AYUB 2:1-8 (PENYAKIT DAN KERASUKAN SETAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
AYUB 2:1-8 (PENYAKIT DAN KERASUKAN SETAN)
Ayub 2:1-8 - “(1) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. (2) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’ (3) Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.’ (4) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (6) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’ (7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. (8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.”. 

1) Ayub 2: 1: ‘Pada suatu hari’.

Kita tidak tahu berapa selang waktu yang terjadi antara selesainya pasal 1 dengan 2:1 ini.

2) Tuhan mengakui ketekunan Ayub dalam kesalehannya, dan ‘membanggakannya’ terhadap Iblis (ay 3). Ini pasti membuat Iblis makin membenci Ayub!

3) Jawaban Iblis.

Ayub 2: 4-5: “(4) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’”.

a) Seandainya setan adalah seseorang yang jujur / fair, maka ia seharusnya mengakui bahwa kata-katanya dalam Ayub 1:9-11 adalah salah. Tetapi kalau ia melakukan hal itu, maka ia pasti bukan setan. Yang ia lakukan justru adalah melakukan tuduhan lebih lanjut.

b) Apa arti kata-kata setan dalam Ayub 2: 4: ‘kulit ganti kulit’?

NIV: ‘Skin for skin’ [= kulit untuk kulit].

Barnes’ Notes mengatakan bahwa asal usul maupun arti dari pepatah ini tidak jelas. Ay 4b-5 dianggap menjelaskan arti dari pepatah ini.

Pulpit Commentary (hal 34) mengatakan bahwa untuk menjaga kulitnya sendiri tetap utuh, seseorang mau mengorbankan kulit orang lain, bahkan kulit keluarga / anak-anaknya sendiri. Ayub tidak marah / mengomel pada waktu kehilangan anak-anaknya karena ia takut bahwa Allah akan menghajar dirinya sendiri.

c) Kebenaran kata-kata setan ini.

Kata-kata Setan ini memang benar tetapi hanya untuk sebagian orang. Ada orang yang rela kehilangan keluarga dan harta asal dirinya selamat. Tetapi ada juga orang yang rela mati untuk menyelamatkan hartanya, atau keluarganya.

d) ‘Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’.

Barnes’ Notes: “‘And touch his bone.’ ... The words ‘bone’ and ‘flesh’ denote the whole body. The idea was, that the whole body should be subjected to severe pain.” [= ‘Dan sentuhlah tulangnya’. ... Kata-kata ‘tulang’ dan ‘daging’ menunjuk pada seluruh tubuh. Gagasannya adalah, bahwa seluruh tubuh harus menjadi sasaran dari rasa sakit yang sangat hebat.].

e) Apakah ay 4-5 adalah Firman Tuhan? Kalau ya, mengapa salah / tidak benar? Untuk menjawab pertanyaan ini perhatikan kutipan di bawah ini.

Barnes’ Notes: “It is to be remembered that these are the words of Satan, and that they are not necessarily true. Inspiration is concerned only in securing the exact record of what is said, not in affirming that all that is said is true.” [= Harus diingat bahwa ini adalah kata-kata setan, dan bahwa kata-kata itu tidak harus benar. Pengilhaman hanya peduli dengan pemastian catatan yang tepat / persis tentang apa yang dikatakan, bukan dengan penegasan bahwa semua yang dikatakan itu benar.] - hal 115.

Catatan: ini berlaku bukan hanya untuk kata-kata setan tetapi juga untuk kata-kata manusia yang dicatat dalam Kitab Suci.

E. J. Young: “All that the Bible-believing Christian asserts when he declares that the Bible is inerrant is that the Bible in its statements is not contrary to fact. It records things as they actually were.” [= Semua yang ditegaskan oleh orang kristen yang percaya Alkitab pada waktu ia menyatakan bahwa Alkitab tidak ada salahnya adalah bahwa Alkitab dalam pernyataannya tidak bertentangan dengan fakta. Alkitab mencatat hal-hal sebagaimana adanya hal-hal itu.] - ‘Thy Word Is Truth’, hal 135.

f) Kata-kata setan dalam ay 4-5 membuatnya memang cocok disebut sebagai ‘pendakwa’.

Bdk. Wahyu 12:10 - “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”.

Zakh 3:1 - “Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia.”.

4) Tuhan memberi ijin kepada setan untuk menyerang diri Ayub, tetapi lagi-lagi memberi batasan dengan melarangnya untuk membunuh Ayub.

Ayub 2: 6: “Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’”.

a) Dengan kata-kata ‘Nah, ia dalam kuasamu’, itu berarti Tuhan mengijinkan setan untuk menyerang Ayubnya sendiri dalam arti memberinya penyakit.

Ratapan 3:31-33 - “(31) Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. (32) Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setiaNya. (33) Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia”.

b) Tetapi adanya kata-kata ‘hanya sayangkan nyawanya’, menunjukkan bahwa Allah tidak memberikan keleluasaan mutlak kepada setan dalam menyerang diri Ayub. Allah tetap memberikan batasan, yang tidak mungkin bisa dilampaui oleh setan, yaitu bahwa ia tidak boleh membunuh Ayub.

Pulpit Commentary: “Again it is strongly marked that Satan’s power is under God’s control, and extends only so far as God allows.” [= Lagi-lagi ditandai secara kuat bahwa kuasa setan ada di bawah kontrol Allah, dan hanya mencapai sejauh yang Allah ijinkan.] - hal 34.

Batasan ‘hanya sayangkan nyawanya’ dalam ay 6b ini perlu, karena kalau Ayub mati, maka:

1. Tak bisa dibuktikan bahwa tuduhan setan dalam ay 4-5 itu salah.

2. Tujuan pengajaran yang Allah maksudkan bagi Ayub akan musnah.

3. Ayub tidak akan bisa menjadi teladan bagi kita.

Ayub 2: 7-8: “(7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. (8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.”.

1) Apa penyakit yang diderita Ayub?

Ayat-ayat yang bisa memberikan petunjuk tentang penyakit Ayub adalah:

a) Ay 7b: “lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.”.

KJV/NASB: ‘sore boils’ [= barah-barah yang menyakitkan].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Sore boils.’ - malignant boils. Rather, as it is singular in the Hebrew, a burning sore, Job was covered with one universal inflammation.” [= ‘Barah-barah yang menyakitkan’ - barah-barah yang sangat jahat / membahayakan. Seharusnya, karena itu merupakan bentuk tunggal dalam bahasa Ibraninya, ‘suatu barah yang menyakitkan’, Ayub ditutupi dengan satu pembengkakan yang bersifat universal / menyeluruh.].

Catatan: Albert Barnes memberikan komentar yang kurang lebih sama dengan ini.

b) Ayub 2: 8: ia merasa badannya sangat gatal, sehingga menggaruknya dengan sekeping beling.

c) Ay 12a: ‘Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi.’. Ini dianggap menunjukkan bahwa Ayub berubah bentuk karena penyakitnya.

d) Ayub 7:5 - “Berenga dan abu menutupi tubuhku, kulitku menjadi keras lalu pecah.”.

NIV: ‘My body is clothed with worms and scabs, my skin is broken and festering’ [= Tubuhku penuh dengan cacing dan keropeng, kulitku pecah dan membusuk / bernanah].

e) Ayub 9:17 - “Dialah yang meremukkan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena,”.

KJV/RSV/NASB/ASV/NKJV: ‘without cause’ [= tanpa sebab / alasan].

f) Ayub 16:8 dan 19:20 menunjukkan Ayub menjadi sangat kurus.

Ayub 16:8 - “sudah menangkap aku; inilah yang menjadi saksi; kekurusanku telah bangkit menuduh aku.”.

Ayub 19:20 - “Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal padaku.”.

Ayat terakhir ini mungkin juga menunjukkan bahwa giginya habis semua!

g) Ayub 19:17 menunjukkan bahwa nafasnya, dan juga tubuhnya, berbau sangat busuk.

Ayub 19:17 - “Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.”.

h) Ayub 30:17 menunjukkan bahwa Ayub mengalami rasa sakit yang terus menerus.

Ayub 30:17 - “Pada waktu malam tulang-tulangku seperti digerogoti, dan rasa nyeri yang menusuk tak kunjung berhenti.”.

i) Ayub 30:30 - “Kulitku menjadi hitam dan mengelupas dari tubuhku, tulang-tulangku mengering karena demam;”.

Tidak ada kesatuan pendapat tentang apa penyakit yang diderita oleh Ayub. Inilah beberapa ‘tebakan’ tentang penyakit Ayub:

a) Penyakit kusta, karena kelihatannya ia dikucilkan (19:13-19).

b) Penyakit kaki gajah (Elephantiasis).

Barnes’ Notes: “a species of black leprosy commonloy called Elephantiasis, ... a chronic and contagious disease,” [= suatu jenis kusta hitam yang biasanya disebut Elephantiasis, ... suatu penyakit khronis dan menular,] - hal 116.

Pulpit Commentary: “Satan has now obtained permission to go a step further, and lay his hand on the person of God’s servant. He uses the new privilege with skilful ingenuity, selecting the most horrible and loathsome disease, and smiting Job with the worst form of leprosy - elephantiasis.” [= Sekarang setan telah mendapatkan ijin untuk berjalan lebih jauh, dan meletakkan tangannya pada diri dari pelayan Allah ini. Ia menggunakan hak yang baru ini dengan kelihaian yang ahli / mahir, memilih penyakit yang paling mengerikan dan menjijikkan, dan menghantam Ayub dengan bentuk kusta / lepra yang terburuk - elephantiasis.] - hal 47.

Pulpit Commentary: “Elephantiasis was thought to be incurable. Job took no medical remedies. He only retired to his ash-heap, seeking temporary alleviations. The worst agony can be endured with some patience if there is a prospect of cure; but even a milder complaint becomes intolerable if there is no hope of escape.” [= Elephantiasis dianggap tidak bisa disembuhkan. Ayub tidak mencari pengobatan. Ia hanya menyendiri pada tumpukan abu, mencari peredaan sementara. Penderitaan yang paling hebat bisa ditanggung dengan sabar jika ada kemungkinan untuk sembuh; tetapi bahkan penyakit yang lebih ringan menjadi tak tertanggungkan jika tidak ada harapan untuk sembuh.] - hal 47.

Keil & Delitzsch: “The description of this disease ... is, according to the symptoms mentioned further on in the book, elephantiasis ... the most fearful form of lepra. ... a disease incurable in the eye of man,” [= Penggambaran dari penyakit ini adalah, sesuai dengan gejala-gejala yang disebutkan dalam kitab ini selanjutnya, elephantiasis ... bentuk lepra / kusta yang paling menakutkan. ... suatu penyakit yang dalam pandangan manusia tidak dapat disembuhkan,] - hal 70,71.

Catatan: mungkin ilmu kedokteran jaman dulu (pada jaman para penafsir di atas) menganggap bahwa penyakit kaki gajah termasuk suatu bentuk penyakit kusta, tetapi ini jelas salah. Dalam ‘Webster’s New World Dictionary’ dikatakan bahwa Elephantiasis adalah: “a chronic disease of the skin characterized by the enlargement of certain parts of the body, especially the legs and genitals, and by the hardening and ulceration of the surrounding skin: it is caused by small, threadlike worms (filariae) which obstruct the lymphatic glands.” [= penyakit kulit yang khronis yang ditandai dengan membesarnya bagian-bagian tertentu dari tubuh, khususnya seluruh kaki (mulai paha ke bawah) dan alat kelamin, dan dengan pengerasan dan pemborokan dari kulit di sekitarnya: ini disebabkan oleh cacing seperti benang (filariae) yang menghalangi kelenjar getah bening.].

c) Penyakit cacar.

Adam Clarke menganggap bahwa penyakit Ayub bukanlah Elephantiasis ataupun kusta.

Adam Clarke: “In the elephantiasis and leprosy there is, properly speaking, no boil or detached inflammation, or swelling, but one uniform disordered state of the whole surface, so that the whole body is covered with loathsome scales, and the skin appears like that of the elephant, thick and wrinkled, from which appearance the disorder has its name.” [= Pada elephantiasis dan kusta tidak ada bisul / borok atau peradangan atau pembengkakan setempat, tetapi suatu keadaan berantakan yang bersifat seragam / sama pada seluruh permukaan / kulit, sehingga seluruh tubuh ditutupi dengan sisik / kerak yang menjijikkan, dan kulitnya kelihatan seperti kulit gajah, tebal dan berkerut, dari mana penyakit ini mendapatkan namanya.] - hal 29.

Catatan: kata-kata Clarke tentang ‘tidak adanya borok’ kelihatannya bertentangan dengan penggambaran dari Webster’s New World Dictionary di atas tentang Elephantiasis.

Clarke menduga penyakit Ayub adalah cacar, karena penyakit ini memang memberikan banyak sekali borok / bisul pada seluruh tubuh dan wajah dan memberikan rasa gatal yang menyebabkan orang menggaruki tubuhnya sampai menyobeknya. Ini dianggapnya cocok dengan apa yang dikatakan dalam ay 7-8. Tetapi ini tidak cocok dengan pandangan Jamieson, Fausset & Brown dan Albert Barnes yang mengatakan bahwa kata ‘barah’ ada dalam bentuk tunggal, dan harus diartikan sebagai suatu barah yang universal / menyeluruh.

d) Tidak bisa diketahui apa penyakitnya.

Francis I. Andersen (Tyndale): “The lack of detail prevents clinical diagnosis. In assessing the symptoms described by Job in the dialogue, we must remember the poetic medium.” [= Kurangnya perincian tentang penyakit ini menghalangi diagnosa secara klinis. Dalam menilai gejala-gejala penyakit ini yang digambarkan oleh Ayub dalam dialognya dengan sahabat-sahabatnya, kita harus ingat akan medium puisi yang digunakan.] - hal 91.

Saya berpendapat kata-kata ini penting. Medium puisi yang digunakan menyebabkan banyak bagian tidak bisa diartikan secara hurufiah (Misalnya kata-kata ‘tidak membiarkan aku bernafas’ dalam Ayub 9:18). Dan ini menyukarkan kita untuk mengetahui dengan pasti penyakit yang diderita Ayub.

BACA JUGA: AYUB 2:9-13 (AYUB MELABRAK ISTRINYA DAN 3 SAHABAT)

Sekalipun kita tidak bisa mengetahui dengan pasti apa penyakit yang diderita Ayub, tetapi pastilah ini merupakan penyakit yang sangat hebat membuatnya sangat menderita. Setan, yang sangat membenci Ayub, dan yang sangat ingin mempermalukan Tuhan yang telah membanggakan Ayub kepadanya, tentu akan memilih penyakit yang akan menyebabkan penderitaan terhebat yang bisa ia pikirkan. Ingat bahwa batasan Allah kali ini hanyalah bahwa setan tidak boleh membunuh Ayub. Jadi, setan bisa memberikan penyakit yang paling mengerikan. Juga tidak tertutup kemungkinan bahwa ia memberikan lebih dari satu penyakit kepada Ayub.

2) Pada jaman itu borok / barah dianggap sebagai kutukan ilahi.

John E. Hartley (NICOT): “Since chronic illnesses like boils were often considered a divine curse, Job’s contemporaries would quickly conclude that he was being punished for some moral wrong.” [= Karena penyakit-penyakit yang khronis seperti barah sering dianggap sebagai kutukan ilahi, teman-teman Ayub dengan cepat menyimpulkan bahwa ia sedang dihukum karena suatu kesalahan moral.] - hal 82.

Catatan: bandingkan dengan tulah ke 6 terhadap Mesir dalam Kel 9:8-11, yang juga adalah barah / borok. Juga bdk. Ul 28:27,35 yang menunjukkan barah / borok sebagai hajaran / hukuman Tuhan.

Keluaran 9:8-11 - “(8) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: ‘Ambillah jelaga dari dapur peleburan serangkup penuh, dan Musa harus menghamburkannya ke udara di depan mata Firaun. (9) Maka jelaga itu akan menjadi debu meliputi seluruh tanah Mesir, dan akan menjadikan barah yang memecah sebagai gelembung, pada manusia dan binatang di seluruh tanah Mesir.’ (10) Lalu mereka mengambil jelaga dari dapur peleburan, dan berdiri di depan Firaun, kemudian Musa menghamburkannya ke udara, maka terjadilah barah, yang memecah sebagai gelembung pada manusia dan binatang, (11) sehingga ahli-ahli itu tidak dapat tetap berdiri di depan Musa, karena barah-barah itu; sebab ahli-ahli itupun juga kena barah sama seperti semua orang Mesir.”.

Ul 28:27,35 - “(27) TUHAN akan menghajar engkau dengan barah Mesir, dengan borok, dengan kedal dan kudis, yang dari padanya engkau tidak dapat sembuh. ... (35) TUHAN akan menghajar engkau dengan barah jahat, yang dari padanya engkau tidak dapat sembuh, pada lutut dan pahamu, bahkan dari telapak kakimu sampai kepada batu kepalamu.”.

3) Apakah bagian ini menunjukkan bahwa orang kristen bisa diserang menggunakan kuasa gelap / santet?

Saya berpendapat tidak bisa! Kasus Bileam yang tidak bisa mengutuk Israel (Bil 22-24), jelas menunjukkan hal ini. Khususnya perhatikan Bil 23:23a, yang merupakan kata-kata Bileam sendiri, yang berbunyi sebagai berikut: “sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel.”.

Tetapi bagaimana Ayub bisa dibuat menjadi sakit oleh setan? Saya berpendapat penjelasannya adalah sebagai berikut: penyakit Ayub, sekalipun mengerikan tetapi tetap merupakan penyakit biasa / natural, bukan bersifat supranatural / gaib.

Keil & Delitzsch: “a disease incurable in the eye of man, ‎is now come upon Job: a natural disease, but brought on by Satan, permitted, and therefore decreed, by God.” [= suatu penyakit yang dalam pandangan manusia tidak dapat disembuhkan, sekarang datang kepada Ayub: suatu penyakit alamiah, tetapi disebabkan oleh Setan / Iblis, diijinkan, dan karena itu ditetapkan, oleh Allah.] - hal 70,71.

Penyakit biasa / alamiah, terjadi melalui kecelakaan, bakteri, virus dsb, bisa diberikan oleh setan kepada kita, sepanjang Tuhan mengijinkan ia melakukan hal itu. Ini yang terjadi dalam kasus Ayub, dan hampir pasti juga dalam kasus Paulus (2Kor 12:7 - “maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku,”).

Ini berbeda dengan ‘penyakit’ yang bersifat supranatural, yang ditimbulkan secara langsung oleh setan, dan biasanya melalui dukun santet dsb, seperti paku atau rambut yang bisa masuk ke dalam tubuh. Menurut saya, yang ini tidak bisa mengenai orang kristen.

Kalau orang kristen yang sejati tidak bisa disantet, apalagi dirasuk setan. Itu jelas lebih tidak mungkin bagi orang kristen yang sejati. Karena itu, saya berpendapat bahwa pandangan / ajaran dari Pdt. Yakub Tri Handoko M. Th. dari GKRI EXODUS yang mengatakan bahwa orang kristen yang sejati bisa kerasukan setan merupakan pandangan yang tidak Alkitabiah!

Bdk. 1Korintus 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”.

Adanya janji Tuhan bagi orang Kristen ini menyebabkan saya yakin bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin mengalami hal-hal ini:

a) Bunuh diri yang berhasil.

b) Menjadi gila.

c) Murtad.

d) Kerasukan setan.

Mengapa? Karena saya berpendapat bahwa kalau hal-hal ini terjadi pada diri seorang Kristen yang sejati, itu berarti janji Tuhan dalam 1Kor 10:13 ini dilanggar. Dan saya tidak percaya Tuhan bisa melanggar janjiNya sendiri.

Pdt. Yakub Tri Handoko M. Th. mengatakan: ‘Kalau Tuhan mau mengijinkan seorang kristen sejati kerasukan setan, mengapa tidak bisa?’. Tetapi adanya janji dalam 1Korintus 10:13 ini menyebabkan kata-kata ini terlihat menggelikan dan bodoh! Tuhan tidak bisa melanggar janjiNya sendiri!

Pdt. Yakub Tri Handoko M. Th. berkata orang kristen yang sejati bisa dirasuk setan, dengan memberikan Luk 13:10-16 sebagai dasar Kitab Suci.

Lukas 13:10-16 - “(10) Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. (11) Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. (12) Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: ‘Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.’ (13) Lalu Ia meletakkan tanganNya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. (14) Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: ‘Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.’ (15) Tetapi Tuhan menjawab dia, kataNya: ‘Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? (16) Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?’”.

Menurut saya ini merupakan dasar yang salah, karena:

a) Istilah ‘keturunan Abraham’ sekalipun memang memungkinkan, tetapi belum tentu menunjukkan, bahwa ia adalah orang percaya.

Memang kadang-kadang istilah ini digunakan untuk menunjuk kepada orang percaya, misalnya dalam kasus Zakheus (Lukas 19:9). Tetapi bisa saja istilah ini hanya menunjukkan bahwa ia adalah orang Yahudi (keturunan Abraham secara jasmani), sama seperti orang kaya dalam cerita Lazarus dan orang kaya, juga menyebut Abraham dengan sebutan ‘Bapa’, dan disebut ‘anak’ oleh Abraham (Luk 16:24-25).

b) Perempuan ini tidak dirasuk oleh setan!

1. Ayub 2: 11 dalam Kitab Suci Indonesia memang mengatakan ‘dirasuk roh’, tetapi ini salah terjemahan! Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini.

KJV: ‘a woman which had a spirit of infirmity’ [= seorang perempuan yang mempunyai suatu roh kelemahan].

RSV: ‘a woman who had had a spirit of infirmity’ [= seorang perempuan yang telah mempunyai suatu roh kelemahan].

NIV: ‘a woman was there who had been crippled by a spirit’ [= seorang perempuan ada di sana yang telah dilumpuhkan / dibuat jadi cacat oleh suatu roh].

NASB: ‘a woman who ... had had a sickness caused by a spirit’ [= seorang perempuan yang ... telah mempunyai suatu penyakit yang disebabkan oleh suatu roh].

Catatan: A. T. Robertson menghubungkan ‘a spirit of infirmity’ / ‘suatu roh kelemahan’ (KJV/RSV) dengan ‘a spirit of bondage’ / ‘suatu roh perbudakan’ (Ro 8:15).

Roma 8:15 - “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.

Ini pasti tidak menunjuk kepada orang yang kerasukan setan, dan demikian juga dengan perempuan dalam Luk 13 ini.

Memang ada yang menafsirkan bahwa perempuan ini sakit karena kerasukan setan (Wycliffe). Sepanjang yang saya ketahui hanya dia yang menafsirkan seperti ini. Tetapi saya tidak setuju dengan penafsiran ini, dan boleh dikatakan semua penafsir yang lain menganggap bahwa perempuan ini tidak kerasukan.

Matthew Henry: “The object of charity that presented itself was a woman in the synagogue that had a spirit of infirmity eighteen years, v. 11. She had an infirmity, which an evil spirit, by divine permission, had brought upon her,” [= ].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And, behold, there was a woman which had a spirit of infirmity eighteen years.’ From the expression used in Luke 13:16, ‘whom Satan hath bound,’ it has been conjectured that her protracted infirmity was the effect of some milder form of possession; but this is a precarious inference.” [= ].

Barnes’ Notes: “‘There was a woman which had a spirit of infirmity.’ Was infirm, or was weak and afflicted. This was produced by Satan, Luke 13:16.” [= ].

A. T. Robertson: “‘A spirit of infirmity.’ ... A spirit that caused the weakness (astheneias ‘lack of strength’) like a spirit of bondage (Rom. 8:15),” [= ].

Calvin: “Luke says that the woman was held by a ‘spirit of infirmity,’ so that her body was bent by the contraction of her nerves. As the nature of the disease is no farther described, it is probable that it was not one of an ordinary kind, or which was understood by physicians; and, therefore, he calls it a spirit of ‘infirmity.’ We know that diseases of an unusual and extraordinary kind are, for the most part, inflicted on men through the agency of the devil; ... Not that Satan rules over men according to his pleasure, but only so far as God grants to him permission to injure them.” [= ].

The Bible Exposition Commentary: “Perhaps it is a matter of semantics, but I prefer to speak of demonic work in believers as ‘demon oppression’ rather than ‘demon possession.’ In fact the Greek word is ‘demonized,’ so we need not think of ‘possession’ in spatial terms. Certainly Satan can and does attack the bodies and minds of God’s people. Some satanic oppression could last for many years until someone detects that Satan is at work. Not all sickness is caused by demons (Luke 6:17-19), so we must not blame everything on Satan.” [= ].

Catatan: saya tidak mengerti dari mana ia mendapatkan istilah ‘demonized’ itu, karena kata itu tidak ada dalam text itu, baik dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris yang saya gunakan, maupun dalam text bahasa Yunaninya.

2. Demikian juga para penafsir menganggap bahwa istilah ‘diikat oleh Iblis’ dalam ay 16nya tidak menunjukkan bahwa ia dirasuk setan.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Whom Satan hath bound.’ Probably there is nothing more intended by this expression than a strong contrast between the exalted character of the woman, and the suffering of which the dark author of all evil had so long made her the victim.” [= ].

Barnes’ Notes: “‘Whom Satan hath bound.’ ... By his ‘binding’ her is meant that he had inflicted this disease upon her. It was not properly a ‘possession’ of the devil, for that commonly produced derangement; but God had suffered him to afflict her in this manner, similar to the way in which he was permitted to try Job.” [= ].

A. T. Robertson: “‘Whom Satan bound.’ ... Definite statement that her disease was due to Satan.” [= ].
3. Bukti lain bahwa perempuan ini tidak dirasuk oleh setan, adalah bahwa dalam menyembuhkan dia, Yesus tidak menengking / mengusir setannya (ay 12-13), seperti yang biasanya Ia lakukan, kalau berhadapan dengan orang yang betul-betul kerasukan setan (Matius 8:16 Matius 8:30-32 / Markus 5:8-13 Matius 9:32-34 Matius 12:22-24,28 Matius 17:14-19 / Markus 9:17-29 Markus 1:23-27 Markus 1:32-34).

Ada satu peristiwa yang agak kurang jelas dalam hal ini, yaitu dalam Matius 15:21-28, tetapi bandingkan text ini dengan bagian paralelnya dalam Markus 7:24-30, khususnya ay 29-30nya yang berbunyi: “(29) Maka kata Yesus kepada perempuan itu: ‘Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.’ (30) Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.”. Saya berpendapat dalam text inipun Yesus melakukan pengusiran setan, sekalipun hanya diceritakan secara implicit.

Saya kira, satu-satunya peristiwa dimana tidak diceritakan pengusiran setan adalah Mat 4:23-25, dan saya kira itu disebabkan karena penceritaannya dilakukan secara global, bukan individual.

BACA JUGA: ARTI, TUJUAN DAN CARA INKARNASI KRISTUS

Matius 4:23-25 - “(23) Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. (24) Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepadaNya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. (25) Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.”.

4) Penderitaan jasmani Ayub ini masih ditambah dengan penderitaan batin / rohani, dimana ia dikucilkan oleh semua orang, tidak mempunyai damai, dan merasa ditinggalkan oleh Allah / dimusuhi oleh Allah.

Ayub 19:13-16,18-19 - “(13) Saudara-saudaraku dijauhkanNya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku. (14) Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku. (15) Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing. (16) Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis. ... (18) Bahkan kanak-kanakpun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku. (19) Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku.”.

Ayub 3:23,26 - “(23) kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah? ... (26) Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul.’”.

Ayub 7:4 - “Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari.”.

Ayub7:13-14 - “(13) Apabila aku berpikir: Tempat tidurku akan memberi aku penghiburan, dan tempat pembaringanku akan meringankan keluh kesahku, (14) maka Engkau mengagetkan aku dengan impian dan mengejutkan aku dengan khayal,”.

Ayub 16:9,11-14 - “(9) MurkaNya menerkam dan memusuhi aku, Ia menggertakkan giginya terhadap aku; lawanku memandang aku dengan mata yang berapi-api. ... (11) Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menjatuhkan aku ke dalam tangan orang fasik. (12) Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkapNya pada tengkukku, lalu dibantingNya, dan aku ditegakkanNya menjadi sasaranNya. (13) Aku dihujani anak panah, ginjalku ditembusNya dengan tak kenal belas kasihan, empeduku ditumpahkanNya ke tanah. (14) Ia merobek-robek aku, menyerang aku laksana seorang pejuang.”.

Jadi, dalam hal ini sikap Ayub tidak terlalu berbeda dengan sikap Naomi, yang sekalipun mempercayai semua hal datang dari Allah, tetapi tidak percaya bahwa Allah memberikan semua itu karena kasihNya, dan untuk kebaikannya.

Rut 1:12-13,19-21 - “(12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’ ... (19) Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: ‘Naomikah itu?’ (20) Tetapi ia berkata kepada mereka: ‘Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.’”.

5) Semua penderitaan ini menyebabkan Ayub lebih suka mati.

Penderitaan Ayub yang hebat ini menyebabkan ia berkata: “aku lebih suka dicekik dan mati dari pada menanggung kesusahanku.” (Ayub 7:15).

AYUB 2:1-8 (PENYAKIT DAN KERASUKAN SETAN)

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post