Memahami dan Menerapkan 5 Prinsip Iman Pahlawan-pahlawan Iman: Ibrani 11:1-40
Pertama, Hidup Perpusat Kepada Tuhan.
Saksi-saksi iman dalam Ibrani 11:1-40 memberikan tinjauan teologis bahwa mereka adalah pribadi yang selalu berfokus kepada Tuhan. Salah satu contohnya adalah Henokh yang hidupnya mencari Allah dengan sungguh-sungguh dan berpusat kepada Allah. Usia Henokh Sebagian besar didedikasikan buat Tuhan dengan hidup berfokus kepada Allah.
Seperti yang dinyatakan dalam nast, “Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:5-6)
Saksi-saksi iman ini, memberikan dedikasi hidupnya hanya hidup bergaul karib dengan Tuhan dan mengutamakan Tuhan di atas segalanya, meskipun ada banyak tantangan, menghadapi cemoohan, siksaan fisik, bahkan banyaknya pertanyaan dari perintah Tuhan yang rasanya tidak masuk akal. Di tengah kehidupan rohani bangsa Israel yang sering kali meninggalkan Tuhan, hidup dalam penyembahan berhala dan melupakan Tuhan, saksi-saksi iman dalam Perjanjian Lama memberikan pelajaran teologis penting, bahwa tetap Tuhan yang menjadi terutama. Ini yang disebut dengan hidup mereka berpusat kepada Allah.
Kesaksian iman tokoh-tokoh dalam Ibrani 11:1-40 memberikan standart hidup sebagai orang percaya yaitu hidup senantiasa berpaut, bergaul karib dan membangun hubungan erat dengan Tuhan dalam segala hal. Yesus yang sudah mati dan memberikan nyawanya bagi setiap orang percaya, maka selayaknya setiap orang percaya hidup berpusat kepada Tuhan, meskipun ada banyak tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Mungkin dikecewakan dan menghadapi pergumulan seberat apa pun, pribadi yang beriman selalu fokus kepada Tuhan dengan tujuan supaya nama Tuhan Yesus dipermuliakan. Hasilnya, pasti setiap orang percaya akan mengalami kuasa Tuhan.
Kedua, Hidup Bertekun dalam Penderitaan.
Saksi-saksi iman dalam Ibrani 11:1-40 memberikan tinjauan teologis, bahwa mereka adalah tokoh-tokoh yang disebut pahlawan iman, sebab hidup mereka yang bertekun dalam menghadapi segala tantangan. Banyak dari saksi iman yang mempertahankan imannya, meskipun harus mengalami perjalanan panjang menuju tanah yang tidak diketahui, mengalami perjalanan panjang menuju tanah perjanjian, bahkan masuk gua singa atau menghadapi musuh yang sangat banyak, tokoh-tokoh iman tersebut tidak meninggalkan Tuhan. Mereka berfokus untuk terus mengandalkan Tuhan dan berjuang dengan penuh semangat.
Ketekunan mereka menghadapi segala tantangan adalah bukti iman bahwa saksi-saksi iman percaya Tuhan tidak pernah meninggalkan. Salah satu contoh Musa, yang rela menderita demi bangsanya. “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah” (Ibrani 11:24-26)
Prinsip hidup bertekun dalam masa-masa penderitaan menjadi bagian penting dalam kehidupan orang percaya (Yanto and Baskoro 2021), sebab ini adalah proses yang harus dihadapi setiap orang percaya, seperti yang dinyatakan oleh Rasul Petrus sebagai panggilan menderita karena mempertahankan iman dalam Yesus. Banyak orang percaya kadang berguguran imannya ketika harus menghadapi masa-masa sulit.
Bahkan dalam menghadapi masa-masa tantangan dalam pemberitaan Injil, tetap bertekun dan melakukan amanat agung dengan penuh sukacita (Dwiraharjo 2019). Prinsip yang diambil, ketekunan adalah buah dari kekuatan iman untuk percaya bahwa Yesus sanggup memberikan kekuatan dan memberikan jalan keluar, meskipun kadang mustahil ada jalan
Ketiga, Hidup dalam Kekudusan Tuhan.
Tokoh-tokoh iman dalam Ibrani 11:1-40 memberikan gambaran yang jelas, bahwa mereka adalah pribadi yang hidup dalam kekudusan Tuhan. Salah satu contoh yang ada dalam Ibrani 11:1-40 yaitu perempuan Rahab yang mengerti kekudusan Tuhan, sehingga tidak turut dihukum bersama bangsanya, Yerikho. Ibrani 11:31, “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”
Kekudusan adalah harga mutlak bagi setiap orang yang membangun hubungan dengan Tuhan. Tidak mudah dalam menghadapi masa-masa sulit dan penuh dengan tantangan tokoh-tokoh iman mempertahankan iman dalam kekudusan. Sering yang terjadi, seperti orang Israel ketika menghadapi masa-masa sulit dan banyak tantangan, mereka meninggalkan Tuhan dan hidup tidak kudus dengan berpaling menyembah berhala. Hal ini membuat hati Tuhan sedih dan akhirnya menghukum mereka. Namun tokoh-tokoh iman tetap dengan setia menjaga kekudusan Tuhan, sehingga seperti Henokh mengalami pengangkatan dari Tuhan ke sorga, karena hidup yang bergaul karib dengan Tuhan.
Ketiga, Hidup dalam Kekudusan Tuhan.
Tokoh-tokoh iman dalam Ibrani 11:1-40 memberikan gambaran yang jelas, bahwa mereka adalah pribadi yang hidup dalam kekudusan Tuhan. Salah satu contoh yang ada dalam Ibrani 11:1-40 yaitu perempuan Rahab yang mengerti kekudusan Tuhan, sehingga tidak turut dihukum bersama bangsanya, Yerikho. Ibrani 11:31, “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”
Kekudusan adalah harga mutlak bagi setiap orang yang membangun hubungan dengan Tuhan. Tidak mudah dalam menghadapi masa-masa sulit dan penuh dengan tantangan tokoh-tokoh iman mempertahankan iman dalam kekudusan. Sering yang terjadi, seperti orang Israel ketika menghadapi masa-masa sulit dan banyak tantangan, mereka meninggalkan Tuhan dan hidup tidak kudus dengan berpaling menyembah berhala. Hal ini membuat hati Tuhan sedih dan akhirnya menghukum mereka. Namun tokoh-tokoh iman tetap dengan setia menjaga kekudusan Tuhan, sehingga seperti Henokh mengalami pengangkatan dari Tuhan ke sorga, karena hidup yang bergaul karib dengan Tuhan.
Keempat, Hidup Penuh Pengampunan Meski Mengalami Kekecewaan.
Pengampunan juga menjadi ciri khas penting dalam kehidupan tokoh-tokoh iman dalam Ibrani 11:1-40. Pengampunan adalah sebuah kekuatan hati karena di ampukan oleh Allah untuk melakukannya. Seperti Yusuf, meskipun mengalami masa-masa dikecewakan dan tidak di pedulikan oleh kakak-kakaknya, bahkan dijual dan dibuang, namun ketika Yusuf berjumpa dengan kakak-kakaknya di Mesir, justru Yusuf melepaskan pengampunan dan Yusuf mengalami kemerdekaan yang sejati. Pengampunan akan membawa dampak besar bagi sebuah hubungan yang dipulihkan.
Ibrani 11:22, “Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya.
Setiap orang percaya yang mengalami kemenangan hidup, mereka yang sanggup meneduhkan hatinya karena kekuatan dari Tuhan. Mampu melepaskan pengampunan ketika dikecewakan, ketika tidak dihargai, ketika tidak dipedulikan bahkan ketika dilupakan. Ini adalah sebuah inti pengajaran kekristenan, seperti Yesus di atas kayu salib berkata, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Pengampunan akan membawa sebuah kemenangan. Iman inilah yang menjadi sentral kehidupan orang percaya, supaya hidupnya dimerdekakan. Pengampunan tidak akan membuat harga diri menjadi rendah, justru pengampunan akan membuat kualitas rohani makin mulia.
Kelima, Hidup Percaya Kepada Janji Tuhan.
Ibrani 11:1-40 juga memaparkan pahlawan-pahlawan iman yang hidupnya percaya kepada janji Tuhan, meskipun dalam kemustahilan, namun di hadapan Tuhan tidak mustahil. Seperti kisah Abraham dan Sara yang menanti janji anak perjanjian, seperti Yosua yang membawa bangsa Israel ke tanah perjanjian dan seperti Daud yang percaya penuh kuasa Tuhan atas bangsa Israel. Kekuatan percaya kepada janji Tuhan adalah sebuah iman yang teguh, karena belum melihat namun percaya Tuhan pasti memberikan. Inilah yang disebut dengan iman yang sejati.
Salah satu contoh yang kuat dalam prinsip ini adalah Sara yang percaya janji Tuhan. “Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini” (Ibrani 11:11-13).
Seperti perkataan Yesus, berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yohanes 20:29). Ini adalah kekuatan iman yang kokoh. Orang percaya hendaknya memiliki kualitas iman seperti yang Yesus mau, yaitu kualitas iman yang percaya janji Allah akan terjadi dalam hidupnya, meskipun mungkin saat ini menghadapi masa-masa sulit, penuh pergumulan hidup dan menghadapi tantangan, namun Tuhan pasti akan memberikan kemenangan yang sejati dan menerima janji-janji Tuhan.
KesimpulanDalam perjalanan hidup yang diilhami oleh pahlawan-pahlawan iman Ibrani 11:1-40, kita menemukan pelajaran berharga tentang cara mengimplementasikan prinsip-prinsip iman dalam kehidupan sehari-hari. Hidup yang terfokus pada Tuhan mengajarkan kita untuk selalu mencari-Nya dengan sepenuh hati, membawa kita pada pengalaman yang lebih mendalam dengan Sang Pencipta.
Bertekun dalam penderitaan menjadi landasan kokoh bagi orang percaya. Kesungguhan dan kegigihan dalam menghadapi tantangan menggambarkan karakter sejati pahlawan-pahlawan iman. Tekad mereka menginspirasi kita untuk melangkah maju, bahkan di tengah badai kehidupan.
Hidup dalam kekudusan Tuhan menjadi tuntunan bagi kita agar tetap setia dan tak tergoyahkan oleh godaan dunia. Pahlawan-pahlawan iman menunjukkan bahwa mempertahankan kekudusan dalam setiap situasi adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan Tuhan.
Pengampunan, sebagai kekuatan hati di tengah kekecewaan, adalah inti dari kasih karunia Tuhan. Kisah Yusuf memberikan contoh nyata bahwa pengampunan membuka pintu kebebasan sejati dan pemulihan hubungan yang terluka.
Terakhir, keyakinan teguh pada janji Tuhan adalah fondasi iman yang kokoh. Para pahlawan iman mempercayai janji-Nya tanpa melihat, mengajarkan kita untuk memiliki kepercayaan yang sama pada Tuhan yang setia.
Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan kita, kita dapat memperkaya perjalanan iman, menemukan kedalaman spiritual, dan mengalami kuasa Tuhan yang membawa kemenangan sejati. Sebagai orang percaya, mari kita terus bersinergi dengan prinsip-prinsip iman ini, membangun fondasi yang kokoh untuk kehidupan rohani yang penuh arti.