FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA (YOHANES 1:14)
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA
Di sini kita berhadapan dengan kalimat yang isinya sangat penting. Yohanes menulis kitab Injilnya demi isi yang penting dalam kalimat ini. Ia telah berpikir dan berbicara tentang firman Allah, yaitu firman yang penuh kuasa, kreatif dan dinamis, yang menjadi sarana Allah menjadikan langit dan bumi serta segala isinya. Firman itu juga membimbing, mengarahkan dan mengatur alam semesta dan pikiran manusia. Sifat-sifat firman yang seperti itu sudah diketahui dan merupakan hal yang biasa bagi orang-orang Yahudi dan Yunani.
Dengan kalimat yang terdapat dalam Yohanes 1:14 di atas, Yohanes mau mengatakan hal yang lain, yang mengejutkan dan yang paling sulit masuk akal orang-orang Yahudi dan Yunani. Ia secara sederhana mengatakan: “Firman yang menciptakan dunia ini, dan akal atau pikiran ilahi yang mengendalikan keteraturan dunia ini, telah menjadi seorang pribadi yang dapat kita pandang dan lihat dengan mata telanjang.”
Kata Yunani yang dipakai untuk “melihat” firman ini ialah “theasthai”. Di dalam Perjanjian Baru kata ini dipakai lebih dari dua puluh kali, dan selalu dipakai dalam arti ”melihat dengan mata kepala.” Melihat yang dimaksud bukanlah melihat secara rohani dengan mata iman atau mata hati. Yohanes dengan tegas menyatakan, bahwa firman itu sungguh-sungguh telah datang ke bumi dalam wujud manusia dan dapat dipandang serta dilihat dengan mata manusia biasa. Ia katakan: “Jika kamu ingin melihat rupa dari firman atau akal ilahi yang mengatur dunia ini, lihatlah Yesus yang dari Nazaret itu!”
Di sinilah perbedaan antara Yohanes dengan pikiran-pikiran yang telah ada sebelumnya, Itulah juga hal yang sama sekali baru yang dibawa olehnya ke dalam dunia Yunani, Dan untuk maksud itulah ia menulis kitab Injilnya. Seorang ahli agama Kristen bernama Agustinus mengatakan, bahwa sebelum ia masuk Kristen ia telah membaca dan mempelajari tulisan para ahli filsafat non-Kristen dan tulisan-tulisan lain, tetapi ia tidak pernah menemukan tulisan yang memberitahukan bahwa firman itu telah menjadi daging.
Hal firman menjadi daging merupakan sesuatu yang tidak mungkin di dalam pikiran Yunani. Orang Yunani sama sekali tidak pernah memikirkan bahwa Allah kita bisa hadir dalam wujud badani. Bagi orang Yunani tubuh atau badan itu jahat, rumah penjara tempat jiwa dibelenggu, dan suatu kuburan tempat membatasi ruang gerak roh. Plutarchus, yaitu seorang Yunani yang terpelajar, bahkan tidak percaya bahwa Allah mau secara langsung mengendalikan kejadian-kejadian yang ada di dunia ini.
Kalau Allah harus melakukan hal itu, tentu Ia harus melakukannya dengan bantuan para wakil dan pengantara. Mengapa? Sebab bagi Plutarchus, melibatkan Allah dalam kejadian dan peristiwa di dunia merupakan hujatan yang amat besar. Philo, seorang ahli filsafat lainnya, malah sama sekali tidak pernah berbicara tentang keterlibatan Allah ke dalam dunia. Ia berkata: “Jiwa Allah tidak pernah turun kepada kita manusia; apalagi turunnya itu mengambil wujud badani.” Marcus Aurelius, seorang kaisar Roma yang besar dan pengikut ajaran Stoa, menganggap badan atau tubuh sangat rendah dibandingkan dengan roh. “Oleh karena itu, hinakanlah tubuh daging, tulang dan jaringan yang ada di dalamnya, jaringan saraf yang ruwet, pembuluh-pembuluh darah dan nadi,” “Susunan seluruh tubuh adalah suatu kekacauan.”
Berita yang disampaikan oleh Yohanes merupakan berita yang sangat menggemparkan, bahkan menghancurkan pandangan-pandangan yang disebutkan di atas. Yohanes memberitakan, bahwa Allah dapat dan mau menjadi seorang pribadi manusia, bahwa Allah dapat masuk ke dalam kehidupan kita, bahwa yang kekal itu dapat muncul di dalam waktu, dan bahwa dengan cara-caranya, manusia biasa sungguh-sungguh dapat melihat-Nya.
Pengertian tentang Allah yang ada dalam wujud manusia merupakan pengertian yang baru dan sangat mengejutkan, sehingga tidak mengherankan kalau ada banyak orang, termasuk warga gereja sendiri, yang tidak dapat mempercayainya.
Baca Juga: Eksposisi Yohanes 1:14 (Firman Telah Menjadi Manusia)
Respons
3 (tiga) sifat kehadiran Allah, yaitu:
a. Transenden, yakni maha hadir atas segala-galanya.
b. Immanen, yakni dekat dan melekat dengan kehidupan manusia
c. Omnipresent, yakni hadir di mana-mana pada tempat yang berbeda tetapi pada waktu yang sama.
FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA
Di sini kita berhadapan dengan kalimat yang isinya sangat penting. Yohanes menulis kitab Injilnya demi isi yang penting dalam kalimat ini. Ia telah berpikir dan berbicara tentang firman Allah, yaitu firman yang penuh kuasa, kreatif dan dinamis, yang menjadi sarana Allah menjadikan langit dan bumi serta segala isinya. Firman itu juga membimbing, mengarahkan dan mengatur alam semesta dan pikiran manusia. Sifat-sifat firman yang seperti itu sudah diketahui dan merupakan hal yang biasa bagi orang-orang Yahudi dan Yunani.
Dengan kalimat yang terdapat dalam Yohanes 1:14 di atas, Yohanes mau mengatakan hal yang lain, yang mengejutkan dan yang paling sulit masuk akal orang-orang Yahudi dan Yunani. Ia secara sederhana mengatakan: “Firman yang menciptakan dunia ini, dan akal atau pikiran ilahi yang mengendalikan keteraturan dunia ini, telah menjadi seorang pribadi yang dapat kita pandang dan lihat dengan mata telanjang.”
Kata Yunani yang dipakai untuk “melihat” firman ini ialah “theasthai”. Di dalam Perjanjian Baru kata ini dipakai lebih dari dua puluh kali, dan selalu dipakai dalam arti ”melihat dengan mata kepala.” Melihat yang dimaksud bukanlah melihat secara rohani dengan mata iman atau mata hati. Yohanes dengan tegas menyatakan, bahwa firman itu sungguh-sungguh telah datang ke bumi dalam wujud manusia dan dapat dipandang serta dilihat dengan mata manusia biasa. Ia katakan: “Jika kamu ingin melihat rupa dari firman atau akal ilahi yang mengatur dunia ini, lihatlah Yesus yang dari Nazaret itu!”
Di sinilah perbedaan antara Yohanes dengan pikiran-pikiran yang telah ada sebelumnya, Itulah juga hal yang sama sekali baru yang dibawa olehnya ke dalam dunia Yunani, Dan untuk maksud itulah ia menulis kitab Injilnya. Seorang ahli agama Kristen bernama Agustinus mengatakan, bahwa sebelum ia masuk Kristen ia telah membaca dan mempelajari tulisan para ahli filsafat non-Kristen dan tulisan-tulisan lain, tetapi ia tidak pernah menemukan tulisan yang memberitahukan bahwa firman itu telah menjadi daging.
Hal firman menjadi daging merupakan sesuatu yang tidak mungkin di dalam pikiran Yunani. Orang Yunani sama sekali tidak pernah memikirkan bahwa Allah kita bisa hadir dalam wujud badani. Bagi orang Yunani tubuh atau badan itu jahat, rumah penjara tempat jiwa dibelenggu, dan suatu kuburan tempat membatasi ruang gerak roh. Plutarchus, yaitu seorang Yunani yang terpelajar, bahkan tidak percaya bahwa Allah mau secara langsung mengendalikan kejadian-kejadian yang ada di dunia ini.
Kalau Allah harus melakukan hal itu, tentu Ia harus melakukannya dengan bantuan para wakil dan pengantara. Mengapa? Sebab bagi Plutarchus, melibatkan Allah dalam kejadian dan peristiwa di dunia merupakan hujatan yang amat besar. Philo, seorang ahli filsafat lainnya, malah sama sekali tidak pernah berbicara tentang keterlibatan Allah ke dalam dunia. Ia berkata: “Jiwa Allah tidak pernah turun kepada kita manusia; apalagi turunnya itu mengambil wujud badani.” Marcus Aurelius, seorang kaisar Roma yang besar dan pengikut ajaran Stoa, menganggap badan atau tubuh sangat rendah dibandingkan dengan roh. “Oleh karena itu, hinakanlah tubuh daging, tulang dan jaringan yang ada di dalamnya, jaringan saraf yang ruwet, pembuluh-pembuluh darah dan nadi,” “Susunan seluruh tubuh adalah suatu kekacauan.”
Berita yang disampaikan oleh Yohanes merupakan berita yang sangat menggemparkan, bahkan menghancurkan pandangan-pandangan yang disebutkan di atas. Yohanes memberitakan, bahwa Allah dapat dan mau menjadi seorang pribadi manusia, bahwa Allah dapat masuk ke dalam kehidupan kita, bahwa yang kekal itu dapat muncul di dalam waktu, dan bahwa dengan cara-caranya, manusia biasa sungguh-sungguh dapat melihat-Nya.
Pengertian tentang Allah yang ada dalam wujud manusia merupakan pengertian yang baru dan sangat mengejutkan, sehingga tidak mengherankan kalau ada banyak orang, termasuk warga gereja sendiri, yang tidak dapat mempercayainya.
Baca Juga: Eksposisi Yohanes 1:14 (Firman Telah Menjadi Manusia)
Apa yang dikatakan oleh Yohanes ialah bahwa firman itu telah menjadi sarx. Kata Yunani “sarx” adalah kata yang selalu dipakai oleh Paulus untuk menyebut “daging”, Hakekat manusia dengan segala kelemahan serta kemungkinannya untuk jatuh ke dalam dosa. Yang mengejutkan banyak orang adalah justru pikiran yang ada di belakang pemakaian dan pengenaan kata “daging” tersebut bagi Allah. Mereka yang terkejut dan menolak pikiran itu, khususnya para warga gereja waktu itu, ternyata cukup banyak. Mereka lalu membentuk satu kelompok yang disebut kelompok Decotis.
Nama “decotis” berasal dari kata bahasa Yunani “dokein” yang artinya “menyerupai”. Orang-orang docetis itu beranggapan bahwa pada kenyataannya Yesus hanyalah hantu, tubuh manusiawi-Nya bukan tubuh yang nyata, dan Ia tidak bisa merasa lapar, lelah, susah dan duka. Bagi mereka Yesus adalah roh yang tak berbadan, tapi tampak dalam bentuk manusia. Yohanes tidak bisa mengelakkan pertentangan antara dirinya dengan para docetis itu.
Hal itu secara lebih terang tampak di dalam Suratnya yang Pertama. “Demikianlah kita mengenal Roh Allah; setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh yang tidak mengaku Yesus tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh anti Kristus.” (1 Yohanes 4:2-3). Kalau kita lihat lebih jauh, maka jelaslah bahwa docetisme itu muncul dari penilaian yang salah dan yang tidak senang dengan kata-kata yang menyebut Yesus sebagai yang benar-benar, sungguh-sungguh dan nyata-nyata manusia. Bagi Yohanes pandangan para docetis ini bertentangan dengan seluruh Injil Kristen.
Baca Juga: Penerimaan dan Penolakan Terang : Yohanes 1:9-11
Nama “decotis” berasal dari kata bahasa Yunani “dokein” yang artinya “menyerupai”. Orang-orang docetis itu beranggapan bahwa pada kenyataannya Yesus hanyalah hantu, tubuh manusiawi-Nya bukan tubuh yang nyata, dan Ia tidak bisa merasa lapar, lelah, susah dan duka. Bagi mereka Yesus adalah roh yang tak berbadan, tapi tampak dalam bentuk manusia. Yohanes tidak bisa mengelakkan pertentangan antara dirinya dengan para docetis itu.
Hal itu secara lebih terang tampak di dalam Suratnya yang Pertama. “Demikianlah kita mengenal Roh Allah; setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh yang tidak mengaku Yesus tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh anti Kristus.” (1 Yohanes 4:2-3). Kalau kita lihat lebih jauh, maka jelaslah bahwa docetisme itu muncul dari penilaian yang salah dan yang tidak senang dengan kata-kata yang menyebut Yesus sebagai yang benar-benar, sungguh-sungguh dan nyata-nyata manusia. Bagi Yohanes pandangan para docetis ini bertentangan dengan seluruh Injil Kristen.
Baca Juga: Penerimaan dan Penolakan Terang : Yohanes 1:9-11
Kalau kita renungkan, maka kita pun mungkin sering hanya mau menerima kenyataan bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah, dan cenderung melupakan kenyataan yang lain yaitu bahwa Yesus adalah juga sepenuhnya manusia. Kalimat “Firman itu telah menjadi daging” merupakan proklamasi yang agung tentang kemanusiaan Yesus yang sepenuhnya. Proklamasi seperti itu mungkin hanya kita temukan di dalam tulisan Yohanes.
Di dalam Yesus kita melihat bahwa firman Allah yang kuasa mencipta itu mengambil wujud manusia bagi diri-Nya sendiri. Di dalam Yesus kita melihat akal Allah, yang berkuasa mengendalikan segala sesuatu, mengambil wujud manusia untuk diri-Nya sendiri. Di dalam Yesus kita melihat Allah yang hidup secara manusiawi. Di dalam Yesus kita melihat kehidupan manusiawi yang benar. Dan kehidupan yang seperti itulah yang Allah kehendaki dari kita semua. Amin.
Di dalam Yesus kita melihat bahwa firman Allah yang kuasa mencipta itu mengambil wujud manusia bagi diri-Nya sendiri. Di dalam Yesus kita melihat akal Allah, yang berkuasa mengendalikan segala sesuatu, mengambil wujud manusia untuk diri-Nya sendiri. Di dalam Yesus kita melihat Allah yang hidup secara manusiawi. Di dalam Yesus kita melihat kehidupan manusiawi yang benar. Dan kehidupan yang seperti itulah yang Allah kehendaki dari kita semua. Amin.
dalam teologi Kristen dikenal pemahaman bahwa ada 3 (tiga) sifat kehadiran
Allah, yaitu:
a. Transenden, yakni maha hadir atas segala-galanya.
b. Immanen, yakni dekat dan melekat dengan kehidupan manusia
c. Omnipresent, yakni hadir di mana-mana pada tempat yang berbeda tetapi
pada waktu yang sama. Dengan demikian sekalipun Allah menjadi
manusia didalam Yesus Kristus, itu bukan berarti Allah tidak berada di
sorga, dan sekalipun Yesus pernah mati, itu bukan berarti Allah telah mati,
sebab Allah itu Omnipresent dan bagi dia tidak ada yang mustahil,
a. Transenden, yakni maha hadir atas segala-galanya.
b. Immanen, yakni dekat dan melekat dengan kehidupan manusia
c. Omnipresent, yakni hadir di mana-mana pada tempat yang berbeda tetapi pada waktu yang sama.
Dengan demikian sekalipun Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus, itu bukan berarti Allah tidak berada di surga, dan sekalipun Yesus pernah mati, itu bukan berarti Allah telah mati, sebab Allah itu Omnipresent dan bagi dia tidak ada yang mustahil,
QnA
1. Apa yang dimaksud dengan "Firman" dalam Yohanes 1:14?
Dalam Yohanes 1:14, "Firman" merujuk kepada Yesus Kristus. Ayat tersebut mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Firman ini mengacu pada inkarnasi Yesus, yaitu ketika Allah yang kekal menjadi manusia melalui kelahiran-Nya di dunia ini. Firman juga merujuk kepada kekekalan dan kuasa-Nya sebagai Allah. Dalam konteks ini, Yohanes ingin menekankan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia
2. Mengapa inkarnasi Yesus Kristus penting bagi umat Kristen?
Inkarnasi Yesus Kristus adalah doktrin sentral dalam iman Kristen yang menyatakan bahwa Allah, dalam pribadi-Nya yang kedua, yaitu Anak, menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Pentingnya inkarnasi bagi umat Kristen dapat dijelaskan melalui beberapa alasan:
Penyelamatan: Inkarnasi adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kematian. Dalam diri Yesus Kristus, Allah menjadi manusia untuk mengorbankan diri-Nya sebagai tebusan bagi dosa-dosa umat manusia. Melalui inkarnasi dan karya penebusan-Nya, umat Kristen percaya bahwa mereka dapat menerima pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Teladan hidup: Dalam inkarnasi, Yesus Kristus memberikan teladan hidup yang sempurna bagi umat Kristen. Ia menunjukkan bagaimana hidup yang benar harus dilakukan melalui ajaran-Nya, sikap-Nya yang penuh kasih, dan perbuatan-Nya yang mengasihi sesama. Inkarnasi mengajarkan umat Kristen untuk mengikuti teladan hidup Kristus dalam mengasihi dan melayani orang lain.
Keterhubungan dengan Allah: Melalui inkarnasi, Yesus Kristus memungkinkan umat Kristen untuk memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Dalam diri-Nya yang manusia, Allah dapat didekati dan dikenal oleh manusia. Inkarnasi memperlihatkan kerinduan Allah untuk berhubungan dengan umat-Nya secara langsung.
Pembaharuan dan pemulihan: Inkarnasi juga mengandung makna pemulihan dan pembaharuan. Dalam diri Yesus Kristus, Allah memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dan-Nya yang terjadi akibat dosa. Melalui inkarnasi, Allah membawa pembaruan dan pemulihan kepada umat manusia.
Penggenapan nubuat: Inkarnasi Yesus Kristus juga merupakan penggenapan nubuat-nubuat dalam Alkitab tentang Mesias yang akan datang. Dalam diri Yesus Kristus, nubuat-nubuat ini menjadi kenyataan dan memberikan keyakinan kepada umat Kristen bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dinantikan.
Secara keseluruhan, inkarnasi Yesus Kristus penting bagi umat Kristen karena melalui inkarnasi, Allah menyatakan kasih-Nya kepada manusia, memberikan teladan hidup yang sempurna, memungkinkan hubungan pribadi dengan-Nya, memulihkan hubungan yang rusak, dan menggenapi nubuat-nubuat Alkitab tentang Mesias.
3. Bagaimana inkarnasi Yesus Kristus memperlihatkan kasih Allah yang besar terhadap manusia?
Inkarnasi Yesus Kristus adalah manifestasi kasih Allah yang besar terhadap manusia. Dalam Yohanes 1:14, dikatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia. Inkarnasi mengacu pada saat Allah yang kekal dan tak terlihat, yaitu Firman, menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kristus.
Melalui inkarnasi, Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada manusia dengan beberapa cara:
Identifikasi dengan manusia: Melalui inkarnasi, Allah mengidentifikasi diri-Nya dengan manusia. Yesus Kristus, sebagai Allah yang menjadi manusia, mengalami kehidupan manusia dengan segala keterbatasannya. Ini menunjukkan bahwa Allah memahami dan peduli terhadap penderitaan dan kesulitan manusia.
Pengorbanan yang besar: Inkarnasi juga menunjukkan kasih Allah yang besar melalui pengorbanan-Nya. Yesus Kristus datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa manusia melalui kematian-Nya di salib. Ini adalah tindakan kasih yang tak terbandingkan, di mana Allah sendiri mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.
Memberikan contoh hidup yang sempurna: Inkarnasi juga memperlihatkan kasih Allah yang besar melalui contoh hidup yang diberikan oleh Yesus Kristus. Ia hidup dengan sempurna dan mengajarkan tentang kasih, belas kasihan, dan pengampunan Allah kepada manusia. Melalui kehidupan-Nya, Yesus mengajak manusia untuk mengikuti jalan kasih Allah.
Dengan demikian, inkarnasi Yesus Kristus adalah bukti nyata dari kasih Allah yang besar terhadap manusia. Melalui inkarnasi, Allah menunjukkan kepedulian-Nya, pengorbanan-Nya, dan memberikan contoh hidup yang sempurna bagi umat manusia.
4. Apa yang dapat kita pelajari dari Firman Allah yang menjadi manusia?
Firman Allah yang menjadi manusia mengajarkan kepada kita bahwa Allah begitu mengasihi manusia sehingga Dia sendiri turun ke dunia sebagai manusia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan maut. Dalam diri Yesus Kristus, Firman Allah yang menjadi manusia, kita dapat melihat kasih karunia, kebenaran, dan kehidupan yang sejati. Selain itu, hal ini juga mengajarkan kepada kita tentang kerendahan hati, pengorbanan, dan pelayanan kepada sesama sebagai contoh yang harus kita ikuti. Firman Allah yang menjadi manusia juga menunjukkan bahwa Allah selalu hadir di tengah-tengah kita dan Dia ingin kita memahami bahwa kita tidak pernah sendiri dalam perjalanan hidup ini.
Dalam Yohanes 1:14, "Firman" merujuk kepada Yesus Kristus. Ayat tersebut mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Firman ini mengacu pada inkarnasi Yesus, yaitu ketika Allah yang kekal menjadi manusia melalui kelahiran-Nya di dunia ini. Firman juga merujuk kepada kekekalan dan kuasa-Nya sebagai Allah. Dalam konteks ini, Yohanes ingin menekankan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia
2. Mengapa inkarnasi Yesus Kristus penting bagi umat Kristen?
Inkarnasi Yesus Kristus adalah doktrin sentral dalam iman Kristen yang menyatakan bahwa Allah, dalam pribadi-Nya yang kedua, yaitu Anak, menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Pentingnya inkarnasi bagi umat Kristen dapat dijelaskan melalui beberapa alasan:
Penyelamatan: Inkarnasi adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kematian. Dalam diri Yesus Kristus, Allah menjadi manusia untuk mengorbankan diri-Nya sebagai tebusan bagi dosa-dosa umat manusia. Melalui inkarnasi dan karya penebusan-Nya, umat Kristen percaya bahwa mereka dapat menerima pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Teladan hidup: Dalam inkarnasi, Yesus Kristus memberikan teladan hidup yang sempurna bagi umat Kristen. Ia menunjukkan bagaimana hidup yang benar harus dilakukan melalui ajaran-Nya, sikap-Nya yang penuh kasih, dan perbuatan-Nya yang mengasihi sesama. Inkarnasi mengajarkan umat Kristen untuk mengikuti teladan hidup Kristus dalam mengasihi dan melayani orang lain.
Keterhubungan dengan Allah: Melalui inkarnasi, Yesus Kristus memungkinkan umat Kristen untuk memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Dalam diri-Nya yang manusia, Allah dapat didekati dan dikenal oleh manusia. Inkarnasi memperlihatkan kerinduan Allah untuk berhubungan dengan umat-Nya secara langsung.
Pembaharuan dan pemulihan: Inkarnasi juga mengandung makna pemulihan dan pembaharuan. Dalam diri Yesus Kristus, Allah memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dan-Nya yang terjadi akibat dosa. Melalui inkarnasi, Allah membawa pembaruan dan pemulihan kepada umat manusia.
Penggenapan nubuat: Inkarnasi Yesus Kristus juga merupakan penggenapan nubuat-nubuat dalam Alkitab tentang Mesias yang akan datang. Dalam diri Yesus Kristus, nubuat-nubuat ini menjadi kenyataan dan memberikan keyakinan kepada umat Kristen bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dinantikan.
Secara keseluruhan, inkarnasi Yesus Kristus penting bagi umat Kristen karena melalui inkarnasi, Allah menyatakan kasih-Nya kepada manusia, memberikan teladan hidup yang sempurna, memungkinkan hubungan pribadi dengan-Nya, memulihkan hubungan yang rusak, dan menggenapi nubuat-nubuat Alkitab tentang Mesias.
3. Bagaimana inkarnasi Yesus Kristus memperlihatkan kasih Allah yang besar terhadap manusia?
Inkarnasi Yesus Kristus adalah manifestasi kasih Allah yang besar terhadap manusia. Dalam Yohanes 1:14, dikatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia. Inkarnasi mengacu pada saat Allah yang kekal dan tak terlihat, yaitu Firman, menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kristus.
Melalui inkarnasi, Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada manusia dengan beberapa cara:
Identifikasi dengan manusia: Melalui inkarnasi, Allah mengidentifikasi diri-Nya dengan manusia. Yesus Kristus, sebagai Allah yang menjadi manusia, mengalami kehidupan manusia dengan segala keterbatasannya. Ini menunjukkan bahwa Allah memahami dan peduli terhadap penderitaan dan kesulitan manusia.
Pengorbanan yang besar: Inkarnasi juga menunjukkan kasih Allah yang besar melalui pengorbanan-Nya. Yesus Kristus datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa manusia melalui kematian-Nya di salib. Ini adalah tindakan kasih yang tak terbandingkan, di mana Allah sendiri mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.
Memberikan contoh hidup yang sempurna: Inkarnasi juga memperlihatkan kasih Allah yang besar melalui contoh hidup yang diberikan oleh Yesus Kristus. Ia hidup dengan sempurna dan mengajarkan tentang kasih, belas kasihan, dan pengampunan Allah kepada manusia. Melalui kehidupan-Nya, Yesus mengajak manusia untuk mengikuti jalan kasih Allah.
Dengan demikian, inkarnasi Yesus Kristus adalah bukti nyata dari kasih Allah yang besar terhadap manusia. Melalui inkarnasi, Allah menunjukkan kepedulian-Nya, pengorbanan-Nya, dan memberikan contoh hidup yang sempurna bagi umat manusia.
4. Apa yang dapat kita pelajari dari Firman Allah yang menjadi manusia?
Firman Allah yang menjadi manusia mengajarkan kepada kita bahwa Allah begitu mengasihi manusia sehingga Dia sendiri turun ke dunia sebagai manusia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan maut. Dalam diri Yesus Kristus, Firman Allah yang menjadi manusia, kita dapat melihat kasih karunia, kebenaran, dan kehidupan yang sejati. Selain itu, hal ini juga mengajarkan kepada kita tentang kerendahan hati, pengorbanan, dan pelayanan kepada sesama sebagai contoh yang harus kita ikuti. Firman Allah yang menjadi manusia juga menunjukkan bahwa Allah selalu hadir di tengah-tengah kita dan Dia ingin kita memahami bahwa kita tidak pernah sendiri dalam perjalanan hidup ini.