9 KHOTBAH TENTANG NERAKA

Pdt. Budi Asali, M. Div.
9 KHOTBAH TENTANG NERAKA

Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.

Ini bukan hanya merupakan akibat / hukuman terhadap dosa Adam saja, tetapi dosa setiap orang, karena Ro 6:23a berbunyi: “Sebab upah dosa ialah maut”. ‘Maut’ dalam Ro 6:23 ini tidak hanya menunjuk pada kematian biasa, tetapi menunjuk pada kematian kedua / penghukuman kekal di neraka.

Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

Hal-hal yang perlu diketahui tentang neraka.

I) Neraka diajarkan paling banyak / sering oleh Yesus Kristus sendiri!

William G. T. Shedd: “Jesus Christ is the Person who is responsible for the doctrine of Eternal Perdition.” [= Yesus Kristus adalah Pribadi yang bertanggung jawab untuk doktrin tentang Hukuman kekal.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 680.

Alan Cole (Tyndale) tentang Mark 9:43,45,47: “No man ever spoke stronger words about hell than the loving Son of God;” [= Tidak ada orang yang pernah berbicara tentang neraka dengan kata-kata yang lebih kuat / keras dari pada Anak Allah yang penuh kasih;] - hal 153.

Pulpit Commentary (tentang Markus 9:43-48): “The passage from which these few words are chosen is stern and severe; yet it was uttered by the gentle Teacher who would not break the bruised reed.” [= Text dari mana kata-kata ini dipilih merupakan text yang keras; tetapi itu diucapkan oleh Guru yang lembut yang tidak akan mematahkan buluh yang terkulai.] - hal 30.

Kalau kita membaca ayat-ayat tentang neraka dalam Alkitab, maka memang mayoritas dari ayat-ayat itu diucapkan langsung oleh Yesus sendiri!

Saya berikan beberapa contoh:

1. Matius 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

2. Matius 11:23 - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.”.

Catatan: kata-kata ‘dunia orang mati’ dikontraskan dengan langit / surga, dan karena itu di sini kata itu harus diartikan sebagai ‘neraka’. Orang yang pergi ke surga sering dinyatakan sebagai ‘naik’ / ‘diangkat’ (seperti Elia, Yesus, dan juga Paulus dalam 2Kor 12:2,4, dsb), dan sebaliknya orang yang masuk neraka sering dinyatakan dengan kata ‘turun / diturunkan’ seperti dalam Mat 11:23 ini.

3. Matius 13:42 - “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.

4. Matius 13:50 - “lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.

5. Matius 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.

6. Matius 25:41 - “Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.

7. Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, ...”.

8. Markus 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan berma­ta satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) dimana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”.

9. Lukas 16:22-26 - “(22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”.

Catatan: kata-kata ‘alam maut’ dalam ay 23 diterjemahkan dari kata Yunani HADES, dan di sini jelas harus diartikan sebagai ‘neraka’

10. Wahyu 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

11. Wah 19:20b - “Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.”.

12. Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

13. Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”.

Catatan: kitab Wahyu merupakan firman dari Yesus kepada Yohanes, jadi tetap merupakan ajaran langsung dari Yesus sendiri.

Kalau Yesus paling banyak / sering mengajar tentang neraka, maka jangan pernah mengatakan bahwa mengajarkan / berkhotbah tentang neraka merupakan suatu tindakan yang tidak kasih!

II) Sejarah / asal usul kata ‘neraka’.

Dalam Perjanjian Lama tidak ada kata yang secara khusus berarti ‘neraka’. Biasanya digunakan kata Ibrani SHEOL. Kata ini bisa berarti ‘keadaan kematian’, ‘kuburan’, atau ‘neraka’, dan kontext harus menentukan arti mana yang dipilih. Dalam Perjanjian Baru padan-katanya adalah HADES, yang juga bisa berarti seperti itu.

Tetapi dalam Perjanjian Baru ada kata khusus untuk ‘neraka’, yaitu Gehenna. Dalam Mark 9:43-48 kata ini muncul 3 x, yaitu dalam ay 43,45,47. Hendriksen (hal 365) mengatakan bahwa kata GEHENNA diturunkan dari kata bahasa Ibrani Ge-Hinnom (Yos 15:8 18:16).

Yosua 15:8 - “Kemudian batas itu naik ke lembah Ben-Hinom, di sebelah selatan sepanjang lereng gunung Yebus, itulah Yerusalem; kemudian batas itu naik ke puncak gunung yang di seberang lembah Hinom, di sebelah barat, di ujung utara lembah orang Refaim.”.

Yosua 18:16 - “Selanjutnya batas itu turun ke ujung pegunungan yang di tentangan lebak Ben-Hinom, di sebelah utara lembah orang Refaim; kemudian turun ke lebak Hinom, sepanjang lereng gunung Yebus, ke selatan, kemudian turun ke En-Rogel.”.

Kata Ge-Hinnom ini merupakan singkatan dari Ge ben-Hinnom, yang berarti ‘the valley of the son of Hinnom’ [= lembah dari anak Hinnom].

Ini merupakan suatu tempat di sebelah selatan Yerusalem, dan di tempat itu Ahas (ayah dari Hizkia) dan Manasye (anak dari Hizkia) mempersembahkan anak-anak mereka sebagai korban kepada dewa Molokh (2Raja-raja 16:3 21:6 2Taw 28:3 33:6).

Raja Yosia yang saleh (cucu dari Manasye) menyatakan tempat itu sebagai tempat yang najis (2Raja 23:10), dan Yeremia juga memberikan kutukan terhadap tempat itu, dan menjadikannya sebagai kuburan (Yer 7:32 19:6).

2Raja-raja 23:10 - “Ia menajiskan juga Tofet yang ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh.”.

Yeremia 7:32 - “Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi ‘Tofet’ dan ‘Lembah Ben-Hinom’, melainkan ‘Lembah Pembunuhan’; orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat,”.

Yeremia 19:6 - “Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa tempat ini tidak akan disebut lagi: Tofet dan Lembah Ben-Hinom, melainkan Lembah Pembunuhan.”.

Tentang kata Gehenna, William Barclay berkata: “It is a word with a history. It is a form of the word HINNOM. The valley of Hinnom was a ravine outside Jerusalem. It had an evil past. It was the valley in which Ahaz, in the old days, had instituted fire worship and the sacrifice of little children in the fire. ‘He burned incense in the valley of the son of Hinnom, and burned his sons as an offering.’ (2Chronicles 28:3). That terrible heathen worship was also followed by Manasseh (2Chronicles 33:6). The valley of Hinnom, Gehenna, therefore, was the scene of one of Israel’s most terrible lapses into heathen customs. In his reformations Josiah declared it an unclean place. ‘He defiled Topheth, which is in the valley of the sons of Hinnom, that no one might burn his son or his daughter as an offering to Molech.’ (2Kings 23:10). When the valley had been so declared unclean and had been so desecrated it was set apart as the place where the refuse of Jerusalem was burned. The consequence was that it was a foul, unclean place, where loathsome worms bred on the refuse, and which smoked and smouldered at all times like some vast incinerator. ... Because of all this Gehenna had become a kind of type or symbol of Hell, the place where the souls of the wicked would be tortured and destroyed. It is so used in the Talmud. ‘The sinner who desists from the words of the Law will in the end inherit Gehenna.’ So then Gehenna stands as the place of punishment, and the word roused in the mind of every Israelite the grimmest and most terrible pictures.” [= Ini merupakan sebuah kata yang mempunyai sejarah. Ini merupakan suatu bentuk dari kata HINNOM. Lembah HINNOM merupakan suatu jurang di luar kota Yerusalem. Tempat ini mempunyai masa lalu yang jahat. Ini adalah lembah di mana Ahas pada masa yang lalu mendirikan penyembahan api dan pengorbanan anak-anak kecil dalam api. ‘Ia membakar juga korban di Lebak Ben-Hinom dan membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api’ (2Taw 28:3). Ibadah kafir yang mengerikan itu juga diikuti oleh Manasye (2Taw 33:6). Karena itu, lembah HINNOM, GEHENNA, merupakan adegan dari salah satu kejatuhan yang mengerikan dari Israel ke dalam kebiasaan-kebiasaan kafir. Dalam reformasinya Yosia menyatakannya sebagai tempat yang najis. ‘Ia menajiskan juga Tofet yang ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh.’ (2Raja 23:10). Pada waktu lembah itu telah dinyatakan sebagai najis dan telah diperlakukan sebagai najis, maka tempat itu dikhususkan sebagai tempat di mana sampah dari kota Yerusalem dibakar. Sebagai akibatnya adalah bahwa tempat itu menjadi tempat yang kotor dan berbau busuk dimana ulat yang menjijikkan berkembang biak pada sampah itu, dan yang berasap dan membara / menyala pada setiap saat seperti tempat pembakaran sampah yang luas. ... Karena semua ini, GEHENNA menjadi suatu jenis dari type atau simbol tentang neraka, tempat di mana jiwa-jiwa orang jahat akan disiksa dan dihancurkan. Itu digunakan seperti itu dalam Talmud. ‘Orang berdosa yang berhenti dari kata-kata hukum Taurat pada akhirnya akan mewarisi GEHENNA.’ Demikianlah maka GEHENNA menjadi tempat penghukuman, dan dalam pikiran setiap orang Israel kata itu menimbulkan gambaran yang paling menyeramkan dan mengerikan.] - hal 231-232.

III) Neraka itu merupakan suatu tempat yang nyata dan betul-betul ada.

1) Bahwa neraka itu memang betul-betul merupakan suatu tempat (bukan sekedar merupakan suatu kondisi, tetapi juga suatu lokasi) terlihat dari banyak hal, seperti:

a) Surga juga merupakan tempat.

Yohanes 14:2-5 - “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’”.

Pulpit Commentary: “Heaven is a definite locality. Jesus is there in his glorified body.” [= Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan.] - hal 232.

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut: “It was a local transfer of his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place.” [= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat.] - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630.

Herman Hoeksema: “Heaven is a definite place, and not merely a condition.” [= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

Kalau surga adalah suatu tempat, tidak mungkin neraka bukan merupakan suatu tempat.

b) Banyak ayat tentang neraka yang jelas menunjukkan bahwa neraka merupakan suatu tempat, seperti:

1. Ulangan 32:22 - “Sebab api telah dinyalakan oleh murkaKu, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung.”.

Ayat ini mengandung ancaman, berbicara tentang murka Allah yang bernyala-nyala dsb, dan karena itu saya berpendapat bahwa di sini istilah ‘dunia orang mati’ (SHEOL) harus diartikan sebagai ‘neraka’. Dan adanya kata-kata ‘sampai’ dan ‘ke bagian dunia orang mati yang paling bawah’ menunjukkan bahwa itu merupakan suatu tempat.

2. Mazmur 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali (berbelok) ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah.”.

Catatan:

a. Kata ‘kembali’ diterjemahkan dari kata Ibrani SHUB, yang bisa berarti ‘turn’ [= berbelok] atau ‘return’ [= kembali]. Kalau dipilih ‘return’ [= kembali] maka secara implicit itu menunjukkan bahwa orang-orang itu asalnya dari sana. Karena itu saya lebih memilih terjemahan ‘turn’ [= berbelok], seperti dalam KJV dan ASV.

b. Ayat-ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang fasik, dan karena itu kata-kata ‘dunia orang mati’ (SHEOL) di sini harus diartikan sebagai ‘neraka’.

3. Matius 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

4. Mat 11:23 - “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.”.

5. Matius 13:42 - “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.

6. Matius 13:50 - “lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.

7. Matius 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.

8. Matius 25:41 - “Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.

9. Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, ...”.

10. Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan berma­ta satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) dimana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”.

11. Luk 16:22,23,26,28 - “(22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. ... (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. ... (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”.

12. 2Tesalonika 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan­Nya,”.

13. Wah 19:20b - “Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.”.

14. Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

15. Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”.

2) Ada ajaran / orang yang tidak percaya adanya neraka, seperti:

a) Ajaran Saksi Yehuwa, yang begitu menekankan kasih Allah sehingga mengatakan bahwa Allah yang kasih itu tidak mung­kin menghukum manusia selama-lamanya di dalam neraka. Mereka percaya bahwa Allah akan memusnahkan manusia berdosa tetapi tidak menghukum mereka dalam neraka.

Untuk ini perlu diingat bahwa sekalipun Allah itu kasih, Ia juga adalah suci dan adil sehingga Ia membenci dosa dan harus menghukum orang berdosa. Ini sesuai dengan Nahum 1:3a yang berbunyi: “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.” (bdk. Keluaran 34:6-7).

b) Pandangan yang berkata bahwa neraka adalah penderitaan yang kita alami di dunia ini.

Dalam suatu buku Saat Teduh ada cerita sebagai berikut:

“An evangelist once encountered a skeptic who, when asked to receive Christ, said, ‘I’m not afraid of Hell - all the Hell we get is here on earth! The preacher’s reply was quick and devastating, ‘I’ll give you three reasons why this cannot be Hell! First, I am a Christian, and there are no Christians in Hell! Secondly, there is a place just around the corner where you can slake your thirst, but there is no water in Hell! Thirdly, I have been preaching Christ to you, and there is no Gospel in Hell!’” [= Suatu kali seorang penginjil bertemu dengan seorang skeptik yang, pada waktu diminta untuk menerima Kristus, berkata: ‘Aku tidak takut pada neraka - Neraka yang kita dapatkan adalah di sini di dunia ini!’. Jawaban pengkhotbah itu cepat dan bersifat menghancurkan: ‘Aku akan memberimu 3 alasan mengapa ini tidak mungkin adalah neraka! Pertama, aku adalah seorang Kristen, dan tidak ada orang Kristen dalam neraka! Kedua, ada tempat di dekat sudut itu dimana kamu bisa memuaskan kehausanmu, tetapi tidak ada air dalam neraka! Ketiga, aku telah memberitakan Kristus kepadamu, dan tidak ada Injil dalam neraka!’] - ‘Bread For Each Day’, September 14.

Perlu diketahui bahwa penderitaan dalam dunia, yang bagaimanapun hebatnya, hanyalah semacam cicipan dari hukuman / siksaan yang luar biasa hebatnya dalam neraka.

Karena itu kalau saudara mau bunuh diri untuk lari dari penderitaan dunia ini, maka ingatlah bahwa itu akan menyebabkan saudara justru akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya, dimana saudara akan mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat dari penderitaan saudara dalam dunia ini!

Perlu saudara ingat bahwa kalau neraka itu tidak ada, maka:

1. Semua ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang neraka adalah salah dan harus dibuang dari Alkitab! Dan ayat-ayat ini cukup banyak jumlahnya!

2. Allah juga tidak ada.

Mengapa bisa demikian? Semua orang harus mengakui bahwa dalam dunia ini ada banyak ketidakadilan, misalnya: orang saleh justru miskin, orang jahat justru jaya, orang kaya dan berkedudukan menindas orang miskin yang rendah, dsb. Juga ada banyak dosa yang tidak dihukum, mungkin karena dosa itu tidak diketahui orang lain, atau karena pintarnya orangnya mempermainkan hukum. Andaikata neraka tidak ada, maka semua ketidakadilan dan dosa ini tidak dibereskan! Dengan demikian Allah itu tidak adil, dan kalau Allah itu tidak adil, Ia bukanlah Allah. Jadi kalau saudara tidak mempercayai adanya neraka, saudara harus menjadi orang yang atheis!

Kalau saudara tidak percaya adanya neraka, saya justru yakin bahwa saudara akan masuk ke neraka. Pada saat itu saudara akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah terlambat!

Kesaksian: saya berdebat dari seorang Saksi Yehuwa tentang neraka. Dan saya mengatakan bahwa Charles Taze Russell dulunya tidak percaya adanya neraka, tetapi pada tahun 1917 ia bertobat dari kepercayaan sesat itu, dan ia lalu percaya adanya neraka. Saksi Yehuwa itu bertanya: ‘Dari mana kamu tahu Charles Taze Russell bertobat dalam hal itu?’. Saya jawab: ‘Kamu itu memang goblok! Charles Taze Russell itu mati pada tahun 1916. Jadi tahun 1917 ia sudah ada di neraka, dan karena itu ia pasti percaya neraka itu ada, karena itu sedang merasakan sakitnya neraka. Dan kamu juga akan menyusul pendirimu, kalau kalau tidak bertobat dari kepercayaan sesat itu!’. Orang itu tidak menjawab.

Neraka (2)

IV) Orang-orang yang bakal / seharusnya masuk neraka.

Wahyu 21:8 memberikan daftar orang-orang yang akan / seharusnya masuk neraka.

Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”.

1) Orang-orang penakut.

Ini tentu tidak menunjuk pada orang yang takut dalam berkelahi, takut pada kegelapan, takut pada anjing, cicak dsb. Ini menunjuk pada orang yang karena takut lalu tidak ikut Kristus atau mundur dari Kristus (bdk. Ibr 10:38-39 Mat 13:21). Ini adalah orang yang termasuk rangking 1 yang akan masuk neraka!

Kalau saudara mendengar Injil, dan sebetulnya hati saudara percaya kepada Yesus, tetapi rasa takut terhadap orang sekitar saudara / keluarga saudara yang anti kristen membuat saudara tidak mau mengikut Yesus, maka saudara adalah orang yang termasuk dalam rangking I untuk masuk ke neraka!

Perhatikan peringatan / nasehat Tuhan Yesus dalam Matius 10:28 yang berbunyi:

“Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”.

Matthew Henry: “‘The fearful’ lead the van in this black list. They durst not encounter the difficulties of religion, and their slavish fear proceeded from their unbelief; but those who were so dastardly as not to dare to take up the cross of Christ, and discharge their duty to him, ...” [= ‘Orang-orang penakut’ memimpin barisan orang-orang dalam daftar hitam ini. Mereka tidak berani menghadapi kesukaran-kesukaran dari agama, dan rasa takut yang bersifat budak keluar dari ketidak-percayaan mereka; tetapi mereka yang secara begitu pengecut sehingga tidak berani memikul salib Kristus, dan melaksanakan kewajiban mereka kepadaNya, ...].

Matthew Henry: “Their punishment: ‘They have their part in the lake that burns with fire and brimstone, which is the second death.’ [1.] They could not burn at a stake for Christ, but they must burn in hell for sin. [2.] They must die another death after their natural death; the agonies and terrors of the first death will consign them over to the far greater terrors and agonies of eternal death, to die and to be always dying.” [= Hukuman mereka: ‘Mereka mendapat bagian mereka dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang, yang adalah kematian yang kedua’. (1.) Mereka tidak bisa terbakar di tiang siksaan bagi Kristus, tetapi mereka harus terbakar di neraka untuk dosa. (2.) Mereka harus mengalami kematian yang lain setelah kematian alamiah mereka; penderitaan dan rasa takut terhadap kematian pertama akan menyerahkan mereka pada rasa takut dan penderitaan kematian kekal yang jauh lebih besar, untuk mati dan selalu sekarat.].

2) Orang-orang yang tidak percaya.

Yang dimaksud dengan ‘tidak percaya’ di sini, tentu adalah ‘tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan’. Bagaimanapun saudara berusaha berbuat baik, dan apapun agama / kepercayaan yang saudara anut (termasuk agama kristen), tetapi kalau saudara tidak percaya kepada Yesus Kristus, yang adalah satu-satunya Penebus dan Juruselamat dunia, saudara tetap akan masuk ke neraka untuk membayar sendiri hutang dosa saudara!

Perlu saudara ketahui bahwa:

a) ‘Sudah dibaptis’ tidak menjamin bahwa saudara sudah percaya.

b) ‘Sudah rajin ke gereja’ tidak menjamin bahwa saudara sudah percaya.

c) ‘Sudah melayani Tuhan’, bahkan ‘menjadi hamba Tuhan’, tidak menjamin bahwa saudara sudah percaya!

d) ‘Sudah berbahasa Roh’ tidak menjamin bahwa saudara sudah percaya. Memang kalau bahasa Rohnya asli, maka itu pasti menunjukkan orangnya betul-betul percaya. Tetapi begitu sukar untuk menguji / memeriksa asli tidaknya bahasa Roh. Ada yang buatan manusia, dan dalam hal ini tentu orangnya tahu akan hal itu. Ada yang dari setan, dan ini sukar diketahui karena betul-betul merupakan mujijat.

Bukti bahwa saudara adalah orang percaya adalah hidup yang berubah ke arah yang positif. Kalau saudara betul-betul percaya kepada Yesus, saudara pasti menerima / mempunyai Roh Kudus (Ef 1:13), dan Roh Kudus ini akan mengeluarkan buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23), sehingga hidup saudara akan disucikan tahap demi tahap.

Efesus 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.”.

Galatia 5:22-23 - “(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”.

Kalau saudara mengaku sebagai orang kristen tetapi hidup saudara sama sekali tidak bertambah baik, maka itu membuktikan saudara tidak betul-betul percaya kepada Yesus. Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:17,26).

Yakobus 2:17,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”.

Karena itu coba introspeksi diri saudara, apakah saudara betul-betul sudah percaya kepada Yesus atau tidak, dengan menyelidiki apakah ada atau tidak ada perubahan hidup ke arah positif dalam hidup saudara! Kalau saudara tidak percaya, saudara termasuk rangking ke 2 yang akan masuk neraka.

3) Orang-orang keji.

NASB / KJV: ‘abominable’ [= orang yang menjijikkan / sangat buruk].

NIV: ‘the vile’ [= orang busuk / keji].

RSV: ‘the polluted’ [= orang kotor / cemar].

Ini rangking ke 3 yang akan masuk neraka!

Adam Clarke: “‘The abominable.’ ‎... ‎Those who are polluted with unnatural lust.” [= ‘Orang-orang yang menjijikkan’. ... Mereka yang dikotori dengan hawa nafsu yang tidak wajar / alamiah.].

Barnes’ Notes: “‘And the abominable.’ The verb from which this word is derived means to excite disgust; to feel disgust at; to abominate or abhor; and hence the participle - ‘the abominable’ - refers to all who are detestable, to wit, on account of their sins; all whose conduct is offensive to God. Thus it would include those who live in open sin; who practice detestable vices; whose conduct is suited to excite disgust and abhorrence. ... See the notes on Rom 1:26ff.” [= ‘Dan orang-orang yang menjijikkan’. Kata kerja dari mana kata ini diturunkan berarti ‘membangkitkan kejijikan; merasa jijik pada; muak atau jijik’; dan karena itu participle-nya - ‘orang-orang yang menjijikkan’ menunjuk kepada semua yang menimbulkan kejijikan, yaitu, karena dosa-dosa mereka; semua orang yang tingkah lakunya menimbulkan murka / ketidak-senangan / kebencian kepada Allah. Jadi, ini mencakup mereka yang hidup dalam dosa yang terbuka; yang mempraktekkan kejahatan-kejahatan yang menjijikkan; yang tingkah lakunya cocok untuk membangkitkan kejijikan. ... Lihat catatan tentang Ro 1:26-dst.].

Roma 1:21-27 - “(21) Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepadaNya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. (22) Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. (23) Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. (24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.”.

Barnes’ Notes (tentang Roma 1:27): “The sin which is here specified is what was the shameful sin of Sodom, and which from that has been called sodomy.” [= Dosa yang di sini dinyatakan secara explicit adalah apa yang merupakan dosa yang memalukan dari Sodom, dan yang dari itu telah disebut ‘sodomi’.].

Jadi, homosex, lesbian, bisex, sudah jelas termasuk di sini! Tetapi ada hal-hal lain seperti:

a) Pedofilia, hubungan sex dengan anak-anak.

b) ISIS jual cewek-cewek jadi budak sex!

c) Bestiality, hubungan sex dengan binatang.

Cari di google, orang utan dijadikan pelacur!!! Dan ini di Indonesia!

4) Orang-orang pembunuh.

Ingat bahwa kalau saudara marah (yang dilandasi kebencian) atau mencaci maki, atau benci kepada seseorang, saudara sudah merupakan seorang pembunuh (Mat 5:21-22 1Yoh 3:15).

Matius 5:21-22 - “(21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”.

1Yohanes 3:15 - “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”.

Memang ada tindakan membunuh yang tidak berdosa, yaitu:

a) Membunuh untuk membela diri dalam keadaan terpaksa, dimana sikonnya hanyalah membunuh atau dibunuh.

b) Membunuh dalam perang. Kalau bela diri pribadi diijinkan, maka bela diri nasional harus juga diijinkan. Jadi selama perang itu bukanlah perang yang salah (seperti agresi ke negara lain), maka tindakan membunuh dalam perang tidaklah berdosa.

c) Membunuh dalam pelaksanaan hukuman mati, selama itu memang adil. Baik saksi yang menentang / memberatkan terdakwa, jaksa yang menuntut, hakim yang memutuskan, algojo yang melaksanakan hukuman mati, tidaklah berdosa.

Saya tak akan membahas alasan-alasannya, karena nanti akan menyimpang terlalu jauh. Yang mau tahu alasan-alasannya bisa mencarinya dalam pembahasan saya tentang hukum ke 6.

5) Orang-orang sundal.

Jangan mengartikan ini hanya sebagai pelacur! NIV menterjemahkan ‘the sexually immoral’ [= orang yang tidak bermoral dalam hal sex].

Jadi, setiap orang yang melakukan pelanggaran sexual, seperti:

a) Berzinah.

b) Memandang seorang perempuan dan menginginkannya (Mat 5:28).

Matius 5:28 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”.

c) Mempercakapkan hal-hal yang cabul (Ef 5:3-4).

Efesus 5:3-4 - “(3) Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. (4) Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono - karena hal-hal ini tidak pantas - tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.”.

d) Kawin cerai seenaknya (Mat 5:32 Mat 19:9 Lukas 16:18).

Matius 5:32 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.”.

Matius 19:9 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’”.

Lukas 16:18 - “Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah.’”.

e) Menjadi polygamist / polyandrist [= mempunyai istri / suami lebih dari satu].

Ro 7:2-3 - “(2) Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. (3) Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.”.

1Korintus 7:39 - “Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.”.

f) Mempunyai PIL (Pria Idaman Lain) / WIL (Wanita Idaman Lain).

termasuk dalam golongan ini.

Mungkin sekali berzinah itu enak, tetapi kenikmatan yang seben­tar itu, yang mungkin hanya 15-30 menit, harus saudara tebus dengan mengalami penderitaan yang luar biasa hebatnya untuk selama-lamanya di neraka! Ingatlah ini setiap kali saudara mau melakukan perzinahan!

6) Tukang-tukang sihir.

NIV menterjemah­kan ‘those who practice magic arts’ [= mereka yang mempraktekkan keahlian magic].

Ini tidak menunjuk hanya pada dukun santet dsb. Ini mencakup banyak hal yang berhubungan dengan kuasa gelap / okultisme, seperti:

a) Main tenaga dalam, baik ikut latihan maupun disembuhkan dengan tenaga dalam.

b) Yoga, Waitangkung, Tai Chi, dsb.

c) Main ramalan (semua ramalan kecuali ramalan Kitab Suci / nubuat dan ramalan ilmu pengetahuan).

d) Permainan cucing / jailangkung, telepati, main dukun, santet, guna-guna, dsb.

e) Hipnotis.

Hati-hati bahkan terhadap ‘counsellor kristen’ yang menggunakan hipnotis terhadap diri saudara. Ini termasuk occultisme, dan tidak seharusnya ada dalam suatu counselling kristen!

Memang dengan saudara menggunakan kuasa gelap, saudara bisa memperoleh keuntungan tertentu (kesehatan, uang, jabatan, cewek / cowok, sex, dsb) tetapi semua itu harus saudara tebus dengan masuk ke dalam neraka selama-lamanya!

Barnes’ Notes: “‘And sorcerers.’ See the word used here - ‎farmakeusi - explained in the notes on Gal 5:19, under the word ‘witchcraft.’” [= ‘Dan tukang-tukang sihir’. Lihat kata yang digunakan di sini - FARMAKEUSI - dijelaskan dalam catatan tentang Gal 5:19, di bawah kata ‘sihir’.].

Catatan: Gal 5:19 seharusnya Galatia 5:20.

Gal 5:19-21a - “(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21a) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”.

Barnes’ Notes (tentang Gal 5:20): “‘Witchcraft’. ... The word which is used here ‎farmakeia‎, (whence our word ‘pharmacy,’ from ‎farmakon‎, a medicine, poison, magic potion) means, properly, the preparing and giving of medicine. Then it means also poisoning, and also magic art, or enchantment; because in savage nations pharmacy or medicine consisted much in magical incantations. Thence it means sorcery or enchantment, and it is so used uniformly in the New Testament. It is used only in Gal 5:20; Rev 9:21; 18:23; 21:8. Some have supposed that it means poisoning here, a crime often practiced; but the more correct interpretation is, to refer it to the black art, or to pretensions to witchcraft, and the numerous delusions which have grown out of it, as a striking illustration of the corrupt and depraved nature of man.” [= ‘Sihir’. ... Kata yang digunakan di sini FARMAKEIA, (dari mana kata ‘farmasi’ kita, dari FARMAKON, suatu obat, racun, minuman obat / racun yang bersifat magic) berarti, secara tepat, persiapan dan pemberian obat. Lalu kata itu juga berarti meracuni, dan juga keahlian magic, atau mantera yang bersifat magic; karena dalam bangsa-bangsa barbar farmasi atau obat terdiri dari banyak mantera magic. Dari situ kata itu berarti sihir atau mantera magic, dan kata itu digunakan demikian secara sama dalam Perjanjian Baru. Kata itu hanya digunakan dalam Gal 5:20; Wah 9:21; 18:23; 21:8. Sebagian orang telah menganggap bahwa kata itu berarti tindakan meracuni di sini, suatu kejahatan yang sering dipraktekkan; tetapi penafsiran yang lebih tepat adalah, menunjukkan itu pada keahlian hitam / gelap, atau pada kepura-puraan tentang sihir, dan banyak penipuan-penipuan yang telah keluar darinya, sebagai suatu ilustrasi yang menyolok tentang sifat dasar / hakekat yang rusak dan bejat dari manusia.].

7) Penyembah-penyembah berhala.

Masihkan saudara pergi ke Gunung Kawi untuk sembahyang di sana? Masihkah saudara menyimpan jimat-jimat tertentu, atau keris pusaka, atau patung-patung berhala tertentu, atau patung Maria / Yesus / salib untuk disembah? Masihkah saudara percaya pada Hu, PatKwa, dsb? Ini semua akan membawa saudara ke neraka!

Adam Clarke: “‎Those who offer any kind of worship or religious reverence to anything but God. All image worshippers are idolaters in every sense of the word.” [= Mereka yang memberikan jenis penyembahan atau penghormatan agamawi apapun kepada apapun kecuali Allah. Semua penyembah-penyembah patung adalah penyembah-penyembah berhala dalam setiap arti dari kata itu.].

8) Semua pendusta.

Tidak ada orang (kecuali Yesus) yang tidak pernah berdusta! Kalau saudara berkata bahwa dalam sepanjang hidup saudara, saudara tidak pernah berdusta, saya percaya bahwa kata-kata itu sudah merupakan dusta!

Apakah dusta itu merugikan orang atau tidak, dan apapun alasan saudara untuk berdusta, itu tetap adalah dusta dan itu akan membawa saudara ke neraka!

Adam Clarke: “‘And all liars.’ ... ‎Every one who speaks contrary to the truth when he knows the truth, and even he who speaks the truth with the intention to deceive; i.e. to persuade a person that a thing is different from what it really is, by telling only a part of the truth, or suppressing some circumstance which would have led the hearer to a different and to the true conclusion.” [= ‘Dan semua pendusta’. ... Setiap orang yang berbicara bertentangan dengan kebenaran pada waktu ia mengetahui kebenaran, dan bahkan ia yang mengatakan kebenaran dengan maksud untuk menipu; yaitu meyakinkan seseorang bahwa sesuatu adalah berbeda dengan apa itu sesungguhnya, dengan mengatakan hanya sebagian dari kebenaran, atau menekan / memotong sebagian keadaan yang akan sudah membimbing pendengar pada suatu kesimpulan yang berbeda dan benar.].

Contoh:

Kejadian 12:11-13 - “(11) Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia kepada Sarai, isterinya: ‘Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya. (12) Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. (13) Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.’”.

Kej 20:2,9-13 - “(2) Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya: ‘Dia saudaraku,’ maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara. ... (9) Kemudian Abimelekh memanggil Abraham dan berkata kepadanya: ‘Perbuatan apakah yang kaulakukan ini terhadap kami, dan kesalahan apakah yang kulakukan terhadap engkau, sehingga engkau mendatangkan dosa besar atas diriku dan kerajaanku? Engkau telah berbuat hal-hal yang tidak patut kepadaku.’ (10) Lagi kata Abimelekh kepada Abraham: ‘Apakah maksudmu, maka engkau melakukan hal ini?’ (11) Lalu Abraham berkata: ‘Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku. (12) Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku. (13) Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.’”.

Barnes’ Notes: “‘And all liars.’ All who are false in their statements, their promises, their contracts. The word would embrace all who are false toward God (Acts 5:1-3), and false toward human beings.” [= ‘Dan semua pendusta’. Semua orang yang menipu / tidak benar dalam pernyataan-pernyataan mereka, janji-janji mereka, kontrak-kontrak mereka. Kata itu mencakup semua yang menipu / tidak benar terhadap Allah (Kis 5:1-3), dan menipu / tidak benar terhadap manusia.].

Kisah Para Rasul 5:1-11 - “(1) Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. (2) Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. (3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.’ (5) Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. (6) Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. (7) Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. (8) Kata Petrus kepadanya: ‘Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?’ Jawab perempuan itu: ‘Betul sekian.’ (9) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.’ (10) Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. (11) Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.”.

Ananias dan Safira tak bersalah karena menahan sebagian dari penjualan tanah mereka. Mereka bersalah karena sekalipun menahan sebagian, mereka mengatakan bahwa mereka memberikan seluruh hasil penjualan tanah. Dusta terhadap para rasul dianggap sebagai dusta terhadap Allah / Roh Kudus.

Tak ada orang yang tak pernah berdusta (kecuali Yesus). Dan karena itu sebetulnya semua orang tercakup dalam golongan / kelompok ini.

Pada waktu semua kelompok ini digabungkan, jelas tak ada orang yang terkecuali. Jadi, seharusnya semua orang masuk neraka dan dihukum selama-lamanya di sana!!

Seharusnya potongan khotbah ini berhenti di sini, tetapi teori khotbah berseri yang benar, menyatakan bahwa suatu potongan khotbah tidak boleh diberikan tanpa memberikan jalan keluar. Kalau potongan khotbah berseri ini saya hentikan di sini, orang-orang yang hanya mendengar khotbah ini, dan tidak mendengarkan potongan khotbah selanjutnya, akan pulang dengan pemikiran bahwa mereka pasti masuk neraka, dan tidak ada jalan keluar dari hal yang mengerikan itu.

Karena itu, saya memberikan jalan keluar, sekalipun hanya secara singkat. Yesus telah memikul hukuman neraka itu bagi kita yang percaya, sehingga semua orang percaya tidak akan masuk neraka, tetapi masuk ke surga! Jadi, percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

Neraka (3)

Sekarang mari kita membandingkan Wah 21:8 ini dengan beberapa ayat / text yang mirip dengannya, yaitu text-text yang memberikan daftar orang-orang yang tidak bisa masuk surga (tak masuk surga sama dengan masuk neraka!). Ini digambarkan dengan 2 cara, yaitu tidak bisa masuk Yerusalem yang baru, seperti dalam Wah 21:27, atau tidak bisa masuk Kerajaan Allah, seperti dalam Ef 5:5 Gal 5:19-21 1Kor 6:9-10.

a) Wahyu 21:27 - “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.”.

Catatan: kontextnya adalah ‘Yerusalem yang baru’ (kebanyakan mengartikannya sebagai ‘Gereja’). Mari kita pelajari sedikit tentang istilah ‘Yerusalem yang baru’ ini. Istilah itu juga muncul dalam Wah 3:12.

Wahyu 3:12 - “Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama AllahKu, nama kota AllahKu, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu, dan namaKu yang baru.”.

1. Kata-kata ‘turun dari sorga’ tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah.

Barnes’ Notes (tentang Wah 3:12): “It is a departure from all proper laws of interpretation to explain this literally, as if a city should be actually let down from heaven; and equally so to infer from this passage, and the others of similar import in this book, that a city will be literally reared for the residence of the saints.” [= Merupakan suatu penyimpangan dari semua hukum-hukum penafsiran yang benar untuk menjelaskan hal ini secara hurufiah, seakan-akan suatu kota betul-betul diturunkan dari surga; dan juga merupakan penyimpangan yang sama kalau kita menyimpulkan dari text ini, dan hal-hal lain yang mirip artinya dalam kitab ini, bahwa suatu kota akan secara hurufiah didirikan untuk tempat tinggal dari orang-orang kudus.] - hal 1568.

Pulpit Commentary (tentang Wah 3:12): “The name ‘new Jerusalem’ is always coupled in the Revelation with the phrase, ‘coming down from heaven’ (see ch. 21:2,10). The spirituality and holiness of the Church is thus set forth, since its being is wholly due to God, in its creation and sustenance.” [= Nama ‘Yerusalem yang baru’ dalam kitab Wahyu selalu digandengkan dengan ungkapan ‘turun dari surga’ (lihat pasal 21:2,10). Dengan demikian sifat rohani dan kekudusan dari Gereja dinyatakan, karena keberadaannya sepenuhnya disebabkan oleh Allah, dalam penciptaannya dan pemeliharaannya.] - hal 113.

Wah 21:2,10 - “(2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. ... (10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.”.

2. Ini merupakan gambaran dari ‘gereja’ yang memang ‘mempunyai asal usul di surga’.

Herman Hoeksema (tentang Wah 3:12): “It is not necessary to go into details as to the reality and the meaning of this new Jerusalem. Suffice it to say that it represents the society of the elect in glory, the body of Christ, the complete assembly of all the saints.” [= Tidak diperlukan untuk menyelidiki secara terperinci berkenaan dengan realita dan arti dari Yerusalem yang baru ini. Cukup untuk mengatakan bahwa itu mewakili masyarakat orang pilihan dalam kemuliaan, tubuh Kristus, perkumpulan yang lengkap dari semua orang kudus.] - hal 135.

Barnes’ Notes (tentang Wah 3:12): “‘New Jerusalem’. Jerusalem was the place where the temple was reared, and where the worship of God was celebrated. It thus came to be synonymous with the church - the dwelling place of God on earth. ‘Which cometh down out of heaven from my God’. ... Of course, this must be a figurative representation, but the idea is plain. It is, (1) that the church is, in accordance with settled Scripture language, represented as a city - the abode of God on earth. (2) That this, instead of being built here, or having an earthly origin, has its origin in heaven. It is as if it had been constructed there, and then sent down to earth ready formed. ... The comparison of the church with beautiful city, and the fact that it has its origin in heaven, is all that is fairly implied in the passage.” [= ‘Yerusalem yang baru’. Yerusalem merupakan tempat dimana Bait Suci didirikan, dan tempat dimana penyembahan kepada Allah dilakukan. Jadi itu menjadi kata yang sama artinya dengan gereja - tempat tinggal Allah di bumi. ‘Yang turun dari surga dari Allahku’. ... Tentu saja ini merupakan suatu penggambaran simbolis, tetapi gagasannya / maksudnya jelas. Yaitu, (1) bahwa gereja, sesuai dengan bahasa Kitab Suci yang tetap, digambarkan sebagai sebuah kota - tempat tinggal Allah di bumi. (2) Bahwa ini, bukannya dibangun di sini, atau mempunyai asal usul duniawi, tetapi mempunyai asal usulnya di surga. Seakan-akan gereja dibentuk di sana, dan lalu diturunkan ke bumi dalam keadaan telah dibentuk. ... Perbandingan gereja dengan kota yang indah, dan fakta bahwa itu mempunyai asal usul di surga, merupakan semua yang dimaksudkan secara jelas oleh text ini.] - hal 1568.

Barnes’ Notes (tentang Wahyu 3:12): “The reward, therefore, promised here is, that he who by persevering fidelity showed that he was a real friend of the Saviour, would be honoured with a permanent abode in the holy city of his habitation. In the church redeemed and triumphant he would have a perpetual dwelling; and wherever he should be, there would be given him sure pledges that he belonged to him, and was recognised as a citizen of the heavenly world. To no higher honour could any man aspire; and yet that it is an honour to which the most humble and lowly may attain by faith in the Son of God.” [= Karena itu, pahala yang dijanjikan di sini adalah bahwa ia yang dengan kesetiaan yang tekun menunjukkan bahwa ia adalah sahabat yang sejati dari sang Juruselamat, akan dihormati dengan tempat tinggal permanen dalam kota kudus ini. Dalam gereja yang ditebus dan menang ia akan mendapat tempat tinggal kekal; dan dimanapun ia ada, di sana diberikan kepadanya janji yang pasti bahwa ia adalah milikNya, dan diakui sebagai warga negara dari dunia surgawi. Tidak ada kehormatan yang lebih tinggi yang bisa diinginkan oleh siapapun juga; tetapi itulah kehormatan yang didapatkan oleh orang yang paling kecil / tidak penting dan rendah oleh iman kepada Anak Allah.] - hal 1568.

Jadi, tidak masuk ‘Yerusalem yang baru’ tidak terlalu berbeda dengan ‘tidak masuk surga’. Yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan jelas adalah orang-orang percaya. Apakah mereka tidak najis, tidak pernah melakukan kekejian dan dusta? Tentu ya / pernah, tetapi karena mereka orang-orang percaya, maka darah Kristus telah membasuh semua dosa mereka, dan mereka merupakan / termasuk dalam ‘Yerusalem yang baru’.

Matthew Henry (tentang Wah 21:27): “The unmixed purity of all who belong to the new Jerusalem, v. 27. [1.] There the saints shall have no impure thing remaining in them. In the article of death they shall be cleansed from every thing that is of a defiling nature. Now they feel a sad mixture of corruption with their graces, which hinders them in the service of God, interrupts their communion with him, and intercepts the light of his countenance; but, at their entrance into the holy of holies, they are washed in the laver of Christ’s blood, and presented to the Father without spot. [2.] There the saints shall have no impure persons admitted among them. In the earthly Jerusalem there will be a mixed communion, after all the care that can be taken. Some roots of bitterness will spring up to trouble and defile Christian societies; but in the new Jerusalem there is a society perfectly pure. First, Free from such as are openly profane. There are none admitted into heaven who work abominations. In the churches on earth sometimes abominable things are done, ..; but no such abominations can have place in heaven. Secondly, Free from hypocrites, such as make lies, say they are Jews, and are not, but do lie. These will creep into the churches of Christ on earth, and may lie concealed there a long time, perhaps all their days; but they cannot intrude into the new Jerusalem, which is wholly reserved for those that are called, and chosen, and faithful, who are all written, not only in the register if (in?) the visible church, but in the Lamb’s book of life.” [= Kemurnian yang tak bercampur dari semua orang yang termasuk pada Yerusalem yang baru, ay 27. (1.) Di sana orang-orang kudus akan tidak mempunyai apapun yang tidak murni tetap tinggal di dalam mereka. Dalam kematian mereka akan dibersihkan dari segala sesuatu dari sifat dasar / hakekat yang menajiskan. Sekarang mereka merasakan suatu campuran yang menyedihkan dari kejahatan dengan kasih karunia - kasih karunia mereka, yang menghalangi mereka dalam pelayanan kepada Allah, mengganggu persekutuan mereka dengan Dia, dan menghentikan / mengganggu terang dari wajahNya; tetapi, pada jalan masuk ke dalam Ruang Maha Suci, mereka dicuci dalam bejana darah Kristus, dan dihadirkan kepada Bapa, tanpa noda. (2.) Di sana orang-orang kudus tidak akan mempunyai orang-orang yang tidak murni di antara mereka. Dalam Yerusalem duniawi di sana ada persekutuan campuran, setelah semua perhatian yang bisa dilakukan. Beberapa akar kepahitan akan muncul / berkembang untuk mengganggu dan menajiskan masyarakat Kristen; tetapi dalam Yerusalem yang baru di sana ada suatu masyarakat yang murni secara sempurna. Pertama, Bebas dari hal-hal yang kotor secara terbuka / terang-terangan. Di sana tidak ada yang diijinkan masuk ke dalam surga orang-orang yang melakukan hal-hal yang menjijikkan. Dalam gereja-gereja di bumi kadang-kadang hal-hal yang menjijikkan dilakukan, ...; tetapi tidak ada hal-hal menjijikkan seperti itu bisa mendapat tempat di surga. Kedua, Bebas dari orang-orang munafik, seperti orang-orang yang berdusta, mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi, dan sebetulnya bukan, tetapi berdusta. Orang-orang ini akan menyusup ke dalam gereja-gereja Kristus di bumi, dan bisa tersembunyi di sana untuk waktu yang lama, mungkin seumur hidup mereka; tetapi mereka tidak bisa menyusup ke dalam Yerusalem yang baru, yang sepenuhnya disiapkan untuk mereka yang dipanggil, dan dipilih, dan beriman / setia, yang semuanya tertulis, bukan hanya dalam catatan dalam gereja yang kelihatan, tetapi dalam kitab kehidupan Anak Domba.].

The Biblical Illustrator (tentang Wah 21:27): “Heaven: - I. INTO HEAVEN SHALL ENTER NOTHING THAT DEFILETH. Every one, and everything whatsoever that is tainted with any impurity shall be utterly excluded. Not merely that eventually heaven will be cleared of such blemishes, but such shall never enter there. Absolute truthfulness and perfect purity, without any admixture of defilement at all, these are what God requires in all who cross the threshold of His home above. ... II. This is true; but, God be thanked! it is not the whole truth. For, note - THE LAMB WAS SLAIN TO CLEANSE THE DEFILED. There would never have been found in heaven a ‘Lamb as it had been slain,’ unless it had been God’s intention that some poor defiled creatures should get rid of their defilement and be found there too.” [= Surga: - I. Ke dalam surga tidak akan masuk apapun yang najis. Setiap orang, dan segala sesuatu yang dikotori dengan ketidak-murnian apapun akan dikeluarkan sama sekali. Bukan semata-mata bahwa akhirnya surga akan dibersihkan dari cacat-cacat seperti itu, tetapi yang seperti itu tidak akan masuk ke sana. Kebenaran yang mutlak dan kemurnian yang sempurna, tanpa campuran apapun sama sekali, ini adalah yang Allah tuntut dalam semua orang yang menyeberang ambang pintu dari rumahNya di atas. ... II. Ini benar; tetapi syukur kepada Allah! ini bukan seluruh kebenaran. Karena, perhatikan - anak domba itu telah disembelih untuk membersihkan orang-orang yang najis. Di sana tidak akan pernah didapati di surga seekor ‘Anak Domba yang telah disembelih’, kecuali merupakan maksud / tujuan Allah bahwa beberapa / sebagian makhluk-makhluk malang yang najis harus dibuang kenajisannya dan didapati di sana juga.].

b) Ef 5:5 - “Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.”.

Calvin: “‘Nor covetous man, who is an idolater.’ ‘Covetousness,’ as he says in another place, ‘is idolatry,’ (Colossians 3:5,) - not the idolatry which is so frequently condemned in Scripture, but one of a different description. All covetous men must deny God, and put wealth in his place; such is their blind greediness of wretched gain.” [= ‘Atau orang tamak, yang adalah seorang penyembah berhala’. ‘Ketamakan’, seperti yang ia katakan di suatu tempat lain, ‘adalah penyembahan berhala’, (Kol 3:5), - bukan penyembahan berhala yang secara begitu sering dikecam dalam Kitab Suci, tetapi satu penyembahan berhala dari penggambaran yang berbeda. Semua orang-orang tamak harus menyangkal Allah, dan meletakkan kekayaan di tempatNya; demikianlah adanya ketamakan buta mereka akan keuntungan yang buruk / menjijikkan.].

Kol 3:5 - “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,”.

Barnes’ Notes: “To worship money is as real idolatry as to worship a block of stone. If this be so, what an idolatrous world is this! How many idolatrous are there in professedly Christian lands! How many, it is to be feared, in the church itself! And since every covetous man is certainly to be excluded from the kingdom of God, how anxious should we be to examine our hearts, and to know whether this sin may not lie at our door!” [= Menyembah uang adalah penyembahan berhala yang sama sungguh-sungguhnya dengan menyembah sebongkah batu. Jika ini memang demikian, betapa menyembah berhalanya dunia ini! Berapa banyak penyembah berhala ada di sana dalam negara-negara yang mengaku Kristen! Berapa banyak, merupakan sesuatu yang ditakutkan, ada dalam gereja sendiri! Dan karena setiap orang tamak pasti dikeluarkan dari kerajaan Allah, betapa dengan sungguh-sungguh kita harus memeriksa hati kita, dan mengetahui apakah dosa ini tidak terletak di pintu kita!].

Calvin: “Some might think it harsh, or inconsistent with the Divine goodness, that all who have incurred the guilt of fornication or covetousness are excluded from the inheritance of the kingdom of heaven. But the answer is easy. Paul does not say that those who have fallen into those sins, and recovered from them, are not pardoned, but pronounces sentence on the sins themselves. After addressing the Corinthians in the same language, he adds: ‘And such were some of you; but ye are washed, but ye are sanctified, but ye are justified, in the name of the Lord Jesus, and by the Spirit of our God.’ (1 Corinthians 6:11.) When men have repented, and thus give evidence that they are reconciled to God, they are no longer the same persons that they formerly were. But let all fornicators, or unclean or covetous persons, so long as they continue such, be assured that they have no friendship with God, and are deprived of all hope of salvation. It is called ‘the kingdom of Christ and of God,’ because God hath given it to his Son that we may obtain it through him.” [= Sebagian / beberapa orang menganggapnya keras, atau tidak konsisten dengan kebaikan Ilahi, bahwa semua orang yang telah membawa kepada dirinya sendiri kesalahan dari percabulan atau ketamakan dikeluarkan dari pewarisan kerajaan surga. Tetapi jawabannya mudah. Paulus tidak berkata bahwa mereka yang telah jatuh ke dalam dosa-dosa itu, dan dipulihkan darinya, tidak diampuni, tetapi mengumumkan hukuman pada dosa-dosa itu sendiri. Setelah berbicara kepada orang-orang Korintus dengan kata-kata yang sama, ia menambahkan: ‘Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.’ (1Kor 6:11). Pada waktu orang-orang telah bertobat, dan dengan demikian memberi bukti bahwa mereka diperdamaikan dengan Allah, mereka tidak lagi merupakan orang-orang yang sama seperti mereka dahulu. Tetapi hendaklah semua orang-orang cabul, atau orang najis atau orang-orang tamak, selama mereka terus seperti itu, diyakinkan bahwa mereka tidak mempunyai persahabatan dengan Allah, dan dicabut / dihilangkan dari semua pengharapan keselamatan. Itu disebut ‘kerajaan Kristus dan Allah’, karena Allah telah memberikannya kepada AnakNya supaya kita bisa mendapatkannya melalui Dia.].

c) Galatia 5:19-21 - “(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”.

Catatan: dalam KJV ada tambahan dua kata, yaitu ‘adultery’ [= perzinahan] dan ‘murder’ [= pembunuhan]. Penambahan ini bisa ada karena penggunaan manuscript-manuscript yang berbeda.

KJV: ‘(19) Now the works of the flesh are manifest, which are these; Adultery, fornication, uncleanness, lasciviousness, (20) Idolatry, witchcraft, hatred, variance, emulations, wrath, strife, seditions, heresies, (21) Envyings, murders, drunkenness, revellings, and such like: of the which I tell you before, as I have also told you in time past, that they which do such things shall not inherit the kingdom of God.’.

Dalam daftar dari ‘perbuatan daging’ itu ada 15 perbuatan (17 kalau menurut KJV)!!! Siapa yang bisa lolos dari daftar ini??? Dan dalam ay 21b dikatakan bahwa barangsiapa yang melakukan hal-hal itu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah!!

Bible Knowledge Commentary (tentang Gal 5:21): “The apostle then solemnly warned the Galatians, as he had done when he was in their midst, that those who live like this, who habitually indulge in these fleshly sins will not inherit the future kingdom of God. This does not say that a Christian loses his salvation if he lapses into a sin of the flesh, but that a person who lives continually on such a level of moral corruption gives evidence of not being a child of God.” [= Lalu sang rasul secara khidmat memperingati orang-orang Galatia, seperti yang telah ia lakukan pada waktu ia ada di tengah-tengah mereka, bahwa mereka yang hidup seperti ini, yang secara terbiasa memuaskan nafsu dalam dosa-dosa yang bersifat daging ini tidak akan mewarisi kerajaan yang akan datang dari Allah. Ini bukan berarti bahwa seorang Kristen kehilangan keselamatannya jika ia tergelincir / menyimpang ke dalam dosa-dosa yang bersifat daging, tetapi bahwa seseorang yang terus menerus hidup pada tingkat kejahatan moral seperti itu memberikan bukti bahwa ia bukanlah seorang anak Allah.].

Calvin (tentang Gal 5:21): “But in this way, we shall be told, all are cut off from the hope of salvation; for who is there that is not chargeable with some of those sins? I reply, Paul does not threaten that all who have sinned, but that all who remain impenitent, shall be excluded from the kingdom of God. The saints themselves often fall into grievous sins, but they return to the path of righteousness, ‘that which they do they allow not,’ (Romans 7:15,) and therefore they are not included in this catalogue. All threatenings of the judgments of God call us to repentance. They are accompanied by a promise that those who repent will obtain forgiveness; but if we continue obstinate, they remain as a testimony from heaven against us.” [= Tetapi dengan cara ini, kita akan diberitahu, semua orang dipotong dari pengharapan keselamatan; karena siapa di sana yang tidak cocok untuk dituduh dengan sebagian / beberapa dari dosa-dosa itu? Saya menjawab, Paulus tidak mengancam bahwa semua orang yang telah berdosa, tetapi bahwa semua orang yang tetap tidak bertobat, akan dikeluarkan dari kerajaan Allah. Orang-orang kudus sendiri sering jatuh ke dalam dosa-dosa yang menyedihkan, tetapi mereka kembali pada jalan kebenaran, ‘apa yang mereka perbuat mereka tidak tahu’, (Ro 7:15), dan karena itu mereka tidak termasuk dalam daftar ini. Semua ancaman penghakiman Allah memanggil kita pada pertobatan. Mereka (ancaman-ancaman itu) disertai dengan suatu janji bahwa mereka yang bertobat akan mendapatkan pengampunan; tetapi jika kita terus tegar tengkuk / keras kepala, mereka (ancaman-ancaman itu) tetap merupakan suatu kesaksian dari surga menentang kita.].

Roma 7:15 - “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.”.

Matthew Henry (tentang Gal 5:19-21): “These are sins which will undoubtedly shut men out of heaven. The world of spirits can never be comfortable to those who plunge themselves in the filth of the flesh; nor will the righteous and holy God ever admit such into his favour and presence, unless they be first washed and sanctified, and justified in the name of our Lord Jesus, and by the Spirit of our God, 1 Cor 6:11.” [= Ini adalah dosa-dosa yang secara tak diragukan akan mencegah orang dari surga. Dunia roh tidak pernah bisa nyaman bagi mereka yang menceburkan diri mereka sendiri dalam kotoran-kotoran daging; juga Allah yang benar dan kudus tidak akan pernah mengijinkan orang-orang seperti itu untuk masuk ke dalam kebaikan / perkenanNya dan kehadiranNya, kecuali mereka lebih dulu dicuci dan dikuduskan, dan dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus, dan oleh Roh Allah kita, 1Kor 6:11.].

d) 1Korintus 6:9-10 - “(9) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, (10) pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”.

Ada 2 bagian yang harus kita periksa terjemahannya.

1. ‘orang-orang yang tidak adil’ (ay 9).

NIV: ‘the wicked’ [= orang-orang yang jahat].

KJV/RSV/NASB: ‘the unrighteous’ [= orang-orang yang tidak benar].

Catatan: kata Yunani ADIKOS bisa berarti ‘orang-orang yang tidak adil’, atau ‘orang-orang yang tidak benar’. Saya lebih condong pada arti yang kedua. Orang-orang yang tidak benar ini menunjuk kepada orang-orang yang tidak / belum dibenarkan oleh iman kepada Kristus.

2. ‘banci, pemburit’.

KJV: ‘effeminate, ... abusers of themselves with mankind,’ [= orang-orang yang seperti perempuan, ... orang yang menyalah-gunakan diri mereka sendiri dengan umat manusia,].

RSV: ‘sexual perverts,’ [= orang-orang yang menyimpang dalam hal sex,].

NIV: ‘male prostitutes ... homosexual offenders’ [= pelacur-pelacur laki-laki ... pelanggar-pelanggar homosex].

NASB: ‘effeminate, ... homosexuals,’ [= orang-orang yang seperti perempuan, ... orang-orang homosex,].

Kata-kata ‘orang-orang yang tidak adil / tidak benar’ dalam ay 9 itu lalu diperinci dalam ay 9b-10a yang memberi daftar dari 10 kelompok orang-orang yang tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah / masuk neraka! Mereka adalah “Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu”. Siapa bisa lolos dari daftar ini??? Tidak ada! Jadi, apakah semua orang akan masuk neraka? Seharusnya ya! Tetapi kalau kita membaca 1Kor 6:9-10, kita juga harus membaca 1Kor 6:11!

1Kor 6:11 - “Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.”.

Sama seperti kalau membaca Ro 6:23a, juga harus membaca Ro 6:23b!

Roma 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.

Juga kalau membaca Roma 7:24, juga harus membaca Ro 7:25!

Ro 7:24-25 - “(24) Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”.

Sekarang mari kita membaca komentar-komentar tentang 1Kor 6:9-11 di bawah ini.

Barnes’ Notes: “‘The kingdom of God.’ Cannot be saved; cannot enter into heaven; ... This MAY refer either to the kingdom of God in heaven; or to the church on earth - most probably the former. But the sense is the same essentially, whichever is meant. The man who is not fit to enter into the one is not fit to enter into the other. The man who is fit to enter the kingdom of God on earth, shall also enter into that in heaven.” [= ‘Kerajaan Allah’. Tidak bisa diselamatkan; tidak bisa masuk surga; ... Ini BISA menunjuk atau pada kerajaan Allah di surga; atau pada gereja di bumi - lebih mungkin yang terdahulu. Tetapi secara hakiki artinya adalah sama, yang manapun yang dimaksudkan. Orang yang tidak cocok untuk masuk ke dalam yang satu juga tidak cocok untuk masuk ke dalam yang lain. Orang yang cocok untuk memasuki kerajaan Allah di bumi, juga akan masuk ke dalam kerajaan Allah di surga.].

Adam Clarke: “‎There are here ten classes of transgressors which the apostle excludes from the kingdom of God; ... whether it imply the church of Christ here below, or the state of glory hereafter.” [= Di sana ada sepuluh kelompok pelanggar-pelanggar yang sang rasul keluarkan dari kerajaan Allah; ... apakah itu menyatakan gereja Kristus di sini di bawah, atau keadaan kemuliaan yang akan datang.].

Adam Clarke: “‘Ye are sanctified.’ ‎Heegiastheete‎; from ‎a‎, the alpha negative, and ‎gee‎, the earth; ye are separated from earthly things to be connected with spiritual. Ye are separated from time to be connected with eternity. Ye are separated from idols to be joined to the living God. Separation from common, earthly, or sinful uses, to be wholly employed in the service of the true God, is the ideal meaning of this word, both in the Old and New Testaments. It was in consequence of their being separated from the world that they became a church of God. Ye were formerly workers of iniquity, and associated with workers of iniquity; but now ye are separated from them, and united together to work out your salvation with fear and trembling before God.” [= ‘Kamu telah dikuduskan’. HEGIASTHETE; dari A, Alfa yang berarti ‘tidak’, dan GE, ‘bumi’; kamu dipisahkan dari hal-hal duniawi untuk dihubungkan dengan yang rohani. Kamu dipisahkan dari waktu untuk dihubungkan dengan kekekalan. Kamu dipisahkan dari berhala-berhala untuk digabungkan / disatukan dengan Allah yang hidup. Pemisahan dari penggunaan-penggunaan biasa, duniawi, atau berdosa, untuk sepenuhnya digunakan dalam pelayanan dari Allah yang benar, merupakan arti yang ideal dari kata ini, baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Merupakan hasil dari pemisahan mereka dari dunia sehingga mereka menjadi gereja Allah. Kamu dulu adalah pekerja-pekerja kejahatan, dan berkumpul / berkawan dengan pekerja-pekerja kejahatan; tetapi sekarang kamu telah dipisahkan dari mereka, dan bersatu bersama-sama untuk mengerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar di hadapan Allah.].

Adam Clarke: “‘Ye are justified.’ ‎EdikaiootheetE. ‎Ye have been brought into a state of favour with God; your sins having been blotted out through Christ Jesus,” [= ‘Kamu telah dibenarkan’. EDIKAIOTHETE. Kamu telah dibawa ke dalam suatu keadaan disetujui / disukai Allah; dosa-dosamu telah dihapuskan melalui Kristus Yesus,].

Matthew Henry: “Men are very much inclined to flatter themselves that God is such a one as themselves, and that they may live in sin and yet die in Christ, may lead the life of the devil’s children and yet go to heaven with the children of God. But this is all a gross cheat. Note, It is very much the concern of mankind that they do not cheat themselves in the matters of their souls. We cannot hope to sow to the flesh and yet reap everlasting life.” [= Orang-orang sangat condong untuk mengumpak diri mereka sendiri bahwa Allah adalah seperti diri mereka sendiri, dan bahwa mereka bisa hidup dalam dosa tetapi mati dalam Kristus, bisa hidup sebagai anak-anak setan tetapi pergi ke surga bersama-sama dengan anak-anak Allah. Tetapi semua ini adalah suatu dusta / penipuan yang sangat jelas. Perhatikan, Merupakan perhatian dari umat manusia bahwa mereka tidak menipu / mendustai diri mereka sendiri dalam persoalan-persoalan dari jiwa mereka. Kita tidak bisa berharap untuk menabur dalam daging tetapi menuai hidup yang kekal.].

Matthew Henry: Note, None are cleansed from the guilt of sin, and reconciled to God through Christ, but those who are also sanctified by his Spirit. All who are made righteous in the sight of God are made holy by the grace of God.” [= Perhatikan, Tak seorangpun dibersihkan dari kesalahan dari dosa, dan diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus, kecuali mereka yang juga dikuduskan oleh RohNya. Semua orang yang dibuat benar dalam pandangan Allah dibuat kudus oleh kasih karunia Allah.].

Calvin (tentang ay 9): “That by the ‘unrighteous’ here, as for example ‘adulterers,’ and ‘thieves’ and ‘covetous,’ and ‘revilers,’ he means those who do not repent of their sins, but obstinately persist in them, is too manifest to require that it should be stated.” [= Bahwa dengan ‘orang-orang yang tidak benar’ di sini, sebagai contoh, ‘orang-orang yang berzinah’, dan ‘pencuri-pencuri’ dan ‘orang-orang tamak’, dan ‘penghina-penghina’, ia memaksudkan mereka yang tidak bertobat dari dosa-dosa mereka, tetapi secara keras kepala berkeras di dalam dosa-dosa itu, adalah terlalu jelas untuk menuntut bahwa hal itu harus dinyatakan.].

Calvin (tentang ay 9): “The Apostle himself, too, afterwards expresses this in the words employed by him, when he says that the Corinthians formerly were such. The wicked, then, do inherit the kingdom of God, but it is only in the event of their having been first converted to the Lord in true repentance, and having in this way ceased to be wicked. For although conversion is not the ground of pardon, yet we know that none are reconciled to God but those who repent.” [= Sang Rasul sendiri, juga, belakangan menyatakan hal ini dalam kata-kata yang ia gunakan, pada waktu ia mengatakan bahwa orang-orang Korintus dulunya adalah seperti itu (ay 11). Jadi, orang-orang jahat, memang mewarisi kerajaan Allah, tetapi hanya dalam kasus mereka dipertobatkan lebih dulu kepada Tuhan dalam pertobatan yang sejati, dan dengan cara ini telah berhenti menjadi jahat. Karena sekalipun pertobatan (dari dosa) bukanlah dasar dari pengampunan, tetapi kita tahu bahwa tidak seorangpun yang diperdamaikan dengan Allah kecuali mereka yang bertobat.].

Calvin (tentang ay 11): “‘And such were ye.’ ... The simple meaning, therefore, is this, that prior to their being regenerated by grace, some of the Corinthians were ‘covetous,’ others ‘adulterers,’ others ‘extortioners,’ others ‘effeminate,’ others ‘revilers,’ but now, being made free by Christ, they were such no longer.” [= ‘Dan begitulah kamu dulu’. ... Karena itu, arti yang sederhana adalah ini, bahwa sebelum mereka dilahirbarukan oleh kasih karunia, sebagian / beberapa dari orang-orang Korintus adalah ‘orang-orang yang tamak’, yang lain ‘orang-orang yang berzinah’, yang lain ‘perampok-perampok’, yang lain ‘orang-orang yang seperti perempuan’, yang lain ‘penghina-penghina’, tetapi sekarang, setelah dibebaskan oleh Kristus, mereka tidak lagi seperti itu.].

Jelas bahwa sebetulnya tidak ada orang bisa lolos dari daftar-daftar ini! Saudarapun tidak terkecuali! Semua orang, tanpa kecuali, seharusnya masuk neraka! Dan saudara hanya bisa lolos dari neraka kalau saudara percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.

Neraka (4)

V) Hukuman dalam neraka.

1) Kebinasaan kekal dan penjauhan dari hadirat Tuhan.

2Tesalonika 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

a) Ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan Saksi Yehuwa tentang pemusnahan orang berdosa.

Sebelum membahas tentang kebinasaan kekal dan penjauhan dari hadirat Tuhan, saya akan membahas ajaran-ajaran yang mengatakan bahwa nanti orang-orang jahat hanya dimusnahkan (berhenti mempunyai keberadaan). Doktrin ini disebut annihilation / pemusnahan.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh mengajarkan bahwa neraka itu ada, tetapi begitu orang masuk ke neraka, ia langsung musnah. Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan neraka itu tidak ada; orang berdosa sekedar dimusnahkan. Sekalipun ada sedikit perbedaan, mereka sama-sama percaya bahwa orang-orang berdosa nanti akan dimusnahkan / berhenti mempunyai keberadaan.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Iblis dan para pembantunya juga akan mengalami nasib yang sama (Why 20:10). Konteks seluruh Alkitab menjadi jelas bahwa ‘kematian yang kedua’ ini (Why 21:8) mengartikan bahwa derita yang dialami orang jahat itu adalah penghancuran secara menyeluruh, tuntas. Lalu, apa gerangan yang dimaksud dengan konsep adanya naraka yang menyala-nyala selama-lamanya? Pengamatan yang saksama menunjukkan bahwa Alkitab tidak mengajarkan naraka atau api yang abadi seperti itu.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 426.

Catatan: dalam buku-buku mereka memang ditulis ‘naraka’, bukan ‘neraka’, dan saya tidak tahu mengapa.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Bagaimana sifat api naraka itu? Apakah orang akan dibakar di sana selama-lamanya? ... Kitab Suci mengajarkan bahwa orang jahat akan ‘dilenyapkan’ (Mzm 37:9,34); bahwa mereka akan binasa (Mzm 37:20; 68:2). Mereka tidak hidup dalam keadaan sadar selama-lamanya, melainkan akan dihanguskan (Mal 4:1; Mat 13:30,40; 2Ptr 3:10). Mereka akan dibinasakan (Mzm 145:20; 2Tes 1:9; Ibr 2:14) dilenyapkan (Mzm 104:35).” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 426-427.

Maz 37:9,20,34 - “(9) Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. ... (20) Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap. ... (34) Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalanNya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan.”.

Maz 68:3 - “Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah.”.

Maz 104:35 - “Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!”.

Mazmur 145:20 - “TUHAN menjaga semua orang yang mengasihiNya, tetapi semua orang fasik akan dibinasakanNya.”.

Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.”.

Mat 13:30,40 - “(30) Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.’ ... (40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

2Petrus 3:10 - “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.”.

Tanggapan saya:

1. Pembahasan ayat-ayat yang mereka gunakan:

a. Semua ayat yang mereka ambil dari kitab Mazmur tidak menunjuk pada akhir jaman, tetapi dalam hidup di dunia ini. Jadi artinya mereka dilenyapkan dari dunia ini, atau mereka akan mati / dibunuh oleh Tuhan.

Maz 37:9,34,38 - “(9) Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. ... (34) Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalanNya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan. ... (38) tetapi pendurhaka-pendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan.”.

Maz 68:2-3 - “(2) Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuhNya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapanNya. (3) Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah.”.

Maz 104:34-35 - “(34) Biarlah renunganku manis kedengaran kepadaNya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN. (35) Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!”.

Maz 145:18-20 - “(18) TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepadaNya, pada setiap orang yang berseru kepadaNya dalam kesetiaan. (19) Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka. (20) TUHAN menjaga semua orang yang mengasihiNya, tetapi semua orang fasik akan dibinasakanNya.”.

Semua text-text dari Mazmur ini mengkontraskan orang benar dengan orang jahat. Orang benarnya digambarkan sebagai masih hidup di dunia ini. Jadi jelas pembicaraan tentang orang jahatnya juga dalam hidup di dunia ini! Ini sama sekali tidak membicarakan keadaan setelah kematian mereka!

b. Mal 4:1 itu suatu penggambaran, jelas artinya simbolis, bukan hurufiah. Karena hari Tuhan digambarkan seperti api, dan orang jahat seperti jerami, maka mereka akan dibakar habis. Ini mirip dengan Maz 37:20b di atas.

Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.”.

c. Mat 13:40 kalau diartikan pemusnahan, tidak cocok dengan ayat-ayat berikutnya, karena kalau musnah bagaimana masih bisa meratap dan mengertakkan gigi (Mat 13:42)?

Mat 13:40-42 - “(40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. (41) Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya. (42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.

d. Dalam 2Tesalonika 1:9, kata ‘kebinasaan’ digabungkan dengan kata ‘selama-lamanya’, sehingga tak memungkinkan diartikan sebagai pemusnahan, yang terjadi di satu saat / titik dalam garis waktu.

Pulpit Commentary (tentang 2Tes 1:9): “The judgment is everlasting destruction. This does not imply annihilation - an idea equally opposed to Scripture and to the facts of natural science. The term ‘everlasting’ associated with it neutralizes the idea of annihilation, which implies a point of time in which the wicked cease to exist. The duration of the punishment will be as the duration of the blessedness (Rev. 16:26; Heb. 9:14; Matt. 25:46).” [= Penghakiman / penghukumannya adalah kebinasaan kekal. Ini tidak menunjuk pada pemusnahan - suatu gagasan yang bertentangan dengan Kitab Suci maupun fakta-fakta dari ilmu pengetahuan alamiah. Istilah ‘kekal / selama-lamanya’ yang digabungkan dengannya menghapuskan gagasan tentang pemusnahan, yang secara implicit menunjuk pada suatu saat dimana orang jahat berhenti ada. Lamanya masa penghukuman akan seperti lamanya masa dari keadaan diberkati (Wah 16:26; Ibr 9:14; Mat 25:46).].

Catatan:

Wahyu 16:26 ini salah karena ayatnya tak ada.

Ibrani 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.

Ayat ini sama sekali tidak cocok!

Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

William Hendriksen (tentang Mark 9:48): “One hears the objection, ‘But does not the Scripture teach of the destruction of the wicked’? Yes, indeed, but this destruction is not an instantaneous annihilation, so that there would be nothing left of the wicked; so that, in other words, they would cease to exist. The destruction of which the Scripture speaks is an ‘everlasting destruction’ (2Thess. 1:9). Their hopes, their joys, their opportunities, their riches, etc., have perished, and they themselves are tormented by this, and that forevermore” [= Seorang mendengar keberatan: ‘Tetapi bukankah Kitab Suci mengajar kebinasaan / penghancuran orang jahat?’ Ya, memang, tetapi kebinasaan / penghancuran ini bukan merupakan pemusnahan seketika, sehingga tidak ada apapun yang tersisa dari orang jahat itu. Kebinasaan / penghancuran yang dibicarakan oleh Kitab Suci merupakan suatu ‘kebinasaan / penghancuran kekal’ (2Tes 1:9). Harapan mereka, sukacita mereka, kesempatan mereka, kekayaan mereka, dsb. telah binasa, dan mereka sendiri disiksa oleh hal ini, dan itu berlangsung selama-lamanya] - hal 367.

e. 2Pet 3:10 harus dibaca dengan kontextnya.

2Pet 3:7,10-13 - “(7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. ... (10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan.

(1) Yang musnah / hilang lenyap adalah langit bumi, yang menunjuk pada seluruh alam semesta dengan isinya, yang adalah benda-benda atau binatang, bukan manusia, ataupun setan. Kalau mereka memutlakkan hal ini, sehingga mencakup manusia, mereka juga harus mencakup setan, dan itu makin tak masuk akal, dan makin tak cocok dengan Alkitab.

(2) Ay 7 memberikan ancaman untuk orang-orang fasik. Kalau akhir jaman mereka dimusnahkan, maka ini merupakan ancaman kosong. Tak ada yang harus ditakutkan dari pemusnahan.

Bdk. 1Korintus 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’.”.

2. Kata ‘binasa’ dalam Alkitab kalau menunjuk kepada manusia tidak pernah berarti ‘musnah’! Artinya hanya mati, atau menunjukkan bahwa mereka terpisah selama-lamanya dari Allah, yang adalah hidup / sumber kehidupan.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

1Timotius 4:10 - “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.”.

Ibrani 10:31 - “Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.”.

Walter Martin: “To Jehovah’s Witnesses death is the cessation of consciousness, or ‘destruction.’ However, no single or collective rendering of Greek or Hebrew words in any reputable lexicon or dictionary will substantiate their view. Death in the Scriptures is ‘separation’ from the body as in the case of the first death (physical), and separation from God for eternity as in the second death (the lake of fire, Revelation 20). Death never means annihilation and Jehovah’s Witnesses cannot bring in one word in context in the original languages to prove it does.” [= Bagi Saksi-Saksi Yehuwa kematian adalah penghentian dari kesadaran, atau ‘kebinasaan’. Tetapi tak ada satu atau kumpulan terjemahan dari kata-kata Yunani dan Ibrani dalam Lexicon / kamus yang mempunyai reputasi yang baik yang meneguhkan pandangan mereka. Kematian dalam Kitab Suci merupakan ‘perpisahan’ dari tubuh seperti dalam kasus dari kematian pertama (jasmani), dan perpisahan dari Allah untuk kekekalan seperti dalam kematian kedua (lautan api, Wah 20). Kematian tidak pernah berarti pemusnahan dan Saksi-Saksi Yehuwa tidak bisa memberikan satu kata dalam kontext dalam bahasa-bahasa aslinya untuk membuktikan bahwa kata itu memang berarti demikian.] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 62.

Walter Martin: “Jehovah’s Witnesses have conceived of death as being unconsciousness or extinction, which definition cannot be found in the Bible. Death in the Biblical sense never means extinction or annihilation, and not one word, Greek or Hebrew, in either Testament will be found to say that it does.” [= Saksi-Saksi Yehuwa telah mengerti tentang kematian sebagai ketidak-sadaran atau kepunahan, definisi mana tidak bisa ditemukan dalam Alkitab. Kematian dalam arti Alkitabiah tidak pernah berarti kepunahan atau pemusnahan, dan tak ada satu katapun, Yunani atau Ibrani, dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, ditemukan untuk mengatakan bahwa itu memang berarti demikian.] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 102.

Louis Berkhof: “The doctrine of conditional immortality is plainly contradicted by Scripture where it teaches: (1) that sinners as well as saints will continue to exist forever, Eccl. 12:7; Matt. 25:46; Rom. 2:8–10; Rev. 14:11; 20:10; (2) that the wicked will suffer eternal punishment, which means that they will be forever conscious of a pain which they will recognize as their just desert, and therefore will not be annihilated, cf. the passages just mentioned; and (3) that there will be degrees in the punishment of the wicked, while extinction of being or consciousness admits of no degrees, but constitutes a punishment that is alike for all, Luke 12:47, 48; Rom. 2:12.” [= Doktrin tentang kekekalan yang bersyarat (maksudnya ajaran yang mengatakan bahwa hanya orang yang percaya yang mendapatkan kekekalan) secara jelas ditentang oleh Kitab Suci dimana Kitab Suci mengajarkan: (1) bahwa orang-orang berdosa maupun orang-orang kudus akan terus ada selama-lamanya, Pkh 12:7; Mat 25:46; Ro 2:8-10; Wah 14:11; 20:10; (2) bahwa orang-orang jahat akan mengalami hukuman kekal, yang berarti bahwa mereka akan selama-lamanya sadar tentang suatu rasa sakit yang akan mereka kenali / mengerti sebagai yang layak mereka dapatkan, dan karena itu tidak akan dimusnahkan, bdk. text-text yang baru disebutkan; dan (3) bahwa di sana akan ada tingkat-tingkat dalam hukuman dari orang-orang jahat, sedangkan kepunahan / pemusnahan dari keberadaan atau kesadaran tidak mengijinkan adanya tingkatan, tetapi membentuk / sama dengan suatu hukuman yang sama bagi semua orang, Luk 12:47,48; Ro 2:12.] - ‘Systematic Theology’, hal 691.

Pkh 12:7 - “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.”.

Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

Ro 2:6-10 - “(6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (9) Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.”.

Wahyu 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

Luk 12:47,48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

Roma 2:12 - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.”.

Catatan: Ro 2:12 ini tidak cocok, karena sama sekali tak menunjukkan adanya tingkat penghukuman. Mungkin Ro 2:4-11 lebih cocok.

Ro 2:4-11 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (9) Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (11) Sebab Allah tidak memandang bulu.”.

Louis Berkhof: “(2) Annihilation can hardly be called a punishment, since this implies a consciousness of pain and ill-desert, while, when existence terminates, consciousness also ceases. ... (3) It often happens that people consider the extinction of being and of consciousness a very desirable thing, when they grow tired of life. For these such a punishment would be in reality a blessing.” [= (2) Pemusnahan tidak bisa disebut suatu penghukuman, karena ini (penghukuman) secara implicit menunjukkan suatu kesadaran tentang rasa sakit dan hal buruk yang layak didapatkan, sedangkan, pada waktu keberadaan diakhiri, kesadaran juga berhenti. ... (3) Sering terjadi bahwa orang-orang menganggap pemusnahan keberadaan dan kesadaran sebagai suatu hal yang sangat diinginkan, pada waktu mereka bosan terhadap kehidupan. Bagi orang-orang seperti ini hukuman seperti itu dalam faktanya akan merupakan suatu berkat.] - ‘Systematic Theology’, hal 691-692.

Kata-kata Louis Berkhof bagian akhir ini sangat benar. Seandainya orang berdosa dimusnahkan, maka bagi orang-orang yang sangat menderita, bunuh diri merupakan suatu jalan keluar yang sangat baik, dan pemusnahan itu merupakan suatu berkat, karena mereka betul-betul berhenti menderita!

Ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh maupun Saksi Yehuwa tentang pemusnahan orang berdosa ini sangat bertentangan dengan begitu banyak ayat Alkitab yang mengatakan bahwa hukuman di neraka itu bersifat kekal!

b) Kebinasaan kekal / selama-lamanya dan pembuangan dari hadirat Tuhan.

1. Penafsiran Calvin dan Matthew Henry tentang kebinasaan kekal.

Calvin (tentang 2Tes 1:9): “He shews, by apposition, what is the nature of the punishment of which he had made mention - destruction without end, and an undying death. The perpetuity of the death is proved from the circumstance, that it has the glory of Christ as its opposite. Now, this is eternal, and has no end. Accordingly, the influence of that death will never cease.” [= Ia menunjukkan, dengan / oleh keterangan tambahan, apa hakekat dari hukuman yang telah ia sebutkan - kebinasaan tanpa akhir, dan suatu kematian yang kekal / tidak ada akhirnya. Kekekalan dari kematian itu dibuktikan dari keadaan, bahwa itu mempunyai kemuliaan Kristus sebagai lawan / kontrasnya. Ini kekal, dan tak mempunyai akhir. Sesuai dengan itu, pengaruh dari kematian itu tidak akan pernah berhenti.].

Matthew Henry (tentang 2Tes 1:9): “(2.) Their punishment will be no less than destruction, not of their being, but of their bliss; not that of the body alone, but both as to body and soul. (3.) This destruction will be everlasting. They shall be always dying, and yet never die. Their misery will run parallel with the line of eternity. The chains of darkness are everlasting chains, and the fire is everlasting fire. It must needs be so, since the punishment is inflicted by an eternal God, fastening upon an immortal soul, set out of the reach of divine mercy and grace.” [= (2.) Hukuman mereka akan tidak kurang dari kebinasaan, bukan dari keberadaan mereka, tetapi dari kebahagiaan mereka; bukan kebinasaan dari tubuh saja, tetapi baik dari tubuh dan jiwa. (3.) Kebinasaan ini akan kekal. Mereka akan selalu sekarat, tetapi tidak pernah mati. Kesengsaraan mereka akan berjalan paralel dengan garis dari kekekalan. Rantai / belenggu kegelapan adalah rantai / belenggu kekal, dan apinya adalah api yang kekal. Itu harus demikian, karena hukuman itu diberikan oleh Allah yang kekal, dilekatkan kepada suatu jiwa yang tidak bisa mati, ditinggalkan dari jangkauan belas kasihan dan kasih karunia ilahi.].

Terus terang, saya tidak mengerti dan tak bisa membayangkan bagaimana ‘kebinasaan kekal’ itu, sebagaimana yang dijelaskan oleh Calvin dan Matthew Henry di atas.

2. Kebinasaan di sini berarti penjauhan dari hadirat Allah.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

Perhatikan bahwa istilah ‘kebinasaan’ dalam ayat tersebut di atas tidaklah berarti bahwa orangnya dimusnahkan. Bagian terakhir dari ayat itu menjelaskan apa arti dari kata ‘kebinasaan’ itu, yaitu ‘dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya’. Dan ini berlangsung selama-lamanya!

Adam Clarke (tentang 2Tes 1:9): “What this everlasting destruction consists in we cannot tell. It is not annihilation, for their being continues; and as the destruction is everlasting, it is an eternal continuance and presence of substantial evil, and absence of all good; for a part of this punishment consists in being banished from the presence of the Lord - excluded from his approbation, forever; so that the light of his countenance can be no more enjoyed, as there will be an eternal impossibility of ever being reconciled to him.” [= Kebinasaan kekal ini terdiri dari apa, kami tidak bisa mengatakan. Itu bukan pemusnahan, karena keberadaan mereka berlanjut / terus ada; dan karena kebinasaan itu kekal, itu adalah suatu keberlanjutan dan kehadiran yang kekal dari kejahatan / bencana yang besar / nyata, dan absennya semua yang baik; karena sebagian dari hukuman ini terdiri dari pembuangan dari hadirat Tuhan - dikeluarkan dari persetujuan / kebaikanNya, selama-lamanya; sehingga cahaya dari wajahNya tidak bisa lagi dinikmati, karena di sana akan ada suatu kemustahilan yang kekal untuk pernah diperdamaikan dengan Dia.].

Penjauhan ini juga terlihat dari Matius 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.

Pulpit Commentary (tentang Mat 25:31-46): “Those who refused to accept the invitation to ‘come’, will have to obey the order to ‘go.’” [= Mereka yang menolak untuk menerima undangan untuk ‘datang’, akan harus mentaati perintah untuk ‘pergi / enyah’.] - hal 507.

Karena itu, kalau sampai saat ini saudara belum pernah betul‑betul datang kepada Yesus, cepatlah datang kepadaNya! Kalau tidak, akan datang waktunya bahwa saudara tidak lagi diundang untuk datang kepada­Nya, tetapi diperintahkan untuk pergi dari hadapanNya (dan masuk ke neraka!) dan saat itu saudara harus menurut! Dan itu akan merupakan suatu perpisahan yang kekal!

William Hendriksen mengajukan suatu pertanyaan: bagaimana mungkin orang berdosa diusir dari hadirat Tuhan? Bukankah Tuhan itu maha ada? Ia lalu menjawab sendiri pertanyaannya.

William Hendriksen (tentang Mat 25:41): “Although God is indeed everywhere, that presence is not everywhere a presence of love. It is from this presence of love, patience, and warning that the wicked are finally banished forever.” [= Sekalipun Allah memang ada dimana-mana, kehadiran itu tidaklah dimana-mana berupa suatu kehadiran dari kasih. Adalah dari kehadiran dari kasih, kesabaran dan peringatan inilah, orang-orang jahat akhirnya dibuang / dijauhkan untuk selama-lamanya.].

Barnes’ Notes (tentang 2Tes 1:9): “The word which is here rendered ‘destruction’ ‎olethron‎, ... occurs only here and in 1 Cor 5:5; 1 Thess 5:3; 1 Tim 6:9; in each of which places it is rendered destruction. It does not denote annihilation, but is used in the same sense in which we use the word when we say that a thing is destroyed. Thus, health is destroyed when it fails; property is destroyed when it is burned or sunk in the ocean; a limb is destroyed that is lost in battle; life is destroyed when one dies. In the case before us, the destruction, whatever it be, is: (1) to be continued forever; and (2) is to be of the nature of punishment. The meaning then must be, that the soul is destroyed as to the great purposes of its being - its enjoyment, dignity, honor, holiness, happiness. It will not be annihilated, but will live and linger on in destruction. It seems difficult to conceive how anyone can profess to hold that this passage is a part of the Word of God, and yet deny the doctrine of future eternal punishment.” [= Kata yang di sini diterjemahkan ‘kebinasaan’ OLETHRON, ... muncul hanya di sini dan dalam 1Kor 5:5; 1Tes 5:3; 1Tim 6:9; dalam setiap tempat itu diterjemahkan ‘kebinasaan’. Kata itu tidak berarti / menunjuk pada pemusnahan, tetapi digunakan dalam arti yang sama dalam mana kita menggunakan kata itu pada waktu kita mengatakan bahwa sesuatu dibinasakan / dihancurkan. Jadi, kesehatan dihancurkan pada waktu kesehatan itu menurun; harta / milik dihancurkan pada waktu itu terbakar atau tenggelam di lautan; kaki / tangan dihancurkan yang hilang dalam pertempuran; kehidupan dihancurkan pada waktu seseorang mati. Dalam kasus di hadapan kita, kebinasaan, apapun itu adanya, adalah: (1) terus berlanjut selama-lamanya; dan (2) merupakan sifat dasar / hakekat dari hukuman. Jadi, artinya haruslah, bahwa jiwa dibinasakan berkenaan dengan tujuan-tujuan agung dari keberadaannya - penikmatannya, kewibawaannya, kehormatannya, kekudusannya, kebahagiaannya. Itu tidak akan dimusnahkan, tetapi akan hidup dan tetap berada pada kebinasaan. Kelihatannya sukar untuk mengerti bagaimana siapapun bisa mengakui bahwa text ini adalah sebagian dari Firman Allah, tetapi menyangkal doktrin hukuman kekal yang akan datang.].

1Kor 5:4-5 - “(4) Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, (5) orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”.

Kata ‘tubuh’ salah terjemahan, karena kata Yunani yang digunakan adalah SARX [= ‘flesh’ / daging].

1Tesalonika 5:3 - “Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman - maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin - mereka pasti tidak akan luput.”.

1Timotius 6:9 - “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.”.

Barnes’ Notes (tentang 2Tes 1:9): “‘From the presence of the Lord.’ That is, a part of their punishment will consist in being banished from the immediate presence of the Lord. There is a sense in which God is everywhere present, and in that sense he will be in the world where the wicked will dwell, to punish them. But the phrase is also used to denote his more immediate presence; the place where are the symbols of his majesty and glory; the home of the holy and the blessed. It is in that sense that the word is used here, and the idea is, that it will be one of the circumstances contributing to the deeper woe of the place of punishment, that those who dwell there will be banished from that holy abode, and will never be permitted to enter there.” [= ‘Dari hadirat Tuhan’. Artinya, sebagian dari hukuman mereka akan terdiri dari pembuangan dari kehadiran langsung / dekat dari Tuhan. Di sana ada suatu arti dalam mana Allah itu hadir dimana-mana, dan dalam arti itu Ia akan ada dalam dunia dimana orang-orang jahat akan tinggal, untuk menghukum mereka. Tetapi ungkapan itu juga digunakan untuk menunjukkan kehadiranNya yang lebih langsung / dekat; tempat yang merupakan simbol-simbol dari keagungan dan kemuliaanNya; rumah dari orang-orang kudus dan diberkati. Adalah dalam arti itu kata itu digunakan di sini, dan gagasannya adalah, bahwa itu akan merupakan satu dari keadaan-keadaan yang memberikan celaka yang lebih dalam dari tempat penghukuman, bahwa mereka yang tinggal di sana akan dibuang dari tempat tinggal kudus, dan tidak akan pernah diijinkan untuk masuk di sana.].

Pulpit Commentary (tentang 2Tes 1:9): “‘From the presence (or, face) of the Lord.’ ... a local sense, denoting banishment or separation - that the wicked will be expelled from that joy and glory which reign in the presence of Christ; they shall be banished away ‘from the presence of the Lord.’” [= ‘Dari hadirat (atau, wajah) Tuhan’. ... suatu arti yang bersifat lokal, menunjukkan pembuangan dan pemisahan - bahwa orang-orang jahat akan diusir dari sukacita dan kemuliaan itu yang bertakhta di hadirat Kristus; mereka akan dibuang ‘dari hadirat Tuhan’.].

Pulpit Commentary (tentang 2Tes 1:9): “The punishment of the wicked on its negative side is here stated. As the presence of the glorified Jesus will constitute the happiness of heaven, so banishment from his presence will constitute the misery of hell, because the soul is then cut off from the source of all good and of all holiness.” [= Hukuman orang-orang jahat pada sisi negatif dinyatakan di sini. Sebagaimana kehadiran dari Yesus yang dimuliakan akan membentuk kebahagiaan dari surga, demikian juga pembuangan dari kehadiran / hadiratNya akan membentuk kesengsaraan dari neraka, karena pada saat itu jiwa itu dipotong dari sumber dari semua kebaikan dan dari semua kekudusan.].

Kata-kata terakhir dari Pulpit Commentary ini sangat penting, karena mungkin sekali dalam pandangan orang kafir, terpisah dari Allah itu bukanlah suatu penderitaan. Tetapi perlu diingat bahwa terpisahnya manusia dengan Allah adalah sumber dari segala penderitaan. Pada waktu Adam dan Hawa masih suci, mereka hidup dekat dengan Allah, dan mereka mempunyai persekutuan yang indah dengan Allah, dan karena itu mereka hidup bahagia. Tetapi pada waktu mereka berdosa, hubungan mereka dengan Allah putus, sehingga mulai muncul segala macam penderitaan.

Juga bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:

a. Maz 16:11b - “di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa.”.

NIV: ‘you will fill me with joy in your presence, with eternal pleasures at your right hand’ [= Engkau akan mengisi aku dengan sukacita di dalam kehadiranMu, dengan kesenangan yang kekal di tangan kananMu].

Calvin: “David, therefore, testifies that true and solid joy in which the minds of men may rest will never be found any where else but in God; and that, therefore, none but the faithful, who are contented with his grace alone, can be truly and perfectly happy.” [= Karena itu, Daud menyaksikan bahwa sukacita yang benar / sejati dan mendalam / sempurna dalam mana pikiran dari manusia bisa beristirahat / tenang tidak pernah akan ditemukan di tempat lain kecuali dalam Allah; dan bahwa, karena itu, tak seorangpun kecuali orang-orang yang percaya / setia, yang puas dengan kasih karuniaNya saja, bisa bahagia dengan sungguh-sungguh dan dengan sempurna.].

b. Mazmur 62:2 - “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari padaNyalah keselamatanku.”.

NIV: ‘My soul finds rest in God alone’ [= Jiwaku menemukan istirahat / ketenangan dalam Allah saja].

Catatan: ayat ini diterjemahkan secara berbeda-beda.

Ayat-ayat di atas ini menunjukkan bahwa kalau seseorang dekat dengan Tuhan, maka ada sukacita, kebahagiaan, dan ketenangan / damai. Secara implicit ayat ini menunjukkan bahwa kalau seseorang terpisah dari Allah, ia tidak akan mempunyai sukacita, kebahagiaan, ataupun ketenangan / damai. Ia memang bisa mendapatkan sukacita / kebahagiaan duniawi yang bersifat semu dan sementara. Tetapi sukacita, kebahagiaan dan damai yang sejati, tidak akan pernah ia miliki.

Yohanes 14:27 - “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.”.

Karena itu, pada waktu seseorang masuk neraka, dan ia dijauhkan dari hadirat Allah selama-lamanya, itu jelas menunjukkan akan adanya penderitaan yang juga bersifat kekal!

Neraka (5)

2) Hebatnya hukuman / siksaan / penderitaan di dalam neraka.

Ini ditunjukkan oleh:

a) Kata ‘siksaan’ / ‘menyiksa’ / ‘disiksa’.

Matius 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.

Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”.

Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

b) Dalam cerita Lazarus dan orang kaya, setelah orang kaya itu mati dan masuk ke alam maut / neraka, maka dikatakan bahwa ia ‘menderita sengsara’, ‘sangat kesakitan’, dan ‘sangat menderita’.

Lukas 16:23-25 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.”.

Lalu dalam Luk 16:27-28 orang kaya itu menyebut neraka itu sebagai ‘tempat penderitaan’, dan ia tidak ingin saudara-saudaranya masuk ke sana.

Luk 16:27-28 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”.

Kalau kita menggunakan cerita tentang Lazarus dan orang kaya ini, para penentang hukuman kekal ini biasanya menjawab dengan mengatakan bahwa ini merupakan suatu perumpamaan.

Jawaban balik:

1. Ini bukan perumpamaan, karena:

a. Perumpamaan biasanya ada ceritanya / perumpamaannya, lalu ada artinya.

Misalnya: Matius 13:3-8 adalah cerita / perumpamaannya, dan Mat 13:19-23 adalah artinya.

Mat 13:3-8 - “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”.

Mat 13:19-23 - “(19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.

Contoh lain: Mat 13:24-30 adalah cerita / perumpamaannya, dan Mat 13:37-43 adalah artinya.

Kalau dalam cerita tentang Lazarus dan orang kaya, mana perumpamaan / ceritanya dan mana artinya? Kalau ini adalah ceritanya / perumpamaannya, lalu mana / apa artinya? Jelas ini bukan perumpamaan.

b. Juga biasanya suatu perumpamaan mempunyai satu tujuan / pokok utama. Tetapi cerita tentang Lazarus dan orang kaya ini jelas mempunyai banyak tujuan / pokok, misalnya:

· kita harus lebih memprioritaskan kehidupan nanti dari pada yang sekarang. Ini bisa dilihat dari fakta bahwa dalam penceritaan itu, bagian tentang hidup yang sekarang, jauh lebih pendek dari bagian tentang hidup yang akan datang.

· orang mati langsung masuk surga atau neraka (roh / jiwanya).

· penyesalan setelah kematian tak ada gunanya.

· penderitaan yang luar biasa dalam neraka, dan tak ada pengurangan sedikitpun.

· penderitaan di neraka bersifat kekal, tak ada perpindahan dari neraka ke surga atau sebaliknya.

· orang yang sudah masuk nerakapun tak ingin keluarganya ikut dia.

· Firman Tuhan lebih penting dari mujijat / kesaksian orang mati yang bangkit.

c. Dalam seluruh Alkitab, tidak pernah ada perumpamaan yang menggunakan nama orang, khususnya nama orang yang ada dalam sejarah (Abraham).

2. Andaikatapun ini merupakan suatu perumpamaan, lalu mau diartikan bagaimana sehingga tidak menunjuk pada hukuman kekal???

Calvin: “Some look upon it as a simple parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather consider it to be the narrative of an actual fact. But that is of little consequence, provided that the reader comprehends the doctrine which it contains.” [= Sebagian orang memandangnya sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi. Tetapi itu kecil akibat / konsekwensinya, asalkan pembaca mengerti doktrin / ajaran yang dikandungnya.] - hal 184.

Adam Clarke: “This account of the rich man and Lazarus is either a parable or a real history. If it be a parable, it is what may be; if it be a history, it is which has been. Either a man may live as is here described, and go to perdition when he dies; or, some have lived in this way, and are now suffering the torments of an eternal fire. The accounts is equally instructive in whichsoever of these lights it is viewed.” [= Cerita tentang orang kaya dan Lazarus, atau merupakan suatu perumpamaan, atau suatu sejarah yang sungguh-sungguh. Jika itu adalah suatu perumpamaan, itu merupakan sesuatu yang bisa terjadi; jika itu merupakan suatu sejarah, itu adalah apa yang telah terjadi. Atau seseorang bisa hidup seperti yang digambarkan di sini, dan pergi ke neraka pada saat ia mati; atau, beberapa orang telah hidup dengan cara ini, dan sekarang sedang menderita siksaan dari api yang kekal. Cerita ini sama-sama bersifat instruktif dalam terang yang manapun cerita ini dipandang.] - hal 464.

Saya berpendapat bahwa bagian akhir dari kata-kata Clarke maupun Calvin di atas merupakan sesuatu yang penting. Sebetulnya tak terlalu jadi soal apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau bukan. Itu sama sekali tidak akan membedakan penafsiran dari text ini. Karena itu banyak juga penafsir yang tak membahas sama sekali tentang apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau bukan. Dan penafsir-penafsir yang menganggap bahwa cerita ini merupakan perumpamaan (seperti misalnya William Hendriksen) membahasnya secara tak berbeda dengan penafsir-penafsir yang menganggap cerita ini sebagai cerita sungguh-sungguh / bukan perumpamaan.

c) Kata-kata ‘ratap / ratapan dan kertak / kertakan gigi’.

Matius 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

Mat 13:42,50 - “(42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. ... (50) lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.

Matius 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.

Tentang kata ‘ratap’ / ‘ratapan’ tidak ada persoalan. Orang yang kesakitan pasti akan meratap. Tetapi apa sebabnya mereka mengertakkan gigi (kata ‘kertak’ bisa diterjemahkan ‘gigit’)? Ada yang beranggapan bahwa ‘kertak gigi’ itu dilakukan karena mereka marah kepada Allah yang menyiksa mereka dengan begitu hebat. Tetapi saya beranggapan bahwa kertak gigi itu dilaku­kan untuk menahan sakit yang begitu hebat yang mereka derita. Yang manapun arti yang benar, tetap menunjukkan bahwa orang-orang ini mengalami penderitaan yang luar biasa.

William Hendriksen (tentang Mat 8:12): “‘There shall be weeping and grinding of teeth.’ ... As far as God’s people are concerned, there will come a day when every tear will have been wiped away (Isa. 65:19; Rev. 7:17; 18:15, 19). The tears of which Jesus speaks here in Matt. 8:12 are those of inconsolable, never-ending wretchedness, and utter, everlasting hopelessness. The accompanying ‘grinding or gnashing of teeth’ (cf. 13:42, 50; 22:13; 24:51; 25:30; see especially the very similar Luke 13:28; occurring, however, in a different context) denotes excruciating pain and frenzied anger.” [= ‘Di sana akan ada ratapan dan kertakan gigi’. ... Sejauh berkenaan dengan umat Allah, di sana akan ada suatu hari pada waktu setiap air mata akan dihapuskan (Yes 65:19; Wah 7:17; 18:15,19). Air mata yang Yesus bicarakan di sini dalam Mat 8:12 adalah air mata dari keadaan buruk tanpa akhir dan tidak bisa dihiburkan, dan keadaan tanpa pengharapan yang total dan kekal. Kata-kata ‘kertakan gigi’ yang menyertai (bdk. 13:42,50; 22:13; 24:51; 25:30; lihat khususnya Luk 13:28 yang sangat mirip; tetapi terjadi dalam suatu kontext yang berbeda) menunjukkan rasa sakit yang luar biasa dan kemarahan yang liar / gila / hebat.].

Yesaya 65:19 - “Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umatKu; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak.”.

Wahyu 7:17 - “Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.’”.

Wahyu 18:15,19 - “(15) Mereka yang memperdagangkan barang-barang itu, yang telah menjadi kaya oleh dia, akan berdiri jauh-jauh karena takut akan siksaannya, dan sambil menangis dan meratap, ... (19) Dan mereka menghamburkan debu ke atas kepala mereka dan berseru, sambil menangis dan meratap, katanya: ‘Celaka, celaka, kota besar, yang olehnya semua orang, yang mempunyai kapal di laut, telah menjadi kaya oleh barangnya yang mahal, sebab dalam satu jam saja ia sudah binasa.”.

Catatan: ayat terakhir ini tak cocok, karena ini justru bicara tentang orang-orang yang tidak percaya.

d) Simbol-simbol tentang neraka:

1. Api.

Matius 3:12 - “Alat penampi sudah ditanganNya. Ia akan membersihkan tempat pengirikanNya dan mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan.’”.

Mat 13:42,50 - “(42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. ... (50) lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”.

Catatan: LAI menterjemahkan dengan kata ‘dapur’. Semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘furnace’ [= tungku].

Matius 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.

Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”.

Lukas 16:24 - “Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.”.

Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”.

Wahyu 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Wahyu 19:20 - “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.”.

Wahyu 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”.

Wahyu 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”.

Api merupakan simbol yang paling umum, dan penggunaan simbol api ini jelas menunjukkan suatu siksaan yang sangat menyakitkan. Kalau saudara terkena api sekitar 1-2 detik, itu sudah sangat menyakitkan. Kalau 15-20 detik, itu sudah merupakan luka bakar yang sangat parah dan menyakitkan. Bisakah saudara bayangkan bagaimana rasanya kalau saudara dibakar secara kekal?

Lenski (tentang Mat 3:10): “The Sadducees of all ages have tried to quench this fire by making sport of it, thereby preparing themselves the more for it and hastening its coming to themselves.” [= ‘Orang-orang Saduki’ dari sepanjang jaman telah berusaha untuk ‘memadamkan api’ ini dengan menggunakannya sebagai lelucon, dengan itu makin mempersiapkan diri mereka sendiri untuknya, dan mempercepat kedatangannya bagi mereka sendiri.].

Bagi orang-orang yang suka menggunakan neraka sebagai bahan guyonan, ingat baik-baik kata-kata Lenski ini!

2. Ulat-ulat bangkai.

Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”.

Catatan: ay 44 dan ay 46 diletakkan oleh LAI di dalam tanda kurung tegak, untuk menunjukkan bahwa ayat-ayat itu diperdebatkan keasliannya. Tetapi ay 48, yang hampir persis bunyinya dengan ay 44 dan ay 46 tidak diletakkan dalam tanda kurung tegak. Jadi, ayat itu asli, dan pasti betul-betul Firman Tuhan!

Pernah terjadi seorang family saya yang mengalami kecelakaan mobil, sehingga lumpuh total karena syarafnya terjepit pada tulang belakangnya. Di rumah sakit ia terus terbaring pada punggungnya (tidak dibolak balik, karena takut syarafnya yang terjepit itu akan bertambah parah dan membunuh dia), dan akhirnya punggung itu membusuk dan ada zet / ulat bangkainya. Dalam keadaan hidup orang itu merasakan penderi­taan yang begitu hebat karena zet itu menggerogoti tubuhnya! Ia minta dibunuh karena tak tahan rasa sakitnya, tetapi tentu saja permintaannya tak dituruti. Akhirnya dia mati secara wajar dan terbebas dari siksaan ulat bangkai duniawi itu. Tetapi kalau seseorang masuk ke neraka, hal seperti ini akan berlangsung selama-lamanya!

3. Kegelapan yang paling gelap.

Matius 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

Mat 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”.

Ini menggambarkan keadaan dalam penjara Romawi yang ada di bawah tanah di mana sama sekali tidak ada cahaya. Ini menyebabkan seseorang merasa stress, tidak ada harapan, depresi dsb, sehingga bisa gila, bunuh diri, dsb. Dan ini merupakan tempat penderitaan yang luar biasa hebatnya. Kalau tidak demikian, tentu orang Romawi tidak akan menciptakan tempat hukuman semacam itu.

Barnes’ Notes (tentang Mat 8:12): “This is an image of future punishment. It is not improbable that the image was taken from Roman dungeons or prisons. They were commonly constructed under ground. They were shut out from the light of the sun. They were, of course, damp, dark, and unhealthy, and probably most filthy. Masters were in the habit of constructing such prisons for their slaves, where the unhappy prisoner, without light, or company, or comfort, spent his days and nights in weeping from grief, and in vainly gnashing his teeth from indignation. The image expresses the fact that the wicked who are lost will be shut out from the light of heaven, and from peace, and joy, and hope; will weep in hopeless grief, and will gnash their teeth in indignation against God, and complain against his justice. What a striking image of future woe! Go to a damp, dark, solitary, and squalid dungeon; see a miserable and enraged victim; add to his sufferings the idea of eternity, and then remember that this, after all, is but an image, a faint image, of hell!” [= Ini adalah gambaran dari hukuman yang akan datang. Bukannya tidak mungkin bahwa gambar itu diambil dari penjara di bawah tanah Romawi. Mereka biasanya dibangun di bawah tanah. Mereka ditutup dari terang matahari. Tentu saja mereka lembab, gelap, dan tidak sehat, dan mungkin sangat kotor. Tuan-tuan mempunyai kebiasaan membangun penjara-penjara seperti itu untuk budak-budak mereka, dimana orang-orang tahanan yang sial / tak bahagia, tanpa terang, atau teman, atau penghiburan, menghabiskan hari-hari dan malam-malamnya dalam tangisan dari kesedihan, dan dalam kesia-siaan mengertakkan giginya dari kemarahan. Gambaran ini menyatakan fakta bahwa orang-orang jahat yang terhilang akan ditutup dari terang surga, dan dari damai, dan sukacita, dan pengharapan; akan menangis dalam kesedihan yang tanpa pengharapan, dan akan mengertakkan gigi mereka dalam kemarahan terhadap Allah, dan keluhan terhadap keadilanNya. Betul-betul suatu gambaran yang menyolok tentang kesengsaraan yang akan datang! Pergilah ke suatu kamar bawah tanah yang lembab, gelap, terpencil / menyendiri, dan jorok; lihatlah seorang korban yang menyedihkan dan sangat marah; tambahkan pada penderitaannya gagasan tentang kekekalan, dan lalu ingatlah bahwa ini, bagaimanapun juga, hanyalah merupakan suatu gambaran, gambaran yang redup, dari neraka!].

Sekarang, apakah api, ulat bangkai, dan kegelapan ini adalah sesuatu yang bersifat hurufiah atau simbol?

a. Ada penafsir yang menganggap bahwa api adalah sesuatu yang hurufiah / bukan simbol. Argumentasinya: “Fire is evidently the only word in human language which can suggest the anguish of perdition. It is the only word in the parable of the wheat and the tares which our Lord did not interpret (Matt. 13:36-43). He said: ‘The field is the world,’ ‘the enemy ... is the devil,’ ‘the harvest is the end of the world,’ ‘the reapers are the angels.’ But we look in vain for such a statement as, ‘the fire is ...’ The only reasonable explanation is that fire is not a symbol. It perfectly describes the reality of the eternal burnings.” [= Api jelas merupakan satu-satunya kata dalam bahasa manusia yang bisa menunjukkan penderitaan dari penghukuman akhir / neraka. Itu adalah satu-satunya kata dalam perumpamaan gandum dan lalang yang tidak ditafsirkan oleh Tuhan kita (Mat 13:36-43). Ia berkata: ‘ladang ialah dunia’, ‘musuh ... ialah Iblis’, ‘waktu menuai ialah akhir zaman’, ‘para penuai ialah malaikat’. Tetapi kita mencari dengan sia-sia pernyataan seperti ini, ‘api ialah ...’. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah bahwa api bukanlah simbol. Itu secara sempurna menggambarkan kenyataan dari pembakaran kekal.] - S. Maxwell Coder, ‘Jude: The Acts of The Apostates’, hal 82.

Mat 13:36-43 - “(36) Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-muridNya datang dan berkata kepadaNya: ‘Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.’ (37) Ia menjawab, kataNya: ‘Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; (38) ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. (39) Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. (40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. (41) Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya. (42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. (43) Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’”.

Saya berpendapat bahwa argumentasi ini tidak kuat dan bisa dijawab dengan mudah. Api tak diberi arti karena apapun yang ada di neraka (juga di surga) tak ada di dunia / alam semesta ini. Jadi, mau disamakan dengan apa?

b. Kebanyakan penafsir beranggapan bahwa semua ini (api, ulat bangkai, kegelapan) adalah simbol!

Pulpit Commentary (tentang Markus 9:43): “They are the symbols of certain dreadful realities; too dreadful for human language to describe or human thought to conceive.” [= Itu adalah simbol-simbol dari kenyataan-kenyataan menakutkan tertentu / yang pasti; terlalu menakutkan untuk digambarkan oleh bahasa manusia ataupun untuk dimengerti / dibayangkan oleh pikiran manusia.] - hal 9.

Barnes’ Notes (tentang Mark 9:44-46): “It is not to be supposed that there will be any ‘real’ worm in hell - perhaps no material fire; nor can it be told what was particularly intended by the undying worm. There is no authority for applying it, as is often done, to remorse of conscience, anymore than to any other of the pains and reflections of hell. It is a mere image of loathsome, dreadful, and ‘eternal’ suffering. In what that suffering will consist it is probably beyond the power of any living mortal to imagine.” [= Tidak boleh dianggap / diduga bahwa di sana akan ada ulat ‘sungguh-sungguh’ dalam dunia - mungkin juga tidak ada api secara materi; juga tak bisa diberitahukan apa yang dimaksudkan secara khusus dengan ulat yang tidak mati. Di sana tidak ada otoritas untuk menerapkannya, seperti yang sering dilakukan, pada penyesalan dari hati nurani, ataupun pada rasa sakit atau perenungan lain manapun dari neraka. Itu adalah semata-mata suatu gambaran yang menjijikkan, menakutkan, dan penderitaan ‘kekal’. Dalam hal penderitaan itu terdiri dari apa, mungkin itu ada di luar kuasa dari manusia fana yang masih hidup untuk membayangkan.].

William Hendriksen (tentang Matius 3:10): “The ‘fire’ into which the unfruitful trees are cast is evidently a symbol of the final outpouring of God’s wrath upon the wicked.” [= ‘Api’ ke dalam mana pohon-pohon yang tidak berbuah dibuang secara jelas merupakan simbol dari pencurahan akhir dari murka Allah kepada orang-orang jahat.].

William Hendriksen (tentang Lukas 16:24): “‘Everlasting fire’ has been prepared ‘for the devil and his angels,’ yet these are spirits. It should be sufficient to conclude from all this that such terms as ‘fire’ and ‘darkness’ should not be taken too literally.” [= ‘Api yang kekal’ telah disiapkan ‘untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya’, tetapi mereka ini adalah roh-roh. Seharusnya cukup untuk menyimpulkan dari semua ini bahwa istilah-istilah seperti ‘api’ dan ‘kegelapan’ tidak boleh diartikan secara terlalu hurufiah.].

Calvin (tentang Matius 3:12): “Many persons, I am aware, have entered into ingenious debates about the eternal ‘fire,’ by which the wicked will be tormented after the judgment. But we may conclude from many passages of Scripture, that it is a metaphorical expression. For, if we must believe that it is real, or what they call material ‘fire,’ we must also believe that the ‘brimstone’ and the ‘fan’ are material, both of them being mentioned by Isaiah. ‘For Tophet is ordained of old; the pile thereof is fire and much wood; the breath of the Lord, like a stream of brimstone, doth kindle it,’ (Isaiah 30:33.) We must explain the ‘fire’ in the same manner as the ‘worm,’ (Mark 9:44, 46, 48:) and if it is universally agreed that the ‘worm’ is a metaphorical term, we must form the same opinion as to the ‘fire.’ Let us lay aside the speculations, by which foolish men weary themselves to no purpose, and satisfy ourselves with believing, that these forms of speech denote, in a manner suited to our feeble capacity, a dreadful torment, which no man can now comprehend, and no language can express.” [= Banyak orang, saya sadari, telah masuk ke dalam debat yang hebat tentang ‘api’ yang kekal, dengan mana orang-orang jahat akan disiksa setelah penghakiman. Tetapi kita bisa menyimpulkan dari banyak text dalam Kitab Suci, bahwa itu merupakan suatu ungkapan yang bersifat kiasan / simbolis. Karena, jika kita harus percaya bahwa itu adalah nyata / sungguh-sungguh, atau apa yang mereka sebut ‘api’ yang bersifat materi, kita juga harus percaya bahwa ‘belerang dan ‘alat penampi’ juga bersifat materi, karena keduanya disebutkan oleh Yesaya. ‘Karena Tophet ditentukan dari jaman dulu; tumpukan itu adalah api dan banyak kayu; nafas Tuhan, seperti suatu sungai belerang, menyalakannya’, (Yes 30:33). Kita harus menjelaskan ‘api’ dengan cara yang sama seperti ‘ulat’ (Mark 9:44,46,48): dan jika disetujui secara universal bahwa ‘ulat’ itu merupakan istilah kiasan / simbolis, kita harus membentuk pandangan yang sama berkenaan dengan ‘api’. Marilah kita mengesampingkan spekulasi, dengan mana orang-orang bodoh melelahkan diri mereka sendiri tanpa guna, dan memuaskan diri kita sendiri dengan percaya, bahwa ungkapan-ungkapan ini menunjukkan, dengan suatu cara yang cocok dari kapasitas kita yang lemah, suatu siksaan yang menakutkan, yang tak ada orang bisa mengertinya sekarang, dan tak ada bahasa / kata-kata bisa menyatakannya.].

Yesaya 30:33 - “Sebab dari dahulu sudah diatur tempat pembakaran - bukankah itu untuk raja - dasarnya dibuat dalam dan lapang, pancakanya penuh api dan kayu; nafas TUHAN menghanguskannya seperti sungai belerang.”.

KJV: ‘For Tophet is ordained of old; yea, for the king it is prepared; he hath made it deep and large: the pile thereof is fire and much wood; the breath of the LORD, like a stream of brimstone, doth kindle it.’.

Dalam LAI maupun KJV tidak ada istilah ‘fan’ [= alat penampi] dalam Yes 30:33. Istilah itu ada dalam Matius 3:12.

Mat 3:12 - “Alat penampi sudah ditanganNya. Ia akan membersihkan tempat pengirikanNya dan mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan.’”.

KJV: ‘Whose fan is in his hand’ [= Alat penampiNya ada dalam tanganNya].

Calvin (tentang Matius 25:41): “‘Into everlasting fire.’ We have stated formerly, that the term ‘fire’ represents metaphorically that dreadful punishment which our senses are unable to comprehend. It is therefore unnecessary to enter into subtle inquiries, as the sophists do, into the materials or form of this ‘fire;’ for there would be equally good reason to inquire about the ‘worm,’ which Isaiah connects with the ‘fire:’ ‘for their worm shall not die, neither shall their fire be quenched,’ (Isaiah 66:24.) ... Under these words, therefore, we ought to represent to our minds the future vengeance of God against the wicked, which, being more grievous than all earthly torments, ought rather to excite horror than a desire to know it.” [= ‘Ke dalam api yang kekal’. Kita telah menyatakan sebelumnya, bahwa istilah ‘api’ mewakili secara simbolis hukuman yang menakutkan itu, yang tidak mampu untuk dimengerti oleh pengertian kita. Karena itu tidaklah perlu untuk masuk ke dalam penyelidikan yang sukar, seperti yang dilakukan oleh para ahli filsafat abad pertengahan, ke dalam materi atau bentuk dari ‘api’ ini; karena kalau demikian di sana juga ada alasan yang sama baiknya untuk menyelidiki tentang ‘ulat’, yang Yesaya hubungkan dengan ‘api’: ‘karena ulatnya tidak akan mati, ataupun apinya akan dipadamkan’, (Yesaya 66:24). ... Karena itu, di bawah kata-kata ini, kita harus menggambarkan pada pikiran kita pembalasan yang akan datang dari Allah terhadap orang-orang jahat, yang, lebih menyedihkan dari semua siksaan duniawi, dan seharusnya lebih membangkitkan rasa takut dari pada suatu keinginan untuk mengetahuinya.].

Catatan: ‘sophist’ = ahli-ahli filsafat abad pertengahan.

Yesaya 66:24 - “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.”.

Anehnya dalam tafsirannya tentang Ibr 10:27 Calvin memberikan arti dari ulat itu!

Calvin (tentang Ibrani 10:27): “But no man doubts but that worm is used metaphorically to designate that dreadful torment of conscience by which the ungodly are gnawed.” [= Tetapi tak seorangpun meragukan bahwa ulat itu digunakan secara kiasan / simbolis untuk menunjukkan siksaan hati nurani yang menakutkan dengan mana orang-orang jahat digerogoti.].

Saya lebih setuju untuk mengatakan tidak tahu tentang arti dari simbol-simbol ini!

Apa alasannya menganggap hal-hal ini sebagai simbol? Alasannya adalah:

(1) Dalam komentar-komentar dari Calvin di atas sudah ia tunjukkan bahwa dalam beberapa ayat yang ia berikan, kata-kata lain yang digunakan, seperti ulat, alat penampi dsb, jelas merupakan simbol. Jadi, tak bisa tidak, api juga merupakan simbol.

(2) ‘api’ dan ‘kegelapan’ tidak mungkin bisa bersatu.

William Hendriksen (tentang Lukas 16:23-24): “But if hell is a place of fire, how can it also be a place of darkness? Are not these two concepts mutually exclusive? Well, not always necessarily. For example, by means of a certain form of radiation people have been seriously burned even though when it happened they were in a dark room. Nevertheless, it is advisable not to speculate. ... It should be sufficient to conclude from all this that such terms as fire and darkness should not be taken too literally. Each in its own way indicates the terrors of the lost in the place from which there is no return.” [= Tetapi jika neraka adalah suatu tempat dari api, bagaimana itu juga bisa merupakan suatu tempat kegelapan? Bukankah dua konsep ini saling bertentangan? Tidak selalu harus bertentangan. Sebagai contoh, dengan cara dari suatu bentuk radiasi tertentu orang-orang telah dibakar secara serius sekalipun pada saat itu terjadi mereka berada di kamar yang gelap. Tetapi, sebaiknya kita tidak berspekulasi. ... Cukuplah untuk menyimpulkan dari semua ini bahwa istilah-istilah seperti api dan kegelapan itu tidak boleh diterima secara terlalu hurufiah. Masing-masing dengan caranya sendiri menunjukkan kengerian dari orang-orang yang terhilang di tempat dari mana tidak ada jalan untuk kembali.].

Catatan: saya menganggap kata-kata William Hendriksen tentang radiasi itu terlalu mengada-ada.

(3) Pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga digunakan simbol.

Wah 21:11-21 - “(11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. (12) Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. (13) Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. (14) Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu. (15) Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. (16) Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. (17) Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat. (18) Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni. (19) Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud, (20) dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril, yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang kesebelas batu lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung. (21) Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”.

Mengapa? Karena bahan-bahan di surga itu jelas tidak ada di dunia, maka dalam menggambarkannya terpaksa digunakan simbol-simbol. Demikian juga dengan neraka.

Calvin memberi komentar tentang kata-kata ‘dapur api’ dalam Mat 13:42 dengan kata-kata sebagai berikut: “This is a metaphorical expression; for, as the infinite glory which is laid up for the sons of God so far exceeds all our senses, that we cannot find words to express it, so the punishment which awaits the reprobate is incomprehensible, and is therefore shadowed out according to the measure of our capacity.” [= Ini merupakan suatu ungkapan yang bersifat kiasan; karena, sebagaimana kemuliaan tak terbatas yang disimpan untuk anak-anak Allah begitu jauh melampaui pengertian / pikiran kita, sehingga kita tidak bisa menemukan kata-kata untuk menyatakannya, demikian juga hukuman yang menantikan orang-orang yang ditentukan untuk binasa tidak bisa dimengerti, dan karena itu dibayangkan / digambarkan sesuai dengan ukuran kapasitas kita.].

Tetapi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan ialah: jangan sekali-kali hal ini membuat saudara menganggap bahwa kalau demikian neraka tidaklah terlalu menakutkan. Pemikiran ‘Toh semua itu hanya simbol, jadi tidak perlu terlalu kita takuti’ adalah pemikiran yang sangat bodoh dan keliru. Perlu saudara ingat bahwa pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga dengan simbol, Kitab Suci menggambarkannya dengan simbol yang indah. Kalau simbolnya indah / mulia, maka aslinya tentu lebih indah / lebih mulia lagi. Sebaliknya pada waktu Kitab Suci menggambarkan tentang neraka, maka Kitab Suci menggunakan simbol-simbol yang mengerikan. Kalau simbolnya mengerikan, maka aslinya tentu lebih mengerikan lagi!

C. H. Spurgeon: “Seek the true Saviour and be not content till thou hast him, for if lost thy ruin will be terrible. Oh, that lake! Have you ever read the words, ‘Shall be cast into the lake of fire, which is the second death’? The lake of fire! and souls cast into it! The imagery is dreadful. ‘Ah,’ says one, ‘that is a metaphor.’ Yes, I know it is, and a metaphor is but a shadow of the reality. Then, if the shadow be a lake of fire, what must the reality be? If we can hardly bear to think of a ‘worm that never dieth,’ and a ‘fire that never shall be quenched,’ and of a lake whose seething waves of fire that dash o’er undying and hopeless souls, what must hell be in very deed? The descriptions of Scriptures are, after all, but condescensions to our ignorance, partial revealings of fathomless mysteries; but if these are so dreadful, what must the full reality be? Provoke it not, my hearers, tempt not your God, neglect not the great salvation, for if you do, you shall not escape.” [= Carilah Juruselamat yang sejati dan janganlah puas sampai engkau memiliki Dia, karena jika engkau terhilang kehancuranmu akan mengerikan. O, lautan itu! Pernahkah engkau membaca kata-kata ‘Akan dilemparkan ke dalam lautan api, yang adalah kematian yang kedua’? Lautan api! dan jiwa-jiwa dilemparkan ke dalamnya! Gambaran ini mengerikan! ‘Ah’, kata seseorang, ‘itu merupakan suatu gambaran / kiasan’. Ya, aku tahu itu, dan suatu kiasan hanyalah merupakan bayangan dari kenyataannya. Jadi, jika bayangannya adalah lautan api, bagaimana kenyataannya? Jika kita hampir tidak tahan untuk memikirkan ‘ulat yang tidak pernah mati’, dan ‘api yang tidak terpadamkan’, dan tentang lautan dengan gelombang apinya yang mendidih yang menghantam jiwa-jiwa yang tidak bisa mati dan tanpa harapan, bagaimana kira-kiranya kenyataan dari neraka? Penggambaran Kitab Suci merupakan suatu penurunan / perendahan pada kebodohan kita, pernyataan sebagian dari misteri yang tidak bisa diukur; tetapi jika ini begitu mengerikan, bagaimana kenyataannya? Para pendengarku, janganlah menggusarkan dan mencobai Allahmu, janganlah mengabaikan keselamatan yang besar, karena jika engkau melakukannya, engkau tidak akan lolos.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 622.

Neraka (6)

3) Semua hukuman ini berlangsung kekal / selama-lamanya.

a) Kekalnya hukuman di neraka, digambarkan oleh Alkitab dengan:

1. Tidak bisanya orang kaya menyeberang ke surga karena adanya jurang yang tidak terseberangi.

Lukas 16:26 - “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”.

Charles Haddon Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its floods could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be made to pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious cataract, man has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the shriek of the locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I saw the first chains which span the deep rift through which the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his suspension bridge across the chasm, and men will soon travel where only that which hath wings could a little while ago have found a way. There is, however, one gulf which no human skill or engineering ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there can be no passage from the one world to the other.” [= Kepandaian manusia telah menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... di sana terbentang suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia yang lain.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 414.

Charles Haddon Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without end.” [= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan, kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian tanpa akhir.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

Charles Haddon Spurgeon: “There is only one thing that I know of in which heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never being spent.” [= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.

2. Bermacam-macam kata-kata di bawah ini:

a. Kata-kata ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat 3:12b Mark 9:43b,48).

b. Kata-kata ‘api yang kekal’ (Matius 25:41 Yudas 7).

c. Kata-kata ‘siksaan yang kekal’ (Matius 25:46).

d. Kata-kata ‘siang malam tidak henti-hentinya’ (Wahyu 14:11).

e. Kata-kata ‘siang malam sampai selama-lamanya’ (Wah 20:10).

f. Kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan mati’ (Markus 9:44,46,48).

‘Api yang tidak bisa padam’ dan ‘ulat yang tidak bisa mati’ diambil dari Yes 66:24 - “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.”.

E. J. Young (vol 3, hal 537) mengatakan bahwa ini jelas menunjuk pada lembah anak HINNOM atau GEHENNA.

Wycliffe Bible Commentary (tentang Markus 9:48): “‘The worm that dieth not’ is a figure of speech drawn from the actual valley of Hinnom, where worms were continually at work. It is a picture of the unending torture and destruction of hell.” [= ‘Ulat yang tidak mati’ merupakan suatu kiasan yang diambil dari lembah Hinnom yang sesungguhnya, dimana ulat-ulat terus menerus bekerja. Itu adalah suatu gambaran tentang siksaan dan penghancuran yang tanpa akhir dari neraka.].

William G. T. Shedd: “Had Christ intended to teach that future punishment is remedial and temporary, he would have compared it to a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not to an unquenchable fire.” [= Andaikata Kristus bermak­sud untuk mengajar bahwa hukuman yang akan datang itu bersi­fat memperbaiki dan sementara, Ia akan membandingkannya dengan ulat yang bisa mati, dan bukannya dengan ulat yang tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang tidak dapat dipadamkan.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.

3. Tidak ada pengurangan ataupun istirahat dari hukuman / penderitaan di neraka, dan ini terlihat dari:

a. Tidak bisanya Lazarus memberi air kepada orang kaya.

Luk 16:24-26 - “(24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”.

Andaikata Lazarus bisa memberikan air itu, itu menunjukkan adanya istirahat dari penderitaan atau pengurangan penderitaan di dalam neraka. Tetapi ternyata hal itu tidak bisa dilakukan.

Charles Haddon Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s torments.” [= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan neraka.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.

b. Wahyu 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.

Kata-kata ‘tidak henti-hentinya’ ini oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘no rest’ [= tidak ada istirahat].

Barnes’ Notes: “‘Day and night’ include all time; and hence, the phrase is used to denote perpetuity - ‘always.’ The meaning here is, that they never have any rest - any interval of pain. This is stated as a circumstance strongly expressive of the severity of their torment. Here, rest comes to the sufferer. The prisoner in his cell lies down on his bed, though hard, and sleeps; the overworked slave has also intervals of sleep; the eyes of the mourner are locked in repose, and for moments, if not hours, he forgets his sorrows; no pain that we endure on earth can be so certain and prolonged that nature will not, sooner or later, find the luxury of sleep, or will find rest in the grave. But it will be one of the bitterest ingredients in the cup of woe, in the world of despair, that this luxury will be denied forever, and that they who enter that gloomy prison sleep no more, never know the respite of a moment, never even lose the consciousness of their heavy doom. Oh how different from the condition of sufferers here! And oh how sad and strange that any of our race will persevere in sin, and go down to those unmitigated and unending sorrows!” [= ‘Siang dan malam’ mencakup semua waktu; dan karena itu, ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan kekekalan - ‘selalu’. Artinya di sini adalah, bahwa mereka tidak pernah mempunyai istirahat apapun - waktu istirahat apapun dari rasa sakit. Ini dinyatakan sebagai suatu keadaan yang menyatakan dengan kuat kekerasan dari siksaan mereka. Di sini, istirahat datang kepada si penderita. Orang-orang yang ada di penjara berbaring di ranjangnya, sekalipun keras, dan tidur; budak yang bekerja kelewat batas juga mempunyai waktu tidur; mata dari orang yang berkabung dikunci dalam tidur, dan untuk suatu waktu, mungkin berjam-jam, ia melupakan penderitaannya; tak ada rasa sakit yang kita tahan di bumi bisa begitu pasti dan diperpanjang sehingga alam tidak, cepat atau lambat, mendapatkan kemewahan dari tidur, atau akan mendapatkan istirahat dalam kuburan. Tetapi akan merupakan salah satu dari unsur-unsur yang paling pahit dalam cawan kesengsaraan, dalam dunia keputus-asaan, bahwa kemewahan ini tidak akan didapatkan selama-lamanya, dan bahwa mereka yang memasuki penjara yang suram tidak akan tidur lagi, tidak pernah mengenal istirahat sejenakpun, bahkan tidak pernah kehilangan kesadaran dari nasib / hukuman mereka yang berat. O alangkah berbedanya dari keadaan dari penderita-penderita di sini! Dan betapa menyedihkan dan aneh bahwa ada siapapun dari bangsa kita akan bertekun dalam dosa, dan turun pada kesedihan / penderitaan yang tak berkurang dan tak ada akhirnya!].

Illustrasi: Seorang wanita yang mau melahirkan anak, juga mengalami kesakitan yang hebat, tetapi rasa sakit itu tidak datang terus menerus. Ada ‘istirahat’ dari rasa sakit itu, dan ini tentu menyebabkan penderitaan itu jauh berkurang dibandingkan kalau sama sekali tidak ada istirahat.

b) Hukuman kekal / selama-lamanya.

Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang bersifat kekal / selama-lamanya, tanpa ada akhir, pengurangan (ingat bahwa hukuman di neraka bukanlah hukuman yang bersifat memperbaiki, tetapi betul-betul hukuman, dan karenanya tidak ada pengurangan) ataupun istirahat dari hukuman tersebut.

Barnes’ Notes (tentang Mat 25:46): “In regard to the meaning of the word ‘everlasting’ in this place, it is to be observed: 1. that the LITERAL meaning of the word expresses absolute eternity - ‘aways being,’ Matt 18:8; 19:16; Mark 3:29; Rom. 2:7; Heb 5:9. 2. that the obvious and plain interpretation of the word demands this signification in this place. The original word - ‎aionion ‎- is employed in the New Testament 66 times. Of these, in 51 instances it is used of the happiness of the righteous; in two, of God’s existence; in six, of the church and the Messiah’s kingdom; and in the remaining seven, of the future punishment of the wicked. If in these seven instances we attach to the word the idea of limited duration, consistency requires that the same idea of limited duration should be given it in the 51 cases of its application to the future glory of the righteous, and the two instances of its application to God’s existence, and the six cases of its appropriation to the future reign of the Messiah and the glory and perpetuity of the church. But no one will presume to deny that in these instances it denotes unlimited duration, and therefore, in accordance with the sound laws of interpretation and of language itself, the same sense of unlimited duration must be given it when used of future punishment - Owen, in loc.” [= Berkenaan dengan arti dari kata ‘kekal’ di tempat ini, harus diperhatikan: 1. bahwa arti HURUFIAH dari kata itu menyatakan ‘kekekalan yang mutlak’ - ‘selalu berada’, Mat 18:8; 19:16; Mark 3:29; Ro 2:7; Ibr 5:9. 2. bahwa penafsiran yang jelas dari kata itu menuntut arti ini di tempat ini. Kata bahasa aslinya - aionion - digunakan dalam Perjanjian Baru 66 kali. Dari 66 kali ini, dalam 51 kejadian itu digunakan tentang kebahagiaan dari orang-orang benar; dalam 2 kejadian, tentang keberadaan Allah; dalam 6 kejadian tentang gereja dan Kerajaan Mesias; dan dalam 7 kejadian sisanya, tentang hukuman yang akan datang dari orang-orang jahat. Jika dalam 7 kejadian ini kita memberikan pada kata itu gagasan / arti tentang masa / waktu yang terbatas, konsistensi menuntut bahwa gagasan / arti yang sama tentang masa / waktu yang terbatas harus diberikan padanya dalam 51 kasus dari penggunaannya pada kemuliaan yang akan datang dari orang-orang benar, dan dalam 2 kasus dari penggunaannya pada keberadaan Allah, dan dalam 6 kejadian dari penggunaannya pada pemerintahan yang akan datang dari sang Mesias dan kemuliaan dan kekekalan dari gereja. Tetapi tak seorangpun akan beranggapan untuk menyangkal bahwa dalam kejadian-kejadian ini kata itu berarti masa / waktu yang tak terbatas, dan karena itu, sesuai dengan hukum-hukum penafsiran yang sehat dan bahasa itu sendiri, arti yang sama tentang masa / waktu yang tak terbatas harus diberikan padanya pada waktu digunakan tentang hukuman yang akan datang - Owen, dikutip di tempat.].

Catatan: bagian yang berwarna hijau tak ada dalam buku fisik dari Barnes’ Notes, tetapi ada dalam Barnes’ Notes dalam PC Study Bible versi 5. Dikatakan dikutip dari buku Owen (John Owen) tetapi tidak diberitahu dalam buku yang mana, sehingga saya tak bisa mengecheck.

Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

Matius 18:8 - “Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.”.

Mat 19:16 - “Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’”.

Markus 3:29 - “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.’”.

Roma 2:7 - “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,”.

Ibrani 5:9 - “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya,”.

Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry God’ [= Orang-orang berdosa dalam tangan Allah yang murka], berkata:

1. “It is everlasting wrath. It would be dreadful to suffer this fierceness and wrath of Almighty God one moment; but you must suffer it to all eternity.” [= Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan untuk menderita kehebatan dan murka Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya sampai seluruh kekekalan.].

2. “... you will absolutely despair of ever having any deliver­ance, any end, any mitigation, any rest at all.” [= ... kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan apapun, akhir apapun, pengurangan / peringanan hukuman apapun, istirahat apapun sama sekali.].

3. “You will know certainly that you must wear out long ages, millions of millions of ages, in wrestling and conflicting with this almighty merciless vengeance; and then when you have so done, when so many ages have actually been spent by you in this manner, you will know that all is but a point to what remains. So that your punishment will indeed be infi­nite.” [= Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini, maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas.].

Catatan: khotbah lengkap dari Jonathan Edwards ini bisa saudara baca di: http://www.jonathan-edwards.org/Sinners.pdf

Neraka (7)

c) Bantahan-bantahan berkenaan dengan hukuman kekal di dalam neraka.

1. Dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.

Bahwa Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tidak percaya akan neraka sebagai tempat hukuman yang bersifat kekal / selama-lamanya, terlihat dari beberapa kutipan dari buku mereka di bawah ini.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Oleh karena itu, Alkitab menjelaskan dengan tandas, bahwa hukuman, bukan penghukuman, yang kekal - adalah kematian yang kedua. Setelah hukuman ini tidak akan ada lagi kebangkitan; efeknya adalah kekal.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Apabila Kristus berbicara mengenai ‘siksaan yang kekal’ maka yang dimaksudkan-Nya bukanlah hukuman yang kekal. ... hukuman (bagi orang jahat) akan abadi juga - yang dimaksudkan bukanlah ketahanan yang abadi dengan kesadaran yang sempurna dan bersifat final. Tamatnya orang-orang yang mengalami siksa kematian yang kedua itu. Kematian ini untuk selama-lamanya, karena dari situ tidak akan ada lagi dan tidak akan dapat lagi kebangkitan yang bagaimanapun. Apabila Alkitab berbicara darihal ‘kelepasan yang kekal’ (Ibr 9:12) dan ‘hukuman kekal’ (Ibr 6:2), yang ditunjukkannya ialah akibat yang kekal dari penebusan dan penghakiman - bukanlah proses yang berkelanjutan tidak ada akhirnya dari penebusan dan penghakiman. Dengan cara yang sama, apabila yang dibicarakan mengenai hukuman yang abadi dan kekal, yang dimaksudkannya ialah hasil akhir dan bukan proses penghukuman itu. Kematian orang jahat itu merupakan kematian yang akhir dan selama-lamanya.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427.

Catatan: perhatikan bahwa dalam kata-kata ‘selama-lamanya’ dan ‘kekal’ yang saya garis-bawahi dan beri warna merah dari kedua kutipan di atas, mereka mengartikannya betul-betul sebagai ‘kekal’!

Juga kalau dilihat dari kedua kutipan di atas, tak terlihat bahwa mereka percaya bahwa orang berdosa akan dimasukkan neraka dan di sana terbakar sampai habis. Mereka hanya mengatakan orang-orang itu mati selama-lamanya dan tidak dibangkitkan.

Tentang tidak adanya kesadaran setelah mati, ini jelas bertentangan frontal dengan cerita Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31), yang jelas-jelas menunjukkan bahwa baik Lazarus (dan Abraham) maupun orang kayanya, sama-sama sadar!!

a. Penafsiran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang kata ‘kekal / selama-lamanya’:

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Perjanjian Baru menggunakan istilah ‘kekal’ dan ‘selama-lamanya’. Istilah ini merupakan terjemahan dari Yunani AIONIOS, diterapkan kepada Tuhan dan juga kepada manusia. Untuk menghindarkan salah pengertian, seseorang harus mengingat bahwa AIONIOS adalah istilah relatif; maknanya ditentukan oleh obyek yang diterangkannya. Jadi, apabila Kitab Suci menggunakan kata AIONIOS (‘selama-lamanya,’ ‘kekal’) mengenai Allah, itu berarti bahwa Ia memiliki eksistensi yang baka - karena Tuhan itu abadi. Tetapi apabila kata ini digunakan untuk manusia yang fana atau makhluk yang dapat binasa, maka yang dimaksudkannya ialah selama orang itu hidup atau benda itu masih ada. ... Apabila hal itu berkaitan dengan Tuhan, maka maknanya adalah mutlak - karena Tuhan itu kekal; apabila itu berkaitan dengan manusia yang fana, maka maknanya terbatas.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427,428.

Tanggapan saya:

(1) Apa dasarnya untuk membedakan istilah itu pada saat diterapkan kepada Allah dan kepada manusia?

(2) Bagaimana kalau istilah itu diterapkan kepada api, setan dsb?

(3) Mengapa kalau orang percaya dikatakan mendapat hidup kekal kok dianggap betul-betul kekal? Mengapa dibedakan penafsiran kata kekal itu untuk ‘hukuman / siksaan kekal’ dan untuk ‘hidup kekal’? Kalau mereka menafsirkan ‘hidup yang kekal’ bagi orang-orang percaya juga dengan cara seperti itu, maka orang-orang percaya hanya akan masuk surga untuk waktu yang terbatas, bukan selama-lamanya? Itu jelas nonsense, dan tidak Alkitabiah.

Matius 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

Dalam ayat ini kata ‘kekal’ jelas menerangkan orang-orang. Yang pertama orang-orang yang tidak percaya, dan yang kedua orang-orang percaya. Apakah mereka mau membedakan dua kata ‘kekal’ ini dalam artinya?

(4) Memang tidak diragukan bahwa kata ‘kekal’ atau ‘selama-lamanya’ sering digunakan dalam arti yang terbatas. Yang membedakan arti kata AIONIOS adalah kontextnya, bukan obyeknya (apakah kata itu diterapkan kepada Allah atau manusia)

(5) Permusnahan / annihilation yang mereka percayai bukan berlaku untuk sementara waktu, tetapi terjadi dalam seketika! Ini bahkan tak cocok dengan tafsiran mereka sendiri tentang kata ‘kekal’ itu!

b. Penafsiran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang ungkapan ‘api kekal’ dalam Yudas 7 dan beberapa ayat lain.

Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Yudas 7, sekadar contoh, mengatakan bahwa Sodom dan Gomora menderita ‘siksaan api kekal.’ Namun demikian kota-kota itu toh tidak terbakar sampai sekarang ini. Petrus mengatakan bahwa api itu membakar kota tersebut menjadi debu, menghukum mereka dengan kebinasaan (2Ptr 2:6). ‘Api kekal’ membakar sampai tidak ada lagi yang tersisa, dan sesudah itu padam (lihat juga Yer 17:27; 2Taw 36:19). Begitu pula Kristus mengirimkan orang jahat masuk ke dalam ‘api kekal’ (Mat 25:41), api itu akan membakar orang jahat dengan ‘api yang tidak terpadamkan’ (Mat 3:12). Api itu padam bila tidak ada lagi sesuatu yang akan dibakarnya.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 427.

2Petrus 2:6 - “dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,”.

Yer 17:27 - “Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan.’”.

2Taw 36:19 - “Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah.”.

Catatan: saya tak mengerti mengapa mereka menggunakan ayat ini, karena yang muncul di sini hanyalah kata ‘api’, bukan ‘api yang kekal’, dan karena itu saya tak merasa perlu mengomentari ayat ini.

Jawaban saya:

Ada 2 penafsiran tentang kata-kata ‘api kekal’ di sini:

(1) Kebanyakan penafsir menganggap bahwa ‘api kekal’ ini menunjuk pada penghukuman terhadap kedua kota itu dengan hujan api dan belerang pada jaman Abraham, yang sampai saat itu bekas-bekasnya masih ada. Dan orang-orang yang menganggap ini sebagai penghukuman terhadap kedua kota itu di masa lampau, pada umumnya menganggap ini sebagai TYPE dari hukuman kekal dalam api neraka.

Calvin (tentang Yudas 7): “And Jude also mentions in what follows, that the fire through which the five cities perished was a type of the eternal fire.” [= Dan Yudas juga menyebutkan dalam apa yang berikut, bahwa api melalui mana lima kota itu binasa adalah suatu TYPE dari api yang kekal.].

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yudas 7): “‘Eternal fire.’ - the lasting marks of the fire that consumed the cities irreparably is a type of the eternal fire to which the inhabitants have been consigned. Bengel translates, ‘Suffering (the) punishment (which they endure) as a sample of the eternal fire which shall consume the wicked.’” [= ‘Api kekal’. - tanda-tanda yang bertahan / permanen dari api yang membakar habis kota-kota itu secara tak bisa diperbaiki merupakan suatu TYPE dari api yang kekal pada mana penduduknya telah diserahkan. Bengel menterjemahkan, ‘Menderita hukuman (yang mereka tahan) sebagai suatu contoh dari api kekal yang akan membakar habis / menghancurkan orang-orang jahat’.].

Barnes’ Notes (tentang Yudas 7): “‎The phrase ‘eternal fire’ is one that is often used to denote future punishment - as expressing the severity and intensity of the suffering. ... As here used, it cannot mean that the fires which consumed Sodom and Gomorrah were literally eternal, or were kept always burning, for that was not true. The expression seems to denote, in this connection, two things: (1) That the destruction of the cities of the plain, with their inhabitants, was as entire and perpetual AS IF the fires had been always burning - the consumption was absolute and enduring - the sinners were wholly cut off, and the cities forever rendered desolate; and (2) that, in its nature and duration, this was a striking emblem of the destruction which will come upon the ungodly. ... If this had not been the case, there was no reason why he should have used the word ‘eternal’ - meaning here ‘perpetual’ - since, if in his mind there was no image of future punishment, all that the argument would have demanded was the simple statement that they were cut off by fire.” [= Ungkapan ‘api kekal’ adalah ungkapan yang sering digunakan untuk menunjuk pada hukuman yang akan datang - sebagai menyatakan kekerasan dan intensitas dari penderitaan itu. ... Pada waktu digunakan di sini, itu tidak bisa berarti bahwa api yang membakar habis Sodom dan Gomora adalah kekal secara hurufiah, atau dijaga supaya tetap menyala, karena itu tidak benar. Ungkapan itu kelihatannya menunjukkan, dalam hubungan ini, 2 hal: (1) Bahwa penghancuran dari kota-kota dari lembah itu, dengan penduduk mereka, adalah sama menyeluruh dan kekalnya SEAKAN-AKAN api itu selalu menyala dari saat itu sampai sekarang - penghancurannya adalah mutlak dan bertahan / permanen - orang-orang berdosa dibunuh / dipotong sepenuhnya / seluruhnya, dan kota-kota itu dibuat gersang / kosong selama-lamanya; dan (2) bahwa, dalam sifat dasar dan lamanya, ini merupakan suatu simbol yang menyolok dari penghancuran yang akan datang kepada orang-orang jahat. ... Seandainya ini bukan kasusnya, di sana tidak ada alasan mengapa ia harus menggunakan kata ‘kekal’ - di sini berarti ‘tanpa akhir’ - karena, jika dalam pikirannya di sana tidak ada gambaran tentang hukuman yang akan datang, semua yang dituntut oleh argumentasi itu adalah suatu pernyataan yang sederhana bahwa mereka dibunuh oleh api.].

(2) ‘Api kekal’ itu menunjuk pada api neraka, karena orang-orang itu memang sudah masuk neraka!

Catatan: Reformed mempercayai bahwa pada saat seseorang mati, jiwa / rohnya langsung, atau masuk surga atau masuk neraka! Tidak ada tempat penantian!

Jadi, orang-orang dari kedua kota itu sudah ada di neraka mulai saat mereka dibinasakan oleh hujan api dan belerang pada jaman Abraham sampai pada saat Yudas menulis suratnya, dan bahkan sampai selama-lamanya.

Jadi ‘kekal’ di sini betul-betul berarti ‘kekal’, tetapi ‘api’ bukan menunjuk pada api dan belerang yang menghancurkan Sodom dan Gomora pada jaman Abraham, tetapi menunjuk pada api neraka.

Kata-kata ‘telah menanggung’ diterjemahkan dari kata Yunani ὑπέχουσαι / HUPEKHOUSAI (dari kata dasar ὑπέχω / HUPEKHO) yang merupakan suatu participle dalam bentuk present! Kalau itu membicarakan hujan api dan belerang pada jaman Abraham maka mestinya digunakan bentuk lampau / aorist!

A. T. Robertson (tentang Yudas 7): “‘Suffering.’ ‎hupechousai‎. Present active participle of ‎hupechoo‎, an old compound, to hold under, often with ‎dikeen ‎(right, justice, sentence 2 Thess 1:9) to suffer sentence (punishment), here only in the New Testament.” [= ‘Menderita’. HUPEKHOUSAI. Present aktif participle dari HUPEKHO, suatu kata gabungan (majemuk?) kuno, menekan / menjaga supaya tetap di bawah, sering dengan DIKEN (kebenaran, keadilan, hukuman 2Tes 1:9) untuk menderita hukuman, hanya di sini dalam Perjanjian Baru.].

UBS NT Handbook Series (tentang Yudas 7): “The verb for ‘undergoing’ is in the present tense, which means that the inhabitants of Sodom are at the moment going through their punishment. Some scholars suggest that there may be a reference here to the Dead Sea, which is 30 miles from Jerusalem and 1,280 feet below sea level. In Jewish tradition the Dead Sea is a result of the destruction by fire of Sodom and Gomorrah and the surrounding cities; it is even believed that these cities continue to burn underground. This is easy to explain, since the Dead Sea is very hot, with the water getting hotter because of hot springs from the bottom. While it is possible and even likely that Jude had this tradition of the Dead Sea in mind, yet he is primarily referring here to the eternal fires of hell, where the people of these cities continue to suffer;” [= Kata kerja untuk ‘mengalami / menanggung’ ada dalam present tense, yang berarti bahwa penduduk Sodom pada saat itu sedang melalui penghukuman mereka. Beberapa sarjana mengusulkan bahwa bisa ada suatu referensi di sini pada Laut Mati, yang berada 30 mil dari Yerusalem dan 1280 kaki di bawah permukaan laut. Dalam tradisi Yahudi Laut Mati adalah hasil dari penghancuran Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya oleh api; bahkan dipercaya bahwa kota-kota ini terus terbakar di bawah tanah. Ini mudah untuk menjelaskan, karena Laut Mati sangat panas, dengan air menjadi lebih panas karena sumber-sumber panas dari dasar. Sekalipun adalah mungkin bahwa Yudas mempunyai tradisi Laut Mati ini dalam pikirannya, tetapi di sini ia terutama sedang menunjuk pada api kekal dari neraka, dimana orang-orang dari kota-kota ini terus menderita;].

Thomas Manton (tentang Yudas 7):

· “the temporal judgment making way for eternal,” [= penghakiman sementara membuka jalan untuk yang kekal,] - hal 220.

· “The wicked Sodomites were not only burnt up by that temporal judgment, but cast into hell, which is here called ‘eternal fire.’” [= Orang-orang Sodom yang jahat tidak hanya dibakar oleh penghakiman sementara, tetapi dilemparkan ke dalam neraka, yang di sini disebut ‘api yang kekal’.] - hal 225.

Matthew Henry (tentang Yudas 7): “These lusts consumed the Sodomites with fire from heaven, and they are now ‘suffering the vengeance of eternal fire;’” [= Nafsu-nafsu ini membakar habis orang-orang Sodom dengan api dari langit / surga, dan mereka sekarang sedang ‘menderita / mengalami pembalasan api kekal’;].

Bagaimana kalau Yudas 7 ini dihubungkan dengan 2Pet 2:6?

2Petrus 2:6 - “dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,”.

2Pet 2:6 kelihatannya memang menunjukkan hanya hukuman sementara atas Sodom dan Gomora. Sekalipun memang 2Pet 2 sangat paralel / mirip sekali dengan seluruh surat Yudas, tetapi tidak berarti keduanya sama persis. Jadi bisa saja 2Pet 2:6 membicarakan hukuman sementara atas kota-kota itu, sedangkan Yudas 7 membicarakan hukuman kekal mereka.

Sekarang bagaimana dengan Yer 17:27?

Yeremia 17:27 - “Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan.’”.

KJV: ‘and it shall not be quenched’ [= dan itu tidak akan dipadamkan].

RSV: ‘and shall not be quenched’ [= dan tidak akan dipadamkan].

NIV: ‘an unquenchable fire’ [= suatu api yang tidak bisa dipadamkan].

NASB: ‘and not be quenched’ [= dan tidak dipadamkan]

Dalam bahasa Ibraninya kata-katanya hanyalah ‘tidak akan dipadamkan’, bukannya ‘tidak bisa padam’ seperti dalam terjemahan NIV. Dari banyak versi Alkitab bahasa Inggris yang saya gunakan NIV adalah satu-satunya yang menterjemahkan seperti itu.

Api yang tidak dipadamkan bisa padam sendiri. Ini berbeda dengan ungkapan dalam Perjanjian Baru tentang api neraka yang dikatakan ‘tidak bisa padam’.

Mat 3:12b - “... debu jerami itu akan dibakarnya dengan api yang tidak terpadamkan”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘unquenchable fire’ [= api yang tidak bisa dipadamkan].

Bandingkan dengan ayat paralelnya dalam Luk 3:17 yang juga menggunakan kata yang sama.

Lukas 3:17 - “Alat penampi sudah di tanganNya untuk membersihkan tempat pengirikanNya dan untuk mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan.’”.

KJV: ‘fire unquenchable’ [= api yang tidak bisa dipadamkan].

RSV/NIV/NASB: ‘unquenchable fire’ [= api yang tidak bisa dipadamkan].

Tetapi argumentasi ini tidak bisa digunakan untuk ulat yang tak akan mati.

Yesaya 66:24 - “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.”.

Api yang tidak dipadamkan bisa padam sendiri, tetapi ‘ulat yang tidak akan mati’ sama dengan ‘ulat yang tidak bisa mati’.

Disamping itu, Mark 9:48 tetap menggunakan istilah ‘api yang tidak dipadamkan’, bukan ‘api yang tidak bisa dipadamkan’.

Markus 9:48 - “di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”.

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘is not quenched’ [= tidak dipadamkan].

Karena itu, mungkin tetap harus diartikan seperti yang di atas: kontext menentukan apakah artinya sementara atau kekal.

Contoh lain yang berikan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah Yes 34:9-10 (‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428).

Yes 34:9-10 - “(9) Sungai-sungai Edom akan berubah menjadi ter, dan tanahnya menjadi belerang; negerinya akan menjadi ter yang menyala-nyala. (10) Siang dan malam negeri itu tidak akan padam-padam, asapnya naik untuk selama-lamanya. Negeri itu akan menjadi reruntuhan turun-temurun, tidak ada orang yang melintasinya untuk seterusnya.”.

Ay 10 (KJV): ‘It shall not be quenched night nor day; the smoke thereof shall go up for ever: from generation to generation it shall lie waste; none shall pass through it for ever and ever.’ [= Itu tidak akan dipadamkan malam / petang atau siang / pagi; asapnya akan naik ke atas selama-lamanya: dari generasi ke generasi itu akan ditinggalkan; tak seorangpun akan melaluinya untuk selama-lamanya.].

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Edom telah dibinasakan, akan tetapi tidak terus menyala sampai sekarang. Kata ‘selama-lamanya’ di sini digunakan untuk menyatakan sampai kehancuran itu sempurna betul.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428.

Mereka lalu mengutip Kel 21:6 1Sam 1:22 Yun 2:6 Filemon 15 Maz 92:7 Mal 4:1 dimana kata ‘selama-lamanya’ digunakan dalam arti terbatas.

Keluaran 21:6 - “maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.”.

KJV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].

RSV/NIV: ‘for life’ [= untuk seumur hidup].

NASB: ‘permanently’ [= secara permanen].

1Samuel 1:22 - “Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: ‘Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di sana seumur hidupnya.’”.

KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].

NIV: ‘always’ [= selalu].

NASB: ‘forever’ [= selama-lamanya].

Yun 2:6 - “di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku.”.

KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].

NIV/NASB: ‘forever’ [= selama-lamanya].

Filemon 15 - “Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,”.

KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].

NIV: ‘for good’ [= selama-lamanya].

NASB: ‘forever’ [= selama-lamanya].

Mazmur 92:8 - “Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.”.

KJV/RSV: ‘for ever’ [= untuk selama-lamanya].

NIV: ‘forever’ [= selama-lamanya].

NASB: ‘forevermore’ [= untuk selama-lamanya].

Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.”.

Catatan: ayat ini sudah saya bahas dalam pembahasan yang lalu, dan tak perlu saya ulang di sini.

Semua argumentasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang kata ‘selama-lamanya’ atau ‘kekal’ sudah saya bahas di atas, dan karena itu tak perlu saya ulang lagi.

c. Argumentasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang pembinasaan dari HADES.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Sekali orang jahat - Setan, malaikat-malaikat jahat umat yang tidak bertobat - dibinasakan oleh api, baik akar maupun cabangnya, maka tidak ada guna lagi maut maupun hades (baca bab 25). Ini juga akan dibinasakan Tuhan selama-lamanya (Why 20:14).” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 428.

Wahyu 20:14 - “Lalu maut dan kerajaan maut (Yunani: HADES) itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.”.

Tanggapan saya:

HADES di sini berarti ‘keadaan kematian’, bukan ‘neraka’, seperti dalam terjemahan KJV!

Wah 20:14 (KJV): ‘And death and hell were cast into the lake of fire. This is the second death.’ [= Dan kematian dan neraka dilemparkan ke dalam lautan api. Ini adalah kematian kedua.].

Terjemahan ‘hell’ [= neraka] ini pasti salah, dan setahu saya KJV adalah satu-satunya yang menterjemahkan seperti ini. Versi-versi bahasa Inggris yang lain, termasuk NKJV, membiarkan kata ini tidak diterjemahkan (HADES). Lalu apa arti kata HADES itu di sini?

William Hendriksen (tentang Wah 1:18): “It is evident that the term ‘Hades’ as used here cannot mean hell or grave. It signifies the state of disembodied existence. It refers to the state of death which results when life ceases and when body and soul separate. Thus Hades always follows death (Rev. 6:8).” [= Adalah jelas bahwa istilah ‘Hades’ seperti yang digunakan di sini tidak bisa berarti ‘neraka’ atau ‘kuburan’. Itu menunjuk pada keadaan keberadaan tanpa tubuh. Itu menunjuk pada keadaan kematian yang terjadi pada waktu kehidupan berhenti dan pada waktu tubuh dan jiwa terpisah. Karena itu, Hades selalu mengikuti maut / kematian (Wah 6:8).] - ‘More Than Conquerors’, hal 57.

Wahyu 6:8 - “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi.”.

Catatan: dalam pembahasannya tentang kata ‘HADES’ dalam Wah 20:14, William Hendriksen menyuruh para pembacanya melihat tentang tafsirannya akan kata itu dalam Wah 1:18 dan Wah 6:8. Jelas bahwa ia memberikan arti yang sama tentang kata ‘Hades’ itu dalam ketiga ayat ini. Ia lalu melanjutkan dengan kata-katanya di bawah ini.

William Hendriksen (tentang Wah 20:14): “Death, the separation of soul and body, and Hades, the state of separation, now cease. Neither in the new heaven nor upon the new earth nor even in hell will there ever be a separation between body and soul after Christ’s second coming for judgment. Therefore, symbolically speaking, Death and Hades - now personified - are hurled into the lake of fire.” [= Kematian, perpisahan dari jiwa dan tubuh, dan Hades, keadaan perpisahan, sekarang berhenti. Baik dalam surga / langit yang baru ataupun di bumi yang baru ataupun bahkan dalam neraka tidak akan pernah ada suatu perpisahan antara tubuh dan jiwa setelah kedatangan Kristus yang kedua untuk penghakiman. Karena itu, berbicara secara simbolis, Kematian dan Hades - sekarang dipersonifikasikan - dilemparkan ke dalam lautan api.] - ‘More Than Conquerors’, hal 196.

George Eldon Ladd (tentang Wah 20:14): “John means to affirm the final and complete destruction of death and the grave.” [= Yohanes bermaksud untuk menegaskan penghancuran yang akhir dan lengkap / sempurna dari kematian dan kubur.] - hal 274.

Catatan: Ladd menganggap bahwa ‘Hades’ menunjuk pada ‘kubur’.

d. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa ajaran tentang siksaan kekal membuat orang menolak kekristenan.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh: “Pandangan mengenai sifat Tuhan diputarbalikkan karena perbuatan jemaat ini, dan doktrin purgatori (api penyucian) dan siksaan yang kekal telah membuat orang menolak kekristenan.” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 191.

Jawaban saya:

(1) Tentang api penyucian, itu bukan urusan kita, karena itu merupakan ajaran Gereja Katolik dan kita tidak mempercayainya.

(2) Enak saja mereka bicara tanpa dasar apapun. Mana buktinya bahwa ajaran tentang siksaan kekal menyebabkan orang menolak kekristenan?

(3) Seandainya kata-kata mereka ini benar, apakah kita harus mengubah ajaran supaya diterima oleh banyak orang? Doktrin Allah Tritunggal juga membuat banyak orang tidak mau jadi Kristen! Doktrin tentang salib juga sama saja! Haruskah kita ubah supaya banyak orang mau menerimanya? Yang penting adalah benar atau tidak, dan kalau memang benar, apakah orang mau menerima atau tidak, itu bukan urusan kita. Urusan kita adalah memberitakan kebenaran!

Bdk. 1Kor 1:22-24 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”.

Neraka (8)

2. Dari Saksi-Saksi Yehuwa.

Mirip dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Saksi Yehuwa tidak mempercayai adanya neraka, dan mereka percaya orang-orang berdosa nanti hanya dimusnahkan.

a. Bagaimana C. T. Russell, pendiri Saksi Yehuwa, bisa tidak mempercayai neraka.

Saksi-Saksi Yehuwa:

“Orang-tua Charles dengan tulus mempercayai kredo-kredo gereja Susunan Kristen dan membesarkan dia agar menganutnya juga. Maka, Charles muda diajar bahwa Allah adalah kasih, namun bahwa Ia telah menciptakan manusia dengan kodrat tidak berkematian dan telah menyediakan tempat dengan api yang bernyala-nyala yang di dalamnya Allah akan menyiksa semua orang selama-lamanya kecuali mereka yang telah ditakdirkan untuk diselamatkan. Gagasan demikian mengguncangkan hati remaja Charles yang jujur. Ia bernalar, ‘Allah yang menggunakan kuasa-Nya untuk menciptakan insan manusia yang telah Ia ketahui sebelumnya dan telah Ia takdirkan untuk disiksa selama-lamanya, tidaklah mungkin bersifat bijaksana, adil atau pengasih. Standar-Nya akan lebih rendah daripada standar banyak manusia.’” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 43.

Catatan: jadi bukan sekedar doktrin tentang neraka yang menyebabkan ia menjadi sesat, tetapi juga doktrin tentang Predestinasi dan Reprobation [= Penentuan binasa] dari Calvinisme / Reformed.

Saksi-Saksi Yehuwa:

“Apa yang akan terjadi di masa depan atas orang-orang yang tidak menerima persediaan Allah untuk keselamatan merupakan hal yang sangat memprihatinkan bagi C. T. Russell sejak ia masih muda. Ketika masih remaja, ia mempercayai apa yang dikatakan para pemimpin agama mengenai api neraka; ia mengira bahwa mereka memberitakan Firman Allah. Ia pergi pada waktu malam dan menuliskan ayat-ayat Alkitab dengan kapur di tempat-tempat yang mencolok agar para pekerja yang lewat di sana dapat diperingatkan dan diselamatkan dari malapetaka yang mengerikan dalam siksaan kekal. Belakangan, setelah ia melihat sendiri apa yang sebenarnya Alkitab ajarkan, seorang rekannya mengutip kata-katanya, ‘Jika Alkitab memang mengajarkan bahwa siksaan kekal adalah nasib yang akan dialami semua orang kecuali orang-orang suci, hal itu harus diberitakan - ya, dipekikkan dari bubungan-bubungan rumah setiap minggu, hari, dan jam; jika Alkitab tidak mengajarkan hal itu, fakta itu harus diumumkan, dan noda kotor yang tidak menghormati nama Allah yang suci dihapuskan.’” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 126

Saksi-Saksi Yehuwa:

“Sementara ia masih mencari kebenaran, pada suatu sore tahun 1869, sesuatu terjadi yang meneguhkan kembali iman Charles yang sedang goyah. Ketika ia sedang berjalan dekat toko milik keluarga Russell di Federal Street, ia mendengar nyanyian keagamaan dari sebuah ruangan bawah tanah. Inilah yang terjadi menurut penuturannya sendiri. ‘Suatu sore, rupanya secara kebetulan, saya mampir ke sebuah ruangan yang berdebu dan suram, yang saya dengar menjadi tempat diadakannya kebaktian agama, untuk mengetahui apakah segelintir orang yang bertemu di sana memiliki sesuatu yang dapat ditawarkan, yang lebih masuk akal daripada kredo-kredo dari gereja-gereja besar. Di sanalah, untuk pertama kalinya, saya mendengar sesuatu berkenaan pandangan Adven Kedua (Gereja Kristen Adven), dengan pengkhotbahnya Tn. Jonas Wendell ... Demikianlah, saya mengakui bahwa saya berutang budi kepada para penganut Adven dan juga kepada aliran-aliran lain. Walaupun penjelasan Alkitab yang disampaikannya tidak sepenuhnya jelas, ... itu cukup, di bawah Allah, untuk meneguhkan kembali iman saya yang sedang goyah akan ilham ilahi dari Alkitab, dan untuk memperlihatkan bahwa catatan yang dibuat oleh para rasul dan para nabi berkaitan tanpa dapat dipisahkan. Apa yang saya dengar membuat saya belajar Alkitab dengan semangat dan perhatian yang lebih besar daripada sebelumnya, dan saya senantiasa bersyukur kepada Tuhan atas bimbingan itu; karena walaupun Adventisme tidak membantu saya menemukan satupun kebenaran, namun saya telah banyak dibantu untuk belajar meninggalkan kekeliruan, dan dengan demikian mempersiapkan saya untuk Kebenaran.’” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 43-44.

Saksi-Saksi Yehuwa:

“Sejak awal penelitiannya akan Alkitab, C. T. Russell mengerti dengan jelas bahwa neraka bukan suatu tempat siksaan bagi jiwa-jiwa setelah kematian. Ia kemungkinan besar dibantu oleh George Storrs dalam hal ini, redaktur dari ‘Bible Examiner’, yang saudara Russell sebut dengan penghargaan yang hangat dalam tulisan-tulisannya dan Storrs sendiri telah banyak menulis mengenai apa yang ia pahami dari Alkitab tentang keadaan orang mati.” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 127.

Catatan: George Storrs adalah orang dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Sejarahnya ada di: https://en.wikipedia.org/wiki/George_Storrs

b. Argumentasi-argumentasi dari Saksi Yehuwa yang menentang adanya neraka.

(1) Saksi-Saksi Yehuwa: “Juga, menyiksa seseorang untuk selama-lamanya karena ia bersalah di bumi untuk beberapa tahun bertentangan dengan keadilan.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 89.

Jawaban saya:

Argumentasi ini sepintas lalu kelihatannya logis. Tindakan berdosa itu dilakukan hanya untuk jangka waktu yang relatif singkat, tetapi hukumannya KEKAL. Ini dianggap tidak adil.

Tetapi coba dipikir dengan lebih seksama. Apakah adil itu berarti bahwa lamanya hukuman harus sama dengan lamanya dosa itu dilakukan? Mari kita terapkan itu di dunia ini saja, dan lihat bagaimana hasilnya. Kalau itu adil, itu berarti orang yang memperkosa selama 1 jam, harus masuk penjara 1 jam? Orang yang membunuh hanya membutuhkan waktu satu detik, dan karena itu ia harus masuk penjara selama 1 detik? Saya yakin bahwa hanya dengan menggunakan contoh-contoh ini saja, sudah terlihat dengan jelas kegilaan dari ‘keadilan’ ini!

Adil atau tidak, tergantung apakah hukuman yang diberikan sesuai dengan Undang-undang atau tidak. Kalau sesuai, itu adil. Kalau Undang-undang mengatakan bahwa pemerkosa hukumannya 15 tahun penjara, dan lalu ada pemerkosa dihukum 15 tahun penjara, untuk perkosaan yang ia lakukan hanya untuk waktu 1 jam, maka itu adil!

Dan dalam Undang-undangNya (dalam Alkitab), Allah telah menyatakan banyak kali bahwa orang berdosa yang tidak mempunyai Penebus dosa, akan dihukum secara KEKAL di neraka, sehingga pada waktu itu dilaksanakan, itu adil!

(2) Saksi-Saksi Yehuwa: “Mengarahkan ‘Pipa Air’ ke neraka. Selaras dengan keinginan Saudara Russell yang kuat untuk menghapuskan noda kotor dari nama Allah yang diakibatkan oleh ajaran api neraka siksaan kekal, ia menulis sebuah risalah yang menonjolkan pokok, ‘Apakah Alkitab Mengajarkan Bahwa Siksaan Kekal Adalah Upah Dosa?’ (The Old Theology, 1889) Di dalamnya ia berkata, ‘Teori siksaan kekal mempunyai asal usul kafir, ... Siksaan kekal ditujukan kepada semua orang yang menentang atau menolak wewenang Gereja Roma, dan penderitaan siksaan kekalnya dalam kehidupan sekarang telah mulai, sudah sejak ia memiliki kekuasaan.’ Saudara Russell benar-benar menyadari bahwa kebanyakan orang yang berpikiran sehat tidak sungguh-sungguh mempercayai doktrin api neraka. ... Selama rangkaian debat tersebut, Saudara Russell dengan tegas mempertahankan soal bahwa ‘kematian adalah kematian, dan bahwa orang-orang yang kita kasihi, ketika mereka meninggalkan kita, benar-benar mati, bahwa mereka tidak hidup bersama-sama para malaikat ataupun bersama hantu-hantu di tempat yang tanpa harapan.’ ... Apa yang dinyatakan mengenai Bapa surgawi kita? Bahwa Ia adil, ... Jika memang demikian, dapatkah kita menemukan arti dari istilah itu dan memahami bahwa Allah itu adil namun menghukum makhluk ciptaan-Nya sendiri untuk kekal selama-lamanya, tidak soal apa dosanya? ... Dilaporkan bahwa setelah debat ini, seorang pemimpin agama yang hadir menghampiri Russell dan berkata: ‘Saya senang sekali Saudara dapat mengarahkan pipa air ke neraka dan memadamkan apinya.’” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 128,129,130.

Jawaban saya:

(a) Tentang neraka itu berasal-usul dari kafir, itu jelas merupakan fitnahan, karena dasar ayatnya sangat banyak, dan sudah saya berikan di depan.

(b) Orang berpikiran sehat tidak percaya neraka?? Ini bukan saja bertentangan dengan Alkitab, tetapi juga harus dipertanyakan: ‘pikiran sehat yang bagaimana?’.

(c) Orang-orang mati tak hidup bersama-sama dengan malaikat-malaikat ataupun dengan hantu-hantu, kelihatannya menunjuk pada doktrin ‘sleep of the soul’ [= jiwa yang tidur]. Doktrin ini jelas-jelas bertentangan dengan cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31) yang menunjukkan bahwa baik Lazarus, maupun orang kaya (dan juga Abraham), sadar sepenuhnya, setelah mereka mati!

(d) Kata-kata ‘mengarahkan pipa air ke neraka dan memadamkan apinya’ jelas menunjukkan bahwa orang yang mengucapkannya tak pernah membaca Alkitab, atau membacanya tetapi tidak menghiraukannya. Beberapa ayat Alkitab menyatakan ‘apinya tidak akan padam / tidak terpadamkan’ dan juga ‘api yang kekal’ (Matius 3:12 Matius 18:8 Matius 25:41 Markus 9:43,48)! Bagaimana kata-kata bodoh itu bisa disesuaikan dengan ayat-ayat itu?

(e) Kita tidak mempercayai bahwa Allah menghukum orang dalam neraka secara kekal tidak soal apa dosanya. Kita percaya bahwa dalam neraka ada tingkat hukuman, sehingga Allah tetap adil, karena Ia menghukum setiap orang sesuai dengan dosa-dosanya.

Memang semua orang berdosa ini akan masuk neraka sampai selama-lamanya, tetapi tingkat hukuman masing-masing berbeda, sesuai dengan dosa-dosa mereka. Jadi, lama hukuman sama, yaitu kekal, tetapi tetap ada perbedaan tingkat hukuman di neraka!

Wahyu 22:12 - “‘Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”.

Mazmur 28:4 - “Ganjarilah mereka menurut perbuatan mereka dan menurut kelakuan mereka yang jahat; ganjarilah mereka setimpal dengan perbuatan tangan mereka, balaslah kepada mereka apa yang mereka lakukan.”.

Yeremia 17:10 - “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.’”.

Wahyu 20:12 - “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.”.

Dari semua ayat-ayat di atas ini terlihat bahwa baik dalam menghukum, maupun dalam memberi pahala, Tuhan memberikannya menurut perbuatan / kehidupan orangnya masing-masing (berbeda satu dengan yang lain). Jadi, sekalipun kita percaya bahwa seseorang masuk surga atau neraka hanya tergantung pada fakta apakah ia beriman kepada Kristus atau tidak, tetapi pahala di surga dan tingkat hukuman di neraka, tergantung pada perbuatannya! Keadilan Allah mengharuskan Ia melakukan hal ini!

Justru kalau orang-orang berdosa dimusnahkan, maka tidak ada perbedaan hukuman, sehingga Allah menjadi tidak adil.

(3) Beberapa kutipan di bawah ini, saya kutip dari buku Walter Martin (‘The Kingdom of the Cults’, hal 55-56), yang mengutip dari buku Saksi Yehuwa yang berjudul ‘Let God Be True’:

(a) “Who is responsible for this God-defaming doctrine of a hell of torment? The promulgator of it is Satan himself. His purpose in introducing it has been to frighten the people away from studying the Bible and to make them hate God.” [= Siapa yang bertanggung-jawab untuk doktrin yang mencemarkan / memalukan Allah tentang suatu neraka penyiksaan? Pemberita / Pemopuler darinya adalah Iblis sendiri. Tujuannya dalam memperkenalkannya adalah untuk menakut-nakuti orang dari belajar Alkitab dan untuk membuat mereka membenci Allah.] - ‘Let God Be True’, hal 98.

Jawaban saya:

Dalam pelajaran yang lalu sudah kita lihat bahwa orang yang paling banyak mengajarkan tentang neraka adalah Yesus sendiri!

Setan justru paling senang kalau ada orang yang menerima bujukannya bahwa neraka itu tidak ada. Dengan demikian, orang akan berbuat dosa semau-maunya.

Bdk. 1Korintus 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’.”.

(b) “Imperfect man does not even torture a mad dog, but kills it. And yet the clergymen attribute to God, who is love, the wicked crime of torturing human creatures merely because they had the misfortune to be born sinners.” [= Manusia yang tidak sempurna tidak akan menyiksa anjing yang gila sekalipun, tetapi membunuh­nya. Sekalipun demikian, para pendeta / pastor menghubungkan dengan Allah, yang adalah kasih, perbuatan jahat menyiksa manu­sia, semata-mata karena mereka mengalami kesialan dilahirkan sebagai orang berdosa.] - ‘Let God Be True’, hal 99.

Jawaban saya:

Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa banyak yang hanya menggunakan ilustrasi / logika, tetapi tanpa ayat, seperti argumentasi mereka di sini. Dan apa yang mereka katakan di sini tidak selalu benar. Kalau anjing gila itu menggigit seorang anak sampai mati, sangat memungkinkan kalau orang tua anak itu ingin menyiksa anjing itu untuk waktu yang lama, dan bukan langsung membunuhnya. Saya sendiri sering menyiksa nyamuk dan tikus yang mengganggu saya, kalau saya menangkap mereka hidup-hidup!

Tentang kata-kata ‘semata-mata karena mereka mengalami kesialan dilahirkan sebagai orang berdosa’, perlu diingat bahwa orang-orang dihukum di neraka bukan sekedar karena dosa asal, tetapi karena dosa-dosa yang mereka sendiri lakukan (actual sins). Ini jelas bukan ‘kesialan’, tetapi memang merupakan kesalahan, atau tindakan-tindakan yang melawan Allah, dan memang menyebabkan mereka layak dihukum!

(c) “The doctrine of a burning hell where the wicked are tortured eternally after death cannot be true, mainly for four reasons, (1) because it is wholly unscriptural, (2) it is unreasonable, (3) it is contrary to God’s love, and (4) it is repugnant to justice.” [= Doktrin tentang neraka yang menyala-nyala dimana orang jahat disiksa secara kekal setelah kematian tidak bisa benar, karena empat alasan, (1) karena itu sama sekali tidak alkitabiah, (2) itu tidak masuk akal, (3) itu bertentangan dengan kasih Allah, dan (4) itu menjijikkan / bertentangan dengan keadi­lan.] - ‘Let God Be True’, hal 99.

Jawaban saya:

· Bahwa itu Alkitabiah, sudah saya buktikan dalam pelajaran-pelajaran yang lalu dengan adanya begitu banyak ayat yang berbicara tentang neraka.

· Bahwa itu tidak masuk akal, perlu dipertanyakan: ‘akal siapa?’, dan ‘Apakah akal merupakan standard dari kebenaran?’.

· Bahwa itu bertentangan dengan kasih Allah, perlu diingat bahwa Allah bukan hanya kasih, tetapi juga suci, sehingga Ia membenci dosa, dan juga adil sehingga Ia harus menghukum orang berdosa.

Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.”.

· Tentang keadilan sudah kita bahas di atas. Tidak ada yang tidak adil dengan hukuman kekal di neraka. Justru pemusnahanlah yang tidak adil.

3. Dari kalangan Kristen sendiri: apakah dalam kekekalan masih ada waktu?

Berkenaan dengan hukuman kekal / selama-lamanya, dalam kalangan Kristen sendiri diperdebatkan: apakah dalam kehidupan setelah kematian, masih ada waktu (dan juga ruang)??

William Hendriksen, dalam bukunya yang berjudul ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 72, mengatakan bahwa banyak orang, termasuk seorang ahli theologia Reformed bernama Kuyper, mengatakan bahwa dalam kekekalan nanti tidak ada lagi waktu.

William Hendriksen (tentang Mark 9:43-47): “... it will never end. This teaching of Jesus should not be weakened by the philosophical notion that in the universe on the other side of death or of the final judgment there will be no time. Nowhere, not in Isa. 66:24, nor in Rev. 10:6, correctly translated, is there any ground for this assumption.” [= ... itu tidak akan pernah berakhir. Ajaran Yesus ini tidak boleh dilemahkan oleh gagasan / pikiran yang bersifat filsafat bahwa dalam dunia setelah kematian atau penghakiman akhir, tidak ada lagi waktu. Tidak ada tempat manapun, baik dalam Yes 66:24, ataupun Wah 10:6, yang diterjemahkan secara benar, ada dasar apapun untuk anggapan ini.] - hal 367.

Yesaya 66:24 - “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.”.

Catatan: saya tak mengerti apa sebabnya ia menggunakan ayat ini sebagai referensi, karena kelihatannya tidak ada hubungannya dengan topik yang dibicarakan.

Wah 10:6 (KJV): ‘And sware by him that liveth for ever and ever, who created heaven, and the things that therein are, and the earth, and the things that therein are, and the sea, and the things which are therein, that there should be time no longer:’ [= Dan bersumpah demi Dia yang hidup selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, bahwa di sana tidak akan ada waktu lagi:].

Lenski (tentang Wahyu 10:6): “The tick of the clock that ticked with the first stroke ‘in the beginning’ of Gen. 1:1, when the Eternal One created heaven and earth shall tick for the last time. This most wonderful thing called ‘time,’ itself an astounding creation of God, ever moving, never faster, never slower, shall at last also cease.” [= Detik dari jam yang berdetik dengan detik pertama ‘pada mulanya’ dari Kej 1:1, pada waktu Yang Kekal menciptakan langit dan bumi akan berdetik untuk terakhir kalinya. Hal yang paling hebat yang disebut ‘waktu’, itu sendiri merupakan ciptaan yang mengherankan dari Allah, selalu bergerak, tak pernah lebih cepat, tak pernah lebih lambat, akhirnya juga akan berhenti.].

Tetapi baik Kitab Suci Indonesia maupun Kitab Suci bahasa Inggris yang lain, bukan menterjemahkan ‘time’ [= waktu], tetapi ‘delay’ [= penundaan]!

Wahyu 10:6 (LAI): “dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”

RSV: ‘there should be no more delay’ [= di sana tidak ada penundaan lagi].

NIV: ‘There will be no more delay’ [= Di sana tidak ada penundaan lagi].

NASB: ‘that there will be delay no longer’ [= bahwa di sana tidak ada penundaan lagi].

Memang arti yang umum dari kata Yunaninya, yaitu KHRONOS, adalah ‘time’ [= waktu], tetapi Bible Works 8 mengatakan (soroti kata Yunaninya!) bahwa kata ini juga bisa diterjemahkan ‘respite’, atau ‘delay’.

Matthew Henry (tentang Wahyu 10:6): “2. The matter of the oath: that there shall be time no longer; either, (1.) That there shall be now no longer delay in fulfilling the predictions of this book than (?) till the last angel should sound; then every thing should be put into speedy execution: the mystery of God shall be finished, v. 7. Or, (2.) That when this mystery of God is finished time itself shall be no more, as being the measure of things that are in a mutable changing state; but all things shall be at length for ever fixed, and so time itself swallowed up in eternity.” [= 2. Persoalan dari sumpah: supaya di sana tidak akan ada waktu lagi’; atau, (1.) Supaya sekarang di sana tidak akan ada penundaan lebih lama dalam penggenapan dari ramalan-ramalan dari kitab ini sampai malaikat-malaikat terakhir membunyikan (sangkakala); maka segala sesuatu harus dilaksanakan dengan cepat: misteri Allah harus diselesaikan, ay 7. Atau, (2.) Supaya pada waktu misteri Allah ini diselesaikan waktu itu sendiri akan tidak ada lagi, karena merupakan ukuran dari hal-hal yang ada dalam keadaan terus menerus berubah; tetapi segala sesuatu akhirnya akan ditetapkan selama-lamanya, dan dengan demikian waktu itu sendiri ditelan dalam kekekalan.].

Catatan: Matthew Henry memberi 2 kemungkinan tafsiran. Ia masih membuka peluang untuk teori yang mengatakan ‘dalam kekekalan tidak ada lagi waktu’.

A. T. Robertson (tentang Wah 10:6): “‎this does not mean that ‎chronos ‎(time), ... will cease to exist, but only that there will be no more delay in the fulfillment of the seventh trumpet (Rev 10:7), in answer to the question, ‘How long?’ (Rev 6:10).” [= Ini tidak berarti bahwa KHRONOS (waktu), ... akan berhenti ada, tetapi hanya bahwa disana tidak lagi akan ada penundaan dalam penggenapan dari sangkakala ketujuh (Wah 10:7), sebagai jawaban terhadap pertanyaan ‘Berapa lamakah lagi?’ (Wah 6:10).]

Adam Clarke (tentang Wahyu 10:6): “‘That there should be time no longer.’ That the great counsels relative to the events already predicted should be immediately fulfilled, and that there should be no longer delay. This has no reference to the day of judgment.” [= ‘Di sana tidak akan ada waktu lagi’ (KJV). Supaya rencana-rencana yang agung berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang sudah diramalkan akan / harus segera digenapi, dan supaya di sana tidak akan / boleh ada penundaan lebih lama lagi. Ini tidak berhubungan dengan hari penghakiman.].

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Wah 10:6): “‘That there should be time no longer.’ - ‘that time (i.e., an interval) no longer shall be.’ The martyrs shall have no longer to wait for the accomplishment of their prayers for the purgation of the earth by judgments to remove their and God’s foes from it (Rev 6:11). The appointed time of delay is at an end [the same Greek is here as in Rev 6:11, ‎chronos‎]. Not, time shall end and eternity begin.” [= ‘Bahwa di sana waktu tidak akan ada lagi’. - ‘bahwa waktu (yaitu, suatu interval / jangka waktu) tak akan ada lagi’. Para martir tidak akan harus menunggu lebih lama untuk penggenapan dari doa-doa mereka untuk pemurnian dari bumi oleh penghakiman untuk menyingkirkan musuh-musuh mereka dan Allah darinya (Wah 6:11). Waktu yang ditetapkan tentang penundaan ada pada akhir (kata Yunani yang sama ada di sini seperti dalam Wah 6:11, KHRONOS). Bukan, ‘waktu akan berakhir dan kekekalan mulai.’].

Wahyu 6:11 - “Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu (KHRONOS) lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.”.

a. Barnes menganggap bahwa kata Yunani KHRONOS bisa berarti ‘waktu secara umum’ atau ‘suatu jangka waktu tertentu’. Arti yang mana yang harus dipilih harus ditentukan dari keadaan-keadaan yang berhubungan.

b. Barnes juga mengatakan bahwa kata Yunani KHRONOS sebetulnya tidak pernah berarti ‘delay’ [= penundaan], dan hanya bisa diartikan seperti itu, karena suatu ‘delay’ [= penundaan] menempati suatu jangka waktu tertentu, tetapi arti ini tak dijumpai dalam Perjanjian Baru. Tetapi kata kerjanya yaitu KHRONIZO, yang berarti ‘to linger’ [= berlambat-lambat], ‘to delay’ [= menunda], ‘to be long in coming’ [= lama datangnya] ada dalam Mat 25:5 dan Luk 1:21.

Matius 25:5 - “Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga (KHRONIZONTOS), mengantuklah mereka semua lalu tertidur.”.

KJV: ‘tarried’ [= menunggu / menunda].

RSV: ‘was delayed’ [= tertunda].

NIV: ‘was a long time in coming’ [= lama datangnya].

NASB: ‘was delaying’ [= menunda].

Luk 1:21 - “Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada (KHRONIZEIN) dalam Bait Suci.”.

KJV: ‘he tarried so long’ [= ia menunggu / menunda / tinggal begitu lama].

RSV/NASB: ‘his delay’ [= penundaannya].

NIV: ‘he stayed so long’ [= ia tinggal begitu lama].

c. Di sini ayat / anak kalimat itu tak bisa diartikan bahwa ‘waktu tidak ada lagi’, karena:

(1) Saat itu belum akhir dari urusan-urusan manusia.

(2) Malaikat itu lalu melanjutkan dengan mengatakan apa yang akan terjadi setelah itu (Wah 10:7-dst.).

(3) Bunyi sangkakala dari malaikat yang ketujuh belum terjadi.

d. Tetapi, sekalipun Barnes menganggap bahwa Wahyu 10:6 tidak menunjukkan bahwa pada saat itu waktu akan berhenti / hilang, tetapi kelihatannya ia beranggapan bahwa nanti (setelah malaikat ke tujuh meniup sangkakalanya) waktu memang akan hilang / berhenti ada. Ini kelihatannya merupakan maksudnya dari point (e) khususnya kalimat terakhir yang saya garis-bawahi dari kutipan dari dia (warna ungu).


Sekarang saya kembali kepada William Hendriksen. Dan dalam buku yang sama hal 73, William Hendriksen memberikan dua kutipan dari 2 orang ahli theologia Reformed, yaitu Vos dan Bavinck, yang akan saya berikan di bawah ini:

Kutipan dari Vos: “Paul nowhere affirms that to the life of man, after the close of this aeon, no more duration, no more divisibility in time-units shall exist. Life so conceived is plainly the prerogative by nature of the Creator: to externalize the inhabitants of the coming aeoon in this sense would be equivalent to deifying them, a thought whose place is in a pagan type of speculation but not within the range of biblical religion” [= Paulus tidak menegaskan dimanapun bahwa bagi hidup manusia, setelah akhir dari jaman ini, tidak ada lagi masa / durasi, tidak ada lagi ke-dapat-dibagi-an dalam unit-unit waktu akan ada. Kehidupan yang dimengerti seperti itu dengan jelas merupakan hak istimewa secara alamiah dari sang Pencipta: mengekalkan / menjadikan kekal penghuni-penghuni dari jaman yang akan datang dalam arti ini adalah sama dengan mendewakan mereka / menjadikan mereka Allah, suatu pemikiran yang tempatnya adalah dalam suatu type spekulasi kafir tetapi bukan dalam jenis / kelas dari agama yang Alkitabiah] - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.

Kutipan dari Bavinck: “Those who have died remain finite and limited beings and cannot exist in any other way than in space and time. The measurement of space and the computation of time, to be sure, will be entirely different on the other side of the grave than they are here, where miles and hours are our standard of measurement. But even the souls that dwell there will not become eternal and omnipresent like God ... They are not raised above every form of time, that is, above time in the sense of succession of moments.” [= Mereka yang telah mati tetap adalah makhluk-makhluk yang terbatas dan tidak bisa berada dengan cara lain apapun dari pada dalam ruang dan waktu. Ukuran ruang dan perhitungan waktu jelas akan berbeda pada sisi lain dari kubur dari pada mereka di sini, dimana mil-mil dan jam-jam adalah standard ukuran kita. Tetapi bahkan jiwa-jiwa yang tinggal di sana tidak akan menjadi kekal dan maha hadir / maha ada seperti Allah ... Mereka tidak diangkat mengatasi setiap bentuk dari waktu, artinya, di atas waktu dalam arti penggantian / urut-urutan dari saat-saat.] - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73.

William Hendriksen: “So, when the question is asked, ‘Is there time in heaven?’ namely, in the sense of movement from the past, into the present, into the future - call it duration or succession of movements -, the answer must be, ‘Yes.’ When the further question is asked, ‘Will it in every respect be time as we now know it (that is, will it be measured by our present earthly standards?), the answer will have to be ‘No.’” [= Jadi, pada waktu suatu pertanyaan ditanyakan, ‘Apakah ada waktu di surga?’ yaitu, dalam arti dari pergerakan / perpindahan dari lampau, ke dalam saat ini / present, ke dalam yang akan datang - sebutlah itu masa / durasi atau penggantian / urut-urutan dari pergerakan / perpindahan -, jawabannya haruslah ‘Ya’. Pada waktu pertanyaan selanjutnya ditanyakan, ‘Apakah itu dalam setiap hal adalah waktu yang kita kenal sekarang ini (yaitu, apakah waktu itu akan diukur oleh standard duniawi kita sekarang ini?), jawabannya harus adalah ‘Tidak’.] - ‘The Bible on the Life Hereafter’, hal 73-74.

2 hal terakhir di atas ini, yaitu bahwa penderitaan di neraka itu luar biasa hebatnya dan bersifat kekal / selama-lamanya, membuat neraka itu luar biasa mengerikan. Andaikata penderitaannya hebat tetapi bersifat sementara, atau penderitaannya kekal tetapi tidak terlalu hebat, maka mungkin neraka tidaklah terlalu mengerikan. Tetapi kombinasi / gabungan dari 2 hal itu betul-betul menyebabkan neraka itu sangat mengerikan.

Satu hal lagi yang saudara perlu ingat adalah: kalau kita sedang senang / mengalami sesuatu yang enak, maka waktu terasa berlalu dengan cepat. Sebaliknya, kalau kita sedang menderita / sakit, maka waktu terasa begitu lama. Jadi sebetulnya, kalaupun hukuman di neraka itu berlangsung ‘hanya’ 100 tahun saja, maka karena penderitaan yang luar biasa hebatnya itu, waktu yang 100 tahun itu akan terasa seperti selama-lamanya / kekal. Apalagi kalau hukuman di neraka itu memang bersifat kekal; jadi berapa lama rasanya?

Karena itu tidak heran kalau Yesus berkata tentang Yudas (yang pasti akan masuk neraka) sebagai berikut: “... celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’” (Matius 26:24).

NERAKA (9)

VI) Yesus sudah memikul hukuman neraka.

Yesus jelas sudah memikul hukuman neraka. Karena kalau tidak, maka semua orang tanpa kecuali harus masuk neraka! Tetapi kapan dan dengan cara bagaimana?

Mari kita memperhatikan satu anak kalimat dari 12 Pengakuan Iman Rasuli:

1. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

2. Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.

3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

4. Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikubur­kan, TURUN KE DALAM NERAKA / KERAJAAN MAUT.

5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

6. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.

7. Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

8. Aku percaya kepada Roh Kudus.

9. Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.

10. Pengampunan dosa.

11. Kebangkitan orang mati / daging.

12. Dan hidup yang kekal. Amin.

Catatan: dulu disebutkan ‘turun ke neraka’, tetapi belakangan diubah menjadi ‘turun ke dalam kerajaan maut’. Tetapi dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli bahasa Inggris tetap ‘descended into hell’ [= turun ke dalam neraka].

Hal-hal yang perlu diketahui tentang anak kalimat ini:

1) Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.

2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam Kitab Suci.

3) Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke dalam kerajaan maut / neraka’:

a) Ada orang-orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke dalam kerajaan maut’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

Penafsiran ini tak cocok dengan kontext dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.

b) Ada juga yang beranggapan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa kita.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

1. Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Lukas 23:43,46).

Luk 23:43,46 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

Catatan: kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’.

Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka (atau ke tempat lain manapun) untuk mengalami siksaan neraka tersebut.

2. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaan aktifNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah sele­sai (yang tersisa hanya kematianNya), sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.

Kalau ternyata setelah mati Yesus harus masuk neraka dan memikul hukuman kita di sana, maka kata-kata ‘Sudah selesai’ itu salah!

c) Calvin.

‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Matius 27:46).

Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.

Ini adalah tafsiran yang saya terima tentang anak kalimat dari 12 Pengakuan Iman Rasuli ini.

Jadi, Yesus memikul hukuman neraka pada saat Ia ada di kayu salib, bukan dengan betul-betul pergi ke dalam neraka, tetapi dengan ditinggal oleh BapaNya, yaitu pada waktu Ia berteriak: “ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?” (Matius 27:46).

Kematian yang dialami oleh Kristus memang harus mencakup 2 hal ini:

1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.

2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.

Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).

Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:

a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:

1. Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-kroso­en), atau,

2. Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,

3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yesaya 59:1-2 2Tesalonika 1:9.

Yesaya 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tesalonika 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.

Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘Allah­Ku’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.

Keberatan terhadap pandangan ini:

1. Dalam Lukas 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.

Luk 23:34a,46a - “(34a) Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ ... (46a) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’”.

2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manu­sia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostati­cal / Personal Union (Kesatuan Pribadi) itu hancur, sehingga yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin!

Catatan: kalau mau mengerti lebih jauh tentang hal ini pelajari tulisan saya tentang Kristologi!

3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!

Mazmur 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.

Dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!

Mazmur 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):

“No man can redeem the life OF ANOTHER, or give to God a ransom for HIM; the ransom for a life is cost­ly, no payment is ever enough” [= Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa ORANG LAIN, atau memberi­kan kepada Allah tebusan untuk DIA; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi].

Adam Clarke (tentang Matius 27:46):

“Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined.” [= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tidak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.].

Catatan: kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati! Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.

c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manu­sia.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.

2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan BERSI­FAT LOKAL, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah DALAM PERSOALAN HUBUNGAN / PERSEKUTUAN saja.

Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah SECARA LOKAL dengan Allah, karena Allah yang maha ada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terja­di antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah RUSAKNYA / TIDAK ADANYA HUBUNGAN / PERSEKUTUAN ANTARA MEREKA SECARA KEKAL. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!

Yesaya 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tesalonika 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

Penerapan:

Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).

Yohanes 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”.

Ibrani 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.

Hal-hal yang mendukung pandangan ini:

a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.

b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusanNya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!

Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement [= Penebusan Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design / rancangan penebusan Kristus.

c. Hypostatical / Personal Union (Kesatuan Pribadi) tetap terjaga.

Ingat bahwa dalam 2Tesalonika 1:9, yang sudah kita bahas dalam pelajaran yang lalu, dikatakan bahwa neraka adalah perpisahan kekal dengan Allah! Jadi, pada waktu Yesus terpisah dari Allah, itu adalah neraka bagi Dia.

Pertanyaan: mengapa hukuman neraka YANG KEKAL bisa dipikul oleh Kristus dalam waktu yang singkat?

Jawab: karena ‘besarnya’ Kristus itu! Seandainya Ia adalah manusia biasa, Ia harus memikul hukuman neraka itu juga SECARA KEKAL (dan paling-paling memikul hukuman satu orang!). Tetapi Ia adalah ‘The God-Man’! ‘Kebesaran’Nya menyebabkan Ia bisa memikul hukuman neraka bagi banyak orang dalam waktu yang singkat!

Illustrasi: kalau saudara mempekerjakan seorang anak kecil usia 10 tahun, dengan upah Rp 10.000,- per hari (8 jam) untuk angkat-angkat barang, maka kalau suatu kali anak itu tidak bisa bekerja, dan ayahnya menggantikan pekerjaannya hanya dalam waktu 2 jam, dengan upah yang sama, maka saudara mungkin sekali mau, karena ayahnya yang lebih gede!


Kalau saudara menganggap enteng apa yang Kristus alami pada saat itu, maka perhatikan kata-kata Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed, yang berkata sebagai berikut:

“No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One.” [= Karena itu, tak seorang­pun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Kare­na, yang pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang kedua, tak seorangpun bisa memi­kul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.

VII) Tanggapan kita.

1) Kalau saudara belum percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, maka percayalah kepada Yesus Kristus sekarang juga.

Dia sudah memikul hukuman dosa, termasuk neraka bagi saudara, sehingga kalau saudara percaya kepada Dia, maka saudara akan diampuni dan tidak mungkin dihukum / masuk neraka (Yoh 3:16 Ro 8:1)!

Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.”.

Roma 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus.”.

Mengapakah saudara mau mati dan mende­rita kalau Tuhan menawarkan kehidupan dan kebahagiaan secara cuma-cuma (bdk. Roma 3:24) kepada saudara?

Roma 3:23-24 - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.

Sekarang, selagi saudara masih hidup, masih ada waktu untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Tetapi kalau saudara sudah mati dan masuk ke neraka, tidak ada kesempatan untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Ajaran yang mengatakan bahwa seseorang yang mati tanpa percaya Yesus akan diberi ‘kesempatan yang kedua’ (second chance) karena mereka akan diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat, yang bertentangan dengan:

1. Luk 16:19-31 yang menunjukkan bahwa orang kaya yang telah masuk ke neraka itu menyesal, tetapi tidak ada gunanya.

Lukas 16:23-31 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

2. Mazmur 88:11-13 - “(11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.

Kalau saudara membaca Mazmur 88:11-13 ini, saudara bisa melihat bahwa rentetan pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut semuanya harus dijawab dengan ‘tidak’. Jadi, ay 12nya juga harus dijawab ‘tidak’, dan dengan demikian jelaslah bahwa tidak mungkin Injil diberitakan kepada orang-orang mati.

3. Penekanan Kitab Suci bahwa orang harus bertobat dan percaya Yesus secepatnya.

2Korintus 6:2 - “Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.”.

Calvin (tentang 2Korintus 6:2): “As God specifies a particular time for the exhibition of his grace, it follows that all times are not suitable for that. As a particular day of salvation is named, it follows that a free offer of salvation is not made every day. ... we must keep in view what Paul designs to teach - that there is need of prompt expedition, that we may not allow the opportunity to pass unimproved, inasmuch as it displeases God, that the grace that he offers to us should be received by us with coolness and indifference. ... Unless, however, we embrace the opportunity, we must fear the threatening that Paul brings forward - that, in a short time, the door will be shut against all that have not entered in, while opportunity was afforded.” [= Karena Allah menentukan suatu waktu yang khusus untuk pertunjukan kasih karuniaNya, akibatnya adalah bahwa tidak semua waktu cocok untuk itu. Karena suatu hari keselamatan yang khusus disebutkan, akibatnya adalah bahwa suatu penawaran yang cuma-cuma dari keselamatan tidaklah dibuat setiap hari. ... kita harus terus memperhatikan apa yang Paulus maksudkan untuk ajarkan - bahwa disana ada kebutuhan tentang perjalanan / kecepatan yang mendesak, bahwa kita tidak boleh mengijinkan kesempatan untuk lewat tanpa dimanfaatkan, karena merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan Allah, bahwa kasih karunia yang Ia tawarkan kepada kita, kita terima dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. ... Tetapi kecuali kita memeluk kesempatan itu, kita harus takut terhadap ancaman yang Paulus ajukan - bahwa, dalam waktu yang singkat, pintu akan ditutup terhadap semua orang yang belum masuk, pada waktu kesempatan diberikan.].

Bdk. Yesaya 55:6-7 - “(6) Carilah TUHAN SELAMA Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya SELAMA Ia dekat! (7) Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.”.

Calvin (tentang Yesaya 55:6): “‘The time of finding’ ... as the time when God offers himself to us, as in other passages he has limited a fixed day for his good-pleasure and our salvation. (Isaiah 49:8) ... we ought chiefly to remember that God is sought at a seasonable time, when of his own accord he advances to meet us; for in vain shall indolent and sluggish persons lament that they had been deprived of that grace which they rejected. The Lord sometimes endures our sluggishness, and bears with us; but if ultimately he do not succeed, he will withdraw, and will bestow his grace on others.” [= ‘Waktu penemuan’ ... sebagai waktu pada saat Allah menawarkan diriNya sendiri kepada kita, seperti dalam text-text lain Ia telah membatasi suatu hari yang tertentu untuk perkenanNya yang baik dan keselamatan kita (Yesaya 49:8). ... kita terutama harus ingat bahwa Allah dicari pada waktu yang sesuai, pada waktu dengan persetujuanNya sendiri Ia maju untuk menemui kita; karena dengan sia-sia orang-orang yang lamban dan malas meratap bahwa mereka telah kehilangan kasih karunia itu yang telah mereka tolak. Tuhan kadang-kadang bertahan terhadap kemalasan kita, dan sabar terhadap kita; tetapi jika akhirnya Ia tidak berhasil, Ia akan menarik, dan akan memberikan kasih karuniaNya kepada orang-orang lain.].

Catatan: kata-kata Calvin ini tidak berarti bahwa ia tidak mempercayai doktrin ‘Irresistible Grace’ [= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak]. Saya yakin bahwa di sini ia berbicara dari sudut pandang manusia. Pada waktu Injil diberitakan kepada seseorang, maka dari sudut pandang manusia, orang itu kelihatannya menerima kasih karunia Allah, yang bisa ia terima atau tolak. Tetapi dari sudut pandang Allah, kalau seseorang betul-betul diberi kasih karunia, Allah sendiri akan mengubah hati orang itu (melahir-barukannya) sehingga ia tidak mungkin bisa menolak kasih karunia Allah itu!

4. Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang belum percaya.

Matius 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.

Kalau memang nanti akan ada ‘kesempatan yang kedua’, kita tidak perlu memberitakan Injil pada saat ini. Toh orang yang mati tanpa Kristus akan diinjili oleh Yesus. Tetapi kenyataannya, Yesus memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, dan ini menunjukkan bahwa tidak akan ada kesempatan kedua dalam kehidupan yang akan datang.

Juga kalau kita melihat kitab Kisah Para Rasul, maka terlihat dengan jelas bahwa rasul-rasul dan orang-orang Kristen melakukan penginjilan mati-matian, sekalipun mereka harus disiksa dan bahkan dibunuh. Untuk apa semua ini, kalau nanti ada ‘kesempatan yang kedua’?

5. 2Korintus 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya DALAM HIDUPNYA INI, baik ataupun jahat.”.

KJV: ‘in his body’ [= dalam tubuhnya].
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ [= dalam tubuh].

Jadi, penghakiman akhir jaman hanya didasarkan pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pada waktu masih hidup / pada waktu jiwa / rohnya masih ada dalam tubuhnya. Apapun yang terjadi apapun yang dia lakukan setelah mati / setelah jiwa / rohnya keluar / terpisah dari tubuhnya, tidak mempengaruhi penghakiman yang dilakukan terhadap dia.
Jadi, SEANDAINYA ada penginjilan setelah kematian, dan SEANDAINYA orang mati itu bisa bertobat dan percaya Kristus, itu tetap tidak punya nilai atau manfaat apapun dalam penghakiman akhir jaman.

Jadi, jangan berharap untuk mendapatkan kesempatan bertobat / percaya kepada Yesus setelah saudara mati dan pergi ke neraka. Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sekarang, selagi masih ada kesempatan!

2) Kalau saudara sudah percaya kepada Yesus, maka:

a) Dalam keadaan apapun, termasuk dalam penderitaan, percayalah bahwa Tuhan mengasihi saudara.

Dalam keadaan menderita, kita sering ragu-ragu akan kasih Allah, dan bahkan menganggap Allah tidak mempedulikan kita. Dalam keadaan seperti itu, renungkan kembali bahwa Yesus sudah rela mengalami neraka bagi saudara. Kalau Ia tidak mencintai saudara, untuk apa Ia melakukan hal itu?

b) Isilah hidup sauda­ra dengan pujian dan syukur kepada Tuhan, dan kasihilah Tuhan lebih dari semua, dan berusahalah untuk hidup bagi Tuhan.

c) Beritakanlah Injil kepada orang yang belum percaya, yang masih diancam oleh hukuman kekal di neraka tersebut.

Mengingat neraka itu begitu mengerikan, maka kita harus berusaha untuk menyelamatkan orang-orang di sekitar kita, khususnya keluarga dan teman-teman kita, dari hukuman neraka. Berdoalah untuk mereka, beritakanlah Injil kepada mereka, supaya mereka percaya kepada Yesus dan diselamatkan dari penderitaan kekal di neraka!.9 KHOTBAH TENTANG NERAKA

-AMIN-
Next Post Previous Post