YESUS SEBAGAI PENDAMAI UNTUK DOSA KITA (1 YOHANES 2:2)

Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. (1 Yohanes 2:2)

Yohanes adalah seorang yang sangat tua, mestinya ia merupakan seorang terakhir yang masih hidup dari generasinya. Mungkin seorang yang paling akhir yang masih hidup, yang pernah berjalan dan bercakap-cakap dengan Yesus pada waktu Yesus masih hidup sebagai manusia biasa.
YESUS SEBAGAI PENDAMAI UNTUK DOSA KITA (1 YOHANES 2:2)
bisnis, otomotif
Dengan demikian sering umur atau usia membuang perasaan simpati dengan orang-orang muda dan bahkan menuntut suatu sikap yang tidak sabar dan suka lekas marah terhadap generasi muda.Tetapi Yohanes tidak demikian. Di dalam usianya yang tua, ia tetap memperlihatkan sikap yang manis dan lembut bagi mereka yang adalah anak-anaknya di dalam iman.

Dalam ayat di atas, Yohanes mengatakan bahwa Yesus adalah 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢 bagi dosa-dosa kita. Kata yang dipakai di sini adalah 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐬𝐦𝐨𝐬. Inilah gambaran mengenai 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐥𝐚 adalah universal karena semua manusia mempunyai pengalaman mengenai seorang sahabat yang datang untuk membantunya, tetapi gambaran mengenai 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐚𝐧 berasal dari 𝐤𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧 dan lebih lazim dalam pikiran orang Yahudi daripada di dalam pikiran kita.

Kata Yunani untuk 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐚𝐧 adalah 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐬𝐦𝐨𝐬, dan kata kerja yang mempunyai sangkut-pautnya dengan ini adalah 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐬𝐤𝐞𝐬𝐭𝐡𝐚𝐢. Kata kerja ini mempunyai tiga arti.

[1] Kalau kata ini dipakai dengan seorang manusia sebagai subyek, maka ia berarti mendamaikan atau menenangkan seseorang yang telah dilukai atau disakiti.

[2] Kalau kata ini dipakai untuk Allah sebagai subyek, maka kata kerja itu berarti mengampuni. Karena dengan demikian berarti bahwa Allah sendirilah yang menyediakan jalan di mana hubungan yang putus antara Allah dan manusia dipulihkan.

[3] Arti yang ketiga mempunyai sangkut-pautnya dengan yang pertama. Kata kerja itu sering berarti menyelenggarakan suatu perbuatan yang dengannya noda dosa dihapuskan.

Dalam pengertian itu,𝐡𝐢𝐥𝐚𝐬𝐤𝐞𝐬𝐭𝐡𝐚𝐢. berarti bukan saja mendamaikan, tetapi 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐛𝐮𝐬. Bukan untuk menenangkan Allah tetapi 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 manusia dari noda dosa dan dengan demikian memungkinkan lagi dia untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah.

Ketika Yohanes mengatakan bahwa Yesus adalah 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐬𝐦𝐨𝐬 bagi dosa-dosa kita, maka ia membawa segala pengertian kita yang berbeda-beda ini ke dalam satu pengertian saja. Yesus adalah pribadi melalui siapa segala kesalahan pada masa lampau dan pencemaran dari dosa-dosa masa kini ditiadakan. Kebenaran dasar yang besar di belakang kata ini adalah bahwa melalui Yesus Kristuslah maka persekutuan manusia dengan Allah dipulihkan kembali.

“Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.”

Kalimat Yohanes ini menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam Kekristenan. Kata “𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚” memiliki dua pengertian yang berbeda, yakni: [1] dunia dalam arti dan dipahami sebagai “𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐮𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚”; dan [2] dunia dalam arti dan dipahami sebagai “𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐢𝐥𝐢𝐡𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚” yakni orang-orang yang beriman percaya kepada Yesus Kristus. Mana yang benar?

Jika kata “dunia” dipahami sebagai “seluruh umat manusia tanpa kecuali” maka itu bisa berarti bahwa Yesus menyelamatkan seluruh umat manusia tanpa kecuali, apakah orang itu beriman percaya kepadaNya atau tidak. Dengan kata lain, Yesus pun menyelamat-kan orang Islam, Hindu, Buddha, dsbnya, sekalipun mereka tidak beriman percaya kepada Yesus Kristus. Pengajaran ini jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan di dalam Alkitab, bahwa pada akhirnya Tuhan akan memilah umat-Nya, di mana sebagian akan diselamatkan dan sebagian akan dihukum/dibinasakan.

Itu adalah pengajaran 𝐔𝐧𝐢𝐯𝐞𝐫𝐬𝐚𝐥𝐢𝐬𝐦𝐞, yang mempercayai bahwa pada akhirnya Tuhan akan menyelamatkan seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Jika benar demikian, maka Tuhan Yesus tidak perlu datang ke dalam dunia ini, karena Allah sendiri secara langsung bisa menyelamatkan seluruh umat manusia, dan Yesus tidak perlu menjadi perantara antara manusia dan Allah (1 Timotius 2:5).

Menyatakan bahwa mereka yang telah menolak jalan keselamatan dari Allah, yaitu melalui Anak-Nya, tetap akan diselamatkan sama saja dengan meremehkan kesucian dan keadilan Allah; sekaligus menghilangkan kebutuhan akan pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.

Yesus datang ke dunia ini memang untuk seluruh umat manusia, tetapi faktanya adalah tidak semua umat manusia mau beriman percaya kepada-Nya. Yohanes dalam Injil-Nya mencatat perkataan Tuhan Yesus sendiri ketika Ia berbicara dengan Nikodemus, “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” (Yohanes 3:18). Dengan demikian, jelas hal itu menunjukkan bahwa pada akhirnya kelak, tidak seluruh umat manusia diselamatkan.

Kita perlu juga memperhatikan perkataan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. “Sebab di dalam Dia Allah telah 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐡 kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.” (Efesus 1:4-8)

Jika dikatakan “Allah telah memilih” maka konsekuensi logisnya adalah bahwa ada pula manusia “yang tidak dipilih” Allah. Dasar pemilihan Allah adalah 𝐊𝐫𝐢𝐬𝐭𝐮𝐬. Jadi setiap orang yang beriman percaya kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamatnya, ia termasuk orang yang dipilih Tuhan. Dan di luar Kristus, tidak ada keselamatan. Itulah pengajaran dasar iman Kristen.

Oleh sebab itulah, istilah “dunia” atau “seluruh dunia” dalam ayat firman Tuhan di atas menunjuk kepada “seluruh umat manusia yang percaya kepada Yesus Kristus”. Di luar iman Kristen, tidak ada keselamatan. Dalam Alkitab Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI) yang diterbitkan oleh LAI juga, ayat firman Tuhan dalam 1 Yohanes 2:2 tersebut diterjemahkan demikian:

“Yesus sendiri sudah menyerahkan diri-Nya sebagai kurban perdamaian yang menghapus semua dosa kita, sehingga Allah tidak lagi murka kepada kita. Dan bukan hanya untuk dosa kita, kurban-Nya itu juga untuk pengampunan setiap orang di dunia ini 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚-𝐍𝐲𝐚.”

Satu lagi firman Tuhan yang dipakai sebagai dasar pengajaran Universalisme, yang mengajarkan bahwa Tuhan menghendaki semua manusia tidak binasa, terambil dari surat rasul Petrus yang kedua.

“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9)

Frasa “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa” dipakai sebagai dasar pembenaran pengajaran Universalisme itu. Seakan Tuhan akan menyelamatkan seluruh umat manusia tanpa terkecuali, baik yang percaya kepada Yesus Kristus maupun yang menolak Yesus Kristus. Dan pada kenyataannya, Alkitab mencatat ada sebagian manusia yang menerima hukuman karena menolak untuk beriman percaya kepada Yesus Kristus (Yohanes 3:18).

Memotong firman Tuhan semau-maunya jelas akan memunculkan pengertian berbeda yang bisa menyesatkan. Tetapi jika firman Tuhan itu kita baca secara utuh, maka akan terlihat perbedaannya yang mencolok. Perhatikanlah: “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

Jika kalimat itu kita baca dengan seksama, maka akan terlihat bahwa Kehendak Tuhan yang sebenarnya adalah agar semua orang bertobat. Pengertian yang keliru bahwa Tuhan menghendaki supaya jangan ada yang bertobat akan menimbulkan interpretasi yang salah bahwa Tuhan akan menyelamatkan seluruh umat manusia. Padahal tidak semua manusia diselamatkan. Itulah sebabnya firman Tuhan itu seharusnya dibaca dengan utuh, sehingga bisa dimengerti dengan jelas, bahwa Tuhan menghendaki….”supaya semua orang berbalik dan bertobat”.

Oleh sebab itulah, sebagai seorang Kristen, yang telah beriman percaya kepada Yesus Kristus, kita perlu bersyukur telah berjalan di jalan yang dikehendaki dan yang diperkenan Tuhan, sehingga pada saat-Nya nanti kita akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya, dan menerima penggenapan janji Tuhan yang kita imani selama hidup kita di dunia ini. Amin. Soli Deo Gloria
Next Post Previous Post