2 MAKNA MENDERITA SENGSARA

Pdt. Yakub Tri Handoko.
2 MAKNA MENDERITA SENGSARA DI DALAM PENGAKUAN IMAN RASULI
otomotif, bisnis
Frasa menderita sengsara di dalam Pengakuan Iman Rasuli merujuk pada keseluruhan hidup Yesus Kristus yang pada akhirnya berpuncak pada kematian-Nya di atas kayu salib. Walaupun frasa ini dikaitkan dengan zaman Pontius Pilatus, kita tidak boleh melupakan bahwa seluruh kehidupan Yesus Kristus di dalam dunia adalah kehidupan yang penuh penderitaan. 

Setidaknya ada 2 (dua) makna dari frasa menderita sengsara

1.Makna yang pertama, Allah yang Mahakudus berada di tengah orang berdosa.

Alkitab mencatat betapa menderitanya Lot ketika hidup di antara penduduk Sodom dan Gomora. 2Petrus 2:7 berkata: “tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja”. Lot bukanlah tipikal “orang benar” atau “orang yang sempurna”. 

Kita dapat menemukan tokoh-tokoh Alkitab yang kesalehannya melebihi Lot. Benar, Lot adalah seorang yang benar jika dibandingkan dengan penduduk Sodom dan Gomora, tetapi Abraham dan banyak tokoh Alkitab lain memiliki kesalehan yang jauh lebih nampak. Walaupun demikian, Lot tetap disebut sebagai orang benar dan ia menderita karena kefasikan orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Bayangkan seandainya itu adalah Yesus Kristus. Allah yang Maha kudus mau menjadi manusia dan tinggal di antara manusia yang berdosa. Bayangkan sebuah situasi ketika saudara selalu ingin bertindak sesuai dengan aturan sementara saudara berada di antara orang-orang yang mudah untuk menabrak aturan dan menghalalkan segala cara. 

Sebuah situasi yang sulit. Tidak mengikuti gaya hidup mereka bisa berakibat dibenci dan dikucilkan. Namun, mengikuti gaya hidup mereka bertentangan dengan hati nurani dan akan dianggap sama dengan mereka. Yesus, Pribadi yang Maha kudus, berada di tengah-tengah orang yang berdosa. Ini merupakan penderitaan tersendiri bagi Dia.

2.Makna yang kedua, penderitaan yang memuncak di atas kayu salib.

Penderitaan ini adalah penderitaan yang sangat luar biasa. Diperlakukan tidak adil adalah sebuah penderitaan, namun penderitaan tersebut tidak seberapa dibandingkan apa yang dialami oleh Kristus. 

Di dalam 2Korintus 5:21 dikatakan, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Juga di dalam Matius 27:46 dikatakan demikian: “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Yesus Kristus ditinggalkan oleh Bapa-Nya karena Ia dijadikan berdosa.

Dosa orang-orang pilihan ditanggungkan di atas bahu-Nya. Ia dijadikan orang berdosa dan Ia menanggung seluruh hukuman Allah, yaitu keterpisahan total dari Allah. Ia menanggungnya di atas kayu salib. Ketika Yesus mengatakan “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Jelas ini merupakan penderitaan yang luar biasa dan tidak terbayangkan. 

Kita tidaklah sempurna -kadang kala melakukan kesalahan- namun ketika kita dianggap melakukan kesalahan yang tidak kita perbuat, kita bereaksi, memberontak, melawan karena merasa di perlakuan yang tidak adil. Tapi bagaimana dengan Yesus Kristus yang sama sekali tidak pernah mengenal dosa, tetapi dia harus menanggung dosa semua orang pilihan?

Ada seorang teolog yang mengatakan penderitaan Yesus di atas kayu salib ketika Ia ditinggalkan oleh Bapa- Nya, jauh melebihi semua penderitaan orang-orang yang ada di dalam neraka. Mengapa demikian? Orang-orang di neraka mengalami penderitaan yang luar biasa akibat kesalahan mereka sendiri, yaitu menolak persekutuan dengan Allah yang benar. Akibatnya mereka dipisahkan dari Allah yang benar. Orang-orang dalam neraka menanggung hukuman akibat dosa yang mereka perbuat. Mereka tidak menanggung hukuman orang lain.

Sangat berbeda dengan Yesus Kristus. Ia tidak berdosa tetapi Ia harus menanggung akibat dari dosa. Ia bukan hanya menanggung dosa satu orang manusia namun semua dosa orang-orang pilihan. Jika semua dosa digabungkan dan semua hukuman itu diletakkan di atas bahu Yesus Kristus, maka kita bisa benar- benar mengerti -walaupun kita tidak mungkin bisa memahami sepenuhnya- betapa hebatnya penderitaan Yesus Kristus di atas kayu salib ketika Dia berteriak: “Eli, Eli, lama sabakhtani? . . . Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Itu bukan keterpisahan yang biasa tetapi keterpisahan yang luar biasa, yang jauh lebih parah daripada yang dialami oleh orang-orang di dalam neraka; tetapi Yesus rela menanggung semua itu bagi orang-orang pilihan.

Yesus bukan cuma lahir tapi juga menderita sengsara. Dia menderita sengsara untuk kita. Hidup-Nya di dunia bersama orang berdosa sudah merupakan penderitaan dan memuncak di atas kayu salib ketika Ia harus menanggung semua dosa orang pilihan dan ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Tuhan memberkati.
Next Post Previous Post