Makna Bertekun Menurut Yakobus 1:2-8

Pendahuluan:

Pada Yakobus 1:2-8 ini, kita akan mengeksplorasi makna yang terkandung dalam konsep "bertekun" yang disampaikan dalam surat Yakobus dalam Alkitab. Kita akan melihat bagaimana Yakobus menjelaskan pentingnya ketekunan dalam menghadapi cobaan dan tantangan dalam kehidupan orang percaya. 

Selain itu, kita juga akan melihat bagaimana konsep ketekunan ini diperluas dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan karakter dan sikap yang diharapkan dari setiap orang percaya. Dengan memahami secara lebih mendalam tentang konsep ketekunan ini, kita dapat memperkuat iman dan kesiapan kita dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Makna Bertekun Menurut Yakobus 1:2-8
Kontekstual

Dalam pokok ini, akan dibahas arti “bertekun” secara kontekstual. Pembahasan akan dilakukan secara konteks dekat dan konteks jauh. Pertama, secara konteks dekat. Orang percaya mengalami pencobaan seperti pencobaan dari dunia (Yakobus 2:1-13), dari orang Kristen (Yakobus 4:1) dan berbagai masalah lainnya. 

Masalah-masalah yang dihadapi oleh kedua belas suku dalam perantauan, membuat Yakobus terbeban untuk memberikan penghiburan atau pengharapan bahwa dalam berbagai masalah dan ujian Tuhan mempunyai dasar rencana bagi kesempurnaan iman orang percaya. 

Pencobaan-pencobaan tersebut adalah ujian terhadap iman orang percaya. Melalui ujian-ujian tersebut iman orang percaya menjadi terlatih.20 Tahapan-tahapan dalam ujian tersebut adalah suatu proses dalam kesempurnaan iman. Sedangkan kesempurnaan iman adalah buah dari ketekunan (Yakobus 1:3-4). 

Pada hakikatnya iman tanpa perbuatan adalah mati. Artinya ketekunan adalah modal dasar untuk mencapai kedewasaan iman atau dengan perkataan lain “ketekunan” adalah salah satu tanda dari kedewasaan yang dimiliki oleh setiap orang percaya. Yakobus mengajarkan kepada orang-orang percaya yang ada di perantauan untuk berbahagia dalam pencobaan (Yakobus 1:2). 

Ungkapan untuk “tekun” oleh Yakobus diulangi lagi dalam pasal 5:4, dengan penderitaan dalam kesukaran hidup. Ketekunan dalam nast ini adalah “keteguhan hati” dalam pengharapan yang bersifat religius dan kesetiaan pada apa yang dipercayai atau diyakini. Sifat tekun ini adalah hasil produk karakter Kristen dari tetap bersukacita dalam berbagai pencobaan.

Kedua, secara konteks jauh. 

Dalam Perjanjian Baru, ungkapan mengenai “ketekunan” sangat penting digunakan baik dalam Injil-Injil maupun dalam surat-surat kiriman. Lukas, menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan bahwa setiap orang percaya yang mendengar Firman Allah harus menghasilkan buah dalam ketekunan (Lukas 8:15). 

Lukas juga menggunakan ungkapan lain yang memiliki kesejajaran makna dengan “ketabahan.” Lukas memakai ungkapan tersebut untuk menjelaskan bahwa orang yang tetap “bertekun” atau “tabah” dalam penderitaan (berkaitan dengan penganiayaan yang akan pasti dialami oleh orang percaya (Lukas 21:19). 

Rasul Paulus menggunakan ungkapan “ketekunan dalam berbagai pengertian. Dalam suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Kolose, Paulus berkata bahwa orang percaya akan selalu diberi kekuatan untuk menanggung segala perkara dengan “tekun” dan “sabar.” 

Ungkapan tersebut digunakan untuk menunjuk pada “tekun” dalam arti “berharap pada pengharapan iman” (band. Kolose 1:11). Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan pengharapan iman (band. 1Tealonika. 1:3). Dan juga dalam beberapa surat lain di Perjanjian Baru mengenai “ketekunan” digunakan untuk menjelaskan “pengharapan orang percaya pada obyek imannya kepada Tuhan Yesus Kristus (band. Wahyu 1:9). 

Rasul Petrus juga menyatakan ungkapan tentang “ketekunan” untuk menjelaskan akan banyaknya masalah dalam mengikut Yesus dan berbuat baik dalam penderitaan (band. 1Pet. 2:20).25 Dengan kata lain menurut Rasul Paulus “bertekun” adalah kuat dalam menderita karena iman dalam Yesus Kristus.

Literal

Secara literal, ungkapan mengenai “ketekunan” diterjemahkan sebagai “patience” oleh King James Version atau “endurance” oleh New American Standard atau “fortitude” oleh New English Bible atau “patience” oleh Jerusalem Bible. Istilah atau ungkapan tersebut berasal dari bahsa Gerika “hypomonen” yang oleh LAI diterjemahkan sebagai “ketekunan.” 

Kunci pemahaman untuk mengerti makna ungkapan tersebut terletak pada kata sebelumnya yaitu (katergazetai) present-indikatif dari kata “katergazomai.” Yang berarti “untuk memproduk” atau “untuk melahirkan.” 

Sedangkan yang dilahirkan atau diproduk adalah hupomone.” “hupomone” sendiri berasal dari kata  “hupo” yang berarti “dibawah,” serta kata “mone” yang berarti “ada” atau “tinggal.” Jika dihubungkan dengan kata sebelumnya, yaitu peirasmos yang berarti “pencobaan,” maka kata tersebut mengandung arti “tinggal di bawah pencobaan atau tinggal di bawah ujian, sebagai bukti iman dalam Yesus yang realitis

“Cobaan” di sini adalah tes atau ujian terhadap iman. Orang percaya di ijin kan oleh Allah untuk mengalami ujian iman, sehingga melalui pengalaman tersebut, orang percaya atau tepatnya pengalaman orang percaya tersebut akan memproduksi atau menghasilkan yang dirindukan. Yakobus 1:2 adalah nast kunci dalam pembahasan ini. 

Ungkapan mengenai “pencobaan” menggambarkan suatu tekanan atau penganiayaan yang sangat membebani kehidupan orang-orang Yahudi yang percaya Tuhan Yesus sebagaimana Yakobus mengalamatkan surat ini. 

Kata “cobaan” atau “tes” atau “ujian” adalah kata kunci dalam masalah “ketekunan” ini. Pencobaan memiliki dua arti dasar. 

Pertama, ujian dengan suatu tujuan. Yaitu, ujian tersebut terjadi atas ijin Tuhan atau ujian tersebut diutus Tuhan (band. Yakobus 1:12; Lukas 22:28; Kisah para rasul 20:19; 1Petrus 1:6; 4:12; 2Petrus 2:9). 

Kedua, dengan maksud baik atau netral (band. Galatia 4:14). 

Ketiga, dengan berbagai sifat atau karakter. Artinya Allah berkehendak untuk membawa manusia pada tindakan yang salah melalui ujian itu (band. Yakobus 1:13-14; Lukas 4:13; 8:13). 

Ujian atau cobaan berasal dari bahasa Yunani dari akar kata “dokime.” Artinya, pengalaman yang mengandung dua makna. Pertama, proses pencobaan (band. 2Korintus 8:2). Kedua, akibat pencobaan (band. Roma 5:4). Sedangkan ketekunan dalam Yakobus 1:3 lebih menunjukkan pada hasil dari suatu pengalaman. Hasil tersebut dipakai melalui proses berbagai tahapan untuk tetap berbahagia dalam segala pencobaan atau tabah dalam pencobaan. 

Proses tersebut menghasilkan ketekunan yang diharapkan oleh setiap orang percaya dalam kehidupan rohani setiap orang. Kesimpulan secara literal ungkapan “ketekunan” dalam nast Yakobus 1:2-8 memiliki arti sebagai karakter atau sifat orang percaya yang dihasilkan melalui proses perjuangan hidup

Gramatikal

Secara gramatikal, letak kunci pemahaman mengenai “ketekunan” adalah pada kata “katergazetai” present-indikatif-medial dari kata “katergazomai” atau “menghasilkan.” Present sebagai element dalam Bahasa Yunani memiliki fungsi sebagai kata yang menerangkan ide yang terus berlanjut atau progresif. Present adalah tensis yang bersifat linear (seperti garis panjang yang tidak putus).

Ungkapan “katergazomai” atau “menghasilkan” memiliki fungsi yang present dan costumary. Artinya ungkapan “menghasilkan” apabila dihubungkan dengan “ketekunan” maka “ketekunan” adalah sebagai buah yang berkelanjutan dari “berbahagia dalam berbagai pencobaan.” Sedangkan “ketekunan” sendiri menjadi suatu sifat atau kebiasaan hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Sedangkan “medial” menunjukkan bahwa subyek bertindak sedemikian rupa sehingga ia (subyek) mengambil bagian dalam akibat.

Dalam nast kunci Yakobus 1:3, ungkapan “katergazomai” atau “menghasilkan” cenderung memiliki arti “refleksi.” Bila dihubungkan dengan kata “ketekunan” atau “hupomone” maka medial ini memiliki makna bahwa ketekunan adalah suatu akibat atau hasil dari produk untuk tetap bersukacita dalam berbagai penderitaan. 

Jadi, ketekunan adalah buah yang merupakan suatu produk atau hasil yang didapat dari tindakan “tetap bersukacita.” Atau lebih singkatnya, tekun adalah suatu karakter atau sifat orang percaya yang dihasilkan dari “tetap bersukacita dalam berbagai penderitaan.”

Mengenai jenis penderitaan, Yakobus tidak menyebutkan dengan rinci dalam ayat ini. Makna, secara gramatikal, “ketekunan” dalam Yakobus khususnya nast yang dibahas adalah suatu sifat atau karakter orang percaya yang merupakan buah dari pola hidup yang tetap tabah dan bersukacita dalam menghadapi segala masalah di tengah-tengah perjalanan iman kepada Tuhan Yesus (band. Yakobus 5:11). Karakter atau sifat tersebut, pada akhirnya akan menghasilkan kemenangan.

Kesimpulan:

Dengan demikian ayat Yakobus 1:2-8, dapat disimpulkan bahwa ketekunan merupakan sifat yang penting dalam kehidupan orang percaya, seperti yang diajarkan dalam Alkitab, khususnya dalam surat Yakobus. Ketekunan memungkinkan kita untuk bertahan dan terus maju dalam iman, meskipun dihadapkan pada berbagai cobaan dan tantangan. 

Dalam konteks Perjanjian Baru, konsep ketekunan juga mencakup kesabaran, keberanian, dan harapan yang kokoh dalam menghadapi segala situasi. Dengan memahami dan menerapkan konsep ketekunan ini dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat memperkuat iman dan menjadi lebih tegar dalam menghadapi segala situasi yang kita hadapi.
Next Post Previous Post