Amsal 10:18-25 - Penggunaan Yang Benar Terhadap Lidah

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : Amsal 10:18-25 - Penggunaan Yang Benar Terhadap Lidah

Amsal 10:18. “Siapa menyembunyikan kebencian, dusta bibirnya; siapa mengumpat adalah orang bebal.”
AMSAL 10:18-25 - PENGGUNAAN YANG BENAR TERHADAP LIDAH
Perhatikan di sini bahwa kejahatan merupakan perbuatan bodoh dan fasik.

1. Memang demikian, ketika kejahatan ditutupi oleh kata-kata manis dan penyamaran: Siapa yang menyembunyikan kebencian dengan bibir yang berdusta, meskipun menganggap dirinya sendiri cerdik, adalah orang bebal. Sebab, jika sampai tersingkap kebenciannya itu, maka dia akan menderita malu di depan orang lain dan kehilangan kesempatan untuk memuaskan kejahatannya. Bibir yang berdusta sendiri saja sudah buruk, apa lagi jika dipakai sebagai selubung kejahatan , ada bahaya khusus di dalamnya. Namun bodohlah orang yang menyangka bisa menyem-bunyikan apa pun dari Allah.

2. Bukan berarti lebih baik kejahatan dinyatakan melalui perkataan yang licik dan penuh muslihat: siapa memfitnah adalah orang bebal juga, karena cepat atau lambat Allah akan memunculkan kebenaran itu seperti terang yang hendak ditutupinya, dan Allah juga akan menemukan cara untuk menyingkirkan fitnah itu.
--------
Amsal 10:18-25 - Penggunaan Yang Benar Terhadap Lidah

Amsal 10:19.“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.”

Di sini kita dinasihati sehubungan dengan penguasaan lidah, yang wajib dimiliki orang Kristen.

1. Adalah baik apabila kita sedikit berkata-kata, karena di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, atau dosa tidak akan berhenti. Biasanya, barang siapa banyak bicara, banyak melantur. Dan di antara banyaknya kata-kata, mau tidak mau pasti ada perkataan yang sia-sia, yang harus segera mereka pertanggungjawabkan. Siapa yang senang mendengar diri mereka sendiri berbicara tidak memikirkan apa yang harus mereka lakukan sebagai tanda pertobatan. Karena hanya akan ada sedikit pertobatan, dan cepat atau lambat akan demikian, di mana ada pelanggaran terjadi.

2. Karena itu, adalah baik jika kita menutup mulut seperti dengan kekang : Siapa menahan bibirnya, yang sering memeriksa dirinya sendiri, menekan apa yang dipikirkannya dan menahannya supaya tidak diketahui, dialah orang yang berakal budi. Itu merupakan bukti akan hikmatnya, dan di situ dia mendapatkan kedamaian. Perkataan yang sedikit cepat dilupakan (Amsal 5:13; Yakobus 1:19).
=======
Amsal 10:18-25 - Penggunaan Yang Benar Terhadap Lidah

Amsal 10:20-21.“Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya. 

Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi.”
Di sini kita diajar bagaimana cara menghargai orang. Bukan karena kekayaan serta kedudukan mereka di dunia, melainkan karena perbuatan baik mereka.

[I]. Orang-orang yang baik adalah orang-orang yang berguna. 

Meskipun di dunia ini mereka miskin dan hina dan tidak memiliki kekuasaan dan kekayaan yang bisa dipakai untuk melakukan kebaikan, namun demikian, selama mereka mempunyai mulut untuk berbicara, maka mereka adalah orang yang bernilai dan berguna. Oleh karena itu, kita harus menghargai orang-orang yang takut akan Allah, karena dari perbendaharaan mereka yang baik mereka mengeluarkan hal-hal yang baik .

1. Mulut mereka menjadikan mereka bernilai: Lidah orang benar seperti perak pilihan. Mereka adalah orang yang tulus, bebas dari noda kesalahan dan rancangan yang jahat. Firman Allah diumpamakan sebagai perak yang dimurnikan (Mazmur 12:7), karena firman Allah bisa diandalkan, demikian pula perkataan orang benar. Perkataan mereka memiliki bobot dan nilai, dan akan memperkaya mereka yang mendengarnya dengan menggunakan hikmat, dan perkataan itu lebih baik daripada perak pilihan.

2. Mulut mereka membuat mereka berguna: Bibir orang benar meng-gembalakan banyak orang (KJV: memberi makan banyak orang – pen.), karena mereka penuh dengan firman Allah, yang merupakan roti hidup, dan pengajaran sehat yang membangun jiwa. Perkataan yang saleh adalah makanan rohani bagi orang yang membutuhkan dan yang lapar.

[II]. Orang-orang yang jahat adalah orang-orang yang tidak berguna.

1. Orang tidak bisa memperoleh apa-apa yang baik dari mereka: pikiran orang fasik sedikit nilainya, oleh karena itu apa yang tercurah keluar dari pikirannya tidak banyak berharga. Prinsip yang dianutnya, gagasannya, pemikirannya, rencana-rencananya, dan segala sesuatu yang ada pada-nya serta memengaruhinya, bersifat duniawi dan penuh kedagingan.

Karenanya, semua itu tidak ada nilainya. Siapa yang berasal dari bumi, berkata-kata dalam bahasa bumi , ia tidak memahami ataupun menikmati hal-hal yang berasal dari Allah (Yohanes 3:31; 1 Korintus 
2:14). Meskipun orang fasik tidak memahami hal-hal rohani sebagaimana orang benar, ia berpura-pura demikian, dan bersyukur kepada Allah bahwa hatinya baik. Namun, Dia yang menyelidiki hati berkata sebaliknya: “Hatinya tidak bernilai.”

2. Orang tidak bisa berbuat baik terhadap mereka. Sementara banyak orang diberi makan oleh bibir orang benar, orang bodoh mati karena kurang akal budi. Dan mereka memang bodoh, karena mati kekurangan sesuatu yang sebenarnya bisa mereka per oleh dengan mudah. Orang bodoh mati karena kekurangan hati (demikianlah arti kata itu). Mereka binasa karena kekurangan pertimbangan dan jawaban. Mereka tidak memiliki hati untuk melakukan apa yang baik bagi diri mereka sendiri. Sementara orang benar memberi makan orang lain, orang bodoh kelaparan sendiri.
----------
KEUNTUNGAN ORANG BENAR.

Amsal 10:22. “Berkat TUHAN lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”

Kebanyakan orang menaruh hatinya sedemikian rupa pada kekayaan dunia. Namun, biasanya mereka keliru, baik di dalam hal yang mereka inginkan maupun di dalam cara mereka mengharapkannya. Karena itu, di sini kita diberi tahu,

1. Bahwa kekayaan yang sungguh-sungguh pantas dicari adalah bukan sekadar memiliki harta yang berlimpah, melainkan memilikinya tanpa disertai kesusahan, tanpa disertai rasa gelisah untuk mencari dan menyimpannya, tanpa disertai rasa cemas ketika menikmatinya, tanpa disertai kesedihan yang menyiksa ketika kehilangan kekayaan itu, tanpa disertai perasaan bersalah gara-gara menyalahgunakannya. Dengan kata lain, untuk memilikinya sekaligus memiliki hati untuk menikmatinya, berbuat baik melaluinya serta melayani Allah dengan sukacita dan hati gembira ketika menggunakannya.

2. Dari mana asal kekayaan yang pantas dicari ini semestinya diharap-kan, yaitu bukan dengan bekerja bagaikan sapi perah di dunia (Mazmur 127:2), melainkan melalui berkat Tuhan. Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya dan tidak menambahi dengan kesusahan. Apa yang berasal dari kasih Allah disertai dengan karunia Allah, untuk menjaga jiwa dari nafsu yang bergejolak. 

Kalau tidak demikian, maka kekayaan itu biasanya mendorong orang untuk melampiaskan nafsunya. Pemazmur telah mengatakan (ayat 4). Tangan orang rajin menjadikan kaya, sebagai suatu cara, tetapi di sini dia mengatakan bahwa kekayaan adalah berkat Tuhan. Namun demikian, berkat ada pada tangan orang rajin. Ini juga berlaku dalam hal kekayaan rohani. Kita harus rajin agar bisa memperolehnya, namun segala kemuliaan dari apa yang telah dicapai harus diakui sebagai berkat dan anugerah Allah (Ulangan 8:17-18).
----------
KEUNTUNGAN ORANG BENAR.

Amsal 10:23. “Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal, sebagaimana melakukan hikmat bagi orang yang pandai.”

Di sini diceritakan:

1). Dosa begitu penuh dengan pelanggaran: Berlaku cemar adalah sama seperti tertawa bagi orang bebal. Tindakan tersebut sama wajar dan sama menyenangkannya seperti halnya tertawa bagi orang lain. 

Kejahatan adalah kesukaannya, kekasihnya, dan di dalamnya dia mencari kesenangan. Dia membuat dosa menjadi bahan tertawaan. Ketika diperingatkan agar tidak berbuat dosa, mengingat hukum Allah serta bagaimana murka-Nya terhadap dosa, dia malah mencemooh nasihat itu, dan menertawakan tombak yang sudah ter acung. Setelah berbuat dosa, bukannya berduka, dia justru membual akan hal itu, mencemooh teguran, dan menertawakan dakwaan hati nuraninya sendiri (14:9).

2. Hikmat sungguh bijaksana, karena di dalamnya terdapat bukti akan keunggulannya. Kebijaksanaannya diungkapkan dalam dirinya sendiri, dan pujian ini sudah cukup tinggi. Ketika memuji orang yang pandai, kita tidak perlu berkata-kata lebih banyak daripada, “Dia adalah orang pandai. Dia memiliki hikmat. Dia begitu bijak sehingga tidak melakukan muslihat, atau jika dia, karena alpa, tidak sengaja melakukan kesalahan terhadap orang lain, maka dia cukup bijak sehingga tidak menjadikan masalah itu sebagai bahan olok-olok.”

Atau, untuk menyatakan bahwa hikmat memang sungguh-sungguh bijak, mari kita baca ayat ini demikian: Sebagaimana melakukan kecemaran merupakan suatu kegemaran bagi orang bodoh, demikian juga memiliki hikmat dan menunjukkannya merupakan suatu kegemaran bagi orang pandai. Sebagaimana orang fasik bisa berpura-pura mendapatkan kesenangan di dalam kebebasannya serta kenikmatan dosa, demikian pula orang baik mendapatkan kesenangan di masa sekarang, selain kesenangan di masa akan datang, di dalam segala pembatasan dan kegiatan-kegiatan ibadah agama, malahan, kesenangan orang baik itu lebih banyak dan lebih baik.
----------
KEUNTUNGAN ORANG BENAR.

Amsal 10:24-25.“Apa yang menggentarkan orang fasik, itulah yang akan menimpa dia, tetapi keinginan orang benar akan diluluskan. Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar adalah alas yang abadi.”

Di sini dikatakan, dan sekali lagi dikatakan, kepada orang benar bahwa mereka akan berbahagia, dan kepada orang jahat, bahwa celakalah mereka. Dan hal ini diperhadapkan satu sama lain, agar dapat diperbandingkan.

[I]. Akan terjadi kepada orang fasik seburuk apa yang bisa mereka takutkan, dan kepada orang benar akan terjadi sebaik apa yang mampu mereka harapkan.

1). Memang benar bahwa terkadang orang fasik merasakan dirinya melambung tinggi di dalam kejahatan mereka dengan pengharapan sia-sia yang akan menyesatkan mereka. Namun di lain waktu, tidak ada lain yang mereka rasakan selain dihantui oleh rasa gentar, dan kegentaran itu akan menimpa mereka. Ketika mereka sedang merasa sedemikian tertekan, Allah yang mereka bangkitkan kemarahan-Nya itu akan menjadi sama menakutkannya dengan anggapan mereka tentang Dia. Sebesar kegentaran mereka, demikianlah besarnya amarah-Mu (Mazmur 90:11, KJV).

Orang fasik gentar terhadap hukuman dosa, tetapi mereka tidak memiliki hikmat untuk memanfaatkan rasa gentar itu dengan mencari cara untuk meloloskan diri. Karena itu, apa yang mereka takutkan akan menimpa mereka, dan kengerian mereka saat ini sungguh akan menjadi siksaan mereka di masa mendatang.

2. Memang benar bahwa terkadang orang benar merasa takut, namun keinginan mereka adalah supaya mereka berkenan kepada Allah dan berbahagia di dalam Dia. Oleh karena itu keinginan mereka akan dilulus-kan. Menurut iman merekalah, bukan menurut ketakutan mereka, keinginan itu akan diberikan kepada mereka (Mazmur 37:4).

[II]. Kesejahteraan orang fasik akan cepat berlalu, tetapi kebahagiaan orang benar tidak akan berakhir (Amsal 10:25). 

Orang fasik membuat keributan, menyibukkan diri mereka sendiri dan orang lain, seperti taufan yang mengancam untuk merobohkan apa saja yang ada di hadapannya. Namun seperti taufan melanda, mereka pun segera pergi, dan berlalu tanpa pernah kembali lagi, lenyaplah mereka. Segala sesuatu di sekitar mereka menjadi sunyi dan gembira ketika badai telah berakhir (Mazmur 37:10, 36; Ayub 20:5).

Sebaliknya, orang benar tidak menonjolkan diri. Mereka bersembunyi, seperti alas, yang terletak di bawah dan tidak tampak. Namun, kepu-tusan mereka teguh untuk berpegang pada Allah. Mereka kokoh dalam kebajikan, dan akan menjadi alas yang abadi, sama sekali tidak tergoyahkan. Barang siapa kudus akan tetap kudus dan tetap gembira. Pengharapannya dibangun di atas karang, sehingga tidak ter guncangkan oleh badai (Matius 7:24). Matius 7:24). Orang benar adalah sokoguru dunia (demikianlah menurut beberapa orang). Dunia berdiri karena mereka. Dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus .
Next Post Previous Post