LIMITED ATONEMENT VS 4 AYAT
Pdt.Budi Asali, M.Div
Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Kristus mati untuk orang yang binasa / akan binasa.
a) Roma 14:15 - “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia”.
b) 1Korintus 8:11 - “Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’mu”.
Dalam kedua ayat di atas ini, orang tersebut disebut dengan istilah ‘saudaramu’, yang menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen, dan masih ditambahkan lagi bahwa ‘Kristus telah mati untuk dia’, tetapi lalu dikatakan bahwa ia ‘menjadi binasa’ gara-gara tindakan dari orang kristen yang lain.
c) Ibrani 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
a) Roma 14:15 - “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia”.
b) 1Korintus 8:11 - “Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’mu”.
Dalam kedua ayat di atas ini, orang tersebut disebut dengan istilah ‘saudaramu’, yang menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen, dan masih ditambahkan lagi bahwa ‘Kristus telah mati untuk dia’, tetapi lalu dikatakan bahwa ia ‘menjadi binasa’ gara-gara tindakan dari orang kristen yang lain.
c) Ibrani 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
education, business |
Ayat ini mengatakan bahwa orang tersebut ‘dikuduskan oleh darah perjanjian’, yang menunjukkan bahwa ia adalah orang kristen, dan bahwa Kristus mencurahkan darahNya untuk dia / menebus dia. Tetapi orang tersebut lalu ‘menginjak-injak Anak Allah’, ‘menganggap najis darah perjanjian’, dan ‘menghina Roh kasih karunia’, dan karena itu ‘harus dihukum dengan lebih berat’ (dari pada orang yang menolak hukum Musa (Ibr 10:28). Jadi terlihat bahwa orang untuk siapa Kristus telah mati, ternyata pada akhirnya harus dihukum.
d) 2 Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang sesat / nabi-nabi palsu itu telah ditebus oleh Penguasa / Yesus, tetapi mereka menyangkal Penguasa tersebut, dan dengan demikian ‘mendatangkan kebinasaan atas diri mereka’. Jadi lagi-lagi terlihat bahwa orang-orang yang telah ditebus ternyata bisa binasa.
R. L. Dabney: “Here, it is urged, Calvinists must either hold that some of the elect perish, or that Christ died for others than the elect” (= Di sini, ada desakan bahwa orang-orang Calvinist harus percaya, atau bahwa sebagian dari orang-orang pilihan binasa, atau bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan orang pilihan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 524.
Catatan: Dabney adalah orang Reformed, dan desakan yang ia bicarakan di sini bukanlah desakan dari dia, tetapi dari orang-orang lain / Arminian. Orang-orang Arminian menganggap bahwa orang-orang Reformed / Calvinist hanya mempunyai 2 pilihan dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut di atas:
1. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut adalah orang-orang pilihan. Dengan demikian kita harus beranggapan bahwa orang-orang pilihan tersebut gagal untuk diselamatkan, karena dikatakan bahwa mereka binasa. Jadi, ini merupakan serangan terhadap doktrin Predestinasi / ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yg tidak bersyarat), yang merupakan point ke 2 dari 5 points Calvinisme, dan juga terhadap doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) yang merupakan point ke 5 dari 5 points Calvinisme.
2. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut bukan orang-orang pilihan, karena mereka akhirnya binasa. Tetapi kalau kita memilih pandangan ini, kita harus menganggap bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan pilihan, dan ini bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan point ke 3 dari 5 points Calvinisme.
Sekarang kita akan membahas ayat-ayat tersebut satu per satu secara lebih terperinci.
a) Roma 14:15 - “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia”.
d) 2 Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang sesat / nabi-nabi palsu itu telah ditebus oleh Penguasa / Yesus, tetapi mereka menyangkal Penguasa tersebut, dan dengan demikian ‘mendatangkan kebinasaan atas diri mereka’. Jadi lagi-lagi terlihat bahwa orang-orang yang telah ditebus ternyata bisa binasa.
R. L. Dabney: “Here, it is urged, Calvinists must either hold that some of the elect perish, or that Christ died for others than the elect” (= Di sini, ada desakan bahwa orang-orang Calvinist harus percaya, atau bahwa sebagian dari orang-orang pilihan binasa, atau bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan orang pilihan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 524.
Catatan: Dabney adalah orang Reformed, dan desakan yang ia bicarakan di sini bukanlah desakan dari dia, tetapi dari orang-orang lain / Arminian. Orang-orang Arminian menganggap bahwa orang-orang Reformed / Calvinist hanya mempunyai 2 pilihan dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut di atas:
1. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut adalah orang-orang pilihan. Dengan demikian kita harus beranggapan bahwa orang-orang pilihan tersebut gagal untuk diselamatkan, karena dikatakan bahwa mereka binasa. Jadi, ini merupakan serangan terhadap doktrin Predestinasi / ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yg tidak bersyarat), yang merupakan point ke 2 dari 5 points Calvinisme, dan juga terhadap doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) yang merupakan point ke 5 dari 5 points Calvinisme.
2. Dengan menganggap bahwa orang-orang tersebut bukan orang-orang pilihan, karena mereka akhirnya binasa. Tetapi kalau kita memilih pandangan ini, kita harus menganggap bahwa Kristus mati untuk orang-orang yang bukan pilihan, dan ini bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan point ke 3 dari 5 points Calvinisme.
Sekarang kita akan membahas ayat-ayat tersebut satu per satu secara lebih terperinci.
a) Roma 14:15 - “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia”.
Catatan: untuk bisa mengerti apa yang dibicarakan ayat ini, baca kontextnya mulai Ro 14:1.
Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian yang sangat keras, menggunakan Ro 14:15 ini untuk mendukung pandangannya, bahwa orang untuk siapa Kristus telah mati, bisa binasa. Dengan kata lain, ayat ini ia gunakan untuk menentang doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).
Adam Clarke: “This puts the uncharitable conduct of the person in question in the strongest light, because it supposes that the weak brother may be so stumbled as to fall and perish finally; even the man for whom Christ died. ... From this verse we learn that a man for whom Christ died may perish, or have his soul destroyed; and destroyed with such a destruction as implies perdition. ... Christ died in his stead; do not destroy his soul. The sacrificial death is as strongly expressed as it can be, and there is no word in the New Testament that more forcibly implies eternal ruin than the verb apolluw (APOLLUO), from which is derived that most significant name of the Devil, o[ Apolluw (HO APOLLUO), the Destroyer, the great universal murderer of souls” [= Ayat ini meletakkan tingkah laku yang tidak kasih dari orang yang dipersoalkan dalam terang yang terkuat, karena ayat ini menganggap bahwa saudara yang lemah itu bisa tersandung sedemikian rupa sehingga jatuh dan akhirnya binasa; yaitu orang untuk siapa Kristus telah mati. ... Dari ayat ini kita belajar bahwa seseorang untuk siapa Kristus mati bisa binasa, atau dibinasakan jiwanya; dan dibinasakan dengan suatu penghancuran yang menunjuk pada kehancuran total / neraka. ... Kristus mati di tempatnya / menggantikannya; jangan menghancurkan jiwanya. Kematian yang bersifat pengorbanan ditekankan sekeras mungkin, dan tidak ada kata dalam Perjanjian Baru yang menunjuk secara lebih kuat pada kehancuran kekal dari pada kata kerja apolluw (APOLLUO), dari mana diturunkan nama yang paling penting dari setan, o[ Apolluw (HO APOLLUO), sang Pembinasa / Penghancur, sang pembunuh jiwa universal yang besar] - hal 152-153.
Lenski: “‘by means of food - him in whose behalf Christ died.’ Christ, our Lord, died for this brother, whom thou art destroying with such a trifling thing as thy food!” (= ‘oleh karena makanan - dia untuk siapa Kristus mati’. Kristus, Tuhan kita, mati untuk saudara ini, yang engkau sedang hancurkan dengan hal yang remeh seperti makananmu!).
Tanggapan terhadap penafsiran Arminian ini:
Ada bermacam-macam cara penafsiran yang lain dari Ro 14:15 ini yang menyebabkan ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
1. Tindakan orang dalam Ro 14:15 itu hanya mempunyai kecenderungan untuk membinasakan saudaranya yang lemah, tetapi tidak berarti bahwa saudara yang lemah itu bisa betul-betul binasa.
W. G. T. Shedd: “To encourage a fellow disciple to violate his conscience, and thereby to fill him with remorse, will end in his ruin, if persisted in. But it does not follow that it will be persisted in” (= Mendorong sesama murid untuk melanggar hati nuraninya, dan dengan itu memenuhinya dengan penyesalan yang mendalam, akan berakhir dalam kehancurannya, jika hal itu terus berlangsung. Tetapi itu tidak berarti bahwa hal itu akan terus berlangsung) - ‘Commentary on Romans’, hal 398.
Editor / penterjemah dari Calvin’s Commentary (John Owen): “From the word ‘destroy not,’ &c., some have deduced the sentiment, that those for whom Christ died may perish forever. It is neither wise nor just to draw a conclusion of this kind; for it is one that is negatived by many positive declarations of Scripture. Man’s inference, when contrary to God’s word, cannot be right. Besides, the Apostle’s object in this passage is clearly this, - to exhibit the sin of those who disregarded the good of their brother, and to show what that sin was calculated to do, without saying that it actually effected that evil. ... Apostles and ministers are said to ‘save’ men (Rom. 11:14 1Cor. 7:16 1Cor. 9:22 1Tim. 4:16); some are exhorted here not to ‘destroy’ them. Neither of these effects can follow, except in the first instance, God grants his blessing, and in the second instance his permission; and his permission as to his people he will never grant, as he has expressly told us. See John 10:27-29” [= Dari kata-kata ‘janganlah membinasakan’ dst, beberapa orang menyimpulkan suatu pandangan / pemikiran bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati bisa binasa selama-lamanya. Adalah tidak bijaksana ataupun benar untuk menarik kesimpulan seperti ini; karena itu merupakan sesuatu yang disangkal oleh banyak pernyataan yang positif dari Kitab Suci. Kesimpulan manusia yang bertentangan dengan firman Allah tidak bisa benar. Disamping, tujuan dari sang Rasul dalam text ini jelas adalah ini: memamerkan dosa dari mereka yang tidak menghiraukan kebaikan dari saudara mereka, dan untuk menunjukkan apa yang bisa dilakukan oleh dosa itu, tanpa mengatakan bahwa dosa itu betul-betul mengakibatkan bencana tersebut. ... Rasul-rasul dan pelayan-pelayan dikatakan ‘menyelamatkan’ manusia (Roma 11:14 1Kor 7:16 1Kor 9:22 1Tim 4:16); dan orang-orang di sini didesak untuk tidak ‘membinasakan’ mereka. Tidak ada dari hal-hal ini yang bisa terjadi, kecuali dalam kejadian pertama, Allah memberikan berkatNya, dan dalam kejadian kedua, Ia memberikan ijinNya; dan berkenaan dengan umatNya Ia tidak akan pernah memberikan ijinNya, seperti yang dikatakanNya secara jelas / explicit kepada kita. Lihat Yohanes 10:27-29] - hal 505-506.
Saudara yang lemah itu tidak betul-betul bisa binasa, karena:
a. Kata-kata dalam Ro 14:15 ini diberikan justru supaya kebinasaan dari saudara yang lemah itu tidak terjadi.
Pemberian peringatan disertai ancaman yang tidak betul-betul bisa terjadi ini, juga terjadi dalam Kis 27:31, dimana Paulus memberikan peringatan disertai ancaman dengan berkata: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat”. Bahwa ancaman ini tidak mungkin betul-betul terjadi adalah jelas dari Kisah Para Rasul 27:22-25, karena Tuhan memberikan janjiNya bahwa semua orang di kapal itu akan selamat. Jadi pemberian peringatan disertai ancaman itu tidak mungkin bisa terjadi, dan justru merupakan cara untuk menyelamatkan semua orang di kapal itu.
Barnes’ Notes: “The word ‘destroy’ here refers, doubtless, to the ruin of the soul in hell. ... Though the apostle believed that all who were true Christians would be saved, Rom. 8:30-39, yet he believed that it would be brought about by the use of means, and that nothing should be done that would tend to hinder or endanger their salvation, Heb. 6:4-9; 2:1. God does not bring his people to heaven without the use of means adapted to the end; and one of those means is that employed here to warn professing Christians against such conduct as might jeopard the salvation of their brethren. ... This passage should not be brought, therefore, to prove that Christ died for all men, or for any who shall finally perish. Such a doctrine is undoubtedly true, (comp. 2Cor. 5:14,15; 1John 2:2; 2Pet. 2:1,) but it is not the truth which is taught here. The design is to show the criminality of a course that would tend to the ruin of a brother. For these weak brethren, Christ laid down his precious life. He loved them; and shall we, to gratify our appetites, pursue a course which will tend to defeat the work of Christ, and ruin the souls redeemed by his blood?” [= Kata ‘membinasakan’ di sini tidak diragukan lagi menunjuk pada kehancuran dari jiwa di dalam neraka. ... Sekalipun sang rasul percaya bahwa semua orang Kristen yang sejati akan diselamatkan, Roma 8:30-39, tetapi ia percaya bahwa hal itu akan terjadi oleh penggunaan cara-cara, dan bahwa tidak ada apapun yang boleh dilakukan yang mempunyai kecenderungan untuk menghalangi atau membahayakan keselamatan mereka, Ibrani 6:4-9; 2:1. Allah tidak membawa umatNya ke surga tanpa penggunaan cara-cara yang disesuaikan sampai akhir; dan salah satu dari cara-cara itu adalah yang digunakan di sini dengan memperingati orang-orang yang mengaku sebagai Kristen untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan dari saudara-saudara seiman mereka. ... Karena itu, text ini tidak boleh digunakan untuk membuktikan bahwa Kristus mati untuk semua orang, atau untuk siapapun yang akhirnya akan binasa. Tak diragukan bahwa doktrin seperti itu memang benar, (bdk. 2Korintus 5:14,15; 1Yohanes 2:2; 2Petrus 2:1), tetapi itu bukanlah kebenaran yang diajarkan di sini. Tujuan dari ayat ini adalah untuk menunjukkan kejahatan dari suatu cara hidup yang cenderung untuk menghancurkan seorang saudara. Untuk saudara-saudara yang lemah ini Kristus menyerahkan jiwaNya yang berharga. Ia mengasihi mereka; dan apakah kita, untuk memuaskan nafsu-nafsu kita, mengikuti cara hidup yang cenderung untuk menggagalkan pekerjaan Kristus, dan menghancurkan jiwa-jiwa yang ditebus oleh darahNya?] - hal 657.
Catatan: Albert Barnes sebetulnya bukan orang Reformed. Ia menolak doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan terbatas), tetapi ia menerima doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus), yang menekankan bahwa keselamatan dari orang kristen yang sejati tidak mungkin hilang. Ini menyebabkan ia tidak bisa menggunakan Ro 14:15 ini untuk menentang doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), karena kalau ia melakukan hal itu, maka Ro 14:15 ini secara otomatis juga menentang doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) yang ia terima.
John Murray (NICNT): “The strength of the word ‘destroy’ underlines the serious nature of the stumbling that overtakes the weak brother. Are we to suppose that he is viewed as finally perishing? However grave the sin he commits it would be beyond all warrant to regard it as amounting to apostasy. The exhortation ‘destroy not’ is directed to the strong. In a similar situation the weak person is represented as perishing (1Cor. 8:11). But here likewise it would be beyond warrant to think of apostasy. Furthermore, the destruction contemplated as befalling the weak should not be construed as eternal perdition. All sin is destructive and the sin of the weak in this instance is a serious breach of fidelity which, if not repaired, would lead to perdition. It is upon the character of the sin and its consequence that the emphasis is placed in order to impress upon the strong the gravity of his offence in becoming the occasion of stumbling. It would load the exhortation with implication beyond this intent to suppose that the weak believer by his sin is an heir of eternal destruction. It is a warning, however, to the strong believer that what he must consider is the nature and tendency of sin and not take refuge behind the security of the believer and the final perseverance of the saints” [= Kekuatan dari kata ‘membinasakan’ menekankan sifat yang serius dari tindakan menyandungi saudara yang lemah. Apakah kita harus menganggap bahwa ia dipandang sebagai binasa pada akhirnya? Betapapun beratnya dosa yang ia lakukan, adalah tidak benar untuk menganggapnya sebagai sama dengan kemurtadan. Desakan ‘janganlah membinasakan’ ditujukan kepada orang kristen yang kuat. Dalam keadaan yang serupa orang yang lemah digambarkan sebagai ‘menjadi binasa’ (1Korintus 8:11). Tetapi juga di sini adalah tidak benar untuk berpikir tentang kemurtadan. Selanjutnya, kebinasaan yang dipertimbangkan akan menimpa saudara yang lemah tidak boleh ditafsirkan sebagai kebinasaan kekal. Semua dosa bersifat menghancurkan dan dosa dari saudara yang lemah dalam kejadian ini merupakan pelanggaran kesetiaan, yang, jika tidak diperbaiki, akan membawa pada kebinasaan. Penekanan diletakkan pada sifat dan konsekwensi dari dosa, untuk menanamkan kesan pada orang kristen yang kuat beratnya pelanggarannya yang menjadi penyebab tersandungnya orang lain. Merupakan sesuatu yang melampaui maksud dari desakan ini jika kita menganggap bahwa orang percaya yang lemah itu, oleh dosanya, adalah seorang pewaris dari kebinasaan kekal. Tetapi ini merupakan suatu peringatan bagi orang percaya yang kuat bahwa apa yang harus ia pertimbangkan adalah sifat dan kecenderungan dari dosa, dan supaya ia tidak berlindung di belakang ‘keamanan orang percaya’ dan ‘ketekunan akhir orang-orang kudus’] - ‘The Epistle to the Romans’, hal 192.
b. Pasti ada campur tangan Allah sehingga hal itu tidak terjadi.
Perhatikan bahwa dalam pasal yang sama, pada ay 4, Paulus sudah menekankan hal ini.
Ro 14:4 - “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri”.
John Brown: “You are doing what may probably involve your brother in guilt, and in the grief, and, if mercy prevent not, the destruction, which are the natural results of guilt.’ ‘Destroy not thy brother;’ that is, ‘Do not what may end - what, but for the interposition of Divine grace, must end - in his destruction. The tendency of every sin is to destroy the soul” [= Kamu sedang melakukan apa yang bisa melibatkan saudaramu dalam kesalahan, dan dalam kesedihan, dan, jika belas kasihan (dari Tuhan) tidak mencegahnya, kehancuran, yang merupakan akibat alamiah dari kesalahan’. ‘Janganlah engkau membinasakan saudaramu’; artinya: ‘Jangan melakukan apa yang mungkin akan berakhir pada apa, yang kecuali karena adanya campur tangan dari kasih karunia Ilahi, pasti berakhir dalam kebinasaannya. Kecenderungan dari setiap dosa adalah menghancurkan / membinasakan jiwa] - hal 528-529.
William Hendriksen: “The apostle is, as it were, saying, ‘Consider what you are doing! So dear is that brother of yours to Christ that he died for him. Nevertheless, you, by means of your unbrotherly conduct, are treating him in a manner which, were it not for God’s irresistible grace, would destroy him. Immediately stop doing what you are doing, and do the very opposite!’” (= Seakan-akan sang rasul berkata: ‘Pertimbangkanlah apa yang sedang kamu lakukan! Kristus sangat mengasihi saudaramu sehingga Ia mati untuknya. Tetapi engkau, oleh tindakanmu yang tidak sesuai dengan tindakan seorang saudara, sedang memperlakukan dia dengan suatu cara, yang, seandainya bukan karena kasih karunia Allah yang tidak bisa ditolak, akan menghancurkan dia. Segeralah berhenti melakukan apa yang sedang engkau lakukan, dan lakukanlah hal yang sebaliknya!’) - hal 463.
Louis Berkhof: “A third class of passages which seem to militate against the idea of a limited atonement consists of those which are said to imply the possibility that those for whom Christ died fail to obtain salvation. Rom. 14:15 and the parallel passage in 1Cor. 8:11 may be mentioned first of all. Some commentators are of the opinion that these passages do not refer to eternal destruction, but it is more likely that they do. The apostle simply wants to bring the uncharitable conduct of some of the stronger brethren in the Church into strong relief. They were likely to offend the weaker brethren, to cause them to stumble, to override their conscience, and thus to enter upon the downward path, the natural result of which, if continued, would be destruction. While Christ paid the price of His life to save such persons, they by their conduct tended to destroy them. That this destruction will not actually follow, is evident from Rom. 14:4; by the grace of God they will be upheld. We have here then, as Dr. Shedd expresses it, ‘a supposition, for the sake of argument, of something that does not and cannot happen,’ just as in 1Cor. 13:1-3; Gal 1:8” (= Golongan ketiga dari text-text yang kelihatannya menentang gagasan tentang penebusan terbatas, terdiri dari ayat-ayat yang dikatakan memberi kesan adanya kemungkinan bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati, gagal mendapatkan keselamatan. Ro 14:15 dan ayat paralelnya dalam 1Korintus 8:11 bisa disebutkan sebagai yang pertama. Sebagian penafsir mempunyai pandangan bahwa text-text ini tidak menunjuk pada kebinasaan kekal, tetapi lebih mungkin bahwa ayat-ayat ini memang menunjuk pada kebinasaan kekal. Sang rasul hanya ingin menonjolkan tingkah laku yang tidak kasih dari sebagian saudara-saudara yang kuat dalam Gereja. Mereka mungkin sekali menyinggung / menyandungi saudara yang lemah, menyebabkan mereka jatuh, melindas hati nurani mereka, dan lalu masuk pada jalan yang turun, yang jika diteruskan, mempunyai akibat alamiah berupa kehancuran. Sementara Kristus membayar dengan nyawaNya untuk menyelamatkan orang-orang seperti itu, mereka oleh tingkah laku mereka cenderung untuk menghancurkan orang-orang itu. Bahwa kehancuran ini tidak betul-betul terjadi, nyata dari Roma 14:4; oleh kasih karunia Allah mereka akan ditegakkan. Jadi di sini kita mendapatkan, seperti Dr. Shedd menyatakannya, ‘suatu pengandaian, demi argumentasi, dari sesuatu yang tidak terjadi dan tidak bisa terjadi’, sama seperti dalam 1Korintus 13:1-3; Galatia 1:8) - ‘Systematic Theology’, hal 397.
Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian yang sangat keras, menggunakan Ro 14:15 ini untuk mendukung pandangannya, bahwa orang untuk siapa Kristus telah mati, bisa binasa. Dengan kata lain, ayat ini ia gunakan untuk menentang doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).
Adam Clarke: “This puts the uncharitable conduct of the person in question in the strongest light, because it supposes that the weak brother may be so stumbled as to fall and perish finally; even the man for whom Christ died. ... From this verse we learn that a man for whom Christ died may perish, or have his soul destroyed; and destroyed with such a destruction as implies perdition. ... Christ died in his stead; do not destroy his soul. The sacrificial death is as strongly expressed as it can be, and there is no word in the New Testament that more forcibly implies eternal ruin than the verb apolluw (APOLLUO), from which is derived that most significant name of the Devil, o[ Apolluw (HO APOLLUO), the Destroyer, the great universal murderer of souls” [= Ayat ini meletakkan tingkah laku yang tidak kasih dari orang yang dipersoalkan dalam terang yang terkuat, karena ayat ini menganggap bahwa saudara yang lemah itu bisa tersandung sedemikian rupa sehingga jatuh dan akhirnya binasa; yaitu orang untuk siapa Kristus telah mati. ... Dari ayat ini kita belajar bahwa seseorang untuk siapa Kristus mati bisa binasa, atau dibinasakan jiwanya; dan dibinasakan dengan suatu penghancuran yang menunjuk pada kehancuran total / neraka. ... Kristus mati di tempatnya / menggantikannya; jangan menghancurkan jiwanya. Kematian yang bersifat pengorbanan ditekankan sekeras mungkin, dan tidak ada kata dalam Perjanjian Baru yang menunjuk secara lebih kuat pada kehancuran kekal dari pada kata kerja apolluw (APOLLUO), dari mana diturunkan nama yang paling penting dari setan, o[ Apolluw (HO APOLLUO), sang Pembinasa / Penghancur, sang pembunuh jiwa universal yang besar] - hal 152-153.
Lenski: “‘by means of food - him in whose behalf Christ died.’ Christ, our Lord, died for this brother, whom thou art destroying with such a trifling thing as thy food!” (= ‘oleh karena makanan - dia untuk siapa Kristus mati’. Kristus, Tuhan kita, mati untuk saudara ini, yang engkau sedang hancurkan dengan hal yang remeh seperti makananmu!).
Tanggapan terhadap penafsiran Arminian ini:
Ada bermacam-macam cara penafsiran yang lain dari Ro 14:15 ini yang menyebabkan ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
1. Tindakan orang dalam Ro 14:15 itu hanya mempunyai kecenderungan untuk membinasakan saudaranya yang lemah, tetapi tidak berarti bahwa saudara yang lemah itu bisa betul-betul binasa.
W. G. T. Shedd: “To encourage a fellow disciple to violate his conscience, and thereby to fill him with remorse, will end in his ruin, if persisted in. But it does not follow that it will be persisted in” (= Mendorong sesama murid untuk melanggar hati nuraninya, dan dengan itu memenuhinya dengan penyesalan yang mendalam, akan berakhir dalam kehancurannya, jika hal itu terus berlangsung. Tetapi itu tidak berarti bahwa hal itu akan terus berlangsung) - ‘Commentary on Romans’, hal 398.
Editor / penterjemah dari Calvin’s Commentary (John Owen): “From the word ‘destroy not,’ &c., some have deduced the sentiment, that those for whom Christ died may perish forever. It is neither wise nor just to draw a conclusion of this kind; for it is one that is negatived by many positive declarations of Scripture. Man’s inference, when contrary to God’s word, cannot be right. Besides, the Apostle’s object in this passage is clearly this, - to exhibit the sin of those who disregarded the good of their brother, and to show what that sin was calculated to do, without saying that it actually effected that evil. ... Apostles and ministers are said to ‘save’ men (Rom. 11:14 1Cor. 7:16 1Cor. 9:22 1Tim. 4:16); some are exhorted here not to ‘destroy’ them. Neither of these effects can follow, except in the first instance, God grants his blessing, and in the second instance his permission; and his permission as to his people he will never grant, as he has expressly told us. See John 10:27-29” [= Dari kata-kata ‘janganlah membinasakan’ dst, beberapa orang menyimpulkan suatu pandangan / pemikiran bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati bisa binasa selama-lamanya. Adalah tidak bijaksana ataupun benar untuk menarik kesimpulan seperti ini; karena itu merupakan sesuatu yang disangkal oleh banyak pernyataan yang positif dari Kitab Suci. Kesimpulan manusia yang bertentangan dengan firman Allah tidak bisa benar. Disamping, tujuan dari sang Rasul dalam text ini jelas adalah ini: memamerkan dosa dari mereka yang tidak menghiraukan kebaikan dari saudara mereka, dan untuk menunjukkan apa yang bisa dilakukan oleh dosa itu, tanpa mengatakan bahwa dosa itu betul-betul mengakibatkan bencana tersebut. ... Rasul-rasul dan pelayan-pelayan dikatakan ‘menyelamatkan’ manusia (Roma 11:14 1Kor 7:16 1Kor 9:22 1Tim 4:16); dan orang-orang di sini didesak untuk tidak ‘membinasakan’ mereka. Tidak ada dari hal-hal ini yang bisa terjadi, kecuali dalam kejadian pertama, Allah memberikan berkatNya, dan dalam kejadian kedua, Ia memberikan ijinNya; dan berkenaan dengan umatNya Ia tidak akan pernah memberikan ijinNya, seperti yang dikatakanNya secara jelas / explicit kepada kita. Lihat Yohanes 10:27-29] - hal 505-506.
Saudara yang lemah itu tidak betul-betul bisa binasa, karena:
a. Kata-kata dalam Ro 14:15 ini diberikan justru supaya kebinasaan dari saudara yang lemah itu tidak terjadi.
Pemberian peringatan disertai ancaman yang tidak betul-betul bisa terjadi ini, juga terjadi dalam Kis 27:31, dimana Paulus memberikan peringatan disertai ancaman dengan berkata: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat”. Bahwa ancaman ini tidak mungkin betul-betul terjadi adalah jelas dari Kisah Para Rasul 27:22-25, karena Tuhan memberikan janjiNya bahwa semua orang di kapal itu akan selamat. Jadi pemberian peringatan disertai ancaman itu tidak mungkin bisa terjadi, dan justru merupakan cara untuk menyelamatkan semua orang di kapal itu.
Barnes’ Notes: “The word ‘destroy’ here refers, doubtless, to the ruin of the soul in hell. ... Though the apostle believed that all who were true Christians would be saved, Rom. 8:30-39, yet he believed that it would be brought about by the use of means, and that nothing should be done that would tend to hinder or endanger their salvation, Heb. 6:4-9; 2:1. God does not bring his people to heaven without the use of means adapted to the end; and one of those means is that employed here to warn professing Christians against such conduct as might jeopard the salvation of their brethren. ... This passage should not be brought, therefore, to prove that Christ died for all men, or for any who shall finally perish. Such a doctrine is undoubtedly true, (comp. 2Cor. 5:14,15; 1John 2:2; 2Pet. 2:1,) but it is not the truth which is taught here. The design is to show the criminality of a course that would tend to the ruin of a brother. For these weak brethren, Christ laid down his precious life. He loved them; and shall we, to gratify our appetites, pursue a course which will tend to defeat the work of Christ, and ruin the souls redeemed by his blood?” [= Kata ‘membinasakan’ di sini tidak diragukan lagi menunjuk pada kehancuran dari jiwa di dalam neraka. ... Sekalipun sang rasul percaya bahwa semua orang Kristen yang sejati akan diselamatkan, Roma 8:30-39, tetapi ia percaya bahwa hal itu akan terjadi oleh penggunaan cara-cara, dan bahwa tidak ada apapun yang boleh dilakukan yang mempunyai kecenderungan untuk menghalangi atau membahayakan keselamatan mereka, Ibrani 6:4-9; 2:1. Allah tidak membawa umatNya ke surga tanpa penggunaan cara-cara yang disesuaikan sampai akhir; dan salah satu dari cara-cara itu adalah yang digunakan di sini dengan memperingati orang-orang yang mengaku sebagai Kristen untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan dari saudara-saudara seiman mereka. ... Karena itu, text ini tidak boleh digunakan untuk membuktikan bahwa Kristus mati untuk semua orang, atau untuk siapapun yang akhirnya akan binasa. Tak diragukan bahwa doktrin seperti itu memang benar, (bdk. 2Korintus 5:14,15; 1Yohanes 2:2; 2Petrus 2:1), tetapi itu bukanlah kebenaran yang diajarkan di sini. Tujuan dari ayat ini adalah untuk menunjukkan kejahatan dari suatu cara hidup yang cenderung untuk menghancurkan seorang saudara. Untuk saudara-saudara yang lemah ini Kristus menyerahkan jiwaNya yang berharga. Ia mengasihi mereka; dan apakah kita, untuk memuaskan nafsu-nafsu kita, mengikuti cara hidup yang cenderung untuk menggagalkan pekerjaan Kristus, dan menghancurkan jiwa-jiwa yang ditebus oleh darahNya?] - hal 657.
Catatan: Albert Barnes sebetulnya bukan orang Reformed. Ia menolak doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan terbatas), tetapi ia menerima doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus), yang menekankan bahwa keselamatan dari orang kristen yang sejati tidak mungkin hilang. Ini menyebabkan ia tidak bisa menggunakan Ro 14:15 ini untuk menentang doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), karena kalau ia melakukan hal itu, maka Ro 14:15 ini secara otomatis juga menentang doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) yang ia terima.
John Murray (NICNT): “The strength of the word ‘destroy’ underlines the serious nature of the stumbling that overtakes the weak brother. Are we to suppose that he is viewed as finally perishing? However grave the sin he commits it would be beyond all warrant to regard it as amounting to apostasy. The exhortation ‘destroy not’ is directed to the strong. In a similar situation the weak person is represented as perishing (1Cor. 8:11). But here likewise it would be beyond warrant to think of apostasy. Furthermore, the destruction contemplated as befalling the weak should not be construed as eternal perdition. All sin is destructive and the sin of the weak in this instance is a serious breach of fidelity which, if not repaired, would lead to perdition. It is upon the character of the sin and its consequence that the emphasis is placed in order to impress upon the strong the gravity of his offence in becoming the occasion of stumbling. It would load the exhortation with implication beyond this intent to suppose that the weak believer by his sin is an heir of eternal destruction. It is a warning, however, to the strong believer that what he must consider is the nature and tendency of sin and not take refuge behind the security of the believer and the final perseverance of the saints” [= Kekuatan dari kata ‘membinasakan’ menekankan sifat yang serius dari tindakan menyandungi saudara yang lemah. Apakah kita harus menganggap bahwa ia dipandang sebagai binasa pada akhirnya? Betapapun beratnya dosa yang ia lakukan, adalah tidak benar untuk menganggapnya sebagai sama dengan kemurtadan. Desakan ‘janganlah membinasakan’ ditujukan kepada orang kristen yang kuat. Dalam keadaan yang serupa orang yang lemah digambarkan sebagai ‘menjadi binasa’ (1Korintus 8:11). Tetapi juga di sini adalah tidak benar untuk berpikir tentang kemurtadan. Selanjutnya, kebinasaan yang dipertimbangkan akan menimpa saudara yang lemah tidak boleh ditafsirkan sebagai kebinasaan kekal. Semua dosa bersifat menghancurkan dan dosa dari saudara yang lemah dalam kejadian ini merupakan pelanggaran kesetiaan, yang, jika tidak diperbaiki, akan membawa pada kebinasaan. Penekanan diletakkan pada sifat dan konsekwensi dari dosa, untuk menanamkan kesan pada orang kristen yang kuat beratnya pelanggarannya yang menjadi penyebab tersandungnya orang lain. Merupakan sesuatu yang melampaui maksud dari desakan ini jika kita menganggap bahwa orang percaya yang lemah itu, oleh dosanya, adalah seorang pewaris dari kebinasaan kekal. Tetapi ini merupakan suatu peringatan bagi orang percaya yang kuat bahwa apa yang harus ia pertimbangkan adalah sifat dan kecenderungan dari dosa, dan supaya ia tidak berlindung di belakang ‘keamanan orang percaya’ dan ‘ketekunan akhir orang-orang kudus’] - ‘The Epistle to the Romans’, hal 192.
b. Pasti ada campur tangan Allah sehingga hal itu tidak terjadi.
Perhatikan bahwa dalam pasal yang sama, pada ay 4, Paulus sudah menekankan hal ini.
Ro 14:4 - “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri”.
John Brown: “You are doing what may probably involve your brother in guilt, and in the grief, and, if mercy prevent not, the destruction, which are the natural results of guilt.’ ‘Destroy not thy brother;’ that is, ‘Do not what may end - what, but for the interposition of Divine grace, must end - in his destruction. The tendency of every sin is to destroy the soul” [= Kamu sedang melakukan apa yang bisa melibatkan saudaramu dalam kesalahan, dan dalam kesedihan, dan, jika belas kasihan (dari Tuhan) tidak mencegahnya, kehancuran, yang merupakan akibat alamiah dari kesalahan’. ‘Janganlah engkau membinasakan saudaramu’; artinya: ‘Jangan melakukan apa yang mungkin akan berakhir pada apa, yang kecuali karena adanya campur tangan dari kasih karunia Ilahi, pasti berakhir dalam kebinasaannya. Kecenderungan dari setiap dosa adalah menghancurkan / membinasakan jiwa] - hal 528-529.
William Hendriksen: “The apostle is, as it were, saying, ‘Consider what you are doing! So dear is that brother of yours to Christ that he died for him. Nevertheless, you, by means of your unbrotherly conduct, are treating him in a manner which, were it not for God’s irresistible grace, would destroy him. Immediately stop doing what you are doing, and do the very opposite!’” (= Seakan-akan sang rasul berkata: ‘Pertimbangkanlah apa yang sedang kamu lakukan! Kristus sangat mengasihi saudaramu sehingga Ia mati untuknya. Tetapi engkau, oleh tindakanmu yang tidak sesuai dengan tindakan seorang saudara, sedang memperlakukan dia dengan suatu cara, yang, seandainya bukan karena kasih karunia Allah yang tidak bisa ditolak, akan menghancurkan dia. Segeralah berhenti melakukan apa yang sedang engkau lakukan, dan lakukanlah hal yang sebaliknya!’) - hal 463.
Louis Berkhof: “A third class of passages which seem to militate against the idea of a limited atonement consists of those which are said to imply the possibility that those for whom Christ died fail to obtain salvation. Rom. 14:15 and the parallel passage in 1Cor. 8:11 may be mentioned first of all. Some commentators are of the opinion that these passages do not refer to eternal destruction, but it is more likely that they do. The apostle simply wants to bring the uncharitable conduct of some of the stronger brethren in the Church into strong relief. They were likely to offend the weaker brethren, to cause them to stumble, to override their conscience, and thus to enter upon the downward path, the natural result of which, if continued, would be destruction. While Christ paid the price of His life to save such persons, they by their conduct tended to destroy them. That this destruction will not actually follow, is evident from Rom. 14:4; by the grace of God they will be upheld. We have here then, as Dr. Shedd expresses it, ‘a supposition, for the sake of argument, of something that does not and cannot happen,’ just as in 1Cor. 13:1-3; Gal 1:8” (= Golongan ketiga dari text-text yang kelihatannya menentang gagasan tentang penebusan terbatas, terdiri dari ayat-ayat yang dikatakan memberi kesan adanya kemungkinan bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati, gagal mendapatkan keselamatan. Ro 14:15 dan ayat paralelnya dalam 1Korintus 8:11 bisa disebutkan sebagai yang pertama. Sebagian penafsir mempunyai pandangan bahwa text-text ini tidak menunjuk pada kebinasaan kekal, tetapi lebih mungkin bahwa ayat-ayat ini memang menunjuk pada kebinasaan kekal. Sang rasul hanya ingin menonjolkan tingkah laku yang tidak kasih dari sebagian saudara-saudara yang kuat dalam Gereja. Mereka mungkin sekali menyinggung / menyandungi saudara yang lemah, menyebabkan mereka jatuh, melindas hati nurani mereka, dan lalu masuk pada jalan yang turun, yang jika diteruskan, mempunyai akibat alamiah berupa kehancuran. Sementara Kristus membayar dengan nyawaNya untuk menyelamatkan orang-orang seperti itu, mereka oleh tingkah laku mereka cenderung untuk menghancurkan orang-orang itu. Bahwa kehancuran ini tidak betul-betul terjadi, nyata dari Roma 14:4; oleh kasih karunia Allah mereka akan ditegakkan. Jadi di sini kita mendapatkan, seperti Dr. Shedd menyatakannya, ‘suatu pengandaian, demi argumentasi, dari sesuatu yang tidak terjadi dan tidak bisa terjadi’, sama seperti dalam 1Korintus 13:1-3; Galatia 1:8) - ‘Systematic Theology’, hal 397.
Catatan: kata-kata Shedd diambil dari Shedd’s Dogmatic Theology, vol II, hal 481.
1Kor 13:1-3 - “(1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku”.
Gal 1:8 - “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia”.
2. Orang-orang itu (‘saudaramu’) digambarkan sesuai dengan pengakuan mereka bahwa mereka adalah orang kristen, tetapi sebetulnya mereka hanya orang kristen KTP.
Matthew Poole: “Here a question may arise, whether any can perish for whom Christ died? The answer is, They cannot; and for this the Scripture is express, in John 10:28. See also Mat 24:24; John 5:39; 1Pet. 1:5. How then is this text to be understood? The apostle doth not speak of those for whom Christ indeed did die, but of such as, in the judgment of charity, are held to be of that number. We must account all those who confess the faith of Christ, for such as he hath redeemed by his death” [= Di sini muncul suatu pertanyaan apakah orang, untuk siapa Kristus telah mati, bisa binasa? Jawabannya adalah: Mereka tidak bisa (binasa); dan untuk ini Kitab Suci sangat jelas / explicit, dalam Yohanes 10:28. Lihat juga Matius 24:24; Yohanes 5:39; 1Petrus 1:5. Lalu bagaimana text itu harus dimengerti? Sang rasul tidak berbicara tentang mereka untuk siapa Kristus betul-betul telah mati, tetapi tentang mereka yang, dalam penilaian yang murah hati, dianggap termasuk dalam kelompok itu. Kita harus menganggap semua orang yang mengaku percaya kepada Kristus, sebagai orang-orang yang telah Ia tebus oleh kematianNya] - hal 528.
Perlu diketahui bahwa Kitab Suci memang sering menggambarkan orang menurut pengakuan mereka, atau menurut penampilan lahiriah mereka. Misalnya:
Gal 1:8 - “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia”.
2. Orang-orang itu (‘saudaramu’) digambarkan sesuai dengan pengakuan mereka bahwa mereka adalah orang kristen, tetapi sebetulnya mereka hanya orang kristen KTP.
Matthew Poole: “Here a question may arise, whether any can perish for whom Christ died? The answer is, They cannot; and for this the Scripture is express, in John 10:28. See also Mat 24:24; John 5:39; 1Pet. 1:5. How then is this text to be understood? The apostle doth not speak of those for whom Christ indeed did die, but of such as, in the judgment of charity, are held to be of that number. We must account all those who confess the faith of Christ, for such as he hath redeemed by his death” [= Di sini muncul suatu pertanyaan apakah orang, untuk siapa Kristus telah mati, bisa binasa? Jawabannya adalah: Mereka tidak bisa (binasa); dan untuk ini Kitab Suci sangat jelas / explicit, dalam Yohanes 10:28. Lihat juga Matius 24:24; Yohanes 5:39; 1Petrus 1:5. Lalu bagaimana text itu harus dimengerti? Sang rasul tidak berbicara tentang mereka untuk siapa Kristus betul-betul telah mati, tetapi tentang mereka yang, dalam penilaian yang murah hati, dianggap termasuk dalam kelompok itu. Kita harus menganggap semua orang yang mengaku percaya kepada Kristus, sebagai orang-orang yang telah Ia tebus oleh kematianNya] - hal 528.
Perlu diketahui bahwa Kitab Suci memang sering menggambarkan orang menurut pengakuan mereka, atau menurut penampilan lahiriah mereka. Misalnya:
a. Yohanes 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia”.
Perhatikan bahwa sekalipun dalam ay 23nya dikatakan bahwa orang banyak itu ‘percaya dalam namaNya’, tetapi ay 24-25nya menunjukkan secara jelas bahwa mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus!
b. Yohanes 6:66 - “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia”.
Perhatikan bahwa orang-orang ini disebut dengan istilah ‘murid’, tetapi mereka ternyata berhenti mengikut Kristus. Bandingkan dengan Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”. Jelas bahwa berdasarkan Yoh 8:31 ini orang yang berhenti mengikut Kristus bukanlah benar-benar murid!
c. Yohanes 12:42-43 - “(42) Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepadaNya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. (43) Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah”.
Sekalipun mula-mula dikatakan bahwa mereka ‘percaya kepadaNya’, tetapi lalu dikatakan bahwa mereka ‘tidak mengakuinya berterus terang’, dan mereka ‘lebih suka kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah’. Memang mungkin bahwa di antara orang-orang ini ada yang sungguh-sungguh percaya (seperti Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea), tetapi juga sangat besar kemungkinannya bahwa di antara mereka ada banyak yang hanya mengaku percaya, tetapi sebetulnya tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus.
Sekalipun mula-mula dikatakan bahwa mereka ‘percaya kepadaNya’, tetapi lalu dikatakan bahwa mereka ‘tidak mengakuinya berterus terang’, dan mereka ‘lebih suka kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah’. Memang mungkin bahwa di antara orang-orang ini ada yang sungguh-sungguh percaya (seperti Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea), tetapi juga sangat besar kemungkinannya bahwa di antara mereka ada banyak yang hanya mengaku percaya, tetapi sebetulnya tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus.
d. Simon tukang sihir juga dikatakan ‘menjadi percaya’ (Kis 8:13a), tetapi dari kata-kata Petrus yang begitu keras kepadanya dalam Kis 8:20-23, dan tanggapannya dalam Kis 8:24, sukar untuk membayangkan bahwa ia adalah orang percaya yang sejati.
'Kis 8:13,20-24 - “(13) Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. ... (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.’ (24) Jawab Simon: ‘Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu.’”.
Kalau demikian maka memang memungkinkan bahwa Ro 14:15 juga menggambarkan orang-orang tersebut berdasarkan pengakuan mereka atau berdasarkan penampilan lahiriah mereka. Jadi pada saat mereka disebut sebagai ‘saudara’, atau pada saat dikatakan bahwa ‘Kristus telah mati untuk mereka’, maka fakta sebenarnya tidaklah demikian. Dengan demikian maka ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
b) 1Korintus 8:11 - “Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’mu”.
Kalau demikian maka memang memungkinkan bahwa Ro 14:15 juga menggambarkan orang-orang tersebut berdasarkan pengakuan mereka atau berdasarkan penampilan lahiriah mereka. Jadi pada saat mereka disebut sebagai ‘saudara’, atau pada saat dikatakan bahwa ‘Kristus telah mati untuk mereka’, maka fakta sebenarnya tidaklah demikian. Dengan demikian maka ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
b) 1Korintus 8:11 - “Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’mu”.
Catatan: untuk bisa mengerti tentang apa ayat ini berbicara, baca seluruh kontext, yaitu 1Kor 8:1-13. Terlihat bahwa ayat ini sangat mirip dengan ayat yang sudah kita bahas di atas, yaitu Ro 14:15. Hanya saja, dalam Ro 14:15 yang dipersoalkan adalah memakan daging, sedangkan dalam 1Kor 8:11 yang dipersoalkan adalah memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala.
Sama seperti dengan Roma 14:15 di atas, ayat ini juga dipakai oleh orang-orang Arminian untuk menyerang doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas), yang menyatakan bahwa Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan saja, karena 1Kor 8:11 itu mengatakan bahwa orang, untuk siapa Kristus sudah mati, ternyata akhirnya binasa. Jadi, Kristus juga mati untuk orang-orang yang akan masuk neraka (bukan pilihan).
Adam Clarke: “So we learn that a man may perish for whom Christ died: this admits of no quibble. If a man for whom Christ died, apostatizing from Christianity, (for he is called a brother though weak,) return again to and die in idolatry, cannot go to heaven; then a man for whom Christ died may perish everlastingly” [= Jadi kita belajar bahwa seseorang bisa binasa untuk siapa Kristus telah mati: ini tidak mungkin dihindari. Jika seseorang untuk siapa Kristus telah mati, murtad dari kekristenan, (karena ia disebut seorang saudara sekalipun lemah), kembali lagi pada penyembahan berhala dan mati dalam penyembahan berhala, tidak bisa pergi ke surga; maka seseorang untuk siapa Kristus telah mati bisa binasa secara kekal] - hal 233-234.
Gordon D. Fee (NICNT): “Cf. Conzelmann, 149 n. 38: ‘He of course pressuposes the idea that the Christian, too, can lose his salvation.’ This is not a happy thought, but it reflects Paul’s own theology with sober realism” (= Bdk. Conzelmann, 149 n. 38: ‘Ia tentu mensyaratkan gagasan bahwa orang kristen juga bisa kehilangan keselamatannya’. Ini bukan merupakan suatu pemikiran yang menyenangkan, tetapi ini mencerminkan teologia Paulus sendiri dengan realisme yang waras / tenang) - ‘The First Epistle to the Corinthians’, hal 387 (footnote).
Tanggapan terhadap penafsiran Arminian ini:
Ada bermacam-macam cara penafsiran yang lain dari 1Korintus 8:11 ini yang menyebabkan ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), bahkan juga tidak bertentangan dengan Predestinasi ataupun Keselamatan yang tidak bisa hilang.
1. Kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen yang sejati’. Tetapi kata ‘binasa’ tidak diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi diartikan ‘jatuh ke dalam dosa’ atau ‘melukai hati nurani dari orang yang lemah’.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘binasa’ adalah APOLLUTAI yang bisa diterjemahkan sebagai:
Sama seperti dengan Roma 14:15 di atas, ayat ini juga dipakai oleh orang-orang Arminian untuk menyerang doktrin Limited Atonement (= Penebusan terbatas), yang menyatakan bahwa Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan saja, karena 1Kor 8:11 itu mengatakan bahwa orang, untuk siapa Kristus sudah mati, ternyata akhirnya binasa. Jadi, Kristus juga mati untuk orang-orang yang akan masuk neraka (bukan pilihan).
Adam Clarke: “So we learn that a man may perish for whom Christ died: this admits of no quibble. If a man for whom Christ died, apostatizing from Christianity, (for he is called a brother though weak,) return again to and die in idolatry, cannot go to heaven; then a man for whom Christ died may perish everlastingly” [= Jadi kita belajar bahwa seseorang bisa binasa untuk siapa Kristus telah mati: ini tidak mungkin dihindari. Jika seseorang untuk siapa Kristus telah mati, murtad dari kekristenan, (karena ia disebut seorang saudara sekalipun lemah), kembali lagi pada penyembahan berhala dan mati dalam penyembahan berhala, tidak bisa pergi ke surga; maka seseorang untuk siapa Kristus telah mati bisa binasa secara kekal] - hal 233-234.
Gordon D. Fee (NICNT): “Cf. Conzelmann, 149 n. 38: ‘He of course pressuposes the idea that the Christian, too, can lose his salvation.’ This is not a happy thought, but it reflects Paul’s own theology with sober realism” (= Bdk. Conzelmann, 149 n. 38: ‘Ia tentu mensyaratkan gagasan bahwa orang kristen juga bisa kehilangan keselamatannya’. Ini bukan merupakan suatu pemikiran yang menyenangkan, tetapi ini mencerminkan teologia Paulus sendiri dengan realisme yang waras / tenang) - ‘The First Epistle to the Corinthians’, hal 387 (footnote).
Tanggapan terhadap penafsiran Arminian ini:
Ada bermacam-macam cara penafsiran yang lain dari 1Korintus 8:11 ini yang menyebabkan ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), bahkan juga tidak bertentangan dengan Predestinasi ataupun Keselamatan yang tidak bisa hilang.
1. Kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen yang sejati’. Tetapi kata ‘binasa’ tidak diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi diartikan ‘jatuh ke dalam dosa’ atau ‘melukai hati nurani dari orang yang lemah’.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘binasa’ adalah APOLLUTAI yang bisa diterjemahkan sebagai:
a. Membunuh / membinasakan (Mat 2:13 1Kor 10:9-10).
Mat 2:13 - “Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh (Yunani: APOLESAI) Dia.’”.
Mat 2:13 - “Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibuNya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh (Yunani: APOLESAI) Dia.’”.
1Korintus 10:9-10 - “(9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati (Yunani: APOLLUNTO) dipagut ular. (10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan (Yunani: APOLONTO) oleh malaikat maut”.
b. Membinasakan dalam neraka (Mat 10:28 Yoh 3:16).
Matius 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan (Yunani: APOLESAI) baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
Catatan: 2 kata ‘membunuh’ yang pertama (yang saya beri garis bawah ganda) berasal dari kata Yunani yang berbeda.
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa (Yunani: APOLENTAI), melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Matius 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan (Yunani: APOLESAI) baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
Catatan: 2 kata ‘membunuh’ yang pertama (yang saya beri garis bawah ganda) berasal dari kata Yunani yang berbeda.
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa (Yunani: APOLENTAI), melainkan beroleh hidup yang kekal”.
c. Terhilang / kehilangan (Mat 10:6,42).
Mat 10:6,42 - “(6) melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang (Yunani: APOLOLOTA) dari umat Israel. ... (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan (Yunani: avpole,sh| / APOLESE) upahnya dari padanya.’”.
Mat 10:6,42 - “(6) melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang (Yunani: APOLOLOTA) dari umat Israel. ... (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan (Yunani: avpole,sh| / APOLESE) upahnya dari padanya.’”.
d. Hancur / terbuang (Mark 2:22).
Markus 2:22 - “Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang (Yunani: APOLLUTAI). Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.’”.
Kata APOLLUTAI tidak pernah mempunyai arti / diterjemahkan sebagai ‘jatuh dalam dosa’.
Jawaban terhadap keberatan ini:
Saya tetap berpendapat bahwa ini adalah penafsiran yang memungkinkan, karena kontext dari 1Kor 8:11 ini cocok dengan arti tersebut.
Markus 2:22 - “Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang (Yunani: APOLLUTAI). Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.’”.
Kata APOLLUTAI tidak pernah mempunyai arti / diterjemahkan sebagai ‘jatuh dalam dosa’.
Jawaban terhadap keberatan ini:
Saya tetap berpendapat bahwa ini adalah penafsiran yang memungkinkan, karena kontext dari 1Kor 8:11 ini cocok dengan arti tersebut.
1Korintus 8:7-13 - “(7) Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. (8) ‘Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.’ (9) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. (10) Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai ‘pengetahuan’, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? (11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. (13) Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku”.
Perhatikan kata-kata ‘hati nurani mereka dinodai’ dalam ay 7, dan juga ‘batu sandungan’ dalam ay 9,13, dan juga ‘melukai hati nurani mereka’ dalam ay 12. Disamping itu, saya merasa agak aneh kalau tindakan orang kristen yang kuat, yang hanya makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala itu, bisa membawa seseorang kristen lain / yang lemah ke dalam neraka!
Kalau kita menerima penafsiran bahwa ‘binasa’ berarti ‘jatuh ke dalam dosa’, maka jelas sekali bahwa ay 11 ini tidak bertentangan dengan doktrin Reformed tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), maupun doktrin tentang Predestinasi dan Keselamatan yang tidak bisa hilang!
Gordon D. Fee (NICNT): “... Bruce, 82, who sees kai tuptontej (v. 12) as epexegetic, therefore explaining what ‘destroying’ means” [= ... Bruce, 82, yang melihat kai tuptontej / KAI TUPTONTES / ‘dan melukai’ (ay 12) sebagai penjelasan tambahan, dan karena itu menjelaskan arti dari kata ‘menghancurkan’] - ‘The First Epistle to the Corinthians’, hal 387 (footnote).
1Kor 8:11-12 - “(11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus”.
Kalau kita menerima penafsiran bahwa ‘binasa’ berarti ‘jatuh ke dalam dosa’, maka jelas sekali bahwa ay 11 ini tidak bertentangan dengan doktrin Reformed tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), maupun doktrin tentang Predestinasi dan Keselamatan yang tidak bisa hilang!
Gordon D. Fee (NICNT): “... Bruce, 82, who sees kai tuptontej (v. 12) as epexegetic, therefore explaining what ‘destroying’ means” [= ... Bruce, 82, yang melihat kai tuptontej / KAI TUPTONTES / ‘dan melukai’ (ay 12) sebagai penjelasan tambahan, dan karena itu menjelaskan arti dari kata ‘menghancurkan’] - ‘The First Epistle to the Corinthians’, hal 387 (footnote).
1Kor 8:11-12 - “(11) Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena ‘pengetahuan’ mu. (12) Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus”.
Jadi menurut Bruce, yang dikutip oleh Gordon Fee, kata ‘binasa’ dalam ay 11 tidak berarti ‘masuk neraka’ tetapi hanya sekedar ‘melukai hati nurani mereka yang lemah’.
Matthew Poole: “by ‘perish’ is here meant, be led into sin, by acting contrary to the judgment of his own conscience; for, (as the apostle saith, Rom. 14:23,) ‘He that doubteth is damned if he eat, for whatsoever is not of faith,’ that is, done out of a firm persuasion in the party doing that it is lawful, ‘is sin.’” [= ‘binasa’ di sini berarti ‘dibimbing / diarahkan ke dalam dosa’, dengan bertindak bertentangan dengan penilaian dari hati nuraninya sendiri; karena, (seperti yang dikatakan sang rasul, Ro 14:23), ‘Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman’, yaitu dilakukan dari kepercayaan yang teguh bahwa itu sah / benar menurut hukum, ‘adalah dosa’.] - hal 565.
Gordon H. Clark: “A much better attempt is to examine the verb APOLLUMI and determine whether in every case it means destruction in hell. We have seen that it often does, but let us look at some of the other ninety-two instances. In Matthew 10:42 and Luke 15:4,8,9,24,32 and 33, it means ‘lose’: to lose a coin, to lose a son. Luke 15:17 refers to perishing of hunger. Compare Matthew 5:29,30; 9:17; John 6:12; 2John 8; and other. The conclusion is that since the lost coin was later found, there is no linguistic reason to suppose that APOLLUMI has to mean final, irretrievable destruction in hell. Therefore, only those who want to invent a contradiction in the Bible will so understand it” (= Suatu usaha yang jauh lebih baik adalah memeriksa kata kerja APOLLUMI dan menentukan apakah dalam setiap kasus kata itu berarti ‘kehancuran dalam neraka’. Kita telah melihat bahwa kata itu sering berarti demikian, tetapi mari kita melihat pada beberapa dari 92 contoh / kejadian lainnya. Dalam Mat 10:42 dan Luk 15:4,8,9,24,32 dan 33, itu berarti ‘kehilangan’: kehilangan mata uang, kehilangan anak. Lukas 15:17 menunjuk pada mati karena kelaparan. Bandingkan dengan Mat 5:29,30; 9:17; Yohanes 6:12; 2Yoh 8; dan yang lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa karena mata uang yang hilang itu belakangan ditemukan, maka tidak ada alasan untuk menganggap bahwa APOLLUMI harus berarti ‘kehancuran akhir yang tidak bisa dipulihkan lagi dalam neraka’. Karena itu, hanya mereka yang ingin menemukan kontradiksi dalam Alkitab yang akan mengertinya demikian) - ‘First Corinthians’, hal 137.
Matthew Poole: “by ‘perish’ is here meant, be led into sin, by acting contrary to the judgment of his own conscience; for, (as the apostle saith, Rom. 14:23,) ‘He that doubteth is damned if he eat, for whatsoever is not of faith,’ that is, done out of a firm persuasion in the party doing that it is lawful, ‘is sin.’” [= ‘binasa’ di sini berarti ‘dibimbing / diarahkan ke dalam dosa’, dengan bertindak bertentangan dengan penilaian dari hati nuraninya sendiri; karena, (seperti yang dikatakan sang rasul, Ro 14:23), ‘Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman’, yaitu dilakukan dari kepercayaan yang teguh bahwa itu sah / benar menurut hukum, ‘adalah dosa’.] - hal 565.
Gordon H. Clark: “A much better attempt is to examine the verb APOLLUMI and determine whether in every case it means destruction in hell. We have seen that it often does, but let us look at some of the other ninety-two instances. In Matthew 10:42 and Luke 15:4,8,9,24,32 and 33, it means ‘lose’: to lose a coin, to lose a son. Luke 15:17 refers to perishing of hunger. Compare Matthew 5:29,30; 9:17; John 6:12; 2John 8; and other. The conclusion is that since the lost coin was later found, there is no linguistic reason to suppose that APOLLUMI has to mean final, irretrievable destruction in hell. Therefore, only those who want to invent a contradiction in the Bible will so understand it” (= Suatu usaha yang jauh lebih baik adalah memeriksa kata kerja APOLLUMI dan menentukan apakah dalam setiap kasus kata itu berarti ‘kehancuran dalam neraka’. Kita telah melihat bahwa kata itu sering berarti demikian, tetapi mari kita melihat pada beberapa dari 92 contoh / kejadian lainnya. Dalam Mat 10:42 dan Luk 15:4,8,9,24,32 dan 33, itu berarti ‘kehilangan’: kehilangan mata uang, kehilangan anak. Lukas 15:17 menunjuk pada mati karena kelaparan. Bandingkan dengan Mat 5:29,30; 9:17; Yohanes 6:12; 2Yoh 8; dan yang lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa karena mata uang yang hilang itu belakangan ditemukan, maka tidak ada alasan untuk menganggap bahwa APOLLUMI harus berarti ‘kehancuran akhir yang tidak bisa dipulihkan lagi dalam neraka’. Karena itu, hanya mereka yang ingin menemukan kontradiksi dalam Alkitab yang akan mengertinya demikian) - ‘First Corinthians’, hal 137.
Catatan: Dalam Kitab Suci tidak ada Luk 15:33; itu pasti salah.
Matius 10:42 - “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
Matius 10:42 - “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
Luk 15:4,8,9,24,32 - “(4) ‘Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? ... (8) ‘Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? (9) Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. ... (24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. ... (32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’”.
Lukas 15:17 - “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan”.
Matius 5:29-30 - “(29) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (30) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka”.
Matius 5:29-30 - “(29) Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (30) Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka”.
Matius 9:17 - “Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.’”.
Yohanes 6:12 - “Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.’”.
2Yoh 8 - “Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya”.
2. Kata ‘binasa’ diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen KTP’.
Mengapa ‘orang kristen KTP’ digambarkan dengan kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’? Karena Kitab Suci sering menggambarkan seseorang sesuai dengan pengakuan orang tersebut, atau sesuai dengan penampilan lahiriah dari orang tersebut (lihat pada point 2. dari pembahasan tentang Ro 14:15 di atas).
2Yoh 8 - “Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya”.
2. Kata ‘binasa’ diartikan ‘masuk ke neraka’, tetapi kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai ‘orang kristen KTP’.
Mengapa ‘orang kristen KTP’ digambarkan dengan kata-kata ‘saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati’? Karena Kitab Suci sering menggambarkan seseorang sesuai dengan pengakuan orang tersebut, atau sesuai dengan penampilan lahiriah dari orang tersebut (lihat pada point 2. dari pembahasan tentang Ro 14:15 di atas).
Kalau kita menafsirkan seperti ini, maka jelaslah bahwa ay 11 ini tidak menentang doktrin Reformed tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), maupun doktrin tentang Predestinasi dan Keselamatan yang tidak bisa hilang.
3. Ay 11 ini ditafsirkan bukan sebagai sesuatu yang betul-betul terjadi / sesuatu yang betul-betul bisa terjadi, tetapi sekedar sebagai suatu peringatan, justru supaya hal itu tidak terjadi!
Orang yang sungguh-sungguh kristen, sudah selamat, dan pasti tidak akan kehilangan keselamatannya. Tetapi manusia tetap diberi tanggung jawab supaya tidak hidup seenaknya. Orang yang mempunyai pengetahuan, harus hidup sedemikian rupa sehingga tidak menghancurkan keselamatan orang-orang yang lemah. Jadi, ini merupakan suatu peringatan, justru supaya orang-orang kristen yang lemah tidak kehilangan keselamatannya.
3. Ay 11 ini ditafsirkan bukan sebagai sesuatu yang betul-betul terjadi / sesuatu yang betul-betul bisa terjadi, tetapi sekedar sebagai suatu peringatan, justru supaya hal itu tidak terjadi!
Orang yang sungguh-sungguh kristen, sudah selamat, dan pasti tidak akan kehilangan keselamatannya. Tetapi manusia tetap diberi tanggung jawab supaya tidak hidup seenaknya. Orang yang mempunyai pengetahuan, harus hidup sedemikian rupa sehingga tidak menghancurkan keselamatan orang-orang yang lemah. Jadi, ini merupakan suatu peringatan, justru supaya orang-orang kristen yang lemah tidak kehilangan keselamatannya.
Kalau ditafsirkan seperti ini, maka jelas bahwa ay 11 ini tidak menentang doktrin Reformed tentang Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), maupun doktrin tentang Predestinasi dan Keselamatan yang tidak bisa hilang!
Barnes’ Notes: “The sense is, that the tendency of this course would be, to lead the weak brother into sin, to apostasy, and to ruin. But this does not prove that any who were truly converted should apostatize and be lost; for, (1) there may be a tendency to a thing, and yet that thing may never happen. ... (2) The warning designed to prevent it may be effectual, and be the means of saving. ... (3) The apostle does not say that any true Christian would be lost. He puts a question; and affirms that if one thing was done, another might follow. But this is not affirming that any one would be lost. ... (4) It is elsewhere abundantly proved, that no one who has been truly converted will apostatize and be destroyed. ... ‘For whom Christ died?’ This is urged as an argument why we should not do anything that would tend to destroy the souls of men. ... If he endured so much to save the soul, assuredly we should not pursue a course that would tend to destroy it” [= Artinya adalah bahwa kecenderungan dari jalan ini adalah mengarahkan saudara yang lemah itu ke dalam dosa, pada kemurtadan, dan pada kehancuran. Tetapi ini tidak membuktikan bahwa ada orang yang betul-betul bertobat bisa murtad dan terhilang; karena, (1) Bisa ada suatu kecenderungan pada sesuatu, tetapi sesuatu itu tidak pernah terjadi. ... (2) Peringatan itu dirancang untuk mencegah terjadinya hal itu, dan merupakan cara penyelamatan. ... (3) Sang rasul tidak mengatakan bahwa ada orang kristen sejati yang bisa terhilang. Ia memberikan suatu pertanyaan; dan menegaskan bahwa jika yang satu terjadi, yang lain bisa mengikuti. Tetapi ini bukan menegaskan bahwa ada seseorang yang akan terhilang. ... (4) Di tempat lain (dalam Kitab Suci) dibuktikan secara berlimpah-limpah bahwa tak seorangpun yang telah betul-betul bertobat akan murtad dan dibinasakan. ... ‘Untuk siapa Kristus telah mati?’ Ini didesakkan sebagai suatu argumentasi mengapa kita tidak boleh melakukan apapun yang cenderung untuk menghancurkan jiwa-jiwa manusia. ... Jika Ia menahan begitu banyak rasa sakit untuk menyelamatkan jiwa, pasti kita tidak boleh menempuh suatu jalan yang cenderung menghancurkan jiwa] - hal 731.
Barnes’ Notes: “The sense is, that the tendency of this course would be, to lead the weak brother into sin, to apostasy, and to ruin. But this does not prove that any who were truly converted should apostatize and be lost; for, (1) there may be a tendency to a thing, and yet that thing may never happen. ... (2) The warning designed to prevent it may be effectual, and be the means of saving. ... (3) The apostle does not say that any true Christian would be lost. He puts a question; and affirms that if one thing was done, another might follow. But this is not affirming that any one would be lost. ... (4) It is elsewhere abundantly proved, that no one who has been truly converted will apostatize and be destroyed. ... ‘For whom Christ died?’ This is urged as an argument why we should not do anything that would tend to destroy the souls of men. ... If he endured so much to save the soul, assuredly we should not pursue a course that would tend to destroy it” [= Artinya adalah bahwa kecenderungan dari jalan ini adalah mengarahkan saudara yang lemah itu ke dalam dosa, pada kemurtadan, dan pada kehancuran. Tetapi ini tidak membuktikan bahwa ada orang yang betul-betul bertobat bisa murtad dan terhilang; karena, (1) Bisa ada suatu kecenderungan pada sesuatu, tetapi sesuatu itu tidak pernah terjadi. ... (2) Peringatan itu dirancang untuk mencegah terjadinya hal itu, dan merupakan cara penyelamatan. ... (3) Sang rasul tidak mengatakan bahwa ada orang kristen sejati yang bisa terhilang. Ia memberikan suatu pertanyaan; dan menegaskan bahwa jika yang satu terjadi, yang lain bisa mengikuti. Tetapi ini bukan menegaskan bahwa ada seseorang yang akan terhilang. ... (4) Di tempat lain (dalam Kitab Suci) dibuktikan secara berlimpah-limpah bahwa tak seorangpun yang telah betul-betul bertobat akan murtad dan dibinasakan. ... ‘Untuk siapa Kristus telah mati?’ Ini didesakkan sebagai suatu argumentasi mengapa kita tidak boleh melakukan apapun yang cenderung untuk menghancurkan jiwa-jiwa manusia. ... Jika Ia menahan begitu banyak rasa sakit untuk menyelamatkan jiwa, pasti kita tidak boleh menempuh suatu jalan yang cenderung menghancurkan jiwa] - hal 731.
Catatan: 1Kor 8:11 ini dalam KJV berbentuk pertanyaan.
KJV: ‘And through thy knowledge shall the weak brother perish, for whom Christ died?’ (= Dan melalui pengetahuanmu apakah saudara yang lemah akan binasa, untuk siapa Kristus telah mati?).
Charles Hodge: “It was absolutely certain that none of Paul’s companion in shipwreck was on that occasion to lose his life, because the salvation of the whole company had been predicted and promised; and yet the apostle said that if the sailors were allowed to take away the boats, those left on board could not be saved. This appeal secured the accomplishment of the promise. So God’s telling the elect that if they apostatize they shall perish, prevents their apostasy. And in like manner, the Bible teaching that those for whom Christ died shall perish if they violate their conscience, prevents their transgressing, or brings them to repentance. God’s purposes embraces the means as well as the end. If the means fail, the end will fail. He secures the end by securing the means. It is just as certain that those for whom Christ died shall be saved, as that the elect shall be saved. Yet in both cases the event is spoken of as conditional. There is not only a possibility, but an absolute certainty of their perishing if they shall fall away. But this is precisely what God has promised to prevent” (= Adalah pasti bahwa tidak ada dari teman sepelayaran Paulus dalam peristiwa kecelakaan kapal akan kehilangan nyawanya pada peristiwa itu, karena keselamatan dari seluruh rombongan telah diramalkan dan dijanjikan; tetapi sang rasul berkata bahwa jika anak-anak kapal diijinkan mengambil sekoci, mereka yang tertinggal di kapal tidak bisa selamat. Seruan ini memastikan penggenapan / pencapaian dari janji tersebut. Demikian juga pemberitahuan Allah kepada orang-orang pilihan bahwa jika mereka murtad mereka akan binasa, mencegah kemurtadan mereka. Dan dengan cara yang sama, ajaran Alkitab bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati akan binasa jika mereka melanggar hati nurani mereka, mencegah pelanggaran mereka, atau membawa mereka kepada pertobatan. Rencana Allah mencakup cara / jalannya maupun tujuan akhirnya. Jika cara / jalannya gagal, tujuan akhirnya juga akan gagal. Ia memastikan tujuan akhirnya dengan memastikan cara / jalannya. Adalah sama pastinya bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati akan diselamatkan, seperti bahwa orang-orang pilihan akan diselamatkan. Tetapi dalam kedua kasus peristiwa itu dikatakan sebagai bersyarat. Bukan hanya ada kemungkinan, tetapi suatu kepastian yang mutlak tentang kebinasaan mereka jika mereka meninggalkan / murtad. Tetapi ini justru merupakan apa yang Allah janjikan untuk mencegahnya) - ‘I & II Corinthians’, hal 149.
KJV: ‘And through thy knowledge shall the weak brother perish, for whom Christ died?’ (= Dan melalui pengetahuanmu apakah saudara yang lemah akan binasa, untuk siapa Kristus telah mati?).
Charles Hodge: “It was absolutely certain that none of Paul’s companion in shipwreck was on that occasion to lose his life, because the salvation of the whole company had been predicted and promised; and yet the apostle said that if the sailors were allowed to take away the boats, those left on board could not be saved. This appeal secured the accomplishment of the promise. So God’s telling the elect that if they apostatize they shall perish, prevents their apostasy. And in like manner, the Bible teaching that those for whom Christ died shall perish if they violate their conscience, prevents their transgressing, or brings them to repentance. God’s purposes embraces the means as well as the end. If the means fail, the end will fail. He secures the end by securing the means. It is just as certain that those for whom Christ died shall be saved, as that the elect shall be saved. Yet in both cases the event is spoken of as conditional. There is not only a possibility, but an absolute certainty of their perishing if they shall fall away. But this is precisely what God has promised to prevent” (= Adalah pasti bahwa tidak ada dari teman sepelayaran Paulus dalam peristiwa kecelakaan kapal akan kehilangan nyawanya pada peristiwa itu, karena keselamatan dari seluruh rombongan telah diramalkan dan dijanjikan; tetapi sang rasul berkata bahwa jika anak-anak kapal diijinkan mengambil sekoci, mereka yang tertinggal di kapal tidak bisa selamat. Seruan ini memastikan penggenapan / pencapaian dari janji tersebut. Demikian juga pemberitahuan Allah kepada orang-orang pilihan bahwa jika mereka murtad mereka akan binasa, mencegah kemurtadan mereka. Dan dengan cara yang sama, ajaran Alkitab bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati akan binasa jika mereka melanggar hati nurani mereka, mencegah pelanggaran mereka, atau membawa mereka kepada pertobatan. Rencana Allah mencakup cara / jalannya maupun tujuan akhirnya. Jika cara / jalannya gagal, tujuan akhirnya juga akan gagal. Ia memastikan tujuan akhirnya dengan memastikan cara / jalannya. Adalah sama pastinya bahwa mereka untuk siapa Kristus telah mati akan diselamatkan, seperti bahwa orang-orang pilihan akan diselamatkan. Tetapi dalam kedua kasus peristiwa itu dikatakan sebagai bersyarat. Bukan hanya ada kemungkinan, tetapi suatu kepastian yang mutlak tentang kebinasaan mereka jika mereka meninggalkan / murtad. Tetapi ini justru merupakan apa yang Allah janjikan untuk mencegahnya) - ‘I & II Corinthians’, hal 149.
Catatan: bagian yang saya beri garis bawah ganda itu agak aneh, karena kata-kata Paulus ini ditujukan bukan untuk saudara yang lemah, tetapi untuk saudara yang kuat. Jadi seharusnya kata-kata ini diucapkan oleh Paulus bukan supaya saudara yang lemah bertobat sehingga tidak binasa, tetapi supaya saudara yang kuat tidak mencobai yang lemah sehingga binasa.
4. ‘Saudaramu / orang yang lemah’ itu dianggap sebagai orang kristen KTP, dan kata-kata ‘yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai kematian bukan untuk menebus dosa / menyelamatkan mereka, tetapi hanya untuk memberikan manfaat-manfaat tertentu bagi mereka.
Charles Hodge: “There is, however, a sense in which it is scriptural to say that Christ died for all men. This is very different from saying that he died equally for all men, ... To die for one is to die for his benefit. As Christ’s death has benefited the whole world, prolonged the probation of men, secured for them innumerable blessings, provided a righteousness sufficient and suitable for all, it may be said that he dies for all. And in reference to this obvious truth the language of the apostle, should any prefer this interpretation, may be understood, ‘Why should we destroy one for whose benefit Christ laid down his life?’” [= Tetapi ada suatu arti dimana adalah sesuatu yang alkitabiah untuk mengatakan bahwa Kristus mati untuk semua manusia. Ini sangat berbeda dengan mengatakan bahwa Ia mati secara sama untuk semua manusia, ... Mati untuk seseorang berarti mati untuk keuntungannya. Karena kematian Kristus telah memberikan keuntungan kepada seluruh dunia, memperpanjang masa pencobaan manusia, memastikan untuk mereka berkat-berkat yang tak terhitung, menyediakan suatu kebenaran yang cukup dan cocok untuk semua, maka bisa dikatakan bahwa Ia mati untuk semua. Dan berkenaan dengan kebenaran yang nyata ini, kalau ada orang yang memilih penafsiran ini, maka bahasa / kata-kata dari sang rasul (dalam 1Korintus 8:11 ini) bisa diartikan: ‘Mengapa kita harus menghancurkan seseorang untuk keuntungan siapa Kristus telah menyerahkan nyawaNya?’] - ‘I & II Corinthians’, hal 149.
c) Ibrani 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
Ayat ini bisa dipakai oleh orang-orang Arminian untuk menyerang 3 point dari 5 points Calvinisme, yaitu:
1. Point ke 2 (tentang Predestinasi).
Kata-kata ‘darah perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang dibicarakan ini ditebus oleh darah Kristus, dan karena itu jelas termasuk orang pilihan. Tetapi dari kata-kata ‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya binasa. Jadi, predestinasi / penentuan selamat untuk orang ini ternyata gagal.
2. Point ke 3 (tentang Limited Atonement / Penebusan Terbatas).
Kata-kata ‘darah perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang dibicarakan ini ditebus oleh darah Kristus. Tetapi dari kata-kata ‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya binasa. Jadi, Kristus mati untuk orang yang akhirnya binasa / non pilihan, dan ini bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).
3. Point ke 5 (tentang Keselamatan yang tidak bisa hilang / Ketekunan orang-orang kudus).
Kata-kata ‘darah perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang dibicarakan ini bukan hanya ditebus oleh darah Kristus, tetapi juga bahwa orang ini sudah percaya kepada Kristus dan sudah selamat. Tetapi dari kata-kata ‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya binasa. Jadi, ini menunjukkan bahwa seseorang yang sudah selamat bisa kehilangan keselamatannya.
Adam Clarke (tentang Ibr 10:26): “If we deliberately, for fear of persecution or from any other motive, renounce the profession of the Gospel and the Author of that Gospel, after having rejected the knowledge of the truth so as to be convinced that Jesus is the promised Messiah, ... for such there remaineth no sacrifice for sins; ... Jesus being now the only sacrifice which God will accept, those who reject him have none other: therefore their case must be utterly without remedy. This is the meaning of the apostle, and the case is that of a deliberate apostate - one who has utterly rejected Jesus Christ and his atonement, and renounced the whole Gospel system. It has nothing to do with backsliders in our common use of that term. A man may be overtaken in a fault, or he may deliberately go into sin, and yet neither renounce the Gospel, nor deny the Lord that bought him. His case is dreary and dangerous, but it is not hopeless; no case is hopeless but that of the deliberate apostate, who rejects the whole Gospel system, after having been saved by grace, or convinced of the truth of the Gospel” (= Jika kita dengan sengaja, karena takut terhadap penganiayaan atau dari motivasi / alasan yang lain, meninggalkan pengakuan terhadap Injil dan Pencipta / Sumber dari Injil itu, setelah menolak pengetahuan tentang kebenaran sehingga diyakinkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, ... untuk orang-orang seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa-dosa; ... Karena sekarang Yesus adalah satu-satunya korban yang Allah akan terima, mereka yang menolakNya tidak mempunyai korban yang lain: karena itu kasus mereka haruslah sepenuhnya tanpa obat. Ini adalah arti dari sang Rasul, dan kasusnya adalah kasus kemurtadan sengaja - seseorang yang telah sepenuhnya menolak Yesus Kristus dan penebusanNya, dan meninggalkan seluruh sistim Injil. Itu tidak berhubungan dengan orang-orang yang mundur / merosot dalam penggunaan umum dari istilah itu. Seseorang bisa diserang secara tiba-tiba dalam suatu kesalahan, atau ia bisa dengan sengaja berjalan ke dalam dosa, tetapi tidak meninggalkan Injil, ataupun menyangkal Tuhan yang telah membelinya. Kasusnya adalah suram dan berbahaya, tetapi itu bukan tanpa harapan; tak ada kasus yang tanpa harapan kecuali kasus dari kemurtadan sengaja, yang menolak seluruh sistim Injil, setelah diselamatkan oleh kasih karunia, atau diyakinkan tentang kebenaran dari Injil) - hal 757.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi, jelas merupakan pandangan Arminian. Saya tak beranggapan bahwa orang ini sungguh-sungguh sudah diselamatkan. Yang seperti ini tidak mungkin murtad.
Penjelasan:
Kita harus membahas Ibrani 10:29 dengan memperhatikan kontextnya, yaitu Ibr 10:25-31 - “(25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. (28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? (30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: ‘Pembalasan adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan.’ Dan lagi: ‘Tuhan akan menghakimi umatNya.’ (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup”.
1. Ada sesuatu yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa bagian ini menunjuk pada kemurtadan.
Dasar dari pandangan ini: ay 26 dan ay 28-29 menunjuk pada kemurtadan.
a. Ibrani 10: 26: “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu”.
Ini menunjuk pada kebiasaan yang dilakukan terus menerus; dan ini cocok dengan kemurtadan, karena ‘murtad’ bukanlah tindakan sesaat, tetapi tindakan yang dilakukan terus menerus.
4. ‘Saudaramu / orang yang lemah’ itu dianggap sebagai orang kristen KTP, dan kata-kata ‘yang untuknya Kristus telah mati’ diartikan sebagai kematian bukan untuk menebus dosa / menyelamatkan mereka, tetapi hanya untuk memberikan manfaat-manfaat tertentu bagi mereka.
Charles Hodge: “There is, however, a sense in which it is scriptural to say that Christ died for all men. This is very different from saying that he died equally for all men, ... To die for one is to die for his benefit. As Christ’s death has benefited the whole world, prolonged the probation of men, secured for them innumerable blessings, provided a righteousness sufficient and suitable for all, it may be said that he dies for all. And in reference to this obvious truth the language of the apostle, should any prefer this interpretation, may be understood, ‘Why should we destroy one for whose benefit Christ laid down his life?’” [= Tetapi ada suatu arti dimana adalah sesuatu yang alkitabiah untuk mengatakan bahwa Kristus mati untuk semua manusia. Ini sangat berbeda dengan mengatakan bahwa Ia mati secara sama untuk semua manusia, ... Mati untuk seseorang berarti mati untuk keuntungannya. Karena kematian Kristus telah memberikan keuntungan kepada seluruh dunia, memperpanjang masa pencobaan manusia, memastikan untuk mereka berkat-berkat yang tak terhitung, menyediakan suatu kebenaran yang cukup dan cocok untuk semua, maka bisa dikatakan bahwa Ia mati untuk semua. Dan berkenaan dengan kebenaran yang nyata ini, kalau ada orang yang memilih penafsiran ini, maka bahasa / kata-kata dari sang rasul (dalam 1Korintus 8:11 ini) bisa diartikan: ‘Mengapa kita harus menghancurkan seseorang untuk keuntungan siapa Kristus telah menyerahkan nyawaNya?’] - ‘I & II Corinthians’, hal 149.
c) Ibrani 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
Ayat ini bisa dipakai oleh orang-orang Arminian untuk menyerang 3 point dari 5 points Calvinisme, yaitu:
1. Point ke 2 (tentang Predestinasi).
Kata-kata ‘darah perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang dibicarakan ini ditebus oleh darah Kristus, dan karena itu jelas termasuk orang pilihan. Tetapi dari kata-kata ‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya binasa. Jadi, predestinasi / penentuan selamat untuk orang ini ternyata gagal.
2. Point ke 3 (tentang Limited Atonement / Penebusan Terbatas).
Kata-kata ‘darah perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang dibicarakan ini ditebus oleh darah Kristus. Tetapi dari kata-kata ‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya binasa. Jadi, Kristus mati untuk orang yang akhirnya binasa / non pilihan, dan ini bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).
3. Point ke 5 (tentang Keselamatan yang tidak bisa hilang / Ketekunan orang-orang kudus).
Kata-kata ‘darah perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa orang yang dibicarakan ini bukan hanya ditebus oleh darah Kristus, tetapi juga bahwa orang ini sudah percaya kepada Kristus dan sudah selamat. Tetapi dari kata-kata ‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya binasa. Jadi, ini menunjukkan bahwa seseorang yang sudah selamat bisa kehilangan keselamatannya.
Adam Clarke (tentang Ibr 10:26): “If we deliberately, for fear of persecution or from any other motive, renounce the profession of the Gospel and the Author of that Gospel, after having rejected the knowledge of the truth so as to be convinced that Jesus is the promised Messiah, ... for such there remaineth no sacrifice for sins; ... Jesus being now the only sacrifice which God will accept, those who reject him have none other: therefore their case must be utterly without remedy. This is the meaning of the apostle, and the case is that of a deliberate apostate - one who has utterly rejected Jesus Christ and his atonement, and renounced the whole Gospel system. It has nothing to do with backsliders in our common use of that term. A man may be overtaken in a fault, or he may deliberately go into sin, and yet neither renounce the Gospel, nor deny the Lord that bought him. His case is dreary and dangerous, but it is not hopeless; no case is hopeless but that of the deliberate apostate, who rejects the whole Gospel system, after having been saved by grace, or convinced of the truth of the Gospel” (= Jika kita dengan sengaja, karena takut terhadap penganiayaan atau dari motivasi / alasan yang lain, meninggalkan pengakuan terhadap Injil dan Pencipta / Sumber dari Injil itu, setelah menolak pengetahuan tentang kebenaran sehingga diyakinkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, ... untuk orang-orang seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa-dosa; ... Karena sekarang Yesus adalah satu-satunya korban yang Allah akan terima, mereka yang menolakNya tidak mempunyai korban yang lain: karena itu kasus mereka haruslah sepenuhnya tanpa obat. Ini adalah arti dari sang Rasul, dan kasusnya adalah kasus kemurtadan sengaja - seseorang yang telah sepenuhnya menolak Yesus Kristus dan penebusanNya, dan meninggalkan seluruh sistim Injil. Itu tidak berhubungan dengan orang-orang yang mundur / merosot dalam penggunaan umum dari istilah itu. Seseorang bisa diserang secara tiba-tiba dalam suatu kesalahan, atau ia bisa dengan sengaja berjalan ke dalam dosa, tetapi tidak meninggalkan Injil, ataupun menyangkal Tuhan yang telah membelinya. Kasusnya adalah suram dan berbahaya, tetapi itu bukan tanpa harapan; tak ada kasus yang tanpa harapan kecuali kasus dari kemurtadan sengaja, yang menolak seluruh sistim Injil, setelah diselamatkan oleh kasih karunia, atau diyakinkan tentang kebenaran dari Injil) - hal 757.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi, jelas merupakan pandangan Arminian. Saya tak beranggapan bahwa orang ini sungguh-sungguh sudah diselamatkan. Yang seperti ini tidak mungkin murtad.
Penjelasan:
Kita harus membahas Ibrani 10:29 dengan memperhatikan kontextnya, yaitu Ibr 10:25-31 - “(25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. (28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? (30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: ‘Pembalasan adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan.’ Dan lagi: ‘Tuhan akan menghakimi umatNya.’ (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup”.
1. Ada sesuatu yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa bagian ini menunjuk pada kemurtadan.
Dasar dari pandangan ini: ay 26 dan ay 28-29 menunjuk pada kemurtadan.
a. Ibrani 10: 26: “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu”.
Ini menunjuk pada kebiasaan yang dilakukan terus menerus; dan ini cocok dengan kemurtadan, karena ‘murtad’ bukanlah tindakan sesaat, tetapi tindakan yang dilakukan terus menerus.
Pulpit Commentary (hal 268) mengatakan bahwa kata Yunani yang digunakan untuk ‘berbuat dosa’ adalah suatu participle, yang berada bukan dalam bentuk aorist / lampau, tetapi dalam bentuk present, dan karena itu menunjukkan suatu kebiasaan terus menerus.
Penafsiran ini juga sesuai dengan ay 25 yang mendahuluinya, yang juga membicarakan kebiasaan buruk, yaitu menjauhkan diri dari pertemuan ibadah.
Ay 25: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
Calvin (tentang Ibrani 10:26): “Those who sin, mentioned by the Apostle, are not such as offend in any way, but such as forsake the Church, and wholly alienate themselves from Christ. For he speaks not here of this or of that sin, but he condemns by name those who willfully renounced fellowship with the Church. But there is a vast difference between particular fallings and a complete defection of this kind, by which we entirely fall away from the grace of Christ. And as this cannot be the case with any one except he has been already enlightened, he says, ‘If we sin willfully, after that we have received the knowledge of the truth;’ as though he had said, ‘If we knowingly and willingly renounce the grace which we had obtained.’” (= Mereka yang berbuat dosa, disebutkan oleh sang Rasul, bukanlah orang-orang yang melakukan kesalahan dengan sembarang cara, tetapi orang-orang yang meninggalkan Gereja, dan sepenuhnya menjauhkan diri mereka sendiri dari Kristus. Karena ia berbicara di sini bukan tentang dosa ini atau dosa itu, tetapi ia mengecam dengan nama / sebutan, mereka yang dengan sengaja meninggalkan persekutuan dengan Gereja. Tetapi ada suatu perbedaan besar antara kejatuhan-kejatuhan khusus dan suatu tindakan meninggalkan yang lengkap / sempurna dari jenis ini, dengan mana kita sepenuhnya murtad / jatuh dari kasih karunia Kristus. Dan karena ini tidak bisa merupakan kasus dengan siapapun, kecuali ia telah diterangi, ia berkata, ‘Jika kita berdosa dengan sengaja, setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran’; seakan-akan ia telah berkata, ‘Jika kita dengan tahu dan sengaja meninggalkan kasih karunia yang telah kita terima’).
Calvin (tentang Ibr 10:26): “And that the Apostle here refers only to apostates, is clear from the whole passage; for what he treats of is this, that those who had been once received into the Church ought not to forsake it, as some were wont to do. He now declares that there remained for such no sacrifice for sin, because they had willfully sinned after having received the knowledge of the truth. But as to sinners who fall in any other way, Christ offers himself daily to them, so that they are to seek no other sacrifice for expiating their sins. He denies, then, that any sacrifice remains for them who renounce the death of Christ, which is not done by any offense except by a total renunciation of the faith” (= Dan bahwa sang Rasul di sini menunjuk hanya pada orang-orang murtad, adalah jelas dari seluruh text; karena apa yang ia bicarakan adalah ini, bahwa mereka yang telah satu kali diterima ke dalam Gereja tidak boleh meninggalkannya, seperti beberapa orang biasa melakukannya. Sekarang ia menyatakan bahwa untuk orang-orang seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa, karena mereka telah berdosa dengan sengaja setelah mendapat pengetahuan tentang kebenaran. Tetapi berkenaan dengan orang-orang berdosa yang jatuh dengan cara lain apapun, Kristus menawarkan diriNya sendiri setiap hari kepada mereka, sehingga mereka tidak boleh mencari korban yang lain untuk menebus dosa-dosa mereka. Jadi, ia menyangkal bahwa korban apapun tersisa untuk mereka yang meninggalkan / menyangkal kematian Kristus, yang dilakukan bukan oleh sembarang pelanggaran kecuali oleh suatu tindakan meninggalkan iman secara total).
Calvin (tentang Ibrani 10:26): “The clause, ‘after having received the knowledge of the truth,’ was added for the purpose of aggravating their ingratitude; for he who willingly and with deliberate impiety extinguishes the light of God kindled in his heart has nothing to allege as an excuse before God. Let us then learn not only to receive with reverence and prompt docility of mind the truth offered to us, but also firmly to persevere in the knowledge of it, so that we may not suffer the terrible punishment of those who despise it” (= Anak kalimat ‘setelah menerima pengetahuan tentang kebenaran’, ditambahkan untuk tujuan memperburuk sikap tidak tahu terima kasih mereka; karena ia yang dengan sukarela dan dengan kejahatan sengaja memadamkan terang Allah yang dinyalakan dalam hatinya tidak mempunyai apapun yang akan dinyatakan sebagai suatu dalih di hadapan Allah. Jadi hendaklah kita belajar bukan hanya untuk menerima dengan rasa hormat / takut, dan ketundukan langsung dari pikiran terhadap kebenaran yang ditawarkan kepada kita, tetapi juga dengan teguh bertekun dalam pengetahuan tentangnya, sehingga kita tidak mengalami penghukuman yang mengerikan dari mereka yang meremehkan / menghinanya).
b. Ibrani 10: 28-29: “(28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
· Ibrani 10: 28: “Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi”.
Apa yang dikatakan oleh ay 28 ini tidak menunjuk kepada seadanya dosa (karena dalam hukum Musa tidak semua dosa dihukum mati), tetapi menunjuk kepada dosa kemurtadan, seperti yang digambarkan dalam Ul 17:2-7 - “(2) ‘Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjianNya, (3) dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu; (4) dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel, (5) maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati. (6) Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.’”.
Jadi ay 28 ini mendukung tafsiran Calvin tentang ay 26 tadi, bahwa itu bukan sembarang dosa, tetapi dosa meninggalkan Kristus / Gereja (murtad).
· Ibrani 10: 29: “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
Ay 29 ini menunjukkan bahwa hukuman orang yang murtad dalam jaman Perjanjian Baru lebih berat dari hukuman orang yang murtad pada jaman Perjanjian Lama. Untuk itu perhatikan kata-kata ‘betapa lebih beratnya’ pada awal ay 29.
Barclay: “The conviction of the writer to the Hebrew was that, if under the old law, apostasy was a terrible thing, it had become doubly terrible now that Christ had come” (= Keyakinan dari penulis surat Ibrani adalah bahwa jika pada jaman Perjanjian Lama, kemurtadan merupakan sesuatu yang mengerikan, itu menjadi mengerikan secara dobel karena sekarang Kristus telah datang) - hal 124.
Dan ay 29 ini juga menggambarkan kemurtadan jaman Perjanjian Baru itu sebagai:
* menginjak-injak Anak Allah.
* menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya.
* menghina Roh kasih karunia.
Pulpit Commentary: “The blood of Jesus must be either on the heart or under the heel” (= Darah Yesus harus berada, atau di hati, atau di bawah tumit) - hal 274.
Adam Clarke dan Lenski secara explicit bahkan mengatakan bahwa orang-orang ini adalah orang-orang yang menghujat Roh Kudus.
Adam Clarke (tentang Ibrani 10:29): “This is properly the sin against the Holy Spirit, which has no forgiveness” [= Ini secara tepat merupakan dosa terhadap / menentang Roh Kudus (menghujat Roh Kudus), yang tidak mempunyai pengampunan].
Lenski (tentang Ibrani 10:29): “It is on the basis of this mention of the Spirit, to which are added Matt. 12:31, 32; Markus 3:28, 29; Luke 12:10, that this sin is called the sin against the Holy Ghost and the unpardonable sin” [= Adalah berdasarkan penyebutan Roh ini, pada mana ditambahkan Mat 12:31,32; Markus 3:28,29; Lukas 12:10, bahwa dosa ini disebut dosa terhadap / menentang Roh Kudus (menghujat Roh Kudus) dan dosa yang tidak dapat diampuni] - hal 360.
Saya setuju dengan penafsiran mereka ini, karena memang selama seseorang hanya meninggalkan Kristus, tanpa disertai tindakan menghujat Roh Kudus, seharusnya ia masih bisa bertobat dan diampuni. Tetapi kalau kemurtadannya disertai dengan penghujatan terhadap Roh Kudus, maka itu tidak mungkin lagi bisa diampuni.
2. Ini tidak berarti bahwa orang kristen sejati bisa murtad.
a. Ada yang menganggap bahwa orang dalam Ibr 10 ini adalah orang kristen yang sejati, tetapi juga berpendapat bahwa itu tidak berarti bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad, karena semua ini hanya merupakan suatu pengandaian, yang tidak betul-betul bisa terjadi.
Barnes’ Notes: “the apostle shows that if a true Christian were to apostatize, nothing would remain for him but the terrific prospect of eternal condemnation. ... The apostle does not, indeed, say that any one ever would thus apostatize from the true religion, nor is there any reason to believe that such a case has occurred; but, if it should occur, the doom would be inevitable” (= sang rasul menunjukkan bahwa jika seorang Kristen sejati murtad, tidak ada yang tertinggal baginya kecuali prospek yang mengerikan dari hukuman kekal. ... Tetapi sang rasul tidak mengatakan bahwa ada orang yang murtad seperti itu dari agama yang benar, juga tidak ada alasan untuk percaya bahwa kasus seperti itu telah terjadi; tetapi, jika hal itu terjadi, malapetaka tidak akan terhindarkan) - hal 1310.
b. Ada yang menganggap bahwa orang yang dibicarakan di sini adalah orang kristen KTP. Penafsiran ini didasarkan pada ayat-ayat seperti Matius 24:24 Yohanes 8:31 1Yohanes 2:18-19 dan 2Yoh 9, yang menunjukkan secara explicit bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin bisa betul-betul sesat / murtad.
John Owen: “The season and circumstance which state the sin intended is, ‘after we have received the knowledge of the truth.’ There is no question but that by ‘the truth,’ the apostle intends the doctrine of the gospel; and the ‘receiving’ of it is, upon the conviction of its being truth, to take on us the outward profession of it. Only there is an emphasis in that word, th<n ejpi>gnwsin. This word is not used anywhere to express the mere conceptions or notions of the mind about truth, but such an acknowledgment of it as ariseth from some sense of its power and excellency. This, therefore, is the description of the persons concerning whom this sin is supposed: They were such as unto whom the gospel had been preached; who, upon conviction of its truth, and sense of its power, had taken upon them the public profession of it. And this is all that is required to the constitution of this state” [= waktu / masa dan keadaan yang menyatakan dosa yang dimaksudkan adalah, ‘setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran’. Tidak ada keraguan bahwa dengan ‘kebenaran’, sang rasul memaksudkan doktrin / ajaran dari injil; dan ‘penerimaan’nya, pada keyakinan bahwa itu adalah kebenaran, menunjukkan kepada kita pengakuan lahiriah tentangnya. Hanya di sana ada suatu penekanan dalam kata itu, TEN EPIGNOSIN (= ‘the knowledge’ / pengetahuan). Kata ini tidak digunakan dimanapun untuk menyatakan semata-mata pengertian atau pandangan dari pikiran tentang kebenaran, tetapi suatu pengakuan tentangnya yang muncul dari pengertian / perasaan tertentu tentang kuasa dan keunggulan / keindahannya. Karena itu, ini merupakan penggambaran dari orang-orang berkenaan dengan siapa dosa ini dianggap: Mereka adalah orang-orang kepada siapa injil telah diberitakan; yang, pada keyakinan tentang kebenarannya, dan pengertian / perasaan tentang kuasanya, telah melakukan pengakuan umum tentangnya. Dan ini adalah semua yang dibutuhkan bagi pembentukan dari keadaan ini] - ‘The Works of John Owen’, vol 6, hal 530.
Keberatan:
Kalau mereka ini memang ORANG KRISTEN PALSU ATAU KTP, mengapa dalam ay 29 dikatakan ‘darah perjanjian yang menguduskannya’?
Jawaban terhadap keberatan ini:
Matthew Poole: “‘Wherewith he was sanctified;’ ... to despise that blood by which he thought he was so, and boasted of it, and was so reputed by the church upon his baptism and profession of his faith, and, as a member of the church, had a visible relation to it, ...” (= ‘dengan mana ia dikuduskan’; ... menghina darah itu dengan mana ia kira ia dulunya demikian, dan membanggakan tentangnya, dan dianggap demikian oleh gereja pada baptisannya dan pengakuan tentang imannya, dan sebagai seorang anggota gereja, mempunyai suatu hubungan yang kelihatan dengannya, ...) - hal 857.
Jadi, Matthew Poole menganggap bahwa orang yang murtad itu disebut demikian (‘dikuduskan oleh darah perjanjian’), hanya karena ia tadinya mengaku demikian, atau karena ia diakui oleh gereja sebagai orang kristen, atau karena ia sudah dibaptis, atau karena ia mengaku sebagai orang kristen, atau karena ia menjadi anggota gereja, dan sebagainya. Jadi ayat ini menyebut dia sesuai dengan pengakuannya atau sesuai dengan keadaan lahiriahnya. Kitab Suci memang sering menggambarkan orang sesuai pengakuannya / keadaan lahiriahnya (bdk. Yohanes 2:23-25 Yohanes 6:66 Kis 8:13).
David Dickson mengatakan (hal 60) bahwa pengudusan ini merupakan pengudusan lahiriah, dimana seseorang dipisahkan dari dunia dan dipersembahkan untuk melayani Allah oleh panggilan (calling) dan perjanjian (covenant), dan ini merupakan sesuatu yang berlaku umum untuk gereja yang kelihatan. Dalam arti seperti ini seluruh / setiap jemaat Israel disebut kudus. Ini berbeda dengan pengudusan batiniah, yang terjadi karena tinggalnya Roh Kudus dalam diri seseorang, dan pengudusan batiniah ini hanya bisa terjadi pada diri orang pilihan.
John Owen kelihatannya mempunyai pandangan yang sama dengan David Dickson.
John Owen: “It is not real or internal sanctification that is here intended; but it is a separation and dedication unto God; in which sense the word is often used. ... those who by baptism, and confession of faith in the church of Christ, were separated from all others, were peculiarly dedicated to God thereby” (= Bukanlah pengudusan yang sungguh-sungguh dan di dalam yang dimaksudkan di sini; tetapi itu merupakan suatu pemisahan dan pendedikasian kepada Allah; dimana arti kata itu sering digunakan. ... mereka yang oleh baptisan, dan pengakuan iman dalam gereja Kristus, dipisahkan dari semua orang lain, secara khusus didedikasikan kepada Allah olehnya) - ‘Hebrews’, vol 6, hal 545.
Kata ‘menguduskan’ tidak diartikan sebagai ‘menyucikan’, tetapi sebagai suatu tindakan memisahkan untuk dipersembahkan kepada Allah. Untuk itu perlu diketahui bahwa arti kata ‘kudus’ sebetulnya adalah:
· ‘Berbeda dengan’ / ‘terpisah dari’.
· ‘Dipersembahkan kepada Allah’.
Contoh: bangsa Israel disebut kudus, karena mereka dipisahkan dari bangsa-bangsa lain / dibedakan dari bangsa-bangsa lain, dan lalu dipersembahkan / diperuntukkan bagi Allah. Demikian juga kalau hari Sabat disebut kudus, dan orang kristen disebut kudus.
Juga perhatikan penggunaan kata ‘dikuduskan’ dan ‘kudus’ dalam 1Kor 7:14 - “Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus”.
Ay 25: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
Calvin (tentang Ibrani 10:26): “Those who sin, mentioned by the Apostle, are not such as offend in any way, but such as forsake the Church, and wholly alienate themselves from Christ. For he speaks not here of this or of that sin, but he condemns by name those who willfully renounced fellowship with the Church. But there is a vast difference between particular fallings and a complete defection of this kind, by which we entirely fall away from the grace of Christ. And as this cannot be the case with any one except he has been already enlightened, he says, ‘If we sin willfully, after that we have received the knowledge of the truth;’ as though he had said, ‘If we knowingly and willingly renounce the grace which we had obtained.’” (= Mereka yang berbuat dosa, disebutkan oleh sang Rasul, bukanlah orang-orang yang melakukan kesalahan dengan sembarang cara, tetapi orang-orang yang meninggalkan Gereja, dan sepenuhnya menjauhkan diri mereka sendiri dari Kristus. Karena ia berbicara di sini bukan tentang dosa ini atau dosa itu, tetapi ia mengecam dengan nama / sebutan, mereka yang dengan sengaja meninggalkan persekutuan dengan Gereja. Tetapi ada suatu perbedaan besar antara kejatuhan-kejatuhan khusus dan suatu tindakan meninggalkan yang lengkap / sempurna dari jenis ini, dengan mana kita sepenuhnya murtad / jatuh dari kasih karunia Kristus. Dan karena ini tidak bisa merupakan kasus dengan siapapun, kecuali ia telah diterangi, ia berkata, ‘Jika kita berdosa dengan sengaja, setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran’; seakan-akan ia telah berkata, ‘Jika kita dengan tahu dan sengaja meninggalkan kasih karunia yang telah kita terima’).
Calvin (tentang Ibr 10:26): “And that the Apostle here refers only to apostates, is clear from the whole passage; for what he treats of is this, that those who had been once received into the Church ought not to forsake it, as some were wont to do. He now declares that there remained for such no sacrifice for sin, because they had willfully sinned after having received the knowledge of the truth. But as to sinners who fall in any other way, Christ offers himself daily to them, so that they are to seek no other sacrifice for expiating their sins. He denies, then, that any sacrifice remains for them who renounce the death of Christ, which is not done by any offense except by a total renunciation of the faith” (= Dan bahwa sang Rasul di sini menunjuk hanya pada orang-orang murtad, adalah jelas dari seluruh text; karena apa yang ia bicarakan adalah ini, bahwa mereka yang telah satu kali diterima ke dalam Gereja tidak boleh meninggalkannya, seperti beberapa orang biasa melakukannya. Sekarang ia menyatakan bahwa untuk orang-orang seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa, karena mereka telah berdosa dengan sengaja setelah mendapat pengetahuan tentang kebenaran. Tetapi berkenaan dengan orang-orang berdosa yang jatuh dengan cara lain apapun, Kristus menawarkan diriNya sendiri setiap hari kepada mereka, sehingga mereka tidak boleh mencari korban yang lain untuk menebus dosa-dosa mereka. Jadi, ia menyangkal bahwa korban apapun tersisa untuk mereka yang meninggalkan / menyangkal kematian Kristus, yang dilakukan bukan oleh sembarang pelanggaran kecuali oleh suatu tindakan meninggalkan iman secara total).
Calvin (tentang Ibrani 10:26): “The clause, ‘after having received the knowledge of the truth,’ was added for the purpose of aggravating their ingratitude; for he who willingly and with deliberate impiety extinguishes the light of God kindled in his heart has nothing to allege as an excuse before God. Let us then learn not only to receive with reverence and prompt docility of mind the truth offered to us, but also firmly to persevere in the knowledge of it, so that we may not suffer the terrible punishment of those who despise it” (= Anak kalimat ‘setelah menerima pengetahuan tentang kebenaran’, ditambahkan untuk tujuan memperburuk sikap tidak tahu terima kasih mereka; karena ia yang dengan sukarela dan dengan kejahatan sengaja memadamkan terang Allah yang dinyalakan dalam hatinya tidak mempunyai apapun yang akan dinyatakan sebagai suatu dalih di hadapan Allah. Jadi hendaklah kita belajar bukan hanya untuk menerima dengan rasa hormat / takut, dan ketundukan langsung dari pikiran terhadap kebenaran yang ditawarkan kepada kita, tetapi juga dengan teguh bertekun dalam pengetahuan tentangnya, sehingga kita tidak mengalami penghukuman yang mengerikan dari mereka yang meremehkan / menghinanya).
b. Ibrani 10: 28-29: “(28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
· Ibrani 10: 28: “Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi”.
Apa yang dikatakan oleh ay 28 ini tidak menunjuk kepada seadanya dosa (karena dalam hukum Musa tidak semua dosa dihukum mati), tetapi menunjuk kepada dosa kemurtadan, seperti yang digambarkan dalam Ul 17:2-7 - “(2) ‘Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjianNya, (3) dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu; (4) dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel, (5) maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati. (6) Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.’”.
Jadi ay 28 ini mendukung tafsiran Calvin tentang ay 26 tadi, bahwa itu bukan sembarang dosa, tetapi dosa meninggalkan Kristus / Gereja (murtad).
· Ibrani 10: 29: “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
Ay 29 ini menunjukkan bahwa hukuman orang yang murtad dalam jaman Perjanjian Baru lebih berat dari hukuman orang yang murtad pada jaman Perjanjian Lama. Untuk itu perhatikan kata-kata ‘betapa lebih beratnya’ pada awal ay 29.
Barclay: “The conviction of the writer to the Hebrew was that, if under the old law, apostasy was a terrible thing, it had become doubly terrible now that Christ had come” (= Keyakinan dari penulis surat Ibrani adalah bahwa jika pada jaman Perjanjian Lama, kemurtadan merupakan sesuatu yang mengerikan, itu menjadi mengerikan secara dobel karena sekarang Kristus telah datang) - hal 124.
Dan ay 29 ini juga menggambarkan kemurtadan jaman Perjanjian Baru itu sebagai:
* menginjak-injak Anak Allah.
* menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya.
* menghina Roh kasih karunia.
Pulpit Commentary: “The blood of Jesus must be either on the heart or under the heel” (= Darah Yesus harus berada, atau di hati, atau di bawah tumit) - hal 274.
Adam Clarke dan Lenski secara explicit bahkan mengatakan bahwa orang-orang ini adalah orang-orang yang menghujat Roh Kudus.
Adam Clarke (tentang Ibrani 10:29): “This is properly the sin against the Holy Spirit, which has no forgiveness” [= Ini secara tepat merupakan dosa terhadap / menentang Roh Kudus (menghujat Roh Kudus), yang tidak mempunyai pengampunan].
Lenski (tentang Ibrani 10:29): “It is on the basis of this mention of the Spirit, to which are added Matt. 12:31, 32; Markus 3:28, 29; Luke 12:10, that this sin is called the sin against the Holy Ghost and the unpardonable sin” [= Adalah berdasarkan penyebutan Roh ini, pada mana ditambahkan Mat 12:31,32; Markus 3:28,29; Lukas 12:10, bahwa dosa ini disebut dosa terhadap / menentang Roh Kudus (menghujat Roh Kudus) dan dosa yang tidak dapat diampuni] - hal 360.
Saya setuju dengan penafsiran mereka ini, karena memang selama seseorang hanya meninggalkan Kristus, tanpa disertai tindakan menghujat Roh Kudus, seharusnya ia masih bisa bertobat dan diampuni. Tetapi kalau kemurtadannya disertai dengan penghujatan terhadap Roh Kudus, maka itu tidak mungkin lagi bisa diampuni.
2. Ini tidak berarti bahwa orang kristen sejati bisa murtad.
a. Ada yang menganggap bahwa orang dalam Ibr 10 ini adalah orang kristen yang sejati, tetapi juga berpendapat bahwa itu tidak berarti bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad, karena semua ini hanya merupakan suatu pengandaian, yang tidak betul-betul bisa terjadi.
Barnes’ Notes: “the apostle shows that if a true Christian were to apostatize, nothing would remain for him but the terrific prospect of eternal condemnation. ... The apostle does not, indeed, say that any one ever would thus apostatize from the true religion, nor is there any reason to believe that such a case has occurred; but, if it should occur, the doom would be inevitable” (= sang rasul menunjukkan bahwa jika seorang Kristen sejati murtad, tidak ada yang tertinggal baginya kecuali prospek yang mengerikan dari hukuman kekal. ... Tetapi sang rasul tidak mengatakan bahwa ada orang yang murtad seperti itu dari agama yang benar, juga tidak ada alasan untuk percaya bahwa kasus seperti itu telah terjadi; tetapi, jika hal itu terjadi, malapetaka tidak akan terhindarkan) - hal 1310.
b. Ada yang menganggap bahwa orang yang dibicarakan di sini adalah orang kristen KTP. Penafsiran ini didasarkan pada ayat-ayat seperti Matius 24:24 Yohanes 8:31 1Yohanes 2:18-19 dan 2Yoh 9, yang menunjukkan secara explicit bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin bisa betul-betul sesat / murtad.
John Owen: “The season and circumstance which state the sin intended is, ‘after we have received the knowledge of the truth.’ There is no question but that by ‘the truth,’ the apostle intends the doctrine of the gospel; and the ‘receiving’ of it is, upon the conviction of its being truth, to take on us the outward profession of it. Only there is an emphasis in that word, th<n ejpi>gnwsin. This word is not used anywhere to express the mere conceptions or notions of the mind about truth, but such an acknowledgment of it as ariseth from some sense of its power and excellency. This, therefore, is the description of the persons concerning whom this sin is supposed: They were such as unto whom the gospel had been preached; who, upon conviction of its truth, and sense of its power, had taken upon them the public profession of it. And this is all that is required to the constitution of this state” [= waktu / masa dan keadaan yang menyatakan dosa yang dimaksudkan adalah, ‘setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran’. Tidak ada keraguan bahwa dengan ‘kebenaran’, sang rasul memaksudkan doktrin / ajaran dari injil; dan ‘penerimaan’nya, pada keyakinan bahwa itu adalah kebenaran, menunjukkan kepada kita pengakuan lahiriah tentangnya. Hanya di sana ada suatu penekanan dalam kata itu, TEN EPIGNOSIN (= ‘the knowledge’ / pengetahuan). Kata ini tidak digunakan dimanapun untuk menyatakan semata-mata pengertian atau pandangan dari pikiran tentang kebenaran, tetapi suatu pengakuan tentangnya yang muncul dari pengertian / perasaan tertentu tentang kuasa dan keunggulan / keindahannya. Karena itu, ini merupakan penggambaran dari orang-orang berkenaan dengan siapa dosa ini dianggap: Mereka adalah orang-orang kepada siapa injil telah diberitakan; yang, pada keyakinan tentang kebenarannya, dan pengertian / perasaan tentang kuasanya, telah melakukan pengakuan umum tentangnya. Dan ini adalah semua yang dibutuhkan bagi pembentukan dari keadaan ini] - ‘The Works of John Owen’, vol 6, hal 530.
Keberatan:
Kalau mereka ini memang ORANG KRISTEN PALSU ATAU KTP, mengapa dalam ay 29 dikatakan ‘darah perjanjian yang menguduskannya’?
Jawaban terhadap keberatan ini:
Matthew Poole: “‘Wherewith he was sanctified;’ ... to despise that blood by which he thought he was so, and boasted of it, and was so reputed by the church upon his baptism and profession of his faith, and, as a member of the church, had a visible relation to it, ...” (= ‘dengan mana ia dikuduskan’; ... menghina darah itu dengan mana ia kira ia dulunya demikian, dan membanggakan tentangnya, dan dianggap demikian oleh gereja pada baptisannya dan pengakuan tentang imannya, dan sebagai seorang anggota gereja, mempunyai suatu hubungan yang kelihatan dengannya, ...) - hal 857.
Jadi, Matthew Poole menganggap bahwa orang yang murtad itu disebut demikian (‘dikuduskan oleh darah perjanjian’), hanya karena ia tadinya mengaku demikian, atau karena ia diakui oleh gereja sebagai orang kristen, atau karena ia sudah dibaptis, atau karena ia mengaku sebagai orang kristen, atau karena ia menjadi anggota gereja, dan sebagainya. Jadi ayat ini menyebut dia sesuai dengan pengakuannya atau sesuai dengan keadaan lahiriahnya. Kitab Suci memang sering menggambarkan orang sesuai pengakuannya / keadaan lahiriahnya (bdk. Yohanes 2:23-25 Yohanes 6:66 Kis 8:13).
David Dickson mengatakan (hal 60) bahwa pengudusan ini merupakan pengudusan lahiriah, dimana seseorang dipisahkan dari dunia dan dipersembahkan untuk melayani Allah oleh panggilan (calling) dan perjanjian (covenant), dan ini merupakan sesuatu yang berlaku umum untuk gereja yang kelihatan. Dalam arti seperti ini seluruh / setiap jemaat Israel disebut kudus. Ini berbeda dengan pengudusan batiniah, yang terjadi karena tinggalnya Roh Kudus dalam diri seseorang, dan pengudusan batiniah ini hanya bisa terjadi pada diri orang pilihan.
John Owen kelihatannya mempunyai pandangan yang sama dengan David Dickson.
John Owen: “It is not real or internal sanctification that is here intended; but it is a separation and dedication unto God; in which sense the word is often used. ... those who by baptism, and confession of faith in the church of Christ, were separated from all others, were peculiarly dedicated to God thereby” (= Bukanlah pengudusan yang sungguh-sungguh dan di dalam yang dimaksudkan di sini; tetapi itu merupakan suatu pemisahan dan pendedikasian kepada Allah; dimana arti kata itu sering digunakan. ... mereka yang oleh baptisan, dan pengakuan iman dalam gereja Kristus, dipisahkan dari semua orang lain, secara khusus didedikasikan kepada Allah olehnya) - ‘Hebrews’, vol 6, hal 545.
Kata ‘menguduskan’ tidak diartikan sebagai ‘menyucikan’, tetapi sebagai suatu tindakan memisahkan untuk dipersembahkan kepada Allah. Untuk itu perlu diketahui bahwa arti kata ‘kudus’ sebetulnya adalah:
· ‘Berbeda dengan’ / ‘terpisah dari’.
· ‘Dipersembahkan kepada Allah’.
Contoh: bangsa Israel disebut kudus, karena mereka dipisahkan dari bangsa-bangsa lain / dibedakan dari bangsa-bangsa lain, dan lalu dipersembahkan / diperuntukkan bagi Allah. Demikian juga kalau hari Sabat disebut kudus, dan orang kristen disebut kudus.
Juga perhatikan penggunaan kata ‘dikuduskan’ dan ‘kudus’ dalam 1Kor 7:14 - “Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus”.
Kita tidak mungkin mengartikan bahwa kata ‘dikuduskan’ / ‘kudus’ di sini berarti ‘disucikan’ / ‘suci’, karena kalau diartikan demikian, maka seseorang bisa nunut / membonceng suami / istri / orang tuanya dalam persoalan keselamatan. Jadi ‘dikuduskan’ / ‘kudus’ di sini harus diartikan ‘berbeda dengan’ / ‘terpisah dari’. Jadi, karena adanya seseorang yang beriman dalam suatu keluarga, maka seluruh keluarga menjadi ‘berbeda dengan’ keluarga-keluarga yang lain, yang seluruhnya kafir. Mengapa berbeda? Karena adanya seorang anggota keluarga yang kristen, sekalipun hal itu tidak menyelamatkan keluarga (kecuali mereka lalu bertobat), tetapi hal itu menyebabkan keluarga tersebut ‘kecipratan’ berkat, seperti perlindungan dan pemeliharaan dari Allah, dan sebagainya.
John Murray menafsirkan text ini secara berbeda. Sama seperti penafsiran Hodge dalam pembahasan tentang 1Korintus 8:11 di atas, John Murray beranggapan bahwa sekalipun penebusan yang dilakukan oleh Kristus hanya memberikan keselamatan kekal kepada orang-orang pilihan, tetapi juga memberikan keuntungan-keuntungan jasmani / duniawi yang terbatas hanya dalam kehidupan di dunia ini kepada orang-orang non pilihan. Karena itu tetap bisa dikatakan bahwa Kristus mati untuk mereka yang akhirnya binasa.
John Murray: “there are benefits accruing from the death of Christ for those who finally perish. And in view of this we may say that in respect of these benefits Christ may be said to have died for those who are the beneficiaries. In any case it is incontrovertible that even those who perish are the partakers of numberless benefits that are the fruits of Christ’s death and that, therefore, Christ’s death sustains to them this beneficial reference, a beneficial reference, however, that does not extend beyond this life” (= ada keuntungan-keuntungan yang didapatkan dari kematian Kristus bagi mereka yang akhirnya binasa. Dan mengingat akan hal ini kita bisa mengatakan bahwa berkenaan dengan keuntungan-keuntungan ini bisa dikatakan bahwa Kristus telah mati untuk mereka, yang adalah penerima dari keuntungan-keuntungan itu. Bagaimanapun juga merupakan sesuatu yang tidak dapat dibantah bahwa bahkan mereka yang binasa, ikut ambil bagian dalam keuntungan-keuntungan yang tidak terhitung, yang adalah buah-buah dari kematian Kristus, dan bahwa karena itu, kematian Kristus menyuplai mereka keuntungan ini, tetapi itu merupakan suatu keuntungan yang terbatas dalam kehidupan ini) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64-65.
Louis Berkhof: “the design of God in the work of Christ pertained primarily and directly, not to the temporal well-being of men in general, but to the redemption of the elect; but secondarily and indirectly it also included the natural blessings bestowed on mankind indiscriminately. All that the natural man receives other than curse and death is an indirect result of the redemptive work of Christ” (= rencana Allah dalam pekerjaan Kristus berhubungan terutama dan secara langsung bukan dengan kesejahteraan sementara dari manusia secara umum, tetapi dengan penebusan orang-orang pilihan; tetapi secara sekunder dan tidak langsung itu juga mencakup berkat-berkat alamiah / biasa yang diberikan kepada umat manusia tanpa pandang bulu. Semua yang diterima oleh manusia duniawi selain kutuk dan kematian merupakan hasil tidak langsung dari pekerjaan penebusan dari Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 438-439.
Yang manapun yang benar dari penafsiran-penafsiran di atas ini, menunjukkan bahwa Ibr 10:29 tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), ataupun Predestinasi dan Ketekunan orang-orang kudus.
d) 2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka [KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka)] dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Adam Clarke: “It is not certain whether God the Father be intended here, or our Lord Jesus Christ; for God is said to have purchased the Israelites, Exod. 15:16, and to be the Father that had bought them, Deut. 32:6, ... or they may point out Jesus Christ, who had bought them with his blood; ... It seems, however, more natural to understand the Lord that bought them as applying to Christ, ... and if so, this is another proof, among many, ... That through their own wickedness some may perish for whom Christ died” (= Tidak pasti apakah yang dimaksudkan di sini adalah Allah Bapa atau Tuhan kita Yesus Kristus; karena Allah dikatakan telah membeli orang-orang Israel, Kel 15:16, dan adalah Bapa yang telah membeli mereka, Ul 32:6, ... atau itu bisa menunjuk kepada Yesus Kristus, yang telah membeli mereka dengan darahNya; ... Tetapi kelihatannya lebih alamiah untuk menerapkan kata-kata ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ kepada Kristus, ... dan jika demikian, ini merupakan satu bukti lagi, di antara banyak bukti, ... Bahwa melalui kejahatan mereka sendiri sebagian orang binasa untuk siapa Kristus telah mati) - hal 884.
John Murray menafsirkan text ini secara berbeda. Sama seperti penafsiran Hodge dalam pembahasan tentang 1Korintus 8:11 di atas, John Murray beranggapan bahwa sekalipun penebusan yang dilakukan oleh Kristus hanya memberikan keselamatan kekal kepada orang-orang pilihan, tetapi juga memberikan keuntungan-keuntungan jasmani / duniawi yang terbatas hanya dalam kehidupan di dunia ini kepada orang-orang non pilihan. Karena itu tetap bisa dikatakan bahwa Kristus mati untuk mereka yang akhirnya binasa.
John Murray: “there are benefits accruing from the death of Christ for those who finally perish. And in view of this we may say that in respect of these benefits Christ may be said to have died for those who are the beneficiaries. In any case it is incontrovertible that even those who perish are the partakers of numberless benefits that are the fruits of Christ’s death and that, therefore, Christ’s death sustains to them this beneficial reference, a beneficial reference, however, that does not extend beyond this life” (= ada keuntungan-keuntungan yang didapatkan dari kematian Kristus bagi mereka yang akhirnya binasa. Dan mengingat akan hal ini kita bisa mengatakan bahwa berkenaan dengan keuntungan-keuntungan ini bisa dikatakan bahwa Kristus telah mati untuk mereka, yang adalah penerima dari keuntungan-keuntungan itu. Bagaimanapun juga merupakan sesuatu yang tidak dapat dibantah bahwa bahkan mereka yang binasa, ikut ambil bagian dalam keuntungan-keuntungan yang tidak terhitung, yang adalah buah-buah dari kematian Kristus, dan bahwa karena itu, kematian Kristus menyuplai mereka keuntungan ini, tetapi itu merupakan suatu keuntungan yang terbatas dalam kehidupan ini) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64-65.
Louis Berkhof: “the design of God in the work of Christ pertained primarily and directly, not to the temporal well-being of men in general, but to the redemption of the elect; but secondarily and indirectly it also included the natural blessings bestowed on mankind indiscriminately. All that the natural man receives other than curse and death is an indirect result of the redemptive work of Christ” (= rencana Allah dalam pekerjaan Kristus berhubungan terutama dan secara langsung bukan dengan kesejahteraan sementara dari manusia secara umum, tetapi dengan penebusan orang-orang pilihan; tetapi secara sekunder dan tidak langsung itu juga mencakup berkat-berkat alamiah / biasa yang diberikan kepada umat manusia tanpa pandang bulu. Semua yang diterima oleh manusia duniawi selain kutuk dan kematian merupakan hasil tidak langsung dari pekerjaan penebusan dari Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 438-439.
Yang manapun yang benar dari penafsiran-penafsiran di atas ini, menunjukkan bahwa Ibr 10:29 tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), ataupun Predestinasi dan Ketekunan orang-orang kudus.
d) 2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka [KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka)] dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Adam Clarke: “It is not certain whether God the Father be intended here, or our Lord Jesus Christ; for God is said to have purchased the Israelites, Exod. 15:16, and to be the Father that had bought them, Deut. 32:6, ... or they may point out Jesus Christ, who had bought them with his blood; ... It seems, however, more natural to understand the Lord that bought them as applying to Christ, ... and if so, this is another proof, among many, ... That through their own wickedness some may perish for whom Christ died” (= Tidak pasti apakah yang dimaksudkan di sini adalah Allah Bapa atau Tuhan kita Yesus Kristus; karena Allah dikatakan telah membeli orang-orang Israel, Kel 15:16, dan adalah Bapa yang telah membeli mereka, Ul 32:6, ... atau itu bisa menunjuk kepada Yesus Kristus, yang telah membeli mereka dengan darahNya; ... Tetapi kelihatannya lebih alamiah untuk menerapkan kata-kata ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ kepada Kristus, ... dan jika demikian, ini merupakan satu bukti lagi, di antara banyak bukti, ... Bahwa melalui kejahatan mereka sendiri sebagian orang binasa untuk siapa Kristus telah mati) - hal 884.
Catatan: kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’, oleh KJV diterjemahkan ‘the Lord that bought them’ (= Tuhan yang telah membeli mereka).
Keluaran 15:16 - “Ngeri dan takut menimpa mereka, karena kebesaran tanganMu mereka kaku seperti batu, sampai umatMu menyeberang, ya TUHAN, sampai umat yang Kauperoleh menyeberang”.
Kata ‘Kauperoleh’ oleh KJV/RSV/NASB diterjemahkan: ‘thou hast purchased’ (= telah Kaubeli); dan oleh NIV diterjemahkan: ‘you bought’ (= telah Kaubeli).
Ulangan 32:6 - “Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?”.
Kata ‘mencipta engkau’ oleh KJV diterjemahkan: ‘hath bought thee’ (= telah membeli engkau). NASB » KJV, sedangkan RSV/NIV » Kitab Suci Indonesia.
Pulpit Commentary: “The Lord had bought them; they were not their own, but his, bought with a price, ‘not with corruptible things, as silver and gold, but with the precious blood of Christ’ (1Pet. 1:18; see also the parallel passage Jude 4). These words plainly assert the universality of the Lord’s redemption. He ‘tasted death for every man’ (Heb. 2:9), even for those false teachers who denied him” [= Tuhan telah membeli mereka; mereka bukan milik mereka sendiri, tetapi milikNya, dibeli dengan suatu harga, ‘bukan dengan barang yang fana, seperti perak dan emas, tetapi dengan darah Kristus yang mahal / berharga’ (1Pet 1:18; lihat juga text paralelnya, Yudas 4). Kata-kata ini secara jelas menegaskan keuniversalan dari penebusan Tuhan. Ia ‘mencicipi / mengalami maut bagi semua / setiap orang’ (Ibr 2:9), bahkan untuk guru-guru palsu yang menyangkalNya itu] - hal 43.
Tanggapan:
2Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Kata-kata yang saya beri garis bawah ganda diterjemahkan oleh KJV sebagai berikut:
KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka).
Orang-orang yang dibicarakan dalam 2Petrus 2:1 ini, jelas bukan orang kristen / orang pilihan, tetapi hanya orang kristen KTP. Ini terlihat dari beberapa fakta:
1. Mereka disebut ‘guru-guru palsu’ (ay 1,3,17), dan mereka disamakan dengan ‘nabi-nabi palsu’ dalam Perjanjian Lama (ay 1).
Keluaran 15:16 - “Ngeri dan takut menimpa mereka, karena kebesaran tanganMu mereka kaku seperti batu, sampai umatMu menyeberang, ya TUHAN, sampai umat yang Kauperoleh menyeberang”.
Kata ‘Kauperoleh’ oleh KJV/RSV/NASB diterjemahkan: ‘thou hast purchased’ (= telah Kaubeli); dan oleh NIV diterjemahkan: ‘you bought’ (= telah Kaubeli).
Ulangan 32:6 - “Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap TUHAN, hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau?”.
Kata ‘mencipta engkau’ oleh KJV diterjemahkan: ‘hath bought thee’ (= telah membeli engkau). NASB » KJV, sedangkan RSV/NIV » Kitab Suci Indonesia.
Pulpit Commentary: “The Lord had bought them; they were not their own, but his, bought with a price, ‘not with corruptible things, as silver and gold, but with the precious blood of Christ’ (1Pet. 1:18; see also the parallel passage Jude 4). These words plainly assert the universality of the Lord’s redemption. He ‘tasted death for every man’ (Heb. 2:9), even for those false teachers who denied him” [= Tuhan telah membeli mereka; mereka bukan milik mereka sendiri, tetapi milikNya, dibeli dengan suatu harga, ‘bukan dengan barang yang fana, seperti perak dan emas, tetapi dengan darah Kristus yang mahal / berharga’ (1Pet 1:18; lihat juga text paralelnya, Yudas 4). Kata-kata ini secara jelas menegaskan keuniversalan dari penebusan Tuhan. Ia ‘mencicipi / mengalami maut bagi semua / setiap orang’ (Ibr 2:9), bahkan untuk guru-guru palsu yang menyangkalNya itu] - hal 43.
Tanggapan:
2Petrus 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Kata-kata yang saya beri garis bawah ganda diterjemahkan oleh KJV sebagai berikut:
KJV: ‘even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka).
Orang-orang yang dibicarakan dalam 2Petrus 2:1 ini, jelas bukan orang kristen / orang pilihan, tetapi hanya orang kristen KTP. Ini terlihat dari beberapa fakta:
1. Mereka disebut ‘guru-guru palsu’ (ay 1,3,17), dan mereka disamakan dengan ‘nabi-nabi palsu’ dalam Perjanjian Lama (ay 1).
2. Adanya kalimat “Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (ay 1).
3. Neraka telah disediakan untuk mereka.
2Pet 2:3,17 - “(3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. ... (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”.
2Pet 2:3,17 - “(3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda. ... (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”.
4. Penggambaran tentang kehidupan mereka dalam seluruh 2Pet 2 sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang kristen yang sejati.
5. Mereka digambarkan sebagai ‘anjing’ dan ‘babi’.
2Petrus 2:22 - “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Jadi, digunakannya kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’ / ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ (KJV), tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang kristen yang sejati, tetapi hanya menggambarkan mereka menurut pengakuan mereka.
Alexander Nisbet: “‘That they should deny the Lord that bought them;’ which is not to be understood as if either Christ had died for such men (for then they could not have perished, John 10:11,28), or as if they had expressly denied Christ to be the Redeemer; for then could they not have prevailed as they did with professors of Christ (v 2), ... The meaning therefore is that they, being by profession and in their own and other’s esteem, redeemed ones, should vent such errors as would in substance tend to the denial of the sovereignty and Lordship of Christ over His people” [= ‘Bahwa mereka menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka’; yang tidak boleh dimengerti seakan-akan Kristus telah mati untuk orang-orang seperti itu (karena kalau demikian mereka tidak bisa binasa, Yohanes 10:11,28), atau seakan-akan mereka secara explicit menyangkal Kristus sebagai Penebus; karena kalau demikian mereka tidak akan bisa diikuti oleh para pengaku Kristus (ay 2), ... Karena itu artinya adalah bahwa mereka mengaku sebagai orang-orang yang ditebus, dan juga dalam pandangan mereka sendiri ataupun orang-orang lain, mereka adalah orang-orang yang ditebus, tetapi mereka menyemburkan kesalahan-kesalahan yang pada hakekatnya merupakan penyangkalan terhadap kedaulatan dan keTuhanan dari Kristus atas umatNya] - hal 245.
Matthew Poole: “This is spoken not only of their pretences, that they should profess themselves redeemed by Christ, but in the style of the visible church, which should judge them to be so till they declared the contrary by their wicked actions; ... whosoever professeth himself to be redeemed by Christ, and yet denies him in his deeds, is said to deny the Lord that bought him” (= Ini dikatakan bukan hanya karena kepura-puraan mereka, dimana mereka mengaku diri mereka sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi dalam gaya dari gereja yang kelihatan, yang harus menilai mereka demikian sampai mereka menyatakan sebaliknya oleh tindakan-tindakan mereka yang jahat; ... siapapun mengaku dirinya sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi menyangkalNya dalam perbuatan-perbuatannya, dikatakan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka) - hal 921.
Baca Juga: Penebusan Terbatas -Semua Orang
2Petrus 2:22 - “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Jadi, digunakannya kata-kata ‘Penguasa yang telah menebus mereka’ / ‘Tuhan yang telah membeli mereka’ (KJV), tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang kristen yang sejati, tetapi hanya menggambarkan mereka menurut pengakuan mereka.
Alexander Nisbet: “‘That they should deny the Lord that bought them;’ which is not to be understood as if either Christ had died for such men (for then they could not have perished, John 10:11,28), or as if they had expressly denied Christ to be the Redeemer; for then could they not have prevailed as they did with professors of Christ (v 2), ... The meaning therefore is that they, being by profession and in their own and other’s esteem, redeemed ones, should vent such errors as would in substance tend to the denial of the sovereignty and Lordship of Christ over His people” [= ‘Bahwa mereka menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka’; yang tidak boleh dimengerti seakan-akan Kristus telah mati untuk orang-orang seperti itu (karena kalau demikian mereka tidak bisa binasa, Yohanes 10:11,28), atau seakan-akan mereka secara explicit menyangkal Kristus sebagai Penebus; karena kalau demikian mereka tidak akan bisa diikuti oleh para pengaku Kristus (ay 2), ... Karena itu artinya adalah bahwa mereka mengaku sebagai orang-orang yang ditebus, dan juga dalam pandangan mereka sendiri ataupun orang-orang lain, mereka adalah orang-orang yang ditebus, tetapi mereka menyemburkan kesalahan-kesalahan yang pada hakekatnya merupakan penyangkalan terhadap kedaulatan dan keTuhanan dari Kristus atas umatNya] - hal 245.
Matthew Poole: “This is spoken not only of their pretences, that they should profess themselves redeemed by Christ, but in the style of the visible church, which should judge them to be so till they declared the contrary by their wicked actions; ... whosoever professeth himself to be redeemed by Christ, and yet denies him in his deeds, is said to deny the Lord that bought him” (= Ini dikatakan bukan hanya karena kepura-puraan mereka, dimana mereka mengaku diri mereka sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi dalam gaya dari gereja yang kelihatan, yang harus menilai mereka demikian sampai mereka menyatakan sebaliknya oleh tindakan-tindakan mereka yang jahat; ... siapapun mengaku dirinya sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi menyangkalNya dalam perbuatan-perbuatannya, dikatakan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka) - hal 921.
Baca Juga: Penebusan Terbatas -Semua Orang
Louis Berkhof: “that these false teachers are described according to their own profession and the judgment of charity. They gave themselves out as redeemed men, and were so accounted in the judgment of the Church while they abode in her communion” (= bahwa guru-guru palsu ini digambarkan menurut pengakuan mereka sendiri dan penghakiman / penilaian dari kasih. Mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang ditebus, dan dianggap demikian dalam penghakiman / penilaian dari Gereja sementara mereka tinggal dalam persekutuan Gereja) - ‘Systematic Theology’, hal 397.
Kesimpulan tentang pembahasan 4 ayat di atas:
1. Tentang Roma 14:15 dan 1Korintus 8:11, saya menganggap bahwa itu hanya merupakan pengandaian, yang tidak betul-betul terjadi. Jadi dalam kedua ayat itu Paulus menasehati saudara yang kuat justru supaya saudara yang lemah tidak kehilangan keselamatannya.
Kesimpulan tentang pembahasan 4 ayat di atas:
1. Tentang Roma 14:15 dan 1Korintus 8:11, saya menganggap bahwa itu hanya merupakan pengandaian, yang tidak betul-betul terjadi. Jadi dalam kedua ayat itu Paulus menasehati saudara yang kuat justru supaya saudara yang lemah tidak kehilangan keselamatannya.
2. Tentang Ibrani 10:29 dan 2Petrus 2:1 saya berpendapat bahwa orang yang dibicarakan bukanlah orang Kristen yang sejati, tetapi orang kristen KTP, tetapi mereka digambarkan sesuai dengan pengakuan mereka, atau sesuai dengan kelihatannya.
LIMITED ATONEMENT VS 4 AYAT
LIMITED ATONEMENT VS 4 AYAT