Tunduk, Mempercantik, dan Menghormati dalam Perkawinan (1 Petrus 3:1-7)

Pendahuluan:

Dalam 1 Petrus 3:1-7, terdapat prinsip-prinsip yang mendalam mengenai hubungan suami-istri dalam konteks perkawinan. Petrus memberikan arahan mengenai tunduknya istri kepada suami, kecantikan yang sejati, dan tata cara suami dalam memperlakukan istrinya. Prinsip-prinsip ini tidak hanya relevan dalam konteks masyarakat kuno, tetapi juga memberikan panduan yang berharga bagi hubungan perkawinan modern. Mari kita telaah lebih lanjut mengenai pesan-pesan ini.
Tunduk, Mempercantik, dan Menghormati dalam Perkawinan (1 Petrus 3:1-7)
Bagian I. Istri harus tunduk kepada suami

Pada bagian ini penulis akan membahas ayat per ayat dan membandingkan dengan berbagai tafsiran Alkitab yang berbeda, kemudian penulis akan menyoroti kata-kata yang dianggap penting untuk memahami makna kata itu secara mendalam sehingga penulis mendapati informasi yang lebih luas mengenai ayat-ayat yang akan dijelaskan sebagai beriku: Dalam Alkitab Terjemahan Baru (Indonesia) adalah: 

(1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 

(2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.”

 Sementara dalam Alkitab terjemahan King James Version (KJV) adalah: 

(1) Likewise, ye wives, be in subjection to your own husbands; that, if any obey not the word, they also may without the word be won by the conversation of the wives; 

(2) While they behold your chaste conversation coupled with fear. Yang artinya: (1) demikian juga kamu, isteri tunduklah kepada suamimu; bahwa, jika ada yang tidak mematuhi kata, mereka juga dapat tanpa kata dimenangkan oleh percakapan para istri; (2) sementara mereka melihat percakapan sucimu disertai dengan ketakutan.”

Terjemahan dalam Alkitab NIV (New International Version) adalah: 

(1) Wives, in the same way be submissive to your husbands so that, if any of them do not believe the word, they may be won over without words by the behavior of their wives, 

(2) When they see the purity and reverence of your lives. 

Yang artinya: (1) Istriku, dengan cara yang sama tunduk kepada suamimu sehingga, jika ada diantara mereka yang tidak percaya pada kata, mereka dapat dimenangkan tanpa kata-kata oleh perilaku istri mereka. (2) ketika mereka melihat kemurnian dan hormat hidupmu.” 

Dalam Alkitab Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) adalah: 

(1) “Begitu juga kalian, istri-istri, harus tunduk kepada suami supaya kalau di antara mereka ada yang tidak percaya kepada berita dari Allah, kelakuanmu dapat membuat mereka menjadi percaya. Dan tidak perlu kalian mengatakan apa-apa kepada mereka. 

(2) sebab mereka melihat kelakuanmu yang murni dan saleh.”

Dari terjemahan Alkitab yang berbeda-beda tidak ada perbedaan yang terlalu besar, maksud dari ayat tersebut adalah perintah kepada istri-istri untuk berlaku tunduk kepada suaminya, agar lewat kelakuan istri maka suami akan dimenangkan untuk Tuhan. Dalam masyarakat kuno kaum ibu dan kaum hamba menjadi golongan yang sama, yakni ‘kelas bawahan’. 

Agama Kristen mengangkat kedudukan kedua golongan ini. dalam hal ini Petrus mengutamakan kesamaan rohani antara suami dan istri selaku teman pewaris, meskipun Petrus mempertahankan pengabdian isteri terhadap suami, sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah. wanita Kristen zaman itu ada yang bersuamikan orang yang tidak percaya kepada Kristus, dan Petrus menekankan betapa pentingnya berkelakuan seperti Kristus, supaya dengan demikian mereka dimenangkan.

Posisi para istri yang lebih sulit dibandingkan para suami. Jika seorang suami menjadi Kristen, maka secara otomatis ia akan membawa istrinya ke dalam gereja dan tidak akan ada masalah. Akan tetapi, jika seorang istri menjadi Kristen sementara suaminya tidak, maka si istri mengambil satu langkah yang belum perna terjadi sebelumnya dan akan menimbulkan banyak masalah yang sangat berat. Dalam lingkungan masyarakat kuno, para perempuan sama sekali tidak memiliki hak. 

Di bawah hukum orang Yahudi, seorang perempuan dianggap sebagai benda. Seorang perempuan dimiliki oleh suaminya, sama seperti domba-domba dan kambing-kambingnya. Tidak ada alasan apapun yang dapat membuat seorang istri meninggalkan suaminya, walaupun suaminya dapat menceraikan istrinya setiap saat. Dalam masyarakat Yunani, tugas perempuan adalah “tinggal di rumah dan taat kepada suaminya”. Tanda-tanda seorang perempuan itu baik ialah hanya sedikit melihat, sedikit mendengar, dan sedikit bertanya. Ia tidak memiliki kebebasan dan tidak boleh memiliki pendapatnya sendiri

Sesuai dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di lingkungan masyarakat kuno menganggap istri tidak memiliki kedudukan yang penting di dalam keluarga. Sehingga Petrus menginginkan agar istri-istri dapat tunduk kepada suami dan dapat berkelakuan yang baik. 1 Petrus 3:1. Demikian juga” berarti ungkapan yang berkaitan dengan 1 Petrus 2:18. Ini berarti bahwa istri harus tunduk kepada suaminya, sama seperti hamba tunduk kepada majikannya. 

Kata-kata ini mungkin jelas memperlihatkan keadaan masyarakat pada waktu itu, yaitu kedudukan wanita tidak lebih baik dari pada hamba. sama seperti orang Kristen harus tunduk kepada Kristus, begitu pula istri harus taat kepada suaminya. Kalau suaminya belum menjadi Kristen, maka suaminya juga mau menjadi Kristen dengan melihat cara hidup istrinya, walaupun istrinya tidak menyuruh suaminya supaya percaya kepada Kristus

(1 Petrus 3:1). Firman Allah yang suci menekankan kebenaran yang terbukti, yaitu bahwa perbuatan lebih keras dari pada perkataan. Suami-suami yang tidak percaya akan dimenangkan, bukan dengan apa yang dikatakan istri mereka, melainkan “jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu. (1 Petrus 3:2). 

Karena kata-kata keluar dengan mudah, tetapi perubahan dalam mana kelakuan yang penuh dosa menjadi baik adalah proses yang berjalan lambat dan memakai banyak waktu, seorang istri dapat dengan mudah mengatakan sesuatu, tetapi masih biasa berbuat hal-hal yang bertentangan dengan perkataannya. Sebab itu Tuhan menentukan larangan ini untuk melindungi, baik diri-Nya maupun istri Kristen itu dari cemoohan dan tertawaan. 

Jadi menurut hemat penulis, istri tidak perlu banyak berkata-kata untuk membuat suaminya percaya. Karena suami hanya perlu melihat kehidupan istrinya, jika istrinya tunduk kepada Allah maka sudah jelas istri juga akan melakukan hal yang sama kepada suami, yaitu tunduk kepada suami dan dengan sendirinya suami akan mengambil keputusan untuk percaya kepada Kristus

Bagian II. Istri mempercantik dirinya dengan hal yang baik dan bukan dengan perhiasan saja

Pada bagian ini penulis akan membahas ayat per ayat dan membandingkan dengan berbagai tafsiran Alkitab yang berbeda, kemudian penulis akan menyoroti kata-kata yang dianggap penting untuk memahami makna kata itu secara mendalam sehingga penulis mendapati informasi yang lebih luas mengenai ayat-ayat yang akan dijelaskan sebagai berikut: Dalam Alkitab Terjemahan Baru (Indonesia) adalah: Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Sementara dalam Alkitab terjemahan Kings James Version (KJV) adalah: Whose adorning let it not be that outward adorning of plaiting the hair, and of wearing of gold, or of putting on of apparel; But let it be the hidden man of the heart, in that which is not corruptible, even the ornament of a meek and quiet spirit, which is in the sight of God of great price. For after this manner in the old time the holy women also, who trusted in God, adorned themselves, being in subjection unto their own husbands: Even as Sara obeyed Abraham, calling him lord: whose daughters ye are, as long as ye do well, and are not afraid with any amazement.” Terjemahannya: yang menghiasi pakaian itu bukanlah pakaian yang dirajut dari menganyam rambut, memakai emas, atau mengenakan pakaian. tetapi biarlah orang itu yang tersembunyi di dalam hati, yang tidak dapat dirusakkan, bahkan amarah dari roh yang lemah lembut dan pendiam, yang di mata Allah sangat berharga. Yang artinya: Karena setelah itu dahulu kala para wanita kudus, yang percaya kepada Allah, menghiasi diri mereka, dan tunduk kepada suami mereka sendiri, Bahkan ketika Sara menaati Abraham, memanggilnya tuan: yang putrinya kamu, selama kamu melakukannya dengan baik, dan tidak takut dengan takjub

Terjemahan dalan NIV (New International Version) adalah: Your beauty should not come from outward adornment, such as braided hair and the wearing of gold jewelry and fine clothes. 4Instead, it should be that of your inner self, the unfading beauty of a gentle and quiet spirit, which is of great worth in God's sight. For this is the way the holy women of the past who put their hope in God used to make themselves beautiful. They were submissive to their own husbands, like Sarah, who obeyed Abraham and called him her master. You are her daughters if you do what is right and do not give way to fear. Terjemahannya: kecantikanmu seharusnya tidak berasal dari perhiasan luar, seperti rambut kepang dan pemakaian perhiasan emas dan pakaian bagus. sebaliknya, itu harus dari diri batiniah Anda, keindahan roh yang lemah lembut dan tenang, yang sangat berharga di mata Allah. Karena beginiliah cara wanita kudus di masa lalu yang menaruh harapan pada Allah untuk menjadikan diri mereka cantik, mereka tunduk kepada suami mereka sendiri. Seperti Sara yang menaati Abraham, dan memanggilnya tuannya. Engkau adalah anak-anak perempuannya jika kamu melakukan yang benar dan tidak menyerah.”

Dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) adalah: “Janganlah kecantikanmu hanya kecantikan luar, seperti misalnya menghias rambut atau memakai perhiasan, atau berpakaian yang mahal-mahal. sebaliknya, hendaklah kecantikanmu timbul dari dalam batin, budi pekerti yang lemah lembut dan tenang; itulah kecantikan abadi yang sangat berharga menurut pandangan Allah. Dengan cara inilah pada zaman dahulu wanita-wanita beragama yang berharap kepada Allah mempercantik diri dengan tunduk kepada suami mereka. 

Sara pun begitu juga, ia taat kepada Abraham dan menyebut dia tuannya. Saudara sekarang adalah anak-anak Sara, kalau kalian melakukan hal-hal yang baik dan tidak takut kepada apa pun.” Dari terjemahan Alkitab yang berbeda-beda tidak ada perbedaan yang terlalu besar, maksud dari ayat tersebut adalah perintah kepada istri-istri untuk mempercantik dirinya dengan hal-hal yang baik dan bukan dengan perhiasan saja.

Mengenai ayat tiga sampai enam, bahwa: Di dalam 1 Petrus 3:3 Perhiasan . . . secara lahiriah, kata-kata benda berikutnya menggemukakan perbedaan yang besar dengan sikap yang terdapat dalam 1 Petrus 3:2, karena semua kata benda itu aktif dan menekankan waktu dan tenaga yang digunakan untuk kepentingan merias diri: tapi Allah justru mengharapkan keindahan budi pakerti yang tidak pernah akan lenyap. 

Di dalam  1 Petrus 3:4 Roh yang lemah lembut dan tenteram berarti roh yang menanggung segala sesuatu yang dibebankan oleh orang lain ke atasnya tanpa membebankan sesuatu kepada orang lain. sifat demikian mempunyai silsilah yang baik di dalam umat Allah. sifat demikian mempunyai sifat yang baik di dalam umat Allah – Sara, Ribka, Rut, Hana – sebagai seorang ibu yang sifatnya demikian bagaikan anak Sara yang sungguh, berdasarkan keturunan rohani dan kesamaan pribadi. Sara menamai Abraham tuannya mungkin ada hubungannya dengan (Kejadian 18:12), di mana kata ‘suami’ juga dapat berarti ‘tuan’ atau ‘penguasa’.

Dalam dunia kuno para perempuan tidak memiliki bagian dalam kehidupan publik. Mereka tidak memiliki apa pun untuk melewati waktunya. Untuk alasan itu terkadang dikatakan agar mereka diizinkan memiliki minat dalam urusan pakaian dan perhiasan. 

Kekristenan masuk ke dalam dunia di mana kemewahan dan kemerosotan moral saling bercampur di hadapan semuanya ini Petrus sangat memohon agar berbagai rahmat yang menghiasi hati merupakan barang-barang yang berharga di mata Allah. inilah mutiara-mutiara yang menghiasi para perempuan kudus di zaman dahulu kala. Yesaya menyebut Sara sebagai ibu umat beriman (Yesaya 5:12); dan sekiranya istri-istri Kristen dihiasi dengan berbagai dengan berbagai karunia kesederhanaan, kerendahan hati dan kesucian, mereka dan anak-anak gadisnya akan berada dalam keluarga umat yang beriman kepada Allah.

Di 1 Petrus 3:3-4, Petrus membandingkan antara kecantikan dari luar dengan kecantikan dari dalam. Kecantikan dari luar bergantung pada perhiasan ... secara lahiriah. Namun kecantikan dari dalam bergantung pada manusia batiniah yang tersembunyi. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah: perempuan sebenarnya tidak dilarang memakai benda-benda perhiasan di tubuh mereka. Namun mereka tidak boleh bergantung pada benda-benda itu untuk kecantikan mereka. Kecantikan dari luar sangat bergantung pada perhiasan yang harus dipakai secara lahiriah. 

Daniel juga menjelaskan kalimat selanjutnya di dalam  1 Petrus 3:3, yaitu: “Dengan mengepang-ngepang rambut”: ungkapan ini diterjemahkan dari arti harfiah “rambut yang berkepang-kepang” atau “rambut yang dijalin”. Wanita-wanita Yunani maupun Romawi pada zaman itu sangat suka menata rambut mereka dengan cara seperti ini. mereka suka menjalin rambut lalu menyanggulnya tinggi-tinggi. Mereka bahkan menjalin rambut mereka dengan rantai emas atau rangkaian mutiara. 

Selanjutnya “memakai perhiasan emas”: ungkapan perhiasan emas secara umum bisa berarti segala macam benda perhiasan. Dan kalimat terakhir di ayat tiga “dengan mengenakan pakaian yang indah-indah”: di daerah tertentu, perempuan mungkin hanya memakai pakaian yang sederhana saja, seperti rok dan blus, perempuan yang berpakaian indah-indah mungkin dianggap sebagai pelacur.

Selanjutnya akan dijelaskan ayat empat, bahwa: Kata “tetapi”: kata ini dapat diterjemahkan menjadi: justru sebaiknya, atau melainkan, atau sebaliknya. Kata tetapi juga bisa dihilangkan dan langsung membuat kalimat baru, misalnya: yang membuat perempuan menjadi cantik adalah .. . kalimat selanjutnya di dalam ayat empat “perhiasanmu adalah manusia batiniah yang tersembunyi”: kecantikan yang sejati seharusnya memancar dari dalam diri manusia batiniah yang tersembunyi. 

Ungkapan ini berasal dari arti yang lebih harfiah “manusia yang tersembunyi [di] hati”, atau “manusia hati yang tersembunyi”. Di sini “manusia yang tersembunyi itu sama juga dengan “hati”. Kata “hati” di sini berarti diri seorang seutuhnya, khususnya sifat dan kepribadiannya. Selanjutnya kalimat “perhiasan yang tidak binasa”: kecantikan dari dalam ini selanjutnya dikatakan sebagai perhiasan yang tidak binasa. Ungkapan “yang tidak binasa” menunjukkan perbedaan dengan perhiasan lahiriah yang hanya bersifat sementara (1 Petrus 3:3)

Jadi,  1 Petrus 3:3-6 merupakan perintah kepada istri-istri untuk tidak mempercantik dirinya dengan perhiasan yang dapat binasa. Karena, itu merupakan kecantikan yang sementara saja. Yang terpenting adalah mempercantik diri dengan watak yang benar di hadapan Tuhan, karena itulah yang menjadi penghargaan di hadapan Tuhan. Istri hanya perlu melakukan buah Roh Kudus di dalam kehidupannya daripada hanya mempercantik diri secara lahiriah. 

Jika para istri mempercantik dirinya dengan kecantikan batiniah, maka bukan berarti para istri tidak boleh untuk mempercantik diri secara lahiriah. Karena yang perlu ditekankan adalah kecantikan yang tidak akan binasa. Jadi, istri harus menyerahkan segala sesuatu yang ada di dalam keluarganya ke dalam tangan Tuhan, karena jika istri menaruh segalanya ke dalam tangan Tuhan, maka kekawatiran dan ketakutan tidak akan menanggungnya

Bagian III. Perintah kepada suami-suami untuk berlaku bijak dan menghormati istrinya

Pada bagian ini penulis akan membahas ayat per ayat dan membandingkan dengan berbagai tafsiran Alkitab yang berbeda, kemudian penulis akan menyoroti kata-kata yang dianggap penting untuk memahami makna kata itu secara mendalam sehingga penulis mendapati informasi yang lebih luas mengenai ayat-ayat yang akan dijelaskan sebagai berikut: Dalam Alkitab Terjemahan Baru (Indonesia) adalah: demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. 

Sementara dalam Alkitab terjemahan King James Version (KJV) adalah: Likewise, ye husbands, dwell with them according to knowledge, giving honour unto the wife, as unto the weaker vessel, and as being heirs together of the grace of life; that your prayers be not hindered. Yang artinya: demikian juga, hai para suami, tinggalah bersama mereka menurut pengetahuan, memberikan hormat kepada istri, seperti kepada bejana yang lebih lemah, dan sebagai ahli waris bersama dari kasih karunia hidup; agar doamu tidak terhalang.

Terjemahan dalam Alkitab NIV (New International Version) adalah: Husbands, in the same way be considerate as you live with your wives, and treat them with respect as the weaker partner and as heirs with you of the gracious gift of life, so that nothing will hinder your prayers. Yang artinya: para suami, dengan cara yang sama menjadi perhatian seperti Anda tinggal dengan istri Anda, dan memperlakukan mereka dengan hormat sebagai pasangan yang lebih lemah dan sebagai ahli waris dengan Anda dari anugerah hidup, sehingga tidak ada yang akan menghalangi dia Anda. 

Dalam Alkitab terjemahan sehari-hari (BIS) adalah: dan kalian juga, suami-suami, hendaklah hidup dengan penuh pengertian terhadap istrimu, dan dengan kesadaran bahwa mereka adalah kaum yang lemah. Perlakukanlah mereka dengan hormat, sebab mereka bersama-sama dengan kalian, akan menerima anugerah hidup yang sejati dari Allah. lakukanlah ini, supaya tidak ada yang menghalangi doamu.”

Dari terjemahan Alkitab yang berbeda-beda tidak ada perbedaan yang terlalu besar, maksud dari ayat tersebut adalah perintah kepada suami-suami untuk berlaku bijak dan menghormati istrinya. David Wheaton memberikan penjelasan mengenai ayat tujuh, bahwa: ungkapan “Demikian juga” artinya ‘dalam roh yang sama’ mungkin mengingat kembali kepada 1 Petrus 2:17, yaitu ajakan yang biasa untuk menghormati semua orang. 

Kemungkinan lain ungkapan ini memandang kelakuan isteri sambil menganjurkan suami agar berbuat sama dengan saling mengerti dan mengasihi.” Petrus baru saja mengatakan tugas para istri. sekarang ia mengatakan tugas para suami. Sebuah perkawinan harus didasari pada kewajiban timbal balik. Jika di dalam sebuah perkawinan seluruh kewajiban ada pada pihak yang lain, maka perkawinan tersebut tidak sempurna dan kemungkinan besar akan gagal.”

1 Petrus 3:7. Ungkapan “Hiduplah ... dengan istrimu” artinya ‘hidup bersama’. Kata ini mungkin berkaitan dengan hubungan khusus suami istri (yaitu hubungan seksual), tetapi mungkin juga hubungan suami istri dalam arti yang lebih umum. Ungkapan “hiduplah bijaksana dengan istrimu”. Kata ‘bijaksana’ diterjemahkan dari arti harfiah ‘dalam pengetahuan’. Secara umum, ‘pengetahuan’ bisa berarti pemahaman tentang hal-hal yang pantas dilakukan. Secara khusus, kata ini bisa juga berarti pemahaman secara Kristen, yaitu pemahaman tentang hal-hal yang pantas dilakukan berdasarkan Injil. 

Ada dua hal di hal yang dimaksud dengan ‘pengetahuan’, yaitu: (1) memahami bahwa perempuan adalah kaum yang lemah. (2) memahami bahwa, seperti suami, istri juga merupakan pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.

Suami perlu berlaku bijak kepada istri dalam melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan Injil. Ungkapan “sebagai kaum yang lebih lemah”: artinya mungkin lebih lemah tubuhnya dan kedudukan mereka lebih rendah dalam pandangan masyarakat waktu itu. Selajutnya ungkapan “hormatilah mereka”: artinya sikap menghormati yang ditujukan kepada orang yang kuat dan berkuasa. Namun di sini suami-suami disuruh menghormati istrinya masing-masing, justru karena istrinya lebih lemah. 

Ungkapan “teman pewaris dari kasih karunia”: kata Yunani untuk ‘pewaris’ berarti orang menerima sesuatu dari orang tuanya sesudah orang tuanya meninggal. Di sini istri merupakan ‘teman pewaris’ bersama suaminya. Namun warisan yang dimaksud di sini adalah pemberian dari Allah. ungkapan “kasih karunia” artinya pemberian Allah bersifat cuma-cuma. 


Kata “kehidupan” artinya hidup kekal. Dan ungkapan yang terakhir “supaya doamu jangan terhalang”: ini merupakan tujuan mengapa para suami harus hidup bijaksana dan menghormati istrinya. Menurut hemat penulis, Meskipun suami adalah seorang yang lebih mempunyai kedudukan, tetapi suami harus berlaku bijak dan menghormati istrinya.

Kesimpulan:

Dalam 1 Petrus 3:1-7, kita melihat prinsip-prinsip yang penting untuk hubungan suami-istri dalam perkawinan. Pertama, istri diminta untuk tunduk kepada suami mereka, bukan hanya untuk suami yang percaya, tetapi juga untuk yang belum percaya, dengan harapan dapat memenangkan mereka bagi Kristus melalui perilaku yang saleh. Kedua, istri diajarkan untuk mempercantik diri dengan kebaikan batiniah, yang jauh lebih berharga di mata Allah daripada perhiasan luar. Ketiga, suami diberi perintah untuk berlaku bijaksana dan menghormati istrinya, mengakui bahwa mereka adalah teman pewaris dari kasih karunia hidup.

Dari prinsip-prinsip ini, kita dapat melihat bahwa hubungan suami-istri dalam perkawinan adalah panggilan untuk saling mendukung, melengkapi, dan menghormati satu sama lain. Perintah untuk tunduk dan mempercantik diri bukanlah bentuk inferioritas, tetapi merupakan cara untuk membentuk hubungan yang sehat dan harmonis di dalam Kristus. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, hubungan suami-istri dapat menjadi cerminan dari kasih karunia dan kesalehan di dalam Kristus, memuliakan Allah dalam setiap aspek kehidupan perkawinan.
Next Post Previous Post