2 JALAN KESELAMATAN (KISAH PARA RASUL 4:12;IMAMAT 18:4-5)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 (Dua) jalan keselamatan.
Ajaran yang selama ini kita dengar:
Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan / ke surga.
Yohanes 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.
Kisah Para Rasul 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.
1Yohanes 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.”.
Calvin (tentang Roma 5:15): “not even the least drop of life can be found out of Christ,” [= bahkan tidak ada tetes terkecil dari kehidupan bisa ditemukan di luar Kristus,].
Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan / ke surga.
II) Jalan keselamatan yang kedua.
A) Ayat-ayat yang menunjukkan adanya jalan keselamatan yang kedua.
1) Imamat 18:4-5 - “(4) Kamu harus lakukan peraturanKu dan harus berpegang pada ketetapanKu dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. (5) Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapanKu dan peraturanKu. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.”.
2) Nehemia 9:29 - “Engkau memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada hukumMu. Tetapi mereka bertindak angkuh, mereka tidak patuh kepada perintah-perintahMu dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturanMu, yang justru memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan, mereka bersitegang leher dan tidak mau dengar.”.
3) Yehezkiel 18:5-9 - “(5) Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, (6) dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung atau tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya dan tidak menghampiri perempuan waktu bercemar kain, (7) tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, (8) tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, (9) hidup menurut ketetapanKu dan tetap mengikuti peraturanKu dengan berlaku setia - ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH.”.
4) Yehezkiel 20:10-13 - “(10) Aku membawa mereka keluar dari tanah Mesir dan menuntun mereka ke padang gurun. (11) Di sana Aku memberikan kepada mereka ketetapan-ketetapanKu dan memberitahukan peraturan-peraturanKu, dan manusia yang melakukannya, akan hidup. (12) Hari-hari SabatKu juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka. (13) Tetapi kaum Israel memberontak terhadap Aku di padang gurun; mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapanKu dan mereka menolak peraturan-peraturanKu, yang, kalau manusia melakukannya, ia akan hidup. Mereka juga melanggar kekudusan hari-hari SabatKu dengan sangat. Maka Aku bermaksud hendak mencurahkan amarahKu ke atas mereka di padang gurun hendak membinasakan mereka.”.
5) Yehezkiel 20:21 - “Tetapi anak-anak mereka memberontak terhadap Aku, mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapanKu dan tidak melakukan peraturan-peraturanKu dengan setia, sedang manusia yang melakukannya, akan hidup; mereka juga melanggar kekudusan hari-hari SabatKu. Maka Aku bermaksud mencurahkan amarahKu ke atas mereka untuk melampiaskan murkaKu kepadanya di padang gurun.”.
6) Matius 19:16-19 - “(16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ (17) Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.’ (18) Kata orang itu kepadaNya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’”.
7) Roma 2:13 - “Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.”.
8) Roma 10:5 - “Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: ‘Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’”.
9) Galatia 3:12 - “Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.”.
B) Penjelasan tentang jalan keselamatan yang kedua.
1) Imamat 18:5 - “Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapanKu dan peraturanKu. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.”.
The Bible Exposition Commentary (tentang Im 18:5): “Obedience to God’s commandments brings life (Lev 18:5). Indeed, other biblical writers often quoted this verse (see Neh 9:29; Luke 10:28; Rom 10:5; Gal 3:12). If people could perfectly obey God’s law, their obedience would save them, but, of course, nobody can. Therefore, salvation is wholly by faith, totally apart from the works of the law (Rom 3:19-31).” [= Ketaatan pada hukum-hukum / perintah-perintah Allah membawa / menyebabkan kehidupan (Im 18:5). Memang, penulis-penulis Alkitab yang lain sering mengutip ayat ini (lihat Neh 9:29; Lukas 10:28; Roma 10:5; Galatia 3:12). Jika orang-orang bisa mentaati hukum Taurat Allah dengan sempurna, ketaatan mereka akan menyelamatkan mereka, tetapi tentu saja tak seorangpun bisa. Karena itu, keselamatan adalah sepenuhnya oleh iman, terpisah secara total dari pekerjaan hukum Taurat (Roma 3:19-31).].
Neh 9:29 - “Engkau memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada hukumMu. Tetapi mereka bertindak angkuh, mereka tidak patuh kepada perintah-perintahMu dan mereka berdosa terhadap peraturan-peraturanMu, yang justru memberi hidup kepada orang yang melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan, mereka bersitegang leher dan tidak mau dengar.”.
Lukas 10:25-28 - “(25) Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ‘Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ (26) Jawab Yesus kepadanya: ‘Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?’ (27) Jawab orang itu: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ (28) Kata Yesus kepadanya: ‘Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.’”.
Roma 10:5 - “Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: ‘Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’”.
Galatia 3:12 - “Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.”.
Roma 3:19-31 - “(19) Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. (20) Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. (21) Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, (22) yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (25) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. (26) MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. (27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. (29) Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! (30) Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. (31) Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.”.
Matthew Henry (tentang Im 18:5): “it is not so in force in the nature of a covenant as that the least transgression shall for ever exclude us from this life. ... the law could not give life, because we could not perfectly keep it;” [= itu tidak begitu berlaku dalam sifat dasar / hakekat dari perjanjian karena pelanggaran yang terkecil akan untuk selama-lamanya mengeluarkan kita dari kehidupan ini. ... hukum Taurat tidak bisa memberikan kehidupan, karena kita tidak bisa memelihara / mentaatinya dengan sempurna;].
Calvin (tentang Im 18:5): “Although Moses introduces this passage, where he exhorts the Israelites to cultivate chastity in respect to marriage, and not to fall into the incestuous pollutions of the Gentiles, yet, as it is a remarkable one, and contains general instruction, from whence Paul derives his definition of the righteousness of the Law, (Romans 10:5,) it seems to me to come in very appropriately here, inasmuch as it sanctions and confirms the Law by the promise of reward. The hope of eternal life is, therefore, given to all who keep the Law; for those who expound the passage as referring to this earthly and transitory life are mistaken. The cause of this error was, because they feared that thus the righteousness of faith might be subverted, and salvation grounded on the merit of works. But Scripture does not therefore deny that men are justified by works, because the Law itself is imperfect, or does not give instructions for perfect righteousness; but because the promise is made of none effect by our corruption and sin. Paul, therefore, as I have just said, when he teaches that righteousness is to be sought for in the grace of Christ by faith, (Romans 10:4,) proves his statement by this argument, that none is justified who has not fulfilled what the Law commands. Elsewhere also he reasons by contrast, where he contends that the Law does not accord with faith as regards the cause of justification, because the Law requires works for the attainment of salvation, whilst faith directs us to Christ, that we may be delivered from the curse of the Law. Foolishly, then, do some reject as an absurdity the statement, that if a man fulfills the Law he attains to righteousness; for the defect does not arise from the doctrine of the Law, but from the infirmity of men, as is plain from another testimony given by Paul. (Romans 8:3.) We must observe, however, that salvation is not to be expected from the Law unless its precepts be in every respect complied with; for life is not promised to one who shall have done this thing, or that thing, but, by the plural word, full obedience is required of us. The pratings of the Popish theologians about partial righteousness are frivolous and silly, since God embraces at once all the commandments; and who is there that can boast of having thoroughly fulfilled them? If, then, none was ever clear of transgression, or ever will be, although God by no means deceives us, yet the promise becomes ineffectual, because we do not perform our part of the agreement.” [= Sekalipun Musa memperkenalkan text ini, dimana ia menasehati / mendesak bangsa Israel untuk memajukan / mendorong kemurnian berkenaan dengan pernikahan, dan tidak jatuh ke dalam polusi yang bersifat incest dari orang-orang non Yahudi, tetapi karena itu merupakan sesuatu yang menyolok / patut diperhatikan, dan mengandung instruksi yang bersifat umum, dari mana Paulus mendapatkan definisinya tentang kebenaran dari hukum Taurat, (Ro 10:5), kelihatannya bagi saya untuk masuk dengan sangat tepat di sini, karena itu menyetujui dan meneguhkan hukum Taurat oleh janji tentang pahala. Karena itu, pengharapan tentang hidup yang kekal diberikan kepada semua orang yang memelihara / mentaati hukum Taurat; karena mereka yang menjelaskan text itu sebagai menunjuk pada kehidupan duniawi dan sementara ini mempunyai pandangan yang salah. Penyebab dari kesalahan ini adalah, karena mereka takut bahwa dengan demikian kebenaran oleh / dari iman bisa dirusak / dihancurkan, dan keselamatan didasarkan pada jasa dari perbuatan baik. Tetapi Kitab Suci tidak menyangkal bahwa orang-orang dibenarkan oleh perbuatan baik, karena hukum Taurat itu sendiri tidak sempurna, atau tidak memberi instruksi-instruksi untuk kebenaran yang sempurna, tetapi karena janji itu dibuat menjadi tidak berlaku oleh kejahatan dan dosa kita. Karena itu, Paulus, seperti telah baru saja saya katakan, pada waktu ia mengajarkan bahwa kebenaran harus dicari dalam kasih karunia dari Kristus oleh / dengan iman, (Ro 10:4), membuktikan pernyataannya dengan argumentasi ini, bahwa tak seorangpun yang telah mentaati / melaksanakan apa yang diperintahkan oleh hukum Taurat. Di tempat lain ia juga berargumentasi dengan kontrasnya, dimana ia menegaskan bahwa hukum Taurat tidak sesuai dengan iman berkenaan dengan penyebab dari pembenaran, karena hukum Taurat menuntut perbuatan baik untuk pencapaian keselamatan, sedangkan iman mengarahkan kita kepada Kristus, supaya kita bisa dibebaskan dari kutuk hukum Taurat. Maka, sebagian orang menolak secara tolol sebagai suatu pernyataan yang menggelikan, bahwa jika seseorang mentaati / melaksanakan hukum Taurat ia mencapai kebenaran; karena cacat / kekurangannya bukannya muncul dari ajaran tentang / dari hukum Taurat, tetapi dari kelemahan manusia, karena itu jelas dari kesaksian lain yang diberikan oleh Paulus (Ro 8:3). Tetapi kita harus memperhatikan, bahwa keselamatan tidak boleh diharapkan dari hukum Taurat kecuali ajaran-ajaran / perintah-perintahnya ditaati dalam setiap hal; karena hidup tidak dijanjikan kepada orang yang telah melakukan hal ini atau hal itu, tetapi oleh kata bentuk jamak, ketaatan sepenuhnya dituntut dari kita. Ocehan dari ahli-ahli theologia Katolik tentang kebenaran sebagian adalah sembrono dan tolol, karena Allah mencakup sekaligus semua perintah-perintah / hukum-hukum; dan siapa disana yang bisa bermegah bahwa ia telah sepenuhnya menggenapi mereka? Maka, jika tidak ada yang pernah bebas, atau akan bebas, dari pelanggaran, sekalipun Allah sama sekali tidak menipu kita, tetapi janji itu menjadi tidak efektif, karena kita tidak melakukan bagian kita dari perjanjian itu.].
Catatan:
Im 18:4-5 - “(4) Kamu harus lakukan peraturanKu dan harus berpegang pada ketetapanKu dengan hidup menurut (semuanya itu); Akulah TUHAN, Allahmu. (5) Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapanKu dan peraturanKu. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.”.
Kata-kata ‘peraturan’ dan ‘ketetapan’ dalam Im 18:4 dan dalam Im 18:5 ada dalam bentuk jamak. Kata-kata ‘semuanya itu’ sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘Ye shall do my judgments, and keep mine ordinances, to walk therein: I am the LORD your God.’.
Perhatikan bahwa tidak ada kata-kata yang bisa diterjemahkan ‘semuanya itu’. Dalam Alkitab-Alkitab bahasa Inggris yang lain juga sama. Tetapi Calvin menafsirkan bahwa penggunaan kata bentuk jamak ini maksudnya keseluruhan.
2) Yeh 18:5-9 - “(5) Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, (6) dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung atau tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya dan tidak menghampiri perempuan waktu bercemar kain, (7) tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, (8) tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, (9) hidup menurut ketetapanKu dan tetap mengikuti peraturanKu dengan berlaku setia - ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH.”.
Calvin (tentang Yeh 18:5): “if any one has been just, says he, he shall be just, therefore he shall live. He speaks generally first: he afterwards enumerates certain species under which he embraces the sum of the whole law. ... But the Prophet defines what it is to be just, and he there chooses certain parts of the law: by putting a part for the whole, as I have said, he signifies, that whoever faithfully observes the law is esteemed just before God. Now we must examine each of these kinds of justice, and afterwards come to the general doctrine. He says first, that he is just who does justice and judgment. By the word judgment holy Scripture signifies rectitude; but when the two words are joined together, judgment seems to express more than justice: for justice is nothing but equity, fidelity, integrity, when we abstain altogether from fraud and violence, and deal with our brethren as we wish them to deal with us.” [= jika siapapun adalah benar, katanya, ia akan benar, karena itu ia akan hidup. Mula-mula Ia berbicara secara umum; belakangan ia memberi daftar jenis-jenis tertentu di bawah mana Ia mencakup seluruh hukum Taurat. ... Tetapi sang nabi mendefinisikan apakah menjadi benar itu, dan di sana ia memilih bagian-bagian tertentu dari hukum Taurat dengan memberikan sebagian untuk seluruhnya, seperti telah saya katakan, ia memaksudkan / menyatakan, bahwa siapapun dengan setia mentaati hukum Taurat dinilai benar di hadapan Allah. Sekarang kita harus memeriksa setiap dari jenis-jenis kebenaran ini, dan belakangan sampai pada ajaran umum. Mula-mula ia berkata, bahwa ia yang benar adalah ia yang melakukan keadilan dan penghakiman. Dengan kata ‘penghakiman’ Kitab Suci yang kudus memaksudkan ‘kebenaran’; tetapi pada waktu kedua kata digabungkan, ‘penghakiman’ kelihatannya menyatakan lebih dari ‘kebenaran’: karena kebenaran bukan lain dari keadilan, kesetiaan, integritas, pada waktu kita menjaga diri secara total dari penipuan dan kekerasan, dan memperlakukan saudara-saudara kita seperti kita inginkan mereka memperlakukan kita.].
Calvin (tentang Yeh 18:9): “He adds, he is just, and in living he shall live, says the Lord Jehovah. At length he pronounces, as we said, that he is just who has faithfully observed God’s law; then that a recompense is prepared for all the just who thus sincerely worship God.” [= Ia menambahkan, ia benar, dan ia pasti hidup, firman Tuhan Yehovah. Akhirnya ia mengumumkan / menyatakan, seperti telah kami katakan, bahwa ia adalah benar yang dengan setia mentaati hukum Taurat Allah; lalu bahwa suatu balasan / pahala disiapkan untuk semua orang benar yang menyembah Allah dengan tulus / sungguh-sungguh seperti itu.].
3) Yeh 18:14-17 - “(14) Sesungguhnya, kalau ia melahirkan seorang anak dan anak ini melihat segala dosa yang dilakukan ayahnya, tetapi menginsafi hal itu, sehingga tidak melakukan seperti itu: (15) ia tidak makan daging persembahan di atas gunung dan tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya, (16) tidak menindas orang lain, tidak mau meminta gadai, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, (17) menjauhkan diri dari kecurangan, tidak mengambil bunga uang atau riba, melakukan peraturanKu dan hidup menurut ketetapanKu - orang yang demikian tidak akan mati karena kesalahan ayahnya, ia pasti hidup.”.
Calvin (tentang Yeh 18:14-17): “The righteousness of the law, says he, thus speaks: He who has done these things shall live in them; but the righteousness of faith says, He who has believed shall be just. The Apostle here speaks of a double righteousness - that of the law and of faith: he says, that the righteousness of the law is situated in works, since no one is thought just unless he fulfills the law. (Romans 10:5-8.) Since all are far distant from this standard, another is added and substituted, namely, that we may embrace the righteousness of Christ by faith, and so become just, by another righteousness without us: for if any one again objects that justification by the law is superfluous, I answer, that it profits us in two ways; first, because the law brings in those convicted of their own unrighteousness to Christ.” [= Kebenaran dari hukum Taurat, katanya, mengatakan demikian: ia yang telah melakukan hal-hal ini akan hidup dalam mereka; tetapi kebenaran dari iman berkata, Ia yang telah percaya akan menjadi orang benar. Sang Rasul di sini berbicara tentang suatu kebenaran ganda - kebenaran dari hukum Taurat dan kebenaran dari iman: ia berkata, bahwa kebenaran dari hukum Taurat diletakkan dalam perbuatan, karena tak seorangpun dinggap benar kecuali ia mentaati hukum Taurat (Ro 10:5-8). Karena semua orang adalah jauh dari standard ini, standard yang lain ditambahkan dan menggantikan, yaitu, bahwa kita bisa menerima kebenaran dari Kristus oleh / dengan iman, dan dengan demikian menjadi benar, oleh suatu kebenaran yang lain tanpa kita: karena jika siapapun keberatan bahwa pembenaran oleh hukum Taurat itu merupakan sesuatu yang berlebihan, saya menjawab, bahwa itu menguntungkan / bermanfaat bagi kita dalam dua cara; pertama, karena hukum Taurat membawa orang-orang yang diyakinkan tentang ketidak-benaran mereka kepada Kristus.].
Roma 10:5-8 - “(5) Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: ‘Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’ (6) Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: ‘Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?’, yaitu: untuk membawa Yesus turun, (7) atau: ‘Siapakah akan turun ke jurang maut?’, yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. (8) Tetapi apakah katanya? Ini: ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Itulah firman iman, yang kami beritakan.”.
4) Roma 2:7-13 - “(6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (9) Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (11) Sebab Allah tidak memandang bulu. (12) Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. (13) Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.”.
a) Ay 7,10 seharusnya diartikan bahwa mereka ini adalah orang-orang beriman, karena kalau tidak, mereka tidak akan bisa berbuat baik. Perbuatan-perbuatan baik selalu merupakan buah dari iman.
b) Perhatikan kata ‘tekun’ dalam ay 7.
Ay 7: “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,”.
Jadi, kalau text ini mau diartikan sebagai keselamatan karena perbuatan baik, maka ini menunjukkan bahwa orang berbuat baik bisa selamat, kalau ia terus menerus, tanpa pernah jatuh satu kalipun, berbuat baik. Dan jelas tidak mungkin ada orang yang bisa seperti itu. Ini berlaku untuk ay 7,10,13.
Calvin (tentang Ro 2:13): “The import then of this verse is the following, - ‘That if righteousness be sought from the law, the law must be fulfilled; for the righteousness of the law consists in the perfection of works.’ They who pervert this passage for the purpose of building up justification by works, deserve most fully to be laughed at even by children.” [= Maka maksud dari ayat ini adalah sebagai berikut, - ‘Bahwa jika kebenaran dicari dari hukum Taurat, hukum Taurat harus digenapi; karena kebenaran dari hukum Taurat terdiri dari kesempurnaan dari perbuatan-perbuatan baik’. Mereka yang membengkokkan text ini untuk tujuan membangun pembenaran dari perbuatan-perbuatan baik, layak ditertawai sepenuhnya bahkan oleh anak-anak.].
5) Matius 19:16-19 - “(16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ (17) Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah (segala) perintah Allah.’ (18) Kata orang itu kepadaNya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’”.
Calvin (tentang Matius 19:17): “‘Keep the commandments.’ This passage was erroneously interpreted by some of the ancients, whom the Papists have followed, as if Christ taught that, by keeping the law, we may merit eternal life. On the contrary, Christ did not take into consideration what men can do, but replied to the question, What is the righteousness of works? or, What does the Law require? And certainly we ought to believe that God comprehended in his law the way of living holily and righteously, in which righteousness is included; for not without reason did Moses make this statement, ‘He that does these things shall live in them,’ (Leviticus 18:5;) and again, ‘I call heaven and earth to witness that l have this day showed you life,’ (Deuteronomy 30:19.) We have no right, therefore, to deny that the keeping of the law is righteousness, by which any man who kept the law perfectly - if there were such a man - would obtain life for himself. But as we are all destitute of the glory of God, (Romans 3:23,) nothing but cursing will be found in the law; and nothing remains for us but to betake ourselves to the undeserved gift of righteousness. ... Hence we infer, that this reply of Christ is legal, because it was proper that the young man who inquired about the righteousness of works should first be taught that no man is accounted righteous before God unless he has fulfilled the law, (which is impossible,) that, convinced of his weakness, he might betake himself to the assistance of faith. I acknowledge, therefore, that, as God has promised the reward of eternal life to those who keep his law, we ought to hold by this way, if the weakness of our flesh did not prevent; but Scripture teaches us, that it is through our own fault that it becomes necessary for us to receive as a gift what we cannot obtain by works.” [= ‘Taatilah hukum-hukum / perintah-perintah (Allah)’. Text ini ditafsirkan secara salah oleh beberapa orang-orang kuno, yang diikuti oleh orang-orang Katolik, seakan-akan Kristus mengajar bahwa dengan mentaati hukum Taurat kita bisa layak mendapatkan hidup yang kekal. Sebaliknya, Kristus tidak mempertimbangkan apa yang manusia bisa lakukan, tetapi menjawab pertanyaan, ‘Apakah kebenaran oleh perbuatan baik?’ atau ‘Apa yang dituntut oleh hukum Taurat?’ Dan pastilah kita harus percaya bahwa Allah mencakup dalam hukum TauratNya cara hidup secara kudus dan secara benar, dalam mana kebenaran tercakup; karena bukannya tanpa alasan Musa membuat pernyataan ini, ‘Ia yang melakukan hal-hal ini akan hidup karenanya’, (Im 18:5); dan selanjutnya, ‘Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi bahwa hari ini Aku telah menunjukkan kepadamu kehidupan’, (Ulangan 30:19). Karena itu, kita tidak mempunyai hak untuk menyangkal bahwa ketaatan pada hukum Taurat adalah kebenaran, dengan mana siapapun yang mentaati hukum Taurat dengan sempurna - seandainya ada orang seperti itu - akan mendapatkan hidup bagi dirinya sendiri. Tetapi karena kita semua kehilangan kemuliaan Allah, (Roma 3:23), tak ada apapun kecuali kutuk akan didapati / ditemukan dalam hukum Taurat; dan tak ada apapun tersisa bagi kita kecuali membawa diri kita sendiri pada karunia kebenaran yang tak layak kita dapatkan. ... Jadi kami menyimpulkan bahwa jawaban Kristus ini sah, karena adalah benar bahwa pemuda yang menanyakan tentang kebenaran dari perbuatan baik harus pertama-tama diajar bahwa tak seorangpun diperhitungkan benar di hadapan Allah kecuali ia telah mentaati hukum Taurat, (yang adalah mustahil), supaya, diyakinkan oleh kelemahannya, ia bisa membawa dirinya sendiri pada pertolongan dari iman. Karena itu saya mengakui bahwa karena Allah telah menjanjikan upah / pahala hidup yang kekal kepada mereka yang mentaati hukum Taurat, kita harus mempercayai dengan cara ini, seandainya kelemahan daging kita tidak mencegah / menghalangi; tetapi Kitab Suci mengajar kita, bahwa adalah karena kesalahan kita sendiri yang menyebabkan perlu bagi kita untuk menerima sebagai suatu pemberian / anugerah apa yang tidak bisa kita dapatkan oleh perbuatan baik.].
6) Roma 10:5 - “Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: ‘Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.’”.
Charles Hodge: “‘The righteousness which is of the law.’ The word ‘righteousness’ has here its common and proper meaning. It is that which constitutes a man righteous, which meets the demands of the law, or satisfies the claims of justice. The man who is righteous, or who possesses righteousness, cannot be condemned. The apostle in his whole argument proceeds on the assumption that God is just; that he does and must demand righteousness in those whom he justifies. There are but two possible ways in which this righteousness can be obtained - by works, or by faith. We must either have a righteousness of our own, or receive and trust in a righteousness which is not our own, but which has been wrought out for us, and presented to us, as the ground of our acceptance with God. The quotation is from Lev. 18:5, ‘The man that doeth those things shall live by them.’ Those things are the things prescribed in the law. It is the clear doctrine of the Scriptures, that obedience to the law, to secure justification, must be perfect. For it is said, ‘Cursed is every one who continueth not in all things written in the book of the law to do them;’ and, he that offendeth in one point, is guilty of all. It is not necessary that a man who commits murder should also steal, in order to bring him under the penalty of the law. The legal system, then, which demanded obedience, required perfect obedience.” [= ‘Kebenaran dari hukum Taurat’. Kata ‘kebenaran’ di sini mempunyai artinya yang umum dan tepat. Itu adalah yang membentuk seseorang menjadi benar, yang mentaati / memuaskan tuntutan dari hukum Taurat, atau memuaskan claim dari keadilan. Orang yang adalah benar, atau yang memiliki kebenaran, tidak bisa dihukum. Sang rasul dalam seluruh argumentasinya mulai dari anggapan bahwa Allah adalah adil; bahwa Ia melakukan dan harus menuntut kebenaran dalam mereka yang Ia benarkan. Di sana hanya ada 2 cara yang memungkinkan dalam mana kebenaran bisa didapatkan - oleh perbuatan, atau oleh iman. Kita harus, atau mempunyai suatu kebenaran dari diri kita sendiri, atau menerima dan mempercayai kepada suatu kebenaran yang bukan dari diri kita sendiri, tetapi yang telah dicapai bagi kita, dan ditawarkan kepada kita, sebagai dasar dari penerimaan kita oleh Allah. Kutipan itu adalah dari Im 18:5, ‘Orang yang melakukan hal-hal itu akan hidup olehnya’. Hal-hal itu adalah hal-hal yang diberikan dalam hukum Taurat. Merupakan suatu ajaran yang jelas dari Kitab Suci, bahwa ketaatan pada hukum Taurat, untuk memastikan kebenaran, harus sempurna. Karena dikatakan, ‘Terkutuklah setiap orang yang tidak terus menerus dalam segala hal yang tertulis dalam kitab hukum Taurat untuk melakukannya’; dan, ia yang melanggar dalam satu bagian, bersalah terhadap seluruhnya. Tidaklah perlu bahwa seseorang yang melakukan pembunuhan juga harus mencuri, untuk membawanya ke bawah hukuman dari hukum Taurat. Jadi, sistim hukum, yang menuntut ketaatan, menuntut ketaatan yang sempurna.].
Calvin: “The passage is taken from Leviticus 18:5, where the Lord promises eternal life to those who would keep his law; for in this sense, as you see, Paul has taken the passage, and not only of temporal life, as some think. Paul indeed thus reasons, - ‘Since no man can attain the righteousness prescribed in the law, except he fulfills strictly every part of it, and since of this perfection all men have always come far short, it is in vain for any one to strive in this way for salvation: Israel then were very foolish, who expected to attain the righteousness of the law, from which we are all excluded.’ See how from the promise itself he proves, that it can avail us nothing, and for this reason, because the condition is impossible.” [= Text ini diambil dari Im 18:5, dimana Tuhan menjanjikan hidup yang kekal kepada mereka yang mentaati hukum TauratNya; karena dalam arti ini, seperti yang kamu lihat, Paulus mengartikan text ini, dan bukan hanya tentang hidup yang sementara (jasmani), seperti yang dipikirkan sebagian orang. Paulus berargumentasi seperti ini, - ‘Karena tak seorangpun bisa mencapai kebenaran yang diberikan dalam hukum Taurat, kecuali ia mentaati setiap bagiannya, dan karena tentang kesempurnaan ini semua orang telah selalu gagal mencapai, adalah sia-sia bagi siapapun untuk berjuang dalam jalan keselamatan ini: Israel pada saat itu adalah sangat bodoh, yang mengharapkan untuk mencapai kebenaran dari hukum Taurat, dari mana kita semua dikeluarkan’. Lihatlah bagaimana dari janji itu sendiri ia membuktikan, bahwa itu tidak bisa berguna apa-apa untuk kita, dan karena alasan ini, karena syaratnya adalah mustahil.].
Bdk. Ro 9:30-32a - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (32a) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan.”.
Jadi, semua ayat yang menunjukkan orang bisa selamat / dibenarkan / hidup karena melakukan hukum Taurat, harus diartikan bahwa orang itu harus bisa mentaati hukum Taurat dengan sempurna, dan dalam faktanya tidak ada orang yang bisa melakukan seperti itu.
Penafsiran ini sesuai dengan Gal 3:10 - “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’”.
Kata-kata ‘orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang berusaha masuk surga dengan berbuat baik’.
Calvin (tentang Gal 3:10): “They are declared to be ‘of the works of the law’ who place their trust for salvation in those works;” [= Mereka dinyatakan sebagai ‘dari pekerjaan hukum Taurat’ yang menempatkan kepercayaan mereka untuk keselamatan pada pekerjaan-pekerjaan itu;].
Perhatikan bahwa Paulus mengatakan mereka itu ‘berada di bawah kutuk’. Mengapa? Karena Gal 3:10b menyatakan bahwa orang yang ‘tidak setia’ melakukan ‘segala sesuatu’ dari hukum Taurat, adalah orang terkutuk. Ini jelas merupakan tuntutan untuk taat secara sempurna, atau, orangnya terkutuk.
Calvin (tentang Gal 3:10): “All who wish to be justified by the works of the law are declared to be liable to the curse. But how does he prove this? The sentence of the law is, that all who have transgressed any part of the law are cursed. Let us now see if there be any living man who fulfils the law. But no such person, it is evident, has been, or ever can be found.” [= Semua orang yang ingin untuk dibenarkan oleh pekerjaan dari hukum Taurat dinyatakan berada dalam keadaan untuk mendapatkan kutuk. Tetapi bagaimana ia membuktikan hal ini? Hukuman dari hukum Taurat adalah ini, bahwa semua orang yang telah melanggar bagian manapun dari hukum Taurat terkutuk. Marilah kita lihat sekarang jika ada orang hidup manapun yang mentaati hukum Taurat. Tetapi adalah jelas bahwa tidak ada orang seperti itu telah ditemukan atau akan pernah ditemukan.].
Bible Knowledge Commentary (tentang Galatia 3:10-11): “The breaking of only one command even once brings a person under the curse; and since everybody fails at some point, all are under the curse. The proposition that a person can gain divine acceptance by human effort is therefore totally destroyed.” [= Pelanggaran terhadap hanya satu perintah / hukum bahkan sekali saja membawa seseorang di bawah kutuk; dan karena setiap orang gagal dalam beberapa hal, semua orang ada di bawah kutuk. Karena itu, usul bahwa seseorang bisa mendapatkan penerimaan ilahi oleh usaha manusia dihancurkan secara total.].
Matthew Henry (tentang Gal 3:10): “The condition of life, by the law, is perfect, personal, and perpetual, obedience; the language of it is, ‘Do this and live;’ or, as v. 12, ‘The man that doeth them shall live in them:’ and for every failure herein the law denounces a curse. Unless our obedience be universal, continuing in all things that are written in the book of the law, and unless it be perpetual too (if in any instance at any time we fail and come short), we fall under the curse of the law.” [= Syarat dari hidup, oleh hukum Taurat, adalah ketaatan sempurna, pribadi, dan terus menerus; cara pengucapannya adalah: ‘Lakukan ini dan hiduplah’; atau seperti ay 12, ‘Orang yang melakukannya akan hidup karenanya’: dan untuk setiap kegagalan dalam hal ini hukum Taurat menyatakan / mengumumkan suatu kutuk. Kecuali ketaatan kita bersifat universal / dalam segala hal, terus menerus dalam segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat, dan kecuali itu juga bersifat terus menerus (jika dalam keadaan apapun dan kapanpun kita gagal dan tidak memenuhi), kita jatuh di bawah kutuk dari hukum Taurat.].
Kalau mau dibahas lebih dalam, maka Gal 3:10 dikutip dari Ul 27:26.
Galatia 3:10 - “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’”.
Ul 27:26a - “Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan.”.
Ada perbedaan antara Gal 3:10b dengan Ul 27:26. Bedanya adalah, dalam Gal 3:10b ini, Paulus mengatakan / menambahkan kata-kata ‘segala sesuatu’.
Dalam KJV/NKJV, Ul 27:26 mengandung kata ‘all’ [= semua], sedangkan dalam RSV/NIV/NASB, Ul 27:26 tidak mempunyai kata itu. Dalam semua manuscript bahasa Ibrani, Ul 27:26 tidak mengandung kata ‘all’, sehingga ada yang menganggap bahwa penyalin Kitab Suci sengaja membuang kata ini, supaya tidak terlihat bahwa kita harus taat secara sempurna baru tidak terkutuk. Tetapi Adam Clarke mengatakan bahwa ada 6 manuscript non Ibrani, termasuk Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani), dimana Ul 27:26 mengandung kata ‘all’.
Dari semua ini bisa disimpulkan adanya beberapa kemungkinan:
1. Ul 27:26 ini di dalam autographnya [= manuscript aslinya] memang mengandung kata ‘all’ tetapi lalu dibuang oleh para penyalin. Ini adalah pandangan Jerome, yang dikutip oleh Adam Clarke. Kalau ini yang benar, maka ini menunjukkan kurang ajarnya para penyalin itu. Tetapi saya sendiri tidak terlalu yakin akan kemungkinan ini.
2. Ul 27:26 tidak mempunyai kata ‘all’ tetapi secara implicit kata itu ada.
3. Bisa juga bahwa sebetulnya Ul 27:26 memang tidak mengandung kata ‘all’, tetapi karena dalam Ul 28:1,15 ada kata ‘all’, maka Paulus menambahkan kata itu pada waktu mengutip Ul 27:26.
Ul 28:1,15 - “(1) ‘Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. ... (15) ‘Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapanNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau:”.
Catatan: Ulangan 28:1 terletak persis setelah Ulangan 27:26, yang merupakan ayat terakhir dari Ul 27 (dan ingat bahwa dalam manuscript-manuscript tak ada penomoran pasal maupun ayat!), dan dalam ayat itu, kata ‘segala’ memang ada. Demikian juga dalam Ulangan 28:15.
Kalau ini benar, maka Paulus menafsirkan bahwa Ul 27:26 itu maksudnya adalah ‘all the words of the law’ [= semua kata-kata hukum Taurat].
Ingat bahwa kalau penulis Perjanjian Baru menafsirkan Perjanjian Lama pada saat mereka menuliskan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka tafsiran mereka infallible [= tidak bisa salah], karena mereka diilhami oleh Roh Kudus!
Penutup / kesimpulan.
Jadi, secara teoretis memang ada 2 jalan keselamatan. Yang pertama dengan mentaati hukum Taurat secara sempurna, dan yang kedua dengan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Tetapi jalan yang pertama hanya ada secara teoretis. Secara praktis itu mustahil, karena tak ada orang yang bisa mentaati hukum Taurat secara sempurna. Jadi, secara praktis tersisa hanya satu jalan keselamatan, yaitu dengan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sudahkan saudara percaya?
-AMIN-