Kriteria Orang Percaya dan Dampak Positifnya (2 Petrus 1:3-15)

Pendahuluan

Dalam perjalanan iman, menjalani hidup yang mencerminkan nilai-nilai kekristenan memerlukan pemahaman dan komitmen tertentu. Artikel ini akan menjelajahi kriteria-kriteria esensial yang menandai seorang percaya sejati dan dampak positifnya dalam kehidupan rohani. Melalui penelusuran 2 Petrus 1:3-15 ini, kita akan memahami bagaimana memenuhi standar ini dapat mengarah pada kebebasan dari kegelapan, pemahaman yang jelas, dan warisan kokoh dalam Kerajaan kekal.
Kriteria Orang Percaya dan Dampak Positifnya (2 Petrus 1:3-15)
1. Berusaha menambahkan iman kebajikan (2 Petrus 1:5).

Iman kebajikan adalah iman yang mendatangkan kebaikan (keselamatan, keberuntungan); perbuatan baik. Allah sebagai pemberi anugerah maka ada usaha, tindakan nyata yang dinyatakan oleh percaya di dalam Tuhan adalah berusaha menambahkan iman kebajikan. Kabajikan “aretẽ” keajaiban, kebajikan, kuasa (Allah). 

Dalam BIS “Oleh sebab itu, berusahalah sungguh-sungguh supaya kalian tetap percaya kepada Kristus dan percayamu itu ditunjang oleh hidup yang baik..” Baik/kebajikan (Ibr. Tov “menyenangkan; menggembirakan; ramah). LXX menerjemahkan tov dengan agathos sebagai kualitas jasmani atau moral, dan kalos (harfiah, cantik): mulia yang terhormat dan mengagumkan. 

Jadi, kriteria orang percaya adalah berusaha menambahkan iman kebajikan. Karena iman yang dimiliki sebagai sumber kebenaran yang membedakan gnostik (yang benar hanya pengetahuan). Tetapi maksud penulis adalah perbuatan yang baik sesuai dengan iman kepada Kristus. Perbuatan yang benar mendatangkan kebaikan moral di hadapan Tuhan sebagai ciri orang percaya. Sumber iman adalah Allah bukan berdasarkan pengetahuan (gnostik) yang dicari oleh manusia. Iman diberikan atas kasih karunia Allah.

2. Mampu memiliki pengetahuan secara benar

Pengetahuan (Ibr. Yarda: mengenal Allah). Pengetahuan itu mencakup emosi (bukan hanya intelektual) dan hubungan-hubungan personal. Pengetahuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan tentang Allah, tentang pekerjaan Allah yang digenapi di dalam Yesus. Berbeda dengan Gnostik atau Gnosis: pengetahuan yang mempunyai teologi, kultus dan etika yang menganggap “keselamatan itu dicapai melalui pengetahuan khusus oleh perantaraan suatu wahyu surgawi”. Menurut Paulus bahwa ia menolak hal demikian akan agama-agama misteri dan filsafat itu. Dalam teks menggunakan gnosis artinya pengetahuan; pengetahuan yang disebutkan adalah satu ajaran bidat. 

Orang percaya sebenarnya harus mengenal Tuhan berdasarkan iman bukan dengan pengetahuan secara filsafat, dan etika. Hal ini tidak menjamin ciri sebagai orang percaya karena pengenalan kepada Allah bukanlah bersumber pengetahuan (ajaran gnostik) yang dicari-cari dengan ilmu pengetahuan tetapi adalah anugerah dan pekerjaan Roh Kudus kepada setiap orang yang beriman. 

Jadi sikap orang percaya adalah mengenal Tuhan secara benar dengan iman. Jadi, kriteria orang percaya yang dimaksudkan adalah mampu membedakan pengetahuan/ pengenalan akan Allah sebagai sumber kasih dan mampu juga membedakan pengetahuan aliran Gnostik yang menyesatkan.

3. Memiliki penguasaan diri

Penguasaan diri (engkrateia: penguasaan diri). Penguasaan diri menyangkut proses, cara, perbuatan atau menguasakan diri terhadap nafsu duniawi (2 Petrus 1:4). Penguasaan diri yang dimaksudkan adalah bersama-sama dengan Kristus untuk mengendalikan kehidupan rohani/batin melalui tuntunan-Nya ke dalam jalan yang benar sebagai sumber kasih. Jadi, orang percaya harus memiliki penguasaan diri, kesabaran menantikan kedatangan Kristus (parousia-Nya) karena kita tidak tahu saat dan waktunya. Dengan demikian, kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Petrus 1:11).

4. Memiliki ketekunan

Ciri orang percaya adalah memiliki ketekunan (hupomone: ketekunan, kesabaran, ketabahan, ketekunan menantikan; patience: kesabaran, ketekunan). Menantikan kedatangan Kristus ke dunia. orang percaya harus seperti Allah yang memiliki sifat panjang sabar dan bukan sifat yang pasif, tetapi penguasaan atau pengekangan (pengendalian diri) dalam menantikan Dia. Seperti Allah menghadapi perlawanan dan hal-hal lain yang menimbulkan amarah-Nya. 

Sifat ini dikaitkan sebagai sifat kasih sayang dan kemurahan Allah terhadap orang-orang berdosa dan pemberontak yang sebenarnya patut kena murka-Nya. Kesabaran manusia harus seperti kesabaran Allah akan hubungan satu dengan yang lain terlebih kesabaran dalam menantikan Kristus. Ketekunan adalah kesanggupan untuk berpegang teguh mencapai tujuan walaupun ada pertentangan dan penganiayaan, memikul salib dan menanggung beban selama hidup di dalam dunia.

5. Memiliki kesalehan

Kesalehan (eusebeia: kesalehan).

Penekanan yang diutamakan adalah kesalehan dalam kehidupan secara jasmani. Kehidupan mencerminkan Kristus yang harus diwujudkan . Eusebeia dalam PB menunjukkan maksud dalam sastra kafir adalah rasa hormat yang tepat dan patut diberikan kepada manusia dan para ilah khususnya dalam surat-surat penggembalaan. Eusebeia berarti pelayanan kepada Allah yang menunjukkan ketaatan penuh hormat kepada hukum-hukum-Nya. 

Bentuk jamak eusebeia mengartikan tindakan-tindakan khusus saleh di hadapan Tuhan Yesus. Sikap yang taat, saleh adalah ciri dari orang percaya. Menurut Scott memandang eusebeia sebagai sifat khas dari Surat-surat penggembalaan, dan melihat di dalamnya pada satu pihak kepercayaan yang benar dan pada pihak yang berperilaku benar atau sikap pribadi yang tepat terhadap Allah.

6. Memiliki kasih persaudaraan

Kasih persaudaraan (Philadelphia: kasih terhadap saudara seiman). Hubungan yang berlaku di antara anggota-anggota jemaat. Bukan secara kiasan kasih seperti saudara, melainkan kasih dari mereka yang di satukan dalam persaudaraan Kristen. Dalam PL saudara seperti tetangga, berarti rekan Israel. Tetapi dalam PB Yesus menekankan akan kasih kepada sesama manusia (tanpa memandang status, umur, jenis kelamin, etnis, dan budaya). 

Kasih akan saudara-saudara ditekankan sebagai buah dari kelahiran baru. Sebagai ciri khas dari murid-murid Kristus (Yohanes13:34-35) karena kasih adalah mahkota dari semua kebajikan Kristen (I Korintus13, Kolose 3:14). Orang percaya harus tetap memiliki kasih persaudaraan yang konkret terhadap sesama di dalam jemaat baik kepada golongan gnostik maupun kepada saudara seiman. Orang percaya harus mencerminkan kasih yang nyata kepada setiap orang tanpa pandang golongan yang ada di dalam jemaat.

7. Tidak buta

Cerminan orang percaya adalah tidak buta. Buta dapat diartikan sebagai “thupos” menunjukkan yang “tidak sanggup dimengerti” bukan berarti buta secara jasmani yang disebabkan karena penderitaan, penyakit, kerasukan setan, tumor, dan kecelakaan yang mengakibatkan matanya tidak dapat melihat. 

Dalam hal ini kebutaan adalah secara kerohanian dalam menghadapi kedatangan Kristus karena aliran gnostik bosan dalam menantikan kedatangan Kristus. Pengetahuan membuat kebutaan rohani di dalam Kristus. Sebenarnya kedatangan Kristus tidak dapat diramalkan secara pengetahuan. Jauh melebihi pengetahuan manusia akan rencana dan kedatangan-Nya. Jadi, orang percaya tetap sabar, menguasai diri dan memiliki iman yang benar dalam menyambut kedatangan Kristus.

Dampak yang dapat diperoleh apabila orang percaya memiliki kriteria di atas adalah:

a. Tidak tersandung (2 Petrus 1:10)

“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung” tersandung (ptaito: tersandung, bersalah dan binasa). Jadi dalam teks ini lebih menunjukkan kepada ketidakbinasaan ke dalam kegelapan. Ketidakbinasaan orang yang percaya adalah mampu mencerminkan ketujuh gambaran sebagai orang percaya. Tindakan orang percaya harus sungguh-sungguh berusaha merelatifkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud dan buah orang percaya.

b. Memperoleh Kerajaan Kekal

“Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” Kerajaan surga menurut Agustinus menyamakan kerajaan Allah dengan gereja di dunia. melalui hierarki gereja, Kristus diwujudkan sebagai Raja Kerajaan Allah, ruang lingkup Kerajaan Allah sama dengan batas kekuatan dan kekuasaan gereja dunia, menurut para reformator menekankan makna rohani dan tidak terlihatnya kerajaan itu. 


Menurut teologi liberal bahwa terutama di bawah pengaruh Kant, pandangan ini dikembangkan secara moralitas sehingga kerajaan disamakan dengan tersebarnya damai, kasih dan kebenaran. Jadi, Kerajaan Allah yang menurut penulis adalah akhir zaman. Memperoleh Kerajaan kekal itu adalah satu anugerah kepada orang percaya.

c. Kebebasan dari kegelapan (2 Petrus 1:10)

"Kamu tidak akan pernah tersandung, karena itu akan menjamin kebebasanmu dari kegelapan." Tidak tersandung juga berarti bebas dari kegelapan rohani. Kriteria-kriteria tersebut menciptakan kebebasan dari pemahaman yang keliru, kebingungan spiritual, dan godaan yang dapat menghantarkan seseorang ke dalam kegelapan. Orang percaya yang memenuhi kriteria ini akan hidup dalam terang kebenaran.

d. Pemahaman yang jelas (2 Petrus 1:12)

"Jika kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah buta dan kamu akan memiliki pemahaman yang jelas tentang kedatangan Kristus." Kriteria-kriteria tersebut membuka mata rohaniah orang percaya, menghindarkan mereka dari kebutaan rohani. Mereka akan memiliki pemahaman yang jelas tentang kedatangan Kristus, tidak terpengaruh oleh ajaran sesat atau kebingungan. Kesadaran akan realitas iman akan terangkat dan terwujud secara jelas.

e. Warisan yang kokoh (2 Petrus 1: 11)

"Demikianlah, kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." Memenuhi kriteria-kriteria tersebut bukan hanya memberikan keuntungan sekarang, tetapi juga menjamin warisan yang kokoh di Kerajaan kekal. Orang percaya akan mendapatkan hak penuh untuk berbagi dalam kehidupan abadi bersama Tuhan Yesus Kristus.

f. Hidup yang mencerminkan kebenaran (2 Petrus 1:13)

"Demikian, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." Hidup yang sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut akan mencerminkan kebenaran iman. Dengan berusaha sungguh-sungguh, panggilan dan pilihan akan semakin teguh, menciptakan kesaksian hidup yang kokoh dan terang bagi orang-orang di sekitar.

Kesimpulan

Dengan memahami dan memenuhi kriteria esensial yang menandai seorang percaya sejati, kita dapat mencapai dampak positif dalam kehidupan rohani. Tidak hanya memastikan ketahanan iman dan kebebasan dari kegelapan, tetapi juga memberikan pemahaman yang jelas tentang rencana Tuhan. Melalui usaha sungguh-sungguh dan ketaatan terhadap standar kekristenan sesuai 2 Petrus 1:3-15, kita dapat mengalami hidup yang mencerminkan kebenaran iman dan menikmati hak penuh dalam Kerajaan kekal bersama Juruselamat, Yesus Kristus.
Next Post Previous Post