tindakan memerintah, dan memberikan kebebasan bertindak tertentu kepada manusia. Jika Ia hanya mengijinkan Yusuf untuk dibawa ke Mesir, Ia tidak menetapkannya untuk menjadi pembebas bagi ayahnya Yakub dan anak-anaknya; yang dinyatakan secara jelas telah dilakukanNya. Maka singkirkanlah isapan jempol yang sia-sia yang mengatakan bahwa hanya karena ijin Allah, dan bukan karena rencana atau kehendakNya, hal-hal yang jahat itu dilakukan yang setelah itu Ia balikkan menjadi sesuatu yang baik).
Dari kutipan ini terlihat bahwa dalam persoalan terjadinya dosa, Calvin tidak mau menggunakan istilah Allah ‘mengijinkan’, tetapi Allah ‘menetapkan / menghendaki’ terjadinya hal itu. Calvin bahkan menyebut ajaran yang mengatakan bahwa Allah hanya mengijinkan dosa, sebagai ‘isapan jempol yang sia-sia’ yang harus dibuang!
c) Allah menetapkan dan mengatur terjadinya peristiwa itu, karena Ia mempunyai maksud / tujuan yang baik ( Kejadian 45:7 bdk. Kejadian 50:20).
1. Kejadian 45:7b - ‘untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong’. Ini salah terjemahan!
NIV: ‘to save your lives by a great deliverance’ (= untuk menyelamatkan hidupmu dengan suatu pembebasan yang besar).
NASB: ‘to keep you alive by a great deliverance’ (= untuk membuat kamu tetap hidup dengan suatu pembebasan yang besar).
2. Pulpit Commentary mengutip kata-kata Hughes: “Joseph’s brethren sent him to be a slave; God sent him to be a saviour” (= Saudara-saudara Yusuf mengirimkannya untuk menjadi budak; Allah mengirimkannya untuk menjadi juruselamat).
Penutup.
Baik ditinjau dari sudut Yusuf, Yakub maupun saudara-saudara Yusuf, segala sesuatu rasanya kacau dan menakutkan, tetapi Allah mengatur semuanya sehingga akhirnya menjadi sesuatu yang baik bagi mereka dimana selama masa kelaparan mereka terpelihara di Mesir.
Karena itu kalau hidup saudara dan keluarga saudara rasanya kacau, tetaplah percaya bahwa Allah mengatur semuanya itu menuju sesuatu yang baik.YUSUF: YAKUB, SIASAT DAN MEMPERKENALKAN DIRI (KEJADIAN 43:1-45:8).
-AMIN-