SEMINAR TENTANG SAKSI YEHUWA DI MEDAN

Pdt.Budi Asali, M.Div.
SEMINAR SAKSI YEHUWA DI MEDANPendahuluan.

Saksi Yehuwa merupakan salah satu bidat yang paling membahayakan karena aktifnya mereka ‘memberitakan Injil’ mereka, kepada orang-orang Kristen yang mereka anggap sebagai kelompok yang paling sesat.

Dan sekalipun mereka tak mau (karena dilarang) untuk melakukan debat terbuka, tetapi mereka mau berdebat secara pribadi.
Kalau diserang secara keras, biasanya mereka akan pulang dan tidak kembali lagi. Karena itu, lebih baik kita menyerang dengan menggunakan pertanyaan yang bersifat menyerang.
Dalam berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa, jangan kita diarahkan, tetapi kita harus mengarahkan! Ini sesuatu yang sangat penting. Mereka hampir semua sopan, dan ini bisa kita manfaatkan untuk mendesak mereka untuk membicarakan topik yang kita ingini, bukan topik yang mereka ingini. Juga kalau mereka tidak bisa menjawab, jangan mau diarahkan ke tempat lain, saudara harus mengembalikan pada hal yang saudara sedang bicarakan.

Kriteria kita dalam memilih:

1)         Topik yang kita pilih haruslah topik yang penting.
Saksi Yehuwa mempunyai ajaran yang salah ataupun sesat dalam banyak hal, tetapi ada hal-hal yang sama sekali tidak penting, seperti larangan transfusi darah. Mengapa saya katakan ini tidak penting? Karena kalaupun mereka ‘bertobat’ dalam hal ini, itu tidak akan menyelamatkan mereka.

2)   Topik yang kita pilih haruslah berkenaan dengan hal dimana mereka memang salah / sesat.

Dalam facebook, ada grup-grup yang anti Saksi Yehuwa, dan mereka membahas hal-hal yang menurut saya memfitnah Saksi Yehuwa, misalnya bahwa mereka memberi uang kepada orang yang mau mengikuti ajaran mereka. Seumur hidup saya, saya belum pernah menjumpai hal seperti itu, dan karena itu saya anggap itu sebagai fitnahan. Terhadap orang sesatpun kita tidak boleh memfitnah!

Ada banyak orang membicarakan ‘kesalahan’ Saksi-Saksi Yehuwa dalam persoalan bentuk salib, dimana mereka memakai salib berupa tiang tegak. Topik ini bukan saja tidak penting tetapi juga Saksi-Saksi Yehuwa dalam hal ini belum tentu salah.
Saya akan mengutip tulisan saya sendiri dalam exposisi saya tentang Yoh 19:18:

Bentuk dari salib.
Yang paling kuno hanya berbentuk suatu tiang saja. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘salib’ adalah STAUROS yang sebetulnya berarti ‘an upright stake’ [= tiang tegak].
Tetapi dengan berlalunya waktu, lalu muncul beberapa variasi:
·         ada yang berbentuk seperti salib yang kita kenal sekarang. Kayu vertikal bisa sama atau lebih panjang dari kayu horizontalnya.
·         ada yang berbentuk huruf ‘T’.
·         ada yang berbentuk huruf ‘X’.
·         ada yang berbentuk huruf ‘Y’ (Leon Morris hal 805, footnote).
Hendriksen mengatakan (hal 425) bahwa dari Mat 27:37 dan Luk 23:38 dimana dikatakan bahwa di atas kepala Yesus ada tulisan, maka kemungkinan besar salib Yesus berbentuk seperti yang lazim kita kenal (variasi 1).
Tetapi Leon Morris mengatakan (hal 806, footnote) bahwa salib yang berbentuk ‘T’ juga memungkinkan, karena biasanya tubuh orang yang disalibkan melorot / turun, sehingga kayu melintang berada di atas kepala orang tersebut, dan di sana bisa ditaruh tulisan tersebut.
Jadi sebetulnya kita tidak tahu dengan pasti salib yang bagaimana yang dipakai untuk menyalibkan Tuhan Yesus.

3)         Topik yang dipilih haruslah topik dimana mereka argumentasinya lemah.
Dari pengalaman mempelajari Saksi Yehuwa dan berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa / Unitarian, maka saya tahu hal-hal dimana mereka mempunyai argumentasi yang sangat lemah, dan kalau diserang di sana mereka tidak bisa menjawab, kecuali hanya ‘asal menjawab’.
Ini tidak berarti bahwa dalam hal-hal lain mereka kuat dan tidak bisa dipatahkan argumentasinya. Tetapi itu melibatkan bahasa Yunani, atau Ibrani, dan hal-hal lain yang sangat ruwet (khususnya untuk orang-orang yang tidak mengerti sama sekali bahasa asli Alkitab), sehingga sekalipun argumentasi mereka bisa dipatahkan, tetapi dengan susah payah, dan membutuhkan waktu yang banyak.
Sebagai contoh: pembahasan Roma 9:5, Filipi 2:6-7 berkenaan dengan keilahian Kristus. Saudara bisa melihat pembahasan saya tentang ayat-ayat ini di web kami, dan saudara bisa melihat pembahasannya menggunakan bahasa Yunani, dan sangat sukar / ruwet.
Memilih topik-topik seperti ini akan membawa saudara ke dalam perdebatan yang panjang, yang mungkin saudara sendiri tidak terlalu menguasai.

I) Argumentasi-argumentasi berkenaan dengan keilahian Yesus.

1)   Yesus adalah YHWH / Yahweh.
Yeremia 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN (YHWH) - keadilan kita.”.

a)   Perlu diketahui bahwa ini merupakan nubuat tentang Yesus / Mesias. Pada umumnya Saksi-Saksi Yehuwa mengakui hal ini, tetapi bila ada di antara mereka yang tidak mau mengakuinya, maka kita bisa membuktikannya. Bahwa ayat ini merupakan suatu nubuat tentang Yesus / Mesias, terlihat dari:

1.   Gelar ‘Tunas adil bagi Daud’ dalam ay 5nya.
Bahwa gelar ini menunjuk kepada Yesus terlihat dengan jelas kalau kita membandingkannya dengan:
·         Yesaya 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”. Baca kelanjutan dari ayat ini dan saudara akan melihat bahwa ayat ini merupakan nubuat tentang Mesias / Yesus.
·         Yesaya 6:13 - “Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!’”.
·         Yes 11:1-3 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. (2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.”.
·         Yesaya 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”. Baca kelanjutan dari ayat ini dan saudara akan melihat bahwa ayat ini merupakan nubuat tentang Mesias / Yesus.
·         Zakh 3:8 - “Dengarkanlah, hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu - sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hambaKu, yakni Sang Tunas.”.
·         Zakh 6:12 - “katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Inilah orang yang bernama Tunas. Ia akan bertunas dari tempatnya dan ia akan mendirikan bait TUHAN.”.
·         Wahyu 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”. Baca kontext dari ayat ini dan saudara akan melihat bahwa ayat ini berbicara tentang Yesus. Juga gelar ‘singa Yehuda’ merupakan gelar dari Yesus (bdk. Kej 49:9-10).
·         Wahyu 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

2.   Text itu mengatakan bahwa Ia akan menjadi raja yang bijaksana (ay 5b), dan dalam jamannya Yehuda akan dibebaskan, dsb. (ay 6).
Kalau ini tidak menunjuk kepada Yesus, lalu menunjuk kepada siapa?

b)   Kalau kita sudah tahu / yakin bahwa Yer 23:5-6 ini merupakan nubuat tentang Yesus, maka sekarang perhatikan bagian akhir dari text itu, dimana Yesus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata ‘TUHAN’ tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YHWH / YAHWEH / YEHOVAH.

Catatan: Perlu diketahui bahwa dalam Perjan­jian Lama, kata ‘Tuhan’ berasal dari kata bahasa Ibrani ADONAY, sedangkan kata ‘TUHAN’ (semua dalam huruf besar) berasal dari kata bahasa Ibrani YHWH / YAHWEH / YEHOVAH.

Ini adalah ayat yang sangat penting dalam menghadapi Saksi-Saksi Yehuwa karena di dalam ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YHWH / YAHWEH / YEHOVAH!

Juga perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci istilah bahasa Ibrani ‘ADONAY’ [= Tuhan / Lord] bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yesaya 21:8). Demikian juga dengan istilah bahasa Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau istilah bahasa Yunani ‘THEOS’ [= Allah], atau istilah bahasa Yunani ‘KURIOS’ [= Tuhan], bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia dan setan (Misalnya: Kel 4:16  Keluaran 7:1  Keluaran 12:12  Kel 20:3,23  Hakim 16:23-24  1Raja-raja 18:27  Maz 82:1,6  Kisah Para Rasul 28:6  2Korintus 4:4).

Tetapi sebutan ‘YHWH’ / ‘YAHWEH’ / ‘YEHOVAH’ [= TUHAN / LORD] tidak pernah digunakan untuk pribadi / makhluk lain selain Allah, karena YAHWEH / YEHOVAH adalah nama dari Allah!

Mazmur 83:19 - “supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.”.
NIV menterjemahkan secara berbeda, dan NWT / TDB mirip dengan NIV.
NIV: Let them know that you, whose name is the LORD - that you alone are the Most High over all the earth. [= Biarlah mereka mengetahui bahwa Engkau, yang namaNya adalah TUHAN - bahwa Engkau saja adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi.].
TDB: “Agar mereka tahu bahwa engkau, yang bernama Yehuwa, Engkau sajalah Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.”.

Tetapi KJV/RSV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.
KJV: ‘That men may know that thou, whose name alone is JEHOVAH, art the most high over all the earth.’ [= Supaya manusia bisa mengetahui bahwa Engkau sendiri yang namaNya adalah Yehovah, adalah yang maha tinggi atas seluruh bumi.].
RSV: ‘Let them know that thou alone, whose name is the LORD, art the Most High over all the earth.’ [= Biarlah mereka mengetahui bahwa Engkau saja, yang namanya adalah TUHAN, adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi.].
NASB: That they may know that Thou alone, whose name is the LORD, Art the Most High over all the earth. [= Supaya mereka bisa mengetahui bahwa Engkau saja, yang namanya adalah TUHAN, adalah Yang Maha Tinggi atas seluruh bumi.].

C. H. Spurgeon: “‘Jehovah’ is the incommunicable name of God, and is never attributed to any but God.” [= ‘Yehovah’ adalah nama Allah yang tidak bisa diberikan, dan tidak pernah diberikan kepada yang lain kecuali Allah.] - ‘The Treasury of David’, vol 2, hal 430.

Herman Bavinck: “God’s ‘proper name par excellence’ is Jehovah: Ex. 15:3; Ps. 83:19; Hos 12:6; Is. 42:8. This name is, therefore, not used of any other than Israel’s God.” [= Nama Allah yang sungguh-sungguh yang paling menonjol adalah Yehovah: Kel 15:3; Maz 83:19; Hos 12:6; Yes 42:8. Karena itu, nama ini tidak digunakan untuk yang lain dari Allah Israel.] - ‘The Doctrine of God’, hal 107.

Louis Berkhof: “It is especially in the name Yahweh, which gradually supplanted earlier names, that God reveals Himself as the God of grace. It has always been regarded as the most sacred and the most distinctive name of God, the incommunicable name.” [= Khususnya dengan nama Yahweh inilah, yang perlahan-lahan menggantikan nama-nama yang lebih awal, Allah menyatakan diriNya sendiri sebagai Allah kasih karunia. Nama itu selalu dianggap sebagai nama Allah yang paling keramat dan paling khusus / tersendiri, nama yang tidak bisa diberikan.] - ‘Systematic Theology’, hal 49.

Dalam tafsirannya tentang nama YAHWEH dalam Yes 42:8, Albert Barnes mengatakan: “It is a name which is given to none but the true God, and which is everywhere in the Scriptures used to distinguish him from all others.” [= Ini adalah nama yang tidak diberikan kepada siapapun kecuali Allah yang benar, dan yang dimana-mana dalam Kitab Suci digunakan untuk membedakan Dia dari semua yang lain.] - hal 103.

Saksi-Saksi Yehuwa sendiri mengatakan: “‘God,’ ‘Lord,’ and ‘Creator’ like ‘President,’ ‘King,’ and ‘General’ - are titles and may be applied to several different personages. But ‘Jehovah’ is a personal name and refers to the almighty God and Creator of the universe.” [= ‘Allah’, ‘Tuhan’, dan ‘Pencipta’ seperti ‘Presiden’, ‘Raja’, dan ‘Jendral’ - adalah gelar-gelar dan bisa diterapkan kepada beberapa tokoh-tokoh / orang-orang terkemuka yang berbeda. Tetapi ‘Yehovah’ adalah nama pribadi dan menunjuk kepada Allah yang mahakuasa dan Pencipta dari alam semesta.] - internet: http://www.watchtower.org/library/jt/article_09.htm.
Lalu mereka mengutip juga Mazmur 83:19 di atas (dalam versi KJV).

Catatan: merupakan sesuatu yang aneh bahwa dalam menggunakan Mazmur 83:19 ini mereka berkali-kali menggunakan terjemahan yang berbeda dengan NWT / TDB. Dalam buku tipis mereka yang berjudul ‘Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya’, hal 5, mereka menggunakan 4 terjemahan untuk Maz 83:19 ini, yaitu terjemahan dari TB-LAI, lalu Terjemahan Klinkert, Terjemahan Katolik - Ende, Flores, dan KJV. Dan 3 terjemahan yang terakhir ini semuanya menterjemahkan seperti TB-LAI.

Juga dalam buku Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya’, hal 21, Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Publikasi-publikasi Afrika Selatan lainnya, juga, pada suatu waktu memuat nama Allah. Misalnya, dalam De Korte Catechismus (Katekismus Singkat), karya J. A. Malherbe, 1914, muncul yang berikut ini: ‘Apa Nama Allah yang sangat unggul?’ Jawabannya? ‘Yehuwa, yang ditulis TUHAN dengan huruf-huruf besar dalam Alkitab-Alkitab kita. (Nama) ini tidak pernah diberikan kepada makhluk lain.”.

Karena itu, kalau dalam Yeremia 23:5-6 Yesus disebut dengan sebutan ‘YAHWEH / YEHOVAH’, maka tidak bisa tidak hal ini menunjuk­kan bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

Charles Haddon Spurgeon: “Jesus Christ is the Lord our righteousness. There are but three words, ‘JEHOVAH,’ - for so it is in the original, - ‘OUR RIGHTEOUSNESS.’ He is Jehovah. Read that verse, and you will clearly perceive that the Messias of the Jews, Jesus of Nazareth the Saviour of the Gentiles, is certainly Jehovah. He hath the incommunicable title of the Most High God. ... Oh, ye Arians and Socinians, who monstrously deny the Lord who bought you and put him to open shame by denying his divinity, read you that verse and let your blasphemous tongues be silent, and let your obdurate hearts melt in penitence because ye have so foully sinned against him. He is Jehovah, or, mark you, the whole of God’s word is false, and there is no ground whatever for a sinner’s hope.” [= Yesus Kristus adalah TUHAN kebenaran kita. Di sana ada tiga kata, ‘Yehovah’, - karena demikianlah dalam bahasa aslinya, - ‘Kebenaran kita’. Ia adalah Yehovah. Bacalah ayat ini, dan engkau akan dengan jelas mengerti bahwa Mesias dari orang-orang Yahudi, Yesus dari Nazaret, Juruselamat dari orang-orang non Yahudi, jelas adalah Yehovah. Ia mempunyai gelar dari Allah Yang Maha Tinggi yang tidak bisa diberikan kepada yang lain. ... O, kamu penganut-penganut Arianisme dan Socinianisme, yang dengan hebat menyangkal Tuhan yang membelimu dan mempermalukan Dia dengan menyangkal keilahianNya, bacalah ayat itu dan hendaklah lidah-lidah penghujatmu diam, dan hendaklah hati-hatimu yang bandel mencair dalam penyesalan karena kamu sudah berdosa dengan begitu busuk / kotor terhadap Dia. Ia adalah Yehovah, atau, perhatikanlah, seluruh firman Allah adalah salah, dan di sana tidak ada dasar apapun untuk pengharapan orang berdosa.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 2, hal 216.

Saya pernah beberapa kali menggunakan argumentasi dari Yer 23:5-6 ini dalam perdebatan dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan biasanya mereka tidak bisa menjawab. Tetapi pernah ada satu penatua yang menjawab: “Yesus disebut YHWH karena Ia mirip dengan YHWH.”.

Jawaban balik yang bisa diberikan:
1.   Ini tetap merupakan suatu pelanggaran terhadap Maz 83:19 yang sudah kita bahas di atas.
2.   Bagaimana mungkin Pencipta bisa mirip dengan makhluk ciptaanNya? (Catatan: dalam theologia Saksi-Saksi Yehuwa, Yesus adalah ciptaan pertama dari Bapa).

2)   Yoh 20:28-29 - “(28) Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’ (29) Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
Text yang kelihatannya sangat sederhana ini justru membuat mereka sukar untuk memutar-balikkannya.

Yohanes 20:28 (TDB): “Sebagai jawaban Tomas mengatakan kepadanya, ‘Tuanku dan Allahku!’”.

a)   Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bagi Tomas, Yesus adalah seperti ‘allah,’ terutama dalam mukjizat yang ia lihat yang mendorongnya untuk mengeluarkan seruan itu. Beberapa sarjana mengatakan bahwa Tomas mungkin hanya mengucapkan seruan keheranan yang emosional, yang diucapkan kepada Yesus namun ditujukan kepada Allah.” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 29.

Jawaban kita:

1.   Kata-kata dari Saksi-Saksi Yehuwa ini adalah kata-kata yang bertentangan dengan dirinya sendiri! Bagaimana mungkin Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus tetapi menujukan kepada Allah?
Ada penulis internet yang mengatakan bahwa ada Saksi-Saksi Yehuwa yang menafsirkan bahwa kata-kata ‘Ya Tuhanku’ ditujukan kepada Yesus, tetapi kata-kata ‘Ya Allahku’ ditujukan kepada Allah.
Mungkin karena itu TDB menterjemahkan: “Sebagai jawaban Tomas mengatakan kepadanya, ‘Tuanku dan Allahku!’”.
Untuk kata pertama TDB menggunakan kata ‘Tuan’ (bukan ‘Tuhan’). Jadi kelihatannya mereka menganggap ini ditujukan kepada Yesus. Sedangkan untuk kata kedua mereka menggunakan ‘Allah’ (dimulai dengan huruf besar), bukan ‘allah’! Jadi mungkin mereka menganggap bagian ini ditujukan kepada Allah.
Tetapi ini jelas merupakan suatu terjemahan yang tidak masuk akal, dan merupakan penafsiran yang seenaknya sendiri, yang sengaja dipaksakan untuk disesuaikan dengan ajaran / kepercayaan sesat mereka.
Dan kalau mereka punya lebih dari 1 jawaban / penafsiran seperti ini, itu harus kita serang. Tekan dia dan tanyakan, yang mana jawaban yang benar?

2.   Tentang penafsiran bahwa itu hanya kata-kata yang keluar karena kaget / heran, ada 2 alasan mengapa pandangan ini tidak mungkin benar:

a.         Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.
NASB (Literal / hurufiah): Thomas answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’” [= Tomas menjawab dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’].
Perhatikan bahwa dalam terjemahan NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini, dikatakan bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya. Kalau seseorang mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya Allah’, karena kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada siapapun. Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.

Ini jelas juga menentang penterjemahan / penafsiran dari Saksi-Saksi Yehuwa di atas, karena ayat itu menunjukkan bahwa Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus, bukan kepada Allah (Bapa).

b.   A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan seperti itu tidak ada dalam kalangan Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan / sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).
Ini bisa saudara perkuat dengan menanyakan kepada mereka: Dimana dalam Alkitab ada orang Yahudi yang karena heran lalu sebut kata ‘Tuhan’ atau ‘Allah’?
Itu kebiasaan orang Indonesia / Amerika, tetapi bukan kebiasaan Yahudi! mereka takut pada hukum ke 3 sehingga tak akan lakukan hal seperti itu!

3.   Tidak ada apapun dalam kata-kata Tomas itu yang menunjukkan bahwa Ia menganggap Yesus hanya seperti Allah. Jadi, bagaimana mungkin Saksi-Saksi Yehuwa bisa mengatakan “Bagi Tomas, Yesus adalah seperti ‘allah,’”? Ini lagi-lagi merupakan suatu penafsiran seenaknya sendiri, dan merupakan suatu usaha membengkokkan Kitab Suci!

4.   Yesus bukan saja tidak menegur / memarahi Tomas atas kata-katanya itu, tetapi bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam Yohanes 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”. Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menganggap kata-kata Tomas itu sebagai suatu pengakuan iman, dan Yesus menerimanya, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ terhadap diriNya itu.

A. H. Strong: “In John 20:28, the address of Thomas HO KURIOS MOU KAI HO THEOS MOU, - ‘My Lord and my God’ - since it was unrebuked by Christ, is equivalent to an assertion on his own part of his claim to Deity.” [= Dalam Yoh 20:28, penyebutan Tomas HO KURIOS MOU KAI HO THEOS MOU, - ‘Tuhanku dan Allahku’ - karena hal itu tidak ditegur / dimarahi oleh Kristus, maka itu sama dengan suatu penegasan dari diriNya tentang claimNya atas keAllahan.] - ‘Systematic Theology’, hal 306.

5.   Tetapi tentang Yohanes 20:29 ini terjemahan mereka adalah seperti ini.
Yoh 20:29 (NWT): Jesus said to him: ‘Because you have seen me, have you believed? Happy are those who have not seen and yet believe.’[= Yesus berkata kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat aku, kamu telah percaya / sudahkan kamu percaya? Berbahagialah mereka yang tidak / belum melihat tetapi percaya.’].
Yoh 20:29 (TDB): Yesus mengatakan kepadanya, ‘Karena engkau telah melihat aku, sudahkah engkau percaya? Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.’.
KJV: Jesus saith unto him, Thomas, because thou hast seen me, thou hast believed: blessed are they that have not seen, and yet have believed. [= Yesus berkata kepadanya, Tomas, karena engkau telah melihat Aku, engkau telah percaya: diberkatilah mereka yang tidak / belum melihat tetapi telah percaya.].
NIV: Then Jesus told him, ‘Because you have seen me, you have believed; blessed are those who have not seen and yet have believed.’ [= Maka Yesus memberitahunya, ‘Karena engkau telah melihat Aku, engkau telah percaya; diberkatilah mereka yang tidak / belum melihat Aku tetapi telah percaya.].
RSV: Jesus said to him, ‘Have you believed because you have seen me? Blessed are those who have not seen and yet believe.’ [= Yesus berkata kepadanya, ‘Apakah engkau telah percaya karena engkau telah melihat Aku? Diberkatilah mereka yang tidak / belum melihat Aku tetapi percaya.].
NASB: Jesus said to him, ‘Because you have seen Me, have you believed? Blessed are they who did not see, and yet believed.’ [= Yesus berkata kepadanya, ‘Karena engkau telah melihat Aku engkau telah percaya? Diberkatilah mereka yang tidak melihat Aku tetapi percaya.].

Dalam bahasa Yunani dalam Alkitab tak ada tanda baca. Kalimat itu pertanyaan atau pernyataan, dilihat dari kata-kata yang digunakan dan kontextnya. Misalnya kalau digunakan kata ‘apa’, ‘mengapa’ dsb, dan juga kalau kontext menuntut hal itu. Dalam Yoh 20:29 kata tanya ‘apa’, ‘mengapa’ dsb tidak ada. Juga dikatakan ‘Yesus berkata’ bukan ‘Yesus bertanya’.
Lalu apakah kontext menuntut kita menterjemahkan ke dalam kalimat tanya? Tidak, karena Yohanes 20:28 sudah kita buktikan sebagai suatu pernyataan bahwa Tomas mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Allah.
Penterjemahan ke dalam kalimat tanya masih memungkinkan, tetapi seperti ini: “Karena engkau telah melihat Aku, engkau telah percaya?”.
Bukan seperti ini: “Karena engkau telah melihat Aku, sudahkah engkau percaya?”. Tetapi ini yang diambil oleh TDB, dan ini sama sekali tak cocok dengan kontextnya.

Juga kalimat itu sebetulnya jelas mengkontraskan antara Tomas, yang setelah melihat baru percaya, dengan orang-orang yang lebih diberkati, karena belum melihat tetapi percaya. Kalau percayanya Tomas dipertanyakan, maka kontras itu hilang.

b)   Saksi-Saksi Yehuwa masih mempunyai jawaban lain tentang Yoh 20:28 ini. Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 431, Saksi-Saksi Yehuwa berkata: “Tidak ada keberatan untuk menyebut Yesus sebagai ‘Allah’ jika inilah yang ada dalam pikiran Tomas. Hal itu selaras dengan kutipan Yesus sendiri dari Mazmur di mana orang-orang yang berkuasa, hakim-hakim, disebut ‘allah.’ (Yoh 10:34,35; Mzm. 82:1-6) Memang, Kristus mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi dari pada orang-orang tersebut. Karena keunikan kedudukannya sehubungan dengan Yehuwa, di Yohanes 1:18 (NW) Yesus disebut sebagai ‘allah yang anak tunggal’”.

Mazmur 82:1-6 - “(1) Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi: (2) ‘Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela (3) Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! (4) Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!’ (5) Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. (6) Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. -”.

Yoh 10:34-35 - “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan - ,”.

Jawaban kita:

1.   Perlu diketahui bahwa pembahasan Mazmur 82 maupun Yoh 10:34-35, sekalipun bisa kita lakukan (dalam buku saya, saya menjawab ini), tetapi cukup sukar / ruwet, sehingga menurut saya, sebaiknya dihindari.

2.   Kalau ia tadinya sudah memberikan jawaban seperti yang sudah kita bahas di atas, maka kita kembalikan ke sana. Kalau ia tadinya tidak memberikan jawaban seperti yang sudah kita bahas di atas, maka kita membawa dia kesana, dengan mengatakan: Lho dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 29, kalian kok katakan itu sebagai kata-kata yang diucapkan karena heran? Kita memang harus berdebat dengan membawa makalah yang sudah disiapkan.

Jadi, kita tabrakkan ajaran mereka dari buku yang satu dengan ajaran mereka sendiri dari buku yang lain. Penjelasan Saksi-Saksi Yehuwa tentang kata-kata Tomas dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’ (yang telah saya bahas di atas) dan dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’ (yang saya bahas sekarang ini), jelas bertentangan.

Dalam buku pertama mereka mengatakan kata-kata itu diucapkan karena heran, dan diucapkan kepada Yesus tetapi ditujukan kepada Allah. Dalam buku kedua mereka secara implicit mengakui bahwa kata-kata itu memang ditujukan kepada Yesus, tetapi lalu mereka menafsirkan bahwa kata ‘Allah’ tersebut artinya ‘bukan Allah’. Jadi, jelas bukan kata-kata yang diucapkan karena heran.

Dari kontradiksi seperti ini, yang begitu sering terjadi dalam ajaran mereka, terlihat bahwa para Saksi-Saksi Yehuwa ini memang tidak terlalu mempunyai logika, atau, mereka memang sengaja membutakan diri mereka sendiri.

3)   Beberapa ayat dari kitab Wahyu menyebut Yesus dengan ‘Alfa’, ‘Yang Pertama’ dan ‘Yang Awal’.

a)         Sebutan-sebutan ini menunjukkan kekekalan Yesus (sebagai Allah).

1.   Wah 1:7-8,17-18 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’ ... (17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”.
Catatan:
a.   Dengan melihat pada Wah 1:7, terlihat bahwa Wah 1:8 berbicara tentang Yesus. Dan Wah 1:17-18 jelas sekali berbicara tentang Yesus, karena adanya kata-kata ‘telah mati, namun lihatlah, Aku hidup’. Juga bdk. dengan Wah 1:13nya yang mengatakan ‘Anak  Manusia’.
b.   Kata-kata ‘Yang Awal’ dalam Wahyu 1:17 seharusnya adalah ‘Yang Pertama’.

2.   Wahyu 2:8 - “‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali:”.
Catatan:
a.   Kalau Saksi-Saksi Yehuwa tidak mau mengakui bahwa Wah 2:8 ini menunjuk kepada Yesus, maka:
·         Tanyakan mengapa mereka menganggap bahwa Wah 3:14 ditujukan kepada Yesus. Jelas karena Wah 2 dan Wah 3 adalah surat-surat kepada ketujuh gereja dari Tuhan Yesus. Jadi, tidak bisa tidak, Wah 2:8 pasti menunjuk kepada Yesus.
·         Ajak mereka melihat bagian akhir dari Wah 2:8 itu, yang berbunyi ‘yang telah mati dan hidup kembali’, dan tanyakan: kalau ini tidak menunjuk kepada Yesus, lalu menunjuk kepada siapa?
b.         Kata-kata ‘Yang Awal’ di sini seharusnya juga adalah ‘Yang Pertama’.

3.   Wah 22:12-13 - “(12) ‘Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. (13) Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.’”.
Catatan: kata-kata ‘Yang Terkemudian’ dalam Wah 22:13 ini seharusnya adalah ‘Yang Akhir’.

Perhatikan bahwa:
1.   Wah 1:8 dan Wahyu 22:13 menyebut Yesus sebagai Alfa dan Omega’ (huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani). Kalau Yesus memang adalah ciptaan pertama dari Bapa, maka Ia seharusnya disebut sebagai Beta dan Omega’ (Catatan: Beta adalah huruf kedua dalam abjad Yunani).
2.   Wah 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah Yang Awal dan Yang Akhir’. Kalau Yesus adalah ciptaan pertama dari Bapa, Ia tidak bisa disebut sebagai ‘Yang Awal’.
3.   Wah 1:17, Wah 2:8 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa Yesus adalah Yang pertama dan Yang Akhir’. Kalau Yesus adalah ciptaan pertama dari Bapa, Ia seharusnya disebut sebagai Yang kedua dan Yang Akhir’.

Semua ini jelas menunjukkan bahwa Yesus itu kekal / ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, dan semuanya ini bertentangan dengan ajaran Saksi Yehuwa tentang Yesus Kristus, yang mengatakan:
a.   “Karena telah diciptakan oleh Allah, Yesus adalah nomor dua dalam hal waktu, kuasa, dan pengetahuan” - ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’, hal 14.
b.   “bila Alkitab menyebut Allah sebagai ‘Bapa’ dari Yesus, ini memaksudkan tepat seperti yang dikatakannya - bahwa mereka adalah dua pribadi yang terpisah. Allah yang senior. Yesus yang yunior - dalam hal waktu atau umur, ...” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 16.

Dan Pribadi manapun yang bisa memiliki sifat kekal / ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, hanyalah Allah sendiri.

b)         Bagaimana anak bisa sama tuanya dengan bapanya?
Saksi-Saksi Yehuwa: Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal, maka Anak Allah juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa menjadi anak dan pada waktu yang sama umurnya setua ayahnya? - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 15.

Jawaban kita:

Satu-satunya jawaban yang bisa diberikan terhadap serangan mereka ini adalah dengan mengajarkan doktrin yang disebut ‘the eternal generation of the Son’. Doktrin ini mengajarkan bahwa Bapa memperanakkan Anak secara kekal (terus menerus, tak ada saat Bapa tidak memperanakkan Anak).

Dasar Alkitab dari doktrin ini:

1.   Sebutan ‘Bapa’ dan ‘Anak’ dalam Kitab Suci menunjukkan bahwa Bapa memang memperanakkan Anak (tetapi bukan seperti seorang bapak memperanakkan anaknya!). Kalau memang tidak ada tindakan memperanakkan, mengapa tidak disebut saja suami - istri, atau dua saudara kembar, atau paman - keponakan, dan sebagainya.

2.   Sebutan ‘Anak Tunggal’ / The Only Begotten’ (Yohanes 1:14  3:16), dan juga sebutan ‘sulung’ [dalam bahasa Inggrisnya ‘firstborn {= yang dilahirkan pertama}] bagi Yesus (Kol 1:15  Ro 8:29  Ibr 1:6), menunjukkan bahwa Ia memang diperanakkan.

3.   Yohanes 5:26 dan Yohanes 6:57 mengatakan bahwa Bapa memberikan Anak untuk mempunyai hidup dalam diriNya sendiri.
Yoh 5:26 - “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri.”.
Yoh 6:57 - “Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.”.

4.   Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.
NWT: ‘the only begotten god’ [= satu-satunya allah yang diperanakkan].
TDB:  “satu-satunya allah yang diperanakkan”.
NASB: ‘the only begotten God’ [= satu-satunya Allah yang diperanakkan].

Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem [= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain]. Ada 4 golongan manuscript:
1.         the only begotten’ [= satu-satunya yang diperanakkan].
2.   the only begotten Son’ [= satu-satunya Anak yang diperanakkan].
3.   the only begotten Son of God’ [= satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan].
4.   (the) only begotten God’ [= satu-satunya Allah yang diperanakkan].

Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada definite article / kata sandang tertentu (the only begotten God’), tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only begotten God’).

Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang keempatlah yang benar, dengan alasan:

1.         Ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.
Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin baru suatu manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga makin tidak dipercaya.
Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.

2.   Ini merupakan ‘bacaan yang lebih sukar’ (‘more difficult reading’).
Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima, berdasarkan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak masuk akal’ menjadi ‘yang masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang masuk akal’ menjadi ‘yang tidak masuk akal’. Dengan kata lain, penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan, tetapi tidak mungkin mempersukar bacaan.

Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no 1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau no 3, dan lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang ‘begitu tidak masuk akal’.
Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3.
Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia menganggapnya sebagai pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.

Kalau kita berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa maka kita harus mengingat bahwa dalam terjemahan ayat ini NWT / TDB juga mengambil kemungkinan ke 4, dan karena itu sebetulnya kita tak usah menjelaskan semua ini.

Pada waktu Yesus disebut dengan istilah only begotten God’ [= satu-satunya Allah yang diperanakkan], maka:

a.   Secara implicit ini menunjukkan bahwa ada semacam kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah yang diperanakkan, dan ada yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.

b.   Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini juga menjadi dasar dari doktrin ‘the eternal generation of the Son’, yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan secara kekal oleh Bapa.

c.   Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan. Jadi, Ia adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.

Pada waktu kita menyatakan bahwa Yesus diperanakkan secara kekal oleh Bapa, maka kita harus memperhatikan hal ini.

Itu bukanlah suatu tindakan yang terjadi hanya pada satu saat di masa lampau, tetapi merupakan suatu tindakan yang, sekalipun sudah selesai dilakukan, tetapi tetap dilakukan terus-menerus, dari minus tak terhingga sampai plus tak terhingga. Tidak ada saat di mana Bapa tidak melakukan tinda­kan itu.

Catatan: yang diperanakkan secara kekal itu adalah pribadi Allah Anak, bukan hakekatNya, karena Ia sehakekat dengan Bapa.

Definisi ini penting, karena kalau dikatakan bahwa Bapa memperanakkan Anak pada satu saat di masa yang lampau,

Dengan demikian:
·         Ada perubahan dalam diri Allah (dari 1 pribadi menjadi 2 pribadi). Ini bertentangan dengan sifat dasar Allah yang tidak bisa berubah!
·         Bapa lebih kekal dari Anak / Yesus. Ini bertentangan dengan keilahian Kristus, karena apa yang tidak kekal pasti bukan Allah!

Memang ada yang menangkis serangan ini dengan berkata bahwa pada minus tak terhingga itu belum ada waktu, sehingga tidak ada ‘sebelum’ atau ‘sesudah’. Itu benar tetapi:
¨      Secara logika kita masih dapat memikirkan hal itu.
¨      Bdk. Ro 8:29 - “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”.
Baik ‘pemilihan’ maupun ‘penentuan’ terjadi dari semula (minus tak terhingga), tetapi toh ayat itu menunjukkan bahwa ‘pemilihan’ mendahului ‘penentuan’.

Sekarang mari kita kembali pada doktrin yang benar dari ‘The Eternal Generation of the Son’ ini.

Herman Bavinck: “It is not to be regarded as having been completed once for all in the past, but it is an act eternal and immutable, eternally finished, yet continuing forevermore. As it is natural for the sun to give light and for the fountain to pour forth water, so it is natural for the Father to generate the Son.” [= Ini tidak boleh dianggap sebagai sudah terjadi sekali untuk selama-lamanya di masa yang lalu, tetapi ini merupakan suatu tindakan yang kekal dan tidak berubah, diselesaikan secara kekal, tetapi terus berlang­sung selama-lamanya. Sebagaimana merupakan sesuatu yang alamiah bagi matahari untuk memberikan sinarnya dan bagi suatu sumber untuk mengeluarkan air, demikian juga adalah sesuatu yang alamiah bagi Bapa untuk memperanakkan Anak.] - ‘The Doctrine of God’, hal 309.

Illustrasi / analogi yang dipakai oleh Bavinck di sini adalah sangat penting. Tindakan Bapa memperanakkan Anak merupakan suatu tinda­kan yang sudah selesai, tetapi terus berlangsung secara kekal.

Analoginya adalah matahari yang memancarkan sinarnya. Matahari itu sudah selesai memancarkan sinarnya, tetapi hal itu tetap berlangsung terus menerus, dan tidak ada saat dimana matahari tidak memancarkan sinarnya.

Sekarang cobalah membayangkan hal itu. Dari minus tak terhingga sampai ke plus tak terhingga matahari terus menerus memancarkan sinarnya. Coba bayangkan hal ini, dan ikuti matahari dan sinarnya itu mulai minus tak terhingga sampai ke plus tak terhingga. Apakah ada perubahan? Sama sekali tidak, bukan? Semua tetap sama selama-lamanya. Lalu, apakah matahari lebih kekal dari sinarnya? Kalau saudara berkata bahwa matahari ada lebih dulu dari sinarnya, maka ingat bahwa matahari tanpa sinar tidak bisa disebut sebagai matahari, dan ingat juga bahwa dalam ilustrasi ini matahari itu terus mengeluarkan sinarnya dari minus tak terhingga sampai plus tak terhingga. Jadi jelas bahwa matahari sama usianya dengan sinarnya.
Kalau hal ini kita jadikan ilustrasi tentang Bapa yang memperanakkan Anak, maka kita tidak bisa melihat adanya perubahan dalam diri Allah, dan kita juga tidak bisa mengatakan bahwa Bapa itu lebih kekal dari pada Anak.

Philip Schaff: “In human generation, ... the father is older than the son; but in the divine generation, which takes place not in time, but is eternal, there can be no such thing as priority or posteriority of one or the other hypostasis.” [= Dalam kelahiran manusia, ... bapanya lebih tua dari anaknya; tetapi dalam kelahiran ilahi, yang terjadi bukan dalam waktu, tetapi merupakan sesuatu yang kekal, tidak ada ‘sebelum’ atau ‘sesudah’ dari satu pribadi atau pribadi yang lain.] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 659.

W. G. T. Shedd mengutip kata-kata yang indah dari Turretin:
“The Father does not generate the Son either as previously exist­ing, for in this case there would be no need of generation; nor as not yet existing, for in this case the Son would not be eter­nal; but as coexisting, because he is from eternity in the God­head.” [= Bapa tidak memperanakkan Anak seakan-akan Anak itu sudah ada sebelumnya, karena dalam hal ini tidak dibutuhkan tindakan memperanakkan itu; juga tidak seakan-akan Anak itu belum ada, karena dalam hal ini Anak itu tidak kekal; tetapi sebagai ada bersama-sama, karena Ia ada di dalam Allah sejak kekekalan.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 293-294.

Satu hal lagi yang perlu ditekankan adalah bahwa: yang dibicarakan dalam doktrin ‘the eternal generation of the Son’ ini adalah Yesus sebagai Allah, bukan Yesus sebagai manusia. Sebagai manusia, Yesus dicipta, dan tidak kekal.

Philip Schaff: “The Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from eternity of the unbegotten Father.” [= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan.] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.

Dari penjelasan-penjelasan ini terlihat bahwa sekalipun Yesus memang betul-betul diperanakkan oleh Bapa, Ia tetap sama kekalnya dengan Bapa, dan itu membuktikan bahwa Ia memang adalah Allah sendiri!

Jadi, dengan penjelasan dan ilustrasi ini kita bisa menjawab dan mematahkan argumentasi yang cuma berdasarkan logika semata-mata yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa bahwa bapa dan anak tak bisa sama tuanya.

4)   Doa kepada Yesus.
Ketidak-percayaan Saksi-Saksi Yehuwa terhadap keilahian Yesus juga menyebabkan mereka melarang untuk berdoa kepada Yesus. Yesus hanya pengantara dalam doa, tetapi bukan obyek doa.

Paul Blizard: “Jesus is not to be worshiped or prayed to.” [= Kita tidak boleh menyembah Yesus atau berdoa kepadaNya.] - internet.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan:
·         “kita hendaknya berdoa hanya kepada Allah, Yehuwa. ... Akan tetapi semua doa kita hendaknya diucapkan dalam nama Yesus. - ‘Apa yang Allah Tuntut dari Kita?’, hal 14,15.
·         “Doa harus ditujukan hanya kepada Yehuwa dengan perantaraan Kristus.” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa - Siapakah Mereka?’, hal 13.

Bahwa ini juga merupakan pandangan / ajaran yang sesat, terbukti dari:

a)         Yesus sendiri memerintahkan kita untuk berdoa kepadaNya.
Yohanes 14:14 - “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.’”.
KJV: ‘If ye shall ask any thing in my name, I will do it’ [= Jika kamu meminta apapun dalam namaKu, Aku akan melakukannya]. RSV » KJV.
NIV: You may ask me for anything in my name, and I will do it [= Kamu boleh meminta kepadaKu apapun dalam namaKu, dan Aku akan melakukannya].
NASB: If you ask Me anything in My name, I will do it [= Jika kamu meminta apapun kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya].
Jadi ada versi Kitab Suci yang mempunyai kata ‘kepadaKu’ itu, dan ada yang tidak mempunyainya.
TDB: “Jika kamu meminta apa pun dengan namaku, aku akan melakukannya.”.

1.   Kata ‘kepadaKu’ ini diperdebatkan keasliannya.
Ada manuscript yang mempunyainya dan ada manuscript yang tidak mempunyainya. Sekarang pertanyaannya adalah: apakah manuscript yang tidak mempunyai kata itu yang menghapus, atau manuscript yang mempunyai kata itu yang menambahi?
Saya setuju dengan Bruce M. Metzger, yang berpendapat bahwa beberapa manuscript menghapus bagian yang sebetulnya asli ini karena salah satu dari 2 alasan di bawah ini:
a.   Kata-kata ‘meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu kelihatannya aneh. Seperti yang dikatakan oleh F. F. Bruce: “If something is asked for in Jesus’ name, the request is probably viewed as addressed to the Father [= Jika sesuatu diminta dalam nama Yesus, permintaan itu mungkin dipandang sebagai ditujukan kepada Bapa] - hal 301.
b.   Keinginan membuang kontradiksi antara ayat ini dengan Yoh 16:23, dimana doa dalam nama Yesus itu ditujukan kepada Bapa.
Yoh 16:23 - “Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepadaKu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu.”.

Metzger mengatakan bahwa kata ‘kepadaKu’ dalam Yoh 14:14 ini didukung oleh cukup banyak manuscript, dan kata ini kelihatannya didukung oleh / sesuai dengan kata-kata Aku akan melakukannya’ pada akhir dari ay 14.
Yoh 14:14 - “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.’”.

2.   Kata ‘kepadaKu’ ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus (dan tentu saja juga boleh ditujukan kepada Roh Kudus).

William Hendriksen: “now the disciples are told that they must not only pray in the name of Christ but to Christ.” [= sekarang murid-murid diberitahu bahwa mereka harus berdoa bukan hanya dalam nama Kristus tetapi kepada Kristus.] - hal 274.

Leon Morris (NICNT): “The two are inseparable, as throughout this paragraph. That is why prayer may be addressed to either.” [= Keduanya (Bapa dan Anak) tidak terpisahkan, seperti dalam sepanjang paragraf ini. Itu sebabnya doa bisa ditujukan kepada yang manapun dari Mereka.] - hal 646.

Leon Morris (NICNT): “There is no object to the verb ‘ask’ in the preceding verse, so that it is not certain whether it is Christ or the Father who is to be asked (though it is Christ who will ‘do’ the response). ... We expect the same to be true of this verse. However the true text appears to be ‘if ye shall ask me anything in my name’. Prayer may be addressed to the Son as well as to the Father. But it is still ‘in my name’. ... As in the previous verse, the prayer will be answered by Christ.” [= Tidak ada obyek bagi kata kerja ‘minta’ dalam ayat sebelumnya (ay 13), sehingga tidak jelas apakah kita harus minta kepada Kristus atau kepada Bapa (sekalipun Kristuslah yang akan ‘melakukan’ tanggapan). ... Kita mengharapkan hal yang sama untuk ayat ini (ay 14). Tetapi text yang benar kelihatannya adalah ‘jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’. Doa boleh ditujukan kepada Anak maupun kepada Bapa. Tetapi itu tetap ‘dalam namaKu’. ... Seperti dalam ayat sebelumnya (ay 13), doa akan dijawab oleh Kristus.] - hal 647.

Pulpit Commentary: “Surely this passage is the true justification of prayer to Christ himself.” [= Jelas bahwa text ini merupakan pembenaran yang benar tentang doa kepada Kristus sendiri.] - hal 225.

b)   Doa kepada Yesus ini dipraktekkan oleh Stefanus menjelang kematiannya.
Kis 7:59-60 - “(59) Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’ (60) Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.”.
Dan ingat bahwa pada saat itu ia dipenuhi oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 7:55). Masakan ia salah dalam menujukan doanya pada saat ia dipenuhi oleh Roh Kudus? Jadi lagi-lagi merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Kitab Suci kalau Saksi Yehuwa melarang untuk berdoa kepada Yesus.

Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa ‘tidak kurang akal’ dalam membengkokkan text ini. Dalam text ini ada 2 x kata ‘Tuhan’, dan keduanya sama-sama berasal dari kata bahasa Yunani KURIE. Kata KURIE yang pertama diterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan] oleh NWT, dan diterjemahkan ‘Tuan’ oleh TDB. Mereka tidak bisa menterjemahkan kata itu sebagai ‘Jehovah’, karena di situ kata itu diikuti oleh kata ‘Yesus’. Tetapi lucunya kata KURIE yang kedua oleh NWT diterjemahkan sebagai ‘Jehovah’ [= Yehovah], dan oleh TDB  diterjemahkan sebagai ‘Yehuwa’.

Tanggapan saya:
1.   Ini jelas merupakan penterjemahan seenaknya sendiri tanpa memperhatikan kontext, dan bertentangan dengan prinsip penafsiran mereka sendiri, yang mengharuskan untuk menafsir dengan memperhatikan kontext (‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 48).
2.   Sekalipun mereka membengkokkan Kis 7:60nya, tetapi itu sia-sia, karena Kis 7:59nya tetap merupakan suatu doa yang ditujukan kepada Yesus!
3.   Bandingkan doa Stefanus dalam Kis 7:59 ini dengan Pkh 12:7 - “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.”.
Kalau pada saat seseorang mati, rohnya kembali kepada Allah, mengapa Stefanus menyerahkan rohnya kepada Yesus? Jelas karena Yesus adalah Allah!

c)   Paulus juga berdoa kepada Yesus.
1.   2Kor 12:8-9 - “(8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku..
Kata ‘kuasaKu’ (ay 9a) = ‘kuasa Kristus’ (ay 9b). Jadi kata ‘Tuhan’ dalam ay 8, kepada siapa Paulus menujukan doanya, pasti adalah ‘Tuhan Yesus’.
Juga, kata ‘Tuhan’ dalam ay 8 itu oleh TDB diterjemahkan ‘Tuan’, sehingga jelas bahwa yang dimaksudkan adalah Yesus. Juga mereka menggunakan kata ‘memohon’, dan karena itu bagian ini merupakan dasar yang kuat untuk menunjukkan bahwa doa boleh ditujukan kepada Yesus!
2.   1Tes 2:18, 3:10-11 - “(2:18) Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami. ... (3:10) Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. (3:11) Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.”.
a.         Kata-kata ‘berdoa’ oleh TDB diterjemahkan: ‘membuat permohonan’.
KJV/RSV/NASB: ‘praying’ [= berdoa]; NIV: ‘pray’ [= berdoa].
b.   Dalam text ini terlihat bahwa Paulus berdoa dan berharap, bukan hanya kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus, untuk membuka jalan sehingga ia bisa datang ke Tesalonika.

d)   Rasul Yohanes, dalam bagian akhir dari kitab Wahyu, juga menaikkan suatu seruan / doa kepada Yesus.
Wah 22:20 - “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”.
Kata-kata ‘Amin, datanglah segera Tuhan Yesus!’ jelas diucapkan oleh rasul Yohanes kepada Yesus, dan merupakan suatu doa kepada Yesus!

John Owen: “So the whole Scripture is closed with a prayer of the church unto the Lord Christ, expressing their faith in him: ‘Even so, come, Lord Jesus,’ Rev. 22:20.” [= Demikianlah seluruh Kitab Suci ditutup dengan suatu doa dari gereja kepada Tuhan Kristus, menyatakan iman mereka kepadaNya: ‘Datanglah, Tuhan Yesus’, Wah 22:20.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 111.

e)   Semua orang percaya di segala tempat berdoa kepada Yesus.
1Kor 1:2b - dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita..
Kata-kata ini jelas menunjukkan bahwa orang kristen boleh berdoa kepada Yesus!

Calvin: “he says that Christ is called upon by believers, and this affords a proof of his divinity - invocation being one of the first expressions of Divine homage.” [= ia berkata bahwa Kristus dipanggil oleh orang-orang percaya, dan ini memberikan suatu bukti keilahianNya - karena doa merupakan salah satu ungkapan dari penghormatan Ilahi.] - hal 53.

f)    Beberapa orang berdialog [= berdoa!] dengan Yesus (setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga), yaitu:
1.   Saulus dalam Kis 9:4-6 - “(4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu. (6) Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.’”.
2.   Ananias dalam Kis 9:10-16 - “(10) Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: ‘Ananias!’ Jawabnya: ‘Ini aku, Tuhan!’ (11) Firman Tuhan: ‘Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, (12) dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.’ (13) Jawab Ananias: ‘Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudusMu di Yerusalem. (14) Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil namaMu.’ (15) Tetapi firman Tuhan kepadanya: ‘Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. (16) Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena namaKu.’”.
3.   Petrus dalam Kis 10:13-16 - “(13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’ (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.”.
Catatan: dalam semua ayat-ayat ini kata ‘Tuhan’ diterjemahkan ‘Tuan’ dalam TDB dan ‘Lord’ dalam NWT.

g)   Wahyu 5:8 menunjukkan bahwa doa orang-orang kudus dipersembahkan kepada Yesus.
Wah 5:8 - “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.”.
TDB juga menterjemahkan ‘doa orang-orang kudus’.

Kata ‘tersungkurlah’ dalam ayat ini menunjukkan bahwa keempat makhluk dan keduapuluh-empat tua-tua menyembah Yesus. Dan mereka membawa ‘kecapi’, yang menunjukkan bahwa mereka memuji Yesus. Dan mereka juga membawa ‘satu cawan emas, penuh dengan kemenyan’, yang menunjuk kepada ‘doa orang-orang kudus’. Kalau memang doa tidak boleh ditujukan kepada Yesus, mengapa cawan emas ini dibawa ke hadapan Yesus?

James B. Ramsey: “what a mass of overwhelming evidence is here again presented to us of the divinity of Jesus! ... It is as the Lamb that He is adored by all the redeemed church, by all the angelic throngs, and by a whole worshipping creation; and that with precisely the same homage, which they offer to Him that sitteth on the throne. ...let us joyfully unite in their homage, prostrating ourselves before His throne in hearty consecration to His service, and hailing Him as our Lord and our God.” [= di sini lagi-lagi diberikan sangat banyak bukti yang berkelimpahan tentang keilahian Yesus! ... Adalah sebagai Anak Domba Ia dipuja oleh seluruh gereja yang ditebus, oleh seluruh kerumunan malaikat, dan oleh seluruh ciptaan yang menyembah; dan itu dilakukan dengan penyembahan yang persis sama, dengan yang mereka berikan kepada Dia yang duduk di atas takhta. ... hendaklah kita dengan sukacita bersatu dalam penyembahan mereka, dengan meniarapkan diri kita sendiri di hadapan takhtaNya dalam penyerahan yang sungguh-sungguh kepada pelayananNya, dan menyambut Dia sebagai Tuhan kita dan Allah kita.] - hal 309,310.
Catatan: mungkin bagian yang saya garis bawahi itu menunjuk pada Wah 8:3-4 - “(3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.”.

Kalau kita boleh / disuruh berdoa kepada Yesus, jelas bahwa Yesus adalah Allah.

5)   Penyembahan terhadap Yesus.
Ketidak-percayaan Saksi-Saksi Yehuwa terhadap keilahian Yesus, menyebabkan mereka melarang untuk menyembah Yesus.
Paul Blizard: “Jesus is not to be worshiped or prayed to.” [= Kita tidak boleh menyembah Yesus atau berdoa kepadaNya.] - internet.
Pada waktu mengomentari Mat 4:10, Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus jelas tidak mengatakan bahwa ia sendiri harus disembah.” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 426.

Kesesatan seperti ini secara sangat jelas bertentangan dengan Kitab Suci, karena jelas bahwa Kitab Suci bukan hanya mengijinkan, tetapi mengharuskan penyembahan, terhadap Yesus. Ini bisa terlihat dari Yohanes 5:22-23 - “(22) Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, (23) supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.”.
Kalau kita menghormati Bapa dengan menyembah Dia, maka jelas bahwa kita boleh, dan bahkan harus, menyembah Yesus.

John Owen: “To honour the Son as we ought to honour the Father, is that which makes us Christians, and which nothing else will so do.” [= Menghormati Anak seperti kita seharusnya menghormati Bapa, adalah apa yang membuat kita orang-orang Kristen, dan tidak ada hal lain yang membuat demikian.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 107.

Disamping itu, ada 3 hal yang ingin saya bahas tentang persoalan ini:
a)   Kitab Suci secara explicit memerintahkan untuk menyembah Yesus.
b)   Kitab Suci menubuatkan penyembahan terhadap Yesus.
c)   Kitab Suci menunjukkan fakta bahwa Yesus disembah, dan Yesus mau menerima penyembahan tersebut.
Mari kita menyoroti 3 hal ini satu per satu.

a)   Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.

1.   Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak / Yesus.
Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Kalau Yesus bukan Allah, adalah sesuatu yang tidak masuk akal bahwa Allah memerintahkan para malaikat untuk menyembah Dia. Karena itu merupakan sesuatu yang jelas bertentangan dengan Kitab Suci kalau Saksi-Saksi Yehuwa melarang untuk menyembah Yesus.
Tetapi kata ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 ini oleh NWT diterjemahkan ‘do obeisance’. Kata ini bisa diterjemahkan ‘menyembah’ atau ‘menghormat dengan membungkukkan badan’. Mungkin yang terakhir ini yang mereka maksudkan. Dan jelas bahwa mereka sengaja menterjemahkan Ibr 1:6 sedemikian rupa, sehingga tidak menunjukkan bahwa para malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus.
Tetapi, ada 2 alasan kuat yang membuktikan kesalahan terjemahan NWT ini:

a.   Kata ‘menyembah’ dalam Ibr 1:6 berasal dari kata dasar PROSKUNEO, yang artinya memang ‘menyembah’. Ini juga kata Yunani yang sama seperti yang digunakan dalam Mat 4:9-10. Dalam Mat 4:9-10 NWT menterjemahkan ‘worship’ [= menyembah]. Mengapa dalam Ibr 1:6 tidak demikian? Ini lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran NWT dalam mengubah terjemahan seenaknya sendiri!

b.   Ibrani 1:6 itu merupakan kutipan dari Perjanjian Lama, yaitu Maz 97:7, yang merupakan perintah bagi para malaikat untuk menyembah YAHWEH. Dan karena itu, jelas bahwa dalam Ibr 1:6 harus digunakan istilah ‘menyembah’.

Maz 97:1-7 - “(1) TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! (2) Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhtaNya. (3) Api menjalar di hadapanNya, dan menghanguskan para lawanNya sekeliling. (4) Kilat-kilatNya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar. (5) Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. (6) Langit memberitakan keadilanNya, dan segala bangsa melihat kemuliaanNya. (7) Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepadaNya.
Catatan:
·         Saya mengutip mulai ay 1, supaya saudara bisa melihat kontextnya, yang jelas membicarakan TUHAN / YAHWEH (ay 1,5).
·         Kitab Suci Indonesia salah terjemahan karena menterjemahkan bagian akhir dari ay 7 (yang saya garis bawahi) bukan sebagai perintah, tetapi sebagai pernyataan biasa. RSV sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia. Bandingkan dengan KJV, yang menterjemahkan bagian itu sebagai kalimat perintah.
KJV: ‘worship him, all ye gods’ [= sembahlah Dia, kamu semua allah-allah]. NIV/NASB » KJV.
·         Siapa yang disebut ‘allah-allah’ ini?
Ada yang menganggap bahwa kata ‘allah-allah’ dalam ay 7b ini menunjuk kepada dewa-dewa dalam ay 7a.
A. H. Strong: “Ann. Par. Bible: Although the deities of the heathen have no positive existence, they are described in Scripture as if they had, and are resresented as bowing down before the majesty of Jehovah.” [= Ann. Par Bible: Sekalipun allah-allah dari orang kafir tidak mempunyai keberadaan yang positif, tetapi dalam Kitab Suci mereka digambarkan seakan-akan mereka mempunyai keberadaan, dan digambarkan sebagai membungkuk / menyembah di depan keagungan Yehovah.] - ‘Systematic Theology’, hal 307.
Tetapi saya berpendapat bahwa kata ‘gods’ [= allah-allah] dalam ay 7 ini jelas menunjuk kepada malaikat-malaikat, karena terlihat bahwa dalam mengutip ayat ini, penulis surat Ibrani (yang jelas diilhami oleh Roh Kudus, sehingga tulisannya pasti benar) menterjemahkannya menjadi ‘malaikat-malaikat’. Juga dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke bahasa Yunani), kata ini diterjemahkan ‘malaikat-malaikat’ (A. H. Strong, ‘Systematic Theology’, hal 307).

Jadi, kalau dalam Maz 97:7 malaikat-malaikat diperintahkan untuk menyembah YAHWEH, maka dalam Ibrani 1:6 malaikat-malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus! Semua ini menunjukkan bahwa Yesus memang adalah YAHWEH, dan karena itu Ia harus disembah!
A. H. Strong: “Those who are figuratively and rhetorically called ‘gods’ are bidden to fall down in worship before him who is the true God, Jesus Christ.” [= Mereka yang secara kiasan dan rhetorik disebut ‘allah-allah’ diperintahkan untuk jatuh / tersungkur dalam penyembahan di hadapanNya yang adalah Allah yang benar / sejati, Yesus Kristus.] - ‘Systematic Theology’, hal 307.

A. H. Strong menceritakan bahwa seorang yang bernama Charles Lamb, pada waktu bersama dengan beberapa temannya berkhayal tentang orang-orang besar yang hidup kembali. Lalu ada pertanyaan: Bagaimana jika Kristus memasuki ruangan ini? Ia menjawab: “if Shakespere entered, we should all rise; if He appeared, we must kneel.” [= jika Shakespeare masuk, kita semua harus berdiri; jika Ia muncul, kita harus berlutut.] - ‘Systematic Theology’, hal 312.

2.   Maz 2:11-12a - “(11) Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan gemetar, (12) supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murkaNya menyala.”.
Kitab Suci Indonesia terjemahannya kacau (demikian juga dengan RSV), khususnya kata ‘kaki’ yang saya garis bawahi! Seharusnya adalah ‘Anak’, yang jelas menunjuk kepada Yesus!
KJV: ‘(11) Serve the LORD with fear, and rejoice with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry, and ye perish from the way, when his wrath is kindled but a little’ [= (11) Layanilah / beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah, dan kamu binasa dari jalan, pada waktu murkaNya dinyalakan sedikit saja].

NIV: ‘(11) Serve the LORD with fear and rejoice with trembling. (12) Kiss the Son, lest he be angry and you be destroyed in your way, for his wrath can flare up in a moment [= (11) Layanilah / Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Ciumlah Anak, supaya Ia jangan marah dan kamu dibinasakan / dihancurkan di jalanmu, karena murkaNya bisa menyala dalam sekejap].
NASB: ‘(11) Worship the LORD with reverence, And rejoice with trembling. (12) Do homage to the Son, lest He become angry, and you perish in the way, For His wrath may soon be kindled [= Beribadahlah / sembahlah TUHAN dengan hormat / takut, Dan bersukacitalah dengan gemetar. (12) Sembahlah / hormatilah Anak, supaya Ia jangan marah, dan kamu binasa di jalan, Karena murkaNya bisa menyala dengan cepat].
NWT: “Kiss the son” [= Ciumlah anak / putra].

Mengapa Kitab Suci Indonesia / KJV / NIV menterjemahkan ‘Ciumlah’ / ‘Kiss’, tetapi NASB menterjemahkan ‘Do homage’ [= Sembahlah / hormatilah]? Rupanya karena kata ‘cium’ berhubungan dengan penyembahan. Ini terlihat dari beberapa ayat seperti:
a.   Hos 13:2 - “Sekarangpun mereka terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah korban kepadanya!, kata mereka. Baiklah manusia mencium anak-anak lembu!”.
Calvin (tentang Hos 13:2): “by kissing he means by a figure a profession of worship or adoration.” [= dengan ‘mencium’ ia memaksudkan dengan suatu penggambaran suatu pengakuan tentang penyembahan dan pemujaan.] - hal 453.
Dan Calvin lalu memberi contoh ayat lain, dimana kata ‘mencium’ juga diartikan seperti itu, yaitu 1Raja 19:18.
b.   1Raja 19:18 - “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.
c.   Ayub 31:26-28 - “(26) jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, (27) sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.”.
NIV: ‘my hand offered them a kiss of homage’ [= tanganku memberikan mereka ciuman penghormatan / penyembahan].
Catatan: kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mencium’ dalam Ayub 31:27, 1Raja 19:18, Hos 13:2, dan Maz 2:11, berasal dari kata dasar Ibrani yang sama yaitu NASHAQ, yang memang berarti ‘kiss’ [= mencium].

Jadi, kalau dalam Mazmur 2:12 itu diperintahkan supaya kita mencium Anak / Yesus, itu berarti bahwa kita diperintahkan untuk menyembah Dia!

Calvin (tentang Maz 2:11-12): “The term ‘kiss’ refers to the solemn token or sign of honour which subjects were wont to yield to their sovereigns. The sum is, that God is defrauded of his honour if he is not served in Christ.” [= Istilah ‘cium’ menunjuk pada bukti atau tanda penghormatan yang biasanya diberikan oleh orang-orang yang ditundukkan kepada penguasa mereka. Kesimpulannya adalah bahwa Allah diambil kehormatanNya jika Ia tidak disembah dalam Kristus.] - hal 24.

Dan tentang kata-kata selanjutnya dalam Maz 2:12, yang berbunyi ‘supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murkaNya menyala’, Calvin berkata:
“What follows immediately after is a warning to those who despise Christ, that their pride shall not go unpunished; as if he had said, As Christ is not despised without indignity being done to the Father, who hath adorned him with his own glory, so the Father himself will not allow such an invasion of his sacred rights to pass unpunished.” [= Apa yang langsung mengikutinya adalah suatu peringatan kepada mereka yang meremehkan / merendahkan / menghina Kristus, bahwa kesombongan mereka tidak akan lolos dari hukuman; seakan-akan Ia mengatakan: Sebagaimana Kristus tidak dihina tanpa penghinaan dilakukan kepada Bapa, yang telah menghiasi Dia dengan kemuliaanNya sendiri, demikian pula Bapa sendiri tidak akan mengijinkan pelanggaran dari hak-hak yang keramat seperti itu untuk berlalu tanpa dihukum.] - hal 25.

3.   Maz 45:7-12 - “(7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu. (9) Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau; (10) di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. (11) Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! (12) Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.
Catatan: kata ‘kepunyaan’ dalam ay 7 itu seharusnya adalah ‘ya’. Bdk. Ibr 1:8-9.

Bahwa bagian ini berbicara tentang Yesus adalah jelas, karena ay 7-8nya dikutip dalam Ibrani 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Catatan: kata-kata ‘tentang Anak’ oleh KJV diterjemahkan dengan lebih tepat, yaitu ‘unto the Son’ [= kepada Anak].

Kalau saudara sudah yakin bahwa Maz 45 itu berbicara tentang Yesus, sekarang perhatikan Maz 45:12, khususnya bagian yang saya garis bawahi itu, yang berbunyi: “dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.
KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou him [= karena ia adalah Tuhanmu; dan sembahlah dia].

NWT: “bow down” [= membungkuklah (untuk menghormat)].
Kata yang digunakan oleh NWT ini sama sekali tidak menunjuk pada penyembahan, tetapi hanya menunjuk pada penghormatan. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa NWT membengkokkan terjemahannya, karena kata Ibrani yang diterjemahkan ‘sembah’ / ‘sujud’ di sini adalah kata yang sama dengan yang digunakan dalam Kej 24:26, yang menunjukkan hamba Abraham menyembah TUHAN. Jadi jelas bahwa Maz 45:12 ini memerintahkan penyembahan, bukan sekedar penghormatan, terhadap Yesus!

Tetapi kepada siapa perintah untuk sujud dalam Maz 45:12 itu diberikan? Kepada ‘permaisuri’ (Maz 45:10) atau ‘puteri’ (Maz 45:11), yang menunjuk kepada ‘Gereja’, karena ‘Gereja’ memang adalah ‘pengantin’ dari Kristus (bdk. Ef 5:23-32  2Kor 11:2  Wah 21:2,9  Wah 22:17)! Jadi, Maz 45:12 ini merupakan perintah yang ditujukan kepada Gereja untuk menyembah / sujud kepada Kristus!

W. S. Plumer: “If the worship which are commanded to render to Jesus Christ (v. 11) does not establish his divinity, how can any man establish the divinity of the Father or his claim to religious homage?” [= Jika penyembahan yang diperintahkan untuk diberikan kepada Yesus Kristus (ay 12) tidak membuktikan keilahianNya, bagaimana seseorang bisa membuktikan keilahian dari Bapa atau claimNya terhadap / untuk penghormatan agamawi?] - hal 521.

b)   Kitab Suci menubuatkan penyembahan terhadap Yesus.

1.   Daniel 7:13-14 - “(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya. (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”.
Calvin memberikan beberapa penjelasan tentang ayat ini:
a.   Tentang ‘seorang seperti anak manusia’ (ay 13a) itu, Calvin berkata (hal 40) bahwa tidak diragukan bahwa ini menunjuk kepada Kristus. Tetapi mengapa ada kata ‘seperti’? Calvin berkata (hal 41) bahwa digunakan kata ‘seperti’ karena ini ada pada jaman Perjanjian Lama dimana kemanusiaan Yesus itu belum ada / Yesus belum berinkarnasi sebagai manusia.
b.   Tentang kata-kata ‘diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan’, Calvin mengatakan (hal 44) bahwa ini tidak berkenaan dengan Kristus sebagai Allah, tetapi Kristus sebagai Pengantara / sebagai manusia.
c.   Tentang bagian yang menunjukkan bahwa semua orang akan ‘mengabdi’ [NIV: ‘worshiped’ {= menyembah}; KJV/RSV/NASB/NWT: ‘serve’ {= melayani / beribadah}] kepadanya (ay 14b), Calvin mengatakan (hal 43) bahwa ini membuktikan bahwa Kristus betul-betul adalah Allah, karena Allah tidak mungkin memberikan kemuliaanNya kepada yang lain.
Yesaya 42:8 - “Aku ini TUHAN, itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain atau kemasyhuranKu kepada patung.”.

2.   Filipi 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Jadi, pada akhir jaman, semua lutut akan bertelut, dan segala lidah akan mengaku, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan! Orang-orang percaya akan melakukan dengan sukarela dan dengan sukacita, orang-orang yang tidak percaya, termasuk Saksi-Saksi Yehuwa, akan melakukan dengan terpaksa, dan tanpa ada gunanya (mereka tetap tidak diselamatkan).

Bandingkan text ini dengan:

a.   Yes 45:23 - “Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulutKu telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa,” (Walter Martin, hal 89).

b.   Ro 14:8-12 (ay 11nya mengutip dari Yes 45:23) - “(8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. (10) Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. (11) Karena ada tertulis: ‘Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu dan semua orang akan memuliakan Allah.’ (12) Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”.
Dalam ay 9nya Paulus berbicara tentang Kristus yang menjadi Tuhan atas orang-orang mati maupun orang-orang hidup. Lalu dalam ay 10nya Paulus berbicara tentang penghakiman Allah. Jelas bahwa ia mau menekankan Kristus sebagai Hakim (bdk. Yoh 5:22 - “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak”). Dan dalam ay 11 Paulus lalu mengutip Yes 45:23. Jelas bahwa ia mengutip ayat itu dan menerapkannya kepada Kristus.

Calvin, dalam tafsirannya tentang Roma 14:11 ini, mengatakan (hal 502) bahwa pada akhir jaman nanti semua musuh-musuh Kristus akan tersungkur di bawah kakiNya dan menjadi tumpuan kakiNya (bdk. Mazmur 110:1  Matius 22:44  Kis 2:35  Ibr 1:13  Ibrani 10:13).

Calvin lalu menambahkan: “This is also a remarkable passage for the purpose of confirming our faith in the eternal divinity of Christ: for it is God who speaks here, and the God who has once for all declared, that he will not give his glory to another. (Is. 42:8.) Now if what he claims here to himself alone is accomplished in Christ, then doubtless he in Christ manifests himself.” [= Ini juga merupakan suatu text yang luar biasa untuk meneguhkan iman kita dalam keilahian kekal dari Kristus: karena adalah Allah yang berbicara di sini, dan Allah yang telah menyatakan sekali untuk selamanya, bahwa Ia tidak akan memberikan kemuliaanNya kepada orang lain (Yes 42:8). Sekarang jika apa yang Ia claim di sini hanya bagi diriNya sendiri dicapai dalam Kristus, maka tidak diragukan bahwa Ia menyatakan diriNya sendiri dalam Kristus.] - hal 502.

Perhatikan bahwa Yesaya 45:23 dan Roma 14:11 menyatakan bahwa semua orang akan bertekuk lutut di hadapan Allah, sedangkan Fil 2:9-11 menyatakan bahwa semua orang akan bertekuk lutut di hadapan Kristus.

Calvin, yang beranggapan bahwa baik Fil 2:9-11 maupun Ro 14:11 berhubungan dengan atau bahkan mengutip dari Yes 45:23, lalu menyimpulkan: “From this, however, we infer that Christ is that eternal God who spoke by Isaiah.” [= Dari sini, bagaimanapun, kami menyimpulkan bahwa Kristus adalah Allah yang kekal itu yang berbicara melalui Yesaya.] - ‘Commentary on the Epistle of the Philippians’, hal 63.

c)   Kitab Suci menunjukkan fakta bahwa Yesus disembah, dan Yesus mau menerima penyembahan tersebut.

1.   Dalam Kitab Suci sendiri ada beberapa kasus dimana Yesus disembah.

a.         Di dunia.
·         Mat 2:2,11 - “(2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ ... (11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”.
Kalau Yesus bukan Allah, maka:
*        rencana penyembahan terhadapNya dalam diri orang-orang Majus (ay 2), merupakan suatu dosa. Seharusnya Tuhan menghukum mereka karena ‘niat jahat’ mereka! Tetapi mengapa ternyata Tuhan justru memimpin mereka dengan menggunakan Firman Tuhan dari imam-imam dan ahli-ahli Taurat (ay 4-6), dan juga dengan bintang lagi (ay 9), sampai mereka menemukan bayi Yesus, sehingga mereka lalu betul-betul menyembahNya (ay 11)?
*        penyembahan terhadap Yesus yang baru dilakukan oleh orang-orang Majus merupakan suatu pemberhalaan / dosa. Tetapi mengapa para orang Majus yang menyembah Yesus ini bukannya dihukum, tetapi sebaliknya diberi pimpinan oleh Tuhan melalui mimpi, untuk tidak kembali kepada Herodes (ay 12)?
Jelas bahwa Allah berkenan dengan penyembahan yang mereka lakukan terhadap Yesus, dan itu menunjukkan bahwa Yesus memang adalah Allah.
·         Matius 8:2 - “Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepadaNya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.’”.
·         Matius 9:18 - “Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’”.
·         Matius 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
·         Matius 15:25 - “Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: ‘Tuhan, tolonglah aku.’”.
·         Matius 17:14 - “Ketika Yesus dan murid-muridNya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah,”.
·         Matius 20:20 - “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya.”.
·         Mat 28:9,17 - “(9) Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya. ... (17) Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.”.
·         Yohanes 9:38 - “Katanya: ‘Aku percaya, Tuhan!’ Lalu ia sujud menyembahNya.”.
·         Luk 24:51-52 - “(51) Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. (52) Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.”.
Baik Yesus maupun Kitab Suci, tidak pernah menyalahkan orang-orang yang menyembah Yesus ini!

b.         Di surga.
Wahyu 5:6-14 - “(6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. (7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.’ (11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, (12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ (14) Dan keempat makhluk itu berkata: ‘Amin’. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah.”.
Kata ‘tersungkurlah’ dalam ay 8 oleh TDB diterjemahkan ‘sujud’, dan kata-kata ‘jatuh tersungkur dan menyembah’ dalam ay 14 oleh TDB diterjemahkan ‘sujud dan menyembah’.
Jelas bahwa ‘Anak Domba’ itu menunjuk kepada Yesus, dan karena itu text ini menunjukkan dengan jelas bahwa Yesus dimuliakan dan disembah, di surga!

Philip Schaff: “Christ cannot be a proper object of worship, as he is represented in Scripture and has always been regarded in the Church, without being strictly divine. To worship a creature is idolatry.” [= Kristus tidak bisa merupakan obyek penyembahan yang benar, sebagaimana Ia digambarkan dalam Kitab Suci dan sebagaimana Ia selalu dianggap dalam Gereja, kalau Ia bukan Allah dalam arti yang ketat. Menyembah suatu ciptaan adalah penyembahan berhala.] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 662.

2.   Yesus menerima penyembahan tersebut.
Kalau saudara membaca ayat-ayat di atas dimana Yesus disembah, maka Yesus bukannya menegur orang-orang yang menyembah diriNya itu, atau menolak penyembahan mereka, tetapi sebaliknya, Yesus mau menerima penyembahan tersebut, padahal Ia sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah.
Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

Saksi-Saksi Yehuwa rupanya bingung bagaimana menafsirkan ayat-ayat dimana Yesus disembah seperti dalam Mat 14:33, dan juga Ibr 1:6, dimana malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus, padahal Yesus sendiri berkata dalam Mat 4:10 bahwa kita hanya boleh menyembah Allah. Juga perlu diperhatikan bahwa dalam semua ayat-ayat ini kata Yunani yang diterjemahkan ‘menyembah’ adalah sama, yaitu PROSKUNEO.

Dan mereka lalu berkata tentang Mat 4:10 sebagai berikut: “kita harus mengerti bahwa ini adalah pro-skyne’o dengan sikap hati dan pikiran tertentu yang harus ditujukan hanya kepada Allah saja.” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 434.

Komentar saya: Ini jelas merupakan penafsiran yang seenaknya sendiri, yang jelas-jelas memutar-balikkan Kitab Suci, dan merupakan suatu tindakan memperkosa ayat Kitab Suci!

Mungkin untuk membenarkan usahanya, mereka juga mengatakan (hal 433) bahwa kata Yunani yang sama digunakan dalam Septuaginta (Perjanjian Lama yang berbahasa Yunani) dalam Kej 23:7 dan 1Raja 1:23, padahal dalam kedua ayat ini tindakan menyembah itu dilakukan bukan terhadap Allah, tetapi terhadap manusia. Untuk menjawab ini perlu diketahui bahwa pada jaman Perjanjian Lama, kata-kata Yesus dalam Mat 4:10 itu belum ada, dan karena itu dalam jaman Perjanjian Lama kita sering menjumpai manusia yang menyembah manusia. Tetapi sejak Yesus mengucapkan Mat 4:10, maka hal itu dilarang. Karena itu Petrus menolak sembah dari Kornelius (Kis 10:25-26), dan Paulus dan Barnabas juga menolak sembah dari orang banyak (Kis 14:11-18) dan malaikat menolak sembah dari rasul Yohanes (Wah 19:10  Wah 22:8-9).

Mungkin mereka akan berkata: bukankah kata-kata Yesus dalam Mat 4:10 itu dikutip dari Perjanjian Lama? Jadi bukankah itu sudah ada pada jaman Perjanjian Lama?
Jawaban saya: kata-kata Yesus itu memang dikutip dari Perjanjian Lama, yaitu dari Ul 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah.”.
Sekarang bandingkan dengan Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
Jadi, kalau dalam Ul 6:13 tidak ada kata ‘hanya’ (tetapi jelas ada secara implicit, karena TUHAN / YAHWEH hanya ada satu - Ul 6:4), maka waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus memberi kata ‘hanya’ itu secara explicit.
Catatan: dalam terjemahan NIV, Ul 6:13 mengandung kata ‘only’ [= hanya], tetapi sebetulnya kata itu tidak ada. Dalam NASB juga diberi kata ‘only’, tetapi kata itu dicetak dengan huruf miring untuk menandakan bahwa kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya. Dalam KJV dan RSV kata ‘only’ itu tidak ada.

3.   Bandingkan penyembahan terhadap Yesus dan penerimaan Yesus terhadap sembah itu, dengan:
a.   Rasul-rasul yang menolak sembah (Kis 10:25-26  Kis 14:14-18).
Kis 10:25-26 - “(25) Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. (26) Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: ‘Bangunlah, aku hanya manusia saja.’”.
Kis 14:14-18 - “(14) Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: (15) ‘Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (16) Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, (17) namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.’ (18) Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan korban kepada mereka.”.
b.   Malaikat, yang juga menolak sembah, dan berusaha mengalihkan penyembahan itu kepada Allah (Wah 19:10  Wah 22:8-9).
Wah 19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.’”.
Wah 22:8-9 - “(8) Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya. (9) Tetapi ia berkata kepadaku: ‘Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!’”.
c.   Herodes, yang karena mau menerima penghormatan ilahi, lalu dihukum mati oleh Allah (Kis 12:20-23).
Kis 12:20-23 - “(20) Herodes sangat marah terhadap orang Tirus dan Sidon. Atas persetujuan bersama mereka pergi menghadap dia. Mereka berhasil membujuk Blastus, pegawai istana raja, ke pihak mereka, lalu mereka memohonkan perdamaian, karena negeri mereka beroleh bahan makanan dari wilayah raja. (21) Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. (22) Dan rakyatnya bersorak membalasnya: ‘Ini suara allah dan bukan suara manusia!’ (23) Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing..

Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?

6)   Yesus adalah malaikat Mikhael.
1Tesalonika 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;”.
Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.

Kedua ayat ini, dan beberapa ayat lain, dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengajarkan bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael.
Saksi-Saksi Yehuwa berkata:
“Mikhael berarti ‘Siapa Seperti Allah?’ Nama itu jelas menyatakan Mikhael sebagai pribadi yang mengambil pimpinan dalam menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan musuh-musuh Allah.
Di 1Tesalonika 4:16, perintah Yesus Kristus berkenaan mulainya kebangkitan digambarkan sebagai ‘seruan penghulu malaikat,’ dan Yudas 9 mengatakan bahwa penghulu malaikat ialah Mikhael. Apakah patut untuk menyamakan perintah Yesus dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah kekuasaannya? Jadi, masuk akal bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah Yesus Kristus. (Menarik sekali, ungkapan ‘penghulu malaikat’ tidak pernah dalam bentuk jamak dalam Alkitab, sehingga menunjukkan bahwa hanya ada satu.)
Wahyu 12:7-12 mengatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikatnya akan berperang melawan Setan dan mencampakkan dia beserta malaikat-malaikatnya yang jahat dari surga sehubungan dengan pemindahan kekuasaan sebagai raja kepada Kristus. Yesus belakangan digambarkan memimpin bala tentara surgawi dalam peperangan melawan bangsa-bangsa di dunia. (Why. 19:11-16) Tidakkah masuk akal bahwa Yesus juga pribadi yang akan mengambil tindakan melawan oknum yang ia gambarkan sebagai ‘penguasa dunia ini,’ Setan si Iblis? (Yoh. 12:31)
Daniel 12:1 menghubungkan ‘munculnya Mikhael’ yang akan bertindak dengan penuh kuasa, dengan ‘suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu.’ Hal itu tentu cocok dengan pengalaman bangsa-bangsa ketika Kristus sebagai pelaksana surgawi mengambil tindakan terhadap mereka. Jadi bukti menunjukkan bahwa Putra Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum datang ke bumi dan juga dikenal dengan nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia tinggal sebagai Putra rohani Allah yang dimuliakan - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 436-437.

Jawaban kita:

a)   Mereka mengambil kesimpulan seenaknya sendiri dari nama ‘Mikhael’.
Dari nama ‘Mikhael’, yang artinya ‘Siapa seperti Allah?’, mereka meloncat pada kesimpulan (entah dari mana) bahwa Mikhael adalah pribadi yang mengambil pimpinan dalam menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan musuh-musuh Allah.
Untuk jelasnya saya kutip ulang bagian itu. Mereka berkata: “Mikhael berarti ‘Siapa Seperti Allah?’ Nama itu jelas menyatakan Mikhael sebagai pribadi yang mengambil pimpinan dalam menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan musuh-musuh Allah.”.
Coba perhatikan, apakah kesimpulan itu masuk akal? Saya sendiri sama sekali tidak bisa melihat bagaimana dari arti nama ‘Mikhael’ lalu bisa disimpulkan seperti itu. Dan kalau cara menyimpulkannya seperti itu, hal yang sama bisa didapatkan dari nama malaikat yang lain yaitu ‘Gabriel’, yang artinya ‘God is powerful’ [= Allah itu kuat] atau ‘man / hero of God’ [= manusia / pahlawan dari Allah].

b)   1Tes 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi(1), yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru(2) dan sangkakala Allah berbunyi(3), maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga(4) dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit(5).

Sekarang nilailah sendiri apakah kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas benar atau tidak. Untuk mudahnya kata-kata itu saya kutip lagi. Mereka berkata: Di 1Tesalonika 4:16, perintah Yesus Kristus berkenaan mulainya kebangkitan digambarkan sebagai ‘seruan penghulu malaikat,’ ... Apakah patut untuk menyamakan perintah Yesus dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah kekuasaannya? Jadi, masuk akal bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah Yesus Kristus..

Dari mana mereka bisa mengatakan bahwa dalam 1Tes 4:16 itu, ‘perintah Yesus Kristus berkenaan dengan mulainya kebangkitan’ digambarkan sebagai ‘seruan penghulu malaikat’? Dari mana mereka bisa mengatakan bahwa ‘perintah Yesus’ itu disamakan dengan ‘seruan penghulu malaikat’ itu?
Dalam 1Tes 4:16 itu, Paulus hanya mengatakan bahwa pada saat itu terjadi 5 hal, yaitu:
1.   Pemberian tanda.
2.   Penghulu malaikat berseru.
3.   Sangkakala Allah berbunyi.
4.   Tuhan sendiri akan turun dari sorga.
5.   Mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit.

Tetapi dalam 1Tes 4:16 itu, Paulus tidak menyamakan / mengidentikkan yang manapun dari ke 5 hal tersebut, dan juga tidak menggambarkan hal yang satu dengan hal yang lainnya dari kelima hal tersebut.

Sebaliknya, 1Tes 4:16 itu justru membedakan antara ‘seruan penghulu malaikat (Mikhael) (no 2) dengan ‘turunnya Tuhan (Yesus) dari surga’ (no 4), dan dengan demikian secara implicit juga membedakan penghulu malaikat Mikhael dengan Yesus. Perbedaan ini terlihat dengan lebih jelas dalam terjemahan NIV yang saya berikan di bawah ini.
NIV: For the Lord himself will come down from heaven, with a loud command, with the voice of the archangel and with the trumpet call of God, and the dead in Christ will rise first [= Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga, dengan perintah yang keras, dengan suara dari penghulu malaikat dan dengan panggilan sangkakala dari Allah, dan orang-orang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dulu].
Jadi, hal terutama yang dibicarakan oleh ayat ini adalah turunnya Tuhan Yesus dari surga, dan hal ini disertai dengan beberapa hal lain, yaitu:
·         perintah yang keras.
·         suara dari penghulu malaikat.
·         panggilan sangkakala dari Allah.
·         kebangkitan orang-orang yang mati dalam Kristus.

Betul-betul lucu kalau dari satu ayat yang menunjukkan adanya 2 hal yang terjadi pada satu saat, mereka lalu mengidentikkan kedua hal tersebut, tetapi dari banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan secara explicit bahwa Yesus adalah Allah dan Tuhan, mereka tetap berkelit dengan segala macam cara, dan tidak mau mengakui Yesus sebagai Tuhan / Allah.

Juga, kalau dari 1Tes 4:16 itu Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus identik dengan malaikat Mikhael, mengapa mereka tidak dengan cara yang sama mengidentikkan malaikat Mikhael dengan Allah? Karena bukankah dalam ayat itu juga disebutkan adanya ‘sangkakala Allah’ / ‘panggilan sangkakala dari Allah’ (NIV), yang juga terjadi pada saat yang sama? Mengapa mereka tidak berkata: Di 1Tes 4:16, panggilan sangkakala Allah digambarkan sebagai ‘seruan penghulu malaikat,’ ... Apakah patut untuk menyamakan panggilan sangkakala Allah dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah kekuasaannya? Jadi, masuk akal bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah Allah / Yehuwa..

c)   Saksi-Saksi Yehuwa mengidentikkan 2 pemimpin dari 2 peperangan yang berbeda.
Perhatikan kata-kata mereka sebagai berikut: “Wahyu 12:7-12 mengatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikatnya akan berperang melawan Setan dan mencampakkan dia beserta malaikat-malaikatnya yang jahat dari surga sehubungan dengan pemindahan kekuasaan sebagai raja kepada Kristus. Yesus belakangan digambarkan memimpin bala tentara surgawi dalam peperangan melawan bangsa-bangsa di dunia. (Why. 19:11-16) Tidakkah masuk akal bahwa Yesus juga pribadi yang akan mengambil tindakan melawan oknum yang ia gambarkan sebagai ‘penguasa dunia ini,’ Setan si Iblis? (Yoh. 12:31)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 437.

Bukankah ini merupakan suatu kelucuan? Hanya karena ada 2 peperangan / pertempuran, dimana yang satu dipimpin Mikhael dan yang satunya dipimpin oleh Yesus, mereka lalu mengidentikkan Yesus dengan Mikhael. Padahal kalau kita melihat kedua peperangan ini, jelas ini adalah dua peperangan yang berbeda. Mikhael memimpin dalam berperang melawan setan (Wah 12:7-12), sedangkan Yesus memimpin dalam perang melawan manusia / bangsa-bangsa di dunia (Wah 19:11-16). Perhatikan bagian-bagian yang saya saya garis bawahi dari kutipan di atas maupun dari kedua text di bawah ini.

Wah 12:7-12 - “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. (11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (12) Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.’”.
Wah 19:11-16 - “(11) Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: ‘Yang Setia dan Yang Benar’, Ia menghakimi dan berperang dengan adil. (12) Dan mataNya bagaikan nyala api dan di atas kepalaNya terdapat banyak mahkota dan padaNya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. (13) Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan namaNya ialah: ‘Firman Allah.’ (14) Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. (15) Dan dari mulutNya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. (16) Dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama, yaitu: ‘Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.’”.

Mikhael memang mungkin adalah pemimpin para malaikat dalam pertempuran melawan setan dan anak buahnya, tetapi Mikhael tetap adalah bawahan dari Yesus. Kalau mau dianalogikan dengan suatu negara, maka ia adalah panglima tentara, sedangkan Yesus adalah presidennya / rajanya!

Juga, kalau mau mengidentikkan dengan serampangan seperti itu, mengapa Saksi-Saksi Yehuwa tidak membandingkan kedua text di atas dengan Zakh 14:3-5 di bawah ini, dan lalu mengatakan bahwa malaikat Mikhael adalah Yehuwa, atau bahwa Yesus adalah Yehuwa?
Zakh 14:3-5 - “(3) Kemudian TUHAN (YAHWEH) akan maju berperang melawan bangsa-bangsa itu seperti Ia berperang pada hari pertempuran. (4) Pada waktu itu kakiNya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan. (5) Maka tertutuplah lembah gunung-gunungKu, sebab lembah gunung itu akan menyentuh sisinya; dan kamu akan melarikan diri seperti kamu pernah melarikan diri oleh karena gempa bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda. Lalu TUHAN, Allahku, akan datang, dan semua orang kudus bersama-sama Dia.”.

d)   Sekarang tentang kata-kata mereka sebagai berikut: “Daniel 12:1 menghubungkan ‘munculnya Mikhael’ yang akan bertindak dengan penuh kuasa, dengan ‘suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu.’ Hal itu tentu cocok dengan pengalaman bangsa-bangsa ketika Kristus sebagai pelaksana surgawi mengambil tindakan terhadap mereka. Jadi bukti menunjukkan bahwa Putra Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum datang ke bumi dan juga dikenal dengan nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia tinggal sebagai Putra rohani Allah yang dimuliakan - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 437.

Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu”.

Ini juga sangat menggelikan. Kalau munculnya Mikhael terjadi pada saat yang sama dengan tindakan Yesus Kristus terhadap bangsa-bangsa, itu tidak berarti bahwa Mikhael adalah Yesus.

Dari pembahasan dalam point a, b, dan c, ini terlihat bahwa hanya karena dua peristiwa terjadi bersamaan, yang satu dilakukan oleh Yesus dan yang lain oleh Mikhael, maka Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael. Ini jelas merupakan suatu kesimpulan yang tidak berdasar.
Dengan cara yang sama saya bisa mengatakan bahwa Allah adalah setan, karena setan menyerang / mencobai Ayub, dan Allah menguji Ayub, pada saat yang sama!

Dari sini terlihat bahwa kalau Saksi-Saksi Yehuwa memang mau mempercayai suatu ajaran, maka dengan mudahnya mereka menyimpulkan ayat-ayat sehingga mendukung ajaran mereka. Sebaliknya kalau mereka memang tidak mau mempercayai suatu ajaran, misalnya tentang keilahian Yesus, maka tidak peduli betapapun banyaknya ayat-ayat yang mendukung hal itu, mereka tetap menolaknya / berkelit dengan segala macam cara. Memang, seperti dikatakan seseorang: ‘Tidak ada yang lebih buta dari orang yang tidak mau melihat’!

e)         Malaikat Mikhael bukan ‘Allah’ ataupun ‘suatu allah’!
Ini merupakan ajaran yang kacau balau dari Saksi Yehuwa. Mereka percaya bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’, tetapi juga bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael. Bagaimana mungkin mereka menyamakan malaikat dengan ‘suatu allah’?

f)    Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa malaikat bisa mencipta, baik Mikhael ataupun malaikat yang lain. Tetapi Yesus digambarkan sebagai Pencipta segala sesuatu (Yoh 1:3,10  Kol 1:15-17  Ibr 1:10).

g)   Malaikat Mikhael itu harus mempunyai sifat maha ada untuk bisa menggenapi janji-janji Yesus di bawah ini:
1.   Mat 18:20 - “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.
2.   Mat 28:20 - “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
3.   Yoh 14:23 - “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.”.

h)  Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, maka itu berarti nanti pada akhir jaman, yang akan menjadi Hakim adalah seorang malaikat! Ini sangat tidak alkitabiah dan tidak masuk akal, karena:
1.   Untuk bisa menjadi Hakim pada akhir jaman, maka orang itu harus maha tahu, maha adil, dan sebagainya, dan karena itu Hakim itu harus adalah Allah.
2.   Kitab Suci berbicara tentang takhta pengadilan Allah dan takhta pengadilan Kristus (Ro 14:10  2Kor 5:10). Mengapa Kitab Suci tidak pernah berbicara tentang takhta pengadilan malaikat / Mikhael?
3.   Dengan demikian, nanti kita akan dihakimi oleh seorang malaikat, padahal dalam 1Kor 6:3 dikatakan bahwa kita (orang-orang percaya) yang akan menghakimi malaikat-malaikat, dan bukan malaikat yang akan menghakimi kita.
1Kor 6:3 - “Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat?”.
Catatan: Calvin menganggap ‘malaikat’ di sini adalah ‘malaikat yang jatuh’ / ‘setan’.

i)    Ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang membedakan, dan bahkan mengkontraskan, Yesus dengan para malaikat.

1.   Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan tentang ayat ini:
Kalau ‘Anak’ / ‘Yesus’ adalah malaikat, maka setelah Yesus mengatakan kata-kata ‘malaikat-malaikat di sorga tidak’, Ia tidak perlu menambahkan kata-kata ‘dan Anakpun tidak’. Bahwa Ia menambahkan kata-kata itu, membuktikan bahwa Ia bukan malaikat!

2.   Ibr 1:3b-14 jelas mengkontraskan Yesus dengan malaikat-malaikat. Mari kita perhatikan ayat-ayatnya satu per satu.

a.   Ibr 1:3b-4 - “(3b) Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, (4) jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka.”.
Text ini secara jelas mengkontraskan Yesus dengan para malaikat, dan meninggikan Yesus jauh di atas para malaikat.

b.   Ibr 1:5 - “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu?’”.
Ayat ini menyatakan secara jelas bahwa dari antara para malaikat, tidak ada yang pernah disebut sebagai ‘AnakKu’ oleh Allah. Padahal sebutan itu digunakan oleh Bapa terhadap Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus bukan malaikat!
Memang dalam Ayub 1:6 dan Ayub 2:1 malaikat-malaikat disebut ‘anak-anak Allah’, tetapi berdasarkan Ibr 1:5 ini, kita harus menafsirkan bahwa kata ‘anak’ digunakan dalam arti yang berbeda, pada waktu diterapkan kepada Yesus dan pada waktu diterapkan kepada malaikat-malaikat (demikian juga kalau kata itu diterapkan kepada kita). Karena itu untuk Yesus sering ditambahkan kata ‘Tunggal’ (Anak Allah yang Tunggal).

c.   Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Ayat ini memerintahkan semua malaikat untuk menyembah Yesus. Kalau Yesus sendiri adalah malaikat, bahkan kalau Ia adalah penghulu malaikat, bagaimana mungkin Allah menyuruh malaikat-malaikat yang lain menyembah Dia? Apakah para malaikat harus menyembah penghulu malaikat? Disamping itu, kata ‘semua’ menunjukkan bahwa malaikat Mikhael juga ikut diperintahkan untuk menyembah. Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, itu berarti Ia harus menyembah diriNya sendiri.

d.   Ibr 1:7-12 - “(7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan pelayan-pelayanNya menjadi nyala api.’ (8) Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.’”.
Dalam text ini lagi-lagi Yesus dikontraskan dengan para malaikat. Para malaikat disebut sebagai ‘pelayan-pelayan’ dalam ay 7, tetapi Yesus disebut ‘Anak’, ‘Allah’, dan dikatakan mempunyai ‘takhta’, dan mempunyai ‘tongkat kerajaan’ (ay 8), dan juga disebut sebagai ‘Tuhan’ (ay 10), yang menciptakan segala sesuatu (ay 10), yang bersifat kekal (ay 11,12), dan yang akan menghancurkan segala sesuatu (ay 12). Dengan adanya pengontrasan yang begitu menyolok antara Yesus dan para malaikat, hanya orang yang memang mau membutakan dirinya sendiri yang bisa mengatakan bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael.

e.   Ibr 1:13 - “Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu?’”.
Bandingkan Ibr 1:13 itu dengan Maz 110:1, Mat 22:41-46, dan Ibr 10:13 yang menunjukkan bahwa kata-kata yang tidak pernah diucapkan kepada malaikat-malaikat itu, ternyata diucapkan kepada Yesus.
·         Mazmur 110:1 - “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.
Bahwa yang disebut ‘tuanku’ dalam Maz 110:1 ini adalah Yesus terlihat dari Mat 22:41-46 di bawah ini.
·         Mat 22:41-46 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’ (46) Tidak ada seorangpun yang dapat menjawabNya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepadaNya.”.
·         Ibr 10:12-13 - “(12) Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, (13) dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuhNya akan dijadikan tumpuan kakiNya.”.
Semua ini jelas menunjukkan bahwa Yesus bukanlah malaikat.

f.    Ibrani 1:14 - “Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?”.
Dalam Ibr 1:14 lagi-lagi ada kata ‘semua’. Jadi, kata-kata ini pasti juga berlaku untuk malaikat Mikhael. Dan mirip dengan dalam Ibr 1:7, di sini malaikat-malaikat lagi-lagi disebut sebagai pelayan. Tetapi kalau dalam Ibr 1:7 itu malaikat-malaikat disebut sebagai pelayan-pelayanNya (Tuhan), maka di sini malaikat-malaikat disebut sebagai pelayan-pelayan dari orang-orang yang harus memperoleh keselamatan.
Ayat ini lagi-lagi menunjukkan bahwa malaikat Mikhael tidak sama dengan Yesus.

3.   Ibr 2:5,8-9 - “(5) Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. ... (8) segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kakiNya.’ Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepadaNya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepadaNya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepadaNya. (9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”.
Kontext (ay 8b-9) jelas menunjukkan bahwa kata ‘Nya’ yang saya garis bawahi itu menunjuk kepada Yesus. Jadi, kalau dalam ay 5nya dikatakan bahwa Allah tidak menaklukkan dunia yang akan datang kepada malaikat-malaikat, maka dalam ay 8a-nya dikatakan bahwa segala sesuatu ditaklukkan di bawah kaki Yesus. Ini jelas menunjukkan Yesus bukanlah malaikat, tetapi lebih tinggi dari malaikat-malaikat.

4.   1Pet 3:21b-22 - “(21b)  ... Yesus Kristus, (22) yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya.”.
Kalau Yesus adalah malaikat, bagaimana ayat ini bisa mengatakan bahwa malaikat-malaikat ditaklukkan kepada Yesus?

Semua ayat-ayat di atas ini menunjukkan secara jelas bahwa Yesus bukan malaikat, dan bahwa Yesus lebih tinggi dari malaikat, bahkan jauh lebih tinggi dari malaikat / penghulu malaikat.

j)    1Pet 1:12b - “... yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan bahwa malaikat-malaikat ingin mengetahui berita Injil! Kita semua tahu bahwa inti dari Injil adalah Yesus Kristus! Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, itu berarti Ia sendiri tidak tahu, dan ingin tahu, apa berita Injil itu! Itu berarti bahwa Yesus tidak tahu tentang diriNya sendiri!

k)   Dalam Ibrani 2:14-17 dikatakan: “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Kata-kata yang saya garis bawahi itu tidak memungkinkan bahwa Yesus adalah malaikat. Karena apa? Karena arti dari text ini adalah sebagai berikut: seandainya Yesus mau menebus dosa malaikat-malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat. Tetapi karena Yesus mau menebus dosa manusia, maka Ia harus menjadi manusia, yang sama seperti kita (kecuali dalam hal dosa).

l)    Dalam Dan 10:13b dikatakan bahwa ‘Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, ...’.
Mikhael cuma dikatakan sebagai ‘salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka’, dan karena itu, kalau ia adalah Yesus, itu berarti bahwa ada banyak pemimpin-pemimpin malaikat yang lain, yang sederajat dengan Yesus! Ini bertentangan dengan ajaran Saksi Yehuwa sendiri yang mengatakan bahwa Yesus adalah:
1.   “nomor dua dalam hal waktu, kuasa, dan pengetahuan” - ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’, hal 14.
2.   “pribadi terbesar kedua di alam semesta ini, di samping Allah sendiri” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 124.

m)  Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, maka Ia mempunyai kekuatan yang setara, atau setidaknya tidak berbeda jauh dengan setan, karena setan juga ex malaikat!
Bahwa malaikat-malaikat memang mempunyai kekuatan yang seimbang dengan setan, terlihat dari:
1.   Dan 10:12-14 - “(12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. (13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. (14) Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’”.
Beberapa penafsir menganggap bahwa yang disebut sebagai ‘pemimpin kerajaan orang Persia’ atau ‘raja-raja orang Persia’ adalah setan, dan saya setuju dengan penafsiran ini. Ini menunjukkan bahwa setan mempunyai kekuatan yang seimbang dengan malaikat, karena pada saat malaikat yang akan menjawab doa Daniel itu dihadang oleh setan, ia tidak bisa melaksanakan tugasnya. Baru setelah Mikhael datang, Mikhael menghadapi ‘pemimpin kerajaan orang Persia’ itu, dan barulah malaikat tadi bisa melanjutkan misinya untuk menjawab doa Daniel. Bahkan Mikhael juga tak terlihat jauh lebih kuat dari pada setan tersebut, karena kalau memang demikian, pasti setan itu kabur secepatnya.
2.   Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.
NIV/NASB: ‘The Lord rebuke you’ [= Tuhan memarahi / menegur engkau].
Ayat ini juga tidak menunjukkan bahwa malaikat Mikhael jauh lebih hebat / kuat dari pada setan, karena setan berani bertengkar dengannya. Dan Mikhael hanya berani berkata (bukan mengusir / menengking): ‘Tuhan menegur engkau!’. Mengapa bukan ia sendiri yang menghardik? Mengapa ia menggunakan nama Tuhan? Yesus tidak pernah melakukan ‘hal selemah ini’!
3.   Wah 12:7-9 - “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.
Memang di sini dikatakan bahwa Mikhael dan malaikat-malaikatnya mengalahkan setan-setan, tetapi perhatikan kata ‘berperang’ yang saya garis bawahi itu. Seandainya kekuatan kedua pihak memang berbeda jauh, maka tidak akan ada peperangan! Kalau Mike Tyson bertanding dengan seorang anak berusia 3 tahun, maka yang ada bukanlah suatu pertandingan tinju / perkelahian. Yang ada adalah ‘no contest’ [= tidak ada pertandingan]!
Karena alasan yang sama saya tidak bisa percaya pada ajaran yang berkata bahwa dalam Kej 1:1 Allah sebetulnya sudah mencipta semua dengan baik, tetapi lalu antara Kej 1:1 dan Kej 1:2 terjadi pemberontakan dari setan, yang akhirnya menghancurkan seluruh ciptaan Allah tersebut, dan lalu dalam Kej 1:3-dst, Allah melakukan penciptaan ulang. Saya menolak teori ini, karena kalau Allah berperang melawan setan, yang ada adalah ‘no contest’, sehingga tidak akan menghancurkan alam semesta!

Alangkah berbedanya sikap setan, pada saat berhadapan dengan Yesus! Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

a.   Markus 5:6-13 - “(6) Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkanNya lalu menyembahNya, (7) dan dengan keras ia berteriak: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!’ (8) Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: ‘Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!’ (9) Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: ‘Siapa namamu?’ Jawabnya: ‘Namaku Legion, karena kami banyak.’ (10) Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. (11) Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, (12) lalu roh-roh itu meminta kepadaNya, katanya: ‘Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!’ (13) Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.”.
Perhatikan bahwa sekalipun setan-setan itu jumlahnya sangat banyak (1 Legion = 6.000 orang), tetapi mereka sangat ketakutan pada saat berhadapan dengan Yesus! Mereka memohon dengan sangat, dan mereka terpaksa menuruti kata-kata Yesus. Yesus tidak membutuhkan waktu lama untuk menghadapi mereka!

b.   Mark 1:23-27 - “(23) Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: (24) ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.’ (25) Tetapi Yesus menghardiknya, kataNya: ‘Diam, keluarlah dari padanya!’ (26) Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. (27) Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: ‘Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintahNya dan mereka taat kepadaNya.’”.
Perhatikan pertanyaan dari setan-setan itu. ‘Engkau datang hendak membinasakan kami?’. Mereka tahu mereka bukan tandingan Yesus.

c.   Mark 1:32-34 - “(32) Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. (33) Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. (34) Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.”.
Setan bukan hanya tidak bisa melawan, bahkan berbicarapun ia tidak bisa, pada waktu Yesus melarangnya!

d.   Matius 8:16 - “Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit.”.
Apakah Yesus bersusah payah dalam mengusir setan? Tidak, Ia hanya menggunakan sepatah kata! Mikhael tidak akan bisa melakukan hal itu!

e.   Markus 3:11-12 - “(11) Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapanNya dan berteriak: ‘Engkaulah Anak Allah.’ (12) Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.”.

Semua ketakutan dan ketundukan setan terhadap Yesus ini sama dengan sikap mereka kepada Allah sebagaimana yang digambarkan dalam Yak 2:19 - “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”.
Bukan merupakan sesuatu yang aneh kalau setan mempunyai sikap yang sama terhadap Yesus dan terhadap Allah, karena Yesus memang adalah Allah sendiri!

Memang ada ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kekuatan yang tidak berbeda jauh dengan setan, yaitu Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
Keturunan perempuan itu jelas adalah Yesus. Jadi dalam pertempuran Yesus melawan setan, Yesus remuk tumitNya, tetapi setan remuk kepalanya. Yesus memang menang, tetapi kekuatan mereka tidak terlalu berbeda jauh, dan ini terbukti dari fakta bahwa Yesus harus remuk tumitNya. Benarkah demikian? Sama sekali tidak! Remuknya tumit Yesus terjadi pada saat Yesus menderita dan mati di kayu salib, sedangkan remuknya kepala setan terjadi pada saat Yesus bangkit dari antara orang mati. Jadi Yesus remuk tumitNya, bukan karena setan memang cukup kuat untuk melakukan hal itu. Tetapi karena Yesus memang harus menderita dan mati untuk menebus dosa-dosa kita!

n)  Penggunaan nama Yesus, bukan nama Mikhael.

1.   Setan-setan bukan hanya takut kepada Yesus; mereka bahkan juga takut dan terpaksa tunduk kepada murid-murid Yesus, yang menggunakan NAMA Yesus!
Lukas 10:17 - “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’”.

Murid-murid itu bisa mengusir setan, hanya dengan menggunakan nama Yesus! Aneh, mengapa tidak pernah ada nabi atau rasul, atau orang kristen manapun yang mengusir setan dengan nama Mikhael? Bukankah itu seharusnya ada, kalau Yesus memang adalah malaikat Mikhael?

Kalau saudara berdebat dengan Saksi-Saksi Yehuwa, tanyakan pertanyaan ini: Apakah kamu pernah berdoa menengking setan? Dengan menggunakan nama siapa kamu mengusir setan? Apakah menggunakan nama Yesus atau Mikhael?

2.   Juga dalam doa, mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan kata-kata ‘dalam nama Yesus’, dan bukannya ‘dalam nama Mikhael’?

o)   Kalau Yesus adalah seorang malaikat, yang lalu menjadi manusia, maka pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia kepadaNya, Allah bertindak tidak adil. Kita yang berdosa, Yesus (malaikat) yang dihukum. Itu jelas tidak adil.
Berbeda dengan dalam kekristenan, dimana Yesus adalah Allah sendiri yang lalu menjadi manusia (tetapi tetap tidak kehilangan keilahianNya). Pada waktu hukuman kita dijatuhkan kepada Yesus, Allah yang menjatuhkan hukuman itu, dan Allah sendiri yang menerima hukuman itu, sehingga tidak ada yang bisa menuduh Dia sebagai tidak adil!

II) Argumentasi-argumentasi berkenaan dengan Allah Tritunggal.

1)   1Korintus 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah,’ baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”.
Catatan: TDB menterjemahkan kata ‘Tuhan’ dalam ay 6b ini dengan kata ‘TUAN’, tetapi NWT menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan].

Saksi-Saksi Yehuwa menekankan bagian yang saya garis bawahi tersebut, dan menggunakannya sebagai dasar untuk mengatakan bahwa hanya Bapa yang betul-betul adalah Allah, dan Yesus bukan Allah.

Jawaban kita:

a)   Jelas bahwa dalam ay 4,6, yang dimaksud dengan ‘Allah’ betul-betul adalah Allah, dan demikian juga yang dimaksud dengan ‘Tuhan’ betul-betul adalah Tuhan, karena allah yang palsu ditulis dengan ‘allah’, sedangkan tuhan yang palsu ditulis dengan ‘tuan’ (ay 5).

b)   Perhatikan kata-kata ‘satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus’. Ini tidak memungkinkan diartikan ‘Tuan’, seperti dalam terjemahan TDB, karena kalau ‘Tuan’ pasti tidak cuma satu, tetapi banyak (ay 5b - ‘banyak tuhan yang demikian’; TDB: “banyak ‘tuan’”).

c)   Kalau kata-kata ‘hanya ada satu Allah yaitu Bapa’ diartikan Yesus bukan Allah, maka kata-kata ‘hanya ada satu Tuhan yaitu Yesus’ harus diartikan Bapa bukan Tuhan. Saksi-Saksi Yehuwa bisa menerima yang pertama, tetapi tidak mungkin menerima yang kedua. JADI, BAGAIMANA Saksi-Saksi Yehuwa menafsirkan ay 6b itu???

d)   Juga perhatikan bagian akhir dari ay 6 itu, yang mengatakan: ‘yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup’ (ay 6c). Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah dalam arti yang setinggi-tingginya.

e)   Sekalipun Kristen mempercayai bahwa Bapa adalah Allah, dan Yesus juga adalah Allah, tetapi Kristen tetap mempercayai hanya ada satu Allah. Demikian juga sekalipun Kristen mempercayai Yesus adalah Tuhan, dan Bapa juga adalah Tuhan, tetapi Kristen hanya mempercayai satu Tuhan. Ini disebabkan karena sekalipun Allah itu terdiri dari 3 pribadi tetapi hanya mempunyai 1 hakekat. Kristen memang tidak mempercayai banyak Allah / Tuhan. Sebaliknya kita percaya adanya hanya satu Allah / Tuhan (Ul 6:4  1Kor 8:4  1Tim 2:5  Yak 2:19).

Bandingkan dengan Pengakuan Iman Athanasius, no 7-19, yang berbunyi sebagai berikut: “7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost.  8. The Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy Ghost uncreated.  9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense.  10. The Father is eternal, the Son eternal, the Holy Ghost eternal.  11. And yet there are not three eternals, but one eternal.  12. So there are not three (beings) uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense.  13. In like manner the Father is omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent.  14. And yet there are not three omnipotents, but one omnipotent.  15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God.  16. And yet there are not three Gods, but one God.  17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord.  18. And yet there are not three Lords, but one Lord.  19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords.” [= 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus.  8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.  9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar.  10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal.  11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal.  12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar.  13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa.  14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa.  15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.  16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah.  17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan.  18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.  19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.] - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Kesimpulan tentang 1Korintus 8:4-6: text ini hanya bisa dijelaskan dengan doktrin Allah Tritunggal. Yang menolak doktrin ini akan mendapatkan kontradiksi dalam pengertian mereka, dan tidak akan bisa menjelaskan ay 6b-nya.

2)   Yesaya 44:24 - Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; ‘Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi - siapakah yang mendampingi Aku? -.

Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:

a)   Ayub 9:4a,8 - “(4a) Allah itu bijak dan kuat, ... (8) yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut”.

b)   Maz 136:1-9 - “(1) Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (2) Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (3) Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (4) Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (5) Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (6) Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (7) Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (8) Matahari untuk menguasai siang; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. (9) Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya”.
Catatan: keajaiban-keajaiban besar itu lalu diperinci dalam ay 5-dst, yang menunjuk pada penciptaan segala sesuatu! Jadi, Allah menciptakan segala sesuatu sendirian!

Ayat-ayat ini menghancurkan pandangan Unitarian / Saksi Yehuwa yang mengatakan bahwa Allah menciptakan Yesus sebagai ciptaan pertama dan lalu melalui Yesus menciptakan segala sesuatu yang lain. Dalam pengertian seperti ini, Allah tidak seorang diri menciptakan segala sesuatu! Ada pribadi lain yang mendampingi Dia!

Kalau mau dibuat tambah ruwet / rumit, kita bisa menambahkan ayat ini:
Pkh 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!,’”.
Kata ‘pencipta’ di sini dalam bahasa Ibraninya menggunakan bentuk jamak!
Jadi, Pencipta segala sesuatu itu tunggal (seperti dalam Yes 44:24  Ayub 9:4,8  Maz 136:1-9), atau jamak (seperti dalam Pkh 12:1)???

Bagi kristen yang mempercayai Allah Tritunggal, Pencipta yang tunggal (seorang diri, tak ada yang mendampingi) ini tidak menjadi problem, karena sekalipun Yesus dan Roh Kudus juga adalah pencipta, tetapi Mereka satu hakekat dengan Bapa, sehingga kata-kata ‘seorang diri’ dan ‘siapakah yang mendampingi Aku’ dalam Yes 44:24 itu tidak menjadi problem.
Juga Pencipta yang jamak, bukan masalah, karena 3 pribadi itu memang jamak!

Tetapi bagi Unitarian / Saksi Yehuwa ayat-ayat ini menjadi problem, karena kalau mereka mengatakan bahwa Allah menciptakan alam semesta melalui Yesus, berarti Allah tidak seorang diri menciptakannya, karena dalam theologia mereka Allah dan Yesus adalah 2 pribadi yang terpisah secara total!

Kesimpulan: penolakan terhadap doktrin Allah Tritunggal akan menyebabkan ayat-ayat ini saling kontradiksi. Satu-satunya yang bisa mengharmoniskan semua ayat-ayat ini adalah doktrin Allah Tritunggal.

3)   Bagaimana mungkin Yesus adalah satu-satunya Penguasa (DESPOTES) tetapi Bapa juga adalah Penguasa (DESPOTES)?

a)   Yudas 4 mengatakan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa dan Tuhan!

Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus..

RSV/NASB: ‘and deny our only Master and Lord, Jesus Christ’ [= dan menyangkal satu-satunya Tuan dan Tuhan kita, Yesus Kristus].
NIV: and deny Jesus Christ our only Sovereign and Lord [= dan menyangkal Yesus Kristus, satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita].
TDB: ‘satu-satunya Pemilik dan Tuan kita, Yesus Kristus.’.
NWT: ‘our only Owner and Lord, Jesus Christ’ [= satu-satunya Pemilik dan Tuan / Tuhan kita, Yesus Kristus].

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘Penguasa’ adalah DESPOTES, dari mana diturunkan kata bahasa Inggris ‘despot’ [= raja yang lalim].
W. E. Vine: “DESPOTES, one who has ‘absolute ownership and uncontrolled power,’” [= DESPOTES, seseorang yang mempunyai ‘kepemilikan mutlak dan kuasa yang tak terbatas’,] - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 718.

b)         Sekarang kita membandingkan dengan 2Pet 2:1.

1.   Kalau toh kelompok Unitarian mau berkeras bahwa Yudas 4 berbicara tentang Bapa, bukan tentang Yesus, maka lihat 2Petrus 2:1 ini!

2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”.

Catatan: kata ‘Penguasa’ di sini lagi-lagi berasal dari kata Yunani yang sama, yaitu DESPOTES. Dan di sini kata itu jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari kata-kata ‘yang telah menebus mereka’.

KJV: ‘the Lord that bought them’ [= Tuhan yang membeli mereka].
TDB: ‘pemilik yang membeli mereka’.
NWT: ‘the owner that bought them’ [= sang pemilik yang membeli mereka].

1Korintus 6:20 - “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.
1Kor 7:22-23 - “(22) Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya. (23) Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia”.
Jelas yang membeli adalah Kristus, karena orang itu menjadi hamba Kristus!

1Petrus 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”.

2.   Kemiripan surat Yudas dan 2Pet 2!

Perlu ditambahkan bahwa merupakan suatu fakta bahwa surat Yudas sangat mirip dengan 2Pet 2!

Jadi, dengan membandingkan 2 ayat ini, jelas bahwa kedua ayat ini memaksudkan bahwa Yesus adalah satu-satunya Penguasa.

2Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”.

Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus..

c)   Bapa juga adalah DESPOTES!

Yang aneh adalah bahwa sekalipun tadi terlihat bahwa Yesus disebut sebagai satu-satunya Penguasa / DESPOTES, tetapi ternyata Bapa juga disebut sebagai Penguasa / DESPOTES dalam Luk 2:29  Kis 4:24  Wahyu 6:10.

Lukas 2:29 - “‘Sekarang, Tuhan (DESPOTES), biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu,”.

Kisah Para Rasul 4:24 - “Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan (DESPOTES), Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.”.

Wahyu 6:10 - “Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa (DESPOTES) yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’”.

Catatan: Kata Yunani yang diterjemahkan ‘Penguasa’ di sini adalah persis sama dengan yang digunakan dalam Yudas 4, yaitu DESPOTES.

Bagaimana mungkin Yesus adalah satu-satunya Penguasa (DESPOTES), tetapi Bapa juga adalah Penguasa (DESPOTES)????

d)   Bagi Unitarian / Saksi-Saksi Yehuwa, ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa, dan Bapa juga sebagai Penguasa, menimbulkan problem, karena mereka mempercayai Bapa dan Yesus adalah 2 pribadi yang terpisah total. Tetapi bagi Trinitarian, ini tak jadi problem, karena Trinitarian percaya Yesus dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).

e)   Dalam 1Tim 6:1,2  Titus 2:9  1Petrus 2:18 kata DESPOTES digunakan untuk tuan dari budak.
1Tim 6:1-2a - “(1) Semua orang yang menanggung beban perbudakan hendaknya menganggap tuan (DESPOTAS) mereka layak mendapat segala penghormatan, agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang. (2a) Jika tuan (DESPOTAS) mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih.”.
Tit 2:9 - “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya  (DESPOTAIS) dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah,”.
1Pet 2:18 - “Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu (DESPOTAIS), bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.”.
Catatan: dalam semua ayat di atas ini yang muncul adalah bentuk jamak dari kata Yunani DESPOTES.

Dari ayat-ayat yang mengatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah satu-satunya DESPOTES, dan ayat-ayat yang mengatakan bahwa kata DESPOTES bisa digunakan untuk manusia / tuan dari budak, maka harus disimpulkan bahwa sama seperti kata KURIOS bisa menunjuk kepada ‘Tuhan yang sungguh-sungguh’ atau ‘non-Tuhan’, dan kata ELOHIM / THEOS juga bisa menunjuk kepada ‘Allah yang sungguh-sungguh’ atau ‘non-Allah’, maka demikian juga dengan kata Yunani DESPOTES ini. Pada waktu kata ini digunakan untuk Yesus / Bapa, maka ini menunjukkan keilahian dan kedaulatan mutlak.

4)   Satu-satunya Allah yang benar.

a)   Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”.

b)   1Yohanes 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.

1.   Calvin mengatakan bahwa para pengikut Arianisme berusaha untuk menerapkan kalimat terakhir itu kepada Bapa. Tetapi ada 3 alasan yang tidak memungkinkan hal itu:
a.   Calvin dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak mungkin menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2 x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan istilah ‘Allah yang benar’?
b.   Kalimat terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’. Terjemahan ini agak kurang tepat, karena kata-kata Yunani yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya adalah ‘This is’ [= Ini adalah]. Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang terakhir’ dari kalimat sebelumnya, yaitu ‘Yesus Kristus’.
c.   Adanya sebutan ‘hidup yang kekal’ pada akhir dari kalimat terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya, Yohanes memang sangat sering menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yoh 3:15,16,36  4:14  6:27,40,47,54,68  10:28  1Yoh 5:11-13).
Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

2.   Sekarang mari kita bandingkan dengan terjemahan dari NWT / TDB.
NWT: his Son Jesus Christ. This is the true God and life everlasting” [= AnakNya Yesus Kristus. Ini adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal].
TDB: “Tetapi kita tahu bahwa Putra Allah telah datang, dan ia telah memberi kita kemampuan intelektual agar kita mendapat pengetahuan tentang pribadi yang benar itu. Dan kita berada dalam persatuan dengan pribadi yang benar itu, melalui Yesus Kristus, Putranya. Inilah Allah yang benar dan kehidupan abadi”.
 
TDB membalik kata-kata ‘Yesus Kristus’ dengan ‘Putranya’, padahal NWT tidak demikian. Memang TDB diterjemahkan dari NWT, tetapi kadang-kadang terjemahannya berbeda. Jadi dalam hal ini, saudara bisa menggunakan NWT untuk menghantam diri mereka sendiri.
Apa tujuannya TDB membalik seperti itu? Saya kira supaya kata-kata ‘Inilah Allah yang benar dan kehidupan abadi’ bisa dihubungkan dengan kata ‘nya’ (yang jelas menunjuk kepada Bapa), bukan dengan ‘Yesus Kristus’. Ini lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran TDB dalam melakukan penterjemahan.

Bahwa TDB memang membalik, akan saya buktikan dari bahasa Yunaninya.

ν  τ      υἱῷ    ατο    ησο   Χριστ.   οτς     στιν       ληθινς      θες.
EN  TO     HUIO AUTOU   IESOU  KHRISTO. HOUTOS ESTIN  HO ALETHINOS THEOS
in   the    Son  of him   Jesus    Christ.     This       is      the     true        God
dlm sang Anak Nya    Yesus   Kristus.     Ini      adalah sang benar      Allah

Terlihat dengan jelas bahwa kata ‘AnakNya’ seharusnya mendahului kata-kata ‘Yesus Kristus’.

c)   Kita lagi-lagi menjumpai ‘problem yang sama’ bagi Saksi-Saksi Yehuwa / Unitarianisme.
Dalam Yoh 17:3, Bapa disebut sebagai ‘satu-satunya Allah yang benar’, tetapi dalam 1Yoh 5:20, Yesus disebut ‘Allah yang benar’ juga.
Ini tidak bisa diharmoniskan bagi Saksi-Saksi Yehuwa / Unitarianisme, yang menganggap Bapa dan Yesus sebagai 2 pribadi yang terpisah total. Ini hanya bisa diharmoniskan bagi orang yang mempercayai doktrin Allah Tritunggal!
Bagi orang yang mempercayai doktrin Allah Tritunggal, hal ini bukan masalah karena sekalipun kita mempercayai Bapa sebagai ‘satu-satunya Allah yang benar’, kita bisa tetap mempercayai Yesus sebagai ‘Allah yang benar’ juga, karena Mereka adalah 2 Pribadi yang mempunyai satu hakekat.

5)   Doktrin Allah Tritunggal itu berasal dari agama-agama kafir, dan baru muncul pada abad ke 4.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “teologi kuno memiliki sejumlah dewa-dewa utama, dengan banyak titisan dewa-dewi, Kristen-kafir ini (jika kita boleh mencipta sebuah kata) mulai menyusun kembali daftar untuk teologi yang baru. Maka, pada waktu itulah, doktrin mengenai tiga Allah diciptakan - Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 125.
Catatan: kata-kata ini lagi-lagi merupakan suatu fitnahan, karena Kristen tidak percaya kepada tiga Allah!

Perhatikan juga kutipan-kutipan dari buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’ di bawah ini:
·         “Diseluruh dunia zaman purba, di Babel dulu, ibadat kepada dewa-dewa kafir yang dikelompokkan dalam tiga serangkai, sangat umum. Pengaruh itu juga umum di Mesir, Yunani, dan Roma pada abad-abad sebelum, selama, dan setelah Kristus. Dan setelah rasul-rasul meninggal, kepercayaan kafir tersebut menyusup ke dalam kekristenan(hal 9,11).
·         “Sejarawan Will Durant mengatakan: ‘Kekristenan tidak memusnahkan kekafiran; ia menerimanya. ... Dari Mesir datang gagasan mengenai trinitas ilahi.’ Dan dalam buku Egyptian Religion Siegfried Morenz berkata: ‘Tritunggal merupakan hal yang terutama menyita perhatian para teolog Mesir ... Tiga allah digabung dan diperlakukan seperti satu pribadi tunggal, disapa dalam bentuk tunggal. Dengan cara ini kekuatan rohani dari agama Mesir memperlihatkan hubungan yang langsung dengan teologi Kristen.’” (hal 11).
·         A Dictionary of Religious Knowledge menyatakan bahwa Tritung­gal ‘adalah suatu penyelewengan yang dipinjam dari agama-agama kafir, dan dicangkokkan ke dalam iman Kristen’. Dan The Paganism in Our Christianity berkata: ‘Asal usul (Tritunggal) seluruhnya kafir’ (hal 11).
·         “... menyatakan tentang salah satu dari rangkaian tiga allah tersebut di daerah Mesopotamia: ‘Alam semesta dibagi dalam tiga bagian yang masing-masingnya menjadi daerah kekuasaan dari satu allah. Bagian milik Anu adalah langit. Bumi diberikan kepada Enlil. Ea menjadi penguasa lautan. Bersama mereka membentuk tiga serangkai dari Allah-Allah yang Agung’” (hal 9).
·         “Itu sebabnya, dalam Encyclopedia of Religion and Ethics, James Hastings menulis: ‘Dalam agama di India, misalnya, kita temukan kelompok tiga serangkai Brahma, Syiwa, dan Wisnu; dan dalam agama Mesir kelompok tiga serangkai Osiris, Isis, dan Horus ...’” (hal 11).
·         “Tritunggal Hindu. Buku ‘The Symbolism of Hindu Gods and Rituals’ mengatakan mengenai suatu tritunggal Hindu yang telah ada berabad-abad sebelum Kristus: ‘Syiwa adalah salah satu dari allah-allah Tritunggal itu. Ia disebut sebagai allah perusak. Kedua allah lain adalah Brahma, allah pencipta dan Wishnu, allah pemelihara ... Untuk menunjukkan bahwa ketiga proses ini adalah satu dan sama, ketiga allah itu digabung dalam satu bentuk.’” (hal 12).

Saksi-Saksi Yehuwa juga memberikan beberapa ‘Tiga Serangkai’ beserta gambarnya dalam kepercayaan kafir, yaitu:
1.         Mesir: Tiga serangkai dari Horus, Osiris, Isis, milenium ke 2 S. M.
Tetapi pada hal 2 dari buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, juga diberikan gambar dari karya pahatan tiga serangkai Ramses II, Amon-Ra, dan Nut dari Mesir pada milenium kedua (S.M.)
2.         Babel: Tiga serangkai Istar, Sin, Samas, milenium ke 2 S. M.
3.   Palmyra: Tiga serangkai dari allah bulan, Tuhan dari Langit, allah matahari, kira-kira abad ke 1 M.
4.   India: Tritunggal (keilahian) Hindu, kira-kira abad ke 7 M.
5.   Kamboja: Tritunggal (Keilahian) Budha, kira-kira abad ke 12 M.

Lalu Saksi-Saksi Yehuwa menambahkan lagi 5 contoh dimana Tritunggal dalam kalangan Kristen, dipatungkan / digambarkan, yaitu:
a.   Norwegia: Tritunggal (Bapa, Anak, roh kudus), kira-kira abad ke 13 M.
b.   Perancis: Tritunggal, kira-kira abad ke 14 M.
c.   Italia: Tritunggal, kira-kira abad ke 15 M.
d.   Jerman: Tritunggal, kira-kira abad ke 19 M.
e.   Jerman: Tritunggal, abad ke 20 M.

Catatan: dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 10, semua contoh ini diberi gambar dari ‘Tritunggal’ tersebut.

Juga dalam buku yang sama pada hal 2, mereka memberikan gambar lagi dari karya pahatan dari Allah Tritunggal dari abad ke 14 M. Dan mereka memberikan kata-kata: “Karya pahatan Tritunggal dari Yesus Kristus, Bapa, dan roh kudus dari abad keempat belas (M.). Perhatikan ada tiga pribadi tetapi hanya empat kaki” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 2.

Jawaban saya:

a)   Pertama-tama saya akan membahas Tritunggal-Tritunggal dalam kalangan kafir, yang mereka katakan merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal dalam kalangan Kristen.

Setelah mempelajari tentang dewa-dewa yang merupakan ‘tiga serangkai’ yang mereka sebutkan itu dalam Encyclopedia Britannica, saya mendapat kesimpulan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa hanya menceritakan sebagian kecil dari ajaran tentang dewa-dewa tersebut, dan menutup sebagian besar lainnya, sedemikian rupa sehingga menjadi mirip dengan ajaran tentang Allah Tritunggal.
Sebagai illustrasi: kalau di depan saya ada saudara, dan juga ada seekor gorila, maka jelas bahwa keduanya sebetulnya berbeda jauh. Bagaimana caranya supaya bisa ada kemiripan antara keduanya? Saya menutup sebagian besar dari gorila tersebut, dan hanya menyisakan matanya, lalu membandingkan mata itu dengan mata saudara. Tentu lalu jadi mirip. Dan saya lalu mengatakan saudara adalah gorila, atau berasal dari gorila. Inilah taktik kotor yang dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam serangan di tempat ini.
Karena itu, untuk membuktikan ketidak-benaran serangan mereka dalam hal ini, saya akan memperjelas dan menguraikan contoh-contoh ‘Tritunggal’ / ‘Tiga Serangkai’ dari kepercayaan kafir tersebut, supaya saudara bisa mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kepercayaan dalam agama-agama kafir itu, sehingga saudara bisa melihat apakah contoh-contoh itu ada hubungannya dengan ajaran Kristen tentang Allah Tritunggal, atau tidak.

1.   Pertama-tama saya akan membahas ajaran ‘Tiga Serangkai’ dari Mesopotamia kuno yang mereka sebutkan di atas.

Saya kutip ulang kata-kata mereka sebagai berikut:
“... menyatakan tentang salah satu dari rangkaian tiga allah tersebut di daerah Mesopotamia: ‘Alam semesta dibagi dalam tiga bagian yang masing-masingnya menjadi daerah kekuasaan dari satu allah. Bagian milik Anu adalah langit. Bumi diberikan kepada Enlil. Ea menjadi penguasa lautan. Bersama mereka membentuk tiga serangkai dari Allah-Allah yang Agung’” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 9.
Catatan: contoh ini tidak mereka berikan gambarnya.

Bagaimana sebetulnya kepercayaan di Mesopotamia kuno itu? Ini tentu tidak bisa didapatkan dari Kitab Suci, karena dewa-dewa itu tidak ada dalam Kitab Suci. Saya menyelidikinya melalui Encyclopedia Britannica (kutipan ada di bawah), dan saya mendapatkan bahwa dalam kepercayaan di Mesopotamia kuno, dewa-dewa diorganisir dalam suatu pemerintahan, dan setiap dewa mempunyai daerahnya sendiri-sendiri. Pada tingkat nasional ada Majelis Umum, yang merupakan otoritas tertinggi dalam alam semesta.
a.   Yang tertinggi dari kumpulan dewa-dewa itu adalah An / Anu, dewa dari langit / surga.
b.   Setelah itu ada Enlil, dewa dari angin dan pertanian, pencipta dari cangkul.
c.   Setingkat dengan An dan Enlil, ada dewi dari tanah berbatu dan pegunungan, yang bernama Nintur atau Ninmah. Ia juga adalah dewi kelahiran.
d.   Bersama dengan dewa dewi ini, juga ada dewa lain yang kelihatannya merupakan dewa sekunder, yaitu Enki atau Ea, dewa dari air manis dari sungai dan rawa. Ia adalah dewa yang paling pandai dan ahli dalam menangani kesukaran / kerusakan, dan baik dewa-dewa maupun manusia sering memohon kepadanya.
e.   Anak-anak laki-laki dari Enlil adalah dewa bulan Nanna atau Sin, dan dewa dari hujan badai, banjir, dan bajak, yang namanya Ninurta, dan juga dewa-dewa lain yang menguasai dunia orang mati seperti Meslamtaea, Ninazu, dan Ennugi.
f.    Anak-anak lelaki dari Sin adalah dewa matahari dan hakim dari dewa-dewa, yaitu Utu, dewa hujan yaitu Ishkur / Adad, dan anak perempuannya adalah dewi perang, cinta, yaitu Innana / Ishtar.

An, atau Anu, adalah dewa langit dalam kepercayaan orang-orang Mesopotamia, dan merupakan anggota dari tiga serangkai keilahian, yang dilengkapi oleh Bel (atau Enlil), dan Ea (atau Enki). Seperti kebanyakan dewa langit, sekalipun secara teoritis Anu adalah dewa yang tertinggi, tetapi hanya mempunyai peranan kecil dalam mythology, nyanyian pujian, dan kepercayaan Mesopotamia. Ia adalah bapa bukan hanya dari semua dewa, tetapi juga dari roh-roh jahat dan setan-setan!

Ea, atau Enki, adalah dewa air dari Mesopotamia. Dari suatu dewa lokal yang disembah di kota Eridu, Ea berkembang menjadi dewa yang besar / utama, Tuhan dari air segar di bawah bumi (sekalipun kata Enki arti hurufiahnya adalah ‘Tuhan dari bumi’). Ea memerintah seni sihir dan mantera! Ia juga dianggap sebagai bapa dari Marduk, dewa nasional dari Babilonia.

Kesimpulan dari semua penjelasan tentang kepercayaan Mesopotamia kuno itu adalah bahwa:
·         ada lebih dari tiga dewa yang mereka percayai.
·         masing-masing dewa mempunyai keahlian, kekuasaan dan daerah sendiri-sendiri.
·         dewa yang satu lebih besar / tinggi dari dewa yang lain.
·         selain dewa, juga ada dewi.
·         dewa bisa mempunyai anak dewa lain, dan bahkan setan / roh jahat.
·         ada dewa yang berkuasa atas seni sihir dan mantera.

Pikirkan sendiri, apakah semua ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?

2.   Sekarang saya akan membahas ajaran ‘Tiga Serangkai’ dari Mesir yang mereka sebutkan di atas.
Saksi Yehuwa mengatakan bahwa ada Tiga serangkai dari Horus, Osiris, Isis (milenium ke 2 S. M.). Tetapi anehnya, mereka juga mengatakan ada tiga serangkai Ramses II, Amon-Ra, dan Nut dari Mesir, yang juga berasal dari milenium kedua S.M.

Ini menunjukkan kebodohan dari Saksi-Saksi Yehuwa dalam memberikan contoh, karena ini berarti ada 2 macam tiga serangkai. Bagaimana mungkin yang seperti itu merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal?

a.   Sekarang saya akan membahas tiga serangkai Mesir yang pertama, yaitu Horus, Osiris, dan Isis.

Pertama-tama, dari gambar / foto yang diberikan dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 10, jelas terlihat ada 3 patung, bukan 3 dewa / patung yang menjadi satu, dan tiga patung itu bentuknya berbeda-beda. Jadi ini jelas adalah polytheisme, dan karena itu jelas bukan merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal.

Hal kedua yang perlu diketahui adalah hubungan Horus, Osiris, Isis, dan dewa lain yang bernama Seth:

Osiris - Isis - Seth
           |
  Horus

Osiris dan Isis adalah suami istri, dan Horus adalah anak mereka. Seth adalah saudara dari Isis, tetapi musuh dari Osiris dan Horus.

Sekarang mari kita memperhatikan cerita tentang perdewaan ini secara lebih terperinci.

Horus yang dalam bahasa Mesir adalah HOR atau HAR, dalam agama Mesir kuno adalah dewa dalam bentuk burung falcon (semacam elang), yang matanya adalah matahari dan bulan. Horus mempunyai musuh kekal, yaitu dewa lain yang namanya Seth. Horus adalah anak dari dewa yang namanya Osiris, yang juga bermusuhan dengan Seth, dan mati dibunuh oleh Seth. Horus lalu membalas dendam atas kematian ayahnya dengan mengalahkan Seth, tetapi dalam pertempuran itu Horus rusak pada mata kirinya, dan disembuhkan oleh dewa lain yang namanya Thoth. Horus ini muncul sebagai dewa lokal di banyak tempat. Belakangan Horus ini oleh orang-orang Yunani disamakan dengan dewa Apollo.

Isis yang dalam bahasa Mesir adalah ASET atau ESET, adalah salah satu dewi yang paling penting dari Mesir kuno. Ia adalah istri dari Osiris, yang mati dibunuh oleh dewa Seth, dan ia berkabung karena kematian suaminya. Ia menemukan potongan-potongan dari tubuh suaminya yang mati dibunuh itu, dan dengan kekuatan magicnya, ia menggabungkannya kembali sehingga Osiris hidup kembali. Isis menyembunyikan anaknya, Horus dari kejaran Seth, sampai Horus cukup besar untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Isis ini juga adalah saudara perempuan dari Seth, sehingga pada pertempuran Horus dengan Seth, ia terombang-ambing. Ia kasihan kepada Seth, yang dipenggal oleh Horus.
Perlindungan yang ia berikan kepada Horus menyebabkan ia menjadi semacam dewi pelindung, dan kekuatan magicnya, yang membangkitkan suaminya, menyebabkan orang-orang berdoa kepadanya untuk kesembuhan dari penyakit. Dan bersama dengan dewi-dewi lain seperti Nephthys, Neith, dan Selket, Isis melindungi orang-orang mati.

Osiris, juga disebut USIRI, adalah seorang dewa lokal dari Busiris, dan ia adalah dewa kesuburan. Ia dibunuh atau ditenggelamkan oleh dewa Seth, yang mencabik-cabik mayatnya menjadi 14 potongan dan melemparkan / menyebarkannya ke seluruh Mesir, kecuali zakarnya, yang nanti memberi kehidupan kembali kepada Osiris. Selama mati, ia menjadi penguasa dan hakim di dunia orang mati. Isis membangkitkan Osiris kembali, dan lalu melahirkan anaknya, Horus, dari Osiris.

Kesimpulan dari semua penjelasan tentang kepercayaan Mesir kuno itu adalah bahwa:
·         Tiga Serangkai Mesir ini adalah bapa, ibu dan anak!
·         ada lebih dari 3 dewa, dan ada yang perempuan (dewi), yang kekuatannya berbeda satu sama lain.
·         dewa bisa bermusuhan, berkelahi dan membunuh dewa lain.
·         dewa-dewa itu mempunyai tubuh yang bisa dirusak / dibunuh, juga bisa disembuhkan / dihidupkan kembali oleh dewa / dewi yang lain.
·         dewa bisa kawin dengan dewi dan mempunyai anak, yang juga adalah dewa.
·         anak dewa bisa bertumbuh dan bertambah kuat.
·         dewi bisa sedih karena kematian suami.
·         pada saat seorang dewa mati, ia bisa tetap berkuasa dalam dunia orang mati.
Pikirkan sendiri, apakah ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?

Ada sesuatu yang ‘lucu’ yang perlu saya tambahkan. Dalam buku mereka yang berjudul ‘Pencarian Manusia Akan Allah’, hal 277, Saksi-Saksi Yehuwa memberikan gambar / foto dari 3 buah patung. Yang di sebelah kiri adalah gambar / foto dari patung Isis yang menggendong bayi Horus dari Mesir; yang ada di tengah adalah gambar / foto dari patung Maria yang menggendong bayi Yesus; dan yang di sebelah kanan adalah gambar / foto dari patung Mater Matuta (Matuta adalah nama seorang dewi) dari Roma yang juga menggendong seorang bayi. Dan mereka memberikan komentar sebagai berikut: “Pemujaan Maria dengan anak, di tengah, menggemakan ibadat yang lebih tua kepada dewi-dewi kafir”.
Yang perlu dipertanyakan adalah: tadi di atas mereka menuduh bahwa Tritunggal (Bapa, Anak, Roh Kudus) asalnya dari tiga serangkai Osiris, Isis, dan Horus. Tetapi sekarang mereka mengatakan bahwa Maria dan Yesus berasal dari Isis dan Horus. Yang mana yang benar?
Kesimpulan saya: dalam menyerang, dan berusaha membuktikan bahwa kekristenan / doktrin Allah Tritunggal berasal dari kekafiran, Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa yang sesat dan bodoh ini membuat serangan secara asal-asalan, tanpa peduli bahwa serangan mereka bertentangan satu sama lain!

b.   Sekarang saya membahas tiga serangkai Mesir yang kedua, yaitu Ramses II, Amon-Ra, dan Nut.
Catatan: dalam versi bahasa Inggris, Saksi-Saksi Yehuwa menyebutkan bukan ‘Nut’ tetapi ‘Mut’ [‘Watchtower Library’ (CD)], padahal kalau dilihat dari Encyclopedia Britannica, Nut berbeda dengan Mut.

Pertama-tama, dari gambar / foto yang diberikan dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 2, jelas terlihat ada 3 patung, bukan 3 dewa / patung yang menjadi satu, dan ketiga patung itu bentuknya berbeda-beda. Jadi ini jelas merupakan polytheisme, dan karena itu tidak mungkin merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal.

Sekarang, mari kita menyoroti dewa-dewa ini secara lebih terperinci.

Ramses II adalah nama raja / Firaun, dan ia adalah Firaun yang berkuasa pada jaman Musa, yang lalu menolak perintah YAHWEH untuk melepaskan bangsa Israel. Sepanjang yang bisa saya dapatkan dari Encyclopedia Britannica 2000, tidak ada dewa dengan nama seperti itu. Tetapi Ramses, sama seperti Firaun-Firaun yang lain, memang mengclaim diri sebagai dewa / bersifat ilahi.
Tetapi yang jelas, bahwa Ramses II, Amon-Ra, dan Nut, merupakan tiga serangkai, tidak bisa saya temukan dalam Encyclopedia Britannica 2000. Saya menduga, ini hanya merupakan suatu khayalan / dusta dari Saksi Yehuwa. Yang ada justru adalah tiga serangkai - tiga serangkai yang lain, yang akan saya tunjukkan di bawah.

Mut, adalah dewi langit dan juga ibu ilahi yang besar (kata ‘Mut’ berarti ‘ibu’). Bersama dengan dewa Amon, dan anak Mut yaitu dewa muda bernama Khons, ia membentuk tiga serangkai.

Khons adalah nama dewa bulan, yang biasanya digambarkan sebagai seorang pemuda. Ia dianggap sebagai anak dari dewa Amon dan dewi Mut.

Nut adalah dewi dari langit, dan ia kadang-kadang digambarkan sebagai seekor lembu, karena dalam bentuk inilah ia membawa dewa matahari Re pada punggungnya ke langit. Nut ini dikatakan melahirkan Osiris, Horus, Seth, Isis, and Nephthys.

Re, atau Ra, adalah dewa matahari dan dewa pencipta. Ia juga dibentuk dengan dewa-dewa lain sehingga timbul nama-nama Re-Harakhty, Amon-Re, Sebek-Re, dan Khnum-Re. Jadi Amon-Re, atau Amon-Ra, adalah penggabungan Re / Ra, dengan dewa Amon, dan Amon-Ra ini merupakan dewa utama dalam kumpulan dewa-dewa, atau ‘raja dari dewa-dewa’.

Amon adalah dewa Mesir yang dihormati sebagai ‘raja dari dewa-dewa’. Ia diidentikkan dengan dewa matahari Re, dan sebagai Amon-Re ia dianggap sebagai dewa nasional. Amon-Re disembah sebagai bagian dari tiga serangkai, bersama-sama dengan seorang dewi yang bernama Mut, dan dewa muda bernama Khons. Tetapi Amon, Ptah dan Re juga dianggap sebagai tiga serangkai. Juga ada pandangan lain dimana Amon dianggap sebagai dewa tunggal, dan Ptah dan Re merupakan manifestasi dari Amon.

Ptah, dalam agama Mesir, adalah dewa pencipta dan pembuat segala sesuatu. Bersama Sekhmet dan dewa muda Nefertem / Nefertum, ia adalah salah satu dari tiga serangkai. Tetapi belakangan posisi Nefertem dalam Tiga Serangkai ini diganti oleh Imhotep.

Kesimpulan dalam persoalan tiga serangkai Mesir ini adalah:
·         tidak ada tiga serangkai Ramses II, Amon-Ra, dan Nut, dan bahkan tidak ada dewa bernama Ramses II.
·         Ramses II adalah Firaun yang dikalahkan oleh YAHWEH pada jaman Musa, sehingga betul-betul lucu kalau doktrin Allah Tritunggal diambil dari Ramses II itu.
·         ada lebih dari 3 dewa dalam kepercayaan / agama di Mesir, dan bahkan ada banyak tiga serangkai.
·         seorang dewa dalam suatu tiga serangkai bisa digantikan tempatnya oleh dewa lain, seperti Nefertem / Nefertum yang digantikan oleh Imhotep.
·         dewa-dewa ini tidak mahakuasa ataupun mahatahu (ini bisa dilihat pada salah satu dari kutipan di bawah).
·         setiap dewa mempunyai daerah kekuasaannya sendiri-sendiri.
·         istilah ‘dewa’ juga mencakup ‘demon’ [= setan].
·         dewa tidak bisa membunuh / mengalahkan Apopis, simbol dari kejahatan dan kekacauan (ini bisa dilihat pada salah satu kutipan di bawah).
Hanya orang yang memang mau membutakan diri sendiri dan mau menipu orang lain yang bisa mengatakan bahwa ini adalah asal usul dari doktrin Allah Tritunggal..

3.   Babel: Tiga serangkai Istar, Sin, Samas, milenium ke 2 S. M.

Lagi-lagi, kalau dilihat dalam gambar / foto yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa pada hal 10, terlihat bahwa ada tiga patung, yang tidak disatukan, dan ketiga patung itu bukan hanya berbeda bentuknya, tetapi juga besarnya. Dan bahkan kelihatannya, ketiga dewa ini mempunyai kedudukan yang berbeda-beda, karena yang satu digambarkan duduk di atas takhta, sedangkan yang dua berdiri di hadapannya. Jadi ini menunjuk kepada tiga dewa (polytheisme), dan karena itu jelas bukan merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal.

Sekarang mari kita mempelajari dewa-dewa ini secara terperinci.

Sin, kependekan dari Su-en, adalah nama dalam bahasa Akkadian, dan dalam bahasa Sumerian ia disebut Nanna. Sin adalah dewa bulan, dan ia adalah ayah dari dewa matahari, yaitu Samas / Shamash, dan dari Istar / Ishtar, dewi Venus, dan ketiganya membentuk ‘astral triad of deities’ [= keallahan tiga serangkai yang berhubungan dengan bintang-bintang]. Ia memberikan kesuburan dan kemakmuran kepada kawanan ternak. Istrinya, yaitu Ningal, adalah dewi buluh / alang-alang. Ayahnya bernama Enlil.

Samas / Shamash, adalah nama dalam bahasa Akkadian, dan dalam bahasa Sumerian ia disebut Utu. Ia adalah dewa matahari. Ia adalah anak dari Sin, dan sebagai dewa matahari ia mempunyai kuasa terang atas kegelapan dan kejahatan, dan karena itu ia dikenal sebagai dewa keadilan, dan ia adalah hakim bagi dewa-dewa dan manusia. Pada malam hari, Shamash menjadi dewa dalam dunia orang mati. Ia juga adalah penguasa dari seluruh alam semesta. Ia digambarkan duduk pada sebuah takhta, memegang dalam tangannya sebuah tongkat dan sebuah cincin, yang merupakan simbol dari keadilan dan kebenaran. Pasangan dari Shamash adalah Aya, yang belakangan diserap (absorbed) oleh Ishtar.

Istar / Ishtar, adalah nama dalam bahasa Akkadian, dan dalam bahasa Sumerian namanya adalah Inanna. Ia adalah dewi perang dan cinta sexuil. Ia kadang-kadang digambarkan sebagai anak perempuan dari dewa langit An, dan kadang-kadang sebagai istrinya. Dalam mitos yang lain, ia adalah anak perempuan dari Nanna / Shamash / Samas, dewa bulan, dan dari dewa angin, Enlil. Ia adalah dewi hujan dan badai / guntur, kesuburan, dan lumbung. Sebagai dewi Venus, yang senang dengan kasih / cinta secara jasmani, ia adalah pelindung dari pelacur dan rumah minum (minuman keras). Penyembahan terhadapnya mencakup pelacuran kuil, dan pusat dari ibadah terhadap Istar ini adalah Erech, yang adalah kota yang penuh dengan pelacur. Dalam mitos belakangan ia dikenal sebagai Ratu alam semesta, yang mengambil / menerima kuasa-kuasa dari An, Enlil dan Enki.

Kesimpulan dari penjelasan tentang kepercayaan Babel kuno ini adalah bahwa:
·         lagi-lagi ada lebih dari 3 dewa, yang mempunyai kekuasaan dan keahlian sendiri-sendiri.
·         yang disebut tiga serangkai adalah satu dewa dengan satu anak lelaki (dewa) dan satu anak perempuan (dewi). Tetapi sang bapa punya istri dewi lain, dan punya bapa, yang juga adalah dewa lain lagi.
·         dewa bisa mempunyai kekuasaan / fungsi yang berbeda pada malam hari dan pada siang hari.
·         ada dewa dan dewi yang bisa berpasangan / kawin dan mempunyai anak, yang juga adalah dewa / dewi.
·         ada dewi yang melindungi kejahatan (pelacuran dan rumah minum). Dan penyembahan terhadap dewi tersebut mencakup pelacuran dalam kuil.
·         dewa yang satu bisa mengambil / menerima kuasa dari dewa yang lain.
Pikirkan sendiri, apakah ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?

4.   Palmyra: Tiga serangkai dari allah bulan, Tuhan dari Langit, allah matahari, kira-kira abad ke 1 M.
Di sini lagi-lagi, dalam gambar / foto yang diberikan Saksi-Saksi Yehuwa dalam hal 10, ada gambar / foto dari tiga buah patung / dewa, yang tidak disatukan.
Tidak banyak yang diceritakan oleh Encyclopedia Britannica 2000 tentang Palmyra dan dewa-dewanya. Kota Palmyra adalah kota kuno di Syria, 210 km di sebelah tenggara dari Damsyik. Dewa utama mereka bernama Bol, yang mungkin sama dengan Baal. Tidak lama kemudian Bol dikenal dengan nama Bel, oleh suatu percampuran dengan dewa Babilonia yang bernama Bel-Marduk. Kedua dewa ini menguasai pergerakan dari bintang-bintang. Dan Bel ini juga dicampur dengan dewa matahari yaitu Yarhibol dan dewa bulan yang bernama Aglibol. Tiga serangkai surgawi yang lain dibentuk di sekitar dewa orang-orang Fenisia Baal Shamen, ‘Tuhan dari langit’, yang lebih kurang sama dengan Hadad, yang adalah ‘dewa cuaca’, yang menguasai hujan, guntur / petir, dan badai. Ia mempunyai dua aspek, sebagai pemberi dan perusak kehidupan, karena hujan yang ia berikan membuat tanah menghasilkan makanan, tetapi badai yang ia timbulkan menghasilkan kematian. Juga dikatakan tentang Adad atau Hadad ini, bahwa berbeda dengan dewa-dewa lain yang lebih besar dari dia, ia tidak mempunyai pusat ibadah khusus untuk dirinya.
Pada abad kedua Masehi muncul kecenderungan pada kepercayaan terhadap satu Allah / dewa, dan sekte ini mempunyai dewa yang tidak bernama, dan hanya disebut sebagai ‘ia yang namanya diberkati / terpuji selama-lamanya, yang penuh belas kasihan dan baik’.

Sekalipun dalam persoalan kepercayaan Palmyra kuno ini tidak banyak data yang bisa didapatkan dari Encyclopedia Britannica 2000 tetapi itu sudah cukup untuk membuat suatu kesimpulan bahwa:
·         dewa-dewa ini mempunyai aktivitas dan kekuasaan sendiri-sendiri (matahari, bulan, dan cuaca).
·         tetap ada dewa yang lebih besar dan lebih kecil dari dewa yang lainnya.
·         kelihatannya ada 2 macam tiga serangkai.
Pikirkan sendiri, apakah ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?

5.   India: Tritunggal (keilahian) Hindu, kira-kira abad ke 7 M.
Berbeda dengan contoh-contoh sebelumnya, kali ini gambar / foto yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa memang menunjukkan tiga dewa yang disatukan (patung dengan tiga wajah, yang menghadap ke depan, kiri, dan kanan). Tetapi tahun yang diberikan adalah abad ke 7 M., dan karena itu ini tidak mungkin merupakan asal usul dari doktrin Allah Tritunggal, yang sudah ada secara solid / kokoh sebelum saat itu. Tetapi karena agama Hindu sebetulnya memang sudah ada lebih dulu dari Kristen, maka saya tetap membahas contoh ini.

Dalam agama Hindu memang ada istilah ‘Trimurti’. Kata ‘Trimurti’ berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti ‘satu atau seluruhnya dengan tiga bentuk’. Dalam agama Hindu, Trimurti merupakan tiga serangkai Brahma, Wisnu, Syiwa.
Tentang Trimurti ini, Encyclopedia Britannica 2000 mengatakan: “Although sometimes called the Hindu Trinity, Trimurti has little similarity to the Christian Trinity.” [= Sekalipun kadang-kadang disebut Tritunggal dari Hindu, Trimurti mempunyai sedikit persamaan dengan Tritunggal Kristen.].

Philip Schaff: “The Indian Trimurti, altogether pantheistic in spirit, is still further from the Christian Trinity.” [= Trimurti India, sepenuhnya panteistik dalam artinya, adalah lebih jauh lagi dari Tritunggal Kristen.] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 566.
Catatan: pantheisme adalah kepercayaan yang mencampur-adukkan Allah dengan ciptaanNya. Jadi mereka beranggapan bahwa ‘segala sesuatu adalah Allah’ dan ‘Allah adalah segala sesuatu’.

Wisnu sering dianggap sebagai perwujudan khusus dari aspek pemeliharaan, dan Syiwa sebagai perusak. Brahma, sang pencipta, berada di latar belakang, sebagai dewa sekunder. Brahma jarang mempunyai penyembah, dan kebanyakan pemeluk agama Hindu bukan menyembah Wisnu atau Syiwa, tetapi satu atau lebih dari dewa-dewa Hindu lain yang tak terhitung banyaknya (ada yang mengatakan jumlah dewa mereka 33 juta!).

Sekarang mari kita soroti ketiga dewa utama ini satu per satu.

Brahma adalah salah satu dewa utama / besar dalam agama Hindu, tetapi perlahan-lahan ia dipudarkan oleh 2 dewa yang lain, yaitu Wisnu dan Syiwa. Dikatakan bahwa Brahma lahir dari telur emas dan lalu menciptakan bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ia muncul dari teratai yang keluar dari pusar dari Wisnu. Brahma biasanya digambarkan dengan 4 muka dan 4 lengan, dan istri-istrinya, yaitu Savitri dan Sarasvati, sering menyertainya.

Wisnu adalah salah satu dewa utama / terpenting dalam agama Hindu, disembah sebagai pelindung dan pemelihara dari dunia dan pemulih dari keteraturan moral (dharma). Ia terutama dikenal melalui inkarnasinya, sebagai Rama dan Kresna. Wisnu menyatakan sebagian dari dirinya kapanpun ia dibutuhkan untuk memerangi kejahatan, dan pemunculannya tidak terhitung, tetapi dalam prakteknya ada 10 yang dikenal secara umum. Istri-istrinya adalah Laksmi (yang juga disebut Shri) dan Bhumidevi (Bumi).

Syiwa adalah salah satu dewa utama dari agama Hindu, dan ia disembah sebagai dewa tertinggi oleh suatu sekte di India. Nama Syiwa berarti ‘yang menguntungkan’, dan merupakan salah satu dewa yang paling komplex di India, dan merupakan perwujudan dari kwalitet-kwalitet yang saling bertentangan. Ia adalah perusak, sekaligus pemulih, pertapa yang agung dan juga simbol dari hawa nafsu, gembala yang penuh kebajikan dari jiwa dan pembalas yang penuh kemurkaan. Istri Syiwa dikenal dengan banyak nama, yaitu Uma, Sati, Parvati, Durga, dan Kali. Syiwa kadang-kadang juga dipasangkan dengan dewi tertinggi, yaitu Shakti. Pasangan ini, mempunyai anak-anak laki-laki, yaitu Skanda yang berkepala enam, dan Ganesha yang mempunyai kepala gajah.

Kesimpulan dari penjelasan tentang kepercayaan India / Hindu ini adalah bahwa:
·         lagi-lagi ada jauh lebih banyak dari 3 dewa.
·         masing-masing dari Trimurti itu mempunyai fungsi / keahlian sendiri-sendiri.
·         Brahma dilahirkan / ditetaskan dari telur, dan ia mempunyai istri-istri. Wisnu juga sama-sama menganut polygamy. Syiwa juga kawin dengan seorang dewi, dan mempunyai anak-anak, yang juga adalah dewa-dewa.
·         Wisnu berinkarnasi berkali-kali.
·         Dari 3 dewa dalam Trimurti itu, yang satu lebih ditonjolkan dari yang lain.
Pikirkan sendiri, apakah ini mempunyai kemiripan dengan doktrin Allah Tritunggal?

6.   Kamboja: Tritunggal (Keilahian) Budha, kira-kira abad ke 12 M.

Gambar yang diberikan tentang contoh ini mirip dengan gambar dalam Tritunggal India tadi, yaitu satu patung dengan tiga wajah, yang menghadap ke kiri, ke depan, dan ke kanan.

Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan di sini:
·         Tahun yang diberikan adalah abad ke 12 M., dan ini jauh setelah doktrin Allah Tritunggal muncul. Lalu bagaimana yang belakangan bisa menjadi asal usul dari yang lebih dulu?
·         Saya tidak pernah tahu bahwa dalam Buddha ada Tritunggal. Encyclopedia Britannica 2000 sendiri, selain menyatakan Buddha sebagai Polytheisme (kepercayaan terhadap banyak allah / dewa), juga mengatakan bahwa agama yang termasuk monotheisme hanyalah Yudaisme / agama Yahudi, Kristen, dan Islam.
·         Saksi-Saksi Yehuwa sendiri tidak menyebutkan nama-nama dari ‘Tiga Serangkai’ / ‘Tritunggal’ dalam Buddha itu.

Encyclopedia Britannica 2000, dengan topik ‘Buddha’, ‘Polytheism’:
“Buddhism’s tolerance of popular cults, provided that the main essentials of the faith are maintained, means that in most Buddhist cultures several gods are worshipped.

Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Polytheism’:
the belief in many gods. Polytheism characterizes virtually all religions other than Judaism, Christianity, and Islam, which share a common tradition of monotheism, the belief in one God.

Kesimpulan dari semua ini: Jelas bahwa Saksi-Saksi Yehuwa hanya mengutip sedikit dari perdewaan dalam agama-agama kafir ini, dan lalu menggunakan bagian itu untuk mengatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal berasal dari agama kafir. Padahal kalau cerita perdewaan itu diuraikan seluruhnya, terlihat secara sangat menyolok, bahwa itu sama sekali berbeda dan tidak ada hubungannya dengan doktrin Allah Tritunggal. Tidak ada agama lain yang mempunyai konsep Tritunggal (1 hake­kat, 3 pribadi yang setingkat). Yang ada pada mereka adalah kepercayaan terhadap 3 allah / dewa (Polytheisme / Tritheisme), dan 3 dewa itu mempunyai daerah kekuasaan dan kemampuan sendiri-sendiri, dan kekuatan yang berbeda satu dengan yang lain, dan masih ditambah lagi dengan banyak dewa dan dewi yang lain, dan kadang-kadang bahkan masih ditambah dengan banyak tiga serangkai yang lain. Ini sangat berbeda dengan konsep kristen tentang Allah Tri­tunggal. Penceritaan ‘half-truth’ [= setengah kebenaran] ini jelas-jelas merupakan suatu fitnah! Dan fitnahan seperti ini membuktikan bahwa mereka sebetulnya bukanlah ‘Saksi-Saksi Yehuwa’ tetapi ‘Saksi-Saksi Palsu Yehuwa’!

Sebagai tambahan ingin saya katakan bahwa saya berpendapat bahwa pada waktu Saksi-Saksi Yehuwa melihat pada ajaran-ajaran / agama-agama kafir itu, mereka mempunyai persamaan dengan orang yang melihat pada awan. Apa persamaannya? Orang yang melihat awan, bisa menganggap bahwa awan itu membentuk apa saja, sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Demikian juga pada waktu Saksi-Saksi Yehuwa melihat pada agama-agama kafir itu. Karena mereka ingin sekali menemukan bukti bahwa doktrin Allah Tritunggal itu berasal dari agama-agama kafir itu, maka itulah gambaran yang mereka dapatkan!

b)   Andaikatapun ajaran tentang Allah Tritunggal dari kekristenan mempunyai kemiripan / persamaan dengan agama-agama kafir, itu tidak membuktikan bahwa ajaran itu diambil oleh orang-orang kristen dari agama-agama kafir tersebut.
Bahwa ada manusia yang mirip dengan monyet, tidak berarti bahwa manusia memang berasal dari monyet, seperti yang dipercayai oleh Teori Darwin / evolusi. Tetapi itulah cara yang khas dari Saksi-Saksi Yehuwa dalam menuduh bahwa kekristenan berasal dari kafir.
Dalam buku mereka yang berjudul ‘Pencarian Manusia Akan Allah’, hal 33, mereka memberikan gambar / foto dari dua buah patung. Yang satu adalah Dewi belas kasihan dalam agama Budha di Cina dengan anak bayi; yang lain adalah Perawan Maria dengan bayi Yesus dalam Katolik. Lalu mereka menambahkan bahwa orang Budha di Tibet menggunakan roda doa dan tasbih, sedangkan orang Katolik menggunakan rosario. Lalu mereka berkata: “Agama Budha dan agama Katolik Roma - mengapa tampaknya mempunyai banyak persamaan?”.

Saya sama sekali tidak mendukung Katolik, tetapi saya tetap harus mengatakan bahwa serangan seperti ini adalah serangan yang tidak pada tempatnya. Karena kalau semua kemiripan berarti pengadopsian kepercayaan, maka saya juga bisa melakukan serangan yang serupa terhadap Saksi Yehuwa, misalnya dengan:
·         menunjuk kepada berhala / dewa yang hanya terlihat sebagai satu makhluk / binatang, seperti Baal, atau Dagon, dan lalu mengatakan bahwa ajaran Monotheisme mutlak, seperti yang dianut oleh Saksi Yehuwa, berasal dari agama kafir.
·         atau menunjuk kepada agama Islam, yang juga mempercayai Allah yang tunggal secara mutlak, dan lalu mengatakan bahwa ajaran Saksi Yehuwa berasal dari Islam.
·         atau, karena Saksi Yehuwa mempercayai bahwa perbuatan baik mempunyai andil dalam keselamatan, dan itu sama seperti yang dipercayai oleh agama-agama Hindu, Buddha, Islam, dsb, maka saya bisa mengatakan bahwa Saksi Yehuwa berasal dari agama-agama itu!

Dan ada satu hal lagi yang saya pertanyakan: karena Allah memang menyatakan diri melalui alam semesta dan hati nurani manusia (wahyu / penyataan umum), apakah tidak mungkin bahwa itu yang menyebabkan orang-orang kafir itu lalu mempunyai ‘Tiga Serangkai’, yang ada kemiripannya dengan Allah Tritunggal? Dosa telah merusak hati nurani, dan tidak memungkinkan manusia mengenal Allah dengan benar, sehingga ‘Tiga Serangkai’ mereka menjadi rusak dan berbeda jauh dengan Allah Tritunggal yang sebenarnya.
Catatan: ini hanya pemikiran saya, tetapi saya tidak mempunyai keyakinan apapun dalam hal ini. Juga saya tidak pernah menjumpai pemikiran ini dalam buku-buku tafsiran maupun theologia.

c)   Sekarang saya akan membahas Tritunggal yang dipatungkan / digambarkan dalam kalangan-kalangan Kristen. Ada 5 contoh yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yaitu:
1.   Norwegia: Tritunggal (Bapa, Anak, roh kudus), kira-kira abad ke 13 M.
2.   Perancis: Tritunggal, kira-kira abad ke 14 M.
3.   Italia: Tritunggal, kira-kira abad ke 15 M.
4.   Jerman: Tritunggal, kira-kira abad ke 19 M.
5.   Jerman: Tritunggal, abad ke 20 M.

Untuk kelima contoh ini, semuanya adalah patung dari Tritunggal dalam negara-negara Kristen / Katolik. Aneh kalau Tritunggalnya bisa digambarkan / dipatungkan, karena dalam kekristenan itu dilarang. Mungkin ini hanya dalam sekte-sekte tertentu saja (atau Katolik), atau sekedar gambar / patung yang bersifat seni (sekalipun ini tentu salah!).

Bdk. Ulangan 4:15-18 - “(15) Hati-hatilah sekali - sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api - (16) supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan; (17) yang berbentuk binatang yang di bumi, atau berbentuk burung bersayap yang terbang di udara, (18) atau berbentuk binatang yang merayap di muka bumi, atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi”.

Calvin: “his spiritual nature forbids our imagining anything earthly or carnal of him.” [= sifat / hakekatNya yang rohani melarang kita untuk membayangkan apapun yang bersifat duniawi atau daging tentang Dia.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 1.

Ini juga berlaku untuk kata-kata dan gambar / foto yang mereka berikan dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 2, dimana mereka memberikan gambar dari karya pahatan dari Allah Tritunggal dari abad ke 14 M, disertai dengan kata-kata: “Karya pahatan Tritunggal dari Yesus Kristus, Bapa, dan roh kudus dari abad keempat belas (M.). Perhatikan ada tiga pribadi tetapi hanya empat kaki”.

Ini lagi-lagi merupakan suatu serangan bodoh, karena jelas bahwa ‘empat kaki’ tidak menunjukkan ketunggalan, kecuali kalau Allahnya dianggap sebagai binatang berkaki empat! Selain itu, kalau saudara memperhatikan gambar yang mereka berikan, mungkin sebetulnya gambar itu bukannya hanya mempunyai empat tetapi enam kaki, karena kaki-kaki dari pribadi yang di tengah tidak terlihat karena tertutup oleh kaki-kaki dari pribadi yang ada di kanan dan di kirinya (ketiga patung bukan menghadap ke depan, tetapi agak menyudut).

d)   Doktrin Allah Tritunggal jelas berasal dari Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci / Firman Allah inilah Allah mewahyukan / menya­takan diriNya kepada kita supaya kita bisa mengenal Allah yang benar.
Manusia tidak bisa mengerti doktrin Allah Tritunggal itu secara keseluruhan; lalu bagaimana mungkin manusia bisa menciptakannya?

Loraine Boettner: “We should notice that the doctrine of the Trinity is the distinctive mark of the Christian religion, setting it apart from all the other religions of the world. Working without  the benefit of the revelation made in Scripture, men have, it is true, arrived at some limited truths concerning the nature and Person of God. The pagan religion, as well as all philosophical speculations, are based on natural religion and can, therefore, rise no higher conception than that of the unity of God. In some systems we find monotheism with its belief in only one God. In others we find polytheism with its belief in many separate gods. But none of the pagan religions, nor any of the systems of speculative philosophy have ever arrived at a trinitarian conception of God. The fact of the matter is that apart from supernatural revelation there is nothing in human consciousness or experience which can give man the slightest clue to the distinctive God of the Christian faith, the triune, incarnate, redeeming, sanctifying God. Some of the pagan religions have set forth triads of divinities, such as, for instance, the Egyptian triad of Osiris, Isis, and Horus, which is somewhat analogous to the human family with father, mother and child; or the Hindu triad of Brahma, Vishnu, and Schiva, which in the cycle of pantheistic evolution personifies the creative, preservative and destructive powers of nature; or the triad set forth by Plato, of goodness, intellect and will, - which are not examples of true and proper tri-personality, not real persons who can be addressed and worshipped, but only personifications of the faculties or attributes of God. None of these systems have anything in common with the Christian doctrine of the Trinity except the notion of ‘threeness’” [= Kita harus memperhatikan bahwa doktrin Tritunggal merupakan ciri yang khusus / membedakan dari agama Kristen, memisahkannya dari semua agama-agama lain di dunia. Bekerja tanpa manfaat dari wahyu yang dibuat dalam Kitab Suci, memang manusia telah sampai pada beberapa kebenaran yang terbatas mengenai hakekat / sifat dasar dan Pribadi dari Allah. Agama kafir, maupun semua spekulasi yang bersifat filsafat, didasarkan pada agama alamiah, dan karena itu, tidak bisa membangkitkan konsep yang lebih tinggi dari pada konsep tentang kesatuan Allah. Dalam beberapa sistim / agama, kita mendapati monotheisme dengan kepercayaannya kepada hanya satu Allah. Dalam sistim / agama yang lain kita mendapati polytheisme dengan kepercayaannya kepada banyak allah-allah yang terpisah. Tetapi tidak ada dari agama kafir, ataupun sistim dari filsafat spekulatif manapun, yang pernah sampai pada konsep tritunggal tentang Allah. Faktanya adalah, bahwa terpisah dari wahyu supranatural, tidak ada apapun dalam kesadaran atau pengalaman manusia yang bisa memberikan manusia petunjuk yang paling kecil kepada Allah yang khusus / membedakan dari iman Kristen, Allah yang tritunggal, yang berinkarnasi, menebus, menguduskan. Beberapa dari agama-agama kafir telah mengajukan / menyatakan tritunggal-tritunggal dari keilahian, seperti misalnya, tritunggal Mesir dari Osiris, Isis dan Horus, yang agak analog dengan keluarga manusia dengan bapa, ibu dan anak; atau tritunggal Hindu dari Brahma, Wisnu, dan Syiwa, yang dalam siklus dari evolusi yang bersifat pantheisme mempersonifikasikan kuasa-kuasa alam yang mencipta, memelihara dan merusak; atau tritunggal yang diajukan / dinyatakan oleh Plato, dari kebaikan, intelek dan kemauan / kehendak, - yang bukan merupakan contoh-contoh dari tiga kepribadian yang benar, bukan benar-benar pribadi yang bisa dipanggil / disapa / diajak bicara dan disembah, tetapi hanya personifikasi dari kemampuan atau sifat-sifat dari Allah. Tidak ada dari sistim-sistim ini yang mempunyai persamaan apapun dengan doktrin Kristen tentang Tritunggal kecuali gagasan tentang ‘ketigaan’] - ‘Studies in Theology’, hal 80-81.

6)   Saksi-Saksi Yehuwa menganggap doktrin Allah Tritunggal sebagai tidak bisa dimengerti, tidak masuk akal, dan sebagainya.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Banyak orang beriman yang tulus merasa hal itu membingungkan, bertentangan dengan akal sehat, benar-benar sulit dipahami. Bagaimana mungkin, sang Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan roh kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah melainkan hanya satu Allah?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 4.

Dan mereka lalu mengutip 1Kor 14:33 untuk membuktikan bahwa ajaran Tritunggal ini tidak datang dari Allah.
1Kor 14:33 - “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.”.

Saksi-Saksi Yehuwa menambahkan: “Tetapi, dengan berkukuh bahwa Tritunggal adalah misteri yang begitu membingungkan karena berasal dari wahyu ilahi, mereka menciptakan problem besar lain. Mengapa? Karena dalam wahyu ilahi itu sendiri tidak ada pandangan demikian mengenai Allah: ‘Allah ... bukan Allah yang suka pada kekacauan’ - 1Korintus 14:33, Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS). Mengingat pernyataan itu, mungkinkah Allah akan mencetuskan doktrin mengenai diri-Nya sendiri yang begitu membingungkan sehingga bahkan para sarjana Ibrani, Yunani, dan Latin tidak dapat menjelaskannya? - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 4-5.

Dalam buku yang sama juga ditambahkan bahwa orang-orang sederhana / tidak terpelajarpun bisa mengenal Allah, dan ini tidak memungkinkan adanya doktrin yang begitu sukar / membingungkan tentang Allah.

“Selain itu, apakah orang-orang harus menjadi teolog untuk dapat mengenal satu-satunya Allah yang benar dan Yesus Kristus yang telah Ia utus? (Yohanes 17:3). Jika demikian halnya, mengapa begitu sedikit dari para pemimpin agama Yahudi yang terpelajar mengakui Yesus sebagai Mesias? Sebaliknya, murid-muridNya yang setia, adalah petani-petani, nelayan, pemungut cukai, ibu-ibu rumah tangga yang sederhana. Orang-orang sederhana tersebut begitu yakin dengan apa yang Yesus ajarkan tentang Allah sehingga mereka dapat mengajarkannya kepada orang lain dan bahkan rela mati demi kepercayaan mereka - Matius 15:1-9  21:23-32,43  23:13-36  Yohanes 7:45-49  Kisah 4:13” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 5.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Mengenai Tritunggal, Kredo Athanasia (dalam bahasa Inggris) mengatakan bahwa anggota-anggotanya ‘tidak dapat dimengerti.’ Guru-guru dari doktrin tersebut sering mengatakan bahwa itu suatu ‘misteri.’ Jelas bahwa Allah Tritunggal bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus ketika ia berkata: ‘Kami menyembah apa yang kami kenal.’ (Yohanes 4:22)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 413.

Jawaban kita:

a)   Sekalipun saya / kristen mengakui bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi dalam Kredo / Pengakuan Iman Athanasius tidak ada kata-kata seperti itu.

Pengakuan Iman Athanasius:

“1. Whosoever wishes to be saved, it is above all necessary for him to hold the Catholic faith.  2. Which, unless each one shall preserve perfect and inviolate, he shall certainly perish forever.  3. But the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity.  4. Neither confounding the persons, nor separating the substance.  5. For the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another.  6. But of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty.  7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost.  8. The Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy Ghost uncreated.  9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense.  10. The Father is eternal, the Son eternal, the Holy Ghost eternal.  11. And yet there are not three eternals, but one eternal.  12. So there are not three (beings) uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense.  13. In like manner the Father is omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent.  14. And yet there are not three omnipotents, but one omnipotent.  15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God.  16. And yet there are not three Gods, but one God.  17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord.  18. And yet there are not three Lords, but one Lord.  19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords.  20. The Father was made from none, nor created, nor begotten.  21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created, but begotten.  22. The Holy Ghost is from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but proceeding.  23. Therefore there is one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not three Holy Ghosts.  24. And in this trinity no one is first or last, no one is greater or less.  25. But all the three co-eternal persons are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both unity in trinity, and trinity in unity is to be worship.  26. Therefore, he who wishes to be saved must think thus concerning the trinity.  27. But it is necessary to eternal salvation that he should also faithfully believe the incarnation of our Lord Jesus Christ.  28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man.  29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother.  30. Perfect God, perfect man, subsisting of a rational soul and human flesh.  31. Equal to the Father in respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity.  32. Who, although he is God and man, is not two but one Christ.  33. But one, not from the conversion of his divinity into flesh, but from the assumption of his humanity into God.  34. One not at all from confusion of substance, but from unity of person.  35. For as a rational soul and flesh is one man, so God and man is one Christ.  36. Who suffered for our salvation, descended into hell, the third day rose from the dead.  37. Ascended to heaven, sitteth at the right hand of God the Father omnipotent, whence he shall come to judge the living and the dead.  38. At whose coming all men shall rise again with their bodies, and shall render an account for their own works.  39. And they who have done well shall go into life eternal; they who have done evil into eternal fire.  40. This is the Catholic faith, which, unless a man shall faithfully and firmly believe, he can not be saved.” [= 1. Barangiapa yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am. 2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya. 3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar. 10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar. 13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar. 23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah. 26. Karena itu, ia yang ingin diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal. 27. Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus. 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. 31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus. 33. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari penerimaan / pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke dalam Allah. 34. Satu, sama sekali bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi. 35. Karena sebagaimana jiwa yang rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus. 36. Yang menderita untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. 37. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa, darimana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. 38. Pada kedatangan siapa semua manusia akan bangkit kembali dengan tubuhnya, dan akan mempertanggungjawabkan pekerjaan / perbuatan mereka sendiri. 39. Dan mereka yang telah berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam api yang kekal. 40. Inilah iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan.] - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Ini lagi-lagi menunjukkan betapa gegabahnya dan dengan seenaknya sendiri Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa ini memberikan pernyataan, yang sangat jauh dari kebenaran.

b)   Memang harus diakui bahwa doktrin tentang Allah Tritunggal itu sangat sukar dan bahkan tidak dapat dimengerti sepenuhnya.

Tetapi sukarnya doktrin tentang Allah (tritunggal) itu justru cocok dengan ajaran Kitab Suci.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini.

1.   Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.”.

Pertanyaan dalam Ayub 11:7 itu jelas harus dijawab ‘Tidak!’.

Matthew Henry (tentang Ayub 11:7): “We may, by searching find God (Acts 17:27), but we cannot find him out in any thing he is pleased to conceal; we may apprehend him, but we cannot comprehend him; we may know that he is, but cannot know what he is. ... We may, by a humble, diligent, and believing search, find out something of God, but cannot find him out to perfection; we may know, but cannot know fully, what God is, nor find out his work from the beginning to the end, Eccl. 3:11. Note, God is unsearchable.” [= Kita bisa, dengan mencari, menemukan Allah (Kis 17:27), tetapi kita tidak bisa menemukan Dia dalam hal apapun yang Ia berkenan untuk menyembunyikan; kita bisa memahami / mengerti Dia, tetapi kita tidak dapat memahami / mengerti Dia dengan sepenuhnya; kita bisa mengetahui bahwa Ia ada, tetapi kita tidak bisa tahu apa Dia itu. ... Kita bisa, dengan pencarian yang rendah hati, rajin, dan percaya, mengetahui sesuatu tentang Allah, tetapi kita tidak dapat mengetahui Dia dengan sempurna; kita bisa tahu / mengenal, tetapi tidak bisa tahu / mengenal dengan sepenuhnya, apa Allah itu, ataupun memahami pekerjaanNya dari awal sampai akhir, Pkh 3:11. Perhatikan, Allah itu tidak terselidiki / terselami.].
Bdk. Pkh 3:11b - “Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
Kalau pekerjaan Allah saja manusia tidak bisa menyelami, apalagi Allahnya sendiri!

2.   Ayub 36:26 - “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak dapat diselidiki.”.
NIV: How great is God - beyond our understanding! The number of his years is past finding out. [= Alangkah besarnya Allah - melampaui pengertian kita! Jumlah tahun-tahunNya tidak dapat diselidiki].
Kalau jumlah tahun-tahun Allah itu saja tidak dapat kita selidiki, apalagi Allahnya sendiri!

3.   Ayub 37:5b,22-23 - “(5b) ... Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita; ... (22) Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya.”.
Ay 5bnya menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah saja begitu besar sehingga tidak bisa kita mengerti, apalagi Allahnya sendiri. Dan bahwa Allahnya sendiri tidak bisa kita mengerti, ditekankan lagi oleh ay 22-23nya.

Jadi, adalah sesuatu yang Alkitabiah kalau ajaran ten­tang Allah Tritunggal itu tidak bisa dimengerti sepenuhnya. Bukan hanya lebih Alkitabiah, tetapi bahkan juga lebih logis. Menga­pa? Karena Allah itu memang mahabesar / tidak terbatas, sedangkan otak / pikiran kita sangat terbatas. Kalau otak / pikiran kita yang sangat terbatas ini bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tidak terbatas, maka itu justru tidak masuk akal, dan juga tidak Alkitabiah karena tidak sesuai dengan ayat-ayat di atas ini!
Ada seorang yang bahkan berani mengatakan: kalau ada orang yang bisa mengajarkan doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka orang itu pasti pengajar sesat!
Ini bisa diterapkan pada ajaran tentang doktrin Allah dari Saksi Yehuwa. Doktrin mereka tentang Allah (Yehuwa) yang tunggal mutlak, begitu sederhana dan bisa dimenger­ti sepenuhnya, dan karenanya justru merupakan ajaran sesat!

c)   Sekarang bagaimana dengan Yoh 4:22?
Yoh 4:22 - “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi”.
Tidak ada problem dengan ayat ini. Kita yang mengenal Allah melalui pengertian yang benar dari Kitab Suci, bisa mengatakan hal yang sama. Kita bisa berkata bahwa kita mengenal Allah, tetapi kita tidak bisa berkata bahwa kita mengerti Dia dengan sempurna.

Matthew Henry (tentang Yoh 4:22): “‘We know what we worship. We go upon sure grounds in our worship, for our people are catechised and trained up in the knowledge of God, as he has revealed himself in the scripture.’ Note, Those who by the scriptures have obtained some knowledge of God (a certain though not a perfect knowledge) may worship him comfortably to themselves, and acceptably to him, for they know what they worship.” [= ‘Kami tahu / kenal apa yang kami sembah. Kami berjalan di atas tanah / dasar yang pasti dalam ibadah / penyembahan kami, karena bangsa kami diberi pelajaran dasar dan dididik dalam pengetahuan / pengenalan terhadap Allah, sebagaimana Ia telah menyatakan diriNya sendiri dalam Kitab Suci’. Perhatikan, Mereka yang dengan Kitab Suci telah mendapatkan suatu pengetahuan tentang Allah (suatu pengetahuan yang pasti, sekalipun bukan pengetahuan yang sempurna) bisa menyembah Dia dengan menyenangkan bagi diri mereka sendiri, dan bisa diterima bagi Dia, karena mereka tahu / kenal apa yang mereka sembah.].

Saya ingin mengutip ulang kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas. Mereka berkata: “Jelas bahwa Allah Tritunggal bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus ketika ia berkata: ‘Kami menyembah apa yang kami kenal.’ (Yoh. 4:22)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 413.

Kalau kata-kata orang-orang sesat di atas ini benar, maka Paulus juga mempunyai Allah, yang bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus, karena Paulus berkata dalam 1Kor 13:8-12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. (12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”.

Penyelesaian yang sebenarnya adalah sebagai berikut: ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang terbatas, sejauh yang Allah kehendaki / nyatakan tentang diriNya sendiri. Ini cukup untuk keselamatan kita! Tetapi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang sempurna.

d)   Dalam 2Pet 3:15b-16 Petrus mengatakan bahwa dalam tulisan Paulus ada hal-hal yang sukar dimengerti.
2Pet 3:15b-16 - “(15b) ... seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.”.

Juga dalam 1Korintus 3:2 dan Ibrani 5:11-14, Paulus dan penulis surat Ibrani berbica­ra tentang ‘makanan keras’ yang jelas menunjuk pada ajaran yang sukar.
Ini semua membuktikan bahwa Kitab Suci sendiri mengakui bahwa dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang sukar. Karena itu kalau melalui penggalian Kitab Suci akhirnya dihasilkan doktrin Allah Tritung­gal yang begitu sukar, ini tidak mengherankan!

e)   Banyak orang menyalah-gunakan 1Kor 14:33,40 untuk menyerang ajaran yang mereka anggap kacau / salah.
Dalam menafsirkan suatu ayat, kita tidak boleh mengabaikan kontext dari ayat tersebut. Dan 1Kor 14:33 ada dalam kontext yang membicarakan penggunaan bahasa roh (1Kor 14:27-28) dan nubuat (1Kor 14:29-32) dalam ibadah / kebaktian.

1Kor 14:27-33,40 - “(27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. ... (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.”.
Catatan: kata ‘sopan’ dalam ay 40 seharusnya ‘benar’ atau ‘pantas’ / ‘selaras’.

Dalam text ini Paulus / Tuhan memberikan peraturan tentang penggunaan bahasa roh dan nubuat dalam kebaktian (perhatikan kata-kata ‘dalam pertemuan jemaat’ dalam ay 28), supaya tidak terjadi kekacauan dalam ibadah / kebaktian, karena Allah tidak senang kekacauan seperti itu. Ia menghendaki kebaktian yang tertib!
Jadi, 1Kor 14:33,40 berbicara tentang kekacauan dalam ibadah / kebaktian, bukan dalam hal ajaran.
Karena itu, kalau ayat ini dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk menentang doktrin Allah Tritunggal, yang mereka anggap sebagai ajaran yang kacau, maka jelas bahwa mereka sudah melepas ayat itu dari kontextnya (‘out of context’!). Ini memang salah satu taktik busuk dari Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa ini!

f)    Ajaran tentang Allah Tritunggal bukanlah suatu kekacauan yang membingungkan. Ajaran ini tidak bertentangan dengan akal / logi­ka, tetapi melampaui akal / logika.

Sedikit penjelasan untuk hal itu: kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat dan 3 hakekat pada saat yang sama, maka itu berten­tangan dengan akal / logika dan itu betul-betul merupakan suatu kekacauan. Demikian juga kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama. Tetapi kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat tetapi 3 pribadi, itu tidak bertentangan dengan akal / logika, tetapi melampaui akal / logi­ka. Mengapa saya katakan ‘melampaui akal / logika’? Karena kita tidak bisa membayangkan bagaimana satu hakekat dengan tiga pribadi itu!

W. G. T. Shedd: “The clue to the right construction of the doctrine of the Trinity, lies in the accurate distinction and definition of Essence and Person. The doctrine is logically consistent, because it affirms that God is one in another sense than he is three; and three in another sense than he is one. If it affirmed unity in the same respect that it affirms trinality, the doctrine would be self-contradictory.” [= Petunjuk pada konstruksi / penyusunan doktrin Tritunggal, terletak pada pembedaan dan pendefinisian yang akurat / tepat dari ‘Hakekat’ dan ‘Pribadi’. Doktrin ini konsisten secara logika, karena doktrin ini menegaskan bahwa Allah itu satu dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu tiga, dan tiga dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu satu. Seandainya doktrin ini menegaskan kesatuan dalam hal yang sama dengan pada waktu doktrin ini menyatakan ke-tiga-an, maka doktrin ini bertentangan dengan dirinya sendiri.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 268.

g)   Sedangkan tentang serangan mereka bahwa dengan adanya doktrin Allah Tritunggal itu berarti bahwa orang harus menjadi teolog untuk bisa mengenal Allah, maka saya memberikan jawaban sebagai berikut:

1.   Sedikit banyak setiap orang kristen memang harus menjadi teolog! Pada waktu seseorang mendengar dan mengerti Injil, yang intinya adalah bahwa Yesus telah mati untuk menebus dosa-dosa manusia, bukankah sebetulnya ia sudah berteologia?

2.   Kekristenan tidak mengajarkan bahwa seseorang harus mengerti seluruh doktrin Allah Tritunggal baru bisa diselamatkan!
a.   Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan ‘mengenal’ Allah, bukan ‘mengerti’ Allah!
b.   Disamping itu, Yesus berkata bahwa barangsiapa yang melihat Dia sudah melihat Allah, dan barangsiapa mengenal Dia sudah mengenal Allah.
Yoh 14:7,9 - “(7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’ ... (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”.
Karena itu, maka orang yang mengenal Yesus / percaya kepada Yesus, sekalipun tidak menjadi ahli teologia yang mengerti seluruh doktrin Allah Tritunggal, sudah mengenal Allah / diselamatkan. Jadi, orang yang sederhana sekalipun bisa saja mengenal Allah dan diselamatkan!

A. A. Hodge sendiri, sebelum menuliskan Pengakuan Iman Athanasius, mengomentarinya dengan kata-kata sebagai berikut: “It presents a most admirably stated exposition of the faith of all Christians, and it is objected to only because of the ‘damnatory clause,’ which ought never to be attached to any human composition, especially one making such nice distinctions upon so profound a subject.” [= Ini menyajikan exposisi tertulis yang paling mengagumkan dari iman semua orang Kristen, dan keberatan terhadapnya hanyalah karena ‘kalimat ancaman / kutukan’, yang tidak pernah boleh diberikan pada komposisi manusia manapun, khususnya tentang sesuatu yang membuat perbedaan yang sukar / teliti seperti itu tentang persoalan yang begitu mendalam.] - ‘Outlines of Theology’, hal 117.
Catatan: yang dimaksud dengan ‘damnatory clause’ [= anak kalimat ancaman / kutukan] adalah point no 1,2,26,40.

Saya setuju dengan kata-kata A. A. Hodge ini. Doktrin tentang Allah Tritunggal yang begitu rumit ini bukanlah doktrin dasar dalam persoalan keselamatan, dan karena itu tidak boleh dijadikan sebagai syarat keselamatan.
Memang di satu sisi saya berpendapat bahwa kalau ada orang ‘kristen’ yang tingkat I.Q.nya maupun pendidikannya cukup baik, dan ia telah mendapat penjelasan tentang Allah Tritunggal, lengkap dengan dasar-dasar Kitab Sucinya, tetapi ia tetap menolaknya, maka bisa dipastikan bahwa ia bukanlah orang kristen yang sejati (karena kalau ia adalah orang kristen yang sejati, ia pasti mempunyai Roh Kudus, dan Roh Kudus itu pasti akan mendorongnya untuk mempercayai ajaran Kitab Suci yang benar), dan karenanya ia tidak selamat.
Tetapi di sisi yang lain, kalau ada orang desa yang I.Q.nya maupun pendidikannya sangat rendah, atau ada orang yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk diajar tentang doktrin Allah Tritunggal ini, sehingga memang tidak memungkinkannya mengerti tentang doktrin ini, maka sukar dipercaya bahwa kepercayaan tentang doktrin ini menjadi syarat mutlak bagi keselamatannya.

Tetapi ada penafsiran yang lain tentang kata-kata dalam Pengakuan Iman Athanasius tersebut. C. S. Lewis dalam ‘Introduction’ yang ia berikan dalam buku Athanasius yang berjudul ‘On The Incarnation’ memberikan komentar sebagai berikut tentang pasal yang kedua dalam Pengakuan Iman Athanasius tersebut:

“The words ‘Which Faith except every one do keep whole and undefiled, without doubt he shall perish everlastingly’ are the offence. They are commonly misunderstood. The operative word is ‘keep’; not ‘acquire’ or even ‘believe’, but ‘keep’. The author, in fact; is not talking about unbelievers, but about deserters, not about those who have never heard of Christ, nor even those who have misunderstood and refused to accept Him, but of those who having really understood and really believed, then allow themselves, under the sway of sloth or of fashion or any other invited confusion to be drawn away into sub-Christian modes of thought. They are a warning against the curious modern assumption that all changes of belief, however brought about, are necessarily exempt from blame.” [= Kata-kata ‘Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya’ adalah batu sandungannya. Kata-kata ini seringkali disalah-mengerti. Kata yang digunakan adalah ‘memelihara / mempertahankan’; bukan ‘mendapatkan’ atau bahkan ‘percaya’, tetapi ‘memelihara / mempertahankan’. Sebenarnya sang pengarang bukan berbicara tentang orang-orang yang tidak percaya, tetapi tentang orang-orang yang murtad / meninggalkan iman, bukan tentang mereka yang tidak pernah mendengar tentang Kristus, atau bahkan mereka yang telah salah mengerti dan menolak untuk menerima Dia, tetapi tentang mereka yang pernah betul-betul mengerti dan betul-betul percaya, lalu mengijinkan diri mereka sendiri, di bawah goyangan / pengaruh dari kemalasan atau dari mode atau kebingungan lain yang diundang, ditarik ke dalam cara pemikiran yang lebih rendah dari pemikiran Kristen. Kata-kata itu adalah suatu peringatan terhadap pandangan modern yang aneh bahwa semua perubahan kepercayaan, bagaimanapun terjadinya, pasti bebas dari kesalahan.] - hal 8.

3.   Orang bisa mengenal Allah / Yesus bukan karena kemampuan dirinya sendiri dalam berpikir dan mencari kebenaran. Seseorang bisa mengenal Allah / Yesus, karena pekerjaan Tuhan sendiri di dalam diri orang itu. Ini terlihat dari banyak ayat Kitab Suci, seperti:
a.   Mat 11:25,27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. ... (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”.
b.   Mat 16:15-17 - “(15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga.”.
c.   Yoh 6:44a,65b - “(44a) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, ... (65b) Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
d.   Kis 11:18b - “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”.
e.   1Kor 12:3b - tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus..
f.    Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,”.

Karena itu orang sederhanapun bisa mengenal Allah / Yesus kalau Allah mau menyata­kan diriNya kepada orang itu, dan sebaliknya, orang pandaipun tidak akan bisa mengenal Allah / Yesus kalau Allah tidak berkenan menyatakan diriNya kepadanya.

4.   Ajaran Saksi Yehuwa sendiri juga sangat sukar.

a.   Ajaran mereka tentang Yesus sangat sukar.
Padahal Saksi Yehuwa mengatakan bahwa pengetahuan tentang Allah akan tertutup, kalau seseorang tak mengerti dengan seksama tentang Yesus.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bagaimanapun juga, pengetahuan tentang Allah akan tertutup bagi kita jika kita tidak mendapatkan pemahaman yang saksama tentang tokoh penting ini, Yesus Kristus.” - ‘Pengetahuan Yang Membimbing Kepada Kehidupan Abadi’, hal 32.

Doktrin dari Saksi Yehuwa tentang Allah / Yahweh memang mudah, tetapi doktrin mereka tentang Yesus sangat sukar!
Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yesus sebagai ‘suatu allah’, mereka ‘buktikan’ dengan penjelasan yang sangat sukar, dengan menggunakan gramatika bahasa Yunani berkenaan dengan Yoh 1:1, dsb. Ini masih ditambah lagi dengan kepercayaan mereka bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael. Bagaimana malaikat bisa adalah ‘suatu allah’? Juga mereka berpandangan bahwa pada saat Yesus menjadi manusia, Ia kehilangan keilahianNya / ke-malaikat-anNya, sehingga Ia hanyalah manusia biasa saja. Lalu pada waktu Yesus ‘bangkit’, Ia kembali menjadi ‘suatu allah’ / malaikat lagi. Bagaimana ‘suatu allah’ bisa kehilangan ‘keilahian’nya, lalu mendapatkannya kembali?

b.   Saksi Yehuwa juga beranggapan bahwa seseorang baru bisa selamat, kalau sudah mempelajari doktrin Allah Tritunggal sampai ke akar perdebatannya, lalu menyatakannya sebagai salah, dan memeluk kepercayaan Saksi Yehuwa tentang Allah.

Saksi-Saksi Yehuwa: “Karena Yesus sendiri berkata: ‘Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.’ Jadi seluruh masa depan kita bergantung pada mengenal sifat yang sebenarnya dari Allah, dan hal itu berarti memeriksa sampai ke akar dari perdebatan mengenai Tritunggal. Maka, tidakkah sebaiknya anda mengujinya sendiri? - Yohanes 17:3” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 3.

Dari kata-kata ini, jelas mereka berpandangan bahwa seseorang harus mengenal sifat yang sebenarnya dari Allah, mempelajari doktrin Allah Tritunggal yang sukar itu sampai ke akarnya, dan lalu menganggapnya salah, dan memeluk ajaran Saksi Yehuwa, baru orang itu bisa selamat. Bukankah ini juga mengharuskan seseorang menjadi teolog kalau ia mau selamat? Bahkan, bukankah kata-kata ini menunjukkan bahwa seseorang harus menjadi teolog Kristen dan teolog Saksi Yehuwa baru bisa selamat? Saya berpendapat bahwa kata-kata konyol / bodoh ini menampar muka mereka sendiri!

c.   Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa hanya mengatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal saja yang merupakan suatu kekacauan, dan tidak memandang ajaran mereka sendiri dengan cara yang sama?
Karena itu terhadap serangan Saksi Yehuwa ini, sebagai tambahan jawaban, saya kutipkan Mat 7:3-5 - “(3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
Catatan: kata ‘saudara’ dalam ayat ini artinya ‘sesama manusia’, bukan ‘saudara seiman’!

III) Argumentasi-argumentasi berkenaan dengan neraka / Firdaus.

1)   Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai hanya 144.000 orang akan masuk surga, dan jumlah itu sudah terisi semua (ada yang sudah mati ada yang belum). Jadi, mereka yakin tak akan masuk surga, tetapi hanya berharap untuk masuk ke Firdaus (bumi yang akan disempurnakan nanti). Sisanya akan dimusnahkan, karena mereka tak percaya adanya neraka / hukuman / siksaan kekal.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Keselamatan terbuka bagi banyak sekali orang yang memperlihatkan iman yang sejati dalam persediaan yang Allah telah buat melalui Yesus. Namun Alkitab mengatakan bahwa hanya 144.000 yang akan pergi ke surga untuk tinggal bersama dengan Kristus.” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 209.

a)         Bilangan 144.000 ini mereka dapatkan dari:
1.   Wah 7:4-8 - “(4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. (5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu, (6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu, (7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu, (8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.”.
2.   Wah 14:1-3 - “(1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis namaNya dan nama BapaNya. (2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.”.

b)         Bilangan 144.000 ini mereka artikan secara hurufiah.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Pandangan bahwa jumlah itu bersifat harafiah selaras dengan pernyataan Yesus di Matius 22:14 mengenai Kerajaan surga: ‘Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 379.
Mereka juga menggunakan Luk 12:32 yang berkata bahwa yang diberi Kerajaan itu hanyalah ‘kawanan kecil’.
Luk 12:32 - “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.”.

c)   Tidak ada orang jaman Perjanjian Lama (termasuk Abraham, Ishak, Yakub) yang masuk ke surga!
‘Israel’ / ‘suku-suku Israel’ dalam Wah 7:4-8 itu mereka artikan sebagai ‘Israel rohani’, dan mereka menggunakan Gal 3:28-29 dan Ro 2:28-29 sebagai dasar. Jadi mereka menganggap bahwa hanya orang-orang sejak jaman hari Pentakosta yang bisa terpilih dalam 144.000 orang itu, dan dengan demikian Yohanes Pembaptis juga mereka anggap tidak masuk surga.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “... Yesus menunjukkan bahwa Yohanes tidak akan masuk dalam Kerajaan surgawi, karena yang terkecil di sana lebih besar daripada Yohanes. Yohanes menyediakan jalan bagi Yesus tetapi ia mati sebelum Kristus memeteraikan perjanjian itu dengan murid-muridnya, agar mereka dapat memerintah bersama dia dalam Kerajaannya. Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa Yohanes tidak akan berada dalam Kerajaan surgawi. Sebaliknya Yohanes akan menjadi warga dari Kerajaan Allah di bumi.” - ‘Tokoh Terbesar Sepanjang Masa’, bab 38.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Tak lama sesudah Yesus dibangkitkan dari antara orang mati, rasul Petrus mengatakan kepada sekumpulan orang Yahudi: ‘Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Sebab bukan Daud yang naik ke sorga.’ (Kisah 2:29,34) Jadi Daud, orang yang baik itu tidak pergi ke surga.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 120-121.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Dalam penderitaannya, Ayub berdoa kepada Allah: ‘Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati (‘Sheol,’ NW; ‘kuburan’), melindungi aku, sampai murkaMu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula!’ Ayub berharap, agar jika ia mati, ia akan menjadi tidak sadar dalam kuburan. Ia tahu bahwa ia tidak akan pergi ke surga. Akan tetapi, ia mempunyai harapan, seperti yang diterangkannya: ‘Kalau manusia mati dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku (waktu yang ditetapkan dalam kuburan), sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut.’ - Ayub 14:13-15.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 121.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Ketika Yesus berada di bumi, yaitu lebih dari 4.000 tahun setelah pemberontakan Adam dan Hawa, ia berkata: ‘Tidak seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak  Manusia.’ - Yohanes 3:13. Karena itu, menurut kata-kata Yesus sendiri, tidak seorangpun telah pergi ke surga selama 4.000 tahun sejarah manusia sampai pada zaman Yesus. ... semua pria dan wanita yang mati setia sebelum Yesus mati, mempunyai harapan untuk hidup kembali di bumi, bukan di surga.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 121-122.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: Berkenaan Yohanes Pembaptis, malaikat Yehuwa mengatakan: ‘Ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya.’ (Lukas 1:15) Dan Yesus belakangan mengatakan: ‘Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya (Mengapa? Karena Yohanes tidak akan berada di surga dan dengan demikian ia tidak perlu ‘dilahirkan kembali’). - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 96.
Mat 11:11 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.”.

d)   Saksi-Saksi Yehuwa sendiri pada umumnya tidak termasuk dalam bilangan 144.000 ini. Jadi mereka yakin bahwa mereka tidak akan masuk surga. Mereka hanya berharap untuk bisa tetap tinggal di Firdaus / bumi yang telah disempurnakan (termasuk golongan 2 di bawah).

Saksi-Saksi Yehuwa berkata: “Bertentangan dengan anggota-anggota dari agama-agama Susunan Kristen, mayoritas Saksi-Saksi Yehuwa mengharapkan kehidupan kekal, bukan di surga, melainkan di bumi.” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa Pemberita Kerajaan Allah’, hal 159.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Seluruhnya, hanya 144.000 orang yang pada akhirnya membentuk ‘jemaat Allah.’ Dewasa ini hanya ada beberapa dari mereka, suatu sisa, yang masih hidup di bumi. Umat Kristen yang berharap untuk hidup kekal di bumi mencari bimbingan rohani dari anggota ‘jemaat dari Allah yang hidup’ ini.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 126.

Perlu diketahui bahwa ajaran ini baru muncul pada tahun 1931. Sebelum ini Saksi-Saksi Yehuwa percaya dan mengajarkan bahwa semua Saksi-Saksi Yehuwa akan masuk ke surga. Tetapi pada tahun 1931, pada saat jumlah Saksi-Saksi Yehuwa sudah melampaui 144.000, menyebabkan mereka terpaksa menciptakan ajaran ini.

Penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya itu mengatakan bahwa masih ada sekitar 8.000 Saksi-Saksi Yehuwa jaman sekarang, yang masih hidup, yang termasuk dalam jumlah 144.000 orang tersebut! Mereka disebut dengan istilah ‘orang-orang yang terpilih’.

Saya bertanya: ‘Dari mana bisa tahu bahwa seseorang termasuk dalam jumlah 144.000 itu?’. Ia menjawab: ‘Dari pengakuan orang itu sendiri.’. Orang itu mendapatkan semacam pencerahan dari Tuhan, sehingga ia tahu hal itu, dan ia lalu memberitahukan hal itu kepada Saksi-Saksi Yehuwa yang lain.
Jadi ini sesuatu yang sangat subyektif, dan merupakan suatu kepercayaan yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci apapun. Ini berarti bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menerima kata-kata manusia yang tidak ada dasar Kitab Sucinya sama sekali. Waktu saya bertanya: ‘Bagaimana kalau mereka berdusta?’. Sang Penatua menjawab: ‘Kita bisa melihat dari buahnya.’. Saya berkata: ‘Melihat buah bukan sesuatu yang mudah. Sampai saat terakhir tidak ada murid yang tahu bahwa Yudas Iskariot akan seorang pengkhianat / Kristen KTP.’.

Saksi-Saksi Yehuwa menambahkan lagi: “Umat Kristen yang berharap untuk hidup kekal di bumi mencari bimbingan dari anggota ‘jemaat dari Allah yang hidup’ ini.” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 126.

Dan sang penatua juga mengatakan bahwa mereka ini (yang disebut ‘orang-orang terpilih’), kerjanya belajar dan menulis buku-buku yang lalu dipelajari oleh Saksi-Saksi Yehuwa yang lain.

e)         Tentang tidak adanya neraka:
Saksi-Saksi Yehuwa berkata:
1.   “Imperfect man does not even torture a mad dog, but kills it. And yet the clergymen attribute to God, who is love, the wicked crime of torturing human creatures merely because they had the misfortune to be born sinners.” [= Manusia yang tidak sempurna tidak akan menyiksa anjing yang gila sekalipun, tetapi membunuh­nya. Sekalipun demikian, para pendeta / pastor menghubungkan dengan Allah, yang adalah kasih, perbuatan jahat menyiksa manu­sia, semata-mata karena mereka mengalami kesialan dilahirkan sebagai orang berdosa.] - ‘Let God Be True’, hal 99.
2.   “The doctrine of a burning hell where the wicked are tortured eternally after death cannot be true, mainly for four reasons, (1) because it is wholly unscriptural, (2) it is unreasonable, (3) it is contrary to God's love, and (4) it is repugnant to justice.” [= Doktrin tentang neraka yang menyala-nyala dimana orang jahat disiksa secara kekal setelah kematian tidak bisa benar, karena empat alasan, (1) karena itu sama sekali tidak alkitabiah, (2) itu tidak masuk akal, (3) itu bertentangan dengan kasih Allah, dan (4) itu menjijikkan / bertentangan dengan keadi­lan.] - ‘Let God Be True’, hal 99.

2)   Sekarang kita bahas beberapa hal tentang kepercayaan mereka ini.

a)         Mereka yakin kalau mereka tidak akan masuk surga.
Orang Kristen bisa yakin akan keselamatan, sehingga pasti masuk surga. Dan dalam Kristen, kalau orang tak yakin akan masuk surga, kita menganggap orang itu orang kristen KTP. Tetapi Saksi-Saksi Yehuwa itu yakin tidak masuk surga!

b)   Mereka hanya berharap mereka bisa masuk Firdaus / bumi yang akan disempurnakan; jadi itu belum pasti.

Jawaban kita:

1.   2Pet 3:10-13 dan Wah 21:1 mengatakan bahwa bumi akan dihancur­kan sehingga tidak ada lagi.
2Pet 3:10-13 - “(10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. (11) Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup (12) yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. (13) Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”.
Wah 21:1 - Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi..
Jadi, tidak mungkin orang akan tinggal di bumi ini setelah kematian.

2.   Firdaus itu sudah ada sekarang, dan Firdaus itu adalah surga!

a.   Luk 23:43 - Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’.
Lalu dalam ay 46 Yesus menyerahkan rohNya ke tangan BapaNya. Kalau Firdaus ini bukan surga, maka ay 43 akan bertentangan dengan ay 46. Dan itu juga akan berarti pada saat mati Yesus tidak naik ke surga!

b.   2Kor 12:2-4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

Dalam ay 2, Paulus mengatakan ia diangkat ke surga, tetapi dalam ay 4 ia mengatakan ia diangkat ke Firdaus. Kalau Firdaus bukan surga maka kata-kata Paulus saling bertentangan.

c)         Pemusnahan. Tak ada neraka!
Ayat-ayat tentang neraka, yang menyatakan neraka sebagai hukuman / siksaan kekal, sangat banyak. Mau diapakan semua ayat itu?
Contoh: cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31).
Jawaban umum dari Saksi-Saksi Yehuwa: itu adalah perumpamaan.
Harus diakui bahwa mayoritas orang Kristenpun menganggap ini sebagai perumpamaan. Tetapi saya mengikuti pandangan Calvin, yang menganggap bahwa cerita ini bukan perumpamaan.

Calvin: “Some look upon it as a simple parable; but, as the name Lazarus occurs in it, I rather consider it to be the narrative of an actual fact. But that is of little consequence, provided that the reader comprehends the doctrine which it contains.” [= Sebagian orang memandangnya sebagai suatu perumpamaan; tetapi karena nama Lazarus ada di dalamnya, saya menganggapnya sebagai suatu cerita dari fakta yang sungguh-sungguh terjadi. Tetapi itu kecil akibat / konsekwensinya, asalkan pembaca mengerti doktrin / ajaran yang dikandungnya.] - hal 184.

Catatan: bukan hanya nama ‘Lazarus’, tetapi terutama nama ‘Abraham’, ada dalam cerita ini. Tak pernah ada perumpamaan dengan nama orang, apalagi nama orang yang betul-betul ada / pernah hidup, dimasukkan di dalam perumpamaan itu. Sebagai tambahan dari saya, suatu perumpamaan biasanya ada dongengnya, dan lalu ada artinya atau realitanya (bdk. Mat 13:3-9,18-23  Mat 13:24-30,36-43). Kalau cerita ini dongengnya, lalu mana / apa arti atau realitanya? Dan kalau ini dongengnya, bagaimana mungkin ada nama-nama orang-orang yang pernah sungguh-sungguh hidup masuk di dalamnya?

Saya berpendapat bahwa bagian akhir dari kata-kata Calvin di atas merupakan sesuatu yang penting. Sebetulnya tak terlalu jadi soal apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau bukan. Menurut saya itu tak akan terlalu membedakan penafsiran dari text ini. Karena itu banyak juga penafsir yang tidak membahas sama sekali tentang apakah cerita ini merupakan suatu perumpamaan atau bukan.

Hal yang terpenting dalam menjawab Saksi-Saksi Yehuwa: kalaupun ini adalah perumpamaan, mau diartikan bagaimana? Tak akan ada perbedaan arti, apakah ini perumpamaan atau cerita sungguh-sungguh. Minta Saksi-Saksi Yehuwa itu untuk menjelaskan secara terperinci arti dari setiap ayat / kata dalam cerita ini!

d)         Secara keseluruhan, ini merupakan kabar buruk!
Alangkah bedanya dengan kabar baik dalam Kristen, yang mengatakan bahwa kita memang adalah orang-orang berdosa, yang seharusnya masuk neraka selama-lamanya, tetapi karena penebusan Kristus, kalau kita percaya, kita pasti masuk surga selama-lamanya.

3)   Kalau ini memang faktanya, maka saya akan memilih Kristen, karena kalau salah, paling-paling saya dimusnahkan. Kalau memilih Saksi Yehuwa, kalau salah, masuk neraka selama-lamanya.

Kita bisa berkata sebagai berikut:
“Ajaran Saksi Yehuwa tidak sama, dan bahkan bertentangan, dengan ajaran Kristen. Sekarang ada 2 kemungkinan: Saksi Yehuwa yang benar, atau Kristen yang benar. Kalau Saksi Yehuwa yang benar, maka para Saksi Yehuwa hanya tinggal di bumi yang sudah disem­purnakan, sedangkan orang kristen hanya dimusnahkan. Tetapi sebaliknya, kalau Kristen yang benar, maka orang kristen akan masuk surga, sedangkan para Saksi Yehuwa akan masuk neraka untuk disiksa selama-lamanya. Dengan melihat pada 2 kemungkinan ini, orang yang mempunyai akal sehat pasti akan memilih Kristen dari pada Saksi Yehuwa!”.

IV) Hal-hal lain tentang Saksi-Saksi Yehuwa.

1)   Penterjemahan ayat-ayat yang kurang ajar dalam Alkitab Saksi-Saksi Yehuwa (NWT dan TDB).

Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
TDB: “Dan ia mengatakan kepadanya, ‘Dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu hari ini: Engkau akan bersamaku di Firdaus.’”.

Jadi, kalau Alkitab kita kata-kata ‘hari ini’ menunjuk pada beradanya Yesus dan penjahat itu di Firdaus, maka dalam terjemahan TDB kata-kata ‘hari ini’ itu menunjuk pada saat Yesus mengatakan kalimat itu.

Kalau menggunakan Alkitab bahasa Inggris versi RSV, maka perubahannya hanya terletak pada perubahan letak dari satu koma.
RSV: “And he said to him, ‘Truly, I say to you, today you will be with me in Paradise.’” [= Dan Ia berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, hari ini engkau akan bersama Aku dalam Firdaus.’].
NWT: “And he said to him: ‘Truly I tell you today, You will be with me in Paradise.’” [= Dan Ia berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu hari ini, Engkau akan bersama Aku dalam Firdaus.’].

Kalau kita menyerang mereka dalam hal ini, maka mereka akan mengatakan bahwa tanda baca baru diciptakan pada abad 9 M., dan dalam Alkitab asli tak ada tanda baca, termasuk koma (,), dan dengan membanding-bandingkan ayat ini dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab, terlihat bahwa terjemahan merekalah yang benar.
Mereka juga mengatakan bahwa The Emphasised Bible juga menterjemahkan seperti itu. Claim yang terakhir ini memang benar, dan saya yakin terjemahan The Emphasised Bible ini salah.
Luk 23:43 (The Emphasised Bible): And he said unto him - Verily, I say unto thee this day: With me, shalt thou be in Paradise. [= Dan Ia berkata kepadanya - Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu hari ini: Dengan Aku, engkau akan ada di Firdaus.].

Memang benar bahwa dalam Alkitab asli tak ada tanda baca. Tetapi itu tidak berarti bahwa ayat itu bisa diterjemahkan seperti itu. Ada beberapa alasan yang secara kelewat jelas menunjukkan ketidak-mungkinan terjemahan NWT / TDB ini.

a)         Ini adalah terjemahan yang tidak masuk akal.
Tidak pernah ada siapapun (baik dalam Alkitab maupun dalam kehidupan sehari-hari), yang mengatakan: ‘Aku berkata kepadamu hari ini. Sudah tentu pada saat seseorang mengatakan sesuatu, ia mengatakannya hari ini / saat ini. Kalau bukan ‘hari ini’, lalu kapan? Kemarin? Besok pagi? Karena itu merupakan sesuatu yang sudah jelas, tidak ada orang berkata seperti itu.

b)   Selain kata-kataNya kepada penjahat yang bertobat dalam Luk 23:43 ini, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ sebanyak 140 x, dengan perincian sebagai berikut:
1.   Dalam Injil Matius, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ 57 x, yaitu dalam Mat 5:18,20,22,26,28,32,34,39,44  6:2,5,16,25,29  8:10,11  10:15,23,42  11:9,11,22,24  12:6,31,36  13:17  16:11,28  17:20  18:3,10,13,18,19,22  19:9,23,24,28  21:21,31,43  23:36,39  24:2,34,47  25:12,40,45  26:13,21,29,34,64.
2.   Dalam Injil Markus, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ 16 x, yaitu dalam Mark 3:28  5:41  8:12  9:1,13,41  10:15,29  11:23,24  12:43  13:30  14:9,18,25,30.
3.   Dalam Injil Lukas, Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ 38 x, yaitu dalam Luk 3:8  4:24,25  7:9,14,26,28,47  9:27  10:12  11:8,9,51  12:4,5,8,22,27,37,44,59  13:24,35  14:24  15:7,10  16:9  17:34  18:8,14,17,29  19:26,40  21:3,32  22:16,34.
4.   Dalam Injil Yohanes Yesus mengucapkan kata-kata ‘Aku berkata kepadamu’ itu 29 x, yaitu dalam Yoh 1:50,51  3:3,5,7,11  4:35  5:19,24,25  6:26,32,47,53  8:24,34,51,58  10:1,7  12:24  13:16,20,21,38  14:12  16:20,23  21:18.

Yesus tidak pernah mengatakan: ‘Aku berkata kepadamu hari ini. Jadi kalau Luk 23:43 diterjemahkan seperti itu, itu merupakan terjemahan yang mengada-ada, dan secara sangat jelas menunjukkan kekurang-ajaran NWT / TDB dalam melakukan penterjemahan!

Apa sebabnya mereka ‘terpaksa’ mengubah terjemahan seperti itu? Saya kira alasannya adalah: Berbeda dengan kita yang menganggap ‘Firdaus’ sebagai ‘surga’, maka Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa ‘Firdaus’ ini menunjuk kepada ‘bumi yang disempurnakan’, dan karena itu belum ada pada jaman sekarang ini. Kalau Luk 23:43 diterjemahkan seperti yang seharusnya, maka ayat itu akan sangat menunjukkan bahwa Firdaus itu sudah ada pada abad pertama! Ini menyebabkan mereka ‘terpaksa’ mengubah terjemahan dari Luk 23:43. Tetapi perubahan yang mereka lakukan ini tak ada gunanya, karena Pauluspun sudah menulis tentang Firdaus.
2Kor 12:4 - Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.
Ini merupakan pengalaman Paulus sendiri, dan karena itu kata-katanya ini menunjukkan bahwa pada jaman Paulus, Firdaus itu sudah ada.
Catatan: dalam terjemahan dari 2Kor 12:4 ini Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengubah terjemahan.

Ada sangat banyak ayat yang terjemahannya diubah seenak mereka sendiri. Dan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, hampir semuanya diubah oleh mereka, sehingga menjadi ayat-ayat yang tidak menunjukkan keilahian Kristus.

2)   Pengutipan sebagian yang menyesatkan.
Dalam memberikan dukungan untuk argumentasi mereka, mereka sering memberikan kutipan, tetapi mereka sering melakukan pengutipan sebagian, yang menyebabkan artinya menjadi sangat berbeda dari pada kalau kita membaca seluruhnya dari sumber kutipan mereka itu.

Sebagai contoh: Pengutipan sebagian dari Encyclopedia Britannica, yang merupakan suatu tindakan kurang ajar dari Saksi-Saksi Yehuwa.
Saksi-Saksi Yehuwa setidaknya mengutip 2 x dari Encyclopedia Britannica dalam persoalan ini.
a)   Dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 6, mereka berkata: “The New Encyclopedia Britannica menyatakan: ‘Kata Tritunggal atau doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam Perjanjian Baru’”.
b)   Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 393, mereka memberikan kutipan yang lebih panjang dari Encyclopedia Britannica itu: “Kata Tritunggal, maupun doktrin Tritunggal yang jelas, tidak terdapat dalam Perjanjian Baru. Yesus dan pengikut-pengikutnya juga tidak bermaksud menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!’ (Ul. 6:4). ... Doktrin ini berkembang secara bertahap selama beberapa abad dan melalui banyak perdebatan. ... Menjelang akhir abad ke-4 ... doktrin Tritunggal pada dasarnya mengambil bentuk yang sampai sekarang dipertahankan.”.
Catatan: perhatikan adanya titik-titik (...) dalam kutipan mereka, yang menunjukkan adanya bagian yang mereka loncati dalam pengutipan. Meloncati bagian-bagian tertentu dalam mengutip memang tidak apa-apa, selama itu tidak mengubah arti dari sumber kutipan itu. Tetapi pengutipan sebagian yang mereka lakukan, tidaklah demikian.

Sekarang, untuk membuktikan kekurang-ajaran Saksi-Saksi Yehuwa dalam pengutipan ini, saya akan membandingkan kutipan sebagian dari mereka, dengan kutipan penuh dari Encyclopedia Britannica 2000.

Encyclopedia Britannica 2000:
“in Christian doctrine, the unity of Father, Son, and Holy Spirit as three persons in one Godhead. Neither the word Trinity nor the explicit doctrine appears in the New Testament, nor did Jesus and his followers intend to contradict the Shema in the Old Testament: ‘Hear, O Israel: The Lord our God is one Lord’ (Deuteronomy 6:4). The earliest Christians, however, had to cope with the implications of the coming of Jesus Christ and of the presumed presence and power of God among them--i.e., the Holy Spirit, whose coming was connected with the celebration of the Pentecost. The Father, Son, and Holy Spirit were associated in such New Testament passages as the Great Commission: ‘Go therefore and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit’ (Matthew 28:19); and in the apostolic benediction: ‘The grace of the Lord Jesus Christ and the love of God and the fellowship of the Holy Spirit be with you all’ (2 Corinthians 13:14). Thus, the New Testament established the basis for the doctrine of the Trinity. The doctrine developed gradually over several centuries and through many controversies. Initially, both the requirements of monotheism inherited from the Old Testament and the implications of the need to interpret the biblical teaching to Greco-Roman religions seemed to demand that the divine in Christ as the Word, or Logos, be interpreted as subordinate to the Supreme Being. An alternative solution was to interpret Father, Son, and Holy Spirit as three modes of the self-disclosure of the one God but not as distinct within the being of God itself. The first tendency recognized the distinctness among the three, but at the cost of their equality and hence of their unity (subordinationism); the second came to terms with their unity, but at the cost of their distinctness as ‘persons’ (modalism). It was not until the 4th century that the distinctness of the three and their unity were brought together in a single orthodox doctrine of one essence and three persons. The Council of Nicaea in 325 stated the crucial formula for that doctrine in its confession that the Son is ‘of the same substance (homoousios) as the Father,’ even though it said very little about the Holy Spirit. Over the next half century, Athanasius defended and refined the Nicene formula, and, by the end of the 4th century, under the leadership of Basil of Caesarea, Gregory of Nyssa, and Gregory of Nazianzus (the Cappadocian Fathers), the doctrine of the Trinity took substantially the form it has maintained ever since. Copyright © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.”.

Terjemahannya:
“Dalam doktrin Kristen, kesatuan dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi dalam satu keAllahan. Baik kata Tritunggal maupun doktrinnya yang EXPLICIT tidak muncul / tampak dalam Perjanjian Baru, juga Yesus maupun para pengikutNya tidak bermaksud untuk menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa’ (Ulangan 6:4). Tetapi orang-orang Kristen mula-mula harus menghadapi pengertian tentang datangnya Yesus Kristus dan tentang anggapan tentang kehadiran dan kuasa dari Allah di antara mereka, yaitu Roh Kudus, yang kedatanganNya dihubungkan dengan perayaan dari Pentakosta. Bapa, Anak, dan Roh Kudus digabungkan / disatukan dalam text-text Perjanjian Baru seperti Amanat Agung: ‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’ (Matius 28:19); dan dalam pemberian berkat rasuli: ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian’ (2Kor 13:13). Dengan cara ini / Karena itu, Perjanjian Baru menegakkan / memperlihatkan / membuktikan dasar untuk doktrin dari Tritunggal. Doktrin ini berkembang secara perlahan-lahan selama berabad-abad dan melalui banyak kontroversi / perdebatan. Pada awalnya, tuntutan monotheisme dari Perjanjian Lama maupun adanya kebutuhan untuk menafsirkan ajaran alkitabiah kepada agama-agama Yunani-Romawi kelihatannya menuntut bahwa keilahian dalam Kristus sebagai Firman, atau LOGOS, ditafsirkan sebagai lebih rendah dari pada Allah. Pemecahan alternatif adalah dengan menafsirkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga mode / cara penyingkapan diri sendiri dari Allah yang esa, tetapi tidak berbeda dalam diri Allah sendiri. Kecenderungan yang pertama mengakui perbedaan di antara ketiganya, tetapi dengan mengorbankan kesetaraan dan karena itu juga kesatuan mereka (subordinationisme); yang kedua sesuai dengan kesatuan mereka, tetapi dengan mengorbankan perbedaan mereka sebagai ‘pribadi-pribadi’ (modalisme). Baru pada abad ke 4lah perbedaan dari ketiganya dan kesatuan mereka dipersatukan dalam suatu doktrin orthodox tunggal tentang satu hakekat dan tiga pribadi. Sidang Gereja Nicea pada tahun 325 menyatakan formula yang sangat penting untuk doktrin itu dalam pengakuannya bahwa Anak adalah ‘dari zat yang sama (HOMOOUSIOS) dengan Bapa’, sekalipun pengakuan itu berkata-kata sangat sedikit tentang Roh Kudus. Selama setengah abad selanjutnya, Athanasius mempertahankan dan menghaluskan / membersihkan formula Nicea itu, dan pada akhir dari abad keempat, dibawah pimpinan dari Basil dari Kaisarea, Gregory dari Nyssa, dan Gregory dari Nazianzus, (Bapa-bapa Kappadokia), doktrin Tritunggal mendapat bentuk secara kokoh yang dipertahankannya sejak saat itu. Hak cipta © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc..

Catatan:
1.   Bagian yang saya beri garis-bawah tunggal adalah bagian yang dikutip oleh Saksi-Saksi Yehuwa, sedangkan yang saya beri garis bawah ganda / dobel, adalah bagian, yang secara kurang ajar mereka loncati, padahal itu adalah bagian yang sangat penting. Pengutipan sebagian, dan pembuangan bagian yang seharusnya penting untuk dikutip, membuat Encyclopedia Britannica kelihatannya mengatakan sesuatu yang berbeda dengan yang seharusnya.
2.   Kata ‘EXPLICIT’ diterjemahkan ‘yang jelas’ oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan ini jelas merupakan terjemahan yang menyesatkan. Dalam Perjanjian Baru dan bahkan dalam seluruh Kitab Suci memang tidak ada dasar yang explicit untuk doktrin Allah Tritunggal (misalnya ayat yang mengatakan bahwa Allah itu satu hakekatNya, tetapi ada dalam 3 pribadi yang setara). Tetapi dasar-dasar yang jelas, jelas ada. Dan Encyclopedia Britannica 2000 sendiri memberikan 2 text yang dipakai sebagai bukti / dasar dari doktrin Allah Tritunggal, yaitu Mat 28:19 dan 2Kor 13:13.
Catatan: Untuk ayat terakhir ini penomoran ayat antara Kitab Suci Indonesia dan Kitab Suci Inggris berbeda satu angka; dalam Kitab Suci Indonesia 2Korintus 13:13; dalam Kitab Suci Inggris 2Kor 13:14.

Sebetulnya ada banyak contoh pengutipan yang kurang ajar seperti ini, tetapi saya hanya memberikan satu contoh. Saudara bisa mendapatkan lebih banyak contoh dari pengutipan sebagian yang menyesatkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di link ini:
http://www.jwfacts.com/watchtower/trinity.php

Ini penting untuk digunakan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa, karena dalam faktanya mereka lebih menghormati ajaran dari organisasi mereka dari pada Alkitab itu sendiri. Kalau kita bisa membuktikan kekurang-ajaran organisasi mereka, maka ini merupakan suatu pukulan yang berat bagi mereka.

Dari pengutipan sebagian, yang membuat artinya berbeda dengan aslinya, yang lalu digunakan sebagai tuduhan / fitnahan, maka saya kira tidak terlalu berlebihan kalau saya mengubah nama mereka, dari ‘Saksi-Saksi Yehuwa’ menjadi ‘Saksi-Saksi palsu Yehuwa’. Atau dalam bahasa Inggris dari ‘Jehovah’s Witnesses’ menjadi ‘Jehovah’s false Witnesses’.


-o0o-
Next Post Previous Post