2 TIMOTIUS 2:22-25 (8 KARAKTERISTIK HAMBA TUHAN)
2 Timotius 2:22-25 -2:22 Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan  dengan hati  yang murni. 2:23 Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,  2:24 sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar  2 Timotius 2:25 dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran.
Karakteristik merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang tidak sama dengan orang lain. Sebagai seorang hamba Tuhan dan pemimpin rohani haruslah memiliki karakteristik seperti Kristus dalam melakukan pelayanan bersama dengan pelayan lainnya dan berelasi dengan mereka dalam bentuk kerja sama yang baik. 
Ada 8 “Karakteristik hamba Tuhan” di 2 Timotius 2:22-25 yang harus diteladani, yaitu.
1.“Menjauhi Nafsu Orang Muda” (2 Timotius 2: 22) 
Kata Jauhilah , artinya lari, melarikan diri, menjauhi, hilang. Dalam TL memakai kata larikanlah. Kamus Besar Bahasa Indonesia jauhilah memiliki arti pergi  menghindari  supaya  jauh,  meninggalkan .  Arichea  dan  Hatton  dalam  bukunya mengatakan  bahwa  “kata  Jauhilah  juga  dapat  diterjemahkan  menjadi  “Hindarilah” . Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison mengatakan bahwa “…Jauhilah merupakan panggilan untuk memisahkan diri dari kumpulan orang jahat; atau dapat juga disebut sebagai panggilan untuk bersekutu dengan umat Allah dan mencari berbagai anugerah roh”. Artinya hamba Tuhan harus memisahkan diri dari perkumpulan orang jahat dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kata nafsu dalam bahasa Yunani evpiqumi,aj (ephitumias) artinya keinginan, hawa nafsu, hasrat, dengan kasus noun accusative feminine plural common menujukan kata benda yang menyatakan maksud (penderitaan) kepada orang banyak. Barclay mengatakan bahwa: “Nafsu yang dimaksud bukan hanya nafsu kedagingan melainkan termasuk di dalamnya  ketidak  sabaran,  penonjolan  diri,  menyukai  pertengkaran,  menyukai  sesuatu yang  baru”  .  Artinya  bahwa  nafsu  yang  dimaksud  ada  banyak  pengertian,  baik  itu berbicara tentang seks, ketamakan, cinta akan uang dan keserakahan akan sesuatu hal.
Orang  muda  dalam  bahasa  Yunani  newterika.j  (neoterikos)  dengan  kasus  Adjective normal  accusative  feminine  plural  no  degree  menunjukkan  kata  sifat  yang  ditujukan kepada semua orang tanpa terkecuali.
Dari frasa “jauhilah nafsu orang muda” adalah perintah keras yang Paulus perintahkan kepada Timotius sebagai hamba Tuhan  supaya selalu membatasi diri dan menyelamatkan  diri  dari  berbagai-bagai  kesenangan  orang  muda  yang  menyebabkan fikiran jahat yang sering timbul. Menjauhkan diri dari nafsu orang muda merupakan hal yang paling sukar untuk dilakukan oleh siapapun, sebab nafsu orang muda ini merupakan nafsu yang memiliki hasrat yang sangat tinggi yang ingin selalu dipenuhi. Sifat yang seperti itu terdapat di dalam diri setiap manusia. Oleh sebab itu, Timotius harus bisa mengendalikan setiap keinginan daging yang tinggi yang ada dalam dirinya di saat berhadapan dengan berbagai ancaman dan godaan yang membuat dirinya lupa akan Tuhan. “Mengejar Keadilan” (Ayat 22) 
Kata kejarlah dalam bahasa Yunani di,wke (dioko) mengejar, berlari, menganiaya, mengusir, mencari, dengan kasus verb imperative present active 2nd person singular (kata kerja yang menyatakan bahwa mengejar keadilan adalah suatu keharusan yang harus dimiliki oleh orang kedua tunggal). Versi KJV memakai kata follow after yang berarti setelah mengikuti. TL memakai kata tuntutlah. Kata kejarlah juga merupakan istilah yang  lebih  kuat  dari  pada  usahakanlah. Usaha  adalah  kegiatan  untuk  mengarahkan tenaga, fikiran untuk mencapai sesuatu maksud. 
Kata keadilan dalam bahasa Yunani dikaiosu,nhn (dikaiosune) artinya perbuatan benar, keadilan, ketentuan Allah, pembenaran, status atau hubungan yang benar, kewajiban agama,  pendermaan,  kehendakNya,  kebenaranNya,  dengan  kasus  noun  accusative feminine singular kata ini menunjukan kata benda yang menunjukkan sifat yang lembut ditunjukkan kepada orang pertama tunggal. Secara harafiahnya bahwa Timotius dituntut untuk mengejar kebenaran dan keadilan yang menjadi keharusan bagi Timotius sebagai hamba Tuhan.
2.“Kesetiaan” (2 Timotius 2: 22) 
Kata kesetiaan dalam bahasa Yunani pi,stin (Pistin) artinya kepercayaan, iman, kesetiaan,  agama,  ajaran  yang  diimani,  janji,  bukti ,  dengan  kasus  noun  accusative feminine singular.  Kata benda  yang menunjuk  kepada subjek  yang artinya “kesetiaan seseorang”. Kata pistin berasal dari kata pi,stij (pistis). Kata kerja meyakinkan, mempercayai,  mentaati,  menaruh  keyakinan,  percaya,  yakin  .  Secara  harafiah  bahwa Timotius harus menunjukkan kesetiaannya dan keyakinannya akan Tuhan, baik dalam iman, maupun dalam menjalin sebuah relationship terhadap sahabat, dalam pelayanan, kepada tuan dan dalam kehambaan. 
3.“Hidup Dalam Kasih” (1 Timotius 2: 22) 
Kata kasih dalam bahasa Yunani avga,phn (agapen) dari kata dasar avga,ph (agape) yang artinya kasih, perjamuan kasih, dalam kasus noun accusative feminine singular. Kata benda yang tertuju kepada orang pertama tunggal seperti sifat perempuan pada umumnya. Sedangkan singular adalah kata yang menunjuk kepada objek. Dalam KJV memakai kata charity yang artinya kemurahan hati tanpa balas. Dalam Perjanjian Baru, kata yang paling umum digunakan untuk kata kasih adalah agape. Palmer menjelaskan bahwa “kasih berarti yang paling tinggi dan yang paling mulia, terjemahan ini cenderung diambil dari LXX yang menggambarkan kasih Allah kepada manusia dan kasih manusia kepada sesamanya. Artinya bahwa kasih lebih tinggi dari pada karakter lainnya yang berhubungan dengan Allah dan sesama. 
Moulton  menggunakan  kata  “agape  yaitu  Love  kindly  concern,  devotedness” artinya kasih, baik/ramah, peduli, sangat setia, sangat penyayang. Zodhiates mengartikan kata ini secara harafiah berarti “To love, affectionate, good will, benevolence”, artinya untuk cinta, kehendak baik, kebajikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kasih artinya beri; memberi, perasaan sayang, cinta33.
Barclay mengatakan:mengasihi orang lain adalah memandang mereka seperti Allah memandang mereka. Ia tidak melakukan apapun kecuali mencari hal terbaik bagi mereka. Itu berarti membalas kebencian dengan pengampunan, membalas dendam dengan kasih, membalas sikap acuh tidak acuh dengan perhatian menyala yang tidak dapat dipadamkan. Artinya bahwa kasih yang dimiliki adalah kasih yang tidak pernah memandang status seperti Allah dan tidak membalas kejahatan.
Browning dalam bukunya mengatakan:Dalam surat-surat Rasul Paulus kasih dengan iman dan pengharapan (1Korintus 13:13) sebagai karunia Roh Kudus. Kasih itu bukan kasih usaha manusia dan oleh karena itu bukan alasan untuk membanggakan diri (1Korintus 13:4), pengorbanan Kristus di kayu salib adalah tanda tertinggi dari kasih Allah (Roma 8:39). Oleh karena itu gaya hidup orang Kristen harus berteladan kepadaNya. Artinya bahwa kasih yang dimiliki oleh manusia berasal dari Allah melalui kematianNya di atas kayu salib.
Brill mengatakan “kasih seperti kasih terhadap saudara sendiri adalah dasar dan kegenapan kehidupan Kristen. Kasih juga menjadi dasar segala hubungan sosial. Jikalau seseorang mempunyai kasih sedemikian, tentu ia akan berusaha supaya ia tidak menjadi beban bagi orang lain36. Artinya bahwa manusia yang memiliki kasih bisa menempatkan diri dimanapun berada dan bisa menjalin relationship dengan semua orang serta tidak menjadi beban bagi orang lain. 
Barclay juga mendukung pernyataan Brill bahwa Kasih adalah kasih persaudaraan, kasih kepada persekutuan umat Kristus yang kepadanya Timotius diutus. Sifat kasih yang seperti inilah yang memberikan kualitas kepada seorang hamba Tuhan, ia harus mengasihi orang lain sedemikian rupa sehingga tidak perlu adakesulitan yang terlalu berat untuk diatasi demi mereka atau tidak ada situasi mengancam yang membuatnya patah semangat. Tidak seorangpun hamba Tuhan bisa melayani dengan baik tanpa ada kasih di dalam hatinya. Artinya bahwa kasih yang tertanam dalam diri akan menunjukkan kualitas hidup sebagai hamba Tuhan, sebab dalam pelayanan yang dibutuhkan adalah kasih.   Jadi penulis menarik sebuah kesimpulannya bahwa Timotius dalam pelayanannya harus memiliki kasih sebagai penunjuk kualitas diri yang mengasihi
Allah dan manusia tanpa memandang status, serta bisa menempatkan diri dan membawa dampak yang baik dimanapun berada. 
4.“Tidak Boleh Bertengkar” (2 Timotius 2: 24) 
Kata Tidak dalam bahasa Yunani ouv  (ou) artinya tidak, bukan, jahat, particle or disjunctif part other. Kata boleh dalam bahasa Yunani dei/ (dei) dalam bentuk verb indicative  present  active  3rd  person  singular  ,  yang  artinya  mengharuskan,  perlu, seharusnya. Kata bertengkar dalam bahasa Yunani ma,cesqai machomai artinya bertengkar, berkelahi  ,  verb  infinitive  present  middle.  Kata  bertengkar  berupa  kata  kerja  dari “pertengkaran” pada ayat sebelumnya dan digunakan dalam arti yang jelek. Kata tidak bertengkar dalam bahasa inggris not quarrelsome (tdk suka bertengkar) . 
Dalam BIS orang yang bekerja buat Tuhan tidak patut bertengkar. Dalam FAYH memakai kata umat Allah    hendaknya    jangan    suka    bertengkar.    “Bukan    pemarah”    dalam    bahasaYunani mh  plh,kthj (me plektes), yang berarti bukan pemarah, kasar atau suka bertengkar. Kata plh,kthj (plektes) adalah kata benda yang menggambarkan sifat orang yang cepat marah dan yang tidak ragu-ragu menggunakan kekerasan terhadap orang yang mengganggunya atau orang kontroversial, petarung. Jadi mh, plh,kthj (me plektes) artinya orang  yang  bukan  pemarah  melainkan  peramah,  sabar  atau  cermat  dan  tidak  sukabertengkar. Secara harafiah sebagai umat Allah dan pekerja Kristus jangan yang suka bertengar, kasar dan cepat marah.
Henry mengatakan bahwa “Hamba Tuhan yang cenderung suka bertengkar tidak cakap mengajar, mereka garang dan tidak taat. Tetapi hamba Tuhan harus sabar dalam menghadapi kejahatan dan dapat menuntun orang yang tunduk maupun yang suka melawan” .  Artinya  bahwa  hamba  Tuhan  yang  suka  bertengkar  tidak  bisa  menegur kesalahan orang lain. Houston dalam bukunya mendukung pernyataan Henry   bahwa: “cara hidup seorang hamba Tuhan harus mencerminkan kebenaran yang diperkatakan. 
Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar atau berkelahi, melainkan harus berpegang pada kebenaran dengan lemah-lembut dan penuh kasih”. Artinya bahwa seorang hamba Tuhan harus berpegang pada setiap ajaran yang disampaikannya (integritas). Jadi penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa sebagai umat Tuhan dan Timotius sebagai pelayan Tuhan dilarang keras untuk bertengkar. Sebab pertengkaran tidak mengerjakan apa yang baik dan tidak bisa menegur kesalahan orang lain.
5.“Ramah Terhadap Orang lain” (2 Timotius 2: 24) 
Kata ramah dalam bahasa Yunani  h;pion  (epion) artinya lemah lembut dengan kasus  adjective  normal  accusative  masculine  singular  no  degree .  Kata  sifat  yang menunjukkan sebuah perintah keras kepada semua orang. Dalam ENDE memakai kata baik hati. Dalam versi TL memakai kata manis. Kata Orang lain dalam bahasa Yunani pa,ntaj (pantas) artinya semua, seluruh, setiap, apa saja, siapa saja, segala, segala dapat, berarti sangat, dengan kasus adjective indefinite accusative masculine plural no degree. Kata sifat yang ditunjukkan kepada semua orang tanpa terkecuali. Dalam versi NKJV memakai kata to all artinya semua orang. sedangkan arti semua orang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sekalian, segala, semuanya, sekalian, segenap, segala-galanya. Secara harafiah bahwa Timotius harus menunjukkan karakter ramah yang berasal dari hati dan menunjukkannya dengan manis kepada semua orang. 
6.“Cakap Mengajar” (2 Timotius 2: 24) 
Kata cakap mengajar dalam bahasa Yunani didaktiko,s (didaktikos) artinya yang pandai  mengajar,  dengan  kasus  adjective  normal  accusative  masculine  singular  no degree. Ini menunjukkan suatu kata sifat yang ditunjukan kepada objek berarti mampu mengajar, pandai mengajar atau memiliki kemampuan, kemahiran dan kepandaian dalam pengajaran. KJV memakai kata “apt to teach”. Apt artinya tangkas, cerdas dan teach artinya mengajar, mengajarkan, menghajar. FAYH memakai kata sabar mengajar orang- orang yang salah. ENDE memakai kata sabar dalam segala kesukaran. BIS mengajar orang dengan baik. Secara harafiah artinya bahwa  Timotius harus pandain mengajar orang-orang yang  berbuat  salah  dengan  baik  dan  penuh  kesabaran  baik  itu  dalam  keadaan  sukar maupun suka.
Barclay mengatakan bahwa “mungkin diantara hamba Tuhan ada yang memiliki karunia mengajar dan ada pula yang tidak memiliki untuk mengajar atau menjelaskan imannya. Namun sekalipun tidak memiliki karunia untuk mengajar, ia mampu bersaksi mengenai kuasa Injil yang hidup”. Artinya bahwa mengajar memang tidak diharuskan karena tidak semua hamba Tuhan memiliki karunia mengajar. Namun hamba Tuhan harus bisa menyaksikan Injil Kristus melalui kesaksian hidupnya. 
Guthrie mengatakan:Paulus memfokuskan perhatiaannya kepada orang-orang yang memegang jabatan harus menunjukkan  teladan  yang baik  bagi  orang  lain. Mereka harus pandai mengajar, karena peranan mereka adalah untuk meneruskan apa yang telah diajarkan kepada mereka sendiri (2 Timotius 2:2)”.Artinya bahwa setiap orang yang menjadi pekerja Kristus harus bisa mengajarkan Injil Kristus kembali kepada semua orang dan bisa mempertangungjawabkannya. 
Barclay menekankan kembali:Para pengajar haruslah orang yang dapat dipercaya. Kata Yunani untuk dapat dipercaya pistos. Orang yang pistos adalah orang yang percaya, setia dan dapat diandalkan. Hati pengajar hamba Tuhan hendaklah tetap tinggal di dalam Kristus sehingga tidak ada ancaman atau bahaya yang akan memikat dirinya dari jalan kesetiaan dan tidak ada bujukan ajaran sesat yang akan menyesatkan dari jalan kebenaran. Ia harus teguh baik dalam hidup maupun dalam fikirannya.Artinya bahwa Timotius sebagai pengajar harus dapat dipercaya, diandalkan serta setia dalam dalam Injil Kristus.
Dari pembahasan di atas  maka penulis menarik sebuah kesimpulan  bahwa Paulus mempercayakan tugas mengajar ini kepada para pemimpin jemaat yaitu Timotius sebagai hamba Tuhan harus bisa mengajarkan Injil Kristus kepada orang Kristen maupun non- Kristen, harus bisa menyatakan dan membuktikan berbagai kesalahan ajaran sesat dan menjadi pengajar yang bisa dipercaya (2 Timotius 2:24, 1 Timotius 5:17). 
7.“Sabar” (2 Timotius 2: 24) 
Kata kesabaran dalam bahasa Yunani makrothumia  (makrothumia) (ditunjukkan terhadap orang lain) yang memiliki arti to be slow towards, be long enduring, to exersice patience, be long suffering, wait with patient expectation, artinya menjadi lambat, tahan lama,  melatih  kesabaran,  menderita  lama,  menunggu  dengan  harapan  pasien.  Kata kesabaran berasal dari kata sabar dalam bahasa Yunani avnexi,kakon (anexikakos) artinya yang menanggung perlakuan jahat tanpa kebencian berarti sabar, dalam bentuk adjective accusative masculine singular no degree. Kata sifat yang dimiliki tanpa batas. kata sabar dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  artinya  tahan  menghadapi  cobaan  (tidak  lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati), tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu. Secara harafiahnya bahwa Timotius harus memiliki karakter sabar dan tahan terhadap apapun cobaan dan penderitaan yang dihadapi dan tidak cepat putus asa serta cepat marah.
Kesimpulannya bahwa Timotius dalam menghadapi berbagai godaan, Timotius harus memiliki kesabaran  yang tanpa batas  yang tidak cepat marah dan tidak pernah menaruh kebencian terhadap orang yang membuat sakit hati. 
8.“Lemah Lembut” (2 Timotius 2: 25) 
Kata “Lemah lembut” dalam bahasa Yunani pra|o,thti (prauten) dengan kasus noun dative  feminine  singular ,  yang  artinya  kelemah  lembutan,  rendah  hati.  Kata  yang menujuk kepada subjek yang artinya seseorang yang memiliki sifat yang lemah-lembut. 
Henry dalam bukunya menegaskan bahwa; kelemah-lembutan juga dilakukan terhadap orang-orang yang telah membangkitkan kemarahan, atau dengan cara apapun menyakiti.   tidak boleh terseret dalam kemarahan karena tidak pantas marah, dihina dan diabaikan, tetapi justru harus bijaksana membungkam marah sendiri dan sabar menanggung amarah orang lain.Artinya hamba Tuhan harus bisa mengontrol amarah dan menguasai diri jika berhadapan  dengan  orang-orang  yang suka membangkitkan  amarah  serta bisa  berlaku sabar. 
Brien memberikan pendapat yang sama bahwa “orang yang lemah lembut adalah orang yang penuh pertimbangan untuk orang lain dan kemauan untuk membebaskan orang lain”  . 
Dunn  juga  menegaskan  bahwa  “kelemah-lembutan  adalah  kekuatan  yang memungkinkan   bisa bertemu dengan orang yang sedang konflik dengan orang lain”. Rasul Paulus mencantumkan kelemah-lembutan dalam uraiannya tentang ”buah roh”, yang terdapat di Galatia 5:22, 23. Kata Yunani yang diterjemahkan ”kelemah-lembutan” di ayat 23 dalam Terjemahan  Dunia  Baru sering  kali  diterjemahkan  ”kelembutan  hati”  atau”kelembutan” dalam terjemahan-terjemahan Alkitab lainnya. Sebenarnya, sulit untuk menemukan kata yang persis sepadan dengan kata Yunani ini dalam kebanyakan bahasa lainnya, karena ungkapan aslinya menggambarkan, bukan sifat lembut, sopan, dan penuh kesabaran yang tampak dari luar, melainkan sifat lemah lembut dan penuh timbang rasa di dalam diri seseorang; bukan cara seseorang berperilaku, melainkan kondisi fikiran dan hatinya. Kelemah-lembutan berkaitan erat dengan ’kerendahan hati’. Sebaliknya, keangkuhan   membuat   seseorang   suka   meninggikan   diri   dan   bisa   jadi   sering memperlakukan orang lain secara kasar dan tidak berperasaan.
Kesimpulannya ialah bahwa kelemah-lembutan tidak hanya tertuju pada sifat yang sopan yang tampak diluar diri melainkan lemah-lembut mencakup kerendahan hati yang terpancar dari dalam hati.
PENJELASAN
Pada bagian ini penulis akan membahas beberapa kajian teologis tentang “karakteristik seorang hamba Tuhan terhadap orang lain” berdasarkan 2 Timotius 2:22-25 sesuai dengan kajian eksegetis di atas. 
“Menjauhi Nafsu Orang Muda” 
Menjauhi nafsu orang muda merupakan kehendak Tuhan dalam kehidupan setiap orang percaya dan terlebih dalam kehidupan hamba Tuhan. Untuk menjauhi nafsu orang muda harus menjaganya sesuai dengan Firman Tuhan (Mazmur 109:1). Nafsu orang muda yang dimaksud ialah nafsu yang bertentangan dengan firman Tuhan dan dengan buah Roh Kudus karena nafsu orang muda selalu berujung pada sifat dosa dan kebodohan menurut Alkitab. Macam-macam nafsu orang muda ialah percabulan, kenajisan, hawa nafsu, keserakahan yang sama dengan penyembah berhala (Kolose 3:5) dan cinta akan uang (1Timotius 6:10).
Dalam pembahasa menjauhi nafsu orang muda ini, Usman dan Ishak memberikan pengertian tentang apa itu hawa nafsu. Hawa nafsu terdiri dari dua kata yaitu hawa artinya keinginan,  kecenderungan  atau  keinginan  hati  yang  kuat,  sangat  cinta,  kehendak. Sedangkan nafsu artinya roh nyawa, jiwa, tubuh, kehendak, niat, selera dan usaha. Jadi hawa  nafsu  artinya  dorongan  hati  yang  kuat  untuk  melakukan  perkara  yang  tidak baik. Artinya bahwa hawa nafsu merupakan sebuah keinginan yang ada dalam tubuh manusia dan keinginan yang sangat kuat untuk memenuhi nafsu tersebut sehingga menimbulkan karakter yang tidak baik.
Definisi  nafsu menurut  Alkitab  ialah  hasrat  atau  keinginan seksual  yang tidak menghormati dan menolak Allah serta Roh Kudus dalam kehidupannya (1 Tesalonika 4:1-8). “Menjauhi nafsu orang muda”, hal ini juga didukung oleh Budiman dalam bukunya bahwa; “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda artinya janganlah Timotius dikuasai hawa nafsu orang muda, yang berwujud tidak dapat mengendalikan diri, lekas naik pitam, terlalu cepat memberikan reaksi. Sifat-sifat seperti ini mudah timbul bila Timotius berhadapan dengan  lawan-lawannya” .  Artinya  bahwa  hamba  Tuhan  harus  bisa  menjauhi  dan meninggalkan   nafsu   orang   muda.   Sebab   nafsu   orang   muda   sangat   sukar   untuk dikendalikan oleh siapapun.
Jadi dari kajian menjauhi nafsu orang muda penulis menarik kesimpulan bahwa sebagai hamba Tuhan harus memiliki karakter yang mampu menjauhkan dan meninggalkan nafsu orang muda. Nafsu yang sangat sukar untuk dikendalikan, yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang menolak Tuhan serta menolak Roh Kudus dan akhirnya berujung pada dosa. 
“Mengejar Keadilan” 
Seorang hamba Tuhan harus memiliki karakter adil yang tidak memihak ke pada siapa-siapa. Namun bagaimana memiliki karakter adil tersebut yaitu harus dengan latihan untuk selalu berlaku adil terhadap siapapun, meneladani Tuhan Yesus dan belajar dari kebenaran firman Tuhan. Karakter adil sangat diharapkan dalam kehidupan hamba Tuhan, karena jaman sekarang ini keadilan jarang ditemukan, sebab bagi kebanyakan manusia menganggap bahwa keadilan bisa dibeli dengan uang atau sogokan. Jadi dalam hal ini hamba Tuhan diharuskan untuk memiliki karakter adil tersebut, untuk menjadi teladan bagi semua orang. 
Kata keadilan berasal dari kata adil, dari bahasa Arab  yang berarti “berada di tengah-tengah, jujur lurus dan tulus”. Terminology/pengertian kata adil berarti suatu sikap yang bebas dari deskriminasi (perlakuan tidak adil) dan ketidak jujuran. Jadi, orang yang adil adalah orang yang perilakunya sesuai peraturan/hukum, baik hukum agama, hukum positif   (hukum   Negara),   maupun   hukum   social   yang   berlaku  .   Artinya   bahwa keadilan/adil  yaitu  tidak  menyimpang ke kanan  ataupun ke kiri,  melainkan  berada di tengah-tengah dan tidak berat sebelah, memperlakukan orang lain sesuai dengan hukum yang berlaku.
Seorang hamba Tuhan harus memiliki karakter yang mengejar keadilan, ia tidak memihak atau berat sebelah dalam mengambil keputusan ketika terjadi sesuatu hal dan betul-betul berpegang pada kebenaran, sehingga tidak memberikan keputusan sesuka hati. Seorang yang mampu memperlakukan dua pihak atau lebih yang sedang dihadapi dengan tidak berat sebelah tetapi adil. Memperlakukan kedua belah pihak sesuai dengan hak dan tanggung jawab mereka. Artinya bahwa seorang hamba Tuhan yang suka mengejar keadilan tidak akan bersikap sewenang-wenang dalam mengambil keputusan.
Seorang hamba Tuhan harus memiliki karakter yang mengejar keadilan, ia tidak memihak atau berat sebelah dalam mengambil keputusan ketika terjadi sesuatu hal dan betul-betul berpegang pada kebenaran, sehingga tidak memberikan keputusan sesuka hati. Seorang yang mampu memperlakukan dua pihak atau lebih yang sedang dihadapi dengan tidak berat sebelah tetapi adil. Memperlakukan kedua belah pihak sesuai dengan hak dan tanggung jawab mereka. Artinya bahwa seorang hamba Tuhan yang suka mengejar keadilan tidak akan bersikap sewenang-wenang dalam mengambil keputusan.
Hamba Tuhan yang berkarakter adil, dalam hidupnya dan kepemimpinannya tidak akan berlaku sewenang-wenang, tidak berat sebelah, melainkan tetap berpegang pada yang benar,  karena  ia  berpegang  pada  prinsip  kebenaran  .  Artinya  bahwa  ketika  hamba Tuhan/pemimpin berpegang pada prinsip hukum yang berlaku dan kebenaran Tuhan, maka ia tidak akan sewenang-wenang dalam mengambil keputusan dan bahkan tidak memihak serta tidak memandang muka. Melainkan memberlakukan keadilan sesuai jalur kebenaran. 
Tulus. Tu’u mengatakan:Pemimpin akan dapat hidup, bersikap dan berperilaku adil, kalau ia mengarahkan hidupnya pada Tuhan. Sebab Tuhanlah sumber keadilan baginya. Tuhan Allah adalah hakim yang adil, Tuhan itu adil dalam segala jalan   dan   perbuatan-Nya.   Tuhan   adalah  Allah   yang  adil   (Mazmur 7:12;145:17;Yesaya.30:18). Dengan hidup yang terarah pada Tuhan, maka keadilan yang dari sorga akan mengisi hati dan fikiran serta hidup pemimpin.Artinya bahwa hamba Tuhan yang hidupnya berpegang pada kebenaran Tuhan yang sumber keadilan dan kebenaran, maka kehidupannya akan terarah dan karakter adil dari sorga akan dimiliki.
Karakter adil dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, memiliki kebenaran moral dan keadilan dalam menangani persoalan, dengan memberikan kepada semua orang apa  yang seharusnya juga merupakan hal  yang  sangat penting . 
Ranoh mengatakan bahwa “keadilan juga merupakan  prinsip etis”. Artinya bahwa keadilan merupakan nilai moral yang baik.
Penulis menyimpulkan bahwa seorang hamba Tuhan harus mengejar keadilan dan hidup dalam keadilan serta menjadikan gaya hidup. Supaya menjadi hamba Tuhan yang tidak  berat  sebelah  dan  tidak  memandang  muka  serta  berlaku  sewenang-wenang. Melainkan menjadi hamba Tuhan yang berkarakter mengejar keadilan dan mengarahkan hidupnya dalam kebenaran Tuhan serta meneladani keadilan yang telah Tuhan berikan serta bisa menjadi teladan di manapun berada. 
“Kesetiaan” 
Kesetiaan salah satu karakter baik yang ada dalam diri setiap manusia, namun tidak semua manusi bisa setia terhadap sesuatu hal. Kesetiaan hal yang sangat berharga dan penting  untuk  dijaga  guna  untuk  mencapai  tujuan  bersama  dengan  baik.  kesetiaan dilakukan terhadap  siapapun dan  dalam  kondisi apapun.  Kesetiaan merupakan  sebuah komitmen dan pengorbanan. Jika dalam hidup tidak tertanam kesetiaan maka kebahagiaan akan jauh dalam diri (Yakobus 1:8). Kesetiaan bagian dari karakter Allah (Ibrani 13:5; 2 Timotius 2:13).
Dalam hal ini kesetiaan menurut Barclay bahwa: “Hamba Tuhan hendaklah selalu benar dan  setia kepada  Yesus  Kristus.  Hamba  Tuhan  tidak  boleh malu  menunjukkan siapakah dirinya dan siapa yang dilayaninya. Kesetiaan merupakan kebajikan tertua dan terpenting di dunia”. Artinya bahwa orang yang memiliki kesetiaan berani menunjukkan identitas dirinya sebagai hamba Tuhan dan pencintraan sebagai hamba Tuhan melalui pengkabaran Inil. 
Kesetiaan  ialah  ketaatan  kepada  Kristus,  ketaatan  yang  dapat  dilakukan,  tidak peduli apapun akibatnya. Kesetiaan juga berbicara tentang iman, seperti yang dikatakan oleh Tulus Tu’u dalam bukunya “iman berarti kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan. Yang artinya Tuhan yang telah menolong dan menyelamatkan dirinya akan ditaatinya. Sehingga manusia akan setia memegang ajaran, pesan, amanat dan janji Tuhan. Kesetiaan dan ketaatan itu mewujud dalam dalam perilaku yang sesuai dengan ajaran, pesan, amanat dan janji Tuhan. sehingga ia menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan, bukan hanya pendengar saja . Artinya bahwa kesetiaan sangat penting bagi kehidupan seorang hamba Tuhan karena kesetiaan, karena kesetian kepada Kristus dan ajaran yang benar merupakan bukti dari iman kepada Kristus. Seorang hamba Tuhan juga tidak hanya memiliki karakter yang setia  dalam  membina  relationship  terhadap  orang  lain  dan  dalam  kondisi  apapun melainkan juga pada iman dapat diteladani.
Seorang hamba Tuhan perlu mendasari hidupnya pada iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Hamba Tuhan perlu secara nyata dilihat dan didengar  sebagai pemimpin rohani yang beriman kepada Tuhan. iman yang dimiliki adalah iman yang berbobot, bukan iman yang kosong dan mati. Oleh karena itu iman hamba Tuhan adalah iman akaliah (fikiran, akal) yang dikembangkan menjadi iman hatiah. Sehingga imannya adalah iman yang sungguh-sungguh  nampak  oleh  mata  dan  kedengaran  oleh  telinga  sesamanya.  Yakni terwujud dalam ketaatan dan kesetiaan pada Tuhan.
Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang hamba Tuhan harus memiliki karakter yang setia dalam pelayanan, relationship, setia memegang ajaran, pesan, amanat dan janji Tuhan. Kesetiaan dan ketaatan itu mewujud dalam dalam perilaku yang sesuai dengan ajaran sesuai Firman Tuhan, terutama kesetiaan kepada Tuhan. 
“Hidup Dalam Kasih” 
Kasih merupakan bagian buah Roh Kudus  yang jika diurutkan menjadi urutan pertama dari urutan yang lainnya (Galatia 5:22-23) dan kasih juga memiliki sifat yang sabar, tidak mudah marah, rendah hati (1 Korintus 13:4-8). Kasih merupakan karakter yang paling berharga dan utama dalam kehidupan setiap hamba Tuhan. Hidup dalam kasih adalah hidup yang hidup dalam Roh yang memiliki kerendahan hati, mudah minta maaf dan memafkan (mengampuni) dan hidup yang tidak berpihak serta tidak mengenal sakit hati dan balas dendam. Dalam hal mengasihi, kasih dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 
1.   Kasih yang tidak bersyarat/kasih Allah (Agape) 
2.   Kasih antara suami istri (Eros) 
3.   Kasih dalam hubungan keluarga (Storge) 
4.   Kasih sesama teman/persaudaraan (Phileo). 
Dari ke 4 bagian kasih tersebut, kasih yang sering dilakukan ialah kasih Eros, Storge dan Phileo dalam menjalin hubungan dengan sesama. Namun kasih Agape belum terdapat dalam diri hamba Tuhan, sebab kasih agape adalah kasih yang sempurna seperti Allah  mengasihi  manusia  tanpa  bersyarat,  penuh  pengampunan  dan  pengorbanan. Meskipun demikian kasih yang dituntut Tuhan dalam kehidupan hamba Tuhan ialah kasih agape.
Pengertian tentang kasih menurut Waharman dalam bukunya bahwa “kasih berasal dari kata avga,ph yang memiliki pengertian kasih yang menyangkut kepeduliaan. Kepeduliaan kepada mengasihi Tuhan dan mengusahakan kebaikan bagi orang lain”. Artinya bahwa hamba Tuhan harus memiliki karakter yang penuh kasih untuk menyatakan kepedulian kepada Tuhan dan orang lain. 
Kasih ini juga didukung oleh Nygren mengatakan bahwa “agape tidak memperhitungkan kualitas baik buruk sasaran, malah menciptakan nilai baru bagi kehidupan sasaran. Karena itu, agape bersifat kreatif. Kasih ini yang diperlihatkan oleh Allah dalam kematian Yesus demi pengampunan dan keselamatan dunia”.  Artinya kasih agape adalah kasih yang tidak melihat latar belakang yang dikasihi tetapi kasih agape mengasihi dengan tulus dan ikhlas seperti kasih Kristus dalam kehidupan manusia tanpa memandang tetapi mau berkorban bagi dunia.
Ranoh juga mengatakan “Kasih (agape) adalah prinsip utama etika Kristen. Agape yang dimaksud di sini ialah kasih agape yang bersumber dari hakikat Allah sendiri. Agape adalah kasih yang tidak mementingkan diri, tidak kenal pamrih, malahan motifnya adalah kesediaan untuk; kalau perlu berkorban demi mereka yang dikasihi”. Itu artinya hamba Tuhan yang memiliki karakter kasih tidak akan mementingkan dirinya sendiri tetapi orang lain juga dan bahkan rela berkorban. Ronda mengatakan: 
Seorang pemimpin harus mendesain kasih terhadap orang lain. Karena kasih   adalah   mandat   yang   diberikan   sebagai   murid   Kristus,   yaitu mengasihi  orang  lain  sebagaimana  kristus  telah  mengasihi  .  Kasih  itu secara ideal haruslah bersifat spontan dan tanpa syarat (unconditional). Suatu studi dibuktikan bahwa bentuk kasih itu harus didesain dan perlu kerja keras untuk mewujudkannya. Hal ini doalah yang menjadi kunci untuk dapat mengasihi”. 
Kasih itu seperti kasih terhadap saudara sendiri adalah dasar dan kegenapan kehidupan Kristen, kasih itu juga menjadi dasar segala hubungan sosial. Jikalau seseorang mempunyai kasih sedemikian, tentu ia akan berusaha supaya ia tidak menjadi beban bagi orang lain”. 
Msweli dan Crider mengatakan bahwa:Selain seorang hamba Tuhan mengasihi diri sendiri, hamba Tuhan juga harus mengasihi orang lain dengan kasih yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu tanpa memiliki kejenuhan karena melihat Karakter orang lain (1Korintus 13:1-8). Kasih tidak sekedar kasih yang dimiliki oleh seorang hamba Tuhan melainkan kasih yang penuh dengan kesabaran serta mampu menerima keadaan orang lain baik itu miskin maupun kaya (1 Korintus 13:4), mengasihi orang lain seperti mengasihi seorang anak. 
Mengasihi seorang anak bukan berarti membiarkan mereka untuk berkarakteristik dengan kemauan sendiri melainkan mengasihi dengan cara menuntun mereka ke arah yang benar (hidup sesuai firman Tuhan) dengan penuh kelembutan. Namun semuanya itu dapat dikerjakan oleh seorang hamba Tuhan  oleh  karena  kasih  anugerah  Allah  dan  pekerjaan  Roh  Kudus (Galatia 4:19; 1 Korintus 5:1-2; 1 Korintus 4:14; Roma 8:38-39).
Kasih adalah yang pertama dan terutama dari keempat kualitas Karakter dasar yang penting bagi seorang pemimpin rohani. Kasih adalah tanda yang dimiliki oleh semua pengikut Kristus (Yohanes 13:34-35), dan kualitas itulah yang terutama dari segalanya menurut Rasul Paulus (1 Korintus 13:13). Kasih yang tampak dalam kehidupan seorang pengikut Yesus Kristus, dinyatakan khususnya melalui ketaatan yang sempurna terhadap perintah Allah (Yohanes 14:15, 21). Selain itu, kasihlah yang muncul ketika orang lain gagal, membuat kecewa, atau berdosa kepada. Artinya bahwa kasih sebagai penutup kesalahan dan membawa sukacita.
Kesimpulannya ialah bahwa hamba Tuhan yang hidup dalam karakter kasih adalah hamba  Tuhan  yang  hidup  dalam  Roh,  sebab  kasih  bagian  dari  buah  Roh  Kudus  yang memiliki sifat sabar, tidak pemarah dan rendah hati. Kasih yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan sebagai orang yang hidup dalam Kristus ialah kasih agape yang tidak memiliki persyaratan melainkan  mengasihi  dengan  tulus  tanpa melihat  latar belakang orang  yang dikasihi ataupun status orang yang akan dikasihi, mudah mengampuni, tidak pendendam, serta tidak mudah sakit hati melainkan rela berkorban. 
“Tidak Boleh Bertengkar” 
Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, melainkan membawa dan hidup damai  dengan  orang lain,  baik  yang berkarakter baik  maupun  yang berkarakter tidak baik. Seperti  yang  diungkapkan  oleh  Blaiklock bahwa  “orang  yang  bisa  meninju  atau memukul hambanya tidak layak menjadi pekerja Kristen. Ia bukan penyombong yang suka berkelahi,  ia  bukanlah  jagoan  yang  angkuh  atau  cepat  membalas  dendam .  Artinya seorang hamba Tuhan haruslah orang yang hidup suka damai, penuh kerendahan hati dan menghargai orang lain serta bisa mengendalikan diri pada saat berkonflik dan senantiasa memiliki hati yang pendamai bukan pemarah.
Budiman menegaskan bahwa “seorang pengerja Kristus harus mampu berkomunikasi dengan, tidak boleh pemarah, atau gampang marah, melainkan seorang peramah, artinya baik hati dalam pergaulan. Janganlah ia suka berbantah-bantah melainkan bersifat pendamai (bdk Roma 12:18)” . Artinya sebagai seorang hamba Tuhan harus mampu membawa damai di manapun ia berada dan bahkan mampu mengendalikan diri sendiri disaat mengalami sebuah masalah. Sehingga dengan demikian dapat menghindari timbulnya pertengkaran. 
Jadi, tidak boleh bertengkar penulis simpulkan bahwa   sebagai seorang hamba Tuhan harus memiliki karakter yang suka akan kedamaian dan tidak suka membalas kejahatan dengan orang lain, sehingga dengan demikian mampu menghindari timbulnya konflik sehingga mengakibatkan pertengkaran. 
“Ramah Terhadap Semua Orang” 
Karakter ramah adalah karakter yang menunjukkan kualitas diri hamba Tuhan. Karakter ramah sangat diperlukan dalam membina hubungan dengan orang lain dan berdampak pada diri sendiri. Sebab orang yang memiliki karakter ramah akan banyak disukai dan akan diterima apa adanya dimanapun berada. Dalam hal ini karakter ramah terhadap semua orang didukung oleh Sosipater dalam bukunya mengatakan bahwa “syarat untuk menjadi seorang hamba adalah bukan pemarah melainkan peramah dan pendamai (1Timotius 3:3). Karena orang pemarah bisa menjadi penghalang untuk menginsyafi kebenaran serta tidak disukai oleh orang lain. 
Hamba Tuhan yang pemarah akan mudah bertengkar, Paulus dalam 2 Timotius 2:24,25 menegaskan, seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap orang lain, sabar dan lemah-lembut…”. Artinya bahwa menjadi seorang hamba Tuhan harus memiliki karakter yang ramah yang membawa kedamaian dan menginsyafkan orang.
Karakter yang ramah mencakup tata kesopan, murah senyum dan lemah-lembut. Karakter yang ramah akan mudah menjadi pendamai, berpotensi mengatasi orang yang memiliki kebiasaan keras atau pemarah, bagai  air memadamkan api.  Keramahan juga mendatangkan keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan manusia. Keharmonisan antar pendeta dengan umat di gereja. Keharmonisan diantara orang lain anggota gereja dan keharmonisan di dalam kehidupan keluarga. Keramahan harus dilakukan terhadap orang lain, bukan hanya kepada umat tertentu saja. Misalnya terhadap orang kaya, orang popular, orang yang punya jabatan gerejawi pusat, atau orang yang sukses saja. 
Terhadap yang miskin atau pembantu atau orang cerewet sekalipun juga mesti ramah. Ini konsekuensi dari seorang hamba Tuhan . Itu artinya keramahan harus ditunjukkan terhadap orang lain tanpa memilih-milih baik itu orang kaya, miskin, orang terpandang maupun tidak, orang baik maupun orang jahat, sebagai hamba Tuhan harus menujukkan keramahan. Budiman juga mengatakan bahwa:
Karakter ramah terhadap orang lain harus berlaku untuk setiap orang Kristen (Filipi 4:5; Kolose 4:6), apalagi seorang hamba Tuhan pekerja gereja, hamba Tuhan (1 Timotius 3:2, 3; Titus 3:2). Dalam hal ini sengaja dipakai  istilah  hamba  Tuhan  bukan  hamba  Kristus  atau  hamba  Allah. Sebab supaya pekerja gereja dapat belajar dan meneladani karakteristik hamba Tuhan (Yesaya 42:1-3; 53).Artinya  bahwa  karakter  yang  ramah  harus  dimiliki  oleh  setiap  orang  Kristen terlebih sebagai status pelayan atau hamba Tuhan harus memiliki karakter ramah yang patut dicontoh oleh orang lain.
Seorang yang memiliki karakter ramah pasti sopan dan lemah-lembut yang disertai murah senyum. Berbicara tentang karakter ramah, itu mendatangkan situasi dan kondisi yang harmonis dan hangat, bahkan firman Tuhan mengatakan perkataan yang ramah itu suci (Amsal 15:26). Artinya bahwa jika seseorang memiliki keramahan maka karakter sopan dan lemah-lembut itu akan muncul dengan sendirinya dan membawa kedamaian. 
Msweli dan Crider mengatakan:Seorang hamba Tuhan harus ramah dan bukan pemarah melainkan seperti seorang gembala domba yang baik tidak akan mencambuk domba- dombanya. Seorang hamba Tuhan juga harus menujukan keramahannya melalui perkataan dan tindakan yang lemah-lembut (1 Timotius 3:3; Titus 3:1-2;  1  Tesalonika  2:7).  Serta  memiliki  sifat  yang  mau  menerima pendapat orang lain, mendengar serta memperhatikan jika ada orang berbicara kepadanya (kerendahan hati). Ia juga memiliki karakteristik ramah, lemah-lembut apabila ia menunjukkan kesalahan orang lain serta berusaha menolong mereka dengan penuh sukacita.
Artinya bahwa seorang hamba Tuhan memiliki karakter ramah seperti karakter seorang hamba Tuhan yang bisa memberikan kenyamanan serta suka-menolong dengan penuh  sukacita.  Dari  penjelasan  di  atas  penulis  dapat  menyimpulkan  bahwa  seorang hamba  Tuhan  harus  memiliki  karakter  yang  ramah  terhadap  semua  orang.  Dengan demikian   ia   mampu   mengatasi   orang   yang   memiliki   karakter   keras   serta   dapat memadamkan amarah. Karakter ramah ini juga mendatangkan kedamaian serta keharmonisan dengan orang lain.
“Cakap Mengajar” 
Kecakapan/kepandaian merupakan sesuatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan dalam pengajaran terutama dalam menyampaikan Injil kebenaran firman Tuhan. Mengajar Alkitab adalah bagian yang penting dalam pelayanan Kristen  yang  sesungguhnya  dan  secara  mendalam  membicarakan  isi  Injil  Kristus . Artinya bahwa kepandaian dalam mengajar dan melatih Injil kepada semua orang merupakan tugas pelayanan yang sangat berharga. 
Dalam hal mengajar Tuhan Yesus adalah teladan dalam Alkitab mengenai kecakapan dalam mengajar, terutama dalam mengajarkan seluruh kebenaran Injil kepada murid-murid89 . Artinya bahwa Tuhan Yesuslah teladan  yang sangat baik  bagi hamba Tuhan dalam mengajarkan kebenaran firman Tuhan. Nainggolan mengatakan: 
Pandai mengajar merupakan tugas sebagai seorang hamba Tuhan sebagai orang yang mampu mengajarkan ajaran yang benar serta dapat membuktikan kesalahan berbagai ajaran sesat. Ungkapan ini digunakan lagi dalam 2 Timotius 2:24. Cara lain untuk mengungkapkannya ialah “mampu     mengajarkan      orang     percaya     dengan     baik”.     Kata mengajar διδάσκo (didasko), mengandung arti, mengabarkan, memanggil untuk mengambil keputusan menyapa orang dengan kehendak Allah bagimereka secara utuh.
Budiman juga mengatakan “seorang pekerja gereja harus cakap mengajar (bdk 1Timotius 3:2), kecakapan tidak hanya bersifat intelektual, melainkan harus juga nampak dalam karakter sabar dan lemah-lembut. Dengan karakter ini orang akan mencapai hasil yang lebih baik menuntun orang yang suka melawan dari pada dengan marah dan bertengkar. Artinya bahwa sebagai seorang hamba Tuhan juga harus memiliki karakter yang cakap/pandai mengajar kebenaran dengan baik serta dapat membuktikan berbagai kesalahan dalam ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Injil Kristus.
Paulus memfokuskan perhatiaannya kepada orang-orang yang memegang jabatan harus  menunjukkan  teladan  yang  baik  bagi  orang-orang  lain. Mereka  harus  pandai mengajar,  karena  peranan  mereka  adalah  untuk  meneruskan  apa  yang  telah  diajarkan kepada  mereka  sendiri  (2  Timotius 2:2)”  .  Artinya  bahwa  seorang  hamba  Tuhan  harus menunjukkan karakter yang baik dalam pengajar untuk meneruskan ajaran  yang telah diajarkan  sebelumnya.
Pengajaran tidak hanya dilakukan melalui khotbah-khotbah di depan umum, tetapi meliputi juga peneguran secara pribadi  . Mengajar tidak hanya bagaimana seseorang lancar dan fasih berbicara tetapi juga dengan sikap hidup. Seperti yang dikatakan oleh Tulus Tu’u dalam bukunya bahwa: Mengajar itu tidaklah hanya dilakukan denga kata-kata yang lancer dan fasih  seperti  seorang  guru  di  dalam  kelas.  Mengajar  dapat  dilakukan dengan cara hidup, cara berbuat, cara berperilaku. Pengajaran yang efektif dan paling kuat serta besar pengaruhnya adalah pengajaran melalui contoh atau teladan hidup. Sebuah perubahan perilaku paling mudah dilakukan melalui contoh dan teladan hidup.
Seorang hamba Tuhan juga diharapkan  mempertanggung jawabkan ajarannya dalam mengajarkan kebenarannya kepada orang lain, sehingga dapat menghentikan ajaran- ajaran yang mematikan dari guru-guru palsu. Untuk itu hamba Tuhan atau pemimpin Kristen harus mengajarkan ajaran  yang sehat. Ajaran  yang sehat dan sehat dan sejati adalah ajaran  dan  didikan  yang bersumber pada ajaran  Tuhan.  ajaran  tersebuat  dapat dipelajari dalam kitab Suci. Ajaran Tuhan itu sehat dan sejati sebab, “Aku, Tuhan selalu berkata benar, selalu memberi tindakan apa yang lurus. Ya Allah, jalanMu adalah kudus! Adapun Allah jalanNya sempurna; janji Tuhan adalah murni. Hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya,” (Yesaya.45:19;Mazmur 77:14).
Jadi penulis menyimpulkan bahwa setiap hamba Tuhan harus memiliki karakter yang cakap mengajar, seperti Tuhan Yesus ketika mengajar murid-muridnya dan  seorang hamba Tuhan juga tidak hanya cakap dalam mengajar tetapi juga harus bisa mempertanggung jawabkan ajarannya kepada Tuhan, dengan mengajarkan ajaran yang sehat dan benar yang berpusat dari Alkitab. 
“Kesabaran” 
Kesabaran merupakan karakter hamba Tuhan yang abadi danbagian dari buah Roh yang disebutkan dalam Galatia 5:22-23. Kesabaran sudah diberikan Tuhan kepada semua orang  percaya  yang  bersedia  membuka  diri  untuk  dipenuhi  serta  dikontrol  oleh  Roh Kudus. Semakin mengijinkan Tuhan untuk mengarahkan hidup maka semakin menunjukkan karakteristik itu di dalam kehidupan dan pelayanan. Dapat bersabar terhadap orang lain dan diri sendiri karena Allah berdaulat serta berkuasa atas segala sesuatu yang terjadi di dunia ini.
Kata kesabaran berasal dari kata Yunani yang menggambarkan tentang ketenangan dan ketabahan seseorang dalam menghadapi fitnah. Kata ini juga mencakup arti dapat menahan diri dari marah dan perasaan dendam terhadap perlakuan yang tidak adil dan tidak benar. Kesabaran adalah pancaran dari hati yang penuh kasih dan lemah-lembut dalam hubungannya dengan orang di sernya. Kesabaran itu memandang mereka dengan ramah dan baik. Kesabaran itu menilai kesalahan orang lain dengan rasa iba, ramah dan pengertian   tanpa   mengkritik   dengan   tidak   adil.   Kesabaran   termasuk   ketekunan kemampuan untuk menanggung keletihan, tekanan, dan aniaya pada waktu mengerjakan pekerjaan  Tuhan  .  Artinya  bahwa  menggambarkan  ketenangan  seseorang  dalam menghadapi sesuatu hal dan kesabaran itu juga merupakan pancaran dari hati yang penuh kasih. 
Caram juga mengatakan Sabar kadang-kadang diartikan sebagai kesabaran yang artinya watak yang tenang dan bisa menahan diri, sabar adalah keadaan hati yang tetap sabar walau terus menerus dipancing atau digodai. Kesabaran tidak bisa diperoleh begitu saja dan kesabaran dapat dipersamakan dengan kemenyan”.
Artinya bahwa kesabaran merupakan watak yang tenang serta bisa mengendalikan diri dalam berbagai hal. Hamba Tuhan yang memiliki kesabaran bisa disamakan dengan kemenyan yang digunakan untuk wewangian. Untuk mendapatkan kesabaran dan menjadi orang yang sabar tidaklah mudah melainkan perlu pengorbanan dan kegigihan yang luar biasa. Artinya tidak gampang seseorang memiliki karakter yang sabar, namun demikian tetap harus memiliki karakter seperti itu. 
Hamba Tuhan itu membutuhkan sikap sabar dalam tugasnya. Karena ada banyak hal yang dapat menekan dan menghimpitnya dalam tugas kepemimpinannya. Lebih-lebih dalam melayani kesabaran yang sangat ekstra sangat dibutuhkan. Jikalau hamba Tuhan melatih dan mengembangkan kesabaran dan doanya, sungguh luar biasa pengaruh dan hasilnya bagi pelayanannya. Hamba Tuhan akan penuh akal budi dan pengertian. Perbantahan dan kesalahan besar dapat dihindari dan mampu bertahan dalam kesesakan.
Tom Yeakley mengatakan “Pemimpin yang kurang sabar mudah meluapkan amarahnya”. Octavianus juga dalam bukunya mengatakan “pemimpin yang tidak sabar dan tidak sanggup menguasai diri pasti banyak menemui kesulitan yang berbahaya dalam kepemimpinannya. Untuk mencapai kesabaran itu membutuhkan proses pembentukan Tuhan yang tidak singkat”. 
Seorang hamba Tuhan harus belajar kepada Rasul Paulus yang  menunjukkan  kesabaran  sebagai  salah  satu  bagian  bukti  dari  pelayanannya  (2 Korintus 6:6). Seseorang  yang tidak sabar tidak seharusnya memiliki kuasa. Menurut Rasul Paulus kesabaran itu penting bagi setiap orang kristen. Kesabaran termasuk dalam buah Roh sebab sesungguhnya kesabaran hanya dihasilkan oleh Kristus yang ada di dalam diri . Waharman juga mengatakan Kesabaran Rasul Paulus dalam menghadapi penderitaan adalah luar biasa.
Sesudah Kristus, maka hamba Tuhan yang ditonjolkan adalah ikut Tuhan adalah sukses. Penderitaan memberi pelajaran yang banyak bagi imam Kristen. Penderitaan menyapih manusia dari dunia ini, sehingga manusia menaruh sepenuhnya kepada Allah”.`          Artinya kesabaran adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap hamba Tuhan dalam pelayanan dan bahkan dalam menghadapi penderitaan dengan terus-menerus.
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, seorang hamba Tuhan harus memiliki karakter sabar dalam segala hal dalam pelayanan karena kesabaran akan membuat  tenang  dalam  menghadapi  segala  sesuatu  yang  terjadi  dalam  pelayanan. Kesabaran tidak dapat dihasilkan oleh diri sendiri tetapi itu merupakan pemberian Tuhan melalui Roh Kudus. Kesabaran juga merupakan suatu pendidikan yang tidak ada batas. “Lemah Lembut” 
Lemah-lembut merupakan karakter yang dikehendaki dalam diri hamba   Tuhan (Efesus 4:2). Lemah-lembut merupakan sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan yang bisa menerima rasa sakit hati yang diakibatkan oleh orang lain. Kelemah-lembutan ini juga diajarkan Paulus kepada jemaat di Korintus (Kisah Para Rasul 18:1-11), kelemah- lembutan menunjukkan kebaikan yang terpancar dari hati (Filipi 4:5). 
Karakteristik lemah-lembut in juga didukung oleh Gulo mengatakan “Kelemah-lembutan adalah salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Kelemah-lembutan ini adalah salah satu cara mewujudkan damai sejahtera di tengah dunia yang multicultural. Orang yang lemah lembut adalah orang yang penuh pertimbangan untuk orang lain dan kemauan untuk membebaskan orang lain” . Artinya bahwa orang yang memiliki karakteristik kelemah-lembutan adalah orang yang penuh dengan belas kasihan yang memiliki banyak pertimbangan serta mampu mengendalikan diri sendiri.
Dunn juga mengatakan bahwa “kelemah-lembutan adalah kekuatan yang memungkinkan bisa bertemu dengan orang yang sedang konflik dengan orang lain”. Ini menujukan bahwa kekuatan yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memberikan solusi dalam sebuah konflik yang dihadapi dengan penuh pertimbangan yang lemah-lembut. 
Matthew dalam bukunya juga mengatakan “betapa tidak pantasnya orang-orang yang tidak dapat menguasai dirinya sendiri, atau menguasai nafsu mereka yang bergejolak dan tidak tertib, untuk memimpin suatu jemaat, seorang pelayan haruslah lemah lembut, ramah dan sabar terhadap semua orang.” Artinya bahwa untuk dapat memimpin jemaat, dibutuhkan kelemah lembutan. 
Kelemah lembutan bukan sifat lembut, sopan, dan penuh kesabaran yang tampak dari luar, melainkan sifat lemah lembut dan penuh timbang rasa di dalam diri seseorang; bukan cara seseorang berperilaku, melainkan kondisi fikiran dan hatinya. Kelemah-lembutan berkaitan erat dengan ’kerendahan hati’. Sebaliknya, keangkuhan   membuat   seseorang   suka   meninggikan   diri   dan   bisa   jadi   sering memperlakukan orang lain secara kasar dan tidak berperasaan.
Karakteristik yang penuh kelemah-lembutan inilah yang seharusnya dimiliki oleh seorang  hamba  Tuhan.  Karakteristik  yang  lemah-lembut  ini  dapat  menjadi  alat  dan kekuatan  dalam  pelayanan  serta  mampu  memberikan  kedamaian  dan  kesejahteraan terhadap orang lain dan mampu menangani setiap masalah. Orang yang memiliki kelemah- lembutan  adalah  orang  yang  tidak  mengenal  sakit  hati  ataupun  dendam  melainkan memiliki kerendahan hati, menguasai diri dan mau menerima diri apa adanya beserta nasihat yang diberikan.
APLIKASI 
Dari paparan yang sudah ada maka penulis merangkum bahwa surat 2 Timotius ditulis sendiri oleh Rasulu Paulus yang langsung ditujukkan kepada anak rohaninya yaitu Timotius yang sering disebut surat Pastoral (penggembalaan). Surat ini ditulis oleh Paulus pada tahun 67 di kota Roma pada saat berada dalam penjara saat orang Kristen mengalami penganiayaan.  Adapun  tujuan  mengapa  Rasul  Paulus  menulis  surat  kepada  Timotius karena pada saat itu ada goncangan yang hebat yang dialami oleh Timotius baik dari dalam dirinya maupun dalam pelayanannya dimana ada pengajaran injil selain Injil Kristus. 
Dari hal tersebut maka Rasul Paulus khawatir atas iman kepercayaan Timotius sebab Timotius masih muda dan mudah terpengaruh akan kesenangan-kesenangan dunia yang   menggoda   seperti   nafsu   yang   dimiliki   oleh   orang   muda   yang   sulit   untuk dikendalikan. Meskipun Timotius hidup kudus di hadapan Tuhan tetapi Timotius juga harus waspada akan nafsu duniawi. Maka dengan itu Rasul Paulus menasihati Timotius untuk  menghindari  nafsu duniawi  maka Timotius harus mengejar keadilan,  kasih  dan kesetiaan serta Timotius juga harus memiliki karakteristik yang ramah, tidak cepat emosi dan penuh dengan kelemah-lembutan. 
Karakteristik merupakan hasil dari apa yang telah didengar dan telah dirasakan baik secara fisik maupun kejiwaan dalam bentuk tindakan. Karakteristik juga merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang. Jadi karakteristik hamba Tuhan adalah tindakan yang dilaksanakan oleh pelayan Tuhan yang mau melayani, mau melakukan firman Tuhan dan hidup sesuai firman Tuhan tanpa tergantung situasi dan kondisi. Namun tidak terlalu sulit jika melihat karakteristik yang dimiliki oleh seseorang bila terlibat dalam sebuah interaksi dengan orang lain dalam intesitas dan waktu yang cukup lama.
Karakteristik Hamba Tuhan Menjauhi Nafsu Orang Muda 
Hamba Tuhan yang memiliki karakteristik menjauhi nafsu orang muda harus bisa mengendalikan diri dari berbagai macam nafsu seperti ketidak sabaran, penonjolan diri, menyukai pertengkaran dan menyukai sesuatu yang baru (tidak hanya menjurus pada nafsu kelamin). Hamba Tuhan yang memiliki karakteristik menjauhi nafsu orang muda harus bisa menarik diri dari perkumpulan orang jahat dan membangun hubungan yang intim dengan Tuhan supaya tidak memiliki fikiran yang jahat. Hamba Tuhan harus memiliki karakteristik yang menjaga dan menjauhkan diri dari berbagai nafsu duniawi dan harus mengejar keadilan, kesetiaan dan kasih. 
Karakteristik Hamba Tuhan Mengejar Keadilan 
Seorang hamba Tuhan harus memiliki karakteristik yang suka mengejar keadilan yang berpegang teguh pada kebenaran Allah dan supaya memimpin dengan benar dan tidak sewenang-wenang dalam mengambil sebuah keputusan. Dan untuk menjadi seorang hamba Tuhan yang adil dan mengarahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan sebagai sumber keadilan. 
Karakteristik Hamba Tuhan Yang Mengejar Kesetiaan 
Seorang hamba Tuhan harus memiliki karakteristik yang mengejar kesetiaan dalam mempertahankan  imannya  kepada  Tuhan  apapun  yang  terjadi.  Hamba  Tuhan  yang memilik  karakteristik  kesetiaan  harus  mampu  menunjukkan  iman  yang  kuat,  yang berbobot, bukan iman yang kosong dan mati tetapi bisa diteladani. Seorang hamba Tuhan juga harus memiliki karakter yang setia dalam pelayanan, setia memegang ajaran, pesan dan amanat janji Tuhan. 
Karakteristik Hamba Tuhan Mengejar Kasih 
Sebagai hamba Tuhan harus memiliki karakteristik hamba Tuhan yang mengejar kasih. Hamba Tuhan harus mampu mendesai kasih dan perlu kerja keras untuk mewujudkannya.  Kasih  yang diwujudkan  merupakan  kasih  yang spontan  tanpa syarat (unconditional). Dalam hal ini kasih yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan ialah kasih yang tidak mementingkan diri sendiri tetapi orang lain, tidak kenal pamrih, tetapi kasih yang dari Allah yaitu kasih yang rela berkorban. 
Hamba Tuhan harus mengejar kasih karena kasih merupakan sebuah mandat dari Kristus bagi hamba-hamba Tuhan. Karena kasih adalah hal yang pertama dan terutama dari keempat kualitas dasar yang penting bagi hamba-hamba Tuhan (1 Korintus 13:13). Kasih yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan ialah kasih seperti yang dimiliki oleh Allah kepada manusia yaitu kasih agape yang di dalamnya ada pengampunan. Dan sebagai hamba Tuhan melayani tanpa kasih adalah sia- sia. 
Karakteristik Hamba Tuhan Tidak Boleh Bertengkar 
Menjadi seorang hamba Tuhan bukanlah seorang hamba penyombong, jagoan yang angkuh yang cepat membalas dendam dan bukan pula yang suka bertengkar melainkan seorang yang mampu membawa damai di manapun berada dan mampu mengendalikan diri sendiri disaat mengalami sebuah masalah. Sebab orang yang suka bertengkar tidak dapat menghindari konflik yang mengakibatkan pertengkaran. 
Karakteristik Hamba Tuhan Ramah Terhadap Semua Orang 
Setiap orang yang mengabdikan diri sebagai hamba Tuhan harus memiliki karakter yang ramah. Ramah merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang dan ditunjukkan untuk semua orang tanpa terkecuali. Keramahan dapat menciptakan keharmonisan dalam membina sebuah relationship antara sesama. Jadi syarat untuk menjadi seorang hamba Tuhan bukanlah pemarah melainkan peramah (1 Timotius 3:3) yang mampu membawa damai dan bisa menginsyafkan orang. Karakter ramah terhadap orang lain harus berlaku untuk setiap orang kristen, terlebih sebagai hamba Tuhan (Filipi 4:5; Kolose 4:6; Titus 3:2).
Karakteristik Hamba Tuhan Cakap Mengajar 
Karakteristik hamba Tuhan yang cakap mengajar sangat diperlukan oleh hamba Tuhan. Sebab kecakapan adalah suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan dalam mengajar terutama dalam menyampaikan Firman Tuhan. Mengajar tentang Alkitab merupakan hal yang terpenting dalam pelayanan Kristen yang sesungguhnya karena di dalamnya berbicara tentang Injil Kristus. Dan bukan pula cakap dalam berkhotbah melainkan juga dapat menegur secara pribadi. 
Kecakapan yang dimiliki oleh hamba Tuhan tidak hanya bersifat intelektual melainkan harus nampak dalam karakter sabar dan lemah-lembut. Sebagai hamba Tuhan yang cakap mengajar tidak lepas dari berbagai tantangan, ancaman dan godaan. Oleh sebab itu supaya setiap ajaran yang diajarkan kembali tidak menjadi sia-sia maka diperlukan yang namanya kesabaran dalam segala kesukaran. 
Karakteristik Hamba Tuhan Sabar 
Dalam kehidupan hamba Tuhan kesabaran sangat dibutuhkan sebab ada banyak godaan,  cobaan,  tantangan  dan  penderitaan,  tekanan  yang dihadapi.  Dengan  demikian kesabaran harus dimiliki oleh hamba Tuhan agar tidak cepat marah, putus asa dan terburu oleh nafsu. Kesabaran adalah salah satu dari Sembilan buah Roh Kudus  (Galatia 5:22-23) di mana kesabaran diberikan kepada orang yang membuka hati untuk dipenuhi oleh Roh Kudus. Namun untuk menjadi orang yang memiliki karakter sabar tidak mudah melainkan perlu pengorbanan dan kegigihan yang luar biasa. 
Karakteristik Hamba Tuhan Lemah-lembut 
Kelemah-lembutan adalah salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Orang yang lemah-lembut adalah orang yang penuh pertimbangan untuk orang lain dan kemauan untuk membebaskan orang lain yang penuh dengan belas kasihan serta mampu mengendalikan diri sendiri. Lemah-lembut tidak hanya tertuju pada sifat yang sopan yang tampak di luar diri melainkan lemah-lembut yang mencakup kerendahan hati yang  terpancar  dari  dalam  hati.  Karakteristik  hamba Tuhan  yang lemah-lembut  harus dimiliki oleh hamba Tuhan guna untuk menjadi alat dan kekuatan dalam pelayanan sehingga dapat memberikan kedamaian dan kesejahteraan orang lain dan mampu memberikan sebuah solusi dalam setiap masalah.
PENUTUP 
Berdasarkan paparan di atas maka penulis merangkum bahwa “Karakteristik hamba Tuhan” berdasarkan 2 Timotius 2:22-25 adalah karakter yang mengarah pada watak seseorang, ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun yang lebih penting dari karakter ialah tindakan dan perbuatan dari pada perkataan. Seperti  yang terdapat dalam Alkitab bahwa kehendak Allah harus dinyatakan melalui tingkah laku terhadap orang lain dan untuk memiliki karakter hamba Tuhan tidak bergantung pada situasi dan kondisi. 
Rasul Paulus menulis suratnya kepada Timotius anak, supaya Timotius dalam menghadapi berbagai tantangan dan ajaran sesat (Himeneus dan Aleksander) yang tidak percaya akan kebangkitan serta memiliki faham Gnostik. Paulus menasihati Timotius melalui suratnya guna untuk menguatkan iman Timotius sebagai hamba Tuhan, supaya tidak jatuh ke dalam dosa kenikmatan seks di mana di kota Efesus sangat terkenal dengan namnya Dewi Arthemis dan penduduk yang suka melakukan seks dan supaya tetap hidup dalam Tuhan dan melakukan Firman Tuhan. 
Dalam 2 Timotius 2:22-25 Rasul Paulus memaparkan kepada Timotius bahwa Timotius dalam berpegang teguh dalam kebenaran Tuhan dan tetap memiliki hidup kudus, maka Timotius harus memiliki karakteristik seorang hamba Tuhan sebagai berikut: Karakteristik hamba Tuhan menjauhi nafsu orang muda, karakteristik mengejar keadilan, karakteristik hamba tuhan dalam mengejar kesetiaan, karakteristik hamba tuhan mengejar kasih, karakteristik hamba tuhan tidak boleh bertengkar, karakteristik hamba tuhan ramah terhadap orang lain, karakteristik hamba tuhan cakap mengajar, karakteristik hamba tuhan sabar dan karakteristik hamba tuhan yang lemah-lembut.2 TIMOTIUS 2:22-25 (8 KARAKTERISTIK HAMBA TUHAN). https://teologiareformed.blogspot.com/
