SARDIS: JEMAAT YANG HAMPIR MATI (WAHYU 3:1-6)

Pdt. Esra Alfred Soru,MPdK.
Setelah melewati waktu yang cukup panjang, akhirnya kita bisa melanjutkan serial khotbah tentang 7 jemaat di Wahyu 2-3. Tahun lalu kita sudah membahas 4 jemaat yakni Efesus, Smirna, Pergamus dan Tiatira dan sekarang kita akan membahas jemaat yang kelima yakni jemaat Sardis. Mari kita baca teksnya :
SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (WAHYU 3:1-6)
gadget, bisnis, otomotif
Wahyu 3:1-6 – (1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba dating kepadamu. (4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. (5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. (6) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarka apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Saya akan membahas jemaat Sardis ini dalam beberapa poin penting :

I. KOTA DAN JEMAAT SARDIS.

Sudah saya jelaskan kali lalu bahwa 7 jemaat yang dibicarakan di Wahyu 2-3 ini adalah jemaat-jemaat yang berada di kota-kota di propinsi Asia Kecil yakni negara Turki sekarang ini. Jadi Sardis juga adalah salah satu kota di negara Turki modern sekarang ini (sekarang bernama kota Sart). Kota Sardis ini adalah kota yang terletak kira-kira 40 km di sebelah selatan kota Tiatira.

Kejayaan kota Sardis sudah dimulai sejak tahun 700 SM di mana kota ini menjadi kota perdagangan yang aktif dan sangat kaya dan adalah ibukota Kerjaan Lydia yang menguasai Yunani dan sekitarnya. Yang menarik adalah bahwa kota ini terletak di atas gunung yang terjal.

William Barclay – Sardis terletak di tengahtengah dataran dari lembah Sungai Hermus. Di bagian utara dari dataran ini menjulang punggung Gunung Tmolus yang panjang; dari punggung gunung ini serangkaian bukit bermunculan seperti taji ayam, masing-masing membentuk dataran tinggi yang sempit. Di atas salah satu taji-taji ini, pada ketinggian seribu lima ratus kaki, berdirilah Sardis yang asli. Jelaslah posisi ini menjadikan Sardis sangat sulit diserang. Sisi-sisi punggung Gunung Tmolus terjal dan licin; dan satu-satunya daerah yang mungkin untuk memasuki Sardis hanya ada di bagian pertemuan antara taji bukit dan punggung gunung. Bahkan daerah ini keras dan curam. Orang mengatakan bahwa Sardis berdiri bagaikan menara pengawas berukuran raksasa yang menjaga lembah Hermus. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 166-167).

Simon Kistemaker - Jurang yang curam melindungi kota ini sehingga tidak dapat didaki. Demikianlah Jurang itu menjadi mekanisme pertahanan yang hebat bagi benteng itu. Sekeliling benteng itu terdapat tebing-tebing yang hampir tegak lurus.

Kota ini sering dijadikan tempat pertemuan para pembesar kerajaan.

Eddy Fances – Sardis juga disebut sebagai "Benteng raksasa" yang mengawasi lembah Hermus, karena letak geografisnya yang dikelilingi gunung tinggi, sehingga sulit diserang musuh. Kota ini sering dijadikan tempat pertemuan para raja, pejabat militer, dan para pedagang. (Wahyu Kepada Rasul Yohanes, hal. 73).

Raja yang terkenal dari Sardis adalah raja Croesus yang sangat kaya raya. Dan juga kota Sardis adalah kota yang sangat kaya. Di kota ini ada pabrik kain dan pakaian dari bulu domba. Tapi yang lebih terkenal dari Sardis adalah emasnya karena sungai Pactolus yang mengalir melalui kota Sardis ternyata pasirnya mengandung emas yang berlimpah ruah.

Simon Kistemaker - Bahkan alam sendiri memberi sumbangsih bagi kota Sardis, karena Herodutus menulis mengenai Sungai Pactolus yang mengalir melalui kota ini, “Arusnya yang turun dari gunung Tmolus dan membawa sejumlah debu emas ke Sardis, mengalir langsung menuju tempat-tempat pemasaran di kota itu.”

Karena itu di Sardis juga terdapat industri pembuatan logam emas.

Semua ini membuat Sardis menjadi kota yang maju dan mewah pada abad ketujuh SM (700 tahun SM). Kekayaan dan keamanan Sardis ini membuat raja Croesus dan masyarakat Sardis begitu sombong. Ketika Solon, seorang bijaksana dari Yunani mengunjungi Sardis, Croesus menunjukkan semua kemewahan dan kejayaan Sardis kepadanya dan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengakhiri kejayaan Sardis.

Tidak puas dengan kekuasaannya, raja Croesus lalu berpikir untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang lain. Ia lalu berpikir untuk menyerang kerajaan Persia yang saat itu diperintah oleh raja Cyrus atau Koresh. Dan untuk menyerang Persia, ia harus menyeberangi sungai Halys. Croesus yang percaya pada hal-hal yang bersifat mistik lalu meminta petunjuk pada seorang dukun perempuan dari Delphi. Dan dukun itu lalu mengatakan satu kalimat pada Croesus : “Jika engkau menyeberangi sungai Halys, engkau akan menghancurkan sebuah kerajaan besar”. Croesus lalu mengartikan kalimat itu sebagai nubuatan bahwa ia akan menghancurkan kerajaan Persia yang besar itu. Croesus pun lalu menyerang Persia pada tahun 549 SM dan berkecambuklah perang besar antara dua kerajaan tersebut.

Di luar dugaan Croesus, ternyata pasukan Persia sangat kuat sehingga justru ialah yang terdesak dan melarikan diri kembali ke Sardis. Tetapi tentara Persia yang marah terus mengikuti / mengejar pasukan Sardis dan mengepung kota Sardis.

Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Sardis karena letak Sardis yang ada di atas bukit dengan tebing yang terjal yang sukar untuk didaki. Croesus juga menyadari hal ini dan karena itu ia dengan sangat tenang dan santai ada di dalam kota Sardis tanpa mempedulikan tentara Persia yang mengepung kota Sardis. Ia sangat yakin tentara Persia tidak mungkin bisa naik ke atas kota Sardis. Bahkan saking percaya akan keamanan Sardis, ia hanya menempatkan beberapa tentara yang duduk santai di tembok kota.

Pada satu malam topi dari salah satu tentara Sardis yang sementara berjaga di tembok kota jatuh ke luar tembok dan si tentara itu turun pun turun mengambil topinya melalui jalan rahasia dan melalui jalan itu juga ia kembali naik dan masuk ke dalam kota. Sialnya itu justru dilihat oleh tentara-tentara Persia yang lalu menjadi tahu adanya jalan rahasia menuju kota. Pada malam itu juga mereka segera masuk melalui jalan rahasia itu dan berhasil mencapainya. Alangkah kagetnya mereka bahwa dalam situasi perang seperti itu pun, tidak ada pengawalan khusus bagi kota Sardis. Semua itu menunjukkan betapa percaya dirinya Sardis akan keamanannya bahkan ketika musuh sementara mengepung mereka. Pada malam itu juga bala tentara Persia menyerang Sardis seperti rombongan pencuri dan membunuh Croesus serta menaklukkan kota yang sombong itu. Sardis pun jatuh ke tangan Persia pada tahun 549 SM. Sejak itu kota Sardis mulai mengalami kemunduran dan kemerosotan.

Beberapa dekade setelah itu muncul sebuah kekuatan baru di dunia yakni kerajaan Yunani di bawah pemerintahan Alexander Agung yang menaklukkan begitu banyak bangsa. Kerajaan Persia pun ditaklukan oleh Alexander Agung dan karena itu semua bangsa di bawah kekuasaan Persia berpindah ke tangan Yunani termasuk kota Sardis. Alexander Agung lalu mengubah kota Sardis menjadi sebuah kota Yunani.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Alexander Agung meninggal pada usia muda tanpa meninggalkan seorang anak pun dan karena itu kerajaannya lalu dibagi kepada 4 orang jenderalnya dan kota Sardis diberikan kepada jenderal Anthiochus.

Tetapi sebelum Anthiochus berbuat apa-apa, Sardis telah direbut dan dikuasai oleh jenderal Achaeus. Anthiochus yang masih sibuk mengurusi daerah-daerah kekuasaannya yang lain untuk sementara tidak peduli dengan Sardis. Tetapi dari waktu ke waktu kekuasaan Achaeus makin kuat di Sardis. Anthiochus pun berikhtiar untuk merebut kembali Sardis dari tangan Achaeus.

Ketika bala tentara Anthiochus sudah mengepung kota Sardis, Achaeus yang begitu percaya pada keamanan kota Sardis sama sekali tidak gentar. Ia bahkan sangat santai karena yakin bahwa bala tentara Anthiochus tidak mungkin bisa mencapat kota Sardis yang dilinduingi tebing yang terjal dan licin itu. Sebuah keyakinan yang sama besarnya dengan keyakinan Croesus. Tetapi sejarah terulang kembali.

Anthiochus dan bala tentaranya akhirnya berhasil masuk dan menaklukkan kota ini melalui jalan rahasia yang pernah dilalui oleh tentara Persia. Sardis pun jatuh ke tangan Anthiochus. Ini terjadi pada tahun 218 SM.

Dari sejarah ini terlihat bahwa kota Sardis dua kali ditaklukkan oleh musuh karebna kesombongan dan keteledoran mereka yang karena terlalu percaya diri menjadi tidak waspada / berjaga-jaga. Untuk itu maka ada semacam keinginan masyarakat Sardis untuk berjaga-jaga sehingga peristiwa itu tidak terulang untuk yang ketiga kalinya. Untuk itu masyarakat Sardis menciptakan kata tertentu yang harus selalu diucapkan di antara mereka setiap kali mereka bertemu. Kata itu adalah “Berjaga-jaga!”.

Kata-kata itu lalu menjadi populer dan akhirnya menjadi semacam kata khusus bagi semua orang Sardis seperti kata “Merdeka…! “ yang sering digunakan masyarakat Indonesia pada zaman perjuangan melawan Belanda.

Kekuasaan Yunani di dunia akhirnya pudar dengan bangkitnya kekuatan baru yakni Romawi. Romawi menaklukkan Yunani dan secara otomatis semua daerah kekuasaan Yunani berpindah pada Romawi. Termasuk Sardis yang lalu dikuasai oleh pihak Romawi pada tahun 189 SM. Pihak Romawi lalu mengubah Sardis menjadi sebuah kota yang penting dalam perdagangan.

William Barclay – Ia adalah pusat perdagangan barang-barang dari wol; dan ada klaim bahwa seni mencelup wol diciptakan di sana. Sardis menjadi kota persidangan Romawi. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.170).

Sayangnya pada tahun 17 M sebuah gempa bumi besar terjadi dan meluluhlantakkan kota Sardis ini. Tetapi untungnya kaisar Romawi pada saat itu yakni kaisar Tiberius membantu membangun kembali kota itu dengan memberikan sumbangan sebesar 10.000.000 sester atau setara dengan 800.000 dolar AS atau Rp. 8.000.000.000 (8 M) dan membebaskan kota ini dari pajak selama 5 tahun. Sardis kembali bangkit lagi sebagai sebuah kota yang cukup maju pada abad pertama Masehi.

Pada masa itu ada komunitas Yahudi yang cukup besar tinggal di Sardis. Josephus mengatakan ada sekitar 2000 keluarga Yahudi dalam wilayah Asia Kecil dan sebagian menetap di kota Sardis di samping kota-kota lainnya di wilayah Asia Kecil. Orang Yahudi di Sardis ternyata juga kaya-kaya dan mempunyai pengaruh yang cukup besar di Sardis dan karena itu juga di kota Sardis ini mereka mendirikan sebuah Sinagoge Yahudi berukuran 80 x 20 meter yang puing-puingnya masih ada hingga sekarang.

Tentang jemaat Kristen di Sardis, tidak ada data sama sekali bagaimana munculnya gereja Kristen di sana dan siapa yang mendirikannya. Satu-satunya informasi tentang gereja / jemaat Sardis adalah yang kita baca dalam Wahyu pasal 3 ini. Saat ini gereja Sardis juga sudah tidak ada. Yang ada hanyalah puing-puingnya saja.

Kira-kira demikianlah sekilas tentang kota dan jemaat Sardis.

II. KONDISI ROHANI JEMAAT SARDIS SECARA UMUM.

Lalu bagaimana kondisi rohani dari jemaat Sardis ini? Kita bisa mengetahuinya dari kata-kata Tuhan sendiri tentang mereka.

a. Tuhan mengatakan bahwa mereka mati / hampir mati.

Wahyu 3:1b-2a – (1b) "…. Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2a) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati,…”

Memang ayat 1b mengatakan “mati” tetapi dari ayat 2a mengatakan “hamper mati”. Ini tidak bertentangan! Mungkin kondisi gereja ini sudah begitu parah sehingga walaupun mereka masih hidup tetapi gejala kehidupan nyaris tidak kelihatan sehingga lalu dikatakan mati dalam 1b. Karena itu gereja ini bias disebut mati ataupun hampir mati. Dan bahasa seperti ini akan saya pakai dalam pembahasan point ini.

Jadi di sini Tuhan menilai gereja Sardis sebagai gereja yang mati secara rohani. Tetapi menariknya dalam kalimat sebelumnya dikatakan “engkau dikatakan hidup”. Siapakah yang mengatakan mereka hidup? Pasti bukan Tuhan karena Tuhan justru menilai mereka mati. Kalau begitu siapa yang menilai mereka hidup? Kelihatannya itu menunjuk pada penilaian orang lain terhadap mereka.

Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan berikut :

CEV – “… I know what you are doing. Everyone may think you are alive (Setiap orang mungkin berpikir bahwa engkau hidup), but you are dead.

ERV - "…."I know what you do. People say that you are alive (Orang berkatabahwa engkau hidup), but really you are dead.

Alkitab Bahasa Kupang – “…Beta su lia bosong pung bekin di Sardis sana. Ada orang yang bilang bosong batĂșl-batĂșl idop iko Beta pung mau, padahal bosong sama ke sonde ada pung idop.

Berarti gereja Sardis ini di mata orang-orang pada saat itu adalah gereja yang hidup. Mereka mendapatkan penilaian yang sangat positif dari masyarakat.

Mereka mempunyai reputasi yang baik di mata orang lain. Sayangnya adalah Tuhan menilai mereka secara berbeda dari penilaian orang lain. Tuhan anggap mereka mati!

Pulpit Commentary - Laodikia menipu dirinya sendiri, mengira bahwa ia kaya; tetapi tidak dikatakan bahwa ia menipu orang lain. Gereja ini, Sardis, menipu orang lain; ia dianggap oleh mereka sebagai betul-betul hidup, sekalipun sesungguhnya ia mati; dan sangat mungkin ia juga menipu dirinya sendiri.

Steve Gregg - Ini adalah satu dari dua gereja (yang satunya adalah Laodikia) yang tidak menerima pujian dari Tuhan. Satu-satunya hal yang baik tentang gereja ini secara keseluruhan (tanpa mempertimbangkan sisa yang menang, ay 4- 5) adalah reputasinya. Gereja ini terkenal hidup, tetapi dalam hal ini dinilai sangat terlalu tinggi.

Semua ini harus mengajarkan pada kita bahwa cara Tuhan menilai tidak seperti manusia menilai. Manusia bisa menilai baik tetapi bagi Tuhan jelek! Sebaliknya manusia bisa menilai jelek tetapi Tuhan menilai baik! Manusia menilai hidup tetapi Tuhan menilai mati! Sebaliknya manusia menilai mati tetapi Tuhan menilai hidup! Manusia bisa menilai kaya tetapi Tuhan menilai miskin!

Sebaliknya manusia bisa menilai miskin tetapi Tuhan menilai kaya! Mengapa penilaian Tuhan seringkali berbeda daripada penilaian manusia? Karena manusia biasa menilai apa yang kelihatan tetapi Tuhan menilai yang tidak kelihatan, bahkan jauh ke dalam hati.

1 Samuel 16:7 – "…. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Lukas 16:15 - Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.

Kalau memang penilaian Tuhan demikian, kira-kira bagaimana Tuhan menilai hidup saudara? Demikian pula bagaimana Tuhan menilai gereja kita? Bandingkan :

Wahyu 3:17 - Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.

Ada banyak gereja mempunyai reputasi yang baik di mata manusia dan mendapat penilaian positif dari kita di mana gedung gerejanya mentereng (besar dan mewah), ekonomi gerejanya mapan (rekening di bank mencapai milyaran rupiah), jemaatnya puluhan ribu, pendetanya hebat, pintar dan populer, organisasinya rapi, penyanyi dan pemusik serta paduan suaranya hebat, fasilitasnya lengkap, dll. Tetapi kira-kira bagaimana Tuhan menilainya? Kalau Tuhan harus menilai setiap gereja sekarang ini, saya yakin ada banyak gereja yang dianggap baik / hidup oleh kita akan dianggap jelek dan mati oleh Tuhan.

Di sini orang banyak menilai gereja Sardis sebagai gereja yang hidup tetapi Tuhan justu menilai mereka mati!

Tetapi apa yang menyebabkan Tuhan menilai gereja Sardis ini sebagai gereja yang mati?

1) Ada dosa yang hebat di dalam gereja ini.
Ini terlihat secara implisit dari ayat 4.

Wahyu 3:4 - Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.

WBTC - "Tetapi ada beberapa orang di antara kamu di Sardis yang tidak mencemarkan dirinya. Mereka akan berjalan bersama-sama dengan Aku. Mereka akan berpakaian putih karena mereka layak untuk itu.

Kata-kata ini secara implisit mengatakan bahwa sebagian besar dari jemaat telah mencemarkan pakaiannya / dirinya, yang menunjukkan bahwa dosa sudah masuk ke gereja ini. Ada yang berpendapat bahwa dosa ini adalah dosa perzinahan yang sangat umum di kota itu pada saat itu. Memang seringkali kata “mati” dikaitkan dengan dosa.

1 Timotius 5:5-6 – (5) Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. (6) Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup.

Lukas 15:24 - Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

Efesus 2:1 - Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Karena itu sangat masuk akal bahwa di sini Tuhan mengatakan gereja Sardis ini mati / hampir mati karena ada dosa yang sangat menyolok di dalam jemaat itu.

Ini perlu diperhatikan! Tidak peduli gereja kita seperti apa, reputasinya di mana manusia seperti apa, tetapi kalau di dalam gereja itu ada suatu dosa yang mengikat dan menjalar di dalamnya dan tidak diselesaikan, Tuhan menilai gereja itu mati! Ini juga bisa berlaku bagi hidup kita secara pribadi.

Tidak peduli orang menilai kita secara pribadi bagaimana, tapi kalau ada dosa yang mengikat kita dan kita hidup di dalamnya, Tuhan bisa anggap kita mati / hampir mati.

2) Hilangnya motivasi mula-mula.
Tuhan juga bisa menganggap suatu gereja atau seseorang mati / hampir mati secara rohani apabila gereja / orang itu telah kehilangan motivasi yang mula-mula.

Steve Gregg - Sekali suatu gereja mendapatkan reputasi yang baik di mata umum, adalah mungkin untuk secara mekanis meneruskan aktivitas yang sama tetapi kehilangan motivasi mula-mula yang membuatnya besar.

Dorongan / motivasi untuk perbuatan baik bisa bergeser dari suatu keinginan untuk melayani dan menyenangkan Allah kepada sekedar suatu keinginan untuk mempertahankan penampilan umum yang baik yang telah dinikmati oleh gereja.

Maksud dari Steve Gregg di sini adalah bahwa gereja / orang telah bergeser dari motivasinya mula-mula yakni bekerja untuk menyenangkan Tuhan menjadi bekerja karena memang harus bekerja. Atau bekerja demi menyenangkan manusia.

Camkan ini! Jikalau pekerjaan pelayan kita tidak lagi didasarkan pada motivasi untuk menyenangkan Tuhan, melainkan hanya supaya segala sesuatu berjalan seharusnya atau supaya menyenangkan manusia, maka di mata Tuhan kita dianggap mati / hampir mati. Mengapa? Karena gereja / orang Kristen di dalam melakukan apa pun motivasi dan tujuannya haruslah untuk memuliakan Tuhan.

1 Korintus 10:31 – “…Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Karena itu kalau gereja / orang Kristen sudah tidak lagi mempunyai motivasi / tujuan untuk memuliakan / menyenangkan Tuhan, pada dasarnya gereja itu sudah hampir mati.

Pada waktu menulis khotbah ini saya lalu mengoreksi diri. Apakah khotbah-khotbah yang saya buat dengan semangat ini adalah untuk menyenangkan Allah atau karena memang sudah seharusnya saya lakukan ini? Atau bahkan supaya orang menjadi senang dengan saya? Saya harus kembali pada motivasi mula-mula yang ingin menyenangkan Tuhan lewat pemberitaanpemberitaan saya.

Contoh nyata tentang orang yang melakukan pekerjaan yang kelihatannya sangat rohani tetapi tidak untuk memuliakan Tuhan adalah raja Herodes Agung.

Karena lobi politiknya hebat maka pemerintah Romawi lalu mengangkat dia menjadi raja atas wilayah Yudea tetapi sebenarnya orang Yahudi sama sekali tidak menyukainya karena dia sebenarnya bukan asli orang Yahudi. Ayahnya orang Idumea (keturunan Edom) sedangkan ibunya orang Arab. Untuk mendapatkan simpati rakyat maka Herodes Agung menikah dengan cucu dari Imam Besar Yohanes Hycarnus yang bernama Mariamne.

Tapi orang Yahudi tetap tidak suka dengan dia. Herodes tidak kehilangan akal. Pada saat terjadi bencana kekeringan, dia mengambil hati rakyat dengan cara membuatkan saluran air yang namanya ”AQUADUC” yang panjangnya sekitar 10 km membentang sepanjang kota Kaisarea yang mengalirkan air dari sumber air Shummy untuk ditampung di bak-bak penampungan air yang dapat digunakan oleh rakyat. Orang Yahudi menikmati airnya tetapi tetap tidak suka dengan Herodes.

Pernah satu ketika di tahun 25 SM, ada musibah kelaparan melanda negerinya. Pada saat itu Herodes memakai semua emas dan perak dari istananya untuk membeli gandum dari Mesir dan memberi makan kepada rakyatnya yang kelaparan. Ia juga pernah meringankan pajak dari sehingga rakyat bisa hidup lebih baik. Lagi-lagi orang Yahudi menikmati semua itu tapi tidak menerima Herodes. Herodes terus berusaha mendapatkan hati orang Yahudi dengan cara membangun gedung teater di Kaisarea untuk menjadi pusat hiburan rakyat pada masa itu.

Dan sekali lagi tetap sama. Orang Yahudi menikmati teaternya tapi tetap menolak Herodes. Akhirnya Herodes berpikir, apakah yang paling penting bagi orang Yahudi? Ia lalu tahu bahwa orang Yahudi sangat menghargai Bait Allah. Karena itu ia lalu membuat sebuah mega proyek yakni renovasi Bait Allah. Ia mula-mula merobohkan Bait Allah II yang dibangun pada zaman Ezra-Nehemia, lalu ia membangun suatu Bait Allah baru.

Lukas Tjandra – Saat itu dia telah memakai 1000 buah kereta untuk mengangkut batu-batuan dan kayu, 10.000 orang buruh yang mempersiapkan bahan bangunan, dan 1000 orang imam yang mahir di bidang arsitek menjadi pengawas proyek. (Latar Belakang PB 1, hal. 150).

Bait Allah Herodes ini selesai dikerjakan dalam waktu 10 tahun dan sudah bisa dipakai untuk beribadah. Tapi rupanya orang Yahudi yang pada dasarnya sudah tidak senang pada Herodes itu lalu membanding-bandingkan Bait Allah itu dengan istana Herodes dengan mengatakan bahwa bagaimana mungkin Herodes membangun Bait Allah yang kalah megah dengan istananya sendiri?

Mendengar itu Herodes lalu mengatakan bahwa pembangunan belum selesai. Herodes lalu terus mengadakan perubahan-perubahan, penambahan-penambahan dan penyempurnaan selama 36 tahun setelah itu. Sehingga total waktu seluruhnya yang dibutuhkan adalah 46 tahun.

Yohanes 2:20 - Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Akhirnya Bait Allah Herodes ini menjadi Bait Allah termewah/termegah dari 2 Bait Allah yang dimiliki orang Israel sebelumnya (zaman Salomo dan Ezra- Nehemia).

Lukas Tjandra – Emas murni dan batu pualam/marmer membuatnya berkilauan, bahkan Bait Allah yang dulu dibangun oleh Salomo pun tidak dapat menandinginya. Sebab itu pada masa itu terdapat sebuah pepatah yang berbunyi : ”Barang siapa belum pernah menyaksikan Bait Allah yang dibangun Herodes, berarti dia belum pernah menyaksikan sesuatu yang sungguh-sungguh indah” (Latar Belakang PB 1, hal. 151).

Bandingkan :
Markus 13:1 - Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada- Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!"

Jadi di sini kita bisa melihat bahwa Herodes adalah orang yang sangat berjasa di dalam membangun Rumah Tuhan. Tetapi apa motivasinya? Jelas bukan untuk kemuliaan Tuhan! Dia melakukan itu demi menyenangkan orang Yahudi dan untuk kepentingan politiknya saja! Karena itu kalau ada orang yang melakukan suatu pelayanan yang seolah-olah untuk Tuhan tetapi sebanarnya itu demi kepentingan politiknya saja dan bukan untuk Tuhan, dia tidak ada bedanya dengan Herodes. Dari sudut pandang kekristenan, semua pekerjaan Herodes selama 46 tahun dengan semua biaya dan tenaga yang telah dia keluarkan tetap harus dianggap tidak sempurna di hadapan Tuhan!

Karena itu marilah kita kembali memperbaharui motivasi pelayanan kita. Bukan karena rutinitas, bukan untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Kecuali itu, Tuhan akan menilai tidak berbeda dengan jemaat Sardis, hampir mati!

Perlu juga diingat bahwa kalau kita sehebat-hebatnya kita, kita tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang. Bahkan Yesus saja tidak bias melakukan itu! Karena itu jangan pernah kita melayani hanya untuk menyenangkan hati manusia!

b. Tuhan mengatakan bahwa tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna.

Wahyu 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. Apa maksudnya pekerjaan mereka tidak ada yang sempurna? Kata “sempurna” di sini bisa diterjemahkan dari bahasa Yunani “PLEROO” yang bisa berarti “lengkap”. Jadi artinya Tuhan tidak mendapati satu pekerjaan mereka pun yang lengkap.

CEV – “….I have found that you are not completely obeying God
DRB - “…For I find not thy works full before my God.

Lalu apa maksudnya?
Jakob P.D. Groen – Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya salah di hadapan Allah. Semuanya kurang baik. Walaupun ada kegiatan sehingga Sardis dipuji jemaat-jemaat lain, namun isinya tidak penuh, dianggap kurang dan adakalanya dianggap kosong. (Aku Datang Segera, hal. 61).

Karena itu saudara, kalau saudara melakukan pelayanan asal-asal saja, itu jelas tidak memuaskan Tuhan. Tuhan anggap itu tidak sempurna! Ini juga bias dikaitkan dengan seberapa besar talenta atau karunia yang Tuhan berikan pada saudara. Kalau saudara melakukannya asal-asalan padahal saudara seharusnya bisa melakukan lebih daripada itu, Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna. Misalnya saudara sudah bernyanyi dan bagus tetapi sebenarnya saudara bisa bernyanyi lebih bagus dari itu. Tapi kalau saudara tidak melakukannya, Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna! Saudara bermain musik dan bagus. Tetapi sebenarnya saudara bisa bermain lebih bagus dari itu tetapi kalau saudara tidak melakukannya. Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna! Saya bisa berkhotbah dan mengajar, tetapi kalau saya tidak melakukannya sampai batas yang saya bisa, Tuhan anggap pelayanan saya tidak sempurna! Kalau saudara memberikan persembahan Rp. 100.000 padahal sebenarnya saudara sangat mampu untuk memberikan 500.000, maka Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna!, dll. Coba pikirkan, apakah pelayanan saudara di hadapan Tuhan sempurna atau tidak? Tetapi kata ini juga bisa berarti lain.

James B. Ramsey - Kata itu berarti ‘dipenuhi’, ‘lengkap’; pekerjaan mereka kekurangan beberapa eleman yang hakiki / penting yang membuat mereka sesuai dengan namanya.

Maksud Ramsey adalah apabila sesuatu tindakan kehilangan nilai hakiki dari tindakan itu, maka tindakan itu tidak layak dinamakan seperti namanya lagi.

Contohnya : Saudara memberikan persembahan tetapi tanpa kerelaan / kasih. Berarti elemen kerelaan dan kasih hilang dari tindakan memberikan persembahan itu. Dengan demikian itu lalu tidak dianggap sebagai persembahan lagi! Pelayanan yang dilakukan untuk menunjukkan betapa rohaninya dirinya sendiri, atau yang dilakukan dengan terpaksa, atau yang dilakukan dengan asal-asalan, itu membuat apa yang dilakukan tidak bias dianggap sebagai pelayanan lagi. Jadi di sini Tuhan menilai pekerjaan gereja Sardis tidak sempurna di hadapan-Nya.

Theodore H. Epp - Allah tidak dapat ditipu atau dipengaruhi oleh perbuatan lahiriah yang kita lakukan. Ia mengetahui hati kita dan Ia juga mengetahui bahwa sejumlah besar aktivitas-aktivitas Kristen masa kini sebenarnya kosong belaka dan tidak berarti sama sekali.

Leon Morris - Gereja ini mungkin telah menyenangkan orang, tetapi ia tidak menyenangkan Allah. (Tyndale Bible Commentary, hal. 76).

Ya, berapa banyak kita yang tidak melayani sungguh-sungguh di hadapan Tuhan? Berapa banyak pelayanan kita yang asal-asalan? Berapa banyak pelayanan kita yang hanya untuk memuaskan / menyenangkan manusia? Ingat, Tuhan anggap semua itu tidak sempurna! Dan kalau Tuhan tidak mendapati satu pun pelayanan kita sempurna, maka di mana Tuhan kita dianggap mati / hampir mati seperti halnya jemaat Sardis.

SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (Bagian 2)

Wahyu 3:1-6 – (1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan dating seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu. (4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. (5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. (6) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Dalam bagian pertama pembahasan tentang jemaat Sardis ini, saya sudah membahas 2 point penting yakni : (1) Kota dan jemaat Sardis, (2) Kondisi rohani jemaat Sardis. Dalam point yang kedua (Kondisi rohani jemaat Sardis), terlihat bahwa sekalipun ada orang yang menganggap bahwa jemaat Sardis adalah jemaat yang hidup, Tuhan justru menilai bahwa jemaat Sardis adalah jemaat yang mati/nyaris mati (ayat 1-2).

Wahyu 3:1b-2a – (1b) "…. Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2a) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati,…”

Mereka dikatakan mati / hampir mati karena ada dosa di dalam jemaat dan juga bahwa mereka telah bergeser dari motivasi mereka yang mula-mula yakni untuk memuliakan dan menyenangkan Tuhan. Selain itu Tuhan juga menilai pekerjaan mereka dan dikatakan bahwa Tuhan tidak mendapati satu pekerjaan mereka pun yang sempurna di hadapan-Nya (ayat 2).

Wahyu 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. Sekarang kita akan membahas teks ini lebih lanjut :

III. MENGAPA GEREJA SARDIS BISA MENGALAMI KONDISI SEPERTI ITU?

Mengapa gereja Sardis sampai bisa mengalami kondisi rohani seperti ini? Maksudnya adalah mengapa mereka sampai dikatakan mati / hampir mati secara rohani? Kondisi rohani seperti ini sangat mengerikan. Kepada jemaat lain Tuhan memang mengkritik mereka, bahkan menegur mereka dengan keras, tetapi tidak ada satu pun dari 6 jemaat yang lain yang dikatakan mati / hampir mati secara rohani. Hanya jemaat Sardis yang dikatakan demikian. Lalu mengapa mereka bias mengalami “koma” rohani seperti ini? Para penafsir memberikan 2 pandangan :

a. Kemakmuran secara lahiriah.

Sebelumnya sudah saya ceritakan bahwa kota Sardis ini adalah kota yang kaya di mana di sana ada pabrik kain dan pakaian dari bulu domba. Juga ada emas yang melimpah ruah sebagai akibat dari pasir emas yang dibawa oleh sungai Pactolus. Memang kota ini sempat hancur dan mengalami kemunduran sejak kekalahan mereka dari kerajaan Persia tetapi pada saat dikuasai Romawi, kota ini kembali menjadi kota yang maju.

William Barclay – Ia adalah pusat perdagangan barang-barang dari wol; dan ada klaim bahwa seni mencelup wol diciptakan di sana. Sardis menjadi kota persidangan Romawi. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.170).

Kita tidak tahu sejak kapan gereja Sardis berdiri, tetapi pada saat kota Sardis ini maju di bawah pemerintahan Romawi, gereja Kristen sudah ada dan hidup di sana. Dan sudah barang tentu kota yang maju dan kaya ini berdampak juga pada kehidupan ekonomi dari gereja secara kolektif maupun anggota jemaat secara pribadi. Dengan kata lain, boleh dikatakan bahwa gereja dan jemaatnya hidup dalam kemakmuran secara ekonomi.

Nah sejumlah penafsir mengatakan bahwa kemakmuran secara ekonomi / lahiriah inilah yang lalu menyeret jemaat Sardis pada kondisi “koma” rohani ini. Ini tentu tidak boleh dianggap bahwa orang / gereja yang makmur secara ekonomi / lahiriah (kaya) pasti akan mati atau mengalami “koma” secara rohani. Tidak! Tetapi kondisi kaya secara lahiriah itu menempatkan seseorang / sebuah gereja pada bahaya terhadap kerohaniannya yang pada tingkat yang paling ekstrim menjadi mati rohaninya apabila ia tidak berhati-hati.

Mengapa kekayaan bisa menghancurkan kerohanian seseorang?

1. Karena kekayaan bersifat menipu di mana seolah-olah ia bisa menjadi sandaran hidup.

Itulah sebabnya ada banyak orang menjadi tertipu dan lalu menggantungkan/ mempercayakan hidupnya pada kekayaan. Mereka menjadikan kekayaan menjadi segala-galanya dan karenanya menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengejar kekayaan dunia ini dan lupa mengejar kekayaan rohani. Mereka menjadi hamba uang! Inilah yang dikatakan Yesus :

Matius 6:19-21,24 – (19) "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (24) Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Contoh paling nyata di sini adalah kisah orang kaya yang bodoh (Lukas 12:16- 20). Ia sibuk dengan kekayaannya dan ketika ia mati semuanya selesai. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata :

Lukas 12:15,21 – (15) “…. "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.

Meskipun demikian banyak orang tidak sadar akan hal ini. Mereka terus saja memburu kekayaan dan pada akhirnya mereka binasa.

2. Karena kekayaan membuat manusia menjadi tidak puas.
Salah satu bahaya dari kekayaan adalah membuat orang yang memilikinya semakin tidak puas. Semakin banyak uang, akan semakin merasa tidak puas, semakin serakah. Ketidakpuasan itu mengalihkan perhatian orang dari apa yang ia sudah miliki kepada apa yang belum ia miliki. Akibatnya orang terus mengejar apa yang belum ia miliki itu.

Saya membeli 1 buah HP dan saya memilikinya. Tapi saya lalu melihat HP yang lain, saya lupa pada HP saya yang pertama dan lalu membeli HP yang ke 2 itu. Pada saat saya melihat HP ke 3, saya lupa pada 2 HP yang sudah saya punyai maka saya membeli HP ke 3 itu. Waktu saya melihat HP lain lagi, saya lupa bahwa saya sudah mempunyai 3 HP maka saya membeli lagi sehingga menjadi 4. Begitu seterusnya sampai saya mempunyai 10 HP.

Hal yang sama terjadi pada kekayaan. Semakin seseorang kaya, ia menjadi tidak fokus pada kekayaan yang sudah miliki, sebaliknya ia terobsesi untuk mengejar yang belum dia miliki. Jikalau dia mampu, dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan lalu menjadi tidak puas lagi dan mengejar lagi. Jikalau dia belum mampu dia akan merasa belum berhasil dan kecewa dan tidak bias menikmati apa yang sudah ada.

Benny Santoso & Wiyono Pontjoharyo – Ketidakpuasan menyebabkan banyak orang tidak bisa melihat hal-hal indah yang terjadi dalam kehidupan mereka. Mereka hanya memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak mereka miliki, sehingga hanya melihat kekurangan yang ada dalam hidup mereka.

Hal ini bisa membuat mereka frustrasi karena merasa tidak pernah mencapai apa pun dalam hidup. (All About Money, hal. 41-42).

Akibatnya dia tidak bisa bersyukur kepada Tuhan atas apa yang sudah dia miliki. Di sini kerohaniannya sudah mulai sakit.

Benny Santoso dan Wiyono Pontjoharyo – Inilah yang menyebabkan kita tidak bisa merasakan berkat Tuhan yang telah dicurahkan dalam kehidupan kita. Seolah-olah mata kita tertutup sehingga kita tidak bisa menikmati apa yang sebenarnya telah kita miliki. Kita mencoba mengejar seekor burung di udara dan membiarkan sembilan ekor burung yang sebenarnya sudah ada di tangan kita. Kegagalan mendapatkan tambahan seekor burung mengakibatkan kita tidak bisa bersukacita dengan keberadaan sembilan burung yang sudah kita dapatkan. Jika rasa tidak puas ini terus-menerus menghinggapi pikiran seseorang, maka ia tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. (All About Money, hal. 42).

Jikalau orang yang tidak puas itu tidak mampu mendapatkan apa yang ia inginkan, ia lalu mencari berbagai macam cara yang tidak halal sekalipun untuk memenuhi keinginannya itu. Ini lalu membuat ia jatuh ke dalam berbagai macam dosa. Dan kalau sudah seperti ini, kerohaniannya terancam mati. Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata :

1 Tim 6:9-10 – (9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

3. Karena kekayaan mempermudah seseorang berbuat dosa.
Ini adalah bahaya lain dari kekayaan. Kekayaan mempermudah seseorang berbuat dosa. Kalau orang miskin, sekalipun ingin berbuat dosa yang membutuhkan uang, dia tidak mampu (walaupun sebenarnya niat untuk berdosa saja adalah dosa). Tetapi orang kaya tentu mampu untuk itu.

Dengan uang orang bisa menyogok orang lain, bisa memutarbalikkan keadilan seperti di dalam sidang-sidang pengadilan, bisa menyewa pembunuh bayaran, bisa mempunyai isteri 7, bisa menyewa pelacur, dll.

Pokoknya asal ada uang berbagai macam kejahatan bisa dilakukan. Kalau sudah begini, bukankah kerohanian seseorang menjadi mati atau “koma”?

Jadi minimal 3 hal itu menyebabkan kekayaan / kemakmuran materil dapat menjadi ancaman bagi kerohanian seseorang. Kemakmuran lahiriah ini juga sangat memungkinkan untuk menjadikan suatu gereja mengalami kondisi seperti gereja Sardis.

James B. Ramsey - Ini adalah kondisi yang paling menyedihkan dan membahayakan bagi gereja manapun yang ada di dalamnya; tetapi seringkali ini merupakan keadaan dari gereja-gereja yang makmur secara lahiriah.

James B. Ramsey - Biarlah setiap gereja yang menonjol dalam penilaian orang lain, dan makmur dalam keadaan lahiriahnya, mengingat bahwa sementara manusia sedang memuji, Kristus bisa mengerutkan dahi, dan penghakiman-Nya sedang mendekat, seperti seorang pencuri pada waktu malam. Mata manusia bisa tidak mendeteksi adanya cacat, di mana mata Kristus hanya melihat kematian.

Ada orang yang ketika masih miskin / hidup pas-pasan, kerohaniannya sangat bagus. Dia rajin ibadah, rajin ikut kelas Pelajaran Alkitab, rajin berdoa bahkan untuk kebutuhan-kebutuhan yang kecil, dsb. Tetapi ketika uangnya bertambah banyak, hartanya berlimpah, ia mulai sukar beribadah, tidak lagi mempunyai waktu mengikuti kelas Pelajaran Alkitab, tidak lagi berdoa untuk kebutuhan-kebutuhannya, dan makin lama makin jauh dari Tuhan dan lalu bisa mengalami “koma” rohani. Demikian juga ada gereja yang ketika masih miskin / tidak punya banyak uang, masih sewa gedung, dsb, menjadi gereja yang hidup dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Berdoa dan bergumul untuk segala kebutuhannya (seperti biaya pembangunan gedung, dsb). Tetapi ketika gereja sudah menjadi mapan, ekonomi gereja maju pesat, rekening di bank sudah melimpah, lalu merasa tidak membutuhkan Tuhan lagi, dan makin lama semua aktivitas gereja hanya rutinitas saja sampai pada titik mati / “koma” rohani seperti jemaat Sardis ini. Ada banyak gereja miskin di kampung-kampung hidup secara rohani tetapi ada banyak gereja di kota-kota besar dan daerah-daerah maju justru menjadi mati, ditutup, dialihfungsikan menjadi mall, masjid atau musem, dsb.

Kalau begitu apakah orang Kristen / gereja Kristen tidak boleh kaya? Tidak juga!

Menjadi kaya itu sah-sah saja tetapi kita harus waspada karena kekayaan dalam kenyatannya telah membuat iman / kerohanian banyak orang menjadi kandas atau nyaris mati seperti yang terjadi dengan jemaat Sardis. Bahkan Yesus sendiri berkata :

Matius 19:23-24 – (23) “…"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Berarti sebenarnya orang kaya itu ada dalam bahaya. Kita perlu berdoa untuk mereka! Tetapi kalau saudara sudah terlanjur kaya, jangan dulu takut. Asal saudara sungguh-sungguh beriman, saudara pasti selamat walaupun Yesus bilang orang kaya sukar masuk surga. Yang perlu saudara lakukan adalah waspada agar kekayaan itu tidak merusak kerohanian saudara. Bagaimana caranya?

1) Jangan menggantungkan / mempercayakan hidup saudara pada kekayaan itu.

Ayub 31:24,25,28 – (24) Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku; (25) jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah;… (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.

Ulangan 6:10-12 – (10) Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya…untuk memberikannya kepadamu -- kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; (11) rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami – dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, (12) maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.

Mazmur 62:11 – “…. apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.

2) Belajar untuk puas dengan apa yang saudara miliki.

1 Timotius 6:6-8 – (6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

Benny Santoso & Wiyono Pontjoharyo – “…setiap orang harus memiliki kepuasan agar bisa menikmati berkat Tuhan dalam hidupnya. Hal ini cukup susah dilakukan karena banyak orang mengalami kesulitan untuk berkata “cukup”. (All About Money, hal. 42).

Saya membaca sebuah cerita fabel yang berkisah tentang seekor tikus. Awalnya dia begitu senang menjadi seekor tikus sampai satu hari dia bertemu dengan kucing yang lalu mengejarnya. Dia begitu takut pada kucing itu. Ia lalu berdoa kepada Tuhan : “Tuhan saya ingin menjadi kucing saja, besar dan kuat”. Tuhan pun mengabulkan permintaannya sehingga ia lalu diubah menjadi kucing. Ia begitu senang menjadi kucing sampai ia bertemu dengan seekor anjing yang lalu mengejarnya. Ia sadar anjing lebih kuat dan hebat daripada kucing. Ia lalu meminta kepada Tuhan agar diubah menjadi anjing saja. Ia pun diubah menjadi anjing. Sebagai anjing ia dengan bangganya berkeliling kampung bahkan ke hutan. Tahu-tahu di hutan ia bertemu dengan harimau yang hendak menerkamnya. Dia begitu ketakutan dan lari tunggang langgang. Lagi-lagi ia memohon kepada Tuhan : “Ubahlah aku menjadi harimau”. Tuhan pun mengubahnya menjadi harimau. Tapi suatu datanglah ke hutan seorang pemburu dengan membawa senapan dan menembaknya. Ia lari tunggang langgang. Ia jadi sadar pemburu itu begitu hebat. Lebih baik menjadi pemburu saja. Ia minta kepada Tuhan untuk diubah menjadi pemburu dan jadilah demikian. Dengan senangnya ia berburu sampai malam, begitu pulang rumah isteri pemburu marah-marah dan kelihatannya pemburu takut pada isterinya. Ia sadar, isteri pemburu lebih hebat dari pemburu. Ia pun minta pada Tuhan agar diubah menjadi isteri pemburu, dan jadilah demikian. Sebagai isteri pemburu, ia pergi ke dapur dan memasak, betapa kagetnya dia karena ada sejumlah tikus di dapur, ia lari karena takut pada tikus-tikus itu. Dari situ ia sadar, tikus lebih hebat dari isteri pemburu. Akhirnya dia meminta kepada Tuhan untuk mengubah dia menjadi tikus. Dan jadilah ia tikus seperti semula. Setelah semuanya itu ia pun bergumam : “Hmmm… bae sonde bae jadi tikus lebe bae”. (Baik atau tidak baik, jadi tikus lebih baik).

Cerita di atas memberikan gambaran pada kita bahwa seringkali kita merasa tidak puas dengan keadaan kita dan ingin lebih dari itu, ingin menjadi seperti orang lain. Kita lalu menjadi lupa untuk bersyukur pada apa yang kita miliki atau pada kondisi kita sekarang. Ya, belajarlah menjadi puas dengan apa yang Tuhan berikan kepada kita.

3) Pergunakanlah kekayaan / uang saudara dengan benar, pakailah untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan menolong sesama.

Untuk saudara yang miskin, walaupun Tuhan tidak berkata bahwa saudara sukar masuk surga, itu tidak secara otomatis membuat saudara masuk surga.

Saudara harus percaya Yesus sungguh-sungguh. Jika tidak saudara akan masuk neraka juga! Di dunia sudah hidup miskin, mati masuk neraka lagi! Benar-benar naas nasib saudara!!! Tapi kalau suatu saat saudara jadi kaya, ingat nasihat untuk orang kaya tadi.

Kiranya kita belajar dari gereja Sardis dan membuat kita waspada akan bahaya dari kemapanan secara lahiriah. Baik untuk pribadi kita maupun juga untuk gereja kita. Ingat, jangan pernah korbankan kerohanian saudara demi uang / kekayaan dunia yang fana ini.

b. Tidak adanya tantangan dari luar maupun dalam jemaat.

Hal kedua yang menyebabkan jemaat Sardis mengalami “koma” secara rohani (nyaris mati) adalah karena tidak ada tantangan bagi jemaat ini baik dari dalam maupun dari luar jemaat. 7 jemaat di dalam Wah 2-3 ini mendapat surat dari Tuhan Yesus yang ditulis oleh rasul Yohanes. Dari 7 jemaat itu ada yang mendapat pujian sekaligus kritik, ada yang hanya mendapat pujian tanpa kritik, dan ada yang dapat kritik tanpa pujian sama sekali. Lihat gambar di bawah ini :
SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (WAHYU 3:1-6)

Dari tabel di atas terlihat bahwa jemaat yang bagus (ranking 1) adalah Smirna dan Filadelfia di mana mereka mendapatkan pujian dari Tuhan tetapi tidak mendapat kritik sama sekali. Efesus, Pergamus dan Tiatira mendapat ranking 2 karena mendapatkan pujian sekaligus kritik. Yang paling parah (ranking 3) adalah Sardis dan Laodikia yang hanya mendapatkan kritik tanpa pujian sama sekali.

Lalu antara Sardis dan Laodikia, manakah yang lebih parah? Mari bandingkan kritik terhadap keduanya.

Untuk Sardis.
Wahyu 3:1 - "…. Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!

Untuk Laodikia.
Wahyu 3:15-17 – (15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. (17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.

Dari sini terlihat bahwa kondisi Laodikia masih kurang jelek dibandingkan kondisi Sardis. Laodikia hanya suam-suam, melarat, malang, miskin, buta dan telanjang tetapi tidak mati. Sardis dikatakan mati walaupun sebenarnya mati atau “koma”. Jadi memang keduanya jelek tetapi Sardis lebih jelek.

Jadi benar bahwa dari 7 jemaat ini, Sardislah yang paling parah kondisi rohaninya. Mengapa bisa demikian? Para penafsir mengatakan bahwa itu disebabkan karena saking mapan dan amannya, jemaat Sardis tidak menghadapi tantangan baik dari dalam (perpecahan / penyesatan) maupun dari luar (permusuhan dan penganiayaan).

Homer Hailey - Bagian dari problem bisa karena di sana tidak ada permusuhan yang kuat, karena menghadapi permusuhan yang hebat mengembangkan / menghasilkan karakter / moral yang kuat.

Pulpit Commentary - Adalah mungkin bahwa kematian ini merupakan akibat / hasil dari tidak adanya musuh di dalam.

Sekarang mari kita perhatikan jemaat-jemaat yang rankingnya bagus / agak bagus (ranking 1dan 2).

a. Smirna (ranking 1 karena tidak mendapatkan kritik sama sekali).
Tantangan bagi mereka adalah :
Dari dalam : Mereka hidup susah dan miskin.
Wahyu 2:9a - Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya
Dari luar : Mereka difitnah orang Yahudi, dianiaya, dipenjara dan mengalami kesusahan besar.

Wahyu 2:9b-10 - (9b) dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaahIblis. (10) Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari….”

b. Filadelfia (ranking 1 karena tidak mendapatkan kritik sama sekali).
Tantangan bagi mereka adalah :
Dari dalam : Mereka tidak terlalu kuat.
Wah 3:8b – “…Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku…
Dari luar : Ada tekanan dari orang Yahudi.

Wahyu 3:8b-9a – (8b) “…engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku. (9a) Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. …”

c. Efesus (ranking 2 karena meskipun dikritik, tetapi juga dipuji).
Tantangan bagi mereka adalah :
Dari dalam : Ajaran sesat / rasul-rasul palsu.

Wahyu 2:2,6 – (2) “…engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (6) Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
Dari luar : Adanya penganiayaan.
Wah 2:3 – Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

d. Pergamus (ranking 2 karena meskipun dikritik, tetapi juga dipuji).
Tantangan bagi mereka adalah :
Dari dalam : Ada sebagian jemaat berpegang pada ajaran sesat.

Wahyu 2:14-15 – (14) Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (15) Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.

Dari luar : Adanya penganiayaan yang hebat dari oranga-orang kafir.
Wahyu 2:13 - Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam.

e. Tiatira.
Tantangan bagi mereka adalah :
Dari dalam : Ada ajaran sesat yang menyusup masuk.
Wahyu 2:20 - Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hambahamba- Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Dari data di atas terlihat bahwa jemaat-jemaat yang bagus (ranking 1) atau agak bagus (ranking 2) adalah jemaat-jemaat yang menghadapi tantangan dari dalam dan dari luar gereja atau salah satunya. Ini tentu menarik! Gereja yang banyak tantangannya (luar dan dalam) justru adalah gereja yang paling bagus. Gereja yang kurang tantangannya, masih merupakan gereja yang bagus walaupun ada cacat di sana-sini dan karenanya mendapatkan kritikan juga. Tetapi gereja yang sama sekali tidak ada tantangan (luar dan dalam) justru adalah gereja yang mati. Itulah gereja Sardis!

William Hendriksen - Baik Yahudi maupun non Yahudi tidak kelihatan sangat mengganggu jemaat Sardis. Sardis adalah gereja yang sangat ‘damai’. Ia menikmati damai, tetapi itu adalah damai dari suatu pekuburan.

Geoffrey B. Wilson - Tidak ada permusuhan dari luar atau penyesatan di dalam yang mengganggu gereja (Sardis), yang sama damainya seperti kuburan.

Tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya. Karena gereja ini adalah gereja yang begitu jelek, maka setan tidak merasa perlu menyerangnya baik dari luar maupun dari dalam.

Pulpit Commentary - Kita tidak membaca tentang permusuhan atau kesengsaraan dari jenis apa pun yang harus dihadapi oleh gereja Sardis; gereja itu mati. Dan baik Setan maupun pasukannya tidak mau mengganggu sebuah gereja yang mati atau seorang pendeta yang mati. Tidak ada apa pun yang lebih menyenangkan kuasa kejahatan dari pada melihat sebuah gereja hancur berkeping-keping karena di sana tidak ada semangat untuk menjaga kerangka tubuhnya untuk tetap bersatu!

Tetapi sebenarnya ini bisa saling berhubungan. Memang betul kalau gerejanya sudah mati, setan juga tidak merasa perlu membuang energi untuk menyerang gereja seperti itu. Karena itu gerejanya akan terasa aman-aman saja. Tapi kalau gerejanya hidup, apalagi sungguh-sungguh melayani, maka itu adalah gereja yang membuat setan sangat terganggu. Dan setan akan mengarahkan segala kekuatannya untuk menyerang gereja ini. Pertama-tama dari luar, tapi kalau tidak berhasil, dari dalam. Kalau perlu luar dalam sekaligus! Maka gereja ini akan mendapatkan banyak masalah! Tetapi ajaibnya adalah dengan adanya banyak masalah itu, gerejanya justru jadi tambah hidup! Tidak akan mati!

Karena itu jikalau gereja kita ada banyak masalah, kita tidak boleh mengeluh apalagi mengundurkan diri. Justru kita harus bersyukur karena itu berarti setan menganggap kita berbahaya, dan karenanya ia menyerang kita. Tetapi itu justru membuat gereja kita akan lebih hidup dan bagus. Setan pernah berusaha menyerang kita dari luar. Dia memakai kaki tangannya untuk mengganggu dan meneror kita. Tetapi mungkin karena itu tidak mempan, dia lalu pakai serangan dari dalam sehingga di antara kita justru saling mengganggu dan meneror, menggosip dan memfitnah, membenci, tersinggung, dll. Kita harus membereskan semua itu tetapi itu juga harus kita syukuri karena dengan tantangan-tantangan itu gereja tidak akan mati! Bahkan itu adalah bukti bahwa gereja kita hidup!

Ini juga bisa diterapkan dalam hidup pribadi kita. Kalau saudara hidup aman-aman saja tanpa tantangan, biasanya justru iman menjadi lemah dan kerohanian makin redup dan bisa terjadi “koma” secara rohani. Tetapi dengan adanya tantangan-tantangan hidup itu, justru kerohanian saudara akan lebih maju dan terus hidup.

Saya pernah menyetir di jalan tol. Jalannya lurus dan panjang. Saya lalu melipat tangan dan sama sekali tidak memegang setir mobil kaki tetap di pedal gas dan betul-betul nyaman. Tapi sesuatu terjadi, saya jadi mengantuk dan tertidur. Celakanya lagi saya sempat bermimpi dalam tidur itu. Untungnya saya segera sadar tetapi saya tidak tahu sudah berapa jauh saya berjalan dalam keadaan tertidur. Mengapa saya bisa tertidur? Karena jalannya mulus, licin dan lurus tanpa hambatan. Tapi coba bayangkan kalau anda menyetir menuju Raknamo (suatu kampung terpencil di pulau Timor), jalannya tidak sempit dan tidak diaspal, penuh dengan batu-batu dan lubang di sana sini, naik turun gunung, dsb, apakah pada saat itu anda bisa tertidur saat menyetir? Tentu tidak bisa! Jadi jalan yang lurus dan mulus membuat orang tertidur sedangkan jalan yang berkelok-kelok, berbatu-batu, jurang di kiri kanan jalan, lubang di sana sini membuat orang tetap melek matanya.

Demikian juga dengan hidup kita. Hidup yang aman-aman dan mulus bisa membahayakan kerohanian kita tetapi hidup yang banyak masalahnya dan tantangannya justru membuat kita tetap waspada. Karena itu berhati-hatilah kalau hidup saudara relatif aman. Saudara harus bertanya : “ada apa gerangansampai setan tidak menyerang saya?” Dan saudara juga harus bersyukur atas setiap masalah, kesulitan, tantangan yang saudara hadapi. Semua itu akan membuat kerohanian saudara menjadi lebih maju. Demikian juga dengan gereja kita.

Tantangan-tantangan dari dalam maupun dari luar harus kita lihat sebagai sinyal baik yang akan membuat gereja kita menjadi gereja yang hidup dan tidak mengalami nasib seperti gereja Sardis.

SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (Bagian 3)

Wahyu 3:1-6 – (1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu. (4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. (5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapanBapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. (6) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang jemaat Sardis tetapi sebelumnya mari kita ingat kembali kronologi / sistematika pembahasan kita tentang jemaat Sardis :

I. KOTA DAN JEMAAT SARDIS.
II. KONDISI ROHANI JEMAAT SARDIS.
a. Tuhan mengatakan bahwa mereka mati / hampir mati.
1) Ada dosa di dalam Jemaat Sardis.
2) Hilangnya motivasi mula-mula.
b. Tuhan mengatakan bahwa tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna.

III. MENGAPA JEMAAT SARDIS BISA MENGALAMI KONDISI SEPERTI ITU?
a. Karena mereka makmur secara lahiriah
b. Karena tidak ada tantangan bagi Jemaat ini baik dari luar maupun dalam.

Dengan demikian sekarang kita akan melanjutkan pembahasan kita pada point yang ke
IV.

IV. NASIHAT TUHAN BAGI JEMAAT SARDIS.
Seperti jemaat-jemaat lain yang mendapatkan kritik dari Tuhan, jemaat Sardis pun mendapatkan nasihat dari Tuhan selaku Kepala Gereja setelah dikritik. Ini menarik!

Ada orang yang sukanya hanya mengkritik tetapi tidak mau menasihati / memberikan jalan keluar pada orang yang dikritik. Tetapi Tuhan tidak demikian. Dia mengkritik dengan keras tetapi selalu memberikan nasihat / jalan keluar menyusul kritikan-Nya.

Nasihat Tuhan kepada jemaat Sardis ini nampak dalam ayat 2-3 :
Wahyu 3:2-3 - (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Dari nasihat Tuhan ini, ada 3 kata/kalimat penting yang muncul di sana yang adalah perintah dari Tuhan kepada jemaat Sardis ini.

a. Bangunlah….
Wah 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.

Kata ini secara literal sebenarnya tidak tepat diterjemahkan “bangunlah”. Kata ini menggunakan kata Yunani “GREGOREUO”. Dan kata ini kembali muncul di dalam ayat 3.


Wah 3:2-3 - (2) Bangunlah (Yun. GREGOREUO), dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, …. (3) …. Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga (Yun. GREGOREUO), Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (WAHYU 3:1-6)
Ini berarti bahwa terjemahan kata ini dalam ayat 2 harus sama dengan terjemahannya di dalam ayat 3. Dan jikalau kata ini dalam ayat 3 diterjemahkan “berjaga-jaga” seharusnya ayat 1 pun demikian sehingga kata “bangunlah” dalam ayat 1 harus diterjemahkan “berjaga-jagalah”. Bandingkan dengan sejumlah terjemahan berikut :


TL – (2) Jagalah dan kuatkanlah segala yang ada tinggal dan yang hendak mati; … (3) …. Jikalau engkau tidak jaga kelak, Aku akan datang seperti pencuri, dan engkau tiada tahu akan waktunya yang Aku datang kelak kepadamu.

KJV – (2) Be watchful, and strengthen the things which remain, that are ready to die: … (3) … If therefore thou shalt not watch, I will come on thee as a thief, and thou shalt not know what hour I will come upon thee

YLT – (2) become watching, and strengthen the rest of the things that are about to die, … . (3) … if, then, thou mayest not watch, I will come upon thee as a thief, and thou mayest not know what hour I will come upon thee.

BBE – (2) Be on the watch, and make strong the rest of the things which are near to death; … (3)… If then you do not keep watch, I will come like a thief, and you will have no knowledge of the hour when I will come on you.

Dengan demikian terjemahan yang tepat haruslah demikian :

Wahyu 3:2-3 - (2) Berjaga-jagalah, … (3) … Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tibatiba datang kepadamu. Jadi di sini Tuhan menasihati jemaat Sardis untuk berjaga-jaga.

Sesuatu yang menarik di sini adalah bahwa kata “berjaga-jaga” adalah kata yang tidak asing bagi masyarakat Sardis. Bahkan boleh dikatakan bahwa kata tersebut sangat familiar dengan masyarakat kota Sardis. Sebagaimana sudah saya ceritakan dalam bagian I bahwa letak kota Sardis yang ada di puncak bukit yang dikelilingi oleh tebing yang curam, terjal dan licin menyebabkan kota Sardis begitu aman terhadap berbagai serangan musuh. Musuh yang hendak menyerang mengalami kesulitan untuk mencapai kota tersebut. Dan ini menyebabkan penduduk kota ini merasa begitu kuat dan aman.

Keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi dari Sardis nampak dari kenyataan bahwa bahkan ketika diserang / dikepung oleh bala tentara Persia pada tahun 549 SM, mereka sama sekali tidak berjaga-jaga. Mereka tahu bahwa bala tentara Persia sementara mengepung mereka tetapi mereka santai saja karena yakin tidak mungkin tentara Persia itu bisa menaiki tebing batu yang terjal dan licin itu. Hingga satu malam, sementara seorang tentara Sardis yang lagi bersantai tanpa sengaja menjatuhkan topi baja / helmnya ke luar tembok kota. Si tentara itu turun mengambil topinya melalui jalan rahasia dan melalui jalan itu juga ia kembali ke dalam kota. Sialnya, justru tindakannya itu dilihat oleh tentaratentara Persia yang lalu menjadi tahu adanya jalan rahasia menuju kota. Pada malam itu juga mereka masuk melalui jalan rahasia itu dan mencapai kota Sardis. Betapa kagetnya mereka bahwa bahkan dalam keadaan perang seperti

itu, kota Sardis sama sekali tidak melakukan penjagaan khusus. Rupanya orang-orang Sardis sangat yakin dengan keamanan mereka. Para tentara Persia pun bergerak dengan cepat pada malam itu seperti kawanan perampok / pencuri yang lalu menghabisi banyak orang Sardis termasuk raja Croesus dan berhasil menaklukkan kota Sardis. Sardis pun jatuh ke tangan Persia pada tahun 549 SM.

Ya, Sardis jatuh ke tangan musuh karena tidak berjaga-jaga! 331 tahun setelah peristiwa itu, yakni tahun 218 SM, peristiwa yang sama terulang kembali. Saat itu pemimpin Sardis Achaeus yang sementara berperang melawan Anthiochus dalam perebutan kota Sardis merasa yakin dengan keamanan kota Sardis yang terletak di atas bukit dengan jurang terjal dan licin mengelilinginya. Bahkan ketika tentara Anthiochus mengepung kota Sardis, masyarakat Sardis dan Achaeus begitu santai dan tidak melakukan penjagaan khusus sama sekali. Persis seperti yang dilakukan oleh raja Croesus 331 tahun silam. Sejarah terulang kembali. Para tentara Antiochus berhasil menemukan jalan rahasia yang dulu dilewati oleh para tentara Persia. Mereka masuk melalui jalan rahasia itu dan lagi-lagi betapa kagetnya mereka bahwa kota tersebut bahkan tidak berjaga-jaga sama sekali. Mereka begitu santai. Bak kawanan pencuri, para tentara Antiochus pun menyerang Sardis dan menaklukkan kota itu.

Jadi Sardis pernah 2 kali dalam sejarah ditaklukkan oleh musuh mereka dan penyebabnya adalah rasa percaya diri mereka yang begitu tinggi sehingga mengakibatkan mereka tidak berjaga-jaga sama sekali. Sejak saat itu mereka sadar akan artinya berjaga-jaga. Kemudian kata “berjaga-jaga” (Yun. GREGOREO) itu lalu menjadi semacam kata-kata “password” bagi masyarakat Sardis di mana setiap kali mereka bertemu, kata tersebut diucapkan seorangterhadap yang lain seperti kata “Merdeka…!” bagi masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan atau kata “Shalom….!” bagi orang Kristen saat ini. Ini dimaksudkan agar mereka selalu ingat untuk selalu berjaga-jaga, tidak lagidiserang dan dikalahkan musuh seperti pencuri pada malam hari. Jadi jikabicara soal berjaga-jaga, ini kata yang sangat familiar dengan masyarakat Sardis.

Simon Kistemaker – “…mendengar kalimat itu maka penduduk Sardis dengan segera akan mengingat sejarah kota mereka.

Nah, ketika mendapati gereja-Nya yang hampir mati di tengah kota Sardis, Kristus pun lalu memberikan nasihat kepada mereka :

Wahyu 3:2-3 - (2) Berjaga-jagalah, … (3) … Karena jikalau engkau tidak berjagajaga,Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Jadi nasihat Kristus ini bertolak dari sejarah panjang kota Sardis. Kristus mau jemaat-Nya belajar dari sejarah masa lampau. Jikalau karena 2 kali pernah dihancurkan oleh musuh politis akibat tidak berjaga-jaga, dan sekarang mereka lalu menjadi berjaga-jaga, mengapa gereja-Nya tidak melakukan hal yang sama?

Gereja tidak menghadapi musuh secara politik. Gereja menghadapi musuh secara rohani yang jikalau gereja tidak berjaga-jaga, gereja pun akan mengalami nasib yang sama dengan kota Sardis yang dihancurkan oleh musuh. Kondisi rohani jemaat Sardis yang hampir mati itu menunjukkan bahwa mereka telah dikalahkan secara rohani oleh musuh mereka. Mereka harus bangun, mereka harus berjaga-jaga jikalau tidak maka bukan saja musuh-musuh gereja akanmenaklukkan gereja itu tetapi bahkan Tuhan sendiri yang akan datang seperti pencuri pada mereka.

Wahyu 3:2-3 - (2) Berjaga-jagalah, … (3) … Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Kedatangan yang dimaksud di sini bukanlah kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Kedatangan ini adalah kedatangan secara khusus untuk menghakimi gereja-Nya.

James B. Ramsey - ‘Aku akan datang seperti pencuri’. Aku tidak akan memberikan peringatan lebih dulu. Sebagaimana kedatangan-Nya pada kedatangan kedua kalinya, demikianlah Ia akan datang untuk memberikan penghakiman kepada setiap gereja dan profesor yang tidur.

Herman Hoeksema – “.... kepada gereja Sardis Tuhan menuliskan bahwa Ia akan datang sebagai seorang pencuri. Sesuai dengan kematian dan tidurnya rohani mereka, Ia akan datang kepada mereka tanpa mereka sadari. Ia akan melaksanakan penghakiman-Nya sebelum mereka mengetahuinya.

Jakob P.D. Groen– “Kalau mereka terus tidur dan tidak bangun-bangun, pada suatu saat tiba-tiba Hakim akan mendatangi mereka. Kedatangan-Nya ini bukan kunjungan biasa, tetapi kunjungan untuk menghukum mereka yang tidak setia. (Aku Datang Segera, hal. 61)

Bandingkan dengan peringatan Tuhan terhadap jemaat Efesus :
Wahyu 2:5 - Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan dating kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Intinya di sini adalah Tuhan mau agar gereja-Nya menjadi gereja yang berjagajaga / waspada. Orang Kristen haruslah menjadi orang Kristen yang berjaga-jaga/ waspada. Jika tidak maka mereka akan dikalahkan oleh musuh-musuh merekaatau mereka akan mengalami kerugian / kehancuran secara rohani. William Barclay mengatakan bahwa tidak ada perintah lain yang lebih sering muncul di dalam PB selain perintah untuk berjaga-jaga. Dan ini memang benar!

Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap pencobaan.
Matius 26:41 - Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Ingat bahwa hidup seorang Kristen terbuka terhadap berbagai pencobaan dan kalau tidak berhati-hati maka kita akan jatuh dan hancurlah kerohanian kita.

Misalnya pencobaan dalam hal materi / kekayaan sebagaimana disinggung dalam bagian II khotbah ini.

Lukas 12:15 - Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."

Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap tipu muslihat Iblis.
1 Petrus 5:8 - Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Ingat bahwa Iblis paling tidak suka kalau kita bersungguh-sungguh dengan Tuhan apalagi kalau kita terlibat di dalam pelayanan. Dia pasti akan menyerang dan mengacaukan hidup kita.

Contohnya adalah dia berusaha “memprovokasi” Allah untuk bisa mendatangkan sejumlah bencana pada Ayub karena Ayub adalah orang beriman.

Ayub 1:8-11 – (8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagarsekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Karena itu kalau saudara hidup dekat Tuhan jangan kira setan akan biarkan hidup saudara aman. Dia pasti akan dengan berbagai cara berusaha mengacaukan hidup saudara. Berjaga-jagalah!

Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap ajaran sesat.
Kis 20:29-31 – (29) Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. (30) Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. (31) Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.

Ingat bahwa setan itu pintar. Dia tidak mungkin memberikan ajaran sesat yang menyolok secara ekstrim dengan ajaran yang benar. Dia akan memberikan ajaran sesat yang sangat mirip dengan ajaran Kristen. Dia bias menggunakan nabi-nabinya (nabi palsu) untuk memasukkan ajaran sesat di sela-sela ajaran benar yang lebih banyak porsinya. Ini persis seperti apabila kita mau meracuni orang, kita akan mencampur racun pada nasi bukannya nasi pada racun. Jadi porsi nasi tetap lebih banyak dari racunnya. Tetapi justru itulah yang mematikan jika orang tidak berwaspada / berjaga-jaga.

Lebih parah lagi setan bisa melengkapi para nabinya (nabi palsu) dengan mujizat-mujizat yang hebat.

Matius 7:22-23 - Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Matius 24:24 - Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

2 Tesalonika 2:9 - Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu.

Jangan heran kalau banyak orang menjadi tersesat. Karena itu harus berjagajaga. Tetapi bagaimana caranya?

1 Yohanes 4:1 - Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.

Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap kedatangan Tuhan Yesus kali kedua.
Matius 24:42 - Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Kalau orang sudah tahu waktu kedatangan Tuhan, maka perintah untuk berjaga-jaga ini menjadi kehilangan artinya. Bandingkan dengan ajaran Paulus Tribrata bahwa Yesus akan datang kembali pada pertengahan tahun 2029. Jikalau kita sudah tahu bahwa Yesus akan datang pertengahan tahun 2029, bukankah masuk akal untuk menunda waktu pertobatan kita sampai awal tahun 2029? Ini jelas ajaran sesat dan omong kosong dari Paulus Tribrata. Jikalau waktu kedatangan Yesus sudah diketahui, nasihat untuk berjaga-jaga menjadi kehilangan maknanya.

Ya! Intinya adalah orang Kristen harus berjaga-jaga atau memiliki sikap waspada. Apa yang dialami oleh kota Sardis harus bisa ditarik pelajaran yang bersifat rohani oleh gereja Sardis dan orang-orang Kristen pada umumnya.

Budi Asali – Kata ‘bangunlah / berjaga-jagalah’ cocok untuk gereja yang ada di kota yang sudah 2 kali dikalahkan musuh karena tidak berjaga-jaga (secara jasmani). Memang seringkali hal-hal jasmani / duniawi mempunyai persamaan dengan hal-hal rohani, seperti kalau kita pernah tertipu dalam hal jasmani / duniawi, maka kita harus sadar bahwa itu juga bisa terjadi dalam dunia rohani, dan karena itu kita harus berjaga-jaga dalam hal-hal rohani. Kalau kita pernah mengalami kekurangan makanan secara jasmani, dan itu lalu menimbulkan problem-problem kesehatan, maka kita harus sadar bahwa hal yang sama bias terjadi secara rohani, dan karena itu kita harus berusaha untuk mendapatkan makanan rohani yang sehat dan cukup.

William Barclay – Sejarah Sardis memberi contoh yang jelas mengenai apa yang terjadi pada benteng yang penjagaannya lemah. Orang Kristen senantiasa diserang oleh kekuatan-kekuatan yang ingin membujuknya agar tidak setia kepada Kristus. Seringkali serangan itu licik dan tidak nampak jelas. Oleh karena itu orang Kristen harus senantiasa berjaga-jaga. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.175).

Apa yang dikatakan Barclay ini benar. Seringkali serangan yang datang pada kita itu bersifat licik dan tidak nampak. Itulah yang membuat banyak kita menjadi jatuh. Dan tidak ada yang lebih licik daripada Iblis musuh kita itu. Di sini saya mau memberikan sejumlah contoh bagaimana Iblis dengan kelicikan telah menipu begitu banyak manusia di mana ia bisa membuat strategi dengan melakukan suatu keajaiban tertentu menjadi kebiasaan yang berulang sehingga akhirnya orang menjadi percaya pada hal itu padahal itu adalah omong kosong belaka. Contoh :

Setan bisa menyerang seseorang lalu dia membisikkan pada orang lain
bahwa serangan setan itu bisa diatasi dengan menaburkan garam di sekitar rumah. Lalu begitu garam ditaburkan di sekitar rumah, setan lalu mundur. Itu ia lakukan beberapa kali sampai muncul keyakinan pada orang yang diserang itu setan takut pada garam. Itu lalu berkembang menjadi doktrin dan lalu menyebar sehingga anak-anak Tuhan pun terpengaruh dan menyiram garam di rumahnya supaya aman dari serangan setan. Mereka tidak sadar bahwa mereka termakan tipuan setan. Mana pernah setan takut pada garam?

Setan bisa masuk pada anak kecil dan membuatnya menangis tiada henti.
Setelah itu dia bisa berikan mimpi pada orang tua dari anak itu bahwa tangisan anak itu diakibatkan karena ketidakpedulian mereka terhadap orang tertentu (biasanya orang tua) yang telah meninggal. Besoknya ketika orang tua dari anak itu memberikan sesuatu di atas kuburan dan lalu mengganti nama anak kecil itu dengan nama dari orang tua yang sudah meninggal, setan lalu menghentikan tangisan anak itu. Dari situ lalu muncul keyakinan bahwa anak kecil yang menangis tidak berhenti-henti bias dihentikan dengan mengganti nama anak itu dengan nama orang-orang yang sudah meninggal.

Setan bisa mematikan orang-orang tertentu dalam 1 rumah, lalu dia bisa
memberitahukan melalui kaki tangannya (dukun, paranormal, “orang pintar”, tim doa palsu) bahwa penyebab dari kematian itu adalah tiang “nok” (tiang sentral) rumah yang salah posisi (tepat di ambang pintu / jendela). Itu dia lakukan berulang-ulang sampai akhirnya orang menjadi yakin bahwa pemasangan tiang “nok” rumah yang yang tepat di atas pintu / jendela akan mengakibatkan korban jiwa / minimal sakit tertentu (dada terasa tertikam).

Karena itu pada waktu membangun rumah, orang lalu merasa perlu untuk memperhatikan posisi tiang “nok” tersebut, kalau perlu meminta nasihat paranormal specialis tata letak rumah (Fengshui).

Dalam pekerjaan sebuah bangunan, setan bisa mengakibatkan kecelakaan
tertentu. Lalu dia bisa memberitahukan melalui kaki tangannya (dukun,paranormal, “orang pintar, “tim doa palsu) bahwa penyebab kecelakaan itu karena pada waktu pemasangan atap rumah, tidak ada darah yang dioleskan di sana. Setan melakukan itu beberapa kali. Lalu ketika orang mau memasang atap dan mengoleskan darah tertentu di sana, setan berhenti melakukan kecelakaan kerja. Ini lalu memberikan keyakinan pada banyak orang bahwa sebuah pekerjaan rumah (pemasangan atap) akan aman kalau ada darah yang dioleskan di sana. Ini yang terjadi dalam pemasangan atap gedung gereja kita. Para tukang meminta pengolesan darah pada tiang-tiang atap, tapi saya menolak sama sekali.

Semua contoh ini menunjukkan pada kita bahwa setan sangat lihai di dalam menggoda kita. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh kita berjaga-jaga! Jadilah orang Kristen yang berhati-hati / waspada! Jadilah orang Kristen yang berjagajaga!

b. “….kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati (ayat 2a).

Wahyu 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah- Ku.

Adanya kata-kata “hampir mati” dalam ayat ini jelas menunjukkan bahwa jemaat Sardis tidak sungguh-sungguh mati. Ini tidak bertentangan dengan ayat 1 yang mengatakan mereka mati. Sebagaimana sudah saya jelaskan, rupanya kondisi mereka begitu parah sehingga nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan dan karena itu dikatakan mereka mati.

James B. Ramsey - Tetapi sekalipun hal-hal di Sardis begitu jelek, ia tetap merupakan gereja yang benar. Sekalipun kematiannya adalah nyata dan meresap dan melumpuhkan, tetapi itu belumlah kematian yang lengkap. Beberapa hal masih tertinggal, sekalipun hal-hal inipun juga hampir mati.

Catatan : Istilah ‘true church’ (gereja yang benar) bukan berarti gereja yang bagus.
Maksudnya gereja itu tetap masih merupakan gereja di hadapan Tuhan. Nyaris tidak ada tanda kehidupan artinya masih ada tanda kehidupan tetapi sedikit sekali. Untuk itu Tuhan lalu memberikan nasihat kepada jemaat Sardis untuk menguatkan apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati itu. Lalu apa yang masih tinggal pada mereka?

Masih ada sejumlah orang yang hidup benar.
Wahyu 3:4 - Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
“Tidak mencemarkan pakaiannya” menunjukkan bahwa mereka tidak hidup di dalam dosa.

Masih ada sejumlah pelayanan walaupun tidak sempurna.
Wahyu 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.

Jadi mereka tetap bekerja / melayani walaupun tidak ada pekerjaannya yang sempurna.

2 hal inilah yang tersisa dari jemaat Sardis. Itu pun dalam keadaan sekarat dan hampir mati. Tetapi 2 hal ini bisa menjadi modal mereka untuk bangkit. Nah, Tuhan memerintahkan mereka untuk menguatkan apa yang masih tinggal, yang hampir mati itu.

Simon Kistemaker – Perintah kedua adalah untuk mulai menguatkan umat-Nya dan apa yang masih berfungsi dalam jemaat. Walaupun beberapa anggota masih aktif, pekerjaan yang telah mereka lakukan tidak sempurna dan dalam bahaya menjadi pasif sama sekali. Penekanan pada kalimat ini adalah pada kata kerja “kuatkanlah”, sehingga baik orang-orangnya maupun aktifitas-aktifitasnya yang masih tinggal di Sardis dikuatkan. Pekerjaan iman dan kasih yang dilakukan oleh beberapa jemaat yang bertekun ini memiliki potensi untuk melenyapkan kematian.

Ini menunjukkan bahwa jemaat gereja Sardis mempunyai tanggung jawab untuk membetulkan hal-hal yang jelek dalam diri / gereja mereka. Memang dalam Yesaya 42:3a dikatakan : “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya” yang menunjukkan bahwa Kristus tidak akan membuang orang Kristen yang sejati yang mundur, tetapi sebaliknya menolongnya / mengangkatnya. Tetapi itu tidak berarti bahwa orang Kristen yang patah terkulai / pudar nyalanya itu boleh bersikap pasif. Setiap gereja atau setiap orang Kristen harus senantiasa mengintrospeksi diri, menemukan hal-hal tidak baik di dalam dirinya dan berusaha untuk memperbaiki atau menemukan hal-hal yang kurang baik dan lalu berusaha meningkatkannya sehingga menjadi lebih baik. Contoh :

Dalam hal beribadah / kebaktian : Apakah kita sudah tepat waktu / tidak
terlambat? Apakah kita cukup rajin berbakti? Apakah kebaktian kita dilakukan dengan sungguh-sungguh? Apakah sewaktu kita menyanyi, kita melakukannya dengan kesungguhan? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal mendengar Firman Tuhan : Apakah kita cukup rindu mendengar Firman Tuhan? Apakah cara kita mendengar Firman Tuhan sudah benar? Apakah kita aktif di dalam kelas Pelajaran Alkitab? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal berdoa : Apakah doa-doa pribadi kita berjalan dengan normal dan baik? Apakah pada saat doa syafaat dalam kebaktian, sikap kita sudah benar? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal pelayanan : Apakah kita cukup serius di dalam pelayanan?
Apakah kita sudah maksimal di dalam pelayanan? Apakah kita sudah melibatkan diri di dalam pelayanan-pelayanan? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal kasih : Apakah kita benar-benar mengasihi Tuhan? Dalam hal mengasihi sesama, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengasihi orang lain? Ataukah malah membenci dan tidak mengampuni orang lain? Jika kasih kita kepada Tuhan dan sesame tidak benar, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal persembahan : Apakah kita sudah memberikan yang terbaik dari kita untuk mendukung pekerjaan Tuhan? Apakah kita sudah all out di dalam persembahan pembangunan gereja? Apakah kita setia memberikan persembahan persepuluhan? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal mengucap syukur : Apakah kita sudah belajar mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal? Atukah kita hanya mengucap syukur untuk hal-hal yang enak saja tetapi mengluh untuk hal-hal yang tidak enak? Jika kita tidak / belum mengucap syukur dalam segala hal, kita harus memperbaikinya!dll.

Intinya adalah hal-hal yang mana yang dulu saudara baik sekarang tidak, dan hal-hal yang mana yang dari dulu sampai sekarang saudara tidak pernah baik, berusahalah untuk memperbaiki hal-hal itu. Saya dulu rajin berpuasa, sekarang tidak! Saya harus memperbaikinya sekalian untuk menurunkan badan! Dulu persiapan khotbah saya minim tapi doanya banyak. Sekarang persiapannya banyak, doanya kurang. Saya harus memperbaikinya! Dulu saya penyabar, sekarang emosional. Saya harus memperbaikinya!

Marilah kita semua melihat hal-hal yang kurang dari kerohanian kita atau yang jelek dari hidup kita dan berusaha memperbaikinya. Ini juga berlaku gereja kita. Marilah kita selalu mengevaluasi kehidupan berjemaat kita dan juga pelayanan kita. Jika kita dapati kekurangan atau kejelekkan, kita harus mau mengubahnya agar Tuhan bisa dapati pekerjaan sempurna di mata-Nya.

c. Ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! (ayat 3a)
Wahyu 3:3 - Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah!...”

Menerima dan mendengar apa / siapa? Siapakah yang dimaksudkan dengan “nya” di dalam kalimat tersebut? John Stott mengatakan bahwa itu adalah Roh Kudus karena Roh Kudus adalah Roh Kehidupan.

Roma 8:2 - Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Gereja Sardis nyaris mati dan karena itu mereka perlu mendengar dan mengingat Roh Kudus yang dapat memberikan hidup kepada mereka.

John Stott - Berita lain apa yang butuh didengarkan oleh gereja yang mati atau sekarat? Adalah Roh Kudus yang bisa menghembuskan ke dalam ibadah formil / resmi kita sehingga itu menjadi hidup dan nyata. Adalah Dia yang bias menghidupkan pekerjaan mati kita dan membuatnya berdenyut dengan kehidupan. Ia bisa menolong gereja yang sekarat dan membuatnya sebagai kekuatan yang hidup dalam masyarakat.

Sekalipun benar yang dikatakan Stott bahwa Roh Kudus adalah Roh yang memberi hidup kepada gereja, saya tidak setuju dengan penafsiran Stott di sini. Kata-kata “engkau telah mendengarnya” rasanya tidak pas diterapkan pada Roh Kudus. Juga kalimat selanjutnya “turutilah itu dan bertobatlah!” menjadi agak rancu jikalau itu menunjuk pada Roh Kudus. Saya lebih condong menafsirkan bahwa “nya” di sana menunjuk pada berita Injil. Sehingga nasihat kepada jemaat Sardis itu adalah mereka harus ingat bagaimana mereka telah mendengar dan menerima berita Injil. Dan karena itu mereka harus menuruti Injil itu dan bertobat.

Louis A. Vos - Obyek dari kata kerja “menerima” dan “mendengar” adalah Injil. (The Synoptic Traditions in the Apocalypse, hal. 211).

William Barclay – Kristus yang bangkit memerintahkan jemaat Sardis yang malas untuk mengingat kegairahan ketika mereka pertama kali mendengar berita Injil. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.177).

Kata “ingatlah” di sini di dalam bahasa Yunani ditulis dalam bentuk Present Imperative” yang berarti teruslah ingat, jangan pernah lupa. Atau ingatlah setiap waktu, jangan lupa sedetik pun. Jadi di sini untuk gereja yang nyaris mati secara rohani ini Tuhan menasihati mereka agar mereka mengingat kembali saat pertama mereka mendengar dan merima Injil itu. Pada saat itu ada semangat dan sukacita dalam hati mereka, yang menyebabkan mereka berkobar-kobar dalam iman dan pelayanan mereka. Mereka harus mengingat itu dan harus terus mengingatnya. Dan setelah mereka mengingatnya, mereka harus menuruti berita Injil itu dan bertobat dari dosa-dosa mereka.

John Stott - Gereja Sardis juga diberitahu untuk mengingat. Ingatan merupakan karunia / pemberian yang berharga dan merupakan berkat. Tidak ada apa pun yang bisa menusuk hati nurani sehingga bangun sepenuhnya seperti ingatan tentang masa lalu. Jalan yang terpendek kepada pertobatan adalah ingatan.

Biarlah seseorang mengingat bagaimana ia dahulu dan merenungkan ia bias menjadi apa oleh kasih karunia Allah, dan ia akan bertobat, berbalik dari dosanya kepada Juruselamatnya.

Ya! Mengingat kembali saat pertama kali kita mendengar Injil, saat pertama kali kita mengenal Yesus secara pribadi, saat pertama kali kita diselamatkan, saat pertama kali hati kita berkobar-kobar karena kasih kepada-Nya, itu semua menolong kita untuk bisa kembali kepada kepada Tuhan jikalau kita telah menjauh dari-Nya.

William Barclay – Berulang-ulang orang Kristen harus berdiri di depan salib dan mengingat kembali apa yang telah dilakukan Allah baginya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.178).

Ibrani 10:32,35 – (32) Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, … (35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya

Jikalau saudara dapati hidup saudara sudah jauh dari Tuhan, jikalau saudara dapati bahwa persekutuanmu dengan Tuhan hancur karena dosa-dosamu, jikalau saudara dapati bahwa hatimu telah dingin, jikalau saudara dapati bahwa semangatmu di dalam melayani menjadi kendor, jikalau saudara dapati bahwa iman / kerohanianmu nyaris mati, marilah mengingat kembali pengalaman kita pertama kali berjumpa dengan Yesus, ingatlah kembali kekariban / kedekatan kita dengan Tuhan dulu, ingatlah kembali semangat kita yang berkobar-kobar untuk melayani Tuhan, dan bertobatlah, kembali pada Tuhan. Hal yang sama berlaku bagi gereja kita. Jikalau suatu saat kita dapati bahwa gereja kita mengalami nasib yang sama seperti jemaat Sardis, kiranya kita mau mengingat kembali bagaimana awalnya gereja ini dimulai, bagaimana Tuhan menyatakan kasih dan kuasa-Nya di tengah-tengah gereja ini, dan marilah kita bertobat,kembali kepada Dia.

SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (Bagian 4)

Wahyu 3:1-6 – (1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggalyang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna dihadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima danmendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Akuakan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datangkepadamu. (4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; merekaakan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. (5)Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akanmenghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapanBapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. (6) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkanapa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Kita sudah membicarakan IV point dalam pembahasan tentang jemaat Sardis ini, dan sekarang kita akan melanjutkan pembahasan kita pada point selanjutnya yakni point V.

V. JANJI TUHAN BAGI JEMAAT SARDIS.

Pada bagian point IV kita sudah melihat bagaimana nasihat Tuhan pada jemaat Sardis yakni supaya mereka berjaga-jaga, supaya mereka memperbaiki diri dan supaya mereka mengingat kembali Injil dan bertobat. Jika mereka mau melakukan seperti nasihat Tuhan itu, mereka dikatakan sebagai orang yang menang. Dan untukorang-orang yang menang itu, Tuhan menjanjikan sejumlah hal pada mereka.

Berikut ini adalah janji Tuhan pada mereka :
Wahyu 3:5 - Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

Dari kata-kata Tuhan ini kita melihat ada 3 janji yang terkandung di dalamnya :

a. Tuhan berjanji akan mengenakan pakaian putih kepada mereka.
Wahyu 3:5 - Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian;…”

Ayat ini jelas berhubungan dengan ayat sebelumnya yang berbicara tentang beberapa orang di Sardis yang tidak mencemarkan pakaian mereka (tidak hidup di dalam dosa).

Wahyu 3:4 - Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.

Itulah sebabnya dikatakan : “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian”. Artinya adalah barangsiapa yang menang akan dikenakan pakaian putih seperti yang diberikan pada beberapa orang Sardis yang hidup dalam kesucian itu.

Pada bagian sebelumnya sudah saya jelaskan bahwa nasihat Tuhan pada jemaat Sardis diangkat dari latar belakang kota mereka sendiri yang pernah 2 kali ditaklukkan karena mereka tidak berjaga-jaga. Karena itu nasihat untuk berjaga-jaga adalah sebuah nasihat yang sangat familiar bagi orang-orang Sardis. Maka di sini janji Tuhan kepada mereka juga diangkat dari hal-hal yang sangat familiar dengan warga Sardis ini. Di sini Tuhan menjanjikan pakaian putih bagi mereka. Mengapa demikian? Karena pakaian putih bukanlah pakaian asing bagi orang-orang Sardis.

Sebelumnya sudah saya jelaskan bahwa di Sardis ada pabrik kain dan pakaian dari kulit domba yang sudah pasti berwarna putih. Karena itu pakaian putih bukanlah pakaian asing bagi orang Sardis. Itu adalah pakaian produksi kota mereka sendiri. Dan menariknya adalah untuk orang-orang Sardis yang memproduksi pakaian putih ini, Tuhan justru menjanjikan pakaian putih bagi mereka yang menang.

Jakob P.D. Groen - Janji itu cukup jelas bagi penduduk kota Sardis, yang pada zaman itu terkenal sebagai ahli pakaian bulu domba (wol, putih). Mereka perlu mendapat pakaian dari TUHAN. (Aku Datang Segera, hal. 62).

Pakaian putih yang dijanjikan Tuhan Yesus ini pasti lebih putih daripada pakaian putih “Made in Sardis”. Saking putihnya bisa bercahaya seperti matahari.

Matius 13:43 - Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Wahyu 19:8 - Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!"…”

Perlu diingat bahwa pakaian dengan “warna surgawi” ini adalah pakaian yang sama yang dikenakan para malaikat dan juga Yesus dalam peristiwa transfigurasi.

Lukas 24:4 - Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.

Wahyu 15:6 - Dan ketujuh malaikat dengan ketujuh malapetaka itu, keluar dari Bait Suci, berpakaian lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.

Lukas 9:29 - Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Jadi pakaian yang dijanjikan bagi orang-orang yang menang di Sardis ini adalah pakaian produk surga (“Made in Heaven”).

Janji pemberian pakaian putih bagi mereka yang menang juga bias dilatarbelakangi oleh tradisi Romawi kuno sebagaimana dikatakan Barclay.

William Barclay - Di dunia kuno jubah putih menandakan kemenangan. Padahari perayaan kemenangan Roma semua warga mengenakan pakaian putih; kota itu sendiri dinamakan urbs Candida, kota dalam keadaan putih. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 181).

Jelas pakaian putih yang dijanjikan Tuhan ini tidaklah bersifat hurufiah tetapi simbolik. Nah, apa artinya pakaian putih di sini? Ada banyak penafsiran tentang ini tetapi ada 2 penafsiran yang menonjol dan banyak dipegang oleh mayoritas penafsir :

1) Ada yang berkata bahwa pakaian putih di sini adalah simbol dari kebenaran/ kekudusan/kemurnian.

Jadi kalau dikatakan Tuhan mengenakan pakaian putih pada orang-orang yang menang, artinya adalah Tuhan sendiri yang akan membenarkan / menyucikan atau memurnikan mereka sehingga mereka akan menjadi sempurna.

Herman Hoeksema : Dalam Kitab Suci pakaian putih merupakan simbol dari kebenaran dan kekudusan dan kemurnian, dari pembebasan yang sempurna dari dosa dan kejahatan.

George Eldon Ladd - Ini adalah janji kemenangan dan kemurnian dalam Kerajaan Mesias pada waktu mereka yang telah tetap setia dalam masyarakat yang kafir dan jahat akan mengalami penyempurnaan persekutuan dengan Tuhan.

Di dunia ini, ketika kita sudah percaya, kita rindu untuk taat pada Tuhan. Kita rindu untuk hidup dalam kebenaran dan kesucian tetapi kita sering gagal. Kita rindu untuk menyenangkan Tuhan lewat kehidupan kita, tetapi seperti kata Firman Tuhan : “Roh memang penurut tetapi daging lemah” sehingga seringkali kita jatuh bangun dalam dosa. Kalau kita benar-benar orang percaya, kenyataan ini akan membuat kita menderita. Menderita karena di satu sisi kita ingin taat dan menyenangkan Tuhan, tapi di sisi lain kita seringkali berdosa dan menyakiti hati Tuhan. Kita mengalami apa yang juga dialami oleh Paulus :

Roma 7:15,19,21-23 – (15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggotaanggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hokum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.

Tapi kalau kita adalah orang-orang yang menang, suatu hari nanti ketika kita masuk di dalam Kerajaan Tuhan yang kekal (surga), Ia akan menyempurnakan kita sehingga kita hidup dalam kebenaran / kesucian dan tidak berbuat dosa lagi.

Ibrani 12:23 – “…kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna

Pada saat itu kita menjadi kudus dan dengan kekudusan itu kita bisa memandang wajah Tuhan kita.

Ibrani 12:14 – “… sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Sekarang ini kita belum melihat Tuhan dalam rupa yang sesungguhnya.

Ingat bahwa gambar-gambar Yesus yang populer sekarang ini bukanlah wajah Yesus yang sesungguhnya. Kalau kita orang Kristen yang sejati, kita pasti mempunyai kerinduan yang besar untuk melihat wajah Juruselamat kita seperti rasul Andreas yang ketika mau disalib di Ethiopia, ia berbicara dengan salib itu dengan kata-kata : “Oh salib yang mulia, bawalah aku sekarang pada Sang Guruku yang Maha agung karena hatiku sudah sangat rindu berjumpa dengan Sang Guruku. Bawalah aku, bawalah aku sekarang juga”. Dengan kata-kata itu Andreas naik ke atas salib dan dihukum mati sambil menyanyi. Atau juga seperti kata-kata dalam sebuah lagu tua :

“Saya rindu bertemu dengan Yesus
Saya rindu memandang wajah-Nya
Saya cape berjalan dalam dunia yang fana
Saya rindu bertemu dengan Dia”

Tetapi itu belum bisa terjadi karena kita masih berdosa. Ingat, tanpa kekudusan tidak seorang pun bisa melihat Tuhan. Tetapi satu hari nanti, asal kita menjadi orang-orang yang menang di dalam perjuangan iman kita di dunia ini, kita akan dikenakan pakaian putih (artinya kita akan dikuduskan / disempurnakan) dan pada saat itu kita akan melihat Tuhan kita muka dengan muka.

1 Korintus 13:12 - Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi orang-orang yang mengasihi Tuhan. Karena itu pula kita tidak boleh bersedih terlalu banyak apabila kekasih-kekasih kita meninggal dunia dalam Tuhan. Kita juga harus bersukacita karena mereka sudah mengenakan pakaian putih dan bias melihat wajah Juruselamat mereka.

2) Ada yang berkata bahwa pakaian putih di sini adalah simbol dari keikutsertaan dalam pesta perjamuan Anak Domba Allah.

Tafsiran ini diambil dari tradisi kuno yang berkenaan dengan pakaian putih di mana jubah putih adalah jubah yang harus dipakai jikalau menghadiri sebuah pesta resmi.

Pengkhobah 9:7-8 – (7) Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu. (8) Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.

Orang tidak akan dibiarkan hadir dalam sebuah pesta tanpa mengenakan pakaian pesta ini (jubah putih).

Matius 22:11-13 – (11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Perlu juga diketahui bahwa hubungan Tuhan dan umat-Nya seringkali digambarkan sebagai mempelai laki-laki dan perempuan. Penggambaran ini ada dalam PL maupun PB.

Dalam PL.
Hosea 2:18 - Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.

Yesaya 54:5 - Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya;…”

Dalam PB.
Yohanes 3:29 - Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu….”

Matius 25:1 - "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.

Jadi kita orang-orang percaya sebenarnya adalah mempelai Kristus, Anak Domba Allah itu. Tapi sekarang kita belum kawin dengan Dia. Kita hanya baru bertunangan.

2 Korintus 11:2 – “… Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Kita bertunangan dengan Dia sejak kita percaya kepada-Nya. Lalu pesta kawinnya kapan? Nanti di surga!

Wahyu 19:6-7,9 – (6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba."…”

Catatan : Melihat ayat di atas ini bahwa ada pengantin perempuan dan juga para undangan, lalu kita sebagai apa di sana? Sebagai pengantin perempuan atau sebagai undangan? Jawabannya adalah kedua-duanya. Kita adalah mempelai sekaligus undangan.

Lalu pakaian apakah yang dikenakan oleh kita sebagai tamu sekaligus mempelai perempuan dalam pesta itu?

Wahyu 19:7-9 – (7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memulia-kan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!"… (9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba."…”

Jadi mempelai Kristus / para tamu dalam pesta kawin Anak Domba itu akan mengenakan kain / pakaian putih. Ini tentu ada hubungan dengan janji Tuhan untuk memberikan pakaian putih bagi orang-orang yang memang di Sardis.

Jakob P.D. Groen – Inilah pakaian yang dijanjikan dalam surat kepada jemaat di Sardis…” (Aku Datang Segera, hal. 265).

Jadi ketika Tuhan berjanji akan mengenakan pakaian putih kepada orang-orang yang menang, artinya adalah mereka akan diterima dalam pesta kawin Anak Domba itu sebagai mempelai perempuan-Nya dan sekaligus sebagai tamu-tamu-Nya.

William Barclay - Jubah putih di dalam Wahyu dapat diartikan bahwa orang yang setia akan diberikan jubah itu, karena mereka akan menjadi tamu di dalam perjamuan Allah. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 181).

Apa artinya semua ini? Ketika seorang laki-laki mengawini seorang perempuan itu berarti bahwa ia menerima perempuan itu di rumahnya, menjadi milik seutuhnya, dekat dengan dia dan memiliki hak di dalam rumahnya. Demikian juga ketika kita diterima sebagai “isteri” dari Kristus, kita diterima di dalam rumah-Nya di surga, kita menjadi milik seutuhnya dari Dia, menjadi begitu dekat dengan Dia selama-lamanya dan memiliki hak atas kerajaan-Nya. Mungkin syair lagu ini dapat menggambarkan ide tersebut :

“Sebuah istana tersedia bagiku
Di balik bukit di neg’ri seb’rang
Di sana nanti kita pun akan hidup
Bersama Tuhan selamanya”.

Dua penafsiran ini bisa kita gabungkan sehingga arti dari kita diberikan pakaian putih adalah bahwa kita akan dibenarkan / disucikan / disempurkan sehingga kita bisa melihat wajah Tuhan kita dan kita juga akan diundang dalam pesta kawin Anak Domba itu sebagai mempelai-Nya. Rindukah saudara akan hal ini?

Rindukah saudara dibenarkan / disucikan dan disempurnakan oleh Dia? Rindukah saudara untuk melihat Sang Juruselamatmu muka dengan muka?

Rindukah saudara hadir dalam pesta kawin Anak Domba itu? Rindukah saudara menjadi mempelai-Nya? Serindu-rindunya saudara, saudara tidak akan bias menerima semua itu kalau saudara tidak memiliki pakaian putih. Dan pakaian putih itu hanya diberikan pada orang-orang yang menang dalam perjuangan iman di dunia ini. Karena itu setialah terus kepada Tuhan, layani Dia dengan sungguh-sungguh dan saudara akan menjadi orang menang dan diberikanpakaian putih oleh-Nya.

Wahyu 3:5 - Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian;…”

b. Tuhan berjanji tidak akan menghapus nama mereka dari Kitab Kehidupan.

Wah 3:5 - Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan,….

Kitab Kehidupan adalah kitab yang berisi nama-nama orang-orang pilihan yang akan diselamatkan / masuk surga.

B. B. Warfield - Kitab kehidupan ..., yang merupakan simbol dari penetapan pada kehidupan kekal yang dinyatakan dalam Kristus dan diwujudkan melalui Kristus. (‘Biblical and Theological Studies’, hal. 306)

Ingat bahwa kitab ini hanya simbol saja yang menunjukkan bahwa orang-orang pilihan itu sudah tertentu dan mereka pasti akan selamat. Tidak mungkin terjadi kesalahan dalam hal ini, karena Allah itu maha tahu dan tidak mungkin salah.

Seorang wanita setengah baya terkena serangan jantung dan dibawa ke rumah sakit. pada saat di meja operasi dan dekat dengan kematian, ia melihat Allah. Ia bertanya: ‘Tuhan apakah ini memang sudah saatnya bagiku untuk mati?’. Tuhan menjawab: ‘Tidak, engkau masih punya waktu sekitar 30-40 tahun lagi untuk hidup’.

Setelah sembuh, dengan pemikiran bahwa ia masih punya waktu beberapa puluh tahun untuk hidup, wanita itu melakukan operasi wajah, sedot lemak dan sebagainya. Ia lalu juga pergi ke seorang penata rambut, dan mengubah potongan rambut maupun warna rambutnya. Tetapi beberapa hari setelah itu, I mengalami kecelakaan dan mati. Pada saat bertemu dengan Allah, ia lalu bertanya: ‘Aku kira Engkau mengatakan bahwa aku masih punya waktu 30-40 tahun lagi untuk hidup. Mengapa aku mati sekarang?’. ‘Oh’, jawab Allah, ‘Aku tidak mengenalimu’.

Kalau Allah memang seperti itu, maka Ia pasti betul-betul membutuhkan suatu kitab supaya jangan sampai salah. Tetapi karena Allah itu maha tahu, jelas bahwa Ia tidak membutuhkan semua itu. Jadi kitab kehidupan hany merupakan simbol, yaitu simbol dari predestinasi.

Perlu diketahui bahwa orang yang namanya tercantum dalam Kitab Kehidupa akan masuk surga.

Wahyu 21:27 - Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang namanya tidak tercantum dalam Kitab Kehidupan itu? Sudah pasti mereka akan masuk ke neraka.

Wahyu 20:15 - Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.

Yang menarik adalah dicatat atau tidaknya nama seseorang dalam Kitab Kehidupan sudah dilakukan oleh Allah sejak dunia dijadikan.

Wahyu 13:8 - Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.

Wahyu 17:8 – “…Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi.

Memang kalau kita melihat Wah 13:8 dan Wah 17:8 di atas, itu berbicara tentang orang yang namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan.

Tetapi bahwa orang-orang tertentu namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia belum dijadikan, secara implisit / tidak langsung menunjukkan sebaliknya, yaitu bahwa orang yang namanya ada dalam kitab kehidupan, juga sudah tercatat sejak dunia belum dijadikan.

Tetapi kalau demikian mungkinkah ada penghapusan nama dari Kitab Kehidupan? Rasanya tidak mungkin! Mengapa? Karena :

Kalau nama seseorang dihapus dari Kitab Kehidupan berarti namanya tidak ada dalam Kitab Kehidupan itu. Tapi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa orang yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan itu sudah tidak tercatat sejak dunia belum dijadikan dan bukan karena dihapus?

Tuhan itu maha tahu. Kalau memang Tuhan tahu bahwa seseorang akan masuk neraka, untuk apa namanya dicatat sebelum dunia dijadikan dan setelah itu baru dihapus? Bukankah lebih masuk akal jika namanya tidak usah dicatat sejak awal?

Predestinasi / rencana Allah berkenaan dengan keselamatan manusia tidak mungkin gagal. Kalau sampai ada nama yang dihapus dari Kitab Kehidupan berarti rencana Allah tentang keselamatannya gagal. Dan ini bertentangan dengan kata Kitab Suci.

Ayub 42:2 - "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.

Jadi rasanya tidak masuk akal bahwa ada orang yang mula-mula namanya tercatat dalam Kitab Kehidupan itu dan lalu kemudian bisa dihapus namanya.

Lalu bagaimana dengan Wah 3:5 yang secara implisit mengatakan demikian?

Wah 3:5 - Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan,….

Perhatikan! Yang menang namanya tidak akan dihapus dari Kitab Kehidupan. Bagaimana dengan yang kalah? Secara logis akan dihapus dan dengan demikian keselamatan mereka menjadi hilang. Ini pandangan Arminian!

Apa yang dikatakan di atas memang logis. Jikalau yang menang namanya tidak akan dihapus dari Kitab Kehidupan, maka yang kalah pasti namanya dihapus.

Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa orang Kristen sejati pasti akan menang karena Tuhan sendiri yang akan membuat mereka memang.

Roma 8:35-37 – (35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

Ini masih ditambahi lagi dengan Rom 8:38-39 yang menjamin bahwa tidak ada apa pun yang bisa memisahkan kita (orang Kristen) dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Wahyu 17:14 - Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia”.

2 Korintus 2:14 - Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya…”.

Kalau orang Kristen sejati pasti menang (tidak mungkin kalah), maka jelas bahwa Wah 3:5 itu berlaku untuk setiap orang Kristen sejati dan dengan demikian penghapusan nama dari kitab kehidupan itu tidak mungkin terjadi.

Kalau orang Kristen sejati pasti menang, maka yang kalah pasti Kristen KTP. Kristen KTP bukan orang percaya dan karena itu namanya sebenarnya tidak pernah ada dalam Kitab kehidupan. Kalau begitu mengapa Alkitab berbicara tentang penghapusan nama dari Kitab Kehidupan sebagaimana dalam Kel 32:32- 33?

Keluaran 32:32-33 – (32) Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis." (33) Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.

Tentu kita tidak bisa mengartikan bahwa bisa terjadi perubahan dalam rencana kekal Allah. Istilah ‘penghapusan nama’ itu hanya untuk menunjukkan bahwa Tuhan akhirnya menyatakan bahwa orang-orang reprobate (yang ditentukan untuk binasa), yang untuk sementara kelihatannya terhitung bersama-sama dengan orang-orang pilihan, sebetulnya sama sekali tidak termasuk di dalamnya. Itu saja! Jadi sebenarnya itu hanyalah bahasa antropomorfis saja.

Tuhan menggunakan bahasa itu hanya untuk menyesuaikan dengan pikiran Musa / manusia yang terbatas. Istilah antropomorfis semacam ini banyak di dalam Alkitab dan tidak boleh diartikan bahwa itu terjadi sungguh-sungguh.

Contoh :
Tuhan itu maha tahu bukan? Kalau Dia maha tahu Dia tidak perlu mencari tahu sesuatu bukan? Dia tidak perlu mengharapkan informasi darimana pun juga bukan? Dia tidak mungkin keliru menduga bukan? Tetapi Alkitab menggunakan bahasa penggambaran seperti itu untuk Allah.

Keluaran 18:20-21 – (20) Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. (21) Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya."

Yeremia 3:7 - Pikir-Ku: Sesudah melakukan semuanya ini, ia akan kembali kepada-Ku, tetapi ia tidak kembali….”

Ini bahasa antropomorfis. Kita tentu tidak boleh mengartikan ayat-ayat itu seolah-olah Allah memang perlu mencari tahu dan bisa keliru menduga.

Kalau Allah maha tahu, Dia tidak perlu berpikir / mempertimbangkan pilihan di antara 2 opsi bukan? Tetapi Alkitab menggunakan bahasa penggambaran seperti itu untuk Allah.

Kejadian 18:17 - Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?

Lagi-lagi ini bahasa antropomorfis. Kita tentu tidak boleh mengartikan ayat-ayat itu seolah-olah Allah memang perlu mempertimbangkan pilihan-pilihan tertentu.

Demikian juga dengan penghapusan nama dari Kitab Kehidupan. Itu tidak pernah sungguh-sungguh terjadi. Itu hanya bahasa antropomorfis saja.

Budi Asali - Kitab kehidupan hanya merupakan simbol dari predestinasi. Penghapusan nama dari kitab kehidupan tidak benar-benar ada. Istilah itu digunakan hanya karena Allah menyesuaikan diri dengan pengertian manusia yang terbatas, sehingga Ia menggambarkan tindakan-Nya seperti tindakan manusia yang mencatat, menghapus dan sebagainya. Orang yang ‘dihapus namanya’ adalah orang Kristen KTP, yang sebetulnya tidak pernah tercatat di dalam kitab kehidupan itu. Bagi orang percaya / pilihan, namanya sudah ada dalam Kitab Kehidupan sejak dunia belum dijadikan dan tidak mungkin akan dihapuskan. Puji Tuhan!

Nah, kalau begitu apakah arti dari janji Tuhan kepada orang-orang yang menang dalam Wahyu 3:5 bahwa nama mereka tidak akan dihapus dari Kitab Kehidupan?


Artinya adalah bahwa mereka pasti akan diselamatkan! Janji yang sama berlaku bagi setiap saudara yang sungguh-sungguh percaya. Dalam hidup ini ada banyak penderitaan, kesulitan, tantangan dan pencobaan tetapi Tuhan akan memimpin saudara di jalan kemenangan dan karena itu saudara pasti akan menjadi orang yang menang bahkan lebih daripada pemenang dan kalau saudara adalah orang yang menang, nama saudara tidak akan pernah dihapus dari Kitab Kehidupan-Nya. saudara pasti akan diselamatkan! Tidak peduli kapan pun saudara mati, dengan cara apa pun saudara mati, saudara pasti selamat / masuk surga! Tapi kalau saudara hanya orang Kristen KTP yang tidak sungguh-sungguh percaya pada Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, janji dalam Wah 3:5 itu tidak berlaku bagi saudara. Saudara adalah orang yang kalah dan nama saudara akan dihapus dari Kitab Kehidupan yang sebenarnya berarti nama saudara tidak pernah dicatat di sana. Karena itu segeralah percaya sungguh-sungguh pada Yesus!

c. Tuhan berjanji akan mengaku nama mereka di hadapan Bapa-Nya dan para malaikat-Nya

Wahyu 3:5 - Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

Janji ini sesuai dengan kata-kata Yesus sewaktu Ia ada di dalam dunia :

Matius 10:32-33 – (32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga”.

Markus 8:38 - Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu di tengahtengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus”.

Lukas 12:8 - Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.

Orang-orang yang tidak percaya / orang Kristen KTP seringkali malu / takut mengakui Yesus / “iman” mereka pada Yesus seperti yang dilakukan pemimpin- pemimpin Yahudi. (Yohanes 12:42-43). Orang-orang seperti ini mungkin akan menjadi “aman” tetapi Tuhan sendiri tidak akan mengakui mereka di hadapan Bapa-Nya di surga melainkan akan menyangkal mereka.

Renungkan ini, apakah dalam hidup saudara, saudara sering tidak mengakui Yesus di depan manusia? Misalnya malu berdoa pada waktu makan di tengah-tengah orang kafir, kalau memimpin doa di tengah-tengah orang beragama lain, lalu takut menyebut nama Yesus / Kristus, takut mengakui diri sebagai orang Kristen apalagi hamba Tuhan karena takut hubungan dengan orang lain menjadi rusak, dll? Kalau ya, bertobatlah! Karena kalau sampai Tuhan menyangkal saudara, itu sebuah bahaya besar!

Adam Clarke - Hendaklah diingat, bahwa tidak diakui oleh Kristus berarti tidak mempunyai Dia sebagai Pengantara ataupun Juruselamat. Menghadap / tampil di hadapan pengadilan Allah tanpa mempunyai Kristus sebagai Pembela kita, dan sebaliknya, mendapatkan Dia di sana sebagai Hakim kita, dan sebagai seorang saksi yang menentang kita, - bagaimana seseorang bisa memikirkan hal ini, dan tidak mati dengan ketakutan?

Tetapi orang-orang yang percaya sungguh-sungguh adalah orang-orang yang tidak malu / tidak takut mengakui Yesus / imannya pada Yesus di hadapan manusia walaupun pengakuan itu bisa membawa konsekuensi yang berat pada hidupnya. Mereka bisa dibenci, dikucilkan bahkan dibunuh. Tetapi untuk mereka, Yesus berjanji akan mengakui mereka di hadapan Bapa dan para malaikat-Nya.

Simon Kistemaker – Di pengadilan tertinggi Surga, di hadapan Allah dan malaikat-malaikat-Nya, Tuhan Yesus mengakui nama-nama mereka yang mengakui nama-Nya di bumi. Tuhan Yesus menjadi satu dengan umat-Nya dan tidak malu mengakui mereka saudaranya laki-laki dan saudaranya perempuan. (Ibrani 2:11).SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (WAHYU 3:1-6)
- AMIN -
Next Post Previous Post