LIMITED ATONEMENT/PENEBUSAN TERBATAS - SERANGAN BALIK
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Dalam pembahasan saya sampai saat ini tentu sudah ada banyak serangan terhadap pandangan Arminianisme, tetapi di sini saya mau menambahkan 2 serangan tambahan. 1) Ada tiga pilihan yang diberikan oleh John Owen; dan satu-satunya kemungkinan yang benar adalah pandangan ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
John Owen: “God imposed his wrath due unto, and Christ underwent the pains of hell for, either all the sins of all men, or all the sins of some men, or some sins of all men. If the last, some sins of all men, then have all men some sins to answer for, and so shall no man be saved; for if God enter into judgment with us, though it were with all mankind for one sin, no flesh should be justified in his sight: ... If the second, that is it which we affirm, that Christ in their stead and room suffered for all the sins of all the elect in the world. If the first, why, then, are not all freed from the punishment of all their sins? You will say, ‘Because of their unbelief; they will not believe.’ But, this unbelief, is it a sin, or not? If not, why should they be punished for it? If it be, then Christ underwent the punishment due to it, or not. If so, then why must that hinder them more that their other sins for which he died from partaking of the fruit of his death? If he did not, then did he not die for all their sins. Let them choose which part they will” (= Allah menjatuhkan kemurkaanNya yang disebabkan oleh, dan Kristus mengalami rasa sakit neraka untuk, atau ‘semua dosa-dosa dari semua manusia’, atau ‘semua dosa-dosa dari sebagian manusia’, atau ‘sebagian dosa-dosa dari semua manusia’. Jika yang terakhir, ‘sebagian dari dosa-dosa dari semua manusia’, maka semua manusia harus bertanggung jawab untuk sebagian dosa-dosanya, dan dengan demikian tidak ada orang yang akan diselamatkan; karena jika Allah menghakimi kita, sekalipun itu dilakukan terhadap seluruh umat manusia hanya untuk satu dosa, tidak ada manusia yang dibenarkan di hadapanNya: ... Jika yang kedua, maka itu adalah yang kami tegaskan, bahwa Kristus telah menderita di tempat mereka untuk semua dosa-dosa dari semua orang-orang pilihan di dunia. Jika yang pertama, lalu mengapa tidak semua dibebaskan dari hukuman dari semua dosa-dosa mereka? Kamu akan berkata: ‘Karena ketidak-percayaan mereka; mereka tidak mau percaya’. Tetapi, ketidak-percayaan ini adalah suatu dosa, atau bukan? Jika ketidak-percayaan bukan merupakan dosa, mengapa mereka harus dihukum untuk itu? Jika ketidak-percayaan merupakan dosa, maka Kristus mengalami hukuman yang disebabkan oleh dosa itu, atau tidak. Jika ya, lalu mengapa itu harus menghalangi mereka untuk ikut menikmati buah kematianNya lebih dari dosa-dosa mereka yang lain untuk mana Dia mati? Jika tidak, maka Ia tidak mati untuk semua dosa mereka. Biarlah mereka memilih bagian mana yang mereka mau) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 173-174.
Penjelasan kata-kata Owen di atas:
Allah menjatuhkan kemurkaanNya yang disebabkan oleh ..........
Kristus mengalami ‘rasa sakit neraka’ untuk ..............
Titik-titik di atas bisa diisi oleh 3 kemungkinan di bawah ini:
a) ‘sebagian dosa-dosa dari semua manusia’.
b) ‘semua dosa-dosa dari sebagian manusia’ - ini pandangan Reformed.
c) ‘semua dosa-dosa dari semua manusia’ - ini pandangan Arminian.
Pandangan a) jelas sesat, karena kalau Kristus mati hanya untuk sebagian dosa dari semua manusia, semua manusia tetap akan dihukum dalam neraka untuk dosa-dosa mereka yang tidak dipikul oleh Kristus.
Jika pandangan c) yang benar, maka mengapa tidak semua manusia dibebaskan dari hukuman? Orang Arminian menjawab: karena mereka tidak percaya. Sekarang dipertanyakan: ketidak-percayaan itu merupakan dosa atau bukan?
Pandangan a) jelas sesat, karena kalau Kristus mati hanya untuk sebagian dosa dari semua manusia, semua manusia tetap akan dihukum dalam neraka untuk dosa-dosa mereka yang tidak dipikul oleh Kristus.
Jika pandangan c) yang benar, maka mengapa tidak semua manusia dibebaskan dari hukuman? Orang Arminian menjawab: karena mereka tidak percaya. Sekarang dipertanyakan: ketidak-percayaan itu merupakan dosa atau bukan?
1. Sebetulnya mengatakan bahwa ketidak-percayaan bukan merupakan dosa merupakan sesuatu yang mustahil. Bdk. Yohanes 6:29 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.
Tetapi jika ada orang yang tetap berkeras mengatakan bahwa ketidak-percayaan bukan dosa, mengapa orang harus dihukum karena sesuatu yang bukan dosa? Mengapa orang harus dihukum karena tidak percaya?
Tetapi jika ada orang yang tetap berkeras mengatakan bahwa ketidak-percayaan bukan dosa, mengapa orang harus dihukum karena sesuatu yang bukan dosa? Mengapa orang harus dihukum karena tidak percaya?
education, business |
a. Jika ya, mengapa ketidakpercayaan itu menghalangi mereka masuk surga, padahal dosa-dosa mereka yang lain tidak menghalangi mereka masuk surga?
b. Jika tidak, maka itu berarti Kristus tidak mati untuk semua dosa (ini menjadi pandangan a) yang jelas merupakan pandangan sesat).
Kesimpulan: pandangan c) tidak mungkin benar.
Kalau pandangan a) merupakan pandangan sesat, dan pandangan c) merupakan pandangan yang salah, maka yang tersisa adalah pandangan b) yaitu ‘LimitedAtonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan pandangan Calvinisme / Reformed .
Catatan: kalau Calvinisme / Reformed percaya bahwa Kristus juga menebus dosa ketidakpercayaan, ini tentu tidak berarti bahwa kita diselamatkan sekalipun kita tidak percaya sampai kita mati.
Ingat bahwa Ia menebus semua dosa dari orang-orang pilihan, yang pasti akan bertobat dan percaya kepada Yesus.
Kalau pandangan a) merupakan pandangan sesat, dan pandangan c) merupakan pandangan yang salah, maka yang tersisa adalah pandangan b) yaitu ‘LimitedAtonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan pandangan Calvinisme / Reformed .
Catatan: kalau Calvinisme / Reformed percaya bahwa Kristus juga menebus dosa ketidakpercayaan, ini tentu tidak berarti bahwa kita diselamatkan sekalipun kita tidak percaya sampai kita mati.
Ingat bahwa Ia menebus semua dosa dari orang-orang pilihan, yang pasti akan bertobat dan percaya kepada Yesus.
Kisah Para Rasul 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.
Orang-orang pilihan, sebelum mereka percaya kepada Yesus, juga adalah orang yang tidak percaya. Jadi, ketidakpercayaan selama mereka belum menjadi orang kristen, tetap ditebus dan diampuni.
2) Kalau Calvinisme membatasi luas penebusan, maka Arminianisme membatasi kuasa / nilai penebusan.
Loraine Boettner: “When the atonement is made universal its inherent value is destroyed. If it is applied to all men, and some are lost, the conclusion is that it makes salvation objectively possible for all but that it does not actually save anybody. According to the Arminian theory the atonement has simply made it possible for all men to co-operate with the divine grace and thus save themselves - if they will. ... The Arminian limits the atonement as certainly as does the Calvinist. The Calvinist limits the extent of it in that he says it does not apply to all persons; while the Arminian limits the power of it, for he says that in itself it does not actually save anybody. The Calvinist limits it quantitatively, but not qualitatively; the Arminian limits it qualitatively, but not quantitatively. For the Calvinist it is like a narrow bridge which goes all the way across the stream; for the Arminian it is like a great wide bridge which goes half-way across. As a matter of fact, the Arminian places more severe limitations on the work of Christ than does the Calvinist” (= Pada waktu penebusan dijadikan bersifat universal, nilainya dihancurkan. Jika penebusan itu diterapkan kepada semua manusia, dan sebagian ternyata terhilang, kesimpulannya adalah bahwa penebusan itu membuat keselamatan memungkinkan secara obyektif bagi semua orang, tetapi penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Menurut teori Arminian penebusan hanya membuat menjadi mungkin bagi semua orang untuk bekerja sama dengan kasih karunia ilahi dan dengan demikian menyelamatkan diri mereka sendiri, jika mereka mau / menghendakinya. ... Orang Arminian membatasi penebusan sama pastinya seperti yang dilakukan oleh orang Calvinist. Orang Calvinist membatasi luas dari penebusan dalam kata-katanya bahwa penebusan itu tidak berlaku bagi semua orang; sementara orang Arminian membatasi kuasa dari penebusan itu, karena ia mengatakan bahwa dalam dirinya sendiri penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Orang Calvinist membatasi penebusan itu secara kwantitatif / jumlah, tetapi tidak secara kwalitatif / kwalitet; Orang Arminian membatasi penebusan itu secara kwalitatif / kwalitet, tetapi tidak secara kwantitatif / jumlah. Untuk orang Calvinist penebusan itu seperti suatu jembatan yang sempit yang mencapai seberang sungai; untuk orang Arminian penebusan itu seperti jembatan besar yang lebar yang hanya sampai setengah lebar sungai. Dalam faktanya, orang Arminian memberikan batasan-batasan yang lebih keras pada pekerjaan Kristus dari apa yang dilakukan oleh orang Calvinist) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152-153.
Baca Juga: Limited Atonement VS 4 Ayat
2) Kalau Calvinisme membatasi luas penebusan, maka Arminianisme membatasi kuasa / nilai penebusan.
Loraine Boettner: “When the atonement is made universal its inherent value is destroyed. If it is applied to all men, and some are lost, the conclusion is that it makes salvation objectively possible for all but that it does not actually save anybody. According to the Arminian theory the atonement has simply made it possible for all men to co-operate with the divine grace and thus save themselves - if they will. ... The Arminian limits the atonement as certainly as does the Calvinist. The Calvinist limits the extent of it in that he says it does not apply to all persons; while the Arminian limits the power of it, for he says that in itself it does not actually save anybody. The Calvinist limits it quantitatively, but not qualitatively; the Arminian limits it qualitatively, but not quantitatively. For the Calvinist it is like a narrow bridge which goes all the way across the stream; for the Arminian it is like a great wide bridge which goes half-way across. As a matter of fact, the Arminian places more severe limitations on the work of Christ than does the Calvinist” (= Pada waktu penebusan dijadikan bersifat universal, nilainya dihancurkan. Jika penebusan itu diterapkan kepada semua manusia, dan sebagian ternyata terhilang, kesimpulannya adalah bahwa penebusan itu membuat keselamatan memungkinkan secara obyektif bagi semua orang, tetapi penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Menurut teori Arminian penebusan hanya membuat menjadi mungkin bagi semua orang untuk bekerja sama dengan kasih karunia ilahi dan dengan demikian menyelamatkan diri mereka sendiri, jika mereka mau / menghendakinya. ... Orang Arminian membatasi penebusan sama pastinya seperti yang dilakukan oleh orang Calvinist. Orang Calvinist membatasi luas dari penebusan dalam kata-katanya bahwa penebusan itu tidak berlaku bagi semua orang; sementara orang Arminian membatasi kuasa dari penebusan itu, karena ia mengatakan bahwa dalam dirinya sendiri penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Orang Calvinist membatasi penebusan itu secara kwantitatif / jumlah, tetapi tidak secara kwalitatif / kwalitet; Orang Arminian membatasi penebusan itu secara kwalitatif / kwalitet, tetapi tidak secara kwantitatif / jumlah. Untuk orang Calvinist penebusan itu seperti suatu jembatan yang sempit yang mencapai seberang sungai; untuk orang Arminian penebusan itu seperti jembatan besar yang lebar yang hanya sampai setengah lebar sungai. Dalam faktanya, orang Arminian memberikan batasan-batasan yang lebih keras pada pekerjaan Kristus dari apa yang dilakukan oleh orang Calvinist) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152-153.
Baca Juga: Limited Atonement VS 4 Ayat
Loraine Boettner mengutip kata-kata Warfield: “The things we have to choose between are an atonement of high value, or an atonement of wide extension. The two cannot go together” (= Hal-hal yang harus kita pilih adalah antara suatu penebusan dengan nilai yang tinggi, atau suatu penebusan yang luas. Dua hal itu tidak bisa berjalan bersama-sama) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152-153.
Dan Loraine Boettner lalu melanjutkan: “The work of Christ can be universalized only by evaporating its substance” (= Pekerjaan Kristus bisa diuniversalkan hanya dengan menguapkan substansi / zatnya) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 153.
Loraine Boettner juga mengutip kata-kata Charles Hodge: “The sin of Adam did not make the condemnation of all men merely possible; it was the ground of their actual condemnation. So the righteousness of Christ did not make the salvation of men merely possible, it secured the actual salvation of those for whom He wrought” (= Dosa dari Adam tidak membuat penghukuman semua manusia sekedar mungkin; itu adalah dasar penghukuman mereka yang sebenarnya. Demikianlah kebenaran Kristus tidak membuat keselamatan manusia sekedar mungkin, itu memastikan keselamatan yang sebenarnya dari mereka untuk siapa Ia mengerjakan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 154-155.
Dan Loraine Boettner lalu melanjutkan: “The work of Christ can be universalized only by evaporating its substance” (= Pekerjaan Kristus bisa diuniversalkan hanya dengan menguapkan substansi / zatnya) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 153.
Loraine Boettner juga mengutip kata-kata Charles Hodge: “The sin of Adam did not make the condemnation of all men merely possible; it was the ground of their actual condemnation. So the righteousness of Christ did not make the salvation of men merely possible, it secured the actual salvation of those for whom He wrought” (= Dosa dari Adam tidak membuat penghukuman semua manusia sekedar mungkin; itu adalah dasar penghukuman mereka yang sebenarnya. Demikianlah kebenaran Kristus tidak membuat keselamatan manusia sekedar mungkin, itu memastikan keselamatan yang sebenarnya dari mereka untuk siapa Ia mengerjakan) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 154-155.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America