YAKOBUS 2:18-20 (3 ALASAN MENGAPA KITA HARUS MELEWATI PENDERITAAN)

Pdt. Sutjipto Subeno.
Kitab Yakobus membicarakan tentang 3 isu kehidupan praktis, yaitu: berkaitan dengan penderitaan, intelektualitas/ bijaksana/ pekerjaan, dan uang. Problema kehidupan manusia sehari-hari di tengah dunia berdosa tidaklah jauh dari 3 isu di atas. Kalau kita bisa mengatasi ketiga masalah tersebut maka kita akan hidup dengan beres dan menang.
YAKOBUS 2:18-20 (3 ALASAN MENGAPA KITA HARUS MELEWATI PENDERITAAN)
gadget, otomotif, bisnis
Berharap tidak ada penderitaan di tengah dunia berdosa merupakan kepalsuan realita. Permasalahannya adalah bagaimana kita bisa menang menghadapi berbagai penderitaan hidup, bagaimana kita bisa mengambil keputusan dengan tepat sebagaimana Tuhan mau, bagaimana mengatasi kekuatan uang/ mamon. Hari ini kita masuk ke dalam putaran ketiga dari pembahasan Yakobus, yaitu mengenai penderitaan yang akan berdampak kepada problematik iman kita. Bagaimana kita dapat beriman dengan benar ketika berhadapan dengan penderitaan?

Teologi Reformed mengajarkan bahwa keselamatan hanyalah karena iman saja. Iman bukanlah hasil dari perbuatan. Iman adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan, maka iman mendahului perbuatan. Iman merupakan bagian dasar yang memungkinkan untuk kita berbuat sesuatu. Apa yang kita imani akan turun ke dalam perbuatan. Perbuatan tidaklah menentukan iman kita.

Ada 2 aspek yang dibedakan oleh Yakobus, yaitu: melakukan proklamasi iman tanpa melakukan apapun dan memproklamasikan iman dengan aplikasi perbuatan. Yakobus kemudian membangun argumentasinya demikian: engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Doktrin itu baik dan benar! Tetapi setan juga percaya akan hal itu. Berarti setan juga mempunyai doktrin yang benar, dia mengenal Allah, tetapi perbuatannya tidak benar. Jadi doktrin yang benar, yang turun ke dalam perbuatan merupakan unsur yang penting. Kesimpulannya dalam Yakobus 2:20 yaitu: iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong.

Iman sejati haruslah keluar berupa perilaku. Apakah yang menjadi penghambat bagi seseorang yang memiliki iman yang benar tetapi tidak bisa menjalankannya dalam perbuatan yang benar? Inilah akibat dari DOSA. Dosa adalah pemberontakan terhadap kebenaran Allah. Mencuri, membunuh, memfitnah, dll merupakan perbuatan dosa, bukanlah dosa secara esensial. Pada waktu manusia melawan Allah dan kebenaran-Nya, maka manusia menjadi terpisahkan dari Tuhan dan kebenaran. 90% dari hal yang kita lakukan adalah yang kita ketahui sebagai dosa. Hal tersebut tetap kita lakukan karena kita telah memberontak dan kita mempunyai 1001 dalih untuk membenarkan hal tsb. Itulah kebusukan manusia yang terus memelintir kebenaran.

Mengapa manusia dengan sengaja melawan kebenaran? Karena manusia tidak mau mengalami penderitaan/ kesusahan. Pada waktu manusia menolak penderitaan kecil, justru dia sedang membawa dirinya memasuki penderitaan yang lebih dahsyat. Manusia yang dicipta oleh Tuhan sebagai makhluk berakal budi, tidaklah bisa lepas dari kewajiban untuk bertanggung jawab. Manusia yang berusaha lepas dari tanggung jawab justru semakin menumpuk tanggung jawab tsb dan tanggung jawab menjadi semakin besar.

Harkat/ dignitas manusia dilihat dari tanggung jawabnya di hadapan Tuhan, bagaimana dia menggarap setiap aspek yang dipercayakan Tuhan kepadanya dengan bertanggung jawab, bagaimana dia bisa menjadi berkat bagi orang lain. Status dignitas yang besar tidaklah bisa terjadi begitu saja. Potensi yang Tuhan berikan haruslah dibuktikan dalam perbuatan kita.

Orang dunia yang berputar terus dalam mengejar kepentingan maupun keinginan diri, mengakibatkan dirinya kehilangan dignitas aslinya yaitu kehidupan yang mempermuliakan Allah. Hanya sebagian orang di dunia ini yang dipilih oleh Allah untuk hidup mempermuliakan Dia. Tujuan utama Tuhan memanggil umat-Nya adalah: supaya di tengah dunia berdosa terdapat sekelompok orang yang hidupnya memikirkan kehendak Tuhan.

Mengapa orang Kristen yang sudah tahu bahwa hidupnya untuk Tuhan, dia tetap tidak bisa menjalankannya? Karena dia tidak mengerti panggilan Tuhan di dalam hidupnya, dan Tuhan dipakai untuk kepentingannya. Kekotoran inilah yang menyebabkan kekristenan tidak bisa kelihatan. Panggilan Tuhan sepertinya hilang karena kotornya kekristenan.

Pdt. Stephen Tong pernah mengatakan bahwa untuk memurnikan perak diperlukan proses pemurnian sebanyak 6 kali. Sebelum dibersihkan, perak terdapat dalam bongkahan batu bercampur dengan kotoran. Setelah proses pemurnian selesai, muncullah perak yang asli. Kekristenan baru bisa terlihat jika hajaran/ ujian tiba kepadanya. Orang yang tidak pernah mengalami penderitaan hidup adalah bukan orang Kristen. Orang yang mengikut Tuhan pasti akan mengalami aniaya. Aniaya tsb merupakan salah satu proses pemurnian. 2Timotius 3:12-13 : Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.

Pdt. Stephen Tong begitu kuat dalam menjalani padatnya jadwal pelayanan karena sejak kecil dia sudah terbiasa untuk hidup menderita. Sejak umur 15 tahun dia sudah tidak lagi bergantung pada ibunya. Sepulang sekolah dia mengajar di beberapa sekolah. Malam harinya dia masih harus memeriksa ulangan maupun tugas murid-muridnya dan dia juga harus belajar untuk dirinya sendiri. Latihan fisik yang begitu berat harus dia alami sehingga dia bisa begitu kuat pada usia tuanya.

Anak-anak yang dibiasakan hidup dalam kenyamanan dan kemudahan, tidak akan kuat ketika harus menghadapi penderitaan. Orang tua sering kali tidak memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mendapatkan anugerah penderitaan. Yakobus 1:2: Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Penderitaan itu akan mendatangkan ketekunan/ daya tahan di dalam iman. Ayah saya mengajarkan demikian: kesulitan bukan untuk ditangisi melainkan untuk dilewati.

Seorang anak yang bisa lewat dari kelas 1 Sekolah Dasar dan sudah mencapai kelas 2 SD, maka dia akan merasa bahwa pelajaran di kelas 1 Sekolah Dasar adalah mudah. Semua kesulitan yang sudah dilewati akan menjadi mudah. Orang yang tidak suka menderita tidak akan mengalami kenaikan kualitas hidup.

Mengapa kita harus melewati penderitaan? Ada 3 alasan yang dikemukakan oleh Yakobus yaitu:

1) Allah memanggil umat-Nya untuk bersaksi.

Tuhan tidak pernah memanggil umat-Nya untuk kepentingan umat-Nya atau untuk sekedar menikmati iman lalu mencapai keegoisan diri. Ketika orang Israel mengkudeta Tuhan untuk kepentingan mereka sendiri, menjadikan Tuhan sebagai milik mereka sendiri, mereka tidak pernah mau bersaksi keluar maka Tuhan membuang mereka. Orang Kristen dipanggil oleh Tuhan untuk keluar bersaksi, bagaimana dunia bisa melihat hidup mereka menyatakan Tuhan yaitu bagaimana hidup suci, benar, dan terang sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Walaupun berhadapan dengan berbagai kesulitan, kita harus tetap bersaksi.

Bersaksi adalah hal yang sederhana, misalnya: berdoa di tempat umum, melakukan hal yang benar walaupun banyak orang tidak melakukannya, ketika kebanyakan orang menyontek sedangkan kita tidak maka orang langsung menyimpulkan bahwa kita adalah orang Kristen. Jadi kita cukup hidup dengan benar seperti yang dikehendaki Allah, maka kita sudah bisa bersaksi. Menyatakan terang Tuhan tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Sayangnya kita tidak berani untuk melakukan hal-hal sederhana itu karena kita takut diserang dan takut menderita.

2) Allah ingin kita memiliki iman yang hidup.

Iman bukanlah barang yang kita beli lalu kita simpan saja. Iman sejati adalah sesuatu yang hidup, yang ditanam Tuhan di dalam hidup kita untuk menjadikan hidup kita berubah total, karena iman itulah hidup sejati. Iman itu akan mempengaruhi seluruh kehidupan kita.

Beriman berarti kita bertindak sesuatu atau menjadikan sesuatu nyata dalam hidup kita. Iman, yang adalah barang, tanpa perbuatan adalah iman yang kosong. Iman sejati haruslah terwujud dalam kehidupan. Iman yang hidup akan mengatur seluruh hidup kita. Iman bukanlah sekedar doktrin. Doktrin adalah sebuah bangunan dasar dari iman, yang harus keluar dalam bentuk tindakan asli. Kalau kita orang Kristen maka hidup kita sebagai Kristen haruslah kelihatan di sekeliling kita, karena Tuhan sudah menghidupkan kita dengan iman yang menghidupkan.

3) Tuhan ingin iman kita menjadi sebuah kesaksian.

Kesaksian memiliki 2 sisi yaitu: 1) menyatakan kemurnian identitas, 2) memurnikan kesaksian identitas Tuhan. Pdt. Stephen Tong memakai ilustrasi pemurnian perak seperti diungkapkan di atas. Perak yang murni sangatlah mengkilap sehingga bisa digunakan sebagai cermin. Setelah proses permunian/ pembakaran, barulah perak itu nyata dan disebut sebagai perak (identitas yang sesungguhnya). Setelah menjadi perak, pakailah perak tsb sebagai cermin, maka kita akan melihat muka kita di sana.

Pemurnian hidup kita bertujuan agar kita mengerti bagaimana seharusnya seorang murid Tuhan. Tidak ada orang Kristen yang sempurna, dan janganlah menuntut orang lain untuk sempurna. Yang ada adalah bagaimana orang Kristen berproses memurnikan terus hidupnya, dengan cara: Tuhan melatih kita dengan derajat yang semakin meningkat. Semakin naik tingkat hidup kita maka kita akan semakin banyak mengalami penderitaan hidup yang semakin besar. Kita harus dapat memproklamasikan di depan umum tentang siapakah diri kita dan siapakah Tuhan kita. Kita juga harus bisa menjadi reflektor illahi yang paling murni/ merefleksikan Tuhan ke tengah-tengah dunia. Biarlah kita menjadi pembawa terang.

Lalu apa yang harus kita kerjakan? 1) belajar Firman Tuhan supaya kita bisa mengerti apa yang Tuhan mau dan apa yang Tuhan tidak suka, 2) kita harus rela menyangkal diri, pikul salib, dan mengikut Yesus, 3) sadar bahwa bukan kita yang memilih Tuhan melainkan Tuhan yang memilih kita, sehingga kita harus senantiasa menjaga hidup kita yang berada di bawah otoritas Tuhan ini, dan menaklukkan diri di bawah Tuhan. Kita harus menjalani hidup ini berdasarkan pimpinan Tuhan/ apa yang Tuhan kehendaki, apa pun resikonya, 4) bertumbuh bersama dan saling menguatkan di dalam Gereja yang beres. Ketika menghadapi pencobaan, janganlah kita lari dari Tuhan.

Next Post Previous Post