16 KHOTBAH TENTANG TELADAN NABI ELIA

Pdt. Budi Asali, M. Div.
16 KHOTBAH TENTANG TELADAN NABI ELIA
1).I Raja-Raja 16:29-17:16

1Raja-Raja 16:29-34 - “(29) Ahab, anak Omri, menjadi raja atas Israel dalam tahun ketiga puluh delapan zaman Asa, raja Yehuda. Dan Ahab bin Omri memerintah dua puluh dua tahun lamanya atas Israel di Samaria. (30) Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya. (31) Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya. (32) Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. (33) Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya. (34) Pada zamannya itu Hiel, orang Betel, membangun kembali Yerikho. Dengan membayarkan nyawa Abiram, anaknya yang sulung, ia meletakkan dasar kota itu, dan dengan membayarkan nyawa Segub, anaknya yang bungsu, ia memasang pintu gerbangnya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Yosua bin Nun.”.

1Raja-Raja 17:1-16 - “(1) Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: ‘Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.’ (2) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya: (3) ‘Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ (5) Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. (6) Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu. (7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’ (10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’ (12) Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ (13) Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’ (15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. (16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Elia.”.

I) Dosa Israel / Ahab.

1) Raja-raja Israel mulai dari Yerobeam sampai dengan Ahab.

Sejak jaman Yerobeam sampai dengan Ahab, Israel selalu dipimpin oleh raja-raja yang brengsek, yang membawa Israel makin lama makin jauh dari Tuhan. Inilah daftar raja-raja itu dan ayat-ayat yang menunjukkan kebrengsekan mereka:

a) Yerobeam (1Raja-raja 12:1-24).

Kebrengsekannya terlihat dalam 1Raja 12:25-14:20.

b) Nadab (1Raja-raja 15:25).

Kebrengsekannya terlihat dalam 1Raja 15:26.

c) Baesa (1Raja 15:28,33).

Kebrengsekannya terlihat dalam 1Raja 15:34.

d) Ela (1Raja-raja 16:6,8).

Kebrengsekannya terlihat dalam 1Raja-raja 16:34.

e) Zimri (1Raja 16:9-10,15).

Kebrengsekannya terlihat dalam 1Raja 16:19.

f) Omri (1Raja 16:23).

Kebrengsekannya terlihat dalam 1Raja 16:25-26.

1Raja 16:25 - “Omri melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya.”.

Ini menunjukkan bahwa Omri adalah pemegang rekor kejahatan di antara raja-raja mulai Yerobeam sampai Omri.

g) Ahab (1Raja 16:29).

Kebrengsekannya akan kita lihat pada point di bawah ini.

2) Dosa Ahab.

1Raja-raja 16:31-33 - “(31) Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya. (32) Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. (33) Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya.”.

a) Ahab mengikuti dosa Yerobeam (16:31a).

Yang dimaksud dengan dosa Yerobeam adalah penyembahan terhadap patung anak lembu emas dalam 1Raja 12:25-33.

b) Ahab mengambil Izebel, anak Etbaal (perhatikan bahwa nama ini mengandung nama dewa ‘Baal’), raja orang Sidon, menjadi istrinya (16:31b). Padahal sejak belum masuk Kanaan, Tuhan sudah melarang pernikahan campuran seperti itu, karena Tuhan tahu bahwa pernikahan dengan perbedaan agama seperti itu akan menyebabkan bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala (Kel 34:15-16 Ul 7:1-4).

Kel 34:15-16 - “(15) Janganlah engkau sampai mengadakan perjanjian dengan penduduk negeri itu; apabila mereka berzinah dengan mengikuti allah mereka dan mempersembahkan korban kepada allah mereka, maka mereka akan mengundang engkau dan engkau akan ikut makan korban sembelihan mereka. (16) Apabila engkau mengambil anak-anak perempuan mereka menjadi isteri anak-anakmu dan anak-anak perempuan itu akan berzinah dengan mengikuti allah mereka, maka mereka akan membujuk juga anak-anakmu laki-laki untuk berzinah dengan mengikuti allah mereka.”.

Ul 7:1-4 - “(1) ‘Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, (2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; (4) sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari padaKu, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.”.

Catatan: larangan ini bukan disebabkan karena bangsa yang berbeda, tetapi karena kepercayaan / agama yang berbeda!

Dari 1Raja 18:4,13, terlihat bahwa Izebel bukan hanya kafir / menyembah berhala, tetapi juga ‘anti kristen’ dan ini ia wujudkan dengan membunuhi nabi-nabi Tuhan. Jadi ia ingin memusnahkan agama yang menyembah Tuhan yang benar supaya agama kafirnya itu yang berkuasa. Dan melihat terjadinya hal itu Ahab tidak bertindak apapun untuk mencegah Izebel, dan ini sama dengan merestui tindakan Izebel itu.

Dari semua ini bisa kita simpulkan bahwa Allah memang bisa membiarkan pemerintahan yang jahat yang menindas kekristenan atau membiarkan kekristenan ditindas. Jangan beranggapan bahwa kalau kita berdoa meminta suatu pemerintahan yang setidaknya tidak anti kristen, Tuhan pasti mengabulkan doa kita. Saudara kira bahwa pada jaman itu orang benar tidak berdoa untuk hal itu? Tetapi kenyataannya, Tuhan tetap membiarkan munculnya suatu pemerintahan yang menentang mereka. Ini penting kita ketahui, supaya kita berjaga-jaga, misalnya dengan banyak belajar Firman Tuhan, berdoa, dsb, supaya kalau hal buruk itu terjadi, kita tetap bisa bertahan. Sebaliknya kalau kita beranggapan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, maka kita tidak akan berjaga-jaga, sehingga pada saat hal itu betul-betul terjadi, kita tidak bisa bertahan.

c) Ahab beribadah dan sujud menyembah Baal (16:31c).

d) Ahab membuat mezbah dan kuil untuk Baal (16:32).

e) Ahab membuat patung Asyera (16:33a).

Dosa Ahab yang begitu banyak dan hebat, menyebabkannya memecahkan rekor Omri sebagai ‘pemegang rekor’ dalam hal kejahatan. Ini terlihat dalam 1Raja 16:30 dimana dikatakan: “Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya.”.

Satu hal yang perlu ditambahkan adalah bahwa Kitab Suci memakai nama Omri, Ahab dan Izebel sebagai contoh buruk (Mikha 6:16 Wah 2:20).

Mikha 6:16 - “Engkau telah berpaut kepada ketetapan-ketetapan Omri dan kepada segala perbuatan keluarga Ahab, dan engkau telah bertindak menurut rancangan mereka, sehingga Aku membuat engkau menjadi ketandusan dan pendudukmu menjadi sasaran suitan; demikianlah kamu akan menanggung pencelaan dari pihak bangsa-bangsa.’”.

Wah 2:20 - “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”.

Ini menunjukkan betapa bejatnya mereka bertiga.

3) Dosa orang / rakyat pada jaman Ahab (16:34).

1Raja 16:34 - “Pada zamannya itu Hiel, orang Betel, membangun kembali Yerikho. Dengan membayarkan nyawa Abiram, anaknya yang sulung, ia meletakkan dasar kota itu, dan dengan membayarkan nyawa Segub, anaknya yang bungsu, ia memasang pintu gerbangnya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Yosua bin Nun.”.

Pada waktu Yosua mengalahkan Yerikho, ia mengeluarkan suatu kutukan bagi orang yang membangun Yerikho kembali (Yos 6:26).

Yos 6:26 - “Pada waktu itu bersumpahlah Yosua, katanya: ‘Terkutuklah di hadapan TUHAN orang yang bangkit untuk membangun kembali kota Yerikho ini; dengan membayarkan nyawa anaknya yang sulung ia akan meletakkan dasar kota itu dan dengan membayarkan nyawa anaknya yang bungsu ia akan memasang pintu gerbangnya!’”.

Tetapi orang yang bernama Hiel ini menunjukkan kebejatannya dengan tidak menghiraukan kutukan itu, dan ia membangun Yerikho kembali.

Ada 2 penafsiran tentang arti 16:34 ini:

a) Ia sendiri yang mengorbankan anak-anaknya supaya bisa membangun Yerikho.

b) Ia membangun Yerikho tanpa mempedulikan kutukan itu, dan Tuhan memenuhi kutukan itu dengan bertindak membunuh anak sulung dan anak bungsu dari Hiel.

Yang manapun yang benar, tetap menunjukkan kebejatan Hiel. Ini merupakan contoh kebejatan masyarakat pada jaman Ahab. Memang kalau pemimpinnya bejat, pada umumnya rakyatnyapun akan bejat.

II) Hukuman Allah.

1) Allah mengutus nabi Elia untuk memberitakan hukuman Tuhan (17:1).

1Raja 17:1 - “Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: ‘Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.’”.

a) Nama Elia berarti ‘My God is Yahweh’ [= Allahku adalah Yahweh].

b) Elia memberitakan hukuman Tuhan bukan demi nama Baal, tetapi demi Tuhan yang hidup Allah Israel.

Beraninya ia melakukan hal itu di tengah-tengah kerajaan yang sudah tunduk kepada Baal / Asyera, dan di hadapan raja seperti Ahab yang mempunyai istri seperti Izebel, menunjukkan keberanian yang luar biasa. Bandingkan dengan banyak orang kristen / hamba Tuhan jaman sekarang yang kalau berada / berdoa / berkhotbah di depan pejabat yang non kristen, tidak berani menggunakan nama Tuhan Yesus Kristus!

c) Di sini Elia hanya memberitakan hukuman, tetapi tidak menunjukkan dosanya.

Mungkin hal ini disebabkan karena dosanya dianggap sudah terlalu jelas. Tetapi nanti dalam 1Raja 18:18 ia berkata kepada Ahab bahwa hukuman itu disebabkan karena penyembahan berhala yang dilakukan oleh Ahab dan keluarganya.

1Raja 18:18 - “Jawab Elia kepadanya: ‘Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal.”.

d) Tidak ada embun ataupun hujan tentunya akan menyebabkan kekeringan, dan kekeringan itu pasti mengakibatkan kelaparan (bdk. Luk 4:25).

Luk 4:25 - “Dan Aku berkata kepadamu, dan kataKu ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.”.

Firman Tuhan memang sudah mengancam akan terjadinya hukuman seperti ini bila Israel menyembah berhala (Ul 11:16-17 Ul 28:23 Im 26:19-20).

Ul 11:16-17 - “(16) Hati-hatilah, supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya. (17) Jika demikian, maka akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil, lalu kamu lenyap dengan cepat dari negeri yang baik yang diberikan TUHAN kepadamu.”.

Ul 28:23 - “Juga langit yang di atas kepalamu akan menjadi tembaga dan tanah yang di bawahpun menjadi besi.”.

Im 26:19-20 - “(19) dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu sebagai besi dan tanahmu sebagai tembaga. (20) Maka tenagamu akan habis dengan sia-sia, tanahmu tidak akan memberi hasilnya dan pohon-pohonan di tanah itu tidak akan memberi buahnya.”.

e) ‘kecuali kalau kukatakan’ (17:1 akhir).

Bandingkan dengan kata-kata ‘setiap kali mereka menghendakinya’ dalam Wah 11:6b.

Wah 11:6 - “Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.”.

Ini tentu tidak menunjukkan bahwa Elia bisa menghukum Israel sesukanya sendiri. Elia tetap tergantung kepada Allah.

Pulpit Commentary: “If the rain should only come ‘according to his word’, it was because his word was God’s word.” [= Jika hujan hanya datang ‘menurut perkataannya’, itu disebabkan karena perkataannya adalah perkataan Allah.] - hal 390.

2) Hukuman itu datang karena doa Elia.

Satu hal yang tidak diceritakan dalam kitab Raja-Raja adalah bahwa hukuman kekeringan selama 3,5 tahun itu datang karena doa Elia. Tetapi hal ini terlihat dalam Yak 5:16b-18 yang berbunyi: “(16b) Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (17) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah sungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. (18) Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.”.

Pulpit Commentary: “If his prayer for the drought had been answered (James 5:17), it had first been inspired.” [= Jika doanya untuk kekeringan telah dijawab (Yak 5:17), itu karena hal itu telah lebih dulu diilhamkan.] - hal 390.

Bagi saya tidak terlalu jelas apa yang dimaksud oleh Pulpit Commentary di sini. Apa yang dimaksud dengan ‘diilhamkan’? Kalau yang dimaksud adalah bahwa Tuhan sudah memberitahukan kepada Elia bahwa akan terjadi kekeringan selama 3,5 tahun, lalu untuk apa Elia berdoa? Jadi saya lebih condong untuk menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘diilhamkan’ di sini adalah ‘diberi dorongan untuk berdoa supaya terjadi kekeringan selama 3,5 tahun’.

Penerapan: Ini menunjukkan bahwa kita boleh berdoa supaya para perusak / penindas gereja / kekristenan di Indonesia dihukum, asal motivasi kita bukanlah karena kebencian / ingin membalas dendam, tetapi hanya karena kecintaan kita kepada Tuhan, gereja, dan kebenaran / keadilan

Bdk. 1Kor 13:4-6 - “(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.”.

3) Tuhan menghukum dengan kekeringan / tidak ada hujan ataupun embun. Dan Elia memberitakan hal ini atas nama Tuhan, Allah Israel (17:1). Seharusnya hal itu menunjukkan bahwa Tuhan lebih besar / berkuasa dari pada berhala mereka, baik Baal maupun Asyera. Mengapa? Karena Baal adalah Dewa Kesuburan, dan Asyera adalah Dewi Kesuburan.

‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol I:

· “The Ras Shamrah texts praise Baal as the god who has power over rain, wind, clouds, and therefore over fertility.” [= Text Ras Shamrah memuji Baal sebagai dewa yang mempunyai kuasa atas hujan, angin, awan, dan karena itu atas kesuburan.] - hal 378.

· “... Baal, the fertility god of the Canaanites, ...” [= ... Baal, dewa kesuburan dari orang Kanaan, ...] - hal 317.

· “Asherah, the goddess of fertility, ...” [= Asyera, dewi kesuburan, ...] - hal 318.

Tetapi lucunya dewa dan dewi kesuburan ini ternyata tidak bisa memberikan hujan / kesuburan pada waktu Tuhan menghendaki ada kekeringan.
Bandingkan dengan:

Hak 10:13-14 - “(13) Tetapi kamu telah meninggalkan Aku dan beribadah kepada allah lain; sebab itu Aku tidak akan menyelamatkan kamu lagi. (14) Pergi sajalah berseru kepada para allah yang telah kamu pilih itu; biar merekalah yang menyelamatkan kamu, pada waktu kamu terdesak.’”.

Yer 14:22 - “Adakah yang dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”.

III) Pemeliharaan Tuhan terhadap Elia.

1) Di tepi Sungai Kerit (17:2-6).

a) Dalam 17:2-4 Firman Tuhan datang kepada Elia, dan demikian juga dalam 17:8-9. Ketaatan Elia pada Firman Tuhan ini menyebabkan ia terlindung dari Ahab dan terpelihara selama 3,5 tahun kekeringan / kelaparan.

Penerapan: teruslah mendengar Firman Tuhan dan mentaatinya pada masa sukar seperti ini. Itu justru akan menyebabkan saudara dipelihara oleh Tuhan.

b) Tuhan menyuruh Elia pergi ke tepi sungai Kerit (17:3).

Pulpit Commentary: “Cherith. The word means ‘separation’, a name which may possibly indicate that it was extremely secluded,” [= Kerit. Kata ini artinya adalah ‘pemisahan’, suatu nama yang mungkin menunjukkan bahwa itu adalah tempat yang sangat terpencil,] - hal 382.

Ini sebabnya Ahab tidak bisa menemukan Elia sekalipun mencarinya mati-matian (bdk. 18:10).

1Raja 18:10 - “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana.”.

c) Elia taat kepada Firman Tuhan yang menyuruhnya untuk pergi ke tepi Sungai Kerit (17:5).

Pulpit Commentary: “He that willfully stands still to catch dangers, tempteth God instead of trusting him.” [= Ia yang secara sengaja tetap tinggal di tempat untuk menghadapi bahaya, mencobai Allah dan bukannya mempercayaiNya.] - hal 392.

Bdk. Amsal 22:3 - “Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.”.

d) Di tepi Sungai Kerit itu Elia minum air sungai dan diberi makan oleh burung gagak (17:6).

Benarkah ia diberi makan oleh burung gagak? Hal ini banyak diperdebatkan.

Pulpit Commentary: “Despite the practical unanimity of the versions, the interpretation ‘ravens’ has been disputed from very early times. St. Jerome among Christians, Rabbi Judah Hakkodesh and Kimchi amongst Jews - these are but some of those who have repudiated this rendering.” [= Sekalipun ada kebulatan suara dari semua versi Kitab Suci, penafsiran ‘burung gagak’ telah diperdebatkan sejak waktu yang sangat awal. Jerome di antara orang kristen, rabi Judah Hakkodesh dan Kimchi di antara orang Yahudi - ini adalah beberapa dari mereka yang telah menolak terjemahan ini.] - hal 383.

Banyak penafsir menolak ‘burung gagak’ ini, dengan alasan:

1. Burung gagak termasuk dalam daftar binatang haram (Im 11:13-15). Masakan Tuhan memerintahkan binatang haram untuk memberi makan nabinya?

2. Dari mana burung gagaknya mendapatkan roti dan daging?

3. Elia mendapat air dari Sungai Kerit dan ini bukan mujijat. Jadi ia mendapat roti dan daging juga dengan cara biasa. Karena itu Elia bukan diberi makan oleh burung gagak.

4. Perjanjian Baru tidak pernah menyebut-nyebut mujijat ini, padahal Perjanjian Baru sering menggunakan cerita tentang Elia (Luk 4:25-26 Yak 5:17-18 Wah 11:5-6a). Bahkan waktu Yesus mengajarkan Luk 12:22-dst, yang mestinya merupakan saat yang cocok untuk menggunakan cerita burung gagak ini, Ia tidak berbicara apa-apa tentang burung gagak ini.

5. Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘burung gagak’ adalah OREBIM / OREVIM, yang sekalipun bisa diartikan ‘burung gagak’, tetapi juga bisa berarti:

a. ‘pedagang-pedagang’, seperti dalam Yeh 27:9,27.

b. ‘orang-orang Arab’, seperti dalam 2Taw 21:16 2Taw 22:1 Neh 2:19 Neh 4:7 Yes 13:30 Yer 3:2 (Catatan: memang di sini ada perubahan tanda-tanda yang menunjuk pada vowel / huruf hidup, tetapi ingat bahwa Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani ditulis tanpa tanda-tanda itu).

c. ‘penduduk kota Orbo / Oreb’ (Catatan: dalam Hak 7:25 dan Yes 10:26 memang disebutkan adanya kota / tempat yang bernama Oreb).

Adam Clark mengutip Jerome: “The Orbim, inhabitants of a town in the confines of the Arabs, gave nourishment to Elijah.” [= Orbim, penduduk suatu kota di perbatasan Arab, memberikan makanan kepada Elia.] - hal 455.

Perlu diketahui bahwa orang-orang yang menolak ‘burung gagak’ ini bukanlah orang Liberal (sekalipun hampir pasti bahwa orang Liberal akan menerima pandangan mereka). Mereka bukanlah orang yang tidak percaya kepada mujijat.

Pulpit Commentary: “For even if it was not laid at his feet morning and evening by ravens - and we have seen reason to think that it was not - even if it was furnished him by the villagers of Orbo, his tribesmen and friends, or by the loyal and hospitable Arabs who roamed over the adjoining region, still it was supplied by the ordering and special Providence of God. ... If we get rid of the ravens we do not get rid of the miracle.” [= Karena kalaupun itu tidak diletakkan di kakinya pada pagi dan sore oleh burung gagak - dan kita telah melihat alasan untuk berpikir bahwa memang tidaklah demikian - bahkan jika itu disediakan oleh orang-orang desa Orbo, orang-orang sukunya dan teman-temannya, atau oleh orang-orang Arab, yang setia dan suka menerima tamu, yang mengembara di daerah di dekatnya, tetap itu disuplai oleh pengaturan dan Providence Allah yang istimewa. ... Jika kita membuang burung gagaknya, kita tidak membuang mujijatnya.] - hal 393.

Catatan: kutipan ini saya berikan hanya untuk menunjukkan bahwa penafsir ini percaya pada mujijat. Tetapi saya tidak setuju dengan kata-kata ini, karena saya berpendapat bahwa sekalipun pemberian makan oleh orang Arab / penduduk Oreb / Orbo merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi saya berpendapat bahwa itu bukanlah mujijat.

Saya lebih setuju untuk tetap mempertahankan terjemahan ‘burung gagak’, dengan alasan:

1. Alasan menolak ‘burung gagak’ tidak cukup kuat.

a. Sekalipun gagaknya adalah binatang haram, tetapi gagak itu hanya haram kalau dimakan. Elia tidak memakan gagaknya. Roti dan daging yang dibawa oleh burung gagak itu tidak haram. Juga ingat bahwa di Sarfat nanti Elia diberi makan oleh janda yang non Israel (17:8-16 bdk. Luk 4:25-26)!

b. Burung gagak mendapatkan roti dan daging dari mana? Pertanyaan yang sama bisa dilontarkan kepada orang yang ‘anti burung gagak’. Dari mana orang Arab / pedagang / penduduk Orbo itu mendapatkan roti dan daging setiap hari padahal saat itu ada kekeringan dan kelaparan?

c. Bahwa Elia mendapat air dengan cara biasa, tidak berarti bahwa ia juga harus mendapat roti dan daging dengan cara biasa.

d. Tidak adanya cerita ini dalam Perjanjian Baru tidak membuktikan cerita ini tidak ada. Juga perlu diingat oleh para penafsir yang ‘anti burung gagak’ itu, bahwa serangan mereka ini juga bisa menyerang posisi mereka sendiri, karena Perjanjian Baru juga tidak pernah menceritakan peristiwa Elia diberi makan oleh pedagang / orang Arab / penduduk Orbo!

e. Sekalipun kata OREBIM bisa diartikan ‘orang Arab’, ‘penduduk Orbo’, ‘pedagang’, tetapi juga bisa berarti ‘burung gagak’ seperti dalam Kej 8:7 Im 11:15.

2. Bukankah aneh bahwa pedagang / orang Arab / penduduk Orbo itu bisa datang kepada Elia setiap pagi dan petang (bukan sehari sekali atau bahkan 2 hari sekali)? Dan bagaimana hal itu bisa tidak diketahui oleh Ahab yang mencari Elia habis-habisan (18:10)? Lain halnya kalau yang memberi makan Elia itu adalah burung gagak. Siapa yang akan memperhatikan burung gagak?

3. Dalam 2 peristiwa dalam 1Raja 17 ini, Tuhan memelihara Elia dengan menggunakan 2 hal yang tidak masuk akal (bersifat mujijat), yang pertama menggunakan burung gagak, yang kedua menggunakan janda miskin dengan minyak dan tepung yang tidak habis-habisnya.

2) Di Sarfat.

a) Setelah beberapa waktu Sungai Kerit menjadi kering (17:7), dan Tuhan lalu menyuruh Elia untuk pergi ke Sarfat, dan Tuhan mengatakan bahwa Ia telah ‘memerintahkan’ seorang janda untuk memelihara Elia di sana (17:8-9).

1Raja 17:7-9 - “(7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Mengapa Tuhan membiarkan Sungai Kerit menjadi kering dan lalu menyuruh Elia pindah dari tepi Sungai Kerit ke Sarfat?

a. Supaya Elia tidak bersandar kepada Sungai Kerit ataupun burung gagak, tetapi kepada Tuhan.

Penerapan: kalau sumber pemeliharaan saudara ditutup, misalnya saudara dipecat dari pekerjaan, atau suami saudara meninggal dunia, tetaplah percaya kepada Tuhan. Ia akan memberikan ‘janda’ menggantikan ‘Sungai Kerit dan burung gagak’.

b. Demi memelihara janda Sarfat itu dengan anaknya, yang rupa-rupanya adalah orang pilihan.

c. Untuk menguji iman Elia (lihat point di bawah ini).

2. Perintah ke Sarfat merupakan ujian iman bagi Elia.

Sarfat terletak di Sidon (17:9)! Ini justru asal dari Izebel dan daerah kekuasaan ayah Izebel (16:31). Jadi ini bisa dikatakan merupakan tempat yang paling berbahaya! Tetapi perlu kita ingat bahwa bagi Tuhan sama mudahnya menjaga Elia di tepi Sungai Kerit yang terpencil, ataupun di Sidon yang merupakan tempat berbahaya!

Pulpit Commentary: “Elijah is perfectly safe under the shield of Divine protection, as safe in the region of Sidon as he was by the brook Cherith.” [= Elia sangat aman di bawah perlindungan Ilahi, sama amannya di daerah Sidon seperti waktu ia ada di tepi Sungai Kerit.] - hal 412.

Tetapi kalau kita berpikir lebih jauh, maka mungkin Sarfat ini justru adalah tempat yang aman, karena Ahab tidak akan pernah menyangka bahwa Elia berani bersembunyi di sana.

Pulpit Commentary: “It might be a safer place of retreat for the prophet than it seemed to be, for Ahab would scarcely dream of following him there.” [= Ini mungkin merupakan tempat yang lebih aman untuk persembunyian sang nabi dari kelihatannya, karena Ahab tidak akan bermimpi untuk mengejarnya ke sana.] - hal 411.

Tetapi bagaimanapun perintah untuk pergi ke Sarfat di Sidon ini jelas merupakan ujian iman bagi Elia.

3. Tuhan ‘memerintahkan’ janda untuk memberi makan kepada Elia (17:9b).

Ini sama seperti tadi terhadap burung gagak, dimana dikatakan bahwa burung gagak itu diperintahkan oleh Tuhan (17:4b).

1Raja 17:4,8,9 - “(4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.

Ini tentu tidak berarti bahwa Tuhan betul-betul memerintahkan dengan menggunakan kata-kataNya. Buktinya janda itu tidak tahu apa-apa. Jadi arti sebenarnya adalah: Tuhan mengatur sehingga mereka memberi makan Elia. Menggunakan kata ‘memerintahkan’ dengan arti ‘mengatur’ memang sering terjadi. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini.

Yes 5:6 - “Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya.”.

Amos 9:3 - “Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mataKu di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana.”.

Maz 78:23 - “Maka Ia memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit,”.

Ini penting dimengerti untuk mengerti ayat-ayat seperti 2Sam 16:10b-11b - “(10) Tetapi kata raja: ‘Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?’ (11) Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: ‘Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.”.

b) Elia mentaati perintah Tuhan (17:10a). Dan pada waktu bertemu janda itu, Elia minta air dan lalu minta roti (17:10b-11).

1Raja 17:10-11 - “(10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’”.

Mungkin ini ia lakukan untuk mengetahui apakah ini memang janda yang Tuhan maksudkan atau bukan (di Sarfat pasti tidak hanya ada satu janda!).

c) Janda itu mau memberi air, tetapi waktu Elia minta roti, janda itu menjawab dalam ay 12: “‘Demi TUHAN (Ibrani: YHWH), Allahmu yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’”.

Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari bagian ini:

1. Dari maunya janda itu memberi air, kelihatannya Sarfat, yang bukan wilayah Israel, tidak ikut terkena kekeringan. Tetapi dari ay 12 ini jelas bahwa daerah ini juga terkena kelaparan. Mengapa? Ada yang mengatakan karena daerah ini mendapat suplai makanan dari Israel, sehingga waktu Israel mengalami kekeringan dan kelaparan, otomatis suplai makanan ke Sidon berhenti / berkurang.

2. Janda itu miskin; Tuhan tidak memberi makan Elia menggunakan seorang konglomerat, tetapi menggunakan seorang janda yang melarat! Tuhan memang senang melakukan hal yang di luar dugaan. Tadi Ia menggunakan burung gagak untuk memberi daging (padahal burung gagak makanannya adalah daging), sekarang Ia memberi makan menggunakan janda yang melarat.

3. Diperdebatkan apakah janda itu beriman atau tidak. Ia memang bersumpah bukan demi Baal atau Asyera, tetapi demi nama YahWEH, tetapi ia berkata ‘Allahmu’. Ada yang berkata bahwa ia berkata begitu karena tahu bahwa Elia adalah nabi Israel. Dan perlu diperhatikan bahwa nanti dalam 1Raja 18:10, Obaja, yang jelas adalah orang Israel yang percaya kepada TUHAN, juga bersumpah dengan menggunakan kata-kata ‘Demi TUHAN, Allahmu yang hidup’, persis seperti kata-kata janda Sarfat ini. Jadi bahwa janda itu mengatakan ‘Allahmu’ tidak membuktikan bahwa ia tidak beriman.

4. Kata-kata janda itu, jelas bukan kata-kata yang menunjukkan iman, tetapi sebaliknya menunjukkan keputus-asaan, karena ia berkata bahwa setelah makan roti itu ia dan anaknya akan mati.

Penerapan: kalau saudara adalah seorang anak Tuhan, sekalipun saudara mengalami krisis ekonomi, jangan mengucapkan kata-kata yang menunjukkan keputus-asaan seperti ini! Tuhan, yang adalah Bapa saudara, tidak akan membiarkan saudara mati kelaparan. Dia berjanji mencukupi kebutuhan hidup saudara! Baca Mat 6:25-34.

d) Elia lalu mengucapkan ay 13-14.

1Raja 17:13-14 - “(13) Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’”.

Ini jelas adalah ujian iman bagi janda itu. Ia harus mendahulukan Elia / Tuhan. Bdk. Mat 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.

Penerapan:

1. Dalam krisis ekonomi, banyak orang kristen menahan perpuluhan, dengan pemikiran bahwa ia akan menggunakan uangnya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya lebih dulu, dan nanti kalau ada sisanya baru dipersembahkan kepada Tuhan. Tetapi ini adalah tindakan yang mendahulukan diri sendiri dan menomer-duakan Tuhan. Tuhan menginginkan supaya saudara mendahulukan Dia, KerajaanNya dan kebenaranNya, dan kalau saudara taat, Ia berjanji mencukupi kebutuhan hidup saudara. Maukah saudara melakukan hal ini?

2. Krisis ekonomi juga bisa menyebabkan orang kristen mengorbankan kerohaniannya. Ini bisa terjadi kalau saudara menghemat uang dengan cara tidak membeli buku saat teduh / buku rohani, tidak pergi ke kebaktian / Pemahaman Alkitab (untuk menghemat uang transportasi), dsb. Tetapi penghematan uang yang mengorbankan kerohanian seperti ini jelas tidak mendahulukan Tuhan, KerajaanNya dan kebenaranNya. Karena itu jangan melakukan hal-hal seperti ini!

e) Janda itu mentaati kata-kata Elia / Firman Tuhan (17:15a).

1Raja 17:15 - “Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.”.

Sebetulnya janda itu berpikir: Kalau nabi ini bisa melipat-gandakan tepung / minyak, mengapa mesti minta roti kepadanya? Juga ada terlalu banyak alasan baginya untuk menolak kata-kata Elia. Tetapi ternyata ia mentaati Elia / Firman Tuhan.

Keil & Delitzsch: “She gave up the certain for the uncertain, because she trusted the word of the Lord‎, and received the reward of her believing confidence in the fact that during the whole time of the drought she suffered from no want of either meal or oil.” [= Ia menyerahkan yang pasti untuk yang tidak pasti, karena ia percaya kepada Firman Tuhan, dan menerima upah / pahala dari keyakinannya yang percaya dalam fakta bahwa selama seluruh waktu kekeringan ia tidak menderita kekurangan baik dalam hal tepung atau minyak.].

Renungkan: dalam kasus ini mana ‘yang pasti’ dan mana ‘yang tidak pasti’?

Bdk. Ibr 11:1 - “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”.

f) Akibatnya terjadi mujijat yang mencukupi kebutuhan Elia dan janda itu beserta anaknya (17:15b-16). Perintah dalam 17:13-14 tadi memang merupakan perintah yang tidak masuk akal, demikian juga 17:9, tetapi pada waktu Elia dan janda itu mentaati, maka terjadilah mujijat melalui mana mereka dipelihara oleh Tuhan.

The New Bible Commentary: Revised: “Gray suggests that the generosity of the widow touched the conscience of her better provided neighbours.” [= Gray mengusulkan bahwa kemurahan hati janda itu menyentuh hati nurani dari tetangga-tetangganya yang lebih kaya.] - hal 342.

Ini jelas merupakan penafsiran liberal. Kita harus menerima hal ini sebagai suatu mujijat dan tidak menafsirkannya sedemikian rupa sehingga bisa diterima akal.

Penerapan: Kalau saudara berani melakukan tindakan iman seperti yang dilakukan janda itu, yaitu mendahulukan Tuhan dan kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka Tuhan bisa melakukan hal-hal yang di luar dugaan, bahkan yang tidak masuk akal, untuk mencukupi kebutuhan saudara!

Penutup / kesimpulan:

Baik dahulu maupun sekarang, kalau Tuhan menghukum, Ia bisa tetap memelihara anak-anakNya / hamba-hambaNya yang hidup dan melayani sesuai kehendakNya. Karena itu dalam masa sukar, janganlah kuatir atau takut, dan jangan menjauh dari Tuhan. Sebaliknya mendekatlah dan taatilah / layanilah Dia sesuai dengan kehendakNya, bahkan dahulukan Dia lebih dari apapun. Maka Ia pasti akan memelihara saudara melalui masa sukar itu!

-AMIN_

2).I Raja-Raja 17:17-24

1Raja-raja 17:17-24 - “(17) Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. (18) Kata perempuan itu kepada Elia: ‘Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?’ (19) Kata Elia kepadanya: ‘Berikanlah anakmu itu kepadaku.’ Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. (20) Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?’ (21) Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.’ (22) TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. (23) Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: ‘Ini anakmu, ia sudah hidup!’ (24) Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: ‘Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.’”.

I) Janda Sarfat.

1) Ia adalah orang beriman.

Dalam ay 12 ia tidak bersumpah demi Baal / Asyera, tetapi demi Tuhan, Allah Israel. Pada pelajaran yang lalu sudah saya bahas bahwa sekalipun ia mengatakan ‘Allahmu’, itu tidak menunjukkan bahwa ia tidak beriman, karena dalam 1Raja 18:10, Obaja, yang adalah orang beriman, bersumpah dengan kata-kata yang persis sama.

Kalaupun pada saat itu ia belum sungguh-sungguh beriman, maka setelah Elia tinggal beberapa waktu dengan dia, jelas ia sudah menjadi orang beriman.

2) Ia melakukan tindakan iman (ay 15a).

Ay 15a: “Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia;”.

3) Ia memberikan kamar atas kepada Elia (ay 19,23).

Ay 19,23: “(19) Kata Elia kepadanya: ‘Berikanlah anakmu itu kepadaku.’ Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. ... (23) Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: ‘Ini anakmu, ia sudah hidup!’”.

a) Adanya kamar atas di rumahnya, menunjukkan bahwa janda itu sebetulnya kaya.

Untuk itu kita perlu mengetahui latar belakang tentang rumah pada jaman itu.

1. Pada saat itu orang membangun rumah bukan untuk menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dalamnya. Rumah dibangun hanya sebagai tempat istirahat. Karena itu pada umumnya rumah mereka hanya mempunyai satu kamar.

Fred H. Wright: “In Bible times men did not build houses with the idea in mind that most of their daily living would be spent inside them. ... The house served as a place of retirement.” [= Pada jaman Alkitab orang tidak membangun rumah dengan pemikiran bahwa sebagian besar dari hidupnya sehari-hari akan dihabiskan di dalamnya. ... Rumah berfungsi sebagai tempat istirahat.] - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 20.

Fred H. Wright: “The average home of the common people was a one-room dwelling.” [= Rumah pada umumnya dari orang-orang biasa adalah tempat tinggal dengan satu kamar.] - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 20.

2. Kalau seseorang mempunyai rumah dengan lebih dari satu kamar, lebih-lebih kalau mempunyai kamar di atas (berarti rumahnya adalah rumah bertingkat) itu sudah menunjukkan bahwa ia adalah orang kaya.

Fred H. Wright: “Among the Arabs of Palestine villages and towns, houses of more than one room are owned by those who are more or less prosperous. ... The same thing was true of the houses belonging to the ancient Hebrews. As a rule the houses of one room were in the villages, and those of more than one room were in the cities.” [= Di kalangan orang-orang Arab di desa-desa dan kota-kota di Palestina, rumah dengan lebih dari satu kamar dimiliki oleh mereka yang makmur / kaya. ... Hal yang sama berlaku untuk rumah kepunyaan orang-orang Ibrani kuno. Biasanya rumah dengan satu kamar ada di desa, dan rumah dengan lebih dari satu kamar ada di kota.] - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 35.

‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol IV, hal 948: “Two-story houses appear to have been common, at least among the wealthy, in biblical times (e.g., 2K. 1:2; 23:12; Jer. 22:13f.).” [= Rumah bertingkat dua kelihatannya umum, setidaknya di kalangan orang kaya, dalam jaman Alkitab (misalnya, 2Raja 1:2 23:12 Yer 22:13-dst.).].

Catatan: kata ‘anjung’ (Yer 22:13,14) dalam NIV adalah ‘upper room’ [= kamar atas].

Dari semua ini jelas bahwa janda ini dulunya kaya. Tetapi ay 12 menunjukkan bahwa ia lalu menjadi sangat miskin. Mungkin ini terjadi karena kematian suaminya, tetapi jelas juga terjadi karena ‘masa kekeringan / kelaparan’ itu. Jadi sekalipun ia tidak tinggal di Israel, dan sekalipun ia adalah orang pilihan / orang percaya, ia juga terkena imbas hukuman Tuhan kepada Israel. Mungkin sekali saat itu ia ingin menjual rumah, tetapi tidak ada orang mau membeli rumah pada masa seperti itu. Mungkin ia berdoa minta Tuhan menolong, tetapi pertolongan tidak kunjung datang. Mungkin ia berusaha menghemat habis-habisan, tetapi tetap saja uang dan persediaan makanan makin lama makin menipis, sampai tinggal hanya cukup untuk sekali makan (ay 12). Pada saat itulah, tidak kepagian, tidak juga terlambat, Tuhan mengatur sehingga Elia datang ke rumah janda itu (dengan mengeringkan Sungai Kerit dan menyuruh Elia pindah ke Sarfat) dan melakukan mujijat untuk mencukupi kebutuhan Elia maupun janda dan anaknya itu.

Bdk. Lukas 4:25-26 - “(25) Dan Aku berkata kepadamu, dan kataKu ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. (26) Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.”.

Penerapan: apakah cadangan uang / makanan saudara menipis karena adanya krisis keuangan? Tetaplah percaya / setia kepada Tuhan! Ia tidak pernah terlambat dalam menolong!

b) Memberikan kamar atas itu kepada Elia menunjukkan penghormatan kepada Elia.

Fred H. Wright: “It (the upper room) provides a place of coolness in the hot weather, a place of retreat, and a distinguished guest is given accommodations there.” [= Itu (kamar atas) menyediakan tempat yang sejuk dalam cuaca panas, tempat menyendiri, dan tamu terhormat diberikan penginapan di sana.] - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 40.

Komentar Albert Barnes tentang ‘kamar atas’ (dalam ay 19): “often the best apartment in an Eastern house.” [= sering merupakan kamar / ruangan yang terbaik dalam rumah orang Timur.].

Jadi, janda itu menyediakan yang terbaik untuk Elia sebagai suatu penghormatan, karena Elia adalah nabi Tuhan!

Bdk. Mat 10:42-44 - “(10) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.

Penerapan: apakah saudara juga menghormati hamba Tuhan dengan memberikan yang baik / terbaik untuknya?

II) Muncul penderitaan.

Bahwa janda itu beriman, hidup benar, hidup bersama seorang nabi Tuhan, menghormati nabi itu, dsb, tidak menjamin bahwa hidup janda itu bebas dari penderitaan! Lihat ay 17.

Ay 17: “Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi.”.

1) Apakah anaknya itu betul-betul mati atau tidak, diperdebatkan dengan sangat hebat.

Ada banyak yang mengatakan bahwa anak ini sebetulnya tidak mati.

Alasannya: ay 17: ‘tidak ada nafasnya lagi’. Kata ‘nafas’ berasal dari kata Ibrani NESHAMAH.

Dalam Daniel 10:17 kata-kata yang sama dipakai dan tidak menunjuk pada kematian (kata Ibrani yang dipakai dalam Daniel 10:17 ini juga adalah NESHAMAH).

Daniel 10:17 - “Masakan aku, hamba tuanku ini dapat berbicara dengan tuanku! Bukankah tidak ada lagi kekuatan padaku dan tidak ada lagi nafas (NESHAMAH) padaku?’”.

Juga bandingkan dengan 1Raja 10:4-5 - “(4) Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, (5) makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu.”.

Terjemahan LAI mengatakan ‘tercenganglah ratu itu’.

Lit: ‘in her there was no longer breath’ [= dalam dia tidak ada lagi nafas].

Kata ‘breath’ / ‘nafas’ di sini menggunakan kata Ibrani RUAKH dan kata ini bisa diterjemahkan ‘roh’ seperti kebanyakan versi Inggris, bisa juga diterjemahkan ‘nafas’. Jelas bahwa ratu Syeba dalam 1Raja 10:5 itu tidak mati, tetapi toh digunakan ungkapan seperti itu.

Tetapi saya percaya bahwa anak janda itu betul-betul mati. Alasannya:

a) Daniel 10:17 memang menggambarkan bahwa Daniel seakan-akan seperti orang mati karena melihat penglihatan itu (baca mulai Dan 10:8). Sedangkan 1Raja 10:5 tidak menggunakan kata NESHAMAH, tetapi kata RUAKH, dan semua itu digunakan sebagai suatu ungkapan. Bahwa di sana digunakan sebagai suatu ungkapan, tidak berarti bahwa kata itu harus selalu digunakan dalam arti seperti itu.

b) Ay 17: ‘tidak ada nafasnya lagi’. Dalam Amsal 20:27 kata Ibrani yang sama (NESHAMAH) diterjemahkan ‘roh’.

Amsal 20:27 - “Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.”.

Juga dalam Ayub 26:4 versi NIV - ‘and whose spirit spoke from your mouth?’ [= dan roh siapa yang berbicara dari mulutmu?].

Jadi ay 17 ini bisa diterjemahkan ‘tidak ada rohnya lagi’, yang jelas menunjukkan bahwa anak itu sudah mati. Perlu ditambahkan bahwa kata NESHAMAH juga digunakan dalam Kej 2:7 (diterjemahkan ‘nafas’).

Kej 2:7 - “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”.

c) Ay 18: “Kata perempuan itu kepada Elia: ‘Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?’”.

d) Ay 20: “Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?’”.

e) Ay 21-22: “(21) Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa (NEPHESH) anak ini ke dalam tubuhnya.’ (22) TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa (NEPHESH) anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.”.

Elia berdoa supaya ‘nyawa’ anak itu dipulangkan [NIV: ‘return’ {= kembali}]. Dan ay 22 mengatakan bahwa Tuhan mendengar doa Elia, dan nyawa anak itu lalu pulang / kembali. Dalam ay 21 & ay 22 kata ‘nyawa’ diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani NEPHESH, yang sekalipun bisa diartikan ‘nafas’, tetapi pada umumnya diartikan ‘jiwa’.

Catatan: beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan dari Ir. Herlianto, M. Th. yang menentang kremasi terhadap orang kristen yang mati, dengan alasan bahwa pada saat mati selama beberapa waktu jiwa / roh orang itu masih bersama tubuhnya, sehingga kalau dibakar mungkin jiwa / roh itu akan mengalami akibat yang serius. Saya berpendapat bahwa tulisan ini tidak berdasar, dan bahkan bertentangan dengan Alkitab, khususnya dengan ay 21-22 ini, dan juga dengan Luk 8:55 (‘Maka kembalilah roh anak itu’). Ayat-ayat ini jelas menunjukkan bahwa pada saat seseorang mati, jiwa / rohnya langsung meninggalkan tubuhnya, dan kalau terjadi pembangkitan maka jiwa / roh itu akan kembali ke tubuhnya. Perlu juga dicamkan bahwa dari dulu orang memberikan definisi tentang kematian sebagai ‘perpisahan tubuh dengan jiwa / roh’. Definisi ini memang alkitabiah, dan didukung oleh ayat-ayat seperti:

Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

Kis 7:59 - “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’”.

Kis 5:5,10 (yang menceritakan kematian Ananias dan Safira) dan Kis 12:23 (yang menceritakan kematian Herodes).

Kis 5:5,10: ‘putuslah nyawanya’.

KJV: ‘gave up / yielded up the ghost’ [= menyerahkan roh].

RSV/NIV: ‘died’ [= mati].

NASB: ‘breathed his / her last’ [= menghembuskan nafasnya yang terakhir].

Kata Yunani yang dipakai adalah EXEPSUXEN (dalam Perjanjian Baru kata ini hanya digunakan 3 x, yaitu dalam Kis 5:5,10 dan Kis 12:23), yang berasal dari kata dasar EKPSUKHO. Kata EKPSUKHO ini pasti berasal dari 2 kata Yunani yaitu EK [= from {= dari}, out from {= keluar dari}, away from {= jauh dari}] + PSUKHE [= soul {= jiwa}]. Kata Yunani ini menunjukkan bahwa mati merupakan perpisahan dari tubuh dengan jiwa.

f) Ay 22: ‘sehingga ia hidup kembali’.

Ay 23: ‘Ini anakmu, ia sudah hidup’.

1. Kata ‘kembali’ sebetulnya tidak ada. Lit: ‘and he lived’ [= dan ia hidup]. Tetapi kontex membenarkan penterjemahan Kitab Suci Indonesia ini.

2. Baik dalam ay 22 maupun dalam ay 23 digunakan istilah ‘hidup’ bukan ‘sembuh’, dan ini menunjukkan bahwa tadinya anak itu betul-betul mati.

2) Penderitaan orang beriman bisa sangat berat.

Pulpit Commentary: “God’s blow may be very heavy. Her son, her only child, is taken. God’s plough sinks deep that His work may be rightly done. The very greatness of our anguish is a measure by which we may gauge the greatness of the Lord’s purpose and of the love which will not suffer us to miss the blessing.” [= Pukulan Allah bisa sangat berat. Anak laki-lakinya, satu-satunya anak, diambil. Bajak dari Allah menghunjam dalam supaya pekerjaanNya bisa dilakukan dengan benar. Hebatnya penderitaan / kesedihan kita adalah ukuran dengan mana kita bisa mengukur kebesaran rencana / tujuan Tuhan dan kasihNya yang tidak akan membiarkan kita tidak mendapatkan berkat.] - hal 415.

III) Sikap janda dan Elia pada saat menghadapi penderitaan.

1) Janda itu datang kepada Elia (ay 18).

Ay 18: “Kata perempuan itu kepada Elia: ‘Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?’”.

a) Datangnya ia kepada Elia untuk menceritakan kematian anaknya adalah sesuatu yang benar. Ingat bahwa ini terjadi dalam jaman Perjanjian Lama dimana orang awam tidak boleh langsung datang kepada Tuhan. Memang seharusnya ia datang kepada imam, tetapi karena di negeri kafir ini tak ada imam yang benar, ia datang kepada nabi Tuhan.

Tetapi dalam jaman Perjanjian Baru, Yesuslah pengantara antara kita dengan Allah, dan karena itu orang kristen tidak perlu datang kepada hamba Tuhan, tetapi boleh langsung datang kepada Allah melalui Kristus (doa dalam nama Yesus).

Penerapan: banyak orang Kristen yang tergantung kepada pendetanya, pada waktu menghadapi problem. Mereka selalu datang kepada pendeta untuk minta didoakan. Ini salah! Mereka bisa berdoa sendiri (kalau mereka orang kristen yang sejati), sehingga tak perlu bergantung pada doa dari pendeta. Kalau mereka sendiri sudah berdoa, lalu mereka minta pendeta (atau orang Kristen lain) mendukung dengan juga ikut mendoakan mereka, maka itu bukan masalah. Tetapi kalau mereka merasa doa mereka tidak ada gunanya, dan hanya doa pendeta yang berguna, itu sangat salah!

b) ‘Apakah maksudmu datang kemari, ya abdi Allah?’ (ay 18a).

Kata-kata yang saya garisbawahi itu salah terjemahan. Terjemahan hurufiahnya adalah: ‘What to me and to thee / you’ [= Apa bagiku dan bagimu]. Ungkapan ini muncul berulangkali dalam Kitab Suci (Hak 11:12 2Sam 16:10 2Raja 3:13 Mat 8:29 Yoh 2:4) dan selalu menunjukkan ketidak-senangan.

Ini adalah sesuatu yang salah. Janda itu seharusnya ingat bahwa jika tidak ada Elia yang melakukan mujijat dengan tepung dan minyaknya (ay 14-16), bukan hanya anaknya, tetapi juga dia sendiri sudah mati sejak dulu. Tetapi kesalahan janda ini bisa dimengerti dalam kasus seseorang yang kematian anak tunggalnya.

c) ‘Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?’ (ay 18b).

Kata-kata ini menunjukkan bahwa janda itu mengira bahwa kematian anaknya itu merupakan hukuman / hajaran Tuhan atas dosanya.

Kadang-kadang setan bekerja sehingga orang yang dihukum Tuhan dengan penderitaan itu tidak sadar akan dosanya (bahkan menyalahkan orang lain - bdk. 18:17). Tetapi kadang-kadang setan bekerja sebaliknya. Ia mendustai orang yang menderita bukan karena hukuman Tuhan sehingga orang itu menganggapnya sebagai hukuman Tuhan. Setan memang bapa segala dusta.

Memang ada banyak penafsir menganggap bahwa janda itu mengalami hal ini karena dosanya, tetapi saya menganggap penafsiran itu tidak berdasar. Penderitaan janda ini, berbeda dengan kekeringan dan kelaparan selama 3,5 tahun yang dialami Ahab dan Israel, bukan terjadi karena dosanya!

Pulpit Commentary: “Affliction and its fruits. ... It is no proof of God’s anger. ... Affliction is no more proof of wrath than is the farmer’s ploughing of his field. To him, with his eye upon the future harvest, it is only the needful preparation of the soil. And the great Husbandman, with His eye upon the eternal glory, must open a bed within the soul’s depths for the seed of life.” [= Penderitaan dan buahnya. ... Itu bukanlah bukti murka Allah. ... Penderitaan bukanlah bukti murka sama seperti petani membajak tanahnya juga bukan karena murka. Bagi dia, dengan matanya diarahkan pada panen yang akan datang, itu hanyalah suatu persiapan yang dibutuhkan oleh tanah itu. Dan Petani Agung itu, dengan mataNya diarahkan pada kemuliaan kekal, harus membuka suatu jalur di dalam kedalaman jiwa untuk benih kehidupan.] - hal 415.

Keil & Delitzsch: “Like the blindness in the case of the man born blind mentioned in John 9, the death of this widow’s son was not sent as a punishment for particular sins, but was intended as a medium for the manifestation of the works of God in her (John 9:3),” [= Seperti kebutaan dalam kasus orang yang dilahirkan buta yang disebutkan dalam Yoh 9, kematian dari anak janda itu bukanlah diberikan sebagai hukuman atas dosa tertentu, tetapi dimaksudkan sebagai alat untuk perwujudan pekerjaan Allah dalam diri janda itu (Yoh 9:3),] - hal 239.

Yoh 9:1-3 - “(1) Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. (2) Murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?’ (3) Jawab Yesus: ‘Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”.

2) Elia membawa persoalan itu kepada Tuhan dalam doa (ay 19-21).

Ay 19-21: “(19) Kata Elia kepadanya: ‘Berikanlah anakmu itu kepadaku.’ Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. (20) Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?’ (21) Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.’”.

a) Ay 20: ini tidak berarti bahwa Elia menyesali Tuhan, tetapi hanya merupakan ungkapan kesedihan Elia.

b) Ay 21a: Elia mengunjurkan badannya di atas anak itu 3 x.

1. Tindakan Elia ini ditiru oleh Elisa dalam 2Raja 4:34 pada waktu mau membangkitkan anak perempuan Sunem, dan juga ditiru oleh Paulus dalam Kis 20:10 pada waktu mau membangkitkan Eutikhus.

2Raja 4:34 - “Lalu ia membaringkan dirinya di atas anak itu dengan mulutnya di atas mulut anak itu, dan matanya di atas mata anak itu, serta telapak tangannya di atas telapak tangan anak itu; dan karena ia meniarap di atas anak itu, maka menjadi panaslah badan anak itu.”.

Kis 20:10 - “Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ‘Jangan ribut, sebab ia masih hidup.’”

2. Apa maksudnya / gunanya tindakan ini?

a. Ada penafsir-penafsir yang menganggap bahwa ia melakukan hal ini untuk menghangatkan tubuh anak itu. Bukan supaya dengan ini bisa menghidupkan anak itu kembali, tetapi karena ia percaya bahwa Allah akan memberi kekuatan supranatural pada apa yang ia lakukan.

b. Perlu diingat bahwa hal yang serupa dengan ini sering terjadi dalam Kitab Suci. Misalnya:

· dalam Yoh 9:6, untuk menyembuhkan orang buta, Yesus memberikan tanah bercampur ludahNya ke mata orang buta itu, dan menyuruhnya membasuh dirinya di kolam Siloam.

· dalam Kis 3:7, untuk menyembuhkan orang lumpuh, Petrus memegang tangan orang lumpuh itu dan membantunya berdiri.

· dalam Mark 7:32-33, untuk menyembuhkan orang yang tuli dan gagap, Yesus memasukkan jariNya ke telinga orang itu, dan meraba lidah orang itu.

· dalam 2Raja 5, untuk menyembuhkan Naaman dari penyakit kustanya, Elisa menyuruh Naaman mandi 7 x di Sungai Yordan.

Semua tindakan ini berhubungan dengan penyakit yang mau disembuhkan. Sekalipun tindakan itu sendiri, tanpa pekerjaan / kuasa Tuhan, tidak mungkin menyembuhkan, dan sebetulnya Tuhan bisa menyembuhkan tanpa tindakan seperti itu, tetapi anehnya tindakan seperti itu sering dilakukan.

c. Mungkin di sini kita harus mengakui bahwa kita tidak mengerti mengapa tindakan itu dilakukan.

The New Bible Commentary: Revised: “We miss the point if we feel that this manipulation of the son by Elijah was a means of resuscitating him; at the same time we recognize that the same technique is mentioned in two other cases (2Ki. 4:34f; Acts 20:10). The exact significance we do not understand.” [= Kita salah kalau kita menganggap bahwa perlakuan Elia terhadap anak ini adalah suatu cara untuk menyadarkan / menghidupkan anak itu; pada saat yang sama kita mengakui bahwa tehnik yang sama disebutkan dalam dua kasus yang lain (2Raja 4:34-dst; Kis 20:10). Arti yang tepat tidak kita mengerti.].

d. Yang jelas kita tidak berhak meniru untuk melakukan hal seperti ini, karena kita memang tidak pernah diperintahkan untuk meniru hal ini. Kalau ada orang meniru hal ini, menurut saya itu lebih menunjukkan kelancangan / kelatahan dari pada ketaatan!

c) Elia berdoa supaya anak itu dihidupkan kembali (ay 21).

1. Bukan hanya tindakan Elia dalam ay 21a yang tidak boleh ditiru, tetapi juga doa Elia yang minta Tuhan membangkitkan anak yang sudah mati itu, tidak boleh ditiru, kecuali ada perintah / pimpinan yang jelas dari Tuhan untuk melakukan hal itu (dan ini kemungkinannya 1 dari 1 milyard!).

Mengapa kalau seseorang sakit berat, katakanlah kanker stadium 4, kita tetap boleh mendoakannya, tetapi kalau seseorang betul-betul sudah mati kita tidak boleh mendoakannya? Jawab: karena adanya Ibr 9:27.

Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.

Semua orang yang dibangkitkan (kecuali Yesus) hanya bangkit dengan tubuh lamanya, tanpa mengalami perubahan menjadi tubuh kebangkitan, sehingga pasti akan mati lagi. Ini akan menentang Ibr 9:27 itu. Sekalipun ayat ini memang mempunyai perkecualian-perkecualian, tetapi kita tidak bisa berulang kali berdoa untuk minta perkecualian terhadap ayat ini. Karena itu kalau seseorang sudah betul-betul mati, serahkanlah dia kepada Tuhan, dan tak perlu / tak boleh kita minta Tuhan menghidupkan dia kembali.

2. Tuhan mengabulkan doa Elia, dan menghidupkan anak itu kembali. Ini menunjukkan bahwa doa memang mempunyai kuasa yang besar. Tidak ada yang tidak mungkin diubah oleh doa, kecuali kalau hal itu bertentangan dengan rencana / kehendak Tuhan (1Yoh 5:14).

1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”.

IV) Akibat semua ini.

Ay 24: “Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: ‘Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.’”.

Janda itu percaya bahwa Elia adalah abdi Allah (Lit: ‘a man of God’), dan bahwa firman yang dikatakannya adalah benar. Tetapi jelas bahwa tadinya ia sudah percaya bahwa Elia adalah abdi Allah (ay 18). Dan ia juga sudah mengalami sendiri bahwa Firman Tuhan yang diucapkan Elia adalah benar pada waktu ia mengalami mujijat dengan tepung dan minyaknya yang tidak habis-habis (ay 14-16). Jadi jelas bahwa yang dimaksud dengan ay 24 bukanlah bahwa janda itu mulai beriman, tetapi bahwa janda itu mengalami pertumbuhan iman.

Sekarang terlihat bahwa penderitaan tadi ternyata membawa kebaikan bagi janda itu, sesuai dengan Ro 8:28.

Pulpit Commentary: “The cross is the forerunner of the crown (James 1:12).” [= Salib adalah pendahulu dari mahkota (Yak 1:12).] - hal 398.

Kesimpulan / Penutup.

Dalam mengalami penderitaan tetaplah percaya dan setia kepada Tuhan, dan bawalah penderitaan itu kepadaNya dalam doa. Pada akhirnya penderitaan itu pasti akan membawa kebaikan bagi saudara, asal saudara betul-betul adalah anak Tuhan.

-AMIN_

3).I Raja-raja 18:1-17

1Raja-raja 18:1-17 - “(1) Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.’ (2) Lalu pergilah Elia memperlihatkan diri kepada Ahab. Adapun kelaparan itu berat di Samaria. (3) Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN. (4) Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. (5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ (6) Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya. Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja pergi ke arah yang lain. (7) Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: ‘Engkaukah ini, hai tuanku Elia?’ (8) Jawab Elia kepadanya: ‘Benar! Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada.’ (9) Tetapi jawab Obaja: ‘Apakah dosa yang telah kuperbuat, maka engkau hendak menyerahkan hambamu ini kepada Ahab, supaya aku dibunuhnya? (10) Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana. (11) Dan sekarang engkau berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada. (12) Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN. (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka? (14) Dan sekarang, mengapa engkau ini berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada! Ia pasti akan membunuh aku.’ (15) Jawab Elia: ‘Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepadanya.’ (16) Lalu pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Ahab pergi menemui Elia. (17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’”.

I) Ahab dan Izebel dalam penderitaan.

1) Penderitaan Ahab.

Ahab memang tidak kekurangan makan, sebaliknya dalam hal makanan ia masih tetap berkelimpahan. Ini terlihat dari mampunya Izebel memberi makan nabi-nabinya yang berjumlah ratusan itu (ay 19). Tetapi toh Ahab juga mempunyai penderitaan (ay 5).

Ay 5,19: “(5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ ... (19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.’”.

Penerapan: bahwa orang yang merusak gereja dan menindas kekristenan tetap hidup mewah, tidak membuktikan bahwa mereka tidak mengalami hukuman Tuhan.

2) Sikap Ahab dan Izebel dalam penderitaan:

a) Ahab menyalahkan Elia (ay 17).

Ay 17: “Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’”.

Ada yang menghubungkan ini dengan kata-kata Yosua kepada Akhan dalam Yos 7:25, dan lalu mengatakan bahwa Ahab menganggap Elia seperti Akhan.

b) Ahab mencari Elia (ay 10).

Ay 10: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana.”.

1. Kata-kata ‘tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau’ tidak mungkin betul-betul berarti seperti itu. Ahab tidak mungkin bisa mencari Elia ke negara dimana ia tidak mempunyai pengaruh, seperti Mesir, Syria, dsb. Tetapi kata-kata ini bukanlah dusta, tetapi merupakan suatu hyperbole [= gaya bahasa yang melebih-lebihkan].

2. Pulpit Commentary: “This persecutor was terribly in earnest. He sought the prophet in Israel. Then in neighbouring kingdoms. He even took an oath of the kingdoms that they did not shelter him. It were well for the world if men were as earnest in good as they are in evil.” [= Penganiaya ini sangat bersungguh-sungguh. Ia mencari sang nabi di Israel. Lalu di kerajaan-kerajaan tetangga. Ia bahkan mengambil sumpah dari kerajaan-kerajaan itu bahwa mereka tidak melindungi / menyembunyikan dia. Alangkah baiknya dunia ini andaikata manusia sama bersungguh-sungguhnya dalam kebaikan seperti mereka dalam kejahatan.] - hal 442.

c) Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan (ay 4a,13a).

Ay 4,13: “(4) Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. ... (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka?”.

Ay 13: ‘Tidakkah diberitahukan kepada tuanku’.

NIV: ‘Haven’t you heard, my lord’ [= Tidakkah engkau mendengar, tuanku].

Dari sini terlihat bahwa ada kemungkinan bahwa tindakan Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan terjadi setelah Elia bersembunyi, karena kalau itu terjadi sebelum Elia bersembunyi, pasti Obaja tidak menanyakan pertanyaan seperti itu. Jadi mungkin sekali karena mengalami penderitaan gara-gara hukuman yang diberitakan oleh Elia, maka Izebel membalas dendam kepada agama Elia dengan membunuhi nabi-nabinya. Dan Ahab membiarkan Izebel bertindak semaunya.

Kalau saudara adalah keluarga nabi-nabi yang mati dibunuh, apakah saudara lalu mengecam / mengutuk Elia?

d) Kita melihat sikap Ahab dalam ay 5.

Ay 5: “Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’”.

Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari sikap Ahab dalam ay 5 ini:

1. Ahab lebih mempedulikan kuda / ternaknya dari pada rakyatnya.

Pulpit Commentary: “Note also the heartlessness of the idolater. He is more concerned for his stud than for his people.” [= Perhatikan juga tidak berperasaannya penyembah berhala ini. Ia lebih memperhatikan kumpulan kudanya dari pada rakyatnya.] - hal 440.

Penerapan: karena itu jangan heran kalau di Indonesia ini ada pejabat-pejabat yang hanya mempedulikan bisnis / keuangan pribadinya sendiri, dan tidak mempedulikan rakyat!

2. Ahab tidak bertobat dari kebodohannya, tetapi ia mau memecahkan problemnya dengan kekuatan dan usahanya sendiri (ay 5-6).

Ay 5-6: “(5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ (6) Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya. Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja pergi ke arah yang lain.”.

II) Obaja dalam penderitaan.

1) Siapakah Obaja ini?

a) Ia adalah orang yang diangkat Ahab menjadi kepala istana (ay 3).

Ay 3: “Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN.”.

Mengapa Ahab mengangkat Obaja, dan bukannya seorang penyembah Baal, untuk menjadi kepala istana? Mungkin karena ia tahu kejujuran Obaja, yang merupakan sesuatu yang penting bagi seorang kepala istana.

Pulpit Commentary: “It was not to Ahab’s interest to have a Baal-worshipper at the head of his retainers. Bad men do not care to be served by their kind.” [= Ahab tidak berminat untuk mendapatkan seorang pemuja Baal sebagai kepala pelayan-pelayannya. Orang jahat tidak mau dilayani oleh golongan mereka.] - hal 432.

Penerapan: andaikata saja semua orang kristen begitu jujur sehingga pemerintahan yang non kristen tetap lebih mau memakai orang kristen dari pada orang non kristen, maka hal itu betul-betul memuliakan Allah / Kristus.

b) Ia adalah orang yang takut akan Tuhan sejak kecil (ay 3b,12b).

Ay 3,12: “(3) Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN. ... (12) Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN.”.

1. Ay 3b: ‘Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN’.

NIV: ‘Obadiah was a devout believer in the Lord’ [= Obaja adalah orang percaya yang taat / saleh / bersungguh-sungguh dalam TUHAN]. Ini kurang tepat terjemahannya.

RSV: ‘Obadiah revered the LORD greatly’ [= Obaja sangat takut / hormat kepada TUHAN].

KJV/NASB: ‘Obadiah feared the LORD greatly’ [= Obaja sangat takut kepada TUHAN].

2. Ay 12b: Obaja mengaku takut kepada Tuhan sejak kecil.

Ini pentingnya pendidikan rohani untuk anak! Bdk. Amsal 22:6 - “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”.

Penerapan: banyak sekolah jaman sekarang yang pelajarannya terlalu berat / banyak, sehingga menyebabkan anak tidak punya waktu untuk Tuhan. Lebih baik untuk tidak memilih sekolah seperti itu untuk anak saudara. Sekalipun pendidikan sekuler penting, tetapi pendidikan rohani lebih penting!

3. Takutnya kepada Tuhan ia nyatakan dengan menolong nabi-nabi dan juga dengan hormat dan takut kepada Elia sebagai hamba Tuhan (ay 7).

Ay 7: “Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: ‘Engkaukah ini, hai tuanku Elia?’”.

a. Ia sujud kepada Elia (dalam Perjanjian Lama ini boleh dilakukan, tetapi dalam Perjanjian Baru tidak boleh - bdk. Mat 4:10).

b. Ia menyebut ‘tuanku’ (my lord) kepada Elia (ay 7).

c. Ia menyebut dirinya sendiri ‘hambamu’ (ay 9,12b).

2) Apakah Obaja juga menderita? Jelas ya, karena:

a) Sebagai orang benar ia harus hidup dalam lingkungan yang bejat dan menyembah berhala. Tidak bisa tidak itu memberinya penderitaan.

Bdk. 2Pet 2:7-8 - “(7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa -”.

Penerapan: kalau saudara bisa hidup di tengah-tengah orang brengsek, dan saudara tidak merasa tersiksa / menderita, mungkin saudara sama brengseknya dengan orang-orang itu.

b) Melihat nabi-nabi Tuhan dibunuhi, ia jelas juga sangat menderita.

c) Dampak dari kekeringan dan kelaparan selama 3,5 tahun itu pasti juga mengenai dirinya. Kalau Ahab sebagai raja saja terkena, sukar terhindar bahwa Obaja juga terkena.

3) Tindakan Obaja dalam penderitaan.

Obaja menolong 100 nabi-nabi Tuhan dari pembunuhan oleh Izebel, menyembunyikan mereka di gua-gua, dan mengurus makanan dan minuman mereka (ay 4,13).

a) Nabi-nabi itu.

1. Ada yang berpendapat bahwa rupa-rupanya nabi-nabi ini berbeda kenabiannya dengan Elia. Ini terlihat dari kata-kata Elia dalam ay 22 dimana ia berkata bahwa hanya ia seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan.

Ay 22: “Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: ‘Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.”.

Elia adalah seorang nabi dalam arti yang sesungguhnya / ketat, dimana ia menerima firman / wahyu dari Tuhan, dan lalu menyampaikannya. Mereka ini nabi bukan dalam arti mereka mendapat firman dan lalu bernubuat / memberitakan firman itu, tetapi dalam arti mereka mengkhususkan diri untuk berkhotbah, berdoa, memuji Tuhan.

2. Sekalipun nabi-nabi ini bukanlah nabi seperti Elia, tetapi Tuhan memperhatikan dan memelihara mereka.

Penerapan: jangan merasa rendah diri kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan yang tidak ngetop, atau saudara hanyalah seorang guru sekolah minggu, guru agama, chairman / pemimpin liturgi, pemain musik gereja, dsb. Tuhan tetap memperhatikan saudara!

3. Nabi-nabi Tuhan itu mendapat roti dan air (ay 4,13), sementara nabi-nabi palsu makan dari meja Izebel (ay 19).

Penerapan: kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan / pelayan Tuhan yang sejati, jangan iri hati dengan nasib nabi-nabi palsu yang lebih baik dari saudara. Renungkan akhirnya nanti (baca Maz 73).

4. Selain dari 100 orang nabi ini, maka nabi yang lain dibunuh oleh Izebel. Ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu melindungi. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memang menghendaki mereka mati syahid. Kita perlu mencamkan bahwa resiko seperti ini memang ada!

Bdk. Wah 6:9-11 - “(9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. (10) Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’ (11) Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.”.

Kalau Tuhan menghendaki saudara mati syahid, relakah saudara? Ingat Ia sudah lebih dahulu mati bagi saudara untuk menebus dosa saudara!

b) Tuhan sudah mengatur sebelumnya sehingga Obaja ada dalam posisi yang memungkinannya menolong nabi-nabi itu.

Obaja sudah lama menjabat jabatan itu, dan mungkin ia bertanya-tanya apa gunanya ia ada di sana. Tetapi waktu Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan, ia lalu tahu apa gunanya Allah menempatkan ia di sana, yaitu untuk menolong nabi-nabi itu.

Bdk. Ester 4:13-14 - “(13) maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: ‘Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. (14) Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.’”.

c) Pergumulan Obaja.

Dari ay 7-14 terlihat bahwa Obaja bukan saja takut kepada Ahab, tetapi juga bahwa dalam dirinya ada sifat penakut

Pulpit Commentary: “Faithful as Obadiah was, there was an element of timidity in his nature.” [= Sekalipun Obaja adalah orang yang setia, ada sifat penakut dalam dirinya.] - hal 450.

Obaja ingin menolong, tetapi jumlah nabi-nabi itu 100 orang (ay 4,13). Ini membuat misi Obaja menjadi sangat berbahaya dan sukar / berat. Kalau ia hanya menyembunyikan dan memelihara 1 orang, itu mungkin tidak terlalu sukar. Tetapi menyembunyikan 100 orang tentu besar kemungkinannya untuk ketahuan, dan kalau ketahuan ini pasti fatal. Ia bukan hanya akan kehilangan jabatannya, tetapi juga kehilangan kepalanya. Dan kalau ia mati, siapa yang memelihara keluarganya? Juga memelihara 100 orang dalam masa krisis seperti itu, tentu merupakan sesuatu yang berat. Jadi pasti pada saat itu ada godaan untuk membiarkan begitu saja nabi-nabi itu, atau ‘menyerahkan mereka dalam tangan Tuhan yang mahakuasa’. Tetapi Obaja juga takut kepada Allah (ay 3,12b). Dan Ia lebih takut kepada Allah dari pada kepada Ahab ataupun Izebel, dan karena itu ia tetap menolong nabi-nabi itu dengan menyembunyikan dan memelihara mereka. Ini jelas merupakan tindakan pengorbanan yang luar biasa. Obaja hidup sesuai dengan namanya, yaitu ‘servant of Yahweh’ [= pelayan Yahweh]. Sekalipun ia memanggil Ahab dengan sebutan ‘tuan’ (ay 10), tetapi jelas bahwa tuannya yang sebenarnya adalah Tuhan.

Pulpit Commentary: “Because he feared the Lord greatly, he feared not the wrath of the king” [= Karena ia sangat takut kepada Tuhan, ia tidak takut pada kemurkaan raja] - hal 441.

Bdk. Ibr 11:23,27 - “(23) Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. ... (27) Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.”.

d) Hal-hal yang harus ditiru dari Obaja:

1. Obaja taat kepada Allah lebih dari pada kepada raja. Ini perlu dicamkan khususnya kalau sikap ‘anti kristen’ di Indonesia makin merajalela.

2. Obaja mengutamakan Tuhan / gereja lebih dari jabatan / pekerjaannya, dan ia bahkan rela menggunakan dan mengorbankan jabatannya demi Tuhan / gereja! Bagaimana dengan saudara?

3. Tuhan bisa memelihara anak-anakNya dalam kelaparan, dengan air sungai Kerit dan burung gagak, dengan janda dan mujijat, tetapi juga dengan menggunakan Obaja, dan Obaja menyediakan diri untuk dipakai oleh Tuhan untuk memelihara nabi-nabi itu. Karena itu, jika mendengar bahwa Tuhan bisa memelihara, jangan lalu bersikap ‘menyerahkan orang miskin kepada pemeliharaan Tuhan’ dan tidak berbuat apa-apa untuk menolong orang miskin, khususnya saudara seiman yang miskin, di sekitar saudara. Tuhan bisa memelihara mereka dengan menggunakan saudara. Bdk. juga dengan Mat 25:41-46 dimana Tuhan mengecam dan menghukum ‘kambing-kambing’ yang tidak menolong orang yang ada dalam kebutuhan.

4. Obaja bisa melayani dan hidup saleh di lingkungan yang brengsek.

Pulpit Commentary: “If men could be saints in Ahab’s and Nero’s palace, they may be saints anywhere. How constantly do men plead the adverse circumstances in which they are placed as a reason why they cannot serve God. Sometimes it is a godless street or wicked hamlet; sometimes it is an irreligious household or infidel workshop; or their trade is such, their employers or associates are such, that they cannot live a godly life. But the example of Obadiah, the example of those saints of the Praetorium, convicts them of untruth and of cowardice. They cannot have greater temptations or fiercer persecutions than befell those Roman Christians. If they proved steadfast, and lived in sweetness and purity, which of us cannot do the same wherever we may be placed?” [= Jika seseorang bisa menjadi orang kudus di istana Ahab atau Nero, ia bisa menjadi orang kudus dimanapun juga. Orang terus menerus menjadikan keadaan yang bermusuhan / tidak menyenang-kan dimana mereka berada sebagai alasan mengapa mereka tidak bisa melayani Allah. Kadang-kadang itu adalah jalanan yang tidak bertuhan atau desa yang jahat; kadang-kadang itu adalah rumah tangga yang tidak beragama atau ruang kerja yang kafir; atau perdagangan mereka sedemikian rupa, majikan atau rekan kerja mereka sedemikian rupa, sehingga mereka tidak bisa hidup saleh. Tetapi teladan Obaja, teladan orang-orang kudus di istana kekaisaran Romawi, meyakinkan mereka tentang ketidakbenaran dan sikap pengecut. Mereka tidak bisa mempunyai pencobaan yang lebih besar atau penganiayaan yang lebih hebat dari yang menimpa orang-orang kristen Roma. Jika mereka membuktikan kesetiaan / ketabahan mereka, dan hidup dalam kemanisan dan kemurnian, yang mana dari kita yang tidak bisa melakukan hal yang sama dimanapun kita diletakkan?] - hal 433.

Karena itu, kalau lingkungan / sikon dimana saudara hidup itu tidak menyenangkan, jangan bersungut-sungut atau berpikir: andaikata sikonnya begini tentu aku bisa hidup bagi Tuhan. Kalau Tuhan membiarkan sikonnya jelek, itu berarti bahwa Ia ingin saudara hidup saleh dan melayani Tuhan dalam sikon yang jelek itu!

Pulpit Commentary: “Let us not murmur at our providential lot. God can change it if he see fit. If He does not change it, then He has a purpose in it which we should endeavour to fulfill.” [= Baiklah kita tidak bersungut-sungut mengenai nasib kita yang ditentukan oleh pengaturan Allah. Allah bisa mengubahnya jika Ia menganggapnya pantas. Jika Ia tidak mengubahnya, maka Ia mempunyai rencana / tujuan di dalamnya yang harus kita usahakan untuk memenuhinya.] - hal 441.

Penutup.

Kita sudah melihat Ahab dan Izebel dalam penderitaan, dan kita juga sudah melihat Obaja dalam penderitaan. Saya percaya bahwa setiap saudara mempunyai penderitaannya sendiri-sendiri. Tetapi bagaimana saudara mau menghadapinya? Seperti Ahab / Izebel, atau seperti Obaja?

-AMIN-

4).I Raja-raja 18:1-40

1Raja-raja 18:1-40 - “(1) Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.’ (2) Lalu pergilah Elia memperlihatkan diri kepada Ahab. Adapun kelaparan itu berat di Samaria. (3) Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN. (4) Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. (5) Ahab berkata kepada Obaja: ‘Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu.’ (6) Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya. Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja pergi ke arah yang lain. (7) Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: ‘Engkaukah ini, hai tuanku Elia?’ (8) Jawab Elia kepadanya: ‘Benar! Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada.’ (9) Tetapi jawab Obaja: ‘Apakah dosa yang telah kuperbuat, maka engkau hendak menyerahkan hambamu ini kepada Ahab, supaya aku dibunuhnya? (10) Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa atau kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau. Dan apabila orang berkata: Ia tidak ada, maka ia menyuruh kerajaan atau bangsa itu bersumpah, bahwa engkau tidak ditemukan di sana. (11) Dan sekarang engkau berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada. (12) Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN. (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka? (14) Dan sekarang, mengapa engkau ini berkata: Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada! Ia pasti akan membunuh aku.’ (15) Jawab Elia: ‘Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang kulayani, sesungguhnya hari ini juga aku akan memperlihatkan diri kepadanya.’ (16) Lalu pergilah Obaja menemui Ahab dan memberitahukan hal itu kepadanya. Kemudian Ahab pergi menemui Elia. (17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’ (18) Jawab Elia kepadanya: ‘Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal. (19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.’ (20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. (21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. (22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: ‘Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. (23) Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Akupun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. (24) Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan akupun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!’ Seluruh rakyat menyahut, katanya: ‘Baiklah demikian!’ (25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ‘Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.’ (26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’ (28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. (29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. (30) Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: ‘Datanglah dekat kepadaku!’ Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. (31) Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. - Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: ‘Engkau akan bernama Israel.’ - (32) Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. (33) Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. (34) Sesudah itu ia berkata: ‘Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!’ Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk kedua kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, (35) sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. (36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hambaMu dan bahwa atas firmanMulah aku melakukan segala perkara ini. (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.’ (38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. (39) Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’ (40) Kata Elia kepada mereka: ‘Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorangpun dari mereka tidak boleh luput.’ Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana.”.

I) Tuhan menyuruh Elia menghadap Ahab.

1) Tuhan menyuruh Elia menghadap Ahab, karena Ia hendak memberi hujan (ay 1).

Ay 1: “Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.’”.

a) Ini terjadi pada tahun yang ke tiga.

‘Tahun yang ke tiga’ berarti maximum 3 tahun. Ini tidak bertentangan dengan Yak 5:17 dan Luk 4:25 yang mengatakan 3,5 tahun, karena ‘tahun yang ke tiga’ dalam 1Raja 18:1 ini adalah lamanya Elia di Sarfat, tetapi tidak mencakup saat Elia ada di tepi Sungai Kerit. Jadi, 3,5 tahun adalah jumlah waktu Elia berada di tepi Sungai Kerit dan di Sarfat.

b) Mengapa Tuhan mau memberi hujan, padahal Ahab dan Israel belum bertobat?

Ini baru pemberitahuan! Kalau saudara perhatikan cerita ini selanjutnya, Tuhan baru betul-betul memberi hujan setelah Israel bertobat (ay 39-45).

Bagaimana kalau setelah diberitakan ternyata Israelnya tidak bertobat? Tidak mungkin! Karena Tuhan tahu, bahkan sudah menentukan, bahwa pertobatan itu akan terjadi, maka Tuhan memberitahukan hujan itu terlebih dahulu. Ingat juga bahwa pertobatan adalah pekerjaan Tuhan (ay 37b).

Ay 37: “Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.’”.

Bdk. Kis 11:18 - “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: ‘Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”.

c) Elia taat pada perintah Tuhan, dan melalui pertemuan dengan Obaja, akhirnya Elia bertemu dengan Ahab (ay 2,7-17).

Sekalipun dalam pertemuan dengan Obaja, Obaja menceritakan bahwa Ahab mencari Elia dimana-mana (ay 10), Elia tetap tidak takut untuk bertemu dengan Ahab. Selain merupakan suatu keberanian yang luar biasa, ini juga merupakan suatu ketundukan yang luar biasa kepada Tuhan.

2) Pertemuan Elia dengan Ahab (ay 17-19).

a) Pada waktu Ahab bertemu dengan Elia, ia menyalahkan Elia (ay 17), tetapi Elia bukan diam saja, tetapi menangkis tuduhan dan melemparkannya kepada Ahab dan keluarganya (ay 18). Dosa merekalah yang mencelakakan Israel!

Ay 17-18: “(17) Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: ‘Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?’ (18) Jawab Elia kepadanya: ‘Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal.”.

Penerapan: orang Kristen tak seharusnya menerima begitu saja pada waktu ia tak bersalah tetapi dipersalahkan. Selama itu memungkinkan, kita harus membantah fitnahan seperti itu! Membiarkan fitnahan seperti itu, sama dengan mempermalukan diri sendiri, dan pada akhirnya juga mempermalukan Tuhan!

b) Elia lalu menyuruh Ahab mengumpulkan seluruh Israel dan nabi-nabi Baal dan Asyera di gunung Karmel (ay 19), dan Ahab mentaatinya (ay 20).

Ay 19-20: “(19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel.’ (20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel.”.

Mengapa Ahab mau menuruti kata-kata Elia? Karena situasi saat itu sudah sangat gawat gara-gara kekeringan dan kelaparan, dan disamping itu juga karena Tuhan bekerja dalam hatinya.

Bdk. Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini.”.

Tetapi kelihatannya yang dikumpulkan oleh Ahab hanya seluruh Israel dan nabi-nabi Baal saja (perhatikan bahwa ay 21,22,25,26,40 hanya menyebut ‘Baal’ tetapi tidak menyebut ‘Asyera’).

Adam Clarke mengatakan bahwa raja dan pelayan-pelayannya menyembah dewa Baal dan mempunyai nabi-nabi sendiri, sedangkan ratu dan pelayan-pelayannya menyembah dewi Asyera dan mempunyai nabi-nabinya sendiri. Yang mendapat makan dari meja Izebel adalah nabi-nabi Asyera (ay 19). Karena itu, sekalipun Elia menyuruh Ahab membawa nabi-nabi Baal dan Asyera, tetapi, yang dibawa oleh Ahab dan lalu bertanding dengan Elia di gunung Karmel hanya nabi-nabi Baal.

II) Pertandingan Elia vs nabi-nabi Baal.

1) Elia berbicara kepada rakyat Israel (ay 21-24a).

a) Ay 21a: “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia’”.

Beberapa hal yang perlu disoroti:

1. Yang dipedulikan oleh Elia adalah rakyat, bukan Ahab ataupun nabi-nabi Baal (bdk. juga ay 30). Mungkin Elia menganggap bahwa tokoh-tokoh penyesat itu tidak ada harapan untuk bertobat, sedangkan rakyat yang hanya ikut-ikutan itu, lebih mungkin dipertobatkan. Tetapi mungkin juga karena ia lebih memperhatikan dan menekankan orang banyak, dari pada beberapa orang yang mempunyai kedudukan tinggi. Ini adalah sikap yang berbeda sekali dengan kebanyakan pengkhotbah jaman sekarang, yang kalau kebaktiannya (Natal, Paskah, dsb) dihadiri pejabat tinggi, lalu lebih memperhatikan pejabatnya dibandingkan orang banyak.

2. Perhatikan kata-kata ‘berapa lama lagi’? Kalau kita menderita atau kalau doa kita tidak dijawab, maka kita sering menanyakan pertanyaan seperti ini. Berapa lama lagi aku harus menderita? Berapa lama lagi baru doaku bisa dijawab? Tetapi kita sering berlambat-lambat dalam pertobatan dari dosa, sehingga Tuhan harus menanyakan: berapa lama lagi baru kamu mau bertobat?

3. ‘berlaku timpang’ (ay 21). Dalam bahasa Ibraninya kata yang digunakan sama dengan kata ‘berjingkat-jingkat’ [NIV: ‘danced’ {= menari-nari}] dalam ay 26. Ini menunjukkan bahwa Israel saat itu terombang-ambing antara Yahweh dan Baal, dan mungkin menggabungkan keduanya dalam ibadah mereka. Tetapi Elia menentang syncretisme [= kepercayaan kepada lebih dari satu agama] semacam ini. Karena itu jangan menggabungkan Yesus dengan suhu, Gunung Kawi, klenteng, berhala, Maria, magic, kebatinan, agama lain, dsb! Ingat bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu (Kel 20:3-5)!

4. Bagaimana kalau kata ‘Baal’ dalam ay 21 ini diganti dengan ‘Mammon’ [= dewa uang], lalu pertanyaan ini ditanyakan kepada saudara?

b) Ay 22: nabi-nabi Baal berjumlah 450 orang, nabi TUHAN hanya Elia.

1. Karena itu jangan heran kalau jaman sekarangpun nabi palsu jauh lebih banyak dari nabi asli!

2. Kalah jumlah tidak perlu menyebabkan kita menjadi kecil hati atau takut!

c) Ay 23-24a: Elia mengajak bertanding untuk mendatangkan api.

1. Mengapa tidak mengadakan pertandingan untuk menurunkan hujan? Bukankah itu yang sangat dibutuhkan pada saat itu? Karena Tuhan tidak mau memberi hujan sebelum Ia diakui sebagai Allah.

2. Mengapa Elia memilih pertandingan untuk menurunkan api? Karena Baal dianggap sebagai dewa kesuburan (jadi berkuasa atas hujan, petir, dsb), dewa matahari, dewa api, dan tuhan dari semua elemen dan kekuatan alam. Dengan demikian Elia mengajak melakukan pertandingan di daerah kekuasaan Baal, atau di titik kuat Baal, sehingga rakyat tidak mempunyai alasan untuk menolak pertandingan itu.

‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol I: “His character as the storm-god is expressed on a sculptured stele. In his left hand he is seen grasping a thunderbolt ...” [= Karakternya sebagai dewa badai dinyatakan dalam sebuah monumen patung / pahatan. Di tangan kirinya ia terlihat memegang sebuah petir ...] - hal 377.

Pulpit Commentary: “... it must be remembered that Baal claimed to be the Sun-god and Lord of the elements and forces of nature;” [= ... perlu diingat bahwa Baal diklaim sebagai dewa matahari dan Tuhan dari elemen-elemen dan kekuatan-kekuatan alam;] - hal 422.

Pulpit Commentary: “Baal was the fire-god. ... His name designated him as the lord or ruler. It comes from the verb (lahmed-ahyin-beth) to own or possess, to be master of.” [= Baal adalah dewa api. ... Namanya menunjukkan dia sebagai tuhan atau penguasa / pemerintah. Itu datang dari kata kerja (lahmed-ayin-beth) ‘memiliki’ atau ‘mempunyai’, ‘menjadi tuan dari’.] - hal 444.

Catatan: lahmed - ayin - beth adalah 3 huruf dalam abjad Ibrani yang membentuk kata ‘Baal’ (dibaca dari kanan ke kiri).

Barnes’ Notes: “The Baal-worshippers were no doubt in the habit of attributing thunder and lightning to their god - the great Nature-power - and thus had no excuse for declining Elijah’s challenge.” [= Tidak diragukan lagi bahwa para penyembah Baal itu mempunyai kebiasaan untuk menghubungkan guruh dan petir dengan dewa mereka - kuasa-alam yang besar - dan dengan demikian tidak punya alasan untuk menolak tantangan Elia.].

3. Pertandingan ini bukan untuk menentukan mana allah yang lebih besar (kalau ada allah besar dan allah kecil, itu jadi polytheisme!), tetapi untuk menentukan yang mana yang adalah Allah yang benar. Yang satunya bukan allah!

4. Jangan meniru apa yang Elia lakukan ini dengan menantang orang agama lain atau orang yang mempraktekkan magic, tenaga dalam dsb, kecuali saudara sungguh-sungguh diperintah oleh Tuhan!

2) Pertandingan mendatangkan api.

Rakyat menyetujui usul Elia itu (ay 24b) dan pertandingan dilaksanakan.

a) Nabi-nabi Baal mendapat giliran lebih dulu (ay 25-29).

1. Kebaktian dengan berteriak-teriak dan meloncat-loncat / menari-nari (ay 26,28). Ini mirip dengan Kharismatik.

2. Dalam berdoa / meminta, mereka mengulang kata-kata yang sama terus menerus (ay 26 bdk. Mat 6:7 dimana Yesus melarang doa yang bertele-tele.).

Pulpit Commentary: “They thought they would be heard for their much speaking” [= Mereka mengira bahwa mereka akan didengar karena banyaknya kata-kata mereka] - hal 423.

3. Tetapi tidak ada suara / jawaban dari Baal (ay 26b), dan karena itu Elia mulai mengejek mereka (ay 27).

Ay 26-27: “(26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’”.

a. Elia mengejek nabi-nabi Baal itu, beserta dengan dewa mereka! Dari sini apakah bisa ditarik kesimpulan bahwa orang Kristen / pendeta harus bersikap ramah, lemah lembut dsb, pada waktu berhadapan dengan nabi-nabi palsu? Hanya orang bodoh yang tidak pernah membaca Alkitab yang mempercayai hal itu!

Matthew Poole: “By this example we see that all jesting is not unlawful, but only that which intrencheth upon piety and good manners.” [= Oleh teladan ini kita melihat bahwa tidak semua olok-olok / ejekan salah, tetapi hanya yang mengganggu / melanggar kesalehan dan kelakuan baik.] - hal 701

b. ‘mungkin ia merenung’ (ay 27).

NIV: ‘perhaps he is deep in thought’ [= mungkin ia sedang merenung].

KJV: ‘he is talking’ [= ia sedang berbicara].

Barnes’ Notes: “He is ‘talking,’ or ‘meditating;’ the word used has both senses, for the Hebrews regarded ‘meditation’ as ‘talking with oneself;’” [= Ia sedang ‘berbicara’ atau ‘bermeditasi’; kata yang digunakan itu mempunyai kedua arti, karena orang Ibrani menganggap ‘meditasi’ sebagai ‘berbicara dengan dirinya sendiri’;].

c. Barnes’ Notes: “The heathen gods, as we know from the Greek and Latin classics, ate and drank, went on journeys, slept, conversed, quarrelled, fought.” [= Dewa-dewa kafir, seperti yang kita ketahui dari sastra Yunani dan Latin, makan dan minum, bepergian, tidur, bercakap-cakap, bertengkar, berkelahi.].

4. Mereka menuruti kata-kata Elia dan mereka memanggil dengan lebih keras, bahkan lalu melukai diri mereka sendiri dengan pedang dan tombak (ay 28).

Ay 28: “Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka.”.

a. Mungkin mereka menyakiti diri sendiri supaya dewanya kasihan dan lalu mengabulkan doa mereka. Ada orang kristen yang melakukan hal yang sama dengan berpuasa. Mereka berpuasa supaya Tuhan kasihan dan lalu mengabulkan doa mereka. Ini jelas merupakan cara / motivasi berpuasa yang salah!

b. Barnes’ Notes: “... when the frenzy had reached its height, knives were drawn, and the blood spirted forth from hundreds of self-inflicted wounds, while an ecstasy of enthusiasm seized many, and they poured forth incoherent phrases, or perhaps unintelligible jargon, which was believed to come from divine inspiration, and constituted one of their modes of prophecy.” [= ... ketika kegila-gilaan itu telah mencapai puncaknya, pisau dihunus, dan darah muncrat dari ratusan luka-luka yang ditimbulkan sendiri, sementara kegembiraan dari semangat mencekam banyak orang, dan mereka mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang kacau / membingungkan, atau mungkin logat tertentu yang tidak dapat dimengerti, yang dipercaya datang dari ilham ilahi, dan membentuk salah satu dari cara mereka bernubuat.].

Catatan: bagian akhir kutipan ini lagi-lagi mirip dengan praktek dari banyak gereja Kharismatik!

c. Pulpit Commentary: “It is perfectly clear that their faith in Baal was sincere and profound.” [= Jelas bahwa iman mereka kepada Baal adalah tulus dan mendalam.] - hal 423.

Ingat, orang bisa sesat SECARA TULUS, sekalipun jelas ada banyak juga yang sesat secara sengaja dan sadar, karena menginginkan keuntungan-keuntungan tertentu!!

Amsal 14:12 - “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”.

d. Orang-orang sesat ini berdoa dengan tekun; adalah memalukan kalau kita tidak demikian.

5. Mereka kerasukan (ay 29). Ini salah terjemahan!

Ay 29: “Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.”.

RSV: ‘they raved on’ [= mereka terus mengoceh].

NASB: ‘they raved’ [= mereka mengoceh].

NIV: ‘they continued their frantic prophesying’ [= mereka melanjutkan nubuat mereka yang gila-gilaan].

KJV/Lit: ‘they prophesied’ [= mereka bernubuat].

Adam Clarke mengatakan bahwa ‘bernubuat’ di sini tidak bisa diartikan ‘bernubuat’ karena tidak sesuai dengan kontext. Harus diartikan berdoa / meminta sesuatu.

6. Mereka tetap tidak mendapatkan jawaban apapun (ay 29b).

Pulpit Commentary: “Satan, if permitted, could have brought fire down (see Job 1:12,16; Rev. 13:13,14); but God restrained him.” [= Setan, jika diijinkan, bisa menurunkan api (lihat Ayub 1:12,16; Wah 13:13,14); tetapi Allah mengekang dia.] - hal 446.

Di sini Allah mengekang, tetapi tidak selalu Allah melakukan hal itu. Kalau Ia tidak mengekang, maka setan bisa menurunkan api dari langit! Karena itu jangan terlalu cepat percaya kepada seorang hamba Tuhan / nabi, hanya karena ia bisa melakukan mujijat. Saudara harus mengecheck ajarannya. Bdk. Ul 13:1-5.

Juga, doa yang dikabulkan tidak membuktikan bahwa doa itu benar, karena setanpun bisa mengabulkan doa, kalau Allah mengijinkan!

b) Elia mendatangkan api (ay 30-38).

1. Elia membuat mezbah (ay 30-32).

a. Elia membuat mezbah sendiri, dengan memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan (ay 30b).

Pulpit Commentary: “Elijah would not use the altar used by the priests of Baal. (1) The service of Jehovah must be pure. It must not be contaminated by the remotest connection with idolatrous abominations. ... (2) In repairing the disused altar of Jehovah, Elijah showed that his way was no new religion, but that of the fathers of the nation.” [= Elia tidak mau memakai mezbah yang telah dipakai oleh nabi-nabi Baal. (1) Pelayanan / kebaktian Yehovah harus murni. Itu tidak boleh dikotori oleh hubungan yang terjauh dengan penyembahan berhala yang menjijikkan. ... (2) Dengan memperbaiki mezbah Yehovah yang sudah tidak dipakai, Elia menunjukkan bahwa jalannya bukanlah agama baru, tetapi agama nenek moyang bangsa itu.] - hal 446.

b. Elia menggunakan 12 batu (ay 31). Mengapa?

Matthew Poole: “to teach the people that though the tribes were divided as to their civil government, they ought all to be united in the worship of the same God, and in the same religion.” [= mengajar orang-orang bahwa sekalipun suku-suku itu telah terpecah berkenaan dengan pemerintahannya, mereka semua harus bersatu dalam penyembahan terhadap Allah yang sama, dan dalam agama yang sama.] - hal 702.

c. Ia membangun mezbah itu ‘demi nama TUHAN’ (ay 32).

Ay 32: “Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih.”.

Tentu bukan berarti ia mengucapkan kata-kata itu pada waktu membangun mezbah. Tetapi artinya: ia membangun mezbah itu untuk digunakan bagi Tuhan.

2. Elia membuat parit, lalu menyiram seluruhnya dengan air, sampai parit itupun penuh dengan air (ay 32b-35).

a. Parit ini dimaksudkan untuk menahan air.

Dalam ay 32 dikatakan parit itu ‘dapat memuat dua sukat benih’.

Barnes’ Notes: “‘Two measures of seed.’ literally, ‘two seahs of seed.’ The seah contained about three gallons.” [= ‘Dua takaran benih’. Secara hurufiah, ‘dua sukat benih’. Sukat setara dengan kira-kira tiga galon.].

Catatan: satu galon = 3,78 liter.

Jadi parit itu bisa menampung sekitar 22,5 liter.

b. Penyiraman dengan banyak air dilakukan supaya terlihat bahwa ia tidak melakukan kecurangan dengan menyembunyikan api, karena ada yang menggunakan tipu muslihat seperti itu. Juga jelas supaya semua menjadi lebih sukar bagi Tuhan, sehingga mujijatnya nanti terlihat lebih menyolok.

3. Begitu Elia berdoa meminta api (ay 36-37), Tuhan langsung menjawabnya (ay 38).

Ay 38: “Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.”.

a. Perhatikan urut-urutan dalam ay 38: mula-mula yang terbakar adalah korban, baru kayu, lalu batu dan tanah dan air yang ada di parit. Ini menunjukkan api datang dari atas. Tetapi sekalipun demikian ini bukan petir, tetapi betul-betul api turun secara mujijat. Alasannya: saat itu tidak ada awan (bdk. ay 43-44), dan cara penggambarannya tidak seperti menggambarkan sambaran petir. LAI memang menterjemahkan ‘menyambar habis’ yang menunjukkan sambaran petir. Tetapi ini tidak benar terjemahannya.

Ay 38 (NIV): ‘Then the fire of the LORD fell and burned up the sacrifice ...’ [= Lalu api TUHAN jatuh / turun dan membakar habis korban, ...].

b. Hal seperti ini sudah pernah terjadi pada jaman Musa (Im 9:24), pada jaman Gideon (Hak 6:21), pada jaman Daud (1Taw 21:26) dan pada jaman Salomo (2Taw 7:1).

III) Pertobatan Israel (ay 39-40).

1) Israel bertobat (ay 39).

Ay 39: “Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’”.

2) Elia memerintahkan untuk menghukum mati semua nabi-nabi Baal (ay 40).

Ay 40: “Kata Elia kepada mereka: ‘Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorangpun dari mereka tidak boleh luput.’ Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana.”.

a) Ini bukan sekedar hukuman bagi nabi-nabi palsu itu, tetapi juga untuk membuktikan pertobatan bangsa Israel itu dengan ketaatan.

b) Hukuman mati terhadap nabi-nabi palsu itu sesuai dengan:

1. Kel 22:20 - “Siapa yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia ditumpas.’”.

2. Ul 13:1-18 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (6) Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8) maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. (10) Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. (11) Maka seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu. (12) Apabila di salah satu kota yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diam di sana, kaudengar orang berkata: (13) Ada orang-orang dursila tampil dari tengah-tengahmu, yang telah menyesatkan penduduk kota mereka dengan berkata: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak kamu kenal, (14) maka haruslah engkau memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di tengah-tengahmu, (15) maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk kota itu, dan tumpaslah dengan mata pedang kota itu serta segala isinya dan hewannya. (16) Seluruh jarahan harus kaukumpulkan di tengah-tengah lapangan dan harus kaubakar habis kota dengan seluruh jarahan itu sebagai korban bakaran yang lengkap bagi TUHAN, Allahmu. Semuanya itu akan tetap menjadi timbunan puing untuk selamanya dan tidak akan dibangun kembali. (17) Dari barang-barang yang dikhususkan itu janganlah apapun melekat pada tanganmu, supaya TUHAN berhenti dari murkaNya yang bernyala-nyala itu, menunjukkan belas kasihanNya kepadamu, mengasihani engkau dan membuat jumlahmu banyak, seperti yang dijanjikanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. (18) Sebab dengan demikian engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, untuk berpegang pada segala perintahNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, dengan melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Allahmu.’”.

3. Ul 17:2-7 - “(2) ‘Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjianNya, (3) dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu; (4) dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel, (5) maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati. (6) Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.’”.

Tetapi ingat bahwa pada jaman ini, apalagi di negara kita, hukum ini, yang termasuk dalam civil law / Undang-undang negara, sudah tidak berlaku lagi. Pada jaman sekarang, yang harus kita lakukan terhadap orang sesat yang tegar tengkuk, adalah pengucilan / siasat gerejani!

Titus 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.”.

c) Ahab tidak melarang penghukuman mati terhadap nabi-nabinya! Rupanya iapun bertobat!

d) Charles Haddon Spurgeon:

“Take the prophets of Baal; let not one of them escape,’ is a voice which our cathedrals and parish churches might be the better for hearing. Unholy compromises are the fashion of the day; an infusion of honest blood is needed, greatly needed. Men are growing utterly careless as to religious truth, because they see the servants of God and the votaries of Baal associated in the same church and worshipping at the same altars. Sincere loyalty to God brooks not this confederacy with idolaters. Errors were suffered to remain in the national church for peace sake, and now they have become dominant, and threaten to destroy the lovers of the truth! It is now clear that every error of doctrines or ordinance is as mischievous as a prophet of Baal, and should not be endured. The world is wide, and men are only responsible to God for their beliefs; but the church should not, within her borders, suffer falsehood to propagate itself. Christians have no right to associate themselves with any church which errs in its teaching. If we see that gross error is rampant in a church, and we join it in membership, we are partakers of its sins, and we shall have to share in its punishment in the day of visitation. It is utterly false that it does not matter to what church we belong. It matters to every man who has a conscience and loves his God. I dare not associate in church fellowship with Ritualists and Rationalists; loyal subjects will not join the society of traitors.” [= ‘Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, jangan biarkan seorangpun lolos’ adalah suara yang harus didengar dengan lebih baik di gereja-gereja kita. Kompromi-kompromi yang najis / tidak kudus merupakan mode jaman ini; suatu pemasukan darah yang jujur dibutuhkan, sangat dibutuhkan. Manusia menjadi sama sekali tidak peduli berkenaan dengan kebenaran agama, karena mereka melihat hamba-hamba Allah dan penggemar-penggemar Baal bergabung dalam gereja yang sama, dan berbakti di altar yang sama. Kesetiaan yang tulus / sungguh-sungguh kepada Allah tidak membolehkan / membiarkan persekutuan dengan penyembah berhala ini. Kesalahan dibiarkan ada dalam gereja nasional demi perdamaian, dan sekarang kesalahan-kesalahan itu menjadi dominan, dan mengancam untuk menghancurkan pecinta-pecinta kebenaran! Jelaslah sekarang bahwa setiap kesalahan doktrin atau peraturan adalah sama jahatnya dengan seorang nabi Baal, dan tidak boleh dibiarkan. Dunia ini luas, dan manusia hanya bertanggung jawab kepada Allah untuk kepercayaan mereka; tetapi gereja tidak boleh membiarkan kesalahan berkembang biak dalam daerahnya. Orang-orang kristen tidak mempunyai hak untuk menggabungkan diri mereka sendiri dengan gereja apapun yang salah pengajarannya. Jika kita melihat bahwa suatu kesalahan yang besar merajalela dalam sebuah gereja, dan kita menggabungkan diri dengan gereja itu dalam keanggotaan, kita ikut ambil bagian dalam dosanya, dan kita juga akan ikut ambil bagian dalam hukumannya, pada hari Allah melawat kita. Adalah sesuatu yang sangat salah bahwa tidak jadi soal kita termasuk gereja apa. Itu penting bagi setiap orang yang mempunyai suara hati dan mencintai Allahnya. Saya tidak berani bergaul dalam persekutuan gereja dengan Ritualists dan Rationalists; warganegara yang setia tidak akan bergabung dalam perkumpulan pengkhianat.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol XV, hal 124.

2Yoh 1:10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.

Lagi-lagi perhatikan, Alkitab kita TIDAK mengajarkan sikap kasih, ramah, lemah lembut, terhadap nabi palsu!!!

e) Spurgeon juga menerapkan hal ini dalam pengudusan. Kita harus membasmi semua dosa!

-AMIN-

5).I Raja-raja 18:41-46

1Raja-raja 18:41-46 - “(41) Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: ‘Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.’ (42) Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya. (43) Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: ‘Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.’ Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: ‘Tidak ada apa-apa.’ Kata Elia: ‘Pergilah sekali lagi.’ Demikianlah sampai tujuh kali. (44) Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: ‘Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.’ Lalu kata Elia: ‘Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.’ (45) Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel. (46) Tetapi kuasa TUHAN berlaku atas Elia. Ia mengikat pinggangnya dan berlari mendahului Ahab sampai ke jalan yang menuju Yizreel.”.

Setelah Israel bertobat dan membuktikan pertobatannya dengan membasmi semua nabi-nabi Baal, maka Elia berkata kepada Ahab dalam ay 41: ‘Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.’. Saya berpendapat bahwa ay 41 ini tidak berarti Elia betul-betul mendengar hujan; ini hanya nubuat! Mengapa ia harus menubuatkan / mengucapkan hal itu kepada Ahab? Karena dalam 17:1 Elia berkata: ‘tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini kecuali kalau kukatakan.’. Kalau sekarang, tahu-tahu ada hujan padahal Elia tidak mengatakan apa-apa, maka itu berarti kata-katanya dalam 17:1 itu salah. Jadi, ia harus mengatakan hal itu dulu, barulah ada hujan.

Ahab menuruti kata-kata Elia, dan ia pergi untuk makan dan minum (ay 42a). Rupa-rupanya selama pertandingan itu, yaitu dari pagi sampai sore, Ahab tidak sempat makan ataupun minum. Tetapi Elia sendiri tidak makan atau minum. Sebaliknya ia naik ke puncak gunung Karmel, lalu berdoa.

Hari ini saya akan membahas tentang doa Elia, dan saya akan membahasnya bukan hanya dari 1Raja 18:41-46, tetapi juga dari Yak 5:16b-18, yang berbunyi: “(16b) Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (17) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah sungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. (18) Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.”.

I) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita (Yak 5:17).

Kata-kata ‘Elia adalah manusia biasa sama seperti kita’ dalam Yak 5:17 itu, kurang tepat terjemahannya.

NIV: ‘Elijah was a man just like us’ [= Elia adalah seorang manusia sama seperti kita]. Ini sama dengan Kitab Suci Indonesia.

NASB: ‘Elijah was a man with a nature like ours’ [= Elia adalah seorang manusia dengan sifat dasar / hakekat seperti kita].

KJV: ‘Elijah was a man subject to like passions as we are’ [= Elia adalah seorang manusia yang tunduk pada perasaan-perasaan yang sama seperti kita].

Kata Yunani yang digunakan adalah HOMOIOPATHES, dan dalam Interlinear Greek - English diterjemahkan ‘of like feeling’ [= dengan perasaan yang sama / serupa].

Tetapi Tasker (Tyndale) mengatakan:

“The distinctive Greek word used here means literally ‘suffering the same things’, homoiopathes, i.e. inheriting the same nature, subject to the same emotions, and liable to the same weaknesses. ‘Passions’ perhaps narrows the meaning too much; and the rendering of the R.S.V., following R.V. margin, ‘of like nature with ourselves’ is preferable.” [= Kata Yunani khusus yang digunakan di sini secara hurufiah berarti ‘mengalami hal-hal yang sama’, HOMOIOPATHES, yaitu mewarisi sifat dasar yang sama, tunduk kepada perasaan / emosi yang sama, dan bisa terkena kelemahan-kelemahan yang sama. ‘Perasaan’ mungkin terlalu menyempitkan artinya; dan terjemahan dari RSV, mengikuti catatan tepi dari AV, ‘dari natur yang serupa dengan natur diri kita sendiri’ lebih baik.].

A. T. Robertson mengatakan bahwa kata ini terdiri dari 2 kata Yunani yaitu HOMOIOS dan PASCHO. Artinya adalah ‘suffering the like with another’ [= mengalami yang sama / serupa dengan yang lain].

Kata Yunani HOMOIOPATHES hanya digunakan 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Yak 5:17 dan Kis 14:15. Dalam Kis 14 itu, Paulus dan Barnabas melakukan mujijat sehingga lalu diperlakukan sebagai dewa, dan orang banyak mau memberikan persembahan korban untuk mereka, maka mereka berseru dalam Kis 14:15 (KJV): “Sirs, why do ye these things? We also are men of like passions with you,” [= Tuan-tuan, mengapa kamu melakukan hal-hal ini? Kami juga adalah manusia dengan perasaan yang sama / serupa dengan kamu,].

Thomas Manton mengomentari kata HOMOIOPATHES dalam Kis 14:15 ini dengan mengatakan: “It is put there for whatever differenceth man from the divine nature:” [= Itu diletakkan di sana untuk apapun yang membedakan manusia dari hakekat ilahi:].

Jadi, pada waktu HOMOIOPATHES ini digunakan terhadap Elia, itu menunjukkan bahwa Elia bukanlah makhluk ilahi atau setengah Allah, dan juga bukan seorang superman rohani! Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, ia juga adalah manusia berdosa seperti kita, ia juga mempunyai kecondongan kepada dosa seperti kita, ia juga mempunyai perasaan-perasaan yang sama seperti kita, dan juga mengalami hal-hal yang sama dengan kita. Karena itu dalam 1Raja 19:3 dikatakan bahwa Elia juga merasa takut (Catatan: takutnya Elia di sini diperdebatkan), dan dalam 1Raja 19:4 Elia merasa putus asa / frustrasi / depresi sehingga minta mati.

Pada waktu ia berdoa / mau berdoa, mungkin sekali Elia juga dipengaruhi oleh keraguan, ketidakpercayaan, kemalasan, dsb, tetapi ia berhasil mengatasi semua itu dan berdoa dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan jawaban doa yang luar biasa.

Saya yakin ini tidak hanya berlaku untuk Elia saja, tetapi juga untuk semua orang-orang saleh / kudus dalam Kitab Suci, seperti Abraham, Ayub, Daud, Paulus, Petrus dsb. Bagian ini penting, karena kalau kepada kita ditunjukkan teladan dari orang-orang kudus itu, misalnya Ayub, maka kita cenderung berpikir bahwa ia adalah seorang ‘superman rohani’, dan kita tidak seperti dia, sehingga tentu saja tidak bisa menirunya / meneladaninya!

Thomas Manton: “God’s eminent children are men of like passions with us ... they are all troubled with a naughty heart, a busy devil, and a corrupt world. We are all tainted in our originals, and infected with Adam’s leprosy ... Many times there are notorious blemishes in the lives of the saints; they are of the same nature with others, and have not wholly divested and put off the interests and concernments of the flesh and blood. ... Constancy and continuance in sin would deny them saints, and an uninterrupted continuance in holiness would deny them men. Well, then, God’s children, that travail under the burden of infirmities, may take comfort; such conflicts are not inconsistent with faith and piety ... When we partake of the divine nature we do not put off the human; we ought to walk with care, but yet with comfort.” [= Anak-anak Allah yang terkenal adalah manusia dengan perasaan yang sama seperti kita ... mereka semua diganggu oleh hati yang nakal, setan yang sibuk, dan dunia yang rusak. Kita semua ternoda dari semula, dan tertular oleh penyakit kustanya Adam ... Seringkali ada cacat yang terkenal buruk dalam hidup orang-orang kudus; mereka mempunyai sifat dasar yang sama dengan orang yang lain, dan belum sepenuhnya bebas dan menanggalkan kesenangan dan perhatian dari daging dan darah. ... Jika mereka terus ada dalam dosa maka mereka bukan orang kudus, dan jika mereka terus menerus ada dalam kesucian maka mereka bukan manusia. Jadi, anak-anak Allah, yang menderita di bawah beban kelemahan, boleh merasa terhibur; konflik seperti itu bukannya tidak konsisten dengan iman dan kesalehan ... Pada waktu kita mengambil bagian dari sifat ilahi, kita tidak melepaskan sifat manusia; kita harus hidup dengan hati-hati, tetapi juga dengan senang.].

Thomas Manton juga menganggap bahwa Yak 5:17 ini menentang adanya orang suci seperti dalam Roma Katolik, yang menganggap mereka sebagai ‘setengah allah’, karena Kitab Suci mengatakan bahwa mereka sama seperti kita.

II) Doa Elia berkuasa dan efektif.

Yak 5:16b versi Kitab Suci Indonesia berbunyi: ‘Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.’. Tetapi kata-kata ‘bila dengan yakin didoakan’ sebetulnya tidak ada dan merupakan terjemahan yang salah.

TB2-LAI: ‘Doa orang yang benar, sangat besar kuasanya dan ada hasilnya.’.

NIV: ‘The prayer of a righteous man is powerful and effective.’ [= Doa orang yang benar, berkuasa dan efektif.].

‘Berkuasa’ dan ‘efektif’ memang berhubungan, karena doa tidak mungkin bisa berkuasa kalau tidak efektif. Tetapi 2 kata itu tetap berbeda artinya. ‘Berkuasa’ menunjukkan bahwa doanya bisa melakukan hal-hal yang besar, sedangkan ‘efektif’ menunjukkan bahwa doanya dikabulkan oleh Allah.

Sebagai contoh dari doa orang benar yang berkuasa dan efektif ini, Yak 5:17-18 lalu menceritakan tentang Elia dan doanya. Memang doa Elia berkuasa dan efektif. Dengan doanya ia:

1) Menghentikan hujan selama 3,5 tahun (ay 17b).

2) Menurunkan hujan (ay 18 1Raja 18:42-45).

3) Menurunkan api dari langit (1Raja 18:36-38).

4) Menghidupkan kembali anak janda di Sarfat (1Raja 17:17-24).

5) Dsb.

Bukan hanya Elia yang melakukan hal-hal besar melalui kuasa doa. Kuasa doa yang luar biasa juga terlihat dalam:

a) Kasus Musa yang berdoa untuk Israel yang sedang berperang (Kel 17:8-13).

b) Kasus matahari yang berhenti atas doa Yosua (Yos 10:12).

c) Kasus matahari yang mundur atas permintaan Hizkia (2Raja 20:9-11).

Barnes’ Notes: “prayer moves the arm that moves the world;” [= doa menggerakkan lengan yang menggerakkan dunia;].

Karena itu apapun problem saudara, dan berapapun besar dan hebatnya problem saudara, berdoalah! Tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Tetapi dalam hal ini perlu diberi satu catatan, yaitu: ini tidak berarti bahwa doa bisa mengubah kehendak / rencana Tuhan (1Yoh 5:14 Yer 7:16 Yer 15:1 Yer 14:11 Yeh 14:14,16,18,20). Juga lihat waktu Abraham berdoa untuk Sodom dan Gomora (Kej 18:16-33). Karena itu pada waktu berdoa kita tetap harus meniru teladan Yesus yang tunduk pada kehendak Bapa (Mat 6:10 Mat 26:39,42).

III) Bagaimana supaya doa bisa berkuasa dan efektif.

Pulpit Commentary: “God is more ready to give than we to pray.” [= Allah lebih bersedia dalam memberi dari pada kita dalam berdoa.] - hal 439.

Tetapi dalam kenyataannya, doa kita sering tidak dijawab, sehingga kita menjadi malas berdoa. Karena itu mari sekarang kita mempelajari bagaimana doa bisa berkuasa dan efektif.

1) Yang berdoa haruslah orang benar (Yak 5:16b).

a) Siapa yang dimaksud dengan ‘orang benar’?

Pertama-tama ia haruslah orang yang percaya kepada Kristus.

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus.”.

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Jadi, jangan bermimpi mau membenarkan diri sendiri melalui usaha sendiri, tanpa Kristus.

Tetapi setelah kita dibenarkan oleh iman kepada Kristus, kita juga harus menjaga kesucian. Memang kita tidak mungkin bisa suci, tetapi kita tidak boleh hidup dalam dosa, karena ini akan kembali menghalangi doa kita. Kitab Suci memang menekankan bahwa dosa menghalangi doa (Bdk. 2Raja 3:1-14 Maz 66:18 Maz 145:18-19 Amsal 15:8,29 Amsal 28:9 Yes 1:15 Yes 59:1-2 Yoh 9:31).

Saya ingin membahas satu dari ayat-ayat ini yaitu Amsal 28:9 - “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.”.

Penerapan: Kalau tidak mau datang ke Pemahaman Alkitab termasuk ‘memalingkan telinganya dari hukum’ atau tidak? Kalau ya, maka semua yang tidak mau datang ke Pemahaman Alkitab doanya adalah kekejian [NIV: ‘detestable’ {= menjijikkan}]!

Kalau setelah dibenarkan oleh iman kepada Kristus, saudara lalu menjaga dan meningkatkan kesucian, itu bagus. Tetapi awas, ini tidak berarti bahwa kita boleh berdoa dengan merasa diri layak dan lalu datang kepada Tuhan bermodalkan kebaikan diri kita sendiri. Ingat bahwa ‘segala kesalehan kita seperti kain kotor’ (Yes 64:6). Semua kita tidak layak menghadap Allah, dan hanya bisa dilayakkan dan didengar doanya karena jasa penebusan Kristus! Karena itu kita berdoa dalam nama Yesus.

Penerapan: kalau doa saudara terus menerus tidak didengar, periksalah iman dan kekudusan saudara!

b) Mungkinkah ada orang yang tidak benar tetapi doanya terkabul?

Pulpit Commentary: “The prayers of unrighteous men are sometimes heard (Luke 18:14 2Chron 33:19), but only their prayers for grace and pardon.” [= Doa-doa dari orang-orang yang tidak benar kadang-kadang didengar (Luk 18:14 2Taw 33:19), tetapi hanya doa-doa mereka untuk kasih karunia dan pengampunan.] - hal 438.

Saya menambahkan lagi satu kemungkinan: orang yang tidak benar, bahkan yang sesat, doanya bisa dikabulkan, tetapi pengabulan doa itu datang dari setan, bukan dari Tuhan. Mengapa setan mau mengabulkan? Supaya orangnya sesat terus dan akhirnya masuk ke neraka bersama dia!

2) Doanya dinaikkan dengan sungguh-sungguh.

Yak 5:17 - ‘ia telah bersungguh-sungguh berdoa’.

Lit: ‘he prayed in prayer’ [= ia berdoa dalam doa].

Ini adalah suatu ungkapan Ibrani yang artinya ‘ia berdoa dengan sungguh-sungguh’.

Ini sama seperti dalam Luk 22:15 yang terjemahan hurufiahnya mestinya adalah ‘I desired with desire’ [= Aku menginginkan dengan keinginan] dan artinya adalah ‘Aku sangat menginginkan / merindukan’.

Kesungguhan Elia dalam berdoa terlihat dalam 1Raja 18:42, dimana sekalipun Ahab makan dan minum, Elia berlutut dalam doa.

Penerapan: kalau saudara berdoa, apakah saudara sungguh-sungguh atau asal doa? Atau berdoa dengan pemikiran ‘dikabulkan baik, tidak dikabulkan ya sudah’?

3) Doanya dinaikkan dengan kerendahan hati (1Raja 18:42).

1Raja 18:42b - “Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.”.

Padahal Tuhan sebetulnya sudah menjanjikan hujan dalam 1Raja 18:1, dan Israel sudah bertobat, tetapi toh pada waktu Elia meminta hujan itu, ia tidak menuntut supaya Tuhan memberi hujan, tetapi sebaliknya ia berdoa dengan berlutut.

Luk 18:9-14 (perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah) menunjukkan secara menyolok perbedaan dari orang yang berdoa dengan sombong dan orang yang berdoa dengan rendah hati!

Penerapan:

Mungkin saudara adalah orang tua / suami, dan anak-anak / istri saudara tunduk kepada saudara. Tetapi begitu menghadap Tuhan, yang adalah Bapa saudara / Mempelai laki-laki, saudara adalah anak / mempelai perempuan!

Mungkin saudara orang kaya, berkedudukan tinggi, dan orang lain menghormati / menyanjung saudara. Tetapi begitu berhadapan dengan Allah yang maha besar, pencipta dan penguasa langit dan bumi, saudara tidak ada apa-apanya!

Mungkin saudara adalah orang yang saleh (dibandingkan kebanyakan orang lain), atau mungkin saudara mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja, tetapi begitu saudara datang di hadapan Allah yang maha suci, maha tinggi dan maha mulia, saudara najis, rendah dan hina.

Mungkin saudara adalah hamba Tuhan / gembala / guru sekolah minggu / guru agama, tetapi begitu menghadap kepada Tuhan, Dialah yang adalah Gembala / Guru, dan saudara adalah domba / murid!

Karena itu, selalulah datang kepada Tuhan dengan rendah hati, dengan kesadaran bahwa saudara dilayakkan hanya oleh jasa penebusan Kristus!

4) Doanya dinaikkan dengan iman pada janji Tuhan.

1Raja 18:43-44 menunjukkan iman Elia.

1Raja-raja 18:43-44 - “(43) Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: ‘Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.’ Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: ‘Tidak ada apa-apa.’ Kata Elia: ‘Pergilah sekali lagi.’ Demikianlah sampai tujuh kali. (44) Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: ‘Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.’ Lalu kata Elia: ‘Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.’”. Bdk. Yak 1:6-7 Mat 21:21-22 Mark 9:23.

Tetapi berbeda dengan ‘iman’ jaman ini, yang seringkali tidak didasarkan atas apapun, iman Elia di sini didasarkan atas janji Tuhan dalam 1Raja 18:1. Doa yang seperti ini tidak mungkin tidak dikabulkan!

Penerapan: kapanpun saudara menghadapi problem keuangan, selalulah ingat janji Tuhan dalam Mat 6:25-34, khususnya ay 33nya, dan berdoalah berdasarkan janji itu! Tetapi pada saat yang sama jangan lupa / lalai untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, karena itu adalah syaratnya!

5) Doanya dinaikkan dengan tekun (1Raja 18:42-44).

1Raja-raja 18:42-44 jelas menunjukkan ketekunan. Bayangkan, 6 x dia menyuruh bujangnya melihat tanda-tanda akan adanya hujan, dan tidak ada apa-apa! Kalau kita yang jadi dia, mungkin kita sudah lama berhenti berdoa. Tetapi Elia terus berdoa dengan tekun (bdk. Luk 18:1-8 Ef 6:18).

Penerapan: hal apa yang dahulu saudara doakan berkali-kali, tetapi sekarang tidak lagi, karena saudara putus asa? Pertobatan keluarga? Perbaikan dalam negara dan bangsa kita? Perkembangan /. perbaikan dalam gereja? Mampunya saudara mengatasi dosa / kelemahan tertentu? Minta jodoh? Problem keluarga? Apapun yang saudara minta, jangan berhenti berdoa sampai Allah mengabulkan doa. Saudara hanya boleh berhenti berdoa kalau saudara tahu-tahu sadar bahwa apa yang saudara minta itu tidak baik atau tidak sesuai kehendak Tuhan.

6) Doanya bukan doa yang egois, tetapi sebaliknya berdasarkan kasih.

a) Elia adalah orang yang penuh dengan kasih, dan ini ia tunjukkan dengan mengasihi Ahab.

1Raja-raja 18:41: Ahab di suruh makan dan minum, mungkin karena sepanjang hari dalam pertandingan mendatangkan api itu, ia tidak sempat makan ataupun minum. Ini menunjukkan bahwa Elia mengasihi Ahab.

1Raja 18:44: Elia menyuruh Ahab cepat-cepat pulang supaya tidak terhalang hujan. Ini lagi-lagi menunjukkan kasih Elia kepada Ahab.

b) Tidak hujan selama 3,5 tahun dimintanya sebagai hukuman untuk Israel, tetapi ini tetap karena kasih kepada Israel, yaitu supaya Israel bertobat.

Tentang doa minta hukuman untuk orang jahat, Thomas Manton berkata:

“It is sometimes lawful to imprecate the vengeance of God upon the wicked. Elias prayed that it might not rain, out of a zeal of God’s glory, and detestation of their idolatry. I confess here we must be cautious; imprecations in scripture were often uttered with a prophetic spirit, and by special impulse and intimation from God. Elijah’s act must not be imitated without Elijah’s spirit and warrant.” [= Kadang-kadang diijinkan untuk meminta pembalasan Allah bagi orang jahat. Elia berdoa supaya tidak hujan, karena semangatnya untuk kemuliaan Allah, dan kebencian / kejijikan terhadap penyembahan berhala mereka. Saya mengakui bahwa di sini kita harus berhati-hati; meminta sesuatu yang jelek / hukuman dalam Kitab Suci sering diucapkan dengan suatu roh nubuat, dan oleh suatu dorongan dan isyarat / pemberitahuan dari Allah. Tindakan Elia tidak boleh ditiru tanpa roh / semangat dan pemberian otoritas / kuasa Elia.].

Manton menambahkan lagi:

“There is a great deal of difference between public and private cases. In all private cases it is the glory of our religion to bless them that curse us, ... but in public cases, wherein divine or human right is interverted and disturbed, we may desire God to relieve oppressed innocence, to ‘wound the hairy scalp of evil-doers,’ &c.” [= Ada perbedaan besar antara kasus umum dan pribadi. Dalam semua kasus pribadi, merupakan kemuliaan agama kita untuk memberkati mereka yang mengutuk kita, ... tetapi dalam kasus umum, dimana hak ilahi atau manusia disalah-gunakan dan diganggu, kita boleh menginginkan supaya Allah membebaskan orang tak berdosa yang ditindas, untuk ‘melukai kulit kepala yang berambut dari pembuat-pembuat kejahatan’, dst.].

Catatan: kutipan di bagian akhir ini diambil dari Psalm 68:21 (Maz 68:22).

Jadi, dalam kasus pribadi memang tidak boleh ada doa minta hukuman Tuhan. Dalam hal ini kita harus mentaati / meneladani ayat-ayat seperti Mat 5:38-48 Luk 23:34 Kis 7:60. Dalam Luk 9:51-56, waktu orang Samaria melarang Yesus dan rombonganNya melewati daerah mereka, Yakobus dan Yohanes bertanya kepada Yesus apakah Ia mau mereka meminta api turun dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria itu (mungkin mereka mau meniru Elia dalam 2Raja 1:9-12), tetapi Yesus justru memarahi mereka.

Tetapi dalam kasus umum, seperti dalam perusakan gereja dan penganiayaan orang kristen, atau bahkan dalam aksi penjarahan dan pemerkosaan, maka dimungkinkan adanya doa untuk meminta hukuman Tuhan.

c) Elia lalu minta berkat (hujan) untuk mereka.

1. Setelah ada pertobatan dari dosa, barulah Elia memberikan janji hujan dan berdoa untuk hujan.

Jangan kira bahwa SELALU merupakan sesuatu yang baik untuk meminta Tuhan memberkati, atau membuang penderitaan seseorang! Kalau orang itu menderita karena hukuman / hajaran Tuhan, adalah salah untuk berdoa supaya ia diberkati atau supaya penderitaannya diangkat.

2. Ini menunjukkan bahwa Elia mengasihi Israel. Kalau tidak, sekalipun mereka bertobat, ia tidak akan minta berkat untuk mereka.

d) Jadi, baik pada waktu minta tidak ada hujan dan embun, maupun pada waktu minta hujan, Elia berdoa dengan motivasi yang tidak bersifat egois.

Ia berdoa demi Tuhan dan bangsa Israel, dan bahkan pada waktu berdoa supaya tidak ada hujan, ia sendiri menderita karena keke-ringan / kelaparan yang terjadi!

Pulpit Commentary: “Our prayers for rain or fine weather are often selfish. Elijah only desired the drought, only supplicated for rain, as a means of influencing Israel and advancing God’s work. It is partly the selfishness of our prayers which has led men to question the efficacy of all prayer. If men want to have their own way with the elements, or to make God’s power further their private ends, is it strange if He declines to hear them?” [= Doa kita untuk hujan atau cuaca baik seringkali bersifat egois. Elia hanya menginginkan kekeringan, dan hanya memohon hujan, sebagai suatu cara untuk mempengaruhi Israel dan memajukan pekerjaan Allah. Keegoisan dalam doa merupakan sebagian dari hal yang menyebabkan manusia mempertanyakan keefektifan dari semua doa. Jika manusia ingin mendapatkan jalan mereka sendiri dengan elemen-elemen itu, atau membuat kuasa Allah memajukan tujuan pribadi mereka, anehkah jika Ia menolak untuk mendengarkan mereka?] - hal 439.

Saya kira kata-kata ini benar. Kalau kita kepanasan, kita minta hujan, tetapi kalau mau pergi ke gereja kita minta cuaca baik. Jadi kita sering minta hujan atau tidak hujan dengan motivasi yang egois! Juga dalam meminta hal-hal yang lain, kita sering meminta dengan sikap egois. Karena itu tidak heran Tuhan tidak mengabulkan doa kita (bdk. Yak 4:3). Karena itu introspeksilah akan keegoisan dalam diri saudara, mintalah ampun atas hal-hal itu, mintalah pengudusan dalam hal itu, supaya saudara bisa berdoa dengan kasih, bukan dengan sikap egois!

Penutup / kesimpulan:

Maukah saudara meniru Elia dalam berdoa? Tuhan memberkati saudara.

-AMIN-

6).I Raja-raja 19:1-18

1Raja-raja 19:1-18 - “(1) Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, (2) maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: ‘Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.’ (3) Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. (4) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ‘Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.’ (5) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ‘Bangunlah, makanlah!’ (6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. (7) Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: ‘Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.’ (8) Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (9) Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’ (10) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (11) Lalu firmanNya: ‘Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!’ Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. (12) Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. (13) Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’ (14) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (15) Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. (16) Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau. (17) Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa. (18) Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.

I) Kejatuhan Elia.

1) Ahab dan Izebel (ay 1-2).

Ay 1-2: “(1) Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, (2) maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: ‘Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.’”.

a) Ahab menceritakan kepada Izebel apa yang Elia lakukan, bukan apa yang Allah lakukan (ay 1). Ini cara yang salah dalam menceritakan, tetapi banyak orang Kristen melakukan kesalahan yang sama. Misalnya: mengatakan pendeta itu menyembuhkan aku. Yang benar: Tuhan / Allah yang menyembuhkan aku!

b) Reaksi Izebel (ay 2).

1. Ay 2: ‘para allah menghukum’.

Untuk ‘para allah’ (yang jelas menunjuk kepada dewa-dewa dari Izebel) digunakan kata bentuk jamak ELOHIM, dan untuk ‘menghukum’ (Secara hurufiah: ‘memperlakukan’) juga digunakan kata kerja bentuk jamak.

Ini kontras dengan bagian Alkitab yang menunjuk kepada Allah. Misalnya Kej 1:1 - ‘Allah menciptakan’. Untuk ‘Allah’ digunakan kata bentuk jamak ELOHIM, sedangkan untuk ‘menciptakan’ digunakan kata Ibrani BARA, yang adalah kata kerja bentuk tunggal. Ini merupakan salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal.

2. Izebel tidak putus asa dengan kegagalan / kekalahan nabi-nabi Baal, tetapi ia bahkan menjadi makin berkobar-kobar. Tetapi justru Elianyalah yang lalu menjadi putus asa!

Ini suatu pelajaran bagi kita yang adalah anak-anak Tuhan. Kalau kita kalah gigih / tekun dibandingkan dengan anak-anak setan dalam ‘peperangan rohani’ ini, bukankah itu sesuatu yang memalukan??? Dan bagaimana ‘nasib’ kerajaan Allah di bumi ini kalau kita kalah gigih / tekun dibandingkan dengan anak-anak setan?

3. Izebel mengirim seorang suruhan untuk memberitahu Elia; dan ini menunjukkan keyakinannya untuk bisa membunuh Elia. Tetapi ternyata ia gagal, dan ini menunjukkan bahwa hidup atau mati, bahkan segala sesuatu sampai hal yang sekecil-kecilnya ada di tangan Tuhan, bukan di tangan manusia, apakah ia ratu / raja, penggede, konglomerat, hakim, atau jendral, atau siapapun juga dia adanya.

Bdk. Mat 10:28-30 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.”.

c) Ahab lagi-lagi mendiamkan Izebel bertindak semaunya.

Ahab dan Izebel merupakan teladan jelek bagi suami istri. Istri, jangan tiru Izebel; suami, jangan tiru Ahab.

Seharusnya antar suami istri, sekalipun saling dukung itu penting, tetapi dalam hal yang salah, harus ada keberanian untuk saling mengkoreksi!! Ini juga berlaku antar teman, rekan kerja dan sebagainya.

2) Reaksi Elia (ay 3-4).

Ay 3-4: “(3) Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. (4) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ‘Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.’”.

a) Elia takut?

Ay 3: ‘Maka takutlah ia, ...’.

KJV/ASV/NKJV: ‘And when he saw’ [= Dan ketika ia melihat].

RSV/NASB: ‘he was afraid’ [= ia takut].

NIV: ‘Elijah was afraid’ [= Elia takut].

Footnote NIV: ‘Elijah saw’ [= Elia melihat].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And when he saw that,’ (wayar. The Jews, jealous of ascribing to the prophet the emotion of fear, as derogatory to his high character, have regulated the punctuation of this word so that it is referred to ‎RAAH‎, to see; instead of ‎YARE‎, to be afraid. But it is evident from the whole tenor of the context that his hasty and distant flight was prompted by the influence of sudden fear).” [= ‘Dan ketika ia melihat bahwa’, (WAYAR. Orang-orang Yahudi, karena takut untuk menganggap sang nabi merasa takut, sebagai merendahkan karakternya yang tinggi, telah mengatur tanda-tanda dari kata ini sehingga itu menunjuk pada RAAH, ‘melihat’; dan bukannya YARE, ‘merasa takut’. Tetapi adalah jelas dari seluruh nada dari kontext bahwa pelariannya yang tergesa-gesa dan jauh didorong oleh rasa takut yang mendadak).].

Catatan: Albert Barnes dan Matthew Henry memilih ‘takut’; Keil & Delitzsch memilih ‘melihat’.

Beberapa penafsir memilih terjemahan ‘melihat’ ini karena, sama seperti orang-orang Yahudi, mereka tidak mau menerima bahwa Elia takut. Kalau ia memang takut mati, mengapa dalam ay 4 justru minta mati? Mereka menganggap bahwa Elia lari bukan karena takut tetapi karena merasa gagal. Tetapi banyak penafsir yang menganggap Elia memang takut, dan karenanya ia lalu lari menyelamatkan nyawanya. Saya sendiri condong untuk menganggap bahwa Elia memang merasa takut. Mati dibunuh / disiksa oleh tangan Izebel, tentu berbeda dengan mati di tangan Tuhan. Yang kedua tidak ia takuti, bahkan ia memintanya. Tetapi yang pertama, itu yang ia takuti.

Kalau Elia memang takut, maka ini menunjukkan bahwa ia tidak belajar dari pengalamannya, karena selama 3,5 tahun ia dilindungi oleh Tuhan. Tetapi bukankah kita juga sering seperti itu? Selama ini kita dipelihara oleh Tuhan, tetapi terus kuatir pada saat terjadi krisis ekonomi!

Rasa takut Elia menunjukkan bahwa ia cuma manusia biasa seperti kita (bdk. Yak 5:17). Seharusnya Elia berkata seperti Nehemia dalam Neh 6:11.

Yak 5:17 - “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.”.

Neh 6:11 - “Tetapi kataku: ‘Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku tidak pergi!’”.

b) Elia lari ke Bersyeba, dan lalu ke padang gurun (ay 3-4).

1. Bersyeba terletak pada batas selatan dari Palestina.

Ini terletak di luar wilayah Israel / kekuasaan Ahab, tetapi termasuk wilayah Yehuda sehingga ada di bawah kekuasaan raja Yehuda yaitu Yosafat. Tetapi Yosafat mempunyai hubungan baik dengan Ahab. Ini terlihat dari:

a. 1Raja 22:4 - Yosafat mengajak Ahab berperang melawan Ramot-Gilead.

b. 2Taw 18:1 - Yosafat adalah besan Ahab. Ini salah terjemahan.

NIV: ‘he allied himself with Ahab by marriage’ [= ia menyekutukan dirinya sendiri dengan Ahab melalui perkawinan].

Tetapi dari 2Raja 8:16-18, 2Taw 21:6 dan 2Taw 22:2 terlihat bahwa Yosafat memang adalah besan dari Ahab, karena anaknya menikah dengan anak Ahab.

Karena itu Elia masih merasa tidak aman di wilayah Yehuda, dan ia lalu lari terus ke gurun (ay 3b-4).

2. Kesalahan Elia di sini adalah bahwa ia tidak meminta petunjuk Tuhan!

Baik pada waktu di Yizreel maupun di Bersyeba, ia tidak meminta petunjuk / pimpinan Tuhan. Juga ia meninggalkan pelayanan tanpa permisi kepada Tuhan. Ini seperti pembantu yang lalu pergi begitu saja meninggalkan pekerjaannya, tanpa permisi kepada majikannya. Kalau saudara jadi majikannya, apa saudara tidak marah? Kalau ya, jangan jadi pelayan seperti itu! Bandingkan dengan 1Raja 17:2,8 18:1 dimana ia bertindak setelah mendapat Firman Tuhan.

Penerapan: kekecewaan / penderitaan apapun tidak boleh membuat kita bertindak semau kita sendiri. Kita harus minta pimpinan Tuhan dan bertindak sesuai dengan kemauan Tuhan! Tiru Yesus waktu di Taman Getsemani!

c) Elia minta mati (ay 4b).

1. Komentar-komentar tentang permintaan Elia untuk mati.

Pulpit Commentary: “How completely he is the sport of circumstances; how full of contradictions his conduct. At one moment he flees for his life; at the next he requests for himself that he may die. ‘Doth he wish to be rid of his life because he feared to lose it?’ (Hall.) Yesterday strong in faith, fearing neither man nor devil; to-day trembling before a woman, wretched and despairing.” [= Betapa sepenuhnya ia menjadi permainan dari keadaan; betapa penuh dengan kontradiksinya tindakannya. Pada satu saat ia lari untuk nyawanya; pada saat selanjutnya ia memohon supaya ia boleh mati. ‘Apakah ia ingin membuang / kehilangan nyawanya karena ia takut kehilangan nyawanya?’ (Hall). Kemarin kuat dalam iman, tidak takut kepada manusia maupun setan; hari ini gemetar di hadapan seorang perempuan, sangat sedih / buruk / hancur hati dan putus asa.] - hal 466.

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Kitto:

“Strange contradiction! Here the man who was destined not to taste of death, flees from death on the one hand and seeks it on the other.” [= Kontradiksi yang aneh! Di sinilah seseorang yang ditakdirkan untuk tidak merasakan kematian, melarikan diri dari kematian di satu pihak dan mencarinya di pihak yang lain.] - hal 459.

Pulpit Commentary: “We are not fittest for heaven when we are most tired of earth.” [= Kita bukannya paling cocok untuk surga pada waktu kita paling bosan terhadap dunia.] - hal 480.

2. Ini menunjukkan bahwa Elia mengalami depresi yang sangat dalam. Tetapi apa penyebab depresi Elia ini?

a. Perasaan gagal dalam pelayanan.

Ay 10,14: “(10) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ ... (14) Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.’”.

Ini beda antara orang yang mempunyai semangat yang hebat dalam pelayanan, dan orang yang melakukan pelayanan dengan asal-asalan saja. Orang yang tak mempunyai semangat akan bersikap cuek / acuh tak acuh ketika pelayanannya gagal! Orang yang mempunyai semangat yang hebat dalam pelayanan memang adalah orang yang paling mudah mengalami depresi pada waktu mengalami kegagalan!

Seharusnya Elia ingat kata-kata ini: “God does not call us to be successful, but to be faithful.” [= Allah tidak memanggil kita untuk sukses, tetapi untuk setia.].

Tugas kita adalah melakukan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Apakah pelayanan itu sukses atau berhasil, itu urusan Tuhan! Bdk. 1Kor 3:6-7.

b. Kelelahan / kelemahan fisik.

Ia lari menempuh jarak Yizreel - Bersyeba, yaitu sekitar 95 mil / lebih dari 150 km, dan masih ditambah lagi sehari perjalanan ke padang gurun (ay 4a). Ini membuat ia mengalami kelelahan yang luar biasa, ditambah lagi ia mengalami kelaparan (ini terlihat dari ay 5-7 dimana Tuhan menanganinya bukan hanya dengan memberinya istirahat / tidur, tetapi juga dengan memberinya makan). Kelelahan dan kelemahan fisik ini bisa menyebabkan / menambah depresi.

Pulpit Commentary: “The relation that exists between the state of the body and the state of the mind is very mysterious, but very real. The elation or depression of our religious feeling depends far more on mere physical conditions than we often imagine.” [= Hubungan yang ada antara keadaan tubuh dan keadaan jiwa adalah sangat misterius, tetapi sangat nyata. Perasaan agamawi berupa kegembiraan atau depresi tergantung pada kondisi fisik jauh lebih banyak dari yang sering kita bayangkan.] - hal 474.

Karena itu dalam keadaan depresi, sekalipun olah raga adalah sesuatu yang baik, tetapi jangan melakukannya secara berlebihan, karena setelah itu bisa bahkan menambah depresi itu.

Ini juga menunjukkan bahwa orang kristen wajib memelihara kesehatan fisik, karena kalau kesehatan fisik tidak baik, itu juga bisa menimbulkan / menambah depresi.

Pulpit Commentary: “The neglect of sanitary laws is a sin.” [= Pengabaian hukum-hukum kesehatan adalah suatu dosa.] - hal 477.

c. Penderitaan lain: kepanasan.

Ay 4: ‘lalu duduk di bawah sebuah pohon arar’.

Dalam Interlinear Greek - English diterjemahkan ‘broom-tree’ [= pohon sapu].

Pulpit Commentary: “His sitting under the ‘juniper’ is mentioned, not to suggest that he derived comfort from an ample shade, but rather to show how little shelter he could find. The word (רתם) is construed as in the text by the Hebrews, by Jerome, and the Vulgate; yet it is rather the genista (broom), a shrub with yellow flowers which grows in the desert, and which has its name (from רתם to bind) from the toughness or tenacity of its twigs, which were used for withes. Not only was he wayworn with his journey and exposure to the sun, ...” [= Duduknya ia di bawah ‘pohon arar’ disebutkan bukan untuk menunjukkan bahwa ia mendapatkan kesenangan / bantuan dari bayang-bayang yang cukup, tetapi sebaliknya untuk menunjukkan betapa sedikitnya naungan yang bisa ia dapatkan. Kata itu (רתם) ditafsirkan seperti dalam text oleh orang-orang Ibrani, oleh Jerome, dan Vulgate; tetapi itu sebetulnya adalah genista (sapu), semak dengan bunga berwarna kuning yang tumbuh di gurun, dan yang mendapatkan namanya (dari רתם ‘mengikat’) dari kekuatan atau keuletan dari ranting-rantingnya, yang digunakan untuk pengikat. Bukan saja ia sangat lelah karena perjalanannya dan kepanasan karena matahari, ...] - hal 471.

Catatan: intinya, pohon jenis itu sebetulnya tak memberi bayang-bayang yang cukup untuk melindungi dia dari cuaca yang sangat panas.

d. Dosa, dimana ia meninggalkan tempat / pelayanan tanpa ijin Tuhan.

Pulpit Commentary: “his despondency deepened as he lost himself in the solitudes of wilderness. His was the inward disquietude which will always be the penalty of a man’s having weakly or wilfully deserted the path of duty. When good men place themselves in a false position, they must expect the shadow of some morbid condition of feeling to fall upon their spirit. When the hands of those who ought to be busy about some work for God are idle, their hearts are left a prey to all sorts of evil influences. Religious activity is one of the main secrets of religious health.” [= keputusasaannya makin mendalam pada waktu ia menyembunyikan dirinya sendiri dalam kesunyian padang gurun. Ia mengalami ketidaktenangan batin yang selalu merupakan hukuman bagi orang yang meninggalkan kewajiban baik karena kelemahan maupun karena sengaja. Pada saat orang yang saleh menempatkan dirinya pada posisi yang salah, mereka harus mengharapkan bayangan dari kondisi yang tak sehat dari perasaan untuk jatuh pada roh mereka. Pada waktu tangan mereka yang seharusnya sibuk dengan pekerjaan untuk Allah menjadi malas, hati mereka ditinggalkan sebagai mangsa dari segala macam pengaruh jahat. Aktivitas agama / rohani merupakan salah satu dari rahasia utama kesehatan agama / rohani.] - hal 475.

Penerapan: kalau orang yang tadinya melayani lalu berhenti dari pelayanan bisa mengalami kejatuhan rohani / depresi, bagaimana dengan orang yang tidak pernah mau melayani? Karena itu selalulah berusaha supaya saudara bisa berguna untuk Tuhan!

e. Kesepian.

Mungkin depresi yang dialami Elia juga disebabkan atau diperparah oleh kesepian / kesendirian. Bdk. Ay 3 ia meninggalkan bujangnya di Bersyeba dan masuk ke padang gurun seorang diri. Juga ay 10,14 - ‘hanya aku seorang dirilah yang masih hidup’.

Bdk. Ibr 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”.

3. Mengapa Tuhan membiarkan Elia jatuh seperti ini?

a. Untuk menunjukkan bahwa manusia yang terhebatpun akan hancur kalau Tuhan tidak menolongnya.

Pulpit Commentary: “So unstable are the grandest forms of human virtue, and so weak are the noblest of men when God is pleased for a while to leave them to themselves.” [= Begitu tidak stabil bentuk yang teragung dari kebaikan / sifat baik manusia, dan begitu lemah manusia yang paling mulia pada waktu Allah berkenan untuk sementara waktu meninggalkan mereka pada diri mereka sendiri.] - hal 474.

Karena itu selalulah bersandar kepada Tuhan!

b. Mungkin supaya Elia tetap sadar akan kelemahannya dan tidak menjadi sombong.

Bdk. 2Kor 12:7-10 - “(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

Atau bahkan mungkin untuk mempertobatkan Elia dari kesombongannya, karena kata-katanya dalam ay 4b - ‘sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku’ - sangat mungkin menunjukkan bahwa tadinya ia menganggap dirinya lebih baik dari nenek moyangnya.

II) Pengobatan Tuhan.

1) Memberi istirahat, makan, dan minum, dan semua ini memberi Elia kekuatan (ay 5-8).

Ay 5-8: “(5) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ‘Bangunlah, makanlah!’ (6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. (7) Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: ‘Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.’ (8) Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.”.

a) Dalam ay 5-8 Tuhan memberi tidur, makan dan minum kepada Elia.

Tuhan tahu bahwa salah satu penyebab depresinya adalah kelelahan dan kelemahan fisik, karena lari dari Yizreel ke Bersyeba dan lalu ke padang gurun, tanpa makanan ataupun minuman. Karena itu sekarang Tuhan menangani kelelahan fisik ini melalui pemberian istirahat, makanan dan minuman.

Pulpit Commentary: “The disease of the mind is to be cured by first removing the weakness of the body, which was one of its causes. It is a suggestive incident. Our physical nature is as truly an object of Divine thought and care as the spiritual.” [= Penyakit pikiran harus disembuhkan dengan pertama-tama membuang kelemahan tubuh, yang merupakan salah satu penyebabnya. Ini merupakan peristiwa yang memberikan suatu gagasan. Tubuh / fisik kita merupakan obyek pemikiran dan pemeliharaan ilahi sama seperti rohani kita.] - hal 475.

Penerapan: jangan kuatir terhadap krisis ekonomi, harga barang-barang dan makanan yang naik, dsb, karena Tuhan memperhatikan jasmani kita!

Bdk. Mat 6:30-32 - “(30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.”.

Mat 15:32 - “Lalu Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata: ‘HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.’”.

b) Ini menunjukkan bahwa ketidak-sabaran, ketidak-percayaan dan ketidak-setiaan Elia, tidak membuang / mengurangi perhatian dan kasih Allah kepadanya!

Bdk. Maz 103:14 - “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

c) Kitab Suci sering menceritakan pemberian makan secara mujijat.

1. Israel mendapat manna selama 40 tahun dan juga burung puyuh (Kel 16:13-35 Bil 11:31--32 Ul 8:3,4,16).

2. Elia dan janda miskin serta anaknya diberi makan secara mujijat dengan tepung dan minyak yang tidak habis-habisnya (1Raja 17:14-16).

3. Elisa memberi makan 100 orang (2Raja 4:42-44).

4. Yesus memberi makan 5000 orang (Mat 14:15-21 Mark 6:35-44 Luk 9:12-17 Yoh 6:1-15).

5. Yesus memberi makan 4000 orang (Mat 15:32-38 Mark 8:1-10).

6. Yesus diberi makan di padang gurun (Mat 4:11).

Dari semua ini jelas bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari kehendak Tuhan!

Mat 4:4 - “Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’”. Bdk. Ul 8:3.

Ul 8:3 - “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.”.

d) Oleh kekuatan makanan itu Elia berjalan 40 hari 40 malam ke gunung Horeb (ay 8).

1. Jarak Bersyeba - Horeb ada yang mengatakan 150 mil, ada yang mengatakan 130 mil, tetapi di peta 200 mil.

2. Elia puasa 40 hari 40 malam. Orang lain yang melakukan hal ini adalah Musa (Kel 34:28) dan Yesus (Mat 4:2), dan ketiga orang ini bertemu di puncak gunung waktu Yesus dimuliakan (Mat 17:3).

2) Pertemuan Elia dengan Tuhan (ay 9-14).

a) Ay 9b,13b: ‘Apakah kerjamu di sini, hai Elia?’.

NIV: “What are you doing here, Elijah?” [= Apa yang sedang engkau lakukan di sini Elia?].

Ay 9b,13b ini sekalipun lembut tetapi tetap merupakan teguran. Pertanyaan ini secara implicit juga menunjukkan bahwa pada saat itu Elia bisa lebih berguna di tempat lain.

Pulpit Commentary: “Wherever we are it behoves us to ask ourselves what business we have here. Everywhere our first business is to glorify God.” [= Dimanapun kita berada kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri apa yang kita lakukan di sini. Dimanapun, urusan pertama kita adalah memuliakan Allah.] - hal 471.

Bdk. 1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.

b) Ay 10a,14a: “Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, ...”.

Ay 10a,14a (NIV): “I have been very zealous for the LORD God Almighty” [= Aku telah sangat bersemangat untuk TUHAN Allah yang maha-kuasa].

Tuhan menanyakan apa yang sedang ia lakukan saat itu, tetapi Elia menjawab tentang apa yang ia lakukan dahulu.

Banyak orang kristen yang kalau mendapat pertanyaan serupa, juga menjawab seperti Elia: ‘Dulu aku guru sekolah minggu’. ‘Dulu aku majelis’. Dsb. Yang penting adalah: ‘SEKARANG bagaimana???

Jawaban Elia dalam ay 10,14 itu sudah menunjukkan bahwa ia salah karena pada saat itu tidak melakukan apa-apa. Tetapi ada banyak jemaat / orang kristen yang bahkan menjawab seperti Elia saja tidak dapat, karena mereka tidak pernah melakukan pekerjaan / pelayanan apa-apa, dulu maupun SEKARANG!

c) Ay 10b,14b: ‘orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku’.

1. Ini menunjukkan bahwa Elia berbicara negatif tentang Israel.

Pulpit Commentary: “The motive of his intercession to God against Israel is not personal revenge, but zeal for Jehovah. And though we are bound, as Christians, to love our enemies, that does not say that we are to love the enemies of God. There is spurious charity in high favour which the Scriptures do not sanction.” [= Motivasi dari doa syafaatnya kepada Allah menentang Israel bukanlah balas dendam pribadi, tetapi semangatnya untuk Yehovah. Dan sekalipun sebagai orang kristen kita harus mengasihi musuh kita, itu tidak berarti bahwa kita harus mengasihi musuh Allah. Ada kasih yang palsu yang disenangi banyak orang, tetapi tidak didukung oleh Kitab Suci.] - hal 472.

Sebagai dukungan terhadap kutipan di atas, bacalah 3 ayat di bawah ini:

a. 2Taw 19:2b - “Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau.”.

Ini adalah kata-kata Tuhan melalui Yehu kepada Yosafat, karena ia bersahabat dengan Ahab!

b. Maz 139:21-22 - “(21) Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? (22) Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.”.

c. 2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.

Ayat ini harus saudara pikirkan dan taati pada waktu saudara berhadapan dengan nabi-nabi palsu!

2. Ini menunjukkan bahwa Elia merasa bahwa pelayanannya tidak berbuah.

Pulpit Commentary: “We know that no work, really and truly done for God, can be wasted (Isa. 55:11); but we are often tempted to think it is. ... it is for our comfort to remember, in times of depression, that the greatest of the prophets saw little or no fruit of his labours.” [= Kita tahu bahwa tidak ada pekerjaan, yang sungguh-sungguh dan betul-betul dilakukan bagi Allah, bisa sia-sia (Yes 55:11); tetapi kita sering dicobai untuk berpikir demikian. ... merupakan sesuatu yang menghibur kita untuk mengingat pada masa depresi bahwa nabi yang terbesar melihat sedikit atau tidak ada buah dari jerih-payahnya.] - hal 391.

Bdk. Yes 55:10-11 - “(10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, (11) demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”.

Bdk. 1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam (persekutuan dengan) Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”.

Catatan: bagian yang saya letakkan dalam tanda kurung itu seharusnya tidak ada.

d) Ay 11a: “Lalu firmanNya: ‘Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!’. Maka TUHAN lalu!”.

NASB, KJV, RSV seperti Kitab Suci Indonesia.

NIV: “The LORD said, ‘Go out and stand on the mountain in the presence of the LORD, for the LORD is about to pass by’” [= TUHAN berkata: ‘Keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di hadapan TUHAN, karena TUHAN akan lalu / lewat’].

e) Ay 11-12: “(11) Lalu firmanNya: ‘Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!’ Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. (12) Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.”.

Tuhan tidak ada dalam angin besar dan kuat, gempa maupun api, tetapi ada dalam ‘angin sepoi-sepoi basa’. NIV menterjemahkan ‘a gentle whisper’ [= suatu bisikan / bunyi angin yang lembut]. Apa arti semua ini?

Keil & Delitzsch mengutip Herder: “The design of the vision was to show to the fiery zeal of the prophet, who wanted to reform everything by means of the tempest, the gentle way which God pursues, and to proclaim the long-suffering and mildness of His nature, ...” [= Tujuan dari penglihatan itu adalah menunjukkan kepada semangat yang berapi-api dari sang nabi, yang ingin mereformasi segala sesuatu dengan menggunakan badai, cara yang lembut yang ditempuh Allah, dan menyatakan sifatNya yang panjang sabar dan halus / lembut, ...] - hal 258.

Keil & Delitzsch: “But now the Lord was not in these terrible phenomena; to signify to the prophet that He did not work in His earthly kingdom with the destroying zeal of wrath, or with the pitiless severity of judgment.” [= Tetapi Tuhan tidak ada dalam kejadian alam yang mengerikan ini; menunjukkan kepada sang nabi bahwa Ia tidak bekerja dalam Kerajaan duniawiNya dengan semangat kemarahan yang menghancurkan, atau dengan kekerasan penghakiman yang tidak berbelas kasihan.] - hal 258.

Saya berpendapat bahwa penafsiran di atas ini SALAH karena:

1. Ay 11-12 menunjukkan sikap Tuhan kepada Elia, bukan kepada Israel / Ahab / Izebel.

2. Ay 15-17 menunjukkan Tuhan akan menghukum Israel.

3. Dialog Tuhan - Elia dalam ay 13-18 sedikitpun tidak menyinggung hal ini.

4. Pelayanan / sikap Elia sesudah ini tidak berubah dari sebelumnya, misalnya lihat 1Raja 21:17-dst (tentang kebun anggur Nabot), dan juga 2Raja 1:1-18 (Elia menurunkan api dari langit untuk membinasakan orang-orang yang mau menangkapnya).

Saya berpendapat bahwa semua ini menunjukkan sikap Allah terhadap Elia. Sekalipun Elia salah / jatuh, tetapi Tuhan tetap tidak datang kepadanya dalam gempa, angin atau api, yang semuanya merupakan simbol hukuman Tuhan (Maz 18:8-15), tetapi Tuhan datang dalam kelembutan dan kasih.

Penerapan: ini juga berlaku bagi diri saudara. Asal saudara betul-betul adalah seorang anak Allah, maka pada saat saudara jatuh ke dalam dosa, janganlah membayangkan bahwa Allah murka kepada saudara (kecuali kalau saudara dengan sikap tegar tengkuk tidak mau bertobat dari dosa itu).

Karena adanya penebusan Yesus Kristus, Tuhan selalu menghadapi saudara dengan kasih dan kelembutan seorang Bapa kepada anakNya.

Bdk. Maz 103:8-14 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”.

3) Koreksi terhadap Elia (ay 15-18).

Ay 15-18: “(15) Firman TUHAN kepadanya: ‘Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. (16) Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau. (17) Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa. (18) Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.

a) Ay 15: ‘Pergilah, kembalilah’.

Ini harus dilakukan oleh setiap orang yang meninggalkan pelayanan tanpa ijin Tuhan!

Dalam Pulpit Commentary (hal 469) diceritakan sebuah dongeng tentang rasul Tomas. Dikatakan bahwa suatu hari Tomas kembali ragu-ragu akan kebangkitan Yesus. Ia lalu mencari rasul-rasul yang lain, dan mulai menceritakan keragu-raguannya itu. Tetapi semua rasul itu memandangnya dengan heran, dan lalu menjawab bahwa mereka menyesal atas apa yang Tomas alami itu, tetapi mereka begitu sibuk dalam pelayanan sehingga tidak punya waktu untuk mendengarkan cerita Tomas itu lebih lanjut. Tomas lalu mencari perempuan-perempuan pengikut Yesus, dan lalu mulai menceritakan keragu-raguannya kepada mereka. Tetapi perempuan-perempuan itu bereaksi secara sama dengan rasul-rasul tadi. Akhirnya Tomas merenung, dan lalu berpikir bahwa mungkin karena mereka begitu sibuk dalam pelayanan, maka mereka bebas dari keragu-raguan itu. Ia lalu pergi ke Parthia dan menyibukkan dirinya dengan pemberitaan Injil, dan sejak saat itu ia tidak pernah ragu-ragu lagi tentang kebangkitan Yesus.

Ini mungkin cuma dongeng, tetapi ada kebenarannya yaitu: ‘pelayanan’ menguatkan iman, sedangkan ‘tidak melayani’ atau ‘berhenti melayani’ merusak iman!

Dan satu hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam kasus Elia ini Tuhan mengobati Elia yang sedang depresi itu dengan menyuruhnya melakukan pelayanan kembali!

b) Ay 15-17 menunjukkan pelayanan yang Tuhan kehendaki dari Elia.

Ini merupakan ayat sukar, karena Elisa, Yehu dan Hazael tidak diurapi oleh Elia.

1. Elisa memang menggantikan Elia tetapi tidak diurapi oleh Elia.

2. Yehu diurapi, tetapi bukan oleh Elia ataupun Elisa tetapi oleh nabi muda yang disuruh oleh Elisa (2Raja 9:1,6).

3. Hazael dinubuatkan menjadi raja oleh Elisa tetapi tidak diurapi (2Raja 8:7-15).

Mungkin ‘urapi’ di sini harus diartikan ‘appoint’ [= menunjuk / menentukan / mengangkat], atau seperti kata-kata Adam Clarke: “it is probable that the word ‘anoint’, here signifies no more than ‘the call to the office’,” [= adalah mungkin bahwa kata ‘mengurapi’, di sini berarti tidak lebih dari ‘panggilan untuk jabatan’,] - hal 464.

Alasan pandangan ini:

a. Tidak pernah ada cerita pengurapan atas nabi. Tetapi bandingkan dengan:

1Taw 16:22 / Maz 105:15 - “‘Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap nabi-nabiKu!’”.

Catatan: bunyi kedua ayat ini persis sama.

b. Elia bisa mengurapi Elisa tetapi tetap tidak melakukannya.

Penggenapan nubuat ini dalam diri Hazael, Yehu dan Elisa.

(1) Tentang Hazael lihat 2Raja 8:12 10:32 13:3,22.

(2) Yehu menjadi raja atas Israel. Ini memastikan jatuhnya Ahab dan Izebel (bdk. 2Raja 9:24-33 10:1-28).

(3) Kata-kata ‘dibunuh oleh Elisa’ (ay 17) tidak boleh diartikan hurufiah.

Bdk. Hos 6:5 - “Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulutKu, dan hukumKu keluar seperti terang.”.

Ay 15-17 dikatakan oleh Tuhan bukan hanya untuk menunjukkan pelayanan yang Ia kehendaki dari Elia, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa Ia akan menghukum Israel / Ahab / Izebel (ini nyata terlihat dari pengangkatan Yehu menjadi raja Israel). Ini merupakan penghiburan bagi Elia karena ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan terus menerus dosa Ahab dan Izebel.

c) Ay 18: “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.’”.

1. Tense dari ay 18.

‘Aku akan meninggalkan’ [= RSV/NASB].

NIV: Yet I reserve 7000 ... [= Tetapi Aku menyimpan / menjaga 7000 ...]. Ini menggunakan present tense.

KJV: Yet I have left me ... [= Tetapi Aku telah meninggalkan untukKu ...]. Ini menggunakan perfect tense!

Bandingkan dengan Ro 11:4 yang mengutip 1Raja 19:18 ini.

Ro 11:2b-4 - “(2b) Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: (3) ‘Tuhan, nabi-nabiMu telah mereka bunuh, mezbah-mezbahMu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (4) Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? ‘Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagiKu, yang tidak pernah sujud menyembah Baal.’”.

Catatan: Untuk Ro 11:4 ini semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ke dalam past tense / bentuk lampau.

2. Ay 18 akhir: ‘dan yang mulutnya tidak mencium dia’.

Memang orang-orang kafir yang menyembah berhala sering melakukan praktek penciuman terhadap patung berhala mereka.

Bdk. Ayub 31:26-27 - kecupan tangan terhadap matahari. Hos 13:2 - mencium anak lembu.

Ayub 31:26-28 - “(26) jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya, (27) sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya, (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.”.

Hos 13:2 - “Sekarangpun mereka terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah korban kepadanya!, kata mereka. Baiklah manusia mencium anak-anak lembu!”.

Juga sampai jaman sekarang, gereja-gereja tertentu masih melakukan praktek mencium patung!

3. Kata ‘Aku’ dalam ay 18 menunjukkan bahwa adanya ‘remnant’ [= sisa] yang setia kepada Tuhan, merupakan pekerjaan Allah sendiri.

Bdk. Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.

Kalau banyak orang murtad / meninggalkan Tuhan, dan saudara bisa tetap setia, jangan sombong dan merasa lebih baik dari orang banyak itu. Saudara bisa setia hanya karena pekerjaan Tuhan dalam diri saudara. Tanpa itu saudara mungkin akan menjadi lebih buruk dari orang banyak itu!

4. Ay 18 ini diucapkan Tuhan untuk menunjukkan bahwa pelayanan Elia tidak sia-sia, dan bahwa kata-kata Elia dalam ay 10,14 tidak benar. Memang depresi membuat segala sesuatu terlihat lebih gelap dari yang sebenarnya.

Penutup.

Sesuatu yang luar biasa dari Elia adalah bahwa ia lalu taat kepada perintah Tuhan dan ia kembali melakukan pelayanan (ay 19-21). Dan justru semua itu mengangkat dia dari kejatuhannya / depresinya.

Kiranya seluruh pelajaran ini bisa menolong saudara kalau sedang mengalami depresi / kejatuhan rohani seperti Elia! Berhenti dari pelayanan justru membuat semua hancur. Terus tekun dan gigih dalam pelayanan di tengah-tengah hal-hal yang menyakitkan dan mengecewakan, membuat kita bangkit kembali, atau lebih tepat, membuat Tuhan membangkitkan kita kembali!

Yang mana pilihan saudara? Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian dalam memilih yang benar!

-AMIN-

7).I Raja-raja 19:19-21

1Raja-raja 19:19-21 - “(19) Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. (20) Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: ‘Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau.’ Jawabnya kepadanya: ‘Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.’ (21) Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.”.

I) Elisa sebelum / pada saat dipanggil.

1) Elisa sedang sibuk bekerja (ay 19).

Elisa dipanggil untuk melayani Tuhan pada waktu ia sedang sibuk bekerja, bukan pada waktu ia sedang menganggur / bermalas-malasan.

Hal yang sama terjadi dengan Petrus, Andreas, Yohanes, dan Yakobus (Mat 4:18-22), dan juga dengan Matius (Mat 9:9 - ‘duduk’ di sini bukan bermalas-malasan, tetapi sedang bekerja, karena pemungut cukai ini sedang ‘duduk di rumah cukai’).

Pulpit Commentary: “God never calls an idle man.” [= Allah tidak pernah memanggil orang yang malas.] - hal 469.

Pulpit Commentary: “While in pursuit of his business he was called of God. Business will not be honest if it prevent us from hearing God’s voice.” [= Pada waktu melakukan pekerjaannya ia dipanggil oleh Allah. Bisnis tidaklah baik jika itu menghalangi kita untuk mendengar suara Allah.] - hal 473.

Penerapan: Setiap saudara dipanggil untuk melayani Tuhan. Jangan berkata “Saya tidak ada waktu.”, atau “Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan saya.”. Saudara harus memilih antara mengutamakan Tuhan / pelayanan atau mengutamakan pekerjaan / kesibukan dan menjadikannya sebagai ‘allah lain’ (bdk. Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu.”).

2) Elisa adalah orang yang kaya.

Dikatakan dalam ay 19 bahwa ia sedang membajak dengan ‘12 pasang lembu’, dan ini menunjukkan bahwa Elisa adalah orang yang kaya.

Ini juga menunjukkan:

a) Kerajinannya. Sekalipun ia kaya tetapi ia sendiri ikut bekerja.

b) Pada waktu ia memenuhi panggilan Tuhan, ia kehilangan banyak harta duniawi.

Luk 14:33 - “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.”.

II) Panggilan terhadap Elisa.

1) Panggilan ini datang dari Tuhan, bukan dari Elia (ay 16).

Ay 16: “Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.”.

2) Cara Elia memberikan panggilan adalah dengan melemparkan jubahnya.

Ay 19b: “Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya.”.

Jubah yang dimaksud adalah jubah nabi (bdk. Zakh 13:4 yang mengatakan bahwa nabi mempunyai ‘jubah berbulu’).

Pulpit Commentary: “‘The prophet’s cloak was a sign of the prophet’s vocation’ (Keil). To cast the cloak to or upon Elisha was therefore an appropriate and significant way of designating him to the prophetic office. ‘When Elijah went to heaven Elisha had the mantle entire’ 2Kings 2:13 (Henry).” [= ‘Jubah nabi adalah tanda dari pekerjaan nabi’ (Keil). Karena itu, melemparkan jubah itu kepada atau ke atas Elisa merupakan suatu cara yang tepat / cocok dan berarti untuk menunjuknya pada jabatan nabi. ‘Pada waktu Elia naik ke surga, Elisa mendapatkan seluruh jubah itu’ 2Raja 2:13 (Henry).] - hal 464.

Pulpit Commentary: “The mantle of Elijah thrown upon Elisha was the sign that he was to ‘follow him,’ to be his servant first, and eventually to be his successor. The mantle, accordingly, came fully into the possession of Elisha when his ‘master’ was ‘taken from his head’ (2Kings 2:3,13).” [= Pelemparan jubah Elia kepada Elisa merupakan tanda bahwa ia harus ‘mengikutinya’, mula-mula sebagai pelayannya, dan akhirnya menjadi penggantinya. Karena itu, jubah itu menjadi milik Elisa sepenuhnya pada waktu ‘tuan’nya ‘diambil dari kepalanya’ (2Raja 2:3,13).] - hal 473.

III) Tanggapan Elisa.

1) Elisa mengikuti Elia (ay 20a).

Pulpit Commentary: “No doubt he too had long sighed and prayed over the demoralization of his country and the dishonour done to his God.” [= Tidak diragukan lagi iapun telah lama mengeluh dan berdoa mengenai penurunan moral dari negaranya dan aib yang dilakukan terhadap Allahnya.] - hal 464.

Karena itu pada waktu dipanggil, ia langsung mau. Ada banyak orang yang prihatin dengan keadaan kekristenan di Indonesia, tetapi tidak mau melayani. Ini prihatin yang omong kosong!

2) Elisa minta ijin untuk pulang dulu untuk mencium orang tuanya (ay 20a).

Ay 20a: “Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: ‘Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau.’”.

Perhatikan jawaban Elia dalam ay 20b: “Jawabnya kepadanya: ‘Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.’”.

Ini terjemahan yang salah, karena kata-kata ‘baiklah’ dan ‘ingatlah’ sebetulnya tidak ada, dan bagian terakhir dari kalimat ini sebetulnya merupakan kalimat tanya.

KJV: “And he said unto him, Go back again: for what have I done to thee?” [= Dan ia berkata kepadanya: Kembalilah lagi: karena apa yang telah kulakukan kepadamu?].

RSV: “And he said to him, ‘Go back again; for what have I done to you?’” [= Dan ia berkata kepadanya: Kembalilah lagi; karena apa yang telah kulakukan kepadamu?].

NIV: “‘Go back,’ Elijah replied. ‘What have I done to you?’” [= Kembalilah, jawab Elia, Apa yang telah kulakukan kepadamu?].

NASB: “And he said to him, ‘Go back again, for what have I done to you?’” [= Dan ia berkata kepadanya: Kembalilah lagi, karena apa yang telah kulakukan kepadamu?].

Apa arti dari kata-kata Elia ini? Ada beberapa penafsiran:

a) Barnes mengatakan bahwa Elia tidak senang dengan permintaan Elisa ini, dan karena itu memberikan jawaban yang dingin di sini.

Bdk. Luk 9:61-62 - “(61) Dan seorang lain lagi berkata: ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.’ (62) Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.

Jadi, kata-kata ini diartikan sebagai berikut: kembalilah kepada bajakmu, mengapa kamu meninggalkannya? Mengapa meninggalkan teman-temanmu dan datang kepadaku? Apa yang telah kulakukan kepadamu yang mengharuskan engkau berkorban seperti itu? Aku tidak melakukan apa-apa kepadamu, dan karena itu kamu boleh tinggal.

Keberatan: sukar dibayangkan bahwa seseorang harus mengabaikan orang tuanya sampai pada tingkat seperti itu. Tetapi bukankah dalam Luk 9:61-62 kelihatannya Yesus juga melarang seseorang yang mau mengikutiNya untuk pamitan dengan keluarganya? Mungkin ini disebabkan karena Ia tahu bahwa kalau orang itu pamitan, maka keluarganya akan menahan dia, sehingga tidak jadi mengikutiNya.

b) Pulpit Commentary: “There is not a word of reproof here, ... Indeed, it would have been strange if there had been. A greater readiness to obey the prophetic summons, Elisha could not well have showed. ... True, he asks permission - and why should he not? ... But there is not proof of ‘a divided heart’ here. If he had begged to be allowed to stay and bury his mother and father (St. Luke 9:59-61) it might have been otherwise. But he suggests nothing of the kind. He says: ‘One kiss, one farewell, and then I will follow thee.’” [= Tidak ada satu katapun yang bersifat menegur / menghardik di sini, ... Dan memang aneh kalau di sini ada teguran / hardikan. Elisa tidak bisa menunjukkan kesediaan yang lebih besar untuk mentaati panggilan untuk menjadi nabi itu. ... Memang ia meminta ijin - dan mengapa tidak? ... Tetapi di sini tidak ada bukti akan adanya ‘hati yang mendua’. Andaikata ia memohon untuk tinggal dan menguburkan ibu dan bapanya (Luk 9:59-61) maka itu persoalan lain. Tetapi ia tidak memberikan kesan seperti itu. Ia berkata: ‘Satu ciuman, satu ucapan perpisahan, dan lalu aku akan mengikuti engkau.’] - hal 464.

Jadi Pulpit menafsirkan kata-kata Elia ini sebagai berikut: Kembalilah dan ciumlah mereka, mengapa tidak? Karena apa yang telah aku lakukan untukmu? Aku hanya memanggilmu untuk mengikuti aku. Tetapi aku tidak menyuruhmu untuk menyangkal / tak mengakui darah dagingmu sendiri.

c) Seorang penafsir lain dari Pulpit Commentary berkata:

“Elijah’s answer seems to disown the exercise of any undue constraint upon him, and simply leaves him free to choose.” [= Jawaban Elia kelihatannya tidak menggunakan paksaan yang tidak semestinya terhadapnya, dan hanya membiarkannya bebas memilih.] - hal 476.

3) Elisa menunjukkan bahwa ia mau melepaskan segala sesuatu, yaitu keluarga (ay 21), rumah dan pekerjaannya.

Ay 21: “Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.”.

Bdk. Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.”.

a) Satu hal lagi yang diperdebatkan adalah: apakah akhirnya Elisa pamitan / mencium orang tuanya atau tidak? Ay 21 tidak menceritakan hal itu, sehingga ada penafsir yang beranggapan bahwa ia memang tidak jadi melakukan hal itu. Tetapi ada yang berpendapat bahwa ia melakukan hal itu, hanya tidak diceritakan oleh Kitab Suci.

b) Reaksi orang tua Elisa.

Kalau diasumsikan bahwa Elisa pamitan kepada orang tuanya, maka kelihatannya orang tuanya tidak menghalanginya.

Pulpit Commentary: “Elisha’s parents do not seem to have hindered him. Those parents incur fearful responsibilities who, under worldly influences, hinder their sons from responding to a call of God to enter His ministry.” [= Orang tua Elisa tidak kelihatan menghalangi dia. Orang tua yang di bawah pengaruh duniawi menghalangi anak mereka untuk menanggapi panggilan Allah untuk masuk ke dalam pelayanan, mendatangkan tanggung jawab yang menakutkan kepada diri mereka sendiri.] - hal 474.

Adam Clarke: “Woe to those parents who strive, for filthy lucre’s sake, to prevent their sons from embracing a call to preach Jesus to their perishing countrymen, or to the heathen, because they see that the life of a true evangelist is a life of comparative poverty, and they had rather he should gain money than save souls.” [= Celakalah orang tua yang berjuang, demi uang yang kotor, untuk mencegah anak mereka menerima panggilan untuk memberitakan Yesus kepada orang sebangsa mereka yang sedang menuju kepada kebinasaan, atau kepada orang kafir, karena mereka melihat bahwa hidup dari seorang penginjil yang sejati adalah suatu hidup yang relatif miskin, dan mereka lebih menginginkan bahwa ia mencari / menghasilkan uang dari pada menyelamatkan jiwa.] - hal 464.

Bandingkan dengan Hana (ibu Samuel) yang setelah menyerahkan anaknya untuk melayani Tuhan, dianugerahi lagi 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan!

1Sam 1:26-28a - “(26) lalu kata perempuan itu: ‘Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN. (27) Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari padaNya. (28a) Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.’”.

1Sam 2:18-21a - “(18) Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. (19) Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan. (20) Lalu Eli memberkati Elkana dan isterinya, katanya: ‘TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN.’ Sesudah itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya. (21a) Dan TUHAN mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi.”.

Tetapi awas! Ini adalah suatu cerita sejarah, dan tidak boleh dijadikan suatu rumus, seakan-akan itu selalu akan terjadi kepada orang yang menyerahkan anaknya untuk melayani Tuhan!

c) Elisa menyembelih lembunya dan menggunakan bajaknya sebagai kayu api untuk memasak lembu itu (ay 21).

LAI: ‘bajak lembu’.

KJV: ‘the instruments of the oxen’ [= peralatan lembu].

RSV: ‘the yokes of the oxen’ [= kuk lembu].

NIV: ‘the plowing equipment’ [= peralatan membajak].

NASB: ‘the implements of the oxen’ [= peralatan lembu].

Pulpit Commentary: “it is much more important to see it in a symbolical act, expressive of Elisha’s entire renunciation of his secular calling. He would henceforth need them no longer.” [= adalah lebih penting untuk melihatnya sebagai suatu tindakan simbolis, pernyataan Elisa untuk membuang sepenuhnya panggilan / pekerjaan duniawinya. Mulai saat ini ia tidak memerlukannya lagi.] - hal 465.

Mungkin tindakan Elisa ini seperti tindakan John Sung yang membuang semua ijazahnya ke laut waktu ia memutuskan untuk memenuhi panggilan Tuhan untuk melayani Tuhan.

Bandingkan dengan Petrus dan kawan-kawannya yang pada waktu dipanggil, hanya meninggalkan tetapi tidak menghancurkan peralatan menangkap ikan (Mat 4:18-22). Karena itu pada waktu Yesus mati, mereka kembali menjala ikan (Yoh 21:1-dst).

Pulpit Commentary: “He burns his ships behind him. It would be well for the Church of Christ if her ministers acted in like manner. The temptation to eke out a scanty income by trade, especially among missionaries, must be great; but a man cannot be half a clergyman, and must not be entangled with the affairs of this life. Some of the Swiss pastors have become hotel-keepers, but if they have been the gainers, religion has not. Of all masters, religion and business are the two which can least be served together.” [= Ia membakar kapal di belakangnya. Adalah baik bagi Gereja Kristus jika pelayan-pelayannya bertindak sama. Pencobaan untuk menambah penghasilan yang hanya sedikit dengan berdagang, khususnya di antara misionaris, pasti besar; tetapi seseorang tidak bisa menjadi setengah pendeta, dan tidak boleh terjerat dengan urusan / pekerjaan dari hidup ini. Beberapa dari pendeta-pendeta Swiss telah menjadi penjaga hotel, tetapi jika mereka untung, agama tidak. Dari semua tuan, agama dan bisnis adalah dua hal yang paling tidak bisa dilayani bersama-sama.] - hal 470.

Tetapi bandingkan ini dengan Paulus, yang juga bekerja pada waktu keadaan memaksa (1Kor 9:6 Kis 18:2-3), karena pada saat itu tidak ada gereja yang mencukupi kebutuhan Paulus.

1Kor 9:6 - “Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan?”.

Kis 18:2-3 - “(2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. (3) Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.”.

Banyak pendeta yang bekerja mencari uang dari pelayanan, sehingga mengorbankan waktu belajarnya! Kelihatannya ini merupakan suatu pelayanan, tetapi ditinjau dari sudut motivasinya, ini bukan pelayanan, tetapi bekerja mencari uang!

Ditinjau dari sudut gereja, gereja harus mencukupi kebutuhan pendetanya / hamba-hamba Tuhan yang ada di gereja itu (selama itu memungkinkan). Dan ditinjau dari sudut pendeta / hamba-hamba Tuhannya, mereka harus mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka, untuk memuliakan Tuhan! Mereka memang boleh saja melayani di gereja lain, selama:

1. Pelayanan di gereja lain itu tidaklah terlalu banyak dibandingkan pelayanan mereka di gereja sendiri.

2. Motivasinya tidak boleh untuk uang!

d) Elisa menggunakan lembu ini untuk pesta perpisahan. Pada waktu Lewi / Matius dipanggil, ia juga mengadakan pesta perpisahan (Luk 5:29).

Luk 5:29 - “Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.”.

e) Elisa menjadi pelayan Elia.

Ay 21c: ‘dan menjadi pelayannya.’.

2Raja 3:11 (NIV): ‘Elisha son of Shaphat is here. He used to pour water on the hands of Elijah’ [= Elisa anak Safat ada di sini. Ia dulunya mencurahkan air ke tangan Elia].

Ini menunjukkan pekerjaan yang rendah, dan ini jelas bukan sesuatu yang mudah bagi Elisa yang tadinya adalah orang kaya! Tadinya ia mempunyai pelayan, sekarang ia menjadi pelayan!

Hal seperti ini memang sering terjadi:

1. Yosua mula-mula juga menjadi pelayan Musa (Kel 24:13 Yos 1:1).

2. Samuel boleh dikatakan menjadi pelayan Eli.

3. Markus / Yohanes menjadi pembantu Barnabas dan Paulus (Kis 13:5).

Mungkin semua ini dimaksudkan untuk belajar melayani dan sekaligus melatih kerendahan hati / penyangkalan diri.

Kesimpulan / penutup.

Waktu Elisa dipanggil, ia rela mengorbankan segala-galanya, dan ia pergi melayani Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Ingat, jangan ‘mengubur talenta’ saudara!

-AMIN-

8).I Raja-raja 20:1-43

1Raja-raja 20:1-43 - “(1) Benhadad, raja Aram, mengumpulkan seluruh tentaranya, tiga puluh dua orang raja bersama-sama dia beserta kuda dan kereta. Lalu ia maju, ia mengepung Samaria dan memeranginya. (2) Kemudian ia mengirim utusan ke kota itu, kepada Ahab, raja Israel, (3) dengan pesan: ‘Beginilah pesan Benhadad: Emasmu dan perakmu adalah milikku, dan juga isteri-isteri dan anak-anakmu yang cantik-cantik adalah milikku.’ (4) Raja Israel menjawab, katanya: ‘Seperti bicaramu itulah, ya tuanku raja. Aku ini dengan segala yang ada padaku adalah milikmu!’ (5) Sesudah itu utusan-utusan itu kembali dan berkata: ‘Beginilah pesan Benhadad: Memang aku telah menyuruh orang kepadamu mengatakan: Emas dan perakmu, isteri-isteri dan anak-anakmu harus kauserahkan kepadaku, (6) tetapi besok kira-kira pada waktu ini, aku akan menyuruh pegawai-pegawaiku kepadamu dan mereka akan menggeledah rumahmu dan rumah pegawai-pegawaimu, maka segala yang mereka lihat dan ingini akan mereka ambil dan mereka bawa.’ (7) Lalu raja Israel memanggil semua tua-tua negeri itu dan berkata: ‘Camkanlah, orang ini mengikhtiarkan kecelakaan kita, sebab ia telah menyuruh orang kepadaku meminta isteri-isteriku, anak-anakku, emas dan perakku, dan aku tidak menolak memberikannya kepadanya.’ (8) Lalu kata semua tua-tua dan segenap rakyat itu kepadanya: ‘Jangan dengarkan, jangan luluskan!’ (9) Sebab itu ia berkata kepada utusan-utusan Benhadad: ‘Katakanlah kepada tuanku raja: Segala yang pertama kali kausuruhkan kepada hambamu ini, aku akan melakukannya, tetapi tuntutan yang kemudian ini tidak dapat kupenuhi.’ Lalu pergilah utusan-utusan itu dan menyampaikan jawab itu kepada Benhadad. (10) Benhadad menyuruh orang kepada Ahab dengan pesan: ‘Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika rakyat yang mengikut aku masih dapat menjemput segenggam penuh debu puing Samaria!’ (11) Tetapi raja Israel menjawab, katanya: ‘Katakanlah! Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya.’ (12) Segera sesudah Benhadad mendengar perkataan itu, pada waktu ia sedang minum-minum dengan raja-raja di pondok, berkatalah ia kepada pegawai-pegawainya: ‘Aturlah barisanmu,’ lalu mereka mengatur barisannya melawan kota itu. (13) Tetapi tiba-tiba tampillah seorang nabi kepada Ahab, raja Israel, serta berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Sudahkah kaulihat semua orang yang sangat ramai itu? Bahwasanya pada hari ini Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN.’ (14) Lalu bertanyalah Ahab: ‘Dengan bantuan siapa?’ Jawabnya: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan bantuan orang-orang muda pengiring kepala-kepala daerah.’ Tanyanya pula: ‘Siapakah yang akan memulai perang?’ Jawabnya: ‘Engkau!’ (15) Kemudian ia menghitung jumlah orang-orang muda pengiring kepala-kepala daerah itu. Ada dua ratus tiga puluh dua orang banyaknya dan sesudah mereka itu ia menghitung jumlah seluruh rakyat, yakni segenap orang Israel. Ada tujuh ribu orang banyaknya. (16) Lalu mereka maju menyerang pada waktu tengah hari, sementara Benhadad minum-minum sampai mabuk di pondoknya, bersama dengan ketiga puluh dua raja yang membantunya. (17) Ketika orang-orang muda pengiring kepala-kepala daerah itu maju menyerang lebih dahulu, maka Benhadad menyuruh orang menyelidiknya, dan mereka memberitahukan kepadanya, demikian: ‘Ada orang-orang maju menyerang dari Samaria.’ (18) Lalu katanya: ‘Entah mereka datang dengan maksud damai, entah dengan maksud perang, tangkaplah mereka hidup-hidup!’ (19) Sementara itu keluarlah mereka itu dari dalam kota, yakni orang-orang muda pengiring kepala-kepala daerah dan juga tentara yang mengikuti mereka. (20) Lalu mereka masing-masing membunuh lawan yang dihadapinya, sehingga orang Aram itu melarikan diri dan dikejar oleh orang Israel. Tetapi Benhadad, raja Aram dapat meluputkan diri dengan naik kuda, beserta sejumlah orang berkuda. (21) Juga raja Israel maju, lalu memusnahkan kuda dan kereta itu dan mendatangkan kekalahan yang besar kepada orang Aram. (22) Lalu tampillah nabi itu kepada raja Israel dan berkata kepadanya: ‘Baiklah, kuatkanlah hatimu, pertimbangkan dan pikirkanlah apa yang harus kauperbuat, sebab pada pergantian tahun raja Aram akan maju menyerang engkau.’ (23) Pegawai-pegawai raja Aram berkata kepadanya: ‘Allah mereka ialah allah gunung; itulah sebabnya mereka lebih kuat dari pada kita. Tetapi apabila kita berperang melawan mereka di tanah rata, pastilah kita lebih kuat dari pada mereka. (24) Bertindaklah begini: Pecatlah raja-raja itu masing-masing dari kedudukannya, dan angkatlah bupati-bupati menggantikan mereka. (25) Lalu kerahkanlah tentara sebanyak tentara yang telah gugur dari pihakmu itu, demikian pula kuda dan kereta sebanyak yang dahulu. Marilah kita berperang melawan mereka di tanah rata, pastilah kita lebih kuat dari pada mereka.’ Raja mendengarkan usul mereka, dan bertindak demikian. (26) Dalam tahun yang berikutnya Benhadad memeriksa barisan orang Aram, lalu ia maju ke Afek untuk berperang melawan orang Israel. (27) Orang Israelpun memeriksa barisannya dan setelah dibekali mereka berangkat menghadapi orang Aram. Orang Israel berkemah di hadapan mereka seperti dua kawanan kambing, sedang orang Aram telah datang membanjiri negeri itu. (28) Maka tampillah abdi Allah dan berkata kepada raja Israel: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena orang Aram itu telah berkata: TUHAN ialah allah gunung dan bukan allah dataran, maka Aku akan menyerahkan seluruh tentara yang besar itu ke dalam tanganmu, supaya kamu tahu, bahwa Akulah TUHAN.’ (29) Tujuh hari lamanya mereka berkemah berhadap-hadapan. Tetapi pada hari yang ketujuh mulailah pertempuran, dan pada suatu hari orang Israel menewaskan seratus ribu orang berjalan kaki dari orang Aram itu. (30) Orang-orang yang masih tinggal melarikan diri ke Afek, ke dalam kota, tetapi temboknya roboh menimpa kedua puluh tujuh ribu orang yang masih tinggal itu. Sementara itu Benhadad melarikan diri dan masuk ke kota, dan bersembunyi dari satu kamar ke kamar yang lain. (31) Lalu berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Ketahuilah, kami telah mendengar, bahwa raja-raja kaum Israel itu adalah raja-raja pemurah. Marilah kita menaruh kain kabung pada pinggang kita dan tali pada kepala kita, dan dengan demikian keluar menghadap raja Israel; barangkali ia akan menyelamatkan nyawamu.’ (32) Lalu mereka melilitkan kain kabung pada pinggang mereka dan tali pada kepala mereka, kemudian mereka pergi menghadap raja Israel sambil berkata: ‘Hambamu Benhadad berkata: Kiranya tuanku membiarkan aku hidup.’ Jawabnya: ‘Masih hidupkah dia? Dia saudaraku.’ (33) Orang-orang itu menganggap hal itu sebagai tanda yang baik, maka segeralah mereka berpegang pada perkataannya itu, lalu berkata: ‘Memang saudaramu Benhadad!’ Sesudah itu berkatalah Ahab: ‘Pergilah, ambil dia!’ Jadi keluarlah Benhadad mendapatkan dia, lalu diajak naik ke atas kereta. (34) Kata Benhadad kepadanya: ‘Kota-kota yang telah diambil bapaku dari pihak bapamu akan kukembalikan; engkau boleh juga membuat pasar bagimu di Damsyik, seperti yang dibuat bapaku di Samaria.’ ‘Dan aku sendiri,’ kata Ahab, ‘akan membiarkan engkau pergi dengan perjanjian.’ Lalu ia mengadakan perjanjian dengan dia dan membiarkannya pergi. (35) Seorang dari rombongan nabi berkata kepada temannya atas perintah TUHAN: ‘Pukullah aku!’ Tetapi orang itu menolak memukulnya. (36) Lalu ia berkata kepadanya: ‘Oleh sebab engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, ketahuilah, apabila engkau pergi dari padaku, seekor singa akan menerkam engkau.’ Dan ketika orang itu pergi dari padanya, maka seekor singa bertemu dengan dia, lalu menerkam dia. (37) Kemudian nabi itu bertemu dengan orang lain, lalu ia berkata: ‘Pukullah aku!’ Orang itu memukul dan melukai dia. (38) Sesudah itu nabi itu pergi dan berdiri menantikan raja di jalan, sambil menyamar dengan membubuh kain pembalut pada matanya. (39) Pada waktu raja lewat, ia mengadukan halnya kepada raja, katanya: ‘Ketika hambamu ini maju ke tengah pertempuran, tiba-tiba ada seorang meninggalkan barisan dan membawa seorang kepadaku sambil berkata: Jagalah orang ini, jika ia hilang dengan cara bagaimanapun juga, maka nyawamu adalah ganti nyawanya, atau engkau harus membayar setalenta perak. (40) Ketika hambamu ini repot sana sini, orang itu menghilang.’ Kemudian raja Israel itu berkata kepadanya: ‘Begitu jugalah hukumanmu, engkau sendiri telah menetapkannya.’ (41) Lalu segeralah ia membuka kain pembalut itu dari matanya, sehingga raja Israel mengenali dia sebagai seorang dari rombongan nabi. (42) Kata nabi itu kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena engkau telah membiarkan lolos orang yang dikhususkan bagiKu untuk ditumpas, maka nyawamu adalah ganti nyawanya dan rakyatmu ganti rakyatnya.’ (43) Lalu raja Israel pergi ke istananya dengan kesal hati dan gusar, maka sampailah ia di Samaria.”.

Catatan: Baik LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) maupun Josephus (seorang ahli sejarah Yahudi) menempatkan perang ini setelah cerita tentang Nabot (1Raja 21).

I) Tuntutan Benhadad dan penolakannya (ay 1-12).

1) Benhadad, raja Aram / Syria, mengepung Samaria (ay 1).

a) Ada yang mengatakan bahwa ini adalah Benhadad yang sama dengan Benhadad pada jaman Asa (raja Yehuda, ayah dari Yosafat) dalam 1Raja 15:18, tetapi ada yang mengatakan bahwa ini adalah anak atau cucu dari Benhadad pada jaman Asa itu. Memang pada jaman ini banyak nama yang sama, bahkan dalam suatu keluarga.

Bdk. Luk 1:59-61 - “(59) Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, (60) tetapi ibunya berkata: ‘Jangan, ia harus dinamai Yohanes.’ (61) Kata mereka kepadanya: ‘Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.’”.

Orang yang tidak mempedulikan kesamaan nama ini, lalu menganggapnya sebagai kontradiksi dalam Alkitab.

Contoh: Bambang Noorsena mengatakan bahwa dalam 1Sam 17 Goliat dibunuh oleh Daud, tetapi dalam 2Sam 21:19 dikatakan bahwa Goliat dibunuh oleh Elhanan. Ini ia anggap sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Kitab Suci ada salahnya (tidak inerrant). Anggapan seperti ini muncul karena ia mengabaikan persamaan nama. Kalau kita melihat bagian paralel dari 2Sam 21:19 itu, yaitu 1Taw 20:5, maka dikatakan bahwa Goliat yang dibunuh oleh Elhanan itu namanya adalah Lahmi, dan ia adalah saudara dari Goliat yang dibunuh oleh Daud dalam 1Sam 17. Jadi, atau ia mempunyai 2 nama, yaitu ‘Lahmi’ dan ‘Goliat’, atau ‘Goliat’ adalah nama keluarga.

b) Penyerangan ini merupakan hukuman bagi Israel.

Tetapi, kalau ini memang merupakan hukuman, mengapa Tuhan menolong mereka? Karena Tuhan mau mereka bertobat oleh adanya pertolongan itu (ay 13 akhir dan ay 28 akhir). Dan disamping itu Tuhan mau menghukum Aram / Syria dan Benhadad.

Pulpit Commentary: “In the invasions we see the punishment of Israel and of Ahab; in the defeats the punishment of Syria and Ben-hadad.” [= Dalam invasi / penyerbuan ini kita melihat penghukuman terhadap Israel dan Ahab; dalam kekalahan kita melihat penghukuman terhadap Syria dan Benhadad.] - hal 493.

Catatan: kata ‘invasions’ diberikan dalam bentuk jamak karena mencakup juga invasi / penyerbuan kedua yang ada dalam ay 26-dst.

2) Tuntutan Benhadad (ay 2-12).

a) Ay 3: tuntutan pertama.

Ay 3: “dengan pesan: ‘Beginilah pesan Benhadad: Emasmu dan perakmu adalah milikku, dan juga isteri-isteri dan anak-anakmu yang cantik-cantik adalah milikku.’”.

Tuntutan tentang istri-istri Ahab ini jelas menunjukkan maksud Benhadad untuk mempermalukan / merendahkan Ahab, dan bahkan memaksakan suatu peperangan dengan Ahab, karena dalam adat Timur harem sangat dijaga, dan penyerahan istri-istri sama dengan penyerahan tahta (bdk. 2Sam 16:21-22 1Raja 2:21-22).

Pulpit Commentary (hal 499) mengatakan bahwa mungkin tuntutan pertama ini maksudnya bukan menuntut Ahab menyerahkan emas, perak, istri-istri, dan anak-anaknya, karena kalau demikian tidak terlalu ada perbedaan antara tuntutan pertama (ay 3) dan tuntutan kedua (ay 6). Yang dimaksud dengan tuntutan pertama ini adalah bahwa Ahab tunduk dan menjadi bawahannya seperti 32 raja yang lain (ay 1).

b) Ay 4 memberikan jawaban Ahab.

Ay 4: “Raja Israel menjawab, katanya: ‘Seperti bicaramu itulah, ya tuanku raja. Aku ini dengan segala yang ada padaku adalah milikmu!’”.

Ada yang mengatakan bahwa mungkin Ahab cuma pura-pura tunduk, dengan maksud mengambil hati Benhadad.

Bandingkan dengan:

Amsal 15:1 - “Jawaban yang lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”.

Amsal 25:15 - “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang.”.

c) Ay 5-6: tuntutan kedua.

Ay 5-6: “(5) Sesudah itu utusan-utusan itu kembali dan berkata: ‘Beginilah pesan Benhadad: Memang aku telah menyuruh orang kepadamu mengatakan: Emas dan perakmu, isteri-isteri dan anak-anakmu harus kauserahkan kepadaku, (6) tetapi besok kira-kira pada waktu ini, aku akan menyuruh pegawai-pegawaiku kepadamu dan mereka akan menggeledah rumahmu dan rumah pegawai-pegawaimu, maka segala yang mereka lihat dan ingini akan mereka ambil dan mereka bawa.’”.

Ay 6 akhir: ‘maka segala yang mereka lihat dan ingini akan mereka ambil dan mereka bawa.’.

NIV: ‘They will seize everything you value and carry it away’ [= Mereka akan merampas segala sesuatu yang engkau hargai dan membawanya].

KJV: ‘whatsoever is pleasant in thine eyes, they shall put it in their hand, and take it away’ [= apapun yang menyenangkan di matamu, akan mereka ambil dan bawa].

NASB: ‘whatever is desirable in your eyes, they will take in their hand and carry away’ [= apapun yang menarik dalam matamu, akan mereka ambil dan bawa].

RSV: ‘and lay hands on whatever pleases them, and take it away’ [= dan mengambil apapun yang menyenangkan mereka, dan membawanya].

Tetapi RSV memberi footnote yang mengatakan bahwa kata ‘them’ / ‘mereka’ diambil dari manuscript Yunani, Syria dan Latin. Sedangkan manuscript Ibrani mengatakan ‘you’ / ‘kamu’. Mungkin pengubahan ini dilakukan karena melihat bahwa kata-kata dalam bahasa Ibraninya tidak masuk akal. Menurut saya itu bukan tak masuk akal. Mereka akan mengambil apapun yang Ahab nilai sebagai menyenangkan / berharga.

d) Ay 7-9: Setelah berunding dengan para tua-tua, Ahab lalu menolak tuntutan yang dianggap keterlaluan itu. Mereka merasa lebih baik mati dengan terhormat dari pada hidup dengan tidak terhormat.

3) Benhadad bersumpah menghancurkan Samaria (ay 10).

Ay 10: “Benhadad menyuruh orang kepada Ahab dengan pesan: ‘Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika rakyat yang mengikut aku masih dapat menjemput segenggam penuh debu puing Samaria!’”.

a) Ini sumpah secara sembarangan. Orang yang bersumpah secara sembarangan biasanya justru tidak percaya kepada Allah dengan nama siapa ia bersumpah.

b) Ay 10: ‘rakyat yang mengikut aku’.

Literal: ‘semua orang yang ada di kakiku’. Ini menunjukkan orang-orang itu tunduk kepadanya, dan ini jelas diucapkan secara sombong.

c) Maksud dari ay 10 bagian akhir: kota itu akan dihancur-leburkan begitu rupa sehingga sisanya begitu sedikit, sehingga kalau setiap tentaranya masing-masing mengambil segenggam debu, maka debu itu tidak cukup.

4) Jawaban Ahab (ay 11).

Ay 11: “Tetapi raja Israel menjawab, katanya: ‘Katakanlah! Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya.’”.

Ay 11: kata ‘pedang’ seharusnya adalah ‘armor’ / ‘baju baja’ / ‘perlengkapan senjata’ (NIV/RSV/NASB).

KJV: ‘harness’ [= perlengkapan perang].

Maksud dari ucapan ini adalah: kamu baru mulai perang; jangan menyombongkan diri seolah-olah sudah menang perang.

5) Benhadad lalu menyuruh tentaranya bersiap menyerang Samaria (ay 12).

II) Tuhan menolong Israel dalam perang (ay 13-30).

1) Tuhan mengirim seorang nabi (ay 13-14).

Ay 13-14: “(13) Tetapi tiba-tiba tampillah seorang nabi kepada Ahab, raja Israel, serta berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Sudahkah kaulihat semua orang yang sangat ramai itu? Bahwasanya pada hari ini Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN.’ (14) Lalu bertanyalah Ahab: ‘Dengan bantuan siapa?’ Jawabnya: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan bantuan orang-orang muda pengiring kepala-kepala daerah.’ Tanyanya pula: ‘Siapakah yang akan memulai perang?’ Jawabnya: ‘Engkau!’”.

a) Siapa nabi ini?

Tidak diketahui siapa nabi ini. Ada yang mengatakan nabi Mikha yang ada dalam 1Raja 22:8-dst, tetapi ada yang menolak anggapan ini dengan alasan bahwa 1Raja 22:8-dst menunjukkan bahwa Mikha ada dalam penjara. Ada pula yang menganggap Elia atau Elisa yang menyamar, tetapi Pulpit Commentary (hal 485) mengatakan bahwa ini bukan Elia karena Elia adalah ‘minister of wrath’ [= pelayan murka].

b) Melalui nabi ini, Tuhan menjanjikan kemenangan dan memberi pimpinan dalam melakukan perang (ay 13-14).

1. ‘orang yang sangat ramai itu’ (ay 13).

NIV: ‘this vast army’ [= pasukan yang sangat banyak ini].

KJV/RSV/NASB: ‘this great multitude’ [= orang yang sangat banyak ini].

Ini tentu menunjuk kepada pasukan musuh. Sekalipun mereka sangat banyak tetapi Tuhan berjanji akan memberikan mereka kepada Ahab / Israel (ay 13b).

2. Mengapa Tuhan tidak membiarkan Israel dikalahkan dan dengan demikian menggunakan orang Aram / Benhadad untuk menghajar Israel / Ahab / Izebel? Karena:

a. Benhadad bukanlah orang yang dipilih / ditetapkan oleh Tuhan untuk melakukan hal itu (bdk. 1Raja 19:17 2Raja 10:32).

b. Benhadad sendiri sangat jahat dan karenanya ia sendiri harus dihukum. Dan ini adalah saat Tuhan menghukum Benhadad, bukan saat Tuhan menghukum Israel / Ahab.

c. Tuhan ingin menunjukkan kuasaNya kepada Ahab / Israel (ay 13b) supaya mereka bertobat. Ingat bahwa Tuhan tidak selalu mempertobatkan seseorang dengan cara menghajar / menghukum. Ia sering mempertobatkan justru dengan menolong / menunjukkan kasih.

3. Tuhan menyatakan siapa yang harus dipakai sebagai tentara (ay 14), dan ternyata jumlah mereka hanya 232 orang (ay 15a). Ini lalu ditambah dengan rakyat yang bisa berperang, yang jumlahnya 7000 orang (ay 15b). Dan Tuhan menyuruh mereka memulai penyerangan (ay 14b).

a. Bilangan ‘7000’ di sini adalah hurufiah, berbeda dengan yang ada dalam 1Raja 19:18. Tetapi ada yang menganggap bahwa 7000 orang ini adalah 7000 orang dalam 1Raja 19:18 itu! Tetapi saya berpendapat ini sangat tidak masuk akal, karena 7000 di sini adalah tentara.

b. Bahwa Israel saat itu hanya mempunyai 7000 tentara, jauh lebih sedikit dari statistik biasanya (2Sam 24:9 1Taw 21:5 2Taw 13:3 2Taw 14:8), menunjukkan bahwa di bawah pemerintahan Ahab yang lemah, kerajaan Israel menjadi sangat kacau / tidak terorganisir.

c. Pulpit Commentary: “The agency by which the victory was won was purposely weak and feeble, in order that the work might be seen to be of God (cf. Judg. 7:2; 1Cor. 1:27,29).” [= Alat dengan mana kemenangan itu didapatkan, sengaja diatur sebagai sesuatu yang lemah, supaya pekerjaan itu bisa terlihat sebagai pekerjaan Allah (bdk. Hakim 7:2; 1Kor 1:27,29).] - hal 486.

Allah memang senang menggunakan yang lemah untuk mempermalukan yang kuat.

Bdk. 1Kor 1:27-29 - “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”.

2) Israel menyerang dan menang (ay 16-21).

Bahwa pada masa perang Benhadad dan ke 32 raja itu berani minum sampai mabuk (ay 12,16) menunjukkan keyakinan Benhadad bahwa ia pasti menang.

Pulpit Commentary: “Security is the certain usher of destruction. We have never so much cause to fear as when we fear nothing (cf. Dan 5:1,30; Luk 17:27; 1Thess. 5:3).” [= Keamanan adalah pengantar yang pasti dari kehancuran. Kita tidak pernah mempunyai begitu banyak alasan untuk takut seperti pada saat kita tidak takut pada apapun (bdk. Dan 5:1,30; Luk 17:27; 1Tes 5:3).] - hal 497.

Ada rasa aman yang berasal dari Tuhan. Misalnya orang yang karena percaya kepada Yesus lalu yakin akan masuk surga. Atau orang kristen yang yakin akan pemeliharaan Tuhan pada masa sukar. Tetapi ada juga rasa aman yang bukan dari Tuhan dan yang membahayakan, yang berasal dari kesombongan / kesembronoan, dan rasa aman seperti ini bisa terjadi dalam hal apapun. Misalnya:

a) Merasa aman lalu pergi malam-malam, sehingga dirampok.

b) Merasa pasti lulus ujian sehingga tidak belajar dan akhirnya justru tidak lulus.

c) Merasa aman karena pikirannya hanya ditujukan pada hal-hal duniawi saja, tahu-tahu ia mati atau Kristus datang kembali, dan ia harus masuk neraka. Bdk. orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21).

1Tes 5:2-3 - “(2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. (3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman - maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin - mereka pasti tidak akan luput.”.

Mat 24:37-39 - “(37) ‘Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.”.

d) Merasa aman karena merasa rohaninya hebat.

Akibatnya ia lalai dalam berdoa / memelihara / meningkatkan kerohaniannya, sehingga pada waktu setan menyerang, ia jatuh. Bdk. 1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.

Mabuknya Benhadad dan ke 32 raja (ay 16) merupakan salah satu penyebab kekalahannya. Karena itu hati-hati dengan minuman keras; kita boleh minum minuman keras, tetapi tidak boleh sampai mabuk!

3) Melalui nabi tadi, Tuhan memberikan peringatan kepada Ahab / Israel, bahwa Benhadad / Aram akan menyerang lagi tahun depan (ay 22).

Mungkin tujuan peringatan ini tidaklah terlalu mengarah pada persiapan jasmani (mengumpulkan tentara, membuat senjata dsb), tetapi lebih mengarah pada persiapan rohani (bertobat dari dosa, mendekat kepada Tuhan, dsb). Memang adanya penderitaan / bahaya yang mendekat seharusnya kita hadapi dengan mendekat kepada Tuhan!

4) Persiapan dan strategi Aram / Benhadad (ay 23-25).

Ada beberapa hal yang diusulkan oleh para penasehat Benhadad:

a) Mengajak Israel perang di tanah rata, bukan di gunung, karena mereka beranggapan bahwa Yahweh adalah Allah gunung (ay 23,25b).

1. Adam Clarke: “It was a general belief in the heathen world that each district had its tutelary and protecting deity, who could do nothing out of his own sphere.” [= Merupakan kepercayaan umum dalam dunia kafir bahwa setiap daerah mempunyai dewa penjaga dan pelindung, yang tidak bisa melakukan apapun di luar daerahnya.] - hal 466.

2. Ada yang mengatakan bahwa munculnya pandangan bahwa Yahweh adalah allah gunung, disebabkan beberapa hal:

a. Bait Allah dibangun di atas bukit / gunung.

b. Penyembahan selalu dilakukan di tempat tinggi / bukit-bukit pengorbanan (high places).

c. Hukum Taurat diberikan di gunung Sinai.

d. Api diturunkan oleh Elia di gunung Karmel.

e. Samaria sendiri tanahnya berbukit-bukit.

3. Bandingkan kepercayaan / nasehat sesat ini dengan Maz 95:3-5 yang berbunyi: “(3) Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. (4) Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tanganNya, puncak gunung-gunungpun kepunyaanNya. (5) KepunyaanNya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tanganNyalah yang membentukNya.”.

4. Apakah kita juga menganggap bahwa Tuhan hanya berkuasa atas hal-hal tertentu? Misalnya kita percaya bahwa Ia bisa menolong kita dalam persoalan dosa dan pelayanan, tetapi Ia tidak mampu menolong kita dalam persoalan pekerjaan, keuangan, atau pacaran?

b) Mengganti ke 32 raja (ay 24).

Mungkin para raja itu dianggap tidak becus perang, atau tidak sungguh-sungguh dalam perang, dan karenanya harus diganti.

c) Menyiapkan tentara, kereta dan kuda sebanyak yang dahulu (ay 25a).

5) Perang yang keduakalinya (ay 26-30).

a) Kata-kata mereka dalam ay 23, yang menganggap Yahweh hanyalah allah gunung, justru membuat Tuhan bekerja untuk mengalahkan mereka lagi, supaya mereka tahu bahwa Yahweh tidak hanya berkuasa di gunung, tetapi di mana-mana (ay 28). Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak senang kalau dianggap mempunyai kekuasaan yang terbatas.

b) Aram / Benhadad dikalahkan untuk keduakalinya (ay 29-30).

1. Dalam 1 hari Israel membunuh 100.000 tentara Aram (ay 29).

2. Sisa tentara Aram lari ke Afek, tetapi tembok kota roboh menimpa 27.000 orang yang tersisa itu. Robohnya tembok ini jelas merupakan mujijat / pekerjaan Tuhan, dan ini menunjukkan bahwa kalau Tuhan sudah mau membunuh orang, sekalipun orang itu lari kemanapun, ke tempat yang paling aman sekalipun, orang itu tetap akan mati (ay 30a)

Bdk. Amos 9:1-4 - “(1) Kulihat Tuhan berdiri dekat mezbah, dan Ia berfirman: ‘Pukullah hulu tiang dengan keras, sehingga ambang-ambang bergoncang, dan runtuhkanlah itu ke atas kepala semua orang, dan sisa-sisa mereka akan Kubunuh dengan pedang; tidak seorangpun dari mereka akan dapat melarikan diri, dan tidak seorangpun dari mereka akan dapat meluputkan diri. (2) Sekalipun mereka menembus sampai ke dunia orang mati, tanganKu akan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka naik ke langit, Aku akan menurunkan mereka dari sana. (3) Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Aku akan mengusut dan mengambil mereka dari sana; sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mataKu di dasar laut, Aku akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana. (4) Sekalipun mereka berjalan di depan musuhnya sebagai orang tawanan, Aku akan memerintahkan pedang untuk membunuh mereka di sana. Aku akan mengarahkan mataKu kepada mereka untuk kecelakaan dan bukan untuk keberuntungan mereka.’”.

3. Benhadad lari bersembunyi (ay 30b).

III) Ahab melepaskan Benhadad (ay 31-43).

1) Benhadad minta pengampunan kepada Ahab (ay 31-32a).

Ay 31-32: “(31) Lalu berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: ‘Ketahuilah, kami telah mendengar, bahwa raja-raja kaum Israel itu adalah raja-raja pemurah. Marilah kita menaruh kain kabung pada pinggang kita dan tali pada kepala kita, dan dengan demikian keluar menghadap raja Israel; barangkali ia akan menyelamatkan nyawamu.’ (32) Lalu mereka melilitkan kain kabung pada pinggang mereka dan tali pada kepala mereka, kemudian mereka pergi menghadap raja Israel sambil berkata: ‘Hambamu Benhadad berkata: Kiranya tuanku membiarkan aku hidup.’ Jawabnya: ‘Masih hidupkah dia? Dia saudaraku.’”.

‘Tali pada kepala kita’ (ay 31-32) maksudnya tali dilingkarkan di leher, untuk menunjukkan bahwa nasib mereka betul-betul ada di tangan Ahab, yang bisa saja menggantung mereka.

2) Ahab mengampuni Benhadad (ay 32b-34).

a) Waktu mendengar bahwa Benhadad minta ampun / belas kasihan Ahab berkata: ‘Masih hidupkah dia? Dia saudaraku.’ (ay 32b).

Ingat bahwa Benhadad melakukan semua itu bukan karena ia bertobat dengan sungguh-sungguh, tetapi hanya karena takut dibunuh! Tetapi Ahab menganggap Benhadad, seorang kafir dan musuh umat Allah, sebagai saudaranya!

Ini merupakan sesuatu yang perlu kita hindari. Kalau berbicara dalam kontext rohani, maka janganlah menyebut orang yang non kristen (termasuk semua sekte / bidat) sebagai saudara! Bdk. Yoh 1:12.

b) Ahab menyambut Benhadad dengan baik / ramah, dan akhirnya mengadakan perjanjian dengan dia dan mengampuninya (ay 33-34).

Mungkin banyak orang menganggap ini sebagai kasih kristen, tetapi benarkah demikian? Mari kita melihat pembahasan ay 35-43 di bawah.

3) Seorang nabi memberitakan hukuman Ahab (ay 35-43).

a) Tidak jelas apakah nabi ini sama dengan nabi dalam ay 13,22 atau tidak. Juga tidak diketahui siapa nama nabi ini. Ada yang mengatakan bahwa nabi ini adalah Mikha, yang lalu dipenjarakan oleh Ahab (1Raja 22).

b) Nabi ini minta temannya memukulnya, dan pada waktu temannya menolak, temannya dihukum mati oleh Tuhan (ay 35-36). Apakah hukuman ini terlalu keras? Tidak, karena orang ini juga dari rombongan nabi, jadi mestinya ia tahu bahwa hal seperti itu harus ditaati. Bdk. Luk 12:47-48. Bandingkan juga dengan 1Raja 13:21-26.

Pulpit Commentary: “in each case the lesson is the same - that God’s commandments must be kept, whatever the cost, or that stern retribution will inevitably follow.” [= dalam setiap kasus pelajarannya adalah sama - bahwa perintah-perintah Allah harus ditaati, apapun ongkosnya, atau pembalasan yang keras akan mengikuti secara tak terhindarkan.] - hal 491.

Adam Clarke: “By this emblematical action he intended to inform Ahab that, as the man forfeited his life who refused to smite him when he had the Lord’s command to do it; so he (Ahab) had forfeited his life, because he did not smite Benhadad when he had him in his power.” [= Oleh tindakan simbolis ini ia bermaksud memberitahu Ahab bahwa sebagaimana orang / nabi itu kehilangan nyawanya karena menolak untuk memukulnya pada waktu ia mendapatkan perintah Allah untuk melakukannya; begitu juga ia (Ahab) telah kehilangan nyawanya, karena ia tidak memukul Benhadad pada waktu ia ada dalam kuasanya.] - hal 468.

c) Akhirnya ada orang yang mau memukul nabi itu, dan nabi itu lalu menyamar (ay 37-38).

Ay 38: ‘kain pembalut’ [= RSV/NIV/NASB].

KJV: ‘disguised himself with ashes upon his face’ [= menyamarkan dirinya sendiri dengan abu pada mukanya].

Kata ‘ashes’ [= abu] dalam bahasa Ibrani adalah APHER, sedangkan ‘kain pembalut’ dalam bahasa Ibraninya adalah APHAD. Dua huruf pertama adalah sama, dan hanya huruf ketiga yang berbeda. Yang pertama menggunakan huruf Resh, yang kedua menggunakan huruf DALETH, dan kedua huruf ini mirip sekali.

Catatan: Ingat bahwa bahasa Ibrani tidak mempunyai huruf hidup!

d) Nabi itu menceritakan suatu cerita (ay 39-40a), dan tanpa disadari Ahab menjatuhkan hukuman atas dirinya sendiri (ay 40b-42). Hukuman ini digenapi dalam 1Raja 22.

Kasus ini mirip dengan kasus Daud yang ditegur nabi Natan dalam 2Sam 12:1-6. Tetapi bedanya adalah bahwa Daud bertobat, sedangkan Ahab menjadi kesal hati dan gusar (ay 43).

Semua ini menunjukkan bahwa keramahan / kasih / pengampunan / persahabatan yang ditunjukkan oleh Ahab kepada Benhadad, ternyata dikecam oleh Tuhan. Mengapa dikecam?

1. Karena Ahab melakukannya tanpa mendapatkan perintah dari Tuhan / tanpa mengkonsultasikannya dengan Tuhan.

Elisa melakukan hal yang serupa dalam 2Raja 6:18-23, tetapi tidak dikecam. Mengapa? Mungkin karena dalam kasus Elisa, itu hanyalah tentara biasa, bukan rajanya. Disamping, Elisa pasti mendapatkan perintah itu dari Tuhan sendiri. Sedangkan dalam kasus Ahab, ia tidak mendapatkan perintah dari Tuhan, tetapi ia toh melepaskan.

Pulpit Commentary: “it is to be remembered, first, that Ahab was not free to do as he liked in this matter. His victories had been won, not by his prowess, by the skill of his generals, or the valour of his soldiers, but by the power of God alone. The war, that is to say, was God’s war: it was begun and continued, and should therefore have been ended, in Him. When even the details of the attack had been ordered of God (ver. 14), sure He should have been consulted as to the disposal of the prisoners. ... But Ahab, who had himself played so craven a part, and who had contributed nothing to these great and unhoped-for victories, nevertheless arrogated to himself their fruits, and thereby ignored and dihonoured God.” [= pertama-tama harus diingat bahwa dalam hal ini Ahab tidak bebas melakukan apa yang ia inginkan. Kemenangannya telah dimenangkan bukan dengan kemampuannya, oleh keahlian dari jendral-jendralnya, atau keberanian tentaranya, tetapi oleh kuasa Allah saja. Itu berarti bahwa perang itu adalah perangnya Allah: itu dimulai dan dilanjutkan, dan karena itu seharusnya diakhiri, dalam Dia. Pada waktu bahkan hal-hal kecil tentang penyerangan telah diperintahkan oleh Allah (ay 14), tentu Ia harus dimintai pendapatNya berkenaan dengan penyelesaian tentang para tawanan. ... Tetapi sekalipun demikian Ahab, yang dirinya sendiri memainkan peranan yang begitu pengecut, dan yang tidak menyumbangkan apa-apa kepada kemenangan-kemenangan yang besar dan tidak diharapkan ini, merebut bagi dirinya sendiri buah kemenangan itu, dan dengan itu mengabaikan dan tidak menghormati Allah.] - hal 492.

2. Juga perlu diperhatikan bahwa penghukuman mati terhadap raja jahat yang dikalahkan sudah sering terjadi sebelum saat ini, seperti dalam Yos 10:26 Hak 7:25 1Sam 15:33. Adanya banyak kasus seperti ini memperberat dosa Ahab di sini.

Jadi jelas bahwa tindakan Ahab ini merupakan kesabaran / belas kasihan / kasih yang tidak pada tempatnya. Ini sama dengan kesabaran / kasih yang ditunjukkan polisi dengan melepaskan para perampok, perusuh, suporter bonek, dsb. Karena itu, hal ini dikecam oleh Tuhan.

Perlu dicamkan bahwa ada saat untuk bersabar, dan ada saat untuk bertindak keras dan tegas.

Kesaksian: Waktu saya khotbah di suatu gereja, pada saat doa sebelum Firman, tahu-tahu ada orang yang menyela pada waktu doa belum selesai. Pada waktu saya selesai berdoa, orangnya masih terus berdiri sambil berbicara. Saya lalu menyuruh dia diam dan duduk, dan lalu mengatakan bahwa tindakannya itu melanggar 1Kor 14:26-40. Saya lalu mendapat keterangan dari seorang majelis bahwa orang itu bahkan melakukan hal seperti itu pada waktu pengkhotbah memberitakan Firman Tuhan, tetapi selama ini dibiarkan saja oleh pendeta / pengkhotbah. Saya berpendapat bahwa tindakan para pengkhotbah yang membiarkan saja hal seperti itu, merupakan sikap yang sama dengan yang dilakukan oleh Ahab terhadap Benhadad.

Hal seperti ini juga perlu diperhatikan oleh:

a. Gereja yang tidak mau melakukan disiplin gerejani terhadap jemaat yang sengaja hidup dalam dosa yang memalukan.

b. Orang-orang yang terlalu kasih / ramah / sabar sehingga mereka juga sabar dan ramah terhadap nabi palsu (bdk. 2Yoh 10-11).

2Yoh 10:11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.

c. Guru yang tidak pernah mendisiplin muridnya.

d. Orang tua yang tidak pernah mendisiplin anaknya!

Bdk. Amsal 13:24 - “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.”.

e. Pemerintah / polisi / pengadilan yang tidak mau menindak / menghukum orang jahat (bdk. Ro 13:4b).

Ingat bahwa semua ini bukanlah ‘meekness’ [= kelembutan], tetapi ‘weakness’ [= kelemahan].

Kesimpulan / penutup.

Kalau saudara menerima kebaikan dari Tuhan, hati-hati untuk tidak meniru Ahab yang lalu mengabaikan Tuhan dalam mengambil keputusan! Juga hati-hati untuk tidak bersikap sabar pada saat seharusnya saudara bertindak dengan keras / tegas. Mintalah hikmat dari Tuhan untuk bisa membedakan kapan harus bertindak dengan sabar / lembut dan kapan harus bertindak dengan keras / tegas.

-AMIN-

9).I Raja-raja 21:1-29

1Raja-raja 21:1-29 - “(1) Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. (2) Berkatalah Ahab kepada Nabot: ‘Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang.’ (3) Jawab Nabot kepada Ahab: ‘Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!’ (4) Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar karena perkataan yang dikatakan Nabot, orang Yizreel itu, kepadanya: ‘Tidak akan kuberikan kepadamu milik pusaka nenek moyangku.’ Maka berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. (5) Lalu datanglah Izebel, isterinya, dan berkata kepadanya: ‘Apa sebabnya hatimu kesal, sehingga engkau tidak makan?’ (6) Lalu jawabnya kepadanya: ‘Sebab aku telah berkata kepada Nabot, orang Yizreel itu: Berikanlah kepadaku kebun anggurmu dengan bayaran uang atau jika engkau lebih suka, aku akan memberikan kebun anggur kepadamu sebagai gantinya. Tetapi sahutnya: Tidak akan kuberikan kepadamu kebun anggurku itu.’ (7) Kata Izebel, isterinya, kepadanya: ‘Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu.’ (8) Kemudian ia menulis surat atas nama Ahab, memeteraikannya dengan meterai raja, lalu mengirim surat itu kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot. (9) Dalam surat itu ditulisnya demikian: ‘Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat. (10) Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati.’ (11) Orang-orang sekotanya, yakni tua-tua dan pemuka-pemuka, yang diam di kotanya itu, melakukan seperti yang diperintahkan Izebel kepada mereka, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirimkannya kepada mereka. (12) Mereka memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk paling depan di antara rakyat. (13) Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: ‘Nabot telah mengutuk Allah dan raja.’ Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati. (14) Setelah itu mereka menyuruh orang kepada Izebel mengatakan: ‘Nabot sudah dilempari sampai mati.’ (15) Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: ‘Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati.’ (16) Segera sesudah Ahab mendengar, bahwa Nabot sudah mati, ia bangun dan pergi ke kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. (17) Tetapi datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu, bunyinya: (18) ‘Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. (19) Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.’ (20) Kata Ahab kepada Elia: ‘Sekarang engkau mendapat aku, hai musuhku?’ Jawabnya: ‘Memang sekarang aku mendapat engkau, karena engkau sudah memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. (21) Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan malapetaka kepadamu, Aku akan menyapu engkau dan melenyapkan setiap orang laki-laki dari keluarga Ahab, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. (22) Dan Aku akan memperlakukan keluargamu sama seperti keluarga Yerobeam bin Nebat dan seperti keluarga Baesa bin Ahia, oleh karena engkau menimbulkan sakit hatiKu, dan oleh karena engkau mengakibatkan orang Israel berbuat dosa. (23) Juga mengenai Izebel TUHAN telah berfirman: Anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel. (24) Siapa dari keluarga Ahab yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung di udara.’ (25) Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karena ia telah dibujuk oleh Izebel, isterinya. (26) Bahkan ia telah berlaku sangat keji dengan mengikuti berhala-berhala, tepat seperti yang dilakukan oleh orang Amori yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel. (27) Segera sesudah Ahab mendengar perkataan itu, ia mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung pada tubuhnya dan berpuasa. Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung, dan berjalan dengan langkah lamban. (28) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: (29) ‘Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapanKu? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapanKu, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya.’”.

I) Keinginan Ahab dan penolakan oleh Nabot (ay 1-4).

1) Semua ini dimulai dari suatu ketidak-puasan / ketamakan dan suatu keinginan terhadap sesuatu yang menjadi milik orang lain (ay 1-2 bdk. Kel 20:17 - hukum ke 10). Ahab adalah seorang raja, dan karenanya ia pasti kaya dan istananya pasti sudah mempunyai tanah yang luas. Lebih dari itu dikatakan bahwa ini adalah istananya di Yizreel. Ibukota Samaria adalah Samaria, dan karena itu ia pasti mempunyai istana lain di Samaria. Istana di Yizreel adalah istana kedua. Tetapi apa yang sudah ia miliki itu tidak memuaskannya. Ia masih menginginkan milik orang lain, yaitu kebun anggur milik Nabot.

Penerapan: hati-hati dengan sikap tamak, tidak puas, dan keinginan akan milik orang lain. Milik bisa berupa uang, pekerjaan, istri / suami / pacar, anak, wajah, bentuk badan, mobil, rumah, kemampuan / kepandaian, dsb.

2) Ia mendatangi Nabot dan menyatakan keinginannya untuk membeli / menukar kebun anggur Nabot itu dengan kebun anggur lain yang lebih baik (ay 2).

Sepintas lalu, apa yang Ahab lakukan ini tidak salah. Ia bukannya ingin merampok kebun anggur Nabot itu, tetapi membelinya atau menukarnya dengan kebun anggur lain. Tetapi sebetulnya ini adalah sesuatu yang salah, yang bertentangan dengan Firman Tuhan / hukum Taurat. Mengapa? Karena Tuhan melarang penjualan tanah pusaka / warisan.

Im 25:23-28 - “(23) ‘Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagiKu. (24) Di seluruh tanah milikmu haruslah kamu memberi hak menebus tanah. (25) Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu. (26) Apabila seseorang tidak mempunyai penebus, tetapi kemudian ia mampu, sehingga didapatnya yang perlu untuk menebus miliknya itu, (27) maka ia harus memasukkan tahun-tahun sesudah penjualannya itu dalam perhitungan, dan kelebihannya haruslah dikembalikannya kepada orang yang membeli dari padanya, supaya ia boleh pulang ke tanah miliknya. (28) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk mengembalikannya kepadanya, maka yang telah dijualnya itu tetap di tangan orang yang membelinya sampai kepada tahun Yobel; dalam tahun Yobel tanah itu akan bebas, dan orang itu boleh pulang ke tanah miliknya.’”.

Bil 36:7-9 - “(7) Sebab milik pusaka orang Israel tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusaka suku nenek moyangnya. (8) Jadi setiap anak perempuan di antara suku-suku orang Israel yang telah mewarisi milik pusaka, haruslah kawin dengan seorang dari salah satu kaum yang termasuk suku ayahnya, supaya setiap orang Israel mewarisi milik pusaka nenek moyangnya. (9) Sebab milik pusaka itu tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi suku-suku orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusakanya sendiri.’”.

Bdk. Yeh 46:16-18 - “(16) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Kalau raja itu memberi sesuatu pemberian dari milik pusakanya kepada salah seorang anaknya, maka itu menjadi kepunyaan anaknya, dan milik ini menjadi pusaka mereka. (17) Kalau ia memberikan pemberian dari milik pusakanya kepada salah seorang hambanya, maka itu menjadi kepunyaannya sampai tahun kebebasan, lalu harus kembali kepada raja itu; hanya anak-anak raja itu boleh mewarisi milik pusakanya. (18) Dan janganlah raja itu mengambil sesuatu dari milik pusaka rakyat, sehingga mereka terdesak dari miliknya; hanya dari miliknya boleh ia mewariskan kepada anak-anaknya supaya jangan seorangpun dari umatKu didesak dari miliknya.’”.

Catatan: kitab Yehezkiel ini belum ada pada saat itu.

3) Nabot menolak keinginan / tawaran Ahab (ay 3).

Ay 3: ‘Kiranya TUHAN (Yahweh) menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!’.

NIV: ‘The LORD forbid that I should give you the inheritance of my fathers’ [= TUHAN (YHWH) melarang aku untuk memberikan kepadamu warisan dari nenek moyangku].

Ini menunjukkan bahwa:

a) Nabot adalah penyembah Yahweh, karena kalau tidak, ia tidak akan menggunakan nama Yahweh itu, apalagi pada waktu berbicara kepada Ahab. Jadi, di tengah-tengah jaman yang bejat, dimana hampir seluruh Israel menyembah berhala, Nabot tetap menyembah Yahweh, dan berani menunjukkan hal itu kepada orang lain, bahkan kepada Ahab!

Penerapan: dalam lingkungan kafir, apakah saudara tetap berani menunjukkan diri saudara sebagai penyembah / pengikut Kristus?

Bdk. Mat 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.

b) Nabot adalah seorang yang taat pada Firman Tuhan.

Nabot tahu bahwa Tuhan melarang penjualan tanah pusaka / warisan itu dan karena itu ia menolaknya.

Tentang larangan penjualan tanah pusaka itu dalam hukum Taurat itu, Pulpit Commentary berkata: “Nabot knew this, and Ahab knew it. But to the latter the law was a dead letter; to the former it was a living reality.” [= Nabot mengetahui hal ini, dan Ahab mengetahui hal ini. Tetapi bagi Ahab itu hanyalah huruf mati; bagi Nabot itu adalah kenyataan yang hidup.] - hal 514.

Perhatikan: ada dua jenis ‘tahu’ tentang firman Tuhan!!!

Pulpit Commentary: “‘The preservation of the NAKHALAH was for every covenant-keeping Israelite a matter not merely of piety towards his family and his tribe, ... but a religious duty’ (Bahr). It is clear, however, that the restraints of the old Mosaic law began to be irksome in that latitudinarian age. Many of its provisions were already regarded as obsolete.” [= ‘Pemeliharaan / penjagaan terhadap NAKHALAH {= warisan} bagi setiap orang Israel yang memelihara perjanjian bukan hanya merupakan suatu persoalan kesalehan terhadap keluarganya dan sukunya, ... tetapi suatu kewajiban agama’ (Bahr). Tetapi jelaslah bahwa pengekangan / larangan hukum Musa itu mulai dirasakan sebagai menjengkelkan / menjemukan pada jaman dimana agama banyak ditoleransi itu. Banyak dari ketetapannya yang sudah dianggap usang / kuno / ketinggalan jaman.] - hal 507.

Tetapi Nabot tidak mengikuti orang-orang lain. Ia tetap menganggap Firman Tuhan itu mengikat, dan harus ditaati.

c) Nabot tetap taat pada Firman Tuhan dan menolak permintaan Ahab, sekalipun ia tahu bahwa:

1. Kalau ia menuruti permintaan Ahab, ia bisa untung.

Perhatikan bahwa dalam ay 2 Ahab mengatakan bahwa ia mau menukar kebun anggur Nabot itu dengan kebun yang lebih baik. Kalaupun Nabot menginginkan uang sebagai ganti kebun anggurnya, ia pasti bisa meminta harga yang cukup tinggi karena pembelinya adalah seorang raja. Tetapi Nabot tidak mau mendapat untung, dengan jalan yang menyalahi Firman Tuhan. Apakah saudara juga seperti Nabot?

2. Kalau ia menolak permintaan Ahab, itu bisa membahayakan dirinya. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara tetap mentaati Firman Tuhan pada waktu ketaatan itu bisa merugikan atau membahayakan diri saudara?

4) Ahab gusar / kesal karena keinginannya ditolak (ay 4).

Dari jawaban Nabot dalam ay 3 Ahab pasti tahu bahwa Nabot menolaknya karena mentaati Tuhan. Kalau Ahab adalah orang yang rohani, maka ia seharusnya merasa senang melihat seorang rakyatnya mentaati Firman Tuhan. Tetapi Ahab memang adalah orang brengsek, yang tidak mempedulikan apakah rakyatnya mentaati atau melanggar Firman Tuhan. Dan melihat bahwa ketaatan Nabot merugikannya / menghalangi keinginannya, ia lalu menjadi kesal / jengkel.

Penerapan: seringkah saudara seperti ini? Bagaimana sikap saudara kalau anak atau pegawai saudara menolak perintah saudara untuk berdusta? Bagaimana sikap saudara kalau anak saudara menolak keinginan saudara untuk menjodohkannya dengan orang yang kaya, tetapi tidak kristen? Saudara seharusnya senang dan bangga, tetapi kalau ternyata saudara kesal dan marah, maka saudara tidak berbeda dengan Ahab.

II) Pembunuhan terhadap Nabot (ay 5-16).

1) Izebel melihat kekesalan Ahab, dan menanyakan alasannya (ay 5), dan Ahab menjelaskannya (ay 6).

Tetapi bandingkan ay 6b dengan ay 3b,4b, maka saudara akan melihat bahwa Ahab tidak menceritakan alasan penolakan Nabot! Penceritaan setengah kebenaran ini membuat Nabot kelihatan kurang ajar terhadap seorang raja.

Tetapi seandainya Ahab menceritakan seluruhnyapun saya yakin cerita ini akan berakhir secara sama, karena kalau Ahabnya saja tak peduli dengan firman Tuhan, apalagi Izebel!

Izebel lalu menghibur Ahab (ay 7). Jelas bahwa Izebel mau menggunakan kekuasaan raja sesukanya. Perhatikan kata ‘memberikan’ dalam ay 7 itu. Tadi Ahab mau membeli / menukar kebun Nabot dengan kebun lain, tetapi sekarang Izebel akan memberikan kebun Nabot kepada Ahab, tanpa membelinya / menggantinya.

2) Izebel lalu membuat dan melaksanakan rencana pembunuhan terhadap Nabot (ay 8-10).

a) Penggunaan meterai raja (ay 8a).

Ada yang menganggap bahwa Izebel menggunakan meterai raja tanpa sepengetahuan Ahab, tetapi ada juga yang menganggap bahwa ia menggunakannya dengan sepengetahuan Ahab.

b) Izebel memberi perintah atas nama Ahab kepada para tua-tua dan para pemuka yang diam sekota dengan Nabot, untuk memfitnah Nabot supaya ia bisa dihukum mati (ay 8b-10).

c) Perintah untuk memaklumkan puasa dalam ay 9 berfungsi untuk memberikan kesan bahwa ada dosa yang hebat dalam kota itu (bdk. 1Sam 7:6 2Taw 20:3 Yun 3:5-7).

d) 2 orang dursila sebagai saksi palsu (ay 10).

1. ‘dua orang dursila’.

NIV: ‘two scoundrels’ [= dua bajingan].

RSV: ‘two base fellows’ [= dua orang yang hina / bermoral rendah].

NASB: ‘two worthless men’ [= dua orang yang tak berharga].

KJV/Literal: ‘two men, sons of Belial’ [= dua orang, anak-anak Belial].

Kata ‘Belial’ bisa diterjemahkan ‘wickedness’ [= kejahatan], sehingga istilah ‘sons of Belial’ [= anak-anak Belial] sekedar berarti ‘orang-orang jahat’. Tetapi kata ‘Belial’ bisa juga diartikan sebagai nama, dan menunjuk kepada setan (bdk. 2Kor 6:15 dimana nama Belial itu dikontraskan dengan Kristus), sehingga istilah ‘sons of Belial’ [= anak-anak Belial] berarti ‘anak-anak setan’.

Memang semua pemfitnah adalah bajingan, orang hina, dan anak setan!

2. Hukum Taurat memang memberikan persyaratan sedikitnya dua saksi (Ul 17:6-7 19:15 Bil 35:30).

Ul 17:6-7 - “(6) Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”.

Ul 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan.”.

Bil 35:30 - “Setiap orang yang telah membunuh seseorang haruslah dibunuh sebagai pembunuh menurut keterangan saksi-saksi, tetapi kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk memberi keterangan terhadap seseorang dalam perkara hukuman mati.”.

Catatan:

a. Saksi adalah orang yang tahu sendiri masalahnya, bukan orang yang diberitahu.

b. Tanpa saksi boleh, kalau ada bukti.

Hukum Taurat juga mengatakan bahwa sebagai saksi mereka harus melempar batu yang pertama (Ul 17:7). Karena itulah maka harus dipilihkan ‘orang dursila’, yang bukan hanya berani memfitnah, tetapi juga berani membunuh orang yang tidak bersalah. Tetapi pada jaman Ahab tentu tidak sukar mencari orang seperti itu!

3. Kesaksian palsu / fitnahan terhadap Nabot.

Ay 10: ‘telah mengutuk Allah dan raja’.

RSV/NIV/NASB: ‘cursed’ [= mengutuk].

KJV: ‘blasphemed’ [= menghujat].

Ada 2 hal yang ingin saya bahas di sini:

a. Adalah sesuatu yang aneh bahwa kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mengutuk / menghujat’ itu sebetulnya berarti ‘memberkati’ (to bless). Hal yang sama terjadi pada ay 13, dan demikian juga dengan Ayub 1:5,11 dan Ayub 2:5,9.

Ada beberapa cara untuk menjelaskan hal ini:

· Adam Clarke: “Many think that the word BARACH signifies both to bless and curse; and so it is interpreted in most Lexicons:” [= Banyak orang yang beranggapan bahwa kata BARAKH berarti baik memberkati maupun mengutuk; dan demikianlah ditafsirkan dalam kebanyakan lexicon / kamus:] - hal 472.

· Pulpit Commentary: “The Lexicographers are not agreed as to how this word, the primary meaning of which is to kneel, hence to pray, to bless, came to signify curse or blaspheme. According to some, it is an euphemism, the idea of cursing God being altogether too horrible for the Jew to express in words; whilst others derive this signification from the fact that a curse is really a prayer addressed to God;” [= Para penulis / penyusun kamus tidak sependapat tentang bagaimana kata ini, yang arti utamanya adalah ‘berlutut’, dan karenanya ‘berdoa’, ‘memberkati’, bisa berarti ‘mengutuk’ atau ‘menghujat’. Menurut sebagian orang, ini adalah suatu euphemisme, gagasan tentang pengutukan terhadap Allah merupakan sesuatu yang terlalu mengerikan bagi seorang Yahudi untuk dinyatakan dalam kata-kata; sementara yang lain mendapatkan arti ini dari fakta bahwa suatu kutukan sebetulnya merupakan suatu doa yang ditujukan kepada Allah;] - hal 509.

Catatan: ‘euphemism’ = ‘to use a good and auspicious word for an evil or inauspicious’ [= menggunakan kata yang baik dan menyenangkan untuk kata yang jahat / jelek dan tidak menguntungkan]. Dengan kata lain euphemisme ini adalah penghalusan bahasa.

Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam Kel 22:28 tetap digunakan kata ‘kutuk’ / ‘hujat’ (NIV) sekalipun digunakan terhadap Allah.

· Orang sering memberkati pada waktu berpisah, sehingga ‘memberkati’ akhirnya diartikan ‘mengucapkan selamat jalan’ atau ‘menyuruh pergi / mengusir’, dan akhirnya diartikan ‘menghujat’ / ‘mengutuk’.

Keil & Delitzsch: “to bless God, i.e. to bid Him farewell, to dismiss Him, as in Job 2:9, equivalent to blaspheming God.” [= memberkati Allah, yaitu mengucapkan selamat jalan kepadaNya, menyuruhNya pergi, seperti dalam Ayub 2:9, sama dengan menghujat Allah.] - hal 271.

b. Pengutukan terhadap Allah dan raja ini dilarang dalam Kel 22:28 - “Janganlah engkau mengutuki Allah dan janganlah engkau menyumpahi seorang pemuka di tengah-tengah bangsamu.”.

Dan hukum Taurat memerintahkan penghukuman mati terhadap orang yang mengutuk / menghujat Allah (Im 24:10-16). Tentang hukuman bagi orang yang mengutuki raja lihat tentang Simei dalam 2Sam 19:21 dan 1Raja 2:8-9,36-46.

4. Dalam Hukum Taurat, saksi harus diperiksa kesaksiannya, dan kalau ternyata kesaksiannya dusta / palsu, maka saksi itu dijatuhi hukuman mati (Ul 19:16-21).

Ul 19:16-21 - “(16) Apabila seorang saksi jahat menggugat seseorang untuk menuduh dia mengenai suatu pelanggaran, (17) maka kedua orang yang mempunyai perkara itu haruslah berdiri di hadapan TUHAN, di hadapan imam-imam dan hakim-hakim yang ada pada waktu itu. (18) Maka hakim-hakim itu harus memeriksanya baik-baik, dan apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi dusta dan bahwa ia telah memberi tuduhan dusta terhadap saudaranya, (19) maka kamu harus memperlakukannya sebagaimana ia bermaksud memperlakukan saudaranya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (20) Maka orang-orang lain akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu. (21) Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, sebab berlaku: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.’”.

Tetapi ternyata di sini para saksi palsu itu tidak diperiksa, tetapi diterima begitu saja kesaksiannya (ay 13).

3) Pelaksanaan perintah Izebel (ay 11-14).

a) Para tua-tua dan para pemuka mentaati perintah itu (ay 11-13).

Jelas mereka juga berdosa. Bandingkan dengan Ul 27:25 yang mengutuk orang yang membunuh orang yang tidak bersalah.

Ul 27:25 - “Terkutuklah orang yang menerima suap untuk membunuh seseorang yang tidak bersalah. Dan seluruh bangsa itu harus berkata: Amin!”.

Bdk. Kel 23:2,6 - “(2) Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. ... (6) Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.”.

Bdk. Ul 16:18-20 - “(18) ‘Hakim-hakim dan petugas-petugas haruslah kauangkat di segala tempat yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu, menurut suku-sukumu; mereka harus menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil. (19) Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. (20) Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.’”.

Pulpit Commentary: “the name of Jezebel inspired so much terror that they dared not resist her will. Their sin was, first, that they feared man more than God. ... they should have died rather than slay the innocent.” [= nama Izebel memberikan rasa takut yang begitu hebat sehingga mereka tidak berani untuk menentang kehendaknya. Dosa mereka adalah, pertama, bahwa mereka takut kepada manusia lebih dari pada kepada Allah. ... mereka seharusnya lebih baik mati dari pada membunuh orang yang tak bersalah.] - hal 515.

Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”.

b) Rupanya Nabot dihukum mati dengan seluruh keluarganya (bdk. 2Raja 9:26).

2Raja 9:25-26 - “(25) Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar, perwiranya: ‘Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang Yizreel itu, sebab ketahuilah, bahwa pada waktu aku dan engkau berdampingan menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka TUHAN telah mengucapkan terhadap dia hukuman ini: (26) Sesungguhnya, Aku telah melihat darah Nabot dan darah anak-anaknya tadi malam, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan membalaskannya kepadamu di kebun ini, demikianlah firman TUHAN. Oleh sebab itu angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun ini, sesuai dengan firman TUHAN.’”.

Pengikut-sertaan keluarga / anak-anak Nabot dalam hukuman mati ini penting, karena kalau tidak, warisan kebun anggur itu akan jatuh ke tangan anak-anaknya. Andaikatapun Nabot betul-betul bersalah, maka penghukuman mati anak-anak atas kesalahan ayahnya bertentangan dengan Ul 24:16 2Raja 14:5-6 (bdk. Yeh 18:20).

Ul 24:16 - “Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.”.

2Raja 14:5-6 - “(5) Segera sesudah kuasa kerajaan itu kokoh di tangannya, dibunuhnyalah pegawai-pegawainya yang telah membunuh raja, yaitu ayahnya. (6) Tetapi anak-anak para pembunuh itu tidak dihukum mati olehnya, seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: ‘Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya, melainkan setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.’”.

Yeh 18:20 - “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”.

c) Perhatikan juga ay 19 yang menunjukkan bahwa darah Nabot dijilati anjing.

Ini betul-betul kematian yang hina dan mengenaskan. Orang benar bisa mengalami kematian yang mengenaskan / mengerikan. Karena itu kalau mendengar ada orang mati dengan cara yang mengenaskan, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa itu adalah hukuman Tuhan atas dosa orang itu! Bdk. Luk 13:1-5.

d) Izebel menerima laporan bahwa rencana dan perintahnya sudah dilaksanakan, dan Nabot sudah mati (ay 14).

4) Izebel memberitahu Ahab bahwa Nabot sudah mati (ay 15-16).

Kalaupun tadinya Ahab tidak tahu rencana Izebel untuk membunuh Nabot, maka seharusnya saat ini ia curiga dan menyelidikinya. Tetapi ia tidak melakukan hal itu, tetapi mengambil tanah itu dengan senang hati.

III) Pemberitaan hukuman oleh nabi Elia (ay 17-29).

1) Tuhan mengutus Elia memberitakan hukuman kepada Ahab (ay 17-24).

a) Kesalahan Ahab.

1. ‘membunuh dan merampas’ (ay 19b).

Pulpit Commentary: “even if he was ignorant of her intentions, still the readiness with which he reaped the fruits of her crime makes him a partaker in her sin. It is a common saying that the ‘receiver is as bad as the thief.’ And he must have known that ‘Jezebel could not give this vineyard with dry hands.’” [= bahkan jika ia tidak tahu maksud Izebel, kesediaan dengan mana ia memungut / memperoleh buah dari kejahatan Izebel tetap membuatnya terlibat dalam dosa Izebel. Merupakan pepatah yang umum bahwa ‘penerima sama buruknya dengan pencurinya’. Dan ia pasti tahu bahwa ‘Izebel tidak mungkin memberikan kebun anggur ini dengan tangan yang kering’.] - hal 514-515.

Bdk. Amsal 29:24a - “Siapa menerima bagian dari pencuri, membenci dirinya.”.

NASB: “He who is a partner with a thief hates his own life” [= Ia yang menjadi partner dengan seorang pencuri membenci hidupnya / nyawanya sendiri].

Kalau sebuah gereja melakukan kudeta terhadap pendeta yang tak bersalah, bukan hanya yang melakukan kudeta yang bersalah, tetapi juga pendeta yang mau diminta untuk menggantikannya!!!

2. ‘memperbudak diri dengan melakukan yang jahat di mata TUHAN’ (ay 20b).

Ay 20b: ‘engkau sudah memperbudak diri’.

RSVNIV/NASB: ‘you have sold yourself’ [= engkau telah menjual dirimu sendiri].

KJV: ‘thou hast sold thyself’ [= engkau telah menjual dirimu sendiri].

Ay 25 idem.

3. Mengikuti bujukan istrinya sehingga melakukan penyembahan berhala (ay 25-26).

Ahab berdosa gara-gara istrinya (ay 25). Ia menuruti saja bujukan istrinya untuk menyembah berhala. Bdk. Ul 13:6-10 yang memerintahkan untuk merajam keluarga, termasuk istri, yang mengajak untuk menyembah allah lain.

Ul 13:6-10 - “(6) Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8) maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. (10) Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.”.

Catatan: kalau tentang hukumannya, ini termasuk civil law (undang-undang), sehingga tak berlaku bagi kita di sini pada jaman ini. Tetapi bagaimana kita harus menunjukkan sikap keras / menentang terhadap keluarga yang mengajak kita untuk sesat, dan bukannya beramah tamah dengan mereka!

Bandingkan dengan sikap Ayub ketika istrinya menyuruhnya mengutuki Allah (Ayub 1:10). Ayub tidak menurutinya, tetapi hanya mengatakan bahwa istrinya berbicara seperti perempuan gila (seharusnya bukan ‘gila’ tetapi ‘bodoh’ / ‘tolol’). Tetapi mengapa istrinya tidak dirajam? Karena mungkin sekali Ayub hidup sebelum jamannya Musa, sehingga hukum itu belum ada.

b) Hukuman Tuhan.

1. ‘Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu’ (ay 19).

Dalam ay 19 ini LXX / Septuaginta menambahkan kata-kata ‘And the harlots shall bathe in thy blood’ [= Dan perempuan-perempuan sundal akan mandi dalam darahmu]. Ini merupakan suatu penambahan untuk menyesuaikan ay 19 ini dengan 1Raja 22:38.

2. Tuhan akan menyapu Ahab dan keluarganya (ay 21-22,24), seperti yang Ia lakukan dengan keluarga Yerobeam bin Nebat (1Raja 14:11 15:29) dan keluarga Baesa bin Ahia (1Raja 16:3-4,11).

3. Tentang Izebel, hukumannya lebih mengerikan lagi. Kalau Ahab hanya dijilati darahnya oleh anjing (ay 19b), maka Izebel dimakan oleh anjing (ay 23).

2) Ahab bertobat (ay 27).

‘Berjalan dengan langkah lamban’ mungkin menunjukkan bahwa ia berjalan tanpa sepatu / sandal.

Ada yang menganggap ini merupakan pertobatan yang sungguh-sungguh, dan ada penafsir yang menganggap bahwa ini cuma pertobatan yang semu. Kelihatannya harus diartikan bahwa pertobatan Ahab ini ada di antara 2 anggapan tadi.

Ini pertobatan yang sungguh-sungguh dalam arti ia betul-betul melakukannya karena takut akan hukuman Tuhan, tetapi tetap pertobatan ini kurang benar karena ditimbulkan hanya karena rasa takut pada hukuman Allah, bukan karena kesadaran / kebencian terhadap dosa ataupun karena hati yang mengasihi Allah. Disamping itu, pertobatan ini juga merupakan pertobatan yang sementara karena dalam pasal selanjutnya (1Raja 22) nanti terlihat ia kembali membenci dan menganiaya nabi Tuhan.

Keil & Delitzsch: “This repentance was neither hypocritical, nor purely external; but it was sincere even if it was not lasting and produced no real conversion.” [= Pertobatan ini bukanlah bersifat munafik, ataupun semata-mata bersifat lahiriah; tetapi itu sungguh-sungguh / tulus sekalipun itu tidak bertahan lama dan tidak menghasilkan pertobatan yang nyata.] - hal 273.

3) Pembatalan dan penundaan hukuman (ay 28-29).

a) ‘Sudahkah kaulihat ...’ (ay 29). Tuhan bukan hanya melihat dosa, tetapi juga pertobatan / penyesalan.

b) Tuhan begitu pemurah; Ia membatalkan hukuman kepada Ahab, dan menunda pembasmian keluarga Ahab (ay 28-29).

1. Hukuman kepada Ahab dibatalkan, tetapi nanti kebodohan dan kesalahan Ahab dalam 1Raja 22 menyebabkan ia toh dihukum mati dengan cara seperti yang dikatakan dalam ay 19b, dan darahnya betul-betul dijilati anjing (1Raja 22:38), tetapi itu terjadi di telaga Samaria (1Raja 22:38), bukan di Yizreel seperti yang dikatakan oleh Elia dalam ay 19. Ini tidak berarti bahwa nubuat Elia / Firman Tuhan itu salah, karena sebetulnya hukuman itu sudah dibatalkan.

Catatan: pada waktu nubuat ini digenapi dalam 1Raja 22, kita akan melihat banyak pandangan / penafsiran tentang hal ini.

2. Pembasmian keluarga Ahab ditunda.

Yoram, anak Ahab, mengalami hukuman itu (2Raja 9:25-26). Jelas bahwa ia bukannya dihukum karena dosa Ahab, tetapi karena ia sendiri juga brengsek (2Raja 3:1-3). Demikian juga halnya dengan keluarga Ahab yang lain. Tentang penyapuan keluarga Ahab yang lain ini digenapi dalam 2Raja 9:25-26. 10:1-11,17.

3. Nubuat tentang kematian Izebel digenapi dalam 2Raja 9:30-37.

Kesimpulan / penutup.

Dosa selalu menimbulkan konsekwensi yang tidak menyenangkan. Sekalipun bagi kita yang percaya kepada Kristus tidak bisa lagi ada hukuman Tuhan (Ro 8:1), tetapi tetap bisa ada hajaran Tuhan (Ibr 12:7-11). Karena itu jangan main-main dengan dosa.

-AMIN-

10).I Raja-raja 22:1-54 (1)

1Raja-raja 22:1-54 - “(1) Tiga tahun lamanya orang tinggal aman dengan tidak ada perang antara Aram dan Israel. (2) Pada tahun yang ketiga pergilah Yosafat, raja Yehuda, kepada raja Israel. (3) Berkatalah raja Israel kepada pegawai-pegawainya: ‘Tahukah kamu, bahwa Ramot-Gilead sebenarnya milik kita? Tetapi kita tinggal diam saja dan tidak merebutnya dari tangan raja negeri Aram.’ (4) Lalu katanya kepada Yosafat: ‘Maukah engkau pergi bersama-sama aku untuk memerangi Ramot-Gilead?’ Jawab Yosafat kepada raja Israel: ‘Kita sama-sama, aku dan engkau, rakyatku dan rakyatmu, kudaku dan kudamu.’ (5) Tetapi Yosafat berkata kepada raja Israel: ‘Baiklah tanyakan dahulu firman TUHAN.’ (6) Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ‘Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?’ Jawab mereka: ‘Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (7) Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?’ (8) Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ (9) Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ‘Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!’ (10) Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, (11) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (12) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’ (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’ (19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’ (24) Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: ‘Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?’ (25) Tetapi Mikha menjawab: ‘Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.’ (26) Berkatalah raja Israel: ‘Tangkaplah Mikha, bawa dia kembali kepada Amon, penguasa kota, dan kepada Yoas, anak raja, (27) dan katakan: Beginilah titah raja: Masukkan orang ini dalam penjara dan beri dia makan roti dan minum air serba sedikit sampai aku pulang dengan selamat.’ (28) Tetapi jawab Mikha: ‘Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!’ Lalu disambungnya: ‘Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!’ (29) Sesudah itu majulah raja Israel dengan Yosafat, raja Yehuda, ke Ramot-Gilead. (30) Raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Aku akan menyamar dan masuk pertempuran, tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu.’ Lalu menyamarlah raja Israel, kemudian masuk ke pertempuran. (31) Adapun raja negeri Aram telah memberi perintah kepada para panglima pasukan keretanya, tiga puluh dua orang banyaknya, demikian: ‘Janganlah kamu berperang melawan sembarang orang, melainkan melawan raja Israel saja.’ (32) Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat Yosafat, mereka berkata: ‘Itu pasti raja Israel!’ Lalu majulah mereka untuk menyerang dia, tetapi Yosafat berteriak. (33) Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat, bahwa dia bukanlah raja Israel, maka undurlah mereka dari padanya. (34) Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’ (35) Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta. (36) Kira-kira pada waktu matahari terbenam terdengarlah teriakan di sepanjang barisan tentara itu: ‘Masing-masing ke kotanya, masing-masing ke negerinya! (37) Raja sudah mati!’ Maka pulanglah mereka ke Samaria, lalu mereka menguburkan raja di Samaria. (38) Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing, sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkanNya. (39) Selebihnya dari riwayat Ahab dan segala yang dilakukannya serta istana gading dan segala kota yang didirikannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel? (40) Demikianlah Ahab mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Ahazia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (41) Yosafat, anak Asa, menjadi raja atas Yehuda dalam tahun keempat zaman Ahab, raja Israel. (42) Yosafat berumur tiga puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh lima tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Azuba, anak Silhi. (43) Ia hidup mengikuti jejak Asa, ayahnya; ia tidak menyimpang dari padanya dan melakukan apa yang benar di mata TUHAN. (44) Hanya bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan. Orang masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. (45) Dan Yosafat hidup dalam damai dengan raja Israel. (46) Selebihnya dari riwayat Yosafat dan kepahlawanan yang dilakukannya dan bagaimana ia berperang, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda? (47) Dan sisa pelacuran bakti yang masih tinggal dalam zaman Asa, ayahnya, dihapuskannya dari negeri itu. (48) Tidak ada raja di Edom, karena itu yang menjadi raja ialah seorang kepala daerah. (49) Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas, tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber. (50) Pada waktu itu Ahazia, anak Ahab, berkata kepada Yosafat: ‘Baiklah anak buahku pergi bersama-sama anak buahmu dengan kapal-kapal itu.’ Tetapi Yosafat tidak mau. (51) Kemudian Yosafat mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud, bapa leluhurnya. Maka Yoram, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (52) Ahazia, anak Ahab, menjadi raja atas Israel di Samaria dalam tahun ketujuh belas zaman Yosafat, raja Yehuda, dan ia memerintah atas Israel dua tahun lamanya. (53) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa. (54) Ia beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya dan dengan demikian ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, tepat seperti yang dilakukan ayahnya.”.

I) Persekutuan / koalisi Yosafat - Ahab & keluarga.

1) Ay 45: ‘Yosafat hidup dalam damai dengan raja Israel’.

Damai ini berarti lebih dari sekedar ‘tidak perang’. Untuk itu lihat point-point selanjutnya di bawah ini.

2) Persekutuan keluarga.

Dalam ay 2 dikatakan bahwa Yosafat mengunjungi Ahab. Mengapa Yosafat mengunjungi Ahab? 2Taw 18:1 mengatakan bahwa Yosafat adalah besan Ahab (bdk. 2Raja 8:18 / 2Taw 21:6 yang menunjukkan bahwa Yoram, anak Yosafat, kawin dengan anak Ahab).

Barnes’ Notes: “Jehoshaphat’s eldest son, Jehoram, was married to Athaliah, the daughter of Ahab:” [= Anak laki-laki tertua Yosafat, Yoram, menikah dengan Atalya, anak perempuan Ahab:] - hal 219.

Catatan:

a) Nama Atalya didapatkan dari 2Raja 8:26.

2Raja 8:25-26 - “(25) Dalam tahun kedua belas zaman Yoram, anak Ahab raja Israel, Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja. (26) Ia berumur dua puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri raja Israel.”.

b) Dalam Kitab Suci Indonesia baik Yosafat maupun Ahab mempunyai anak yang namanya Yoram. Tetapi dalam terjemahan bahasa Inggris, nama anak Ahab adalah Joram, sedangkan nama anak Yosafat adalah Jehoram (2Raja 8:16). Terjemahan Inggris ini lebih benar karena dalam bahasa Ibraninya kedua nama itu memang berbeda.
-
Jadi, Ahab dan Izebel mempunyai 3 orang anak, yaitu Ahazia, Yoram dan Atalya. Yosafat mempunyai anak yang namanya juga Yoram, yang menikah dengan Atalya, dan mempunyai anak yang namanya Ahazia (2Raja 8:25).

Jadi, ada dua orang yang namanya Yoram, dan dua orang yang namanya Ahazia.

3) Persekutuan dalam perang.

a) Dalam ay 1 dikatakan bahwa selama 3 tahun tidak ada perang antara Israel dengan Aram. Ini dimulai sejak perjanjian yang dilakukan oleh Ahab dengan Benhadad (1Raja 20:34).

b) Mungkin dalam perjanjian itu dikatakan bahwa Ramot-Gilead harus dikembalikan kepada Israel (ay 3 bdk. 1Raja 20:34), tetapi sampai saat itu tidak ditepati. Karena itu Ahab mau mengambilnya dengan kekerasan.

c) Ahab mengajak Yosafat untuk bersekutu melawan Aram (ay 4).

Ay 4a: “Lalu katanya kepada Yosafat: ‘Maukah engkau pergi bersama-sama aku untuk memerangi Ramot-Gilead?’”.

1. Ahab mengajak Yosafat bersekutu dalam perang melawan Aram, karena Yosafat memang sangat kuat pada saat itu (2Taw 17:12-19).

2Taw 17:12 - “Yosafat makin lama makin kuat, menjadi luar biasa kuat. Di Yehuda ia membangun benteng-benteng dan kota-kota perbekalan.”.

2. Mengapa ia tidak mengandalkan Tuhan yang sudah menolongnya melawan Aram sebanyak 2 x dalam 1Raja 20? Mungkin karena dosa-dosanya yaitu:

a. Tidak membunuh Benhadad (1Raja 20)

b. Persoalan Nabot (1Raja 21)

menyebabkan ia tidak yakin Allah mau menolongnya. Ini sama seperti kalau kita memegangi suatu dosa, lalu kita tidak berani berdoa / meminta sesuatu pertolongan dari Tuhan, karena kita tahu Tuhan pasti tidak akan mendengar kita. Di sini kita melihat bahayanya dosa, yaitu makin lama makin menjauhkan seseorang dari Tuhan.

d) Ay 4b: Yosafat mau bersekutu dengan Ahab.

Ay 4b: “Jawab Yosafat kepada raja Israel: ‘Kita sama-sama, aku dan engkau, rakyatku dan rakyatmu, kudaku dan kudamu.’”.

4) Persekutuan dalam dagang (ay 49-50).

Ay 49-50: “(49) Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas, tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber. (50) Pada waktu itu Ahazia, anak Ahab, berkata kepada Yosafat: ‘Baiklah anak buahku pergi bersama-sama anak buahmu dengan kapal-kapal itu.’ Tetapi Yosafat tidak mau.”.

Yosafat bersekutu dengan Ahazia bin Ahab untuk membuat kapal-kapal yang dapat berlayar ke Tarsis (2Taw 20:35-36) untuk pergi ke Ofir mengambil emas (ay 49a).

2Taw 20:35-36 - “(35) Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. (36) Ia bersekutu dengan Ahazia untuk membuat kapal-kapal yang dapat berlayar ke Tarsis. Kapal-kapal itu dibuat mereka di Ezion-Geber.”.

KJV: ‘ships to go to Tarshish’ [= kapal-kapal untuk pergi ke Tarsis].

NIV: ‘a fleet of trading ships’ [= armada kapal dagang].

Ay 49: kapal-kapal Tarsis. Ini = KJV/RSV/NASB.

NIV: ‘a fleet of trading ships’ [= armada kapal dagang].

Clarke mengatakan ada yang menterjemahkan ‘ships of burden’ [= kapal-kapal beban] - hal 479.

II) Apa salahnya persekutuan / koalisi seperti itu?

Ahab adalah raja brengsek, demikian juga dengan Ahazia bin Ahab (ay 52-54 2Taw 20:35). Sebaliknya Yosafat adalah raja yang saleh.

Kesalehan Yosafat bisa kita lihat dalam ay 43-44,47, yang akan saya bahas di bawah ini.

1) Ay 43: “Ia hidup mengikuti jejak Asa, ayahnya; ia tidak menyimpang dari padanya dan melakukan apa yang benar di mata TUHAN.”.

Ini sudah cukup jelas sehingga tidak perlu dijelaskan.

2) Ay 44: “Hanya bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan. Orang masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu.”.

Catatan: ay 44 dalam Kitab Suci Inggris adalah ay 43b, sehingga mulai ayat ini sampai akhir pasal, Kitab Suci Indonesia dan Inggris berbeda satu ayat.

Problem ay 44.

a) Ay 44: ‘bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkannya’.

b) 2Taw 17:6 - ‘ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan’.

c) 2Taw 20:33 - ‘Hanya bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan’.

Macam-macam pandangan tentang pertentangan ini:

1. Ada yang mengatakan bahwa telah terjadi kesalahan penyalinan dalam 2Taw 17:6.

Saya menolak pandangan ini dengan alasan: tentang Asa (ayah Yosafat) juga dikatakan seperti itu.

a. 1Raja 15:14 mengatakan bahwa Asa tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan.

b. 2Taw 14:3,5 mengatakan bahwa Asa menjauhkan bukit-bukit pengorbanan.

c. 2Taw 15:17 kembali mengatakan bahwa Asa tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan.

Adanya contoh yang lain tentang Asa, menyebabkan saya tidak percaya pada pandangan pertama ini, karena rasanya sukar terbayangkan penyalin Kitab Sucinya salah 2 x dalam persoalan yang sama.

2. Barnes’ Notes: “Probably the writer of Chronicles refers to the desire and intention of the monarch, while the author of Kings records the practical failure of his efforts.” [= Mungkin penulis dari Tawarikh menunjuk pada keinginan dan maksud dari sang raja, sedangkan pengarang Raja-Raja mencatat kegagalan praktis dari usahanya itu.] - hal 224.

Keberatan:

a. Saya menganggap pandangan ini tidak masuk akal, karena ayat-ayat itu tidak membicarakan maksud / rencana tetapi tindakan.

b. Kalau dikatakan bahwa penulis Tawarikh itu menunjuk kepada keinginan / maksud, lalu bagaimana ia menjelaskan pertentangan antara 2Taw 17:6 (ia menjauhkan bukit pengorbanan) dengan 2Taw 20:33 (ia tidak menjauhkan bukit pengorbanan)? Kedua ayat ini sama-sama ditulis oleh penulis kitab Tawarikh, tetapi kelihatannya bertentangan.

3. Mula-mula ia tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan itu (ini yang dibicarakan oleh ay 44), tetapi dalam masa pemerintahannya belakangan ia menjauhkan bukit-bukit pengorbanan itu (ini yang dibicarakan oleh 2Taw 17:6).

Bandingkan dengan kasus 2 penjahat di kayu salib, dimana Mat 27:44 / Mark 15:32b mengatakan bahwa kedua penjahat mencela Yesus, tetapi Luk 23:39-43 mengatakan bahwa penjahat yang satu menghujat Yesus tetapi yang satunya membela Yesus. Jelas bahwa mula-mula terjadi apa yang dikatakan dalam Mat 27:44 / Mark 15:32b, tetapi belakangan penjahat yang satu bertobat dan terjadilah apa yang diceritakan dalam Luk 23:39-43.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Ay 44: ‘bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkannya’.

2Taw 17:6 - ‘ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan’.

Kalau data Kitab Suci hanya ini, maka pandangan ke 3 ini mungkin benar. Tetapi adanya 2Taw 20:33 - ‘Hanya bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan’, yang kembali menunjukkan bahwa Yosafat tidak menjauhkan bukit pengorbanan, tak memungkinkan pandangan ini.

‘Balik kucing’ itu juga terjadi dengan Asa, karena 1Raja 15:14 mengatakan bahwa Asa tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, lalu 2Taw 14:3,5 mengatakan bahwa Asa menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, dan 2Taw 15:17 kembali mengatakan bahwa Asa tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan.

Karena itu jelas bahwa pandangan ke 3 ini tidak mungkin benar.

4. Ada yang mengatakan bahwa ada usaha menjauhkan bukit-bukit pengorbanan tetapi hanya sukses sebagian (Pulpit Commentary).

5. Ada yang mengharmoniskan 2 bagian ini dengan mengatakan bahwa bukit pengorbanan itu ada 2 macam, ada yang untuk Tuhan (yang dipakai sebelum ada Bait Allah, misalnya dalam 1Raja 3:2-3, dan terus dipakai setelah Bait Allah ada - 2Taw 33:17) dan ada yang untuk berhala. Yang untuk Tuhan tidak dihancurkan (ini yang dimaksud oleh ay 44 dan 2Taw 20:33), tetapi yang untuk berhala dihancurkan (ini yang dimaksud oleh 2Taw 17:6) - Adam Clarke, Matthew Poole.

Saya condong pada pandangan ke 5 ini, dan kalau ini benar, maka ini menunjukkan kesalehan Yosafat.

3) Ay 47: Yosafat menghapuskan ‘pelacuran bakti’.

KJV/NASB: ‘the sodomites’ [= Homosex].

NIV: ‘the male shrine prostitutes’ [= pelacur-pelacur laki-laki dari kuil].

RSV: ‘the male cult prostitutes’ [= pelacur-pelacur laki-laki dari sekte / upacara agama].

Tuhan tidak senang, dan bahkan menjadi marah, melihat persekutuan orang benar dan orang jahat!

Catatan: ini tidak berarti bahwa kita sama sekali tidak boleh berteman / berhubungan dengan orang non Kristen, karena kalau demikian, siapa yang memberitakan Injil kepada mereka? Yang dilarang adalah hubungan / persahabatan yang sama sekali tidak ditujukan untuk pemberitaan Injil, tetapi demi kepentingan yang lain.

III) Akibat persekutuan / koalisi Yosafat - Ahab & keluarga.

1) Akibat persekutuan keluarga.

Perkawinan Yoram bin Yosafat, dengan Atalya bin Ahab, menyebabkan Yoram bin Yosafat ini, hidupnya menjadi jahat (2Raja 8:18 / 2Taw 21:6 - perhatikan kata ‘sebab’ dalam kedua ayat ini).

2Raja 8:16-18 - “(16) Dalam tahun kelima zaman Yoram, anak Ahab raja Israel - pada waktu itu Yosafat adalah raja Yehuda - Yoram, anak Yosafat raja Yehuda menjadi raja. (17) Ia berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. (18) Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.”.

Jadi, Yosafat yang saleh, anaknya menjadi jahat karena menikah dengan anak dari Ahab!

Bukan itu saja, tetapi anak hasil pernikahan ini, yang namanya adalah Ahazia, juga menjadi jahat (2Raja 8:25-27 2Taw 22:1-4).

2Raja 8:25-27 - “(25) Dalam tahun kedua belas zaman Yoram, anak Ahab raja Israel, Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja. (26) Ia berumur dua puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri raja Israel. (27) Ia hidup menurut kelakuan keluarga Ahab dan ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN sama seperti keluarga Ahab, sebab ia adalah seorang menantu dari keluarga itu.”.

Cucu Yosafat, yaitu Ahazia, juga menjadi jahat. Tetapi mengapa ia disebut ‘menantu dari keluarga Ahab’? 

Dari bagan ini terlihat dengan jelas bahwa Ahazia adalah cucu dari Ahab. Lalu mengapa disebut ‘menantu dari keluarga Ahab’?
-
Matthew Poole (tentang 2Raja 8:27): “He was the proper son of Athaliah, daughter of Ahab, and the grandson-in-law of Ahab, because his father was Ahab’s son-in-law, 2Ki 8:18.” [= Secara ketat ia adalah anak laki-laki dari Atalya, anak perempuan dari Ahab, dan cucu menantu dari Ahab, karena ayahnya adalah menantu dari Ahab, 2Raja 8:18.].

Catatan: jadi kelihatannya sebutan itu diambil lewat jalur ayahnya, bukan lewat jalur ibunya.

Text di bawah ini menunjukkan bagaimana Ahazia ini menjadi jahat.

Bdk. 2Taw 22:2-4 - “(2) Ahazia berumur empat puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri. (3) Iapun hidup menurut kelakuan keluarga Ahab, karena ibunya menasihatinya untuk melakukan yang jahat. (4) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN sama seperti keluarga Ahab, sebab sesudah ayahnya mati mereka menjadi penasihat-penasihatnya yang mencelakakannya.”.

Jadi, baik anak, maupun cucu dari Yosafat, menjadi jahat gara-gara pernikahan campuran ini. Dan sebetulnya bukan hanya anak dan cucu Yosafat yang terseret ke dalam kejahatan, tetapi juga Yosafat sendiri.

a) Yosafat, sekalipun dalam ay 5,7 menginginkan nasihat Firman Tuhan, tetapi setelah mendengar nubuat dari nabi Mikha (ay 17,19-23,28), akhirnya tetap terseret oleh keinginan Ahab untuk berperang, sehingga ia ikut berperang dan dengan itu mengabaikan nubuat nabi Mikha. Mungkin pengabaian itu terjadi karena terseret oleh nubuat palsu dari para nabi palsu dari Ahab (ay 6,11-12), dan juga kata-kata Ahab yang mendiskreditkan nabi Mikha (ay 8,18). Bagaimanapun ini jelas juga dosa.

b) Pada waktu Ahab mengatakan bahwa ia membenci Mikha (ay 8a), Yosafat bersikap terlalu lunak terhadap Ahab (ay 8b).

Ay 8: “Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’”.

c) Ia membiarkan Zedekia menampar Mikha (ay 24), dan ia juga membiarkan saja Ahab memasukkan kembali nabi Mikha ke dalam penjara, dan memberinya makanan dan minuman serba sedikit (ay 26-27).

Pulpit Commentary: “But where is Jehoshaphat? He was silent when he should have spoken for the prophet of God. See the influence of bad company.” [= Tetapi dimana Yosafat? Ia diam pada waktu ia seharusnya berbicara untuk membela nabi Allah. Lihatlah pengaruh dari pergaulan yang buruk.] - hal 552.

Bdk. 1Kor 15:33 - “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”.

Ini perlu diperhatikan oleh orang kristen yang kawin campur dengan orang kafir ataupun dengan kristen KTP. Kawin campur seperti itu bisa merusak moral / kerohanian keturunan saudara, dan bahkan moral / kerohanian diri saudara sendiri.

2Kor 6:14-16a,17-18 - “(14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16a) Apakah hubungan Bait Allah dengan berhala? ... (17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. (18) Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.’”.

Tetapi ingat bahwa pemisahan diri dari orang jahat ini tidak boleh dilakukan kalau sudah terlanjur menikah dengan orang jahat / non kristen (1Kor 7:12-13).

2) Akibat persekutuan dalam perang.

a) Yosafat hampir mati dalam perang, dan jelas mengalami kerugian banyak tentara yang mati (ay 29-33).

Ay 32b: ‘tetapi Yosafat berteriak’.

Ada yang mengatakan bahwa mungkin teriakan Yosafat ini, yang tujuannya minta tolong kepada tentaranya, mempunyai ciri khas yang berbeda dengan kalau teriakan itu diberikan oleh Ahab. Atau teriakan itu ditujukan kepada tentara Yehuda, yang jelas berbeda dengan tentara Israel. Ini menyebabkan tentara Aram tahu bahwa ia bukanlah Ahab.

Tetapi dalam bagian paralel dari ay 32 ini, yaitu dalam 2Taw 18:31b, dikatakan: “tetapi Yosafat berteriak dan Tuhan menolongnya. Allah membujuk mereka pergi dari padanya.”.

NIV: ‘but Jehoshaphat cried out, and the LORD helped him. God drew them away from him,’ [= tetapi Yosafat berteriak, dan TUHAN menolongnya. Allah menarik mereka menjauhinya,].

Ini menunjukkan bahwa teriakan Yosafat itu adalah teriakan yang ditujukan kepada Allah, dan teriakan ini menyebabkan Allah menolongnya dengan membuat para penyerangnya sadar bahwa ia bukanlah Ahab, lalu mereka mundur dari padanya sesuai dengan perintah raja Aram dalam ay 31.

Pulpit Commentary: “Jehoshaphat barely escaped, through the mercy of God, with his life; and he suffered the loss of many of his people (see Rev. 18:4.)” [= Yosafat hampir tidak lolos dengan nyawanya melalui belas kasihan Allah; dan ia mengalami kehilangan banyak rakyatnya / tentaranya (lihat Wah 18:4).] - hal 548.

Catatan: Wah 18 membicarakan kejatuhan Babel, kota yang jahat. Dan Wah 18:4 berbunyi: “Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: ‘Pergilah kamu, hai umatKu, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.”.

Kata ‘nya’ menunjuk kepada Babel.

Jadi ayat ini menunjukkan bahwa persekutuan dengan kota yang jahat menyebabkan orang-orang itu mengambil bagian dalam dosa-dosa kota yang jahat itu, dan karena itu juga mengambil bagian dalam malapetaka-malapetaka dari kota itu, yang merupakan hukuman Tuhan atas kota itu. Supaya itu tidak terjadi, umat Allah disuruh meninggalkan kota itu!!!

b) Setelah peperangan berakhir, Yosafat ditegur Tuhan melalui nabi Yehu bin Hanani. Teguran ini tidak diceritakan dalam kitab Raja-Raja, tetapi ada dalam kitab Tawarikh.

Dalam 2Taw 18 diceritakan perang yang ada dalam 1Raja 22 ini, dan lalu dalam 2Taw 19:2, persis setelah Yosafat pulang ke Yerusalem dari peperangan ini, dikatakan “Ketika itu Yehu bin Hanani, pelihat itu, pergi menemuinya dan berkata kepada raja Yosafat: ‘Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau.”.

Apakah Ahab memang membenci Tuhan? Jelas bahwa kehidupan Ahab yang penuh dosa dan penyembahan berhala yang ia lakukan bisa dianggap sebagai bukti dari hal ini. Tetapi hal ini juga terlihat dari ay 8 dimana ia sendiri berkata bahwa ia membenci nabi Mikha.

Pulpit Commentary: “‘I hate him.’ Whom did Ahab hate? Micaiah, the faithful prophet of the Lord. Does not this look like a declaration of hatred against the Lord?” [= ‘Aku membencinya’. Siapa yang dibenci oleh Ahab? Mikha, nabi yang setia dari Tuhan. Apakah ini tidak kelihatan sebagai suatu pernyataan tentang kebencian terhadap Tuhan?] - hal 547.

Pulpit Commentary: “The distance between Ahab and God was reflected in that which separated him from the speaker of God’s word.” [= Jarak antara Ahab dan Allah digambarkan oleh apa yang memisahkannya dari pembicara / pemberita Firman Allah.] - hal 557.

Catatan: Semua ini tidak menyebabkan Yosafat kapok, karena ternyata nanti dalam 2Raja 3:6-7 ia kembali bersekutu dengan Yoram (anak Ahab / adik Ahazia), untuk melawan Moab.

Rupanya Yosafat adalah orang yang terlalu menekankan keluarga, dan terlalu sungkan terhadap keluarga!

Bdk. Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.”.

3) Akibat persekutuan dalam dagang (ay 49-50).

Ay 49-50: “(49) Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas, tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber. (50) Pada waktu itu Ahazia, anak Ahab, berkata kepada Yosafat: ‘Baiklah anak buahku pergi bersama-sama anak buahmu dengan kapal-kapal itu.’ Tetapi Yosafat tidak mau.”.

Ay 49-50 didahului oleh ayat yang aneh, yaitu ay 48, yang akan saya bahas sedikit saja. Ay 48: “Tidak ada raja di Edom, karena itu yang menjadi raja ialah seorang kepala daerah.”.

Adam Clarke: “This note is introduced by the writer to account for Jehoshaphat's building ships at Ezion-geber, which was in the territory of the Edomites, and which showed them to be at that time under the Jewish yoke.” [= Catatan ini dimasukkan oleh penulis pada cerita untuk pembangunan kapal-kapal Yosafat di Ezion-Geber, yang ada dalam daerah dari orang-orang Edom, dan yang menunjukkan bahwa pada saat itu mereka berada di bawah kuk orang-orang Yahudi.].

Ada 2 penafsiran tentang ay 49-50:

a) Versi Adam Clarke.

Ay 50 akhir: ‘Tetapi Yosafat tidak mau.’.

Ini dianggap sebagai pertentangan dengan 2Taw 20:35-36 yang menunjukkan bahwa Yosafat mau bersekutu dengan Ahazia bin Ahab.

2Taw 20:35-36 - “(35) Kemudian Yosafat, raja Yehuda, bersekutu dengan Ahazia, raja Israel, yang fasik perbuatannya. (36) Ia bersekutu dengan Ahazia untuk membuat kapal-kapal yang dapat berlayar ke Tarsis. Kapal-kapal itu dibuat mereka di Ezion-Geber.”.

Karena itu Clarke lalu menafsirkan sebagai berikut:

“But instead of vaw-lahmed-aleph aleph-beth-heh velo abah, ‘he would not,’ perhaps we should read vaw-lahmed-vaw aleph-beth-heh velo abah, ‘he consented to him;’ two words pronounced exactly in the same way, and differing but in one letter, viz., an aleph for a vau. This reading, however, is not supported by any MS. or version;” [= Tetapi sebagai ganti dari vaw-lahmed-aleph aleph-beth-heh velo abah, ‘ia tidak mau’, mungkin kita seharusnya membaca vaw-lahmed-vaw aleph-beth-heh velo abah, ‘ia menyetujuinya’; dua kata yang bunyi bacaannya persis sama, dan berbeda hanya satu huruf, yaitu, sebuah aleph untuk sebuah vaw. Tetapi, bacaan ini tidak didukung oleh manuscript atau versi manapun;] - hal 479.

Clarke menambahkan bahwa ada orang yang mengusulkan bahwa ay 49-50 diterjemahkan dengan urut-urutan yang berbeda seperti yang berikut ini:

“Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas. Pada waktu itu, Ahazia, anak Ahab, berkata kepada Yosafat: ‘Baiklah anak buahku pergi bersama-sama anak buahmu dengan kapal-kapal itu’. Dan Yosafat menyetujuinya. Tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber.”.

Saya berpendapat bahwa baik pengubahan huruf, yang tidak didukung oleh manuscript manapun (perlu juga diketahui bahwa huruf ‘aleph’ dan ‘vaw’ dalam abjad Ibrani, sangat berbeda bentuknya), maupun perubahan urut-urutan, harus ditolak!

b) Versi penafsir-penafsir yang lain.

Urut-urutan cerita lengkapnya adalah sebagai berikut:

1. 2Taw 20:35-36 menceritakan aliansi dagang pertama antara Yosafat dengan Ahazia bin Ahab, tetapi ini tidak diceritakan dalam ay 49. Ay 49 hanya menceritakan kapal-kapal itu dalam perjalanan.

2. Eliezer bernubuat tentang pecahnya kapal-kapal itu. Nubuatnya berbunyi: ‘Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.’ (2Taw 20:37a).

3. Nubuat itu tergenapi, dan kapal-kapal itu pecah di Ezion Geber (ay 49b 2Taw 20:37b).

2Taw 20:37 - “Tetapi Eliezer bin Dodawa dari Maresa bernubuat terhadap Yosafat, katanya: ‘Karena engkau bersekutu dengan Ahazia, maka TUHAN akan merobohkan pekerjaanmu.’ Lalu kapal-kapal itu pecah, dan tak dapat berlayar ke Tarsis.”.

4. Setelah kapal-kapal itu pecah, maka Ahazia mengusahakan aliansi dagang yang kedua dalam persoalan yang sama. Tetapi Yosafat, yang sudah kapok karena hajaran Tuhan itu, lalu menolak usul Ahazia itu.

Ini diceritakan dalam ay 50 tetapi tidak diceritakan dalam 2Taw 20.

Ini versi yang saya setujui.

Pulpit Commentary: “Yet Jehoshaphat formed a trade alliance with Ahaziah. ... But for this God rebuked him, and ‘the ships were broken’ ... Let no money consideration, no gold of Ophir, induce godly young men to enter into trade partnerships with the ungodly.” [= Tetapi Yosafat membentuk aliansi dagang dengan Ahazia. ... Tetapi untuk ini Allah menegur dia, dan ‘kapal-kapal itu pecah’ ... Janganlah pertimbangan uang, atau emas dari Ofir, membujuk orang-orang muda yang saleh untuk memasuki suatu persekutuan dagang dengan orang jahat.] - hal 556.

Kesimpulan / penutup.

Biarlah khotbah ini membuat saudara berhati-hati dalam persekutuan / persahabatan dan lebih-lebih pacaran / pernikahan yang saudara lakukan!

-AMIN-

11).I Raja-raja 22:1-54 (2)

1Raja-raja 22:1-54 - “(1) Tiga tahun lamanya orang tinggal aman dengan tidak ada perang antara Aram dan Israel. (2) Pada tahun yang ketiga pergilah Yosafat, raja Yehuda, kepada raja Israel. (3) Berkatalah raja Israel kepada pegawai-pegawainya: ‘Tahukah kamu, bahwa Ramot-Gilead sebenarnya milik kita? Tetapi kita tinggal diam saja dan tidak merebutnya dari tangan raja negeri Aram.’ (4) Lalu katanya kepada Yosafat: ‘Maukah engkau pergi bersama-sama aku untuk memerangi Ramot-Gilead?’ Jawab Yosafat kepada raja Israel: ‘Kita sama-sama, aku dan engkau, rakyatku dan rakyatmu, kudaku dan kudamu.’ (5) Tetapi Yosafat berkata kepada raja Israel: ‘Baiklah tanyakan dahulu firman TUHAN.’ (6) Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ‘Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?’ Jawab mereka: ‘Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (7) Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?’ (8) Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ (9) Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ‘Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!’ (10) Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, (11) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (12) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’ (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’ (19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’ (24) Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: ‘Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?’ (25) Tetapi Mikha menjawab: ‘Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.’ (26) Berkatalah raja Israel: ‘Tangkaplah Mikha, bawa dia kembali kepada Amon, penguasa kota, dan kepada Yoas, anak raja, (27) dan katakan: Beginilah titah raja: Masukkan orang ini dalam penjara dan beri dia makan roti dan minum air serba sedikit sampai aku pulang dengan selamat.’ (28) Tetapi jawab Mikha: ‘Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!’ Lalu disambungnya: ‘Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!’ (29) Sesudah itu majulah raja Israel dengan Yosafat, raja Yehuda, ke Ramot-Gilead. (30) Raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Aku akan menyamar dan masuk pertempuran, tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu.’ Lalu menyamarlah raja Israel, kemudian masuk ke pertempuran. (31) Adapun raja negeri Aram telah memberi perintah kepada para panglima pasukan keretanya, tiga puluh dua orang banyaknya, demikian: ‘Janganlah kamu berperang melawan sembarang orang, melainkan melawan raja Israel saja.’ (32) Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat Yosafat, mereka berkata: ‘Itu pasti raja Israel!’ Lalu majulah mereka untuk menyerang dia, tetapi Yosafat berteriak. (33) Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat, bahwa dia bukanlah raja Israel, maka undurlah mereka dari padanya. (34) Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’ (35) Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta. (36) Kira-kira pada waktu matahari terbenam terdengarlah teriakan di sepanjang barisan tentara itu: ‘Masing-masing ke kotanya, masing-masing ke negerinya! (37) Raja sudah mati!’ Maka pulanglah mereka ke Samaria, lalu mereka menguburkan raja di Samaria. (38) Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing, sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkanNya. (39) Selebihnya dari riwayat Ahab dan segala yang dilakukannya serta istana gading dan segala kota yang didirikannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel? (40) Demikianlah Ahab mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Ahazia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (41) Yosafat, anak Asa, menjadi raja atas Yehuda dalam tahun keempat zaman Ahab, raja Israel. (42) Yosafat berumur tiga puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh lima tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Azuba, anak Silhi. (43) Ia hidup mengikuti jejak Asa, ayahnya; ia tidak menyimpang dari padanya dan melakukan apa yang benar di mata TUHAN. (44) Hanya bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan. Orang masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. (45) Dan Yosafat hidup dalam damai dengan raja Israel. (46) Selebihnya dari riwayat Yosafat dan kepahlawanan yang dilakukannya dan bagaimana ia berperang, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda? (47) Dan sisa pelacuran bakti yang masih tinggal dalam zaman Asa, ayahnya, dihapuskannya dari negeri itu. (48) Tidak ada raja di Edom, karena itu yang menjadi raja ialah seorang kepala daerah. (49) Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas, tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber. (50) Pada waktu itu Ahazia, anak Ahab, berkata kepada Yosafat: ‘Baiklah anak buahku pergi bersama-sama anak buahmu dengan kapal-kapal itu.’ Tetapi Yosafat tidak mau. (51) Kemudian Yosafat mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud, bapa leluhurnya. Maka Yoram, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (52) Ahazia, anak Ahab, menjadi raja atas Israel di Samaria dalam tahun ketujuh belas zaman Yosafat, raja Yehuda, dan ia memerintah atas Israel dua tahun lamanya. (53) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa. (54) Ia beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya dan dengan demikian ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, tepat seperti yang dilakukan ayahnya.”.

Catatan: hanya dibaca yang warna biru; karena bagian itu saja yang dibahas pada session ini.

I) Yosafat minta petunjuk Tuhan.

1) Sebelum berperang Yosafat minta petunjuk Tuhan lebih dulu (ay 5).

Ini bagusnya Yosafat; ia masih menginginkan petunjuk Tuhan. Tetapi kesalahannya adalah bahwa ia sudah menyanggupi untuk ikut berperang (ay 4), dan baru sesudah itu ia menanyakan kehendak Tuhan.

2) Ahab lalu mengumpulkan 400 nabi-nabinya (ay 6).

Ada yang mengatakan bahwa 400 nabi di sini adalah nabi-nabi Asyera (bdk. 1Raja 18:19), yang tidak ikut hadir dalam pertemuan dengan Elia di gunung Karmel, sehingga tidak ikut dibasmi.

Tetapi Keil & Delitzsch (hal 274) menganggap bahwa nabi-nabi ini bukan nabi-nabi Baal maupun Asyera. Alasannya:

a) Mereka tidak bernubuat demi Baal / Asyera.

b) Yosafat adalah raja yang saleh dan jelas anti Baal / Asyera sehingga tidak mungkin Ahab melakukan tindakan yang begitu bodoh dengan memanggil nabi-nabi Baal / Asyera.

Tetapi mereka jelas juga bukan nabi-nabi Tuhan yang asli. Perhatikan bahwa dalam ay 23 Mikha berbicara kepada Ahab dan menyebut nabi-nabi itu sebagai ‘semua nabimu’. Ini adalah nabi-nabi Tuhan yang menyembahNya melalui patung sapi jantan (bdk. ay 11), dan bernubuat tanpa panggilan dari Allah.

Pulpit Commentary memperjelas dengan mengatakan bahwa ini adalah imam-imam dari bukit-bukit pengorbanan di Betel dan Dan, penerus dari mereka yang diangkat sebagai imam oleh Yerobeam (1Raja 12:25-33, khususnya perhatikan 1Raja 12:28-29,31,32b).

3) Nubuat dari nabi-nabi palsu itu (ay 6b-12).

a) Waktu Ahab bertanya kepada mereka, nabi-nabi palsu itu menjawab / bernubuat: ‘Majulah! Tuhan (aDONAY) akan menyerahkannya ke dalam tangan raja’ (ay 6).

Ini adalah:

1. Nubuat yang menyenangkan Ahab (ay 6b, bdk. ay 11-13).

Matthew Henry: “Those that love to be flattered shall not want flatterers.” [= Mereka yang senang untuk disanjung tidak akan kekurangan penyanjung-penyanjung.].

Memang salah satu ciri nabi palsu adalah: nubuat / ajarannya menyenangkan orang (Yer 23:16-17 Yer 8:10b-11 2Tim 4:3-4).

Yer 23:16-17 - “(16) Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!’”.

Yer 8:10-11 - “(10) Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, semuanya mengejar untung; baik nabi maupun imam, semuanya melakukan tipu. (11) Mereka mengobati luka puteri umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera.”.

2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.

Penyesuaian theologia dengan tempat dimana seorang pengkhotbah berkhotbah juga bisa dianggap sebagai hal-hal yang menyenangkan pendengar, dan merupakan salah satu ciri dari nabi palsu!

2. Nubuat yang berarti ganda (Clarke).

Clarke mengomentari kata-kata ‘Tuhan / TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja’ (ay 6,12), dan berkata bahwa sebetulnya kata ‘nya’ itu tidak ada dalam bahasa aslinya.

Jadi kata-kata dalam ay 6,12 itu bisa berarti:

a. Tuhan / TUHAN akan menyerahkan Ramot-Gilead ke dalam tangan raja Israel.

b. Tuhan / TUHAN akan menyerahkan Israel ke dalam tangan raja Aram.

Catatan: terjemahan hurufiah dari ay 12 adalah: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan menanglah! TUHAN akan menyerahkan ke dalam tangan raja’. Jadi nubuat inipun tidak menjamin apa-apa.

Clarke mengatakan bahwa arti ganda ini sengaja dilakukan supaya apapun yang terjadi nubuat itu tetap benar, dan kewibawaan nabi-nabi palsu itu tetap terjaga (Catatan: tetapi perlu juga dilihat bahwa dalam ay 11 nanti Zedekia tidak memberikan nubuat dengan arti ganda seperti itu).

Adam Clarke: “When prophecies and oracles were not delivered in this dubious way, they were generally couched in such intricate and dark terms that the assistance of the oracle was necessary to explain the oracle, and then it was ignotum per ignotius, a dark saying paraphrased by one yet more obscure.” [= Pada waktu nubuat dan sabda Allah tidak diberikan dengan cara yang meragukan ini, biasanya mereka dituliskan dalam istilah-istilah yang ruwet / berbelit-belit dan kabur sehingga dibutuhkan bantuan untuk menjelaskan sabda Allah itu, dan lalu itu menjadi ignotum per ignotius, suatu kalimat yang kabur diungkapkan dengan kata-kata lain yang lebih kabur lagi.] - hal 475-476.

Saya berpendapat bahwa kata-kata Clarke ini harus sangat diperhatikan, karena memang kebanyakan nabi palsu melakukan hal-hal yang ia katakan ini. Seorang pengkhotbah / pengajar seharusnya mengajarkan sedemikian rupa sehingga tidak ada arti ganda, dan ajarannya bisa dimengerti dengan jelas dan tidak mungkin disalah-mengerti. Tetapi pada waktu seorang nabi palsu mengajarkan ajaran sesatnya, biasanya ia berlaku sebaliknya. Tujuannya supaya kalau diserang, ia bisa berkelit, dan mengatakan bahwa itu bukan maksudnya.

Tanggapan Yosafat terhadap nubuat nabi-nabi palsu dalam ay 6b: Yosafat minta seorang nabi TUHAN / YAHWEH (ay 7).

Rupanya Yosafat menyadari atau setidaknya mencurigai bahwa orang-orang ini bukan nabi Tuhan, dan ia lalu menanyakan apakah ada nabi TUHAN. Ada yang mengatakan bahwa kecurigaan Yosafat itu disebabkan karena nabi-nabi itu hanya menyebut AdonaY, bukan Yahweh (ay 6). Juga karena mereka tidak menggunakan kata-kata yang biasanya digunakan nabi-nabi yaitu ‘Demikianlah firman TUHAN (YAHWEH)’.

Penerapan:

Orang kristen seharusnya juga belajar tentang ciri-ciri pemberitaan firman dari nabi asli dan nabi palsu. Misalnya untuk jaman sekarang:

1. ‘nabi’ yang terus bicara tentang mujijat / kesembuhan, atau yang terus menekankan bahasa roh.

2. ‘nabi’ yang merendahkan Kitab Suci. Ini bisa terlihat dari banyak hal seperti, kalau ia berkhotbah tanpa membahas ayat Alkitab manapun (sekalipun ada text yang dibaca sebelum khotbah, tetapi textnya tak pernah dibahas), atau kalau ia berani menabrak ayat manapun dalam Alkitab, atau merendahkan ayat sebagai salah (bukan salah penyalinan / terjemahan, tetapi memang salah), dsb.

3. ‘nabi’ yang tidak mengakui Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Ini bisa ia lakukan dengan mengagung-agungkan tokoh agama lain yang jelas-jelas sesat, menyamakan kristen dengan agama lain manapun juga, dsb.

4. ‘nabi’ yang tidak pernah memberitakan Injil / mendorong jemaatnya untuk percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya.

5. ‘nabi’ yang mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik.

6. ‘nabi’ yang melarang untuk mengatakan gereja apapun / pendeta manapun sebagai sesat.

Dan kalau seorang kristen tahu bahwa seorang nabi tertentu adalah nabi palsu, maka kalau ia adalah orang kristen yang baik mestinya ia tidak mau mendengarkan nabi palsu itu (kecuali kalau mendengarkan untuk menyerang). Karena itu jangan berbakti di gereja yang saudara tahu pengkhotbahnya adalah nabi palsu.

Banyak orang kristen yang tidak peduli di gereja yang bagaimana ia berbakti, karena yang penting ia berbakti kepada Tuhan. Perlu saudara pikirkan: kalau pemberitaan firmannya sesat, itu berarti setan yang berbicara dalam kebaktian itu. Apakah itu dianggap sebagai kebaktian oleh Tuhan?

Ada juga orang kristen yang mengatakan bahwa kalau mendengar khotbah, ia akan membuang yang salah, dan hanya menerima yang benar. Seakan-akan merupakan hal yang mudah untuk memisahkan racun yang sudah dicampurkan ke dalam makanan!

b) Bernubuat demi Yahweh (ay 11-12)!

Ay 11-12: “(11) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (12) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’”.

Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan dari bagian ini:

1. Sementara menunggu Mikha dipanggil, maka nabi-nabi palsu itu terus bernubuat, padahal Yosafat sudah menolak mereka. Jadi mereka mempunyai ketekunan pada waktu mereka / berita mereka ditolak. Ketekunan seperti ini harus ditiru, khususnya dalam menginjili seseorang!

2. Rupanya mereka tahu alasan Yosafat menolak mereka, dan sekarang mereka ‘menyesuaikan diri’ dengan keinginan Yosafat. Sekarang nabi-nabi yang banyak itu mengganti ADONAY dari ay 6b menjadi YAHWEH (ay 12b), dan Zedekia bukan hanya menggunakan nama YAHWEH tetapi juga meniru kebiasaan nabi-nabi Perjanjian Lama dengan mengucapkan kata-kata ‘Demikianlah firman TUHAN (YAHWEH)’.

Penerapan:

a. Sikap yang flexible belum tentu baik! Hati-hatilah dengan pendeta / pengkhotbah yang bersikap seperti bunglon. Dalam kalangan Kharismatik ia menekankan bahasa roh dan kesembuhan / mujijat; dalam kalangan Liberal ia merendahkan Kitab Suci; dalam kalangan Injili ia menekankan ketidak-bersalahan Kitab Suci dan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat.

b. Jangan terlalu cepat percaya kepada ‘nabi’ jaman sekarang sekalipun mereka berdoa, mengusir setan, melakukan mujijat, menyembuhkan orang, demi nama Yesus. Bdk. Mat 7:22-23 Kis 19:13. Mereka tahu ungkapan ‘demi nama Yesus’ itu dianggap ‘keramat’ oleh banyak orang Kristen, sehingga mereka bisa saja menggunakan secara cukup banyak.

3. Nubuat Zedekia (ay 11).

Ia menjadi lembu / banteng dan menubuatkan suatu dusta!

Barnes’ Notes: “The horn in Scripture is the favourite symbol of power; and pushing with the horn is a common metaphor for attacking and conquering enemies” [= Tanduk dalam Kitab Suci merupakan simbol yang favorit tentang kuasa / kekuatan; dan mendorong dengan tanduk merupakan kiasan yang umum untuk menyerang dan mengalahkan musuh] - hal 221.

c) Apakah para nabi palsu itu sendiri percaya pada nubuat mereka?

Barnes’ Notes: “He may have believed his own words; for the ‘lying spirit’ (v. 22) may have seemed to him a messenger from Jehovah.” [= Ia (Zedekia) mungkin percaya pada kata-katanya sendiri; karena ‘roh dusta’ (ay 22) bisa kelihatan olehnya sebagai utusan dari Yehovah.] - hal 221.

Tetapi apakah para nabi palsu itu memang yakin akan nubuat mereka? Ada 2 hal yang meragukan hal ini:

1. Adanya ay 13 yang mengatakan bahwa ‘nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja’. Kata ‘sepakat’ itu kelihatannya menunjukkan kesengajaan untuk menubuatkan yang salah.

Jawab:

a. Ini bisa menunjukkan bahwa mereka sepakat karena sama-sama ditipu oleh setan / diilhami oleh pemikiran yang sama dari setan.

b. Disamping itu perhatikan terjemahan KJV yang memberikan terjemahan hurufiah tentang ay 13 ini.

KJV: ‘the words of the prophets declare good unto the king with one mouth’ [= kata-kata dari nabi-nabi menyatakan kebaikan bagi raja dengan satu mulut].

Jadi, ini tidak / belum menunjukkan adanya suatu kesepakatan, tetapi hanya menunjukkan bahwa kata-kata mereka itu sama.

Matthew Henry: “All the prophets agreed, as one man, that Ahab should return from this expedition a conqueror, v. 12. Unity is not always the mark of a true church and a true ministry. Here were 400 men that prophesied with one mind and one mouth, and yet all in an error.” [= Semua nabi-nabi itu setuju, sebagai satu orang, bahwa Ahab akan kembali dari expedisi ini sebagai seorang pemenang, ay 12. Kesatuan tidak selalu merupakan tanda / ciri dari suatu gereja yang benar dan suatu pelayanan yang benar. Di sini ada 400 orang yang bernubuat dengan satu pikiran dan satu mulut, tetapi semuanya dalam suatu kesalahan.].

2. ‘roh dusta’ (ay 22-23) menyebabkan nabi-nabi itu berdusta.

Jawab: orang bisa berdusta secara sadar / sengaja maupun secara tidak sadar / tidak sengaja.

Bahkan kalau kata-kata Clarke di atas itu benar (tentang nubuat yang berarti ganda), itu tidak menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu itu sendiri yang sengaja memberi arti ganda. Mungkin kelihaian setanlah yang mengilhami mereka dengan nubuat yang berarti ganda itu.

Jadi ada kemungkinan bahwa para nabi palsu itu betul-betul yakin akan kebenaran nubuat mereka. Penjelasan tentang ay 25 (lihat point II, 4, c di bawah) akan lebih mendukung pandangan ini.

II) Mikha bin Yimla dan nubuatnya.

1) Jawaban Ahab (ay 8).

a) Mikha bin Yimla. Mengapa bukan Elia? Mungkin karena Elia selalu sembunyi dan sukar dicari.

b) Kata-kata Ahab ini menyebabkan ada penafsir yang berpendapat bahwa nabi yang menegur Ahab dalam 1Raja 20:35-43 adalah nabi Mikha ini. Teguran itulah yang menyebabkan Ahab membenci nabi itu.

c) Ahab membenci Mikha (ay 8b).

1. Ahab membenci Mikha karena kesetiaan Mikha dalam melakukan pemberitaan firman Tuhan.

Pulpit Commentary: “Continued faithfulness, if it may not win, must be repelled and hated. ‘Woe unto you when all men speak well of you; for so,’ &c.” [= Kesetiaan yang terus menerus, jika itu tidak memenangkan, pasti ditolak dan dibenci. ‘Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian’, dst.] - hal 557.

Luk 6:26 - “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

Pulpit Commentary: “‘I hate him.’ Whom did Ahab hate? Micaiah, the faithful prophet of the Lord .... Why does Ahab hate Micaiah? ‘For he doth not prophesy good concerning me, but evil.’ Because he does not falsify the truth of God to flatter me. Because he does not play the devil to please me, as these four hundred do!” [= ‘Aku membencinya’. Siapa yang dibenci oleh Ahab? Mikha, nabi yang setia dari Tuhan. ... Mengapa Ahab membenci Mikha? ‘Sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka’. Karena ia tidak memalsukan kebenaran Allah untuk menjilat aku. Karena ia tidak melakukan permainan setan untuk menyenangkan aku, seperti yang dilakukan oleh 400 orang ini!] - hal 547.

Bandingkan dengan Bambang Noorsena yang selalu membanggakan dirinya karena katanya ia diterima oleh orang-orang / tokoh-tokoh agama lain (bdk. Luk 6:22-23,26). Saya hampir yakin bahwa andaikata ia hidup dan melayani pada jaman Ahab, ia juga akan diterima oleh Ahab! Ini bukanlah sesuatu yang membanggakan, tetapi menyedihkan!

Luk 6:22-23,26 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. ... (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

2. Ay 8 ini juga menunjukkan bahwa Ahab adalah type orang yang hanya menyenangi berita yang enak, tetapi menolak berita yang tidak enak. Sikap Ahab ini seperti yang dikatakan dalam Yes 30:9-11!

Yes 30:9-11 - “(9) Sebab mereka itu suatu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka bohong anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran TUHAN; (10) yang mengatakan kepada para tukang tilik: ‘Jangan menilik,’ dan kepada para pelihat: ‘Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, (11) menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel.’”.

Sikap seperti ini mempunyai andil terhadap munculnya nabi-nabi palsu yang memberitakan berita yang menyenangkan pendengarnya! Karena itu janganlah saudara bersikap seperti itu.

Juga, lebih baik menjadi seorang pengkhotbah ‘yang tak laku’ karena memberitakan kebenaran, dari pada menjadi seorang pengkhotbah ‘yang laris’ karena selalu memberitakan hal-hal yang enak-enak, dan menyesuaikan pemberitaannya dengan para pendengarnya!

3. Kebencian Ahab dinyatakan dengan memasukkan Mikha ke dalam penjara (perhatikan kata ‘kembali’ dalam ay 26). Bandingkan dengan Herodes yang memasukkan Yohanes Pembaptis ke dalam penjara (Mat 14:3-4).

2) Penekanan terhadap Mikha (ay 13-14).

Ay 13-14: “(13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’”.

a) Mikha disuruh menubuatkan seperti nubuat para nabi palsu (ay 13).

b) Nabi Mikha menolak perintah itu.

Ia hanya mau memberitahu apa yang betul-betul datang dari Tuhan (ay 14).

Matthew Henry: “The two kings sat each in their robes and chairs of state, in the gate of Samaria, ready to receive this poor prophet, and to hear what he had to say; ... They were attended with a crowd of flattering prophets, that could not think of prophesying any thing but what was very sweet and very smooth to two such glorious princes now in confederacy. ... Micaiah, who knows better things, protests, and backs his protestation with an oath, that he will deliver his message from God with all faithfulness, whether it be pleasing or displeasing to his prince ... This was nobly resolved, and as became one who had his eye to a greater King than either of these, arrayed with brighter robes, and sitting on a higher throne.” [= Kedua raja masing-masing duduk dengan jubah mereka di takhta kebesaran mereka, di pintu gerbang Samaria, siap untuk menerima nabi yang malang / miskin ini, dan untuk mendengar apa yang harus ia katakan; ... Mereka disertai dengan banyak nabi-nabi yang suka menyanjung, yang tak bisa memikirkan tentang nubuat apapun kecuali yang sangat manis dan sangat halus bagi dua raja yang begitu mulia yang sekarang ada dalam persekutuan. ... Mikha, yang mengetahui hal-hal yang lebih baik, memprotes, dan menguatkan protesnya dengan suatu sumpah, bahwa ia akan menyampaikan pesannya dari Allah dengan segala kesetiaan, apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi rajanya ... Ini diputuskan secara mulia, karena ia menjadi seseorang yang matanya diarahkan kepada seorang Raja yang lebih besar dari yang manapun dari mereka berdua, berpakaian dengan jubah yang lebih terang, dan duduk di sebuah takhta yang lebih tinggi.].

Memang seorang pengkhotbah tidak boleh membiarkan diri untuk didikte untuk mengatakan apa yang tidak benar!

Penerapan: dalam kebanyakan gereja terdapat salah satu dari 2 extrim ini:

1. Pendeta yang menjadi raja kecil / diktator.

2. Pendeta yang menjadi budak, dan dalam segala hal didikte oleh majelis / orang kaya dalam gereja, termasuk dalam apa yang ia beritakan! Pendeta seperti ini harus belajar dari nabi Mikha di sini!

3) Nubuat dari nabi Mikha.

a) Nubuat ejekan dari Mikha.

Terhadap pertanyaan Ahab dalam ay 15a, Mikha menjawab dengan ‘nubuat’ dalam ay 15b.

Ay 15: “Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’”.

Perhatikan, bahwa dalam ‘nubuat’ ini Mikha tidak mengatakan ‘demikianlah firman TUHAN’ seperti biasanya (bdk ay 17,19,20 dimana ia menggunakan kata-kata itu.).

Perhatikan juga bahwa kata-kata ini sama dengan nubuat para nabi palsu dalam ay 12. Jelas bahwa nabi Mikha mengatakan ini dengan sinis sebagai suatu irony / ejekan. Pasti nada dan / atau mimik wajahnya menunjukkan secara jelas bahwa ia sedang mengejek, bukan sungguh-sungguh bernubuat. Ini menunjukkan keberanian yang luar biasa dari Mikha, yang sama sekali tidak takut kepada Ahab.

Adam Clarke: “This was a strong irony; ... These were the precise words of the false prophets, (see ver. 6 and 12,) and were spoken by Micaiah in such a tone and manner as at once showed to Ahab that he did not believe them; hence the king adjures him, ver. 16, that he would speak to him nothing but truth;” [= Ini adalah ironi / ejekan yang kuat; ... Ini persis merupakan kata-kata dari nabi-nabi palsu itu, (lihat ay 6 dan 12), dan diucapkan oleh Mikha dengan nada dan cara sedemikian rupa sehingga segera menunjukkan kepada Ahab bahwa ia (Mikha) tidak mempercayai kata-kata itu; karena itu raja mendesaknya, ay 16, supaya ia tidak mengatakan apapun selain kebenaran kepadanya;] - hal 475.

Pulpit Commentary: “There was an exquisite propriety in this. The question was insincere; the reply was ironical ... No doubt Micaiah’s mocking tone showed that his words were ironical (cf. ch. 18:27).” [= Ada kesesuaian yang sangat indah di sini. Pertanyaan itu tidak tulus; jawabannya bersifat ironi / ejekan ... Tidak diragukan lagi bahwa nada mengejek dari Mikha menunjukkan bahwa kata-katanya bersifat ironi / mengejek (bdk. pasal 18:27).] - hal 534.

Barnes’ Notes: “Micaiah speaks the exact words of the 400 in so mocking and ironical a tone, that the king cannot mistake his meaning, or regard his answer as serious.” [= Mikha mengucapkan secara persis kata-kata dari 400 orang itu dengan nada yang begitu mengejek dan bersifat ironi, sehingga raja tidak bisa salah tentang arti yang ia maksudkan, atau menganggap jawabannya sebagai sesuatu yang serius.] - hal 221.

Barnes’ Notes: “The king’s rejoinder implies that this mocking manner was familiar to Micaiah, who had used it in some former dealings with the Israelite monarch.” [= Jawaban raja secara tak langsung menunjukkan bahwa cara mengejek ini sudah lazim bagi Mikha, yang telah menggunakannya pada beberapa urusan sebelumnya dengan raja Israel.] - hal 221.

Elia mengejek nabi-nabi palsu dalam 1Raja 18:27, dan Mikha mengejek Ahab di sini. Dan banyak orang di facebook selalu mencela saya karena saya menggunakan kata-kata keras, tidak hormat, tidak ‘lemat lembut’, tidak ‘kasih’ dan sebagainya. Beranikah mereka mencela Elia maupun Mikha dan semua nabi lain, bahkan Yesus, yang tak pernah berbicara lemah lembut, hormat, kasih dsb, kalau berhadapan dengan nabi-nabi palsu, orang-orang sesat / brengsek dsb??? Betul-betul orang-orang bodoh yang tak pernah belajar Alkitab!

b) Setelah didesak oleh Ahab dalam ay 16, maka Mikha memberikan nubuat yang serius / sungguh-sungguh (ay 17).

Ay 16-17: “(16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’”.

1. Ay 17a: Kata-kata yang mengatakan bahwa Israel tercerai-berai seperti domba tanpa gembala ini menunjukkan bahwa kalau mereka maju berperang, maka Ahab akan mati, sehingga Israel akan kehilangan raja.

2. Ay 17b: ‘baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat’.

Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:

a. Janganlah maju berperang, pulang saja ke rumah masing-masing.

b. Ini adalah suatu nubuat yang digenapi dalam ay 36 (Matthew Poole).

Ahab lalu mengomentari nubuat itu kepada Yosafat (ay 18). Kata-kata Ahab menunjukkan bahwa rupanya ia beranggapan bahwa nabi Mikha mengatakan hal itu hanya karena Mikha membencinya, dan itu bukanlah nubuat dari Tuhan.

c) Mikha melanjutkan nubuatnya (ay 19-23).

Ay 19-23: “(19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.

Roh dusta ini jelas adalah setan. Kalau ada keberatan mengapa setan bisa hadir di depan takhta Allah, maka jawabnya adalah: itu juga terjadi dalam Ayub 1:6 2:1.

Ay 19-23 ini kelihatannya aneh, tetapi coba bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

1. Yeh 14:3-4 - “(3) ‘Hai anak manusia, orang-orang ini menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya dan menempatkan di hadapan mereka batu sandungan, yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan. Apakah Aku mau mereka meminta petunjuk dari padaKu? (4) Oleh sebab itu berbicaralah kepada mereka dan katakan: Beginilah firman Tuhan ALLAH (AdonaY Yahweh): Setiap orang dari kaum Israel yang menjunjung berhala-berhalanya dalam hatinya dan menempatkan di hadapannya batu sandungan yang menjatuhkannya ke dalam kesalahan, lalu datang menemui nabi - Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia oleh karena berhala-berhalanya yang banyak itu.”.

Kata-kata yang saya garisbawahi itu diterjemahkan berbeda oleh NIV, yang menterjemahkannya sebagai berikut: ‘I the LORD will answer him myself in keeping with his great idolatry’ [= Aku TUHAN sendiri akan menjawabnya sesuai dengan penyembahan berhalanya yang hebat / besar].

Barnes’ Notes menafsirkan bagian ini dengan berkata: “I will give him an answer as delusive as the idols which he serves.” [= Aku akan memberinya jawaban yang sama menyesatkan / menipunya dengan berhala-berhala yang ia sembah / layani.] - ‘Ezekiel’, hal 334.

Contoh: orang yang menyembah Maria dan patungnya lalu mendapatkan ‘mujijat’ dimana patung Maria mengeluarkan air mata darah, atau penglihatan tentang Maria, yang menyatakan dirinya tanpa dosa.

2. Yeh 14:9 - “Jikalau nabi itu membiarkan dirinya tergoda dengan mengatakan suatu ucapan - Aku, TUHAN yang menggoda nabi itu - maka Aku akan mengacungkan tanganKu melawan dia dan memunahkannya dari tengah-tengah umatKu Israel.”.

Ayat ini terletak dalam suatu kontex dimana Allah mengancam Israel. Ia berkata bahwa kalau ada orang yang pergi kepada seorang nabi palsu dan menanyakan petunjuk kepada nabi itu, maka Allah sendiri akan menjawab orang itu (Yeh 14:7). Lalu dalam Yeh 14:9 dikatakan bahwa pada waktu nabi palsu itu memberi petunjuk, yang tentunya merupakan petunjuk yang sesat, maka Tuhan yang menggoda nabi palsu itu.

3. 2Tes 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.”.

Beberapa kutipan tentang penafsiran 1Raja 22:19-23 ini:

a. Pulpit Commentary: “Ahab wished to be guided by false prophets, and the justice of God decreed that he should be guided by them to his ruin.” [= Ahab ingin dipimpin oleh nabi-nabi palsu, dan keadilan Allah menetapkan bahwa ia harus dipimpin oleh mereka menuju kehancurannya.] - hal 535.

b. Pulpit Commentary: “He wished for lies and he had them. ... It is thus God deals with deceivers still. He leaves them to be deceived, to be the prey of their own disordered fancies. It is notorious how men find in the Bible what they wish to find there; how all unsuspectingly they read their own meanings into the words of Scripture; how they interpret its injunctions by the rule of their own inclinations.” [= Ia menginginkan dusta dan ia mendapatkannya. ... Demikianlah Allah tetap memperlakukan penipu. Ia membiarkan mereka untuk ditipu, menjadi mangsa dari kesukaan mereka yang kacau. Merupakan sesuatu yang terkenal buruk bagaimana manusia mendapatkan dalam Akitab apa yang mereka ingin dapatkan di sana; bagaimana mereka semua tanpa kecurigaan memasukkan arti mereka sendiri ke dalam kata-kata dari Kitab Suci; bagaimana mereka menafsirkan perintah-perintah Kitab Suci menggunakan peraturan dari kecondongan mereka sendiri.] - hal 544.

c. Matthew Poole: “I will give them up into thy hands, and blind their minds, and leave them to their own ignorance and wickedness, which will certainly lead them into dreadful mistakes. ... I will not hinder thee from tempting them, nor give them grace to withstand their temptation; whereby thou mayest be assured of success.” [= Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, dan membutakan pikiran mereka, dan membiarkan mereka pada kebodohan dan kejahatan mereka, yang pasti akan memimpin mereka ke dalam kesalahan-kesalahan yang mengerikan. ... Aku tidak akan menghalangi engkau untuk mencobai mereka, atau memberi mereka kasih karunia untuk bertahan terhadap pencobaan-pencobaan mereka; dengan mana engkau pasti berhasil.] - hal 713.

d. Keil & Delitzsch: “The words of Jehovah, ‘Persuade Ahab, thou wilt be able,’ and ‘Jehovah has put a lying spirit,’ etc., are not to be understood as merely expressing the permission of God, ... According to the Scriptures, God does work evil, but without therefore willing it and bringing forth sin. ... Jehovah has ordained that Ahab, being led astray by a prediction of his prophets inspired by the spirit of lies, shall enter upon the war, that he may find therein the punishment of his ungodliness.” [= Kata-kata Yehovah, ‘Bujuklah Ahab, engkau akan bisa’, dan ‘Yehovah telah meletakkan roh dusta’, dst, tidak boleh dimengerti sebagai semata-mata menyatakan ijin Allah, ... Menurut Kitab Suci, Allah memang mengerjakan kejahatan, tetapi tanpa menyenanginya, dan melahirkan / menimbulkan dosa. ... Yehovah telah menentukan bahwa Ahab, disesatkan oleh nubuat dari nabi-nabinya yang diilhami oleh roh dusta, akan maju berperang, supaya ia mendapatkan di dalamnya hukuman atas kejahatannya.] - hal 277.

e. Calvin: “God wills that the false king Ahab be deceived; the devil offers his services to this end; he is sent, with a definite command, to be a lying spirit in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab be God’s judgment, the figment of bare permission vanishes: because it would be ridiculous for the Judge only to permit what he wills to be done, and not also to decree it and to command its execution by his ministers.” [= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi-nabi itu (1Raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’ hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.

4) Penganiayaan terhadap Mikha dan jawaban Mikha terhadap hal itu (ay 24-28).

a) Zedekia menampar Mikha (ay 24).

Rupanya Zedekia yakin bahwa nubuatnya datang dari Tuhan, tetapi tindakannya menampar Mikha justru menunjukkan sebaliknya.

b) Zedekia berkata: ‘Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?’ (ay 24b).

RSV: ‘How did the spirit of the LORD go from me to speak to you?’ [= Bagaimana Roh TUHAN pergi dari aku untuk berbicara kepadamu?].

NASB: ‘How did the spirit of the LORD pass from me to speak to you?’ [= Bagaimana Roh TUHAN pindah dari aku untuk berbicara kepadamu?].

NIV: ‘Which way did the spirit from the LORD go when he went from me to speak to you?’ [= Jalan mana yang ditempuh Roh TUHAN pada waktu Ia pergi dari aku untuk berbicara kepadamu?].

KJV: ‘Which way went the spirit of the LORD from me to speak unto thee?’ [= Jalan mana yang dilalui Roh TUHAN dari aku untuk berbicara kepadamu?].

Mungkin terjemahan KJV/NIV yang benar.

Nabi-nabi palsu sering mengatakan diri mereka punya Roh Kudus, dipenuhi Roh Kudus dsb, dan sebaliknya menganggap pendeta-pendeta / pengkhotbah-pengkhotbah lain yang bukan golongan mereka sebagai tak punya Roh Kudus.

c) Jawaban Mikha terhadap Zedekia (ay 25).

Ay 25: “Tetapi Mikha menjawab: ‘Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.’”.

Mikha tidak menjawab pertanyaan Zedekia dalam ay 24b, tetapi bernubuat tentang persoalan utama yang ada di antara mereka berdua, yaitu: yang mana dari mereka yang betul-betul adalah nabi Tuhan. Nubuatnya menunjukkan bahwa Zedekia akan lari bersembunyi dari satu kamar ke kamar yang lain, atau untuk menghindari kemarahan Izebel karena nubuatnya salah, atau untuk menghindari kejaran dari pasukan Aram. Pada saat itu Zedekia akan tahu apakah ia atau Mikha yang adalah nabi Tuhan. Dari sini kelihatannya Zedekia memang tidak tahu bahwa nubuatnya salah. Dalam Kitab Suci tidak diceritakan penggenapan nubuat Mikha ini.

d) Ahab memerintahkan untuk mengembalikan Mikha ke penjara (ay 26-27).

1. Ay 26: ‘bawa dia kembali kepada Amon ...’.

Kata ‘kembali’ menunjukkan bahwa tadi ia sudah dipenjara, dan sekarang dikembalikan ke penjara. Karena itu tadi Ahab bisa menyuruh menjemput Mikha dengan segera (ay 9).

2. Ay 26: ‘Yoas, anak raja’.

Barnes’ Notes: “The phrase seems to designate a state office, rather than relationship to the sovereign.” [= Ungkapan ini kelihatannya menunjukkan suatu jabatan, dan bukannya hubungan dengan raja.] - hal 223. Bdk. 2Taw 28:7.

Tetapi Pulpit Commentary (hal 536) mengatakan bahwa adalah mungkin ini betul-betul adalah anak Ahab.

3. ‘beri dia makan roti dan minum air serba sedikit’ (ay 27b).

KJV: ‘feed him with bread of affliction, and with water of affliction’ [= beri dia makan roti penderitaan, dan air penderitaan].

RSV: ‘feed him with scant fare of bread and water’ [= beri dia makanan sedikit dari roti dan air].

NIV: ‘give him nothing but bread and water’ [= jangan beri dia apa-apa kecuali roti dan air].

NASB: ‘feed him sparingly with bread and water’ [= beri dia makan sedikit dengan roti dan air].

4. ‘sampai aku pulang dengan selamat’ (ay 27b).

Ini menunjukkan ketidakpercayaan Ahab pada nubuat Mikha, yang mengatakan bahwa ia akan mati dalam perang.

Ahab adalah seperti orang yang digambarkan dalam Ul 29:18-20, yang berbunyi sebagai berikut: “(18) Sebab itu janganlah di antaramu ada laki-laki atau perempuan, kaum keluarga atau suku yang hatinya pada hari ini berpaling meninggalkan TUHAN, Allah kita, untuk pergi berbakti kepada allah bangsa-bangsa itu; janganlah di antaramu ada akar yang menghasilkan racun atau ipuh. (19) Tetapi apabila seseorang pada waktu mendengar perkataan sumpah serapah ini menyangka dirinya tetap diberkati, dengan berkata: Aku akan selamat, walaupun aku berlaku degil - dengan demikian dilenyapkannya baik tanah yang kegenangan maupun yang kekeringan - (20) maka TUHAN tidak akan mau mengampuni orang itu, tetapi murka dan cemburu TUHAN akan menyala atasnya pada waktu itu; segenap sumpah serapah yang tertulis dalam kitab ini akan menghinggapi dia, dan TUHAN akan menghapuskan namanya dari kolong langit.”.

e) Jawaban Mikha terhadap Ahab (ay 28).

Ay 28: “Tetapi jawab Mikha: ‘Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!’ Lalu disambungnya: ‘Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!’”.

Ini menunjukkan keyakinan Mikha bahwa nubuatnya itu pasti terjadi dan Ahab tidak mungkin pulang dengan selamat.

Penutup.

Baik Ahab maupun Yosafat akhirnya tetap memutuskan untuk maju berperang (ay 29), mengabaikan nubuat dari Mikha. Mungkinkah ini disebabkan karena Yosafat lebih memperhatikan kata-kata nabi palsu yang berjumlah 400 orang itu dari pada kata-kata Mikha yang hanya seorang diri?

Pulpit Commentary: “Here were ‘four hundred’ who prophesied professedly in the name of the Lord. Against this number Micaiah the son of Imlah stands alone; yet the truth of God is with him against the multitude. ‘Truth is not always to be determined by the poll. ... This instance does not stand alone. The majority was in the wrong side against Noah. Elijah was in the minority on Carmel, but he was right. Jesus had the whole Jewish Church against Him, though He was Truth itself.” [= Di sini ada empat ratus yang bernubuat dalam nama Tuhan. Terhadap bilangan ini Mikha bin Yimla berdiri sendirian; tetapi kebenaran Allah ada padanya menentang orang banyak itu. ‘Kebenaran tidak selalu ditentukan oleh jumlah suara. ... Contoh ini tidak berdiri sendirian. Mayoritas manusia ada pada sisi yang salah menentang Nuh. Elia termasuk golongan minoritas di Karmel, tetapi ia benar. Yesus mendapatkan seluruh Gereja Yahudi menentangNya, sekalipun Ia adalah Kebenaran itu sendiri.] - hal 548.

-AMIN-

12).I Raja-raja 22:1-54 (3)


1Raja-raja 22:1-54 - “(1) Tiga tahun lamanya orang tinggal aman dengan tidak ada perang antara Aram dan Israel. (2) Pada tahun yang ketiga pergilah Yosafat, raja Yehuda, kepada raja Israel. (3) Berkatalah raja Israel kepada pegawai-pegawainya: ‘Tahukah kamu, bahwa Ramot-Gilead sebenarnya milik kita? Tetapi kita tinggal diam saja dan tidak merebutnya dari tangan raja negeri Aram.’ (4) Lalu katanya kepada Yosafat: ‘Maukah engkau pergi bersama-sama aku untuk memerangi Ramot-Gilead?’ Jawab Yosafat kepada raja Israel: ‘Kita sama-sama, aku dan engkau, rakyatku dan rakyatmu, kudaku dan kudamu.’ (5) Tetapi Yosafat berkata kepada raja Israel: ‘Baiklah tanyakan dahulu firman TUHAN.’ (6) Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ‘Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?’ Jawab mereka: ‘Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (7) Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?’ (8) Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ (9) Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ‘Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!’ (10) Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, (11) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (12) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’ (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’ (19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’ (24) Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: ‘Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?’ (25) Tetapi Mikha menjawab: ‘Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.’ (26) Berkatalah raja Israel: ‘Tangkaplah Mikha, bawa dia kembali kepada Amon, penguasa kota, dan kepada Yoas, anak raja, (27) dan katakan: Beginilah titah raja: Masukkan orang ini dalam penjara dan beri dia makan roti dan minum air serba sedikit sampai aku pulang dengan selamat.’ (28) Tetapi jawab Mikha: ‘Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!’ Lalu disambungnya: ‘Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!’ (29) Sesudah itu majulah raja Israel dengan Yosafat, raja Yehuda, ke Ramot-Gilead. (30) Raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Aku akan menyamar dan masuk pertempuran, tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu.’ Lalu menyamarlah raja Israel, kemudian masuk ke pertempuran. (31) Adapun raja negeri Aram telah memberi perintah kepada para panglima pasukan keretanya, tiga puluh dua orang banyaknya, demikian: ‘Janganlah kamu berperang melawan sembarang orang, melainkan melawan raja Israel saja.’ (32) Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat Yosafat, mereka berkata: ‘Itu pasti raja Israel!’ Lalu majulah mereka untuk menyerang dia, tetapi Yosafat berteriak. (33) Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat, bahwa dia bukanlah raja Israel, maka undurlah mereka dari padanya. (34) Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’ (35) Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta. (36) Kira-kira pada waktu matahari terbenam terdengarlah teriakan di sepanjang barisan tentara itu: ‘Masing-masing ke kotanya, masing-masing ke negerinya! (37) Raja sudah mati!’ Maka pulanglah mereka ke Samaria, lalu mereka menguburkan raja di Samaria. (38) Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing, sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkanNya. (39) Selebihnya dari riwayat Ahab dan segala yang dilakukannya serta istana gading dan segala kota yang didirikannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel? (40) Demikianlah Ahab mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Ahazia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (41) Yosafat, anak Asa, menjadi raja atas Yehuda dalam tahun keempat zaman Ahab, raja Israel. (42) Yosafat berumur tiga puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh lima tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Azuba, anak Silhi. (43) Ia hidup mengikuti jejak Asa, ayahnya; ia tidak menyimpang dari padanya dan melakukan apa yang benar di mata TUHAN. (44) Hanya bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan. Orang masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. (45) Dan Yosafat hidup dalam damai dengan raja Israel. (46) Selebihnya dari riwayat Yosafat dan kepahlawanan yang dilakukannya dan bagaimana ia berperang, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda? (47) Dan sisa pelacuran bakti yang masih tinggal dalam zaman Asa, ayahnya, dihapuskannya dari negeri itu. (48) Tidak ada raja di Edom, karena itu yang menjadi raja ialah seorang kepala daerah. (49) Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas, tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di Ezion-Geber. (50) Pada waktu itu Ahazia, anak Ahab, berkata kepada Yosafat: ‘Baiklah anak buahku pergi bersama-sama anak buahmu dengan kapal-kapal itu.’ Tetapi Yosafat tidak mau. (51) Kemudian Yosafat mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud, bapa leluhurnya. Maka Yoram, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (52) Ahazia, anak Ahab, menjadi raja atas Israel di Samaria dalam tahun ketujuh belas zaman Yosafat, raja Yehuda, dan ia memerintah atas Israel dua tahun lamanya. (53) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa. (54) Ia beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya dan dengan demikian ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, tepat seperti yang dilakukan ayahnya.”.

Catatan: yang dibaca hanya yang warna merah; karena bagian itu saja yang dibahas pada session terakhir ini.

I) Tetap berperang sekalipun dilarang (ay 29).

Yosafat tetap maju berperang sekalipun nabi Tuhan sudah melarangnya (ay 29). Mengapa? Ada banyak kemungkinan alasan yaitu:

1) Karena tadi ia sudah berjanji kepada Ahab untuk ikut berperang (ay 4), sehingga sekarang ia malu untuk menarik kembali kata-katanya.

Kalau ini alasannya, maka sebetulnya ia harus lebih mau menjilat ludahnya sendiri dari pada menentang Tuhan.

2) Hubungannya dengan Ahab (2Taw 18:1 - besan) menyebabkan ia tidak bisa membiarkan Ahab pada waktu Ahab memerlukan bantuannya.

Kalau ini alasannya, maka ia sebetulnya harus mengutamakan Tuhan di atas siapapun juga. Bdk. Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.”.

3) Ia takut dianggap sebagai pengecut kalau batal berperang karena adanya nubuat Mikha.

Ini jelas adalah alasan tolol, karena ia lebih senang dianggap berani terhadap Tuhan.

4) Ia juga takut terhadap ancaman dari Syria / Aram. Jadi, mumpung sekarang ada teman untuk bersama-sama memerangi mereka, maka ia melakukannya.

Kalau ini alasannya, maka itu berarti ia sudah bersandar kepada manusia, bukan kepada Tuhan. Ia seharusnya belajar dari kata-kata Yonatan dalam 1Sam 14:6 - “Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: ‘Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.’”.

5) Semua orang termasuk anak buahnya lebih setuju pada suara nabi-nabi palsu yang banyak dari pada pada suara Mikha.

Sebetulnya bukan saja ia tidak boleh ikut-ikutan pada orang banyak, tetapi juga bahwa dalam hal ini akal sehat bisa menentukan siapa di antara 400 nabi-nabi itu dan Mikha yang harus dicurigai sebagai nabi palsu.

Pulpit Commentary: “Ahab’s prophets were interested in their testimony. They enjoyed the patronage of the king, and they said what they knew would gratify him. Their testimony, therefore, is open to suspicion. ... Micaiah, on the contrary, had nothing to gain, but everything to lose, in taking his course. He knew the temper of the king. ... He had already suffered for his faithfulness, for he seems to have been brought from the custody of Amon, in whose prison he had probably lain for three years. By flattering Ahab he might now obtain release, but by taking an opposite course he could only expect to go back to jail. ... Should the king of Israel now ‘return in peace’ what may Micaiah expect? ... Nothing but the consciousness that he was uttering the truth of God could account for the son of Imlah deliberately encountering all this. ... Suspicion, therefore, as to the honesty of Micaiah is out of the question.” [= Nabi-nabi Ahab mendapat keuntungan dari kesaksian mereka. Mereka menikmati perlindungan / dukungan dari raja, dan mereka mengatakan apa yang mereka ketahui akan memuaskan / menyenangkannya. Karena itu, kesaksian mereka terbuka terhadap kecurigaan. ... Sebaliknya, Mikha tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, tetapi kehilangan segala-galanya, pada waktu menempuh jalannya. Ia mengenal watak sang raja. ... Ia telah menderita untuk kesetiaannya, karena ia kelihatannya dibawa dari tahanan Amon, dalam penjara siapa ia mungkin telah berada selama 3 tahun. Dengan menjilat Ahab mungkin sekarang ia bisa mendapatkan pembebasan, tetapi dengan mengambil jalan yang bertentangan ia hanya bisa mengharapkan untuk kembali ke penjara. ... Seandainya raja Israel kembali dengan selamat, apa yang diharapkan oleh Mikha? ... Tidak ada suatu apapun, kecuali bahwa ia sedang mengucapkan kebenaran Allah, bisa menerangkan mengapa Mikha bin Yimla secara sengaja melakukan konfrontasi ini. ... Karena itu, berkenaan dengan kejujuran Mikha, sama sekali tidak mungkin ada kecurigaan.] - hal 549.

Selalu ada banyak alasan untuk tidak mentaati Firman Tuhan, tetapi berapapun banyaknya alasan untuk tidak taat, ketidak-taatan pada Firman Tuhan tetap adalah dosa.

Tidak ada gunanya ingin tahu kehendak Tuhan (ay 5,7), kalau toh dilanggar / tidak ditaati. Banyak orang seperti ini, dimana mereka mau belajar Firman Tuhan / mencari kehendak Tuhan, tetapi tidak mau melaksanakannya.

II) Perang melawan Aram (ay 30-33).

1) Ahab menyamar (ay 30).

a) Alasan menyamar.

Beberapa penafsir mengatakan bahwa rupanya Ahab mendengar rencana dari raja Aram dalam ay 31, sehingga ia maju ke medan perang dengan menyamar.

Tetapi Keil & Delitzsch (hal 279) mengatakan bahwa Ahab tidak tahu akan rencana raja Aram itu. Pulpit Commentary juga menganggap bahwa tidak mungkin ada mata-mata Israel yang bisa mengetahui perintah dalam ay 31 itu dan juga tidak mungkin ada pengkhianat di kalangan Aram yang mau menyampaikan berita itu kepada Ahab. Ahab menyamar, karena nubuat Mikha membuatnya takut. Jadi, sekalipun kata-katanya dalam ay 27 (‘sampai aku pulang dengan selamat’) menunjukkan ketidakpercayaannya terhadap nubuat Mikha, bagaimanapun juga hatinya merasa was-was, dan ini menyebabkan ia menyamar.

Penerapan: Ini perlu kita camkan dan manfaatkan pada waktu kita menghadapi orang yang menyatakan ketidakpercayaannya / ketidak-peduliannya terhadap Tuhan / Firman Tuhan. Jangan terlalu percaya akan ketidak-percayaannya / ketidak-peduliannya terhadap Tuhan / Firman Tuhan, dan teruslah memberitakan Injil kepadanya.

Mungkin sebetulnya Ahab ingin absen saja dari peperangan, dan hanya menyuruh tentaranya dan Yosafat untuk berperang. Tetapi ia tidak bisa tidak ikut perang, kalau ia tidak ingin dianggap sebagai pengecut. Apalagi peperangan ini terjadi atas inisiatifnya sendiri (ay 3-4). Juga perlu diingat bahwa sejak semula Israel menghendaki raja supaya raja itu bisa memimpin dalam perang (1Sam 8:20).

1Sam 8:19-20 - “(19) Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: ‘Tidak, harus ada raja atas kami; (20) maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang.’”.

b) Cara penyamaran (ay 30).

Ay 30: “Raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Aku akan menyamar dan masuk pertempuran, tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu.’ Lalu menyamarlah raja Israel, kemudian masuk ke pertempuran.”.

Ahab menyamar, dalam arti ia tidak memakai pakaian kebesaran / pakaian raja, dan ia berkata kepada Yosafat: ‘tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu’ (ay 30).

Dalam LXX / Septuaginta: ‘pakailah pakaian kebesaranku’.

Tetapi ini merupakan permintaan yang sangat tidak masuk akal, dan lebih tidak masuk akal lagi kalau Yosafat mau menuruti permintaan itu. Perlu diperhatikan bahwa ay 10 menunjukkan bahwa raja Yosafat mempunyai pakaian kebesarannya sendiri.

1. Ini merupakan tindakan dan permintaan yang betul-betul kurang ajar.

Dengan dia menyamar, dan Yosafat memakai pakaian kebesaran, maka Yosafat akan menggantikan dia menjadi sasaran dari serangan pasukan Aram. Ahab mengorbankan Yosafat, yang ikut berperang untuk menolong dia!

Matthew Henry: “See what those get that join in affinity with vicious men, whose consciences are debauched, and who are lost to every thing that is honourable. How can it be expected that he should be true to his friend that has been false to his God?” [= Lihat apa yang mereka dapatkan, yang bergabung dengan orang-orang jahat, yang hati nuraninya rusak, dan yang kehilangan segala sesuatu yang terhormat. Bagaimana bisa diharapkan bahwa ia akan setia kepada sahabatnya yang telah berkhianat / tidak setia terhadap Allahnya?].

2. Tetapi tindakan menyamar dari Ahab ini justru ‘membantu’ tergenapinya nubuat Elia.

Pulpit Commentary: “by his disguise Ahab, unwittingly, helped the prophecy. ... Suppose Ahab had been in Jehoshaphat’s place, and had fallen into the hands of the captains, what would have become of the words of Elijah?” [= oleh penyamarannya, tanpa disadarinya Ahab membantu nubuat itu. ... Andaikata Ahab ada di tempat Yosafat, dan ia jatuh ke tangan para kapten / panglima (Aram), apa yang akan terjadi dengan nubuat Elia?] - hal 552.

Bdk. 1Raja 21:19 - “Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.’”.

Penjelasan: penafsir ini menganggap bahwa kata-kata ‘di tempat’ dalam 1Raja 21:19 menunjuk pada ‘Samaria’. Kalau Ahab jatuh ke tangan para panglima Aram, pasti ia tidak akan mati di Samaria, tetapi mungkin di Aram / Syria. Dan ini berarti nubuat Elia jadi salah / tak tergenapi.

2) Instruksi raja Aram (ay 31).

Ay 31: “Adapun raja negeri Aram telah memberi perintah kepada para panglima pasukan keretanya, tiga puluh dua orang banyaknya, demikian: ‘Janganlah kamu berperang melawan sembarang orang, melainkan melawan raja Israel saja.’”.

Maksudnya dalam perang itu Ahab haruslah dijadikan tujuan utama serangan mereka. Mungkin kekalahannya dahulu membuatnya mendendam terhadap Ahab. Segala ‘kebaikan / kemurahan hati’ Ahab kepadanya sama sekali tidak diingatnya.

Matthew Poole: “this he ordered either in policy, truly supposing this to be the best way to put an end to the war; or with design to take him prisoner, that thereby he might wipe out the stain of his own captivity, and recover the honour and advantage which then he lost; or rather by the power and providence of God, which disposeth the hearts of kings as he pleaseth, and inclined them to this course, that they might, though ignorantly, accomplish his word and counsel.” [= ini diperintahkannya atau sebagai suatu kebijaksanaan / siasat, dimana ia betul-betul menganggap bahwa ini adalah cara terbaik untuk mengakhiri peperangan; atau dengan rencana untuk menjadikannya tawanan, sehingga dengan itu ia bisa menghapus noda dari penawanan terhadap dirinya sendiri, dan memulihkan kehormatan dan keunggulan yang hilang darinya pada saat itu; atau lebih mungkin oleh kuasa dan providensia Allah, yang mengatur / mencondongkan hati dari raja-raja sekehendakNya, dan mencondongkan mereka pada jalan ini, supaya mereka, sekalipun tanpa sepengetahuan mereka, bisa mengerjakan firman dan rencanaNya.] - hal 714.

Catatan: Saya tidak setuju dengan kemungkinan ketiga yang diberikan oleh Poole, karena Ahab akhirnya mati bukan karena perintah raja Aram dalam ay 31 ini, tetapi karena seseorang yang memanah secara sembarangan (ay 34).

3) Yosafat hampir jadi korban (ay 32-33).

a) Karena Yosafat memakai pakaian kebesaran, maka tentara Aram mengira bahwa ia adalah Ahab, dan mereka menyerang dia.

Matthew Henry: “Those that associate with evil doers are in danger of sharing in their plagues.” [= Mereka yang bersekutu dengan pelaku-pelaku kejahatan ada dalam bahaya mengambil bagian dalam bencana-bencana mereka.].

b) Teriakan Yosafat, yang rupanya merupakan teriakan kepada Allah / doa, menyebabkan Allah menolongnya dengan membuat tentara Aram menyadari bahwa itu bukanlah Ahab sehingga mereka undur dari padanya.

Bahwa teriakan Yosafat merupakan suatu doa tak terlihat dalam 1Raja 22 ini, tetapi terlihat dari ayat paralelnya dalam 2Taw 18:31.

2Taw 18:31 - “Segera sesudah para panglima pasukan kereta itu melihat Yosafat, mereka berkata: ‘Itu raja Israel!’ Lalu mereka mengepung dia, untuk menyerang dia, tetapi Yosafat berteriak dan TUHAN menolongnya. Allah membujuk mereka pergi dari padanya.”.

KJV: ‘and God moved them to depart from him.’ [= dan Allah menggerakkan mereka untuk meninggalkan dia.].

Matthew Henry: “it is said (2 Chron 18:31) that God ‘moved them (for he has all hearts in his hand) to depart from him.’ To him he cried out, not in cowardice, but devotion, and from him his relief came: Ahab was in no care to succour him. God is a friend that will not fail us when other friends do.” [= dikatakan (2Taw 18:31) bahwa Allah ‘menggerakkan mereka (karena Ia mempunyai semua hati dalam tanganNya) untuk meninggalkan dia’. KepadaNya ia berteriak, bukan dalam kepengecutan, tetapi dalam pembaktian, dan dari Dia pertolongannya datang: Ahab tidak peduli untuk menolongnya. Allah adalah seorang sahabat yang tidak akan mengecewakan kita pada waktu sahabat-sahabat yang lain mengecewakan kita.].

III) Penggenapan nubuat / Firman Tuhan.

1) Ay 34: “Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’”.

Mula-mula kelihatannya Ahab sukses dengan taktik penyamarannya itu. Tetapi lalu terjadi ay 34 yang menghancurkan kesuksesannya itu. Ada tradisi yang mengatakan bahwa pemanah ini adalah Naaman (bdk. 2Raja 5:1-dst), tetapi ini adalah anggapan yang tidak berdasar.

a) Ay 34: ‘menembak dengan sembarangan’.

KJV/RSV: ‘drew a bow at a venture’ [= menarik busurnya secara untung-untungan].

NIV/NASB: ‘drew his bow at random’ [= menarik busurnya secara sembarangan].

Catatan: Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Sam 15:11 dan dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘tanpa curiga’.

NIV: ‘quite innocently’ [= dengan tak bersalah].

NASB: ‘innocently’ [= dengan tak bersalah].

KJV/RSV: ‘in their simplicity’ [= dalam kesederhanaan mereka].

Pulpit Commentary: “An unknown, unconscious archer. The arrow that pierced Ahab’s corselet was shot ‘in simplicity,’ without deliberate aim, with no thought of striking the king. It was an unseen Hand that guided that chance shaft to its destination. It was truly ‘the arrow of the Lord’s vengeance.’” [= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang tak menyadari tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan ‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa pikiran untuk menyerang sang raja. Adalah Tangan yang tak kelihatan yang memimpin panah kebetulan itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan ‘panah pembalasan Tuhan’.] - hal 545.

Pulpit Commentary: “how useless are disguises when the providence of Omniscience is concerned! Ahab might hide himself from the Syrians, but he could not hide himself from God. Neither could he hide himself from angels and devils, who are instruments of Divine Providence, ever influencing men, and even natural laws, or forces of nature.” [= betapa tidak bergunanya penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab bisa menyembunyikan dirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari malaikat dan setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang selalu mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa / kekuatan alam.] - hal 552.

Pulpit Commentary: “The chance shot. The success of Ahab’s device only served to make the blow come more plainly from the hand of God. Ben-hadad’s purpose could be baffled, but not His. There is no escape from God.” [= Tembakan kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab hanya berfungsi untuk membuat kelihatan dengan lebih jelas bahwa serangan itu datang dari tangan Allah. Tujuan / rencana Benhadad bisa digagalkan / dihalangi, tetapi tidak tujuan / rencanaNya. Tidak ada jalan untuk lolos dari Allah.] - hal 557.

Ini menunjukkan bahwa tidak ada ‘kebetulan’. Semua yang kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh Allah.

b) Ay 34: ‘sambungan baju zirah’.

Di bagian depan ada 2 tempat yang memungkinkan yaitu: dada atas dekat dengan leher, atau perut. Kalau tempat pertama yang terkena, mungkin sekali ia akan langsung mati. Bahwa ia masih bisa berbicara (ay 34b), menunjukkan bahwa rupanya ia terkena panah di perut.

Matthew Henry: “That which to us seems altogether casual is done by the determinate counsel and fore-knowledge of God.” [= Apa yang bagi kita kelihatannya sama sekali bersifat kebetulan dilakukan oleh rencana yang tetap dan pra-pengetahuan Allah.].

2) Ay 35-38:

a) Ay 35a: Pertempuran yang makin seru menyebabkan permintaan Ahab untuk keluar dari medan perang dalam ay 34b tidak bisa dituruti. Saya percaya bahwa ini juga merupakan pengaturan dari Allah, supaya Ahab tidak bisa mendapat pertolongan, dan mati di medan perang itu.

b) Ay 35b: Ahab ditopang untuk tetap berdiri supaya tentaranya tidak kecil hati.

c) Ay 36-37: rupanya ini adalah teriakan untuk menghentikan perang, karena Ahab sudah mati.

Dalam 1Raja 20 Israel menang melawan Aram. Dalam 1Raja 22 Israel yang dibantu oleh Yehuda / Yosafat kalah melawan Aram! Jelas bahwa faktor Tuhanlah yang menentukan menang atau kalah.

d) Ay 35-38:

Pulpit Commentary: “The prophecies of Elijah and Micaiah seem to be in conflict. The one speaks of the dogs licking the blood of Ahab at ‘Samaria;’ the other of Ahab falling at ‘Ramoth-Gilead.’ Who but God could so order events that there should be no conflict here?” [= Nubuat-nubuat dari Elia dan Mikha kelihatannya bertentangan. Yang satu berkata tentang anjing yang menjilat darah Ahab di ‘Samaria’; yang lain tentang Ahab jatuh di ‘Ramot-Gilead’. Siapa kecuali Allah bisa mengatur kejadian-kejadian sehingga tidak ada pertentangan di sini?] - hal 553.

Yang menjadi pertanyaan saya adalah: apakah Ramot-Gilead, yang termasuk wilayah Manasye, tidak termasuk pada ‘Samaria’?

e) Ay 38: ‘sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu’.

Ini sama dengan RSV/NIV/NASB.

KJV: ‘and they washed his armour’ [= dan mereka mencuci senjatanya].

Footnote NIV: ‘and cleaned the weapons’ [= dan membersihkan senjata].

Pulpit Commentary menolak terjemahan ini dengan alasan bahwa kata Ibraninya selalu diterjemahkan ‘perempuan sundal’ dalam Perjanjian Lama.

f) Ay 38 akhir: ‘sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkanNya’.

Ini kelihatannya tidak menunjukkan bahwa ini adalah hukuman yang baru, setelah yang lama dibatalkan. Kelihatannya ini adalah hukuman yang lama, yang diucapkan dengan perantaraan Elia dalam 1Raja 21:19.

1Raja 21:19 - “Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.’”.

Lalu mengapa tempat kejadian tidak sesuai dengan 21:19? Ada bermacam-macam jawaban:

1. Matthew Poole (hal 711) mengatakan bahwa kata Ibrani yang diterjemahkan ‘di tempat’ [NIV: ‘in the place where’ {= ‘di tempat dimana’}] dalam 1Raja 21:19, bisa diterjemahkan:

a. ‘instead of this that’ [= bukannya ini tetapi itu], yang justru menunjukkan bahwa itu akan terjadi di tempat lain.

b. ‘because that’ [= karena], yang tidak menunjukkan tempat, tetapi penyebab dari terjadinya hal itu.

2. Ada penafsir yang beranggapan bahwa darah Nabot juga dijilati anjing di telaga Samaria. Jadi dengan terjadinya ay 38 ini tergenapilah nubuat Elia dalam 21:19.

Keberatan: Matthew Poole (hal 710) mengatakan bahwa Yizreel termasuk wilayah Isakhar, sedangkan telaga Samaria termasuk wilayah Efraim. Bagaimana mungkin darah Nabot dijilati anjing di telaga Samaria, yang termasuk wilayah Efraim, sedangkan ia dibunuh di Yizreel, yang termasuk wilayah Isakhar?

Jawab: Ahab mati di Ramot-Gilead, yang termasuk wilayah Manasye, tetapi darahnya bisa dijilati anjing di telaga Samaria, yang termasuk wilayah Efraim. Kalau hal seperti ini bisa terjadi pada diri Ahab, mengapa tidak bisa terjadi pada diri Nabot?

3. ‘Di tempat’ (21:19) maksudnya ‘Samaria’ (Matthew Poole hal 710). Ini memang memungkinkan, karena kontex dari 21:19 memang adalah Samaria (perhatikan 21:18).

4. Nubuat Elia itu digenapi khususnya dalam diri anak Ahab yang bernama Yoram (2Raja 9:24-26), yang darahnya bisa dikatakan sebagai darah Ahab (Matthew Poole hal 710-711).

2Raja 9:24-26 - “(24) Tetapi Yehu menarik busurnya dengan sepenuh kekuatannya, lalu memanah Yoram di antara kedua bahunya, sehingga anak panah itu menembus jantungnya, maka rebahlah ia di dalam keretanya. (25) Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar, perwiranya: ‘Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang Yizreel itu, sebab ketahuilah, bahwa pada waktu aku dan engkau berdampingan menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka TUHAN telah mengucapkan terhadap dia hukuman ini: (26) Sesungguhnya, Aku telah melihat darah Nabot dan darah anak-anaknya tadi malam, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan membalaskannya kepadamu di kebun ini, demikianlah firman TUHAN. Oleh sebab itu angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun ini sesuai dengan firman TUHAN.’”.

Keberatan: 1Raja 21:19 - ‘darahmu’.

KJV: ‘thy blood, even thine’ [= darahmu, bahkan darahmu].

NASB: ‘your blood, even yours’ [= darahmu, bahkan darahmu].

NIV: ‘your blood - yes, yours!’ [= darahmu - ya, darahmu].

Lit: ‘your blood, also you’ [= darahmu, juga engkau].

Bagian ini kelihatannya menekankan bahwa yang dimaksud oleh nubuat Elia itu betul-betul adalah darah Ahab sendiri, bukan darah anak Ahab.

Jawab: mula-mula memang begitulah hukuman itu, tetapi karena pertobatan Ahab maka hukuman itu ‘ditransfer’ kepada anaknya. Ini tidak berarti bahwa anaknya dihukum karena dosa ayahnya (bdk. Yeh 18:20). Anaknya juga jahat (2Raja 3:2-3), dan layak mendapatkan hukuman itu.

Keberatan: tetapi 22:38 ini mengatakan bahwa nubuat Elia itu digenapi dengan kematian Ahab sendiri.

Jawab: ini digenapi hanya sebagian dalam diri Ahab, karena sebetulnya bagian nubuat yang berhubungan dengan Ahab sudah dibatalkan karena pertobatan Ahab, tetapi karena dosa Ahab dalam 1Raja 22 maka hukuman itu diberlakukan lagi, tetapi tempatnya berbeda.

Pulpit Commentary: “The dogs licked Ahab’s blood (ch. 21:19), not in Jezreel, indeed, because the judgment then pronounced was that of the overthrow of the dynasty. This was delayed on account of Ahab’s repentance, and happened, as predicted, ‘in his son’s days’ (ch. 21:29). But the personal part of the prediction, ‘The dogs shall lick thy blood, even thine,’ was not revoked.” [= Anjing-anjing menjilati darah Ahab (pasal 21:19), memang bukan di Yizreel, karena penghakiman yang diucapkan pada saat itu adalah kejatuhan dari dinasti. Ini ditunda karena pertobatan Ahab, dan terjadi seperti diramalkan, ‘dalam zaman anaknya’ (pasal 21:29). Tetapi bagian pribadi dari ramalan itu, ‘Anjing-anjing akan menjilati darahmu, bahkan darahmu’ tidak dicabut / ditarik kembali.] - hal 557-558.

5. Gabungan dari point 3 dan point 4 di atas.

Pulpit Commentary: “But were not the words of Elijah ‘In the place where the dogs licked the blood of Naboth’ (viz., Jezreel) ‘shall dogs lick thy blood, even thine’? But the context there, the vineyard of Naboth is said to be in Samaria (see ch. 21:18,19), because Jezreel, like Bethel, was one of the ‘cities of Samaria’ (see ch. 13:32). In the very vineyard of Naboth did the blood of Ahab flow from the veins of his son (see 2Kings 9:25,26).” [= Tetapi bukankah kata-kata Elia ‘di tempat dimana anjing menjilat darah Nabot’ (yaitu Yizreel) ‘anjing akan menjilat darahmu, bahkan darahmu’? Tetapi kontex di sana, kebun anggur Nabot dikatakan ada di Samaria (lihat pasal 21:18,19), karena Yizreel, seperti Betel, adalah salah satu dari ‘kota-kota Samaria’ (lihat pasal 13:32). Persis di kebun anggur Nabot darah Ahab mengalir dari pembuluh darah anaknya (lihat 2Raja 9:25,26).] - hal 553.

Saya setuju dengan penafsiran no 4.

g) Kematian Ahab menggenapi 3 nubuat, yaitu nubuat oleh nabi dalam 20:42, nubuat Elia dalam 21:19, dan nubuat Mikha dalam 22:17,19-23.

IV) Kematian dan prestasi duniawi Ahab (ay 38-39).

1) Ay 39: ‘istana gading dan segala kota yang didirikannya’.

Barnes’ Notes: “the fact is important as indicating the general prosperity of the country in his time, ... Prosperity, it is plain, may for a while co-exist with causes - such as, the decay of religion - which are sapping the vital power of a nation, and leading it surely, if slowly, to destruction.” [= fakta ini penting karena menunjukkan kemakmuran secara umum dari negara itu pada jamannya, ... Adalah jelas bahwa kemakmuran untuk sementara bisa ada bersama-sama dengan penyebab-penyebab yang melemahkan kekuatan vital dari bangsa (seperti pembusukan agama), dan membawanya secara pasti, sekalipun secara lambat, pada kehancuran.] - hal 224.

Ini berlaku bukan hanya untuk suatu negara / bangsa tetapi juga untuk gereja, keluarga, individu! Karena itu suatu gereja / keluarga / individu bisa saja bobrok dalam kerohanian, tetapi makmur dalam keuangan!

2) Ay 38-39.

Menghubungkan ay 38 dengan ay 39, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai berikut: “And this ignominious death - in what sharp contrast it stands with the indolent, luxurious, sensual life! ‘The ivory house that he made,’ what an irony we may see in those words! ... The cities he built, the victories he won, how poor and empty do these exploits seem as we stand by the pool of Samaria, and see the livid, blood-stained corpse dragged from the chariot!” [= Dan kematian yang memalukan ini, sangat kontras dengan kehidupan yang malas, mewah, dan menuruti hawa nafsu! ‘Rumah / istana gading yang dibuatnya’ - kita bisa melihat dalam kata-kata ini suatu ironi / ejekan! ... Kota-kota yang didirikannya, kemenangan-kemenangan yang dimenangkannya, alangkah miskin dan kosong kelihatannya hal-hal yang luar biasa ini pada waktu kita berdiri di dekat telaga Samaria, dan melihat mayat yang berwarna biru kehitam-hitaman dan berlumuran darah ini ditarik / diseret dari kereta!] - hal 546.

Saya berpendapat bahwa yang ditekankan seharusnya bukanlah sekedar ‘kematian yang mengerikan dari Ahab’, tetapi ‘kematian yang mengerikan dari Ahab sebagai hukuman dari Tuhan’. Perlu diingat bahwa:

a) Kematian yang mengerikan belum tentu merupakan hukuman Tuhan.

1. Nabot, dan banyak orang beriman yang lain, juga mengalami kematian yang mengerikan, tetapi itu bukanlah hukuman Tuhan. Itu hanyalah merupakan pintu gerbang menuju surga.

2. Luk 13:1-5 menunjukkan bahwa Yesus menyalahkan orang yang menganggap bahwa kematian yang mengerikan pasti merupakan hukuman dosa.

b) Kematian yang tenang tetap bisa merupakan hukuman Tuhan.

Orang kaya yang bodoh dalam Luk 12:16-21 dan juga orang kaya dalam Luk 16:19-31 kelihatannya mengalami kematian biasa (tidak mengerikan), tetapi itu tetap merupakan hukuman Tuhan.

Jadi, dalam kasus Ahab, yang ditekankan adalah ‘kematian yang mengerikan sebagai hukuman Tuhan’. Apa artinya semua prestasi duniawi, kekayaan, dsb, kalau akhirnya ia mengalami kematian yang mengerikan sebagai hukuman Tuhan, dan lalu masuk ke neraka?

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

1. Pkh 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’,”.

2. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”.

-AMIN-

13).II Raja-raja 1:1-6

2 Raja-raja 1:1-6 - “(1) Sesudah Ahab mati, maka memberontaklah Moab terhadap Israel. (2) Pada suatu hari jatuhlah Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya yang ada di Samaria, lalu menjadi sakit. Kemudian dikirimnyalah utusan-utusan dengan pesan: ‘Pergilah, mintalah petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, apakah aku akan sembuh dari penyakit ini.’ (3) Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: ‘Bangunlah, berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (4) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’ Lalu pergilah Elia. (5) Sesudah utusan-utusan itu kembali kepada raja, berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu kembali?’ (6) Jawab mereka kepadanya: ‘Ada seorang datang menemui kami dan berkata kepada kami: Pergilah, kembalilah kepada raja yang telah menyuruh kamu, dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga engkau menyuruh meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? Sebab itu engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’”.

I) Dosa Ahazia (1Raja 22:52-54).

1Raja 22:52-54 - “(52) Ahazia, anak Ahab, menjadi raja atas Israel di Samaria dalam tahun ketujuh belas zaman Yosafat, raja Yehuda, dan ia memerintah atas Israel dua tahun lamanya. (53) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan hidup menurut kelakuan ayahnya dan ibunya dan Yerobeam bin Nebat, yang telah mengakibatkan orang Israel berdosa. (54) Ia beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya dan dengan demikian ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, tepat seperti yang dilakukan ayahnya.”.

Catatan: Keil & Delitzsch menganggap bahwa jauh lebih cocok jika kitab 2Raja-Raja dimulai pada 1Raja 22:52.

1Raja 22:52-54 ini menunjukkan jahatnya Ahazia. Ia mengikuti ayahnya dan ibunya dengan menyembah berhala. Seharusnya Ahazia belajar dari kematian ayahnya dan bertobat dari dosa-dosa ayahnya, tetapi ia sebaliknya justru mengikuti kehidupan ayahnya.

Seorang penafsir bahkan mengatakan bahwa Ahazia lebih jahat dari Ahab.

Pulpit Commentary: “he went beyond his father in the great sin for which his father was punished, viz. apostasy from Jehovah to Baal. Ahab had always been half-hearted in his irreligion - he would, and he would not; he strove to combine an acknowledgment of Jehovah with a practical devotion to his rival; he gave both his sons names which placed them under the protection of Israel’s true God; he at one time ‘humbled himself before Jehovah,’ and ‘fasted, and lay in sackcloth, and went softly’ (1Kings 21:27,29); ... Ahaziah acted differently. He was a consistent, thorough-faced, out-and out idolater. Jehovah was nothing to him; Baal was everything.” [= ia melampaui ayahnya dalam dosa yang besar untuk mana ayahnya dihukum, yaitu kemurtadan dari Yehovah kepada Baal. Ahab selalu setengah hati dalam ke-tidak-beragama-annya - sebentar ia demikian, sebentar lagi tidak; ia berusaha menggabungkan pengakuan terhadap Yehovah dengan pembaktian praktis kepada sainganNya; ia memberikan kedua anaknya nama yang meletakkan mereka di bawah perlindungan Allah Israel yang benar; pada satu saat ia ‘merendahkan dirinya di hadapan Yehovah’, dan ‘berpuasa, dan mengenakan kain kabung, dan berjalan dengan perlahan’ (1Raja 21:27,29); ... Ahazia bertindak secara berbeda. Ia adalah seorang penyembah berhala yang konsisten, sepenuhnya, dan sempurna. Yehovah bukan apa-apa baginya; Baal adalah segala-galanya.] - hal 5.

Catatan: nama yang diberikan oleh Ahab kepada 2 anaknya adalah:

1. Ahazia, yang berarti ‘Yahweh has grasped’ [= Yahweh telah memegang / menggenggam].

2. Yoram atau Yehoram, yang berarti ‘Yahweh is exalted’ [= Yahweh ditinggikan / dimuliakan].

(‘The New Bible Dictionary’).

II) Tuhan menghukum Ahazia dengan penderitaan (ay 1-2a).

1) Pemberontakan Moab (ay 1 bdk. 2Raja 3:5).

Ay 1: “Sesudah Ahab mati, maka memberontaklah Moab terhadap Israel.”.

Moab yang pada jaman Hakim-hakim pernah menaklukkan Israel (Hak 3:12-14), mulai jaman Daud justru ditaklukkan oleh Israel (2Sam 8:2). Beberapa penafsir mengatakan bahwa Moab berontak dan membebaskan dirinya dari Israel pada jaman Salomo atau pada saat kematian Salomo, tetapi pada jaman Omri (ayah dari Ahab) mereka kembali ditaklukkan. Kematian Ahab dipakai oleh Moab sebagai kesempatan untuk memberontak lagi. Sekalipun tidak dinyatakan dalam Kitab Suci, tetapi ada kemungkinan bahwa pemberontakan Moab ini merupakan hukuman Tuhan terhadap Ahazia.

2) Jatuhnya Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya (ay 2).

Ay 2a: “Pada suatu hari jatuhlah Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya yang ada di Samaria, lalu menjadi sakit.”.

a) Hal remeh / ‘kebetulan’ merupakan pekerjaan Tuhan.

Pulpit Commentary: “The fainéant king came to his end in a manner: 1. Sufficiently simple. Idly lounging at the projecting lattice window of his palace in Samaria - perhaps leaning against it, and gazing from his elevating position on the fine prospect that spreads itself around - his support suddenly gave way, and he was precipitated to the ground, or courtyard, below. He is picked up, stunned, but not dead, and carried to his couch. It is, in common speech, an accident - some trivial neglect of a fastening - but it terminated this royal career. On such slight contingencies does human life, the change of rulers, and often the course of events in history, depend. We cannot sufficiently ponder that our existence hangs by the finest thread, and that any trivial cause may at any moment cut it short (Jas. 4:14). 2. Yet providential. God’s providence is to be recognized in the time and manner of this king’s removal. He had ‘provoked to anger the Lord God of Israel’ (1Kings 22:53), and God in this sudden way cut him off. This is the only rational view of the providence of God, since, as we have seen, it is from the most trivial events that the greatest results often spring. The whole can be controlled only by the power that concerns itself with the details. A remarkable illustration is afforded by the death of Ahaziah’s own father. Fearing Micaiah’s prophecy, Ahab had disguised himself on the field of battle, and was not known as the King of Israel. But he was not, therefore, to escape. A man in the opposing ranks ‘drew a bow at a venture,’ and the arrow, winged with a Divine mission, smote the king between the joints of his armour, and slew him (1Kings 22:34). The same minute providence which guided that arrow now presided over the circumstances of Ahaziah’s fall. There is in this doctrine, which is also Christ’s (Matt. 10:29,30), comfort for the good, and warning for the wicked. The good man acknowledges, ‘My times are in thy hand’ (Ps. 31:15), and the wicked man should pause when he reflects that he cannot take his out of that hand.” [= Raja yang malas sampai pada akhir hidupnya dengan cara: 1. Cukup sederhana. Duduk secara malas pada kisi-kisi jendela yang menonjol dari istananya di Samaria - mungkin bersandar padanya, dan memandang dari posisinya yang tinggi pada pemandangan yang indah di sekitarnya - sandarannya tiba-tiba patah, dan ia jatuh ke tanah atau halaman di bawah. Ia diangkat, pingsan, tetapi tidak mati, dan dibawa ke dipan / ranjangnya. Dalam pembicaraan umum itu disebut suatu kecelakaan / kebetulan - suatu kelalaian yang remeh dalam pemasangan (jendela / kisi-kisi) - tetapi itu mengakhiri karir kerajaannya. Pada hal-hal kebetulan / tak tentu yang remeh seperti ini tergantung hidup manusia, pergantian penguasa / raja, dan seringkali rangkaian dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Kita tidak bisa terlalu banyak dalam merenungkan bahwa keberadaan kita tergantung pada benang yang paling tipis, dan bahwa setiap saat sembarang penyebab yang remeh bisa memutuskannya (Yak 4:14). 2. Tetapi bersifat providence. Providensia ilahi / pelaksanaan rencana Allah harus dikenali dalam waktu dan cara penyingkiran raja ini. Ia telah ‘menimbulkan kemarahan / sakit hati Tuhan, Allah Israel’ (1Raja 22:54), dan Allah dengan cara mendadak ini menyingkirkannya. Ini merupakan satu-satunya pandangan rasionil tentang providensia Allah, karena, seperti telah kita lihat, adalah dari peristiwa yang paling remehlah sering muncul akibat yang terbesar. Seluruhnya bisa dikontrol hanya oleh kuasa yang memperhatikan hal-hal yang kecil. Suatu ilustrasi yang hebat / luar biasa diberikan oleh kematian dari ayah Ahazia sendiri. Karena takut pada nubuat Mikha, Ahab menyamar dalam medan pertempuran, dan tidak dikenal sebagai raja Israel. Tetapi hal itu tidak menyebabkannya lolos. Seseorang dari barisan lawan ‘menarik busurnya secara untung-untungan / sembarangan’ dan anak panah itu, terbang dengan misi ilahi, mengenai sang raja di antara sambungan baju zirahnya, dan membunuhnya (1Raja 22:34). Providensia yang sama seksamanya, yang memimpin anak panah itu, sekarang memimpin / menguasai situasi dan kondisi dari kejatuhan Ahazia. Dalam doktrin / ajaran ini, yang juga merupakan ajaran Kristus (Mat 10:29-30), ada penghiburan untuk orang baik / saleh, dan peringatan untuk orang jahat. Orang baik mengakui: ‘Masa hidupku ada dalam tanganMu’ (Maz 31:16), dan orang jahat harus berhenti ketika ia merenungkan bahwa ia tidak bisa mengambil masa hidupnya dari tangan itu.] - hal 13-14.

Catatan: 1Raja 22:53 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Raja 22:54 dalam Kitab Suci Indonesia.

b) Hukuman tetapi juga belas kasihan.

Sekalipun jatuhnya Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya ini merupakan hukuman Tuhan, tetapi sebetulnya hukuman ini masih mengandung belas kasihan Tuhan, karena melalui penderitaan / sakitnya di sini ia mendapat kesempatan untuk merenungkan hidupnya dan bertobat dari dosa-dosanya.

III) Sikap Ahazia dalam penderitaan (ay 2b).

Menghadapi penderitaan yang merupakan hukuman Tuhan, Ahazia justru makin berdosa, dengan minta petunjuk kepada Baal-zebub (ay 2b).

Ay 2b: “Kemudian dikirimnyalah utusan-utusan dengan pesan: ‘Pergilah, mintalah petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, apakah aku akan sembuh dari penyakit ini.’”.

1) Istilah ‘Baal-zebub’.

Istilah ‘Baal-Zebub’ artinya adalah ‘Lord (i.e averter) of flies’ [= Tuhan (yaitu pencegah) dari lalat].

Daily Bible Commentary, vol I: “... ‘Baal-zebub’ or ‘Lord of the flies’; this name appears to be a derisive pun on the god’s real name ‘Baal-zebul’ meaning ‘Baal the prince’.” [= ... ‘Baal-zebub’ atau ‘Tuhan dari lalat-lalat’; nama ini kelihatannya merupakan permainan kata-kata yang bersifat mengejek terhadap nama asli dari dewa itu yaitu ‘Baal-zebul’ yang berarti ‘Baal sang pangeran’.] - hal 321.

Catatan: Dalam jaman Perjanjian Baru istilah Baal-zebul / Beelzebul menjadi nama / gelar bagi setan / penghulu setan (Mat 10:25 Mat 12:24).

Mat 10:25 - “Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.”.

Mat 12:24 - “Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’”.

2) Ini menunjukkan ketakutan Ahazia, dan juga kegelapan hati / pikirannya.

Bahwa Ahazia minta petunjuk apakah ia bakal sembuh atau tidak, menunjukkan bahwa ia takut mati. Mungkin ia minta petunjuk kepada dewanya dan bukannya kepada Allah, karena pada saat ini ia pikir Allah tidak akan mau menolongnya, atau karena ia memang betul-betul percaya kepada dewanya.

Pulpit Commentary: “Here is a king in superstitious darkness. He had no knowledge of the true God, no enlightened religious feeling, and he sent his messengers to an idol - the god of flies - to know whether he should recover or not. What a humiliating condition for royalty to be in! And yet it is a condition in which kings and princes are often found.” [= Di sini ada seorang raja yang ada dalam kegelapan tahyul. Ia tidak mempunyai pengenalan terhadap Allah yang benar, tidak mempunyai perasaan agama yang terang, dan ia mengirimkan utusannya kepada dewa / berhala - allah dari lalat-lalat - untuk mengetahui apakah ia akan pulih / sembuh atau tidak. Ini betul-betul merupakan keadaan yang rendah bagi seorang raja! Tetapi itu merupakan keadaan di dalam mana raja-raja dan pangeran-pengeran sering ditemukan.] - hal 12.

Bandingkan cerita tentang Ahazia ini dengan almarhum mantan Presiden Suharto yang pada waktu sakit, lalu dipanggilkan dukun / paranormal, yang lalu melarangnya makan binatang bertanduk. Di jalan dr. Sutomo sampai diberi spanduk bertuliskan: ‘Suharto sakit, dukun bermunculan’.

Kalau saudara adalah orang yang juga mempunyai kepercayaan terhadap patung / berhala, maka bacalah Yes 44:14-20 yang berbunyi sebagai berikut: “(14) Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar. (15) Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya. (16) Setengahnya dibakarnya dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggangnya itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: ‘Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api.’ (17) Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: ‘Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!’ (18) Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami. (19) Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: ‘Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?’ (20) Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: ‘Bukankah dusta yang menjadi peganganku?’”.

Text Kitab Suci ini secara menyolok menunjukkan kebodohan penyembahan berhala / patung, dan argumentasinya bisa saudara gunakan pada waktu menghadapi seorang penyembah berhala!

IV) Pengutusan nabi Elia (ay 3-6).

Tuhan mengutus nabi Elia untuk berbicara kepada para utusan dari Ahazia, dan para utusan itu menyampaikannya kepada Ahazia (ay 3-6).

Ay 3-6: “(3) Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: ‘Bangunlah, berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (4) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’ Lalu pergilah Elia. (5) Sesudah utusan-utusan itu kembali kepada raja, berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu kembali?’ (6) Jawab mereka kepadanya: ‘Ada seorang datang menemui kami dan berkata kepada kami: Pergilah, kembalilah kepada raja yang telah menyuruh kamu, dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga engkau menyuruh meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? Sebab itu engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’”.

Ada beberapa hal yang perlu dibahas / diperhatikan di sini:

1) Bagian ini menunjukkan bahwa jatuhnya dan sakitnya Ahazia dalam ay 2a merupakan hukuman / pekerjaan Tuhan.

Pulpit Commentary: “The divine side of the calamity which had befallen Ahaziah comes to light in this message by the prophet. Ahaziah had forgotten God, but God had not forgotten him. He is the ‘jealous God’ (Exod. 20:5), who takes the vindication of his honour into his own hands.” [= Sisi ilahi dari bencana yang telah menimpa Ahazia menjadi jelas dalam pesan oleh nabi ini. Ahazia telah melupakan Allah, tetapi Allah tidak melupakan dia. Ia adalah ‘Allah yang cemburu’ (Kel 20:5), yang menangani sendiri pembelaan kehormatanNya.] - hal 15.

Kel 20:5 - “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,”.

Catatan: satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa sekalipun di sini jatuhnya dan sakitnya Ahazia merupakan hukuman Tuhan, tetapi ini tidak berarti bahwa setiap orang yang jatuh / sakit pasti mengalami semua itu karena hukuman Tuhan! Hal seperti ini juga berlaku untuk semua penderitaan yang lain.

2) Allah ingin menunjukkan kepada Ahazia bahwa Baal-zebub tidak bisa mengetahui / berbuat apapun. Yang mengetahui dan menetapkan hidup atau matinya Ahazia, bukan Baal-zebub, tetapi Allah.

3) Pada jaman Alkitab banyak nabi diberitahu oleh Tuhan tentang penyakit seseorang seperti dalam peristiwa ini (contoh lain: nabi Ahia yang berbicara tentang anak Yerobeam dalam 1Raja 14:1-12.).

1Raja 14:1-12 - “(1) Pada waktu itu Abia, anak Yerobeam, jatuh sakit. (2) Lalu Yerobeam berkata kepada isterinya: ‘Berkemaslah! Menyamarlah, supaya jangan diketahui orang, bahwa engkau isteri Yerobeam, dan pergilah ke Silo. Bukankah di sana tinggal nabi Ahia! Dialah yang telah mengatakan tentang aku, bahwa aku akan menjadi raja atas bangsa ini. (3) Bawalah sepuluh roti, kue kismis, dan sebuli-buli air madu, dan pergilah kepadanya. Dia akan memberitahukan kepadamu, apa yang akan terjadi dengan anak ini.’ (4) Isteri Yerobeam berbuat demikian. Ia berkemas, pergi ke Silo dan masuk ke rumah Ahia. Ahia tidak dapat melihat lagi, sebab matanya sudah kabur karena ia sudah tua. (5) Tetapi TUHAN telah berfirman kepada Ahia: ‘Bahwasanya isteri Yerobeam datang untuk menanyakan kepadamu perihal anaknya, sebab anak itu sedang sakit. Begini-begini harus kaukatakan kepadanya.’ Ketika perempuan itu masuk, berbuatlah ia seolah-olah ia orang lain. (6) Tetapi segera sesudah Ahia mendengar bunyi langkah perempuan itu, sementara melangkah masuk pintu, berkatalah ia: ‘Masuklah, hai isteri Yerobeam! Mengapakah engkau berbuat seolah-olah engkau orang lain? Aku disuruh menyampaikan pesan yang keras kepadamu. (7) Pergilah, katakan kepada Yerobeam: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Aku telah meninggikan engkau dari tengah-tengah bangsa itu, dan mengangkat engkau menjadi raja atas umatKu Israel; (8) Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hambaKu Daud yang tetap mentaati segala perintahKu dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mataKu. (9) Sebab engkau telah melakukan perbuatan jahat lebih dari semua orang yang mendahului engkau dan telah membuat bagimu allah lain dan patung-patung tuangan, sehingga engkau menimbulkan sakit hatiKu, bahkan engkau telah membelakangi Aku. (10) Maka Aku akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga Yerobeam. Aku akan melenyapkan dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan menyapu keluarga Yerobeam seperti orang menyapu tahi sampai habis. (11) Setiap orang dari pada Yerobeam yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung yang di udara. Sebab TUHAN telah mengatakannya. (12) Tetapi bangunlah dan pulang ke rumahmu. Pada saat kakimu melangkah masuk kota, anak itu akan mati.”.

Jaman sekarang ada banyak pengkhotbah / pendeta yang ingin meniru hal itu, mungkin supaya dianggap sebagai nabi / dianggap penuh Roh. Mereka berkata dari mimbar, atau dari TV, bahwa di antara jemaat / pemirsa TV ada seorang ibu yang sakit telinga kirinya, atau seorang bapak yang sakit ginjalnya, dsb, dan mereka lalu mendoakan orang itu dan menyatakan bahwa Yesus sudah menyembuhkannya. Apa bedanya nabi-nabi jaman dulu dengan para pendeta jaman sekarang yang meniru mereka? Bedanya adalah: pada jaman dulu nabi-nabi itu mengatakan hal itu dengan pasti kepada seseorang yang specific / tertentu, sedangkan pada jaman sekarang tidak demikian, tetapi mengatakan bahwa ada ‘seseorang’ atau ‘seorang ibu’ atau ‘seorang bapak’ (tanpa nama dan identitas yang jelas) yang mempunyai penyakit tertentu. Jadi, penyakitnya disebutkan secara specific, tetapi orangnya tidak. Dengan demikian bisa saja secara kebetulan kata-katanya benar, dan kalau kata-katanya salah maka tidak ada orang yang tahu.

4) Elia menegur seorang raja (ay 3-4,16).

Ay 16: “Berkatalah Elia kepada raja: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena engkau telah mengirim utusan-utusan untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, seolah-olah tidak ada Allah di Israel untuk ditanyakan firmanNya, maka sebab itu engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’”.

Pulpit Commentary: “The thing called religion in many countries is just strong enough to reprove the poor, but too weak to thunder reproof into the ear of the corrupt and pleasure seeking monarchs.” [= Hal yang disebut agama dalam banyak negara hanya cukup kuat untuk menegur / memarahi orang miskin, tetapi terlalu lemah untuk meneriakkan teguran / celaan ke telinga dari raja-raja yang jahat dan yang hanya mencari kesenangan dirinya sendiri.] - hal 12.

Penerapan: apakah saudara hanya berani menegur orang kecil / miskin, atau juga orang besar / kaya?

5) Bahwa Ahazia mempercayai berhala / dewa, dan pada waktu sakit ia tetap mencari petunjuk kepada berhala / dewa, menjadi penyebab kehancuran / kematiannya (bdk. ay 4b,6b,16 yang memberitakan / menubuatkan kematian Ahazia).

Cerita tentang Ahazia ini mirip dengan cerita tentang raja Ahas dalam 2Taw 28:22-23 - “(22) Dalam keadaan terdesak itu raja Ahas ini, malah semakin berubah setia terhadap TUHAN. (23) Ia mempersembahkan korban kepada para allah orang Damsyik yang telah mengalahkan dia. Pikirnya: ‘Yang membantu raja-raja orang Aram adalah para allah mereka; kepada merekalah aku akan mempersembahkan korban, supaya mereka membantu aku juga.’ Tetapi allah-allah itulah yang menjadi sebab keruntuhan bagi dia dan bersama-sama dengan dia bagi seluruh Israel.”.

Penutup / kesimpulan.

Tuhan sering memberikan hukuman dalam bentuk penderitaan / penyakit, dengan tujuan supaya orangnya merenungkan hidupnya yang jahat dan bertobat. Sekalipun ini adalah hukuman, tetapi ini juga adalah belas kasihan, karena ini merupakan pemberian kesempatan untuk bertobat. Tetapi kalau orangnya tetap tidak bertobat, apalagi kalau orangnya makin lari ke dalam dosa, maka tidak bisa tidak Tuhan akan menghabisinya!

Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.”.

Ro 2:4-5 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.”.

Karena itu kalau saudara merasa bahwa saudara mempunyai kehidupan yang berdosa, dan saudara belum mengenal Tuhan Yesus, dan suatu hari saudara mengalami penderitaan yang hebat, maka ingatlah bahwa sekalipun semua itu merupakan hukuman Tuhan, tetapi juga merupakan belas kasihan Tuhan, dan bahkan panggilan Tuhan kepada saudara supaya saudara bertobat. Karena itu, pada saat seperti itu janganlah justru menjauhi Tuhan dengan pergi ke dukun / suhu atau berhala atau agama apapun. Datanglah kepada Yesus, dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

-AMIN-

14).II RAJA-RAJA 1:7-18

2 Raja-raja 1:7-18 - “(7) Lalu bertanyalah ia kepada mereka: ‘Bagaimanakah rupa orang yang telah datang menemui kamu itu dan yang mengatakan perkataan ini kepadamu?’ (8) Jawab mereka kepadanya: ‘Seorang yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya.’ Maka berkatalah ia: ‘Itu Elia, orang Tisbe!’ (9) Sesudah itu disuruhnyalah kepada Elia seorang perwira dengan kelima puluh anak buahnya. Orang itu naik menjumpai Elia yang sedang duduk di atas puncak bukit. Berkatalah orang itu kepadanya: ‘Hai abdi Allah, raja bertitah: Turunlah!’ (10) Tetapi Elia menjawab, katanya kepada perwira itu: ‘Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu.’ Maka turunlah api dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya. (11) Kemudian raja menyuruh pula kepadanya seorang perwira yang lain dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu orang itu berkata kepada Elia: ‘Hai abdi Allah, beginilah titah raja: Segeralah turun!’ (12) Tetapi Elia menjawab mereka: ‘Kalau benar aku abdi Allah, biarlah turun api dari langit memakan engkau habis dengan kelima puluh anak buahmu!’ Maka turunlah api Allah dari langit memakan dia habis dengan kelima puluh anak buahnya. (13) Kemudian raja menyuruh pula seorang perwira yang ketiga dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu naiklah perwira yang ketiga itu dan sesudah sampai, berlututlah ia di depan Elia, serta memohon belas kasihan kepadanya, katanya: ‘Ya abdi Allah, biarlah kiranya nyawaku dan nyawa kelima puluh orang hamba-hambamu ini berharga di matamu. (14) Bukankah api sudah turun dari langit memakan habis kedua perwira yang dahulu dengan kelima puluh anak buah mereka? Tetapi sekarang biarlah nyawaku berharga di matamu.’ (15) Maka berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia: ‘Turunlah bersama-sama dia, janganlah takut kepadanya!’ Lalu bangunlah Elia dan turun bersama-sama dia menghadap raja. (16) Berkatalah Elia kepada raja: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena engkau telah mengirim utusan-utusan untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, seolah-olah tidak ada Allah di Israel untuk ditanyakan firmanNya, maka sebab itu engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’ (17) Maka matilah raja sesuai dengan firman TUHAN yang dikatakan oleh Elia. Maka Yoram menjadi raja menggantikan dia dalam tahun kedua zaman Yoram bin Yosafat, raja Yehuda, sebab Ahazia tidak mempunyai anak laki-laki. (18) Selebihnya dari riwayat Ahazia, apa yang dilakukannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel?”.

I) Ahazia mengenali orang itu sebagai Elia.

Dari penggambaran para utusannya tentang orang itu, Ahazia tahu bahwa itu adalah Elia (ay 7-8).

Ay 7-8: “(7) Lalu bertanyalah ia kepada mereka: ‘Bagaimanakah rupa orang yang telah datang menemui kamu itu dan yang mengatakan perkataan ini kepadamu?’ (8) Jawab mereka kepadanya: ‘Seorang yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya.’ Maka berkatalah ia: ‘Itu Elia, orang Tisbe!’”.

Ay 8: ‘pakaian bulu’.

KJV: ‘He was a hairy man’ [= Ia adalah seorang yang berbulu].

Ada 2 hal yang perlu dijelaskan:

1. Ini tidak berarti bahwa Elia adalah orang yang berbulu lebat.

2. Pakaian bulu ini tidak menunjukkan bahwa Elia memakai pakaian yang mewah. Ini perlu dijelaskan supaya ayat ini tidak dipakai untuk mendukung Theologia Kemakmuran, atau mendukung pendeta-pendeta yang naik mobil mewah.

Keil & Delitzsch: “This does not mean a man with a luxuriant growth of hair, but refers to the hairy dress, i.e. the garment made of sheep-skin or goat-skin or coarse camel-hair, ... the rough garment denoting the severity of the divine judgments upon the effeminate nation, which revelled in luxuriance and worldly lust. And this was also in keeping with ‘the leather girdle,’ ... whereas the ordinary girdle was of cotton or linen, and often very costly.” [= Ini tidak berarti seseorang dengan banyak bulu, tetapi menunjuk pada pakaian berbulu, yaitu pakaian yang dibuat dari kulit domba atau kulit kambing atau bulu unta yang kasar, ... pakaian yang kasar menunjukkan kerasnya penghakiman ilahi terhadap bangsa yang seperti perempuan, yang gemar akan kemewahan dan nafsu duniawi. Dan ini juga sesuai dengan ‘ikat pinggang kulit’, ... sedangkan ikat pinggang biasa adalah dari katun atau lenan, dan seringkali sangat mahal.] - hal 286.

Catatan: saya sangat meragukan penafsiran dari bagian yang saya garis-bawahi. Tetapi penekanan saya dalam kutipan ini hanyalah bahwa Elia bukanlah manusia berbulu, dan pakaian bulu maupun ikat pinggang kulit yang ia pakai bukanlah pakaian yang mewah.

Fred H. Wight: “There were and are today two kinds of girdles. One, a common variety, is of leather, usually six inches broad and furnished with clasps. This was the kind of girdle worn by Elijah (2Kings 1:8), and by John the Baptist (Matt. 3:4). The other, a more valuable variety, is of linen (See Jer. 13:1), or sometimes of silk or embroidered material.” [= Dulu dan sekarang ada dua macam ikat pinggang. Pertama, jenis yang umum, adalah dari kulit, biasanya lebarnya 6 inci dan dilengkapi dengan jepitan / gesper. Ini adalah jenis ikat pinggang yang dipakai oleh Elia (2Raja 1:8), dan oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:4). Yang lain adalah jenis yang lebih berharga / mahal, terbuat dari lenan (lihat Yer 13:1), atau kadang-kadang dari sutera atau bahan sulaman.] - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 93.

Hal lain yang mendukung pandangan bahwa pakaian Elia ini bukanlah pakaian mewah, adalah bahwa Yohanes Pembaptis berpakaian seperti dia (Mat 3:4).

Mat 3:4 - “Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.”.

Dan pakaian Yohanes Pembaptis jelas bukanlah pakaian indah atau mewah. Ini terlihat dari kata-kata Yesus kepada orang banyak tentang Yohanes Pembaptis: “(24) Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: ‘Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? (25) Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. (26) Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi.” (Luk 7:24-26).

II) Ahazia mengirim pasukan kepada Elia (ay 9-15).

1) Jelas bahwa tujuan pengiriman pasukan itu adalah untuk menangkap atau membunuh Elia (bdk. ay 15 - ‘janganlah takut kepadanya’, yang secara implicit menunjukkan bahwa pengiriman tentara itu bermaksud jelek terhadap Elia).

a) Ditinjau dari sudut Ahazia, ini lagi-lagi menunjukkan betapa bejatnya Ahazia. Pada waktu Elia memberitakan hukuman mati bagi Ahab, Ahab bertobat (1Raja 21:17-29). Tetapi pada waktu Elia memberitakan hukuman mati bagi Ahazia, Ahazia malah mengirim pasukan untuk menangkap / membunuh Elia.

Pulpit Commentary: “He has defied God when in health; now he defies him from a bed of sickness.” [= Ia telah menentang Allah pada waktu ia sehat; sekarang ia menentangNya dari ranjang kesakitan.] - hal 9.

Pulpit Commentary: “Even on his death-bed he shows no such compunction as occasionally visited his father Ahab (1Kings 21:27).” [= Bahkan di atas ranjang kematiannya ia tidak menunjukkan penyesalan seperti yang kadang-kadang mengunjungi ayahnya, Ahab (1Raja 21:27).] - hal 13.

b) Ditinjau dari sudut Elia, bahaya mengancamnya karena ia memberitakan kebenaran dari Tuhan.

Pulpit Commentary: “It was not the first time Elijah’s life had been threatened by royal sinners. When a man is fearless in rebuking sin, he must expect the hatred of impenitent sinners. Smooth words may win a fleeting popularity, but the friendship of this world is enmity against God.” [= Ini bukan pertama kalinya nyawa Elia diancam oleh raja yang berdosa. Pada waktu seseorang tidak mempunyai rasa takut dalam menegur dosa, ia harus mengharapkan kebencian dari orang berdosa yang tidak bertobat. Kata-kata yang sopan / ramah mungkin bisa memenangkan kepopuleran yang singkat / cepat berlalu, tetapi persahabatan dengan dunia ini adalah permusuhan terhadap Allah.] - hal 10.

Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam Gal 4:16 - “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”.

Contoh seperti ini sangat banyak. Banyak jemaat marah karena mendapat teguran dari hamba Tuhan, dari khotbah dari mimbar, dan apalagi kalau itu merupakan teguran yang disampaikan secara pribadi.

2) Menghadapi perwira pertama dan kedua dengan 100 anak buahnya, Elia minta api turun dari langit membakar kedua perwira dan 100 anak buahnya itu (ay 9-12).

a) Josephus dan para penafsir pada umumnya menganggap bahwa ‘api dari langit’ (ay 10,12a) atau ‘api Allah’ (ay 12b) ini adalah sambaran petir. Ini hanya dugaan, dan kalaupun ini benar, ini tetap merupakan suatu mujijat, karena bagaimana seseorang bisa mendatangkan petir hanya dengan kata-katanya, lebih-lebih mengarahkan petir itu sehingga menyambar perwira dan ke 50 anak buahnya?

b) Kecaman terhadap Elia atas tindakannya di sini.

1. Ada orang yang mengecam Elia, sekedar karena menganggapnya melakukan tindakan yang terlalu keras, tidak kasih, dsb.

2. Ada juga yang menggunakan Luk 9:51-56 untuk mendukung kecamannya terhadap Elia tersebut atau untuk mengatakan bahwa Yesus juga jelas mengecam tindakan Elia ini.

Luk 9:54 (KJV): ‘And when his disciples James and John saw this, they said, Lord, wilt thou that we command fire to come down from heaven, and consume them, even as Elias did?’ [= Dan pada waktu murid-muridNya, Yakobus dan Yohanes, melihat hal ini, mereka berkata: Tuhan, apakah Engkau mau bahwa kami memerintahkan api turun dari langit, dan membakar mereka, seperti yang dilakukan Elia?].

Catatan: Kata-kata yang saya garis-bawahi itu hanya ada dalam manuscript-manuscript tertentu, dan pada umumnya dianggap sebagai suatu penambahan, karena kalimat itu tidak ada dalam manuscript-manuscript yang kuno yang lebih dipercaya.

Tetapi sekalipun kata-kata itu sebetulnya tidak ada, boleh dikatakan pasti bahwa Yohanes dan Yakobus ingin menurunkan api dari langit, karena mereka teringat akan peristiwa Elia ini, dan ingin menirunya. Perlu juga diperhatikan bahwa mereka baru melihat pemuliaan terhadap Yesus di atas gunung, dimana Musa dan Elia muncul dan bercakap-cakap dengan Yesus (Luk 9:28-36). Peristiwa ini membuat mereka ingat akan Elia dan hal-hal yang pernah dilakukannya, termasuk penurunan api dari langit dalam 2Raja 1 ini.

Terhadap pertanyaan Yakobus dan Yohanes dalam Luk 9:54 itu, maka sikap Yesus dinyatakan dalam Luk 9:55 yang mengatakan: “Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.”. Ketidak-setujuan Yesus terhadap keinginan para murid untuk menurunkan api ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Yesus mengecam Elia.

3. Ada juga orang yang sekalipun mengatakan bahwa Elia tidak salah, tetapi menambahkan bahwa tindakan itu tidak salah hanya karena dilakukan pada jaman Perjanjian Lama. Kalau tindakan Elia itu ditinjau dengan kaca mata Perjanjian Baru, maka tindakan itu salah.

Pulpit Commentary mencatat kata-kata Archbishop Trench yang mengomentari Luk 9:54 itu dengan kata-kata sebagai berikut:

“‘It was,’ remarks Archbishop Trench, ‘as if he had said, Ye are mistaking and confounding the different standing-points of the old and new covenants, taking your stand upon the old - that of an avenging righteousness, when you should rejoice to take it upon the new - that of a forgiving love’” [= ‘Itu adalah’, kata Uskup Agung Trench, ‘seakan-akan Ia (Yesus) telah mengatakan: Engkau (para murid) salah dan mencampur-adukkan pandangan / sudut pandang yang berbeda dari Perjanjian Lama dan Baru, mengambil pandangan / sudut pandang dari Perjanjian Lama - yaitu tentang kebenaran yang membalas dendam, pada waktu engkau seharusnya dengan sukacita mengambil pandangan / sudut pandang dari Perjanjian Baru - yaitu tentang kasih yang mengampuni’] - hal 7.

Keil & Delitzsch: “This sin is punished, and that not by the prophet, but by the Lord Himself, who fulfilled the word of His servant. What Elijah here did was an act of holy zeal for the honour of the Lord, in the spirit of the old covenant, under which God destroyed the insolent despisers of His name with fire and sword, to manifest the energy of His holy majesty by the side of the dead idols of the heathen. But this act cannot be transferred to the times of the new covenant, as is clearly shown in Luke 9:54-55, where Christ does not blame Elijah for what he did, but admonishes His disciples, who overlooked the difference between the economy of the law and that of the gospel, and in their carnal zeal wanted to imitate what Elijah had done in divine zeal for the honour of the Lord, which had been injured in his own person.” [= Dosa ini dihukum, dan itu bukan oleh sang nabi tetapi oleh Tuhan sendiri, yang menggenapi firman / perkataan pelayanNya. Apa yang dilakukan Elia di sini adalah suatu tindakan yang muncul dari semangat yang kudus untuk kehormatan Tuhan, dalam roh / semangat dari Perjanjian Lama, di bawah mana Allah menghancurkan orang kurang ajar yang menghina namaNya dengan api dan pedang, untuk menyatakan kekuatan dari keagunganNya yang kudus di sisi berhala-berhala yang mati dari orang kafir. Tetapi tindakan ini tidak bisa ditransfer ke jaman Perjanjian Baru, seperti yang ditunjukkan secara jelas dalam Luk 9:54-55, dimana Kristus bukannya menyalahkan Elia atas apa yang telah ia lakukan, tetapi memperingatkan murid-muridNya, yang mengabaikan perbedaan antara pengaturan dari Hukum Taurat dan pengaturan dari Injil, dan dalam semangat mereka yang bersifat daging ingin meniru apa yang telah dilakukan Elia dalam semangat ilahi untuk kehormatan Tuhan, yang telah dilukai / diserang di dalam dirinya.] - hal 287.

Barnes’ Notes: “Elijah was not Jesus Christ, able to reconcile mercy with truth, ... In Elijah the spirit of the Law was embodied in its full severity. His zeal was fierce; he was not shocked by blood; he had no softness and no relenting. He did not permanently profit by the warning at Horeb (1K. 19:12 note). He continued the uncompromising avenger of sin, the wielder of the terrors of the Lord, such exactly as he had shown himself at Carmel. He is consequently, no pattern for Christian men (Luke 9:55); ... But what he did, when he did it, was not sinful. It was but executing strict, stern justice. Elijah asked that fire should fall - God made it fall; and, by so doing, both vindicated His own honour, and justified the prayer of His prophet.” [= Elia bukanlah Yesus Kristus, yang bisa mendamaikan belas kasihan dengan kebenaran, ... Dalam diri Elia roh / semangat dari hukum Taurat diwujudkan dengan kekerasan sepenuhnya. Semangatnya ganas; ia tidak terguncang oleh darah; ia tidak mempunyai kelembutan dan kelunakan. Ia tidak secara permanen mendapatkan pelajaran oleh peringatan di Horeb (catatan 1Raja 19:12). Ia melanjutkan pembalasan yang tak kenal kompromi terhadap dosa, ia menggunakan rasa takut / kengerian dari Tuhan, persis seperti yang telah ia tunjukkan sendiri di Karmel. Maka dari itu, ia bukanlah teladan untuk orang Kristen (Luk 9:55); ... Tetapi apa yang ia lakukan, pada saat ia melakukannya, bukanlah dosa. Itu hanya merupakan pelaksanaan yang ketat dan keras dari keadilan. Elia meminta supaya api turun - Allah membuat api turun; dan dengan melakukan hal itu, Ia mempertahankan kehormatanNya sendiri, dan membenarkan doa dari nabiNya.] - hal 227.

Catatan:

1. Saya tidak setuju bahwa pelajaran di Horeb merupakan peringatan bagi Elia. Itu sudah saya bahas pada waktu membahas 1Raja 19:11-12 di depan.

2. Saya berpendapat bahwa kata-kata Barnes’ Notes di sini merupakan suatu kontradiksi, karena bagian depannya (yang saya garis-bawahi) menunjukkan Elia salah, tetapi bagian belakangnya (yang tidak saya garis-bawahi) menunjukkan Elia tidak salah.

3. Yang saya tekankan dari kutipan ini adalah bagian yang digaris-bawahi, yang jelas mengecam Elia, jika menyorotinya dari sudut Perjanjian Baru.

c) Saya tidak setuju bahwa Elia harus dikecam / disalahkan dengan alasan apapun juga. Mengapa?

1. Hukuman terhadap 2 perwira dan anak buahnya ini tidak terlalu keras, karena mereka memang adalah orang brengsek.

a. Sekalipun bawahan yang harus tunduk pada perintah atasan, tetapi tentu saja harus ada persyaratan, yaitu selama perintah atasan itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. Tetapi dalam hal ini mereka tahu bahwa Ahazia adalah seorang penyembah berhala yang jahat, dan bahwa Elia adalah nabi Tuhan / Yahweh, tetapi mereka tetap mentaati Ahazia untuk menangkap Elia. Ini jelas merupakan penyerangan terhadap Tuhan / Yahweh sendiri.

Penerapan: ini jelas menunjukkan bahwa kalau saudara mau berbuat dosa karena diperintah atasan, saudara tetap berdosa (bdk. Kis 5:29 - “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”).

b. Kalaupun mereka takut untuk tidak mentaati perintah Ahazia, sebetulnya mereka bisa melakukannya dengan sopan dan hormat seperti perwira yang ketiga (ay 13-14). Tetapi mereka tidak bertindak seperti itu, bahkan mereka bertindak kasar dan tidak sopan terhadap Elia, dengan cara memerintah seorang nabi Tuhan seenaknya sendiri. Disamping itu, mungkin sekali perintah ‘turunlah’ itu diucapkan dengan nada membentak.

c. Tentang perwira kedua, jelas bahwa ia lebih bejat dan lebih kurang ajar dari perwira pertama. Mengapa? Karena bukan saja ia tidak disadarkan dan tidak dibuat menjadi takut oleh hukuman yang menimpa perwira pertama dengan ke 50 anak buahnya, tetapi juga karena kalau perwira pertama hanya mengatakan ‘turunlah’ (ay 9), maka perwira kedua mengatakan ‘segeralah turun’ (ay 11).

d. Kitab Suci tidak menceritakan bagaimana kehidupan kedua perwira dan ke 100 anak buahnya sebelum saat ini, tetapi bisa dipastikan bahwa kehidupan mereka sangat berdosa. Dan kesempatan ini dipakai oleh Tuhan untuk membasmi mereka, sebagai hukuman bukan hanya atas kekurang-ajaran mereka terhadap Elia, tetapi juga atas semua dosa mereka selama hidupnya.

2. Tentang hubungan dengan Luk 9:54-55, perlu diperhatikan bahwa murid-murid dalam Luk 9:51-56 itu ingin menurunkan api sebagai perwujudan kebencian / balas dendam, juga mungkin dilandasi rasa sentimen terhadap orang Samaria, yang memang sangat bermusuhan dengan orang Yahudi (bdk. Yoh 4:9b). Motivasi para murid itu berbeda dengan motivasi Elia dalam 2Raja 1:9-12, yang betul-betul ingin menjaga atau mempertahankan kehormatan Tuhan. Jadi Yesus menegur mereka bukan karena Yesus menyalahkan tindakan Elia, tetapi karena motivasi para murid berbeda dengan motivasi Elia.

Matthew Poole: “Christ doth not condemn this fact of Elias, but only reproves his disciples for their perverse imitation of it from another spirit and principle, and in a more unseasonable time, Luke 9:54,55.” [= Kristus tidak menyalahkan fakta Elia ini, tetapi hanya mencela murid-muridNya untuk peniruan mereka yang jahat terhadap hal itu dengan roh dan prinsip / dasar yang berbeda, dan pada waktu yang lebih tidak pada tempatnya, Luke 9:54,55.] - hal 716.

Catatan: saya tidak terlalu jelas dengan apa yang ia maksudkan dengan bagian yang saya garis-bawahi.

Adam Clarke: “Some have blamed the prophet for destroying these men, by bringing down fire from heaven upon them. But they do not consider that it was no more possible for Elijah to bring down fire from heaven, than for them to do it. God alone could send the fire; and as he is just and good, he would not have destroyed these men had there not been a sufficient cause to justify the act. ... No entreaty of Elijah could have induced God to have performed an act that was wrong in itself. ... God led him simply to announce on these occasions what he himself had determined to do.” [= Sebagian orang menyalahkan sang nabi karena menghancurkan orang-orang ini dengan menurunkan api dari langit kepada mereka. Tetapi mereka tidak mempertimbangkan bahwa sama tidak mungkinnya bagi Elia maupun bagi mereka untuk melakukan hal itu. Hanya Allah yang bisa mengirimkan api itu; dan karena Ia itu adil / benar dan baik, maka Ia tidak akan menghancurkan orang-orang ini seandainya di sana tidak ada alasan yang cukup untuk membenarkan tindakan itu. ... Tidak ada permohonan dari Elia yang bisa menyebabkan / membujuk Allah untuk melakukan suatu tindakan yang salah. ... Allah hanya memimpinnya untuk mengumumkan pada peristiwa-peristiwa ini apa yang Ia sendiri telah tentukan untuk dilakukan.] - hal 482.

Adam Clarke juga membela Elia dengan mengatakan bahwa terjemahan hurufiah dari ay 10,12 tidak mempunyai kata ‘biarlah’ (KJV/RSV/NASB: ‘let’; NIV: ‘may’). Semua itu seharusnya tidak ada, sehingga seharusnya adalah: “Kalau benar aku abdi Allah, api akan turun dari langit memakan engkau habis dengan ke 50 anak buahmu.”.

Adam Clarke: “This is the literal meaning of the original; and by it we see that Elijah’s words were only declarative, and not imprecatory.” [= Ini adalah arti hurufiah dari kata bahasa aslinya; dan dari hal ini kita melihat bahwa kata-kata Elia hanya merupakan pernyataan, dan bukan suatu doa untuk mendatangkan kutukan / bencana.] - hal 482.

Tetapi salah satu penafsir dari Pulpit Commentary menentang pandangan Adam Clarke yang terakhir ini. Ia berpendapat bahwa Elia memang meminta api turun dari langit, dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu menunjukkan bahwa Elia tidak bersalah.

Pulpit Commentary: “The LXX render, KATABESETAI PUR - ‘fire will come down;’ and so some moderns, who are anxious to clear the prophet of the charge of cruelty and bloodthirstiness which have been brought against sin. But there is no need of altering the translation. Elijah undoubtedly ‘commanded fire to come down from heaven’ (Luke 9:54), or, in other words, prayed to God that it might come down, and in answer to his prayer the fire fell. ... He had no power of himself to do either good or harm. He could but pray to Jehovah, and Jehovah, in his wisdom and perfect goodness, would either grant or refuse his prayer. If he granted it, the punishment inflicted would not be Elijah’s work, but his. To tax Elijah with cruelty is to involve God in the charge. God regarded it as a fitting time for making a signal example, and, so regarding it, he inspired a spirit of indignation in the breast of his prophet, who thereupon made the prayer which he saw fit to answer.” [= LXX / Septuaginta menterjemahkan KATABESETAI PUR - ‘api akan turun’; dan dengan demikian beberapa orang modern, yang sangat ingin untuk membersihkan sang nabi dari tuduhan kekejaman dan kehausan akan darah yang telah dibawanya terhadap dosa. Tetapi tidak diperlukan suatu perubahan terjemahan. Tidak diragukan bahwa Elia ‘memerintahkan api turun dari langit’ (Luk 9:54), atau dengan kata lain, berdoa kepada Allah supaya api turun, dan sebagai jawaban terhadap doanya api turun. ... Ia tidak mempunyai kuasa dari dirinya sendiri untuk melakukan yang baik ataupun yang buruk. Ia hanya bisa berdoa kepada Yehovah, dan Yehovah, dalam hikmat dan kebaikanNya yang sempurna, akan mengabulkan atau menolak doanya. Jika Ia mengabulkannya, hukuman yang diberikan bukanlah pekerjaan Elia, tetapi pekerjaanNya. Menuduh Elia dengan kekejaman berarti melibatkan Allah dalam tuduhan itu. Allah menganggapnya sebagai saat yang tepat untuk membuat contoh tanda, dan karena Ia beranggapan demikian, Ia mengilhamkan roh kemarahan dalam dada dari nabiNya, yang lalu menaikkan doa yang Ia anggap cocok untuk dijawab.] - hal 3.

Catatan: Luk 9:54 yang ia pakai adalah dari KJV.

Pulpit Commentary: “These hundred men, messengers from the king, were struck down by Elijah at the command of God. There was no personal vengeance in the act. Elijah was used as the organ of Heaven.” [= 100 orang ini, utusan dari sang raja, dirobohkan oleh Elia atas perintah Allah. Dalam tindakan itu tidak ada pembalasan dendam pribadi. Elia dipakai sebagai alat dari surga.] - hal 13.

3. Orang-orang yang mengatakan bahwa Elia bertindak dengan semangat keras dari Perjanjian Lama, dan bahwa tindakannya salah kalau ditinjau dari sudut Perjanjian Baru, agaknya melupakan adanya tindakan-tindakan keras dalam Perjanjian Baru, seperti:

a. Yang dilakukan oleh Petrus (atau oleh Allah melalui Petrus) terhadap Ananias dan Safira (Kis 5:1-11).

b. Yang dilakukan oleh Allah terhadap Herodes (Kis 12:20-23).

c. Yang dilakukan oleh Paulus (atau oleh Allah melalui Paulus) terhadap Elimas / Baryesus (Kis 13:6-11).

d) Pengabulan doa Elia yang meminta api turun dari langit ini menunjukkan pertolongan dan perlindungan Tuhan kepada nabi / anakNya. Karena itu orang kristen / hamba Tuhan, asal dirinya tidak salah, tidak perlu takut menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

2Raja 6:16 - “Jawabnya: ‘Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.’” (Catatan: jika ingin lebih jelas baca 2Raja 6:15-18).

Maz 34:8 - “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.”.

Ro 8:31b - “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”.

3) Perwira ketiga dengan 50 anak buahnya (ay 13-15).

Jelas bahwa perwira ketiga ini sudah mendengar tentang nasib dari ke 2 perwira yang terdahulu dengan anak buahnya, dan karena itu ia datang kepada Elia dengan hormat dan dengan merendahkan diri.

Sikap hormat dan merendahkan diri dari perwira ketiga ini menyebabkan Elia tidak meminta api turun dari langit lagi, dan Tuhan memerintahkan Elia untuk tidak takut, dan pergi bersama perwira ketiga itu menghadap raja. Ini menunjukkan:

a) Tuhan menghendaki orang menghormati hambaNya.

Peristiwa ini, dan juga peristiwa penghukuman mati kedua perwira terdahulu dengan 100 anak buahnya, menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki hormat kepada hambaNya. Sikap tidak hormat kepada hamba Tuhan identik dengan sikap tidak hormat kepada Tuhan (bdk. Bil 12:1-10, khususnya ay 8nya; Luk 10:16).

Bil 12:1-10 - “(1) Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. (2) Kata mereka: ‘Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?’ Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. (3) Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (4) Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: ‘Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.’ Maka keluarlah mereka bertiga. (5) Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. (6) Lalu berfirmanlah Ia: ‘Dengarlah firmanKu ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diriKu kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. (7) Bukan demikian hambaKu Musa, seorang yang setia dalam segenap rumahKu. (8) Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hambaKu Musa?’ (9) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. (10) Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!”.

Luk 10:16 - “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.’”.

b) Selama ini, termasuk dalam meminta api turun dari langit tadi, Elia memang bertindak sesuai dengan pimpinan dari Tuhan.

Adam Clarke: “This is an additional proof that Elijah was then acting under particular inspirations: he had neither will nor design of his own. He waited to know the counsel, declare the will, and obey the command of his God.” [= Ini merupakan bukti tambahan bahwa pada saat itu Elia bertindak di bawah ilham-ilham khusus: ia tidak mempunyai kehendak atau rencana dari dirinya sendiri. Ia menunggu untuk mengetahui rencana, menyatakan kehendak, dan mentaati perintah, dari Allahnya.] - hal 482.

III) Elia menemui Ahazia.

1) Elia menuruti perintah Tuhan, dan ia ikut bersama dengan perwira yang ketiga itu untuk menemui Ahazia.

Ada penafsir yang mengatakan bahwa mungkin sekali Elia ikut dan menghadap ini dalam keadaan diborgol. Saya berpendapat bahwa ini adalah penafsiran bodoh yang sama sekali tidak sesuai dengan kontex, dimana terlihat dengan jelas dalam seluruh kontex ini bahwa Tuhan menjaga martabat / kewibawaan dari hambaNya (Catatan: dalam kontex lain, bisa saja seorang hamba Tuhan diborgol).

Juga kata ‘menghadap’ yang digunakan oleh Kitab Suci Indonesia rasanya agak terlalu meninggikan Ahazia dan merendahkan Elia. Terjemahan sebenarnya adalah: ‘Dan ia bangun dan pergi dengannya kepada raja’.

2Raja 1:15b - “Lalu bangunlah Elia dan turun bersama-sama dia menghadap raja.”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘to / unto the king’ [= kepada sang raja].

Memang sebetulnya kedudukan hamba Tuhan adalah sangat tinggi di hadapan Tuhan, lebih tinggi dari seorang raja. Untuk menggambarkan tingginya kedudukan seorang pengkhotbah, ada orang yang mengatakan:

a) “God had only one Son, and He made Him a preacher.” [= Allah hanya mempunyai satu Anak, dan Ia membuatNya menjadi seorang pengkhotbah.].

b) “If God calls you to be a preacher, do not stoop down to be a king!” [= Jika Allah memanggilmu untuk menjadi seorang pengkhotbah, janganlah merendahkan diri untuk menjadi seorang raja!].

Bandingkan dengan pendeta yang mau jadi caleg!!

2) Elia dan Ahazia.

a) Perbandingan Elia dan Ahazia.

Ada penafsir yang membandingkan Ahazia, yang adalah raja duniawi, tetapi dalam keadaan sakit, takut mati, hidup dalam kegelapan berhala, dengan Elia, yang sekalipun miskin (terlihat dari pakaian sederhana yang ia pakai - ay 8), tetapi saleh, mendapat firman dari Tuhan dan dengan wibawa yang luar biasa menyampaikannya kepada Ahazia (ay 3,4,6,16).

Pulpit Commentary: “Which is the better, do you think - a throne or a godly character? Fools only prefer the former; the man of sense, thoughtfulness, and reflection would say the latter.” [= Menurutmu yang mana yang lebih baik, sebuah takhta atau karakter / sifat yang saleh? Hanya orang-orang tolol memilih yang pertama; orang yang mempunyai akal yang sehat, penuh pertimbangan dan pemikiran akan memilih yang terakhir.] - hal 12.

b) Elia menyampaikan secara langsung kepada Ahazia Firman Tuhan yang tadi sudah disampaikannya kepada para utusan Ahazia (ay 16).

Ay 16: “Berkatalah Elia kepada raja: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena engkau telah mengirim utusan-utusan untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, seolah-olah tidak ada Allah di Israel untuk ditanyakan firmanNya, maka sebab itu engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’”.

c) Saya berpendapat bahwa ay 17 (kematian Ahazia) tidak terjadi segera setelah Elia mengucapkan Firman Tuhan itu, karena memang tidak dikatakan bahwa Ahazia langsung mati setelah mendengar Firman Tuhan.

Kalau memang demikian, berarti setelah Elia menyampaikan Firman Tuhan, Ahazia membiarkannya pergi. Ini aneh; bukankah tadinya ia mengirim utusan untuk menangkap Elia? Mengapa sekarang ia membiarkannya pergi? Memang hati raja seperti batang air dalam tangan Tuhan dan Ia mengalirkannya kemana Ia mau (Amsal 21:1). Kata-kata Tuhan kepada Elia dalam ay 15 secara implicit menunjukkan bahwa Tuhan akan menjaga Elia, dan karena itu di sini Tuhan mengatur sehingga Ahazia tidak menangkap atau membunuh Elia, mungkin dengan memberikan rasa takut karena mengingat kematian kedua perwiranya dengan 100 anak buahnya.

3) Ahazia mati sesuai dengan nubuat Elia, dan ia digantikan oleh Yoram, adiknya (ay 17).

Catatan: ada problem tentang kapan Yoram ini menjadi raja. Kalau kita melihat 1Raja 22:52 2Raja 1:17 2Raja 3:1 2Raja 8:16 maka kelihatannya ada kontradiksi-kontradiksi. Ini tidak saya bahas di sini, tetapi dalam seri ‘ELISA’, dalam pembahasan 2Raja 3:1-dst.

Penutup.

Semua orang berdosa harus memikirkan bahwa lambat atau cepat mereka semua akan mati seperti Ahazia ini. Bagaimana mempertanggungjawabkan dosa-dosanya, kalau tidak mempunyai Yesus sebagai Juruselamat?

-AMIN-

15).II Raja-raja 2:1-18

2 Raja-raja 2:1-18 - “(1) Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal. (2) Berkatalah Elia kepada Elisa: ‘Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Betel.’ Tetapi Elisa menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.’ Lalu pergilah mereka ke Betel. (3) Pada waktu itu keluarlah rombongan nabi yang ada di Betel mendapatkan Elisa, lalu berkatalah mereka kepadanya: ‘Sudahkah engkau tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh TUHAN terangkat ke sorga?’ Jawabnya: ‘Aku juga tahu, diamlah!’ (4) Berkatalah Elia kepadanya: ‘Hai Elisa, baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Yerikho.’ Tetapi jawabnya: ‘Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.’ Lalu sampailah mereka di Yerikho. (5) Pada waktu itu mendekatlah rombongan nabi yang ada di Yerikho kepada Elisa serta berkata kepadanya: ‘Sudahkah engkau tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh TUHAN terangkat ke sorga?’ Jawabnya: ‘Aku juga tahu, diamlah!’ (6) Berkatalah Elia kepadanya: ‘Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan.’ Jawabnya: ‘Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.’ Lalu berjalanlah keduanya. (7) Lima puluh orang dari rombongan nabi itu ikut berjalan, tetapi mereka berdiri memandang dari jauh, ketika keduanya berdiri di tepi sungai Yordan. (8) Lalu Elia mengambil jubahnya, digulungnya, dipukulkannya ke atas air itu, maka terbagilah air itu ke sebelah sini dan ke sebelah sana, sehingga menyeberanglah keduanya dengan berjalan di tanah yang kering. (9) Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: ‘Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.’ Jawab Elisa: ‘Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.’ (10) Berkatalah Elia: ‘Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.’ (11) Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai. (12) Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia: ‘Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!’ Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan. (13) Sesudah itu dipungutnya jubah Elia yang telah terjatuh, lalu ia berjalan hendak pulang dan berdiri di tepi sungai Yordan. (14) Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: ‘Di manakah TUHAN, Allah Elia?’ Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa. (15) Ketika rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat dia dari jauh, mereka berkata: ‘Roh Elia telah hinggap pada Elisa.’ Mereka datang menemui dia, lalu sujudlah mereka kepadanya sampai ke tanah. (16) Mereka berkata: ‘Coba lihat! Di antara hamba-hambamu ini ada lima puluh orang laki-laki, orang-orang tangkas. Biarlah mereka itu pergi mencari tuanmu, jangan-jangan ia diangkat oleh Roh TUHAN dan dilemparkanNya ke atas salah satu gunung atau ke dalam salah satu lembah.’ Elisa menjawab: ‘Janganlah suruh pergi!’ (17) Tetapi ketika mereka mendesak-desak dia sampai memalukan, maka berkatalah ia: ‘Suruhlah pergi!’ Mereka menyuruh lima puluh orang. Orang-orang ini mencari tiga hari lamanya, tetapi tidak bertemu dengan Elia. (18) Ketika mereka kembali kepada Elisa yang masih tinggal di kota Yerikho, berkatalah ia kepada mereka: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Jangan pergi?’”.

I) Menjelang kenaikan Elia ke surga.

1) Ay 1: ‘Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai,’.

a) Cara dan saat Elia (dan juga semua orang lain) meninggalkan dunia ini, ditetapkan oleh Tuhan.

Pulpit Commentary: “The time is of God. ... There are no accidental deaths, no premature graves. ... The manner is of God. ... We are not creatures of chance.” [= Waktunya adalah dari Allah. ... Tidak ada kematian yang bersifat kebetulan, tidak ada kubur yang bersifat prematur / terlalu pagi. ... Caranya adalah dari Allah. ... Kita bukanlah makhluk-makhluk kebetulan.] - hal 32.

b) ‘angin badai’.

KJV/RSVNIV/NASB: ‘whirlwind’ [= angin puting beliung / tornado].

Kata Ibraninya adalah SEARAH, dan Pulpit Commentary mengatakan ini bukannya menunjuk pada angin puting beliung tetapi menunjuk pada badai atau gangguan atmosfir. Kata ini digunakan dalam Ayub 38:1 40:6 Yes 40:24 41:16 Yer 23:19 30:23 Zakh 9:14.

2) Rupanya kenaikan Elia ke surga ini sudah diberitahukan lebih dulu, baik kepada Elia, Elisa maupun rombongan nabi di Betel dan Yerikho (ay 3,5,10).

3) Elia mau meninggalkan dunia ini (bukan mati), tetapi ia tetap tenang.

Pulpit Commentary: “Many hundred years after this, when John Knox - the Elijah of Scotland - was on his death-bed, he said to those who stood around him, ‘Oh, serve the Lord in fear, and death shall not be terrible unto you!’ Something like this was Elijah’s experience. He had been faithful to God’s cause and commands during his life, and now he was not afraid that God would forsake him at its close.” [= Ratusan tahun setelah ini, ketika John Knox, Elia dari Skotlandia, ada di ranjang kematiannya, ia berkata kepada mereka yang berdiri di sekelilingnya, ‘O, layanilah Tuhan dengan rasa takut, dan kematian tidak akan merupakan hal yang mengerikan bagimu!’ Sesuatu yang mirip dengan inilah yang merupakan pengalaman Elia. Ia telah setia pada perkara dan perintah Allah selama hidupnya, dan sekarang ia tidak takut bahwa Allah akan meninggalkannya pada akhir hidupnya.] - hal 27.

4) Elia berusaha untuk meninggalkan Elisa (ay 2,4,6).

Ay 2a: “(2a) Berkatalah Elia kepada Elisa: ‘Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Betel.’ ... (4a) Berkatalah Elia kepadanya: ‘Hai Elisa, baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Yerikho.’ ... (6a) Berkatalah Elia kepadanya: ‘Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan.’”.

Atau ini dimaksudkan untuk betul-betul mendapatkan kesendirian, atau untuk mengetest kesetiaan Elisa. Keil & Delitzsch mengatakan bahwa ini dilakukan bukan untuk mengetest kesetiaan Elisa, tetapi karena kerendahan hati Elia, yang tidak ingin pemuliaannya dilihat orang lain, kecuali itu betul-betul kehendak Tuhan. Saya condong pada pandangan pertama atau kedua atau gabungan dari kedua pandangan itu, tetapi saya tidak setuju dengan pandangan ketiga.

Tiga kali Elia berusaha melakukan hal ini, dan tiga kali juga Elisa menolak untuk ditinggalkan (ay 2b,4b,6b). Dalam keadaan normal seorang pelayan harus menuruti majikannya, tetapi pada saat ini, Elisa, yang tahu bahwa itu adalah saat-saat terakhir ia bisa bersama tuannya (ay 3b,5b), menolak untuk ditinggalkan.

5) Elisa tidak mau membicarakan persoalan kenaikan Elia ke surga (ay 3,5).

Ay 3,5: “(3) Pada waktu itu keluarlah rombongan nabi yang ada di Betel mendapatkan Elisa, lalu berkatalah mereka kepadanya: ‘Sudahkah engkau tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh TUHAN terangkat ke sorga?’ Jawabnya: ‘Aku juga tahu, diamlah!’ ... (5) Pada waktu itu mendekatlah rombongan nabi yang ada di Yerikho kepada Elisa serta berkata kepadanya: ‘Sudahkah engkau tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh TUHAN terangkat ke sorga?’ Jawabnya: ‘Aku juga tahu, diamlah!’”.

Mengapa Elisa tak mau membicarakannya?

a) Pulpit Commentary: “Talking of trouble makes it double.” [= Membicarakan kesukaran membuatnya dobel.] - hal 29.

Tentu ini tidak bisa dimutlakkan untuk semua problem. Problem antara suami - istri atau pendeta - majelis atau orang tua - anak, harus dibicarakan, untuk bisa dibereskan. Tetapi dalam problem-problem tertentu, memang apa yang dikatakan Pulpit Commentary itu benar.

Tetapi saya meragukan bahwa ini merupakan alasan mengapa Elisa tidak mau membicarakan hal itu.

b) Pulpit Commentary: “There is time to speak, and time to be silent (Eccles. 3:7), and this was the hour for silence. Speech would jar on the solemnity of the occasion.” [= Ada waktu untuk berbicara, dan ada waktu untuk berdiam diri (Pkh 3:7), dan ini adalah waktu untuk berdiam diri. Ucapan akan mengganggu kekhidmatan dari peristiwa itu.] - hal 36.

Pkh 3:1-8 - “(1) Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. (2) Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; (3) ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; (4) ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; (5) ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; (6) ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; (7) ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; (8) ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.”.

Penerapan: ada orang terlambat datang dalam kebaktian, lalu saling menyapa, bersalaman, omong-omong, dsb. Sekalipun bersekutu dengan sesama saudara seiman, ramah satu dengan yang lain, merupakan hal yang baik, tetapi kalau itu dilakukan pada saat kebaktian sudah berjalan, itu sangat tidak pada tempatnya! Jadi kalau terlambat datang dalam kebaktian, langsung duduk, dan jangan menyapa siapapun!

Pulpit Commentary: “The deeper experience of life are to be meditated upon rather than much spoken about. The tongue has great power over the heart. The effects of many a solemn hour have been dissipated by unseasonable talk about them.” [= Pengalaman yang lebih dalam dari kehidupan harus lebih direnungkan dari pada dibicarakan. Lidah mempunyai kuasa yang besar terhadap hati. Pengaruh dari banyak saat-saat yang khidmat telah hilang / dibuang oleh pembicaraan yang tidak pada waktunya tentang mereka.] - hal 36.

6) Tawaran Elia dan permintaan Elisa (ay 9-10).

Ay 9-10: “(9) Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: ‘Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.’ Jawab Elisa: ‘Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.’ (10) Berkatalah Elia: ‘Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.’”.

a) ‘roh Elia’.

Kata ‘roh’ di sini, dan juga dalam ay 15, tentu tidak bisa betul-betul diartikan sebagai ‘roh’, karena pada saat Elia naik ke surga, tentu rohnya juga naik ke surga sehingga tidak mungkin diberikan kepada Elisa. Lalu apa artinya ‘roh’ di sini?

Pulpit Commentary: “The spirit of Elijah was a spirit of fidelity to duty, a spirit of faithfulness in rebuking sin, a spirit of fearlessness and courage in the presence of opposition and danger, and at the same time also a spirit of tenderness and love. Such a spirit every Christian worker should seek to possess. ... We need more men with the spirit of Elijah, who will be faithful to God and conscience at any cost, who will rebuke sin in high places and in any place - the sins of the royalty and rank as well as the sins of the poor.” [= Roh Elia adalah roh kesetiaan terhadap tanggung jawab, roh kesetiaan dalam mencela dosa, roh yang tidak takut dan berani di hadapan oposisi dan bahaya, dan pada saat yang sama juga roh kelembutan dan kasih. Setiap pekerja Kristen harus berusaha memiliki roh seperti itu. ... Kita membutuhkan lebih banyak orang dengan roh Elia, yang setia kepada Allah dan hati nurani berapapun ongkosnya / pengorbanannya, yang mencela dosa di tempat yang tinggi dan di semua tempat, dosa-dosa dari raja / keluarga raja dan orang berpangkat tinggi maupun dosa-dosa dari orang miskin.] - hal 28.

Catatan: untuk bagian yang saya garis-bawahi, saya tak tahu itu terlihat dari mana. Saya tak mengatakan Elia tak mempunyai hal itu, tetapi yang jelas itu tak ditonjolkan dalam cerita-cerita dalam Alkitab tentang Elia.

Sekalipun hal-hal ini juga tercakup dalam ‘roh Elia’, tetapi jelas bahwa kuasa melakukan mujijat (dan mungkin bernubuat) juga termasuk di dalamnya. Ini terlihat dari ay 14 dimana Elisa membuktikan hal itu dengan melakukan mujijat. Juga ay 15 menunjukkan bahwa ketika para nabi melihat Elisa, mereka memberikan pengakuan bahwa ‘roh Elia telah hinggap pada Elisa’. Mengapa? Karena rupanya mereka melihat, atau setidaknya menduga, terjadinya mujijat dalam ay 14 itu.

Ay 14-15: “(14) Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: ‘Di manakah TUHAN, Allah Elia?’ Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa. (15) Ketika rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat dia dari jauh, mereka berkata: ‘Roh Elia telah hinggap pada Elisa.’ Mereka datang menemui dia, lalu sujudlah mereka kepadanya sampai ke tanah.”.

b) ‘2 bagian dari roh Elia’.

1. Banyak penafsir menganggap bahwa Elisa meminta kuasa 2 x lipat dari apa yang dimiliki oleh Elia, dan bahkan mereka lalu membuktikan bahwa Elisa melakukan mujijat 2 x lebih banyak dari Elia. Tetapi ini merupakan penafsiran yang salah. Alasannya Elisa tidak pernah menjadi 2 x lebih hebat dari Elia, bahkan Elisa tidak pernah bisa menyamai Elia.

Keil & Delitzsch: “the ministry of Elisha, when compared with that of Elijah, has all the appearance of being subordinate to it.” [= pelayanan Elisa, pada waktu dibandingkan dengan pelayanan Elia, kelihatannya lebih rendah darinya.] - hal 293.

Bahwa Elia lebih besar dari Elisa, juga terlihat dari fakta bahwa yang muncul bersama Yesus pada waktu pemuliaan di gunung adalah Musa dan Elia, bukan Elisa (Mat 17:3-4).

Matthew Poole setuju bahwa arti permintaan ini bukannya Elisa minta kuasa lebih hebat dari Elia, tetapi minta warisan anak sulung, tetapi Poole berkata sebagai berikut: “though Elisha desired no more, yet God gave him more than he desired or expected; and he seems to have had a greater portion of the prophetical and miraculous gifts of God’s Spirit than Elijah had.” [= sekalipun Elisa tidak menginginkan lebih, tetapi Allah memberinya lebih dari yang ia inginkan atau harapkan; dan ia kelihatannya mempunyai bagian yang lebih besar dari karunia-karunia nubuat dan mujijat dari yang dimiliki Elia.] - hal 717.

Saya lebih setuju dengan Keil & Delitzsch bahwa Elisa tetap tidak bisa melampaui Elia.

2. Lalu apa artinya permintaan ini? Ini dihubungkan dengan Ul 21:17, yang mengatakan bahwa anak sulung diberi warisan 2 bagian, atau 2 kali lipat dari anak yang lain.

Ul 21:17 - “Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan.’”.

Jadi kalau seseorang punya 3 anak, maka warisan dibagi 4, dan anak sulung menerima 2 bagian, dan anak-anak lain menerima 1 bagian.

Jadi Elisa rupanya menganggap bahwa Elia mempunyai banyak anak rohani (ini mencakup nabi-nabi di Betel dan Yerikho), dan ia meminta warisan sebagai anak sulung.

Daily Bible Commentary, vol I: “a ‘double portion’ of Elijah’s spirit - i.e., not a greater power than that possessed by Elijah but the portion conferred on the eldest son who succeeded to his father’s position (Deut. 21:17).” [= suatu ‘bagian dobel’ dari roh Elia, yaitu, bukan suatu kuasa yang lebih besar dari yang dimiliki Elia, tetapi bagian yang diberikan kepada anak tertua yang menggantikan posisi ayahnya (Ul 21:17).] - hal 322.

c) Permintaan ini tidak menunjukkan ketamakan, karena tamak atau tidaknya tergantung dari motivasi Elisa. Kalau ia meminta hal itu demi kemuliaan Tuhan, maka tentu itu bukan ketamakan.

Barnes’ Notes: “Like Solomon, Elisha asks for no worldly advantage, but for spiritual power to discharge his office aright.” [= Seperti Salomo, Elisa tidak meminta keuntungan duniawi, tetapi meminta kuasa untuk melaksanakan jabatan / tanggung jawabnya dengan benar.] - hal 229.

Bahkan kalau seseorang meminta ‘hal duniawi’ seperti mobil, asalkan motivasinya untuk kemuliaan Tuhan, maka itu bukan ketamakan.

d) Berani meminta, seperti yang dilakukan oleh Elisa, merupakan sesuatu yang penting! Karena kalau kita tidak meminta, kita tidak mendapat (Yak 4:2b)!

Yak 4:2b - “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.”.

Pulpit Commentary: “There is a holy boldness in seeking a blessing - the spirit of Jacob, ‘I will not let thee go except thou bless me’ (Gen. 32:26), which never fails of its reward.” [= Di sini ada keberanian yang kudus dalam mencari berkat; roh / semangat Yakub: ‘Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku’ (Kej 32:26), yang tidak pernah gagal menerima upahnya.] - hal 36.

Penerapan: Gereja-gereja jaman sekarang sangat membutuhkan tambahan hamba-hamba Tuhan yang betul-betul bisa memberitakan Injil dan firman Tuhan. Mintalah kepada Tuhan!

Bdk. Mat 9:37-38 - “(37) Maka kataNya kepada murid-muridNya: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.’”.

e) Jawaban Elia (ay 10).

Ay 10: “Berkatalah Elia: ‘Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.’”.

Ini disebut sukar, karena ini tidak tergantung kepada Elia, tetapi tergantung kepada Tuhan. Karena itu Elia lalu mengatakan bahwa kalau Elisa bisa melihatnya terangkat ke surga, maka Elisa akan mendapatkan apa yang ia minta. Secara implicit ini menunjukkan bahwa pengangkatan Elia dengan kuda dan kereta berapi dalam ay 11-12 itu sebetulnya tidak terlihat oleh mata biasa. Ini sama seperti pasukan malaikat yang mengawal Elisa dalam 2Raja 6:16-17, yang baru bisa dilihat oleh bujang Elisa setelah Elisa berdoa untuk hal itu.

II) Kenaikan Elia ke surga.

1) Elia naik ke surga (ay 11).

Ay 11: “Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.”.

a) Kereta berapi dan kuda berapi.

1. Ini bukan kiasan tetapi betul-betul kereta dan kuda berapi.

Pulpit Commentary: “There was an actual appearance to Elisha’s vision of fiery chariot and horse. It is wholly against the text to explain this, as Bahr does, by mere figure of speech,” [= Elia betul-betul melihat kereta dan kuda berapi. Merupakan hal yang sepenuhnya bertentangan dengan text untuk menjelaskan ini, seperti yang dilakukan oleh Bahr, sebagai semata-mata suatu kiasan,] - hal 37.

2. Ini bukanlah api yang bersifat duniawi.

Pulpit Commentary: “Material fire is, of course, not to be thought of.” [= Tentu saja yang dipikirkan bukanlah api yang bersifat materi.] - hal 21.

3. Elia naik ke surga dalam kereta berapi itu atau dalam angin badai?

‘The New Bible Commentary: Revised’: “note that it is not stated that Elijah was taken up in the chariot of fire. The chariot of fire separated Elijah and Elisha, and Elijah went up by a whirlwind.” [= perhatikan bahwa tidak disebutkan bahwa Elia diangkat dalam kereta dari api. Kereta dari api itu memisahkan Elia dan Elisa, dan Elia naik oleh angin puting beliung.] - hal 349.

Saya tidak terlalu yakin dengan kata-kata ini, karena kalau demikian apa fungsinya kereta dan kuda berapi itu? Bisa saja Elia memang naik kereta berapi itu dan semuanya lalu diangkat oleh angin badai tersebut.

4. Elia ternyata tidak menderita apa-apa karena kuda dan kereta berapi itu.

Bandingkan dengan tulisan Ir. Herlianto, M. Th. tentang larangan kremasi, yang alasannya adalah: kita tidak tahu kerugian apa yang akan terjadi pada roh orang yang dikremasi itu.

· “dalam pembakaran demikian kita membuka kemungkinan ikut terbakarnya roh / jiwa disamping tubuh, sebab kita tidak tahu berapa lama roh / jiwa manusia masih mempunyai keterkaitan dengan tubuh jasmani setelah seseorang dinyatakan meninggal secara klinis, dan apa yang dirasakan roh / jiwa saat terbakar!” - hal 2, kolom 1.

· “proses pembakaran jenazah akan berdampak kemungkinan ikut terbakarnya roh / jiwa yang mungkin masih punya keterikatan dengan tubuh jasmani itu. Kita jangan berspekulasi mengenai kemungkinan apa yang bisa terjadi dengan roh / jiwa pada saat kita membakar tubuh jasmaninya dengan sengaja.” - hal 3, kolom 1.

· “Ada kemungkinan bahwa roh / jiwa tidak langsung melepaskan keterkaitannya dengan tubuh setelah seseorang dinyatakan mati tetapi membutuhkan waktu beberapa hari, bila demikian pembakaran jenazah dapat berdampak serius terhadap roh / jiwa yang masih punya keterikatan dengan tubuh.” - hal 4, kolom 2.

Saya berpendapat bahwa orang ini kacau dalam pengertiannya tentang penebusan Kristus. Karena kalau tidak, seharusnya ia tahu bahwa pada saat orang kristen mati, penebusan Kristus menyebabkan ia tidak mungkin menderita lagi. Pada saat masih hidup memang ada penderitaan, sebagai serangan setan, ujian Tuhan, hajaran / didikan Tuhan, dsb. Tetapi setelah mati, semua itu tidak ada lagi, sehingga tidak mungkin lagi ada penderitaan bagi orang percaya.

b) Elia, sama seperti Henokh (Kej 5:24 Ibr 11:5), tidak mengalami kematian, tetapi diangkat dengan tubuh jasmaninya ke surga.

Perhatikan bahwa baik ay 1 maupun ay 11 menyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan ke tempat penantian.

Ay 1,11: “(1) Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal. ... (11) Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.”.

Pulpit Commentary: “It is recorded that he went up into heaven. There is no word of an intermediate state.” [= Di sini dicatat bahwa ia naik ke surga. Tidak ada suatu katapun tentang keadaan diantara kehidupan dan surga.] - hal 29.

Naiknya Elia ke surga menurut saya merupakan bukti tentang tidak adanya tempat penantian. Kalau ada tempat penantian, apakah Elia sendirian masuk surga?
c) Dengan tubuh apa Elia ada di surga?

1. Ada yang menganggap tubuhnya diubahkan (tubuh kebangkitan).

Keil & Delitzsch: “Elijah did not die, but was received into heaven by being ‘changed’ (1Cor. 15:51,52; 1Thess. 4:15 sqq.).” [= Elia tidak mati, tetapi diterima di surga dengan diubahkan (1Kor 15:51,52; 1Tes 4:15-dst.).] - hal 295.

Catatan: ayat-ayat yang diberikan oleh Keil & Delitzsch ini berlaku pada saat Yesus datang untuk kedua-kalinya. Itu terlihat dengan jelas dari kontext dari ayat-ayat itu.

Tetapi ini rasanya tidak mungkin berlaku untuk Elia, karena bagaimana ia bisa mempunyai tubuh kebangkitan sebelum Kristus memilikinya? Kristus yang pertama mempunyai tubuh kebangkitan, dan orang-orang lain baru memilikinya pada saat Kristus datang keduakalinya.

1Kor 15:20-23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam (persekutuan dengan) Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam (persekutuan dengan) Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya.”.

2. Kalau Elia masuk surga dengan tubuh lamanya, tanpa mengalami perubahan, maka itu rasanya bertentangan dengan 1Kor 15:50 - “Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.”.

Saya tidak tahu jawaban terhadap pertanyaan ini.

2) Elisa melihat peristiwa kenaikan Elia ke surga itu (ay 12a).

Ini berarti bahwa tanda yang tadi dikatakan oleh Elia (ay 10), terjadi.

3) Sikap Elisa (ay 12).

a) Ia berteriak: ‘Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!’ (ay 12a).

1. ‘Bapaku, bapaku’.

Pada jaman itu orang muda sering menyebut nabi yang sudah tua dengan sebutan ‘bapa’ (2Raja 6:21 13:14), tetapi Elisa menyebut Elia di sini dengan sebutan ‘bapa’ mungkin lebih dari sekedar penghormatan, tetapi karena dengan ia bisa melihat terangkatnya Elia ke surga, itu berarti permintaannya terhadap 2 bagian roh Elia dikabulkan, dan ia menjadi anak sulung Elia (Pulpit Commentary).

2. ‘Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!’.

Pulpit Commentary mengatakan bahwa kata-kata ini maksudnya adalah sebagai berikut: Kereta dan kuda merupakan alat pertahanan Israel yang terbaik. Dengan kehilangan Elia, kami kehilangan pelindung yang besar, kekuatan dari Israel.

Bandingkan dengan 2Raja 13:14 dimana ungkapan yang persis sama diucapkan oleh Yoas, raja Israel, pada saat Elisa mau mati.

2 Raja-raja 13:14 - “Ketika Elisa menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, datanglah Yoas, raja Israel, kepadanya dan menangis oleh karena dia, katanya: ‘Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!’”.

b) Ia menyobek pakaiannya (ay 12b).

Ay 12b: “Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan.”.

Penyobekan pakaian ini dilakukan untuk menunjukkan kesedihan (bdk. Kej 37:29,34 2Sam 13:19 Ayub 1:20 Ayub 2:12). Ini umum dalam jaman Perjanjian Lama yang selalu menunjukkan apa yang ada dalam hati melalui tindakan lahiriah.

Jangan tiru hal ini pada jaman sekarang ini, apalagi pada masa ekonomi yang sukar.

III) Setelah kenaikan Elia ke surga.

1) Elisa meniru apa yang Elia lakukan pada ay 8 (ay 13-14).

Ay 13-14: “(13) Sesudah itu dipungutnya jubah Elia yang telah terjatuh, lalu ia berjalan hendak pulang dan berdiri di tepi sungai Yordan. (14) Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: ‘Di manakah TUHAN, Allah Elia?’ Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa.”.

Mungkin ini ia lakukan untuk mencoba apakah ia betul-betul mendapatkan warisan 2 bagian roh Elia. Dan ternyata ia berhasil melakukan mujijat itu!

2) Rombongan nabi menyadari bahwa Elisa telah menjadi pengganti / pewaris Elia, dan mereka sujud kepadanya (ay 15).

Dalam jaman Perjanjian Baru, setelah Yesus mengucapkan Mat 4:10, maka kita dilarang menyembah manusia, siapapun dia adanya.

Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

3) Rombongan nabi itu ingin mencari Elia atau mayatnya (ay 16-18).

Ay 16-18: “(16) Mereka berkata: ‘Coba lihat! Di antara hamba-hambamu ini ada lima puluh orang laki-laki, orang-orang tangkas. Biarlah mereka itu pergi mencari tuanmu, jangan-jangan ia diangkat oleh Roh TUHAN dan dilemparkanNya ke atas salah satu gunung atau ke dalam salah satu lembah.’ Elisa menjawab: ‘Janganlah suruh pergi!’ (17) Tetapi ketika mereka mendesak-desak dia sampai memalukan, maka berkatalah ia: ‘Suruhlah pergi!’ Mereka menyuruh lima puluh orang. Orang-orang ini mencari tiga hari lamanya, tetapi tidak bertemu dengan Elia. (18) Ketika mereka kembali kepada Elisa yang masih tinggal di kota Yerikho, berkatalah ia kepada mereka: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Jangan pergi?’”.

a) Orang sukar menerima kebijaksanaan Tuhan dalam memanggil pulang orang yang hebat.

Pulpit Commentary: “So the human heart is ever reluctant to submit to God’s purposes. Because we cannot see the meaning of some good man’s removal, we think it was ill-timed. Yet God’s work does not depend upon the human instruments whom he uses.” [= Demikianlah hati manusia selalu segan untuk tunduk pada tujuan / rencana Allah. Karena kita tidak bisa melihat arti / maksud dari penyingkiran (kematian) dari orang yang baik, maka kita berpikir bahwa saatnya tidak tepat. Tetapi pekerjaan Allah tidak tergantung pada alat-alat manusia yang Ia gunakan.] - hal 30.

b) Elisa melarang, tetapi mereka mendesak, sehingga ia akhirnya membiarkan mereka melakukan hal itu, yang tentu saja berakhir dengan kegagalan (ay 16b-18).

1. Ay 16: mungkin mereka mempunyai pikiran seperti pikiran Obaja dalam 1Raja 18:12.

1Raja 18:12 - “Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN.”.

2. Ay 17: ‘sampai memalukan’.

KJV/RSV: ‘till he was ashamed’ [= sampai ia merasa malu].

NASB: ‘until he was ashamed’ [= sampai ia merasa malu].

NIV: ‘until he was too ashamed to refuse’ [= sampai ia merasa terlalu malu untuk menolak].

Mungkin maksudnya Elisa tidak mau mereka merasa bahwa ia mengabaikan tuannya (Elia), atau bahwa secara diam-diam ia senang kehilangan tuannya karena dengan demikian ia bisa menggantikan tuannya. Karena itu akhirnya Elisa mengijinkan mereka pergi.

3. Tindakan mencari Elia ini betul-betul bodoh, karena:

a. Mereka sebelumnya sudah diberitahu bahwa Elia akan diangkat ke surga (ay 3,5). Tetapi mungkin mereka menganggap nubuat itu sebagai tidak hurufiah, dan hanya menunjukkan bahwa Elia akan mati. Jadi mereka akan mencari mayatnya.

b. Elisa pasti telah memberitahu / menceritakan peristiwa kenaikan Elia itu tetapi mereka tetap tidak percaya.

4. Tentu saja akhirnya tindakan mereka berakhir dengan kesia-siaan (ay 17b-18).

Perlu dicamkan bahwa lambat atau cepat akan terbukti bahwa segala usaha kita yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, akan berakhir dengan kesia-siaan (baca kitab Pengkhotbah!). Karena itu sesuaikan semua usaha saudara, baik usaha jasmani maupun rohani, dengan Firman / kehendak Tuhan!

c) Ay 16-18 ini fungsinya untuk menunjukkan bahwa Elia bukannya mengalami kematian / penguburan yang rahasia, tetapi betul-betul diangkat ke surga dengan tubuh jasmaninya tanpa melewati kematian.

Betul-betul aneh bahwa dengan adanya text seperti ini, masih ada orang yang menganggap bahwa Elia mengalami kematian.

‘The New Bible Commentary: Revised’: “We are not specifically told that Elijah did not die, and his appearance with Moses on the Mount of Transfiguration certainly carries no such implication, since Moses according to Scripture had died and his body had been taken by the Lord (Dt. 34:6) or his angel (Jude 9).” [= Kita tidak diberitahu secara tegas bahwa Elia tidak mati, dan pemunculannya dengan Musa di gunung pemuliaan / perubahan rupa jelas tidak memberikan kesan seperti itu, karena menurut Kitab Suci Musa mati dan tubuhnya diambil / dibawa oleh Tuhan (Ul 34:6) atau oleh malaikatNya (Yudas 9).] - hal 349.

Yudas 9 - “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: ‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.

Tanggapan saya:

1. Tubuh Musa bukannya diambil / dibawa oleh Tuhan, tetapi mati dan dikuburkan oleh Tuhan (Ul 34:5-6).

Ul 34:5-6 - “(5) Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. (6) Dan dikuburkanNyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.”. Bdk. Ul 33:1 Ul 32:50 Bil 27:13.

Juga Yudas 9 tidak menunjukkan bahwa malaikat mengambil tubuh Musa. Kebanyakan orang berpendapat bahwa arti Yudas 9 adalah: Tuhan menguburkan mayat Musa sehingga tidak ada orang yang tahu kuburannya, karena Tuhan tidak mau orang Israel menyembah Musa / menjadikan mayat Musa sebagai relics. Dan mungkin sekali karena itu Tuhan lalu menugaskan Mikhael untuk menguburkan dan menjaga mayat Musa itu. Sebaliknya, setan menghendaki mayat Musa itu, supaya bisa ia gunakan untuk menjatuhkan bangsa Israel dalam penyembahan terhadap mayat Musa tersebut.

2. Ini merupakan tafsiran yang menggelikan dan bodoh. Saya berpendapat bahwa jauh lebih kuat alasannya kalau dari 2Raja 2 ini kita menyimpulkan bahwa Elia tidak mengalami kematian, dari pada dari Mat 17:3-4 (munculnya Musa dan Elia di puncak gunung) kita menarik kesimpulan bahwa Musa dan Elia sama-sama mengalami kematian. Apakah dengan sama-sama muncul di atas gunung, menunjukkan bahwa mereka sama-sama mengalami kematian? Bagaimana dengan Yesusnya; apakah juga saat itu sudah mengalami kematian?

Pulpit Commentary: “We must hold, however, that Elijah was really taken in the body to heaven. Bahr’s supposition that he was simply whirled away, and disappeared from earth, perhaps undergoing some secret death and burial as Moses did (for this seems to be his idea), is too much akin to the error of the disciples who sent out fifty strong men to seek for him among the hills (vers. 16,17). It was not Elisha’s view, and has no support in the narrative.” [= Bagaimanapun kita harus mempertahankan bahwa Elia betul-betul diangkat dalam tubuhnya ke surga. Anggapan Bahr bahwa ia hanya diangkat oleh angin puting beliung ke atas, dan menghilang dari bumi, dan mungkin mengalami kematian dan penguburan yang rahasia seperti yang dialami oleh Musa (karena kelihatannya inilah gagasannya), terlalu mirip dengan kesalahan dari para murid / nabi yang mengirim 50 orang yang kuat untuk mencarinya di antara bukit-bukit (ay 16,17). Itu bukanlah pandangan Elisa, dan tidak mempunyai dukungan dalam cerita ini.] - hal 37-38.

IV) Apa makna kenaikan Elia ke surga?

Pulpit Commentary: “Besides being a signal honour put upon a great servant of God, and a striking Old Testament anticipation of the ascension of Christ, it gave to the Israelites, in midtime of their history, a powerful confirmation of the fact of immortality. "The impression made by the history of Enoch, that ‘God took him,’ is marked by the repetition of the word as to the ascension of Elijah" (Pusey). It is noteworthy, also, that the immortality typified by these cases is an immortality in the body.” [= Disamping merupakan tanda kehormatan yang diberikan pada seorang pelayan yang agung dari Allah, dan suatu antisipasi yang menyolok dari Perjanjian Lama tentang kenaikan Kristus ke surga, itu memberikan kepada Israel, di tengah-tengah sejarah mereka, suatu penegasan yang sangat kuat tentang fakta dari keabadian / ketidak-bisa-binasaan. "Kesan yang dibuat oleh sejarah Henokh, bahwa ‘Allah mengambilnya’, ditandai oleh pengulangan kata berkenaan dengan kenaikan Elia ke surga" (Pusey). Juga patut diperhatikan bahwa keabadian yang digambarkan oleh kasus-kasus ini adalah keabadian dalam tubuh.] - hal 38.

Jadi menurut Pulpit Commentary ini ada 3 makna dari kenaikan Elia ke surga:

1) Ini merupakan suatu penghormatan bagi hamba Tuhan yang hebat ini.

Saya meragukan hal ini, karena ada banyak hamba Tuhan lain yang juga hebat, seperti Abraham, Musa dsb, tetapi tidak mengalami kenaikan ke surga dengan tubuh jasmaninya.

2) Ini merupakan suatu bayangan (TYPE) dari kenaikan Kristus ke surga.

3) Ini menunjukkan keabadian manusia. Setelah kehidupan yang sekarang ini, kita hanya pindah tempat, karena ada kehidupan yang akan datang.

Karena itu, kalau saudara tidak ingin menyesal, hiduplah bukan untuk hidup yang sekarang ini yang hanya bersifat sementara, tetapi hiduplah untuk hidup yang akan datang yang bersifat kekal.

-AMIN-

16).II TAWARIKH 21:1-20

2 Tawarikh 21:1-20 - “(1) Kemudian Yosafat mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Maka Yoram, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (2) Saudara-saudaranya, anak-anak Yosafat, ialah: Azarya, Yehiel, Zakharia, Azariahu, Mikhael dan Sefaca. Mereka semua anak-anak Yosafat, raja Israel. (3) Ayahnya memberikan kepada mereka banyak pemberian, berupa emas dan perak dan barang-barang berharga, juga kota-kota berkubu di Yehuda. Tetapi kedudukan raja diberikannya kepada Yoram, karena dialah anak sulungnya. (4) Sesudah Yoram memegang pemerintahan atas kerajaan ayahnya dan merasa dirinya kuat, ia membunuh dengan pedang semua saudaranya dan juga beberapa pembesar Israel. (5) Yoram berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. (6) Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. (7) Namun demikian, TUHAN tidak mau memusnahkan keluarga Daud oleh karena perjanjian yang diikatNya dengan Daud, sesuai dengan yang dijanjikanNya, bahwa Ia hendak memberikan keturunan kepadanya dan kepada anak-anaknya untuk selama-lamanya. (8) Pada zamannya memberontaklah Edom terhadap kekuasaan Yehuda dan mereka mengangkat seorang raja atas mereka sendiri. (9) Maka majulah Yoram dengan panglima-panglimanya serta seluruh keretanya; pada waktu malam bangunlah ia, lalu bersama-sama dengan para panglima pasukan kereta ia menerobos barisan orang Edom yang mengepung dia. (10) Demikianlah Edom memberontak kekuasaan Yehuda dan terlepas sampai sekarang ini. Lalu Libnapun memberontak terhadap kekuasaannya pada masa itu juga. Itu disebabkan karena ia telah meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyangnya. (11) Lagipula ia membuat bukit-bukit pengorbanan di gunung-gunung Yehuda. Ia membujuk penduduk Yerusalem untuk berzinah dan ia menyesatkan Yehuda. (12) Lalu sampailah kepadanya sebuah surat dari nabi Elia yang bunyinya: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Karena engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, (13) melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu, (14) maka TUHAN akan mendatangkan tulah besar atas rakyatmu, anak-anakmu, isteri-isterimu, dan atas semua harta milikmu. (15) Dan engkau sendiri akan menderita penyakit yang dahsyat, suatu penyakit usus, hingga selang beberapa waktu ususmu keluar oleh karena penyakit itu.’ (16) Lalu TUHAN menggerakkan hati orang Filistin dan orang Arab yang tinggal berdekatan dengan orang Etiopia untuk melawan Yoram. (17) Maka mereka maju melawan Yehuda, memasukinya dan mengangkut segala harta milik yang terdapat di dalam istana raja sebagai jarahan, juga anak-anak dan isteri-isterinya, sehingga tidak ada seorang anak yang tinggal padanya kecuali Yoahas, anaknya yang bungsu. (18) Sesudah semuanya ini TUHAN menulahinya dengan penyakit usus yang tidak dapat sembuh. (19) Beberapa waktu berselang, kira-kira sesudah lewat dua tahun, keluarlah ususnya karena penyakitnya itu, lalu ia mati dengan penderitaan yang hebat. Rakyatnya tidak menyalakan api baginya seperti yang diperbuat mereka bagi nenek moyangnya. (20) Ia berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja.”.

I) Yosafat digantikan oleh Yoram (ay 1-3).

Ay 1-3: “(1) Kemudian Yosafat mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Maka Yoram, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. (2) Saudara-saudaranya, anak-anak Yosafat, ialah: Azarya, Yehiel, Zakharia, Azariahu, Mikhael dan Sefaca. Mereka semua anak-anak Yosafat, raja Israel. (3) Ayahnya memberikan kepada mereka banyak pemberian, berupa emas dan perak dan barang-barang berharga, juga kota-kota berkubu di Yehuda. Tetapi kedudukan raja diberikannya kepada Yoram, karena dialah anak sulungnya.”.

1) Yosafat raja Israel atau Yehuda?

Seharusnya jelas bahwa Yosafat adalah raja Yehuda, tetapi pada akhir dari ay 2 dikatakan ‘Yosafat, raja Israel’. Mengapa demikian? Ada beberapa penafsiran tentang hal ini:

a) Ini adalah suatu kesalahan penyalinan.

Adam Clarke (hal 673) mengatakan bahwa telah terjadi kesalahan pengcopyan di sini, karena Yosafat adalah raja Yehuda, bukan raja Israel. Versi Syria, Arab, Septuaginta (Yunani) dan Vulgate (Latin) semuanya berbunyi: ‘Yehuda’.

Keberatan: dalam 2Taw 20:34 juga dikatakan bahwa riwayat Yosafat dicatat dalam kitab raja-raja Israel (bandingkan dengan ayat paralelnya dalam 1Raja 22:46 yang mengatakan ‘Yehuda’). Masakan salah 2 x? Bdk. juga dengan 2Taw 28:27 dan 2Taw 35:25. Juga bandingkan dengan ay 4c - ‘pembesar Israel’. Apakah ini salah lagi?

2Taw 20:34 - “Selebihnya dari riwayat Yosafat, dari awal sampai akhir, sesungguhnya semuanya itu tertulis di dalam riwayat Yehu bin Hanani, yang tercantum di dalam kitab raja-raja Israel.”.

1Raja 22:46 - “Selebihnya dari riwayat Yosafat dan kepahlawanan yang dilakukannya dan bagaimana ia berperang, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda?”.

2Taw 28:27 - “Kemudian Ahas mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan dikuburkan di dalam kota, di Yerusalem; tetapi ia tidak dibawa ke pekuburan raja-raja Israel. Maka Hizkia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.”.

2Taw 35:25 - “Yeremia membuat suatu syair ratapan mengenai Yosia. Dan sampai sekarang ini semua penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan menyanyikan syair-syair ratapan mengenai Yosia, dan mereka jadikan itu suatu kebiasaan di Israel. Semuanya itu tertulis dalam Syair-syair Ratapan.”.

b) Rupanya kata ‘Israel’ kadang-kadang tetap digunakan secara umum untuk menunjuk kepada Kerajaan Utara (Israel) maupun Selatan (Yehuda).

Pulpit Commentary: “Jehoshaphat is styled King of Israel, probably merely generically.” [= Yosafat disebut Raja Israel, mungkin hanya secara umum.] - hal 253.

c) Matthew Poole memberikan beberapa kemungkinan lain:

1. Karena pada jamannya Israel di bawah Ahab begitu bejat, sehingga banyak orang Israel yang masih mencintai Tuhan lari dari negaranya dan hidup di Yehuda (bandingkan dengan penafsiran ay 4c di bawah). Ini menyebabkan Yosafat disebut ‘raja Israel’.

2. Karena Yosafat melakukan aliansi / persekutuan yang begitu erat dengan raja-raja Israel, sehingga mau membela kepentingan Israel secara mati-matian. Saya menganggap yang ini tidak masuk akal.

Saya paling condong pada pandangan b).

2) Yosafat mati, dan anaknya yang bernama Yoram menjadi raja (ay 1).

a) Pada waktu masih hidup Yosafat memberikan banyak pemberian kepada anak-anaknya yang lain, dan bahkan memberikan kota-kota berkubu (ay 3). Tetapi jabatan raja diberikan kepada Yoram, karena Yoram adalah anak sulung (ay 3b).

b) Dari 2Raja 8:16 terlihat bahwa Yoram sudah menjadi raja pada waktu Yosafat masih menjadi raja.

2Raja 8:16 - “Dalam tahun kelima zaman Yoram, anak Ahab raja Israel - pada waktu itu Yosafat adalah raja Yehuda - Yoram, anak Yosafat raja Yehuda menjadi raja.”.

Mungkin perang dalam 1Raja 22 melawan Aram menyebabkan Yosafat mengangkat Yoram menjadi raja, karena ia sendiri memimpin peperangan tersebut. Sekarang setelah Yosafat mati, Yoram menjadi raja sendirian.

Barnes’ Notes: “His eight years (v. 5) must be counted from the time of his association, in his father’s 23rd year.” [= Delapan tahun pemerintahannya (ay 5) harus dihitung sejak ia memerintah bersama ayahnya, pada tahun ke 23 dari pemerintahan ayahnya.] - hal 400.

II) Kejahatan Yoram (ay 4-6).

Ay 4-6: “(4) Sesudah Yoram memegang pemerintahan atas kerajaan ayahnya dan merasa dirinya kuat, ia membunuh dengan pedang semua saudaranya dan juga beberapa pembesar Israel. (5) Yoram berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. (6) Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.”.

1) Ia membunuhi semua saudara-saudaranya dan ‘beberapa pembesar Israel’ (ay 4).

a) Mengapa Yoram membunuhi semua saudara-saudaranya?

Ada beberapa macam penafsiran tentang hal ini:

1. Ay 4: “Sesudah Yoram memegang pemerintahan atas kerajaan ayahnya dan merasa dirinya kuat.”.

Ada penafsir yang mengatakan bahwa ini menunjukkan adanya pergolakan. Jadi rupanya saudara-saudaranya yang tinggal di kota-kota yang berkubu di Yehuda (ay 3) tidak mau menerima dia sebagai penguasa tunggal. Padahal mereka sudah diberi banyak oleh Yosafat (ay 3). Inilah yang menyebabkan mereka dibunuh oleh Yoram.

Keberatan: kalau memang demikian, maka Yoram tidak terlalu bisa disalahkan dalam membunuhi semua saudaranya. Sebaliknya semua saudaranya yang salah karena melakukan pemberontakan. Tetapi ini bertentangan dengan ay 13b dimana dikatakan bahwa saudara-saudaranya itu lebih baik dari Yoram.

Ay 13b: “dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu,”.

2. Ada juga yang mengatakan bahwa ay 3 yang menunjukkan bahwa saudara-saudara Yoram diberi emas, perak, barang-barang berharga dan kota-kota berkubu inilah yang menyebabkan Yoram, yang tamak, membunuhi saudara-saudaranya, untuk mendapatkan semuanya itu bagi dirinya sendiri.

3. Keil & Delitzsch mengatakan bahwa dari ay 13b, yang mengatakan bahwa saudara-saudara Yoram lebih baik dari Yoram, bisa disimpulkan bahwa mungkin mereka dibunuh karena mereka menentang kehidupan yang jahat / penyembahan berhala dari Yoram.

4. Ada lagi yang mengatakan bahwa hanya sekedar karena saudara-saudaranya baik dan dia sendiri jahat, maka ia membunuh saudara-saudaranya. Bdk. Yoh 3:20 - orang jahat membenci terang.

Yoh 3:20 - “Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;”.

Saya setuju dengan penafsiran yang ke 3.

b) Yoram juga membunuhi ‘beberapa pembesar Israel’.

Bagaimana mungkin Yoram yang adalah raja Yehuda membunuhi beberapa pembesar Israel? Ada yang mengatakan bahwa ini adalah suatu kesalahan, Seharusnya bukan ‘Israel’ tetapi ‘Yehuda’. Atau, mungkin lagi-lagi kata ‘Israel’ digunakan secara umum untuk menunjuk kepada ‘Yehuda’.

Tetapi Matthew Poole mengatakan bahwa ‘beberapa pembesar Israel’ ini betul-betul adalah ‘pembesar Israel’, karena mereka ini adalah: “the chief of those Israelites who out of love to God and to the true religion, had forsaken their estates and worldly advantages in the kingdom of Israel, and were now incorporated with the kingdom of Judah.” [= pemimpin orang-orang Israel, yang karena cintanya kepada Allah dan agama yang benar, telah meninggalkan tanah dan keuntungan duniawi mereka di kerajaan Israel, dan sekarang tergabung dengan kerajaan Yehuda.] - hal 843.

Orang-orang ini, atau sudah menentang, atau hanya dicurigai bakal menentang penyembahan berhala yang dilakukan Yoram, sehingga lalu dibunuh oleh Yoram.

2) Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, seperti yang dilakukan Ahab (ay 6).

a) Yang dimaksud dengan ‘hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, seperti yang dilakukan Ahab’ (ay 6) jelas adalah penyembahan berhala.

Ini terlihat dalam ay 11,13 - “(11) Lagipula ia membuat bukit-bukit pengorbanan di gunung-gunung Yehuda. Ia membujuk penduduk Yerusalem untuk berzinah dan ia menyesatkan Yehuda. ... (13) melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu,”.

Catatan: ‘berzinah’ dalam ay 11,13 pasti menunjuk pada perzinahan secara rohani, yaitu melakukan penyembahan berhala.

Penyembahan berhala ini bukannya ia lakukan sendirian, tetapi ia membujuk seluruh Yehuda untuk ikut dalam penyembahan berhala itu (ay 11b).

b) Yoram hidup brengsek padahal ia mempunyai ayah yang saleh yaitu Yosafat.

Pulpit Commentary: “Piety is not hereditary.” [= Kesalehan bukanlah sesuatu yang bersifat menurun.] - hal 258.

Karena itu, saudara harus berjuang keras untuk membawa anak saudara kepada Tuhan. Beritakanlah Injil kepadanya, dorong ia untuk aktif ke gereja yang benar, dorong untuk berdoa dan membaca Kitab Suci, doakan dia, dsb.

c) Bejatnya hidup Yoram disebabkan karena pernikahannya dengan anak Ahab, yang adalah seorang penyembah berhala (ay 6).

Adam Clarke: “This was Athaliah, daughter of Ahab and Jezebel, who was famous for her impieties and cruelty, as was her most profligate mother. It is likely, that she was the principal cause of Jehoram’s cruelty and profaneness.” [= Ini adalah Atalya, anak perempuan dari Ahab dan Izebel, yang termasyhur karena kejahatan dan kekejamannya, seperti ibunya yang jahat / tak bermoral. Adalah mungkin bahwa ia merupakan penyebab utama dari kekejaman dan keduniawian Yoram.] - hal 674.

Catatan: bahwa nama istri Yoram adalah Atalya bisa terlihat dari 2Raja 8:26 / 2Taw 22:2.

Penerapan: Tuhan tidak menghendaki orang kristen menikah dengan orang yang tidak seiman, karena hal itu biasanya merusak iman orang kristennya (2Kor 6:14 bdk. Ul 7:3-4).

Dalam ay 13b dikatakan bahwa saudara-saudara Yoram lebih baik dari Yoram. Ini mungkin sekali menunjukkan bahwa mereka tidak menyembah berhala (Ingat bahwa mereka adalah anak dari raja Yosafat yang saleh). Jadi hanya Yoram, karena pernikahannya dengan anak Ahab, lalu menjadi penyembah berhala.

Atalya ini bukan hanya membuat suaminya bejat, tetapi juga anaknya, yaitu Yoahas / Ahazia (2Taw 21:17b 2Taw 22:1-4; perhatikan khususnya ay 3nya).

2Taw 22:1-4 - “(1) Lalu penduduk Yerusalem mengangkat Ahazia, anaknya yang bungsu, menjadi raja menggantikan dia, karena semua anaknya yang lebih tua umurnya telah dibunuh oleh gerombolan yang datang ke tempat perkemahan bersama-sama orang-orang Arab. Dengan demikian Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja. (2) Ahazia berumur empat puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri. (3) Iapun hidup menurut kelakuan keluarga Ahab, karena ibunya menasihatinya untuk melakukan yang jahat. (4) Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN sama seperti keluarga Ahab, sebab sesudah ayahnya mati mereka menjadi penasihat-penasihatnya yang mencelakakannya.”.

Pernikahan Yoram dan Atalya ini juga merupakan kesalahan dan kebodohan dari Yosafat, ayah Yoram.

Pulpit Commentary: “Jehoshaphat made one of his serious mistakes ... when he married his son to Ahab’s daughter (ch. 18:1; ver. 6). He could not conceivably have taken a more dangerous step; it was the very last thing a faithful servant of Jehovah should have done. ... Thus Jehoram’s father, with a fatuity at which we can but wonder, introduced a blighting influence into the home and so into the heart of his son.” [= Yosafat telah membuat salah satu dari kesalahan-kesalahannya yang serius ... pada waktu ia mengawinkan anak laki-lakinya dengan anak perempuan Ahab (pasal 18:1; ay 6). Ia tidak bisa melakukan langkah yang lebih berbahaya; itu adalah hal terakhir yang harus dilakukan oleh seorang pelayan yang setia dari Yehovah. ... Demikianlah ayah Yoram, dengan suatu kebodohan terhadap mana kita hanya bisa merasa heran, memasukkan pengaruh yang merusak / membinasakan ke dalam rumah, dan demikian juga ke dalam hati dari anak laki-lakinya.] - hal 257.

III) Sikap Tuhan (ay 7-20).

1) Tuhan tidak mau memusnahkan keluarga Daud (ay 7).

Ay 7: “Namun demikian, TUHAN tidak mau memusnahkan keluarga Daud oleh karena perjanjian yang diikatNya dengan Daud, sesuai dengan yang dijanjikanNya, bahwa Ia hendak memberikan keturunan kepadanya dan kepada anak-anaknya untuk selama-lamanya.”.

Mengapa? Karena Ia telah berjanji akan memberikan keturunan kepadanya dan kepada anak-anaknya untuk selama-lamanya (ay 7b).

Ay 7b: ‘memberikan keturunan kepadanya’. Ini bukan terjemahan tetapi penafsiran.

KJV: ‘a light’ [= cahaya / terang].

RSV/NIV/NASB: ‘a lamp’ [= sebuah lampu].

Dari sini kita bisa melihat kesetiaan Tuhan pada janjiNya!

2) Tuhan mengatur sehingga Edom dan Libna memberontak terhadap Yehuda (ay 8-10).

Ay 8-10: “(8) Pada zamannya memberontaklah Edom terhadap kekuasaan Yehuda dan mereka mengangkat seorang raja atas mereka sendiri. (9) Maka majulah Yoram dengan panglima-panglimanya serta seluruh keretanya; pada waktu malam bangunlah ia, lalu bersama-sama dengan para panglima pasukan kereta ia menerobos barisan orang Edom yang mengepung dia. (10) Demikianlah Edom memberontak kekuasaan Yehuda dan terlepas sampai sekarang ini. Lalu Libnapun memberontak terhadap kekuasaannya pada masa itu juga. Itu disebabkan karena ia telah meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyangnya.”.

Memang tidak semua problem yang muncul merupakan akibat / hukuman terhadap dosa orang itu, tetapi dalam kasus ini, hal itu dinyatakan secara explicit dalam Alkitab (ay 10b).

3) Ada surat dari nabi Elia yang menyatakan dosa-dosa Yoram (ay 12-13) dan menubuatkan hukumannya (ay 14-15).

Ay 12-15: “(12) Lalu sampailah kepadanya sebuah surat dari nabi Elia yang bunyinya: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Karena engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, (13) melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu, (14) maka TUHAN akan mendatangkan tulah besar atas rakyatmu, anak-anakmu, isteri-isterimu, dan atas semua harta milikmu. (15) Dan engkau sendiri akan menderita penyakit yang dahsyat, suatu penyakit usus, hingga selang beberapa waktu ususmu keluar oleh karena penyakit itu.’”.

a) Bagaimana Elia, yang sudah naik ke surga dalam 2Raja 2, bisa menulis surat kepada Yoram?

1. Ada yang menggunakan bagian ini untuk mengatakan bahwa Elia memang tidak diangkat ke surga.

Dalam tafsirannya tentang 2Raja 2 (kenaikan Elia ke surga), Keil & Delitzsch menceritakan tentang orang yang bernama J. D. Michaelis yang berkata bahwa: “Elijah did not go to heaven, but was simply carried away from Palestine, and lived at least twelve years more, that he might be able to write a letter to king Joram (2Chron. 21:12), for ‘men do not receive letters from people in heaven.’” [= Elia tidak naik ke surga, tetapi hanya dibawa dari Palestina, dan hidup sedikitnya 12 tahun lagi, sehingga ia bisa menulis surat kepada raja Yoram (2Taw 21:12), karena ‘manusia tidak menerima surat dari orang-orang di surga’.] - hal 296, Footnote.

Keil & Delitzsch lalu menambahkan: “This incident has been frequently adduced since then as a disproof of the ascension of Elijah.” [= Peristiwa ini sering dikemukakan sejak saat itu sebagai sanggahan / bantahan terhadap kenaikan Elia ke surga.] - hal 296, Footnote.

Dengan adanya cerita pencarian Elia oleh 50 orang selama 3 hari dalam 2Raja 2:16-18, betul-betul luar biasa bodohnya untuk bisa mengeluarkan tafsiran seperti ini!

2. Ini terjadi sebelum Elia naik ke surga.

Keil & Delitzsch (tentang 2Raja 2): “Bertheu admits that, according to the chronological data of the Old Testament, Elijah might have been still living in the reign of Joram of Judah; and it is a priori probable that he both spoke of Joram’s sin and threatened him with punishment. It is impossible to fix the year of Elijah’s ascension.” [= Bertheu mengakui bahwa menurut data chronologis dari Perjanjian Lama, Elia mungkin masih hidup pada masa pemerintahan Yoram dari Yehuda; dan secara teoritis adalah memungkinkan bahwa ia berbicara tentang dosa Yoram dan mengancamnya dengan hukuman. Adalah mustahil untuk memastikan tahun kenaikan Elia ke surga.] - hal 296, Footnote.

Tentang 2Raja 2 (kenaikan Elia ke surga), Barnes’ Notes berkata: “The events of this chapter are related out of their chronological order. Elijah’s translation did not take place till after the accession of Jehoram in Judah (2Chr. 21:12), which was not till the fifth year of Jehoram of Israel (8:16).” [= Peristiwa-peristiwa dalam pasal ini diceritakan tidak sesuai dengan urut-urutan waktu. Pengangkatan Elia ke surga tidak terjadi sampai setelah naiknya Yoram dari Yehuda ke atas takhta (2Taw 21:12), yang tidak terjadi sampai tahun kelima dari Yoram dari Israel (8:16).] - hal 228.

3. Peristiwa ini memang terjadi setelah Elia naik ke surga. Lalu bagaimana hal ini bisa terjadi? Ada bermacam-macam teori tentang hal ini.

Adam Clarke: “From 2Kings 2:11, it is evident that Elijah had been translated in the reign of Jehoshaphat, the father of Jehoram. How then could he send a letter to the son? Some say he sent it from heaven by an angel; others, that by the spirit of prophecy he foresaw this defection of Jehoram, and left the letter with Elisha, to be sent to him when this defection should take place; others say that Elijah is put here for Elisha; and others, that this Elijah was not the same that was translated, but another prophet of the same name.” [= Dari 2Raja 2:11, adalah jelas bahwa Elia telah diangkat ke surga pada masa pemerintahan Yosafat, ayah dari Yoram. Lalu bagaimana ia bisa mengirimkan sebuah surat kepada anak Yosafat? Beberapa orang mengatakan bahwa ia mengirimkan surat itu dari surga melalui seorang malaikat; yang lain mengatakan bahwa oleh roh nubuatan ia melihat lebih dulu cacat / penyimpangan Yoram ini, dan meninggalkan surat itu pada Elisa, untuk dikirimkan kepadanya pada saat penyimpangan ini terjadi; yang lain lagi mengatakan bahwa Elia di sini seharusnya adalah Elisa; dan yang lain lagi mengatakan bahwa Elia ini tidak sama dengan Elia yang diangkat ke surga, tetapi seorang nabi yang lain dengan nama yang sama.] - hal 674.

a. Pandangan yang mengatakan bahwa Elia memang sudah di surga dan mengirimkan surat melalui seorang malaikat, menurut saya terlalu tidak alkitabiah. Orang yang sudah mati / meninggalkan dunia, menunjukkan bahwa Tuhan menganggap bahwa pelayanannya / tugasnya di dunia ini sudah selesai (bdk. 2Tim 4:6-7). Karena itu tidak mungkin ia melakukan pelayanan lagi di dunia ini.

2Timotius 4:6-7 - “(6) Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. (7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”.

b. Pandangan yang mengatakan bahwa kata ‘Elia’ seharusnya adalah ‘Elisa’, sama sekali tidak didukung oleh manuscript / versi manapun.

Adam Clarke: “All the versions have Elijah, and all the MSS. the same reading. ... I should adopt the conjecture relative to Elisha, were not every Hebrew MS., and all the Oriental versions, against it;” [= Semua versi menuliskan Elia, dan semua manuscript / naskah mempunyai pembacaan yang sama. ... Saya akan mengambil dugaan yang berhubungan dengan Elisa, seandainya tidak setiap manuscript / naskah Ibrani, dan semua versi Timur, menentang hal itu;] - hal 674.

c. Pandangan yang mengatakan bahwa ini adalah Elia yang berbeda dengan Elia yang naik ke surga dalam 2Raja 2, memang memungkinkan (Catatan: perlu juga diketahui bahwa dalam Ezra 10:21 ada lagi ‘Elia’ yang lain), tetapi rasanya kemungkinannya sangat kecil.

Ezra 10:21 - “dari bani Harim: Maaseya, Elia, Semaya, Yehiel dan Uzia;”.

Catatan: ‘Elia’ yang ini bahkan bukan nabi. Ini hanya menunjukkan bahwa nama Elia bukan suatu nama yang tidak umum.

d. Dari semua pandangan ini saya paling condong dengan pandangan yang mengatakan bahwa surat itu ditulis oleh nabi Elia sebelum ia naik ke surga, dan baru dikirimkan kepada Yoram pada saat ini. Jadi pada waktu surat ini dituliskan, dosa-dosa Yoram belum terjadi, dan surat ini boleh dikatakan merupakan nubuat akan terjadinya dosa-dosa itu, dan sekaligus hukumannya.

Adam Clarke: “It is certainly a possible case that this writing might have been a prediction of Jehoram’s impiety and miserable death, delivered in the time of the prophet, and which was now laid before this wicked king for the first time: and by it the prophet, though not among mortals, still continued to speak. I can see no solid reason against this opinion.” [= Jelas merupakan sesuatu kasus yang memungkinkan bahwa tulisan ini merupakan ramalan terhadap kejahatan dan kematian yang sengsara / menyedihkan dari Yoram, diberikan pada jaman sang nabi, dan yang sekarang terletak di depan raja yang jahat ini untuk pertama kalinya: dan dengan itu sang nabi, sekalipun tidak lagi berada di antara manusia yang bisa mati, tetap berbicara terus. Saya tidak bisa melihat alasan yang kuat yang menentang pandangan ini.] - hal 674.

Kalau yang terakhir ini memang merupakan pandangan yang benar, ini menunjukkan betapa pentingnya pelayanan dalam bentuk tulisan (makalah, buku, internet), karena sekalipun orangnya telah meninggalkan dunia ini, tulisannya bisa tetap berbicara. Karena itu marilah kita banyak berdoa supaya Tuhan memberi lebih banyak lagi hamba Tuhan, khususnya di Indonesia, yang mempunyai karunia dalam menulis buku rohani. Juga marilah kita berdoa supaya Tuhan menggerakkan lebih banyak orang kristen untuk melayaniNya dalam penterjemahan buku-buku kristen yang berbahasa Inggris supaya bisa dibaca oleh orang kristen Indonesia yang tidak bisa berbahasa Inggris. Juga mari kita banyak berdoa untuk orang-orang itu supaya bisa melakukan pelayanannya dengan tekun dan benar.

b) Nubuat Elia tentang hukuman dari Tuhan ini (ay 14-15) digenapi dalam ay 16-19a.

Ay 16-19a: “(16) Lalu TUHAN menggerakkan hati orang Filistin dan orang Arab yang tinggal berdekatan dengan orang Etiopia untuk melawan Yoram. (17) Maka mereka maju melawan Yehuda, memasukinya dan mengangkut segala harta milik yang terdapat di dalam istana raja sebagai jarahan, juga anak-anak dan isteri-isterinya, sehingga tidak ada seorang anak yang tinggal padanya kecuali Yoahas, anaknya yang bungsu. (18) Sesudah semuanya ini TUHAN menulahinya dengan penyakit usus yang tidak dapat sembuh. (19a) Beberapa waktu berselang, kira-kira sesudah lewat dua tahun, keluarlah ususnya karena penyakitnya itu, lalu ia mati dengan penderitaan yang hebat.”.

1. Tuhan menggerakkan hati orang Filistin dan Arab untuk melawan Yoram (ay 16). Mereka ini mengalahkan Yehuda, memasukinya dan menjarah segala harta milik yang terdapat di dalam istana raja, dan juga anak-anak dan istri-istri Yoram, kecuali anaknya yang bungsu.

a. Dalam ay 17b dikatakan bahwa nama anak bungsu ini adalah Yoahas. Tetapi dalam 2Taw 22:1 / 2Raja 8:24 namanya disebutkan Ahazia. Dan dalam 2Taw 22:6 disebutkan Azarya.

2Taw 22:1 - “Lalu penduduk Yerusalem mengangkat Ahazia, anaknya yang bungsu, menjadi raja menggantikan dia, karena semua anaknya yang lebih tua umurnya telah dibunuh oleh gerombolan yang datang ke tempat perkemahan bersama-sama orang-orang Arab. Dengan demikian Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja.”.

2Taw 22:6 - “Kemudian pulanglah ia ke Yizreel untuk diobati oleh karena luka-luka yang didapatnya di Rama pada waktu ia berperang melawan Hazael, raja Aram. Dan Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, pergi menjenguk Yoram bin Ahab di Yizreel, karena dia sakit.”.

KJV: ‘Azariah’ [= Azarya].

RSV/NIV/NASB: ‘Ahaziah’ [= Ahazia].

Catatan: dalam 2Taw 22:6 Kitab Suci Indonesia tetap menyebutkan ‘Ahazia’ [= RSV/NIV/NASB], tetapi KJV: ‘Azariah’ (Azarya). Sekalipun NIV menuliskan ‘Ahaziah’, tetapi catatan kakinya mengatakan bahwa yang menuliskan ‘Ahaziah’ hanyalah beberapa manuscript Ibrani, Septuaginta, Vulgate dan Syria. Sedangkan kebanyakan manuscript Ibrani menuliskan ‘Azariah’.

Adam Clarke: “This person had at least three names, Jehoahaz, Ahaziah, (chap. 22:1,) and Azariah, (ver. 6.)” [= Orang ini sedikitnya mempunyai 3 nama, Yoahas, Ahazia (pasal 22:1), dan Azarya (ay 6).] - hal 675.

Pulpit Commentary: “This person is called Ahaziah in ch. 22:1 (the syllables of the name being reversed) and Azariah in ch. 22:6, which cannot be explained, but must be supposed an error.” [= Orang ini dipanggil Ahazia dalam pasal 22:1 (suku kata dari nama itu dibalik) dan Azarya dalam pasal 22:6, yang tidak bisa dijelaskan, tetapi harus dianggap suatu kesalahan.] - hal 255.

b. Tuhan membiarkan anak yang bungsu ini, karena janjinya kepada Daud (bdk. ay 7), dan juga karena anak ini, sekalipun bejat (bdk. 2Taw 22:2-4), tetapi adalah nenek moyang dari Yesus.

Mat 1:8 (silsilah Yesus) mengatakan bahwa ‘Yoram memperanakkan Uzia’, tetapi ini meloncati 3 orang, karena kalau dilihat dalam 2Raja-Raja maka urut-urutannya adalah sebagai berikut:

Yoram - Ahazia (2Raja 8:24-25) - Yoas (2Raja 11:2) - Amazia (2Raja 14:1) - Azarya (2Raja 15:1).

Keterangan: Uzia (bahasa Yunani) = Azarya (bahasa Ibrani).

2. Tuhan menulahi Yoram dengan penyakit usus yang tidak bisa sembuh, sampai ia mati dengan penderitaan yang hebat (ay 18-19a).

Saking brengseknya Yoram, sampai pada waktu matinyapun ia tidak dihormati orang (ay 19b-20).

Ay 19b-20: “(19b) Rakyatnya tidak menyalakan api baginya seperti yang diperbuat mereka bagi nenek moyangnya. (20) Ia berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja.”.

Perhatikan bagian-bagian ini:

a. Ay 19b: ‘tidak menyalakan api baginya’. Bdk. 2Taw 16:14 - ada penyalaan api yang sangat besar untuk menghormati Asa (kakek dari Yoram atau ayah dari Yosafat) ketika ia mati.

Bdk. Yeremia 34:5 - “Engkau akan mati dengan damai. Dan sebagaimana dinyalakan api untuk menghormati bapa-bapa leluhurmu, raja-raja dahulu, yang hidup sebelum engkau, demikianlah orang akan menyalakan api untuk menghormati engkau, dan akan meratapi engkau dengan berkata: Aduhai, tuan! Sungguh, Akulah yang mengucapkan firman ini, demikianlah firman TUHAN.’”.

Api di sini tidak menunjuk pada pembakaran mayat, seperti dalam 1Sam 31:12 (pembakaran mayat Saul dan anak-anaknya oleh orang Yabesy-Gilead).

b. Ay 20b: ‘ia meninggal dengan tidak dicintai orang’.

NIV: ‘He passed away, to no one’s regret’ [= Ia meninggal tanpa disesali siapapun].

KJV: ‘and departed without being desired’ [= dan pergi / meninggal tanpa diinginkan].

c. Berbeda dengan Asa dan Yosafat, yang riwayatnya dicatat dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda / Israel (2Taw 16:11 2Taw 20:34), maka di sini tidak dikatakan ada pencatatan seperti itu.

Adam Clarke: “He was hated while he lived, and neglected when he died; visibly cursed of God, and necessarily execrated by the people whom he had lived only to corrupt and oppress. No annalist is mentioned as having taken the pains to write any account of his vile life.” [= Ia dibenci ketika ia hidup, dan diabaikan ketika ia mati; kelihatan dikutuk oleh Allah, dan pasti dikutuk / dibenci oleh rakyat yang dalam hidupnya hanya dirusak dan ditindas. Tidak ada sejarawan yang disebutkan yang mau berjerih payah untuk menuliskan cerita apapun tentang hidupnya yang keji / buruk / hina.] - hal 675.

d. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak dalam pekuburan raja-raja.

Kesimpulan / penutup.

Mengapa bisa terjadi kehidupan yang jahat dan menyedihkan, dengan akhir yang begitu menderita dan mengenaskan ini? Semua ini disebabkan pernikahannya dengan Atalya, yang adalah seorang penyembah berhala / kafir. Maukah saudara mengalami kehidupan mengenaskan seperti Yoram ini? Kalau ya, maka kawinlah dengan orang kafir! Maukah saudara supaya anak saudara mengalami kehidupan mengenaskan seperti Yoram ini? Kalau ya, maka kawinkanlah anak saudara dengan orang kafir! Biarlah semua ini saudara renungkan pada saat mencari jodoh atau menantu!
16 KHOTBAH TENTANG TELADAN NABI ELIA

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post