1 TIMOTIUS 5:1-16 (NASIHAT TENTANG JANDA)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
1Timotius 5:1-16 - “(1 Timotius 5:1) Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, (2) perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian. (3) Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. (4) Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. (1 Timotius 5:5) Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. (6) Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup. (1 Timotius 5:7) Peringatkanlah hal-hal ini juga kepada janda-janda itu agar mereka hidup dengan tidak bercela. (8) Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman. (1 Timotius 5:9) Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami (10) dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan - pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik. (1 Timotius 5:11) Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. Karena apabila mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu ingin kawin (1 Timotius 5:12) dan dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepadaNya, mereka mendatangkan hukuman atas dirinya. (13) Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. (1 Timotius 5:14) Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. (15) Karena beberapa janda telah tersesat mengikut Iblis. (1 Timotius 5:16) Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda”.
1 Timotius 5: 1-2: “(1) Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, (2) perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
1) “Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa”.
KJV: ‘Rebuke not an elder, but intreat him as a father’ (= Jangan menghardik orang yang tua, tetapi bujuklah ia sebagai bapa).
RSV: ‘Do not rebuke an older man but exhort him as you would a father’ (= Jangan menghardik orang yang lebih tua, tetapi desaklah ia sebagaimana engkau melakukan kepada seorang bapa).
NIV: ‘Do not rebuke an older man harshly, but exhort him as if he were your father’ (= Jangan menghardik orang yang lebih tua dengan kasar, tetapi desaklah ia seakan-akan ia adalah bapamu).
NASB: ‘Do not sharply rebuke an older man, but rather appeal to him as a father’ (= Jangan menghardik dengan kasar orang yang lebih tua, tetapi mohonlah kepadanya sebagai seorang bapa).
Kata-kata ‘orang yang tua’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata PRESBUTEROS, yang bisa diterjemahkan ‘penatua’ ataupun ‘orang yang usianya tua’. Di sini kontext mengharuskan untuk memilih terjemahan yang kedua, yaitu ‘orang yang usianya tua’. Dalam 1Tim 5:17, kata Yunani yang sama harus diterjemahkan ‘penatua’.
Calvin mengomentari bagian ini dengan mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang yang tua bukannya tidak boleh ditegur dan lalu dibiar-biarkan saja berbuat dosa seenaknya. Tetapi bagaimanapun Paulus menghendaki Timotius mempunyai rasa hormat terhadap usia tua mereka sehingga harus menegur dengan cara yang lebih hormat / lembut.
Matthew Henry: “Here the apostle gives rules to Timothy, and in him to other ministers, in reproving. Ministers are reprovers by office; it is a part, though the least pleasing part, of their office; they are to preach the word, to reprove and rebuke, 2 Tim 4:2” (= Di sini sang rasul memberikan peraturan-peraturan kepada Timotius, dan dalam dia kepada pendeta-pendeta yang lain, dalam menegur / memarahi. Pendeta-pendeta adalah penegur-penegur karena jabatan / tugas; itu merupakan sebagian, sekalipun bagian yang paling tidak menyenangkan, dari tugas mereka; mereka harus memberitakan firman, menegur dan menghardik, 2Tim 4:2).
2Timotius 4:2 - “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”.
KJV: ‘reprove, rebuke’.
Kedua kata ini hampir sama artinya, tetapi kelihatannya kata yang kedua lebih keras dari kata yang pertama.
2) “Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu”.
Calvin mengatakan bahwa bahkan terhadap orang-orang muda Paulus menghendaki sikap moderat / tak berlebihan dalam menegur, tetapi bagaimanapun tidak dalam tingkat seperti pada saat menegur orang yang tua.
3) “perempuan-perempuan tua sebagai ibu”.
Ini tak terlalu berbeda dengan sikap pada waktu menegur orang tua (laki-laki).
4) “dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
Matthew Henry: “The younger women must be reproved, but reproved as sisters, with all purity. If Timothy, so mortified a man to this world and to the flesh and lusts of it, had need of such a caution as this, much more have we” (= Perempuan-perempuan yang lebih muda harus ditegur, tetapi ditegur sebagai saudari, dengan semua kemurnian. Jika Timotius, yang adalah seseorang yang begitu mati bagi dunia ini dan terhadap daging dan nafsu, mempunyai kebutuhan untuk berhati-hati dalam hal seperti ini, maka kita lebih-lebih lagi).
5) Jadi, memang harus ada perbedaan sikap dalam peneguran terhadap orang, baik karena perbedaan usia maupun perbedaan jenis kelamin.
1 Timotius 5: 3-6: “(3) Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. (4) Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. (5) Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. (6) Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup”.
1) “Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda”.
a) ‘Hormatilah janda-janda’.
Baik Calvin maupun Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa kata ‘hormatilah’ di sini tidak berarti ‘rasa / sikap hormat’, tetapi suatu perhatian khusus dan bantuan kepada mereka. Jamieson, Fausset & Brown menambahkan bahwa kata ‘hormat’ memang sering digunakan dalam arti seperti itu, misalnya dalam ayat-ayat di bawah ini:
· Matius 15:4-6 - “(4) Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. (5) Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri”.
· Kis 28:10 - “Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan”.
· 1Timotius 5:17-18 - “(17) Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (18) Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
b) ‘yang benar-benar janda’.
Kata-kata ini jelas menunjukkan harus adanya penyeleksian, dan menunjukkan bahwa perintah ‘hormatilah’ yang menunjuk pada bantuan / tunjangan itu tidak berlaku untuk seadanya janda.
Penerapan: saya berpendapat bahwa kalau gereja saja harus selektif dalam menolong janda-janda dalam gereja, dalam arti tidak seadanya janda diberi bantuan, apalagi pada waktu menghadapi orang-orang di luar gereja. Karena itu, memberi uang kepada seadanya pengemis, atau kepada seadanya ‘polisi cepekan’, menurut saya bukanlah tindakan yang benar.
2) “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah”.
a) Persoalan terjemahan KJV.
Kata ‘cucu’ oleh KJV diterjemahkan ‘nephews’ (= keponakan-keponakan), tetapi RSV/NIV/NASB/NKJV menterjemahkan ‘grandchildren’ (= cucu-cucu).
Jamieson, Fausset & Brown: “Nephews, (EKGONA) - ‘descendants,’ or ‘grandchildren.’ ‘Nephews’ in old English meant ‘grandchildren’” [= ‘Nephews’ / ‘keponakan’, (EKGONA) - ‘keturunan’ atau ‘cucu’. Kata ‘nephews’ / keponakan dalam bahasa Inggris kuno berarti ‘cucu’].
Catatan: dalam kamus Webster’s New World Dictionary kata ‘nephew’ memang bisa diartikan ‘cucu’ (bahasa Inggris kuno).
b) Anak kalimat ini mengharuskan seseorang untuk memelihara orang tua atau kakek / neneknya, sebagai tindakan berbakti dan balas budi kepada mereka. Dan dikatakan bahwa ini merupakan sesuatu yang memperkenan Allah; karena itu, kalau seseorang tidak melakukannya, ia tidak memperkenan Allah. Bdk. 1 Timotius 5: 8: “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman”.
Catatan: saya kira di sini tetap ada perkecualian, yaitu kalau anak atau cucu itu juga miskin, sehingga memang tidak mampu untuk memberi bantuan / tunjangan kepada orang tua dan / atau kakek / nenek mereka.
c) Peraturan ini juga ditujukan supaya tidak membebani gereja. Dengan demikian gereja tidak perlu memberi bantuan / tunjangan bagi janda-janda yang mempunyai anak / cucu.
Bdk. 1 Timotius 5:16: “Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda”.
Catatan: kata ‘jemaat’ dalam ay 16 ini oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘church’ (= gereja).
3) “Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam”.
Calvin berkata bahwa arti kalimat ini adalah: janda-janda ini hanya memandang kepada Allah saja, karena mereka tidak mempunyai siapapun dalam dunia yang bisa mereka harapkan / sandari. Jadi, ini menunjukkan bahwa kalau janda-janda itu tidak mempunyai siapa pun yang membantu mereka, maka menjadi kewajiban gereja untuk menolong mereka.
4) “Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup”.
a) ‘Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan’.
1. Kata ‘tetapi’ di awal anak kalimat ini menunjukkan suatu pengkontrasan dengan kalimat sebelumnya. Jadi, janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan seperti ini jelas tidak boleh menjadi obyek yang menerima tunjangan dari gereja.
2. ‘hidup mewah dan berlebih-lebihan’.
KJV: ‘liveth in pleasure’ (= hidup bersenang-senang / berfoya-foya).
RSV: ‘who is self-indulgent’ (= yang menuruti keinginan hatinya).
NIV: ‘who lives for pleasure’ (= yang hidup untuk kesenangan).
NASB: ‘who gives herself to wanton pleasure’ (= yang menyerahkan dirinya pada kesenangan yang ceroboh / sembarangan).
Kata-kata ini, apalagi dengan tambahan kata-kata ‘ia sudah mati selagi hidup’ di belakangnya, jelas menunjukkan suatu kecaman terhadap orang yang hidup mewah, berlebih-lebihan, berfoya-foya dan menuruti seadanya keinginan hatinya! Kalaupun kita kaya, itu tidak menyebabkan kita boleh hidup mewah, berlebih-lebihan, membuang-buang uang, yang merupakan berkat Tuhan, yang seharusnya kita gunakan dengan lebih bertanggung jawab. Dan kalau yang kaya saja tak boleh hidup seperti itu, apalagi yang miskin!
Di Amerika Serikat, saya melihat sangat jarang ada orang yang bisa hidup hemat dan menghargai uang. Kebanyakan, bahkan hampir semua, adalah orang-orang yang boros dalam menggunakan uang. Krisis ekonomi global saat ini, menyebabkan orang-orang seperti itu hancur lebur. Mereka sudah terbiasa hidup boros, sehingga pada saat tak punya uang, tetap hidup boros, dan hutang dalam kartu kredit mereka membengkak secara luar biasa! Sampai-sampai Oprah Windfrey merasa perlu untuk memberikan beberapa acara berkenaan dengan cara penggunaan uang yang bijaksana, dalam sikon ekonomi yang begitu buruk. Dan dalam acara itu, memang ditekankan bahwa mereka harus belajar untuk menggunakan uang dengan lebih bijaksana, dan tidak membeli apapun yang memang tidak mampu mereka beli.
b) ‘ia sudah mati selagi hidup’.
Banyak penafsir, termasuk Matthew Henry dan Wycliffe, yang menganggap bahwa kata ‘mati’ di sini menunjuk pada ‘mati secara rohani’, atau ‘mati dalam dosa’, dan ini jelas menunjukkan bahwa janda seperti itu tidak beriman. Wycliffe mengatakan bahwa kata-kata yang diterjemahkan ‘hidup berfoya-foya’ (KJV) itu hanya muncul di sini dan dalam Yak 5:5 dan menunjuk pada kehidupan yang mewah dan menuruti keinginan diri, dan ini menunjuk pada keadaan mati secara rohani.
Yak 5:5 - “Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan”.
Calvin menganggap bahwa kata ‘mati’ tak berarti seperti itu, tetapi hanya berarti bahwa janda seperti itu ‘tidak berguna’.
Saya lebih condong pada penafsiran pertama (dari Wycliffe dan Matthew Henry).
1 Timotius 5: 7: “Peringatkanlah hal-hal ini juga kepada janda-janda itu agar mereka hidup dengan tidak bercela”.
Sebetulnya dalam ay 7 ini tidak ada kata-kata ‘janda-janda’ seperti dalam Kitab Suci Indonesia.
KJV: ‘And these things give in charge, that they may be blameless’ (= Dan perintahkanlah hal-hal ini, supaya mereka bisa menjadi tidak bercela).
RSV: ‘Command this, so that they may be without reproach’ (= Perintahkanlah ini, sehingga mereka bisa menjadi tanpa celaan).
NIV: ‘Give the people these instructions, too, so that no one may be open to blame’ (= Berikanlah orang-orang ini instruksi ini juga, sehingga tak seorangpun terbuka terhadap celaan).
NASB: ‘Prescribe these things as well, so that they may be above reproach’ (= Tetapkanlah hal-hal ini sebagai peraturan, sehingga mereka bisa berada di atas celaan).
Karena itu, Adam Clarke menganggap bahwa hal-hal ini harus diperintahkan kepada semua, baik penatua, jemaat, maupun janda-janda, sehingga mereka semua bisa hidup tak bercela.
Kalau ada yang beranggapan bahwa kontextnya bicara tentang janda, perlu diingat bahwa ayat setelah ayat ini (ay 8), juga bukan untuk janda, dan baru 1 Timotius 5:9 Paulus berbicara tentang janda lagi.
1 Timotius 5: 8: “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman”.
Kata ‘murtad’ dalam KJV/NIV/NASB diterjemahkan ‘denied the faith’ (= menyangkal iman) dan dalam RSV diterjemahkan ‘disowned the faith’ (= memungkiri / tidak mengakui iman).
Calvin: “He says that they who do not care about any of their relatives, and especially about their own house, have ‘denied the faith.’ And justly; for there is no piety towards God, when a person can thus lay aside the feelings of humanity. Would faith, which makes us the sons of God, render us worse than brute beasts?” (= Ia berkata bahwa mereka yang tidak peduli tentang keluarga mereka, dan khususnya tentang orang-orang di rumah mereka sendiri, telah ‘menyangkal iman’. Dan dengan benar; karena tidak ada kesalehan terhadap Allah, pada waktu seseorang bisa mengesampingkan perasaan kemanusiaan seperti itu. Apakah iman, yang membuat kita anak-anak Allah, membuat kita lebih buruk dari binatang yang tak berakal / tak berperasaan?).
1 Timotius 5: 9-10: “(9) Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami (10) dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan - pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik”.
1) “Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun”.
Mengapa ada pembatasan umur seperti ini dijelaskan nanti dalam 1 Timotius 5: 11-12.
2) “yang hanya satu kali bersuami”.
Saya merasa syarat yang satu ini aneh, mengingat dalam ay 14nya Paulus sendiri menganjurkan janda-janda yang lebih muda untuk menikah lagi.
Calvin menganggap bahwa syarat ini diberikan hanya untuk menjaga supaya perempuan-perempuan yang menganggap bahwa pernikahan lagi itu merupakan suatu keharusan, atau yang tidak bisa hidup tanpa suami, tidak dimasukkan dalam daftar janda yang diberi bantuan oleh gereja.
Bandingkan juga dengan pandangan Adam Clarke di bawah.
Adam Clarke: “‘Having been the wife of one man.’ Having lived in conjugal fidelity with her husband; or having had but one husband at a time; or, according to others, having never been but once married. But the former is the opinion of some of the most eminent of the Greek fathers, and appears to be that most consistent with the scope of the place, and with truth” [= ‘Yang pernah menjadi istri dari satu laki-laki’. Yang telah hidup dalam kesetiaan pernikahan dengan suaminya; atau mempunyai hanya satu suami pada satu saat; atau, menurut orang-orang lain, hanya pernah menikah satu kali. Tetapi yang terdahulu adalah pandangan dari beberapa bapa gereja Yunani yang paling terkenal, dan kelihatannya merupakan yang paling konsisten dengan tujuan dari tempat itu (kontext?) dan dengan kebenaran].
3) “dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan - pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik”.
Calvin menganggap bahwa Paulus memaksudkan ‘membasuh kaki’ sebagai semua pelayanan yang biasa dilakukan terhadap orang-orang kudus, dan pada saat itu memang pelayanan ini merupakan sesuatu yang umum. Dan ia menggunakan sebutan ‘membasuh kaki’ karena ini merupakan pelayanan yang hina, dan karena itu janda-janda yang memenuhi syarat ini dianggap rajin dan bukannya cerewet atau suka pilih-pilih.
Dari persyaratan yang diberikan tentang janda-janda ini Adam Clarke menduga bahwa ‘janda’ merupakan nama dari suatu jabatan dalam gereja pada saat itu, yang seluruhnya diisi oleh janda-janda. Ia juga mengatakan bahwa ada orang-orang yang beranggapan bahwa ‘janda’ ini menduduki jabatan ‘diaken perempuan’.
Sama seperti persyaratan tentang tua-tua dan diaken dalam 1Tim 3, kalau mau diikuti dengan sempurna, maka kita tidak akan pernah mendapatkan orang yang memenuhi persyaratan tersebut.
1 Timotius 5: 11-12: “(11) Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. Karena apabila mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu ingin kawin (12) dan dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepadaNya, mereka mendatangkan hukuman atas dirinya”.
1) “Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda”.
Ini diberikan karena janda yang masih muda, sangat besar kemungkinannya untuk menikah lagi.
2) “Karena apabila mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu ingin kawin”.
Ini tak berarti bahwa janda yang kawin lagi menceraikan diri mereka dari Kristus! Ingat bahwa dalam ay 14, Paulus sendiri menasehatkan janda yang masih muda untuk menikah lagi. Tetapi kalau seorang janda sudah dimasukkan dalam daftar janda dari gereja, dan ternyata ia lalu menikah lagi, maka ini dianggap sebagai suatu ketidak-setiaan.
3) “dan dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepadaNya, mereka mendatangkan hukuman atas dirinya”.
KJV: ‘Having damnation, because they have cast off their first faith’ (= Mendapatkan hukuman, karena mereka telah membuang iman pertama mereka).
RSV: ‘and so they incur condemnation for having violated their first pledge’ (= dan dengan demikian mereka mendatangkan hukuman karena telah melanggar ikrar pertama mereka).
Jadi, Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘kesetiaan’, tetapi KJV memberikan terjemahan hurufiah yaitu ‘faith’ (= iman), sedangkan RSV (dan juga NIV/NASB) menterjemahkan ‘pledge’ (= ikrar / janji).
Ada yang menafsirkan bahwa ‘melanggar kesetiaan / iman / janji’ ini berarti bahwa dengan tindakan menikah lagi itu, mereka melanggar janji mereka untuk tidak menikah lagi selama-lamanya pada waktu mereka didaftarkan sebagai janda dalam daftar gereja. Dan ‘mendatangkan hukuman’ dianggap sebagai ‘layak ditegur / dimarahi’. Calvin tidak setuju dengan penafsiran ini dan menganggapnya menggelikan, tetapi bagi saya kelihatannya penafsiran ini memang memungkinkan.
Calvin sendiri menafsirkan bahwa janda-janda ini betul-betul memberontak dari iman / murtad, dan ‘hukuman’ yang Paulus maksudkan adalah hukuman kekal / neraka. Tetapi saya merasa penafsiran Calvin ini tak sesuai dengan kontext, karena anak kalimat sebelumnya mengatakan janda itu menikah lagi. Bagaimana mungkin itu dianggap sebagai kemurtadan?
1 Timotius 5: 13: “Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas”.
Kitab Suci Indonesia: ‘meleter’.
KJV: ‘tattlers’ (= pembuka rahasia / penggosip).
RSV/NIV/NASB: ‘gossips’ (= penggosip-penggosip).
Matthew Henry: “It is seldom that those who are idle are idle only, they learn to be tattlers and busy-bodies, and to make mischief among neighbours, and sow discord among brethren” (= Adalah jarang bahwa mereka yang malas hanya malas saja, mereka belajar untuk menjadi pembuka rahasia / penggosip dan orang yang suka mencampuri urusan orang lain, dan membuat kejahatan di antara tetangga, dan menaburkan perselisihan / perpecahan di antara saudara-saudara).
Calvin mengatakan bahwa tidak ada yang lebih pantas bagi seorang perempuan dari pada mengurus rumah, dan karena itu di antara orang-orang kuno seorang ibu yang baik dan terhormat digambarkan sebagai seekor kura-kura (tak ada kura-kura meninggalkan rumah!). Tetapi, ada banyak perempuan yang melakukan kebalikannya, dengan keluyuran dari rumah satu ke rumah lain. Mereka tidak punya kerjaan, mungkin bukan karena memang tak ada pekerjaan, tetapi karena mereka malas mengerjakannya, dan mereka keluyuran untuk menjadi pembuka rahasia dan penggosip dan orang yang suka mencampuri urusan orang lain.
Calvin: “as usually happens, from slothfulness sprung curiosity, which is also the mother of talkativeness. Most true is the saying of Horace: ‘Shun an inquisitive person, for he is always a tattler.’ ‘No trust should be placed,’ as Plutarch says, ‘in inquisitive persons, for, as soon as they have heard anything, they are never at rest till they have blabbed it out.’ This is especially the case with women, who, by nature, are prone to talkativeness, and cannot keep a secret. With good reason, therefore, has Paul joined together these three things, sloth, inquisitiveness, and tattling” (= seperti yang biasanya terjadi, dari kemalasan muncul keingin-tahuan, yang juga merupakan ibu dari sikap banyak bicara. Sangat benar ucapan dari Horace: ‘Hindarilah orang yang suka ingin tahu, karena ia selalu adalah seorang pembuka rahasia / penggosip’. ‘Tak ada kepercayaan boleh diletakkan’, seperti dikatakan oleh Plutarch, ‘dalam diri orang-orang yang suka ingin tahu, karena begitu mereka mendengar apapun, mereka tak pernah beristirahat sampai mereka mengocehkannya keluar’. Ini khususnya merupakan kasus dari perempuan-perempuan, yang secara alamiah, condong pada sikap banyak bicara, dan tidak bisa menjaga rahasia. Karena itu, dengan alasan yang baik, Paulus menggabungkan ketiga hal ini, kemalasan, sikap suka ingin tahu, dan pembuka rahasia / penggosip).
Sebetulnya bukan hanya bagi perempuan saja kemalasan menyeret ke dalam dosa-dosa lain.
Bandingkan dengan:
· Kej 4:7 - “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’”.
· 2Sam 11:1-4 - “(1) Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. (2) Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. (3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: ‘Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.’ (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya”.
1 Timotius 5: 14: “Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita.”.
1) “Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak”.
Calvin menggunakan bagian ini untuk menyerang ajaran Gereja Roma Katolik yang melarang suster dan pastor untuk menikah.
2) “memimpin rumah tangganya”.
KJV: ‘guide the house’ (= membimbing rumah / rumah tangga).
RSV: ‘rule their households’ (= memerintah rumah tangga mereka).
NIV: ‘to manage their homes’ (= mengurus / mengatur rumah mereka).
NASB: ‘keep house’ (= menjaga / memelihara rumah).
Tentu ini tak bisa diartikan bahwa perempuan itu yang menjadi kepala keluarga. Ini akan bertentangan dengan ayat-ayat yang jelas menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki suami yang menjadi kepala keluarga. Jadi, artinya atau mereka membimbing / memerintah anak-anak mereka, atau mereka mengurus / mengatur rumah seperti dalam terjemahan NIV/NASB.
3) “dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita”.
Calvin mengatakan bahwa janda muda selalu menyebabkan kecurigaan-kecurigaan dari orang-orang di sekitarnya. Untuk menghindari hal itu dan gosip-gosip lain, yang bisa memburukkan nama gereja / kekristenan, maka ia menasehatkan janda muda menikah lagi.
1 Timotius 5: 15: “Karena beberapa janda telah tersesat mengikut Iblis”.
Calvin: “‘After Satan.’ The expression is worthy of notice; because no one can turn aside from Christ, in the smallest degree, without following Satan; for he has dominion over all who do not belong to Christ. We learn from this how destructive is turning aside from the right course, since, from being children of God, it makes us slaves of Satan, and, by withdrawing us from the government of Christ, places Satan over us as our guide” (= ‘mengikuti Iblis’. Ungkapan ini layak diperhatikan; karena tak seorangpun bisa menyimpang dari Kristus, dalam tingkat yang terkecil, tanpa mengikuti Iblis; karena ia menguasai semua yang tidak merupakan milik Kristus. Kita belajar dari hal ini, betapa menghancurkannya penyimpangan dari jalan yang benar, karena dari keberadaan sebagai anak Allah, itu menjadikan kita budak / hamba Iblis, dan dengan menarik kita dari pemerintahan Kristus, itu menempatkan Iblis di atas kita sebagai pembimbing kita).
1 Timotius 5: 16: “Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda”.
Kitab Suci Indonesia: ‘Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya’.
KJV: ‘If any man or woman that believeth’ (= Jika laki-laki atau perempuan manapun yang percaya).
RSV: ‘If any believing woman’ (= Jika perempuan percaya manapun).
NIV/NASB: ‘If any woman who is a believer’ (= Jika perempuan manapun yang adalah orang percaya).
Wycliffe: “‘Man’ should be omitted. ‘If any woman that believeth’ (ASV). Even a woman might be in a position where it would be her responsibility to care for a widow rather than throw the burden on the church” [= Kata ‘laki-laki’ seharusnya dihapuskan. ‘Jika perempuan manapun yang percaya’ (ASV). Bahkan seorang perempuan bisa berada dalam posisi dimana itu merupakan kewajibannya untuk memelihara seorang janda dari pada melemparkan beban itu kepada gereja].
Calvin: “And if they act a sinful part, who, by sparing themselves, allow the Church to be burdened with expense, let us learn from this in what aggravated sacrilege they are involved, who, by fraud or robbery, profane what was once dedicated to the Church” (= Dan jika mereka melakukan tindakan yang berdosa, dengan menghemat diri mereka sendiri, mengijinkan Gereja untuk dibebani dengan biaya, hendaklah kita belajar dari hal ini bahwa mereka terlibat dalam pelanggaran keramat yang lebih buruk, yang oleh penipuan / penggelapan / kecurangan atau perampokan, mengotori / mencemarkan apa yang pernah dipersembahkan kepada Gereja).
Penerapan: orang-orang yang senang ‘menggunakan uang’ gereja, dan apalagi yang betul-betul menyalah-gunakan, dan mengkorupsi uang gereja, harus memperhatikan dan merenungkan kata-kata Calvin ini!. 1 TIMOTIUS 5:1-16 (NASIHAT TENTANG JANDA)