EKSPOSISI MAZMUR 23:1-6

EKSPOSISI MAZMUR 23

“TUHAN sebagai Gembala yang Baik (Mazmur 23: 1-4).
 

Penulis Mazmur sendiri dengan sangat jelas memulai Mazmurnya dengan ungkapan “TUHAN adalah Gembalaku” (Mazmur 23: 1a).Tidak ada keraguan bahwa memang sang penulis Mazmur menganggap Allahnya sebagai Gembala. Tidak heran jika ia menggunakan istilah “gembala” tersebut. 

Mazmur 23 memang kental dengan nuansa pengalaman dan keahlian seorang gembala. Ini terlihat di Mazmut 23: 1-4 maka nyatalah bahwa perasaan yang termuat dalam untaian kata di empat ayat tersebut mustahil lahir dari jiwa yang tidak mengenal suka-duka dunia penggembalan. Dalam bagian selanjutnya sang penulis Mazmur menjelaskan apa yang diberikan TUHAN sebagai Gembala. 

Pertama, kecukupan (Mazmur 23: 1b). LAI:TB menerjemahkan bagian ini dengan “takkan kekurangan aku”. Versi Inggris memakai “I shall not be in want” (NIV) atau “I shall not want” (KJV/ASV/NASB/RSV). Makna yang disiratkan dalam berbagai versi Inggris bukan sekedar “kita tidak kekurangan sesuatu” (kontra LAI:TB), tetapi “kita tidak menginginkan apapun”. Makna ini bisa dibenarkan dari sisi konteks Mazmur 23 ini sendiri. Mazmur ini bukan hanya berbicara tentang pemenuhan segala sesuatu yang bersifat materi, tetapi lebih kepada rasa cukup: (1) rumput hijau di ayat 2 bukan hanya dimakan, tetapi juga dijadikan tempat berbaring; dengan demikian menunjukkan jumlah yang sangat banyak dan domba-domba sudah puas memakan rumput itu; (2) piala di ayat 5 diisi minuman secara melimpah, bukan sekedar penuh. 

Kecukupan di sini tidak selalu berarti memiliki segala-galanya dari TUHAN, misalnya kekayaan yang melimpah. Kecukupan ini lebih ke arah keutuhan hidup di dalam TUHAN. Kita mungkin berada dalam bahaya dan penderitaan (bdk. ayat 4), tetapi kita tetap puas bersama TUHAN. Bahkan di bagian akhir Mazmur ini Daud mengungkapkan kerinduannya yang mendalam, yaitu berada dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Bagi sang penulis Mazmur yang paling penting adalah bersama dengan TUHAN baik dalam keadaan enak (Mazmur 23: 1-3) maupun dalam bahaya (Mazmur 23:4). Penyertaan inilah yang memberikan kecukupan sejati bagi kita. 

Kedua, kesegaran (Mazmur 23: 2-3a). Ketika kita membaca ayat 2a kita mungkin akan terkejut. Mengapa? Seperti sudah disinggung sebelumnya, bagian ini tidak menyatakan “Ia memberi makan aku rumput yang hijau”. Rumput yang hijau di bagian ini bahkan menjadi tempat berbaring. Ini menunjukkan bahwa domba bukan sekedar kenyang, tetapi memiliki waktu untuk beristirahat dan menyegarkan tubuh mereka. Bagian ini bukan sekedar mengajarkan bahwa pemeliharaan TUHAN tidak dibatasi oleh musim (di Palestina rumput hijau biasanya hanya ditemui pada saat musim dingin atau semi), tetapi penyegaran yang Dia berikan kepada kita. Domba-domba mungkin sudah berjam-jam atau seharian berkeliling mencari padang rumput dan air, kini saatnya domba-domba itu untuk menenangkan tubuh mereka. 

Begitu juga dengan Mazmur 23: 2b. Terjemahan LAI:TB “air yang tenang” berpotensi mengaburkan maksud sang penulis Mazmur, karena terjemahan ini mungkin saja mengingatkan kita pada air kubangan yang tenang atau sungai yang dalam. Penulis cenderung menganggap air tenang di sini sebagi kontra dari arus yang deras. Ini menunjuk pada sebuah mata air atau sungai kecil di padang gurun. Yang menarik, air ini tidak hanya cukup untuk minum domba-domba, tetapi air ini bahkan masih terus mengalir dengan tenang (menandakan bahwa masih ada banyak sisa air). Air yang seperti ini bukan hanya dipakai untuk minum tetapi juga bermain-main atau mandi. Domba-domba bisa mendapatkan kesegaran setelah perjalanan yang jauh dan melelahkan. 

Mazmur 23: 3a merupakan penegasan dari Mazmur 23: 2. Rumput hijau yang tebal dan air yang terus mengalir memberikan kesegaran bagi domba-domba. Sebagai Gembala yang baik TUHAN bukan sekedar memperhatikan kebutuhan fisik dari domba-domba-Nya, tetapi Ia juga menyegarkan (memulihkan) jiwa mereka. Kesegaran inilah yang jauh lebih penting daripada sekedar pemenuhan kebutuhan fisik. Bukankah manusia seringkali memiliki banyak materi tetapi hidupnya tampak seperti tidak pernah mengalami kesegaran? Orang kaya mungkin bisa membeli rumah yang mewah dan membayar satpam, tetapi orang tersebut tidak pernah bisa membeli keamanan dan kenyamanan. Seseorang mungkin bisa memberi apapun kepada banyak orang tetapi seseorang tersebut tidak pernah bisa membeli cinta mereka. 

Ketiga, pimpinan (Mazmur 23: 3b-4). Ayat 3b menyatakan bahwa TUHAN menuntun kita ke jalan yang benar. Istilah “jalan yang benar” di sini tidak boleh langsung diartikan secara rohani sebagai jalan yang sesuai dengan firman Tuhan. Ungkapan ini dalam kitab Mazmur dikontraskan dengan jalan yang berliku-liku (125:5) atau yang sesat (25:6). Dalam dunia penggembalaan, penting bagi seorang gembala untuk menguasai daerah padang gurun dan dengan demikian ia bisa menuntun domba-domba langsung pada sasaran. Seandainya ia tersesat atau memilih jalan yang berliku-liku, maka domba-dombanya akan berada dalam bahaya kelaparan atau kehausan. Sebagai Gembala yang baik TUHAN mampu menuntun kita pada jalan yang langsung menuju pada padang rumput yang hijau dan air yang tenang, bahkan kalapun kita harus melewati lembah kekelaman (bdk. ayat 4), itupun jalan yang benar (langsung menuju sasaran).

Alasan TUHAN menuntun kita di jalan yang benar tidak terletak pada diri kita sendiri, tetapi pada diri TUHAN, yaitu “oleh karena nama-Nya” (Mazmur 23: 3c). “Nama” dalam budaya Yahudi merujuk pada pribadi atau karakter. Pribadi atau karakter TUHAN-lah yang menjamin bahwa umat-Nya akan berada di jalan yang benar. Dia Mahatahu dan Mahabijaksana, sehingga Ia mampu memberi pimpinan yang tepat. Dia Mahakasih sehingga Ia tidak mungkin menuntun kita pada jalan yang membinasakan. 

Gembala yang mengetahui di mana letak rumput yang hijau dan air yang tenang juga memahami betul jalan tercepat yang harus ditempuh oleh domba-dombanya. Tidak jarang seorang gembala harus membawa domba-dombanya melewati lembah kekelaman / lembah bayang-bayang kematian (Mazmur 23:4). Ini jalan gelap di antara bukit-bukit yang sempit dan terjal. Situasi ini sangat berbahaya bagi domba-domba, karena binatang buas bisa saja menerkam mereka tanpa mereka ketahui. Mereka juga mungkin ketakutan dan memilih jalan lain sehingga mereka malah tersesat. 

Di tengah situasi seperti ini mereka sebenarnya tidak perlu takut karena gembala akan berjalan di depan untuk memastikan bahwa tidak ada binatang buas dalam kegelapan tersebut. Sang gembala juga membawa senjata (gada) untuk membunuh binatang buas. Dia membawa tongkat untuk menarik domba yang melenceng dari jalan yang benar. Gada dan tongkat inilah yang memberikan penghiburan bagi domba-domba. Di sini penulis menangkap ada suatu pesan penting bagi umat Tuhan yang mungkin sedang meragukan pimpinan TUHAN karena situasi yang tidak menentu dan penuh penderitaan, yaitu Allah pasti akan membawa umat-Nya melewati lembah bayang-bayang kematian, bukan untuk tinggal di sana. Dengan kata lain, situasi penuh bahaya sifatnya tidak permanen. Dia siap menuntun umat-Nya keluar dari situasi ini. 

Catatan; Dalam dunia kuno, gada juga dipakai oleh gembala untuk menghitung jumlah domba setiap domba-domba yang keluar dari kandang dengan cara memukul/mengetok kepala setiap domba. Hal ini menunjukkan kepemilikan sah sang gambala atas domba-domba itu tersebut.

TUHAN sebagai Raja yang Baik (Mazmur 23: 5) 

Bagian ini sebenarnya mengajarkan hal yang sama dengan ayat 1-4, namun memakai gambaran yang berbeda. Penulis Mazmur menggambarkan dirinya sedang diundang dalam sebuah perjamuan makan oleh raja. Sang raja menyediakan hidangan di hadapan lawan-lawannya (ayat 4a). Ayat 5a mengajarkan kepada kita bahwa TUHAN bukan hanya melindungi kita dari musuh, tetapi juga memuliakan kita di hadapan mereka. Mazmur 75:11 “Segala tanduk orang-orang fasik akan dihancurkan-Nya, tetapi tanduk-tanduk orang benar akan ditinggikan”. Selanjutnya ayat 5b menyatakan bahwa TUHAN mengurapi kepala Daud dengan minyak. Dalam sebuah pesta, tamu kehormatan bukan hanya akan dibasuh kakinya, tetapi juga dituangi dengan minyak (Mazmur 45:7; 92:10; 133:2; Amsal 6:6; Lukas 7:46). Minyak ini biasanya adalah minyak zaitun yang dicampur dengan parfum. Pengurapan ini sangat diperlukan sebagai tanda sukacita (bdk. Matius 6:17). Yesaya 61:3 mengontraskan minyak untuk pesta (tanda sukacita) dengan kain kabung (tanda kesedihan). 

Yang terakhir, Daud menyatakan bahwa pialanya penuh melimpah (Mazmur 23: 5c). Allah bukan hanya menyediakan minuman yang secukupnya, tetapi berlimpah. Minum di sini bukan sekedar melepaskan dahaga, namun juga sebagai tanda kemenangan (bersulang untuk sebuah keberhasilan). Piala ini adalah piala kemenangan (Mzm.116:13). 

Keyakinan untuk masa depan (Mazmur 23: 6) 

Ungkapan “seumur hidupku” (ayat 6a) maupun “sepanjang masa” (ayat 6b) berbicara tentang masa depan. Apa yang sudah dilakukan Allah di masa lalu telah memberi keyakinan kepada Daud untuk menghadapi masa depan. Keyakinan seperti ini juga dapat kita lihat dalam perkataan Daud ketika dia menghadap Saul sebelum bertempur melawan Goliat. Dia mengatakan, “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu” (1Samuel 17:37a). Nenek moyang bangsa Israel pun sering mendirikan batu atau mezbah untuk mengenang kebaikan TUHAN di masa lampau, sehingga dengan demikian mereka akan terus diingatkan tentang kesetiaan TUHAN di masa yang akan datang. 

Keyakinan pertama adalah “kebaikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku” (ayat 6a). Disini ada sebuah keyakinan. Daud bukan hanya berharap, tetapi memiliki pengharapan. Dia bukan sekedar berandai-andai tetapi sangat yakin. Dia yakin bahwa kebaikan dan kemurahan (kasih setia) akan mengikuti dia. Dalam bahasa Ibrani kata radap (“mengikuti”) seringkali dipakai untuk seseorang yang mengejar musuh (bdk. Kejadian 14:14-15; 31:23; 35:5; Keluaran 15:9; Imamat 26:7). Disini ada kesan yang mendalam: kalau sebelumnya Daud dikejar oleh musuh, sekarang dia justru dikejar oleh kebaikan Allah. Dari pihak Allah Dia sangat ingin memberikan kebaikan-Nya. Ia mengejar umat yang Dia kasihi. 

BACA JUGA: MAZMUR 23:1-6 (TUHAN ADALAH GEMBALAKU)

Karena kebaikan Allah akan mengejar dia, maka penulis Mazmur tidak perlu bersusah-payah mencari kebaikan tersebut. Yang perlu dia lakukan hanyalah “tinggal di rumah TUHAN sepanjang masa” (ayat 6b). Dia tidak usah sibuk dengan pemberian TUHAN. Sebaliknya, dia hanya perlu mencari Pemberi semua itu. 

Kesimpulan 

Mazmur 23 telah mengajar kita bahwa yang paling penting di dalam hidup umat pilihan bukanlah berkat-berkat Tuhan, melainkan Diri-Nya sendiri, the Giver (Pemberi), bukan the gifts (pemberian-pemberian). Tinggal bersama TUHAN itulah yang paling penting. Karena kebaikan dan berkat Tuhanlah yang akan mengejar kita, sehingga kita tidak perlu bersusah-payah mencari kebaikan dan berkat tersebut. Yang perlu kita lakukan hanyalah “tinggal di rumah TUHAN” yang artinya hidup di dalam relasi yang intim dengan-Nya. Kita tidak usah sibuk dengan pemberian TUHAN, sebaliknya, kita hanya perlu mencari Pemberi semua itu. 

Dalam Katekismus Westminster dikatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya. Ketika kita memuliakan Dia, maka kita, manusia ciptaan-Nya, pasti akan menerima kenikmatan hidup bersama Dia. Having God is more than enough. Laus Deo – Terpujilah Allah - EKSPOSISI MAZMUR 23:1-6, https://teologiareformed.blogspot.com/

Next Post Previous Post