ARTI KATA KITA UNTUK ALLAH (KEJADIAN 1:26)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
ARTI KATA "KITA" UNTUK ALLAH (KEJADIAN 1:26)
Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

1. Kata ganti orang bentuk jamak.

Contoh: kata ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26 3:22 11:7.

Kejadian 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.

Kejadian 3:22 - “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’”.

Kejadian 11:7 - “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’”.

Ada 2 macam bantahan terhadap argumentasi ini:

a. Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi kata ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26 itu tidak mungkin diartikan seperti itu karena:

(1)Tidak mungkin Allah berunding dengan ciptaanNya / minta nasehat dari ciptaanNya, karena kalau demikian maka akan bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini.

Yesaya 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”.

Roma 11:34 - “Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.

(2)Kalau kata ‘Kita’ menunjuk kepada ‘Allah dan malaikat’, maka itu berarti bahwa:

(a)Allah adalah pencipta / creator dan malaikat adalah rekan pencipta (co creator).

(b)Manusia dicipta menurut gambar dan rupa malaikat.

Kedua kesimpulan ini jelas tidak alkitabiah.

b. Juga ada yang mengatakan bahwa bentuk jamak ini hanya merupakan ‘majestic plural’ [= bentuk jamak yang bersifat / menunjukkan keagungan].

Bahkan beberapa penafsir Kristen juga mengatakan seperti ini.

Keil & Delitzsch (tentang Kejadian 1:26): “The plural ‘We’ was regarded by the fathers and earlier theologians almost unanimously as indicative of the Trinity: modern commentators, on the contrary, regard it either as ‘pluralis majestatis;’ or as an address by God to Himself, the subject and object being identical;” [= Bentuk jamak ‘Kita’ dianggap oleh bapa-bapa gereja dan ahli-ahli theologia mula-mula hampir dengan suara bulat sebagai suatu petunjuk tentang Tritunggal: penafsir-penafsir modern, sebaliknya, menganggapnya atau sebagai ‘bentuk jamak dari keagungan’; atau sebagai suatu ucapan oleh Allah kepada diriNya sendiri, dimana subyeknya identik dengan obyeknya;].

Bob Utley (tentang Kejadian 1:26): “There has been much discussion over the PLURAL ‘us.’ Philo and Eben Ezra say it is ‘the plural of majesty,’ but this grammatical form does not occur until much later in Jewish literary history (NET Bible says it does not occur with VERBS, p. 5);” [= Di sana telah ada banyak diskusi tentang bentuk jamak ‘Kita’. Philo dan Eben Ezra mengatakan bahwa itu adalah ‘bentuk jamak dari keagungan’, tetapi bentuk gramatika ini tidak / belum muncul sampai jauh belakangan dalam sejarah literatur Yahudi (Alkitab NET mengatakan itu tidak terjadi dengan kata-kata kerja, hal 5.)] - Libronix.

Saya sama sekali tak setuju terhadap pandangan bahwa kata ganti orang ‘Kita’ menunjuk pada ‘majestic plural’, dengan alasan-alasan sebagai berikut:

(1)Kalau memang demikian, mengapa hanya sedikit ayat-ayat yang menggunakan bentuk jamak seperti ini? Dan kalau bentuk jamaknya menunjukkan keagungan, lalu bentuk tunggalnya menunjukkan ketidak-agungan?

(2)Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak itu tidak terjadi pada waktu Alkitab menceritakan raja-raja duniawi berbicara.

Perhatikan komentar Albert Barnes di bawah ini.

Barnes’ Notes (tentang Kejadian 1:26): “The plural form of the sentence raises the question, With whom took he counsel on this occasion? Was it with himself, and does he here simply use the plural of majesty? Such was not the usual style of monarchs in the ancient East. Pharaoh says, ‘I have dreamed a dream’ (Gen 41:15). Nebuchadnezzar, ‘I have dreamed’ (Dan 2:3). Darius the Mede, ‘I make a decree’ (Dan 6:26). Cyrus, ‘The Lord God of heaven hath given me all the kingdoms of the earth’ (Ezra 1:2). Darius, ‘I make a decree’ (Ezra 5:8). We have no ground, therefore, for transferring it to the style of the heavenly King.” [= Bentuk jamak dari kalimat itu menimbulkan pertanyaan, ‘Dengan siapa Ia berunding pada peristiwa ini? Apakah dengan diriNya sendiri, dan apakah Ia di sini sekedar / hanya menggunakan bentuk jamak dari keagungan? Yang seperti itu bukanlah gaya biasanya dari raja-raja di Timur kuno. Firaun berkata, ‘Aku bermimpi sebuah mimpi’ (Kejadian 41:15). Nebukadnezar, ‘Aku telah bermimpi’ (Daniel 2:3). Darius orang Media, ‘Aku membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Daniel 6:26). Koresh, ‘Tuhan Allah dari surga telah memberi aku semua kerajaan-kerajaan dari bumi’ (Ezra 1:2). Darius, ‘Aku membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Ezra 5:8). Karena itu, kita tidak mempunyai dasar untuk mentransfer / mengubah / memindahkannya pada gaya dari Raja surgawi.] - PC Study Bible versi 5.

(3)Disamping itu, kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat, yaitu dalam Yesaya 6:8.

Yesaya 6:8 - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’”.

Catatan: Dalam Yesaya 6:8 ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan! Kata ‘Aku’ itu seharusnya ‘Kami’.

NASB: “Whom shall I send and who will go for Us?” [= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?].

KJV/RSV/NIV menterjemahkan seperti NASB.

Bahwa terjemahan Alkitab bahasa Inggris ini yang benar, bisa dicek di Bible Works. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata Ibrani לָ֑נוּ (LANU) yang artinya memang ‘for us’ [= untuk Kami].

Jadi, mau ditafsirkan bagaimana ayat ini? Waktu digunakan ‘Us’ [= Kami] itu menunjukkan keagungan Allah, dan waktu digunakan ‘I’ [= Aku] itu menunjukkan ketidak-agungan Allah???

(4)Kalau kata ganti orang bentuk jamak menunjukkan keagungan Allah, apakah kata kerja bentuk jamak dan kata sifat bentuk jamak juga demikian??


Catatan: tentang penggunaan kata kerja bentuk jamak dan kata sifat bentuk jamak untuk Allah, lihat di bawah.

Calvin (tentang Kejadian 1:26): “Christians, therefore, properly contend, from this testimony, that there exists a plurality of Persons in the Godhead.” [= Karena itu, orang-orang Kristen secara benar berpendapat / menegaskan, dari kesaksian ini, bahwa di sana ada suatu kejamakan dari Pribadi-pribadi dalam diri Allah.].

Matthew Henry (tentang Kejadian 1:26): “‘Let us make man.’ The three persons of the Trinity, Father, Son, and Holy Ghost, consult about it and concur in it,” [= ‘Marilah Kita membuat manusia’. Ketiga Pribadi dari Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, berkonsultasi tentangnya dan setuju / sependapat dalam hal itu,].

Adam Clarke (tentang Kejadian 1:26): “The text tells us he was the work of ‎ELOHIM‎, the Divine Plurality, marked here more distinctly by the plural pronouns US and OUR;” [= Text ini memberitahu kita bahwa ia adalah pekerjaan dari ELOHIM, Kejamakan Ilahi, ditandai di sini secara lebih jelas oleh kata-kata ganti orang ‘Kita’ (‘Us’) dan ‘Kita’ (‘Our’)].


Kejadian 1:26a - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,”.

KJV: ‘And God said, Let us make man in our image, after our likeness:’ [= Dan Allah berkata, Marilah Kita membuat manusia dalam gambar Kita, menurut rupa Kita:].

Barnes’ Notes (tentang Kejadian 1:26): “Only a plurality of persons can justify the phrase. Hence, we are forced to conclude that the plural pronoun indicates a plurality of persons or hypostases in the Divine Being.” [= Hanya suatu kejamakan Pribadi-pribadi bisa membenarkan ungkapan itu. Maka, kita dipaksa untuk menyimpulkan bahwa kata ganti orang bentuk jamak menunjukkan suatu kejamakan pribadi-pribadi dalam Keberadaan Ilahi / Diri Allah.]. ARTI KATA KITA UNTUK ALLAH (KEJADIAN 1:26).
Next Post Previous Post