NERAKA: TEMPAT, PENGHUKUMAN, KEKAL DAN UNTUK IBLIS
Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th.
“Bagaimana mungkin Tuhan yang penuh kasih mengirim seseorang ke neraka? Jika Tuhan itu baik, bagaimana mungkin Dia bisa begitu kejamnya menyiksa manusia di neraka? Bagaimana mungkin Tuhan yang kasih dan baik itu membuat neraka yang mengerikan itu? Tuhan tidak adil apabila menghukum dosa yang sementara itu dengan hukuman kekal?” Inilah empat pertanyaan dari banyak pertanyaan yang telah mengusik banyak orang untuk memberi tanggapan."
Mengapa saya perlu membahsa tentang neraka? Kita tahu, beberapa buku terlaris dalam tiga dekade terakhir telah mengeksploitasi pengalaman-pengalaman spiritual dibawa oleh Tuhan untuk melihat surga, atau neraka, atau kedua-duanya. Ada juga yang mengklaim bisa akses “naik-turun” ke surga.
Sementara lainnya mengklaim melihat kengerian neraka, dan menyaksikan melihat Iblis dan setan-setan melakukan penyiksaan. Pengalaman spritual ini diakui oleh mereka terjadi dalam penglihatan, dibawa Roh atau pun dibawa oleh malaikat, sedangkan yang lainnya mengalami pengalaman nyaris mati. Nyaris mati tentu saja berbeda dengan yang benar-benar mati. Perbedaan ini sama dengan cara membedakan antara nyaris hamil dan benar-benar hamil.
Pengantar:
Orang yang belum pernah mati tidak bisa menceritakan dengan tepat dan pasti pengalaman tentang kematian. Satu-satunya yang dapat diandalkan adalah ajaran Kristus dan apa yang dikatakan Alkitab. Kristus telah mati dan berada di alam maut (hades), tetapi bukan neraka (gehenna), dan Ia hidup kembali dari kematian serta memberikan kesaksian yang pasti tentang “alam maut” yang menjadi gambaran pasti tentang neraka. Karena banyaknya pengalaman spiritual tentang “neraka” yang meragukan dan tidak sesuai Alkitab, maka saya memutuskan untuk mencantumkan pasal ini, sebagai suatu kajian Alkitabiah.
MENGAPA BANYAK ORANG TIDAK MEMPERCAYAI ADANYA NERAKA?
Sebuah statistik hasil survey di Amerika menampilkan persentasi dari responden yang menjawab pertanyaan “apakah neraka itu ada?” sebagai berikut: 52 % orang dewasa yakin bahwa neraka ada; 27 % berpikir mungkin neraka itu ada. Kemudian jawaban responden untuk pertanyaan “seperti apakah neraka itu?” 48 % percaya bahwa neraka adalah tempat yang benar-benar ada dimana orang-orang menderita siksaan; 46 % berkata bahwa neraka lebih merupakan eksistensi dalam keadaan dukacita ketimbang tempat yang benar-benar nyata; dan 6 % tidak tahu.[1]
Survey lainnya mencatat 76 % orang percaya tentang adanya surga, dan hanya 6 % percaya adanya neraka.[2] Sebuah pemungutan suara oleh organisasi Gallup pada tahun 1990 melaporkan bahwa 66 % dari orang-orang Protestan Amerika dan 57 % orang-orang Katolik percaya akan keberadaan neraka.[3]
Sementara itu, Grant R. Jeffrey menyatakan “terlepas dari fakta bahwa kebanyakan kaum awam di banyak denominasi masih percaya akan neraka, kebanyakan teolog menunjukkan bahwa ini tidak lagi merupakan sesuatu yang benar bagi mereka. Dari para teolog yang dijajaki, 66 % dari teolog Protestan dan 39 dari Katolik mengungkapkan ketidakpercayaan mereka tentang doktrin neraka”.[4]
Memang, neraka adalah sebuah topik pembicaraan yang paradoks! Di satu pihak tidak disukai karena sifatnya yang menakutkan, mengerikan, dan bahkan dibesar-besarkan secara berlebihan. Namun di pihak lainnya manusia mencoba menyangkal, menolak dan rasionalisasikan neraka. Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa neraka hanya menunjukkan sebuah keadaan pikiran dan hati manusia saja; sedangkan yang lainnya menyamakan neraka dengan kuburan dimana semua orang harus melaluinya.
Munculnya keraguan dan ketidakpercayaan tentang adanya neraka disebabkan oleh berbagai faktor.
(1) Tidak adanya cukup bukti yang mendukung adanya tempat yang disebut dengan “neraka”. Tidak seorang pun dari manusia pernah mengalami mati, pergi ke neraka dan kemudian hidup lagi dan menulis tentang pengalaman tersebut. Pemahaman seperti ini tentu saja merupakan pemahaman yang berbeda dari apa yang dikatakan oleh Alkitab, yang dengan jelas menunjukkan adanya neraka;
(2) Pengaruh abad pencerahan dan pasca pencerahan.[5] Anthony Hoekema menjelaskan bahwa “doktrin tentang penghukuman kekal bagi orang fasik telah diajarkan dalam gereja dari sejak semula. Harry Buis, dalam Doctrine of Eternal Punisment, mengutip tulisan sejumlah bapa-bapa gereja awal untuk menunjukkan bahwa doktrin ini telah diajarkan kepada mereka. Buis menujukkan bahwa teolog-teolog abad pertengahan maupun reformasi juga percaya dan mengajarkan tentang penghukuman kekal bagi orang-orang fasik. Namun demikian, menurut Buis, sejak abad delapan belas sejumlah teolog Kristen mulai menolak doktrin penghukuman kekal. Penolakan terhadap doktrin penghukuman kekal tersebut lebih dipertegas lagi pada abad sembilan belas dan terus berlanjut hingga hari ini”[6]; dan
(3) Kesalahan dalam memahami natur (sifat) Allah yang maha pengasih dan mahabaik. Orang-orang ini berkata “jika Tuhan itu pengasih dan baik, Ia tidak akan menciptakan neraka untuk menghukum manusia”. Tampaknya, ini sangat rasional dan logis menurut pemikiran orang-orang skeptis. Hal ini disebabkan ketidaktahuan tentang satu-satunya Allah yang benar itu.
BERBAGAI PANDANGAN TENTANG NERAKA
Berbicara tentang kasih, kebaikan dan keadilan Allah dalam hubungannya dengan dosa dan kejahatan manusia, yang berakibat pada hukuman kekal di neraka, membawa manusia ke dalam pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan klasik yang paling banyak ditanyakan dan dikomentari.
Beberapa dari pertanyaan itu adalah sebagai berikut: “Bagaimana mungkin Tuhan penuh kasih mengirim seseorang ke neraka? Jika Tuhan itu baik, bagaimana mungkin Dia bisa begitu kejamnya menyiksa manusia di neraka? Bagaimana mungkin Tuhan yang kasih dan baik itu membuat neraka yang mengerikan itu? Tuhan tidak adil apabila menghukum dosa yang sementara itu dengan hukuman kekal?”
Inilah adalah empat pertanyaan dari banyak pertanyaan yang telah mengusik banyak orang untuk memberi tanggapan. Dan sifat manusia yang ingin mendapatkan jawaban yang pasti dari pertanyaan-pertanyaan di atas, telah menggiring manusia menerima satu atau lebih dari beberapa pandangan berikut ini.
1. Pandangan Ateisme dan Agnotisme[7]
Ini adalah pandangan yang menolak adanya neraka dengan lebih dulu menolak eksistensi Allah.[8] Pemazmur di zaman dahulu menuliskan “orang bebal berkata dalam hatinya: tidak ada Allah”. Selanjutnya Pemazmur mengatakan “busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik” (Mazmur 14:1). Inilah alasan mengapa manusia menolak eksistensi Allah, manusia ingin melarikan diri dari tanggung jawabnya kepada Allah dengan cara menolak keberadaan Allah yang kepadaNya mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.
2. Pandangan Universalisme
Pandangan ini mengajarkan neraka dan penghukuman kekal tidak sesuai dengan sifat kasih dan kemahakuasaan Tuhan. Pandangan ini mengajarkan bahwa pada akhirnya semua orang akan diselamatkan. Pandangan dari universalisme klasik mengajarkan bahwa orang-orang yang telah hidup dengan tidak bertanggung jawab akan dihukum segera setelah kematian, tetapi tidak seorang pun akan dihukum secara kekal. Dengan kata lain, penghukuman tersebut bersifat sementara sambil menanti datangnya keselamatan. Sedangkan Neo universalisme mengajarkan bawa semua orang saat ini diselamatkan, meskipun semuanya tidak menyadari hal itu.[9]
3. Pandangan Anihilisme
Pandangan ini mengajarkan bahwa hukuman kekal sebagai pemusnahan akhir. Pandangan ini muncul dalam dua bentuk yaitu imortalisme dan mortalisme. Pandangan imortalisme mengajarkan bahwa manusia pada hakikatnya diciptakan sebagai mahluk yang tidak dapat binasa atau abadi (imortalitas), akan tetapi mereka yang yang terus hidup di dalam dosa akan menjadi tidak kekal dan karena itu akan dianihilisasi atau ditiadakan.
Pandangan mortalisme mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya diciptakan sebagai mahluk yang tidak kekal atau fana (mortalitas). Mereka yang percaya menerima kekekalan sebagai anugerah dan karenanya akan terus ada secara kekal di dalam kondisi yang penuh berkat setelah kematiannya; sedangkan mereka yang tidak percaya tidak akan menerima anugerah tersebut dan kerenanya akan tetap dalam kondisi tidak kekal (fana), atau dengan kata lain kematian akan menjadikan mereka tidak ada (anihilisasi). Imortalisme dan mortalisme sama-sama mengajarkan anihilisasi (keadaan tidak ada), karenannya menyangkali ajaran tentang hukuman kekal atau neraka.[10]
4. Pandangan Konservatif
Pandangan ini mengajarkan bahwa upah dosa karena keberadaan kita sekarang adalah maut (Roma 6:23). Hukuman terakhir yang akan diberikan kepada orang yang tidak selamat yang mengalami kematian pertama adalah kematian kedua (Wahyu 20:14). Pelaksanaan hukuman bagi orang yang tidak percaya sebagai hasil penghakiman di tahta Putih adalah dilemparkannya mereka ke dalam lautan api atau neraka (Wahyu 20:11-15). Lamanya hukuman itu akan selama-lamanya (kekal). Inilah pandangan Alkitabiah dari kaum Injili.
PEMIKIRAN DASAR MENGENAI NERAKA
Sebelum lebih jauh membahas perspektif Alkitab tentang neraka, perlu diperhatikan pemikiran-pemikiran mendasar sebagai berikut:
1. Neraka dapat didefinisikan sebagai tempat orang-orang yang hidup tanpa Tuhan dan yang matinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya.
2. Neraka bukanlah sebuah ilusi melainkan suatu tempat yang nyata. Walaupun tidak ada yang tahu persis letak neraka, hal ini tidak menjadikan neraka sebagai sesuatu yang abstrak, tidak nyata, atau khayalan belaka.
3. Satu-satunya sumber informasi yang benar tentang neraka adalah Tuhan sendiri. Karena Ia adalah satu-satunya Pribadi yang benar secara absolut dan dapat dipercaya. Ia telah menyatakannya melalui Alkitab, dan dengan demikian Alkitab dipandang sebagai kebenaran yang mutlak (absolut). Alkitab memberikan pandangan Tuhan tentang neraka, walau pun Ia tidak memberikan deskripsinya secara lengkap, tetapi fakta-fakta yang ada di Alkitab sudah cukup bagi kita untuk mengerti betapa mengerikannya neraka.
4. Pada waktu Tuhan mencipta, semua yang diciptakannya itu baik, bahkan sungguh amat baik (Kejadian 1:12,18,21,25,31). Tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa sakit, tidak ada kematian, dan tidak ada neraka. Salah satu hal baik yang diciptakan Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan untuk memilih yang baik.
Agar mereka benar-benar memiliki pilihan, Allah harus mengijinkan sesuatu yang berbeda dengan yang baik supaya bisa ada pilihan. Karena itu Tuhan mengijinkan para malaikat dan manusia untuk memilih yang baik atau yang tidak baik (jahat). Manusia dan malaikat yang jatuh menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah itu untuk memberontak terhadap Tuhan dan menginginkah hidup yang terpisah dari Tuhan. Dan, satu-satunya tempat yang sudah Tuhan sediakan untuk terpisah dari Dia selama-lamanya adalah neraka.
5. Dalam relasi antara Tuhan, manusia, dan neraka, Alkitab menyajikan dua fakta berikut ini.
Fakta pertama, bahwa Allah sepenuhnya benar. Paulus menegaskan “...Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: ‘Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi’ (Roma 3:4)”.
Fakta kedua, bahwa natur (sifat) manusia itu berdosa dan patut mendapatkan hukuman Allah. Paulus menegaskan “seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:10-12). Selanjutnya Paulus menegaskan “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23).
RINGKASAN PANDANGAN ALKITABIAH TENTANG NERAKA
Sekedar mengingatkan kembali, bahwa kita perlu berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan dengan cara menafsirkan sembrono bagian-bagian tertentu dari Alkitab dengan metode hermeneutik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.[11] Juga tidak bijaksana memasukan atau memaksakan pendapat dari luar Alkitab maupun pengalaman spiritual dengan bukti yang tidak dapat dijamin kebenarannya. Kadang-kadang hal ini didorong oleh keinginan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab oleh Alkitab.
Alkitab memberikan pandangan Tuhan tentang neraka, walau pun Ia tidak memberikan deskripsinya secara lengkap, tetapi fakta-fakta yang ada di Alkitab sudah cukup bagi kita untuk mengerti betapa mengerikannya neraka. Karena itu saat mempelajari pandangan Alkitab tentang neraka (biblical view about hell) ini, kita perlu memperhatikan fakta-fakta sebagai berikut.
1. Neraka Adalah Suatu Tempat Yang Benar-Benar Ada
Neraka bukanlah sebuah ilusi melainkan suatu tempat yang nyata. Walaupun tidak ada yang tahu persis letak neraka, hal ini tidak menjadikan neraka sebagai sesuatu yang abstrak, tidak nyata, atau khayalan belaka. Dua bukti yang mendukung fakta adanya neraka adalah antara lain:
Pertama, Yesus berbicara dan mengajar tentang neraka. Tony Evans mengatakan, “bahkan Yesus sendiri lebih banyak berbicara tentang neraka ketimbang sorga atau kasih”.[12] Sebelas dari dua belas kali kata gehenna (neraka) diucapkan oleh Yesus dan dicatat dalam Perjanjian Baru.[13] bahwa Kristus berbicara lebih banyak tentang neraka lebih dari semua tokoh lainnya dalam Alkitab menunjukkan kepada kita betapa penting dan seriusnya hal neraka ini.
Kedua, kematian manusia menunjukkan bahwa neraka itu ada. Penulis kitab Ibrani mengatakan “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibrani 9:27). Kematian ada sebagai akibat dari dosa (Roma 6:23). Upah yang pantas bagi manusia yang berdosa adalah neraka. Kematian itu nyata, dan setiap orang pasti mati.
Tony Evans meringkaskan “kematian jasmani yang dapat dilihat dan bersifat sementara itu adalah suatu kesaksian bagi kita mengenai hal-hal yang tak terlihat kenyataan kekal dari apa yang Alkitab sebut sebagai kematian kedua [14] (Wahyu 20:14), atau neraka”.[15]
2. Neraka Adalah Tempat Penghukuman Akhir
Sebelum menuju ke neraka atau surga orang-orang yang mati berada ditempat penampungan atau masa antara (intermediate state). Semua orang mati pada masa Perjanjian Lama, baik orang-orang percaya maupun yang tidak percaya, akan pergi ke tempat yang disebut sheol atau hades.[16] Contohnya, Kejadian 37:35; Ayub 14:13; 17:13; Mazmur 88:4; Yesaya 38:10 menunjukk pada orang-orang percaya yang hidup dimasa Perjanjian Lama yang saat mati pergi (turun) menuju hades atau sheol.
Sedangkan contoh untuk orang fasik yang tidak percaya yang juga masuk ke hades atau sheol dapat dilihat dari ayat-ayat didalam Ayub 17:13; Mazmur 9:18; 31:18; 49:15. Sheol atau hades ini bukanlah surga dan bukan juga neraka, tetapi tempat penampungan sementara orang-orang yang telah meninggal. Lokasi dari sheol atau hades ini berada di pusat atau inti bumi (Bilangan 16:33; Efesus 4:9).[17]
Bagaimana dengan Lazarus (yang di pangkuan Abraham) dan orang kaya yang disiksa dalam Lukas 16:22-31? Ada yang beranggapan bahwa “Pangkuan Abraham” adalah surga, sedangkan tempat siksaan orang kaya itu adalah neraka. Hal ini tidak benar! Lazarus dan Abraham bukan berada disurga tetapi di hades atau sheol. Lokasi yang sama dengan orang kaya tersebut. Tetapi mereka dipisahkan oleh “jurang yang dalam” yang mustahil dapat diseberangi (ayat 26).
Yang satu disebut “Pangkuan Abraham”, yang lainnya disebut “tempat siksaan atau alam maut” (Ayat 24, 25, 28). Pangkuan Abraham ini disebut juga firdaus. Ketika Yesus mati Ia menuju Firdaus bersama-sama dengan pencuri yang disalibkan disebelah kananNya, yang percaya kepadaNya. (Lukas 23:43; Efesus 4:8; 1 Petrus 3:19-20). Setelah kebangkitanNya Ia membawa mereka dan Firdaus itu ke surga (diatas).[18]
Lalu, bagaimana keadaan orang-orang mati yang hidup pada masa Perjanjian Baru, yaitu masa setelah kebangkitan Kristus dan masa Gereja? Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang percaya pergi ke firdaus dan langsung naik diangkat ke surga (2 Korintus 5:8; 12:2-4; Filipi 1:230). Sedangkan orang-orang yang tidak percaya tetap pergi ke sheol atau hades, untuk disiksa sambil menunggu kebangkitan kedua, yaitu penghukuman kekal (neraka/gehenna).
3. Neraka Itu Bersifat Kekal
Fakta penting berikutnya tentang neraka menurut Alkitab adalah sifat neraka yang kekal atau abadi (Matius 25:26).[19] Kata Yunani untuk “kekal” adalah aionios. Kata aionios ini disebutkan sebanyak 66 kali dalam Perjanjian Baru. 51 kali kata ini digunakan dalam hubungannya dengan kebahagiaan mereka yang selamat di sorga. Kata ini digunakan baik untuk kualitas dan kuantitas kehidupan yang akan dialami orang-orang percaya bersama Tuhan.
Kata ini digunakan 2 kali dalam hubungan dengan durasi Tuhan dalam kemuliaanNya. 6 kali kata ini digunakan dalam suatu cara yang demikian sehingga tak seorang pun ragu bahwa itu bermakna selamanya. 7 kali lainnya kata ini disebutkan dalam hubungan dengan nasib orang-orang fasik atau disebutkan berkaitan langsung dengan neraka. Hal ini menunjukkan bahwa neraka akan ada selama-lamanya, tanpa akhir atau kekal.[20]
Salah satu rujukan paling jelas dalam Perjanjian Baru pada kekekalan hukuman di neraka adalah Wahyu 14:10-11: “maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”.
Jadi, neraka adalah satu-satunya tempat selain surga untuk menghabiskan kekekalan, dengan kata lain, hanya ada dua tempat yang dituju setelah kematian, yaitu surga atau neraka. Tidak ada pilihan alternatif! Saat ini keduanya masih merupakan satu-satunya pilihan.
4. Neraka Adalah Tempat Yang Disediakan Untuk Iblis Dan Malaikat-Malaikat Yang Jatuh
Neraka pada mulanya diciptakan bukan untuk manusia, tetapi merupakan tempat pembuangan dan hukuman kekal bagi Iblis dan malaikat-malaikat pengikutnya yang bergabung dalam pemberontakan terhadap Tuhan di surga. Yesaya 14:12 menyingkapkan rencana kudeta dan pemberontakan Iblis terhadap Tuhan Sang Pencipta.[21] Iblis memilih untuk menempatkan dirinya sebagai musuh Allah dalam pemberontakannya melawan Allah.
Bagaimana mungkin mahluk ciptaan dapat melawan PenciptaNya? Buktinya, Iblis dan malaikat-malaikat yang menjadi setan-setan gagal dalam pemberontakan melawan Tuhan. Sebagai konsekuensinya, maka Allah menyediakan suatu tempat hukuman yang akan mengingatkan mereka selama-lamanya akan akibat dari pemberontakan rohani mereka. Alkitab mengatakan “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Matius 25:41).[22]
Walau pun tujuan neraka diciptakan bukan untuk manusia, namun orang-orang yang memiliki pilihan yang sama dengan Iblis akan menderita hukuman yang sama. Sebagaimana kita harus memilih Kristus dan surga, orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat juga akan masuk ke neraka atas pilihannya sendiri bukan karena kebetulan.
5. Neraka Adalah Tempat Siksaan dan Penderitaan
Kengerian dari keberadaan neraka ini dijelasakan oleh Alkitab sebagai berikut:
Pertama, di alam maut (hades) akan ada kesadaran dan ingatan. Dalam Lukas 16:19-21, si orang kaya segera tahu dimana ia berada. Juga ia ingat akan identitasnya dulu sewaktu ia masih hidup di dunia, dan juga ingatan akan Lazarus, dan lima saudaranya yang lain. Jika di alam maut (hades) saja kengeriannya demikian, apalagi di neraka (gehenna).
Kedua, bagian terburuk dari neraka adalah bahwa di sana akan ada siksaan dan penderitaan. Orang kaya itu berkata “saya menderita dalam nyala api ini” (Lukas 16:24) karena nyala api ini ia merasa dahaga hebat yang tak terpuaskan. Selanjutnya, si orang kaya ini mendeskripsikan hades sebagai “tempat siksaan ini” (Lukas 16:28; bandingkan Wahyu 14:10-11).[23]
Ketiga, bentuk kengerian lain di neraka adalah adanya ulat (belatung) yang tidak akan mati dan api yang tak terpadamkan (Matius 13:41-42; Markus 9:47-48).
Keempat, di neraka akan ada kesengsaraan, amarah dan frustasi sebagaimana diungkapkan dengan kalimat “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Matius 13:42).
Kelima, Alkitab mengajarkan adanya tingkat-tingkat hukuman di neraka, berdasarkan banyaknya dan sifat dosa yang mereka lakukan dan penolakan terhadap Tuhan dan karyaNya. (Matius 10:15; 11:21-23).
Semuanya itu menggambarkan betapa ngerinya neraka! Walau pun demikian, Berdasarkan penelitian yang cermat terhadap data-data Alkitab maka tidak ada indikasi bahwa yang melakukan penyiksaan di neraka itu adalah Iblis atau setan-setan. Jadi kita patut mempertanyakan apa dasar Alkitab dari beberapa orang yang mengajarkan melalui pengalaman spritual mereka bahwa Iblis dan setan-setan menyiksa manusia di neraka.
6. Neraka Merupakan Tempat Yang Tertutup Tanpa Ada Jalan Keluar
Tidak ada yang dapat mengubah nasib seseorang setelah kematian. Sekali seseorang masuk neraka, maka ia tidak bisa keluar lagi dari sana. Tidak ada seorangpun yang bisa kabur dari neraka, dengan alasan apapun. Tidak ada purgatori, tidak ada kesempatan kedua, tidak ada keringanan hukuman karena kelakuan baik, dan tidak ada kelulusan.
Seperti kata pepatah “seperti kematian menemukan kita, kekekalan menahan kita”. Karena itu, berhati-hatilah dengan berbagai ajaran tentang adanya cara-cara bebas dari neraka setelah kematian melalui upacara atau jasa-jasa tertentu. Beberapa pandangan tentang kematian, yang harus kita tolak yaitu :
Pertama, pandangan filsafat Nihil, yaitu pandangan yang mengajarkan bahwa mati adalah hidup yang berhenti dan menuju kenihilan atau kekosongan atau kelenyapan. Menjadi nol atau habis ibarat binatang yang mati. Ini adalah faham filsafat hinilisme yang mencobai mendustai atau menipu diri sendiri karena ingin menghindarkan diri dari konsep tanggung jawab manusia atas perbuatannya kepada Allah.
Kedua, pandangan teori Reinkarnasi, yang menjelaskan mati adalah berakhirnya sebuah lingkaran hidup, untuk memulai sebuah lingkaran yang baru.
Ini adalah konsep dari teori reinkarnasi yang mempercayai bahwa sejarah manusia itu berbentuk lingkaran yang akan terus bersiklus tak berhenti, sesuai dengan karma yang dilakukan oleh manusia. Lingkaran ini akan berhenti bila hutang karma seseorang sudah selesai dan kemudian dia akan menyatu dengan alam “yang satu” yang dianggap sebagai Allah yang abstrak itu.
Teori ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain : Teori ini menurunkan derajat dan martabat manusia sama dengan binatang, karena siklus reinkarnasi juga termasuk dunia binatang dan manusia yang bisa saling bertukar satu dengan lainnya.
Teori ini hanya khayalan atau ilusi dari pikiran manusia yang tercemar oleh dosa, karena secara historis atau sains hal ini tidak dapat dibuktikan, dan memang tidak ada contoh yang bisa dipertanggungjawabkan. Teori ini membuat manusia terjebak dalam sikap yang menghakimi orang lain khususnya bagi mereka yang hidupnya susah, miskin, dan tidak baik. Karena mereka ini dianggap sebagai orang-orang yang telah berhutang karma banyak pada siklus hidupnya yang sebelumnya.
Ketiga, pandangan Purgatori, yang menjelaskan mati berarti masuknya seseorang kepada suatu tempat yang disebut degan “api penyucian” atau purgatori, yaitu tempat untuk menebus dosa-dosa yang pernah dilakukan dan disucikan hingga siap memasuki hidup yang selanjutnya. Ini adalah konsep ajaran yang telah meremehkan karya pengorbanan Kristus di atas kayu salib yang telah menggenapkan dan melunasi seluruh hutang dosa manusia yang beriman kepadaNya.
Bila masih memerlukan api penyucian apa gunanya beriman kepada Kristus? Seolah-olah apa yang dilakukan Kristus kurang sempurna ? Dan anehnya, menurut pandangan purgatori ini penyucian tersebut bisa dibantu oleh mereka yang masih hidup dengan mendoakan mereka yang sudah meninggal. Sungguh merupakan konsep humanisme yang sekuler.
Keempat, pandangan Hukum Timbangan, yang menjelaskan mati berarti masuknya seseorang dalam tahap penimbangan atas seluruh perbuatannya di dunia ini. Hukum timbangan ini mengajarkan perbedaan berat antara dosa dan pahala seseorang akan menentukan kemana dia akan pergi, yaitu ke surga atau ke nereka.
Bila dosa dan pahalanya sama beratnya, dia akan melewati jembatan yang terdiri dari sehelai rambut yang dibelah tujuh. Bila dia terjatuh, dia akan gagal menuju ke surga. Di sini kita melihat sebuah konsep penghakiman dan kekekalan yang berpusat pada manusia sendiri. Bahwa perbuatan dan usaha manusia ketika di dunia ini dapat menentukan kemana dia pergi, surga atau neraka.
BACA JUGA: NERAKA / GEHENNA: MARKUS 9:43-48
Ringkasnya, neraka adalah kenyataan (kebenaran) yang terlambat dilihat. Begitu seseorang melihat dan masuk kedalamnya setelah kematian jasmani, ia tidak akan dapat kembali lagi. Alkitab mengajarkan kita kenyataan bahwa, yang terhilang tidak akan pernah pergi ke surga, dan yang selamat tidak akan pernah pergi ke neraka (Matius 25:42: Bandingkan Lukas 16:26).
Jadi tidak ada seorang pun dari yang hidup pernah masuk neraka (gehenna). Kristus pun selama tiga hari kematianNya tidak masuk ke neraka (gehenna) tetapi ke alam maut (hades).
7. Neraka adalah Tempat Terpisah dari Allah Untuk Selama-Lamanya
Sebagaimana telah disebutkan di dalam pemikiran dasar di atas, pada waktu Tuhan mencipta, semua yang diciptakannya itu baik, bahkan sungguh amat baik (Kejadian 1:12,18,21,25,31).
Tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa sakit, tidak ada kematian, dan tidak ada neraka. Salah satu hal baik yang diciptakan Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan untuk memilih yang baik. Agar mereka benar-benar memiliki pilihan, Allah harus mengijinkan sesuatu yang berbeda dengan yang baik supaya bisa ada pilihan.
Karena itu Allah mengijinkan para malaikat dan manusia untuk memilih yang baik atau yang tidak baik (jahat). Manusia dan malaikat yang jatuh menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah itu untuk memberontak terhadap Tuhan dan menginginkah hidup yang terpisah dari Tuhan.
Dengan kata lain sebagaimana yang ditegaskan oleh Norman I. Gleiser dan Jeff Y. Amanu “Allah menciptkan fakta kebebasan, manusia melakukan tindakan bebas tersebut; ciptaan membuatnya menjadi aktual”. Manusia bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya (baca Kejadian pasal 1-3).[24]
Satu-satunya tempat yang sudah Tuhan sediakan untuk pilihan manusia yang ingin terpisah dari Dia adalah neraka, yaitu tempat terpisah dari Allah selama-lanmanya. Ini adalah tindakan keadilan dari Allah yang penuh kasih.
Pertanyaannya: siapakah yang akan masuk neraka atau gehenna? Alkitab menyebutkan berikut ini urut-urutan mereka yang akan dilemparkan ke dalam gehenna, yaitu: Binatang dan Nabi Palsu (Wahyu 19:20); Iblis (Wahyu 20:10); Maut dan Kerajaan Maut (Wahyu 20:14); Orang-orang fasik yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan (Wahyu 20:15), yaitu orang berdosa dalam 8 kategori umum dalam Wahyu 21:8 “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
PENUTUP:
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran sebagai berikut:
Pertama, pemikiran dasar dan fakta-fakta Alkitab di atas menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya tidak ada alasan bagi seseorang untuk menyalahkan Tuhan sebagai pribadi yang kejam, tidak adil, apalagi jahat. Lee Strobel mengatakan ”Neraka bukanlah tempat dimana orang-orang ditempatkan karena mereka orang-orang bodoh, tetapi karena mereka tidak mau mempercayai hal-hal yang benar. Mereka ditempatkan disana karena, pertama dan terutama menentang Pencipta mereka.... ingin menjadi pusat dari alam semesta, dan yang bersikeras mempertahankan sikap memberontak dan menentang Allah”. [25]
Kedua, Tuhan menghadapkan kepada manusia dua macam kekekalan yaitu surga atau neraka. Demikian pula ada dua pribadi yang disembah oleh manusia yaitu Yesus Kristus atau Iblis. Tidak ada alternatif, tempat netral atau pilihan ketiga. Setiap orang harus memilih salah satu, Kristus atau iblis, surga atau neraka.
Jikalau seseorang memilih Kristus maka pasti ia akan masuk surga, Karena Yesus berkata “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup, tidak seorangpun sampai kepada Bapa jikalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6-7) Dan lagi “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:15-16). Jika seseorang memilih mengikuti Iblis maka pasti ia akan masuk neraka. Setiap orang yang menolak Tuhan Yesus Kristus berarti memilih Iblis, entah disadarinya atau tidak.
Ketiga, kita tidak dapat memprediksi kapan kita mati. Masalah kematian merupakan misteri yang penuh dengan berbagai teka-teki yang membingungkan. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan kematian itu akan datang menjemputnya. Tidak ada seorang pun yang tahu pasti berapa panjang usianya di dunia ini.
Bila kita melakukan riset singkat ke kuburan, dan mencatat usia mereka yang meninggal, pastilah kita akan menemukan berbagai jenis usia, mulai dari bayi, anak kecil, remaja, pemuda, dewasa, dan orang tua yang usianya mungkin mencapai 100 tahun sesungguhnya kita tidak bisa mengukur atau menebak berapa usia seseorang. Statistik dunia memberitahukan kita bahwa setiap dua setengah detik, ada seorang manusia yang meninggal dunia. Sekali lagi, semua fakta memberikan kita teka-teki tentang misteri kematian, sekaligus memberikan tanda peringatan agar kita bersiap-siap menghadapi kematian bila datang menjemput. Pilihan-pilihan dalam hidup kita sekarang ini akan menentukan kemana kita akan pergi setelah kematian.
Keempat, ajaran tentang neraka ini seharusnya mendorong kita untuk lebih meyakinkan orang supaya datang kepada Kristus Sang Juruselamat untuk menerima hidup kekal. Kematian Kristus adalah untuk kebaikan umat manusia dan Allah tidak membatasi siapapun dalam penyediaan kematianNya. Merupakan belas kasih Tuhan agar semua orang diselamatkan (2 Petrus 2:9).
Dalam penyediaanNya, Allah memberikan kesempatan yang sama untuk semua manusia (Yohanes 3:16; Roma 10:34; 2 Korintus 5:15; 1 Timotius 2:4; Ibrani 2:9). Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus, karena mereka bukanlah orang-orang pilihan (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).
Penutup:
Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak Kristus adalah tanggung jawab manusia. Menolak Kristus berarti tidak diselamatkan. Jadi apabila seseorang tidak menerima keselamatan, dalam hal ini Allah tidak dapat dipersalahkan. Persediaan keselamatan cukup untuk semua manusia. Sebagaimana mana yang ditegaskan oleh Kevin J. Conner “Allah tidak meluputkan seorang pun dalam penentuan belas kasihanNya. Allah tidak ingin semua orang binasa. Tidak seorang pun akan dilemparkan ke neraka karena Kristus tidak mati bagi mereka, tetapi karena mereka menolak tawaran Allah akan keselamatan di dalam Kristus”.[26]
DAFTAR REFERENSI : NERAKA: TEMPAT, PENGHUKUMAN, KEKAL DAN UNTUK IBLIS
Buchanan, Alex., 2008. Heaven and Hell. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Conner, Kevin J, 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
_______________., 2007. Five Minute Apologist. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Evans, Tony., 2002. The Best Is Yet To Come. Terjemahan, Penerbit Gospel Press : Batam.
Erickson, Millard J., 2003. Christian theology. Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Fances, Eddy., 2005. Murid Yesus. Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Yayasan Sinar Nusantara: Jakarta.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2009. New Dictionary of Theology. jilid 2, terjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Hitchcock, Mark., 2002. Bible Prophecy. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Hoekema, Anthony A., 2009. The Bible and The Future. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Jeffrey, Grant. R., 2001. Journey Into Eternity. Terjemahan, Penerbit Yayasan Pekabaran Injil Immanuel : Jakarta.
Pandensolang, Welly., 2004. Eskatologi Biblika. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yoyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Strobel, Lee., 2005. The Case For Faith. Terjemahan, Penerbit Gospel Press : Batam.
Tabb, Mark, ed., 2011. Theology. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Wiese, Bill., 2009. Hell. Terjemahan, Penerbit Light Publising : Jakarta.
Willmington, H.L., 2003. The King Is Coming. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
[1] Hitchcock, Mark., 2002. Bible Prophecy. Terj, Penerbit Gospel Press: Batam, hal 407
[2] Evans, Tony., 2002. The Best Is Yet To Come. Terj, Penerbit Gospel Press: Batam, hal 344
[3] Jeffrey, Grant. R., 2001. Journey Into Eternity. Terjemahan, Yayasan Pekabaran Injil Immanuel : Jakarta, hal 157.
[4] Ibid.
[5] Dalam sejarah Kekristenan, Rasionalisme yang dimulai awal abad ke 18 muncul sebagai reaksi terhadap gerakan pietisme. Rasionalisme ini telah membuka jalan bagi era modern untuk lahirnya Liberalisme yang menentang otoritas dan kredeibilitas Alkitab. Pandangan liberalisme secara umum diringkaskan sebagai berikut: 1) Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh rasio harus ditolak; 2) Inspirasi Alkitab didefinisikan ulang, yaitu merupakan tulisan hasil pengalaman religius manusia; 3). Supranatural diartikan sebagai alam pikiran abstrak manusia; 4) Sesuai dengan pikiran evolusi, maka Alkitab adalah tulisan primitif kalau dibandingkan dengan pikiran teologis modern; 5) Menjunjung tinggi nilai etika, tapi menolak tafsiran teologinya; dan 6) Alkitab harus ditafsirkan secara historis, sebagai konsep teologis dari penulis Alkitab sendiri.
[6] Hoekema, Anthony A., 2009. The Bible and The Future. Terj, Penerbit Momentum: Jakarta, hal 443.
[7] Pandangan Ateistik (Ateisme) antara lain mengatakan bahwa: Tidak ada Allah dan menyatakan dengan terbuka penolakan terhadap keberadan Allah (Ateisme teoritis). Tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan keberadaan Allah (Ateisme Kritis). Akal pikiran sebagai satu-satunya sumber pengetahuan dan bukannya Allah (Ateisme Rasionalis), Percaya bahwa Allah ada tetapi hidup seperti tidak ada Allah (Ateisme Praktis). Sedangkan Pandangan Agnostik (Agnostisme) secara umum adalah “bahwa seseorang tidak bisa mengetahui apakah Allah ada atau tidak”. Pandangan ini antara lain : Berpegang bahwa Allah tak bisa diamati sebagai suatu fakta, oleh karena itu Dia tidak berwujud, karena segala sesuatu yang diluar fakta-fakta yang bisa diamati adalah sesuatu yang tidak benar (Agnostisme Positif). Menganggap bahwa tidak ada wahyu khusus mengenai Allah dan bahwa akal manusia tidak cukup untuk menemukan Allah jika Dia berwujud (Agnostis Pragmatis). Berpendapat bahwa setiap individu bisa bertindak sesuai dengan kehendak bebasnya dan melakukan apa saja yang dikehendakinya dalam alam yang tidak bertujuan ini (Agnostisme Eksistensial). Pandangan ini sangat fatal sekali. Pandangan Ateistik dan Agnostik tidak bisa dipertahankan. Keduanya bertentangan dengan keyakinan manusia yang paling dalam bahwa ada Allah yang kepadaNya manusia bertanggungjawab. Ateisme dan Agnotisme merupakan usaha manusia untuk melarikan diri dari tanggung jawab kepada Allah.
[8] Eksistensi Allah disebut juga keberadaan Allah. Mempercayai eksistensi Allah itu adalah hal yang mendasar. Alkitab menunjukkan lima alasan penting ini: Alkitab diawali dengan kisah tentang Allah dan karyaNya (Kejadian 1:1,2); Kebinasaan terjadi karena tidak mengenal Allah (Hosea 4:6); Keselamatan dimulai dari dan oleh Allah (Yohanes 3:16); Iman sejati dimulai dengan percaya bahwa Allah ada (Ibrani 11:6); Hikmat diawali dengan takut akan Allah (Amsal 1:7).
[9] Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yoyakarta, hal 362-367.
[10] Untuk penjelasan lebih lanjut tentang Aninilisme dapat dibaca dalam: Hoekema, Anthony A., 2009. The Bible and The Future. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta, hal 360-361; dan Erickson, Millard J., 2003. Christian theology. Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal 584-587
[11] Hermeneutika yang dalam bahasa Inggris adalah hermeneutics berasal dari kata Yunani hermeneutikos yang berasal dari akar kata Hermeneuo yang artinya menginterpretasikan, menjelaskan, menterjemahkan atau menafsirkan. Kata Ibraninya adalah pathar yang berarti “menafsir”. Hermeneutika dapat didefinisikan sebagai “bagian teologi yang bersifat ilmiah dan seni yang memperhatikan prinsip-prinsip dan peraturan tertentu dengan melibatkan diri penafsirnya untuk tujuan mencari maksud yang ingin disampaikan oleh penulis Alkitab”. Definisi yang sederhana berbunyi“hermeneutika adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip penafsiran Alkitab.”
[12] Evans, The Best Is Yet To Come, hal 345.
[13] Kata Yunani dalam Perjanjian Baru yaitu Gehenna diterjemahkan sebagai neraka sebanyak dua belas kali. Inilah neraka akhir (Matius 5:22,29,30; 10:28; 18:9; 23:15,33; Markus 9:43,45,47; Lukas 12:5; Yakobus 3:6). Kata ini juga diterjemahkan sebagai lautan api sebanyak lima kali (Wahyu 19:20; 20:10,14,15; 21:8).
[14] Kematian pertama adalah kematian jasmaniah yaitu perpisahan antara tubuh jasmani dan roh/jiwa. Atau keadaan tubuh yang tidak memiliki jiwa atau roh (Yakobus 2:26), hal ini karena tubuh manusia dalam natur yang telah berdosa bersifat sementara atau fana. Sedangkan kematian kedua adalah penghukuman kekal di neraka atau keterpisahan selamanya dari Allah.
[15] Evans, of.cit, hal 347.
[16] Kata Ibrani “Yarat” artinya “turun” ketempat atau kedunia orang mati yang disebut “Sheol” (kejadian 37:35; 42:38; Bilangan 16:33; Ayub 7:9). Sheol adalah tempat orang mati yang berada dibagian bumi yang paling bawah (kata Yunaninya adalah “hades”).
[17] Dari bilangan 16 ayat 33 ini jelas bahwa untuk menuju ke sheol orang-orang harus ke dalam bumi. Kata Ibrani “menutupi” adalah wattekas berasal dari kata kerja “kasa”, menjelaskan bahwa bumi menelan dan menutupi dari atas orang-orang mati itu untuk menuju sheol. Dalam Efesus 4:9 Paulus menjelaskan konsep sheol atau hades ini dengan kalimat “eista katotera mere ges” yang berarti masuk medalam bagian bumi yang lebih dalam. Dengan demikian sheol atau hades bukanlah tempat penampungan tubuh orang-orang yang telah meninggal, tetapi tempat penampungan jiwa (roh) orang yang telah meninggal. Daud menulis bahwa yang masuk ke sheol adalah “nefes” atau “jiwa” (mazmur 86:13; 89:49), dan “hayya” atau “hidup” (mazmur 88:4). Jadi, sheol ini disebut sebagai bagian bumi yang paling bawah (Efesus 4:9), penjara jiwa-jiwa yang binasa sejak zaman Nuh (1 Petrus 3:19-20). Dan menurut Lukas, sheol dalam Perjanjian Lama ini yang pernah dikunjungi Yesus sebelum kebangkitanNya itu disebut “hades” (Kisah Para Rasul 2:27,31).
[18] Berikut ini argumen berdasarkan Lukas 16:22-31 yang menolak anggapan bahwa “Pangkuan Abraham” adalah surga, sedangkan tempat siksaan orang kaya itu adalah neraka. Pertama, pada ayat 23 menjelaskan bahwa orang kaya itu sedang disiksa di hades atau sheol. Yaitu tempat orang mati yang tidak sama dengan sorga. Tidaklah relevan jika terjadi percakapan antara penghuni sorga dengan orang mati dineraka. Kedua, Abraham adalah orang percaya Perjanjian Lama. Dan semua orang mati Perjanjian Lama masuk sheol atau hades. Karena itu tentulah Abraham juga ada di hades atau sheol. (Kisah Para Rasul 2:13,27; Efesus 4:9; 1 Petrus 3:19-20). Ketiga, kata “nekron” yang artinya orang-orang mati dalam ayat 30-31 tidak tepat jika dipakai untuk menjelaskan keberadaan orang-orang yang ada disorga. Sorga adalah tempat kehidupan (Yoh 3:16,36; 5:25). Keempat, kata ganti tak tentu “tis” adalam ayat 30 (seseorang). Menunjuk kepada lazarus atau siapa saja dalam kumpulan orang-orang mati tersebut. Dengan demikian, lazarus, Abraham dan orang kaya itu disebut sebagai orang-orang mati yang berada di hades atau sheol. (Untuk penjelasan lebih lanjut: Pandensolang, Welly., 2004. Eskatologi Biblika. Penerbit Andi: Yoyakarta, hal 81-97).
[19] Dalam Matius 25:46 kata sifat yang sama dipakai untuk menggambarkan durasi hukuman orang-orang fasik dan berkat bagi orang yang diselamatkan, “Dan mereka (disebelah kiri Sang Raja) ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal (kolasin aionion), tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal (zoen aionion)".
[20] Hitchcock, Mark., 2002. Bible Prophecy. Terj, Penerbit Gospel Press: Batam, hal 412-413; Willmington, H.L., 2003. The King Is Coming. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 341-346.
[21] Beberapa penafsir Alkitab memang melihat Yesaya 14:12 ini sebagai mengacu kepada kejatuhan Iblis, tetapi ini hanya merupakan tafsiran. Karena jika kita meneliti konteks Yesaya 14:1-23, ayat ini sebenarnya mengacu pada raja Babel. Ada dua kemungkinan raja Babel yang dirujuk dalam ayat ini, yaitu: (a) Nebukadnezar; atau (b) raja Babel yang bernama Heylel bin Syakhar. Seandainya Yesaya 14:12 ini memang dimaksudkan mengacu pada Iblis, maka lebih tepat menyebutnya sebagai personifikasi dari Iblis di bawah figur raja Babel.
[22] Saat ini, sebagian dari malaikat yang telah jatuh ini dipenjara ditempat yang bernama tartarus. Kata ini satu kali muncul dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam 2 Petrus 2:4. (Bandingkan 1 Korintus 6:3; Yudas 1:6; Wahyu 20:11-15).Tartarosas adalah penjara permanen dimana malaikat-malaikat yang berdosa dalam Kejadian 6:1-4 ditahan sampai mereka akhirnya di tempatkan kedalam lautan api. (Yudas 1:6-7). Penjara lainnya bagi beberapa setan adalah Abyss diterjemahakan dengan “jurang maut”. Ini adalah tempat dimana beberapa setan saat ini dikurung dan nanti akan dilepaskan untuk periode lima bulan pada masa kesusahan besar untuk menyiksa yang terhilang (Wahyu 9:1-5). Ini juga merupakan tempat dimana Iblis diikat selama 1000 tahun pada masa kerajaan milenium Kristus di bumi (Wahyu 20:1-3).
[23] Ingat, tempat-tempat penampungan atau siksaan sementara seperti hades atau sheol, maut, jurang maut, tartarus, semuanya akan dilempar ke dalam gehenna , yaitu tempat penghukuman kekal terakhir atau neraka (Wahyu 20:10-15).
[24] Untuk penjelasan lebih lanjut tentang Allah, kehendak bebas, dan kejahatan dapat dilihat: Norman I. Gleiser & J.Y. Amanu, 2009. Evil, dalam New Dictionary of Theology. Jilid 2, Terjemahan, Literatur SAAT: Malang, Hal 80-82.
[25] Strobel, Lee., 2005. The Case For Faith. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press : Batam, hal 240.
[26] Conner, Kevin J, 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 598-601.