EKSPOSISI 1 RAJA-RAJA 13:1-34

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI 1 RAJA-RAJA 13:1-34
1 Raja-Raja 13: 1-3: “(1 Raja-Raja 13:1) Sedang Yerobeam berdiri di atas mezbah itu sambil membakar korban, maka atas perintah TUHAN datanglah seorang abdi Allah dari Yehuda ke Betel. (2) Lalu atas perintah TUHAN berserulah orang itu terhadap mezbah itu, katanya: ‘Hai mezbah, hai mezbah! Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya seorang anak akan lahir pada keluarga Daud, Yosia namanya; ia akan menyembelih di atasmu imam-imam bukit pengorbanan yang membakar korban di atasmu, juga tulang-tulang manusia akan dibakar di atasmu.’ (3) Pada waktu itu juga ia memberitahukan suatu tanda ajaib, katanya: ‘Inilah tanda ajaib, bahwa TUHAN telah berfirman: Bahwasanya mezbah itu akan pecah, sehingga tercurah abu yang di atasnya.’”. 

1) “Sedang Yerobeam berdiri di atas mezbah itu sambil membakar korban”. 

Ini dilakukan oleh Yerobeam dalam upacara pembukaan ibadah baru yang ia perkenalkan kepada Israel. Jadi ini pasti adalah acara yang sangat besar, megah, dan penting. Ini bisa kita lihat pada bagian akhir dari 1Raja 12. 

Bdk. 1Raja-Raja 12:25-33 - “(25) Kemudian Yerobeam memperkuat Sikhem di pegunungan Efraim, lalu diam di sana. Ia keluar dari sana, lalu memperkuat Pnuel. (26) Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: ‘Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. (27) Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.’ (28) Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. (30) Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain. (31) Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi. (32) Kemudian Yerobeam menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya. (33) Ia naik tangga mezbah yang dibuatnya di Betel itu pada hari yang kelima belas dalam bulan yang kedelapan, dalam bulan yang telah direncanakannya dalam hatinya sendiri; ia menentukan suatu hari raya bagi orang Israel dan ia naik tangga mezbah itu untuk membakar korban”. 

Pulpit Commentary: “Jeroboam’s inauguration of the high place at Bethel was an imitation of Solomon’s dedication of the temple at Jerusalem. Like Solomon, he chose the feast of tabernacles as the season for this ceremony, although he daringly altered the date of the feast from the seventh month to the eighth. Describe the scene: the crowds of people, the new-made priests, the gorgeous shrine, the conflicting feelings of the worshippers. None dared to oppose the king, and at the expected moment he stepped forward to burn incense before the calf. Just then one, who had been till then unnoticed, pressed to the front of the crowd. ... In words of terrible invective he delivered the message of the Lord” (= Pembukaan / pelantikan Yerobeam terhadap bukit pengorbanan di Betel merupakan suatu peniruan dari peresmian Salomo terhadap Bait Allah di Yerusalem. Seperti Salomo, ia memilih hari raya pondok daun sebagai saat dari upacara ini, sekalipun ia secara berani mengubah tanggal dari hari raya itu dari bulan ke 7 menjadi bulan ke 8. Gambarkan pemandangan / adegannya: kerumunan orang banyak, imam-imam yang baru, kuil yang sangat indah, perasaan-perasaan yang bertentangan dari para penyembah. Tak seorangpun berani menentang sang raja, dan pada saat yang diharapkan ia maju ke depan untuk membakar kemenyan di depan anak lembu. Tepat pada saat itu, seseorang, yang sampai saat itu tidak diperhatikan, mendesak ke depan kerumunan orang banyak. ... Dalam kata-kata yang merupakan cercaan yang keras ia menyampaikan pesan Tuhan) - hal 291-292. 

Dari sini kita bisa makin melihat keberanian dari nabi ini. Ia bukan menyampaikan teguran keras dari Tuhan itu secara pribadi, atau dalam acara kecil, tetapi dalam acara yang sangat besar, yang dihadiri semua orang, pejabat dan sebagainya. 

Hal lain yang bisa kita pelajari adalah: cara dan saat yang dipilih nabi ini pasti tidak sesuai dengan ‘kebijaksanaan’ dari kebanyakan orang. Jadi jelas bahwa kebijaksanaan Allah sering berbeda dengan ‘kebijaksanaan’ manusia. Biarlah orang Kristen yang seringkali mengkritik tindakan keras dari hamba-hamba Tuhan tertentu, dan menganggapnya tidak bijaksana, belajar dari hal ini! 

2) “(1b) maka atas perintah TUHAN datanglah seorang abdi Allah dari Yehuda ke Betel. (2) Lalu atas perintah TUHAN berserulah orang itu terhadap mezbah itu, katanya:”. 

a) “(1b) maka atas perintah TUHAN ... (2) Lalu atas perintah TUHAN”. 

Perhatikan bahwa dalam text di atas, kata-kata ‘atas perintah TUHAN’ ini muncul 2 x! 

Wesley: “How bold was the man, that durst attack the king in his pride, and interrupt the solemnity he was proud of? Whoever is sent on God’s errand, must not fear the faces of men” (= Alangkah beraninya orang ini, yang berani menyerang sang raja dalam kesombongannya, dan menginterupsi kekhidmatan yang ia banggakan? Siapapun yang diutus berdasarkan suruhan Allah, tidak boleh takut pada wajah manusia). 

b) ‘datanglah seorang abdi Allah’. 

Lit: ‘a man of God’. 

c) ‘dari Yehuda ke Betel’. 

Ini bukan hanya kota yang berbeda, tetapi juga negara yang berbeda. 

Word Biblical Commentary: “A prophet could not be hindered by political boundaries, in spite of the efforts of despotic officials (cf. Amos 7:10–17)” [= Seorang nabi tidak bisa dihalangi oleh batasan-batasan politik, sekalipun ada usaha-usaha untuk itu dari pejabat-pejabat yang bersifat tiran (bdk. Amos 7:10-17)]. 

Amos 7:10-17 - “(10) Lalu Amazia, imam di Betel, menyuruh orang menghadap Yerobeam, raja Israel, dengan pesan: ‘Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya. (11) Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.’ (12) Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: ‘Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! (13) Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.’ (14) Jawab Amos kepada Amazia: ‘Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. (15) Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umatKu Israel. (16) Maka sekarang, dengarlah firman TUHAN! Engkau berkata: Janganlah bernubuat menentang Israel, dan janganlah ucapkan perkataan menentang keturunan Ishak. (17) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Isterimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang; tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.’”. 

Penerapan: seorang hamba Tuhan mempunyai hak untuk menegur jemaat yang salah, biarpun jemaat itu berasal dari gereja yang berbeda. 

d) ‘berserulah orang itu terhadap mezbah itu, katanya: ‘Hai mezbah, hai mezbah!’’. 

1. Mengapa nabi itu berseru terhadap mezbah, dan bukan kepada Yerobeam? 

· mezbah merupakan wakil dari seluruh sistim penyembahan yang baru tersebut. 

Jamieson, Fausset & Brown: “‘He cried against the altar’ - which is put for the whole system of worship organized in Israel” (= ‘Ia berseru terhadap mezbah’ yang di sini menunjuk pada seluruh sistim penyembahan yang terorganisir di Israel). 

· ini untuk menunjukkan bahwa adalah sia-sia untuk berbicara kepada Yerobeam. 

Pulpit Commentary: “It is as if the prophet disdained to notice the royal but self-constituted priest; as if it were useless to appeal to him” (= Itu seakan-akan menunjukkan bahwa sang nabi menganggap remeh untuk memperhatikan imam kerajaan / yang megah, tetapi yang dibentuk sendiri; seakan-akan adalah sia-sia untuk berseru kepadanya) - hal 283. 

2. Dari seruan / teguran ini terlihat bahwa upacara yang megah / kudus / khidmat di hadapan manusia itu, ternyata rendah dan najis di hadapan Allah. 

Pulpit Commentary: “He bore His testimony against the altar. It had been consecrated, after a fashion, by the king, but God would desecrate it. ... God will accept ... no worship ordered after the policy of statesmen” (= Ia memberikan kesaksianNya terhadap mezbah itu. Mezbah itu ditahbiskan, menurut kebiasaan, oleh sang raja, tetapi Allah menajiskan mezbah itu. ... Allah tidak menerima ... penyembahan yang diatur menurut politik dari ahli-ahli kenegaraan) - hal 289. 

Kata-kata Pulpit Commentary ini perlu diperhatikan. Sistim penyembahan / gereja yang megah, tetapi praktek / ajarannya bertentangan dengan Firman Tuhan, hanya menimbulkan kejijikan dan kemurkaan Tuhan. 

Apa salahnya sistim penyembahan dalam kerajaan Yerobeam? 

1Raja-Raja 12:25-31 - “(25) Kemudian Yerobeam memperkuat Sikhem di pegunungan Efraim, lalu diam di sana. Ia keluar dari sana, lalu memperkuat Pnuel. (26) Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: ‘Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. (27) Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.’ (28) Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. (30) Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain. (31) Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi”. 

Kesalahannya bukan hanya membuat anak lembu emas, dan menyebutnya sebagai ‘allah’ yang telah menuntun mereka keluar dari Mesir (bdk. Kel 32:4,8), dan menyebabkan rakyat jatuh ke dalam penyembahan berhala, tetapi juga bahwa ia membuat kuil-kuil dan mengangkat imam-imam dari kalangan non Lewi. 

Bandingkan dengan: 

· Ulangan 12:5-7 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu”. 

Ibadah pada saat itu tidak boleh dilakukan di tempat yang mereka kehendaki sendiri. Itu ditentukan oleh Tuhan, dan tak boleh diubah semau mereka. Yerobeam jelas melanggar hal ini. 

· 2Taw 11:13-16 - “(13) Para imam dan orang Lewi di seluruh Israel datang menggabungkan diri dengan dia (Rehabeam) dari daerah-daerah kediaman mereka. (14) Sebab orang Lewi meninggalkan tanah penggembalaan dan milik mereka, lalu pergi ke Yehuda dan Yerusalem, oleh karena Yerobeam dan anak-anaknya melarang mereka memegang jabatan imam TUHAN, (15) dan mengangkat bagi dirinya imam-imam untuk bukit-bukit pengorbanan untuk jin-jin dan untuk anak-anak lembu jantan yang dibuatnya. (16) Dari segenap suku Israel orang datang ke Yerusalem mengikuti orang-orang Lewi itu, yakni orang yang telah membulatkan hatinya untuk mencari TUHAN Allah Israel; dan mereka datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka”. 

Catatan: 

* 1 Raja-Raja 13: 15: “dan mengangkat bagi dirinya imam-imam untuk bukit-bukit pengorbanan untuk jin-jin dan untuk anak-anak lembu jantan yang dibuatnya”. 

KJV: ‘the devils’ (= setan-setan). 

NIV: ‘the goat’ (= kambing). 

RSV/NASB: ‘the satyrs’. 

Catatan: ‘satyr’ adalah dewa / patung berhala yang berbentuk gabungan manusia dan kambing. Barnes mengatakan bahwa terjemahan hurufiahnya adalah ‘goat’ (= kambing). Tetapi jelas yang dimaksudkan adalah patung berhala berbentuk kambing. KJV dan Kitab Suci Indonesia sebetulnya salah dalam menterjemahkan ‘setan’ / ‘jin’. 

* Dari text di atas ini bisa kita lihat bahwa Yerobeam bukan hanya mengangkat orang-orang yang bukan dari suku Lewi untuk menjadi imam-imam, tetapi ia juga melarang orang-orang Lewi untuk menjadi imam-imam dalam ibadah / sistim penyembahan yang baru ini. Ini menyebabkan orang-orang Lewi lalu lari ke Yehuda. 

Penerapan: memang orang-orang yang pro pada nabi palsu, biasanya akan menentang nabi yang asli! 

3) “Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya seorang anak akan lahir pada keluarga Daud, Yosia namanya; ia akan menyembelih di atasmu imam-imam bukit pengorbanan yang membakar korban di atasmu, juga tulang-tulang manusia akan dibakar di atasmu.’”. 

a) Ada penafsir yang mengatakan bahwa nubuat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui dan menubuatkan bahwa Betel, yang pada saat itu ada dalam kekuasaan Israel, akan pindah ke bawah kekuasaan raja-raja Yehuda. 

Pulpit Commentary: “Who but God could foresee that Bethel would then have passed from the kings of Israel under the dominion of Judah? (See 2Chron. 13:19)” [= Siapa kecuali Allah bisa melihat lebih dulu bahwa Betel akan pindah dari raja-raja Israel ke bawah kekuasaan dari Yehuda? (Lihat 2Taw 13:19)] - hal 289. 

2Taw 13:19 - “Abia mengejar Yerobeam dan merebut dari padanya beberapa kota, yakni Betel dengan segala anak kotanya, Yesana dengan segala anak kotanya dan Efron dengan segala anak kotanya”. 

b) Ini merupakan suatu nubuat yang luar biasa, dan digenapi dengan tepat lebih dari 300 tahun setelahnya. 

Matthew Henry: “It was about 356 years ere this prediction was fulfilled, ... Nothing more contingent and arbitrary than the giving of names to persons, yet Josiah was here named above 300 years before he was born” (= Itu terjadi sekitar 356 tahun sebelum ramalan ini digenapi, ... Tak ada yang lebih bersifat kebetulan dan tak terduga dari pada pemberian nama kepada seseorang, tetapi Yosia di sini disebutkan lebih dari 300 tahun sebelum ia dilahirkan). 

Catatan: Clarke mengatakan bukan 356 tahun tetapi 340 tahun, sedangkan Jamieson, Fausset & Brown mengatakan 360 tahun; saya tidak tahu yang mana yang benar. 

Clarke mengatakan bahwa ini adalah salah satu nubuat yang paling hebat dan luar biasa dalam Perjanjian Lama. Dan nubuat ini bukan hanya menunjukkan kemahatahuan Allah, tetapi juga kemahakuasaanNya. Seakan-akan Ia memberikan peringatan kepada para penyembah berhala tersebut, supaya mereka bisa berjaga-jaga pada saat Yosia ini muncul di Kerajaan Yehuda, dan tak diragukan lagi bahwa mereka memang berjaga-jaga. Tetapi semua itu sia-sia, karena Yosia pada tahun ke 18 dari pemerintahannya, secara hurufiah menggenapi nubuat ini, seperti yang bisa kita baca dalam text di bawah ini. 

2Raja-Raja 23:15-20 - “(15) Juga mezbah yang ada di Betel, bukit pengorbanan yang dibuat oleh Yerobeam bin Nebat yang mengakibatkan orang Israel berdosa, mezbah dan bukit pengorbanan itupun dirobohkannya dan batu-batunya dipecahkannya, lalu ditumbuknya halus-halus menjadi abu, dan dibakarnyalah tiang berhala. (16) Dan ketika Yosia berpaling, dilihatnyalah kuburan-kuburan yang ada di gunung di sana, lalu menyuruh orang mengambil tulang-tulang dari kuburan-kuburan itu, membakarnya di atas mezbah dan menajiskannya, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diserukan oleh abdi Allah yang telah menyerukan hal-hal ini. (17) Ia berkata: ‘Apakah tanda keramat yang kulihat ini?’ Lalu orang-orang di kota itu menjawab dia: ‘Itulah kuburan abdi Allah yang sudah datang dari Yehuda dan yang telah menyerukan segala hal yang telah kaulakukan terhadap mezbah Betel ini!’ (18) Lalu katanya: ‘Biarkanlah itu, janganlah ada orang yang menjamah tulang-tulangnya!’ Jadi mereka tidak mengganggu tulang-tulangnya dan tulang-tulang nabi yang telah datang dari Samaria itu. (19) Juga segala kuil di bukit-bukit pengorbanan yang di kota-kota Samaria yang dibuat oleh raja-raja Israel untuk menimbulkan sakit hati TUHAN, dijauhkan oleh Yosia dan dalam hal ini ia bertindak tepat seperti tindakannya di Betel. (20) Ia menyembelih di atas mezbah-mezbah itu semua imam bukit-bukit pengorbanan yang ada di sana dan dibakarnya tulang-tulang manusia di atasnya, lalu pulanglah ia ke Yerusalem”. Bdk. 2Taw 34:1-7. 

c) Pro dan kontra tentang kata-kata ‘Yosia namanya’ dalam nubuat ini. 

1Raja-Raja 13:2 - “Lalu atas perintah TUHAN berserulah orang itu terhadap mezbah itu, katanya: ‘Hai mezbah, hai mezbah! Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya seorang anak akan lahir pada keluarga Daud, Yosia namanya; ia akan menyembelih di atasmu imam-imam bukit pengorbanan yang membakar korban di atasmu, juga tulang-tulang manusia akan dibakar di atasmu.’”. 

Jadi, nubuat ini secara khusus menyebutkan nama Raja Yehuda yang akan melakukan hal itu, yaitu Yosia. 

Albert Barnes mengatakan bahwa nubuat jarang diberikan secara teliti / khusus seperti di sini, yaitu dengan menyebutkan nama. Hanya satu contoh lain yang bisa dianggap sama dalam seluruh Kitab Suci, yaitu penyebutan nama Koresh oleh Yesaya. 

Yesaya 44:28 - “Akulah yang berkata tentang Koresh: Dia gembalaKu; segala kehendakKu akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: Baiklah ia dibangun! dan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya!’”. 

Yesaya 45:1 - “Beginilah firman TUHAN: ‘Inilah firmanKu kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup”. 

Lalu Albert Barnes mengatakan sebagai berikut: 

Barnes’ Notes: “Of course no one who believes in the divine foreknowledge can doubt that God could, if He chose, cause events to be foretold minutely by his prophets; but certainly the general law of his Providence is, that He does not do so. If this law is to be at any time broken through, it will not be capriciously” (= Tentu saja tak seorangpun yang percaya pada pengetahuan lebih dulu dari Allah bisa meragukan bahwa Allah bisa, jika Ia memilih untuk itu, menyebabkan peristiwa-peristiwa diramalkan secara teliti oleh nabi-nabiNya; tetapi pastilah bahwa hukum yang umum dari ProvidensiaNya adalah bahwa Ia tidak berbuat demikian. Jika hukum ini pada saat manapun harus dilanggar, itu tidak akan terjadi secara tak terduga.). 

Catatan: siapa berkata itu adalah hukum / law? 

Albert Barnes menambahkan beberapa alasan yaitu: 

1. Penyebutan nama Yosia lama sebelum ia dilahirkan di sini, tak ada gunanya. 

Tanggapan: ‘tak ada gunanya’? Kata-kata yang ‘tak ada gunanya’ ini menunjukkan kemahatahuan Tuhan secara luar biasa; dan juga menunjukkan bahwa Kitab Suci adalah Firman Tuhan! Bandingkan dengan kata-kata dari Jamieson, Fausset & Brown di bawah. 

2. Kalimat dalam 1Raja-Raja 13:2 itu merupakan kalimat lengkap yang artinya jelas, sekalipun kata-kata ‘Yosia namanya’ dihapuskan. 

Tanggapan: ada sangat banyak kata-kata dalam Kitab Suci yang juga bisa dihapuskan, dan kalimatnya tetap lengkap dan artinya jelas. 

3. Pada waktu peristiwa itu diceritakan lagi dalam kitab Raja-raja, tidak ada petunjuk bahwa nabi dari Yehuda ini menyebutkan nama Yosia dalam nubuatnya. 

Tanggapan: ini merupakan argumentasi yang menggelikan. Dalam penceritaan peristiwa ini dalam kitab Tawarikh (2Taw 11) seluruh cerita tentang nabi Yehuda ini tidak ada. Apakah dari sini kita mau menyimpulkan bahwa seluruh cerita sebetulnya tidak ada? 

4. Kata-kata ‘Yosia namanya’ itu bisa saja sebetulnya merupakan suatu catatan dari penyalin manuscripts, yang lalu oleh penyalin berikutnya dimasukkan ke dalam text. 

Tanggapan: tanpa dasar yang kuat, dan tanpa ada manuscripts pendukung, kita tidak boleh menyimpulkan seperti ini. Kalau boleh secara sembarangan menyimpulkan seperti ini, seluruh Kitab Suci bisa kacau. 

Wycliffe Bible Commentary: “to regard this as a historical insertion, coming to pass after the day of King Josiah, is utterly to fail to understand the true genius of prophecy” (= menganggap ini sebagai suatu penyelipan / penambahan yang bersifat sejarah, yang terjadi setelah jaman raja Yosia, adalah gagal sama sekali untuk mengerti sifat khusus / kemampuan alamiah yang benar dari nubuat). 

Ada penafsir yang mendukung pandangan Barnes ini dan mengatakan bahwa dalam Kitab Suci ada 2 nubuat lain yang menyebutkan nama, yaitu nubuat tentang kelahiran Ishak dan Salomo. Tetapi ia mengatakan bahwa dalam kedua kasus itu nama-nama itu sangat penting, dan sebetulnya penyebutan namanya bukan merupakan suatu nubuat tetapi merupakan petunjuk bahwa anak yang akan segera dilahirkan itu harus dinamai seperti itu. 

Kejadian 17:19 - “Tetapi Allah berfirman: ‘Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjianKu dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya”. 

1Taw 22:9 - “Sesungguhnya, seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas Israel pada zamannya”. 

Saya berpendapat bahwa argumentasi-argumentasi di atas ini sama sekali tidak kuat dan tidak meyakinkan. Sekarang perhatikan komentar Jamieson, Fausset & Brown di bawah ini, yang menentang pandangan di atas. 

Jamieson, Fausset & Brown: “This is one of the most remarkable prophecies recorded in the Scriptures; and in its clearness, circumstantial minuteness, and exact prediction of an event that took place 360 years after it, stands in striking contrast to the obscure and ambiguous oracles of the pagan. Being publicly uttered, it must have been well known to the people; and every Jew who lived at the accomplishment of the event must have been convinced of the truth of a religion connected with such a prophecy as this” (= Ini adalah salah satu dari nubuat-nubuat yang paling luar biasa / hebat yang tercatat dalam Kitab Suci; dan dalam kejelasannya, ke-terperinci-an yang lengkap, dan ramalan yang tepat dari suatu peristiwa yang terjadi 360 tahun setelahnya, berada dalam suatu kontras yang menyolok dengan sabda dewa kafir yang kabur dan berarti ganda. Dengan diucapkan di depan umum, nubuat itu pasti diketahui oleh masyarakat; dan setiap orang Yahudi yang hidup pada penggenapan dari peristiwa itu pasti diyakinkan tentang kebenaran dari agama yang berhubungan dengan nubuat seperti ini). 

Catatan: dalam Kitab Suci kita juga ada nubuat-nubuat yang ‘kabur’ artinya, seperti yang ada dalam kitab Wahyu. Tetapi juga ada banyak sekali nubuat-nubuat yang jelas / gamblang, seperti dalam 1Raja-Raja 13:2 ini. 

Bandingkan 2 kelompok ayat di bawah ini: 

a. Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa hanya Allah yang bisa menubuatkan / meramalkan apa yang akan terjadi: 

· Yesaya 41:26-27 - “(26) Siapakah yang memberitahukannya dari mulanya, sehingga kami mengetahuinya, dan dari dahulu, sehingga kami mengatakan: ‘Benarlah dia?’ Sungguh, tidak ada orang yang memberitahukannya, tidak ada orang yang mengabarkannya, tidak ada orang yang mendengar sepatah katapun dari padamu. (27) Sebagai yang pertama Aku memberitahukannya kepada Sion, dan Aku memberikan orang yang membawa kabar baik kepada Yerusalem”. 

· Yesaya 42:9 - “Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu.’”. 

· Yesaya 43:12 - “Akulah yang memberitahukan, menyelamatkan dan mengabarkan, dan bukannya allah asing yang ada di antaramu. Kamulah saksi-saksiKu,’ demikianlah firman TUHAN, ‘dan Akulah Allah”. 

· Yesaya 45:21 - “Beritahukanlah dan kemukakanlah alasanmu, ya, biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang mengabarkan hal ini dari zaman purbakala, dan memberitahukannya dari sejak dahulu? Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari padaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!”. 

· Yesaya 46:9-10 - “(9) Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, (10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan”. 

· Yesaya 48:5 - “maka Aku memberitahukannya kepadamu dari sejak dahulu; sebelum hal itu menjadi kenyataan, Aku mengabarkannya kepadamu, supaya jangan engkau berkata: Berhalaku yang melakukannya, patung pahatanku dan patung tuanganku yang memerintahkannya”. 

b. Ayat-ayat dimana Allah menantang dewa-dewa / allah-allah lain / berhala-berhala dan nabi-nabi palsu mereka untuk menubuatkan / meramalkan apa yang akan terjadi (ini menunjukkan bahwa dewa-dewa / berhala-berhala / allah-allah lain itu tidak mampu melakukan hal itu): 

· Yesaya 41:22-23 - “(22) Biarlah mereka maju dan memberitahukan kepada kami apa yang akan terjadi! Nubuat yang dahulu, beritahukanlah apa artinya, supaya kami memperhatikannya, atau hal-hal yang akan datang, kabarkanlah kepada kami, supaya kami mengetahui kesudahannya! (23) Beritahukanlah hal-hal yang akan datang kemudian, supaya kami mengetahui, bahwa kamu ini sungguh allah; bertindak sajalah, biar secara baik ataupun secara buruk, supaya kami bersama-sama tercengang melihatnya!”. 

· Yesaya 43:9 - “Biarlah berhimpun bersama-sama segala bangsa-bangsa, dan biarlah berkumpul suku-suku bangsa! Siapakah di antara mereka yang dapat memberitahukan hal-hal ini, yang dapat mengabarkan kepada kita hal-hal yang dahulu? Biarlah mereka membawa saksi-saksinya, supaya mereka nyata benar; biarlah orang mendengarnya dan berkata: ‘Benar demikian!’”. 

· Yesaya 44:7 - “Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepadaKu! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!”. 

· Yesaya 45:21 - “Beritahukanlah dan kemukakanlah alasanmu, ya, biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang mengabarkan hal ini dari zaman purbakala, dan memberitahukannya dari sejak dahulu? Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari padaKu! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!”. 

· Yesaya 47:13-15 - “(13) Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu! (14) Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang! (15) Demikianlah faedahnya bagimu dari tukang-tukang jampi itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; masing-masing mereka terhuyung-huyung ke segala jurusan, tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau”. 

· Yesaya 48:14 - “Berhimpunlah kamu sekalian dan dengarlah! Siapakah di antara mereka memberitahukan semuanya ini? Dia yang dikasihi TUHAN akan melaksanakan kehendak TUHAN terhadap Babel dan menunjukkan kekuatan tangan TUHAN kepada orang Kasdim”. 

Jelas bahwa hanya Tuhan yang bisa menubuatkan masa depan, berhala / dewa tidak bisa. Dan memang, Kitab Suci agama lain mana yang mempunyai nubuat-nubuat seperti dalam Kitab Suci kita? Nubuat-nubuat yang digenapi secara sempurna dalam Kitab Suci kita ini membuktikan bahwa Kitab Suci kita memang adalah Firman Allah. 

4) “Pada waktu itu juga ia memberitahukan suatu tanda ajaib, katanya: ‘Inilah tanda ajaib, bahwa TUHAN telah berfirman: Bahwasanya mezbah itu akan pecah, sehingga tercurah abu yang di atasnya.’”. 

a) Ini tidak berarti bahwa setiap hamba Tuhan / pemberita Firman Tuhan harus bisa melakukan tanda ajaib untuk membuktikan bahwa kata-kata yang ia beritakan betul-betul dari Tuhan. 

Bandingkan dengan Yohanes Pembaptis yang tidak membuat satu tandapun, tetapi jelas diakui sebagai nabi. 

Yoh 10:41 - “Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’”. 

b) Ini juga tidak berarti bahwa orang yang bisa membuat tanda ajaib pasti adalah hamba Tuhan yang sejati. 

Bdk. Ulangan 13:1-5 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”. 

1 Raja-Raja 13: 4: “Demi raja Yerobeam mendengar perkataan abdi Allah yang diserukannya terhadap mezbah di Betel itu, ia mengulurkan tangannya dari atas mezbah dan berkata: ‘Tangkaplah dia!’ Tetapi tangan yang diulurkannya terhadap orang itu menjadi kejang, sehingga tidak dapat ditariknya kembali”. 

1) Allah melindungi nabiNya. 

Kalau kita hanya membaca ay 4a, maka kita melihat hal ini sebagai bencana bagi nabi yang dengan setia dan berani melaksanakan tugas yang ia terima dari Allah. Tetapi pada waktu kita membaca ay 4b, kita melihat bahwa ternyata Allah bertindak untuk menyelamatkan / melindungi nabiNya. 

Pulpit Commentary: “The path of duty is the path of safety” (= Jalan kewajiban adalah jalan yang aman) - hal 292. 

Matthew Henry: “Jeroboam’s hand withered, which he stretched out to seize or smite the man of God, v. 4. Instead of trembling at the message, as he might well have done, he assaulted him that brought it, in defiance of the wrath of which he was warned and contempt of that grace which sent him the warning. Rebuke a sinner and he will hate thee, and do thee a mischief if he can; yet God’s prophets must rather expose themselves than betray their trust: he that employs them will protect them, and restrain the wrath of man, as he did Jeroboam’s here by withering his hand, so that he could neither hurt the prophet nor draw it in to help himself” (= Tangan Yerobeam, yang diulurkan untuk menangkap atau memukul abdi Allah itu, menjadi layu / lemah, ay 4. Ia bukannya menjadi gemetar karena pesan tersebut, seperti yang seharusnya ia lakukan, tetapi malah menyerang orang yang membawa pesan itu, dalam tantangan terhadap kemurkaan tentang mana ia diperingatkan dan dalam kejijikan / sikap memandang rendah terhadap kasih karunia yang mengirimkan peringatan kepadanya. ‘Tegurlah orang berdosa dan ia akan membencimu’, dan melakukan kejahatan kepadamu jika ia bisa melakukannya; tetapi nabi-nabi Allah harus membuka diri mereka sendiri dari pada mengkhianati kepercayaan mereka: Ia yang memakai mereka akan melindungi mereka, dan mengekang kemurkaan manusia, seperti yang Ia lakukan terhadap Yerobeam di sini dengan melemahkan tangannya, sehingga ia tidak bisa menyakiti nabi itu ataupun menariknya kembali untuk menolong dirinya sendiri). 

Bdk. Amsal 9:8 - “Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya”. 

2) Allah menghukum Yerobeam. 

Bagian ini menunjukkan bahwa kalau seseorang marah kepada seorang hamba Tuhan karena Firman Tuhan yang disampaikannya, maka tindakan / sikap itu mengundang murka dan hukuman / hajaran Allah bagi orang itu. Mengapa? Karena Allah memandang tindakan negatif terhadap hambaNya itu sebagai tindakan yang dilakukan terhadap diriNya sendiri. 

Pulpit Commentary: “that hand, really raised against the Most High, suddenly becomes rigid and powerless” (= tangan itu, yang sebenarnya diangkat terhadap Yang Maha Tinggi, tiba-tiba menjadi kaku dan tak bertenaga) - hal 286. 

Penerapan: Kalau saudara berkata / bersikap / bertindak negatif terhadap seorang hamba Tuhan yang benar dan setia, ingatlah bahwa kata-kata / sikap / tindakan negatif saudara itu pada hakekatnya sedang saudara lakukan terhadap Tuhan sendiri! 

Bandingkan dengan: 

· Lukas 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.’”. 

· Kisah Para Rasul 9:4-5 - “(4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu.”. 

Wesley: “in this example God might shew, how highly he resents the injuries done to his ministers, for the faithful discharge of their office” (= dalam contoh ini Allah bisa menunjukkan, betapa besarnya Ia membenci tindakan merugikan / membahayakan yang dilakukan kepada pelayan-pelayanNya, untuk pelaksanaan yang setia dari tugas-tugas mereka). 

Matthew Henry: “When his hand was stretched out to burn incense to his calves it was not withered; but, when it is stretched out against a prophet, he shall have no use of it till he humble himself. Of all the wickedness of the wicked there is none more provoking to God than their malicious attempts against his prophets, of whom he has said, Touch them not, do them no harm. As this was a punishment of Jeroboam, and answering to the sin, so it was the deliverance of the prophet. God has many ways of disabling the enemies of his church from executing their mischievous purposes. Jeroboam’s inability to pull in his hand made him a spectacle to all about him, that they might see and fear” (= Pada waktu tangannya diulurkan untuk membakar kemenyan bagi anak-anak lembunya, tangan itu tidak menjadi lemah; tetapi pada waktu tangan itu diulurkan terhadap seorang nabi, ia tidak akan bisa menggunakannya sampai ia merendahkan dirinya sendiri. Dari semua kejahatan dari orang-orang jahat tidak ada yang lebih membuat Allah marah dari pada usaha-usaha jahat mereka terhadap nabi-nabiNya, tentang siapa Ia telah berkata: ‘Janganlah menyentuh mereka, janganlah menyakiti mereka’. Sebagaimana ini merupakan suatu hukuman bagi Yerobeam, dan sesuai dengan dosanya, demikian juga itu merupakan jalan untuk menyelamatkan sang nabi. Allah mempunyai banyak cara / jalan untuk membuat musuh-musuh gereja tidak mampu melaksanakan tujuan / rencana jahat mereka. Ketidak-mampuan Yerobeam untuk menarik kembali tangannya membuatnya menjadi tontonan bagi semua orang di sekitarnya, supaya mereka bisa melihat dan menjadi takut). 

Bdk. Mazmur 105:15 - “‘Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu!’”. 

3) Allah tak selalu bertindak seperti itu. 

Ini tidak berarti bahwa setiap kali ada seorang penguasa yang bersikap sewenang-wenang terhadap seorang hamba Tuhan, Tuhan mesti langsung menghajar penguasa tersebut. Kadang-kadang, dan bahkan sering, Tuhan membiarkan penguasa itu bertindak sewenang-wenang dan bahkan membunuh hamba Tuhan itu. Misalnya pada waktu Herodes membunuh Yohanes Pembaptis (Mat 14:1-12) dan rasul Yakobus (Kis 12:1-2). Juga pada waktu Stefanus dirajam sampai mati (Kis 6-7). 

Lalu, apakah pada saat-saat seperti itu Allah tidak melindungi nabi-nabi / hamba-hambaNya? 

Pulpit Commentary: “The ministers of God are secure so long as they do their duty. Jeroboam, with the ten tribes at his back, was powerless against the unprotected missionary. ‘He reproved kings for their sakes, saying, ... Do my prophets no harm’ (Psa. 105:14,15). The stars shall fall from their courses before a hair of their heads shall be injured. Cf. Dan. 3:27; 6:22; 2Kings 1:10, &c. But it may be objected, ‘The saints and messengers of God have often been brutally outraged and murdered’ (Heb. 11:35-37). True, but who shall say that they were not then most secure? ‘Through much tribulation you must enter into the kingdom of God’ (Acts 14:22)” [= Pelayan-pelayan Allah aman selama mereka melakukan kewajiban mereka. Yerobeam, dengan 10 suku di belakangnya, tidak berdaya terhadap seorang misionaris yang tidak dilindungi. ‘Ia menegur / menghardik raja-raja demi mereka, dengan berkata, ... Jangan menyakiti nabi-nabiKu’ (Maz 105:14,15). Bintang-bintang akan jatuh lebih dulu dari jalur peredaran mereka dari pada selembar rambut dari kepala mereka akan dilukai / disakiti. Bdk. Dan 3:27; 6:22; 2Raja 1:10, dsb. Tetapi ada keberatan yang mungkin diajukan, ‘Orang-orang kudus dan pesuruh-pesuruh Allah telah sering disakiti secara brutal dan dibunuh’ (Ibr 11:35-37). Benar, tetapi siapa yang akan mengatakan bahwa mereka tidak paling aman pada saat itu? ‘Melalui banyak penderitaan engkau harus masuk ke dalam Kerajaan Allah’ (Kis 14:22)] - hal 288. 

Mazmur 105:14-15 - “(14) Ia tidak membiarkan seorangpun memeras mereka, raja-raja dihukumNya oleh karena mereka: (15) ‘Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu!’”. 

Daniel 3:27 - “Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka”. 

Daniel 6:22-24 - “(22) Lalu kata Daniel kepada raja: ‘Ya raja, kekallah hidupmu! (23) Allahku telah mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapanNya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan.’ (24) Lalu sangat sukacitalah raja dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya”. 

2Raja 1:10 - “Tetapi Elia menjawab, katanya kepada perwira itu: ‘Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu.’ Maka turunlah api dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya”. 

Ibr 11:35-37 - “(35) Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. (36) Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. (37) Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan”. 

Kis 14:22 - “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”. 

1 Raja-Raja 13: 5: “Mezbah itupun pecahlah, sehingga abu yang di atasnya tercurah, sesuai dengan tanda ajaib yang diberitahukan abdi Allah itu atas perintah TUHAN”. 

Dengan tergenapinya tanda yang diberitahukan oleh nabi ini, maka jelas bahwa Tuhan memang merendahkan mezbah / sistim ibadah yang dikembangkan oleh Yerobeam ini. Tetapi perlu diingat bahwa ibadah ini terus berlangsung dan berkembang selama ratusan tahun. Jadi, suatu gereja / sistim ibadah yang sesat, bisa saja terus berlangsung, dan bahkan berkembang, sekalipun dikecam / dikutuk oleh Tuhan. 

1 Raja-Raja 13: 6: “Lalu berbicaralah raja dan berkata kepada abdi Allah itu: ‘Mohonkanlah belas kasihan TUHAN, Allahmu, dan berdoalah untukku, supaya tanganku dapat kembali.’ Dan abdi Allah itu memohonkan belas kasihan TUHAN, maka tangan raja itu dapat kembali dan menjadi seperti semula”. 

Pulpit Commentary: “His heart was not touched, though his arm was withered. Hence he did not ask the prophet to pray that his sin might be forgiven, but that his arm might be restored” (= Hatinya tidak tersentuh, sekalipun lengannya menjadi layu / lemah. Karena itu ia tidak meminta sang nabi untuk berdoa supaya dosanya bisa diampuni, tetapi supaya lengannya bisa dipulihkan) - hal 309. 

Penerapan: kalau saudara merasa bahwa ada suatu penderitaan terjadi dalam kehidupan saudara sebagai hajaran dari Tuhan, apakah saudara hanya mempersoalkan bagaimana supaya penderitaan itu hilang? Atau apakah saudara memikirkan bagaimana membereskan dosa itu? 

1 Raja-Raja 13: 7-9: “(7) Kemudian berbicaralah raja kepada abdi Allah itu: ‘Marilah bersama-sama dengan aku ke rumah, segarkan badanmu, sesudah itu aku hendak memberikan suatu hadiah kepadamu.’ (8) Tetapi abdi Allah itu berkata kepada raja: ‘Sekalipun setengah dari istanamu kauberikan kepadaku, aku tidak mau singgah kepadamu; juga aku tidak mau makan roti atau minum air di tempat ini. (9) Sebab beginilah diperintahkan kepadaku atas firman TUHAN: Jangan makan roti atau minum air dan jangan kembali melalui jalan yang telah kautempuh itu.’”. 

1) Tindakan ‘baik’ dari Yerobeam terhadap nabi itu (1 Raja-Raja 13: 7). 

Kalau tadi Yerobeam bertindak keras, maka di sini ia bertindak ‘baik’ terhadap nabi tersebut. Kedua tindakan / sikap ini merupakan serangan yang berbahaya bagi hamba Tuhan. Setan kadang-kadang melakukan penganiayaan, tetapi kadang-kadang memberikan sogokan, semua dengan tujuan supaya hamba Tuhan itu menyimpang dari kebenaran. 

Matthew Henry: “Jeroboam was so affected with the cure of his hand that though we read not of his thanksgivings to God for the mercy, or of his sending an offering to the altar at Jerusalem in acknowledgment of it, yet he was willing to express his gratitude to the prophet and pay him for his prayers, v. 7. Favours to the body will make even graceless men seem grateful to good ministers” (= Yerobeam begitu terharu oleh penyembuhan tangannya sehingga sekalipun kita tidak membaca tentang rasa syukurnya kepada Allah untuk belas kasihanNya, atau bahwa ia mengirimkan suatu persembahan / korban pada mezbah di Yerusalem sebagai pengakuan akan hal ini, tetapi ia mau menyatakan rasa terima kasihnya kepada sang nabi dan membayarnya untuk doa-doanya, ay 7. Kemurahan / kebaikan bagi tubuh akan membuat bahkan orang-orang yang bejad kelihatan berterima kasih kepada pelayan-pelayan yang baik). 

Tidak semua penafsir setuju dengan Matthew Henry bahwa Yerobeam memang bermaksud untuk menunjukkan terima kasihnya kepada sang nabi. Kebanyakan penafsir justru mengangap bahwa Yerobeam mempunyai maksud yang buruk dengan tawarannya itu. 

Keil & Delitzsch: “As Jeroboam could do nothing by force against the prophet, he endeavoured to gain him over to his side by friendliness, that at least he might render his threat harmless in the eyes of the people. For this purpose, and not to do him honour or to make him some acknowledgment for the restoration of his hand, he invited him to his house, to strengthen himself with food ... and receive from him a present” (= Karena Yerobeam tidak bisa melakukan apapun dengan kekerasan terhadap sang nabi, ia berusaha untuk mendapatkan dia ke pihaknya dengan persahabatan, supaya setidaknya ia bisa membuat ancamannya tidak berbahaya di mata masyarakat. Untuk tujuan ini, dan bukan untuk menghormatinya atau untuk membuat suatu pengakuan baginya tentang pemulihan tangannya, ia mengundangnya ke rumahnya, menyegarkan dirinya sendiri dengan makanan ... dan menerima darinya suatu hadiah). 

Pulpit Commentary: “Immediately after, with a show of civility and gratitude, he invited him to his house. Clearly this was not in order to honour the prophet, but to weaken the effect of his message. The people had heard it, and had been moved by it; but if they saw the messenger going down in seeming friendship with their king, this would diminish, perhaps destroy, the effect of his words. Lest this should happen, the prophet had been forbidden to enter any house. As the representative of Jehovah, he was to show that God would not dwell amongst the people” (= Segera setelahnya, dengan suatu pameran kesopanan dan rasa terima kasih, ia mengundangnya ke rumahnya. Jelas bahwa ini bukan untuk menghormati sang nabi, tetapi untuk melemahkan pengaruh dari pesannya. Bangsa itu telah mendengar pesan itu, dan tergerak olehnya; tetapi jika mereka melihat utusan itu pergi dengan raja mereka dan kelihatannya bersahabat dengannya, ini akan mengurangi, mungkin menghancurkan, pengaruh / hasil dari kata-katanya. Supaya ini tidak terjadi, nabi itu telah dilarang untuk memasuki rumah manapun. Sebagai wakil Yehovah, ia harus menunjukkan bahwa Allah tidak mau tinggal di antara bangsa itu) - hal 309. 

2) Penolakan sang nabi (1 Raja-Raja 13: 8-9). 

Suatu sikap yang bagus sekali dari nabi ini adalah bahwa ia lebih mengutamakan ketaatan kepada Tuhan dari pada uang / kekayaan / persahabatan dengan raja. Bayangkan makanan yang begitu enak dari meja sang raja, dan hadiah yang pasti banyak sekali. Bayangkan juga persahabatan dengan raja, yang pasti akan memberinya banyak kemudahan dalam hidupnya. Tetapi semua itu ditolak oleh sang nabi, demi ketaatannya kepada Tuhan. 

Matthew Henry: “the prophet, though hungry and weary, and perhaps poor, in obedience to the divine command refused both the entertainment and the reward proffered him. He might have supposed his acceptance of it would give him an opportunity of discoursing further with the king, in order to his effectual reformation, now that he was convinced; yet he will not think himself wiser than God, but, like a faithful careful messenger, hastens home when he has done his errand. Those have little learned the lessons of self-denial that cannot forbear one forbidden meal” (= sang nabi, sekalipun lapar dan lelah, dan mungkin miskin, dalam ketaatan kepada perintah ilahi, menolak penghiburan dan upah yang ditawarkan kepadanya. Ia bisa mengira bahwa penerimaannya akan memberinya suatu kesempatan untuk pembicaraan lebih lanjut dengan sang raja, untuk reformasinya yang lebih efektif, karena sekarang ia telah diyakinkan; tetapi ia tidak berpikir bahwa dirinya sendiri lebih bijaksana dari pada Allah, tetapi seperti seorang utusan yang hati-hati dan setia, cepat-cepat pulang ke rumah setelah ia melakukan tugasnya. Mereka hanya belajar sedikit pelajaran tentang penyangkalan diri kalau mereka tidak bisa menahan diri terhadap makanan yang dilarang). 

Suatu pemikiran yang bagus dari Matthew Henry! Sang nabi memang bisa saja berpikir bahwa kalau ia menerima tawaran sang raja, ia mempunyai kesempatan untuk menasehati dan memberitakan Firman Tuhan lebih jauh lagi kepada sang raja, dan ini mungkin akan mempertobatkannya. Tetapi Tuhan sudah melarang untuk makan dan minum, dan sang nabi tidak berpikir bahwa ia lebih bijaksana dari Allah. Ia taat, dan menolak tawaran sang raja. 

3) Sebetulnya, apa alasan dari Allah untuk melarang nabi itu makan dan minum di Betel? 

a) Karena makan dan minum bersama merupakan suatu persekutuan, dan kalau ia dianggap bersekutu dengan Yerobeam, maka hal itu bisa melemahkan pesan / kata-katanya. Ini sudah ada dalam kutipan kata-kata Keil & Delitzsch dan Pulpit Commentary di atas, dan ini ada lagi dalam komentar Wycliffe di bawah ini. 

Wycliffe Bible Commentary: “the prophet declined on the ground that it had been expressly forbidden him to eat bread or to drink water in Bethel. Such social intercourse might well have created the impression in the minds of the people that the judgment pronounced by the prophet had either been averted or at least mitigated” (= sang nabi menolak karena ia telah dilarang secara explicit untuk makan roti dan minum air di Betel. Hubungan sosial seperti itu bisa menciptakan kesan dalam pikiran bangsa itu bahwa penghakiman yang diumumkan oleh sang nabi telah dipalingkan atau setidaknya dikurangi). 

b) Untuk menunjukkan betapa Allah jijik dan benci terhadap penyembahan berhala, dan juga untuk menunjukkan bahwa mereka dikucilkan oleh Allah. 

Keil & Delitzsch: “God had forbidden the prophet to eat and drink ‘to manifest His detestation of idolatry, and to show by that fact that the Bethelites were so detestable, and as it were excommunicated by God, that He wished none of the faithful to join with them in eating and drinking’” (= Allah telah melarang sang nabi untuk makan dan minum ‘untuk menyatakan kebencian / kejijikanNya terhadap penyembahan berhala, dan untuk menunjukkan oleh fakta itu bahwa orang-orang Betel begitu menjijikkan, dan mereka seakan-akan dikucilkan oleh Allah, sehingga Ia tidak menginginkan seorangpun dari orang-orang yang setia untuk bergabung dengan mereka dalam makan dan minum’). 

Matthew Henry: “God forbade his messenger to eat or drink in Beth-el (v. 9), to show his detestation of their execrable idolatry and apostasy from God, and to teach us not to have fellowship with the works of darkness, lest we have infection from them or give encouragement to them” [= Allah melarang utusanNya untuk makan atau minum di Betel (ay 9), untuk menunjukkan kebencian / kejijikanNya terhadap penyembahan berhala mereka yang buruk sekali dan kemurtadan mereka dari Allah, dan untuk mengajar kita untuk tidak mempunyai persekutuan dengan pekerjaan-pekerjaan dari kegelapan, supaya kita jangan ketularan oleh mereka atau memberikan dorongan kepada mereka]. 

Pulpit Commentary: “Participation in food ... is in the East a token of friendship and affinity; a sign of close communion and fellowship. The prophet’s refusal to participate was consequently a practical and forcible disclaimer of all fellowship, a virtual excommunication, a public repudiation of the calf-worshippers. Cf. 1Cor. 5:11, ‘With such an one, no, not to eat.’” (= Partisipasi dalam makanan ... di Timur merupakan suatu tanda persahabatan dan hubungan yang dekat; suatu tanda dari hubungan dan persekutuan yang dekat. Karena itu, penolakan sang nabi untuk berpartisipasi merupakan suatu penyangkalan yang praktis dan kuat tentang semua persekutuan, suatu pengucilan yang sebenarnya, penyangkalan umum terhadap para penyembah anak lembu. Bdk. 1Kor 5:11, ‘Dengan orang seperti itu, jangan, jangan makan’) - hal 285. 

Memang dalam Kitab Suci ada banyak sekali ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki kita bersekutu dengan orang-orang yang jahat. Misalnya: 

· 2Taw 20:35-37 - “(35) Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. (36) Ia bersekutu dengan Ahazia untuk membuat kapal-kapal yang dapat berlayar ke Tarsis. Kapal-kapal itu dibuat mereka di Ezion-Geber. (37) Tetapi Eliezer bin Dodawa dari Maresa bernubuat terhadap Yosafat, katanya: ‘Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.’ Lalu kapal-kapal itu pecah, dan tak dapat berlayar ke Tarsis”. 

· Maz 139:21-22 - “(21) Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? (22) Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku”. 

Catatan: perhatikan bahwa yang dibicarakan oleh pemazmur di sini bukan sekedar orang jahat, tetapi orang-orang yang memusuhi Tuhan. Kalau jaman sekarang, kita bisa katakan itu sebagai orang-orang yang anti Kristen. 

· Mat 18:15-17 - “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”. 

· Titus 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”. 

Catatan: Dari sini terlihat bahwa orang-orang yang harus dikucilkan bukan hanya orang-orang yang secara moral hidup jahat, tetapi juga orang-orang yang mempunyai kepercayaan dan ajaran yang sesat, tak peduli hidup mereka saleh atau kelihatan saleh. Ini perlu direnungkan oleh banyak orang Kristen yang menjauhi orang yang jahat, tetapi bisa akrab dengan orang-orang yang mereka tahu adalah nabi-nabi palsu! 

· 1Kor 5:9-13 - “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu”. 

Catatan: kata ‘kikir’ dalam ay 11 oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘tamak’. 

· 2Tes 3:6,14-15 - “(6) Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. ... (14) Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, (15) tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara”. 

· 2Tim 3:5 - “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”. 

· Ro 16:17 - “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!”. 

· 2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”. 

Penerapan: dalam kehidupan saudara bagaimana sikap saudara terhadap orang-orang jahat, nabi palsu, orang-orang yang menentang kekristenan / Yesus, dsb? 

Pulpit Commentary: “When John Wesley once proposed to give a note of admission to the Lord’s Table to a man of dubious character, Henry Moore, one of his preachers, bluntly said that if that man were admitted he should refuse to attend. ‘Sir,’ said Wesley, ‘I should attend even if the devil came to Holy Communion.’ ‘So should I,’ was the answer; ‘but not if John Wesley gave him a note of admission.’” (= Pada waktu John Wesley suatu kali mengusulkan untuk memberi suatu catatan tentang pemberian ijin untuk datang ke Meja Tuhan kepada seseorang dengan karakter yang mencurigakan / dipertanyakan, Henry Moore, salah satu dari pengkhotbah-pengkhotbahnya, dengan terus terang berkata bahwa jika orang itu diijinkan ia akan menolak untuk mengikuti. ‘Tuan’, kata Wesley, ‘Aku harus mengikuti bahkan jika setan / Iblis datang ke Perjamuan Kudus’. ‘Demikian juga dengan aku’, jawabnya, ‘tetapi tidak jika John Wesley memberinya catatan pemberian ijin’) - hal 287. 

Ay 9b-10: “(9b) ... jangan kembali melalui jalan yang telah kautempuh itu.’ (10) Lalu pergilah ia melalui jalan lain dan tidak kembali melalui jalan yang telah diambilnya untuk datang ke Betel”. 

1) Larangan ini memberikan kesukaran bagi nabi itu untuk mentaatinya. 

Word Biblical Commentary: “Bethel was connected to Jerusalem by a major highway. To return from it by another route would mean following perilous pathways through fields and thickets” (= Betel dihubungkan dengan Yerusalem dengan jalan raya utama / besar. Kembali dari Betel melalui jalan lain berarti mengikuti jalan-jalan yang penuh bahaya melalui padang-padang dan semak belukar). 

2) Kita tidak bisa tahu apa alasan Allah yang sebenarnya dengan larangan ini. 

Ada bermacam-macam penafsiran tentang alasan Allah memberikan larangan ini: 

a) Matthew Henry mengatakan bahwa Allah memberikan larangan ini supaya orang-orang Betel / Israel tidak menganggap bahwa nabi itu memang diutus untuk tujuan khusus memberitakan Firman Tuhan. Mereka tidak layak untuk menerima kebaikan seperti itu. Jadi sang nabi harus pulang melalui jalan lain, supaya kelihatannya ia hanya lewat jalanan itu secara kebetulan, dan lalu Tuhan menyuruhnya untuk memberitakan Firman Tuhan di sana. 

Saya sukar menerima alasan ini. Tidak ada orang yang layak menerima kebaikan Allah, tetapi Allah memang penuh dengan kasih karunia, sehingga Ia memberikan hal-hal yang baik kepada orang-orang yang tidak layak menerimanya. 

b) Adam Clarke mengatakan bahwa alasan Allah adalah supaya orang-orang di jalan yang tadi telah ia lalui, setelah mendengar kabar tentang apa yang ia lakukan, tidak lalu menganiayanya / menahannya. 

Menurut saya ini tak masuk akal, karena orang-orang yang ada di jalan yang lain itu juga bisa melakukan hal yang sama. 

c) Pulpit Commentary mengatakan bahwa alasan Allah adalah supaya nabi itu tidak diikuti. 

Saya berpendapat ini juga tidak masuk akal, karena di jalan yang lain itupun ia bisa diikuti. 

d) Tuhan menguji ketaatan nabi itu dengan larangan yang tidak masuk akal dan memberatkan ini. 

Mungkin pandangan yang paling bisa saya terima adalah yang diberikan oleh Barnes dan Word Biblical Commentary di bawah ini, yang menyatakan bahwa ini merupakan ujian ketaatan bagi nabi itu. 

Barnes’ Notes: “This command seems to have been given simply to test the obedience of the prophet” (= Perintah ini kelihatannya diberikan hanya untuk menguji sang nabi). 

Word Biblical Commentary: “Yahweh’s command not to ... return by the same road certainly seems arbitrary and irrational, but that is precisely the point: the man of God’s complete subjection to the divine purpose can only be tested through laying on him conditions that may seem unreasonable and burdensome to him” (= Perintah Yahweh untuk tidak ... kembali melalui jalan yang sama pastilah kelihatan sewenang-wenang dan tidak rasionil, tetapi itu justru adalah maksudnya / gunanya: ketundukan sempurna dari abdi Allah itu pada tujuan / rencana ilahi hanya bisa diuji dengan memberikan kepadanya syarat-syarat yang baginya kelihatannya tidak masuk akal dan memberatkan). 

Penerapan: hati-hati kalau saudara mendapat perintah Tuhan yang saudara anggap tidak masuk akal. Jangan tidak mau taat karena perintah itu tidak masuk akal, tidak logis, tidak bjaksana dan sebagainya. Bisa saja itu merupakan ujian Tuhan bagi saudara, apakah saudara mau taat kepadaNya atau tidak. Kewajiban saudara hanyalah memastikan apakah itu memang perintah Tuhan atau tidak, dan kalau ya, mentaatinya. 

1 Raja-Raja 13: 11: “Di Betel diam seorang nabi tua. Anak-anaknya datang menceritakan kepadanya segala perbuatan yang dilakukan abdi Allah pada hari itu di Betel. Mereka menceriterakan juga kepada ayah mereka perkataan yang dikatakannya kepada raja”. 

Ada macam-macam pandangan tentang nabi tua ini: 

1) Pulpit Commentary (hal 309) menganggap nabi tua ini sebagai nabi palsu, yang tahu kehendak Tuhan, tetapi tidak mentaatinya. Ia seharusnya menegur Yerobeam karena penyembahan berhala yang dilakukannya, tetapi ternyata ia diam saja. Matthew Henry mempunyai pandangan yang sama. 

Matthew Henry: “I cannot but call him a false prophet and a bad man, ... If he had been a good prophet he would have reproved Jeroboam’s idolatry” (= Aku tidak bisa lain selain menyebutnya seorang nabi palsu dan seorang yang jahat, ... Seandainya ia adalah nabi yang baik, ia akan sudah menegur penyembahan berhala Yerobeam). 

Matthew Henry menambahkan alasan sebagai berikut: “When this old prophet is spoken of (2 Kin. 23:18) he is called the prophet that came out of Samaria, whereas there was no such place as Samaria till long after, 1Kin 16:24. Therefore I take it he is so called there, though he was of Beth-el, because he was like those who were afterwards the prophets of Samaria, who caused God’s people Israel to err, Jer. 23:13” [= Pada waktu nabi tua ini dibicarakan (2Raja 23:18) ia disebut ‘nabi yang telah datang dari Samaria’, padahal tidak ada tempat yang disebut Samaria sampai lama setelahnya, 1Raja 16:24. Karena itu, saya menafsirkannya, ia disebut demikian di sama, sekalipun ia dari Betel, karena ia seperti mereka yang setelah itu menjadi nabi-nabi Samaria, yang menyebabkan umat Allah bersalah, Yer 23:13]. 

2Raja 23:17-18 - “(17) Ia berkata: ‘Apakah tanda keramat yang kulihat ini?’ Lalu orang-orang di kota itu menjawab dia: ‘Itulah kuburan abdi Allah yang sudah datang dari Yehuda dan yang telah menyerukan segala hal yang telah kaulakukan terhadap mezbah Betel ini!’ (18) Lalu katanya: ‘Biarkanlah itu, janganlah ada orang yang menjamah tulang-tulangnya!’ Jadi mereka tidak mengganggu tulang-tulangnya dan tulang-tulang nabi yang telah datang dari Samaria itu”. 

1Raja 16:24 - “Kemudian ia membeli gunung Samaria dari pada Semer dengan dua talenta perak. Ia mendirikan suatu kota di gunung itu dan menamainya Samaria, menurut nama Semer, pemilik gunung itu”. 

Yer 23:13 - “Di kalangan para nabi Samaria Aku melihat ada yang kurang pantas: mereka bernubuat demi Baal dan menyesatkan umatKu Israel”. 

Catatan: penafsiran ini belum tentu benar, karena Kitab Suci sering melakukan hal seperti itu, yaitu menggunakan suatu istilah dari jaman si penulis, bukan dari jaman pada saat peristiwa itu terjadi (bandingkan dengan ay 32 dimana kata ‘Samaria’ itu sudah digunakan). Misalnya: 
Dalam Mat 10:4 Yudas Iskariot sudah disebut ‘yang mengkhianati Dia’, padahal Yudas Iskariot baru mengkhianati Yesus dalam Mat 26-27. 
Dalam Kej 12:8 dan Kej 13:3 nama ‘Betel’ sudah dipakai, padahal penamaan ‘Betel’ sebetulnya baru terjadi dalam Kej 28:19. 

Kejadian 12:8 - “Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN”. 

Kej 13:3 - “Ia berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, dari Tanah Negeb sampai dekat Betel, di mana kemahnya mula-mula berdiri, antara Betel dan Ai”. 

Kej 28:19 - “Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus”. 

2) Wesley mengatakan bahwa nabi tua ini tetap tinggal di Betel, yang merupakan salah satu pusat penyembahan berhala di Israel, tetapi ia tidak berkhotbah apa-apa menentang penyembahan berhala tersebut. Dan anak-anaknya hadir, bahkan bergabung dengan para penyembah berhala untuk melakukan penyembahan berhala tersebut. 

Catatan: Kitab Suci hanya menceritakan bahwa nabi tua itu mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi, dan apa yang dikatakan oleh abdi Allah dari Yehuda itu dari anak-anaknya (ay 11). Tetapi Kitab Suci tidak mengatakan anak-anak itu ikut atau tidak dalam penyembahan berhala yang dilakukan oleh Yerobeam. Kitab Suci bahkan tidak mengatakan apakah anak-anak nabi tua itu hadir atau tidak hadir dalam upacara tersebut. Bisa saja mereka tidak hadir, dan mendapatkan informasi tersebut dari orang lain. 

3) Seorang penafsir lain dari Pulpit Commentary mengatakan (hal 294) bahwa dalam 2Taw 11:13-16 dikatakan bahwa imam-imam dan orang-orang Lewi, dan juga semua orang-orang yang betul-betul mencari Allah, telah pindah ke Yehuda. Karena itu, jelas nabi tua ini bukan orang yang terlalu nggenah. 

Bdk. 2Taw 11:13-16 - “(13) Para imam dan orang Lewi di seluruh Israel datang menggabungkan diri dengan dia (Rehabeam) dari daerah-daerah kediaman mereka. (14) Sebab orang Lewi meninggalkan tanah penggembalaan dan milik mereka, lalu pergi ke Yehuda dan Yerusalem, oleh karena Yerobeam dan anak-anaknya melarang mereka memegang jabatan imam TUHAN, (15) dan mengangkat bagi dirinya imam-imam untuk bukit-bukit pengorbanan untuk jin-jin dan untuk anak-anak lembu jantan yang dibuatnya. (16) Dari segenap suku Israel orang datang ke Yerusalem mengikuti orang-orang Lewi itu, yakni orang yang telah membulatkan hatinya untuk mencari TUHAN Allah Israel; dan mereka datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka”. 

Matthew Henry (tentang 2Taw 11:13-16): “No secular advantages whatsoever should draw us thither, or detain us there, where we are in danger of making shipwreck of faith and a good conscience. ... it was an evidence that they loved their work better than their maintenance, ... Poverty in the way of duty is to be chosen rather than plenty in the way of sin. Better live upon alms, or die in a prison, with a good conscience, than roll in wealth and pleasure with a prostituted one” (= Tidak ada keuntungan duniawi apapun yang boleh menarik kita ke sana, atau menahan kita di sana, dimana kita ada dalam bahaya membuat kandas iman dan hati nurani kita yang baik. Itu merupakan suatu bukti bahwa mereka mengasihi pekerjaan mereka lebih dari pemeliharaan / biaya hidup mereka, ... Kemiskinan dalam jalan kewajiban harus lebih dipilih dari kelimpahan dalam jalan dosa. Lebih baik hidup karena sedekah, atau mati dalam penjara, dengan hati nurani yang baik, dari pada berguling-guling dalam kekayaan dan kesenangan dengan hati nurani yang disalah-gunakan / dilacurkan). 

4) Adam Clarke menganggap bahwa nabi ini betul-betul adalah nabi, tetapi sudah jatuh dari kesetiaannya kepada Tuhan, tetapi ia tidak kehilangan pengenalannya yang benar akan Tuhan, dan karena itu ia tidak bergabung dengan Yerobeam dalam upacara penyembahan berhalanya. Anak-anaknya memang ada dalam upacara tersebut, tetapi mungkin hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut dalam penyembahan berhala tersebut. 

1 Raja-Raja 13: 12-19: “(12) Kemudian ayah mereka bertanya: ‘Dari jalan manakah ia pergi?’ Lalu anak-anaknya menunjukkan kepadanya jalan yang diambil abdi Allah yang datang dari Yehuda itu. (13) Ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Pelanai keledai bagiku!’ Mereka memelanai keledai baginya, lalu ia menunggangnya (14) dan pergi mengikuti abdi Allah itu dan mendapatinya duduk di bawah sebuah pohon besar. Ia bertanya kepadanya: ‘Engkaukah abdi Allah yang telah datang dari Yehuda?’ Jawabnya: ‘Ya, akulah itu.’ (15) Katanya kepadanya: ‘Marilah bersama-sama aku ke rumah untuk makan roti.’ (16) Tetapi jawabnya: ‘Aku tidak dapat kembali bersama-sama engkau dan singgah kepadamu; aku tidak dapat makan roti atau minum air bersama-sama engkau di tempat ini, (17) sebab telah diperintahkan kepadaku atas firman TUHAN: Jangan makan roti atau minum air di sana. Jangan berjalan pulang melalui jalan yang telah kauambil itu.’ (18) Lalu jawabnya kepadanya: ‘Akupun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air.’ Tetapi ia berbohong kepadanya. (19) Kemudian orang itu kembali bersama-sama dia, lalu makan roti dan minum air di rumahnya”. 

1) Kita tidak bisa tahu dengan pasti apa motivasi dari tindakan nabi tua itu. 

a) Pulpit Commentary mengatakan (hal 309) bahwa teguran dari abdi Allah dari Yehuda itu juga dirasakan oleh nabi tua itu. Dan makan bersama abdi Allah dari Yehuda itu bisa memulihkannya dalam pandangannya sendiri, dan juga dalam pandangan dari masyarakat. 

b) Matthew Henry mengatakan bahwa nabi tua itu melakukan hal itu karena sebagai nabi palsu, ia selalu memusuhi nabi asli. Ia ingin merusakkan abdi Allah dari Yehuda itu supaya ia bisa bermegah dalam kejatuhannya. 

Matthew Henry: “I suppose it was done with a bad design, to draw him into a snare, and so to expose him; for false prophets have ever been the worst enemies to the true prophets, usually aiming to destroy them, but sometimes, as here, to debauch them and draw them from their duty. Thus they gave the Nazarites wine to drink (Amos 2:12), that they might glory in their fall” [= Saya menduga ini dilakukan dengan rencana yang buruk / jahat, untuk menariknya ke dalam jerat, dan dengan demikian membuka dia; karena nabi-nabi palsu selalu merupakan musuh-musuh terburuk dari nabi-nabi asli, biasanya bertujuan untuk membinasakan mereka, tetapi kadang-kadang, seperti di sini, membuat rusak mereka dan menarik mereka dari kewajiban mereka. Karena itu mereka memberi para nazir anggur untuk diminum (Amos 2:12), supaya mereka bisa bermegah dalam kejatuhan mereka]. 

Amos 2:12 - “‘Tetapi kamu memberi orang nazir minum anggur dan memerintahkan kepada para nabi: Jangan kamu bernubuat!”. 

c) Adam Clarke mengatakan bahwa motivasi dari nabi tua itu hanyalah sekedar karena ingin tahu, baik tentang nubuat dari abdi Allah dari Yehuda itu maupun semua hal-hal aneh yang terjadi pada upacara Yerobeam tersebut. 

d) Word Biblical Commentary mengatakan bahwa nabi tua itu hanya berusaha menguji keotentikan dari nubuat abdi Allah dari Yehuda itu. 

2) “atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air.’ Tetapi ia berbohong kepadanya”. 

a) “Tetapi ia berbohong kepadanya”. 

Pulpit Commentary: “The old prophet stoops to lies. And yet he was a true prophet. A preacher of righteousness, yet he practised deceit. ... it is a common thing to find insight without holiness, light without love. Prophetic gifts do not imply piety” (= Nabi tua itu membungkuk / merendahkan dirinya pada dusta. Tetapi ia adalah seorang nabi yang benar / sungguh-sungguh. Seorang pengkhotbah tentang kebenaran, tetapi ia mempraktekkan penipuan. ... merupakan sesuatu yang umum untuk mendapati pengertian / pengetahuan tanpa kekudusan, terang tanpa kasih. Karunia nubuat tidak menunjukkan adanya kesalehan) - hal 303. 

Barnes’ Notes: “‘But he lied unto him.’ It is always to be remembered that the prophetic gift might co-exist with various degrees of moral imperfection in the person possessing it. Note especially the case of Balaam” (= ‘Tetapi ia berbohong kepadanya’. Harus selalu diingat bahwa karunia nubuat bisa ada bersama-sama dengan bermacam-macam tingkat dari ketidak-sempurnaan moral dalam diri orang yang memilikinya. Perhatikan khususnya dalam kasus Bileam). 

b) “atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku”. 

Kebanyakan penafsir menganggap ini sebagai dusta, tetapi ada 2 pandangan yang agak berbeda tentang hal ini: 

1. Adam Clarke membuka kemungkinan bahwa nabi tua itu sebetulnya tidak berdusta, tetapi ia didustai oleh setan, yang menyamar sebagai malaikat yang memberikan Firman Tuhan kepadanya. 

Adam Clarke: “it is possible that he was not conscious of his lie, for Satan, as an angel of light, might have deceived him in order to lead him to deceive the other. ... I think it very likely that an angel did appear to him on the occasion; an angel of darkness and idolatry, in the garb of an angel of light” (= adalah mungkin bahwa ia tidak sadar akan dustanya, karena Setan / Iblis, sebagai seorang malaikat terang, bisa telah menipu dia untuk membimbingnya untuk menipu orang lain. ... Saya kira adalah sangat mungkin bahwa seorang malaikat memang menampakkan diri kepadanya pada peristiwa itu; seorang malaikat kegelapan dan penyembahan berhala, dalam pakaian dari malaikat terang). 

Komentar saya: Bagaimana mungkin Clarke berkata demikian? Penafsiran ini menentang Kitab Suci yang jelas mengatakan bahwa nabi tua itu berbohong (ay 18b). Kalau iblis menyamar sebagai malaikat, dan mendustai nabi tua itu, pada hakekatnya nabi tua itu tidak berbohong. 

2. Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa nabi tua itu menggunakan istilah ‘malaikat’ dalam arti ‘utusan’, karena kata Ibrani MALAKH bisa berarti ‘angel’ (= malaikat), dan bisa juga berarti ‘messenger’ (= utusan). Dan yang dimaksud dengan ‘utusan’ adalah anak-anaknya sendiri, yang oleh Jamieson, Fausset & Brown dianggap sebagai penyembah-penyembah, bahkan mungkin imam-imam, di Betel. 

Komentar saya: penafsiran ini memang masih memungkinkan, tetapi ini tidak membersihkan nabi tua itu dari dustanya. Kalau nabi tua itu memaksudkan kata MALAKH itu sebagai ‘utusan’, dan ‘utusan’ itu adalah anak-anaknya, maka perlu dipertanyakan kepadanya: ‘Siapa yang mengutus anak-anaknya kepadanya?’. Tidak ada! Kalau tidak ada, bagaimana mungkin mereka ia sebut sebagai utusan? Jadi, dengan berkata demikian, tetap saja ia berdusta. 

3) “Kemudian orang itu kembali bersama-sama dia, lalu makan roti dan minum air di rumahnya” (ay 19). 

Nabi tua itu berhasil menipu abdi Allah dari Yehuda itu, dan abdi Allah dari Yehuda itu mau pergi ke rumah nabi tua itu untuk makan dan minum bersama dia. 

Apa kesalahan dari abdi Allah dari Yehuda itu? 

a) Pulpit Commentary mengatakan bahwa hal ini terjadi karena ia berlambat-lambat meninggalkan Israel. Seandainya ia tidak berlambat-lambat di tempat pencobaan, maka tak akan ada godaan, yang akhirnya menjatuhkannya ini. 

Pulpit Commentary: “Lingering near scenes of temptation may imperil us fatally. Had the prophet not rested he might not have been overtaken, but would have crossed the border line of the two kingdoms. As the moth flutters round the candle, so do some hover about sin. They read of vices which they think they would never commit, and chose associates unlike what they meant to be, and yet dare to pray, ‘Lead us not into temptation.’ He who ‘standeth in the way of sinners,’ as one half inclined to join them, may at last ‘sit in the seat of the scorners,’ as one who has united with them. ‘Avoid it, pass not by it,’ &c. (Prov. 3:15).” [= Berlambat-lambat di dekat tempat pencobaan bisa membahayakan kita secara fatal. Seandainya sang nabi tidak beristirahat, ia tidak akan tersusul, tetapi telah menyeberang perbatasan kedua kerajaan. Seperti ngengat terbang di sekitar lilin, demikianlah beberapa orang melayang-layang / menunggu di dekat dosa. Mereka membaca kejahatan-kejahatan yang mereka kira tidak akan pernah mereka lakukan, dan memilih teman / sekutu tidak seperti pandangan mereka, tetapi berani berdoa: ‘Jangan membawa kami ke dalam pencobaan’. Ia yang ‘berdiri di jalan orang berdosa’, seperti orang yang setengah condong untuk bergabung dengan mereka, bisa pada akhirnya ‘duduk dalam kumpulan pencemooh’, seperti seseorang yang telah bersatu dengan mereka. ‘Hindarilah itu, jangan melaluinya’, dsb. (Amsal 3:15)] - hal 310. 

Catatan: Amsal 3:15 itu pasti salah cetak, seharusnya adalah Amsal 4:15. 

Amsal 4:14-15 - “(14) Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. (15) Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus”. 

Maz 1:1 - “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh”. 

Komentar saya: memang mungkin untuk menafsitrkan seperti ini, dan kalau itu memang kasusnya, maka mungkin komentar Pulpit Commentary di atas bisa diterima. Tetapi jelas bahwa kita tidak bisa tahu apakah abdi Allah dari Yehuda itu memang berlambat-lambat. Manusia bukan mesin, dan kita tidak tahu berapa beratnya perjalanan yang harus ia tempuh tanpa makanan dan minuman itu. Bisa saja ia memang harus / terpaksa beristirahat. 

b) Pulpit Commentary juga mengatakan bahwa pencobaan ini berhasil mengalahkan abdi Allah dari Yehuda itu, karena ia merasa puas setelah bisa mengalahkan pencobaan yang diberikan oleh Yerobeam. Dengan kata lain, kemenangan membuatnya jadi sombong, sehingga pada waktu pencobaan lain datang, ia jatuh. 

Pulpit Commentary: “How came this temptation to succeed? Not improbably there was some self-complacency in one who had just resisted the king successfully, and a sense of false security which is indicated by his resting under the terebinth instead of pressing on homewards. Observe here - 1. The conquest of one evil may only bring on the assault of another; ... A gross sin fails to conquer us, but a subtle sin may lead us to bitter bondage. We can never say to our soul, ‘Take thine ease;’ but always, and everywhere, must listen to the command, ‘Watch, and pray, lest ye enter into temptation.’” (= Bagaimana pencobaan ini bisa berhasil? Bukan tidak mungkin bawa di sana ada rasa puas diri dalam diri orang yang baru menolak sang raja dengan sukses, dan suatu rasa aman yang palsu, yang ditunjukkan dengan beristirahat di bawah pohon besar dan bukannya memaksakan diri untuk pulang. Perhatikan di sini - 1. Penaklukan dari satu kejahatan bisa hanya akan membawa serangan dari kejahatan yang lain; ... Suatu dosa yang kasar / menyolok gagal mengalahkan kita, tetapi suatu dosa yang halus / tidak kentara bisa membimbing kita pada belenggu yang pahit. Kita tidak pernah dapat berkata kepada jiwa kita: ‘Beristirahatlah / Santailah’; tetapi selalu, dan dimana-mana, harus mendengarkan perintah: ‘Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan masuk / jatuh ke dalam pencobaan’) - hal 309-310. 

Catatan: dua bagian yang saya garis bawahi itu diambil dari ayat-ayat ini: 

· Luk 12:19 - “Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”. 

· Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”. 

Komentar saya: penafsiran ini memang memungkinkan, tetapi tentu saja tidak bisa dipastikan. 

c) Abdi Allah dari Yehuda itu menganggap bahwa makan roti di Betel dengan nabi tua itu agak berbeda dengan makan bersama sang raja yang adalah seorang penyembah berhala. 

Pulpit Commentary: “To eat bread in Bethel with a prophet did not seem quite the same thing as eating with the idolatrous king; nor does fellowship with those who profess to know God, but yet remain in communion with the world, seem the same thing as fellowship with the world itself. ... A worldly Church ensnares where the world itself cannot” (= Makan roti di Betel dengan seorang nabi tidak kelihatan sebagai hal yang persis sama dengan makan dengan seorang raja yang menyembah berhala; juga persekutuan dengan mereka yang mengaku mengenal Allah, tetapi tetap bersekutu dengan dunia, kelihatannya tidak sama dengan persekutuan dengan dunia sendiri. ... Gereja yang duniawi bisa menjerat dimana dunia itu sendiri tidak bisa melakukannya) - hal 311. 

Contoh: ada orang Kristen yang tidak mau mendapat jodoh orang yang tidak percaya. Dan mereka bisa menolak orang kafir yang mendekati mereka. Tetapi mereka akhirnya jatuh pada waktu didekati oleh orang kristen KTP. 

Matthew Henry: “The good prophet’s weakness, in suffering himself to be thus imposed upon: He went back with him, v. 19. He that had resolution enough to refuse the invitation of the king, who promised him a reward, could not resist the insinuations of one that pretended to be a prophet. God’s people are more in danger of being drawn from their duty by the plausible pretences of divinity and sanctity than by external inducements; we have therefore need to beware of false prophets, and not believe every spirit” (= Kelemahan dari nabi yang baik ini, dalam membiarkan dirinya sendiri dipaksa: ‘Kemudian orang itu kembali bersama-sama dia’, ay 19. Ia yang mempunyai ketetapan hati yang cukup untuk menolak undangan sang raja, yang menjanjikannya suatu pahala, tidak bisa menahan desakan dari seseorang yang berpura-pura menjadi seorang nabi. Umat Allah ada dalam bahaya yang lebih besar untuk ditarik dari kewajiban mereka oleh kepura-puraan yang masuk akal dari agama / theologia dan kekudusan / kesucian, dari pada oleh bujukan lahiriah; karena itu kita perlu berhati-hati terhadap nabi-nabi palsu, dan tidak mempercayai setiap roh). 

Bdk. 1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”. 

Komentar saya: abdi Allah dari Yehuda itu tadinya tetap menolak undangan nabi tua itu, dan baru menerimanya setelah didustai. Jadi ia menerima undangan itu bukan karena ia menganggap bahwa makan dengan raja yang menyembah berhala itu berbeda dengan makan dengan nabi tua tersebut. 

d) Abdi Allah dari Yehuda ini terlalu mudah mempercayai kata-kata manusia / nabi. 

Bandingkan dengan: 

· Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”. 

· 2Kor 11:14 - “Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang”. 

· Kis 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian”. 

Wycliffe Bible Commentary: “The prophet from Bethel pretended that he had received divine orders countermanding those previously given the younger prophet. ... ‘So he went back with him.’ He disobeyed the divine command. A practical lesson to be learned is that the advice of other men, no matter if they are Christian friends, should not be substituted for the clear call of duty within our own hearts” (= Nabi dari Betel itu berpura-pura bahwa ia telah menerima perintah-perintah ilahi yang membatalkan perintah ilahi sebelumnya yang telah diberikan kepada nabi yang lebih muda. ... ‘Demikianlah ia kembali bersama dia’. Ia tidak mentaati perintah ilahi. Suatu pelajaran praktis untuk dipelajari adalah bahwa nasehat dari orang-orang lain, tidak peduli jika mereka adalah teman-teman Kristen, tidak boleh menggantikan panggilan kewajiban yang jelas dalam hati kita sendiri). 

Word Biblical Commentary: “Because he is unable to discern that the Bethelite prophet is only trying to test the authenticity of his inspiration, but trusts that prophet’s assurance that it is all right to disregard the divine instruction in this one instance, the man of God actually disobeys Yahweh” (= Karena ia tidak bisa melihat bahwa nabi Betel itu sedang hanya berusaha untuk menguji keotentikan dari pengilhamannya, tetapi mempercayai jaminan nabi itu bahwa ia boleh mengabaikan instruksi ilahi dalam hal ini, abdi Allah itu sungguh-sungguh tidak mentaati Yahweh). 

e) Abdi Allah dari Yehuda ini menganggap Allah membatalkan firman yang mula-mula Ia berikan kepadanya, padahal ia tidak menerima pembatalan itu dari Tuhan sendiri. 

Kitab Suci menceritakan kasus dimana Abraham diperintahkan oleh Tuhan untuk mempersembahkan Ishak (Kej 22:1-19). Abraham mula-mula mendapat Firman Tuhan untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran (Kej 22:2), tetapi pada waktu ia mau membunuh Ishak untuk dikorbankan, Tuhan memberikan Firman Tuhan yang membatalkan perintah pertama tadi, dan mengatakan bahwa itu hanya untuk menguji Abraham (Kej 22:10-12). 

Kej 22:2,10-12 - “(2) FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ... (10) Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. (11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’ (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.’”. 

Jadi, bukankah kelihatannya merupakan sesuatu yang memungkinkan bagi Tuhan untuk membatalkan perintah yang sudah Ia sendiri berikan? Kalau demikian, apakah tidak mungkin bahwa abdi Allah dari Yehuda itu mengira bahwa kasusnya adalah seperti kasus Abraham? Perhatikan kata-kata Adam Clake dan Pulpit Commentary di bawah ini. 

Adam Clarke: “He should have had it from the word of the Lord to himself, in both cases, as Abraham had; and not taken an apparent contradiction of what was before delivered unto him, from the mouth of a stranger, who only professed to have it from an angel, who pretended to speak unto him by the word of the Lord. In this, and in this alone lay the sinfulness of the act of the man of God who came out of Judah” [= Ia seharusnya mendapatkan itu (pembatalan) dari firman Tuhan kepadanya sendiri, dalam kedua kasus, seperti Abraham mendapatkannya; dan tidak mengambil sesuatu yang kelihatannya bertentangan dengan apa yang sebelumnya diberikan kepadanya, dari mulut seorang asing, yang hanya mengaku mendapatkannya dari seorang malaikat, yang berpura-pura menyampaikan kepadanya firman Tuhan. Dalam hal ini, dan dalam hal ini saja, terletak keberdosaan dari tindakan dari abdi Allah dari Yehuda ini]. 

Pulpit Commentary: “God was as near to him as He could be to his tempter, and he might have inquired of Him. But in the weakness of the flesh he desired to have it so. There is only one preservative from spiritual shipwreck - a sincere desire to know what the Lord saith, and a determination to follow that only” (= Allah sama dekatnya dengan dia seperti si pencoba itu, dan ia bisa bertanya kepadaNya. Tetapi dalam kelemahan dari daging ia menginginkannya demikian. Hanya ada satu bahan pengawet dari kandasnya kapal rohani - suatu keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengetahui apa yang Tuhan katakan, dan suatu keputusan untuk hanya mengikuti hal itu saja) - hal 311. 

Dalam kasus Abraham, ia menerima perintah dari Tuhan, dan ia menerima pembatalan juga dari Tuhan sendiri. Jadi, sebetulnya abdi Allah dari Yehuda itu baru bisa menganggapnya sebagai pembatalan, kalau pembatalan itu ia terima dari Tuhan sendiri. Pada waktu ia menerimanya dari seorang asing, yang mengaku sebagai nabi yang mendapatkannya dari seorang malaikat, sebetulnya ia tidak boleh menerimanya. Atau, ia sebetulnya bisa menanyakan hal itu sendiri kepada Tuhan. Tetapi ternyata ia tidak menanyakannya, dan langsung percaya kepada nabi tua tersebut. 

1 Raja-Raja 13: 20-22: “(20) Sedang mereka duduk menghadapi meja, datanglah firman TUHAN kepada nabi yang telah membawa dia pulang. (21) Ia berseru kepada abdi Allah yang telah datang dari Yehuda: ‘Beginilah firman TUHAN: Karena engkau telah memberontak terhadap titah TUHAN dan tidak berpegang pada segala perintah yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, (22) tetapi kembali dan makan roti dan minum air di tempat ini walaupun Ia telah berfirman kepadamu: Jangan makan roti atau minum air, - maka mayatmu tidak akan masuk ke dalam kubur nenek moyangmu.’”. 

1) ‘Sedang mereka duduk menghadapi meja, datanglah firman TUHAN kepada nabi yang telah membawa dia pulang’ (1 Raja-Raja 13: 20). 

KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan secara sama dengan Kitab Suci Indonesia. 

KJV: ‘the word of the LORD came unto the prophet that brought him back’ (= firman Tuhan datang kepada nabi yang telah membawanya kembali). 

RSV: ‘the word of the LORD came to the prophet who had brought him back’ (= firman Tuhan datang kepada nabi yang telah membawanya kembali). 

NIV: ‘the word of the LORD came to the old prophet who had brought him back’ (= firman Tuhan datang kepada nabi tua yang telah membawanya kembali). 

NASB: ‘the word of the LORD came to the prophet who had brought him back’ (= firman Tuhan datang kepada nabi yang telah membawanya kembali). 

Catatan: kata ‘old’ (= tua) dalam terjemahan NIV sebetulnya tidak ada dalam bahasa Ibraninya. 

Dari kata-kata dalam ay 20 ini kebanyakan orang menganggap bahwa Tuhan berfirman kepada abdi Allah dari Yehuda itu melalui nabi tua itu. Tetapi ada penafsir-penafsir yang mempunyai penafsiran yang berbeda, dan menganggap bahwa Firman Tuhan datang langsung dari Allah sendiri kepada abdi Allah dari Yehuda itu. 

Pulpit Commentary: “By the word of Jehovah he was reproved. ... This came to the man of God himself. ... The reading of the text would lead us to conclude that it came to the old prophet. The word vbywh rwx here rendered, ‘who brought him back,’ are in verse 23 construed, ‘whom he had brought back,’ and might be so construed here. Josephus asserts that the word of the Lord here came to the man of God; and so does the Arabic. In the 26th verse we are assured by the old prophet that this word of the Lord came to the man of God. ... So, coming to himself, as the command did in the first instance, he had not to weigh contradictory testimonies from the old prophet, but was left without a doubt” [= Oleh kata-kata Yehovah ia ditegur. ... Ini datang kepada abdi Allah itu sendiri. ... Pembacaan dari text ini akan membimbing kita untuk menyimpulkan bahwa itu datang kepada nabi tua itu. Kata-kata vbywh rwx yang di sini diterjemahkan, ‘yang membawanya kembali’, dalam ay 23 diterjemahkan ‘yang telah ia bawa kembali’, dan bisa diterjemahkan demikian di sini. Josephus menegaskan bahwa firman Tuhan di sini datang kepada si abdi Allah; dan demikian juga dengan (Kitab Suci) bahasa Arab. Dalam ay 26 kita diyakinkan oleh sang nabi tua bahwa firman Tuhan ini datang kepada si abdi Allah. ... Jadi, karena (firman Tuhan itu) datang kepada dirinya sendiri, seperti perintah itu datang kepada dirinya sendiri pada kejadian pertama (ay 1-2), ia tidak harus mempertimbangkan kesaksian-kesaksian yang bertentangan dari nabi tua itu, tetapi dibiarkan tanpa keraguan] - hal 306. 

Adam Clarke: “if we examine with attention the original words here, they will be found to signify either ‘he who brought him back;’ or, ‘whom he had brought back;’ for the very same words, 'ªsher heshiybow, occur again in 1 Kings 13:23, where they are now translated, ‘whom he had brought back;’ and where they cannot be translated otherwise. This being the case, we are at liberty to consider the word of the Lord as delivered to the true prophet thus brought back; and then the sentence is pronounced by GOD himself calling to him out of heaven, as in Gen. 22:11. And that this doom was thus pronounced by God, not by the false prophet, we are assured in 1 Kings 13:26: ‘The Lord hath delivered him unto the lion according to the word of the Lord which HE spake unto him.’ Josephus expressly asserts that the sentence was declared by God to the true prophet.’ The Arabic asserts the same” (= jika kita memeriksa dengan teliti kata-kata orisinilnya di sini, kata-kata itu bisa berarti ‘ia yang telah membawanya kembali’; atau ‘yang telah ia bawa kembali’; karena kata-kata yang persis sama 'Asher heshiybow, muncul lagi dalam 1Raja 13:23, dimana kata-kata itu sekarang diterjemahkan ‘yang telah ia bawa kembali’, dan dimana kata-kata itu tidak bisa diterjemahkan lain. Karena kasusnya seperti ini, kita bebas untuk menganggap firman Tuhan sebagai diberikan kepada nabi yang benar yang telah dibawa kembali; dan lalu kalimat itu diucapkan oleh Allah sendiri, yang berseru kepadanya dari langit / surga, seperti dalam Kej 22:11. Dan bahwa penghakiman / ketetapan ini ducapkan oleh Allah, dan bukan oleh sang nabi palsu, kita diyakinkan dalam 1Raja 13:26 - ‘TUHAN menyerahkan dia kepada singa, yang mencabik dan membunuhnya sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya kepadanya.’. Josephus secara explicit menegaskan bahwa kalimat itu dinyatakan oleh Allah kepada nabi yang benar. (Kitab Suci) bahasa Arab menegaskan secara sama). 

Jadi, dari 2 kutipan di atas ini, kita bisa melihat adanya beberapa argumentasi yang diberikan oleh Pulpit Commentary dan Adam Clarke untuk mengatakan bahwa Firman Tuhan sebetulnya datang bukan melalui sang nabi tua, tetapi langsung dari Allah kepada si abdi Allah dari Yehuda itu sendiri. Argumentasi-argumentasinya adalah sebagai berikut: 

a) Terjemahan dari ay 20 dianggap salah. 

Kata-kata Ibrani yang dipakai dalam ay 20 dan ay 23 adalah sama persis, tetapi anehnya kedua bagian itu diterjemahkan secara berbeda. 

1 Raja-Raja 13: 20: ‘who brought him back’ (= yang membawanya kembali) ® nabi tua. 

1 Raja-Raja 13: 23: ‘whom he had brought back’ (= yang telah ia bawa kembali) ® abdi Allah. 

Perlu saya tambahkan bahwa dalam ay 26 kata-kata Ibrani yang persis sama itu muncul lagi, dan diterjemahkan seperti dalam ay 20. 

1 Raja-Raja 13: 26: ‘who brought him back’ (= yang membawanya kembali) ® nabi tua. 

Menurut Clarke, kata-kata bahasa Ibraninya memang bisa diterjemahkan seperti dalam ay 20 atau seperti dalam ay 23. 

Sekarang, kalau kita menterjemahkan ay 20 itu dengan cara yang dipakai dalam ay 23, maka ay 20 akan berbunyi sebagai berikut: ‘Sedang mereka duduk menghadapi meja, datanglah firman TUHAN kepada nabi yang telah ia bawa kembali’. Ini akan menunjukkan bahwa Firman Tuhan itu datang kepada si abdi Allah dari Yehuda itu sendiri. 

Ay 23: “Setelah orang itu makan roti dan minum air, dipelanailah keledai baginya”. 

Kitab Suci Indonesia memotong terjemahan pada bagian akhir dari ay 23. 

KJV: ‘And it came to pass, after he had eaten bread, and after he had drunk, that he saddled for him the ass, to wit, for the prophet whom he had brought back’ (= Dan setelah ia makan roti dan setelah ia minum, ia memelanai keledai untuknya, yaitu, untuk nabi yang telah ia bawa kembali). 

RSV: ‘And after he had eaten bread and drunk, he saddled the ass for the prophet whom he had brought back’ (= Dan setelah ia makan roti dan minum, ia memelanai keledai untuk nabi yang telah ia bawa kembali). 

NASB: ‘And it came about after he had eaten bread and after he had drunk, that he saddled the donkey for him, for the prophet whom he had brought back’ (= Dan setelah ia makan roti dan setelah ia minum, ia memelanai keledainya untuknya, untuk nabi yang telah ia bawa pulang). 

NIV: ‘When the man of God had finished eating and drinking, the prophet who had brought him back saddled his donkey for him’ (= Pada waktu abdi Allah itu telah selesai makan dan minum, nabi yang telah membawanya kembali memelanai keledainya untuk dia). 

Catatan: NIV menterjemahkan lain sendirian. 

Adam Clarke: “That is, according to the above interpretation, the voice of God from heaven addressing the man of God, the old prophet having nothing to do in this business” (= Yaitu, sesuai dengan penafsiran di atas, suara Allah dari surga ditujukan kepada abdi Allah itu, sang nabi tua tidak melakukan apa-apa dalam hal ini). 

Tanggapan saya: 

1. Kalau terjemahan dari ay 20 diganti seperti dalam ay 23, maka perhatikan bagaimana jadinya ay 20-22: “(20) Sedang mereka duduk menghadapi meja, datanglah firman TUHAN kepada nabi yang telah ia bawa pulang. (21) Ia berseru kepada abdi Allah yang telah datang dari Yehuda: ‘Beginilah firman TUHAN: Karena engkau telah memberontak terhadap titah TUHAN dan tidak berpegang pada segala perintah yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, (22) tetapi kembali dan makan roti dan minum air di tempat ini walaupun Ia telah berfirman kepadamu: Jangan makan roti atau minum air, - maka mayatmu tidak akan masuk ke dalam kubur nenek moyangmu.’”. 

Ada hal-hal yang aneh kalau terjemahannya diubah seperti ini, karena: 

a. Sekalipun dari ay 18 kita bisa menganggap bahwa ‘abdi Allah dari Yehuda’ itu adalah seorang nabi, tetapi dalam sepanjang perikop / pasal ini istilah ‘nabi’ selalu menunjuk kepada ‘nabi tua’ itu. Sedangkan ‘abdi Allah dari Yehuda’ itu tidak pernah disebut sebagai ‘nabi’, tetapi selalu disebut sebagai ‘abdi Allah dari Yehuda’ atau ‘abdi Allah’. Bahkan dalam 2Raja 23:17-18, yang menunjuk pada peristiwa ini, istilah-istilah itu tetap dipertahankan. 

2Raja-raja 23:17-18 - “(17) Ia berkata: ‘Apakah tanda keramat yang kulihat ini?’ Lalu orang-orang di kota itu menjawab dia: ‘Itulah kuburan abdi Allah yang sudah datang dari Yehuda dan yang telah menyerukan segala hal yang telah kaulakukan terhadap mezbah Betel ini!’ (18) Lalu katanya: ‘Biarkanlah itu, janganlah ada orang yang menjamah tulang-tulangnya!’ Jadi mereka tidak mengganggu tulang-tulangnya dan tulang-tulang nabi yang telah datang dari Samaria itu”. 

Mungkin, sekalipun mereka berdua sama-sama adalah nabi, digunakannya istilah-istilah yang berbeda ini dimaksudkan supaya kita sebagai pembaca bisa membedakan mereka berdua. 

Tetapi kalau terjemahan dari 1 Raja-Raja 13: 20 diubah, maka istilah ‘nabi’ dalam ay 20 menunjuk kepada ‘abdi Allah dari Yehuda’ itu. Mengapa sekarang tahu-tahu ia disebut secara explicit sebagai ‘nabi’? 

b. Kata ‘Ia’ di awal 1 Raja-Raja 13: 21 (yang saya beri garis bawah ganda) menunjuk kepada siapa? 

· kalau kata ‘Ia’ itu menunjuk kepada ‘abdi Allah dari Yehuda’ itu, maka: 

* kalimatnya menjadi aneh. Akan lebih enak kalau bunyinya adalah ‘Ia berseru kepada dirinya sendiri’. 

* ini menunjukkan bahwa abdi Allah dari Yehuda itu berseru / memberitakan Firman Tuhan kepada dirinya sendiri. Sekalipun Tuhan bisa saja melakukan hal seperti ini, tetapi sepanjang yang saya ingat, Kitab Suci tidak pernah menceritakan bahwa Tuhan pernah melakukannya hal seperti itu. 

· kalau kata ‘Ia’ itu menunjuk kepada ‘Allah’, seperti yang dikatakan oleh Adam Clarke, maka rasanya juga aneh, karena: 

* bagaimana mungkin Allah berbicara langsung tetapi menggunakan kata-kata ‘Beginilah firman TUHAN’ (KJV: ‘Thus saith the LORD’)? Kata-kata itu biasanya digunakan oleh seorang nabi yang berbicara atas nama Allah. 

* kata-kata ‘titah TUHAN’ (ay 21) seharusnya berbunyi ‘titahKu’. 

* kata-kata ‘segala perintah yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu’ (ay 21) seharusnya berbunyi ‘segala perintah yang Kuperintahkan kepadamu’. 

* kata-kata ‘Ia telah berfirman kepadamu’ (1 Raja-Raja 13: 22) seharusnya berbunyi ‘Aku telah berfirman kepadamu’. 

b) Josephus (seorang ahli sejarah Yahudi) dan Kitab Suci bahasa Arab mengatakan bahwa firman Tuhan datang langsung dari Tuhan kepada abdi Allah dari Yehuda itu sendiri. 

Ini tentu saja tidak menjamin apa-apa. Bisa saja Josephus dan Kitab Suci bahasa Arab itu yang salah. 

c) 1 Raja-Raja 13: 26 mendukung pandangan bahwa Firman Tuhan itu datang kepada abdi Allah dari Yehuda itu sendiri. 

Ay 26: “Ketika hal itu kedengaran kepada nabi yang telah membujuk dia berbalik kembali, ia berkata: ‘Dialah abdi Allah yang telah memberontak terhadap titah TUHAN. TUHAN menyerahkan dia kepada singa, yang mencabik dan membunuhnya sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya kepadanya.’”. 

Catatan: sepintas lalu ay 26 ini mendukung mutlak pandangan ini, tetapi sebetulnya belum tentu, karena kata-kata yang saya garis bawahi itu bisa saja diartikan ‘sesuai dengan firman Tuhan yang diucapkanNya kepadanya melalui aku’. 

2) Kalau kita menganggap bahwa Firman Tuhan datang melalui nabi tua tersebut, maka perlu dipertanyakan: 

a) Mengapa Tuhan menyampaikan hukuman dari abdi Allah dari Yehuda itu melalui nabi tua itu? 

Matthew Henry mengatakan bahwa Tuhan memakai nabi tua itu untuk menyampaikan hukuman mati dari abdi Allah dari Yehuda itu, untuk mengejutkan nabi tua itu sendiri. Nabi tua itu seharusnya berpikir: kalau nabi ini, yang bersalah secara tak sengaja, karena ia kudustai, dihukum mati oleh Allah, hukuman yang bagaimana yang layak aku sendiri dapatkan, karena terang-terangan mendustai / menyesatkan dia? 

b) Mungkinkah Tuhan bicara melalui seorang nabi palsu?. Jawabannya: 

1. Nabi tua itu belum tentu adalah seorang nabi palsu. 

2. Kalaupun nabi tua itu adalah seorang nabi palsu, maka ini bukan satu-satunya kasus dimana Tuhan berbicara / memberikan nubuat melalui seorang nabi palsu. Contoh lain: 

· kasus Bileam (Bil 22-25). 

· kasus Kayafas (Yoh 11:49-52). 

Bilangan 23:5-12 - “(5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (6) Ketika ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya, bersama dengan semua pemuka Moab. (7) Lalu Bileam mengucapkan sanjaknya, katanya: ‘Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. (8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? (9) Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. (10) Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’ (11) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka.’ (12) Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’”. 

Bilangan 23:15-26 - “(15) Kemudian berkatalah ia kepada Balak: ‘Berdirilah di sini di samping korban bakaranmu, sedang aku hendak bertemu dengan TUHAN di situ.’ (16) Lalu TUHAN menemui Bileam dan menaruh perkataan ke dalam mulutnya, dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ (17) Ketika ia sampai kepadanya, Balak masih berdiri di samping korban bakarannya bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Berkatalah Balak kepadanya: ‘Apakah yang difirmankan TUHAN?’ (18) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Bangunlah, hai Balak, dan dengarlah; pasanglah telingamu mendengarkan aku, ya anak Zipor. (19) Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (20) Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya. (21) Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel. TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka, dan sorak-sorak karena Raja ada di antara mereka. (22) Allah, yang membawa mereka keluar dari Mesir, adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan, (23) sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Allah: (24) Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya.’ (25) Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: ‘Jika sekali-kali tidak mau engkau menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya.’ (26) Tetapi Bileam menjawab Balak: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.’”. 

Bilangan 24:1-24 - “(1) Ketika dilihat Bileam, bahwa baik di mata TUHAN untuk memberkati Israel, ia tidak mencarikan pertanda lagi seperti yang sudah-sudah, tetapi ia menghadapkan mukanya ke arah padang gurun. (2) Ketika Bileam memandang ke depan dan melihat orang Israel berkemah menurut suku mereka, maka Roh Allah menghinggapi dia. (3) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; (4) tutur kata orang yang mendengar firman Allah, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa sambil rebah, namun dengan mata tersingkap. (5) Alangkah indahnya kemah-kemahmu, hai Yakub, dan tempat-tempat kediamanmu, hai Israel! (6) Sebagai lembah yang membentang semuanya; sebagai taman di tepi sungai; sebagai pohon gaharu yang ditanam TUHAN; sebagai pohon aras di tepi air. (7) Air mengalir dari timbanya, dan benihnya mendapat air banyak-banyak. Rajanya akan naik tinggi melebihi Agag, dan kerajaannya akan dimuliakan. (8) Allah, yang membawa mereka keluar dari Mesir, adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan. Bangsa-bangsa yang menjadi lawannya akan ditelannya habis, dan tulang-tulang mereka akan dihancurkannya dan akan ditembaknya tembus dengan panah-panahnya. (9) Ia meniarap dan merebahkan diri sebagai singa jantan, dan sebagai singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Diberkatilah orang yang memberkati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau!’ (10) Lalu bangkitlah amarah Balak terhadap Bileam dan dengan meremas-remas jarinya berkatalah ia kepada Bileam: ‘Untuk menyerapah musuhku aku memanggil engkau, tetapi sebaliknya sampai tiga kali engkau memberkati mereka. (11) Oleh sebab itu, enyahlah engkau ke tempat kediamanmu; aku telah berkata kepadamu aku telah bermaksud memberi banyak upah kepadamu, tetapi TUHAN telah mencegah engkau memperolehnya.’ (12) Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Bukankah telah kukatakan juga kepada utusan-utusan yang kaukirim kepadaku: (13) Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup melanggar titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat atas kemauanku sendiri; apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan. (14) Dan sekarang, aku ini sudah hendak pergi kepada bangsaku; marilah kuberitahukan kepadamu apa yang akan dilakukan bangsa itu kepada bangsamu di kemudian hari.’ (15) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; (16) tutur kata orang yang mendengar firman Allah, dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata tersingkap. (17) Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set. (18) Maka Edom akan menjadi tanah pendudukan dan Seir akan menjadi tanah pendudukan--musuh-musuhnya itu. Tetapi Israel akan melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa, (19) dan dari Yakub akan timbul seorang penguasa, yang akan membinasakan orang-orang yang melarikan diri dari kota.’ (20) Ketika ia melihat orang Amalek, diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Yang pertama di antara bangsa-bangsa ialah Amalek, tetapi akhirnya ia akan sampai kepada kebinasaan.’ (21) Ketika ia melihat orang Keni, diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Kokoh tempat kediamanmu, tertaruh di atas bukit batu sarangmu, (22) namun orang Keni akan hapus; berapa lama lagi maka Asyur akan menawan engkau?’ (23) Diucapkannyalah juga sanjaknya, katanya: ‘Celaka! Siapakah yang akan hidup, apabila Allah melakukan hal itu? (24) Tetapi kapal-kapal akan datang dari pantai orang Kitim, mereka akan menindas Asyur dan menindas Heber, lalu iapun juga akan sampai kepada kebinasaan.’”. 

Yohanes 11:49-52 - “(49) Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa-apa, (50) dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ (51) Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”. 

3) “(21b) ‘Beginilah firman TUHAN: Karena engkau telah memberontak terhadap titah TUHAN dan tidak berpegang pada segala perintah yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, (22) tetapi kembali dan makan roti dan minum air di tempat ini walaupun Ia telah berfirman kepadamu: Jangan makan roti atau minum air, - maka mayatmu tidak akan masuk ke dalam kubur nenek moyangmu.’”. 

a) Ini jelas menunjukkan kemarahan Allah terhadap abdi Allah dari Yehuda itu. 

Matthew Henry: “nothing is more provoking to him than disobedience to an express command, though in a small matter” (= tidak ada yang lebih membuat Dia marah dari pada ketidak-taatan terhadap suatu perintah yang jelas, sekalipun dalam suatu hal yang kecil). 

Matthew Henry: “God is displeased at the sins of his own people, and no man shall be protected in disobedience by the sanctity of his profession, the dignity of his office, his nearness to God, or any good services he has done for him” (= Allah tidak senang pada dosa-dosa dari umatNya sendiri, dan tidak ada orang akan dilindungi dalam ketidak-taatan oleh kesucian / kekudusan dari pekerjaannya, kewibawaan dari jabatan / tugasnya, kedekatannya dengan Allah, atau pelayanan baik apapun yang telah ia lakukan untukNya). 

Karena itu, kalau saudara mempunyai jabatan rohani yang tinggi, dan telah melakukan banyak hal-hal yang baik bagi Tuhan, dan mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan, jangan lalu sengaja berbuat dosa dengan pemikiran bahwa hal-hal itu akan melindungi saudara di dalam dosa. 

Menurut saya, kalau seseorang berdosa, padahal ia mempunyai jabatan rohani tinggi, pengetahuan yang banyak tentang Tuhan, kedekatan dengan Tuhan, dsb, maka hal-hal tersebut bukan hanya tidak akan melindunginya, tetapi bahkan menjadi sesuatu yang memberatkannya. 

Lukas 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”. 

b) ‘mayatmu tidak akan masuk ke dalam kubur nenek moyangmu’. 

Ini maksudnya adalah bahwa ia akan mati secara tidak wajar / dengan kekerasan sedemikian rupa sehingga tidak dikubur dalam kuburan nenek moyangnya. 

Adam Clarke: “This intimated to him that he was to die an untimely death, but probably did not specify by what means” [= Ini menunjukkan kepadanya bahwa ia akan mati sebelum waktunya, tetapi mungkin tidak menyebutkan secara terperinci dengan cara apa (ia akan mati)]. 

Saya tak setuju dengan kata-kata Clarke yang berbau Arminian ini, yang menunjukkan bahwa seolah-olah kematian bisa terjadi sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Tak ada kematian sebelum waktunya! Bdk. Matius 6:27 Mazmur 39:5-6. 

Barnes’ Notes: “On the anxiety of the Hebrews to be buried with their fathers, see Gen. 47:30; 49:29; 50:25; 2 Sam. 19:37, etc” (= Tentang keinginan dari orang-orang Ibrani untuk dikuburkan bersama nenek moyang mereka, lihat Kej 47:30; 49:29; 50:25; 2Samuel 19:37, dsb). 

c) Mengapa abdi Allah dari Yehuda itu dihukum mati untuk kesalahan yang kelihatannya relatif kecil? Bukankah ia jatuh bukan dengan kesengajaan, tetapi karena kebodohan / didustai oleh nabi tua itu? 

Untuk ini perhatikan beberapa hal di bawah ini: 

1. Perhatikan istilah ‘memberontak’ yang digunakan dalam ay 21b. 

KJV/RSV/NASB: ‘disobeyed’ (= tidak mentaati). 

NIV: ‘defied’ (= menentang). 

Keil & Delitzsch: ‘thou hast been rebellious against the command of the Lord’ (= engkau telah memberontak terhadap perintah Tuhan). 

2. Ini merupakan peringatan bagi semua orang untuk tidak menyimpang dari perintah Allah, bahkan dengan penyimpangan yang kecil sekalipun. 

Pulpit Commentary: “a solemn warning for all time against any, the slightest, departure from the commandments of God” (= suatu peringatan yang serius untuk semua jaman terhadap penyimpangan apapun, bahkan yang paling kecil, dari perintah Allah) - hal 294. 

3. Matthew Henry menganggap kita tidak bisa membenarkan abdi Allah dari Yehuda ini hanya karena ia didustai. Kesalahan abdi Allah dari Yehuda ini besar, karena: 

· Ia seharusnya lebih yakin pada perintah Allah yang langsung ia terima, dari pada pada pembatalan perintah Allah yang diberikan oleh nabi tua itu. 

· Ia seharusnya juga bisa berpikir bahwa tidak mungkin Allah membatalkan perintahNya pada saat alasan untuk melakukan perintah itu masih tetap ada, yaitu supaya ia bisa menyaksikan kejijikan / kebencian Allah terhadap tempat penyembahan berhala tersebut. 

· Ia mempunyai alasan untuk mencurigai nabi tua itu, yang tidak berbicara apa-apa untuk menentang penyembahan berhala di sana, dan juga yang tidak dianggap cocok oleh Tuhan untuk menegur penyembahan berhala di sana. 

· Ia seharusnya setidaknya meminta petunjuk dari Tuhan sendiri untuk mengetahui apakah Tuhan membatalkan perintahNya atau tidak. 

· Apakah ia berpikir bahwa makan di rumah nabi tua ini lebih aman dari pada makan di rumah lain di Betel, padahal Allah sudah melarang dia untuk makan di rumah manapun di Betel? Kalau demikian, ia menghaluskan perintah Allah, dan membuat dirinya sendiri lebih bijaksana dari pada Allah. 

· Apakah ia bisa memaafkan dirinya sendiri karena ia lapar? Tidak pernahkah ia membaca bahwa manusia hidup bukan dari roti saja? Bdk. Ulangan 8:3 Matius 4:4. 

d) Apa yang aneh adalah: nabi tua itu, yang jelas-jelas mendustai abdi Allah dari Yehuda itu, tidak diapa-apakan; sedangkan abdi Allah dari Yehuda itu, yang bersalah hanya karena didustai, dihukum mati. 

Dari peristiwa ini beberapa penafsir mengatakan bahwa hal ini merupakan bukti akan adanya penghakiman terakhir, dan baru pada saat itu semua akan betul-betul adil. 

Wesley: “But is it not strange that the lying prophet escapes, while the man of God is so severely punished? Certainly there must be a judgment to come, when these things shall be called over again, and when those who sinned most and suffered least in this world, will receive according to their works” (= Tetapi tidakkah aneh bahwa nabi yang berdusta lolos, sementara abdi Allah itu dihukum dengan begitu berat? Pasti harus ada suatu penghakiman yang akan datang, pada waktu hal-hal ini akan dipanggil lagi, dan pada waktu mereka yang paling berdosa dan menderita paling sedikit dalam dunia ini, akan menerima menurut pekerjaan / perbuatan mereka.). 

Matthew Henry: “here we may well wonder that the wicked prophet, who told the lie and did the mischief, went unpunished, while the holy man of God, that was drawn by him into sin, was suddenly and severely punished for it. What shall we make of this! The judgments of God are unfathomable. ‘The deceived and the deceiver are his,’ and ‘he giveth not account of any of his matters.’ Certainly there must be a judgment to come, when these things will be called over again, and when those that sinned most and suffered least, in this world, will receive according to their works” (= di sini kita boleh terheran-heran karena sang nabi yang jahat, yang berdusta dan melakukan kejahatan, pergi tanpa dihukum, sementara abdi yang kudus dari Allah, yang ditarik olehnya ke dalam dosa, secara tiba-tiba dan dengan hebat dihukum untuk itu. Apa yang akan kita perbuat dengan hal ini! Penghakiman Allah tidak dapat dimengerti. ‘Orang yang ditipu dan orang yang menipu adalah milikNya’, dan ‘Ia tidak bertanggung jawab kepada siapapun tentang persoalan-persoalanNya’. Pasti harus ada penghakiman yang akan datang, pada waktu hal-hal ini akan dipanggil kembali, dan pada waktu mereka yang paling berdosa dan menderita paling sedikit dalam dunia ini, akan menerima menurut pekerjaan / perbuatan mereka). 

Ayub 12:16 - “Pada Dialah kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan”. 

KJV: ‘With him is strength and wisdom: the deceived and the deceiver are his’ (= Bersama Dia ada kekuatan dan hikmat: orang yang ditipu dan orang yang menipu adalah milikNya). 

Ayub 33:13 - “Mengapa engkau berbantah dengan Dia, bahwa Dia tidak menjawab segala perkataanmu?”. 

KJV: ‘Why dost thou strive against him? for he giveth not account of any of his matters’ (= Mengapa engkau berjuang melawan Dia? karena Ia tidak memberi pertanggungan jawab kepada siapapun tentang persoalan-persoalanNya). 

Karena itu, jangan heran dan jangan marah, lebih-lebih jangan menganggap Allah tidak adil, pada waktu saudara melihat orang yang sangat berdosa dibiarkan, sedangkan orang yang melakukan kesalahan yang relatif kecil, dihukum dengan berat. Di dunia ini memang ada banyak ketidak-adilan, tetapi akan ada suatu penghakiman akhir jaman, dimana Allah akan menghakimi segala sesuatu, dan baru pada saat itu keadilan betul-betul terjadi secara sempurna! 

1 Raja-Raja 13: 23-30: “(23) Setelah orang itu makan roti dan minum air, dipelanailah keledai baginya. (24) Orang itu pergi, tetapi di tengah jalan ia diserang seekor singa dan mati diterkam. Mayatnya tercampak di jalan dan keledai itu berdiri di sampingnya; singa itupun berdiri di samping mayat itu. (25) Orang-orang yang lewat melihat mayat itu tercampak di jalan dan singa berdiri di sampingnya. Dan mereka menceriterakannya di kota tempat kediaman nabi tua itu. (26) Ketika hal itu kedengaran kepada nabi yang telah membujuk dia berbalik kembali, ia berkata: ‘Dialah abdi Allah yang telah memberontak terhadap titah TUHAN. TUHAN menyerahkan dia kepada singa, yang mencabik dan membunuhnya sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya kepadanya.’ (27) Lalu berbicaralah ia kepada anak-anaknya: ‘Pelanailah keledai bagiku.’ Dan mereka memelanainya. (28) Kemudian ia pergi dan menemukan mayat orang itu tercampak di jalan, sedang keledai dan singa berdiri di sampingnya. Singa itu tidak memakan mayat itu dan tidak mencabik keledai itu. (29) Nabi tua itu mengangkat mayat abdi Allah itu, menaruhnya ke atas keledai dan membawanya kembali ke kotanya sendiri untuk diratapi dan dikuburkan. (30) Mayat orang itu dikuburkannya di dalam kuburnya sendiri, maka diratapilah dia: ‘Wahai, saudaraku!’”. 

1) “Setelah orang itu makan roti dan minum air, dipelanailah keledai baginya. Orang itu pergi, tetapi di tengah jalan ia diserang seekor singa dan mati diterkam.” (ay 23-24a). 

a) Allah melakukan penghakiman yang keras ini untuk memperingatkan orang-orang yang Ia pakai untuk mentaatiNya secara ketat. 

Matthew Henry: “by this God intended to warn all those whom he employs strictly to observe their orders, at their peril” (= dengan ini Allah bermaksud untuk memperingatkan semua mereka yang ia pakai untuk mentaati / memperhatikan dengan ketat perintah-perintah yang diberikan kepada mereka, dengan resiko mereka sendiri). 

b) Mungkin Allah melakukan hal ini juga untuk mengeraskan hati Yerobeam. 

Matthew Henry: “Perhaps God by this intended, in a way of righteous judgment, to harden Jeroboam’s heart, since he was not reformed by the withering of his hand; for he would be apt to make a bad use of it, and to say that the prophet was well enough served for meddling with his altar, he had better have staid at home; ... he would say that Providence had punished him for his insolence, and the lion had done that which his withered hand might not do” (= Mungkin dengan ini Allah memaksudkan, dengan suatu cara penghakiman yang benar, untuk mengeraskan hati Yerobeam, karena ia tidak direformasi / diperbaharui oleh kelayuan tangannya; karena ia akan cenderung menyalahgunakan hal ini, dan mengatakan bahwa sang nabi diperlakukan dengan cukup ‘bagus’ karena menentang / merusakkan mezbahnya, ia lebih baik tinggal di rumah; ... ia akan mengatakan bahwa providensia telah menghukumnya untuk kekurang-ajarannya, dan sang singa telah melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh tangannya yang layu itu). 

Pada saat Yerobeam mendengar bahwa abdi Allah dari Yehuda itu mati diterkam singa, ia memang bisa saja berpikir bahwa abdi Allah dari Yehuda itu ternyata adalah orang brengsek sehingga ia dihukum oleh Tuhan, sedangkan ia sendiri adalah orang benar, sehingga tidak diapa-apakan oleh Tuhan. 

Tetapi, mengingat bahwa tangannya pernah dijadikan kejang oleh Tuhan dan disembuhkan oleh abdi Allah dari Yehuda itu, saya memikirkan suatu kemungkinan yang lain, yaitu: bisa saja bahwa ia sebetulnya tahu bahwa ialah yang brengsek, dan abdi Allah dari Yehuda itu yang benar, tetapi peristiwa ini tetap ia gunakan untuk meyakinkan rakyatnya bahwa sebaliknyalah yang benar. Jadi, sebetulnya ia tahu fakta sebenarnya, tetapi ia sengaja memutar-balikkannya untuk keuntungannya sendiri. 

Hal seperti ini membutuhkan banyak perenungan. Pada saat saudara berdosa / hidup dalam dosa, selalu ada hal-hal yang bisa saudara pakai untuk membenarkan diri dan mengeraskan hati saudara sendiri. Misalnya: 

· musuh saudara atau orang-orang yang menentang saudara, mengalami bencana. 

· ada banyak berkat Tuhan bagi saudara, seperti kesehatan, keuangan yang baik, bisnis yang lancar, dan sebagainya. 

· banyak orang mendukung / membela saudara. 

· banyak orang yang menentang musuh saudara atau orang-orang yang menentang saudara. 

Hal-hal seperti ini bukanlah standard untuk menentukan apakah Allah berkenan dengan kehidupan saudara atau tidak. Satu-satunya standard yang benar adalah Kitab Suci / Firman Tuhan! 

c) Ini menunjukkan bahwa jalan / cara Allah seringkali tidak sesuai dengan pikiran kita. 

Matthew Henry: “The case was indeed very lamentable that so good a man, a prophet so faithful, and so bold in God’s cause, should, for one offence, die as a criminal, while an old lying prophet lives at ease and an idolatrous prince in pomp and power. ‘Thy way, O God! is in the sea, and thy path in the great waters.’ We cannot judge of men by their sufferings, nor of sins by their present punishments; with some the flesh is destroyed that the spirit may be saved, while with others the flesh is pampered that the soul may ripen for hell” (= Kasus ini betul-betul sangat disesalkan bahwa seorang yang begitu baik / saleh, seorang nabi yang begitu setia, dan begitu berani dalam perkara Allah, untuk satu pelanggaran, harus mati sebagai seorang kriminal, sementara seorang nabi tua pendusta hidup enak dan seorang raja yang menyembah berhala hidup dalam kemegahan dan kekuasaan. ‘JalanMu, ya Allah! ada dalam laut, dan jalan kecilMu ada dalam air yang luas’. Kita tidak bisa menghakimi / menilai orang berdasarkan penderitaan mereka, ataupun menghakimi / menilai dosa-dosa mereka berdasarkan penghukuman mereka pada saat ini; pada beberapa orang ‘daging dihancurkan supaya roh bisa diselamatkan’, sedangkan pada yang lain daging dimanjakan supaya jiwa bisa menjadi matang di neraka). 

Catatan: kutipan-kutipan ayat diambil dari Maz 77:20 dan 1Korintus 5:5 versi KJV. 

· Mazmur 77:20 - “Melalui laut jalanMu dan lorongMu melalui muka air yang luas, tetapi jejakMu tidak kelihatan”. 

KJV: ‘Thy way is in the sea, and thy path in the great waters, and thy footsteps are not known’ (= JalanMu ada dalam laut, dan jalan kecilMu ada dalam air yang luas, dan jejakMu tidak diketahui / dikenal). 

· 1Korintus 5:5 - “orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan”. 

KJV: ‘To deliver such an one unto Satan for the destruction of the flesh, that the spirit may be saved in the day of the Lord Jesus’ (= Untuk menyerahkan orang seperti itu kepada Setan untuk penghancuran daging, supaya rohnya bisa diselamatkan pada hari Tuhan Yesus). 

d) Ini menunjukkan bahwa penghakiman sering dimulai pada rumah Allah! 

Adam Clarke: “From the instance here related, we see, as in various other cases, that often judgment begins at the house of God. The true prophet, for receiving that as a revelation from God which was opposed to the revelation which himself had received, and which was confirmed by so many miracles, is slain by a lion, and his body deprived of the burial of his fathers; while the wicked king, and the old fallen prophet, are both permitted to live! If this was severity to the man of God, it was mercy to the others, neither of whom was prepared to meet his judge. Here we may well say, ‘If the righteous scarcely be saved, where shall the ungodly and the sinner appear?’” (= Dari contoh yang diceritakan di sini, kita melihat, seperti dalam bermacam-macam kasus yang lain, bahwa seringkali penghakiman dimulai di rumah Allah. Sang nabi yang benar, karena menerima itu sebagai suatu wahyu dari Allah yang bertentangan dengan wahyu yang telah ia terima sendiri, dan yang diteguhkan oleh begitu banyak mujijat, dibunuh oleh seekor singa, dan tubuhnya tidak dikuburkan dalam kuburan nenek moyangnya; sementara sang raja yang jahat, dan nabi tua yang jatuh, kedua-duanya diijinkan untuk hidup! Jika ini adalah sesuatu yang keras terhadap abdi Allah itu, itu adalah belas kasihan kepada yang lain, dan tidak ada dari mereka yang siap untuk bertemu dengan Hakimnya. Di sini kita bisa bertanya: ‘Jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, dimana orang-orang jahat dan berdosa akan muncul?’). 

Catatan: bagian terakhir dikutip dari 1Petrus 4:18 versi KJV, yang agak berbeda dengan terjemahan Kitab Suci Indonesia, karena KJV menterjemahkan dengan cara lebih hurufiah. 

1Petrus 4:17-18 - “(17) Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? (18) Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”. 

KJV: ‘(17) For the time is come that judgment must begin at the house of God: and if it first begin at us, what shall the end be of them that obey not the gospel of God? (18) And if the righteous scarcely be saved, where shall the ungodly and the sinner appear?’ [= (17) Karena saatnya sudah tiba bahwa penghakiman harus dimulai pada rumah Allah: dan jika itu pertama-tama dimulai pada kita, bagaimana akhirnya dengan mereka yang tidak mentaati injil Allah? (18) Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, dimana orang-orang jahat dan berdosa akan muncul?]. 

Ini juga membutuhkan banyak perenungan. Kalau kita betul-betul menghayati hal ini, maka kita tidak akan menganggap orang yang mengalami bencana, atau bahkan mati secara mengerikan, sebagai orang-orang yang lebih brengsek dari orang-orang yang tidak mengalaminya, dan bahkan kelihatannya hidupnya enak dan ‘diberkati’ oleh Tuhan. Mengingat bahwa Allah sering memulai penghakiman pada rumahNya sendiri, maka orang-orang yang mengalami bencana sebagai hajaran Tuhan itu, mungkin sekali justru lebih baik dari orang-orang yang tidak dihajar oleh Tuhan, yang menunjukkan bahwa mereka bukan anak-anak Tuhan. 

Bdk. Ibrani 12:7-8 - “(7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang”. 

KJV: ‘then are ye bastards, and not sons’ (= maka kamu adalah blasteran, dan bukan anak). 

NIV: ‘then you are illegitimate children and not true sons’ (= maka kamu adalah anak haram dan bukan anak yang sejati). 

Bdk. Lukas 13:1-5 - “(1) Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. (2) Yesus menjawab mereka: ‘Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? (3) Tidak! kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. (4) Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? (5) Tidak! kataKu kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.’”. 

Dari kata-kata Yesus ini terlihat bahwa kalau ada orang mengalami bencana, bahkan mati dengan cara yang mengerikan, maka: 

1. Itu tidak berarti bahwa orang-orang itu lebih jahat dari kita yang tidak mengalami bencana / kematian yang mengerikan tersebut. 

2. Itu merupakan sesuatu yang seharusnya mendorong kita melakukan introspeksi, dan lalu bertobat dari dosa-dosa kita. Kalau tidak, kita juga akan mengalami hal yang sama. 

e) Perbandingan abdi Allah dari Yehuda itu dengan Yesus. 

Word Biblical Commentary: “In all of history there was only one Prophet who kept God’s rules in every minutia. He would not be distracted from God’s stern pathway, not even by religion’s greatest authorities. He too was doomed to die, but for the sins of others rather than for sins of his own. In his grave he sanctified the death of many others - of all those who call him not just ‘man of God’ but ‘Son of God.’ The paradox of the Judahite man of God, ... is but a faint illumination of that greater paradox, the absolute obedience and the saving death of Jesus Christ” (= Dalam seluruh sejarah hanya ada satu Nabi yang memelihara peraturan-peraturan Allah sampai hal yang sekecil-kecilnya. Ia tidak disimpangkan dari jalan yang keras dari Allah, bahkan tidak oleh otoritas-otoritas agama yang terbesar. Ia juga harus mati, tetapi untuk dosa-dosa dari orang-orang lain dan bukan untuk dosa-dosaNya sendiri. Dalam kuburNya Ia menguduskan kematian dari banyak orang lain - dari semua mereka yang menyebut Dia bukan hanya sebagai ‘abdi Allah’ tetapi ‘Anak Allah’. Paradox tentang abdi Allah dari Yehuda, ... hanyalah merupakan suatu penerangan yang redup dari paradox yang lebih besar, ketaatan mutlak dan kematian yang menyelamatkan dari Yesus Kristus). 

2) “(24b) Mayatnya tercampak di jalan dan keledai itu berdiri di sampingnya; singa itupun berdiri di samping mayat itu. (25) Orang-orang yang lewat melihat mayat itu tercampak di jalan dan singa berdiri di sampingnya. ... (28) Kemudian ia pergi dan menemukan mayat orang itu tercampak di jalan, sedang keledai dan singa berdiri di sampingnya. Singa itu tidak memakan mayat itu dan tidak mencabik keledai itu. (29) Nabi tua itu mengangkat mayat abdi Allah itu, menaruhnya ke atas keledai dan membawanya kembali ke kotanya sendiri untuk diratapi dan dikuburkan.”. 

a) Apa yang sangat aneh dari singa itu adalah bahwa setelah membunuh abdi Allah dari Yehuda itu, ia tidak memakannya. Ia juga tidak memakan keledai yang tadinya ditunggangi si abdi Allah, dan ia juga tidak mengapa-apakan orang-orang yang lewat di sana maupun si nabi tua yang datang untuk mengambil dan menguburkan mayat si abdi Allah. 

Word Biblical Commentary menggunakan istilah ‘the very unlionlike lion’ (= singa yang sangat tidak seperti singa) untuk singa tersebut. 

b) Mengapa Allah mengatur bahwa singa itu hanya membunuh abdi Allah dari Yehuda itu tanpa mengapa-apakan tubuhnya, atau si keledai, atau si nabi tua? 

1. Semua ini untuk menunjukkan bahwa ini bukan sekedar suatu kecelakaan, dimana seseorang ‘secara kebetulan’ dibunuh oleh seekor singa, tetapi sesuatu yang bersifat supranatural, yang merupakan penghukuman Allah bagi abdi Allah dari Yehuda itu karena dosanya. 

Wycliffe Bible Commentary: “in order that it might be known that this was indeed a supernatural judgment and not simply an unfortunate accident, the lion, after slaying the prophet, did not harm or tear his body, nor did he even kill the meek donkey upon which the prophet had been riding, but calmly stood at attention, as if by divine arrest” (= supaya bisa diketahui bahwa ini memang merupakan suatu penghakiman yang bersifat supranatural dan bukan sekedar suatu kecelakaan yang sial, sang singa, setelah membantai sang nabi, tidak mengganggu atau merobek-robek tubuhnya, bahkan ia tidak membunuh keledai yang lembut yang ditunggangi sang nabi, tetapi dengan tenang berdiri tegak, seakan-akan oleh penahanan ilahi). 

Adam Clarke: “‘The lion had not eaten the carcass, nor torn the ass.’ All here was preternatural. The lion, though he had killed the man, does not devour him; the ass stands quietly by, not fearing the lion; and the lion does not attempt to tear the ass: both stand as guardians of the fallen prophet. How evident is the hand of God in all!” (= ‘Singa itu tidak memakan mayatnya, ataupun menyobek-nyobek keledai itu’. Semua di sini adalah supranatural. Singa itu, sekalipun ia telah membunuh orang itu, tidak memakannya; keledai itu berdiri dengan tenang di dekatnya, tidak takut kepada singa itu; dan singa itu tidak mencoba untuk menyobek keledai itu: keduanya berdiri sebagai penjaga-penjaga dari nabi yang jatuh itu. Betapa nyatanya tangan Allah dalam semua ini!). 

Pulpit Commentary: “These particulars are mentioned to show that his death was no accident, or chance, but a visitation of God” (= Hal-hal khusus ini disebutkan untuk menunjukkan bahwa kematiannya bukanlah kecelakaan, atau kebetulan, tetapi suatu kunjungan Allah) - hal 297. 

Catatan: kata ‘visitation’ (= kunjungan) sering dipakai untuk menunjuk pada kunjungan Allah untuk memberi pahala, atau untuk memberi hukuman. 

2. Bahwa abdi Allah dari Yehuda itu hanya dibunuh oleh singa itu tetapi selanjutnya tidak dimakan, menunjukkan bahwa dalam kemarahanNya dan penghukumanNya, Allah tetap mengingat dan mempunyai belas kasihan kepada abdi Allah dari Yehuda itu. Dan selanjutnya, Matthew Henry mengatakan, bahwa ini menunjukkan bahwa penghukuman Allah tersebut hanya sampai di sana saja. Dengan kata lain, abdi Allah dari Yehuda itu tidak masuk neraka, tetapi tetap selamat / masuk surga. 

Matthew Henry: “The wonderful preservation of his dead body, which was a token of God’s mercy remembered in the midst of wrath. The lion that gently strangled him, or tore him, did not devour his dead body, nor so much as tear the ass, v. 24, 25, 26. Nay, what was more, he did not set upon the travellers that passed by and saw it, nor upon the old prophet (who had reason enough to fear it) when he came to take up the corpse. His commission was to kill the prophet; hitherto he should go, but no further. Thus God showed that, though he was angry with him, his anger was turned away, and the punishment went no further than death” [= Penjagaan yang luar biasa terhadap mayatnya, yang merupakan suatu tanda dari belas kasihan Allah yang diingat di tengah-tengah kemurkaanNya. Singa yang dengan lembut mencekiknya, atau menyobeknya, tidak menelan mayatnya, ataupun menyobek keledainya, ay 24,25,26. Lebih lagi, ia tidak menyerang orang-orang yang lewat dan melihatnya, ataupun nabi tua (yang mempunyai alasan yang cukup untuk takut kepadanya) pada waktu ia datang untuk mengambil mayat itu. Otoritas / perintahnya adalah untuk membunuh si nabi; sampai sini ia harus pergi, tetapi tidak lebih jauh lagi. Dengan cara ini Allah menunjukkan bahwa sekalipun Ia marah kepadanya, kemarahanNya dipalingkan, dan hukuman itu berjalan tidak lebih jauh dari kematian]. 

Catatan: sesuatu yang tetap tidak saya mengerti adalah: bagaimana mungkin Allah memberikan hukuman mati untuk seseorang yang betul-betul adalah anakNya. Bukan hanya karena, sepanjang ingatan saya, ini merupakan satu-satunya kasus dimana seorang anak Tuhan dihukum mati, tetapi juga karena secara theologis, menurut saya hal ini tidak masuk akal. Mengapa? Karena dalam arti yang strict (= ketat), Allah tidak bisa menghukum anakNya, karena semua hukuman sudah ditanggung oleh Kristus (Catatan: bagi orang-orang percaya jaman Perjanjian Lama, penebusan Kristus berlaku surut). Jadi, yang dilakukan oleh Allah terhadap anakNya yang berdosa sebetulnya bukan ‘menghukum’, tetapi ‘menghajar’. Dan kalau Ia menghajar, seharusnya tujuannya adalah untuk memperbaiki anak yang Ia hajar itu (bdk. Ibr 12:5-11). Dalam hal pemberian ‘hukuman mati’, atau lebih tepat ‘hajaran mati’, seperti ini, bagaimana mungkin orang itu menjadi lebih baik? Buah kebenaran apa yang dihasilkan oleh anak Tuhan yang dihukum / dihajar mati? Apakah mungkin hajaran itu diberikan hanya demi kepentingan orang-orang lain? Kalau demikian, bagaimana mengharmoniskannya dengan Ibrani 12:11? 

Ibrani 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya”. 

c) Bahwa singa itu membunuh abdi Allah dari Yehuda yang saleh, tetapi tidak mengapa-apakan nabi tua brengsek yang mendustainya, membuktikan akan adanya kehidupan yang akan datang, dimana setiap orang akan menerima hukuman dan pahala yang betul-betul adil. 

Pulpit Commentary: “The deceived dies; the deceiver lives. The lion which slew the comparatively innocent man of God would not touch the lying prophet. ... What an illustration this of the strange confusion of this present life (cf. Psa. 69, 73, &c.); what a proof of a life to come, where each shall receive his just recompense of reward!” [= Yang ditipu mati; yang menipu hidup. Singa yang membunuh abdi Allah yang secara relatif tidak bersalah, tidak mau menyentuh nabi yang berdusta. ... Ini betul-betul merupakan suatu ilustrasi tentang kekacauan yang aneh dari hidup sekarang ini (bdk. Mazmur 69, 73, dsb); betul-betul suatu bukti tentang kehidupan yang akan datang, dimana setiap orang akan menerima imbalan pahala yang adil!] - hal 305. 

Memang dalam hidup yang sekarang ini ada banyak ketidak-adilan. Melihat adanya ketidak-adilan ini saudara bisa memikirkan salah satu dari 2 hal di bawah ini: 

1. Allah itu tidak adil. 

Kalau saudara memilih ini, ingatlah bahwa ini membuktikan bahwa Allah itu bukan Allah, dan dengan demikian Allah itu sebetulnya tidak ada. 

2. Akan adanya penghakiman akhir jaman, dimana semua ketidak-adilan dalam hidup ini akan diadili, dan bahkan akan kehidupan yang akan datang, dimana akan terlihat bahwa semua betul-betul adil. 

Bdk. Lukas 16:19-25 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”. 

Semua orang yang waras harus memilih pilihan yang kedua! 

3) “(25b) Dan mereka menceriterakannya di kota tempat kediaman nabi tua itu. (26) Ketika hal itu kedengaran kepada nabi yang telah membujuk dia berbalik kembali, ia berkata: ‘Dialah abdi Allah yang telah memberontak terhadap titah TUHAN. TUHAN menyerahkan dia kepada singa, yang mencabik dan membunuhnya sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya kepadanya.’ (27) Lalu berbicaralah ia kepada anak-anaknya: ‘Pelanailah keledai bagiku.’ Dan mereka memelanainya. (28) Kemudian ia pergi dan menemukan mayat orang itu tercampak di jalan, sedang keledai dan singa berdiri di sampingnya. Singa itu tidak memakan mayat itu dan tidak mencabik keledai itu. (29) Nabi tua itu mengangkat mayat abdi Allah itu, menaruhnya ke atas keledai dan membawanya kembali ke kotanya sendiri untuk diratapi dan dikuburkan. (30) Mayat orang itu dikuburkannya di dalam kuburnya sendiri, maka diratapilah dia: ‘Wahai, saudaraku!’”. 

Betul-betul aneh, bahwa nabi tua yang tadinya secara sengaja mendustai / menyesatkan abdi Allah dari Yehuda itu, sekarang menguburkan mayatnya sambil menangisinya, dan menyebutnya sebagai saudaranya. Mengapa bisa demikian? 

Matthew Henry: “It would well have become him to ask why the lion was not sent against him and his house, rather than against the good man whom he had cheated. ... Perhaps when he cheated him into his ruin he intended to laugh at him; yet now his conscience so far relents that he weeps over him” (= Adalah baik baginya seandainya ia bertanya mengapa singa itu tidak dikirim terhadap dia dan rumah / keluarganya, dan bukannya terhadap orang yang baik / saleh yang telah ia tipu. ... Mungkin pada waktu ia menipunya ke dalam kehancurannya, ia bermaksud untuk menertawakannya; tetapi sekarang hati nuraninya begitu menyesal sehingga ia menangisinya). 

1 Raja-Raja 13: 31-32: “(31) Setelah ia menguburkannya, ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Kalau aku mati, kuburkanlah aku dalam kubur ini bersama dengan abdi Allah itu, dan taruhlah tulang-tulangku di sisi tulang-tulangnya. (32) Sebab perkataan yang atas perintah TUHAN telah diserukannya terhadap mezbah yang di Betel itu dan terhadap segala kuil di bukit-bukit pengorbanan yang di kota-kota Samaria akan betul-betul terjadi.’”. 

1) “Setelah ia menguburkannya, ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Kalau aku mati, kuburkanlah aku dalam kubur ini bersama dengan abdi Allah itu, dan taruhlah tulang-tulangku di sisi tulang-tulangnya” (ay 31). 

Mengapa nabi tua itu ingin dikuburkan dengan abdi Allah dari Yehuda itu? 

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Bury me in the sepulchre wherein the man of God is buried.’ His motive in making this request was either that his remains might not be disturbed when the predicted events took place (see the notes at 2 Kin. 23:18), or he had some superstitious hope of being benefited at the resurrection by being in the same grave with a man of God” [= ‘Kuburkanlah aku dalam kubur dimana abdi Allah itu dikuburkan’. Motivasinya untuk membuat permintaan ini adalah supaya jenazahnya bisa tidak diganggu pada waktu peristiwa yang dinubuatkan terjadi (lihat catatan pada 2Raja 23:18), atau karena ia mempunyai pengharapan yang bersifat takhyul bahwa ia akan mendapatkan keuntungan / manfaat dengan berada dalam kubur yang sama dengan seorang abdi Allah]. 

Bdk. 2Raja-Raja 23:16-18 - “(16) Dan ketika Yosia berpaling, dilihatnyalah kuburan-kuburan yang ada di gunung di sana, lalu menyuruh orang mengambil tulang-tulang dari kuburan-kuburan itu, membakarnya di atas mezbah dan menajiskannya, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diserukan oleh abdi Allah yang telah menyerukan hal-hal ini. (17) Ia berkata: ‘Apakah tanda keramat yang kulihat ini?’ Lalu orang-orang di kota itu menjawab dia: ‘Itulah kuburan abdi Allah yang sudah datang dari Yehuda dan yang telah menyerukan segala hal yang telah kaulakukan terhadap mezbah Betel ini!’ (18) Lalu katanya: ‘Biarkanlah itu, janganlah ada orang yang menjamah tulang-tulangnya!’ Jadi mereka tidak mengganggu tulang-tulangnya dan tulang-tulang nabi yang telah datang dari Samaria itu”. 

2) “Sebab perkataan yang atas perintah TUHAN telah diserukannya terhadap mezbah yang di Betel itu dan terhadap segala kuil di bukit-bukit pengorbanan yang di kota-kota Samaria akan betul-betul terjadi.’” (1Raja-raja 12: 32). 

a) ‘terhadap segala bukit pengorbanan’. 

Keil & Delitzsch: “There is a prophetic element in the words ‘upon all the houses of the high places,’ etc., inasmuch as the only other erection at that time beside the one at Bethel was a temple of the high places at Dan. But after such a beginning the multiplication of them might be foreseen with certainty, even without any higher illumination” [= Ada elemen nubuatan dalam kata-kata ‘terhadap segala bukit-bukit pengorbanan’ (bentuk jamak), dsb, karena pada saat itu satu-satunya pendirian (bukit pengorbanan) yang lain disamping bukit pengorbanan di Betel adalah kuil bukit pengorbanan di Dan. Tetapi setelah permulaan yang seperti itu, penggandaan dari bukit-bukit pengorbanan itu dilihat lebih dulu dengan suatu kepastian, bahkan tanpa pencerahan yang lebih tinggi]. 

Catatan: maksud dari bagian yang saya garis-bawahi mungkin adalah bahwa tanpa terang khusus dari Tuhan, dan hanya dengan menggunakan logika biasa, orang bisa meramalkan terjadinya hal itu. 

b) ‘kota-kota Samaria’. 

Keil & Delitzsch: “The expression ‘cities of Samaria’ belongs to the author of these books, and is used proleptically of the kingdom of the ten tribes, which did not receive this name till after the building of the city of Samaria as the capital of the kingdom and the residence of the kings of Israel (1 Kin 16:24)” [= Ungkapan ‘kota-kota Samaria’ merupakan milik dari pengarang dari kitab-kitab ini (kitab Raja-raja), dan digunakan secara antisipasi tentang kerajaan dari 10 suku itu, yang tidak menerima nama itu sampai setelah pembangunan kota Samaria sebagai ibu kota dari kerajaan dan tempat tinggal dari raja-raja Israel (1Raja-raja 16:24)]. 

Matthew Henry: “The cities of Israel are here called ‘cities of Samaria,’ though that name was not yet known; for, however the old prophet spoke, the inspired historian wrote in the language of his own time” [= Kota-kota Israel di sini disebut ‘kota-kota Samaria’, sekalipun nama itu belum dikenal; karena tak peduli apa yang diucapkan nabi tua itu, ahli sejarah yang diilhami (penulis dari kitab Raja-raja) menulis dalam bahasa dari jamannya sendiri]. 

Barnes’ Notes: “The word ‘Samaria’ cannot have been employed by the old prophet, in whose days Samaria did not exist (1 Kings 16:24). The writer of Kings has substituted for the term used by him that whereby the country was known in his own day” [= Kata ‘Samaria’ tidak bisa digunakan oleh nabi tua itu, dalam jaman siapa Samaria belum ada (1Raja-raja 16:24). Penulis dari Raja-raja telah menggantikan istilah yang ia gunakan dengan istilah dengan mana negara itu dikenal pada jamannya sendiri]. 

c) “Sebab perkataan yang atas perintah TUHAN telah diserukannya ... akan betul-betul terjadi.’”. 

Ini merupakan suatu peneguhan dari nabi tua ini terhadap nubuat yang telah disampaikan oleh abdi Allah dari Yehuda kepada Yerobeam dalam ay 2, dan ini menyebabkan adanya orang-orang yang menganggap nabi tua ini sebagai betul-betul seorang nabi. 

Keil & Delitzsch: “The conduct of the old prophet at Bethel appears so strange, that Josephus and the Chald., and most of the Rabbins and of the earlier commentators both Catholic and Protestant, have regarded him as a false prophet, who tried to lay a trap for the prophet from Judah, in order to counteract the effect of his prophecy upon the king and the people. But this assumption cannot be reconciled with either the divine revelation which came to him at the table, announcing to the Judaean prophet the punishment of his transgression of the commandment of God, and was so speedily fulfilled (vv. 20-24); or with the honour which he paid to the dead man after this punishment had fallen upon him, by burying him in his own grave; and still less with his confirmation of his declaration concerning the altar at Bethel (vv. 29-32). We must therefore follow Ephr. Syr., Theodor., Hengstenberg, and others, and regard the old prophet as a true prophet, who with good intentions, and not ‘under the influence of human envy’ (Thenius), but impelled by the desire to enter into a closer relation to the man of God from Judah and to strengthen himself through his prophetic gifts, urged him to enter his house. The fact that he made use of sinful means in order to make more sure of securing the end desired, namely, of the false pretence that he had been directed by an angel to do this, may be explained, as Hengstenberg suggests (Dissert. vol. ii. p. 149), on the ground that when Jeroboam introduced his innovations, he had sinned by keeping silence, and that the appearance of the Judaean prophet had brought him to a consciousness of this sin, so that he had been seized with shame on account of his fall, and was anxious to restore himself to honour in his own eyes and those of others by intercourse with this witness to the truth” [= Tingkah laku dari nabi tua di Betel itu begitu aneh, sehingga Josephus dan orang-orang Kasdim / Kitab Suci Kasdim dan kebanyakan Rabi-rabi dan penafsir-penafsir mula-mula, baik Katolik maupun Protestan, telah menganggapnya sebagai seorang nabi palsu, yang mencoba untuk meletakkan suatu jerat untuk nabi dari Yehuda ini, untuk menetralkan pengaruh / akibat dari nubuatnya terhadap raja dan bangsa itu. Tetapi anggapan ini tidak bisa didamaikan dengan wahyu ilahi yang datang kepadanya di meja, yang mengumumkan kepada nabi Yehuda itu hukuman dari pelanggarannya terhadap perintah Allah, dan yang digenapi dengan begitu cepat (1Raja-raja 12: 20-24); atau dengan kehormatan yang ia berikan kepada orang yang mati itu setelah hukuman ini jatuh kepadanya, dengan menguburkannya dalam kuburnya sendiri; dan lebih-lebih dengan peneguhannya tentang pernyataannya mengenai mezbah di Betel (ay 29-32). Karena itu kita / kami harus mengikuti Ephr. Syr., Theodor., Hengstenberg, dan yang lain-lain, dan menganggap nabi tua itu sebagai seorang nabi asli, yang dengan maksud baik, dan bukan ‘ada di bawah pengaruh dari rasa iri hati manusia’ (Thenius), tetapi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan hubungan yang lebih dekat dengan abdi Allah dari Yehuda itu, dan untuk menguatkan dirinya sendiri melalui karunia nubuatnya, mendesaknya untuk masuk ke rumahnya. Fakta bahwa ia menggunakan cara yang berdosa untuk lebih memastikan tujuan yang diinginkannya, yaitu, dengan kepura-puraan palsu bahwa ia telah diarahkan oleh seorang malaikat untuk melakukan hal ini, bisa dijelaskan, seperti diusulkan oleh Hengstenberg (Dissert. vol. ii. hal. 149), berdasarkan fakta dimana pada waktu Yerobeam memperkenalkan pembaharuan / perubahannya, ia telah berdosa dengan berdiam diri, dan munculnya nabi Yehuda ini telah membawanya pada kesadaran akan dosa ini, sehingga ia telah dicengkeram oleh rasa malu karena kejatuhannya, dan sangat ingin untuk memulihkan kehormatan dirinya sendiri dalam pandangannya sendiri dan orang-orang lain dengan hubungan dengan saksi kebenaran ini]. 

1 Raja-Raja 13: 33-34: “(33) Sesudah peristiwa inipun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan. (34) Dan tindakan itu menjadi dosa bagi keluarga Yerobeam, sehingga mereka dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi”. 

1) “Sesudah peristiwa inipun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan” (ay 33). 

a) Yerobeam tidak bertobat. 

Sudah jelas Yerobeam tidak mungkin bertobat, karena kalau ia bertobat, maka nubuat nabi dari Yehuda itu tak akan terjadi. 

b) Yerobeam melanjutkan dosanya. 

1. Dosa Yerobeam mula-mula digambarkan dalam 1Raja 12:28-31. 

1Raja-Raja 12:28-31 - “(28) Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. (30) Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain. (31) Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi”. 

Bandingkan ay 31nya dengan terjemahan dari KJV dan NIV di bawah ini. 

KJV: ‘And he made an house of high places, and made priests of the lowest of the people, which were not of the sons of Levi’ (= Dan ia membuat suatu rumah / kuil bukit pengorbanan, dan membuat imam-imam dari orang-orang yang paling rendah, yang bukan anak-anak Lewi). 

NIV: ‘Jeroboam built shrines on high places and appointed priests from all sorts of people, even though they were not Levites’ (= Yerobeam membangun kuil-kuil di bukit-bukit pengorbanan dan menetapkan imam-imam dari semua jenis orang, sekalipun mereka bukan dari suku Lewi). 

Adam Clarke (tentang 1Raja 12:31): “‘Made priests of the lowest of the people.’ He took the people indifferently as they came, and made them priests, ... without troubling himself whether they were of the family of Aaron or the house of Levi, or not” (= ‘Membuat imam-imam dari orang-orang yang paling rendah’. Ia mengambil orang-orang biasa, dan membuat mereka imam-imam, ... tanpa mempersoalkan apakah mereka berasal dari keluarga Harun atau Lewi, atau tidak). 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 1Raja-raja 12:31): “‘Made priests of the lowest of the people,’ kohªniym miqtsowt haa`aam - ‘from the extremities of the people;’ i. e., out of all the people” (= ‘Membuat imam-imam dari orang-orang yang paling rendah’, kohªniym miqtsowt haa`aam - ‘dari orang-orang yang paling jauh’; yaitu, dari semua bangsa itu). 

Barnes’ Notes (tentang 1Raja 12:31): “‘Made priests of the lowest of the people.’ More correctly, ‘from all ranks of the people.’” (= ‘Membuat imam-imam dari orang-orang yang paling rendah’. Lebih tepat, ‘dari semua tingkat dari bangsa itu’). 

2. Sekarang, dalam 1Raja 13:33 ini dinyatakan bahwa Yerobeam tidak bertobat, tetapi melanjutkan dosa tersebut. 

1 Raja-Raja 13: 33: “Sesudah peristiwa inipun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan”. 

a. Yerobeam tidak bertobat. 

Matthew Henry: “The obstinacy of Jeroboam in his idolatry (v. 33): He returned not from his evil way; some hand was found that durst repair the altar God had rent, and then Jeroboam offered sacrifice on it again, and the more boldly because the prophet who disturbed him before was in his grave ... and because the prophecy was for a great while to come” [= Kekeras-kepalaan Yerobeam dalam penyembahan berhalanya (ay 33). Ia tidak bertobat dari jalannya yang jahat; ditemukan tangan-tangan yang berani memperbaiki mezbah yang dipecahkan oleh Allah, dan lalu Yerobeam mempersembahkan korban di atasnya lagi, dan dengan makin berani karena sang nabi yang mengganggunya sebelumnya ada dalam kuburnya ... dan karena nubuat itu baru akan terjadi lama setelah itu]. 

b. Yerobeam mengangkat lagi imam-imam dari kalangan orang biasa. 

1Raja-raja 12: 33: “tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan”. 

KJV: ‘but made again of the lowest of the people priests of the high places: whosoever would, he consecrated him, and he became [one] of the priests of the high places’ (= tetapi membuat lagi dari orang-orang yang paling rendah dari bangsa itu imam-imam bukit-bukit pengorbanan: siapapun yang mau, ditahbiskannya, dan ia menjadi salah satu imam dari bukit-bukit pengorbanan). 

RSV: ‘but made priests for the high places again from among all the people; any who would, he consecrated to be priests of the high places’ (= tetapi membuat imam-imam untuk bukit-bukit pengorbanan lagi dari antara semua bangsa itu; siapapun yang mau, ditahbiskannya menjadi imam-imam dari bukit-bukit pengorbanan). 

NIV: ‘but once more appointed priests for the high places from all sorts of people. Anyone who wanted to become a priest he consecrated for the high places’ (= tetapi sekali lagi menetapkan imam-imam untuk bukit-bukit pengorbanan dari semua jenis orang. Siapapun yang mau menjadi seorang imam ditahbiskannya untuk bukit-bukit pengorbanan). 

NASB: ‘but again he made priests of the high places from among all the people; any who would, he ordained, to be priests of the high places’ (= tetapi membuat lagi imam-imam bukit-bukit pengorbanan dari antara semua bangsa itu; siapapun yang mau, ditahbiskannya, untuk menjadi imam-imam dari bukit-bukit pengorbanan). 

Catatan: KJV menterjemahkan secara paling berbeda; dalam KJV ada kata ‘lowest’ (= terendah). Tetapi dalam pembahasan 1Raja-raja 12:31 di atas, kita sudah melihat arti sebenarnya dari kata-kata tersebut. 
EKSPOSISI 1 RAJA-RAJA 13:1-34
Adam Clarke: “‘Made again of the lowest of the people priests.’ in the formation of his priesthood, he seems to have gone aside from all models. Amongst the worst of pagans, the priesthood was filled with respectable men; but Jeroboam took of the lowest of the people, and put them in that office” (= ‘Membuat lagi imam-imam dari orang-orang yang paling rendah’. Dalam pembentukan ke-imam-annya, ia kelihatannya telah menyimpang dari semua model. Di antara orang-orang kafir yang paling buruk, ke-imam-an diisi dengan orang-orang yang terhormat; tetapi Yerobeam mengambil orang-orang yang paling rendah, dan meletakkan mereka dalam jabatan itu). 

Adam Clarke: “‘Whosoever would, he consecrated him.’ He made no discrimination: any vagabond that offered was accepted even of those who had no character, who were too idle to work, and too stupid to learn” (= ‘Siapapun yang mau, ia mentahbiskannya’. Ia tidak membeda-bedakan: pengembara / gelandangan manapun yang menawarkan diri diterima, bahkan dari mereka yang tidak mempunyai karakter, yang terlalu malas untuk bekerja, dan terlalu bodoh untuk belajar). 

2) “Dan tindakan itu menjadi dosa bagi keluarga Yerobeam, sehingga mereka dilenyapkan dan dipunahkan dari muka bumi” (1 Raja-Raja 13: 34). 

Mari kita perhatikan mengapa mula-mula Yerobeam sampai melakukan dosa ini. 

1Raja-Raja 12:26-29 - “(26) Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: ‘Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. (27) Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.’ (28) Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan”. 

Sebelumnya Tuhan telah menjanjikan keamanan mahkota itu, kalau ia hidup sesuai kehendak Tuhan. 

1Raja-raja 11:38 - “Dan jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mataKu dengan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintahKu seperti yang telah dilakukan oleh hambaKu Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan memberikan orang Israel kepadamu”. 

Tetapi ternyata, untuk menjamin keamanan mahkota kerajaannya, Yerobeam justru melakukan dosa, dengan menciptakan ibadah baru / penyembahan berhala itu. Ini ia ciptakan, jelas bukan karena ia menganggapnya sebagai suatu kebenaran, tetapi hanya karena latar belakang politik. 

Barnes’ Notes: “He was not a man content to remain quiet, trusting simply to the promise made him (1 Kings 11:38). Hence, he gave way to the temptation of helping forward the plans of Providence by the crooked devices of a merely human policy” [= Ia bukan orang yang puas untuk tinggal diam, hanya percaya pada janji yang diberikan kepadanya (1Raja 11:38). Karena itu, ia menyerah pada pencobaan untuk membantu rencana dari providensia oleh muslihat yang bengkok dari semata-mata politik manusia]. 

Matthew Henry: “He was distrustful of the promise of God, could not take his word that, if he would keep close to his duty, God would build him a sure house (1Kin 11:38); but he would contrive ways and means, and sinful ones too, for his own safety. A practical disbelief of God’s all-sufficiency is at the bottom of all our treacherous departures from him” [= Ia tidak percaya pada janji Allah, tidak bisa menerima kata-kataNya bahwa, jika ia dekat pada kewajibannya, Allah akan membangun baginya keluarga yang teguh (1Raja-raja 11:38); tetapi ia membuat / menyusun jalan dan cara, yang berdosa, demi keamanannya sendiri. Ketidak-percayaan praktis tentang kecukupan Allah merupakan dasar dari semua penyimpangan yang bersifat pengkhianatan dari Dia]. 


Adam Clarke: “This was not the last time that religion was made a state engine to serve political purposes” (= Ini bukan yang terakhir kalinya bahwa agama dijadikan mesin negara untuk melayani tujuan-tujuan politik). 

Sekarang ia dengan keras kepala mempertahankan dosa itu. Rupanya ia tetap beranggapan bahwa dosa itu bisa menjaga keamanan mahkotanya. Tetapi ay 34 ini menunjukkan bahwa dosa yang ia anggap bisa menjamin mahkota kerajaannya itu, ternyata justru menjadi penyebab kehancuran mahkotanya. 

Matthew Henry: “he promised himself that the calves would secure the crown to his family, but it proved they lost it, and sunk his family. Those betray themselves that think by any sin to support themselves” (= ia menjanjikan kepada dirinya sendiri bahwa anak-anak lembu itu akan mengamankan / menjamin mahkota bagi keluarganya, tetapi terbukti bahwa anak-anak lembu itu menghilangkan mahkota itu, dan menenggelamkan keluarganya. Mereka yang mengira bahwa ada dosa apapun yang bisa menopang diri mereka sendiri, mengkhianati diri mereka sendiri). 

Adam Clarke: “A holy priesthood, a righteous ministry, is a blessing to any state, because it has a most powerful effect on the morals of the community; inducing order, sobriety, and habits of industry among the people: on the contrary, the profligacy of the clergy, and false principles of religion, are the most likely to unsettle a kingdom, and to bring about destructive revolutions in the state” (= Suatu ke-imam-an yang kudus, suatu pelayanan / kependetaan yang benar, merupakan suatu berkat bagi negara manapun, karena itu mempunyai suatu pengaruh yang paling kuat pada moral dari masyarakat; menyebabkan keteraturan, kewarasan, dan kebiasaan yang rajin di antara bangsa: sebaliknya, kebejatan dari kependetaan, dan prinsip-prinsip agama yang salah, adalah yang paling mungkin untuk menggoncangkan suatu kerajaan, dan menyebabkan revolusi yang bersifat menghancurkan dalam negara). 


Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post