DOA: SYARAT-SYARAT, MACAM-MACAM DAN SIKAP TUHAN
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Berdoa adalah berbicara kepada Tuhan. Sekalipun hal ini mungkin sekali sudah dimengerti oleh semua orang, tetapi dalam kenyataannya, ada banyak orang yang tidak menghayati definisi doa ini. Misalnya:
1) Adanya sikap tidak hormat kepada Tuhan.
Ini bisa terjadi:
a) Pada waktu dirinya sendiri berdoa.
Misalnya: ada banyak orang berdoa (biasanya doa makan) sambil menghadap TV yang suaranya tetap keras, dan doanyapun dibuat cepat-cepat karena ingin segera melanjutkan nonton TV.
b) Pada waktu orang lain berdoa.
Misalnya:
tahu ada orang sedang berdoa tetapi toh membuat ribut.
ada banyak orang sering ‘membangunkan’ orang yang sedang berdoa.
2) Pada saat memimpin persekutuan doa, banyak orang membuat doa itu menjadi ‘indah’ demi manusia yang mendengar. Kita harus ingat bahwa pada waktu berdoa kita berbicara kepada Tuhan dan bukan kepada manusia.
3) Berdoa dengan sikap munafik / tidak jujur, misalnya dengan berkata: ‘Tuhan, aku percaya bahwa Engkau pasti menyembuhkan penyakit ini’, padahal hatinya tidak percaya.
Kalau saudara bersikap munafik / berdusta pada waktu berbicara kepada manusia, mungkin itu bisa berguna, karena orang itu tidak akan tahu kemunafikan / dusta saudara. Tetapi pada waktu berdoa, saudara berbicara kepada Tuhan yang maha tahu, yang tahu seluruh isi hati / pikiran saudara. Ada gunanyakah bersikap munafik / berdusta dalam doa? Lebih baik, keluarkan / katakan apa saja yang ada di dalam hati saudara kepada Tuhan secara jujur. Dari pada berdoa: ‘Tuhan ampunilah orang yang jahat kepadaku itu, dan berkatilah dia’, padahal saudara menginginkan orang itu mati, lebih baik saudara berdoa: ‘Tuhan, sebetulnya aku benci kepada orang itu dan aku ingin Engkau membunuh dia, tetapi karena Engkau menyuruh aku mengasihi musuh dan mendoakannya, maka tolong aku mengampuni dan mengasihinya’.
4) Berdoa secara ‘otomatis’ / sekedar sebagai kebiasaan (tanpa dihayati), misalnya: doa makan.
Pada waktu menaikkan doa-doa rutin seperti ini sering orang berdoa secara otomatis, dan pikirannyapun tidak ditujukan kepada Tuhan.
II) Posisi tubuh pada waktu berdoa.
Ada yang berdoa sambil:
· berlutut.
Daniel 6:11 - “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya”.
· berdiri.
Lukas 18:11,13 - “(11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; ... (18) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.
· duduk.
1Raja-raja 19:4 - “Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ‘Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.’”.
· berjalan.
2Samuel 15:30-31 - “(30) Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut. Juga seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia masing-masing berselubung kepalanya, dan mereka mendaki sambil menangis. (31) Ketika kepada Daud dikabarkan, demikian: ‘Ahitofel ada di antara orang-orang yang bersepakat dengan Absalom,’ maka berkatalah Daud: ‘Gagalkanlah kiranya nasihat Ahitofel itu, ya TUHAN.’”.
Kesimpulan: Kitab Suci tidak menentukan posisi tubuh pada waktu berdoa. Yang penting adalah sikap hati kita.
Bdk. Yohanes 4:23-24 - “(23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.
III) Macam-macam doa.
1) Doa pujian (Matius 6:9-10).
Mat 6:9-10 - “(9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga”.
Bagian awal dari Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus ini jelas merupakan suatu pujian.
Kita bisa memuji Tuhan atas apa adanya Dia, yaitu sebagai Allah yang maha kuasa, maha mulia, maha kasih, dsb. Kita juga bisa memuji Dia atas segala berkat / kasih yang Ia limpahkan kepada kita.
2) Doa permohonan.
Ada orang yang tidak mau meminta apa-apa kepada Tuhan, dengan alasan bahwa ia berserah kepada Tuhan. Sikap apatis seperti ini adalah salah, karena Tuhan menyuruh kita meminta kepadaNya.
Yohanes 16:24 - “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.
Matius 7:7 - “‘Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.
Perhatikan bahwa dalam kedua ayat di atas, kata ‘mintalah’ merupakan suatu perintah!
Kita boleh, dan bahkan harus, meminta kepada Tuhan, baik dalam hal jasmani, maupun rohani.
Matius 6:11-13 - “(11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]”.
Matius 6:11 merupakan permintaan yang bersifat jasmani, sedangkan ay 12-13a merupakan permintaan yang bersifat rohani.
a) Dalam hal jasmani, kita boleh meminta hal-hal seperti kesehatan / kesembuhan, perlindungan, keharmonisan keluarga, uang, mobil, berkat dalam study / pekerjaan, pacar, dsb.
b) Dalam hal rohani, kita boleh meminta hal-hal seperti penyadaran dosa, pengampunan dosa, bimbingan Roh Kudus, pencerahan supaya mengerti Firman Tuhan, pengurapan dalam pelayanan, pertumbuhan iman dan hubungan dengan Tuhan, pengudusan, dsb.
3) Doa syukur (1Tesalonika 5:18 Lukas 17:11-19).
1Tesalonika 5:18 - “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.
Lukas 17:11-19 - “(11) Dalam perjalananNya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: ‘Yesus, Guru, kasihanilah kami!’ (14) Lalu Ia memandang mereka dan berkata: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.’ Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. (15) Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, (16) lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepadaNya. Orang itu adalah seorang Samaria. (17) Lalu Yesus berkata: ‘Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? (18) Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?’ (19) Lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.’”.
Banyak orang seperti 9 orang kusta itu, yang hanya rajin meminta, tetapi pada waktu doanya dikabulkan atau pada waktu menerima sesuatu yang baik dari Tuhan, tidak bersyukur kepada Tuhan.
Ada banyak hal untuk mana kita harus bersyukur, seperti:
a) Keselamatan dalam Kristus.
b) Pengampunan dosa yang Tuhan berikan dari hari ke hari.
c) Segala berkat jasmani maupun rohani yang Tuhan berikan kepada saudara.
d) Segala hal yang jelek yang tidak menimpa saudara.
Kalau saudara sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan, mungkin saudara perlu melihat orang lain yang lebih menderita dari saudara, dan bersyukurlah bahwa saudara tidak mengalami apa yang dia alami. Ada orang yang berkata: ‘Orang yang tidak mempunyai sepatu akan terus mengomel, sampai ia bertemu dengan orang yang tidak punya kaki’.
e) Segala hal yang tidak menyenangkan yang menimpa saudara, karena itu pasti membawa kebaikan bagi saudara (kalau saudara betul-betul adalah seorang anak Tuhan).
Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
4) Doa pengakuan dosa.
Matius 6:12 - “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”.
1Yohanes 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Doa pengakuan dosa ini harus dilakukan:
a) Dengan hati yang sungguh-sungguh menyesal
Mazmur 51:18-19 - “(18) Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. (19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.
b) Sesering mungkin, sedikitnya setiap hari sekali.
Mengapa? Karena sebelum dosa itu saudara akui, dosa itu menghalangi persekutuan saudara dengan Tuhan (Yesaya 59:1-2), dan ini menyebabkan saudara jatuh ke dalam dosa yang lain.
c) Secara mendetail (menyebut dosa-dosa saudara satu per satu, bukan secara umum).
Jadi, jangan berdoa ‘Tuhan ampuni semua dosaku sepanjang bulan / minggu yang lalu’, tetapi berdoalah: ‘Tuhan ampuni aku tadi berdusta kepada si A, dan ampuni juga aku tadi ngelamun di gereja, dan ampuni aku tadi mata duitan’, dsb.
Kalau saudara betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka pada waktu saudara sudah mengaku dosa dengan sungguh-sungguh, saudara harus yakin berdasarkan Firman Tuhan bahwa Tuhan sudah mengampuni dosa saudara.
1Yohanes 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Setan sering menggoda / berbisik supaya saudara tidak yakin akan pengampunan Tuhan, dengan alasan dosa saudara itu adalah dosa yang besar atau terjadi secara berulang-ulang, atau karena dosa itu dilakukan dengan sengaja, dsb. Tetapi saudara harus memilih, mau percaya kepada setan atau kepada Firman Tuhan?
5) Doa syafaat / doa untuk orang lain.
1Timotius 2:1-2 - “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan”.
1Samuel 12:23 - “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus”.
Ada banyak orang yang harus kita doakan:
a) Pemerintah (1Timotius 2:1-2).
b) Hamba Tuhan dan semua orang kudus / kristen.
Efesus 6:18-20 - “(18) dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara”.
Berhentilah memandang hamba Tuhan sebagai seorang superman rohani. Mereka adalah manusia biasa, sama seperti saudara, dan sebagai hamba Tuhan mereka lebih banyak diserang setan. Karena itu banyaklah berdoa untuk mereka.
c) Orang yang belum bertobat, supaya mereka bertobat.
Kisah Para Rasul 26:29 - “Kata Paulus: "Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.’”.
‘Menjadi sama seperti aku’ jelas maksudnya adalah ‘menjadi kristen / orang percaya’.
d) Orang sakit.
Yakobus 5:14 - “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan”.
e) Musuh.
Matius 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.
IV) Sikap Tuhan terhadap doa.
Ada beberapa kemungkinan tentang sikap Tuhan terhadap doa manusia.
1) Tuhan tidak mendengar / tidak menggubris doa itu.
Hal itu bisa terjadi, karena:
a) Orang yang berdoa itu bukan anak Allah / belum percaya kepada Yesus dengan sungguh-sungguh.
Dasarnya:
· Yoh 14:6 dan 1Tim 2:5 menunjukkan bahwa hanya melalui Yesus kita dapat datang kepada Bapa.
Yohanes 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
Orang yang belum percaya kepada Yesus, dosa-dosanya belum beres, dan dosa-dosanya itu memisahkan dia dengan Allah yang maha suci.
Yesaya 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.
· Yoh 16:23-24 menunjukkan bahwa doa harus dinaikkan ‘dalam nama Yesus’.
Yohanes 16:23-24 - “(23) Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepadaKu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. (24) Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.
Jangan berpikir bahwa ini berarti bahwa kita harus sekedar mengucapkan kata-kata ‘dalam nama Yesus’ pada akhir doa itu. Sama sekali tidak. Mengapa? Karena dalam Kitab Suci tidak pernah ada doa yang diakhiri dengan kata-kata ‘dalam nama Yesus’. Bahkan pada waktu Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, Ia tidak menggunakan kata-kata ‘dalam nama Yesus’ pada akhir dari doa itu. Kalau demikian apa arti Yohanes 16:23-24 itu? Artinya adalah: pada waktu kita berdoa, dalam pemikiran kita harus ada suatu pengertian dan kesadaran bahwa hanya karena jasa penebusan Yesuslah maka kita bisa / boleh menghadap Allah. Tanpa pengertian dan kesadaran itu doa kita tidak didengar Allah.
Bdk. Ibrani 10:19-22 - “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.
Text di atas mengatakan bahwa oleh darah Yesus kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus. Karena itu, orang yang belum percaya kepada Yesus, yang tidak mempunyai darah Yesus itu, tentu tidak bisa masuk ke dalam tempat kudus.
Text di atas juga mengatakan bahwa kita mempunyai seorang Imam Besar. Karena itu ay 22nya mengajak untuk menghadap Allah. Tetapi orang yang tidak percaya tentu tidak mempunyai Yesus sebagai Imam Besar / Pengantara, dan karena itu tentu tidak bisa menghadap Allah!
Dalam persoalan ini ada satu hal yang perlu diwaspadai: Kalau pada suatu waktu kita memegangi dosa tertentu secara sengaja / sadar, maka mungkin sekali kita takut berdoa, karena kita tahu Allah tidak akan mendengarkan doa kita. Ini adalah sesuatu yang wajar / benar. Tetapi sebaliknya, kalau kita hidup saleh, dan kita lalu berdoa dengan keyakinan bahwa doa kita pasti didengar karena kita sudah hidup saleh, maka itu salah! Bagaimanapun salehnya kita hidup, kita masih penuh dengan dosa, dan karena itu setiap saat kita harus sadar bahwa kita hanya bisa diterima oleh Allah karena jasa penebusan Kristus, bukan karena kesalehan hidup kita sendiri!
Bdk. Daniel 9:18 - “Ya Allahku, arahkanlah telingaMu dan dengarlah, bukalah mataMu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan namaMu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapanMu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayangMu yang berlimpah-limpah”.
Penerapan:
¨ Kalau saudara bukanlah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, dan saudara merasa heran mengapa doa saudara selama ini tidak dikabulkan oleh Tuhan, maka pertama-tama datanglah dan percayalah kepada Yesus!
¨ Kalau saudara adalah orang kristen dan suatu hari saudara memberikan counseling / bimbingan kepada orang yang belum percaya yang sedang mengalami kesukaran, janganlah saudara menyuruh dia berdoa. Injili dia lebih dulu dan desak dia untuk percaya kepada Yesus, baru suruh dia berdoa untuk problemnya. Beri orang itu pengertian bahwa hanya melalui Yesus orang bisa datang kepada Bapa.
Catatan: Kadang-kadang Tuhan bisa mengabulkan doa orang yang belum percaya, dengan tujuan mempertobatkan orang itu.
b) Ada dosa yang belum diakui / ditinggalkan atau bahkan dipegangi dengan sikap tegar tengkuk.
Yesaya 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.
Contoh dosa yang bisa menghalangi doa:
· tidak peduli pada teguran / nasehat Firman Tuhan.
Amsal 1:24-31 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. (29) Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, (30) tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku, (31) maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana mereka”.
Zakh 7:8-13 - “(8) Firman TUHAN datang kepada Zakharia, bunyinya: (9) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! (10) Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing.’ (11) Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar. (12) Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui rohNya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN. (13) ‘Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam”.
· ada niat jahat dalam hati.
Mazmur 66:18 - “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar”.
· ada kesombongan, khususnya kesombongan rohani.
Lukas 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Orang Farisi itu jelas merupakan orang yang sombong rohani, dan itu menyebabkan Tuhan tidak mendengarkan doanya!
· tidak mau menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
Amsal 21:13 - “Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru”.
· ada berhala / allah lain.
Yeremia 11:10-11 - “(10) Mereka sudah jatuh kembali kepada kesalahan nenek moyang mereka yang dahulu telah menolak mendengarkan firmanKu. Mereka mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya. Kaum Israel dan kaum Yehuda telah mengingkari perjanjianKu yang telah Kuikat dengan nenek moyang mereka. (11) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mendatangkan ke atas mereka malapetaka yang tidak dapat mereka hindari, dan apabila mereka berseru-seru kepadaKu, maka Aku tidak akan mendengarkan mereka”.
Jangan terlalu cepat mengatakan bahwa saudara tidak mempunyai berhala / allah lain. Saudara mungkin memang tidak menyembah patung berhala / dewa, tetapi kalau saudara mempunyai sesuatu / seseorang yang saudara cintai / utamakan lebih dari Allah, itu sudah merupakan berhala / allah lain dalam kehidupan saudara.
2) Tuhan mendengar doa itu, tetapi tidak mengabulkannya.
Ini berbeda dengan yang no 1 di atas. Yang no 1 di atas, doanya tidak digubris; sedangkan yang no 2 ini, doanya didengar, tetapi tidak dikabulkan.
Illustrasi: Kalau anak tetangga minta sesuatu kepada saudara, saudara mungkin sekali tidak menggubrisnya, karena anak itu bukan anak saudara. Tetapi kalau anak saudara minta sesuatu yang kurang baik kepada saudara, saudara mendengarnya, tetapi tidak mengabulkannya.
Tuhan bisa tidak mengabulkan doa kita karena:
a) Apa yang kita minta itu tidak baik dalam pandangan Tuhan.
Matius 7:7-11 - “(7) ‘Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. (8) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (9) Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, (10) atau memberi ular, jika ia meminta ikan? (11) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.’”.
Jangan pernah berpikir bahwa apapun yang saudara doakan / minta, asal saudara beriman dan tekun, pasti akan dikabulkan. Pandangan seperti ini sangat populer pada jaman ini, dan seringkali didasarkan pada Mat 7:7-8, tetapi ini merupakan pandangan yang salah! Mat 7:7-8 tidak boleh ditafsirkan tanpa memperhatikan Mat 7:11nya! Dan Matius 7:11 dengan jelas menunjukkan bahwa Tuhan hanya mengabulkan doa kita kalau permintaan kita itu baik, dan yang dimaksud dengan ‘baik’ tentu ‘baik dalam pandanganNya’. Dan ingat bahwa Tuhan mempunyai pemikiran yang jauh lebih tinggi / sangat berbeda dari pemikiran kita.
Yesaya 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu”.
Karena itu, bisa saja apa yang ‘baik’ dalam pandangan kita adalah ‘tidak baik’ dalam pandangan Tuhan. Bandingkan dengan 2Kor 12:7-10 dimana doa Pauluspun ditolak oleh Tuhan karena dianggap tidak baik.
2Korintus 12:7-10 - “(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”.
b) Doa itu tidak sesuai dengan kehendak / rencana Tuhan.
1Yohanes 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.
Matius 20:20-23 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ (22) Tetapi Yesus menjawab, kataNya: ‘Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Kami dapat.’ (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’”.
Jadi, doa tidak mungkin dikabulkan, kalau doa itu bertentangan / tidak sesuai dengan kehendak / rencana Allah. Bahkan doa Yesus yang tidak sesuai kehendak / rencana Allah tidak dikabulkan.
Matius 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.
Jelas bahwa akhirnya Yesus ‘meminum cawan itu’ karena memang bukan kehendak / rencana Bapa bahwa cawan itu disingkirkan. Sebaliknya, Bapa menghendaki / merencanakan bahwa Yesus meminum, cawan itu.
Yohanes 18:11 - “Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’”.
c) Doa itu hanya untuk memuaskan nafsu kita.
Yakobus 4:3 - “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”.
3) Tuhan mendengar doa itu, tetapi menunda pengabulannya.
Ini bisa terjadi karena:
a) Waktu Tuhan belum tiba, atau, karena Tuhan punya rencana dengan penundaan itu.
Contoh:
· Yusuf dalam Kejadian 40:1-41:45.
Sekalipun tidak dikatakan bahwa Yusuf berdoa supaya Tuhan membebaskannya dari penjara itu, tetapi jelas bahwa ia berdoa. Tetapi ternyata pembebasannya tertunda sampai 2 tahun. Tetapi dari penundaan itu muncul hal yang luar biasa, yaitu Yusuf menafsirkan mimpi Firaun sehingga akhirnya ia menjadi orang ke dua di seluruh Mesir.
· Maria dan Marta dalam Yoh 11:3-6.
Yohanes 11:3-6 - “(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.’ (4) Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: ‘Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.’ (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. (6) Namun setelah didengarNya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada”.
Yesus sengaja berlama-lama / tinggal 2 hari lagi, sehingga pada saat Ia sampai di sana, Lazarus sudah 4 hari mati. Seandainya Yesus langsung pergi, yang terjadi mungkin hanya penyembuhan orang sakit, tetapi dengan Yesus menunda, yang terjadi adalah pembangkitan orang mati. Dan ini bisa menjadi batu loncatan bagi Yesus untuk mengajarkan Yoh 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.
b) Tuhan mau menguji ketekunan kita.
Lukas 18:1-8 - “(1) Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. (2) KataNya: ‘Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. (3) Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. (4) Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, (5) namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.’ (6) Kata Tuhan: ‘Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! (7) Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (8) Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?’”.
Perumpamaan ini dimaksudkan untuk mengajar kita supaya tekun dalam berdoa.
c) Adanya ‘sabotase’ dari setan (Daniel 10:1-14).
Dan 10:1-14 - “(1) Pada tahun ketiga pemerintahan Koresh, raja orang Persia, suatu firman dinyatakan kepada Daniel yang diberi nama Beltsazar; firman itu benar dan mengenai kesusahan yang besar. Maka dicamkannyalah firman itu dan diperhatikannyalah penglihatan itu. (2) Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh: (3) makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh. (4) Pada hari kedua puluh empat bulan pertama, ketika aku ada di tepi sungai besar, yakni sungai Tigris, (5) kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas. (6) Tubuhnya seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti gaduh orang banyak. (7) Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi; (8) demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (9) Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah. (10) Tetapi ada suatu tangan menyentuh aku dan membuat aku bangun sambil bertumpu pada lutut dan tanganku. (11) Katanya kepadaku: ‘Daniel, engkau orang yang dikasihi, camkanlah firman yang kukatakan kepadamu, dan berdirilah pada kakimu, sebab sekarang aku diutus kepadamu.’ Ketika hal ini dikatakannya kepadaku, berdirilah aku dengan gemetar. (12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. (13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. (14) Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’”.
Dari ay 12 terlihat bahwa doa Daniel itu sebetulnya langsung dijawab. Tetapi dari ay 13 kita melihat bahwa akhirnya doa itu tertunda pengabulan / jawabannya, karena adanya ‘pemimpin kerajaan / raja-raja orang Persia’ yang menghalangi jawaban doa tersebut. Memang ada pertentangan tentang siapa yang dimaksud dengan istilah ‘pemimpin kerajaan / raja-raja orang Persia’ dalam ay 13 itu. Tetapi saya menganggap bahwa ini menunjuk kepada setan. Baru setelah Mikhael datang dan menghadapinya, maka doa Daniel bisa dijawab.
Tetapi tentu saja sabotase setan seperti ini hanya bisa terjadi kalau Tuhan mengijinkan hal itu.
4) Tuhan mendengar doa itu dan langsung mengabulkannya.
Contoh: 1Raja-Raja 18:36-38 - “(36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hambaMu dan bahwa atas firmanMulah aku melakukan segala perkara ini. (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.’ (38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya”.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan tentang pengabulan doa.
a) Doa setiap orang kristen bisa dikabulkan.
Ada banyak orang kristen yang senang didoakan oleh hamba Tuhan, karena mereka mempunyai pemikiran bahwa doa pendeta itu lebih manjur, lebih didengar / dikabulkan oleh Tuhan. Ini adalah pemikiran yang salah! Setiap orang kristen yang sejati doanya bisa didengar / dikabulkan oleh Tuhan. Karena itu, sekalipun orang kristen boleh saja meminta pendeta untuk mendoakannya, tetapi orang kristen tidak boleh bergantung pada doa pendeta. Ia juga harus berdoa sendiri.
b) Bukan hanya Tuhan yang bisa mengabulkan doa; setan juga bisa.
Karena itu jangan terlalu heran kalau ada orang yang berdoa secara salah, misalnya tanpa melalui Kristus, atau menujukannya kepada Maria / orang suci, dan bahkan patung berhala, tetapi doanya dikabulkan. Setan mengabulkan doa supaya orang yang berdoa itu mengira bahwa ia ada di dalam jalan yang benar dan terus berdoa dengan cara yang salah!
Ingat! Apakah Tuhan menjawab doa kita dengan ‘tidak’, tunggu’, atau ‘ya’, semuanya adalah untuk kebaikan kita.
Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
V) Syarat-syarat doa yang baik.
1) Kita harus mempunyai hubungan / persekutuan yang baik dengan Tuhan.
Yohanes 15:1-7 - “(1) ‘Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya. (2) Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah. (3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. (4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (6) Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. (7) Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”.
Ada banyak orang kristen yang hanya berdoa kalau ada kesukaran. Mereka memperlakukan Tuhan seperti ban serep. Ban serep tidak digubris, sampai pemiliknya kegembosan ban. Demikian juga Tuhan sering tidak digubris sampai kesukaran yang hebat datang. Tetapi ini tentu tidak pada tempatnya. Kita harus mempunyai persekutuan yang baik dengan Tuhan, yaitu dengan berdoa dan membaca Firman Tuhan setiap hari. Juga, karena dosa merusak persekutuan kita dengan Tuhan, maka dosa harus dibuang.
2) Kita harus berdoa dengan tujuan supaya Tuhan dipermuliakan.
1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Ayat ini menunjukkan bahwa kemuliaan Tuhan harus menjadi tujuan dari setiap tindakan kita, bahkan tindakan sehari-hari yang remeh, seperti makan dan minum, apalagi tindakan-tindakan lain seperti berbakti, memberi persembahan, belajar Firman Tuhan, melayani, memberitakan Injil, dan berdoa.
Jangan berdoa hanya demi kepentingan diri saudara sendiri dan keluarga saudara. Berdoalah demi kemuliaan Tuhan, misalnya dengan minta supaya diri saudara bisa lebih dikuduskan, dan bisa melayani Tuhan sesuai kehendak Tuhan, atau supaya bisa membawa banyak jiwa datang kepada Tuhan. Juga berdoalah untuk gereja, hamba Tuhan, dsb, bukan demi kepentingan mereka sendiri, tetapi lagi-lagi supaya Tuhan dipermuliakan.
Doa untuk sesuatu yang kelihatannya bersifat jasmani sekalipun, bisa dilakukan untuk kemuliaan Tuhan. Misalnya kalau saudara berdoa meminta mobil. Saudara memang bisa minta mobil supaya bisa bersenang-senang dengan mobil itu. Ini motivasi yang egois. Tetapi saudara juga bisa minta mobil, dengan motivasi supaya mobil itu bisa digunakan untuk melayani Tuhan. Ini doa untuk kemuliaan Tuhan.
3) Kita harus berdoa sesuai dengan Firman Tuhan.
Firman Tuhan memang merupakan pedoman dalam hidup kita.
Mazmur 119:105 - “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”.
Itu jelas juga berarti bahwa Firman Tuhan merupakan pedoman dalam kehidupan doa kita. Jadi, doa tidak bisa dipisahkan dari Firman Tuhan! Orang yang banyak mengerti Firman Tuhan akan bisa berdoa dengan lebih baik, dan sebaliknya, orang yang pengertian Firman TuhanNya kacau, pasti juga akan kacau doanya.
Contoh doa yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan:
· kalau saudara berdoa supaya Tuhan membunuh orang yang saudara benci; ini tentu merupakan doa yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
· kalau saudara berdoa supaya setan tidak menggoda saudara, dan supaya setan diusir dan bahkan dibuang ke neraka. Ini juga tidak sesuai dengan Firman Tuhan, dan tidak akan dikabulkan. Firman Tuhan berkata bahwa setan baru akan dibuang ke neraka pada akhir jaman (Wah 20:7-10), dan sebelum saat itu ia masih diberi kebebasan untuk menggoda kita. Karena itu saya berpendapat bahwa sia-sialah orang yang berdoa menengking setan dari ruang kebaktian!
4) Berikan waktu yang cukup untuk berdoa, jangan berdoa dengan tergesa-gesa.
Markus 1:35 - “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana”.
Yesus melakukan hal ini bukan hanya untuk mencari suasana yang sunyi / sepi, tetapi juga supaya Ia mempunyai waktu yang cukup untuk bersekutu dengan BapaNya. Dan ini harus kita teladani. Acara TV pada malam hari bisa merusak doa pagi, karena kalau saudara terlambat tidur, saudara mungkin sekali juga akan terlambat bangun, sehingga saudara akan berdoa dengan tergesa-gesa. Dalam keadaan tergesa-gesa, tidak mungkin saudara bisa berdoa dengan baik.
5) Kita harus berdoa dengan sungguh-sunguh, artinya kita betul-betul mengharapkan jawaban atas doa kita itu.
Lukas 22:44 - “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. PeluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”.
Kesungguhan Yesus dalam berdoa di sini juga merupakan sesuatu yang harus kita teladani. Jangan berdoa dengan sikap acuh tak acuh, atau dengan sikap ‘dijawab baik, tidak dijawab ya sudah’. Misalnya:
· kalau saudara berdoa untuk pertobatan seseorang. Kalau dalam hati saudara, saudara tidak sungguh-sungguh mengharapkan pertobatan orang itu, karena saudara sebetlnya tidak mengasihi orang itu, maka mungkin tidak ada gunanya saudara berdoa.
· kalau saudara berdoa untuk gereja, pendeta, dsb. Apakah saudara sungguh-sungguh menginginkan Tuhan menjawab doa saudara?
6) Kita harus berdoa dengan iman.
Markus 11:23-24 - “(23) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. (24) Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”.
Ingat bahwa iman adalah keyakinan yang didasarkan pada Firman Tuhan (Kejadian 15:6 Roma 10:17). Kalau ada janji Tuhan untuk memberikan apa yang saudara doakan itu, maka saudara bisa berdoa dengan iman.
Misalnya:
· saudara sudah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan sekarang saudara minta supaya Tuhan mencukupi kebutuhan saudara. Dalam hal ini saudara bisa beriman, karena Firman Tuhan memang menjanjikan hal itu.
Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.
· saudara sedang mengalami kesukaran, dan saudara minta hikmat Tuhan untuk menghadapi kesukaran itu.
Yakobus 1:2-8 - “(2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. (4) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. (5) Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya. (6) Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. (7) Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. (8) Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya”.
Text di atas ini tidak berlaku untuk setiap doa! Kontextnya menunjukkan bahwa ini hanya berlaku untuk doa minta hikmat untuk menghadapi kesukaran. Dalam hal ini ada janji Tuhan bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan doa itu. Jadi, kita bisa berdoa dengan iman.
· saudara jatuh ke dalam dosa, dan menyesalinya / mengakuinya kepada Tuhan, dan minta ampun atas dosa itu.
1Yohanes 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Ayat ini menjanjikan pengampunan dosa untuk orang yang menyesali / mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan (tentu saya dengan syarat ia adalah anak Tuhan yang sejati). Jadi, kalau saudara menaikkan doa pengakuan dosa, saudara bisa berdoa dengan iman, berdasarkan janji Tuhan di sini.
Orang yang yakin tanpa dasar Firman Tuhan, tidak bisa disebut sebagai beriman. Dalam hal-hal yang tidak ada dasar Kitab Sucinya (tak ada janji Tuhan untuk memberikan hal itu) kita tetap boleh berdoa, tetapi tentu kita tidak bisa yakin bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita. Paling-paling kita bisa yakin bahwa Allah bisa mengabulkan doa kita.
Bdk. Daniel 3:16-18 - “(16) Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: ‘Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. (17) Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.’”.
Ay 17 dalam Kitab Suci Indonesia ini salah terjemahan. Terjemahan Kitab Suci Indonesia menunjukkan bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak yakin bahwa Allah bisa melepaskan mereka dari api yang menyala-nyala itu. Bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘(17) If it be so, our God whom we serve is able to deliver us from the burning fiery furnace, and he will deliver us out of thine hand, O king. (18) But if not, be it known unto thee, O king, that we will not serve thy gods, nor worship the golden image which thou hast set up’ [= (17) Jika demikian, Allah kita yang kami layani / sembah mampu melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala, dan Ia akan melepaskan kami dari tanganmu, ya raja. (18) Tetapi jika tidak, hendaklah engkau mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan melayani / menyembah allah-allahmu, ataupun menyembah patung emas yang telah engkau dirikan].
Jadi, ay 17 sebetulnya menunjukkan bahwa mereka yakin kalau Allah mampu untuk menolong mereka. Tetapi kalau saudara membaca ay 18nya terlihat dengan jelas bahwa mereka tidak yakin bahwa Allah mau menolong mereka. Mengapa? Karena Allah memang tidak pernah memberikan janji bahwa Ia pasti akan menolong anak-anakNya dalam situasi seperti itu. Karena itu ada banyak anak-anak Tuhan yang dibiarkan mati syahid dalam keadaan seperti itu. Misalnya: Yohanes Pembaptis, rasul Yakobus, nabi Yesaya.
7) Kita harus berdoa menggunakan otak / pikiran, bukan hanya perasaan atau asal ngomong.
1Kor 14:14-15a - “(14) Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. (15a) Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku”.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki kita menggunakan otak / pikiran kita dalam berdoa. Misalnya kita harus berdoa untuk seseorang yang sedang sakit, maka kita harus memikirkan apa kebutuhan orang itu. Dokter yang baik? Obat? Diagnose yang tepat? Uang? Iman yang teguh dalam kesukaran? Setelah memikirkan apa kebutuhannya, baru kita mendoakan hal-hal itu.
VI) Doa dan puasa.
Banyak orang berpendapat bahwa doa yang disertai puasa, lebih berkuasa / lebih dijawab oleh Tuhan. Tetapi menurut saya ini tidak benar dan tidak mempunyai dasar Kitab Suci yang jelas! Memang, dalam Kitab Suci ada orang yang berdoa sambil berpuasa dan doanya lalu dikabulkan (2Taw 20:3,4,14-17 Ezra 8:21-23). Tetapi, ada juga yang berdoa sambil berpuasa, tetapi doanya tetap ditolak oleh Tuhan (2Sam 12:16,18,21-23). Dan banyak orang yang berdoa tanpa puasa, tetapi doanya dikabulkan oleh Tuhan (Lukas 1:7,13 Kisah Para Rasul 4:29,31).
VII) Doa-doa yang salah.
1) Doa versi Dr. Paul Yonggi Cho.
Dalam bukunya yang berjudul ‘Dimensi ke empat’, dan juga dalam buku-bukunya yang lain, dan dalam khotbah-khotbahnya, Dr. Paul Yonggi Cho dari Korea mengajarkan suatu doa dimana kita harus membayangkan bahwa apa yang kita doakan itu betul-betul terjadi. Dan dari tindakan membayangkan ini akan muncul kekuatan dimensi ke 4 yang menyebabkan apa yang kita bayangkan itu lalu menjadi kenyataan.
Dr. Paul Yonggi Cho mengatakan bahwa dalam Kejadian 15:5-6 Abram / Abraham lalu memandang bintang-bintang di langit, dan pada waktu ia memandang bintang-bintang itu, maka ia membayangkan bahwa bintang-bintang itu berubah menjadi kepala-kepala bayi (entah dari mana ia mendapatkan ide tolol ini!). Berdasarkan hal ini, Dr. Paul Yonggi Cho mengatakan bahwa supaya kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan atau doakan, maka kita harus membayangkannya. Inilah yang ia sebut dengan kekuatan dimensi ke 4!
Saya berpendapat bahwa ini adalah ajaran yang salah yang sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci, karena dalam ayat-ayat Kitab Sucinya Abram sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa bintang-bintang itu berubah menjadi kepala-kepala bayi! Baca sendiri ayatnya untuk melihat mana yang benar.
Kejadian 15:5-6 - “(5) Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: ‘Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.’ Maka firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (6) Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”.
2) Doa dengan bahasa Roh.
1Kor 14:14-15a - “(14) Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. (15a) Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku”.
Saya percaya bahwa bahasa Roh itu ada, tetapi saya sama sekali tidak percaya pada doa dengan bahasa Roh! Ayat ini jelas melarang hal itu!
Alasan lain yang menyebabkan saya menentang doa dengan bahasa Roh adalah: bahasa Roh seharusnya berisi berita dari Allah untuk manusia, dan bukannya berita dari manusia kepada Allah. Dasar Kitab Sucinya:
a) Dalam Kisah Para Rasul 2:4,11 dikatakan bahwa pada waktu rasul-rasul berbahasa Roh pada hari Pentakosta, mereka menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah.
Kisah Para Rasul 2:4,11 - “(4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. ... (11) baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.’”.
Jelas bahwa ini mencakup salib dan kebangkitan Yesus, dan semua ini jelas merupakan berita dari Allah untuk manusia.
b) 1Korintus 14:5 - “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun”.
Dalam 1Kor 14:5 ini dikatakan bahwa nubuat lebih berharga dari bahasa Roh, tetapi lalu dilanjutkan dengan kata-kata ‘kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga jemaat dapat dibangun’. Ini menunjukkan bahwa bahasa Roh yang ditafsirkan / diterjemahkan menjadi seperti nubuat (membangun jemaat). Jadi jelas bahwa isinya juga seperti nubuat, yaitu berita dari Allah untuk manusia.
c) 1Korintus 14:6 - “Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?”.
Dalam 1Korintus 14:6 ini dikatakan bahwa bahasa Roh seharusnya berisikan ‘penyataan Allah’ (Inggris: ‘God’s revelation’), ‘pengetahuan’, ‘nubuat’, ‘pengajaran’. Kalau tidak, itu tidak ada gunanya. Semua hal-hal itu jelas berisikan berita dari Allah untuk manusia.
d) 1Kor 14:13,27,28 menunjukkan bahwa bahasa Roh harus disertai penafsiran / penterjemahan.
1Korintus 14:13,27-28 - “(13) Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. ... (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.
Keharusan adanya penterjemahan ini jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau ditujukan kepada Allah, apa gunanya penterjemahan?
e) Kisah Para Rasul 10:46 - “sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah”.
Dalam Kisah Para Rasul 10:46 istilah ‘memuliakan Allah’ tidak menunjukkan bahwa mereka memuji Tuhan, tetapi bisa diartikan seperti dalam Kisah Para Rasul 2:11, di-mana mereka menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Ini lagi-lagi merupakan berita dari Allah bagi manusia.
f) 1Korintus 14:2 - “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia”.
Katab ‘hal-hal yang rahasia’ sering ditafsirkan sebagai hal-hal yang tidak dimengerti siapapun. Tetapi apakah memang demikian arti dari kata ‘rahasia’ itu?
Kata ‘rahasia’ ini dalam bahasa Inggris diterjemahkan mystery; dan dalam bahasa Yunani digunakan kata Yunani MUSTERION. Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani MUSTERION itu hanya dipakai dalam ayat-ayat di bawah ini:
Matius 13:11 / Markus 4:11 / Lukas 8:10.
Roma 11:25 Roma 16:25.
1Korintus 2:7 4:1 13:2 14:2 15:51.
Efesus 1:9 3:3,4,9 5:32 6:19.
Kolose 1:26-27 2:2 4:3.
2Tesalonika 2:7.
1Timotius 3:9,16.
Wahyu 1:20 10:7 17:5-7.
Bacalah semua ayat-ayat itu dan periksalah apa arti dari kata ‘rahasia’ itu. Dengan 2Tes 2:7 sebagai perkecualian, jelas semua ayat-ayat yang lain menunjukkan bahwa ‘rahasia’ itu:
¨ Bukanlah sesuatu yang tersembunyi yang tidak diketahui orang.
¨ Adalah kebenaran Allah / Injil yang dulunya tersembunyi, tetapi yang sekarang sudah dinyatakan oleh Allah.
Jadi, jelaslah bahwa kata ‘rahasia’ dalam 1Korintus 14:2 tidak berarti bahwa itu adalah bahasa malaikat yang tidak dimengerti oleh seorangpun, tetapi menunjuk pada kebenaran ilahi / Injil. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa bahasa Roh berisikan berita dari Allah untuk manusia.
Kesimpulan: kalau bahasa Roh harus berisi berita dari Allah untuk manusia, maka jelas bahwa berdoa dalam bahasa Roh adalah sesuatu yang mustahil, karena doa berisikan berita dari manusia kepada Allah.
3) Doa bersuara, dimana semua orang membuka suara sendiri-sendiri.
Doa seperti ini banyak terdapat dalam kalangan gereja-gereja Tionghoa. Konon kabarnya cara persekutuan doa seperti ini dibawa ke Indonesia oleh Andrew Gee, pendiri dari SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara), Malang.
Ada ayat yang seolah-olah mendukung praktek persekutuan doa seperti ini, yaitu Kisah Para Rasul 4:24 - “Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya”.
Dalam Kisah Para Rasul 4:24 ini dikatakan bahwa mereka ‘berseru bersama-sama’, dan ini dijadikan pembelaan dari cara persekutuan doa ini. Tetapi kalau kita mau berpikir secara logis, jelas merupakan sesuatu yang tidak masuk akal bahwa orang-orang ini bisa bersama-sama secara serempak mengucapkan doa yang seragam!
Lalu mengapa bisa terjadi peristiwa seperti dalam Kisah Para Rasul 4:24 ini? Karena adanya salah terjemahan! Kesalahan terjemahan dalam ayat ini bukan hanya terjadi dalam Kitab Suci Indonesia, tetapi juga pada RSV/NIV.
NIV/RSV: ‘they raised / lifted their voices together’ (= mereka menaikkan suara mereka bersama-sama).
Kata yang diterjemahkan ‘bersama-sama’ dalam bahasa Yunani adalah HOMOTHUMADON.
a) Kata ini digunakan dalam Kisah Para Rasul 1:14 2:46 4:24 5:12 15:25 dan Roma 15:6 untuk menunjuk pada kesatuan / kesehatian orang percaya.
b) Kata ini juga digunakan dalam Kisah Para Rasul 7:57 18:12 19:29 untuk menunjuk pada kesatuan orang kafir dalam menentang gereja.
c) Terjemahan seharusnya dari kata Yunani ini adalah ‘with one accord’ [= dengan suara bulat, seia sekata]. Ini terjemahan yang diambil oleh KJV, NKJV, ASV, dan NASB. Dan ini tidak menunjukkan bahwa setiap orang membuka suara berdoa sendiri-sendiri. Tetapi menunjuk pada doa yang sesuai dengan tradisi Alkitab, dimana hanya satu orang memimpin doa dengan suara keras, dan yang lain mendengarkan, dan mengaminkan, sehingga doa satu orang itu menjadi doa dari mereka semua (bandingkan dengan komentar Calvin tentang 1Korintus 14:16 di bawah).
Keberatan saya terhadap cara persekutuan doa seperti ini adalah sebagai berikut:
1. Ini sebetulnya bukan merupakan persekutuan doa, karena setiap orang berdoa sendiri-sendiri. Biarpun topiknya ditentukan, tetap setiap orang berdoa dengan kata-kata yang berbeda, dan bahkan bisa meminta hal-hal yang berbeda. Misalnya semua diminta mendoakan si A, maka bisa saja orang yang satu mendoakan kesehatannya, orang yang lain mendoakan kerohaniannya. Kalaupun topiknya dipersempit, misalnya dengan meminta semua orang mendoakan kesehatan si A, bisa saja orang yang satu mendoakan dokter yang merawat si A, sedangkan orang lain mendoakan keuangan si A untuk membayar pengobatannya, dan sebagainya.
2. Tradisi Alkitab dalam melakukan persekutuan doa adalah hanya satu orang berdoa dengan suara keras sedangkan yang lain mengaminkan dalam hati.
1Korintus 14:14-17 - “(14) Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. (15) Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku. (16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya”.
1Korintus 14:16 ini melarang orang memimpin doa pengucapan syukur dalam kebaktian dengan menggunakan bahasa roh, karena pendengar, yang tentu saja tidak mengerti doa itu, tidak bisa mengaminkan doa itu. Dari ayat ini terlihat suatu prinsip dalam persekutuan doa, yaitu, hanya satu orang berdoa dengan suara keras, dan yang lain mendengarkan dan ikut mengaminkan (tindakan mengaminkan ini cukup dilakukan dalam hati, bukan dengan suara keras supaya tidak menganggu konsentrasi orang lain). Supaya saudara tidak menganggap bahwa ini sekedar merupakan tafsiran saya, saya berikan tafsiran / komentar Calvin tentang 1Korintus 14:16 ini, dimana ia berkata:
“Paul’s expression, however, intimates, that some one of the ministers uttered or pronounced prayers in a distinct voice, and that the whole assembly followed in their minds the words of that one person, until he had come to a close, and they all said Amen - to intimate, that the prayer offered up by that one person was that of all of them in common” [= Ungkapan Paulus menunjukkan bahwa salah seorang pendeta menaikkan doa dengan suara yang jelas dan seluruh jemaat mengikuti dalam pikiran mereka kata-kata dari orang itu, sampai ia selesai, dan mereka semua berkata Amin - untuk menunjukkan bahwa doa yang dinaikkan oleh satu orang itu adalah doa mereka semua] - hal 448.
Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:
· 1Taw 16:7-36.
Dalam ay 7 ditunjukkan bahwa beberapa orang memimpin nyanyian (dalam menyanyi bisa saja beberapa orang menyanyi bersama-sama, karena kata-katanya sama, tetapi dalam berdoa tidak!); nyanyian itu ada dalam ay 8-36a, lalu pada ay 36b jemaat mengucapkan ‘amin’.
· Mazmur 106:1-48.
Sekalipun tidak disebutkan secara explicit, tetapi dari kata-kata dalam mazmur ini terlihat bahwa itu adalah suatu doa. Pada ay 48b (pada akhir dari doa itu) maka semua jemaat mengucapkan ‘amin’.
· Ulangan 27:14-26.
Ini adalah pembacaan Firman Tuhan / ayat Kitab Suci. Beberapa orang membacakannya (ay 14), dan setiap ayat ditutup dengan ‘amin’ oleh seluruh jemaat.
3. Ada banyak orang yang tidak bisa berkonsentrasi dengan cara berdoa seperti ini, karena suasana yang ribut / kacau. Kalau saudara bisa berkonsentrasi dengan cara doa seperti ini, jangan menganggap semua orang pasti bisa seperti saudara.
Kalau ada orang yang berkata sebaliknya, yaitu bahwa dengan cara berdoa seperti tradisi Alkitab itu mereka justru tidak bisa berkonsetrasi, maka saya menjawab: kalau mereka tidak bisa berkonsentrasi dengan cara yang diberikan oleh Alkitab, maka pasti ada sesuatu yang salah dalam diri mereka!
Tetapi saya juga memberi catatan, bahwa kalau kita menggunakan tradisi Alkitab, maka kita harus memilih pemimpin doa yang baik, yang bisa berdoa dengan terarah, jelas, dan bersuara cukup keras untuk bisa didengar oleh semua orang yang hadir.
4. Kitab Suci melarang terjadinya kekacauan seperti ini dalam kebaktian.
1Kor 14:26-33,39-40 - “(26) Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi--baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. ... (39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur”.
Ay 33,40 maksudnya melarang kekacauan dalam kebaktian. Dan kekacauan itu bisa berupa kekacauan karena penggunaan bahasa Roh yang salah (ay 27-28), ataupun penggunaan nubuat yang salah (ay 29-32).
Kalau berbahasa Roh bersama-sama, dan juga bernubuat bersama-sama, dianggap sebagai kekacauan, apa alasannya sehingga kalau setiap orang berdoa sampil membuka suara sendiri-sendiri tidak dianggap sebagai suatu kekacauan?
4) Doa diiringi musik.
Pada jaman ini, praktek ini dilakukan di hampir semua gereja, padahal tidak ada dasar Kitab Sucinya. Tetapi apa alasan untuk menyalahkan praktek ini?
a) Berdoa harus dilakukan dalam ketenangan (Mark 1:35) supaya memudahkan konsentrasi.
Markus 1:35 - “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana”.
Musik yang dimainkan pada saat kita berdoa akan mengganggu konsentrasi kita. Kalau saudara berkata bahwa saudara tidak terganggu konsentrasinya, maka saya ingin bertanya: apakah pada saat itu saudara mendengarkan musik itu? Kalau ya, berarti konsentrasi pasti terpecah; kalau tidak, lalu untuk apa musiknya dimainkan?
b) Pemain musiknya tidak bisa ikut berdoa, padahal bukankah ia seharusnya juga ikut berdoa?
5) Doa dan nyanyi bersama-sama.
Ada chairman yang memerintahkan supaya sebagian jemaat berdoa dan sebagian yang lain menyanyi. Kegilaan ini harus ditentang dengan alasan yang sama seperti no 4 di atas.
6) Doa dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Doa seperti ini, sekalipun kelihatannya indah, tetapi bertentangan dengan ajaran Yesus yang menyuruh kita berdoa dalam namaNya (dalam nama Yesus).
Yohanes 14:13-14 - “(13) dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. (14) Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.’”.
7) Doa dalam acara TV, dimana tumpukan kertas permohonan doa, didoakan sambil ditumpangi tangan.
Kalau memang cara ini boleh dilakukan maka tidak dibutuhkan lagi ketekunan berdoa bagi siapapun. Dan kalau cara ini boleh dilakukan maka perlu dipertanyakan: untuk apa pemirsa TV disuruh untuk mengirimkan permohonan mereka melalui surat? Tidak bisakah permohonan itu hanya dalam hati, dan pengkhotbah TV lalu berdoa: ‘Ya Tuhan kabulkan semua permintaan mereka?’. Bukankah cara ini bisa menghemat uang perangko?.DOA: SYARAT-SYARAT, MACAM-MACAM DAN SIKAP TUHAN
-o0o-