Iblis Musuh Terbesar (Efesus 6:11-12)

Pdt. Sutjipto Subeno.
Iblis Musuh Terbesar (Efesus  6:11-12)
gadget, bisnis, otomotif
Efesus 6:12, “Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

Dengan pernyataan ini Paulus hendak menegaskan bahwa Kekristenan sedang berada di dalam pertempuran serius yang bersifat merusak sehingga setiap anak Tuhan harus selalu waspada. Meskipun jemaat Efesus telah dibinanya selama 3,5 tahun dan diperlengkapi dengan banyak pengajaran, mereka belum sepenuhnya hidup dengan kewaspadaan untuk menghadapi musuh yang sangat jahat. Padahal mereka berada di lingkungan yang bersifat sekuler dan materialistik serta bermoral buruk. 

Secara filosofis pun mereka mempunyai arus pikir yang sangat duniawi dan mulai bersikap lunak, acuh tidak acuh serta terlalu percaya diri setelah menjadi Kristen dan pada saat itu justru imannya tidak terjaga dengan baik. Persoalan semacam ini terjadi tidak hanya pada abad pertama tetapi terus berlanjut hingga saat ini. Banyak orang Kristen terlena di dalam kehidupan imannya karena berbagai aspek yang dipikirkannya:

Pertama, orang Kristen merasa dirinya sedang berada dalam kondisi relatif aman. Posisi aman sebenarnya tidak menguntungkan melainkan membuatnya terlena di dalam kehidupan imannya sehingga mudah dirusak dan menjadi korban tipu muslihat Iblis. Dengan kata lain, orang Kristen mulai rusak, hancur dan binasa jika dalam pertimbangannya muncul ungkapan “tidak apa-apa”. Itulah taktik Setan untuk menghancurkan Kekristenan. Kalau hal ini tidak dimengerti dengan baik maka Kekristenan akan berjalan menuju kebinasaan.

Kedua, orang Kristen sering kali berlindung di belakang doktrin keselamatan yang menyatakan bahwa sekali selamat tetap selamat, dan doktrin Providensia Allah yang menjamin bahwa Allah menjaga, menopang dan memelihara jemaat-Nya hingga akhir jaman dengan kekuatan kuasa-Nya, serta tidak membiarkan mereka jatuh tergeletak. 

Kedua doktrin ini sering kali disalahgunakan dan dianggap sebagai penyelesaian seluruh unsur Kekristenan. Padahal pernyataan itu tidak salah melainkan penerapannya saja yang tidak tepat karena dijadikan sebagai alasan untuk dapat bertindak sekehendak hati. Seharusnya semua itu didasarkan pada prinsip kesetiaan dan rasa takut akan Allah serta pelayanan bagi kemuliaan Tuhan dengan hidup dalam kesucian.

Teologi Reformed mengajarkan 5 prinsip dasar keselamatan yang saling terkait sebagai keutuhan iman Kristen yaitu TULIP: (T) Total depravity (Kerusakan total); (U)Unconditional election (Pemilihan tak bersyarat); (L)Limited atonement (Penebusan yang terbatas); (I)Irresistable grace (Anugrah tak terhapuskan); (P) Perseverance of the saint (Ketekunan orang suci). 

Calvin juga mengatakan bahwa di dalam kehidupan iman Kristen, setiap anak Tuhan akan menjalani progressive sanctification (penyucian progresif) yang mengharuskannya untuk berjuang demi pertumbuhan iman sejati dan bertekun dalam hubungan yang baik dengan Tuhan walaupun mendapat serangan gencar dari Iblis. Inilah ajaran Firman Tuhan yang sangat penting.

Sebaiknya orang Kristen tidak tergantung pada perlindungan atau keamanan institusional yang akhirnya akan menetralkan kewaspadaannya. Dalam Perjanjian Lama, Israel sebagai satu entity (keutuhan) dipilih, dijaga dan dipelihara oleh Allah sesuai dengan janji-Nya namun belum tentu secara individu karena di dalam entity tersebut terdapat dua golongan Israel:

1. Israel sejati yaitu mereka yang taat dan bersyukur atas pemeliharaan dan anugrah Tuhan;

2. Israel tidak sejati yaitu mereka yang dapat diperalat oleh setan untuk melawan Tuhan. 

Hanya mereka yang setia kepada Tuhanlah yang dijaga dan diperkenankan masuk ke tanah perjanjian yaitu Kanaan. Dalam Perjanjian Baru, Gerejalah Israel baru yang Tuhan peliharakan sebagai tubuh Kristus sehingga saling terikat dengan Kristus sebagai kepala. Tapi pernyataan ini tidak mengacu pada tiap pribadi. Maka Calvin membedakan Gereja menjadi dua golongan yaitu Visible dan Invisible Church. Tidak semua Gereja yang kelihatan termasuk dalam golongan Gereja tak kelihatan. 

Bagaimanapun juga, secara entity kedua umat pilihan tersebut, Israel maupun Gereja, tidak mungkin dilenyapkan dari muka bumi ini karena Tuhan memberikan kekuatan khusus untuk bertahan. Paulus mengatakan bahwa ketika orang Kristen tidak waspada atau tanpa bijaksana dan kecermatan sejati maka seringkali ia bersikap bukan sebagai anak Tuhan yang menjalankan kehendak-Nya melainkan sesungguhnya ia sedang mengikuti keinginan Iblis. Satu pergumulan dalam Kekristenan sebenarnya adalah sejauh mana setiap anak Tuhan dapat keluar dari jebakan Iblis. Itu tergantung pada pengertian akan siapa sesungguhnya yang menjadi musuh Kekristenan.

Paulus juga mengatakan bahwa setiap anak Tuhan harus selalu waspada karena sedang berhadapan dengan musuh yang sangat tangguh dan membahayakan hidupnya yaitu pemerintah, penguasa, penghulu kegelapan dan roh jahat yang ada di udara atau berada dalam nuansa rohani. Empat istilah itu dipakai oleh Paulus secara paralel untuk menunjuk pada satu oknum yang telah disebutkan sebelumnya yaitu pada Efesus 6:11, “supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.” Karena itu, tidak ada alasan bagi Kekristenan untuk tidak waspada dan tetap bermain-main karena ketika sedang lengah maka musuh telah siap untuk menghancurkannya. 

Ada 4 aspek yang harus dipertimbangkan dengan baik:

1. Pertama, musuh Kekristenan bersifat rohani. 

Seringkali anak Tuhan mudah terjebak dan dirusak karena mata yang hanya dapat melihat visible enemy tanpa mempertimbangkan invisible enemy dan memiliki kecenderungan lebih takut terhadap musuh duniawi. Padahal musuh yang sebenarnya adalah spiritual evil yang sanggup menghancurkan kerohaniannya.

Menurut Plato, seluruh hidup manusia dimulai dari aspek spiritual menuju ke aspek realita. Dengan kata lain, semua fenomena merupakan ekstensi atau perluasan dari nomena. Ide merupakan inti dari materi.

Jika ide tidak terwujud maka tidak akan ada materi. Semua aktivitas di dunia riil bersumber dari ide yang berada di dunia roh yang tak terlihat dan terjamah. Dengan demikian Plato secara mendasar telah memahami bahwa dunia ide mempengaruhi dunia riil. Dunia ide yang buruk akan merusak dunia riil. Inilah prinsip Plato yang non-Kristen.

Alkitab juga memandang spiritual condition itu sebagai hal yang sangat serius di dalam Kekristenan karena semua aspek tingkah laku tergantung pada dua unsur yaitu dosa atau kebenaran. Maka setiap anak Tuhan harus mengalami pembaharuan akal budi untuk dapat merubah seluruh tingkah lakunya. Ironisnya, sering kali orang Kristen tidak menyadari ketika konsep pemikirannya disusupi dengan jiwa sekularisme dan materialisme yang sebenarnya adalah musuh rohani yang sangat berbahaya.

2. Kedua, Kekristenan sedang berhadapan dengan penguasa, pemerintah kerajaan angkasa dan penghulu kosmis yang perlu ditakuti karena sanggup menyerang dan mencengkeram aspek kerohanian dengan menggunakan intrik internal. 

Sebagai karya Roh Kudus, Kekristenan tidak mungkin dapat dihancurkan dengan serangan eksternal, seperti pembunuhan para martir. 

Gereja akan mulai rusak jika telah dimapankan sehingga kehilangan dinamika dan tantangan dari luar. Pada saat seperti itu, Setan akan mulai menyerang dari dalam Gereja itu sendiri dengan berbagai macam intrik yang licik dan memperalat orang Kristen yang tidak mau memperlengkapi dirinya dengan pengajaran yang ketat. Untuk mencegahnya, setiap perencanaan dan pelayanan harus berada dalam satu keutuhan dan arah yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Ketiga, setan menghancurkan Kekristenan dengan menggunakan otoritas tinggi. 

Dia adalah pemerintah dan penguasa yang berada di atas posisi manusia. Karena itu, Alkitab mengatakan bahwa seorang anak Tuhan harus tulus seperti merpati tapi cerdik seperti ular. Untuk menghadapi Setan, Alkitab menganjurkan untuk memakai bijaksana dan kekuatan Tuhan melalui Firman-Nya. Maka Efesus 6:11 mengatakan, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah.”

4. Keempat, Kekristenan sedang berhadapan dengan musuh yang sangat licik. 

Pemikiran Tuhan sering kali tidak dapat dimengerti dan diterima oleh dunia berdosa. Namun seharusnya anak Tuhan mengerti logika setan sehingga tidak mudah disesatkan karena adanya pertahanan yang cukup untuk menghadapinya.

Sepanjang hidup-Nya, Tuhan Yesus tidak pernah bertindak licik tapi juga tidak mau dibodohi. Berkali-kali Ia digoda, dicobai dan diatur oleh orang Yahudi yang hendak menjebak-Nya. Namun Ia selalu menjawab dengan tepat tanpa harus bersikap licik dan menipu. Prinsip yang penting adalah bahwa semua cara yang licik pasti akan menghancurkan orang lain, diri sendiri dan seluruh umat manusia.

Amin!

Next Post Previous Post