APAKAH PERTOBATAN PERLU DIULANG?

Pdt. Dr. Stephen Tong.
APAKAH PERTOBATAN PERLU DIULANG?
Tanya: Saya sering mendengar orang bersaksi: waktu saya bertobat, ada perasaan khusus ini, itu, tetapi waktu saya bertobat, biasa-biasa saja. Apakah pertobatan saya perlu diulangi?

Jawab: Pertobatan bukan ekspresi perasaan sedih karena penyesalan. Memang, saat seorang bertobat juga menyatakan penyesalan. Masalahnya: sifat manusia berbeda-beda, jangan memaksakan pengalaman pribadi pada orang lain: ada orang yang saat menerima Ron Ku­dus serasa tersengat listrik, ada yang menangis, ada yang bersukacita, pengalaman pribadi tak bisa menggantikan iman terhadap kebenaran.

Dari mana kita tahu pertobatan kita sungguh atau tidak: adakah kau menyadari, kau berdosa pada Tuhan? Kalau seorang hanya menyadari dirinya bersalah ter­hadap sesama, tak beda dengan apa yang terjadi di pengadilan: saat vonis dijatuhkan, seorang mengaku dirinya bersalah. Itu bukan pertobatan.

Per­tobatan selain mengakui dirinya bersalah terhadap sesama, juga berdosa kepada Tuhan, Penciptanya. Jadi, pertobatan yang sejati membuat hubunganmu dengan Allah, Penciptamu kembali nor­mal, karena Kristus telah mati, menjadi korban tebusan bagimu. Kalau kau jelas tahu, dirimu berdosa pada Allah, tapi Allah mengirim Kristus mati bagimu, tentu kau bertekad meninggalkan segala dosa, berpaling pada Tuhan; kembali ke jalan benar.

Jadi, pertobatan mengandung tiga perkara: mengerti kebenaran Tuhan dan Kristus yang Bapa utus, menyadari dirimu berdosa padaNya dan menyesali dosamu, mau meninggalkan dosa dan berpaling pada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kalau ketiga-tiganya ada padamu, meski kau tidak menangis, tidak berteriak-teriak histeris juga tidak masalah. Karena mungkin kau tergolong sebagai orang yang bertype Ahisteris.
Next Post Previous Post