2 TIMOTIUS 2:19-21(HASIL DARI KEBENARAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

2 TIMOTIUS 2:19-21 (HASIL DARI KEBENARAN)

2 TIMOTIUS 2:1-26(14)

2Timotius 2:19-21(19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’ (20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

2 Timotius 2: 19: “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

KJV: ‘Nevertheless the foundation of God standeth sure, having this seal, The Lord knoweth them that are his. And, Let every one that nameth the name of Christ depart from iniquity.’ (= Tetapi fondasi Allah berdiri teguh, mempunyai meterai ini, Tuhan mengenal mereka yang adalah milikNya. Dan, Hendaklah setiap orang yang menyebut nama Kristus meninggalkan kejahatan).

RSV: “But God’s firm foundation stands, bearing this seal: ‘The Lord knows those who are his,’ and, ‘Let every one who names the name of the Lord depart from iniquity.’” (= Tetapi fondasi yang teguh dari Allah berdiri / bertahan, memuat meterai ini: ‘Tuhan mengenal mereka yang adalah milikNya’, dan, ‘Hendaklah setiap orang yang menyebut nama Tuhan meninggalkan kejahatan’.).

NIV: “Nevertheless, God’s solid foundation stands firm, sealed with this inscription: ‘The Lord knows those who are his,’ and, ‘Everyone who confesses the name of the Lord must turn away from wickedness.’” (= Tetapi, fondasi yang kuat dari Allah berdiri teguh, dimeteraikan dengan tulisan ini: ‘Tuhan mengenal mereka yang adalah milikNya’, dan, ‘Setiap orang yang mengakui nama Tuhan harus berbalik dari kejahatan’.).

NASB: “Nevertheless, the firm foundation of God stands, having this seal, ‘The Lord knows those who are His,’ and, ‘Everyone who names the name of the Lord is to abstain from wickedness.’” (= Tetapi, fondasi yang teguh dari Allah berdiri / bertahan, mempunyai meterai ini, ‘Tuhan mengenal mereka yang adalah milikNya’, dan, ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan harus menjauhkan diri dari kejahatan’.).

1) “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh”.

Untuk kata ‘dasar’ atau ‘fondasi’, tafsirannya sangat bervariasi, dan sukar dipastikan yang mana yang benar.

Calvin menafsirkan bahwa ini adalah simbol dari predestinasi.

Calvin: “And first he reminds us of the election of God, which he metaphorically calls a foundation, expressing by this word the firm and enduring constancy of it. Yet all this tends to prove the certainty of our salvation, if we are of the elect of God. As if he had said, ‘The elect do not depend on changing events, but rest on a solid and immovable foundation; because their salvation is in the hand of God.’ For as ‘every plant which the heavenly Father hath not planted must be rooted up,’ (Matthew 15:13,) so a root, which has been fixed by his hand, is not liable to be injured by any winds or storms.” [= Dan pertama-tama ia mengingatkan kita tentang pemilihan Allah, yang secara kiasan ia sebut suatu dasar / fondasi, dengan menyatakan dengan kata ini kekonstanan yang teguh dan bertahan darinya. Tetapi semua ini cenderung untuk membuktikan kepastian dari keselamatan kita, jika kita adalah orang-orang pilihan Allah. Seakan-akan ia telah berkata, ‘Orang-orang pilihan tidak tergantung pada peristiwa-peristiwa yang berubah-ubah, tetapi bersandar pada suatu dasar / fondasi yang kuta dan tak bisa digerakkan; karena keselamatan mereka ada dalam tangan Allah’. Karena seperti ‘setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa surgawi harus dicabut’, (Mat 15:13), demikian juga suatu akar, yang telah ditancapkan oleh tanganNya, tidak bisa dilukai / dirugikan oleh angin atau badai apapun.].

Matius 15:13 - “Jawab Yesus: ‘Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh BapaKu yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya.”.

William Hendriksen mengatakan bahwa ada banyak penafsiran tentang arti dari kata ‘dasar / fondasi’ ini, seperti Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Alkitab), kebangkitan jasmani, agama Kristen. Lalu ia memberikan 3 arti yang ia anggap paling penting:a) Pemilihan dari kekekalan.

Tentang arti ini William Hendriksen mengatakan bahwa arti ini tidak bisa dibuang sama sekali, karena dalam ay 10 Paulus baru menyebutkan tentang pemilihan. Jadi tidak diragukan bahwa kasih ilahi yang mempredestinasikan memang masuk di sini, khususnya dalam kata-kata ‘Tuhan mengenal siapa kepunyanNya’.

Tetapi William Hendriksen mengatakan bahwa tidak ada tempat lain dimana Paulus menyebut pemilihan suatu dasar / fondasi. Juga kata-kata yang kedua, yaitu ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan’ tidak cocok dengan arti ini, dan kontext juga tidak menuntut arti ini.

b) Kristus sendiri.

William Hendriksen mengatakan bahwa Kristus memang disebut sebagai dasar / fondasi dalam 1Kor 3:10-12.

1Korintus 3:10-12 - “(10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,”.

Tetapi Hendriksen mengatakan bahwa kita tidak bisa selalu mengartikan secara sama kiasan-kiasan yang diberikan oleh Paulus. Dalam Ef 2:20 Kristus bukan disebut sebagai dasar / fondasi tetapi ‘batu penjuru’.

Efesus 2:20 - “yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.”.

c) Gereja.

William Hendriksen menerima arti ini.

William Hendriksen: “With respect to (3): I consider this view to be correct. The church, established upon the bedrock of God’s predestinating love, is his foundation, his building well-founded. Reasons for adopting this view: a. This harmonizes most beautifully with the context: God’s true church consists of those who are his, those who stand aloof from unrighteousness (note the seal!). By calling the church ‘God’s solid foundation,’ Paul stresses its permanency and immobility. Some, indeed, have wandered away, etc., but the true church is immovable! b. This is consistent with I Tim. 3:15. There, too, the church is called ‘the foundation’ or ‘the support’ (there ἑδραίωμα, here in II Tim. 2:19 θεμέλιος).” [= Berkenaan dengan (3): Saya menganggap pandangan ini sebagai benar. Gereja, didirikan di atas batuan dasar dari kasih yang mempredestinasikan dari Allah, adalah fondasi / dasarnya, bangunannya didasarkan dengan baik. Alasan-alasan untuk mengambil pandangan ini: a. Ini harmonis secara indah dengan kontext: Gereja yang benar dari Allah terdiri dari orang-orang yang adalah milikNya, mereka yang berdiri jauh dari ketidak-benaran (perhatikan meterainya!). Dengan menyebut gereja ‘dasar / fondasi yang teguh dari Allah’, Paulus menekankan kepermanenannya dan ketidak-bergerakannya. Memang sebagian telah menyimpang / tersesat, dsb., tetapi gereja yang benar tidak bisa digerakkan! b. Ini konsisten dengan 1Tim 3:15. Di sana gereja juga disebut ‘fondasi’ atau ‘penopang’ (disana HEDRAIOMA, di sini dalam 2Tim 2:19 THEMELIOS)].

1Timotius 3:15 - “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat (gereja) dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar (HEDRAIOMA) kebenaran.”.

Matthew Henry: “It may be a great comfort to us that the unbelief of men cannot make the promise of God of no effect. Though the faith of some particular persons be overthrown, yet ‘the foundation of God standeth sure’ (v. 19); it is not possible that they should deceive the elect. Or it may be meant of the truth itself, which they impugn. All the attacks which the powers of darkness have made upon the doctrine of Christ cannot shake it; it stands firm, and weathers all the storms which have been raised against it.” (= Bisa merupakan suatu penghiburan yang besar bagi kita bahwa ketidakpercayaan manusia tidak bisa membuat janji Allah sia-sia / tak berhasil. Sekalipun iman dari beberapa orang-orang tertentu dirobohkan, tetapi ‘dasar / fondasi Allah berdiri teguh’ (ay 19); adalah tidak mungkin bahwa mereka menipu orang-orang pilihan. Atau itu bisa berarti kebenaran itu sendiri, yang mereka ragukan. Semua serangan-serangan yang kuasa kegelapan telah buat terhadap ajaran Kristus tidak bisa menggoncangkannya; itu berdiri teguh, dan melalui / menahan semua badai yang telah dibangkitkan terhadapnya.).

Barnes’ Notes: “The meaning is, that though some had been turned away by the arts of these errorists, yet the foundation of the church which God had laid remained firm; compare Eph 2:20, ‘And are built upon the foundation of the apostles and prophets, Jesus Christ himself being the chief cornerstone.’ As long as this foundation remained firm, there was no reason to be troubled from the few instances of apostasy which had occurred;” (= Artinya adalah, bahwa sekalipun beberapa telah berbalik oleh keahlian dari orang-orang yang salah / sesat ini, tetapi dasar / fondasi dari gereja yang Allah telah letakkan tetap teguh; bandingkan dengan Ef 2:20, ‘Dan dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru’. Selama dasar / fondasi ini tetap teguh, di sana tak ada alasan untuk menjadi terganggu dari sedikit / beberapa contoh-contoh kemurtadan yang telah terjadi;).

2) “dan meterainya ialah:”.

Calvin: “‘Having this seal.’ ... Paul means, that under the secret guardianship of God, as a signet, is contained the salvation of the elect, as Scripture testifies that they are ‘written in the book of life.’ (Psalm 69:28; Philippians 4:3.)” [= ‘mempunyai meterai ini’. ... Paulus memaksudkan bahwa di bawah perlindungan rahasia dari Allah, seperti sebuah segel / meterai, ada keselamatan dari orang-orang pilihan, seperti Kitab Suci saksikan bahwa mereka ‘tertulis dalam kitab kehidupan’ (Maz 69:29; Fil 4:3)].

Mazmur 69:29 - “Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang yang benar!”.

Filipi 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”.

Barnes’ Notes: “‘Having this seal.’ Or rather a seal with this inscription. The word ‘seal’ is sometimes used to denote the instrument by which an impression is made, and sometimes the impression or inscription itself. A seal is used for security (Matt 27:66), or as a mark of genuineness; Rev 9:4. The seal here is one that was affixed to the FOUNDATION, and seems to refer to some inscription ON the foundation-stone which always remained there, and which denoted the character and design of the edifice. The allusion is to the custom, in rearing an edifice, of inscribing the name of the builder and the design of the edifice on the cornerstone.” [= ‘Mempunyai segel / meterai ini’. Atau lebih tepat suatu segel / meterai dengan tulisan ini. Kata ‘segel / meterai’ kadang-kadang digunakan untuk menunjuk pada alat dengan mana suatu cetakan dibuat, dan kadang-kadang menunjuk pada cetakan atau tulisan itu sendiri. Suatu segel / meterai digunakan untuk keamanan (Mat 27:66), atau sebagai suatu tanda keaslian; Wahyu 9:4. Meterai di sini adalah meterai yang dilekatkan pada FONDASI, dan kelihatannya menunjuk pada suatu tulisan PADA batu fondasi yang selalu tetap di sana, dan yang menunjukkan karakter dan rancangan dari gedung. Kiasan ini menunjuk pada kebiasaan, dalam mendirikan suatu gedung, dengan menuliskan nama dari si pembangun dan rancangan dari gedung itu pada batu penjuru.].

Matius 27:66 - “Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.”.

Wahyu 9:4 - “Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya.”.

William Hendriksen: “God’s foundation has a seal (not merely an inscription!). Now a seal may indicate authority and thus may protect or at least warn against all tampering. Thus, the tomb of Jesus was sealed (Matt. 27:66). Again, it may be a mark of ownership. ‘Set me as a seal upon thy heart’ (Song of Solomon 8:6). Or it may authenticate a legal decree or other document, certifying and guaranteeing its genuine character. Thus, the decree of Xerxes was sealed (Esther 3:12; cf. I Cor. 9:2). When we now read that God’s solid foundation, the church, has a seal, it is probably unwarranted to apply only one of these three ideas to this seal. The seal by which believers are sealed protects, indicates ownership, and certifies, all three in one! Cf. Rev. 7:2–4. God the Father protects them, so that none are lost. He has known them as his own from all eternity (the context calls for this idea). God the Son owns them. They were given to him. Moreover, he bought or redeemed them with his precious blood. This idea of ownership is clearly expressed here (‘the Lord knows those who are his’). And God the Holy Spirit certifies that they are, indeed, the sons of God (Rom. 8:16). This divine protection, ownership, and certification seals them!” [= Dasar / fondasi Allah mempunyai sebuah meterai (bukan semata-mata suatu tulisan!). Sebuah meterai bisa menunjukkan otoritas dan dengan demikian bisa melindungi atau setidaknya memperingati terhadap semua perusakan. Demikianlah, kubur Yesus dimeteraikan (Mat 27:66). Lalu itu bisa merupakan suatu tanpa kepemilikan. ‘Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu’ (Kid 8:6). Atau itu bisa menegakkan / mengesahkan suatu ketetapan hukum atau dokumen yang lain, menyatakan dan menjamin sifatnya yang asli. Demikianlah, ketetapan dari Ahasyweros dimeteraikan (Ester 3:12; bdk. 1Kor 9:2). Pada waktu kita sekarang membaca bahwa dasar / fondasi yang teguh / kuat dari Allah, gereja, mempunyai sebuah meterai, itu mungkin tidak beralasan untuk menerapkan hanya satu dari tiga gagasan tentang meterai ini. Meterai dengan mana orang-orang percaya dimeteraikan melindungi, menunjukkan kepemilikan, dan menyatakan / menjamin, ketiganya dalam satu! Bdk. Wahyu 7:2-4. Allah Bapa melindungi mereka, sehingga tak seorangpun hilang. Ia telah mengenal mereka sebagai milikNya sejak kekekalan (kontextnya meminta gagasan ini). Allah Anak memiliki mereka. Mereka diberikan kepadaNya. Selanjutnya, Ia membeli mereka atau menebus mereka dengan darahNya yang mahal. Gagasan kepemilikan ini dengan jelas dinyatakan di sini (‘Tuhan mengenal mereka yang adalah milikNya’). Dan Allah Roh Kudus menyatakan / menjamin bahwa mereka memang adalah anak-anak Allah (Roma 8:16). Perlindungan ilahi, kepemilikan, dan penjaminan ini memeteraikan mereka!].

Catatan: Dalam Ester 3:8 Ahasyweros disebut Xerxes oleh NIV.

a) “‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’”.

Bdk. Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Bdk. Yohanes 10:14 - “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku”.

Barnes’ Notes: “‘The Lord knoweth them that are his.’ This is one of the inscriptions on the foundation-stone of the church, which seems to mark the character of the building. It always stands there, no matter who apostatizes. It is at the same time a fearful inscription - showing that no one can deceive God; that he is intimately acquainted with all who enter that building; and that in the multitudes which enter there, the friends and the foes of God are intimately known. He can separate his own friends from all others, and his constant care will be extended to all who are truly his own, to keep them from falling. This has the APPEARANCE of being a quotation, but no such passage is found in the Old Testament in so many words. In Nah 1:7, the following words are found: ‘And he knoweth them that trust in him;’ and it is possible that Paul may have had that in his eye; but it is not necessary to suppose that he designed it as a quotation. A phrase somewhat similar to this is found in Num. 16:5, ‘the Lord will show who are his,’ rendered in the Septuagint, ‘God knoweth who are his;’ and Whitby supposes that this is the passage referred to. But whether Paul had these passages in view or not, it is clear that he meant to say that it was one of the fundamental things in religion, that God knew who were his own people, and that he would preserve them from the danger of making shipwreck of their faith.” (= ‘Tuhan mengenal mereka yang adalah kepunyaanNya’. Ini adalah satu dari tulisan pada batu fondasi dari gereja, yang kelihatannya menandai karakter dari bangunan. Itu selalu berdiri di sana, tak peduli siapa yang murtad. Itu pada saat yang sama merupakan suatu tulisan yang menakutkan - menunjukkan bahwa tak seorangpun bisa menipu Allah; bahwa Ia tahu secara mendalam semua orang yang memasuki bangunan itu; dan bahwa dalam banyak orang yang masuk di sana, sahabat-sahabat dan musuh-musuh Allah dikenal secara mendalam. Ia bisa memisahkan sahabat-sahabatNya sendiri dari semua yang lain, dan perhatianNya yang terus menerus akan diperluas kepada semua orang yang benar-benar adalah milikNya, untuk menjaga mereka dari kejatuhan. Ini kelihatannya merupakan suatu kutipan, tetapi tidak ada text seperti itu ditemukan dalam Perjanjian Lama dalam begitu banyak kata-kata. Dalam Nahum 1:7, ditemukan kata-kata sebagai berikut: ‘Dan Ia mengenal orang-orang yang percaya kepadaNya’; dan adalah mungkin bahwa Paulus mempunyai itu dalam pandangannya; tetapi tidaklah perlu untuk menganggap bahwa ia merancangkannya sebagai suatu kutipan. Suatu ungkapan yang agak serupa dengan ini ditemukan dalam Bil 16:5, ‘TUHAN akan memberitahukan, siapa kepunyaanNya’, diterjemahkan dalam Septuaginta, ‘Allah mengenal siapa kepunyaanNya’; dan Whitby menganggap bahwa ini adalah text yang ditunjuk. Tetapi apakah Paulus mempunyai text-text ini dalam pandangannya atau tidak, adalah jelas bahwa ia bermaksud untuk mengatakan bahwa itu adalah salah satu dari hal-hal dasari dalam agama, bahwa Allah mengenal siapa yang adalah kepunyaanNya, dan bahwa Ia akan memelihara / melindungi mereka dari bahaya kekandasan iman mereka.).

b) “dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

RSV/NIV/NASB menuliskan ‘Lord’ (= Tuhan), sama seperti Kitab Suci Indonesia. Tetapi KJV menuliskan ‘Christ’ (= Kristus).

Di sini perbedaan terjadi karena perbedaan manuscript-manuscript, dan Adam Clarke mengatakan bahwa hampir semua manuscript-manuscript yang penting, dan juga versi-versi yang utama, menuliskan ‘Lord’ (= Tuhan).

Barnes’ Notes: “The foundation has two inscriptions - the first implying that God knows all who are his own people; the other, that all who are his professed people should depart from evil. This is not found in so many words in the Old Testament, and, like the former, it is not to be regarded as a quotation. The meaning is, that it is an elementary principle in the true church, that all who become members of it should lead holy lives. It was also true that they WOULD lead holy lives, and amidst all the defections of errorists, and all their attempts to draw away others from the true faith, those might be known to be the true people of God who DID avoid evil.” (= Fondasi itu mempunyai dua tulisan - yang pertama menunjukkan bahwa Allah mengenal semua orang yang adalah umatNya sendiri; tulisan yang lain, bahwa semua orang yang adalah orang-orang yang mengakuiNya harus meninggalkan kejahatan. Ini tidak ditemukan dalam begitu banyak kata dalam Perjanjian Lama, dan seperti yang terdahulu, itu tidak boleh dianggap sebagai suatu kutipan. Artinya adalah, bahwa merupakan suatu prinsip dasar dalam gereja yang benar, bahwa semua yang menjadi anggota-anggotanya harus menjalani kehidupan yang kudus. Juga adalah benar bahwa mereka AKAN menjalani kehidupan yang kudus, dan di tengah-tengah semua cacat dari orang-orang yang salah / sesat, dan semua usaha mereka untuk menjauhkan orang-orang lain dari iman yang sejati, mereka akan dikenal sebagai umat yang sejati dari Allah yang memang menghindari kejahatan.).

Bdk. Lukas 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.

Matius 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Titus 2:14 - “yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik.”.

Pulpit Commentary: “One is, ‘THE LORD KNOWETH THEM THAT ARE HIS,’ taken verbatim from the LXX. of Num 16:5: the other is, ‘LET EVERY ONE THAT NAMETH THE NAME OF THE LORD DEPART FROM UNRIGHTEOUSNESS,’ This is nowhere to be found in the Old Testament. The first part of the verse is indeed equivalent to Ku/rie to\ o)noma/ sou o)noma/zomen in Isa 26:13, but there is nothing to answer to the second part. The passages quoted by commentators from Num 16:26 and Isa 52:11 are far too general to indicate any particular reference. Possibly the motto is one of those ‘faithful sayings’ before referred to. The two inscriptions, taken together, show the two sides of the Christian standing - God’s election, and man’s holiness (comp. 1 John 1:6; 3:7,8).” [= YANG satu adalah, ‘TUHAN MENGENAL MEREKA YANG ADALAH KEPUNYAANNYA’, diambil kata per kata dari LXX dari Bil 16:5: yang lain adalah, ‘HENDAKLAH SETIAP ORANG YANG MENYEBUT NAMA TUHAN MENINGGALKAN KETIDAK-BENARAN’, Ini tidak ditemukan dimanapun dalam Perjanjian Lama. Bagian pertama dari ayat ini memang sama dengan KURIE TO ONOMA SOU ONOMAZOMEN dalam Yes 26:13, tetapi tak ada yang sesuai dengan bagian yang kedua. Text yang dikutip oleh para penafsir dari Bil 16:26 dan Yes 52:11 adalah jauh terlalu umum untuk menunjukkan hubungan khusus apapun. Mungkin motto itu adalah salah satu dari ‘kata-kata yang setia / bisa dipercaya’ itu sebelum ditunjuk. Kedua tulisan, diambil bersama-sama, menunjukkan dua sisi dari kedudukan Kristen - pemilihan Allah, dan kekudusan manusia (bdk. 1Yoh 1:6; 3:7,8).].

Bilangan 16:5 - “Dan ia berkata kepada Korah dan segenap kumpulannya: ‘Besok pagi TUHAN akan memberitahukan, siapa kepunyaanNya, dan siapa yang kudus, dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat kepadaNya; orang yang akan dipilihNya akan diperbolehkanNya mendekat kepadaNya.”.

Yesaya 26:13 - “Ya TUHAN, Allah kami, tuan-tuan lain pernah berkuasa atas kami, tetapi hanya namaMu saja kami masyhurkan.”.

Bil 16:26 - “Berkatalah ia kepada umat itu: ‘Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik ini dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apapun dari kepunyaan mereka, supaya kamu jangan mati lenyap oleh karena segala dosa mereka.’”.

Yesaya 52:11 - “Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah TUHAN!”.

1Yohanes 1:6 - “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.”.

1Yoh 3:7-8 - “(7) Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; (8) barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”

William Hendriksen: “Whether the apostle derived the thoughts embodied in the two inscriptions directly from the Old Testament, or whether they had first become embodied in a Christian hymn, as some think, is a question that cannot now be answered, and is of little importance.” (= Apakah sang rasul mengambil pikiran yang diwujudkan dalam kedua tulisan itu secara langsung dari Perjanjian Lama, atau apakah mereka pertama-tama telah diwujudkan dalam suatu nyanyian pujian Kristen, seperti yang dipikirkan oleh sebagian orang, adalah suatu pertanyaan yang tidak bisa dijawab, dan tidak terlalu penting.).

2Timotius 2:19 - “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

William Hendriksen: “The seal bears two closely related inscriptions. God’s decree and man’s responsibility receive equal recognition: The first inscription deals the deathblow to Pelagianism; the second, to fatalism. The first is dated in eternity; the second, in time. The first is a declaration which we must believe; the second, an exhortation which we must obey. The first exalts God’s predestinating mercy; the second emphasizes man’s inevitable duty. The first refers to the security; the second to the purity of the church” (= Meterai itu memuat dua tulisan yang berhubungan erat. Ketetapan Allah dan tanggung jawab manusia menerima pengakuan yang sama / setara: Tulisan yang pertama memberi pukulan mematikan kepada Pelagianisme; yang kedua, kepada fatalisme. Yang pertama dalam kekekalan; yang kedua dalam waktu. Yang pertama merupakan suatu pernyataan yang harus kita percayai; yang kedua, suatu desakan / nasehat yang harus kita taati. Yang pertama meninggikan belas kasihan yang mempredestinasikan dari Allah; yang kedua menekankan kewajiban yang tak terhindarkan dari manusia. Yang pertama menunjuk pada keamanan; yang kedua menunjuk pada kemurnian dari gereja).

William Hendriksen: “Between the two there is a very close connection. That connection is interpreted beautifully in I Cor. 6:19b,20: ‘You are not your own, for you were bought with a price (cf. the first inscription); glorify God therefore in your body’ (cf. the second inscription). The close relationship between the two inscriptions is evident also from the fact that the words of both were probably derived from the same Old Testament incident; namely, the rebellion by Korah, Dathan, and Abiram (Numbers 16). Hymenaeus and Philetus, in their rebellion against true doctrine and holy living, resembled these wicked men of the old dispensation. In both of these instances of rebellion against constituted authority there was disbelief of what God had clearly revealed. In both cases the leaders involved others in their crime. The implication is that just as the rebellion under Korah, etc., ended in dire punishment for those who rebelled and for their followers, so also will the present rebellion of Hymenaeus and Philetus terminate in disaster for them and their disciples, unless they repent.” [= Di antara keduanya di sana ada suatu hubungan yang sangat erat / dekat. Hubungan itu ditafsirkan secara indah dalam 1Kor 6:19b,20: ‘Kamu bukan milik kamu sendiri, karena kamu telah dibeli dengan suatu harga (bdk. tulisan yang pertama); karena itu muliakanlah Allah dalam tubuhmu!’ (bdk. tulisan yang kedua). Hubungan yang dekat antara kedua tulisan itu juga jelas dari fakta bahwa kata-kata dari keduanya mungkin diambil dari kejadian yang sama dalam Perjanjian Lama; yaitu pemberontakan oleh Korah, Datan, dan Abiram (Bil 16). Himeneus dan Filetus, dalam pemberontakan mereka terhadap doktrin yang benar dan kehidupan yang kudus, menyerupai orang-orang jahat dari jaman Perjanjian Lama ini. Dalam kedua hal / contoh pemberontakan terhadap otoritas yang ditetapkan / ditahbiskan ini, disana ada ketidak-percayaan terhadap apa yang Allah secara jelas telah nyatakan. Dalam kedua kasus, pemimpin-pemimpinnya melibatkan orang-orang lain dalam kejahatan mereka. Maksudnya adalah bahwa sama seperti pemberontakan di bawah Korah, dsb., berakhir dalam hukuman yang menakutkan bagi mereka yang memberontak dan bagi para pengikut mereka, begitu juga pemberontakan saat ini dari Himeneus dan Filetus akan berakhir dalam bencana bagi mereka dan murid-murid mereka, kecuali mereka bertobat.].

1Korintus 6:19-20 - “(19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.

Bil 16:5,26 - “(5) Dan ia berkata kepada Korah dan segenap kumpulannya: ‘Besok pagi TUHAN akan memberitahukan, siapa kepunyaanNya, dan siapa yang kudus, dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat kepadaNya; orang yang akan dipilihNya akan diperbolehkanNya mendekat kepadaNya. ... (26) Berkatalah ia kepada umat itu: ‘Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik ini dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apapun dari kepunyaan mereka, supaya kamu jangan mati lenyap oleh karena segala dosa mereka.’”.

2 TIMOTIUS 2:1-26(15)

2 Timotius 2: 20: “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.”.

1) “Dalam rumah yang besar”.

Calvin: “Commentators are not agreed, however, whether the ‘great house’ means the Church alone, or the whole world. And, indeed, the context rather leads us to understand it as denoting the Church; for Paul is not now reasoning about strangers, but about God’s own family. Yet what he says is true generally, and in another passage the same Apostle extends it to the whole world; that is, at Romans 9:21, where he includes all the reprobate under the same word that is here used. We need not greatly dispute, therefore, if any person shall apply it simply to the world. Yet there can be no doubt that Paul’s object is to shew that we ought not to think it strange, that bad men are mixed with the good, which happens chiefly in the Church.” (= Tetapi, para penafsir tidak setuju, apakah ‘rumah yang besar’ berarti Gereja saja, atau seluruh dunia. Dan memang, kontext membimbing kami untuk mengertinya sebagai menunjukkan Gereja; karena Paulus sekarang tidak sedang berargumentasi / berbicara tentang orang-orang asing, tetapi tentang keluarga Allah sendiri. Tetapi apa yang ia katakan adalah benar secara umum, dan dalam text yang lain Rasul yang sama memperluasnya kepada seluruh dunia; yaitu pada Ro 9:21, dimana ia mencakup semua orang-orang reprobate / yang ditentukan untuk binasa di bawah kata yang sama yang digunakan di sini. Karena itu, kita tidak perlu sangat mempertengkarkannya jika siapapun menerapkannya kepada dunia. Tetapi tidak ada keraguan bahwa tujuan Paulus adalah menunjukkan bahwa kita tidak boleh memikirkannya sebagai sesuatu yang aneh, bahwa orang-orang jahat bercampur dengan orang-orang baik / saleh, yang terutama terjadi di dalam Gereja.).

Roma 9:21 - “Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

William Hendriksen: “Timothy must not be surprised about the fact that there is such a thing as defection! He must bear in mind that it is with the visible church as it is with ‘a large house.’” (= Timotius tidak boleh terkejut tentang fakta bahwa di sana ada sesuatu seperti cacat / ketidaksempurnaan! Ia harus mencamkan bahwa gereja yang kelihatan adalah seperti ‘suatu rumah yang besar’.).

2) “bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.”.

Kitab Suci Indonesia: ‘mulia ... kurang mulia’.

KJV: ‘honour ... dishonour.’ (= terhormat ... tidak terhormat).

RSV/NIV: ‘noble ... ignoble.’ (= mulia ... tidak mulia).

NASB: ‘honor ... dishonor.’ (= terhormat ... tidak terhormat).

Barnes’ Notes: “‘And some to honour, and some to dishonour.’ Some to most honorable uses - as drinking vessels, and vessels to contain costly viands, and some for the less honorable purposes connected with cooking, etc. The same thing is to be expected in the church. See this idea illustrated at greater length under another figure in the notes at 1 Cor 12:14-26; compare the notes, Rom 9:21. The APPLICATION here seems to be, that in the church it is to be presumed that there will be a great variety of gifts and attainments, and that we are no more to expect that all will be alike, than we are that all the vessels in a large house will be made of gold.” (= ‘Dan sebagian / beberapa kepada kehormatan, dan sebagian / beberapa kepada ketidak-hormatan’. Sebagian / beberapa kepada penggunaan-penggunaan yang paling terhormat - seperti peralatan minum, dan peralatan untuk diisi makanan pilihan yang mahal, dan sebagian / beberapa untuk tujuan-tujuan yang kurang terhormat berhubungan dengan memasak, dsb. Hal yang sama harus diharapkan dalam gereja. Lihat gagasan ini dijelaskan dengan lebih panjang lebar di bawah gambaran yang lain dalam catatan pada 1Korintus 12:14-26; bandingkan dengan catatan, Roma 9:21. PENERAPANnya di sini, kelihatannya adalah, bahwa dalam gereja harus dianggap bahwa di sana akan ada bermacam-macam karunia-karunia dan pencapaian-pencapaian, dan bahwa kita tidak boleh lebih mengharapkan bahwa semua akan serupa / sama, dari pada kita mengharapkan bahwa semua peralatan dalam sebuah rumah yang besar dibuat dari emas.).

Bagi saya adalah aneh kalau Barnes hanya mempersoalkan orang kristen yang sejati, dan hanya membedakan yang lebih setia dan yang kurang setia. Saya lebih setuju dengan Calvin di atas, dan Hendriksen dan Lenski di bawah, yang menganggap bahwa selain orang-orang kristen yang sejati, ada juga orang-orang kristen KTP / munafik / reprobate, di dalam gereja!

William Hendriksen: “Similarly, the visible church, as it manifests itself on earth, contains true believers (some more faithful, comparable to gold; others less faithful, comparable to silver) and hypocrites. Cf. Matt. 13:24–30: wheat and tares. The genuine members are destined for honor (see Matt. 25:34–40); the others, for dishonor (see Matt. 25:41–45). Cf. I Sam. 2:30b; Rom. 9:21.” [= Secara sama / mirip, gereja yang kelihatan, sebagaimana itu menyatakan dirinya sendiri di bumi, terdiri dari orang-orang percaya yang sejati (sebagian lebih setia, bisa dibandingkan dengan emas; yang lain kurang setia, bisa dibandingkan dengan perak) dan orang-orang munafik. Bdk. Mat 13:24-30; lalang dan gandum. Anggota-anggota yang asli ditentukan untuk kehormatan (lihat Mat 25:34-40); yang lain, untuk ketidak-hormatan (lihat Matius 25:41-45). Bdk. 1Sam 2:30b; Roma 9:21.].

1Samuel 2:30 - “Sebab itu - demikianlah firman TUHAN, Allah Israel - sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapanKu selamanya, tetapi sekarang - demikianlah firman TUHAN - : Jauhlah hal itu dari padaKu! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.”.

Lenski: “The utensils of wood and of earthenware are persons who are only outwardly members of the visible church; they are ‘for dishonor,’ which does not mean for dirty use but unprized, eventually discarded and thrown on the junk heap. Nobody throws utensils that are made of gold and of silver out with the junk. We now see why the division is made between ‘gold and silver’ on the one hand, ‘wood and earthenware’ on the other, and why no other materials are mentioned, for that would spoil the illustration,” (= Alat-alat dari kayu dan tanah adalah orang-orang yang hanya secara lahiriah adalah anggota-anggota dari gereja yang kelihatan; mereka adalah ‘untuk ketidakhormatan’, yang bukan berarti untuk penggunaan yang kotor tetapi tidak berharga, yang akhirnya dibuang dan dilemparkan pada tumpukan sampah. Tak seorangpun melemparkan alat-alat yang dibuat dari emas dan dari perak keluar bersama dengan sampah. Sekarang kita melihat mengapa pembagian dibuat antara ‘emas dan perak’ di satu sisi, ‘kayu dan tanah’ di sisi yang lain, dan mengapa tak ada bahan-bahan lain disebutkan, karena itu akan merusak ilustrasinya,).

Lenski: “‘For honor’ and ‘for dishonor’ do not refer to the use that is made of these utensils, some being intended for noble, some for ignoble use. Nothing is said about their use, for this is not the point; the one and only point is preciousness, some utensils being so precious as never to be thrown away, some so cheap as to be readily thrown away.” (= ‘Untuk kehormatan’ dan ‘untuk ketidak-hormatan’ tidak menunjuk pada penggunaan yang dibuat oleh peralatan-peralatan ini, sebagian dimaksudkan untuk penggunaan yang mulia, sebagian untuk penggunaan yang tidak mulia. Tak ada apapun dikatakan tentang penggunaan mereka, karena ini bukanlah tujuannya; satu-satunya tujuan adalah keberhargaannya, sebagian peralatan begitu berharga sehingga tidak pernah dibuang, sebagian begitu murah sehingga siap untuk dibuang.).

Adam Clarke: “As the foundation of God refers to God’s building, i.e. the whole system of Christianity, so here the great house is to be understood of the same; and the different kinds of vessels mean the different teachers, as well as the different kinds of members. In this sacred house at Ephesus there were vessels of gold and silver - eminent, holy, sincere, and useful teachers and members, and also vessels of wood and of earth - false and heretical teachers, such as Hymeneus and Philetus, and their followers.” (= Sebagaimana fondasi Allah menunjuk pada bangunan Allah, yaitu seluruh sistim kekristenan, begitu juga di sini rumah yang besar harus dimengerti berkenaan dengan hal yang sama; dan jenis-jenis yang berbeda dari peralatan-peralatan berarti guru-guru / pengajar-pengajar yang berbeda-beda, maupun jenis-jenis yang berbeda-beda dari anggota-anggota. Dalam rumah yang keramat di Efesus ini di sana ada peralatan-peralatan dari emas dan perak - guru-guru / pengajar-pengajar dan anggota-anggota yang menonjol, kudus, sungguh-sungguh / tulus, dan juga peralatan-peralatan dari kayu dan tanah - guru-guru / pengajar-pengajar palsu dan sesat, seperti Himeneus dan Filetus, dan pengikut-pengikut mereka.).

Kalau Adam Clarke menafsirkan bahwa kata-kata itu bukan hanya menunjuk kepada anggota-anggota gereja, tetapi juga kepada guru-guru / pengajar-pengajar, maka John Stott bahkan menafsirkan bahwa kata-kata ini HANYA menunjuk kepada guru-guru / pengajar-pengajar.

John Stott: “From this usage I think we would be justified in concluding that the two sets of vessels in the great house (gold and silver for noble use, wood and earthenware for ignoble) represent not genuine and spurious members of the church but true and false teachers in the church. Paul is still, in fact, referring to the two sets of teachers he has contrasted in the previous paragraph, the authentic like Timothy and the bogus like Hymenaeus and Alexander. The only difference is that he changes the metaphor from good and bad workmen to noble and ignoble vessels.” [= Dari penggunaan ini saya berpikir bahwa kita akan dibenarkan dalam menyimpulkan bahwa dua set peralatan dalam rumah yang besar (emas dan perak untuk penggunaan yang mulia, kayu dan tanah untuk penggunaan yang tidak mulia) mewakili bukan anggota-anggota yang asli dan palsu dari gereja tetapi guru-guru / pengajar-pengajar yang sejati dan palsu dalam gereja. Paulus sebetulnya tetap menunjuk kepada dua set guru-guru / pengajar-pengajar yang telah ia kontraskan dalam paragraf sebelumnya, yang asli seperti Timotius dan yang gadungan / palsu seperti Himeneus dan Aleksander. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa ia mengubah kiasannya dari pekerja-pekerja yang baik dan jahat menjadi peralatan-peralatan yang mulia dan tidak mulia.].

Catatan: saya tak mengerti bagaimana Aleksander muncul di sini. Yang muncul dalam 2Timotius 2:17 adalah Filetus. Aleksander muncul dalam 1Timotius 1:20 dan 2Timotius 4:14.

Matthew Henry: “There are some professors of religion that are like the vessels of wood and earth, they are vessels of dishonour. But at the same time all are not vessels of dishonour; there are ‘vessels of gold and silver,’ vessels of honour, ‘that are sanctified and meet for the Master’s use.’ When we are discouraged by the badness of some, we must encourage ourselves by the consideration of the goodness of others.” (= Di sana ada sebagian pengaku-pengaku agama yang adalah seperti peralatan-peralatan dari kayu dan tanah, mereka adalah peralatan-peralatan dari ketidak-hormatan. Tetapi pada saat yang sama tidak semua adalah peralatan ketidak-hormatan; di sana ada ‘peralatan-peralatan dari emas dan perak’, peralatan-peralatan kehormatan, ‘yang dikuduskan dan cocok untuk penggunaan sang Tuan’. Pada waktu kita kecil hati karena keburukan dari beberapa orang, kita harus menguatkan diri kita sendiri oleh pertimbangan dari kebaikan dari orang-orang lain.).

Penerapan: jangan terus menyoroti orang-orang brengsek dalam gereja, itu akan membuat saudara kecil hati, bahkan mungkin saja lalu meniru kehidupan mereka.

Matius 24:12 - “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.”.

Lihatlah, pikirkanlah, dan tirulah kehidupan dari orang-orang yang saleh dalam gereja.
2 TIMOTIUS 2:19-21(HASIL DARI KEBENARAN)
2 Timotius 2: 21: “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”.

1) “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat,”.

Kata-kata ‘yang jahat’ ini sebetulnya tidak ada.

KJV: ‘from these’ (= dari ini).

RSV: ‘from what is ignoble’ (= dari apa yang tidak mulia).

NIV: ‘from the latter’ (= dari yang terakhir).

NASB: ‘from these things’ (= dari hal-hal ini).

Catatan: NASB menuliskan kata ‘things’ dengan huruf miring, yang menunjukkan kata itu sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya. Jadi, yang betul-betul hurufiah adalah terjemahan KJV.

Apa arti dari kata ‘these’ / ‘ini’ di sini? Ada penafsir-penafsir yang mengartikan ‘these’ / ‘ini’ sebagai menunjuk kepada guru-guru / pengajar-pengajar palsu yang dibicarakan dalam ayat-ayat sebelumnya, dan / atau menunjuk pada ajaran-ajaran sesat mereka. Tetapi jelas bahwa kejahatan dari guru-guru / pengajar-pengajar palsu itu tercakup sebagai hal-hal yang harus dihindari.

Bible Knowledge Commentary: “Paul then shifted the metaphor slightly to show how one can be an instrument for noble purposes, by cleansing himself from the ignoble vessels. The metaphor is somewhat mixed (one would usually think of cleansing from corruption, not cleansing from the corrupted vessels), but the apostle’s point is clear: Timothy was to have nothing to do with the false teachers. ... What is clean and set apart for special use can easily get contaminated and be rendered unusable through contact with the corrupt.” [= Paulus lalu menggeser kiasannya sedikit untuk menunjukkan bagaimana seseorang bisa menjadi suatu alat untuk tujuan yang mulia, dengan membersihkan dirinya sendiri dari peralatan-peralatan yang tidak mulia. Kiasannya agak tercampur (orang biasanya berpikir tentang pembersihan dari kejahatan, bukan pembersihan dari peralatan-peralatan yang jahat / rusak), tetapi maksud sang rasul adalah jelas: Timotius tidak boleh berurusan apapun dengan guru-guru / pengajar-pengajar palsu. ... Apa yang bersih dan dipisahkan untuk penggunaan khusus bisa dengan mudah terkontaminasi dan dijadikan tak bisa digunakan melalui kontak dengan yang jahat / rusak.].

Pulpit Commentary: “The idea, therefore, seems to be that of separation, and, if so, ‘from these’ may certainly mean from the false teachers described under the image of the vessels unto dishonour, as usually explained. At the same time, the image is better sustained if we understand ‘from these’ to mean the babblings, and ungodliness, and eating words of the heretics denounced. It is hardly natural to imply that one vessel in the house will become a golden vessel by purging itself from the wooden and earthen vessels. Neither is separation from the false teachers the point which St. Paul is here pressing, but avoidance of false doctrines.” (= Karena itu, gagasannya kelihatannya adalah tentang pemisahan, dan jika demikian, ‘dari ini’ pasti bisa berarti dari guru-guru / pengajar-pengajar palsu yang digambarkan di bawah gambaran dari peralatan-peralatan bagi ketidak-hormatan, seperti biasanya dijelaskan. Pada saat yang sama, gambaran itu disokong dengan lebih baik jika kita mengerti ‘dari ini’ sebagai berarti ocehan-ocehan, dan kejahatan, dan kata-kata yang merusak dari orang-orang sesat yang dicela. Hampir tidak wajar untuk mengatakan secara tak langsung bahwa satu peralatan dalam rumah akan menjadi suatu peralatan dari emas dengan menyucikan dirinya sendiri dari peralatan-peralatan dari kayu dan tanah. Juga pemisahan dari guru-guru / pengajar-pengajar palsu bukanlah maksud yang Santo Paulus tekankan di sini, tetapi penghindaran dari ajaran-ajaran yang salah / palsu.).

Barnes’ Notes: “‘If a man therefore purge himself from these, he shall be a vessel unto honour.’ ... The word ‘these’ refers, here, to the persons represented by the vessels of wood and of earth - the vessels made to dishonor, as mentioned in the previous verse (2 Tim 2:20). The idea is, that if one would preserve himself from the corrupting influence of such men, he would be fitted to be a vessel of honor, or to be employed in the most useful and honorable service in the cause of his Master.” [= ‘Jika seseorang menyucikan dirinya sendiri dari ini, ia akan menjadi suatu peralatan bagi kehormatan’. ... Kata ‘ini’ di sini menunjuk kepada orang-orang yang digambarkan dengan peralatan-peralatan dari kayu dan tanah - peralatan-peralatan yang dibuat bagi ketidak-hormatan, seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya (2Timotius 2:20). Gagasannya adalah, bahwa jika seseorang mau menjaga dirinya sendiri dari pengaruh merusak dari orang-orang seperti itu, ia akan jadi cocok untuk menjadi suatu peralatan kehormatan, atau untuk digunakan dalam pelayanan yang paling berguna dan terhormat dalam perkara Tuannya.].

John Stott: “The master of the house lays down only one condition. The vessels which he uses must be clean. His promise hinges on this. It is evident at once that some kind of self-purification is the indispensable condition of usefulness to Christ, but exactly what is it? The words ‘from what is ignoble’ are the RSV interpretation of APO TOUTŌN ‘from these’ (plural), and ‘these’ must refer back to the ‘vessels for ignoble use’ of the previous verse. In what sense, then, are we to purify ourselves from these? It cannot mean that we are to cut adrift from all nominal church members whom we suspect of being spurious, and secede from the visible church, for Jesus indicated in his parable that the weeds had been sown among the wheat and could not be successfully separated from them until the harvest. Besides, we have already seen that it is teachers rather than members who are indicated by the two sorts of vessels. This fact and the context suggest, therefore, that we are to hold ourselves aloof from the kind of false teachers who, like Hymenaeus and Philetus, both deny some fundamental of the gospel and (according to 1 Tim. 1:19, 20) have also violated their conscience and lapsed into some form of unrighteousness. But Paul’s condition is more radical even than this. What we are to avoid is not so much contact with such men as their error and their evil. To purify ourselves ‘from these’ is essentially to purge their falsehood from our minds and their wickedness from our hearts and lives. Purity, then - purity of doctrine and purity of life - is the essential condition of being serviceable to Christ.” [= Tuan dari rumah memberikan hanya satu syarat. Peralatan yang ia gunakan harus bersih. Janjinya bergantung pada ini. Segera terlihat dengan jelas bahwa sejenis pemurnian diri sendiri adalah syarat yang sangat diperlukan dari kebergunaan bagi Kristus, tetapi persisnya apakah itu? Kata-kata ‘dari apa yang tidak mulia’ adalah penafsiran RSV tentang APO TAUTON ‘dari ini’ (jamak), dan ‘ini’ harus menunjuk kembali kepada ‘peralatan-peralatan untuk penggunaan yang tidak mulia’ dari ayat sebelumnya. Lalu dalam arti apa kita harus memurnikan diri kita sendiri dari ini? Itu tidak bisa berarti bahwa kita harus memotong sehingga hanyut dari semua anggota-anggota gereja yang hanya namanya saja anggota gereja, yang kita curigai sebagai palsu, dan melepaskan / menarik diri dari gereja yang kelihatan, karena Yesus menyatakan dalam perumpamaanNya bahwa rumput liar / lalang telah ditaburkan di antara gandum dan tidak bisa secara sukses dipisahkan dari mereka sampai musim menuai. Disamping, kita telah melihat bahwa adalah guru-guru / pengajar-pengajar dan bukannya anggota-anggota yang ditunjukkan oleh dua jenis peralatan. Karena itu, fakta ini dan kontextnya mengusulkan / menganjurkan bahwa kita harus menahan diri kita sendiri jauh-jauh dari jenis guru-guru / pengajar-pengajar palsu yang, seperti Himeneus dan Filetus, keduanya menyangkal beberapa ajaran dasar dari injil dan (menurut 1Timotius 1:19,20) juga telah melanggar hati nurani mereka dan tergelincir ke dalam suatu bentuk ketidak-benaran. Tetapi syarat dari Paulus bahkan lebih radikal dari ini. Apa yang harus kita hindari bukanlah kontak dengan orang-orang seperti itu tetapi lebih pada kesalahan mereka dan kejahatan mereka. Memurnikan diri kita sendiri ‘dari ini’ secara hakiki adalah menyucikan kepalsuan / kesalahan mereka dari pikiran kita dan kejahatan mereka dari hati dan kehidupan kita. Maka, kemurnian - kemurnian ajaran dan kemurnian kehidupan - adalah syarat yang mutlak perlu dari keadaan berguna bagi Kristus.].
2 TIMOTIUS 2:19-21(HASIL DARI KEBENARAN)
William Hendriksen: “Close and intimate association with hypocrites may easily lead to moral and spiritual contamination (I Cor. 15:33; and see N.T.C. on II Thess. 3:14). The temptation to fall into this trap must be avoided. The sin of accepting the doctrines and/or of copying the example of such wicked men (whether the latter be thought of as still in the church or as already out of the church) must be avoided (cf. verse 19b); and if committed, must be confessed, and the evil must be overcome with good. Thus, a person must ‘effectively’ or ‘thoroughly’ cleanse himself ‘from these,’ that is, from evil men (‘utensils for dishonor’) and their defiling doctrines and practices; from such men as Hymenaeus and Philetus and their disciples, and from their false teachings and evil habits.” [= Persatuan / pergaulan yang dekat dan intim dengan orang-orang munafik bisa dengan mudah membimbing pada pencemaran moral dan rohani (1Kor 15:33; dan lihat N.T. C. tentang 2Tes 3:14). Pencobaan untuk jatuh pada jebakan ini harus dihindari. Dosa tentang penerimaan doktrin-doktrin dan / atau peniruan teladan dari orang-orang jahat seperti itu (apakah yang belakangan ini dianggap sebagai tetap dalam gereja atau sebagai telah ada di luar gereja) harus dihindari (bdk. ayat 19b); dan jika dilakukan, harus diakui, dan yang jahat harus dikalahkan dengan yang baik. Maka, seseorang harus ‘secara efektif’ atau ‘secara menyeluruh’ membersihkan dirinya sendiri ‘dari ini’, yaitu dari orang-orang jahat (‘peralatan-peralatan untuk ketidak-hormatan’) dan doktrin-doktrin dan praktek-praktek mereka yang merusak; dari orang-orang seperti Himeneus dan Filetus dan murid-murid mereka, dan dari ajaran-ajaran palsu dan kebiasaan-kebiasaan jahat mereka.].

1Korintus 15:33 - “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”.

2Tesalonika 3:14 - “Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,”.

Calvin: “here God explicitly states in what manner he wishes us to serve him, that is, by a religious and holy life.” (= di sini Allah secara explicit menyatakan dengan cara apa Ia ingin kita melayani Dia, yaitu dengan suatu kehidupan yang religius dan kudus.).

Jadi, Calvin menekankan pembuangan dosa / kejahatan. Dan ini cocok dengan kontext:

· Ay 19b: “‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

· Ay 22: “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”.

2) “ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”.

Apakah potongan kalimat ini menunjukkan bahwa orang bisa berubah dari perabot yang tidak mulia menjadi perabot yang mulia?

Lenski: “The condition is one of expectancy, for who would expect any person to turn himself from gold or silver into wood or earthenware? The application is left general: ‘if, then, anyone,’ for it applies to all true members of the church and not merely to Timothy. The illustration and the reality are interwoven so as to bring out the point. But this, of necessity, strains the illustration. In the case of lifeless household utensils it is the rule: once a thing of gold or of silver always a thing of gold or of silver, and this is, of course, also true with regard to things of wood or of earthenware. But that is not the case with regard to the living persons here illustrated. They may change from gold and silver to wood and earthenware, from genuine to mere outward church members. Illustrations must frequently be strained in this way: they only touch the reality, indicate it only in a weak way; they are on a poor, low plane, the reality on a far higher plane. We should, therefore, accept the strain and not force the reality down to the illustration or the illustration up to the reality.” (= Keadaannya adalah keadaan dari pengharapan, karena siapa akan mengharapkan siapapun untuk mengubah dirinya sendiri dari emas atau perak menjadi kayu atau tanah? Penerapannya dibiarkan umum: ‘maka, jika siapapun’, karena itu diterapkan kepada semua anggota-anggota sejati dari gereja dan bukan semata-mata kepada Timotius. Ilustrasi dan kenyataannya dijalin sehingga mengeluarkan / menghasilkan tujuannya. Tetapi ini harus memaksakan ilustrasinya. Dalam kasus dari peralatan-peralatan rumah yang tak bernyawa ini adalah peraturannya: sekali suatu benda dari emas atau perak, selalu suatu benda dari emas atau perak, dan tentu saja ini juga benar berkenaan dengan benda-benda dari kayu dan tanah. Tetapi itu bukan kasusnya berkenaan dengan orang-orang hidup yang di sini diilustrasikan. Mereka bisa berubah dari emas dan perak menjadi kayu dan tanah, dari anggota-anggota gereja yang sejati menjadi yang semata-mata lahiriah. Ilustrasi-ilustrasi sering harus dipaksa dengan cara ini: mereka hanya menyentuh kenyataannya, menunjukkannya hanya dengan cara yang lemah; mereka ada pada dataran yang miskin dan rendah, kenyataannya ada pada dataran yang jauh lebih tinggi. Karena itu, kita harus menerima pemaksaannya dan tidak memaksa kenyataannya turun pada ilustrasinya atau ilustrasinya naik pada kenyataannya.).

Saya tak setuju dengan Lenski dalam hal ini. Paulus memberikan kiasan tentang perabot-perabot dari emas, perak, kayu dan tanah di sini, bukan untuk mempersoalkan perubahan itu, apalagi mempersoalkan siapa penyebab dari perubahan itu.

Calvin: “There are many who misapply this passage, for the sake of proving that what Paul elsewhere (Romans 9:16) declares to belong ‘to God that sheweth mercy,’ is actually within the power of ‘him that willeth and him that runneth.’ This is exceedingly frivolous; for Paul does not here argue about the election of men, in order to shew what is the cause of it, as he does in the ninth chapter of the Epistle to the Romans (Romans 9); but only means that we are unlike wicked men, whom we perceive to have been born to their perdition. It is consequently foolish to draw an inference from these words, about the question whether it is in a man’s power to place himself in the number of the children of God, and to be the author of his own adoption.” [= Ada banyak yang menerapkan secara salah text ini, untuk membuktikan bahwa apa yang Paulus di tempat lain (Ro 9:16) nyatakan sebagai milik ‘dari Allah yang menunjukkan belas kasihan’, sebenarnya ada dalam kuasa dari ‘dia yang menghendaki dan dia yang berlari / berusaha’. Ini sangat sembrono; karena di sini Paulus tidak berargumentasi tentang pemilihan manusia, untuk menunjukkan apa penyebabnya, seperti yang ia lakukan dalam pasal ke sembilan dari Surat kepada Gereja Roma (Ro 9); tetapi hanya memaksudkan bahwa kita tidak seperti orang-orang jahat, yang kita mengerti sebagai telah dilahirkan untuk kebinasaan mereka. Karena itu adalah tolol untuk menarik suatu kesimpulan dari kata-kata ini, tentang pertanyaan apakah itu ada dalam kuasa manusia untuk menempatkan dirinya sendiri dalam kelompok dari anak-anak Allah, dan menjadi pencipta dari pengadopsiannya sendiri.].

Roma 9:16 - “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”.

KJV: ‘So then it is not of him that willeth, nor of him that runneth, but of God that sheweth mercy.’ (= Maka itu bukan dari dia yang menghendaki, ataupun dari dia yang berlari / berusaha, tetapi dari Allah yang menunjukkan belas kasihan).

Calvin: “Others, who infer from these words that free-will is sufficient for preparing a man, that he may be fit and qualified for obeying God, do not at first sight appear to be so absurd as the former, yet there is no solidity in what they advance. ... Beyond all controversy, we are called to holiness. But the question about the calling and duty of Christians is totally different from the question about their power or ability.” (= Orang-orang lain, yang menyimpulkan dari kata-kata ini bahwa kehendak bebas adalah cukup untuk mempersiapkan seseorang, supaya ia bisa cocok dan memenuhi syarat untuk mentaati Allah, pertama-tama tidak terlihat sebagai begitu menggelikan seperti yang terdahulu, tetapi di sana tidak ada kekuatan dalam apa yang mereka ajukan. ... Tak diragukan, kita dipanggil pada kekudusan. Tetapi pertanyaan tentang panggilan dan kewajiban orang-orang Kristen sama sekali berbeda dari pertanyaan tentang kuasa / kekuatan atau kemampuan mereka.).
Next Post Previous Post