Amsal 9:1-12 - Undangan Hikmat

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : AMSAL 9:1-12 - UNDANGAN HIKMAT.

Hikmat di sini diperkenalkan sebagai ratu yang megah dan murah hati, amat agung dan sangat royal. Firman Allah itu adalah Hikmat ini, yang di dalamnya Allah menyatakan kehendak baik-Nya terhadap manusia. Allah Sang Firman adalah Hikmat ini, yang kepada-Nya Bapa telah menyerahkan seluruh penghakiman. 

Dia yang, dalam pasal sebelumnya, menunjukkan semarak dan kemuliaan-Nya sebagai Pencipta dunia, di sini memperlihatkan anugerah dan kebaikan-Nya sebagai Penebus dunia. Kata yang digunakan di sini jamak, Hikmat-hikmat. Sebab, di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat, dan dalam pekerjaan-Nya tampaklah pelbagai ragam hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia.
Sekarang amatilah di sini:
Amsal 9:1-12 - Undangan Hikmat
[I]. Melimpahnya persediaan yang sudah dipersiapkan oleh Hikmat untuk menerima semua orang yang mau menjadi murid-muridnya. Hal ini digambarkan dengan perumpamaan tentang sebuah pesta yang mewah, yang dari sini, ada kemungkinan, Juru selamat kita meminjam perumpamaan-perumpamaan yang di dalamnya Ia membandingkan Kerajaan Sorga dengan perjamuan besar (Matius 22:2; Lukas 14:16).

Dan demikianlah perjamuan itu dinubuatkan (Yesaya 25:6). Ini seperti perjamuan yang diadakan Ahasyweros untuk memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya. Demikian pula anugerah Injil diperhadapkan kepada kita dalam ketetapan perjamuan Tuhan. Untuk menyambut orang-orang yang diundangnya,

1. Disediakan sebuah istana yang megah (Amsal 9:1). Hikmat, karena tidak menemukan rumah yang cukup luas untuk semua tamunya, sengaja membangun satu rumah lagi, dan, untuk memperkuat dan memperindah rumah itu, ia telah menegakkan ketujuh tiangnya, yang menjadikannya sangat kokoh, dan tampak amat megah. Sorga adalah rumah yang sudah dibangun Hikmat untuk menjamu semua tamunya yang dipanggil untuk merayakan perjamuan kawin Anak Domba. 

Itulah rumah Bapanya, di mana ada banyak tempat tinggal (istana), dan ke sana ia telah pergi untuk menyiapkan tempat bagi kita.

Ia telah menggantungkan bumi dalam kehampaan, jadi di dalamnya tidak ada kota yang abadi. Tetapi sorga adalah kota yang memiliki fondasi, memiliki tiang-tiang. Jemaat adalah rumah Hikmat, ia mengundang tamu-tamunya untuk masuk, dengan didukung oleh kuasa dan janji Allah, seperti oleh tujuh tiang. 

Ada kemungkinan Salomo merujuk pada bait Allah yang baru saja dibangunnya sendiri untuk keperluan agama, dan ke sanalah ia ingin mengajak orang untuk menenangkan diri, baik dalam menyembah Allah maupun dalam menerima didikan-didikan Hikmat. Menurut sebagian orang, rumah yang dimaksudkan di sini adalah sekolah-sekolah para nabi.

2. Dipersiapkan sebuah perjamuan yang mewah (Amsal 9:2): ia telah memotong ternak sembelihannya. Ia telah mencampur anggurnya. Berlimpah-limpah makanan dan minuman telah disediakan, dan semuanya dari jenis terbaik. Ia telah memotong korbannya (begitulah kata yang digunakan di sini). 

Perjamuan itu mewah, tetapi suci, perjamuan untuk menikmati daging korban. Kristus telah mempersembahkan diri-Nya sebagai korban untuk kita, dan daging-Nyalah yang benar-benar makanan dan darah-Nyalah yang benar-benar minuman.

Perjamuan Tuhan adalah pesta pendamaian dan sukacita atas korban penebusan. Anggur itu dicampur dengan sesuatu yang lebih kaya daripada anggur itu sendiri, untuk menjadikannya lebih daripada minuman dan aroma biasa. Ia telah rampung menyiapkan hidangannya dengan segala kepuasan yang dapat diinginkan jiwa, yaitu kebenaran dan anugerah, kedamaian dan sukacita, jaminan-jaminan akan kasih Allah, penghiburan-penghiburan Roh, dan segala janji serta pertanda kehidupan kekal.

Cermatilah, semua itu adalah perbuatan Hikmat sendiri, dialah yang memotong ternak sembelihannya, dialah yang mencampur anggurnya, yang menandakan baik itu kasih Kristus, yang mengadakan persediaan itu (Ia tidak menyerahkannya kepada orang lain, tetapi mengerjakannya dengan tangan-Nya sendiri), dan menyiapkannya dengan luar biasa. Apa yang dipersiapkan oleh Hikmat sendiri pasti akan memenuhi tujuannya secara tepat.

[II]. Undangan yang penuh rahmat yang telah diberikannya, bukan kepada teman-teman tertentu, melainkan kepada semua orang, untuk datang dan ambil bagian dalam semua yang telah disediakan ini.

1. Dia mempekerjakan hamba-hambanya untuk menyebarkan undangan itu ke sekeliling negeri: pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya (Amsal 9:3). 

Hamba-hamba Injil diberi mandat dan perintah untuk mengumumkan persiapan-persiapan yang telah dibuat Allah, di dalam kovenan kekal, bagi semua orang yang bersedia memenuhi persyaratan-persyaratannya. 

Mereka, dengan kemurnian seorang gadis, tidak merusak diri mereka sendiri atau firman Allah, dan dengan menjalankan secara tepat apa yang diperintahkan kepada mereka, harus mengundang semua orang yang mereka jumpai, bahkan di semua jalan dan lintasan, untuk datang dan berpesta bersama-sama dengan Hikmat, sebab segala sesuatu sudah siap (Lukas 14:23).

2. Ia sendiri berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota, sungguh-sungguh menginginkan kesejahteraan anak-anak manusia, dan berduka melihat mereka menolak segala belas kasihan bagi diri mereka sendiri demi berhala yang sia-sia. 

Yesus Tuhan kita adalah Pemberita bagi Injil-Nya sendiri. Sesudah mengutus murid-murid-Nya, Ia mengikuti mereka untuk meneguhkan apa yang mereka katakan. Bahkan, Injil itu mula-mula diberitakan oleh Tuhan (Ibrani 2:3). Dia berdiri, dan berseru, marilah kepada-Ku. Kita sudah melihat siapa yang diundang.
Sekarang marilah kita amati:

(a). Kepada siapa undangan itu ditujukan: siapa yang tak berpengalaman dan yang tidak berakal budi (Amsal 9:4). Jika kita ingin mengadakan perjamuan, maka dari semua jenis orang, yang tidak boleh kita pedulikan untuk diundang, apalagi sampai membujuk-bujuk, adalah kawanan orang-orang yang seperti itu. Sebaliknya, lebih baik kita memilih para ahli pikir dan kaum terpelajar, agar kita bisa mendengar hikmat mereka dan mendapat manfaat dari percakapan dengan mereka di meja makan. “Apakah aku butuh orang gila?” 

Tetapi Hikmat justru mengajak orang-orang seperti itu, karena apa yang diberikannya adalah apa yang paling mereka butuh kan, dan kesejahteraan merekalah yang dicarinya, dan yang ditujunya, dalam membuat persiapan dan undangan itu.

Orang yang tak berpengalaman diundang, agar ia menjadi bijaksana, dan orang yang tidak punya hati (begitulah kata yang digunakan di sini) hendaklah ia datang ke sana, maka ia akan mendapatkannya. Persiapan-persiapan itu lebih berkaitan dengan tubuh daripada makanan, dan dirancangkan bagi kesembuhan yang paling berharga dan paling diinginkan, yaitu kesembuhan akal budi. Undangan ini ditujukan kepada umum, kepada siapa saja, tanpa kecuali, selain mereka yang mengecualikan diri mereka sendiri. Sekalipun mereka begitu bodoh, namun,

1). Mereka akan disambut.

2). Mereka dapat ditolong. Mereka tidak akan direndahkan atau dibuat putus harapan. Juruselamat kita datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, bukan orang yang bijaksana menurut pandangan mereka sendiri, yang menyangka bahwa mereka melihat (Yohanes 9:41), tetapi orang yang tak berpengalaman, yang sadar akan ketidaktahuan mereka dan malu karenanya, dan orang yang bersedia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat (1 Korintus 3:18).

(b). Apa isi undangan itu.

1). Kita diundang ke rumah Hikmat: singgahlah ke mari. Saya katakan kita, sebab siapakah di antara kita yang tidak mau mengaku memiliki sifat orang yang diundang itu, yang tak berpengalaman dan tidak berakal budi? Pintu-pintu Hikmat tetap terbuka bagi orang-orang seperti itu, dan ia ingin bercakap-cakap sebentar dengan mereka, satu kata demi kebaikan mereka, dan ia pun tidak mempunyai rancangan lain bagi mereka.

2). Kita diundang ke mejanya (Amsal 9: 5): marilah, makanlah rotiku, maksudnya, kecaplah kenikmatan-kenikmatan sejati yang hanya ditemu-kan dalam pengetahuan dan rasa takut akan Allah. Dengan menjalankan iman yang didasarkan atas janji-janji Injil, dengan menerapkannya kepada diri kita sendiri dan menerima penghiburan-penghiburannya, itu berarti kita telah makan, kita telah berpesta menikmati segala persediaan yang telah dibuat Kristus bagi jiwa-jiwa yang miskin. 

Apa yang kita makan dan kita minum menguntungkan diri kita sendiri, kita disehatkan dan disegarkan olehnya. Demikian pula yang dilakukan terhadap jiwa kita oleh firman Allah. Di dalamnya ada makanan dan minuman bagi orang-orang yang berakal budi.

(c). Apa yang dituntut dari orang-orang yang bisa mendapatkan keuntungan dari undangan ini (Amsal 9:6).

1). Mereka harus memutuskan segala pergaulan yang buruk: “Buanglah kebodohan, janganlah bergaul dengan orang bodoh, janganlah mengikuti jalan-jalan mereka, janganlah bersekutu dengan pekerjaan-pekerjaan kegelapan, atau dengan orang-orang yang berurusan dengan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.” Langkah pertama menuju kebajikan adalah menghindari perbuatan tercela, dan oleh sebab itu menghindari orang-orang tercela. Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan.

2). Mereka harus bangun dan bangkit dari antara orang mati. Mereka harus hidup, bukan dalam kesenangan (sebab orang-orang yang berbuat demikian berarti sudah mati selagi mereka hidup), melainkan untuk melayani Allah. Sebab hanya orang-orang yang melakukan itulah yang benar-benar hidup, hidup untuk suatu tujuan. “Janganlah sekadar hidup seperti hewan, seperti binatang, tetapi sekarang, pada saat ini juga, hiduplah seperti manusia. Hiduplah maka kamu akan hidup. Hiduplah secara rohani, maka kamu akan hidup secara kekal” (Efesus 5:14).

3). Mereka harus memilih jalan-jalan Hikmat, dan tetap berada di dalamnya: “Ikutilah jalan pengertian. Aturlah dirimu mulai dari saat ini dengan aturan-aturan agama dan akal budi.” Meninggalkan orang bodoh saja tidak cukup, kita juga harus bergabung dengan orang-orang yang berjalan di dalam hikmat, dan berjalan di dalam semangat dan langkah-langkah yang sama.

[III]. Didikan-didikan yang diberikan Hikmat kepada pelayan-pelayan perempuan yang diutusnya untuk menyampaikan undangan, kepada hamba-hamba Tuhan dan orang lain, yang di tempat mereka masing-masing sedang berusaha melayani kepentingan-kepentingan dan rancangan-rancangannya. Ia memberi tahu mereka,

1. Apa pekerjaan yang harus mereka lakukan, bukan hanya memberitahukan secara umum persiapan-persiapan yang sudah dibuat bagi jiwa-jiwa, dan memberikan tawaran untuk itu secara umum, tetapi mereka juga harus mengalamatkan orang-orang secara pribadi, harus memberitahukan kesalahan-kesalahan mereka. Tegurlah, kecamlah (Amsal 9:7-8). 

Mereka harus mendidik orang-orang itu bagaimana cara memper-baiki diri – ajarilah (Amsal 9:9) Firman Allah, dan karena itu juga pelayanan¬ firman itu, dimaksudkan untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

2. Jenis-jenis orang seperti apa yang akan mereka jumpai, dan bagai-mana mereka harus menghadapi orang-orang itu, dan keberhasilan seperti apa yang bisa mereka harapkan.

(a). Mereka akan berjumpa dengan beberapa pencemooh dan orang fasik yang akan mengejek para utusan Tuhan, dan memperlakukan mereka dengan kasar, akan menertawakan dan mengolok-olok orang yang mengundang mereka ke perjamuan Tuhan, seperti yang sudah mereka lakukan (2 Tawarikh 30:10), dan akan menyiksa mereka (Matius 22:6). 

Dan, meskipun mereka tidak dilarang untuk mengundang orang-orang yang tak berpengalaman ke dalam rumah Hikmat, namun mereka disarankan untuk tidak memaksakan undangan itu dengan cara menegur dan mengecam mereka. Janganlah mengecam seorang pencemooh. Janganlah melemparkan mutiara ini kepada babi (Matius 7:6). Demikian pulalah yang dikatakan Kristus tentang orang-orang Farisi, biarkanlah mereka itu (Matius 15:14).“Janganlah menegur mereka,”

1). “Dalam menilai mereka, sebab orang-orang yang mengolok-olok sarana yang sudah mereka miliki sudah kehilangan kebaikan untuk mendapatkan sarana-sarana selanjutnya. Barangsiapa yang cemar seperti itu, biarlah ia terus cemar . Barangsiapa bersekutu dengan berhala-berhala, biarkanlah dia. Lihatlah, kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain .”

2). “Dalam bersikap bijak terhadap dirimu sendiri. Karena, jika engkau menegur mereka,” 

Pertama, “Jerih payahmu akan sia-sia, dan dengan demikian mendatangkan cemooh kepada dirimu sendiri karena kekecewaan itu.” 

Kedua, “Engkau membuat mereka kesal. Sekalipun engkau melakukannya dengan begitu bijak dan begitu lembut, jika engkau terus melakukannya, mereka akan membencimu, mereka akan menimpakan celaan-celaan kepadamu, dan mengatakan segala hal yang jahat yang dapat mereka katakan tentangmu, dan dengan demikian engkau akan mendapatkan aib. Oleh sebab itu, lebih baik engkau tidak mencampuri urusan mereka, sebab teguran-teguranmu kemungkinan akan lebih mendatangkan keburukan daripada kebaikan.”

(b). Mereka akan berjumpa dengan orang lain yang bijaksana, baik, dan adil. Syukur kepada Allah, tidak semua orang adalah pencemooh. Kita akan berjumpa dengan beberapa orang yang begitu bijak bagi diri mereka sendiri, begitu adil terhadap diri mereka sendiri, sehingga mereka bersedia dan senang untuk diajar. Apabila kita berjumpa dengan orang-orang seperti itu,

1). Jika ada kesempatan, kita harus menegur mereka. Sebab orang-orang bijak tidaklah bijak dengan sempurna, tetapi selalu ada yang perlu ditegur dalam diri mereka. Kita tidak boleh mengabaikan kesalahan-kesalahan siapa saja hanya karena kita menghormati kebijaksanaannya, dan orang bijak juga tidak boleh berpikir bahwa hikmat meluputkannya dari teguran ketika ia mengatakan atau melakukan sesuatu yang bodoh. 

Sebaliknya, semakin besar hikmat yang dimiliki orang, semakin dia seharusnya ingin ditunjukkan kelemahannya, sebab sedikit kebodohan merupakan noda besar bagi orang yang terkenal akan hikmat dan kehormatannya.

2). Dengan teguran-teguran kita, kita harus memberi mereka nasihat, dan harus mengajar mereka (Amsal 9: 9).

3). Kita dapat berharap bahwa tindakan kita itu akan dipandang sebagai tindakan kasih (Mazmur 141:5). Orang bijak akan menganggap sebagai teman mereka yang berhubungan dengan dia apa adanya: “Tegurlah orang seperti itu, maka engkau akan dikasihinya karena caramu yang terus terang, ia akan berterima kasih kepadamu, dan menginginkan engkau untuk melakukan kebaikan yang sama pada lain waktu, jika ada kesempatan untuk itu.” Adalah contoh besar dari hikmat bahwa ia menerima teguran dengan baik, sama seperti ia memberikannya.

4). Karena diterima dengan baik, teguran itu akan membawa kebaikan, dan mencapai tujuannya. Orang bijak akan menjadi lebih bijak karena teguran-teguran dan didikan-didikan yang diberikan kepadanya. Pengetahuannya akan bertambah, ia akan semakin banyak belajar, dan dengan demikian bertumbuh di dalam anugerah. Janganlah orang berpikir bahwa mereka terlalu bijak untuk belajar, atau begitu baik sehingga tidak perlu menjadi lebih baik lagi, dan oleh sebab itu tidak perlu diajar. Kita harus terus maju, dan terus mengejar pengetahuan sampai kita menjadi manusia sempurna.

Berilah orang bijak (begitu dalam bahasa aslinya), berilah dia nasihat, berilah dia teguran, berilah dia penghiburan, maka ia akan menjadi lebih bijak. Berilah dia kesempatan (menurut versi Septuaginta), kesempatan untuk menunjuk-kan hikmatnya, maka ia akan menunjukkannya, dan tindakan-tindakan hikmat akan memperkuat kebiasaan-kebiasaan untuk menunjukkan hikmat itu.

[IV]. Nasihat-nasihat yang diberikannya kepada orang-orang yang diundang, yang harus ditanamkan kepada mereka oleh pelayan-pelayan perempuannya.

1. Biarlah mereka mengetahui apa sebenarnya yang ada di dalam hikmat yang sejati itu, dan jamuan apa yang akan mereka dapatkan di meja Hikmat (Amsal 9:10).

(a). Hati harus memegang rasa takut akan Allah. Itulah permulaan hikmat. Penghormatan terhadap keagungan Allah, dan kengerian terhadap murka-Nya, adalah rasa takut akan Allah yang merupakan permulaan, langkah pertama, menuju agama yang benar, yang dari sini timbul semua hal lain yang menjadi contoh dari agama yang benar. Rasa takut ini bisa saja menyiksa pada mulanya, akan tetapi kasih, secara berangsur-angsur, akan mengusir rasa tersiksa itu.

(b). Kepala harus diisi dengan pengetahuan tentang perkara-perkara mengenai Allah. Mengenal perkara-perkara yang kudus (kata yang digunakan di sini jamak) adalah pengertian, perkara-perkara yang berhubungan dengan pelayanan terhadap Allah (semua itu disebut sebagai perkara-perkara yang kudus), yang berhubungan dengan pengudusan kita sendiri. Teguran disebut sebagai barang yang kudus (Matius 7:6).

Atau pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang kudus, yang diajarkan oleh para nabi yang kudus, pengetahuan tentang perkara-perkara yang dibicarakan orang-orang kudus oleh dorongan Roh Kudus. Inilah pengertian. Inilah pengertian yang terbaik dan paling berguna, yang akan sangat bermanfaat bagi kita, dan akan mendatangkan hal terbaik.

2. Biarlah mereka mengetahui apa keuntungan-keuntungan dari hikmat ini (Amsal 9:11): “Karena oleh aku umurmu diperpanjang. Hikmat akan membantu menyehatkan tubuhmu, dan dengan demikian tahun-tahun hidupmu di bumi akan ditambah, sedangkan kebodohan dan ketamakan manusia akan mempersingkat hari-hari mereka. 

Hikmat akan membawamu ke sorga, dan di sana hari-harimu akan diperpanjang in infinitum – tak terhingga, dan tahun-tahun hidupmu akan ditambah sampai seterusnya.” Tidak ada hikmat yang sejati selain di dalam jalan agama, dan tidak ada hidup yang sejati selain di ujung jalan itu.

3. Biarlah mereka mengetahui apa akibat dari perbuatan mereka dengan memilih atau menolak tawaran yang baik ini (Amsal 9:12). Inilah:

(a). Kebahagiaan orang-orang yang memeluknya: “Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri. Engkau sendiri yang akan diuntungkan olehnya, bukan Hikmat.” Manusia tidak bisa menguntungkan bagi Allah. 

Demi kebaikan kita sendirilah kita dibujuk seperti itu. “Engkau tidak akan meninggalkan keuntungan itu kepada orang lain” (sebagaimana kita meninggalkan harta duniawi kita ketika kita mati, yang oleh sebab itu disebut sebagai harta orang lain, Lukas 16:12),“tetapi engkau akan membawanya serta ke dalam dunia lain.” Orang-orang yang bijak bagi jiwa mereka sendiri berarti bijak bagi diri mereka sendiri, sebab jiwa adalah inti dari manusia itu sendiri. Dan juga, tidak ada orang yang akan berusaha mencari kepentingan yang sejati bagi diri mereka sendiri selain mereka yang benar-benar beragama.


Untuk mencapai maksud ini, kita disarankan untuk datang kepada Allah, supaya kita dipulihkan dari apa yang merupakan kebodohan dan kemerosotan kita. Hal ini membuat kita sibuk mengerjakan apa yang paling menguntungkan di dunia ini, dan membuat kita berhak mendapatkan apa yang jauh lebih menguntungkan di dunia yang akan datang.

(b). Aib dan kehancuran yang menimpa orang-orang yang meremehkannya: “Jikalau engkau mencemooh tawaran Hikmat, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya.”

1). “Engkau akan menanggung kesalahannya.” Orang-orang yang baik harus bersyukur kepada Allah, tetapi orang-orang yang fasik harus mempersalahkan diri mereka sendiri. Apa yang menimpa orang fasik itu tidak terjadi karena Allah (Dia bukan pencipta dosa). Iblis hanya bisa menggoda, tetapi tidak bisa memaksa. Teman-teman yang fasik hanyalah alat-alatnya. Karena itu, semua kesalahan pastilah ada pada si orang berdosa itu sendiri.

2). “Engkau akan menanggung kerugian dari apa yang engkau cemooh itu. Itu akan menghancurkan dirimu sendiri. Darahmu akan ditanggungkan ke atas kepalamu sendiri, dan pertimbangan tentang hal ini akan memperburuk penghukumanmu: Anakku, ingatlah, bahwa engkau sudah diberi tawaran yang baik ini, namun engkau tidak mau menerimanya. Engkau punya kesempatan untuk hidup, namun engkau lebih memilih maut.
Next Post Previous Post