Pola Hidup Orang Yang Berintegritas (Matius 5:17-20)

Pendahuluan.

Secara tertulis memang pengertian kata integritas tidak terdapat dalam teks Injil Matius 5: 17-20, tetapi arti dari kata tersebut terkandung dalam ayat-ayat ini. Dalam ungkapan Yesus “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan menggenapinya”. 
7 Karakteristik Dan Pola Hidup Orang Yang Berintegritas (Matius 5:17-20)
bisnis, tutorial
Ayat ini ingin menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat menyangkal apa yang sudah ditetapkan oleh-Nya, secara tidak langsung Yesus menyampaikan bahwa diri-Nya adalah pribadi yang berintegritas. Ungkapan ini merupakan bukti bahwa apa yang sudah tertulis dalam Perjanjian Lama, tidak akan berlalu dan pasti akan digenapi oleh Yesus

Yesus menjelaskan bahwa tidak ada kemunafikan yang dilakukan-Nya, melainkan ingin mengungkapkan semua kebenaran yang sudah tertulis dalam Kitab Suci. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian integritas adalah suatu kesediaan untuk melakukan apa yang dikatakan serta bertahan terhadap apa yang telah ditetapkan dan merealisasikannya dalam sebuah tindakan yang nyata. 

Sama halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh Yesus dengan kehadiran-Nya di tengah-tengah dunia ini tidak membuat sedikit pun dari perkataan-Nya yang tidak dilakukan-Nya atau dinyatakan-Nya. Yesus sudah memberikan teladan yang sangat baik terhadap orang percaya dengan menunjukkan kepada setiap orang percaya agar tidak hidup munafik

Penjelasan:

Ada 7 Karakteristik, Penghambat dan Pola Hidup Orang yang Berintegritas (Matius 5:17-20)

I. Karakteristik Orang yang Berintegritas

Dalam bagian ini akan dijelaskan 7 karakteristik atau ciri-ciri orang yang berintegritas

1.Berpikir Positif/positif thinking

Berpikir positif sangat ditekankan Yesus kepada para murid dan orang-orang yang sedang mendengarkan pengajaran-Nya. Hal itu terlihat dari ungkapan Yesus dalam Matius 5: 17a, Yesus berkata, ”janganlah kamu menyangka” yang disampaikan-Nya kepada orang-orang yang sedang mendengarkan pengajaran-Nya, para murid dan kemungkinan besar di situ ada juga orang Farisi dan ahli Taurat.

Yesus sedang memperingatkan para murid dan pendengar-Nya bahwa mereka harus waspada karena adanya kemungkinan orang-orang yang berprasangka buruk terhadap kedatangan Yesus ke dunia. Yesus mengetahui sesungguhnya ada oknum yang tidak senang dengan kehadiran-Nya. Lebih daripada itu Yesus ingin para murid dan yang hadir di situ untuk tidak mengikuti pola pikir yang salah serta ingin meneguhkan keyakinan mereka bahwa meskipun ada prasangka buruk terhadapnya, mereka tidak menjadi goyah

2.Konsisten Dalam Perkataan

Konsisten artinya adalah tetap (tidak berubah-ubah) dan taat. Setiap orang percaya dituntut untuk hidup berintegritas salah satunya terlihat dari sikap konsisten terhadap perkataan. Hal ini dapat dilihat dalam diri Yesus melalui kedatangan-Nya ke dalam dunia. 

Pada Matius 5: 17, Frasa ”Aku datang” Ayat ini ingin menjelaskan bahwa apa yang telah ditulis dalam Perjanjian Lama mengenai nubuatan kedatangan-Nya telah digenapi dan direalisasikan melalui Yesus Kristus. Integritas adalah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikatakan serta melakukannya dengan penuh kesungguhan. Orang Farisi dan ahli Taurat mengakui Yesus sebagai pribadi yang berintegritas, karena Yesus memiliki konsistensi dalam perkataan dan perbuatan

3.Komitmen

Komitmen adalah suatu janji pada diri sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan-tindakan seseorang. Seseorang yang berkomitmen adalah mereka yang dapat menepati sebuah janji dan mempertahankan janji itu sampai akhir, walaupun harus berkorban. Demikian juga hal itu juga merupakan teladan yang ditunjukkan Yesus bahwa diri-Nya merupakan pribadi yang memiliki komitmen yang tinggi untuk mempertahankan hukum Taurat. 

Yesus katakan “Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi melainkan untuk menggenapinya” Yesus menyatakan bahwa diri-Nya serius dan sungguh-sungguh tidak membatalkan, menggagalkan, merusak atau bahkan mengurangi nilai dari hukum Taurat itu sendiri.

4.Ketaatan

Ketaatan adalah hal yang sangat penting dimiliki oleh orang yang berintegritas. Namun ketaatan yang dimaksud bukanlah ketaatan orang Farisi yang lahiriah. Yesus menunjukkan ketaatan-Nya dengan cara memenuhi, mengabulkan, merealisasikan serta melakukan dengan sempurna hukum Taurat. Hal ini bertolak belakang dengan ketaatan yang lahiriah dari ahli Taurat dan orang Farisi terhadap hukum Taurat karena tujuan ketaatan mereka hanya bertujuan untuk memperoleh keselamatan. 

Pemahaman inilah yang ditentang oleh Tuhan Yesus, karena mereka hanya mengutamakan ketaatan untuk mengikuti semua yang berkenaan dengan upacara-upacara keagamaan tanpa motivasi yang murni dan hati mereka tidak tertuju kepada Allah. Ketaatan seseorang terhadap hukum Taurat terlihat dari cara hidupnya yang mencerminkan kasih Allah.

5.Bertanggungjawab

Bertanggungjawab adalah suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang yang berintegritas. Dalam Matius 5: 18a, Yesus ingin menjelaskan bahwa diri-Nya merupakan pribadi yang berintegritas dan bertanggungjawab. Ungkapan yang mengatakan ”sesungguhnya selama belum lenyap” Hal ini menjelaskan bahwa meskipun ada kemungkinan yang serius bahwa langit dan bumi serta segala hal yang ada di dalamnya akan lenyap, namun satu iota pun dari hukum Taurat tidak akan pernah batal. Yesus menunjukkan bahwa diri-Nya adalah pribadi yang bertanggungjawab, sebagai pencipta langit dan bumi tetap melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

6.Kejujuran

Kehidupan seseorang yang berintegritas dapat terlihat dari kejujurannya. Hal ini dapat terlihat di Matius 5: 19a ungkapan ”karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkan demikian kepada orang lain”. Kata ”meniadakan” menjelaskan bahwa jikalau ada kemungkinan bahwa seseorang akan mengurangi, melonggarkan dan mengubah makna dari hukum Taurat yang ada di bawah otoritas Kristus.

Bertolak dari penjelasan di atas, jika dilihat dari konteks saat itu Yesus mengutarakan maksudnya agar dimengerti oleh para murid dan juga orang-orang yang mendengarnya. Ahli Taurat adalah orang-orang yang tidak jujur dalam penyampaian mereka terhadap hukum Taurat. Pengajaran yang mereka sampaikan adalah peraturan manusia bukan peraturan Allah. Yesus memakai gambaran ketidakjujuran ahli Taurat dan orang Farisi untuk mengingatkan para murid dan orang yang mendengarnya agar menjadi orang yang lebih baik dari pola hidup ahli Taurat dan orang Farisi.

7.Kesetiaan

Dalam Matius 5: 19b dikatakan ”yang melakukan” dan ”mengajarkan” hukum Taurat. Yesus menginginkan agar para murid dan orang percaya melakukan, mentaati dan mengajarkan hukum-Nya.

Yesus mengajarkan hukum Taurat dengan dasar kesetiaan-Nya memelihara hukumhukum-Nya. Kesetiaan ditunjukkan dengan cara melaksanakan apa yang sudah dijanjikan. Kesetiaan merupakan sebuah kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi kerap kali orang sulit untuk melakukannya. Kesetiaan Allah terhadap hukum Taurat adalah dasar bagi para pengikut Kristus untuk mentaati firman Tuhan dengan teliti dan setia. Kesetiaan melakukan hukum Taurat dinyatakan melalui tindakan serta mengajarkannya kepada orang lain.

II. Faktor-faktor Penghambat Integritas

Dalam bagian ini peneliti akan menguraikan tentang penyebab-penyebab orang percaya tidak memiliki integritas.

Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi sikap orang Farisi dan ahli Taurat tidak memiliki integritas adalah dari dalam diri mereka sendiri yang mencakup beberapa hal di antaranya pemahaman yang salah terhadap hukum Taurat, tidak mengenal Kristus dan kesombongan pribadi.

Pengenalan Yang Salah Terhadap Kristus

Ahli Taurat merupakan penafsir dan pengajar hukum Taurat yang selalu mengajar di Bait Allah. Sedangkan orang Farisi adalah orang-orang yang mengaku telah melakukan hukum Taurat dengan sebaik mungkin, sehingga mereka mengasingkan diri demi memelihara hidup mereka tetap kudus dan tidak mendapat pengaruh yang buruk. Kedua golongan ini memegang teguh Perjanjian Lama yang di dalamnya juga dituliskan mengenai nubuatan tentang kedatangan Mesias ke dalam dunia. 

Kendatipun Kristus yang adalah Mesias telah datang untuk menggenapi nubuatan dalam Perjanjian Lama, namun mereka tidak menyambut-Nya dengan baik justru menolak-Nya. Hal ini terjadi karena sesungguhnya orang Farisi dan ahli Taurat tidak mengenal pribadi Yesus, meskipun sering kali mereka berkedok sebagai orang-orang yang mencapai tingkat kekudusan dan kebenaran untuk bersekutu dengan Allah. (Hasting;1917;832)

Pemahaman yang Salah Terhadap Hukum Taurat

Injil Matius mencatat kecaman Yesus terhadap ahli Taurat dan orang Farisi yang memiliki pemahaman yang salah terhadap hukum Taurat yaitu bahwa mereka menganggap hukum Taurat sebagai dasar untuk memperoleh hidup kekal. 

Dari perkataan Yesus dapat dimengerti bahwa ahli Taurat dan orang Farisi sesungguhnya tidak mengerti apa yang sedang mereka baca dalam Perjanjian Lama. Yesus pernah mengatakan bahwa mereka adalah orang buta yang memimpin orang buta. Menurut Yesus, jika mereka sungguh-sungguh membaca dan mempelajari Perjanjian Lama seharusnya mereka percaya dan mengenal Kristus yang telah datang untuk menggenapi Perjanjian Lama

Tertutup Terhadap Hukum Taurat

Kemunafikan orang ahli Taurat dan orang Farisi disebabkan oleh kebutaan mereka akan kebenaran yang diajarkan Kristus (bdk. Lukas 12: 56), mereka justru menilai tradisi/kebiasaan nenek moyang yang harus dilakukan (bdk. Markus 7: 6) dan mereka tidak menghiraukan tuntutan Allah dalam hukum-Nya (Matius 23: 14-15, 25, 29). Hal ini menunjukkan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi menutup diri terhadap hukum Taurat serta menyebabkan mereka tidak memiliki integritas. 

Petrus Octavianus mengatakan bahwa ”kerendahan hati berjalan bersama-sama dengan keikhlasan, kejujuran dan keterbukaan untuk menerima kekurangan diri sendiri.” (Octavianus; 1986: 99) Hanya kerendahan hati yang membuat seseorang dapat membuka diri terhadap kebenaran yang sesungguhnya.

Kesombongan Pribadi

Terlepas dari pemahaman orang Farisi dan ahli Taurat terhadap hukum Taurat serta tanggapan mereka tentang kehadiran Yesus. Hal yang sesungguhnya adalah kesombongan pribadi yang membuat mereka merasa sebagai orang yang paling rohani. Oleh sebab itulah, Kristus mengingatkan para murid dan orang percaya yang sudah mendengarkan pengajaran-Nya agar kehidupan mereka lebih benar daripada kedua golongan ini.

Kesombongan ahli Taurat terlihat dari sikap mereka yang senang duduk di kursi Musa dan mengharapkan penghormatan dari banyak orang. Ahli Taurat sangat mengharapkan agar orang lain mentaati hukum Taurat, mereka mengumpulkan banyak murid untuk menunjukkan keberhasilan mereka dan menjadi kebanggaan bagi diri mereka. Sedangkan orang Farisi kesombongannya terlihat dari sikap mereka yang memamerkan perbuatan baik mereka di hadapan orang lain. 

Mereka suka memisahkan diri dan bergabung dengan orang-orang yang mereka anggap saleh. Selanjutnya mereka memberikan persepuluhan dengan motivasi yang salah yaitu agar dilihat oleh orang lain dan mendapatkan pujian. Hal inilah yang menunjukkan kesombongan rohani yang dinyatakan melalui cara hidup mereka. Kesombongan orang Farisi juga terlihat dari kepedulian mereka terhadap hak-hak kemanusiaan karena mereka ingin dianggap peduli terhadap orang lain, namun sesungguhnya hanya untuk mendapat dukungan secara demokratis.

Faktor Eksternal

Selain dari faktor internal, faktor lain yang mempengaruhi orang Farisi dan ahli Taurat tidak berintegritas adalah dari luar diri mereka, yang mencakup beberapa hal yaitu pola didik keluarga, budaya dan juga lingkungan.

Keluarga

Orang Yahudi dididik dengan disiplin di dalam keluarga mereka. Prinsip mendasar dalam didikan keluarga adalah berdasarkan hukum Taurat yang selalu diajarkan kepada anak-anak mereka. Kendatipun demikian, didikan dalam keluarga mereka tidak selalu menunjukkan seperti apa yang dimaksud dari makna hukum Taurat itu sendiri. 

Salah satu contoh adalah orang tua yang mengajarkan kepada anaknya untuk menyerahkan harta mereka ke Bait Allah sebagai bukti ketaatan mereka dalam tradisi keagamaan mereka. Pengajaran yang mereka terima dari orang tua mereka, menyiratkan bahwa mereka menganggap ada keuntungan rohani yang diperoleh melalui persembahan mereka kepada Allah itu bagi orangtua mereka, dan orangtua mereka harus hidup dari keuntungan rohani itu. (Hendry:2000)

Prinsip yang salah itu mereka anggap sebagai alasan yang baik dan sah, sehingga banyak anak yang memanfaatkan kesempatan ini. Ketika orang tua membutuhkan bantuan dari anak mereka, anak ini boleh memberikan alasan bahwa semua harta yang dapat dia sisihkan dari dirinya dan anak-anaknya telah dipersembahkan kepada Bait Allah. 

Alasan keagamaan membuat tindakan penolakan seseorang untuk menyediakan kebutuhan bagi orang tuanya itu tidak hanya bisa dimengerti tetapi juga diterima. Faktor pengajaran yang salah tentang prinsip ini secara turun-temurun mempengaruhi cara pandang orang Yahudi. Demikian Pula halnya yang dialami oleh orang Farisi dan ahli Taurat dalam keluarga mereka.

Budaya

Budaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap hukum Taurat. Demikian juga bagi orang Farisi dan ahli Taurat yang mengajarkan budaya dan tradisi keagamaan Yahudi yang selama ini mereka pelihara. Salah satu contohnya adalah orang-orang Yahudi menghargai tradisi lisan sama seperti mereka menghargai firman Allah. 

Budaya yang mereka dapatkan adalah tentang adat istiadat yang mengajarkan bahwa dalam hal apa saja orang lebih baik memberikan harta miliknya kepada para Imam dan mempersembahkannya untuk pelayanan di Bait Allah. Harta yang sudah dipersembahkan tidak boleh diambil lagi bahkan mengharapkannya lagi. Namun orang yang sudah menyerahkan hartanya tidak perlu memikirkan semua kewajiban lain, seperti kekudusan hidup dan kebenaran karena hal itu sudah digantikan oleh persembahan tadi. Oleh karena itu, orang tersebut dibebaskan dari semua kewajibannya yang lain itu.

Peraturan ini berkembang sebagian karena sikap mereka yang mengedepankan ritus agama, dan pandangan mereka yang salah terhadap Bait Allah, dan sebagian lagi karena sifat rakus dan cinta mereka akan uang, sebab apa yang diberikan di Bait Allah akan menjadi milik mereka. Alasan yang pertama tadi yang mereka perlihatkan, sedangkan alasan yang kedualah yang sebenarnya mendasari adat istiadat ini.

Inilah yang merupakan faktor yang sangat mempengaruhi orang Farisi dan ahli Taurat yang mengajarkan budaya yang salah dari generasi ke generasi. Sehingga membuat banyak orang tidak memahami makna sesungguhnya dari kebenaran hukum Taurat.

Lingkungan

Salah satu hal yang mempengaruhi kehidupan orang Farisi dan ahli Taurat tidak berintegritas adalah pengaruh lingkungan yang menuntut mereka untuk selalu terlihat sebagai orang yang berpegang teguh terhadap hukum Taurat. Hal ini membuat mereka hidup dengan tuntutan rutinitas yang membentuk mereka menjadi orang-orang yang munafik dalam menjalani tuntutan tersebut. 

Kemunafikan yang paling terlihat adalah mereka memusuhi Injil Kristus, tetapi mewarnai perlawanan mereka itu dengan berpura-pura sangat mencintai hukum Taurat. Padahal sebenarnya tidak ada niat seperti itu dalam hati mereka kecuali hanya untuk menyokong kekuasaan mereka yang sewenang-wenang atas hati nurani orang banyak. Mereka adalah orang-orang berpendidikan dan pandai berbisnis.

Dari penjelasan di atas terlihat bagaimana latar belakang kehidupan orang Farisi dan ahli Taurat, dimana pemahaman mereka yang salah terhadap hukum Taurat dipengaruhi oleh pola didik dalam keluarga, budaya dan juga lingkungan sekitar mereka

Dampak Dari Integritas

Dalam Matius 5: 19 ”tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah hukum Taurat, ”menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”. Ayat ini berbicara tentang orang yang melakukan hukum Taurat dengan sungguh-sungguh serta mengajarkannya kepada orang lain menikmati dampak positif dari Allah bahwa ada upah bagi orang yang mengasihi Kristus. 

Pada masa sekarang ini pun mereka sudah mendapatkan upah Kerajaan Sorga yaitu pemeliharaan Kristus bagi orang percaya. Jadi ungkapan ini bukan hanya berbicara tentang kedudukan orang percaya dalam Kerajaan Surga melainkan juga berbicara bahwa pemerintahan Allah memulihkan hubungan umat-Nya dengan Allah, orang yang hidup benar akan menjadi teladan bagi orang lain, mengalami damai sejahtera serta menyatakan kasih Allah.

Pemulihan Hubungan Dengan Allah

Pemeliharaan Allah bagi kehidupan orang percaya yang setia terhadap hukum-Nya dengan mentaati serta mengajarkannya adalah pulihnya hubungan dengan Allah. Dalam bagian ini Yesus mengajarkan kepada murid-Nya dan orang percaya bahwa upah yang diperoleh bagi seseorang yang taat adalah akan memperoleh pemulihan. 

Pulihnya hubungan seseorang terlihat dari sikap yang mengikuti ajaran Kristus yaitu berpikir positif, konsisten dalam perkataan, memiliki komitmen, ketaatan, bertanggungjawab, jujur dan setia. Hal ini berbanding terbalik dengan kehidupan ahli Taurat dan orang Farisi karena ibadah mereka hanyalah sebuah kegiatan formil, hanya dianggap sebagai kegiatan ritual.(Swindoll;1982) Namun dalam ayat yang ke 19c Yesus mengatakan bahwa kesungguhan dalam melakukan kehendak Allah akan membawa pemulihan hubungan dengan Allah, maka tidak ada lagi kepura-puraan di hadapan Allah.

Teladan Bagi Orang Lain

Yesus secara jelas mengecam ahli Taurat dan orang Farisi, oleh karena mereka tidak menjadi teladan dalam pengajaran mereka. Orang Farisi dan Ahli Taurat mengikuti peraturan ibadah yang tidak berasal dari peraturan Allah, melainkan dari kesombongan dan kecondongan hati mereka kepada hal-hal yang lahiriah. Namun orang percaya diajarkan untuk menjadi kesaksian yang hidup bagi orang lain memiliki hati dan motivasi yang murni di hadapan Tuhan Yesus Kristus.

Mengalami Damai Sejahtera

Selanjutnya frasa ”menduduki tempat tinggi dalam Kerajaan Sorga” juga berbicara tentang damai sejahtera yang akan diberikan Kristus kepada orang-orang yang hidupnya berintegritas. Dalam hal ini berkat bagi orang yang hidup sesuai hukum Taurat akan mendapatkan damai sejahtera bagi diri mereka. Yesus menjanjikan hal ini kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi-Nya. 

Hal ini berbanding terbalik dengan yang dialami oleh ahli Taurat yang hanya menuntut serta menilai orang lain dengan ukuran peraturan yang mereka buat sendiri. Mereka hanya menyibukkan diri mereka untuk hal-hal yang tidak penting, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi diri mereka sendiri.

Menyatakan Kasih Allah Yesus mengajarkan para murid agar mereka hidup menyatakan kasih Allah dengan kehidupan yang taat akan hukum Taurat. Demikian pula halnya bagi ahli Taurat dan orang Farisi seharusnya hidup mereka mempermuliakan Kristus dengan pelayanan yang sudah mereka kerjakan. Namun sesungguhnya tidak demikian, karena motivasi mereka salah dalam melayani Tuhan, hanya untuk mencari kemuliaan bagi nama mereka sendiri. Oleh sebab itu setiap orang percaya haruslah menjadi alat Kristus untuk memberitakan nama-Nya, sehingga banyak orang yang melihat kasih Kristus yang besar.

III. Pola Hidup Berintegritas

Hal lain yang ditemukan dalam pembahasan adalah pola hidup berintegritas, yang meliputi hidup sesuai hukum Taurat, mentaati hukum Taurat sebagai kewajiban dan mencari perkenanan Allah.

Hidup Sesuai Hukum Taurat

Yesus menghendaki agar semua orang mentaati hukum Taurat dan hidup sesuai perintah-Nya. Seperti halnya dalam Matius 5: 20 ”Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”.

Hidup keagamaan yang dimaksud Yesus dalam bagian ini meliputi kebenaran, keadilan, belas kasihan, kemurahan hati dan kebajikan. Hal inilah yang dituntut Kristus terhadap orang percaya yaitu agar hidup sesuai hukum Taurat

Mentaati Hukum Taurat

Kebenaran yang hendak ditegakkan Yesus berdasarkan aturan ini harus melebihi kebenaran orang Farisi dan ahli Taurat (Matius 5: 20). Hal ini merupakan ajaran yang aneh bagi orang-orang yang menganggap ahli Taurat dan orang Farisi sebagai orang yang telah mencapai tingkatan tertinggi dalam agama. Para ahli Taurat adalah pengajar hukum Taurat yang paling terkemuka. Sedangkan orang Farisi merupakan para pengikut hukum yang paling ternama dan kedua kelompok itu duduk di kursi Musa (Matius 23: 2). Mereka sangat dikenal baik sebagai orang-orang yang sangat patuh terhadap hukum Taurat.

Orang awam sangat terkejut ketika mendengar perkataan Yesus bahwa mereka harus lebih benar daripada ahli Taurat dan orang Farisi. Hal itu terjadi karena jika tidak demikian, maka mereka tidak akan dapat masuk dalam Kerajaan Sorga. Itulah sebanya Kristus menegaskan hal tersebut dengan sungguh-sungguh.

Mencari perkenanan Allah

Setiap orang percaya haruslah hidup sesuai perkenanan Allah dalam hidup mereka. Orang yang hidupnya mencari perkenanan Allah akan memiliki perbedaan dengan orangorang yang belum mengenal Kristus. Demikianlah Kristus juga mengatakan bahwa para murid dan orang percaya saat itu hidupnya harus berbeda dengan ahli Taurat dan orang Farisi. Berhubungan dengan frasa ”harus lebih benar” dalam Matius 5: 20, maksudnya adalah setiap murid dan orang percaya hidupnya harus berkenan di hadapan Allah. 

Hal ini dikatakan Yesus agar para murid dan orang percaya saat itu menunjukkan sikap hidup yang taat terhadap hukum Taurat yang terlihat dari kemurnian hati, ketulusan hati dan juga belas kasihan terhadap orang lain. Jadi makna sesungguhnya dari hukum Taurat adalah hidup sesuai perkenanan Allah, yaitu hidup dalam kasih kepada Allah dan juga kepada sesama.

SIMPULAN

Berdasarkan pada kajian Literatur dan pembahasan mengenai konsep Integritas menurut Matius 5: 17-20 maka ditemukan pribadi yang berintegrtias yakni Yesus yang dapat dijadikan teladan dan juga contoh pribadi yang tidak berintegritas yakni para ahli Taurat dan orang Farisi yang tidak perlu dicontohi. Dari temuan ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, Integritas merupakan hal yang menyangkut keseluruhan dan keutuhan dalam kehidupan seseorang. Maka penting bagi seseorang untuk memiliki dan mempertahankan integritasnya

Kedua, Yesus adalah pribadi yang berintegritas. Secara tersirat Yesus menunjukkan karakteristik orang yang berintegritas yang meliputi berpikir positif, konsisten dalam perkataan, memiliki komitmen, memiliki ketaatan, bertanggung jawab, memiliki kejujuran dan memiliki kesetiaan. Oleh sebab itu, Yesus ingin bahwa setiap orang percaya dan hamba Tuhan hidup dalam integritas.

Ketiga, Yesus menggambarkan kehidupan ahli Taurat dan orang Farisi sebagai contoh orang-orang yang tidak berintegritas. Dan dari cara hidup dan pengajaran mereka terhadap hukum Taurat ditemukan beberapa faktor-faktor penghambat integritas, di antaranya adalah faktor internal yang meliputi pengenalan yang salah terhadap Kristus, pemahaman yang salah terhadap hukum Taurat, tertutup terhadap hukum Taurat dan kesombongan pribadi. serta faktor eksternalnya meliputi faktor keluarga, budaya dan lingkungan.

Keempat, orang yang berintegritas menunjukkan pola hidup yang bersesuaian dengan hukum Taurat, taat melakukan hukum Taurat serta terus mencari perkenanan Tuhan dalam setiap kehidupannya

Kelima, orang yang berintegritas akan menikmati berkat Tuhan yakni mengalami pemulihan hubungan dengan Allah, menjadi teladan bagi orang lain, mengalami damai sejahtera dan hidupnya menyatakan kasih Allah.

Rekomendasi

Setelah membuat beberapa kesimpulan di atas maka selanjutnya peneliti mengemukakan sejumlah rekomendasi yakni kepada para Hamba Tuhan dan juga orang percaya.

Adapun rekomendasinya sebagai berikut:

1. Hamba Tuhan

Dalam hal ini sebagai hamba Tuhan harus menjadi pribadi yang berintegritas dalam hidup dan pengajarannya agar dapat menjadi teladan yang baik bagi sesama maupun jemaat atau orang percaya. Selanjutnya sebagai hamba Tuhan harus berupaya untuk memberikan pengajaran dengan cara yang tepat supaya orang orang yang dilayani dapat menjadi pribadi yang berintegritas. Sebagai rekomendasi dari peneliti yakni: dengan seminar, khotbah dan pendalaman Alkitab. Tujuan dari kegiatan ini yakni supaya jemaat dapat memiliki pemahaman yang benar tentang integritas serta dapat mewujudkannya dalam hidup mengasihi Tuhan dan sesama

2. Orang Percaya

Orang percaya adalah orang yang telah mengalami kelahiran baru dan pertobatan yang sungguh sungguh. Sebagai orang percaya harus sedia dan terbuka kepada pengajaran yang disampaikan oleh para hamba Tuhan agar mendapat pemahaman yang benar tentang integritas dan dapat mewujudkan dalam hidupnya dengan baik. 

Oleh sebab itu sebagai orang percaya harus mampu membangun hubungan pribadi dengan Kristus, tekun membaca Alkitab, melakukan firman Tuhan, dan tetap rendah hati. Di samping itu juga harus berupaya untuk membangun mezbah keluarga, menolak pengaruh yang negatif dan memberikan pengaruh yang positif.

<meta content='Insurance, Loans, Credit, Donate, Lawyer, Mortgage, Donate, Degree, Hosting, Trading, Claim, Mortgage' name='keywords'/>
Next Post Previous Post