NABI-NABI PALSU YANG MENGGERUTU (YUDAS 1:16)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Yudas 1:16 - “Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.”.
NABI-NABI PALSU YANG MENGGERUTU (YUDAS 1:16)
Dalam  Yudas 1:16 ini dibicarakan lagi tentang dosa dalam kehidupan dan kata-kata dari orang-orang sesat pada jaman Yudas. Yudas melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa orang-orang sesat itu cocok dengan nubuat Henokh dalam Yudas 1: 14-15.

Dosa-dosa orang-orang sesat itu:

1) ‘orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya’ (Yudas 1: 16a).

KJV: ‘murmurers, complainers’ [= penggerutu-penggerutu, pengeluh-pengeluh].

a) Sekalipun kata benda yang diterjemahkan ‘murmurers’ tidak pernah muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru, tetapi kata kerjanya muncul dalam Yohanes 6:41,61 1Korintus 10:10 dsb.

b) Kata Yunani untuk ‘complainers’ adalah MEMPSIMOIROI, yang berasal dari 2 kata Yunani yaitu: MEMPHOMAI [= to complain {= mengeluh}] dan MOIRA [= lot / fate {= nasib}]. Jadi kata ini menunjuk kepada orang yang selalu mengeluh tentang nasibnya.

Bahwa orang-orang sesat pada jaman Yudas ini adalah orang-orang yang suka menggerutu dan mengeluh, tidak berarti bahwa orang yang suka menggerutu dan mengeluh pasti adalah orang sesat. Anak-anak Allah yang sejatipun bisa jatuh ke dalam dosa ini, khususnya pada waktu mengalami penderitaan. Karena itu kita perlu untuk mempelajari dosa ini dan menghindarinya.

a) Menggerutu dan mengeluh adalah dosa karena itu menunjukkan ketidak-percayaan kepada Tuhan (akan kasih-Nya, kesetiaan-Nya, kebijaksanaan-Nya). Bahkan menggerutu dan mengeluh bisa menunjukkan suatu pemberontakan kepada Tuhan.

Bahwa menggerutu dan mengeluh adalah suatu dosa, terlihat dari:

1. Ayat-ayat Kitab Suci seperti:

a. Pengkhotbah 7:10 - “Janganlah mengatakan: ‘Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?’ Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.”.

Penerapan: Dalam masa covid dan masa resesi sekarang ini apakah saudara ingin kembali ke masa lalu di mana segala sesuatu rasanya jauh lebih enak / nyaman?

Tidak percayakah saudara bahwa apa pun yang menimpa saudara, asal saudara adalah seorang kristen yang sejati, pasti membawa kebaikan bagi saudara?

Karena itu janganlah ingin kembali ke masa lalu. Masa sekarang yang berat ini pasti membawa kebaikan bagi saudara, mungkin supaya saudara belajar hidup hemat, mungkin supaya saudara lebih bersandar kepada Tuhan, mungkin supaya saudara melihat cara pemeliharaan Tuhan yang luar biasa, dsb.

b. 1Korintus 10:10 - “Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.”.

2. Perintah untuk mengucap syukur senantiasa (Ef 5:20 1Tes 5:18).

Efesus 5:20 - “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita”.

1Tesalonika 5:18 - “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”.

3. Teladan tokoh-tokoh Kitab Suci yang berlawanan dengan menggerutu dan mengeluh, seperti:

a. Ayub (Ayub 1:20-21 2:10).

Ayub 1:20-21 - “(20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (21) katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

Ayub 2:10 - “Tetapi jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”.

Memang pada waktu penderitaannya berlarut-larut, Ayub juga mengeluh, tetapi akhirnya ia bertobat.

b. Paulus, yang belajar untuk puas dalam segala keadaan (Fil 4:11 bdk. 1Tim 6:6-10).

Filipi 4:11 - “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”.

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV/YLT: “to be content” [= untuk puas].

1Timotius 6:6-10 - “(6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. (9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.

Catatan:

(1) Kata ‘ibadah’ seharusnya adalah ‘godliness’ [= kesalehan].

(2) Kata ‘rasa cukup’ seharusnya lebih tepat kalau diterjemahkan ‘kepuasan’.

(3) Kata ‘cukuplah’ lebih tepat kalau diterjemahkan ‘puaslah’.

Mungkin dalam masa resesi sekarang ini kita harus belajar untuk puas dalam segala keadaan.

b) Menggerutu / bersungut-sungut selalu bisa dikatakan sebagai dosa, tetapi mengeluh tidak selalu merupakan dosa.

Thomas Manton: “Humble complaints are not murmuring, else there would be no room for prayer; but bold expostulations are murmuring, when we complain rather of God than to God, taxing the administration of his providence, as if he dealt too hardly with us; so that in effect murmuring is an anti-providence, first cherished by repining thoughts, and then vented and uttered in bold and uncomely speeches.” [= Keluhan yang rendah hati bukanlah menggerutu, karena kalau tidak maka tidak ada tempat untuk doa; tetapi tindakan berbantah / memprotes dengan berani adalah menggerutu, ketika kita mengeluh tentang Allah dan bukannya kepada Allah, menuduh pemerintahan / pelaksanaan providensia-Nya, seakan-akan Ia memperlakukan kita terlalu keras; sehingga sebetulnya menggerutu adalah anti-providensia, mula-mula disimpan dalam pikiran oleh pikiran yang tidak puas, dan lalu dilepaskan dan diucapkan dalam ucapan yang berani dan kasar.] - hal 299.

c) Supaya tidak menggerutu dan / atau mengeluh, renungkan beberapa hal ini:

Thomas Manton: “want is a time of praying, not of murmuring. ... But it is man’s usual custom to change duties into sins, ... so instead of complaining to God, we complain of God, and so make murmuring take the room of prayer.” [= Kekurangan / kebutuhan adalah saat untuk berdoa, bukan untuk bersungut-sungut. ... Tetapi adalah kebiasaan manusia pada umumnya untuk mengubah kewajiban-kewajiban menjadi dosa-dosa, ... sehingga alih-alih dari mengeluh kepada Allah, kita mengeluh tentang Allah, dan dengan demikian membuat sungut-sungut menggantikan doa.] - hal 301.

Thomas Manton: “There is much gone, but somewhat left; that little that is left is more than we deserved; many in the world would be glad of our relics.” [= Ada banyak yang hilang, tetapi ada yang tertinggal; sedikit yang tertinggal itu adalah lebih dari yang layak kita dapatkan; banyak orang dalam dunia ini yang akan senang dengan sisa-sisa kita.] - hal 301.

Catatan: ‘relics’ = ‘remaining fragments’ [= potongan-potongan yang tersisa]; ‘surviving parts’ [= bagian-bagian yang masih hidup / tersisa]; ‘ruins’ [= reruntuhan] - ‘Webster’s New World Dictionary.

Thomas Manton: “Many of God’s children are not so high as thou art. If you murmur, what should others do that have less?” [= Banyak anak-anak Allah yang tidak setinggi engkau. Jika engkau bersungut-sungut, apa yang harus dilakukan oleh orang lain yang mempunyai lebih sedikit?] - hal 302.

Penerapan: Kalau saudara tergoda untuk bersungut-sungut, berusahalah mengarahkan pikiran saudara kepada orang-orang yang lebih menderita dari saudara, dan bersyukurlah bahwa keadaan saudara masih lebih baik dari mereka.

2) ‘hidup menuruti hawa nafsunya’ (Yudas 1:16b).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘hawa nafsu’ di sini sama dengan kata Yunani yang diterjemahkan ‘keinginan-keinginan’ (NIV/NASB: ‘desires’) dalam Mark 4:19.

Markus 4:18-19 - “(18) Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, (19) lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”.

Dalam Markus 4:19 ini hawa nafsu / keinginan itu mencekik firman sehingga tidak berbuah. Ini menunjukkan betapa berbahayanya hal ini.

Hawa nafsu ini bisa terjadi dalam macam-macam hal / bidang seperti: kemarahan, kebencian / dendam, iri hati, tamak, cinta uang / dunia, sex, makan, macam-macam ambisi, dsb.

Thomas Manton mengatakan bahwa point ke 2 ini (tentang hawa nafsu) cocok untuk digandengkan dengan point no 1 (tentang menggerutu / mengeluh), karena hawa nafsu / keinginan menyebabkan kita sukar untuk puas, sehingga lalu menggerutu / mengeluh.

Thomas Manton: “Men desire more than they have, and so are made poor, not by want so much as desire. He that expects little is soon satisfied.” [= Manusia menginginkan lebih dari apa yang mereka miliki, dan dengan demikian dibuat menjadi miskin, bukan oleh kebutuhan / kekurangan tetapi oleh keinginan. Ia yang mengharapkan sedikit cepat dipuaskan.] - hal 315.

Kita tidak boleh hidup menuruti hawa nafsu (Gal 5:24 Ro 13:14b).

Galatia 5:24 - “Barang siapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”.

Roma 13:14 - “Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.”.

Roma 13:14b versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan (yang saya beri warna hijau).

NIV: ‘do not think about how to gratify the desires of the sinful nature’ [= jangan berpikir tentang bagaimana memuaskan keinginan dari manusia lama yang berdosa].

NASB: ‘make no provision for the flesh in regard to its lusts’ [= jangan membuat persediaan untuk daging berkenaan dengan hawa nafsunya].

3) ‘mulut mereka mengeluarkan perkataan yang bukan-bukan’ (Yudas 1:16c).

NASB: ‘they speak arrogantly’ [= mereka berbicara dengan congkak].

NIV: ‘they boast about themselves’ [= mereka membanggakan diri mereka sendiri].

KJV: ‘their mouth speaketh great swelling words’ [= mulut mereka mengatakan kata-kata yang membengkak].

Tindakan menyombongkan diri dengan kata-kata ini, sekalipun kata-katanya itu benar, tetap adalah dosa. Lebih-lebih kalau kata-katanya salah / dusta. Ini jadi sama dengan membual!

Orang-orang sesat ini tidak peduli pada kebenaran, dan karena itu membual untuk menyombongkan diri bukanlah problem bagi mereka.

Kita bisa berbicara dengan congkak tentang diri kita sendiri, baik dalam hal jasmani maupun dalam hal rohani.

Dalam hal jasmani misalnya: tentang perkerjaan dan keuangan kita, tentang harta kita (perhiasan, uang, rumah, mobil, dsb), tentang anak kita, tentang wajah / bentuk badan kita, tentang pelajaran sekolah kita, dsb.

Dalam hal rohani misalnya: tentang iman kita, tentang pengetahuan Kitab Suci, tentang pengudusan kita, tentang karunia kita (khususnya karunia bahasa Roh!), tentang pelayanan kita, dsb.

Jaman sekarang, khususnya dalam kalangan Karismatik, berkembang suatu pemikiran bahwa apa yang kita percayai dan katakan, itulah yang akan terjadi (Mungkin kepercayaan semacam ini didasarkan atas ayat seperti Matius 9:28-29 dan Roma 10:8).

Matius 9:28-29 - “(28) Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: ‘Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?’ Mereka menjawab: ‘Ya Tuhan, kami percaya.’ (29) Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: ‘Jadilah kepadamu menurut imanmu.’”.

Roma 10:8 - “Tetapi apakah katanya? Ini: ‘Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.’ Itulah firman iman, yang kami beritakan.”.

‘Perkataan yang negatif’ dianggap sebagai ‘tidak beriman’ dan akan menyebabkan mereka betul-betul mengalami hal yang negatif itu, dan sebaliknya, ‘perkataan yang positif’ dianggap sebagai ‘kata-kata iman’ yang akan menyebabkan mereka betul-betul mengalami hal yang positif itu.

Karena itu mereka selalu mengucapkan ‘perkataan yang positif’ sekalipun itu tidak benar / dusta.

Misalnya:

a) Mengatakan bisnisnya lancar sekalipun sebetulnya rugi / bangkrut.

b) Para hamba Tuhan mengatakan gerejanya maju pesat dan pelayanannya berhasil secara luar biasa, sekalipun sebetulnya tidak demikian.

c) Orang sakit yang telah didoakan mengatakan dirinya sembuh sekalipun sebetulnya kondisinya memburuk.

d) Orang yang keluarganya berantakan, tetap mengaku keluarganya harmonis.

e) Pelajar / mahasiswa mengaku nilainya hebat-hebat, sekalipun ujiannya hancur.

Saya berpendapat bahwa ini adalah suatu dusta yang dilandasi oleh suatu kepercayaan yang lebih mirip tahyul dari pada kekristenan. Di samping itu, ini mirip sekali dengan orang-orang sesat yang selalu membual untuk menyombongkan dirinya.

Kalau saudara adalah orang yang suka menyombongkan diri dengan kata-kata saudara, maka renungkan kata-kata di bawah ini.

Pulpit Commentary: “Our worth should commend us, not our words.” [= Nilai diri kitalah yang harus menghargai / memuji kita, bukan kata-kata kita.] - hal 30.

4) ‘mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan’ (Yudas 1:16d).

Lit: ‘admiring faces for the sake of advantage’ [= menghormati muka demi mendapat keuntungan].

Hal seperti ini bisa terjadi dalam ‘dunia’ maupun dalam ‘gereja’.

Contoh:

a) Pelajar yang ‘ngatok’ / ‘menjilat’ kepada guru supaya disenangi guru.

b) Pegawai yang menjilat bossnya.

c) Dalam pekerjaan orang sering bersikap menjilat baik kepada langganan maupun rekan bisnis.

d) Hamba Tuhan yang melakukan hal itu kepada jemaat yang kaya.

Adam Clarke: “All the flatterers of the rich are of this kind; and especially those who profess to be ministers of the Gospels, and who, for the sake of a more advantageous settlement or living, will soothe the rich in their sins. With such persons a rich man is every thing; and if he have but a grain of grace, his piety is extolled to the skies! ‎I have known several ministers of this character, and wish they would all read Jude 16.” [= Semua penjilat terhadap orang kaya adalah dari jenis ini; dan khususnya mereka yang mengaku sebagai pelayan-pelayan Injil, dan yang, demi kemapanan atau nafkah yang lebih baik, menenangkan orang-orang kaya dalam dosa mereka. Bagi orang-orang seperti itu seorang kaya adalah segala sesuatu; dan jika ia / orang kaya itu mempunyai kasih karunia sedikit saja, kesalehannya ditinggikan sampai ke langit! Saya mengenal beberapa pendeta dengan karakter seperti ini, dan saya berharap mereka semua membaca Yudas 16.].

Perlu dicamkan bahwa Kitab Suci berulang kali menekankan ciri ini bagi nabi palsu.

1Raja-Raja 22:1-18 - “(1) Tiga tahun lamanya orang tinggal aman dengan tidak ada perang antara Aram dan Israel. (2) Pada tahun yang ketiga pergilah Yosafat, raja Yehuda, kepada raja Israel. (3) Berkatalah raja Israel kepada pegawai-pegawainya: ‘Tahukah kamu, bahwa Ramot-Gilead sebenarnya milik kita? Tetapi kita tinggal diam saja dan tidak merebutnya dari tangan raja negeri Aram.’ (4) Lalu katanya kepada Yosafat: ‘Maukah engkau pergi bersama-sama aku untuk memerangi Ramot-Gilead?’ Jawab Yosafat kepada raja Israel: ‘Kita sama-sama, aku dan engkau, rakyatku dan rakyatmu, kudaku dan kudamu.’ (5) Tetapi Yosafat berkata kepada raja Israel: ‘Baiklah tanyakan dahulu firman TUHAN.’ (6) Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ‘Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?’ Jawab mereka: ‘Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (7) Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?’ (8) Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ (9) Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ‘Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!’ (10) Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, (11) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (12) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’ (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’”.

Yeremia 5:12-13 - “(12) Mereka memungkiri TUHAN dan berkata: ‘Dia tidak berbuat apa-apa! Malapetaka tidak akan menimpa kita, perang dan kelaparan tidak akan kita alami. (13) Para nabi akan menjadi angin, firman TUHAN tidak ada pada mereka.’”.

Yeremia 6:13-15 - “(13) Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu. (14) Mereka mengobati luka umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera. (15) Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Sebab itu mereka akan rebah di antara orang-orang yang rebah; mereka akan tersandung jatuh pada waktu Aku menghukum mereka, firman TUHAN.’”.

Mikha 3:5 - “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang.”.

Titus 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan.”.

2Petrus 2:3 - “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.”.

Tentu saja ini disebabkan karena kebanyakan orang tidak senang dengan kebenaran dan hanya mau mendengar hal yang enak-enak saja.

1Raja 22:8 - “Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’”.

Yesaya 30:10-11 - “(10) yang mengatakan kepada para tukang tilik: ‘Jangan menilik,’ dan kepada para pelihat: ‘Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, (11) menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Maha kudus, Allah Israel.’”.

Yeremia 5:30-31 - “(30) Kedahsyatan dan kengerian terjadi di negeri ini: (31) Para nabi bernubuat palsu dan para imam mengajar dengan sewenang-wenang, dan umat-Ku menyukai yang demikian! Tetapi apakah yang akan kamu perbuat, apabila datang kesudahannya?”.

2Timotius 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.

Karena itu belajarlah menyenangi kebenaran, supaya tidak makin banyak orang yang termotivasi untuk menjadi nabi palsu.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post