EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 20-21
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Yohanes 20:1-10
Yohanes 20: 1: “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur”.
1) “Pada hari pertama minggu itu”.
a) Ini menunjukkan ketaatan Maria Magdalena pada hukum Sabat!
Pada hari Sabat kita memang tidak boleh melakukan pekerjaan sehari-hari (Kel 20:9-10 bdk. Yeremia 17:21-27).
Yer 17:21-27 - “(21) Beginilah firman TUHAN: Berawas-awaslah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang-barang pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem! (22) Janganlah membawa barang-barang dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. (23) Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran. (24) Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, (25) maka melalui pintu-pintu gerbang kota ini akan berarak masuk raja-raja dan pemuka-pemuka, yang akan duduk di atas takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka dan pemuka-pemuka mereka, orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan kota ini akan didiami orang untuk selama-lamanya. (26) Orang akan datang dari kota-kota Yehuda dan dari tempat-tempat sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari Daerah Bukit, dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban bakaran, korban sembelihan, korban sajian dan kemenyan, membawa korban syukur ke dalam rumah TUHAN. (27) Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintahKu untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan.’”.
Kita bukannya tidak boleh melakukan apa-apa pada hari Sabat. Jadi, ajaran para ahli Taurat dan orang Farisi, yang boleh dikatakan melarang segala sesuatu pada hari Sabat, dan yang menyebabkan hari Sabat menjadi beban yang sangat berat, adalah salah. Yang tidak boleh dilakukan adalah pekerjaan sehari-hari. Bahkan pada masa sibuk (masa ujian, dsb), kita harus tetap memelihara hari Sabat. Ini terlihat dari Kel 34:21 - “Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga”.
Pelanggaran terhadap peraturan Sabat ini merupakan dosa yang berat, karena pada jaman Perjanjian Lama, orang yang melanggar peraturan Sabat dijatuhi hukuman mati (Kel 31:14-15 Bil 15:32-36).
Calvin dalam tafsirannya tentang Kel 20:8 mengatakan: “The object of this Commandment is that believers should exercise themselves in the worship of God” (= Tujuan dari Perintah ini adalah bahwa orang-orang percaya menggunakan diri mereka sendiri dalam ibadah / penyembahan terhadap Allah) - hal 433.
b) Perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu.
Hari Sabat sebetulnya adalah hari Sabtu, tetapi sejak kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi pada hari Minggu, orang-orang kristen berbakti pada hari pertama / hari Minggu (Yoh 20:19 Kis 20:7 1Kor 16:2). Disamping itu, perlu kita ingat bahwa hari Pentakosta (Kis 2:1-13), yang merupakan ‘hari berdirinya gereja’, juga jatuh pada hari Minggu (bdk. Im 23:15-16 Ul 16:9).
Bandingkan dengan Wah 1:10 dimana istilah ‘hari Tuhan’ juga dianggap menunjuk pada hari Minggu.
Homer Hailey: “The ante-Nicene writers who wrote after John followed a consistent pattern in considering ‘the first day,’ ‘the Lord’s day,’ the ‘resurrection day,’ and the day of meeting, Sunday, as identical. Ignatius (30-107 A.D.) writes, ‘Let every friend of Christ keep the Lord’s day as a festival, the resurrection day, the queen and chief of all the days (of the week)’ (A-N-F, I, p. 63). Justin (110-165 A.D.), writing of the day which the saints met for worship identified it as ‘Sunday ... the first day ... and Jesus Christ our Saviour on the same day rose from the dead’ (I, p. 168). The teaching of the Twelve (120-190 A.D.): ‘But every Lord’s day do ye gather yourselves, and break bread’ (VII, p. 381). Clement (153-217 A.D.), writing agonist (against?) Gnostics, identifies the Lord’s day with the resurrection, saying, ‘He, in fulfillment of the precept, according to the Gospel, keeps the Lord’s day ... glorifying the Lord’s resurrection’ (II, p. 545). Tertullian (145-220 A.D.) identifies ‘the Lord’s day’ as ‘every eighth day’ (III, p. 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 A.D.): ‘And on the day of our Lord’s resurrection, which is the Lord’s day, meet more diligently’ (VII, p. 423); and ‘on the day of the resurrection of the Lord, that is, the Lord’s day, assemble yourselves together, without fail’ (ibid. p. 471)” [= Penulis-penulis sebelum Nicea yang menulis setelah Yohanes mengikuti pola yang konsisten dalam menganggap ‘hari pertama’, ‘hari Tuhan’, ‘hari kebangkitan’, dan hari pertemuan, Minggu, sebagai identik. Ignatius (30-107 M) menulis: ‘Hendaknya setiap teman Kristus memelihara hari Tuhan sebagai suatu perayaan, hari kebangkitan, ratu dan kepala dari semua hari (dari suatu minggu)’ (A-N-F, I, hal 63). Justin (110-165 M), menulis tentang hari dimana orang-orang kudus bertemu untuk kebaktian menyebutnya sebagai ‘Minggu ... hari yang pertama ... dan Yesus Kristus Juruselamat kita bangkit dari antara orang mati pada hari yang sama’ (I, hal 168). The teaching of the Twelve (120-190 M): ‘Tetapi setiap hari Tuhan kamu berkumpul dan memecahkan roti’ (VII, hal 381). Clement (153-217 M), menulis menentang Gnostics, mengidentikkan hari Tuhan dengan kebangkitan, dengan berkata: ‘Ia, dalam penggenapan ajaran / perintah, sesuai dengan Injil, memelihara hari Tuhan ... memuliakan kebangkitan Tuhan’ (II, hal 545). Tertullian (145-220 M) mengidentikkan / menyebut ‘hari Tuhan’ sebagai ‘setiap hari ke 8’ (III, hal 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 M): ‘Dan pada hari kebangkitan Tuhan, yang adalah hari Tuhan, bertemulah dengan makin rajin’ (VII, hal 423); dan ‘pada hari kebangkitan Tuhan, yaitu, hari Tuhan, kumpulkanlah dirimu bersama-sama, tanpa gagal (jangan pernah gagal untuk bertemu)’ (ibid. hal 471)] - hal 107.
William Barclay: “By early in the second century the Sabbath had been abandoned and the Lord’s Day was the accepted Christian day” (= Pada awal abad kedua hari Sabat telah ditinggalkan dan hari Tuhan diterima sebagai hari Kristen) - hal 43.
Philip Schaff: “The universal and uncontradicted Sunday observance in the second century can only be explained by the fact that it had its roots in apostolic practice” (= Ibadah pada hari Minggu yang bersifat universal dan tak bertentangan pada abad kedua hanya bisa dijelaskan oleh fakta bahwa itu mempunyai akarnya dalam praktek rasuli) - ‘History of the Christian Church’, vol I, hal 478.
R. L. Dabney: “After the resurrection of Christ, the perpetual Divine obligation of a religious rest was transferred to the first day of the week, and thence to the end of the world, the Lord’s day is the Christian Sabbath, by Divine and apostolic appointment” (= Setelah kebangkitan Kristus, kewajiban Ilahi yang kekal tentang istirahat agamawi dipindahkan ke hari pertama dari suatu minggu, dan dari sana sampai akhir jaman, hari Tuhan adalah Sabat Kristen, oleh penetapan Ilahi dan rasuli) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 367-368.
Bagian ini penting untuk diingat kalau saudara menghadapi orang Advent, yang berkeras bahwa hari untuk berbakti haruslah Sabtu, yang merupakan hari Sabat Perjanjian Lama.
2) “pagi-pagi benar ketika hari masih gelap”.
a) Apakah ayat ini bertentangan dengan Mark 16:2?
Mark 16:2 - “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur”.
Tidak ada pertentangan antara ayat ini dengan Mark 16:2. Mungkin Yohanes menceritakan saat keberangkatannya (masih gelap), sedangkan Markus memaksudkan saat ia tiba di kubur Yesus (setelah matahari terbit).
William Hendriksen: “Although it was still dark when the women started out, the sun had risen when they arrived at the tomb” (= Sekalipun itu masih gelap pada waktu perempuan-perempuan itu berangkat, matahari telah terbit pada waktu mereka tiba di kubur) - hal 448.
b) Maria Magdalena datang pagi-pagi karena ingin melanjutkan tugasnya sedini mungkin. Jelas bahwa kasihnya kepada Yesus menyebabkan hal itu.
Leon Morris (NICNT): “Her early arrival is evidence of a determination to get on with the task at the soonest possible moment” (= Kedatangannya yang begitu pagi merupakan bukti dari suatu kebulatan tekad untuk meneruskan tugas sesegera mungkin) - hal 830.
Ini merupakan teladan bagi orang-orang malas, yang selalu ingin menunda pekerjaan / pelayanan. Kalau saudara adalah orang malas yang selalu ingin menunda pekerjaan / pelayanan, maka renungkan berapa besar kasih saudara kepada Tuhan. Kalau saudara betul-betul mengasihi Dia, saudara tidak akan menunda-nunda.
c) Leon Morris mengatakan (hal 830) bahwa mungkin karena pada saat itu hari masih gelap maka Maria Magdalena tidak melihat apa yang dilihat oleh Petrus dan Yohanes dalam ay 4-8. Tetapi ada kemungkinan lain, yaitu bahwa Maria Magdalena tidak berhenti cukup lama untuk memperhatikan dengan lebih seksama (ay 1-2).
3) “pergilah Maria Magdalena ke kubur itu”.
a) Maria Magdalena tidak sendirian; ada perempuan-perempuan lain yang menyertai dia.
William Hendriksen: “John probably assumes that the readers are acquainted with the other Gospels and confines his story to Mary Magdalene. ... However, he implies that other women have accompanied Mary (20:2: ‘we don’t know’)” [= Yohanes mungkin menganggap bahwa para pembaca (Injilnya) mengetahui Injil-injil yang lain (Matius, Markus, dan Lukas) dan membatasi ceritanya pada Maria Magdalena. ... Tetapi, ia menunjukkan secara implicit bahwa perempuan-perempuan lain menyertai Maria (20:2: ‘kami tidak tahu’] - hal 448.
Barnes’ Notes: “John mentions only Mary Magdalene. ... he does not deny that others were present also. It is an old maxim, that ‘he who mentions a few, does not deny that there are more.’” (= Yohanes hanya menyebut Maria Magdalena. ... ia tidak menyangkal bahwa perempuan-perempuan lain juga hadir. Merupakan suatu pepatah kuno bahwa ‘ia yang menyebut beberapa, tidak menyangkal bahwa di sana ada lebih banyak lagi’) - hal 143.
Barnes’ Notes: “The persons who came were Mary Magdalene, (Matt. 28:1; John 20:1;) Mary, the mother of James and Joses, (Matt. 28:1; Luke 24:10; Mark 15:40;) Salome, the wife of Zebedee, and Joanna, the wife of Chuza, Herod’s steward, (compare Luke 24:10; 8:3;) and certain others not specified, (Luke 24:1,10.)” [= Orang-orang yang datang adalah Maria Magdalena, (Mat 28:1; Yoh 20:1); Maria, ibu dari Yakobus dan Yoses (Mat 28:1; Luk 24:10; Mark 15:40); Salome, istri Zebedeus, dan Yohana, istri Khuza, bendahara Herodes (bandingkan Luk 24:10; 8:3); dan orang-orang tertentu yang lain yang tidak disebutkan secara terperinci, (Luk 24:1,10)] - hal 146.
F. F. Bruce: “Her words to Peter and John, ‘we do not know where they have put him’, indicate that she was not unaccompanied when she went to the tomb, but she so obviously took the lead that John does not even say in so many words that there were other women with her, let alone mention their names, as the other Evangelists do. But when the others mention her companions’ names, they agree in putting hers first. This may reflect the early church’s remembrance that she was the first witness of the risen Christ, preceding even Peter in this regard. If her witness nevertheless was not stressed (as Peter’s was) in the primitive preaching, this was probably because a woman’s testimony was of little public account” [= Kata-katanya kepada Petrus dan Yohanes, ‘kami tidak tahu dimana mereka telah meletakanNya’, menunjukkan bahwa ia bukannya tidak ditemani pada waktu ia pergi ke kubur, tetapi ia dengan begitu nyata memegang pimpinan sehingga Yohanes bahkan tidak mengatakan dengan banyak kata-kata bahwa di sana ada perempuan-perempuan yang lain bersama dia, apalagi menyebutkan nama-nama mereka, seperti yang dilakukan oleh Penginjil-penginjil yang lain (Matius, Markus, Lukas). Tetapi pada waktu yang lain menyebutkan nama-nama orang-orang yang menyertainya, mereka setuju dalam menempatkan namanya di tempat pertama. Ini mungkin mencerminkan ingatan gereja yang mula-mula bahwa ia adalah saksi pertama dari Kristus yang bangkit, bahkan mendahului Petrus dalam hal ini. Jika kesaksiannya tidak ditekankan (seperti kesaksian Petrus) dalam khotbah-khotbah mula-mula, ini mungkin disebabkan karena kesaksian seorang perempuan tidak dihargai oleh umum] - hal 384.
b) Ini merupakan tindakan kasih Maria Magdalena.
Hutcheson mengatakan (hal 411) bahwa kasih dan pelayanan yang terbesar sering bersinar dan dilakukan oleh orang-orang yang lemah dan rendah, karena di sini kita melihat Maria Magdalena melakukan tindakan kasih / pelayanan bagi Kristus, pada saat para rasul tidak muncul
William Barclay: “No one ever loved Jesus so much as Mary Magdalene. He had done something for her that no one else could ever do, and she could never forget. Tradition has always had it that Mary was a scarlet sinner, whom Jesus reclaimed and forgave and purified. ... Mary had sinned much and she loved much” (= Tak seorangpun pernah begitu mengasihi Yesus seperti Maria Magdalena. Ia telah melakukan untuknya sesuatu yang tidak seorang lainpun pernah bisa melakukannya, dan ia tidak pernah bisa melupakannya. Tradisi mengatakan bahwa Maria adalah orang yang sangat berdosa, yang oleh Yesus diperoleh kembali, dan diampuni, dan dimurnikan. ... Maria telah sangat berdosa, dan ia sangat mengasihi) - hal 264-265.
Banyak orang yang banyak berdosa tetapi sedikit mengasihi!
c) Apa tujuan Maria Magdalena dan perempuan-perempuan yang lain itu pergi ke kubur?
Barnes’ Notes: “The object of their coming: (1) To see the sepulchre, Matt. 28:1. (2) To embalm him, or to finish embalming him, Mark 16:1; Luke 24:1” [= Tujuan kedatangan mereka: (1) Untuk melihat kuburan, Mat 28:1. (2) Untuk membalsemNya, atau untuk menyelesaikan pembalseman terhadapNya, Mark 16:1; Luk 24:1] - hal 146.
Thomas Whitelaw: “Their purpose was to complete the work of embalming imperfectly done on the Friday afternoon” (= Tujuan mereka adalah menyelesaikan pekerjaan pembalseman yang tidak sempurna yang dilakukan pada Jum’at sore) - hal 425.
Bandingkan dengan:
· Luk 24:1 - “tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka”.
· Mark 16:1 - “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus”.
Apakah 2 ayat di atas ini bertentangan? Rempah-rempah itu sudah disediakan atau baru dibeli pada saat itu? Sebetulnya tidak ada pertentangan, karena Markus mengatakan ‘setelah lewat hari Sabat’. Jadi mungkin mereka membeli dan mempersiapkan rempah-rempah itu pada Sabtu malam (ingat bahwa bagi mereka pergantian hari terjadi pada pk. 6 sore). Dan terjemahan dari Luk 24:1 itu sebetulnya adalah ‘telah dipersiapkan’. Yang mereka lakukan untuk mempersiapkannya adalah membelinya, dan lalu mencampurnya.
4) “dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur”.
a) Dalam perjalanan para perempuan itu bingung bagaimana caranya menyingkirkan batu itu dari kubur (Mark 16:3), tetapi sekarang ternyata batu itu sudah disingkirkan.
George Hutcheson: “it may serve to teach, ... that difficulties may appear very great which the Lord’s providence may make very easy” (= ini bisa berfungsi untuk mengajar, ... bahwa kesukaran-kesukaran bisa terlihat sangat besar, yang oleh providensia Tuhan bisa dibuat menjadi sangat mudah) - hal 411.
Bdk. Mat 6:34 - “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.
b) Thomas Whitelaw mengatakan (hal 425) bahwa Maria Magdalena tidak masuk ke kubur, tetapi langsung lari untuk mendapatkan rasul-rasul / murid-murid Yesus (ay 2). Jadi, pada waktu perempuan-perempuan yang lain mengalami apa yang tercatat dalam Mat 28:2 dan Mark 16:5, Maria Magdalena tidak bersama dengan mereka.
Tetapi dari kata-kata Maria Magdalena dalam ay 2b (‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.’) terlihat bahwa setidaknya ia melihat bahwa kubur Yesus itu kosong.
c) Para perempuan ini adalah saksi-saksi pertama tentang kubur Yesus yang kosong.
Calvin menganggap bahwa Tuhan memilih seorang perempuan sebagai saksi, sesuai dengan 1Kor 1:27-29 - “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.
Matthew Henry: “she came early, while it was yet dark; so early did she set out. ... She found the stone taken away ... it was the beginning of a glorious discovery; the Lord was risen, though she did not at first apprehend it so. ... Those that are most constant in their adherence to Christ, and most diligent in their enquiries after him, have commonly the first and sweetest notices of the divine grace. Mary Magdalene, who followed Christ to the last in his humiliation, met him with the first in his exaltation” (= ia datang pagi-pagi, sementara hari masih gelap; begitu pagi ia berangkat. ... Ia mendapati batu itu telah disingkirkan ... itu merupakan permulaan dari suatu penemuan yang mulia; Tuhan telah bangkit, sekalipun pada mulanya ia tidak mengertinya seperti itu. ... Mereka yang paling konstan dalam kesetiaan kepada Kristus, dan paling rajin dalam menyelidiki Dia, biasanya mendapatkan pemberitahuan yang pertama dan termanis dari kasih karunia ilahi. Maria Magdalena, yang mengikuti Kristus sampai akhir pada perendahanNya, menemui dia pertama-tama dalam pemuliaanNya).
d) Batu itu disingkirkan bukan supaya Kristus yang telah bangkit itu bisa keluar dari kubur. Setelah kebangkitanNya, Ia bisa menembus tembok / ruangan yang terkunci, dsb., sehingga jelas Ia tidak membutuhkan penyingkiran batu yang menutup pintu kuburNya itu. Kalau demikian, mengapa batu itu disingkirkan?
· demi para perempuan dan murid, supaya mereka bisa memasuki kubur.
· untuk menunjukkan bahwa kubur sudah ditaklukkan oleh kebangkitan Kristus.
Karena itu orang kristen tidak boleh takut pada kubur, baik dalam hal sehari-hari, maupun pada saat mereka tahu bahwa mereka harus mati dan masuk ke kubur.
Yohanes 20: 2: “Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: ‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.’”.
1) “Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka”.
Bdk. Luk 24:9-12 - “(9) Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. (10) Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. (11) Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. (12) Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi”.
Kelihatannya ada beberapa pertentangan antara Luk 24:9-10 dengan Yoh 20:2 ini, yaitu:
a) Dalam Luk 24:9-10 dikatakan bahwa yang memberitakan tentang kubur yang kosong itu bukan hanya Maria Magdalena, tetapi Maria Magdalena dengan beberapa perempuan yang lain.
Bdk. Luk 24:22-23 - “Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayatNya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup”.
A. T. Robertson: “Luke (24:9-12) does not distinguish between the separate report of Mary Magdalene and that of the other women” [= Lukas (24:9-12) tidak membedakan antara laporan yang terpisah dari Maria Magdalena dan dari perempuan-perempuan yang lain] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 308.
Barnes’ Notes: “In Luke 24:10, it is said that it was Mary Magdalene, and Joanna, and Mary the mother of James, that told these things to the disciples. Not that Luke affirms that they were together when they told them, but that the information was given by them, though perhaps at different times” (= Dalam Luk 24:10, dikatakan bahwa adalah Maria Magdalena, dan Yohanna, dan Maria ibu Yakobus, yang menceritakan hal-hal ini kepada murid-murid. Bukan bahwa Lukas menegaskan bahwa mereka ada bersama-sama pada waktu mereka menceritakannya kepada mereka, tetapi bahwa informasi itu diberikan oleh mereka, sekalipun mungkin pada waktu yang berbeda-beda) - hal 146.
Rupanya Lukas tidak mau menceritakan secara terperinci, dan karena itu ia mencampur-adukkan / menjadikan satu laporan-laporan yang seharusnya terpisah.
b) Dalam Luk 24:9-10 dikatakan bahwa Maria Magdalena memberitahukan hal itu kepada kesebelas rasul, sedangkan dalam Yoh 20:2 Maria Magdalena hanya memberitahukan hal itu kepada Petrus dan Yohanes. Calvin mengatakan (hal 249) bahwa Yohanes sengaja tak membicarakan rasul-rasul / murid-murid yang lain, karena hanya ia dan Petrus yang pergi ke kubur Yesus.
c) Luk 24:12 menceritakan bahwa Petrus pergi ke kubur, tetapi Lukas tidak menceritakan bahwa Yohanes juga ikut bersama dengan Petrus. Tetapi ini juga bukan kontradiksi, karena Lukas tidak wajib menceritakan semua.
Cerita tentang kebangkitan Tuhan Yesus dalam keempat Injil berbeda-beda dan bahkan kelihatannya bertentangan. Ini pada umumnya disoroti secara negatif. Tetapi sebetulnya ini merupakan sesuatu yang positif.
Leon Morris (NICNT): “The differences between the Gospels amount to no more than a demonstration that here we have the spontaneous evidence of witnesses, not the stereotyped repetition of an official story” (= Perbedaan-perbedaan antara Injil-injil sama dengan suatu demonstrasi bahwa di sini kita mempunyai bukti spontan dari saksi-saksi, bukan pengulangan yang meniru-niru dari suatu cerita resmi) - hal 828.
Penerapan: bandingkan dengan bahasa Roh, yang biasanya sama semua, menunjukkan itu ‘hasil kursus’.
2) “‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.’”.
a) ‘Tuhan’.
William Hendriksen: “It is interesting, nevertheless, that Mary is still calling Jesus ‘the Lord.’” (= Merupakan sesuatu yang menarik, bagaimanapun, bahwa Maria tetap memanggil Yesus ‘Tuhan’) - hal 449.
b) ‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan’.
1. Ini merupakan suatu sharing penderitaan.
Matthew Henry: “She did not stand poring upon the grief herself, but acquaints her friends with it. Note, The communication of sorrows is one good improvement of the communion of saints” (= Ia tidak berdiri merenungkan kesedihannya sendirian, tetapi memberi tahu teman-temannya. Perhatikan, persekutuan penderitaan adalah suatu kemajuan yang baik dari persekutuan orang-orang kudus).
Penerapan: maulah menceritakan penderitaan / beban saudara kepada saudara-saudara seiman yang lain. Tetapi kalau hal itu bersifat pribadi, saudara juga harus memilih orang yang tidak bocor mulut. Dan bagi saudara yang menerima sharing yang bersifat pribadi, jangan lalu menjadi seperti radio amatir. Itu merupakan pengkhianatan terhadap kepercayaan yang diberikan kepada saudara.
2. Kubur yang kosong menunjukkan bahwa kebangkitan Yesus bersifat jasmani, bukan rohani, seperti yang dikhayalkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
Leon Morris (NICNT): “the empty tomb witnesses to the fact that the resurrection of Christ had physical aspects” (= kubur yang kosong menyaksikan fakta bahwa kebangkitan Kristus mempunyai aspek-aspek fisik) - hal 829-830.
John G. Mitchell: “And lest I be misunderstood, when we speak of the resurrection of Jesus Christ, we’re speaking of the physical resurrection. There’s no such thing in the Bible as spiritual resurrection. The word ‘resurrection’ doesn’t mean a thing if that which died is not raised again. The spirit doesn’t die; the body dies. It is the body that is raised” (= Dan supaya saya tidak disalah-mengerti, pada waktu kami berbicara tentang kebangkitan Yesus Kristus, kami berbicara tentang kebangkitan secara fisik. Dalam Alkitab tidak ada kebangkitan rohani. Kata ‘kebangkitan’ tidak berarti apa-apa jika apa yang mati tidak dibangkitkan kembali. Roh tidak mati; tubuh mati. Adalah tubuh yang dibangkitkan) - hal 386
3. Ini merupakan hal yang sekalipun bagi Maria Magdalena kelihatannya menyedihkan, tetapi sebetulnya dan seharusnya membahagiakan.
Matthew Henry: “she found the stone gone, looked into the grave, and saw it empty. ... She suggested, They have taken away the Lord; ... Whatever was her suspicion, it seems it was a great vexation and disturbance to her that the body was gone; whereas, if she had understood it rightly, nothing could be more happy. Note, Weak believers often make that the matter of their complaint which is really just ground of hope, and matter of joy. We cry out that this and the other creature-comfort are taken away, and we know not how to retrieve them, when indeed the removal of our temporal comforts, which we lament, is in order to the resurrection of our spiritual comforts, which we should rejoice in too” (= ia mendapatkan batu itu hilang, melihat ke dalam kubur, dan melihatnya kosong. ... Ia mengusulkan / menduga, Mereka telah mengambil Tuhan; ... Apapun kecurigaannya, kelihatannya itu merupakan kejengkelan dan gangguan yang besar baginya bahwa tubuh itu hilang; sedangkan, seandainya ia mengertinya dengan benar, tidak ada yang lebih membahagiakan. Perhatikan, Orang-orang percaya yang lemah sering membuat sebagai keluhan hal-hal yang sebetulnya merupakan dasar dari pengharapan, dan persoalan sukacita. Kita menangis / berteriak bahwa kesenangan lahiriah diambil, dan kita tidak tahu bagaimana untuk mendapatkannya kembali, pada waktu penyingkiran dari kesenangan sementara, yang kita ratapi itu, terjadi untuk kebangkitan dari kesenangan-kesenangan rohani, dalam mana kita harus bersukacita juga).
4. Kata ‘kami’ menunjukkan bahwa Maria Magdalena tidak sendirian.
Jadi ini cocok dengan cerita dalam ketiga Injil yang lain yang menceritakan bahwa yang pergi ke kubur itu adalah beberapa perempuan. Dalam ay 13 Maria Magdalena menggunakan kata ‘aku’ karena pada saat itu ia memang sudah terpisah dari perempuan-perempuan yang lain.
Yohanes 20: 3-4: “(3) Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. (4) Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur”.
Calvin: “When we find that Peter, though he made less haste, is the first to enter into the sepulchre, let us learn from it that many persons have more given to them in the end than appears at the beginning. And, indeed, we sometimes see many, who were full of fervour at the commencement, give way when they come to the conflict; while others, who appeared to be slow and indolent, assume new courage when danger is at hand” (= Pada waktu kita mendapati bahwa Petrus, sekalipun ia kurang cepat, adalah yang pertama masuk ke dalam kubur itu, hendaklah kita belajar dari hal itu bahwa banyak orang mendapat lebih banyak diberikan kepada mereka pada akhirnya dari pada kelihatannya pada awalnya. Dan memang, kadang-kadang kita melihat banyak orang, yang penuh dengan semangat pada permulaan, menyerah pada waktu mereka mengalami konflik; sementara yang lain, yang terlihat pelan dan lamban, menerima keberanian yang baru pada waktu bahaya mendekat) - hal 250-251.
Bdk. Mark 10:31 - “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.’”.
Yohanes 20: 5-8: “(5) Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. (6) Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, (7) sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. (8) Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya”.
1) “Ia menjenguk ke dalam” (ay 5).
Ini salah terjemahan.
NASB: ‘and stooping and looking’ (= dan membungkuk dan melihat).
William Hendriksen: “The entrance, as in many similar Oriental tombs today, was probably low” (= pintu / jalan masuk, seperti dalam banyak kuburan Timur jaman sekarang, mungkin rendah) - hal 449.
2) “akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. (6) Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. ... (8a) Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu” (ay 5b-6a,8a).
Yang cepat mempercepat yang lambat; yang berani membuat yang takut menjadi lebih berani.
Matthew Henry: “John could out-run Peter, but Peter could out-dare John. ... Some disciples are quick, and they are useful to quicken those that are slow; others are bold, and they are useful to embolden those that are timorous. ... John followed Peter in venturing. It should seem, he durst not have gone into the sepulchre if Peter had not gone in first. Note, It is good to be emboldened in a good work by the boldness of others. The dread of difficulty and danger will be taken off by observing the resolution and courage of others. Perhaps John’s quickness had made Peter run faster, and now Peter’s boldness makes John venture further, than otherwise either the one or the other would have done” (= Yohanes bisa mengalahkan Petrus dalam lari, tetapi Petrus bisa mengalahkan Yohanes dalam keberanian. ... Sebagian murid adalah cepat, dan mereka berguna untuk mempercepat mereka yang lambat; yang lain adalah berani, dan mereka berguna untuk memberanikan mereka yang penakut. ... Yohanes mengikuti Petrus dalam berspekulasi / melakukan perbuatan yang mengandung resiko. Kelihatannya, ia tidak berani masuk ke dalam kubur seandainya Petrus tidak masuk lebih dulu. Perhatikan, Adalah baik untuk diberanikan dalam perbuatan baik oleh keberanian dari orang-orang lain. Rasa takut terhadap kesukaran dan bahaya akan disingkirkan oleh pengamatan terhadap ketetapan hati dan keberanian dari orang-orang lain. Mungkin kecepatan Yohanes telah membuat Petrus lari lebih cepat, dan sekarang keberanian Pertrus membuat Yohanes berspekulasi lebih jauh, dari pada kalau yang manapun dari mereka melakukannya sendirian).
Penerapan: jangan lupa bahwa kebalikannya juga bisa terjadi. Kalau saudara malas / tak bersemangat, itu juga bisa menjadikan orang-orang kristen lain menjadi malas / tak bersemangat. Kalau saudara takut-takut itu bisa menular kepada orang-orang kristen lain. Kalau saudara pelit dalam memberi persembahan atau dalam menolong orang, itu bisa menyebabkan orang-orang kristen lain mempunyai sikap yang sama.
3) “Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung” (ay 6b-7).
a) Kedua rasul ini tidak mengambil kain kapan itu dan menjadikannya relics.
Adam Clarke: “‘Went he not in.’ Why? Because he was fully satisfied that the body was not there. But why did he not seize upon the linen clothes, and keep them as a most precious relic? Because he had too much religion and too much sense; and the time of superstition and nonsense was not yet arrived, in which bits of rotten wood, rags of rotten cloth, decayed bones (to whom originally belonging no one knows) and bramble bushes, should become objects of religious adoration” [= ‘Ia tidak masuk ke dalam’. Mengapa? Karena ia dipuaskan sepenuhnya bahwa tubuh itu tidak ada di sana. Tetapi mengapa ia tidak meraih kain lenan itu, dan menyimpannya sebagai relic yang paling berharga? Karena ia mempunyai terlalu banyak agama dan terlalu banyak pengertian; dan jaman dari takhyul dan omong kosong belum tiba, dalam mana suatu potongan dari kayu yang lapuk, kain buruk dari kain / pakaian yang usang, tulang-tulang yang busuk (siapa yang sebetulnya adalah pemiliknya, tak seorangpun yang tahu) dan semak-semak berduri, menjadi obyek dari pemujaan agamawi].
Calvin mengatakan bahwa Gereja Roma Katolik percaya mereka mempunyai kain kapan itu dan pada kain kapan itu ada bentuk dari tubuh dan wajah Kristus. Calvin menanggapi dengan mengatakan bahwa kalau itu benar, mungkinkah rasul Yohanes tidak menceritakan hal yang penting itu, padahal hal-hal yang tidak sepenting itu diceritakan olehnya?
Calvin: “To this is added a fabulous miracle, which they have contrived, to this effect, that the likeness of Christ’s body continued to be visible in the linen cloth. I appeal to you, if such a miracle had been wrought, would nothing have been said about it by the Evangelist, who is so careful to relate events which were not of so great importance? Let us be satisfied with this simple view of the matter, that Christ, by laying aside the tokens of death, intended to testify that he had clothed himself with a blessed and immortal life” (= Kepada ini ditambahkan suatu mujijat yang bersifat khayalan, yang telah mereka buat / susun, yang kira-kira berarti bahwa gambar tubuh Kristus terus terlihat pada kain lenan itu. Saya bertanya kepadamu, seandainya mujijat seperti itu telah dibuat, apakah tidak ada apapun yang dikatakan tentang hal itu oleh sang Penginjil, yang begitu teliti menceritakan peristiwa-peristiwa yang tidak begitu penting? Hendaklah kita puas dengan pandangan sederhana dari persoalan ini, bahwa Kristus, dengan menyingkirkan tanda-tanda kematian, bermaksud untuk menyaksikan bahwa Ia telah memakaiani diriNya sendiri dengan kehidupan yang diberkati dan tidak bisa mati) - hal 251.
Dalam Reader’s Digest November 1989 ada artikel berjudul ‘The Saga of the Shroud’ (= Kisah dari Kain Kapan). Dan pada bagian awalnya ada kata-kata: “For more than 600 years the Shroud of Turin has been venerated as the burial cloth of Christ. Now science has revealed that it is merely a mysterious work of art” (= Untuk lebih dari 600 tahun kain kapan dari Turin telah dipuja sebagai kain kapan dari Kristus. Sekarang ilmu pengetahuan telah menyatakan bahwa itu semata-mata merupakan suatu pekerjaan seni yang misterius) - hal 34.
b) Hilangnya tubuh Yesus, dan ditinggalkannya kain kapan di dalam kubur, membuktikan kebangkitan Kristus.
Leon Morris mengatakan (hal 833) bahwa Yohanes hanya menggambarkan keadaan yang teratur dalam kubur pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa mayat Yesus bukan dicuri orang, karena kalau demikian, mereka pasti akan mengambil mayat Yesus beserta kain kapannya, atau merobek-robek kain kapan itu dan meninggalkannya di dalam kubur.
George Hutcheson: “he was indeed risen from the dead, and was not conveyed away either by friends of foes, or any other for their own ends; for the lying of ‘the linen clothes,’ observed by both of them, did clearly witness this. ... it would have been a terror to have handled a naked, dead man, what could be the end of any party to carry away his body and leave these?” (= Ia memang bangkit dari orang mati, dan tidak dibawa pergi atau oleh teman-teman atau musuh-musuh, atau siapapun yang lain untuk tujuan mereka sendiri; karena terletaknya ‘kain lenan / kapan’ yang diperhatikan oleh mereka berdua, secara jelas menyaksikan hal ini. ... merupakan sesuatu yang mengerikan / menyeramkan untuk menangani seseorang mati yang telanjang, apa yang bisa merupakan tujuan dari golongan manapun untuk membawa pergi tubuhNya dan meninggalkan kain kapan itu?) - hal 415.
Adam Clarke: “‘Wrapped together in a place by itself.’ The providence of God ordered these very little matters, so that they became the fullest proofs against the lie of the chief priests, that the body had been stolen away by the disciples. If the body had been stolen away, those who took it would not have stopped to strip the clothes from it, and to wrap them up, and lay them by in separate places” (= ‘agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung’. Providensia Allah mengatur hal-hal yang sangat kecil ini, sehingga hal-hal itu menjadi bukti yang paling penuh terhadap dusta dari imam-imam kepala, yang mengatakan bahwa tubuh itu telah dicuri oleh murid-murid. Seandainya tubuh itu dicuri, mereka yang mengambilnya tidak akan berhenti untuk membuka kain itu dari tubuh tersebut, dan menggulungnya, dan meletakkanya di tempat-tempat yang terpisah).
c) Perdebatan tentang posisi dari kain kapan.
Ada orang-orang yang menafsirkan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa kain kapan Yesus itu tetap dalam posisi semula pada waktu membungkus tubuh Yesus, dan tubuh Yesus bangkit tanpa mengganggu kain kapan tersebut. Jadi kain kapan itu hanya mengempis, karena tubuh yang dibungkus olehnya tahu-tahu hilang.
Tasker (Tyndale): “In John’s record of the passion and burial of Jesus, as a recent writer has said, ‘life is present in death’; and it is, very significantly, in the actual grave clothes, still lying in their original folds, untouched by human hands yet no longer containing the crucified body, that the beloved disciple finds the evidence he needs for full Christian faith, which is faith in Jesus crucified-and-risen” (= Dalam catatan Yohanes tentang penderitaan dan penguburan Yesus, seperti seorang penulis baru-baru ini telah berkata: ‘Kehidupan hadir dalam kematian’; dan itu ada, secara sangat berarti, dalam pakaian kubur yang sesungguhnya, yang tetap terletak dalam lipatan / gulungan orisinilnya, tak disentuh oleh tangan manusia, tetapi tidak lagi berisikan tubuh yang sudah disalibkan, sehingga murid yang dikasihi itu mendapatkan bukti yang ia butuhkan untuk iman Kristen yang penuh, yang adalah iman kepada Kristus yang tersalib dan bangkit) - hal 220-221.
William Barclay: “Then something else struck him - the grave clothes were not dishevelled and disarranged. They were lying there still in their folds - that is what the Greek means - the clothes for the body where the body had been; the napkin where the head had lain. The whole point of the description is that the grave-clothes did not look as if they had been put off or taken off; they were lying there in their regular folds as if the body of Jesus had simply evaporated out of them. The sight suddenly penetrated to John’s mind; he realized what had happened - and he believed. It was not what he had read in scripture which convinced him that Jesus had risen; it was what he saw with his own eyes” (= Lalu sesuatu yang lain terlihat olehnya - pakaian kubur itu tidak kusut dan tak teratur. Mereka tetap terletak di sana dalam lipatannya - itulah arti dari kata Yunaninya - kain untuk tubuh terletak dimana tadi tubuh itu terletak; kain peluh terletak dimana kepalaNya tadi terletak. Seluruh maksud dari penggambaran ini adalah bahwa pakaian kubur itu tidak terlihat seakan-akan mereka dilepaskan; mereka terletak di sana dalam lipatan tetap seakan-akan tubuh Yesus menguap keluar darinya. Penglihatan itu tiba-tiba menembus / masuk ke pikiran Yohanes; ia menyadari apa yang telah terjadi - dan ia percaya. Bukan apa yang telah ia baca dalam Kitab Suci yang meyakinkan dia bahwa Yesus telah bangkit; tetapi apa yang ia lihat dengan matanya sendiri) - hal 267.
Tetapi kata-kata ‘kain peluh ... agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung’ (ay 7) kelihatannya tidak mendukung pandangan ini.
NIV: ‘as well as the burial cloth that had been around Jesus’ head. The cloth was folded up by itself, separate from the linen’ (= maupun kain peluh yang tadinya membungkus kepala Yesus. Kain itu dilipat sendiri, terpisah dari kain lenan).
William Hendriksen: “Just what did all this mean? It is necessary to stress at this point that not more must be read into the text than is actually there. Ideas such as these, namely, that the headband was lying there as if it had not been removed from the head, and that the bandages were lying there just as if the limbs of Jesus were still enclosed by them, or as if the body had been abstracted from them, are foreign to the text. We do not even know exactly where the linen bandages and the sweat-band were lying. Neither John nor Luke (in his Gospel, 24:12) says anything about such matters. What Luke emphasizes is that the bandages were lying there by themselves, which, again, does not mean that they were being held in position mysteriously and in violation of the laws of gravity; but simply indicates that they were lying there without the body” [= Apa artinya semua ini? Adalah perlu untuk menekankan di titik ini bahwa tidak boleh lebih banyak ditafsirkan dari text dari pada yang sesungguhnya ada di sana. Gagasan seperti bahwa kain peluh terletak di sana seakan-akan kain itu tidak dilepaskan dari kepala, dan bahwa kain kapan terletak seakan-akan anggota-anggota badan Yesus tetap dibungkus olehnya, atau seakan-akan tubuh itu diambil darinya, adalah asing bagi text ini. Kita bahkan tidak tahu secara tepat dimana kain lenan dan kain peluh terletak. Baik Yohanes maupun Lukas (dalam Injilnya, 24:12) tidak mengatakan apa-apa tentang hal-hal seperti itu. Apa yang Lukas tekankan adalah bahwa kain kapan itu terletak sendirian di sana, yang lagi-lagi, tidak berarti bahwa kain itu ditahan dalam suatu posisi secara misterius dan bertentangan dengan hukum gravitasi; tetapi hanya menunjukkan bahwa mereka terletak di sana tanpa tubuh Yesus] - hal 450.
Luk 24:12 - “Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi”.
NIV: ‘Peter, however, got up and ran to the tomb. Bending over, he saw the strips of linen lying by themselves, and he went away, wondering to himself what had happened’ (= Tetapi Petrus bangkit dan berlari ke kubur. Dengan membungkuk, ia melihat kain lenan terletak sendiri, dan ia pergi, bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa yang telah terjadi).
NASB: ‘But Peter arose and ran to the tomb; stooping and looking in, he saw the linen wrappings only; and he went away to his home, marveling at that which had happened.’ (= Tetapi Petrus bangkit dan berlari ke kubur; membungkuk dan melihat ke dalam, ia melihat kain lenan itu saja; dan pergi dari kubur; terheran-heran pada apa yang telah terjadi).
d) Pakaian Kristus setelah kebangkitanNya.
Matthew Henry: “Christ had left his grave-clothes behind him there; what clothes he appeared in to his disciples we are not told, but he never appeared in his grave-clothes, as ghosts are supposed to do; no, he laid them aside, First, Because he arose to die no more; death was to have no more dominion over him, Rom. 6:9. Lazarus came out with his grave-clothes on, for he was to use them again; but Christ, rising to an immortal life, came out free from those incumbrances. Secondly, because he was going to be clothed with the robes of glory, therefore he lays aside these rags; in the heavenly paradise there will be no more occasion for clothes than there was in the earthly. The ascending prophet dropped his mantle” (= Kristus meninggalkan pakaian kuburan di belakangNya di sana; dalam pakaian apa Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya kita tidak diberitahu, tetapi Ia tidak pernah menampakkan diri dalam pakaian kuburanNya, seperti yang dianggap dilakukan oleh hantu-hantu; tidak, Ia menyingkirkannya, Pertama, Karena Ia bangkit untuk tidak mati lagi; kematian tidak lagi berkuasa atasNya, Ro 6:9. Lazarus keluar dengan memakai pakaian kuburannya, karena ia harus mengenakannya lagi; tetapi Kristus, bangkit pada suatu kehidupan yang tidak bisa binasa, keluar dengan bebas dari rintangan-rintangan itu. Kedua, karena Ia akan dipakaiani dengan jubah kemuliaan, karena itu Ia menyingkirkan kain kotor itu; dalam firdaus surgawi tidak akan ada lagi alasan untuk pakaian dari pada seperti di dunia).
George Hutcheson: “it teacheth that Christ rose again, not to live any more in this world not to die any more, but to live and reign for ever, and therefore he left his grave-clothes, whereas with Lazarus it was otherwise, he being to live in the world for a space, and then to die again” (= itu mengajarkan bahwa Kristus bangkit kembali, bukan untuk hidup tanpa mati di dunia ini lagi, tetapi untuk hidup dan memerintah selama-lamanya; dan karena itu Ia meninggalkan pakaian kuburanNya, sementara Lazarus sebaliknya, ia harus hidup di dunia untuk suatu jangka waktu, dan lalu mati lagi) - hal 415.
Rupanya kain kapan itu adalah satu-satunya pakaian Yesus.
George Hutcheson: “Christ, rising from the dead, left his grave-clothes behind him, (which yet were all the clothes he had, the soldiers having parted his garments,)” [= Kristus, bangkit dari orang mati, meninggalkan pakaian kuburanNya di belakangNya, (yang merupakan semua pakaian yang Ia miliki, karena para tentara telah membagi-bagi pakaianNya,)] - hal 415.
Ini tak berarti bahwa setelah kebangkitanNya Yesus tampil telanjang.
Bdk. Wah 1:13 - “Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas”.
Mungkin ini bukan pakaian duniawi, tetapi pakaian surgawi.
4) “dan ia melihatnya dan percaya”.
Ada beberapa penafsiran tentang bagian ini:
a) Yohanes hanya percaya pada laporan dari Maria Magdalena yang mengatakan tubuh Yesus hilang, tetapi ia tidak / belum mempercayai kebangkitan Yesus.
Adam Clarke: “‘And believed.’ That it had been taken away, as Mary had said; but he did not believe that he was risen from the dead” (= ‘Dan percaya’. Bahwa tubuh itu telah diambil, seperti yang telah dikatakan Maria; tetapi ia tidak percaya bahwa Ia dibangkitkan dari orang mati).
Catatan: saya tidak mengerti bagaimana ia bisa menafsirkan seperti ini. Penafsiran ini jelas bertentangan dengan Yohanes 20: 9.
b) Ini jelas bukan sekedar percaya akan laporan Maria Magdalena, tetapi percaya akan kebangkitan Kristus. Ini terlihat dari ay 9: “Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati”.
Golongan ini terbagi dalam 2 bagian:
1. Yohanes tak berbeda dengan Tomas, yang melihat baru percaya.
Leon Morris (NICNT): “‘He saw, and believed’ - and therefore did not attain to the blessing promised to those who believed without seeing” (= ‘Ia melihatnya dan percaya’ - dan karena itu tidak mencapai berkat yang dijanjikan kepada mereka yang percaya tanpa melihat) - hal 834.
Bdk. Yohanes 20:29 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
2. Yohanes berbeda dengan Tomas, karena ia belum melihat Yesus yang bangkit, tetapi sudah percaya.
Tasker (Tyndale): “on the evidence of what he now saw, without having had any encounter with the risen Lord, he believed that the Lord’s body had not been removed by human hands, but raised by divine intervention. He is thus in a real sense the forerunner of those counted ‘blessed’ in verse 29, the innumerable company who ‘have not seen, and yet have believed’” (= berdasarkan bukti dari apa yang telah ia lihat sekarang, tanpa mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit, ia percaya bahwa tubuh Tuhan bukannya telah disingkirkan oleh tangan manusia, tetapi dibangkitkan oleh intervensi ilahi. Karena itu ia dalam arti yang sebenarnya merupakan pendahulu dari mereka yang dianggap ‘diberkati’ dalam ay 29, rombongan yang tak terhitung yang ‘tidak melihat, namun percaya’) - hal 224.
5) Yohanes mengatakan bahwa ia percaya, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa tentang Petrus. Dan dari ayat paralelnya dalam Lukas, kelihatannya Petrus belum percaya.
Luk 24:12 - “Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi”.
Tetapi, ada yang menganggap Luk 24:12 ini sebagai tidak asli, karena ada manuscripts yang tidak mempunyainya (Leon Morris, NICNT, hal 828, footnote). Karena itu maka NASB meletakkan Luk 24:12 ini di dalam tanda kurung.
Yohanes 20: 9-10: “Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah”.
1) Kata ‘isi’ seharusnya tidak ada.
2) Kata ‘Kitab Suci’ pasti menunjuk kepada Perjanjian Lama, tetapi ayat mana yang dimaksudkan?
a) Maz 16:10 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan”.
Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
NIV: ‘because you will not abandon me to the grave, nor will you let your Holy One see decay’ (= karena Engkau tidak akan meninggalkan aku pada / di kuburan, ataupun akan membiarkan Orang KudusMu melihat pembusukan).
NASB: ‘For Thou wilt not abandon my soul to Sheol; Neither wilt Thou allow Thy Holy One to undergo decay’ (= Karena Engkau tidak akan meninggalkan jiwaku pada / di Sheol; juga Engkau tidak akan mengijinkan Orang KudusMu untuk mengalami pembusukan).
Bdk. Kis 2:31 Kis 13:35 (dalam kedua ayat ini, yang merupakan kutipan dari Maz 16:10, Kitab Suci Indonesia juga salah terjemahan, dengan kesalahan yang persis sama seperti dalam Maz 16:10 ini).
b) Yes 53:10b - “ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut”.
c) Yunus 1:17 - “Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya”.
Bdk. Mat 12:40 - “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.
3) ‘harus’.
A. T. Robertson: “‘Must’ (DEI). For this use of DEI concerning Christ’s death and resurrection see Mark 8:31; Matt. 26:54; Luke 9:22; 17:25; 22:37; 24:7,26,44; John 3:14; 12:34; Acts 1:16” [= ‘Harus’ (DEI). Untuk penggunaan dari DEI mengenai kematian dan kebangkitan Kristus, lihat Mark 8:31; Mat 26:54; Luk 9:22; 17:25; 22:37; 24:7,26,44; Yoh 3:14; 12:34; Kis 1:16] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 310.
F. F. Bruce: “The ‘must’ (DEI) is the ‘must’ of the divine decree” [= ‘Harus’ (DEI) adalah ‘harus’ dari ketetapan ilahi] - hal 386.
4) ‘Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci’.
KJV/Lit: ‘they knew not’ (= mereka tidak tahu).
RSV: ‘they did not know’ (= mereka tidak tahu).
NIV/NASB: ‘they did not understand’ (= mereka tidak mengerti).
Ayat ini menunjukkan bahwa mereka lebih dulu mempercayai kebangkitan Yesus (dari fakta kubur yang kosong), dan baru sesudah itu mereka mengerti nubuat Perjanjian Lama yang menubuatkan hal itu.
Kalau mereka hanya tidak mengerti Perjanjian Lama yang menubuatkan tentang kebangkitan Kristus, maka itu tidak terlalu mengherankan, karena ayat-ayatnya memang tidak jelas. Tetapi Yesus sendiri berulangkali menubuatkan kematian dan kebangkitanNya pada hari yang ketiga.
Memang nubuat Yesus itu ada yang tidak jelas, dan membutuhkan penjelasan, seperti dalam Yoh 2:19-22 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri. (22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus”.
Tetapi beberapa kali Yesus juga mengatakan hal itu secara gamblang, sehingga tidak memungkinkan untuk tidak dimengerti.
Mat 16:21 - “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga”.
Mat 17:22-23 - “Pada waktu Yesus dan murid-muridNya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: ‘Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’ Maka hati murid-muridNya itupun sedih sekali”.
Mat 20:17-19 - “Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas muridNya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: ‘Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’”.
Mat 26:1-2 - “Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaranNya itu, berkatalah Ia kepada murid-muridNya: ‘Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.’”.
Pada kali yang terakhir (Mat 26:1-2) Ia hanya menubuatkan kematianNya, tetapi tidak tentang kebangkitanNya. Atau mungkin juga sebetulnya Ia mengatakannya, tetapi Matius tidak mencatat secara lengkap.
Jadi, sedikitnya ada 3 x nubuat yang jelas / gamblang tentang kebangkitanNya, dan karena itu kalau mereka melupakan hal ini, itu betul-betul merupakan hal yang aneh.
Pulpit Commentary: “It is remarkable that, whilst the disciples forgot, or failed to believe, what their Lord had said, the priests and rulers who had put him to death remembered the words attributed to him, and guarded, as they thought, against any attempt on the part of his followers to remove his body, and so to give colour to a report of his resurrection. They looked coolly at the facts; the friends of Jesus were blinded by overwhelming emotion!” (= Merupakan sesuatu yang luar biasa / patut diperhatikan bahwa sementara murid-murid lupa, atau gagal untuk percaya, apa yang Tuhan telah katakan, imam-imam dan pemimpin-pemimpin yang telah membunuhNya ingat kata-kata yang dianggap berasal dari Dia, dan menjaga, seperti mereka pikirkan, terhadap usaha dari pihak para pengikutNya untuk menyingkirkan tubuhNya, dan dengan demikian menyemarakkan berita tentang kebangkitanNya. Mereka melihat dengan dingin pada fakta-fakta; teman-teman Yesus dibutakan oleh emosi yang meluap-luap!) - hal 484.
Luk 24:6-8 memang menunjukkan bahwa murid-murid memang lupa akan kata-kata Yesus yang mengatakan bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga, tetapi ironisnya, dari Mat 27:62-64 terlihat bahwa justru para tokoh Yahudi tahu dan ingat akan kata-kata Yesus tersebut.
Luk 24:6-8 - “Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.’ Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu”.
Mat 27:62-64 - “Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama.’”.
Penerapan: ini mengajar kita untuk lebih banyak mempelajari Kitab Suci, supaya jangan kalah dari ‘musuh-musuh’ kita dalam ingatan terhadap Kitab Suci kita sendiri.
5) Mengapa Yesus bangkit pada hari Minggu / pada hari ketiga?
a) Untuk menggenapi type nabi Yunus.
Mat 12:40 - “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.
b) Untuk menunjukkan bahwa tadinya Ia betul-betul sudah mati.
Kalau Ia bangkit setelah mati hanya beberapa jam, maka orang mungkin akan beranggapan bahwa Ia tidak betul-betul mati. Tetapi kebangkitanNya pada hari yang ketiga, membuktikan bahwa tadinya Ia betul-betul mati.
Tetapi sekalipun ia betul-betul mati, tubuhNya tidak membusuk [Maz 16:10 Kis 2:31 Kis 13:35-37. Tetapi perhatikan no 2) di atas dimana telah ditunjukkan kesalahan penterjemahan dari Kitab Suci Indonesia tentang ayat-ayat ini].
Tidak jelas mengapa tubuh Yesus tidak membusuk. Ada beberapa kemungkinan:
1. Ada yang mengatakan karena waktu yang singkat (hanya sekitar 37-38 jam). Tetapi ini rasanya tak memungkinkan, karena dalam cuaca panas seperti di Israel, maka pasti mayat sudah membusuk dalam waktu 37-38 jam itu.
2. Karena pembalseman / pemberian rempah-rempah yang dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus (Yoh 19:39-40).
3. Karena Allah melakukan mujijat.
c) Untuk mengubah Sabat dari Sabtu menjadi Minggu.
George Hutcheson: “he rose on ‘the first day of the week,’ that he ... might sanctify and set apart that day to be the Christian sabbath, which therefore is called the Lord’s day, Rev. 1:10” (= Ia bangkit pada ‘hari pertama dari suatu minggu’, supaya Ia ... bisa menguduskan dan memisahkan hari itu untuk menjadi sabat Kristen, yang karena itu disebut hari Tuhan, Wah 1:10) - hal 412.
Wah 1:10 - “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala”.
6) ‘Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah’.
Ini menunjukkan para murid punya rumah. Bdk. Yoh 19:27.
-o0o-
Yohanes 20:11-18
Yohanes 20: 11-12: “(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring”.
1) Kata ‘Tetapi’ pada awal ay 11 mengkontraskan antara kedua rasul yang pulang ke rumah dengan Maria Magdalena yang tetap berada di kuburan.
2) Ada penafsir yang menganggap bahwa pada saat ini Maria Magdalena sudah terpisah dari perempuan-perempuan yang lain yang tadinya menyertai dia ke kubur, sehingga pada saat ini ia memang berada sendirian.
Leon Morris (NICNT): “It is possible that after the vision of the angels mentioned in the Synoptists she became separated from the others and that the vision of the Lord (cf. v. 14) took place then” [= Adalah mungkin bahwa setelah penglihatan malaikat-malaikat yang disebutkan dalam Injil Sinopsis (Matius, Markus, Lukas), ia menjadi terpisah dari perempuan-perempuan yang lain, dan bahwa penglihatan dari Tuhan (bdk. ay 14) terjadi pada saat itu] - hal 829.
Ini didukung oleh kata ganti empunya ‘ku’ dan kata ganti orang ‘aku’ yang digunakan oleh Maria Magdalena dalam ay 13.
A. T. Robertson: “‘I do not know.’ Singular here, not plural as in John 20:2, because clearly Mary is alone here” (= ‘Aku tidak tahu’. Bentuk tunggal di sini, bukan jamak seperti dalam Yoh 20:2, karena jelas bahwa Maria sendirian di sini).
Tetapi Calvin menganggap bahwa sekalipun tidak diceritakan, para perempuan yang lain itu masih bersama dengan dia.
3) Yohanes 20: 12 mengatakan 2 orang malaikat, tetapi Mat 28:2 dan Mark 16:5 mengatakan seorang. Ini bukan kontradiksi. Mungkin hanya satu yang berbicara, sehingga Matius dan Markus hanya menyoroti seorang saja.
4) Calvin menganggap hal ini sebagai awal dari pemuliaan Kristus.
Calvin: “by the honour which the angels render to the sepulchre, not only is the ignominy of the cross taken away, but the heavenly majesty of Christ shines” (= oleh kehormatan yang diberikan malaikat-malaikat kepada kuburan, bukan hanya kehinaan dari salib itu diambil, tetapi keagungan surgawi dari Kristus bersinar) - hal 256.
Bahkan ada penafsir yang mengatakan bahwa adanya 2 malaikat ini disebabkan karena Yesus disalibkan di antara 2 penjahat. Jadi, kalau pada perendahanNya yang terendah Yesus disalibkan di antara 2 penjahat, maka sekarang pada pemuliaanNya, Ia bangkit dan ada 2 malaikat di kuburNya.
Yohanes 20: 13: “Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’”.
1) Maria Magdalena bingung / sedih secara tidak perlu untuk problem yang sebetulnya bukan problem, tetapi sebaliknya merupakan sesuatu yang menguntungkan.
Matthew Henry: “we often perplex ourselves needlessly with imaginary difficulties, which faith would discover to us as real advantages. Many good people complain of the clouds and darkness they are under, which are the necessary methods of grace for the humbling of their souls, the mortifying of their sins, and the endearing of Christ to them” (= kita sering membingungkan diri kita sendiri secara tidak perlu dengan kesukaran-kesukaran yang bersifat khayalan, yang oleh iman akan ditemukan bagi kita sebagai keuntungan yang nyata. Banyak orang baik mengeluh tentang awan dan kegelapan, dibawah mana mereka berada, yang merupakan metode kasih karunia yang perlu untuk membuat jiwa mereka menjadi rendah hati, pematian dosa-dosa mereka, dan membuat mereka disayangi Kristus).
2) Apakah Maria Magdalena tahu bahwa yang berbicara kepadanya itu adalah malaikat?
Calvin berkata bahwa tidak jelas apakah Maria Magdalena tahu bahwa yang berbicara kepadanya adalah malaikat.
Kalau Maria Magdalena tahu bahwa itu adalah malaikat, maka ini menunjukkan betapa hebatnya kasih dan pembaktian Maria Magdalena kepada Yesus, sehingga malaikat sekalipun tidak bisa menyimpangkan pemikiran Maria Magdalena kepada Yesus.
Matthew Henry: “A sight of angels and their smiles will not suffice without a sight of Christ and God’s smiles in him” (= Penglihatan tentang malaikat-malaikat dan senyum mereka tidak akan cukup tanpa penglihatan tentang Kristus dan senyum Allah dalam Dia).
John G. Mitchell: “as I have read this over and over again, and tried to put myself there in the garden, I couldn’t help but ask myself, ‘Well, if I had seen two angels, what would I have done?’ I would have become occupied with the angels. ... But here are two angels, and they are sitting in the place where the Lord had lain. A vision of angels is not going to stop this woman from finding her Lord. ... Mary’s heart is wrapped up in the Savior. Is yours? Do you permit things to come into your life that distract you from Christ? Is this not true of all of us? We allow material things, friends, circumstances - anything under heaven - to come between us and searching and seeking the Lord” (= pada saat saya membaca cerita ini berulang-ulang, dan mencoba untuk meletakkan diri saya sendiri di sana dalam taman itu, saya tidak bisa tidak bertanya kepada diri saya sendiri: ‘Seandainya saya melihat 2 malaikat, apa yang akan saya lakukan?’. Saya akan menjadi sibuk dengan malaikat-malaikat itu. ... Tetapi di sini ada 2 malaikat, dan mereka sedang di tempat dimana Tuhan telah diletakkan. Penglihatan tentang malaikat-malaikat tidak akan menghentikan perempuan ini dari usahanya mencari Tuhan. ... Hati Maria dibaktikan kepada sang Juruselamat. Apakah hatimu juga demikian? Apakah engkau mengijinkan hal-hal datang dalam kehidupanmu yang mengalihkan engkau dari Kristus? Bukankah ini benar tentang kita semua? Kita mengijinkan hal-hal materi, teman-teman, keadaan-keadaan - apapun di bawah langit - untuk datang diantara kita dan pencarian kita terhadap Tuhan) - hal 390.
Yohanes 20: 14-16: “(14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’ (16) Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya Guru”.
1) Mengapa Yesus menampakkan diri pertama-tama kepada Maria Magdalena?
Merupakan sesuatu yang aneh bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri pertama-tama kepada Maria Magdalena, dan bukan kepada salah satu dari para rasul atau kepada Maria, ibuNya. Mungkin ini disebabkan karena Yesus menganggap bahwa Maria Magdalena paling membutuhkan hal itu.
2) Maria Magdalena tidak mengenali Yesus dan mengira Dia sebagai penunggu taman.
a) Apa sebabnya dalam ay 14 Maria Magdalena tidak mengenali Yesus?
· Calvin (hal 256-257) menolak penafsiran yang mengatakan bahwa setelah kebangkitanNya, Kristus selalu berganti-ganti penampilannya. Ia beranggapan bahwa Maria Magdalena tidak mengenali karena ada sesuatu pada matanya (bdk. Luk 24:16). Allah yang memberi mata kepada manusia, bisa mengurangi ketajaman mata mereka pada saat Ia menganggap perlu untuk melakukan hal itu, supaya sekalipun memandang mereka tidak melihat.
· Barclay menganggap bahwa Maria Magdalena tidak mengenali Yesus, karena matanya penuh air mata, dan karena ia tidak mengharapkan kebangkitan Yesus.
Barclay: “she could not see him through her tears. ... She could not recognize him because of her tears. ... She could not recognize Jesus because she insisted on facing in the wrong direction” (= ia tidak bisa melihat Dia melalui air matanya. ... Ia tidak bisa mengenali Dia karena air matanya. ... Ia tidak bisa mengenali Yesus, karena ia berkeras untuk menghadap ke arah yang salah) - hal 269.
b) Sekalipun Maria Magdalena tidak melihat / mengenali Yesus, tetapi Yesus dekat dengan Dia.
Matthew Henry: “The Lord is nigh unto them that are of a broken heart (Ps. 34:18), nearer than they are aware. Those that seek Christ, though they do not see him, may yet be sure he is not far from them” [= Tuhan itu dekat kepada mereka yang hancur / patah hatinya (Maz 34:19), lebih dekat dari yang mereka sadari. Mereka yang mencari Kristus, sekalipun mereka tidak melihat Dia, boleh yakin bahwa Ia tidak jauh dari mereka].
c) Hati yang sedih / kacau sering menyalah-tafsirkan providensia Allah dan kasih karuniaNya.
Matthew Henry: “The error of her understanding. She supposed our Lord Jesus to be the gardener, ... Note, Troubled spirits, in a cloudy and dark day, are apt to misrepresent Christ to themselves, and to put wrong constructions upon the methods of his providence and grace” (= Kesalahan pengertiannya. Ia menduga Tuhan kita Yesus sebagai tukang kebun, ... Perhatikan, roh / jiwa yang susah / kacau, pada hari yang berawan dan gelap, condong untuk salah menggambarkan Kristus untuk diri mereka sendiri, dan membuat penafsiran yang salah tentang metode dari providensia dan kasih karuniaNya).
Bdk. Maz 31:23 - “Aku menyangka dalam kebingunganku: ‘Aku telah terbuang dari hadapan mataMu.’ Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepadaMu minta tolong”.
3) Yesus, tangisanNya, kebangkitanNya, dan tangisan kita.
Matthew Henry: “It should seem, this was the first word Christ spoke after his resurrection: ‘Why weepest thou? I am risen.’ The resurrection of Christ has enough in it to ally (allay?) all our sorrows, to check the streams, and dry up the fountains, of our tears” (= Kelihatannya ini merupakan kata-kata pertama yang diucapkan Yesus setelah kebangkitanNya: ‘Mengapa engkau menangis? Aku telah bangkit’. Kebangkitan Kristus mempunyai sesuatu yang cukup di dalamnya untuk mengurangi / menenangkan semua kesedihan kita, mengurangi aliran-aliran, dan mengeringkan sumber, dari air mata kita).
Pulpit Commentary: “‘Jesus saith to her,’ in the words of the angels, ‘Woman, why weepest thou?’. These are the first words of the risen Jesus, ... They are the beginning of a fulfilment of the Divine promise ‘to wipe away tears from all faces.’” (= Yesus berkata kepadanya dalam kata-kata dari malaikat-malaikat, ‘Perempuan, mengapa engkau menangis?’. Ini adalah kata-kata pertama dari Yesus yang bangkit, ... kata-kata itu merupakan permulaan penggenapan dari janji Ilahi ‘untuk menghapus air mata dari semua wajah’) - hal 468.
Wah 7:17 - “Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.’”.
Wah 21:4 - “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’”.
Dan dalam tafsirannya tentang Yoh 11:35, William Hendriksen berkata: “there surely is a connection between 11:35 (‘Jesus burst into tears’) and Rev. 7:17 (‘God shall wipe away every tear from their eyes’): because of his tears ours shall be wiped away” [= Pasti ada hubungan antara 11:35 (‘Maka menangislah Yesus’) dan Wah 7:17 (‘Allah akan menghapus setiap air mata dari mata mereka’): karena air mataNya, maka air mata kita akan dihapuskan] - hal 155.
4) Kasih tidak merasakan beban.
Adam Clarke: “‘And I will take him away.’ How true is the proverb, Love feels no load! Jesus was in the prime of life when he was crucified, and had a hundred pounds weight of spices added to his body; and yet Mary thinks of nothing less than carrying him away with her, if she can but find where he is laid!” (= ‘supaya aku dapat mengambilNya’. Alangkah benarnya pepatah: kasih tidak merasakan beban! Yesus sedang dalam usia yang terbaik pada waktu Ia disalibkan, dan ada 100 pounds rempah-rempah ditambahkan kepada tubuhNya; tetapi Maria berpikir untuk mengambil / mengangkatNya dengan dia, jika saja ia bisa menemukan dimana Ia diletakkan).
5) Sebutan ‘Maria’ oleh Yesus kepada Maria Magdalena menyadarkan Maria bahwa itu adalah Yesus. Dan Maria lalu menyebut Yesus ‘Rabbuni’ (ay 16).
a) Wycliffe Bible Commentary: “Rabboni (Master or Lord). Originally the form meant ‘my great one’, but the word had come to be used without possessive force” [= Rabbuni (Guru atau Tuhan). Pada mulanya bentuk ini berarti ‘Guruku yang agung’, tetapi kata itu lalu digunakan tanpa kepemilikan (tanpa kata ganti empunya ‘ku’)].
b) Ada banyak penafsir yang membedakan ‘Rabbi’ dan ‘Rabbuni’.
Barnes’ Notes: “‘Rabboni.’ This is a Hebrew word denoting, literally, my great master. It was one of the titles given to Jewish teachers. This title was given under three forms: (a) Rab, or master - the lowest degree of honor. (b) Rabbi, my master - a title of higher dignity. (c) Rabboni, my great master the most honorable of all. This title, among the Jews, was only given to seven persons, all persons of great eminence. As given by Mary to the Saviour, it was at once an expression of her joy, and an acknowledgment of him, as her Lord and Master” [= ‘Rabbuni’. Ini adalah suatu kata Ibrani yang secara hurufiah menunjukkan ‘guruku yang agung’. Itu adalah satu dari gelar-gelar yang diberikan kepada guru-guru Yahudi. Gelar ini diberikan dalam 3 bentuk: (a) Rab, atau guru - tingkat kehormatan yang paling rendah. (b) Rabbi, guruku - suatu gelar kewibawaan yang lebih tinggi. (c) Rabbuni, ‘guruku yang agung’, gelar yang paling tinggi / terhormat dari semua. Gelar ini, di antara orang-orang Yahudi, hanya diberikan kepada 7 orang, semuanya orang-orang dengan keunggulan / kemasyhuran yang besar. Pada waktu diberikan oleh Maria kepada sang Juruselamat, itu sekaligus merupakan suatu pernyataan sukacitanya, dan suatu pengakuan tentang Dia sebagai Tuhan dan Gurunya].
c) Ada juga penafsir yang tidak terlalu membedakan ‘Rabbi’ dan ‘Rabbuni’.
F. F. Bruce: “That there was little essential difference in meaning between ‘Rabbuni’ and ‘Rabbi’ seems clear from John’s use of the Greek vocative DIDASKALE to render both forms (cf. John 1:38)” [= Bahwa di sana ada sedikit perbedaan arti yang hakiki antara ‘Rabbuni’ dan ‘Rabbi’ kelihatannya jelas dari penggunaan Yohanes tentang bentuk sapaan / vokatif DIDASKALE untuk menterjemahkan kedua bentuk (bdk. Yoh 1:38)] - hal 389.
Yoh 1:38 - “Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: ‘Apakah yang kamu cari?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Rabi [artinya: Guru (Yunani: DIDASKALE)], di manakah Engkau tinggal?’”.
Yohanes 20: 16: “Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya Guru (Yunani: DIDASKALE)”.
Jadi, baik ‘Rabi’ dalam Yoh 1:38, maupun ‘Rabbuni’ dalam ay 16 ini, sama-sama diterjemahkan dengan kata Yunani DIDASKALE (= Guru).
Yohanes 20: 17: “Kata Yesus kepadanya: ‘Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.
1) Banyak orang menggunakan ayat ini untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga, tapi ke dunia orang mati.
Ini merupakan penafsiran bodoh, dan pada waktu saya membaca buku-buku tafsiran saya, tidak ada orang-orang yang memberikan penafsiran bodoh ini. Mengapa penafsiran ini saya katakan bodoh? Karena itu bertentangan dengan:
a) Kata-kata Yesus kepada penjahat yang bertobat, bahwa hari itu juga penjahat itu akan bersama dengan Dia di Firdaus (Luk 23:43), dan Firdaus itu jelas adalah surga (bdk. 2Kor 12:2,4).
b) Kata-kata terakhir Yesus di kayu salib menunjukkan bahwa Ia menyerahkan nyawa / rohNya ke tangan Bapa (Luk 23:46) dan ini jelas menunjukkan bahwa Ia pergi ke surga pada saat mati.
Jadi, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’ tidak menunjuk ke belakang / saat antara kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi menunjuk ke depan / saat kenaikanNya ke surga. Ini jelas terlihat kalau kita membaca ay 17bnya (‘Aku akan pergi kepada BapaKu dan BapaMu, kepada AllahKu dan Allahmu’).
Catatan: dalam kedua kalimat ini, kata ‘pergi’ seharusnya lebih tepat kalau diterjemahkan ‘ascend’ (= naik), seperti dalam terjemahan KJV/RSV/NASB. Dengan demikian lebih jelas lagi bahwa ini menunjuk kepada ‘ascension’ (= kenaikan Kristus ke surga).
2) Ay 17a tidak mungkin diartikan bahwa Yesus melarang Maria Magdalena untuk menyentuh Dia, karena:
a) Murid-murid yang lain diijinkan untuk menyentuh Dia setelah kebangkitanNya.
Mat 28:9 - “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya”.
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.
Yohanes 20:27 - “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Mengapa mereka ini boleh memegang sedangkan Maria Magdalena tidak boleh?
b) Di sini digunakan kata perintah bentuk present, yang disertai kata ‘tidak’.
Leon Morris (NICNT): “The present imperative with a negative means ‘Stop doing something’ rather than ‘Do not start something’. Here it will mean ‘Stop clinging to Me’ ... and not, ‘Do not begin to touch Me’” (= Kata perintah bentuk present, disertai kata ‘tidak’, berarti ‘Berhentilah melakukan sesuatu’ dan bukannya ‘Jangan mulai melakukan sesuatu’. Di sini itu berarti ‘Berhentilah berpegang teguh kepadaKu’ ... dan bukannya ‘Jangan mulai menyentuh Aku’) - hal 840.
Tasker (Tyndale): “in the Greek the verb ‘touch’ is a present imperative; and when used as a prohibition this should normally give the meaning ‘Stop touching me’ or ‘Do not touch me any more’. The right translation would therefore seem to be, ‘Do not cling to Me’ (RSV ‘Do not hold me’)” [= dalam bahasa Yunani kata kerja ‘menyentuh’ adalah suatu kata perintah bentuk present; dan pada waktu digunakan sebagai suatu larangan ini biasanya harus memberikan arti ‘Berhentilah menyentuh Aku’ atau ‘Jangan menyentuh Aku lagi’. Karena itu terjemahan yang benar kelihatannya adalah ‘Jangan berpegang erat-erat kepada Aku (RSV ‘Jangan menahan Aku’)] - hal 225.
Jadi, Maria Magdalena bukannya dilarang menyentuh, tetapi dilarang untuk menahan / memegang erat-erat / nggandoli.
3) Apa maksud / tujuan Maria Magdalena untuk menahan / memegang Yesus erat-erat?
Matthew Henry: “Mary thought, now that her Master was risen, he would presently set up a temporal kingdom, such as they had long promised themselves. ‘No,’ says Christ, ‘touch me not, with any such thought; think not to lay hold on me, so as to detain me here; for, though I am not yet ascended, go to my brethren, and tell them, I am to ascend.’” (= Maria berpikir, sekarang bahwa Gurunya sudah bangkit, Ia akan segera mendirikan kerajaan sementara, seperti yang sejak lama mereka janjikan kepada diri mereka sendiri. ‘Tidak’, kata Kristus, ‘jangan menyentuh Aku, dengan pemikiran seperti itu; jangan berpikir untuk memegang Aku, untuk menahan / menghambat Aku di sini; karena, sekalipun Aku belum naik, pergilah kepada saudara-saudaraKu, dan beritahu mereka, Aku harus naik).
Calvin: “they were not forbidden to touch him, until Christ saw that, by their foolish and unreasonable desire, they wished to keep him in the world” (= mereka tidak dilarang untuk menyentuh Dia, sampai Kristus melihat bahwa, oleh keinginan mereka yang bodoh dan tak masuk akal, mereka ingin menahan Dia dalam dunia) - hal 259.
Calvin: “The meaning of the words therefore is, that his state of resurrection would not be full and complete, until he should sit down in heaven at the right hand of the Father; and, therefore, that the women did wrong in satisfying themselves with having nothing more than the half of his resurrection, and desiring to enjoy his presence in the world” (= Karena itu, arti dari kata-kata ini adalah bahwa keadaan kebangkitanNya tidak akan penuh dan lengkap, sampai Ia duduk di surga di sebelah kanan Bapa; dan karena itu perempuan-perempuan ini melakukan kesalahan dengan memuaskan diri mereka sendiri dengan mendapatkan tidak lebih dari setengah kebangkitanNya, dan menginginkan untuk menikmati kehadiranNya di dunia ini) - hal 259.
Wycliffe Bible Commentary: “Mary needed to be taught that the Lord was not with her on the basis of the old relationship. He was already glorified. He belonged now to the heavenly realm, even though he was willing to tarry for a time to meet with his friends” (= Maria perlu diajar bahwa Tuhan tidak lagi bersama dia pada hubungan yang lama. Ia sudah dimuliakan. Sekarang Ia termasuk pada alam surgawi, sekalipun Ia mau untuk berlambat-lambat untuk sementara waktu untuk bertemu dengan teman-temanNya).
4) Mengapa Yesus melarang Maria Magdalena untuk menahannya?
Ada 2 pandangan:
a) Karena Ia harus naik ke surga dan tidak bisa ditahan di dunia ini.
Barclay: “It may be that Jesus was saying to Mary: ‘don’t go on clutching me selfishly to yourself. In a short time I am going back to my Father” (= Adalah mungkin bahwa Yesus berkata kepada Maria: ‘janganlah terus menggenggam Aku secara egois bagi dirimu sendiri. Dalam waktu yang singkat Aku akan kembali kepada BapaKu) - hal 271.
b) Karena Yesus masih punya waktu sekitar 40 hari sebelum naik ke surga. Jadi tak perlu dipegang erat-erat seakan-akan Dia akan segera naik ke surga hari itu juga.
Leon Morris (NICNT): “Part of the thought appears to be that Jesus was not simply returning to the old life. Mary was reacting as though He were. ... But part of the thought also will be concerned with the fact that the ascension was as yet future. ... It is as though Jesus were saying, ‘Stop clinging to Me. There is no need for this, as I am not yet at the point of permanent ascension. You will have opportunity of seeing Me.’” (= Sebagian dari pemikirannya kelihatannya adalah bahwa Yesus tidak sekedar kembali kepada kehidupan yang lama. Maria bertindak seakan-akan Ia kembali kepada kehidupan yang lama. ... Tetapi sebagian dari pemikirannya juga berkenaan dengan fakta bahwa kenaikan itu masih akan datang. ... Seakan-akan Yesus berkata: ‘Berhentilah berpegang erat-erat kepada Aku. Tidak ada keperluan untuk hal ini, karena pada saat ini Aku belum akan naik ke surga secara permanen. Engkau akan mempunyai kesempatan untuk melihat Aku’) - hal 841.
5) Kata-kata ‘Aku akan pergi’ (ay 17b) seharusnya ‘I ascend’ (= Aku naik).
Mengapa digunakan present tense, bukan future tense, kalau itu memang menunjuk kepada kenaikanNya ke surga? Ada 2 kemungkinan jawaban:
a) Itu menunjukkan kepastian dari kenaikan itu.
Leon Morris (NICNT): “In the message to the ‘brethren’ the verb ‘I ascend’ is in the present tense. This tense may denote future action, but if so it is with the thought either of imminence or certainty. It is the latter which is required here” (= Dalam berita / pesan kepada ‘saudara-saudara’ kata kerja ‘Aku naik’ ada dalam present tense. Tense ini bisa menunjuk kepada tindakan yang akan datang, tetapi jika demikian itu ada dengan pemikiran tentang kesegeraan atau kepastian. Adalah yang terakhir yang dibutuhkan / diharuskan di sini) - hal 841.
b) Itu menunjuk pada proses kenaikan kesurga.
Tasker (Tyndale): “‘I ascend’ should be taken as a continuous present ‘I am in the process of ascending’” (= ‘Aku naik’ harus dianggap sebagai suatu bentuk present yang terus menerus ‘Aku ada dalam proses dari kenaikan’) - hal 225.
6) Maria Magdalena disuruh memberitakan kepada saudara-saudara Yesus.
John G. Mitchell: “The revelation of His person to her brought her an opportunity for immediate service” (= Wahyu tentang diri / pribadiNya kepadanya membawa kepadanya suatu kesempatan untuk pelayanan langsung) - hal 392.
Matthew Henry: “Note, Public service ought to be preferred before private satisfaction. ... Mary must not stay to talk with her Master, but must carry his message” (= Perhatikan, pelayanan umum harus didahulukan dari pada kepuasan pribadi. ... Maria tidak boleh tinggal untuk berbicara dengan Gurunya, tetapi harus membawa pesanNya).
Perhatikan bahwa tidak selalu ‘bersekutu dengan Yesus’ itu lebih baik dari pada ‘melayani Yesus’ (bdk. Luk 10:38-42). Di sini Yesus tak mau Maria Magdalena terus dekat dengan Dia dan bersekutu dengan Dia. Ia ingin Maria Magdalena pergi kepada murid-murid yang lain, dan memberitahu mereka kabar tentang kebangkitan Kristus.
7) Siapa yang dimaksud oleh Yesus dengan ‘saudara-saudaraKu’?
Ada yang menganggap bahwa ‘my brethren’ menunjuk kepada saudara-saudara tiri Yesus. Ini didukung oleh fakta bahwa setelah Yesus naik ke surga, saudara-saudara tiri yang tadinya tidak percaya kepada Yesus ini (Yoh 7:5) menjadi orang-orang percaya (Kis 1:14).
Tetapi kebanyakan penafsir beranggapan bahwa ‘my brethren’ menunjuk kepada murid-murid Yesus, karena cerita ini selanjutnya menunjukkan bahwa Maria Magdalena memang pergi kepada mereka (ay 18).
William Hendriksen: “Jesus now calls his disciples by a new name: ‘brothers.’ (cf. Ps. 22:23; 122:8; Heb. 2:11.) ... Brothers belong to one and the same family. They possess much in common. They share in the same inheritance. Thus every true believer is a joint-heir with Christ (Rom. 8:17). Thus, also, in the spiritual sense, God is not the Father of all men but only of those who, having been chosen from eternity, have embraced the Son by a living faith. These - these all, these alone - are Christ’s brothers” [= Sekarang Yesus menyebut murid-muridNya dengan suatu nama yang baru: ‘saudara-saudara’ (bdk. Maz 22:23; 122:8; Ibr 2:11). ... ‘Saudara-saudara’ termasuk dalam keluarga yang satu dan yang sama. mereka mempunyai banyak persamaan. Mereka ikut ambil bagian dari warisan yang sama. Demikianlah setiap orang percaya yang sejati adalah pewaris bersama dengan Kristus (Ro 8:17). Demikian juga dalam arti rohani, Allah bukanlah Bapa dari semua manusia tetapi hanya dari mereka yang, setelah dipilih dari kekekalan, telah memeluk Anak dengan iman yang hidup. Ini, ini semua, ini saja, adalah saudara-saudara Kristus] - hal 456.
Jamieson, Fausset & Brown: “That He had still our Humanity, and therefore ‘is not ashamed to call us brethren,’ is indeed grandly evidenced by these words” (= Bahwa Ia tetap mempunyai kemanusiaan kita, dan karena itu ‘tidak malu menyebut mereka saudara’, memang secara agung ditunjukkan oleh kata-kata ini).
Catatan: kutipan ayat dari Ibr 2:11.
8) Calvin menganggap (hal 260) bahwa ay 17b ini merupakan penggenapan dari Maz 22:23 - “Aku akan memasyhurkan namaMu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah”.
9) Pesan Yesus adalah ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’.
a) Kata ‘sekarang’ dalam ay 17b seharusnya tidak ada.
b) ‘Aku akan pergi / naik’.
Matthew Henry: “Now this was intended to be, (a.) A word of caution to these disciples, not to expect the continuance of his bodily presence on earth, nor the setting up of his temporal kingdom among men, which they dreamed of. ... (b.) A word of comfort to them, ... he ascended as our forerunner, to prepare a place for us, and to be ready to receive us” [= Ini dimaksudkan sebagai (a) Suatu peringatan kepada murid-murid ini, untuk tidak berharap pada kelanjutan dari kehadiran tubuhNya di bumi, atau pada pendirian kerajaanNya yang sementara di antara manusia, yang mereka mimpikan. ... (b) Suatu penghiburan bagi mereka, ... Ia naik sebagai pendahulu kita, untuk mempersiapkan suatu tempat bagi kita, dan untuk siap menerima kita].
c) ‘kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’.
Matthew Henry: “he is Christ’s Father by eternal generation, ours by a gracious adoption; yet even this warrants us to call him, as Christ did, Abba, Father. This gives a reason why Christ called them brethren, because his Father was their Father” (= Ia adalah Bapa Kristus oleh eternal generation / tindakan memperanakkan yang kekal, Ia adalah Bapa kita oleh pengadopsian yang bersifat kasih karunia / murah hati; tetapi bahkan ini membenarkan kita untuk memmanggilNya, seperti yang Kristus lakukan, Abba, Bapa. Ini memberi alasan mengapa Kristus menyebut mereka ‘saudara-saudara’, karena BapaNya adalah Bapa mereka).
Calvin: “he is the Son of God by nature, while we are the sons of God only by adoption” (= Ia adalah Anak Allah secara alamiah, sementara kita adalah anak-anak Allah hanya oleh pengadopsian) - hal 263.
Wycliffe Bible Commentary: “My Father is the language of deity; my God is the language of humanity” (= ‘BapaKu’ adalah bahasa dari keilahian; ‘AllahKu’ adalah bahasa dari kemanusiaan).
Bdk. Ro 15:6 - “sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus”.
Yohanes 20: 18: “Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: ‘Aku telah melihat Tuhan!’ dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya”.
Matthew Henry: “She came and told the disciples, whom she found together, that she had seen the Lord. ... When God comforts us, it is with this design, that we may comfort others” (= Ia datang dan memberitahu murid-murid, yang ia temukan bersama-sama, bahwa ia telah melihat Tuhan. ... Pada waktu Tuhan menghibur kita, itu adalah dengan rencana / tujuan ini, supaya kita bisa menghibur orang-orang lain).
-o0o-
Yohanes 20:19-23
Yohanes 20: 19: “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
1) “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat”.
a) “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu”.
1. Penekanan hari pertama.
Yohanes menulis sedemikian rupa sehingga hari pertama itu sangat ditekankan.
KJV: ‘Then the same day at evening, being the first day of the week’ (= Maka pada hari yang sama pada sore / malam hari, yang merupakan hari pertama dari minggu).
William Hendriksen menterjemahkan: ‘Now when it was evening on that day, the first day of the week’ (= Pada waktu sore / malam pada hari itu, hari pertama dari minggu).
William Hendriksen mengatakan (hal 457) bahwa Yohanes bisa saja menulis ‘Now when it was the evening of the first day’ (= Pada sore / malam dari hari pertama). Tetapi ia mau lebih menekankan hari pertama itu. Jadi ia mulai dengan mengatakan ‘Now when it was evening of that day’ (= Pada sore / malam dari hari itu). Dilihat dari kontextnya itu sudah menunjuk kepada hari pertama (bdk. 20:1). Tetapi Yohanes tidak puas dengan itu, dan ia melanjutkan ‘that day, the first day of the week’ (= hari itu, hari pertama dari minggu).
Matthew Henry beranggapan bahwa ini merupakan tanda / bukti bahwa Allah menghormati hari itu.
2. Apa maksudnya ‘malam’?
Text yang sedang kita pelajari ini (Yoh 20:19-23) paralel dengan Luk 24:36-dst. Dan kalau dilihat dari Luk 24:29,33,36 terlihat bahwa saat ini bukan lagi siang / sore sebelum pk. 6 sore tetapi sudah malam (lewat dari pk. 6 sore). Itu berarti bahwa sebetulnya, dari perhitungan waktu Yahudi, itu bukan lagi hari pertama (minggu) tetapi hari kedua (senin).
William Hendriksen: “It was evening. In the light of Luke 24:29,33,36 we have a right to conclude that it was no longer early in the evening when the great event recorded in the present paragraph took place. As the Jews compute the days it was no longer the first day of the week. But John, though a Jew, is writing much later than Matthew and Mark, and does not seem to concern himself with Jewish time-reckoning” (= Itu adalah malam. Dalam terang dari Luk 24:29,33,36 kami mempunyai hak untuk menyimpulkan bahwa itu bukan lagi awal dari suatu sore ketika peristiwa yang besar yang dicatat dalam text ini terjadi. Sebagaimana orang-orang Yahudi menghitung hari, itu bukan lagi hari pertama dari minggu. Tetapi Yohanes, sekalipun ia adalah orang Yahudi, menulis jauh lebih belakangan dari Matius dan Markus, dan kelihatannya tidak mempedulikan perhitungan waktu Yahudi) - hal 458.
A. T. Robertson menganggap bahwa kata-kata “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu” menunjukkan bahwa Yohanes menggunakan perhitungan waktu Romawi dan bukan Yahudi, karena ‘malam’ menyusul ‘pagi / siang’ dan bukan sebaliknya.
Bagian ini perlu diperhatikan karena ada orang-orang yang menolak perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu dengan mengatakan bahwa Yesus menampakkan diri di sini pada hari Senin, bukan pada hari Minggu. Itu memang Senin berdasarkan perhitungan waktu Yahudi, tetapi itu adalah Minggu berdasarkan perhitungan waktu Romawi. Dan Yohanes kelihatannya menggunakan perhitungan waktu Romawi.
b) “berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat”.
1. Kita memang tidak tahu apa tujuan para murid berkumpul pada saat itu, tetapi sedikitnya itu adalah suatu persekutuan. Bahkan ada penafsir yang beranggapan bahwa murid-murid berkumpul pada hari minggu dalam ay 19 itu, untuk berbakti.
Barnes’ Notes: “It is worthy of remark that this is the first assembly that was convened for worship on the Lord’s Day, and in that assembly Jesus was present. Since that time, the day has been observed in the church as the Christian Sabbath, particularly to commemorate the resurrection of Christ” (= Layak diperhatikan bahwa ini adalah perkumpulan pertama yang dilakukan untuk kebaktian pada hari Tuhan, dan dalam perkumpulan itu Yesus hadir. Sejak saat itu, hari itu dihormati dalam gereja sebagai Sabat Kristen, khususnya untuk memperingati kebangkitan Kristus).
2. Mereka sedang ada dalam keadaan yang sulit, mereka bingung tentang apakah Kristus bangkit atau tidak. Mungkin mereka bertemu untuk berdoa bersama, atau membandingkan cerita / laporan tentang kebangkitan Kristus, dan merundingkan apa yang harus mereka lakukan. Juga untuk saling mengerti isi hati masing-masing, saling menguatkan iman, dan sebagainya. Ini mengajar kita untuk tidak meninggalkan pertemuan ibadah kita, bahkan pada masa yang sukar. Bdk. Ibr 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
2) “dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
a) Ada beberapa penafsiran salah berkenaan dengan bagian ini:
1. Ini bukan mujijat, karena Kristus masuk dengan membuka pintu secara biasa.
Merupakan sesuatu yang mengherankan bagi saya bahwa ada banyak penafsir yang beranggapan bahwa di sini tidak terjadi mujijat. Mereka mengatakan bahwa Yesus datang lalu membuka pintu dengan cara biasa dan masuk ke dalam ruangan itu. Saya berpendapat bahwa penafsiran ini sangat tidak masuk akal, karena kalau demikian apa gunanya Yohanes mengatakan bahwa ‘pintu-pintu terkunci’?.
Leon Morris (NICNT): “Jesus came and stood among them. This appears to mean that He had not come through the door in the normal fashion (else what is the point of mentioning the shut door?). ... John wants us to see that the risen Jesus was not limited by closed doors. Miraculously He stood in their midst. But the precise manner of the miracle is not indicated” [= Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka. Ini kelihatannya berarti bahwa Ia tidak datang melalui pintu dengan cara normal (kalau tidak apa gunanya / tujuannya menyebutkan pintu yang tertutup / terkunci?). ... Yohanes ingin kita melihat bahwa Yesus yang bangkit tidak dibatasi oleh pintu-pintu yang terkunci. Secara mujijat Ia berdiri di tengah-tengah mereka. Tetapi cara yang persis dari mujijat itu tidak dinyatakan] - hal 844.
2. Kristus, setelah kebangkitanNya, adalah roh dan tidak mempunyai tubuh.
Penafsiran lain yang juga salah, bahkan sesat, adalah bahwa karena Yesus bisa muncul di ruangan terkunci seperti itu, itu menunjukkan bahwa Yesus setelah kebangkitanNya adalah roh dan tidak mempunyai tubuh. Penafsiran ini jelas bertentangan dengan Luk 24:36-43 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu (Yunani: PNEUMA = spirit / roh). (38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (Yunani: PNEUMA = spirit / roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.
Bahwa Yesus bisa muncul di tengah-tengah mereka pada saat pintu terkunci tak membuktikan bahwa Ia tidak mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, sama halnya bahwa dulu Ia pernah berjalan di atas air (Mat 14:22-33) tak membuktikan bahwa Ia tidak mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh. Juga bahwa Petrus bisa keluar dari penjara yang terkunci (Kis 5:19-23 Kis 12:6-dst) tak membuktikan bahwa ia tidak mempunyai tubuh.
Calvin: “We ought ... to believe that Christ did not enter without a miracle, in order to give a demonstration of his Divinity, ... and yet I am far from admitting the truth of what the Papists assert, that the body of Christ passed through the shut doors. Their reason for maintaining this is, for the purpose of proving not only that the glorious body of Christ resembled a spirit, but that it was infinite, and could not be confined to any one place. But the words convey no such meaning; for the Evangelist does not say that he entered through the shut doors, but that he suddenly stood in the midst of his disciples, though the doors had been shut, and had not been opened by the hand of man. We know that Peter (Acts 10:10) went out of a prison which was locked; and must we, therefore, say that he passed through the midst of the iron and of the planks?” [= Kita harus ... percaya bahwa Kristus tidak masuk tanpa suatu mujijat, untuk memberikan suatu demonstrasi tentang keilahianNya, ... tetapi saya tidak mengakui kebenaran dari apa yang ditegaskan oleh para pengikut Paus, bahwa tubuh Kristus lewat melalui pintu-pintu yang tertutup / terkunci. Alasan mereka untuk mempertahankan ini adalah, untuk membuktikan bukan hanya bahwa tubuh kemuliaan Kristus menyerupai suatu roh, tetapi juga bahwa tubuh itu tak terbatas, dan tidak bisa dibatasi pada satu tempat manapun. Tetapi kata-kata itu tidak memberikan arti seperti itu; karena sang Penginjil tidak mengatakan bahwa Ia masuk melalui pintu-pintu yang tertutup / terkunci, tetapi bahwa Ia tiba-tiba berdiri di tengah-tengah murid-muridNya, sekalipun pintu-pintu tertutup / terkunci, dan tidak dibuka oleh tangan manusia. Kita tahu bahwa Petrus (Kis 10:10) keluar dari penjara yang dikunci; dan haruskah kita, karena itu, mengatakan bahwa ia lewat melalui tengah-tengah dari besi dan papan?] - hal 264.
Catatan:
· Kis 10:10 itu pasti salah cetak; mungkin seharusnya adalah Kis 12:10.
· Sebetulnya kita bisa saja percaya bahwa Kristus memang menembus pintu-pintu yang terkunci, asal kita tidak beranggapan bahwa Ia adalah roh, atau bahwa tubuhNya tidak terbatas. Tetapi Calvin mungkin memang benar pada waktu ia mengatakan bahwa text Kitab Suci ini tidak mengatakan demikian. Textnya hanya mengatakan bahwa pintu-pintu terkunci dan Kristus tahu-tahu berada di dalam.
3. Hakekat manusia dari Kristus, setelah kebangkitanNya, mempunyai sifat maha ada.
Dari bagian ini ada orang-orang (Lutheran) yang beranggapan bahwa hakekat manusia dari Kristus sekarang mempunyai kwalitet / sifat dari hakekat ilahi, sehingga menjadi maha ada.
Tetapi perhatikan bahwa dalam ay 19 dikatakan ‘datanglah Yesus dan berdiri’. Kalau hakekat manusia dari Yesus memang menjadi maha ada, maka Dia tidak perlu ‘datang’.
Disamping itu, kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus bertentangan dengan pengakuan iman Chalcedon.
Pengakuan Iman Chalcedon:
“We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change, without division, without separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita).
Kalau hakekat manusia Kristus menjadi maha ada, maka itu berarti ada perubahan dan percampuran dalam hakekat manusia Kristus itu, karena sifat maha ada, yang adalah sifat dari hakekat ilahi, lalu menjadi sifat dari hakekat manusia.
b) Praktek gereja mula-mula berkenaan dengan kehadiran Kristus di sini.
F. F. Bruce: “The memory of this coming of the Lord to his disciples may well have something to do with the church’s early practice of meeting together on the evening of the first day of the week and bespeaking his presence with them in the words MARANATHA, ‘Our Lord, come!’” (= Ingatan tentang kedatangan Tuhan kepada murid-muridNya mungkin / bisa mempunyai hubungan dengan praktek gereja mula-mula yang bertemu pada malam dari hari pertama dari minggu dan menunjukkan kehadiranNya dengan mereka dengan kata-kata MARANATHA, ‘Tuhan kami, datanglah!’) - hal 391.
Yohanes 20: 20: “Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan”.
1) “Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka”.
Ini dilakukan oleh Yesus, bukan hanya untuk membuktikan bahwa Ia sudah bangkit, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa yang bangkit adalah orang yang sama dengan yang mati 3 hari yang lalu.
Barnes’ Notes: “‘He showed unto them his hands ...’. In this manner he gave them indubitable proofs of his identity. He showed them that he was the same Being who had suffered; that he had truly risen from the dead, and had come forth with the same body. That body had not yet put on its glorified form. It was necessary first to establish the proof of his resurrection, and that could be done only by his appearing as he was when he died” (= Ia menunjukkan kepada mereka tanganNya ...’. Dengan cara ini Ia memberi mereka bukti-bukti yang pasti tentang identitasNya. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa Ia adalah Makhluk yang sama yang telah menderita; bahwa Ia telah sungguh-sungguh bangkit dari orang mati, dan telah tampil dengan tubuh yang sama. Tubuh itu belum memakai bentuknya yang dimuliakan. Adalah perlu untuk pertama-tama meneguhkan bukti kebangkitanNya, dan itu bisa dilakukan hanya oleh pemunculanNya seperti Ia ada sebelum Ia mati).
Catatan: saya ragu-ragu tentang kebenaran dari bagian yang saya garis bawahi, yang menyatakan bahwa pada saat ini tubuh Kristus belum dimuliakan. A. T. Robertson mempunyai pandangan yang sama dengan Barnes, tetapi kata-kata Calvin di bawah kelihatannya menunjukkan bahwa Calvin mempunyai pandangan yang berbeda.
A. T. Robertson: “This body, not yet glorified, retained the marks of the nails and of the soldier’s spear, ample proof of the bodily resurrection against the modern view that only Christ’s ‘spirit’ arose and against the Docetic notion that Jesus had no actual human body” (= Tubuh ini, belum dimuliakan, mempertahankan tanda-tanda dari paku-paku dan tombak tentara, merupakan bukti yang cukup untuk menentang pandangan modern bahwa hanya ‘roh’ Kristus yang bangkit, dan menentang pikiran / gagasan dari Docetisme bahwa Yesus tidak mempunyai tubuh manusia yang sungguh-sungguh).
Calvin: “If any person think it strange and inconsistent with the glory of Christ, that he should bear the marks of his wounds even after the resurrection, let him consider, first, that Christ rose not so much for himself as for us; ... and now, since those wounds, of which we are speaking, serve to confirm the belief of his resurrection, they do not diminish his glory. But if any person should infer from this, that Christ has still the wounded side and the pierced hands, that would be absurd; for it is certain that the use of the wounds was temporary, until the Apostles were fully convinced that he was risen from the dead” (= Jika ada orang yang menganggap aneh dan tidak konsisten dengan kemuliaan Kristus, bahwa Ia harus mempunyai tanda-tanda dari luka-lukaNya bahkan setelah kebangkitan, biarlah ia mempertimbangkan, pertama, bahwa Kristus bangkit lebih untuk kita dari pada untuk diriNya sendiri; ... dan sekarang, karena luka-luka itu, tentang mana kita berbicara, berfungsi untuk meneguhkan kepercayaan tentang kebangkitanNya, mereka tidak mengurangi kemuliaanNya. Tetapi jika ada orang yang menyimpulkan dari sini, bahwa Kristus tetap mempunyai rusuk yang luka dan tangan yang berlubang, itu adalah menggelikan; karena adalah jelas bahwa penggunaan dari luka-luka itu adalah sementara, sampai Rasul-rasul yakin sepenuhnya bahwa Ia bangkit dari orang mati) - hal 265.
2) “Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan”.
Lukas menceritakan bagian ini dengan lebih terperinci. Para murid itu tak langsung bersukacita tetapi terlebih dulu menjadi takut (Luk 24:36-49).
Yohanes 20: 21: “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’”.
1) Ay 21b sudah pernah diucapkan oleh Yesus, hanya saja yang dulu kata-kata itu ditujukan kepada Bapa.
Yoh 17:18 - “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia”.
2) Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa misi murid-murid / orang-orang percaya keluar dari misi Kristus sendiri.
Leon Morris (NICNT): “Their mission proceeds from His. It is only because He has accomplished His mission, and indeed precisely because He has accomplished it, that they are sent into the world” (= Misi mereka keluar dari misiNya. Hanya karena Ia telah menyelesaikan misiNya, dan memang justru karena Ia telah menyelesaikannya bahwa mereka diutus ke dalam dunia) - hal 846.
3) Kata-kata ‘sama seperti’ dalam bahasa Yunani adalah KATHOS. Ini tidak berarti ‘sama dalam segala hal’, tetapi berarti ‘seperti’.
Jelas bahwa kita tidak diutus untuk menebus dosa seperti Yesus. Kita diutus untuk melayani, memberitakan Injil, memberitakan Firman Tuhan dan sebagainya.
Dan bahkan pada waktu rasul-rasul dijadikan guru-guru / pengajar-pengajar, itu tidak berarti bahwa Kristus menyerahkan jabatanNya sebagai Guru / Pengajar kepada murid-muridNya. Ia tetap adalah satu-satunya Guru / Pengajar dalam Gereja, tetapi sekarang Ia berbicara / mengajar melalui Rasul-rasul.
4) Dari Luk 24:33 terlihat bahwa yang berkumpul di sini bukan hanya para rasul, tetapi juga ada orang-orang percaya yang lain.
Jadi, yang diutus oleh Kristus untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan bukan hanya rasul-rasul tetapi juga orang-orang percaya. Juga kata-kata Yesus dalam ay 23 berlaku bukan hanya untuk rasul-rasul, tetapi untuk seluruh Gereja!
Yohanes 20: 22: “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus”.
1) Untuk melakukan tugas dalam ay 21 itu para murid (juga kita) membutuhkan Roh Kudus.
Tugas yang Kristus berikan dalam ay 21 begitu sukar sehingga tidak mungkin dilakukan oleh manusia dengan kekuatannya sendiri.
Bdk. 2Kor 2:16 - “Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”.
Karena itu dalam ay 22 ini Kristus melanjutkan dengan berbicara tentang Roh Kudus.
Calvin: “It ought to be observed, that those whom Christ calls to the pastoral office he likewise adorns with the necessary gifts, that they may be qualified for discharging the office, or, at least, may not come to it empty and unprovided” (= Harus diperhatikan bahwa mereka yang Kristus panggil kepada tugas / jabatan penggembalaan juga Ia hiasi / perindah dengan karunia-karunia yang diperlukan, supaya mereka bisa memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas / jabatan itu, atau setidaknya, tidak datang kepada tugas / jabatan itu dengan kosong dan tidak diperlengkapi) - hal 268.
Penerapan: ini merupakan sesuatu yang harus dihayati oleh setiap pelayan Tuhan. Kita tidak mungkin bisa melakukan tugas yang Tuhan berikan kepada kita dengan kekuatan kita sendiri. Kita membutuhkan Roh Kudus untuk menolong dan memimpin kita dalam pelayanan. Jadi banyaklah berdoa untuk diri saudara dan pelayanan yang saudara lakukan.
2) Apa yang dimaksud dengan penghembusan dan kata-kata Kristus ini?
a) Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa di sini terjadi suatu penciptaan rohani / kelahiran baru.
Darby: “I do not doubt that, speaking historically, the Spirit here is distinguished from Acts 2, inasmuch as here it is a breath of inward life, as God breathed into the nostrils of Adam a breath of life. It is not the Holy Ghost sent down from heaven. Thus Christ, who is a quickening Spirit, imparts spiritual life to them according to the power of resurrection” (= Saya tak meragukan bahwa, berbicara secara historis, Roh di sini dibedakan dari Kisah 2, karena di sini itu adalah nafas dari kehidupan di dalam, seperti Allah menghembuskan ke dalam lubang hidung dari Adam nafas kehidupan. Itu bukanlah Roh Kudus yang dikirimkan dari surga. Demikianlah Kristus, yang adalah Roh yang menghidupkan, memberikan kehidupan rohani kepada mereka sesuai dengan kuasa kebangkitan).
Bdk. 1Kor 15:45 - “Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir (= Yesus) menjadi roh yang menghidupkan”.
Problem dengan penafsiran ini adalah: murid-murid sudah percaya Yesus sebelum saat ini. Apakah pada saat itu mereka belum dilahirkan kembali? Kalau belum, bagaimana mereka bisa percaya? Ingat bahwa dalam theologia Reformed, kelahiran baru harus mendahului iman.
b) Ada banyak penafsir yang menganggap bahwa di sini betul-betul terjadi pemberian Roh Kudus, tetapi ini hanya merupakan jaminan / uang muka dari pemberian Roh Kudus yang lebih besar pada hari Pentakosta.
Matthew Poole: “The apostles could not but be apprehensive how great a work their Lord had laid upon them, in sending them as his Father had sent him, to carry the gospel over the world; ‘Who (said Paul afterward) is sufficient for these things?’. Our Lord therefore fortifies them with an earnest of that more plentiful effusion of the Spirit, which they afterward received in the days of Pentecost. ... he here assures them of the presence of the Holy Spirit with them, in their more ordinary ministry, in instructing and governing the church. This conferring of the Spirit upon them he confirms to them by breathing, as an exterior sign or symbol” [= Rasul-rasul pasti merasa takut / kuatir tentang betapa besarnya pekerjaan yang Tuhan mereka berikan kepada mereka, pada waktu Ia mengutus mereka seperti BapaNya mengutusNya, untuk membawa injil ke seluruh dunia; ‘Siapa (kata Paulus belakangan) yang cukup / mampu untuk hal-hal ini?’. Karena itu Tuhan kita memperkuat mereka dengan suatu jaminan / uang muka tentang pencurahan Roh yang lebih besar itu, yang mereka terima belakangan pada hari Pentakosta. ... di sini Ia menjamin mereka tentang kehadiran Roh Kudus dengan mereka, dalam pelayanan mereka yang lebih biasa, dalam mengajar dan memerintah gereja. Pemberian Roh kepada mereka ini Ia tegaskan kepada mereka dengan pengembusan, sebagai suatu tanda atau simbol lahiriah] - hal 381.
Catatan: kutipan ayat dari 2Kor 2:16 versi KJV.
F. F. Bruce: “At an earlier stage in Jesus’ ministry the evangelist had said, ‘the Spirit was not yet present, because Jesus had not yet been glorified’ (John 7:39); now the time for imparting the Spirit has come. The Spirit was imparted by the breath of Jesus. ... it is not the bestowal of life that is in view now, but empowerment for ministry. The absence of the definite article before ‘Holy Spirit’ here has led some commentators to suggest that it is not the personal Spirit that is in view here, but a spiritual gift or endowment. This is a precarious argument; the presence or absence of the article with PNEUMA (or PNEUMA HAGION, as here) is not an infallible criterion for distinguishing between the Giver and his gifts” [= Pada pelayanan Yesus yang lebih awal, sang penginjil telah mengatakan: ‘Roh itu belum hadir, karena Yesus belum dimuliakan’ (Yoh 7:39); sekarang waktu untuk memberikan Roh telah tiba. Roh diberikan oleh nafas Yesus. ... bukan pemberian hidup yang sekarang dipersoalkan, tetapi pemberian kuasa untuk pelayanan. Tidak adanya kata sandang tertentu sebelum ‘Roh Kudus’ di sini telah membimbing beberapa penafsir untuk mengusulkan bahwa bukan pribadi Roh yang dipersoalkan di sini, tetapi suatu karunia atau pemberian rohani. Ini merupakan suatu argumentasi yang berbahaya; hadir atau tidaknya kata sandang dengan PNEUMA (atau PNEUMA HAGION, seperti di sini) bukanlah suatu kriteria yang tak bisa salah untuk membedakan antara sang Pemberi dan karunia-karuniaNya] - hal 392.
Problem dengan kata-kata ini adalah bahwa kata ‘dimuliakan’ dalam Yoh 7:39 menunjuk kepada kenaikan Yesus ke surga. Bdk. Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
Matthew Henry: “The sign he used to assure them of, and affect them with, the gift he was now about to bestow upon them: He breathed on them ... to signify to them the spiritual life and power which they should receive from him for all the services that lay before them. ... the Spirit is the gift of Christ. ... Christ conferred the Holy Ghost by breathing, for he is the author of the gift, and from him it comes originally” (= Tanda di sini Ia gunakan untuk meyakinkan mereka tentang, dan mempengaruhi mereka dengan, karunia yang sekarang akan Ia berikan kepada mereka: Ia mengembusi mereka ... untuk menandakan / memberitahu kepada mereka kehidupan dan kuasa rohani yang harus mereka terima dari Dia untuk semua pelayanan yang terletak di depan mereka. ... Roh adalah karunia / pemberian dari Kristus. ... Kristus memberikan Roh Kudus dengan mengembusi, karena Ia adalah sumber dari karunia, dan dari Dialah itu datang dari mulanya).
Matthew Henry: “‘Receive ye the Holy Ghost,’ in part now, as an earnest of what you shall further receive not many days hence. They now received more of the Holy Ghost than they had yet received. Thus spiritual blessings are given gradually; to him that has shall be given. Now that Jesus began to be glorified more of the Spirit began to be given: see Jn 7:39” (= ‘Terimalah Roh Kudus’, sebagian sekarang, sebagai jaminan / uang muka tentang apa yang akan kamu terima lebih jauh tak lama kemudian. Sekarang mereka menerima lebih dari Roh Kudus dari pada yang mereka telah terima. Demikianlah berkat-berkat rohani diberikan secara bertahap; kepada dia yang mempunyai akan diberikan. Sekarang bahwa Yesus mulai dimuliakan, lebih banyak dari Roh mulai diberikan: lihat Yoh 7:39).
Matthew Henry tentang Kis 1:5: “‘You shall be baptized with the Holy Ghost;’ that is, [1.] ‘The Holy Ghost shall be poured out upon you more plentifully than ever.’ They had already been breathed upon with the Holy Ghost (Jn. 20:22), and they had found the benefit of it; but now they shall have larger measures of his gifts, graces, and comforts, and be baptized with them” [= ‘Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus’; yaitu, (1) ‘Roh Kudus akan dicurahkan kepadamu dengan lebih berlimpah-limpah dari pada sebelumnya’. Mereka telah dihembusi dengan Roh Kudus (Yoh 20:22), dan mereka telah menemukan manfaat dari hal itu; tetapi sekarang mereka akan mendapatkan takaran yang lebih besar dari karunia-karunia, kasih karunia, dan penghiburanNya, dan dibaptis dengan hal-hal itu].
Catatan: Dalam tafsirannya tentang Kis 2:4 Matthew Henry mengatakan hal yang kurang lebih sama dengan di sini.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And when he had said this, he breathed on them.’ - a symbolical and expressive conveyance to them of the Spirit, which in Scripture is so often compared to breath ... ‘And saith unto them, Receive ye the Holy Spirit.’ - as an earnest and first-fruits of the more grand and copious Pentecostal effusion, without which it had been vain to send them at all” (= ‘Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka’ - suatu pemberian Roh yang bersifat simbolis dan tanda kepada mereka, yang dalam Kitab Suci begitu sering dibandingkan dengan nafas ... ‘Dan berkata kepada mereka, Terimalah Roh Kudus’ - sebagai suatu jaminan / uang muka dan buah sulung dari pencurahan Pentakosta yang lebih hebat / agung dan sangat banyak, tanpa mana adalah sia-sia untuk mengirimkannya kepada mereka).
John Wesley: “‘He breathed on them.’ - New life and vigor, and saith, as ye receive this breath out of my mouth, so receive ye the Spirit out of my fulness: the Holy Ghost influencing you in a peculiar manner, to fit you for your great embassy. This was an earnest of pentecost” (= ‘Ia menghembusi mereka’. Kehidupan dan kekuatan / vitalitas yang baru, dan berkata, sebagaimana kamu menerima nafas ini dari mulutKu, demikianlah kamu menerima Roh dari kepenuhanKu: Roh Kudus yang mempengaruhi kamu dengan cara yang khusus, untuk mempersiapkan kamu untuk missi yang besar ini. Ini merupakan jaminan / uang muka dari Pentakosta).
Calvin: “But if Christ, at that time, bestowed the Spirit on the Apostles by breathing, it may be thought that it was superfluous to send the Holy Spirit afterwards. I reply, the Spirit was given to the Apostles on this occasion in such a manner, that they were only sprinkled by his grace, but were not filled with full power; for, when the Spirit appeared on them in tongues of fire, (Acts 2:3,) they were entirely renewed. And, indeed, he did not appoint them to be heralds of his Gospel, so as to send them forth immediately to the work, but ordered them to take repose, as we read elsewhere, ‘Remain ye in the city of Jerusalem till ye are endued with power from on high,’ (Luke 24:49.) And if we take all things properly into consideration, we shall conclude, not that he furnishes them with necessary gifts for present use, but that he appoints them to be the organs of his Spirit for the future; and, therefore, this breathing ought to be understood as referring chiefly to that magnificent act of sending the Spirit which he had so often promised” [= Tetapi jika Kristus, pada saat itu, memberikan Roh kepada Rasul-rasul dengan menghembusi, bisa dipikirkan bahwa merupakan sesuatu yang berlebihan / tak berguna untuk mengirimkan Roh Kudus setelah itu. Saya menjawab, Roh dikirimkan kepada Rasul-rasul pada peristiwa ini dengan cara sedemikian rupa, sehingga mereka hanya diperciki oleh kasih karuniaNya, tetapi tidak dipenuhi dengan kuasa penuh; karena, pada waktu Roh muncul / tampil kepada mereka dalam lidah-lidah api, (Kis 2:3), mereka diperbaharui sepenuhnya. Dan memang, Ia tidak menetapkan mereka sebagai pemberita-pemberita InjilNya, dengan tujuan untuk segera mengirim mereka kepada pekerjaan itu, tetapi memerintahkan mereka untuk tinggal dengan tenang, seperti kita baca di tempat yang lain, ‘Tinggallah di kota Yerusalem sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi’, (Luk 24:49). Dan jika kita mempertimbangkan segala sesuatu dengan benar, kita akan menyimpulkan, bukan bahwa Ia memberi / memperlengkapi mereka dengan karunia-karunia yang diperlukan untuk penggunaan masa ini / sekarang, tetapi bahwa Ia menetapkan mereka untuk menjadi alat-alat dari RohNya untuk masa yang akan datang; dan karena itu, penghembusan ini harus dimengerti sebagai menunjuk terutama kepada tindakan yang besar / indah dimana Ia mengirimkan Roh yang telah begitu sering Ia janjikan] - hal 268.
Bdk. Luk 24:49 - “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.
John Calvin: “the breath which the Lord breathed upon his disciples (John 20:22) is a sacrament by which the Holy Spirit is given” [= nafas yang Tuhan hembuskan kepada murid-muridNya (Yoh 20:22) adalah suatu sakramen dengan mana Roh Kudus diberikan] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 7.
Calvin tentang Kis 1:5: “Christ did not then only baptize with the Holy Ghost, when as he sent him under the form of fiery tongues; for he had baptized his apostles before this; and he baptizeth all the elect thus daily. But because the sending of the Holy Ghost after so glorious a sort was a token of the hidden grace wherewith he doth daily inspire his elect, he doth fitly apply thereunto the testimony of John” (= Kristus bukan hanya pada waktu itu membaptis mereka dengan Roh Kudus, pada waktu Ia mengirimkanNya di bawah bentuk dari lidah-lidah api; karena Ia telah membaptis rasul-rasulNya sebelum ini; dan Ia membaptis semua orang-orang pilihan seperti itu sehari-hari. Tetapi karena pengiriman Roh Kudus dengan cara yang begitu mulia merupakan tanda dari kasih karunia yang tersembunyi dengan mana Ia sehari-hari mengilhami orang-orang pilihan, ia secara cocok menerapkan kepadanya kesaksian Yohanes) - hal 40.
Catatan: Ini aneh, bagaimana mungkin baptisan Roh Kudus bisa lebih dari 1 x?
Thomas Whitelaw: “The Holy Spirit now communicated ... was a fuller measure of that spirit they already possessed as subjects of the new life, and an earnest of the larger effusion they should experience at Pentecost” (= Roh Kudus yang sekarang diberikan ... merupakan suatu ukuran yang lebih penuh dari roh yang telah mereka miliki sebagai orang-orang dari kehidupan yang baru, dan suatu jaminan / uang muka dari pencurahan yang lebih besar yang harus mereka alami pada hari Pentakosta) - hal 435.
Thomas Whitelaw: “Not a promise merely but a present endowment; nor a different Spirit from that received at Pentecost, but the same, only not in full measure - an earnest of what was coming” (= Bukan semata-mata suatu janji tetapi suatu pemberian pada masa itu; bukan suatu Roh yang berbeda dari Roh yang diterima pada hari Pentakosta, tetapi yang sama, hanya tidak dalam ukuran yang penuh - suatu jaminan / uang muka dari apa yang akan datang) - hal 436.
Ada beberapa problem dengan penafsiran ini, yaitu:
1. Ada banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak mungkin diberikan pada saat itu, dan baru diberikan pada hari Pentakosta, yaitu:
· Luk 24:47-49 - “(47) dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. (48) Kamu adalah saksi dari semuanya ini. (49) Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.
· Yoh 7:38-39 - “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.
· Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
· Kis 1:5 - “Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’”.
· Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
· Kis 2:4 - “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
2. Kalau ay 22 ini dianggap sebagai pemberian Roh Kudus, maka muncul problem ini: apakah Tomas, yang tidak hadir pada saat itu, juga menerima Roh Kudus pada saat itu?
3. Roh Kudus adalah pribadi, sehingga kita tidak bisa menerima sebagian kecil atau besar dari Roh Kudus. Kita menerima seluruh Roh Kudus atau tidak sama sekali.
c) Ada yang kelihatannya menggabungkan pandangan a) dan b).
Wycliffe Bible Commentary: “‘He breathed on them.’ This recalls the creation of man (Gen 2:7), as though to announce the new creation, resulting not so much from the infusion of the breath of God as from the reception of the Holy Spirit (cf. John 7:39). This need not rule out any relation to the Spirit in the days of earlier discipleship any more than it rules out the Spirit’s coming upon them at Pentecost. Here the Spirit was the necessary equipment for the task that lay ahead, which is stated next” [= ‘Ia mengembusi mereka’. Ini mengingat kembali penciptaan manusia (Kej 2:7), seakan-akan mengumumkan penciptaan yang baru, yang merupakan akibat bukan dari pemasukan nafas Allah tetapi dari penerimaan Roh Kudus (bdk. Yoh 7:39). Ini tidak perlu mengesampingkan hubungan dengan Roh pada masa pemuridan awal maupun mengesampingkan kedatangan Roh kepada mereka pada hari Pentakosta. Di sini Roh merupakan perlengkapan yang perlu untuk tugas yang terletak di depan, yang dinyatakan sesudah ini].
A. T. Robertson: “‘He breathed on them.’ ... It was a symbolic art with the same word used in the Septuagint when God breathed the breath of life upon Adam (Gen. 2:7). It occurs also in Ezek. 37:9. See Christ’s promise in John 16:23. Jesus gives the disciples a foretaste of the great pentecost” [= ‘Ia menghembusi mereka’. ... Ini merupakan tindakan penciptaan yang bersifat simbolis dengan kata yang sama yang digunakan dalam Septuaginta pada waktu Allah menghembuskan nafas kehidupan kepada Adam (Kej 2:7). Itu juga muncul dalam Yeh 37:9. Lihat janji Kristus dalam Yoh 16:23. Yesus memberi murid-murid suatu cicipan tentang Pentakosta yang agung / besar].
d) Ini bukan betul-betul pemberian Roh Kudus, tetapi hanya kuasa Roh Kudus atau karunia-karunia Roh Kudus.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa beberapa orang beranggapan bahwa: “the absence of the article must be represented in the translation, that we have here either ‘a holy spirit,’ or an energy, an impersonal force of Spirit, or ‘a gift of the Holy Spirit,’ an effusion of Holy Spirit, and not ‘the Spirit of the Father and Son,’ not the fulness of the Holy Ghost, only an earnest of the sublime reality, a symbolic expression of the promise of the Father” [= tidak adanya kata sandang harus ditunjukkan dalam terjemahan, bahwa di sini kita mempunyai ‘suatu roh kudus’, atau suatu tenaga, suatu kekuatan yang tak berpribadi dari Roh, atau ‘suatu karunia dari Roh Kudus’, suatu pencurahan Roh Kudus (tanpa kata sandang), dan bukan ‘Roh (dengan kata sandang) dari Bapa dan Anak’, bukan kepenuhan Roh Kudus, hanya suatu jaminan / uang muka dari kenyataan yang agung, pernyataan simbolis dari janji Bapa] - hal 474.
Tetapi Pulpit Commentary sendiri mengatakan bahwa: “yet Pneuma [Agion, with or without article, is ‘the Holy Spirit’ (cf. Rom. 8:4; Gal. 5:16)” [= tetapi Pneuma [Agion (PNEUMA HAGION), dengan atau tanpa kata sandang, adalah ‘Roh Kudus (dengan kata sandang)’ (bdk. Ro 8:4; Gal 5:16)] - hal 474.
A. T. Robertson: “Note absence of article here ... No real distinction is to be observed, for Holy Spirit is treated as a proper name with or without the article” (= Perhatikan tidak adanya kata sandang di sini ... Tidak ada perbedaan yang sungguh-sungguh, karena ‘Roh Kudus’ diperlakukan sebagai suatu nama yang sebenarnya dengan atau tanpa kata sandang).
Catatan: memang benar bahwa kata ‘Roh Kudus’, sekalipun tanpa kata sandang tertentu bisa menunjuk kepada pribadi Roh Kudus itu sendiri. Ini terlihat dari Kis 1:5 dan Kis 2:4 dan ayat-ayat lain dimana kata ‘Roh Kudus’ tidak menggunakan kata sandang tertentu tetapi jelas menunjuk kepada pribadi Roh Kudus itu sendiri.
e) Ini bukan betul-betul pemberian Roh Kudus, tetapi hanya merupakan janji bahwa Roh Kudus akan diberikan kepada mereka, dan janji ini digenapi pada hari Pentakosta.
Barnes’ Notes: “‘He breathed on them.’ ... In this case the act of breathing was used to represent the nature of the influence that would come upon them, and the source of that influence. When man was created, God breathed into him the breath of life, Gen. 2:7. The word rendered ‘spirit’ in the Scriptures denotes ‘wind,’ ‘air,’ ‘breath,’ as well as ‘Spirit.’ Hence, the operations of the Holy Spirit are compared to the wind, John 3:8; Acts 2:2. ... ‘Receive ye the Holy Ghost.’ His breathing on them was a certain sign or pledge that they would be endowed with the influences of the Holy Spirit. Compare Acts 1:4,5; chap. 2” (= ‘Ia mengembusi mereka’. ... Dalam kasus ini tindakan pengembusan digunakan untuk menggambarkan sifat (nature) dan pengaruh yang akan datang kepada mereka, dan sumber dari pengaruh itu. Pada waktu manusia diciptakan, Allah menghembusi ke dalam dia nafas kehidupan, Kej 2:7. Kata yang diterjemahkan ‘roh’ dalam Kitab Suci menunjukkan ‘angin, ‘udara’, ‘nafas’, maupun ‘Roh’. Karena itu pekerjaan Roh Kudus dibandingkan dengan angin, Yoh 3:8; Kis 2:2. ... ‘Terimalah Roh Kudus’. PengembusanNya kepada mereka merupakan tanda atau janji / jaminan / uang muka bahwa mereka akan diberkati dengan pengaruh-pengaruh dari Roh Kudus. Bdk. Kis 1:4,5; Kis 2).
Catatan: ada problem dengan penterjemahan dari kata-kata Barnes ini, karena kata ‘pledge’ yang ia gunakan bisa berarti ‘janji / jaminan’ atau ‘uang muka’. Kalau dipilih arti pertama maka itu menunjukkan bahwa ia menganggap ay 22 ini hanya sebagai janji. Tetapi kalau dipilih arti kedua maka ia menjadi sama dengan para penafsir golongan b) di atas.
Leon Morris (NICNT): “Hoskyn sees in the predictions of 14:16,26; 16:7,13 evidence that John thought of a gift of the Spirit which would be given after Jesus’ return to the Father. ‘There is therefore a distinction between the two gifts of the Spirit. The Resurrection scenes in the Fourth Gospel are all preparatory scenes, preparatory for the mission. What the Lord will do invisibly from heaven He here does visibly on earth. The mission is inaugurated, but not actually begun. The disciples still remain in secret, behind closed doors. The actual beginning of the mission lies outside the scope of the Fourth Gospel. There remains, therefore, room for the Pentecostal outpouring ...’” (= Hoskyn melihat dalam ramalan dari 14:16,26; 16:7,13 bukti bahwa Yohanes memikirkan tentang suatu karunia Roh yang diberikan setelah kembalinya Yesus kepada Bapa. ‘Karena itu di sana ada perbedaan antara 2 karunia Roh. Adegan-adegan kebangkitan dalam Injil yang keempat semua merupakan adegan-adegan persiapan, persiapan untuk missi. Apa yang Tuhan akan lakukan secara tak terlihat dari surga, Ia lakukan secara bisa terlihat di sini di bumi. Missi itu dilantik / dibuka, tetapi tidak sungguh-sungguh dimulai. Murid-murid tetap tinggal dalam persembunyian, di balik pintu-pintu yang tertutup / terkunci. Permulaan yang sungguh-sungguh dari missi terletak di luar dari Injil yang keempat. Karena itu tetap ada ruangan untuk pencurahan Pentakosta) - hal 847 (footnote).
f) Saya tidak yakin dengan pandangan terakhir ini, karena kata-kata dari penafsir ini kurang jelas, tetapi kelihatannya penafsir dari Word Biblical Commentary ini berpandangan bahwa apa yang diceritakan oleh Yohanes di sini adalah sama dengan apa yang diceritakan oleh Lukas pada hari Pentakosta (Kisah 2).
Word Biblical Commentary: “Neither is v 22 to be regarded as a symbolic promise of the gift of the Spirit later to be bestowed, i.e., at Pentecost (as Theodore of Mopsuestia maintained; his view was condemned by the fifth ecumenical Council at Constantinople in a.d. 553). Likewise it is inadequate to view the gift of Christ as a partial bestowal of the Spirit who is to be fully given at Pentecost, an idea expressed in a variety of ways. Calvin considered ‘the Spirit was given to the apostles now in such a way that they were only sprinkled with his grace and not saturated with full power’ ... Bengel viewed the gift as an ‘earnest’ of Pentecost, Westcott as the power of new life anticipating the power for ministry (350–51); Bruce inverts the order, seeing the Easter gift as empowerment for ministry, to be followed by the Spirit’s gift of new life at Pentecost. It would appear that the fundamental mistake in the examples of exegesis in regard to this passage is the dividing of Easter from Pentecost, and the consequent placing of a wedge between the Fourth Evangelist and Luke. Barrett expressed the view that it is impossible to harmonize the account of a special bestowal of the Holy Spirit with that contained in Acts 2 (570). But who said that it was ‘special’? It is commonly conceded that we have two representations of the sending of the Holy Spirit to the Church, because of two ways of looking at Christ’s redemptive deeds: (a) that in the Fourth Gospel, which sees his death, resurrection, and ascension as essentially one, and the gift of the Spirit bound up with the three in the Easter event; (b) and that in Luke, which places the Ascension forty days after the Resurrection and the outpouring of the Spirit on the day of Pentecost. The differences appear so marked, it has seemed to many either that one Evangelist has modified the tradition in the interests of his theology, or (more commonly) that there were two occasions of the Spirit’s coming. On the latter hypothesis it is thought that the Fourth Evangelist was aware of this, for he has made no mention of the Paraclete in his resurrection narrative, knowing that that enduement came in the Pentecostal event (so Porsch, 376–77; .J. D. G. Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 177–78; M. M. B. Turner, who sees John 20:22 as the complement and fulfillment of 17:17–19, ‘Receiving the Spirit,’ 34). By contrast to these views it is a questionable procedure to distinguish the coming of the Spirit to the disciples from the coming of the Paraclete to the Church. If the Spirit is bestowed, the Paraclete has come. The gift of the Spirit is made to the disciples in the context of the handing to them of the commission; the Paraclete was promised to enable them to fulfill it; accordingly the Spirit who is given is the Paraclete. That the Evangelist has not used the term is of no consequence; the reality without the word is plain. ... John is not recording in vv 19–23 something that took place in five minutes on the first Easter Sunday evening. In briefest compass he summarizes the acts of the risen Lord, bringing together sayings and happenings uttered and performed in the Easter period. The gift of the Spirit could have been at any time within the Easter period. Significantly, Luke binds the sending of the Spirit on the Day of Pentecost to Easter; Peter’s explanation as to what has taken place states: ‘The Jesus we speak of has been raised by God, as we can all bear witness. Exalted thus at God’s right hand, he received the Holy Spirit from the Father and poured out this which you see and hear’ (Acts 2:32–33). The outpouring of the Spirit on the Day of Pentecost is the act of the risen Lord! It is important to note that both John and Luke are capable of accommodating chronology to theology when it seems right to do so. ... Luke has taken a leaf out of John’s book, by concentrating his resurrection narratives into his account of Easter Day without any hint of extension of time, even including the story of the Ascension in the Easter narrative. If we did not have the Acts of the Apostles we would most surely assume that Luke, like John, set the Ascension within Easter. Theologically he has done so, for the Ascension to him is the last Easter appearance of Jesus. What, then, is our conclusion? The Fourth Evangelist does not specify the Easter events according to chronology. He could perfectly well have been aware of the Pentecostal tradition and write exactly as he has done. But there is no question of viewing the sending of the Spirit as taking place at Easter and at Pentecost. ... The Fourth Evangelist wrote one volume only, not two, as Luke. What he wrote concerning the coming of the Spirit was theologically and historically sound, as, I am persuaded, was that written by his brother in the Lord, Luke” [= Ay 22 tidak boleh dianggap sebagai janji simbolis tentang pemberian Roh yang akan diberikan belakangan, yaitu pada Pentakosta (seperti yang dipertahankan oleh Theodore dari Mopsuestia; pandangannya dikecam oleh Sidang Gereja yang kelima di Konstantinople pada tahun 553 M.). Juga tidak cukup untuk memandang pemberian Kristus sebagai suatu pemberian sebagian dari Roh yang akan diberikan secara penuh pada Pentakosta, suatu gagasan yang dinyatakan dengan bermacam-macam cara. Calvin menganggap ‘Roh diberikan kepada rasul-rasul sekarang dengan cara sedemikian rupa sehingga mereka sekarang hanya diperciki dengan kasih karuniaNya dan tidak dipenuhi dengan kuasa penuh’ ... Bengel memandang pemberian ini sebagai suatu ‘jaminan / uang muka’ dari Pentakosta, Westcott memandangnya sebagai kuasa dari kehidupan baru yang mengantisipasi kuasa untuk pelayanan (350-51); Bruce membalik urut-urutannya, memandang pemberian Paskah ini sebagai pemberian kuasa untuk pelayanan, yang akan diikuti oleh pemberian kehidupan baru dari Roh pada Pentakosta. Kelihatannya kesalahan dasari dalam contoh-contoh exegesis berkenaan dengan text ini adalah memisahkan Paskah dari Pentakosta, dan sebagai akibatnya menempatkan suatu keretakan antara Penginjil keempat (Yohanes) dan Lukas. Barrett menyatakan pandangan bahwa adalah mustahil untuk mengharmoniskan cerita tentang pemberian Roh Kudus secara khusus dengan apa yang ada dalam Kisah 2 (570). Tetapi siapa yang mengatakan bahwa itu adalah pemberian ‘yang khusus’? Pada umumnya diakui bahwa kita mempunyai dua gambaran tentang pengiriman / pengutusan Roh Kudus kepada Gereja, disebabkan oleh dua cara memandang pada pekerjaan penebusan Kristus: (a) yang ada dalam Injil keempat, yang melihat kematian, kebangkitan, dan kenaikanNya pada dasarnya sebagai satu kesatuan, dan pemberian Roh terjalin dengan ketiga hal itu dalam peristiwa Paskah; (b) dan yang ada dalam Lukas, yang menempatkan Kenaikan 40 hari setelah Kebangkitan dan pencurahan Roh pada hari Pentakosta. Perbedaan ini kelihatannya begitu diperhatikan, sehingga kelihatan bagi banyak orang bahwa satu Penginjil telah memodifikasi tradisi demi kepentingan teologinya, atau (lebih umum) bahwa di sana ada dua peristiwa kedatangan Roh. Pada hipotesa terakhir ini dipikirkan bahwa Penginjil Keempat menyadari akan hal ini, karena ia tidak menyebutkan sang Parakletos dalam cerita kebangkitan, mengetahui bahwa pemberian ini datang pada peristiwa Pentakosta (begitulah Porsch, 376–77; .J. D. G. Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 177–78; M. M. B. Turner, yang melihat John 20:22 sebagai pelengkap dan penggenapan dari 17:17–19, ‘Receiving the Spirit,’ 34). Kontras dengan pandangan-pandangan ini adalah suatu prosedur yang meragukan untuk membedakan kedatangan Roh kepada murid-murid dengan kedatangan Parakletos kepada Gereja. Jika Roh itu diberikan, sang Parakletos sudah datang. Pemberian Roh dilakukan kepada murid-murid dalam kontext penyampaian tugas (penginjilan) kepada mereka; Parakletos dijanjikan untuk memampukan mereka untuk menggenapinya; karena itu Roh yang diberikan adalah Parakletos. Bahwa sang Penginjil tidak menggunakan istilah itu tidaklah merupakan sesuatu yang penting; realita tanpa kata adalah jelas. ... Yohanes tidak mencatat dalam ay 19-23 sesuatu yang terjadi dalam 5 menit pada Minggu Paskah malam yang pertama. Dengan jalan yang paling singkat ia meringkas tindakan-tindakan dari Tuhan yang bangkit, mengumpulkan kata-kata yang diucapkan dan kejadian-kejadian yang dilakukan pada masa Paskah. Pemberian Roh bisa terjadi pada saat manapun dalam masa Paskah. Dengan penuh arti, Lukas mengikat pengiriman Roh pada hari Pentakosta dengan Paskah; penjelasan Petrus berkenaan dengan apa yang telah terjadi menyebutkan: ‘Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkanNya apa yang kamu lihat dan dengar di sini’ (Kisah 2:32-33). Pencurahan Roh pada hari Pentakosta adalah tindakan dari Tuhan yang bangkit! Adalah penting untuk memperhatikan bahwa baik Yohanes dan Lukas mampu menyesuaikan khronologi dengan teologia pada waktu kelihatannya benar untuk melakukannya. ... Lukas telah mengeluarkan satu lembar dari kitab Yohanes, dengan mengkonsentrasikan cerita-cerita kebangkitannya ke dalam ceritanya tentang hari Paskah tanpa petunjuk apapun tentang perpanjangan waktu, bahkan mencakup cerita tentang Kenaikan dalam cerita Paskah. ... Seandainya kita tidak mempunyai kitab Kisah Rasul kita pasti akan menganggap bahwa Lukas, seperti Yohanes, meletakkan Kenaikan di dalam Paskah. Secara theologis ia telah melakukan demikian, karena Kenaikan bagi dia adalah penampakan Paskah terakhir dari Yesus. Lalu apa kesimpulan kita? Penginjil keempat tidak menetapkan peristiwa-peristiwa Paskah menurut khronology. Ia bisa secara sempurna menyadari tradisi Pentakosta dan menulis persis seperti yang ia telah lakukan. Tetapi tidak ada kemungkinan untuk memandang pengiriman Roh sebagai terjadi pada Paskah dan pada Pentakosta. ... Penginjil keempat menulis hanya satu volume, tidak dua, seperti Lukas. Apa yang ia tulis mengenai kedatangan Roh adalah sehat / benar secara theologis dan secara historis, seperti, saya yakin, apa yang ditulis oleh saudaranya dalam Tuhan, Lukas].
3) Gereja Roma Katolik meniru kata-kata Kristus ini dalam pentahbisan imam / pastor mereka, dan ini dikecam oleh Calvin.
Calvin: “So much the more detestable is the sacrilege of the Papists, who seize and claim for themselves the honour which belongs to the Son of God; for their mitred bishops, when they make priests, have the effrontery to boast of breathing the Holy Spirit on them. But the fact plainly shows how different their stinking breath is from the Divine breathing of Christ; for what else is it that they do than to change horses into asses?” (= Makin menjijikkan pelanggaran dari para pengikut Paus, yang merampas dan mengclaim untuk diri mereka sendiri kehormatan yang merupakan milik dari Anak Allah; karena uskup-uskup mereka, pada waktu mereka membuat imam / pastor, mempunyai kelancangan / kekurang-ajaran untuk membanggakan tentang penghembusan Roh Kudus kepada mereka. Tetapi fakta secara jelas menunjukkan betapa berbedanya nafas busuk mereka dari penghembusan Ilahi dari Kristus; karena apa yang mereka lakukan selain mengubah kuda menjadi keledai?) - hal 268.
John Calvin: “But while the Lord did this once, he did not mean that we should also do it. In the same way also, the apostles laid on hands for the time when it pleased the Lord that the visible graces of the Holy Spirit be distributed at their prayers, not in order that their descendants should in mimicry only and without profit counterfeit a cold and empty sign, as these apes do” (= Tetapi sementara Tuhan melakukan hal ini satu kali, Ia tidak memaksudkan bahwa kita juga harus melakukannya. Dengan cara yang sama juga, rasul-rasul meletakkan tangan pada waktu yang memperkenan Tuhan bahwa kasih karunia yang kelihatan dari Roh Kudus dibagi-bagikan pada saat mereka berdoa, bukan supaya keturunan mereka menirunya dan tanpa guna memalsukan suatu tanda yang dingin dan kosong, seperti yang dilakukan monyet-monyet ini) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 7.
John Calvin: “the Lord did many things which he did not intend as examples for us. The Lord said to his disciples, ‘Receive the Holy Spirit’ (John 20:22, Vg.). He also said to Lazarus, ‘Lazarus, come forth’ (John 11:43, Vg.). He said to the paralytic, ‘Rise up and walk’ (Matt. 9:5, Vg.; cf. John 5:8). Why do they not say the same to all dead men and paralytics? ... If they try to do this, they rival God and all but challenge him to a contest, but are very far from being effective, and by their inept gesture do nothing but mock Christ. Indeed, they are so shameless as to dare affirm that they confer the Holy Spirit. But how true that is, experience teaches, which cries out that all those who are consecrated as priests are turned from horses into asses, from fools into madmen” [= Tuhan melakukan banyak hal-hal yang tidak dimaksudkanNya sebagai teladan bagi kita. Tuhan berkata kepada murid-muridNya, ‘Terimalah Roh Kudus’ (Yoh 20:22, Vg). Ia juga berkata kepada Lazarus, ‘Lazarus, marilah keluar’ (Yoh 11:43, Vg). Ia berkata kepada orang lumpuh, ‘Bangunlah dan berjalanlah’ (Mat 9:5, Vg; bdk. Yoh 5:8). Mengapa mereka tidak mengatakan yang sama kepada semua orang mati dan orang lumpuh? ... Jika mereka berusaha untuk melakukan ini, mereka menyaingi Allah dan nyaris menantang Dia dalam suatu pertandingan, tetapi mereka jauh dari effektif, dan oleh gerakan mereka yang janggal mereka tidak melakukan apapun kecuali mengejek Kristus. Memang, mereka begitu tidak tahu malu sehingga berani menegaskan bahwa mereka memberikan Roh Kudus. Tetapi apakah ada kebenaran dalam hal itu, kami belajar dari pengalaman, yang berteriak dengan keras bahwa semua yang ditahbiskan sebagai imam / pastor, diubahkan dari kuda menjadi keledai, dari orang tolol menjadi orang gila] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 29.
Catatan: saya mendengar bahwa bukan hanya Gereja Roma Katolik yang melakukan hal itu, tetapi ada juga pendeta-pendeta dalam kalangan Kharismatik yang melakukan hal yang kurang lebih sama.
4) Kata-kata dan tindakan Kristus ini dianggap sebagai dasar untuk membuktikan bahwa Roh Kudus bukan hanya keluar dari Bapa, tetapi juga dari Kristus.
Calvin: “he breathed on the Apostles; ... this would not be applicable, if the Spirit did not proceed from him” (= Ia menghembusi rasul-rasul; ... ini tidak akan cocok, jika Roh tidak keluar dari Dia) - hal 268.
Matthew Poole: “Christ breatheth into his apostles the Holy Spirit; thereby showing, that the Holy Spirit proceedeth, as from the Father, so also from Him” (= Kristus menghembuskan Roh Kudus ke dalam rasul-rasulNya; dengan itu menunjukkan bahwa sebagaimana Roh Kudus keluar dari Bapa, demikian juga dari Dia) - hal 381.
Yohanes 20: 23: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’”.
1) Dalam penafsiran tentang ayat ini ada pertentangan yang sangat kuat antara golongan Roma Katolik, yang menganggap bahwa pastor-pastor mereka memang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa, dan golongan Protestan, yang menganggap bahwa orang-orang percaya hanya diberi kuasa / hak untuk menyatakan pengampunan dosa yang diberikan oleh Allah.
Barnes’ Notes: “It is worthy of remark here that Jesus confers the same power on all the apostles. He gives to no one of them any special authority. If Peter, as the Papists pretend, had been appointed to any special authority, it is wonderful that the Saviour did not here hint at any such pre-eminence. This passage conclusively proves that they were invested with equal power in organizing and governing the church. ... The meaning of the passage is not that man can forgive sins that belongs only to God (Isa. 43:25), ... It was not authority to forgive individuals, but to establish in all the churches the terms and conditions on which men might be pardoned, with a promise that God would confirm all that they taught; that all might have assurance of forgiveness who would comply with those terms; and that those who did not comply should not be forgiven, but that their sins should be retained. This commission is as far as possible from the authority which the Roman Catholic claims of remitting sin and of pronouncing pardon” [= Merupakan sesuatu yang patut diperhatikan di sini bahwa Yesus memberikan kuasa yang sama kepada semua rasul. Ia tidak memberi kepada salah satu dari mereka otoritas yang khusus. Jika Petrus, seperti yang diakui / diclaim oleh para pengikut Paus, telah ditetapkan kepada otoritas yang khusus, maka merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa di sini sang Juruselamat tidak mengisyaratkan keunggulan seperti itu. Text ini secara meyakinkan membuktikan bahwa mereka diberi kuasa yang sama dalam pengorganisasian dan pemerintahan gereja. ... Arti dari text ini bukan bahwa manusia bisa mengampuni dosa yang hanya menjadi milik Allah (Yes 43:25), ... Bukan otoritas untuk mengampuni individu-individu, tetapi untuk menegakkan dalam semua gereja-gereja syarat-syarat dimana manusia bisa diampuni, dengan suatu janji bahwa Allah akan meneguhkan semua yang mereka ajarkan; supaya semua yang memenuhi syarat-syarat itu bisa mendapatkan keyakinan tentang pengampunan; dan supaya mereka yang tidak memenuhi tidak diampuni, tetapi supaya dosa-dosa mereka tetap ada. Otoritas untuk melakukan tugas ini sangat jauh dari otoritas yang diclaim oleh Roma Katolik tentang pengampunan dosa dan tentang pengumuman pengampunan].
Bdk. Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”.
A. T. Robertson: “The power to forgive sin belongs only to God, but Jesus claimed to have this power and right (Mark 2:5-7). What he commits to the disciples and to us is the power and privilege of giving assurance of the forgiveness of sins by God by correctly announcing the terms of forgiveness. There is no proof that he actually transferred to the apostles or their successors the power in and of themselves to forgive sins. In Matt. 16:19; 18:18 we have a similar use of the rabbinical metaphor of binding and loosing by proclaiming and teaching. Jesus put into the hands of Peter and of all believers the keys of the Kingdom which we should use to open the door for those who wish to enter. This glorious promise applies to all believers who will tell the story of Christ’s love for men” [= Kuasa untuk mengampuni dosa hanya merupakan milik dari Allah, tetapi Yesus mengclaim bahwa Ia mempunyai kuasa dan hak ini (Mark 2:5-7). Apa yang Ia berikan kepada murid-murid dan kepada kita adalah kuasa dan hak untuk memberikan keyakinan tentang pengampunan dosa oleh Allah dengan secara benar mengumumkan syarat-syarat pengampunan. Tidak ada bukti bahwa Ia benar-benar memberikan kepada rasul-rasul atau pengganti-pengganti mereka, kuasa dalam dan dari diri mereka sendiri untuk mengampuni dosa. Dalam Mat 16:19; 18:18 kita mempunyai penggunaan yang mirip tentang kiasan yang diambil dari para rabi tentang mengikat dam melepaskan oleh proklamasi dan pengajaran. Yesus meletakkan ke dalam tangan dari Petrus dan semua orang-orang percaya kunci-kunci dari Kerajaan yang juga harus kita gunakan untuk membuka pintu untuk mereka yang ingin masuk. Janji yang mulia ini berlaku untuk semua orang-orang percaya yang mau menceritakan cerita tentang kasih Kristus kepada manusia].
Bdk. Mark 2:5-7 - “(5) Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!’ (6) Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: (7) ‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?’”.
Argumentasi untuk mendukung pandangan Protestan adalah:
a) Ayat ini diberikan sehubungan dengan pengutusan orang-orang percaya itu oleh Kristus untuk memberitakan Injil (ay 21).
Calvin: “Most absurdly do the Papists, on the other hand, torture this passage, to support their magical absolutions. If any person do not confess his sins in the ear of the priest, he has no right, in their opinion, to expect forgiveness; for Christ intended that sins should be forgiven through the Apostles, and they cannot absolve without having examined the matter; therefore, confession is necessary. Such is their beautiful argument. But they fall into a strange blunder, when they pass by the most important point of the matter; namely, that this right was granted to the Apostles, in order to maintain the credit of the Gospel, which they had been commissioned to preach. For Christ does not here appoints confessors, to inquire minutely into each sin by means of low mutterings, but preachers of his Gospel, who shall cause their voice to be heard, and who shall seal on their hearts of believers the grace of the atonement obtained through Christ” (= Pada sisi yang lain, secara paling menggelikan, para pengikut Paus, membengkokkan text ini, untuk mendukung pengampunan dosa mereka yang bersifat gaib. Jika seseorang tidak mengaku dosa-dosanya di telinga imam / pastor, ia tidak mempunyai hak, dalam pandangan mereka, untuk mengharapkan pengampunan; karena Kristus memaksudkan bahwa dosa-dosa harus diampuni melalui rasul-rasul, dan mereka tidak bisa memberikan pengampunan tanpa memeriksa persoalan tersebut, dan karena itu pengakuan adalah perlu. Demikianlah argumentasi mereka yang indah. Tetapi mereka jatuh ke dalam kesalahan besar yang aneh, pada waktu mereka melewati hal yang terpenting dari persoalan ini; yaitu bahwa hak ini diberikan kepada rasul-rasul, untuk mempertahankan / menegakkan reputasi dari Injil, yang telah ditugaskan kepada mereka untuk diberitakan. Karena Kristus di sini tidak menetapkan pastor yang menangani pengakuan dosa, untuk menanyakan / menyelidiki dengan teliti setiap dosa dengan cara berbisik / nggremeng, tetapi pemberita-pemberita dari InjilNya, yang akan menyebabkan suara mereka didengar, dan yang akan memeteraikan pada hati dari orang-orang percaya kasih karunia dari penebusan yang didapatkan melalui Kristus) - hal 272-273.
b) Kata-kata Kristus dalam kontext ini diberikan bukan hanya kepada rasul-rasul tetapi juga kepada orang-orang lain yang hadir pada saat itu. Lihat penjelasan tentang ay 21 pada point no 4) di atas.
Yohanes 20: 11-12: “(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring”.
1) Kata ‘Tetapi’ pada awal ay 11 mengkontraskan antara kedua rasul yang pulang ke rumah dengan Maria Magdalena yang tetap berada di kuburan.
2) Ada penafsir yang menganggap bahwa pada saat ini Maria Magdalena sudah terpisah dari perempuan-perempuan yang lain yang tadinya menyertai dia ke kubur, sehingga pada saat ini ia memang berada sendirian.
Leon Morris (NICNT): “It is possible that after the vision of the angels mentioned in the Synoptists she became separated from the others and that the vision of the Lord (cf. v. 14) took place then” [= Adalah mungkin bahwa setelah penglihatan malaikat-malaikat yang disebutkan dalam Injil Sinopsis (Matius, Markus, Lukas), ia menjadi terpisah dari perempuan-perempuan yang lain, dan bahwa penglihatan dari Tuhan (bdk. ay 14) terjadi pada saat itu] - hal 829.
Ini didukung oleh kata ganti empunya ‘ku’ dan kata ganti orang ‘aku’ yang digunakan oleh Maria Magdalena dalam ay 13.
A. T. Robertson: “‘I do not know.’ Singular here, not plural as in John 20:2, because clearly Mary is alone here” (= ‘Aku tidak tahu’. Bentuk tunggal di sini, bukan jamak seperti dalam Yoh 20:2, karena jelas bahwa Maria sendirian di sini).
Tetapi Calvin menganggap bahwa sekalipun tidak diceritakan, para perempuan yang lain itu masih bersama dengan dia.
3) Yohanes 20: 12 mengatakan 2 orang malaikat, tetapi Mat 28:2 dan Mark 16:5 mengatakan seorang. Ini bukan kontradiksi. Mungkin hanya satu yang berbicara, sehingga Matius dan Markus hanya menyoroti seorang saja.
4) Calvin menganggap hal ini sebagai awal dari pemuliaan Kristus.
Calvin: “by the honour which the angels render to the sepulchre, not only is the ignominy of the cross taken away, but the heavenly majesty of Christ shines” (= oleh kehormatan yang diberikan malaikat-malaikat kepada kuburan, bukan hanya kehinaan dari salib itu diambil, tetapi keagungan surgawi dari Kristus bersinar) - hal 256.
Bahkan ada penafsir yang mengatakan bahwa adanya 2 malaikat ini disebabkan karena Yesus disalibkan di antara 2 penjahat. Jadi, kalau pada perendahanNya yang terendah Yesus disalibkan di antara 2 penjahat, maka sekarang pada pemuliaanNya, Ia bangkit dan ada 2 malaikat di kuburNya.
Yohanes 20: 13: “Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’”.
1) Maria Magdalena bingung / sedih secara tidak perlu untuk problem yang sebetulnya bukan problem, tetapi sebaliknya merupakan sesuatu yang menguntungkan.
Matthew Henry: “we often perplex ourselves needlessly with imaginary difficulties, which faith would discover to us as real advantages. Many good people complain of the clouds and darkness they are under, which are the necessary methods of grace for the humbling of their souls, the mortifying of their sins, and the endearing of Christ to them” (= kita sering membingungkan diri kita sendiri secara tidak perlu dengan kesukaran-kesukaran yang bersifat khayalan, yang oleh iman akan ditemukan bagi kita sebagai keuntungan yang nyata. Banyak orang baik mengeluh tentang awan dan kegelapan, dibawah mana mereka berada, yang merupakan metode kasih karunia yang perlu untuk membuat jiwa mereka menjadi rendah hati, pematian dosa-dosa mereka, dan membuat mereka disayangi Kristus).
2) Apakah Maria Magdalena tahu bahwa yang berbicara kepadanya itu adalah malaikat?
Calvin berkata bahwa tidak jelas apakah Maria Magdalena tahu bahwa yang berbicara kepadanya adalah malaikat.
Kalau Maria Magdalena tahu bahwa itu adalah malaikat, maka ini menunjukkan betapa hebatnya kasih dan pembaktian Maria Magdalena kepada Yesus, sehingga malaikat sekalipun tidak bisa menyimpangkan pemikiran Maria Magdalena kepada Yesus.
Matthew Henry: “A sight of angels and their smiles will not suffice without a sight of Christ and God’s smiles in him” (= Penglihatan tentang malaikat-malaikat dan senyum mereka tidak akan cukup tanpa penglihatan tentang Kristus dan senyum Allah dalam Dia).
John G. Mitchell: “as I have read this over and over again, and tried to put myself there in the garden, I couldn’t help but ask myself, ‘Well, if I had seen two angels, what would I have done?’ I would have become occupied with the angels. ... But here are two angels, and they are sitting in the place where the Lord had lain. A vision of angels is not going to stop this woman from finding her Lord. ... Mary’s heart is wrapped up in the Savior. Is yours? Do you permit things to come into your life that distract you from Christ? Is this not true of all of us? We allow material things, friends, circumstances - anything under heaven - to come between us and searching and seeking the Lord” (= pada saat saya membaca cerita ini berulang-ulang, dan mencoba untuk meletakkan diri saya sendiri di sana dalam taman itu, saya tidak bisa tidak bertanya kepada diri saya sendiri: ‘Seandainya saya melihat 2 malaikat, apa yang akan saya lakukan?’. Saya akan menjadi sibuk dengan malaikat-malaikat itu. ... Tetapi di sini ada 2 malaikat, dan mereka sedang di tempat dimana Tuhan telah diletakkan. Penglihatan tentang malaikat-malaikat tidak akan menghentikan perempuan ini dari usahanya mencari Tuhan. ... Hati Maria dibaktikan kepada sang Juruselamat. Apakah hatimu juga demikian? Apakah engkau mengijinkan hal-hal datang dalam kehidupanmu yang mengalihkan engkau dari Kristus? Bukankah ini benar tentang kita semua? Kita mengijinkan hal-hal materi, teman-teman, keadaan-keadaan - apapun di bawah langit - untuk datang diantara kita dan pencarian kita terhadap Tuhan) - hal 390.
Yohanes 20: 14-16: “(14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’ (16) Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya Guru”.
1) Mengapa Yesus menampakkan diri pertama-tama kepada Maria Magdalena?
Merupakan sesuatu yang aneh bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri pertama-tama kepada Maria Magdalena, dan bukan kepada salah satu dari para rasul atau kepada Maria, ibuNya. Mungkin ini disebabkan karena Yesus menganggap bahwa Maria Magdalena paling membutuhkan hal itu.
2) Maria Magdalena tidak mengenali Yesus dan mengira Dia sebagai penunggu taman.
a) Apa sebabnya dalam ay 14 Maria Magdalena tidak mengenali Yesus?
· Calvin (hal 256-257) menolak penafsiran yang mengatakan bahwa setelah kebangkitanNya, Kristus selalu berganti-ganti penampilannya. Ia beranggapan bahwa Maria Magdalena tidak mengenali karena ada sesuatu pada matanya (bdk. Luk 24:16). Allah yang memberi mata kepada manusia, bisa mengurangi ketajaman mata mereka pada saat Ia menganggap perlu untuk melakukan hal itu, supaya sekalipun memandang mereka tidak melihat.
· Barclay menganggap bahwa Maria Magdalena tidak mengenali Yesus, karena matanya penuh air mata, dan karena ia tidak mengharapkan kebangkitan Yesus.
Barclay: “she could not see him through her tears. ... She could not recognize him because of her tears. ... She could not recognize Jesus because she insisted on facing in the wrong direction” (= ia tidak bisa melihat Dia melalui air matanya. ... Ia tidak bisa mengenali Dia karena air matanya. ... Ia tidak bisa mengenali Yesus, karena ia berkeras untuk menghadap ke arah yang salah) - hal 269.
b) Sekalipun Maria Magdalena tidak melihat / mengenali Yesus, tetapi Yesus dekat dengan Dia.
Matthew Henry: “The Lord is nigh unto them that are of a broken heart (Ps. 34:18), nearer than they are aware. Those that seek Christ, though they do not see him, may yet be sure he is not far from them” [= Tuhan itu dekat kepada mereka yang hancur / patah hatinya (Maz 34:19), lebih dekat dari yang mereka sadari. Mereka yang mencari Kristus, sekalipun mereka tidak melihat Dia, boleh yakin bahwa Ia tidak jauh dari mereka].
c) Hati yang sedih / kacau sering menyalah-tafsirkan providensia Allah dan kasih karuniaNya.
Matthew Henry: “The error of her understanding. She supposed our Lord Jesus to be the gardener, ... Note, Troubled spirits, in a cloudy and dark day, are apt to misrepresent Christ to themselves, and to put wrong constructions upon the methods of his providence and grace” (= Kesalahan pengertiannya. Ia menduga Tuhan kita Yesus sebagai tukang kebun, ... Perhatikan, roh / jiwa yang susah / kacau, pada hari yang berawan dan gelap, condong untuk salah menggambarkan Kristus untuk diri mereka sendiri, dan membuat penafsiran yang salah tentang metode dari providensia dan kasih karuniaNya).
Bdk. Maz 31:23 - “Aku menyangka dalam kebingunganku: ‘Aku telah terbuang dari hadapan mataMu.’ Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepadaMu minta tolong”.
3) Yesus, tangisanNya, kebangkitanNya, dan tangisan kita.
Matthew Henry: “It should seem, this was the first word Christ spoke after his resurrection: ‘Why weepest thou? I am risen.’ The resurrection of Christ has enough in it to ally (allay?) all our sorrows, to check the streams, and dry up the fountains, of our tears” (= Kelihatannya ini merupakan kata-kata pertama yang diucapkan Yesus setelah kebangkitanNya: ‘Mengapa engkau menangis? Aku telah bangkit’. Kebangkitan Kristus mempunyai sesuatu yang cukup di dalamnya untuk mengurangi / menenangkan semua kesedihan kita, mengurangi aliran-aliran, dan mengeringkan sumber, dari air mata kita).
Pulpit Commentary: “‘Jesus saith to her,’ in the words of the angels, ‘Woman, why weepest thou?’. These are the first words of the risen Jesus, ... They are the beginning of a fulfilment of the Divine promise ‘to wipe away tears from all faces.’” (= Yesus berkata kepadanya dalam kata-kata dari malaikat-malaikat, ‘Perempuan, mengapa engkau menangis?’. Ini adalah kata-kata pertama dari Yesus yang bangkit, ... kata-kata itu merupakan permulaan penggenapan dari janji Ilahi ‘untuk menghapus air mata dari semua wajah’) - hal 468.
Wah 7:17 - “Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.’”.
Wah 21:4 - “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’”.
Dan dalam tafsirannya tentang Yoh 11:35, William Hendriksen berkata: “there surely is a connection between 11:35 (‘Jesus burst into tears’) and Rev. 7:17 (‘God shall wipe away every tear from their eyes’): because of his tears ours shall be wiped away” [= Pasti ada hubungan antara 11:35 (‘Maka menangislah Yesus’) dan Wah 7:17 (‘Allah akan menghapus setiap air mata dari mata mereka’): karena air mataNya, maka air mata kita akan dihapuskan] - hal 155.
4) Kasih tidak merasakan beban.
Adam Clarke: “‘And I will take him away.’ How true is the proverb, Love feels no load! Jesus was in the prime of life when he was crucified, and had a hundred pounds weight of spices added to his body; and yet Mary thinks of nothing less than carrying him away with her, if she can but find where he is laid!” (= ‘supaya aku dapat mengambilNya’. Alangkah benarnya pepatah: kasih tidak merasakan beban! Yesus sedang dalam usia yang terbaik pada waktu Ia disalibkan, dan ada 100 pounds rempah-rempah ditambahkan kepada tubuhNya; tetapi Maria berpikir untuk mengambil / mengangkatNya dengan dia, jika saja ia bisa menemukan dimana Ia diletakkan).
5) Sebutan ‘Maria’ oleh Yesus kepada Maria Magdalena menyadarkan Maria bahwa itu adalah Yesus. Dan Maria lalu menyebut Yesus ‘Rabbuni’ (ay 16).
a) Wycliffe Bible Commentary: “Rabboni (Master or Lord). Originally the form meant ‘my great one’, but the word had come to be used without possessive force” [= Rabbuni (Guru atau Tuhan). Pada mulanya bentuk ini berarti ‘Guruku yang agung’, tetapi kata itu lalu digunakan tanpa kepemilikan (tanpa kata ganti empunya ‘ku’)].
b) Ada banyak penafsir yang membedakan ‘Rabbi’ dan ‘Rabbuni’.
Barnes’ Notes: “‘Rabboni.’ This is a Hebrew word denoting, literally, my great master. It was one of the titles given to Jewish teachers. This title was given under three forms: (a) Rab, or master - the lowest degree of honor. (b) Rabbi, my master - a title of higher dignity. (c) Rabboni, my great master the most honorable of all. This title, among the Jews, was only given to seven persons, all persons of great eminence. As given by Mary to the Saviour, it was at once an expression of her joy, and an acknowledgment of him, as her Lord and Master” [= ‘Rabbuni’. Ini adalah suatu kata Ibrani yang secara hurufiah menunjukkan ‘guruku yang agung’. Itu adalah satu dari gelar-gelar yang diberikan kepada guru-guru Yahudi. Gelar ini diberikan dalam 3 bentuk: (a) Rab, atau guru - tingkat kehormatan yang paling rendah. (b) Rabbi, guruku - suatu gelar kewibawaan yang lebih tinggi. (c) Rabbuni, ‘guruku yang agung’, gelar yang paling tinggi / terhormat dari semua. Gelar ini, di antara orang-orang Yahudi, hanya diberikan kepada 7 orang, semuanya orang-orang dengan keunggulan / kemasyhuran yang besar. Pada waktu diberikan oleh Maria kepada sang Juruselamat, itu sekaligus merupakan suatu pernyataan sukacitanya, dan suatu pengakuan tentang Dia sebagai Tuhan dan Gurunya].
c) Ada juga penafsir yang tidak terlalu membedakan ‘Rabbi’ dan ‘Rabbuni’.
F. F. Bruce: “That there was little essential difference in meaning between ‘Rabbuni’ and ‘Rabbi’ seems clear from John’s use of the Greek vocative DIDASKALE to render both forms (cf. John 1:38)” [= Bahwa di sana ada sedikit perbedaan arti yang hakiki antara ‘Rabbuni’ dan ‘Rabbi’ kelihatannya jelas dari penggunaan Yohanes tentang bentuk sapaan / vokatif DIDASKALE untuk menterjemahkan kedua bentuk (bdk. Yoh 1:38)] - hal 389.
Yoh 1:38 - “Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: ‘Apakah yang kamu cari?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Rabi [artinya: Guru (Yunani: DIDASKALE)], di manakah Engkau tinggal?’”.
Yohanes 20: 16: “Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya Guru (Yunani: DIDASKALE)”.
Jadi, baik ‘Rabi’ dalam Yoh 1:38, maupun ‘Rabbuni’ dalam ay 16 ini, sama-sama diterjemahkan dengan kata Yunani DIDASKALE (= Guru).
Yohanes 20: 17: “Kata Yesus kepadanya: ‘Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.
1) Banyak orang menggunakan ayat ini untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga, tapi ke dunia orang mati.
Ini merupakan penafsiran bodoh, dan pada waktu saya membaca buku-buku tafsiran saya, tidak ada orang-orang yang memberikan penafsiran bodoh ini. Mengapa penafsiran ini saya katakan bodoh? Karena itu bertentangan dengan:
a) Kata-kata Yesus kepada penjahat yang bertobat, bahwa hari itu juga penjahat itu akan bersama dengan Dia di Firdaus (Luk 23:43), dan Firdaus itu jelas adalah surga (bdk. 2Kor 12:2,4).
b) Kata-kata terakhir Yesus di kayu salib menunjukkan bahwa Ia menyerahkan nyawa / rohNya ke tangan Bapa (Luk 23:46) dan ini jelas menunjukkan bahwa Ia pergi ke surga pada saat mati.
Jadi, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’ tidak menunjuk ke belakang / saat antara kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi menunjuk ke depan / saat kenaikanNya ke surga. Ini jelas terlihat kalau kita membaca ay 17bnya (‘Aku akan pergi kepada BapaKu dan BapaMu, kepada AllahKu dan Allahmu’).
Catatan: dalam kedua kalimat ini, kata ‘pergi’ seharusnya lebih tepat kalau diterjemahkan ‘ascend’ (= naik), seperti dalam terjemahan KJV/RSV/NASB. Dengan demikian lebih jelas lagi bahwa ini menunjuk kepada ‘ascension’ (= kenaikan Kristus ke surga).
2) Ay 17a tidak mungkin diartikan bahwa Yesus melarang Maria Magdalena untuk menyentuh Dia, karena:
a) Murid-murid yang lain diijinkan untuk menyentuh Dia setelah kebangkitanNya.
Mat 28:9 - “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya”.
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.
Yohanes 20:27 - “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Mengapa mereka ini boleh memegang sedangkan Maria Magdalena tidak boleh?
b) Di sini digunakan kata perintah bentuk present, yang disertai kata ‘tidak’.
Leon Morris (NICNT): “The present imperative with a negative means ‘Stop doing something’ rather than ‘Do not start something’. Here it will mean ‘Stop clinging to Me’ ... and not, ‘Do not begin to touch Me’” (= Kata perintah bentuk present, disertai kata ‘tidak’, berarti ‘Berhentilah melakukan sesuatu’ dan bukannya ‘Jangan mulai melakukan sesuatu’. Di sini itu berarti ‘Berhentilah berpegang teguh kepadaKu’ ... dan bukannya ‘Jangan mulai menyentuh Aku’) - hal 840.
Tasker (Tyndale): “in the Greek the verb ‘touch’ is a present imperative; and when used as a prohibition this should normally give the meaning ‘Stop touching me’ or ‘Do not touch me any more’. The right translation would therefore seem to be, ‘Do not cling to Me’ (RSV ‘Do not hold me’)” [= dalam bahasa Yunani kata kerja ‘menyentuh’ adalah suatu kata perintah bentuk present; dan pada waktu digunakan sebagai suatu larangan ini biasanya harus memberikan arti ‘Berhentilah menyentuh Aku’ atau ‘Jangan menyentuh Aku lagi’. Karena itu terjemahan yang benar kelihatannya adalah ‘Jangan berpegang erat-erat kepada Aku (RSV ‘Jangan menahan Aku’)] - hal 225.
Jadi, Maria Magdalena bukannya dilarang menyentuh, tetapi dilarang untuk menahan / memegang erat-erat / nggandoli.
3) Apa maksud / tujuan Maria Magdalena untuk menahan / memegang Yesus erat-erat?
Matthew Henry: “Mary thought, now that her Master was risen, he would presently set up a temporal kingdom, such as they had long promised themselves. ‘No,’ says Christ, ‘touch me not, with any such thought; think not to lay hold on me, so as to detain me here; for, though I am not yet ascended, go to my brethren, and tell them, I am to ascend.’” (= Maria berpikir, sekarang bahwa Gurunya sudah bangkit, Ia akan segera mendirikan kerajaan sementara, seperti yang sejak lama mereka janjikan kepada diri mereka sendiri. ‘Tidak’, kata Kristus, ‘jangan menyentuh Aku, dengan pemikiran seperti itu; jangan berpikir untuk memegang Aku, untuk menahan / menghambat Aku di sini; karena, sekalipun Aku belum naik, pergilah kepada saudara-saudaraKu, dan beritahu mereka, Aku harus naik).
Calvin: “they were not forbidden to touch him, until Christ saw that, by their foolish and unreasonable desire, they wished to keep him in the world” (= mereka tidak dilarang untuk menyentuh Dia, sampai Kristus melihat bahwa, oleh keinginan mereka yang bodoh dan tak masuk akal, mereka ingin menahan Dia dalam dunia) - hal 259.
Calvin: “The meaning of the words therefore is, that his state of resurrection would not be full and complete, until he should sit down in heaven at the right hand of the Father; and, therefore, that the women did wrong in satisfying themselves with having nothing more than the half of his resurrection, and desiring to enjoy his presence in the world” (= Karena itu, arti dari kata-kata ini adalah bahwa keadaan kebangkitanNya tidak akan penuh dan lengkap, sampai Ia duduk di surga di sebelah kanan Bapa; dan karena itu perempuan-perempuan ini melakukan kesalahan dengan memuaskan diri mereka sendiri dengan mendapatkan tidak lebih dari setengah kebangkitanNya, dan menginginkan untuk menikmati kehadiranNya di dunia ini) - hal 259.
Wycliffe Bible Commentary: “Mary needed to be taught that the Lord was not with her on the basis of the old relationship. He was already glorified. He belonged now to the heavenly realm, even though he was willing to tarry for a time to meet with his friends” (= Maria perlu diajar bahwa Tuhan tidak lagi bersama dia pada hubungan yang lama. Ia sudah dimuliakan. Sekarang Ia termasuk pada alam surgawi, sekalipun Ia mau untuk berlambat-lambat untuk sementara waktu untuk bertemu dengan teman-temanNya).
4) Mengapa Yesus melarang Maria Magdalena untuk menahannya?
Ada 2 pandangan:
a) Karena Ia harus naik ke surga dan tidak bisa ditahan di dunia ini.
Barclay: “It may be that Jesus was saying to Mary: ‘don’t go on clutching me selfishly to yourself. In a short time I am going back to my Father” (= Adalah mungkin bahwa Yesus berkata kepada Maria: ‘janganlah terus menggenggam Aku secara egois bagi dirimu sendiri. Dalam waktu yang singkat Aku akan kembali kepada BapaKu) - hal 271.
b) Karena Yesus masih punya waktu sekitar 40 hari sebelum naik ke surga. Jadi tak perlu dipegang erat-erat seakan-akan Dia akan segera naik ke surga hari itu juga.
Leon Morris (NICNT): “Part of the thought appears to be that Jesus was not simply returning to the old life. Mary was reacting as though He were. ... But part of the thought also will be concerned with the fact that the ascension was as yet future. ... It is as though Jesus were saying, ‘Stop clinging to Me. There is no need for this, as I am not yet at the point of permanent ascension. You will have opportunity of seeing Me.’” (= Sebagian dari pemikirannya kelihatannya adalah bahwa Yesus tidak sekedar kembali kepada kehidupan yang lama. Maria bertindak seakan-akan Ia kembali kepada kehidupan yang lama. ... Tetapi sebagian dari pemikirannya juga berkenaan dengan fakta bahwa kenaikan itu masih akan datang. ... Seakan-akan Yesus berkata: ‘Berhentilah berpegang erat-erat kepada Aku. Tidak ada keperluan untuk hal ini, karena pada saat ini Aku belum akan naik ke surga secara permanen. Engkau akan mempunyai kesempatan untuk melihat Aku’) - hal 841.
5) Kata-kata ‘Aku akan pergi’ (ay 17b) seharusnya ‘I ascend’ (= Aku naik).
Mengapa digunakan present tense, bukan future tense, kalau itu memang menunjuk kepada kenaikanNya ke surga? Ada 2 kemungkinan jawaban:
a) Itu menunjukkan kepastian dari kenaikan itu.
Leon Morris (NICNT): “In the message to the ‘brethren’ the verb ‘I ascend’ is in the present tense. This tense may denote future action, but if so it is with the thought either of imminence or certainty. It is the latter which is required here” (= Dalam berita / pesan kepada ‘saudara-saudara’ kata kerja ‘Aku naik’ ada dalam present tense. Tense ini bisa menunjuk kepada tindakan yang akan datang, tetapi jika demikian itu ada dengan pemikiran tentang kesegeraan atau kepastian. Adalah yang terakhir yang dibutuhkan / diharuskan di sini) - hal 841.
b) Itu menunjuk pada proses kenaikan kesurga.
Tasker (Tyndale): “‘I ascend’ should be taken as a continuous present ‘I am in the process of ascending’” (= ‘Aku naik’ harus dianggap sebagai suatu bentuk present yang terus menerus ‘Aku ada dalam proses dari kenaikan’) - hal 225.
6) Maria Magdalena disuruh memberitakan kepada saudara-saudara Yesus.
John G. Mitchell: “The revelation of His person to her brought her an opportunity for immediate service” (= Wahyu tentang diri / pribadiNya kepadanya membawa kepadanya suatu kesempatan untuk pelayanan langsung) - hal 392.
Matthew Henry: “Note, Public service ought to be preferred before private satisfaction. ... Mary must not stay to talk with her Master, but must carry his message” (= Perhatikan, pelayanan umum harus didahulukan dari pada kepuasan pribadi. ... Maria tidak boleh tinggal untuk berbicara dengan Gurunya, tetapi harus membawa pesanNya).
Perhatikan bahwa tidak selalu ‘bersekutu dengan Yesus’ itu lebih baik dari pada ‘melayani Yesus’ (bdk. Luk 10:38-42). Di sini Yesus tak mau Maria Magdalena terus dekat dengan Dia dan bersekutu dengan Dia. Ia ingin Maria Magdalena pergi kepada murid-murid yang lain, dan memberitahu mereka kabar tentang kebangkitan Kristus.
7) Siapa yang dimaksud oleh Yesus dengan ‘saudara-saudaraKu’?
Ada yang menganggap bahwa ‘my brethren’ menunjuk kepada saudara-saudara tiri Yesus. Ini didukung oleh fakta bahwa setelah Yesus naik ke surga, saudara-saudara tiri yang tadinya tidak percaya kepada Yesus ini (Yoh 7:5) menjadi orang-orang percaya (Kis 1:14).
Tetapi kebanyakan penafsir beranggapan bahwa ‘my brethren’ menunjuk kepada murid-murid Yesus, karena cerita ini selanjutnya menunjukkan bahwa Maria Magdalena memang pergi kepada mereka (ay 18).
William Hendriksen: “Jesus now calls his disciples by a new name: ‘brothers.’ (cf. Ps. 22:23; 122:8; Heb. 2:11.) ... Brothers belong to one and the same family. They possess much in common. They share in the same inheritance. Thus every true believer is a joint-heir with Christ (Rom. 8:17). Thus, also, in the spiritual sense, God is not the Father of all men but only of those who, having been chosen from eternity, have embraced the Son by a living faith. These - these all, these alone - are Christ’s brothers” [= Sekarang Yesus menyebut murid-muridNya dengan suatu nama yang baru: ‘saudara-saudara’ (bdk. Maz 22:23; 122:8; Ibr 2:11). ... ‘Saudara-saudara’ termasuk dalam keluarga yang satu dan yang sama. mereka mempunyai banyak persamaan. Mereka ikut ambil bagian dari warisan yang sama. Demikianlah setiap orang percaya yang sejati adalah pewaris bersama dengan Kristus (Ro 8:17). Demikian juga dalam arti rohani, Allah bukanlah Bapa dari semua manusia tetapi hanya dari mereka yang, setelah dipilih dari kekekalan, telah memeluk Anak dengan iman yang hidup. Ini, ini semua, ini saja, adalah saudara-saudara Kristus] - hal 456.
Jamieson, Fausset & Brown: “That He had still our Humanity, and therefore ‘is not ashamed to call us brethren,’ is indeed grandly evidenced by these words” (= Bahwa Ia tetap mempunyai kemanusiaan kita, dan karena itu ‘tidak malu menyebut mereka saudara’, memang secara agung ditunjukkan oleh kata-kata ini).
Catatan: kutipan ayat dari Ibr 2:11.
8) Calvin menganggap (hal 260) bahwa ay 17b ini merupakan penggenapan dari Maz 22:23 - “Aku akan memasyhurkan namaMu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah”.
9) Pesan Yesus adalah ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’.
a) Kata ‘sekarang’ dalam ay 17b seharusnya tidak ada.
b) ‘Aku akan pergi / naik’.
Matthew Henry: “Now this was intended to be, (a.) A word of caution to these disciples, not to expect the continuance of his bodily presence on earth, nor the setting up of his temporal kingdom among men, which they dreamed of. ... (b.) A word of comfort to them, ... he ascended as our forerunner, to prepare a place for us, and to be ready to receive us” [= Ini dimaksudkan sebagai (a) Suatu peringatan kepada murid-murid ini, untuk tidak berharap pada kelanjutan dari kehadiran tubuhNya di bumi, atau pada pendirian kerajaanNya yang sementara di antara manusia, yang mereka mimpikan. ... (b) Suatu penghiburan bagi mereka, ... Ia naik sebagai pendahulu kita, untuk mempersiapkan suatu tempat bagi kita, dan untuk siap menerima kita].
c) ‘kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’.
Matthew Henry: “he is Christ’s Father by eternal generation, ours by a gracious adoption; yet even this warrants us to call him, as Christ did, Abba, Father. This gives a reason why Christ called them brethren, because his Father was their Father” (= Ia adalah Bapa Kristus oleh eternal generation / tindakan memperanakkan yang kekal, Ia adalah Bapa kita oleh pengadopsian yang bersifat kasih karunia / murah hati; tetapi bahkan ini membenarkan kita untuk memmanggilNya, seperti yang Kristus lakukan, Abba, Bapa. Ini memberi alasan mengapa Kristus menyebut mereka ‘saudara-saudara’, karena BapaNya adalah Bapa mereka).
Calvin: “he is the Son of God by nature, while we are the sons of God only by adoption” (= Ia adalah Anak Allah secara alamiah, sementara kita adalah anak-anak Allah hanya oleh pengadopsian) - hal 263.
Wycliffe Bible Commentary: “My Father is the language of deity; my God is the language of humanity” (= ‘BapaKu’ adalah bahasa dari keilahian; ‘AllahKu’ adalah bahasa dari kemanusiaan).
Bdk. Ro 15:6 - “sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus”.
Yohanes 20: 18: “Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: ‘Aku telah melihat Tuhan!’ dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya”.
Matthew Henry: “She came and told the disciples, whom she found together, that she had seen the Lord. ... When God comforts us, it is with this design, that we may comfort others” (= Ia datang dan memberitahu murid-murid, yang ia temukan bersama-sama, bahwa ia telah melihat Tuhan. ... Pada waktu Tuhan menghibur kita, itu adalah dengan rencana / tujuan ini, supaya kita bisa menghibur orang-orang lain).
-o0o-
Yohanes 20:19-23
Yohanes 20: 19: “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
1) “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat”.
a) “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu”.
1. Penekanan hari pertama.
Yohanes menulis sedemikian rupa sehingga hari pertama itu sangat ditekankan.
KJV: ‘Then the same day at evening, being the first day of the week’ (= Maka pada hari yang sama pada sore / malam hari, yang merupakan hari pertama dari minggu).
William Hendriksen menterjemahkan: ‘Now when it was evening on that day, the first day of the week’ (= Pada waktu sore / malam pada hari itu, hari pertama dari minggu).
William Hendriksen mengatakan (hal 457) bahwa Yohanes bisa saja menulis ‘Now when it was the evening of the first day’ (= Pada sore / malam dari hari pertama). Tetapi ia mau lebih menekankan hari pertama itu. Jadi ia mulai dengan mengatakan ‘Now when it was evening of that day’ (= Pada sore / malam dari hari itu). Dilihat dari kontextnya itu sudah menunjuk kepada hari pertama (bdk. 20:1). Tetapi Yohanes tidak puas dengan itu, dan ia melanjutkan ‘that day, the first day of the week’ (= hari itu, hari pertama dari minggu).
Matthew Henry beranggapan bahwa ini merupakan tanda / bukti bahwa Allah menghormati hari itu.
2. Apa maksudnya ‘malam’?
Text yang sedang kita pelajari ini (Yoh 20:19-23) paralel dengan Luk 24:36-dst. Dan kalau dilihat dari Luk 24:29,33,36 terlihat bahwa saat ini bukan lagi siang / sore sebelum pk. 6 sore tetapi sudah malam (lewat dari pk. 6 sore). Itu berarti bahwa sebetulnya, dari perhitungan waktu Yahudi, itu bukan lagi hari pertama (minggu) tetapi hari kedua (senin).
William Hendriksen: “It was evening. In the light of Luke 24:29,33,36 we have a right to conclude that it was no longer early in the evening when the great event recorded in the present paragraph took place. As the Jews compute the days it was no longer the first day of the week. But John, though a Jew, is writing much later than Matthew and Mark, and does not seem to concern himself with Jewish time-reckoning” (= Itu adalah malam. Dalam terang dari Luk 24:29,33,36 kami mempunyai hak untuk menyimpulkan bahwa itu bukan lagi awal dari suatu sore ketika peristiwa yang besar yang dicatat dalam text ini terjadi. Sebagaimana orang-orang Yahudi menghitung hari, itu bukan lagi hari pertama dari minggu. Tetapi Yohanes, sekalipun ia adalah orang Yahudi, menulis jauh lebih belakangan dari Matius dan Markus, dan kelihatannya tidak mempedulikan perhitungan waktu Yahudi) - hal 458.
A. T. Robertson menganggap bahwa kata-kata “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu” menunjukkan bahwa Yohanes menggunakan perhitungan waktu Romawi dan bukan Yahudi, karena ‘malam’ menyusul ‘pagi / siang’ dan bukan sebaliknya.
Bagian ini perlu diperhatikan karena ada orang-orang yang menolak perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu dengan mengatakan bahwa Yesus menampakkan diri di sini pada hari Senin, bukan pada hari Minggu. Itu memang Senin berdasarkan perhitungan waktu Yahudi, tetapi itu adalah Minggu berdasarkan perhitungan waktu Romawi. Dan Yohanes kelihatannya menggunakan perhitungan waktu Romawi.
b) “berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat”.
1. Kita memang tidak tahu apa tujuan para murid berkumpul pada saat itu, tetapi sedikitnya itu adalah suatu persekutuan. Bahkan ada penafsir yang beranggapan bahwa murid-murid berkumpul pada hari minggu dalam ay 19 itu, untuk berbakti.
Barnes’ Notes: “It is worthy of remark that this is the first assembly that was convened for worship on the Lord’s Day, and in that assembly Jesus was present. Since that time, the day has been observed in the church as the Christian Sabbath, particularly to commemorate the resurrection of Christ” (= Layak diperhatikan bahwa ini adalah perkumpulan pertama yang dilakukan untuk kebaktian pada hari Tuhan, dan dalam perkumpulan itu Yesus hadir. Sejak saat itu, hari itu dihormati dalam gereja sebagai Sabat Kristen, khususnya untuk memperingati kebangkitan Kristus).
2. Mereka sedang ada dalam keadaan yang sulit, mereka bingung tentang apakah Kristus bangkit atau tidak. Mungkin mereka bertemu untuk berdoa bersama, atau membandingkan cerita / laporan tentang kebangkitan Kristus, dan merundingkan apa yang harus mereka lakukan. Juga untuk saling mengerti isi hati masing-masing, saling menguatkan iman, dan sebagainya. Ini mengajar kita untuk tidak meninggalkan pertemuan ibadah kita, bahkan pada masa yang sukar. Bdk. Ibr 10:25 - “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
2) “dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
a) Ada beberapa penafsiran salah berkenaan dengan bagian ini:
1. Ini bukan mujijat, karena Kristus masuk dengan membuka pintu secara biasa.
Merupakan sesuatu yang mengherankan bagi saya bahwa ada banyak penafsir yang beranggapan bahwa di sini tidak terjadi mujijat. Mereka mengatakan bahwa Yesus datang lalu membuka pintu dengan cara biasa dan masuk ke dalam ruangan itu. Saya berpendapat bahwa penafsiran ini sangat tidak masuk akal, karena kalau demikian apa gunanya Yohanes mengatakan bahwa ‘pintu-pintu terkunci’?.
Leon Morris (NICNT): “Jesus came and stood among them. This appears to mean that He had not come through the door in the normal fashion (else what is the point of mentioning the shut door?). ... John wants us to see that the risen Jesus was not limited by closed doors. Miraculously He stood in their midst. But the precise manner of the miracle is not indicated” [= Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka. Ini kelihatannya berarti bahwa Ia tidak datang melalui pintu dengan cara normal (kalau tidak apa gunanya / tujuannya menyebutkan pintu yang tertutup / terkunci?). ... Yohanes ingin kita melihat bahwa Yesus yang bangkit tidak dibatasi oleh pintu-pintu yang terkunci. Secara mujijat Ia berdiri di tengah-tengah mereka. Tetapi cara yang persis dari mujijat itu tidak dinyatakan] - hal 844.
2. Kristus, setelah kebangkitanNya, adalah roh dan tidak mempunyai tubuh.
Penafsiran lain yang juga salah, bahkan sesat, adalah bahwa karena Yesus bisa muncul di ruangan terkunci seperti itu, itu menunjukkan bahwa Yesus setelah kebangkitanNya adalah roh dan tidak mempunyai tubuh. Penafsiran ini jelas bertentangan dengan Luk 24:36-43 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu (Yunani: PNEUMA = spirit / roh). (38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (Yunani: PNEUMA = spirit / roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.
Bahwa Yesus bisa muncul di tengah-tengah mereka pada saat pintu terkunci tak membuktikan bahwa Ia tidak mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, sama halnya bahwa dulu Ia pernah berjalan di atas air (Mat 14:22-33) tak membuktikan bahwa Ia tidak mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh. Juga bahwa Petrus bisa keluar dari penjara yang terkunci (Kis 5:19-23 Kis 12:6-dst) tak membuktikan bahwa ia tidak mempunyai tubuh.
Calvin: “We ought ... to believe that Christ did not enter without a miracle, in order to give a demonstration of his Divinity, ... and yet I am far from admitting the truth of what the Papists assert, that the body of Christ passed through the shut doors. Their reason for maintaining this is, for the purpose of proving not only that the glorious body of Christ resembled a spirit, but that it was infinite, and could not be confined to any one place. But the words convey no such meaning; for the Evangelist does not say that he entered through the shut doors, but that he suddenly stood in the midst of his disciples, though the doors had been shut, and had not been opened by the hand of man. We know that Peter (Acts 10:10) went out of a prison which was locked; and must we, therefore, say that he passed through the midst of the iron and of the planks?” [= Kita harus ... percaya bahwa Kristus tidak masuk tanpa suatu mujijat, untuk memberikan suatu demonstrasi tentang keilahianNya, ... tetapi saya tidak mengakui kebenaran dari apa yang ditegaskan oleh para pengikut Paus, bahwa tubuh Kristus lewat melalui pintu-pintu yang tertutup / terkunci. Alasan mereka untuk mempertahankan ini adalah, untuk membuktikan bukan hanya bahwa tubuh kemuliaan Kristus menyerupai suatu roh, tetapi juga bahwa tubuh itu tak terbatas, dan tidak bisa dibatasi pada satu tempat manapun. Tetapi kata-kata itu tidak memberikan arti seperti itu; karena sang Penginjil tidak mengatakan bahwa Ia masuk melalui pintu-pintu yang tertutup / terkunci, tetapi bahwa Ia tiba-tiba berdiri di tengah-tengah murid-muridNya, sekalipun pintu-pintu tertutup / terkunci, dan tidak dibuka oleh tangan manusia. Kita tahu bahwa Petrus (Kis 10:10) keluar dari penjara yang dikunci; dan haruskah kita, karena itu, mengatakan bahwa ia lewat melalui tengah-tengah dari besi dan papan?] - hal 264.
Catatan:
· Kis 10:10 itu pasti salah cetak; mungkin seharusnya adalah Kis 12:10.
· Sebetulnya kita bisa saja percaya bahwa Kristus memang menembus pintu-pintu yang terkunci, asal kita tidak beranggapan bahwa Ia adalah roh, atau bahwa tubuhNya tidak terbatas. Tetapi Calvin mungkin memang benar pada waktu ia mengatakan bahwa text Kitab Suci ini tidak mengatakan demikian. Textnya hanya mengatakan bahwa pintu-pintu terkunci dan Kristus tahu-tahu berada di dalam.
3. Hakekat manusia dari Kristus, setelah kebangkitanNya, mempunyai sifat maha ada.
Dari bagian ini ada orang-orang (Lutheran) yang beranggapan bahwa hakekat manusia dari Kristus sekarang mempunyai kwalitet / sifat dari hakekat ilahi, sehingga menjadi maha ada.
Tetapi perhatikan bahwa dalam ay 19 dikatakan ‘datanglah Yesus dan berdiri’. Kalau hakekat manusia dari Yesus memang menjadi maha ada, maka Dia tidak perlu ‘datang’.
Disamping itu, kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus bertentangan dengan pengakuan iman Chalcedon.
Pengakuan Iman Chalcedon:
“We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change, without division, without separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita).
Kalau hakekat manusia Kristus menjadi maha ada, maka itu berarti ada perubahan dan percampuran dalam hakekat manusia Kristus itu, karena sifat maha ada, yang adalah sifat dari hakekat ilahi, lalu menjadi sifat dari hakekat manusia.
b) Praktek gereja mula-mula berkenaan dengan kehadiran Kristus di sini.
F. F. Bruce: “The memory of this coming of the Lord to his disciples may well have something to do with the church’s early practice of meeting together on the evening of the first day of the week and bespeaking his presence with them in the words MARANATHA, ‘Our Lord, come!’” (= Ingatan tentang kedatangan Tuhan kepada murid-muridNya mungkin / bisa mempunyai hubungan dengan praktek gereja mula-mula yang bertemu pada malam dari hari pertama dari minggu dan menunjukkan kehadiranNya dengan mereka dengan kata-kata MARANATHA, ‘Tuhan kami, datanglah!’) - hal 391.
Yohanes 20: 20: “Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan”.
1) “Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka”.
Ini dilakukan oleh Yesus, bukan hanya untuk membuktikan bahwa Ia sudah bangkit, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa yang bangkit adalah orang yang sama dengan yang mati 3 hari yang lalu.
Barnes’ Notes: “‘He showed unto them his hands ...’. In this manner he gave them indubitable proofs of his identity. He showed them that he was the same Being who had suffered; that he had truly risen from the dead, and had come forth with the same body. That body had not yet put on its glorified form. It was necessary first to establish the proof of his resurrection, and that could be done only by his appearing as he was when he died” (= Ia menunjukkan kepada mereka tanganNya ...’. Dengan cara ini Ia memberi mereka bukti-bukti yang pasti tentang identitasNya. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa Ia adalah Makhluk yang sama yang telah menderita; bahwa Ia telah sungguh-sungguh bangkit dari orang mati, dan telah tampil dengan tubuh yang sama. Tubuh itu belum memakai bentuknya yang dimuliakan. Adalah perlu untuk pertama-tama meneguhkan bukti kebangkitanNya, dan itu bisa dilakukan hanya oleh pemunculanNya seperti Ia ada sebelum Ia mati).
Catatan: saya ragu-ragu tentang kebenaran dari bagian yang saya garis bawahi, yang menyatakan bahwa pada saat ini tubuh Kristus belum dimuliakan. A. T. Robertson mempunyai pandangan yang sama dengan Barnes, tetapi kata-kata Calvin di bawah kelihatannya menunjukkan bahwa Calvin mempunyai pandangan yang berbeda.
A. T. Robertson: “This body, not yet glorified, retained the marks of the nails and of the soldier’s spear, ample proof of the bodily resurrection against the modern view that only Christ’s ‘spirit’ arose and against the Docetic notion that Jesus had no actual human body” (= Tubuh ini, belum dimuliakan, mempertahankan tanda-tanda dari paku-paku dan tombak tentara, merupakan bukti yang cukup untuk menentang pandangan modern bahwa hanya ‘roh’ Kristus yang bangkit, dan menentang pikiran / gagasan dari Docetisme bahwa Yesus tidak mempunyai tubuh manusia yang sungguh-sungguh).
Calvin: “If any person think it strange and inconsistent with the glory of Christ, that he should bear the marks of his wounds even after the resurrection, let him consider, first, that Christ rose not so much for himself as for us; ... and now, since those wounds, of which we are speaking, serve to confirm the belief of his resurrection, they do not diminish his glory. But if any person should infer from this, that Christ has still the wounded side and the pierced hands, that would be absurd; for it is certain that the use of the wounds was temporary, until the Apostles were fully convinced that he was risen from the dead” (= Jika ada orang yang menganggap aneh dan tidak konsisten dengan kemuliaan Kristus, bahwa Ia harus mempunyai tanda-tanda dari luka-lukaNya bahkan setelah kebangkitan, biarlah ia mempertimbangkan, pertama, bahwa Kristus bangkit lebih untuk kita dari pada untuk diriNya sendiri; ... dan sekarang, karena luka-luka itu, tentang mana kita berbicara, berfungsi untuk meneguhkan kepercayaan tentang kebangkitanNya, mereka tidak mengurangi kemuliaanNya. Tetapi jika ada orang yang menyimpulkan dari sini, bahwa Kristus tetap mempunyai rusuk yang luka dan tangan yang berlubang, itu adalah menggelikan; karena adalah jelas bahwa penggunaan dari luka-luka itu adalah sementara, sampai Rasul-rasul yakin sepenuhnya bahwa Ia bangkit dari orang mati) - hal 265.
2) “Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan”.
Lukas menceritakan bagian ini dengan lebih terperinci. Para murid itu tak langsung bersukacita tetapi terlebih dulu menjadi takut (Luk 24:36-49).
Yohanes 20: 21: “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’”.
1) Ay 21b sudah pernah diucapkan oleh Yesus, hanya saja yang dulu kata-kata itu ditujukan kepada Bapa.
Yoh 17:18 - “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia”.
2) Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa misi murid-murid / orang-orang percaya keluar dari misi Kristus sendiri.
Leon Morris (NICNT): “Their mission proceeds from His. It is only because He has accomplished His mission, and indeed precisely because He has accomplished it, that they are sent into the world” (= Misi mereka keluar dari misiNya. Hanya karena Ia telah menyelesaikan misiNya, dan memang justru karena Ia telah menyelesaikannya bahwa mereka diutus ke dalam dunia) - hal 846.
3) Kata-kata ‘sama seperti’ dalam bahasa Yunani adalah KATHOS. Ini tidak berarti ‘sama dalam segala hal’, tetapi berarti ‘seperti’.
Jelas bahwa kita tidak diutus untuk menebus dosa seperti Yesus. Kita diutus untuk melayani, memberitakan Injil, memberitakan Firman Tuhan dan sebagainya.
Dan bahkan pada waktu rasul-rasul dijadikan guru-guru / pengajar-pengajar, itu tidak berarti bahwa Kristus menyerahkan jabatanNya sebagai Guru / Pengajar kepada murid-muridNya. Ia tetap adalah satu-satunya Guru / Pengajar dalam Gereja, tetapi sekarang Ia berbicara / mengajar melalui Rasul-rasul.
4) Dari Luk 24:33 terlihat bahwa yang berkumpul di sini bukan hanya para rasul, tetapi juga ada orang-orang percaya yang lain.
Jadi, yang diutus oleh Kristus untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan bukan hanya rasul-rasul tetapi juga orang-orang percaya. Juga kata-kata Yesus dalam ay 23 berlaku bukan hanya untuk rasul-rasul, tetapi untuk seluruh Gereja!
Yohanes 20: 22: “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus”.
1) Untuk melakukan tugas dalam ay 21 itu para murid (juga kita) membutuhkan Roh Kudus.
Tugas yang Kristus berikan dalam ay 21 begitu sukar sehingga tidak mungkin dilakukan oleh manusia dengan kekuatannya sendiri.
Bdk. 2Kor 2:16 - “Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”.
Karena itu dalam ay 22 ini Kristus melanjutkan dengan berbicara tentang Roh Kudus.
Calvin: “It ought to be observed, that those whom Christ calls to the pastoral office he likewise adorns with the necessary gifts, that they may be qualified for discharging the office, or, at least, may not come to it empty and unprovided” (= Harus diperhatikan bahwa mereka yang Kristus panggil kepada tugas / jabatan penggembalaan juga Ia hiasi / perindah dengan karunia-karunia yang diperlukan, supaya mereka bisa memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas / jabatan itu, atau setidaknya, tidak datang kepada tugas / jabatan itu dengan kosong dan tidak diperlengkapi) - hal 268.
Penerapan: ini merupakan sesuatu yang harus dihayati oleh setiap pelayan Tuhan. Kita tidak mungkin bisa melakukan tugas yang Tuhan berikan kepada kita dengan kekuatan kita sendiri. Kita membutuhkan Roh Kudus untuk menolong dan memimpin kita dalam pelayanan. Jadi banyaklah berdoa untuk diri saudara dan pelayanan yang saudara lakukan.
2) Apa yang dimaksud dengan penghembusan dan kata-kata Kristus ini?
a) Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa di sini terjadi suatu penciptaan rohani / kelahiran baru.
Darby: “I do not doubt that, speaking historically, the Spirit here is distinguished from Acts 2, inasmuch as here it is a breath of inward life, as God breathed into the nostrils of Adam a breath of life. It is not the Holy Ghost sent down from heaven. Thus Christ, who is a quickening Spirit, imparts spiritual life to them according to the power of resurrection” (= Saya tak meragukan bahwa, berbicara secara historis, Roh di sini dibedakan dari Kisah 2, karena di sini itu adalah nafas dari kehidupan di dalam, seperti Allah menghembuskan ke dalam lubang hidung dari Adam nafas kehidupan. Itu bukanlah Roh Kudus yang dikirimkan dari surga. Demikianlah Kristus, yang adalah Roh yang menghidupkan, memberikan kehidupan rohani kepada mereka sesuai dengan kuasa kebangkitan).
Bdk. 1Kor 15:45 - “Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang akhir (= Yesus) menjadi roh yang menghidupkan”.
Problem dengan penafsiran ini adalah: murid-murid sudah percaya Yesus sebelum saat ini. Apakah pada saat itu mereka belum dilahirkan kembali? Kalau belum, bagaimana mereka bisa percaya? Ingat bahwa dalam theologia Reformed, kelahiran baru harus mendahului iman.
b) Ada banyak penafsir yang menganggap bahwa di sini betul-betul terjadi pemberian Roh Kudus, tetapi ini hanya merupakan jaminan / uang muka dari pemberian Roh Kudus yang lebih besar pada hari Pentakosta.
Matthew Poole: “The apostles could not but be apprehensive how great a work their Lord had laid upon them, in sending them as his Father had sent him, to carry the gospel over the world; ‘Who (said Paul afterward) is sufficient for these things?’. Our Lord therefore fortifies them with an earnest of that more plentiful effusion of the Spirit, which they afterward received in the days of Pentecost. ... he here assures them of the presence of the Holy Spirit with them, in their more ordinary ministry, in instructing and governing the church. This conferring of the Spirit upon them he confirms to them by breathing, as an exterior sign or symbol” [= Rasul-rasul pasti merasa takut / kuatir tentang betapa besarnya pekerjaan yang Tuhan mereka berikan kepada mereka, pada waktu Ia mengutus mereka seperti BapaNya mengutusNya, untuk membawa injil ke seluruh dunia; ‘Siapa (kata Paulus belakangan) yang cukup / mampu untuk hal-hal ini?’. Karena itu Tuhan kita memperkuat mereka dengan suatu jaminan / uang muka tentang pencurahan Roh yang lebih besar itu, yang mereka terima belakangan pada hari Pentakosta. ... di sini Ia menjamin mereka tentang kehadiran Roh Kudus dengan mereka, dalam pelayanan mereka yang lebih biasa, dalam mengajar dan memerintah gereja. Pemberian Roh kepada mereka ini Ia tegaskan kepada mereka dengan pengembusan, sebagai suatu tanda atau simbol lahiriah] - hal 381.
Catatan: kutipan ayat dari 2Kor 2:16 versi KJV.
F. F. Bruce: “At an earlier stage in Jesus’ ministry the evangelist had said, ‘the Spirit was not yet present, because Jesus had not yet been glorified’ (John 7:39); now the time for imparting the Spirit has come. The Spirit was imparted by the breath of Jesus. ... it is not the bestowal of life that is in view now, but empowerment for ministry. The absence of the definite article before ‘Holy Spirit’ here has led some commentators to suggest that it is not the personal Spirit that is in view here, but a spiritual gift or endowment. This is a precarious argument; the presence or absence of the article with PNEUMA (or PNEUMA HAGION, as here) is not an infallible criterion for distinguishing between the Giver and his gifts” [= Pada pelayanan Yesus yang lebih awal, sang penginjil telah mengatakan: ‘Roh itu belum hadir, karena Yesus belum dimuliakan’ (Yoh 7:39); sekarang waktu untuk memberikan Roh telah tiba. Roh diberikan oleh nafas Yesus. ... bukan pemberian hidup yang sekarang dipersoalkan, tetapi pemberian kuasa untuk pelayanan. Tidak adanya kata sandang tertentu sebelum ‘Roh Kudus’ di sini telah membimbing beberapa penafsir untuk mengusulkan bahwa bukan pribadi Roh yang dipersoalkan di sini, tetapi suatu karunia atau pemberian rohani. Ini merupakan suatu argumentasi yang berbahaya; hadir atau tidaknya kata sandang dengan PNEUMA (atau PNEUMA HAGION, seperti di sini) bukanlah suatu kriteria yang tak bisa salah untuk membedakan antara sang Pemberi dan karunia-karuniaNya] - hal 392.
Problem dengan kata-kata ini adalah bahwa kata ‘dimuliakan’ dalam Yoh 7:39 menunjuk kepada kenaikan Yesus ke surga. Bdk. Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
Matthew Henry: “The sign he used to assure them of, and affect them with, the gift he was now about to bestow upon them: He breathed on them ... to signify to them the spiritual life and power which they should receive from him for all the services that lay before them. ... the Spirit is the gift of Christ. ... Christ conferred the Holy Ghost by breathing, for he is the author of the gift, and from him it comes originally” (= Tanda di sini Ia gunakan untuk meyakinkan mereka tentang, dan mempengaruhi mereka dengan, karunia yang sekarang akan Ia berikan kepada mereka: Ia mengembusi mereka ... untuk menandakan / memberitahu kepada mereka kehidupan dan kuasa rohani yang harus mereka terima dari Dia untuk semua pelayanan yang terletak di depan mereka. ... Roh adalah karunia / pemberian dari Kristus. ... Kristus memberikan Roh Kudus dengan mengembusi, karena Ia adalah sumber dari karunia, dan dari Dialah itu datang dari mulanya).
Matthew Henry: “‘Receive ye the Holy Ghost,’ in part now, as an earnest of what you shall further receive not many days hence. They now received more of the Holy Ghost than they had yet received. Thus spiritual blessings are given gradually; to him that has shall be given. Now that Jesus began to be glorified more of the Spirit began to be given: see Jn 7:39” (= ‘Terimalah Roh Kudus’, sebagian sekarang, sebagai jaminan / uang muka tentang apa yang akan kamu terima lebih jauh tak lama kemudian. Sekarang mereka menerima lebih dari Roh Kudus dari pada yang mereka telah terima. Demikianlah berkat-berkat rohani diberikan secara bertahap; kepada dia yang mempunyai akan diberikan. Sekarang bahwa Yesus mulai dimuliakan, lebih banyak dari Roh mulai diberikan: lihat Yoh 7:39).
Matthew Henry tentang Kis 1:5: “‘You shall be baptized with the Holy Ghost;’ that is, [1.] ‘The Holy Ghost shall be poured out upon you more plentifully than ever.’ They had already been breathed upon with the Holy Ghost (Jn. 20:22), and they had found the benefit of it; but now they shall have larger measures of his gifts, graces, and comforts, and be baptized with them” [= ‘Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus’; yaitu, (1) ‘Roh Kudus akan dicurahkan kepadamu dengan lebih berlimpah-limpah dari pada sebelumnya’. Mereka telah dihembusi dengan Roh Kudus (Yoh 20:22), dan mereka telah menemukan manfaat dari hal itu; tetapi sekarang mereka akan mendapatkan takaran yang lebih besar dari karunia-karunia, kasih karunia, dan penghiburanNya, dan dibaptis dengan hal-hal itu].
Catatan: Dalam tafsirannya tentang Kis 2:4 Matthew Henry mengatakan hal yang kurang lebih sama dengan di sini.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And when he had said this, he breathed on them.’ - a symbolical and expressive conveyance to them of the Spirit, which in Scripture is so often compared to breath ... ‘And saith unto them, Receive ye the Holy Spirit.’ - as an earnest and first-fruits of the more grand and copious Pentecostal effusion, without which it had been vain to send them at all” (= ‘Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka’ - suatu pemberian Roh yang bersifat simbolis dan tanda kepada mereka, yang dalam Kitab Suci begitu sering dibandingkan dengan nafas ... ‘Dan berkata kepada mereka, Terimalah Roh Kudus’ - sebagai suatu jaminan / uang muka dan buah sulung dari pencurahan Pentakosta yang lebih hebat / agung dan sangat banyak, tanpa mana adalah sia-sia untuk mengirimkannya kepada mereka).
John Wesley: “‘He breathed on them.’ - New life and vigor, and saith, as ye receive this breath out of my mouth, so receive ye the Spirit out of my fulness: the Holy Ghost influencing you in a peculiar manner, to fit you for your great embassy. This was an earnest of pentecost” (= ‘Ia menghembusi mereka’. Kehidupan dan kekuatan / vitalitas yang baru, dan berkata, sebagaimana kamu menerima nafas ini dari mulutKu, demikianlah kamu menerima Roh dari kepenuhanKu: Roh Kudus yang mempengaruhi kamu dengan cara yang khusus, untuk mempersiapkan kamu untuk missi yang besar ini. Ini merupakan jaminan / uang muka dari Pentakosta).
Calvin: “But if Christ, at that time, bestowed the Spirit on the Apostles by breathing, it may be thought that it was superfluous to send the Holy Spirit afterwards. I reply, the Spirit was given to the Apostles on this occasion in such a manner, that they were only sprinkled by his grace, but were not filled with full power; for, when the Spirit appeared on them in tongues of fire, (Acts 2:3,) they were entirely renewed. And, indeed, he did not appoint them to be heralds of his Gospel, so as to send them forth immediately to the work, but ordered them to take repose, as we read elsewhere, ‘Remain ye in the city of Jerusalem till ye are endued with power from on high,’ (Luke 24:49.) And if we take all things properly into consideration, we shall conclude, not that he furnishes them with necessary gifts for present use, but that he appoints them to be the organs of his Spirit for the future; and, therefore, this breathing ought to be understood as referring chiefly to that magnificent act of sending the Spirit which he had so often promised” [= Tetapi jika Kristus, pada saat itu, memberikan Roh kepada Rasul-rasul dengan menghembusi, bisa dipikirkan bahwa merupakan sesuatu yang berlebihan / tak berguna untuk mengirimkan Roh Kudus setelah itu. Saya menjawab, Roh dikirimkan kepada Rasul-rasul pada peristiwa ini dengan cara sedemikian rupa, sehingga mereka hanya diperciki oleh kasih karuniaNya, tetapi tidak dipenuhi dengan kuasa penuh; karena, pada waktu Roh muncul / tampil kepada mereka dalam lidah-lidah api, (Kis 2:3), mereka diperbaharui sepenuhnya. Dan memang, Ia tidak menetapkan mereka sebagai pemberita-pemberita InjilNya, dengan tujuan untuk segera mengirim mereka kepada pekerjaan itu, tetapi memerintahkan mereka untuk tinggal dengan tenang, seperti kita baca di tempat yang lain, ‘Tinggallah di kota Yerusalem sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi’, (Luk 24:49). Dan jika kita mempertimbangkan segala sesuatu dengan benar, kita akan menyimpulkan, bukan bahwa Ia memberi / memperlengkapi mereka dengan karunia-karunia yang diperlukan untuk penggunaan masa ini / sekarang, tetapi bahwa Ia menetapkan mereka untuk menjadi alat-alat dari RohNya untuk masa yang akan datang; dan karena itu, penghembusan ini harus dimengerti sebagai menunjuk terutama kepada tindakan yang besar / indah dimana Ia mengirimkan Roh yang telah begitu sering Ia janjikan] - hal 268.
Bdk. Luk 24:49 - “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.
John Calvin: “the breath which the Lord breathed upon his disciples (John 20:22) is a sacrament by which the Holy Spirit is given” [= nafas yang Tuhan hembuskan kepada murid-muridNya (Yoh 20:22) adalah suatu sakramen dengan mana Roh Kudus diberikan] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 7.
Calvin tentang Kis 1:5: “Christ did not then only baptize with the Holy Ghost, when as he sent him under the form of fiery tongues; for he had baptized his apostles before this; and he baptizeth all the elect thus daily. But because the sending of the Holy Ghost after so glorious a sort was a token of the hidden grace wherewith he doth daily inspire his elect, he doth fitly apply thereunto the testimony of John” (= Kristus bukan hanya pada waktu itu membaptis mereka dengan Roh Kudus, pada waktu Ia mengirimkanNya di bawah bentuk dari lidah-lidah api; karena Ia telah membaptis rasul-rasulNya sebelum ini; dan Ia membaptis semua orang-orang pilihan seperti itu sehari-hari. Tetapi karena pengiriman Roh Kudus dengan cara yang begitu mulia merupakan tanda dari kasih karunia yang tersembunyi dengan mana Ia sehari-hari mengilhami orang-orang pilihan, ia secara cocok menerapkan kepadanya kesaksian Yohanes) - hal 40.
Catatan: Ini aneh, bagaimana mungkin baptisan Roh Kudus bisa lebih dari 1 x?
Thomas Whitelaw: “The Holy Spirit now communicated ... was a fuller measure of that spirit they already possessed as subjects of the new life, and an earnest of the larger effusion they should experience at Pentecost” (= Roh Kudus yang sekarang diberikan ... merupakan suatu ukuran yang lebih penuh dari roh yang telah mereka miliki sebagai orang-orang dari kehidupan yang baru, dan suatu jaminan / uang muka dari pencurahan yang lebih besar yang harus mereka alami pada hari Pentakosta) - hal 435.
Thomas Whitelaw: “Not a promise merely but a present endowment; nor a different Spirit from that received at Pentecost, but the same, only not in full measure - an earnest of what was coming” (= Bukan semata-mata suatu janji tetapi suatu pemberian pada masa itu; bukan suatu Roh yang berbeda dari Roh yang diterima pada hari Pentakosta, tetapi yang sama, hanya tidak dalam ukuran yang penuh - suatu jaminan / uang muka dari apa yang akan datang) - hal 436.
Ada beberapa problem dengan penafsiran ini, yaitu:
1. Ada banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak mungkin diberikan pada saat itu, dan baru diberikan pada hari Pentakosta, yaitu:
· Luk 24:47-49 - “(47) dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. (48) Kamu adalah saksi dari semuanya ini. (49) Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.
· Yoh 7:38-39 - “(38) Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.
· Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
· Kis 1:5 - “Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’”.
· Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
· Kis 2:4 - “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
2. Kalau ay 22 ini dianggap sebagai pemberian Roh Kudus, maka muncul problem ini: apakah Tomas, yang tidak hadir pada saat itu, juga menerima Roh Kudus pada saat itu?
3. Roh Kudus adalah pribadi, sehingga kita tidak bisa menerima sebagian kecil atau besar dari Roh Kudus. Kita menerima seluruh Roh Kudus atau tidak sama sekali.
c) Ada yang kelihatannya menggabungkan pandangan a) dan b).
Wycliffe Bible Commentary: “‘He breathed on them.’ This recalls the creation of man (Gen 2:7), as though to announce the new creation, resulting not so much from the infusion of the breath of God as from the reception of the Holy Spirit (cf. John 7:39). This need not rule out any relation to the Spirit in the days of earlier discipleship any more than it rules out the Spirit’s coming upon them at Pentecost. Here the Spirit was the necessary equipment for the task that lay ahead, which is stated next” [= ‘Ia mengembusi mereka’. Ini mengingat kembali penciptaan manusia (Kej 2:7), seakan-akan mengumumkan penciptaan yang baru, yang merupakan akibat bukan dari pemasukan nafas Allah tetapi dari penerimaan Roh Kudus (bdk. Yoh 7:39). Ini tidak perlu mengesampingkan hubungan dengan Roh pada masa pemuridan awal maupun mengesampingkan kedatangan Roh kepada mereka pada hari Pentakosta. Di sini Roh merupakan perlengkapan yang perlu untuk tugas yang terletak di depan, yang dinyatakan sesudah ini].
A. T. Robertson: “‘He breathed on them.’ ... It was a symbolic art with the same word used in the Septuagint when God breathed the breath of life upon Adam (Gen. 2:7). It occurs also in Ezek. 37:9. See Christ’s promise in John 16:23. Jesus gives the disciples a foretaste of the great pentecost” [= ‘Ia menghembusi mereka’. ... Ini merupakan tindakan penciptaan yang bersifat simbolis dengan kata yang sama yang digunakan dalam Septuaginta pada waktu Allah menghembuskan nafas kehidupan kepada Adam (Kej 2:7). Itu juga muncul dalam Yeh 37:9. Lihat janji Kristus dalam Yoh 16:23. Yesus memberi murid-murid suatu cicipan tentang Pentakosta yang agung / besar].
d) Ini bukan betul-betul pemberian Roh Kudus, tetapi hanya kuasa Roh Kudus atau karunia-karunia Roh Kudus.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa beberapa orang beranggapan bahwa: “the absence of the article must be represented in the translation, that we have here either ‘a holy spirit,’ or an energy, an impersonal force of Spirit, or ‘a gift of the Holy Spirit,’ an effusion of Holy Spirit, and not ‘the Spirit of the Father and Son,’ not the fulness of the Holy Ghost, only an earnest of the sublime reality, a symbolic expression of the promise of the Father” [= tidak adanya kata sandang harus ditunjukkan dalam terjemahan, bahwa di sini kita mempunyai ‘suatu roh kudus’, atau suatu tenaga, suatu kekuatan yang tak berpribadi dari Roh, atau ‘suatu karunia dari Roh Kudus’, suatu pencurahan Roh Kudus (tanpa kata sandang), dan bukan ‘Roh (dengan kata sandang) dari Bapa dan Anak’, bukan kepenuhan Roh Kudus, hanya suatu jaminan / uang muka dari kenyataan yang agung, pernyataan simbolis dari janji Bapa] - hal 474.
Tetapi Pulpit Commentary sendiri mengatakan bahwa: “yet Pneuma [Agion, with or without article, is ‘the Holy Spirit’ (cf. Rom. 8:4; Gal. 5:16)” [= tetapi Pneuma [Agion (PNEUMA HAGION), dengan atau tanpa kata sandang, adalah ‘Roh Kudus (dengan kata sandang)’ (bdk. Ro 8:4; Gal 5:16)] - hal 474.
A. T. Robertson: “Note absence of article here ... No real distinction is to be observed, for Holy Spirit is treated as a proper name with or without the article” (= Perhatikan tidak adanya kata sandang di sini ... Tidak ada perbedaan yang sungguh-sungguh, karena ‘Roh Kudus’ diperlakukan sebagai suatu nama yang sebenarnya dengan atau tanpa kata sandang).
Catatan: memang benar bahwa kata ‘Roh Kudus’, sekalipun tanpa kata sandang tertentu bisa menunjuk kepada pribadi Roh Kudus itu sendiri. Ini terlihat dari Kis 1:5 dan Kis 2:4 dan ayat-ayat lain dimana kata ‘Roh Kudus’ tidak menggunakan kata sandang tertentu tetapi jelas menunjuk kepada pribadi Roh Kudus itu sendiri.
e) Ini bukan betul-betul pemberian Roh Kudus, tetapi hanya merupakan janji bahwa Roh Kudus akan diberikan kepada mereka, dan janji ini digenapi pada hari Pentakosta.
Barnes’ Notes: “‘He breathed on them.’ ... In this case the act of breathing was used to represent the nature of the influence that would come upon them, and the source of that influence. When man was created, God breathed into him the breath of life, Gen. 2:7. The word rendered ‘spirit’ in the Scriptures denotes ‘wind,’ ‘air,’ ‘breath,’ as well as ‘Spirit.’ Hence, the operations of the Holy Spirit are compared to the wind, John 3:8; Acts 2:2. ... ‘Receive ye the Holy Ghost.’ His breathing on them was a certain sign or pledge that they would be endowed with the influences of the Holy Spirit. Compare Acts 1:4,5; chap. 2” (= ‘Ia mengembusi mereka’. ... Dalam kasus ini tindakan pengembusan digunakan untuk menggambarkan sifat (nature) dan pengaruh yang akan datang kepada mereka, dan sumber dari pengaruh itu. Pada waktu manusia diciptakan, Allah menghembusi ke dalam dia nafas kehidupan, Kej 2:7. Kata yang diterjemahkan ‘roh’ dalam Kitab Suci menunjukkan ‘angin, ‘udara’, ‘nafas’, maupun ‘Roh’. Karena itu pekerjaan Roh Kudus dibandingkan dengan angin, Yoh 3:8; Kis 2:2. ... ‘Terimalah Roh Kudus’. PengembusanNya kepada mereka merupakan tanda atau janji / jaminan / uang muka bahwa mereka akan diberkati dengan pengaruh-pengaruh dari Roh Kudus. Bdk. Kis 1:4,5; Kis 2).
Catatan: ada problem dengan penterjemahan dari kata-kata Barnes ini, karena kata ‘pledge’ yang ia gunakan bisa berarti ‘janji / jaminan’ atau ‘uang muka’. Kalau dipilih arti pertama maka itu menunjukkan bahwa ia menganggap ay 22 ini hanya sebagai janji. Tetapi kalau dipilih arti kedua maka ia menjadi sama dengan para penafsir golongan b) di atas.
Leon Morris (NICNT): “Hoskyn sees in the predictions of 14:16,26; 16:7,13 evidence that John thought of a gift of the Spirit which would be given after Jesus’ return to the Father. ‘There is therefore a distinction between the two gifts of the Spirit. The Resurrection scenes in the Fourth Gospel are all preparatory scenes, preparatory for the mission. What the Lord will do invisibly from heaven He here does visibly on earth. The mission is inaugurated, but not actually begun. The disciples still remain in secret, behind closed doors. The actual beginning of the mission lies outside the scope of the Fourth Gospel. There remains, therefore, room for the Pentecostal outpouring ...’” (= Hoskyn melihat dalam ramalan dari 14:16,26; 16:7,13 bukti bahwa Yohanes memikirkan tentang suatu karunia Roh yang diberikan setelah kembalinya Yesus kepada Bapa. ‘Karena itu di sana ada perbedaan antara 2 karunia Roh. Adegan-adegan kebangkitan dalam Injil yang keempat semua merupakan adegan-adegan persiapan, persiapan untuk missi. Apa yang Tuhan akan lakukan secara tak terlihat dari surga, Ia lakukan secara bisa terlihat di sini di bumi. Missi itu dilantik / dibuka, tetapi tidak sungguh-sungguh dimulai. Murid-murid tetap tinggal dalam persembunyian, di balik pintu-pintu yang tertutup / terkunci. Permulaan yang sungguh-sungguh dari missi terletak di luar dari Injil yang keempat. Karena itu tetap ada ruangan untuk pencurahan Pentakosta) - hal 847 (footnote).
f) Saya tidak yakin dengan pandangan terakhir ini, karena kata-kata dari penafsir ini kurang jelas, tetapi kelihatannya penafsir dari Word Biblical Commentary ini berpandangan bahwa apa yang diceritakan oleh Yohanes di sini adalah sama dengan apa yang diceritakan oleh Lukas pada hari Pentakosta (Kisah 2).
Word Biblical Commentary: “Neither is v 22 to be regarded as a symbolic promise of the gift of the Spirit later to be bestowed, i.e., at Pentecost (as Theodore of Mopsuestia maintained; his view was condemned by the fifth ecumenical Council at Constantinople in a.d. 553). Likewise it is inadequate to view the gift of Christ as a partial bestowal of the Spirit who is to be fully given at Pentecost, an idea expressed in a variety of ways. Calvin considered ‘the Spirit was given to the apostles now in such a way that they were only sprinkled with his grace and not saturated with full power’ ... Bengel viewed the gift as an ‘earnest’ of Pentecost, Westcott as the power of new life anticipating the power for ministry (350–51); Bruce inverts the order, seeing the Easter gift as empowerment for ministry, to be followed by the Spirit’s gift of new life at Pentecost. It would appear that the fundamental mistake in the examples of exegesis in regard to this passage is the dividing of Easter from Pentecost, and the consequent placing of a wedge between the Fourth Evangelist and Luke. Barrett expressed the view that it is impossible to harmonize the account of a special bestowal of the Holy Spirit with that contained in Acts 2 (570). But who said that it was ‘special’? It is commonly conceded that we have two representations of the sending of the Holy Spirit to the Church, because of two ways of looking at Christ’s redemptive deeds: (a) that in the Fourth Gospel, which sees his death, resurrection, and ascension as essentially one, and the gift of the Spirit bound up with the three in the Easter event; (b) and that in Luke, which places the Ascension forty days after the Resurrection and the outpouring of the Spirit on the day of Pentecost. The differences appear so marked, it has seemed to many either that one Evangelist has modified the tradition in the interests of his theology, or (more commonly) that there were two occasions of the Spirit’s coming. On the latter hypothesis it is thought that the Fourth Evangelist was aware of this, for he has made no mention of the Paraclete in his resurrection narrative, knowing that that enduement came in the Pentecostal event (so Porsch, 376–77; .J. D. G. Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 177–78; M. M. B. Turner, who sees John 20:22 as the complement and fulfillment of 17:17–19, ‘Receiving the Spirit,’ 34). By contrast to these views it is a questionable procedure to distinguish the coming of the Spirit to the disciples from the coming of the Paraclete to the Church. If the Spirit is bestowed, the Paraclete has come. The gift of the Spirit is made to the disciples in the context of the handing to them of the commission; the Paraclete was promised to enable them to fulfill it; accordingly the Spirit who is given is the Paraclete. That the Evangelist has not used the term is of no consequence; the reality without the word is plain. ... John is not recording in vv 19–23 something that took place in five minutes on the first Easter Sunday evening. In briefest compass he summarizes the acts of the risen Lord, bringing together sayings and happenings uttered and performed in the Easter period. The gift of the Spirit could have been at any time within the Easter period. Significantly, Luke binds the sending of the Spirit on the Day of Pentecost to Easter; Peter’s explanation as to what has taken place states: ‘The Jesus we speak of has been raised by God, as we can all bear witness. Exalted thus at God’s right hand, he received the Holy Spirit from the Father and poured out this which you see and hear’ (Acts 2:32–33). The outpouring of the Spirit on the Day of Pentecost is the act of the risen Lord! It is important to note that both John and Luke are capable of accommodating chronology to theology when it seems right to do so. ... Luke has taken a leaf out of John’s book, by concentrating his resurrection narratives into his account of Easter Day without any hint of extension of time, even including the story of the Ascension in the Easter narrative. If we did not have the Acts of the Apostles we would most surely assume that Luke, like John, set the Ascension within Easter. Theologically he has done so, for the Ascension to him is the last Easter appearance of Jesus. What, then, is our conclusion? The Fourth Evangelist does not specify the Easter events according to chronology. He could perfectly well have been aware of the Pentecostal tradition and write exactly as he has done. But there is no question of viewing the sending of the Spirit as taking place at Easter and at Pentecost. ... The Fourth Evangelist wrote one volume only, not two, as Luke. What he wrote concerning the coming of the Spirit was theologically and historically sound, as, I am persuaded, was that written by his brother in the Lord, Luke” [= Ay 22 tidak boleh dianggap sebagai janji simbolis tentang pemberian Roh yang akan diberikan belakangan, yaitu pada Pentakosta (seperti yang dipertahankan oleh Theodore dari Mopsuestia; pandangannya dikecam oleh Sidang Gereja yang kelima di Konstantinople pada tahun 553 M.). Juga tidak cukup untuk memandang pemberian Kristus sebagai suatu pemberian sebagian dari Roh yang akan diberikan secara penuh pada Pentakosta, suatu gagasan yang dinyatakan dengan bermacam-macam cara. Calvin menganggap ‘Roh diberikan kepada rasul-rasul sekarang dengan cara sedemikian rupa sehingga mereka sekarang hanya diperciki dengan kasih karuniaNya dan tidak dipenuhi dengan kuasa penuh’ ... Bengel memandang pemberian ini sebagai suatu ‘jaminan / uang muka’ dari Pentakosta, Westcott memandangnya sebagai kuasa dari kehidupan baru yang mengantisipasi kuasa untuk pelayanan (350-51); Bruce membalik urut-urutannya, memandang pemberian Paskah ini sebagai pemberian kuasa untuk pelayanan, yang akan diikuti oleh pemberian kehidupan baru dari Roh pada Pentakosta. Kelihatannya kesalahan dasari dalam contoh-contoh exegesis berkenaan dengan text ini adalah memisahkan Paskah dari Pentakosta, dan sebagai akibatnya menempatkan suatu keretakan antara Penginjil keempat (Yohanes) dan Lukas. Barrett menyatakan pandangan bahwa adalah mustahil untuk mengharmoniskan cerita tentang pemberian Roh Kudus secara khusus dengan apa yang ada dalam Kisah 2 (570). Tetapi siapa yang mengatakan bahwa itu adalah pemberian ‘yang khusus’? Pada umumnya diakui bahwa kita mempunyai dua gambaran tentang pengiriman / pengutusan Roh Kudus kepada Gereja, disebabkan oleh dua cara memandang pada pekerjaan penebusan Kristus: (a) yang ada dalam Injil keempat, yang melihat kematian, kebangkitan, dan kenaikanNya pada dasarnya sebagai satu kesatuan, dan pemberian Roh terjalin dengan ketiga hal itu dalam peristiwa Paskah; (b) dan yang ada dalam Lukas, yang menempatkan Kenaikan 40 hari setelah Kebangkitan dan pencurahan Roh pada hari Pentakosta. Perbedaan ini kelihatannya begitu diperhatikan, sehingga kelihatan bagi banyak orang bahwa satu Penginjil telah memodifikasi tradisi demi kepentingan teologinya, atau (lebih umum) bahwa di sana ada dua peristiwa kedatangan Roh. Pada hipotesa terakhir ini dipikirkan bahwa Penginjil Keempat menyadari akan hal ini, karena ia tidak menyebutkan sang Parakletos dalam cerita kebangkitan, mengetahui bahwa pemberian ini datang pada peristiwa Pentakosta (begitulah Porsch, 376–77; .J. D. G. Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 177–78; M. M. B. Turner, yang melihat John 20:22 sebagai pelengkap dan penggenapan dari 17:17–19, ‘Receiving the Spirit,’ 34). Kontras dengan pandangan-pandangan ini adalah suatu prosedur yang meragukan untuk membedakan kedatangan Roh kepada murid-murid dengan kedatangan Parakletos kepada Gereja. Jika Roh itu diberikan, sang Parakletos sudah datang. Pemberian Roh dilakukan kepada murid-murid dalam kontext penyampaian tugas (penginjilan) kepada mereka; Parakletos dijanjikan untuk memampukan mereka untuk menggenapinya; karena itu Roh yang diberikan adalah Parakletos. Bahwa sang Penginjil tidak menggunakan istilah itu tidaklah merupakan sesuatu yang penting; realita tanpa kata adalah jelas. ... Yohanes tidak mencatat dalam ay 19-23 sesuatu yang terjadi dalam 5 menit pada Minggu Paskah malam yang pertama. Dengan jalan yang paling singkat ia meringkas tindakan-tindakan dari Tuhan yang bangkit, mengumpulkan kata-kata yang diucapkan dan kejadian-kejadian yang dilakukan pada masa Paskah. Pemberian Roh bisa terjadi pada saat manapun dalam masa Paskah. Dengan penuh arti, Lukas mengikat pengiriman Roh pada hari Pentakosta dengan Paskah; penjelasan Petrus berkenaan dengan apa yang telah terjadi menyebutkan: ‘Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkanNya apa yang kamu lihat dan dengar di sini’ (Kisah 2:32-33). Pencurahan Roh pada hari Pentakosta adalah tindakan dari Tuhan yang bangkit! Adalah penting untuk memperhatikan bahwa baik Yohanes dan Lukas mampu menyesuaikan khronologi dengan teologia pada waktu kelihatannya benar untuk melakukannya. ... Lukas telah mengeluarkan satu lembar dari kitab Yohanes, dengan mengkonsentrasikan cerita-cerita kebangkitannya ke dalam ceritanya tentang hari Paskah tanpa petunjuk apapun tentang perpanjangan waktu, bahkan mencakup cerita tentang Kenaikan dalam cerita Paskah. ... Seandainya kita tidak mempunyai kitab Kisah Rasul kita pasti akan menganggap bahwa Lukas, seperti Yohanes, meletakkan Kenaikan di dalam Paskah. Secara theologis ia telah melakukan demikian, karena Kenaikan bagi dia adalah penampakan Paskah terakhir dari Yesus. Lalu apa kesimpulan kita? Penginjil keempat tidak menetapkan peristiwa-peristiwa Paskah menurut khronology. Ia bisa secara sempurna menyadari tradisi Pentakosta dan menulis persis seperti yang ia telah lakukan. Tetapi tidak ada kemungkinan untuk memandang pengiriman Roh sebagai terjadi pada Paskah dan pada Pentakosta. ... Penginjil keempat menulis hanya satu volume, tidak dua, seperti Lukas. Apa yang ia tulis mengenai kedatangan Roh adalah sehat / benar secara theologis dan secara historis, seperti, saya yakin, apa yang ditulis oleh saudaranya dalam Tuhan, Lukas].
3) Gereja Roma Katolik meniru kata-kata Kristus ini dalam pentahbisan imam / pastor mereka, dan ini dikecam oleh Calvin.
Calvin: “So much the more detestable is the sacrilege of the Papists, who seize and claim for themselves the honour which belongs to the Son of God; for their mitred bishops, when they make priests, have the effrontery to boast of breathing the Holy Spirit on them. But the fact plainly shows how different their stinking breath is from the Divine breathing of Christ; for what else is it that they do than to change horses into asses?” (= Makin menjijikkan pelanggaran dari para pengikut Paus, yang merampas dan mengclaim untuk diri mereka sendiri kehormatan yang merupakan milik dari Anak Allah; karena uskup-uskup mereka, pada waktu mereka membuat imam / pastor, mempunyai kelancangan / kekurang-ajaran untuk membanggakan tentang penghembusan Roh Kudus kepada mereka. Tetapi fakta secara jelas menunjukkan betapa berbedanya nafas busuk mereka dari penghembusan Ilahi dari Kristus; karena apa yang mereka lakukan selain mengubah kuda menjadi keledai?) - hal 268.
John Calvin: “But while the Lord did this once, he did not mean that we should also do it. In the same way also, the apostles laid on hands for the time when it pleased the Lord that the visible graces of the Holy Spirit be distributed at their prayers, not in order that their descendants should in mimicry only and without profit counterfeit a cold and empty sign, as these apes do” (= Tetapi sementara Tuhan melakukan hal ini satu kali, Ia tidak memaksudkan bahwa kita juga harus melakukannya. Dengan cara yang sama juga, rasul-rasul meletakkan tangan pada waktu yang memperkenan Tuhan bahwa kasih karunia yang kelihatan dari Roh Kudus dibagi-bagikan pada saat mereka berdoa, bukan supaya keturunan mereka menirunya dan tanpa guna memalsukan suatu tanda yang dingin dan kosong, seperti yang dilakukan monyet-monyet ini) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 7.
John Calvin: “the Lord did many things which he did not intend as examples for us. The Lord said to his disciples, ‘Receive the Holy Spirit’ (John 20:22, Vg.). He also said to Lazarus, ‘Lazarus, come forth’ (John 11:43, Vg.). He said to the paralytic, ‘Rise up and walk’ (Matt. 9:5, Vg.; cf. John 5:8). Why do they not say the same to all dead men and paralytics? ... If they try to do this, they rival God and all but challenge him to a contest, but are very far from being effective, and by their inept gesture do nothing but mock Christ. Indeed, they are so shameless as to dare affirm that they confer the Holy Spirit. But how true that is, experience teaches, which cries out that all those who are consecrated as priests are turned from horses into asses, from fools into madmen” [= Tuhan melakukan banyak hal-hal yang tidak dimaksudkanNya sebagai teladan bagi kita. Tuhan berkata kepada murid-muridNya, ‘Terimalah Roh Kudus’ (Yoh 20:22, Vg). Ia juga berkata kepada Lazarus, ‘Lazarus, marilah keluar’ (Yoh 11:43, Vg). Ia berkata kepada orang lumpuh, ‘Bangunlah dan berjalanlah’ (Mat 9:5, Vg; bdk. Yoh 5:8). Mengapa mereka tidak mengatakan yang sama kepada semua orang mati dan orang lumpuh? ... Jika mereka berusaha untuk melakukan ini, mereka menyaingi Allah dan nyaris menantang Dia dalam suatu pertandingan, tetapi mereka jauh dari effektif, dan oleh gerakan mereka yang janggal mereka tidak melakukan apapun kecuali mengejek Kristus. Memang, mereka begitu tidak tahu malu sehingga berani menegaskan bahwa mereka memberikan Roh Kudus. Tetapi apakah ada kebenaran dalam hal itu, kami belajar dari pengalaman, yang berteriak dengan keras bahwa semua yang ditahbiskan sebagai imam / pastor, diubahkan dari kuda menjadi keledai, dari orang tolol menjadi orang gila] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 29.
Catatan: saya mendengar bahwa bukan hanya Gereja Roma Katolik yang melakukan hal itu, tetapi ada juga pendeta-pendeta dalam kalangan Kharismatik yang melakukan hal yang kurang lebih sama.
4) Kata-kata dan tindakan Kristus ini dianggap sebagai dasar untuk membuktikan bahwa Roh Kudus bukan hanya keluar dari Bapa, tetapi juga dari Kristus.
Calvin: “he breathed on the Apostles; ... this would not be applicable, if the Spirit did not proceed from him” (= Ia menghembusi rasul-rasul; ... ini tidak akan cocok, jika Roh tidak keluar dari Dia) - hal 268.
Matthew Poole: “Christ breatheth into his apostles the Holy Spirit; thereby showing, that the Holy Spirit proceedeth, as from the Father, so also from Him” (= Kristus menghembuskan Roh Kudus ke dalam rasul-rasulNya; dengan itu menunjukkan bahwa sebagaimana Roh Kudus keluar dari Bapa, demikian juga dari Dia) - hal 381.
Yohanes 20: 23: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’”.
1) Dalam penafsiran tentang ayat ini ada pertentangan yang sangat kuat antara golongan Roma Katolik, yang menganggap bahwa pastor-pastor mereka memang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa, dan golongan Protestan, yang menganggap bahwa orang-orang percaya hanya diberi kuasa / hak untuk menyatakan pengampunan dosa yang diberikan oleh Allah.
Barnes’ Notes: “It is worthy of remark here that Jesus confers the same power on all the apostles. He gives to no one of them any special authority. If Peter, as the Papists pretend, had been appointed to any special authority, it is wonderful that the Saviour did not here hint at any such pre-eminence. This passage conclusively proves that they were invested with equal power in organizing and governing the church. ... The meaning of the passage is not that man can forgive sins that belongs only to God (Isa. 43:25), ... It was not authority to forgive individuals, but to establish in all the churches the terms and conditions on which men might be pardoned, with a promise that God would confirm all that they taught; that all might have assurance of forgiveness who would comply with those terms; and that those who did not comply should not be forgiven, but that their sins should be retained. This commission is as far as possible from the authority which the Roman Catholic claims of remitting sin and of pronouncing pardon” [= Merupakan sesuatu yang patut diperhatikan di sini bahwa Yesus memberikan kuasa yang sama kepada semua rasul. Ia tidak memberi kepada salah satu dari mereka otoritas yang khusus. Jika Petrus, seperti yang diakui / diclaim oleh para pengikut Paus, telah ditetapkan kepada otoritas yang khusus, maka merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa di sini sang Juruselamat tidak mengisyaratkan keunggulan seperti itu. Text ini secara meyakinkan membuktikan bahwa mereka diberi kuasa yang sama dalam pengorganisasian dan pemerintahan gereja. ... Arti dari text ini bukan bahwa manusia bisa mengampuni dosa yang hanya menjadi milik Allah (Yes 43:25), ... Bukan otoritas untuk mengampuni individu-individu, tetapi untuk menegakkan dalam semua gereja-gereja syarat-syarat dimana manusia bisa diampuni, dengan suatu janji bahwa Allah akan meneguhkan semua yang mereka ajarkan; supaya semua yang memenuhi syarat-syarat itu bisa mendapatkan keyakinan tentang pengampunan; dan supaya mereka yang tidak memenuhi tidak diampuni, tetapi supaya dosa-dosa mereka tetap ada. Otoritas untuk melakukan tugas ini sangat jauh dari otoritas yang diclaim oleh Roma Katolik tentang pengampunan dosa dan tentang pengumuman pengampunan].
Bdk. Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”.
A. T. Robertson: “The power to forgive sin belongs only to God, but Jesus claimed to have this power and right (Mark 2:5-7). What he commits to the disciples and to us is the power and privilege of giving assurance of the forgiveness of sins by God by correctly announcing the terms of forgiveness. There is no proof that he actually transferred to the apostles or their successors the power in and of themselves to forgive sins. In Matt. 16:19; 18:18 we have a similar use of the rabbinical metaphor of binding and loosing by proclaiming and teaching. Jesus put into the hands of Peter and of all believers the keys of the Kingdom which we should use to open the door for those who wish to enter. This glorious promise applies to all believers who will tell the story of Christ’s love for men” [= Kuasa untuk mengampuni dosa hanya merupakan milik dari Allah, tetapi Yesus mengclaim bahwa Ia mempunyai kuasa dan hak ini (Mark 2:5-7). Apa yang Ia berikan kepada murid-murid dan kepada kita adalah kuasa dan hak untuk memberikan keyakinan tentang pengampunan dosa oleh Allah dengan secara benar mengumumkan syarat-syarat pengampunan. Tidak ada bukti bahwa Ia benar-benar memberikan kepada rasul-rasul atau pengganti-pengganti mereka, kuasa dalam dan dari diri mereka sendiri untuk mengampuni dosa. Dalam Mat 16:19; 18:18 kita mempunyai penggunaan yang mirip tentang kiasan yang diambil dari para rabi tentang mengikat dam melepaskan oleh proklamasi dan pengajaran. Yesus meletakkan ke dalam tangan dari Petrus dan semua orang-orang percaya kunci-kunci dari Kerajaan yang juga harus kita gunakan untuk membuka pintu untuk mereka yang ingin masuk. Janji yang mulia ini berlaku untuk semua orang-orang percaya yang mau menceritakan cerita tentang kasih Kristus kepada manusia].
Bdk. Mark 2:5-7 - “(5) Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!’ (6) Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: (7) ‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?’”.
Argumentasi untuk mendukung pandangan Protestan adalah:
a) Ayat ini diberikan sehubungan dengan pengutusan orang-orang percaya itu oleh Kristus untuk memberitakan Injil (ay 21).
Calvin: “Most absurdly do the Papists, on the other hand, torture this passage, to support their magical absolutions. If any person do not confess his sins in the ear of the priest, he has no right, in their opinion, to expect forgiveness; for Christ intended that sins should be forgiven through the Apostles, and they cannot absolve without having examined the matter; therefore, confession is necessary. Such is their beautiful argument. But they fall into a strange blunder, when they pass by the most important point of the matter; namely, that this right was granted to the Apostles, in order to maintain the credit of the Gospel, which they had been commissioned to preach. For Christ does not here appoints confessors, to inquire minutely into each sin by means of low mutterings, but preachers of his Gospel, who shall cause their voice to be heard, and who shall seal on their hearts of believers the grace of the atonement obtained through Christ” (= Pada sisi yang lain, secara paling menggelikan, para pengikut Paus, membengkokkan text ini, untuk mendukung pengampunan dosa mereka yang bersifat gaib. Jika seseorang tidak mengaku dosa-dosanya di telinga imam / pastor, ia tidak mempunyai hak, dalam pandangan mereka, untuk mengharapkan pengampunan; karena Kristus memaksudkan bahwa dosa-dosa harus diampuni melalui rasul-rasul, dan mereka tidak bisa memberikan pengampunan tanpa memeriksa persoalan tersebut, dan karena itu pengakuan adalah perlu. Demikianlah argumentasi mereka yang indah. Tetapi mereka jatuh ke dalam kesalahan besar yang aneh, pada waktu mereka melewati hal yang terpenting dari persoalan ini; yaitu bahwa hak ini diberikan kepada rasul-rasul, untuk mempertahankan / menegakkan reputasi dari Injil, yang telah ditugaskan kepada mereka untuk diberitakan. Karena Kristus di sini tidak menetapkan pastor yang menangani pengakuan dosa, untuk menanyakan / menyelidiki dengan teliti setiap dosa dengan cara berbisik / nggremeng, tetapi pemberita-pemberita dari InjilNya, yang akan menyebabkan suara mereka didengar, dan yang akan memeteraikan pada hati dari orang-orang percaya kasih karunia dari penebusan yang didapatkan melalui Kristus) - hal 272-273.
b) Kata-kata Kristus dalam kontext ini diberikan bukan hanya kepada rasul-rasul tetapi juga kepada orang-orang lain yang hadir pada saat itu. Lihat penjelasan tentang ay 21 pada point no 4) di atas.
c) Ayat-ayat seperti Yes 43:25 dan Mark 2:5-7 di atas menunjukkan bahwa hanya Allah yang mempunyai hak untuk mengampuni dosa.
Tetapi kalau memang orang-orang percaya hanya diberi kuasa untuk menyatakan pengampunan dosa, mengapa ay 23 ini seolah-olah menunjukkan bahwa orang-orang percaya betul-betul diberi hak untuk mengampuni dosa? Untuk ini perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.
Calvin: “it may be asked, Since he appoints them to be only the witnesses or heralds of this blessing, and not the authors of it, why does he extol their power in such lofty terms? ... the reason why Christ employs such magnificent terms, to commend and adorn that ministry which he bestows and enjoins on the Apostles. It is, that believers may be fully convinced, that what they hear concerning the forgiveness of sins is ratified, and may not less highly value the reconciliation which is offered by the voice of men, than if God himself stretched out his hand from heaven” (= bisa dipertanyakan, Karena Ia menetapkan mereka hanya sebagai saksi-saksi atau pemberita-pemberita dari berkat ini, dan bukan sumber / penciptanya, mengapa Ia meninggikan kuasa mereka dengan istilah-istilah yang begitu tinggi? ... alasan mengapa Kristus menggunakan istilah-istilah yang begitu tinggi, adalah untuk menghargai dan menghiasi pelayanan yang Ia berikan dan perintahkan kepada rasul-rasul. Itu adalah, supaya orang-orang percaya bisa diyakinkan sepenuhnya, bahwa apa yang mereka dengar berkenaan dengan pengampunan dosa disahkan, dan perdamaian yang ditawarkan oleh suara manusia ini tidak dinilai lebih rendah dari pada seandainya Allah sendiri mengulurkan tanganNya dari surga) - hal 271,272.
2) Ay 23b menunjukkan bahwa pemberita Injil boleh dan bahkan wajib memberikan ancaman kalau si pendengar menolak untuk percaya kepada Injil yang ia beritakan.
Calvin: “Christ adds this second clause, in order to terrify the despisers of his Gospel, that they may know that they will not escape punishment for this pride. As the embassy of salvation and of eternal life has been committed to the apostles, so, on the other hand, they have been armed with vengeance against all the ungodly, who reject the salvation offered to them” (= Kristus menambahkan anak kalimat kedua ini, untuk menakut-nakuti orang-orang yang menghina InjilNya, supaya mereka tahu bahwa mereka tidak akan lolos dari hukuman untuk kesombongan ini. Karena kedutaan dari keselamatan dan kehidupan kekal telah diberikan kepada rasul-rasul, maka pada sisi yang lain, mereka telah dipersenjatai dengan pembalasan terhadap semua orang-orang jahat, yang menolak keselamatan yang ditawarkan kepada mereka) - hal 273.
Calvin: “every one who hears the voice of the Gospel, if he do not embrace the forgiveness of sins which is there promised to him, is liable to eternal damnation; ... Not that the preaching of the Gospel is necessary for condemning the reprobate, for by nature we are all lost, ... but because the obstinacy of those who knowingly and willingly despise the Son of God deserves much severer punishment” (= setiap orang yang mendengar suara Injil, jika ia tidak mempercayai pengampunan dosa yang dijanjikan di sana kepadanya, menjadi sasaran dari hukuman kekal; ... Bukan bahwa pemberitaan Injil merupakan hal yang perlu untuk menghukum orang-orang yang ditentukan untuk binasa, karena secara alamiah kita semua terhilang, ... tetapi karena kekeras-kepalaan dari mereka yang secara sadar dan sengaja menghina Anak Allah layak mendapatkan hukuman yang lebih hebat) - hal 273.
Jadi, kalau saudara memberitakan Injil, jangan hanya menjanjikan keselamatan / surga bagi orang-orang yang mau percaya kepada Yesus, tetapi juga beritakanlah ancamannya, yaitu bahwa semua orang-orang yang menolak Kristus akan masuk ke neraka.
-o0o-
Yohanes 20:24-31
Yohanes 20: 24: “Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ”.
1) Mungkin kesedihan karena kematian Yesus menyebabkan Tomas menyendiri. Hal ini sebetulnya tidak salah. Salahnya adalah bahwa ia melakukan hal itu secara kelewat batas, sehingga ia sama sekali tidak bersekutu dengan saudara-saudara seimannya.
2) Membolosnya Tomas dari persekutuan dengan saudara-saudara seimannya ini menyebabkan Tomas tidak menerima berkat dan sukacita yang diterima oleh murid-murid lain, karena penampakan Yesus yang terjadi pada saat itu!
Matthew Henry: “by his absence he missed the satisfaction of seeing his Master risen, and of sharing with the disciples in their joy upon that occasion. Note, Those know not what they lose who carelessly absent themselves from the stated solemn assemblies of Christians” (= karena absennya ia tidak mendapatkan kepuasan dari melihat Tuannya bangkit, dan tidak ikut ambil bagian dengan murid-murid dalam sukacita mereka pada peristiwa itu. Perhatikan, Mereka tidak tahu mereka kehilangan apa pada waktu mereka secara ceroboh absen dari perkumpulan khidmat yang ditetapkan dari orang-orang Kristen).
Adam Clarke: “by absenting himself from the company of the disciples, he lost this precious opportunity of seeing and hearing Christ; and of receiving (at this time) the inestimable blessing of the Holy Spirit” [= dengan absennya ia dari kumpulan murid-murid, ia kehilangan kesempatan yang berharga untuk melihat dan mendengar Kristus; dan untuk menerima (pada saat ini) berkat yang tak ternilai dari Roh Kudus].
William Hendriksen: “By not being present he had missed the joy of seeing the risen Lord, and of hearing him speak words of peace. Indeed, he had missed the peace itself” (= Dengan tidak hadir ia tidak menerima sukacita berkenaan dengan melihat Tuhan yang bangkit, dan tidak mendengar Ia mengucapkan kata-kata damaiNya. Ia bahkan gagal menerima damai itu sendiri) - hal 463.
Penerapan: Saudara tidak akan pernah tahu berapa banyak sukacita dan berkat Tuhan yang gagal saudara terima karena saudara membolos dari Kebaktian maupun Pemahaman Alkitab! Karena itu jangan membolos! Tetapi kalau toh terpaksa tidak bisa hadir, mengingat di gereja ini ada rekaman cassette dan makalah khotbah, maka usahakanlah untuk mendengar cassette dan mempelajari makalahnya!
3) Ada penafsir yang bahkan beranggapan bahwa dengan absennya, Tomas bukan saja tidak menerima hal yang baik, tetapi ia mendapatkan hal yang buruk.
Adam Clarke: “Thomas had lost much good, and gained much evil, and yet was insensible of his state. Behold the consequences of forsaking the assemblies of God’s people! Jesus comes to the meeting - a disciple is found out of his place, who might have been there; and he is not only not blessed, but his heart becomes hardened and darkened through the deceitfulness of sin” (= Tomas kehilangan banyak hal yang baik, dan mendapatkan banyak hal yang buruk / jahat, tetapi ia tidak sadar akan keadaannya. Lihatlah konsekwensi dari tindakan meninggalkan perkumpulan umat Allah! Yesus datang ke pertemuan itu - seorang murid didapati tidak di tempatnya, yang sebetulnya bisa ada di sana; dan ia bukan hanya tidak diberkati, tetapi hatinya menjadi keras dan gelap melalui tipu daya dari dosa).
Kalau pada akhirnya ia toh menerima berkat dan sukacita yang sama, itu terjadi hanya karena kasih karunia Kristus. Tetapi ingat, bahwa tidak selalu hal itu terjadi. Seringkali, berkat / sukacita yang gagal kita dapatkan karena absennya kita dalam kebaktian / Pemahaman Alkitab, tidak akan kita dapatkan selama-lamanya.
Yohanes 20: 25: “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’”.
1) Mengapa orang sukar percaya pada kebangkitan?
a) Karena setan bekerja.
Setan selalu bekerja pada saat manusia mendengar suatu kebenaran rohani.
Ada suatu fakta yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu bahwa pada waktu seseorang mendengar sesuatu dari surat kabar, majalah, TV, bahkan iklan dan gossip, ia dengan mudah percaya, tanpa meminta bukti. Tetapi kalau seseorang mendengar firman Tuhan, maka seringkali ia tidak mau percaya sebelum ada buktinya! Mengapa? Jelas karena dalam kasus pertama, ia mendengar sesuatu yang bersifat jasmani / duniawi, sehingga setan tidak merasa perlu untuk bekerja. Tetapi dalam kasus kedua, ia mendengar suatu kebenaran rohani sehingga setan merasa perlu untuk bekerja supaya orang itu tidak percaya!
Percaya pada kebangkitan orang mati adalah sesuatu yang penting, karena kalau orang menganggap bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian, maka ia pasti akan hidup semaunya sendiri.
Bdk. 1Kor 15:32b - “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.
Kepercayaan pada kebangkitan Yesus dari antara orang mati, lebih-lebih merupakan sesuatu yang sangat vital untuk keselamatan kita. Ini terlihat dari Ro 10:9-10 yang berbunyi: “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”.
Itu sebabnya dalam pemberitaan Injil, selain menekankan kematian Kristus untuk dosa-dosa kita, Paulus juga menekankan kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Ini terlihat dari 1Kor 15:3-4 yang berbunyi: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”.
Karena itu jelaslah bahwa pada waktu seseorang mendengar Firman Tuhan, baik tentang kebangkitan orang mati maupun tentang kebangkitan Kristus, setan pasti akan bekerja mati-matian untuk membuat orang itu tidak percaya.
b) Hal itu dianggap tidak rasionil / tidak masuk akal.
Ini biasanya merupakan anggapan dari orang-orang yang membanggakan rasionya / kepandaiannya. Tetapi, kalau mereka sampai pada kesimpulan seperti itu, saya berpendapat bahwa itu menunjukkan kalau sebetulnya mereka justru kurang tajam / kurang teliti dalam menganalisa. Mengapa?
1. Jelas sekali bahwa dalam menganalisa persoalan kebangkitan, mereka tidak memperhitungkan kuasa Allah yang tidak terbatas!
Kalau mereka memperhitungkan kemahakuasaan Allah, maka jelaslah bahwa mereka tidak akan menyimpulkan bahwa kebangkitan adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
Bandingkan dengan Kis 26:8 dimana Rasul Paulus berkata: “Mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah membangkitkan orang mati?”. Juga bandingkan dengan Luk 1:37 - “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.’”.
2. Sebetulnya kelahiran seseorang ke dalam dunia, adalah suatu peristiwa yang lebih ajaib, dan lebih ‘tidak masuk akal’, dibandingkan dengan peristiwa kebangkitan. Bagaimana bisa begitu? Perhatikan kata-kata Blaise Pascal di bawah ini:
“What reason have atheists for saying that we cannot rise again? Which is the more difficult, to be born, or to rise again? That what has never been, should be, or that what has been, should be again? Is it more difficult to come into being than to return to it?“ (= Apa alasan orang-orang atheis untuk mengatakan bahwa kita tidak dapat bangkit kembali? Yang mana yang lebih sukar, dilahirkan atau bangkit kembali? Sesuatu yang tidak pernah ada, menjadi ada, atau sesuatu yang sudah ada, menjadi ada lagi? Apakah lebih sukar untuk menjadi ada dari pada untuk kembali ada?) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 566.
Keterangan: Saya kira kalimat terakhir (yang digarisbawahi) susunannya terbalik! Tetapi, bagaimanapun juga maksud dari orang itu jelas sekali. Kelahiran adalah suatu peristiwa dimana seseorang yang tadinya tidak ada, lalu menjadi ada. Ini jelas lebih ajaib / lebih tidak mungkin / lebih sukar dari peristiwa kebangkitan, dimana seseorang yang tadinya sudah ada, lalu menjadi ada lagi! Tetapi anehnya, semua orang percaya pada kelahiran, tetapi tidak percaya pada kebangkitan!
c) Ketidakpercayaan pada Firman Tuhan, dan tidak adanya pekerjaan Roh Kudus dalam diri mereka.
Orang yang betul-betul percaya pada Firman Tuhan, pasti tidak akan sukar untuk mempercayai kebangkitan. Tetapi manusia, yang condong kepada dosa, tidak mungkin bisa percaya pada Firman Tuhan maupun kebangkitan kalau Roh Kudus tidak bekerja dalam dirinya dan memberikan iman kepadanya.
2) Mengapa Tomas tak percaya kebangkitan Yesus?
Selain ketiga alasan di atas, ada juga alasan-alasan lain:
a) Karena Tomas tidak hadir bersama murid-murid yang lain, ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka (ay 24 bdk. ay 19-23).
b) Tomas adalah seorang skeptis (seorang yang selalu ragu-ragu dan tidak gampang percaya), dan juga secara alamiah adalah seorang pesimis (selalu meninjau masa depan secara negatif).
Ini terlihat dalam Yoh 11:16, dan terlihat lagi di sini!
1. Murid-murid yang lain, yang jumlahnya adalah 10 orang, bercerita kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Yesus (ay 25a).
Matthew Henry: “Note, The disciples of Christ should endeavour to build up one another in their most holy faith, both by repeating what they have heard to those that were absent, that they may hear it at second hand, and also by communicating what they have experienced. Those that by faith have seen the Lord, and tasted that he is gracious, should tell others what God has done for their souls” (= Perhatikan, Murid-murid Kristus harus berusaha untuk saling membangun dalam iman mereka yang paling kudus, baik dengan mengulangi apa yang telah mereka dengar kepada mereka yang absen, supaya mereka bisa mendengar dari tangan kedua, dan juga dengan menyampaikan apa yang mereka alami. Mereka yang oleh iman telah melihat Tuhan, dan mengecap bahwa Ia itu murah hati, harus memberi tahu yang lain apa yang telah Allah lakukan untuk jiwa mereka).
2. Tetapi Tomas tetap tidak percaya (ay 25b).
Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari kata-kata Tomas dalam ay 25b itu:
a. Ada sesuatu yang bagus dalam sikap / kata-kata Tomas ini, yaitu bahwa ia jujur / tidak munafik tentang ketidak-percayaannya. Ia tidak berpura-pura untuk percaya, sekalipun 10 murid yang lain percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati.
William Barclay: “He would never still his doubt by pretending that they did not exist. He was not the kind of man who would rattle off a creed without understanding what it was all about” (= Ia tidak pernah mau menenangkan keraguannya dengan berpura-pura bahwa hal itu tidak ada. Ia bukanlah jenis orang yang mau mengucapkan pengakuan iman tanpa mengerti tentang hal itu).
Penerapan: Apakah saudara sering pura-pura percaya padahal saudara ragu-ragu, atau bahkan tidak percaya? Kemunafikan saudara akan menyebabkan tidak adanya orang menolong saudara dalam hal itu, tetapi sebaliknya, keterusterangan saudara akan memudahkan saudara-saudara seiman saudara untuk menolong saudara!
b. Tetapi ketidakpercayaan Tomas yang diungkapkan dengan kata-kata seperti itu, juga bisa berakibat negatif terhadap orang-orang lain. Jadi, kalau mau menyatakan ketidak-percayaan, lakukan itu kepada orang-orang yang teguh imannya, bukan kepada orang-orang kristen baru / lemah.
c. Sikap Tomas yang ingin melihat baru percaya ini bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci / Firman Tuhan.
Ibr 11:1 - “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
2Kor 5:7 - “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.
Yoh 11:40 - “Jawab Yesus: ‘Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?’”.
d. Kata-kata Tomas ini menunjukkan betapa keras kepalanya Tomas itu!
Ay 25 akhir: ‘Aku tidak akan percaya’.
NIV: ‘I will not believe’ (= Aku tidak mau percaya).
Dan kalau dilihat dalam bahasa Yunaninya maka di sini digunakan 2 x kata ‘tidak’ (OU ME), yang menunjukkan suatu penekanan.
Adam Clarke: “His unbelief became obstinate: he was determined not to believe on any evidence that it might please God to give him: he would believe according to his own prejudices, or not at all” (= Ketidak-percayaannya menjadi tegar tengkuk: ia berketetapan untuk tidak percaya karena bukti apapun yang Allah berkenan berikan kepadanya: ia mau percaya menurut prasangka / pandangannya sendiri, atau tidak sama sekali).
e. Ketidakpercayaan Tomas ini adalah sesuatu yang aneh dan keterlaluan, karena:
· ia pasti tahu bahwa dalam Perjanjian Lamapun ada orang-orang yang bangkit dari kematian (1Raja 17:17-24 2Raja 4:18-37 2Raja 13:21).
· ia sendiri melihat Yesus membangkitkan orang mati sebanyak 3 x (Mark 5:21-43 Luk 7:11-17 Yoh 11).
· Pada waktu Yesus mati, banyak orang kudus bangkit dari kubur (Mat 27:52-53).
· Yesus sudah berulang-ulang memberitakan / menubuatkan tentang kematian dan kebangkitanNya (Yoh 2:18-22 Mat 16:21 Mat 17:22-23 Mat 20:18-19 Mat 26:2).
· ada 10 murid laki-laki yang bersaksi bahwa mereka telah melihat Yesus!
f. Ini menunjukkan bahwa dalam diri orang percaya selalu bisa ada ketidak-percayaan tertentu.
George Hutcheson: “Unbelief is strangely rooted in the heart of all men, yea, even of godly men and disciples, so that they may frequently fall into that sin, and be very pertinacious in it” (= Ketidak-percayaan secara aneh berakar dalam hati semua manusia, ya, bahkan orang-orang saleh dan murid-murid, sehingga mereka bisa sering jatuh ke dalam dosa itu, dan sangat berkeras hati di dalamnya) - hal 424.
g. Ini menunjukkan dalamnya kejatuhan Tomas. Ia menjadi seperti orang kafir! Kalau rasul saja bisa jatuh seperti itu, lebih-lebih orang kristen biasa! Karena itu jangan sembarangan menghakimi pada saat saudara melihat orang jatuh!
Calvin: “The same thing happens sometimes with many persons; for they grow wanton for a time, as if they had cast off all fear of God, so that there appears to be no longer any faith in them; but as soon as God has chastised them with a rod, the rebellion of their flesh is subdued, and they return to their right senses” (= Hal yang sama kadang-kadang terjadi dengan banyak orang; mereka hidup sembarangan untuk suatu jangka waktu tertentu, seakan-akan mereka telah membuang semua rasa takut kepada Allah, sehingga kelihatannya tidak lagi ada iman dalam diri mereka; tetapi begitu Allah menghajar mereka dengan tongkat, pemberontakan daging mereka ditundukkan, dan mereka kembali sadar).
Calvin lalu memberi contoh tentang kejatuhan Daud (berzinah dengan Batsyeba, membunuh Uria dsb).
h. Jaman sekarang juga banyak orang seperti Tomas.
John G. Mitchell: “I’ve had people say the same thing to me. ‘Unless I can see God do something, unless I feel it, unless God answer my prayers, I won’t believe.’ They are lying down their terms for faith instead of believing what He has declared. This is not ignorance or even honest doubt. It is nothing other than intellectual pride. My friend, there’s not a day that you don’t live by faith. You don’t sit down and examine everything. We take the word of people in many things. Teachers, salesmen, mechanics, referees - we trust them to know their business” (= Aku mendengar orang-orang mengatakan hal yang sama kepadaku. ‘Kecuali aku bisa melihat Allah melakukan sesuatu, kecuali aku merasakannya, kecuali Allah menjawab doa-doaku, aku tidak akan / mau percaya’. Mereka meletakkan syarat-syarat mereka untuk iman dan bukannya percaya apa yang telah Ia nyatakan. Ini bukan ketidak-tahuan atau keraguan yang jujur. Ini bukan lain merupakan kesombongan intelektual. Temanku, tidak ada hari dimana engkau tidak hidup dengan iman. Engkau tidak duduk dan memeriksa segala sesuatu. Kita mempercayai kata-kata dari orang-orang dalam banyak hal. Guru-guru, penjual-penjual, ahli-ahli mesin, wasit-wasit - kita mempercayai bahwa mereka tahu urusan mereka) - hal 397.
Yohanes 20: 26-27: “(26) Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’. (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
1) Setelah kebangkitanNya Yesus hanya kadang-kadang saja memunculkan diriNya.
Setelah kebangkitanNya, Yesus tidak terus menerus bersama dengan murid-muridNya. Ia hanya kadang-kadang saja menampakkan diri kepada mereka. Mengapa? Untuk menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia tidak dibangkitkan untuk hidup sama seperti dulu sebelum Ia mati.
Matthew Henry: “He deferred his next appearance for some time, to show his disciples that he was not risen to such a life as he had formerly lived, to converse constantly with them but was as one that belonged to another world, and visited this (world?) only as angels do, now and then, when there was occasion. Where Christ was during these eight days, and the rest of the time of his abode on earth, it is folly to enquire, and presumption to determine” [= Ia menunda pemunculan selanjutnya untuk sementara waktu, untuk menunjukkan murid-muridNya bahwa Ia tidak dibangkitkan kepada kehidupan seperti yang dulu Ia jalani, untuk berbicara terus menerus dengan mereka, tetapi sebagai seseorang yang termasuk dalam dunia yang lain, dan mengunjungi (dunia?) ini seperti yang dilakukan oleh malaikat-malaikat, hanya kadang-kadang, dimana ada kesempatan. Dimana Kristus berada selama 8 hari ini, dan sisa waktu selama Ia tinggal di bumi, merupakan hal yang bodoh untuk dipertanyakan, dan merupakan suatu kesombongan untuk menentukannya].
2) Yesus menunggu selama 1 minggu.
a) Yohanes 20: 26: ‘8 hari kemudian’.
Maksudnya adalah 8 hari setelah ay 19. Hari pertama adalah hari Minggu. 8 hari setelah itu / hari ke 8 setelah itu juga adalah hari Minggu! (bandingkan dengan Yesus yang mati pada hari Jum’at, lalu bangkit pada hari ke 3 yang adalah hari Minggu - itulah cara mereka menghitung hari!). Jadi Yesus membiarkan Tomas selama 1 minggu.
Ada yang mengatakan bahwa kata-kata ‘8 hari kemudian’ menunjuk pada hari Senin malam.
Pulpit Commentary: “‘Eight days’ having fully elapsed might bring them to the evening of the second day of the second week” (= ‘Delapan hari’ telah sepenuhnya berlalu membawa mereka kepada malam dari hari yang kedua dari minggu yang kedua) - hal 476.
Tetapi saya berpendapat ini salah. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini (3 ayat ini paralel):
· Luk 9:28 - “Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa”.
· Mat 17:1 - “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja”.
· Mark 9:2 - “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka”.
Cara mengharmoniskan bagian-bagian yang kelihatannya bertentangan / kontradiksi ini:
1. Luk 9:28 mengatakan ‘kira-kira delapan hari’.
2. Matius dan Markus hanya menghitung hari-hari yang ada di antara Mat 16:21-28 dan Mat 17:1, sedangkan Lukas juga menghitung hari-hari dimana Mat 16:21-28 dan Mat 17:1 terjadi.
b) Mengapa Yesus membiarkan Tomas selama 1 minggu?
1. Untuk memberi kesempatan kepada Tomas untuk bertobat dari ketidak-percayaannya terhadap kebangkitan Yesus. Mungkin selama itu, karena melihat pada sukacita yang ada dalam diri murid-murid yang lain, Tomas bisa berubah dan menjadi percaya. Tetapi ternyata Tomas tetap tidak bertobat.
2. Supaya Tomas merasakan akibat ketidak-percayaannya.
George Hutcheson: “however the Lord will help and cure the unbelief of his own, yet when they are wilful and peremptory in it, it is righteous with him to let them lie under it for a time, till they feel the evil and bitterness of it” (= bagaimanapun Tuhan akan menolong dan menyembuhkan ketidak-percayaan dari orang-orang milikNya, tetapi pada waktu mereka sengaja dan tak mau berubah di dalamnya, adalah benar dengan Dia untuk membiarkan mereka berada di bawahnya untuk sementara waktu, sampai mereka merasakan kejahatan dan kepahitan dari hal itu) - hal 424.
3. Untuk menekankan perubahan Sabat dari Sabtu menjadi hari pertama (Minggu).
Barnes’ Notes: “‘And after eight days again’. That is, on the return of the first day of the week. From this it appears that they thus early set apart this day for assembling together, and Jesus countenanced it by appearing twice with them. It was natural that the apostles should observe this day, but not probable that they would do it without the sanction of the Lord Jesus. His repeated presence gave such a sanction, and the historical fact is indisputable that from this time this day was observed as the Christian Sabbath. See Acts 20:7; 1 Cor. 16:2; Rev. 1:10.” (= ‘Dan setelah 8 hari lagi’. Yaitu, pada kembalinya hari pertama dari suatu minggu. Dari sini kelihatannya mereka demikian awal memisahkan hari ini untuk berkumpul bersama-sama, dan Yesus menyetujuinya dengan muncul 2 x bersama mereka. Adalah sesuatu yang wajar bahwa rasul-rasul memperingati hari ini, tetapi tidak mungkin bahwa mereka melakukan hal itu tanpa persetujuan dari Tuhan Yesus. KehadiranNya yang terulang memberikan persetujuan seperti itu, dan fakta historis tidak dapat dibantah bahwa sejak saat ini hari ini diperingati sebagai Sabat Kristen. Lihat Kis 20:7; 1Kor 16:2; Wah 1:10).
Jadi Barnes beranggapan bahwa rasul-rasul yang lebih dulu melakukan perubahan Sabat, dan Yesus lalu merestuinya. Tetapi saya lebih condong pada pandangan dari beberapa penafsir di bawah ini.
William Hendriksen: “Did the Lord wait until Sunday evening in order to encourage his disciples to observe that day - and not some other day - as day of rest and worship? That would seem probable” (= Apakah Tuhan menunggu sampai Minggu malam untuk mendorong murid-muridNya untuk menghormati hari itu - dan bukannya hari yang lain - sebagai hari istirahat dan ibadah? Itu kelihatannya memungkinkan) - hal 464.
Matthew Henry: “He deferred it so long as seven days. And why so? ... that he might put an honour upon the first day of the week, and give a plain intimation of his will, that it should be observed in his church as the Christian sabbath, the weekly day of holy rest and holy convocations. That one day in seven should be religiously observed was an appointment from the beginning, as old as innocency; and that in the kingdom of the Messiah the first day of the week should be that solemn day this was indication enough, that Christ on that day once and again met his disciples in a religious assembly” (= Ia menunda itu selama 7 hari. Dan mengapa demikian? ... supaya Ia bisa meletakkan suatu penghormatan pada hari pertama dari suatu minggu, dan memberikan suatu isyarat yang jelas dari kehendakNya, bahwa hari itu harus diperingati / dihormati dalam gerejaNya sebagai Sabat Kristen, hari libur mingguan dan pertemuan kudus mingguan. Bahwa satu dari tujjuh hari harus diperingati secara agamawi merupakan suatu penetapan dari semula, sama tuanya / kunonya dengan ketidak-bersalahan; dan bahwa dalam kerajaan dari Mesias hari yang pertama dari suatu minggu harus menjadi hari keramat / khidmat itu, ini merupakan petunjuk yang cukup, bahwa Kristus pada hari itu satu kali, dan lalu sekali lagi menemui murid-muridNya dalam suatu pertemuan / persekutuan agama).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And after eight days’ - that is, on the eighth or first day of the following week. They themselves probably met every day during the preceding week, but their Lord designedly reserved His second appearance among them until the recurrence of His resurrection-day, that He might thus inaugurate the delightful sanctities of THE LORD’S DAY (Rev. 1:10).” [= ‘Dan setelah 8 hari’ - yaitu, pada hari ke 8 atau hari pertama dari minggu berikutnya. Mereka sendiri mungkin bertemu setiap hari dalam sepanjang minggu yang lalu, tetapi Tuhan mereka dengan terencana menahan pemunculanNya yang kedua di antara mereka sampai kembalinya hari kebangkitanNya, supaya dengan demikian Ia bisa melantik kekudusan yang menggembirakan dari HARI TUHAN (Wah 1:10)].
Jelas bahwa inisiatif perubahan Sabat itu tidak mungkin datang dari rasul-rasul, yang lalu disetujui oleh Yesus. Inisiatif itu datang dari Yesus sendiri, yang secara sengaja dan terencana melakukan 2 x pemunculan pada hari Minggu, dan dengan demikian memberikan isyarat yang jelas tentang hal itu.
3) Yesus menampakkan diri lagi (ay 26-27).
a) Mereka semua, termasuk Tomas, sedang berkumpul (ay 26).
1. Tomas ada bersama para murid yang lain.
Matthew Henry: “though he had withdrawn himself once, yet not a second time. When we have lost one opportunity, we should give the more earnest heed to lay hold on the next, that we may recover our losses. It is a good sign if such a loss whet our desires, and a bad sign if it cool them” (= sekalipun ia telah menarik diri sekali, tetapi tidak untuk kedua-kalinya. Pada waktu kita kehilangan satu kesempatan, kita harus memberi perhatian yang lebih untuk memperoleh kesempatan berikutnya, supaya kita bisa memulihkan kehilangan kita. Merupakan suatu tanda yang baik jika kehilangan seperti itu merangsang keinginan kita, dan suatu tanda yang buruk jika itu mendinginkannya).
Penerapan: bagaimana kalau saudara gagal ikut Pemahaman Alkitab / Kebaktian? Apakah saudara terangsang untuk berjuang supaya tidak gagal dalam acara berikutnya, atau justru sebaliknya?
2. Tomas tidak dikucilkan oleh para murid. Para murid yang lain ingin menolong Tomas yang sedang jatuh.
Bandingkan dengan kata-kata Yesus kepada Petrus dalam Luk 22:32 - “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.
George Hutcheson: “It is the duty of Christ’s followers not to lose or cast off any, though weak and unbelieving, so long as they can get them along with them in any duty, and so long as there is any hope of their amendment, and being reclaimed; ... Where this condescendence is wanting, many may be lost who otherwise would be recovered” (= Merupakan kewajiban dari pengikut-pengikut Kristus untuk tidak kehilangan atau membuang siapapun, sekalipun lemah dan tak percaya, selama mereka bisa bersamanya dalam kewajiban / tugas apapun, dan selama disana ada pengharapan tentang perbaikan mereka, dan pengharapan untuk memperoleh mereka kembali; ... Dimana / Pada waktu sikap merendahkan diri ini tidak ada, banyak orang bisa terhilang padahal mereka sebetulnya bisa dipulihkan) - hal 424.
Tetapi orang yang sedang jatuh dalam iman seperti ini berbeda dengan orang kristen yang sesat dalam hal iman. Orang kristen yang sesat dalam hal iman, dan tetap berkeras dalam kesesatannya sekalipun telah diberikan bimbingan / nasehat, memang harus dikucilkan.
3. Ay 26 mirip sekali dengan ay 19, dan memang merupakan pengulangan dari ay 19! Jadi, ini adalah pengulangan ‘warta berita’, khusus untuk Tomas!
b) Yesus menampakkan diri dan mengijinkan Tomas merabaNya.
Yohanes 20: 27: “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Di sini Tomas diberi mujijat sesuai permintaannya, tetapi ingat bahwa tidak setiap orang yang menginginkan mujijat / bukti lalu diberi mujijat / bukti oleh Tuhan. Bandingkan dengan:
· Luk 16:27-31 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
· 1Kor 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Karena itu kalau saudara hanya mau percaya kepada Yesus hanya kalau saudara melihat mujijat, sikap itu bisa membawa saudara ke neraka!
2. Dalam ay 27 (bdk. ay 25), Yesus berkata tentang ‘tanganNya’:
· bukan ‘pergelangan tangan’. Jadi, yang dipaku adalah tangan, dan bukan pergelangan tangan! Ada orang yang mengatakan bahwa dalam kedokteran kata ‘tangan’ menunjuk pada seluruh lengan atas sampai tangan, dan karena itu adalah mungkin bahwa yang dimaksud dengan ‘tangan’ di sini adalah ‘pergelangan tangan’. Problem dari pandangan ini adalah: mungkinkah rasul Yohanes, yang adalah seorang nelayan, menggunakan istilah ‘tangan’ dengan arti yang dimaksud oleh ilmu kedokteran modern?
· apakah kaki Yesus tidak dipaku? Dari Maz 22:17b dan Luk 24:39-40, terlihat dengan jelas bahwa kaki Yesus juga dipaku!
Maz 22:17 - “mereka menusuk tangan dan kakiku”.
Luk 23:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.
Catatan: ingat bahwa Maz 22 adalah Mazmur tentang salib (perhatikan ay 2,8-9,16,19).
3. Kata-kata Yesus dalam ay 27 ini sangat sesuai dengan tuntutan Tomas dalam ay 25b, dan ini menunjukkan bahwa Yesus mendengar kata-kata Tomas itu, dan ini membuktikan bahwa Ia memang hidup.
Wycliffe Bible Commentary: “By his very language the Lord revealed that he knew what Thomas had asserted. Therefore he must have been alive when the doubting apostle spoke those words about the hands and the side” (= Oleh kata-kataNya Tuhan menyatakan bahwa Ia tahu apa yang ditegaskan oleh Tomas. Karena itu Ia pasti telah hidup pada waktu rasul yang ragu-ragu ini mengucapkan kata-kata tentang tangan dan sisi / rusuk).
4. Sikap Yesus terhadap orang yang jatuh.
Apa yang Yesus lakukan terhadap Tomas ini menunjukkan bahwa Yesus memang menggenapi Yes 42:3 - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum”.
Matthew Henry: “He will not break the bruised reed, but, as a good shepherd, gathers that which was driven away, Ezek. 34:16. We ought thus to bear the infirmities of the weak, Rom. 15:1-2.” [= Ia tidak akan memutuskan buluh yang patah terkulai (Yes 42:3), tetapi, seperti seorang gembala yang baik, mengumpulkan domba-domba yang hilang / tersesat, Yeh 34:16. Demikianlah kita harus menanggung kelemahan dari orang-orang yang lemah, Ro 15:1-2].
Yesus tidak menegur dengan keras, tetapi dengan lemah lembut. Ini adalah sesuatu yang harus kita tiru dalam menghadapi orang yang jatuh! Mengapa? Karena tujuan kita adalah untuk mengangkat orang itu dari kejatuhan, dan bukan untuk menghancurkannya.
Dalam 1Kor 5:1-13 Paulus memerintahkan pengucilan terhadap orang-orang kristen yang hidup dalam dosa-dosa yang hebat. Tetapi dalam 2Kor 2:5-8 ia berkata: “(5) Tetapi jika ada orang yang menyebabkan kesedihan, maka bukan hatiku yang disedihkannya, melainkan hati kamu sekalian, atau sekurang-kurangnya - supaya jangan aku melebih-lebihkan -, hati beberapa orang di antara kamu. (6) Bagi orang yang demikian sudahlah cukup tegoran dari sebagian besar dari kamu, (7) sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat. (8) Sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia”.
Bandingkan dengan:
· Amsal 25:15 - “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”.
· Gal 6:1 - “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan”.
c) Yesus menghendaki supaya Tomas percaya pada kebangkitanNya (ay 27 akhir).
1. Yohanes 20: 27 ini merupakan suatu teguran.
Seseorang mengatakan: “to suspend our believing upon our sight is reproof-worthy” (= menggantungkan kepercayaan kita pada penglihatan adalah sesuatu yang layak dicela).
2. Yesus menegur Tomas di depan semua murid yang lain.
George Hutcheson: “Such as have publicly sinned to the offending of others should be publicly dealt with, to take with and amend their fault, that so their recovery may strengthen those whom their failings were ready to weaken; therefore doth Christ deal with and seek to reclaim Thomas, in presence of all the disciples, to whom he had professed his wilful unbelief” [= Orang-orang yang yang berbuat dosa di depan umum sehingga menyinggung / menyandungi orang-orang lain, harus ditangani di depan umum, dibicarakan (?) dan diperbaiki kesalahannya, sehingga dengan demikian pemulihan mereka bisa menguatkan mereka yang siap dilemahkan oleh kegagalan mereka; karena itu Kristus menangani dan berusaha untuk memperoleh Tomas kembali, di depan semua murid-murid, kepada siapa ia telah mengaku ketidak-percayaannya yang disengaja / keras kepala] - hal 424,425.
Dalam persoalan peneguran, banyak orang hanya memperhatikan Mat 18:15-17 yang berbunyi: “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”.
Padahal ada ayat lain yang juga harus diperhatikan, yaitu 1Tim 5:20 yang berbunyi: “Mereka yang berbuat dosa hendaklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itupun takut”.
d) Kata-kata Yesus ini menunjukkan betapa pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus!
Tasker (Tyndale): “The injunction ‘be not faithless’ implies that there can be no permanent faith in Jesus except faith in Him as the risen Lord who still bears the scars of His atoning death. Thomas was therefore faced with the alternative either of Christian faith or unbelief” (= Perintah ‘jangan engkau tidak percaya’ secara implicit menunjukkan bahwa di sana tidak bisa ada iman yang permanen kepada Yesus kecuali iman kepada Dia sebagai Tuhan yang bangkit yang tetap memiliki bekas-bekas luka dari kematianNya yang menebus. Karena itu Tomas dihadapkan pada pilihan, iman Kristen atau ketidak-percayaan) - hal 227.
Yohanes 20: 28: “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
Reaksi Tomas:
1) Tomas percaya.
Tadi ia mengatakan bahwa ia tidak mau percaya kecuali ia mencucukkan jari dan tangan ke dalam bekas paku dan tombak pada tangan dan rusuk / lambung Yesus. Ini menyebabkan banyak orang mempertanyakan: apakah Tomas meraba lubang paku / tombak itu atau tidak?
a) Ada yang menganggap ya. Alasannya:
· Yesus memerintahnya untuk meraba (ay 27).
· Sekalipun ay 28 memang tidak menceritakan bahwa Tomas meraba / mencucukkan jari dan tangannya, itu tidak membuktikan bahwa ia tidak meraba / mencucukkan jarinya. Dalam Luk 24:39-43, pada waktu Yesus mempersilahkan murid-murid untuk meraba, juga tidak diceritakan bahwa mereka meraba, tetapi toh dari 1Yoh 1:1 kelihatannya Yohanes meraba Yesus.
1Yoh 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu”.
· ketidak-percayaan Tomas terlalu kuat untuk bisa disembuhkan tanpa hal itu.
Adam Clarke: “‘Reach hither thy finger, and thrust it into my side: and be not faithless, but believing.’ And it is very probable that Thomas did so; for his unbelief was too deeply rooted to be easily cured” (= ‘Raihkanlah jarimu kemari, dan cucukkanlah ke dalam rusukKu: dan janganlah engkau tidak percaya, tetapi percayalah’. Dan adalah sangat mungkin bahwa Tomas melakukan demikian; karena ketidak-percayaannya berakar terlalu dalam untuk disembuhkan dengan mudah).
b) Ada yang menganggap tidak. Alasannya:
· ay 28 tidak mengatakan bahwa ia meraba.
· ay 29: ‘Engkau telah melihat Aku’, bukan ‘Engkau telah meraba Aku’.
Saya lebih condong pada pandangan ini.
2) Menyebut Yesus ‘Tuhanku dan Allahku’ (ay 28).
Yohanes 20: 28: ‘Tomas menjawab Dia’.
NASB / Lit: “Thomas answered and said to him” (= Tomas menjawab dan berkata kepada Dia).
Jelaslah bahwa:
a) Kata-kata ini tidak ditujukan kepada Bapa.
b) Kata-kata ini bukan sekedar kata-kata yang terlontar karena kaget, yang pada dasarnya tidak ditujukan kepada siapa-siapa. Kalau itu hanya sekedar kata-kata yang terlontar karena kaget, maka:
· itu merupakan pelanggaran terhadap hukum ke 3 dari 10 hukum Tuhan, dan Yesus pasti tidak akan mengucapkan ay 29 terhadap orang yang melanggar hukum ke 3 tersebut.
Barnes’ Notes: “In this passage the name God is expressly given to Christ, in his own presence and by one of his own apostles. ... If this was not the meaning of Thomas, then his exclamation was a mere act of profaneness, and the Saviour would not have commended him for taking the name of the Lord his God in vain” (= Dalam text ini nama Allah secara jelas diberikan kepada Kristus, pada saat Ia sendiri hadir, dan oleh satu dari rasul-rasulNya sendiri. ... Jika ini bukan maksud dari Tomas, maka seruan ini semata-mata merupakan tindakan kecemaran / tidak hormat, dan sang Juruselamat tidak akan memuji dia untuk penyebutan nama Tuhan Allahnya dengan sia-sia).
Thomas Whitelaw: “in a Jew such a use of the divine name would have been regarded as sinful” (= dalam diri seorang Yahudi penggunaan nama ilahi seperti itu akan dianggap sebagai berdosa) - hal 438.
· Yesus tidak mungkin mengatakan ay 29a: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya’.
Kedua penafsiran salah di atas sering dipaksakan kepada ayat ini untuk menghindari keilahian Yesus. Tetapi penafsiran-penafsiran itu pasti salah. Kata-kata Tomas itu jelas ditujukan kepada Yesus.
Ada lagi orang-orang sesat yang menganggap bahwa kata ‘Tuhanku’ ditujukan kepada Yesus sedangkan kata ‘Allahku’ ditujukan kepada Bapa. Ini jelas juga omong kosong dan merupakan suatu penafsiran yang dipaksakan. Kedua sebutan itu jelas ditujukan kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “When Thomas cried, ‘My Lord and my God!’ the two appellations were unquestionably addressed to one and the same Person, who stood before him” (= Pada waktu Tomas berteriak, ‘Tuhanku dan Allahku!’, tidak diragukan bahwa kedua sebutan / panggilan / gelar itu ditujukan kepada Pribadi yang satu dan yang sama, yang berdiri di depannya) - hal 488.
Dengan demikian:
1. Ia mengakui Yesus sebagai Tuhan (bdk. Ro 10:9 1Kor 12:3) dan sebagai Allah.
Adam Clarke: “The resurrection from the dead gave them the fullest proof of the divinity of Christ” (= Kebangkitan dari orang mati memberikan mereka bukti yang paling penuh tentang keilahian dari Kristus).
Bdk. Ro 1:4 - “dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”.
Catatan: ingat bahwa istilah ‘Anak Allah’ bagi Yesus menunjukkan keilahian Yesus (bdk. Yoh 5:18 Yoh 10:33 Mat 14:33).
C. H. Spurgeon: “This is a most plain and hearty confession of the true and proper Deity of our Lord Jesus Christ. It is as much as a man could say if he wished to assert indisputably and dogmatically that Jesus is indeed God and Lord. We find David saying, ‘O Lord of hosts, my King, and my God,’(Psalm 84:3) and in another place (Psalm 35:23) he says, ‘My God and my Lord,’ terms only applicable to Jehovah. Such expressions were known to Thomas, and he as an Israelite would never have applied them to any person whom he did not believe to be God” [= Ini adalah pengakuan yang paling jelas dan sungguh-sungguh tentang KeAllahan yang sejati dan benar dari Tuhan Yesus Kristus. Itu adalah hal tertinggi / terbanyak yang bisa dikatakan seseorang jika ia ingin menegaskan secara tak terbantah dan secara dogmatis bahwa Yesus memang adalah Allah dan Tuhan. Kita mendapatkan Daud berkata: ‘ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku’ (Maz 84:4) dan di tempat lain (Maz 35:23) ia berkata: ‘ya Allahku dan Tuhanku’, istilah-istilah yang hanya dapat digunakan bagi Yehovah. Ungkapan-ungkapan seperti itu diketahui oleh Tomas, dan ia sebagai seorang Israel tidak akan pernah menerapkannya kepada siapapun yang tidak ia percayai sebagai Allah] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 6, hal 494.
Maz 84:4 - “Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbahMu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!”.
Maz 35:23 - “Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku!”.
2. Ia mengakui Yesus sebagai ‘Tuhanku dan Allahku’!
Penerapan: apakah saudara mengakui Yesus sama seperti ini?
3) Calvin mengatakan bahwa kata-kata Tomas ini menunjukkan bahwa tadi imannya bukannya musnah sama sekali.
Calvin: “so sudden an exclamation shows that faith was not wholly extinguished in him, though it had been choked; for in the side or hands of Christ he does not handle Christ’s Divinity, but from those signs he infers much more than they exhibited. Whence comes this, but because, after forgetfulness and deep sleep, he suddenly comes to himself? This shows, therefore, the truth of what I said a little ago, that the faith which appeared to be destroyed was, as it were, concealed and buried in his heart” (= seruan yang mendadak seperti itu menunjukkan bahwa iman tidak seluruhnya padam dalam dia, sekalipun itu dicekik; karena pada rusuk atau tangan dari Kristus ia tidak menangani keilahian Kristus, tetapi dari tanda-tanda itu ia menyimpulkan jauh lebih banyak dari yang ditunjukkan. Dari mana datangnya ini, kecuali karena, setelah pelupaan dan tidur yang dalam, ia tiba-tiba sadar? Karena itu, ini menunjukkan kebenaran dari apa yang baru saya katakan, bahwa iman yang kelihatannya hancur seakan-akan bersembunyi dan dikubur dalam hatinya) - hal 276.
4) Pengakuan Tomas ini adalah pengakuan pertama tentang Yesus sebagai Allah, dan pengakuan yang luar biasa ini melampaui / lebih baik dari reaksi semua murid lain yang percaya kebangkitan Kristus sebelum Tomas.
George Hutcheson: “God may ofttimes make the last to be first, in their outstripping others who were before them; for here Thomas, who had miscarried so far, giveth a fairer confession than any of the rest had done” (= Allah bisa sering membuat yang terakhir menjadi yang pertama, dengan melampaui orang-orang lain yang ada di depan mereka; karena di sini Tomas, yang telah gagal begitu jauh, memberi suatu pengakuan yang lebih indah dari yang telah dilakukan oleh murid-murid yang lain) - hal 425.
F. F. Bruce: “Thomas might have been slower than his fellow-disciples to come to faith in the risen Christ, but when he did so, his faith was expressed in language which went beyond any that they had used” (= Tomas mungkin lebih lambat dari rekan murid-murid yang lain untuk datang kepada iman kepada Kristus yang bangkit, tetapi pada waktu ia melakukan demikian, imannya dinyatakan dengan kata-kata yang melampaui apapun yang telah mereka gunakan) - hal 394.
Word Biblical Commentary: “So it comes about that the most outrageous doubter of the resurrection of Jesus utters the greatest confession of the Lord who rose from the dead. His utterance does not simply acknowledge the reality of the resurrection of Jesus, but expresses its ultimate meaning, i.e., as revelation of who Jesus is. Yet it is not an abstract theological definition concerning the person of Christ. The personal pronoun is of vital importance ‘my Lord, and my God.’ He confesses to the risen Jesus that he belongs to him as his willing subject; he adores him and henceforth will serve him as he deserves” (= Demikianlah terjadi bahwa orang ragu-ragu yang paling memalukan tentang kebangkitan Yesus mengucapkan pengakuan terbesar tentang Tuhan yang bangkit dari orang mati. Ucapannya tidak sekedar mengakui kenyataan dari kebangkitan Yesus, tetapi menyatakan artinya yang tertinggi, yaitu sebagai penyataan / wahyu tentang siapa Yesus itu. Tetapi ini bukan suatu definisi theologia yang abstrak mengenai pribadi Kristus. Kata ganti orangnya sangat penting. ‘Tuhanku dan Allahku’. Ia mengaku kepada Tuhan yang bangkit bahwa ia adalah milikNya sebagai subyeknya yang tunduk; ia memujaNya dan mulai saat itu akan melayani Dia / beribadah kepadaNya seperti yang layak Ia dapatkan).
5) Pengakuan / iman Tomas ini seharusnya menyebabkan semua orang yang tak percaya kepada kebangkitan Yesus, menjadi percaya.
Barnes’ Notes: “Many now are unwilling to believe because they do not see the Lord Jesus, and with just as little reason as Thomas had. The testimony of those eleven men - including Thomas who saw him alive after he was crucified; who were willing to lay down their lives to attest that they had seen him alive; who had nothing to gain by imposture, and whose conduct was removed as far as possible from the appearance of imposture, should be regarded as ample proof of the fact that he rose from the dead” (= Sekarangpun banyak orang tidak mau percaya karena mereka tidak melihat Tuhan Yesus, dan dengan alasan yang sama sedikitnya seperti yang dipunyai Tomas. Kesaksian dari 11 orang itu, termasuk Tomas, yang melihatNya hidup setelah Ia disalibkan; yang rela untuk meletakkan / menyerahkan nyawa mereka untuk menegaskan bahwa mereka telah melihatNya hidup; yang tidak mendapatkan keuntungan apa-apa oleh penipuan seperti ini, seharusnya dianggap sebagai bukti yang cukup tentang fakta bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati).
Yohanes 20: 29: “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
1) Apakah kata-kata Yesus dalam ay 29 ini bertentangan dengan Mat 13:16 - “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar”? Calvin mengatakan: ‘Tidak’, karena dalam Mat 13:16 ini Kristus tidak berbicara semata-mata tentang melihat / mendengar Kristus secara jasmani, tetapi secara rohani. Kontext dari Mat 13:16 itu memang secara jelas menunjukkan hal itu.
2) Ay 29a: ‘karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya’.
a) Sebetulnya murid-murid lainpun juga begitu (bdk. ay 8 Luk 24:9-11).
b) Mengapa disebut ‘percaya’ padahal sudah melihat? Bandingkan dengan:
· 2Kor 5:7 - “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.
· Ibr 11:1 - “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
Illustrasi: kalau saya berkata kepada saudara bahwa saya mempunyai uang 1 milyar, dan saudara percaya hanya berdasarkan kata-kata saya itu, maka saudara memang percaya kepada saya. Tetapi kalau saya menunjukkan surat deposito dari bank atas nama saya dengan jumlah 1 milyar, dan saudara percaya akan hal itu, apakah itu bisa disebut ‘percaya’? Rasanya tidak. Itu bukan ‘percaya’, tetapi ‘tahu’.
Lalu mengapa Tomas tetap disebut percaya, sekalipun sudah melihat? Karena pada waktu Allah membangunkan ia dari ‘tidur’nya ia ingat kembali pada ajaran / Firman Tuhan tadinya ia percayai.
Calvin: “it was not by mere touching or seeing that Thomas was brought to believe that Christ is God, but, being awakened from sleep, he recalled to remembrance the doctrine which formerly he had almost forgotten. Faith cannot flow from a merely experimental knowledge of events, but must draw its origin from the word of God” (= bukan semata-mata karena menyentuh atau melihat Kristus Tomas percaya bahwa Kristus adalah Allah, tetapi karena dibangunkan dari tidurnya, ia ingat ajaran yang tadinya hampir ia lupakan. Iman tidak bisa mengalir dari semata-mata pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman dari peristiwa-peristiwa, tetapi harus mendapatkan asal usulnya dari firman Allah) - hal 278.
Mungkin bisa ditambahkan bahwa kalaupun seseorang melihat Yesus, bisa saja ia tetap tidak percaya, dan menganggapNya sebagai hantu / setan dan sebagainya. Jadi memang tetap dibutuhkan pekerjaan Allah supaya Tomas bisa percaya.
c) Kata-kata ini mengandung teguran.
Matthew Henry: “if no evidence must be admitted but that of our own senses, and we must believe nothing but what we ourselves are eye-witnesses of, farewell all commerce and conversation. If this must be the only method of proof, how must the world be converted to the faith of Christ? He is therefore justly blamed for laying so much stress upon this” (= jika tidak ada bukti yang diterima kecuali dari pancaindera kita, dan kita tidak boleh mempercayai apapun kecuali apa yang kita saksikan sendiri, selamat tinggal kepada semua perdagangan dan pembicaraan. Jika ini harus merupakan satu-satunya metode pembuktian, bagaimana dunia harus dipertobatkan kepada iman kepada Kristus? Karena itu ia secara benar dipersalahkan karena memberikan tekanan yang begitu besar pada hal ini).
3) Kata-kata Yesus dalam ay 29a, secara implicit menunjukkan bahwa Ia menerima pengakuan Tomas pada ay 28, dan ini membuktikan bahwa Yesus memang adalah Tuhan dan Allah sendiri!
Adam Clarke: “Dr. Pearce says here: ‘Observe that Thomas calls Jesus his God, and that Jesus does not reprove him for it, though probably it was the first time he was called so.’ And, I would ask, could Jesus be jealous of the honour of the true God - could he be a prophet - could he be even an honest man, to permit his disciple to indulge in a mistake so monstrous and destructive, if it had been one?” (= Dr. Pearce berkata di sini: ‘Perhatikan bahwa Tomas menyebut Yesus Allahnya, dan bahwa Yesus tidak memarahinya untuk hal itu, sekalipun mungkin itu adalah untuk pertama kalinya Ia disebut demikian’. Dan saya bertanya: bisakah Yesus sangat menghormati Allah yang benar - bisakah Ia adalah seorang nabi - bisakah Ia bahkan adalah seorang manusia yang jujur, dengan mengijinkan muridNya menuruti hatinya dalam suatu kesalahan yang begitu besar dan menghancurkan / merusak, seandainya kata-kata Tomas itu memang adalah suatu kesalahan seperti itu?).
Memang, kalau Yesus bukan Tuhan / Allah, tetapi tidak menegur Tomas, dan sebaliknya mau menerima pengakuan Tomas tentang diriNya sebagai Tuhan dan Allah, maka Ia betul-betul adalah orang brengsek! Yang mana yang saudara percayai, ‘Yesus adalah Tuhan / Allah’, atau ‘Yesus adalah orang brengsek’?
4) Ay 29b: ‘Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya’.
Bdk. 1Pet 1:8a - “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya”.
a) Ini menunjukkan bahwa kalau kita bisa percaya pada saat makin tak ada bukti (asal hal itu dinyatakan oleh Firman Tuhan), maka makin dipuji iman kita itu.
George Hutcheson: “The less sensible evidence there be of the object of faith, (provided it be revealed in the word,) there is the greater blessedness in believing thereof; and such faith will be the more excellent and commendable in Christ’s sight” [= Makin kurang masuk akal bukti yang ada tentang obyek dari iman, (asal itu dinyatakan dalam firman), makin diberkati kepercayaan terhadapnya; dan iman seperti itu makin bagus dan terpuji dalam pandangan Kristus] - hal 426.
Contoh: Abraham yang tetap beriman sekalipun ia sudah tua dan rahim Sara telah tertutup (Kej 18:11 Ro 4:19).
Ro 4:18-21 - “(18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah (dalam TB1-LAI yang kuno: ‘telah menjadi lemah zakarnya’), karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. (20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, (21) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan”.
Kej 18:11 - “Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid”.
b) Tuhan lebih senang kita tidak melihat tetapi percaya, dan karena itu Ia menampakkan diriNya setelah kebangkitan itu hanya kepada relatif sedikit orang.
Matthew Henry: “he never showed himself alive after his resurrection to all the people, Acts 10:40-41. We should have said, ‘Let his ignominious death be private, and his glorious resurrection public.’ But God’s thoughts are not as ours; and he ordered it that his death should be public before the sun, by the same token that the sun blushed and hid his face upon it. But the demonstrations of his resurrection should be reserved as a favour for his particular friends, and by them be published to the world, that those might be blessed who have not seen, and yet have believed” (= Ia tidak pernah menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah kebangkitanNya kepada seluruh bangsa, Kis 10:40-41. Kita seharusnya berkata: ‘Hendaklah kematianNya yang memalukan / hina bersifat rahasia / tidak terbuka untuk umum, dan kebangkitanNya yang mulia bersifat umum’. Tetapi pikiran Allah bukan pikiran kita; dan Ia menetapkan / mengaturnya bahwa kematianNya harus bersifat umum di depan matahari, begitu pula bahwa matahari menjadi malu dan menyembunyikan wajahnya terhadapnya. Tetapi demonstrasi dari kebangkitanNya harus dibatasi sebagai suatu kebaikan untuk sahabat-sahabatNya yang khusus, dan oleh mereka dipublikasikan kepada dunia, supaya mereka yang tidak melihat tetapi percaya, bisa diberkati).
Kis 10:40-41 - “Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Setelah kebangkitanNya Yesus memang menampakkan diri hanya kepada relatif sedikit orang, paling banyak 500 orang (1Kor 15:6). Mengapa Ia tidak menampakkan diri kepada Pontius Pilatus, Herodes, para tentara Romawi, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, imam-imam, Sanhedrin / Mahkamah Agama, masyarakat Yahudi, atau singkatnya kepada dunia? Bukankah kalau Ia melakukan hal itu semua menjadi Kristen? Ia tidak melakukannya, karena Ia tidak ingin manusia percaya setelah melihat. Ia ingin manusia percaya sekalipun tidak melihat. Kita harus percaya hanya berdasarkan pemberitaan Firman Tuhan.
Saudara tidak pernah melihat Yesus. Tetapi saudara mendengar tentang Dia, kematianNya, kebangkitanNya, dari Kitab Suci / Firman Tuhan. Maukah saudara percaya, sekalipun tidak melihat?
F. F. Bruce: “since the apostolic generation passed from earth, all believers in the crucified and risen Lord have believed without seeing, and to them is assured the special blessing here pronounced by him” (= sejak generasi rasul-rasul meninggalkan bumi, semua orang percaya kepada Tuhan yang tersalib dan bangkit telah percaya tanpa melihat, dan bagi mereka dipastikan berkat khusus yang diucapkan olehNya di sini) - hal 394.
Yohanes 20: 30-31: “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.
1) Ada penafsir yang beranggapan bahwa yang dibicarakan di sini adalah tanda-tanda yang ditulis oleh Yohanes berkenaan dengan kebangkitan Kristus, tetapi ada yang menganggap bahwa ini merupakan seadanya tanda. Saya lebih condong pada pandangan yang kedua.
2) Persoalan problem text dan terjemahan dari bagian ini.
Tasker (Tyndale): “The verb translated ‘believe’ is found in some MSS in the present tense, and in others in the aorist. If the distinction is to be pressed, the former, read by most editors, would give the sense ‘that you may continue to believe’ and the latter ‘that you may come to believe’” (= Kata kerja yang diterjemahkan ‘percaya’ ditemukan dalam sebagian manuscripts dalam present tense, dan dalam manuscripts yang lain dalam aorist / past tense. Jika perbedaan itu mau ditekankan, yang pertama, diterima oleh kebanyakan editor, akan memberikan arti ‘supaya engkau bisa terus percaya’ dan yang terakhir ‘supaya engkau menjadi percaya’) - hal 228.
Hendriksen menterjemahkan: ‘that you may continue to believe that Jesus is the Christ, the Son of God, and in order that believing you may continue to have life in his name’ (= supaya engkau bisa terus percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, dan supaya dengan percaya engkau bisa terus mempunyai hidup dalam namaNya).
Dan William Hendriksen mengatakan pada saat itu ada ajaran sesat (Cerinthus) yang menyangkal keilahian Yesus, dan rasul Yohanes menuliskan Injilnya supaya orang-orang kristen tetap percaya kepada Kristus, dan tetap mempunyai hidup karena iman kepada Kristus.
3) Kata ‘Anak Allah’ menunjukkan keilahian Kristus.
Calvin: “as the name, Son of God, belongs only to Christ, it follows that he is a Son, not by adoption, but by nature: and, therefore, under this name is comprehended the eternal Divinity of Christ” (= karena nama ‘Anak Allah’ hanya merupakan milik Kristus, sebagai akibatnya Ia adalah seorang Anak, bukan karena adopsi, tetapi secara alamiah: dan karena itu di bawah nama ini dicakup keilahian kekal dari Kristus) - hal 282.
Bandingkan dengan:
· Yoh 5:18 - “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
· Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
Calvin: “And, indeed, he who, after having received those striking proofs, which are to be found in the Gospel, does not perceive Christ to be God, does not deserve to look even at the sun and the earth, for he is blind amidst the brightness of noonday ” (= Dan memang, ia yang telah menerima bukti-bukti yang menyolok yang didapatkan dalam Injil, tetapi tidak merasa / mengerti Kristus sebagai Allah, tidak layak untuk bahkan melihat pada matahari dan bumi, karena ia buta di tengah-tengah terangnya tengah hari) - hal 282.
-o0o-
Yohanes 21:1-14
Leon Morris mengatakan bahwa ada 2 pandangan utama tentang Yoh 21.
1) Ini merupakan bagian integral dari Injil Yohanes dari semula.
Leon Morris (NICNT): “Those who see this section as integral to the Gospel point to the fact that there is no break in style. As far as we can see this last chapter came from the same pen as did the first twenty” (= Mereka yang melihat bagian ini sebagai pelengkap dari Injil ini menunjuk kepada fakta bahwa di sana tidak ada perubahan dalam gaya. Sejauh yang bisa kami lihat pasal terakhir ini datang dari pena / penulis yang sama seperti halnya dua puluh pasal yang pertama) - hal 858.
Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Strachan: “There is no trace of any manuscript of the Gospel without this chapter” (= Tidak ada jejak dari manuscripts manapun dari Injil ini tanpa pasal ini) - hal 858 (footnote).
Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Lenski: “No copies of the Fourth Gospel have ever been found from which chapter 21 is omitted, and no trace of such copies has ever been discovered” (= Tidak ada copy dari Injil Keempat ini yang pernah ditemukan dari mana pasal 21 dihapuskan, dan tidak ada jejak tentang copy seperti itu yang pernah ditemukan) - hal 858 (footnote).
Pulpit Commentary: “There are no rational external grounds for attributing any portion of ch. 21 (unless it be the two verses, 24 and 25) to any other hand than to that of the author of the previous portion of the Gospel. Manuscript authority is entirely unanimous in assuming the integrity of the Gospel in this respect. There could not have been any period when the first twenty chapters were published without the accompaniment of this ‘appendix.’” [= Tidak ada dasar external / luar yang rasionil untuk menghubungkan bagian manapun dari pasal 21 (kecuali itu adalah dua ayat, 24 dan 25) kepada tangan lain manapun dari pada tangan dari pengarang dari bagian sebelumnya dari Injil ini. Otoritas manuscripts dengan suara bulat sepenuhnya menganggap keutuhan dari Injil ini dalam hal ini. Tidak bisa pernah ada saat manapun dimana dua puluh pasal yang pertama diterbitkan tanpa disertai oleh ‘tambahan’ ini] - hal 496.
2) Ini merupakan suatu penambahan kepada Injil Yohanes yang tadinya sudah selesai.
Pandangan yang kedua ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
a) Yang menganggap bahwa, kecuali ay 24-25, Yoh 21 ini ditulis oleh rasul Yohanes.
b) Yang menganggap bahwa Yoh 21 ditulis oleh penulis yang berbeda.
William Hendriksen condong pada pandangan ini dengan alasan:
· Kesimpulan pada Yoh 20:30-31 memberikan kesan bahwa cerita tersebut (pasal 1-20) berakhir di sana.
· pengarang dari pasal 1-20 tak pernah menyebut dirinya sendiri atau keluarganya dengan menggunakan nama (bdk. 1:35-41; 13:23; 18:15; 19:25-27,35; 20:2-10), tetapi siapapun yang menulis pasal 21 menyebut ‘anak-anak Zebedeus’ dalam 21:2.
· Biasanya untuk menyebut dirinya sendiri Yohanes hanya mengatakan ‘murid yang dikasihi Yesus’ (13:23 19:26 20:2), tetapi dalam pasal 21 penulis itu menggunakan penjelasan panjang lebar untuk menunjuk kepada Yohanes.
Yoh 21:20 - “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’”.
Saya berpendapat bahwa hanya point pertama yang bisa diperhitungkan dari argumentasi William Hendriksen ini sedangkan 2 point terakhir sama sekali tidak kuat.
Hal-hal yang menyebabkan Yoh 21 dianggap sebagai penambahan adalah:
1. Yoh 20:30-31 kelihatannya merupakan akhir dari Injil Yohanes.
Bantahan:
1Yoh 5:13 mirip dengan Yoh 20:30-31, tetapi 1Yoh 5:13 juga bukan penutup dari surat Yoh yang pertama itu (Leon Morris, hal 859).
1Yoh 5:13 - “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
2. Yoh 21 mengandung petunjuk yang cukup yang menunjukkan bahwa itu memang ditambahkan.
Leon Morris (NICNT): “When the Beloved Disciple was growing old and some thought that Jesus had said He would return before His beloved follower’s death, it was necessary to correct the error. Harm could occur to the church if he died and still the Lord had not come. This chapter is held to the result” (= Pada waktu murid yang dikasihi itu menjadi tua dan beberapa orang berpikir bahwa Yesus telah berkata bahwa Ia akan kembali sebelum kematian dari pengikut yang Ia kasihi ini, maka adalah perlu untuk membetulkan kesalahan ini. Kerugian bisa terjadi pada gereja jika ia mati dan Tuhan tetap tidak datang) - hal 858.
Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Yoh 21:20-23 - “(20) Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’ (21) Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?’ (22) Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.’ (23) Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: ‘Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.’”.
Tetapi Leon Morris sendiri lalu membantah argumentasi ini dengan berkata sebagai berikut: “while chapter 21 does indeed deal with the expected return of the Lord before the death of the Beloved Disciple, yet this is not the main thrust of the chapter. It is more concerned with Peter’s reinstatement” (= sementara pasal 21 memang berurusan dengan diharapkannya kembalinya Tuhan sebelum kematian dari murid yang dikasihi, tetapi ini bukan tujuan utama dari pasal ini. Pasal ini lebih memperhatikan penerimaan kembali dari Petrus) - hal 859.
Ada pandangan yang lain lagi, yang tidak terlalu populer, yang mengatakan bahwa mula-mula Yoh 20:30-31 terletak sesudah Yoh 21:23, dan merupakan kesimpulan yang orisinil dari Injil Yohanes. Belakangan Yoh 21:24-25 ditambahkan, dan ini menyebabkan Yoh 20:30-31 lalu dipindahkan ke tempatnya yang sekarang ini.
Leon Morris (NICNT): “Lagrange is of opinion that 20:30f. originally stood after 21:23, and that this formed the original conclusion of the Gospel. Subsequently 21:24 was added and this caused the removal of the words to their present place. This is ingenious but it has not convinced very many” (= Lagrange mempunyai pandangan bahwa 20:30-dst mula-mula terletak setelah 21:23, dan bahwa ini membentuk kesimpulan yang orisinil dari Injil ini. Sesudah itu 21:24 ditambahkan, dan ini menyebabkan pemindahan kata-kata itu ke tempat yang sekarang. Ini cerdik tetapi tidak meyakinkan terlalu banyak orang) - hal 859.
Problem terbesar dari pandangan ini adalah tidak adanya jejak manuscripts yang mendukungnya.
Yohanes 21: 1: “Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-muridNya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut”.
1) Nama Tiberias = Galilea.
Yoh 6:1 - “Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias”.
Kitab Suci bahasa Inggris menyebutkan ‘sea’ (= laut).
Sebetulnya itu adalah sebuah danau, tetapi Calvin mengatakan (hal 283) bahwa orang-orang Yahudi biasa menyebutnya ‘the sea of Tiberias’ (= laut Tiberias).
2) Mengapa mereka bisa berada di Galilea?
Perhatikan ayat-ayat ini:
Mat 28:10 - “Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.’”.
Mark 14:28 - “Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’”.
Mark 16:7 - “Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’”.
3) Matthew Henry mengatakan bahwa kalau dalam Yoh 20 Yesus menampakkan diri kepada murid-murid pada saat mereka sedang berkumpul / bersekutu, maka di sini Yesus menampakkan diri kepada mereka pada saat mereka sedang menjala ikan, atau berada dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa ‘berjumpa’ dengan Tuhan bukan hanya pada saat kita ada di gereja, dalam kebaktian, Pemahaman Alkitab, pada saat bersaat teduh, dsb, tetapi juga dalam keadaan sehari-hari, pada saat sedang bekerja dan sebagainya.
Yohanes 21: 2: “Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang muridNya yang lain”.
1) Ada 7 murid yang berkumpul di sini, bukan dalam acara rohani, tetapi dalam peristiwa / kejadian biasa.
Matthew Henry: “It is good for the disciples of Christ to be much together; not only in solemn religious assemblies, but in common conversation, and about common business. Good Christians should by this means both testify and increase their affection to, and delight in, each other, and edify one another both by discourse and example” (= Adalah baik untuk murid-murid Kristus untuk sering bersama; bukan hanya pada pertemuan agama yang khidmat, tetapi dalam pembicaraan biasa, dan tentang urusan umum / biasa. Orang-orang kristen yang baik harus dengan cara ini menyaksikan dan meningkatkan kasih sayang dan kesenangan satu terhadap yang lain, dan saling mendidik oleh percakapan dan teladan).
2) Tomas ada di sana.
Matthew Henry: “Thomas was one of them, and is named next to Peter, as if he now kept closer to the meetings of the apostles than ever. It is well if losses by our neglects make us more careful afterwards not to let opportunities slip” (= Tomas merupakan salah satu dari mereka , dan disebutkan sesudah Petrus, seakan-akan ia sekarang lebih dekat kepada pertemuan-pertemuan rasul-rasul dari sebelumnya. Adalah baik jika kehilangan-kehilangan yang terjadi karena kelalaian-kelalaian kita membuat kita lebih hati-hati setelah itu untuk tidak membiarkan kesempatan-kesempatan lolos).
3) Mengapa ‘anak-anak Zebedeus’ (Yakobus dan Yohanes) disebutkan setelah Tomas dan Natanael?
Pulpit Commentary: “That they (sons of Zebedee) should here be mentioned after Thomas and after Nathanael correspond with the reticence and modesty of the evangelist” [= Bahwa mereka (anak-anak Zebedeus) di sini harus disebutkan setelah Tomas dan setelah Natanael, sesuai dengan sikap diam dan rendah hati dari sang penginjil] - hal 500.
4) ‘dua orang muridNya yang lain’.
Tentang ‘dua orang muridNya yang lain’ ini ada yang menganggap mereka ini juga rasul, ada yang menganggap tidak.
Istilah ‘murid’ tidak harus menunjuk kepada salah satu dari 12 murid / rasul. Kalau mereka berdua adalah rasul, adalah aneh mengapa nama mereka tidak diberikan.
Yohanes 21: 3: “Kata Simon Petrus kepada mereka: ‘Aku pergi menangkap ikan.’ Kata mereka kepadanya: ‘Kami pergi juga dengan engkau.’ Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa”.
1) Apakah para rasul ini kembali kepada pekerjaan lama mereka?
Clarke dan beberapa penafsir yang lain menganggap bahwa sebagian dari para murid ini kembali kepada mata pencaharian mereka. Sekalipun hal ini tak bisa dipastikan, tetapi ini merupakan sesuatu yang memungkinkan. Merupakan sesuatu yang sering terjadi bahwa seseorang yang kehilangan pemimpinnya, yang tadinya mengarahkan kehidupannya ke arah yang rohani, lalu kembali kepada kehidupan lamanya. Ini terjadi khususnya pada jaman Hakim-Hakim.
William Hendriksen mengatakan (hal 479) bahwa sekalipun setelah kebangkitanNya Yesus sudah menampakkan diri kepada Petrus, tetapi mungkin bagi Petrus belum jelas bahwa ia, yang sudah menyangkal Yesus 3 x, berhak untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai seorang rasul / misionaris, dan karena itu adalah mungkin bahwa ia lalu kembali kepada kehidupan yang lama sebagai seorang penangkap ikan.
William Hendriksen (hal 479) bahkan mempertanyakan kemungkinan bahwa ketidak-berhasilan mereka menangkap apa-apa menunjukkan ketidak-senangan Allah karena mereka kembali kepada pekerjaan lama mereka.
Tetapi Matthew Henry tidak setuju dengan pandangan ini.
Matthew Henry: “Some think they did amiss in returning to their boats and nets, which they had left; but then Christ would not have countenanced them in it with a visit. It was rather commendable in them; for they did it, (1.) To redeem time, and not be idle. They were not yet appointed to preach the resurrection of Christ. ... It is probable that their Master had directed them to say nothing of his resurrection till after his ascension, nay, not till after the pouring out of the Spirit, and then they were to begin at Jerusalem. Now, in the mean time, rather than do nothing, they would go a fishing; not for recreation, but for business” [= Sebagian orang berpikir bahwa mereka melakukan kesalahan dengan kembali kepada perahu dan jala mereka, yang telah mereka tinggalkan; tetapi jika demikian Kristus tidak akan menyetujui mereka di dalam hal itu dengan mengunjungi mereka. Sebaliknya itu merupakan sesuatu yang terpuji dari mereka; karena mereka melakukan hal itu, (1) Untuk menebus (?) waktu, dan tidak menjadi malas. Mereka belum ditetapkan untuk mengkhotbahkan kebangkitan Kristus. ... Adalah mungkin bahwa Guru mereka telah mengarahkan mereka untuk tidak berkata apa-apa tentang kebangkitanNya sampai setelah kenaikanNya, tidak, tetapi sampai setelah pencurahan Roh, dan lalu mereka harus mulai di Yerusalem. Sekarang, sementara itu, dari pada tidak melakukan apa-apa, mereka pergi menjala ikan, bukan untuk rekreasi, tetapi untuk pekerjaan / mencari uang].
2) ‘mereka tidak menangkap apa-apa’.
a) Ketekunan mereka dalam bekerja harus diperhatikan dan ditiru. Sekalipun tidak berhasil menangkap apa-apa, tetapi mereka bekerja selanjang malam. Dalam pekerjaan / pelayanan, kita juga harus demikian.
Calvin: “if we wish to allow an opportunity for the blessing of God to descend on us, we ought constantly to expect it; for nothing can be more unreasonable than to withdraw the hand immediately from labour, if it do not give promise of success” (= jika kita ingin mengijinkan suatu kesempatan bagi berkat Allah untuk turun kepada kita, kita harus terus menerus mengharapkannya; karena tidak ada apapun yang lebih tidak masuk akal dari pada segera menahan tangan dari pekerjaan, jika itu tidak menjanjikan kesuksesan) - hal 285.
Calvin: “Now, if we dislike our calling, because the labour which we undertake appears to be unproductive, yet, when the Lord exhorts us to steadiness and perseverance, we ought to take courage; in the end we shall obtain a happy result, but it will be at the proper time” (= Sekarang, jika kita tidak menyenangi panggilan kita, karena pekerjaan yang kita lakukan kelihatannya tidak memberi hasil, tetapi pada waktu Tuhan mendesak kita kepada keteguhan hati dan ketekunan, kita harus meneguhkan hati; pada akhirnya kita akan mendapatkan hasil yang menyenangkan, tetapi itu akan terjadi pada saat yang tepat) - hal 285.
b) Allah memang sengaja mengatur supaya mereka tidak mendapat apa-apa, supaya dengan demikian mujijat yang akan dilakukan oleh Kristus menjadi makin menyolok, dan mereka lebih bisa merasakan kebaikan Tuhan. Dengan cara yang sama, Allah sering menguji orang-orang percaya, supaya mereka bisa menilai berkat-berkatNya dengan lebih tinggi. Jika kita selalu berhasil pada waktu kita bekerja, maka kita akan tidak / kurang menghargai keberhasilan itu sebagai berkat / pertolongan Tuhan, dan sebaliknya akan membanggakan kehebatan diri kita sendiri. Tetapi kalau mula-mula kita gagal dalam pekerjaan kita, dan Tuhan lalu menolong kita sehingga kita bisa berhasil, maka kita akan lebih menghargai berkat Tuhan tersebut.
Matthew Henry: “Their disappointment in their fishing. That night they caught nothing, though, it is probable, they toiled all night, as Lu. 5:5. See the vanity of this world; the hand of the diligent often returns empty. Even good men may come short of desired success in their honest undertakings. We may be in the way of our duty, and yet not prosper. Providence so ordered it that all that night they should catch nothing, that the miraculous draught of fishes in the morning might be the more wonderful and the more acceptable. In those disappointments which to us are very grievous God has often designs that are very gracious” (= Kekecewaaan mereka dalam penangkapan ikan mereka. Malam itu mereka tidak menangkap apa-apa, sekalipun, adalah mungkin bahwa mereka bekerja sepanjang malam, seperti dalam Luk 5:5. Lihatlah kesia-siaan dari dunia ini; tangan yang rajin sering kembali kosong. Bahkan orang-orang baik bisa kekurangan sukses yang diinginkan dalam usaha jujur mereka. Kita bisa ada di jalan kewajiban kita, tetapi tidak berhasil. Providensia mengatur sedemikian rupa sehingga sepanjang malam mereka tidak menangkap apa-apa, supaya penangkapan ikan pada paginya bisa lebih hebat dan lebih bisa diterima. Dalam kekecewaan-kekecewaan itu, yang bagi kita sangat menyedihkan, Allah sering mempunyai rencana-rencana yang sangat murah hati).
Jadi di sini berlaku Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Yohanes 21: 4: “Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus”.
Ada beberapa alasan yang memungkinkan yang menyebabkan mereka tidak mengenali Yesus:
1) Hari belum cukup terang.
Kata-kata ‘ketika hari mulai siang’ merupakan terjemahan yang salah.
KJV: ‘But when the morning was now come’ (= Tetapi ketika pagi datang).
NIV: ‘Early in the morning’ (= Pagi-pagi sekali).
2) Mereka terlalu jauh dari Dia (bdk. ay 8 yang mengatakan 200 hasta, atau kira-kira 90 meter).
3) Mereka tidak berharap untuk bertemu dengan Dia dan mereka tidak memandang dengan sungguh-sungguh kepadaNya.
Matthew Henry: “The disciples, though they had been intimately acquainted with him, knew not, all at once, that it was Jesus. Little expecting to see him there, and not looking intently upon him, they took him for some common person waiting the arrival of their boat, to buy their fish. Note, Christ is often nearer to us than we think he is, and so we shall find afterwards, to our comfort” (= Murid-murid, sekalipun mereka telah saling mengenal dengan akrab dengan Dia, tidak tahu dengan segera bahwa itu adalah Yesus. Mereka tidak mengharapkan untuk melihat Dia di sana, dan tidak melihat dengan sungguh-sungguh kepada Dia, mereka mengira Dia adalah orang biasa yang menunggu kedatangan perahu mereka, untuk membeli ikan mereka. Perhatikan, Kristus sering lebih dekat kepada kita dari pada yang kita pikirkan, dan demikianlah akan kita dapatkan setelahnya, untuk penghiburan kita).
Matthew Henry: “Christ’s time of making himself known to his people is when they are most at a loss. When they think they have lost themselves, he will let them know that they have not lost him” [= Saat Kristus menyatakan diriNya sendiri kepada umatNya adalah pada saat mereka paling bingung / tidak mengerti. Pada waktu mereka mengira bahwa mereka kehilangan diri mereka sendiri (kalah / gagal), Ia akan memberitahu mereka bahwa mereka tidak kehilangan Dia].
Yohanes 21: 5-6: “(5) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan”.
1) Bukan sisi kanan atau kiri yang dipersoalkan, tetapi ketaatan kepada Kristus.
Leon Morris (NICNT): “Some commentators draw attention to passages in classical authors showing that the right side is the fortunate side but it is difficult to see what relevance this has to the New Testament. Obedience to Christ, not luck, is the important thing” (= Sebagian penafsir memperhatikan bagian-bagian dalam pengarang-pengarang klasik yang menunjukkan bahwa sisi kanan adalah sisi yang menguntungkan / mujur, tetapi sukar untuk melihat apa hubungannya dengan Perjanjian Baru. Ketaatan kepada Kristus, bukan kemujuran, yang merupakan hal yang penting) - hal 863.
2) Apakah peristiwa ini suatu mujijat atau bukan?
Barclay menganggap bahwa ini bukanlah suatu mujijat.
William Barclay: “The catch here is not described as a miracle, and it is not meant to be taken as one. The description is of something which still frequently happens on the lake. Remember that the boat was only about a hundred yards from land. H. V. Morton describes how he saw two men fishing on the shore of the lake. One had waded out from the shore and was casting a bell net into the water. ‘But time after time the net came up empty. ... While he was waiting for another cast, Abdul shouted to him from the bank to fling to the left, which he instantly did. This time it was successful. ... It happens very often that the man with the hand-net must rely on the advice of someone on shore, who tells him to cast either to the left or the right, because in the clear water he can often see a shoal of fish invisible to the man in the water.’ Jesus was acting as guide to his fishermen friends, just as people still do today” (= Penangkapan di sini tidak digambarkan sebagai suatu mujijat, dan tidak dimaksudkan untuk dianggap sebagai suatu mujijat. Penggambaran ini merupakan sesuatu yang tetap sering terjadi di danau. Ingatlah bahwa perahu itu hanya berada sekitar 100 yards dari daratan. H. V. Morton menggambarkan bagaimana ia melihat 2 orang menjala di pantai suatu danau. Yang seorang telah meninggalkan pantai dan sedang melemparkan jala lonceng ke dalam air. ‘Tetapi berulang kali jala itu naik dengan kosong. ... Sementara ia menunggu pelemparan selanjutnya, Abdul berteriak kepadanya dari tepi untuk melemparkan ke kiri, yang dengan segera dilakukannya. Kali ini itu merupakan sukses. ... Sangat sering terjadi bahwa orang dengan jala tangan harus bersandar kepada nasehat / petunjuk dari seseorang di tepi, yang memberitahunya untuk melemparkan ke kiri atau ke kanan, karena di air yang jernih ia sering bisa melihat sekumpulan ikan yang tidak terlihat oleh orang yang ada di air’. Yesus bertindak sebagai pembimbing kepada teman-teman nelayannya, persis seperti orang-orang tetap melakukannya pada saat / jaman ini) - hal 281.
Leon Morris juga mempunyai kata-kata / cerita dari H. V. Morton itu, dan ia menanggapi dengan kata-kata: “Whether this would be valid for people one hundred yards apart is another matter” (= Apakah ini benar untuk orang yang berada sejauh 100 yards merupakan suatu persoalan yang berbeda) - hal 864 (footnote).
Catatan: 200 hasta (ay 8) = 100 yard = 90 meter.
Hal lain yang perlu dipersoalkan adalah: kalau ini bukan merupakan suatu mujijat, mengapa gerangan Yohanes menuliskannya / menceritakannya di sini?
3) Ketaatan kepada Kristus menyebabkan keberhasilan.
John G. Mitchell: “Obedience to Christ always brings a harvest. He knows where the fish are. He knows where to put the net. He knows what to do. We talk about soul-winning. We talk about personal work. We talk about Christian-service. All He asks is obedience; and when we obey Him, He guarantees a harvest” (= Ketaatan kepada Kristus selalu membawa suatu panen. Ia tahu dimana ikan berada. Ia tahu dimana melemparkan jala. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Kami berbicara tentang memenangkan jiwa. Kami berbicara tentang pekerjaan pribadi. Kami berbicara tentang pelayanan Kristen. Semua yang Ia minta adalah ketaatan; dan pada waktu kita mentaati Dia, Ia menjamin suatu panen) - hal 403.
Yohanes 21: 7-8: “(7) Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu”.
1) Yohanes yang pertama mengenali bahwa orang di pantai itu adalah Yesus.
Tasker mengatakan bahwa pengalaman mereka ini mengingatkan mereka pada pengalaman mereka yang lalu dalam Luk 5:1-11, sekalipun ada perbedaan antara kedua peristiwa itu, yaitu bahwa dalam Luk 5 itu jala mereka mulai koyak dan perahu mereka mulai tenggelam. Ini menyebabkan mereka mengawasi orang di pantai itu dengan sungguh-sungguh dan Yohanes lalu mengenaliNya sebagai Yesus.
2) Yohanes lebih maju dalam persoalan pengertian / iman, tetapi Petrus lebih maju dalam persoalan semangat.
Calvin: “as John goes before Peter in faith, so Peter afterwards excels him in zeal, when, disregarding personal danger, he throws himself into the lake. The rest follow in the ship. True, all come to Christ at length, but Peter is actuated by a peculiar zeal in comparison of the others. ... the act of leaving the ship and going on shore was not the result of folly and rashness, but that he advanced beyond the others in proportion to his zeal” (= Sebagaimana Yohanes berjalan di depan Petrus dalam iman, demikianlah setelahnya Petrus melampauinya dalam semangat, pada waktu dengan mengabaikan bahaya pribadi, ia melemparkan dirinya sendiri ke dalam danau. Sisanya mengikuti dalam perahu. Memang benar bahwa akhirnya semua datang kepada Kristus, tetapi Petrus digerakkan oleh semangat yang khas dibandingkan dengan yang lainnya. ... tindakan meninggalkan perahu dan pergi / berenang ke pantai bukanlah hasil dari kebodohan dan sikap gegabah, tetapi bahwa ia melampaui yang lain dalam ukuran semangatnya) - hal 286.
3) Petrus tadinya tidak berpakaian / telanjang; apakah ini betul-betul berarti telanjang?
Ay 7 (KJV): ‘for he was naked’ (= karena ia telanjang).
Adam Clarke: “‘He was naked.’ He was only in his vest. Gumnos, naked, is often used to signify the absence of this upper garment only. In 1 Sam. 19:24, when Saul had put off his himatia, upper garments, he is said to have been gumnos, naked; and David, when girded only with a linen ephod, is said to have been uncovered, in 2 Sam. 6:14,20” (= ‘Ia telanjang’. Ia hanya memakai baju dalam. GUMNOS, telanjang, sering digunakan untuk menunjukkan tidak adanya jubah luar saja. Dalam 1Sam 19:24, pada waktu Saul melepaskan HIMATIAnya, baju / jubah luar, ia dikatakan GUMNOS, telanjang; dan Daud, pada waktu hanya memakai baju efod dari kain lenan, dikatakan sebagai telanjang, dalam 2Sam 6:14,20).
Barnes’ Notes: “‘He was naked’. He was undressed, with nothing on but the undergarment or tunic. The word does not require us to suppose a greater degree of nakedness than this” [= ‘Ia telanjang’. Ia tidak berpakaian, tak mengenakan apa-apa kecuali pakaian dalam atau tunic (semacam pakaian longgar). Kata itu tidak mengharuskan kita untuk menganggap suatu tingkat ketelanjangan yang lebih tinggi dari ini].
Pulpit Commentary: “The word gumnoj does not mean perfectly nude. A man who had simply the xitwn or tunic upon him was practically thus regarded. The word gumnoj occurs in Isa. 20:2; 1Sam 19:24; Job 24:10 in the same sense” (= Kata gumnoj / GUMNOS tidak berarti telanjang secara total. Seorang laki-laki yang hanya mengenakan xitwn / CHITON atau tunic secara praktis dianggap telanjang. Kata gumnoj / GUMNOS muncul dalam Yes 20:2; 1Sam 19:24; Ayub 24:10 dalam arti yang sama) - hal 502.
Yohanes 21: 9: “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti”.
1) Jangan menanyakan dari mana Yesus mendapatkan semua ini; Ia mempunyai banyak cara dengan mana Ia bisa mendapatkannya.
Matthew Henry: “we need not be curious in enquiring whence this fire, and fish, and bread, came, any more than whence the meat came which the ravens brought to Elijah. He that could multiply the loaves and fishes that were could make new ones if he pleased, or turn stones into bread, or send his angels to fetch it, where he knew it was to be had. It is uncertain whether this provision was made ready in the open air, or in some fisher’s cabin or hut upon the shore; but here was nothing stately or delicate” (= kita tidak perlu ingin tahu dengan bertanya dari mana api, ikan, roti, ini datang, lebih dari pada dari mana daging yang dibawa oleh burung gagak kepada Elia datang. Ia yang bisa melipat-gandakan roti dan ikan bisa membuat / mencipta yang baru jika itu memperkenanNya, atau mengubah batu menjadi roti, atau mengutus malaikat-malaikatNya untuk mengambilkannya, dimana Ia tahu itu akan didapatkan. Adalah tidak pasti apakah persediaan ini disiapkan di udara terbuka, atau dalam kamar atau pondok dari nelayan di pantai; tetapi di sini tidak ada apapun yang megah atau indah).
2) Yesus selalu bisa dan akan memelihara pelayan-pelayanNya.
Matthew Henry: “we may be comforted in this instance of Christ’s care of his disciples; he has wherewith to supply all our wants, and knows what things we have need of. He kindly provided for those fishermen, when they came weary from their work; for verily those shall be fed who trust in the Lord and do good. It is encouraging to Christ’s ministers, whom he hath made fishers of men, that they may depend upon him who employs them to provide for them” (= kita bisa dihibur dalam kejadian / contoh tentang perhatian / pemeliharaan Kristus kepada murid-muridNya; Ia mempunyai hal-hal untuk menyuplai semua kebutuhan kita, dan tahu hal-hal apa yang kita perlukan. Ia dengan baik menyediakan untuk nelayan-nelayan itu, pada waktu mereka datang dengan lelah dari pekerjaan mereka; karena pastilah mereka akan diberi makan, yaitu mereka yang percaya kepada Tuhan dan berbuat baik. Merupakan sesuatu yang menguatkan bagi pelayan-pelayan Kristus, yang telah Ia jadikan penjala manusia, bahwa mereka bisa bergantung kepadaNya yang mempekerjakan mereka untuk menyediakan untuk mereka).
Yohanes 21: 10-11: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.’ Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”.
1) Penafsiran simbolis.
a) Tentang bilangan 153.
Barclay memberikan penafsiran-penafsiran dari orang-orang tertentu tentang bilangan 153 ini:
1. Cyril of Alexandria mengatakan bahwa bilangan 153 terdiri dari:
· bilangan 100 yang merupakan simbol ‘the fullness of the Gentiles’ (= kepenuhan orang-orang non Yahudi) yang akan dikumpulkan kepada Kristus.
· bilangan 50 yang merupakan simbol dari sisa Israel yang akan dikumpulkan.
· bilangan 3 menunjuk kepada Allah Tritunggal.
2. Agustinus mengatakan bahwa bilangan 10 menunjuk kepada hukum Taurat, karena ada 10 hukum. Dan bilangan 7 adalah bilangan dari kasih karunia karena karunia-karunia dari Roh ada ‘sevenfold’ (= berlipat 7). Dan 10 + 7 = 17; dan 153 merupakan jumlah dari bilangan 1 s/d 17. Jadi 153 merupakan jumlah dari semua orang yang digerakkan oleh hukum Taurat maupun oleh kasih karunia untuk datang kepada Yesus Kristus.
Ada juga yang menganggap bahwa bilangan 17 ini berasal dari cerita Yesus memberi makan 5000 orang, karena di sana Yesus menggunakan 5 roti, dan sisanya ada 12 bakul, dan 5 + 12 = 17 (Word Biblical Commentary).
3. Jerome mengatakan bahwa di laut ada 153 jenis ikan yang berbeda-beda; dan penangkapan itu mencakup setiap jenis ikan; dan karena itu bilangan tersebut menyimbolkan bahwa semua orang dari segala bangsa akan dikumpulkan kepada Yesus Kristus.
Tanggapan: ini jelas salah karena jumlah jenis ikan pasti jauh lebih banyak dari 153.
William Hendriksen juga menunjukkan adanya penafsiran-penafsiran yang aneh berkenaan dengan hal ini:
1. Ikan-ikan itu tidak dihitung sampai mereka tiba di darat, dan ini diartikan bahwa orang-orang pilihan tidak diketahui jumlahnya sampai kita tiba di surga.
2. Ada hubungan dengan Mat 13:47-48, dan ini menunjukkan bahwa semua jenis manusia akan diselamatkan.
Mat 13:47-48 - “(47) ‘Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. (48) Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang”.
3. Ada referensi pada saat yang penting dalam sejarah, yaitu tahun 153 M. tetapi saya tidak tahu saat penting apa yang dimaksudkan.
4. Dalam abjad Ibrani ini merupakan bilangan yang sama dengan bilangan dari kata-kata ‘Simon Iona’.
Penafsiran-penafsiran aneh yang lain:
1. 153 = 122 + 32.
Dimana 12 merupakan jumlah dari rasul, dan 3 menunjuk kepada pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal (lihat F. F. Bruce, hal 401).
2. Ada yang menghubungkan bilangan 153 ini dengan bilangan 153.600 yang merupakan jumlah orang-orang asing laki-laki pada jaman Salomo (2Taw 2:17).
Tetapi bagaimana dengan kelebihan 600nya?
b) Tentang jala.
Masih ada lagi arti simbolis berkenaan dengan jala yang dipakai, dimana jala menunjuk kepada Gereja.
Barclay: “The net stands for the Church; and there is room in the Church for all men of all nations. Even if they all come in, she is big enough to hold them all. Here John is telling us in his own vivid yet subtle way of the universality of the Church. There is no kind of exclusiveness in her, no kind of colour bar of selectiveness. The embrace of the Church is as universal as the love of God in Jesus Christ” (= Jala berarti Gereja; dan ada ruangan / tempat dalam Gereja untuk semua orang dari semua bangsa. Bahkan jika mereka semua masuk, Gereja itu cukup besar untuk menampung mereka semua. Di sini Yohanes menceritakan kepada kita dalam caranya sendiri yang hidup tapi halus / tak kentara tentang keuniversalan dari Gereja. Tidak ada jenis pemisahan dalam Gereja, tak ada penyeleksian berdasarkan warna. Pelukan Gereja adalah sama universalnya seperti kasih Allah dalam Yesus Kristus) - hal 284.
2) Penolakan terhadap penafsiran simbolis.
Para penafsir di bawah ini menolak arti simbolis dari bagian ini.
F. F. Bruce: “But if there is any symbolism in the number (and the narrative does not indicate that there is), it must bear some relation to the subject-matter of the context” [= Tetapi jika di sana ada arti simbolis dalam bilangan (dan cerita ini tidak menunjukkan bahwa hal itu ada), maka arti itu harus mengandung suatu hubungan dengan pokok persoalan dari kontext] - hal 401.
Barnes’ Notes: “The number is mentioned because it seems to have been a very unusual draught, and it was particularly gratifying and striking to them after they had spent the whole night and had caught nothing” (= Bilangannya disebutkan karena itu kelihatannya merupakan suatu hasil penjalaan yang luar biasa, dan itu secara khusus memuaskan dan menyolok bagi mereka setelah mereka menghabiskan seluruh malam dan tidak menangkap apa-apa).
Calvin: “As to the number of the fishes, we ought not to look for any deep mystery in it” (= Berkenaan dengan jumlah ikan, kita tidak seharusnya mencari misteri yang dalam di dalamnya) - hal 286.
Leon Morris (NICNT): “Temple says forthrightly, ‘It is perverse to seek a hidden meaning in the number; it is recorded because it was found to be the number when the count was made.’” (= Temple berkata dengan terus terang, ‘Adalah menyimpang / sesat untuk mencari suatu arti tersembunyi dalam bilangan ini; itu dicatat karena itu ditemukan sebagai jumlah yang didapatkan pada waktu perhitungan dilakukan) - hal 866.
Saya setuju dengan pandangan kedua ini. Tidak ada arti simbolis apapun dalam bilangan 153 itu.
Yohanes 21: 12-13: “(12) Kata Yesus kepada mereka: ‘Marilah dan sarapanlah.’ Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepadaNya: ‘Siapakah Engkau?’ Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. (13) Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu”.
Matthew Henry: “Christ himself began. Though, perhaps, having a glorified body, he needed not eat, yet he would show that he had a true body, which was capable of eating. The apostles produced this as one proof of his resurrection, that they had eaten and drank with him, Acts 10:41” (= Kristus sendiri mulai. Sekalipun mungkin karena Ia mempunyai tubuh yang dimuliakan, Ia tidak perlu makan, tetapi Ia mau menunjukkan bahwa Ia mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, yang mempunyai kemampuan untuk makan. Sang rasul memperlihatkan ini sebagai satu bukti dari kebangkitanNya, bahwa mereka telah makan dan minum dengan Dia, Kis 10:41).
Kis 10:41 - “bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Barnes’ Notes: “It is not said that Jesus himself ate with them, but he gave them food” (= Tidak dikatakan bahwa Yesus sendiri makan dengan mereka, tetapi Ia memberikan mereka makanan).
Memang dilihat dari text ini, sebetulnya tak terlihat bahwa Yesus sendiri makan. Jadi Kis 10:41 itu mungkin bukan menunjuk kepada peristiwa ini, tetapi kepada peristiwa dalam Luk 24:41-43 atau dalam Kis 1:4.
Luk 24:41-43 - “(41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.
Kis 1:4a - “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, ...”.
Yohanes 21: 14: “Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Hanya 3 x? Tidak!
Adam Clarke: “‘This is now the third time.’ That is, this was the third time he appeared unto the apostles, when all or most of them were together. He appeared to ten of them, John 20:19; again to eleven of them, John 20:26; and at this time to seven of them, John 21:2. But, when the other evangelists are collated, we shall find that this was the seventh time in which he had manifested himself after he arose from the dead” (= ‘Itulah ketiga kalinya’. Yaitu, ini adalah ketiga-kalinya Ia menampakkan diri kepada rasul-rasul, dimana semua atau kebanyakan dari mereka ada bersama-sama. Ia menampakkan diri kepada 10 dari mereka, Yoh 20:19; lagi kepada 11 dari mereka, Yoh 20:26; dan pada saat ini kepada 7 dari mereka, Yoh 21:2. Tetapi, pada waktu penginjil-penginjil yang lain disatukan, kita akan mendapatkan bahwa ini adalah kali yang ke 7 dalam mana Ia telah menyatakan diriNya sendiri setelah Ia bangkit dari orang mati).
Adam Clarke: “1) He appeared to Mary of Magdala, Mark 16:9; John 20:15-16. 2) To the holy women who came from the tomb, Matt. 28:9. 3) To the two disciples who went to Emmaus, Luke 24:13, etc. 4) To Peter alone, Luke 24:34. 5) To the ten, in the absence of Thomas, John 20:19. 6) Eight days after to the eleven, Thomas being present, John 21:26. 7) To the seven, mentioned in John 21:2 of this chapter; which was between the eighth and fortieth day after his resurrection. Besides these seven appearances, he showed himself, 8) To the disciples on a certain mountain in Galilee, Matt. 28:16. 9) If the appearance mentioned by Paul, 1 Cor. 15:6, to upwards of 500 brethren at once - if this be not the same with his appearance on a mountain in Galilee, it must be considered the ninth. 10) According to the same apostle, he was seen of James, 1 Cor. 15:7, which may have been the tenth appearance. 11) And, after this, to all the apostles, when, at Bethany, he ascended to heaven in their presence. See Mark 16:19-20; Luke 24:50-53; Acts 1:3-12; 1 Cor. 15:7. This appears to have been the eleventh time in which he distinctly manifested himself after his resurrection. But there might have been many other manifestations, which the evangelists have not thought proper to enumerate, as not being connected with anything of singular weight or importance” [= 1) Ia menampakkan diri kepada Maria Magdalena, Mark 16:9; Yoh 20:15-16. 2) Kepada perempuan-perempuan kudus yang datang dari kubur, Mat 28:9. 3) Kepada 2 murid yang pergi ke Emaus, Luk 24:13, dsb. 4) Kepada Petrus sendirian, Luk 24:34. 5) Kepada 10 rasul, dengan absennya Tomas, Yoh 20:19. 6) Delapan hari setelahnya kepada 11 rasul, dengan hadirnya Tomas, Yoh 21:26. 7) Kepada 7 murid, disebutkan dalam Yoh 21:2 dari pasal ini; yang ada di antara hari ke 8 dan 40 dari kebangkitanNya. Disamping ketujuh penampakan ini, Ia menunjukkan diriNya sendiri, 8) Kepada murid-murid pada suatu gunung tertentu di Galilea, Mat 28:16. 9) Jika penampakan yang disebutkan oleh Paulus, 1Kor 15:6, kepada lebih dari 500 saudara sekaligus - jika ini tidak sama dengan penampakanNya pada suatu gunung di Galilea, itu harus dianggap sebagai yang ke 9. 10) Menurut rasul yang sama, ia terlihat oleh Yakobus, 1Kor 15:7, yang mungkin merupakan penampakan yang ke 10. 11) Dan, setelah ini, kepada semua rasul, dimana, di Betania, Ia naik ke surga di hadapan mereka. Lihat Mark 16:19-20; Luk 24:50-53; Kis 1:3-12; 1Kor 15:7. Ini kelihatannya merupakan kali yang ke 11 dalam mana Ia secara jelas menyatakan diriNya sendiri setelah kebangkitanNya. Tetapi bisa juga ada manifestasi-manifestasi yang lain, yang oleh penginjil-penginjil dianggap tidak tepat / sesuai untuk disebutkan satu per satu, karena tidak berhubungan dengan apapun yang mempunyai bobot dan kepentingan yang luar biasa].
Jadi, setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri banyak kali, sedikitnya 11 x, dan itu memberikan bukti yang meyakinkan bahwa Ia memang bangkit dari antara orang mati.
Bdk. Kis 1:3 - “Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah”.
NIV: ‘After his suffering, he showed himself to these men and gave many convincing proofs that he was alive. He appeared to them over a period of forty days and spoke about the kingdom of God’ (= Setelah penderitaanNya, Ia menunjukkan diriNya sendiri kepada orang-orang ini dan memberikan banyak bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Ia hidup. Ia menampakkan kepada mereka selama 40 hari dan berbicara tentang Kerajaan Allah).
KJV/Lit: ‘To whom also he shewed himself alive after his passion by many infallible proofs, being seen of them forty days, and speaking of the things pertaining to the kingdom of God’ (= Kepada siapa Ia juga menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah penderitaanNya oleh / dengan banyak bukti-bukti yang tidak bisa salah, karena Ia terlihat oleh mereka selama 40 hari, dan berbicara kepada mereka tentang hal-hal yang berkenaan dengan kerajaan Allah).
-o0o-
Yohanes 21:15-19
Yohanes 21: 15: “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
1) “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’”.
a) ‘Simon, anak Yohanes’.
KJV: ‘Simon, son of Jonas’ (= Simon, anak Yonas).
NIV: ‘Simon, son of John’ (= Simon, anak Yohanes).
Bdk. Mat 16:17 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.
Di sini, dan juga dalam Yoh 1:42, ia disebut ‘Simon anak Yohanes’, tetapi dalam Mat 16:17 ia disebut ‘Simon bin Yunus’. Apakah bagian-bagian ini bertentangan / kontradiksi? Sebetulnya tidak, karena dalam Mat 16:17 itu kata yang diterjemahkan ‘bin Yunus’ adalah BARIONA, dimana kata BAR berarti ‘bin’ (= anak dari), sedangkan kata IONA merupakan singkatan dari nama ‘Yohanes’, ayah Simon. Jadi, kata ‘Yunus’ itu sebetulnya salah terjemahan.
b) ‘apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini’.
NIV/NASB: ‘more than these’ (= lebih dari ini).
Kata ‘these’ ini bisa menunjuk kepada ikan-ikan dan pekerjaan menjala ikan, atau kepada para murid yang lain.
Jadi pertanyaan ini mempunyai 3 kemungkinan arti:
1. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari perahu, jala, seluruh pekerjaan memancing ini?
2. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi murid-muridKu yang lain?
3. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada murid-murid yang lain mengasihi Aku?
Matthew Henry: “Those do not love Christ aright that do not love him better than the best friend they have in the world, and make it to appear whenever they stand in comparison or in competition. Or, ‘more than thou lovest these things, these boats and nets - more than all the pleasure of fishing, which some make a recreation of - more than the gain of fishing, which others make a calling of.’ Those only love Christ indeed that love him better than all the delights of sense and all the profits of this world. ... So Dr. Whitby” (= Mereka tidak mengasihi Kristus dengan benar jika mereka tidak mengasihi Dia lebih dari teman terbaik yang mereka punyai di dunia ini, dan membuatnya tampak / kelihatan pada waktu kedua hal itu diperbandingkan atau dipertandingkan. Atau, ‘lebih dari engkau mengasihi hal-hal ini, perahu dan jala ini - lebih dari semua kesenangan memancing / menjala, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai rekreasi - lebih dari keuntungan dari memancing / menjala, yang sebagian orang membuatnya sebagai pekerjaan’. Memang mereka hanya mengasihi Kristus jika mereka mengasihi Dia lebih dari semua kesenangan dan semua keuntungan dunia ini. ... Demikianlah Dr. Whitby).
Tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa arti ketigalah yang dimaksudkan, mengingat bahwa dulu ia menganggap diri lebih dari yang lain (Mat 26:33). Sekarang ia tidak lagi berani bersikap demikian, karena ia hanya menjawab tanpa membandingkan kasihnya dengan kasih dari murid-murid yang lain: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’.
Barnes’ Notes: “The word ‘these’ may be in the neuter gender, and refer to ‘these things’ - his boat, his fishing utensils, and his employments; or it may be in the masculine, and refer to the apostles. In the former sense it would mean, ‘Lovest thou me more than thou lovest these objects? Art thou now willing, from love to me, to forsake all these, and go and preach my gospel to the nations of the earth?’ In the other sense, which is probably the true sense, it would mean, ‘Lovest thou me more than these other apostles love me?’ In this question Jesus refers to the profession of superior attachment to him which Peter had made before his death - Matt. 26:33” (= Kata ‘these’ bisa ada dalam jenis kelamin netral, dan menunjuk kepada ‘hal-hal ini’ - perahunya, peralatan memancingnya, dan pekerjaannya; atau kata itu bisa ada dalam jenis kelamin laki-laki, dan menunjuk kepada rasul-rasul. Dalam arti yang pertama artinya adalah: ‘Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi benda-benda ini? Apakah engkau mau, dari kasih kepadaKu, untuk meninggalkan semua ini, dan pergi dan memberitakan InjilKu kepada bangsa-bangsa di bumi?’. Dalam arti yang satunya, yang mungkin merupakan arti yang benar, itu berarti: ‘Apakah engkau mengasihiKu lebih dari pada rasul-rasul yang lain ini mengasihiKu?’. Dalam pertanyaan ini Yesus menunjuk pada pengakuan kasih yang lebih tinggi kepadaNya yang Petrus buat sebelum kematianNya - Mat 26:33).
Bdk. Mat 26:33 - “Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’”.
Wycliffe Bible Commentary: “Some understand ‘these’ to refer to the paraphernalia of fishing. If this were so, Peter could have answered without any evasion and without the use of a different word for ‘love’ than Jesus used. The very fact that Jesus probed Peter’s love in the presence of his brethren suggests that the others were involved. Peter had boasted that he would remain loyal even if the others did not (Mk 14:29)” [= Sebagian orang menganggap bahwa kata ‘these’ menunjuk kepada perlengkapan memancing / menjala. Seandainya ini yang dimaksudkan, Petrus bisa menjawab tanpa menghindar dan tanpa menggunakan kata yang berbeda untuk ‘mengasihi’ dari pada kata yang digunakan oleh Yesus. Fakta bahwa Yesus memeriksa / menyelidiki kasih Petrus di depan saudara-saudaranya menunjukkan bahwa mereka terlibat. Petrus pernah membanggakan bahwa ia akan tetap setia sekalipun yang lain tidak (Mark 14:29)].
Mark 14:29 - “Kata Petrus kepadaNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.’”.
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan dari kata-kata penafsir ini:
· yang ia maksudkan dengan ‘menghindar’ adalah bahwa dalam jawabannya Petrus menghindari perbandingan. Jadi, ia tidak mengatakan, ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau lebih dari mereka’. Penghindaran ini pasti tidak dibutuhkan seandainya Yesus memang membandingkan kasih Petrus kepadaNya dengan kasih Petrus pada pekerjaan memancing.
· Kata Yunani untuk ‘mengasihi’ yang digunakan oleh Yesus pada waktu bertanya, adalah AGAPAO, sedangkan kata Yunani yang digunakan oleh Petrus pada waktu menjawab adalah PHILEO. Ada penafsir-penafsir yang membedakan kedua kata ini dan mengatakan bahwa AGAPAO adalah jenis kasih yang lebih tinggi dari PHILEO, dan mereka berkata bahwa Petrus tak berani menggunakan kata AGAPAO. Penafsir di atas ini juga berpandangan demikian, dan ia menggunakan hal ini sebagai argumentasi. Seandainya Yesus bertanya dalam arti no 1. maka Petrus tak perlu menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan kata yang digunakan oleh Yesus.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Petrus tak berani membandingkan kasihnya kepada Yesus dengan kasih dari murid-murid yang lain kepada Yesus.
Barnes’ Notes: “Peter now made no pretensions to love superior to his brethren. His sad denial had convinced him of the folly of that claim; but still he could appeal to the Searcher of the heart, and say that he knew that he loved him. Here is the expression of a humbled soul - soul made sensible of its weakness and need of strength, yet with evidence of true attachment to the Saviour. It is not the most confident pretensions that constitute the highest proof of love to Christ; and the happiest and best state of feeling is when we can with humility, yet with confidence, look to the Lord Jesus and say, ‘Thou knowest that I love thee.’” (= Sekarang Petrus tidak menganggap kasihnya lebih tinggi dari kasih saudara-saudaranya. Penyangkalannya yang menyedihkan telah meyakinkan dia tentang kebodohan dari claim tersebut; tetapi ia tetap dapat naik banding kepada Penyelidik hati, dan berkata bahwa Ia tahu bahwa ia mengasihiNya. Inilah ungkapan dari suatu jiwa yang telah direndahkan - jiwa yang menjadi sadar tentang kelemahannya dan kebutuhannya akan kekuatan, tetapi dengan bukti dari kasih yang sejati kepada sang Juruselamat. Bukan anggapan yang paling yakin yang merupakan bukti tertinggi dari kasih kepada Kristus; dan keadaan perasaan yang paling berbahagia dan terbaik adalah pada waktu kita bisa dengan rendah hati, tetapi dengan yakin, memandang kepada Tuhan Yesus dan berkata: ‘Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau’.).
b) Untuk kata ‘mengasihi’ Petrus menggunakan kata Yunani PHILEO yang berbeda dengan kata ‘mengasihi’ yang Yesus gunakan pada waktu bertanya (AGAPAO).
Banyak penafsir yang sangat membedakan kata AGAPAO (kata bendanya AGAPE), dengan kata PHILEO (kata bendanya PHILIA).
A. T. Robertson: “Peter makes no claim here to superior love and passes by the ‘more than these’ and does not even use Christ’s word agapaoo for high and devoted love, but the humbler word fileoo for love as a friend” (= Di sini Petrus tidak membuat claim tentang kasih yang lebih tinggi dan melewati ‘lebih dari ini’ dan bahkan tidak menggunakan kata dari Kristus AGAPAO untuk kasih yang tinggi dan penuh dedikasi, tetapi kata yang lebih rendah hati PHILEO untuk kasih sebagai seorang sahabat).
A. T. Robertson: “These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved” (= Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan).
Tetapi ada juga penafsir-penafsir, seperti Leon Morris (hal 871-873), F. F. Bruce (hal 405), dan penafsir dari Word Biblical Commentary, yang menganggap bahwa kedua kata ini tak terlalu berbeda artinya, mengingat:
1. Dalam LXX kedua kata itu digunakan secara interchangeable (dapat dibolak-balik).
Contoh: dalam Kej 37:3 kasih Yakub kepada Yusuf digambarkan menggunakan kata AGAPAO, tetapi dalam Kej 37:4 hal yang sama digambarkan dengan kata PHILEO.
Kej 37:3-4 - “(3) Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. (4) Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah”.
2. Kata AGAPAO tidak harus menunjuk kepada kasih Allah / kasih yang lebih tinggi dan sebagainya. Kata itu hanya menunjuk pada kasih yang lebih tinggi kalau kontextnya jelas menunjukkan hal itu. Dalam 2Tim 4:10 ‘kasih Demas kepada dunia’ digambarkan dengan kata AGAPAO, dan ini tidak mungkin menunjuk kepada kasih yang lebih tinggi / kasih Allah dan sebagainya.
2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.
3. Yohanes sendiri menggunakan kedua kata itu secara interchangeable (dapat dibolak-balik) untuk menggambarkan:
a. Dirinya sendiri sebagai ‘murid yang dikasihi Yesus’; dalam Yoh 13:23; 19:26; 21:7,20 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 20:2 ia menggunakan PHILEO.
Leon Morris (NICNT): “Barrett reminds us that the Beloved Disciple is several times called o[n h]gapa and once o[n e]filei (20:2) and proceeds, ‘it is highly improbable that there were two ‘beloved disciples’, one loved in a rather better way than the other” [= Barrett mengingatkan kita bahwa Murid yang dikasihi beberapa kali disebut o[n h]gapa / HON EGAPA dan satu kali o[n e]filei / HON EPHILEI (20:2) dan melanjutkan: ‘adalah sangat tidak mungkin bahwa di sana ada 2 murid yang dikasihi, yang satu dikasihi dengan cara yang lebih baik dari pada yang lain] - hal 873 (footnote).
b. Kasih Bapa kepada Anak; dalam Yoh 3:35 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 5:20 ia menggunakan PHILEO.
Yoh 3:35 - “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya”.
Yoh 5:20 - “Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran”.
c. Kasih Allah kepada manusia; dalam Yoh 3:16 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
d. Kasih Yesus kepada manusia; dalam Yoh 11:3 ia menggunakan PHILEO, sedangkan dalam Yoh 11:5 ia menggunakan AGAPAO:
Yoh 11:3,5 - “(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.’ ... (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus”.
e. Kasih manusia kepada manusia; dalam Yoh 13:34 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 15:19 ia menggunakan PHILEO:
Yoh 13:34 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”.
Yoh 15:19 - “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Catatan: yang ini rasanya kurang cocok, karena Yoh 15:19 mempersoalkan kasih dari orang-orang dunia.
f. Kasih manusia kepada Yesus; dalam Yoh 8:42 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yoh 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.
Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
Sebagai tambahan argumentasi, perhatikan komentar F. F. Bruce dan Word Biblical Commentary di bawah ini.
F. F. Bruce: “Stylistically, this interchange between the Lord and his disciple is interesting because of the use of synonyms. Two words for ‘love’ are used (agapao and phileo), two words for tending the flock (bosko and poimaino), two for the flock itself (arnia and probatia) and two for ‘know’ (oida and ginosko). This interplay of synonyms is a feature of the writer’s Greek; it can hardly represent a comparable variation of vocabulary in the language which Jesus and Peter probably spoke” [= Dalam hal gaya, percakapan antara Tuhan dan muridNya ini menarik karena penggunaan sinonim / kata-kata yang sama artinya. Dua kata untuk ‘mengasihi’ digunakan (AGAPAO dan PHILEO), dua kata untuk ‘menggembalakan’ kawanan domba (BOSKO dan POIMAINO), dua kata untuk ‘kawanan domba’ itu sendiri (ARNIA dan PROBATIA) dan dua kata untuk ‘tahu’ (OIDA dan GINOSKO). Sinonim-sinonim yang saling mempengaruhi ini merupakan suatu ciri / keistimewaan dari bahasa Yunani sang penulis; itu tidak bisa menunjukkan variasi perbendaharaan kata yang sama dalam bahasa yang mungkin digunakan oleh Yesus dan Petrus] - hal 404.
Bagian yang saya garis bawahi itu mungkin berarti bahwa dalam pembicaraan asli antara Yesus dan Petrus, yang mungkin dilakukan dalam bahasa Aramaic, tidak akan ada penggunaan sinonim-sinonim seperti yang digunakan oleh Yohanes pada waktu menuliskannya dalam bahasa Yunani.
Hal yang kurang lebih sama dinyatakan oleh Word Biblical Commentary, yang berkata sebagai berikut: “Bernard examined the use of the two verbs in the Fourth Gospel and concluded that whatever distinction they may have had elsewhere, in the Gospel they are synonymous. Both terms are used of God’s love for man (3:16; 16:27), of the Father’s love for the Son (3:35; 5:20), of Jesus’ love for men (11:5; 11:3), of the love of men for men (13:34; 15:19), and of the love of men for Jesus (8:42; 16:27). ... So also in vv 15–17, apart from the use of the two verbs for love, we find two verbs used for the shepherd’s care for his sheep, ... and two or even three nouns for the sheep, ... It is difficult to believe that the author intended any distinction of meaning in these varied verbs and nouns; the same applies to the two verbs for love” [= Bernard memeriksa penggunaan dari kedua kata kerja dalam Injil keempat dan menyimpulkan bahwa apapun perbedaan yang dipunyai oleh kedua kata kerja itu di tempat lain, dalam Injil ini kedua kata kerja itu sinonim. Kedua istilah itu digunakan untuk kasih Allah kepada manusia (3:16; 16:27), untuk kasih Bapa kepada Anak (3:35; 5:20), untuk kasih Yesus kepada manusia (11:5; 11:3), untuk kasih manusia kepada manusia (13:34; 15:19), dan untuk kasih manusia kepada Yesus (8:42; 16:27). ... Demikian juga dalam ay 15-17, terpisah dari penggunaan dari dua kata kerja untuk kasih, kita mendapatkan dua kata kerja digunakan untuk pemeliharaan / perhatian gembala kepada domba-dombanya, ... dan dua atau bahkan tiga kata benda untuk domba, ... Adalah sukar untuk percaya bahwa sang pengarang memaksudkan perbedaan arti apapun dalam kata-kata kerja dan kata-kata benda yang bervariasi ini; dan hal yang sama berlaku terhadap kedua kata kerja untuk ‘mengasihi’].
Saya berpendapat argumentasi ini kuat sekali. Pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘menggembalakan’, dan 2 kata benda untuk ‘domba’, dan 2 kata kerja untuk ‘tahu / mengetahui’, rasanya kita tidak mungkin menafsirkan adanya perbedaan arti antara kata-kata tersebut (sekalipun memang ada penafsir-penafsir yang melakukan pembedaan seperti itu). Jadi, pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘mengasihi’ kita juga tidak boleh menafsirkan adanya perbedaan arti dari kedua kata tersebut.
William Hendriksen (hal 494-500, footnote) memberikan penjelasan yang sangat banyak, mendalam, dan mendetail dalam persoalan ini, dan ia menyimpulkan bahwa ada sedikit perbedaan antara AGAPAO dan PHILEO tersebut.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
a) ‘domba-dombaKu’.
1. Perhatikan kata ‘Ku’.
Pulpit Commentary: “Let the pastor ever remember that the sheep are not his own, but Christ’s. Although he is the shepherd, the provider, and the feeder, yet he is not the owner. Their owner is Christ” (= Hendaklah setiap pendeta selalu ingat bahwa domba-domba itu bukanlah miliknya sendiri, tetapi milik Kristus. Sekalipun ia adalah gembala, penyedia / pemelihara, dan pemberi makan, tetapi ia bukanlah pemilik. Pemilik mereka adalah Kristus) - hal 525.
Orang kristen bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi kata-kata ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ yang sering diucapkan oleh banyak pendeta, merupakan sesuatu yang ngawur!
Banyak pendeta yang buka gereja seperti buka warung, karena mereka menganggap pendeta / gereja lain (yang benar) sebagai saingan, bukan sebagai rekan sekerja. Mereka tak peduli kalau ada tempat ibadah agama lain yang dibuka, atau kalau ada night club, bar dsb, yang dibuka, tetapi mereka marah kalau ada gereja baru dibuka di dekat gereja mereka. Pendeta-pendeta seperti ini perlu mencamkan bagian ini! Mereka bukan pemilik domba. Kristuslah pemilik domba. Kalau domba pindah gereja dari gereja mereka ke gereja lain, tetapi tetap ikut Kristus, itu sebetulnya bukan masalah.
2. Kata ‘domba’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ARNIA.
A. T. Robertson: “ARNIA is a diminutive of ARNOS (lamb)” [= Kata ARNIA adalah bentuk lebih kecil dari kata ARNOS (domba kecil)] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Jadi, kata yang diterjemahkan ‘domba’ di sini secara hurufiah berarti ‘lambs’ (= anak-anak domba / domba-domba kecil).
Pulpit Commentary menekankan perbedaan ini dan menekankan perlunya memperhatikan dan memberi makan petobat-petobat baru dan anak-anak kecil dalam gereja. Tetapi saya sangat meragukan apakah perbedaan itu harus ditekankan seperti ini.
b) Setelah menanyakan tentang kasih Petrus kepadaNya, baru Kristus menyuruh dia untuk menggembalakan domba-dombaNya. Ini menunjukkan bahwa:
1. Kasih kepada Kristus mempunyai konsekwensi.
Barclay: “We must note what love brought Peter. (a) It brought him a task. ‘If you love me,’ Jesus said, ‘then give your life to shepherding the sheep and the lambs of my flock.’ We can prove that we love Jesus only by loving others. Love is the greatest privilege in the world, but it brings the greatest responsibility. (b) It brought Peter a cross. ... Love always involves responsibility, and it always involves sacrifice. We do not really love Christ unless we are prepared to face his task and take up his Cross” [= Kita harus memperhatikan apa yang dibawa oleh kasih itu kepada Petrus. (a) Kasih itu membawa suatu tugas kepadanya. ‘Jika engkau mengasihi Aku’, kata Yesus, ‘maka berikanlah hidupmu untuk menggembalakan domba-domba dan anak-anak domba dari kawanan dombaKu’. Kita bisa membuktikan bahwa kita mengasihi Kristus, hanya dengan kita mengasihi orang-orang lain. Kasih merupakan hak terbesar dalam dunia ini, tetapi itu membawa tanggung jawab yang terbesar. (b) Kasih itu membawa salib kepada Petrus. ... Kasih selalu melibatkan tanggung jawab, dan kasih selalu melibatkan pengorbanan. Kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Kristus kecuali kita siap untuk menghadapi tugasNya dan memikul salibNya] - hal 286.
2. Kasih kepada Kristus merupakan syarat mutlak bagi seorang gembala / pendeta.
Leon Morris (NICNT): “the one thing about which Jesus questions Peter prior to commissioning him to tend the flock is love. This is the basic qualification for Christian service. Other qualities may be desirable but love is completely indispensable (cf. 1Cor. 13:1-3)” [= satu hal tentang mana Yesus menanyai Petrus sebelum menugaskannya untuk mengurus / merawat / memelihara kawanan domba adalah kasih. Ini merupakan persyaratan dasar untuk pelayanan Kristen. Kwalitet-kwalitet yang lain bisa diinginkan / diperlukan tetapi kasih merupakan sesuatu yang sepenuhnya diperlukan secara mutlak (bdk. 1Kor 13:1-3)] - hal 875.
Catatan: kasih yang dibicarakan di sini adalah kasih kepada Yesus, sedangkan kasih yang dibicarakan dalam 1Kor 13 sebetulnya merupakan kasih kepada sesama (ini terlihat dengan jelas kalau saudara membaca 1Kor 13:4-7). Jadi sebetulnya tidak cocok kalau di sini digunakan 1Kor 13:1-3. Tetapi pada sisi yang lain, memang kasih kepada Allah / Yesus berhubungan dengan kasih kepada sesama.
Calvin: “By these words Christ means that no man can faithfully serve the Church, and employ himself in feeding the flock, if he do not look higher than to men. First, the office of feeding is in itself laborious and troublesome; since nothing is more difficult than to keep men under the yoke of God, among whom there are many who are weak, others who are wanton and unsteady, others who are dull and sluggish, and others who are slow and unteachable. Satan now brings forward as many causes of offence as he can, that he may destroy or weaken the courage of a good pastor. In addition to this, we must take into account the ingratitude of many and other causes of disgust. No man, therefore, will steadily persevere in the discharge of this office, unless the love of Christ shall reign in his heart, in such manner that forgetful of himself and devoting entirely to Christ, he overcomes every obstacle” (= Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa tidak ada orang yang bisa dengan setia melayani Gereja, dan bekerja dalam pemberian makan kawanan domba, jika ia tidak melihat lebih tinggi dari pada kepada manusia. Pertama, tugas pemberian makan itu sendiri sulit / membutuhkan banyak tenaga dan menyusahkan; karena tidak ada yang lebih sukar dari pada menjaga / memelihara / menahan manusia di bawah kuk dari Allah, diantara mana ada banyak yang lemah, dan yang lain yang ceroboh / sembarangan dan tidak stabil / mudah terombang-ambing, dan yang lain lagi yang bodoh dan tak bersemangat, dan yang lain lagi yang lamban dan tak bisa diajar. Setan mengajukan hal-hal yang menyakitkan hati / menyandungi sebanyak yang ia bisa, supaya ia bisa menghancurkan atau melemahkan keberanian / keteguhan hati / semangat dari seorang gembala / pendeta yang baik. Sebagai tambahan terhadap hal ini, kita harus memperhitungkan sikap tidak tahu terima kasih dari banyak orang dan penyebab-penyebab ketidak-senangan yang lain. Karena itu, tidak ada orang yang akan bertekun secara stabil dalam pelaksanaan tugas ini, kecuali kasih kepada Kristus bertakhta dalam hatinya, dengan cara sedemikian rupa sehingga dengan melupakan dirinya sendiri dan sepenuhnya membaktikan diri kepada Kristus, ia mengatasi setiap rintangan) - hal 288.
Sekalipun hal ini terutama berlaku untuk pendeta / gembala, tetapi saya percaya ini juga berlaku untuk guru-guru Sekolah Minggu, dan pelayan-pelayan Tuhan yang lain. Ingat juga bahwa sebetulnya setiap orang kristen mempunyai tugas penggembalaan, yaitu tugas untuk mengarahkan dan mendorong dan bahkan mengajar orang-orang kristen lain di sekitarnya ke arah yang benar. Sedangkan bagi orang-orang yang menyesatkan, Yesus memberikan ancaman yang mengerikan bagi mereka.
Bdk. Mat 18:6 - “‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
Kata ‘barangsiapa’ ini jelas mencakup semua orang. Dan ‘menyesatkan’ bisa dilakukan dengan:
· mengajarkan ajaran sesat.
· tidak ‘menjaga mimbar’ dari ajaran sesat dan nabi-nabi palsu.
· tindakan kita yang berdosa, yang menjadi batu sandungan bagi orang-orang sehingga tersesat.
· dengan membiarkan saja seseorang yang sedang tersesat.
Matthew Henry: “Before Christ would commit his sheep to his care, he asked him, Lovest thou me? Christ has such a tender regard to his flock that he will not trust it with any but those that love him, and therefore will love all that are his for his sake” (= Sebelum Kristus menyerahkan domba-dombaNya kepada pemeliharaannya, Ia menanyainya, Apakah engkau mengasihi Aku? Kristus mempunyai perhatian / perasaan yang begitu lembut kepada kawanan dombaNya sehingga Ia tidak akan mempercayakannya kepada siapapun kecuali mereka yang mengasihi Dia, dan karena itu akan mengasihi semua yang adalah milikNya demi Dia).
Mungkin saudara bertanya: ‘Lalu mengapa ada nabi-nabi palsu yang diikuti banyak orang? Mengapa Kristus membiarkan domba-dombaNya berada dalam bimbingan nabi-nabi palsu?’. Saya menjawab: ‘Mereka bukan domba-domba. Kalau mereka mengikuti nabi palsu, mereka adalah kambing-kambing’. Mereka tidak mencari kebenaran, sehingga Kristus membiarkan mereka untuk disesatkan.
3. Kristus tetap adalah Gembala yang sesungguhnya dari gereja / orang-orang kristen.
Calvin: “Christ is the only ‘Pastor’ or ‘Shepherd’ of the Church. ... But because he employs the agency of men in preaching doctrine, he conveys to them also his own name, or, at least, shares it with them. Those men, therefore, are reckoned to be ‘Pastors’ in the sight of God, who governs the Church by the ministry of the word under Christ, who is their Head” (= Kristus adalah satu-satunya ‘Pendeta’ atau ‘Gembala’ dari Gereja. ... Tetapi karena Ia menggunakan perantara manusia dalam memberitakan ajaranNya, Ia juga memberikan kedudukanNya sendiri kepada mereka, atau sedikitnya, membaginya dengan mereka. Karena itu, orang-orang itu dianggap sebagai ‘Pendeta-pendeta’ dalam pandangan Allah, yaitu mereka yang memerintah Gereja oleh pelayanan firman di bawah Kristus, yang adalah Kepala mereka) - hal 289-290.
Bandingkan dengan:
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
· 1Pet 5:4 - “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the Chief Shepherd’ (= Gembala Kepala).
4. Pelayanan yang dilakukan oleh pendeta / gembala hanya akan berbuah dalam diri orang-orang pilihan.
Tetapi perlu diingat 2 hal ini:
· kita tidak bisa membedakan orang pilihan dan orang-orang non pilihan, dan karena itu kita harus melayani semua orang.
· Tuhan bisa mempertobatkan seseorang yang kelihatan sebagai binatang buas sehingga menjadi domba.
Calvin: “Christ does not give to Peter and others the office of feeding all sorts of persons, but only his sheep or his lambs. He elsewhere describes who they are whom he reckons to belong to his flock. My sheep, says he, hear my voice, and follow me; they hear not the voice of a stranger, (John 10:5,27.) True, faithful teachers ought to endeavour to gather all to Christ; and as they cannot distinguishes between sheep and wild beasts, they ought to try by all methods if they can tame those who resemble wolves rather than sheep. But after having put forth their utmost efforts, their labour will be of no avail to any but the elect sheep” [= Kristus tidak memberi Petrus dan yang lain tugas memberi makan semua jenis manusia, tetapi hanya domba-domba dan anak-anak dombaNya. Di tempat lain Ia menggambarkan siapa yang Ia anggap termasuk dalam kawanan dombaNya. Domba-dombaKu, kataNya, mendengar suaraKu, dan mengikut Aku; mereka tidak mendengar / mengikuti suara dari orang asing, (Yoh 10:5,27). Guru-guru yang sejati dan setia harus berusaha untuk mengumpulkan semua kepada Kristus; dan karena mereka tidak bisa membedakan antara domba dan binatang liar, mereka harus mencoba dengan semua metode jika mereka bisa menjinakkan mereka yang lebih menyerupai serigala dari pada domba. Tetapi setelah mengusahakan usaha mereka yang sepenuhnya, jerih payah mereka akan sia-sia bagi siapapun kecuali bagi domba-domba pilihan] - hal 291.
Calvin: “Again, we are taught by this passage, that none can be fed to salvation by the doctrine of the Gospel but those who are mild and teachable; for it is not without reason that Christ compares his disciples to lambs and sheep; but it must also be observed that the Spirit of God tames those who by nature were bears or lions” (= Lagi-lagi, kita diajar oleh text ini, bahwa tidak seorangpun bisa diberi makan kepada keselamatan oleh ajaran dari Injil kecuali mereka yang lembut dan bisa diajar; karena bukan tanpa alasan bahwa Kristus membandingkan murid-muridNya dengan anak-anak domba dan domba-domba; tetapi juga harus diperhatikan bahwa Roh Allah menjinakkan mereka yang secara alamiah adalah beruang-beruang dan singa-singa) - hal 219.
5. Penafsiran Gereja Roma Katolik tentang text ini dan serangan terhadapnya.
Gereja Roma Katolik menganggap bagian ini sebagai dasar untuk mendukung kepausan mereka. Mereka berkata bahwa kepada Petrus, dan bukan kepada yang lain, hal ini diucapkan oleh Yesus.
Calvin mengatakan bahwa hal ini diucapkan oleh Yesus kepada Petrus, untuk mengembalikan Petrus pada kerasulan. Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 x, dan itu sebetulnya menjadikan ia tidak layak untuk tetap menjadi rasul. Tetapi Kristus ingin mengembalikan Petrus kepada jabatannya, atau mempertahankan Petrus dalam jabatannya. Karena itu maka Yesus juga bertanya 3 x kepada dia: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’.
Calvin menambahkan: “Besides, nothing was given to Peter by these words, that is not also given to all the ministers of the Gospel” (= Disamping itu, tidak ada yang diberikan kepada Petrus oleh kata-kata ini, yang tidak juga diberikan kepada semua pelayan-pelayan dari Injil) - hal 290.
Calvin: “In vain, therefore, do the Papists maintains that he holds the highest rank, because he alone is specially addressed; and, granting that some special honour was conferred on him, how, I ask, will they prove from this that he has been elevated to the primacy? Though he were the chief among the apostles, does it thence follow that he was the universal bishop of the whole world? To this it must be added, that all that Peter received does not belong to the Pope any more than to Mahomet; for on what ground does he claim to be Peter’s heir, and what man of sound understanding will admit that Christ here bestows on him any hereditary right? Yet he wishes to be reckoned Peter’s successor: I wish he were so. None of us hinders him from loving Christ, and from taking care to feed his flock; but to take no concern about loving Christ, and to throw aside the office of feeding, and then to boast of being Peter’s successor, is excessively foolish and absurd” [= Karena itu, secara sia-sia para pengikut Paus mempertahankan bahwa ia (Petrus) memegang kedudukan tertinggi, karena hanya kepadanya hal ini ditujukan secara khusus; dan, andaikata memang suatu kehormatan khusus diberikan kepadanya, bagaimana, saya bertanya, mereka akan membuktikan dari hal ini bahwa ia telah ditinggikan kepada kedudukan tertinggi? Andaikatapun ia adalah kepala dari rasul-rasul, apakah itu membuktikan bahwa ia adalah uskup universal dari seluruh dunia? Kepada hal ini harus ditambahkan, bahwa semua yang diterima Petrus tidak merupakan milik dari Paus sama seperti itu tidak merupakan milik dari Mohammad; karena atas dasar apa ia mengclaim untuk menjadi pewaris Petrus, dan orang mana dengan pengertian yang sehat mau mengakui bahwa di sini Kristus memberikan kepadanya hak pewaris? Tetapi ia ingin dianggap sebagai pengganti Petrus: saya ingin ia memang demikian. Tidak seorangpun dari kita menghalanginya untuk mengasihi Kristus, dan dari perhatian untuk memberi makan kawanan dombaNya; tetapi kalau ia tidak peduli tentang mengasihi Kristus, dan mengesampingkan tugas memberi makan, dan lalu membanggakan diri sebagai pengganti Petrus, itu merupakan sesuatu yang sangat tolol dan menggelikan] - hal 290-291.
Ada yang Calvin katakan memang benar. Text ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Petrus dijadikan penguasa Gereja yang tertinggi di seluruh dunia. Dan para paus itu sama sekali tak mempunyai dasar untuk mengatakan bahwa mereka adalah pengganti Petrus. Lebih-lebih, mereka sama sekali tidak mengasihi Kristus, dan mereka tidak memberi makan domba-domba Kristus, karena mereka mengajarkan penyesatan, membuang Injil dari ajaran mereka, mengajarkan Injil yang berbeda, dan sebagainya.
Word Biblical Commentary: “In 1 Pet 2:25 Jesus is said to be ‘the Shepherd and Bishop of your souls’; in context this denotes Jesus as the one who gave his life for the sheep and cares for them in the present. In the hortatory part of the letter (5:2) Peter as ‘a fellow elder’ (= bishop, pastor) appeals to the elders: ‘Shepherd the flock of God that is among you’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), so virtually citing the words of the risen Lord to him, ‘Shepherd my sheep’ (poivmaine ta; provbatav mou). By way of expounding his meaning he adds, ‘Watch over it (ejpiskopou`nte"), not because you have to, but willingly … not acting as lords over God’s people (tw`n klhvrwn), but becoming examples to the flock’ (1 Pet 5:3). A similar charge by Paul to the elders of Ephesus is recorded in Acts 20:28: ‘Keep watch over yourselves and over all the flock (poivmnion) of which the Holy Spirit has made you guardians (ejpiskovpou") to shepherd the Church of the Lord’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Both passages speak in the same manner as the risen Lord spoke to Peter on restoring him to fellowship and to the service of pastor. The verbs are the same, poimaivnw or variants of it; the scope of the ministry is the same - ‘my lambs, my sheep … the flock of God, the Church of the Lord.’ There is no formal difference of meaning in the language by which the risen Lord confirmed Peter in his calling to be a shepherd of his sheep from that by which Peter and Paul exhorted the pastor-elders to fulfill their calling as shepherds of the flock of God in 1 Pet 5:1–3 and Acts 20:28” [= Dalam 1Pet 2:25 Yesus dikatakan sebagai ‘Gembala dan Uskup dari jiwamu’ (KJV): dalam kontextnya ini menunjukkan Yesus sebagai seseorang yang telah memberikan nyawaNya untuk domba-domba dan memperhatikan / memelihara mereka pada saat ini. Dalam bagian yang menguatkan / memberi nasehat dari suratnya (5:2) Petrus sebagai ‘sesama penatua’ (= uskup, pendeta / gembala) meminta kepada para penatua: ‘Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), dengan begitu benar mengutip kata-kata Tuhan yang bangkit kepadanya, ‘Gembalakanlah domba-dombaKu’ (poivmaine ta; provbatav mou). Untuk menjelaskan maksudnya ia menambahkan: ‘Berjaga-jagalah atasnya (ejpiskopou`nte"), jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela ... tidak bertindak sebagai tuan atas umat Allah (tw`n klhvrwn), tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba itu’ (1Pet 5:3). Suatu tugas yang serupa yang diberikan oleh Paulus kepada para penatua dari Efesus dicatat dalam Kis 20:28: ‘Jagalah dirimu sendiri dan seluruh kawanan (poivmnion), terhadap siapa Roh Kudus telah membuat engkau penjaga-penjaga / penilik-penilik (ejpiskovpou") untuk menggembalakan Gereja Tuhan’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Kedua text berbicara dengan cara yang sama seperti Tuhan yang bangkit berbicara kepada Petrus pada waktu memulihkan dia kepada persekutuan dan kepada pelayanan gembala. Kata-kata kerjanya sama, poimaivnw atau variasinya; bidang / jangkauannya sama - ‘anak-anak dombaKu, domba-dombaKu ... kawanan domba Allah, Gereja Tuhan’. Tidak ada perbedaan arti yang hakiki dalam bahasa / kata-kata dengan mana Tuhan yang bangkit meneguhkan Petrus dalam panggilannya sebagai seorang gembala dari domba-dombaNya dari bahasa / kata-kata dengan mana Petrus dan Paulus mendesak pendeta-tua-tua untuk menggenapi panggilan mereka sebagai gembala-gembala dari kawanan domba Allah dalam 1Pet 5:1-3 dan Kis 20:28].
Catatan:
· bagian yang saya garis bawahi itu merupakan bagian yang diperdebatkan keasliannya; ada manuscripts yang tidak mempunyai kata itu. Tetapi kelihatannya kebanyakan penafsir menerima bagian ini.
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
Di sini Kristus disebut sebagai ‘gembala’ dan ‘pemelihara’ jiwa. Untuk kata ‘gembala’ tidak ada problem, tetapi kata ‘pemelihara’ sebetulnya kurang tepat terjemahannya.
KJV: ‘Bishop’ (= Uskup).
RSV/NASB: ‘Guardian’ (= Penjaga).
NIV: ‘Overseer’ (= Pengawas / penilik).
· Untuk Kis 20:28, memang ada 2 macam manuscripts; ada yang menuliskan ‘gereja Tuhan’ dan ada yang menuliskan ‘Gereja Allah’. Tetapi boleh dikatakan semua versi mengambil ‘gereja Allah’. Tetapi dalam pembahasan di sini, hal ini tak berpengaruh.
· 1Pet 5:1-3 - “(1) Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (2) Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (3) Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.
· Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
· Maksud dari penafsir ini adalah: kata-kata yang digunakan oleh Yesus kepada Petrus dalam Yoh 21:15-17 ini tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Petrus dalam memberikan nasehat kepada para penatua dalam 1Petrus 5:1-3, dan juga tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Paulus dalam menasehati tua-tua Efesus dalam Kis 20:28. Karena itu jelas bahwa pengucapan kata-kata seperti itu kepada Petrus dalam Yohanes 21:15-17 ini tidak menunjukkan bahwa ia diangkat menjadi penguasa tertinggi gereja universal.
Yohanes 21: 16: “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
1) “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’”.
Di sini Yesus membuang perbandingan (kata-kata ‘more than these’ / ‘lebih dari ini’), tetapi Ia tetap menggunakan kata ‘mengasihi’ yang sama dengan yang Ia gunakan dalam ay 15, yaitu AGAPAO.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
Di sini Petrus tetap menggunakan kata PHILEO, bukan AGAPAO.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘domba’ di sini berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam ay 15. Kalau dalam ay 15 digunakan kata Yunani ARNIA, maka dalam ay 16 ini digunakan kata Yunani PROBATIA.
A. T. Robertson mengatakan (hal 321) bahwa kata ARNIA merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani ARNOS (= sheep / domba), sedangkan kata PROBATIA ini merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani PROBATON (= sheep / domba). Jadi, terjemahan hurufiah di sini seharusnya tetap sama dengan pada ay 15, yaitu ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil). Dalam ay 17, juga digunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 16 ini.
Tetapi A. T. Robertson juga mengatakan (hal 321) bahwa dalam ay 16 dan ay 17 ada banyak manuscripts yang menuliskan PROBATA (= sheep / domba-domba), bukan PROBATIA (= lambs / domba-domba kecil)
Leon Morris (NICNT): “The word rendered ‘sheep’ in ARV is actually a diminutive and strictly speaking means ‘lambs’ ... But it is so often used without diminutive force that it is impossible to quarrel with the translation ‘sheep’. However, it is equally impossible to maintain that there is a change of meaning” [= Kata yang diterjemahkan ‘sheep’ (= domba) dalam ARV sebetulnya merupakan suatu kata yang menunjuk pada sesuatu yang lebih kecil, dan secara ketat berarti ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil) ... Tetapi kata itu begitu sering digunakan tanpa arti yang menunjukkan ‘lebih kecil’ sehingga adalah tidak mungkin untuk bertengkar mengenai terjemahan ‘sheep’ / ‘domba’. Bagaimanapun, adalah sama tidak mungkinnya untuk mempertahankan bahwa di sana ada perubahan arti] - hal 874.
Yohanes 21: 17: “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
1) “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’”.
a) Pada kali yang ke 3 ini Yesus menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan yang Ia gunakan pada kali pertama dan kedua. Sekarang Ia menggunakan PHILEO.
Orang-orang yang menganggap AGAPAO lebih tinggi dari PHILEO, mengatakan tadi Yesus mempertanyakan kasih yang lebih tinggi, tetapi sekarang, kasih yang lebih rendahpun dipertanyakan.
A. T. Robertson: “This time Jesus picks up the word fileoo used by Peter and challenges that. These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved. Peter was cut to the heart ... because Jesus challenges this very verb, and no doubt the third question vividly reminds him of the three denials in the early morning by the fire” (= Kali ini Yesus mengambil kata PHILEO yang digunakan oleh Petrus dan mempertanyakannya. Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan. Petrus tertusuk hatinya ... karena Yesus mempertanyakan kata kerja ini, dan tak diragukan pertanyaan yang ketiga secara jelas / menyolok mengingatkan dia tentang tiga penyangkalan pada pagi hari dekat api unggun) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Tetapi di atas telah saya bahas alasan untuk menolak perbedaan arti dari PHILEO dan AGAPAO di sini.
b) Adanya 3 x pertanyaan ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ jelas menunjuk kepada 3 x penyangkalan yang dilakukan oleh Petrus.
Pulpit Commentary: “There is no positive reference to the denial and fall of Peter; but the implication and suggestion cannot be hidden, ... The circumstance that Peter was ‘grieved’ because the Lord put this question to him a third time makes the reference very little less than explicit” (= Tidak ada hubungan positif / explicit dengan penyangkalan dan kejatuhan Petrus, tetapi maksud / pengertian dan kesannya tidak bisa disembunyikan, ... Keadaan dimana Petrus menjadi sedih karena Tuhan mengajukan pertanyaan kepadanya untuk ke 3 x nya membuat hubungan yang sedikit lebih rendah dari explicit) - hal 505.
c) Adanya 3 x pertanyaan yang serupa menunjukkan kerasnya ujian / testing yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus dalam persoalan kasih Petrus kepadaNya.
Pulpit Commentary: “It was proper that Peter’s love should be severely tried. ... He denied Christ thrice, and thrice was the question of love put to him. A damaged vessel must be well examined and repaired before being sent to sea again” (= Adalah benar bahwa kasih Petrus diuji dengan keras. ... Ia menyangkal Kristus 3 x, dan 3 x pertanyaan tentang kasih diajukan kepadanya. Suatu kapal yang rusak harus diperiksa dan diperbaiki dengan baik sebelum dikirim ke laut lagi) - hal 524.
Calvin: “Peter undoubtedly did not perceive the object which Christ had in view, in putting the same question so frequently; and therefore he thinks that he is indirectly accused, as if he had not answered with sincerity. ... Peter was not yet sufficiently aware how deeply the love of Christ must be engraven on the hearts of those who have to struggle against innumerable difficulties. ... Those who are to undertake the charge of governing the Church are also taught, in his person, not to examine themselves slightly, but to make a thorough scrutiny what zeal they possess, that they may not shrink or faint in the middle of their course” (= Petrus tak diragukan tidak mengerti tujuan yang dipunyai oleh Kristus dengan mengajukan pertanyaan yang sama begitu sering; dan karena itu ia mengira bahwa ia dituduh secara tidak langsung, seakan-akan ia tidak menjawab dengan tulus. ... Petrus belum sadar betapa dalamnya kasih kepada Kristus harus diukirkan pada hati mereka yang harus bergumul dengan kesukaran-kesukaran yang tak terhitung banyaknya. ... Mereka yang harus mengerjakan tugas / tanggung jawab tentang memerintah Gereja juga diajar, dalam dirinya, bukan untuk memeriksa diri mereka sendiri dengan sepintas, tetapi untuk membuat penelitian dengan cermat dan seksama tentang semangat apa / bagaimana yang mereka punyai, supaya mereka tidak berbalik karena takut atau menjadi lemah di tengah-tengah perjalanan mereka) - hal 291-292.
2) “Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Kata-kata Petrus ini menunjukkan bahwa Petrus mengakui kemaha-tahuan Yesus (perhatikan kata-kata ‘segala sesuatu’) dan itu menunjukkan bahwa ia mengakui Yesus sebagai Allah sendiri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa Yesus tidak menegur Petrus, dan secara implicit membenarkan kata-kata tersebut.
b) Kalau pada waktu menjawab pertanyaan pertama dan kedua, Petrus mengawali dengan kata-kata ‘Benar Tuhan’, maka di sini ia membuang kata-kata itu, dan ia hanya mengandalkan kemaha-tahuan Yesus.
Matthew Henry: “Peter was sure that Christ knew all things, and particularly that he knew the heart, and was a discerner of the thoughts and intents of it, Jn 16:30. ... Peter was satisfied of this, that Christ, who knew all things, knew the sincerity of his love to him, and would be ready to attest it in his favour. It is a terror to a hypocrite to think that Christ knows all things; for the divine omniscience will be a witness against him. But it is a comfort to a sincere Christian that he has that to appeal to” (= Petrus yakin bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu, dan secara khusus bahwa Ia mengetahui hati, dan merupakan seorang yang melihat / membedakan pikiran dan maksudnya, Yoh 16:30. ... Petrus puas dengan hal ini, dan Kristus, yang mengetahui segala sesuatu, mengetahui ketulusan dari kasihnya kepadaNya, dan akan siap untuk menyokongnya untuk kepentingannya. Merupakan sesuatu yang menakutkan bagi orang yang munafik untuk memikirkan bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu; karena kemaha-tahuan ilahi akan menjadi saksi terhadap dia. Tetapi merupakan suatu penghiburan bagi seorang Kristen yang tulus bahwa ia mempunyai hal itu kepada mana ia bisa naik banding).
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
a) Tuhan tetap mau memakai anakNya yang jatuh ke dalam dosa, asal ia menyesali dosanya dan bertobat darinya.
Kejatuhan Petrus yang begitu dalam bukan alasan untuk tidak melayani Kristus lagi. Kristus tetap mau memakai dia. Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang penuh dosa, dan bisa jatuh dalam dosa-dosa yang hebat. Asal mereka menyesali dosa-dosa itu dan bertobat darinya, tidak ada alasan mengapa mereka tidak harus melayani lagi. Hal ini perlu direnungkan, dicamkan, dan diterapkan pada waktu:
· saudara sendiri jatuh ke dalam dosa yang hebat, dan setan berbisik kepada saudara bahwa saudara tak layak lagi untuk menjadi pelayan Tuhan.
· saudara melihat orang kristen lain jatuh ke dalam dosa. Pada saat seperti ini:
* jangan menganggap orang kristen tersebut tak layak lagi melayani Tuhan.
* hiburkan dan kuatkan orang kristen tersebut untuk mau kembali ke dalam pelayanan.
Catatan: tentu semua hal di atas ini berlaku kalau orangnya menyesali dosanya dan bertobat darinya.
b) Kata yang diterjemahkan ‘gembalakanlah’ dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ (= berilah makan), sedangkan dalam ay 16 digunakan kata POIMAINE, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ (= uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ (= gembalakanlah).
Di atas telah kita pelajari bahwa mungkin sekali perbedaan ini hanya merupakan suatu variasi penggunaan kata, sehingga perbedaannya tak perlu ditekankan. Tetapi banyak penafsir yang menekankan perbedaan arti dari kedua kata ini.
Matthew Henry: “the charge he gives him concerning them is to feed them. The word used in v. 15, 17, is boske, which strictly signifies to give them food; but the word used in v. 16 is poimaine, which signifies more largely to do all the offices of a shepherd to them: ‘Feed the lambs with that which is proper for them, and the sheep likewise with food convenient. The lost sheep of the house of Israel, seek and feed them, and the other sheep also which are not of this fold.’” (= tugas / tanggung jawab yang Ia berikan kepadanya mengenai mereka adalah untuk memberi makan mereka. Kata yang digunakan dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang secara ketat berarti memberi mereka makan; tetapi kata yang digunakan dalam ay 16 adalah POIMAINE, yang mempunyai arti yang lebih luas untuk melakukan semua tugas dari seorang gembala kepada mereka: ‘Berilah makan anak-anak domba dengan apa yang layak / benar untuk mereka, dan domba-domba juga dengan makanan yang sesuai. Domba-domba yang hilang dari keluarga Israel, carilah mereka dan berilah mereka makan, dan juga domba-domba lain yang bukan dari kawanan ini).
Barnes’ Notes tentang ay 15: “The word here rendered ‘feed’ means the care afforded by furnishing nutriment for the flock. In the next verse (v. 16) there is a change in the Greek, and the word rendered ‘feed’ denotes rather the care, guidance, and protection which a shepherd extends to his flock. By the use of both these words, it is supposed that our Saviour intended that a shepherd was both to offer the proper food for his flock and to govern it; or, as we express it, to exercise the office of a pastor” [= Kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ berarti perhatian / pemeliharaan yang diberikan dengan memberi makan untuk kawanan domba itu. Dalam ayat selanjutnya (ay 16) ada perubahan dalam bahasa Yunaninya, dan kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ lebih menunjuk pada pemeliharaan, bimbingan dan perlindungan yang diberikan oleh seorang gembala kepada kawanan dombanya. Oleh penggunaan kedua kata ini, dianggap bahwa Juruselamat kita memaksudkan bahwa seorang gembala harus memberikan makanan untuk kawanan dombanya dan memerintahnya (govern); atau, seperti kami menyatakannya, melaksanakan tugas seorang pendeta / gembala].
c) Dalam urusan memberi makan domba ini Spurgeon memberi komentar yang menarik.
John Stott: “As Spurgeon once commented, Christ said, ‘Feed my sheep ... Feed my lambs.’ Some preachers, however, put the food so high that neither lambs nor sheep can reach it. They seem to have read the text, ‘Feed my giraffes.’” (= Seperti Spurgeon pernah memberi komentar, Kristus berkata, ‘Berilah makan domba-dombaKu ... Berilah makan anak-anak dombaKu’. Tetapi sebagian pengkhotbah, meletakkan makanan itu begitu tinggi sehingga baik anak domba maupun domba tidak bisa mencapainya. Kelihatannya mereka telah membaca text ini ‘Berilah makan jerapah-jerapahKu’.) - ‘Between Two Worlds’, hal 147.
Kata-kata ini mungkin menarik dan perlu diperhatikan oleh setiap pengajar Firman Tuhan, tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata ini tak terlalu cocok dengan kontextnya.
Yohanes 21: 18-19: “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (19) Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
1) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,”.
Ini menunjukkan kehidupan yang bisa semaunya sendiri.
Barnes’ Notes: “The Jews, in walking or running, girded their outer garments around them, that they might not be impeded. ... The expression here denotes freedom. He did as he pleased - he girded himself or not - he went or remained, as he chose” (= Orang-orang Yahudi, pada waktu berjalan atau berlari, mengikat jubah luar mereka di sekeliling pinggang mereka, supaya mereka tidak dirintangi. ... Ungkapan di sini menunjukkan kebebasan / kemerdekaan. Ia melakukan seperti yang ia senangi - ia mengikat pinggangnya sendiri atau tidak - ia pergi atau tinggal, seperti yang ia pilih / inginkan).
2) “tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’”.
a) Ini menunjukkan bahwa dulu berbeda dengan sekarang. Dulu ia bebas, tetapi setelah ini semuanya berbeda.
Matthew Henry: “he compares this with his former liberty. ‘Time was when thou knewest not any of these hardships, thou girdest thyself, and walkedst whither thou wouldest.’ Where trouble comes we are apt to aggravate it with this, that it has been otherwise; and to fret the more at the grievances of restraint, sickness, and poverty, because we have known the sweets of liberty, health, and plenty, Job 29:2 .... But we may turn it the other way, and reason thus with ourselves: ‘How many years of prosperity have I enjoyed more than I deserved and improved? And, having received good, shall I not receive evil also?’” (= ia membandingkan ini dengan kebebasannya dahulu. ‘Dulu ada saat dimana engkau tidak mengenal yang manapun dari kesukaran-kesukaran ini, engkau mengikat pinggangmu sendiri, dan berjalan / pergi kemana engkau mau’. Dimana kesukaran datang, kita condong memperburuknya dengan ini, seandainya halnya tidak demikian; dan makin bersungut-sungut terhadap keadaan yang tidak enak dari pembatasan, penyakit, dan kemiskinan, karena kita telah mengenal manisnya kebebasan, kesehatan, dan kelimpahan, Ayub 29:2 ... Tetapi kita bisa membalikkannya dan berargumentasi demikian dengan diri kita sendiri: ‘berapa banyak tahun kemakmuran telah aku nikmati lebih dari yang aku layak dapatkan dan manfaatkan? Dan setelah menerima yang baik, tidakkah saya mau menerima yang buruk juga?’).
Bdk. Ayub 29:2 - “‘Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku”.
b) Calvin menganggap bahwa kalimat ini hanya menunjukkan kematian dengan kekerasan.
Calvin: “Many think that this denotes the manner of death which Peter was to die, meaning that he was hanged, with his arms stretched out; but I consider the word ‘gird’ as simply denoting all the outward actions by which a man regulates himself and his whole life. ‘Thou girdest thyself;’ that is, ‘thou wast accustomed to wear such raiment as thou choosest, but this liberty of choosing thy dress will be taken from thee.’” (= Banyak orang mengira bahwa ini menunjuk cara kematian yang harus dialami Petrus, artinya ia harus digantung, dengan tangan terentang; tetapi saya menganggap kata ‘mengikat pinggang’ hanya menunjukkan semua tindakan luar / lahiriah dengan mana seseorang mengatur dirinya sendiri dan seluruh kehidupannya. ‘Engkau mengikat pinggangmu sendiri’; artinya, ‘engkau terbiasa mengenakan pakaian yang engkau pilih, tetapi kebebasan memilih pakaian ini akan diambil darimu’) - hal 293-294.
Calvin: “As to the manner in which Peter was put to death, it is better to remain ignorant of it than to place confidence in doubtful fables” (= Berkenaan dengan cara dalam mana Petrus akan dibunuh, adalah lebih baik untuk tetap tidak tahu tentangnya dari pada meletakkan keyakinan pada dongeng-dongeng yang meragukan) - hal 294.
Calvin: “‘And will lead thee whither thou wouldst not.’ The meaning is, that Peter did not die a natural death, bu by violence and by the sword.” (= ‘Dan akan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki’. Artinya adalah bahwa Petrus tidak mati secara alamiah, tetapi dengan kekerasan dan oleh pedang) - hal 294.
Calvin: “as Satan continually makes new and various attacks, all who undertake the office of feeding must be prepared for death; as they certainly have to do not only with sheep, but also with wolves” (= karena setan secara terus menerus membuat serangan-serangan yang baru dan bervariasi, semua yang mengerjakan tugas memberi makan harus dipersiapkan untuk mati; karena mereka pasti tidak harus menangani hanya domba tetapi juga serigala) - hal 292.
c) Kebanyakan penafsir yang mengatakan bahwa istilah ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ ini menunjuk kepada penyaliban, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kalau itu menunjuk kepada penyaliban, maka itu akan dituliskan setelah kata ‘mengikat’, dan bukan sebelumnya. Tetapi orang-orang yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada penyaliban mengatakan bahwa ini didahulukan, dengan tujuan untuk menekankan.
William Hendriksen: “it is interesting to note that the expression ‘to stretch out the hands’ is often used by Greek authors and by the early fathers to indicate crucifixion” (= merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa ungkapan ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ sering digunakan oleh pengarang-pengarang Yunani dan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk menunjuk pada penyaliban) - hal 490.
Saya sendiri menganggap bahwa kalimat ini memang merupakan nubuat bahwa Petrus akan mati melalui salib.
d) Kebanyakan penafsir percaya bahwa Petrus mati disalib, tetapi ada pro dan kontra tentang kematian Petrus dengan disalib secara terbalik.
Adam Clarke: “Ancient writers state that, about thirty-four years after this, Peter was crucified; and that he deemed it so glorious a thing to die for Christ that he begged to be crucified with his head downwards, not considering himself worthy to die in the same posture in which his Lord did” (= Penulis-penulis kuno menyatakan bahwa kira-kira 34 tahun setelah ini, Petrus disalibkan; dan bahwa ia menganggap mati untuk Kristus sebagai sesuatu yang begitu mulia sehingga ia meminta untuk disalibkan dengan kepala di bawah, karena menganggap dirinya sendiri tidak layak mati dengan postur yang sama seperti Tuhannya mati).
F. F. Bruce: “By the time the Gospel was written, Peter had glorified God in martyrdom. Knowing what form Peter’s martyrdom took, the Evangelist could see a precise reference to it in the words of Jesus, such as could not have been seen at the time. ... The stretching out of his hands would then be understood in retrospect to be their stretching out on the cross-beam of the cross. (We need not take too seriously the later embellishment, found in the apocryphal Acts of Peter and in Eusebius, according to which he was crucified head downwards at his own insistence.)” [= Pada saat Injil ini ditulis, Petrus telah memuliakan Allah dalam kematian syahid. Mengetahui bentuk kematian syahid Petrus, sang Penginjil (Yohanes) bisa melihat hubungan yang persis dengannya dalam kata-kata Yesus, yang tidak bisa terlihat pada saat itu. ... Jadi, perentangan tangannya dimengerti dalam suatu peninjauan kembali, sebagai perentangannya pada kayu horizontal dari salib. (Kita tidak perlu menerima dengan terlalu serius pembubuhan belakangan, yang ditemukan dalam kitab Apocrypha Kisah Petrus dan dalam tulisan Eusebius, menurut mana ia disalibkan dengan kepala di bawah atas desakannya sendiri.)] - hal 406.
Catatan: kata-kata ‘pada saat itu’ yang saya garis bawahi itu kelihatannya menunjuk pada saat Yesus mengucapkan kata-kata tersebut. Jadi pada saat itu orang tak mengerti maksud kata-kata Yesus itu, tetapi pada saat Injil Yohanes ditulis, orang mengertinya, karena pada saat itu nubuat ini sudah tergenapi.
e) Tradisi mengatakan bahwa Petrus mati syahid dengan disalib terbalik di kota Roma.
Barnes’ Notes (tentang Mat 10:2): “The tradition is that he was at last crucified at Rome with his head downward, thinking it too great an honor to die as his Master did. ... There is no certain proof, however, that this occurred at Rome, and no absolute knowledge as to the place where he died” (= Tradisinya adalah bahwa akhirnya ia disalibkan di Roma dengan kepala di bawah, karena ia berpikir / menganggap sebagai kehormatan yang terlalu besar untuk mati seperti yang dialami Tuhannya. ... Tetapi tidak ada bukti yang pasti bahwa ini terjadi di Roma, dan tidak ada pengetahuan yang mutlak berkenaan dengan tempat di mana ia mati).
3) “Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah”.
a) Ini menunjukkan bahwa cara kematian seseorang ditentukan oleh Tuhan.
Pulpit Commentary: “The Lord determines the manner of Peter’s death. It was to be a death of violence. He was to become a martyr of the Christian faith” (= Tuhan menentukan cara kematian Petrus. Itu akan merupakan kematian oleh kekerasan. Ia harus menjadi martir dari iman Kristen) - hal 515.
Matthew Henry: “That it is not only appointed to all once to die, but it is appointed to each what death he shall die, whether natural or violent, slow or sudden, easy or painful. When Paul speaks of so great a death, he intimates that there are degrees of death; there is one way into the world, but many ways out, and God has determined which way we should go” (= Bukan hanya bahwa setiap orang ditetapkan untuk mati satu kali, tetapi juga ditetapkan bagi masing-masing orang kematian yang bagaimana yang akan ia jalani, apakah alamiah atau dengan kekerasan, perlahan-lahan atau mendadak, mudah / enak atau menyakitkan. Pada waktu Paulus berbicara tentang ‘kematian yang begitu besar’, ia mengisyaratkan bahwa ada tingkat-tingkat kematian; ada satu jalan untuk masuk ke dalam dunia ini, tetapi banyak jalan keluar / meninggalkannya, dan Allah telah menentukan jalan yang harus kita jalani).
Catatan: bagian yang saya garis bawahi diambil dari 2Kor 1:10 - “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi”.
KJV: ‘Who delivered us from so great a death, and doth deliver: in whom we trust that he will yet deliver us’ (= Yang telah melepaskan kami dari kematian yang begitu besar, dan terus melepaskan: dalam siapa kami percaya bahwa Ia akan melepaskan kami lagi).
William Hendriksen: “whatever happens in our lives has been wisely ordained by the Lord, just as the very manner of Peter’s glorious death had been foreseen and predicted” (= apapun yang terjadi dalam kehidupan kita telah secara bijaksana ditentukan oleh Tuhan, sama seperti cara kematian Petrus yang mulia telah dilihat lebih dulu dan diramalkan) - hal 475.
b) Pengakuan kasih kepada Tuhan mempunyai konsekwensi menggembalakan domba (ay 15-17), dan kedua hal itu mempunyai konsekwensi untuk mati bagi Dia (ay 18-19).
Bdk. Yoh 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
George Hutcheson: “Love to Christ must be evidenced, not only by active doing of duty, but by suffering also unto death, if we be called unto it; ... therefore is this prediction joined with the former injunction as another proof of Peter’s love to Christ” (= Kasih kepada Kristus harus dibuktikan, bukan hanya dengan tindakan kewajiban yang aktif, tetapi juga dengan penderitaan sampai mati, jika kita dipanggil untuk itu; ... karena itu ramalan ini digabungkan dengan perintah yang di depan sebagai bukti lain dari kasih Petrus kepada Kristus) - hal 435.
c) Bagi Petrus, ini merupakan kasih karunia, karena ia diberi kesempatan untuk mati bagi Tuhan, yang tadinya telah gagal ia lakukan, pada waktu ia menyangkal Yesus 3 x.
Darby: “But the grace of the loving Savior did not stop here. Peter might still feel the sorrow of having missed such an opportunity of confessing the Lord at the critical moment. Jesus assures him that if he had failed in doing so of his own will, he should be allowed to do it by the will of God; ... It should be given him by the will of God to die for the Lord, as he had formerly declared himself ready to do in his own strength. Now also that Peter was humbled and brought entirely under grace - that he knew he had no strength - that he felt his dependence on the Lord, his utter inefficiency if he trusted to his own power - now, I repeat, the Lord calls Peter to follow Him; which he had pretended to do, when the Lord had told him he could not. It was this that his heart desired. ... what he had pretended to do and could not, he would now do - follow Christ to prison and to death” (= Tetapi kasih karunia dari Juruselamat yang penuh kasih itu tidak berhenti di sini. Petrus mungkin masih merasakan kesedihan karena gagal dalam kesempatan untuk mengakui Tuhan pada saat yang kritis. Yesus meyakinkan dia bahwa jika ia telah gagal dalam melakukan hal itu dari kehendaknya sendiri, ia harus diijinkan untuk melakukannya oleh kehendak Allah; ... Ia akan diijinkan untuk mati bagi Tuhan, seperti yang dulu ia nyatakan sendiri siap ia lakukan dengan kekuatannya sendiri. Sekarang Petrus telah dibuat jadi rendah hati dan dibawa sepenuhnya ke bawah kasih karunia - sehingga ia tahu ia tidak mempunyai kekuatan - sehingga ia merasakan ketergantungannya kepada Tuhan, ketidak-efisienannya jika ia mempercayai kekuatannya sendiri - sekarang, saya ulangi, Tuhan memanggil Petrus untuk mengikuti Dia; yang tadinya ia kira bisa ia lakukan, pada waktu Tuhan memberitahunya bahwa ia tidak bisa. Inilah yang diinginkan hatinya. ... apa yang tadinya ia kira bisa lakukan dan ternyata tidak bisa ia lakukan, akan ia lakukan sekarang - mengikuti Kristus ke penjara dan kematian).
d) Baik kehidupan kita, maupun kematian kita, harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Bdk. Ro 14:7-9 - “(7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup”.
John Wesley: “It is not only by acting, but chiefly by suffering, that the saints glorify God” (= Bukan hanya dengan bertindak, tetapi terutama dengan menderita, orang-orang kudus memuliakan Allah).
Pulpit Commentary: “The consequences which flowed from the early martyrdom have been generally acknowledged. It is proverbial that ‘the blood of martyrs is the seed of the Church.’ Even persecutors have been touched by the exhibition of constancy, fortitude, and expectation of glory which they have witnessed on the part of sufferers” (= Konsekwensi yang mengalir dari kematian syahid pada abad-abad awal telah diakui secara umum. Merupakan suatu pepatah bahwa ‘darah dari para martir merupakan benih dari Gereja’. Bahkan para penganiaya telah tersentuh oleh pertunjukan dari keteguhan / kesetiaan, ketabahan, dan pengharapan kemuliaan yang telah mereka saksikan pada para penderita) - hal 520.
Pulpit Commentary: “God is the Giver of life; and death, according to the scriptural teaching, comes by sin. In life God is glorified. Yet, as Christianity transmutes dross into gold, it is credible that even death may tend to the Divine glory. ... The Christian, in order to glorify God in death, must first glorify him in life. ... The end crowns the work. He who lives well, dies well” (= Allah adalah sang Pemberi kehidupan; dan kematian, menurut ajaran Kitab Suci, datang karena dosa. Dalam kehidupan Allah dipermuliakan. Tetapi, karena kekristenan mengubah barang buangan menjadi emas, adalah dapat dipercaya bahwa bahkan kematian bisa membawa pada kemuliaan Ilahi. ... Orang kristen, untuk bisa memuliakan Allah dalam kematian, harus lebih dulu memuliakan Dia dalam kehidupan. ... Akhir(nya) memahkotai pekerjaan. Ia yang hidup dengan baik, mati dengan baik) - hal 520.
e) Dalam kehidupan kita, segala sesuatu harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah, yang memang seharusnya merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan setiap orang.
Banyak orang menanyakan pertanyaan ini: apa gunanya aku dilahirkan di dalam dunia ini? Jawabnya: untuk memuliakan Allah. Jadi, kalau seseorang tidak hidup dengan tujuan ini, ia sedang salah jalan, dan hidup di dalam dosa.
1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Bdk. Zakh 7:6 - “Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?”.
Bdk. Ro 14:15,20,21 - “(15) Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia. ... (20) Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung! (21) Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu”.
Kontext dari 1Kor 10:31 adalah persoalan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, tetapi jelas bahwa ini juga berlaku untuk seadanya makan dan minum. Jadi, makan tanpa peduli orang lain, atau makan makanan yang merusak kesehatan diri sendiri, jelas merupakan sesuatu yang salah. Sebaliknya makan makanan yang menyehatkan diri kita, supaya dengan kesehatan itu kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik, merupakan sesuatu yang benar.
Ini bukan hanya berlaku untuk hal-hal remeh / sehari-hari seperti makan dan minum, tetapi juga berlaku untuk semua hal lain. Ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain’.
Calvin: “he teaches that there is no part of our life, and no action so minute, that it ought not to be directed to the glory of God, and that we must take care that, even in eating and drinking, we may aim at the advancement of it” (= ia mengajar bahwa tidak ada bagian dalam kehidupan kita, dan tidak ada tindakan yang sekecil apapun yang tidak harus diarahkan untuk kemuliaan Allah, dan bahwa kita harus berawas-awas bahwa, bahkan dalam makan dan minum, kita bisa mengarahkannya pada kemajuan dari kemuliaan Allah itu) - hal 347.
Keharusan melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah ini bisa dijadikan pedoman untuk menentukan boleh tidaknya kita melakukan hal-hal yang tidak diatur oleh Kitab Suci.
Adam Clarke: “whether he eats or drinks of this or the other kind of aliments, or whatever else he may do, he must do it so as to bring glory to God. This is a sufficient rule to regulate every man’s conscience and practice in all indifferent things, where there are no express commands or prohibitions” (= apakah ia makan atau minum dari makanan ini atau jenis yang lain, atau hal lain apapun yang ia lakukan, ia harus melakukannya sehingga membawa kemuliaan bagi Allah. Ini merupakan peraturan yang cukup untuk mengatur hati nurani setiap manusia dan mempraktekkannya dalam semua hal-hal yang biasa, dimana di sana tidak ada perintah atau larangan yang jelas / explicit).
Barnes’ Notes: “this rule is designed to be one of the chief directors of our lives. It is to guide all our conduct, and to constitute a ‘test’ by which to try our actions. Whatever can be done to advance the honor of God is right; whatever cannot be done with that end is wrong. Whatever plan a man can form that will have this end is a good plan; whatever cannot be made to have this tendency, and that cannot be commended, continued, and ended with a distinct and definite desire to promote His honor, is wrong, and should be immediately abandoned” (= peraturan ini direncanakan sebagai salah satu dari pengarah-pengarah utama dari kehidupan kita. Ini harus membimbing kita dalam semua tindak tanduk kita, dan merupakan suatu ‘ujian’ dengan mana kita menguji tindakan-tindakan kita. Apapun yang bisa dilakukan untuk memajukan kehormatan Allah adalah benar; apapun tidak bisa dilakukan dengan tujuan itu adalah salah. Rencana apapun yang bisa dibentuk seseorang yang mempunyai tujuan ini adalah rencana yang baik; apapun yang tidak bisa dibuat untuk mempunyai tujuan / arah ini, dan yang tidak bisa dianjurkan, dilanjutkan, dan diakhiri dengan keinginan yang jelas dan pasti untuk memajukan kehormatanNya, adalah salah, dan harus segera ditinggalkan).
Hal-hal yang memang dilarang atau diperintahkan oleh Kitab Suci, tidak perlu dipersoalkan lagi. Itu harus ditaati. Tetapi bagaimana dengan hal-hal tidak diatur oleh Kitab Suci?
Misalnya:
1. Bolehkah pacaran dengan si A? Maka tanyakan dan renungkan: kalau aku pacaran dengan si A, apakah semua ini akan membawa kemuliaan bagi Tuhan?
2. Aku harus kerja di A atau di B? Maka tanyakan / bandingkan: yang mana dari 2 pekerjaan ini yang memungkinkan aku belajar Firman Tuhan, melayani Tuhan, dsb? Adakah dari 2 pekerjaan ini yang mengharuskan aku berdosa, seperti bekerja pada hari Minggu, dsb?
Perlu diperhatikan bahwa dalam menilai apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah, kita harus memikir secara mendalam, bukan hanya sepintas lalu.
Misalnya:
· kalau kita berpikir sepintas lalu, olah raga bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka olah raga itu menyehatkan, dan dengan kesehatan itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Jadi dalam hal ini motivasi / alasan yang menyebabkan seseorang itu berolah raga, perlu diteliti.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, istirahat / berlibur / piknik bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka semua hal-hal itu merelaxkan, dan alternatifnya (kalau seseorang tak pernah istirahat) menimbulkan stress, kelelahan, penyakit dsb, dan ini justru tidak memuliakan Allah atau merugikan bagi kemuliaan Allah.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, nonton TV atau bioskop bukanlah sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi perlu dipikirkan bahwa manusia membutuhkan hiburan / sesuatu yang merelaxkan, dan karena itu, selama tidak terlalu banyak, dan filmnya bukan film yang bersifat dosa, maka hal itu tidak bisa disalahkan.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, pesta bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka pesta itu bisa membangun persekutuan (tentu bukan seadanya pesta), dan itu bisa memuliakan Allah.
Tetapi coba pikirkan:
¨ kalau saudara membeli mobil baru padahal sudah mempunyai beberapa, hanya karena saudara mempunyai hobby mobil, apakah itu bisa memuliakan Allah? Atau memuliakan diri saudara sendiri?
¨ Juga kalau saudara membeli perhiasan, pakaian mewah yang sangat mahal, setiap saat ganti handphone, pesta pora yang berlebihan, dan sebagainya. Pikirkan, apakah pemborosan seperti itu bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah?
Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: kalaupun saudara melakukan hal-hal yang secara lahiriah kelihatannya rohani dan baik, tetapi kalau motivasi / alasannya bukan untuk memuliakan Allah, maka saudara tetap berdosa. Misalnya melayani karena terpaksa, memberi persembahan karena mengharapkan berkat Tuhan, pergi ke gereja sekedar sebagai kebiasaan atau untuk cari teman / pacar, dan sebagainya.
4) “Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
Kata ‘ikutlah’ merupakan present imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan suatu perintah untuk terus menerus ikut Yesus. Pada masa yang lalu Petrus tidak terus menerus ikut Yesus (pada saat menyangkalNya 3 x), tetapi mulai sekarang ia harus terus menerus ikut Yesus.
-o0o-
Yohanes 21:20-25
Yohanes 21: 20: “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’”.
Untuk ay 20b, bandingkan dengan Yoh 13:24-25 - “(24) Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: ‘Tanyalah siapa yang dimaksudkanNya!’ (25) Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepadaNya: ‘Tuhan, siapakah itu?’”.
Yohanes 21: 21: “Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?’”.
1) Arti pertanyaan Petrus.
KJV: ‘Lord, and what shall this man do?’ (= Tuhan, dan apa yang akan dilakukan orang ini?).
RSV: ‘Lord, what about this man?’ (= Tuhan, bagaimana tentang orang ini?).
NIV: ‘Lord, what about him?’ (= Tuhan, bagaimana tentang dia?).
NASB: ‘Lord, and what about this man?’ (= Tuhan, dan bagaimana tentang orang ini?).
NEB: ‘Lord, what will happen to him?’ (= Tuhan, apa yang akan terjadi pada dia?).
Kata ‘do’ (= dilakukan) dalam KJV sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya, dan Matthew Poole mengatakan bahwa arti sebetulnya dari pertanyaan ini adalah: ‘Apa yang akan terjadi dengan orang ini? Bagaimana nasibnya?’.
Pulpit Commentary (hal 515) mengatakan bahwa mungkin maksud pertanyaan Petrus adalah “Is he destined to suffer and die like me? Or is he destined to a still longer life and a more peaceful and natural death?” (= Apakah ia ditentukan untuk menderita dan mati seperti aku? Atau apakah ia ditentukan pada kehidupan yang lebih panjang dan kematian yang lebih damai dan alamiah?).
Barnes’ Notes: “This question probably means, ‘What death shall he die?’” (= Pertanyaan ini mungkin artinya ‘Kematian apa yang akan ia alami?’).
2) Mengapa Petrus menanyakan pertanyaan itu?
Barnes’ Notes: “it is impossible to ascertain certainly why Peter asked this question. John was a favorite disciple, and perhaps Peter suspected that he would have a happier lot, and not be put to death in this manner. Peter was grieved at the question of Jesus; he was probably deeply affected with the account of his own approaching sufferings; and, with perhaps a mixture of grief and envy, he asked what would be his lot. But it is possible, also, that it was from kindness to John - a deep solicitude about him, and a wish that he might not die in the same manner as one who had denied his Lord. Whatever the motive was, it was a curiosity which the Lord Jesus did not choose to gratify” (= adalah mustahil untuk memastikan mengapa Petrus menanyakan pertanyaan ini. Yohanes adalah murid favorit, dan mungkin Petrus curiga bahwa ia akan mendapatkan nasib yang lebih bahagia, dan tidak dibunuh dengan cara ini. Petrus sedih pada pertanyaan Yesus; ia mungkin sangat dipengaruhi dengan cerita tentang penderitaan-penderitaan yang ia dekati / datangi; dan, mungkin dengan suatu campuran dari kesedihan dan iri hati, ia bertanya bagaimana nasib Yohanes. Tetapi juga mungkin bahwa itu berasal dari kebaikan kepada Yohanes - suatu perhatian / kekuatiran tentang dia, dan suatu harapan bahwa ia tidak mati dengan cara yang sama seperti orang yang telah menyangkal Tuhannya. Apapun motivasinya, itu merupakan suatu keingin-tahuan yang Tuhan Yesus memilih untuk tidak memuaskannya).
Yohanes 21: 22: “Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.’”.
Leon Morris (NICNT): “The question is an emphatic way of reminding the impulsive leader of the apostolic band that there are some things which are outside his province” [= Pertanyaan ini merupakan suatu cara yang tegas yang mengingatkan pemimpin yang impulsif (punya sifat menuruti kata hatinya) dari rombongan rasul ini bahwa ada hal-hal yang berada di luar bidang wewenangnya] - hal 878.
Pulpit Commentary: “It implies that the Lord exercises a Divine sovereignty over the lives and over the deaths of his servants” (= Secara implicit ini menunjukkan bahwa Tuhan menjalankan suatu kedaulatan Ilahi atas kehidupan dan kematian dari hamba-hambaNya) - hal 515.
Calvin: “Christ had not intended to pronounce any thing certain or definite about John, but only to affirm that he had full power to decide about his life and death” (= Kristus tidak bermaksud untuk mengumumkan apapun yang pasti tentang Yohanes, tetapi hanya menegaskan bahwa Ia mempunyai kuasa penuh untuk memutuskan tentang kehidupan dan kematiannya) - hal 298.
William Hendriksen: “Peter must not be so deeply interested in God’s secret counsel (regarding John) that he fails to pay attention to God’s revealed will! It is a lesson which every believer in every age should take to heart” [= Petrus tidak boleh begitu dalam berminat dalam rencana rahasia Allah (berkenaan dengan Yohanes) sehingga ia gagal untuk memperhatikan kehendak Allah yang dinyatakan! Ini merupakan suatu pelajaran yang harus diperhatikan oleh setiap orang percaya dalam setiap jaman] - hal 491.
Bdk. Ul 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
William Hendriksen: “There is work to be done. There are souls to be reached. There is a task to be accomplished. Let Peter rivet all his attention upon this! Some people are always asking questions. They are asking so many questions that their real mission in life fails to receive the proper amount of interest and energy. There are times when questions are out of order” (= Ada pekerjaan yang harus dilakukan. Ada jiwa-jiwa yang harus dijangkau. Ada tugas yang harus diselesaikan. Hendaklah Petrus memancangkan seluruh perhatiannya pada hal ini! Sebagian orang selalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan. Mereka menanyakan begitu banyak pertanyaan sehingga missi mereka yang sesungguhnya dalam kehidupan tidak menerima perhatian dan tenaga yang seharusnya) - hal 491.
Tetapi kalau memang orang-orang percaya hanya diberi kuasa untuk menyatakan pengampunan dosa, mengapa ay 23 ini seolah-olah menunjukkan bahwa orang-orang percaya betul-betul diberi hak untuk mengampuni dosa? Untuk ini perhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.
Calvin: “it may be asked, Since he appoints them to be only the witnesses or heralds of this blessing, and not the authors of it, why does he extol their power in such lofty terms? ... the reason why Christ employs such magnificent terms, to commend and adorn that ministry which he bestows and enjoins on the Apostles. It is, that believers may be fully convinced, that what they hear concerning the forgiveness of sins is ratified, and may not less highly value the reconciliation which is offered by the voice of men, than if God himself stretched out his hand from heaven” (= bisa dipertanyakan, Karena Ia menetapkan mereka hanya sebagai saksi-saksi atau pemberita-pemberita dari berkat ini, dan bukan sumber / penciptanya, mengapa Ia meninggikan kuasa mereka dengan istilah-istilah yang begitu tinggi? ... alasan mengapa Kristus menggunakan istilah-istilah yang begitu tinggi, adalah untuk menghargai dan menghiasi pelayanan yang Ia berikan dan perintahkan kepada rasul-rasul. Itu adalah, supaya orang-orang percaya bisa diyakinkan sepenuhnya, bahwa apa yang mereka dengar berkenaan dengan pengampunan dosa disahkan, dan perdamaian yang ditawarkan oleh suara manusia ini tidak dinilai lebih rendah dari pada seandainya Allah sendiri mengulurkan tanganNya dari surga) - hal 271,272.
2) Ay 23b menunjukkan bahwa pemberita Injil boleh dan bahkan wajib memberikan ancaman kalau si pendengar menolak untuk percaya kepada Injil yang ia beritakan.
Calvin: “Christ adds this second clause, in order to terrify the despisers of his Gospel, that they may know that they will not escape punishment for this pride. As the embassy of salvation and of eternal life has been committed to the apostles, so, on the other hand, they have been armed with vengeance against all the ungodly, who reject the salvation offered to them” (= Kristus menambahkan anak kalimat kedua ini, untuk menakut-nakuti orang-orang yang menghina InjilNya, supaya mereka tahu bahwa mereka tidak akan lolos dari hukuman untuk kesombongan ini. Karena kedutaan dari keselamatan dan kehidupan kekal telah diberikan kepada rasul-rasul, maka pada sisi yang lain, mereka telah dipersenjatai dengan pembalasan terhadap semua orang-orang jahat, yang menolak keselamatan yang ditawarkan kepada mereka) - hal 273.
Calvin: “every one who hears the voice of the Gospel, if he do not embrace the forgiveness of sins which is there promised to him, is liable to eternal damnation; ... Not that the preaching of the Gospel is necessary for condemning the reprobate, for by nature we are all lost, ... but because the obstinacy of those who knowingly and willingly despise the Son of God deserves much severer punishment” (= setiap orang yang mendengar suara Injil, jika ia tidak mempercayai pengampunan dosa yang dijanjikan di sana kepadanya, menjadi sasaran dari hukuman kekal; ... Bukan bahwa pemberitaan Injil merupakan hal yang perlu untuk menghukum orang-orang yang ditentukan untuk binasa, karena secara alamiah kita semua terhilang, ... tetapi karena kekeras-kepalaan dari mereka yang secara sadar dan sengaja menghina Anak Allah layak mendapatkan hukuman yang lebih hebat) - hal 273.
Jadi, kalau saudara memberitakan Injil, jangan hanya menjanjikan keselamatan / surga bagi orang-orang yang mau percaya kepada Yesus, tetapi juga beritakanlah ancamannya, yaitu bahwa semua orang-orang yang menolak Kristus akan masuk ke neraka.
-o0o-
Yohanes 20:24-31
Yohanes 20: 24: “Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ”.
1) Mungkin kesedihan karena kematian Yesus menyebabkan Tomas menyendiri. Hal ini sebetulnya tidak salah. Salahnya adalah bahwa ia melakukan hal itu secara kelewat batas, sehingga ia sama sekali tidak bersekutu dengan saudara-saudara seimannya.
2) Membolosnya Tomas dari persekutuan dengan saudara-saudara seimannya ini menyebabkan Tomas tidak menerima berkat dan sukacita yang diterima oleh murid-murid lain, karena penampakan Yesus yang terjadi pada saat itu!
Matthew Henry: “by his absence he missed the satisfaction of seeing his Master risen, and of sharing with the disciples in their joy upon that occasion. Note, Those know not what they lose who carelessly absent themselves from the stated solemn assemblies of Christians” (= karena absennya ia tidak mendapatkan kepuasan dari melihat Tuannya bangkit, dan tidak ikut ambil bagian dengan murid-murid dalam sukacita mereka pada peristiwa itu. Perhatikan, Mereka tidak tahu mereka kehilangan apa pada waktu mereka secara ceroboh absen dari perkumpulan khidmat yang ditetapkan dari orang-orang Kristen).
Adam Clarke: “by absenting himself from the company of the disciples, he lost this precious opportunity of seeing and hearing Christ; and of receiving (at this time) the inestimable blessing of the Holy Spirit” [= dengan absennya ia dari kumpulan murid-murid, ia kehilangan kesempatan yang berharga untuk melihat dan mendengar Kristus; dan untuk menerima (pada saat ini) berkat yang tak ternilai dari Roh Kudus].
William Hendriksen: “By not being present he had missed the joy of seeing the risen Lord, and of hearing him speak words of peace. Indeed, he had missed the peace itself” (= Dengan tidak hadir ia tidak menerima sukacita berkenaan dengan melihat Tuhan yang bangkit, dan tidak mendengar Ia mengucapkan kata-kata damaiNya. Ia bahkan gagal menerima damai itu sendiri) - hal 463.
Penerapan: Saudara tidak akan pernah tahu berapa banyak sukacita dan berkat Tuhan yang gagal saudara terima karena saudara membolos dari Kebaktian maupun Pemahaman Alkitab! Karena itu jangan membolos! Tetapi kalau toh terpaksa tidak bisa hadir, mengingat di gereja ini ada rekaman cassette dan makalah khotbah, maka usahakanlah untuk mendengar cassette dan mempelajari makalahnya!
3) Ada penafsir yang bahkan beranggapan bahwa dengan absennya, Tomas bukan saja tidak menerima hal yang baik, tetapi ia mendapatkan hal yang buruk.
Adam Clarke: “Thomas had lost much good, and gained much evil, and yet was insensible of his state. Behold the consequences of forsaking the assemblies of God’s people! Jesus comes to the meeting - a disciple is found out of his place, who might have been there; and he is not only not blessed, but his heart becomes hardened and darkened through the deceitfulness of sin” (= Tomas kehilangan banyak hal yang baik, dan mendapatkan banyak hal yang buruk / jahat, tetapi ia tidak sadar akan keadaannya. Lihatlah konsekwensi dari tindakan meninggalkan perkumpulan umat Allah! Yesus datang ke pertemuan itu - seorang murid didapati tidak di tempatnya, yang sebetulnya bisa ada di sana; dan ia bukan hanya tidak diberkati, tetapi hatinya menjadi keras dan gelap melalui tipu daya dari dosa).
Kalau pada akhirnya ia toh menerima berkat dan sukacita yang sama, itu terjadi hanya karena kasih karunia Kristus. Tetapi ingat, bahwa tidak selalu hal itu terjadi. Seringkali, berkat / sukacita yang gagal kita dapatkan karena absennya kita dalam kebaktian / Pemahaman Alkitab, tidak akan kita dapatkan selama-lamanya.
Yohanes 20: 25: “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’”.
1) Mengapa orang sukar percaya pada kebangkitan?
a) Karena setan bekerja.
Setan selalu bekerja pada saat manusia mendengar suatu kebenaran rohani.
Ada suatu fakta yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu bahwa pada waktu seseorang mendengar sesuatu dari surat kabar, majalah, TV, bahkan iklan dan gossip, ia dengan mudah percaya, tanpa meminta bukti. Tetapi kalau seseorang mendengar firman Tuhan, maka seringkali ia tidak mau percaya sebelum ada buktinya! Mengapa? Jelas karena dalam kasus pertama, ia mendengar sesuatu yang bersifat jasmani / duniawi, sehingga setan tidak merasa perlu untuk bekerja. Tetapi dalam kasus kedua, ia mendengar suatu kebenaran rohani sehingga setan merasa perlu untuk bekerja supaya orang itu tidak percaya!
Percaya pada kebangkitan orang mati adalah sesuatu yang penting, karena kalau orang menganggap bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian, maka ia pasti akan hidup semaunya sendiri.
Bdk. 1Kor 15:32b - “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’”.
Kepercayaan pada kebangkitan Yesus dari antara orang mati, lebih-lebih merupakan sesuatu yang sangat vital untuk keselamatan kita. Ini terlihat dari Ro 10:9-10 yang berbunyi: “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”.
Itu sebabnya dalam pemberitaan Injil, selain menekankan kematian Kristus untuk dosa-dosa kita, Paulus juga menekankan kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Ini terlihat dari 1Kor 15:3-4 yang berbunyi: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”.
Karena itu jelaslah bahwa pada waktu seseorang mendengar Firman Tuhan, baik tentang kebangkitan orang mati maupun tentang kebangkitan Kristus, setan pasti akan bekerja mati-matian untuk membuat orang itu tidak percaya.
b) Hal itu dianggap tidak rasionil / tidak masuk akal.
Ini biasanya merupakan anggapan dari orang-orang yang membanggakan rasionya / kepandaiannya. Tetapi, kalau mereka sampai pada kesimpulan seperti itu, saya berpendapat bahwa itu menunjukkan kalau sebetulnya mereka justru kurang tajam / kurang teliti dalam menganalisa. Mengapa?
1. Jelas sekali bahwa dalam menganalisa persoalan kebangkitan, mereka tidak memperhitungkan kuasa Allah yang tidak terbatas!
Kalau mereka memperhitungkan kemahakuasaan Allah, maka jelaslah bahwa mereka tidak akan menyimpulkan bahwa kebangkitan adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
Bandingkan dengan Kis 26:8 dimana Rasul Paulus berkata: “Mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah membangkitkan orang mati?”. Juga bandingkan dengan Luk 1:37 - “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.’”.
2. Sebetulnya kelahiran seseorang ke dalam dunia, adalah suatu peristiwa yang lebih ajaib, dan lebih ‘tidak masuk akal’, dibandingkan dengan peristiwa kebangkitan. Bagaimana bisa begitu? Perhatikan kata-kata Blaise Pascal di bawah ini:
“What reason have atheists for saying that we cannot rise again? Which is the more difficult, to be born, or to rise again? That what has never been, should be, or that what has been, should be again? Is it more difficult to come into being than to return to it?“ (= Apa alasan orang-orang atheis untuk mengatakan bahwa kita tidak dapat bangkit kembali? Yang mana yang lebih sukar, dilahirkan atau bangkit kembali? Sesuatu yang tidak pernah ada, menjadi ada, atau sesuatu yang sudah ada, menjadi ada lagi? Apakah lebih sukar untuk menjadi ada dari pada untuk kembali ada?) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 566.
Keterangan: Saya kira kalimat terakhir (yang digarisbawahi) susunannya terbalik! Tetapi, bagaimanapun juga maksud dari orang itu jelas sekali. Kelahiran adalah suatu peristiwa dimana seseorang yang tadinya tidak ada, lalu menjadi ada. Ini jelas lebih ajaib / lebih tidak mungkin / lebih sukar dari peristiwa kebangkitan, dimana seseorang yang tadinya sudah ada, lalu menjadi ada lagi! Tetapi anehnya, semua orang percaya pada kelahiran, tetapi tidak percaya pada kebangkitan!
c) Ketidakpercayaan pada Firman Tuhan, dan tidak adanya pekerjaan Roh Kudus dalam diri mereka.
Orang yang betul-betul percaya pada Firman Tuhan, pasti tidak akan sukar untuk mempercayai kebangkitan. Tetapi manusia, yang condong kepada dosa, tidak mungkin bisa percaya pada Firman Tuhan maupun kebangkitan kalau Roh Kudus tidak bekerja dalam dirinya dan memberikan iman kepadanya.
2) Mengapa Tomas tak percaya kebangkitan Yesus?
Selain ketiga alasan di atas, ada juga alasan-alasan lain:
a) Karena Tomas tidak hadir bersama murid-murid yang lain, ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka (ay 24 bdk. ay 19-23).
b) Tomas adalah seorang skeptis (seorang yang selalu ragu-ragu dan tidak gampang percaya), dan juga secara alamiah adalah seorang pesimis (selalu meninjau masa depan secara negatif).
Ini terlihat dalam Yoh 11:16, dan terlihat lagi di sini!
1. Murid-murid yang lain, yang jumlahnya adalah 10 orang, bercerita kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Yesus (ay 25a).
Matthew Henry: “Note, The disciples of Christ should endeavour to build up one another in their most holy faith, both by repeating what they have heard to those that were absent, that they may hear it at second hand, and also by communicating what they have experienced. Those that by faith have seen the Lord, and tasted that he is gracious, should tell others what God has done for their souls” (= Perhatikan, Murid-murid Kristus harus berusaha untuk saling membangun dalam iman mereka yang paling kudus, baik dengan mengulangi apa yang telah mereka dengar kepada mereka yang absen, supaya mereka bisa mendengar dari tangan kedua, dan juga dengan menyampaikan apa yang mereka alami. Mereka yang oleh iman telah melihat Tuhan, dan mengecap bahwa Ia itu murah hati, harus memberi tahu yang lain apa yang telah Allah lakukan untuk jiwa mereka).
2. Tetapi Tomas tetap tidak percaya (ay 25b).
Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari kata-kata Tomas dalam ay 25b itu:
a. Ada sesuatu yang bagus dalam sikap / kata-kata Tomas ini, yaitu bahwa ia jujur / tidak munafik tentang ketidak-percayaannya. Ia tidak berpura-pura untuk percaya, sekalipun 10 murid yang lain percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati.
William Barclay: “He would never still his doubt by pretending that they did not exist. He was not the kind of man who would rattle off a creed without understanding what it was all about” (= Ia tidak pernah mau menenangkan keraguannya dengan berpura-pura bahwa hal itu tidak ada. Ia bukanlah jenis orang yang mau mengucapkan pengakuan iman tanpa mengerti tentang hal itu).
Penerapan: Apakah saudara sering pura-pura percaya padahal saudara ragu-ragu, atau bahkan tidak percaya? Kemunafikan saudara akan menyebabkan tidak adanya orang menolong saudara dalam hal itu, tetapi sebaliknya, keterusterangan saudara akan memudahkan saudara-saudara seiman saudara untuk menolong saudara!
b. Tetapi ketidakpercayaan Tomas yang diungkapkan dengan kata-kata seperti itu, juga bisa berakibat negatif terhadap orang-orang lain. Jadi, kalau mau menyatakan ketidak-percayaan, lakukan itu kepada orang-orang yang teguh imannya, bukan kepada orang-orang kristen baru / lemah.
c. Sikap Tomas yang ingin melihat baru percaya ini bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci / Firman Tuhan.
Ibr 11:1 - “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
2Kor 5:7 - “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.
Yoh 11:40 - “Jawab Yesus: ‘Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?’”.
d. Kata-kata Tomas ini menunjukkan betapa keras kepalanya Tomas itu!
Ay 25 akhir: ‘Aku tidak akan percaya’.
NIV: ‘I will not believe’ (= Aku tidak mau percaya).
Dan kalau dilihat dalam bahasa Yunaninya maka di sini digunakan 2 x kata ‘tidak’ (OU ME), yang menunjukkan suatu penekanan.
Adam Clarke: “His unbelief became obstinate: he was determined not to believe on any evidence that it might please God to give him: he would believe according to his own prejudices, or not at all” (= Ketidak-percayaannya menjadi tegar tengkuk: ia berketetapan untuk tidak percaya karena bukti apapun yang Allah berkenan berikan kepadanya: ia mau percaya menurut prasangka / pandangannya sendiri, atau tidak sama sekali).
e. Ketidakpercayaan Tomas ini adalah sesuatu yang aneh dan keterlaluan, karena:
· ia pasti tahu bahwa dalam Perjanjian Lamapun ada orang-orang yang bangkit dari kematian (1Raja 17:17-24 2Raja 4:18-37 2Raja 13:21).
· ia sendiri melihat Yesus membangkitkan orang mati sebanyak 3 x (Mark 5:21-43 Luk 7:11-17 Yoh 11).
· Pada waktu Yesus mati, banyak orang kudus bangkit dari kubur (Mat 27:52-53).
· Yesus sudah berulang-ulang memberitakan / menubuatkan tentang kematian dan kebangkitanNya (Yoh 2:18-22 Mat 16:21 Mat 17:22-23 Mat 20:18-19 Mat 26:2).
· ada 10 murid laki-laki yang bersaksi bahwa mereka telah melihat Yesus!
f. Ini menunjukkan bahwa dalam diri orang percaya selalu bisa ada ketidak-percayaan tertentu.
George Hutcheson: “Unbelief is strangely rooted in the heart of all men, yea, even of godly men and disciples, so that they may frequently fall into that sin, and be very pertinacious in it” (= Ketidak-percayaan secara aneh berakar dalam hati semua manusia, ya, bahkan orang-orang saleh dan murid-murid, sehingga mereka bisa sering jatuh ke dalam dosa itu, dan sangat berkeras hati di dalamnya) - hal 424.
g. Ini menunjukkan dalamnya kejatuhan Tomas. Ia menjadi seperti orang kafir! Kalau rasul saja bisa jatuh seperti itu, lebih-lebih orang kristen biasa! Karena itu jangan sembarangan menghakimi pada saat saudara melihat orang jatuh!
Calvin: “The same thing happens sometimes with many persons; for they grow wanton for a time, as if they had cast off all fear of God, so that there appears to be no longer any faith in them; but as soon as God has chastised them with a rod, the rebellion of their flesh is subdued, and they return to their right senses” (= Hal yang sama kadang-kadang terjadi dengan banyak orang; mereka hidup sembarangan untuk suatu jangka waktu tertentu, seakan-akan mereka telah membuang semua rasa takut kepada Allah, sehingga kelihatannya tidak lagi ada iman dalam diri mereka; tetapi begitu Allah menghajar mereka dengan tongkat, pemberontakan daging mereka ditundukkan, dan mereka kembali sadar).
Calvin lalu memberi contoh tentang kejatuhan Daud (berzinah dengan Batsyeba, membunuh Uria dsb).
h. Jaman sekarang juga banyak orang seperti Tomas.
John G. Mitchell: “I’ve had people say the same thing to me. ‘Unless I can see God do something, unless I feel it, unless God answer my prayers, I won’t believe.’ They are lying down their terms for faith instead of believing what He has declared. This is not ignorance or even honest doubt. It is nothing other than intellectual pride. My friend, there’s not a day that you don’t live by faith. You don’t sit down and examine everything. We take the word of people in many things. Teachers, salesmen, mechanics, referees - we trust them to know their business” (= Aku mendengar orang-orang mengatakan hal yang sama kepadaku. ‘Kecuali aku bisa melihat Allah melakukan sesuatu, kecuali aku merasakannya, kecuali Allah menjawab doa-doaku, aku tidak akan / mau percaya’. Mereka meletakkan syarat-syarat mereka untuk iman dan bukannya percaya apa yang telah Ia nyatakan. Ini bukan ketidak-tahuan atau keraguan yang jujur. Ini bukan lain merupakan kesombongan intelektual. Temanku, tidak ada hari dimana engkau tidak hidup dengan iman. Engkau tidak duduk dan memeriksa segala sesuatu. Kita mempercayai kata-kata dari orang-orang dalam banyak hal. Guru-guru, penjual-penjual, ahli-ahli mesin, wasit-wasit - kita mempercayai bahwa mereka tahu urusan mereka) - hal 397.
Yohanes 20: 26-27: “(26) Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’. (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
1) Setelah kebangkitanNya Yesus hanya kadang-kadang saja memunculkan diriNya.
Setelah kebangkitanNya, Yesus tidak terus menerus bersama dengan murid-muridNya. Ia hanya kadang-kadang saja menampakkan diri kepada mereka. Mengapa? Untuk menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia tidak dibangkitkan untuk hidup sama seperti dulu sebelum Ia mati.
Matthew Henry: “He deferred his next appearance for some time, to show his disciples that he was not risen to such a life as he had formerly lived, to converse constantly with them but was as one that belonged to another world, and visited this (world?) only as angels do, now and then, when there was occasion. Where Christ was during these eight days, and the rest of the time of his abode on earth, it is folly to enquire, and presumption to determine” [= Ia menunda pemunculan selanjutnya untuk sementara waktu, untuk menunjukkan murid-muridNya bahwa Ia tidak dibangkitkan kepada kehidupan seperti yang dulu Ia jalani, untuk berbicara terus menerus dengan mereka, tetapi sebagai seseorang yang termasuk dalam dunia yang lain, dan mengunjungi (dunia?) ini seperti yang dilakukan oleh malaikat-malaikat, hanya kadang-kadang, dimana ada kesempatan. Dimana Kristus berada selama 8 hari ini, dan sisa waktu selama Ia tinggal di bumi, merupakan hal yang bodoh untuk dipertanyakan, dan merupakan suatu kesombongan untuk menentukannya].
2) Yesus menunggu selama 1 minggu.
a) Yohanes 20: 26: ‘8 hari kemudian’.
Maksudnya adalah 8 hari setelah ay 19. Hari pertama adalah hari Minggu. 8 hari setelah itu / hari ke 8 setelah itu juga adalah hari Minggu! (bandingkan dengan Yesus yang mati pada hari Jum’at, lalu bangkit pada hari ke 3 yang adalah hari Minggu - itulah cara mereka menghitung hari!). Jadi Yesus membiarkan Tomas selama 1 minggu.
Ada yang mengatakan bahwa kata-kata ‘8 hari kemudian’ menunjuk pada hari Senin malam.
Pulpit Commentary: “‘Eight days’ having fully elapsed might bring them to the evening of the second day of the second week” (= ‘Delapan hari’ telah sepenuhnya berlalu membawa mereka kepada malam dari hari yang kedua dari minggu yang kedua) - hal 476.
Tetapi saya berpendapat ini salah. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini (3 ayat ini paralel):
· Luk 9:28 - “Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa”.
· Mat 17:1 - “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja”.
· Mark 9:2 - “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka”.
Cara mengharmoniskan bagian-bagian yang kelihatannya bertentangan / kontradiksi ini:
1. Luk 9:28 mengatakan ‘kira-kira delapan hari’.
2. Matius dan Markus hanya menghitung hari-hari yang ada di antara Mat 16:21-28 dan Mat 17:1, sedangkan Lukas juga menghitung hari-hari dimana Mat 16:21-28 dan Mat 17:1 terjadi.
b) Mengapa Yesus membiarkan Tomas selama 1 minggu?
1. Untuk memberi kesempatan kepada Tomas untuk bertobat dari ketidak-percayaannya terhadap kebangkitan Yesus. Mungkin selama itu, karena melihat pada sukacita yang ada dalam diri murid-murid yang lain, Tomas bisa berubah dan menjadi percaya. Tetapi ternyata Tomas tetap tidak bertobat.
2. Supaya Tomas merasakan akibat ketidak-percayaannya.
George Hutcheson: “however the Lord will help and cure the unbelief of his own, yet when they are wilful and peremptory in it, it is righteous with him to let them lie under it for a time, till they feel the evil and bitterness of it” (= bagaimanapun Tuhan akan menolong dan menyembuhkan ketidak-percayaan dari orang-orang milikNya, tetapi pada waktu mereka sengaja dan tak mau berubah di dalamnya, adalah benar dengan Dia untuk membiarkan mereka berada di bawahnya untuk sementara waktu, sampai mereka merasakan kejahatan dan kepahitan dari hal itu) - hal 424.
3. Untuk menekankan perubahan Sabat dari Sabtu menjadi hari pertama (Minggu).
Barnes’ Notes: “‘And after eight days again’. That is, on the return of the first day of the week. From this it appears that they thus early set apart this day for assembling together, and Jesus countenanced it by appearing twice with them. It was natural that the apostles should observe this day, but not probable that they would do it without the sanction of the Lord Jesus. His repeated presence gave such a sanction, and the historical fact is indisputable that from this time this day was observed as the Christian Sabbath. See Acts 20:7; 1 Cor. 16:2; Rev. 1:10.” (= ‘Dan setelah 8 hari lagi’. Yaitu, pada kembalinya hari pertama dari suatu minggu. Dari sini kelihatannya mereka demikian awal memisahkan hari ini untuk berkumpul bersama-sama, dan Yesus menyetujuinya dengan muncul 2 x bersama mereka. Adalah sesuatu yang wajar bahwa rasul-rasul memperingati hari ini, tetapi tidak mungkin bahwa mereka melakukan hal itu tanpa persetujuan dari Tuhan Yesus. KehadiranNya yang terulang memberikan persetujuan seperti itu, dan fakta historis tidak dapat dibantah bahwa sejak saat ini hari ini diperingati sebagai Sabat Kristen. Lihat Kis 20:7; 1Kor 16:2; Wah 1:10).
Jadi Barnes beranggapan bahwa rasul-rasul yang lebih dulu melakukan perubahan Sabat, dan Yesus lalu merestuinya. Tetapi saya lebih condong pada pandangan dari beberapa penafsir di bawah ini.
William Hendriksen: “Did the Lord wait until Sunday evening in order to encourage his disciples to observe that day - and not some other day - as day of rest and worship? That would seem probable” (= Apakah Tuhan menunggu sampai Minggu malam untuk mendorong murid-muridNya untuk menghormati hari itu - dan bukannya hari yang lain - sebagai hari istirahat dan ibadah? Itu kelihatannya memungkinkan) - hal 464.
Matthew Henry: “He deferred it so long as seven days. And why so? ... that he might put an honour upon the first day of the week, and give a plain intimation of his will, that it should be observed in his church as the Christian sabbath, the weekly day of holy rest and holy convocations. That one day in seven should be religiously observed was an appointment from the beginning, as old as innocency; and that in the kingdom of the Messiah the first day of the week should be that solemn day this was indication enough, that Christ on that day once and again met his disciples in a religious assembly” (= Ia menunda itu selama 7 hari. Dan mengapa demikian? ... supaya Ia bisa meletakkan suatu penghormatan pada hari pertama dari suatu minggu, dan memberikan suatu isyarat yang jelas dari kehendakNya, bahwa hari itu harus diperingati / dihormati dalam gerejaNya sebagai Sabat Kristen, hari libur mingguan dan pertemuan kudus mingguan. Bahwa satu dari tujjuh hari harus diperingati secara agamawi merupakan suatu penetapan dari semula, sama tuanya / kunonya dengan ketidak-bersalahan; dan bahwa dalam kerajaan dari Mesias hari yang pertama dari suatu minggu harus menjadi hari keramat / khidmat itu, ini merupakan petunjuk yang cukup, bahwa Kristus pada hari itu satu kali, dan lalu sekali lagi menemui murid-muridNya dalam suatu pertemuan / persekutuan agama).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And after eight days’ - that is, on the eighth or first day of the following week. They themselves probably met every day during the preceding week, but their Lord designedly reserved His second appearance among them until the recurrence of His resurrection-day, that He might thus inaugurate the delightful sanctities of THE LORD’S DAY (Rev. 1:10).” [= ‘Dan setelah 8 hari’ - yaitu, pada hari ke 8 atau hari pertama dari minggu berikutnya. Mereka sendiri mungkin bertemu setiap hari dalam sepanjang minggu yang lalu, tetapi Tuhan mereka dengan terencana menahan pemunculanNya yang kedua di antara mereka sampai kembalinya hari kebangkitanNya, supaya dengan demikian Ia bisa melantik kekudusan yang menggembirakan dari HARI TUHAN (Wah 1:10)].
Jelas bahwa inisiatif perubahan Sabat itu tidak mungkin datang dari rasul-rasul, yang lalu disetujui oleh Yesus. Inisiatif itu datang dari Yesus sendiri, yang secara sengaja dan terencana melakukan 2 x pemunculan pada hari Minggu, dan dengan demikian memberikan isyarat yang jelas tentang hal itu.
3) Yesus menampakkan diri lagi (ay 26-27).
a) Mereka semua, termasuk Tomas, sedang berkumpul (ay 26).
1. Tomas ada bersama para murid yang lain.
Matthew Henry: “though he had withdrawn himself once, yet not a second time. When we have lost one opportunity, we should give the more earnest heed to lay hold on the next, that we may recover our losses. It is a good sign if such a loss whet our desires, and a bad sign if it cool them” (= sekalipun ia telah menarik diri sekali, tetapi tidak untuk kedua-kalinya. Pada waktu kita kehilangan satu kesempatan, kita harus memberi perhatian yang lebih untuk memperoleh kesempatan berikutnya, supaya kita bisa memulihkan kehilangan kita. Merupakan suatu tanda yang baik jika kehilangan seperti itu merangsang keinginan kita, dan suatu tanda yang buruk jika itu mendinginkannya).
Penerapan: bagaimana kalau saudara gagal ikut Pemahaman Alkitab / Kebaktian? Apakah saudara terangsang untuk berjuang supaya tidak gagal dalam acara berikutnya, atau justru sebaliknya?
2. Tomas tidak dikucilkan oleh para murid. Para murid yang lain ingin menolong Tomas yang sedang jatuh.
Bandingkan dengan kata-kata Yesus kepada Petrus dalam Luk 22:32 - “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.
George Hutcheson: “It is the duty of Christ’s followers not to lose or cast off any, though weak and unbelieving, so long as they can get them along with them in any duty, and so long as there is any hope of their amendment, and being reclaimed; ... Where this condescendence is wanting, many may be lost who otherwise would be recovered” (= Merupakan kewajiban dari pengikut-pengikut Kristus untuk tidak kehilangan atau membuang siapapun, sekalipun lemah dan tak percaya, selama mereka bisa bersamanya dalam kewajiban / tugas apapun, dan selama disana ada pengharapan tentang perbaikan mereka, dan pengharapan untuk memperoleh mereka kembali; ... Dimana / Pada waktu sikap merendahkan diri ini tidak ada, banyak orang bisa terhilang padahal mereka sebetulnya bisa dipulihkan) - hal 424.
Tetapi orang yang sedang jatuh dalam iman seperti ini berbeda dengan orang kristen yang sesat dalam hal iman. Orang kristen yang sesat dalam hal iman, dan tetap berkeras dalam kesesatannya sekalipun telah diberikan bimbingan / nasehat, memang harus dikucilkan.
3. Ay 26 mirip sekali dengan ay 19, dan memang merupakan pengulangan dari ay 19! Jadi, ini adalah pengulangan ‘warta berita’, khusus untuk Tomas!
b) Yesus menampakkan diri dan mengijinkan Tomas merabaNya.
Yohanes 20: 27: “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Di sini Tomas diberi mujijat sesuai permintaannya, tetapi ingat bahwa tidak setiap orang yang menginginkan mujijat / bukti lalu diberi mujijat / bukti oleh Tuhan. Bandingkan dengan:
· Luk 16:27-31 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
· 1Kor 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Karena itu kalau saudara hanya mau percaya kepada Yesus hanya kalau saudara melihat mujijat, sikap itu bisa membawa saudara ke neraka!
2. Dalam ay 27 (bdk. ay 25), Yesus berkata tentang ‘tanganNya’:
· bukan ‘pergelangan tangan’. Jadi, yang dipaku adalah tangan, dan bukan pergelangan tangan! Ada orang yang mengatakan bahwa dalam kedokteran kata ‘tangan’ menunjuk pada seluruh lengan atas sampai tangan, dan karena itu adalah mungkin bahwa yang dimaksud dengan ‘tangan’ di sini adalah ‘pergelangan tangan’. Problem dari pandangan ini adalah: mungkinkah rasul Yohanes, yang adalah seorang nelayan, menggunakan istilah ‘tangan’ dengan arti yang dimaksud oleh ilmu kedokteran modern?
· apakah kaki Yesus tidak dipaku? Dari Maz 22:17b dan Luk 24:39-40, terlihat dengan jelas bahwa kaki Yesus juga dipaku!
Maz 22:17 - “mereka menusuk tangan dan kakiku”.
Luk 23:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka”.
Catatan: ingat bahwa Maz 22 adalah Mazmur tentang salib (perhatikan ay 2,8-9,16,19).
3. Kata-kata Yesus dalam ay 27 ini sangat sesuai dengan tuntutan Tomas dalam ay 25b, dan ini menunjukkan bahwa Yesus mendengar kata-kata Tomas itu, dan ini membuktikan bahwa Ia memang hidup.
Wycliffe Bible Commentary: “By his very language the Lord revealed that he knew what Thomas had asserted. Therefore he must have been alive when the doubting apostle spoke those words about the hands and the side” (= Oleh kata-kataNya Tuhan menyatakan bahwa Ia tahu apa yang ditegaskan oleh Tomas. Karena itu Ia pasti telah hidup pada waktu rasul yang ragu-ragu ini mengucapkan kata-kata tentang tangan dan sisi / rusuk).
4. Sikap Yesus terhadap orang yang jatuh.
Apa yang Yesus lakukan terhadap Tomas ini menunjukkan bahwa Yesus memang menggenapi Yes 42:3 - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum”.
Matthew Henry: “He will not break the bruised reed, but, as a good shepherd, gathers that which was driven away, Ezek. 34:16. We ought thus to bear the infirmities of the weak, Rom. 15:1-2.” [= Ia tidak akan memutuskan buluh yang patah terkulai (Yes 42:3), tetapi, seperti seorang gembala yang baik, mengumpulkan domba-domba yang hilang / tersesat, Yeh 34:16. Demikianlah kita harus menanggung kelemahan dari orang-orang yang lemah, Ro 15:1-2].
Yesus tidak menegur dengan keras, tetapi dengan lemah lembut. Ini adalah sesuatu yang harus kita tiru dalam menghadapi orang yang jatuh! Mengapa? Karena tujuan kita adalah untuk mengangkat orang itu dari kejatuhan, dan bukan untuk menghancurkannya.
Dalam 1Kor 5:1-13 Paulus memerintahkan pengucilan terhadap orang-orang kristen yang hidup dalam dosa-dosa yang hebat. Tetapi dalam 2Kor 2:5-8 ia berkata: “(5) Tetapi jika ada orang yang menyebabkan kesedihan, maka bukan hatiku yang disedihkannya, melainkan hati kamu sekalian, atau sekurang-kurangnya - supaya jangan aku melebih-lebihkan -, hati beberapa orang di antara kamu. (6) Bagi orang yang demikian sudahlah cukup tegoran dari sebagian besar dari kamu, (7) sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat. (8) Sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia”.
Bandingkan dengan:
· Amsal 25:15 - “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”.
· Gal 6:1 - “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan”.
c) Yesus menghendaki supaya Tomas percaya pada kebangkitanNya (ay 27 akhir).
1. Yohanes 20: 27 ini merupakan suatu teguran.
Seseorang mengatakan: “to suspend our believing upon our sight is reproof-worthy” (= menggantungkan kepercayaan kita pada penglihatan adalah sesuatu yang layak dicela).
2. Yesus menegur Tomas di depan semua murid yang lain.
George Hutcheson: “Such as have publicly sinned to the offending of others should be publicly dealt with, to take with and amend their fault, that so their recovery may strengthen those whom their failings were ready to weaken; therefore doth Christ deal with and seek to reclaim Thomas, in presence of all the disciples, to whom he had professed his wilful unbelief” [= Orang-orang yang yang berbuat dosa di depan umum sehingga menyinggung / menyandungi orang-orang lain, harus ditangani di depan umum, dibicarakan (?) dan diperbaiki kesalahannya, sehingga dengan demikian pemulihan mereka bisa menguatkan mereka yang siap dilemahkan oleh kegagalan mereka; karena itu Kristus menangani dan berusaha untuk memperoleh Tomas kembali, di depan semua murid-murid, kepada siapa ia telah mengaku ketidak-percayaannya yang disengaja / keras kepala] - hal 424,425.
Dalam persoalan peneguran, banyak orang hanya memperhatikan Mat 18:15-17 yang berbunyi: “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”.
Padahal ada ayat lain yang juga harus diperhatikan, yaitu 1Tim 5:20 yang berbunyi: “Mereka yang berbuat dosa hendaklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itupun takut”.
d) Kata-kata Yesus ini menunjukkan betapa pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus!
Tasker (Tyndale): “The injunction ‘be not faithless’ implies that there can be no permanent faith in Jesus except faith in Him as the risen Lord who still bears the scars of His atoning death. Thomas was therefore faced with the alternative either of Christian faith or unbelief” (= Perintah ‘jangan engkau tidak percaya’ secara implicit menunjukkan bahwa di sana tidak bisa ada iman yang permanen kepada Yesus kecuali iman kepada Dia sebagai Tuhan yang bangkit yang tetap memiliki bekas-bekas luka dari kematianNya yang menebus. Karena itu Tomas dihadapkan pada pilihan, iman Kristen atau ketidak-percayaan) - hal 227.
Yohanes 20: 28: “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
Reaksi Tomas:
1) Tomas percaya.
Tadi ia mengatakan bahwa ia tidak mau percaya kecuali ia mencucukkan jari dan tangan ke dalam bekas paku dan tombak pada tangan dan rusuk / lambung Yesus. Ini menyebabkan banyak orang mempertanyakan: apakah Tomas meraba lubang paku / tombak itu atau tidak?
a) Ada yang menganggap ya. Alasannya:
· Yesus memerintahnya untuk meraba (ay 27).
· Sekalipun ay 28 memang tidak menceritakan bahwa Tomas meraba / mencucukkan jari dan tangannya, itu tidak membuktikan bahwa ia tidak meraba / mencucukkan jarinya. Dalam Luk 24:39-43, pada waktu Yesus mempersilahkan murid-murid untuk meraba, juga tidak diceritakan bahwa mereka meraba, tetapi toh dari 1Yoh 1:1 kelihatannya Yohanes meraba Yesus.
1Yoh 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu”.
· ketidak-percayaan Tomas terlalu kuat untuk bisa disembuhkan tanpa hal itu.
Adam Clarke: “‘Reach hither thy finger, and thrust it into my side: and be not faithless, but believing.’ And it is very probable that Thomas did so; for his unbelief was too deeply rooted to be easily cured” (= ‘Raihkanlah jarimu kemari, dan cucukkanlah ke dalam rusukKu: dan janganlah engkau tidak percaya, tetapi percayalah’. Dan adalah sangat mungkin bahwa Tomas melakukan demikian; karena ketidak-percayaannya berakar terlalu dalam untuk disembuhkan dengan mudah).
b) Ada yang menganggap tidak. Alasannya:
· ay 28 tidak mengatakan bahwa ia meraba.
· ay 29: ‘Engkau telah melihat Aku’, bukan ‘Engkau telah meraba Aku’.
Saya lebih condong pada pandangan ini.
2) Menyebut Yesus ‘Tuhanku dan Allahku’ (ay 28).
Yohanes 20: 28: ‘Tomas menjawab Dia’.
NASB / Lit: “Thomas answered and said to him” (= Tomas menjawab dan berkata kepada Dia).
Jelaslah bahwa:
a) Kata-kata ini tidak ditujukan kepada Bapa.
b) Kata-kata ini bukan sekedar kata-kata yang terlontar karena kaget, yang pada dasarnya tidak ditujukan kepada siapa-siapa. Kalau itu hanya sekedar kata-kata yang terlontar karena kaget, maka:
· itu merupakan pelanggaran terhadap hukum ke 3 dari 10 hukum Tuhan, dan Yesus pasti tidak akan mengucapkan ay 29 terhadap orang yang melanggar hukum ke 3 tersebut.
Barnes’ Notes: “In this passage the name God is expressly given to Christ, in his own presence and by one of his own apostles. ... If this was not the meaning of Thomas, then his exclamation was a mere act of profaneness, and the Saviour would not have commended him for taking the name of the Lord his God in vain” (= Dalam text ini nama Allah secara jelas diberikan kepada Kristus, pada saat Ia sendiri hadir, dan oleh satu dari rasul-rasulNya sendiri. ... Jika ini bukan maksud dari Tomas, maka seruan ini semata-mata merupakan tindakan kecemaran / tidak hormat, dan sang Juruselamat tidak akan memuji dia untuk penyebutan nama Tuhan Allahnya dengan sia-sia).
Thomas Whitelaw: “in a Jew such a use of the divine name would have been regarded as sinful” (= dalam diri seorang Yahudi penggunaan nama ilahi seperti itu akan dianggap sebagai berdosa) - hal 438.
· Yesus tidak mungkin mengatakan ay 29a: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya’.
Kedua penafsiran salah di atas sering dipaksakan kepada ayat ini untuk menghindari keilahian Yesus. Tetapi penafsiran-penafsiran itu pasti salah. Kata-kata Tomas itu jelas ditujukan kepada Yesus.
Ada lagi orang-orang sesat yang menganggap bahwa kata ‘Tuhanku’ ditujukan kepada Yesus sedangkan kata ‘Allahku’ ditujukan kepada Bapa. Ini jelas juga omong kosong dan merupakan suatu penafsiran yang dipaksakan. Kedua sebutan itu jelas ditujukan kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “When Thomas cried, ‘My Lord and my God!’ the two appellations were unquestionably addressed to one and the same Person, who stood before him” (= Pada waktu Tomas berteriak, ‘Tuhanku dan Allahku!’, tidak diragukan bahwa kedua sebutan / panggilan / gelar itu ditujukan kepada Pribadi yang satu dan yang sama, yang berdiri di depannya) - hal 488.
Dengan demikian:
1. Ia mengakui Yesus sebagai Tuhan (bdk. Ro 10:9 1Kor 12:3) dan sebagai Allah.
Adam Clarke: “The resurrection from the dead gave them the fullest proof of the divinity of Christ” (= Kebangkitan dari orang mati memberikan mereka bukti yang paling penuh tentang keilahian dari Kristus).
Bdk. Ro 1:4 - “dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”.
Catatan: ingat bahwa istilah ‘Anak Allah’ bagi Yesus menunjukkan keilahian Yesus (bdk. Yoh 5:18 Yoh 10:33 Mat 14:33).
C. H. Spurgeon: “This is a most plain and hearty confession of the true and proper Deity of our Lord Jesus Christ. It is as much as a man could say if he wished to assert indisputably and dogmatically that Jesus is indeed God and Lord. We find David saying, ‘O Lord of hosts, my King, and my God,’(Psalm 84:3) and in another place (Psalm 35:23) he says, ‘My God and my Lord,’ terms only applicable to Jehovah. Such expressions were known to Thomas, and he as an Israelite would never have applied them to any person whom he did not believe to be God” [= Ini adalah pengakuan yang paling jelas dan sungguh-sungguh tentang KeAllahan yang sejati dan benar dari Tuhan Yesus Kristus. Itu adalah hal tertinggi / terbanyak yang bisa dikatakan seseorang jika ia ingin menegaskan secara tak terbantah dan secara dogmatis bahwa Yesus memang adalah Allah dan Tuhan. Kita mendapatkan Daud berkata: ‘ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku’ (Maz 84:4) dan di tempat lain (Maz 35:23) ia berkata: ‘ya Allahku dan Tuhanku’, istilah-istilah yang hanya dapat digunakan bagi Yehovah. Ungkapan-ungkapan seperti itu diketahui oleh Tomas, dan ia sebagai seorang Israel tidak akan pernah menerapkannya kepada siapapun yang tidak ia percayai sebagai Allah] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 6, hal 494.
Maz 84:4 - “Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbahMu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!”.
Maz 35:23 - “Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku!”.
2. Ia mengakui Yesus sebagai ‘Tuhanku dan Allahku’!
Penerapan: apakah saudara mengakui Yesus sama seperti ini?
3) Calvin mengatakan bahwa kata-kata Tomas ini menunjukkan bahwa tadi imannya bukannya musnah sama sekali.
Calvin: “so sudden an exclamation shows that faith was not wholly extinguished in him, though it had been choked; for in the side or hands of Christ he does not handle Christ’s Divinity, but from those signs he infers much more than they exhibited. Whence comes this, but because, after forgetfulness and deep sleep, he suddenly comes to himself? This shows, therefore, the truth of what I said a little ago, that the faith which appeared to be destroyed was, as it were, concealed and buried in his heart” (= seruan yang mendadak seperti itu menunjukkan bahwa iman tidak seluruhnya padam dalam dia, sekalipun itu dicekik; karena pada rusuk atau tangan dari Kristus ia tidak menangani keilahian Kristus, tetapi dari tanda-tanda itu ia menyimpulkan jauh lebih banyak dari yang ditunjukkan. Dari mana datangnya ini, kecuali karena, setelah pelupaan dan tidur yang dalam, ia tiba-tiba sadar? Karena itu, ini menunjukkan kebenaran dari apa yang baru saya katakan, bahwa iman yang kelihatannya hancur seakan-akan bersembunyi dan dikubur dalam hatinya) - hal 276.
4) Pengakuan Tomas ini adalah pengakuan pertama tentang Yesus sebagai Allah, dan pengakuan yang luar biasa ini melampaui / lebih baik dari reaksi semua murid lain yang percaya kebangkitan Kristus sebelum Tomas.
George Hutcheson: “God may ofttimes make the last to be first, in their outstripping others who were before them; for here Thomas, who had miscarried so far, giveth a fairer confession than any of the rest had done” (= Allah bisa sering membuat yang terakhir menjadi yang pertama, dengan melampaui orang-orang lain yang ada di depan mereka; karena di sini Tomas, yang telah gagal begitu jauh, memberi suatu pengakuan yang lebih indah dari yang telah dilakukan oleh murid-murid yang lain) - hal 425.
F. F. Bruce: “Thomas might have been slower than his fellow-disciples to come to faith in the risen Christ, but when he did so, his faith was expressed in language which went beyond any that they had used” (= Tomas mungkin lebih lambat dari rekan murid-murid yang lain untuk datang kepada iman kepada Kristus yang bangkit, tetapi pada waktu ia melakukan demikian, imannya dinyatakan dengan kata-kata yang melampaui apapun yang telah mereka gunakan) - hal 394.
Word Biblical Commentary: “So it comes about that the most outrageous doubter of the resurrection of Jesus utters the greatest confession of the Lord who rose from the dead. His utterance does not simply acknowledge the reality of the resurrection of Jesus, but expresses its ultimate meaning, i.e., as revelation of who Jesus is. Yet it is not an abstract theological definition concerning the person of Christ. The personal pronoun is of vital importance ‘my Lord, and my God.’ He confesses to the risen Jesus that he belongs to him as his willing subject; he adores him and henceforth will serve him as he deserves” (= Demikianlah terjadi bahwa orang ragu-ragu yang paling memalukan tentang kebangkitan Yesus mengucapkan pengakuan terbesar tentang Tuhan yang bangkit dari orang mati. Ucapannya tidak sekedar mengakui kenyataan dari kebangkitan Yesus, tetapi menyatakan artinya yang tertinggi, yaitu sebagai penyataan / wahyu tentang siapa Yesus itu. Tetapi ini bukan suatu definisi theologia yang abstrak mengenai pribadi Kristus. Kata ganti orangnya sangat penting. ‘Tuhanku dan Allahku’. Ia mengaku kepada Tuhan yang bangkit bahwa ia adalah milikNya sebagai subyeknya yang tunduk; ia memujaNya dan mulai saat itu akan melayani Dia / beribadah kepadaNya seperti yang layak Ia dapatkan).
5) Pengakuan / iman Tomas ini seharusnya menyebabkan semua orang yang tak percaya kepada kebangkitan Yesus, menjadi percaya.
Barnes’ Notes: “Many now are unwilling to believe because they do not see the Lord Jesus, and with just as little reason as Thomas had. The testimony of those eleven men - including Thomas who saw him alive after he was crucified; who were willing to lay down their lives to attest that they had seen him alive; who had nothing to gain by imposture, and whose conduct was removed as far as possible from the appearance of imposture, should be regarded as ample proof of the fact that he rose from the dead” (= Sekarangpun banyak orang tidak mau percaya karena mereka tidak melihat Tuhan Yesus, dan dengan alasan yang sama sedikitnya seperti yang dipunyai Tomas. Kesaksian dari 11 orang itu, termasuk Tomas, yang melihatNya hidup setelah Ia disalibkan; yang rela untuk meletakkan / menyerahkan nyawa mereka untuk menegaskan bahwa mereka telah melihatNya hidup; yang tidak mendapatkan keuntungan apa-apa oleh penipuan seperti ini, seharusnya dianggap sebagai bukti yang cukup tentang fakta bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati).
Yohanes 20: 29: “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
1) Apakah kata-kata Yesus dalam ay 29 ini bertentangan dengan Mat 13:16 - “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar”? Calvin mengatakan: ‘Tidak’, karena dalam Mat 13:16 ini Kristus tidak berbicara semata-mata tentang melihat / mendengar Kristus secara jasmani, tetapi secara rohani. Kontext dari Mat 13:16 itu memang secara jelas menunjukkan hal itu.
2) Ay 29a: ‘karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya’.
a) Sebetulnya murid-murid lainpun juga begitu (bdk. ay 8 Luk 24:9-11).
b) Mengapa disebut ‘percaya’ padahal sudah melihat? Bandingkan dengan:
· 2Kor 5:7 - “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.
· Ibr 11:1 - “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
Illustrasi: kalau saya berkata kepada saudara bahwa saya mempunyai uang 1 milyar, dan saudara percaya hanya berdasarkan kata-kata saya itu, maka saudara memang percaya kepada saya. Tetapi kalau saya menunjukkan surat deposito dari bank atas nama saya dengan jumlah 1 milyar, dan saudara percaya akan hal itu, apakah itu bisa disebut ‘percaya’? Rasanya tidak. Itu bukan ‘percaya’, tetapi ‘tahu’.
Lalu mengapa Tomas tetap disebut percaya, sekalipun sudah melihat? Karena pada waktu Allah membangunkan ia dari ‘tidur’nya ia ingat kembali pada ajaran / Firman Tuhan tadinya ia percayai.
Calvin: “it was not by mere touching or seeing that Thomas was brought to believe that Christ is God, but, being awakened from sleep, he recalled to remembrance the doctrine which formerly he had almost forgotten. Faith cannot flow from a merely experimental knowledge of events, but must draw its origin from the word of God” (= bukan semata-mata karena menyentuh atau melihat Kristus Tomas percaya bahwa Kristus adalah Allah, tetapi karena dibangunkan dari tidurnya, ia ingat ajaran yang tadinya hampir ia lupakan. Iman tidak bisa mengalir dari semata-mata pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman dari peristiwa-peristiwa, tetapi harus mendapatkan asal usulnya dari firman Allah) - hal 278.
Mungkin bisa ditambahkan bahwa kalaupun seseorang melihat Yesus, bisa saja ia tetap tidak percaya, dan menganggapNya sebagai hantu / setan dan sebagainya. Jadi memang tetap dibutuhkan pekerjaan Allah supaya Tomas bisa percaya.
c) Kata-kata ini mengandung teguran.
Matthew Henry: “if no evidence must be admitted but that of our own senses, and we must believe nothing but what we ourselves are eye-witnesses of, farewell all commerce and conversation. If this must be the only method of proof, how must the world be converted to the faith of Christ? He is therefore justly blamed for laying so much stress upon this” (= jika tidak ada bukti yang diterima kecuali dari pancaindera kita, dan kita tidak boleh mempercayai apapun kecuali apa yang kita saksikan sendiri, selamat tinggal kepada semua perdagangan dan pembicaraan. Jika ini harus merupakan satu-satunya metode pembuktian, bagaimana dunia harus dipertobatkan kepada iman kepada Kristus? Karena itu ia secara benar dipersalahkan karena memberikan tekanan yang begitu besar pada hal ini).
3) Kata-kata Yesus dalam ay 29a, secara implicit menunjukkan bahwa Ia menerima pengakuan Tomas pada ay 28, dan ini membuktikan bahwa Yesus memang adalah Tuhan dan Allah sendiri!
Adam Clarke: “Dr. Pearce says here: ‘Observe that Thomas calls Jesus his God, and that Jesus does not reprove him for it, though probably it was the first time he was called so.’ And, I would ask, could Jesus be jealous of the honour of the true God - could he be a prophet - could he be even an honest man, to permit his disciple to indulge in a mistake so monstrous and destructive, if it had been one?” (= Dr. Pearce berkata di sini: ‘Perhatikan bahwa Tomas menyebut Yesus Allahnya, dan bahwa Yesus tidak memarahinya untuk hal itu, sekalipun mungkin itu adalah untuk pertama kalinya Ia disebut demikian’. Dan saya bertanya: bisakah Yesus sangat menghormati Allah yang benar - bisakah Ia adalah seorang nabi - bisakah Ia bahkan adalah seorang manusia yang jujur, dengan mengijinkan muridNya menuruti hatinya dalam suatu kesalahan yang begitu besar dan menghancurkan / merusak, seandainya kata-kata Tomas itu memang adalah suatu kesalahan seperti itu?).
Memang, kalau Yesus bukan Tuhan / Allah, tetapi tidak menegur Tomas, dan sebaliknya mau menerima pengakuan Tomas tentang diriNya sebagai Tuhan dan Allah, maka Ia betul-betul adalah orang brengsek! Yang mana yang saudara percayai, ‘Yesus adalah Tuhan / Allah’, atau ‘Yesus adalah orang brengsek’?
4) Ay 29b: ‘Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya’.
Bdk. 1Pet 1:8a - “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya”.
a) Ini menunjukkan bahwa kalau kita bisa percaya pada saat makin tak ada bukti (asal hal itu dinyatakan oleh Firman Tuhan), maka makin dipuji iman kita itu.
George Hutcheson: “The less sensible evidence there be of the object of faith, (provided it be revealed in the word,) there is the greater blessedness in believing thereof; and such faith will be the more excellent and commendable in Christ’s sight” [= Makin kurang masuk akal bukti yang ada tentang obyek dari iman, (asal itu dinyatakan dalam firman), makin diberkati kepercayaan terhadapnya; dan iman seperti itu makin bagus dan terpuji dalam pandangan Kristus] - hal 426.
Contoh: Abraham yang tetap beriman sekalipun ia sudah tua dan rahim Sara telah tertutup (Kej 18:11 Ro 4:19).
Ro 4:18-21 - “(18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah (dalam TB1-LAI yang kuno: ‘telah menjadi lemah zakarnya’), karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. (20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, (21) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan”.
Kej 18:11 - “Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid”.
b) Tuhan lebih senang kita tidak melihat tetapi percaya, dan karena itu Ia menampakkan diriNya setelah kebangkitan itu hanya kepada relatif sedikit orang.
Matthew Henry: “he never showed himself alive after his resurrection to all the people, Acts 10:40-41. We should have said, ‘Let his ignominious death be private, and his glorious resurrection public.’ But God’s thoughts are not as ours; and he ordered it that his death should be public before the sun, by the same token that the sun blushed and hid his face upon it. But the demonstrations of his resurrection should be reserved as a favour for his particular friends, and by them be published to the world, that those might be blessed who have not seen, and yet have believed” (= Ia tidak pernah menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah kebangkitanNya kepada seluruh bangsa, Kis 10:40-41. Kita seharusnya berkata: ‘Hendaklah kematianNya yang memalukan / hina bersifat rahasia / tidak terbuka untuk umum, dan kebangkitanNya yang mulia bersifat umum’. Tetapi pikiran Allah bukan pikiran kita; dan Ia menetapkan / mengaturnya bahwa kematianNya harus bersifat umum di depan matahari, begitu pula bahwa matahari menjadi malu dan menyembunyikan wajahnya terhadapnya. Tetapi demonstrasi dari kebangkitanNya harus dibatasi sebagai suatu kebaikan untuk sahabat-sahabatNya yang khusus, dan oleh mereka dipublikasikan kepada dunia, supaya mereka yang tidak melihat tetapi percaya, bisa diberkati).
Kis 10:40-41 - “Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Setelah kebangkitanNya Yesus memang menampakkan diri hanya kepada relatif sedikit orang, paling banyak 500 orang (1Kor 15:6). Mengapa Ia tidak menampakkan diri kepada Pontius Pilatus, Herodes, para tentara Romawi, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, imam-imam, Sanhedrin / Mahkamah Agama, masyarakat Yahudi, atau singkatnya kepada dunia? Bukankah kalau Ia melakukan hal itu semua menjadi Kristen? Ia tidak melakukannya, karena Ia tidak ingin manusia percaya setelah melihat. Ia ingin manusia percaya sekalipun tidak melihat. Kita harus percaya hanya berdasarkan pemberitaan Firman Tuhan.
Saudara tidak pernah melihat Yesus. Tetapi saudara mendengar tentang Dia, kematianNya, kebangkitanNya, dari Kitab Suci / Firman Tuhan. Maukah saudara percaya, sekalipun tidak melihat?
F. F. Bruce: “since the apostolic generation passed from earth, all believers in the crucified and risen Lord have believed without seeing, and to them is assured the special blessing here pronounced by him” (= sejak generasi rasul-rasul meninggalkan bumi, semua orang percaya kepada Tuhan yang tersalib dan bangkit telah percaya tanpa melihat, dan bagi mereka dipastikan berkat khusus yang diucapkan olehNya di sini) - hal 394.
Yohanes 20: 30-31: “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.
1) Ada penafsir yang beranggapan bahwa yang dibicarakan di sini adalah tanda-tanda yang ditulis oleh Yohanes berkenaan dengan kebangkitan Kristus, tetapi ada yang menganggap bahwa ini merupakan seadanya tanda. Saya lebih condong pada pandangan yang kedua.
2) Persoalan problem text dan terjemahan dari bagian ini.
Tasker (Tyndale): “The verb translated ‘believe’ is found in some MSS in the present tense, and in others in the aorist. If the distinction is to be pressed, the former, read by most editors, would give the sense ‘that you may continue to believe’ and the latter ‘that you may come to believe’” (= Kata kerja yang diterjemahkan ‘percaya’ ditemukan dalam sebagian manuscripts dalam present tense, dan dalam manuscripts yang lain dalam aorist / past tense. Jika perbedaan itu mau ditekankan, yang pertama, diterima oleh kebanyakan editor, akan memberikan arti ‘supaya engkau bisa terus percaya’ dan yang terakhir ‘supaya engkau menjadi percaya’) - hal 228.
Hendriksen menterjemahkan: ‘that you may continue to believe that Jesus is the Christ, the Son of God, and in order that believing you may continue to have life in his name’ (= supaya engkau bisa terus percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, dan supaya dengan percaya engkau bisa terus mempunyai hidup dalam namaNya).
Dan William Hendriksen mengatakan pada saat itu ada ajaran sesat (Cerinthus) yang menyangkal keilahian Yesus, dan rasul Yohanes menuliskan Injilnya supaya orang-orang kristen tetap percaya kepada Kristus, dan tetap mempunyai hidup karena iman kepada Kristus.
3) Kata ‘Anak Allah’ menunjukkan keilahian Kristus.
Calvin: “as the name, Son of God, belongs only to Christ, it follows that he is a Son, not by adoption, but by nature: and, therefore, under this name is comprehended the eternal Divinity of Christ” (= karena nama ‘Anak Allah’ hanya merupakan milik Kristus, sebagai akibatnya Ia adalah seorang Anak, bukan karena adopsi, tetapi secara alamiah: dan karena itu di bawah nama ini dicakup keilahian kekal dari Kristus) - hal 282.
Bandingkan dengan:
· Yoh 5:18 - “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
· Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
Calvin: “And, indeed, he who, after having received those striking proofs, which are to be found in the Gospel, does not perceive Christ to be God, does not deserve to look even at the sun and the earth, for he is blind amidst the brightness of noonday ” (= Dan memang, ia yang telah menerima bukti-bukti yang menyolok yang didapatkan dalam Injil, tetapi tidak merasa / mengerti Kristus sebagai Allah, tidak layak untuk bahkan melihat pada matahari dan bumi, karena ia buta di tengah-tengah terangnya tengah hari) - hal 282.
-o0o-
Yohanes 21:1-14
Leon Morris mengatakan bahwa ada 2 pandangan utama tentang Yoh 21.
1) Ini merupakan bagian integral dari Injil Yohanes dari semula.
Leon Morris (NICNT): “Those who see this section as integral to the Gospel point to the fact that there is no break in style. As far as we can see this last chapter came from the same pen as did the first twenty” (= Mereka yang melihat bagian ini sebagai pelengkap dari Injil ini menunjuk kepada fakta bahwa di sana tidak ada perubahan dalam gaya. Sejauh yang bisa kami lihat pasal terakhir ini datang dari pena / penulis yang sama seperti halnya dua puluh pasal yang pertama) - hal 858.
Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Strachan: “There is no trace of any manuscript of the Gospel without this chapter” (= Tidak ada jejak dari manuscripts manapun dari Injil ini tanpa pasal ini) - hal 858 (footnote).
Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata Lenski: “No copies of the Fourth Gospel have ever been found from which chapter 21 is omitted, and no trace of such copies has ever been discovered” (= Tidak ada copy dari Injil Keempat ini yang pernah ditemukan dari mana pasal 21 dihapuskan, dan tidak ada jejak tentang copy seperti itu yang pernah ditemukan) - hal 858 (footnote).
Pulpit Commentary: “There are no rational external grounds for attributing any portion of ch. 21 (unless it be the two verses, 24 and 25) to any other hand than to that of the author of the previous portion of the Gospel. Manuscript authority is entirely unanimous in assuming the integrity of the Gospel in this respect. There could not have been any period when the first twenty chapters were published without the accompaniment of this ‘appendix.’” [= Tidak ada dasar external / luar yang rasionil untuk menghubungkan bagian manapun dari pasal 21 (kecuali itu adalah dua ayat, 24 dan 25) kepada tangan lain manapun dari pada tangan dari pengarang dari bagian sebelumnya dari Injil ini. Otoritas manuscripts dengan suara bulat sepenuhnya menganggap keutuhan dari Injil ini dalam hal ini. Tidak bisa pernah ada saat manapun dimana dua puluh pasal yang pertama diterbitkan tanpa disertai oleh ‘tambahan’ ini] - hal 496.
2) Ini merupakan suatu penambahan kepada Injil Yohanes yang tadinya sudah selesai.
Pandangan yang kedua ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
a) Yang menganggap bahwa, kecuali ay 24-25, Yoh 21 ini ditulis oleh rasul Yohanes.
b) Yang menganggap bahwa Yoh 21 ditulis oleh penulis yang berbeda.
William Hendriksen condong pada pandangan ini dengan alasan:
· Kesimpulan pada Yoh 20:30-31 memberikan kesan bahwa cerita tersebut (pasal 1-20) berakhir di sana.
· pengarang dari pasal 1-20 tak pernah menyebut dirinya sendiri atau keluarganya dengan menggunakan nama (bdk. 1:35-41; 13:23; 18:15; 19:25-27,35; 20:2-10), tetapi siapapun yang menulis pasal 21 menyebut ‘anak-anak Zebedeus’ dalam 21:2.
· Biasanya untuk menyebut dirinya sendiri Yohanes hanya mengatakan ‘murid yang dikasihi Yesus’ (13:23 19:26 20:2), tetapi dalam pasal 21 penulis itu menggunakan penjelasan panjang lebar untuk menunjuk kepada Yohanes.
Yoh 21:20 - “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’”.
Saya berpendapat bahwa hanya point pertama yang bisa diperhitungkan dari argumentasi William Hendriksen ini sedangkan 2 point terakhir sama sekali tidak kuat.
Hal-hal yang menyebabkan Yoh 21 dianggap sebagai penambahan adalah:
1. Yoh 20:30-31 kelihatannya merupakan akhir dari Injil Yohanes.
Bantahan:
1Yoh 5:13 mirip dengan Yoh 20:30-31, tetapi 1Yoh 5:13 juga bukan penutup dari surat Yoh yang pertama itu (Leon Morris, hal 859).
1Yoh 5:13 - “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
2. Yoh 21 mengandung petunjuk yang cukup yang menunjukkan bahwa itu memang ditambahkan.
Leon Morris (NICNT): “When the Beloved Disciple was growing old and some thought that Jesus had said He would return before His beloved follower’s death, it was necessary to correct the error. Harm could occur to the church if he died and still the Lord had not come. This chapter is held to the result” (= Pada waktu murid yang dikasihi itu menjadi tua dan beberapa orang berpikir bahwa Yesus telah berkata bahwa Ia akan kembali sebelum kematian dari pengikut yang Ia kasihi ini, maka adalah perlu untuk membetulkan kesalahan ini. Kerugian bisa terjadi pada gereja jika ia mati dan Tuhan tetap tidak datang) - hal 858.
Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan Yoh 21:20-23 - “(20) Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’ (21) Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?’ (22) Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.’ (23) Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: ‘Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.’”.
Tetapi Leon Morris sendiri lalu membantah argumentasi ini dengan berkata sebagai berikut: “while chapter 21 does indeed deal with the expected return of the Lord before the death of the Beloved Disciple, yet this is not the main thrust of the chapter. It is more concerned with Peter’s reinstatement” (= sementara pasal 21 memang berurusan dengan diharapkannya kembalinya Tuhan sebelum kematian dari murid yang dikasihi, tetapi ini bukan tujuan utama dari pasal ini. Pasal ini lebih memperhatikan penerimaan kembali dari Petrus) - hal 859.
Ada pandangan yang lain lagi, yang tidak terlalu populer, yang mengatakan bahwa mula-mula Yoh 20:30-31 terletak sesudah Yoh 21:23, dan merupakan kesimpulan yang orisinil dari Injil Yohanes. Belakangan Yoh 21:24-25 ditambahkan, dan ini menyebabkan Yoh 20:30-31 lalu dipindahkan ke tempatnya yang sekarang ini.
Leon Morris (NICNT): “Lagrange is of opinion that 20:30f. originally stood after 21:23, and that this formed the original conclusion of the Gospel. Subsequently 21:24 was added and this caused the removal of the words to their present place. This is ingenious but it has not convinced very many” (= Lagrange mempunyai pandangan bahwa 20:30-dst mula-mula terletak setelah 21:23, dan bahwa ini membentuk kesimpulan yang orisinil dari Injil ini. Sesudah itu 21:24 ditambahkan, dan ini menyebabkan pemindahan kata-kata itu ke tempat yang sekarang. Ini cerdik tetapi tidak meyakinkan terlalu banyak orang) - hal 859.
Problem terbesar dari pandangan ini adalah tidak adanya jejak manuscripts yang mendukungnya.
Yohanes 21: 1: “Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-muridNya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut”.
1) Nama Tiberias = Galilea.
Yoh 6:1 - “Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias”.
Kitab Suci bahasa Inggris menyebutkan ‘sea’ (= laut).
Sebetulnya itu adalah sebuah danau, tetapi Calvin mengatakan (hal 283) bahwa orang-orang Yahudi biasa menyebutnya ‘the sea of Tiberias’ (= laut Tiberias).
2) Mengapa mereka bisa berada di Galilea?
Perhatikan ayat-ayat ini:
Mat 28:10 - “Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.’”.
Mark 14:28 - “Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’”.
Mark 16:7 - “Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’”.
3) Matthew Henry mengatakan bahwa kalau dalam Yoh 20 Yesus menampakkan diri kepada murid-murid pada saat mereka sedang berkumpul / bersekutu, maka di sini Yesus menampakkan diri kepada mereka pada saat mereka sedang menjala ikan, atau berada dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa ‘berjumpa’ dengan Tuhan bukan hanya pada saat kita ada di gereja, dalam kebaktian, Pemahaman Alkitab, pada saat bersaat teduh, dsb, tetapi juga dalam keadaan sehari-hari, pada saat sedang bekerja dan sebagainya.
Yohanes 21: 2: “Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang muridNya yang lain”.
1) Ada 7 murid yang berkumpul di sini, bukan dalam acara rohani, tetapi dalam peristiwa / kejadian biasa.
Matthew Henry: “It is good for the disciples of Christ to be much together; not only in solemn religious assemblies, but in common conversation, and about common business. Good Christians should by this means both testify and increase their affection to, and delight in, each other, and edify one another both by discourse and example” (= Adalah baik untuk murid-murid Kristus untuk sering bersama; bukan hanya pada pertemuan agama yang khidmat, tetapi dalam pembicaraan biasa, dan tentang urusan umum / biasa. Orang-orang kristen yang baik harus dengan cara ini menyaksikan dan meningkatkan kasih sayang dan kesenangan satu terhadap yang lain, dan saling mendidik oleh percakapan dan teladan).
2) Tomas ada di sana.
Matthew Henry: “Thomas was one of them, and is named next to Peter, as if he now kept closer to the meetings of the apostles than ever. It is well if losses by our neglects make us more careful afterwards not to let opportunities slip” (= Tomas merupakan salah satu dari mereka , dan disebutkan sesudah Petrus, seakan-akan ia sekarang lebih dekat kepada pertemuan-pertemuan rasul-rasul dari sebelumnya. Adalah baik jika kehilangan-kehilangan yang terjadi karena kelalaian-kelalaian kita membuat kita lebih hati-hati setelah itu untuk tidak membiarkan kesempatan-kesempatan lolos).
3) Mengapa ‘anak-anak Zebedeus’ (Yakobus dan Yohanes) disebutkan setelah Tomas dan Natanael?
Pulpit Commentary: “That they (sons of Zebedee) should here be mentioned after Thomas and after Nathanael correspond with the reticence and modesty of the evangelist” [= Bahwa mereka (anak-anak Zebedeus) di sini harus disebutkan setelah Tomas dan setelah Natanael, sesuai dengan sikap diam dan rendah hati dari sang penginjil] - hal 500.
4) ‘dua orang muridNya yang lain’.
Tentang ‘dua orang muridNya yang lain’ ini ada yang menganggap mereka ini juga rasul, ada yang menganggap tidak.
Istilah ‘murid’ tidak harus menunjuk kepada salah satu dari 12 murid / rasul. Kalau mereka berdua adalah rasul, adalah aneh mengapa nama mereka tidak diberikan.
Yohanes 21: 3: “Kata Simon Petrus kepada mereka: ‘Aku pergi menangkap ikan.’ Kata mereka kepadanya: ‘Kami pergi juga dengan engkau.’ Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa”.
1) Apakah para rasul ini kembali kepada pekerjaan lama mereka?
Clarke dan beberapa penafsir yang lain menganggap bahwa sebagian dari para murid ini kembali kepada mata pencaharian mereka. Sekalipun hal ini tak bisa dipastikan, tetapi ini merupakan sesuatu yang memungkinkan. Merupakan sesuatu yang sering terjadi bahwa seseorang yang kehilangan pemimpinnya, yang tadinya mengarahkan kehidupannya ke arah yang rohani, lalu kembali kepada kehidupan lamanya. Ini terjadi khususnya pada jaman Hakim-Hakim.
William Hendriksen mengatakan (hal 479) bahwa sekalipun setelah kebangkitanNya Yesus sudah menampakkan diri kepada Petrus, tetapi mungkin bagi Petrus belum jelas bahwa ia, yang sudah menyangkal Yesus 3 x, berhak untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai seorang rasul / misionaris, dan karena itu adalah mungkin bahwa ia lalu kembali kepada kehidupan yang lama sebagai seorang penangkap ikan.
William Hendriksen (hal 479) bahkan mempertanyakan kemungkinan bahwa ketidak-berhasilan mereka menangkap apa-apa menunjukkan ketidak-senangan Allah karena mereka kembali kepada pekerjaan lama mereka.
Tetapi Matthew Henry tidak setuju dengan pandangan ini.
Matthew Henry: “Some think they did amiss in returning to their boats and nets, which they had left; but then Christ would not have countenanced them in it with a visit. It was rather commendable in them; for they did it, (1.) To redeem time, and not be idle. They were not yet appointed to preach the resurrection of Christ. ... It is probable that their Master had directed them to say nothing of his resurrection till after his ascension, nay, not till after the pouring out of the Spirit, and then they were to begin at Jerusalem. Now, in the mean time, rather than do nothing, they would go a fishing; not for recreation, but for business” [= Sebagian orang berpikir bahwa mereka melakukan kesalahan dengan kembali kepada perahu dan jala mereka, yang telah mereka tinggalkan; tetapi jika demikian Kristus tidak akan menyetujui mereka di dalam hal itu dengan mengunjungi mereka. Sebaliknya itu merupakan sesuatu yang terpuji dari mereka; karena mereka melakukan hal itu, (1) Untuk menebus (?) waktu, dan tidak menjadi malas. Mereka belum ditetapkan untuk mengkhotbahkan kebangkitan Kristus. ... Adalah mungkin bahwa Guru mereka telah mengarahkan mereka untuk tidak berkata apa-apa tentang kebangkitanNya sampai setelah kenaikanNya, tidak, tetapi sampai setelah pencurahan Roh, dan lalu mereka harus mulai di Yerusalem. Sekarang, sementara itu, dari pada tidak melakukan apa-apa, mereka pergi menjala ikan, bukan untuk rekreasi, tetapi untuk pekerjaan / mencari uang].
2) ‘mereka tidak menangkap apa-apa’.
a) Ketekunan mereka dalam bekerja harus diperhatikan dan ditiru. Sekalipun tidak berhasil menangkap apa-apa, tetapi mereka bekerja selanjang malam. Dalam pekerjaan / pelayanan, kita juga harus demikian.
Calvin: “if we wish to allow an opportunity for the blessing of God to descend on us, we ought constantly to expect it; for nothing can be more unreasonable than to withdraw the hand immediately from labour, if it do not give promise of success” (= jika kita ingin mengijinkan suatu kesempatan bagi berkat Allah untuk turun kepada kita, kita harus terus menerus mengharapkannya; karena tidak ada apapun yang lebih tidak masuk akal dari pada segera menahan tangan dari pekerjaan, jika itu tidak menjanjikan kesuksesan) - hal 285.
Calvin: “Now, if we dislike our calling, because the labour which we undertake appears to be unproductive, yet, when the Lord exhorts us to steadiness and perseverance, we ought to take courage; in the end we shall obtain a happy result, but it will be at the proper time” (= Sekarang, jika kita tidak menyenangi panggilan kita, karena pekerjaan yang kita lakukan kelihatannya tidak memberi hasil, tetapi pada waktu Tuhan mendesak kita kepada keteguhan hati dan ketekunan, kita harus meneguhkan hati; pada akhirnya kita akan mendapatkan hasil yang menyenangkan, tetapi itu akan terjadi pada saat yang tepat) - hal 285.
b) Allah memang sengaja mengatur supaya mereka tidak mendapat apa-apa, supaya dengan demikian mujijat yang akan dilakukan oleh Kristus menjadi makin menyolok, dan mereka lebih bisa merasakan kebaikan Tuhan. Dengan cara yang sama, Allah sering menguji orang-orang percaya, supaya mereka bisa menilai berkat-berkatNya dengan lebih tinggi. Jika kita selalu berhasil pada waktu kita bekerja, maka kita akan tidak / kurang menghargai keberhasilan itu sebagai berkat / pertolongan Tuhan, dan sebaliknya akan membanggakan kehebatan diri kita sendiri. Tetapi kalau mula-mula kita gagal dalam pekerjaan kita, dan Tuhan lalu menolong kita sehingga kita bisa berhasil, maka kita akan lebih menghargai berkat Tuhan tersebut.
Matthew Henry: “Their disappointment in their fishing. That night they caught nothing, though, it is probable, they toiled all night, as Lu. 5:5. See the vanity of this world; the hand of the diligent often returns empty. Even good men may come short of desired success in their honest undertakings. We may be in the way of our duty, and yet not prosper. Providence so ordered it that all that night they should catch nothing, that the miraculous draught of fishes in the morning might be the more wonderful and the more acceptable. In those disappointments which to us are very grievous God has often designs that are very gracious” (= Kekecewaaan mereka dalam penangkapan ikan mereka. Malam itu mereka tidak menangkap apa-apa, sekalipun, adalah mungkin bahwa mereka bekerja sepanjang malam, seperti dalam Luk 5:5. Lihatlah kesia-siaan dari dunia ini; tangan yang rajin sering kembali kosong. Bahkan orang-orang baik bisa kekurangan sukses yang diinginkan dalam usaha jujur mereka. Kita bisa ada di jalan kewajiban kita, tetapi tidak berhasil. Providensia mengatur sedemikian rupa sehingga sepanjang malam mereka tidak menangkap apa-apa, supaya penangkapan ikan pada paginya bisa lebih hebat dan lebih bisa diterima. Dalam kekecewaan-kekecewaan itu, yang bagi kita sangat menyedihkan, Allah sering mempunyai rencana-rencana yang sangat murah hati).
Jadi di sini berlaku Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Yohanes 21: 4: “Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus”.
Ada beberapa alasan yang memungkinkan yang menyebabkan mereka tidak mengenali Yesus:
1) Hari belum cukup terang.
Kata-kata ‘ketika hari mulai siang’ merupakan terjemahan yang salah.
KJV: ‘But when the morning was now come’ (= Tetapi ketika pagi datang).
NIV: ‘Early in the morning’ (= Pagi-pagi sekali).
2) Mereka terlalu jauh dari Dia (bdk. ay 8 yang mengatakan 200 hasta, atau kira-kira 90 meter).
3) Mereka tidak berharap untuk bertemu dengan Dia dan mereka tidak memandang dengan sungguh-sungguh kepadaNya.
Matthew Henry: “The disciples, though they had been intimately acquainted with him, knew not, all at once, that it was Jesus. Little expecting to see him there, and not looking intently upon him, they took him for some common person waiting the arrival of their boat, to buy their fish. Note, Christ is often nearer to us than we think he is, and so we shall find afterwards, to our comfort” (= Murid-murid, sekalipun mereka telah saling mengenal dengan akrab dengan Dia, tidak tahu dengan segera bahwa itu adalah Yesus. Mereka tidak mengharapkan untuk melihat Dia di sana, dan tidak melihat dengan sungguh-sungguh kepada Dia, mereka mengira Dia adalah orang biasa yang menunggu kedatangan perahu mereka, untuk membeli ikan mereka. Perhatikan, Kristus sering lebih dekat kepada kita dari pada yang kita pikirkan, dan demikianlah akan kita dapatkan setelahnya, untuk penghiburan kita).
Matthew Henry: “Christ’s time of making himself known to his people is when they are most at a loss. When they think they have lost themselves, he will let them know that they have not lost him” [= Saat Kristus menyatakan diriNya sendiri kepada umatNya adalah pada saat mereka paling bingung / tidak mengerti. Pada waktu mereka mengira bahwa mereka kehilangan diri mereka sendiri (kalah / gagal), Ia akan memberitahu mereka bahwa mereka tidak kehilangan Dia].
Yohanes 21: 5-6: “(5) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan”.
1) Bukan sisi kanan atau kiri yang dipersoalkan, tetapi ketaatan kepada Kristus.
Leon Morris (NICNT): “Some commentators draw attention to passages in classical authors showing that the right side is the fortunate side but it is difficult to see what relevance this has to the New Testament. Obedience to Christ, not luck, is the important thing” (= Sebagian penafsir memperhatikan bagian-bagian dalam pengarang-pengarang klasik yang menunjukkan bahwa sisi kanan adalah sisi yang menguntungkan / mujur, tetapi sukar untuk melihat apa hubungannya dengan Perjanjian Baru. Ketaatan kepada Kristus, bukan kemujuran, yang merupakan hal yang penting) - hal 863.
2) Apakah peristiwa ini suatu mujijat atau bukan?
Barclay menganggap bahwa ini bukanlah suatu mujijat.
William Barclay: “The catch here is not described as a miracle, and it is not meant to be taken as one. The description is of something which still frequently happens on the lake. Remember that the boat was only about a hundred yards from land. H. V. Morton describes how he saw two men fishing on the shore of the lake. One had waded out from the shore and was casting a bell net into the water. ‘But time after time the net came up empty. ... While he was waiting for another cast, Abdul shouted to him from the bank to fling to the left, which he instantly did. This time it was successful. ... It happens very often that the man with the hand-net must rely on the advice of someone on shore, who tells him to cast either to the left or the right, because in the clear water he can often see a shoal of fish invisible to the man in the water.’ Jesus was acting as guide to his fishermen friends, just as people still do today” (= Penangkapan di sini tidak digambarkan sebagai suatu mujijat, dan tidak dimaksudkan untuk dianggap sebagai suatu mujijat. Penggambaran ini merupakan sesuatu yang tetap sering terjadi di danau. Ingatlah bahwa perahu itu hanya berada sekitar 100 yards dari daratan. H. V. Morton menggambarkan bagaimana ia melihat 2 orang menjala di pantai suatu danau. Yang seorang telah meninggalkan pantai dan sedang melemparkan jala lonceng ke dalam air. ‘Tetapi berulang kali jala itu naik dengan kosong. ... Sementara ia menunggu pelemparan selanjutnya, Abdul berteriak kepadanya dari tepi untuk melemparkan ke kiri, yang dengan segera dilakukannya. Kali ini itu merupakan sukses. ... Sangat sering terjadi bahwa orang dengan jala tangan harus bersandar kepada nasehat / petunjuk dari seseorang di tepi, yang memberitahunya untuk melemparkan ke kiri atau ke kanan, karena di air yang jernih ia sering bisa melihat sekumpulan ikan yang tidak terlihat oleh orang yang ada di air’. Yesus bertindak sebagai pembimbing kepada teman-teman nelayannya, persis seperti orang-orang tetap melakukannya pada saat / jaman ini) - hal 281.
Leon Morris juga mempunyai kata-kata / cerita dari H. V. Morton itu, dan ia menanggapi dengan kata-kata: “Whether this would be valid for people one hundred yards apart is another matter” (= Apakah ini benar untuk orang yang berada sejauh 100 yards merupakan suatu persoalan yang berbeda) - hal 864 (footnote).
Catatan: 200 hasta (ay 8) = 100 yard = 90 meter.
Hal lain yang perlu dipersoalkan adalah: kalau ini bukan merupakan suatu mujijat, mengapa gerangan Yohanes menuliskannya / menceritakannya di sini?
3) Ketaatan kepada Kristus menyebabkan keberhasilan.
John G. Mitchell: “Obedience to Christ always brings a harvest. He knows where the fish are. He knows where to put the net. He knows what to do. We talk about soul-winning. We talk about personal work. We talk about Christian-service. All He asks is obedience; and when we obey Him, He guarantees a harvest” (= Ketaatan kepada Kristus selalu membawa suatu panen. Ia tahu dimana ikan berada. Ia tahu dimana melemparkan jala. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Kami berbicara tentang memenangkan jiwa. Kami berbicara tentang pekerjaan pribadi. Kami berbicara tentang pelayanan Kristen. Semua yang Ia minta adalah ketaatan; dan pada waktu kita mentaati Dia, Ia menjamin suatu panen) - hal 403.
Yohanes 21: 7-8: “(7) Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu”.
1) Yohanes yang pertama mengenali bahwa orang di pantai itu adalah Yesus.
Tasker mengatakan bahwa pengalaman mereka ini mengingatkan mereka pada pengalaman mereka yang lalu dalam Luk 5:1-11, sekalipun ada perbedaan antara kedua peristiwa itu, yaitu bahwa dalam Luk 5 itu jala mereka mulai koyak dan perahu mereka mulai tenggelam. Ini menyebabkan mereka mengawasi orang di pantai itu dengan sungguh-sungguh dan Yohanes lalu mengenaliNya sebagai Yesus.
2) Yohanes lebih maju dalam persoalan pengertian / iman, tetapi Petrus lebih maju dalam persoalan semangat.
Calvin: “as John goes before Peter in faith, so Peter afterwards excels him in zeal, when, disregarding personal danger, he throws himself into the lake. The rest follow in the ship. True, all come to Christ at length, but Peter is actuated by a peculiar zeal in comparison of the others. ... the act of leaving the ship and going on shore was not the result of folly and rashness, but that he advanced beyond the others in proportion to his zeal” (= Sebagaimana Yohanes berjalan di depan Petrus dalam iman, demikianlah setelahnya Petrus melampauinya dalam semangat, pada waktu dengan mengabaikan bahaya pribadi, ia melemparkan dirinya sendiri ke dalam danau. Sisanya mengikuti dalam perahu. Memang benar bahwa akhirnya semua datang kepada Kristus, tetapi Petrus digerakkan oleh semangat yang khas dibandingkan dengan yang lainnya. ... tindakan meninggalkan perahu dan pergi / berenang ke pantai bukanlah hasil dari kebodohan dan sikap gegabah, tetapi bahwa ia melampaui yang lain dalam ukuran semangatnya) - hal 286.
3) Petrus tadinya tidak berpakaian / telanjang; apakah ini betul-betul berarti telanjang?
Ay 7 (KJV): ‘for he was naked’ (= karena ia telanjang).
Adam Clarke: “‘He was naked.’ He was only in his vest. Gumnos, naked, is often used to signify the absence of this upper garment only. In 1 Sam. 19:24, when Saul had put off his himatia, upper garments, he is said to have been gumnos, naked; and David, when girded only with a linen ephod, is said to have been uncovered, in 2 Sam. 6:14,20” (= ‘Ia telanjang’. Ia hanya memakai baju dalam. GUMNOS, telanjang, sering digunakan untuk menunjukkan tidak adanya jubah luar saja. Dalam 1Sam 19:24, pada waktu Saul melepaskan HIMATIAnya, baju / jubah luar, ia dikatakan GUMNOS, telanjang; dan Daud, pada waktu hanya memakai baju efod dari kain lenan, dikatakan sebagai telanjang, dalam 2Sam 6:14,20).
Barnes’ Notes: “‘He was naked’. He was undressed, with nothing on but the undergarment or tunic. The word does not require us to suppose a greater degree of nakedness than this” [= ‘Ia telanjang’. Ia tidak berpakaian, tak mengenakan apa-apa kecuali pakaian dalam atau tunic (semacam pakaian longgar). Kata itu tidak mengharuskan kita untuk menganggap suatu tingkat ketelanjangan yang lebih tinggi dari ini].
Pulpit Commentary: “The word gumnoj does not mean perfectly nude. A man who had simply the xitwn or tunic upon him was practically thus regarded. The word gumnoj occurs in Isa. 20:2; 1Sam 19:24; Job 24:10 in the same sense” (= Kata gumnoj / GUMNOS tidak berarti telanjang secara total. Seorang laki-laki yang hanya mengenakan xitwn / CHITON atau tunic secara praktis dianggap telanjang. Kata gumnoj / GUMNOS muncul dalam Yes 20:2; 1Sam 19:24; Ayub 24:10 dalam arti yang sama) - hal 502.
Yohanes 21: 9: “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti”.
1) Jangan menanyakan dari mana Yesus mendapatkan semua ini; Ia mempunyai banyak cara dengan mana Ia bisa mendapatkannya.
Matthew Henry: “we need not be curious in enquiring whence this fire, and fish, and bread, came, any more than whence the meat came which the ravens brought to Elijah. He that could multiply the loaves and fishes that were could make new ones if he pleased, or turn stones into bread, or send his angels to fetch it, where he knew it was to be had. It is uncertain whether this provision was made ready in the open air, or in some fisher’s cabin or hut upon the shore; but here was nothing stately or delicate” (= kita tidak perlu ingin tahu dengan bertanya dari mana api, ikan, roti, ini datang, lebih dari pada dari mana daging yang dibawa oleh burung gagak kepada Elia datang. Ia yang bisa melipat-gandakan roti dan ikan bisa membuat / mencipta yang baru jika itu memperkenanNya, atau mengubah batu menjadi roti, atau mengutus malaikat-malaikatNya untuk mengambilkannya, dimana Ia tahu itu akan didapatkan. Adalah tidak pasti apakah persediaan ini disiapkan di udara terbuka, atau dalam kamar atau pondok dari nelayan di pantai; tetapi di sini tidak ada apapun yang megah atau indah).
2) Yesus selalu bisa dan akan memelihara pelayan-pelayanNya.
Matthew Henry: “we may be comforted in this instance of Christ’s care of his disciples; he has wherewith to supply all our wants, and knows what things we have need of. He kindly provided for those fishermen, when they came weary from their work; for verily those shall be fed who trust in the Lord and do good. It is encouraging to Christ’s ministers, whom he hath made fishers of men, that they may depend upon him who employs them to provide for them” (= kita bisa dihibur dalam kejadian / contoh tentang perhatian / pemeliharaan Kristus kepada murid-muridNya; Ia mempunyai hal-hal untuk menyuplai semua kebutuhan kita, dan tahu hal-hal apa yang kita perlukan. Ia dengan baik menyediakan untuk nelayan-nelayan itu, pada waktu mereka datang dengan lelah dari pekerjaan mereka; karena pastilah mereka akan diberi makan, yaitu mereka yang percaya kepada Tuhan dan berbuat baik. Merupakan sesuatu yang menguatkan bagi pelayan-pelayan Kristus, yang telah Ia jadikan penjala manusia, bahwa mereka bisa bergantung kepadaNya yang mempekerjakan mereka untuk menyediakan untuk mereka).
Yohanes 21: 10-11: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.’ Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”.
1) Penafsiran simbolis.
a) Tentang bilangan 153.
Barclay memberikan penafsiran-penafsiran dari orang-orang tertentu tentang bilangan 153 ini:
1. Cyril of Alexandria mengatakan bahwa bilangan 153 terdiri dari:
· bilangan 100 yang merupakan simbol ‘the fullness of the Gentiles’ (= kepenuhan orang-orang non Yahudi) yang akan dikumpulkan kepada Kristus.
· bilangan 50 yang merupakan simbol dari sisa Israel yang akan dikumpulkan.
· bilangan 3 menunjuk kepada Allah Tritunggal.
2. Agustinus mengatakan bahwa bilangan 10 menunjuk kepada hukum Taurat, karena ada 10 hukum. Dan bilangan 7 adalah bilangan dari kasih karunia karena karunia-karunia dari Roh ada ‘sevenfold’ (= berlipat 7). Dan 10 + 7 = 17; dan 153 merupakan jumlah dari bilangan 1 s/d 17. Jadi 153 merupakan jumlah dari semua orang yang digerakkan oleh hukum Taurat maupun oleh kasih karunia untuk datang kepada Yesus Kristus.
Ada juga yang menganggap bahwa bilangan 17 ini berasal dari cerita Yesus memberi makan 5000 orang, karena di sana Yesus menggunakan 5 roti, dan sisanya ada 12 bakul, dan 5 + 12 = 17 (Word Biblical Commentary).
3. Jerome mengatakan bahwa di laut ada 153 jenis ikan yang berbeda-beda; dan penangkapan itu mencakup setiap jenis ikan; dan karena itu bilangan tersebut menyimbolkan bahwa semua orang dari segala bangsa akan dikumpulkan kepada Yesus Kristus.
Tanggapan: ini jelas salah karena jumlah jenis ikan pasti jauh lebih banyak dari 153.
William Hendriksen juga menunjukkan adanya penafsiran-penafsiran yang aneh berkenaan dengan hal ini:
1. Ikan-ikan itu tidak dihitung sampai mereka tiba di darat, dan ini diartikan bahwa orang-orang pilihan tidak diketahui jumlahnya sampai kita tiba di surga.
2. Ada hubungan dengan Mat 13:47-48, dan ini menunjukkan bahwa semua jenis manusia akan diselamatkan.
Mat 13:47-48 - “(47) ‘Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. (48) Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang”.
3. Ada referensi pada saat yang penting dalam sejarah, yaitu tahun 153 M. tetapi saya tidak tahu saat penting apa yang dimaksudkan.
4. Dalam abjad Ibrani ini merupakan bilangan yang sama dengan bilangan dari kata-kata ‘Simon Iona’.
Penafsiran-penafsiran aneh yang lain:
1. 153 = 122 + 32.
Dimana 12 merupakan jumlah dari rasul, dan 3 menunjuk kepada pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal (lihat F. F. Bruce, hal 401).
2. Ada yang menghubungkan bilangan 153 ini dengan bilangan 153.600 yang merupakan jumlah orang-orang asing laki-laki pada jaman Salomo (2Taw 2:17).
Tetapi bagaimana dengan kelebihan 600nya?
b) Tentang jala.
Masih ada lagi arti simbolis berkenaan dengan jala yang dipakai, dimana jala menunjuk kepada Gereja.
Barclay: “The net stands for the Church; and there is room in the Church for all men of all nations. Even if they all come in, she is big enough to hold them all. Here John is telling us in his own vivid yet subtle way of the universality of the Church. There is no kind of exclusiveness in her, no kind of colour bar of selectiveness. The embrace of the Church is as universal as the love of God in Jesus Christ” (= Jala berarti Gereja; dan ada ruangan / tempat dalam Gereja untuk semua orang dari semua bangsa. Bahkan jika mereka semua masuk, Gereja itu cukup besar untuk menampung mereka semua. Di sini Yohanes menceritakan kepada kita dalam caranya sendiri yang hidup tapi halus / tak kentara tentang keuniversalan dari Gereja. Tidak ada jenis pemisahan dalam Gereja, tak ada penyeleksian berdasarkan warna. Pelukan Gereja adalah sama universalnya seperti kasih Allah dalam Yesus Kristus) - hal 284.
2) Penolakan terhadap penafsiran simbolis.
Para penafsir di bawah ini menolak arti simbolis dari bagian ini.
F. F. Bruce: “But if there is any symbolism in the number (and the narrative does not indicate that there is), it must bear some relation to the subject-matter of the context” [= Tetapi jika di sana ada arti simbolis dalam bilangan (dan cerita ini tidak menunjukkan bahwa hal itu ada), maka arti itu harus mengandung suatu hubungan dengan pokok persoalan dari kontext] - hal 401.
Barnes’ Notes: “The number is mentioned because it seems to have been a very unusual draught, and it was particularly gratifying and striking to them after they had spent the whole night and had caught nothing” (= Bilangannya disebutkan karena itu kelihatannya merupakan suatu hasil penjalaan yang luar biasa, dan itu secara khusus memuaskan dan menyolok bagi mereka setelah mereka menghabiskan seluruh malam dan tidak menangkap apa-apa).
Calvin: “As to the number of the fishes, we ought not to look for any deep mystery in it” (= Berkenaan dengan jumlah ikan, kita tidak seharusnya mencari misteri yang dalam di dalamnya) - hal 286.
Leon Morris (NICNT): “Temple says forthrightly, ‘It is perverse to seek a hidden meaning in the number; it is recorded because it was found to be the number when the count was made.’” (= Temple berkata dengan terus terang, ‘Adalah menyimpang / sesat untuk mencari suatu arti tersembunyi dalam bilangan ini; itu dicatat karena itu ditemukan sebagai jumlah yang didapatkan pada waktu perhitungan dilakukan) - hal 866.
Saya setuju dengan pandangan kedua ini. Tidak ada arti simbolis apapun dalam bilangan 153 itu.
Yohanes 21: 12-13: “(12) Kata Yesus kepada mereka: ‘Marilah dan sarapanlah.’ Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepadaNya: ‘Siapakah Engkau?’ Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. (13) Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu”.
Matthew Henry: “Christ himself began. Though, perhaps, having a glorified body, he needed not eat, yet he would show that he had a true body, which was capable of eating. The apostles produced this as one proof of his resurrection, that they had eaten and drank with him, Acts 10:41” (= Kristus sendiri mulai. Sekalipun mungkin karena Ia mempunyai tubuh yang dimuliakan, Ia tidak perlu makan, tetapi Ia mau menunjukkan bahwa Ia mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, yang mempunyai kemampuan untuk makan. Sang rasul memperlihatkan ini sebagai satu bukti dari kebangkitanNya, bahwa mereka telah makan dan minum dengan Dia, Kis 10:41).
Kis 10:41 - “bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Barnes’ Notes: “It is not said that Jesus himself ate with them, but he gave them food” (= Tidak dikatakan bahwa Yesus sendiri makan dengan mereka, tetapi Ia memberikan mereka makanan).
Memang dilihat dari text ini, sebetulnya tak terlihat bahwa Yesus sendiri makan. Jadi Kis 10:41 itu mungkin bukan menunjuk kepada peristiwa ini, tetapi kepada peristiwa dalam Luk 24:41-43 atau dalam Kis 1:4.
Luk 24:41-43 - “(41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka”.
Kis 1:4a - “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, ...”.
Yohanes 21: 14: “Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Hanya 3 x? Tidak!
Adam Clarke: “‘This is now the third time.’ That is, this was the third time he appeared unto the apostles, when all or most of them were together. He appeared to ten of them, John 20:19; again to eleven of them, John 20:26; and at this time to seven of them, John 21:2. But, when the other evangelists are collated, we shall find that this was the seventh time in which he had manifested himself after he arose from the dead” (= ‘Itulah ketiga kalinya’. Yaitu, ini adalah ketiga-kalinya Ia menampakkan diri kepada rasul-rasul, dimana semua atau kebanyakan dari mereka ada bersama-sama. Ia menampakkan diri kepada 10 dari mereka, Yoh 20:19; lagi kepada 11 dari mereka, Yoh 20:26; dan pada saat ini kepada 7 dari mereka, Yoh 21:2. Tetapi, pada waktu penginjil-penginjil yang lain disatukan, kita akan mendapatkan bahwa ini adalah kali yang ke 7 dalam mana Ia telah menyatakan diriNya sendiri setelah Ia bangkit dari orang mati).
Adam Clarke: “1) He appeared to Mary of Magdala, Mark 16:9; John 20:15-16. 2) To the holy women who came from the tomb, Matt. 28:9. 3) To the two disciples who went to Emmaus, Luke 24:13, etc. 4) To Peter alone, Luke 24:34. 5) To the ten, in the absence of Thomas, John 20:19. 6) Eight days after to the eleven, Thomas being present, John 21:26. 7) To the seven, mentioned in John 21:2 of this chapter; which was between the eighth and fortieth day after his resurrection. Besides these seven appearances, he showed himself, 8) To the disciples on a certain mountain in Galilee, Matt. 28:16. 9) If the appearance mentioned by Paul, 1 Cor. 15:6, to upwards of 500 brethren at once - if this be not the same with his appearance on a mountain in Galilee, it must be considered the ninth. 10) According to the same apostle, he was seen of James, 1 Cor. 15:7, which may have been the tenth appearance. 11) And, after this, to all the apostles, when, at Bethany, he ascended to heaven in their presence. See Mark 16:19-20; Luke 24:50-53; Acts 1:3-12; 1 Cor. 15:7. This appears to have been the eleventh time in which he distinctly manifested himself after his resurrection. But there might have been many other manifestations, which the evangelists have not thought proper to enumerate, as not being connected with anything of singular weight or importance” [= 1) Ia menampakkan diri kepada Maria Magdalena, Mark 16:9; Yoh 20:15-16. 2) Kepada perempuan-perempuan kudus yang datang dari kubur, Mat 28:9. 3) Kepada 2 murid yang pergi ke Emaus, Luk 24:13, dsb. 4) Kepada Petrus sendirian, Luk 24:34. 5) Kepada 10 rasul, dengan absennya Tomas, Yoh 20:19. 6) Delapan hari setelahnya kepada 11 rasul, dengan hadirnya Tomas, Yoh 21:26. 7) Kepada 7 murid, disebutkan dalam Yoh 21:2 dari pasal ini; yang ada di antara hari ke 8 dan 40 dari kebangkitanNya. Disamping ketujuh penampakan ini, Ia menunjukkan diriNya sendiri, 8) Kepada murid-murid pada suatu gunung tertentu di Galilea, Mat 28:16. 9) Jika penampakan yang disebutkan oleh Paulus, 1Kor 15:6, kepada lebih dari 500 saudara sekaligus - jika ini tidak sama dengan penampakanNya pada suatu gunung di Galilea, itu harus dianggap sebagai yang ke 9. 10) Menurut rasul yang sama, ia terlihat oleh Yakobus, 1Kor 15:7, yang mungkin merupakan penampakan yang ke 10. 11) Dan, setelah ini, kepada semua rasul, dimana, di Betania, Ia naik ke surga di hadapan mereka. Lihat Mark 16:19-20; Luk 24:50-53; Kis 1:3-12; 1Kor 15:7. Ini kelihatannya merupakan kali yang ke 11 dalam mana Ia secara jelas menyatakan diriNya sendiri setelah kebangkitanNya. Tetapi bisa juga ada manifestasi-manifestasi yang lain, yang oleh penginjil-penginjil dianggap tidak tepat / sesuai untuk disebutkan satu per satu, karena tidak berhubungan dengan apapun yang mempunyai bobot dan kepentingan yang luar biasa].
Jadi, setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri banyak kali, sedikitnya 11 x, dan itu memberikan bukti yang meyakinkan bahwa Ia memang bangkit dari antara orang mati.
Bdk. Kis 1:3 - “Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah”.
NIV: ‘After his suffering, he showed himself to these men and gave many convincing proofs that he was alive. He appeared to them over a period of forty days and spoke about the kingdom of God’ (= Setelah penderitaanNya, Ia menunjukkan diriNya sendiri kepada orang-orang ini dan memberikan banyak bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Ia hidup. Ia menampakkan kepada mereka selama 40 hari dan berbicara tentang Kerajaan Allah).
KJV/Lit: ‘To whom also he shewed himself alive after his passion by many infallible proofs, being seen of them forty days, and speaking of the things pertaining to the kingdom of God’ (= Kepada siapa Ia juga menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah penderitaanNya oleh / dengan banyak bukti-bukti yang tidak bisa salah, karena Ia terlihat oleh mereka selama 40 hari, dan berbicara kepada mereka tentang hal-hal yang berkenaan dengan kerajaan Allah).
-o0o-
Yohanes 21:15-19
Yohanes 21: 15: “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
1) “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’”.
a) ‘Simon, anak Yohanes’.
KJV: ‘Simon, son of Jonas’ (= Simon, anak Yonas).
NIV: ‘Simon, son of John’ (= Simon, anak Yohanes).
Bdk. Mat 16:17 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.
Di sini, dan juga dalam Yoh 1:42, ia disebut ‘Simon anak Yohanes’, tetapi dalam Mat 16:17 ia disebut ‘Simon bin Yunus’. Apakah bagian-bagian ini bertentangan / kontradiksi? Sebetulnya tidak, karena dalam Mat 16:17 itu kata yang diterjemahkan ‘bin Yunus’ adalah BARIONA, dimana kata BAR berarti ‘bin’ (= anak dari), sedangkan kata IONA merupakan singkatan dari nama ‘Yohanes’, ayah Simon. Jadi, kata ‘Yunus’ itu sebetulnya salah terjemahan.
b) ‘apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini’.
NIV/NASB: ‘more than these’ (= lebih dari ini).
Kata ‘these’ ini bisa menunjuk kepada ikan-ikan dan pekerjaan menjala ikan, atau kepada para murid yang lain.
Jadi pertanyaan ini mempunyai 3 kemungkinan arti:
1. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari perahu, jala, seluruh pekerjaan memancing ini?
2. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi murid-muridKu yang lain?
3. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada murid-murid yang lain mengasihi Aku?
Matthew Henry: “Those do not love Christ aright that do not love him better than the best friend they have in the world, and make it to appear whenever they stand in comparison or in competition. Or, ‘more than thou lovest these things, these boats and nets - more than all the pleasure of fishing, which some make a recreation of - more than the gain of fishing, which others make a calling of.’ Those only love Christ indeed that love him better than all the delights of sense and all the profits of this world. ... So Dr. Whitby” (= Mereka tidak mengasihi Kristus dengan benar jika mereka tidak mengasihi Dia lebih dari teman terbaik yang mereka punyai di dunia ini, dan membuatnya tampak / kelihatan pada waktu kedua hal itu diperbandingkan atau dipertandingkan. Atau, ‘lebih dari engkau mengasihi hal-hal ini, perahu dan jala ini - lebih dari semua kesenangan memancing / menjala, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai rekreasi - lebih dari keuntungan dari memancing / menjala, yang sebagian orang membuatnya sebagai pekerjaan’. Memang mereka hanya mengasihi Kristus jika mereka mengasihi Dia lebih dari semua kesenangan dan semua keuntungan dunia ini. ... Demikianlah Dr. Whitby).
Tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa arti ketigalah yang dimaksudkan, mengingat bahwa dulu ia menganggap diri lebih dari yang lain (Mat 26:33). Sekarang ia tidak lagi berani bersikap demikian, karena ia hanya menjawab tanpa membandingkan kasihnya dengan kasih dari murid-murid yang lain: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’.
Barnes’ Notes: “The word ‘these’ may be in the neuter gender, and refer to ‘these things’ - his boat, his fishing utensils, and his employments; or it may be in the masculine, and refer to the apostles. In the former sense it would mean, ‘Lovest thou me more than thou lovest these objects? Art thou now willing, from love to me, to forsake all these, and go and preach my gospel to the nations of the earth?’ In the other sense, which is probably the true sense, it would mean, ‘Lovest thou me more than these other apostles love me?’ In this question Jesus refers to the profession of superior attachment to him which Peter had made before his death - Matt. 26:33” (= Kata ‘these’ bisa ada dalam jenis kelamin netral, dan menunjuk kepada ‘hal-hal ini’ - perahunya, peralatan memancingnya, dan pekerjaannya; atau kata itu bisa ada dalam jenis kelamin laki-laki, dan menunjuk kepada rasul-rasul. Dalam arti yang pertama artinya adalah: ‘Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi benda-benda ini? Apakah engkau mau, dari kasih kepadaKu, untuk meninggalkan semua ini, dan pergi dan memberitakan InjilKu kepada bangsa-bangsa di bumi?’. Dalam arti yang satunya, yang mungkin merupakan arti yang benar, itu berarti: ‘Apakah engkau mengasihiKu lebih dari pada rasul-rasul yang lain ini mengasihiKu?’. Dalam pertanyaan ini Yesus menunjuk pada pengakuan kasih yang lebih tinggi kepadaNya yang Petrus buat sebelum kematianNya - Mat 26:33).
Bdk. Mat 26:33 - “Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’”.
Wycliffe Bible Commentary: “Some understand ‘these’ to refer to the paraphernalia of fishing. If this were so, Peter could have answered without any evasion and without the use of a different word for ‘love’ than Jesus used. The very fact that Jesus probed Peter’s love in the presence of his brethren suggests that the others were involved. Peter had boasted that he would remain loyal even if the others did not (Mk 14:29)” [= Sebagian orang menganggap bahwa kata ‘these’ menunjuk kepada perlengkapan memancing / menjala. Seandainya ini yang dimaksudkan, Petrus bisa menjawab tanpa menghindar dan tanpa menggunakan kata yang berbeda untuk ‘mengasihi’ dari pada kata yang digunakan oleh Yesus. Fakta bahwa Yesus memeriksa / menyelidiki kasih Petrus di depan saudara-saudaranya menunjukkan bahwa mereka terlibat. Petrus pernah membanggakan bahwa ia akan tetap setia sekalipun yang lain tidak (Mark 14:29)].
Mark 14:29 - “Kata Petrus kepadaNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.’”.
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan dari kata-kata penafsir ini:
· yang ia maksudkan dengan ‘menghindar’ adalah bahwa dalam jawabannya Petrus menghindari perbandingan. Jadi, ia tidak mengatakan, ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau lebih dari mereka’. Penghindaran ini pasti tidak dibutuhkan seandainya Yesus memang membandingkan kasih Petrus kepadaNya dengan kasih Petrus pada pekerjaan memancing.
· Kata Yunani untuk ‘mengasihi’ yang digunakan oleh Yesus pada waktu bertanya, adalah AGAPAO, sedangkan kata Yunani yang digunakan oleh Petrus pada waktu menjawab adalah PHILEO. Ada penafsir-penafsir yang membedakan kedua kata ini dan mengatakan bahwa AGAPAO adalah jenis kasih yang lebih tinggi dari PHILEO, dan mereka berkata bahwa Petrus tak berani menggunakan kata AGAPAO. Penafsir di atas ini juga berpandangan demikian, dan ia menggunakan hal ini sebagai argumentasi. Seandainya Yesus bertanya dalam arti no 1. maka Petrus tak perlu menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan kata yang digunakan oleh Yesus.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Petrus tak berani membandingkan kasihnya kepada Yesus dengan kasih dari murid-murid yang lain kepada Yesus.
Barnes’ Notes: “Peter now made no pretensions to love superior to his brethren. His sad denial had convinced him of the folly of that claim; but still he could appeal to the Searcher of the heart, and say that he knew that he loved him. Here is the expression of a humbled soul - soul made sensible of its weakness and need of strength, yet with evidence of true attachment to the Saviour. It is not the most confident pretensions that constitute the highest proof of love to Christ; and the happiest and best state of feeling is when we can with humility, yet with confidence, look to the Lord Jesus and say, ‘Thou knowest that I love thee.’” (= Sekarang Petrus tidak menganggap kasihnya lebih tinggi dari kasih saudara-saudaranya. Penyangkalannya yang menyedihkan telah meyakinkan dia tentang kebodohan dari claim tersebut; tetapi ia tetap dapat naik banding kepada Penyelidik hati, dan berkata bahwa Ia tahu bahwa ia mengasihiNya. Inilah ungkapan dari suatu jiwa yang telah direndahkan - jiwa yang menjadi sadar tentang kelemahannya dan kebutuhannya akan kekuatan, tetapi dengan bukti dari kasih yang sejati kepada sang Juruselamat. Bukan anggapan yang paling yakin yang merupakan bukti tertinggi dari kasih kepada Kristus; dan keadaan perasaan yang paling berbahagia dan terbaik adalah pada waktu kita bisa dengan rendah hati, tetapi dengan yakin, memandang kepada Tuhan Yesus dan berkata: ‘Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau’.).
b) Untuk kata ‘mengasihi’ Petrus menggunakan kata Yunani PHILEO yang berbeda dengan kata ‘mengasihi’ yang Yesus gunakan pada waktu bertanya (AGAPAO).
Banyak penafsir yang sangat membedakan kata AGAPAO (kata bendanya AGAPE), dengan kata PHILEO (kata bendanya PHILIA).
A. T. Robertson: “Peter makes no claim here to superior love and passes by the ‘more than these’ and does not even use Christ’s word agapaoo for high and devoted love, but the humbler word fileoo for love as a friend” (= Di sini Petrus tidak membuat claim tentang kasih yang lebih tinggi dan melewati ‘lebih dari ini’ dan bahkan tidak menggunakan kata dari Kristus AGAPAO untuk kasih yang tinggi dan penuh dedikasi, tetapi kata yang lebih rendah hati PHILEO untuk kasih sebagai seorang sahabat).
A. T. Robertson: “These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved” (= Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan).
Tetapi ada juga penafsir-penafsir, seperti Leon Morris (hal 871-873), F. F. Bruce (hal 405), dan penafsir dari Word Biblical Commentary, yang menganggap bahwa kedua kata ini tak terlalu berbeda artinya, mengingat:
1. Dalam LXX kedua kata itu digunakan secara interchangeable (dapat dibolak-balik).
Contoh: dalam Kej 37:3 kasih Yakub kepada Yusuf digambarkan menggunakan kata AGAPAO, tetapi dalam Kej 37:4 hal yang sama digambarkan dengan kata PHILEO.
Kej 37:3-4 - “(3) Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. (4) Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah”.
2. Kata AGAPAO tidak harus menunjuk kepada kasih Allah / kasih yang lebih tinggi dan sebagainya. Kata itu hanya menunjuk pada kasih yang lebih tinggi kalau kontextnya jelas menunjukkan hal itu. Dalam 2Tim 4:10 ‘kasih Demas kepada dunia’ digambarkan dengan kata AGAPAO, dan ini tidak mungkin menunjuk kepada kasih yang lebih tinggi / kasih Allah dan sebagainya.
2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.
3. Yohanes sendiri menggunakan kedua kata itu secara interchangeable (dapat dibolak-balik) untuk menggambarkan:
a. Dirinya sendiri sebagai ‘murid yang dikasihi Yesus’; dalam Yoh 13:23; 19:26; 21:7,20 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 20:2 ia menggunakan PHILEO.
Leon Morris (NICNT): “Barrett reminds us that the Beloved Disciple is several times called o[n h]gapa and once o[n e]filei (20:2) and proceeds, ‘it is highly improbable that there were two ‘beloved disciples’, one loved in a rather better way than the other” [= Barrett mengingatkan kita bahwa Murid yang dikasihi beberapa kali disebut o[n h]gapa / HON EGAPA dan satu kali o[n e]filei / HON EPHILEI (20:2) dan melanjutkan: ‘adalah sangat tidak mungkin bahwa di sana ada 2 murid yang dikasihi, yang satu dikasihi dengan cara yang lebih baik dari pada yang lain] - hal 873 (footnote).
b. Kasih Bapa kepada Anak; dalam Yoh 3:35 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 5:20 ia menggunakan PHILEO.
Yoh 3:35 - “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya”.
Yoh 5:20 - “Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran”.
c. Kasih Allah kepada manusia; dalam Yoh 3:16 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
d. Kasih Yesus kepada manusia; dalam Yoh 11:3 ia menggunakan PHILEO, sedangkan dalam Yoh 11:5 ia menggunakan AGAPAO:
Yoh 11:3,5 - “(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.’ ... (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus”.
e. Kasih manusia kepada manusia; dalam Yoh 13:34 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 15:19 ia menggunakan PHILEO:
Yoh 13:34 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”.
Yoh 15:19 - “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Catatan: yang ini rasanya kurang cocok, karena Yoh 15:19 mempersoalkan kasih dari orang-orang dunia.
f. Kasih manusia kepada Yesus; dalam Yoh 8:42 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yoh 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.
Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
Sebagai tambahan argumentasi, perhatikan komentar F. F. Bruce dan Word Biblical Commentary di bawah ini.
F. F. Bruce: “Stylistically, this interchange between the Lord and his disciple is interesting because of the use of synonyms. Two words for ‘love’ are used (agapao and phileo), two words for tending the flock (bosko and poimaino), two for the flock itself (arnia and probatia) and two for ‘know’ (oida and ginosko). This interplay of synonyms is a feature of the writer’s Greek; it can hardly represent a comparable variation of vocabulary in the language which Jesus and Peter probably spoke” [= Dalam hal gaya, percakapan antara Tuhan dan muridNya ini menarik karena penggunaan sinonim / kata-kata yang sama artinya. Dua kata untuk ‘mengasihi’ digunakan (AGAPAO dan PHILEO), dua kata untuk ‘menggembalakan’ kawanan domba (BOSKO dan POIMAINO), dua kata untuk ‘kawanan domba’ itu sendiri (ARNIA dan PROBATIA) dan dua kata untuk ‘tahu’ (OIDA dan GINOSKO). Sinonim-sinonim yang saling mempengaruhi ini merupakan suatu ciri / keistimewaan dari bahasa Yunani sang penulis; itu tidak bisa menunjukkan variasi perbendaharaan kata yang sama dalam bahasa yang mungkin digunakan oleh Yesus dan Petrus] - hal 404.
Bagian yang saya garis bawahi itu mungkin berarti bahwa dalam pembicaraan asli antara Yesus dan Petrus, yang mungkin dilakukan dalam bahasa Aramaic, tidak akan ada penggunaan sinonim-sinonim seperti yang digunakan oleh Yohanes pada waktu menuliskannya dalam bahasa Yunani.
Hal yang kurang lebih sama dinyatakan oleh Word Biblical Commentary, yang berkata sebagai berikut: “Bernard examined the use of the two verbs in the Fourth Gospel and concluded that whatever distinction they may have had elsewhere, in the Gospel they are synonymous. Both terms are used of God’s love for man (3:16; 16:27), of the Father’s love for the Son (3:35; 5:20), of Jesus’ love for men (11:5; 11:3), of the love of men for men (13:34; 15:19), and of the love of men for Jesus (8:42; 16:27). ... So also in vv 15–17, apart from the use of the two verbs for love, we find two verbs used for the shepherd’s care for his sheep, ... and two or even three nouns for the sheep, ... It is difficult to believe that the author intended any distinction of meaning in these varied verbs and nouns; the same applies to the two verbs for love” [= Bernard memeriksa penggunaan dari kedua kata kerja dalam Injil keempat dan menyimpulkan bahwa apapun perbedaan yang dipunyai oleh kedua kata kerja itu di tempat lain, dalam Injil ini kedua kata kerja itu sinonim. Kedua istilah itu digunakan untuk kasih Allah kepada manusia (3:16; 16:27), untuk kasih Bapa kepada Anak (3:35; 5:20), untuk kasih Yesus kepada manusia (11:5; 11:3), untuk kasih manusia kepada manusia (13:34; 15:19), dan untuk kasih manusia kepada Yesus (8:42; 16:27). ... Demikian juga dalam ay 15-17, terpisah dari penggunaan dari dua kata kerja untuk kasih, kita mendapatkan dua kata kerja digunakan untuk pemeliharaan / perhatian gembala kepada domba-dombanya, ... dan dua atau bahkan tiga kata benda untuk domba, ... Adalah sukar untuk percaya bahwa sang pengarang memaksudkan perbedaan arti apapun dalam kata-kata kerja dan kata-kata benda yang bervariasi ini; dan hal yang sama berlaku terhadap kedua kata kerja untuk ‘mengasihi’].
Saya berpendapat argumentasi ini kuat sekali. Pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘menggembalakan’, dan 2 kata benda untuk ‘domba’, dan 2 kata kerja untuk ‘tahu / mengetahui’, rasanya kita tidak mungkin menafsirkan adanya perbedaan arti antara kata-kata tersebut (sekalipun memang ada penafsir-penafsir yang melakukan pembedaan seperti itu). Jadi, pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘mengasihi’ kita juga tidak boleh menafsirkan adanya perbedaan arti dari kedua kata tersebut.
William Hendriksen (hal 494-500, footnote) memberikan penjelasan yang sangat banyak, mendalam, dan mendetail dalam persoalan ini, dan ia menyimpulkan bahwa ada sedikit perbedaan antara AGAPAO dan PHILEO tersebut.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
a) ‘domba-dombaKu’.
1. Perhatikan kata ‘Ku’.
Pulpit Commentary: “Let the pastor ever remember that the sheep are not his own, but Christ’s. Although he is the shepherd, the provider, and the feeder, yet he is not the owner. Their owner is Christ” (= Hendaklah setiap pendeta selalu ingat bahwa domba-domba itu bukanlah miliknya sendiri, tetapi milik Kristus. Sekalipun ia adalah gembala, penyedia / pemelihara, dan pemberi makan, tetapi ia bukanlah pemilik. Pemilik mereka adalah Kristus) - hal 525.
Orang kristen bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi kata-kata ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ yang sering diucapkan oleh banyak pendeta, merupakan sesuatu yang ngawur!
Banyak pendeta yang buka gereja seperti buka warung, karena mereka menganggap pendeta / gereja lain (yang benar) sebagai saingan, bukan sebagai rekan sekerja. Mereka tak peduli kalau ada tempat ibadah agama lain yang dibuka, atau kalau ada night club, bar dsb, yang dibuka, tetapi mereka marah kalau ada gereja baru dibuka di dekat gereja mereka. Pendeta-pendeta seperti ini perlu mencamkan bagian ini! Mereka bukan pemilik domba. Kristuslah pemilik domba. Kalau domba pindah gereja dari gereja mereka ke gereja lain, tetapi tetap ikut Kristus, itu sebetulnya bukan masalah.
2. Kata ‘domba’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ARNIA.
A. T. Robertson: “ARNIA is a diminutive of ARNOS (lamb)” [= Kata ARNIA adalah bentuk lebih kecil dari kata ARNOS (domba kecil)] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Jadi, kata yang diterjemahkan ‘domba’ di sini secara hurufiah berarti ‘lambs’ (= anak-anak domba / domba-domba kecil).
Pulpit Commentary menekankan perbedaan ini dan menekankan perlunya memperhatikan dan memberi makan petobat-petobat baru dan anak-anak kecil dalam gereja. Tetapi saya sangat meragukan apakah perbedaan itu harus ditekankan seperti ini.
b) Setelah menanyakan tentang kasih Petrus kepadaNya, baru Kristus menyuruh dia untuk menggembalakan domba-dombaNya. Ini menunjukkan bahwa:
1. Kasih kepada Kristus mempunyai konsekwensi.
Barclay: “We must note what love brought Peter. (a) It brought him a task. ‘If you love me,’ Jesus said, ‘then give your life to shepherding the sheep and the lambs of my flock.’ We can prove that we love Jesus only by loving others. Love is the greatest privilege in the world, but it brings the greatest responsibility. (b) It brought Peter a cross. ... Love always involves responsibility, and it always involves sacrifice. We do not really love Christ unless we are prepared to face his task and take up his Cross” [= Kita harus memperhatikan apa yang dibawa oleh kasih itu kepada Petrus. (a) Kasih itu membawa suatu tugas kepadanya. ‘Jika engkau mengasihi Aku’, kata Yesus, ‘maka berikanlah hidupmu untuk menggembalakan domba-domba dan anak-anak domba dari kawanan dombaKu’. Kita bisa membuktikan bahwa kita mengasihi Kristus, hanya dengan kita mengasihi orang-orang lain. Kasih merupakan hak terbesar dalam dunia ini, tetapi itu membawa tanggung jawab yang terbesar. (b) Kasih itu membawa salib kepada Petrus. ... Kasih selalu melibatkan tanggung jawab, dan kasih selalu melibatkan pengorbanan. Kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Kristus kecuali kita siap untuk menghadapi tugasNya dan memikul salibNya] - hal 286.
2. Kasih kepada Kristus merupakan syarat mutlak bagi seorang gembala / pendeta.
Leon Morris (NICNT): “the one thing about which Jesus questions Peter prior to commissioning him to tend the flock is love. This is the basic qualification for Christian service. Other qualities may be desirable but love is completely indispensable (cf. 1Cor. 13:1-3)” [= satu hal tentang mana Yesus menanyai Petrus sebelum menugaskannya untuk mengurus / merawat / memelihara kawanan domba adalah kasih. Ini merupakan persyaratan dasar untuk pelayanan Kristen. Kwalitet-kwalitet yang lain bisa diinginkan / diperlukan tetapi kasih merupakan sesuatu yang sepenuhnya diperlukan secara mutlak (bdk. 1Kor 13:1-3)] - hal 875.
Catatan: kasih yang dibicarakan di sini adalah kasih kepada Yesus, sedangkan kasih yang dibicarakan dalam 1Kor 13 sebetulnya merupakan kasih kepada sesama (ini terlihat dengan jelas kalau saudara membaca 1Kor 13:4-7). Jadi sebetulnya tidak cocok kalau di sini digunakan 1Kor 13:1-3. Tetapi pada sisi yang lain, memang kasih kepada Allah / Yesus berhubungan dengan kasih kepada sesama.
Calvin: “By these words Christ means that no man can faithfully serve the Church, and employ himself in feeding the flock, if he do not look higher than to men. First, the office of feeding is in itself laborious and troublesome; since nothing is more difficult than to keep men under the yoke of God, among whom there are many who are weak, others who are wanton and unsteady, others who are dull and sluggish, and others who are slow and unteachable. Satan now brings forward as many causes of offence as he can, that he may destroy or weaken the courage of a good pastor. In addition to this, we must take into account the ingratitude of many and other causes of disgust. No man, therefore, will steadily persevere in the discharge of this office, unless the love of Christ shall reign in his heart, in such manner that forgetful of himself and devoting entirely to Christ, he overcomes every obstacle” (= Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa tidak ada orang yang bisa dengan setia melayani Gereja, dan bekerja dalam pemberian makan kawanan domba, jika ia tidak melihat lebih tinggi dari pada kepada manusia. Pertama, tugas pemberian makan itu sendiri sulit / membutuhkan banyak tenaga dan menyusahkan; karena tidak ada yang lebih sukar dari pada menjaga / memelihara / menahan manusia di bawah kuk dari Allah, diantara mana ada banyak yang lemah, dan yang lain yang ceroboh / sembarangan dan tidak stabil / mudah terombang-ambing, dan yang lain lagi yang bodoh dan tak bersemangat, dan yang lain lagi yang lamban dan tak bisa diajar. Setan mengajukan hal-hal yang menyakitkan hati / menyandungi sebanyak yang ia bisa, supaya ia bisa menghancurkan atau melemahkan keberanian / keteguhan hati / semangat dari seorang gembala / pendeta yang baik. Sebagai tambahan terhadap hal ini, kita harus memperhitungkan sikap tidak tahu terima kasih dari banyak orang dan penyebab-penyebab ketidak-senangan yang lain. Karena itu, tidak ada orang yang akan bertekun secara stabil dalam pelaksanaan tugas ini, kecuali kasih kepada Kristus bertakhta dalam hatinya, dengan cara sedemikian rupa sehingga dengan melupakan dirinya sendiri dan sepenuhnya membaktikan diri kepada Kristus, ia mengatasi setiap rintangan) - hal 288.
Sekalipun hal ini terutama berlaku untuk pendeta / gembala, tetapi saya percaya ini juga berlaku untuk guru-guru Sekolah Minggu, dan pelayan-pelayan Tuhan yang lain. Ingat juga bahwa sebetulnya setiap orang kristen mempunyai tugas penggembalaan, yaitu tugas untuk mengarahkan dan mendorong dan bahkan mengajar orang-orang kristen lain di sekitarnya ke arah yang benar. Sedangkan bagi orang-orang yang menyesatkan, Yesus memberikan ancaman yang mengerikan bagi mereka.
Bdk. Mat 18:6 - “‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
Kata ‘barangsiapa’ ini jelas mencakup semua orang. Dan ‘menyesatkan’ bisa dilakukan dengan:
· mengajarkan ajaran sesat.
· tidak ‘menjaga mimbar’ dari ajaran sesat dan nabi-nabi palsu.
· tindakan kita yang berdosa, yang menjadi batu sandungan bagi orang-orang sehingga tersesat.
· dengan membiarkan saja seseorang yang sedang tersesat.
Matthew Henry: “Before Christ would commit his sheep to his care, he asked him, Lovest thou me? Christ has such a tender regard to his flock that he will not trust it with any but those that love him, and therefore will love all that are his for his sake” (= Sebelum Kristus menyerahkan domba-dombaNya kepada pemeliharaannya, Ia menanyainya, Apakah engkau mengasihi Aku? Kristus mempunyai perhatian / perasaan yang begitu lembut kepada kawanan dombaNya sehingga Ia tidak akan mempercayakannya kepada siapapun kecuali mereka yang mengasihi Dia, dan karena itu akan mengasihi semua yang adalah milikNya demi Dia).
Mungkin saudara bertanya: ‘Lalu mengapa ada nabi-nabi palsu yang diikuti banyak orang? Mengapa Kristus membiarkan domba-dombaNya berada dalam bimbingan nabi-nabi palsu?’. Saya menjawab: ‘Mereka bukan domba-domba. Kalau mereka mengikuti nabi palsu, mereka adalah kambing-kambing’. Mereka tidak mencari kebenaran, sehingga Kristus membiarkan mereka untuk disesatkan.
3. Kristus tetap adalah Gembala yang sesungguhnya dari gereja / orang-orang kristen.
Calvin: “Christ is the only ‘Pastor’ or ‘Shepherd’ of the Church. ... But because he employs the agency of men in preaching doctrine, he conveys to them also his own name, or, at least, shares it with them. Those men, therefore, are reckoned to be ‘Pastors’ in the sight of God, who governs the Church by the ministry of the word under Christ, who is their Head” (= Kristus adalah satu-satunya ‘Pendeta’ atau ‘Gembala’ dari Gereja. ... Tetapi karena Ia menggunakan perantara manusia dalam memberitakan ajaranNya, Ia juga memberikan kedudukanNya sendiri kepada mereka, atau sedikitnya, membaginya dengan mereka. Karena itu, orang-orang itu dianggap sebagai ‘Pendeta-pendeta’ dalam pandangan Allah, yaitu mereka yang memerintah Gereja oleh pelayanan firman di bawah Kristus, yang adalah Kepala mereka) - hal 289-290.
Bandingkan dengan:
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
· 1Pet 5:4 - “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the Chief Shepherd’ (= Gembala Kepala).
4. Pelayanan yang dilakukan oleh pendeta / gembala hanya akan berbuah dalam diri orang-orang pilihan.
Tetapi perlu diingat 2 hal ini:
· kita tidak bisa membedakan orang pilihan dan orang-orang non pilihan, dan karena itu kita harus melayani semua orang.
· Tuhan bisa mempertobatkan seseorang yang kelihatan sebagai binatang buas sehingga menjadi domba.
Calvin: “Christ does not give to Peter and others the office of feeding all sorts of persons, but only his sheep or his lambs. He elsewhere describes who they are whom he reckons to belong to his flock. My sheep, says he, hear my voice, and follow me; they hear not the voice of a stranger, (John 10:5,27.) True, faithful teachers ought to endeavour to gather all to Christ; and as they cannot distinguishes between sheep and wild beasts, they ought to try by all methods if they can tame those who resemble wolves rather than sheep. But after having put forth their utmost efforts, their labour will be of no avail to any but the elect sheep” [= Kristus tidak memberi Petrus dan yang lain tugas memberi makan semua jenis manusia, tetapi hanya domba-domba dan anak-anak dombaNya. Di tempat lain Ia menggambarkan siapa yang Ia anggap termasuk dalam kawanan dombaNya. Domba-dombaKu, kataNya, mendengar suaraKu, dan mengikut Aku; mereka tidak mendengar / mengikuti suara dari orang asing, (Yoh 10:5,27). Guru-guru yang sejati dan setia harus berusaha untuk mengumpulkan semua kepada Kristus; dan karena mereka tidak bisa membedakan antara domba dan binatang liar, mereka harus mencoba dengan semua metode jika mereka bisa menjinakkan mereka yang lebih menyerupai serigala dari pada domba. Tetapi setelah mengusahakan usaha mereka yang sepenuhnya, jerih payah mereka akan sia-sia bagi siapapun kecuali bagi domba-domba pilihan] - hal 291.
Calvin: “Again, we are taught by this passage, that none can be fed to salvation by the doctrine of the Gospel but those who are mild and teachable; for it is not without reason that Christ compares his disciples to lambs and sheep; but it must also be observed that the Spirit of God tames those who by nature were bears or lions” (= Lagi-lagi, kita diajar oleh text ini, bahwa tidak seorangpun bisa diberi makan kepada keselamatan oleh ajaran dari Injil kecuali mereka yang lembut dan bisa diajar; karena bukan tanpa alasan bahwa Kristus membandingkan murid-muridNya dengan anak-anak domba dan domba-domba; tetapi juga harus diperhatikan bahwa Roh Allah menjinakkan mereka yang secara alamiah adalah beruang-beruang dan singa-singa) - hal 219.
5. Penafsiran Gereja Roma Katolik tentang text ini dan serangan terhadapnya.
Gereja Roma Katolik menganggap bagian ini sebagai dasar untuk mendukung kepausan mereka. Mereka berkata bahwa kepada Petrus, dan bukan kepada yang lain, hal ini diucapkan oleh Yesus.
Calvin mengatakan bahwa hal ini diucapkan oleh Yesus kepada Petrus, untuk mengembalikan Petrus pada kerasulan. Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 x, dan itu sebetulnya menjadikan ia tidak layak untuk tetap menjadi rasul. Tetapi Kristus ingin mengembalikan Petrus kepada jabatannya, atau mempertahankan Petrus dalam jabatannya. Karena itu maka Yesus juga bertanya 3 x kepada dia: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’.
Calvin menambahkan: “Besides, nothing was given to Peter by these words, that is not also given to all the ministers of the Gospel” (= Disamping itu, tidak ada yang diberikan kepada Petrus oleh kata-kata ini, yang tidak juga diberikan kepada semua pelayan-pelayan dari Injil) - hal 290.
Calvin: “In vain, therefore, do the Papists maintains that he holds the highest rank, because he alone is specially addressed; and, granting that some special honour was conferred on him, how, I ask, will they prove from this that he has been elevated to the primacy? Though he were the chief among the apostles, does it thence follow that he was the universal bishop of the whole world? To this it must be added, that all that Peter received does not belong to the Pope any more than to Mahomet; for on what ground does he claim to be Peter’s heir, and what man of sound understanding will admit that Christ here bestows on him any hereditary right? Yet he wishes to be reckoned Peter’s successor: I wish he were so. None of us hinders him from loving Christ, and from taking care to feed his flock; but to take no concern about loving Christ, and to throw aside the office of feeding, and then to boast of being Peter’s successor, is excessively foolish and absurd” [= Karena itu, secara sia-sia para pengikut Paus mempertahankan bahwa ia (Petrus) memegang kedudukan tertinggi, karena hanya kepadanya hal ini ditujukan secara khusus; dan, andaikata memang suatu kehormatan khusus diberikan kepadanya, bagaimana, saya bertanya, mereka akan membuktikan dari hal ini bahwa ia telah ditinggikan kepada kedudukan tertinggi? Andaikatapun ia adalah kepala dari rasul-rasul, apakah itu membuktikan bahwa ia adalah uskup universal dari seluruh dunia? Kepada hal ini harus ditambahkan, bahwa semua yang diterima Petrus tidak merupakan milik dari Paus sama seperti itu tidak merupakan milik dari Mohammad; karena atas dasar apa ia mengclaim untuk menjadi pewaris Petrus, dan orang mana dengan pengertian yang sehat mau mengakui bahwa di sini Kristus memberikan kepadanya hak pewaris? Tetapi ia ingin dianggap sebagai pengganti Petrus: saya ingin ia memang demikian. Tidak seorangpun dari kita menghalanginya untuk mengasihi Kristus, dan dari perhatian untuk memberi makan kawanan dombaNya; tetapi kalau ia tidak peduli tentang mengasihi Kristus, dan mengesampingkan tugas memberi makan, dan lalu membanggakan diri sebagai pengganti Petrus, itu merupakan sesuatu yang sangat tolol dan menggelikan] - hal 290-291.
Ada yang Calvin katakan memang benar. Text ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Petrus dijadikan penguasa Gereja yang tertinggi di seluruh dunia. Dan para paus itu sama sekali tak mempunyai dasar untuk mengatakan bahwa mereka adalah pengganti Petrus. Lebih-lebih, mereka sama sekali tidak mengasihi Kristus, dan mereka tidak memberi makan domba-domba Kristus, karena mereka mengajarkan penyesatan, membuang Injil dari ajaran mereka, mengajarkan Injil yang berbeda, dan sebagainya.
Word Biblical Commentary: “In 1 Pet 2:25 Jesus is said to be ‘the Shepherd and Bishop of your souls’; in context this denotes Jesus as the one who gave his life for the sheep and cares for them in the present. In the hortatory part of the letter (5:2) Peter as ‘a fellow elder’ (= bishop, pastor) appeals to the elders: ‘Shepherd the flock of God that is among you’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), so virtually citing the words of the risen Lord to him, ‘Shepherd my sheep’ (poivmaine ta; provbatav mou). By way of expounding his meaning he adds, ‘Watch over it (ejpiskopou`nte"), not because you have to, but willingly … not acting as lords over God’s people (tw`n klhvrwn), but becoming examples to the flock’ (1 Pet 5:3). A similar charge by Paul to the elders of Ephesus is recorded in Acts 20:28: ‘Keep watch over yourselves and over all the flock (poivmnion) of which the Holy Spirit has made you guardians (ejpiskovpou") to shepherd the Church of the Lord’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Both passages speak in the same manner as the risen Lord spoke to Peter on restoring him to fellowship and to the service of pastor. The verbs are the same, poimaivnw or variants of it; the scope of the ministry is the same - ‘my lambs, my sheep … the flock of God, the Church of the Lord.’ There is no formal difference of meaning in the language by which the risen Lord confirmed Peter in his calling to be a shepherd of his sheep from that by which Peter and Paul exhorted the pastor-elders to fulfill their calling as shepherds of the flock of God in 1 Pet 5:1–3 and Acts 20:28” [= Dalam 1Pet 2:25 Yesus dikatakan sebagai ‘Gembala dan Uskup dari jiwamu’ (KJV): dalam kontextnya ini menunjukkan Yesus sebagai seseorang yang telah memberikan nyawaNya untuk domba-domba dan memperhatikan / memelihara mereka pada saat ini. Dalam bagian yang menguatkan / memberi nasehat dari suratnya (5:2) Petrus sebagai ‘sesama penatua’ (= uskup, pendeta / gembala) meminta kepada para penatua: ‘Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), dengan begitu benar mengutip kata-kata Tuhan yang bangkit kepadanya, ‘Gembalakanlah domba-dombaKu’ (poivmaine ta; provbatav mou). Untuk menjelaskan maksudnya ia menambahkan: ‘Berjaga-jagalah atasnya (ejpiskopou`nte"), jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela ... tidak bertindak sebagai tuan atas umat Allah (tw`n klhvrwn), tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba itu’ (1Pet 5:3). Suatu tugas yang serupa yang diberikan oleh Paulus kepada para penatua dari Efesus dicatat dalam Kis 20:28: ‘Jagalah dirimu sendiri dan seluruh kawanan (poivmnion), terhadap siapa Roh Kudus telah membuat engkau penjaga-penjaga / penilik-penilik (ejpiskovpou") untuk menggembalakan Gereja Tuhan’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Kedua text berbicara dengan cara yang sama seperti Tuhan yang bangkit berbicara kepada Petrus pada waktu memulihkan dia kepada persekutuan dan kepada pelayanan gembala. Kata-kata kerjanya sama, poimaivnw atau variasinya; bidang / jangkauannya sama - ‘anak-anak dombaKu, domba-dombaKu ... kawanan domba Allah, Gereja Tuhan’. Tidak ada perbedaan arti yang hakiki dalam bahasa / kata-kata dengan mana Tuhan yang bangkit meneguhkan Petrus dalam panggilannya sebagai seorang gembala dari domba-dombaNya dari bahasa / kata-kata dengan mana Petrus dan Paulus mendesak pendeta-tua-tua untuk menggenapi panggilan mereka sebagai gembala-gembala dari kawanan domba Allah dalam 1Pet 5:1-3 dan Kis 20:28].
Catatan:
· bagian yang saya garis bawahi itu merupakan bagian yang diperdebatkan keasliannya; ada manuscripts yang tidak mempunyai kata itu. Tetapi kelihatannya kebanyakan penafsir menerima bagian ini.
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
Di sini Kristus disebut sebagai ‘gembala’ dan ‘pemelihara’ jiwa. Untuk kata ‘gembala’ tidak ada problem, tetapi kata ‘pemelihara’ sebetulnya kurang tepat terjemahannya.
KJV: ‘Bishop’ (= Uskup).
RSV/NASB: ‘Guardian’ (= Penjaga).
NIV: ‘Overseer’ (= Pengawas / penilik).
· Untuk Kis 20:28, memang ada 2 macam manuscripts; ada yang menuliskan ‘gereja Tuhan’ dan ada yang menuliskan ‘Gereja Allah’. Tetapi boleh dikatakan semua versi mengambil ‘gereja Allah’. Tetapi dalam pembahasan di sini, hal ini tak berpengaruh.
· 1Pet 5:1-3 - “(1) Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (2) Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (3) Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.
· Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
· Maksud dari penafsir ini adalah: kata-kata yang digunakan oleh Yesus kepada Petrus dalam Yoh 21:15-17 ini tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Petrus dalam memberikan nasehat kepada para penatua dalam 1Petrus 5:1-3, dan juga tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Paulus dalam menasehati tua-tua Efesus dalam Kis 20:28. Karena itu jelas bahwa pengucapan kata-kata seperti itu kepada Petrus dalam Yohanes 21:15-17 ini tidak menunjukkan bahwa ia diangkat menjadi penguasa tertinggi gereja universal.
Yohanes 21: 16: “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
1) “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’”.
Di sini Yesus membuang perbandingan (kata-kata ‘more than these’ / ‘lebih dari ini’), tetapi Ia tetap menggunakan kata ‘mengasihi’ yang sama dengan yang Ia gunakan dalam ay 15, yaitu AGAPAO.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
Di sini Petrus tetap menggunakan kata PHILEO, bukan AGAPAO.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘domba’ di sini berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam ay 15. Kalau dalam ay 15 digunakan kata Yunani ARNIA, maka dalam ay 16 ini digunakan kata Yunani PROBATIA.
A. T. Robertson mengatakan (hal 321) bahwa kata ARNIA merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani ARNOS (= sheep / domba), sedangkan kata PROBATIA ini merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani PROBATON (= sheep / domba). Jadi, terjemahan hurufiah di sini seharusnya tetap sama dengan pada ay 15, yaitu ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil). Dalam ay 17, juga digunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 16 ini.
Tetapi A. T. Robertson juga mengatakan (hal 321) bahwa dalam ay 16 dan ay 17 ada banyak manuscripts yang menuliskan PROBATA (= sheep / domba-domba), bukan PROBATIA (= lambs / domba-domba kecil)
Leon Morris (NICNT): “The word rendered ‘sheep’ in ARV is actually a diminutive and strictly speaking means ‘lambs’ ... But it is so often used without diminutive force that it is impossible to quarrel with the translation ‘sheep’. However, it is equally impossible to maintain that there is a change of meaning” [= Kata yang diterjemahkan ‘sheep’ (= domba) dalam ARV sebetulnya merupakan suatu kata yang menunjuk pada sesuatu yang lebih kecil, dan secara ketat berarti ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil) ... Tetapi kata itu begitu sering digunakan tanpa arti yang menunjukkan ‘lebih kecil’ sehingga adalah tidak mungkin untuk bertengkar mengenai terjemahan ‘sheep’ / ‘domba’. Bagaimanapun, adalah sama tidak mungkinnya untuk mempertahankan bahwa di sana ada perubahan arti] - hal 874.
Yohanes 21: 17: “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
1) “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’”.
a) Pada kali yang ke 3 ini Yesus menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan yang Ia gunakan pada kali pertama dan kedua. Sekarang Ia menggunakan PHILEO.
Orang-orang yang menganggap AGAPAO lebih tinggi dari PHILEO, mengatakan tadi Yesus mempertanyakan kasih yang lebih tinggi, tetapi sekarang, kasih yang lebih rendahpun dipertanyakan.
A. T. Robertson: “This time Jesus picks up the word fileoo used by Peter and challenges that. These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved. Peter was cut to the heart ... because Jesus challenges this very verb, and no doubt the third question vividly reminds him of the three denials in the early morning by the fire” (= Kali ini Yesus mengambil kata PHILEO yang digunakan oleh Petrus dan mempertanyakannya. Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan. Petrus tertusuk hatinya ... karena Yesus mempertanyakan kata kerja ini, dan tak diragukan pertanyaan yang ketiga secara jelas / menyolok mengingatkan dia tentang tiga penyangkalan pada pagi hari dekat api unggun) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Tetapi di atas telah saya bahas alasan untuk menolak perbedaan arti dari PHILEO dan AGAPAO di sini.
b) Adanya 3 x pertanyaan ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ jelas menunjuk kepada 3 x penyangkalan yang dilakukan oleh Petrus.
Pulpit Commentary: “There is no positive reference to the denial and fall of Peter; but the implication and suggestion cannot be hidden, ... The circumstance that Peter was ‘grieved’ because the Lord put this question to him a third time makes the reference very little less than explicit” (= Tidak ada hubungan positif / explicit dengan penyangkalan dan kejatuhan Petrus, tetapi maksud / pengertian dan kesannya tidak bisa disembunyikan, ... Keadaan dimana Petrus menjadi sedih karena Tuhan mengajukan pertanyaan kepadanya untuk ke 3 x nya membuat hubungan yang sedikit lebih rendah dari explicit) - hal 505.
c) Adanya 3 x pertanyaan yang serupa menunjukkan kerasnya ujian / testing yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus dalam persoalan kasih Petrus kepadaNya.
Pulpit Commentary: “It was proper that Peter’s love should be severely tried. ... He denied Christ thrice, and thrice was the question of love put to him. A damaged vessel must be well examined and repaired before being sent to sea again” (= Adalah benar bahwa kasih Petrus diuji dengan keras. ... Ia menyangkal Kristus 3 x, dan 3 x pertanyaan tentang kasih diajukan kepadanya. Suatu kapal yang rusak harus diperiksa dan diperbaiki dengan baik sebelum dikirim ke laut lagi) - hal 524.
Calvin: “Peter undoubtedly did not perceive the object which Christ had in view, in putting the same question so frequently; and therefore he thinks that he is indirectly accused, as if he had not answered with sincerity. ... Peter was not yet sufficiently aware how deeply the love of Christ must be engraven on the hearts of those who have to struggle against innumerable difficulties. ... Those who are to undertake the charge of governing the Church are also taught, in his person, not to examine themselves slightly, but to make a thorough scrutiny what zeal they possess, that they may not shrink or faint in the middle of their course” (= Petrus tak diragukan tidak mengerti tujuan yang dipunyai oleh Kristus dengan mengajukan pertanyaan yang sama begitu sering; dan karena itu ia mengira bahwa ia dituduh secara tidak langsung, seakan-akan ia tidak menjawab dengan tulus. ... Petrus belum sadar betapa dalamnya kasih kepada Kristus harus diukirkan pada hati mereka yang harus bergumul dengan kesukaran-kesukaran yang tak terhitung banyaknya. ... Mereka yang harus mengerjakan tugas / tanggung jawab tentang memerintah Gereja juga diajar, dalam dirinya, bukan untuk memeriksa diri mereka sendiri dengan sepintas, tetapi untuk membuat penelitian dengan cermat dan seksama tentang semangat apa / bagaimana yang mereka punyai, supaya mereka tidak berbalik karena takut atau menjadi lemah di tengah-tengah perjalanan mereka) - hal 291-292.
2) “Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Kata-kata Petrus ini menunjukkan bahwa Petrus mengakui kemaha-tahuan Yesus (perhatikan kata-kata ‘segala sesuatu’) dan itu menunjukkan bahwa ia mengakui Yesus sebagai Allah sendiri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa Yesus tidak menegur Petrus, dan secara implicit membenarkan kata-kata tersebut.
b) Kalau pada waktu menjawab pertanyaan pertama dan kedua, Petrus mengawali dengan kata-kata ‘Benar Tuhan’, maka di sini ia membuang kata-kata itu, dan ia hanya mengandalkan kemaha-tahuan Yesus.
Matthew Henry: “Peter was sure that Christ knew all things, and particularly that he knew the heart, and was a discerner of the thoughts and intents of it, Jn 16:30. ... Peter was satisfied of this, that Christ, who knew all things, knew the sincerity of his love to him, and would be ready to attest it in his favour. It is a terror to a hypocrite to think that Christ knows all things; for the divine omniscience will be a witness against him. But it is a comfort to a sincere Christian that he has that to appeal to” (= Petrus yakin bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu, dan secara khusus bahwa Ia mengetahui hati, dan merupakan seorang yang melihat / membedakan pikiran dan maksudnya, Yoh 16:30. ... Petrus puas dengan hal ini, dan Kristus, yang mengetahui segala sesuatu, mengetahui ketulusan dari kasihnya kepadaNya, dan akan siap untuk menyokongnya untuk kepentingannya. Merupakan sesuatu yang menakutkan bagi orang yang munafik untuk memikirkan bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu; karena kemaha-tahuan ilahi akan menjadi saksi terhadap dia. Tetapi merupakan suatu penghiburan bagi seorang Kristen yang tulus bahwa ia mempunyai hal itu kepada mana ia bisa naik banding).
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
a) Tuhan tetap mau memakai anakNya yang jatuh ke dalam dosa, asal ia menyesali dosanya dan bertobat darinya.
Kejatuhan Petrus yang begitu dalam bukan alasan untuk tidak melayani Kristus lagi. Kristus tetap mau memakai dia. Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang penuh dosa, dan bisa jatuh dalam dosa-dosa yang hebat. Asal mereka menyesali dosa-dosa itu dan bertobat darinya, tidak ada alasan mengapa mereka tidak harus melayani lagi. Hal ini perlu direnungkan, dicamkan, dan diterapkan pada waktu:
· saudara sendiri jatuh ke dalam dosa yang hebat, dan setan berbisik kepada saudara bahwa saudara tak layak lagi untuk menjadi pelayan Tuhan.
· saudara melihat orang kristen lain jatuh ke dalam dosa. Pada saat seperti ini:
* jangan menganggap orang kristen tersebut tak layak lagi melayani Tuhan.
* hiburkan dan kuatkan orang kristen tersebut untuk mau kembali ke dalam pelayanan.
Catatan: tentu semua hal di atas ini berlaku kalau orangnya menyesali dosanya dan bertobat darinya.
b) Kata yang diterjemahkan ‘gembalakanlah’ dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ (= berilah makan), sedangkan dalam ay 16 digunakan kata POIMAINE, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ (= uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ (= gembalakanlah).
Di atas telah kita pelajari bahwa mungkin sekali perbedaan ini hanya merupakan suatu variasi penggunaan kata, sehingga perbedaannya tak perlu ditekankan. Tetapi banyak penafsir yang menekankan perbedaan arti dari kedua kata ini.
Matthew Henry: “the charge he gives him concerning them is to feed them. The word used in v. 15, 17, is boske, which strictly signifies to give them food; but the word used in v. 16 is poimaine, which signifies more largely to do all the offices of a shepherd to them: ‘Feed the lambs with that which is proper for them, and the sheep likewise with food convenient. The lost sheep of the house of Israel, seek and feed them, and the other sheep also which are not of this fold.’” (= tugas / tanggung jawab yang Ia berikan kepadanya mengenai mereka adalah untuk memberi makan mereka. Kata yang digunakan dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang secara ketat berarti memberi mereka makan; tetapi kata yang digunakan dalam ay 16 adalah POIMAINE, yang mempunyai arti yang lebih luas untuk melakukan semua tugas dari seorang gembala kepada mereka: ‘Berilah makan anak-anak domba dengan apa yang layak / benar untuk mereka, dan domba-domba juga dengan makanan yang sesuai. Domba-domba yang hilang dari keluarga Israel, carilah mereka dan berilah mereka makan, dan juga domba-domba lain yang bukan dari kawanan ini).
Barnes’ Notes tentang ay 15: “The word here rendered ‘feed’ means the care afforded by furnishing nutriment for the flock. In the next verse (v. 16) there is a change in the Greek, and the word rendered ‘feed’ denotes rather the care, guidance, and protection which a shepherd extends to his flock. By the use of both these words, it is supposed that our Saviour intended that a shepherd was both to offer the proper food for his flock and to govern it; or, as we express it, to exercise the office of a pastor” [= Kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ berarti perhatian / pemeliharaan yang diberikan dengan memberi makan untuk kawanan domba itu. Dalam ayat selanjutnya (ay 16) ada perubahan dalam bahasa Yunaninya, dan kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ lebih menunjuk pada pemeliharaan, bimbingan dan perlindungan yang diberikan oleh seorang gembala kepada kawanan dombanya. Oleh penggunaan kedua kata ini, dianggap bahwa Juruselamat kita memaksudkan bahwa seorang gembala harus memberikan makanan untuk kawanan dombanya dan memerintahnya (govern); atau, seperti kami menyatakannya, melaksanakan tugas seorang pendeta / gembala].
c) Dalam urusan memberi makan domba ini Spurgeon memberi komentar yang menarik.
John Stott: “As Spurgeon once commented, Christ said, ‘Feed my sheep ... Feed my lambs.’ Some preachers, however, put the food so high that neither lambs nor sheep can reach it. They seem to have read the text, ‘Feed my giraffes.’” (= Seperti Spurgeon pernah memberi komentar, Kristus berkata, ‘Berilah makan domba-dombaKu ... Berilah makan anak-anak dombaKu’. Tetapi sebagian pengkhotbah, meletakkan makanan itu begitu tinggi sehingga baik anak domba maupun domba tidak bisa mencapainya. Kelihatannya mereka telah membaca text ini ‘Berilah makan jerapah-jerapahKu’.) - ‘Between Two Worlds’, hal 147.
Kata-kata ini mungkin menarik dan perlu diperhatikan oleh setiap pengajar Firman Tuhan, tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata ini tak terlalu cocok dengan kontextnya.
Yohanes 21: 18-19: “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (19) Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
1) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,”.
Ini menunjukkan kehidupan yang bisa semaunya sendiri.
Barnes’ Notes: “The Jews, in walking or running, girded their outer garments around them, that they might not be impeded. ... The expression here denotes freedom. He did as he pleased - he girded himself or not - he went or remained, as he chose” (= Orang-orang Yahudi, pada waktu berjalan atau berlari, mengikat jubah luar mereka di sekeliling pinggang mereka, supaya mereka tidak dirintangi. ... Ungkapan di sini menunjukkan kebebasan / kemerdekaan. Ia melakukan seperti yang ia senangi - ia mengikat pinggangnya sendiri atau tidak - ia pergi atau tinggal, seperti yang ia pilih / inginkan).
2) “tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’”.
a) Ini menunjukkan bahwa dulu berbeda dengan sekarang. Dulu ia bebas, tetapi setelah ini semuanya berbeda.
Matthew Henry: “he compares this with his former liberty. ‘Time was when thou knewest not any of these hardships, thou girdest thyself, and walkedst whither thou wouldest.’ Where trouble comes we are apt to aggravate it with this, that it has been otherwise; and to fret the more at the grievances of restraint, sickness, and poverty, because we have known the sweets of liberty, health, and plenty, Job 29:2 .... But we may turn it the other way, and reason thus with ourselves: ‘How many years of prosperity have I enjoyed more than I deserved and improved? And, having received good, shall I not receive evil also?’” (= ia membandingkan ini dengan kebebasannya dahulu. ‘Dulu ada saat dimana engkau tidak mengenal yang manapun dari kesukaran-kesukaran ini, engkau mengikat pinggangmu sendiri, dan berjalan / pergi kemana engkau mau’. Dimana kesukaran datang, kita condong memperburuknya dengan ini, seandainya halnya tidak demikian; dan makin bersungut-sungut terhadap keadaan yang tidak enak dari pembatasan, penyakit, dan kemiskinan, karena kita telah mengenal manisnya kebebasan, kesehatan, dan kelimpahan, Ayub 29:2 ... Tetapi kita bisa membalikkannya dan berargumentasi demikian dengan diri kita sendiri: ‘berapa banyak tahun kemakmuran telah aku nikmati lebih dari yang aku layak dapatkan dan manfaatkan? Dan setelah menerima yang baik, tidakkah saya mau menerima yang buruk juga?’).
Bdk. Ayub 29:2 - “‘Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku”.
b) Calvin menganggap bahwa kalimat ini hanya menunjukkan kematian dengan kekerasan.
Calvin: “Many think that this denotes the manner of death which Peter was to die, meaning that he was hanged, with his arms stretched out; but I consider the word ‘gird’ as simply denoting all the outward actions by which a man regulates himself and his whole life. ‘Thou girdest thyself;’ that is, ‘thou wast accustomed to wear such raiment as thou choosest, but this liberty of choosing thy dress will be taken from thee.’” (= Banyak orang mengira bahwa ini menunjuk cara kematian yang harus dialami Petrus, artinya ia harus digantung, dengan tangan terentang; tetapi saya menganggap kata ‘mengikat pinggang’ hanya menunjukkan semua tindakan luar / lahiriah dengan mana seseorang mengatur dirinya sendiri dan seluruh kehidupannya. ‘Engkau mengikat pinggangmu sendiri’; artinya, ‘engkau terbiasa mengenakan pakaian yang engkau pilih, tetapi kebebasan memilih pakaian ini akan diambil darimu’) - hal 293-294.
Calvin: “As to the manner in which Peter was put to death, it is better to remain ignorant of it than to place confidence in doubtful fables” (= Berkenaan dengan cara dalam mana Petrus akan dibunuh, adalah lebih baik untuk tetap tidak tahu tentangnya dari pada meletakkan keyakinan pada dongeng-dongeng yang meragukan) - hal 294.
Calvin: “‘And will lead thee whither thou wouldst not.’ The meaning is, that Peter did not die a natural death, bu by violence and by the sword.” (= ‘Dan akan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki’. Artinya adalah bahwa Petrus tidak mati secara alamiah, tetapi dengan kekerasan dan oleh pedang) - hal 294.
Calvin: “as Satan continually makes new and various attacks, all who undertake the office of feeding must be prepared for death; as they certainly have to do not only with sheep, but also with wolves” (= karena setan secara terus menerus membuat serangan-serangan yang baru dan bervariasi, semua yang mengerjakan tugas memberi makan harus dipersiapkan untuk mati; karena mereka pasti tidak harus menangani hanya domba tetapi juga serigala) - hal 292.
c) Kebanyakan penafsir yang mengatakan bahwa istilah ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ ini menunjuk kepada penyaliban, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kalau itu menunjuk kepada penyaliban, maka itu akan dituliskan setelah kata ‘mengikat’, dan bukan sebelumnya. Tetapi orang-orang yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada penyaliban mengatakan bahwa ini didahulukan, dengan tujuan untuk menekankan.
William Hendriksen: “it is interesting to note that the expression ‘to stretch out the hands’ is often used by Greek authors and by the early fathers to indicate crucifixion” (= merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa ungkapan ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ sering digunakan oleh pengarang-pengarang Yunani dan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk menunjuk pada penyaliban) - hal 490.
Saya sendiri menganggap bahwa kalimat ini memang merupakan nubuat bahwa Petrus akan mati melalui salib.
d) Kebanyakan penafsir percaya bahwa Petrus mati disalib, tetapi ada pro dan kontra tentang kematian Petrus dengan disalib secara terbalik.
Adam Clarke: “Ancient writers state that, about thirty-four years after this, Peter was crucified; and that he deemed it so glorious a thing to die for Christ that he begged to be crucified with his head downwards, not considering himself worthy to die in the same posture in which his Lord did” (= Penulis-penulis kuno menyatakan bahwa kira-kira 34 tahun setelah ini, Petrus disalibkan; dan bahwa ia menganggap mati untuk Kristus sebagai sesuatu yang begitu mulia sehingga ia meminta untuk disalibkan dengan kepala di bawah, karena menganggap dirinya sendiri tidak layak mati dengan postur yang sama seperti Tuhannya mati).
F. F. Bruce: “By the time the Gospel was written, Peter had glorified God in martyrdom. Knowing what form Peter’s martyrdom took, the Evangelist could see a precise reference to it in the words of Jesus, such as could not have been seen at the time. ... The stretching out of his hands would then be understood in retrospect to be their stretching out on the cross-beam of the cross. (We need not take too seriously the later embellishment, found in the apocryphal Acts of Peter and in Eusebius, according to which he was crucified head downwards at his own insistence.)” [= Pada saat Injil ini ditulis, Petrus telah memuliakan Allah dalam kematian syahid. Mengetahui bentuk kematian syahid Petrus, sang Penginjil (Yohanes) bisa melihat hubungan yang persis dengannya dalam kata-kata Yesus, yang tidak bisa terlihat pada saat itu. ... Jadi, perentangan tangannya dimengerti dalam suatu peninjauan kembali, sebagai perentangannya pada kayu horizontal dari salib. (Kita tidak perlu menerima dengan terlalu serius pembubuhan belakangan, yang ditemukan dalam kitab Apocrypha Kisah Petrus dan dalam tulisan Eusebius, menurut mana ia disalibkan dengan kepala di bawah atas desakannya sendiri.)] - hal 406.
Catatan: kata-kata ‘pada saat itu’ yang saya garis bawahi itu kelihatannya menunjuk pada saat Yesus mengucapkan kata-kata tersebut. Jadi pada saat itu orang tak mengerti maksud kata-kata Yesus itu, tetapi pada saat Injil Yohanes ditulis, orang mengertinya, karena pada saat itu nubuat ini sudah tergenapi.
e) Tradisi mengatakan bahwa Petrus mati syahid dengan disalib terbalik di kota Roma.
Barnes’ Notes (tentang Mat 10:2): “The tradition is that he was at last crucified at Rome with his head downward, thinking it too great an honor to die as his Master did. ... There is no certain proof, however, that this occurred at Rome, and no absolute knowledge as to the place where he died” (= Tradisinya adalah bahwa akhirnya ia disalibkan di Roma dengan kepala di bawah, karena ia berpikir / menganggap sebagai kehormatan yang terlalu besar untuk mati seperti yang dialami Tuhannya. ... Tetapi tidak ada bukti yang pasti bahwa ini terjadi di Roma, dan tidak ada pengetahuan yang mutlak berkenaan dengan tempat di mana ia mati).
3) “Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah”.
a) Ini menunjukkan bahwa cara kematian seseorang ditentukan oleh Tuhan.
Pulpit Commentary: “The Lord determines the manner of Peter’s death. It was to be a death of violence. He was to become a martyr of the Christian faith” (= Tuhan menentukan cara kematian Petrus. Itu akan merupakan kematian oleh kekerasan. Ia harus menjadi martir dari iman Kristen) - hal 515.
Matthew Henry: “That it is not only appointed to all once to die, but it is appointed to each what death he shall die, whether natural or violent, slow or sudden, easy or painful. When Paul speaks of so great a death, he intimates that there are degrees of death; there is one way into the world, but many ways out, and God has determined which way we should go” (= Bukan hanya bahwa setiap orang ditetapkan untuk mati satu kali, tetapi juga ditetapkan bagi masing-masing orang kematian yang bagaimana yang akan ia jalani, apakah alamiah atau dengan kekerasan, perlahan-lahan atau mendadak, mudah / enak atau menyakitkan. Pada waktu Paulus berbicara tentang ‘kematian yang begitu besar’, ia mengisyaratkan bahwa ada tingkat-tingkat kematian; ada satu jalan untuk masuk ke dalam dunia ini, tetapi banyak jalan keluar / meninggalkannya, dan Allah telah menentukan jalan yang harus kita jalani).
Catatan: bagian yang saya garis bawahi diambil dari 2Kor 1:10 - “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi”.
KJV: ‘Who delivered us from so great a death, and doth deliver: in whom we trust that he will yet deliver us’ (= Yang telah melepaskan kami dari kematian yang begitu besar, dan terus melepaskan: dalam siapa kami percaya bahwa Ia akan melepaskan kami lagi).
William Hendriksen: “whatever happens in our lives has been wisely ordained by the Lord, just as the very manner of Peter’s glorious death had been foreseen and predicted” (= apapun yang terjadi dalam kehidupan kita telah secara bijaksana ditentukan oleh Tuhan, sama seperti cara kematian Petrus yang mulia telah dilihat lebih dulu dan diramalkan) - hal 475.
b) Pengakuan kasih kepada Tuhan mempunyai konsekwensi menggembalakan domba (ay 15-17), dan kedua hal itu mempunyai konsekwensi untuk mati bagi Dia (ay 18-19).
Bdk. Yoh 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
George Hutcheson: “Love to Christ must be evidenced, not only by active doing of duty, but by suffering also unto death, if we be called unto it; ... therefore is this prediction joined with the former injunction as another proof of Peter’s love to Christ” (= Kasih kepada Kristus harus dibuktikan, bukan hanya dengan tindakan kewajiban yang aktif, tetapi juga dengan penderitaan sampai mati, jika kita dipanggil untuk itu; ... karena itu ramalan ini digabungkan dengan perintah yang di depan sebagai bukti lain dari kasih Petrus kepada Kristus) - hal 435.
c) Bagi Petrus, ini merupakan kasih karunia, karena ia diberi kesempatan untuk mati bagi Tuhan, yang tadinya telah gagal ia lakukan, pada waktu ia menyangkal Yesus 3 x.
Darby: “But the grace of the loving Savior did not stop here. Peter might still feel the sorrow of having missed such an opportunity of confessing the Lord at the critical moment. Jesus assures him that if he had failed in doing so of his own will, he should be allowed to do it by the will of God; ... It should be given him by the will of God to die for the Lord, as he had formerly declared himself ready to do in his own strength. Now also that Peter was humbled and brought entirely under grace - that he knew he had no strength - that he felt his dependence on the Lord, his utter inefficiency if he trusted to his own power - now, I repeat, the Lord calls Peter to follow Him; which he had pretended to do, when the Lord had told him he could not. It was this that his heart desired. ... what he had pretended to do and could not, he would now do - follow Christ to prison and to death” (= Tetapi kasih karunia dari Juruselamat yang penuh kasih itu tidak berhenti di sini. Petrus mungkin masih merasakan kesedihan karena gagal dalam kesempatan untuk mengakui Tuhan pada saat yang kritis. Yesus meyakinkan dia bahwa jika ia telah gagal dalam melakukan hal itu dari kehendaknya sendiri, ia harus diijinkan untuk melakukannya oleh kehendak Allah; ... Ia akan diijinkan untuk mati bagi Tuhan, seperti yang dulu ia nyatakan sendiri siap ia lakukan dengan kekuatannya sendiri. Sekarang Petrus telah dibuat jadi rendah hati dan dibawa sepenuhnya ke bawah kasih karunia - sehingga ia tahu ia tidak mempunyai kekuatan - sehingga ia merasakan ketergantungannya kepada Tuhan, ketidak-efisienannya jika ia mempercayai kekuatannya sendiri - sekarang, saya ulangi, Tuhan memanggil Petrus untuk mengikuti Dia; yang tadinya ia kira bisa ia lakukan, pada waktu Tuhan memberitahunya bahwa ia tidak bisa. Inilah yang diinginkan hatinya. ... apa yang tadinya ia kira bisa lakukan dan ternyata tidak bisa ia lakukan, akan ia lakukan sekarang - mengikuti Kristus ke penjara dan kematian).
d) Baik kehidupan kita, maupun kematian kita, harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Bdk. Ro 14:7-9 - “(7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup”.
John Wesley: “It is not only by acting, but chiefly by suffering, that the saints glorify God” (= Bukan hanya dengan bertindak, tetapi terutama dengan menderita, orang-orang kudus memuliakan Allah).
Pulpit Commentary: “The consequences which flowed from the early martyrdom have been generally acknowledged. It is proverbial that ‘the blood of martyrs is the seed of the Church.’ Even persecutors have been touched by the exhibition of constancy, fortitude, and expectation of glory which they have witnessed on the part of sufferers” (= Konsekwensi yang mengalir dari kematian syahid pada abad-abad awal telah diakui secara umum. Merupakan suatu pepatah bahwa ‘darah dari para martir merupakan benih dari Gereja’. Bahkan para penganiaya telah tersentuh oleh pertunjukan dari keteguhan / kesetiaan, ketabahan, dan pengharapan kemuliaan yang telah mereka saksikan pada para penderita) - hal 520.
Pulpit Commentary: “God is the Giver of life; and death, according to the scriptural teaching, comes by sin. In life God is glorified. Yet, as Christianity transmutes dross into gold, it is credible that even death may tend to the Divine glory. ... The Christian, in order to glorify God in death, must first glorify him in life. ... The end crowns the work. He who lives well, dies well” (= Allah adalah sang Pemberi kehidupan; dan kematian, menurut ajaran Kitab Suci, datang karena dosa. Dalam kehidupan Allah dipermuliakan. Tetapi, karena kekristenan mengubah barang buangan menjadi emas, adalah dapat dipercaya bahwa bahkan kematian bisa membawa pada kemuliaan Ilahi. ... Orang kristen, untuk bisa memuliakan Allah dalam kematian, harus lebih dulu memuliakan Dia dalam kehidupan. ... Akhir(nya) memahkotai pekerjaan. Ia yang hidup dengan baik, mati dengan baik) - hal 520.
e) Dalam kehidupan kita, segala sesuatu harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah, yang memang seharusnya merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan setiap orang.
Banyak orang menanyakan pertanyaan ini: apa gunanya aku dilahirkan di dalam dunia ini? Jawabnya: untuk memuliakan Allah. Jadi, kalau seseorang tidak hidup dengan tujuan ini, ia sedang salah jalan, dan hidup di dalam dosa.
1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Bdk. Zakh 7:6 - “Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?”.
Bdk. Ro 14:15,20,21 - “(15) Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia. ... (20) Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung! (21) Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu”.
Kontext dari 1Kor 10:31 adalah persoalan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, tetapi jelas bahwa ini juga berlaku untuk seadanya makan dan minum. Jadi, makan tanpa peduli orang lain, atau makan makanan yang merusak kesehatan diri sendiri, jelas merupakan sesuatu yang salah. Sebaliknya makan makanan yang menyehatkan diri kita, supaya dengan kesehatan itu kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik, merupakan sesuatu yang benar.
Ini bukan hanya berlaku untuk hal-hal remeh / sehari-hari seperti makan dan minum, tetapi juga berlaku untuk semua hal lain. Ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain’.
Calvin: “he teaches that there is no part of our life, and no action so minute, that it ought not to be directed to the glory of God, and that we must take care that, even in eating and drinking, we may aim at the advancement of it” (= ia mengajar bahwa tidak ada bagian dalam kehidupan kita, dan tidak ada tindakan yang sekecil apapun yang tidak harus diarahkan untuk kemuliaan Allah, dan bahwa kita harus berawas-awas bahwa, bahkan dalam makan dan minum, kita bisa mengarahkannya pada kemajuan dari kemuliaan Allah itu) - hal 347.
Keharusan melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah ini bisa dijadikan pedoman untuk menentukan boleh tidaknya kita melakukan hal-hal yang tidak diatur oleh Kitab Suci.
Adam Clarke: “whether he eats or drinks of this or the other kind of aliments, or whatever else he may do, he must do it so as to bring glory to God. This is a sufficient rule to regulate every man’s conscience and practice in all indifferent things, where there are no express commands or prohibitions” (= apakah ia makan atau minum dari makanan ini atau jenis yang lain, atau hal lain apapun yang ia lakukan, ia harus melakukannya sehingga membawa kemuliaan bagi Allah. Ini merupakan peraturan yang cukup untuk mengatur hati nurani setiap manusia dan mempraktekkannya dalam semua hal-hal yang biasa, dimana di sana tidak ada perintah atau larangan yang jelas / explicit).
Barnes’ Notes: “this rule is designed to be one of the chief directors of our lives. It is to guide all our conduct, and to constitute a ‘test’ by which to try our actions. Whatever can be done to advance the honor of God is right; whatever cannot be done with that end is wrong. Whatever plan a man can form that will have this end is a good plan; whatever cannot be made to have this tendency, and that cannot be commended, continued, and ended with a distinct and definite desire to promote His honor, is wrong, and should be immediately abandoned” (= peraturan ini direncanakan sebagai salah satu dari pengarah-pengarah utama dari kehidupan kita. Ini harus membimbing kita dalam semua tindak tanduk kita, dan merupakan suatu ‘ujian’ dengan mana kita menguji tindakan-tindakan kita. Apapun yang bisa dilakukan untuk memajukan kehormatan Allah adalah benar; apapun tidak bisa dilakukan dengan tujuan itu adalah salah. Rencana apapun yang bisa dibentuk seseorang yang mempunyai tujuan ini adalah rencana yang baik; apapun yang tidak bisa dibuat untuk mempunyai tujuan / arah ini, dan yang tidak bisa dianjurkan, dilanjutkan, dan diakhiri dengan keinginan yang jelas dan pasti untuk memajukan kehormatanNya, adalah salah, dan harus segera ditinggalkan).
Hal-hal yang memang dilarang atau diperintahkan oleh Kitab Suci, tidak perlu dipersoalkan lagi. Itu harus ditaati. Tetapi bagaimana dengan hal-hal tidak diatur oleh Kitab Suci?
Misalnya:
1. Bolehkah pacaran dengan si A? Maka tanyakan dan renungkan: kalau aku pacaran dengan si A, apakah semua ini akan membawa kemuliaan bagi Tuhan?
2. Aku harus kerja di A atau di B? Maka tanyakan / bandingkan: yang mana dari 2 pekerjaan ini yang memungkinkan aku belajar Firman Tuhan, melayani Tuhan, dsb? Adakah dari 2 pekerjaan ini yang mengharuskan aku berdosa, seperti bekerja pada hari Minggu, dsb?
Perlu diperhatikan bahwa dalam menilai apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah, kita harus memikir secara mendalam, bukan hanya sepintas lalu.
Misalnya:
· kalau kita berpikir sepintas lalu, olah raga bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka olah raga itu menyehatkan, dan dengan kesehatan itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Jadi dalam hal ini motivasi / alasan yang menyebabkan seseorang itu berolah raga, perlu diteliti.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, istirahat / berlibur / piknik bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka semua hal-hal itu merelaxkan, dan alternatifnya (kalau seseorang tak pernah istirahat) menimbulkan stress, kelelahan, penyakit dsb, dan ini justru tidak memuliakan Allah atau merugikan bagi kemuliaan Allah.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, nonton TV atau bioskop bukanlah sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi perlu dipikirkan bahwa manusia membutuhkan hiburan / sesuatu yang merelaxkan, dan karena itu, selama tidak terlalu banyak, dan filmnya bukan film yang bersifat dosa, maka hal itu tidak bisa disalahkan.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, pesta bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka pesta itu bisa membangun persekutuan (tentu bukan seadanya pesta), dan itu bisa memuliakan Allah.
Tetapi coba pikirkan:
¨ kalau saudara membeli mobil baru padahal sudah mempunyai beberapa, hanya karena saudara mempunyai hobby mobil, apakah itu bisa memuliakan Allah? Atau memuliakan diri saudara sendiri?
¨ Juga kalau saudara membeli perhiasan, pakaian mewah yang sangat mahal, setiap saat ganti handphone, pesta pora yang berlebihan, dan sebagainya. Pikirkan, apakah pemborosan seperti itu bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah?
Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: kalaupun saudara melakukan hal-hal yang secara lahiriah kelihatannya rohani dan baik, tetapi kalau motivasi / alasannya bukan untuk memuliakan Allah, maka saudara tetap berdosa. Misalnya melayani karena terpaksa, memberi persembahan karena mengharapkan berkat Tuhan, pergi ke gereja sekedar sebagai kebiasaan atau untuk cari teman / pacar, dan sebagainya.
4) “Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
Kata ‘ikutlah’ merupakan present imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan suatu perintah untuk terus menerus ikut Yesus. Pada masa yang lalu Petrus tidak terus menerus ikut Yesus (pada saat menyangkalNya 3 x), tetapi mulai sekarang ia harus terus menerus ikut Yesus.
-o0o-
Yohanes 21:20-25
Yohanes 21: 20: “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’”.
Untuk ay 20b, bandingkan dengan Yoh 13:24-25 - “(24) Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: ‘Tanyalah siapa yang dimaksudkanNya!’ (25) Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepadaNya: ‘Tuhan, siapakah itu?’”.
Yohanes 21: 21: “Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?’”.
1) Arti pertanyaan Petrus.
KJV: ‘Lord, and what shall this man do?’ (= Tuhan, dan apa yang akan dilakukan orang ini?).
RSV: ‘Lord, what about this man?’ (= Tuhan, bagaimana tentang orang ini?).
NIV: ‘Lord, what about him?’ (= Tuhan, bagaimana tentang dia?).
NASB: ‘Lord, and what about this man?’ (= Tuhan, dan bagaimana tentang orang ini?).
NEB: ‘Lord, what will happen to him?’ (= Tuhan, apa yang akan terjadi pada dia?).
Kata ‘do’ (= dilakukan) dalam KJV sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya, dan Matthew Poole mengatakan bahwa arti sebetulnya dari pertanyaan ini adalah: ‘Apa yang akan terjadi dengan orang ini? Bagaimana nasibnya?’.
Pulpit Commentary (hal 515) mengatakan bahwa mungkin maksud pertanyaan Petrus adalah “Is he destined to suffer and die like me? Or is he destined to a still longer life and a more peaceful and natural death?” (= Apakah ia ditentukan untuk menderita dan mati seperti aku? Atau apakah ia ditentukan pada kehidupan yang lebih panjang dan kematian yang lebih damai dan alamiah?).
Barnes’ Notes: “This question probably means, ‘What death shall he die?’” (= Pertanyaan ini mungkin artinya ‘Kematian apa yang akan ia alami?’).
2) Mengapa Petrus menanyakan pertanyaan itu?
Barnes’ Notes: “it is impossible to ascertain certainly why Peter asked this question. John was a favorite disciple, and perhaps Peter suspected that he would have a happier lot, and not be put to death in this manner. Peter was grieved at the question of Jesus; he was probably deeply affected with the account of his own approaching sufferings; and, with perhaps a mixture of grief and envy, he asked what would be his lot. But it is possible, also, that it was from kindness to John - a deep solicitude about him, and a wish that he might not die in the same manner as one who had denied his Lord. Whatever the motive was, it was a curiosity which the Lord Jesus did not choose to gratify” (= adalah mustahil untuk memastikan mengapa Petrus menanyakan pertanyaan ini. Yohanes adalah murid favorit, dan mungkin Petrus curiga bahwa ia akan mendapatkan nasib yang lebih bahagia, dan tidak dibunuh dengan cara ini. Petrus sedih pada pertanyaan Yesus; ia mungkin sangat dipengaruhi dengan cerita tentang penderitaan-penderitaan yang ia dekati / datangi; dan, mungkin dengan suatu campuran dari kesedihan dan iri hati, ia bertanya bagaimana nasib Yohanes. Tetapi juga mungkin bahwa itu berasal dari kebaikan kepada Yohanes - suatu perhatian / kekuatiran tentang dia, dan suatu harapan bahwa ia tidak mati dengan cara yang sama seperti orang yang telah menyangkal Tuhannya. Apapun motivasinya, itu merupakan suatu keingin-tahuan yang Tuhan Yesus memilih untuk tidak memuaskannya).
Yohanes 21: 22: “Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.’”.
Leon Morris (NICNT): “The question is an emphatic way of reminding the impulsive leader of the apostolic band that there are some things which are outside his province” [= Pertanyaan ini merupakan suatu cara yang tegas yang mengingatkan pemimpin yang impulsif (punya sifat menuruti kata hatinya) dari rombongan rasul ini bahwa ada hal-hal yang berada di luar bidang wewenangnya] - hal 878.
Pulpit Commentary: “It implies that the Lord exercises a Divine sovereignty over the lives and over the deaths of his servants” (= Secara implicit ini menunjukkan bahwa Tuhan menjalankan suatu kedaulatan Ilahi atas kehidupan dan kematian dari hamba-hambaNya) - hal 515.
Calvin: “Christ had not intended to pronounce any thing certain or definite about John, but only to affirm that he had full power to decide about his life and death” (= Kristus tidak bermaksud untuk mengumumkan apapun yang pasti tentang Yohanes, tetapi hanya menegaskan bahwa Ia mempunyai kuasa penuh untuk memutuskan tentang kehidupan dan kematiannya) - hal 298.
William Hendriksen: “Peter must not be so deeply interested in God’s secret counsel (regarding John) that he fails to pay attention to God’s revealed will! It is a lesson which every believer in every age should take to heart” [= Petrus tidak boleh begitu dalam berminat dalam rencana rahasia Allah (berkenaan dengan Yohanes) sehingga ia gagal untuk memperhatikan kehendak Allah yang dinyatakan! Ini merupakan suatu pelajaran yang harus diperhatikan oleh setiap orang percaya dalam setiap jaman] - hal 491.
Bdk. Ul 29:29 - “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.’”.
William Hendriksen: “There is work to be done. There are souls to be reached. There is a task to be accomplished. Let Peter rivet all his attention upon this! Some people are always asking questions. They are asking so many questions that their real mission in life fails to receive the proper amount of interest and energy. There are times when questions are out of order” (= Ada pekerjaan yang harus dilakukan. Ada jiwa-jiwa yang harus dijangkau. Ada tugas yang harus diselesaikan. Hendaklah Petrus memancangkan seluruh perhatiannya pada hal ini! Sebagian orang selalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan. Mereka menanyakan begitu banyak pertanyaan sehingga missi mereka yang sesungguhnya dalam kehidupan tidak menerima perhatian dan tenaga yang seharusnya) - hal 491.
Jamieson, Fausset & Brown: “... our Lord as intending to give no positive indication of John’s fate at all, but to signify that this was a matter which belonged to the Master of both, who would disclose or conceal it as He thought proper, and that Peter’s part was to mind his own affairs” (= ... Tuhan kita bermaksud untuk sama sekali tidak memberikan petunjuk positif tentang nasib Yohanes, tetapi menunjukkan bahwa ini merupakan suatu persoalan yang merupakan milik dari Tuan dari keduanya, yang akan menyingkapkan atau menyembunyikannya seperti yang Ia anggap tepat / benar, dan bahwa bagian Petrus adalah untuk memperhatikan urusannya sendiri).
William Barclay: “Let a man serve Christ where Christ has set him. As Jesus said to Peter: ‘Never mind the task that is given to someone else. Your job is to follow me.’ That is what he is still says to each one of us. Our glory is never in comparison with other men; our glory is the service of Christ in whatever capacity he has allotted to us” (= Hendaklah seseorang melayani Kristus dimana Kristus telah menempatkannya. Seperti Yesus berkata kepada Petrus: ‘Tak usah pedulikan tugas yang diberikan kepada orang lain. Tugasmu adalah mengikut Aku’. Itu adalah apa yang tetap Ia katakan kepada setiap orang dari kita. Kemuliaan kita tidak pernah ada dalam perbandingan dengan orang-orang lain; kemuliaan kita adalah pelayanan Kristus dalam kapasitas apapun yang telah Ia berikan kepada kita) - hal 288.
Matthew Henry: “Note, It is the will of Christ that his disciples should mind their own present duty, and not be curious in their enquiries about future events, concerning either themselves or others” (= Perhatikan, merupakan kehendak Allah bahwa murid-muridNya memperhatikan kewajiban mereka sendiri pada saat ini; dan tidak ingin tahu dalam penyelidikan mereka tentang peristiwa-peristiwa yang akan datang, baik mengenai diri mereka sendiri ataupun orang-orang lain).
Calvin: “We have in Peter an instance of our curiosity, which is not only superfluous, but even hurtful, when we are drawn aside from our duty by looking at others; for it is almost natural to us to examine the way in which other people live, instead of examining our own, and to attempt to find in them idle excuses. ... In the person of one man, therefore, there is a general reproof of all who look around them in every direction, to see how other men act, and pay no attention to the duties which God has enjoined on themselves. ... Out of ten persons it may happen that God shall choose one, that he may try him by heavier calamities or by vast labours, and that he shall permit the other nine to remain at ease, or, at least, shall try them lightly. Besides, God does not treat all in the same manner, but makes trial of every one as he thinks fit. As there are various kinds of Christian warfare, let every man learn to keep his own station, and let us not make inquiries like busy bodies about this or that person, when the heavenly Captain addresses each of us, to whose authority we ought to be so submissive as to forget every thing else. ... Christ cuts short his curiosity, by telling him that he ought to obey the calling of God, and that he has no right to inquire what other people do” (= Kita mendapat dalam Petrus suatu contoh dari keingin-tahuan kita, yang bukan hanya berlebihan, tetapi bahkan merugikan, pada waktu kita dibelokkan dari kewajiban kita dengan melihat kepada orang-orang lain; karena merupakan sesuatu yang hampir alamiah bagi kita untuk memeriksa cara dengan mana orang-orang lain hidup, dan bukannya memeriksa kehidupan kita sendiri, dan mencoba untuk mendapatkan dalam hal-hal itu alasan-alasan yang sia-sia / tak berharga / tak berdasar. ... Karena itu, dalam diri dari satu orang, ada suatu teguran umum bagi semua orang yang melihat ke sekeliling mereka di segala arah, untuk melihat bagaimana orang-orang lain bertindak, dan tidak memperhatikan kewajiban-kewajiban yang telah Allah perintahkan kepada mereka sendiri. ... Bisa terjadi bahwa dari 10 orang Allah memilih 1, sehingga Ia mengujinya dengan malapetaka-malapetaka / bencana-bencana yang lebih berat atau dengan pekerjaan yang sangat banyak, dan sehingga Ia mengijinkan 9 yang lain tinggal nyaman, atau setidaknya, Ia mengujinya dengan ringan. Disamping, Allah tidak memperlakukan semua dengan cara yang sama, tetapi membuat ujian bagi setiap orang seperti yang Ia anggap cocok. Karena ada bermacam-macam jenis peperangan Kristen, hendaklah setiap orang belajar untuk menjaga pos / tempatnya sendiri, dan jangan hendaknya kita bertanya orang ini atau orang itu seperti orang yang suka ingin tahu / ikut campur urusan orang lain, pada waktu Kapten surgawi menujukan kepada setiap dari kita, kepada otoritas siapa kita harus begitu tunduk sehingga melupakan segala sesuatu yang lain. ... Kristus memotong keingin-tahuannya, dengan memberitahunya bahwa ia harus mentaati panggilan Allah, dan bahwa ia tidak mempunyai hak untuk bertanya apa yang orang-orang lain lakukan) - hal 296,297.
George Hutcheson: “It is the duty of saints not to compare the Lord’s dealing with themselves and others, so as to be thereby withdrawn from, or discouraged in, their own duty and lot” (= Merupakan kewajiban dari orang-orang kudus untuk tidak membandingkan perlakuan Tuhan dengan diri mereka dan orang-orang lain, sehingga dengan demikian ditarik dari, atau dibuat kecil hati di dalam, kewajiban dan nasib / bagian mereka sendiri) - hal 437.
Contoh: ada orang cerita bahwa dia sakit dan sembuh hanya karena doa. Saya menjadi jengkel, karena mengapa Tuhan tidak menyembuhkan saya padahal saya juga berdoa?
F. F. Bruce: “One disciple may bear his witness in martyrdom, another by reaching old age in relative peace; both may be equally faithful disciples. So, in Heb. 11:34,37, some by faith ‘escaped the edge of the sword’ while others by faith ‘were killed with the sword’” (= Satu murid bisa memberikan kesaksiannya dalam kematian syahid, murid yang lain dengan mencapai usia tua dalam keadaan relatif damai; keduanya bisa adalah murid-murid yang sama setianya. Demikianlah, dalam Ibr 11:34,37, sebagian orang oleh iman ‘luput dari mata pedang’, sementara orang-orang yang lain oleh iman ‘dibunuh dengan pedang’) - hal 408.
Ibr 11:34-37 - “(34) memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. (35) Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. (36) Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. (37) Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan”.
Ini menunjukkan bahwa pengalaman satu orang tak boleh dijadikan semacam rumus / hukum yang juga harus dialami semua orang lain.
Yohanes 21: 23: “Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: ‘Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.’”.
1) Kata-kata Yesus dalam ay 22 tadi disalah-tafsirkan oleh gereja pada saat itu sehingga menimbulkan arti yang salah.
Pulpit Commentary: “The brethren of that day imagined that John would never die. ... The tradition existed long in the Church - even in the third and fourth centuries - that John was even then alive, awaiting the Lord’s coming” (= Saudara-saudara pada saat itu berkhayal bahwa Yohanes tidak akan pernah mati. ... Tradisi itu ada lama dalam Gereja - bahkan sampai abad ke 3 dan ke 4 - bahwa Yohanes masih hidup bahkan pada saat itu, menunggu kedatangan Tuhan) - hal 516.
Catatan:
kata ‘tradisi’ di sini tidak berarti ‘kebiasaan’, tetapi menunjuk kepada ‘ajaran / kepercayaan yang tidak tertulis, tetapi disampaikan dari mulut ke mulut’.
Bahwa tradisi seperti itu tetap bisa bertahan sampai abad ke 3 dan ke 4 menunjukkan kebodohan orang-orang yang lebih mempercayai tradisi dari pada Firman Tuhan yang dituliskan oleh Yohanes di sini.
Thomas Whitelaw: “Tradition mentions that John though seemingly dead and buried only slumbered in his grave at Ephesus, and moved the dust with his breathing ...; but whether that tradition arose directly out of Christ’s words or was a farther development of the legend here referred to cannot be ascertained” (= Tradisi menyebutkan bahwa Yohanes sekalipun kelihatan mati dan dikubur, hanya tidur dalam kuburnya di Efesus, dan menggerakkan debu dengan nafasnya. ...; tetapi apakah tradisi itu muncul langsung dari kata-kata Kristus ini atau merupakan suatu perkembangan lebih jauh dari dongeng yang ditunjukkan di sini tidak bisa dipastikan) - hal 455.
William Hendriksen: “These ‘brothers’ misinterpreted the words of Jesus with reference to John. They also placed the emphasis where Jesus had not placed it. In the remark of Jesus to Peter the main thing by far was the positive directive: ‘You follow me!’ The rest (‘If I will that he remain until I come, what is that to you?’) was secondary. To be sure, it was a necessary rebuke, but its intention was to turn Peter’s mind from his curiosity to his calling. That calling was, after all, the one important issue! By the brethren, however, what had been secondary was made the main thing, and misinterpreted besides” [= ‘Saudara-saudara’ ini salah menafsirkan kata-kata Yesus berkenaan dengan Yohanes. Juga mereka menekankan dimana Yesus tidak menekankannya. Dalam kata-kata Yesus kepada Petrus hal utama adalah pengarahan positif ‘Tetapi engkau, ikutlah Aku!’. Sisanya (‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu’) merupakan hal yang sekunder. Memang itu merupakan teguran yang perlu, tetapi maksudnya adalah untuk memalingkan pikiran Petrus dari keingin-tahuannya kepada panggilannya. Bagaimanapun juga, panggilan itu adalah persoalan yang penting! Tetapi oleh saudara-saudara itu, apa yang merupakan hal sekunder dibuat menjadi hal yang utama, dan disamping itu mereka menyalah-tafsirkannya] - hal 492.
Karena itu kalau mau mengerti kata-kata Kristus / Firman Tuhan dengan benar, kita harus memperhatikan dengan baik kontextnya, setiap kata, tanda baca, tensesnya, dan juga apakah kalimat itu hanya pengandaian, dan sebagainya.
F. F. Bruce: “it is a reasonable inference from the growth of the ‘report’ that the beloved disciple lived on to an advanced age, probably surviving Peter by many years” (= merupakan suatu kesimpulan yang masuk akal dari perkembangan dari ‘laporan’ bahwa murid yang dikasihi itu hidup sampai sangat tua, mungkin masih hidup lama setelah Petrus mati) - hal 408.
Catatan: saya tidak tahu apakah saudara-saudara itu langsung mendapatkan penafsiran salah dari kata-kata Yesus itu, atau, setelah melihat bahwa Yohanes tidak mati-mati sampai sangat tua, mereka lalu menafsirkan kata-kata Yesus itu secara salah.
2) Kata ‘Tetapi’ pada ay 23b merupakan suatu kata yang penting di sini, karena menunjukkan suatu kontras antara penafsiran yang salah dengan kata-kata Yesus yang sebenarnya.
3) Di sini, Yohanes meluruskan penafsiran / pandangan yang salah dari gereja pada saat itu. Mengapa bukan Petrus yang meluruskan penafsiran / pandangan salah ini kalau ia memang adalah Paus I?
4) Dari bagian ini kita bisa melihat bahaya dari tradisi, dan betapa pentingnya dan lebih unggulnya firman tertulis dibandingkan dengan tradisi.
Matthew Henry: “The uncertainty of human tradition, and the folly of building our faith upon it. Here was a tradition, an apostolical tradition, a saying that went abroad among the brethren. It was early; it was common; it was public; and yet it was false. How little then are those unwritten traditions to be relied upon which the council of Trent hath decreed to be received with a veneration and pious affection equal to that which is owing to the holy scripture” (= Ketidak-pastian dari tradisi manusia, dan kebodohan pembangunan iman kita di atasnya. Di sini ada suatu tradisi, suatu tradisi rasuli, kata-kata yang tersebar di antara saudara-saudara. Itu sangat awal, itu umum, itu memasyarakat; tetapi itu salah. Karena itu betapa tidak bolehnya kita bersandar pada tradisi yang tak tertulis itu, yang Sidang Gereja Trent telah menetapkan untuk diterima dengan suatu pemujaan dan perasaan saleh yang sama dengan sikap yang harus ada terhadap Kitab Suci yang kudus).
George Hutcheson: “It may commend unto us the wisdom of God, in leaving with us, and astricting us unto the written word, when we see erroneous traditions so soon on foot in the church concerning Christ’s words which were not written, and the mistake growing by going from hand to hand, till the writers of scripture refute it; for here we see an unwritten and erroneous tradition going ‘abroad among the brethren,’ till John clear the mistake and refute it when he wrote this gospel” (= Itu bisa memuji hikmat Allah yang meninggalkan dengan kita, dan mengikat / membatasi kita pada firman yang tertulis, pada waktu kita melihat tradisi-tradisi yang salah dengan cepat berjalan dalam gereja mengenai kata-kata Kristus yang tidak dituliskan, dan kesalahan bertumbuh dengan berpindah dari tangan ke tangan, sampai penulis-penulis Kitab Suci membantahnya; karena di sini kita melihat suatu tradisi yang tak tertulis dan salah ‘tersebar di antara saudara-saudara’, sampai Yohanes membersihkan / melenyapkannya pada waktu ia menuliskan Injilnya) - hal 438.
Yohanes 21: 24: “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita (atau ‘kami’) tahu, bahwa kesaksiannya itu benar”.
1) Ada orang-orang yang beranggapan bahwa ay 24 ini (juga ay 25) tidak ditulis oleh Yohanes, dan ada yang bahkan membuang bagian ini.
Salah satu argumentasi yang membuat orang-orang mengatakan bahwa yang menuliskan bagian ini bukan Yohanes adalah penggunaan kata ‘kita’ / ‘kami’ / ‘we’ di sini. Ini kontras dengan penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal dalam Yoh 19:35, yang memang ditulis oleh Yohanes.
Yoh 19:35 - “Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya”.
Jawaban:
Ada bermacam-macam penafsiran tentang kata ‘kita’ / ‘kami’ / ‘we’ ini:
a) Kata ‘we’ (= kami) sering diartikan ‘I’ (= aku), seperti dalam Yoh 3:2,11 1Yohanes 1:1-4 3Yoh 12.
Yoh 3:2,11 - “(2) Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: ‘Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.’ ... (11) Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami”.
1Yoh 1:1-4 - “(1) Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (2) Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. (3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus. (4) Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna”.
3Yoh 12 - “Tentang Demetrius semua orang memberi kesaksian yang baik, malah kebenaran sendiri memberi kesaksian yang demikian. Dan kami juga memberi kesaksian yang baik tentang dia, dan engkau tahu, bahwa kesaksian kami adalah benar”.
b) Pulpit Commentary (hal 512) mengatakan bahwa seorang bernama Meyer menganggap bahwa bentuk jamak ini menunjuk kepada Yohanes dan para pembacanya. Ini tak terlalu berbeda dengan apa yang dikatakan Tasker sebagai pandangan tradisionil, dimana kata ‘we’ (= kami) dianggap menunjuk kepada Yohanes dan tokoh-tokoh gereja kepada siapa Yohanes menujukan Injilnya. Kalau ini benar, maka kata ‘kita’ dalam terjemahan Indonesia merupakan terjemahan yang tepat.
c) Kata ‘we’ (= kami) menunjuk kepada Yohanes dan murid-muridnya.
F. F. Bruce: “We cannot be sure who the people are who add their testimonial: ‘we know that his testimony is true.’ They may have been the group of John’s disciples who preserved his record and gave it to a wider public. But how did they know that his testimony was true? ... They are giving expression rather to the inward testimony of the Holy Spirit” (= Kita tidak bisa pasti siapa orang-orang yang menambahkan kesaksian mereka: ‘kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar’. Mungkin mereka adalah grup dari murid-murid Yohanes yang memelihara / melindungi catatannya dan memberikannya kepada masyarakat umum yang lebih luas. Tetapi bagaimana mereka tahu bahwa kesaksiannya itu benar? ... Mereka memberikan pernyataan pada kesaksian di dalam oleh Roh Kudus) - hal 410.
d) Ada juga yang berpendapat sebagai berikut:
Word Biblical Commentary: “the famous passage in the Muratorian Canon, which states that John wrote the Fourth Gospel at the entreaties of his fellow disciples and bishops, but not until he had asked them to pray with him concerning the matter; then ‘it was revealed to Andrew, one of the Apostles, that John should write down all things in his own name with the recognition of all.’” (= text yang terkenal dalam Kanon Muratorian, yang menyatakan bahwa Yohanes menulis Injil yang Keempat atas permohonan dari sesama murid dan uskup, tetapi tidak sampai ia meminta mereka untuk berdoa dengan dia mengenai hal itu; lalu ‘dinyatakan kepada Andreas, satu dari Rasul-rasul, bahwa Yohanes harus menuliskan segala sesuatu dalam namanya dengan pengakuan dari semua’).
e) Kata ‘we’ (= kami) menunjuk kepada tua-tua gereja Efesus.
f) Mungkin juga kata ‘we’ (= ‘kami’) menunjuk kepada Yohanes dan juru tulisnya.
g) Ada yang mengubah kata Yunani OIDAMEN (= kami tahu) menjadi OIDA MEN (= saya memang tahu).
Adam Clarke: “‘We know.’ Instead of oidamen, ‘we know,’ some have written oida men, ‘I know indeed;’ but this is mere conjecture, and is worthy of no regard” (= ‘Kami tahu’. Sebagian bukan menuliskannya OIDAMEN, ‘kami tahu’, tetapi OIDA MEN, ‘Saya memang tahu’; tetapi ini sekedar merupakan dugaan, dan tak layak diperhatikan).
2) Ada yang menganggap bahwa pada waktu Yoh 21 ini ditulis, Petrus dan Yohanes sudah mati.
Word Biblical Commentary: “Peter was being given the privilege of laboring for Christ to old age, and to complete it with the crown of martyrdom. No such honor was given to the Beloved Disciple. By the time chap. 21 was written and the Gospel went into circulation both disciples had died, one with the glory of martyrdom and one with a peaceful end at Ephesus (we would certainly have heard to the contrary had it been otherwise)” [= Petrus diberi hak untuk bekerja untuk Kristus sampai tua, dan mengakhirinya dengan mahkota kematian syahid. Kehormatan seperti itu tidak diberikan kepada murid yang dikasihi. Pada saat pasal 21 dituliskan dan Injil ini beredar, kedua murid telah mati, satu dengan kemuliaan dari kematian syahid dan satu dengan akhir yang damai di Efesus (kita pasti akan mendengar yang sebaliknya seandainya itu tidak demikian)].
Bantahan:
Entah dari mana penulis ini menyimpulkan seperti itu, tetapi itu pasti salah. Mari kita perhatikan ay 24 ini lagi.
Yohanes 21: 24: “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar”.
Kata-kata ‘memberi kesaksian’ (marturwn / MARTURON) ada dalam bentuk present participle, dan terjemahan hurufiahnya adalah ‘is testifying’ (= sedang bersaksi / menyaksikan). Tetapi kata ‘telah menuliskannya’ merupakan suatu aorist participle (participle dalam bentuk lampau).
Karena itu, William Hendriksen mengatakan bahwa maksud / terjemahan dari ayat ini bukanlah: ‘By means of his Gospel John is still bearing witness’ (= Melalui Injilnya Yohanes tetap memberikan kesaksian), tetapi: ‘This disciple, John, is the one who is still bearing witness orally; and he recently recorded these things’ (= Murid ini, Yohanes, adalah orang yang sedang tetap memberikan kesaksian dengan mulut; dan baru-baru ini ia telah mencatat hal-hal ini).
Ini menunjukkan bahwa pada saat itu Yohanes masih hidup. Sekalipun memang ada kemungkinan bahwa bukan dia yang menuliskan ay 24-25, tetapi William Hendriksen mengatakan: “The manner in which it was finally recorded must have had his final approval” (= Cara dalam mana itu akhirnya dicatat pasti telah mendapatkan persetujuan akhir darinya) - hal 493.
3) ‘kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar’.
Yohanes menuliskan semua ini sekitar 70 tahun setelah semuanya terjadi. Tetapi toh tulisannya benar. Ini bisa terjadi karena adanya pengilhaman Roh Kudus yang menjaga sehingga apa yang ia tuliskan itu pasti benar.
Dalam Majalah ‘PENUNTUN’ terbitan GKI Jawa Barat, vol 2, No 6, Januari - Maret 1996, ada artikel yang berjudul ‘Keselamatan dalam pandangan Yesus’, ditulis oleh Pdt. Jahja Sunarya, S. Th., dan dalam artikel itu ada kata-kata sebagai berikut:
“Jelas, betapa berartinya peranan penulis dalam menampilkan Yesus. Jika demikian, apakah tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru dalam menafsirkan / mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin. Sebab ternyata injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus, ditulis sekitar tahun 60. Itu berarti injil ini ditulis setelah sekitar tahun 30 (tigapuluh) saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan Markus ketika menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan ingatan-ingatan yang tidak beraturan untuk menyajikannya dalam wujud tulisan yang memiliki alur logika yang jelas dan teratur” - hal 181.
Pendeta sesat ini berbicara seakan-akan para penulis Kitab Suci, khususnya Markus, menulis hanya dari pemikirannya dan dengan kekuatannya sendiri, dan karena itu tulisannya pasti bisa salah. Bagaimana kata-kata sesat ini bisa diharmoniskan dengan ay 24 ini? Kalau Yohanes yang menulis lebih belakangan dari Markus, bisa menulis dengan benar karena adanya pengilhaman Roh Kudus, maka tentu Markus juga bisa menulis dengan benar!
Ay 25: “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”.
1) Apakah Injil Yohanes pernah beredar tanpa ayat ini?
Tasker (Tyndale): “As there is one scrap of evidence that the Gospel may have circulated for a time without this verse, it may be that it was added by the person who first copied and bound the four Gospels together in codex or book form. ... The scrap of evidence which perhaps makes this suggestion of the present commentator not wholly untenable, comes from the famous fourth-century Codex Sinaiticus. Since the arrival of this MS in the British Museum it has been subjected to ultra violet ray treatment. This has revealed beyond dispute that the scribe of the MS originally omitted this verse and brought his writing to an end after verse 24. Later he erased the concluding ornamental colophon, added verse 25, and inserted a fresh colophon after it. It may therefore be that the MS he was originally copying was without this verse, and that he subsequently inserted it from another authority, for it is unlikely that the original omission would have been accidental” [= Karena ada secarik bukti bahwa Injil ini pernah beredar untuk sementara waktu tanpa ayat ini, maka mungkin ayat ini ditambahkan oleh orang yang pertama-tama menyalinnya dan menggabungkan keempat Injil menjadi satu dalam bentuk codex atau buku. ... Secarik bukti yang mungkin membuat gagasan ini dari penafsir masa kini itu tidak sepenuhnya tidak dapat dipertahankan, datang dari manuscript terkenal dari abad keempat yang bernama Codex Sinaiticus. Sejak kedatangan dari MS ini di museum Inggris maka manuscript ini telah diperiksa dengan sinar ultra violet. Secara tak diragukan ini telah menyatakan bahwa penyalin dari manuscript ini mula-mula tidak menuliskan ayat ini dan mengakhiri tulisannya setelah ay 24. Belakangan ia menghapus colophon hiasan akhir, menambahkan ay 25, dan memasukkan suatu colophon yang baru setelahnya. Karena itu mungkin bahwa manuscript yang ia salin pada mulanya tidak mempunyai ayat ini, dan bahwa sesudah itu ia memasukkannya dari manuscript yang lain, karena adalah tidak mungkin bahwa tidak adanya ayat itu tadi terjadi dengan tak disengaja] - hal 236-237.
Catatan:
‘codex’ = volume manuscripts.
‘colophon’ adalah tanda dari penerbit, biasanya diletakkan di halaman terakhir dari buku.
F. F. Bruce: “The scribe of Codex Sinaiticus brought the Gospel to an end with verse 24, and followed it with a flourish and a subscription. But later he washed out the flourish and subscription and added verse 25, repeating the flourish and subscription lower down. Presumably he copied his manuscript from an earlier one in which the Gospel ended with verse 24, and then corrected it on the basis of another one which contained verse 25.” (= Penyalin dari Codex Sinaiticus mengakhiri Injil ini dengan ay 24, dan mengikutinya dengan suatu tulisan hiasan dan suatu tanda tangan. Tetapi belakangan ia mencuci / menghapus tulisan hiasan dan tanda tangan itu dan menambahkan ay 25, lalu mengulang tulisan hiasan dan tanda tangan itu di bawahnya. Rupanya ia menyalin manuscriptnya dari manuscript yang lebih awal dalam mana Injil ini berakhir pada ay 24, dan lalu ia membetulkannya berdasarkan manuscript yang lain yang mempunyai ay 25) - hal 410.
Adam Clarke: “‘Many other things.’ ... The Scholia in several MSS. intimate that this verse is an addition; but it is found in every ancient version, and in Origen, Cyril, and Chrysostom” (= ‘Banyak hal-hal lain’. ... Catatan tepi dalam beberapa mss menunjukkan bahwa ayat ini merupakan suatu penambahan; tetapi ayat ini ditemukan dalam setiap versi kuno, dan dalam tulisan Origen, Cyril, dan Chrysostom).
Pulpit Commentary: “no codex but the Sinaiticus omits it, and the omission may be due to the loss of the last folio, on which it may have been written; while every other codex contains it” (= tidak ada codex kecuali Sinaiticus yang menghapuskannya / tidak mempunyainya, dan penghapusannya bisa disebabkan karena hilangnya lembaran terakhir, pada mana ayat ini tertulis; sementara setiap codex yang lain mempunyai ayat ini) - hal 512
2) Siapa penulis dari ay 25 ini?
F. F. Bruce: “The authorship of this final postscript is uncertain; we cannot be sure how the ‘I’ in ‘I suppose’ is related to the preceding ‘we’ in ‘we know’. The words seem to be an echo of the Evangelist’s own conclusion to his work in 20:30f” (= Pengarang dari kata-kata / catatan tambahan terakhir ini tidak pasti; kami tidak bisa pasti bagaimana kata ‘saya’ dalam ‘saya kira’ berhubungan dengan kata ‘kita / kami’ yang mendahuluinya dalam ‘kita / kami tahu’. Kata-kata ini kelihatannya merupakan gema dari kesimpulan sang Penginjil sendiri terhadap pekerjaannya dalam 20:30-dst) - hal 410.
Catatan: kata-kata ‘saya kira’ tidak ada dalam Kitab Suci Indonesia, karena diterjemahkan ‘agaknya’.
Ay 25: “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”.
KJV: ‘And there are also many other things which Jesus did, the which, if they should be written every one, I suppose that even the world itself could not contain the books that should be written. Amen’ (= Dan ada juga banyak hal-hal lain yang dilakukan oleh Yesus, yang, jika semuanya harus dituliskan, saya kira bahkan dunia sendiri tidak dapat menampung kitab-kitab yang harus dituliskan. Amin).
3) “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus”.
Sekalipun tidak semua dituliskan, tetapi yang dituliskan itu cukup untuk menyelamatkan kita.
Bdk. Yoh 20:30-31 - “(30) Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, (31) tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.
Calvin: “since they were appointed by God to be witnesses to us, as they have faithfully discharged they duty, so it is our duty, on the other hand, to depend wholly on their testimony, and to desire nothing more than what they have handed down to us; and especially, because their pens were guided by the sure providence of God, that they might not oppress us by an unlimited mass of narratives, and yet, in making a selection, might make known to us all that God knew to be necessary for us” (= karena mereka ditetapkan oleh Allah sebagai saksi-saksi bagi kita, pada waktu mereka telah melaksanakan tugas mereka dengan setia, demikian juga merupakan tugas kita, di sisi lain, untuk bergantung sepenuhnya pada kesaksian mereka, dan untuk tidak menginginkan lebih dari apa yang telah mereka sampaikan kepada kita; dan khususnya, karena pena-pena mereka dibimbing oleh providensia yang pasti dari Allah, supaya mereka tidak menekan kita dengan cerita-cerita yang tak terbatas banyaknya, tetapi, dalam melakukan penyeleksian, bisa memberitahu kita semua yang Allah tahu sebagai hal yang perlu bagi kita) - hal 299,300.
Hal-hal yang orang sering ingin tahu adalah: apa yang terjadi pada masa kanak-kanak Yesus? Kalau Tuhan tidak memberitahu, kita tidak usah mencari tahu!
Juga pendukung Toronto Blessing, mengatakan bahwa adanya ayat-ayat ini (Yohanes 20:30-31 Yoh 21:25) menunjukkan bahwa mungkin pada saat itu juga sudah ada Toronto Blessing, hanya tidak diceritakan. Ini spekulasi bodoh dan tak berdasar! Kalau kita mau menerima argumentasi seperti ini, maka kita bisa mengajar apapun dan mempraktekkan apapun, betapapun gila dan sesatnya, berdasarkan ayat-ayat ini!
BACA JUGA: EKSPOSISI INJIL YOHANES PASAL 1-3
4) “tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”.
Bagian akhir dari Yohanes 21: 25 ini harus dianggap sebagai gaya bahasa hyperbole, yaitu gaya bahasa yang melebih-lebihkan.
Barnes’ Notes: “The figure which John uses here is not uncommon in the Scriptures, Gen. 11:4; 15:5; Num. 13:33; Dan. 4:20” (= Gaya bahasa yang digunakan Yohanes di sini merupakan sesuatu yang umum dalam Kitab Suci, Kej 11:4; 15:5; Bil 13:33; Dan 4:20). https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-TAMAT-
Bagian akhir dari Yohanes 21: 25 ini harus dianggap sebagai gaya bahasa hyperbole, yaitu gaya bahasa yang melebih-lebihkan.
Barnes’ Notes: “The figure which John uses here is not uncommon in the Scriptures, Gen. 11:4; 15:5; Num. 13:33; Dan. 4:20” (= Gaya bahasa yang digunakan Yohanes di sini merupakan sesuatu yang umum dalam Kitab Suci, Kej 11:4; 15:5; Bil 13:33; Dan 4:20). https://teologiareformed.blogspot.com/
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-TAMAT-