KARUNIA ROH KUDUS

Pdt. DR. Stephen Tong.
KARUNIA ROH KUDUS
A. Baptisan Roh Kudus dan Hidup Baru

KARUNIA ROH KUDUS. Kita telah membicarakan hal-hal penting tentang tujuh pemunculan istilah atau pengertian “Baptisan Roh Kudus” (turunnya Roh Kudus), merupakan pengudusan atau baptisan yang dilakukan oleh Kristus dengan Roh Kudus untuk memasukkan ortang percaya ke dalam Gereja yang am (1 Korintus 12:13).

Secara hakekat, hal itu telah terjadi, tetapi secara pribadi, setiap orang percaya perlu mengalami di dalam sejarah hidupnya yaitu bahwa ia dibaptiskan dengan Roh Kudus, sehingga Alkitab mengatakan bahwa ada empat tahap Roh Kudus turun kepada orang-orang yang berbeda sebagai wakil Roh Kudus turun ke atas semua orang percaya.

Ketika Allah mengaruniakan Roh Kudus turun ke atas Gereja-Nya, maka Roh Kudus mengaruniakan karunia-karunia-Nya bagi Gereja. Dari ungkapan ini terlihat adanya dua tahap karunia, yaitu : pertama, Roh Kudus itu sendiri merupakan karunia Allah kepada Gereja-Nya; dan kedua, Roh kudus ini kemudian memberikan karunia-karunia-Nya kepada Gereja untuk saling melayani dan mempertumbuhkan tubuh Kristus agar dapat menjadi mahir dan dewasa, sehingga akhirnya akan mempermuliakan Tuhan Allah.

Roh Kudus adalah Oknum Ketiga Allah Tritunggal yang dikaruniakan kepada Gereja. Jika kita menanyakan apakah karunia Allah terbesar bagi dunia, maka jawabnya adalah Yesus Kristus, sebagai Oknum Kedua Allah Tritunggal. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal untuk menjadi Penebus bagi manusia berdosa. Inilah karunia terbesar bagi dunia ini. Tetapi apabila ditanya apakah karunia Allah yang terbesar bagi Gereja, maka jawabnya adalah Roh Kudus, Oknum Ketiga Allah Tritunggal.

Allah Bapa mengirimkan Anak-Nya demi menggenapi keselamatan bagi umat yang telah dipilih-Nya sebelum dunia diciptakan. Maka apa yang telah terjadi dan digenapkan di dalam rencana penetapan Allah yang kekal, “eternal decree” diwujudkan di dalam proses sejarah yang berlangsung. Penetapan Allah memang tidak pernah berubah, tetapi penetapan itu tidak akan terwujud apabila Kristus tidak turun ke dalam dunia. Maka Kristus datang untuk menggenapi dan melaksanakan apa yang sudah dipilih dan ditetapkan di dalam rencana kekal Allah di dalam proses dinamis sejarah manusia, “the dynamic process of history”.

Dengan tahapan-tahapan di dalam proses dinamis sejarah ini, Kristus mengalami dilahirkan, hidup suci ditengah-tengah segala pencobaan dan akhirnya dibunuh dan digantung di atas kayu salib, lalu dikuburkan dan bangkit pada hari ketiga, lalu naik ke sorga. Semua tahap ini merupakan tahap-tahap yang sangat penting di dalam penggenapan keselamatan Allah.

Sesudah Kristus naik ke sorga, Roh Kudus turun. Hari pertama Roh Kudus turun merupakan hari jadi Gereja untuk segala zaman dan seluruh orang yang dipilih. Inilah tubuh Kristus yang sekaligus menjadi mempelai Kristus. Setelah itu barulah penginjilan dilakukan seturut apa yang telah direncanakan Allah Bapa, digenapi oleh Allah Anak, dan disodorkan dengan kuasa Roh Kudus kepada orang percaya. Tahap ini dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Inilah tahapan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Sekarang ini, kita yang berada di Indonesia, dapat mendengar Injil, yang dijanjikan, yang dikonfirmasikan dan disertai oleh Roh Kudus, juga merupakan bagian dari tahapan yang telah ditetapkan oleh Tuhan sejak dunia belum diciptakan. Tahapan penginjilan secara global di dalam sejarah manusia ini diwakili oleh empat peristiwa turunnya Roh Kudus seturut Kisah Para Rasul 1:8.

Roh Kudus di kirim ke dalam dunia berkaitan dengan beberapa hal yang sangat penting:

1. Suka Memberitakan Injil

Roh Kudus turun untuk menguatkan orang memberitakan Injil. Turunnya Roh Kudus tidak boleh dipisahkan dari penginjilan. Hal ini seturut dengan penegasan Yesus sendiri berkenaan dengan turunnya Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5-8). Maka dikirimnya Roh Kudus harus dikaitkan dengan pengabaran Injil. Gereja-gereja yang mengabaikan dan tidak menjalankan pengabaran Injil juga akan selalu mengabaikan dan merasa tidak memerlukan Roh Kudus. Gereja yang tidak dipenuhi Roh Kudus tidak sadar bahwa mereka perlu mengabarkan Injil. Gereja yang tidak mengabarkan Injil dan dipenuhi Roh Kudus merupakan Gereja yang tidak lagi berfungsi vital sebagai Gereja. Pada suatu hari gereja-gereja demikian pasti akan suam, dingin dan akhirnya akan mati.

2. Rindu Hidup Suci

Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari hidup suci, karena Roh Kudus adalah Roh yang Suci. Ia datang ke dalam dunia, menyodorkan keselamatan kepada manusia dengan menyadarkan manusia akan dosa, keadilan dan penghakiman Tuhan Allah (Yohanes 16:8-11). Maka orang yang menerima pekerjaan Roh Kudus, pasti akan sadar dari dosa yang telah melawan dan tidak beriman kepada Kristus. Ia juga akan menyadari bahwa Kristus yang suci, benar-benar adil, berlawanan dengan hidupnya sendiri yang berdosa. Kemudian ia sadar bahwa bukan Kristus yang seharusnya dihakimi oleh dunia, tetapi Kristuslah yang akan menjadi hakim atas seluruh dunia ini. Seluruh pembalikkan relasi ini hanya mungkin dilakukan oleh Roh Kudus.

Roh Kudus bekerja untuk menguduskan orang, sehingga secara otomatis orang-orang demikian akan senang hidup di dalam kesucian. Hal ini merupakan hal yang tidak dapat ditawar atau ditiru. Glosolalia, karunia-karunia dan bakat dapat dipalsukan oleh setan, tetapi hidup suci tidak mungkin dapat ditiru oleh setan. Roh Kudus adalah Roh yang suci. Di mana Roh Kudus diberitakan, di mana kita sungguh-sungguh menuntut dipenuhi oleh Roh Kudus, kita harus sekaligus menuntut hidup kita menjadi hidup yang suci.

3. Haus akan Kebenaran

Di mana Roh Kudus dicurahkan, pasti akan ada pengertian yang lebih tuntas dan kehausan yang lebih besar akan kebenaran. Ada pengertian yang lebih tepat akan Alkitab, yang juga diwahyukan oleh Roh Kudus. Jadi Roh Kudus dan Kitab Suci tidak dapat dipisahkan. Hal ini tidak dapat ditawar lagi.

Gereja yang mengalami pemenuhan Roh Kudus; Gereja yang mengalami pembaharuan; harus menjadi Gereja yang lebih mengerti kebenaran firman Tuhan. Itu sebabnya kebangunan rohani yang tidak banyak membicarakan dan tidak membawa manusia kembali kepada pengertian Alkitab yang mendalam dan benar menunjukkan kebangunan yang palsu.

Itulah alasan mengapa kita perlu bersikap kritis terhadap gerekan-gerakan Pantekosata dan Kharismatik yang ekstrim. Banyak orang Pantekosta dan Kharismatik yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Tetapi di dalam arus-arus yang ekstrim, banyak orang yang sudah terpengaruh dengan ajaran yang tidak benar, maka kita perlu memberi kritik yang sangat kritis. Mereka seolah-olah menerima wahyu yang baru. Hal ini adalah hal yang sangat fatal.

Sebagaimana orang Liberal belajar teologi, tetapi tidak menerima Kitab Suci sebagai wahyu Allah, sehingga mereka kehilangan otoritas kebenaran dalam gereja-gereja mereka, maka orang-orang yang ekstrim dalam gerakan Pantekosta dan Kharismatik merasa mereka telah menerima “wahyu baru”, sehingga mereka menyangka menerima sesuatu yang di luar Alkitab, atau mengira bahwa Alkitab tidak lebih penting dari wahyu yang mereka terima atau yang mereka alami sendiri.

Keadaan seperti ini diungkapkan dalam beberapa hal, seperti pembedaan antara ‘logos theon’ dengan ‘rhema theon’. Kitab Suci dianggap sebagai ‘logis theon’, yaitu firman Tuhan yang dibagikan kepada para rasul dan  para nabi; sedangkan kita bersekutu secara pribadi dengan Tuhan, kita akan menerima ‘rhema theon’ yaitu firman Allah yang dibagikan kepada kjita secara pribadi. Dengan demikian, orang-orang yang menerima “wahyu baru” selalu menganggap Kitab Suci tidak terlalu penting karena yang lebih penting adalah wahyu yang langsung dari Tuhan.

Kita mengetahui bahwa yang dinyatakan di dalam Alkitab lebih penting daripada pengalaman kita secara pribadi, tetapi mengapa gerakan-gerakan ekstrim, seperti itu selalu tidak membawa pengikutnya kembali menafsirkan Kitab Suci dengan stabil, sehat, sempurna, dan bertanggung jawab. Tanpa sadar mereka sedang menganggap bahwa “wahyu baru” yang mereka terima lebih penting daripada Alkitab. Saya sangat gentar, ketika melihat orang-orang yang membaca Alkitab begitu berani mengkritik nabi-nabi dan rasul-rasul dengan semngat, sepertinya mereka lebih besar dari para rasul atau para nabi.

Gereja justru didirikan di atas dasar pada nabi dan para rasul. Sikap-sikap yang salah itu tanpa sadar akan membawa dampak Saudara merasa lebih besar dari Petrus atau lebih besar dari Paulus. Alkitab memang mencatat kesalahan Daud, kesalahan Petrus, kesalahan orang-orang besar di dalam sejarah, seperti Abraham, dsbnya, dan mengatakan bahwa hanya Kristus yang sempurna dan tidak berdosa. Tetapi itu bukan berarti kita lebih besar daripada mereka, sehingga  kita dapat sembarangan mengoreksi atau mencar-cari kesaalhan mereka untuk menunjukkan bahwa kita mendapatkan wahyu yang lebih tinggi daripada mereka. Semua kesalahan yang dicatat dalam Alkitab hanya menjadi peringatan bagi setiap zaman agar kita waspada, hidup berhati-hati dan gentar di hadapan Tuhan.

Gereja didirikan di atas dasar rasul dan nabi, sehingga rasul dan nabi menjadi fondasi Gereja, di mana Kristus menjadi batu penjurunya. Roh Kudus tidak akan memimpin Gereja untuk menghina Alkitab. Roh Kudus juga tidak akan memimpin orang-orang yang mengaku hamba Tuhan atau kelihatan dipakai secara luar biasa untuk kemudian sembarangan mengkritik Alkitab, karena Kitab Suci diwahyukan untuk menjadi cermin, menjadi dasar pengajaran dan pondasi iman orang Kristen, yang diwahyukan oleh Roh Kudus itu sendiri.

B. Menelusuri Gerakan Pantekosata Abad XX

Kita harus waspada terhadap kebangunan yang kelihatannya memiliki komitmen orang Kristen yang sangat besar, tetapi tidak membawa orang kembali kepada Alkitab. Itu adalah gerakan-gerakan yang harus diwaspadai, karena setan sedang bekerja dibelakangnya. Kelihatannya mereka bersaksi, tetapi mereka bukan bersaksi untuk Kristus, tetapi untuk pengalaman diri sendiri. Orang-orang seperti ini tidak membawa Gereja kepada Tuhan, tetapi membawa orang kepada perasaan pribadi. Gejala-gejala seperti ini dimotori oleh roh supra-natural yang lain, yang bukan dari Tuhan Allah. Itu sebabnya Alkitab memberikan peringatan untuk tidak mempercayai semua roh.

Pengertian  ‘rhema theon’  lebih penting dari ‘logos theon’  berakar dari penafsiran yang tidak beres terhadap Alkitab, sehingga orang-orang mulai menuntut, mencari, menginginkan mendapat pengalaman seperti Cho Yonggi atau Benny Hinn atau Kenneth Hagin. Tetapi akhirnya mereka membawa orang Klristen semakin jauh dari Kitab Suci dan menyimpang dari firman Tuhan yang tidak berubah untuk selasma-lamanya.

Jika kita menganalisis Alkitab, kita melihat bahwa pemakaian istilah, konsep dan bahasa dan konsistensi keseluruhan 66 kitab itu begitu sempurna dan ketat. Perkataan siapa pun yang mengatakan mendapat “wahyu dari Tuhan”, menunjukkan bahwa pandangan mereka sangat kacau. Jikalau Kitab Suci belum sempurna, maka kita memerlukan “wahyu baru”, tetapi jika Kitab Suci sudah sempurna, di mana ada tempat untuk wahyu yang baru?

Orang yang mengatakan dirinya mementingkan Roh Kudus, sebenarnya dibelakangnya terdapat siasat setan yang ingin membisikkan  tipuan kepada orang Kristen: “Kitab Sucimu sebenarnya tidak cukup, masih perlu suara dari ‘hamba Tuhan’ yang lain.”  Perhatikan: Semua hamba Tuhan hanya bertugas membawa semua orang Kristen kembali kepada Kitab Suci. Hamba-hamba Tuhan, sebesar apa pun kelihatannya, jika ia tidak membawa orang Kristen kembali kepada Kitab Suci, ia pasti bukan hamba Tuhan, ia sedang dipakai oleh setan.

Prinsip-prinsip yang Saudara terima di sini adalah demi menegakkan Saudara menjadi saksi firman Tuhan di dalam zaman ini untuk mempengaruhi zaman yang akan datang.

1. Tiga Gelombang Gerakan Pantekosta

Di dalam pertengahan kedua abad XX ini, gerakan Pantekosta telah mengalami dua kali perubahan gerakan. Gelombang Pertama terjadi sekitar tahun 1905 s/d 1950-an. Di dalam gelombang pertama ini, gerakan Pantekosta mementingkan keselamatan dan karunia-karunia. Lalu mereka memutlakkan glosolali sebagai tanda satu-satunya orang sudah dibaptiskan oleh Roh Kudus. Gejala pemutlakan ini merupakan gejala yang tidak sehat. Sesudah itu mereka mendirikan Gereja.

Gelombang Kedua dengan munculnya gerakan Kharismatik. Gelombang kedua ini dimulai justru dengan tidak mendirikan Gereja, tetapi memasuki semua denomisnasi untuk memberi pengaruh dan membelokkan ajaran yang ada. Biasanya mereka memakai gedung-gedung mewah untuk kebaktian, sehingga orang yang sudah bosan di Gereja yang sudah tua, bau dan lama, bertradisi, tetapi tidak bergairah hidup, keluar dari Gereja dan masuk ke tempat-tempat seperti itu. Mereka memakai lagu-lagu yang baru, yang tidak lagi mementingkan mutu dan apakah syairnya sesuai dengan firman Tuhan atau tidak. Mereka hanya mementingkan ritme, emosi, perasaan, sehingga lagu-lagu itu terasa enak dan mudah dinyanyikan. Manusia seolah-olah mendapatkan pelepasan yang luar biasa, sehingga menciptakan suatu kultur baru dalam Gereja. Mereka meninggalkan lagu-lagu yang agung dari para komponis yang khusus diurapi Tuhan untuk menciptakan lagu-lagu yang agung.

Gelombang Ketiga dimulai oleh John Wimber, John White sampai Toronto Blessing. Makin lama makin liar. Jika dalam Gelombang Pertama, tangisan menjadi ekspresi perasaan, maka pada Gelombang Ketiga, ekspresi perasaan itu terbalik sama sekali. Tertawa menjadi pengutaraan ekspresi emosinya. Dalam Pantekosta tradisional, orang-orang menangis karena ketakutan tidak diterima oleh Tuhan, doa mereka penuh dengan tangisan dan permohonan ampun dosa. Di dalam Gelombang Ketiga, yang muncul dengan Toronto Blessing ini, mereka tertawa-tawa dengan tidak bertanggung jawab.

Orang menangis, mungkin karena sedih, karena patah hati, karena cinta Tuhan; tetapi mungkin juga karena merasa tidak rohani bila tidak menangis. Tetapi Saudara, sekarang, di dalam Gelombang Ketiga ini, bukan terjadi kemajuan, tetapi justru kemunduran yang luar biasa. Tidak heran, jika banyak Gereja Pantekosta yang saat ini tidak setuju dengan Gerekan Kharismatik, dan banyak Gereja Kharismatik yang tidak setuju kepada Toronto Blessing, karena dalam Gelombang ini, mereka mengaku kembali kepada iman apostolik, ke abad pertama, tetapi semakin hari semakin menyeleweng jauh dari iman yang benar, mengekspresikan perasaan melalui tertawa-tawa yang tidak terkendalikan lagi. Di dalam Gelombang Pertama, ketika orang Pantekosta menangis, mereka sadar bahwa mereka menangis; di dalam Toronto Blessing, mereka tertawa, dan tidak sadar bahwa mereka sedang tertawa. Gejala-gejala ini merupakan gejala yang sama sekali belum pernah diberi dasar oleh Alkitab.

2. Adakah Kerasukan Roh Kudus ?

Di dalam Alkitab tidak ada kerasukan Roh Kudus! Tetapi mungkin mereka akan membantah bahwa Toronto Blessing juga tidak memakai istilah tersebut. Mereka memakai istilah “dipenuhi Roh Kudus” atau “dibaptis Roh Kudus”. Mereka mamakai istilah “slain with the Spirit” (disembelih oleh Roh Kudus). Istilah ini pun tidak terdapat di dalam Alkitab. Di dalam Alkitab, hanya terjadi dan dicatat satu kali di mana orang-orang jatuh ke belakang, yaitu ketika para pengawal datang mencari Yesus di Getsemani. Ketika Yesus menyatakan diri-Nya, mereka jatuh ke belakang., Peristiwa ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Roh Kudus. Ini justru terjadi pada musuh Yesus Kristus. Musuh Yesus yang mau menangkap Yesus, ketika bertemu dengan pengakuan Yesus “Akulah Dia”, terpelanting ke belakang. Biasanya orang yang mau ditangkap berusaha untuk mengelak dan melarikan diri, namunTuhan Yesus justru mengaku dua kali. Hal ini menjadikan manusia tidak dapat berdiri di hadapan Allah dan jatuh ke belakang. Jatuh ke belakang tidak pernah dikaitkan dengan karya kepenuhan Roh Kudus. Jadi hal itu pasti tidak Alkitabiah dan tidak benar.

Sebaliknya, ketika seseorang tergerak oleh Tuhan dan terpesona akan keagungan Tuhan, mereka tersungkur ke depan di hadapan Tuhan. Tersungkur ke depan berarti “Aku menaklukkan diri di hadapan Tuhan.”  Maka mengaitkan “jatuh ke belakang” dengan ajaran Roh Kudus, merupakan suatu keteledoran dan kekacauan yang harus dihukum oleh Tuhan. Ketika Saudara mengalami hal itu dan mengatakan bahwa itu dari Roh Kudus, itu menunjukkan bahwa Saudara lebih celaka dari orang kafir, karena berarti Saudara adalah orang Kristen yang sama sekali tidak mempelajari dan memikirkan kebenaran ini.

Pada waktu Roh memakai kata kerja seperti “memenuhi”, “turun kepada”,“menghapus”,“mengiluminasi”, “memeteraikan’, “menyaksikan”, “memimpin”, “memuliakan”, “bersaksi”, selama itu pula tidak pernah satu kali pun Roh memakai istilah “merasuk”.

Apakah perbedaan antara dirasuk dengan dipimpin atau dipenuhi? Orang yang dipenuhi Roh Kudus tetap memiliki fungsi intelek yang masih sadar. Ia tetap mempunyai fungsi emosi yang terkontrol, dan memiliki fuingsi kemauan yang disadari oleh rasio dan emosi yang ada padanya. Inilah orang yang dipenuhi atau dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang dirasuk setan, selalu memunculkan tiga gejala, yaitu: (1) inteleknya kabur; (2) emosinya meluap; dan (3) kemauannya menjadi pasif.

Pertama, orang-orang seperti ini ketika ditanya tidak dapat menjawab secara beres dan sadar. Mereka tidak tahu lagi dan seperti sudah tidak berada di dalam dirinya lagi. Kedua,ketika ia berada di dalam keadaan kerasukan demikian, emosinya meluap-luap luar biasa, entah sedih atau senang, tetapi tidak terkontrol oleh pengetahuannya. Dan ketiga, kemauan menjadi pasif sama sekali. Diapakan saja atau di bawa ke mana saja, ia akan menurut dan tidak mempu menolak. Ketiga hal ini akan terjadi secara bersama-sama, dan saya menyebutnya “memberi tempat kepada Iblis.”

Paulus pernah mengeluarkan kalimat di atas, yaitu “Jangan memberikan tempat kepada Iblis,” karena itu merupakan suatu pintu yang besar di mana Saudara membuka kesempatan kepada roh-roh yang lain, yang bukan dari Tuhan, masuk dan menguasai, merasuk dan Saudara tidak mampu melawan sama sekali. Itu semua karena Saudara terlebih dahulu membuka pintu dan memberi tempat kepada roh-roh itu untuk masuk.

Orang-orang yang patah hati, orang yang tidak mempunyai pengharapan lagi di dunia ini, dan orang yang terlalu sedih atau terlalu susah hidupnya, akhirnya jemu kepada hidup. Mereka melangkah lebih jauh lagi, ingin melangkahkan kerohaniannya ke tempat yang lebih tinggi, menjadi orang-orang yang sangat rawan terserang oleh setan seperti ini. Orang seperti ini sangat  menginginkan sesuatu, lalu mengambil jalan pintas, tidak mau mempelajari Alkitab baik-baik, tidak mau sekolah baik-baik, tetapimaulangsung menjadi pemimpin, mau langsung berkhotbah, hanya karena telah jatuh satu kali dan menganggap sudah menerima Roh Kudus. Itu adalah mimpi!  Orang-orang seperti ini mau menjadi pemimpin tanpa mau memikil salib, dan tidak mau membayar harga. Mereka hanya “terkena” sesuatu yang dianggap sebagai Roh Kudus, lalu mau menjadi pemimpin Gereja. Mereka adalah penipu-penipu dari setan, yang menipu Saudara, agar Saudara menipu orang lain lagi. Dengan cara demikian, mereka berharap seluruh Kekristenan akan berada di bawah kaki Iblis.

Tuhan berkata, “Pikul salib dan ikut Aku.”  Di sepanjang sejarah Gereja, Tuhan memperkenankan orang-orang Kristen dianiaya dan dibunuh; orang-orang Kristen mengalami baptisan api, yaitu ujian yang bagaikan api yang membakar hangus mereka. Mereka dijadikan obor hidup dengan dibakar hidup-hidup di atas tiang yang diberi jerami. Semua itu diizinkan Tuhan untuk membuktikan  bahwa iman Kristen adalah iman yang sejati. Tetapi banyak orang saat ini seperti Kenneth Hagin, Gho Yonggi, Benny Hinn, mengajarkan ajaran yang sama sekali berbeda fari Alkitab. Mereka mengatakan bahwa ketika Yesus mati, Yesus bersifat setan, dan mengatakan bahwa perkataan Ayub salah secara fatal karena mengatakan hal yang bukan merupakan konsep Alkitab.

Saat ini begitu banyak ajaran yang rusak sedang datang. Apakah Saudara tidak mau mendengar kebenaran? Apakah Saudara akan mendengar apa yang tidak diajarkan di Alkitab, lalu menolak dan membuang apa yang diajarkan oleh Alkitab?  Itu sebabnya, di Surabaya, ketika Lembaga Alkitab Indonesia mengumpulkan pemimpin-pemimpin Gereja, orang-orang dari penganut ajaran seperti itu hampir tidak ada yang datang, karena mereka tidak mau menghargai Alkitab. Mereka lebih menghargai pengalaman pribadi. Mereka tidak menggali firman Tuhan yang ada di tangan mereka, tetapi lebih suka membayar berjuta rupiah untuk pergi ke Toronto, menontoin hal-hal yang melawan Alkitab. Dosa sedang merongrong Gereja Tuhan dengan luar biasa. Kiranya Tuhan mengampuni kita dan membawa kita kembali ke jalur yang benar.

Roh Kudus tidak pernah menyebabkan Petrus menjadi pingsan ketika menerima Dia di hari Pentakosta. Mereka bukan saja sadar, mereka berbicara dan berkhotbah, dan Roh Kudus memberi mereka bahasa-bahasa untuk memenuhi kebutuhan mereka yang mendengar di situ. Ada 16 tempat asal mereka yang berkumpul, dan mereka mendengar dengan jelas dengan bahasa yang benar. Semua yang diberitakan bukan untuk meninggikan karunia Roh Kudus itu, tetapi meninggikan Kristus, yang direndahkan, dipaku di kayu salib, dibunuh dan akhirnya dibangkitkan.

Orang yang dipenuhi Roh Kudus, menjadi saksi yang berani dengan lantang menyatakan Kristus dan mengabarkan Injil. Maka ketika mereka semua dipenuhi Roh Kudus dan penginjilan dilakukan, tidak seorang pun di antara mereka yang jatuh, tidak seorang pun yang inteleknya kabur, tidak seorang pun di antara mereka yang kejang-kejang. Tidak ada!  Itu adalah ciri kerasukan, bukan ciri dipenuhi Roh Kudus. Kita harus membedakan hal ini dengan tegas. Alkitab tidak pernah mengatakan ada orang yang dirasuk oleh Roh Kudus. Sebaliknya, kerasukan dipakai untuk menunjukkan pekerjaan Iblis. Maka kerasukan pasti bukan dari Roh Kudus, tetapi dari roh yang lain. Oleh karena itu, Roh Kudus mengatakan dan memerintahkan kepada kita untuk tidak percaya sembarang roh. Kita harus mengujinya!

Roh Kudus diberikan untuk penginjilan, dikaitkan dengan hidup yang suci, diberikan untuk mengerti kebenaran firman dan diberikan untuk memimpin kita dengan bijaksana. Roh Kudus memberikan kita keberanian di dalam cinta kasih untuk memberitakan firman Tuhan ke dalam dunia. Inilah pemberian Roh Kudus (karunia Roh Kudus, “the gifts of the Holy Spirit”). Allah memberikan karunia Roh Kudus sebagai hadiah terbesar bagi Gereja. Jadi Roh Kudus sendiri adalah karunia Allah yang terbesar untuk Gereja yang kudus dan am.

C. Baptisan Roh Kudus dan Hidup Pelayanan

Karunia Roh Kudus ini diberikan kepada Gereja untuk selama-lamanya. Di dalam Perjanjian  Lama, Roh Kudus hanya diberikan kepada orang-orang yang sedang menjalankan tugas yang Allah berikan kepadanya. Bila tugas tersebut selesai, atau ia tidak mengerjakan tugas tersebut dengan baik, maka karunia Roh Kudus atas dirinya akan dicabut, sehingga Roh Kudus akan kembali  kepada Allah Bapa dan meninggalkan orang itu.

Hal ini dilambangkan dengan jelas di mana kemuliaan Allah secara perlahan-lahan meninggalkan Bait Allah. Maka dari tempat yang paling suci, keluar, terus keluar, akhirnya kembali kepada Allah Bapa. Bagi Perjanjian Lama, kehadiran Roh Kudus belum diberikan secara resmi. Roh Kudus belum menjadi satu karunia yang diberikan secara terus menerus kepada umat Tuhan. Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus hanya menjadi Pemimpin, Pendamping dan Pengurap, yang memberikan kuasa untuk menggenapi suatu tugas, sesudah itu Roh Kudus ditarik kembali. Tetapi kemudian Yesus Kristus berkata, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.”  (Yohanes 14:16).

Roh Kudus diberikan untuk kekekalan dan Ia akan beserta dengan orang Kristen sampai kekekalan . Roh Kudus memeteraikan itu di dalam hati kita dan membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Ia tidak pernah merasuk kita. Roh Kudus memimpin kita, sehingga baik yang memimpin maupun yang dipimpin sama-sama sadar. Merasuk adalah sikap perasuk yang merejalela, di mana yang dirasuk sama sekali tidak sadar.

Kita memiliki Roh Kudus di dalam diri kita dan kita memiliki hidup rohani di dalam Roh Kudus. Maka ini menjadi suatu relasi timbal-balik (mutual relationship). Di dalam kita, Roh Kudus menjadi Pendamping, Penghibur dan Pemberi kekuatan. Yesus berkata, “Aku akan minta kepada Bapa untuk memberikan kepadamu Penolong (parakletos) yang lain, yaitu Roh Kebenaran.” (Yohanes 14:16-17).

Roh Kudus berada di sebelah kita untuk mendampingi kita. Ia juga dapat turun dari atas ke atas kita, dan kini Roh Kudus berada di dalam kita. Secara status Ia hidup di dalam kita, di mana kita menjadi tempat kediaman Roh Kudus atau bait Roh Kudus (1 Korintus 6; 2 Korintus 6). Itu sebabnya, kita dituntut hidup suci, karena Allah yang memanggil kita dan tinggal di dalam diri kita adalah Allah yang suci. Di dalam segala perbuatan dan sikap hidup kita, hendaklah kita hidup suci agar dapat dipakai oleh Tuhan. Tuhan menginkan kita memelihara tubuh kita, menguduskannya bagi Tuhan. Inilah sikap yang stabil sebagai orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Jika Roh Kudus di dalam kita, apakah kita berada di luar Roh Kudus atau melingkupi Roh Kudus? Alkitab tidak pernah memberikan gagasan seperti itu! Alkitab mengatakan bahwa kita berada di dalam Roh Kudus. Ada beberaapa ungkapan Alkitab untuk itu, yaitu:

1. Berbakti di dalam Roh

Kita harus berbakti dan menyembah di dalam Roh Kudus. Tetapi apakah artinya? Istilah worship atau menyembah, di dalam bahasa aslinya Ibrani, berarti : membengkokkan atau membungkuikkan tubuh di hadapan Allah. Ini berarti seumur hidup menundukkan diri dan mematuhkan diri di hadapan Allah.

Pengertian penyembahan bukan  hanya dimengerti sebagai suatu perasaan enak memuji Tuhan di dalam suatu kebaktian saja, di mana seolah-olah kita di bawa ke sorga, tetapi kemudian setelah itu kembali sadar dan berbuat dosa lagi seperti orang-orang yang bukan Kristen.

Ibadah yang sejati berarti seumur hidup kita harus menyembah, menundukkan diri kita di hadapan Roh dan kebenaran. Itu sebabnya, setiap memuji Tuhan, lagu yang dinyanyikan harus sesuai dengan Alkitab, tidak peduli bagaimana pun enak melodinya, atau penggubahnya orang terkenal, atau lagu itu dapat memberikan perasaan yang enak dan menyentuh hati kita. Jika lagu tersebut tidak sesuai dengan Kekristenan, sekalipun banyak nama Yesus di dalamnya, tetap tidak boleh dipakai di dalam kekristenan. Itu bukan penyembahan, karena penyembahan yang sejati adalah menyembah di dalam Roh dan kebenaran. Di dalam Roh dan sesuai dengan firman, bukan sesuai dengan imajinasi Saudara.

Saya tidak melawan lagu-lagu. Ada beberapa lagu dari Kharismatik atau dari Pantekosta yang saya sukai, seperti misalnya lagu “Mana-mana Tuhan panggil”, “Bapa, Terima Kasih” atau “Puji Tuhan, Haleluya”. Tetapi jika Saudara melihat ada lagu-lagu yang kelihatan bagus sekali, tetapi tidak sesuai dengan Alkitab, harus segera dibuang.

Saya pernah ikut di dalam mobil seseorang. Selama di perjalanan ia memutar kaset lagu rohani, dan kata-kata lagu itu terus menerus mengatakan, “Apa saja yang kamu minta kepada Tuhan pasti akan mendapat.”  Kalimat lagu itu memberikan kesan bahwa Allah harus taat kepada manusia dan Allah harus mendengar semua hal sesuai dengan keinginan manusia. Lagu seperti itu saya rasa tidak bernilai. Rohani bukan gerak badan atau lenggak-lenggok atau mengangkat tangan. Rohani adalah sesuai dengan apa yang Saudara lakukan sehari-hari di dalam kehidupan Saufdara.

2. Berjalan di dalam Roh

Ketika kita berjalan biasa, apakah itu dapat dikatakan juga sedang berjalan di dalam Roh? Jikalau kita berjalan baik-baik, sesuai rencana Allah, mengapa tidak dapat dikatakan berjalan dalam Roh? Berjalan di dalam Roh bukan berteriak-teriak atau tertawa-tawa lalu tidak sadarkan diri. Itu bukan berjalan di dalam Roh, tetapi berjalan di dalam kebutaan dan berjalan di dalam ketidak-sadaran.

Jika Saudara pergi ke sebuah gereja, lalu Saudara mengajak orang lain untuk pergi ke gereja itu, lalu berjalan mengikuti Tuhan dengan baik-baik, sesuai dengan firman Tuhan, itu dikatakan sebagai berjalan di dalam Roh. Berjalan di dalam Roh dan hidup di dalam Roh seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam Galatia 5:25. Di dalam ayat itu Paulus menegaskan bahwa ketika seseorang hidup oleh Roh, ia juga harus berjalan bersandarkan pada Roh. Maksudnya, Saudara harus hidup mengikuti langkah-langkah-Nya, berarti hidup sehari-hari terus mengikuti Roh Kudus. Itulah yang disebut sebagai berjalan di dalam Roh.

Berjalan di dalam Roh bukan berarti setelah Saudara berdoa dalam kamar lalu Saudara mengapung-apung, berkhayal, lalu merasa seperti berjalan dalam Roh. Ada ajaran-ajaran Kristen yang tidak bertanggung jawab, yang mengajarklan hal-hal demikian. Pada abad III, istilah “berjalan di dalam Roh” sudah pernah ditafsirkan secara sembarangan dan tidak keruan. Ada aliran, yang disebut sebagai Montanisme  menjalar ke Gereja-gereja pada waktu itu. Pemimpin-pemimpin mereka seperti Maximilian, dll. Mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan Roh yang membangkirtkan Kristus, dan memberikan kebangkitan kepada mereka, sehingga mereka dapat berjalan tanpa harus menyentuh tanah. Bukan saja demikian, di kamar, mereka dapat mengapung, tidak menyentuh tanah. Terkadang-kadang mereka bergulung-gulung di kamar. Akhirnya, orang-orang mengatakan bahwa ia diberi kekuatan oleh Tuhan untuk melawan tarikan bumi (gravitasi), sehingga ia akan melompat dari tebing gunung dan percaya Tuhan akan memberikan kemampuan baginya untuk mengapung. Ternyata ia jatuh ke bawah dan mati.

Sekarang, roh yang sama telah mengacaukan Gereja sekali lagi, dengan mengatakan bahwa jika Saudara baik-baik berjalan di dalam kebenaran Tuhan, hal itu tidak dianggap sebagai berjalan di dalam Roh, tetapi jikalau Saudara dapat tertawa-tawa sendiri, itulah yang dianggap “berjalan atau hidup di dalam Roh.”

Di Singapura, penganut Toronto Blessing mengadakan kebaktian besar di stadion. Dampaknya, banyak guru-guru sekolah terkena arus ini. Akibatnya, ketika mereka sedang mengajar, tiba-tiba guru ini tertawa-tawa sendiri begitu rupa dan tidak dapat dikendali. Inikah berjalan dalam Roh? Hal ini berbeda dengan Gelombang Pertama, di mana orang-orang Pantekosta menangis dan menangis, seolah-olah tanpa tangisan Tuhan tidak akan mendengar mereka.

Suatu kali dalam satu kebaktian besar, seorang pendeta Belanda berkhotbah dan menyuruh jemaaat untuk menangis terus. Setelah itu ia memberikan giliran kepada saya untuk berkhotbah. Langsung saya perintahkan mereka semua untuk diam. Pendeta itu melotot kepada saya, saeolah-olah saya sedang menghujat Roh Kudus. Langsung saya tantang mereka, “Di manakah di dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa ketika kita menyanyi harus bersuka cita dan kalau berdoa harus menangis?”  Bolehkah berdoa dengan bersukacita dan bolehkah menyanyi dengan bersedih ahti? Pasti dapat dan boleh terjadi. Setelah saya menegur demikian, sebagian besar jemaat itu mulai sadar. Pendeta Belanda yang dengan sengaja memupuk suasana seperti itru, kini tidak dapat menjawab apa-apa.

Saya minta Saudara memperhatikan bahwa jika Saudara berdoa, berdoalah bersuara dengan akal budi Saudara, bukan “berdoa di dalam Roh” yang tidak dikenal dan tidak dimengerti. Katakan apa yang Saudara inginkan, yang sesuai dengan kebenaran Alkitab, itulah doa dengan akal budi.

Doa di dalam Roh, seringkali ditafsirkan sebagai doa yang tanpa akal budi atau doa dengan glosolalia. Padahal di dalam Alkitab dikatakan dengan jelas bahwa kita bukan cuma berdoa dalam Roh, tetapi juga dengan akal budi!  Berarti, akal budi harus ada dan harus dipakai. Saat ini Gereja sedang diajar secara terbalik. Seolah-olah kalau kita berdoa biasa, dengan kata-kata yang dapat dimengerti, dianggap tidak ada atau rendah nilainya. Berdoa yang lebih tinggi harus dengan bahasa Roh (glosolalia).

Setelah itu saya suruh mereka berdoa bersuara, mereka tidak dapat. Saya menegur mereka: “Mengapa kalian dapat berdoa menangis, tetapi tidak dapat berdoa dengan bersuara? Kalian semua tidak mau kembali kepada firman, dan hanya mau mengikuti suatu tradisi yang dibuat oleh manusia saja.”  Sebagian menjadi sadar, dan sebagian membenci saya luar biasa. Saya tidak peduli, yang penting saya tidak membenci mereka dan saya mengoreksi teologi mereka yang salah. Banyak orang yang irihati, benci, jengkel dan tidak mengerti saya, bahkan memfitnah saya. Banyak pemimpin-pemimpin, yang saat ini memimpin Gereja-gereja yang cukup besar, dahulu bertobat di dalam kebaktian saya, tetapi sekarang mereka melarang jemaat mereka untuk datang ke kebaktian yang saya pimpin. Ini berarti sesuatu sedang terjadi di dalam pikiran mereka.

Saya tidak melayani siapa pun, tetapi firman Tuhan harus diberitakan dengan bertanggung jawab. Yang penting, harus ada sebagian orang yang setia yang terus memberitakan firman Tuhan, kalau tidak seluruh Gereja akan menyeleweng sebelum kita menutup mata. Gereja harus kembali kepada firman Tuhan.

Banyak hamba Tuhan yang ketakutan melihat gejala penyelewengan pergerakan Kekristenan dan mulai mengikuti arah yang menyeweng tersebut. Mereka takut kehilangan massa.  Banyak hamba Tuihan yang begitu ingin diundang di kebaktian-kebaktian besar, karena mereka takut kehilangan massa dan sangat ingin membentuk massa. Itu bukan hal utama. Yang utama adalah di mana Tuhan berada. Kalau Tuhan tidak di sana, maka masa besar yang berseru “Hosanna” adalah juga massa yang akan berseru “Salibkan Dia!”  Mungkin Saudara pun demikian. Massa tidak penting, yang penting Tuhan berada di sana.

Di mana Tuhan berada? Apakah ketika kita jatuh merupakan tanda Tuhan di sana? Tidak! Kita harus kembali kepada firman. Bait Allah yang begitu besar di Yerusalem, yang dibangun megah oleh Herodes, ketika Yesus berkata, “Rubuhkan bait Allah ini, dan Aku akan membangunnya dalam tiga hari.” Sudah dibangun 46 tahun dan belum selesai. Bait Allah  ini dibangun berpuluh tahun dengan begitu luar biasa, tetapi dipakai tidak sampai 10 tahun sudah dihancurkan sama sekali, sampai tidak ada satu batu pun berdiri di atas batu lainnya. Tuhan berkata kepada dan melalui Yohanes Pembaptis bahwa Tuhan tidak berada di bait Allah yang begitu megah.

Yohanes Pembaptis dipimpin ke padang gurun, tersendiri dan memberitakan firman di sana. Tetapi di mana Roh Allah berada, di sana akan ada banyak orang menerima kebenaran Allah dengan sungguh-sungguh. Yohanes Pembaptis berada di padang belantara, berpakaian kulit unta, makanannya madu hutan, tetapi teriakannya: “Bertobatlah, karena Kerajaan Allah sudah dekat!”  Beribu-ribu orang datang kepadanya. Dia hanya memberitakan firman Tuhan saja. Khotbah Yohanes Pembaptis tidak banyak, tetapi setiap pemberitaannya mengandung inti firman Tuhan.

Saat ini ada pemimpin-pemimpin Gereja yang besar yang sedang mengkompromikan imannya, agar mereka dapat hidup lebih mudah dan menjalankan keinginan mereka. Berhati-hatilah dengan orang-orang yang berkata “dipenuhi oleh Roh Kudus.”

Pengurapan dan kepenuhan sangat berbeda dari kerasukan. Istilah “kerasukan” belum pernah dipakai di dalam Alkitab untuk Roh Kudus. Berjalan dalam Roh berarti hidup sehari-hari kita mengikuti pimpinan  Roh Kudus dan mengerti ke mana arah Roh Kudus mau membawa kita pergi.

3. Berdoa di dalam Roh

Berdoa di dalam Roh berarti kehidupan doa kita juga harus dipimpin oleh Roh Kudus. Berdoa di dalam Roh berarti Saudara meminta kepada Allah dengan benar, sesuai dengan pimpinan Roh. Dalam Roma 8:26 dikatakan bahwa Roh menyampaikan keluhan yang tak terucapkan untuk membantu kita berdoa. Karena Tuhan Mahatahu dan karena Roh Kudus lebih mengerti kehendak Allah Bapa lebih tuntas dan lebih sempurna daripada kita. Doa kita mungkin salah. Tanpa dipimpin oleh Roh, doa kita pasti menyeleweng dan akan berdasarkan ambisi kita yang liar. Doa kita selalu berfokus kepada egoisme kita, sehingga Roh Kudus perlu mengoreksi, memperbaiki dan memimpin doa kita agar dapat sesuai dengan kehendak Tuhan.

Roh Kudus terus sabar dan berusaha untuk membimbing kita kembali kepada kebenaran. Bagaikan kita mengajar seorang anak untuk mengikuti kita mengucapkan suatu kata baru dan mengajar dia dapat mengikuti pelafalan dan intonasi pengucapan kata itu. Seringkali begitu sulit dan kita perlu sabar untuk mengajar, sampai anak itu dapat mengikuti apa yang kita ucapkan.

Doa kita seringkali menjadi doa yang salah, yang hanya mementingkan kepentingan kita sendiri. Semakin banyak kita berdoa, semakin banyak kesalahan yang kita lakukan. Ada orang yangberdoa begitu panjang, sepertinya begitu cinta Tuhan, tetapi kalau kita mengetahui yang ia ucapkan, ternyata ia sedang memaki-maki temannya. Orang yang berdoa begitu  giat, di dalam doanya ingin supaya ia sendiri untung, semua orang lain boleh rugi. Doa-doa seperti ini tidak sesuai dengan dengan kehendak Tuhan. Begitu banyak doa yang salah seperti ini, doa yang memanipulasi Allah, memperjuangkan keinginan  sendiri, memaki atau mengutuk orang lain. Roh Kudus terus mengoreksi doa kita. Oleh karena itu, kita perlu berdoa di dalam Roh Kudus. Dengan pertolongan Roh Kudus, doa kita merupakan doa yang sesuai dengan kebenaran Alkitab, yang sesuai dengan rencana dan kemauan Allah, dan sesuai dengan keinginan kita yang telah disamakan kepada kemauan dan rencana Allah, Inilah doa yang dipimpin oleh Roh Kudus.

Itu sebabnya ketika Paulus mengajarkan berdoa dalam Roh, kita juga harus berdoa dengan akal budi. Artinya, setelah akal budi kita dipimpin oelh Roh Kudus, pencerahan kebenaran memimpin pikiran kita, dan menjadikan pikiran kita patuh kepada kebenaran Tuhan, maka inilah doa yang benar. Roh Kudus bukanlah Roh yang membunuh kesadaran dan fungsi akal budi Saudara. Roh Kudus justru adalah Roh Yang mencerahkan dan membangkitkan fungsi normal yang seharusnya ada di dalam akal budi kita. Roh Kudus tidak membunuh rasio!

Seseorang datang ke kebaktian dan duduk di sebelah saya, Ketika berdoa, setelah satu dua kalimat, tiba-tiba ia mulai mendesis-desis. Saya berhenti berdoa dan memintanya untuk berhenti berdoa begitu dan berdoa secara biasa saja. Ia melotot kepada saya dan mengatakan, “Tidak tahukah kamu bahwa itu adalah Roh Kudus?”  Ia berdoa lagi dan kembali ber- “cis-sis-sis” seperti tadi. Selesai kebaktian, saya minta dia tinggal sebentar dan berbicara dengan dia. Ia berkata: “Apakah di gereja ini tidak ada Roh Kudus? Nanti saya akan mengajar tentang Roh Kudus.”  Saya kembali bertanya, “Apakah roh “cis-cis-cis” itu Roh Kudus?”  Ia jawab, ”Dari kecil kami sudah tahu, cuma kamu yang belum tahu.”  Saya tanya lagi, “Dengan dasar apakah kamu mengatakan bahwa ini adalah Roh Kudus?”  Ia menjawab, bahwa dari kecil ia telah diajarkan demikian, bahwa itulah Roh Kudus. Saya tidak mengatakan bahwa semua orang yang berglosolalia berbuat demikian, tetapi melalui hal ini saya ingin menegaskan bahwa ada orang-orang yang telah sedemikian lama diajar secara salah, lalu orang itu menyangka itulah konsep Alkitab. Lalu ia akan melihat semua ayat Alkitab menurut penafsiran yang ia sudah konsepkan terlebih dahulu. Aklhirnya ketidak beresan pengenalan firman Tuhan ini akan merajalela dalam pikirannya, sehingga ia menerima semua yang bukan dari Alkitab.

Semua hal ini mempunyai suatu sistem yang konsisten. Berbakti di dalam Roh, hidup di dalam Roh, berjalan di dalam Roh, dan berdoa di dalam Roh, semua berarti berada di bawah pimpinan Roh Kudus.

Alkitab menegaskan bahwa anak-anak Allah adalah mereka yang hidupnya dipimpin hanya oleh Roh Kudus, bukan dipimpin oleh emosi, ambisi dan kemauan Saudara sendiri. Tanpa pimpinan Roh Kudus, seseorang tidak dapat menjadi anak-anak Allah.

Di dalam Alkitab kita melihat bahwa karunia-karunia Roh Kudus itu diberikan setelah Kristus kembali kepada Bapa. Sebelum Kristus kembali kepada Bapa, belum pernah Roh Kudus diberikan kepada seseorang untuk selama-lamanya. Roh Kudus sendiri adalah Karunia di atas semua karunia.
Sesudah Roh Kudus diberikan kepada Gereja,maka Roh Kudus sekarang memberikan karunia-karunia Roh Kudus kepada Gereja atau orang-orang Kristen. Di dalam memikirkan karunia Roh Kudus ini, maka saya akan membaginya ke dalam dua bagian, yaitu : (1) Karunia jabatan, dan (2) Karunia pelayanan.

Jika kita menghitung dengan teliti, kita akan menemukan 19 macam karunia yang dinyatakan oleh Alkitab. Karunia jabatan,diberikan kepada setiap orang secara berbeda, dan setiap orang percaya bisa mendapatkannya. Demikian pula karunia-karunia untuk pelayanan, diberikan kepada setiap orang seturut kehendak Roh Kudus. Tetapi tidak ada seorang pun yang berhak untuk memaksakan kehendaknya.

(1) KARUNIA JABATAN

Karunia jabatan adalah karunia yang dianugerahkan oleh Roh Kudus kepada orang-orang tertentu untuk menjabat suatu jabatan tertentu. Seseorang diberi kekuatan khusus, sehingga berbeda dalam status dan keadaan dengan orang lain pada umumnya. Itulah karunia jabatan. Karunia jabatan yang paling jelas dicatat di dalam Alkitab terdapat dalam Efesus 4:1-dst.

Kata “Ia memberikan….” lebih tepat diterjemahkan “Ia mengaruniakan…”  dan di dalamnya terdapat 5 (lima) jabatan khusus yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu: rasul, nabi, penginjil, pendeta dan guru-guru. Ini merupakan karunia khusus dari Allah kepada manusia.

Dalam salah satu bukunya, Watchman Nee telah salah menafsirkan ayat ini, paling tidak terdapat dua macam kesalahan, yaitu:(1) penjelasan “menawan kembali yang sudah ditawan” (ayat 10), ia langsung memakai terjemahan bahasa Mandarin yang kurang tepat penerjemahannya: “menawan musuh”. Ini adalah pengertian yang kurang benar. (2) Ia mengatakan bahwa di dalam ayat 11 hanya terdapat 4 jabatan, karena guru dan pendeta dijadikan satu. Akibatnya, ia tidak setuju ada gembala atau pendeta di dalam Gereja, sehingga dengan sendirinya ia menolak penahbisan pendeta. Ia menganggap itu adalah profesi yang diciptakan oleh manusia hanya untuk membanggakan diri. Tetapi jelas sekali di dalam ayat itu diungkapkan lima jabatan, bukan empat  jabatan.

Dalam hal ini, saya tetap melihat lima jabatan. Inilah yang saya sebut sebagai Karunia jabatan. Karunia jabatan ini tidak diberikan kepada semua orang Kristen. Hanya sebagian orang tertentu dan khususnya beberapa orang tertentu yang menerima jabatan pertama dan kedua (rasul dan nabi).

(a) Jabatan Khusus Nabi dan Rasul

Alkitab berkata, bahwa Kristus sudah turun dan kemudian naik ke sorga. Jika Kristus tidak naik, Roh Kudus tidak turun. Jika Roh Kudus turun, Ia akan memberikan kekuatan kepadamu untuk memberitakan Injil, lalu mendirikan Gereja, menggembalakan mereka dan mengajarkan firman. Semua itu harus didirikan di atas dasar rasul dan nabi.

Secara kronologis, nabi ada terlebih dahulu dari rasul; tetapi secara jabatan dan sebagai karunia, rasul selalu di depan nabi (band. Efesus 2:20). Yohanes Calvin pada usia mudanya pernah melakukan kesalahan dengan menganggap bahwa ketiga jabatan yang pertama sudah tidak ada,sehingga tinggal gembala dan guru saja. Itu sebab banyak Gereja Protestan kebanyakan hanya menghasilkan pendeta dan guru-guru teologi yang baik, tetapi jarang menghasilkan pemberita-pemberita Injil yang kuat. Gereja-gereja Calvinis,seperti GPIB, GMIST, GMIT, GKI menghasilkan sedikit penginjil yang mempunyai kontribusi yang besar. Tetapi mereka mempunyai banyak pendeta dan teolog besar. Hampir tidak ada teolog-teolog besar yang keluar dari Gereja-gereja Pantekosta dan Kharismatik. Orang-orang Pantekosta dan Kharismatik tidak terlalu banyak mengerti teologi dan tidak pernah menghasilkan buku Sistematika Teologi yang bernilai di sepanjang sejarah sampai hari ini. Tetapi mereka sering menghasilkan penginjil-penginjil yang kuat. Lalu, adakah pendeta-pendeta dari aliran mereka yang betul-betul mengajar teologi dengan baik sekali? Ada,sekalipun sangat sedikit, misalnya Gordon Fee. Ia mempunyai penafsiran Alkitab yang sangat baik, tetapi orang-orang seperti Dia sangat sedikit  jumlahnya. Tetapi kita juga akan sulit sekali menemukan penginjil-penginjil besar di dalam aliran Protestan. Ini merupakan kesalahan Calvin. Ketika Calvin mulai tua, ia sadar sekali akan kesalahan ini,sehingga ia sangat memberikan tekanan di dalam hal ini, namun sudah terlambat.

Seorang Injili bukan orang yang hanya menyetujui akan Injil dan penginjilan, tetapi ia juga harus mampu, berani dan bergiat membawa orang lain menjadi Kristen. Orang Injili adalah orang-orang yang memberitakan Injil kepada orang lain, memberitakan Kristus yang mati dan bangkit bagi orang lain. Orang Injili adalah orang yang menginjili di dalam tindakan dan memberitakan Injil di dalam khotbah-khotbahnya, menginjili dengan mengabarkan Injil kepada orang lain dan berjalan dalam pimpinan Roh Kudus.Tanpa itu, ia bukan orang Injili. 

Orang yang belum menginjili orang lain,sehingga orang lain yang bukan Kristen menjadi Kristen, belum layak disebut sebagai orang Injili. Orang yang mengaku Injili, tapi tidak memberitakan Injil,melainkan karena takut melawan Injil, bukanlah orang Injili. Kalau itu hanya untuk membedakan dengan orang yang tidak percaya Injil, maka ia tidak dapat disebut Injili; orang tersebut belum dapat digolongkan sebagai kaum Injili. Roh Kudus turun bukan supaya orang menyetujui Injil, tetap agar orang bersaksi memberitakan Injil.

Roh Kudus diberikan untuk mendorong,menguatkan dan menolong kita memberitakan Injil. Itu sebab, ketika saya menetapkan gerakan ini sebagai Gerakan Reformed Injili, saya sadar perlu menambahkan istilah Injili dibelakang teologi Reformed. Teologi Reformed saja tidak cukup, perlu kekuatan, keberanian, aksi dan tindakan konkrit memberitakan Injil. Kalau tidak, gerakan ini belum sukses. Saya berharap di dalam 10 tahun pertama gerakan ini, saya dapat melihat siapa yang harus meneruskan gerakan ini, yang sungguh-sungguh berteologi Reformed dan betul-betul giat memberitakan Injil.

Kita tidak menyetujui apa yang diungkap oleh Watchman Nee bahwa semua jabatan itu tetap ada sampai sekarang. Kita juga tidakmenyetujui pandangan Calvin ketika masih muda, yaitu tinggal dua jabatan yang masih ada. Kita melihat bahwa ada dua jabatan yang tidak dilanjutkan lagi, dan tiga jabatan masih berlangsung terus hingga sekarang. Jabatan rasul dan nabi berhenti dan tidak ada lagi setelah Kitab Suci genap diwahyukan.

Rasul adalah orang yang diutus Allah (Yunani: apostolos; Inggris: messenger). Nabi adalah penyambung lidah Allah yang membawa perkataan Allah kepada dunia (Inggris: The spokesman of God). Rasul adalah orang yang diutus untuk menulis Kitab Suci Perjanjian Baru, nabi adalah orang yang disuruh Tuhan untuk menulis Kitab Suci Perjanjian Lama. Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama merupakan kesatuan yang memberntuk Kitab Suci. Status dan kepercayaan di mana kita berada, berdiri di atas Kitab Suci yang menjadi pondasi untuk mendirikan Gereja. Dalam Efesus 2:20 ditegaskan bahwa Gereja didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi, di mana Krisrtus adalah batu penujurunya. Prinsip ini tidak boleh diubah di sepanjang sejarah. Tidak ada lagi nabi modern atau rasul modern. Itu alasan kekristenan tidak dapat menerima Ellen White (pendiri Adventisme) atau Joseph Smith (pendiri Mormon), atau Russel dan Rutherford (pendiri Saksi Yehovah), karena mereka mengaku mendapatkan “wahyu yang baru”.

Joseph Smith mengatakan bahwa dulu Paulus dipanggil setelah Yesus naik ke sorga dan selama 1.000 tahun kemudian Yesus memanggil lagi satu orang untuk mengisi kebutuhan zaman, yaitu Joseph Smith.Itu berarti, ketika Yesus berada di dunia, Ia memanggil 12 orang, setelah naik ke sorga, Ia memanggil Paulus, lalu tidur 1.800 tahun, dan kemudian memanggil Joseph Smith.  Dia menyetarakan buku Mormon dengan Kitab Suci. Kita tidak dapat menerima pandangan seperti ini,karena Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sudah menjadi kesatuan yang sempurna, yang tidak perlu ditambah lagi. 

Ellen White, Russell dan Rutherford dariSaksi Yehovah mengira mendapatkan wahyu baru. Demikian juga orang-orang seperti Kenneth Hagin, Cho Yonggi, Benny Hinn, dsbnya, meskipun tidak ditulis dalam bentuk buku. Mereka mengatakan, “Allah berkata kepada saya…” dst. Itu adalah hal yang mirip dengan rhema theon.  Kita perlu menegaskan konsep Alkitab bahwa tidak ada wahyu baru. Karena wahyu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sudah lengkap, maka tidak ada lagi rasul dan nabi.

Suatu kali, seorang bintang film terkenal di Hongkong bertobat. Lalu ia menjadi “bintang baru di dalam Gereja”.  Gereja-gereja berebut mengundang dia untuk bersaksi, karena di mana dia berada, Gereja menjadi penuh. Ia mulai berani berkhotbah ke sana-sini. Akhirnya ia menulis buku “Wahyu Allah kepadaku, Penerima Wahyu…(namanya).”  Ketika mengetahui dan membacanya, saya adalah orang pertama yang mengatakan bahwa ia telah menjadi bidat. Banyak Gereja di Indonesia dan luar negeri yang menyerang saya karena pernyataan itu. Dalam bukunya diungkapkan seolah-olah Tuhan memberitahu kapan akan terjadi sesuatu, namun dalam semua pengungkapannya banyak hal yang saling bertentangan. Orang biasa tidak sadar adanya faktor perusak sendiri, ‘self-defeating factor’ yang ada dalam tulisan itu. Tetapi jika kita mematuhkan pikiran kita kepada pikiran Allah, pasti kita dapat melihat bagitu banyak hal yang tidak beres di dalamnya, terlalu banyak pemalsuan.

Tetapi, apakah Allah tidak mengutus orang untuk melaksanakan tugas mereka saat ini? Ada. Kalau demikian, apakah mereka juga rasul? Hanya secara fungsi, tetapi tidak secara jabatan.  Secara jabatan sudah tidak ada rasul lagi, tetapi secara fungsi tetap ada sampai saat ini.

Sampai dunia kiamat, fungsi rasul, fungsi utusan Allah seperti ini masih ada, tetapi jabatan rasul sudah tidak ada lagi. Saya percaya di setiap zaman ada banyak orang yang masih diutus Tuhan di dunia ini, mungkin sebagai penginjil, mungkin sebagai pendeta, mungkin sebagai guru atau pengajar. Tuhan ingin memakai Saudara untuk menjadi orang yang menegakkan dan memberitakan doktrin yang baik.

Jikalau Tuhan memanggil Saudara dan mengutus Saudara, jangan Saudara mengeraskan hati dan menolak panggilan tersebut. Disetiap zaman, utusan itu masih terus ada, sehingga fungsi rasul tidak berhenti.Tetapi orang yang diutus oleh Tuhan setelah Kitab Suci selesai ditulis, tidak boleh menyebut diri sebagai rasul. Demikian pula fungsi nabi masih ada, yaitu di setiap zaman masih ada orang-orang yang mewakili Tuhan berbicara firman kepada manusia di zamannya, tetapi fungsi itu tidak menjadikan mereka berjabatan seperti itu.

Di dalam fungsi sebagai nabi, ada dua hal yang bersangkut paut dengan fungsi itu:
1). Pelayanan ini adalah pelayanan dengan memakai bahasa atau kata-kata, yaitu “pelayanan kata” atau “pelayanan firman” (ministry of words). Baik rasul maupun nabi dipilih dan ditetapkan, diurapi oleh Roh Kudus untuk menjadi pelayan-pelayan perkataan. Khususnya, ketika nabi berkata mewakili Tuhan, maka hal-hal ini harus jelas: (1) Mereka berkata-kata berdasarkan wahyu. Istilah“mewahyukan” menunjukkan bahwa Alkitab belum selesai dibuat. 

(2) Setelah Kitab Suci ditulis, maka pembicaraan harus berdasarkan wahyu. Kata-kata itu harus menurut wahyu. Baik di dalam butir pertama dan kedua, pembicara harus memakai dirinya secara pasif, menerima wahyu, sehingga paling jauh mereka hanya dapat berkata: “Demikianlah Allah berkata….” Atau “Demikianlah Alkitab berkata….”.Mereka tidak boleh mengatakan: “Sayalah Allah….” Atau “Saya Yesus….”. Hal ini merupakan perbedaan yang sangat besar. Hal ini menyangkut jabatan dan fungsi nabi. Kalau orang mengaku nabi, lalu mengatakan: “Saya Yesus….” Atau “Saya adalah Allah, saya mengutus engkau….” Maka Saudara harus menengking dan mengusir setan dalam orang itu. Jangan menerima dan menganggap itu dari Allah. “Kata” atau “Firman” atau “Word” adalah Kristus sendiri. Kristus yang menjadi daging, hanya Dia saja yang boleh memakai kata ganti orang pertama (“Aku” atau “Saya”) di dalam dunia ini.  Yesaya, seorang nabi yang begitu besar, tetap tidak boleh mengatakan “Sayalah Allah…”  Demikian pula Yeremia atau Daniel atau siapa pun juga, karena mereka hanya menerima wahyu saja. Mereka paling jauh hanya boleh berkata: “Demikianlahfirman Yehovah…”   Tidak ada pengurapan Roh Kudus atau Baptisan Roh Kudus atau Kepenuhan Roh Kudus yang mengakibatkan seseorang yang diurapi berkata, “Saya Yesus, saya diutus Allah bapa, dan saya akan datang kembali.”

Di tahun 1967, saya bergumul dan melawan arus-arus liar seperti itu di Indonesia, tetapi sampai sekarang begitu banyak orang Kristen yang masih tidak sadar dan ditipu oleh mereka. Kadang-kadang roh-roh seperti itu memakai anak-anak kecil atau remaja, lalu mereka berkata:“Tuhan berkata….” Lalu mereka langsung berkata-kata. Terkadang mereka langsung berkata: “Saya adalah Tuhanmu…”  Lalu Saudara berkata, “Wah hebat sekali, umur sedemikian kecil sudah bisa berkhotbah”  dan menganggap Roh Kudus ada di dalam dia. Saya tegaskan bahwa itu adalah penipuan setan, karena tidak pernah terjadi pada semua rasul, termasuk Petrus, Paulus, Yohanes, yang menulis Kitab Suci, berani berkata, “Saya adalah Allah” kecuali satu-satunya yang berhak berkata seperti itu, yaitu: Yesus Kristrus sendiri. Firman yang menjadidaging.

2). Semua nubuat mempunyai tiga lingkaran yang besar, yaitu: (1) bernubuat tentang Kristus yang akan datang, (2)bernubuat tentang nasib bangsa-bangsa di bawah penghakiman Allah, dan (3)bernubuat mengenai apa yang akan terjadi pada waktu yang sangat singkat. Tiga kategori ini merupakan kategori-kategori yang penting. Ketika nabi Yesaya,Yeremia, Daniel atau nabi-nabi lain berfirman dan bernubuat sebagai nabi, mereka selalu bernubuat di dalam ketiga kategori ini.

Pertama, misalnya Yesus akan lahir di Bethlehem (Mikha 5:2); Yesus akan dikuburkan di tempat orang kaya(Yesaya 53); Kedua kaki dan tangan-Nya akan dilukai (Mazmur 22), dsbnya. Para nabi memberikan data yang sangat jelas tentang diri Yesus. Mereka diberikan wahyu oleh Roh Kudus, sehingga mereka dapat melihat dengan tepat apa yang akan terjadi dan menuliskan dengan sangat tepat kategori yang pertama. Tentang kategori yang pertama ini masih dapat dibagi ke dalam dua bagian lagi, yaitu:kedatangan yang pertama dan kedatangan yang kedua. Kedatangan yang pertama merupakan inkarnasi “incarnation”, yaitu penggenapan rencana keselamatan bagi manusia; dan kedatangan kedua merupakan penyempurnaan “consummation”,yaitu  penggenapan penghakiman dan penyempurnaan orang pilihan. Semua ini merupakan keseluruhan rencana Allah yang sempurna, sehingga dunia ini dan Gereja Tuhan akan digenapkan di titik omega,lalu masuk ke dalam kekekalan.

Nabi-nabi yang menjelaskan dan  menubuatkan Kristus, baik kedatangan pertama dan kedua, selalu semakin kurang jelas apabila waktunya semakin jauh dari waktu terjadinya peristiwa yang dinubuatkan tersebut. Ketika nabi bernubuat tentang kedatangan Tuhan Yesus di Bethlehem, banyak orang yang tidak mau peduli dan hanya memperhatikan hal-hal duniawi saja. Inilah orang berdosa. Tetapi ada orang yang ketika mendengar berita dari para nabi langsung merespon dan mereka berdoa, menantikan kedatangan Messias itu. Inilah orang-orang pilihan.

Nabi-nabi juga menubuatkan bahwa Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya di dalam dua ayat: Yesaya 9:5-6. Ada lima julukan atau atribut yang sangat luar biasa diberikan kepada “Anak” yang akan lahir itu. Lalu ditegaskan di dalam ayat 6 bahwa kuasa politik akan berada dibawah kaki-Nya. Julukan-julukan atau atribut yang diberikan kepada Yesus didalam ayat-ayat ini menunjuk bukan pada kedatangan pertama Yesus, bahkan kuasa politik yang berada di tangan Tuhan Yesus bukan terjadi pada kedatangan pertama. Semua ini menunjuk kepada kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Jadi disini Yesaya menggabungkan “dua gunung” menjadi satu, yaitu kedatangan pertama dan kedatangan kedua. Namun bagi Gereja, di mana Yesus sudah datang pertamakali, semakin jelas terpisahnya antara kedatangan Yesus pertama dan kedua. Yang pertama sudah lewat, yang kedua belum datang. Maka sekarang, jika kita mengatakan bahwa Yesus datang di Bethlehem, tidak lagi dapat disebut sebagai nubuat, melainkan sejarah. Ketika saya mengatakan,”Yesus akan datang lagi” itu nubuat, karena belum terjadi dan pasti akan terjadi. Tetapi bukan karena saya yang mendapat wahyu, tetapi berdasarkan wahyu (yaitu Alkitab). Yang mendapatkan wahyu adalah orang yang berjabatan nabi dan rasul, tetapi yang berdasarkan wahyu adalah orang-orang yang berfungsi  nabi, maka ia harus berkata-kata seturut dengan apa yang sudah diwahyukan oleh Roh Kudus di dalam Alkitab.

Seorang pendeta di Korea yang berani mengatakan bahwa Yesus akan datang pada tanggal 22 Oktober 1992 adalah nabi palsu. Begitu banyak yang mengira ia mendapatkan Roh Kudus. Orang menganggap bahwa ia pasti memiliki Roh Kudus karena pendeta lain tidak berani berkata seperti itu, sedangkan dia berani. Sebelum tiba hari H itu, pendeta tersebut berhasil mengumpulkan dan memasukkan berjuta dollar ke dalam rekening pribadinya di bank. Tetapi dia adalah nabi palsu, karena ia bernubuat bukan berdasarkan wahyu.

Kedua, mereka juga menubuatkan tentang nasib bangsa-bangsa. “Hai Babilonia….” Atau “Hai Niniwe….”Atau “Hai Mesir…” dsb. Semua ini adalah nubuat-nubuat penting, karena didalamnya terkandung berita bagaimana Allah juga berdaulat atas bangsa-bangsa, di mana keadilan dan kasih Allah berlaku untuk segala bangsa.

Ketiga, mereka juga menubuatkan hal-hal yang sangat dekat, seperti: “Hai Ahab, esok anjing akan menjilat darahmu.”  Atau “Engkau akan bertemu seseorang dan jika bertanya, engkau harus menjawab…”  Semua ini adalah nubuat yang berkenaan dengan hal yang dekat.

Dari ketiga kategori ini, yang terpenting adalah yang pertama, tetapi yang paling menarik adalah yang ketiga. Semua hal yang paling penting berkaitan dengan Kristus, karena Kristus harus senantiasa diutamakan. Kedua, baru mengenal semua rencana ilahi dan sifat keilahiannya, terakhir adalah hal yang paling sederhana yang berkaitan dengan nasib perseorangan.

Saat ini, ketika seseorang mengatakan “Yesus pasti akan datang kembali” tidak terlalu dipedulikan dan dianggap tidak terlalu perlu diperhatikan. Tetapi jika ada pendeta yang mengatakan “Jakarta dalam tiga bulan ini tidak akan turun hujan” atau “Dalam waktu enam, bulan ini ada orang penting yang akan meninggal.” Maka kalau benar terjadi pasti Gerejanya akan penuh, karena dianggap di situ ada Roh Kudus. Saya menegaskan bahwa itu gejala yang salah. Semua nubuat yang tidak terlalu penting telah sedemikian dipentingkan oleh manusia, sebaliknya nubuat yang paling penting dianggap tidak penting oleh manusia. Ini kesalahan fatal.

Jika Saudara tidak memperhatikan prinsip-prinsip seperti ini, Saudara akan mudah ditipu oleh setan untuk mementingkan hal-hal yang tidak penting, sehingga akhirnya Saudara akan mengabaikan hal-hal yang memang betul-betul penting. Itu sebab, di dalam gerakan-gerakan seperti ini, semua pemberitaan tentang Kristus telah diselewengkan. Kelahiran, kematian, Kristus yang disalibkan, berkorban dan menderita bagi penebusan dosa, tidak lagi ditekankan dengan benar. Kalau memberitakan kemenangan Kristus, biasanya dikaitkan bahwa setan membuat orang jadi miskin dan Kristus membuat kamu menjadi kaya; setan membuat kamu menjadi sakit dan Kristus membuat kamu menjadi sehat. Semua penekanan ini telah menyeleweng dari prinsip utama. Penekanan padahal rohani di arahkan ke jasmani, dari kekekalan ke kesementaraan, dan dari kelimpahan  rohani menjadi kelimpahan jasmani. Akibatnya, setelah gerakan ini, banyak orang yang katanya menjadi giat ke Gereja, giat memberitakan Injil, padahal semua palsu. Yang diberitakan bukan Injil dan mereka datang ke Gereja bukan untuk memikirkan firman Tuhan, tetap isemua hal yang bersifat duniawi. Mereka telah mencoret-coret Kristus yang asli dan merobek-robek Alkitab yang sempurna dan menambahkan dengan wahyu palsu.Semua itu sedang menggerogoti orang-orang yang mudah diperdaya.

Di Nan Yang University, seorang anak perempuan mengatakan bahwa ia sering mendapatkan wahyu Tuhan. Ia mengatakan bahwa ia sering bernubuat dan nubuat itu seringkali begitu tepat, sehingga orang-orang menjadi heran dan dia sendiri juga heran. Saya katakan, bahwa saya tidak heran. Saya menegaskan beberapa prinsip Alkitab kepada dia, yaitu: (1) tidak ada wahyu baru; (2) tidak mungkin wahyu melawan Alkitab; (3) Alkitab tidak mungkin salah. Jika berbenturan, pasti yang salah adalah gejala yang ada; (4) jika seseorang menerima wahyu baru dan menjadikan orang itu tidak mementingkan Alkitab, tetapi mementingkan wahyu baru itu, maka itu tanda bahwa setan sedang memberi pengarahan untuk memindahkan orientasi orang itu dari Tuhan. Maka saya mendoakan dia dengan sungguh-sungguh.

Tahun 1976 ada seorang pemuda berusia 16 tahun di Jakarta sering menubuatkan hari akan hujan atau tidak, dan selalu tepat. Setelah selesai kebaktian yang saya pimpin, ibunya membawa anak itu untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh anaknya itu dari Roh Kudus atau bukan. Anak itu ganteng sekali dan banyak orang suka mengikuti kebaktian yang dipimpinnya. Saya mulai menguji dan akhirnya saya harus mengatakan, “Maaf, itu bukan dari Roh Tuhan, tetapi dari roh setan yang menipu engkau.”  Ia melihat saya dengan mata melotot dan tidakmenerima analisis saya, membuang muka lalu ia bernubuat: “Stephen Tong dalam dua bulan akan mati tertabrak mobil, karena melawan Roh Kudus.”  Ia bernubuat di Jakarta dan didengar oleh banyak orang. Pada tahun 1978 ketika sedang berkhotbah di Bogor, seseorang datang kepada saya. Ia menanyakan mengapa saya masih hidup, belum mati. Ia mengatakan bahwa ada orang bernubuat bahwa saya akan mati dan saya betul-betul sudah mati kecelakaan kapal terbang. Saya jawab bahwa saya sendiri belum tahu kalau saya sudah mati.

Setiap nubuat harus diuji. Roh memerintahkan untuk kita menguji setiap Roh.
Ketika kita melihat urutan nabi dan rasul terbalik, hal itu bukan berdasarkan kronologi waktu, tetapi karena rasul memanglebih penting dari nabi.

1). Nabi menubuatkan tentang Yesus, tetapi rasul berjumpa langsung dan menyaksikan Yesus.

2). Rasul-rasul dipilih oleh Tuhan Yesus sendiri.
Rasul adalah kunci untuk mengerti nabi.Setelah mendengarkan tafsiran dari rasul, kita baru mengetahui semua yang dikatakan oleh para nabi tentang Yesus. Itulah beda antara orang Yahudi dengan orang Kristen. Karena orang Kristen menerima ajaran rasul, kiita sekaligus mengerti apa yang dikatakan oleh nabi. Sedangkan orang Yahudi hanya mau menerima ajaran nabi dan tidak mau menerima rasul, sehingga sampai sekarang mereka tidak mengenal Yesus dan terus berdoa menantikan Yesus datang. Kasihan sekali. Sampai sekarang mereka mempelajari ajaran nabi tetapi tidak menerima ajaran rasul, sehingga mereka tetap tidak mengerti. Orang Kristen menerima rasul, sehingga kita dapat menelusuri kembali dan mengetahui semua yang dikatakan tentang Kristus telah diceritakan oleh para nabi. Alkitab mengatakan bahwa Gereja didirikan di atas rasul dan nabi. Perjanjian Baru menjadi kunci untuk mengerti Perjanjian Lama. Hal ini tidak berarti Perjanjian Baru lebih tinggi derajatnya dari Perjanjian Lama, tetapi Perjanjian Baru lebih penting untuk mengerti keseluruhan Kitab Suci. Orang yang mengerti Perjanjian Lama dan tidak menerima ajaran rasul, tidak akan menerima Perjanjian Baru. Orang yang menerima pelayanan rasul, ia akan sekaligus mengerti pengajaran rasul dan nabi, sehingga mereka mengerti seluruh Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Maka disini urutan di mulai dari rasul, baru kemudian nabi.

b).Jabatan lainnya

Di urutan ketiga adalah penginjil. Sesudah pelayanan rasul dan nabi, Gereja membutuhkan penginjil-penginjil yang memberitakan Kristus agar orang yang bukan Kristen dapat mengenal Kristus dan menjadi orang Kristen. Pelayanan penginjil sangat penting untukmembawa orang kembali ke “kandang” Tuhan.

Siapakah yang lebih  penting: pendeta atau penginjil? BanyakGereja saat ini memandang rendah tugas penginjil. Penginjil diberi gaji kecil,dan setelah lama melayani baru dijadikan pendeta dan diberi gaji yang lebih besar. Di dalam pikiran saya, saya tidak pernah menganggap penginjil lebih rendah dibandingkan pendeta. Mengapa? Karena seorang penginjil adalah orang yang langsung berada di front terdepan melawan setan. Penginjil adalah orang yang berperang dengan setan untuk membawa orang yang masih di dalam kegelapan kembali kepada terang, dari setan kepada Yesus Kristus, dari kuasa Iblis dan kuasa dosa kepada Kerajaan yang suci dari Anak Allah. Banyak orang mengira pendeta lebih penting, penginjil tidak penting. Di sini, Alkitab langsung meletakkan posisi penginjil setelah rasul dan nabi.

Setelah ada orang-orang yang menjadi Kristen, mereka perlu digembalakan. Untuk itu perlu ada pendeta. Selain digembalakan,mereka juga perlu ditumbuhkan. Untuk itu mereka perlu terus diajar secara serius, maka perlu guru-guru atau pengajar-pengajar. Kelima jabatan ini merupakan jabatan-jabatan penting di dalam kekristenan, tetapi tidak setiap saat ada nabi dan rasul, sedangkan di setiap zaman ada penginjil, pendeta dan pengajar-pengajar.

Yesus naik ke sorga dan memberikan karunia-karunia jabatan ini kepada jemaat-Nya. Tetapi bukankah nabi sudah ada sebelum Roh Kudus turun? Tidak! Dalam ayat ini, kita baru menyadari hubungan antara rasul dan nabi. Nabi-nabi memang sudah disediakan oleh Roh Kudus dan dikonfirmasikan pengertian jabatannya setelah Roh Kudus turun.

1 Korintus 12:27-29 mengatakan, Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untukberkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, ataupengajar?....”

Di dalam bagian ini, karunia jabatan dan karunia pelayanan digabung menjadi satu. Di dalam uraian ini, karunia sebagai penginjil dan pendeta tidak dicantumkan, karena mereka dikaitkan di dalamposisi pengajar.

Jika kita daftarkan, maka kita akan melihat adanya tiga tingkatan:

Pertama, yangmenyangkut dua dasar dan satu penerus (rasul, nabi, dan pengajar). Semua perjalanan kekristenan tidak boleh keluar dari dasar rasul dan nabi. Kedua dasar ini tidak boleh tidak ada, karena inilah dasar yang mutlak dari iman Kristen. Kemudian guru mengajar berdasarkan ajaran rasul dan nabi di sepanjang sejarah.

Kedua adalah mujizat.  Mengapa penting? Apakah mujizat itu? Jika terjadi mujizat, tetapi kemudian mujizat itu menjadikan orang tidak lagi mendengar khotbah, atau khotbah dikurangi, itu bukan mujizat, tetapi penghujatan. Di dalam kategori atau tingkatan kedua, mujizat, kesembuhan dan pelayanan, merupakan tingkat kedua yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan rasul, nabi dan pengajar.

Ketiga, tingkatan terendah adalah pemimpin, seperti ketua majelis atau posisi-posisi kepemimpinan Gereja. Di dalam kemajelisan, yang memimpin jemaat, berada di tempat atau posisi yang tidak penting sekali. Inilah prinsip Alkitab. Jika kita melihat Gereja saat ini, kita melihat keadaan yang sama sekali terbalik. Yang paling penting adalah ketua majelis, karena ia yang menentukan mau memanggil pendeta atau tidak. Kalau mau menggusur seorang pendeta mudah sekali. Dengan tidak memberikan gaji yang cukup atau tidak menaikkan gaji pendeta selama tiga tahun, maka pasti pendeta itu pergi sendiri. Gereja sekarang sangat berlawanan dengan prinsip Alkitab. Begitu banyak Gereja yang katanya berorganisasi beres, justru tidak dapat bertumbuh karena tidak beres secara prinsip Alkitab.

Karunia bahasa Roh dan menafsir bahasa Roh adalah yang paling akhir dan paling rendah di antara tingkatan ketiga ini. Hari ini orang-orang yang berbahasa Roh jangan bangga, karena ia berada di posisi yang sangat rendah, bahkan paling rendah dari semua karunia yang ada. Sekarang ini justru karunia yang paling tidak penting dianggap yang paling penting; sedangkan yang paling penting justru dikaburkan. Jabatan yang paling tidak penting justru dianggap yang paling penting. Justru firman Tuhan, hal yang terpenting dilupakan dan disingkirkan. Kebenaran Alkitab dilupakan, prinsip-prinsip nabi dan rasul dilupakan, tetapi yang dipentingkan justru yang dapat bernubuat yang tidak penting; bahkan jabatan ketua majelis dianggap berkuasa besar. Semua ini merupakan kenyataan yang sangat berbeda dari ajaran Kitab Suci.

2)  KARUNIA PELAYANAN

Di dalam 1 Korintus 12: 4-7 dikatakan, “  Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.” 

Ini berarti setiap orang Kristen diberi karunia, tidak terkecuali. Karunia ini bukan karunia jabatan, tetapi karunia pelayanan, maka setiap orang harus melayani. Ketika seorang Kristen melayani, harus berdasarkan karunia yang ia dapat dari Tuhan, bukan berdasarkan kepandaian dan keinginan pribadinya, atau gelar dan ilmu yang diraihnya, dan bukan berdasarkan setumpuk pelayanan yang ia miliki, atau teknik dan psikologi yang ada padanya. Perhatikan: jangan membawa semua filsafat, psikologi, taktikdan pengalaman perdagangan dan usaha Saudara masuk ke dalam Gereja! Di dalam Gereja kita melayani dengan karunia, bukan dengan strategi atau cara pengalaman duniawi.

Talenta dan Karunia
Mungkinkah Tuhan menjadikan pengalaman di dunia ini sebagai karunia? Mungkin. Jadi apa beda talenta-talenta alamiah dengan karunia-karunia Roh Kudus? Jika seseorang, sebelum bertobat begitu pandai menyanyi atau main musik, kemudian ia memakai kemampuan menyanyi atau main musik untuk menonjolkan diri dan menyatakan kehebatannya, mengharapkan tepuk tangan bagi dirinya dan bukan demi untuk Tuhan, maka ketika ia melayani di Gereja, ia sedang berbuat dosa. Seorang yang pandai berdagang dan pandai berorganisasi, lalu memakai cara organisasi dunia untuk mengatur seluruh Gereja supaya orang melihat dia hebat dan pandai, maka ia sedang berbuat dosa, karena Allah menggunakan pengurapan dan pengudusan Roh Kudus untuk menjadikan keahlian yang Saudara kuasai untuk pelayanan bersama. Itulah pelayanan.

Apa beda antara talenta alamiah dengan karunia-karunia?: Jika talenta-talenta alamiah diberikan oleh Tuhan belum dikuduskan oleh Roh Kudus, ia belum dapat disebut sebagai karunia. Yang disebut karunia adalah talenta yang sudah mengalami pengudusan dari Roh Tuhan. Semua talenta alamiah yang belum mengalami pengudusan dan pengertian dari visi dan motivasi pengabdian yang sungguh-sungguh, tidak dapat dipakai untuk melayani Tuhan. Itu sebab, di dunia ini banyak orang pandai, tetapi terkadang Tuhan lebih memilih memakai orang biasa untruk melayani Dia. Mengapa? Karena Tuhan tidak menguduskan talenta yang bermotivasi tidak benar, sehingga talenta-talenta itu tidak diubah menjadi karunia.

Sepertinya tidak ada kalimat seperti ini didalam Alkitab yang secara eksplisit mengatakan demikian, tetapi secara prinsip dikatakan bahwa, “segala pemberian yang baik berasal dari Allah.”  Saya percaya ketika seseorang menjadi ahli musik, kemampuan itu berasal dari Tuhan. Orang yang dapat mengerti filsafat atau ekonomi, kemampuan itu berasal dari Tuhan. Tetapi jika ketika seseorang mengerti segala sesuatu dengan talenta yang diberikan oleh Tuhan, tetapi tidak diserahkan untuk dikuduskan bagi Tuhan, talenta ini tidak dapat dipakai untuk pelayanan demi kepentingan semua orang, karena karunia diberikan kepada seseorang untuk membangun semua jemaat.

Setiap orang Kristen harus melayani. Jangan menganggap Saudara belum mempunyai kesempatan untuk melayani karena belum naik mimbar. Pelayanan bukan berarti harus dari mimbar. Pelayanan bersama dilakukan di bawah mimbar. Jika Saudara mengetahui ada saudara seiman yang sakit, silahkan lawat dia, hibur dan kuatkan dia. Orang yang tidak mau melayani satu sama lain, hanya mau naik mimbar saja, ia belum mempunyai jiwa melayani.

Pelayanan berarti membesarkan Kristus di segala kegiatan yang berusaha memuliakan Dia dan menjadi faedah bagi sesama dalam tubuh Kristus. Itulah pelayanan. Konsep pelayanan yang salah perlu dikoreksi dan harus dibenahi. Kalau semua orang baru merasa melayani setelah ia menjadi majelis, maka Saudara hanya melayani yang rendah saja. Saudara perlu melayani satu sama lain, menolong orang yang imannya goncang, meneguhkan mereka yang sedang susah dan menjadi petunjuk jalan bagi mereka yang sedang kalut, dan memberikan jawaban bagi mereka yang memerlukan. Semua ini adalah pelayanan.

Ketika saya bertobat pada usia 17 tahun,saya tidak mempunyai kesempatan untuk naik mimbar, tetapi saya menyisihkan puluhan persen dari uang yang saya peroleh untuk membeli traktat dan Kitab Suci. Lalu saya sengaja naik bis dari Surabaya ke Pasuruan atau kota-kota lain untuk membagikan traktat. Tidak ada satu orang pun yang saya kenal di kota itu,tetapi saya memberitakan Injil dari satu rumah ke rumah yang lain. Itu pelayanan. Saya tidak menunggu naik mimbar.

Suatu ketika, seorang pendeta Belanda memberikan saya kesempatan untuk mengajar sekolah minggu di tempat ia mengajar, karena ia akan cuti selama satu bulan. Saya menerima kesempatan itu dan mempersiapkan diri baik-baik. Setiap hari saya berlatih berkhotbah. Akhirnya semua latihan saya habis hanya dalam waktu 10 menit, padahal masih ada 40 menit lagi. Anak-anak sangat senang dan minta terus, tetapi saya sudah kehabisan bahan. Hari itu saya hanya minta Tuhan pimpin, semua yang pernah saya dengar saya utarakan disitu. Saya tidak tahu hari itu bagaimana saya menghabiskan waktu yang 50 menit itu. Setelah itu pendeta memberikan kesempatan untuk saya terus melayani disitu. Dalam waktu satu tahun, sekolah minggu yang hanya 27 orang itu menjadi 400 orang.

Saya tidak menunggu untuk dapat naik mimbar baru dapat dan merasa melayani Tuhan. Saya dapat melayani di jalanan, atau pergi ke rumah sakit untuk memberikan traktat di setiap kamar. Berulang kali diusir, tetapi saya pergi lagi ke tempat yang lain. Jangan Saudara pernah menganggap bahwa tidak ada kesempatan melayani. Di seluruh Jakarta ini, yang tinggal di dalam kota saja berjumlah 9 juta orang. Setiap pagi, orang-orang yang datang dari sekitar Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, berjumlah sekitar 3 juta orang. Berarti di Jakarta ada sekitar 12-13 juta orang. Setiap tahun ada penambahan sekitar 1 juta orang dari daerah yang masuk ke Jakarta. Omong kosong tidak ada kesempatan melayani. Itu tipuan setan. Pelayanan tidak harus dari atas mimbar. Kalau di Jakarta dapat didirikan 10.000 Gereja yang masing-masing dalam 10 tahun dapat menjadi 500 orang, maka seluruhnya hanya mencapai 5 juta orang. Belum cukup untuk mengisi seluruh kebutuhan kota ini.Tetapi saya tidak ingin Saudara terlalu cepat keluar dari “Yerusalem” sebelum diisi dan mendapat pengertian firman yang baik.

Di dalam ayat 8-11 dikatakan, “Sesuai yang dikehendaki oleh Roh Kudus.”  Kalau Roh Kudus mengehendaki Saudara beriman, maka Saudara akan beriman lebih besar daripada yang lain. Kalau Roh Kudus memberikan kepada Saudara karunia berbahasa Roh, maka Saudara akan dapat berbahasa Roh. Jika Roh Kudus memberikan kepada Saudara karunia untuk menyembuhkan, maka Saudara akan dapat menyembuhkan, karena semua itu berdasarkan kedaulatan Allah.

Untuk itu kita perlu mencamkan beberapa prinsip :
1). Karunia-karunia diberikan untuk membangun tubuh Kristus, satu dengan yang lain.
2). Karunia-karunia diberikan kepada setiap orang yang sudah menerima kelahiran baru dan otomatis sudah mendapat Baptisan Roh Kudus.
3). Karunia-karunia tidak ada yang diperoleh dengan meminta paksa kepada Allah.
4). Karunia-karunia diberikan menurut kemauan kedaulatan Roh Kudus, sesuai dengan kerelaan-Nya dan kedaulatan-Nya.
5). Karunia-karunia tidak dapat dipindahkan dari satu orang kepada orang lain, karena pilih kasih atau karena mandat jabatan. Seorang yang mempunyai kekuatan untuk melakukan mujizat, ketika akan meninggal tidak dapat mewariskan karunia itu kepada orang lain.
6). Karunia tidak dapat diambil atau dimiliki melalui kursus pribadi. Orang menginginkan karunia bahasa Roh karena kalau tidak mempunyai itu, ia merasa tidak mempunyai Roh Kudus. Prinsip ini tidak beres dan tidak berdasarkan Alkitab, tetapi sudah banyak tertanam dalam diri orang Kristen. Orang-orang yang ingin mendapat karunia bahasa Roh lalu berusaha mendapat dengan cara kursus, merupakan pemaksaan terhadap Roh Kudus untuk mengikuti kehendak manusia.

Pelanggaran-pelanggaran seperti ini berakibat fatal bagi Gereja dan menyebabkan Gereja membuka pintu lebar-lebar bagi setan untuk mengganggu kita. Jika Saudara hanya memiliki satu karunia tertentu dan tidak memiliki karunia yang lain, jangan menghina karunia yang ada pada Saudara. Jangan mengatakan bahwa karunia tertentu lebih penting daripada yang lain. Jangan Saudara meminta karunia tertentu untuk membuktikan bahwa Saudara mempunyai Roh Kudus. Memang di antara jabatan-jabatan itu ada yang lebih penting daripada yang lain, seperti rasul lebih penting dari nabi, tetapi jangan Saudara rendah diri karena Saudara tidak mempunyai karunia lidah.

Di Surabaya ada seorang pendeta, mantan dokter, mengatakan bahwa karunia lidah adalah karunia yang paling penting dan paling sulit diterima. Itu sebabnya kita harus mengejarnya. Dari Alkitab bagian manakah ajaran seperti ini? Setiap kali Alkitab mengatakan tentang karunia lidah, selalu diletakkan di paling belakang. Saya berani mengatakan bahwa karunia lidah merupakan karunia yang paling tidak penting berdasarkan 1 Korintus12:28-29. Di dalam ayat ini, diungkapkan urutan atau ordo dari karunia-karunia itu, sedikit berbeda dengan di ayat 4-8, di mana sepertinya urutan ini tidak terlalu ditegaskan. Maka karunia lidah merupakan karunia yang paling rendah danpaling tidak penting, bukan karunia yang tertinggi dan terpenting.

Banyak Gereja saat ini membuat teologi yang tidak bertanggungjawab dan terbalik dari konsep Alkitab yang benar. Fungsi rasul, gembala, penginjil diabaikan, tugas pengajaran firman diabaikan, kebenaran firman disepelekan, tetapi mujizat dipentingkan, karunia lidah dipentingkan, orang yang paling kaya diberi kedudukan yang paling penting.

Dalam 1 Korontus 12:4-8, kita melihat karunia-karunia tersebut diawali dengan karunia kata-kata dan diakhiri dengan karunia kata-kata. Yang pertama adalah kata-kata hikmat, dan kata-kata pengetahuan.Yang terakhir adalah kata-kata bahasa Roh dan penerjemahannya. Mengapa diletakkan seperti itu dan tidak terbalik?

Mari kita perhatikan dua hal, yaitu:

Pertama, kedua kata-kata yang pertama berkaitan erat dengan penasfsiran terhadap nabi dan rasul. Ini menyebabkan seseorang dapat menjadi seorang guru atau gembala yang memberikan penafsiran tentang nabi dan rasul secara benar. Ia dapat mengajar, menguraikan Kitab Suci dan berkhotbah. Ini adalah karunia-karunia yang lebih penting, sehingga diletakkan di depan, sedangkan untuk dapat ber-glosolalia dan menerjemahkannya diletakkan di paling belakang. Kita harus meletakkan dengan cepat mana yang paling penting, mana yang paling tidak penting; mana yang utama dan mana yang terakhir di dalam pelayanan satu sama lain di Gereja.

Orang-orang “Toronto Blessing” berdasarkan teologi yang disodorkan oleh “Third Wave Movement” dipimpin oleh John Wimber dari Vineyard Movement. Orang ini pernah salah diundang oleh Fuller Theological Seminary. Saya mengenal John Wimber, dan sejak 1974 saya sudah mengenalnya di Swiss. Saat itu saya sudah melihat dan mengatakan bahwa orang ini kelak akan mengacaukan dan menyelewengkan Gereja. Sekarang hal itu terjadi. Ketika ada tokoh dari Fuller datang ke Indonesia, orang mengatakan kepada saya, mengapa saya tidak mendukungnya, karena ia dari Fuller. Saya rasa Fuller boleh terkenal, tetapi tidak cukup. Ketika orang meminta agar saya memperkenankan orang itu berbicara sedikit di Gereja yang saya pimpin, saya menolak. Saya harus berbuat demikian karena saya menjalanklan tugas yang dibebankan oleh Dia yang mengutus saya. Saya harus berfungsi sebagai penjaga gawang. Penjaga gawang kelihatan tidak terlalu sibuk, tetapi pada saat-saat kritis, ia justru menjadi orang yang paling sibuk dan berjuang habis-habisan agar jangan ada yang salah masuk ke gawangnya. Saya harap setelah saya menjadi tua dan tiada, tugas sebagai penjaga gawang ini berada di tangan Saudara sekalian. Kita harus menjaga kesucian, kesejatian, keabsahan, dan kebenaran pelayanan dalam Gereja.

Para penyelia Gelombang Ketiga, yang memulai gerakan Toronto Blessing, tidak melihat bahwa hal ini akan berkembang sedemikian jauh,  menjadi sedemikian kacau balau dan liar, yang mengakibatkan rusaknya kekristenan di seluruh dunia. Mereka hanya menikmati pertambahan kuantitas. Kita harus selalu mengingat bahwa kualitas harus mendahului kuantitas! Kita harus menjaga kualitas terlebih dahulu, maka kuantitas akan dengan sendirinya bertambah. Jika kita tidak mempertahankan kualitas, dan kita mulai berkompromi dengan kuantitas, maka kita akan menjual diri dan membuang hak kesulungan kita. 

Orang-orang seperti John White dan JohnWimber dari Vineyard Movement menjelaskan dua karunia pertama dalam 1 Korintus12:4 ini dengan salah luar biasa. Mereka menafsirkan bahwa kata-kata bijaksana berarti Roh Kudus memberikan manifestasi kepada seseorang sampai orang itu dapat mengungkapkan kata-kata secara supranatural. Saya kira itu bukan pengertian karunia itu yang sesungguhnya. Pengertian yang sesungguhnya adalah orang-orang yang membangun jemaat dengan menguraikan firman yang telah ditegakkan melalui rasul dan nabi. Lalu dengan bijaksana menguraikan hal itu, sampai orang mendapatkan iman berdasarklan firman yang diwahyukan oleh Tuhan.

Dengan cara demikian baru Gereja dapat didirikan dengan tegak. Bukan di dalam pengertian orang yang membutuhkan penghiburan karena sakit jantung atau karena patah hati. Bukan  sesempit itu pengertian  di sini. Tafsiran-tafsiran yang salah seperti ini mengakibatkan Alkitab dibuang dan segala gejala-gejala supranatural dijunjung tinggi dan akhirnya terjadilah tertawa-tertawa yang tidak terkontrol,seperti yang terjadi di Toronto Blessing saat ini.

Kedua, kedua kata di ayat 4 merupakan kata-kata yang dapat diuji oleh Alkitab, sedangkan kedua karunia kata di ayat 8-10 merupakan kata-kata yang lebih sulit diuji langsung oleh Alkitab. Orang yang berglosolalia, lalu kita tidak mampu secara peka mengujinya dan kita lalu terlalu cepat menerimanya, maka kita telah jatuh masuk ke dalam jerat tipuan Iblis. Di dalam buku-buku teolog-teolog Injili berulang kali mengungkapkan berbagai penerjemahan bahasa Roh yang sama sekali salah dan berbeda dari yang seharusnya, tetapi orang tidak menyadari kesalahan-kesalahan seperti itu.

Saya mengungkapkan apa yang terjadi sekitar20 tahun yang lalu di New York. Seorang berkhotbajh, lalu mulai berkata dalamn“karunia lidah”. Lalu seseorang datang dan menerjemahkannya. Orang yang menerjemahkan itu berkata, “Pujilah Yesus,….sembah sujud kepada Dia,…rendah hati dihadapan Dia….”  Para hadirin begitu terharu dan merasa bahwa inilah Roh Kudus yang sedang turun ke dalam kebaktian mereka. Tetapi di dalam kebaktian itu, ada seseorang yang merekamnya,dan mengirimkan kasetnya pada seorang professor linguistik yang sangat ahli di Columbia University. Setelah diselidiki, profesor itu kemudian mengatakan bahwa orang itu bukan cuma mengatakan kata-kata ngawur, tetapi juga berkata-kata dengan bahasa tertentu. Ia mengenal bahasa itu, dan bahasa itu masih ada dan masih dipergunakan oleh orang-orang dari suatu suku yang sangat kecil dipegunungan Kaukasus, di perbatasan Eropa dan Asia. Tetapi ia menegaskan bahwa ketika ia mendengar antara bahasa aslinya dan penerjemahannya sama sekali berbeda. Kata-kata asli dari bahasa itu berarti: “Kutuklah Yesus….bencilah Dia,buanglah Dia dan jangan percaya kepada Dia….” Tetapi penerjemahnya mengatakan, “Pujilah Yesus….sembahlah Dia….dstnya.”  Akibatnya Gereja ini disesatkan dan menganggap bahwa saat itu Roh Kudus sedang memberikan karunia lidah kepada pendeta itu. Tanpa mereka ketahui, mereka sedang ditipu oleh setandengan tipuan ganda, yaitu: (1) memalsukan roh tanpa mereka sadari, dan (2) memalsukan penerjemahan, sehingga mereka mengkonfirmasikan bahwa itu dari Roh Kudus.

Kalau setan tidak berbijaksana tinggi, iapasti bukan setan! Kalau setan begitu bodoh, sampai orang yang baru Kristen dapat segera membedakan siapa dia dan siapa Roh Kudus, maka pasti setan itu tidak berdaya. Setan tidak bodoh. Justru orang yang baru bertobat, yang begitu cinta Yesus, dijebaknya. Lalu begitu banyak orang Kristen lama yang tidak mau berbicara tentang Roh Kudus, dianggap dingin dan mati serta apatis, sehingga orang Kristen tidak dapat menolong orang Kristen baru dan menyegarkan iman orang Kristen baru. Para pimpinan Gereja, majelis Gereja hanya rebut berebut kekuassaan di dalam Gereja, sehingga tidak memimpin orang lain di dalam terang Roh Kudus, dan orang-orang Kristen baru begitu giat di luar, sehingga akhirnya ditipu dan tidak ada orang yang dapat menolong mereka.

Kita berada di suatu zaman yang sangat sulit. Jika kita hanya dapat menyembah sujud kepada kuantitas, lalu merasa bila banyak orang datang, itu tanda Roh Kudus bekerja, dan kita jatuh secara takhayul di dalam prinsip yang salah ini, maka kita langsung jatuh ke dalam tangan Iblis untuk mengacaukan seluruh kekristenan. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk berdiri dan kembali ke jalan yang benar.

Alkitab menegaskan: Apakah semua menjadi rasul? Tidak. Apakah semua menjadi nabi? Tidak. Apakah semua menjadi guru?Tidak. Apakah semua melakukan mujizat? Tidak. Apakah semua menyembuhkan? Tidak.Apakah semua mendapat karunia lidah? Tidak. Berarti, kita harus taat kepada kehendak Roh Kudus, menerima apa yang terbaik yang Roh Kudus berikan kepadakita.

Tiga hal yang dapat kita lihat mengenaikarunia bahasa Roh :
1). Orang berkata-kata, pendengar langsung mengerti dalam bahasa lain (Kisah Para Rasul 
2). Orang berkata-kata, sendirian di dalam doa, tidak dibawa ke tempat umum, sehingga itu merupakan relasi pribadinya sendiri dengan Allah.
3). Orang berkata-kata di hadapan umum,tetapi karena orang lain tidak mengerti, maka perlu diterjemahkan, sehingga Roh Kudus memanggil orang kedua untuk menerjemahkannya. Maka penerjemah itu bekerja sama dengan Roh yang sama yang memberikan karunia berkata-kata itu,sehingga jemaat dapat dibangunkan.
Apakah yang kedua dan ketiga masih diperlukan hingga saat ini? Kita tidak dapat memutlakkannya. Jika Roh Kudus masih mau memberikannya, kita bersyukur. Tetapi yang banyak terjadi di duniaini sekarang ini, saya berani mengatakannya sebagai pemalsuan, bukan pekerjaan Roh Kudus yang asli.

Pernah suatu kali di Rusia, ada seorang pengkhotbah Amerika yang berkeliling memberitakan Injil. Selama itu, ada seorang pemuda Gereja Baptis setempat dengan setia menjadi penerjemahnya ke dalam bahasa Rusia. Pengkhotbah Amerika itu dengan setia memberitakan Injil ke Gereja-gereja bawah tanah di Rusia. Pada suatu hari, ketika ia datang mau berkhotbah, orang memberitahu kepadanya bahwa ia tidak dapat lagi berkhotbah, karena pendengar tidak mengerti bahasa Inggris, sedangkan penerjemahnya sudahd itangkap oleh KGB. Ia sedih sekali dan ia berdoa dengan sungguh. Malam itu, ia tetap datang ketempat kebaktian, tidak ada orang yang dapat menerjemahkannya.Tuhan bekerja di dalam hatinya, dan ia mulai berkhotbah. Ketika ia berkhotbah,semua yang mendengar mendengarnya dalam bahasa Rusia. Hal ini terjadi dan inilah karuinia Roh Kudus yang sejati. Tetapi hal itu pun tidak diberikan kepada semua orang dan tidak dapat dituntut, dikejar oleh semua orang. Di saat-saat kritis dan diperlukan, Tuhan akan memberikan perlengkapan untuk bersaksi sesuai dengan kehendak Roh.

Orang-orang yang terjebak oleh takhayul bahwa tanpa karunia tertentu ia belum dibaptis oleh Roh Kudus dan belum memiliki Roh Kudus, sehingga membuat mereka menuntut untuk mendapatkan karunia-karunia itu dan mengakibatkan mereka tidak mau menerima Roh Kudus,tetapi mau menuntut pemahaman yang mereka tegakkan sendiri berdasarkan konsep yang mereka buat sendiri. Mereka menjadi orang-orang yang dipakai setan.

Penutup: 

Saya berdoa agar Roh yang secara status sudah membaptiskan setiap orang percaya ke dalam tubuh Kristus, Gereja yang kudus dan am, pada hari Pentakosta, secara praktik akan turun kepada setiap orang yang sungguh-sungguh menerima kesaksian dan taat kepada Injil yang diberitakan kepadanya, bertobat dan menerima Yesus Kristus; akan mengaitkan dia dengan kuasa-Nya, sehingga memungkinkan dan menguatkan dia di dalam tugas penginjilan, kesucian, hidup memuliakan Tuhan, dan mengikuti pimpinan Roh Kudus sampai Tuhan Yesus datang kembali.

Tuhan memberkati kita, menggairahkan dan menambah-nambahkan karunia yang sudah kita miliki untuk melayani satu dengan yang lain dan membangun seluruh jemaat.KARUNIA ROH KUDUS. -AMIN-
Next Post Previous Post