SEMINAR TENTANG SAKSI YEHUWA DI MEDAN
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Pendahuluan.
Dan sekalipun mereka tak mau (karena dilarang) untuk melakukan debat terbuka, tetapi mereka mau berdebat secara pribadi.
Catatan: merupakan sesuatu yang aneh bahwa dalam menggunakan Mazmur 83:19 ini mereka berkali-kali menggunakan terjemahan yang berbeda dengan NWT / TDB. Dalam buku tipis mereka yang berjudul ‘Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya’, hal 5, mereka menggunakan 4 terjemahan untuk Maz 83:19 ini, yaitu terjemahan dari TB-LAI, lalu Terjemahan Klinkert, Terjemahan Katolik - Ende, Flores, dan KJV. Dan 3 terjemahan yang terakhir ini semuanya menterjemahkan seperti TB-LAI.
Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa ‘tidak kurang akal’ dalam membengkokkan text ini. Dalam text ini ada 2 x kata ‘Tuhan’, dan keduanya sama-sama berasal dari kata bahasa Yunani KURIE. Kata KURIE yang pertama diterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan] oleh NWT, dan diterjemahkan ‘Tuan’ oleh TDB. Mereka tidak bisa menterjemahkan kata itu sebagai ‘Jehovah’, karena di situ kata itu diikuti oleh kata ‘Yesus’. Tetapi lucunya kata KURIE yang kedua oleh NWT diterjemahkan sebagai ‘Jehovah’ [= Yehovah], dan oleh TDB diterjemahkan sebagai ‘Yehuwa’.
John Owen: “So the whole Scripture is closed with a prayer of the church unto the Lord Christ, expressing their faith in him: ‘Even so, come, Lord Jesus,’ Rev. 22:20.” [= Demikianlah seluruh Kitab Suci ditutup dengan suatu doa dari gereja kepada Tuhan Kristus, menyatakan iman mereka kepadaNya: ‘Datanglah, Tuhan Yesus’, Wah 22:20.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 111.
Calvin: “he says that Christ is called upon by believers, and this affords a proof of his divinity - invocation being one of the first expressions of Divine homage.” [= ia berkata bahwa Kristus dipanggil oleh orang-orang percaya, dan ini memberikan suatu bukti keilahianNya - karena doa merupakan salah satu ungkapan dari penghormatan Ilahi.] - hal 53.
John Owen: “To honour the Son as we ought to honour the Father, is that which makes us Christians, and which nothing else will so do.” [= Menghormati Anak seperti kita seharusnya menghormati Bapa, adalah apa yang membuat kita orang-orang Kristen, dan tidak ada hal lain yang membuat demikian.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 107.
NIV: ‘(11) Serve the LORD with fear and rejoice with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry and you be destroyed in your way, for his wrath can flare up in a moment’ [= (11) Layanilah / Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah dan kamu dibinasakan / dihancurkan di jalanmu, karena murkaNya bisa menyala dalam sekejap].
NWT: “bow down” [= membungkuklah (untuk menghormat)].
Pendahuluan.
Saksi Yehuwa merupakan salah satu
bidat yang paling membahayakan karena aktifnya mereka ‘memberitakan Injil’
mereka, kepada orang-orang Kristen yang mereka anggap sebagai kelompok yang paling
sesat.
Dan sekalipun mereka tak mau (karena dilarang) untuk melakukan debat terbuka, tetapi mereka mau berdebat secara pribadi.
Kalau diserang secara keras,
biasanya mereka akan pulang dan tidak kembali lagi. Karena itu, lebih baik kita
menyerang dengan menggunakan pertanyaan yang bersifat menyerang.
Dalam berdebat dengan Saksi-Saksi
Yehuwa, jangan kita diarahkan, tetapi kita harus mengarahkan! Ini sesuatu yang
sangat penting. Mereka hampir semua sopan, dan ini bisa kita manfaatkan untuk
mendesak mereka untuk membicarakan topik yang kita ingini, bukan topik yang
mereka ingini. Juga kalau mereka tidak bisa menjawab, jangan mau diarahkan ke
tempat lain, saudara harus mengembalikan pada hal yang saudara sedang
bicarakan.
Kriteria kita dalam memilih:
1) Topik yang kita pilih haruslah topik yang penting.
Saksi Yehuwa
mempunyai ajaran yang salah ataupun sesat dalam banyak hal, tetapi ada hal-hal
yang sama sekali tidak penting, seperti larangan transfusi darah. Mengapa saya
katakan ini tidak penting? Karena kalaupun mereka ‘bertobat’ dalam hal ini, itu
tidak akan menyelamatkan mereka.
2) Topik yang kita pilih
haruslah berkenaan dengan hal dimana mereka memang salah / sesat.
Dalam facebook,
ada grup-grup yang anti Saksi Yehuwa, dan mereka membahas hal-hal yang menurut
saya memfitnah Saksi Yehuwa, misalnya bahwa mereka memberi uang kepada orang
yang mau mengikuti ajaran mereka. Seumur hidup saya, saya belum pernah
menjumpai hal seperti itu, dan karena itu saya anggap itu sebagai fitnahan.
Terhadap orang sesatpun kita tidak boleh memfitnah!
Ada banyak
orang membicarakan ‘kesalahan’ Saksi-Saksi Yehuwa dalam persoalan bentuk salib,
dimana mereka memakai salib berupa tiang tegak. Topik ini bukan saja tidak penting
tetapi juga Saksi-Saksi Yehuwa dalam hal ini belum tentu salah.
Saya akan
mengutip tulisan saya sendiri dalam exposisi saya tentang Yoh 19:18:
Bentuk dari salib.
Yang paling
kuno hanya berbentuk suatu tiang saja. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘salib’
adalah STAUROS yang sebetulnya berarti ‘an upright stake’ [= tiang
tegak].
Tetapi dengan
berlalunya waktu, lalu muncul beberapa variasi:
·
ada
yang berbentuk seperti salib yang kita kenal sekarang. Kayu vertikal bisa sama
atau lebih panjang dari kayu horizontalnya.
·
ada
yang berbentuk huruf ‘T’.
·
ada
yang berbentuk huruf ‘X’.
·
ada
yang berbentuk huruf ‘Y’ (Leon Morris hal 805, footnote).
Hendriksen mengatakan
(hal 425) bahwa dari Mat 27:37 dan Luk 23:38 dimana dikatakan bahwa di
atas kepala Yesus ada tulisan, maka kemungkinan besar salib Yesus berbentuk
seperti yang lazim kita kenal (variasi 1).
Tetapi Leon Morris
mengatakan (hal 806, footnote) bahwa salib yang berbentuk ‘T’ juga
memungkinkan, karena biasanya tubuh orang yang disalibkan melorot / turun,
sehingga kayu melintang berada di atas kepala orang tersebut, dan di sana bisa
ditaruh tulisan tersebut.
Jadi
sebetulnya kita tidak tahu dengan pasti salib yang bagaimana yang dipakai untuk
menyalibkan Tuhan Yesus.
3) Topik yang dipilih haruslah topik dimana mereka
argumentasinya lemah.
Dari pengalaman
mempelajari Saksi Yehuwa dan berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa / Unitarian,
maka saya tahu hal-hal dimana mereka mempunyai argumentasi yang sangat lemah,
dan kalau diserang di sana mereka tidak bisa menjawab, kecuali hanya ‘asal
menjawab’.
Ini tidak
berarti bahwa dalam hal-hal lain mereka kuat dan tidak bisa dipatahkan
argumentasinya. Tetapi itu melibatkan bahasa Yunani, atau Ibrani, dan hal-hal
lain yang sangat ruwet (khususnya untuk orang-orang yang tidak mengerti sama
sekali bahasa asli Alkitab), sehingga sekalipun argumentasi mereka bisa
dipatahkan, tetapi dengan susah payah, dan membutuhkan waktu yang banyak.
Sebagai contoh:
pembahasan Roma 9:5, Filipi 2:6-7 berkenaan dengan keilahian Kristus.
Saudara bisa melihat pembahasan saya tentang ayat-ayat ini di web kami, dan
saudara bisa melihat pembahasannya menggunakan bahasa Yunani, dan sangat sukar
/ ruwet.
Memilih
topik-topik seperti ini akan membawa saudara ke dalam perdebatan yang panjang,
yang mungkin saudara sendiri tidak terlalu menguasai.
I) Argumentasi-argumentasi berkenaan
dengan keilahian Yesus.
1) Yesus adalah YHWH / Yahweh.
Yeremia 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan
datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai
raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6)
Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram;
dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN
(YHWH) - keadilan kita.”.
a) Perlu diketahui bahwa ini merupakan nubuat tentang Yesus / Mesias.
Pada umumnya Saksi-Saksi Yehuwa mengakui hal ini, tetapi bila ada di antara
mereka yang tidak mau mengakuinya, maka kita bisa membuktikannya. Bahwa ayat
ini merupakan suatu nubuat tentang Yesus / Mesias, terlihat dari:
1. Gelar ‘Tunas
adil bagi Daud’ dalam
ay 5nya.
Bahwa gelar ini menunjuk kepada Yesus
terlihat dengan jelas kalau kita membandingkannya dengan:
·
Yesaya 4:2
- “Pada waktu itu tunas yang
ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah
menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”. Baca kelanjutan dari ayat ini dan saudara
akan melihat bahwa ayat ini merupakan nubuat tentang Mesias / Yesus.
·
Yesaya 6:13
- “Dan jika di situ masih tinggal
sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun
keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya
tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas
yang kudus!’”.
·
Yes 11:1-3
- “(1) Suatu tunas akan keluar
dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
(2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan
keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah
takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau
menjatuhkan keputusan menurut kata orang.”.
·
Yesaya 53:2
- “Sebagai taruk ia tumbuh di
hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan
semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak,
sehingga kita menginginkannya.”.
Baca kelanjutan dari ayat ini dan saudara akan melihat bahwa ayat ini merupakan
nubuat tentang Mesias / Yesus.
·
Zakh 3:8
- “Dengarkanlah, hai imam besar
Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu - sungguh kamu
merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hambaKu,
yakni Sang Tunas.”.
·
Zakh 6:12
- “katakanlah kepadanya: Beginilah
firman TUHAN semesta alam: Inilah orang yang bernama Tunas. Ia akan
bertunas dari tempatnya dan ia akan mendirikan bait TUHAN.”.
·
Wahyu 5:5
- “Lalu berkatalah seorang dari
tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku
Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka
gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”. Baca kontext dari ayat ini dan saudara akan
melihat bahwa ayat ini berbicara tentang Yesus. Juga gelar ‘singa Yehuda’ merupakan gelar dari Yesus (bdk. Kej
49:9-10).
·
Wahyu 22:16
- “‘Aku, Yesus, telah mengutus
malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi
jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur
yang gilang-gemilang.’”.
2. Text itu mengatakan bahwa Ia akan menjadi raja yang bijaksana
(ay 5b), dan dalam jamannya Yehuda akan dibebaskan, dsb. (ay 6).
Kalau ini tidak menunjuk kepada Yesus, lalu
menunjuk kepada siapa?
b) Kalau kita sudah tahu / yakin bahwa Yer 23:5-6 ini merupakan
nubuat tentang Yesus, maka sekarang perhatikan bagian akhir dari text itu, dimana
Yesus disebut sebagai ‘TUHAN
keadilan’, dimana kata ‘TUHAN’ tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YHWH / YAHWEH / YEHOVAH.
Catatan: Perlu diketahui bahwa dalam Perjanjian Lama, kata ‘Tuhan’ berasal dari kata bahasa Ibrani ADONAY, sedangkan kata ‘TUHAN’ (semua dalam huruf besar) berasal dari kata bahasa Ibrani YHWH / YAHWEH
/ YEHOVAH.
Ini adalah ayat yang sangat penting
dalam menghadapi Saksi-Saksi Yehuwa karena di dalam ayat ini Yesus Kristus
disebut dengan sebutan YHWH / YAHWEH / YEHOVAH!
Juga perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci
istilah bahasa Ibrani ‘ADONAY’ [= Tuhan / Lord] bisa digunakan untuk
seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yesaya 21:8). Demikian juga dengan
istilah bahasa Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau istilah
bahasa Yunani ‘THEOS’ [= Allah], atau istilah bahasa Yunani ‘KURIOS’ [= Tuhan], bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan
manusia dan setan (Misalnya: Kel 4:16
Keluaran 7:1 Keluaran 12:12 Kel 20:3,23 Hakim 16:23-24 1Raja-raja 18:27 Maz 82:1,6
Kisah Para Rasul 28:6 2Korintus 4:4).
Tetapi sebutan ‘YHWH’ / ‘YAHWEH’ /
‘YEHOVAH’ [= TUHAN / LORD] tidak pernah digunakan untuk pribadi / makhluk
lain selain Allah, karena YAHWEH / YEHOVAH adalah nama dari Allah!
Mazmur 83:19 - “supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah
yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.”.
NIV menterjemahkan
secara berbeda, dan NWT / TDB mirip dengan NIV.
NIV: ‘Let them know
that you, whose name is the LORD - that you alone are the Most High over all
the earth.’ [= Biarlah
mereka mengetahui bahwa Engkau, yang namaNya adalah TUHAN - bahwa Engkau saja
adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi.].
TDB: “Agar mereka tahu bahwa engkau, yang bernama
Yehuwa, Engkau sajalah Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.”.
Tetapi KJV/RSV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci
Indonesia.
KJV: ‘That men may know that thou, whose name alone is
JEHOVAH, art the most high over all the earth.’ [= Supaya manusia bisa mengetahui bahwa Engkau sendiri
yang namaNya adalah Yehovah, adalah yang maha tinggi atas seluruh bumi.].
RSV: ‘Let them know that thou alone, whose name is the LORD,
art the Most High over all the earth.’ [=
Biarlah mereka mengetahui bahwa Engkau saja, yang namanya adalah TUHAN, adalah
Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi.].
NASB: ‘That they may
know that Thou alone, whose name is the LORD, Art the Most High over all the
earth.’ [= Supaya mereka bisa mengetahui bahwa Engkau saja,
yang namanya adalah TUHAN, adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi.].
C. H. Spurgeon: “‘Jehovah’ is the incommunicable name of God, and is
never attributed to any but God.” [= ‘Yehovah’ adalah nama Allah yang tidak
bisa diberikan, dan tidak pernah diberikan kepada yang lain kecuali Allah.] - ‘The Treasury of David’, vol 2, hal 430.
Herman Bavinck: “God’s ‘proper name par excellence’ is
Jehovah: Ex. 15:3; Ps. 83:19; Hos 12:6; Is. 42:8. This name is, therefore,
not used of any other than Israel’s God.” [= Nama Allah yang sungguh-sungguh yang
paling menonjol adalah Yehovah: Kel 15:3; Maz 83:19; Hos 12:6;
Yes 42:8. Karena itu, nama ini tidak digunakan untuk yang lain dari Allah
Israel.] - ‘The
Doctrine of God’, hal 107.
Louis
Berkhof: “It is
especially in the name Yahweh, which gradually supplanted earlier names, that
God reveals Himself as the God of grace. It has always been regarded as the
most sacred and the most distinctive name of God, the incommunicable name.” [= Khususnya dengan nama Yahweh inilah,
yang perlahan-lahan menggantikan nama-nama yang lebih awal, Allah menyatakan
diriNya sendiri sebagai Allah kasih karunia. Nama itu selalu dianggap sebagai nama
Allah yang paling keramat dan paling khusus / tersendiri, nama yang tidak
bisa diberikan.] - ‘Systematic Theology’, hal 49.
Dalam tafsirannya tentang nama YAHWEH dalam
Yes 42:8, Albert Barnes mengatakan: “It is a name which is given to
none but the true God, and which is everywhere in the Scriptures used to
distinguish him from all others.”
[= Ini adalah nama yang tidak diberikan kepada siapapun kecuali Allah yang
benar, dan yang dimana-mana dalam Kitab Suci digunakan untuk membedakan Dia
dari semua yang lain.] - hal
103.
Saksi-Saksi Yehuwa sendiri mengatakan: “‘God,’ ‘Lord,’ and ‘Creator’ like ‘President,’ ‘King,’
and ‘General’ - are titles and may be applied to several different personages.
But ‘Jehovah’ is a personal name and refers to the almighty God and Creator of
the universe.” [= ‘Allah’,
‘Tuhan’, dan ‘Pencipta’ seperti ‘Presiden’, ‘Raja’, dan ‘Jendral’ - adalah
gelar-gelar dan bisa diterapkan kepada beberapa tokoh-tokoh / orang-orang
terkemuka yang berbeda. Tetapi ‘Yehovah’
adalah nama pribadi dan menunjuk kepada Allah yang mahakuasa dan Pencipta dari
alam semesta.] - internet:
http://www.watchtower.org/library/jt/article_09.htm.
Lalu mereka mengutip juga Mazmur 83:19 di atas (dalam versi
KJV).
Catatan: merupakan sesuatu yang aneh bahwa dalam menggunakan Mazmur 83:19 ini mereka berkali-kali menggunakan terjemahan yang berbeda dengan NWT / TDB. Dalam buku tipis mereka yang berjudul ‘Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya’, hal 5, mereka menggunakan 4 terjemahan untuk Maz 83:19 ini, yaitu terjemahan dari TB-LAI, lalu Terjemahan Klinkert, Terjemahan Katolik - Ende, Flores, dan KJV. Dan 3 terjemahan yang terakhir ini semuanya menterjemahkan seperti TB-LAI.
Juga dalam buku ‘Nama Ilahi Yang
Akan Kekal Selama-lamanya’, hal 21, Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Publikasi-publikasi
Afrika Selatan lainnya, juga, pada suatu waktu memuat nama Allah. Misalnya,
dalam De Korte Catechismus (Katekismus Singkat), karya J. A. Malherbe, 1914,
muncul yang berikut ini: ‘Apa Nama Allah yang sangat unggul?’ Jawabannya? ‘Yehuwa,
yang ditulis TUHAN dengan huruf-huruf besar dalam Alkitab-Alkitab kita. (Nama)
ini tidak pernah diberikan kepada makhluk lain.”.
Karena itu, kalau dalam
Yeremia 23:5-6 Yesus disebut dengan sebutan ‘YAHWEH / YEHOVAH’, maka tidak
bisa tidak hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri!
Charles Haddon Spurgeon: “Jesus
Christ is the Lord our righteousness. There are but three words, ‘JEHOVAH,’ -
for so it is in the original, - ‘OUR RIGHTEOUSNESS.’ He is Jehovah. Read that
verse, and you will clearly perceive that the Messias of the Jews, Jesus of
Nazareth the Saviour of the Gentiles, is certainly Jehovah. He hath the
incommunicable title of the Most High God. ... Oh, ye Arians and Socinians,
who monstrously deny the Lord who bought you and put him to open shame by
denying his divinity, read you that verse and let your blasphemous tongues be
silent, and let your obdurate hearts melt in penitence because ye have so
foully sinned against him. He is Jehovah, or, mark you, the whole of God’s word
is false, and there is no ground whatever for a sinner’s hope.” [= Yesus Kristus adalah TUHAN kebenaran
kita. Di sana ada tiga kata, ‘Yehovah’, - karena demikianlah dalam bahasa
aslinya, - ‘Kebenaran kita’. Ia adalah Yehovah. Bacalah ayat ini, dan engkau
akan dengan jelas mengerti bahwa Mesias dari orang-orang Yahudi, Yesus dari
Nazaret, Juruselamat dari orang-orang non Yahudi, jelas adalah Yehovah. Ia
mempunyai gelar dari Allah Yang Maha Tinggi yang tidak bisa diberikan kepada
yang lain. ... O, kamu penganut-penganut Arianisme dan Socinianisme, yang
dengan hebat menyangkal Tuhan yang membelimu dan mempermalukan Dia dengan
menyangkal keilahianNya, bacalah ayat itu dan hendaklah lidah-lidah penghujatmu
diam, dan hendaklah hati-hatimu yang bandel mencair dalam penyesalan karena
kamu sudah berdosa dengan begitu busuk / kotor terhadap Dia. Ia adalah Yehovah,
atau, perhatikanlah, seluruh firman Allah adalah salah, dan di sana tidak ada
dasar apapun untuk pengharapan orang berdosa.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of
our Lord’, vol 2, hal 216.
Saya pernah beberapa kali menggunakan argumentasi
dari Yer 23:5-6 ini dalam perdebatan dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan
biasanya mereka tidak bisa menjawab. Tetapi pernah ada satu penatua yang
menjawab: “Yesus
disebut YHWH karena Ia mirip dengan YHWH.”.
Jawaban balik yang bisa diberikan:
1. Ini tetap merupakan suatu pelanggaran terhadap Maz 83:19 yang
sudah kita bahas di atas.
2. Bagaimana mungkin Pencipta bisa mirip dengan makhluk ciptaanNya?
(Catatan: dalam theologia Saksi-Saksi Yehuwa, Yesus adalah ciptaan pertama dari
Bapa).
2) Yoh 20:28-29 - “(28) Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’
(29) Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
Text yang
kelihatannya sangat sederhana ini justru membuat mereka sukar untuk
memutar-balikkannya.
Yohanes 20:28 (TDB): “Sebagai jawaban Tomas mengatakan
kepadanya, ‘Tuanku dan Allahku!’”.
a) Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bagi Tomas, Yesus adalah seperti
‘allah,’ terutama dalam mukjizat yang ia lihat yang mendorongnya untuk
mengeluarkan seruan itu. Beberapa sarjana mengatakan bahwa Tomas mungkin hanya
mengucapkan seruan keheranan yang emosional, yang diucapkan kepada
Yesus namun ditujukan kepada Allah.” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada
Tritunggal?’, hal 29.
Jawaban
kita:
1. Kata-kata dari Saksi-Saksi Yehuwa ini adalah
kata-kata yang bertentangan dengan dirinya sendiri! Bagaimana mungkin Tomas mengucapkan
kata-kata itu kepada Yesus tetapi menujukan kepada Allah?
Ada penulis internet yang mengatakan bahwa ada
Saksi-Saksi Yehuwa yang menafsirkan bahwa kata-kata ‘Ya Tuhanku’ ditujukan kepada Yesus, tetapi kata-kata ‘Ya
Allahku’ ditujukan kepada Allah.
Mungkin
karena itu TDB menterjemahkan: “Sebagai jawaban Tomas mengatakan
kepadanya, ‘Tuanku dan Allahku!’”.
Untuk kata pertama TDB menggunakan kata ‘Tuan’ (bukan ‘Tuhan’). Jadi kelihatannya mereka menganggap ini
ditujukan kepada Yesus. Sedangkan untuk kata kedua mereka menggunakan ‘Allah’ (dimulai dengan huruf besar), bukan ‘allah’! Jadi mungkin mereka menganggap bagian ini
ditujukan kepada Allah.
Tetapi ini jelas merupakan suatu terjemahan
yang tidak masuk akal, dan merupakan
penafsiran yang seenaknya sendiri, yang sengaja dipaksakan untuk disesuaikan dengan ajaran / kepercayaan sesat
mereka.
Dan kalau mereka punya lebih dari 1 jawaban /
penafsiran seperti ini, itu harus kita serang. Tekan dia dan tanyakan, yang
mana jawaban yang benar?
2. Tentang penafsiran bahwa itu
hanya kata-kata yang keluar karena kaget / heran, ada 2 alasan mengapa
pandangan ini tidak mungkin benar:
a. Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada
Yesus.
NASB
(Literal / hurufiah): “Thomas answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’” [= Tomas
menjawab dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’].
Perhatikan
bahwa dalam terjemahan NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini,
dikatakan bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau
seseorang mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya Allah’, karena kaget, ia sebetulnya
tidak menujukan kata-kata itu kepada siapapun. Jadi, ini bukan sekedar
ucapan orang, yang karena kaget, lalu berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia
betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa Tomas
mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.
Ini jelas juga menentang penterjemahan / penafsiran dari
Saksi-Saksi Yehuwa di atas, karena ayat itu menunjukkan bahwa Tomas mengucapkan
kata-kata itu kepada Yesus, bukan kepada Allah (Bapa).
b. A. H. Strong mengatakan bahwa
kebiasaan seperti itu tidak ada dalam kalangan Yahudi, karena adanya larangan
untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan / sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).
Ini bisa
saudara perkuat dengan menanyakan kepada mereka: Dimana dalam Alkitab ada orang
Yahudi yang karena heran lalu sebut kata ‘Tuhan’ atau ‘Allah’?
Itu
kebiasaan orang Indonesia / Amerika, tetapi bukan kebiasaan Yahudi! mereka
takut pada hukum ke 3 sehingga tak akan lakukan hal seperti itu!
3. Tidak ada apapun dalam
kata-kata Tomas itu yang menunjukkan bahwa Ia menganggap Yesus hanya seperti Allah. Jadi, bagaimana
mungkin Saksi-Saksi Yehuwa bisa mengatakan “Bagi
Tomas, Yesus adalah seperti
‘allah,’”? Ini lagi-lagi merupakan suatu penafsiran seenaknya sendiri, dan
merupakan suatu usaha membengkokkan Kitab Suci!
4. Yesus
bukan saja tidak menegur / memarahi Tomas atas kata-katanya itu, tetapi bahkan
lalu mengucapkan kata-kata dalam Yohanes 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”. Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menganggap kata-kata
Tomas itu sebagai suatu pengakuan iman, dan Yesus menerimanya, dan membenarkan,
penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ terhadap diriNya itu.
A. H. Strong: “In John 20:28,
the address of Thomas HO KURIOS MOU KAI HO THEOS MOU, - ‘My Lord and my God’ -
since it was unrebuked by Christ, is equivalent to an assertion on his own part
of his claim to Deity.” [= Dalam Yoh 20:28, penyebutan Tomas HO KURIOS MOU KAI
HO THEOS MOU, - ‘Tuhanku
dan Allahku’ - karena hal itu tidak ditegur / dimarahi oleh Kristus, maka itu
sama dengan suatu penegasan dari diriNya tentang claimNya
atas keAllahan.] - ‘Systematic
Theology’, hal 306.
5. Tetapi tentang Yohanes 20:29 ini terjemahan
mereka adalah seperti ini.
Yoh 20:29 (NWT): “Jesus said to him: ‘Because
you have seen me, have you believed? Happy are
those who have not seen and yet believe.’” [= Yesus berkata kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat
aku, kamu telah percaya / sudahkan kamu percaya? Berbahagialah mereka yang tidak / belum melihat tetapi
percaya.’].
Yoh 20:29 (TDB): “Yesus
mengatakan kepadanya, ‘Karena engkau telah melihat aku, sudahkah engkau percaya? Berbahagialah mereka yang tidak
melihat namun percaya.’”.
KJV: ‘Jesus
saith unto him, Thomas, because thou hast seen me, thou hast believed: blessed are they that have not seen, and yet have believed.’ [= Yesus berkata kepadanya, Tomas, karena engkau telah
melihat Aku, engkau telah percaya: diberkatilah mereka yang tidak / belum
melihat tetapi telah percaya.].
NIV: ‘Then
Jesus told him, ‘Because you have seen me, you have believed; blessed are those
who have not seen and yet have believed.’’ [= Maka Yesus memberitahunya, ‘Karena engkau telah melihat Aku, engkau
telah percaya; diberkatilah mereka yang tidak / belum melihat Aku tetapi telah
percaya.].
RSV: ‘Jesus
said to him, ‘Have you believed because you have seen me? Blessed are those who
have not seen and yet believe.’’ [= Yesus
berkata kepadanya, ‘Apakah engkau telah percaya karena engkau telah melihat
Aku? Diberkatilah mereka yang tidak / belum melihat Aku tetapi percaya.].
NASB: ‘Jesus
said to him, ‘Because you have seen Me, have you believed? Blessed are they who did not see, and yet believed.’’ [= Yesus berkata kepadanya, ‘Karena engkau telah
melihat Aku engkau telah percaya? Diberkatilah mereka yang tidak melihat Aku
tetapi percaya.].
Dalam bahasa Yunani dalam Alkitab tak
ada tanda baca. Kalimat itu pertanyaan atau pernyataan, dilihat dari kata-kata
yang digunakan dan kontextnya. Misalnya kalau digunakan kata ‘apa’, ‘mengapa’
dsb, dan juga kalau kontext menuntut hal itu. Dalam Yoh 20:29 kata tanya ‘apa’,
‘mengapa’ dsb tidak ada. Juga dikatakan ‘Yesus berkata’ bukan ‘Yesus bertanya’.
Lalu apakah kontext menuntut kita
menterjemahkan ke dalam kalimat tanya? Tidak, karena Yohanes 20:28 sudah kita
buktikan sebagai suatu pernyataan bahwa Tomas mempercayai Yesus sebagai Tuhan
dan Allah.
Penterjemahan ke dalam kalimat tanya
masih memungkinkan, tetapi seperti ini: “Karena engkau telah melihat Aku,
engkau telah percaya?”.
Bukan seperti ini: “Karena engkau
telah melihat Aku, sudahkah engkau percaya?”. Tetapi ini yang diambil oleh TDB,
dan ini sama sekali tak cocok dengan kontextnya.
Juga kalimat itu sebetulnya jelas
mengkontraskan antara Tomas, yang setelah melihat baru percaya, dengan
orang-orang yang lebih diberkati, karena belum melihat tetapi percaya. Kalau
percayanya Tomas dipertanyakan, maka kontras itu hilang.
b) Saksi-Saksi Yehuwa masih mempunyai jawaban
lain tentang Yoh 20:28 ini. Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai
Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431, Saksi-Saksi Yehuwa berkata: “Tidak
ada keberatan untuk menyebut Yesus sebagai ‘Allah’ jika inilah yang ada dalam
pikiran Tomas. Hal itu selaras dengan kutipan Yesus sendiri dari Mazmur di mana
orang-orang yang berkuasa, hakim-hakim, disebut ‘allah.’ (Yoh 10:34,35; Mzm.
82:1-6) Memang, Kristus mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi dari pada
orang-orang tersebut. Karena keunikan kedudukannya sehubungan dengan Yehuwa, di
Yohanes 1:18 (NW) Yesus disebut sebagai ‘allah yang anak tunggal’”.
Mazmur 82:1-6 -
“(1)
Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi: (2)
‘Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik?
Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim,
belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang
yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!’ (5)
Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan;
goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah
allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. -”.
Yoh 10:34-35
- “(34)
Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku
telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman
itu disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan - ,”.
Jawaban
kita:
1. Perlu diketahui bahwa pembahasan Mazmur 82
maupun Yoh 10:34-35, sekalipun bisa kita lakukan (dalam buku saya, saya
menjawab ini), tetapi cukup sukar / ruwet, sehingga menurut saya, sebaiknya
dihindari.
2. Kalau ia tadinya sudah memberikan jawaban
seperti yang sudah kita bahas di atas, maka kita kembalikan ke sana. Kalau ia
tadinya tidak memberikan jawaban seperti yang sudah kita bahas di atas, maka
kita membawa dia kesana, dengan mengatakan: Lho dalam buku ‘Haruskah Anda
Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 29, kalian kok katakan itu sebagai kata-kata
yang diucapkan karena heran? Kita memang harus berdebat dengan membawa makalah
yang sudah disiapkan.
Jadi, kita tabrakkan
ajaran mereka dari buku yang satu dengan ajaran mereka sendiri dari buku yang
lain. Penjelasan Saksi-Saksi Yehuwa tentang kata-kata Tomas dalam buku
‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’ (yang telah saya bahas di atas) dan
dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’ (yang saya bahas
sekarang ini), jelas bertentangan.
Dalam buku
pertama mereka mengatakan kata-kata itu diucapkan karena heran, dan diucapkan
kepada Yesus tetapi ditujukan kepada Allah. Dalam buku kedua mereka secara implicit
mengakui bahwa kata-kata itu memang ditujukan kepada Yesus, tetapi lalu
mereka menafsirkan bahwa kata ‘Allah’ tersebut artinya ‘bukan
Allah’. Jadi, jelas bukan kata-kata yang diucapkan karena heran.
Dari kontradiksi
seperti ini, yang begitu sering terjadi dalam ajaran mereka, terlihat bahwa
para Saksi-Saksi Yehuwa ini memang tidak terlalu mempunyai logika, atau, mereka
memang sengaja membutakan diri mereka sendiri.
3) Beberapa ayat
dari kitab Wahyu menyebut Yesus dengan ‘Alfa’, ‘Yang
Pertama’ dan ‘Yang
Awal’.
a) Sebutan-sebutan
ini menunjukkan kekekalan Yesus (sebagai Allah).
1. Wah 1:7-8,17-18 - “(7)
Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga
mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya,
amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega,
firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang
Mahakuasa.’ ... (17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya
sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku,
lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal
dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku
hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan
maut.”.
Catatan:
a. Dengan melihat pada Wah 1:7, terlihat bahwa Wah 1:8
berbicara tentang Yesus. Dan Wah 1:17-18 jelas sekali berbicara tentang
Yesus, karena adanya kata-kata ‘telah
mati, namun lihatlah, Aku hidup’. Juga bdk. dengan Wah 1:13nya yang mengatakan ‘Anak
Manusia’.
b. Kata-kata ‘Yang
Awal’ dalam Wahyu 1:17
seharusnya adalah ‘Yang
Pertama’.
2. Wahyu 2:8 - “‘Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan
hidup kembali:”.
Catatan:
a. Kalau Saksi-Saksi Yehuwa tidak mau mengakui bahwa Wah 2:8 ini
menunjuk kepada Yesus, maka:
·
Tanyakan
mengapa mereka menganggap bahwa Wah 3:14 ditujukan kepada Yesus. Jelas
karena Wah 2 dan Wah 3 adalah surat-surat kepada ketujuh gereja dari
Tuhan Yesus. Jadi, tidak bisa tidak, Wah 2:8 pasti menunjuk kepada Yesus.
·
Ajak
mereka melihat bagian akhir dari Wah 2:8 itu, yang berbunyi ‘yang telah mati dan hidup kembali’, dan tanyakan: kalau ini tidak menunjuk
kepada Yesus, lalu menunjuk kepada siapa?
b. Kata-kata
‘Yang Awal’ di sini seharusnya juga adalah ‘Yang Pertama’.
3. Wah 22:12-13 - “(12)
‘Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada
setiap orang menurut perbuatannya. (13) Aku adalah Alfa
dan Omega, Yang Pertama dan Yang
Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.’”.
Catatan: kata-kata ‘Yang
Terkemudian’ dalam
Wah 22:13 ini seharusnya adalah ‘Yang
Akhir’.
Perhatikan bahwa:
1. Wah 1:8 dan Wahyu 22:13 menyebut Yesus sebagai ‘Alfa
dan Omega’ (huruf pertama
dan terakhir dalam abjad Yunani). Kalau Yesus memang adalah ciptaan pertama
dari Bapa, maka Ia seharusnya disebut sebagai ‘Beta dan Omega’ (Catatan: Beta adalah huruf kedua dalam abjad Yunani).
2. Wah 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal
dan Yang Akhir’. Kalau Yesus
adalah ciptaan pertama dari Bapa, Ia tidak bisa disebut sebagai ‘Yang Awal’.
3. Wah 1:17, Wah 2:8 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa
Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang Akhir’. Kalau Yesus adalah ciptaan pertama dari
Bapa, Ia seharusnya disebut sebagai ‘Yang kedua dan Yang Akhir’.
Semua ini jelas menunjukkan bahwa Yesus itu
kekal / ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, dan semuanya ini
bertentangan dengan ajaran Saksi Yehuwa tentang Yesus Kristus, yang mengatakan:
a. “Karena telah diciptakan oleh
Allah, Yesus adalah nomor dua dalam hal waktu,
kuasa, dan pengetahuan” - ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’,
hal 14.
b. “bila Alkitab menyebut Allah sebagai
‘Bapa’ dari Yesus, ini memaksudkan tepat seperti yang dikatakannya - bahwa
mereka adalah dua pribadi yang terpisah. Allah yang
senior. Yesus yang yunior - dalam hal waktu atau umur, ...” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada
Tritunggal?’, hal 16.
Dan Pribadi manapun yang bisa memiliki sifat
kekal / ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, hanyalah Allah sendiri.
b) Bagaimana
anak bisa sama tuanya dengan bapanya?
Saksi-Saksi
Yehuwa: “Para
penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal, maka Anak Allah
juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa menjadi anak dan pada waktu yang
sama umurnya setua ayahnya?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal
15.
Jawaban kita:
Satu-satunya
jawaban yang bisa diberikan terhadap serangan mereka ini adalah dengan
mengajarkan doktrin yang disebut ‘the eternal generation of the Son’.
Doktrin ini mengajarkan bahwa Bapa memperanakkan Anak secara kekal (terus
menerus, tak ada saat Bapa tidak memperanakkan Anak).
Dasar Alkitab dari
doktrin ini:
1. Sebutan ‘Bapa’ dan ‘Anak’ dalam Kitab Suci menunjukkan bahwa Bapa
memang memperanakkan Anak (tetapi bukan seperti seorang bapak memperanakkan
anaknya!). Kalau memang tidak ada tindakan memperanakkan, mengapa tidak disebut
saja suami - istri, atau dua saudara kembar, atau paman - keponakan, dan
sebagainya.
2. Sebutan ‘Anak
Tunggal’ / ‘The Only Begotten’
(Yohanes 1:14 3:16), dan juga sebutan ‘sulung’ [dalam bahasa Inggrisnya ‘firstborn’
{= yang dilahirkan pertama}] bagi Yesus (Kol 1:15 Ro 8:29
Ibr 1:6), menunjukkan bahwa Ia memang diperanakkan.
3. Yohanes 5:26 dan Yohanes 6:57 mengatakan
bahwa Bapa memberikan Anak untuk mempunyai hidup dalam diriNya sendiri.
Yoh 5:26 - “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam
diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak
mempunyai hidup dalam diriNya sendiri.”.
Yoh 6:57 - “Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa
yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.”.
4. Yoh 1:18 - “Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak
Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang
menyatakanNya.”.
Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.
NWT: ‘the only begotten god’ [= satu-satunya allah yang diperanakkan].
TDB: “satu-satunya allah yang diperanakkan”.
NASB: ‘the only begotten God’ [=
satu-satunya Allah yang diperanakkan].
Dalam istilah / bagian ini terdapat textual
problem [= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu
dengan manuscript yang lain]. Ada 4 golongan manuscript:
1. ‘the only begotten’ [= satu-satunya yang diperanakkan].
2. ‘the only begotten Son’ [= satu-satunya Anak yang diperanakkan].
3. ‘the only begotten Son of God’ [= satu-satunya Anak Allah yang
diperanakkan].
4. ‘(the) only begotten God’ [= satu-satunya Allah yang diperanakkan].
Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan
bahwa ada definite article /
kata sandang tertentu (‘the only begotten God’), tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini
tidak digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only
begotten God’).
Kebanyakan penafsir menganggap bahwa
manuscript yang keempatlah yang benar, dengan alasan:
1. Ini
didukung oleh manuscript yang paling kuno.
Makin kuno suatu manuscript, makin dekat
manuscript itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin baru suatu
manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga makin tidak
dipercaya.
Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis langsung oleh para penulis Kitab
Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada
hanyalah salinan-salinan atau manuscript-manuscript, yang sudah mengandung
kesalahan.
2. Ini merupakan ‘bacaan
yang lebih sukar’ (‘more
difficult reading’).
Memang kalau ada perbedaan manuscript,
biasanya bacaan yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima,
berdasarkan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk
mengubah dari ‘yang
tidak masuk akal’ menjadi ‘yang masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang masuk akal’ menjadi ‘yang
tidak masuk akal’. Dengan
kata lain, penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan, tetapi
tidak mungkin mempersukar bacaan.
Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah
yang no 1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau
no 3, dan lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no
4, yang ‘begitu tidak masuk akal’.
Demikian juga kalau yang benar adalah no 2
atau no 3.
Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin
sekali penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia menganggapnya
sebagai pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.
Kalau kita berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa
maka kita harus mengingat bahwa dalam terjemahan ayat ini NWT / TDB juga
mengambil kemungkinan ke 4, dan karena itu sebetulnya kita tak usah menjelaskan
semua ini.
Pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’ [= satu-satunya Allah yang diperanakkan],
maka:
a. Secara implicit ini menunjukkan bahwa ada semacam kejamakan
dalam diri Allah (karena ada Allah yang diperanakkan, dan ada yang tidak)
sehingga juga bisa digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.
b. Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa.
Karena itu ayat ini juga menjadi dasar dari doktrin ‘the eternal generation
of the Son’, yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan secara kekal oleh
Bapa.
c. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus
adalah Allah, tetapi Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan
Ia diperanakkan. Jadi, Ia adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.
Pada waktu kita
menyatakan bahwa Yesus diperanakkan secara kekal oleh Bapa, maka kita harus
memperhatikan hal ini.
Itu bukanlah suatu
tindakan yang terjadi hanya pada satu saat di masa lampau, tetapi merupakan
suatu tindakan yang, sekalipun sudah selesai dilakukan, tetapi tetap dilakukan
terus-menerus, dari minus tak terhingga sampai plus tak terhingga. Tidak ada saat di mana Bapa tidak melakukan tindakan itu.
Catatan: yang
diperanakkan secara kekal itu adalah pribadi Allah Anak, bukan hakekatNya,
karena Ia sehakekat dengan Bapa.
Definisi ini
penting, karena kalau dikatakan bahwa Bapa memperanakkan Anak pada satu saat
di masa yang lampau,
Dengan demikian:
·
Ada perubahan dalam diri Allah (dari 1 pribadi
menjadi 2 pribadi). Ini bertentangan dengan sifat dasar Allah yang tidak bisa
berubah!
·
Bapa lebih kekal dari Anak / Yesus. Ini
bertentangan dengan keilahian Kristus, karena apa yang tidak kekal pasti bukan
Allah!
Memang ada yang
menangkis serangan ini dengan berkata bahwa pada minus tak terhingga itu belum
ada waktu, sehingga tidak ada ‘sebelum’ atau ‘sesudah’. Itu benar
tetapi:
¨ Secara logika kita
masih dapat memikirkan hal itu.
¨ Bdk. Ro 8:29
- “Sebab semua orang yang dipilihNya
dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa
dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara.”.
Baik ‘pemilihan’ maupun ‘penentuan’ terjadi dari
semula (minus tak terhingga), tetapi toh ayat itu menunjukkan bahwa ‘pemilihan’ mendahului ‘penentuan’.
Sekarang mari kita
kembali pada doktrin yang benar dari ‘The Eternal Generation of the Son’ ini.
Herman Bavinck: “It
is not to be regarded as having been completed once for all in the past, but it
is an act eternal and immutable, eternally finished, yet continuing
forevermore. As it is natural for the sun to give light and for the fountain to
pour forth water, so it is natural for the Father to generate the Son.” [= Ini
tidak boleh dianggap sebagai sudah terjadi sekali untuk selama-lamanya di masa
yang lalu, tetapi ini merupakan suatu tindakan yang kekal dan tidak berubah,
diselesaikan secara kekal, tetapi terus berlangsung selama-lamanya. Sebagaimana merupakan sesuatu yang alamiah bagi matahari
untuk memberikan sinarnya dan bagi suatu sumber untuk mengeluarkan air,
demikian juga adalah sesuatu yang alamiah bagi Bapa untuk memperanakkan Anak.] - ‘The Doctrine of God’, hal 309.
Illustrasi /
analogi yang dipakai oleh Bavinck di sini adalah sangat penting. Tindakan Bapa
memperanakkan Anak merupakan suatu tindakan yang sudah selesai, tetapi terus
berlangsung secara kekal.
Analoginya
adalah matahari yang memancarkan sinarnya. Matahari itu sudah selesai
memancarkan sinarnya, tetapi hal itu tetap berlangsung terus menerus,
dan tidak ada saat dimana matahari tidak memancarkan sinarnya.
Sekarang cobalah
membayangkan hal itu. Dari minus tak terhingga sampai ke plus tak terhingga
matahari terus menerus memancarkan sinarnya. Coba bayangkan hal ini, dan ikuti
matahari dan sinarnya itu mulai minus tak terhingga sampai ke plus tak
terhingga. Apakah ada perubahan? Sama sekali tidak, bukan? Semua tetap sama
selama-lamanya. Lalu, apakah matahari lebih kekal dari sinarnya? Kalau saudara
berkata bahwa matahari ada lebih dulu dari sinarnya, maka ingat bahwa matahari
tanpa sinar tidak bisa disebut sebagai matahari, dan ingat juga bahwa dalam
ilustrasi ini matahari itu terus mengeluarkan sinarnya dari minus tak terhingga
sampai plus tak terhingga. Jadi jelas bahwa matahari sama usianya dengan
sinarnya.
Kalau hal ini kita
jadikan ilustrasi tentang Bapa yang memperanakkan Anak, maka kita tidak bisa
melihat adanya perubahan dalam diri Allah, dan kita juga tidak bisa mengatakan
bahwa Bapa itu lebih kekal dari pada Anak.
Philip Schaff: “In human
generation, ... the father is older than the son; but in the divine generation,
which takes place not in time, but is eternal, there can be no such thing as
priority or posteriority of one or the other hypostasis.” [= Dalam kelahiran manusia, ... bapanya
lebih tua dari anaknya; tetapi dalam kelahiran ilahi, yang terjadi bukan dalam
waktu, tetapi merupakan sesuatu yang kekal, tidak ada ‘sebelum’ atau ‘sesudah’
dari satu pribadi atau pribadi yang lain.] - ‘History
of the Christian Church’, vol III, hal 659.
W. G. T. Shedd
mengutip kata-kata yang indah dari Turretin:
“The
Father does not generate the Son either as previously existing, for in
this case there would be no need of generation; nor as not yet existing,
for in this case the Son would not be eternal; but as coexisting,
because he is from eternity in the Godhead.” [= Bapa
tidak memperanakkan Anak seakan-akan Anak itu sudah ada sebelumnya,
karena dalam hal ini tidak dibutuhkan tindakan memperanakkan itu; juga tidak
seakan-akan Anak itu belum ada, karena dalam hal ini Anak itu tidak
kekal; tetapi sebagai ada bersama-sama, karena Ia ada di dalam Allah
sejak kekekalan.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal
293-294.
Satu hal lagi yang
perlu ditekankan adalah bahwa: yang dibicarakan dalam doktrin ‘the
eternal generation of the Son’ ini adalah Yesus sebagai Allah,
bukan Yesus sebagai manusia. Sebagai manusia, Yesus dicipta, dan tidak
kekal.
Philip Schaff: “The Son,
as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from
eternity of the unbegotten Father.”
[= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak
dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang
tidak diperanakkan.] - ‘History of the
Christian Church’, vol III, hal 658.
Dari
penjelasan-penjelasan ini terlihat bahwa sekalipun Yesus memang betul-betul
diperanakkan oleh Bapa, Ia tetap sama kekalnya dengan Bapa, dan itu membuktikan
bahwa Ia memang adalah Allah sendiri!
Jadi, dengan penjelasan dan ilustrasi ini
kita bisa menjawab dan mematahkan argumentasi yang cuma berdasarkan logika
semata-mata yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa bahwa bapa dan anak tak bisa
sama tuanya.
4) Doa kepada
Yesus.
Ketidak-percayaan Saksi-Saksi Yehuwa terhadap
keilahian Yesus juga menyebabkan mereka melarang untuk berdoa kepada Yesus.
Yesus hanya pengantara dalam doa, tetapi bukan obyek doa.
Paul Blizard: “Jesus is
not to be worshiped or prayed to.”
[= Kita tidak boleh menyembah Yesus atau berdoa kepadaNya.] - internet.
Saksi-Saksi Yehuwa
mengatakan:
·
“kita hendaknya berdoa hanya kepada Allah, Yehuwa. ... Akan tetapi semua doa
kita hendaknya diucapkan dalam nama
Yesus.” - ‘Apa yang Allah Tuntut dari Kita?’, hal 14,15.
·
“Doa
harus ditujukan hanya kepada Yehuwa dengan perantaraan Kristus.” - ‘Saksi-Saksi
Yehuwa - Siapakah Mereka?’, hal 13.
Bahwa ini juga merupakan pandangan / ajaran
yang sesat, terbukti dari:
a) Yesus
sendiri memerintahkan kita untuk berdoa kepadaNya.
Yohanes 14:14 - “Jika
kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam
namaKu, Aku akan melakukannya.’”.
KJV: ‘If ye shall ask any thing in my name, I
will do it’ [= Jika kamu meminta apapun dalam namaKu, Aku akan
melakukannya]. RSV » KJV.
NIV: ‘You may ask me for anything in
my name, and I will do it’ [= Kamu
boleh meminta kepadaKu apapun dalam namaKu, dan Aku akan
melakukannya].
NASB: ‘If you ask Me anything in My name, I will do it’ [= Jika kamu meminta apapun kepadaKu dalam
namaKu, Aku akan melakukannya].
Jadi ada versi Kitab Suci yang mempunyai kata
‘kepadaKu’ itu, dan ada yang tidak mempunyainya.
TDB: “Jika
kamu meminta apa pun dengan namaku, aku akan melakukannya.”.
1. Kata
‘kepadaKu’ ini diperdebatkan keasliannya.
Ada manuscript yang mempunyainya dan ada
manuscript yang tidak mempunyainya. Sekarang pertanyaannya adalah: apakah
manuscript yang tidak mempunyai kata itu yang menghapus, atau manuscript yang
mempunyai kata itu yang menambahi?
Saya setuju dengan Bruce M. Metzger, yang
berpendapat bahwa beberapa manuscript menghapus bagian yang sebetulnya asli ini
karena salah satu dari 2 alasan di bawah ini:
a. Kata-kata ‘meminta sesuatu kepadaKu dalam
namaKu’ kelihatannya
aneh. Seperti yang dikatakan oleh F. F. Bruce: “If
something is asked for in Jesus’ name, the request is probably viewed as
addressed to the Father” [= Jika sesuatu diminta dalam
nama Yesus, permintaan itu mungkin dipandang sebagai ditujukan kepada
Bapa] - hal 301.
b. Keinginan membuang kontradiksi antara ayat ini dengan
Yoh 16:23, dimana doa dalam nama Yesus itu ditujukan kepada Bapa.
Yoh 16:23 - “Dan pada
hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepadaKu. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada
Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam
namaKu.”.
Metzger mengatakan bahwa kata ‘kepadaKu’ dalam Yoh 14:14 ini didukung oleh cukup
banyak manuscript, dan kata ini kelihatannya didukung oleh / sesuai dengan
kata-kata ‘Aku akan melakukannya’ pada akhir dari ay 14.
Yoh 14:14 - “Jika
kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam
namaKu, Aku akan melakukannya.’”.
2. Kata ‘kepadaKu’ ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh
ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus (dan tentu saja
juga boleh ditujukan kepada Roh Kudus).
William Hendriksen: “now the disciples are told that
they must not only pray in the name of Christ but to Christ.” [=
sekarang murid-murid diberitahu bahwa mereka harus berdoa bukan hanya dalam
nama Kristus tetapi kepada Kristus.] - hal 274.
Leon Morris (NICNT): “The two are inseparable, as
throughout this paragraph. That is why prayer may be addressed to either.” [=
Keduanya (Bapa dan Anak) tidak terpisahkan, seperti dalam
sepanjang paragraf ini. Itu sebabnya doa bisa ditujukan kepada yang manapun
dari Mereka.] - hal 646.
Leon Morris (NICNT): “There is no object to the verb
‘ask’ in the preceding verse, so that it is not certain whether it is Christ or
the Father who is to be asked (though it is Christ who will ‘do’ the response).
... We expect the same to be true of this verse. However the true text appears
to be ‘if ye shall ask me anything in my name’. Prayer may be
addressed to the Son as well as to the Father. But it is still ‘in my
name’. ... As in the previous verse, the prayer will be answered by Christ.” [= Tidak
ada obyek bagi kata kerja ‘minta’ dalam ayat sebelumnya (ay 13),
sehingga tidak jelas apakah kita harus minta kepada Kristus atau kepada Bapa
(sekalipun Kristuslah yang akan ‘melakukan’ tanggapan). ... Kita mengharapkan
hal yang sama untuk ayat ini (ay 14). Tetapi text yang benar
kelihatannya adalah ‘jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’. Doa
boleh ditujukan kepada Anak maupun kepada Bapa. Tetapi itu tetap ‘dalam
namaKu’. ... Seperti dalam ayat sebelumnya (ay 13), doa akan
dijawab oleh Kristus.] - hal
647.
Pulpit Commentary: “Surely this passage is the true
justification of prayer to Christ himself.” [= Jelas
bahwa text ini merupakan pembenaran yang benar tentang doa kepada Kristus
sendiri.] - hal 225.
b) Doa kepada Yesus ini dipraktekkan oleh Stefanus menjelang
kematiannya.
Kis 7:59-60 - “(59) Sedang mereka melemparinya Stefanus
berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus,
terimalah rohku.’ (60) Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan,
janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu
meninggallah ia.”.
Dan ingat bahwa pada saat itu ia dipenuhi
oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 7:55). Masakan ia salah dalam menujukan doanya pada
saat ia dipenuhi oleh Roh Kudus? Jadi lagi-lagi merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan Kitab Suci kalau Saksi Yehuwa melarang untuk berdoa kepada
Yesus.
Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa ‘tidak kurang akal’ dalam membengkokkan text ini. Dalam text ini ada 2 x kata ‘Tuhan’, dan keduanya sama-sama berasal dari kata bahasa Yunani KURIE. Kata KURIE yang pertama diterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan] oleh NWT, dan diterjemahkan ‘Tuan’ oleh TDB. Mereka tidak bisa menterjemahkan kata itu sebagai ‘Jehovah’, karena di situ kata itu diikuti oleh kata ‘Yesus’. Tetapi lucunya kata KURIE yang kedua oleh NWT diterjemahkan sebagai ‘Jehovah’ [= Yehovah], dan oleh TDB diterjemahkan sebagai ‘Yehuwa’.
Tanggapan saya:
1. Ini jelas merupakan penterjemahan seenaknya sendiri tanpa
memperhatikan kontext, dan bertentangan dengan prinsip penafsiran mereka
sendiri, yang mengharuskan untuk menafsir dengan memperhatikan kontext
(‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 48).
2. Sekalipun mereka membengkokkan Kis 7:60nya, tetapi itu
sia-sia, karena Kis 7:59nya tetap merupakan suatu doa yang ditujukan kepada
Yesus!
3. Bandingkan doa Stefanus dalam Kis 7:59 ini dengan
Pkh 12:7 - “dan debu
kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang
mengaruniakannya.”.
Kalau pada saat seseorang mati, rohnya
kembali kepada Allah, mengapa Stefanus menyerahkan rohnya kepada
Yesus? Jelas karena Yesus adalah Allah!
c) Paulus juga berdoa kepada Yesus.
1. 2Kor 12:8-9 - “(8) Tentang
hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur
dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu
bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab
itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus
turun menaungi aku.”.
Kata ‘kuasaKu’ (ay 9a) = ‘kuasa
Kristus’ (ay 9b). Jadi kata ‘Tuhan’ dalam ay 8, kepada siapa Paulus menujukan doanya, pasti adalah ‘Tuhan Yesus’.
Juga, kata ‘Tuhan’ dalam ay 8 itu oleh TDB diterjemahkan ‘Tuan’, sehingga jelas bahwa yang dimaksudkan adalah Yesus. Juga mereka
menggunakan kata ‘memohon’, dan karena itu bagian ini merupakan dasar
yang kuat untuk menunjukkan bahwa doa boleh ditujukan kepada Yesus!
2. 1Tes 2:18, 3:10-11 - “(2:18)
Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari
sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami. ... (3:10) Siang malam kami
berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan
menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. (3:11) Kiranya Dia, Allah dan
Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.”.
a. Kata-kata
‘berdoa’ oleh TDB diterjemahkan: ‘membuat permohonan’.
KJV/RSV/NASB:
‘praying’ [= berdoa];
NIV: ‘pray’ [= berdoa].
b. Dalam text ini terlihat bahwa Paulus berdoa dan berharap, bukan
hanya kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus, untuk membuka jalan sehingga ia
bisa datang ke Tesalonika.
d) Rasul Yohanes, dalam bagian akhir dari kitab Wahyu, juga menaikkan
suatu seruan / doa kepada Yesus.
Wah 22:20 - “Ia
yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang
segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”.
Kata-kata ‘Amin,
datanglah segera Tuhan Yesus!’
jelas diucapkan oleh rasul Yohanes kepada Yesus, dan merupakan suatu doa kepada
Yesus!
John Owen: “So the whole Scripture is closed with a prayer of the church unto the Lord Christ, expressing their faith in him: ‘Even so, come, Lord Jesus,’ Rev. 22:20.” [= Demikianlah seluruh Kitab Suci ditutup dengan suatu doa dari gereja kepada Tuhan Kristus, menyatakan iman mereka kepadaNya: ‘Datanglah, Tuhan Yesus’, Wah 22:20.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 111.
e) Semua orang percaya di segala tempat berdoa kepada Yesus.
1Kor 1:2b - “dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama
Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”.
Kata-kata ini jelas menunjukkan bahwa orang
kristen boleh berdoa kepada Yesus!
Calvin: “he says that Christ is called upon by believers, and this affords a proof of his divinity - invocation being one of the first expressions of Divine homage.” [= ia berkata bahwa Kristus dipanggil oleh orang-orang percaya, dan ini memberikan suatu bukti keilahianNya - karena doa merupakan salah satu ungkapan dari penghormatan Ilahi.] - hal 53.
f) Beberapa orang berdialog [= berdoa!] dengan Yesus (setelah
kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga), yaitu:
1. Saulus dalam Kis 9:4-6 - “(4)
Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya:
‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah
Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi
bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang
harus kauperbuat.’”.
2. Ananias dalam Kis 9:10-16 - “(10)
Di Damsyik ada seorang murid Tuhan
bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan:
‘Ananias!’ Jawabnya: ‘Ini aku, Tuhan!’ (11) Firman Tuhan: ‘Mari,
pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang
dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, (12) dan dalam suatu
penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan
menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.’ (13) Jawab
Ananias: ‘Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu,
betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudusMu di
Yerusalem. (14) Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala
untuk menangkap semua orang yang memanggil namaMu.’ (15) Tetapi firman Tuhan
kepadanya: ‘Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan
namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. (16)
Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia
tanggung oleh karena namaKu.’”.
3. Petrus dalam Kis 10:13-16 - “(13)
Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai Petrus,
sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan,
tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’
(15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa
yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ (16) Hal
ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke
langit.”.
Catatan: dalam semua ayat-ayat ini kata ‘Tuhan’ diterjemahkan ‘Tuan’ dalam TDB dan ‘Lord’ dalam NWT.
g) Wahyu 5:8 menunjukkan bahwa doa orang-orang kudus
dipersembahkan kepada Yesus.
Wah 5:8 - “Ketika
Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua
puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing
memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa
orang-orang kudus.”.
TDB juga menterjemahkan ‘doa orang-orang kudus’.
Kata ‘tersungkurlah’ dalam ayat ini menunjukkan bahwa keempat
makhluk dan keduapuluh-empat tua-tua menyembah Yesus. Dan mereka membawa ‘kecapi’, yang menunjukkan bahwa mereka memuji Yesus. Dan mereka juga membawa ‘satu cawan emas, penuh dengan kemenyan’, yang menunjuk kepada ‘doa orang-orang kudus’. Kalau memang doa tidak boleh ditujukan
kepada Yesus, mengapa cawan emas ini dibawa ke hadapan Yesus?
James B. Ramsey: “what a mass of overwhelming
evidence is here again presented to us of the divinity of Jesus! ... It is as
the Lamb that He is adored by all the redeemed church, by all the angelic
throngs, and by a whole worshipping creation; and that with precisely the
same homage, which they offer to Him that sitteth on the throne. ...let us
joyfully unite in their homage, prostrating ourselves before His throne in
hearty consecration to His service, and hailing Him as our Lord and our God.” [= di
sini lagi-lagi diberikan sangat banyak bukti yang berkelimpahan tentang
keilahian Yesus! ... Adalah sebagai Anak Domba Ia dipuja oleh seluruh gereja
yang ditebus, oleh seluruh kerumunan malaikat, dan oleh seluruh ciptaan yang
menyembah; dan itu dilakukan dengan penyembahan yang persis sama, dengan
yang mereka berikan kepada Dia yang duduk di atas takhta. ... hendaklah
kita dengan sukacita bersatu dalam penyembahan mereka, dengan meniarapkan diri
kita sendiri di hadapan takhtaNya dalam penyerahan yang sungguh-sungguh kepada
pelayananNya, dan menyambut Dia sebagai Tuhan kita dan Allah kita.] - hal 309,310.
Catatan: mungkin
bagian yang saya garis bawahi itu menunjuk pada Wah 8:3-4 - “(3)
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu. (4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa
orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.”.
Kalau kita boleh / disuruh berdoa kepada Yesus, jelas
bahwa Yesus adalah Allah.
5) Penyembahan
terhadap Yesus.
Ketidak-percayaan Saksi-Saksi Yehuwa terhadap
keilahian Yesus, menyebabkan mereka melarang untuk menyembah Yesus.
Paul Blizard: “Jesus is
not to be worshiped or prayed to.”
[= Kita tidak boleh menyembah Yesus atau berdoa kepadaNya.] - internet.
Pada waktu
mengomentari Mat 4:10, Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus jelas
tidak mengatakan bahwa ia sendiri harus disembah.” - ‘Bertukar
Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 426.
Kesesatan seperti ini secara sangat jelas
bertentangan dengan Kitab Suci, karena jelas bahwa Kitab Suci bukan hanya
mengijinkan, tetapi mengharuskan penyembahan, terhadap Yesus. Ini bisa terlihat
dari Yohanes 5:22-23 - “(22)
Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu
seluruhnya kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama
seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga
tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.”.
Kalau kita menghormati Bapa dengan menyembah
Dia, maka jelas bahwa kita boleh, dan bahkan harus, menyembah Yesus.
John Owen: “To honour the Son as we ought to honour the Father, is that which makes us Christians, and which nothing else will so do.” [= Menghormati Anak seperti kita seharusnya menghormati Bapa, adalah apa yang membuat kita orang-orang Kristen, dan tidak ada hal lain yang membuat demikian.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 107.
Disamping itu, ada 3 hal yang ingin saya
bahas tentang persoalan ini:
a) Kitab Suci secara explicit memerintahkan untuk menyembah Yesus.
b) Kitab Suci menubuatkan penyembahan terhadap Yesus.
c) Kitab Suci menunjukkan fakta bahwa Yesus disembah, dan Yesus mau
menerima penyembahan tersebut.
Mari kita menyoroti 3 hal ini satu per satu.
a) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.
1. Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat
harus menyembah Anak / Yesus.
Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang
sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Kalau Yesus bukan Allah, adalah sesuatu yang
tidak masuk akal bahwa Allah memerintahkan para malaikat untuk menyembah Dia.
Karena itu merupakan sesuatu yang jelas bertentangan dengan Kitab Suci kalau
Saksi-Saksi Yehuwa melarang untuk menyembah Yesus.
Tetapi kata ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 ini oleh NWT
diterjemahkan ‘do obeisance’. Kata ini bisa diterjemahkan ‘menyembah’ atau ‘menghormat
dengan membungkukkan badan’.
Mungkin yang terakhir ini yang mereka maksudkan. Dan jelas bahwa mereka sengaja
menterjemahkan Ibr 1:6 sedemikian rupa, sehingga tidak menunjukkan bahwa
para malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus.
Tetapi, ada 2 alasan kuat yang membuktikan
kesalahan terjemahan NWT ini:
a. Kata ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 berasal dari kata dasar
PROSKUNEO, yang artinya memang ‘menyembah’. Ini juga kata Yunani yang sama seperti yang
digunakan dalam Mat 4:9-10. Dalam Mat 4:9-10 NWT menterjemahkan ‘worship’ [= menyembah]. Mengapa dalam Ibr 1:6
tidak demikian? Ini lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran NWT dalam mengubah
terjemahan seenaknya sendiri!
b. Ibrani 1:6 itu merupakan kutipan dari Perjanjian Lama, yaitu
Maz 97:7, yang merupakan perintah bagi para malaikat untuk menyembah
YAHWEH. Dan karena itu, jelas bahwa dalam Ibr 1:6 harus digunakan istilah ‘menyembah’.
Maz 97:1-7 - “(1)
TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau
bersukacita! (2) Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum
adalah tumpuan takhtaNya. (3) Api menjalar di hadapanNya, dan menghanguskan
para lawanNya sekeliling. (4) Kilat-kilatNya menerangi dunia, bumi melihatnya
dan gemetar. (5) Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan
Tuhan seluruh bumi. (6) Langit memberitakan keadilanNya, dan segala bangsa
melihat kemuliaanNya. (7) Semua orang yang beribadah kepada patung akan
mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala
allah sujud menyembah kepadaNya”.
Catatan:
·
Saya
mengutip mulai ay 1, supaya saudara bisa melihat kontextnya, yang jelas
membicarakan TUHAN / YAHWEH (ay 1,5).
·
Kitab
Suci Indonesia salah terjemahan karena menterjemahkan bagian akhir dari
ay 7 (yang saya garis bawahi) bukan sebagai perintah, tetapi sebagai
pernyataan biasa. RSV sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia. Bandingkan
dengan KJV, yang menterjemahkan bagian itu sebagai kalimat perintah.
KJV: ‘worship him, all ye gods’ [=
sembahlah Dia, kamu semua allah-allah]. NIV/NASB » KJV.
·
Siapa
yang disebut ‘allah-allah’ ini?
Ada yang menganggap bahwa kata ‘allah-allah’ dalam ay 7b ini menunjuk kepada
dewa-dewa dalam ay 7a.
A. H. Strong: “Ann. Par. Bible:
Although the deities of the heathen have no positive existence, they are
described in Scripture as if they had, and are resresented as bowing down
before the majesty of Jehovah.” [= Ann. Par Bible: Sekalipun allah-allah
dari orang kafir tidak mempunyai keberadaan yang positif, tetapi dalam Kitab
Suci mereka digambarkan seakan-akan mereka mempunyai keberadaan, dan
digambarkan sebagai membungkuk / menyembah di depan keagungan Yehovah.] - ‘Systematic Theology’, hal 307.
Tetapi saya berpendapat bahwa kata ‘gods’ [= allah-allah] dalam ay 7 ini jelas menunjuk kepada
malaikat-malaikat, karena terlihat bahwa dalam mengutip ayat ini, penulis surat
Ibrani (yang jelas diilhami oleh Roh Kudus, sehingga tulisannya pasti benar)
menterjemahkannya menjadi ‘malaikat-malaikat’. Juga dalam Septuaginta (Perjanjian Lama
yang diterjemahkan ke bahasa Yunani), kata ini diterjemahkan ‘malaikat-malaikat’ (A. H. Strong, ‘Systematic Theology’, hal 307).
Jadi, kalau dalam Maz 97:7
malaikat-malaikat diperintahkan untuk menyembah YAHWEH, maka dalam Ibrani 1:6
malaikat-malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus! Semua ini menunjukkan
bahwa Yesus memang adalah YAHWEH, dan karena itu Ia harus disembah!
A. H. Strong: “Those who are
figuratively and rhetorically called ‘gods’ are bidden to fall down in worship
before him who is the true God, Jesus Christ.” [= Mereka yang
secara kiasan dan rhetorik disebut ‘allah-allah’ diperintahkan untuk jatuh /
tersungkur dalam penyembahan di hadapanNya yang adalah Allah yang benar /
sejati, Yesus Kristus.] - ‘Systematic
Theology’, hal 307.
A. H. Strong
menceritakan bahwa seorang yang bernama Charles Lamb, pada waktu bersama dengan
beberapa temannya berkhayal tentang orang-orang besar yang hidup kembali. Lalu
ada pertanyaan: Bagaimana jika Kristus memasuki ruangan ini? Ia menjawab: “if Shakespere
entered, we should all rise; if He appeared, we must kneel.” [= jika
Shakespeare masuk, kita semua harus berdiri; jika Ia muncul, kita harus
berlutut.] - ‘Systematic Theology’, hal 312.
2. Maz 2:11-12a - “(11)
Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan
gemetar, (12) supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah
sekali murkaNya menyala.”.
Kitab Suci Indonesia terjemahannya kacau
(demikian juga dengan RSV), khususnya kata ‘kaki’ yang saya garis bawahi! Seharusnya adalah ‘Anak’, yang jelas menunjuk kepada Yesus!
KJV: ‘(11) Serve the LORD with fear, and rejoice
with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry, and ye perish from
the way, when his wrath is kindled but a little’ [= (11)
Layanilah / beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan bersukacitalah dengan
gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah, dan kamu binasa dari
jalan, pada waktu murkaNya dinyalakan sedikit saja].
NIV: ‘(11) Serve the LORD with fear and rejoice with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry and you be destroyed in your way, for his wrath can flare up in a moment’ [= (11) Layanilah / Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah dan kamu dibinasakan / dihancurkan di jalanmu, karena murkaNya bisa menyala dalam sekejap].
NASB: ‘(11) Worship the LORD with reverence, And rejoice with
trembling. (12) Do homage to the Son, lest He become angry, and you
perish in the way, For His wrath may soon be kindled’ [= Beribadahlah / sembahlah TUHAN dengan hormat /
takut, Dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Sembahlah / hormatilah Anak,
supaya Ia jangan marah, dan kamu binasa di jalan, Karena murkaNya bisa menyala
dengan cepat].
NWT: “Kiss the son” [= Ciumlah anak / putra].
Mengapa Kitab Suci Indonesia / KJV / NIV
menterjemahkan ‘Ciumlah’ / ‘Kiss’, tetapi
NASB menterjemahkan ‘Do
homage’ [= Sembahlah / hormatilah]? Rupanya karena kata ‘cium’
berhubungan dengan penyembahan. Ini terlihat dari beberapa ayat seperti:
a. Hos 13:2 - “Sekarangpun mereka terus berdosa, dan
membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan
kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah korban
kepadanya!, kata mereka. Baiklah manusia mencium
anak-anak lembu!”.
Calvin (tentang Hos 13:2): “by kissing he means by a figure a profession of worship
or adoration.” [= dengan
‘mencium’ ia memaksudkan dengan suatu penggambaran suatu pengakuan tentang
penyembahan dan pemujaan.] - hal 453.
Dan Calvin lalu memberi contoh ayat
lain, dimana kata ‘mencium’ juga
diartikan seperti itu, yaitu 1Raja 19:18.
b. 1Raja 19:18 - “Tetapi
Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak
sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.
c. Ayub 31:26-28
- “(26) jikalau aku pernah memandang
matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, (27)
sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan
kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh
hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.”.
NIV: ‘my hand offered them a kiss of homage’ [= tanganku memberikan mereka ciuman penghormatan / penyembahan].
Catatan: kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mencium’ dalam Ayub 31:27,
1Raja 19:18, Hos 13:2, dan Maz 2:11, berasal dari kata dasar
Ibrani yang sama yaitu NASHAQ, yang memang berarti ‘kiss’ [= mencium].
Jadi, kalau dalam Mazmur 2:12 itu diperintahkan supaya kita mencium
Anak / Yesus, itu berarti bahwa kita diperintahkan untuk menyembah Dia!
Calvin (tentang Maz 2:11-12): “The
term ‘kiss’ refers to the solemn token or sign of honour which subjects were
wont to yield to their sovereigns. The sum is, that God is defrauded of his
honour if he is not served in Christ.” [= Istilah ‘cium’ menunjuk pada bukti atau tanda
penghormatan yang biasanya diberikan oleh orang-orang yang ditundukkan kepada
penguasa mereka. Kesimpulannya adalah bahwa Allah diambil kehormatanNya jika Ia
tidak disembah dalam Kristus.] - hal 24.
Dan tentang kata-kata selanjutnya dalam Maz 2:12, yang berbunyi ‘supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di
jalan, sebab mudah sekali murkaNya menyala’, Calvin berkata:
“What follows
immediately after is a warning to those who despise Christ, that their pride
shall not go unpunished; as if he had said, As Christ is not despised without
indignity being done to the Father, who hath adorned him with his own glory, so
the Father himself will not allow such an invasion of his sacred rights to pass
unpunished.” [= Apa yang langsung mengikutinya adalah suatu
peringatan kepada mereka yang meremehkan / merendahkan / menghina Kristus,
bahwa kesombongan mereka tidak akan lolos dari hukuman; seakan-akan Ia
mengatakan: Sebagaimana Kristus tidak dihina tanpa penghinaan dilakukan kepada
Bapa, yang telah menghiasi Dia dengan kemuliaanNya sendiri, demikian pula Bapa
sendiri tidak akan mengijinkan pelanggaran dari hak-hak yang keramat seperti
itu untuk berlalu tanpa dihukum.] - hal 25.
3. Maz 45:7-12
- “(7) Takhtamu kepunyaan Allah,
tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat
kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu
Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan,
melebihi teman-teman sekutumu. (9) Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan
cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau; (10) di antara
mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri
permaisuri berpakaian emas dari Ofir. (11) Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan
sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! (12)
Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah
kepadanya!”.
Catatan: kata ‘kepunyaan’ dalam ay 7 itu
seharusnya adalah ‘ya’. Bdk. Ibr 1:8-9.
Bahwa bagian ini berbicara tentang Yesus adalah jelas, karena
ay 7-8nya dikutip dalam Ibrani 1:8-9 - “(8)
Tetapi tentang Anak Ia berkata:
‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk
seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9)
Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu
telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi
teman-teman sekutuMu.’”.
Catatan: kata-kata ‘tentang Anak’ oleh KJV
diterjemahkan dengan lebih tepat, yaitu ‘unto the
Son’ [= kepada Anak].
Kalau saudara sudah yakin bahwa Maz 45 itu berbicara tentang Yesus,
sekarang perhatikan Maz 45:12, khususnya bagian yang saya garis bawahi
itu, yang berbunyi: “dialah
tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.
KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou him’ [= karena ia adalah Tuhanmu; dan sembahlah dia].
NWT: “bow down” [= membungkuklah (untuk menghormat)].
Kata yang digunakan oleh NWT ini sama sekali tidak menunjuk pada
penyembahan, tetapi hanya menunjuk pada penghormatan. Ini lagi-lagi menunjukkan
bahwa NWT membengkokkan terjemahannya, karena kata Ibrani yang diterjemahkan ‘sembah’ / ‘sujud’ di sini adalah
kata yang sama dengan yang digunakan dalam Kej 24:26, yang menunjukkan
hamba Abraham menyembah TUHAN. Jadi jelas bahwa Maz 45:12 ini
memerintahkan penyembahan, bukan sekedar penghormatan, terhadap
Yesus!
Tetapi kepada siapa perintah untuk sujud dalam Maz 45:12 itu
diberikan? Kepada ‘permaisuri’ (Maz 45:10) atau ‘puteri’ (Maz 45:11), yang menunjuk kepada ‘Gereja’, karena ‘Gereja’ memang adalah ‘pengantin’ dari Kristus (bdk. Ef 5:23-32 2Kor 11:2 Wah 21:2,9 Wah 22:17)! Jadi, Maz 45:12 ini merupakan
perintah yang ditujukan kepada Gereja untuk menyembah / sujud kepada Kristus!
W. S. Plumer: “If the worship which are commanded to
render to Jesus Christ (v. 11) does not establish his divinity, how can any man
establish the divinity of the Father or his claim to religious homage?” [= Jika penyembahan yang diperintahkan
untuk diberikan kepada Yesus Kristus (ay 12) tidak membuktikan keilahianNya,
bagaimana seseorang bisa membuktikan keilahian dari Bapa atau claimNya terhadap / untuk penghormatan
agamawi?] - hal 521.
b) Kitab Suci menubuatkan penyembahan terhadap Yesus.
1. Daniel 7:13-14 - “(13)
Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan
dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang
Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya. (14) Lalu diberikan
kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang
dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi
kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap,
dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”.
Calvin memberikan beberapa penjelasan tentang
ayat ini:
a. Tentang ‘seorang seperti
anak manusia’ (ay 13a)
itu, Calvin berkata (hal 40) bahwa tidak diragukan bahwa ini menunjuk kepada
Kristus. Tetapi mengapa ada kata ‘seperti’? Calvin berkata (hal 41) bahwa digunakan
kata ‘seperti’ karena ini ada pada jaman Perjanjian Lama
dimana kemanusiaan Yesus itu belum ada / Yesus belum berinkarnasi sebagai
manusia.
b. Tentang kata-kata ‘diberikan
kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan’, Calvin
mengatakan (hal 44) bahwa ini tidak berkenaan dengan Kristus sebagai Allah,
tetapi Kristus sebagai Pengantara / sebagai manusia.
c. Tentang bagian yang menunjukkan bahwa semua orang akan ‘mengabdi’ [NIV: ‘worshiped’ {= menyembah}; KJV/RSV/NASB/NWT: ‘serve’ {= melayani / beribadah}] kepadanya
(ay 14b), Calvin mengatakan (hal 43) bahwa ini membuktikan bahwa Kristus
betul-betul adalah Allah, karena Allah tidak mungkin memberikan kemuliaanNya
kepada yang lain.
Yesaya 42:8 - “Aku ini TUHAN, itulah namaKu; Aku
tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain atau kemasyhuranKu
kepada patung.”.
2. Filipi 2:9-11 - “(9)
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama
di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang
ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan
segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah,
Bapa!”.
Jadi, pada akhir jaman, semua lutut akan
bertelut, dan segala lidah akan mengaku, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan!
Orang-orang percaya akan melakukan dengan sukarela dan dengan sukacita,
orang-orang yang tidak percaya, termasuk Saksi-Saksi Yehuwa, akan melakukan
dengan terpaksa, dan tanpa ada gunanya (mereka tetap tidak diselamatkan).
Bandingkan text ini dengan:
a. Yes 45:23 - “Demi Aku
sendiri Aku telah bersumpah, dari mulutKu telah keluar kebenaran, suatu firman
yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di
hadapanKu, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa,” (Walter Martin, hal 89).
b. Ro 14:8-12 (ay 11nya mengutip dari Yes 45:23) - “(8) Sebab jika kita hidup, kita hidup
untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau
mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan
hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas
orang-orang hidup. (10) Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu?
Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap
takhta pengadilan Allah. (11) Karena ada tertulis: ‘Demi Aku hidup, demikianlah
firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu dan semua
orang akan memuliakan Allah.’ (12) Demikianlah setiap orang di antara kita akan
memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”.
Dalam ay 9nya Paulus berbicara tentang
Kristus yang menjadi Tuhan atas orang-orang mati maupun orang-orang hidup. Lalu
dalam ay 10nya Paulus berbicara tentang penghakiman Allah. Jelas bahwa ia
mau menekankan Kristus sebagai Hakim (bdk. Yoh 5:22 - “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan
telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak”). Dan dalam ay 11 Paulus lalu mengutip
Yes 45:23. Jelas bahwa ia mengutip ayat itu dan menerapkannya kepada
Kristus.
Calvin, dalam tafsirannya tentang
Roma 14:11 ini, mengatakan (hal 502) bahwa pada akhir jaman nanti semua
musuh-musuh Kristus akan tersungkur di bawah kakiNya dan menjadi tumpuan
kakiNya (bdk. Mazmur 110:1 Matius 22:44 Kis 2:35
Ibr 1:13 Ibrani 10:13).
Calvin lalu menambahkan: “This is
also a remarkable passage for the purpose of confirming our faith in the
eternal divinity of Christ: for it is God who speaks here, and the God who has
once for all declared, that he will not give his glory to another. (Is. 42:8.)
Now if what he claims here to himself alone is accomplished in Christ, then
doubtless he in Christ manifests himself.”
[= Ini juga merupakan suatu text yang luar biasa untuk meneguhkan iman kita
dalam keilahian kekal dari Kristus: karena adalah Allah yang berbicara di sini,
dan Allah yang telah menyatakan sekali untuk selamanya, bahwa Ia tidak akan
memberikan kemuliaanNya kepada orang lain (Yes 42:8). Sekarang jika apa
yang Ia claim di sini hanya bagi diriNya sendiri dicapai dalam Kristus, maka
tidak diragukan bahwa Ia menyatakan diriNya sendiri dalam Kristus.] - hal 502.
Perhatikan bahwa Yesaya 45:23 dan
Roma 14:11 menyatakan bahwa semua orang akan bertekuk lutut di hadapan
Allah, sedangkan Fil 2:9-11 menyatakan bahwa semua orang akan bertekuk
lutut di hadapan Kristus.
Calvin, yang beranggapan bahwa baik
Fil 2:9-11 maupun Ro 14:11 berhubungan dengan atau bahkan mengutip
dari Yes 45:23, lalu menyimpulkan: “From this, however, we infer that
Christ is that eternal God who spoke by Isaiah.” [= Dari sini, bagaimanapun, kami
menyimpulkan bahwa Kristus adalah Allah yang kekal itu yang berbicara melalui
Yesaya.] - ‘Commentary
on the Epistle of the Philippians’, hal 63.
c) Kitab Suci menunjukkan fakta bahwa Yesus disembah, dan Yesus mau
menerima penyembahan tersebut.
1. Dalam Kitab Suci sendiri ada beberapa kasus dimana Yesus disembah.
a. Di
dunia.
·
Mat 2:2,11
- “(2) dan bertanya-tanya: ‘Di
manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat
bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ ... (11) Maka
masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu
sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan
persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”.
Kalau Yesus bukan Allah, maka:
*
rencana
penyembahan terhadapNya dalam diri orang-orang Majus (ay 2), merupakan
suatu dosa. Seharusnya Tuhan menghukum mereka karena ‘niat jahat’ mereka!
Tetapi mengapa ternyata Tuhan justru memimpin mereka dengan menggunakan Firman
Tuhan dari imam-imam dan ahli-ahli Taurat (ay 4-6), dan juga dengan
bintang lagi (ay 9), sampai mereka menemukan bayi Yesus, sehingga mereka
lalu betul-betul menyembahNya (ay 11)?
*
penyembahan
terhadap Yesus yang baru dilakukan oleh orang-orang Majus merupakan suatu
pemberhalaan / dosa. Tetapi mengapa para orang Majus yang menyembah Yesus ini
bukannya dihukum, tetapi sebaliknya diberi pimpinan oleh Tuhan melalui mimpi,
untuk tidak kembali kepada Herodes (ay 12)?
Jelas bahwa Allah berkenan dengan penyembahan
yang mereka lakukan terhadap Yesus, dan itu menunjukkan bahwa Yesus memang
adalah Allah.
·
Matius 8:2 - “Maka
datanglah seorang yang sakit kusta kepadaNya, lalu sujud menyembah Dia
dan berkata: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.’”.
·
Matius 9:18 - “Sementara
Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat,
lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal,
tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’”.
·
Matius 14:33
- “Dan orang-orang yang ada di perahu
menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
·
Matius 15:25
- “Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah
Dia sambil berkata: ‘Tuhan, tolonglah aku.’”.
·
Matius 17:14 - “Ketika
Yesus dan murid-muridNya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang
mendapatkan Yesus dan menyembah,”.
·
Matius 20:20
- “Maka datanglah ibu anak-anak
Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya
untuk meminta sesuatu kepadaNya.”.
·
Mat 28:9,17
- “(9) Tiba-tiba Yesus berjumpa
dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk
kakiNya serta menyembahNya. ... (17) Ketika melihat Dia mereka menyembahNya,
tetapi beberapa orang ragu-ragu.”.
·
Yohanes 9:38
- “Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’
Lalu ia sujud menyembahNya.”.
·
Luk 24:51-52
- “(51) Dan ketika Ia sedang
memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. (52) Mereka
sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat
bersukacita.”.
Baik Yesus maupun Kitab Suci, tidak pernah
menyalahkan orang-orang yang menyembah Yesus ini!
b. Di
surga.
Wahyu 5:6-14 - “(6)
Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di
tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih,
bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi. (7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu
dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (8) Ketika Ia mengambil gulungan
kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu
di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu
cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (9) Dan mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab
itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan
darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa
dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu
kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah
sebagai raja di bumi.’ (11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak
malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka
berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, (12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak
Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat,
dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku
mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi
dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang
duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat
dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ (14) Dan keempat makhluk itu
berkata: ‘Amin’. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah.”.
Kata ‘tersungkurlah’ dalam ay 8 oleh TDB diterjemahkan ‘sujud’, dan kata-kata ‘jatuh
tersungkur dan menyembah’
dalam ay 14 oleh TDB diterjemahkan ‘sujud
dan menyembah’.
Jelas bahwa ‘Anak
Domba’ itu menunjuk kepada
Yesus, dan karena itu text ini menunjukkan dengan jelas bahwa Yesus dimuliakan
dan disembah, di surga!
Philip Schaff: “Christ cannot be a proper object of
worship, as he is represented in Scripture and has always been regarded in the
Church, without being strictly divine. To worship a creature is idolatry.” [= Kristus tidak bisa merupakan obyek
penyembahan yang benar, sebagaimana Ia digambarkan dalam Kitab Suci dan
sebagaimana Ia selalu dianggap dalam Gereja, kalau Ia bukan Allah dalam arti
yang ketat. Menyembah suatu ciptaan adalah penyembahan berhala.] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 662.
2. Yesus menerima penyembahan tersebut.
Kalau saudara membaca ayat-ayat di atas
dimana Yesus disembah, maka Yesus bukannya menegur orang-orang yang menyembah
diriNya itu, atau menolak penyembahan mereka, tetapi sebaliknya, Yesus mau
menerima penyembahan tersebut, padahal Ia sendiri berkata bahwa kita hanya boleh
menyembah Allah.
Mat 4:10 - “Maka
berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
Saksi-Saksi Yehuwa
rupanya bingung bagaimana menafsirkan ayat-ayat dimana Yesus disembah seperti
dalam Mat 14:33, dan juga Ibr 1:6, dimana malaikat diperintahkan
untuk menyembah Yesus, padahal Yesus sendiri berkata dalam Mat 4:10 bahwa kita
hanya boleh menyembah Allah. Juga perlu diperhatikan bahwa dalam semua
ayat-ayat ini kata Yunani yang diterjemahkan ‘menyembah’ adalah sama,
yaitu PROSKUNEO.
Dan mereka lalu
berkata tentang Mat 4:10 sebagai berikut: “kita
harus mengerti bahwa ini adalah pro-skyne’o dengan sikap hati dan pikiran
tertentu yang harus ditujukan hanya kepada Allah saja.” - ‘Bertukar
Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 434.
Komentar saya: Ini jelas
merupakan penafsiran yang seenaknya sendiri, yang jelas-jelas memutar-balikkan
Kitab Suci, dan merupakan suatu tindakan memperkosa ayat Kitab Suci!
Mungkin untuk
membenarkan usahanya, mereka juga mengatakan (hal 433) bahwa kata Yunani yang
sama digunakan dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang berbahasa Yunani) dalam
Kej 23:7 dan 1Raja 1:23, padahal dalam kedua ayat ini tindakan
menyembah itu dilakukan bukan terhadap Allah, tetapi terhadap manusia. Untuk
menjawab ini perlu diketahui bahwa pada jaman Perjanjian Lama, kata-kata Yesus
dalam Mat 4:10 itu belum ada, dan karena itu dalam jaman Perjanjian Lama
kita sering menjumpai manusia yang menyembah manusia. Tetapi sejak Yesus
mengucapkan Mat 4:10, maka hal itu dilarang. Karena itu Petrus menolak
sembah dari Kornelius (Kis 10:25-26), dan Paulus dan Barnabas juga menolak
sembah dari orang banyak (Kis 14:11-18) dan malaikat menolak sembah dari
rasul Yohanes (Wah 19:10 Wah 22:8-9).
Mungkin mereka akan berkata: bukankah
kata-kata Yesus dalam Mat 4:10 itu dikutip dari Perjanjian Lama? Jadi
bukankah itu sudah ada pada jaman Perjanjian Lama?
Jawaban saya: kata-kata Yesus itu memang dikutip dari
Perjanjian Lama, yaitu dari Ul 6:13 - “Engkau
harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi
namaNya haruslah engkau bersumpah.”.
Sekarang bandingkan dengan Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya:
‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
Jadi, kalau dalam Ul 6:13 tidak ada kata
‘hanya’ (tetapi jelas ada secara implicit, karena TUHAN /
YAHWEH hanya ada satu - Ul 6:4),
maka waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus memberi kata ‘hanya’ itu secara explicit.
Catatan: dalam terjemahan
NIV, Ul 6:13 mengandung kata ‘only’ [= hanya], tetapi
sebetulnya kata itu tidak ada. Dalam
NASB juga diberi kata ‘only’, tetapi kata itu
dicetak dengan huruf miring untuk menandakan bahwa kata itu tidak ada dalam
bahasa aslinya. Dalam KJV dan RSV kata ‘only’ itu tidak ada.
3. Bandingkan penyembahan terhadap Yesus dan penerimaan Yesus
terhadap sembah itu, dengan:
a. Rasul-rasul yang menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).
Kis 10:25-26 - “(25)
Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di
depan kakinya, ia menyembah Petrus. (26) Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya:
‘Bangunlah, aku hanya manusia saja.’”.
Kis 14:14-18 - “(14)
Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke
tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: (15) ‘Hai kamu sekalian, mengapa
kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami
ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan
perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (16) Dalam zaman yang
lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, (17)
namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu
dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur
bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.’ (18) Walaupun
rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah
orang banyak mempersembahkan korban kepada mereka.”.
b. Malaikat, yang juga menolak sembah, dan berusaha mengalihkan
penyembahan itu kepada Allah (Wah 19:10
Wah 22:8-9).
Wah 19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan
kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat
demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang
memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh
nubuat.’”.
Wah 22:8-9 - “(8) Dan
aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah
aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah
menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya. (9) Tetapi ia berkata
kepadaku: ‘Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan
saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan
kitab ini. Sembahlah Allah!’”.
c. Herodes, yang karena mau menerima penghormatan ilahi, lalu dihukum
mati oleh Allah (Kis 12:20-23).
Kis 12:20-23
- “(20)
Herodes sangat marah terhadap orang Tirus dan Sidon. Atas persetujuan bersama
mereka pergi menghadap dia. Mereka berhasil membujuk Blastus, pegawai istana
raja, ke pihak mereka, lalu mereka memohonkan perdamaian, karena negeri mereka
beroleh bahan makanan dari wilayah raja. (21) Dan pada suatu hari yang
ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan
berpidato kepada mereka. (22) Dan rakyatnya bersorak membalasnya: ‘Ini suara
allah dan bukan suara manusia!’ (23) Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat
Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan
cacing-cacing.”.
Karena
itu, kalau Yesus menerima sembah, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah
orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana
yang saudara pilih?
6) Yesus adalah
malaikat Mikhael.
1Tesalonika 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu
malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan
turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;”.
Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika
dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak
berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya
Tuhan menghardik engkau!’”.
Kedua ayat ini, dan beberapa ayat lain,
dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengajarkan bahwa Yesus adalah malaikat
Mikhael.
Saksi-Saksi Yehuwa
berkata:
“Mikhael berarti ‘Siapa Seperti Allah?’
Nama itu jelas menyatakan Mikhael sebagai pribadi yang mengambil pimpinan dalam
menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan musuh-musuh Allah.
Di 1Tesalonika 4:16, perintah Yesus
Kristus berkenaan mulainya kebangkitan digambarkan sebagai ‘seruan penghulu
malaikat,’ dan Yudas 9 mengatakan bahwa penghulu malaikat ialah Mikhael. Apakah
patut untuk menyamakan perintah Yesus dengan seruan seorang pribadi yang lebih
rendah kekuasaannya? Jadi, masuk akal bahwa penghulu malaikat Mikhael
ialah Yesus Kristus. (Menarik sekali, ungkapan ‘penghulu malaikat’ tidak
pernah dalam bentuk jamak dalam Alkitab, sehingga menunjukkan bahwa hanya ada
satu.)
Wahyu 12:7-12 mengatakan bahwa
Mikhael dan malaikat-malaikatnya akan berperang melawan Setan dan mencampakkan
dia beserta malaikat-malaikatnya yang jahat dari surga sehubungan dengan
pemindahan kekuasaan sebagai raja kepada Kristus. Yesus belakangan digambarkan
memimpin bala tentara surgawi dalam peperangan melawan bangsa-bangsa di dunia.
(Why. 19:11-16) Tidakkah masuk akal bahwa Yesus juga pribadi yang akan
mengambil tindakan melawan oknum yang ia gambarkan sebagai ‘penguasa dunia
ini,’ Setan si Iblis? (Yoh. 12:31)
Daniel 12:1 menghubungkan ‘munculnya
Mikhael’ yang akan bertindak dengan penuh kuasa, dengan ‘suatu waktu kesesakan
yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai
pada waktu itu.’ Hal itu tentu cocok dengan pengalaman bangsa-bangsa ketika
Kristus sebagai pelaksana surgawi mengambil tindakan terhadap mereka. Jadi
bukti menunjukkan bahwa Putra Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum datang ke
bumi dan juga dikenal dengan nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia
tinggal sebagai Putra rohani Allah yang dimuliakan” - ‘Bertukar
Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 436-437.
Jawaban kita:
a) Mereka mengambil kesimpulan seenaknya sendiri
dari nama ‘Mikhael’.
Dari nama ‘Mikhael’, yang artinya ‘Siapa seperti Allah?’, mereka meloncat
pada kesimpulan (entah dari mana) bahwa Mikhael adalah pribadi yang mengambil
pimpinan dalam menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan musuh-musuh
Allah.
Untuk jelasnya
saya kutip ulang bagian itu. Mereka berkata: “Mikhael
berarti ‘Siapa Seperti Allah?’ Nama itu jelas menyatakan Mikhael sebagai
pribadi yang mengambil pimpinan dalam menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan
membinasakan musuh-musuh Allah.”.
Coba perhatikan,
apakah kesimpulan itu masuk akal? Saya sendiri sama sekali tidak bisa melihat
bagaimana dari arti nama ‘Mikhael’ lalu bisa
disimpulkan seperti itu. Dan kalau cara menyimpulkannya seperti itu, hal yang
sama bisa didapatkan dari nama malaikat yang lain yaitu ‘Gabriel’, yang artinya ‘God is
powerful’ [= Allah
itu kuat] atau ‘man
/ hero of God’ [=
manusia / pahlawan dari Allah].
b) 1Tes 4:16 - “Sebab
pada waktu tanda diberi(1), yaitu pada waktu penghulu
malaikat berseru(2) dan sangkakala Allah berbunyi(3),
maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga(4) dan mereka
yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit(5)”.
Sekarang nilailah
sendiri apakah kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas benar atau tidak. Untuk
mudahnya kata-kata itu saya kutip lagi. Mereka berkata: “Di 1Tesalonika 4:16, perintah Yesus
Kristus berkenaan mulainya kebangkitan digambarkan sebagai ‘seruan
penghulu malaikat,’ ... Apakah patut untuk menyamakan perintah Yesus
dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah kekuasaannya? Jadi, masuk akal
bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah Yesus Kristus.”.
Dari mana mereka
bisa mengatakan bahwa dalam 1Tes 4:16 itu, ‘perintah
Yesus Kristus berkenaan dengan mulainya kebangkitan’ digambarkan
sebagai ‘seruan
penghulu malaikat’? Dari mana mereka bisa mengatakan bahwa ‘perintah
Yesus’ itu disamakan dengan ‘seruan
penghulu malaikat’ itu?
Dalam 1Tes 4:16
itu, Paulus hanya mengatakan bahwa pada saat itu terjadi 5 hal, yaitu:
1. Pemberian tanda.
2. Penghulu malaikat berseru.
3. Sangkakala Allah berbunyi.
4. Tuhan sendiri akan turun dari sorga.
5. Mereka yang mati dalam Kristus akan lebih
dahulu bangkit.
Tetapi dalam
1Tes 4:16 itu, Paulus tidak menyamakan / mengidentikkan yang manapun dari
ke 5 hal tersebut, dan juga tidak menggambarkan hal yang satu dengan hal yang
lainnya dari kelima hal tersebut.
Sebaliknya,
1Tes 4:16 itu justru membedakan antara ‘seruan
penghulu malaikat (Mikhael)’ (no 2) dengan ‘turunnya Tuhan (Yesus) dari surga’ (no 4), dan
dengan demikian secara implicit juga membedakan penghulu malaikat Mikhael
dengan Yesus. Perbedaan ini terlihat dengan lebih jelas dalam terjemahan NIV
yang saya berikan di bawah ini.
NIV: ‘For the Lord himself
will come down from heaven, with a loud command, with the voice of the archangel
and with the trumpet call of God, and the dead in Christ will rise first’ [= Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga,
dengan perintah yang keras, dengan suara dari penghulu malaikat dan
dengan panggilan sangkakala dari Allah, dan orang-orang mati dalam Kristus akan
bangkit lebih dulu].
Jadi, hal terutama
yang dibicarakan oleh ayat ini adalah turunnya Tuhan Yesus dari surga, dan hal
ini disertai dengan beberapa hal lain, yaitu:
·
perintah yang keras.
·
suara dari penghulu malaikat.
·
panggilan sangkakala dari Allah.
·
kebangkitan orang-orang yang mati dalam Kristus.
Betul-betul
lucu kalau dari satu ayat yang menunjukkan adanya 2 hal yang terjadi pada satu
saat, mereka lalu mengidentikkan kedua hal tersebut, tetapi dari banyak sekali
ayat-ayat yang menunjukkan secara explicit bahwa Yesus adalah Allah dan Tuhan,
mereka tetap berkelit dengan segala macam cara, dan tidak mau mengakui Yesus
sebagai Tuhan / Allah.
Juga, kalau dari 1Tes 4:16 itu
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus identik dengan malaikat Mikhael,
mengapa mereka tidak dengan cara yang sama mengidentikkan malaikat Mikhael
dengan Allah? Karena bukankah dalam ayat itu juga disebutkan adanya ‘sangkakala Allah’ / ‘panggilan sangkakala dari Allah’ (NIV), yang juga
terjadi pada saat yang sama? Mengapa mereka tidak berkata: “Di 1Tes 4:16, panggilan sangkakala Allah
digambarkan sebagai ‘seruan penghulu malaikat,’ ... Apakah patut untuk
menyamakan panggilan sangkakala Allah dengan seruan seorang pribadi yang lebih
rendah kekuasaannya? Jadi, masuk akal bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah
Allah / Yehuwa.”.
c) Saksi-Saksi Yehuwa mengidentikkan 2 pemimpin
dari 2 peperangan yang berbeda.
Perhatikan
kata-kata mereka sebagai berikut: “Wahyu 12:7-12
mengatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikatnya akan berperang melawan
Setan dan mencampakkan dia beserta malaikat-malaikatnya yang jahat
dari surga sehubungan dengan pemindahan kekuasaan sebagai raja kepada Kristus.
Yesus belakangan digambarkan memimpin bala tentara surgawi dalam peperangan melawan
bangsa-bangsa di dunia. (Why. 19:11-16) Tidakkah masuk akal bahwa Yesus
juga pribadi yang akan mengambil tindakan melawan oknum yang ia gambarkan
sebagai ‘penguasa dunia ini,’ Setan si Iblis? (Yoh. 12:31)” - ‘Bertukar
Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 437.
Bukankah ini
merupakan suatu kelucuan? Hanya karena ada 2 peperangan / pertempuran, dimana
yang satu dipimpin Mikhael dan yang satunya dipimpin oleh Yesus, mereka lalu
mengidentikkan Yesus dengan Mikhael. Padahal kalau kita melihat kedua
peperangan ini, jelas ini adalah dua peperangan yang berbeda. Mikhael memimpin
dalam berperang melawan setan (Wah 12:7-12), sedangkan Yesus
memimpin dalam perang melawan manusia / bangsa-bangsa di dunia
(Wah 19:11-16). Perhatikan bagian-bagian yang saya saya garis bawahi dari
kutipan di atas maupun dari kedua text di bawah ini.
Wah 12:7-12 -
“(7) Maka timbullah peperangan di
sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga
itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat
bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar
itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh
dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan
malaikat-malaikatnya. (10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga
berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah
kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah
pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah
kita. (11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan
kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam
maut. (12) Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam
di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun
kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah
singkat.’”.
Wah 19:11-16
- “(11) Lalu aku melihat sorga
terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya
bernama: ‘Yang Setia dan Yang Benar’, Ia menghakimi dan berperang dengan adil.
(12) Dan mataNya bagaikan nyala api dan di atas kepalaNya terdapat banyak
mahkota dan padaNya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun,
kecuali Ia sendiri. (13) Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah
dan namaNya ialah: ‘Firman Allah.’ (14) Dan semua pasukan yang di sorga
mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih
bersih. (15) Dan dari mulutNya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul
segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia
akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang
Mahakuasa. (16) Dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama, yaitu: ‘Raja
segala raja dan Tuan di atas segala tuan.’”.
Mikhael memang
mungkin adalah pemimpin para malaikat dalam pertempuran melawan setan dan anak
buahnya, tetapi Mikhael tetap adalah bawahan dari Yesus. Kalau mau dianalogikan
dengan suatu negara, maka ia adalah panglima tentara, sedangkan Yesus adalah
presidennya / rajanya!
Juga, kalau mau
mengidentikkan dengan serampangan seperti itu, mengapa Saksi-Saksi Yehuwa tidak
membandingkan kedua text di atas dengan Zakh 14:3-5 di bawah ini, dan lalu
mengatakan bahwa malaikat Mikhael adalah Yehuwa, atau bahwa Yesus adalah
Yehuwa?
Zakh 14:3-5 -
“(3) Kemudian TUHAN (YAHWEH) akan maju berperang melawan
bangsa-bangsa itu seperti Ia berperang pada hari pertempuran. (4) Pada
waktu itu kakiNya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan
Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke
barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu
akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan. (5) Maka tertutuplah
lembah gunung-gunungKu, sebab lembah gunung itu akan menyentuh sisinya; dan
kamu akan melarikan diri seperti kamu pernah melarikan diri oleh karena gempa
bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda. Lalu TUHAN, Allahku, akan datang, dan semua
orang kudus bersama-sama Dia.”.
d) Sekarang tentang kata-kata mereka sebagai
berikut: “Daniel 12:1 menghubungkan
‘munculnya Mikhael’ yang akan bertindak dengan penuh kuasa, dengan ‘suatu waktu
kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa
sampai pada waktu itu.’ Hal itu tentu cocok dengan pengalaman bangsa-bangsa
ketika Kristus sebagai pelaksana surgawi mengambil tindakan terhadap mereka. Jadi
bukti menunjukkan bahwa Putra Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum datang ke
bumi dan juga dikenal dengan nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia
tinggal sebagai Putra rohani Allah yang dimuliakan” - ‘Bertukar
Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 437.
Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael,
pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada
suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada
bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan
terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu”.
Ini juga sangat
menggelikan. Kalau munculnya Mikhael terjadi pada saat yang sama dengan
tindakan Yesus Kristus terhadap bangsa-bangsa, itu tidak berarti bahwa Mikhael
adalah Yesus.
Dari
pembahasan dalam point a, b, dan c, ini terlihat bahwa hanya karena dua
peristiwa terjadi bersamaan, yang satu dilakukan oleh Yesus dan yang lain oleh
Mikhael, maka Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus adalah malaikat
Mikhael. Ini jelas merupakan suatu kesimpulan yang tidak berdasar.
Dengan
cara yang sama saya bisa mengatakan bahwa Allah adalah setan, karena setan
menyerang / mencobai Ayub, dan Allah menguji Ayub, pada saat yang sama!
Dari
sini terlihat bahwa kalau Saksi-Saksi Yehuwa memang mau mempercayai suatu
ajaran, maka dengan mudahnya mereka menyimpulkan ayat-ayat sehingga mendukung
ajaran mereka. Sebaliknya kalau mereka memang tidak mau mempercayai suatu
ajaran, misalnya tentang keilahian Yesus, maka tidak peduli betapapun banyaknya
ayat-ayat yang mendukung hal itu, mereka tetap menolaknya / berkelit dengan
segala macam cara. Memang, seperti dikatakan seseorang: ‘Tidak ada yang
lebih buta dari orang yang tidak mau melihat’!
e) Malaikat Mikhael bukan ‘Allah’ ataupun ‘suatu
allah’!
Ini merupakan
ajaran yang kacau balau dari Saksi Yehuwa. Mereka percaya bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’, tetapi juga
bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael. Bagaimana mungkin mereka menyamakan
malaikat dengan ‘suatu
allah’?
f) Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa
malaikat bisa mencipta, baik Mikhael ataupun malaikat yang lain. Tetapi Yesus
digambarkan sebagai Pencipta segala sesuatu (Yoh 1:3,10 Kol 1:15-17
Ibr 1:10).
g) Malaikat Mikhael itu harus mempunyai sifat
maha ada untuk bisa menggenapi janji-janji Yesus di bawah ini:
1. Mat 18:20 - “Sebab
di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka.’”.
2. Mat 28:20 - “dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
3. Yoh 14:23 - “Jawab
Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan
mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.”.
h) Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, maka itu
berarti nanti pada akhir jaman, yang akan menjadi Hakim adalah seorang
malaikat! Ini sangat tidak alkitabiah dan tidak masuk akal, karena:
1. Untuk bisa menjadi Hakim pada akhir jaman,
maka orang itu harus maha tahu, maha adil, dan sebagainya, dan karena itu Hakim
itu harus adalah Allah.
2. Kitab Suci berbicara tentang takhta
pengadilan Allah dan takhta pengadilan Kristus (Ro 14:10 2Kor 5:10). Mengapa Kitab Suci tidak
pernah berbicara tentang takhta pengadilan malaikat / Mikhael?
3. Dengan demikian, nanti kita akan dihakimi
oleh seorang malaikat, padahal dalam 1Kor 6:3 dikatakan bahwa kita
(orang-orang percaya) yang akan menghakimi malaikat-malaikat, dan bukan
malaikat yang akan menghakimi kita.
1Kor 6:3 - “Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi
malaikat-malaikat?”.
Catatan: Calvin menganggap ‘malaikat’ di sini
adalah ‘malaikat yang jatuh’ / ‘setan’.
i) Ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang
membedakan, dan bahkan mengkontraskan, Yesus dengan para malaikat.
1. Mat 24:36 - “Tetapi
tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat
di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Ada 2 hal yang
perlu diperhatikan tentang ayat ini:
Kalau ‘Anak’ / ‘Yesus’ adalah malaikat,
maka setelah Yesus mengatakan kata-kata ‘malaikat-malaikat
di sorga tidak’, Ia tidak perlu menambahkan kata-kata ‘dan
Anakpun tidak’. Bahwa Ia menambahkan kata-kata itu, membuktikan bahwa Ia bukan
malaikat!
2. Ibr 1:3b-14 jelas mengkontraskan Yesus
dengan malaikat-malaikat. Mari kita perhatikan ayat-ayatnya satu per satu.
a. Ibr 1:3b-4 - “(3b)
Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan
Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, (4) jauh lebih tinggi dari pada
malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh
lebih indah dari pada nama mereka.”.
Text ini secara
jelas mengkontraskan Yesus dengan para malaikat, dan meninggikan Yesus jauh di
atas para malaikat.
b. Ibr 1:5 - “Karena
kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘AnakKu
Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi
BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu?’”.
Ayat ini
menyatakan secara jelas bahwa dari antara para malaikat, tidak ada yang pernah
disebut sebagai ‘AnakKu’ oleh Allah.
Padahal sebutan itu digunakan oleh Bapa terhadap Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus
bukan malaikat!
Memang dalam
Ayub 1:6 dan Ayub 2:1 malaikat-malaikat disebut ‘anak-anak Allah’, tetapi
berdasarkan Ibr 1:5 ini, kita harus menafsirkan bahwa kata ‘anak’ digunakan dalam arti yang berbeda, pada
waktu diterapkan kepada Yesus dan pada waktu diterapkan kepada
malaikat-malaikat (demikian juga kalau kata itu diterapkan kepada kita). Karena
itu untuk Yesus sering ditambahkan kata ‘Tunggal’ (Anak Allah yang
Tunggal).
c. Ibr 1:6 - “Dan
ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua
malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Ayat ini
memerintahkan semua malaikat untuk menyembah Yesus. Kalau Yesus sendiri adalah
malaikat, bahkan kalau Ia adalah penghulu malaikat, bagaimana mungkin Allah
menyuruh malaikat-malaikat yang lain menyembah Dia? Apakah para malaikat harus
menyembah penghulu malaikat? Disamping itu, kata ‘semua’ menunjukkan bahwa
malaikat Mikhael juga ikut diperintahkan untuk menyembah. Kalau Yesus adalah
malaikat Mikhael, itu berarti Ia harus menyembah diriNya sendiri.
d. Ibr 1:7-12 - “(7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia
berkata: ‘Yang membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan
pelayan-pelayanNya menjadi nyala api.’ (8) Tetapi tentang Anak Ia berkata:
‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada
mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan
tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya
itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau
gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau
tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
Dalam text ini
lagi-lagi Yesus dikontraskan dengan para malaikat. Para malaikat disebut
sebagai ‘pelayan-pelayan’ dalam ay 7,
tetapi Yesus disebut ‘Anak’, ‘Allah’, dan dikatakan mempunyai ‘takhta’, dan mempunyai ‘tongkat
kerajaan’ (ay 8), dan juga disebut sebagai ‘Tuhan’ (ay 10),
yang menciptakan segala sesuatu (ay 10), yang bersifat kekal
(ay 11,12), dan yang akan menghancurkan segala sesuatu (ay 12).
Dengan adanya pengontrasan yang begitu menyolok antara Yesus dan para malaikat,
hanya orang yang memang mau membutakan dirinya sendiri yang bisa mengatakan
bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael.
e. Ibr 1:13 - “Dan
kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: ‘Duduklah di sebelah
kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu?’”.
Bandingkan
Ibr 1:13 itu dengan Maz 110:1, Mat 22:41-46, dan Ibr 10:13
yang menunjukkan bahwa kata-kata yang tidak pernah diucapkan kepada
malaikat-malaikat itu, ternyata diucapkan kepada Yesus.
·
Mazmur 110:1 - “Demikianlah
firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat
musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.
Bahwa yang disebut
‘tuanku’ dalam
Maz 110:1 ini adalah Yesus terlihat dari Mat 22:41-46 di bawah ini.
·
Mat 22:41-46 - “(41)
Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka,
kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata
mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian,
bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia
berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu,
sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia
Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’ (46) Tidak ada seorangpun yang
dapat menjawabNya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani
menanyakan sesuatu kepadaNya.”.
·
Ibr 10:12-13 - “(12)
Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk
untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, (13) dan sekarang Ia hanya
menantikan saatnya, di mana musuh-musuhNya akan dijadikan tumpuan kakiNya.”.
Semua ini jelas
menunjukkan bahwa Yesus bukanlah malaikat.
f. Ibrani 1:14 - “Bukankah mereka semua adalah
roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh
keselamatan?”.
Dalam
Ibr 1:14 lagi-lagi ada kata ‘semua’. Jadi, kata-kata
ini pasti juga berlaku untuk malaikat Mikhael. Dan mirip dengan dalam
Ibr 1:7, di sini malaikat-malaikat lagi-lagi disebut sebagai pelayan.
Tetapi kalau dalam Ibr 1:7 itu malaikat-malaikat disebut sebagai
pelayan-pelayanNya (Tuhan), maka di sini malaikat-malaikat disebut
sebagai pelayan-pelayan dari orang-orang yang harus memperoleh keselamatan.
Ayat ini lagi-lagi
menunjukkan bahwa malaikat Mikhael tidak sama dengan Yesus.
3. Ibr 2:5,8-9 - “(5) Sebab bukan kepada malaikat-malaikat
telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. ... (8)
segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kakiNya.’ Sebab dalam
menaklukkan segala sesuatu kepadaNya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan,
yang tidak takluk kepadaNya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala
sesuatu telah ditaklukkan kepadaNya. (9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang
singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus,
kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan
hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”.
Kontext
(ay 8b-9) jelas menunjukkan bahwa kata ‘Nya’ yang saya garis
bawahi itu menunjuk kepada Yesus. Jadi, kalau dalam ay 5nya dikatakan
bahwa Allah tidak menaklukkan dunia yang akan datang kepada malaikat-malaikat,
maka dalam ay 8a-nya dikatakan bahwa segala sesuatu ditaklukkan di bawah kaki
Yesus. Ini jelas menunjukkan Yesus bukanlah malaikat, tetapi lebih tinggi dari
malaikat-malaikat.
4. 1Pet 3:21b-22 - “(21b)
... Yesus Kristus, (22) yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia
naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan
kepadaNya.”.
Kalau Yesus adalah
malaikat, bagaimana ayat ini bisa mengatakan bahwa malaikat-malaikat
ditaklukkan kepada Yesus?
Semua ayat-ayat di
atas ini menunjukkan secara jelas bahwa Yesus bukan malaikat, dan bahwa Yesus
lebih tinggi dari malaikat, bahkan jauh lebih tinggi dari malaikat / penghulu
malaikat.
j) 1Pet 1:12b - “...
yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil
kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.”.
Perhatikan bahwa ayat
ini mengatakan bahwa malaikat-malaikat ingin mengetahui berita Injil! Kita
semua tahu bahwa inti dari Injil adalah Yesus Kristus! Kalau Yesus adalah
malaikat Mikhael, itu berarti Ia sendiri tidak tahu, dan ingin tahu, apa berita
Injil itu! Itu berarti bahwa Yesus tidak tahu tentang diriNya sendiri!
k) Dalam Ibrani 2:14-17 dikatakan: “(14) Karena anak-anak itu adalah
anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan
mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan
dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan
demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan
oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.
(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan
yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Kata-kata yang
saya garis bawahi itu tidak memungkinkan bahwa Yesus adalah malaikat. Karena
apa? Karena arti dari text ini adalah sebagai berikut: seandainya Yesus mau
menebus dosa malaikat-malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat. Tetapi karena
Yesus mau menebus dosa manusia, maka Ia harus menjadi manusia, yang sama
seperti kita (kecuali dalam hal dosa).
l) Dalam Dan 10:13b dikatakan bahwa ‘Mikhael, salah seorang dari
pemimpin-pemimpin terkemuka, ...’.
Mikhael cuma
dikatakan sebagai ‘salah
seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka’, dan karena itu, kalau ia adalah Yesus, itu
berarti bahwa ada banyak pemimpin-pemimpin malaikat yang lain, yang sederajat
dengan Yesus! Ini bertentangan dengan ajaran Saksi Yehuwa sendiri yang
mengatakan bahwa Yesus adalah:
1. “nomor dua dalam hal waktu, kuasa,
dan pengetahuan” - ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’, hal 14.
2. “pribadi terbesar kedua di alam
semesta ini, di samping Allah sendiri” - ‘Bertukar
Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 124.
m) Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, maka Ia
mempunyai kekuatan yang setara, atau setidaknya tidak berbeda jauh dengan
setan, karena setan juga ex malaikat!
Bahwa
malaikat-malaikat memang mempunyai kekuatan yang seimbang dengan setan,
terlihat dari:
1. Dan 10:12-14 - “(12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah
takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau
berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan
Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. (13) Pemimpin kerajaan
orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian
Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku,
dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia.
(14) Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada
bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai
hari-hari itu.’”.
Beberapa penafsir
menganggap bahwa yang disebut sebagai ‘pemimpin
kerajaan orang Persia’ atau ‘raja-raja
orang Persia’ adalah setan, dan saya setuju dengan penafsiran ini. Ini menunjukkan
bahwa setan mempunyai kekuatan yang seimbang dengan malaikat, karena pada saat
malaikat yang akan menjawab doa Daniel itu dihadang oleh setan, ia tidak bisa
melaksanakan tugasnya. Baru setelah Mikhael datang, Mikhael menghadapi ‘pemimpin kerajaan orang Persia’ itu, dan barulah
malaikat tadi bisa melanjutkan misinya untuk menjawab doa Daniel. Bahkan
Mikhael juga tak terlihat jauh lebih kuat dari pada setan tersebut, karena
kalau memang demikian, pasti setan itu kabur secepatnya.
2. Yudas 9 - “Tetapi
penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan
Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata
hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.
NIV/NASB: ‘The Lord rebuke you’ [= Tuhan
memarahi / menegur engkau].
Ayat ini juga
tidak menunjukkan bahwa malaikat Mikhael jauh lebih hebat / kuat dari pada
setan, karena setan berani bertengkar dengannya. Dan Mikhael hanya berani
berkata (bukan mengusir / menengking): ‘Tuhan
menegur engkau!’. Mengapa bukan ia sendiri yang menghardik? Mengapa ia menggunakan nama
Tuhan? Yesus tidak pernah melakukan ‘hal
selemah ini’!
3. Wah 12:7-9 - “(7)
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang
melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi
mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9)
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang
menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi,
bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Memang di sini
dikatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikatnya mengalahkan setan-setan,
tetapi perhatikan kata ‘berperang’ yang saya garis
bawahi itu. Seandainya kekuatan kedua pihak memang berbeda jauh, maka tidak
akan ada peperangan! Kalau Mike Tyson bertanding dengan seorang anak berusia 3
tahun, maka yang ada bukanlah suatu pertandingan tinju / perkelahian. Yang ada
adalah ‘no contest’ [= tidak ada
pertandingan]!
Karena alasan yang
sama saya tidak bisa percaya pada ajaran yang berkata bahwa dalam Kej 1:1
Allah sebetulnya sudah mencipta semua dengan baik, tetapi lalu antara
Kej 1:1 dan Kej 1:2 terjadi pemberontakan dari setan, yang akhirnya
menghancurkan seluruh ciptaan Allah tersebut, dan lalu dalam Kej 1:3-dst,
Allah melakukan penciptaan ulang. Saya menolak teori ini, karena kalau Allah
berperang melawan setan, yang ada adalah ‘no
contest’, sehingga tidak akan menghancurkan alam semesta!
Alangkah
berbedanya sikap setan, pada saat berhadapan dengan Yesus! Perhatikan ayat-ayat
di bawah ini:
a. Markus 5:6-13 - “(6) Ketika ia melihat Yesus dari jauh,
berlarilah ia mendapatkanNya lalu menyembahNya, (7) dan dengan keras ia
berteriak: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi?
Demi Allah, jangan siksa aku!’ (8) Karena sebelumnya Yesus mengatakan
kepadanya: ‘Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!’ (9) Kemudian Ia
bertanya kepada orang itu: ‘Siapa namamu?’ Jawabnya: ‘Namaku Legion, karena
kami banyak.’ (10) Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan
mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. (11) Adalah di sana di lereng
bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, (12) lalu roh-roh itu meminta
kepadaNya, katanya: ‘Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah
kami memasukinya!’ (13) Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah
roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua
ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di
dalamnya.”.
Perhatikan bahwa
sekalipun setan-setan itu jumlahnya sangat banyak (1 Legion = 6.000 orang),
tetapi mereka sangat ketakutan pada saat berhadapan dengan Yesus! Mereka
memohon dengan sangat, dan mereka terpaksa menuruti kata-kata Yesus. Yesus
tidak membutuhkan waktu lama untuk menghadapi mereka!
b. Mark 1:23-27 - “(23) Pada waktu itu di dalam rumah ibadat
itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: (24) ‘Apa
urusanMu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak
membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.’ (25) Tetapi
Yesus menghardiknya, kataNya: ‘Diam, keluarlah dari padanya!’ (26) Roh jahat
itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia
keluar dari padanya. (27) Mereka semua takjub, sehingga mereka
memperbincangkannya, katanya: ‘Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata
dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintahNya dan mereka taat kepadaNya.’”.
Perhatikan pertanyaan
dari setan-setan itu. ‘Engkau
datang hendak membinasakan kami?’. Mereka tahu mereka bukan tandingan Yesus.
c. Mark 1:32-34 - “(32)
Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang
yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. (33) Maka berkerumunlah seluruh
penduduk kota itu di depan pintu. (34) Ia menyembuhkan banyak orang yang
menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak
memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.”.
Setan bukan hanya
tidak bisa melawan, bahkan berbicarapun ia tidak bisa, pada waktu Yesus
melarangnya!
d. Matius 8:16 - “Menjelang
malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan
sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang
menderita sakit.”.
Apakah Yesus
bersusah payah dalam mengusir setan? Tidak, Ia hanya menggunakan sepatah kata!
Mikhael tidak akan bisa melakukan hal itu!
e. Markus 3:11-12 - “(11) Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka
jatuh tersungkur di hadapanNya dan berteriak: ‘Engkaulah Anak Allah.’ (12)
Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.”.
Semua ketakutan dan ketundukan setan
terhadap Yesus ini sama dengan sikap mereka kepada Allah sebagaimana yang
digambarkan dalam Yak 2:19 - “Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun
juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”.
Bukan merupakan sesuatu yang aneh kalau
setan mempunyai sikap yang sama terhadap Yesus dan terhadap Allah, karena Yesus
memang adalah Allah sendiri!
Memang ada ayat
yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kekuatan yang tidak berbeda
jauh dengan setan, yaitu Kej 3:15 - “Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu
dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya.’”.
Keturunan
perempuan itu jelas adalah Yesus. Jadi dalam pertempuran Yesus melawan setan,
Yesus remuk tumitNya, tetapi setan remuk kepalanya. Yesus memang menang, tetapi
kekuatan mereka tidak terlalu berbeda jauh, dan ini terbukti dari fakta bahwa
Yesus harus remuk tumitNya. Benarkah demikian? Sama sekali tidak! Remuknya
tumit Yesus terjadi pada saat Yesus menderita dan mati di kayu salib, sedangkan
remuknya kepala setan terjadi pada saat Yesus bangkit dari antara orang mati.
Jadi Yesus remuk tumitNya, bukan karena setan memang cukup kuat untuk melakukan
hal itu. Tetapi karena Yesus memang harus menderita dan mati untuk menebus
dosa-dosa kita!
n) Penggunaan nama Yesus, bukan nama Mikhael.
1. Setan-setan bukan hanya takut kepada Yesus;
mereka bahkan juga takut dan terpaksa tunduk kepada murid-murid Yesus, yang
menggunakan NAMA Yesus!
Lukas 10:17 - “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali
dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’”.
Murid-murid
itu bisa mengusir setan, hanya dengan menggunakan nama Yesus! Aneh,
mengapa tidak pernah ada nabi atau rasul, atau orang kristen manapun yang
mengusir setan dengan nama Mikhael? Bukankah itu seharusnya ada, kalau
Yesus memang adalah malaikat Mikhael?
Kalau saudara
berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa, tanyakan pertanyaan ini: Apakah kamu pernah
berdoa menengking setan? Dengan menggunakan nama siapa kamu mengusir setan?
Apakah menggunakan nama Yesus atau Mikhael?
2. Juga dalam doa, mengapa Saksi-Saksi Yehuwa
menggunakan kata-kata ‘dalam
nama Yesus’, dan bukannya ‘dalam
nama Mikhael’?
o) Kalau Yesus adalah seorang malaikat, yang
lalu menjadi manusia, maka pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia
kepadaNya, Allah bertindak tidak adil. Kita yang berdosa, Yesus (malaikat) yang
dihukum. Itu jelas tidak adil.
Berbeda dengan
dalam kekristenan, dimana Yesus adalah Allah sendiri yang lalu menjadi manusia
(tetapi tetap tidak kehilangan keilahianNya). Pada waktu hukuman kita
dijatuhkan kepada Yesus, Allah yang menjatuhkan hukuman itu, dan Allah sendiri
yang menerima hukuman itu, sehingga tidak ada yang bisa menuduh Dia sebagai
tidak adil!
II) Argumentasi-argumentasi berkenaan
dengan Allah Tritunggal.
1) 1Korintus 8:4-6 - “(4)
Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di
dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab
sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah,’ baik di sorga, maupun di bumi - dan memang
benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita
hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala
sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan
saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang
karena Dia kita hidup.”.
Catatan: TDB
menterjemahkan kata ‘Tuhan’ dalam ay 6b ini dengan kata ‘TUAN’, tetapi NWT
menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan].
Saksi-Saksi Yehuwa
menekankan bagian yang saya garis bawahi tersebut, dan menggunakannya sebagai
dasar untuk mengatakan bahwa hanya Bapa yang betul-betul adalah Allah, dan
Yesus bukan Allah.
Jawaban kita:
a) Jelas bahwa dalam ay 4,6, yang dimaksud dengan ‘Allah’ betul-betul
adalah Allah, dan demikian juga yang dimaksud dengan ‘Tuhan’ betul-betul adalah
Tuhan, karena allah yang palsu ditulis dengan ‘allah’, sedangkan tuhan yang
palsu ditulis dengan ‘tuan’ (ay 5).
b) Perhatikan kata-kata ‘satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus’. Ini tidak
memungkinkan diartikan ‘Tuan’, seperti
dalam terjemahan TDB, karena kalau ‘Tuan’ pasti tidak cuma satu, tetapi banyak
(ay 5b - ‘banyak tuhan yang demikian’; TDB: “banyak ‘tuan’”).
c) Kalau kata-kata ‘hanya
ada satu Allah yaitu Bapa’
diartikan Yesus bukan Allah, maka kata-kata ‘hanya
ada satu Tuhan yaitu Yesus’
harus diartikan Bapa bukan Tuhan. Saksi-Saksi Yehuwa bisa menerima yang
pertama, tetapi tidak mungkin menerima yang kedua. JADI, BAGAIMANA Saksi-Saksi Yehuwa menafsirkan ay 6b itu???
d) Juga perhatikan bagian akhir
dari ay 6 itu, yang mengatakan: ‘yang
olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup’ (ay 6c). Ini jelas
menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah dalam arti yang
setinggi-tingginya.
e) Sekalipun Kristen mempercayai bahwa Bapa adalah Allah, dan Yesus
juga adalah Allah, tetapi Kristen tetap mempercayai hanya ada satu Allah.
Demikian juga sekalipun Kristen mempercayai Yesus adalah Tuhan, dan Bapa juga
adalah Tuhan, tetapi Kristen hanya mempercayai satu Tuhan. Ini disebabkan
karena sekalipun Allah itu terdiri dari 3 pribadi tetapi hanya mempunyai 1
hakekat. Kristen memang tidak mempercayai banyak Allah / Tuhan. Sebaliknya
kita percaya adanya hanya satu Allah / Tuhan (Ul 6:4 1Kor 8:4
1Tim 2:5 Yak 2:19).
Bandingkan dengan
Pengakuan Iman Athanasius, no 7-19, yang berbunyi sebagai berikut: “7. What
the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost. 8. The Father is uncreated, the Son
uncreated, the Holy Ghost uncreated.
9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense. 10. The Father is eternal, the Son
eternal, the Holy Ghost eternal.
11. And yet there are not three eternals, but one eternal. 12. So there are not three (beings)
uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense. 13. In like manner the Father is omnipotent,
the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent. 14. And yet there are not three
omnipotents, but one omnipotent.
15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is
God. 16. And yet there are
not three Gods, but one God.
17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is
Lord. 18. And yet there are
not three Lords, but one Lord.
19. Because as we are thus compelled by Christian verity to
confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the
Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords.” [=
7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak
diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.
9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha
besar. 10. Bapa itu kekal, Anak itu
kekal, Roh Kudus itu kekal.
11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak ada tiga
(makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang
tidak dicipta, dan satu yang maha besar.
13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha
kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa.
14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha
kuasa. 15. Demikian juga Bapa
adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah,
tetapi satu Allah. 17. Demikian
pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan,
tetapi satu Tuhan. 19. Karena
sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui
setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian
pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa
ada tiga Allah atau Tuhan.] - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal
117-118.
Kesimpulan tentang 1Korintus 8:4-6: text ini hanya bisa dijelaskan dengan
doktrin Allah Tritunggal. Yang menolak doktrin ini akan mendapatkan kontradiksi
dalam pengertian mereka, dan tidak akan bisa menjelaskan ay 6b-nya.
2) Yesaya 44:24 - “Beginilah
firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; ‘Akulah
TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan
bumi - siapakah yang
mendampingi Aku? -”.
Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah
ini:
a) Ayub 9:4a,8 - “(4a)
Allah itu bijak dan kuat, ... (8) yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di
atas gelombang-gelombang laut”.
b) Maz 136:1-9 - “(1)
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setiaNya. (2) Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setiaNya. (3) Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan!
Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (4) Kepada Dia yang seorang diri melakukan
keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.
(5) Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (6) Kepada Dia yang menghamparkan bumi
di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (7) Kepada Dia
yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setiaNya. (8) Matahari untuk menguasai siang;
bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (9) Bulan dan
bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setiaNya”.
Catatan: keajaiban-keajaiban besar itu lalu diperinci
dalam ay 5-dst, yang menunjuk pada penciptaan segala sesuatu! Jadi, Allah
menciptakan segala sesuatu sendirian!
Ayat-ayat ini menghancurkan pandangan
Unitarian / Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa Allah menciptakan Yesus sebagai
ciptaan pertama dan lalu melalui Yesus menciptakan segala sesuatu yang lain.
Dalam pengertian seperti ini, Allah tidak seorang diri menciptakan segala
sesuatu! Ada pribadi lain yang mendampingi Dia!
Kalau mau dibuat tambah ruwet / rumit, kita
bisa menambahkan ayat ini:
Pkh 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa
mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang
kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!,’”.
Kata ‘pencipta’ di sini dalam bahasa Ibraninya menggunakan
bentuk jamak!
Jadi, Pencipta segala sesuatu itu tunggal
(seperti dalam Yes 44:24 Ayub 9:4,8 Maz 136:1-9), atau jamak (seperti dalam Pkh
12:1)???
Bagi kristen yang mempercayai Allah
Tritunggal, Pencipta yang tunggal (seorang diri, tak ada yang mendampingi) ini
tidak menjadi problem, karena sekalipun Yesus dan Roh Kudus juga adalah
pencipta, tetapi Mereka satu
hakekat dengan Bapa, sehingga kata-kata ‘seorang
diri’ dan ‘siapakah
yang mendampingi Aku’ dalam Yes
44:24 itu tidak menjadi problem.
Juga Pencipta yang jamak, bukan masalah,
karena 3 pribadi itu memang jamak!
Tetapi bagi Unitarian / Saksi Yehuwa ayat-ayat
ini menjadi problem, karena kalau mereka mengatakan bahwa Allah menciptakan
alam semesta melalui Yesus, berarti Allah tidak seorang diri menciptakannya,
karena dalam theologia mereka Allah dan Yesus adalah 2 pribadi yang terpisah
secara total!
Kesimpulan: penolakan terhadap doktrin Allah Tritunggal akan
menyebabkan ayat-ayat ini saling kontradiksi. Satu-satunya yang bisa
mengharmoniskan semua ayat-ayat ini adalah doktrin Allah Tritunggal.
3) Bagaimana
mungkin Yesus adalah satu-satunya
Penguasa (DESPOTES) tetapi Bapa juga adalah Penguasa (DESPOTES)?
a) Yudas 4 mengatakan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa dan Tuhan!
Yudas 4 - “Sebab
ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu,
yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah
orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk
melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya
Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.”.
RSV/NASB: ‘and deny our only Master and Lord,
Jesus Christ’ [= dan menyangkal satu-satunya Tuan dan Tuhan
kita, Yesus Kristus].
NIV: ‘and deny Jesus Christ our only Sovereign and Lord’ [= dan menyangkal Yesus Kristus, satu-satunya
Penguasa dan Tuhan kita].
TDB: ‘satu-satunya Pemilik dan Tuan
kita, Yesus Kristus.’.
NWT: ‘our only Owner and Lord, Jesus
Christ’ [= satu-satunya Pemilik dan Tuan / Tuhan kita, Yesus Kristus].
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘Penguasa’ adalah DESPOTES, dari mana diturunkan kata
bahasa Inggris ‘despot’ [= raja yang lalim].
W. E. Vine: “DESPOTES,
one who has ‘absolute ownership and uncontrolled power,’” [= DESPOTES, seseorang yang mempunyai
‘kepemilikan mutlak dan kuasa yang tak terbatas’,] - ‘An Expository Dictionary of New Testament
Words’, hal 718.
b) Sekarang kita membandingkan dengan 2Pet
2:1.
1. Kalau toh kelompok Unitarian mau berkeras bahwa Yudas 4 berbicara
tentang Bapa, bukan tentang Yesus, maka lihat 2Petrus 2:1 ini!
2Pet 2:1
- “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu
tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru
palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera
mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”.
Catatan: kata
‘Penguasa’ di sini lagi-lagi
berasal dari kata Yunani yang sama, yaitu DESPOTES. Dan di sini kata itu jelas
menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari kata-kata ‘yang telah menebus mereka’.
KJV: ‘the Lord that bought
them’ [= Tuhan yang membeli mereka].
TDB: ‘pemilik
yang membeli mereka’.
NWT: ‘the owner that bought them’ [= sang
pemilik yang membeli mereka].
1Korintus 6:20 - “Sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.
1Kor 7:22-23
- “(22) Sebab seorang hamba yang dipanggil
oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang
bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya. (23) Kamu telah dibeli
dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba
manusia”.
Jelas
yang membeli adalah Kristus, karena orang itu menjadi hamba Kristus!
1Petrus 1:18-19
- “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
(19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti
darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.
2. Kemiripan surat Yudas dan 2Pet 2!
Perlu ditambahkan bahwa merupakan suatu fakta bahwa
surat Yudas sangat mirip dengan 2Pet 2!
Jadi,
dengan membandingkan 2 ayat ini, jelas bahwa kedua ayat ini memaksudkan bahwa
Yesus adalah satu-satunya Penguasa.
2Petrus 2:1
- “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu
tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada
guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang
membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera
mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”.
Yudas 4
- “Sebab ternyata ada orang tertentu
yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah
lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang
menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka,
dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan
kita, Yesus Kristus.”.
c) Bapa juga adalah DESPOTES!
Yang aneh adalah bahwa sekalipun tadi terlihat bahwa Yesus disebut
sebagai satu-satunya Penguasa / DESPOTES, tetapi ternyata Bapa juga disebut
sebagai Penguasa / DESPOTES dalam Luk 2:29
Kis 4:24 Wahyu 6:10.
Lukas 2:29 - “‘Sekarang,
Tuhan (DESPOTES),
biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu,”.
Kisah Para Rasul 4:24 - “Ketika
teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada
Allah, katanya: ‘Ya Tuhan (DESPOTES), Engkaulah yang menjadikan langit dan
bumi, laut dan segala isinya.”.
Wahyu 6:10 - “Dan
mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa
(DESPOTES) yang kudus dan benar, Engkau tidak
menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’”.
Catatan: Kata Yunani yang
diterjemahkan ‘Penguasa’ di sini adalah persis sama dengan yang digunakan dalam
Yudas 4, yaitu DESPOTES.
Bagaimana mungkin Yesus adalah satu-satunya Penguasa
(DESPOTES), tetapi Bapa juga adalah Penguasa (DESPOTES)????
d) Bagi Unitarian / Saksi-Saksi Yehuwa, ayat-ayat Kitab Suci yang
menyatakan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa, dan Bapa juga sebagai
Penguasa, menimbulkan problem, karena mereka mempercayai Bapa dan Yesus adalah
2 pribadi yang terpisah total. Tetapi bagi Trinitarian, ini tak jadi problem,
karena Trinitarian percaya Yesus dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).
e) Dalam 1Tim 6:1,2
Titus 2:9 1Petrus 2:18 kata
DESPOTES digunakan untuk tuan dari budak.
1Tim 6:1-2a - “(1) Semua orang yang menanggung beban
perbudakan hendaknya menganggap tuan (DESPOTAS) mereka layak mendapat segala
penghormatan, agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang. (2a) Jika tuan
(DESPOTAS) mereka seorang percaya, janganlah ia
kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia
dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat
pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih.”.
Tit 2:9 - “Hamba-hamba
hendaklah taat kepada tuannya (DESPOTAIS)
dalam segala hal dan berkenan
kepada mereka, jangan membantah,”.
1Pet 2:18 - “Hai
kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu (DESPOTAIS), bukan saja kepada yang baik dan peramah,
tetapi juga kepada yang bengis.”.
Catatan: dalam semua ayat di atas ini yang muncul
adalah bentuk jamak dari kata Yunani DESPOTES.
Dari ayat-ayat yang mengatakan bahwa Yesus
dan Bapa adalah satu-satunya DESPOTES, dan ayat-ayat yang mengatakan bahwa kata
DESPOTES bisa digunakan untuk manusia / tuan dari budak, maka harus disimpulkan
bahwa sama seperti kata KURIOS bisa menunjuk kepada ‘Tuhan yang
sungguh-sungguh’ atau ‘non-Tuhan’, dan kata ELOHIM / THEOS juga bisa menunjuk
kepada ‘Allah yang sungguh-sungguh’ atau ‘non-Allah’, maka demikian juga dengan
kata Yunani DESPOTES ini. Pada waktu kata ini digunakan untuk Yesus / Bapa,
maka ini menunjukkan keilahian dan kedaulatan mutlak.
4) Satu-satunya Allah yang benar.
a) Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus.”.
b) 1Yohanes 5:20 - “Akan
tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan
pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di
dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus
Kristus. Dia adalah Allah yang benar
dan hidup yang kekal”.
1. Calvin mengatakan bahwa para pengikut Arianisme berusaha untuk
menerapkan kalimat terakhir itu kepada Bapa. Tetapi ada 3 alasan yang tidak
memungkinkan hal itu:
a. Calvin dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak
mungkin menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2 x disebut dengan
istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan
istilah ‘Allah yang benar’?
b. Kalimat terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’. Terjemahan ini agak kurang tepat, karena
kata-kata Yunani yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya adalah ‘This is’ [= Ini adalah]. Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang
terakhir’ dari kalimat sebelumnya, yaitu ‘Yesus
Kristus’.
c. Adanya sebutan ‘hidup
yang kekal’ pada akhir dari
kalimat terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya, Yohanes memang sangat sering
menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yoh 3:15,16,36 4:14
6:27,40,47,54,68 10:28 1Yoh 5:11-13).
Jadi, ayat ini secara jelas
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
2. Sekarang
mari kita bandingkan dengan terjemahan dari NWT / TDB.
NWT: “his Son Jesus Christ. This
is the true God and life everlasting”
[= AnakNya Yesus Kristus. Ini adalah Allah yang benar dan hidup yang
kekal].
TDB: “Tetapi
kita tahu bahwa Putra Allah telah datang, dan ia telah memberi kita kemampuan
intelektual agar kita mendapat pengetahuan tentang pribadi yang benar itu. Dan
kita berada dalam persatuan dengan pribadi yang benar itu, melalui Yesus
Kristus, Putranya. Inilah Allah yang benar dan kehidupan
abadi”.
TDB membalik kata-kata ‘Yesus Kristus’ dengan ‘Putranya’, padahal NWT
tidak demikian. Memang TDB
diterjemahkan dari NWT, tetapi kadang-kadang terjemahannya berbeda. Jadi dalam
hal ini, saudara bisa menggunakan NWT untuk menghantam diri mereka sendiri.
Apa tujuannya TDB membalik seperti itu? Saya
kira supaya kata-kata ‘Inilah
Allah yang benar dan kehidupan abadi’ bisa dihubungkan dengan kata ‘nya’ (yang jelas
menunjuk kepada Bapa), bukan
dengan ‘Yesus Kristus’. Ini lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran
TDB dalam melakukan penterjemahan.
Bahwa TDB memang membalik, akan saya buktikan
dari bahasa Yunaninya.
ἐν
τῷ υἱῷ
αὐτοῦ Ἰησοῦ Χριστῷ.
οὗτός
ἐστιν ὁ ἀληθινὸς
θεὸς.
EN TO HUIO AUTOU IESOU KHRISTO. HOUTOS ESTIN HO ALETHINOS THEOS
in the Son
of him Jesus Christ. This is the
true God
dlm sang Anak Nya Yesus
Kristus. Ini adalah sang benar Allah
Terlihat dengan jelas bahwa kata ‘AnakNya’ seharusnya mendahului kata-kata ‘Yesus Kristus’.
c) Kita lagi-lagi menjumpai ‘problem yang sama’ bagi Saksi-Saksi
Yehuwa / Unitarianisme.
Dalam Yoh 17:3, Bapa disebut sebagai
‘satu-satunya Allah yang benar’, tetapi dalam 1Yoh 5:20, Yesus disebut ‘Allah
yang benar’ juga.
Ini tidak bisa diharmoniskan bagi Saksi-Saksi
Yehuwa / Unitarianisme, yang menganggap Bapa dan Yesus sebagai 2 pribadi yang
terpisah total. Ini hanya bisa diharmoniskan bagi orang yang mempercayai
doktrin Allah Tritunggal!
Bagi orang yang mempercayai doktrin Allah
Tritunggal, hal ini bukan masalah karena sekalipun kita mempercayai Bapa
sebagai ‘satu-satunya Allah yang benar’, kita bisa tetap mempercayai Yesus
sebagai ‘Allah yang benar’ juga, karena Mereka adalah 2 Pribadi yang mempunyai
satu hakekat.
5) Doktrin Allah Tritunggal itu berasal dari
agama-agama kafir, dan baru muncul pada abad ke 4.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “teologi kuno memiliki sejumlah
dewa-dewa utama, dengan banyak titisan dewa-dewi, Kristen-kafir ini (jika kita
boleh mencipta sebuah kata) mulai menyusun kembali daftar untuk teologi yang
baru. Maka, pada waktu itulah, doktrin mengenai tiga Allah
diciptakan - Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.” -
‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 125.
Catatan: kata-kata ini lagi-lagi
merupakan suatu fitnahan, karena Kristen tidak percaya kepada tiga Allah!
Perhatikan juga kutipan-kutipan
dari buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’ di bawah ini:
·
“Diseluruh dunia zaman purba,
di Babel dulu, ibadat kepada dewa-dewa kafir yang dikelompokkan dalam tiga
serangkai, sangat umum. Pengaruh itu juga umum di Mesir, Yunani, dan Roma pada
abad-abad sebelum, selama, dan setelah Kristus. Dan setelah rasul-rasul
meninggal, kepercayaan kafir tersebut menyusup ke dalam kekristenan” (hal 9,11).
·
“Sejarawan Will Durant
mengatakan: ‘Kekristenan tidak memusnahkan kekafiran; ia menerimanya. ... Dari
Mesir datang gagasan mengenai trinitas ilahi.’ Dan dalam buku Egyptian Religion Siegfried Morenz berkata: ‘Tritunggal merupakan hal yang terutama
menyita perhatian para teolog Mesir ... Tiga allah digabung dan diperlakukan
seperti satu pribadi tunggal, disapa dalam bentuk tunggal. Dengan cara ini
kekuatan rohani dari agama Mesir memperlihatkan hubungan yang langsung dengan
teologi Kristen.’” (hal 11).
·
“A Dictionary of Religious
Knowledge menyatakan bahwa Tritunggal ‘adalah
suatu penyelewengan yang dipinjam dari agama-agama kafir, dan dicangkokkan ke
dalam iman Kristen’. Dan The Paganism in Our Christianity berkata: ‘Asal usul (Tritunggal) seluruhnya kafir’ (hal 11).
·
“... menyatakan tentang salah
satu dari rangkaian tiga allah tersebut di daerah Mesopotamia: ‘Alam semesta
dibagi dalam tiga bagian yang masing-masingnya menjadi daerah kekuasaan dari
satu allah. Bagian milik Anu adalah langit. Bumi diberikan kepada Enlil.
Ea menjadi penguasa lautan. Bersama mereka membentuk tiga serangkai dari
Allah-Allah yang Agung’” (hal 9).
·
“Itu sebabnya, dalam Encyclopedia of Religion and
Ethics, James Hastings menulis: ‘Dalam agama di
India, misalnya, kita temukan kelompok tiga serangkai Brahma, Syiwa, dan Wisnu;
dan dalam agama Mesir kelompok tiga serangkai Osiris, Isis, dan Horus ...’” (hal 11).
·
“Tritunggal Hindu. Buku ‘The Symbolism of Hindu
Gods and Rituals’ mengatakan mengenai suatu tritunggal Hindu yang telah ada
berabad-abad sebelum Kristus: ‘Syiwa adalah salah satu dari allah-allah
Tritunggal itu. Ia disebut sebagai allah perusak. Kedua allah lain adalah
Brahma, allah pencipta dan Wishnu, allah pemelihara ... Untuk menunjukkan bahwa
ketiga proses ini adalah satu dan sama, ketiga allah itu digabung dalam satu
bentuk.’”
(hal 12).
Saksi-Saksi Yehuwa juga
memberikan beberapa ‘Tiga Serangkai’ beserta gambarnya dalam kepercayaan kafir,
yaitu:
1. Mesir: Tiga serangkai dari Horus, Osiris, Isis, milenium ke 2 S. M.
Tetapi pada hal 2 dari buku
‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, juga diberikan gambar dari karya
pahatan tiga serangkai Ramses II, Amon-Ra, dan Nut dari Mesir pada milenium kedua
(S.M.)
2. Babel: Tiga serangkai Istar, Sin, Samas, milenium ke 2 S. M.
3. Palmyra: Tiga serangkai dari allah bulan, Tuhan dari Langit, allah matahari, kira-kira abad ke 1 M.
4. India: Tritunggal (keilahian) Hindu,
kira-kira abad ke 7 M.
5. Kamboja: Tritunggal (Keilahian) Budha,
kira-kira abad ke 12 M.
Lalu Saksi-Saksi Yehuwa
menambahkan lagi 5 contoh dimana Tritunggal dalam kalangan Kristen, dipatungkan
/ digambarkan, yaitu:
a. Norwegia: Tritunggal (Bapa, Anak, roh kudus),
kira-kira abad ke 13 M.
b. Perancis: Tritunggal, kira-kira abad ke 14 M.
c. Italia: Tritunggal, kira-kira abad ke 15 M.
d. Jerman: Tritunggal, kira-kira abad ke 19 M.
e. Jerman: Tritunggal, abad ke 20 M.
Catatan: dalam buku ‘Haruskah Anda
Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 10, semua contoh ini diberi gambar dari
‘Tritunggal’ tersebut.
Juga dalam buku yang sama pada
hal 2, mereka memberikan gambar lagi dari karya pahatan dari Allah Tritunggal
dari abad ke 14 M. Dan mereka memberikan kata-kata: “Karya pahatan Tritunggal dari Yesus Kristus, Bapa, dan roh kudus
dari abad keempat belas (M.). Perhatikan ada tiga pribadi tetapi hanya empat
kaki” -
‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 2.
Jawaban saya:
a) Pertama-tama saya akan membahas Tritunggal-Tritunggal dalam
kalangan kafir, yang mereka katakan merupakan asal usul dari doktrin Allah
Tritunggal dalam kalangan Kristen.
Setelah
mempelajari tentang dewa-dewa yang merupakan ‘tiga serangkai’ yang mereka
sebutkan itu dalam Encyclopedia Britannica, saya mendapat kesimpulan bahwa
Saksi-Saksi Yehuwa hanya menceritakan sebagian kecil dari ajaran tentang
dewa-dewa tersebut, dan menutup sebagian besar lainnya, sedemikian rupa
sehingga menjadi mirip dengan ajaran tentang Allah Tritunggal.
Sebagai
illustrasi: kalau di depan saya ada saudara, dan juga ada seekor gorila, maka
jelas bahwa keduanya sebetulnya berbeda jauh. Bagaimana caranya supaya bisa ada
kemiripan antara keduanya? Saya menutup sebagian besar dari gorila tersebut,
dan hanya menyisakan matanya, lalu membandingkan mata itu dengan mata saudara.
Tentu lalu jadi mirip. Dan saya lalu mengatakan saudara adalah gorila, atau
berasal dari gorila. Inilah taktik kotor yang dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa
dalam serangan di tempat ini.
Karena itu, untuk membuktikan ketidak-benaran serangan mereka
dalam hal ini, saya akan memperjelas dan menguraikan contoh-contoh ‘Tritunggal’
/ ‘Tiga Serangkai’ dari kepercayaan kafir tersebut, supaya saudara bisa
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kepercayaan dalam agama-agama
kafir itu, sehingga saudara bisa melihat apakah contoh-contoh itu ada
hubungannya dengan ajaran Kristen tentang Allah Tritunggal, atau tidak.
1. Pertama-tama saya akan membahas ajaran ‘Tiga
Serangkai’ dari Mesopotamia kuno yang mereka sebutkan di atas.
Saya kutip ulang kata-kata mereka
sebagai berikut:
“... menyatakan tentang salah satu dari rangkaian tiga allah
tersebut di daerah Mesopotamia: ‘Alam semesta dibagi dalam tiga bagian yang
masing-masingnya menjadi daerah kekuasaan dari satu allah. Bagian milik Anu
adalah langit. Bumi diberikan kepada Enlil. Ea menjadi penguasa
lautan. Bersama mereka membentuk tiga serangkai dari Allah-Allah yang Agung’” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal
9.
Catatan: contoh ini tidak mereka berikan
gambarnya.
Bagaimana sebetulnya kepercayaan
di Mesopotamia kuno itu? Ini tentu tidak bisa didapatkan dari Kitab Suci,
karena dewa-dewa itu tidak ada dalam Kitab Suci. Saya menyelidikinya melalui
Encyclopedia Britannica (kutipan ada di bawah), dan saya mendapatkan bahwa
dalam kepercayaan di Mesopotamia kuno, dewa-dewa diorganisir dalam suatu
pemerintahan, dan setiap dewa mempunyai daerahnya sendiri-sendiri. Pada tingkat
nasional ada Majelis Umum, yang merupakan otoritas tertinggi dalam alam
semesta.
a. Yang tertinggi dari kumpulan dewa-dewa itu
adalah An / Anu, dewa dari langit / surga.
b. Setelah itu ada Enlil, dewa dari angin dan pertanian,
pencipta dari cangkul.
c. Setingkat dengan An dan Enlil, ada dewi dari
tanah berbatu dan pegunungan, yang bernama Nintur atau Ninmah. Ia
juga adalah dewi kelahiran.
d. Bersama dengan dewa dewi ini, juga ada dewa
lain yang kelihatannya merupakan dewa sekunder, yaitu Enki atau Ea, dewa dari air manis dari sungai dan rawa. Ia adalah dewa yang
paling pandai dan ahli dalam menangani kesukaran / kerusakan, dan baik
dewa-dewa maupun manusia sering memohon kepadanya.
e. Anak-anak laki-laki dari Enlil adalah dewa
bulan Nanna atau Sin, dan dewa dari hujan badai, banjir, dan
bajak, yang namanya Ninurta, dan juga dewa-dewa lain yang
menguasai dunia orang mati seperti Meslamtaea, Ninazu, dan Ennugi.
f. Anak-anak lelaki dari Sin adalah dewa
matahari dan hakim dari dewa-dewa, yaitu Utu, dewa hujan yaitu Ishkur
/ Adad, dan anak perempuannya adalah dewi perang, cinta, yaitu Innana /
Ishtar.
An, atau Anu, adalah dewa langit dalam
kepercayaan orang-orang Mesopotamia, dan merupakan anggota dari tiga serangkai
keilahian, yang dilengkapi oleh Bel (atau Enlil), dan Ea (atau Enki).
Seperti kebanyakan dewa langit, sekalipun secara teoritis Anu adalah dewa yang
tertinggi, tetapi hanya mempunyai peranan kecil dalam mythology, nyanyian
pujian, dan kepercayaan Mesopotamia. Ia adalah bapa bukan hanya dari semua
dewa, tetapi juga dari roh-roh jahat dan setan-setan!
Ea, atau Enki, adalah dewa air dari
Mesopotamia. Dari suatu dewa lokal yang disembah di kota Eridu, Ea berkembang
menjadi dewa yang besar / utama, Tuhan dari air segar di bawah bumi (sekalipun
kata Enki arti hurufiahnya adalah ‘Tuhan dari bumi’). Ea memerintah seni sihir
dan mantera! Ia juga dianggap sebagai bapa dari Marduk, dewa nasional
dari Babilonia.
Kesimpulan dari semua penjelasan
tentang kepercayaan Mesopotamia kuno itu adalah bahwa:
·
ada lebih dari tiga dewa yang mereka percayai.
·
masing-masing dewa mempunyai keahlian, kekuasaan dan daerah
sendiri-sendiri.
·
dewa yang satu lebih besar / tinggi dari dewa yang lain.
·
selain dewa, juga ada dewi.
·
dewa bisa mempunyai anak dewa lain, dan bahkan setan / roh jahat.
·
ada dewa yang berkuasa atas seni sihir dan mantera.
Pikirkan sendiri, apakah semua
ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?
2. Sekarang saya akan membahas ajaran ‘Tiga
Serangkai’ dari Mesir yang mereka sebutkan di atas.
Saksi Yehuwa mengatakan bahwa ada
Tiga serangkai dari Horus, Osiris, Isis (milenium ke 2 S. M.). Tetapi
anehnya, mereka juga mengatakan ada tiga serangkai Ramses II, Amon-Ra, dan Nut dari Mesir, yang juga berasal
dari milenium kedua S.M.
Ini menunjukkan kebodohan dari Saksi-Saksi Yehuwa dalam
memberikan contoh, karena ini berarti ada 2 macam tiga serangkai. Bagaimana
mungkin yang seperti itu merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal?
a. Sekarang saya akan membahas
tiga serangkai Mesir yang pertama, yaitu Horus, Osiris, dan Isis.
Pertama-tama, dari gambar / foto
yang diberikan dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 10,
jelas terlihat ada 3 patung, bukan 3 dewa / patung yang menjadi satu, dan tiga
patung itu bentuknya berbeda-beda. Jadi ini jelas adalah polytheisme, dan
karena itu jelas bukan merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal.
Hal kedua yang perlu diketahui adalah
hubungan Horus, Osiris, Isis, dan dewa lain yang bernama Seth:
Osiris - Isis - Seth
|
Horus
Osiris dan Isis adalah suami
istri, dan Horus adalah anak mereka. Seth adalah saudara dari Isis, tetapi
musuh dari Osiris dan Horus.
Sekarang mari kita memperhatikan
cerita tentang perdewaan ini secara lebih terperinci.
Horus yang dalam bahasa Mesir adalah
HOR atau HAR, dalam agama Mesir kuno adalah dewa dalam bentuk burung falcon
(semacam elang), yang matanya adalah matahari dan bulan. Horus mempunyai musuh
kekal, yaitu dewa lain yang namanya Seth. Horus adalah anak dari dewa
yang namanya Osiris, yang juga bermusuhan dengan Seth, dan mati dibunuh
oleh Seth. Horus lalu membalas dendam atas kematian ayahnya dengan mengalahkan
Seth, tetapi dalam pertempuran itu Horus rusak pada mata kirinya, dan
disembuhkan oleh dewa lain yang namanya Thoth. Horus ini muncul sebagai
dewa lokal di banyak tempat. Belakangan Horus ini oleh orang-orang Yunani
disamakan dengan dewa Apollo.
Isis yang dalam bahasa Mesir adalah
ASET atau ESET, adalah salah satu dewi yang paling penting dari Mesir kuno. Ia
adalah istri dari Osiris, yang mati dibunuh oleh dewa Seth, dan ia berkabung
karena kematian suaminya. Ia menemukan potongan-potongan dari tubuh suaminya
yang mati dibunuh itu, dan dengan kekuatan magicnya, ia menggabungkannya kembali
sehingga Osiris hidup kembali. Isis menyembunyikan anaknya, Horus dari kejaran
Seth, sampai Horus cukup besar untuk membalas dendam atas kematian ayahnya.
Isis ini juga adalah saudara perempuan dari Seth, sehingga pada pertempuran
Horus dengan Seth, ia terombang-ambing. Ia kasihan kepada Seth, yang dipenggal
oleh Horus.
Perlindungan yang ia berikan
kepada Horus menyebabkan ia menjadi semacam dewi pelindung, dan kekuatan magicnya,
yang membangkitkan suaminya, menyebabkan orang-orang berdoa kepadanya untuk
kesembuhan dari penyakit. Dan bersama dengan dewi-dewi lain seperti Nephthys,
Neith, dan Selket, Isis melindungi orang-orang mati.
Osiris, juga disebut USIRI, adalah
seorang dewa lokal dari Busiris, dan ia adalah dewa kesuburan. Ia dibunuh atau
ditenggelamkan oleh dewa Seth, yang mencabik-cabik mayatnya menjadi 14 potongan
dan melemparkan / menyebarkannya ke seluruh Mesir, kecuali zakarnya, yang nanti
memberi kehidupan kembali kepada Osiris. Selama mati, ia menjadi penguasa dan
hakim di dunia orang mati. Isis membangkitkan Osiris kembali, dan lalu
melahirkan anaknya, Horus, dari Osiris.
Kesimpulan dari semua penjelasan
tentang kepercayaan Mesir kuno itu adalah bahwa:
·
Tiga Serangkai Mesir ini adalah bapa, ibu dan anak!
·
ada lebih dari 3 dewa, dan ada yang perempuan (dewi), yang
kekuatannya berbeda satu sama lain.
·
dewa bisa bermusuhan, berkelahi dan membunuh dewa lain.
·
dewa-dewa itu mempunyai tubuh yang bisa dirusak / dibunuh, juga
bisa disembuhkan / dihidupkan kembali oleh dewa / dewi yang lain.
·
dewa bisa kawin dengan dewi dan mempunyai anak, yang juga adalah
dewa.
·
anak dewa bisa bertumbuh dan bertambah kuat.
·
dewi bisa sedih karena kematian suami.
·
pada saat seorang dewa mati, ia bisa tetap berkuasa dalam dunia
orang mati.
Pikirkan sendiri, apakah ini
mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?
Ada sesuatu yang ‘lucu’ yang
perlu saya tambahkan. Dalam buku mereka yang berjudul ‘Pencarian Manusia Akan
Allah’, hal 277, Saksi-Saksi Yehuwa memberikan gambar / foto dari 3 buah
patung. Yang di sebelah kiri adalah gambar / foto dari patung Isis yang
menggendong bayi Horus dari Mesir; yang ada di tengah adalah gambar / foto dari
patung Maria yang menggendong bayi Yesus; dan yang di sebelah kanan adalah
gambar / foto dari patung Mater Matuta (Matuta adalah nama seorang dewi) dari
Roma yang juga menggendong seorang bayi. Dan mereka memberikan komentar sebagai
berikut: “Pemujaan Maria dengan
anak, di tengah, menggemakan ibadat yang lebih tua kepada dewi-dewi kafir”.
Yang perlu dipertanyakan adalah:
tadi di atas mereka menuduh bahwa Tritunggal (Bapa, Anak, Roh Kudus) asalnya
dari tiga serangkai Osiris, Isis, dan Horus. Tetapi sekarang mereka
mengatakan bahwa Maria dan Yesus berasal dari Isis dan Horus. Yang mana
yang benar?
Kesimpulan saya: dalam menyerang,
dan berusaha membuktikan bahwa kekristenan / doktrin Allah Tritunggal berasal
dari kekafiran, Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa yang sesat dan bodoh ini membuat
serangan secara asal-asalan, tanpa peduli bahwa serangan mereka bertentangan
satu sama lain!
b. Sekarang saya membahas tiga
serangkai Mesir yang kedua, yaitu Ramses II, Amon-Ra, dan Nut.
Catatan: dalam versi bahasa Inggris,
Saksi-Saksi Yehuwa menyebutkan bukan ‘Nut’ tetapi ‘Mut’ [‘Watchtower Library’
(CD)], padahal kalau dilihat dari Encyclopedia Britannica, Nut berbeda dengan
Mut.
Pertama-tama, dari gambar / foto
yang diberikan dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 2,
jelas terlihat ada 3 patung, bukan 3 dewa / patung yang menjadi satu, dan
ketiga patung itu bentuknya berbeda-beda. Jadi ini jelas merupakan polytheisme,
dan karena itu tidak mungkin merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal.
Sekarang, mari kita menyoroti
dewa-dewa ini secara lebih terperinci.
Ramses II adalah nama raja / Firaun, dan
ia adalah Firaun yang berkuasa pada jaman Musa, yang lalu menolak perintah
YAHWEH untuk melepaskan bangsa Israel. Sepanjang yang bisa saya dapatkan dari
Encyclopedia Britannica 2000, tidak ada dewa dengan nama seperti itu. Tetapi
Ramses, sama seperti Firaun-Firaun yang lain, memang mengclaim
diri sebagai dewa / bersifat ilahi.
Tetapi yang jelas, bahwa
Ramses II, Amon-Ra, dan Nut, merupakan tiga serangkai, tidak bisa saya temukan
dalam Encyclopedia Britannica 2000. Saya menduga, ini hanya merupakan suatu
khayalan / dusta dari Saksi Yehuwa. Yang ada justru adalah tiga serangkai -
tiga serangkai yang lain, yang akan saya tunjukkan di bawah.
Mut, adalah dewi langit dan juga ibu
ilahi yang besar (kata ‘Mut’ berarti ‘ibu’). Bersama dengan
dewa Amon, dan anak Mut yaitu dewa muda bernama Khons, ia membentuk tiga
serangkai.
Khons adalah nama dewa bulan, yang
biasanya digambarkan sebagai seorang pemuda. Ia dianggap sebagai anak dari dewa
Amon dan dewi Mut.
Nut adalah dewi dari langit, dan ia
kadang-kadang digambarkan sebagai seekor lembu, karena dalam bentuk inilah ia
membawa dewa matahari Re pada punggungnya ke langit. Nut ini dikatakan
melahirkan Osiris, Horus, Seth, Isis, and Nephthys.
Re, atau Ra, adalah dewa matahari dan dewa
pencipta. Ia juga dibentuk dengan dewa-dewa lain sehingga timbul nama-nama Re-Harakhty,
Amon-Re, Sebek-Re, dan Khnum-Re. Jadi Amon-Re, atau
Amon-Ra, adalah penggabungan Re / Ra, dengan dewa Amon, dan Amon-Ra ini
merupakan dewa utama dalam kumpulan dewa-dewa, atau ‘raja dari dewa-dewa’.
Amon adalah dewa Mesir yang dihormati
sebagai ‘raja dari dewa-dewa’. Ia diidentikkan dengan dewa matahari Re, dan
sebagai Amon-Re ia dianggap sebagai dewa nasional. Amon-Re disembah
sebagai bagian dari tiga serangkai, bersama-sama dengan seorang dewi yang
bernama Mut, dan dewa muda bernama Khons. Tetapi Amon, Ptah dan Re juga dianggap
sebagai tiga serangkai. Juga ada pandangan lain dimana Amon dianggap sebagai dewa
tunggal, dan Ptah dan Re merupakan manifestasi dari Amon.
Ptah, dalam agama Mesir, adalah dewa
pencipta dan pembuat segala sesuatu. Bersama Sekhmet dan dewa muda Nefertem
/ Nefertum, ia adalah salah satu dari tiga serangkai. Tetapi belakangan posisi
Nefertem dalam Tiga Serangkai ini diganti oleh Imhotep.
Kesimpulan dalam persoalan tiga
serangkai Mesir ini adalah:
·
tidak ada tiga serangkai Ramses II, Amon-Ra, dan Nut, dan bahkan
tidak ada dewa bernama Ramses II.
·
Ramses II adalah Firaun yang dikalahkan oleh YAHWEH pada jaman
Musa, sehingga betul-betul lucu kalau doktrin Allah Tritunggal diambil dari
Ramses II itu.
·
ada lebih dari 3 dewa dalam kepercayaan / agama di Mesir, dan
bahkan ada banyak tiga serangkai.
·
seorang dewa dalam suatu tiga serangkai bisa digantikan tempatnya
oleh dewa lain, seperti Nefertem / Nefertum yang digantikan oleh Imhotep.
·
dewa-dewa ini tidak mahakuasa ataupun mahatahu (ini bisa dilihat
pada salah satu dari kutipan di bawah).
·
setiap dewa mempunyai daerah kekuasaannya sendiri-sendiri.
·
istilah ‘dewa’ juga mencakup ‘demon’ [= setan].
·
dewa tidak bisa membunuh / mengalahkan Apopis, simbol dari
kejahatan dan kekacauan (ini bisa dilihat pada salah satu kutipan di bawah).
Hanya orang yang memang mau membutakan
diri sendiri dan mau menipu orang lain yang bisa mengatakan bahwa ini adalah
asal usul dari doktrin Allah Tritunggal..
3. Babel: Tiga serangkai Istar, Sin, Samas, milenium
ke 2 S. M.
Lagi-lagi, kalau dilihat dalam
gambar / foto yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa pada hal 10, terlihat
bahwa ada tiga patung, yang tidak disatukan, dan ketiga patung itu bukan hanya
berbeda bentuknya, tetapi juga besarnya. Dan bahkan kelihatannya, ketiga dewa
ini mempunyai kedudukan yang berbeda-beda, karena yang satu digambarkan duduk
di atas takhta, sedangkan yang dua berdiri di hadapannya. Jadi ini menunjuk
kepada tiga dewa (polytheisme), dan karena itu jelas bukan merupakan asal usul
dari doktrin Allah Tritunggal.
Sekarang mari kita mempelajari
dewa-dewa ini secara terperinci.
Sin, kependekan dari Su-en, adalah
nama dalam bahasa Akkadian, dan dalam bahasa Sumerian ia disebut Nanna. Sin
adalah dewa bulan, dan ia adalah ayah dari dewa matahari, yaitu Samas /
Shamash, dan dari Istar / Ishtar, dewi Venus, dan ketiganya
membentuk ‘astral triad of deities’ [= keallahan tiga serangkai yang
berhubungan dengan bintang-bintang]. Ia memberikan kesuburan dan kemakmuran kepada kawanan
ternak. Istrinya, yaitu Ningal, adalah dewi buluh / alang-alang. Ayahnya
bernama Enlil.
Samas / Shamash, adalah nama dalam bahasa
Akkadian, dan dalam bahasa Sumerian ia disebut Utu. Ia adalah dewa matahari. Ia
adalah anak dari Sin, dan sebagai dewa matahari ia mempunyai kuasa terang atas
kegelapan dan kejahatan, dan karena itu ia dikenal sebagai dewa keadilan, dan
ia adalah hakim bagi dewa-dewa dan manusia. Pada malam hari, Shamash menjadi
dewa dalam dunia orang mati. Ia juga adalah penguasa dari seluruh alam semesta.
Ia digambarkan duduk pada sebuah takhta, memegang dalam tangannya sebuah
tongkat dan sebuah cincin, yang merupakan simbol dari keadilan dan kebenaran.
Pasangan dari Shamash adalah Aya, yang belakangan diserap (absorbed) oleh Ishtar.
Istar / Ishtar, adalah nama dalam bahasa
Akkadian, dan dalam bahasa Sumerian namanya adalah Inanna. Ia adalah dewi
perang dan cinta sexuil. Ia kadang-kadang digambarkan sebagai anak perempuan
dari dewa langit An, dan kadang-kadang sebagai istrinya. Dalam mitos yang lain,
ia adalah anak perempuan dari Nanna / Shamash / Samas, dewa bulan, dan dari
dewa angin, Enlil. Ia adalah dewi hujan dan badai / guntur, kesuburan, dan
lumbung. Sebagai dewi Venus, yang senang dengan kasih / cinta secara jasmani,
ia adalah pelindung dari pelacur dan rumah minum (minuman keras). Penyembahan
terhadapnya mencakup pelacuran kuil, dan pusat dari ibadah terhadap Istar ini
adalah Erech, yang adalah kota yang penuh dengan pelacur. Dalam mitos
belakangan ia dikenal sebagai Ratu alam semesta, yang mengambil / menerima
kuasa-kuasa dari An, Enlil dan Enki.
Kesimpulan dari penjelasan
tentang kepercayaan Babel kuno ini adalah bahwa:
·
lagi-lagi ada lebih dari 3 dewa, yang mempunyai kekuasaan dan
keahlian sendiri-sendiri.
·
yang disebut tiga serangkai adalah satu dewa dengan satu anak
lelaki (dewa) dan satu anak perempuan (dewi). Tetapi sang bapa punya istri dewi
lain, dan punya bapa, yang juga adalah dewa lain lagi.
·
dewa bisa mempunyai kekuasaan / fungsi yang berbeda pada malam
hari dan pada siang hari.
·
ada dewa dan dewi yang bisa berpasangan / kawin dan mempunyai
anak, yang juga adalah dewa / dewi.
·
ada dewi yang melindungi kejahatan (pelacuran dan rumah minum).
Dan penyembahan terhadap dewi tersebut mencakup pelacuran dalam kuil.
·
dewa yang satu bisa mengambil / menerima kuasa dari dewa yang
lain.
Pikirkan sendiri, apakah ini
mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?
4. Palmyra: Tiga serangkai dari allah bulan,
Tuhan dari Langit, allah matahari, kira-kira abad ke 1 M.
Di sini lagi-lagi, dalam gambar /
foto yang diberikan Saksi-Saksi Yehuwa dalam hal 10, ada gambar / foto dari
tiga buah patung / dewa, yang tidak disatukan.
Tidak banyak yang diceritakan
oleh Encyclopedia Britannica 2000 tentang Palmyra dan dewa-dewanya. Kota
Palmyra adalah kota kuno di Syria, 210 km di sebelah tenggara dari Damsyik.
Dewa utama mereka bernama Bol, yang mungkin sama dengan Baal. Tidak lama
kemudian Bol dikenal dengan nama Bel, oleh suatu percampuran dengan dewa
Babilonia yang bernama Bel-Marduk. Kedua dewa ini menguasai pergerakan dari
bintang-bintang. Dan Bel ini juga dicampur dengan dewa matahari yaitu Yarhibol
dan dewa bulan yang bernama Aglibol. Tiga serangkai surgawi yang lain
dibentuk di sekitar dewa orang-orang Fenisia Baal Shamen, ‘Tuhan dari langit’,
yang lebih kurang sama dengan Hadad, yang adalah ‘dewa cuaca’, yang menguasai
hujan, guntur / petir, dan badai. Ia mempunyai dua aspek, sebagai pemberi dan
perusak kehidupan, karena hujan yang ia berikan membuat tanah menghasilkan
makanan, tetapi badai yang ia timbulkan menghasilkan kematian. Juga dikatakan
tentang Adad atau Hadad ini, bahwa berbeda dengan dewa-dewa lain yang lebih
besar dari dia, ia tidak mempunyai pusat ibadah khusus untuk dirinya.
Pada abad kedua Masehi muncul
kecenderungan pada kepercayaan terhadap satu Allah / dewa, dan sekte ini
mempunyai dewa yang tidak bernama, dan hanya disebut sebagai ‘ia yang namanya
diberkati / terpuji selama-lamanya, yang penuh belas kasihan dan baik’.
Sekalipun dalam persoalan
kepercayaan Palmyra kuno ini tidak banyak data yang bisa didapatkan dari
Encyclopedia Britannica 2000 tetapi itu sudah cukup untuk membuat suatu
kesimpulan bahwa:
·
dewa-dewa ini mempunyai aktivitas dan kekuasaan sendiri-sendiri
(matahari, bulan, dan cuaca).
·
tetap ada dewa yang lebih besar dan lebih kecil dari dewa yang
lainnya.
·
kelihatannya ada 2 macam tiga serangkai.
Pikirkan sendiri, apakah ini
mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?
5. India: Tritunggal (keilahian) Hindu,
kira-kira abad ke 7 M.
Berbeda dengan contoh-contoh
sebelumnya, kali ini gambar / foto yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa
memang menunjukkan tiga dewa yang disatukan (patung dengan tiga wajah, yang
menghadap ke depan, kiri, dan kanan). Tetapi tahun yang diberikan adalah abad
ke 7 M., dan karena itu ini tidak mungkin merupakan asal usul dari doktrin
Allah Tritunggal, yang sudah ada secara solid / kokoh sebelum saat itu. Tetapi
karena agama Hindu sebetulnya memang sudah ada lebih dulu dari Kristen, maka
saya tetap membahas contoh ini.
Dalam agama Hindu
memang ada istilah ‘Trimurti’. Kata ‘Trimurti’ berasal dari bahasa
Sansekerta, yang berarti ‘satu
atau seluruhnya dengan tiga bentuk’. Dalam agama Hindu, Trimurti merupakan tiga
serangkai Brahma, Wisnu, Syiwa.
Tentang Trimurti ini,
Encyclopedia Britannica 2000 mengatakan: “Although sometimes
called the Hindu Trinity, Trimurti has little similarity to the Christian
Trinity.” [= Sekalipun
kadang-kadang disebut Tritunggal dari Hindu, Trimurti mempunyai sedikit
persamaan dengan Tritunggal Kristen.].
Philip Schaff: “The Indian Trimurti, altogether
pantheistic in spirit, is still further from the Christian Trinity.” [= Trimurti India, sepenuhnya panteistik dalam
artinya, adalah lebih jauh lagi dari Tritunggal Kristen.] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 566.
Catatan: pantheisme adalah
kepercayaan yang mencampur-adukkan Allah dengan ciptaanNya. Jadi mereka
beranggapan bahwa ‘segala sesuatu adalah Allah’ dan ‘Allah adalah segala
sesuatu’.
Wisnu sering dianggap
sebagai perwujudan khusus dari aspek pemeliharaan, dan Syiwa sebagai perusak.
Brahma, sang pencipta, berada di latar belakang, sebagai dewa sekunder. Brahma
jarang mempunyai penyembah, dan kebanyakan pemeluk agama Hindu bukan menyembah
Wisnu atau Syiwa, tetapi satu atau lebih dari dewa-dewa Hindu lain yang tak
terhitung banyaknya (ada yang mengatakan jumlah dewa mereka 33 juta!).
Sekarang mari kita soroti ketiga
dewa utama ini satu per satu.
Brahma adalah salah satu dewa utama /
besar dalam agama Hindu, tetapi perlahan-lahan ia dipudarkan oleh 2 dewa yang
lain, yaitu Wisnu dan Syiwa. Dikatakan bahwa Brahma lahir dari
telur emas dan lalu menciptakan bumi dan segala sesuatu yang ada di
atasnya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ia muncul dari teratai yang
keluar dari pusar dari Wisnu. Brahma biasanya digambarkan dengan 4 muka dan
4 lengan, dan istri-istrinya, yaitu Savitri dan Sarasvati, sering menyertainya.
Wisnu adalah salah satu dewa
utama / terpenting dalam agama Hindu, disembah sebagai pelindung dan pemelihara
dari dunia dan pemulih dari keteraturan moral (dharma). Ia terutama dikenal
melalui inkarnasinya, sebagai Rama dan Kresna. Wisnu menyatakan sebagian
dari dirinya kapanpun ia dibutuhkan untuk memerangi kejahatan, dan
pemunculannya tidak terhitung, tetapi dalam prakteknya ada 10 yang dikenal
secara umum. Istri-istrinya adalah Laksmi (yang juga disebut Shri) dan
Bhumidevi (Bumi).
Syiwa adalah salah satu dewa
utama dari agama Hindu, dan ia disembah sebagai dewa tertinggi oleh
suatu sekte di India. Nama Syiwa berarti ‘yang menguntungkan’, dan merupakan
salah satu dewa yang paling komplex di India, dan merupakan perwujudan dari
kwalitet-kwalitet yang saling bertentangan. Ia adalah perusak, sekaligus
pemulih, pertapa yang agung dan juga simbol dari hawa nafsu, gembala yang penuh
kebajikan dari jiwa dan pembalas yang penuh kemurkaan. Istri Syiwa dikenal
dengan banyak nama, yaitu Uma, Sati, Parvati, Durga, dan Kali. Syiwa
kadang-kadang juga dipasangkan dengan dewi tertinggi, yaitu Shakti.
Pasangan ini, mempunyai anak-anak laki-laki, yaitu Skanda yang berkepala
enam, dan Ganesha yang mempunyai kepala gajah.
Kesimpulan dari penjelasan
tentang kepercayaan India / Hindu ini adalah bahwa:
·
lagi-lagi ada jauh lebih banyak dari 3 dewa.
·
masing-masing dari Trimurti itu mempunyai fungsi / keahlian
sendiri-sendiri.
·
Brahma dilahirkan / ditetaskan dari telur, dan ia mempunyai
istri-istri. Wisnu juga sama-sama menganut polygamy. Syiwa juga kawin dengan
seorang dewi, dan mempunyai anak-anak, yang juga adalah dewa-dewa.
·
Wisnu berinkarnasi berkali-kali.
·
Dari 3 dewa dalam Trimurti itu, yang satu lebih ditonjolkan dari
yang lain.
Pikirkan sendiri, apakah ini
mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?
6. Kamboja: Tritunggal (Keilahian) Budha,
kira-kira abad ke 12 M.
Gambar yang diberikan tentang
contoh ini mirip dengan gambar dalam Tritunggal India tadi, yaitu satu patung
dengan tiga wajah, yang menghadap ke kiri, ke depan, dan ke kanan.
Ada beberapa hal yang ingin saya
persoalkan di sini:
·
Tahun yang diberikan adalah abad ke 12 M., dan ini jauh setelah
doktrin Allah Tritunggal muncul. Lalu bagaimana yang belakangan bisa menjadi
asal usul dari yang lebih dulu?
·
Saya tidak pernah tahu bahwa dalam Buddha ada Tritunggal.
Encyclopedia Britannica 2000 sendiri, selain menyatakan Buddha sebagai
Polytheisme (kepercayaan terhadap banyak allah / dewa), juga mengatakan bahwa
agama yang termasuk monotheisme hanyalah Yudaisme / agama Yahudi, Kristen, dan
Islam.
·
Saksi-Saksi Yehuwa sendiri tidak menyebutkan nama-nama dari ‘Tiga
Serangkai’ / ‘Tritunggal’ dalam Buddha itu.
Encyclopedia Britannica 2000, dengan topik
‘Buddha’, ‘Polytheism’:
“Buddhism’s tolerance of popular cults,
provided that the main essentials of the faith are maintained, means that in
most Buddhist cultures several gods are worshipped”.
Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Polytheism’:
the belief in many gods. Polytheism
characterizes virtually all religions other than Judaism, Christianity, and
Islam, which share a common tradition of monotheism, the belief in one God.
Kesimpulan dari semua ini: Jelas bahwa Saksi-Saksi Yehuwa hanya
mengutip sedikit dari perdewaan dalam agama-agama kafir ini, dan lalu
menggunakan bagian itu untuk mengatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal berasal
dari agama kafir. Padahal kalau cerita perdewaan itu diuraikan seluruhnya,
terlihat secara sangat menyolok, bahwa itu sama sekali berbeda dan tidak ada
hubungannya dengan doktrin Allah Tritunggal. Tidak ada agama lain yang
mempunyai konsep Tritunggal (1 hakekat, 3 pribadi yang setingkat). Yang ada
pada mereka adalah kepercayaan terhadap 3 allah / dewa (Polytheisme /
Tritheisme), dan 3 dewa itu mempunyai daerah kekuasaan dan kemampuan
sendiri-sendiri, dan kekuatan yang berbeda satu dengan yang lain, dan masih
ditambah lagi dengan banyak dewa dan dewi yang lain, dan kadang-kadang bahkan
masih ditambah dengan banyak tiga serangkai yang lain. Ini sangat berbeda
dengan konsep kristen tentang Allah Tritunggal. Penceritaan ‘half-truth’ [= setengah kebenaran] ini jelas-jelas merupakan suatu fitnah!
Dan fitnahan seperti ini membuktikan bahwa mereka sebetulnya bukanlah
‘Saksi-Saksi Yehuwa’ tetapi ‘Saksi-Saksi Palsu Yehuwa’!
Sebagai tambahan ingin saya katakan bahwa saya berpendapat
bahwa pada waktu Saksi-Saksi Yehuwa melihat pada ajaran-ajaran / agama-agama
kafir itu, mereka mempunyai persamaan dengan orang yang melihat pada awan. Apa
persamaannya? Orang yang melihat awan, bisa menganggap bahwa awan itu membentuk
apa saja, sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Demikian juga pada waktu
Saksi-Saksi Yehuwa melihat pada agama-agama kafir itu. Karena mereka ingin sekali
menemukan bukti bahwa doktrin Allah Tritunggal itu berasal dari agama-agama
kafir itu, maka itulah gambaran yang mereka dapatkan!
b) Andaikatapun ajaran tentang Allah Tritunggal
dari kekristenan mempunyai kemiripan / persamaan dengan agama-agama kafir, itu
tidak membuktikan bahwa ajaran itu diambil oleh orang-orang kristen dari
agama-agama kafir tersebut.
Bahwa ada manusia yang mirip
dengan monyet, tidak berarti bahwa manusia memang berasal dari monyet, seperti
yang dipercayai oleh Teori Darwin / evolusi. Tetapi itulah cara yang khas dari
Saksi-Saksi Yehuwa dalam menuduh bahwa kekristenan berasal dari kafir.
Dalam buku mereka yang berjudul
‘Pencarian Manusia Akan Allah’, hal 33, mereka memberikan gambar / foto dari
dua buah patung. Yang satu adalah Dewi belas kasihan dalam agama Budha di Cina
dengan anak bayi; yang lain adalah Perawan Maria dengan bayi Yesus dalam
Katolik. Lalu mereka menambahkan bahwa orang Budha di Tibet menggunakan roda
doa dan tasbih, sedangkan orang Katolik menggunakan rosario. Lalu mereka
berkata: “Agama Budha dan agama
Katolik Roma - mengapa tampaknya mempunyai banyak persamaan?”.
Saya sama sekali tidak mendukung
Katolik, tetapi saya tetap harus mengatakan bahwa serangan seperti ini adalah
serangan yang tidak pada tempatnya. Karena kalau semua kemiripan berarti
pengadopsian kepercayaan, maka saya juga bisa melakukan serangan yang serupa
terhadap Saksi Yehuwa, misalnya dengan:
·
menunjuk kepada berhala / dewa yang hanya terlihat sebagai satu
makhluk / binatang, seperti Baal, atau Dagon, dan lalu mengatakan bahwa ajaran
Monotheisme mutlak, seperti yang dianut oleh Saksi Yehuwa, berasal dari agama
kafir.
·
atau menunjuk kepada agama Islam, yang juga mempercayai Allah yang
tunggal secara mutlak, dan lalu mengatakan bahwa ajaran Saksi Yehuwa berasal
dari Islam.
·
atau, karena Saksi Yehuwa mempercayai bahwa perbuatan baik
mempunyai andil dalam keselamatan, dan itu sama seperti yang dipercayai oleh
agama-agama Hindu, Buddha, Islam, dsb, maka saya bisa mengatakan bahwa Saksi
Yehuwa berasal dari agama-agama itu!
Dan ada satu hal lagi yang saya
pertanyakan: karena Allah memang menyatakan diri melalui alam semesta dan hati
nurani manusia (wahyu / penyataan umum), apakah tidak mungkin bahwa itu yang
menyebabkan orang-orang kafir itu lalu mempunyai ‘Tiga Serangkai’, yang ada
kemiripannya dengan Allah Tritunggal? Dosa telah merusak hati nurani, dan tidak
memungkinkan manusia mengenal Allah dengan benar, sehingga ‘Tiga Serangkai’
mereka menjadi rusak dan berbeda jauh dengan Allah Tritunggal yang sebenarnya.
Catatan: ini hanya pemikiran saya, tetapi
saya tidak mempunyai keyakinan apapun dalam hal ini. Juga saya tidak pernah
menjumpai pemikiran ini dalam buku-buku tafsiran maupun theologia.
c) Sekarang saya akan membahas Tritunggal yang
dipatungkan / digambarkan dalam kalangan-kalangan Kristen. Ada 5 contoh yang
diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yaitu:
1. Norwegia: Tritunggal (Bapa, Anak, roh kudus),
kira-kira abad ke 13 M.
2. Perancis: Tritunggal, kira-kira abad ke 14 M.
3. Italia: Tritunggal, kira-kira abad ke 15 M.
4. Jerman: Tritunggal, kira-kira abad ke 19 M.
5. Jerman: Tritunggal, abad ke 20 M.
Untuk kelima contoh ini, semuanya
adalah patung dari Tritunggal dalam negara-negara Kristen / Katolik.
Aneh kalau Tritunggalnya bisa digambarkan / dipatungkan, karena dalam
kekristenan itu dilarang. Mungkin ini hanya dalam sekte-sekte tertentu saja
(atau Katolik), atau sekedar gambar / patung yang bersifat seni (sekalipun ini
tentu salah!).
Bdk. Ulangan 4:15-18 - “(15) Hati-hatilah sekali -
sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di
Horeb dari tengah-tengah api - (16) supaya jangan kamu berlaku busuk dengan
membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki
atau perempuan; (17) yang berbentuk binatang yang di bumi, atau berbentuk
burung bersayap yang terbang di udara, (18) atau berbentuk binatang yang
merayap di muka bumi, atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi”.
Calvin: “his spiritual nature
forbids our imagining anything earthly or carnal of him.” [= sifat / hakekatNya yang
rohani melarang kita untuk membayangkan apapun yang bersifat duniawi atau
daging tentang Dia.] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book
I, Chapter XIII, no 1.
Ini juga berlaku untuk kata-kata
dan gambar / foto yang mereka berikan dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada
Tritunggal?’, hal 2, dimana mereka memberikan gambar dari karya pahatan dari
Allah Tritunggal dari abad ke 14 M, disertai dengan kata-kata: “Karya pahatan Tritunggal dari
Yesus Kristus, Bapa, dan roh kudus dari abad keempat belas (M.). Perhatikan ada
tiga pribadi tetapi hanya empat kaki”.
Ini lagi-lagi merupakan suatu
serangan bodoh, karena jelas bahwa ‘empat kaki’ tidak menunjukkan ketunggalan, kecuali kalau Allahnya dianggap
sebagai binatang berkaki empat! Selain itu, kalau saudara memperhatikan gambar
yang mereka berikan, mungkin sebetulnya gambar itu bukannya hanya mempunyai
empat tetapi enam kaki, karena kaki-kaki dari pribadi yang di tengah tidak
terlihat karena tertutup oleh kaki-kaki dari pribadi yang ada di kanan dan di
kirinya (ketiga patung bukan menghadap ke depan, tetapi agak menyudut).
d) Doktrin Allah Tritunggal jelas berasal dari
Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci / Firman Allah inilah Allah mewahyukan /
menyatakan diriNya kepada kita supaya kita bisa mengenal Allah yang benar.
Manusia tidak bisa mengerti
doktrin Allah Tritunggal itu secara keseluruhan; lalu bagaimana mungkin manusia
bisa menciptakannya?
Loraine Boettner: “We should notice that
the doctrine of the Trinity is the distinctive mark of the Christian religion,
setting it apart from all the other religions of the world. Working
without the benefit of the revelation
made in Scripture, men have, it is true, arrived at some limited truths
concerning the nature and Person of God. The pagan religion, as well as all
philosophical speculations, are based on natural religion and can, therefore,
rise no higher conception than that of the unity of God. In some systems we
find monotheism with its belief in only one God. In others we find polytheism
with its belief in many separate gods. But none of the pagan religions, nor
any of the systems of speculative philosophy have ever arrived at a trinitarian
conception of God. The fact of the matter is that apart from
supernatural revelation there is nothing in human consciousness or experience
which can give man the slightest clue to the distinctive God of the Christian
faith, the triune, incarnate, redeeming, sanctifying God. Some of the pagan
religions have set forth triads of divinities, such as, for instance, the
Egyptian triad of Osiris, Isis, and Horus, which is somewhat analogous to the
human family with father, mother and child; or the Hindu triad of Brahma,
Vishnu, and Schiva, which in the cycle of pantheistic evolution personifies the
creative, preservative and destructive powers of nature; or the triad set forth
by Plato, of goodness, intellect and will, - which are not examples of true and
proper tri-personality, not real persons who can be addressed and worshipped,
but only personifications of the faculties or attributes of God. None of these
systems have anything in common with the Christian doctrine of the Trinity
except the notion of ‘threeness’” [= Kita harus memperhatikan bahwa doktrin Tritunggal merupakan
ciri yang khusus / membedakan dari agama Kristen, memisahkannya dari semua
agama-agama lain di dunia. Bekerja tanpa manfaat dari wahyu yang dibuat dalam
Kitab Suci, memang manusia telah sampai pada beberapa kebenaran yang terbatas
mengenai hakekat / sifat dasar dan Pribadi dari Allah. Agama kafir, maupun
semua spekulasi yang bersifat filsafat, didasarkan pada agama alamiah, dan
karena itu, tidak bisa membangkitkan konsep yang lebih tinggi dari pada konsep
tentang kesatuan Allah. Dalam beberapa sistim / agama, kita mendapati monotheisme
dengan kepercayaannya kepada hanya satu Allah. Dalam sistim / agama yang lain
kita mendapati polytheisme dengan kepercayaannya kepada banyak allah-allah yang
terpisah. Tetapi tidak ada dari agama kafir, ataupun sistim dari filsafat
spekulatif manapun, yang pernah sampai pada konsep tritunggal tentang Allah.
Faktanya adalah, bahwa terpisah dari wahyu supranatural, tidak ada apapun
dalam kesadaran atau pengalaman manusia yang bisa memberikan manusia petunjuk
yang paling kecil kepada Allah yang khusus / membedakan dari iman Kristen,
Allah yang tritunggal, yang berinkarnasi, menebus, menguduskan. Beberapa
dari agama-agama kafir telah mengajukan / menyatakan tritunggal-tritunggal dari
keilahian, seperti misalnya, tritunggal Mesir dari Osiris, Isis dan Horus, yang
agak analog dengan keluarga manusia dengan bapa, ibu dan anak; atau tritunggal
Hindu dari Brahma, Wisnu, dan Syiwa, yang dalam siklus dari evolusi yang
bersifat pantheisme mempersonifikasikan kuasa-kuasa alam yang mencipta,
memelihara dan merusak; atau tritunggal yang diajukan / dinyatakan oleh Plato,
dari kebaikan, intelek dan kemauan / kehendak, - yang bukan merupakan
contoh-contoh dari tiga kepribadian yang benar, bukan benar-benar pribadi yang
bisa dipanggil / disapa / diajak bicara dan disembah, tetapi hanya
personifikasi dari kemampuan atau sifat-sifat dari Allah. Tidak ada dari
sistim-sistim ini yang mempunyai persamaan apapun dengan doktrin Kristen
tentang Tritunggal kecuali gagasan tentang ‘ketigaan’] - ‘Studies in
Theology’, hal
80-81.
6) Saksi-Saksi
Yehuwa menganggap doktrin Allah Tritunggal sebagai tidak bisa dimengerti, tidak
masuk akal, dan sebagainya.
Saksi-Saksi Yehuwa
mengatakan: “Banyak orang beriman yang tulus
merasa hal itu membingungkan, bertentangan dengan akal sehat, benar-benar sulit
dipahami. Bagaimana mungkin, sang Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan
roh kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah melainkan hanya satu Allah?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada
Tritunggal?’, hal 4.
Dan mereka lalu mengutip 1Kor 14:33
untuk membuktikan bahwa ajaran Tritunggal ini tidak datang dari Allah.
1Kor 14:33 - “Sebab
Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.”.
Saksi-Saksi Yehuwa
menambahkan: “Tetapi,
dengan berkukuh bahwa Tritunggal adalah misteri yang begitu membingungkan
karena berasal dari wahyu ilahi, mereka menciptakan problem besar lain.
Mengapa? Karena dalam wahyu ilahi itu sendiri tidak ada pandangan demikian
mengenai Allah: ‘Allah ... bukan Allah yang suka pada kekacauan’ - 1Korintus
14:33, Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS). Mengingat pernyataan
itu, mungkinkah Allah akan mencetuskan doktrin mengenai diri-Nya sendiri yang
begitu membingungkan sehingga bahkan para sarjana Ibrani, Yunani, dan Latin
tidak dapat menjelaskannya?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal
4-5.
Dalam buku yang sama juga ditambahkan bahwa
orang-orang sederhana / tidak terpelajarpun bisa mengenal Allah, dan ini tidak
memungkinkan adanya doktrin yang begitu sukar / membingungkan tentang Allah.
“Selain
itu, apakah orang-orang harus menjadi teolog untuk dapat mengenal satu-satunya
Allah yang benar dan Yesus Kristus yang telah Ia utus? (Yohanes 17:3). Jika
demikian halnya, mengapa begitu sedikit dari para pemimpin agama Yahudi yang
terpelajar mengakui Yesus sebagai Mesias? Sebaliknya, murid-muridNya yang
setia, adalah petani-petani, nelayan, pemungut cukai, ibu-ibu rumah tangga yang
sederhana. Orang-orang sederhana tersebut begitu yakin dengan apa yang Yesus
ajarkan tentang Allah sehingga mereka dapat mengajarkannya kepada orang lain
dan bahkan rela mati demi kepercayaan mereka - Matius 15:1-9 21:23-32,43
23:13-36 Yohanes 7:45-49 Kisah 4:13” - ‘Haruskah
Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 5.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Mengenai
Tritunggal, Kredo Athanasia (dalam bahasa Inggris)
mengatakan bahwa anggota-anggotanya ‘tidak dapat dimengerti.’
Guru-guru dari doktrin tersebut sering mengatakan bahwa itu suatu ‘misteri.’
Jelas bahwa Allah Tritunggal bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus ketika
ia berkata: ‘Kami menyembah apa yang kami kenal.’ (Yohanes 4:22)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 413.
Jawaban kita:
a) Sekalipun saya / kristen mengakui bahwa doktrin Allah Tritunggal
tidak dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi dalam Kredo / Pengakuan Iman
Athanasius tidak ada kata-kata seperti itu.
Pengakuan Iman Athanasius:
“1. Whosoever
wishes to be saved, it is above all necessary for him to hold the Catholic
faith. 2. Which, unless each one
shall preserve perfect and inviolate, he shall certainly perish forever. 3. But the Catholic faith is this, that
we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor
separating the substance. 5. For
the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost
another. 6. But of the Father, of
the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and
co-eternal majesty. 7. What the
Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost. 8. The Father is uncreated, the Son
uncreated, the Holy Ghost uncreated.
9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost
immense. 10. The Father is eternal,
the Son eternal, the Holy Ghost eternal.
11. And yet there are not three eternals, but one eternal. 12. So there are not three (beings) uncreated,
nor three immense, but one uncreated, and one immense. 13. In like manner the Father is
omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent. 14. And yet there are not three
omnipotents, but one omnipotent.
15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is
God. 16. And yet there are not
three Gods, but one God. 17. Thus
The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord. 18. And yet there are not three Lords,
but one Lord. 19. Because as we are
thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God
and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there
are three Gods or Lords. 20. The
Father was made from none, nor created, nor begotten. 21. The Son is from the Father alone,
neither made, nor created, but begotten.
22. The Holy Ghost is from the Father and the Son, neither made,
nor created, nor begotten, but proceeding.
23. Therefore there is one Father, not three fathers, one Son, not
three sons, one Holy Ghost, not three Holy Ghosts. 24. And in this trinity no one is first
or last, no one is greater or less.
25. But all the three co-eternal persons are co-equal among themselves;
so that through all, as is above said, both unity in trinity, and trinity in
unity is to be worship.
26. Therefore, he who wishes to be saved must think thus concerning
the trinity. 27. But it is
necessary to eternal salvation that he should also faithfully believe the
incarnation of our Lord Jesus Christ.
28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that
our Lord Jesus Christ is both God and man.
29. He is God, generated from eternity from the substance of the
Father; man, born in time from the substance of his mother. 30. Perfect God, perfect man, subsisting
of a rational soul and human flesh.
31. Equal to the Father in respect to his divinity, less than the
Father in respect to his humanity.
32. Who, although he is God and man, is not two but one
Christ. 33. But one, not from the
conversion of his divinity into flesh, but from the assumption of his humanity
into God. 34. One not at all from
confusion of substance, but from unity of person. 35. For as a rational soul and flesh is
one man, so God and man is one Christ.
36. Who suffered for our salvation, descended into hell, the third
day rose from the dead.
37. Ascended to heaven, sitteth at the right hand of God the Father
omnipotent, whence he shall come to judge the living and the dead. 38. At whose coming all men shall rise
again with their bodies, and shall render an account for their own works. 39. And they who have done well shall go
into life eternal; they who have done evil into eternal fire. 40. This is the Catholic faith, which,
unless a man shall faithfully and firmly believe, he can not be saved.” [= 1. Barangiapa
yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk
memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am. 2. Yang, kecuali
setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu
gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya. 3. Tetapi iman Katolik /
universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal,
dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran
pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah
satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi
yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu
keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan yang sama kekalnya. 7. Apa
adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus. 8. Bapa
tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.
9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar.
10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi
tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak
ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi
satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar. 13. Dengan cara yang
sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha
kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha
kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus
adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah.
17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus
adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.
19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen
untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan
Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk
mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari
apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja,
tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari
Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar.
23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak,
satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak
ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil.
25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka
sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas,
baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus
disembah. 26. Karena itu, ia yang ingin diselamatkan harus berpikir
demikian tentang tritunggal. 27. Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal
bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari Tuhan kita Yesus
Kristus. 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan
mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia
adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia,
dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia
yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia.
31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang
Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan
manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus. 33. Tetapi satu, bukan dari
perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari penerimaan /
pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke dalam Allah. 34. Satu, sama
sekali bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi.
35. Karena sebagaimana jiwa yang rasionil dan daging adalah satu manusia,
demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus. 36. Yang menderita
untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara
orang mati. 37. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang
mahakuasa, darimana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang
mati. 38. Pada kedatangan siapa semua manusia akan bangkit kembali dengan
tubuhnya, dan akan mempertanggungjawabkan pekerjaan / perbuatan mereka sendiri.
39. Dan mereka yang telah berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan
kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam api yang kekal. 40. Inilah
iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang percaya dengan setia dan
teguh, ia tidak bisa diselamatkan.] - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
Ini lagi-lagi menunjukkan betapa gegabahnya
dan dengan seenaknya sendiri Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa ini memberikan
pernyataan, yang sangat jauh dari kebenaran.
b) Memang harus diakui bahwa doktrin tentang Allah Tritunggal itu
sangat sukar dan bahkan tidak dapat dimengerti sepenuhnya.
Tetapi sukarnya doktrin tentang Allah (tritunggal)
itu justru cocok dengan ajaran Kitab Suci.
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini.
1. Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah
engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?
(8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi
dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi
ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.”.
Pertanyaan dalam Ayub 11:7 itu jelas harus
dijawab ‘Tidak!’.
Matthew Henry (tentang Ayub 11:7): “We may, by searching find God (Acts
17:27), but we cannot find him out in any thing he is pleased to conceal; we
may apprehend him, but we cannot comprehend him; we may know that he is, but
cannot know what he is. ... We may, by a humble, diligent, and believing
search, find out something of God, but cannot find him out to perfection; we
may know, but cannot know fully, what God is, nor find out his work from the
beginning to the end, Eccl. 3:11. Note, God is unsearchable.” [= Kita bisa, dengan mencari, menemukan
Allah (Kis 17:27), tetapi kita tidak bisa menemukan Dia dalam hal apapun yang
Ia berkenan untuk menyembunyikan; kita bisa memahami / mengerti Dia, tetapi
kita tidak dapat memahami / mengerti Dia dengan sepenuhnya; kita bisa
mengetahui bahwa Ia ada, tetapi kita tidak bisa tahu apa Dia itu. ... Kita
bisa, dengan pencarian yang rendah hati, rajin, dan percaya, mengetahui sesuatu
tentang Allah, tetapi kita tidak dapat mengetahui Dia dengan sempurna; kita
bisa tahu / mengenal, tetapi tidak bisa tahu / mengenal dengan sepenuhnya, apa
Allah itu, ataupun memahami pekerjaanNya dari awal sampai akhir, Pkh 3:11.
Perhatikan, Allah itu tidak terselidiki / terselami.].
Bdk. Pkh 3:11b - “Tetapi manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
Kalau pekerjaan Allah saja manusia tidak bisa
menyelami, apalagi Allahnya sendiri!
2. Ayub 36:26 - “Sesungguhnya,
Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak
dapat diselidiki.”.
NIV: ‘How great is God - beyond our understanding! The number of his years is
past finding out.’ [=
Alangkah besarnya Allah - melampaui pengertian kita! Jumlah tahun-tahunNya
tidak dapat diselidiki].
Kalau jumlah tahun-tahun Allah itu saja tidak dapat kita
selidiki, apalagi Allahnya sendiri!
3. Ayub 37:5b,22-23 - “(5b)
... Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan
kita; ... (22) Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh
keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami,
besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak
menindasnya.”.
Ay 5bnya menunjukkan bahwa
perbuatan-perbuatan Allah saja begitu besar sehingga tidak bisa kita mengerti,
apalagi Allahnya sendiri. Dan bahwa Allahnya sendiri tidak bisa kita mengerti,
ditekankan lagi oleh ay 22-23nya.
Jadi, adalah sesuatu yang
Alkitabiah kalau ajaran tentang Allah Tritunggal itu tidak bisa dimengerti
sepenuhnya. Bukan hanya lebih Alkitabiah, tetapi bahkan juga lebih logis. Mengapa?
Karena Allah itu memang mahabesar / tidak terbatas, sedangkan otak / pikiran
kita sangat terbatas. Kalau otak / pikiran kita yang sangat terbatas ini bisa
mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tidak terbatas, maka itu justru tidak
masuk akal, dan juga tidak Alkitabiah karena tidak sesuai dengan ayat-ayat di
atas ini!
Ada
seorang yang bahkan berani mengatakan: kalau ada orang yang bisa mengajarkan
doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka orang
itu pasti pengajar sesat!
Ini
bisa diterapkan pada ajaran tentang doktrin Allah dari Saksi Yehuwa. Doktrin
mereka tentang Allah (Yehuwa) yang tunggal mutlak, begitu sederhana dan bisa
dimengerti sepenuhnya, dan karenanya justru merupakan ajaran sesat!
c) Sekarang bagaimana dengan Yoh 4:22?
Yoh 4:22 - “Kamu
menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi”.
Tidak ada problem dengan ayat ini. Kita yang
mengenal Allah melalui pengertian yang benar dari Kitab Suci, bisa mengatakan
hal yang sama. Kita bisa berkata bahwa kita mengenal Allah, tetapi kita tidak
bisa berkata bahwa kita mengerti Dia dengan sempurna.
Matthew Henry (tentang Yoh 4:22): “‘We know what we worship. We go upon sure
grounds in our worship, for our people are catechised and trained up in the
knowledge of God, as he has revealed himself in the scripture.’ Note, Those who
by the scriptures have obtained some knowledge of God (a certain though
not a perfect knowledge) may worship him comfortably to themselves, and
acceptably to him, for they know what they worship.” [= ‘Kami tahu / kenal apa yang kami
sembah. Kami berjalan di atas tanah / dasar yang pasti dalam ibadah /
penyembahan kami, karena bangsa kami diberi pelajaran dasar dan dididik dalam
pengetahuan / pengenalan terhadap Allah, sebagaimana Ia telah menyatakan
diriNya sendiri dalam Kitab Suci’. Perhatikan, Mereka yang dengan Kitab Suci
telah mendapatkan suatu pengetahuan tentang Allah (suatu pengetahuan yang
pasti, sekalipun bukan pengetahuan yang sempurna) bisa menyembah Dia dengan
menyenangkan bagi diri mereka sendiri, dan bisa diterima bagi Dia, karena
mereka tahu / kenal apa yang mereka sembah.].
Saya ingin mengutip ulang kata-kata
Saksi-Saksi Yehuwa di atas. Mereka berkata: “Jelas bahwa Allah Tritunggal bukanlah Allah yang
ada dalam pikiran Yesus ketika ia berkata: ‘Kami menyembah apa yang kami
kenal.’ (Yoh. 4:22)” - ‘Bertukar Pikiran
Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 413.
Kalau kata-kata orang-orang sesat di atas ini
benar, maka Paulus juga mempunyai Allah, yang bukanlah Allah yang ada dalam
pikiran Yesus, karena Paulus berkata dalam 1Kor 13:8-12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan
kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang
sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (11) Ketika aku
kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti
kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi
dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. (12) Karena sekarang kita
melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan
melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna,
tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”.
Penyelesaian yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita bisa mengenal Allah, harus diartikan
sebagai pengenalan yang terbatas, sejauh yang Allah kehendaki / nyatakan
tentang diriNya sendiri. Ini cukup untuk keselamatan kita! Tetapi ayat-ayat
yang menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai
pengenalan yang sempurna.
d) Dalam 2Pet 3:15b-16 Petrus mengatakan bahwa dalam tulisan
Paulus ada hal-hal yang sukar dimengerti.
2Pet 3:15b-16 - “(15b) ... seperti juga Paulus, saudara
kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan
kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara
tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar
difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh
imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti
yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.”.
Juga dalam 1Korintus 3:2 dan
Ibrani 5:11-14, Paulus dan penulis surat Ibrani berbicara tentang ‘makanan keras’ yang jelas menunjuk pada ajaran yang sukar.
Ini semua membuktikan bahwa Kitab Suci
sendiri mengakui bahwa dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang sukar. Karena
itu kalau melalui penggalian Kitab Suci akhirnya dihasilkan doktrin Allah
Tritunggal yang begitu sukar, ini tidak mengherankan!
e) Banyak orang menyalah-gunakan 1Kor 14:33,40 untuk menyerang
ajaran yang mereka anggap kacau / salah.
Dalam menafsirkan suatu ayat, kita tidak
boleh mengabaikan kontext dari ayat tersebut. Dan 1Kor 14:33 ada dalam
kontext yang membicarakan penggunaan bahasa roh (1Kor 14:27-28) dan nubuat
(1Kor 14:29-32) dalam ibadah / kebaktian.
1Kor 14:27-33,40 - “(27) Jika ada yang berkata-kata dengan
bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi
seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada
orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam
pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan
kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya
berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika
seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus
berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang,
sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi
takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan,
tetapi damai sejahtera. ... (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung
dengan sopan dan teratur.”.
Catatan: kata ‘sopan’ dalam ay 40 seharusnya ‘benar’ atau ‘pantas’ / ‘selaras’.
Dalam text ini Paulus / Tuhan memberikan
peraturan tentang penggunaan bahasa roh dan nubuat dalam kebaktian (perhatikan
kata-kata ‘dalam pertemuan jemaat’ dalam ay 28), supaya tidak terjadi
kekacauan dalam ibadah / kebaktian, karena Allah tidak senang kekacauan
seperti itu. Ia menghendaki kebaktian yang tertib!
Jadi, 1Kor 14:33,40 berbicara tentang
kekacauan dalam ibadah / kebaktian, bukan dalam hal ajaran.
Karena itu, kalau ayat ini dipakai oleh
Saksi-Saksi Yehuwa untuk menentang doktrin Allah Tritunggal, yang mereka anggap
sebagai ajaran yang kacau, maka jelas bahwa mereka sudah melepas ayat
itu dari kontextnya (‘out of context’!). Ini memang salah satu taktik busuk dari
Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa ini!
f) Ajaran tentang Allah Tritunggal bukanlah suatu kekacauan
yang membingungkan. Ajaran ini tidak bertentangan dengan akal / logika, tetapi
melampaui akal / logika.
Sedikit penjelasan untuk hal itu: kalau kita berkata bahwa Allah itu 1
hakekat dan 3 hakekat pada saat yang sama, maka itu bertentangan dengan akal /
logika dan itu betul-betul merupakan suatu kekacauan. Demikian juga kalau kita
berkata bahwa Allah itu 1 pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama. Tetapi
kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat tetapi 3 pribadi, itu tidak
bertentangan dengan akal / logika, tetapi melampaui akal / logika. Mengapa
saya katakan ‘melampaui akal / logika’? Karena kita tidak bisa membayangkan
bagaimana satu hakekat dengan tiga pribadi itu!
W. G. T. Shedd: “The clue to the right construction of the
doctrine of the Trinity, lies in the accurate distinction and definition of
Essence and Person. The doctrine is logically consistent, because it affirms
that God is one in another sense than he is three; and three in another sense
than he is one. If it affirmed unity in the same respect that it affirms
trinality, the doctrine would be self-contradictory.” [= Petunjuk pada konstruksi / penyusunan
doktrin Tritunggal, terletak pada pembedaan dan pendefinisian yang akurat /
tepat dari ‘Hakekat’ dan ‘Pribadi’. Doktrin ini
konsisten secara logika, karena doktrin ini menegaskan bahwa Allah itu satu
dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu tiga, dan tiga dalam
arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu satu. Seandainya doktrin ini menegaskan kesatuan dalam hal yang
sama dengan pada waktu doktrin ini menyatakan ke-tiga-an, maka doktrin ini
bertentangan dengan dirinya sendiri.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 268.
g) Sedangkan tentang serangan mereka bahwa dengan adanya doktrin
Allah Tritunggal itu berarti bahwa orang harus menjadi teolog untuk bisa
mengenal Allah, maka saya memberikan jawaban sebagai berikut:
1. Sedikit banyak setiap orang kristen memang harus menjadi teolog!
Pada waktu seseorang mendengar dan mengerti Injil, yang intinya adalah bahwa
Yesus telah mati untuk menebus dosa-dosa manusia, bukankah sebetulnya ia sudah
berteologia?
2. Kekristenan tidak mengajarkan bahwa seseorang harus mengerti
seluruh doktrin Allah Tritunggal baru bisa diselamatkan!
a. Yohanes 17:3 - “Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan ‘mengenal’ Allah, bukan ‘mengerti’ Allah!
b. Disamping itu, Yesus berkata bahwa barangsiapa yang melihat Dia
sudah melihat Allah, dan barangsiapa mengenal Dia sudah mengenal Allah.
Yoh 14:7,9 - “(7)
Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini
kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’ ... (9) Kata Yesus
kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau
tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa;
bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”.
Karena itu, maka orang yang mengenal Yesus /
percaya kepada Yesus, sekalipun tidak menjadi ahli teologia yang mengerti
seluruh doktrin Allah Tritunggal, sudah mengenal Allah / diselamatkan. Jadi,
orang yang sederhana sekalipun bisa saja mengenal Allah dan diselamatkan!
A. A. Hodge sendiri, sebelum menuliskan
Pengakuan Iman Athanasius, mengomentarinya dengan kata-kata sebagai berikut: “It
presents a most admirably stated exposition of the faith of all Christians, and
it is objected to only because of the ‘damnatory clause,’ which ought never to
be attached to any human composition, especially one making such nice
distinctions upon so profound a subject.” [= Ini
menyajikan exposisi tertulis yang paling mengagumkan dari iman semua orang
Kristen, dan keberatan terhadapnya hanyalah karena ‘kalimat ancaman / kutukan’,
yang tidak pernah boleh diberikan pada komposisi manusia manapun, khususnya
tentang sesuatu yang membuat perbedaan yang sukar / teliti seperti itu tentang
persoalan yang begitu mendalam.] - ‘Outlines of Theology’, hal 117.
Catatan: yang dimaksud dengan ‘damnatory clause’ [= anak kalimat
ancaman / kutukan] adalah point no 1,2,26,40.
Saya setuju dengan kata-kata A. A. Hodge ini. Doktrin tentang Allah Tritunggal yang
begitu rumit ini bukanlah doktrin dasar dalam persoalan keselamatan, dan karena
itu tidak boleh dijadikan sebagai syarat keselamatan.
Memang di satu sisi saya berpendapat bahwa kalau ada orang ‘kristen’
yang tingkat I.Q.nya maupun pendidikannya cukup baik, dan ia telah mendapat
penjelasan tentang Allah Tritunggal, lengkap dengan dasar-dasar Kitab Sucinya,
tetapi ia tetap menolaknya, maka bisa dipastikan bahwa ia bukanlah orang
kristen yang sejati (karena kalau ia adalah orang kristen yang sejati, ia pasti
mempunyai Roh Kudus, dan Roh Kudus itu pasti akan mendorongnya untuk
mempercayai ajaran Kitab Suci yang benar), dan karenanya ia tidak selamat.
Tetapi di sisi yang lain, kalau ada orang desa yang I.Q.nya maupun
pendidikannya sangat rendah, atau ada orang yang tidak pernah mendapat
kesempatan untuk diajar tentang doktrin Allah Tritunggal ini, sehingga memang
tidak memungkinkannya mengerti tentang doktrin ini, maka sukar dipercaya bahwa
kepercayaan tentang doktrin ini menjadi syarat mutlak bagi keselamatannya.
Tetapi ada penafsiran yang lain tentang
kata-kata dalam Pengakuan Iman Athanasius tersebut. C. S. Lewis dalam ‘Introduction’ yang ia berikan dalam buku Athanasius yang
berjudul ‘On The Incarnation’
memberikan komentar sebagai berikut tentang pasal yang kedua dalam Pengakuan
Iman Athanasius tersebut:
“The
words ‘Which Faith except every one do keep whole and undefiled, without doubt
he shall perish everlastingly’ are the offence. They are commonly
misunderstood. The operative word is ‘keep’; not ‘acquire’ or even ‘believe’,
but ‘keep’. The author, in fact; is not talking about unbelievers, but about
deserters, not about those who have never heard of Christ, nor even those who
have misunderstood and refused to accept Him, but of those who having really
understood and really believed, then allow themselves, under the sway of sloth
or of fashion or any other invited confusion to be drawn away into
sub-Christian modes of thought. They are a warning against the curious modern
assumption that all changes of belief, however brought about, are necessarily
exempt from blame.” [=
Kata-kata ‘Yang, kecuali setiap orang memelihara /
mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan
binasa selama-lamanya’ adalah batu sandungannya. Kata-kata ini seringkali
disalah-mengerti. Kata yang digunakan adalah
‘memelihara / mempertahankan’; bukan ‘mendapatkan’ atau bahkan ‘percaya’,
tetapi ‘memelihara / mempertahankan’. Sebenarnya
sang pengarang bukan berbicara tentang orang-orang yang tidak percaya, tetapi
tentang orang-orang yang murtad / meninggalkan iman, bukan tentang mereka yang
tidak pernah mendengar tentang Kristus, atau bahkan mereka yang telah salah
mengerti dan menolak untuk menerima Dia, tetapi tentang mereka yang pernah
betul-betul mengerti dan betul-betul percaya, lalu mengijinkan diri mereka
sendiri, di bawah goyangan / pengaruh dari kemalasan atau dari mode atau
kebingungan lain yang diundang, ditarik ke dalam cara pemikiran yang lebih rendah
dari pemikiran Kristen. Kata-kata itu adalah suatu peringatan
terhadap pandangan modern yang aneh bahwa semua perubahan kepercayaan,
bagaimanapun terjadinya, pasti bebas dari kesalahan.] - hal 8.
3. Orang bisa mengenal Allah / Yesus bukan karena kemampuan dirinya
sendiri dalam berpikir dan mencari kebenaran. Seseorang bisa mengenal Allah /
Yesus, karena pekerjaan Tuhan sendiri di dalam diri orang itu. Ini terlihat
dari banyak ayat Kitab Suci, seperti:
a. Mat 11:25,27 - “(25)
Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit
dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang
pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. ... (27) Semua telah
diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa,
dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak
itu berkenan menyatakannya.”.
b. Mat 16:15-17 - “(15)
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16)
Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17)
Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan
manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga.”.
c. Yoh 6:44a,65b - “(44a) Tidak ada seorangpun yang
dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku,
... (65b) Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak
mengaruniakannya kepadanya.’”.
d. Kis 11:18b - “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah
mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”.
e. 1Kor 12:3b - “tidak ada
seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus.”.
f. Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan
bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita
untuk Dia,”.
Karena itu orang sederhanapun bisa mengenal
Allah / Yesus kalau Allah mau menyatakan diriNya kepada orang itu, dan
sebaliknya, orang pandaipun tidak akan bisa mengenal Allah / Yesus kalau Allah
tidak berkenan menyatakan diriNya kepadanya.
4. Ajaran Saksi Yehuwa sendiri juga sangat sukar.
a. Ajaran mereka tentang Yesus sangat sukar.
Padahal Saksi Yehuwa mengatakan bahwa
pengetahuan tentang Allah akan tertutup, kalau seseorang tak mengerti dengan
seksama tentang Yesus.
Saksi-Saksi Yehuwa
mengatakan: “Bagaimanapun
juga, pengetahuan tentang Allah akan tertutup bagi kita jika kita tidak
mendapatkan pemahaman yang saksama tentang tokoh penting ini, Yesus
Kristus.” - ‘Pengetahuan Yang Membimbing Kepada Kehidupan Abadi’, hal 32.
Doktrin dari Saksi Yehuwa tentang Allah /
Yahweh memang mudah, tetapi doktrin mereka tentang Yesus sangat sukar!
Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yesus
sebagai ‘suatu allah’, mereka ‘buktikan’ dengan penjelasan yang
sangat sukar, dengan menggunakan gramatika bahasa Yunani berkenaan dengan
Yoh 1:1, dsb. Ini masih ditambah lagi dengan kepercayaan mereka bahwa
Yesus adalah malaikat Mikhael. Bagaimana malaikat bisa adalah ‘suatu allah’? Juga mereka berpandangan bahwa pada saat
Yesus menjadi manusia, Ia kehilangan keilahianNya / ke-malaikat-anNya, sehingga
Ia hanyalah manusia biasa saja. Lalu pada waktu Yesus ‘bangkit’, Ia kembali
menjadi ‘suatu allah’ / malaikat lagi. Bagaimana ‘suatu allah’ bisa kehilangan ‘keilahian’nya, lalu
mendapatkannya kembali?
b. Saksi Yehuwa juga beranggapan bahwa seseorang baru bisa selamat,
kalau sudah mempelajari doktrin Allah Tritunggal sampai ke akar perdebatannya,
lalu menyatakannya sebagai salah, dan memeluk kepercayaan Saksi Yehuwa tentang
Allah.
Saksi-Saksi Yehuwa: “Karena Yesus sendiri berkata: ‘Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah
yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.’ Jadi seluruh
masa depan kita bergantung pada mengenal sifat yang sebenarnya dari Allah, dan hal itu berarti memeriksa sampai ke akar dari perdebatan
mengenai Tritunggal. Maka, tidakkah sebaiknya anda mengujinya
sendiri? - Yohanes 17:3” -
‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 3.
Dari kata-kata ini, jelas mereka berpandangan bahwa seseorang harus mengenal
sifat yang sebenarnya dari Allah, mempelajari doktrin Allah Tritunggal yang
sukar itu sampai ke akarnya, dan lalu menganggapnya salah, dan memeluk ajaran
Saksi Yehuwa, baru orang itu bisa selamat. Bukankah ini juga mengharuskan
seseorang menjadi teolog kalau ia mau selamat? Bahkan, bukankah kata-kata ini
menunjukkan bahwa seseorang harus menjadi teolog Kristen dan teolog
Saksi Yehuwa baru bisa selamat? Saya berpendapat bahwa kata-kata konyol /
bodoh ini menampar muka mereka sendiri!
c. Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa hanya
mengatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal saja yang merupakan suatu kekacauan,
dan tidak memandang ajaran mereka sendiri dengan cara yang sama?
Karena itu terhadap serangan
Saksi Yehuwa ini, sebagai tambahan jawaban, saya kutipkan Mat 7:3-5 -
“(3) Mengapakah engkau
melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak
engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah
aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5)
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan
melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
Catatan: kata ‘saudara’ dalam ayat ini artinya ‘sesama manusia’, bukan ‘saudara seiman’!
III) Argumentasi-argumentasi berkenaan
dengan neraka / Firdaus.
1) Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai hanya 144.000
orang akan masuk surga, dan jumlah itu sudah terisi semua (ada yang sudah mati
ada yang belum). Jadi, mereka yakin tak akan masuk surga, tetapi hanya berharap
untuk masuk ke Firdaus (bumi yang akan disempurnakan nanti). Sisanya akan
dimusnahkan, karena mereka tak percaya adanya neraka / hukuman / siksaan kekal.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “Keselamatan terbuka bagi banyak
sekali orang yang memperlihatkan iman yang sejati dalam persediaan yang Allah
telah buat melalui Yesus. Namun Alkitab mengatakan bahwa hanya 144.000 yang
akan pergi ke surga untuk tinggal bersama dengan Kristus.” -
‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 209.
a) Bilangan 144.000 ini mereka dapatkan
dari:
1. Wah 7:4-8 - “(4)
Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh
empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. (5)
Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas
ribu, dari suku Gad dua belas ribu, (6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari
suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu, (7) dari suku
Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua
belas ribu, (8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas
ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.”.
2. Wah 14:1-3 - “(1)
Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi
mereka tertulis namaNya dan nama BapaNya. (2) Dan aku mendengar suatu suara
dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan
suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan
keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari
nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang
telah ditebus dari bumi itu.”.
b) Bilangan 144.000 ini mereka artikan
secara hurufiah.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “Pandangan bahwa jumlah itu
bersifat harafiah selaras dengan pernyataan Yesus di Matius 22:14 mengenai
Kerajaan surga: ‘Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit
yang dipilih.’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal
379.
Mereka juga
menggunakan Luk 12:32 yang berkata bahwa yang diberi Kerajaan itu hanyalah
‘kawanan kecil’.
Luk 12:32 -
“Janganlah
takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan
kamu Kerajaan itu.”.
c) Tidak ada orang jaman
Perjanjian Lama (termasuk Abraham, Ishak, Yakub) yang masuk ke surga!
‘Israel’ /
‘suku-suku Israel’ dalam Wah 7:4-8 itu mereka artikan sebagai ‘Israel
rohani’, dan mereka menggunakan Gal 3:28-29 dan Ro 2:28-29 sebagai
dasar. Jadi mereka menganggap bahwa hanya orang-orang sejak jaman hari
Pentakosta yang bisa terpilih dalam 144.000 orang itu, dan dengan demikian
Yohanes Pembaptis juga mereka anggap tidak masuk surga.
Saksi-Saksi Yehuwa
mengatakan: “...
Yesus menunjukkan bahwa Yohanes tidak akan masuk dalam Kerajaan surgawi, karena
yang terkecil di sana lebih besar daripada Yohanes. Yohanes menyediakan jalan
bagi Yesus tetapi ia mati sebelum Kristus memeteraikan perjanjian itu dengan
murid-muridnya, agar mereka dapat memerintah bersama dia dalam Kerajaannya.
Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa Yohanes tidak akan berada dalam Kerajaan
surgawi. Sebaliknya Yohanes akan menjadi warga dari Kerajaan Allah di bumi.” - ‘Tokoh Terbesar
Sepanjang Masa’, bab 38.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “Tak lama sesudah Yesus
dibangkitkan dari antara orang mati, rasul Petrus mengatakan kepada sekumpulan
orang Yahudi: ‘Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan
kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Sebab
bukan Daud yang naik ke sorga.’ (Kisah 2:29,34)
Jadi Daud, orang yang baik itu tidak pergi ke surga.” - ‘Saudara
Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 120-121.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “Dalam penderitaannya, Ayub berdoa
kepada Allah: ‘Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati
(‘Sheol,’ NW; ‘kuburan’), melindungi aku, sampai murkaMu surut; dan menetapkan
waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula!’ Ayub berharap, agar jika ia
mati, ia akan menjadi tidak sadar dalam kuburan. Ia tahu bahwa ia tidak akan
pergi ke surga. Akan tetapi, ia mempunyai harapan, seperti yang
diterangkannya: ‘Kalau manusia mati dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan
menaruh harap selama hari-hari pergumulanku (waktu yang ditetapkan dalam
kuburan), sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan
menyahut.’ - Ayub 14:13-15.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam
Firdaus di Bumi’, hal 121.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “Ketika Yesus berada di bumi, yaitu
lebih dari 4.000 tahun setelah pemberontakan Adam dan Hawa, ia berkata: ‘Tidak
seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari
sorga, yaitu Anak Manusia.’ - Yohanes
3:13. Karena itu, menurut kata-kata Yesus sendiri, tidak seorangpun telah pergi
ke surga selama 4.000 tahun sejarah manusia sampai pada zaman Yesus. ... semua
pria dan wanita yang mati setia sebelum Yesus mati, mempunyai harapan untuk
hidup kembali di bumi, bukan di surga.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal
Dalam Firdaus di Bumi’, hal 121-122.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “Berkenaan Yohanes Pembaptis,
malaikat Yehuwa mengatakan: ‘Ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim
ibunya.’ (Lukas 1:15) Dan Yesus belakangan mengatakan: ‘Di antara mereka yang
dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari
pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar
dari padanya (Mengapa? Karena Yohanes tidak akan berada di surga dan dengan
demikian ia tidak perlu ‘dilahirkan kembali’).” -
‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 96.
Mat 11:11
- “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan
tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun
yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.”.
d) Saksi-Saksi Yehuwa sendiri pada
umumnya tidak termasuk dalam bilangan 144.000 ini. Jadi mereka yakin bahwa
mereka tidak akan masuk surga. Mereka hanya berharap untuk bisa tetap tinggal
di Firdaus / bumi yang telah disempurnakan (termasuk golongan 2 di bawah).
Saksi-Saksi
Yehuwa berkata: “Bertentangan dengan
anggota-anggota dari agama-agama Susunan Kristen, mayoritas Saksi-Saksi Yehuwa
mengharapkan kehidupan kekal, bukan di surga, melainkan di bumi.” -
‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 159.
Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan: “Seluruhnya, hanya 144.000 orang
yang pada akhirnya membentuk ‘jemaat Allah.’ Dewasa ini hanya ada beberapa dari
mereka, suatu sisa, yang masih hidup di bumi. Umat Kristen yang berharap untuk
hidup kekal di bumi mencari bimbingan rohani dari anggota ‘jemaat dari Allah
yang hidup’ ini.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di
Bumi’, hal 126.
Perlu diketahui
bahwa ajaran ini baru muncul pada tahun 1931. Sebelum ini Saksi-Saksi Yehuwa
percaya dan mengajarkan bahwa semua Saksi-Saksi Yehuwa akan masuk ke surga.
Tetapi pada tahun 1931, pada saat jumlah Saksi-Saksi Yehuwa sudah melampaui
144.000, menyebabkan mereka terpaksa menciptakan ajaran ini.
Penatua Saksi
Yehuwa yang berdiskusi dengan saya itu mengatakan bahwa masih ada sekitar 8.000
Saksi-Saksi Yehuwa jaman sekarang, yang masih hidup, yang termasuk dalam jumlah
144.000 orang tersebut! Mereka disebut dengan istilah ‘orang-orang yang
terpilih’.
Saya bertanya: ‘Dari
mana bisa tahu bahwa seseorang termasuk dalam jumlah 144.000 itu?’.
Ia menjawab: ‘Dari pengakuan orang itu sendiri.’. Orang
itu mendapatkan semacam pencerahan dari Tuhan, sehingga ia tahu hal itu, dan ia
lalu memberitahukan hal itu kepada Saksi-Saksi Yehuwa yang lain.
Jadi ini
sesuatu yang sangat subyektif, dan merupakan suatu kepercayaan yang tidak
mempunyai dasar Kitab Suci apapun. Ini berarti bahwa Saksi-Saksi Yehuwa
menerima kata-kata manusia yang tidak ada dasar Kitab Sucinya sama sekali.
Waktu saya bertanya: ‘Bagaimana kalau mereka berdusta?’.
Sang Penatua menjawab: ‘Kita bisa melihat dari buahnya.’.
Saya berkata: ‘Melihat buah bukan sesuatu yang mudah. Sampai saat
terakhir tidak ada murid yang tahu bahwa Yudas Iskariot akan seorang
pengkhianat / Kristen KTP.’.
Saksi-Saksi
Yehuwa menambahkan lagi: “Umat Kristen yang berharap untuk
hidup kekal di bumi mencari bimbingan dari anggota ‘jemaat dari Allah yang
hidup’ ini.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’,
hal 126.
Dan sang
penatua juga mengatakan bahwa mereka ini (yang disebut ‘orang-orang
terpilih’), kerjanya belajar dan menulis buku-buku yang lalu
dipelajari oleh Saksi-Saksi Yehuwa yang lain.
e) Tentang tidak adanya neraka:
Saksi-Saksi
Yehuwa berkata:
1. “Imperfect
man does not even torture a mad dog, but kills it. And yet the clergymen
attribute to God, who is love, the wicked crime of torturing human creatures
merely because they had the misfortune to be born sinners.” [= Manusia yang tidak sempurna
tidak akan menyiksa anjing yang gila sekalipun, tetapi membunuhnya. Sekalipun
demikian, para pendeta / pastor menghubungkan dengan Allah, yang adalah kasih,
perbuatan jahat menyiksa manusia, semata-mata karena mereka mengalami kesialan
dilahirkan sebagai orang berdosa.] - ‘Let God Be True’, hal
99.
2. “The
doctrine of a burning hell where the wicked are tortured eternally after death
cannot be true, mainly for four reasons, (1) because it is wholly unscriptural,
(2) it is unreasonable, (3) it is contrary to God's love, and (4) it is
repugnant to justice.”
[= Doktrin tentang neraka yang menyala-nyala dimana orang jahat disiksa secara
kekal setelah kematian tidak bisa benar, karena empat alasan, (1) karena itu
sama sekali tidak alkitabiah, (2) itu tidak masuk akal, (3) itu bertentangan
dengan kasih Allah, dan (4) itu menjijikkan / bertentangan dengan keadilan.]
- ‘Let God Be True’, hal 99.
2) Sekarang kita bahas beberapa hal tentang
kepercayaan mereka ini.
a) Mereka yakin kalau mereka tidak akan masuk
surga.
Orang Kristen
bisa yakin akan keselamatan, sehingga pasti masuk surga. Dan dalam Kristen,
kalau orang tak yakin akan masuk surga, kita menganggap orang itu orang kristen
KTP. Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa itu yakin tidak masuk surga!
b) Mereka hanya berharap mereka bisa masuk Firdaus
/ bumi yang akan disempurnakan; jadi itu belum pasti.
Jawaban kita:
1. 2Pet 3:10-13 dan
Wah 21:1 mengatakan bahwa bumi akan dihancurkan sehingga tidak ada lagi.
2Pet 3:10-13 - “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba
seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat
dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada
di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur
secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang
menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan
binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi
sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di
mana terdapat kebenaran.”.
Wah 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang
baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan
lautpun tidak ada lagi.”.
Jadi, tidak
mungkin orang akan tinggal di bumi ini setelah kematian.
2. Firdaus itu sudah ada
sekarang, dan Firdaus itu adalah surga!
a. Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus.’”.
Lalu dalam
ay 46 Yesus menyerahkan rohNya ke tangan BapaNya. Kalau Firdaus ini bukan
surga, maka ay 43 akan bertentangan dengan ay 46. Dan itu juga akan berarti
pada saat mati Yesus tidak naik ke surga!
b. 2Kor 12:2-4 - “(2) Aku tahu tentang seorang
Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu,
entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu
tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu
tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia
mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.
Dalam ay 2,
Paulus mengatakan ia diangkat ke surga, tetapi dalam ay 4 ia mengatakan ia
diangkat ke Firdaus. Kalau Firdaus bukan surga maka kata-kata Paulus saling
bertentangan.
c) Pemusnahan. Tak ada neraka!
Ayat-ayat
tentang neraka, yang menyatakan neraka sebagai hukuman / siksaan kekal, sangat
banyak. Mau diapakan semua ayat itu?
Contoh: cerita
tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31).
Jawaban umum
dari Saksi-Saksi Yehuwa: itu adalah perumpamaan.
Harus diakui
bahwa mayoritas orang Kristenpun menganggap ini sebagai perumpamaan. Tetapi
saya mengikuti pandangan Calvin, yang menganggap bahwa cerita ini bukan perumpamaan.
Calvin: “Some
look upon it as a simple parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I
rather consider it to be the narrative of an actual fact. But that is of
little consequence, provided that the reader comprehends the doctrine which it
contains.” [= Sebagian orang memandangnya sebagai
suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya
menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi. Tetapi
itu kecil akibat / konsekwensinya, asalkan pembaca mengerti doktrin / ajaran
yang dikandungnya.] -
hal 184.
Catatan: bukan hanya nama ‘Lazarus’, tetapi terutama
nama ‘Abraham’, ada dalam cerita ini. Tak pernah ada perumpamaan dengan nama
orang, apalagi nama orang yang betul-betul ada / pernah hidup, dimasukkan di
dalam perumpamaan itu. Sebagai tambahan dari saya, suatu perumpamaan biasanya
ada dongengnya, dan lalu ada artinya atau realitanya (bdk. Mat
13:3-9,18-23 Mat 13:24-30,36-43). Kalau
cerita ini dongengnya, lalu mana / apa arti atau realitanya? Dan kalau ini
dongengnya, bagaimana mungkin ada nama-nama orang-orang yang pernah
sungguh-sungguh hidup masuk di dalamnya?
Saya
berpendapat bahwa bagian akhir dari kata-kata Calvin di atas merupakan sesuatu
yang penting. Sebetulnya tak terlalu jadi soal apakah cerita ini merupakan
suatu perumpamaan atau bukan. Menurut saya itu tak akan terlalu membedakan
penafsiran dari text ini. Karena itu banyak juga penafsir yang tidak
membahas sama sekali tentang apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau
bukan.
Hal yang
terpenting dalam menjawab Saksi-Saksi Yehuwa: kalaupun ini adalah perumpamaan,
mau diartikan bagaimana? Tak akan ada perbedaan arti, apakah ini perumpamaan
atau cerita sungguh-sungguh. Minta Saksi-Saksi Yehuwa itu untuk menjelaskan
secara terperinci arti dari setiap ayat / kata dalam cerita ini!
d) Secara keseluruhan, ini merupakan kabar
buruk!
Alangkah
bedanya dengan kabar baik dalam Kristen, yang mengatakan bahwa kita memang
adalah orang-orang berdosa, yang seharusnya masuk neraka selama-lamanya, tetapi
karena penebusan Kristus, kalau kita percaya, kita pasti masuk surga
selama-lamanya.
3) Kalau ini memang faktanya, maka saya akan memilih
Kristen, karena kalau salah, paling-paling saya dimusnahkan. Kalau memilih
Saksi Yehuwa, kalau salah, masuk neraka selama-lamanya.
Kita bisa berkata sebagai berikut:
“Ajaran Saksi Yehuwa tidak sama,
dan bahkan bertentangan, dengan ajaran Kristen. Sekarang ada 2 kemungkinan:
Saksi Yehuwa yang benar, atau Kristen yang benar. Kalau
Saksi Yehuwa yang benar, maka para Saksi Yehuwa hanya tinggal di bumi yang sudah
disempurnakan, sedangkan orang kristen hanya dimusnahkan. Tetapi sebaliknya, kalau
Kristen yang benar, maka orang kristen akan masuk surga, sedangkan para Saksi
Yehuwa akan masuk neraka untuk disiksa selama-lamanya. Dengan melihat pada 2 kemungkinan ini, orang yang mempunyai
akal sehat pasti akan memilih Kristen dari pada Saksi Yehuwa!”.
IV) Hal-hal lain tentang Saksi-Saksi
Yehuwa.
1) Penterjemahan ayat-ayat yang kurang ajar
dalam Alkitab Saksi-Saksi Yehuwa (NWT dan TDB).
Luk 23:43
- “Kata
Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga
engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
TDB: “Dan ia mengatakan kepadanya, ‘Dengan
sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu hari ini: Engkau akan bersamaku
di Firdaus.’”.
Jadi, kalau Alkitab kita kata-kata ‘hari
ini’ menunjuk pada beradanya Yesus dan penjahat itu di Firdaus, maka dalam
terjemahan TDB kata-kata ‘hari ini’ itu menunjuk pada saat Yesus mengatakan
kalimat itu.
Kalau
menggunakan Alkitab bahasa Inggris versi RSV, maka perubahannya hanya terletak
pada perubahan letak dari satu koma.
RSV:
“And he said to him, ‘Truly, I say to you, today you will be
with me in Paradise.’” [= Dan Ia berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, hari
ini engkau akan
bersama Aku dalam Firdaus.’].
NWT: “And he said to
him: ‘Truly I tell you today, You will be with me in
Paradise.’” [= Dan Ia
berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu hari
ini, Engkau akan bersama Aku
dalam Firdaus.’].
Kalau
kita menyerang mereka dalam hal ini, maka mereka akan mengatakan bahwa tanda
baca baru diciptakan pada abad 9 M., dan dalam Alkitab asli tak ada tanda baca,
termasuk koma (,), dan dengan membanding-bandingkan ayat ini dengan ayat-ayat
lain dalam Alkitab, terlihat bahwa terjemahan merekalah yang benar.
Mereka
juga mengatakan bahwa The Emphasised Bible juga menterjemahkan seperti itu.
Claim yang terakhir ini memang benar, dan saya yakin terjemahan The Emphasised
Bible ini salah.
Luk
23:43 (The Emphasised Bible): ‘And he said unto him - Verily,
I say unto thee this day: With me, shalt thou be in Paradise.’ [= Dan Ia
berkata kepadanya - Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu hari ini: Dengan Aku,
engkau akan ada di Firdaus.].
Memang benar bahwa dalam Alkitab asli tak ada
tanda baca. Tetapi itu tidak berarti bahwa ayat itu bisa diterjemahkan seperti
itu. Ada beberapa alasan yang secara kelewat jelas menunjukkan
ketidak-mungkinan terjemahan NWT / TDB ini.
a) Ini
adalah terjemahan yang tidak masuk akal.
Tidak pernah ada siapapun (baik dalam Alkitab
maupun dalam kehidupan sehari-hari), yang mengatakan: ‘Aku berkata kepadamu hari ini’. Sudah tentu pada saat seseorang mengatakan
sesuatu, ia mengatakannya hari ini / saat ini. Kalau bukan ‘hari ini’, lalu kapan? Kemarin? Besok pagi? Karena itu
merupakan sesuatu yang sudah jelas, tidak ada orang berkata seperti itu.
b) Selain kata-kataNya kepada penjahat yang bertobat dalam
Luk 23:43 ini, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku
berkata kepadamu’ sebanyak
140 x, dengan perincian sebagai berikut:
1. Dalam Injil Matius, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ 57 x, yaitu dalam
Mat 5:18,20,22,26,28,32,34,39,44
6:2,5,16,25,29 8:10,11 10:15,23,42
11:9,11,22,24 12:6,31,36 13:17
16:11,28 17:20 18:3,10,13,18,19,22 19:9,23,24,28
21:21,31,43 23:36,39 24:2,34,47
25:12,40,45 26:13,21,29,34,64.
2. Dalam Injil Markus, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ 16 x, yaitu dalam Mark 3:28 5:41
8:12 9:1,13,41 10:15,29
11:23,24 12:43 13:30
14:9,18,25,30.
3. Dalam Injil Lukas, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ 38 x, yaitu dalam Luk 3:8 4:24,25
7:9,14,26,28,47 9:27 10:12
11:8,9,51
12:4,5,8,22,27,37,44,59
13:24,35 14:24 15:7,10
16:9 17:34 18:8,14,17,29
19:26,40 21:3,32 22:16,34.
4. Dalam Injil Yohanes Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ itu 29 x, yaitu dalam Yoh 1:50,51 3:3,5,7,11
4:35 5:19,24,25 6:26,32,47,53
8:24,34,51,58 10:1,7 12:24
13:16,20,21,38 14:12 16:20,23
21:18.
Yesus tidak pernah mengatakan: ‘Aku berkata kepadamu hari ini’. Jadi kalau Luk 23:43 diterjemahkan
seperti itu, itu merupakan terjemahan yang mengada-ada, dan secara sangat jelas
menunjukkan kekurang-ajaran NWT / TDB dalam melakukan penterjemahan!
Apa sebabnya mereka ‘terpaksa’ mengubah
terjemahan seperti itu? Saya kira alasannya adalah: Berbeda dengan kita yang menganggap ‘Firdaus’ sebagai
‘surga’, maka Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa ‘Firdaus’ ini menunjuk kepada
‘bumi yang disempurnakan’, dan karena itu belum ada pada jaman sekarang ini.
Kalau Luk 23:43 diterjemahkan seperti yang seharusnya, maka ayat itu akan
sangat menunjukkan bahwa Firdaus itu sudah ada pada abad pertama! Ini
menyebabkan mereka ‘terpaksa’ mengubah terjemahan dari Luk 23:43. Tetapi
perubahan yang mereka lakukan ini tak ada gunanya, karena Pauluspun sudah
menulis tentang Firdaus.
2Kor 12:4 - “Aku juga tahu tentang orang itu, -
entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar
kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.
Ini
merupakan pengalaman Paulus sendiri, dan karena itu kata-katanya ini
menunjukkan bahwa pada jaman Paulus, Firdaus itu sudah ada.
Catatan:
dalam terjemahan dari 2Kor 12:4 ini Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengubah
terjemahan.
Ada
sangat banyak ayat yang terjemahannya diubah seenak mereka sendiri. Dan
ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, hampir semuanya diubah oleh
mereka, sehingga menjadi ayat-ayat yang tidak menunjukkan keilahian Kristus.
2) Pengutipan
sebagian yang menyesatkan.
Dalam memberikan dukungan untuk argumentasi
mereka, mereka sering memberikan kutipan, tetapi mereka sering melakukan
pengutipan sebagian, yang menyebabkan artinya menjadi sangat berbeda dari pada
kalau kita membaca seluruhnya dari sumber kutipan mereka itu.
Sebagai contoh: Pengutipan
sebagian dari Encyclopedia Britannica, yang merupakan suatu tindakan kurang
ajar dari Saksi-Saksi Yehuwa.
Saksi-Saksi Yehuwa setidaknya mengutip 2 x dari
Encyclopedia Britannica dalam persoalan ini.
a) Dalam
buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 6, mereka berkata: “The New Encyclopedia Britannica menyatakan: ‘Kata Tritunggal atau
doktrinnya yang jelas tidak
terdapat dalam Perjanjian Baru’”.
b) Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai
Ayat-Ayat Alkitab’, hal 393, mereka memberikan kutipan yang lebih panjang dari
Encyclopedia Britannica itu: “Kata Tritunggal, maupun doktrin Tritunggal yang jelas,
tidak terdapat dalam Perjanjian Baru. Yesus dan pengikut-pengikutnya juga tidak
bermaksud menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah, hai orang Israel:
TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!’ (Ul. 6:4). ... Doktrin ini berkembang
secara bertahap selama beberapa abad dan melalui banyak perdebatan. ...
Menjelang akhir abad ke-4 ... doktrin Tritunggal pada dasarnya mengambil bentuk
yang sampai sekarang dipertahankan.”.
Catatan: perhatikan adanya titik-titik (...)
dalam kutipan mereka, yang menunjukkan adanya bagian yang mereka loncati dalam
pengutipan. Meloncati bagian-bagian tertentu dalam mengutip memang tidak
apa-apa, selama itu tidak mengubah arti dari sumber kutipan itu. Tetapi
pengutipan sebagian yang mereka lakukan, tidaklah demikian.
Sekarang, untuk membuktikan
kekurang-ajaran Saksi-Saksi Yehuwa dalam pengutipan ini, saya akan
membandingkan kutipan sebagian dari mereka, dengan kutipan penuh
dari Encyclopedia Britannica 2000.
Encyclopedia Britannica
2000:
“in Christian doctrine, the unity of Father, Son, and Holy Spirit
as three persons in one Godhead. Neither the word Trinity nor the explicit
doctrine appears in the New Testament, nor did Jesus and his followers intend
to contradict the Shema in the Old Testament: ‘Hear, O Israel: The Lord our God
is one Lord’ (Deuteronomy 6:4). The earliest
Christians, however, had to cope with the implications of the coming of Jesus
Christ and of the presumed presence and power of God among them--i.e., the Holy
Spirit, whose coming was connected with the celebration of the Pentecost. The Father, Son, and Holy Spirit
were associated in such New Testament passages as the Great Commission: ‘Go
therefore and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the
Father and of the Son and of the Holy Spirit’ (Matthew 28:19); and in the
apostolic benediction: ‘The grace of the Lord Jesus Christ and the love of God
and the fellowship of the Holy Spirit be with you all’ (2 Corinthians 13:14).
Thus, the New Testament established the basis for the doctrine of the Trinity. The doctrine developed
gradually over several centuries and through many controversies. Initially, both the requirements of monotheism inherited from
the Old Testament and the implications of the need to interpret the biblical
teaching to Greco-Roman religions seemed to demand that the divine in Christ as
the Word, or Logos, be interpreted as subordinate to the Supreme Being. An
alternative solution was to interpret Father, Son, and Holy Spirit as three
modes of the self-disclosure of the one God but not as distinct within the
being of God itself. The first tendency recognized the distinctness among the
three, but at the cost of their equality and hence of their unity
(subordinationism); the second came to terms with their unity, but at the cost
of their distinctness as ‘persons’ (modalism). It was not until the 4th century
that the distinctness of the three and their unity were brought together in a
single orthodox doctrine of one essence and three persons. The Council of
Nicaea in 325 stated the crucial formula for that doctrine in its confession
that the Son is ‘of the same substance (homoousios) as the Father,’ even though
it said very little about the Holy Spirit. Over the next half century, Athanasius
defended and refined the Nicene formula, and, by the end of the 4th century, under the leadership of Basil of Caesarea, Gregory of Nyssa, and
Gregory of Nazianzus (the Cappadocian Fathers), the doctrine of the Trinity took substantially the form it has maintained
ever since. Copyright © 1994-2000
Encyclopædia Britannica, Inc.”.
Terjemahannya:
“Dalam doktrin Kristen,
kesatuan dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi dalam satu
keAllahan. Baik kata Tritunggal maupun doktrinnya yang EXPLICIT tidak muncul /
tampak dalam Perjanjian Baru, juga Yesus maupun para pengikutNya tidak
bermaksud untuk menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah hai orang
Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa’ (Ulangan 6:4). Tetapi orang-orang Kristen
mula-mula harus menghadapi pengertian tentang datangnya Yesus Kristus dan
tentang anggapan tentang kehadiran dan kuasa dari Allah di antara mereka, yaitu
Roh Kudus, yang kedatanganNya dihubungkan dengan perayaan dari Pentakosta. Bapa, Anak, dan Roh Kudus digabungkan / disatukan dalam text-text
Perjanjian Baru seperti Amanat Agung: ‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’
(Matius 28:19); dan dalam pemberian berkat rasuli: ‘Kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian’
(2Kor 13:13). Dengan cara ini / Karena itu, Perjanjian Baru menegakkan /
memperlihatkan / membuktikan dasar untuk doktrin dari Tritunggal. Doktrin ini berkembang secara
perlahan-lahan selama berabad-abad dan melalui banyak kontroversi / perdebatan. Pada awalnya, tuntutan
monotheisme dari Perjanjian Lama maupun adanya kebutuhan untuk menafsirkan
ajaran alkitabiah kepada agama-agama Yunani-Romawi kelihatannya menuntut bahwa
keilahian dalam Kristus sebagai Firman, atau LOGOS, ditafsirkan sebagai lebih
rendah dari pada Allah. Pemecahan alternatif adalah dengan menafsirkan Bapa,
Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga mode / cara penyingkapan diri sendiri dari
Allah yang esa, tetapi tidak berbeda dalam diri Allah sendiri. Kecenderungan
yang pertama mengakui perbedaan di antara ketiganya, tetapi dengan mengorbankan
kesetaraan dan karena itu juga kesatuan mereka (subordinationisme); yang kedua
sesuai dengan kesatuan mereka, tetapi dengan mengorbankan perbedaan mereka
sebagai ‘pribadi-pribadi’ (modalisme). Baru pada abad ke 4lah perbedaan dari
ketiganya dan kesatuan mereka dipersatukan dalam suatu doktrin orthodox tunggal
tentang satu hakekat dan tiga pribadi. Sidang Gereja Nicea pada tahun 325 menyatakan
formula yang sangat penting untuk doktrin itu dalam pengakuannya bahwa Anak
adalah ‘dari zat yang sama (HOMOOUSIOS) dengan Bapa’, sekalipun pengakuan itu
berkata-kata sangat sedikit tentang Roh Kudus. Selama setengah abad
selanjutnya, Athanasius mempertahankan dan menghaluskan / membersihkan formula
Nicea itu, dan pada akhir dari abad keempat, dibawah pimpinan dari Basil dari Kaisarea, Gregory dari Nyssa,
dan Gregory dari Nazianzus, (Bapa-bapa Kappadokia), doktrin Tritunggal mendapat
bentuk secara kokoh yang dipertahankannya sejak saat itu. Hak cipta © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.”.
Catatan:
1. Bagian yang saya beri garis-bawah tunggal
adalah bagian yang dikutip oleh Saksi-Saksi Yehuwa, sedangkan yang saya beri
garis bawah ganda / dobel, adalah bagian, yang secara kurang ajar mereka
loncati, padahal itu adalah bagian yang sangat penting. Pengutipan sebagian, dan pembuangan
bagian yang seharusnya penting untuk dikutip, membuat Encyclopedia Britannica
kelihatannya mengatakan sesuatu yang berbeda dengan yang seharusnya.
2. Kata ‘EXPLICIT’ diterjemahkan ‘yang jelas’ oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan ini jelas merupakan terjemahan yang
menyesatkan. Dalam Perjanjian Baru dan bahkan dalam seluruh Kitab Suci memang
tidak ada dasar yang explicit untuk doktrin Allah Tritunggal (misalnya
ayat yang mengatakan bahwa Allah itu satu hakekatNya, tetapi ada dalam 3
pribadi yang setara). Tetapi dasar-dasar yang jelas, jelas ada. Dan
Encyclopedia Britannica 2000 sendiri memberikan 2 text yang dipakai sebagai
bukti / dasar dari doktrin Allah Tritunggal, yaitu Mat 28:19 dan
2Kor 13:13.
Catatan: Untuk ayat terakhir ini
penomoran ayat antara Kitab Suci Indonesia dan Kitab Suci Inggris berbeda satu
angka; dalam Kitab Suci Indonesia 2Korintus 13:13; dalam Kitab Suci Inggris 2Kor
13:14.
Sebetulnya ada banyak
contoh pengutipan yang kurang ajar seperti ini, tetapi saya hanya memberikan
satu contoh. Saudara bisa
mendapatkan lebih banyak contoh dari pengutipan sebagian yang menyesatkan oleh
Saksi-Saksi Yehuwa di link ini:
http://www.jwfacts.com/watchtower/trinity.php
Ini
penting untuk digunakan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa, karena dalam faktanya
mereka lebih menghormati ajaran dari organisasi mereka dari pada Alkitab itu
sendiri. Kalau kita bisa membuktikan kekurang-ajaran organisasi mereka, maka
ini merupakan suatu pukulan yang berat bagi mereka.
Dari pengutipan sebagian, yang membuat artinya berbeda dengan
aslinya, yang lalu digunakan sebagai tuduhan / fitnahan, maka saya kira tidak
terlalu berlebihan kalau saya mengubah nama mereka, dari ‘Saksi-Saksi Yehuwa’ menjadi ‘Saksi-Saksi
palsu Yehuwa’.
Atau dalam bahasa Inggris dari ‘Jehovah’s
Witnesses’
menjadi ‘Jehovah’s false Witnesses’.
-o0o-