Tritunggal dalam Doa: Pandangan Luther

Pendahuluan:

Dalam pandangan teologi Martin Luther, doa bukan hanya sekadar serangkaian kata, tetapi juga mencerminkan dimensi Tritunggal Allah. Luther menekankan pentingnya mengenal Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam doa, memandangnya sebagai kunci utama dalam memperkuat keyakinan orang percaya. Artikel ini akan merinci pandangan Luther mengenai doa kepada Allah Bapa, dalam nama Allah Anak, dan dengan pertolongan Allah Roh Kudus, menjelaskan bagaimana Tritunggal hadir dalam setiap aspek komunikasi spiritual ini.
Tritunggal dalam Doa: Pandangan Luther
Pembahasan

Luther menegaskan bahwa teologi doanya ortodoks dengan menonjolkan dimensi Allah Tritunggal dari doa. Doa berkaitan erat dengan kebenaran tentang keberadaan Allah sebagai Allah Tritunggal.

1. Pertama, Doa kepada Allah Bapa.

Dalam penjelasan doa Bapa Kami, Luther menulis: The best way to begin or introduce the prayer is to know how to address, honor, and treat the person to whom we submit our petition, and how to conduct ourselves in his presence, so that he will be gracious towards us and willing to listen to us

Mengenal masing-masing pribadi dalam Tritunggal menolong menguatkan keyakinan orang percaya. Dalam mengomentari penyebutan nama Allah Bapa dalam doa, Luther menulis: Now, of all names there is none that gains us more favor with God than that of ‘Father.’ This is indeed a friendly, sweet, intimate, and warmhearted word. To speak the words ‘Lord’ or ‘God’ or ‘Judge’ would not be nearly as gracious and comforting to us. The name ‘Father’ is of our nature and is sweet by nature. That is why the most pleasing to God, and why no other name moves him so stongly to hear

Doa kepada Allah Bapa dengan menyebut nama “Bapa,” menurut Luther benar-benar menggerakkan hati Allah. Luther menjelaskan demikian, With this name, we likewise confess that we are children of God, which again stirs his heart mightily; for there is no lovelier sound than that of a child speaking to his father

Kesadaran akan pribadi Allah Bapa dan menyebutkan nama-Nya sedemikian penting, sehingga menurut Luther, sekalipun orang percaya hanya mampu mengucapkan “Bapa,” dengan sepenuh hati dalam pergumulannya, ia akan mendapatkan pertolongan Allah. Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, Luther mengatakan bahwa berseru kepada nama Tuhan sudah merupakan doa. Bahkan jika orang percaya hanya mengatakan “Bapa kami,” ia sebenarnya telah berdoa.

Doa kepada Allah sebagai Bapa juga mencegah orang percaya dari menaikkan doa yang mementingkan diri sendiri atau egois. Seruan doa kepada Bapa, berarti mengakui satu tubuh Kristus atau komunitas orang percaya. . Luther menyatakannya demikian: Jesus does not want anyone to pray only for himself, but for all mankind. He does not teach us to say ‘My Father,’ but ‘Our Father.’ Since prayer is a spiritual good which is held in common by all, we dare not deprive anyone of it, not even our enemies. For since God is the Father of us all, he also wants us to be like brothers to each other, who love each other dearly and who pray for one another as each does for himself

2. Kedua, doa di dalam nama Allah Anak.

Yesus Kristus adalah pengantara satu-satunya orang berdosa yang percaya dengan Allah, maka doa sebagai komunikasi dengan Allah harus berdasarkan atau dalam nama Yesus. Dalam hal prinsip Reformasi bahwa hanya Kristus saja atau solus Christus diaplikasi. Luther mengatakan, “that apart from Christ no one is able to pray a single letter that is worth anything before God and acceptable to him.” Nama Yesus adalah jaminan yang kokoh untuk doadoa orang percaya. Orang percaya tidak bersandar pada diri mereka sendiri, tetapi pada nama Yesus, satu-satunya yang memastikan perkenanan Allah kepada doa-doa mereka.

3. Ketiga, doa dengan pertolongan Allah Roh Kudus.

Doa ditujukan kepada Allah Bapa di dalam nama Allah Anak, dan dengan pertolongan Allah Roh Kudus. Pertolongan Roh Kudus adalah satu-satunya yang menyebabkan doa orang percaya diterima oleh Allah. Dengan demikian doa orang yang tidak percaya tidak mungkin diterima oleh Allah.

Pandangan Luther ini menegaskan bahwa hanya orang yang benar-benar telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus yang dapat benar-benar berdoa. Roh Kuduslah yang menggerakkan hati orang percaya untuk berdoa. Namun, sekalipun doa disampaikan kepada Bapa, di dalam nama Anak, dan oleh pertolongan Roh Kudus, doa dapat juga ditujukan kepada Anak atau Roh Kudus pula.

Luther menjelaskannya demikian: When you call upon Jesus Christ and say: O my dear Lord, God, my creator, and Father, Jesus Christ, Thou one eternal God, you need not worry that the Father and Holy Spirit will be angry on this account. They know that no matter which Person you call upon, you call upon all three Persons and upon the One God at the same time. For you cannot call upon one Person without calling upon the others, because the one, undivided devine Essence exists in all and in each Person. Conversely, you cannot deny any Person in particular without denying all three and the One God in His entirety, as 1 John 2:23 says: ‘Whosoever denieth the Son, the same hath not the Father

Kesimpulan:

Dari perspektif Luther, doa yang benar melibatkan pengenalan dan hubungan yang kokoh dengan Tritunggal Allah. Mengutamakan doa kepada Allah Bapa, dalam nama Allah Anak, dan dengan pertolongan Roh Kudus, Luther menekankan bahwa doa bukan sekadar rangkaian kata-kata, melainkan ekspresi yang memperdalam iman dan keterikatan dengan Allah. Dengan demikian, pandangan Luther memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana dimensi Tritunggal hadir dalam setiap interaksi doa, memperkuat esensi komunikasi spiritual antara manusia dan Allah.
Next Post Previous Post