Amsal 10:26-32 - Kebahagiaan Orang Benar

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : Amsal 10:26-32 - Kebahagiaan Orang Benar

Amsal 10:26 “Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikian si pemalas bagi orang yang menyuruhnya.”
Amsal 10:26-32 - Kebahagiaan Orang Benar
Perhatikanlah:

1. Barang siapa malas, yang mencintai kenyamanan mereka dan tidak bisa mengarahkan pikiran mereka untuk melakukan pekerjaan apa pun, tidak layak dipekerjakan, apalagi diutus untuk menyampaikan pesan, karena mereka tidak akan menyampaikan pesan itu dengan segala kepedulian ataupun bergegas kembali. Karena itu, orang-orang yang demikian sangat tidak pantas menjadi hamba, pembawa pesan Kristus. Dia tidak akan mengutus para pemalas ke ladang tuaian-Nya.

2. Barang siapa memercayakan suatu urusan kepada orang-orang yang demikian, ia akan diliputi dengan rasa bersalah yang mendalam karena kelalaian ini. Ia akan jengkel dan putus asa bila menaruh kepercayaan kepada orang-orang seperti itu. Bagi tuannya, seorang hamba yang malas amat sangat tidak menyenangkan dan mendatangkan masalah, seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata. Ia membangkitkan murka tuannya, bagaikan cuka membuat gigi ngilu, dan menyebabkan tuannya sedih melihat usahanya terabaikan dan habis, bagaikan asap membuat mata menangis.
----------
KEBAHAGIAAN ORANG BENAR.

Amsal 10:27-28. “Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek. Harapan orang benar akan menjadi sukacita, tetapi harapan orang fasik menjadi sia-sia.”

Perhatikanlah:

1. Ibadah agama memperpanjang umur orang dan memahkotai pengharapan mereka. Siapakah orang yang menyukai hidup? Biarlah dia takut kepada Allah, dan hal itu akan mengamankan dia dari banyak hal yang akan membahayakan hidupnya, dan memberinya umur yang cukup di dunia ini serta hidup kekal di dunia yang lain. Takut akan Allah akan menambahkan hari-hari lebih dari yang diharapkan, dan akan menambahkan hari-hari itu tanpa akhir, serta memperpanjang umur sampai pada kekekalan.

Siapakah dia yang akan melihat hari-hari yang baik? Biarlah dia menjadi saleh, supaya hari-harinya tidak saja akan menjadi banyak, tetapi juga bahagia, sangat bahagia, serta sangat banyak, karena harapan orang benar akan menjadi sukacita. Mereka akan memiliki apa yang mereka harapkan, yang membuat mereka tak terkatakan puasnya. 

Mereka menaruh harapan mereka pada sesuatu yang terdapat di masa depan dan tidak tampak (Roma 8:24-25), bukan pada apa yang mereka miliki saat ini, melainkan pada apa yang mereka harapkan. Dan pengharapan mereka akan segera menampakkan buahnya, dan itulah yang akan menjadi sukacita kekal mereka. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

2. Kejahatan memperpendek usia orang, dan menghancurkan pengharapan mereka: Tahun-tahun orang fasik, yang dihabiskan untuk menikmati dosa dan perkara dunia, akan diperpendek. Tebanglah pohon yang hidup di tanah dengan percuma. Selain itu, bagaimanapun orang fasik menjanjikan kenikmatan atau kebahagiaan terhadap dirinya sendiri, baik di dunia ini maupun di dunia yang lain, dia akan kecewa. Karena keinginan orang fasik akan lenyap. Pengharapannya akan berganti menjadi keputusasaan yang tidak ada habisnya.
----------
KEBAHAGIAAN ORANG BENAR.

Amsal 10:29-30. “Jalan TUHAN adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat. Orang benar tidak terombang-ambing untuk selama-lamanya, tetapi orang fasik tidak akan mendiami negeri.”

Kedua ayat ini memiliki tujuan yang sama dengan kedua ayat sebelum-nya, yaitu menunjukkan kebahagiaan orang saleh dan kesengsaraan orang fasik. Hal ini perlu dicamkan kepada kita, karena kita begitu enggan memercayai serta merenungkannya.

1). Kekuatan dan keteguhan mengikuti kesetiaan: Jalan Tuhan (pemeliharaan Tuhan, atau jalan yang dilalui-Nya untuk menghampiri kita) adalah kekuatan bagi orang benar, jalan-Nya meneguhkan orang itu bahwa dia memang benar. Segala yang diperbuat Allah dengan orang ini, baik dalam suka maupun duka, turut memberinya semangat untuk mengerjakan tugasnya dan menghidupkan dia untuk melawan rasa tawar hatinya.

Atau jalan Tuhan (jalan kesalehan, yaitu yang di dalamnya Dia menyuruh kita berjalan) adalah kekuatan bagi orang benar. Semakin kita mendekati jalan itu, hati kita menjadi semakin lapang agar mampu melaluinya. Dengan demikian, semakin cocok pula kita baik untuk melayani maupun menderita. Nurani yang baik, yang dijaga agar tetap murni dari dosa, memberi orang keberanian dalam situasi yang penuh bahaya.

Sedangkan kerajinan senantiasa dalam mengerjakan tugas membuat pekerjaan seseorang tetap ringan di dalam saat-saat yang sibuk. Semakin banyak kita bekerja bagi Allah, semakin mampu pula kita mengerjakannya (Ayub 17:9). Sukacita Allah, yang hanya bisa dijumpai di jalan Allah, adalah perlindungan kita (KJV: kekuatan kita – pen.) (Nehemia 8:11). Oleh karena itu orang benar tidak akan terombang-ambing. Barang siapa memiliki kebaikan yang teguh, ia memiliki kedamaian dan kebahagiaan yang teguh pula, yang tidak bisa dirampas dari mereka. Mereka memiliki alas yang abadi (ayat 25).

2. Kehancuran dan kebinasaan merupakan akibat pasti dari kejahatan. Tidak saja orang fasik tidak mewarisi bumi, meskipun mereka menimbun harta mereka di dalamnya, tetapi mereka juga tidak akan mendiami bumi. Penghakiman Allah akan mencabut mereka keluar. Kebinasaan, yang pasti dan berlangsung dengan cepat, tersedia bagi orang yang berbuat jahat. Kebinasaan itu disebabkan oleh hadirat Allah dan kemuliaan kuasa-Nya.

Bukan itu saja, jalan Allah, yang menjadi kekuatan orang benar, akan menghanguskan dan menjadi kengerian bagi orang yang berbuat jahat. Injil yang sama, yang bagi seseorang menjadi bau kehidupan yang menghidupkan, bagi yang lain adalah bau kematian yang mematikan . Pemeliharaan yang sama, seperti halnya matahari yang sama, melembutkan yang satu dan mengeraskan yang lain (Hosea 14:10).
----------
KEBAHAGIAAN ORANG BENAR.

Amsal 10:31-32. “Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat.”
Seperti pada ayat sebelumnya, di sini dikatakan bahwa manusia dihakimi, lalu dibenarkan atau dihukum, tergantung pada perkataan mereka (Matius 12:37).

1). Perkataan yang diucapkan dengan bijak dan baik oleh seseorang merupakan bukti sekaligus pujian terhadap hikmat dan kebaikan yang dimilikinya. Ketika berbicara, orang yang baik mengeluarkan hikmat bagi keuntungan orang lain. Allah memberinya hikmat sebagai upah akan kebenarannya (Pengkhotbah 2:26), dan sebagai rasa terima kasihnya atas pemberian itu dan juga sebagai balasan kepada Sang Pemberi, dia melakukan kebaikan dengan hikmat itu.

Dan dengan perkataannya yang bijak dan saleh, dia membangun banyak orang. Dia tahu akan hal yang menyenangkan, perkataan apa yang akan menyenangkan hati Tuhan (karena itu dia berusaha untuk lebih dari sekadar melakukan kewajibannya). Dia juga tahu apa yang akan bisa diterima dengan baik oleh pembicara ataupun pendengar. Apa yang cocok baginya dan menguntungkan pendengarnya, itulah yang akan dikatakannya.

2. Dosalah yang diperkatakan dengan fasik oleh orang fasik, dan dosanya akan menghancurkan dirinya. Mulut orang jahat hanya tahu tipu muslihat, yaitu apa yang tidak menyenangkan hati Tuhan dan membangkitkan amarah orang yang bercakap-cakap dengan dia. Apa akibatnya? Lidah yang bercabang akan dikerat, seperti halnya lidah yang manis (Mazmur 12:4).
Next Post Previous Post