LIMITED ATONEMENT / PENEBUSAN TERBATAS - SEMUA ORANG

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Kristus mati untuk semua orang / setiap orang.

John Owen: “The second argument, wherewith our adversaries make no less flourish than with the former, is raised from those places of Scripture where there is mention made of all men and every man, in the business of redemption. With these bare and naked words, attended with swelling, vain expressions of their own, they commonly rather proclaim a victory than study how to prevail” (= Argumentasi yang kedua, dengan mana musuh-musuh kita tumbuh dengan subur, sama seperti dengan argumentasi yang terdahulu, didapatkan dari tempat-tempat dalam Kitab Suci dimana disebutkan tentang ‘semua orang’ dan ‘setiap orang’, dalam pekerjaan penebusan. Dengan kata-kata telanjang ini, disertai dengan pernyataan-pernyataan yang sombong dan sia-sia dari mereka sendiri, mereka secara umum lebih memproklamirkan suatu kemenangan dari pada belajar bagaimana untuk menang) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 343.

Contoh ayat-ayat yang dipakai dalam argumentasi kedua ini:
· 2 Korintus 5:14,15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
LIMITED ATONEMENT / PENEBUSAN TERBATAS - SEMUA ORANG
education, business
· 1Timotius 2:3-6 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”.

· Titus 2:11 - “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.

· Ibrani 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia”.

· 2Petrus 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.

· Satu ayat lain yang mirip dengan ayat-ayat di atas ini adalah Kolose 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

Jawaban terhadap argumentasi ini:

a) Dalam Kitab Suci, kata ‘semua’ tidak selalu berarti ‘semua’; seringkali artinya adalah ‘semua elect / orang dalam Kristus’.

Ini sebetulnya juga berlaku dalam pembicaraan sehari-hari. Misalnya kalau dalam suatu kelas saya berkata: ‘Semua diam!’, maka tentu saya tidak memaksudkan semua orang dalam dunia tanpa kecuali, tetapi hanya memaksudkan ‘semua orang yang ada di dalam kelas’. Jadi, kata ‘semua’ harus ditafsirkan sesuai dengan kontextnya!

Dalam semua ayat-ayat di bawah ini, kalau kata ‘semua’ betul-betul diartikan ‘semua’, maka ini akan menjadi ajaran Universalisme.

1. Yohanes 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu”.

Calvin (tentang Yoh 12:32): “‘I will draw all men to myself.’ The word ‘all,’ which he employs, must be understood to refer to the children of God, who belong to his flock. Yet I agree with Chrysostom, who says that Christ used the universal term, all, because the Church was to be gathered equally from among Gentiles and Jews, according to that saying, ‘There shall be one shepherd, and one sheepfold,’ (John 10:16.)” [= ‘Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu’. Kata ‘semua’, yang ia gunakan, harus dimengerti menunjuk kepada anak-anak Allah, yang termasuk dalam kawanan dombaNya. Tetapi saya setuju dengan Chrysostom, yang mengatakan bahwa Kristus menggunakan istilah universal, ‘semua’, karena Gereja harus dikumpulkan secara sama dari orang-orang non Yahudi dan dari orang-orang Yahudi, sesuai dengan kata-kata ‘mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala’, (Yoh 10:16).].

Dalam penafsiran tentang Yoh 12:32 ini, bahkan Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian, juga menafsirkan seperti Calvin, dan menganggap bahwa kata-kata ‘semua orang’ di sini menunjuk kepada orang Yahudi dan orang non Yahudi.

Adam Clarke (tentang Yoh 12:32): “‘I, if I be lifted up from the earth, will draw all men unto me.’ After I shall have died and risen again, by the preaching of my word and the influence of my Spirit, I shall attract and illuminate both Jews and Gentiles” (= Aku, jika Aku ditinggikan dari bumi, akan menarik semua orang kepadaKu’. Setelah Aku mati dan bangkit lagi, oleh pemberitaan firmanKu dan pengaruh dari RohKu, Aku akan menarik dan mencerahi baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi).

Tetapi Lenski, yang juga adalah seorang Arminian, memberikan penafsiran yang berbeda dengan yang diberikan oleh Adam Clarke.

Lenski (tentang Yoh 12:32): “This is the drawing exerted by grace through the means of grace (Word and Sacrament), alike in effectiveness and seriousness for all men, not in any way limited on God’s part. Yet here, as in 6:37; 6:44; 10:16; 11:52, and other connections, Jesus is speaking of this universal and unlimited grace only in so far as it succeeds in actually drawing men from the world to himself. All are alike drawn, but by their perverse obduracy many nullify all the power of grace and harden themselves in unbelief (Matt. 23:37), while others, in equal sin and guilt, are converted by this same power of grace. Why some are thus lost and others won, all being under the same grace, constitutes a mystery insoluble by our minds, about which we know only this, that those who are lost are lost solely by their own guilt, while those who are won are won solely by divine grace” [= Ini adalah tarikan digunakan oleh kasih karunia dan cara / jalan kasih karunia (Firman dan Sakramen), sama dalam ke-efektif-annya dan ke-serius-annya untuk semua orang, tidak dibatasi dengan cara apapun dari pihak Allah. Tetapi di sini, seperti dalam Yohanes 6:37; 6:44; 10:16; 11:52, dan hubungan-hubungan yang lain, Yesus sedang berbicara tentang kasih karunia yang bersifat universal dan tak terbatas ini hanya sejauh itu berhasil dalam betul-betul menarik orang-orang dari dunia kepada diriNya sendiri. Semua orang ditarik secara sama, tetapi oleh kekerasan hati mereka yang suka menentang, banyak orang meniadakan / menghapuskan semua kuasa dari kasih karunia dan mengeraskan diri mereka sendiri dalam ketidak-percayaan (Matius 23:37), sedangkan orang-orang lain, dalam dosa dan kesalahan yang sama / setara, dipertobatkan oleh kuasa dari kasih karunia yang sama. Mengapa sebagian terhilang dan yang lain dimenangkan seperti itu, padahal semua ada di bawah kasih karunia yang sama, merupakan suatu misteri yang tidak bisa dipecahkan oleh pikiran kita, tentang mana kita hanya mengetahui hal ini, bahwa mereka yang terhilang, terhilang semata-mata oleh kesalahan mereka sendiri, sedangkan mereka yang dimenangkan, dimenangkan semata-mata oleh kasih karunia ilahi].

Yoh 6:37,44 - “(37) Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang. ... (44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.

Yohanes 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”.

Yohanes 11:52 - “dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.

Matius 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau”.

Ada beberapa hal yang ingin saya berikan sebagai jawaban terhadap tafsiran Lenski di atas:

a. Kata ‘menarik’ yang digunakan dalam Yoh 12:32 ini dalam bahasa Yunani adalah HELKUO, dan hanya muncul 7 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Yohanes 6:44 Yohanes 12:32 Yohanes 18:10 Yohanes 21:6 Yoh 21:11 Kis 16:19 Kis 21:30 Yakobus 2:6. Dan dalam setiap kasus dari 7 kasus ini tak satupun penarikan itu gagal untuk menarik! Jadi, kalau dalam Yoh 12:32 dikatakan bahwa kuasa kasih karunia menarik tetapi gagal karena sikap tegar tengkuk dari orang yang ditarik, itu merupakan omong kosong. Lenski mengatakan Allahnya serius dalam menarik, tetapi manusia bisa menahan / menolak! Seakan-akan ada pertandingan tarik tambang, antara Allah melawan manusia, dan manusianya yang menang! Betul-betul menggelikan!

Catatan: bagian ini akan saya jelaskan secara lebih mendetail dalam pembahasan point ke 4 dari TULIP yaitu Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).

b. Lenski mengatakan bahwa tarikan dari kuasa kasih karunia itu sama efektifnya maupun seriusnya terhadap semua orang, tetapi hasilnya bisa berbeda. Ini merupakan pernyataan yang kontradiksi, karena kalau efektif, pasti berhasil!

c. Lenski mengatakan bahwa tarikannya sama efektifnya maupun seriusnya, dan tak ada beda sama sekali antara penarikan terhadap satu orang dan orang yang lain. Juga orang-orang yang ditarik sama dalam dosa dan kesalahannya. Tetapi hasilnya bisa berbeda, ada yang dimenangkan dan ada yang terhilang. Ini ia katakan sebagai suatu misteri yang tak bisa dipecahkan. Dan ia menambahkan bahwa hanya satu hal yang bisa dipastikan, yaitu bahwa mereka yang terhilang, terhilang oleh kesalahan mereka sendiri, dan mereka yang dimenangkan, dimenangkan semata-mata oleh kasih karunia Allah. Menurut saya, ini semua merupakan kontradiksi! Dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan:
(1)Kalau Allahnya bekerja secara sama dalam diri setiap orang, lalu ada yang dimenangkan dan ada yang terhilang, maka orang yang dimenangkan lebih baik dari orang yang terhilang, dan ini boleh dikatakan merupakan ajaran sesat ‘keselamatan karena perbuatan baik’!
(2)Kalau orangnya sama jahatnya, dan ada yang dimenangkan dan ada yang terhilang, maka harus disimpulkan bahwa Allah bekerja secara berbeda terhadap orang-orang itu. Ini boleh dikatakan merupakan ajaran Calvinisme.

Kesimpulan saya: sebetulnya Lenski hanya bisa memilih, mau menerima ajaran sesat ‘keselamatan karena perbuatan baik’, atau menerima Calvinisme. Ia menolak semua itu, dengan dalih bahwa itu merupakan suatu misteri yang tidak bisa dipecahkan!

2. Kis 2:17-18 - “(17) Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat”.

Kata ‘manusia’ di sini secara hurufiah adalah ‘daging’ (KJV: ‘flesh’). Dalam bahasa Yunani digunakan kata SARX yang artinya memang ‘daging’. Jadi, kalau ini mau diartikan semua manusia, akan berarti bahwa Roh Kudus dicurahkan bukan hanya kepada orang percaya tetapi juga kepada orang yang tidak percaya! Ini jelas mustahil, karena Kitab Suci secara sangat jelas mengatakan bahwa dalam jaman Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan hanya kepada semua orang percaya saja.
Bandingkan dengan:

· Yohanes 7:38-39 - “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.

· Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
· Efesus 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.

Calvin (tentang Kis 2:17): “‘Upon all flesh.’ It appeareth, by that which followeth, of what force this generality is; for, first, it is set down generally, ‘all flesh;’ after that the partition is added, whereby the prophet doth signify that there shall be no difference of age or kind, but that God admitteth all, one with another, unto the partaking of his grace. It is said, therefore, ‘all flesh,’ because both young and old, men and women, are thereby signified” (= ‘Kepada semua daging / manusia’. Terlihat dengan jelas, oleh apa yang mengikutinya, tentang / dari apa kelompok orang yang umum ini; karena, mula-mula itu diletakkan secara umum, ‘semua daging’; setelah itu sekat / dinding pemisah ditambahkan, dengan mana sang nabi memberitahukan bahwa di sana tidak ada perbedaan tentang umur atau jenis, tetapi bahwa Allah menerima semua, satu dengan yang lain, pada pengambilan bagian dari kasih karuniaNya. Karena itu, dikatakan, ‘semua daging / manusia’, karena baik muda dan tua, laki-laki dan perempuan, dimaksudkan dengan itu).

Penjelasan: kata-kata Calvin di atas ini agak sukar untuk dimengerti, dan karena itu saya ingin menjelaskannya dengan kata-kata saya sendiri. Ia memaksudkan bahwa setelah kata-kata ‘semua daging / manusia ‘ itu muncul, lalu dinyatakan berbagai-bagai jenis orang (ay 17b-18), yaitu ‘anak-anakmu laki-laki’, ‘anak-anakmu perempuan’, ‘teruna-terunamu’, ‘orang-orangmu yang tua’, ‘hamba-hambaKu laki-laki’ dan ‘hamba-hambaKu perempuan’. Jadi, yang dimaksudkan dengan ‘semua daging / manusia’ ini adalah manusia dari bermacam-macam / semua jenis.

Calvin melanjutkan lagi, tetapi kata-katanya lebih ruwet lagi, sehingga di bawah saya berikan tanpa terjemahan, dan di sini saya memberikannya dengan kata-kata saya. Dalam jaman Perjanjian Lama Roh Kudus sudah ada dan sudah diberikan kepada manusia, tetapi hanya kepada sedikit manusia, yaitu golongan-golongan tertentu saja, seperti imam, nabi, dan raja. Jaman Perjanjian Baru sangat kontras dengan itu, karena dalam jaman Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan kepada semua orang percaya tanpa pandang bulu. Karena itu digunakan istilah ‘semua daging / manusia’.

Calvin (tentang Kis 2:17): “yet here may a question be moved, why God doth promise that unto his people, as some new and unwonted good thing, which he was wont to do for them from the beginning throughout all ages; for there was no age void of the grace of the Spirit. The answer of this question is set down in these two sentences: ‘I will pour out,’ and, ‘Upon all flesh;’ for we must here note a double contrariety, between the time of the Old and New Testament; for the pouring out (as I have said) doth signify great plenty, when as there was under the law a more scarce distribution; for which cause John also doth say that the Holy Ghost was not given until Christ ascended into heaven. ‘All flesh’ doth signify an infinite multitude, whereas God in times past did vouchsafe to bestow such plenty of his Spirit only upon a few”.

Lenski, yang adalah seorang Arminian, juga mengartikan sebagai semua orang percaya di seluruh dunia.

Lenski: “‘Upon all flesh’ is universal but not absolute; v. 38 shows both, ‘everyone’ may receive the Holy Spirit but only by repentance and faith” (= ‘ke atas semua daging’ bersifat universal tetapi tidak mutlak; ay 38 menunjukkan keduanya ‘setiap orang’ bisa menerima Roh Kudus tetapi hanya oleh pertobatan dan iman).
Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

3. Mazmur 22:28 - “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya”.
KJV: ‘All the ends of the world shall remember and turn unto the LORD: and all the kindreds of the nations shall worship before thee’ (= Semua ujung-ujung bumi akan mengingat dan kembali kepada TUHAN; dan semua keluarga dari bangsa-bangsa akan menyembah di hadapanMu).

Kalau dibaca lebih banyak, maka akan lebih menyolok lagi.
Mazmur 22:28-32 - “(28) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya. (29) Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. (30) Ya, kepadaNya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapanNya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. (31) Anak-anak cucu akan beribadah kepadaNya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. (32) Mereka akan memberitakan keadilanNya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya”.

Catatan:
a. Kata-kata ‘orang sombong’ diterjemahkan secara sama oleh RSV, tetapi KJV/ASV menterjemahkan ‘fat’ (= gemuk), dan NIV menterjemahkan ‘the rich’ (= orang kaya), dan NASB/NKJV menterjemahkan ‘the prosperous’ (= orang yang makmur). Kata-kata ini menunjuk kepada orang-orang yang kaya / berkedudukan tinggi.

b. Lalu ‘semua orang yang turun ke dalam debu’ dan ‘orang yang tidak dapat menyambung hidup’ (ay 30b) diartikan oleh Calvin sebagai orang yang begitu rendah / hina sehingga kelihatannya seperti orang mati. Penafsir-penafsir lain (Clarke, Barnes) menafsirkan ini sebagai orang-orang yang sekarat.

c. Jelas bahwa text ini menunjuk pada semua jenis / kelompok manusia.

Calvin (tentang Mazmur 22:29): “If it is objected, that the whole world has never yet been converted, the solution is easy. A comparison is here made between that remarkable period in which God suddenly became known every where, by the preaching of the gospel, and the ancient dispensation, when he kept the knowledge of himself shut up within the limits of Judea. Christ, we know, penetrated with amazing speed, from the east to the west, like the lightning’s flash, in order to bring into the Church the Gentiles from all parts of the world” (= Jika ada keberatan, bahwa seluruh dunia belum dipertobatkan, penyelesaiannya mudah. Suatu perbandingan dibuat di sini antara periode yang hebat / luar biasa dalam mana Allah tiba-tiba menjadi dikenal dimana-mana, oleh pemberitaan Injil, dan jaman kuno, pada waktu Ia menjaga pengetahuan tentang diriNya sendiri tertutup di dalam batasan-batasan dari Yudea. Kita tahu bahwa Kristus menembus dengan kecepatan yang mengherankan, dari Timur ke Barat, seperti cahaya petir, untuk membawa ke dalam Gereja orang-orang non Yahudi dari semua bagian dari dunia).

John Owen: “The whole strength of this argument lies in the ambiguity of the word ‘all,’ which being of various significations, and to be interpreted suitably to the matter in hand and the things and persons whereof it is spoken, ... That ‘all’ or ‘all men’ do not always comprehend ‘all and every man that were, are, or shall be,’ may be made apparent by near five hundred instances from the Scripture” (= Seluruh kekuatan dari argumentasi ini terletak dalam arti yang tidak pasti dari kata ‘semua’, yang mempunyai bermacam-macam arti, dan harus ditafsirkan sesuai dengan persoalan yang sedang ditangani dan hal-hal dan orang-orang yang dibicarakan, ... Bahwa ‘semua’ atau ‘semua orang’ tidak selalu berarti ‘semua dan setiap orang, yang dahulu ada, sedang ada, atau akan ada’ bisa dibuat jelas oleh hampir 500 contoh-contoh dari Kitab Suci) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 344.

Arthur W. Pink: “In Scripture the word ‘all’ (as applied to humankind) is used in two senses - absolutely, and relatively. In some passages it means ‘all without exception’; in others it signifies ‘all without distinction’. Which of these meanings it bears in any particular passage must be determined by the context and decided by a comparison of parallel scriptures” [= Dalam Kitab Suci kata ‘semua’ (pada saat diterapkan kepada umat manusia) digunakan dalam 2 arti, secara mutlak dan secara relatif. Dalam text-text tertentu kata itu berarti ‘semua tanpa perkecualian’; dalam text-text yang lain kata itu menunjuk ‘semua tanpa perbedaan’. Yang mana dari arti-arti ini yang dikandung oleh text tertentu harus ditentukan oleh kontextnya dan diputuskan oleh perbandingan dari bagian-bagian Kitab Suci yang paralel] - ‘The Sovereignty of God’, hal 65.

Adam Clarke (tentang Maz 22:28): “The Gospel shall be preached to every nation under heaven; and all the kindred of nations, ‎mishp­chowt‎, the families of the nations: not only the nations of the world shall receive the Gospel as a revelation from God, but each family shall embrace it for their own salvation. They shall worship before Jesus the Saviour, and through him shall all their praises be offered unto God” (= Injil akan diberitakan kepada setiap bangsa di bawah langit; dan semua keluarga dari bangsa-bangsa, mishp­chowt, keluarga-keluarga dari bangsa-bangsa: bukan hanya bangsa-bangsa dari dunia akan memeluk / mempercayai Injil sebagai suatu penyataan / wahyu dari Allah, tetapi setiap keluarga akan memeluk / mempercayainya untuk keselamatan mereka sendiri. Mereka akan menyembah di hadapan Yesus sang Juruselamat, dan melalui Dia semua pujian mereka akan diberikan kepada Allah).

Catatan: ini jadi Universalisme!

b) Pembahasan Ro 5:18.
Ro 5:18 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup”.
Sebetulnya dibaca sepintas lalu saja sudah terlihat bahwa kata-kata ‘semua orang’ yang kedua (yang saya garis bawahi) tidak mungkin betul-betul diartikan ‘semua orang’, karena kalau diartikan demikian akan menimbulkan Universalisme.

Adam Clarke (tentang Ro 5:18): “‎The mercy of God, in Christ Jesus, shall have its due also; and therefore all could be put into a saved (salvable) state here” [= Belas kasihan Allah, dalam Kristus Yesus, juga akan mendapatkan haknya; dan karena itu semua orang bisa diletakkan ke dalam suatu keadaan selamat (bisa diselamatkan) di sini].

Catatan: ini jelas membengkokkan kata-kata ayat itu. Roma 5:18 mengatakan ‘oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup’. Clarke mengubahnya menjadi ‘keadaan selamat (bisa diselamatkan)’! ‘Selamat’ sangat berbeda dengan ‘bisa diselamatkan’!

John Owen mengutip penafsiran seorang yang bernama Thomas More dalam bukunya yang berjudul ‘Universality of Grace’ / ‘Ke-universal-an Kasih Karunia’ (chap. viii, p. 41) yang berkata sebagai berikut: “That Adam, in his first sin and transgression, was a public person, in the room and place of all mankind, by virtue of the covenant between God and him; so that whatever he did therein, all were alike sharers with him. So also was Christ a public person in his obedience and death, in the room and place of mankind, represented by him, even every one of the posterity of Adam” (= Bahwa Adam, dalam dosa dan pelanggaran pertamanya, merupakan seorang wakil, dalam ruangan dan tempat dari seluruh umat manusia, berdasarkan atas perjanjian antara Allah dengan dia; sehingga apapun yang ia lakukan di dalamnya, semua orang secara sama adalah pengambil-pengambil bagian dengan dia. Demikian juga Kristus adalah seorang wakil dalam ketaatan dan kematianNya, dalam ruangan dan tempat dari umat manusia, diwakili olehNya, bahkan setiap orang dari keturunan Adam) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 354.

Catatan: ini jelas merupakan pandangan Arminian / ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

John Owen menjawab sebagai berikut: “To that which concerneth Adam, we grant he was a public person in respect of all his that were to proceed from him by natural propagation; that Christ also was a public person in the room of his, and herein prefigured by Adam. But that Christ, in his obedience, death, and sacrifice, was a public person, and stood in the room and stead of all and every one in the world, of all ages and times (that is, not only of his elect and those who were given unto him of God, but also of reprobate persons, hated of God from eternity; of those whom he never knew, concerning whom, in the days of his flesh, he thanked his Father that he had hid from them the mysteries of salvation; whom he refused to pray for; who were, the greatest part of them, already damned in hell, and irrevocably gone beyond the limits of redemption, before he actually yielded any obedience), is to us such a monstrous assertion as cannot once be apprehended or thought on without horror or detestation” [= Mengenai Adam, kami mengakui bahwa ia adalah seorang wakil dari semua orang yang akan keluar darinya oleh perkembang-biakan alamiah; bahwa Kristus juga adalah wakil dalam ruang lingkupNya, dan di dalam ini dibayangkan sebelumnya oleh Adam. Tetapi bahwa Kristus, dalam ketaatan, kematian dan pengorbananNya, merupakan seorang wakil, dan menggantikan / mewakili semua dan setiap orang dalam dunia, dari semua jaman dan waktu {yaitu, bukan hanya orang-orang pilihanNya dan mereka yang diberikan kepadaNya oleh Bapa, tetapi juga orang-orang yang ditentukan untuk binasa, yang dibenci oleh Allah dari kekekalan; mereka yang tidak pernah dikenalNya, mengenai siapa, pada masa hidupNya dalam daging, Ia bersyukur kepada BapaNya bahwa Ia telah menyembunyikan dari mereka misteri keselamatan (Mat 11:25); untuk siapa Ia menolak untuk berdoa (Yoh 17:9,20); yang sebagian besar sudah dihukum di dalam neraka, dan sudah pergi melampaui batasan penebusan dan tidak bisa ditarik kembali, sebelum Ia betul-betul melakukan ketaatan apapun}, bagi kami merupakan penegasan yang mengerikan / sangat salah sehingga tidak bisa dipahami / dilihat atau dipikirkan tanpa rasa muak atau jijik] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 354.

c) Pembahasan 1Kor 15:22.
1Kor 15:22 - “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.
Catatan: kata-kata yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

Sama seperti dalam kasus Ro 5:18 di atas, kata-kata ‘semua orang’ yang kedua (yang saya beri garis bawah ganda) tidak mungkin diartikan betul-betul menunjuk kepada ‘semua orang’, karena kalau diartikan demikian, akan menimbulkan ajaran Universalisme.

Bahkan Lenski sendiri, yang adalah seorang Arminian, menafsirkan bahwa kata-kata ‘semua orang’ yang pertama betul-betul menunjuk kepada ‘semua orang’, tetapi kata-kata ‘semua orang’ yang kedua, menunjuk hanya kepada ‘orang-orang percaya’ saja.

John Owen membahasnya lebih jauh dengan memperhatikan kontexnya.
John Owen: “‘All,’ then, who by virtue of the resurrection of Christ shall be made alive, are all those who are partakers of the nature of Christ; who, verse 23, are expressly called ‘they that are Christ’s’ and of whom, verse 20, Christ is said to be the ‘first-fruits;’ and certainly Christ is not the first-fruits of the damned” (= Maka ‘semua’, yang karena kebangkitan Kristus akan dihidupkan, adalah semua mereka yang mengambil bagian dalam sifat / keadaan Kristus; yang dalam ay 23 secara jelas disebut ‘mereka yang menjadi milik Kristus’ dan tentang siapa dalam ay 20 dikatakan bahwa Kristus adalah ‘buah sulung / pertama’; dan pasti Kristus bukan merupakan buah sulung / pertama dari orang-orang yang dihukum) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 352-353.

1Kor 15:20-23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya”.
KJV: ‘(20) But now is Christ risen from the dead, and become the firstfruits of them that slept. (21) For since by man came death, by man came also the resurrection of the dead. (22) For as in Adam all die, even so in Christ shall all be made alive. (23) But every man in his own order: Christ the firstfruits; afterward they that are Christ’s at his coming’ [= (20) Tetapi sekarang Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, dan menjadi buah sulung dari mereka yang telah mati. (21) Sebab karena oleh manusia datang kematian, oleh manusia juga datang kebangkitan dari antara orang mati. (22) Karena sebagaimana dalam Adam semua mati, demikian juga dalam Kristus semua akan dihidupkan. (23) Tetapi setiap orang menurut urutannya sendiri: Kristus sebagai buah sulung / pertama; setelah itu mereka yang adalah milik Kristus pada kedatanganNya].

d) Pembahasan 2Kor 5:14-15.
2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Penafsiran Arminian.

Barnes’ Notes (tentang 2Korintus 5:14): “The phrase ‘for all,’ (uper panton,) obviously means for all mankind; for every man. This is an exceedingly important expression in regard to the extent of the atonement which The Lord Jesus made, ... it demonstrates also that the atonement was general, and had, in itself considered, no limitation, and no particular reference to any class or condition of men, and no particular applicability to one class more than to another. There was nothing in the nature of the atonement that limited it to any one class or condition; there was nothing in the design that made it, any more applicable to one portion of mankind than to another” [= Ungkapan ‘untuk semua’ (HUPER PANTON), jelas berarti untuk semua umat manusia; untuk setiap orang. Ini merupakan suatu ungkapan / pernyataan yang sangat penting berkenaan dengan luas dari penebusan yang dibuat oleh Tuhan Yesus, ... itu juga menunjukkan bahwa penebusan adalah umum, dan ditinjau dalam dirinya sendiri, tidak mempunyai batasan, dan tidak mempunyai hubungan khusus dengan golongan atau kondisi / syarat apapun dari manusia, dan tidak ada kecocokan khusus untuk satu golongan lebih dari untuk golongan yang lain. Tidak ada apapun dalam sifat dasar dari penebusan yang membatasinya pada satu golongan atau kondisi / syarat manapun; tidak ada apapun dalam rancangan yang membuatnya, lebih dapat dipakai pada satu bagian dari umat manusia dari pada bagian umat manusia yang lain] - hal 851.
Catatan: Albert Barnes bukan Arminian murni, bahkan ia lebih condong pada Calvinisme dari pada pada Arminianisme. Dari 5 points Calvinisme ia hanya menolak point ke 3 tentang ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) ini.

Adam Clarke (tentang 2Kor 5:14): “‘If one died for all, then were all dead.’ The first position the apostle takes for granted; namely, that Jesus Christ died for all mankind. This no apostolic man nor primitive Christian ever did doubt or could doubt” (= ‘Jika satu orang sudah mati untuk semua, maka semua orang sudah mati’. Posisi pertama yang dianggap pasti oleh sang rasul, yaitu bahwa Yesus Kristus telah mati untuk semua umat manusia. Ini tak seorang rasul atau orang Kristen primitif / awal pernah meragukan atau bisa meragukan).

Penafsiran Reformed.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas tentang text ini:

2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

1. 2Kor 5:14 - “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati”.

Kata ‘mati’ yang ditujukan untuk ‘semua orang’ / ‘mereka’ di sini, jelas tidak menunjuk pada kematian jasmani, tetapi kematian rohani. Dan kematian rohani ini bukan dalam arti ‘mati dalam dosa’ tetapi ‘mati terhadap dosa’.

Baik Albert Barnes, Adam Clarke, maupun Lenski, menafsirkan bahwa ‘mereka semua sudah mati’ berarti ‘semua manusia mati dalam dosa’.

Lenski (tentang 2Kor 5:14): “Christ died for all men with two mighty results: the one that all died; the other that all who live should live for him” (= Kristus mati untuk semua orang dengan dua hasil / akibat yang hebat: yang satu supaya semua orang mati; yang lain supaya semua orang yang hidup, hidup bagi Dia).

Perhatikan kata-kata Lenski yang saya garis-bawahi. Menurut saya ini penafsiran yang tidak masuk akal. Apakah Kristus mati SUPAYA semua orang mati / berdosa???? Bukankah itu terbalik??? Seharusnya ‘karena semua orang berdosa maka Kristus mati’. Jelas bahwa kata-kata ‘mereka semua sudah mati’ tidak bisa diartikan seperti penafsiran Arminian ini, yaitu ‘mati dalam dosa’. Seharusnya diartikan seperti penafsiran Reformed, yaitu ‘mati terhadap dosa’.

John Owen: “All those of whom the apostle treats are proved to be dead, because Christ died for them: ... What death is it which here is spoken of? Not a death natural, but spiritual; ... not that which is in sin, but that which is unto sin” (= Semua mereka yang dibicarakan oleh sang rasul dibuktikan sebagai mati, karena Kristus telah mati untuk mereka: ... Kematian apa yang dibicarakan di sini? Bukan kematian alamiah, tetapi kematian rohani; ... bukan kematian dalam dosa, tetapi kematian terhadap dosa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 351.

Calvin (tentang 2Kor 5:14-15): “‘If one died for all.’ This design is to be carefully kept in view - that ‘Christ died for us, that we might die to ourselves.’ The exposition is also to be carefully noticed - that to ‘die to ourselves is to live to Christ;’ or if you would have it at greater length, it is to renounce ourselves, that we may live to Christ; for Christ redeemed us with this view - that he might have us under his authority, as his peculiar possession” (= ‘Jika satu orang sudah mati untuk semua orang’. Rancangan ini harus terus diperhatikan - bahwa ‘Kristus telah mati untuk kita, supaya kita bisa mati bagi diri kita sendiri’. Exposisi / penjelasannya juga harus diperhatikan dengan seksama - bahwa ‘mati bagi diri kita sendiri adalah hidup bagi Kristus’; atau jika engkau menginginkannya dengan lebih panjang / lebih jelas, itu adalah menyangkal diri kita sendiri, sehingga kita bisa hidup bagi Kristus; karena Kristus menebus kita dengan pandangan ini - supaya Ia bisa memiliki kita di bawah otoritasNya, sebagai milikNya yang khusus).

Jadi berbeda dengan penafsiran Arminian, yang membedakan ay 14b dan ay 15nya, maka penafsiran Calvin menganggap bahwa ay 15 merupakan penjelasan lebih lanjut dari ay 14b.
2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Catatan: bagian yang saya beri garis bawah ganda merupakan penjelasan dari bagian yang saya beri garis bawah tunggal.

Karena itu kata-kata ‘semua orang’ ini hanya bisa menunjuk kepada orang-orang percaya.

2. 2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.

Kata-kata ‘semua orang’ menunjuk kepada orang-orang yang sama dengan kata ‘mereka’, untuk siapa Kristus dibangkitkan (ay 15 akhir). Dan kalau Kristus dibangkitkan untuk ‘mereka’, maka ‘mereka’ pasti dibenarkan (Ro 4:25). Karena itu, ini pasti menunjuk kepada ‘orang-orang yang percaya’.

John Owen: “The resurrection of Christ is here conjoined with his death: ‘He died for them, and rose again.’ Now, for whomsoever Christ riseth, he riseth for their ‘justification,’ Rom. 4:25; and they must be justified, chap. 8:34. Yea, our adversaries themselves have always confessed that the fruits of the resurrection of Christ are peculiar to believers” (= Di sini kebangkitan Kristus digabungkan dengan kematianNya: ‘Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka’. Sekarang, untuk siapapun Kristus bangkit, Ia bangkit untuk ‘pembenaran’ mereka, Ro 4:25; dan mereka harus dibenarkan, pasal 8:34. Ya, musuh-musuh kita sendiri selalu mengaku bahwa buah-buah dari kebangkitan Kristus merupakan sesuatu yang khas untuk orang-orang percaya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 351.

Roma 4:25 - “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”.
KJV: ‘and was raised again for our justification’ (= dan dibangkitkan untuk pembenaran kita).

Ro 8:34 - “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.

3. Kontext juga menunjukkan bahwa orang-orang ini menunjuk kepada orang-orang percaya / pilihan.
2Kor 5:14-21 - “(14) Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (16) Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilaiNya demikian. (17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Orang-orang yang hidup bagi Kristus, yang dibicarakan oleh Paulus dalam ay 15 ini adalah:
a. Orang-orang yang telah menjadi ciptaan baru (ay 17).
b. Orang-orang yang diperdamaikan dengan Allah (ay 18).
c. Orang-orang terhadap siapa Allah tidak memperhitungkan pelanggarannya (ay 19).
d. Orang-orang yang dibenarkan oleh Allah (ay 21).
Karena itu, ini pasti menunjuk kepada orang-orang percaya saja.

e) Pembahasan 1Tim 2:3-6.
1Tim 2:3-6 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”.

Adam Clarke (tentang 1Tim 2:4): “Because he wills the salvation of all men; therefore, he wills that all men should be prayed for. In the face of such a declaration, how can any Christian soul suppose that God ever unconditionally and eternally reprobated any man?” (= Karena Ia menghendaki keselamatan dari semua orang; karena itu, Ia menghendaki bahwa semua orang harus didoakan. Menghadapi suatu pernyataan seperti itu, bagaimana jiwa Kristen manapun bisa menganggap bahwa Allah pernah, secara tak bersyarat dan secara kekal, menentukan binasa orang manapun?).

Adam Clarke (tentang 1Tim 2:6): “‎As God is the God and father of all (for there is but one God, 1 Tim 2:5), and Jesus Christ the mediator of all, so he gave himself a ransom for all; i.e., for all that God made, consequently for every human soul; unless we could suppose that there are human souls of which God is not the Creator; for the argument of the apostle is plainly this: 1. There is one God; 2. This God is the Creator of all; 3. He has made a revelation of his kindness to all; 4. He will have all men to be saved, and come unto the knowledge of the truth; and 5. He has provided a Mediator for all, who has given himself a ransom for all. As surely as God has created all men, so surely has Jesus Christ died for all men. This is a truth which the nature and revelation of God unequivocally proclaim” [= Karena Allah adalah Allah dan Bapa dari semua orang (karena disana hanya ada satu Allah, 1Tim 2:5), dan Yesus Kristus Pengantara dari semua orang, maka Ia menyerahkan diriNya sendiri sebagai tebusan bagi semua orang; yaitu, untuk semua orang yang Allah buat / cipta, dan karena itu untuk setiap jiwa manusia; kecuali kita menganggap bahwa ada jiwa-jiwa manusia tentang siapa Allah bukan Penciptanya; karena argumentasi dari sang rasul jelas adalah ini: 1. Di sana ada satu Allah; 2. Allah ini adalah Pencipta dari semua orang; 3. Ia telah membuat wahyu / penyataan dari kebaikanNya kepada semua orang; 4. Ia menghendaki semua orang diselamatkan, dan datang pada pengetahuan tentang kebenaran; dan 5. Ia telah menyediakan seorang Pengantara untuk semua orang, yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan untuk semua orang. Sama pastinya seperti Allah telah menciptakan semua orang, demikian juga pastinya Yesus Kristus mati untuk semua orang. Ini adalah suatu kebenaran yang alam dan wahyu Allah nyatakan dengan tegas].

Catatan: saya tak mengerti, Clarke mendapatkan point ke 2 dan ke 3 itu dari mana, karena textnya sama sekali tak mempersoalkan bahwa Allah adalah Pencipta, maupun bahwa Allah telah mewahyukan kebaikanNya kepada semua orang.

Padahal perhatikan tafsirannya tentang kata ‘tebusan’ dalam 1Tim 2:6.
Adam Clarke (tentang 1Tim 2:6): “The word ‎lutron ‎signifies a ransom paid for the redemption of a captive; and ‎antilutron‎, the word used here, and applied to the death of Christ, signifies that ransom which consists in the exchange of one person for another, or the redemption of life by life;” (= Kata LUTRON berarti suatu tebusan yang dibayarkan untuk penebusan dari seorang tawanan; dan ANTILUTRON, kata yang digunakan di sini, dan diterapkan pada kematian Kristus, berarti tebusan itu yang terdiri dari pertukaran satu orang dengan orang yang lain, atau penebusan dari nyawa dengan nyawa).

Kalau ini makna dari ‘tebusan’ dan Yesus Kristus memberikan ‘tebusan’ untuk semua orang, maka ini harus menjadi ajaran Universalisme, yang jelas adalah ajaran sesat!

Lenski (tentang 1Tim 2:4): “It is a severe indictment when in his Commentary Calvin says regarding this passage that all who use it to oppose his doctrine of absolute predestination ‘are subject to puerile hallucination,’ that Paul means that no people or class of men are excluded from salvation ..., that Paul is speaking only of the different races of men and not of individuals as such, and that he also wishes the class of kings and rulers to be included. But this is a universal statement of the Scriptures. ... The truth that God wants all men to be saved is corroborated by the fact that Christ ‘gave himself a ransom for all’ (v. 6), and that God provides the efficacious means of grace and salvation for all. The passive ‘to be saved’ certainly does not mean to be saved by somebody else than ‘our Savior God.’ ... When men reject this blessed universal will which also includes them (Matt. 23:37), the subsequent will sends them to judgment and to perdition: Matt. 23:38; Mark 16:16. The dogmaticians do not divide the will of God nor assert that God has two wills; they divide only the objects with which God’s will deals as the Scriptures themselves do” [= Merupakan suatu tuduhan yang keras pada waktu dalam tafsirannya Calvin berkata berkenaan dengan text ini bahwa semua orang yang menggunakannya untuk menentang doktrinnya tentang predestinasi mutlak ‘ada di bawah kendali dari halusinasi yang kekanak-kanakan’, bahwa Paulus memaksudkan bahwa tak ada bangsa atau golongan orang dikeluarkan dari keselamatan ..., bahwa Paulus sedang berbicara hanya tentang bangsa-bangsa yang berbeda dari manusia dan bukan tentang individu-individu, dan bahwa ia juga menginginkan golongan dari raja-raja dan penguasa-penguasa / pembesar-pembesar dimasukkan. Tetapi ini adalah suatu pernyataan universal dari Kitab Suci. ... Kebenaran bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan dikuatkan oleh fakta bahwa Kristus ‘menyerahkan diriNya sendiri sebagai tebusan bagi semua orang’ (ay 6), dan bahwa Allah menyediakan cara kasih karunia yang efektif dan keselamatan bagi semua orang. Bentuk pasif ‘diselamatkan’ pasti tidak berarti diselamatkan oleh seseorang lain dari pada ‘Allah Juruselamat kita’. ... Pada waktu manusia menolak kehendak universal yang diberkati ini, yang juga mencakup mereka (Mat 23:37), kehendak yang berikut / sesudahnya akan mengirimkan mereka pada penghakiman dan kehncuran / neraka: Mat 23:38; Mark 16:16. Ahli-ahli dogmatik tidak membagi kehendak Allah ataupun menegaskan bahwa Allah mempunyai 2 kehendak; mereka hanya membagi obyek yang ditangani oleh kehendak Allah seperti yang Kitab Suci sendiri lakukan].
Mat 23:37-38 - “(37) ‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. (38) Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi”.
Mark 16:16 - “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”.

Catatan:
1. Saya menganggap Lenski tidak menjawab argumentasi Calvin yang mengatakan bahwa text ini bukan berbicara tentang individu-individu tetapi tentang golongan-golongan manusia (bagian yang saya beri garis bawah tunggal). Tetapi ia langsung menegaskan, tanpa argumentasi, bahwa ini adalah pernyataan yang sifatnya universal (bagian yang saya beri garis bawah ganda).
2. Di bagian bawah dari kutipan dari Lenski di atas, ia menolak adanya dua kehendak Allah, tetapi menunjukkan bahwa Allah bisa mengubah kehendakNya yang ditolak oleh manusia itu.
3. Lenski berkata “Allah menyediakan cara kasih karunia yang efektif dan keselamatan bagi semua orang”. Kalau efektif, itu pasti berhasil; dan ini menjadi Universalisme, yang merupakan ajaran sesat!

Lenski (tentang 1Tim 2:4): “The fact that God, our Savior, wants all men to be saved and come to realization of truth is the reason that our praying for all men is excellent and acceptable in his sight” (= Fakta bahwa Allah, Juruselamat kita, menghendaki semua orang diselamatkan dan sampai pada realisasi tentang kebenaran adalah alasan bahwa doa kita untuk semua orang adalah sangat bagus dan diterima / diperkenan di hadapanNya).

Catatan: kalau kata-kata ‘semua orang’ diartikan seperti penafsiran Calvin, yaitu ‘semua golongan orang’, maka baik doa kita untuk ‘semua orang’, maupun kehendak Allah untuk menyelamatkan ‘semua orang’, harus diartikan sesuai dengan penafsiran itu.

Sekarang kita akan melihat pembahasan John Owen, tetapi sebelumnya, mari kita melihat dulu kontext dari text yang dibahas secara keseluruhan.

1Timotius 2:1-6 - “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. (3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”.

Catatan: perhatikan ada 3 x kata-kata ‘semua orang / manusia’ dalam text ini, yaitu dalam ay 1, ay 4, ay 6. Sebetulnya untuk ay 6, hanya ada kata ‘semua’; kata ‘orang / manusia’ tidak ada. Tetapi dalam ay 1 dan ay 4 kata ‘orang’ memang ada.

Ada 2 hal yang dibahas oleh John Owen:

1. Apa yang dimaksud dengan ‘kehendak Allah’ di sini.
John Owen mengatakan (hal 344) bahwa istilah ‘kehendak Allah’ mempunyai 2 kemungkinan arti, yaitu:
a. Rencana kekal dari Allah.
b. Perintah Allah.

Catatan: tak ada yang menganggap bahwa Allah punya 2 kehendak seperti yang dituduhkan oleh Lenski. Yang ada adalah: kalau kata-kata ‘kehendak Allah’ itu muncul, maka ada 2 kemungkinan arti. Sebetulnya ada kemungkinan arti yang ketiga, yaitu hal yang, kalau terjadi, menyenangkan Allah.

Kalau dari 2 arti di atas kita mengambil arti kedua, maka arti ayat ini adalah sebagai berikut: Allah memerintahkan semua manusia untuk menggunakan cara-cara dengan mana mereka bisa mendapatkan keselamatan. Dengan demikian ayat ini menjadi sama seperti Kis 17:30 - “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat”.
KJV: ‘And the times of this ignorance God winked at; but now commandeth all men every where to repent’ (= Allah pura-pura tidak melihat jaman kebodohan ini; tetapi sekarang memerintahkan semua orang di mana-mana untuk bertobat).

John Owen sendiri memilih arti pertama, dimana ‘kehendak Allah’ menunjuk pada ‘rencana kekal dari Allah’. Alasan Owen adalah: kehendak Allah dalam 1Tim 2:4 itu merupakan dasar / landasan dari doa kita dalam 1Tim 2:1-2. Bdk. 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

Kalau diambil arti ke 3, maka itu tak bertentangan dengan predestinasi maupun ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

2. Siapa ‘semua orang’ / ‘semua manusia’ di sini.
Jelas bahwa ‘semua orang / manusia’ di sini tidak berarti betul-betul ‘semua dan setiap orang di seluruh dunia’, karena:

a. Paulus sendiri menggunakan kata-kata ‘semua orang’ dalam ay 1. Dalam arti apa? Perhatikan ay 2nya! Untuk jelasnya lihat 1Tim 2:1-2 secara keseluruhan: “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan”.

John Owen menyimpulkan dari sini (hal 346) bahwa yang dimaksud dengan ‘semua orang’ adalah ‘orang-orang dari semua jenis, kedudukan, kondisi, dan tingkatan’.
Calvin juga menafsirkan secara sama.

Calvin (tentang 1Tim 2:4): “the Apostle simply means, that there is no people and no rank in the world that is excluded from salvation; because God wishes that the gospel should be proclaimed to all without exception. Now the preaching of the gospel gives life; and hence he justly concludes that God invites all equally to partake salvation. But the present discourse relates to classes of men, and not to individual persons; for his sole object is, to include in this number princes and foreign nations. That God wishes the doctrine of salvation to be enjoyed by them as well as others, is evident from the passages already quoted, and from other passages of a similar nature” (= sang Rasul hanya memaksudkan, bahwa disana tidak ada bangsa atau rangking / pangkat di dunia yang dikeluarkan dari keselamatan; karena Allah menginginkan supaya injil diproklamirkan kepada semua orang tanpa kecuali. Pemberitaan injil memberikan kehidupan; dan karena itu ia secara benar menyimpulkan bahwa Allah mengundang semua orang secara sama untuk mengambil bagian dalam keselamatan. Tetapi pembicaraan sekarang ini berhubungan dengan semua golongan manusia, dan bukan dengan pribadi-pribadi / individu-individu; karena satu-satunya obyeknya adalah, mencakup dalam bilangan / jumlah ini pangeran-pangeran dan bangsa-bangsa asing. Bahwa Allah ingin doktrin keselamatan untuk dinikmati oleh mereka maupun oleh orang-orang lain, adalah jelas dari text yang sudah dikutip, dan dari text-text lain yang sifatnya mirip).

Bdk. 1Tim 2:1-2 - “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.”.
Di sini Paulus menyuruh berdoa bukan hanya untuk orang-orang yang baik kepada mereka, tetapi juga kepada raja dan pembesar, yang biasanya dibenci oleh orang-orang Kristen, karena golongan orang ini menindas mereka. Dan mengingat saat itu Israel dijajah Romawi, maka jelas bahwa raja-raja dan pembesar-pembesar itu adalah orang-orang Romawi / non Yahudi.

Bandingkan perintah Paulus untuk mendoakan penggede-penggede non Yahudi ini dengan Yer 29:7 - “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”.

Catatan: ‘kota’ yang dimaksudkan adalah ‘Babel’.

Calvin (tentang 1Tim 2:5): “as there is one God, the Creator and Father of all, so he says that there is but one Mediator, through whom we have access to the Father; and that this Mediator was given, not only to one nation, or to a small number of persons of some particular rank, but to all; because the fruit of the sacrifice, by which he made atonement for sins, extends to all. ... The universal term ‘all’ must always be referred to classes of men, and not to persons; as if he had said, that not only Jews, but Gentiles also, not only persons of humble rank, but princes also, were redeemed by the death of Christ” [= sebagaimana disana ada satu Allah, Pencipta dan Bapa dari semua orang, demikian juga ia berkata bahwa disana hanya ada satu Pengantara, melalui siapa kita mendapatkan jalan masuk kepada Bapa; dan bahwa Pengantara ini diberikan, bukan hanya bagi satu bangsa, atau bagi sejumlah kecil orang-orang dari kedudukan tertentu, tetapi bagi semua; karena buah dari korban, dengan mana Ia membuat penebusan untuk dosa-dosa, diperluas kepada semua. ... Istilah universal ‘semua’ harus selalu dihubungkan dengan golongan-golongan manusia, dan bukan kepada pribadi-pribadi; seakan-akan ia telah mengatakan, bahwa bukan hanya orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang non Yahudi, bukan hanya orang-orang dari kedudukan rendah, tetapi juga pangeran-pangeran, ditebus oleh kematian Kristus].

b. Kita diharuskan berdoa untuk ‘semua orang’, padahal dari antara ‘semua orang’ itu pasti ada orang-orang yang ditentukan untuk binasa dan yang melakukan dosa yang membawa maut, tentang siapa kita tidak diperintahkan untuk berdoa (Owen, hal 346) .
1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.

c. ‘Semua orang yang diselamatkan’ (ay 4a) pasti sama dengan orang-orang yang ‘memperoleh pengetahuan akan kebenaran’ (ay 4b).
Padahal Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki semua orang memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Ini terlihat dari:
· Maz 147:19-20 - “(19) Ia memberitakan firmanNya kepada Yakub, ketetapan-ketetapanNya dan hukum-hukumNya kepada Israel. (20) Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukumNya tidak mereka kenal. Haleluya!”.
· Kis 14:16,30 - “(16) Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, ... (30) Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat”.
· Kol 1:26 - “yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudusNya”.
· Mat 11:25-26 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu”.
· Mat 13:10-17 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.

Owen (hal 347) juga mengatakan bahwa ‘semua manusia’ dalam 1Tim 2:6 juga harus berarti sama dengan kata-kata ‘semua orang’ dalam 1Tim 2:1b,4. Dan Owen lalu menyimpulkan bahwa ‘semua manusia’ di sini harus diartikan sebagai ‘semua orang pilihan, dari semua jenis / golongan’, dan ia membandingkan ini dengan Wah 5:9 yang ia katakan sebagai ayat penafsir dari 1Tim 2:6 ini.
Wah 5:9 - “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa”.

f) Pembahasan tentang 1Tim 4:10.
1Tim 4:10 - “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya”.

1. Penafsiran Arminian tentang 1Tim 4:10.
Adam Clarke: “‘Who is the Saviour of all men’. Who has provided salvation for the whole human race, and has freely offered it to them in his word and by his Spirit. ‘Specially of those that believe’. What God intends for ALL, he actually gives to them that believe in Christ, who died for the sins of the world, and tasted death for every man. As all have been purchased by his blood so all may believe; and consequently all may be saved. Those that perish, perish through their own fault” (= ‘Yang adalah Juruselamat dari semua manusia’. Yang telah menyediakan keselamatan untuk seluruh umat manusia, dan telah menawarkannya secara cuma-cuma kepada mereka dalam firmanNya dan oleh RohNya. ‘Khususnya dari mereka yang percaya’. Apa yang Allah maksudkan untuk SEMUA, Ia betul-betul memberikannya kepada mereka yang percaya kepada Kristus, yang mati untuk dosa-dosa dunia, dan merasakan kematian untuk setiap orang. Karena semua telah dibeli oleh darahNya maka semua bisa percaya; dan karena itu semua bisa diselamatkan. Mereka yang binasa, binasa karena kesalahan mereka sendiri) - hal 603.

Keberatan: kalau Allah hanya menyediakan keselamatan itu tetapi orang-orang itu tidak menerimanya (tidak percaya kepada Kristus), bagaimana Allah bisa disebut sebagai Juruselamat mereka?

Lenski: “All that we have said regarding ‘Savior’ in 1:1 and 2:3 might be repeated here. He wants all men to be saved (2:3) and is thus called ‘Savior of all men.’ We know why so many are not saved (Matt. 23:37). Therefore Paul adds: ‘especially of believers’ just as in 1:1 he says ‘our Savior,’ and in 2:3: ‘he wants all men to come to realization of truth.’ This does not mean that his will to save some men is stronger than his will to save others, or that there is a duality in God’s antecedent will (Calvin). Μάλιστα, ‘especially,’ pertains to ‘believers’ because God’s good and gracious saving will is being accomplished in them and is not frustrated by obdurate unbelief. Paul is thinking not only of the believers already brought to a realization of the saving gospel truth, to godliness and to its sure and certain promise, but also of all believers of the future” [= Semua yang telah kami katakan berkenaan dengan ‘Juruselamat’ dalam 1:1 dan 2:3 bisa diulang di sini. Ia menginginkan semua manusia diselamatkan (2:3) dan karena itu disebut ‘Juruselamat semua manusia’. Kita tahu mengapa begitu banyak orang tidak diselamatkan (Mat 23:37). Karena itu, Paulus menambahkan kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’ sama seperti dalam 1:1 ia berkata ‘Juruselamat kita’, dan dalam 2:3: ‘Ia menghendaki semua orang memperoleh pengetahuan akan kebenaran’. Ini tidak berarti bahwa kehendakNya untuk menyelamatkan sebagian orang lebih kuat dari pada kehendakNya untuk menyelamatkan orang-orang lain, atau bahwa di sana ada suatu dualisme dalam kehendak Allah yang mendahului (Calvin). Μάλιστα (MALISTA), ‘terutama / khususnya’, menyinggung ‘orang-orang percaya’ karena kehendak yang baik dan murah hati yang menyelamatkan dari Allah sedang digenapi dalam mereka dan tidak digagalkan oleh ketidak-percayaan yang keras kepala. Paulus sedang memikirkan bukan hanya tentang orang-orang percaya yang sudah dibawa kepada suatu realisasi tentang kebenaran injil yang menyelamatkan, pada kesalehan dan pada janji yang pasti, tetapi juga tentang semua orang-orang percaya dari masa yang akan datang].
1Tim 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,”.
1Tim 2:3-4 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran”.
Mat 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau”.

2. Penafsiran Reformed tentang 1Tim 4:10.

Tentang 1Tim 4:10 ini, John Owen berkata:
“That God the Father is often called Saviour I showed before, and that he is here intended, as is agreed upon by all sound interpreters, so also it is clear from the matter in hand, which is the protecting providence of God, general towards all, special and peculiar towards his church” (= Bahwa Allah Bapa sering disebut Juruselamat telah saya tunjukkan sebelumnya, dan bahwa di sini Ialah yang dimaksudkan, seperti yang disetujui oleh semua penafsir yang sehat; dan juga merupakan sesuatu yang jelas dari persoalan yang sedang kita tangani, yang merupakan providensia Allah yang melindungi, secara umum bagi semua orang, secara khusus dan khas bagi gerejaNya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 190.

John Owen melanjutkan: “For the subject, ‘He,’ it is God the Father, and not Christ the mediator; and for the predicate, it is a providential preservation, and not a purchased salvation that is intimated; - that is, the providence of God protecting and governing all, but watching in an especial manner for the good of them that are his” (= Untuk subyeknya, ‘Ia’ adalah Allah Bapa, dan bukan Kristus sang Pengantara; dan untuk predikatnya, itu adalah pemeliharaan yang bersifat providensial, dan bukan menyatakan suatu keselamatan yang dibeli; - yaitu, providensia Allah yang melindungi dan memerintah semua, tetapi menjaga dengan cara yang khusus demi kebaikan mereka yang adalah milikNya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 191.

Jadi ada 2 hal yang ditekankan oleh John Owen dalam kedua kutipan di atas, yaitu:
a. Subyek dari ayat itu bukanlah Yesus tetapi Bapa.
b. Kata ‘Juruselamat’ di sini bukanlah dalam persoalan keselamatan rohani, tetapi keselamatan jasmani / duniawi.

Calvin mempunyai pandangan / penafsiran yang sama dengan Owen.

Calvin: “the word swthr is here a general term, and denotes one who defends and preserves. He means that the kindness of God extends to all men” [= kata swthr (SOTER - Juruselamat) di sini merupakan suatu istilah yang bersifat umum, dan menunjuk pada seseorang yang mempertahankan / membela dan memelihara. Ia memaksudkan bahwa kebaikan Allah menjangkau semua manusia] - hal 112.

Calvin: “The word ‘Saviour’ is not here taken in what we call its proper and strict meaning, in regard to the eternal salvation which God promises to his elect, but it is taken for one who delivers and protects. ... In this sense he is called ‘the Saviour of all men;’ not in regard to the spiritual salvation of their souls, but because he supports all his creatures. In this way, therefore, our Lord is the Saviour of all men; that is, his goodness extends to the most wicked, who are estranged from him” (= Kata ‘Juruselamat’ di sini tidak diambil dalam arti sebenarnya dan ketat, berkenaan dengan keselamatan kekal yang dijanjikan Allah kepada orang-orang pilihanNya, tetapi menunjuk kepada seseorang yang membebaskan dan melindungi. ... Dalam arti ini Ia disebut ‘Juruselamat semua manusia’; bukan berkenaan dengan keselamatan rohani dari jiwa-jiwa mereka, tetapi karena Ia menyokong semua makhluk ciptaanNya. Dengan cara ini Tuhan kita adalah Juruselamat semua manusia; yaitu, kebaikanNya menjangkau orang-orang yang paling jahat, yang jauh dari Dia) - hal 111-112 (footnote).

William Hendriksen memberikan bermacam-macam penafsiran tentang ayat ini dengan jawaban dari pihaknya, yaitu:

a. Allah adalah Juruselamat dari semua manusia, dalam arti bahwa pada akhirnya Ia betul-betul menyelamatkan semua manusia (Universalisme).
Bantahannya:
· Universalisme bertentangan dengan ajaran Kitab Suci.
· Kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’ pada akhir dari 1Tim 4:10 itu menjadi tidak ada artinya.
1Tim 4:10 - “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya”.

b. Allah betul-betul memberikan keselamatan kepada semua golongan manusia.
Bantahannya: ini juga tak sesuai dengan kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’ pada akhir dari ayat ini.

c. Allah menginginkan / menghendaki keselamatan semua manusia, tetapi kehendakNya digagalkan oleh ketidak-percayaan. Ini merupakan tafsiran Arminian, seperti yang diberikan oleh Adam Clarke dan Lenski di atas.
Bantahannya:
· text ini mengatakan bahwa Allah adalah Juruselamat, berarti seharusnya Ia betul-betul menyelamatkan.
· kehendak / rencana Allah tidak mungkin gagal (bdk. Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27 Yes 46:10-11).

d. Allah mampu menyelamatkan semua manusia; tetapi hanya orang-orang percaya yang betul-betul Ia selamatkan.
Bantahannya: text itu mengatakan bahwa Allah adalah Juruselamat semua manusia [Lit: ‘who is the Saviour of all men’ (= yang adalah Juruselamat semua manusia)], bukannya sekedar mampu menyelamatkan semua manusia.

Lalu Hendriksen mengatakan bahwa untuk mengerti ayat ini kita harus mempelajari arti dari kata ‘Juruselamat’, dan ia lalu menunjukkan sederetan ayat-ayat yang dalam LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani) menggunakan kata SOTER (= Juruselamat), yaitu:
¨ Hak 3:9 - “Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb”.
¨ Neh 9:27 - “Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepadaMu, lalu Engkau mendengar dari langit dan karena kasih sayangMu yang besar Kauberikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka”.
¨ Obaja 21 - “Penyelamat-penyelamat akan naik ke atas gunung Sion untuk menghukumkan pegunungan Esau; maka Tuhanlah yang akan empunya kerajaan itu”.
¨ Ul 32:15 - “Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya [Lit: ‘the rock of his Saviour’ (= batu karang Juruselamatnya)]”.
Catatan: perhatikan bahwa dalam ayat-ayat di atas kata SOTER (= Juruselamat) tidak digunakan dalam hubungannya dengan keselamatan rohani / hidup yang kekal, tetapi dalam hubungannya dengan keselamatan jasmani / duniawi / sementara.
Ayat-ayat lain yang bisa diperhatikan dalam persoalan ini adalah: Yes 43:3,11 Yes 45:15,21 Yes 49:26 Yes 60:16 Yer 14:8 Hos 13:4.

Hendriksen juga mengatakan bahwa Allah sering disebut sebagai Juruselamat, karena Ia telah menyelamatkan Israel dari Mesir, seperti dalam:
* Maz 25:5 - “Bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku [NIV: ‘you are God my Saviour’ (= Engkau adalah Allah Juruselamatku)], Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari”.
* Maz 106:21 - “Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir”.
Tetapi Ia ‘tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka’ (1Kor 10:5).

William Hendriksen lalu mengatakan: “In a sense, therefore, he was the Saviour or Soter of all, but especially of those who believed. With the latter, with them alone, he was ‘well pleased.’” (= Karena itu, dalam arti tertentu Ia adalah Juruselamat atau SOTER dari semua, tetapi terutama dari mereka yang percaya. Hanya kepada yang terakhir inilah Ia berkenan) - hal 155.

Hendriksen juga menyoroti Yes 63:8-10 - “(8) Bukankah Ia berfirman: ‘Sungguh, merekalah umatKu, anak-anak yang tidak akan berlaku curang,’ maka Ia menjadi Juruselamat mereka (9) dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. (10) Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa sekalipun orang-orang yang dibicarakan itu mempunyai Allah sebagai Juruselamat mereka (dalam persoalan jasmani), tetapi mereka tidak diselamatkan (secara rohani).

Hendriksen lalu menyimpulkan: “According to the Old Testament, then, God is Soter not only of those who enter his everlasting kingdom but in a sense also of others, indeed, of all those whom he delivers from temporary disaster” [= Jadi, menurut Perjanjian Lama Allah adalah SOTER (Juruselamat) bukan hanya dari mereka yang memasuki kerajaanNya yang kekal, tetapi dalam arti tertentu juga dari orang-orang lain, dari semua mereka yang Ia bebaskan dari bencana sementara] - hal 155.

Ia menambahkan lagi bahwa baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kebaikan Allah ditunjukkan kepada semua orang dan bahkan kepada binatang dan tanaman (Maz 36:7 Mazmur 104:25-28 Maz 145:9,16,17 Yun 4:10-11 Matius 5:45 Lukas 6:35 Kis 17:25,28).

William Hendriksen: “In the New Testament this teaching is continued, ... He preserves, delivers, and in that sense ‘saves,’ and that ‘saving’ activity is by no means confined to the elect! On the Voyage Dangerous (to Rome) God ‘saved’ not only Paul but all those who were with him (Acts 27:22,31,44)” [= Dalam Perjanjian Baru ajaran ini dilanjutkan, ... Ia memelihara, membebaskan, dan dalam arti itu ‘menyelamatkan’, dan aktivitas ‘penyelamatan’ itu sama sekali tidak terbatas pada orang-orang pilihan! Dalam pelayaran yang berbahaya ke Roma, Allah ‘menyelamatkan’ bukan hanya Paulus tetapi semua mereka yang ada bersama dengan dia (Kis 27:22,31,44)] - hal 155.
Bdk. Kis 27:22,31,44 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. ... (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ ... (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat”.

William Hendriksen: “This is really all that is needed in clarification of our present passage, 1Tim 4:10. What the apostle teaches amounts, accordingly, to this, ‘We have our hope set on the living God, and in this hope we shall not be disappointed, for not only is he a kind God, hence the Soter (Perserver, Deliverer) of all men, showering blessings upon them, but he is in a very special sense the Soter (Savior) of those who by faith embrace him and his promise, for to them he imparts salvation, everlasting life in all its fulness’” [= Inilah yang dibutuhkan dalam penjelasan tentang text kita saat ini, 1Tim 4:10. Apa yang diajarkan oleh sang rasul adalah ini: ‘Kami meletakkan pengharapan kami pada Allah yang hidup, dan dalam pengharapan ini kami tidak akan dikecewakan, karena Ia bukan hanya merupakan Allah yang baik, yang merupakan SOTER (Pemelihara, Pembebas) dari semua orang, yang mencurahkan berkatNya kepada mereka, tetapi dalam arti yang sangat khusus Ia adalah SOTER (Juruselamat) dari mereka yang dengan iman memeluk Dia dan janjiNya, karena kepada mereka Ia memberikan keselamatan, hidup yang kekal dalam seluruh kepenuhannya’] - hal 156.

Kesimpulan: kata SOTER bisa menunjuk pada Juruselamat dalam keselamatan jasmani, bisa juga menunjuk pada Juruselamat dalam keselamatan rohani. Dalam arti pertama, Allah adalah SOTER dari semua orang. Dalam arti kedua Allah hanyalah SOTER dari orang-orang pilihan. Karena itulah maka ada kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’.

Dengan demikian jelaslah bahwa ayat ini tidak mendukung Universal Atonement (= Penebusan Universal) ataupun menentang Limited Atonement (= Penebusan terbatas).

g) Tit 2:11 - “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.
Catatan: ayat ini diterjemahkan secara berbeda-beda.
KJV: ‘For the grace of God that bringeth salvation hath appeared to all men’ (= Karena kasih karunia Allah yang membawa keselamatan telah muncul / tampak kepada semua orang).
RSV: ‘For the grace of God has appeared for the salvation of all men’ (= Karena kasih karunia Allah telah muncul / tampak untuk keselamatan semua orang).
NIV: ‘For the grace of God that brings salvation has appeared to all men’ (= Karena kasih karunia Allah yang membawa keselamatan telah muncul / tampak kepada semua orang).
NASB: ‘For the grace of God has appeared, bringing salvation to all men’ (= Karena kasih karunia Allah telah muncul / tampak, membawa keselamatan bagi semua orang).

Dari terjemahan KJV / NIV tak terlihat bahwa Allah menyelamatkan semua orang, tetapi hanya bahwa keselamatan itu muncul / tampak (= ditawarkan) kepada semua orang, sehingga jelas bahwa ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).

Adam Clarke: “‎Literally translated, the words stand thus: ‘For the grace of God, that which saves, hath shone forth upon all men.’ Or, as it is expressed in the margin of our King James Version: ‘The grace of God, that bringeth salvation to all men, hath appeared.’ Since God’s grace signifies God’s favour, any benefit received from him may be termed God’s grace. In this place, and in Col 1:6, the Gospel, which points out God’s infinite mercy to the world, is termed the grace of God; for it is not only a favour of infinite worth in itself, but it announces that greatest gift of God to man, the incarnation and atoning sacrifice of Jesus Christ. Now it cannot be said, except in a very refined and spiritual sense, that this Gospel had then appeared to all men; but it may be well said that it bringeth salvation to all men; this is its design; and it was to taste death for every man that its author came into the world. There is a beauty and energy in the word ‎epephanee‎, hath shined out, that is rarely noted; it seems to be a metaphor taken from the sun. As by his rising in the east and shining out, he enlightens, successively, the whole world; so the Lord Jesus, who is called the Sun of righteousness, Mal 4:2, arises on the whole human race with healing in his wings. And as the light and heat of the sun are denied to no nation nor individual, so the grace of the Lord Jesus, this also shines out upon all; and God designs that all mankind shall be as equally benefited by it in reference to their souls, as they are in respect to their bodies by the sun that shines in the firmament of heaven. But as all the parts of the earth are not immediately illuminated, but come into the solar light successively, not only in consequence of the earth’s diurnal revolution round its own axis, but in consequence of its annual revolution round its whole orbit; so this Sun of righteousness, who has shined out, is bringing every part of the habitable globe into his divine light; that light is shining more and more to the perfect day; so that gradually and successively he is enlightening every nation, and every man; and, when his great year is filled up, every nation of the earth shall be brought into the light and heat of this unspotted, uneclipsed, and eternal Sun of righteousness and truth. Wherever the Gospel comes, it brings salvation - it offers deliverance from all sin to every soul that hears or reads it. As freely as the sun dispenses his genial influences to every inhabitant of the earth, so freely does Jesus Christ dispense the merits and blessings of his passion and death to every soul of man. From the influences of this spiritual Sun no soul is reprobated anymore than from the influences of the natural sun. In both cases, only those who willfully shut their eyes, and hide themselves in darkness, are deprived of the gracious benefit” (= Diterjemahkan secara hurufiah, kata-katanya adalah demikian: ‘Karena kasih karunia Allah, itu yang menyelamatkan, telah bersinar / memancar kepada semua orang’. Atau, seperti dinyatakan di catatan tepi dari KJV kita: ‘kasih karunia Allah, yang membawa keselamatan kepada semua orang, telah tampak / muncul’. Karena kasih karunia Allah menunjukkan kebaikan Allah, manfaat apapun yang diterima dari Dia bisa disebut kasih karunia Allah. Di tempat ini, dan dalam Kol 1:6, Injil, yang menunjukkan belas kasihan yang tak terbatas dari Allah kepada dunia, disebut kasih karunia Allah; karena itu bukan hanya suatu kebaikan yang nilainya tak terbatas dalam dirinya sendiri, tetapi itu mengumumkan karunia terbesar dari Allah kepada manusia itu, inkarnasi dan korban penebusan dari Yesus Kristus. Tak bisa dikatakan, kecuali dalam arti yang sangat diperhalus dan rohani, bahwa Injil ini pada saat itu sudah muncul / tampak kepada semua orang; tetapi bisa dikatakan dengan baik bahwa Injil itu membawa keselamatan kepada semua orang; ini adalah rancangan dari Injil; dan adalah untuk mencicipi kematian untuk setiap oranglah Penciptanya datang ke dalam dunia. Di sini ada suatu keindahan dan kekuatan dalam kata EPEPHANEE, telah bersinar / memancar, yang jarang diperhatikan; itu kelihatannya merupakan suatu kiasan yang diambil dari matahari. Seperti terbitnya dan memancarnya matahari di Timur dan, ia menerangi seluruh dunia secara berurutan; demikianlah Tuhan Yesus, yang disebut Surya kebenaran, Mal 4:2, muncul kepada seluruh umat manusia dengan kesembuhan pada sayapNya. Dan seperti terang dan panas dari matahari tidak ditahan dari bangsa atau individu manapun, demikian juga kasih karunia dari Tuhan Yesus, ini juga bersinar kepada semua orang; dan Allah merancang supaya seluruh umat manusia akan mendapatkan manfaat secara sama olehnya berkenaan dengan jiwa mereka, seperti mereka mendapat manfaat berkenaan dengan tubuh mereka oleh matahari yang bersinar di cakrawala dari langit. Tetapi seperti tidak semua bagian dari bumi diterangi dengan segera, tetapi datang pada sinar matahari berturut-turut, bukan hanya dalam konsekwensi dari perputaran tiap hari pada porosnya, tetapi dalam konsekwensi dari perputaran tahunan sekeliling orbitnya; demikian juga Surya kebenaran ini, yang telah bersinar, sedang membawa setiap bagian dari dunia yang dihuni kepada terang ilahiNya; sehingga terang itu bersinar makin lama makin terang sampai tengah hari; sehingga perlahan-lahan dan berturut-turut, Ia sedang menerangi setiap bangsa, dan setiap orang; dan pada waktu tahunNya yang agung dipenuhi, setiap bangsa dari bumi akan dibawa ke dalam terang dan panas dari Surya kebenaran yang tak berbercak, tak tertutup dan kekal ini. Dimanapun Injil datang, itu membawa keselamatan - itu menawarkan pembebasan dari semua dosa kepada setiap jiwa yang mendengar atau membacanya. Seperti bebasnya matahari membagikan pengaruhnya yang ramah / periang kepada setiap penduduk bumi, demikian juga Yesus Kristus membagikan jasa / manfaat dan berkat dari penderitaan dan kematianNya kepada setiap jiwa manusia. Dari pengaruh dari Surya rohani ini tak ada jiwa yang ditentukan binasa seperti tak ada jiwa yang tidak mendapat pengaruh dari matahari alamiah. Dalam kedua kasus, hanya mereka yang secara sengaja menutup mata mereka, dan menyembunyikan diri mereka sendiri dalam kegelapan, tidak mendapatkan manfaat yang penuh kasih karunia).
Kol 1:6 - “yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya”.
Mal 4:2 - “Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang”.

Tanggapan saya:

1. Dengan ilustrasi seperti itu, bagaimana Adam Clarke menjelaskan fakta, dalam Alkitab maupun dalam kehidupan sekarang ini, tentang banyak sekali orang, yang sampai mati tak pernah mendengar Injil?

Clarke kelihatannya juga memikirkan hal ini, dan ia berusaha memecahkan problem ini dengan berkata sebagai berikut: “Light being created, and in a certain measure dispersed, at least three whole days before the sun was formed; (for his creation was a part of the fourth day’s work;) so, previously to the incarnation of Christ, there was spiritual light in the world; for he diffused his beams while his orb was yet unseen. And even now, where by the preaching of his Gospel he is not yet manifested, he is that true light which enlightens every man coming into the world; so that the moral world is no more left to absolute darkness, where the Gospel is not yet preached, than the earth was the four days which preceded the creation of the sun, or those parts of the world are where the Gospel has not yet been preached” [= Terang diciptakan, dan dalam ukuran tertentu disebarkan, sedikitnya 3 hari penuh sebelum matahari dibentuk; (karena penciptaan matahari merupakan sebagian dari pekerjaan pada hari keempat); demikian juga sebelum inkarnasi Kristus, disana ada terang rohani dalam dunia; karena Ia menyebarkan sinarNya sementara bulatan bumiNya belum terlihat. Dan bahkan sekarang, dimana oleh pemberitaan InjilNya Ia belum dinyatakan, Ia adalah terang yang sejati itu, yang menerangi setiap orang yang datang ke dalam dunia; sehingga dunia moral tidak ditinggalkan dalam kegelapan mutlak, dimana Injil belum diberitakan, sama seperti bumi ada selama 4 hari yang mendahului penciptaan matahari, atau bagian-bagian dari dunia itu dimana Injil belum diberitakan].

Jawaban saya:
Ini adalah penyamaan dari dua hal yang sama sekali tidak sama dan merupakan pengalegorian yang tidak pada tempatnya!
Memang sebelum inkarnasi, ada terang dari hukum Taurat, sehingga orang-orang yang mempunyai hukum Taurat, bisa saja selamat. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang tidak punya hukum Taurat? Mereka memang mempunyai hukum hati nurani, tetapi bisakah ‘terang itu’ menyelamatkan? Mustahil! Karena Ro 2:12 berbunyi: “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat”.

Dan keadaan ini (adanya banyak orang yang sampai mati tidak pernah mendengar Injil) akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya. Tetapi bagaimana dengan Mat 24:14?
Mat 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’”.
Ayat ini tidak bisa ditafsirkan secara mutlak, bahwa Kristus baru akan datang kalau setiap orang sudah mendengar Injil. Ayat ini hanya bisa diartikan bahwa secara umum Injil sudah diberitakan di semua negara dan bangsa.

2. Dalam dua kalimat yang terakhir, ia menganggap bahwa siapapun yang tidak mendapatkan manfaat dari Injil, itu adalah karena kesalahan mereka sendiri, yang menutup mata mereka sendiri, bukan karena mereka ditentukan untuk binasa (reprobate). Tetapi dalam kasus orang yang sampai mati tak pernah mendengar Injil, jelas bahwa mereka tidak mendapat manfaat dari Injil bukan karena mereka sengaja menutup mata! Berapapun lebarnya mereka membuka mata mereka, mereka tak akan mendapatkan manfaat dari injil, yang tidak pernah sampai ke mata / telinga mereka!
Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

3. Pada bagian yang saya beri garis bawah ganda, Clarke mula-mula mengatakan ‘membawa keselamatan’ tetapi lalu mengubahnya menjadi ‘menawarkan pembebasan’. Padahal dua istilah ini sangat berbeda!

4. Clarke menggunakan ayat ini untuk menentang, baik predestinasi maupun penebusan terbatas. Tetapi kalau ayat-ayat ini diterjemahkan seperti dalam KJV / NIV, tentu saja dengan penafsiran bahwa kata-kata ‘all men’ (= semua orang) tidak dimutlakkan, maka ayat ini tidak menentang kedua doktrin Reformed / Calvinisme ini!

Lenski: “Here is the universality of this saving grace, which is in direct contradiction to Calvin’s limited grace” (= Di sini ada ke-universal-an dari kasih karunia yang menyelamatkan, yang ada dalam kontradiksi langsung dengan kasih karunia yang terbatas dari Calvin).

Padahal di bagian awal dari tafsirannya tentang ayat ini Lenski mengakui bahwa text dari ayat ini membicarakan golongan-golongan manusia.
Lenski: “This summary of ‘the teaching’ presents the salvation purchased and won for all men, ... Paul reserves this summary until the last because it is not pertinent only to ‘slaves’ (v. 9), for he admonishes all the different classes of Christians to do good works. He speaks of slaves only as being one of these classes; nor can this gospel summary be restricted to slaves” [= Ringkasan dari ‘pengajaran’ ini menyajikan keselamatan yang telah dibeli dan dimenangkan untuk semua orang, ... Paulus mencadangkan ringkasan ini sampai akhir karena itu berhubungan bukan hanya dengan ‘budak-budak / hamba-hamba’ (ay 9), karena ia menasehati semua golongan-golongan yang berbeda dari orang-orang Kristen untuk melakukan perbuatan / pekerjaan baik. Ia berbicara tentang budak-budak / hamba-hamba sebagai salah satu dari golongan-golongan ini; juga ringkasan Injil ini tidak bisa dibatasi kepada budak-budak / hamba-hamba].

Calvin (tentang Tit 2:11): “‘Bringing salvation to all men,’ That it is common to all is expressly testified by him on account of the slaves of whom he had spoken. Yet he does not mean individual men, but rather describes individual classes, or various ranks of life” (= ‘Membawa keselamatan kepada semua orang’, Bahwa itu bersifat umum bagi semua orang disaksikan secara jelas olehnya karena budak-budak tentang siapa ia telah berbicara. Tetapi ia tidak memaksudkan orang-orang secara individu, tetapi sebaliknya menggambarkan golongan-golongan individu, atau bermacam-macam kedudukan dari kehidupan).

Catatan: kontext memang berkenaan dengan hamba-hamba.
Tit 2:9-11 - “(9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, (10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita. (11) Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.

William Hendriksen: “It brought this salvation to ‘all men.’ ... Here in Titus 2:11 the context makes the meaning very clear. Male or female, old or young, rich or poor: all are guilty before God, and from them all God gathers his people. Aged men, aged women, young women, young(er) men, and even slaves (see verses 1–10) should live consecrated lives, for the grace of God has appeared bringing salvation to men of all these various groups or classes. ‘All men’ here in verse 11 = ‘us’ in verse 12. Grace did not bypass the aged because they are aged, nor women because they are women, nor slaves because they are merely slaves, etc. It dawned upon all, regardless of age, sex, or social standing. Hence, no one can derive, from the particular group or caste to which he belongs, a reason for not living a Christian life” [= Itu membawa keselamatan ini kepada ‘semua orang’. ... Di sini dalam Tit 2:11 kontextnya membuat sangat jelas. Laki-laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin: semua bersalah di hadapan Allah, dan dari mereka semua Allah mengumpulkan umatNya. Laki-laki tua, perempuan-perempuan tua, perempuan-perempuan muda, laki-laki (yang lebih) muda, dan bahkan hamba-hamba (lihat ayat 1-10) harus menjalani hidup yang dikuduskan, karena kasih karunia Allah telah muncul / tampak membawa keselamatan kepada orang-orang dari semua kelompok-kelompok dan golongan-golongan yang bermacam-macam ini. ‘Semua orang’ di sini dalam ay 11 = ‘kita’ dalam ay 12. Kasih karunia tidak mem-by-pass / melewati yang tua karena mereka tua, atau perempuan karena mereka adalah perempuan, atau hamba karena mereka adalah semata-mata hamba, dsb. Itu menyingsing kepada semua, tak tergantung pada usia, jenis kelamin, ataupun kedudukan sosial. Jadi, tak seorangpun bisa mendapatkan, dari kelompok atau kasta / golongan khusus dimana mereka termasuk, suatu alasan untuk tidak menjalani suatu kehidupan Kristen].

Tit 2:1-12 - “(1) Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: (2) Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. (3) Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik (4) dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, (5) hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. (6) Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal (7) dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, (8) sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. (9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, (10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita. (11) Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. (12) Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”.

h) Pembahasan Ibr 2:9.
Ibr 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia”.
KJV: ‘he ... should taste death for every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).

Penafsiran Arminian tentang Ibr 2:9 ini.

1. Penafsiran Adam Clarke.
Adam Clarke: “It was a custom in ancient times to take off criminals by making them drink a cup of poison. ... The reference in the text seems to point out the whole human race as being accused, tried, found guilty, and condemned, each having his own poisoned cup to drink; and Jesus, the wonderful Jesus, takes the cup out of the hand of each, and cheerfully and with alacrity drinks off the dregs! Thus having drunk every man’s poisoned cup, he tasted that death which they must have endured, had not their cup been drunk by another” (= Merupakan kebiasaan pada jaman kuno untuk membunuh para kriminil dengan memaksa mereka meminum secawan racun. ... Referensi dalam text ini kelihatannya menunjuk seluruh umat manusia sebagai orang-orang yang dituduh, diadili, dinyatakan bersalah, dan dijatuhi hukuman, masing-masing mempunyai cawan racunnya sendiri untuk diminum; dan Yesus, Yesus yang luar biasa, mengambil cawan itu dari tangan masing-masing, dan dengan gembira dan rela meminum sampah / ampas tersebut! Demikianlah setelah meminum cawan beracun dari setiap orang, Ia merasakan kematian yang harus mereka alami, seandainya cawan mereka tidak diminum oleh orang lain) - hal 697.

Clarke lalu mambandingkan cawan beracun ini dengan cawan dalam Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Dan Clarke lalu mengatakan lagi: “But without his drinking it, the salvation of the world would have been impossible; and therefore he cheerfully drank it in the place of every human soul, and thus made atonement for the sin of the whole world” (= Tetapi jika Ia tidak meminumnya, keselamatan dari dunia adalah mustahil; dan karena itu Ia dengan gembira meminumnya untuk menggantikan setiap jiwa manusia, dan dengan demikian membuat penebusan untuk dosa seluruh dunia) - hal 697.

Ada 2 hal yang perlu diberikan sebagai komentar tentang kata-kata Clarke ini:
a. Clarke terlalu gegabah dan terlalu cepat dalam mengatakan bahwa text ini menunjuk kepada seluruh umat manusia. Ia sama sekali tidak memperhatikan kontext, seperti yang dilakukan oleh para penafsir Reformed di bawah.
b. Kalau memang cawan beracun, yang merupakan hukuman dosa setiap orang / seluruh umat manusia itu, sudah diminum oleh Kristus, mengapa masih ada orang yang akhirnya harus masuk neraka? Cawan beracun mana lagi yang harus mereka minum?

2. Penafsiran Albert Barnes.
Barnes’ Notes: “‘For every man.’ For all - uper pantoV - for each and all - whether Jew or Gentile, bond or free, high or low, elect or non-elect. How could words affirm more clearly, that the atonement made by the Lord Jesus was unlimited in its nature and design? How can we express that idea in more clear or intelligible language? That this refers to the atonement is evident - for it says that he ‘tasted death’ for them. The friends of the doctrine of general atonement do not desire any other than Scripture language in which to express their belief. It expresses it exactly - without any need of modification or explanation. The advocates of the doctrine of limited atonement cannot thus use Scripture language to express their belief. They cannot incorporate it with their creeds, that the Lord Jesus ‘tasted death for every man.’ They are compelled to modify it, to limit it, to explain it, in order to prevent error and misconceptions. But that system cannot be true which requires men to shape and modify the plain language of the Bible, in order to keep men from error!” [= ‘Untuk setiap orang’. Untuk semua - uper pantoV - untuk setiap dan semua orang - baik Yahudi maupun non Yahudi, budak atau orang merdeka, tinggi atau rendah, pilihan dan non pilihan. Bagaimana kata-kata bisa menegaskannya dengan lebih jelas, bahwa penebusan yang dibuat oleh Tuhan Yesus adalah tak terbatas dalam sifatnya dan rencana / tujuannya? Bagaimana kita bisa menyatakan gagasan itu dalam bahasa yang lebih jelas / bisa dimengerti? Bahwa text ini menunjuk pada penebusan adalah jelas - karena text ini mengatakan bahwa Ia ‘merasakan kematian’ untuk mereka. Teman-teman dari doktrin penebusan umum (tak terbatas) tidak menginginkan apapun selain bahasa Kitab Suci untuk menyatakan kepercayaan mereka. Text itu menyatakannya secara persis / tepat - dengan tidak membutuhkan modifikasi / perubahan atau penjelasan. Para pendukung dari doktrin penebusan terbatas tidak bisa menggunakan bahasa Kitab Suci seperti itu untuk menyatakan kepercayaan mereka. Mereka tidak bisa memasukkannya ke dalam credo / pengakuan iman mereka, bahwa Tuhan Yesus ‘merasakan kematian untuk setiap orang’. Mereka terpaksa memodifikasinya, membatasinya, menjelaskannya, untuk mencegah kesalahan dan kesalah-pahaman. Tetapi sistim yang mengharuskan orang untuk membentuk dan memodifikasi bahasa yang jelas dari Alkitab untuk mencegah manusia dari kesalahan, tidak mungkin benar] - hal 1238.

Tanggapan saya:
Ini lagi-lagi merupakan suatu ucapan bodoh dari orang yang mau menerima Kitab Suci apa adanya. Kalau memang Kitab Suci harus selalu diterima apa adanya, untuk apa Albert Barnes sendiri menulis buku tafsiran? Memang ada ayat-ayat Kitab Suci yang harus dimengerti apa adanya, tetapi juga ada banyak ayat Kitab Suci yang tidak bisa diterima apa adanya, tetapi harus ditafsirkan sambil memperhatikan kontext atau ayat-ayat lain dari Kitab Suci, dan ayat-ayat yang termasuk golongan kedua ini tentu saja tidak bisa dimasukkan begitu saja ke dalam credo / pengakuan iman.
Misalnya: Yoh 14:28b, dimana Yesus berkata: ‘Bapa lebih besar dari pada Aku’. Siapa yang mau menerima kata-kata ini apa adanya dan memasukkan ke dalam credo / pengakuan imannya, selain dari orang-orang sesat seperti Saksi Yehuwa / Unitarian?
Bahkan Yoh 10:30 yang menunjukkan kesatuan Yesus dengan Bapa, ataupun Fil 2:6 yang menunjukkan kesetaraan Yesus dengan Allah, tidak bisa dimasukkan begitu saja ke dalam credo tanpa penjelasan apa-apa.

Bandingkan dengan kata-kata dalam pengakuan Iman Athanasius, no 31: “Equal to the Father in respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity” (= Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya).

Bandingkan juga dengan 2 text di bawah ini, yang jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci membutuhkan penjelasan yang baik untuk bisa dimengerti dengan benar.
· Neh 8:9 - “Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti”.
· 2Pet 3:15b-16 - “(15b) ... Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. (16) Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.

Penafsiran Reformed tentang Ibr 2:9 ini.

1. Penjelasan John Owen.

a. Dalam Kitab Suci, kata-kata ‘semua manusia’ atau ‘setiap orang’ sering digunakan dalam arti terbatas.
John Owen: “The whole question is, who these ‘all’ are, whether all men universally, or only all those of whom the apostle there treateth. That this expression, ‘every man’, is commonly in the Scripture used to signify men under some restriction, cannot be denied” (= Pertanyaannya adalah: siapa ‘semua orang’ ini, apakah itu adalah semua manusia secara universal, atau hanya mereka yang sedang dibahas oleh sang rasul di sini. Bahwa ungkapan ‘setiap orang’ ini sering digunakan dalam Kitab Suci untuk menunjuk kepada orang-orang dalam batasan tertentu, tidak bisa disangkal) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349.
Owen memberi contoh:
· Kol 1:28 - “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus”.
· 1Kor 12:7 - “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama”.
Dalam kedua ayat di atas ini, jelas bahwa kata-kata ‘tiap-tiap orang’ tidak mungkin berarti ‘semua dan setiap orang di seluruh dunia’.

b. Kristus jelas hanya merasakan kematian untuk orang-orang pilihan.
John Owen: “‘To taste death’, being to drink up the cup due to sinners, certainly for whomsoever our Saviour did taste of it, he left not one drop for them to drink after him; he tasted or underwent death in their stead, that the cup might pass from them which passed not from him. Now, the cup of death passeth only from the elect, from believers; for whomsoever our Saviour tasted death, he swallowed it up into victory” (= ‘Merasakan kematian’, meminum cawan yang seharusnya untuk orang-orang berdosa, tentu untuk siapapun Juruselamat kita merasakannya, Ia tidak meninggalkan setetespun untuk mereka untuk diminum setelah Dia meminumnya; Ia merasakan atau mengalami kematian di tempat mereka, supaya cawan itu berlalu dari mereka tetapi tidak berlalu dari Dia. Nah, cawan kematian berlalu hanya dari orang-orang pilihan, dari orang-orang percaya; untuk siapapun Juruselamat kita merasakan kematian, Ia menelannya habis ke dalam kemenangan!) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349-350.

c. Penulis surat Ibrani ini menuliskan suratnya untuk orang-orang Yahudi, yang menganggap bahwa penebusan Yesus hanya dimaksudkan untuk bangsa Yahudi. Untuk itulah penulis surat Ibrani mengatakan bahwa ‘Yesus merasakan kematian untuk semua orang’, maksudnya bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang non Yahudi.
John Owen: “We see an evident appearing cause that should move the apostle here to call those for whom Christ died ‘all,’ - namely, because he wrote to the Hebrews, who were deeply tainted with an erroneous persuasion that all the benefits purchased by Messiah belonged alone to men of their nation, excluding all others; to root out which pernicious opinion, it behoved the apostle to mention the extent of free grace under the gospel, and to hold out a universality of God’s elect throughout the world” (= Kita melihat penyebab yang jelas yang menggerakkan sang rasul di sini menyebut mereka untuk siapa Kristus mati dengan istilah ‘semua’, yaitu karena ia menulis kepada orang-orang Ibrani / Yahudi, yang mempunyai kepercayaan yang salah bahwa semua manfaat yang dibeli oleh Mesias hanya menjadi milik dari bangsa mereka, dengan membuang semua bangsa lain. Untuk mencabut pandangan yang jahat / merusak ini, adalah perlu bahwa sang rasul menyebutkan luasnya kasih karunia cuma-cuma di bawah injil, dan bersikeras tentang keuniversalan dari orang-orang pilihan Allah di seluruh dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 350.

d. Kontext menunjukkan bahwa kata-kata ‘semua manusia’ atau ‘setiap orang’ di sini menunjuk hanya kepada orang-orang percaya / pilihan (Owen, hal 350).
Ibr 2:9-15 - “(9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. (10) Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘many sons’ (= banyak anak-anak)] kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. (11) Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, (12) kataNya: ‘Aku akan memberitakan namaMu kepada saudara-saudaraKu, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,’ (13) dan lagi: ‘Aku akan menaruh kepercayaan kepadaNya,’ dan lagi: ‘Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaKu.’ (14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”.
Kata-kata yang digaris-bawahi itu jelas tidak menunjuk kepada ‘semua orang di dunia ini’, tetapi menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan / orang-orang percaya’ saja.

2. Penjelasan Arthur W. Pink.
Ibr 2:9b - “Ia mengalami maut bagi semua manusia”.
KJV: ‘he ... should taste death for every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).
Arthur W. Pink mengatakan bahwa sebetulnya dalam bahasa Yunaninya tidak ada kata ‘manusia’. Jadi terjemahannya seharusnya adalah ‘Ia mengalami maut bagi setiap ...’.
Arthur W. Pink: “There is no word whatever in the Greek corresponding to ‘man’ in our English version. In the Greek it is left in the abstract - ‘He tasted death for every.’” (= Tidak ada kata apapun dalam bahasa Yunaninya yang sesuai dengan kata ‘manusia’ dalam versi bahasa Inggris kita. Dalam bahasa Yunani itu dibiarkan dalam keadaan abstrak - ‘Ia merasakan kematian untuk setiap’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 67.

Dan Arthur W. Pink mengatakan bahwa kata-kata selanjutnya, yaitu Ibr 2:10, harus digunakan untuk menjelaskan bagian terakhir dari Ibr 2:9 itu. Dan Ibr 2:10 berbunyi sebagai berikut: “Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan”.

Kata ‘orang’ yang saya garis bawahi merupakan terjemahan yang salah. KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘sons’ (= anak-anak), karena kata Yunani yang dipakai adalah HUIOUS yang artinya memang adalah ‘sons’ (= anak-anak).

A. W. Pink lalu mengatakan (hal 67) bahwa di sini terjadi suatu ellipsis (= penghapusan suatu kata yang sebetulnya dibutuhkan untuk pengertian kalimat itu, tetapi bisa dimengerti dari kontextnya). Dan kata itu adalah ‘sons’ (= anak-anak). Jadi, kata ‘anak-anak’ seharusnya disuplai ke dalam ayat itu tetapi ditulis dengan huruf miring (untuk menandakan bahwa dalam bahasa aslinya kata itu tidak ada).

A. W. Pink menambahkan lagi: “Thus instead of teaching the unlimited design of Christ’s death, Heb. 2:9-10 is in perfect accord with the other scriptures we have quoted which sets forth the restricted purpose in the Atonement: it was for the ‘sons’ and not the human race our Lord ‘tasted death.’” (= Karena itu Ibr 2:9-10 bukannya mengajarkan rencana / tujuan yang tak terbatas dari kematian Kristus, tetapi sesuai secara sempurna dengan ayat-ayat Kitab Suci lain yang telah kami kutip, yang menyatakan tujuan yang terbatas dalam penebusan: adalah untuk ‘anak-anak’ dan bukannya untuk seluruh umat manusia Tuhan kita ‘merasakan kematian’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 67.

Arthur W. Pink: “‘But we see Jesus, who was made a little lower than the angels for the suffering of death, crowned with glory and honor; that He by the grace of God should taste death for every man’ (Hebrews 2:9). This passage need not detain us long. A false doctrine has been erected here on a false translation. There is no word whatever in the Greek corresponding to ‘man’ in our English version. In the Greek it is left in the abstract - ‘He tasted death for every.’ The Revised Version has correctly omitted ‘man’ from the text, but has wrongly inserted it in italics. Others suppose the word ‘thing’ should be supplied - ‘He tasted death for every thing’ - but this, too, we deem a mistake. It seems to us that the words which immediately follow explain our text: ‘For it became Him, for whom are all things, and by whom are all things, in bringing many sons unto glory, to make the captain of their salvation perfect through sufferings.’ It is of ‘sons’ the apostle is here writing, and we suggest an ellipsis of ‘son’ - thus: ‘He tasted death for every’ - and supply son in italics. Thus instead of teaching the unlimited design of Christ’s death, Hebrews 2:9, 10 is in perfect accord with the other Scriptures we have quoted which set forth the restricted purpose in the Atonement: it was for the ‘sons’ and not the human race our Lord ‘tasted death’” - ‘The Sovereignty of God’ (AGES), hal 63-64.
Catatan: kutipan dari A. W. Pink ini tidak saya terjemahkan karena intinya sudah saya berikan di atas.

i) Pembahasan 2Pet 3:9.
Tentang 2Pet 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”.

Ayat ini biasanya lebih sering digunakan untuk menentang doktrin tentang Predestinasi, tetapi kadang-kadang / bisa juga digunakan untuk menyerang doktrin tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas) ini.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dan diartikan dengan benar tentang ayat ini, yaitu:
· kata ‘menghendaki’.
· kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’.

Kalau ‘kehendak’ di sini diartikan sebagai kehendak / rencana Allah yang kekal yang tidak mungkin gagal (Ayub 42:2b), dan kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’ diartikan ‘semua orang secara mutlak’, maka ayat ini akan mengajarkan Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa akhirnya semua orang akan selamat), yang jelas merupakan ajaran sesat, dan yang jelas ditentang baik oleh Arminianisme maupun Reformed / Calvinisme.

Untuk menghindari ajaran Universalisme ini, ada 2 cara untuk menafsirkan 2Pet 3:9 ini:

1. Kata ‘menghendaki’ ditafsirkan ‘mengingini’ atau diartikan sebagai ‘kehendak yang bisa tidak terjadi’; sedangkan kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua / semua orang’ diartikan secara mutlak.

Barnes’ Notes: “‘Not willing that any should perish.’ That is, he does not desire it or wish it. His nature is benevolent, and he sincerely desires the eternal happiness of all, ... the passage does not refer to what God will do as the final Judge of mankind, but to what are his feelings and desire now towards men. ... it would be agreeable to the nature of God, and to his arrangements in the plan of salvation, if all men should come to repentance, and accept the offers of mercy; ... since it is in accordance with his nature that he should desire that all men may be saved; it may be presumed that he has made an arrangement by which it is possible that they should be” (= ‘Tidak menghendaki siapapun untuk binasa’. Yaitu, Ia tidak menginginkannya atau mengharapkannya. SifatNya adalah penuh kebaikan, dan Ia dengan sungguh-sungguh menginginkan kebahagiaan kekal dari semua, ... text ini tidak menunjuk pada apa yang Allah akan lakukan sebagai Hakim terakhir bagi umat manusia, tetapi pada perasaanNya dan keinginanNya sekarang ini tentang manusia. ... adalah cocok dengan sifat dari Allah, dan dengan pengaturanNya dalam rencana keselamatan, jika semua orang bertobat, dan menerima tawaran belas kasihan; ... karena itu cocok dengan sifatNya bahwa Ia menginginkan supaya semua orang bisa diselamatkan; bisa dianggap bahwa Ia telah membuat suatu pengaturan / rencana yang memungkinkan mereka untuk diselamatkan) - hal 1458.

Catatan:
· kalau kita membandingkan kata-kata Barnes di sini dengan kata-katanya di atas (tentang Ibr 2:9), maka terlihat bahwa ia tidak konsisten dengan kata-katanya sendiri, karena di sini ia tidak menerima kata-kata Kitab Suci itu apa adanya, tetapi menafsirkannya / menjelaskannya untuk menghindari Universalisme.
· kata-kata Barnes yang saya beri garis bawah ganda jelas berbau ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal).

Adam Clarke: “as he is willing that all should come to repentance, consequently he has never devised nor decreed the damnation of any man, nor has he rendered it impossible for any soul to be saved, either by necessitating him to do evil, that he might die for it, or refusing him the means of recovery, without which he could not be saved” (= karena Ia menghendaki supaya semua bertobat, konsekwensinya Ia tidak pernah merencanakan ataupun menetapkan kehancuran / hukuman kekal dari siapapun, ataupun membuat mustahil bagi jiwa yang manapun untuk diselamatkan, apakah itu dilakukan dengan memastikan orang itu untuk melakukan kejahatan, supaya ia mati karenanya, atau menolak untuk memberinya cara pemulihan, tanpa hal mana ia tidak bisa diselamatkan) - hal 892.

Baik Barnes maupun Clarke bukan hanya menghindari Universalisme, tetapi juga mengarahkan ayat ini pada Arminianisme. Tetapi sebetulnya memungkinkan untuk mengambil tafsiran pertama ini tanpa mengarahkannya pada Arminianisme, seperti yang kelihatannya dilakukan oleh Calvin sendiri. Calvin mengatakan bahwa kehendak Allah di sini tidak menunjuk kepada rencana kekal dari Allah, tetapi menunjuk kepada kehendak Allah seperti yang dinyatakan dalam Injil, yang menawarkan keselamatan kepada semua orang.

Calvin: “But it may be asked, If God wishes none to perish, why is it that so many do perish? To this my answer is, that no mention is here made of the hidden purpose of God, according to which the reprobate are doomed to their own ruin, but only of his will as made known to us in the gospel. For God there stretches forth his hand without a difference to all, but lays hold only of those, to lead them to himself, whom he has chosen before the foundation of the world” [= Tetapi bisa ditanyakan: Jika Allah tidak menginginkan seorangpun untuk binasa, mengapa ada banyak yang binasa? Terhadap pertanyaan ini jawaban saya adalah bahwa di sini tidak dibicarakan tentang rencana yang tersembunyi dari Allah, yang menetapkan orang-orang yang ditentukan untuk binasa (reprobate) pada kehancuran mereka sendiri, tetapi hanya tentang kehendakNya seperti yang dinyatakan kepada kita dalam injil. Karena disana Allah mengulurkan tanganNya tanpa pembedaan kepada semua orang, tetapi hanya menangkap mereka, untuk membimbing mereka kepada diriNya sendiri, yang telah Ia pilih sebelum penciptaan dunia ini] - hal 419-420.

Bandingkan juga dengan:
a. Yeh 18:23 - “Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”.
b. Yeh 18:32 - “Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!’”.
c. Yeh 33:11 - “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”.

2. Kata ‘menghendaki’ diartikan sebagai rencana yang kekal dari Allah, tetapi kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’ tidak diartikan secara mutlak, tetapi diartikan sesuai dengan kontexnya.

Pertama-tama kita perlu untuk mengetahui terjemahan yang benar dari ayat ini.
2Pet 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua (orang) berbalik dan bertobat”.
Kata ‘orang’ saya letakkan dalam tanda kurung, karena sebetulnya tidak ada dalam bahasa Yunaninya.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘all’ (= semua).

Selanjutnya, kata-kata ‘jangan ada’ maupun ‘semua’ harus diartikan sesuai dengan kontextnya, yang membicarakan ‘kamu’ (2Pet 3:9a). Untuk menafsirkan kata ‘kamu’ ini maka:

a. Perlu diperhatikan bahwa Petrus menujukan suratnya ini kepada ‘mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus’ (2Pet 1:1). Ini adalah orang-orang yang sama dengan yang dikatakan ‘dianugerahi janji-janji yang berharga dan yang sangat besar’ (2Pet 1:4). Ini jelas menunjuk kepada orang-orang Kristen.

b. Kita harus memperhatikan kontext dari 2Pet 3 ini, dan akan terlihat bahwa ‘kamu’ ini adalah orang-orang yang:
· disebut dengan istilah ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ (2Pet 3:1).
· dikontraskan dengan ‘pengejek-pengejek’ / ‘orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya’ dalam 2Pet 3:3, untuk siapa digunakan kata ganti orang ‘mereka / nya’.

2Pet 3:1-9 - “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, (6) bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.

Bacaan ini memang membicarakan dan mengkontraskan 2 golongan. Mula-mula Petrus berbicara kepada golongan yang pertama, yaitu ‘saudara-saudara yang kekasih’ (ay 1), dan ia menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘mu’ (ay 1,2,3).

Lalu Petrus mulai berbicara tentang golongan yang kedua, yaitu ‘pengejek-pengejek’ atau ‘orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya’ (ay 3b), dan ia menggunakan kata ‘mereka’ atau ‘nya’ (ay 3b,4,5).

Tetapi mulai ay 8 Petrus kembali berbicara kepada ‘saudara-saudara yang kekasih’ (ay 8a), dan karena itu ia kembali menggunakan kata ‘kamu’ (ay 8,9).
Karena itu jelaslah bahwa kata-kata ‘kamu’ dan ‘semua orang’ dalam ay 9 menunjuk kepada orang kristen / orang pilihan.

John Owen: “The text is clear, that it is all and only the elect whom he would not have to perish” (= Textnya jelas, bahwa adalah semua dan hanya orang pilihan yang tidak Ia kehendaki untuk binasa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 349.

j) Pembahasan Kol 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

Ayat ini agak berbeda dengan ayat-ayat lain dalam kelompok ini, karena tidak menggunakan kata-kata ‘semua orang’, tetapi ‘segala sesuatu’. Ini saja sudah membingungkan, apalagi masih ditambah dengan anak kalimat selanjutnya yang mengatakan - ‘baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus’.

Adam Clarke (tentang Kol 1:20): “‘Things in earth, or things in heaven.’ ... If the phrase be not a kind of collective phrase to signify all the world, or all mankind, as Dr. Hammond supposed the things in heaven may refer, according to some, to those persons who died under the Old Testament dispensation, and who could not have a title to glory but through the sacrificial death of Christ: and the apostle may have intended these merely to show, that without this sacrifice no human beings could be saved, not only those who were then on the earth, and to whom in their successive generations the Gospel should be preached, but even those who had died before the incarnation; and, as those of them that were faithful were now in a state of blessedness, they could not have arrived there but through the blood of the cross, for the blood of calves and goats could not take away sin. After all, the apostle probably means the Jews and the Gentiles; the state of the former being always considered a sort of divine or celestial state, while that of the latter was reputed to be merely earthly, without any mixture of spiritual or heavenly good. It is certain that a grand part of our Lord’s design, in his incarnation and death, was to reconcile the Jews and the Gentiles, and make them one fold under himself, the great Shepherd and Bishop of souls. That the enmity of the Jews was great against the Gentiles is well known, and that the Gentiles held them in supreme contempt is not less so. It was therefore an object worthy of the mercy of God to form a scheme that might reconcile these two grand divisions of mankind; and, as it was his purpose to reconcile and make them one, we learn from this circumstance, as well as from many others, that his design was to save the whole human race” (= ‘Hal-hal di bumi, atau hal-hal di surga’. ... Jika ungkapan ini bukannya sejenis ungkapan kolektif untuk menunjuk seluruh dunia, atau semua umat manusia, seperti Dr. Hammond menganggap ‘hal-hal di surga’ bisa menunjuk, maka menurut sebagian orang, itu menunjuk kepada orang-orang itu yang telah mati dalam jaman Perjanjian Lama, dan yang tidak bisa mempunyai suatu hak pada kemuliaan kecuali melalui kematian yang bersifat pengorbanan dari Kristus: dan sang rasul bisa memaksudkan orang-orang ini semata-mata untuk menunjukkan, bahwa tanpa korban ini tak ada manusia yang bisa diselamatkan, bukan hanya mereka yang pada saat itu ada di bumi, dan bagi siapa dalam generasi-generasi mereka yang berikutnya Injil harus diberitakan, tetapi bahkan mereka yang telah mati sebelum inkarnasi; dan, karena mereka yang setia sekarang ada dalam keadaan diberkati, mereka tidak bisa telah sampai di sana kecuali melalui darah dari salib, karena darah dari lembu dan kambing tidak bisa menghapus dosa. Bagaimanapun juga, sang rasul mungkin memaksudkan orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi; keadaan yang pertama selalu dianggap sebagai sejenis keadaan ilahi atau surgawi, sementara keadaan yang terakhir dianggap sebagai semata-mata duniawi, tanpa campuran apapun dari kebaikan rohani atau surgawi. Adalah pasti bahwa suatu bagian yang agung / hebat dari rancangan Tuhan kita, dalam inkarnasi dan kematianNya, adalah untuk mendamaikan orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi, dan membuat mereka satu kandang di bawah diriNya sendiri, Gembala yang Agung dan Uskup dari jiwa-jiwa (1Pet 2:25). Bahwa permusuhan dari orang-orang Yahudi sangat besar terhadap orang-orang non Yahudi merupakan sesuatu yang sangat terkenal, dan bahwa orang-orang non Yahudi menganggap mereka dalam kejijikan yang tertinggi juga tidak kurang dikenal. Karena itu, itu merupakan suatu obyek / tujuan yang layak dari belas kasihan Allah untuk membentuk suatu rencana yang bisa memperdamaikan dua bagian besar dari umat manusia ini; dan, sebagaimana merupakan rencana / tujuanNya untuk memperdamaikan dan membuat mereka satu, kita belajar dari keadaan ini, maupun dari banyak yang lain, bahwa rancanganNya adalah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia).

Catatan: kontext dari Kol 1:20 itu tidak memungkinkan untuk mengartikan kata-kata ‘segala sesuatu’ hanya kepada manusia yang mana pun. Kelihatannya kata-kata ‘segala sesuatu’ itu harus menunjuk kepada ‘semua ciptaan’ dalam arti yang mutlak.

Kol 1:14-22 - “(14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. (15) Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, (16) karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. (17) Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. (18) Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. (19) Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, (20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. (21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (22) sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.”.

Lenski (tentang Kol 1:20): “All would be perfectly clear and simple if Paul had not written ‘all the things - whether those on the earth or those in the heavens,’ especially the latter. We have no difficulty in understanding the effect of Christ’s redemption on the world in view of Rom. 8:19, etc., and Rev. 21:1, etc. The difficulty lies in a reference to the good angels in heaven and a statement such as that found in Heb. 2:16” (= Semua akan jelas dan sederhana seandainya Paulus tidak menulis ‘segala sesuatu - apakah hal-hal di bumi atau hal-hal di surga’, khususnya yang terakhir. Kita tidak mempunyai kesukaran dalam mengerti akibat / hasil dari penebusan Kristus terhadap dunia / alam semesta mengingat Ro 8:19, dsb., dan Wah 21:1, dsb. Kesukarannya terletak dalam suatu hubungan dengan malaikat-malaikat yang baik di surga dan suatu pernyataan seperti yang terdapat dalam Ibr 2:16).

Ro 8:19-22 - “(19) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. (20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, (21) tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. (22) Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin”.

Wahyu 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi”.

Ibr 2:16 - “Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani”.

Lenski (tentang Kol 1:20): “A great variety of interpretations is offered, among the most unlikely being an angelology which is built up on the basis of Jewish material and is then attributed to Paul, which claims that the good angels were faulty and thus themselves needed a reconciliation and the making of peace. ... It is enough to say that the Scriptures know of no moral fault in the good angels. ... The difficulty clears when we note that not all the objects of the God-man’s reconciling act are affected alike by that act, but that each class is affected according to its nature, its condition, and its relation. We should also remember that ‘all creation’ is a unit, is never viewed otherwise by the Scriptures, and always includes the whole angel world. ‘All creation’ was disrupted: sin arose in heaven and entered men and the physical universe. The Son of God came to the rescue. ... His work of rescue was accomplished ‘through the blood of his cross.’ Now the effects. The evil angels were eliminated eo ipso. The blood of the cross has the same effect for all men who follow these angels and despise this blood; it rescues only the believers (v. 13). This rescue includes the physical creature world. How this is to be understood is shown in Rom. 8:19, etc. This creature world was ‘subject to vanity not willingly,’ it never willed sin. It shall be affected accordingly, i.e., according to its nature and its relation to us: a glorious liberation shall turn it into a new earth (Rom. 8:20), one that is joined to heaven (Rev. 21:1, etc.). Thus as ‘the blood of the cross’ has its effects by eo ipso excluding the evil angels and then also all unbelieving men, as it establishes the eternal kingdom of the Son of God’s love, it has its effects also on the good angels and on all ‘the things in the heaven,’ not, indeed, as though they needed a change in themselves (ἀποκαταλλάσσειν), a ‘being made other’ (ἄλλος) in themselves, but as requiring a change and a new relation to the restored universe. Once there was war (note, for instance, Rev. 12:7) that involved all the good angels; by his cross ‘the first-born from the dead’ has created peace, and this peace shall soon be absolute when the whole universe, heaven and earth united in one (Rev. 21:1, etc.), shall be one kingdom of eternal peace. The cross affects ‘all creation.’ Each part of it is not affected in the identical way but according to the nature, the condition, and the relation of each part to the whole. We distinguish four grand parts. The cross affects each of them, but each of them differently: evil angels - good angels - man, believing or unbelieving - the physical universe. When we say ‘the blood of his cross,’ this means the act of reconciliation, the act of establishing peace. No less than ‘all creation’ is involved in the act of ‘the first-born of all creation.’ ... The root idea lies in ἄλλος, ‘other,’ placing into a relation or a situation that is very much ‘other’ than the existing one. ... The change was made by his establishing peace. We see the full, eternal results in his everlasting kingdom of peace.” [= Sejumlah besar penafsiran yang bermacam-macam ditawarkan, di antara yang paling tidak mungkin adalah doktrin tentang malaikat yang dibangun pada dasar dari bahan Yahudi dan lalu dihubungkan dengan Paulus, yang mengclaim bahwa malaikat-malaikat yang baik juga bersalah / bercacat dan dengan demikian mereka sendiri membutuhkan suatu pendamaian dan pembuatan damai. ... Adalah cukup untuk mengatakan bahwa Kitab Suci tidak mengenal kesalahan moral dalam malaikat-malaikat yang baik. ... Kesukarannya hilang pada waktu kita memperhatikan bahwa tidak semua obyek-obyek dari tindakan pendamaian manusia-Allah dipengaruhi secara sama oleh tindakan itu, tetapi bahwa setiap golongan dipengaruhi sesuai dengan sifat dasarnya / hakekatnya, kondisi / keadaannya, dan hubungannya. Kita juga harus mengingat bahwa ‘semua ciptaan’ merupakan satu unit, yang tidak pernah dilihat secara berbeda oleh Kitab Suci, dan selalu mencakup seluruh dunia malaikat. ‘Semua ciptaan’ dikacaukan: dosa muncul di surga dan memasuki manusia dan alam semesta fisik. Anak Allah datang untuk menolong. ... Pekerjaan pertolonganNya tercapai ‘melalui darah dari salibNya’. Sekarang akibat / hasilnya. Malaikat-malaikat yang jahat disingkirkan dengan sendirinya. Darah dari salib mempunyai hasil / akibat yang sama untuk semua manusia yang mengikuti malaikat-malaikat yang jahat ini dan menghina / memandang rendah darah ini; itu hanya menolong orang-orang percaya (ay 13). Pertolongan ini mencakup dunia makhluk-makhluk fisik. Bagaimana ini dimengerti ditunjukkan dalam Ro 8:19-dst. Dunia makhluk ciptaan ini ‘tunduk pada kesia-siaan tidak dengan sukarela / bukan oleh kehendaknya sendiri’; ia tidak pernah mau berdosa. Itu akan dipengaruhi sesuai dengan hal itu, yaitu sesuai dengan sifat dasar / hakekatnya dan hubungannya dengan kita: suatu pembebasan yang mulia akan mengubahnya menjadi bumi yang baru (Ro 8:20), suatu bumi yang bergabung dengan surga (Wah 21:1-dst.). Jadi, sama seperti ‘darah dari salib’ mempunyai akibat / hasilnya yang dengan sendirinya mengeluarkan malaikat-malaikat yang jahat dan lalu juga semua orang-orang yang tidak percaya, pada waktu itu menegakkan kerajaan kekal dari kasih Anak Allah, itu juga mempunyai akibat / hasil pada malaikat-malaikat yang baik dan pada semua ‘hal-hal di surga’, memang bukan, seakan-akan mereka membutuhkan suatu perubahan dalam diri mereka sendiri (ἀποκαταλλάσσειν / APOKATALLASSEIN), suatu ‘pembuatan menjadi yang lain’ (ἄλλος / ALLOS) dalam diri mereka sendiri, tetapi sebagai membutuhkan suatu perubahan dan suatu hubungan yang baru pada alam semesta yang dipulihkan. Pernah terjadi suatu perang (perhatikan, sebagai contoh, Wah 12:7) yang melibatkan semua malaikat-malaikat yang baik; oleh salibNya ‘yang sulung dari orang mati’ telah menciptakan damai, dan damai ini akan segera menjadi mutlak pada waktu seluruh alam semesta, surga / langit dan bumi bersatu menjadi satu (Wah 21:1-dst), akan menjadi satu kerajaan dari damai yang kekal. Salib ini mempengaruhi ‘semua ciptaan’. Setiap bagiannya tidak dipengaruhi dengan cara yang sama, tetapi sesuai dengan sifat dasar / hakekat, kondisi / keadaan, dan hubungan dari setiap bagian dengan keseluruhannya. Kami membedakan empat bagian besar. Salib mempengaruhi setiap mereka, tetapi masing-masing dari mereka secara berbeda: malaikat-malaikat yang jahat - malaikat-malaikat yang baik - manusia, yang percaya atau yang tidak percaya - alam semesta secara fisik. Pada waktu kami mengatakan ‘darah dari salibNya’ ini berarti tindakan pendamaian, tindakan menegakkan damai. Tak kurang dari ‘semua ciptaan’ tercakup dalam tindakan dari ‘yang sulung dari semua ciptaan’. ... Gagasan dasar terletak dalam ἄλλος / ALLOS, ‘yang lain’, menempatkan ke dalam suatu hubungan atau keadaan yang sangat berbeda dari pada hubungan atau keadaan yang ada pada saat ini. ... Perubahan dibuat oleh penegakan damaiNya. Kita melihat hasil-hasil yang penuh, kekal, dalam kerajaan damai yang kekalNya.].

Kolose 1:13 - “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih;”.

Ibrani 2:16 - “Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani”.

Roma 8:19-20 - “(19) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. (20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya”.

Wahyu 12:7 - “Maka timbullah peperangan di surga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya”.

Wahyu 21:1 - “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi”.

Catatan:
· tentang bagian yang saya beri garis bawah ganda, bandingkan dengan tafsiran Calvin di bawah.

· saya tak tahu persis apa arti dari kata-kata Latin EO IPSO yang Lenski gunakan 2x dalam kutipan ini. Tetapi kira-kira artinya adalah ‘by itself’ (= dengan sendirinya).

· saya menganggap contoh Wah 12:7 itu sama sekali tidak cocok, dalam dalam ayat itu malaikat-malaikat yang baik berperang melawan malaikat-malaikat yang jahat, lalu darah Kristus mendamaikan apanya?

· Yang jelas, Lenski tidak menganggap bahwa Kol 1:20 ini menentang ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).

Calvin (tentang Kol 1:20): “‘Both upon earth and in heaven.’ ... There were, it is true, no absurdity in extending it to all without exception; ... I prefer to understand it as referring to angels and men; and as to the latter, there is no difficulty as to their having need of a peace maker in the sight of God. ... Hence the nature of the peace making between God and men was this, that enmities have been abolished through Christ, and thus God becomes a Father instead of a Judge. Between God and angels the state of matters is very different, for there was there no revolt, no sin, and consequently no separation. It was, however, necessary that angels, also, should be made to be at peace with God, for, being creatures, they were not beyond the risk of falling, had they not been confirmed by the grace of Christ. This, however, is of no small importance for the perpetuity of peace with God, to have a fixed standing in righteousness, so as to have no longer any fear of fall or revolt. Farther, in that very obedience which they render to God, there is not such absolute perfection as to give satisfaction to God in every respect, and without the need of pardon. And this beyond all doubt is what is meant by that statement in Job 4:18, He will find iniquity in his angels. For if it is explained as referring to the devil, what mighty thing were it? But the Spirit declares there, that the greatest purity is vile, if it is brought into comparison with the righteousness of God. We must, therefore, conclude, that there is not on the part of angels so much of righteousness as would suffice for their being fully joined with God. They have, therefore, need of a peace maker, through whose grace they may wholly cleave to God. Hence it is with propriety that Paul declares, that the grace of Christ does not reside among mankind alone, and on the other hand makes it common also to angels. Nor is there any injustice done to angels, in sending them to a Mediator, that they may, through his kindness, have a well grounded peace with God” (= ‘Baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga’. ... Adalah benar bahwa tak ada kemustahilan / kelucuan untuk memperluasnya kepada semua tanpa kecuali; ... Saya lebih memilih untuk mengartikannya sebagai menunjuk kepada malaikat-malaikat dan manusia; dan berkenaan dengan yang terakhir, di sana tidak ada kesukaran berkenaan dengan kebutuhan mereka akan seorang pembuat damai dalam pandangan Allah. ... Maka sifat dasar dari pembuatan damai antara Allah dan manusia adalah ini, bahwa permusuhan telah dihapuskan melalui Kristus, dan dengan demikian Allah menjadi seorang Bapa dan bukannya seorang Hakim. Antara Allah dan malaikat-malaikat keadaannya sangat berbeda, karena di sana tidak ada pemberontakan, tak ada dosa, dan sebagai akibatnya, tak ada pemisahan. Tetapi adalah perlu bahwa malaikat-malaikat, juga, harus didamaikan dengan Allah, karena, sebagai makhluk-makhluk ciptaan, mereka tidak ada di luar resiko untuk jatuh, seandainya mereka tidak diteguhkan oleh kasih karunia Kristus. Ini, bagaimanapun, bukanlah suatu kepentingan yang kecil untuk keabadian dari damai dengan Allah, untuk mempunyai kedudukan yang tetap dalam kebenaran, sehingga tidak lagi mempunyai rasa takut apapun tentang kejatuhan atau pemberontakan. Selanjutnya, dalam ketaatan yang mereka berikan kepada Allah, di sana tidak ada kesempurnaan mutlak sehingga memberikan kepuasan kepada Allah dalam setiap segi / hal, dan tanpa kebutuhan pengampunan. Dan ini tanpa diragukan adalah apa yang dimaksudkan dengan pernyataan itu dalam Ayub 4:18, Ia akan mendapati kesalahan dalam malaikat-malaikatNya. Karena jika itu dijelaskan sebagai menunjuk kepada Iblis, hal hebat apakah itu? Tetapi Roh menyatakan di sana, bahwa kemurnian yang terbesar adalah kotor / buruk / hina, jika itu dibawa ke dalam perbandingan dengan kebenaran Allah. Karena itu, kita harus menyimpulkan bahwa pada malaikat-malaikat tidak ada kebenaran yang begitu banyak sehingga cukup bagi penggabungan mereka dengan Allah. Karena itu, mereka mempunyai kebutuhan akan seorang pembuat damai, melalui kasih karunia siapa mereka bisa sepenuhnya berpegang erat-erat kepada Allah. Maka dengan benar Paulus menyatakan, bahwa kasih karunia Kristus tidak tinggal / terletak di antara manusia saja, dan pada sisi yang lain membuatnya umum bagi malaikat-malaikat juga. Juga di sana tidak ada ketidak-adilan yang dilakukan terhadap malaikat-malaikat, dalam mengutus mereka kepada seorang Pengantara, supaya mereka bisa, melalui kebaikan-Nya, mempunyai damai yang mempunyai dasar yang baik dengan Allah).

Ayub 4:18 - “Sesungguhnya, hamba-hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, malaikat-malaikat-Nya didapati-Nya tersesat”.

KJV: ‘and his angels he charged with folly:’ (= dan malaikat-malaikat-Nya Ia tuduh dengan kebodohan).

RSV: ‘and his angels he charges with error;’ (= dan malaikat-malaikat-Nya Ia tuduh dengan kesalahan).

NIV: ‘if he charges his angels with error,’ (= jika ia menuduh malaikat-malaikat-Nya dengan kesalahan).

NASB: ‘And against His angels He charges error.’ (= Dan terhadap malaikat-malaikatnya Ia menuduhkan kesalahan).

Bdk. Ayub 15:15 - “Sesungguhnya, para suciNya tidak dipercayaiNya, seluruh langitpun tidak bersih pada pandanganNya”.

KJV: ‘Behold, he putteth no trust in his saints; yea, the heavens are not clean in his sight’ (= Lihatlah, Ia tidak meletakkan kepercayaan dalam orang-orang kudus-Nya; ya, surga tidak bersih dalam pandanganNya).

RSV: ‘Behold, God puts no trust in his holy ones, and the heavens are not clean in his sight’ (= Lihatlah, Allah tidak meletakkan kepercayaan dalam para suci-Nya, dan surga tidak bersih dalam pandanganNya).

NIV: ‘If God places no trust in his holy ones, if even the heavens are not pure in his eyes’ (= Jika Allah tidak menempatkan kepercayaan dalam para suci-Nya, jika bahkan surga tidak murni dalam pandangan mata-Nya).

NASB: “‘Behold, He puts no trust in His holy ones, And the heavens are not pure in His sight” (= ‘Lihatlah, Ia tidak meletakkan kepercayaan dalam para suci-Nya, Dan surga tidak murni dalam pandangan-Nya).

Catatan: Kata-kata ‘His holy ones’ (= para suci-Nya) rasanya lebih memungkinkan untuk menunjuk kepada malaikat-malaikat yang baik, bukan pada orang-orang kudus (KJV) yang sudah masuk surga.

Lalu bagaimana dengan Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”?

Saya berpendapat bahwa Ibr 2:16 berbicara tentang malaikat-malaikat yang jatuh; sedangkan Calvin berbicara tentang malaikat-malaikat yang baik.

Calvin (tentang Kol 1:20): “Should any one, on the pretext of the universality of the expression, move a question in reference to devils, whether Christ be their peace-maker also? I answer, No, not even of the wicked men: though I confess that there is a difference, inasmuch as the benefit of redemption is offered to the latter, but not to the former. This, however, has nothing to do with Paul’s words, which include nothing else than this, that it is through Christ alone, that, all creatures, who have any connection at all with God, cleave to him.” (= Jika ada orang, dengan dalih keuniversalan pernyataan ini, menanyakan pertanyaan berkenaan dengan setan, apakah Kristus juga adalah pendamai mereka? Saya menjawab, Tidak, bahkan tidak tentang orang-orang jahat: sekalipun saya mengakui bahwa ada perbedaan, karena keuntungan penebusan ditawarkan kepada orang-orang jahat, tetapi tidak kepada setan. Tetapi ini tak ada hubungannya dengan kata-kata Paulus, yang tidak mencakup yang lain selain ini, bahwa melalui Kristus sajalah bahwa semua makhluk-makhluk ciptaan, yang mempunyai hubungan apapun dengan Allah berpegang erat-erat kepada Dia).

Catatan: yang dimaksud dengan ‘wicked men’ (= orang-orang jahat), jelas adalah orang jahat yang tidak percaya, atau ‘reprobate’ (= orang yang ditentukan untuk binasa).

William Hendriksen (tentang ay 15-20): “The passage also clearly teaches that Christ’s redemptive activity is universe-embracing. In Christ God was pleased to reconcile all things to himself. See on 1:20” (= Text ini juga dengan jelas mengajarkan bahwa aktivitas penebusan Kristus mencakup alam semesta. Dalam Kristus Allah berkenan untuk memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya sendiri. Lihat tentang 1:20).

William Hendriksen (tentang ay 20): “The real meaning of Col. 1:20 is probably as follows: Sin ruined the universe. It destroyed the harmony between one creature and the other, also between all creatures and their God. Through the blood of the cross (cf. Eph 2:11-18), however, sin, in principle, has been conquered. The demand of the law has been satisfied, its curse born (Rom. 3:25; Gal. 3:13). Harmony, accordingly, has been restored. Peace was made. Through Christ and his cross the universe is brought back or restored to its proper relationship to God in the sense that as a just reward of his obedience Christ was exalted to the Father’s right hand, from which position of authority and power he rules the entire universe in the interest of the church and to the glory of God. ... There is, of course, a difference in the manner in which various creatures submit to Christ’s rule and are ‘reconciled to God.’ Those who are and remain evil, whether men or angels, submit ruefully, unwillingly. In their case peace, harmony, is imposed, not welcomed. ... The good angels, on the other hand, submit joyfully, eagerly. So do also the redeemed among men. This group includes the members of the Colossian church as far as they are true believers, a thought to which Paul gives expression in the following verses” (= Arti yang sebenarnya dari Kol 1:20 mungkin adalah sebagai berikut: Dosa merusak alam semesta. Itu menghancurkan keharmonisan antara satu makhluk dengan makhluk yang lain, juga antara semua makhluk ciptaan dan Allah mereka. Melalui darah dari salib (bdk. Efesus 2:11-18), bagaimanapun, dosa, pada dasarnya, telah ditaklukkan. Tuntutan dari hukum Taurat telah dipuaskan, kutuknya telah dipikul / ditanggung (Roma 3:25; Galatia 3:13). Karena itu, keharmonisan telah dipulihkan. Damai telah dibuat. Melalui Kristus dan salibNya alam semesta dibawa kembali atau dipulihkan pada hubungan yang benar dengan Allah dalam arti bahwa sebagai suatu pahala yang benar / adil bagi ketaatanNya, Kristus telah ditinggikan pada tangan kanan Bapa, dari posisi otoritas dan kuasa mana Ia memerintah seluruh alam semesta demi kepentingan dari gereja dan bagi kemuliaan Allah. ... Tentu di sana ada suatu perbedaan dalam cara dalam mana bermacam-macam makhluk ciptaan tunduk pada pemerintahan Kristus dan ‘diperdamaikan dengan Allah’. Mereka yang adalah jahat dan tetap jahat, apakah itu manusia atau malaikat, tunduk dengan sedih / menyesal, dengan terpaksa. Dalam kasus mereka, damai, keharmonisan, dipaksakan / ditentukan, bukan diterima dengan baik. ... Pada sisi yang lain, malaikat-malaikat yang baik tunduk dengan sukacita dan dengan keinginan yang besar. Demikian juga dengan orang-orang yang ditebus dari antara manusia. Kelompok ini mencakup anggota-anggota gereja Kolose sejauh mereka adalah orang-orang percaya yang sejati, suatu pemikiran pada mana Paulus memberikan pernyataan dalam ayat-ayat yang berikutnya) - hal 81-82.

Herbert M. Carson (Tyndale): “this reconciliation is not limited to men. It applies to the whole order of created being. It is significant that Paul does not here say ‘all men’, which would be contrary to his normal teaching, but ‘all things’. The phrase is indefinite and suggests the completeness of the plan of God. Not only is sinful man reconciled, but the created order which has been made subject to vanity because of sin (see Rom. 8:20 ff.) will share also in the fruit of the mighty act of atonement of the cross. It is also significant that in this wide sweep of the scope of reconciliation Paul does not include ‘things under the earth’ as in Philippians 2:10. There he is dealing with the ultimate sovereignty of Christ; and so he insists that one day even Satan and his hosts will be forced to bend the knee. But here he is dealing with reconciliation and its outcome as seen in a new heaven and a new earth wherein dwells righteousness; but from this all finally rebellious beings, whether devils or men, are excluded” (= pendamaian ini tidak dibatasi bagi / pada manusia. Itu diterapkan kepada semua golongan dari mahkluk ciptaan. Merupakan sesuatu yang penting / berarti bahwa Paulus di sini tidak mengatakan ‘semua manusia / orang’, yang akan bertentangan dengan pengajaran normalnya, tetapi ‘segala sesuatu’. Ungkapan ini tak terbatas dan memberikan kesan kelengkapan / ke-menyeluruh-an dari rencana Allah. Bukan hanya manusia berdosa diperdamaikan, tetapi tata tertib / keteraturan ciptaan yang telah dijadikan sasaran kesia-siaan karena dosa (lihat Ro 8:20-dst) juga akan ikut ambil bagian dalam buah dari tindakan penebusan yang hebat dari salib. Juga merupakan sesuatu yang penting / berarti bahwa dalam keluasan yang lebar dari ruang lingkup dari pendamaian ini Paulus tidak mencakup ‘hal-hal di bawah bumi’ seperti dalam Filipi 2:10. Di sana ia sedang menangani kedaulatan maximum dari Kristus; maka ia berkeras bahwa suatu hari bahkan Iblis dan pasukannya akan dipaksa untuk berlutut. Tetapi di sini ia sedang menangani perdamaian dan hasil / akibatnya seperti yang terlihat dalam langit yang baru dan bumi yang baru dimana tinggal kebenaran; tetapi dari hal ini akhirnya semua makhluk-makhluk pemberontak, apakah setan-setan atau manusia, dikeluarkan) - hal 46-47.

Roma 8:19-23 - “(19) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. (20) Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, (21) tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. (22) Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. (23) Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita”.

Filipi 2:10 - “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi”.
2Petrus 3:13 - “Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”.

A. T. Robertson: “‎The use of ‎ta ‎‎panta (‘the all things,’ ‘the universe’) as if the universe were somehow out of harmony reminds us of the mystical passage in Rom 8:19-23 which see for discussion. Sin somehow has put the universe out of joint. Christ will set it right” [= Penggunaan dari TA PANTA (‘segala sesuatu’, ‘alam semesta’) seakan-akan alam semesta entah bagaimana menjadi tidak harmonis, mengingatkan kita tentang text yang bersifat mistik dalam Roma 8:19-23 yang lihatlah untuk diskusi. Dosa entah bagaimana telah meletakkan alam semesta keluar dari sendinya / kesleo. Kristus akan membuatnya benar].

Kesimpulan tentang Kolose 1:20 - “dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”.

1. Ayat ini bukan hanya berbicara tentang manusia, tetapi tentang segala sesuatu dalam arti yang mutlak, yaitu seluruh ciptaan Allah.

2. Dosa menyebabkan seluruh ciptaan Allah mengalami kekacauan.

3. Kristus datang untuk membereskan seluruh ciptaan Allah itu, tetapi hasilnya berbeda-beda untuk setiap golongan.

Jadi, kata-kata ‘memperdamaikan’ dan ‘mengadakan perdamaian’ dalam ayat ini diartikan dalam arti yang sama sekali berbeda dengan dalam seluruh bagian Alkitab yang lain, mungkin paling cocok diartikan ‘membereskan’.

Baca Juga: Penebusan Terbatas - Serangan Balik

Kita tak perlu merasa aneh kalau kata-kata ini diartikan secara khusus, karena kontext menuntut demikian. Ini sama seperti kata ‘roh’ bisa diartikan ‘pengajar firman’ dalam 1Yohanes 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

Dengan demikian, tidak mungkin Kol 1:20 ini ditabrakkan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang sedang kita bahas ini, karena untuk setan-setan dan orang-orang yang termasuk reprobate (= orang yang ditentukan untuk binasa), mereka ‘dibereskan’ dalam arti mereka dipaksa masuk neraka, tak lagi bisa berbuat jahat kepada orang-orang percaya / orang-orang pilihan.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post