Natal Bersama Sang Raja: Kehadiran Kristus yang Membawa Kekuatan dan Pengharapan Sejati

Natal, momen yang khusus bagi umat Kristen, namun juga menjadi kesempatan istimewa bagi mereka yang bukan pengikut Kristus. Saatnya untuk merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, namun adakah yang lebih dalam dari sekadar perayaan dan big sale? Apa sebenarnya makna sejati dari Natal?
Natal Bersama Sang Raja: Kehadiran Kristus yang Membawa Kekuatan dan Pengharapan Sejati
Natal: Memperingati Lahirnya Sang Raja

Natal bukan sekadar peringatan kelahiran Yesus Kristus, tetapi juga momen penting yang menggambarkan Yesus sebagai Sang Raja. Dalam konteks ini, "Sang" digunakan untuk menekankan keunikan dan finalitas Kristus sebagai satu-satunya Raja sejati.

Kristus, Sang Raja yang Berbeda

Ketika kita membayangkan seorang raja, biasanya terlintas citra seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan, istana megah, dan dihormati oleh semua orang. Namun, Yesus Kristus, sebagai Raja segala raja, hadir dengan perbedaan signifikan. Meskipun seharusnya lahir dalam kemewahan dan kekayaan, Alkitab mencatat kelahirannya di kandang binatang, bukan di istana yang megah. Bahkan tempat penginapan pun tidak mau menerima kelahirannya.

Dari kecil, Kristus tidak menonjolkan diri-Nya seperti raja-raja dunia. Ayah-Nya, Yusuf, adalah seorang tukang kayu, dan Kristus sendiri hidup sederhana. Meski Ia adalah Sang Raja, Ia tidak mempedulikan status atau tempat tinggal. Bahkan setelah disalibkan, Ia dikuburkan di kuburan pinjaman. Kristus, meskipun tampak tidak seperti raja, menyatakan diri-Nya sebagai Raja dengan tegas.

1. Pertama, Raja sejati memiliki kekuatan sejati, tetapi tidak terlalu menonjolkan diri. 

Kristus, meskipun Raja, tidak menunjukkan kuasa-Nya secara mencolok kepada semua orang. Ia lebih mengidentifikasikan diri-Nya sebagai Anak Manusia ketimbang Anak Allah atau Raja. Namun, di kekekalan, Ia akan menunjukkan kuasa penuh-Nya sebagai Raja dan Hakim seluruh dunia.

2. Kedua, Raja sejati mengontrol waktu-Nya. 

Kristus, sebagai Sang Raja, memiliki kendali penuh terhadap waktu-Nya. Ia mengetahui kapan saatnya untuk menyerahkan diri-Nya untuk disalib dan kapan harus menghindar dari ancaman. Berbeda dengan raja-raja dunia yang terbatas oleh waktu dan sering kali tidak bijaksana dalam mengelola waktunya.

3. Ketiga, Raja sejati tidak selalu memikirkan diri sendiri. 

Kristus, meski Raja, melayani tanpa henti. Ia datang bukan untuk dimuliakan, tetapi untuk memuliakan Bapa. Ia mengajar, menyembuhkan, bahkan mencuci kaki para murid-Nya. Kehidupan-Nya adalah contoh pelayanan tanpa pamrih.

4. Keempat, Raja sejati memiliki Kerajaan yang bukan berasal dari dunia ini. 

Kristus menyatakan bahwa Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Bedanya dengan raja-raja dunia yang menggunakan cara duniawi untuk memperluas kekuasaan mereka.

5. Kelima, Raja sejati memiliki Kerajaan yang kekal di Sorga. 

Kerajaan Kristus bersifat kekal, melintasi ruang dan waktu. Berbeda dengan kerajaan dunia yang dapat berakhir atau digantikan.

6. Keenam, Raja sejati memberitakan fakta sejati dan memberikan pengharapan sejati. 

Kristus tidak berjanji kemewahan dunia, namun memberikan fakta sejati tentang mengikut-Nya. Pengikut-Nya harus siap menghadapi risiko dan penganiayaan. Namun, di balik risiko itu, Sang Raja menjanjikan penghiburan dan kekuatan.

7. Ketujuh, Raja sejati memberikan pengharapan sejati kepada manusia. 

Kristus menawarkan kelegaan dan hidup sejati bagi yang lelah dan berbeban berat. Pengharapan ini bersifat kekal, memberikan jaminan keamanan dan keselamatan yang tidak dapat diberikan oleh raja-raja dunia.

Tanggapan Kita Terhadap Sang Raja

Setelah memahami perbedaan antara Kristus sebagai Sang Raja dengan raja-raja dunia, bagaimana seharusnya respons kita?

1. Pertama, berkomitmen untuk mengenal-Nya lebih dalam. 

Sebagaimana rakyat ingin mengenal raja mereka, demikian pula kita yang merupakan anak-anak-Nya harus berkomitmen untuk mengenal Raja kita melalui firman-Nya, doa, dan persekutuan dengan sesama.

2. Kedua, berkomitmen untuk mengalami dan mengabdi pada-Nya. 

Mengalami kehadiran Kristus sebagai Raja memerlukan komitmen untuk menaati dan mengikuti kehendak-Nya. Dengan mensinkronkan hidup kita dengan kehendak-Nya, kita menunjukkan pengabdian kita pada Sang Raja.

3. Ketiga, berkomitmen untuk menghormati dan menyembah-Nya. 

Menghormati Sang Raja melibatkan perilaku yang sopan dan hormat, baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Respons kita harus mencerminkan penghargaan terhadap kebesaran-Nya.

4. Keempat, berkomitmen untuk memperluas Kerajaan-Nya. 

Sang Raja menginginkan kita sebagai warganya untuk menjadi utusan-Nya di dunia ini. Melalui kasih dan kebenaran, kita memperluas pengaruh Kerajaan-Nya di tengah-tengah masyarakat.

Kesimpulan: Natal, Waktu yang Tepat untuk Merayakan Sang Raja

Natal adalah momen yang tepat untuk merayakan Kristus sebagai Sang Raja. Lebih dari sekadar perayaan, Natal mengajak kita untuk merenung tentang kedatangan Raja sejati yang tidak seperti raja-raja dunia. Melalui kehadiran-Nya, kita diajak untuk mengenal, mengalami, menghormati, dan memperluas Kerajaan-Nya di dunia ini. Sehingga, Natal bukan hanya tentang kehadiran-Nya ribuan tahun yang lalu, tetapi juga tentang kehadiran-Nya di dalam hidup kita saat ini. Mari rayakan Natal dengan pengertian yang lebih dalam dan respons yang sungguh-sungguh terhadap Sang Raja!
Next Post Previous Post