AMSAL 3:13-20 : KEBAHAGIAAN ORANG-ORANG YANG MENDAPAT HIKMAT

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : AMSAL 3:13-20.

KELUHURAN HIKMAT; KEBAHAGIAAN ORANG-ORANG YANG MENDAPAT HIKMAT.

Salomo telah benar-benar mendorong kita untuk mencari hikmat dengan bersungguh-sungguh (2:1 dst.), dan telah meyakinkan kita bahwa kita akan berhasil jika terus mencarinya dengan sungguh-sungguh. Tetapi pertanyaannya adalah, apakah gerangan yang akan kita dapatkan dari hikmat itu setelah kita berhasil menemukannya? Ketekunan pangkal keberhasilan.
KEBAHAGIAAN ORANG-ORANG YANG MENDAPAT HIKMAT: AMSAL 3:13-20
Oleh karena itulah dia memperlihatkan kepada kita betapa besarnya keuntungan yang akan kita dapatkan, dengan cara memaparkan kebenaran yang tidak bisa disangkal lagi, yaitu berbahagialah orang yang menemukan hikmat, yaitu hikmat sejati yang berupa pengenalan akan Allah dan kasih kepada-Nya, serta ketaatan terhadap segala maksud dari kebenaran, pemeliharaan dan hukum-hukum-Nya.
Kini perhatikanlah:

[I]. Apa sesungguhnya makna menemukan hikmat itu sampai bisa membuat kita berbahagia karenanya.

1. Kita harus mendapatkannya. Berbahagialah orang yang setelah menemukan hikmat juga menjadikannya sebagai miliknya, yang mendapatkan keuntungan di dalamnya dan juga memilikinya, yang menarik kepandaian (demikianlah arti kata aslinya), yaitu:

(a). yang memperolehnya dari Allah. Oleh karena dia tidak memiliki hikmat seperti itu di dalam dirinya sendiri, maka dia menimbanya dengan keranjang doa, dari sumber segala hikmat, yang memberikannya dengan murah hati.

(b). yang bersusah payah mendapatkannya, seperti orang yang menggali bijih besi dari pertambangan. Jika hikmat itu tidak bisa diperoleh dengan mudah, maka kita harus mengerahkan lebih banyak tenaga untuk mendapatkannya.

(c). yang memanfaatkannya baik-baik, yaitu orang yang memperdalam pemahamannya dengan terus bertumbuh di dalam pengetahuan dan melipatgandakan karunia yang ia miliki (melipat-gandakan lima talenta menjadi sepuluh).

(d). yang menggunakan hikmat itu untuk melakukan kebaikan, yang mengambil keluar dari perbendaharaannya, seperti mengeluarkan anggur dari gentongnya, dan menyampaikan harta yang baru dan yang lama itu kepada orang lain demi kebaikan mereka. Sesuatu yang diperoleh dengan baik dan untuk maksud yang baik adalah yang digunakan untuk tujuan yang baik.

2. Kita harus menukarkan sesuatu untuk mendapatkannya. Di sini kita membaca mengenai hikmat sebagai sebuah usaha, yang menegaskan:

(a). Bahwa kita harus menjadikannya sebagai urusan utama kita dan bukan hanya pekerjaan sampingan, seperti seorang pedagang yang menaruh seluruh perhatian dan waktunya kepada barang-barang dagangannya.

(b). Bahwa kita harus mempertaruhkan segalanya demi memperoleh hikmat, seperti modal yang dipakai untuk berdagang, dan harus bersedia untuk melepaskan semuanya itu demi untuk mendapatkan hikmat. Inilah mutiara berharga yang jika kita temukan akan membuat kita rela menjual semua harta benda hanya untuk membelinya (Matius 13:45-46). Belilah kebenaran (23:23). Dia tidak mencantumkan berapa harganya, sebab kita harus membelinya, berapa pun harganya, daripada harus kehilangan hikmat.

3. Kita harus menggenggamnya erat-erat, seakan-akan sedang merengkuh sebuah tawaran baik yang ditawarkan kepada kita, yang pasti akan kita lakukan dengan semakin berhati-hati lagi jika ada risiko kehilangan tawaran itu. Kita harus mengerahkan segenap kekuatan kita dan berusaha dengan semampu kita untuk mengejar hikmat itu. Kita harus menggunakan semua kesempatan untuk memanfaatkannya dan meraih prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.

4. Kita harus menyimpannya. Meraih hikmat saja tidaklah cukup, tetapi kita juga harus terus mempertahankannya dengan teguh, dengan tekad untuk tidak pernah kehilangan hikmat. Kita harus bertekun di jalan-jalan hikmat sampai pada kesudahannya. Kita harus menanggungnya (demikianlah yang diartikan sebagian orang), harus merengkuhnya dengan segenap kekuatan kita, sebagaimana kita memeluk sesuatu yang ingin kita sokong. Kita harus berupaya semampu kita untuk mempertahankan kepentingan-kepentingan agama yang kian menurun di tempat kita berada.

[II]. Kebahagiaan macam apa yang akan diperoleh orang-orang yang menemukannya.

1. Kebahagiaan yang tidak terperikan, lebih daripada yang dapat ditemukan di dalam kekayaan di dunia ini, seandainya kita memiliki banyak kekayaan itu (Amsal 3: 14-15). Hikmat, Kristus, dan anugerah, serta berkat-berkat rohani bukan saja lebih terjamin, tetapi juga lebih menguntungkan untuk dicari bila dibandingkan dengan perak, emas, dan permata. Seandainya ada orang yang memiliki benda-benda itu dengan berkelimpahan, bahkan memiliki segala sesuatu yang diingininya di dunia ini (tapi siapakah yang benar-benar dapat memiliki semua itu?), namun:

(a). Semua itu tidak akan mampu membeli hikmat sorgawi. Tidak, harta benda itu pasti akan dihina. Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni (Ayub 28:15, dst.).

(b). Semua itu tidak akan menggantikan kekurangan hikmat sorgawi, juga tidak dapat dijadikan tebusan bagi jiwa yang terhilang oleh karena kebebalannya sendiri.

(c). Di dunia ini, semua itu tidak akan membuat seseorang begitu bahagia seperti orang-orang lain yang memiliki hikmat sejati, sekalipun mereka tidak memiliki harta benda tersebut.

(d). Hikmat sorgawi akan memberikan kepada kita dan menjamin harta yang tidak dapat dibeli dengan perak, emas ataupun permata.

2. Kebahagiaan yang sejati, sebab kebahagiaan itu mencakup dan sama dengan segala sesuatu yang dapat menyenangkan manusia (Amsal 3:16-17). Di sini hikmat, digambarkan sebagai seorang ratu yang cemerlang dan berkelimpahan, yang mengulurkan hadiah-hadiah kepada rakyatnya yang setia kepadanya dan yang mengasihinya, dan menawarkan semua itu kepada semua orang yang bersedia tunduk di bawah pemerintahannya.

(a). Apakah umur panjang merupakan sebuah berkat? Ya, berkat yang paling berharga. Hidup ini mencakup semua hal yang baik, dan karena itulah hikmat menawarkannya dengan tangan kanannya. Agama mengajari kita cara-cara terbaik untuk memiliki umur panjang dan melayakkan kita untuk menerima janji itu. Sekalipun jumlah hari kita di dunia ini sama dengan hari-hari yang dimiliki orang lain, tetapi agama akan menjamin kehidupan yang kekal di dunia yang lebih baik lagi nanti.

(b). Apakah kekayaan dan kehormatan merupakan berkat juga? Begitulah, dan karena itulah hikmat mengulurkannya dengan tangan kirinya. Sebab, sebagaimana dia siap untuk merengkuh orang-orang yang tunduk kepadanya dengan kedua tangannya, demikianlah pula dia siap untuk memberkati mereka dengan kedua tangannya itu. Mereka akan memiliki kekayaan dunia ini, sejauh yang dipandang baik oleh Sang Hikmat Tidak Terbatas.

Sementara itu, kekayaan sejati yang membuat mereka kaya di hadapan Allah, disimpan baik-baik bagi mereka. Tidak ada kehormatan, baik yang diperoleh melalui kelahiran ataupun kedudukan, yang dapat menandingi kehormatan rohani, sebab kehormatan itu membuat orang benar lebih cemerlang daripada orang-orang lain di sekeliling mereka. Kehormatan itu juga menjadikan mereka baik di hadapan Allah, menimbulkan rasa hormat dan kekaguman dari orang-orang saleh lainnya di dunia ini, dan di dunia yang akan datang akan membuat segala hal yang kini tersembunyi menjadi bersinar terang bagaikan mentari.

(c). Apakah kesenangan itu merupakan sesuatu yang paling diinginkan? Benar begitu, dan kesalehan sejati pastinya mengandung kesenangan sejati terbesar. Jalannya adalah jalan penuh bahagia. Kita akan mendapati jalan-jalan yang ia tunjukkan untuk kita jalani penuh dengan kesenangan dan kepuasaan.

Segala kenikmatan dan hiburan lahiriah tidaklah sanggup menandingi kesenangan yang dimiliki oleh jiwa-jiwa yang penuh anugerah yang mereka dapatkan melalui persekutuan dengan Allah dan melakukan yang baik. Kita wajib menjalani satu-satunya jalan benar yang akan memimpin kita kepada tujuan akhir hidup kita, suka ataupun tidak, menyenangkan ataupun tidak. Walaupun begitu, jalan agama bukan saja jalan yang benar, tetapi juga jalan yang menyenangkan. Jalan itu mulus dan bersih, dihiasi bunga-bunga yang indah: segala jalannya sejahtera semata-mata.

Damai sejahtera tidak saja menanti di akhir perjalanan, tetapi di sepanjang jalan. Bukan saja dalam jalan agama secara umum, tetapi dalam setiap jalan kecil di dalamnya, dalam segala jalan setapaknya, segenap tindakan, contoh dan kewajiban di dalamnya. Yang satu tidak lantas memahitkan apa yang telah dimaniskan oleh yang lainnya, sebagaimana yang biasa terjadi dalam hal-hal di dunia ini. Sebaliknya, semuanya adalah damai sejahtera, yang tidak hanya manis, tetapi juga aman. Para orang kudus memasuki damai sejahtera sorgawi ini, dan menikmati masa sabat kini.

3. Kebahagiaan firdaus (Amsal 3:18): Ia menjadi pohon kehidupan. Bagi jiwa, karunia sejati bagaikan pohon kehidupan, yang telah terenggut dari leluhur kita karena mereka memakan buah dari pohon terlarang. Karunia itu merupakan benih kekekalan, sumber air hidup, memancar-kan kehidupan abadi. Ia menjadi pertanda dari Yerusalem Baru, yang di tengah-tengahnya terdapat pohon kehidupan (Wahyu 22:2; 2:7). Orang-orang yang makan dan berpesta dengan hikmat sorgawi ini bukan hanya akan dipulihkan dari segala penyakit mematikan, tetapi juga akan memperoleh obat penawar penuaan dan kematian. Mereka akan memakannya dan hidup untuk selama-lamanya.

4. Kebahagiaan itu merupakan bagian dari kebahagiaan di dalam Allah sendiri, sebab hikmat adalah kemuliaan dan keagungan abadi-Nya (Amsal 3:19-20). Inilah yang harus membuat kita mengasihi hikmat dan pengertian yang diberikan oleh Allah, yaitu bahwa dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, sehingga dasar bumi tidak dapat diguncangkan atau gagal memenuhi semua maksud penciptaan, yang telah disesuaikan dengan begitu luar biasanya. Dengan pengertian, Dia juga telah memasang langit dengan segala yang ada di sana dan mengarahkan segala pergerakannya dengan cara yang terbaik.


Benda-benda langit berukuran sangat besar, tetapi tidak ada cacat di dalamnya. Jumlahnya juga banyak, tetapi tidak ada kekacauan dalam penataannya. Pergerakannya cepat, tetapi tidak pernah usang. Samudra raya berpencaran, dan dari sanalah muncul air di bawah cakrawala. Awan menitikkan embun, yaitu air dari atas cakrawala, dan semua itu terjadi oleh karena hikmat dan pengetahuan ilahi.
Oleh karena itu, berbahagialah orang yang menemukan hikmat, sebab dia akan sepenuhnya diperlengkapi untuk menghasilkan perkataan dan perbuatan yang baik.

Kristus adalah Hikmat itu, oleh Dialah dunia diciptakan dan masih tetap ada. Oleh karena itu, berbahagialah orang-orang yang memandang-Nya sebagai hikmat Allah, sebab Dia sanggup menepati janji-janji akan umur panjang, kekayaan dan kehormatan. Sebab, segala kekayaan di sorga, bumi dan samudra raya adalah milik-Nya.
Next Post Previous Post