3 POKOK DOA PAULUS (EFESUS 3:16-19)
gadget, bisnis, otomotif |
Mungkin banyak dari kita yang terkadang merasa doa merupakan sesuatu yang membosankan, atau rutin. Terkadang kita merasa mendoakan hal yang sama terus menerus, bahkan dengan kalimat yang sama, yang diulang ulang.
Di alkitab ada banyak doa-doa dan macam-macam doa: doa pertobatan Daud atas dosa nya pada Tuhan karena perzinahannya, doa Rasul Paulus pada jemaat yang di layaninya, dan banyak lagi doa-doa lain dengan berbagai macam makna dan tujuan.
Kita bisa mendoakan hal yang sama, tetapi dengan sudut pandang yang berbeda, atau bahkan pengertian yang berbeda.
Kita sering melihat rasul Paulus sebagai seseorang yang teologi nya sangat kaya dan hebat, tetapi jarang kita melihat Paulus sebagai seorang rasul yang pendoa. Kiranya melalui Paulus yang kita pelajari hari ini, kita pun bisa belajar bagaimana kita bisa berdoa seperti Paulus.
Ada 3 Pokok Doa yang Paulus panjatkan dalam Efesus 3:16-19.
1. PRAYER FOR DIVINE POWER (EFESUS 3:16-17A)
Paulus rindu agar batin kita (our inner being) dikuatkan Allah melalui Roh Kudus sehingga Kristus dapat berkuasa dalam hati kita. Paulus pernah berdoa dalam Efesus 1 tentang kuasa Allah, sehingga kita bisa mengerti hebatnya kuasa Allah (cognitive knowledge). Dan sekarang Paulus berdoa supaya kita bisa merasakan hebatnya kuasa Allah dalam kehidupan personal kita (experience knowledge).
Sebagai orang Kristen, kita lebih suka dan puas tentang pengetahuan akan Allah. Kita lebih suka mencari informasi saat mendengar firman Tuhan (“Saya dapat “X” hari ini, atau “Saya tidak mendapatkan atau mendengar sesuatu yang baru). Padahal kita pun harusnya juga merasakan dan mengalami kebenaran Tuhan itu sendiri!
Paulus sering fokus pada hati, karena memang akar dari segala masalah adalah hati; dan hati kita memang sering perlu dikuatkan, karena hati kita rentan akan dosa. Hati kita lebih suka akan dosa; Kita memilih puas akan entertainment atau kepuasan sementara di dunia ini daripada mencari dalam Kristus, mengkhawatirkan hari esok daripada datang pada Tuhan dan percaya penuh padaNya, dan sebagainya.
Kadang kita merasa tidak berdaya akan dosa, atau hati kita lemah dan digoda. Karena itu kita perlu berdoa untuk meminta Roh Kudus untuk menguatkan hati kita sehingga kita tidak lagi dikuasai dosa, tetapi punya kekuatan Allah! Tetapi sayang nya, kita sering tidak mau mendoakan hal ini. Mengapa?
Kita hidup dalam dunia yang mengajarkan kita untuk mengandalkan kekuatan diri kita sendiri (“we have to be strong”, “we have to be independent”, dan sebagainya), karena itu susah bagi kita untuk mengakui di hadapan Tuhan bahwa kita adalah orang lemah, bahwa kita rentan/vulnerable tanpa Tuhan.
Paulus rindu agar batin kita (our inner being) dikuatkan Allah melalui Roh Kudus sehingga Kristus dapat berkuasa dalam hati kita. Paulus pernah berdoa dalam Efesus 1 tentang kuasa Allah, sehingga kita bisa mengerti hebatnya kuasa Allah (cognitive knowledge). Dan sekarang Paulus berdoa supaya kita bisa merasakan hebatnya kuasa Allah dalam kehidupan personal kita (experience knowledge).
Sebagai orang Kristen, kita lebih suka dan puas tentang pengetahuan akan Allah. Kita lebih suka mencari informasi saat mendengar firman Tuhan (“Saya dapat “X” hari ini, atau “Saya tidak mendapatkan atau mendengar sesuatu yang baru). Padahal kita pun harusnya juga merasakan dan mengalami kebenaran Tuhan itu sendiri!
Paulus sering fokus pada hati, karena memang akar dari segala masalah adalah hati; dan hati kita memang sering perlu dikuatkan, karena hati kita rentan akan dosa. Hati kita lebih suka akan dosa; Kita memilih puas akan entertainment atau kepuasan sementara di dunia ini daripada mencari dalam Kristus, mengkhawatirkan hari esok daripada datang pada Tuhan dan percaya penuh padaNya, dan sebagainya.
Kadang kita merasa tidak berdaya akan dosa, atau hati kita lemah dan digoda. Karena itu kita perlu berdoa untuk meminta Roh Kudus untuk menguatkan hati kita sehingga kita tidak lagi dikuasai dosa, tetapi punya kekuatan Allah! Tetapi sayang nya, kita sering tidak mau mendoakan hal ini. Mengapa?
Kita hidup dalam dunia yang mengajarkan kita untuk mengandalkan kekuatan diri kita sendiri (“we have to be strong”, “we have to be independent”, dan sebagainya), karena itu susah bagi kita untuk mengakui di hadapan Tuhan bahwa kita adalah orang lemah, bahwa kita rentan/vulnerable tanpa Tuhan.
2.A PRAYER FOR DIVINE LOVE (EFESUS 3:17B –19B)
Paulus pun sudah menjelaskan sebelumnya bagaimana kita ada di dalam kasihNya, bahwa Dia sudah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anakNya. Kita sebenarnya layak untuk di hukum Allah, tetapi dalam kasihNya, Allah mengasihi kita (Efesus 2:4-6).
Pada umumnya tidak ada dari kita yang mau mencintai musuh kita, apalagi memberikan sesuatu yang paling berharga pada mereka yang menjahati kita. Tetapi ini lah yang Allah lakukan untuk musuhnya, yaitu kita semua. Dia memberikan hal yang paling berharga, yaitu AnakNya, Yesus Kristus.
Namun sedihnya, sebagai anak Tuhan kita sering take things for granted; Kristus yang mati di salib untuk kita hanyalah sekedar “simbol” dan hal yang sudah biasa kita dengar dan kita pahami. Dan kadang malahan kita merasa kita orang yang lebih baik dari orang lain dan kasih Tuhan seperti hal yang selayak nya kita dapatkan!
Kasih Allah juga adalah 1 arah [tidak bersyarat], berbeda dengan prinsip dunia yang kita biasa anut (kasih harus dua arah). Kalau setiap hari kita berpikir apakah Tuhan akan membenci kita kalau kita melakukan dosa, atau Dia akan lebih mengasihi saat kita memberi waktu lebih banyak untuk Dia (“a transactional love”), melelahkan bukan?
Paulus pun sudah menjelaskan sebelumnya bagaimana kita ada di dalam kasihNya, bahwa Dia sudah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anakNya. Kita sebenarnya layak untuk di hukum Allah, tetapi dalam kasihNya, Allah mengasihi kita (Efesus 2:4-6).
Pada umumnya tidak ada dari kita yang mau mencintai musuh kita, apalagi memberikan sesuatu yang paling berharga pada mereka yang menjahati kita. Tetapi ini lah yang Allah lakukan untuk musuhnya, yaitu kita semua. Dia memberikan hal yang paling berharga, yaitu AnakNya, Yesus Kristus.
Namun sedihnya, sebagai anak Tuhan kita sering take things for granted; Kristus yang mati di salib untuk kita hanyalah sekedar “simbol” dan hal yang sudah biasa kita dengar dan kita pahami. Dan kadang malahan kita merasa kita orang yang lebih baik dari orang lain dan kasih Tuhan seperti hal yang selayak nya kita dapatkan!
Kasih Allah juga adalah 1 arah [tidak bersyarat], berbeda dengan prinsip dunia yang kita biasa anut (kasih harus dua arah). Kalau setiap hari kita berpikir apakah Tuhan akan membenci kita kalau kita melakukan dosa, atau Dia akan lebih mengasihi saat kita memberi waktu lebih banyak untuk Dia (“a transactional love”), melelahkan bukan?
Karena itu lah kita harus terus mendoakan supaya kita terus merasakan kasih Allah dalam hal apa pun juga, bukan karena segalanya berjalan dengan baik, bukan karena kita merasa kita sudah melayani Tuhan sebegitu hebatnya pada hari itu.
3.A PRAYER FOR DIVINE FULLNESS (YANG MERUPAKAN KLIMAKS DAN SUMMARY DARI DUA POKOK DOA SEBELUMNYA) – EFESUS 3:19B
Ketika hati kita dikuatkan Roh Kudus dan bisa memahami Kasih Kristus, kita akan dipenuhi Allah (i.e hidup kita dipenuhi Kristus, menjadi serupa dengan Kristus, karakter yang mencerminkan Kristus).
Ketika hati kita dikuatkan Roh Kudus dan bisa memahami Kasih Kristus, kita akan dipenuhi Allah (i.e hidup kita dipenuhi Kristus, menjadi serupa dengan Kristus, karakter yang mencerminkan Kristus).
Tuhan rindu anak-anakNya untuk mengalami kepenuhan Allah, yaitu menjadi serupa dengan Kristus. Proses untuk berubah menjadi seperti Kritus bukan merupakan suatu proses yang mudah, karena dosa kita disingkapkan dan itu menyakitkan. Dan saat kita sudah menang akan suatu dosa, Tuhan menunjukkan dosa yang lain nya dalam hidup kita. Stephanus Pradhana