2 RAJA-RAJA 10:1-36 (PAHALA DAN HUKUMAN TERHADAP YEHU)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

2 Raja-Raja 10:1-36 - “(1) Ahab mempunyai tujuh puluh orang anak laki-laki di Samaria. Yehu menulis surat, dan mengirimnya ke Samaria, kepada pembesar kota itu, kepada para tua-tua dan kepada para pengasuh anak-anak Ahab, bunyinya: (2) ‘Sekarang, segera sesudah surat ini sampai kepadamu, kamu yang mempunyai anak-anak tuanmu di bawah pengawasanmu, lagipula mempunyai kereta dan kuda dan kota yang berkubu serta senjata, (3) maka pilihlah seorang yang terbaik dan yang paling tepat dari antara anak-anak tuanmu, lalu dudukkanlah dia di atas takhta ayahnya, kemudian berperanglah membela keluarga tuanmu.’ (4) Tetapi mereka sangat takut dan berkata: ‘Sedangkan kedua raja itu tidak dapat bertahan menghadapinya, bagaimana mungkin kita ini dapat bertahan?’ (5) Sebab itu kepala istana dan kepala kota, juga para tua-tua dan para pengasuh mengirim pesan kepada Yehu, bunyinya: ‘Kami ini hamba-hambamu dan segala yang kaukatakan kepada kami akan kami lakukan; kami tidak hendak mengangkat seseorang menjadi raja; lakukanlah apa yang baik menurut pemandanganmu.’ (6) Kemudian Yehu menulis surat untuk kedua kalinya kepada mereka, bunyinya: ‘Jika kamu memihak kepadaku dan mau menurut perkataanku, ambillah kepala anak-anak tuanmu dan datanglah kepadaku besok kira-kira waktu ini ke Yizreel.’ Adapun ketujuh puluh anak raja itu tinggal bersama-sama orang-orang besar di kota itu, yang mendidik mereka. (7) Tatkala surat itu sampai kepada mereka, mereka mengambil anak-anak raja itu, menyembelih ketujuh puluh orang itu, menaruh kepala orang-orang itu ke dalam keranjang dan mengirimkan semuanya kepada Yehu di Yizreel. (8) Ketika suruhan datang memberitahukan kepadanya: ‘Telah dibawa orang kepala anak-anak raja itu,’ berkatalah Yehu: ‘Susunlah semuanya menjadi dua timbunan di depan pintu gerbang sampai pagi.’ (9) Pada paginya keluarlah Yehu, berdirilah ia, lalu berkata kepada segenap orang banyak: ‘Kamu ini tidak bersalah. Memang akulah yang telah mengadakan persepakatan melawan tuanku dan telah membunuh dia; tetapi semua orang ini, siapakah yang membunuh mereka? (10) Ketahuilah sekarang, bahwa firman TUHAN yang telah diucapkan TUHAN tentang keluarga Ahab, tidak ada yang tidak dipenuhi, TUHAN telah melakukan apa yang difirmankanNya dengan perantaraan Elia, hambaNya.’ (11) Lalu Yehu membunuh semua orang yang masih tinggal dari keluarga Ahab yang di Yizreel, juga semua orang besarnya, orang-orang kepercayaannya dan imam-imamnya; tidak ada padanya seorangpun yang ditinggalkan Yehu hidup. (12) Kemudian bangkitlah Yehu pergi ke Samaria. Di jalan dekat Bet-Eked, perkampungan para gembala, (13) bertemulah ia dengan sanak saudara Ahazia, raja Yehuda, lalu ia bertanya: ‘Siapakah kamu ini?’ Jawab mereka: ‘Kami adalah sanak saudara Ahazia dan kami datang untuk memberi salam kepada anak-anak raja dan anak-anak ibu suri.’ (14) Berkatalah Yehu: ‘Tangkaplah mereka hidup-hidup!’ Lalu ditangkaplah mereka hidup-hidup dan disembelih dekat perigi Bet-Eked, empat puluh dua orang, dan tidak ada seorangpun ditinggalkannya hidup dari pada mereka. (15) Setelah pergi dari sana, bertemulah ia dengan Yonadab bin Rekhab yang datang menyongsong dia. Ia memberi salam kepadanya serta berkata: ‘Apakah hatimu jujur kepadaku seperti hatiku terhadap engkau?’ Jawab Yonadab: ‘Ya!’ ‘Jika ya, berilah tanganmu!’ Maka diberinyalah tangannya, lalu Yehu mengajak dia naik ke sampingnya ke dalam kereta. (16) Berkatalah Yehu: ‘Marilah bersama-sama aku, supaya engkau melihat bagaimana giatku untuk TUHAN.’ Demikianlah Yehu membawa dia dalam keretanya. (17) Setelah Yehu sampai di Samaria, maka ia membunuh semua orang yang masih tinggal dari keluarga Ahab di Samaria; ia memunahkannya, sesuai dengan firman yang diucapkan TUHAN kepada Elia. (18) Kemudian Yehu mengumpulkan seluruh rakyat, lalu berkata kepada mereka: ‘Adapun Ahab masih kurang beribadah kepada Baal, tetapi Yehu mau lebih hebat beribadah kepadanya. (19) Oleh sebab itu, panggillah menghadap aku semua nabi Baal, semua orang yang beribadah kepadanya dan semua imamnya, seorangpun tidak boleh tidak hadir, sebab aku hendak mempersembahkan korban yang besar kepada Baal. Setiap orang yang tidak hadir tidak akan tinggal hidup.’ Tetapi perbuatan ini adalah akal Yehu supaya ia membinasakan orang-orang yang beribadah kepada Baal. (20) Selanjutnya Yehu berkata: ‘Tentukanlah hari raya perkumpulan kudus bagi Baal!’ Lalu mereka memaklumkannya. (21) Yehu mengirim orang ke seluruh Israel, maka datanglah seluruh orang yang beribadah kepada Baal, tidak seorangpun yang ketinggalan. Lalu masuklah semuanya ke dalam rumah Baal, sehingga rumah itu penuh sesak dari ujung ke ujung. (22) Kemudian berkatalah Yehu kepada orang yang mengepalai gudang pakaian: ‘Keluarkanlah pakaian untuk setiap orang yang beribadah kepada Baal!’ Maka dikeluarkannyalah pakaian bagi mereka. (23) Sesudah itu masuklah Yehu dan Yonadab bin Rekhab ke dalam rumah Baal, lalu berkatalah ia kepada orang-orang penyembah Baal di situ: ‘Periksalah dan lihatlah, supaya jangan ada di antara kamu di sini seorangpun dari hamba-hamba TUHAN, melainkan hanya orang-orang yang beribadah kepada Baal.’ (24) Lalu masuklah mereka untuk mempersembahkan korban sembelihan dan korban bakaran. Adapun Yehu telah menempatkan delapan puluh orang di luar dan telah berkata: ‘Siapa yang membiarkan lolos seorangpun dari orang-orang yang kuserahkan ke dalam tanganmu, nyawanyalah ganti nyawa orang itu.’ (25) Setelah Yehu selesai mempersembahkan korban bakaran, berkatalah ia kepada bentara-bentara dan kepada perwira-perwira: ‘Masuklah, bunuhlah mereka, seorangpun tidak boleh lolos!’ Maka dibunuhlah mereka dengan mata pedang, lalu mayatnya dibuang; kemudian masuklah bentara-bentara dan perwira-perwira itu ke gedung rumah Baal. (26) Mereka mengeluarkan tiang berhala rumah Baal itu, lalu dibakar. (27) Mereka merobohkan tugu berhala Baal itu, merobohkan juga rumah Baal, dan membuatnya menjadi jamban; begitulah sampai hari ini. (28) Demikianlah Yehu memunahkan Baal dari Israel. (29) Hanya, Yehu tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, yakni dosa penyembahan anak-anak lembu emas yang di Betel dan yang di Dan. (30) Berfirmanlah TUHAN kepada Yehu: ‘Oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mataKu, dan telah berbuat kepada keluarga Ahab tepat seperti yang dikehendaki hatiKu, maka anak-anakmu akan duduk di atas takhta Israel sampai keturunan yang keempat.’ (31) Tetapi Yehu tidak tetap hidup menurut hukum TUHAN, Allah Israel, dengan segenap hatinya; ia tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula. (32) Pada zaman itu mulailah TUHAN menggunting daerah Israel, sebab Hazael mengalahkan mereka di seluruh daerah Israel (33) di sebelah timur sungai Yordan dengan merebut seluruh tanah Gilead, tanah orang Gad, orang Ruben dan orang Manasye, mulai dari Aroer yang di tepi sungai Arnon, baik Gilead maupun Basan. (34) Selebihnya dari riwayat Yehu dan segala yang dilakukannya dan segala kepahlawanannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel? (35) Kemudian Yehu mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria, maka Yoahas, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (36) Adapun lamanya Yehu menjadi raja atas Israel di Samaria adalah dua puluh delapan tahun.”.
2 RAJA-RAJA 10:1-36 (PAHALA DAN HUKUMAN TERHADAP YEHU)
I) Pembunuhan / pembasmian yang dilakukan oleh Yehu.

1) Yehu membunuh keluarga dan seisi istana Ahab.

2 Raja-Raja 10: 1: “Ahab mempunyai tujuh puluh orang anak laki-laki di Samaria. Yehu menulis surat, dan mengirimnya ke Samaria, kepada pembesar kota itu, kepada para tua-tua dan kepada para pengasuh anak-anak Ahab, bunyinya:”.

a) ‘Anak laki-laki’.
Pulpit Commentary mengatakan (hal 207) bahwa kata ‘anak laki-laki’ di sini harus diartikan ‘keturunan laki-laki’, dan kebanyakan dari 70 orang ini adalah cucu laki-laki (bdk. 2 Raja-Raja 10: 3), dan bahkan ada yang buyut laki-laki.

Keil & Delitzsch mengatakan bahwa adanya ‘pengasuh anak-anak Ahab’ menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘anak’ adalah ‘cucu’, karena Ahab sudah mati selama 14 tahun, sehingga anaknya yang terkecilpun pasti tidak membutuhkan pengasuh.

b) ‘kepada pembesar kota itu’.
Di sini, dalam Kitab Suci Indonesia tidak diberi nama dari kota tersebut. RSV juga demikian.

KJV: ‘And Ahab had seventy sons in Samaria. And Jehu wrote letters, and sent to Samaria, unto the rulers of Jezreel, to the elders, and to them that brought up Ahab’s children, saying,’ [= Dan Ahab mempunyai 70 anak laki-laki di Samaria. Dan Yehu menulis surat, dan mengirimkan ke Samaria, kepada penguasa-penguasa Yizreel, kepada tua-tua, dan kepada mereka yang mengasuh anak-anak Ahab, berkata]. KJV  NASB.

NIV: ‘to the officials of Jezreel’ [= kepada pejabat-pejabat dari Yizreel].
Footnote NIV: ‘Hebrew; some Septuagint manuscripts and Vulgate ‘of the city’’ [= Ibrani; sebagian manuscripts Septuaginta dan Vulgate ‘dari kota itu’].

Pulpit Commentary: “‘Jezreel’ is almost certainly a corrupt reading. The ‘rulers of Jezreel’ would be at Jezreel; and, if Jehu wished to communicate with them, he would not need to ‘write.’ Had any chance taken them to Samaria - a very improbable circumstance - they would have had no authority there, and to address them would have been useless. Jehu’s letter were, no doubt, addressed to the ‘rulers of Samaria’; and so the LXX, expressly state ...; but the reading ‘Jezreel’ can scarcely have arisen out of ‘Samaria’ ..., since the difference of the two words is so great. Most probably the original word was ‘Israel’ ... which is corrupted into ‘Jezreel’ ... The rulers of Samaria, the capital, might well be called ‘the rulers of Israel.’” [= ‘Yizreel’ hampir pasti merupakan pembacaan yang salah. ‘Penguasa-penguasa Yizreel’ akan ada di Yizreel; dan jika Yehu ingin berkomunikasi dengan mereka, ia tidak perlu ‘menulis’ (karena pada saat itu Yehu ada di Yizreel). Seandainya ada kesempatan untuk membawa mereka ke Samaria, yang merupakan suatu keadaan yang sangat tidak memungkinkan, maka mereka tidak akan mempunyai otoritas di sana, dan berbicara kepada mereka adalah sia-sia. Karena itu surat Yehu, tidak diragukan, ditujukan kepada ‘penguasa-penguasa Samaria’; dan demikianlah LXX / Septuaginta, menyatakannya secara explicit ...; tetapi pembacaan ‘Yizreel’ hampir tidak mungkin bisa muncul dari ‘Samaria’ karena perbedaan kedua kata itu begitu besar. Yang paling mungkin adalah bahwa kata orisinilnya ialah ‘Israel’ ... yang lalu disalin secara salah menjadi ‘Yizreel’ ... Penguasa-penguasaSamaria, ibu kota, memang bisa disebut ‘penguasa-penguasa Israel’.] - hal 207.

c) ‘kepada para tua-tua’.
Pulpit Commentary: “‘To the elders’; rather, ‘even the elders.’ Not distinct persons from the ‘rulers,’ but the same under another name ...” [= ‘Kepada tua-tua’; lebih tepat, ‘yaitu tua-tua’. Bukan orang-orang yang berbeda dari ‘penguasa-penguasa’ tetapi orang-orang yang sama dengan nama / sebutan yang lain ...] - hal 207.

d) ‘kepada para pengasuh anak-anak Ahab’.
Adam Clarke: “It appears that the royal children of Israel and Judah were intrusted to the care of the nobles, and were brought up by them, (see 2 Kings 10:6;) and to these, therefore, Jehu’s letters are directed.” [= Kelihatannya anak-anak raja Israel dan Yehuda dipercayakan pada pemeliharaan dari bangsawan-bangsawan, dan diasuh / dididik oleh mereka (lihat 2Raja 10:6); dan karena itu kepada mereka inilah surat Yehu ditujukan.].

2 Raja-Raja 10: 2-5: “(2) ‘Sekarang, segera sesudah surat ini sampai kepadamu, kamu yang mempunyai anak-anak tuanmu di bawah pengawasanmu, lagipula mempunyai kereta dan kuda dan kota yang berkubu serta senjata, (3) maka pilihlah seorang yang terbaik dan yang paling tepat dari antara anak-anak tuanmu, lalu dudukkanlah dia di atas takhta ayahnya, kemudian berperanglah membela keluarga tuanmu.’ (4) Tetapi mereka sangat takut dan berkata: ‘Sedangkan kedua raja itu tidak dapat bertahan menghadapinya, bagaimana mungkin kita ini dapat bertahan?’ (5) Sebab itu kepala istana dan kepala kota, juga para tua-tua dan para pengasuh mengirim pesan kepada Yehu, bunyinya: ‘Kami ini hamba-hambamu dan segala yang kaukatakan kepada kami akan kami lakukan; kami tidak hendak mengangkat seseorang menjadi raja; lakukanlah apa yang baik menurut pemandanganmu.’”.

Yang dimaksud dengan ‘kedua raja’ (2 Raja-Raja 10: 4) tentu adalah Yoram dan Ahazia. Orang-orang ini sangat takut kepada Yehu dan menurutinya apapun yang ia minta, tanpa peduli apakah Tuhan menghendakinya atau tidak.

2 Raja-Raja 10: 6-8: “(6) Kemudian Yehu menulis surat untuk kedua kalinya kepada mereka, bunyinya: ‘Jika kamu memihak kepadaku dan mau menurut perkataanku, ambillah kepala anak-anak tuanmu dan datanglah kepadaku besok kira-kira waktu ini ke Yizreel.’ Adapun ketujuh puluh anak raja itu tinggal bersama-sama orang-orang besar di kota itu, yang mendidik mereka. (7) Tatkala surat itu sampai kepada mereka, mereka mengambil anak-anak raja itu, menyembelih ketujuh puluh orang itu, menaruh kepala orang-orang itu ke dalam keranjang dan mengirimkan semuanya kepada Yehu di Yizreel. (8) Ketika suruhan datang memberitahukan kepadanya: ‘Telah dibawa orang kepala anak-anak raja itu,’ berkatalah Yehu: ‘Susunlah semuanya menjadi dua timbunan di depan pintu gerbang sampai pagi.’”.

Matthew Henry: “Numerous families, if vicious, must not expect to be long prosperous.” [= Keluarga yang banyak, jika jahat, jangan diharapkan untuk makmur secara lama.].

Matthew Henry: “Learn hence not to trust in a friend nor to put confidence in a guide not governed by conscience. One can scarcely expect that he who has been false to his God should ever be faithful to his prince. But observe God’s righteousness in their unrighteousness. These elders of Jezreel had been wickedly obsequious to Jezebel’s order for the murder of Naboth, (1 Kin. 21:11). She gloried, it is likely, in the power she had over them; and now the same base spirit makes them as pliable to Jehu and as ready to obey his orders for the murder of Ahab’s sons. Let none aim at arbitrary power, lest they be found rolling a stone which, some time or other, will return upon them. Princes that make their people slaves take the readiest way to make them rebels; and by forcing men’s consciences, as Jezebel did, they lose their hold of them.” [= Karena itu belajarlah untuk tidak mempercayakan diri kepada seorang sahabat atau meletakkan keyakinan kepada seorang pembimbing yang tidak dikuasai oleh hati nurani. Seseorang hampir tidak bisa mengharapkan bahwa ia yang telah curang terhadap Allahnya bisa setia kepada pangerannya. Tetapi perhatikanlah kebenaran Allah dalam ketidak-benaranmereka. Tua-tua Yizreel ini telah tunduk secara jahat kepada perintah Izebel untuk pembunuhan terhadap Nabot (1Raja 21:11). Ia mungkin sekali bermegah dalam kuasa yang ia miliki atas mereka; dan sekarang roh yang sama hinanya membuat mereka menyesuaikan diri dengan Yehu dan sama siapnya untuk mentaati perintah-perintahnya untuk membunuh anak-anak Ahab. Janganlah siapapun menginginkan kuasa yang sewenang-wenang, supaya jangan mereka didapatkan menggelindingkan sebuah batu yang pada saat lain, akan kembali kepada mereka. Pangeran-pangeran yang membuat bangsa mereka sebagai budak mengambil jalan yang paling cepat untuk membuat mereka pemberontak-pemberontak; dan dengan memaksa hati nurani manusia, seperti yang dilakukan oleh Izebel, mereka kehilangan pegangan mereka terhadap mereka.].

Catatan: berbeda dengan pandangan dari Pulpit Commentary di atas, Matthew Henry beranggapan bahwa orang-orang ini memang adalah tua-tua Yizreel, bukan Samaria / Israel.

2 Raja-Raja 10: 9-10: “(9) Pada paginya keluarlah Yehu, berdirilah ia, lalu berkata kepada segenap orang banyak: ‘Kamu ini tidak bersalah. Memang akulah yang telah mengadakan persepakatan melawan tuanku dan telah membunuh dia; tetapi semua orang ini, siapakah yang membunuh mereka? (10) Ketahuilah sekarang, bahwa firman TUHAN yang telah diucapkan TUHAN tentang keluarga Ahab, tidak ada yang tidak dipenuhi, TUHAN telah melakukan apa yang difirmankanNya dengan perantaraan Elia, hambaNya.’”.

Keil & Delitzsch: “When the heads were brought, Jehu had them piled up in two heaps before the city-gate, and spoke the next morning to the assembled people in front of them: ‘Ye are righteous. Behold I have conspired against my lord, and have slain him, but who has slain all these?’ Jehu did not tell the people that the king’s sons had been slain by his command, but spake as if this had been done without his interfering by a higher decree, that he might thereby justify his conspiracy in the eyes of the people, and make them believe what he says still further in v. 10: ‘See then that of the word of the Lord nothing falls to the ground (i. e., remains unfulfilled) which Jehovah has spoken concerning the house of Ahab; and Jehovah has done what He spake through His servant Elijah.’” [= Pada waktu kepala-kepala itu dibawa, Yehu menyuruh untuk menumpuk dalam dua tumpukan di depan pintu gerbang kota, dan berbicara pada keesokan paginya kepada orang-orang yang berkumpul di depannya: ‘Kamu benar. Lihatlah, aku telah berkomplot menentang tuanku, dan telah membunuhnya, tetapi siapa yang membunuh semua orang ini?’. Yehu tidak menceritakan kepada orang-orang itu bahwa anak-anak sang raja telah dibunuh oleh perintahnya, tetapi berbicara seakan-akan ini telah terjadi tanpa campur tangannya oleh suatu ketetapan yang lebih tinggi, supaya dengan itu ia bisa membenarkan komplotannya di depan mata dari orang-orang itu, dan membuat mereka percaya apa yang ia katakan lebih jauh lagi dalam ay 10: ‘Maka lihatlah bahwa dari firman Tuhan tidak ada yang jatuh ke tanah (yaitu tidak digenapi) yang telah diucapkan oleh Yehovah mengenai keluarga Ahab; dan Yehovah telah melakukan apa yang Ia katakan melalui hambaNya Elia’.].

2 Raja-Raja 10: 11: “Lalu Yehu membunuh semua orang yang masih tinggal dari keluarga Ahab yang di Yizreel, juga semua orang besarnya, orang-orang kepercayaannya dan imam-imamnya; tidak ada padanya seorangpun yang ditinggalkan Yehu hidup”.

a) Orang-orang yang tadinya mentaati perintah Yehu dengan membunuh anak-anak Ahab, juga dibunuh.

Adam Clarke: “So it appears that the great men who had so obsequiously taken off the heads of Ahab’s seventy sons, fell also a sacrifice to the ambition of this incomparably bad man” [= Jadi kelihatannya orang-orang besar yang telah dengan begitu tunduk mengambil kepala dari 70 anak-anak Ahab, juga jatuh sebagai korban dari ambisi dari orang jahat yang tidak ada bandingannya ini.].

b) ‘dan imam-imamnya’.
Ini agak aneh, karena cerita pembunuhan terhadap imam-imam diceritakan dalam 2 Raja-Raja 10: 19-25. Mungkin yang di sini adalah ringkasan dari cerita dalam 2 Raja-Raja 10: 19-25.

Pulpit Commentary: “Perhaps the same person are intended as in ver. 19, the present notice of their death being a mere summary, and the narrative of ver. 19-25 a full statement of the circumstances.” [= Mungkin yang dimaksudkan adalah orang-orang yang sama dengan yang ada dalam ay 19, pemberitahuan yang di sini tentang kematian mereka hanya merupakan ringkasan, dan cerita dalam 2 Raja-Raja 10: 19-25 merupakan pernyataan lengkap dari peristiwa itu.] - hal 209.

2) Pembunuhan sanak saudara Ahazia.

2 Raja-Raja 10: 12-14: “(12) Kemudian bangkitlah Yehu pergi ke Samaria. Di jalan dekat Bet-Eked, perkampungan para gembala, (13) bertemulah ia dengan sanak saudara Ahazia, raja Yehuda, lalu ia bertanya: ‘Siapakah kamu ini?’ Jawab mereka: ‘Kami adalah sanak saudara Ahazia dan kami datang untuk memberi salam kepada anak-anak raja dan anak-anak ibu suri.’ (14) Berkatalah Yehu: ‘Tangkaplah mereka hidup-hidup!’ Lalu ditangkaplah mereka hidup-hidup dan disembelih dekat perigi Bet-Eked, empat puluh dua orang, dan tidak ada seorang pun ditinggalkannya hidup dari pada mereka”.

a) 2 Raja-Raja 10: 13: ‘sanak saudara Ahazia’.
KJV: ‘the brethren of Ahaziah’ [= saudara-saudara Ahazia].
Barnes mengatakan bahwa ini bukan betul-betul saudara-saudara Ahazia, karena mereka sudah dibunuh oleh orang-orang Arab sebelum Ahazia naik takhta.

2Tawarikh 22:1 - “Lalu penduduk Yerusalem mengangkat Ahazia, anaknya yang bungsu, menjadi raja menggantikan dia, karena semua anaknya yang lebih tua umurnya telah dibunuh oleh gerombolan yang datang ke tempat perkemahan bersama-sama orang-orang Arab. Dengan demikian Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja.”.

Jadi mereka ini adalah keponakan-keponakan Ahazia, anak-anak dari saudara Ahazia. Pulpit Commentary (hal 210) mempunyai pandangan yang sama.

Bdk. 2Tawarikh 22:8 - “Sementara Yehu melakukan penghukuman atas keluarga Ahab, ia menjumpai pembesar-pembesar Yehuda dan anak-anak saudara-saudara Ahazia, yang melayani Ahazia. Juga mereka dibunuhnya.”.

b) Bahayanya berteman / bersekutu dengan orang-orang jahat.
Pulpit Commentary: “Jehu’s vengeance on Ahab’s house was searching and complete. He had already slain at Jezreel not only Ahab’s kinsfolk, but his great men and his priests - all who in any way showed favour or encouragement to Ahab. In the same spirit he now puts to death these brethren of Ahaziah because of their relationship and sympathy with Ahab’s house. ... the house of Ahab was notorious for its wickedness. It had been singled out for the terrible retribution of God. To keep up friendship with men and women so wicked was to become a partaker of their crimes. The old Latin proverb was Noscitur a sociis - ‘A man is known by the company he keeps.’ If we would avoid the fate of the wicked, let us avoid their fellowship.” [= Pembalasan Yehu terhadap keluarga Ahab adalah cermat dan lengkap / sempurna. Ia telah membunuh di Yizreel bukan hanya keluarga Ahab, tetapi juga orang-orang besarnya dan imam-imamnya - semua orang yang dengan cara tertentu menunjukkan kebaikan atau dukungan kepada Ahab. Dalam roh / semangat yang sama ia sekarang membunuh saudara-saudara dari Ahazia karena hubungan mereka dan simpati mereka dengan keluarga Ahab. ... keluarga Ahab terkenal untuk kejahatannya. Itu telah dikhususkan untuk pembalasan yang hebat dari Allah. Memelihara persahabatan dengan orang-orang yang begitu jahat berarti ikut ambil bagian dalam kejahatan mereka. Pepatah Latin kuno adalah Noscitur a sociis - ‘Seseorang dikenal dari teman-temannya’. Jika kita ingin menghindari nasib dari orang jahat, hendaklah kita menghindari persekutuan mereka.] - hal 219.

Amsal 4:14-15 - “(14) Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. (15) Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus.”.

Mazmur 1:1 - “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.”.

2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.

Pulpit Commentary: “A further act in the tragedy of the destruction of Ahab’s house took place at a certain shearing-house on the road to Samaria. Thither forty-two brethren (kinsmen) of Ahaziah had come down on their way to pay a pleasure visit to their relations, the princes at the capital. ... It was, however, to prove a costly visit to them. ... In pursuit of their pleasures, how many, like Ahaziah’s brethren, have found themselves overtaken by death! The way of pleasure is, for many, the way of death - the way to the pit of destruction.” [= Tindakan lebih lanjut dalam tragedi dari penghancuran dari keluarga Ahab terjadi pada rumah pengguntingan tertentu di jalan ke Samaria. Ke sanalah 42 saudara-saudara (sanak keluarga) dari Ahazia datang dalam perjalanan mereka untuk melakukan perkunjungan yang menyenangkan kepada famili mereka, pangeran-pangeran di ibu kota. ... Tetapi hal itu terbukti sebagai suatu perkunjungan yang mahal bagi mereka. ... Dalam mengejar kesenangan mereka, betapa banyak, seperti saudara-saudara Ahazia, telah menemukan diri mereka sendiri disusul oleh kematian! Jalan kesenangan, bagi banyak orang, adalah jalan kematian - jalan kepada lubang kehancuran.] - hal 223.

3) Pembunuhan keluarga Ahab di Samaria.

a) Sebelum melakukan ini Yehu bertemu dengan Yonadab bin Rekhab.

2 Raja-Raja 10: 15-16: “(15) Setelah pergi dari sana, bertemulah ia dengan Yonadab bin Rekhab yang datang menyongsong dia. Ia memberi salam kepadanya serta berkata: ‘Apakah hatimu jujur kepadaku seperti hatiku terhadap engkau?’ Jawab Yonadab: ‘Ya!’ ‘Jika ya, berilah tanganmu!’ Maka diberinyalah tangannya, lalu Yehu mengajak dia naik ke sampingnya ke dalam kereta. (16) Berkatalah Yehu: ‘Marilah bersama-sama aku, supaya engkau melihat bagaimana giatku untuk TUHAN.’ Demikianlah Yehu membawa dia dalam keretanya.”.

1. Siapa orang ini?
Yeremia 35:6-10 - “(6) Tetapi mereka menjawab: ‘Kami tidak minum anggur, sebab Yonadab bin Rekhab, bapa leluhur kami, telah memberi perintah kepada kami, katanya: Janganlah kamu atau anak-anakmupun minum anggur sampai selama-lamanya; (7) janganlah kamu mendirikan rumah, janganlah kamu menabur benih; janganlah kamu membuat atau mempunyai kebun anggur, melainkan haruslah kamu diam di kemah-kemah selama hidupmu, supaya lama kamu hidup di tanah, di mana kamu tinggal sebagai orang asing! (8) Kami mentaati suara Yonadab bin Rekhab, bapa leluhur kami dalam segala apa yang diperintahkannya kepada kami, agar kami tidak minum anggur selama hidup kami, yakni kami sendiri, isteri kami, anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan kami; (9) agar kami tidak mendirikan rumah-rumah untuk kami diami, tidak mempunyai kebun anggur atau ladang serta benih, (10) melainkan kami diam di kemah-kemah dan taat melakukan tepat seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Yonadab, bapa leluhur kami.”.

Catatan: Kalau mau lebih mendetail, baca terus sampai Yer 35:19.

Pulpit Commentary: “the great Kenite chief, Jehonadab, the founder of the remarkable tribe and sect of the Rechabites ... His tribe, the Kenites, was probably of Arab origin, and certainly of Arab habits. It attached itself to the Israelites during their wanderings in the Sinaitic desert, and was given a settlement in ‘the wilderness of Judah,’ on the conquest of Palestine (Judg. 1:16). Jehonadab seems to have been of an ascetic turn, and to have laid down for his tribe a rule of life stricter and more severe than any known previously.” [= Kepala yang agung dari suku Keni, Yonadab, pendiri dari suku dan sekte Rekhab yang luar biasa ... Sukunya, Keni, mungkin mempunyai asal usul Arab, dan pasti mempunyai kebiasaan-kebiasaan Arab. Mereka menggabungkan diri dengan bangsa Israel selama pengembaraan mereka di gurun Sinai, dan diberikan perkampungan di ‘padang gurun Yudea’ pada penaklukan Palestina (Hak 1:16). Yonadab kelihatannya mempunyai kecenderungan menjadi seorang pertapa, dan telah memberikan untuk sukunya suatu peraturan kehidupan yang lebih ketat dan lebih keras dari pada yang pernah dikenal sebelumnya.] - hal 210.

Hakim-hakim 1:16 - “Keturunan Hobab, ipar Musa, orang Keni itu, maju bersama-sama dengan bani Yehuda dari kota pohon korma ke padang gurun Yehuda di Tanah Negeb dekat Arad; lalu mereka menetap di antara penduduk di sana.”.


Hakim 4:11 - “Adapun Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh.”.

Bilangan 10:29-32 - “(29) Lalu berkatalah Musa kepada Hobab anak Rehuel orang Midian, mertua Musa: ‘Kami berangkat ke tempat yang dimaksud TUHAN ketika Ia berfirman: Aku akan memberikannya kepadamu. Sebab itu ikutlah bersama-sama dengan kami, maka kami akan berbuat baik kepadamu, sebab TUHAN telah menjanjikan yang baik tentang Israel.’ (30) Tetapi jawabnya kepada Musa: ‘Aku tidak ikut, melainkan aku hendak pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku.’ (31) Kata Musa: ‘Janganlah kiranya tinggalkan kami, sebab engkaulah yang tahu, bagaimana kami berkemah di padang gurun, maka engkau dapat menjadi penunjuk jalan bagi kami. (32) Jika engkau ikut bersama-sama dengan kami, maka kebaikan yang akan dilakukan TUHAN kepada kami akan kami lakukan juga kepadamu.’”.

1Samuel 15:6 - “Berkatalah Saul kepada orang Keni: ‘Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika mereka pergi dari Mesir?’ Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari tengah-tengah orang Amalek.”.

2. 2 Raja-Raja 10: 16: “Berkatalah Yehu: ‘Marilah bersama-sama aku, supaya engkau melihat bagaimana giatku untuk TUHAN.’ Demikianlah Yehu membawa dia dalam keretanya.”.

a. Kalau Yehu memang rohani, mengapa ia mengajak Yonadab ini untuk naik keretanya, dan bukannya mencari Elisa untuk mengajaknya naik keretanya?

b. Kata ‘giat’ diterjemahkan ‘zeal’ [= semangat] oleh KJV/RSV/NIV/NASB.

Pulpit Commentary: “Zeal itself is a grand thing. It is men of zeal who have revolutionized the world. Moses was a man of zeal. So was Elijah. So was Daniel. So was St. Paul. So was Martin Luther. So was John Knox. All these men were mocked at as fools and fanatics and enthusiasts in their time. But every one of those man has left his mark for good upon the history of the world. ... If there is any one who should show enthusiasm, it is the Christian. ... Zeal! surely the Christian ought to overflow with zeal. Zeal! when he thinks of his Saviour and his cross. Zeal! when he thinks of heaven with all its glory awaits him. Zeal! when he thinks of the welcome from the King. Zeal! when he thinks how short his time is here. Zeal! when he thinks of the perishing and needy all around him. Yes; it is well to have within your heart the glow and fire of Christian zeal.” [= Semangat itu sendiri merupakan sesuatu yang agung. Adalah orang-orang yang bersemangat yang merevolusi dunia. Musa adalah orang yang bersemangat. Demikian juga dengan Elia. Demikian juga dengan Daniel. Demikian juga dengan Paulus. Demikian juga dengan Martin Luther. Demikian juga dengan John Knox. Semua orang-orang ini diejek sebagai orang-orang tolol dan fanatik dan bersemangat pada jaman mereka. Tetapi setiap orang ini telah meninggalkan bekas / tandanya untuk selama-lamanya pada sejarah dunia. ... Jika ada seseorang yang harus menunjukkan semangat, itu adalah orang kristen. ... Semangat! pasti orang kristen seharusnya berlimpah dengan semangat. Semangat! pada waktu ia berpikir tentang Juruselamatnya dan salibNya. Semangat! pada waktu ia berpikir tentang surga dengan semua kemuliaan yang menantinya. Semangat! pada waktu ia berpikir tentang sambutan dari sang Raja. Semangat! pada waktu ia berpikir betapa singkatnya waktu di sini. Semangat! pada waktu ia berpikir tentang orang-orang yang binasa dan membutuhkan di sekitarnya. Ya; adalah baik untuk mempunyai dalam hatimu cahaya dan api dari semangat Kristen.] - hal 220.

Kolose 3:23 - “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”.

Kebalikannya adalah seperti dalam ayat-ayat di bawah ini:
Wahyu 3:15-16 - “(15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.”.

Wahyu 2:4 - “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”.

Matius 11:16-17 - “(16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.”.
Anak-anak kelompok kedua ini selalu memberikan response negatif terhadap usul apapun dari anak-anak kelompok pertama.

c. Dari ay 16 ini terlihat bahwa ada kesombongan dalam diri Yehu tentang semangatnya.
Pulpit Commentary: “The man who thus parades his good deeds is lacking in one of the first element of true goodness and usefulness, and that is humility.” [= Orang yang memamerkan tindakan-tindakan baiknya kekurangan salah satu elemen pertama dari kebaikan dan kebergunaan yang benar, dan itu adalah kerendahan-hati.] - hal 220.

Adam Clarke: “O thou ostentatious and murderous hypocrite! Thou have zeal for Yahweh and his pure religion! Witness thy calves at Dan and Bethel, and the general profligacy of thy conduct. He who can call another to witness his zeal for religion, or his works of charity, has as much of both as serves his own turn.” [= O engkau orang munafik yang suka pamer dan berjiwa pembunuh! Engkau mempunyai semangat untuk Yahweh dan agamaNya yang murni. Saksikanlah lembu-lembumu di Dan dan Betel, dan kejahatan umum dari tingkah lakumu. Ia yang bisa memanggil orang lain untuk menyaksikan semangatnya untuk agama, atau pekerjaan kasihnya, mempunyai banyak dari keduanya untuk melayani dirinya sendiri.].

b) Yehu membunuh keluarga Ahab di Samaria.
2 Raja-Raja 10: 17: “Setelah Yehu sampai di Samaria, maka ia membunuh semua orang yang masih tinggal dari keluarga Ahab di Samaria; ia memunahkannya, sesuai dengan firman yang diucapkan TUHAN kepada Elia.”.

Bagaimana seorang pertapa bisa tahan melihat semua pembantaian itu? Jangan terlalu heran, karena Elia yang juga adalah orang saleh, ternyata bisa menyembelih 450 nabi-nabi Baal.

Bdk. Mazmur 58:11 - “Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik.”.

c) Yehu membunuh semua pengikut Baal dengan tipu daya.
2 Raja-Raja 10: 18-25: “(18) Kemudian Yehu mengumpulkan seluruh rakyat, lalu berkata kepada mereka: ‘Adapun Ahab masih kurang beribadah kepada Baal, tetapi Yehu mau lebih hebat beribadah kepadanya. (19) Oleh sebab itu, panggillah menghadap aku semua nabi Baal, semua orang yang beribadah kepadanya dan semua imamnya, seorangpun tidak boleh tidak hadir, sebab aku hendak mempersembahkankorban yang besar kepada Baal. Setiap orang yang tidak hadir tidak akan tinggal hidup.’ Tetapi perbuatan ini adalah akal Yehu supaya ia membinasakan orang-orang yang beribadah kepada Baal. (20) Selanjutnya Yehu berkata: ‘Tentukanlah hari raya perkumpulan kudus bagi Baal!’ Lalu mereka memaklumkannya. (21) Yehu mengirim orang ke seluruh Israel, maka datanglah seluruh orang yang beribadah kepada Baal, tidak seorangpun yang ketinggalan. Lalu masuklah semuanya ke dalam rumah Baal, sehingga rumah itu penuh sesak dari ujung ke ujung. (22) Kemudian berkatalah Yehu kepada orang yang mengepalai gudang pakaian: ‘Keluarkanlah pakaian untuk setiap orang yang beribadah kepada Baal!’ Maka dikeluarkannyalah pakaian bagi mereka. (23) Sesudah itu masuklah Yehu dan Yonadab bin Rekhab ke dalam rumah Baal, lalu berkatalah ia kepada orang-orang penyembah Baal di situ: ‘Periksalah dan lihatlah, supaya jangan ada di antara kamu di sini seorangpun dari hamba-hamba TUHAN, melainkan hanya orang-orang yang beribadah kepada Baal.’ (24) Lalu masuklah mereka untuk mempersembahkan korban sembelihan dan korban bakaran. Adapun Yehu telah menempatkan delapan puluh orang di luar dan telah berkata: ‘Siapa yang membiarkan lolos seorangpun dari orang-orang yang kuserahkan ke dalam tanganmu, nyawanyalah ganti nyawa orang itu.’ (25) Setelah Yehu selesai mempersembahkan korban bakaran, berkatalah ia kepada bentara-bentara dan kepada perwira-perwira: ‘Masuklah, bunuhlah mereka, seorangpun tidak boleh lolos!’ Maka dibunuhlah mereka dengan mata pedang, lalu mayatnya dibuang; kemudian masuklah bentara-bentara dan perwira-perwira itu ke gedung rumah Baal.”.

2 Raja-Raja 10: 18-dst jelas merupakan tipu daya yang bersifat dosa. Yehu menyalurkan semangatnya, atau melaksanakan perintah Tuhan untuk membasmi keluarga Ahab, tanpa peduli apakah caranya sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak.

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Matthew Henry sebagai berikut: “God’s service requires not man’s lie.” [= Pelayanan Allah tidak membutuhkan dusta manusia.] - hal 221.

Matthew Henry: “The truth of God needs not any man’s lie.” [= Kebenaran Allah tidak membutuhkan dusta dari manusia manapun juga.].

Robert L. Dabney: “... God, and not the hearer, is the true object on whom any duty of veracity terminates. God always has the right to expect truth from me, however unworthy the person to whom I speak.” [= ... Allah, dan bukan pendengarnya, merupakan obyek / tujuan yang benar terhadap siapa kewajiban kejujuran ditujukan. Allah selalu mempunyai hak untuk mengharapkan kebenaran dari aku, tidak peduli betapa tidak berharganya orang kepada siapa aku berbicara.] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 425.

Pulpit Commentary: “It is impossible to condone this flagrant hypocrisy, which even went the length of offering up a sacrifice to the false god. ... We must not do evil, even that good may come.” [= Adalah mustahil untuk memaafkan / mengampuni kemunafikan yang menyolok ini, yang bahkan berjalan begitu jauh sampai mempersembahkan suatu korban kepada dewa palsu (ay 24-25). ... Kita tidak boleh melakukan kejahatan, bahkan dengan tujuan supaya kebaikan datang.] - hal 225.

Yang dilakukan Yehu sangat kontras dengan yang dilakukan Elia, yang mendemonstrasikan kehebatan YAHWEH dan ketidak-mampuan Baal, dan setelah itu membunuh semua nabi-nabi Baal.

Pulpit Commentary: “‘Subtilty’ was characteristic of Jehu, who always preferred to gain his ends by cunning rather than in a straightforward way. Idolaters were by the Law liable to death, and Jehu would have had a perfect right to crush the Baal-worship throughout the land, by sending his emissaries everywhere, with orders to slay all whom they found engaged in it. But to draw some thousand of his subjects by false pretences into a trap, and then to kill them in it for doing what he himself invited them to do, was an act that was wholly unjustifiable, and that savoured, not of the wisdom which is from above, but of that bastard wisdom which is ‘earthly, sensual, devilish’ (Jas. 3:15).” [= ‘Kelicikan’ merupakan ciri dari Yehu, yang selalu memilih untuk mendapatkan tujuannya dengan kelicikan dari pada dengan cara yang lurus. Penyembah-penyembah berhala dapat dikenakan hukuman mati oleh hukum Taurat, dan Yehu mempunyai hak yang sempurna untuk menghancurkan penyembahan Baal di seluruh negeri, dengan mengirimkan utusan-utusannya ke mana-mana, dengan perintah untuk membunuh semua yang mereka temukan terlibat di dalamnya. Tetapi menarik beberapa ribu dari warganya dengan kepura-puraan yang palsu ke dalam suatu jebakan, dan lalu membunuh mereka di dalamnya karena melakukan apa yang ia sendiri undang / ajak mereka untuk lakukan, merupakan suatu tindakan yang sepenuhnya tidak bisa dibenarkan, dan itu berbau, bukan hikmat yang dari atas, tetapi hikmat bastard / campuran yang ‘bersifat duniawi, daging, dan setan’ (Yakobus 3:15).] - hal 211-212.

Sama seperti waktu di Indonesia ada ‘Petrus’ [= penembak misterius]; orang kristen seharusnya tidak boleh menyetujui hal ini.

Dari ay 23 terlihat bahwa Yonadab mengikuti Yehu masuk ke kuil Baal tersebut. Ini cara Yehu untuk menunjukkan bagaimana semangatnya untuk YAHWEH (bdk. ay 16), padahal apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. ‘Semangat’ tidak berarti ‘melakukan sesuatu bertentangan dengan Firman Tuhan’.

Bdk. Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun [NIV: ‘zeal’ {= semangat}] tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.”.

d) Yehu tidak mau keliru bunuh orang.
2 Raja-Raja 10: 23: “Sesudah itu masuklah Yehu dan Yonadab bin Rekhab ke dalam rumah Baal, lalu berkatalah ia kepada orang-orang penyembah Baal di situ: ‘Periksalah dan lihatlah, supaya jangan ada di antara kamu di sini seorangpun dari hamba-hamba TUHAN, melainkan hanya orang-orang yang beribadah kepada Baal.’”.

Kata-kata Yehu dalam ay 23b ini bertujuan supaya jangan ada hamba-hamba TUHAN / pengikut YAHWEH yang ikut terbunuh.

Pulpit Commentary: “Jehu’s real object was undoubtedly to save the lives of any ‘servants of Jehovah’ who might incautiously have mixed themselves up with the Baal-worshippers, out of curiosity, or to have their share in the general holiday. That he should have thought such a thing possible or even probable indicates the general laxity of the time, and the want of any sharp line of demarcation between the adherents of the two religions.” [= Tidak diragukan lagi bahwa tujuan Yehu sebenarnya adalah menyelamatkan nyawa dari ‘pelayan-pelayan Yehovah’ yang bisa secara tidak hati-hati telah mencampurkan diri mereka dengan penyembah-penyembah Baal, karena rasa ingin tahu, atau untuk ikut ambil bagian dalam hari raya umum mereka. Bahwa ia bisa berpikir bahwa hal seperti itu bisa atau bahkan mungkin terjadi, menunjukkan kelalaian yang umum pada jaman itu, dan tidak adanya suatu garis yang tajam yang menjadi pemisah antara pengikut-pengikut dari kedua agama.] - hal 212.

4) Yehu menghancurkan kuil Baal dengan patung-patung dan tugu-tugunya.
2 Raja-Raja 10: 26-27: “(26) Mereka mengeluarkan tiang berhala rumah Baal itu, lalu dibakar. (27) Mereka merobohkan tugu berhala Baal itu, merobohkan juga rumah Baal, dan membuatnya menjadi jamban; begitulah sampai hari ini.”.

II) Kebenaran dan kesalahan tindakan Yehu.

1) Dalam persoalan tindakan membunuh seluruh keluarga Ahab, apakah Yehu benar? Pertanyaan ini bisa di jawab dengan: Ya dan tidak.

a) Tentang persoalan membunuh begitu banyak orang, itu bisa dibenarkan, karena hal itu diperintahkan oleh Tuhan (Catatan: perintah seperti itu tidak mungkin ada lagi pada jaman sekarang). Jadi pada saat itu Yehu berfungsi untuk menjadi algojo Tuhan. Karena itu tindakan Yehu ini mendapat pujian dari Tuhan.

2 Raja-Raja 10: 30: “Berfirmanlah TUHAN kepada Yehu: ‘Oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mataKu, dan telah berbuat kepada keluarga Ahab tepat seperti yang dikehendaki hatiKu, maka anak-anakmu akan duduk di atas takhta Israel sampai keturunan yang keempat.’”.

Bahkan seandainya Yehu tidak mau membunuh, ia jelas salah.
Bdk. Yeremia 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Ayat ini salah terjemahan karena kata ‘Nya’ seharusnya tidak dimulai dengan huruf besar, karena kata ini tidak menunjuk kepada Allah.

b) Tetapi tindakan Yehu juga bisa disalahkan dalam hal:

1. Penggunaan tipu muslihat / dusta yang telah dibahas di atas.

2. Motivasinya. Karena itu muncul ayat lain yang seolah-olah bertentangan dengan ay 30 tadi, yaitu Hosea 1:4 - “Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: ‘Berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel.”.

Pulpit Commentary: “These acts of his are praised; but nothing is said of his motives in doing them. They were probably to a great extent selfish.” [= Tindakan-tindakannya ini dipuji; tetapi tidak ada apapun yang dikatakan tentang motivasinya dalam melakukan hal-hal itu. Mungkin sekali hal itu dilakukan sampai tingkat keegoisan yang besar.] - hal 214.

Barnes mengatakan bahwa mungkin sekali Yehu mempunyai motivasi yang salah, dimana ia melakukan semua pembunuhan itu demi dirinya sendiri, bukan demi Tuhan ataupun untuk menggenapi nubuat Elia. Karena itu hal ini dianggap dosa oleh Tuhan.

Pulpit Commentary: “‘How could Jehu’s shedding this blood, at God’s command and in fulfilment of his will, be a sin?’ And it is rightly answered, ‘Because, if we do what is the will of God for any end of our own, for anything except God, we do in fact our own will, not God’s. It was not lawful for Jehu to depose and slay the king his master, except at the express command of God, who, as the supreme King, sets up and puts down earthly rulers as he wills. For any other end, and done otherwise that at God’s express command, such an act is sin. ... Jehu, by cleaving, against the will of God, to Jeroboam’s sin (ch. 10:29,31), which served his own political ends, showed that, in the slaughter of his master, he acted, not as he pretended, out of zeal for the will of God (ch. 10:16), but served his own will and his own ambition only. By his disobedience to the one command of God, he showed that he would have equally disobeyed the other, had it been contrary to his own will or interest. ... And so the blood which was shed according to the righteous judgment of God, became sin to him that shed it in order to fulfil, not the will of God, but his own’” [= ‘Bagaimana bisa pencurahan darah yang dilakukan Yehu atas perintah Allah dan dalam penggenapan tentang kehendakNya, bisa merupakan suatu dosa?’ Dan itu dengan benar dijawab: ‘Karena jika kita melakukan kehendak Allah untuk tujuan kita sendiri, untuk apapun kecuali Allah, kita dalam faktanya melakukan kehendak kita sendiri, bukan kehendak Allah. Tidak sah bagi Yehu untuk menurunkan dan membunuh sang raja, tuannya, kecuali karena perintah yang jelas dari Allah, yang sebagai Raja tertinggi, menegakkan dan menurunkan penguasa-penguasa duniawi sesuai kehendakNya. Untuk tujuan yang lain, dan dilakukan selain karena perintah yang jelas dari Allah, itu merupakan tindakan yang berdosa. ... Yehu, dengan berpegang, bertentangan dengan kehendak Allah, kepada dosa Yerobeam (pasal 10:29,31), yang berguna untuk tujuan politiknya sendiri, menunjukkan bahwa, dalam pembunuhan tuannya, ia bertindak, bukan sebagaimana ia berpura-pura, karena semangat untuk kehendak Allah (ay 16), tetapi melayani kehendaknya sendiri dan ambisinya sendiri saja. Oleh ketidak-taatannya kepada satu perintah Allah, ia menunjukkan bahwa ia akan secara sama tidak mentaati perintah yang lain, seandainya perintah itu bertentangan dengan kehendak atau kepentingannya sendiri. ... Dan demikianlah darah yang dicurahkan sesuai dengan penghakiman yang benar dari Allah, menjadi dosa bagi dia yang mencurahkannya untuk menggenapi, bukan kehendak Allah, tetapi kehendaknya sendiri’] - hal 189.

Penerapan: Karena itu hati-hati dalam melakukan ketaatan apapun. Pikirkan benar atau tidaknya motivasi / tujuan saudara.

Pulpit Commentary: “Jehu had shed much blood. Guilt could not be imputed to him in this, so far as he was acting under an express Divine command. He ‘delivered his soul’ (Ezek. 33:9), however, only if this Divine command furnished the actual motive of his conduct. If the Divine mandate but covered designs of selfish ambition, the stain of blood came back on him. Hence the different judgment passed on these deeds in Hos. 1:4, ‘I will avenge the blood of Jezreel upon the house of Jehu.’ In 2Kings Jehu’s act are regarded on their outward side, while in Hosea they are considered on their inner and spiritual side. His real character was made apparent by his subsequent deeds. He obeyed God only so far as he could at the same time serve himself. He would willingly have shed the same amount of blood to secure the throne for himself, had there been no Divine command at all.” [= Yehu telah mencurahkan banyak darah. Ia tidak bisa dianggap bersalah dalam hal ini, sejauh ia bertindak di bawah perintah Ilahi yang jelas. Ia ‘telah menyelamatkan nyawanya’ (Yeh 33:9), tetapi hanya jika perintah Ilahi ini diperlengkapi dengan motivasi yang sebenarnya dari tindakannya. Jika mandat Ilahi itu hanya merupakan penutup dari rencana-rencana dari ambisi yang egois, maka noda dari darah kembali kepada dia. Karena itu penghakiman yang berbeda diberikan pada tindakan-tindakan ini dalam Hos 1:4, ‘Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel’. Dalam 2Raja tindakan Yehu dipandang dari sisi luar / lahiriah, sementara dalam Hosea tindakan-tindakan itu dipandang pada sisi dalam dan rohani. Karakternya yang sebenarnya menjadi jelas oleh tindakan-tindakannya selanjutnya. Ia mentaati Allah hanya sejauh kalau hal itu pada saat yang sama melayani dirinya sendiri. Ia akan dengan sukarela mencurahkan jumlah darah yang sama untuk mengamankan takhta untuk dirinya sendiri, seandainya di sana tidak ada perintah Ilahi sama sekali.] - hal 225.

Bdk. Yesaya 10:5-7 - “(5) Celakalah Asyur, yang menjadi cambuk murkaKu dan yang menjadi tongkat amarahKu! (6) Aku akan menyuruhnya terhadap bangsa yang murtad, dan Aku akan memerintahkannya melawan umat sasaran murkaKu, untuk melakukan perampasan dan penjarahan, dan untuk menginjak-injak mereka seperti lumpur di jalan. (7) Tetapi dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya, melainkan niat hatinya ialah hendak memunahkan dan hendak melenyapkan tidak sedikit bangsa-bangsa.”.

2) Yehu salah dalam membiarkan anak lembu emasnya Yerobeam.
Kalau dalam pembunuhan terhadap keluarga Ahab, tindakan Yehu masih mempunyai sisi benar, maka di sini, tindakannya sedikitpun tidak mempunyai kebenaran apa-apa, tetapi sebaliknya salah secara mutlak.

2 Raja-Raja 10: 29,31: “(29) Hanya, Yehu tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, yakni dosa penyembahan anak-anak lembu emas yang di Betel dan yang di Dan. ... (31) Tetapi Yehu tidak tetap hidup menurut hukum TUHAN, Allah Israel, dengan segenap hatinya; ia tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.”.

Jadi, ini adalah reformasi yang tidak tuntas! Mari kita melihat apa tujuan semula dari Yerobeam sehingga mendirikan anak-anak lembu emas di Betel dan di Dan ini.
Bdk. 1Raja 12:26-30 - “(26) Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: ‘Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. (27) Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.’ (28) Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. (30) Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain.”.

Pulpit Commentary: “The calf-worship was thought to be essential to the maintenance of the divided kingdom. Abolish it, and all Israel would ‘return to the house of David’ (1Kings 12:26-30). Jehu was not prepared to risk this result. His ‘zeal for Jehovah’ did not reach so far. Thus his ‘reformation of religion’ was but a half-reformation, a partial turning to Jehovah, which brought no permanent blessing upon the nation.” [= Penyembahan lembu dianggap sebagai sesuatu yang penting sekali untuk pemeliharaan kerajaan yang terpecah itu. Hapuskanlah itu, dan semua Israel akan ‘kembali kepada keluarga Daud’ (1Raja 12:26-30). Yehu tidak siap untuk meresikokan akibat ini. ‘Semangatnya untuk Yehovah’ tidak mencapai sejauh itu. Demikianlah ‘reformasi agama’nya hanyalah setengah-reformasi, berbalik yang hanya sebagian kepada Yehovah, yang tidak membawa berkat yang menetap / permanen kepada bangsa itu.] - hal 214.

Pulpit Commentary: “there was something wanting in all Yehu’s zeal. He had not the love of God in his heart. He had indeed obeyed God’s command and fulfilled his commission in one particular direction, but the ruling motive in his actions would seem to have been personal ambition. It was no hatred of idolatry as such that caused him to destroy the worship of Baal. Perhaps it was because it was a foreign worship. It certainly was not his zeal for the pure worship of God, ...” [= ada sesuatu yang kurang dalam semangat Yehu. Ia tidak mempunyai kasih terhadap Allah dalam hatinya. Ia memang mentaati perintah Allah dan menggenapi perintahNya dalam satu arah tertentu, tetapi motivasi yang menguasai tindakan-tindakannya kelihatannya adalah ambisi pribadi. Bukan kebencian terhadap penyembahan berhala yang menyebabkan ia menghancurkan penyembahan terhadap Baal. Mungkin itu disebabkan karena hal itu adalah penyembahan yang asing / dari luar negeri. Itu pasti bukanlah semangatnya untuk penyembahan yang murni kepada Allah, ...] - hal 221.

Banyak gereja-gereja Protestan anti Kharismatik, bukan karena yakin akan kesalahannya, tetapi karena jemaatnya direbut. Terhadap golongan Liberal, mereka tenang-tenang saja.
Banyak gereja minta saya membahas Saksi Yehuwa, tetapi lagi-lagi mungkin hanya karena takut jemaatnya direbut, bukan karena benci kepada kesesatan.

III) Pahala dan hukuman Tuhan terhadap Yehu.

1) Pahala untuk Yehu sudah diceritakan dalam ay 30, yaitu anak-anaknya akan duduk sebagai raja sampai generasi keempat.
2 Raja-Raja 10: 30: “Berfirmanlah TUHAN kepada Yehu: ‘Oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mataKu, dan telah berbuat kepada keluarga Ahab tepat seperti yang dikehendaki hatiKu, maka anak-anakmu akan duduk di atas takhta Israel sampai keturunan yang keempat.’”.

Empat generasi dari anak-anak Yehu adalah: Yoahas (10:35 13:1) - Yoas (13:9-10) - Yerobeam II (13:13 14:23) - Zakharia (14:29 15:8).

2 Raja-Raja 10: 34-36: “(34) Selebihnya dari riwayat Yehu dan segala yang dilakukannya dan segala kepahlawanannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel? (35) Kemudian Yehu mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Samaria, maka Yoahas, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (36) Adapun lamanya Yehu menjadi raja atas Israel di Samaria adalah dua puluh delapan tahun.”.
Mungkin lamanya ia memerintah (28 tahun) juga merupakan pahala untuk ketaatan lahiriah yang ia lakukan dalam membasmi keluarga Ahab dan penyembahan Baal.

Matthew Henry: “God promised him a reward, that his children of the fourth generation from him should sit upon the throne of Israel. This was more than what took place in any of the dignities or royal families of that kingdom; of the house of Ahab there were indeed four kings, Omri, Ahab, Ahaziah, and Joram, but the last two were brothers, so that it reached but to the third generation, and that whole family continued but about forty-five years in all, whereas Jehu’s continued in four, besides himself, and in all about 120 years. Note, No services done for God shall go unrewarded.” [= Allah menjanjikan dia pahala, bahwa anak-anaknya dari generasi keempat dari dia akan duduk pada takhta Israel. Ini lebih dari apa yang terjadi dalam keluarga bangsawan atau raja dari kerajaan itu; dari keluarga Ahab memang ada 4 raja, Omri, Ahab, Ahazia, dan Yoram, tetapi dua yang terakhir adalah saudara, sehingga itu hanya mencapai generasi ketiga, dan bahwa seluruh keluarga berlangsung hanya sekitar 45 tahun, sementara keluarga Yehu berlanjut dalam empat generasi, selain dirinya sendiri, dan seluruhnya kira-kira 120 tahun. Perhatikanlah, tidak ada pelayanan yang dilakukan untuk Allah yang akan berlalu tanpa pahala.].

2) Hukuman bagi Yehu.
2 Raja-Raja 10: 32-33: “(32) Pada zaman itu mulailah TUHAN menggunting daerah Israel, sebab Hazael mengalahkan mereka di seluruh daerah Israel (33) di sebelah timur sungai Yordan dengan merebut seluruh tanah Gilead, tanah orang Gad, orang Ruben dan orang Manasye, mulai dari Aroer yang di tepi sungai Arnon, baik Gilead maupun Basan.”.

Sekalipun ‘pengguntingan daerah Israel’ dalam 2 Raja-Raja 10: 32 itu tidak dikatakan secara explicit sebagai hukuman Tuhan atas dosa Yehu, tetapi karena penceritaannya yang persis setelah dosa Yehu dalam ay 31, maka secara implicit itu menunjukkan hal itu.

Pulpit Commentary: “Half-heartedness punished by God as severely as actual apostasy from true religion. The temper of the Laodiceans is no uncommon one. Men may even think that they have a ‘zeal for the Lord’ (ver. 16), and yet show by their acts that it is a very half-hearted zeal - a zeal that goes a certain length, and then stops suddenly. ... Consequently, punishment falls upon him.” [= Kesetengah-hatian dihukum oleh Allah dengan sama beratnya seperti kemurtadan yang sebenarnya dari agama yang benar. Watak dari jemaat Laodikia adalah sesuatu yang umum. Orang-orang bahkan bisa berpikir bahwa mereka mempunyai ‘semangat untuk Tuhan’ (2 Raja-Raja 10: 16), tetapi menunjukkan oleh tindakan-tindakan mereka bahwa itu adalah suatu semangat yang sangat setengah hati - suatu semangat yang berjalan sampai jarak tertentu, lalu mendadak berhenti. ... Karena itu / sebagai akibatnya, hukuman datang / jatuh kepadanya.] - hal 218.

Kesimpulan / penutup.

Pada waktu kita mentaati Tuhan, marilah kita memeriksa apakah tujuan dan motivasi kita benar atau tidak, supaya jangan kita hanya mempunyai ketaatan lahiriah saja.


Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post