PERLENGKAPAN SENJATA KRISTEN (EFESUS 6:10-20)

Ketika Paulus menulis surat Efesus ini, maka perlengkapan senjata prajurit-prajurit itu memberikan suatu gambaran yang khusus baginya. Orang-orang Kristen pun hendaknya memiliki perlengkapan senjata. Dan satu demi satu disebutnya perlengkapan persenjataan prajurit Romawi itu untuk kemudian diterjemahkan ke dalam pengertian-pengertian Kristiani.
PERLENGKAPAN SENJATA KRISTEN (EFESUS 6:10-20)
gadget, bisnis, otomotif
Yang pertama adalah ikat pinggang kebenaran. Ikat pinggang itu sebenarnya melekat pada seragam dan sekaligus tempat menyandangkan pedang. Dengan demikian prajurit itu bebas bergerak. Orang lain mungkin akan menebak dan menerka masalah hidup yang sedang dan yang akan dihadapinya. Tetapi orang-orang Kristen akan bergerak secara bebas dan cepat karena mereka tidak ragu lagi akan kebenaran yang ada pada dirinya.

Ada baju zirah keadilan. Orang yang berbaju-jirahkan keadilan tentu kebal terhadap serangan-serangan yang menimpanya. Tutur kata saja tidak dapat menahan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan atas diri kita, tetapi kehidupan yang baik tentu mampu menangkis tuduhan-tuduhan itu. Satu-satunya cara untuk menangkis setiap tuduhan yang dilontarkan terhadap iman Kristen adalah menunjukkan betapa baiknya kehidupan kita sebagai orang Kristen.

Ada kasut kaki. Kasut kaki atau sandal adalah perlengkapan yang dipakai oleh orang yang siap segera bergerak. Salah satu ciri orang Kristen sejati adalah bahwa ia bersedia bergerak dan rela untuk memberitakan Injil, terutama kepada mereka yang belum pernah mendengarnya.

Ada perisai. Yang dimaksud oleh Paulus bukanlah perisai yang berukuran kecil, tetapi perisai besar yang berbentuk bujur yang biasa digunakan dalam perang besar. Salah satu senjata yang sangat membahayakan dalam perang zaman dahulu adalah anak-anak panah yang tajam dan berapi. Anak-anak panah itu dibidikkan setelah terlebih dulu dicelupkan ke dalam ter panas. Ujung anak panah yang panas itu akan dinyalakan sebelum dilepas dari busurnya. 

Perisai berukuran besar itu terdiri dari dua lapis kayu, yang direkatkan satu sama lain. Anak panah yang menyala itu akan segera padam jika menimpa perisai itu. Pencobaan-pencobaan atas iman kita adalah ibarat anak-anak panah itu. Menurut Paulus, iman tidak lain kecuali keyakinan penuh kepada Kristus. Jika kita berjalan berdampingan dengan Kristus, kita akan diselamatkan dari setiap pencobaan.

Ada ketopong keselamatan. Keselamatan bukanlah sesuatu yang hanya berkaitan dengan masa lalu. Keselamatan yang dalam Kristus itu memberikan pengampunan atas segala dosa kita pada masa lalu dan memberikan kita kekuatan untuk melawan dosa pada masa yang akan datang.

Ada pedang, yaitu Firman Allah, yang menjadi senjata kita untuk menahan serangan dosa dan sekaligus senjata kita untuk menyerang dosa-dosa dunia. Sebagaimana pedang berguna di tangan prajurit, demikian juga Firman Allah di dalam diri orang beriman. Perjuangan ilahi tidak mungkin kita menangkan tanpa Firman Allah.


Akhirnya Paulus menyebutkan senjata yang terbesar, yaitu doa. Ada tiga hal yang poerlu kita catat dari Paulus mengenai doa:

(1) Berdoa harus dilakukan terus-menerus. Kebanyakan kita cenderung untuk berdoa hanya pada saat-saat kehidupan kita tercekam oleh kesulitan, padahal doa yang disampaikan terus-menerus dan dari hari ke hari itulah yang memberi kita kekuatan dari hari ke hari pula;

(2) Berdoa harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Doa yang setengah-setengah tidak pernah membawa apa-apa. Doa perlu dilakukan dengan pemusatan segala daya dan Panca-indra kepada Allah;

(3) Berdoa tidak boleh hanya untuk kepentingan diri sendiri. Ada ungkapan Yunani demikian, “Di dalam doanya, hendaklah orang bersekutu dengan sesamanya.” Dalam kenyataan doa-doa kita lebih sering hanya mementingkan diri sendiri dan terlalu sedikit mengingat orang lain. Karena itu, baiklah kita belajar untuk lebih banyak berdoa bagi orang lain dan bersama orang lain ketimbang untuk diri kita sendiri.

Paulus mengakhiri perikop ini dengan permintaan agar supaya sahabat-sahabatnya mendoakan dia. Paulus tidak minta kenikmatan atau kedamaian, melainkan perkenan Allah untuk boleh terus menyampaikan rahasia karya-Nya, yaitu bahwa kasih-Nya adalah bagi semua orang. 

Berdasarkan hal ini, maka baiklah kalau kita ingat bahwa setiap pemimpin dan pelayan Kristen memerlukan bantuan doa dari seluruh jemaatnya untuk menopangnya di dalam tugasnya. Kiranya kita sungguh-sungguh bergantung kepada Allah dalam hidup dan pelayanan kita.

-Amin.
Next Post Previous Post