2 PETRUS 1:1-2 (BUKTI KEILAHIAN KRISTUS, KASIH DAN DAMAI)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 Petrus 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.
2 PETRUS 1:1-2 (BUKTI KEILAHIAN KRISTUS, KASIH DAN DAMAI)
education, business
Lenski: “First Peter was written for those who are to meet persecution and suffering, whose faith, faithfulness, and hope are to be strengthened; Second Peter is written for those who are to meet false, libertinistic teachers, and whose faith, dilligence in godliness, and knowledge are to be fortified” (= Surat Petrus yang pertama ditulis bagi mereka yang harus menghadapi penganiayaan dan penderitaan, yang iman, kesetiaan, dan pengharapannya harus dikuatkan; surat Petrus yang kedua ditulis bagi mereka yang harus menghadapi guru-guru palsu yang hidupnya tidak bermoral / tidak dikekang, dan yang iman, kerajinan dalam kesalehan, dan pengetahuan / pengenalannya harus dikuatkan / dibentengi) - hal 255.

Catatan: seorang hamba Tuhan memang harus memberitakan apa yang sesuai dengan sikon di tempat dimana ia melayani. Tetapi ia harus memberikan apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang mereka inginkan!

The Bible Exposition Commentary: New Testament“If anybody in the early church knew the importance of being alert, it was the Apostle Peter. He had a tendency in his early years to feel overconfident when danger was near and to overlook the Master’s warnings. He rushed ahead when he should have waited; he slept when he should have prayed; he talked when he should have listened. He was a courageous, but careless, Christian. But he learned his lesson, and he wants to help us learn it too. In his first epistle, Peter emphasized the grace of God (1 Peter 5:12), but in this second letter, his emphasis is on the knowledge of God. The word ‘know’ or ‘knowledge’ is used at least thirteen times in this short epistle. The word does not mean a mere intellectual understanding of some truth, though that is included. It means a living participation in the truth in the sense that our Lord used it in John 17:3 - ‘This is life eternal, that they might know Thee the only true God, and Jesus Christ, whom Thou hast sent’. Peter opened his letter with a description of the Christian life. Before he described the counterfeits, he described the true believers. The best way to detect falsehood is to understand the characteristics of the truth” [= Jika ada seseorang dalam gereja awal yang mengetahui pentingnya untuk berjaga-jaga maka itu adalah rasul Petrus. Ia mempunyai kecenderungan dalam tahun-tahun awalnya untuk merasa terlalu yakin pada waktu bahaya itu dekat dan untuk mengabaikan / melupakan peringatan Guru / Tuannya. Ia lari ke depan pada saat ia seharusnya menunggu; ia tidur pada saat ia seharusnya berdoa; ia berbicara pada saat ia seharusnya mendengar. Ia adalah seorang Kristen yang berani, tetapi ceroboh / gegabah. Tetapi ia telah mendapatkan pelajarannya, dan ia ingin menolong kita untuk mempelajarinya juga. Dalam suratnya yang pertama, Petrus menekankan kasih karunia Allah (1Pet 5:12), tetapi dalam suratnya yang kedua, penekanannya adalah pada pengetahuan / pengenalan akan Allah. Kata ‘tahu / kenal’ atau ‘pengetahuan / pengenalan’ digunakan sedikitnya 13 x dalam surat yang pendek ini. Kata itu tidak berarti semata-mata suatu pengertian intelektual tentang beberapa kebenaran, sekalipun hal itu tercakup. Itu berarti suatu partisipasi yang hidup dalam kebenaran dalam arti yang digunakan oleh Tuhan kita dalam Yoh 17:3 - ‘Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus’. Petrus membuka suratnya dengan suatu penggambaran tentang kehidupan Kristen. Sebelum ia menggambarkan pemalsu-pemalsu, ia menggambarkan orang-orang percaya yang sejati. Cara yang terbaik untuk mendeteksi kepalsuan adalah mengerti karakteristik / sifat dari kebenaran].

2 Petrus 1: 1: Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

1) “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus”.

a) “Dari Simon Petrus”.
Alexander Nisbet mengatakan (hal 221-222) bahwa sang rasul menggambarkan dirinya sendiri dengan dua nama yang menunjukkan dirinya. Nama ‘Simon’ adalah nama lamanya pada waktu ia adalah seorang nelayan; nama ‘Petrus’ adalah julukan barunya yang diberikan kepadanya pada waktu Kristus memanggilnya.

Markus 1:16 - “Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan”.
Markus 3:16 - “Kedua belas orang yang ditetapkanNya itu ialah: Simon, yang diberiNya nama Petrus”.
Nama yang pertama mengingatkan dia akan keadaannya yang dahulu dimana ia tidak tahu apa-apa, dan ada dalam keadaan buruk / hina; nama yang satunya mengingatkan dia akan kehormatan yang Kristus berikan kepadanya, pada waktu Ia membuatnya menjadi batu yang hidup dalam gereja dan seorang percaya dan pemberita dari kebenaran itu, di atas mana, seperti batu karang, Ia mendirikan gerejaNya.
Matius 16:18 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya”.

Jadi, kita perlu membawa bersama kita sampai akhir hidup kita ingatan yang waras tentang apa adanya kita sebelum Kristus menyatakan diriNya kepada kita, dan tentang apa adanya kita karena kasih karuniaNya mengerjakan kita, supaya kita bisa pergi ke surga dengan rendah hati dan penuh rasa syukur.

b) “hamba dan rasul Yesus Kristus”.
KJV/RSV/NIV: ‘a servant’ (= seorang pelayan).
NASB: ‘a bond-servant’ (= seorang budak).
Kata Yunani yang digunakan adalah DOULOS, yang arti sebenarnya adalah ‘hamba / budak’.

Calvin: “he called himself the ‘servant and an apostle’ of Jesus Christ, ... because no one is to be heard in the Church, except he speaks as from the mouth of Christ” (= ia menyebut dirinya sendiri ‘pelayan dan rasul’ dari Yesus Kristus, ... karena tak seorangpun harus didengarkan dalam Gereja, kecuali ia berbicara seperti dari mulut Kristus).

Pulpit Commentary: “St. Peter, like St. Paul, describes himself as a servant, literally, ‘a slave,’ a bondman of Jesus Christ. We are not our own; we are bought with a price; we have work to do for our Master” (= Santo Petrus, seperti Santo Paulus, menggambarkan dirinya sendiri sebagai seorang pelayan, secara hurufiah, ‘seorang budak’, seorang budak dari Yesus Kristus. Kita bukan milik kita sendiri; kita telah dibeli dengan suatu harga; kita mempunyai pekerjaan untuk dilakukan bagi Tuan kita).

Bdk. 1Korintus 6:19-20 - “(19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.

William Barclay: “Peter calls himself the servant of Jesus Christ. The word is DOULOS which really means ‘slave.’ Strange as it may seem, here is a title, apparently one of humiliation, which the greatest of men took as a title of greatest honour” (= Petrus menyebut dirinya sendiri pelayan dari Yesus Kristus. Kata yang digunakan adalah DOULOS yang sesungguhnya berarti ‘budak / hamba’. Biarpun kelihatannya aneh, ini adalah suatu gelar, yang kelihatannya merupakan gelar perendahan, yang diambil oleh orang-orang yang paling besar / agung sebagai suatu gelar kehormatan yang terbesar) - hal 292.

William Barclay: “To call the Christian the DOULOS of God means that he is inalienably possessed by God. ... To call the Christian the DOULOS of God means that he owes an unquestioning obedience to God. ... To call the Christian the DOULOS of God means that he must be constantly in the service of God. ... The Christian is necessarily the man every moment of whose time is spent in the service of God” (= Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia dimiliki oleh Allah dan ini tak bisa diubah. ... Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia berhutang suatu ketaatan tanpa mempertanyakan kepada Allah. ... Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia harus terus menerus ada dalam pelayanan bagi Allah. Orang Kristen haruslah orang yang setiap saat dari hidupnya digunakan / dihabiskan dalam pelayanan bagi Allah) - hal 293.

2) “kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman”.

a) Persoalan terjemahan.
Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
KJV: ‘to them that have obtained like precious faith with us’ (= kepada mereka yang telah mendapatkan iman yang sama berharganya dengan kita).
RSV: ‘To those who have obtained a faith of equal standing with ours’ (= Kepada mereka yang telah mendapatkan suatu iman yang kedudukannya setara dengan iman kita).
NIV: ‘To those who ... have received a faith as precious as ours’ (= Kepada mereka yang ... telah menerima suatu iman yang sama berharganya dengan iman kita).
NASB: ‘To those who have received a faith of the same kind as ours’ (= Kepada mereka yang telah menerima suatu iman dari jenis yang sama seperti iman kita).

b) ‘memperoleh / mendapatkan / menerima’.

Pulpit Commentary: “The word rendered ‘obtained’ (TOIS LAKHOUSIN) means properly ‘to obtain by lot,’ as in Luke 1:9. It is noticeable that one of the few places in which it occurs in the New Testament is in a speech of St. Peter’s (Acts 1:17); its use here implies that faith is a gift of God” [= Kata yang diterjemahkan ‘mendapatkan / menerima / memperoleh’ (TOIS LAKHOUSIN) sebetulnya berarti ‘mendapatkan oleh undian’, seperti dalam Lukas 1:9. Bisa terlihat dengan jelas bahwa salah satu dari beberapa tempat dimana kata itu muncul dalam Perjanjian Baru adalah dalam khotbah Santo Petrus (Kis 1:17); penggunaannya di sini secara implicit menunjukkan bahwa iman adalah suatu karunia dari Allah].

Kis 1:17 - “Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.’”.
Bahwa iman memang merupakan suatu karunia / pemberian / anugerah dari Allah terlihat dengan jelas dari Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Bible Knowledge Commentary: “‘Received’ is from the unusual verb ‎LANCHANO‎, ‘to obtain by lot’ (cf. Luke 1:9; John 19:24). This implies God’s sovereign choice rather than anything they might have done to deserve such a gift” [= Kata ‘menerima’ berasal dari kata kerja yang tidak umum / luar biasa LANKHANO, ‘mendapatkan oleh undian’ (bdk. Luk 1:9; Yoh 19:24). Ini secara implicit menunjukkan pemilihan yang berdaulat dari Allah dari pada apapun yang mereka telah lakukan untuk layak mendapatkan karunia seperti itu].

Lukas 1:9 - “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ”.

Yohanes 19:24 - “Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.’ Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Mereka membagi-bagi pakaianKu di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubahKu.’ Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu”.

Salah satu text Kitab Suci yang secara paling jelas menunjukkan bahwa seseorang bisa diselamatkan bukan karena apapun yang telah ia lakukan, tetapi karena pemilihan yang berdaulat dari Allah, adalah Ro 9:10-18.

Roma 9:10-18 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.

Beberapa penjelasan tentang text ini:

1. Yakub sudah dipilih dan Esau sudah ditolak sebelum mereka lahir, dan karena itu juga sebelum mereka melakukan apa yang baik atau yang jahat. Karena itu, tidak mungkin kita beranggapan bahwa alasan pemilihan mereka adalah kebaikan Yakub dan kejahatan Esau. Jelas Allah yang berdaulatlah yang memilih mereka dengan suatu pemilihan yang berdaulat / predestinasi (ay 10-13,16).

Orang-orang Arminian beranggapan bahwa Allah memilih Yakub karena Allah tahu Yakub bakal menjadi baik. Allah tidak memilih Esau karena Allah tahu Esau bakal jahat. Ini sesuatu yang sangat tidak masuk akal, karena kita bisa menjadi baik hanya kalau Allah memberikan kasih karunia kepada kita. Tanpa pekerjaan Allah, kita tidak mungkin bisa menjadi baik.

Bdk. Efesus 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.

Perhatikan bagian yang saya garis-bawahi. Itu justru menunjukkan sebaliknya dari apa yang dikatakan orang-orang di atas. Pemilihan Allah itu tujuannya adalah supaya orang-orang yang dipilih itu menjadi baik. Jadi, bukan karena mereka akan menjadi baik maka mereka dipilih oleh Allah. Baiknya mereka merupakan tujuan pemilihan, bukan alasan pemilihan!

John Owen: “Is it not because such propositions as these, ‘Believe, Peter, and continue in the faith unto the end, and I will choose thee before the foundation of the world,’ are fitter for the writings of the Arminians than the word of God?” (= Bukankah karena pernyataan seperti ini ‘Percayalah Petrus, dan bertekunlah dalam iman sampai akhir, dan Aku akan memilih engkau sebelum dunia dijadikan’, lebih cocok untuk tulisan-tulisan Arminian dari pada Firman Allah?) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 55.

Kata-kata John Owen ini menunjukkan betapa menggelikan dan tidak masuk akalnya ajaran Arminian yang mengatakan bahwa seseorang dipilih dari semula karena Ia bakal baik!

2. Adanya pertanyaan ‘Apakah Allah tidak adil?’ (ay 14), secara tidak terbantah menunjukkan bahwa di tempat ini Paulus memang mengajarkan doktrin predestinasi. Mengapa? Karena doktrin ini selalu menghasilkan reaksi yang mengatakan bahwa kalau Allah melakukan pemilihan seperti itu, maka Ia tidak adil.
Kalau Yakub memang dipilih karena Allah tahu bahwa ia bakal menjadi baik, maka apa sebabnya dipersoalkan tentang keadilan atau ketidakadilan Allah?

3. Paulus tak menjelaskan bagaimana kok Allah bisa tetap adil, tetapi ia jelas menyangkal tuduhan bahwa Allah tidak adil (ay 14b), dan ia lalu menekankan bahwa Allah berhak melakukan pemilihan seperti itu, karena Ia memang adalah Allah yang berdaulat, yang berhak melakukan apapun yang Ia inginkan (ay 15,18).

c) ‘precious / berharga’.
Bible Knowledge Commentary: “‎The words ‘as precious’ translate the compound word ‎ISOTIMON‎, used only here in the New Testament. It comes from ‎ISOS ‎(‘equal’) and TIME (‘honor, value’). The word ‎ISOTIMON ‎was used for foreigners who had been granted the privileges of citizenship which were equal to those of the native born. The faith given them by God was of equal honor or privilege with that of the apostles’ faith. Here Peter foreshadowed his purpose by stressing that the faith of the apostles was no different from the faith of any believer. This contrasted with the pre-Gnostic doctrines of the false teachers who spoke of an inner circle of special knowledge attainable by and available only to a privileged few” [= Kata-kata ‘sama berharganya’ menterjemahkan kata gabungan ISOTIMON, yang digunakan hanya di tempat ini dalam Perjanjian Baru. Kata itu datang dari ISOS (‘setara’) dan TIME (‘kehormatan, nilai’). Kata ISOTIMON digunakan untuk orang-orang asing yang telah diberi hak kewarga-negaraan yang setara dengan mereka yang adalah penduduk asli / dilahirkan di sana. Iman yang diberikan kepada mereka oleh Allah mempunyai kehormatan dan hak yang setara dengan iman dari rasul-rasul. Di sini Petrus memberi bayangan lebih dulu tujuannya dengan menekankan bahwa iman dari rasul-rasul tidaklah berbeda dengan iman dari orang percaya yang manapun. Ini kontras dengan ajaran-ajaran pre-Gnostic dari guru-guru palsu yang berbicara tentang suatu ‘lingkaran dalam’ dari pengetahuan khusus yang bisa didapatkan oleh, dan tersedia bagi, sedikit orang yang diberi hak].

Bdk. Kisah Para Rasul 11:17 - “Jadi jika Allah memberikan karuniaNya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?’”.

Bdk. Kisah Para Rasul 15:7-9 - “(7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman”.

William Barclay memberikan penjelasan yang kurang lebih sama dengan Bible Knowledge Commentary.
Dan Barclay menambahkan: “So Peter addresses his letter to those who had once been despised Gentiles but who had been given equal rights of citizenship with the Jews and even with the apostles themselves in the kingdom of God” (= Demikianlah Petrus menujukan suratnya kepada mereka yang dulunya adalah orang-orang non Yahudi yang dipandang rendah tetapi yang telah diberi hak-hak kewarga-negaraan yang setara dengan orang-orang Yahudi dan bahkan dengan rasul-rasul sendiri dalam Kerajaan Allah) - hal 291.

William Barclay menambahkan lagi: “Two things have to be noted about this great privilege which had been extended to the Gentiles. ... It had been alloted to them. That is to say, they had not earned it: it had fallen to them through no merit of their own, as some prize falls to a man by lot. In other words, their new citizenship was all of grace” (= Dua hal harus diperhatikan tentang hak yang besar ini yang telah diperluas kepada orang-orang non Yahudi. ... Itu telah diberikan kepada mereka. Artinya, mereka tidak layak mendapatkannya: itu telah jatuh kepada mereka bukan melalui jasa mereka sendiri, seperti beberapa hadiah jatuh kepada seseorang oleh undian. Dengan kata lain, kewarga-negaraan mereka yang baru sepenuhnya merupakan kasih karunia) - hal 291-292.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Peter called it ‘like precious faith.’ It means that our standing with the Lord today is the same as that of the Apostles centuries ago. They had no special advantage over us simply because they were privileged to walk with Christ, see Him with their own eyes, and share in His miracles. It is not necessary to see the Lord with our human eyes in order to love Him, trust Him, and share His glory (1 Peter 1:8)” [= Petrus menyebutnya ‘iman yang sama berharganya’. Itu berarti bahwa kedudukan kita dengan Tuhan sekarang adalah sama dengan kedudukan rasul-rasul berabad-abad yang lalu. Mereka tidak mempunyai keuntungan khusus atas kita hanya karena mereka diberi hak untuk berjalan dengan Kristus, melihat Dia dengan mata mereka sendiri, dan ikut ambil bagian dalam mujijat-mujijatNya. Tidaklah perlu untuk melihat Tuhan dengan mata manusia kita supaya kita bisa mengasihi Dia, mempercayai Dia, dan ikut ambil bagian dalam kemuliaanNya (1Pet 1:8)].

1Petrus 1:8 - “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”.

Bahkan bandingkan dengan Yohanes 20:29 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.

3) “oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

a) Kata ‘keadilan’ seharusnya adalah ‘righteousness’ (= kebenaran).
Calvin: “He adds, ‘through the righteousness of God,’ in order that they might know that they did not obtain faith through their own efforts or strength, but through God’s favor alone. For these things stand opposed the one to the other, the righteousness of God (in the sense in which it is taken here) and the merit of man. For the efficient cause of faith is called God’s righteousness for this reason, because no one is capable of conferring it on himself. So the righteousness that is to be understood, is not that which remains in God, but that which he imparts to men, as in Romans 3:22” [= Ia menambahkan, ‘melalui kebenaran Allah’, supaya mereka bisa tahu bahwa mereka tidak mendapatkan iman melalui usaha atau kekuatan mereka sendiri, tetapi melalui kebaikan Allah saja. Karena hal-hal ini saling bertentangan satu sama lain, kebenaran Allah (dalam arti yang diambil di sini) dan jasa manusia. Karena penyebab yang efisien dari iman disebut kebenaran Allah untuk alasan ini, karena tak seorangpun mampu untuk memberikan iman kepada dirinya sendiri. Jadi, kebenaran yang harus dimengerti bukan sebagai apa yang ada dalam diri Allah tetapi apa yang Ia berikan kepada manusia, seperti dalam Ro 3:22].

Roma 3:22 - “yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan”.

Bdk. Roma 9:30-10:3 - “(Roma 9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (Roma 10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (Roma 10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.

b) Anak kalimat ini merupakan bukti keilahian Kristus.

1. Anak kalimat ini bisa dibaca dengan 2 cara, yaitu:

a. “oleh karena keadilan (Allah) dan (Juru selamat kita, Yesus Kristus)”.
Kalau dibaca seperti ini, maka anak kalimat ini membicarakan 2 pribadi, yaitu ‘Allah’, dan ‘Juru selamat kita, Yesus Kristus’, dan dengan demikian tidak menunjukkan keilahian Yesus.

b. “oleh karena keadilan (Allah dan Juru selamat kita), Yesus Kristus”.
Kalau dibaca seperti ini, maka anak kalimat ini membicarakan hanya 1 pribadi, yaitu ‘Yesus Kristus’, yang disebut sebagai ‘Allah dan Juru selamat kita’. Dengan demikian maka anak kalimat ini menunjukkan keilahian Yesus.

2. Terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘through the righteousness of God and our Saviour Jesus Christ’ (= melalui kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
Terjemahan KJV ini menunjuk kepada dua pribadi. Karena itu jangan heran kalau nanti di bawah, kita melihat adanya penafsir-penafsir yang menentang terjemahan dari KJV. Tetapi pada waktu terjemahan 

KJV ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia, hal itu tidak terlihat.
Sekarang bandingkan dengan Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.

RSV: ‘in the righteousness of our God and Savior Jesus Christ’ (= dalam kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).

NIV: ‘through the righteousness of our God and Savior Jesus Christ’ (= melalui kebenaran dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).

NASB: ‘by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ:’ (= oleh kebenaran dari Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jelas terlihat bahwa terjemahan RSV, NIV, NASB menunjuk kepada satu pribadi.
Sekarang mari kita melihat terjemahan dari New World Translation (NWT) - Kitab Suci dari Saksi-Saksi Yehuwa.

NWT: ‘by the righteousness of our God and (the) Savior Jesus Christ’ [= oleh kebenaran dari Allah kita dan (sang) Juruselamat Yesus Kristus].

Terjemahan ini salah / sengaja disalahkan karena menambahkan kata ‘the’ sebelum kata ‘Savior’ (biarpun dalam tanda kurung). Padahal dalam bahasa Yunani kata ‘Savior’ itu tidak mempunyai kata sandang tertentu. Dengan terjemahan seperti ini mereka mau memastikan bahwa yang ditunjuk oleh potongan kalimat ini adalah dua pribadi, yaitu ‘Allah kita’ dan ‘sang Juruselamat Yesus Kristus’.

3. Komentar dari beberapa penafsir.
Barclay: “The Authorized Version translates, ‘the righteousness of God and our Saviour Jesus Christ,’ as if this referred to two persons, God and Jesus; but, as Moffat and the Revised Standard Version both show, in the Greek there is only one person involved and the phrase is correctly rendered ‘our God and Saviour Jesus Christ.’ ... It calls Jesus God” [= Authorized Version (KJV) menterjemahkan ‘kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’ seakan-akan ini menunjuk kepada dua pribadi, Allah dan Yesus; tetapi, seperti ditunjukkan oleh Moffat dan Revised Standard Version (RSV), dalam bahasa Yunani hanya ada satu pribadi yang terlibat dan ungkapan ini secara benar diterjemahkan ‘Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. ... Ini menyebut Yesus Allah] - hal 294.

Adam Clarke: “‘Of God and our Saviour Jesus Christ.’ This is not a proper translation of the original TOU THEOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU, which is literally, ‘Of our God and Saviour Jesus Christ;’ and this reading, which is indicated in the margin, should have been received into the text; and it is an absolute proof that Peter calls Jesus Christ God, even in the properest sense of the word, with the article prefixed” (= ‘Dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. Ini bukan terjemahan yang tepat dari kata-kata orisinilnya TOU THEOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU, yang secara hurufiah adalah, ‘dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’; dan pembacaan ini, yang ditunjukkan dalam catatan tepi, seharusnya telah diterima ke dalam text; dan itu adalah bukti yang mutlak bahwa Petrus menyebut Yesus Allah, bahkan dalam arti yang paling benar dari kata itu, dengan tambahan kata sandang tertentu di depannya).

Bible Knowledge Commentary: “‎The grammar here clearly indicates that ‘God and Savior’ are one Person, not two (i.e., there is one Gr. article with two substantives). This passage ranks with the great Christological passages of the New Testament which plainly teach that Jesus Christ is coequal in nature with God the Father (cf. Matt 16:16; John 1:1; 20:28; Titus 2:13).’” [= Tata bahasa / gramatika di sini dengan jelas menunjukkan bahwa ‘Allah dan Juruselamat’ adalah satu Pribadi, bukan dua (yaitu, hanya ada satu kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani dengan dua kata benda). Text ini digolongkan dalam text-text kristologi yang agung dari Perjanjian Baru yang dengan jelas mengajar bahwa Yesus Kristus setara dalam hakekat dengan Allah Bapa (bdk. Matius 16:16; Yohanes 1:1; 20:28; Titus 2:13)].

IVP Bible Background Commentary: New Testament: “applying the title ‘God and Savior’ (the most natural translation) to Jesus was a clear statement of his divinity and would have offended most Jewish readers who were not Christians” [= menerapkan gelar ‘Allah dan Juruselamat’ (penterjemahan yang paling alamiah) kepada Yesus merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang keilahianNya dan membuat marah pembaca-pembaca Yahudi yang bukan orang-orang Kristen].

A. T. Robertson: “‘Of our God and Saviour Jesus Christ.’ (tou Theou heemoon kai sooteeros Ieesou Christou). So the one article (TOU) with THEOU and SOOTEEROS requires precisely as with TOU KURIOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU (of our Lord and Saviour Jesus Christ), one person, not two, in 2 Pet. 1:11 as in 2 Pet. 2:20; 3:2,18. So in 1 Pet. 1:3 we have HO THEOS KAI PATEER (the God and Father), one person, not two. The grammar is uniform and inevitable (Robertson, Grammar, p. 786), as even Schmiedel (Winer-Schmiedel, Grammatik, p. 158) admits: ‘Grammar demands that one person be meant.’” [= ‘Dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. (TOU THEOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU). Jadi, satu kata sandang tertentu (TOU) dengan THEOU dan SOOTEEROS menuntut secara persis seperti dengan TOU KURIOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU (dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus), satu pribadi, bukan dua pribadi, dalam 2Pet 1:11 seperti dalam 2Pet 2:20; 3:2,18. Demikian juga dalam 1Pet 1:3 kita mempunyai HO THEOS KAI PATEER (Allah dan Bapa), satu pribadi, bukan dua pribadi. Gramatika / tata bahasanya seragam dan tidak terhindarkan (Robertson, Grammar, hal 786), sehingga bahkan Schmiedel (Winer-Schmiedel, Grammatik, hal 158) mengakui: ‘Gramatika / tata bahasa menuntut bahwa satu pribadi yang dimaksudkan’.].

Catatan: mungkin kata-kata A. T. Robertson ini membingungkan bagi orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa Yunani, dan belum mengetahui tentang hukum bahasa Yunani yang akan saya jelaskan di bawah (point 4.). Tetapi penekanan saya adalah: A. T. Robertson yang merupakan salah satu ahli bahasa Yunani yang terbaik, menganggap bahwa secara gramatika, anak kalimat dalam 2Pet 1:1 ini secara pasti menunjuk kepada satu pribadi, bukan dua pribadi.

Pulpit Commentary: “‘God’ and ‘Saviour’ are both predicates of ‘Jesus Christ,’ as in Titus 2:13” (= ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’ keduanya merupakan sebutan-sebutan dari ‘Yesus Kristus’, seperti dalam Titus 2:13).

4. Hukum bahasa Yunani berkenaan dengan struktur anak kalimat ini.
Seorang bernama Granville Sharp (1735-1813) mengeluarkan suatu hukum bahasa Yunani berkenaan dengan struktur seperti ini, dan hukum bahasa Yunani itu lalu dikenal dengan nama Granville Sharp’s rule.

Catatan: mengingat saat dimana Granville Sharp hidup, maka tidak aneh bahwa penafsir-penafsir kuno yang hidup sebelum jamannya, misalnya Calvin (1509-1564), tidak tahu akan hukum bahasa Yunani ini, karena memang hukumnya belum diciptakan. Karena itu para penafsir kuno banyak yang tidak bisa memastikan bagaimana menafsirkan potongan kalimat ini, dan juga ayat-ayat lain yang penafsirannya membutuhkan hukum ini, seperti Titus 2:13 dan sebagainya. Bahkan penafsir-penafsir yang hidup sejaman dengan Granville atau setelah jaman Granville, seperti misalnya Albert Barnes (1797-1870), tetap banyak yang tidak bisa memastikan penafsiran tentang potongan ayat ini. Rupanya hukum bahasa Yunani ini biarpun sudah diciptakan, tetapi belum populer pada jaman mereka, sehingga penafsir-penafsir itu tidak tahu adanya hukum tersebut.

Dalam buku-buku mereka, Dana & Mantey, dan juga ahli-ahli bahasa Yunani yang lain, memberikan Granville Sharp’s rule ini.

Dana & Mantey mengatakan bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case / kasus yang sama, dan jika ada kata sandang tertentu yang mendahului kata benda yang pertama, dan kata sandang tertentu itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan dengan pribadi / orang yang dinyatakan / digambarkan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain, kata benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi / orang itu (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147).

Juga Curtis Vaughan dan Virtus E. Gideon dalam buku mereka yang berjudul ‘A Greek Grammar of the New Testament’, berkata sebagai berikut: “If two nouns of the same case are connected by kai and the article is used with both nouns, they refer to different persons or things. If only the first noun has the article, the second noun refer to the same person or thing referred to in the first” [= Jika dua kata benda dari case / kasus yang sama dihubungkan oleh kai / KAI (= dan) dan kata sandang digunakan dengan kedua kata benda itu, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi-pribadi atau hal-hal yang berbeda. Jika hanya kata benda pertama yang mempunyai kata sandang, maka kata benda yang kedua menunjuk kepada pribadi atau hal yang sama dengan yang ditunjuk oleh kata benda pertama] - hal 83.

William Hendriksen: “the rule holds that when the first of two nouns of the same case and connected by the conjunction ‘and’ is preceded by the article, which is not repeated before the second noun, these two nouns refer to the same person. When the article is repeated before the second noun, two persons are indicated” (= peraturan ini menganggap bahwa pada waktu kata benda yang pertama dari kedua kata benda dari case / kasus yang sama, dan dihubungkan dengan kata penghubung ‘dan’, didahului oleh kata sandang, yang tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi yang sama. Pada waktu kata sandang itu diulangi sebelum kata benda yang kedua, dua pribadi ditunjukkan / dinyatakan) - hal 374.

Catatan:
· tentang hal yang pertama (hanya kata benda pertama menggunakan kata sandang tertentu), maka tidak ada perkecualian dalam seluruh Alkitab. Kedua kata benda SELALU menunjuk kepada satu pribadi.
· tentang hal yang kedua (kedua kata benda didahului oleh kata sandang tertentu), maka pada umumnya ini menunjuk pada dua pribadi (ada perkecualiannya).

Istilah ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam gramatika bahasa Yunani. Untuk mengerti sedikit tentang hal ini, perhatikan kutipan yang saya berikan dari Gresham Machen di bawah ini.
Gresham Machen: “The noun in Greek has gender, number, and case. ... There are five cases; nominative, genitive, dative, accusative, and vocative. ... The subject of a sentence is put in the nominative case. ... The object of a transitive verb is placed in the accusative case. ... The genitive case expresses possession. ... The dative case is the case of the indirect object. ... The vocative case is the case of direct address” [= Kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai jenis kelamin (laki-laki, perempuan dan netral), bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case / kasus. ... Ada lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.

Penerapan dari hukum bahasa Yunani ini mensyaratkan case / kasus yang sama dari kedua kata benda tersebut. Case / kasusnya sama atau tidak, bisa terlihat dari bentuk kata itu dalam bahasa Yunaninya.

Untuk penerapan dari hukum bahasa Yunani ini, ada beberapa contoh yang diberikan oleh Dana & Mantey:

a.   2Pet 2:20a - Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

                                              k.b. 1           k.b. 2                      pribadi yg digbrkan

                     kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’, yang dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Tuhan’ mempunyai kata sandang tertentu (TOU KURIOU / the Lord) tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Tuhan’, merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’, merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 2:20 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Tuhan’ maupun ‘Juruselamat’.


b.   Titus 2:13 - Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
                                                           k.b. 1                                                           k.b. 2                pribadi yg digbrkan

                                      kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang tertentu (TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.

c.   2Petrus 1:11 - Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

                                       k.b. 1               k.b. 2              pribadi yg digbrkan

                              kata penghubung KAI
           
Kata ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’ ada dalam case yang sama (Genitive Case). Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda pertama, yaitu ‘Tuhan’ didahului oleh kata sandang tertentu (TOU KURIOU / the Lord), tetapi kata sandang tertentu itu tidak diulangi di depan kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ (SOTEROS). Jadi, bagian ini menggambarkan satu pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang digambarkan sebagai ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’.


d. 2Pet 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

2Pet 1:1b - Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

                                 k.b.1             k.b.2            pribadi yg digbrkan
                               
                  kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang tertentu (TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2), yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.

2 Petrus 1: 2: “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.

1) Kata ‘pengenalan’.
Dalam bahasa Yunani digunakan kata Yunani EPIGNOSIS. Ini berbeda dengan kata Yunani yang pada umumnya digunakan untuk menunjuk pada ‘pengetahuan / pengenalan’, yaitu GNOSIS. Apa bedanya?

a) Ada yang menafsirkan bahwa GNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang tidak sempurna, sedangkan EPIGNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang sempurna / lebih penuh.

Pulpit Commentary: “Comp. 1 Cor 13, where, after saying in verse 8 that ‘knowledge (GNOSIS) shall be done away,’ St. Paul continues, in verse 12, ‘Now I know (GINOSKO) in part, but then I shall know (EPIGNOSOMAI) even as also I am known (EPEGNOSTHEN).’ He contrasts our present imperfect knowledge with the full knowledge which the blessed will have in heaven, and which God now has of us, using the verb EPIGINOSKO of that fuller knowledge, as he had used GNOSIS of the imperfect knowledge” [= Bdk. 1Kor 13, dimana, setelah mengatakan dalam ay 8 bahwa ‘pengetahuan (GNOSIS) akan lenyap’, Santo Paulus melanjutkan, dalam ay 12, ‘Sekarang aku mengenal (GINOSKO) sebagian / dengan tidak sempurna, tetapi nanti / pada saat itu aku akan mengenal (EPIGNOSOMAI) bahkan seperti aku dikenal (EPEGNOSTHEN)’. Ia mengkontraskan pengenalan kita yang tidak sempurna sekarang ini dengan pengenalan penuh yang akan didapat oleh orang-orang yang diberkati di surga, dan yang sekarang dimiliki Allah tentang kita, menggunakan kata kerja EPIGINOSKO tentang pengenalan yang lebih penuh itu, seperti ia telah menggunakan GNOSIS untuk pengenalan yang tidak sempurna].

1Korintus 13:8,12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. ... (12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal”.

Saya berpendapat bahwa penafsiran ini tak cocok, karena pengenalan yang sempurna yang dibicarakan oleh 1Kor 13 itu terjadi di surga, sedangkan yang dibicarakan oleh 2Pet 1:2 ini adalah pengenalan semasa kita hidup di dunia ini.

b) Ada yang mengatakan bahwa GNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan, tetapi EPIGNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang bertumbuh.

Pulpit Commentary: “EPIGNOSIS is a stronger word than GNOSIS; it means ‘knowledge’ directed towards an object, gradually approaching nearer and nearer to it, concentrated upon it, fixed closely upon it. So it comes to mean the knowledge, not merely of intellectual apprehension, but rather of deep contemplation; the knowledge which implies love - for only love can concentrate continually the powers of the soul in close meditation upon its object” (= EPIGNOSIS merupakan suatu kata yang lebih kuat dari GNOSIS; itu berarti ‘pengetahuan / pengenalan’ yang diarahkan pada suatu obyek, secara perlahan-lahan mendekatinya makin lama makin dekat, berkonsentrasi padanya, dipancangkan secara rapat dengannya. Jadi, kata itu lalu berarti pengetahuan / pengenalan, bukan semata-mata tentang pengertian intelektual, tetapi lebih pada perenungan yang dalam; pengetahuan / pengenalan yang secara tak langsung menunjuk pada kasih - karena hanya kasih bisa mengkonsentrasikan terus menerus kekuatan dari jiwa dalam meditasi yang dekat pada obyeknya).

Barclay: “let us look at the word which he uses for ‘knowledge’ (EPIGNOSIS). ... It can mean ‘increasing knowledge.’ GNOSIS, the normal Greek word for ‘knowledge,’ is here preceded by the preposition EPI which means ‘towards,’ ‘in the direction of.’ EPIGNOSIS then could be interpreted as knowledge which is always moving further in the direction of that which it seeks to know” [= marilah kita melihat pada kata yang ia gunakan untuk ‘pengetahuan / pengenalan’ (EPIGNOSIS). ... Itu bisa berarti ‘pengetahuan / pengenalan yang bertumbuh’. GNOSIS, kata Yunani yang normal / biasa untuk ‘pengetahuan / pengenalan’, di sini didahului oleh kata depan EPI yang berarti ‘kepada’, ‘ke arah’. Jadi EPIGNOSIS bisa ditafsirkan sebagai pengetahuan / pengenalan yang selalu bergerak lebih jauh ke arah dari apa yang diusahakan untuk mengenalnya] - hal 294.

Barclay menambahkan bahwa dalam Perjanjian Baru pengetahuan / pengenalan merupakan pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi. Dan karena itu ayat ini menekankan keharusan adanya pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi, dan makin lama makin dalam, terhadap Yesus Kristus.

Barclay: “If this knowledge of Jesus Christ does not come by philosophic speculation or by mystical experience, what is it and how does it come? In the New Testament knowledge is characteristically ‘personal knowledge.’ Paul does not say, ‘I know what I have believed’; he says, ‘I know whom I have believed’ (2Timothy 1:12). Christian knowledge of Christ is personal acquaintance with him; it is knowing him as a person and entering day by day into a more intimate relationship with him. When Peter speaks of grace and peace coming through the knowledge of God and of Jesus Christ, he is not intelectualizing religion; he is saying that Christianity means an ever-deepening personal relationship with Jesus Christ” [= Jika pengetahuan / pengenalan tentang Yesus Kristus tidak datang oleh spekulasi yang bersifat filsafat atau oleh pengalaman mistik, apakah itu dan bagaimana itu datang? Dalam Perjanjian Baru pengetahuan / pengenalan secara khas merupakan ‘pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi’. Paulus tidak berkata, ‘Aku tahu apa yang aku percaya’; ia berkata, ‘Aku tahu siapa yang aku percaya’ (2Timotius 1:12). Pengetahuan / pengenalan Kristen tentang Kristus merupakan pengenalan pribadi dengan Dia; itu adalah mengenal Dia sebagai pribadi dan memasuki hari demi hari ke dalam hubungan yang lebih intim dengan Dia. Pada waktu Petrus berbicara tentang kasih karunia dan damai yang datang melalui pengetahuan / pengenalan tentang Allah dan tentang Yesus Kristus, ia bukannya menjadikan agama sesuatu yang bersifat intelektual; ia sedang berkata bahwa kekristenan berarti suatu hubungan pribadi yang makin lama makin dalam dengan Yesus Kristus] - hal 296.

BACA JUGA: 10 BUKTI KEILAHIAN YESUS KRISTUS

2) Hasil / akibat dari pengetahuan / pengenalan yang makin dekat terhadap Allah / Yesus Kristus itu adalah kasih karunia dan damai.

2 Petrus 1: 2: “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.
KJV: ‘Grace and peace be multiplied unto you through the knowledge of God, and of Jesus our Lord,’ (= Kasih karunia dan damai dilipat-gandakan kepadamu melalui pengenalan akan Allah, dan akan Yesus Tuhan kita).

a) Berbeda dengan dalam ay 1, maka dalam ay 2 ini, memang dibicarakan 2 pribadi, yaitu ‘Allah’ dan ‘Yesus, Tuhan kita’. Di sini baik kata ‘Allah’ maupun kata ‘Tuhan’ menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), dan lebih-lebih di sini kata ‘Yesus’ diletakkan sebelum kata ‘Tuhan’. Karena itu potongan ayat ini membicarakan dua pribadi, bukan satu pribadi.

Ayat-ayat seperti ini sering digunakan oleh kelompok Unitarian untuk menunjukkan bahwa Allah beda dengan Yesus, dan karena itu Yesus bukanlah Allah. Ini salah, karena kalau ditafsirkan seperti ini, maka kita mengabaikan banyak ayat yang secara jelas menunjukkan Yesus sebagai Allah. Jadi, kalau bertemu dengan ayat yang membedakan Yesus dengan Bapa / Allah, kita harus menyadari bahwa ini menekankan pribadi-pribadi dari Yesus dan Bapa / Allah. Yesus dan Bapa memang adalah dua pribadi, bukan satu pribadi seperti yang diajarkan oleh ajaran sesat Sabelianisme.
Sebaliknya, kalau kita bertemu dengan ayat-ayat yang kelihatannya mengidentikkan Yesus dengan Bapa (seperti Yohanes 10:30 Yohanes 14:7-10), maka kita perlu menyadari bahwa yang dimaksudkan bukan pribadi, tetapi hakekat!

b) Kasih karunia dan damai akan makin berlimpah bagi orang yang bertumbuh dalam pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita. Pengenalan akan Allah tak bisa dipisahkan dari pengenalan akan Yesus, Tuhan kita.

Calvin: “the more any one advances in the knowledge of God, every kind of blessing increases also equally with the sense of divine love. Whosoever then aspires to the full fruition of the blessed life which is mentioned by Peter, must remember to observe the right way. He connects together at the same time the knowledge of God and of Christ; because God cannot be rightly known except in Christ, according to that saying, ‘No one knoweth the Father but the Son, and he to whom the Son will reveal him.’ (Matthew 11:27)” [= siapapun makin maju dalam pengenalan terhadap Allah, setiap jenis berkat juga bertambah secara sama dengan perasaan tentang kasih ilahi. Jadi, siapapun menginginkan hasil yang penuh dari kehidupan yang diberkati yang disebutkan oleh Petrus, harus mengingat untuk memperhatikan jalan / cara yang benar. Ia menghubungkan menjadi satu pada saat yang sama pengenalan terhadap Allah dan terhadap Kristus; karena Allah tidak bisa dikenal dengan benar kecuali dalam Kristus, menurut kata-kata itu, ‘Tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya’. (Matius 11:27)].

Bdk. Yohanes 14:7-10 - “(7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’ (8) Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. (10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya”.

Jadi, agama-agama lain atau sekte-sekte, yang tidak mempercayai Kristus dengan benar (sesuai dengan Alkitab), tidak mungkin bisa mengenal Allah dengan benar.

Barclay: “Grace and peace are multiplied to the Christian as he comes to know Jesus Christ better and better” (= Kasih karunia dan damai dilipat-gandakan bagi orang Kristen pada waktu ia datang mengenal Yesus Kristus makin lama makin baik) - hal 294.

Barclay: “The other science may bring new skill, new knowledge, new abilities, but the master-science, the knowledge of Jesus Christ, alone brings the grace men need and the peace for which their hearts crave” (= Ilmu pengetahuan yang lain bisa membawa keahlian yang baru, pengetahuan yang baru, kemampuan yang baru, tetapi ilmu pengetahuan kepala, pengetahuan / pengenalan terhadap Yesus Kristus saja membawa kasih karunia yang dibutuhkan manusia dan damai yang sangat diinginkan oleh hati mereka) - hal 295.

3) ‘akan Yesus, Tuhan kita’.

Lenski: “He is our Lord, we are his DOULOI (verse 1) who have been purchased and won by him to be his own forever. We know no authority save his; our will is his alone. KURIOS suggests his deity just as much as THEOS, ... We note that ‘Savior’ is placed first, ‘Lord’ second. Who would not follow the Lord who has rescued him as a Savior? There is no Lord like this Lord; no pleasure like serving this Lord as a DOULOS or ‘slave.’” [= Ia adalah Tuhan kita, kita adalah hamba-hamba-Nya (ayat 1) yang telah dibeli dan dimenangkan oleh Dia untuk menjadi milik-Nya selama-lamanya. Kita tidak mengenal otoritas kecuali otoritas-Nya; kehendak kita adalah kehendak-Nya saja. KURIOS (= Tuhan) menunjukkan (secara tak langsung) keilahian-Nya sama seperti THEOS (= Allah), ... Kita memperhatikan bahwa ‘Juru selamat’ ditempatkan pertama (ay 1), ‘Tuhan’ kedua. Siapa yang tidak mau mengikuti Tuhan yang telah menolongnya sebagai seorang Juru selamat? Tidak ada Tuhan seperti Tuhan ini; tidak ada kesukaan / kesenangan seperti melayani Tuhan ini sebagai seorang DOULOS atau ‘hamba’] - hal 254.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post