MODEL PENGAJARAN YESUS DI INJIL MATIUS

Di tengah-tengah pandemi yang melanda seluruh dunia dan juga mempengaruhi segala sektor termasuk didalam-Nya sektor pendidikan tentunya guru akan mengalami tantangan di dalam mengajar seperti kejenuhan, kebosanan, rasa capek, bahkan lelah dalam berpikir. Seorang guru Pendidikan agama Kristen harus berani dalam menghadapi masalah pendidikan di tengah pandemi. 

Guru pendidikan agama Kristen dalam mengajar harus berkemampuan tinggi dan berkarakter seperti Yesus sebagai Guru Agung. Yohanes 3:13 murid-muridnya memanggil-Nya Guru dan Tuhan. Tuhan Yesus memberikan teladan yang begitu sempurna tidak hanya mengajar tetapi juga melayani bahkan membasuh kaki murid-murid-Nya menunjukkan teladan kerendahan hati sehingga murid-murid-Nya merasakan belas kasihan dari pada-Nya
MODEL PENGAJARAN YESUS DI INJIL MATIUS
Dalam Kitab Injil Matius dapat dikatakan bahwa Yesus telah menyediakan lingkungan belajar yang tidak monoton, hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus, Yesus mengajar tidak dibatasi oleh ruang kelas, mengajar dengan segala umur, segala status sosial, tetapi hasilnya dapat mengubah semua orang yang mendengarnya. Peran model dan strategi pengajaran Yesus dalam mengajar sangat berpengaruh dan memiliki dampak yang sangat besar terhadap murid-murid-Nya.

Adapun model-model pengajaran Yesus di Injil Matius antara lain:

I. Model pembelajaran kooperatif (cooperative Learning)

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Dengan arti lain manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, memiliki tujuan dan peran serta tanggung jawab yang sama. Dengan kenyataan keberadaan manusia sebagai makhluk sosial maka belajar berkelompok cocok untuk dilakukan di mana peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Berlatih untuk berinteraksi, berkomunikasi, bersosialisasi dengan orang lain, berlatih untuk hidup bermasyarakat sehingga mampu untuk menyadari kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara berkelompok untuk bekerja sama dan saling membantu mengonstruksikan konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta pertanggungjawaban hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-metode, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

Matius 26:17-19 merupakan salah satu contoh pembelajaran yang diberikan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya. Yesus menuntun mereka untuk bekerja sama dalam mempersiapkan perayaan Paskah. Dan respons yang kooperatif dari murid-murid-Nya melakukan apa yang diperintahkan Yesus Sang Guru Agung membawa perubahan yang sangat luar biasa bagi murid-murid-Nya yang patut diteladani oleh guru-guru pendidikan agama Kristen. Metode ceramah juga merupakan metode kooperatif learning yang diajarkan oleh Yesus sekaligus membimbing murid-murid-Nya mengamalkan apa yang sudah mereka terima (Matius 10).

II. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang diawali dengan tanya jawab secara lisan berhubungan dengan kehidupan nyata peserta didik, sehingga manfaat dari materi yang disajikan memunculkan motivasi belajar bagi siswa, siswa merasakan pembelajaran yang menyenangkan, nyaman dan kondusif. 

Pada prinsipnya pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran di mana siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menjadi penonton, dan kemudian mencatat, tetapi peserta didik mengalami pengembangan kemampuan bersosialisasi, metode pembelajaran ini dapat dipraktikkan dengan metode pembelajaran yang Yesus lakukan.

1. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang sering Yesus gunakan dalam mengajar, sekalipun metode ini memang telah banyak dipakai oleh para Guru dan Rabi sejak lama. Matius 22 : 34 – 40 memaparkan tentang tanya jawab orang-orang Farisi dengan Tuhan Yesus mengenai Hukum yang terutama. Meskipun pertanyaan yang diajukan oleh orang Farisi hanya untuk mencobai Tuhan Yesus, tetapi sebagai guru yang baik Yesus menjawab dengan tepat dan bijaksana. Matius 22 : 40 – 41 merupakan tanya jawab antara Yesus dengan orang Farisi tentang anak Daud, sehingga jawaban Yesus yang sangat tegas membuat orang Farisi harus berpikir secara mendalam dengan pertanyaan yang sulit. 

Matius 21 : 23 – 27 merupakan pertanyaan Imam – Imam kepala beserta tua – tua orang Yahudi kepada Tuhan Yesus dengan kuasa mana Yesus melakukan semua perbuatan-Nya, tetapi Tuhan Yesus tahu bahwa mereka hanya menjebak-Nya saja. Pengajaran yang Yesus terapkan kepada murid – murid-Nya juga dievaluasi Matius 8 : 23 – 27, Matius 14 : 27 – 33 dengan tujuan mengukur sejauh mana murid – murid-Nya menerima, menyerap kemudian melakukan atau mempraktikkan apa yang telah Yesus ajarkan kepada mereka.

2. Metode pembelajaran cerita

Tuhan Yesus penerimaan yang Ahli menyampaikan kebenaran melalui cerita Yesus dalam pengajaran-Nya memacu Individu per Individu untuk terus berpikir. Metode ini sering dibawakan dengan perumpamaan bentuk yang paling terkenal dari ajaran-Nya dengan cara kreatif melibatkan setiap individu dalam pengajaran-Nya. Matius 7 : 24 – 29 merupakan bukti bahwa dalam mengajar Yesus menggunakan beberapa metode. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah ceramah, bercerita, dan perumpamaan.

Di awal pengajaran-Nya Yesus memakai metode ceramah. Dalam Matius 5 – 7 ketika Yesus mengajar orang banyak dan murid – murid-Nya di bukit Yesus menggunakan metode ceramah dengan tujuan untuk menyampaikan pengetahuan kepada pendengar-Nya. Harapan Yesus adalah agar murid – murid-Nya dan orang – orang banyak mengerti ajaran-Nya.

Guru diharapkan lebih aktif untuk berbicara melalui metode ceramah dan peserta didik mendengar-Nya dengan diam. Meskipun peserta didik pasif dalam metode ceramah karena hanya diam mendengar, guru harus menggunakan pendahuluan menarik dengan kata – kata yang sangat penting 12 kompetensi pedagogi untuk merangsang personal yang mendengar-Nya.

3. Metode pengajaran berbasis masalah

Pengajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode dalam pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam menyampaikan pengetahuan baru memecahkan masalah kemudian memperoleh pengetahuan Model pembelajaran ini ditandai dengan persoalan atau masalah nyata, a real problem sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar kritis dengan keterampilan memecahkan masalah kemudian memperoleh pengetahuan. 

Metode pembelajaran berbasis masalah yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Model ini sering diterapkan oleh Yesus bersamaan dengan metode demonstran. Metode demonstran merupakan metode yang sangat efektif karena membantu peserta didik untuk mendapatkan jawaban dari usahanya sendiri berdasarkan fakta atau data yang sebenarnya. Dapat dikatakan bahwa metode demonstran adalah metode mengajar dengan jalan guru atau orang lain (yang sengaja diminta) ataupun siswa sendiri memperlihatkan atau mempertunjukkan gerakan-gerakan, suatu proses (bekerjanya sesuatu, mengerjakan tindakan) dengan prosedur yang benar disertai keterangan-keterangan kepada seluruh kelas. 

Para siswa mengamati dengan teliti, seksama dengan penuh perhatian dan partisipasi. Metode demonstran juga melibatkan siswa secara langsung untuk bertindak demi untuk mencapai sesuatu atau dengan kata lain siswa bertindak secara langsung untuk mendapatkan pengetahuan.

Metode ini mengajak siswa untuk bertindak lebih rasional sehingga peserta didik mampu melihat peluang untuk menyelesaikan setiap masalah dengan belajar dari data dan fakta. Contoh metode demonstran terdapat dalam Matius 8:1-7 di mana ayat ini berbicara tentang mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Metode ini sangat relevan untuk menyajikan materi yang harus ditunjukkan kepada pendengar.

4. Metode Peragaan

Tuhan Yesus juga sering menggunakan metode peragaan dalam mengajar. Metode ini digunakan untuk menunjukkan atau memperagakan objek-objek yang nyata agar dapat dilihat langsung oleh murid-murid-Nya. Contoh dalam kitab Matius 6:25-34 ketika Yesus sedang mengajar tentang kekawatiran, yang sering menghantui kehidupan umat manusia, Yesus memakai alat peraga yang sangat sederhana dengan menunjukkan cara burung-burung di udara yang tidak menabur tetapi tetap mendapat makanan. 

Matius 6:25-34 bagaimana bunga-bunga di padang tidak memintal tetapi Tuhan hiasi dengan keindahan. Metode ini menggugah imajinasi dan daya pikir sehingga semakin memahami inti ajaran yang disampaikannya.

5. Metode Perumpamaan

Perumpamaan merupakan suatu lukisan atau cerita yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari. Kelebihan dari metode menggunakan perumpamaan adalah mudah diingat, karena peserta didik dapat membayangkan peristiwa-peristiwa dalam cerita yang sedang didengarkan.

Baca Juga: 10 Keunikan Pengajaran Yesus

Apabila dilihat dari Alkitab maka dapat dikatakan bahwa bahwa tujuan perumpamaan adalah untuk menyampaikan pesan keselamatan dengan cara yang sederhana dan jelas sehingga peserta didik dapat mengerti dan mempraktikkan dalam hidup dan tingkah lakunya.

Ada beberapa perumpamaan Tuhan Yesus dalam Injil Matius adalah sebagai berikut: Perumpamaan tentang pelita dan kaki dian (Matius 5:15)

Perumpamaan tentang kain yang baru dan baju yang baru (Matius 9:16)

Perumpamaan tentang seorang penabur (Matius 13:1-23)

Perumpamaan tentang lalang di antara gandum (Matius 13:24-30)

Perumpamaan tentang harta terpendam (Matius 13:44-46)

Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Matius 13:31-42)

Perumpamaan tentang pukat (Matius 13:47-52)

Perumpamaan tentang mutiara yang berharga (Matius 13:45-46)

Perumpamaan tentang hamba yang tidak mau mengampuni (Matius 18:21-35)

Perumpamaan tentang dua orang anak (Matius 21:28-32)

Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur (Matius 21:33-46)

Perumpamaan tentang perjamuan kawin (Matius 22:1-14)

Perumpamaan tentang pohon arah (Matius 24:32-35)

Perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-40)

Metode perumpamaan ini sering digunakan oleh Tuhan Yesus dalam pembelajaran, untuk melatih dan mendidik para pendengar-Nya agar berpikir dan memahami sebuah kebenaran dai materi yang diajarkan.

6. Metode Keteladanan

Tuhan Yesus dalam sepanjang kehidupan-Nya selalu membawa perubahan yang sangat signifikan bagi setiap orang yang ditemuinya. Yesus Sang Guru Agung layak diteladani dalam seluruh aspek kehidupannya. Yesus selalu menyatakan kasih dan kebenaran Allah kepada murid-murid-Nya. Tuhan Yesus secara sempurna mencontohkan kasih dan perbuatan-Nya kepada murid-murid-Nya. Yesus rela mengorbankan diri dan nyawa-Nya demi membuktikan kasih-Nya kepada umat manusia yang berdosa, dan memerdekakannya dari jerat dosa dan hukuman kekal. (Yohanes 3:16; Roma 3:23).

Keteladanan berikutnya adalah kepada Bapa (Matius 26:39). Itulah ketaatan yang sempurna yang diteladankan oleh Tuhan Yesus sebagai guru agung bagi umat manusia sebagai peserta didik-Nya. Sunarko dalam tulisannya mengatakan bahwa Yesus dalam mengajar sangat praktis dan menarik. 

Yesus mengajar tidak sekedar mengajar atau mengajar secara Cuma-cuma tetapi selalu menyampaikan ajarannya sesuai dengan kebutuhan murid- murid-Nya (Matius 9:36), selalu terhubung dengan nilai-nilai Firman Tuhan (Alkitab) seperti khotbahnya di bukit (Matius 5). Yesus memiliki keahlian dalam mengajar di mana Yesus mampu menyampaikan pesan atau informasi kepada murid-Nya menggunakan bahasa yang tegas dan membangun.
Next Post Previous Post