DEFINISI KARUNIA ROHANI

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.

Saya berkeyakinan bahwa semua anggota tubuh Kristus saat ini, baik Kharismatik maupun non Kharismatik memiliki Roh Kudus yang memberikan karunia-karunia-Nya kepada tiap-tiap orang percaya menurut kehendak-Nya yang berdaulat.

Karunia-karunia (charismata) tersebut harus terus diaktifkan dalam kehidupan dan pertumbuhan iman orang-orang percaya yang menerimanya, jika tidak, maka karunia-karunia tersebut tidak akan berguna dan memberi manfaat dalam rangka membangun tubuh Kristus. 
DEFINISI KARUNIA ROHANI
otomotif, bisnis
Alkitab mengatakan “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan (phanerõsis) Roh untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7). Tujuan karunia-karunia diberikan kepada tiap-tiap orang percaya adalah untuk kepentingan tubuh Kristus dan pelayanan. Karunia-karunia rohani diberikan karena ada tugas yang harus dikerjakan dan jika karunia-karunia itu bekerja dengan baik, maka tugas itu dapat diselesaikan.

Kecenderungan mengabaikan karunia rohani tidaklah menunjukkan kedewasaan rohani. Mengabaikan hal tersebut justru menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap kasih karunia Allah. Mengapa? Karena karunia rohani (charisma) dihubungkan dengan kasih karunia (kharis) Allah. Perhatikan apa yang rasul Petrus katakan berikut ini, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia (charisma) yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia (Kharistos) Allah” (1 Petrus 4:10).

Karena itu, karunia-karunia itu perlu dikenali, digali dan dikembangkan, sehingga berdaya guna bagi pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. A.W Tozer mengatakan, “Diberkatilah orang yang mengenal karunia-karunianya dan yang ingin mempraktekkannya untuk anggota lain dalam tubuh Kristus ‘sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah’ (1 Petrus 4:10)”.

Tugas gereja terlalu besar untuk dilakukan oleh seseorang dan terlalu beragam dari ketrampilan yang dimiliki seseorang. Allah telah menyelesaikan masalah ini dengan cara membagi tugas dan memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang, sehingga mereka dimampukan untuk melakukan bagian mereka masing-masing. Dengan cara membagikan tugas, Ia meringankan beban semua orang dan memungkinkan pelaksanaan tujuan-Nya dengan lancar di antara manusia. Tidak diragukan lagi itu adalah alasan di balik karunia-karunia Roh yang diberikan kepada berbagai anggota komunitas Kristen.

ISTILAH DAN DEFINISI KARUNIA-KARUNIA ROHANI

Ajaran tentang karunia-karunia rohani hampir seluruhnya adalah ajaran rasul Paulus. Tiga daftar utama ditemukan dalam Kitab Roma 12, 1 Korintus 12 dan Efesus 4. Bagian utama dalam Efesus 4 menghubungkan karunia-karunia rohani (ayat 11-12) sebagai pemberian Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga (ayat 8). Bagian utama dalam 1 Korintus menekankan pekerjaan Roh Kudus sebagai Pribadi yang berdaulat (ayat 4,7,11) yang memberikan karunia-karunia menurut kehendak-Nya (ayat 8-10).

Bagian utama lainnya di Roma 12 tidak menyebutkan dengan jelas siapakah pribadi yang memberikan karunia-karunia itu (ayat 6-8), tetapi di ayat empat mengindikasikan bahwa Allah yang memberi iman adalah Allah yang memberi karunia-karunia. Selain rasul Paulus, satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang menyinggung tentang karunia-karunia rohani adalah rasul Petrus. Di dalam 1 Petrus 4:10-11, ia menasehati, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia (charisma) yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.

Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin”.

1. Istilah Karunia-Karunia Rohani

Istilah Yunani yang umumnya dipakai oleh para penulis Perjanjian Baru untuk mendeskripsikan “karunia-karunia Roh” adalah “charisma”. Kata “charisma (χαρίσμα)” ini memiliki makna yang beragam sesuai dengan konteks penggunaannya. Kata ini pada dasarnya berarti “karunia, anugerah, pemberian atau hadiah”. Bentuk jamak dari kata “charisma” adalah “charismata”. Dari kata inilah kemudian muncul sebutan “kharismatik” yang menunjuk kepada “gerakan Kharismatik” atau “orang-orang Kharismatik”. Selanjutnya, kata “charisma” ini berasal dari “charis” yang dalam bahasa Yunani berarti “kasih karunia”. Jadi, ada hubungan yang sangat erat antara karunia-karunia Roh dan kasih karunia Allah.

Sebenarnya, kata “charismata” bukanlah satu-satunya yang digunakan di Perjanjian Baru untuk karunia-karunia Roh, walaupun kata tersebut adalah kata yang biasanya paling umum digunakan. Kata Yunani lainnya yang digunakan adalah “pneumatikos” dan “domata”. Kata “pneumatikos” ini misalnya muncul dalam 1 Korintus 12:1, “Sekarang tentang karunia-karunia Roh (pneumatikos). Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya”.

Sedangkan kata “domata” (bentuk tunggalnya “doma”) muncul di Efesus 4:8, “Itulah sebabnya kata nas: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian (domata) kepada manusia”. Baik kata “pneumatikos” “maupun kata “domata”, keduanya dihubungkan dengan “charismata” dan “charis” dalam konteks penggunaannya. Dengan demikian, karunia-karunia Roh, dalam konteks Perjanjian Baru, berhubungan erat dengan kasih karunia Allah.

2. Definisi Karunia-Karunia Rohani

Teolog Dispensasional Charles C. Ryrie dan Paul Enns secara terpisah memberikan definisi karunia-karunia rohani sebagai berikut. Ryrie mendefinisikan karunia rohani sebagai “suatu kemampuan yang diberikan Allah untuk pelayanan”. Tampaknya ada tiga hal yang ditekankan Ryrie dalam definisinya di atas, yaitu: (1) Suatu karunia rohani adalah suatu kemampuan; (2) Karunia rohani diberikan oleh Allah; dan (3) karunia rohani digunakan untuk pelayanan tubuh Kristus. Sementara itu, Enns mengatakan “Suatu definisi singkat dari karunia rohani adalah ‘pemberian anugerah’.

Definisi yang lebih lengkap adalah “pelimpahan ilahi akan kemampuan khusus untuk pelayanan atas anggota tubuh Kristus”. Menurut Paul Enns ada dua konsep dalam karunia-karunia rohani, yaitu (1) karunia rohani pada seseorang adalah perlengkapan dari Allah bagi pelayanan secara individu (1 Korintus 12:11); dan (2) suatu karunia rohani bagi gereja adalah dimana secara unik seseorang diperlengkapi bagi pendidikan dan pendewasaan gereja (Efesus 4:11-13).

Anthony Hoekema, seorang teolog Calvinis-Reformed mengutip Arnold Bittlinger saat mendefinisikan karunia rohani sebagai berikut, “Manifestasi bebas dari Roh Kudus, yang berkarya di dalam dan melalui, tetapi melampaui kemampuan natural orang percaya, bagi kebaikan bersama umat Allah”. Selanjutnya Hoekema menyatakan fungsi karunia-karunia Roh itu adalah untuk “memampukan orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan di dalam jemaat, atau terlibat di dalam bentuk pelayanan tertentu dalam kerajaan Allah. Tujuan karunia-karunia ini adalah untuk membangun orang-orang percaya, membangun jemaat, dan untuk melayani keseluruhan komunitas Kristen”.

Wayne Grudem seorang teolog injili mendefinisikan karunia rohani sebagai, “Kemampuan apapun yang diberi kuasa oleh Roh Kudus dan digunakan dalam pelayanan gereja”. Disini Wayne Grudem menekankan bahwa karunia-karunia rohani merupakan suatu pemberian kuasa oleh Roh Kudus kepada setiap orang percaya dan karunia-karunia tersebut digunakan bagi pelayan gereja. Sementara itu teolog Injili lainnya, Darrel W. Robinson menyatakan bahwa “karunia Roh adalah pemberian dari Allah yang memampukan anak-anak-Nya untuk melakukan ‘pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus’ (Efesus 4:12)”.

Pakar teologi misi dan pertumbuhan gereja, C. Peter Wagner, yang juga seorang Injili Kharismatik, mendefinisikan karunia rohani sebagai berikut, “sebuah karunia rohani adalah sebuah perlengkapan istimewa yang diberikan oleh Roh Kudus kepada tiap-tiap anggota tubuh Kristus menurut kasih karunia Allah untuk dipakai dalam konteks tubuh itu”. 

Definisi Wagner tersebut menekankan lima hal penting karunia rohani yaitu: (1) karunia rohani adalah perlengkapan istimewa; (2) karunia rohani diberikan oleh Roh Kudus; (3) karunia rohani diberikan kepada tiap-tiap anggota tubuh Kristus atau orang percaya; (4) karunia rohani diberikan menurut kasih karunia Allah; dan (5) karunia rohani dipakai dalam konteks pelayanan tubuh Kristus.


Saya sendiri mendefinisikan karunia rohani sebagai “suatu kemampuan khusus yang diberikan kepada orang-orang percaya oleh Kristus dan Roh Kudus menurut kasih karunia Allah untuk memuliakan Kristus dan membangun gereja-Nya”. Berdasarkan definisi tersebut ada empat hal yang harus dipahami tentang karunia rohani, yaitu:

1. Karunia Rohani Adalah Suatu Kemampuan Khusus

Suatu karunia rohani adalah suatu kemampuan khusus. Kemampuan khusus ini tidak sama dengan dengan talenta atau pun kemampuan alami yang dibawa setiap orang sejak lahirnya. Sebagai contoh, ada yang dapat menyanyi atau belajar memainkan sebuah alat musik dengan baik, ada yang pandai melukis gambar yang indah atau mengukir bentuk-bentuk dari kayu, dan lain-lainnya. Tuhan memberikan kemampuan-kemampuan ini, tetapi itu bukanlah karunia rohani. Walaupun demikian, ketika kemampuan alamiah ini dipersembahkan kepada Tuhan untuk kepentingan-Nya, kemampuan itu dapat menjadi suatu cara untuk mengekspresikan sebuah karunia rohani.

2. Karunia-Karunia Rohani Diberikan Oleh Kristus Dan Roh Kudus

Dua bagian utama tentang karunia Rohani dihubungkan dengan Kristus dan Roh Kudus. Bagian Utama dalam Efesus 4 menghubungkan karunia-karunia rohani (ayat 11-12) sebagai pemberian Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga (ayat 8). Bagian utama dalam 1 Korintus menekankan pekerjaan Roh Kudus sebagai Pribadi yang berdaulat (ayat 4,7,11) yang memberikan karunia-karunia menurut kehendakNya (ayat 8-10).

3. Karunia-Karunia Diberikan Menurut Kasih Karunia Allah

Karunia-karunia diberikan menurut kasih karunia, artinya bahwa karunia-karunia diberikan secara gratis dan bukannya karena hasil perbuatan seseorang (1 Korintus 12:11). Karunia-karunia bukan diberikan sebagai tanda atau badge yang menyatakan bahwa Allah senang dengan tingkat kerohanian seseorang. Karunia-karunia juga tidak kita per oleh karena kita mengabdi dengan sungguh-sungguh sekali. Karunia-karunia itu pemberian berdasarkan kasih karunia Allah. Petrus menase-hati, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” ( 1 Petrus 4:10-11). Jadi, karunia-karunia Roh, dalam konteks Perjanjian Baru, berhubungan erat dengan kasih karunia Allah.

4. Karunia Rohani diberikan Untuk Memuliakan Kristus dan Membangun Gereja-Nya

Karunia-karunia tersebut diberikan untuk memuliakan Kristus (1 Korintus 12:3). Pekerjaan Roh Kudus sekarang ini adalah memuliakan Kristus. Dan segala sesuatu yang dikerjakan-Nya mempunyai tujuan tertinggi untuk memuliakan Kristus. Karunia-karunia rohani harus digunakan untuk pelayanan di dunia ini. dan menolong gereja untuk bertumbuh (Efesus 4:11-13).

Tozer mengatakan, “Tidak seorang pun bisa mengasihi Tuhan Yesus Kristus jikalau Roh Allah tidak diberi kesempatan untuk menyatakan diri-Nya di dalam kehidupan. Tidak seorang pun bisa berkata bahwa Yesus adalah Tuhan jikalau Roh Kudus tidak memampukannya melalui kehidupan dan pengalaman rohani”. Karunia-karunia yang diberikan kepada tiap-tiap orang percaya adalah untuk kepentingan tubuh Kristus dan pelayanan. 

Karunia-karunia rohani diberikan karena ada tugas yang harus dikerjakan dan jika karunia-karunia itu bekerja dengan baik, maka tugas itu dapat diselesai (Yohanes 15:26-27; Kisah Para Rasul 1:4,8;Efesus 4:12-16).DEFINISI KARUNIA ROHANI 
Next Post Previous Post